Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang Periode Januari 2008 – Oktober 2010 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh : Layaly Rahmah NIM : 107046101904
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Maret 2011
Layaly Rahmah
i
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Regresi Linear Berganda, dimana NAB Danareksa Syariah Berimbang sebagai Variabel Dependen dan SBIS, IHSG, Nilai Tukar Rupiah sebagai Variabel Independen dengan level signifikan sebesar 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan dari perhitungan dengan menggunakan angka R Square adalah 0,925, maka hal ini dapat menjelaskan kontribusi SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah/USD dalam mempengaruhi NAB Danareksa Syariah Berimbang sebesar 92,5% dan sisanya sebesar 7,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Selain itu, variabel IHSG menjadi variabel yang paling dominan dan berpengaruh secara signifikan sedangkan variabel SBIS dan Nilai Tukar Rupiah tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan NAB Danareksa Syariah Berimbang.
Kata Kunci: NAB Danareksa Syariah Berimbang, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah/USD.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq, serta nikmat-Nya, sehingga Alhmudulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang Periode Januari 2008 – Oktober 2010”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., M.A. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, serta dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir.
iii
3.
Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Jamil, MA dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, SE, MM selaku dosen pembimbing skripsi penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak dan Ibu ajarkan dan arahkan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin.
4.
Kepada seluruh dosen dan sifitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mentransfer ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus perpustakaan yang telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.
5.
Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, Bapak Drs. H. Eddy Djubaedi Adih, M.Ag dan Ibu Hj. Badriyah, yang dengan tulus selalu mendo’akan, memberi dorongan dan semangat tiada henti kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang juga menjadi amanah bagi penulis kepada orang tua. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan untuk Mamah dan Papah yang paling penulis Sayangi, dibawah payung kasih sayang-Nya. Aamiin.
6.
Kepada kakakku tercinta, Ahmad Ru’yat Ismail, S.H.I dan Izzah Ar-rahmani, S.Farm,. Apt, dan si bungsu adikku Youma Arafah, secara tidak langsung kalian juga memberikan semangat kepada penulis yang sedang menjalankan tugas akhir ini agar cepat selesai.
7.
Teman-teman Asrama BEC Boys and Girls, Pak Fatah, Bu Diyah, Miss Mila, ka Awen, Eni Suhaeni (My best friend), Rohy, disva, galuh, Imah, ka inab, Ovi, Anahe, pipit, ka maria, lani, ka selly, jumi, ka ola, ka nia dan kawan-kawan asrama lainnya semua perhatian dan kebaikan kalian tiada pernah terlupakan.
iv
8.
Teman-teman Kosan di Semanggi II, atu, sisi, ira, umun, ka indah, neni, tanti, fatur, maya, ka iza, azka dan kawan lainnya secara tidak langsung kalian adalah motivasi dan kebahagiaan. Kenangan bersama kalian tak akan pernah terlupakan selama kita jadi anak kosan.
9.
Teman-teman Perbankan Syariah Angkatan 2007 khususnya PS C, Fara, afi, mae, ovi, tika, maya, pewe, acha, dwi, hilwa, za2, nana, amel, nuy, pipin, yuke, dan teman-teman lain seangkatan dan seperjuangan selama masa kuliah, teman KKN Sadayana Sae Ciburuy 2010 perhatian dan kebaikan kalian tiada pernah terlupakan. Miss you all.
10.
Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis, menyemangati dan menghibur penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini. Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas semua pihak yang
turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi. Jakarta, 28 Maret 2011
Layaly Rahmah
v
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERNYATAAN......................................................................... ..
i
ABSTRAK......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………………
1
B. Pembatasan Masalah……………………………………………….
7
C. Perumusan Masalah………………………………………………...
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………..
8
E. Kajian Pustaka……………………………………………………...
10
F. Kerangka Teori……………………………………………………...
12
G. Kerangka Pemikiran Penelitian……………………………………..
16
H. Sistematika Penulisan……………………………………………….
17
vi
BAB II KAJIAN TEORI A. Reksadana Syariah……………………………………………………
19
1. Pengertian Reksadana Syariah…………………………………......
21
2. Jenis-jenis Reksadana Syariah……………………………………..
25
3. Bentuk-bentuk Reksadana Syariah…………………………………
27
4. Kelebihan Reksadana Syariah……………………………………...
29
5. Risiko Reksadana Syariah………………………………………....
32
6. Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah…………………………...
35
7. Pihak-pihak yang terkait dalam Reksadana Syariah………………
37
B. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)…………………………….
39
C. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)………………………………
41
D. Nilai Tukar Rupiah…………………………………………………….
43
E. Sekilas Tentang Danareksa Syariah Berimbang………………………..
47
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………….
50
B. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………. 51 C. Sumber Data…………………………………………………………..
51
D. Operasional Variabel Penelitian………………………………………
53
1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)………………………….
53
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)…………………………...
55
3. Nilai Tukar Rupiah………………………………………………....
56
4 Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang………………… 58
vii
E. Teknik Penulisan Skripsi……………………………………………….
60
F. Teknik Analisa Data……………………………………………………
60
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA A. Uji Asumsi Klasik……………………………………………………
67
B. Pengujian Secara Statistik……………………………………………
72
C. Intervensi Koefisien Variabel Independent………………………….
79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………
84
B. Saran…………………………………………………………………..
86
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. .... .
87
LAMPIRAN……………………………………………………………........ .
91
viii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1
Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
53
31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 Tabel 3.2
Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
55
31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 Tabel 3.3
Data Nilai Tukar Rupiah terhadap USD
57
31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 Tabel 3.4
Data NAB/Unit bulanan Danareksa Syariah Berimbang
59
31 Januari 2008 – 31 Okober 2010 Tabel 4.1
Output SPSS Uji Multikolinearitas
70
Tabel 4.2
Output SPSS Model Summary
71
Tabel 4.3
Output SPSS Uji t
72
Tabel 4.4
Output SPSS Anova
75
Tabel 4.5
Output SPSS Model Summary
76
ix
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran penelitian
16
Gambar 4.1
Output SPSS Uji Normalitas Analisis Grafik
67
Gambar 4.2
Output SPSS Uji Heteroskedastisitas Scaterplot
68
x
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data NAB/unit bulanan Danareksa Syariah Berimbang
92
31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 Lampiran 2. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
93
31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 Lampiran 3. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
94
31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 Lampiran 4. Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
95
31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 Lampiran 5. Data NAB/unit Danareksa Syariah Berimbang, SBIS, IHSG,
96
dan Nilai Tukar Rupiah Lampiran 6. Data Output SPSS Penelitian
xi
98
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan pasar modal di Indonesia sangat pesat. Setiap hari senantiasa kita mendengar pemberitaan situasi bursa efek yang saling berkaitan dengan kondisi perekonomian, sosial, dan politik negara. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal dan bursa efek yang dinamis tidak akan pernah ketinggalan jaman. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemajuan pasar modal satu negara adalah terletak pada tingkat variasi instrument investasi yang tersedia seperti saham, obligasi, valuta asing, dan sebagainya. Semakin maju pasar modal, semakin bervariasi instrument yang diperdagangkan di bursa. Ragam instrument pasar ini akan menentukan tingkat likuiditas pasar dan akan sangat menentukan pasar modal tersebut diminati investor atau tidak.1 Dengan adanya instrument-instrumen tersebut, maka bagi dunia usaha pasar modal merupakan salah satu bentuk yang menarik melalui kemungkinan penggalangan dana dan memberikan berbagai pilihan kepada para pemilik dana dalam berinvestasi. Jumlah dan pilihan ini semakin banyak mulai dari yang relative tinggi risikonya sampai pada pilihan yang risikonya rendah. Salah satu instrument untuk berinvestasi yang akhir-akhir ini populer adalah 1
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern (Jakarta: Yayasan SAD Satria Bhakti, 2000), h.17.
2
Reksadana yang merupakan wadah untuk menghimpun dana dari pemodal, yang akan diinvestasikan kembali ke dalam portofolio efek, yang dikelola oleh manager investasi dan harta bersama milik para pemodal itu akan disimpan dan diadministrasikan oleh bank kustodian.2 Pada
Reksadana
untuk
mengetahui
seberapa
besar
tingkat
pengambilan investasi reksadana tersebut, investor dapat melihat dan mengamati data-data historis yang ditampilkan dari masa lalu hingga saat sekarang. Data historis yang dapat dengan mudah dicermati adalah Net Asset Value (NAV) atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) perunit penyertaan reksadana.3 Jadi, NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksadana. NAB per saham/unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut.4 Menurut data dari BAPEPAM, pada Januari 1998 jumlah Reksadana hanya mencapai 77 dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai Rp. 4,4 Triliun. Namun pada Desember 2008 jumlah reksadana telah mencapai 567
2
Iwan P. Pontjiwinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2010), h.191-192 3
Yuni Elvira dan Fiteriyanto, “NAB Reksadana Berlomba dengan Tingkat Suku Bunga”, Jurnal Pasar Modal, No. 06/VIII/Juni 1997, h.23. 4
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, “Reksadana”, artikel ini diakses pada 6 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana
3
dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai Rp.74 Triliun, bahkan pada akhir 2009 jumlah Reksadana telah mencapai 610 dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai Rp. 113 Triliun.5 Sedangkan pada Januari hingga November 2010 total NAB Reksa dana di Indonesia berkembang sangat pesat, dengan total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana pada akhir November 2010 sebesar Rp. 134 Trilliun Lebih.6 Hal ini bisa disimpulkan bahwa Reksadana merupakan instrumen investasi yang potensial serta memiliki prospek yang baik untuk terus berkembang. Di Indonesia mengoptimalkan investasi tidak hanya
melalui
Reksadana Konvensional namun bisa pula melalui Reksadana Syariah, perkembangan reksa dana syariah sebagai wadah investasi di pasar modal, mempunyai prospek perkembangan yang cukup menggembirakan.7 Jumlah umat islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia merupakan ladang potensial yang belum tergali secara optimal oleh reksa dana syariah. Selain alasan itu, keanekaragaman industri dan banyaknya jumlah perusahaan yang
5
Desmon Silitonga, “Memilih Investasi Reksadana Tahun 2010”, (Jakarta: PT. Millenium Danatama Indonesia, 2009), h. 8. 6
Bapepam-LK, “Laporan Statistik NAB Reksadana Tahun 2010”, ini diakses pada 6 Desember 2010 dari http:// www.idx.co.id// 7
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern (Jakarta: Yayasan SAD Satria Bhakti, 2000), h.272.
4
telah dan potensial go public, adalah alasan kuat untuk optimis bahwa Reksadana syariah akan berkembang dengan baik. Berdasarkan data pasar modal Bapepam-LK, dana kelolaan reksadana syariah sampai akhir Juni 2010 mencapai Rp. 3,7 triliun. Jika dibandingkan dengan seluruh dana kelolaan reksadana, jumlah ini hanya sekitar 3%. Untuk produk reksadana syariah, saat ini terdapat ± 47 (empat puluh tujuh) reksadana syariah.8 Hal ini menjadikan Reksadana Syariah sebagai alternatif investasi yang menarik bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang beragama islam agar terbebas dari unsur ribawi dan berbagai praktek spekulatif yang biasa terjadi di bursa saham konvensional. Di Indonesia Reksadana Syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1998 oleh PT. Danareksa Investment Management, di mana pada saat itu PT. Danareksa mengeluarkan produk reksadana berdasarkan prinsip islam yang dinamakan Danareksa Syariah Berimbang.9 Selain itu, Danareksa Syariah Berimbang merupakan salah satu reksadana yang termasuk ke dalam jenis reksadana campuran. Danareksa Syariah Berimbang yang dikelola oleh Fund Manager dari PT.Danareksa Investment Management. Selain Danareksa syariah Berimbang, produk lain yang diluncurkan oleh PT. Danareksa Investment Management 8
Rosiana Eko Agustina, “Saatnya Beralih ke Reksa Dana Syariah”, Majalah Investor (September 2010): h.11. 9
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 251.
5
adalah adalah Danareksa Mawar Fokus, Danareksa Mawar Agresif, Danareksa Mawar, Dana reksa Indeks syariah, Danareksa Anggrek Fleksibel, Danareksa Anggrek, Danareksa JS Optima, Danareksa Melati Premium Dolar, Danareksa Melati Dolar AS, Danareksa Gebyar Indonesia, Danareksa Gebyar Dana Liquid, dan Danareksa Seruni Pasar Uang.10 Danareksa Syariah Berimbang merupakan jenis Reksadana Campuran, yaitu Reksadana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas (saham) dan efek bersifat hutang (obligasi) yang perbandingannya tidak termasuk Reksadana pendapatan tetap dan Reksadana saham. Reksadana ini mempunyai resiko moderat dengan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan Reksadana pendapatan tetap.11 Perkembangan reksadana syariah selama ini tidak serta merta menjadikan posisi reksadana syariah selalu berada dalam kondisi yang aman. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian, sosial dan politik negara dapat berubah-ubah, sekecil apapun kebijakan atau perubahan kondisi ekonomi, sosial dan politik yang terjadi di suatu negara akan memiliki pengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah pada saat ini maupun masa yang akan datang. 10
Audry S Timisela, “Pengaruh Indeks Syariah terhadap pertumbuhan NAB Reksadana Syariah: Study pada Danareksa Syariah Berimbang tahun 2003-2007,” (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010), h.6. 11
“Studi Tentang Profil dan Perilaku Investor Indonesia 2010”, Mars Research Spesiallist, edisi Februari 2010, h 423.
6
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas tiga faktor yang diduga mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam mempengaruhi pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) suatu Reksadana Syariah, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa SBIS merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi investor dalam berinvestasi. Apabila SBIS naik maka investor akan beralih pada kegiatan investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas risiko, sehingga indeks pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SBIS turun maka masyarakat akan beralih ke jenis investasi lain yang lebih menguntungkan di pasar modal. Sedangkan IHSG menjadi barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek. Jika IHSG naik terus, dapatlah dikatakan bahwa keadaan pasar modal sedang baik, pastilah menunjukkan kondisi perekonomian, sosial, dan politik yang sedang sehat begitupun sebaliknya.12 Selain itu, Nilai Tukar Rupiah terhadap U$ Dollar Amerika sering kali dianggap sebagai salah satu indikator dalam perekonomian bangsa. Ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar di Indonesia sering kali dianggap sebagai indikator ketidakstabilan perekonomian.
12
Vonny Dwiyanti, Panduan Praktis Bermain Saham (Jakarta: Atma Media Press, 2010), h. 70.
7
Ketiga faktor di atas diduga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah, dalam hal ini adalah Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management. Sehingga penulis tertarik ingin melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keeratan faktor-faktor di atas melalui penelitian ini yang berjudul: “Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang Periode Januari 2008 - Oktober 2010”.
B. Pembatasan Masalah Banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang seperti Inflasi, Gross Domestic Product (GDP), Return Saham, Suku Bunga Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Nilai Tukar Rupiah/USD., Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Indeks (JII), dan lain-lain. Oleh karena itu, agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini hanya akan dibatasi pada: 1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independent, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD.
8
2. Variabel dependent yang digunakan adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit Danareksa Syariah Berimbang. 3. Penelitian ini menggunakan data selama tiga tahun untuk variabel independent dan dependent, yaitu selama 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010.
C. Perumusan Masalah Dan agar lebih terarah, maka dilakukan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana secara parsial dan simultan pengaruh variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Danareksa Syariah Berimbang? 2. Manakah dari variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah yang paling dominan dalam mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
9
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. 2. Untuk menganalisa variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang.
2.
Manfaat Penelitian Manfaat yang penulis harapkan dari penelitian yang dilakukan adalah: a. Bagi Penulis Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan, khususnya mengenai muamalat (ekonomi syariah) dan pasar modal syariah. b. Bagi Investor. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam menginvestasikan dananya, agar risiko investasi dapat dikurangi dan memaksimalkan laba yang diharapkan. c. Bagi Lingkungan Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya diprogram studi muamalat (ekonomi syariah),
10
khususnya mengenai pengaruh instrumen-instrumen investasi dalam reksadana syariah di Indonesia.
E. Kajian Pustaka Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang kita jalankan sekalipun arah tujuan yang diteliti berbeda. Dari penelitian ini, penulis menemukan beberapa sumber kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan Reksadana Syariah, diantaranya adalah: No.
Nama penulis/ Judul skripsi, jurnal / Tahun.
Substansi
Perbedaan dengan Penulis
1.
Cahyaningsih, Eko Suwardi, dkk / Perbandingan Kinerja Reksa dana Syariah dengan Reksa dana Konvensional / Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 2009.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia ini menjelaskan tentang perbandingan kinerja Reksa dana syariah dan reksa dana konvensional pada Januari 2004 sampai Desember 2006.
penulis meneliti tentang pengaruh SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah berimbang.
Dalam Penelitian ini menggunakan sampel reksa dana syariah untuk tahun z2004 (52 sampel), 2005 (85 sampel), dan 2006 (118 sampel). Dan pada Reksa dana konvensional untuk tahun 2004 (411 sampel), 2005 (718 sampel), dan 2006 (909 sampel). - Metode analisis data yang digunakan adalah parametric t statistic (independent sample ttest). - Hasil penelitian ini memberikan tambahan bukti empiris bahwa secara umum pada periode bullish yaitu tahun 2004 dan 2005 kinerja Reksadana konvensional lebih baik dari pada kinerja reksa dana syariah, sedangkan tahun 2005 kinerja
- Periode 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010. - Penulis meneliti tentang seberapa besar pengaruh variabel SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang secara simultan. Dan menjelaskan faktor manakah yang lebih dominan yang dapat mempengaruhi NAB Danareksa Syariah Berimbang. - Metode Analisis data yang digunakan adalah dengan Regresi Linear Berganda dengan pengujian Hipotesis dan
11
2.
Audry S Timisela /Pengaruh Indeks Syariah terhadap pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah/ Fakultas Syariah dan Hukum – Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
reksa dana syariah lebih baik dari pada kinerja reksa dana konvensional.
asumsi klasik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.
- Skripsi ini menjelaskan tentang perkembangan Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang serta indeks JII pada kurun waktu 2003-2007. Dan baik buruknya kinerja reksa reksa dana syariah dengan menganalisis pengaruh indeks JII sebagai tolak ukur kinerja suatu reksa dana syariah.
- Penulis meneliti tentang pengaruh SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang dengan kurun waktu 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010.
- Metodologi penelitian adalah Deskritif-kualitatif yaitu untuk melihat keterkaitan hubungan dan mengkontekstualisasilan keterangan dari data tersebut. Dan menggunakan analisis Regresi Linear Sederhana. - Hasil penelitian terdapat hubungan linear antara Indeks JII dengan tingkat pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang. R-Square = 84,7% dipengaruhi oleh indeks JII, dan 15.3% dipengaruhi oleh factor lain di luar variabel JII.
- Variabel dependen adalah Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang - Variabel Independent yang digunakan adalah SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah. -Metodologi penelitian yang digunakan adalah Deskritif-Kuantitatif yaitu data berkaitan dengan angka-angka yang akan dipaparkan. - Metode Analisis data yang digunakan adalah dengan Regresi Linear Berganda dengan pengujian Hipotesis dan asumsi klasik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
3.
Zaenab/ Sistem Operasional Reksadana Syariah pada BNI SECURITIES dalam Tinjauan Hukum Islam/ Fakultas Syari’ah dan Hukum Muamalat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
- Skripsi ini menjelaskan tentang ciri-ciri dan mekanisme operasional reksadana syariah, konsep investasi keuangan yang sistemnya didasarkan pada prinsip-prinsip dan kriteria investasi syariah, serta meneliti tentang sistem operasional reksadana syariah pada BNI Securities yang menggunakan akad wakalah dan mudharabah serta dalam operasional maupun administrasi diawasi oleh Dewan
- Penulis meneliti tentang pengaruh SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang periode 31 Januari 2008 – 31 Desember 2010. -Metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis adalah kuantitatif, dengan menggunakan regresi
12
Pengawas Syariah (DPS). -Metodologi penelitian adalah kualitatif yang dilakukan dengan cara menelaah litaratur kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan metode pengumpulan data dengan cara observasi.
linear berganda, uji hipotesis, dan asumsi klasik. - Variabel dependen adalah Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang. -Variabel independen adalah SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah.
Sumber: Studi Review Terdahulu F. Kerangka Teori 1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)13 Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.14 Hal ini sangat berbeda dengan SBI Konvensional yang diterbitkan melalui lelang dengan tingkat diskonto yang berbasis bunga (interest). Sedangkan SBIS diterbitkan menggunakan akad/kontrak dengan akad ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau komitmen (iltijam) untuk memberikan imbalan tertentu („iwadh) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.
13
Andri Soemintra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana,2009),
h.217. 14
PBI No. 10/11/PBI/2008 Tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). SE BI No. 10/17/DPM Tanggal 31 Maret 2008 tentang Tata Cara Transaksi Repo SBIS dengan Bank Indonesia. SE BI No. 10/40/DPM Tanggal 17 November 2008 Perihal Perubahan Atas SE BI No. 10/16/DPM Tanggal 31 Maret 2008 Perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) melalui Lelang.
13
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)15 Indeks Harga Saham menjadi barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi. Jika Indeks Harga Saham naik terus, dapatlah dikatakan bahwa keadaan pasar modal sedang baik, bursa efek sedang maju, dan situasi pasar yang seperti ini pastilah menunjukkan kondisi perekonomian, sosial, dan politik yang sedang sehat. Para investor sering menggunakan IHSG sebagai patokan dalam berinvestasi karena dengan IHSG, investor dapat menentukan saat investasi sudah tiba, dan saat investasi dihentikan. 3. Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Nilai tukar Rupiah atau disebut juga Kurs Rupiah. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata uang terhadap mata uang negara lain. Besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan Kurs Mata Uang Asing. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional.16 Melemahnya rupiah berdampak buruk terhadap kegiatan konsumsi dan investasi karena dua hal. Pertama, memicu kenaikan harga barang impor 15
Vonny Dwiyanti, Panduan Praktis Bermain Saham (Jakarta: Atma Media Press, 2010), h. 70-71. 16
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) h178.
14
dan inflasi, apalagi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga memikul daya beli dan konsumsi masyarakat. Kedua, kenaikan inflasi secara tajam akan memaksa Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunga secara tajam.17 Selain itu juga akan memukul konsumsi masyarakat dan kegiatan investasi. Melemahnya kegiatan konsumsi dan investasi akan menghambat pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. 4. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai yang menggambarkan total kekayaan Reksadana setiap harinya. Nilai ini dipegaruhi oleh pembelian dan penjualan Reksadana oleh para investor.18 NAB per saham atau unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham atau unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut.19 5. Danareksa Syariah Berimbang Danareksa Syariah Berimbang merupakan salah satu reksadana yang termasuk ke dalam jenis reksadana campuran. Danareksa Syariah Berimbang yang dikelola oleh Fund Manager dan diperkenalkan pertama
17
Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi), (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), h.314. 18
“Studi Tentang Profil dan Perilaku Investor Indonesia 2010”, Mars Research Spesiallist, edisi Februari 2010, h.424 19
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, “Reksadana”, artikel ini diakses pada 6 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Resadana.
15
kali pada tahun 1998 yang merupakan salah satu
produk yang
diluncurkan oleh PT. Danareksa Investment Management.20 Reksadana
“Danareksa
Syariah
Berimbang”
(Danareksa
Syariah
Berimbang) adalah Reksadana terbuka berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (“KIK”) berdasarkan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah Berimbang dituangkan dalam Akta No. 31 tanggal 15 November 2000 dan Addendum Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah Berimbang No. 26 Tanggal 23 Juli 2002 yang dibuat dihadapan Notaris Benny Kristianto, S.H. di Jakarta, antara PT. Danareksa Investment Management sebagai Manajer Investasi dan ABN Amro Bank sebagai Bank Kustodian yang kemudian digantikan oleh Citibank, N.A., Cabang Indonesia sebagai Bank Kustodian. Danareksa Syariah Berimbang bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan nilai investasi dalam jangka panjang dan memperoleh pendapatan yang berkelanjutan kepada pemodal yang hendak mengikuti Syariah Islam. Kekayaan Danareksa Syariah Berimbang akan diinvestasikan minimum 25% hingga maksimum 75% dalam Efek Ekuitas dan minimum 25% hingga maksimum 75% dalam Efek Hutang dan Instrumen Pasar Uang dengan mengikuti syariah Islam. 20
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 251.
16
G. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara skematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 1.1 Bursa Efek Jakarta
Bank Indonesia
1.
Indeks Harga Saham Gabungan
1.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah
2.
NAB Danareksa Syariah Berimbang
2.
Nilai Tukar Rupiah
Variabel Independen (X) :
Variabel Dependen (Y) :
SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah
NAB Danareksa Syariah Berimbang
Analisis Regresi Linear Berganda
Normalitas
Uji t secara parsial
Heteroskedastisitas s
Multikolinieritas
Uji F secara Simultan
Autokorelasi
Koefisien Determinasi
Analisa Hasil Regresi Hipotesa
Variabel SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah Tidak terdapat pengaruh secara parsial ataupun simultan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) perunit Danareksa Syariah Berimbang
Variabel SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah Terdapat pengaruh secara parsial ataupun simultan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) perunit Danareksa Syariah Berimbang
Skema: Kerangka Pemikiran Penelitian
17
H. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan,
yang
meliputi
latar
belakang
masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Kajian Pustaka, kerangka teori, kerangka pemikiran penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II
Pada bab ini membahas tentang reksa dana syariah yang meliputi pengertian reksa dana syariah, jenis-jenis reksa dana syariah, bentuk-bentuk reksa dana syariah, kelebihan reksa dana syariah, risiko reksa dana syariah, nilai aktiva bersih reksa dana syariah, dan pihak-pihak yang terkait dalam reksa dana syariah, sertifikat bank Indonesia syariah, indeks harga saham gabungan, nilai tukar rupiah, dan sekilas tentang dana reksa syariah berimbang.
BAB III
Pada bab ini akan dibahas dan dijelaskan mengenai metodologi penelitian terdiri dari ruang lingkup penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, operasional variabel penelitian meliputi variabel dependen dan variabel independent, dan akan dibahas pula tentang teknik analisa data dan teknik penulisan skripsi.
18
BAB IV
Pada bab ini akan menjawab semua perumusan masalah yang ada di bab I dan akan membahas tentang hasil dan analisa data, Uji Asumsi Klasik, Pengujian secara Statistik, dan Interpensi Koefisien Variabel Independent.
BAB V
Penutup, pada bab terakhir ini menjelaskan pokok-pokok kajian dalam penelitian yang memuat kesimpulan dan saran.
19
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Reksadana Syariah Reksadana Syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh
National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity dengan kapitalisasi sebesar U$ 150 Juta.21 Di Indonesia Reksadana Syariah pertama kali diterbitkan pada tahun 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management.22 Menurut data Bapepam, nilai total NAB reksadana juga tercatat turun 18,74%. Jika pada tahun 2007 NAB Reksadana mencapai Rp.91,50 triliun, maka pada tahun 2008 NAB Reksadana menjadi hanya Rp.74,35 triiun. Namun untuk unit penyertaan Reksadana selama 2008 tetap tumbuh dari Rp.53,59 milliar unit menjadi 61,51 miliar unit penyertaan di 2008 atau berarti tumbuh 14,78%. jumlah Reksadana syariah bertambah dari 26 buah Reksadana pada tahun 2007 menjadi 36 reksadana syariah selama tahun 2008 yang berarti meningkat 38,64%.23
21
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 251 22
Iwan P. Pontjiwinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2010), h.191. 23
Nurul Qomariyah,“NAB Reksa Dana Syariah Juga Tergerus Krisis Hingga 17,72%”, artikel ini di akses pada 28 Februari 2011 dari http://www.detikfinance.com//
20
Pada tahun 2009, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah sepanjang 2009 tercatat tumbuh 161% menjadi 4,63 triliun dari tahun lalu 1,77 triliun. Bapepam-LK juga mencatat ada 11 reksadana syariah yang memperoleh pernyataan efektif Bapepam-LK. Melalui penambahan itu, total Reksadana syariah yang beredar mencapai 46, naik 24,3% dari tahun 2008 sebanyak 36 reksadana syariah. Sedangkan sejak awal 2009 hingga akhir Agustus 2009, produk Reksadana syariah yang dikelola oleh PT. Danareksa Invesment Management, seperti produk Danareksa Indeks Syariah kelolaan memberikan keuntungan 74%. Sedangkan, Danareksa Syariah Berimbang menghasilkan keuntungan 76,87%.24 Reksadana Syariah merupakan Reksadana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat islam.25 Perbedaan yang paling menonjol antara Reksadana syariah dengan Reksadana konvensional adalah dalam Reksadana syariah terdapat proses “screening” atau filterisasi atas instrument investasi dan proses “cleaning” untuk membersihkan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan yang haram,26 seperti dari produsen makanan, minuman berlkohol, dan perusahaan keuangan yang berbasis bunga yang tidak sesuai prinsip syariah. 24
Herlina KD, “REKSADANA: Investor Makin Rajin Berburu Reksadana Syariah”. artikel ini di akses pada 28 Februari 2011 dari http://investasi.kontan.co.id// 25
Andri Soemintra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana,2009),
26
Ibid,. h.173.
h. 168.
21
1. Pengertian Reksadana Syariah Reksadana Syariah mengacu pada syariat islam baik dari cara pengelolaan, kebijakan investasi, akad, pelaksanaan investasi, maupun dari segi pembagian keuntungan sejalan dengan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam turut mendorong perkembangan reksadana syariah, karena memenuhi kebutuhan sekelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan dengan cara yang halalantoyyibah. Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara Pemodal sebagai Pemilik harta (Shahibul Maal atau Rabbul Maal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil Shahibul Maal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil Shahibul Maal dengan pengguna investasi.27 Dengan demikian, Reksadana syariah adalah Reksadana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepada syariah islam. Reksadana syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada obligasi dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat misalnya industri peternakan babi, jasa keuangan yang melibatkan riba dalam operasionalnya dan bisnis yang mengandung maksiat.
27
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: PT Intermasa, 2003), Edisi Kedua, hlm. 121.
22
Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI No. 20/DSNMUI/IX/2000 ini memuat antara lain: 28 1. Dalam Reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan syariah baik dari segi akad, pelaksanaan investasi maupun dari segi pembagian keuntungan. 2. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrument keuangan yang sesuai dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah sudah melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam bank umum syariah dan surat utang yang sesuai dengan syariah. 3.
Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah antara lain tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga keuangan ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-barang atau jasa yang merusak moral dan membawa mudharat. Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada unsure yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading atau menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi
28
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 251-253.
23
untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat utangnya lebih dominan dari modalnya. 4. Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam Reksadana syariah jika struktur utang terhadap modal sangat tergantung pada pembiayaan dari utang, yang pada intinya merupakan pembiayaaan yang mengandung unsur riba, emiten memiliki nisbah utang terhadap modal lebih dari 82% (utang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip usaha yang islami. 5. Mekanisme operasional Reksadana syariah terdiri dari: wakalah, antara manager investasi dan pemodal, serta mudharabah antara manager investasi dengan pengguna investasi. 6. Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) Pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh manager investasi) dan pengguna invests berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah ditentukan bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada si pemodal; (2) Pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan; dan (3) Manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena kelalaian.
24
7. Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam Reksadana syariah adalah: (a) Dari saham dapat berupa: a) Deviden yang merupkan bagi hasil atas keuntungan yang dibagi dari laba baik yang dibayar dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham; b) Right yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dulu yang diberikan oleh emiten; dan c) Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal. (b) Dari obligasi yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten. (c) Dari surat berharga pasar uang yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang diterima oleh issuer. Peraturan Bapepam mengenai pengelolaan reksdana jelas menjamin terhindarnya kondisi gharar dan maysir. Jadi, cara perolehannya sudah jelas halal. Kemudian, portofolio Reksadana syariah hanya boleh berisi efek syariah, sehingga zat-nya juga sudah halal. Kebersamaan pemodal dalam Reksadana dan juga memberi manfaat dalam mencapai diversifikasi portofolio yang optimal dan dapat membawa kemaslahatan bersama.29 29
Iwan P. Pontjiwinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2010), h.194.
25
Sehingga melalui Reksadana syariah diharapkan pemodal mendapat hasil yang optimal dan halal.
2. Jenis-jenis Reksadana Syariah Dalam memilih konsetrasi portofolio Reksadana yang dikelola oleh manager investasi, maka investor dapat memilihnya berdasarkan jenis Reksadana yang ditawarkan. Konsentrasi portofolio Reksadana, antara lain:30 1. Reksadana pasar uang Reksadana yang hanya melakukan investasi pada efek yang jatuh tempo kurang dari satu tahun, disini Reksadana syariah dapat berinvestasi pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah, deposito syariah dan sertifikat deposito syariah, Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank, dan surat berharga ain yang berjangka kurang dari 1 tahun yang sesuai dengan prinsip syariah. 2. Reksadana pendapatan tetap Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivitasnya dalam bentuk efek berbentuk obligasi syariah, yaitu obligasi syariah yang tercatat di Jakarta Islamic Index BEI.
30
h. 194-195.
Andri Soemintra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana,2009),
26
3. Reksadana saham. Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dalam efek bersifat ekuitas (saham) syariah, yaitu saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index BEI. 4. Reksadana Campuran Reksadana yang melakukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas (saham) syariah dan efek yang bersifat obligasi syariah yang prbandingannya tidak termasuk dalam kategori yang disebut di atas. 5. Reksadana Index, Reksadana yang dikelola secara pasif, dengan tujuan utama menghasilkan kinerja yang mengikuti kinerja Indeks tertentu (misalnya, S&D 500, Dow Jones 30, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), atau Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan biaya minimal. Nama-nama saham maupun bobot masing-masing saham investasinya akan mirip dengan indeks. Selain biaya rendah, reksadana ini reltif lebih transparan karena komposisi portofolionya jelas, mirip indeks, dan hanya berubah sedikit, terutama jika ada perubahan komposisi indeks yang diikuti. 6. Reksadana Terproteksi Reksadana yang memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku. Kerena memberikan jaminan proteksi, Reksadana ini cenderung diinvestasikan
27
pada instrument pasar modal dan pasar uang yang lebih aman, misalnya dalam obligasi yang termasuk dalam kategori layak investasi.
3. Bentuk-bentuk Reksa Dana Syariah Berdasarkan ketentuan pasal 18 Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, ada dua bentuk Reksadana, yaitu berbentuk perseroan dan berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). 31 1. Badan Hukum Perseroan (PT)32 Reksadana perseroan (PT) merupakan badan hukum tersendiri yang didirikan untuk melakukan kegiatan Reksadana. Sebagaimana halnya suatu badan hokum PT, maka Reksadana yang berbentuk perseroan memiliki suatu anggaran dasar, pemegang saham, pengurus atau direksi, kekayaan sendiri dan kewajiban. Ciri-ciri Reksadana PT antara lain: 1) Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT) 2) Pengelola kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk. 3) Penyimpanan kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan kustodian.
31
M Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008), h. 62. 32
Soemintra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.183-185.
28
2. Kontrak Investasi Kolektif Resadana KIK pada prinsipnya bukanlah badan hokum tersendiri. Reksadana melakukan kegiatannya berdasarkan kontrak yang dibuat oleh manajer investasi dan bank kustodian. Investor secara kolektif mempercayakan dananya kepada manajer investasi untuk dikelola. Dana yang terhimpun tersebut disimpan dan diadministrasikan pada bank kustodian. Selanjutnya secara bersama-sama dikelola oleh manajer investasi dalam bentuk portofolio adalah milik investor secara bersamasama dan proporsional. Hal ini sangat berbeda dengan pembentukan Reksadana perseroan, dimana pendiri harus terlebih dahulu mendirikan PT kemudian menunjuk manajer investasi dan bank kustodian, Reksadana KIK pembentukannya lebih sederhana. Perusahaan efek atau pihak lain yang telah memperoleh izin investasi mengajukan pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran
umum
Reksadana
KIK
kepada
Bapepam
dengan
menyampaikan dokumen sebagai berikut, kontrak investasi kolektif yang dibuat oleh manajer investasi dengan bank Kustodian secara notarial, prospektus, pendapat konsultan hokum dan laporan keuangan awal. Ciri-ciri Reksadana KIK, antara lain: 1. Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
29
2. Pengelolaan Reksadana dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan kontrak. 3. Penyimpanan kekayaan kolektif dilaksanakan oleh bank kustodian berdasarkan kontrak. 4. Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor yang membeli. 5. Unit penyertaan tidak dicatat di bursa. 6. Investor dapat menjual kembali (redemption) unit penyertaan yang dimilikinya kepada manajer investasi yang mengelola. 7. Hasil penjualan atau pembayaran kembali unit penyertaan akan dibebankan kepada Reksadana. 8. Harga jual atau beli unit penyertaan didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit dihitung oleh Bank Kustodian secara harian.
4. Kelebihan Reksa Dana Syariah Pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur, yaitu return (keuntungan) dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa keuntungan dalam berinvestasi melalui Reksadana, yaitu:33
33
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana), h.12.
30
1. Diversifikasi Investasi Diversifikasi yang berwujud dalam bentuk portofolio akan menurunkan tingkat risiko. Reksadana melakukan diversifikasi dalam berbagai instrument efek, sehingga dapat menyebarkan risiko atau memperkecil risiko. Investor walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam efek sehingga dapat memperkecil risiko. Hal ini berbeda dengan pemodal individual yang misalnya hanya dapat membeli satu atau dua jenis efek saja. 2. Kemudahan Investasi Reksadana mempermudah investor untuk melakukan investasi di pasar modal. Kemudahan investasi tercermin dari kemudahan pelayanan administrasi dalam pembelian maupun penjualan kembali unit penyertaan. Kemudahan juga diperoleh investor dalam melakukan reinvestasi pendapatan yang diperolehnya sehingga unit penyertaannya dapat terus bertambah. 3. Efisiensi biaya dan waktu Reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor, maka biaya investasinya akan lebih murah bila dibandingkan dengan investor melakukan transaksi secara individual di bursa. Pengelolaan yang dilakukan manajer investasi secara professional, tidak perlu bagi investor untuk memantau sendiri kinerja investasinya tersebut.
31
4. Tingkat likuiditas yang baik34 Artinya kemampuan untuk mengelola uang masuk dan keluar dari Reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah Reksadana untuk saham-sahamyang telah dicatatkan dibursa di mana transaksi terjadi setiap hari, tidak seperti deposto berjangka atau sertifikat deposito berjangka periode tertentu. Selain itu, pemodal dapat mencairkan kembali saham atau unit penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang di buat masing-masing
Reksadana
sehingga
memudahkan
investor
untuk
mengelola kasnya. 5. Manajer Profesional Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal, ia mencari peluang investasi yang paling baik untuk Reksadana tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham atau unit Reksadana. Adapun pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh tujuan investasi dari Reksadana tersebut. 6. Pelayanan bagi pemegang saham35 Reksadana biasanya menawarkan daya tarik kepada pemegang sahamnya misalnya dengan menjanjikan untuk melakukan reinvestasi terhadap
34
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h.257. 35
Dahlan Siamat, “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat”, (Jakarta: FEUI 2004), h. 261.
32
deviden dan capital again secara otomatis yang seharusnya diterima oleh nasabah.
5. Risiko Reksa Dana Syariah Di samping keuntungan-keuntungn yang akan mereka dapatkan, terdapat juga beberapa risiko dalam melakukan investasi melalui Reksadana, antara lain:36 1. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik. Sistem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia sangat rentan terhadap
perubahan
ekonomi
internasional.
Perubahan
kondisi
perekonomian dan politik di dalam maupun di luar negeri atau peraturan khususnya di bidang Pasar Uang dan Pasar Modal merupakan factor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja portofolio Reksadana.
36
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h258-259
33
2. Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Nilai Unit Penyertaan Reksadana data berfluktuasi akibat kenaikan atau penurunan Nilai Aktiva Bersih Reksadana. Penurunan dapat disebabkan oleh, antara lain: a. Perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya. b. Biaya-biaya yang dikenakan setiap hari pemodal melakukan pembelian dan penjualan. 3. Risiko Wanprestasi oleh Pihak-pihak Terkait. Risiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha manajer investasi gagal memenuhi kewajibannya. Rean usaha dapat termasuk tetapi tidak terbatas pada emiten, pialang, bank custodian dan agen penjualan. 4. Risiko Likuiditas. Penjualan kembali (pelunasan) tergantung kepada likuiditas dari portofolio atau kemampuan dari manajer investasi untuk membeli kembali (melunasi) dengan menyediakan uang tunai. 5. Risiko Kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi pada saat Pengajuan Klaim Asuransi. Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-surat berharga dan asset Reksadana yang disimpan di bank kustodian, Bank Kustodian dilindungi oleh asuransi yang akan menanggung biaya penggantian suratsurat berharga tersebut. Selama tenggang waktu penggantian tersebut,
34
manajer investasi tidak dapat melakukan transaksi investasi atas suratsurat berharga tersebut, kehilangan kesempatan melakukan transaksi investasi ini dapat berpengaruhi terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) per Unit penyertaan. 6. Risiko Pasar Hal ini terjadi karena nilai sekuritas di pasar efek memang berfluktuatif sesuai dengan kondisi ekonomi secara umum. Terjadinya fluktuasi di pasar efek akan berpengaruh langsung pada nilai bersih portofolio, terutama jika terjadi korelasi atau pergerakan negative. 7. Risiko Inflasi. Terjadinya inflasi akan menyebabkan menurunnya total real return investasi pendapatan yang diterima dari investasi dalam Reksadana bias jadi tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli (loss of purchasing power). 8. Risiko Nilai Tukar Risiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri daam portofolio yang dimiliki. Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas yang termasu Foreign Invesment setelah dilakukan konversi dalam mata uang domestik. 9. Risiko Spesifik.
35
Risiko ini adalah risiko dari setiap sekuritas yang dimiliki. Di samping dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai risiko sendiri-sendiri. Setiap sekuritas dapat menurun nilainya jika kinerja perusahaannya sedang tidak bagus atau juga adanya kemungkinan mengalami default, tidak dapat membayar kewajibannya. 6. Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah Pada
Reksadana
untuk
mengetahui
seberapa
besar
tingkat
pengambilan investasi reksadana tersebut, investor dapat melihat dan mengamati data-data historis yang ditampilkan dari masa lalu hingga saat sekarang. Data historis yang dapat dengan mudah dicermati adalah Net Asset Value (NAV) atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit penyertaan Reksadana.37 Jadi, NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksadana. NAB per saham/unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut.38 Baik tidaknya kinerja investasi portofolio yang dikelola oleh manajer investasi dipengaruhi oleh kebijakan dan strategi investasi yang dijalankan 37
Yuni Elvira dan Fiteriyanto, “NAB Reksadana Berlomba dengan Tingkat Suku Bunga”, Jurnal Pasar Modal, No. 06/VIII/Juni 1997, h.23. 38
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, “Reksadana”, artikel ini diakses pada 6 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana
36
oleh manajer investasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk mengetahui perkembangan nilai investasi suatu Reksadana dapat dilihat dari peningkatan nilai aktiva bersihnya yang sekaligus merupakan nilai investasi yang dimiliki oleh investor. Menghitung Nilai Aktiva Bersih Reksadana per saham atau per unit penyertaan pada dasarnya merupakan tugas bank kustodian. Dalam perhitungan NAB Reksadana telah dimasukkan semua biaya seperti biaya pengelolaan investasi oleh manajer investasi (investment management fee), biaya bank kustodian, biaya akuntan publik dan biaya-biaya lainnya. Pembebanan biaya-biaya tersebut selalu dikurangkan dari Reksadana setiap hari sehinga Nilai Aktiva Bersih yang diumumkan oleh ban custodian merupakan nilai investasi yang dimiliki investor.39 Nilai Aktiva Bersih Reksadana pada suatu periode dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: Total Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu: Total NAB = Nilai Aktiva – Total Kewajiban Nilai Aktiva Bersih per Unit: Total per Unit =
Total Nilai Aktiva Bersih Total Unit Penyertaan Saham yang diterbitkan
39
Dahlan Siamat, “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat”, (Jakarta: FEUI 2004), h. 260.
37
Di mana: Total NAB
= Jumlah Nilai Aktiva Bersih padaperiode tertentu
NAB per Unit = NAB Per saham atau unit penyertaan pada periode tertentu 7. Pihak-pihak yang terkait dalam Reksa Dana Syariah40 1. Bapepam-LK Bapepam-LK berada di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia yang bertugas membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang lembaga keuangan. 2. Pengelola Investasi (Manajer Investasi) Pengelolaan Reksadana dilakukan oleh perusahaan
yang telah
mendapatkan izin dari Bapepam-LK sebagai manajer investasi. Perusahaan pengelola Reksadana dapat berbentuk: 1) Perusahaan efek yang secara umum berbentuk divisi tersendiri atau PT yang khusus menangani Reksadana, selain dua divisiyang lain yakni perantara pedagang efek (broker dealer) dan penjaminan emisi (underwriter). 2) Perusahaan secara khusus yang bergerak sebagai perusahaan Manajemen Investasi (PMI) atau Manajer Investasi (MI). 40
Andri Soemintra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana,2009), h. 182-183.
38
3. Bank Kustodian Bank Kustodian berwenang dan bertanggung jawab dalam menyimpan, menjaga, dan mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan serta pembayaran atau penjualan kembali suatu Reksadana berdasarkan kontrak yang telah dibuat dengan manajer investasi. 4. Notaris Notaris berwenang mengeluarkan akta badan hukumpengelola investasi baik pendirian maupun pembubaran, menyaksikan pengesahan dokumen kontrak investasi pada tahap persiapan dan perikatan lainnya. 5. Konsultan Hukum Konsultan Hukum bertugas meneliti aspek-aspek hokum emiten dan memberikan pendapata segi hokum (legal opinion) tentang keadaan dan keabsahan usaha emiten. 6. Akuntan Publik. Akuntan Publik yang disahkan oleh BPKP, bertugas antara lain melakukan
pemeriksaan
atas
laporan
keuangan
perusahaan
dan
memberikan pendapatnya, memeriksa pembukuan, apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia dan ketentuan Bapepam-LK serta member petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan yang baik (apabila diperlukan). 7. Agen Penjual.
39
Agen penjual adalah pihak yang menjualkan produk-produk yang dikelola oleh manajer investasi kepada nasabah baik perorangan maupunbadan hukum.
B.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan perubahan nama
dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sesuai dengan PBI Nomor 10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah.41 SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam bentuk mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.42 Adapun karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah:43 1) Menggunakan akad Ju‟alah; 2) Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah); 3) Berjangka jangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan; 41
Bank Indonesia, “Catatan atas Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2009” h.13
42
PBI No. 10/11/PBI/2008 Tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). SE BI No. 10/17/DPM Tanggal 31 Maret 2008 tentang Tata Cara Transaksi Repo SBIS dengan Bank Indonesia. SE BI No. 10/40/DPM Tanggal 17 November 2008 Perihal Perubahan Atas SE BI No. 10/16/DPM Tanggal 31 Maret 2008 Perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) melalui Lelang. 43
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h.127.
40
4) Diterbitkan tanpa warkat (scripless); 5) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan 6) Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder. Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) melalui lelang yang melibatkan: 1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan 2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) data direpokan kepada Bank Indonesia. Repo SBIS berdasarkan qard yang diikuti dengan rahn. BUS atau UUS terlebih dulu wajib menandatangani perjanjian pengagunan SBIS dalam Rangka Repo SBIS. Terhadap Repo SBIS dikenakan biaya Repo. Dengan dikeluarkan instrument SBIS ini, maka: 1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang telah diterbitkan sebelum Peraturan Bank Indonesia ini diberlakukan, tetap berlaku dan tunduk pada ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang SWBI sampai SWBI tersebut jatuh tempo.
41
2. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia ini,peraturan Bank Indonesia Nomor 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang SWBI dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.44
C.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Peningkatan atau penurunan harga saham yang direflesikan oleh
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bukan hanya mencerminkan pekembangan perusahaan atau industry suatu negara.45 Perubahan IHSG bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu negara. Artinya maju mundurnya suatu negara bias dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan suatu negara tersebut. Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan dengan naik-turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena nilai portofolio sahamnya secara umum tergantung pada naik turunnya indeks ini. Secara intuitif, sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan indeks. Indeks harga saham sangat dipengaruhi variabelvaiabel makro seperti suku bunga bebas risiko, kurs mata uang,surplus neraca perdagangan, cadangan devisa dan inflasi. 46 44
Ibid,. h. 127
45
Bahtiar Usman, “Pengaruh Suku Bunga Deposito, PDB, dan Volume Perdagangan Saham terhadap IHSG di Indonesia”, Media Riset Bisnis dan Manajemen (april 2007), h.99 46
Budi Frensidy, “Analisis Pengaruh Aksi Beli-Jual Asig, Kurs, dan Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI dengan Model GARCH”, Media Riset Bisnis & Manajemen (vol. 8. No.3, Desember 2008), h. 213.
42
Jika kondisi surplus neraca membaik, modal asing akan lebih banyak masuk atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya akan menyebabkan mata uang rupiah menguat atau kurs USD dalam rupiah menurun. Sebagian modal asing itu akan ditanamkan dalam portofolio saham sehingga memberikan efek positif untuk pasar saham dan indeksnya. Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisanya berupa perubahan harga saham, dari waktu ke waktu.47 IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan pasar efek secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham. Rata-rata IHSG = Jumlah IHSG periode harian selama 1 bulan Jumlah periode waktu selama 1 bulan IHSG dihitung setiap hari sesudah penutupan perdagangan. Angka positif yang menyertai perubahan IHSG mnunjukkan kenaikan dari IHSG sebelumnya. Angka negative menunjukkan IHSG turun dibanding IHSG sebelumnya. Jika Indeks Harga Saham tidak berubah menunjukkan bahwa kondisi stabil. Indeks menggambarkan trend pergerakan pasar dan menjadi
47
Vonny Dwiyanti, Panduan Praktis Bermain Saham (Jakarta: Atma Media Press, 2010), h. 71-72.
43
indicator yang sangat penting bagi pelaku di pasar modal khususnya pasar saham.48
D.
Nilai Tukar Rupiah49 Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau
nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs mata uang Indonesia saat ini biasanya dinyatakan terhadap USD. Sehingga ketika USD menguat terhadap Rupiah maka nilai tukar mata uang rupiah menurun (depreciated) ataupun sebaliknya.50 Perubahan ini besarnya tidak proporsional untuk setiap mata uang asing sebab banyak faktor yang bepengaruh terhadap kuat lemahnya mata uang suatu negara. Turunnya nilai rupiah terhadap USD membuat para investor ragu akan kinerja emiten dapat berkembang dengan baik. Selain itu, sulitnya untuk mengantisipasi gerak fluktuasi rupiah membuat para investor bimbang. Hal tersebut dapat menyebabkan indeks-indeks di bursa efek Jakarta yang terus menerus berfuktuasi tersebut cenderung turun dengan tajam. 48
Ibid,. h.73
49
Sukirno, Sadono, “Pengantar Teori Makro Ekonomi”. Edisi Kedua, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002).h.358. 50
Anonim, “Laporan Tahunan Bank Indonesia” (Bank Indonesia Jawa Timur, Surabaya 1996), h.46.
44
Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata uang terhadap mata uang negara lain. besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan Kurs Mata Uang Asing. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional.51 Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan tersebut. Sistem Nilai Tukar Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) sistem nilai tukar, yaitu: pertama, sistem nilai tukar tetap (Fixed Exchanged Rate), kedua, sistem nilai tukar mengambang (Floating Exchanged Rate), ketiga, sistem nilai tukar mengambang terkendali (Managed Floatig Exchanged Rate).52
51
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) h178. 52
h.109-111.
Mugi Rahardjo, “Ekonomi Moneter”, (Surakarta: UNS Press, 2009).
45
a.
Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchanged Rate) Merupakan nilai tukar (kurs) suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misalkan: nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dollar Amerika adalah Rp. 8.000, per dollar. Pada sistem nilai tukar ini bank sentral akan siap menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan pemerintah, sebab sebetulnya nilai tukar mata uang dengan mata uang lain bergantung atas permintaan dan penawaran mata uang itu sendiri. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi atau revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan. Devaluasi adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah pada suatu negara untuk secara sepihak menurunkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang lainnya; misal nilai tukar rupiah yang semula ditetapkan sebesar Rp. 9.000,. per dollar AS diturunkan menjadi Rp. 10.000,. per dollar AS. Sebaliknya, Revaluasi adalah kebijakan menaikkan nilai tukar negara terhadap mata uang lain.
b.
Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchanged Rate). Merupakan nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan
46
menguat apabila terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan penawaran di atas permintaan yang terjadi di pasar valuta asing. Nilai tukar dikatakan melemah, apabila diperlukan nilai uang yang lebih banyak untuk membeli valuta asing dalam jumlah yang sama, misalnya nilai tukar rupiah melemah dari semula per dollar dapat dibeli dengan Rp. 9.000,. menjadi Rp. 10.000,. per dollar. Bank sentral dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing, yaitu dengan menjual devisa dalam hal terjadi kekurangan pasokan atau membeli devisa apabila terjadi kelebihan penawaran untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar, akan tetapi intervensi dimaksud tidak diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau dalam kisaran tertentu. c.
Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floatig Exchanged Rate). Merupakan sistem yang berada diantara kedua sistem nilai tukar di atas. Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band (batas pita intervensi). Nilai tukar akan ditentukan sesuai mekanisme pasar sepanjang berada di dalam batas kisaran pita
47
intervensi tersebut. Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari kisaran tersebut, bank sentral akan secara otomatis melakukan intervensi di pasar valuta asing, sehingga nilai tukar bergerak kembali ke dalam pita intervensi. Apabila nilai tukar rupiah menembus batas atas atau batas bawah dari pita intervensi secara otomatis bank sentral akan menjual atau membeli devisa yang diperlukan oleh pasar sehingga nilai tukar bergerak kembali ke dalam batas kisaran pita intervensi. Penetapan lebarnya kisaran intervensi tergantung pada besarnya cadangan devisa yang dimiliki bank sentral serta kemungkinan kebutuhan yag terjadi di pasar. Umumnya hal ini akan disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan cadangan devisa dan volume transaksi di pasar valuta asing.
E.
Sekilas Tentang Dana Reksa Syariah Berimbang53 Reksadana “Danareksa Syariah Berimbang” (Danareksa Syariah
Berimbang) adalah Reksadana terbuka berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (“KIK”) berdasarkan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah Berimbang dituangkan dalam Akta No. 31 tanggal 15 November 2000 dan 53
Danareksa Invesment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang 2010,(Jakarta: Danareksa Invesment Management.2010) h.2-8.
48
Addendum Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah Berimbang No. 26 Tanggal 23 Juli 2002 yang dibuat dihadapan Notaris Benny Kristianto, S.H. di Jakarta, antara PT. Danareksa Investment Management sebagai Manajer Investasi dan ABN Amro Bank sebagai Bank Kustodian yang kemudian digantikan oleh Citibank, N.A., Cabang Indonesia sebagai Bank Kustodian. Danareksa
Syariah
Berimbang
bertujuan
untuk
mendapatkan
pertumbuhan nilai investasi dalam jangka panjang dan memperoleh pendapatan yang berkelanjutan kepada pemodal yang hendak mengikuti Syariah Islam. Kekayaan Danareksa Syariah Berimbang akan diinvestasikan minimum 25% hingga maksimum 75% dalam Efek Ekuitas dan minimum 25% hingga maksimum 75% dalam Efek Hutang dan Instrumen Pasar Uang dengan mengikuti syariah Islam. PT. Danareksa Investment Management selaku Manager Investasi melakukan Penawaran Umum atas unit Penyertaan danareksa syariah berimbang secara terus menerus sampai dengan 1.000.000.000 (satu milyar) Unit Penyertaan. Setiap unit penyertaan danareksa syariah berimbang ditawarkan dengan harga sama dengan NAB awal yaitu Rp 1.000,- (seribu rupiah) per Unit Penyertaan pada hari pertama penawaran. Selanjutnya harga pembelian setiap Unit Penyertaan danareksa syariah berimbang ditetapkan berdasarkan NAB danareksa syariah berimbang pada hari bursa yang bersangkutan. Jumlah Unit Penyertaan minimum yang dapat dibeli oleh setiap
49
pihak pada pembelian pertama adalah sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah), dan pada setiap pembelian berikutnya adalah sebesar Rp 500.000,(lima ratus ribu rupiah). Karakteristik Syariah Berimbang54 a. Batasan Investasi; Danareksa Syariah Berimbang tidak akan membeli saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang jenis dan ruang lingkup kegiatan usahanya tidak sesuai dengan prinsip Syariah Islam. b. Keberadaan Dewan Pengawas Syariah; bertugas memberikan arahan kegiatan Manajer Investasi agar senantiasa sesuai dengan Syariah Islam. c. Tata Cara Investasi; Investasi dalam Danareksa Syariah Berimbang dilakukan dengan menghindari gharar (resiko yang tidak wajar) dan maysir (bersifat judi). d. Penyisihan Pendapatan; Pendapatan yang tidak sesuai dengan Syariah Islam harus disisihkan dan akan dikeluarkan dari hasil investasi syariah berimbang dalam bentuk shadaqah. Penyaluran shadaqah ini akan diaudit dalam laporan keuangan. e. Penyaluran Zakat Maal; Manajer Investasi menawarkan jasa untuk memotong dan menyalurkan Zakat Maal para Pemegang Unit Penyertaan.
54
Ibid., h.8-9
50
BAB III METODE PENELITIAN A.
Ruang Lingkup Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, data yang didapat, diolah, dan dikembangkan dengan berbagai macam cara dapat digunakan, misalnya tahun penelitian, teknik analisis, dan lain sebagainya. Akan tetapi mengingat keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan penulis, maka penelitian ini hanya terbatas pada 1 (satu) jenis Reksadana syariah saja, yaitu Danareksa Syariah Berimbang yang merupakan jenis Reksadana campuran yang diterbitkan oleh PT. Danareksa Invesment Management. Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh 3 (tiga) variabel Independent yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang pada periode 31 Januari 2008 sampai dengan 31 Oktober 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana penulis melihat keterkaitan hubungan dan mengkontekstualisasikan keterangan dari data lapangan.. Penulis juga langsung melakukan penelitian di dua lokasi, yaitu pada Pusat Layanan Informasi pada Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di BEJ dan Perpustakaan Bank Indonesia (BI). Penelitian ini juga bersifat kuantitatif
51
artinya berkaitan dengan angka-angka dan dapat diukur yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.
B.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, obyek penelitian adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang yang merupakan sebuah produk reksadana campuran yang dikeluarkan oleh PT. Danareksa Invesment Management dan obyek penelitian lain seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah pada periode 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang periode 31 Januari 2008 hingga pada 31 Oktober 2010.
C.
Sumber Data Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu dikumpulkan lagi. Data sekunder ini dalam bentuk Laporan Bulanan antara lain Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang, Sertifikat
52
Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah yang penulis peroleh dari publikasi Bursa Efek Jakarta serta Laporan bulanan Bank Indonesia dan data lainnya melalui internet (internet research) seperti www.bi.go.id, www.idx.co.id dan lain-lain. Selain itu, Penelitian ini dilakukan juga dengan cara library research atau mempelajari dan memahami data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literature, serta mencatat teori-teori yang didapat dari buku-buku, majalah, jurnal, artkel, atau karya ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Data-data sekunder yang dipergunakan oleh penulis dalam rangka menjawab penelitian pada bab IV adalah sebagai berikut: 1. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) setiap bulannya selama periode 31 Januari 2008 sampai dengan 31 Oktober 2010. 2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Nilai Tukar Rupiah pada Laporan Bulanan Bank Indonesia selama periode 31 Januari 2008 sampai dengan 31 Oktober 2010.
53
D.
Operasional Variabel Penelitian 1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Adapun data SBIS selama periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 sebagai berikut: Tabel 3.1 Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) BULAN
2008 3189
2009
2010
3488
3373
3717
3192
2972
2135
2135
2425
2829
2361
3027
2110
2539
1656
2042
1819
2734
1175
1253
2576
438
2321
1882
413
2635
2310
453
2835
2783
1063
2142
2545
3076
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
54
SBIS merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi investor dalam berinvestasi. Apabila SBIS naik maka investor akan beralih pada kegiatan investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas risiko, sehingga indeks pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SBIS turun maka masyarakat akan beralih ke jenis investasi lain yang lebih menguntungkan di pasar modal seperti reksadana syariah. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa SBIS Mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2008 dimana nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan bulan Februari yaitu dengan nilai 3717, sedangkan nilai SBIS terendah terjadi di bulan September yaitu dengan nilai 413. Selanjutnya untuk tahun 2009 dimana nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan nilai 3488, sedangkan nilai SBIS terendah terjadi di bulan Juli dengan nilai 1253. Selanjutnya untuk tahun 2010 dimana nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan nilai 3373, sedangkan nilai SBIS terendah terjadi di bulan Mei yaitu dengan nilai 1656. Jadi selama periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 menunjukkan nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan Februari 2008 dengan nilai 3717 dan nilai SBIS terendah terjadi pada bulan September 2008 yaitu dengan nilai 413.
55
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks Harga Saham menjadi barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi. Jika Indeks Harga Saham naik terus, dapatlah dikatakan bahwa keadaan pasar modal sedang baik. Para investor sering menggunakan IHSG sebagai patokan dalam berinvestasi karena dengan IHSG, investor dapat menentukan saat investasi sudah tiba. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi. Adapun data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 31 Januari 2008 – 31 Februari 2010 : Tabel 3.2 Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) BULAN
2008
2009
2010
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
2627.251 2721.944 2447.299 2304.516 2444.349 2349.105 2304.508 2165.943 1832.507 1256.704 1241.541 1355.408
1332.667 1285.476 1434.074 1722.766 1916.831 2026.780 2323.236 2341.537 2467.591 2367.701 2415.837 2534.356
2610.796 2554.674 2777.301 2971.252 2796.957 2913.684 3069.280 3081.884 3501.296 3635.324
56
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa data IHSG mengalami penurunan dan kenaikan, yakni untuk tahun 2008 dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu dengan nilai 2721.944, sedangkan nilai IHSG terendah terjadi di bulan November yaitu dengan nilai 1241.541. Selanjutnya untuk tahun 2009 dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 2534.356, sedangkan nilai IHSG terendah terjadi pada bulan Februari yaitu dengan nilai 1285.476. Selanjutnya untuk tahun 2010 dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu dengan nilai 3635.324, sedangkan nilai IHSG terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 2554.674. Jadi Selama periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 menunjukkan nilai IHSG tertinggi terjadi di bulan Oktober 2010 yaitu dengan nilai 3635.324 dan nilai IHSG terendh terjadi pada bulan November 2008 yaitu dengan nilai 1241.541.
3. Nilai Tukar Rupiah. Nilai Tukar dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Risiko nilai kurs merupakan risiko yang timbul akibat perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadap risiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar
57
yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Adapun data nilai tukar rupiah terhadap 1 USDollar menurut Bank Indonesia (kurs BI) pada setiap akhir bulan selama periode Januari 2008 hingga Oktober 2010 adalah: Tabel 3.3 Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD BULAN
2008 9291
2009 11355
9365
9051
11980
9335
9217
11575
9115
9234
10713
9012
9318
10340
9180
9225
10225
9083
9118
9920
8952
9153
10060
9041
9378
9681
8924
10995
9545
8928
12151
9480
10950
9400
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
2010
58
Pada Tabel 3.3 Menunjukkan adanya fluktuatif nilai tukar rupiah terhadap dollar, yakni untuk tahun 2008 dimana nilai tukar rupiah sangat melemah terhadap dollar terjadi pada bulan November 2008 yaitu dengan nilai Rp. 12.151, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar terjadi di bulan Februari 2008 yaitu dengan nilai Rp. 9.051. Selanjutnya untuk tahun 2009 dimana nilai tukar rupiah sangat melemah terhadap dollar terjadi pada bulan Februari 2009 yaitu dengan nilai Rp. 11.980, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar terjadi di bulan Desember 2009 yaitu dengan nilai Rp. 9.400. Selanjutnya untuk tahun 2010 dimana nilai tukar rupiah sangat melemah terhadap dollar terjadi pada bulan Januari 2010 yaitu dengan nilai Rp. 9.365, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar terjadi di bulan Juli 2010 yaitu dengan nilai Rp. 8.952. Jadi Selama periode 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010 menunjukkan nilai tukar rupiah paling lemah terhadap dollar terjadi pada bulan November 2008 yaitu dengan nilai Rp. 12.151 dan nilai tukar rupiah yang paling kuat terjadi pada bulan Juli 2010 sebesar Rp. 8.952. 4 . Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang NAB merupakan salah satu tolak ukur untuk memantau hasil dari Reksadana syariah. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung pada
perubahan
nilai
efek
dari
portofolio.
Meningkatnya
NAB
mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham atau Unit
59
Penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi pemegang saham atau unit penyertaan. Adapun data NAB Perunit Danareksa Syariah periode 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Data NAB/unit bulanan Danareksa Syariah Berimbang 31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 NAB/Unit BULANAN DANAREKSA SYARIAH BERIMBANG BULAN 2008 2009 2010 JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
3359.98 3493.89 3225.54 3097.65 3188.87 3133.53 2906.19 2757.45 2449.59 1822.45 1911.07 1960.21
1930.98 1998.82 2095.75 2361.28 2,752,23 2905.76 3269.4 3436.95 3541.87 3486.96 3527.12 3742.71
3757.27 3777.74 3946.89 4195.3 3654.46 4009.63 3269.4 4157.24 4436.35 4626.12
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa data NAB mengalami penurunan dan kenaikan, yakni untuk tahun 2008 dimana nilai NAB tertinggi terjadi bulan Februari yaitu dengan nilai 3493.89 sedangkan nilai NAB terendah terjadi di bulan Oktober dengan nilai 1822.45. Selanjutnya untuk tahun 2009 di mana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 3742.71,
60
sedangkan Nilai NAB terendah terjadi di bulan Januari dengan nilai NAB 1930.98. Selanjutnya pada tahun 2010 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu dengan nilai 4626.12, sedangkan nilai NAB terendah terjadi pada bulan Juli yaitu dengan nilai 3269.4. Jadi selama periode 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010 menunjukkan nilai NAB tertinggi terjadi di bulan Oktober 2010 yaitu dengan nilai NAB 4626.12 dan nilai NAB terendah terjadi pada bulan Oktober 2008 yaitu dengan nilai NAB 1822.45
E. Teknik Penulisan Skripsi Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.
F. Teknik Analisa Data Langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Mendata Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang selama periode 31 Januari 2008 sampai dengan 31 Oktober 2010. 2. Mendata Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD periode 31 Januari sampai dengan 31 Oktober 2010.
61
3. Melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui signifikan pengaruh SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang sebagai reksadana Campuran. Selanjutnya data-data tersebut akan diolah dengan menggunakan software SPSS Release 16.0 for windows. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistic melalui pendekatan Regresi Linear Berganda dan uji asumsi klasik, uji F, uji t, dan koefisien determinasi dan selanjutnya akan dianalisis hasil regresi tersebut. a. Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Digunakan untuk menguji apakah data tersebut normal atau tidak. Data penelitian harus berdistribusi normal, salah satu cara untuk mendeteksi asumsi normalitas adalah dengan melihat normal P. Plot. Jika titik-titik mendekati garis diagonal, maka dapat dikatakan data penelitian tersebut berdistribusi normal. Sebaiknya, jika titik-titiknya menjauhi garis diagonal maka data tersebut tidak berdistribusi normal. 2. Uji Heteroskedastisitas Ketidaksamaan Heteroskedasitas
varians
adalah
dalam
fungsi
Homoskedastisitas
regresi. yang
Lawan
merupakan
kesamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data yang tidak ada masalah Heteroskedastisitas (harus Homoskedastisitas).
62
Salah satu cara untuk mendeteksi Heteroskedastisitas adalah dengan melihat Scatter Plot. Jika titik-titiknya menyebar di daerah + dan serta tidak membentuk pola, maka data tersebut tidak ada masalah Heteroskedastisitas. Jika titik-titiknya menyebar di daerah + dan serta membentuk pola, maka dapat dikatakan data tersebut ada masalah Heteroskedastisitas. 3. Uji Multikolinearitas Terjadi jika variabel bebasnya saling berkorelasi satu sama lain. Data yang baik tidak boleh ada masalah Multikolinearitas. Salah satu cara untuk mendeteksi Multikolinearitas adalah dengan melihat nilai VIF dan tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan tollerance > 0,1 maka dapat dikatakan tidak ada masalah Multikolinearitas Jika nilai VIF > 10 dan tolerance < 0,1 maka dapat dikatakan ada masalah Multikolinearitas. 4. Uji AutoKorelasi Terjadi jika kesalahan pengganggu saling berkorelasi satu sama lain. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin-Watsson.
Jika nilai Durbin
Watson pada print out berada di antara -2 dan 2, berarti, tidak ada
63
masalah autokorelasi. Data yang baik adalah yang tidak ada masalah autokorelasi.
-2 Ada Autokorelasi
0 Tidak ada Autokorelasi
+2 Ada Autokorelasi
b. Uji Statistik t (t - test) Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.55 Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model persamaan regresi, kriteria keputusannya adalah sebagai berikut: Apabila t hitung > t tabel atau t statistik < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabiila t hitung < t tabel atau t statistic > 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
55
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, (Semarang: Balai Penerbit Unversitas Diponogoro, 2005),h.85.
64
c. Uji F Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang digunakan dalam model regresi secara bersama-sama yang mampu menjelaskan variabel terikatnya. Kriteria keputusannya sebagai berikut: Apabila F hitung > F tabel atau F statistic < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila F hitung < F tabel atau F statistic > 0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara varibel bebas terhadap variabel terikat. d. Koefisien Determinasi (R²) Bertujuan
untuk
mengetahui
kekuatan
variabel
bebas
(independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent variable). Dengan kata lain, koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Adapun rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut: KD= r2 X 100% Keterangan: KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
65
e. Regresi Linear Berganda (multiple linear regresion) Yaitu apabila dalam persamaan garis regresi tercakup lebih dari dua variabel (termasuk variabel tidak bebas Y). dalam regresi linear berganda, variabel tidak bebas Y tergantung bisa dua atau lebih dari itu.56 Ada cara untuk menuliskan persamaan regresi linear berganda yang mencakup dua atau lebih variabel, yaitu sebagai berikut: Yi = A + B1 X1i + B2 X2i + … +Bk Xki + €i
f. Hipotesa Hipotesa merupakan pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang dibuat dalam suatu percobaan penelitian, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternative. Hipotesis nol adalah hipotesis yang akan diterima kecuali bahwa data yang dikumpulkan salah. Hipotesis alternative akan diterima hanya data yang dikumpulkan mendukung.57 Dalam hal ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan hipotesa sebagai berikut:
56
57
J. Supranto, Ekonometrik Buku Satu, (Jakarta: Ghalia Indonesia),h.148.
Ety Rochaety, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007).h.104.
66
H01= tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari SBIS terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. Ha1= terdapat pengaruh yang signifikan dari SBIS terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. H02= tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. Ha2= terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. H03= tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. Ha3= terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. H04= tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. Ha4= terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang.
67
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA
A. Uji Asumsi Klasik 1. Asumsi Normalitas Digunakan untuk menguji data penelitian normal atau tidak. Data penelitian harus berdistribusi normal, salah satu cara untuk mendeteksi asumsi normalitas adalah dengan melihat Normal Probability Plot.. Dan setelah melakukan pengolahan data menggunakan SPSS Release 16.0 for windows dengan menggunakan analisis grafik, maka diperoleh hasil seperti pada gambar berikut. Gambar 4.1 Uji Normalitas Analisis Grafik
Sumber : Output SPSS
68
Pada prinsipnya Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika titik-titik mendekati garis diagonal, maka dapat dikatakan data penelitian tersebut berdistribusi normal. Sebaiknya, jika titik-titiknya menjauhi garis diagonal maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Dari Gambar 4.1 dapat terihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
Asumsi
Normalitas
karena
berdistribusi normal. 2. Uji Heteroskedastisitas Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output SPSS
model
penelitian
ini
69
Dari grafik scatterplot tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruhnya terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang berdasarkan masukan variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah/USD.
3.
Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang tidak ada multikolonearitas adalah yang mempunyai nilai besaran korelasi antar variabel bebas kurang dari 95% VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari angka 10 dan mempunyai nilai TOLERANCE lebih dari 0,1 atau 10% Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen, seperti terlihat pada tabel berikut:
70
Tabel 4.1 Uji Multikolinieraitas Coefficients
a
Standardize
Model 1
Unstandardized
d
95% Confidence
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Interval for B
Statistics
B (Constant)
T
Bound
Bound
e
.957 -2237.245
VIF
.065
.049
.072
1.319
.197
-.035
.164
.832
1.202
1.184
.137
.963
8.653
.000
.905
1.464
.201
4.978
.022
.089
.027
.251
.804
-.159
.204
.215
4.643
Nilai Tukar Rupiah
.054
Sig.
Toleranc
1125.329
Indonesia Syariah
Saham Gabungan
Beta
Upper
60.984
Sertifikat Bank
Indeks Harga
Std. Error
Lower
2359.213
a. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang
Sumber : Output SPSS Pada tabel di atas memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1. Untuk variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki tolerance sebesar 0.832, kemudian nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0.201, dan nilai Nilai Tukar Rupiah sebesar 0.215. Sedangkan hasil dari perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama yaitu terdapat nilai VIF kurang dari 10 untuk variabel independen. Nilai VIF Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sebesar 1.202, nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebesar 4.978, dan Nilai Tukar Rupiah sebesar 4.643. Dengan demikian
71
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena nilai besaran korelasi antar variabel bebas kurang dari 95% VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari angka 10 dan mempunyai nilai TOLERANCE lebih dari 0,1 atau 10% antar variabel independen dalam model regresi penelitian ini.
4.
Uji Autokorelasi Terjadi jika kesalahan pengganggu saling berkorelasi satu sama lain. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin-Watsson. Jika nilai Durbin Watson pada print out berada di antara -2 dan 2, berarti, tidak ada masalah autokorelasi. Hasil pengujian Autokorelasi data dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 4.2 b
Model Summary
Model 1
R .962
R Square a
.925
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .918
Durbin-Watson
220.37060
1.366
a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga Saham Gabungan b. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang
Sumber : Output SPSS
72
Tabel hasil uji autokorelasi diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson pada tabel summary adalah 1.366 dan nilai ini berada diantara -2 dan +2 atau -2≤1,366≤2 berarti model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak tedapat masalah autokorelasi karena nilai Durbin Watson pada print out berada di antara -2 dan 2. B. Pengujian Secara Statistik a. Pengaruh variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang (Uji t) Tabel 4.3 Coefficients
a
t tabel
Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1 (Constant) Sertifikat Bank Indonesia Syariah Indeks Harga Saham Gabungan Nilai Tukar Rupiah
B
Std. Error
Beta
Sumber : Output SPSS
Sig.
60.984
1125.329
.065
.049
.072
1.319
1,6972
.197
1.184
.137
.963
8.653
1,6972
.000
.022
.089
.027
.251
1,6972
.804
a. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang
T .054
.957
73
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah secara sendiri – sendiri atau parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang secara parsial, digunakan Uji t. Hasil pengujian Uji t data dapat dilihat pada table 4.3.
(1) Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat terihat bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan Ha, t
hitung
berada di dalam daerah
penerimaan H0, hal ini dikarenakan t hitung = 1,319 < (lebih kecil dari) t
tabel
= 1,6972, sehingga H01 diterima Ha1 ditolak atau dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Sedangkan nilai sebesar 0,197 pada kolom Sig/significance mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) untuk memprediksi Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang di atas 0,05.
74
(2) Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat terihat bahwa variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan Ha, t
hitung
berada di dalam daerah
penolakan H0, hal ini dikarenakan t hitung = 8,653 > (lebih besar dari) t
tabel
= 1,6972, sehingga H02 ditolak Ha2 diterima atau dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Sedangkan nilai sebesar 0,000 pada kolom Sig/significance mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk memprediksi Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang di bawah 0,05.
(3) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat terihat bahwa variabel Nilai Tukar Rupiah berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penerimaan H0, hal ini dikarenakan t hitung = 0,251 < (lebih kecil dari) t tabel = 1,6972, sehingga H03 diterima Ha3 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa tidak
75
terdapat pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Sedangkan nilai sebesar 0,804 pada kolom Sig/significance mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel Nilai Tukar Rupiah untuk memprediksi Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang di atas 0,05.
b. Pengaruh variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan semua variabel bebas yang digunakan dalam model persamaan regresi berganda yang digunakan mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil pengujian Significance Simultan atau F (ANOVA) data dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 4.4 ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Df
Mean Square
1.806E7
3
6021410.355
1456896.093
30
48563.203
1.952E7
33
F 123.991
F tabel 2.92
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga Saham Gabungan; b. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang
Sumber : Output SPSS
76
Dengan membandingkan besarnya angka uji F penelitian dengan F tabel, dimana F penelitian 123,991 > F tabel 2,92. Sedangkan berdasarkan secara simultan (Uji F) diperoleh Fsign sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 atau 0,000 < 0,05. Sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa secara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang.
c. Pengujian Koefisien Determinasi (R-Square) Untuk menentukan besarnya pengaruh SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang, maka digunakan RSquare atau Koefisien Determinasi yang dapat dilihat dari tabel ini: Tabel 4.5 b
Model Summary
Model 1
R
R Square .962
a
.925
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .918
220.37060
Durbin-Watson 1.366
a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga Saham Gabungan b. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang
Sumber : Output SPSS
77
Berdasarkan tabel 4.5 di atas besarnya angka R Square (r²) adalah 0,925.
Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang dengan cara menghitung Koefisien Determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r² X 100% KD = 0,925 X 100% KD = 92,5% Hal ini menjelaskan bahwa variabel Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang dipengaruhi oleh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah sebesar 92,5%. Sedangkan sisanya 7,5% lainnya dipengaruhi faktor lain di luar variabel SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah.
d. Pengujian Koefisien Regresi Berdasarkan hasil output SPSS di atas, maka dapat diperoleh sebuah persamaan, yaitu dengan persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Persamaan dari hubungan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
78
dan Nilai Tukar Rupiah dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang adalah sebagai berikut: Y = 60,984 + 0,065 X1 + 1,184 X2 + 0,022 X3
Dari Persamaan di atas maka dapat dijelaskan bahwa: 1. Konstanta sebesar 60,984 yang menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap nol, maka rata-rata NAB per unit Danareksa Syariah Berimbang adalah sebesar 60,984. 2. Koefisien Regresi 0,065 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 point X1 (Sertifkat Bank Indonesia Syariah/SBIS) akan menaikkan NAB Danareksa Syariah Berimbang sebesar 0,065 point. 3. Koefisien Regresi 1,184 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 point X2 (Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG) akan menaikkan NAB Danareksa Syariah Berimbang sebesar 1,184 point. 4. Koefisien Regresi 0,022 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 point X3 (Nilai Tukar Rupiah) akan menaikkan NAB Danareksa Syariah Berimbang sebesar 0,022 point. 5. Variabel IHSG adalah variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan
bagi
pertumbuhan
NAB
Danareksa
Syariah
Berimbang. Artinya variabel ini memiliki pengaruh yang
79
signifikan terhadap baik atau buruknya pertumbuhan NAB Danareksa Syariah Berimbang. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa secara agregatif naik atau turunnya IHSG akan menaikkan
atau
menurunkan
NAB
Danareksa
Syariah
Berimbang.
C. Intervensi Koefisien Variabel Independent Berdasarkan analisis yang penulis lakukan menunjukkan bahwa nilai Fpenelitian lebih besar dari F tabel (123,991 > 2,92) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 atau 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama Sertifikat Bank Indonesia Syariah atau SBIS ( X1), Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (X2) dan Nilai Tukar Rupiah/USD (X3) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang (Y) di Bursa Efek Indonesia pada periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010. Keadaan ini menunjukkan bahwa penggabungan variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah/USD relevan digunakan untuk memprediksi NAB Danareksa Syariah Berimbang di masa yang akan datang. Dengan melihat hasil uji F dimana variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, hal ini bisa terlihat dari
80
data-data history masing-masing variabel independen yaitu variabel SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah sejak periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010. Untuk variabel SBIS pada tabel 3.1 selama periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 menunjukkan nilai SBIS tertinggi terjadi pada bulan Februari 2008 dengan nilai 3717 dan nilai SBIS terendah terjadi pada bulan September 2008 yaitu dengan nilai 413. Selanjutnya untuk variabel IHSG pada tabel 3.2 Selama periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 menunjukkan nilai IHSG tertinggi terjadi di bulan Oktober 2010 yaitu dengan nilai 3635.324 dan nilai IHSG terendah terjadi pada bulan November 2008 yaitu dengan nilai 1241.541. Sedangkan untuk variabel Nilai Tukar Rupiah pada tabel 3.3 Selama periode 31 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010 menunjukkan nilai tukar rupiah paling lemah terhadap dollar terjadi pada bulan November 2008 yaitu dengan nilai Rp. 12.151 dan nilai tukar rupiah yang paling kuat terjadi pada bulan Juli 2010 sebesar Rp. 8.952. Data-data tersebutlah yang akan melengkapi masing-masing variabel independen ketika adanya kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya. Setelah diuji secara parsial, variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang karena nilai t hitung < t tabel = 1,319 < 1,6972, Nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,197 sehingga H01 diterima Ha1 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa Hal ini
81
berarti bahwa variasi variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui hasilnya bahwa variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, hal ini dikarenakan t hitung = 8,653 > (lebih besar dari) t tabel = 1,6972, sehingga H02 ditolak Ha2 diterima dan nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 pada kolom Sig/significance, sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Sedangkan variabel Nilai Tukar Rupiah berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penerimaan H0, hal ini dikarenakan t hitung = 0,251 < (lebih kecil dari) t tabel = 1,6972, sehingga H03 diterima Ha3 ditolak dan signifikansinya juga menunjukkan lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,804 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang.
82
Nilai koefisien determinasi (R Square/r²) sebesar 92,5%. menunjukkan bahwa kontribusi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X1), Indeks Harga Saham Gabungan (X2) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (X3) dalam menjelaskan variansi NAB Danareksa Syariah Berimbang sebesar 92,5% dan sisanya sebesar 7,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti seperti Inflasi, Gross Domestic Product (GDP), Return Saham, Suku Bunga Bank Indonesia (SBI), Jakarta Islamic Indeks (JII), dan variabel lainnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat dianalisa, bahwa variabel IHSG merupakan patokan bagi para investor untuk berinvestasi, dengan IHSG para investor dapat menentukan waktu yang tepat untuk menanamkan modalnya dan saat investasinya dihentikan. Jika IHSG naik terus, dapatlah dikatakan bahwa keadaan pasar modal sedang baik, bursa efek sedang maju, dan situasi pasar yang seperti ini pastilah menunjukkan kondisi perekonomian, sosial, politik yang sedang sehat, Sehingga return untuk investor yang dihasilkan dalam kondisi yang meningkat dan begitupun sebaliknya. Pada variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS bagi bank syariah difungsikan sebagai alat instrument investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) pada bank konvensional. Jika SBIS naik maka investor akan beralih
83
pada kegiatan investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas risiko, sehingga indeks pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SBIS turun maka masyarakat akan beralih ke jenis investasi lain yang lebih menguntungkan di pasar modal. Sedangkan variabel Nilai Tukar Rupiah merupakan variabel makro yang dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara yang membaik yang ditandai dengan meningkatnya Nilai Tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing, sehingga daya beli masyarakat akan meningkat dan kemampuan masyarakat juga dalam berinvestasipun akan meningkat pula, hal ini akan berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal seperti adanya kenaikan NAB Danareksa Syariah Berimbang. Dari ketiga variabel yaitu variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD. Setelah dilakukan penelitian terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang menunjukkan bahwa variabel IHSG menjadi variabel yang paling dominan dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah, hal ini dikarenakan banyaknya para pemodal yang portofolio investasinya juga menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi dengan ditunjukkan oleh meningkatnya IHSG, sedangkan variabel SBIS dan Nilai Tukar Rupiah tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan NAB Danareksa Syariah Berimbang.
84
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan analisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang periode 31 Januari 2008 sampai dengan 31 Oktober 2010 dengan menggunakan regresi berganda dan pengujian statistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah/USD terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang Periode 31 Januari – 31 Oktober 2010. Hal ini ditunjukkan dari besarnya F hitung lebih besar dari F tabel (123,991 > 2,92) dan nilai signifikan sebesar 0,000. 2. Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai t hitung < t tabel (1,319 < 1,6972) dan nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,197. 3. Secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara Indeks Harga Saham Gaabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)
85
Danareksa Syariah Berimbang periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010, nilai t hitung > t tabel ( 8,653 > 1,6972) dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. 4. Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/USD terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010. Karena nilai t hitung < t tabel (0,251 < 1,6972) dan nilai signifikansinya juga lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,804 5. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 92,5%. menunjukkan bahwa kontribusi SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah/USD dalam menjelaskan variansi NAB Danareksa Syariah Berimbang sebesar 92,5% dan sisanya sebesar 7,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang penulis tidak diteliti. 6. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang adalah IHSG. Artinya variabel ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap baik buruknya perkembangan NAB Danareksa Syariah Berimbang Periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010.
86
B.
Saran
Berkaitan dengan penelitian ini, Agar dapat diperoleh gambaran yang lebih baik dan komprehensif, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Bagi Investor dapat menggunakan variabel IHSG sebagai parameter dalam berinvestasi dengan memperhatikan informasi kondisi perekonomian yang dapat dilihat dari variabel tersebut, karena dalam penelitian ini variabel IHSG mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang.
2.
Bagi
Manager
Investasi,
sebaiknya
mempertimbangkan
variabel dalam penelitian ini dalam pengambilan keputusan penempatan dana dari masyarakat pemodal supaya bisa mempertahankan atau meningkatkan hasil dari Danareksa Syariah Berimbang. 3.
Bagi Akademisi perlu diadakan penelitian selanjutnya, yakni menyempurnakan penelitian ini dengan membandingkan NAB dari semua manager investasi syariah yang ada di Indonesia, menggunakan rentang waktu yang lebih lama agar diperoleh hasil yang lebih akurat, selain itu hendaknya menambah variabel-variabel baru dan pengembangan teori sehingga penelitian selanjutnya lebih baik dan komprehenshif.
87
DAFTAR PUSTAKA Anonim, “Laporan Tahunan Bank Indonesia”. Bank Indonesia Jawa Timur, Surabaya 1996. Bank Indonesia. “Catatan atas Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2009” Bank Indonesia. “Peraturan Moneter tentang SBIS”, artikel ini diakses pada 7 Desember 2010 dari http://www.bi.go.id// Bahtiar Usman, “Pengaruh Suku Bunga Deposito, PDB, dan Volume Perdagangan Saham terhadap IHSG di Indonesia”, Media Riset Bisnis dan Manajemen april 2007. Bapepam-LK, “Laporan Statistik NAB Reksadana Tahun 2010”, ini diakses pada 6 Desember 2010 dari http:// www.idx.co.id// Budi Frensidy, “Analisis Pengaruh Aksi Beli-Jual Asig, Kurs, dan Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI dengan Model GARCH”, Media Riset Bisnis & Manajemen. vol. 8. No.3, Desember 2008. Danareksa Invesment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang 2010. Jakarta: Danareksa Invesment Management.2010. Dwiyanti, Vonny. Panduan Praktis Bermain Saham. Jakarta: Atma Media Press.2010. Eko, Rosiana Agustina. “Saatnya Beralih ke Reksa Dana Syariah”. Majalah Investor edisi September 2010.
88
Elvira, Yuni dan Fiteriyanto. “NAB Reksadana Berlomba dengan Tingkat Suku Bunga”. Jurnal Pasar Modal, No. 06/VIII/Juni 1997. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Edisi Kedua, Jakarta: PT Intermasa,. 2003. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang: Balai Penerbit Unversitas Diponogoro, 2005. Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana. 2010. Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana. 2008. Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi), Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2008. Nur, Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Managemen. Yogyakarta: BPFE. 2OO2. Nurul Qomariyah, “NAB Reksa Dana Syariah Juga Tergerus Krisis Hingga 17,72%”, artikel ini di akses pada 28 Februari 2011 dari http://www.detikfinance.com// Pontjiwinoto, P
Iwan..
Publika. 2010.
Kaya dan Bahagia Cara Syariah. Jakarta: PT. Mizan
89
Putu. I Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta: Yayasan SAD Satria Bhakti.2000. Rahardjo, Mugi, “Ekonomi Moneter”, Surakarta: UNS Press, 2009. Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:Penerbit Mitra Wacana Media, 2009. Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat”, Jakarta: FEUI 2004. Silitonga, Desmon. “Memilih Investasi Reksadana Tahun 2010”. Jakarta: PT. Millenium Danatama Indonesia, 2009. Situmorang, M Paulus.
Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2008. Soemintra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana. 2009 Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Supranto. J. Ekonometrik Buku Satu, Jakarta: Ghalia Indonesia “Studi Tentang Profil dan Perilaku Investor Indonesia 2010”, Mars Research Spesiallist, edisi Februari 2010.
90
Timisela, S Audry, “Pengaruh Indeks Syariah terhadap pertumbuhan NAB Reksadana Syariah: Study pada Danareksa Syariah Berimbang tahun 20032007,” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010. Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. “Reksadana”. artikel ini diakses pada 6 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana
91
LAMPIRAN
92
Tabel 1 Data NAB/unit bulanan Danareksa Syariah Berimbang 31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 NAB/Unit BULANAN DANAREKSA SYARIAH BERIMBANG BULAN 2008 2009 2010 JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
3359.98 3493.89 3225.54 3097.65 3188.87 3133.53 2906.19 2757.45 2449.59 1.822,45 1911.07 1960.21
1930.98 1998.82 2095.75 2361.28 2,752,23 2905.76 3269.4 3436.95 3541.87 3486.96 3527.12 3742.71
3757.27 3777.74 3946.89 4195.3 3654.46 4009.63 3269.4 4157.24 4436.35 4626.12
93
Tabel 2 Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) BULAN
2008 3189
2009
2010
3488
3373
3717
3192
2972
2135
2135
2425
2829
2361
3027
2110
2539
1656
2042
1819
2734
1175
1253
2576
438
2321
1882
413
2635
2310
453
2835
2783
1063
2142
2545
3076
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
94
Tabel 3 Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) BULAN
2008
2009
2010
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
2627.251 2721.944 2447.299 2304.516 2444.349 2349.105 2304.508 2165.943 1832.507 1256.704 1241.541 1355.408
1332.667 1285.476 1434.074 1722.766 1916.831 2026.780 2323.236 2341.537 2467.591 2367.701 2415.837 2534.356
2610.796 2554.674 2777.301 2971.252 2796.957 2913.684 3069.280 3081.884 3501.296 3635.324
95
Tabel 4 Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 31 Januari periode 2008 – 31 Oktober 2010 NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD BULAN
2008 9291
2009 11355
9365
9051
11980
9335
9217
11575
9115
9234
10713
9012
9318
10340
9180
9225
10225
9083
9118
9920
8952
9153
10060
9041
9378
9681
8924
10995
9545
8928
12151
9480
10950
9400
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
2010
96
Tabel 5 Data NAB/unit Danareksa Syariah Berimbang, SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar NAB/unit Danareksa Syariah Berimbang, SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah Periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 Nilai Tukar NAB/unit SBIS IHSG BULAN Rupiah 2008 2008 2008 2008 3189 2627.251 9291 3359.98 JANUARI 3717 2721.944 9051 3493.89 FEBRUARI 2135 2447.299 9217 3225.54 MARET 2829 2304.516 9234 3097.65 APRIL 2110 2444.349 9318 3188.87 MEI 2042 2349.105 9225 3133.53 JUNI 1175 2304.508 9118 2906.19 JULI 438 2165.943 9153 2757.45 AGUSTUS 413 1832.507 9378 2449.59 SEPTEMBER 453 1256.704 10995 1.822,45 OKTOBER 1063 1241.541 12151 1911.07 NOVEMBER 2545 1355.408 10950 1960.21 DESEMBER NAB/unit Danareksa Syariah Berimbang, SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah Periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 Nilai Tukar NAB/unit SBIS IHSG BULAN Rupiah 2009 2009 2009 2009 1332.667 3488 11355 1930.98 JANUARI 1285.476 3192 11980 1998.82 FEBRUARI 1434.074 2135 11575 2095.75 MARET
97
APRIL
2361.28
MEI
2752,23
JUNI
2905.76
JULI
3269.4
AGUSTUS
3436.95
SEPTEMBER
3541.87
OKTOBER
3486.96
NOVEMBER
3527.12
DESEMBER
3742.71
2361
1722.766
10713
2539
1916.831
10340
1819
2026.780
10225
1253
2323.236
9920
2321
2341.537
10060
2635
2467.591
9681
2835
2367.701
9545
2,142
2415.837
9480
3,076
2534.356
9400
NAB/unit Danareksa Syariah Berimbang, SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah Periode 31 Januari 2008 – 31 Oktober 2010 Nilai Tukar NAB/unit SBIS IHSG BULAN Rupiah 2010 2010 2010 2010 JANUARI
3757.27
FEBRUARI
3777.74
MARET
3946.89
APRIL
4195.3
MEI
3654.46
JUNI
4009.63
JULI
3269.4
AGUSTUS
4157.24
SEPTEMBER
4436.35
OKTOBER
4626.12
3373
2610.796
2972
2554.674
9335
2425
2777.301
9115
3027
2971.252
9012
1656
2796.957
2734
2913.684
9083
2576
3069.280
8952
1882
3081.884
9041
2310
3501.296
2783
3635.324
9365
9180
8924 8928
98
DATA OUTPUT SPSS PENELITIAN
99
Coefficients
100
a
Standardize
Model 1
Unstandardized
d
95% Confidence Interval
Collinearity
Coefficients
Coefficients
for B
Statistics
B (Constant) Sertifikat Bank Indonesia Syariah Indeks Harga Saham Gabungan Nilai Tukar Rupiah
Std. Error
60.984
1125.329
.065
.049
1.184 .022
Beta
t
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
.957
-2237.245
2359.213
.072
1.319
.197
-.035
.164
.832 1.202
.137
.963
8.653
.000
.905
1.464
.201 4.978
.089
.027
.251
.804
-.159
.204
.215 4.643
Berimbang
b
ANOVA
1
Sum of Squares Regression Residual
df
Mean Square
1.806E7
3
6021410.355
1456896.093
30
48563.203
1.952E7
33
Total
F
Sig.
123.991
.000
a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga Saham Gabungan b. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang
b
Model Summary
Model 1
R .962
R Square a
.925
VIF
.054
a. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah
Model
Tolerance
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .918
Durbin-Watson
220.37060
1.366
a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga Saham Gabungan b. Dependent Variable: Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang
a
Correlations Nilai Aktiva
Pearson Correlation
Sertifikat Bank
Indeks Harga
Syariah
Indonesia
Saham
Nilai Tukar
Berimbang
Syariah
Gabungan
Rupiah
Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Indeks Harga Saham Gabungan Nilai Tukar Rupiah
Sig. (1-tailed)
Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Indeks Harga Saham Gabungan Nilai Tukar Rupiah
N
101
Bersih Danareksa
Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Indeks Harga Saham Gabungan Nilai Tukar Rupiah
1.000
.333
.959
-.819
.333
1.000
.273
-.088
.959
.273
1.000
-.872
-.819
-.088
-.872
1.000
.
.027
.000
.000
.027
.
.059
.310
.000
.059
.
.000
.000
.310
.000
.
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
Collinearity Diagnostics
a
Variance Proportions
Dimensi Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
Sertifikat Bank
Indeks Harga
Indonesia
Saham
Nilai Tukar
Syariah
Gabungan
Rupiah
Model
on
1
1
3.852
1.000
.00
.01
.00
.00
2
.086
6.680
.00
.81
.00
.00
3
.061
7.934
.00
.10
.15
.01
4
.001
75.394
1.00
.08
.85
.99
102
Collinearity Diagnostics
a
Variance Proportions
Dimensi Condition Index
(Constant)
Indeks Harga
Indonesia
Saham
Nilai Tukar
Syariah
Gabungan
Rupiah
Model
on
1
1
3.852
1.000
.00
.01
.00
.00
2
.086
6.680
.00
.81
.00
.00
3
.061
7.934
.00
.10
.15
.01
4
.001
75.394
1.00
.08
.85
.99
a. Dependen
Eigenvalue
Sertifikat Bank