USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa
Seuramoe PRIORITAS
Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik
Edisi 1I Nopember 2012 - Januari 2013
Informasi dan Inovasi Kabupaten Aceh Jaya Fokus Pendidikan Bupati Aceh Jaya menyatakan kesiapan kabupatennya sebagai mitra USAID PRIORITAS....
3
Merangkai Lampu Lalu Lintas untuk Menumbuhkan Disiplin Berlalu Lintas MIN yang terletak di Kabupaten Aceh Besar ini mengajak siswa/i nya untuk disiplin berlalu lintas sambil belajar merangkai rangkaian listrik dan mengoperasikan lampu lalu lintas
5
Rumah Sampah Plastik Salah satu cara yang dilakukan oleh SD ini untuk menumbuhkan semangat hidup sehat dan pemanfaatan sampah bagi bagi kehidupan
5 Membuktikan Energi Alam dengan Menggunakan Batu dan Kincir Batu dan kincir menjadi media pembelajaran IPA dalam membuktikan energi yang terkandung didalamnya.
6 Media Review: Mutu Guru Masih Menjadi yang Utama Guru adalah kunci utama keberhasilan pendidikan, berkaitan dengan Kurikulum 2013, peningkatan mutu guru adalah kuncinya.....
7
Keterangan gambar: tabuhan rapa-i oleh Stuart Weston (kiri) Muzakir Manaf (tengah) dan Lawrence W. Dolan, Ph.D (kanan) serta group rapa-i MIN Merduati Banda Aceh menandai peluncuran program USAID PRIORITAS di Aceh
Berita Utama
PELUNCURAN USAID PRIORITAS DI ACEH
M
enandai resminya pelaksanaan program USAID PRIORITAS di Provinsi Aceh, Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf didampingi oleh Deputi Direktur Pendidikan USAID Indonesia, Lawrence W. Dolan, Ph.D dan Chief of Party USAID PRIORITAS, Stuart Weston menabuh rapa-i yang diikuti oleh tabuhan rapa-i geleng (kesenian tradisional Aceh) oleh 6 siswa MIN Merduati Banda Aceh. Kegiatan yang dihadiri oleh pemangku kepentingan bidang pendidikan tingkat provinsi dan kabupaten tersebut akan mendukung Pemerintah Propinsi Aceh untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran serta manajemen pendidikan di 7 kabupaten/kota, di Aceh yaitu Kota Banda Aceh, Kab. Aceh Besar, Kab. Pidie, Kab. Bireuen, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh Tengah dan Kab. Aceh Jaya dan 6 kabupaten lainnya (yang akan dipilih) pada tahun 2013. Menurut Lawrence W Dolan, program pendidikan ini merupakan bagian penting dari Kemitraan Komprehensif Amerika Serikat dan Indonesia. “Program ini merupakan komitmen yang ditandatangani oleh Presiden Barack Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2010 untuk meningkatkan kerjasama dan mempererat hubungan antara kedua Negara,” jelas Larry sapaan akrab Lawrence W Dolan. Dalam kemitraannya dengan Pemerintah Provinsi Aceh, Program USAID PRIORITAS akan bekerjasama dengan para guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan siswa untuk menghadapi tantangan utama dalam menyediakan pemerataan akses pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan profesionalisme guru. "USAID akan membantu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah di Indonesia untuk mendapatkan akses pendidikan berkelas dunia," tegas Larry. bersambung ke halaman
2
Newsletter SEURAMOE PRIORITAS diterbitkan oleh USAID PRIO RITAS di Provinsi Aceh sebagai media penyebarluasan informasi dan inovasi serta praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami : www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. USAID PRIORITAS : Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and St udents
SE
SEURAMOE PRIORITAS Sambungan halaman
Januari 2013 Edisi I1/Nopember 2012: -1/2012 Edisi
1
"Kami berharap program ini akan membantu siswa di Aceh untuk mengembangkan potensi terbaiknya dan menempatkan mereka pada jalan menuju kesuksesan." lanjut Larry. Sementara itu wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf menegaskan bahwa masalah pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan yang menjadi prioritas Pemerintah Aceh dibawah kepemimpinan beliau dan Gubernur Aceh, “Itulah sebabnya ketika Pemerintah Indonesia dan USAID memutuskan Aceh sebagai salah satu sasaran program ini, kami menyambutnya secara antusias!” tegas Muzakir Manaf. Ada hal menarik yang dilontarkan oleh Wakil Gubernur saat peluncuran program ini yang juga menjadi headline pemberitaan di beberapa media di Aceh dan Sumatera Utara, Mualem (sapaan akrab Muzakir Manaf) menegaskan bahwa Dinas Pendidikan harus fokus pada mutu pendidikan dan tidak memikirkan pembangunan fisik, “Tugas pokok dinas pendidikan adalah meningkatkan mutu, sedangkan menyangkut pembangunan sekolah akan ditangani oleh dinas Pekerjaan Umum!” tegas Mualem yang sempat menghentak atmosfir ballroom Hermes Palace Hotel. Pernyataan Wakil Gubernur tersebut menjadi cemeti bagi Dinas Pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Aceh, “Kami siap mendukung program Mualem dan Pak Gubernur sesuai dengan visi-misi beliau,” jelas Anas M. Adam Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh. Anas juga menyatakan dukungannyaterhadap program USAID PRIORITAS, “Kami menyatakan sangat meluncurkan berterimakasih kepada USAID yang kembali
lima tahun kedepan,” jelas Anas. Di Aceh, selama lima tahun program ini akan membantu pemerintah provinsi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di 2 kabupaten baru dan 5 kabupaten eks mitra program DBE serta akan memilih 6 kabupaten / kota lainnya pada tahun 2013. Tahap awal, Program ini akan menjangkau sekitar 38.400 siswa di 192 SD, SMP, dan Madrasah, serta secara tidak langsung menjangkau masih banyak lagi ratusan sekolah diseminasi. USAID PRIORITAS juga akan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan provinsi dalam mengkoordinasikan, merencanakan, mengelola dan membiayai pelayanan pendidikan. Program ini akan bekerja sama dengan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan IAIN Ar Raniry di Banda Aceh untuk mendukung program pendidikan guru yang berkualitas baik pra maupun dalam jabatan. Selanjutnya, program ini akan meningkatkan kemampuan kabupaten/kota dan tenaga kependidikan di sekolah dalam bidang manajemen pendidikan, analisis keuangan, dan tata kelola. Secara nasional program USAID PRIORITAS secara langsung akan memberikan manfaat kepada lebih dari 300.000 siswa Indonesia di 10 provinsi: Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dan Papua. “Selamat datang program USAID PRIORITAS di Aceh dan Insya Allah memberi manfaat bagi rakyat Aceh!” tegas Mualem saat menutup sambutan beliau.
Peluncuran USAID PRIORITAS dalam gambar; 1. Sesi berbagi pengalaman oleh M.Nur (ketua Komite Sekolah SDN Neuheun Aceh Besar) Ummiyani (Kepala MIN Merduati Banda Aceh/eks Kepala MIN Rukoh), Ridwan Ibrahim (Koordinator USAID PRIORITAS Aceh) dipandu oleh Muklis Hamid. 2/6/7/8 Rektor IAIN Ar Raniry dan kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh saat mengunjungi pameran praktik baik dilokasi peluncuran 3/4/5 Penandatanganan Kerangka Acuan Kerjasama (KAK) oleh Bupati Kab. Bireuen, Wakil Bupati Pidie dan Rektor IAIN Ar Raniry disaksikan oleh Wakil Gubernur Aceh, Deputi Direktur Kantor Pendidikan USAID Indonesia dan Pimpinan Program USAID PRIORITAS Nasional
1
2
1
4
3
2
8
7
6
5
2
Edisi 1I/Nopember 2012 Edisi- Januari 1 / 20122013
SEURAMOE PRIORITAS
KABUPATEN ACEH JAYA MENDUKUNG PROGRAM USAID PRIORITAS
K
abupaten Aceh Jaya yang merupakan kabupaten mitra USAID PRIORITAS menyatakan siap untuk mendukung dan bekerjasama secara penuh dengan program ini selama 5 tahun, hal tersebut disampaikan oleh Bupati Aceh Jaya Ir. Azhar Abdurrahman disela-sela penandatanganan KAK antara USAID PRIORITAS dan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya beberapa waktu lalu di Banda Aceh. Dari studi awal yang dilakukan oleh Tim USAID PRIORITAS bersama dengan Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Kabupaten Aceh Jaya yang juga melibatkan stakeholder bidang pendidikan serta tenaga pendidik, diperoleh hasil antara lain kabupaten tersebut sangat membutuhkan peningkatan mutu guru terutama untuk pendidikan dasar. Dari hasil studi tersebut beberapa isu tentang pelatihan guru untuk pembelajaran aktif, pelatihan guru menyangkut hal-hal baru yang berkaitan dengan peningkatan kualitas guru diantaranya mengenai regulasi, metode dan teknologi pembelajaran.
“Kami mendukung peningkatan mutu yang akan dilakukan oleh USAID PRIORITAS, karena kabupaten kami masih membutuhkan banyak pelatihan untuk peningkatan mutu terutama untuk tenaga pendidik dan kependidikan,” ungkap Bupati. Kabupaten yang luluh lantak akibat terjangan gelombang tsunami 8 tahun silam tersebut, saat ini memiliki banyak bangunan fisik sekolah yang lebih baik dan memadai, sehingga permasalahan mutu pendidikan menjadi fokus utama saat ini. Untuk mendukung keberlanjutan peningkatan mutu tersebut, para pemangku kepentingan bidang pendidikan di Kabupaten ini berharap USAID PRIORITAS dapat menyediakan fasilitator daerah dan melatihnya secara kontinu terutama pelatihan pemandu bidang studi di KKG/MGMP. Isu lainnya yang berkembang saat studi awal di Kabupaten ini diantaranya tentang update database dan Renstra Dinas Pendidikan, Pembentukan Tim Koordinasi Pembangunan Pendidikan Kabupaten untuk koordinasi antar
Dr. Muhibbuddin (Governance & Management Specialist USAID PRIORITAS) bersama dengan Bupati Aceh Jaya Ir. Azhar Abdurrahman
lembaga dan beberapa isu lainnya yang telah disimpulkan bersama oleh stakeholder pendidikan dan USAID PRIORITAS yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan program selama lima tahun di Kabupaten Aceh Jaya, “Semoga program ini dapat memberikan mutu yang lebih baik untuk masa depan anak-anak kami,” harap Bupati.
LANJUTKAN PROGRAM DBE DI KABUPATEN ACEH TENGAH
S
elama enam tahun, Pemerintah Aceh telah menjadikan Kabupaten Aceh Tengah sebagai penerima manfaat secara penuh dari USAID melalui program Decentralized Basic Education atau DBE karena komitmen pemerintah
daerahnya yang cukup tinggi untuk bidang pendidikan dibawah kepeminpinan Bupati saat itu Ir. H. Nasaruddin, MM. Saat USAID PRIORITAS diluncurkan di Provinsi Aceh, Bapak Nasaruddin kembali terpilih untuk kedua kalinya sebagai Bupati dan akan
Sosialisasi Qanun Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan di Aceh Besar 19 September lalu, Tim USAID PRIORITAS berkesempatan menjadi pemateri pada Sosialisasi Qanun (Perda) No. 6 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Aceh Besar. Qanun yang awalnya atas inisiasi program USAID DBE tersebut mendapat tanggapan yang cukup baik dari peserta yang sebagian besar kepala sekolah, guru dan komite sekolah. Dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh Besar tersebut, USAID PRIORITAS memaparkan materi tentang “Partisipasi Mark Heyward, Ismail dan Nuzuli dari tim USAID PRIORITAS Masyarakat Dalam Pendidikan”, berdasarkan saat pemaparan materi dipandu oleh Silahuddin, M.Ag dari MPD pengalaman sebelumnya pada program DBE. Qanun yang intinya mengatur hak dan kewajiban penyelenggaraan pendidikan di kabupaten Aceh Besar tersebut memiliki hal yang menarik tentang kewajiban Geucik atau Kepala Desa untuk mengadakan/menfasilitasi terselenggaranya pembelajaran Al Qur’an di gampong-gampong terutama bagi setiap anak usia sekolah di seluruh desa dalam Kabupaten Aceh Besar dengan program “Beut Ba’da Magrib”nya (belajar mengaji setelah magrib), Kegiatan yang menjadi salah satu program unggulan Bupati tersebut, secara resmi telah diluncurkan oleh Gubernur Aceh beberapa waktu lalu di Kota Jantho - Aceh Besar.
menerima kembali manfaat dari program pendidikan yang dilaksanakan oleh USAID PRIORITAS. Program DBE telah memberikan manfaat yang signifikan terhadap bidang pendidikan di Kabupaten ini, terutama pada tingkat pendidikan dasar, “Pemberlanjutan inilah yang kami nantikan, karena DBE telah memberikan manfaat yang cukup besar untuk perkembangan pendidikan di kabupaten kami”, ungkap Drs. H. Taufik, MM Sekretaris Daerah Kabupaten yang sebelumnya sebagai kepala Dinas Pendidikan pada masa pelaksanaan program DBE. Selain itu, dukungan DPRK Aceh Tengah juga cukup baik, Bapak Bardan Sahidi wakil rakyat dari komisi pendidikan dan sebelumnya membidangi penganggaran menyatakan dukungannya untuk menyokong dana dari APBK dalam meningkatkan kualitas mutu guru di kabupaten tersebut, “Saya akan memperjuangkan anggaran tahun ini untuk pelatihan peningkatan mutu guru yang akan dilakukan secara sharing oleh USAID PRIORITAS, karena kami telah merasakan manfaat yang cukup baik dari program DBE sebelumnya,” jelas Pak Bardan sapaan akrab Bardan Sahidi.
3
SEURAMOE PRIORITAS
- Januari Edisi 1 / 20122013 Edisi I1/Nopember 2012
Mengintip Pembelajaran Sains di MIN JEURELA 2 - ACEH BESAR
MERANGKAI LAMPU LALU LINTAS MENUMBUHKAN SEMANGAT DISIPLIN BERLALU LINTAS
B
agi murid kelas VI terutama bagi siswi tentu sangat sulit bermain dengan obeng, tang dan merangkai listrik. Pengenalan terhadap rangkaian inilah yang menjadi pelajaran pagi itu di MIN Jeurela 2 yang pernah mendapat pembinaan oleh DBE. “Pagi ini kita akan merangkai lampu lalu lintas!” ujar Ibu Nurkhalidah guru kelas 6 yang memandu rangkaian listrik. Siswa dibagi atas 7 kelompok yang masing-masing kelompok berjumlah 6-7 orang. Masing-masing anak mulai sibuk dengan peralatan yang disediakan, ada yang mulai membuka saklar lampu, menggunting karton dan membentuknya menjadi sebuah kotak,
ada juga kelompok siswi yang mulai mengukur dan memotong kabel. Masingmasing kelompok telah dibekali dengan 3 buah bola lampu 3,8 V berwarna (merah, kuning dan hijau), tiga buah sakelar, kabel kecil sepanjang 2 meter, 3 buah baterai 1,5 V, 3 buah tempat bola lampu, satu buah kardus atau karton, lakban, dan perekat. Langkah pertama, 2 orang siswa membuat kotak dari kardus untuk tempat lampu lalu lintas, kemudian mulai membuat lingkaran berdiameter 5 cm dengan menggunakan jangka. Seorang siswa mulai mengunting kotak kotak dan lingkaran tersebut, sementara itu siswa/i lainnya mulai memotong pembungkus kabel hingga
“RUMAH SAMPAH PLASTIK”
T
idak biasanya botol air kemasan dan lainnya yang berbahan plastik menjadi primadona. Disalah satu sekolah di Aceh Besar yang baru saja berbenah setelah dihantam oleh tsunami 8 tahun silam, yaitu SDN Lam Isek Kecamatan Peukan Bada membiasakan murid-muridnya untuk memanfaatkan sampah yang berbahan plastik untuk dapat didaur ulang menjadi bahan keterampilan. Dengan pembiasaan ini, pelajar pula menjadi terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya dan dapat membedakan antara sampah organik dan non organik. "Kami membiasakan anak-anak untuk mengelompokkan antara sampah basah dan sampah kering,” jelas Ibu Rosnati Agib Wakil Kepala Sekolah. Tong sampah secara khusus didisain untuk mempermudah membedakan dan meletakkan sampah yang akan didaur ulang. dengan menggunakan kayu dan kawat, tong sampah besar berbentuk rumahpun dikerjakan agar pelajar dapat melihat isi didalam tong sampah dan bentuk yang unik untuk sebuah tong sampah. “Awalnya memang agak sulit untuk membiasakan pelajar disiplin membuang sampah plastik ditempat yang telah kami sediakan, akan tetapi kita membiasakan mereka untuk melakukan hal tersebut,” jelas Ibu Rosnati Agib. Jika diperhatikan, pada jam istirahat para pelajar telah terbiasa menuju sudut sekolah untuk membuang sampah plastik, bahkan beberapa pelajar
khusus membawa botol-botol plastik air kemasan untuk dibuang dalam “Rumah Sampah Plastik”, dengan demikian mereka telah menyadari betapa pentingnya sampah jika dapat dimanfaatkan, terutama untuk keterampilan. Banyak keterampilan yang telah dibuat oleh pelajar dari hasil “Rumah Sampah Plastik” tersebut, diantaranya pot bunga, bunga-bunga, pembatas kertas, tirai penutup jendela dan beberapa lagi yang merupakan karya kreatif pelajar dari pemanfaatan sampah yang biasanya mereka buang begitu saja. Pembelajaran yang diambil dari praktik baik ini, bukan hanya dari pemanfaatan sampah daur ulang saja, tetapi juga membiasakan pelajar hidup sehat disekolah, karena setelah membuang sampah, sekolah juga menyediakan wastafel untuk mencuci tangan. “Kami membiasakan anak-anak untuk hidup sehat di sekolah, sehingga mereka menerapkannya dirumah,” harap ibu Wakil Kepala Sekolah.
terlihat tembaga bagian dalam kabel, siswi lainnya mulai mengotak-atik saklar dengan menggunakan obeng dan tang. “Kami senang dapat mengetahui cara membuat rangkaian listrik dan menyambung kabel ini, karena inikan pekerjaan laki-laki, kalau di rumah, kami dilarang untuk melakukan ini!” ungkap Natasya salah seorang siswi yang mengaku ini pertama sekali ia memegang peralatan listrik. Ibu Nurkhalidah S.Pd menjelaskan bahwa tujuan merangkai lampu lalu lintas ini adalah untuk memberi pengetahuan kepada siswanya tentang bagaimana cara lampu lalu lintas bekerja dan agar siswa mampu menggunakan rangkaian listrik dalam kehidupan sehari-hari, termasuk berhemat menggunakan listrik, selain itu menanamkan rasa kesadaran berlalu lintas dengan baik, “Sekarang kan banyak yang tidak patuh pada peraturan lalu lintas, terutama pada traffic light, kami ikut menanamkan cinta mereka kepada peraturan tersebut!” jelas Nurkhalidah. Susunan lampu dan saklarpun telah siap diuji coba, semua kelompok berhasil dengan tugasnya, wajah-wajah kepuasan terpancar pada diri mereka. “Semoga anak-anak bisa memahami rangkaian ini dan dapat membuat model-model lainnya menggunakan rangkaian listrik,” harap Ibu Nurkhalidah S.Pd.
Pelajar kelas VI MIN Jeurela 2 sedang merangkai dan mencoba hasil rangkaian lampu lalu lintas.
4
SE
Edisi 1I/Nopember 2012 - Januari 2013 Edisi : 1/2012
SEURAMOE PRIORITAS
BERSEMI DENGAN PENDIDIKAN PRIORITAS di SMA Unggul Bener Meriah. “Kurangi perbaikan dan pembangunan fisik di sekolah, fokuskan pada peningkatan mutu!” tegas Rusli M. Saleh, yang secara langsung memimpin diskusi pemaparan awal kondisi pendidikan Kabupaten Bener Meriah bersama USAID PRIORITAS yang dihadiri oleh seluruh pemangku kepentingan bidang pendidikan di Kabupaten tersebut. Dalam studi awal tersebut direkomendasikan beberapa hal diantaranya ialah perlunya pelatihan profesional guru dan pengawas, pelatihan PTK, pelatihan manajemen kurikulum, pelatihan penggunaan dan penguasaan ICT, Bupati Bener Meriah Bapak Ruslan Abdul Gani penerapan MBS, Pelatihan bimbingan dan bersama Koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Aceh, Bapak Ridwan Ibrahim penyuluhan sekolah ramah anak dan ramah lingkungan, diperlukan sekolah binaan abupaten yang ditetapkan sebagai contoh pelaksanaan praktik yang berdasarkan UU. RI. Nomor 41 baik pembelajaran dan pembinaan siswa, tahun 2003 ini sebelumnya menjadi updating renstra kabupaten berbasis EMIS, bagian dari Kabupaten Aceh Tengah dan peningkatan peran dan funggsi komite berada di dataran tinggi Gayo sebagai sekolah, Pelatihan RKS/M/RKT/RKAS/M penghasil kopi nomor satu di Aceh. Dengan serta mendorong peningkatan koordinasi motto Kabupaten Bener Meriah pemangku kepentingan bidang pendidikan. “BERSEMI” atau “Bersih, Indah, Menarik Beberapa pelatihan akan difasilitasi oleh dan Islami” dibawah kepemimpinan Bupati USAID PRIORITAS, termasuk melatih Ruslan Abdul Gani dan Wakil Bupati Rusli fasilitator daerah yang akan menjadi aset M. Saleh kabupaten ini terus bergerak maju dalam pembangunan terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan. “Kami berterimakasih kepada pemerintah Amerika Serikat dan USAID yang telah memilih kabupaten kami sebagai salah satu kabupaten PRIORITAS di Aceh,” ungkap Bupati dalam pertemuan awal dengan Tim USAID PRIORITAS. Peningkatan mutu pendidikan merupakan program utama dari kepemimpinannya sebagaimana dijelaskan oleh Wakil Bupati saat pemaparan hasil studi awal yang dilakukan oleh USAID
K
4 Pilar
Pembangunan Pendidikan Aceh. 1. Pemerataan dan perluasan kesempatan belajar; 2. Kualitas, relevansi dan efisiensi; 3.Tata kelola dan akuntabilitas; dan 4. Pengembangan sistem pendidikan berbasis nilai Islami. kabupaten selanjutnya setelah USAID PRIORITAS menfasilitasi kabupaten tersebut hingga 2017. “Melalui peningkatan mutu pendidikan, kita wujudkan Bener Meriah yang BERSEMI!” harap Wakil Bupati saat menutup diskusi. Pemaparan hasil dan diskusi studi awal kondisi pendidikan di Kabupaten Bener Meriah yang dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Bapak Ruslan M. Saleh. Kegiatan tersebut dihadiri oleh seluruh pemangku kepentingan bidang pendidikan di Kabupaten tersebut.
KABUPATEN BIREUEN FOKUS TINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
B
upati Bireuen, H. Ruslan M. Daud menegaskan bahwa kabupaten yang dipimpinnya fokus pada peningkatan mutu pendidikan, “Kami fokus pada peningkatan sumber daya manusia terutama untuk peningkatan mutu pendidikan,” tegas Bupati. Kabupaten yang sebelumnya menjadi mitra program USAID DBE tersebut terpilih menjadi mitra USAID PRIORITAS selama 2 tahun karena komitmen Bupati dalam peningkatan mutu pendidikan. Selama bekerjasama dengan USAID DBE sejak tahun 2007 telah dicapai beberapa keBupati Bireuen Bapak H. Ruslan M. Daud menerima KAK (Kerangka Acuan Kerjasama) dari Chief of Party USAID PRIORITAS, Bapak Stuart Weston di Banda Aceh
majuan diantaranya telah dikeluarkannya SK Bupati Bireuen No. 38 Tahun 2008 tanggal 26 Februari 2008 tentang pembentukan panitia pengarah program dan kelompok kerja peningkatan mutu pendidikan dasar, Dinas Pendidikan dan Kemenag secara bersama mendorong pembinaan yang telah dilakukan terhadap 37 SD/MI mitra USAID DBE yang tersebar di kecamatan Juli, Kuala dan Samalanga, dan banyak praktik baik yang telah dikembangkan sehingga mampu mendorong peningkatan mutu yang lebih baik di daerah tersebut. Dengan hadirnya USAID PRIORITAS diharapkan praktik baik yang telah dilakukan oleh DBE tersebut mendapat dukungan dari pemda untuk diperluas di SD/MI lainnya.
5
SE
Edisi 1I/Nopember 2012 - Januari 2013 Edisi : 1/2012
SEURAMOE PRIORITAS
ASESSMENT AWAL TIM MONITORING DAN EVALUASI
D
ata dan informasi hasil monitoring dan evaluasi sangat bermanfaat untuk memantau kemajuan pelaksanaan sebuah program sesuai dengan rencana dan target, termasuk identifikasi masalah selama pelaksanaan program dan menemukan cara untuk mengatasi hambatan-hambatannya. Selain itu hasil monitoring dan evaluasi dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran dalam memperbaiki strategi pelaksanaan program dan akuntabilitas pelaksana program terhadap para pemangku kepentingan, tidak hanya kepada penyandang dana tetapi juga pemerintah dan masyarakat yang menerima manfaat program tersebut secara langsung. Berkenaan dengan hal tersebut, USAID PRIORITAS yang baru saja memulai programnya telah melakukan baseline survey monitoring dan evaluasi di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Jaya yang telah melibatkan 19 tenaga terampil yang terdiri dari 14 orang mahasiswa enumerator dan 5 orang staf USAID PRIORITAS sebagai pendamping.
Pengumpulan data awal (Baseline Survey) ini bertujuan untuk mengumpulkan data awal sesuai dengan tujuan, prosedur dan indikator program USAID PRIORITAS. Pelaksanaan pengumpulan data awal meliputi: Pengamatan kelas (SD/MI Kelas IV,V,VI dan SMP/MTs kelas VIII) dengan target responden guru kelas IV,V dan VI, mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia dan IPA dan murid. Enumerator melakukan pengamatan langsung didalam kelas dan luar kelas yang didampingi oleh staf USAID PRIORITAS. Dukungan yang baik telah diberikan oleh pihak sekolah dan pemerintah daerah sehingga terlaksananya pengumpulan data ini. Bentuk dukungan yang diberikan oleh pemerintah daerah diantaranya adalah mengikuti wawancara, menyediakan pendamping dari Dinas Pendidikan dan Kemenag Kabupaten dalam kegiatan lapangan, sehingga mencerminkan bahwa kegiatan ini dilakukan atas kerjasama berbagai pihak. Hasil survey ini selanjutnya menjadi dasar bagi kegiatan selanjutnya.
Tim Enumerator melakukan briefing akhir sebelum ke lapangan (atas), Pengamatan kelas pada salah satu SMP mitra di Bener Meriah (bawah)
MEMBUKTIKAN ENERGI ALAM DENGAN MENGUNAKAN BATU DAN KINCIR
P
agi itu agak berbeda seperti biasanya di MIN Jeurela 2 Aceh Besar, sekelompok murid kelas IV berhamburan ke lapangan Madrasah tersebut dan mencari sepasang batu kerikil. Tidak berapa lama kemudian, Pak M. Nur dan Ibu Asri pun datang menghampiri siswa dan meminta membentuk kelompok lingkaran, “Nah sekarang, coba gosok batu yang ada di tangan kanan dengan yang ada ditangan kiri!” perintah Pak M. Nur guru kelas IV. Anak-anakpun terlihat tersenyum gembira, beberapa anak tiba-tiba membuang batu yang sedang digosoknya. “Inilah yang namanya energi alam!” jelas Ibu Asri, yang dibarengi dengan anggukan beberapa siswa yang sudah mulai mengerti dengan apa
Ibu Asri memberi penjelasan saat murid kelas IV MIN Jeurela 2 mulai mengosok-gosok batu yang mulai memunculkan energi panas
yang dimaksud oleh guru mereka. Memang pagi itu adalah sesi mata pelajaran IPA tentang energi alam, “Siswa terkadang kurang berminat dan kurang perhatian terhadap pelajaran IPA,” jelas Pak M. Nur, karenanya dengan menggunakan alat peraga sederahana seperti batu, Air, Kincir dan balon yang ada di sekitar Madrasah, maka diharapakan siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dengan maksud sambil bermain mereka mengenal bermacam-macam jenis energi yang selalu digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. “Hal lain yang kami rasakan, terkadang siswa kesulitan dalam memahami berbagai macam energi jika dalam penyampaian hanya menjelaskan dengan metode ceramah, karena energi tidak dapat dilihat tapi bisa dirasakan,” jelas Ibu Asri selanjutnya. Selanjutnya guru menunjukan contoh energi lainnya yang dihasilkan dari tenaga air dengan cara menggunakan kincir air yang sudah dipersiapkan yang selanjutnya menuangkan air ke atas kincir sehingga kincir berputar, dan dapat menghasilkan sebuah energi. Komunikasi antara guru dan siswapun terlihat lebih terbuka, siswa menjadi lebih berani untuk bertanya kepada guru mereka.
Salah seorang siswa menyatakan cukup senang dengan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mereka, “Kami dapat langsung melihat bagaimana kincir tersebut menghasilkan suatu energi!” ungkap seorang siswi kelas IV. Dengan adanya metode pembelajaran seperti ini diharapkan siswa/i mampu memanfaatkan energi alam dengan tepat guna dan baik selain mereka mengetahui begitu banyaknya energi yang ada disekitar mereka, “Semoga dengan rasa ingin tahu mereka dalam metode yang menyenangkan ini, membuat mereka lebih bijak dalam memanfaatkan energi yang bersumber dari alam,” harap Pak M. Nur menutup perjumpaan kami.
Pak M. Nur memperagakan energi yang dihasilkan oleh kincir air dengan menuangkan air di atas kincir tersebut.
6
SEURAMOE PRIORITAS
- Januari 2013 Edisi 1 / 2012 Edisi 1I/Nopember 2012
Media Review
MUTU GURU MASIH MENJADI YANG UTAMA
H
arian Kompas 7 Januari lalu memberitakan bahwa keputusan pelaksanaan Kurikulum 2013 sudah final dan pada tahun pertama kurikulum baru tersebut hanya diberlakukan di 30 pesrsen sekolah dasar dan madrasah ibtidayah kelas I dan IV setiap kabupaten/kota di semua provinsi di Indonesia, yang berarti dari jumlah total sekitar 170.000 SD/MI di Indonesia maka sebanyak 51.000 SD/MI akan menerapkan Kurikulum 2013. Sedangkan untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK akan diberlakukan di kelas VII dan X disemua sekolah tanpa kecuali. Tentu saja keberhasilan implementasi kurikulum pendidikan tersebut terletak di tangan guru. Menurut pelatih guru, Itje Chodijah, kebutuhan utama siswa adalah critical pedagogy, artinya guru harus mampu mendorong siswa agar mampu berfikir kritis, seperti yang diharapkan oleh Kurikulum 2013 (Kompas, 15 Januari 2013). Itje menambahkan bahwa selama ini guru mendapatkan pelatihan yang materinya hanya memaparkan kebijakan atau materi tidak sampai pada tahap praktik di lapangan, terutama di sekolah negeri. “Pelatihan guru idealnya minimal 60-120 jam pertemuan tatap muka dan praktik di lapangan. Setiap tahapan harus dievaluasi terus. Mengubah paradigma dan pembelajaran interaktif tidak mudah dan tidak bisa instan,” kata Itje yang ditulis oleh Harian Kompas. Bagaimana pula dengan kondisi di Aceh? Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Anas M. Adam dalam Seuramoe Prioritas edisi pertama menjelaskan bahwa ada dua pokok masalah yang perlu di cermati yaitu: bagaimana capaian pendidikan Aceh saat ini dan apa yang harus menjadi perhatian Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota dimasa yang akan datang ? Karena apapun hasil yang dicapai dalam pembangunan pendidikan saat ini adalah merupakan hasil keseluruhan dari berbagai komponen yang ada di Aceh, yaitu pemerintah, orang tua dan masyarakat, yang secara berkesinambungan dan bahu membahu membangun pendidikan di Aceh.
Hal tersebut senada dengan penjelasan dari Anggota Komisi E DPRA, Tgk Makhyaruddin Yusuf yang dimuat pada Harian Serambi Indonesia (3/12/2012), beliau mengharapkan adanya perbaikan mutu pendidikan Aceh yang dimulai dari semua tingkatan. “Dinas Pendidikan harus dapat memperbaiki mutu pendidikan Aceh, peningkatan mutu di segala aspek, seperti peningkatan kualitas guru, kepala sekolah serta dinas pendidikan itu sendiri,” jelas Tgk Makhyaruddin Yusuf. Sebagai wakil rakyat, belaiu sangat berharap adanya pelatihan-pelatihan untuk peningkatan mutu gur, seperti seminar dan penataran, “Ini bisa difokuskan, tidak hanya ditingkat provinsi, tetapi juga di kabupaten/kota, semakin sering ada pelatihan, maka kualitas guru akan semakin meningkat,” jelasnya. Memang masalah peningkatan mutu pendidikan bukanlah masalah yang mudah, dan tentu saja harus melibatkan banyak pihak termasuk LPTK sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam mencetak tenaga pendidik. Seperti yang diberitakan oleh Harian Serambi Indonesia (7/1) Dekan FKIP Unsyiah menyarankan agar seluruh guru yang ada saat ini perlu melakukan peningkatan kapasitas kembali terutama terkait dengan pemberlakuan Kurikulum 2013, beliau berharap berbagai materi yang ada dalam kurikulum itu dapat diimplementasikan di lapangan. “Jika sarana pendukung seperti guru tidak diberi pemahaman yang memadai terhadap kurikulum ini, maka implementasinya akan terjadi seperti kurikulum sebelumnya,” ujar Yusuf Aziz, Dekan FKIP Universitas Syiah Kuala. Dekan memahami bahwa dinas pendidikan tidak dapat bekerja sendiri, LPTK juga ikut mendukung dinas pendidikan terutama dalam menyesuaikan segala kebijakan yang akan berdampak kepada calon guru. Keinginan Kepala Dinas Pendidikan Aceh untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama mutu guru di Provinsi Aceh, secara khusus pula disampaikan oleh Bapak Anas M. Adam kepada USAID PRIORITAS yang salah satunya ialah dengan memanfaatkan fasi-
litas gedung Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pusat Pengembangan Mutu Guru (PPMG) yang berada di kabupaten sebagai kantor Koordinator Distrik USAID PRIORITAS. Hal tersebut bukan tanpa alasan, gedung PPMG yang berada di 9 daerah tingkat II tersebut adalah gagasan beliau mulai berdiri pada tahun 2003 di Banda Aceh. Lembaga ini mempunyai visi mewujudkan layanan manajemen pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional, dengan misinya adalah pertama mewujudkan sistem layanan pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional berlandaskan pada kemajuan ilmu pengetahuan, berkarakter Islami dan berdaya saing. Kedua, mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang kreatif dan inovatif dengan mengedepankan penerapan IT. Ketiga, mewujudkan pembinaan manajemen kepala sekolah secara terstruktur dan berkesinambungan. Keempat, mewujudkan pembinaan manajemen supervisi bagi pengawas sekolah secara profesional, terstruktur, dan berkesinambungan. Kelima, mewujudkan pengembangan inovasi pembelajaran, profesionalisme guru, dan kreatifitas pembelajaran lainnya. Sebagaimana yang diberitakan oleh Harian Serambi Indonesia (8/12/2012) Anas M. Adam berharap PPMG dapat berfungsi membimbing Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). “Itu akan dikembangkan dan akan dibimbing oleh PPMG nantinya. Jadi mereka tidak hanya melakukan pelatihan formal, tetapi juga membimbing para guru bersama tutor,” jelas Anas. Bagai gayung bersambut, USAID PRIORITAS pun telah siap untuk membantu dinas pendidikan Provinsi dengan selain memanfaatkan gedung PPMG, USAID PRIORITAS juga akan memilih dan melatih 15 orang fasilitator daerah untuk tingkat SD/MI dan 15 orang untuk tingkat SMP/MTs yang nantinya akan menjadi aset daerah dan sebagai tutor di PPMG yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama mutu guru di wilayahnya masing-masing. Ditulis oleh Teuku Meldi Kesuma, Staf USAID PRIORITAS Aceh bidang Komunikasi. USAID PRIORITAS menerima segala bentuk tulisan, dan informasi sebagai upaya penyebarluasan praktik baik dalam bidang pendidikan. Silahkan Kontak Communication Specialist : 08116815174 (Teuku Meldi) atau melalui email: tkesuma@prioritas .or.id
7
EGRA, Menilai Kemampuan Membaca Kelas Awal
E
arly Grade Reading Assessments (EGRA) adalah salah satu program USAID yang dilaksanakan di sekolah sampel dalam wilayah kabupaten mitra USAID PRIORITAS yaitu Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Bener Meriah. Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah untuk mengukur kemampuan membaca murid kelas awal. Sebelum melaksanakan tahapan EGRA, Tim EGRA yang terdiri dari Assessor dan Supervisor memberikan penjelasan kepada murid kelas awal (kelas 3) yang selanjutnya diases pada ruangan yang terpisah. Setelah pengenalan antara assessor dan murid yang akan diuji kemampuannya, assessor melakukan tahapan pertama yaitu pengenalan huruf, dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu membedakan bunyi awal, tahap ketiga ialah membaca kata bermakna yang dilanjutkan dengan tahapan keempat, membaca kata yang tidak bermakna. Keempat tahapan ini masing-masing selama 60 detik yang
Assessor EGRA melakukan penilaian kemampuan membaca kelas awal di salah satu sekolah di Kab. Bener Meriah (atas) dan Kab. Aceh Jaya (Bawah)
dilanjutkan dengan tahap kelima yaitu menilai kelancaran membaca nyaring dan membaca pemahaman selama 120 detik, sedangkan tahap terakhir atau tahap keenam ialah menyimak selama 60 detik. Semua tahapan EGRA ini menggunakan perangkat tab 2.7” yang telah terinstal software tangerine EGRA yang dikembangkan oleh USAID untuk mempermudah assessor menginput data. Murid yang telah selesai diases, dipisahkan dengan murid yang belum di ases. Mereka melakukan kegiatan lain seperti mengambar sembari menunggu selesainya pelaksanaan EGRA. Muhammad Umran, pengawas Kemenag Kab. Aceh Jaya yang ikut memantau pelaksanaan EGRA menyambut baik kegiatan tersebut, “Kegiatan ini sangat penting untuk mengetahui kemampuan membaca bagi anak-anak, terutama di kelas awal,” ungkap beliau, dan berharap hasil EGRA dapat ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah.
Edisi 1I/Nopember 2012 - Januari 2013
SERAMOE PRIORITAS
USAID PRIORITAS
adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia. USAID PRIORITAS adalah bagian dari kesepakatan antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia. Program ini bekerja di 60 daerah mitra di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2014, daerah mitra akan diperluas ke Provinsi Papua dan dua provinsi lain yang akan ditentukan. USAID PRIORITAS akan bekerjasama dengan 18 LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan) untuk meningkatkan kapasitas dalam hal peningkatan kualitas program pelatihan/pendidikan guru baik pra maupun dalam jabatan. Bekerjasama dengan lebih dari 1.400 SD/MI dan SMP/MTs di 60 daerah mitra untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang menjangkau 20.000 guru dan lebih dari 300.000 siswa. Program ini juga bekerjasama dengan lebih dari 100 kabupaten/kota, termasuk 50 kabupaten/kota yang sebelumnya terlibat dalam USAID DBE, untuk mendukung diseminasi praktik yang baik, yang menjangkau sekitar 4000 sekolah, 30.000 guru, tenaga kependidikan, masyarakat dan 825.000 siswa. Di Aceh, USAID PRIORITAS akan membantu pemerintah provinsi untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di 7 kabupaten/kota serta enam lainnya pada tahun 2013. Program ini akan menjangkau sekitar 38.400 siswa di 192 sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah. USAID PRIORITAS juga meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan provinsi untuk mengkoordinasikan, merencanakan, mengelola dan membiayai pelayanan pendidikan. Program ini akan bekerja sama dengan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan IAIN Ar Raniry di Banda Aceh untuk meningkatkan kompetensi guru. Selanjutnya, USAID PPRIORITAS akan meningkatkan kemampuan kabupaten/kota dan tenaga kependidikan di sekolah dalam bidang manajemen pendidikan, analisis keuangan, dan tata kelola.
ACEH SUMUT PAPUA
BANTEN
JABAR
JATIM
SULSEL NTT
JATENG NTB
Aceh Besar Pidie Bireuen
Banda Aceh
Bener Meriah Aceh Jaya Aceh Tengah
Daerah mitra USAID PRIORITAS Perluasan Provinsi mitra USAID PRIORITAS tahun kedua dan ketiga Daerah mitra USAID DBE yang dikembangkan USAID PRIORITAS Daerah mitra USAID PRIORITAS tahun pertama
“Sebagai orang tua saya percaya bahwa yang terpenting adalah kita dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak - anak kita semua” ( Scot Marciel, Duta Besar Amerika Serikat )
8