EDISI 68 • TAHUN VI 28 DESEMBER 2012
SUARA PEMEGANG SAHAM fokus
FOKUS UTAMA KONFERENSI PERS AKHIR TAHUN 2012 Laba Naik, BUMN Rugi Berkurang 1
KONFERENSI PERS AKHIR TAHUN 2012
Laba Naik, BUMN Rugi Berkurang
RAKER SEKRETARIAT BUMN Mewujudkan Sekretariat yang Lebih Dinamis dan Responsif 2 SISI MENARIK RAKER Rumah Kita Bersama
Kementerian BUMN senantiasa mengupayakan peningkatan kinerja BUMN, antara lain dengan mengurangi BUMN rugi. Sampai akhir 2012, BUMN yang merugi hanya sebanyak 16 atau berkurang 6 dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 22 perusahaan.
2
SUDUT PANDANG Komitmen dan Kambing Hitam 3
HAL TERSEBUT diungkapkan Wahyu Hidayat, Sekretaris KemenBUMN dalam Konferensi Pers Akhir Tahun KemenBUMN tanggal 28 Desember 2012. Laba Bersih Teratributasi (yang menjadi hak milik perusahaan) BUMN tahun buku 2012 sebesar Rp 128 triliun meningkat 10,69% dibanding realisasi tahun buku 2011. Proyeksi Posisi Keuangan BUMN per 31 Desember 2012 adalah Rp 3.522 triliun.
Kupu-kupu, Dari Kehinaan Menuju Kemuliaan 3 SOSOK TOKOH CHAIRIAH Semua Bisa Kalau Punya Kemauan
4
WAWASAN KITA Mencetak Sawah Mencipta Sejarah
6
REKAM PERISTIWA Korupsi Atawa Risiko Bisnis
7
WORKSHOP FORTI BUMN Pengurus Baru Untuk Meningkatkan Nilai BUMN 7 FGD DUA RANCANGAN PERMEN Melahirkan Permen yang Tidak Multi Persepsi 8 HUT DWP KEMENTERIAN BUMN Semoga Ke Depan Lebih Membekas
utama
8
Proyeksi dividen BUMN yang disetor untuk tahun anggaran 2012 senilai Rp 30,78 triliun atau meningkat dibanding realisasi 2011 sebesar Rp 28,17 triliun. Sedang proyeksi pajak BUMN 2012 mencapai Rp 114,77 triliun, di atas realisasi 2011 Rp 108,78 triliun. Secara kontribusi sosial BUMN melalui PKBL, proyeksi totalnya sebesar Rp 6.156,57 miliar dengan 75.000 mitra binaan. Sedangkan estimasi PSO sampai Desember 2012 sebesar Rp 352,85 triliun. REALISASI PRIVATISASI Di tahun 2012, terdapat 2 program privatisasi BUMN yang terealisir yakni IPO PT Waskita Karya sebanyak 32% dan right issue PT BTN Tbk sebesar 12,91%. Terdapat 5 BUMN yang belum terealisasi privatisasinya karena belum mendapat ijin DPR. “Lima BUMN itu akan di-carried forward di tahun 2013,” ujar Pandu Djajanto, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis. Sedangkan realisasi PMN untuk BUMN tahun 2012 adalah 7 BUMN dengan total Rp 4.600 miliar. Dalam kesempatan itu disampaikan juga penyerapan anggaran KemenBUMN tahun 2012 sebanyak Rp 90,36 miliar atau 81,2% dari pagu anggaran. Semoga di tahun 2013, kinerja KemenBUMN dan BUMN akan lebih kinclong! [Tbk]
rr
Ingin tahu tentang BUMN?
Selamat Tahun Baru 2013 “Songsong Tahun Baru Dengan Semangat Baru”
fokus
utama
2
BULETIN BUMN • EDISI 68 • TAHUN VI • 28 DESEMBER 2012
RAKER SEKRETARIAT BUMN
seno
Mewujudkan Sekretariat yang Lebih Dinamis dan Responsif
MENGAWALI RAKER ini, masing-masing unit di Sekretariat KemenBUMN, yakni Biro Hukum, Biro Umum dan Humas, serta Biro Perencanaan dan SDM plus Keasdepan Risinfo menampilkan kebolehan yel-yel. Berbagai macam ide kreatif dan tingkah polah muncul. Ada unit yang bersemangat dan kompak, namun tak sedikit ada unit yang tampil dengan kaku dan ‘berantakan’. Alhasil, di bidang yel-yel ini, Biro Hukum KemenBUMN berhasil unggul dibanding unit-unit lainnya. TESTIMONI YANG MENARIK Video testimoni hasil garapan Humas kemudian berhasil merebut perhatian peserta Raker. Video singkat tersebut menampilkan beberapa harapan dan pendapat beberapa pegawai KemenBUMN tentang Unit Kesekretariatan. “Sebagai unit pendukung kinerja KemenBUMN secara keseluruhan, pegawai Sekretariat harus cekatan dan peduli,” kata Hera Zera, Kasubbag di Bagian SDM. Noor Ida Khomsiyati, Kabag Pelayanan dan Bantuan Hukum I mengingatkan agar pegawai di Sekretariat dalam bekerja jangan tergantung dengan seseorang. Imam Bustomi, Kabag Sistem dan Informasi mengusulkan perlunya ada knowledge management dalam organisasi KemenBUMN. “Jangan sampai kompetensi tertentu hanya dimiliki orang tertentu, yang bila dia keluar KemenBUMN, baik pensiun atau jadi direksi di BUMN, tidak ada lagi yang punya kompetensi tersebut,” katanya. Bustomi menandaskan, kompetensi itu seharusnya tidak dipunyai personal, tapi di level organisasi. Chairiah, Asdep Pendayagunaan Aset dan Sinergi mengakui, staf di
Raker Sekretariat KemenBUMN di Bandung tanggal 14 Desember 2012 ternyata sangat berkesan. Di bawah tema besar “Komitmen untuk Kerja Keras dalam Tim untuk mencapai Visi Sekretariat KemenBUMN”, Raker tersebut menghasilkan berbagai rencana perbaikan kinerja unit Sekretariat ini. Sekretariat banyak diisi orang yang cakap, helpfull and caring. “Yang perlu ditingkatkan itu diklat PNS yang disesuaikan kebutuhan dan tupoksi kita,” tambahnya. Nur Wahid, staf di Humas, berpendapat bahwa semua atasannya baik-baik, tidak menjaga jarak dan santai. “Penghasilan saya Alhamdulillah mencukupi,” cetusnya. Selvin Marini, Staf di Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga mengungkapkan bahwa orangorang Sekretariat itu orang ikhlas yang punya banyak pekerjaan, namun selalu selesai pada waktunya. “Kami itu kalau salah akan langsung kena omel, namun kalau berprestasi tidak terlalu diperhatikan,” katanya tajam. Yang juga menarik adalah percakapan Sofyan dan Ahmad, petugas kebersihan di lantai M, yang antara lain menyatakan, ada pegawai di Sekretariat yang peduli dengan mereka. Dalam kesempatan itu, mereka mengkritik pegawai yang mengambil wudhu di toilet padahal bisa dilakukan di mushola. Mereka pun juga berdialog tentang makanan kesukaan Sekretaris KemenBUMN, dan Kabiro Umum dan Humas. Wahyu Hidayat, Sekretaris KemenBUMN kemudian memberi sambutan. “Pembukaan Raker dengan tayangan (video) tadi sangat inspiring, touching,” katanya sungguh-sungguh. Selama bekerja di KemenBUMN ini, Wahyu merasa inilah raker yang paling rileks dan ‘kena sasaran’. “Saya juga tidak suka yang terlalu formal dan monoton,” cetusnya. Pak Dahlan, Contoh Paling Tepat Menyinggung tema Raker, ia menyatakan tiga
kata kunci dalam mencapai visi Sekretariat KemenBUMN, yakni komitmen (commitment), kerja keras (work hard) dan kerjasama tim (team work). Wahyu bilang, banyak yang kaget ia selalu datang tepat waktu. Tapi itu untuk menunjukkan bahwa ia orang yang punya komitmen. “Namun untuk hal ini, Pak Dahlan adalah contoh yang paling tepat,” jelasnya. Dahlan malah pernah mengundang rapat pimpinan jam setengah 6 pagi. Visi Sekretariat KemenBUMN yakni “Mewujudkan Sekretariat KemenBUMN yang dinamis dan responsif untuk mendukung peningkatan nilai BUMN” menurutnya perlu didukung semua staf dan pejabat di unit ini. Menurutnya terdapat delapan issue strategis di Sekretariat KemenBUMN yakni: 1) Sistem dan layanan perencanaan dan pengelolaan keuangan yang masih perlu pembenahan; 2) Proses bisnis internal yang masih perlu penataan; 3) Belum terbentuknya budaya organisasi yang berdaya saing; 4) Sistem manajemen SDM yang belum memadai; 5) Sistem manajemen data dan informasi yang masih lemah; 6) Layanan umum yang perlu peningkatan dan pembenahan; 7) Sinkronisasi peraturan BUMN dengan peraturan teknis maupun keuangan; dan 8) Reformasi birokrasi yang belum berjalan. Wahyu mengarahkan, dalam Raker ini perlu dibahas semua masalah, rencana aksi, penanggung jawab dan monitoringnya. “Itu semua untuk mewujudkan visi Sekretariat KemenBUMN tadi,” ujarnya. [Tbk]
SISI MENARIK RAKER
Selain video testimoni, salah satu yang menarik dalam Raker Sekretariat KemenBUMN adalah sosok Bagus Rumbogo, Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Masyarakat. “Saya mungkin satu-satunya Staf Ahli di Indonesia ini yang menjadi Kuasa Pengguna Anggaran,” terangnya.
BAGUS RUMBOGO dalam kesempatan tersebut memberi sambutan menggugah pegawai KemenBUMN untuk merasakan bahwa Sekretariatan ini adalah ‘rumahku dan rumah kita bersama’. “Itu akan menimbulkan rasa kebersamaan kita,” katanya. Untuk itu, perlu dimiliki keterampilan ‘KETUPAT’, yakni menyesuaikan dengan KEadaan, wakTU dan temPAT. “Jangan melakukan 3 S, yakni Gosok, Gesek, Gasak,” ujarnya. Mestinya harus A3 (Asah, Asih, Asuh). “Kau dan aku jadi: kita bersama,” tambahnya. Menurutnya, kalau pegawai Sekretariat dituntut untuk kerja keras, maka harus diperhatikan juga kesejahteraannya. Makanya berlaku rumus: eco, sakeco, nampi yotro (enak, nyaman dan terima uang). Bagus juga sempat
mengocok perut peserta dengan lagu keroncong “Bandar Jakarta”-nya yang dinyanyikan dengan sangat kocak dan menyegarkan. MASALAH YANG MENCUAT Ketika dilakukan pooling secara acak, maka diketahuilah permasalahan utama masing-masing unit. Masalah utama di Biro Perencanaan dan SDM adalah pencairan dana yang lama. Di Biro Hukum, masalah utama adalah fokus peraturan internal yang kurang. Di Biro Umum dan Humas rupanya adalah tidak ada standar sarana dan prasarana kerja serta fasilitas jabatan. Di Inspektorat, permasalahan utamanya adalah tidak ada pengawasan internal. Sedang pada Keasdepan Risinfo, permasalahan yang mencuat adalah OA
(Office Automation) yang tidak berjalan. Semoga dengan mengetahui masalah utama, kita bisa fokus mencari langkah perbaikannya. [Tbk]
dok. panitia
Rumah Kita Bersama
BULETIN BUMN • EDISI 68 • TAHUN VI • 28 DESEMBER 2012
3
sudut
pandang
Komitmen dan Kambing Hitam
seno
Oleh: Fadjar Judisiawan
DIA KEMUDIAN melontarkan sebuah pertanyaan, jika pegawai A menganggap SDM di unit kerjanya tidak mencukupi dan bos si A (pegawai B) mengungkapkan hal yang sama, begitu seterusnya sampai pemimpin tertinggi dalam suatu organisasi berpendapat hal yang sama, apa artinya? Kesimpulan termudahnya adalah seluruh SDM pada seluruh tingkatan memang tidak berkinerja, termasuk pegawai A dan B. Kalaulah itu kejadiannya, siapa yang tidak mampu? Beberapa hari kemudian, seorang teman bercerita, dalam suatu rapat kerja, banyak dari peserta menyampaikan bahwa obat mujarab sebagian besar masalah, hanya komitmen pimpinan. Semua sudah mengerti masalahnya, tinggal keinginan dan kemauan atasan untuk menyelesaikan, begitu ujar sebagian besar peserta. Obrolan itu seakan mengingatkan ucapan seorang teman. Ia mengatakan, saat ia masih pelaksana, sempat terpikir, jabatan dan posisinya lah yang membuatnya tidak dapat
seno
Oleh: Ferry Andrianto
BAGI KUPU-KUPU dengan sayap kecil terbang lebih rendah, sedangkan yang lebih lebar terbang lebih tinggi, mencari makan yang baik-baik (nektar/sari bunga) bisa sendiri-sendiri ataupun berpasangan, dengan tidak merusak tempat di mana mengambil makan, justru selalu memberi kemanfaatan, yaitu membantu penyerbukan tanaman, dari bunga menjadi buah. Berbeda dengan lalat, atau kumbang yang grusa-grusu, kupu-kupu tampil tenang, anggun dan elegan dengan keindahannya. Namun sayang, kebaikan kupu-kupu tidak berlangsung lama, karena ratarata hanya hidup 5–7 hari, lebih pendek waktunya dibandingkan dengan proses menjadi kupu-kupu yang butuh waktu 10–25 hari. Belajar dari proses kehidupan kupu-kupu, kita bisa mengambil banyak hikmah, antara lain: proses kehidupan kita yang tak lepas dari masalah dan ujian silih berganti, hendaknya mampu menempa kita menjadi pribadi yang matang dan elegan, tidak grusa-grusu, menjalani kehidupan secara wajar,
Perbincangan mengenai organisasi terkadang memang lucu dan menarik, tak jarang juga menggelitik. Suatu saat, seorang teman yang baru selesai mengikuti sesi presentasi pada suatu asesmen bercerita, hampir seluruh peserta memaparkan adanya kesenjangan kualitas dan kuantitas SDM pada unit kerjanya masing-masing. membawa perubahan. Sejalan dengan waktu, saat posisinya sudah di tingkat manajer menengah, ternyata kendala jabatan dan posisi dimaksud masih menghantuinya. Adakah benang merah ketiga cerita tersebut? Yang jelas sumbernya SDM, seluruh pegawai tidak termotivasi melakukan pembenahan dan perubahan. Yang dilakukan hanya saling menyalahkan. “Kambing hitam” paling mudah diungkapkan seperti keadaan yang tidak pas, atasan tidak mendukung, bawahan tidak becus, jabatan belum memungkinkan dan sebagainya. Dari kesemuanya itu, pokoknya adalah keengganan anggota organisasi mengambil peran dan tanggung jawab dalam melakukan perubahan dan perbaikan. Ini dapat dipahami, mengingat perubahan dan perbaikan butuh kontribusi pikiran, tenaga, waktu, kesiapan mental dan lainnya, yang tentu saja tidak semua orang mampu dan mau. Buat sebagian besar orang, pikiran sederhana dan kuno seperti, buat apa kita repot, nanti kalau berhasil kan dapat manfaat juga, seringkali merusak harga diri dan citra organisasi.
sang penanya agar jangan bertanya benar atau tidaknya orang lain, namun harus lebih baik fokus tentang dirinya sendiri. Intinya, perilaku dan tindakan orang lain akan selalu lebih mudah dilihat dan dikomentari, sedangkan untuk itu, kita lupa akan perilaku dan tindakan kita sendiri. Coba hitung, berapa banyak orang berkomentar dan mencemooh tindakan dan perilaku orang lain dan bandingkan dengan komentar atas dirinya sendiri. Sekali lagi, kita memang paling mudah mencari “kambing hitam” untuk menjustifikasi kegagalan atau kesulitan yang sedang dialami, entah itu karena orang lain, keadaan, waktu dan sebagainya. Karena eratnya hubungan antara demotivasi dan pengkambinghitaman, kadang timbul pertanyaan, mungkinkah orientasi menyalahkan orang lain tersebut sebenarnya manifestasi rasa rendah diri dan takut gagal? Mungkinkah ketagihan akan “kambing hitam” ini muncul karena ketimpangan antara kebutuhan pengakuan diri yang besar di satu sisi, dengan kemampuan berprestasi yang kecil di sisi lain? Hanya nurani kita masing-masing yang tahu jawabannya. Penulis, Plt Asdep Risinfo
Di sebuah acara TV, seorang ulama menyarankan
Kupu-kupu, Dari Kehinaan Menuju Kemuliaan Kupu-kupu adalah salah satu makhluk yang memiliki beberapa keunikan dalam proses kejadian dan perilakunya, antara lain, melalui proses yang panjang dan lama (metamorphosis), mencari makan di siang hari, dan istirahat di malam hari di tempat yang terlindung (daun/ pohon), meletakkan calon penerusnya (telur) di tempat yang terjamin logistiknya (daun, yang bakal menjadi makanan larva/telur yang menetas). gak neko-neko, mampu memberikan keamanan (nafkah) lahir dan batin bagi keluarga, mampu berperan secara proporsional di lingkungannya sesuai kadar kemampuannya. Rezeki yang diperolehnya pun dengan cara yang baik dan halal, dan tidak melakukan tindakan pengrusakan di tempat kerja ataupun mengganggu teman kerja/warga. Justru kebaikan dan kemanfaatan yang mesti kita berikan pada lingkungan kita, sehingga hidup kita menjadi lebih bermakna atau memberi nilai tambah, meski kita tahu umur kita mungkin tidak lama lagi. Seperti halnya kupukupu yang mungkin tidak pernah merisaukan berapa lama jatah hidupnya, namun yang jelas dia tetap semangat dan nyata memberikan potensi terbaiknya bagi kehidupan. Dia mengajarkan: tidak penting berapa lama hidupnya, tapi yang penting adalah senantiasa konsisten mampu memberikan kemanfaatan yang terbaik bagi lingkungannya. Menilik hal di atas, tiada sesuatu pun yang ada di muka bumi ini tercipta sia-sia, atau hanya
numpang hidup atau sekedar pelengkap kehidupan saja, karena Sang Pencipta maha serius yang tidak pernah main-main dengan ciptaan-Nya. Kehidupan adalah sebuah hadiah terindah yang sarat makna. Hidup kita adalah hari ini, sehingga disebut hadiah/bingkisan (present) yang mesti kita jadikan sumber manfaat. Kemarin adalah masa lalu yang menjadi kenangan dan tak mungkin kembali. Sedangkan hari esok belum tentu kita temui, sehingga tak perlu kita risaukan. Kalaupun ada pertanyaan kenapa diciptakan padang ilalang, rumput dan gurun yang gersang terbengkalai, serta belalang, tikus dan nyamuk yang merusak dan menjadi sumber penyakit. Jawabannya: pasti ada manfaatnya. Bila kita anggap hal itu sebagai sesuatu yang sia-sia, pastilah karena kebodohan kita saja. Karena alam adalah sumber ilmu dan inspirasi bagi mereka yang berakal. Ya, kupukupu….. hina pada awalnya, tapi mulia pada akhirnya. Penulis, Kasubbag Administrasi SDM KemenBUMN
sosok
4
tokoh
BULETIN BUMN • EDISI 68 • TAHUN VI • 28 DESEMBER 2012
CHAIRIAH
Semua Bisa Kalau Punya Kemauan
CADEL, RAJIN DAN PENURUT KONON, SEDIANYA panggilan kesayangan untuknya waktu kecil adalah Riri. Namun, karena cadel, ia pun memanggil dirinya: Lily. “Itulah riwayat nama panggilan saya,” kata Ibu tiga anak ini, kala diwawancara di ruangan kerjanya, di lantai 10 KemenBUMN. Ia lahir di Medan, tepat 17 Agustus 1965. Masa kecil dijalaninya di kota Bika Ambon itu hingga tamat SD. “Dulu saya tinggal di jalan Malaka,” katanya. Sekolahnya, SDN 02 Medan, berada di sebelah rumah. Kala itu, tubuhnya paling tinggi di antara teman sekelasnya. “Makanya saya dipanggil ‘Si Panjang’, atau ‘Si Jangkung’,” ujarnya. Di sekolah, Si Jangkung ini tergolong biasa-biasa saja. “Tapi rajin dan penurut,” tambahnya. Ayahnya, Hasan Hamzah asli Lokseumawe, Aceh. Sang ayah sangat perhatian pada anak-anaknya. Lily kecil yang suka nonton film silat Cina sering ditemani sang ayah. “Kami naik becak ke bioskop,” kenangnya. Ayahnya seorang pedagang eksporimport. Sedang ibunya, Nurhasni, asal Solok, adalah ibu rumah tangga murni. “Meski dari tanah Minang, Ibu nggak bisa bahasa Minang, karena besar di Aceh,” akunya. Lily anak keenam dari delapan bersaudara. Sekarang, semua saudaranya tinggal di Jakarta. Ayahnya meninggal dunia tahun 2000. Sedang ibunya kini tinggal bersama adik bungsu, namun sering berpindah-pindah bila kangen sama anak dan cucunya yang lain. “Yang penting Ibu senang,” tambahnya. SMA DI JEDDAH Waktu SMP, tahun 1979, keluarganya pindah ke Jakarta, tepatnya di Jl. Prapanca Raya, Jakarta Selatan. Ia bersekolah di SMPN 12, di Jl. Wijaya. SMP itu terbilang favorit di Jakarta. “Banyak siswa pintar dan artis-artis sekolah di sana,” ujarnya. Sama dengan di SD, prestasinya di SMP juga biasa-biasa saja. “Saya tak menonjol, cenderung pemalu. Namun bisa mengikuti pelajaran dengan lancar,” terangnya. Tahun 1981, ketika mau masuk SMA, keluarganya pindah ke Jeddah, Saudi Arabia. Ia bersekolah di SMA Indonesia Pancasila. “Saya punya banyak kenangan di sana,” katanya. Satu kelas hanya terdiri
9 orang (7 IPA dan 2 IPS), terdiri atas 3 perempuan dan 6 laki-laki. “Siswa di sekolah itu umumnya anak dari keluarga yang bekerja di Kedutaan,” tambahnya. Jadinya, suasana sekolah itu bagai bimbingan privat karena perhatian kepada setiap siswa lebih penuh. Pelajaran yang disukainya adalah Kimia. “Saya suka aja dengan bercampurnya beberapa unsur menimbulkan reaksi,” katanya. Di Jeddah itu, keluarganya tinggal di sebuah flat (apartemen) dengan empat kamar. “Kami kan keluarga besar,” terangnya. Enaknya, ia bisa seringsering melakukan ibadah umroh dan setiap tahun berhaji. Biasanya, kalau ada teman sekolah yang ulang tahun, malamnya mereka umrah bersama. Namun, selama di Jeddah ke mana-mana ia dan temannya selalu pergi bersama-sama, karena tidak lazim pergi sendirian atau berduaan demi keamanan. “Pokoknya ada orang dewasanya,” ujarnya. Di Jeddah itu, ia terbiasa mengenakan pakaian abaya. Lily mengenang, ia pernah mengajak teman-teman kelasnya bolos, karena masa ujian telah lewat. “Kami bolos sekelas, ke rumah teman, dan bikin rujak,” katanya tersenyum. Besoknya, gurunya memanggil orang tuanya. “Dulu itu saya terkenal siswa baik dan disiplin, jadi pas membolos, guru merasa kecewa,” ujarnya. Setamat SMA di Jeddah tersebut, tahun 1984, ia menerima undangan di IPB. “Sayangnya, saya telat mendaftar dua bulan,” ujarnya. Dengan alasan itu, pihak IPB kemudian menolaknya. Ia merasa ‘sedikit terpukul’. Untuk mengisi hari-harinya, ia ambil beberapa kursus singkat. Tahun 1987, Lily kuliah di Institut Teknologi Indonesia (ITI) di Serpong. “Ayah bilang, ITI itu sekolah yang didirikan Pak Habibie dan prospeknya bagus,” katanya. Ia yang penurut, manut saja, dan kuliah di Jurusan teknologi industri pertanian. Sebagai penyuka ilmu Kimia, ia senang kuliah di sana. Di kampus itulah ia kenal dengan Ferryal, seorang mahasiswa Teknik Kimia yang ternyata juga Asisten Labor Kimia, yang kelak jadi suaminya. Ia menikah dengan Ferryal tanggal 3 Desember 1994.
dok. pribadi
seno
Memperingati Hari Ibu, Redaksi Buletin KemenBUMN edisi kali ini memunculkan sosok Chairiah, Asdep Pendayagunaan Aset dan Sinergi. Ia, satu dari (hanya) dua pejabat eselon II yang perempuan di KemenBUMN. Siapa sangka, perempuan ramah berperawakan mungil lulusan Monash University ini pernah jadi penerjemah bahasa Inggris di layar TV (subtitle) untuk film serial Baverly Hills atau Candid Camera. PENERJEMAH SUBTITLE, NOVEL SERAM DAN DEPKEU Waktu kuliah itu, ia sempat jadi pekerja paruh waktu sebagai penerjemah teks bahasa Inggris di layar TV (subtitle) untuk beberapa film di RCTI, seperti Baverly Hills, Candid Camera dan film lainnya. “Lumayan, untuk satu film berdurasi 1 jam saya dapat Rp 70 ribu,” ujarnya. Satu film itu bisa ia selesaikan semalaman. “Jadi kalau lagi tidak punya duit, saya main ke RCTI,” katanya. Kebetulan, salah seorang kakaknya bekerja di sana. Sejak SMA, Lily memang punya hobi membaca novel-novel berbahasa Inggris. “Walau penakut, saya suka novel-novel yang ceritanya seram dan penuh teka-teki, seperti the Home,” katanya. Novel itu ia baca dalam waktu yang lama karena setiap ada bagian-bagian yang menakutkan, ia tutup buku itu. “Besoknya baca lagi,” ujarnya. Lily juga senang membaca cerita detektif dan misteri karangan Agatha Christie. Awalnya, membaca buku-buku berbahasa Inggris ia lakukan untuk melancarkan bahasa Inggris. “Dulu itu sepertinya asyik kalau jadi ahli bahasa,” ujarnya. Lily terinspirasi dengan penerjemah Presiden Soeharto yang selalu muncul di TV menemani Pak Harto kalau bertemu tamu luar negeri. Setamat kuliah, ia melamar ke beberapa Bank termasuk Bank Modern yang merupakan bank baru. Tes pertamanya, para pelamar diukur tinggi dan berat badan. Tingginya hanya 153 dan berat 39 kg. “Yang lain tinggi semampai, cuma saya doang yang kecil,” katanya. Alhasil, ia tidak lulus tes jadi karyawan Bank itu. Ia sempat terpikir bekerja di salah satu TV. “Sepertinya bekerja di TV itu enak, kreatif, happy, tampilan orangnya keren-keren,” ujarnya. Namun ayahnya mengarahkannya untuk masuk jadi PNS Depkeu. Ayahnya bilang, kalau jadi PNS, peluang sekolah S2 di luar negeri cukup besar. Ia sempat menolak masuk PNS karena menganggap jadi PNS kurang keren. Namun, menghormati ayahnya, ia tetap mencoba jadi PNS. Agustus 1994, ia jadi pegawai honorer di Depkeu dan Januari 1995 ia jadi CPNS setelah menjalani tes wawancara. Kala mengikuti tes itu, Lily masih ingat, sang ayah menyediakan waktu mengantarnya. Ia diwawancarai Pak Jaluddin Panjaitan dan Pak Andung Nitimihardja. Alhasil, ia lulus dan ditempatkan di Sekretariat Ditjen Pembinaan BUMN. Dirjennya waktu itu Pak Martiono. Atasannya Pak Tumanggor. Dua tahun bekerja, ia pun mengajukan aplikasi beasiswa di AusAid. Alhamdulillah lulus. Atas
BULETIN BUMN • EDISI 68 • TAHUN VI • 28 DESEMBER 2012
5
saran Pak Martiono, ia mengambil jurusan Master Business Administration.
Dalam mengikuti perkuliahan, awalnya, Lily sempat merasa kesulitan. Ia yang merasa menguasai bahasa Inggris, ternyata juga sulit menangkap apapun yang diucapkan sang dosen pada kuliah perdana. “Rupanya logat atau aksen sangat mempengaruhi,” katanya. Akhirnya, ia mengatasinya dengan terlebih dahulu membaca resume pelajaran tersebut, sehingga ketika sang dosen menjelaskan, ia bisa langsung paham. Lama-lama, ia pun terbiasa dengan logat sang dosen. Bulan Juli 1999, perkuliahan MBAnya dengan konsentrasi finance dan marketing itu pun selesai. BTU BUMN DAN SOSOK-SOSOK YANG BERKESAN Pulang ke tanah air, ia menjumpai Ditjen Pembinaan BUMN sudah ‘terbelah’ menjadi Kementerian Negara Pendayagunaan BUMN dan Biro TU BUMN. “Yang baru lulus sekolah ditempatkan di Biro TU BUMN,” jelasnya. Pak Mahmuddin Yasin (saat ini Wamen BUMN) menjadi Kepala Bironya. Ia pun diminta membantu Bu Tuti Pujiastoety (almh.), Kepala Bidang yang mengurusi beberapa BUMN seperti Bulog dan PPD. Sosok yang juga mengesankan baginya adalah Pak Tasril Lebe dan Pak Budiharto Tulus yang pernah jadi atasannya. “Pak Tasril orang pertama yang memberi arahan bahwa bekerja itu harus fight,” katanya. Sedang Pak Budi menginspirasinya untuk senantiasa menjadi orang yang sederhana, sabar, selalu baik dan ramah pada semua orang. Bu Yanti (sekarang Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur) dan Pak Yasin (Wamen BUMN) dan Pak Pandu Djajanto (Deputi Bidang
Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis) juga para atasan yang berpengaruh positif baginya. “Dari beliau-beliau, saya belajar tentang keloyalan terhadap pekerjaan,” ujarnya. Sekitar 11 tahun (dari 2001 hingga 2012) ia jadi pejabat Eselon IV hingga Eselon III di unit yang menangani Restrukturisasi dan Privatisasi. Ia terlibat berbagai restrukturisasi dan privatisasi BUMN, antara lain Initial Public Offering (IPO) Bank BRI, PT Krakatau Steel, divestasi PT Indosat Tbk, Right Issue PT Bank BNI Tbk. DI MANA PUN BEKERJA DAN BERKINERJA Awal September 2012, untuk pertama kalinya ia ‘keluar’ dari bidang pekerjaan yang ‘berbau’ restrukturisasi dan privatisasi. Ia dipercaya jadi Asdep Pendayagunaan Aset dan Sinergi. Lily mengaku bukan orang yang ngoyo mengejar karir. “Namun, di tempat mana pun, saya akan bekerja dan berkinerja,” ujarnya. Yang jelas Lily sangat yakin, perjalanan kariernya juga berkat doa kedua orang tuanya. Pendayagunaan Aset dan Sinergi merupakan bidang baru yang menarik baginya. Di Keasdepan dengan 10 personil ini, hanya Lily seorang yang perempuan. Itu tak masalah baginya. Setiap Senin pagi, ia tradisikan briefing dengan semua staf. “Dengan komunikasi yang baik, saya berharap timbul suasana kerja yang nyaman,” katanya. Ia sangat memperhatikan hubungan harmonis di Keasdepannya. “Kalau suasana harmonis, kita akan sama-sama bergairah dalam bekerja,” resepnya. Ia minta ke semua stafnya, kalau ada kesulitan jangan dipendam. “Semua harus dibicarakan, jangan sampai ada yang mengganjal,” katanya. Ia konsern dengan optimalisasi aset BUMN, melalui kerjasama atau sinergi dengan sesama BUMN. “Kita perlu hati-hati merencanakan sebuah kerjasama usaha, khususnya mempertimbangkan seberapa menguntungkan kerjasama itu bagi BUMN,” sarannya. Ia menekankan perlu kejelian untuk melihat permasalahan dalam suatu rencana kerjasama. Salah satu program besar yang juga arahan Menteri BUMN adalah pemetaan aset BUMN. Tahun 2011, pemetaan aset tersebut sebenarnya telah selesai untuk BUMN di wilayah Sumatera. Tahun 2012, program itu tidak dianggarkan. “Kita targetkan di akhir 2013, pemetaan aset BUMN di seluruh wilayah bisa tuntas,” jelasnya. Strateginya, pemetaan aset 44 BUMN yang kurang mampu dibantu dengan
Dalam memulai setiap pekerjaan, Lily mengikuti pesan ayahnya agar tidak lupa membaca suratsurat pendek Al-Quran. Hingga kini, itu jadi kebiasaannya setiap pagi sebelum memulai pekerjaan. “Alhamdulillah, itu membuat saya selalu semangat bekerja,” ujarnya. MENJADI PEREMPUAN LEBIH BERAT Menurutnya, seorang perempuan bekerja lebih berat dibanding laki-laki. “Selain mengurusi pekerjaan, seorang perempuan yang bekerja punya kewajiban lain yakni mengurusi urusan rumah tangga,” jelasnya. Setinggi apapun jabatan seorang perempuan di luar rumah, ketika sudah masuk rumah, perempuan tetap punya kewajiban mengurus keluarga sebagai seorang isteri dan seorang Ibu. Dalam hubungannya dengan anakanak, ia mementingkan kualitas komunikasi. Menyadari waktunya yang terkuras di hari kerja, Lily sangat memanfaatkan hari Sabtu dan Minggu untuk anak-anaknya. “Kita jalan-jalan, nonton atau ngumpul dengan keluarga,” katanya. Rifqa, anak sulungnya sekarang sudah remaja. “Ia kelas 2 di SMAN 70 Jakarta,” katanya. Anak kedua, Rahmatania, kelas 5 di SDN 10 Pesanggrahan dan si bungsu Rafi Rizqy (5 tahun) masih TK. Ia juga mendapat support yang tinggi dari sang suami. “Kita saling support-lah,” ujar Dekom PT Sang Hyang Seri ini. Terhadap anak-anaknya, ia selalu mengingatkan anaknya untuk mandiri, tidak manja dan selalu ingat sholat lima waktu. Dulu ia suka fitness. “Sekarang paling saya berenang, apalagi anak-anak juga senang,” ujar penyuka lagu-lagu Chrisye dan George Benson ini. Baginya, tidak ada pekerjaan yang tidak mungkin atau tidak bisa kita kerjakan. “Kalau kita punya kemauan pasti bisa,” katanya. Untuk itu, ia tidak sependapat dengan orang tertentu, yang hanya bisa ditempatkan di satu bidang pekerjaan saja. “Di mana pun, orang pasti bisa, kalau ada kemauan,” pungkasnya, menutup bincang-bincang yang hangat, di ujung tahun 2012 itu. [Rudi Rusli]
rr
Karena flatnya cukup besar, kalau lebaran, temanteman mahasiswa yang umumnya lajang biasa ngumpul di tempatnya. “Saya pun dipanggil Bu RT,” katanya ketawa. Ia yang dulunya nggak bisa masak, dengan kondisi yang ada, jadi mahir memasak. “Mau tak mau kan harus bisa,” jelasnya.
dok. pribadi
KE AUSTRALIA DENGAN GALAU Sebenarnya, ia bisa berangkat ke Australia tahun 1996, namun karena keburu hamil, ia ke Australia setelah anak pertamanya, Rifqa Kamila, berumur 11 bulan. Ia pun ke Australia dengan perasaan galau, karena harus berpisah dengan suami dan bayinya. Bulan-bulan awal di Australia, ia sering menangis sendirian mengingat itu semua. Enam bulan kemudian, suami dan bayinya menyusul ke Australia. “Karena saya lihat ada tempat penitipan anak dan suami bisa bekerja juga di sana,” lanjutnya. Enaknya, di Australia itu, kalau nggak punya duit, lihat saja papan pengumuman untuk mendapatkan pekerjaan. “Lumayan. Misalnya, jadi penjaga perpustakaan mendapat bayaran 12 dollar/jam,” katanya. Suaminya sempat jadi karyawan di sebuah pabrik wiper. Ia sendiri, kalau butuh uang untuk beli buku, misalnya, bekerja jadi baby sitter. “Anak kita dititip dengan biaya 2 dollar/jam, sedang jadi baby sitter dibayar 12 dollar/jam,” ujarnya sambil tertawa.
anggaran KemenBUMN. “Sedangkan BUMN lainnya, dengan dukungan Kedeputian teknis, kita minta memetakan sendiri asetnya,” tambahnya. Nantinya, KemenBUMN akan punya big picture aset BUMN sehingga dapat diketahui nilai wajar seluruh aset BUMN dan posisi aset BUMN non produktif.
wawasan
6
kita
BULETIN BUMN • EDISI 68 • TAHUN VI • 28 DESEMBER 2012
Mencetak Sawah Mencipta Sejarah ”Kita telah mencetak ribuan bahkan jutaan hektar sawah, sayangnya masih di atas meja”. Demikian guyonan teman-teman di PT Sang Hyang Seri (SHS), PT Pertani dan Kementerian Pertanian di sela-sela pembahasan serius mengenai pencetakan sawah baru dalam skala besar.
seno
Oleh: M. Khoerur Roziqin
GUYONAN ITU berpangkal dari dorongan kuat untuk memenuhi target mencetak sawah baru 100.000 ha yang dicanangkan Menteri BUMN dalam Program GP3K Ekstensifikasi. Jangankan 100.000 ha, satu hektar pun belum ada tandatanda akan dapat dicetak. Padahal tahun 2012 akan segera berakhir.
dibeli oleh BUMN, atau bagaimana?”, seru Pak Darwa yang ternyata ketua RT yang lahannya ikut digunakan dalam program tersebut. “Pak Menteri, kami tidak punya pekerjaaan lain selain menanam padi di sawah. Kalau semuanya pakai mesin, kami nanti kerja apa?” ungkap Pak Husen serius.
Surat persetujuan dari Bupati bahkan Gubernur sudah menumpuk di ruangan. Proposal dan kajian pencetakan sawah pun sudah berpuluhpuluh bahkan ratusan lembar. Namun belum ada titik terang akan ada lahan yang benar-benar siap untuk program ekstensifikasi ini. Lahanlahan yang ditawarkan oleh Gubernur maupun Bupati, setelah disurvei ternyata tidak layak. Ada lahan yang berbentuk kebun mangrove, ada yang derajat kemiringannya tidak mungkin dibuat sawah, ada lahan gambut dan banyak pula lahan sengketa. Alhasil, mencetak sawah baru di negeri ”agraris” ini ternyata tidak mudah.
Antusias petani terasa dalam acara ground breaking pencetakan sawah baru di Ketapang tersebut. Antusias itu memberi darah segar bagi Tim di lapangan yang segera terjun memulai PR bersejarah. Sawah itu tetap milik petani, bukan dibeli oleh BUMN. Ini adalah “Mantra” pertama, yang membuka jalan suksesnya program ini. Jika salah “Mantra”, sawah menjadi milik BUMN, sebagaimana diskusi panjang bulanbulan sebelumnya, maka berbagai persoalan segera bermunculan. Berapa dana yang harus disiapkan oleh BUMN? Dari mana dananya? Apakah ada dana PMN dari APBN? Berapa cost of money-nya kalau dari bank? Apakah ini investasi yang terbaik bagi korporasi? Apakah ada lahan yang demikian luas yang siap dibeli? Serta persoalan lain yang susul menyusul. Maka Mantra Pertama ini efektif memangkas separuh beban dan masalah yang akan muncul.
Mencetak sawah dalam skala besar merupakan mimpi yang sudah ada sejak zaman Presiden Suharto. Dan selalu gagal. ”Hari ini kita memulainya dari Ketapang. Ini adalah sejarah. Ini tidak boleh gagal. Ini harus sampai 100.000 ha,” seru Pak DIS, demikian Menteri BUMN ini biasa disapa, di hadapan ribuan petani dan Direksi beberapa BUMN. Semangat mencetak sawah baru itu mengalir deras. Jalan rasanya sudah terbuka, ”Kita tidak bisa mundur lagi, ini harus berhasil”, demikian Pak DIS mewantiwanti jajaran Direksi SHS, Pertani, Pupuk Indonesia Holding, Hutama Karya, Brantas Abipraya dan BUMN lainnya yang terlibat. Giliran sesi tanya jawab, dimanfaatkan untuk “curhat” oleh para petani. “Saya punya lahan 10 ha, tapi tak bisa digarap karena tidak ada akses pengairannya. Modal untuk menanam pun terlalu mahal. Saya memilih menjadi buruh tani Pak Menteri,” ungkap Bu Rahmah dengan polos. “Pak Menteri, apakah lahan kami akan
Selamat Ulang Tahun
Rudi Gunawan Sukendar Khasan Anwari Siddik Muh. Rosyid Ariansyah Jantiar Sitorus Anindita Eka Wibisono Diah Triana Irnanda Laksanawan
“Mantra” kedua adalah mengefektifkan dan memobilisasi dana PKBL untuk program yang fokus, skala besar dan menyentuh hajat hidup rakyat banyak. Ketahanan pangan tentu saja semua mafhum adalah program prioritas pemerintah. Pro job pasti, karena ini akan menciptakan banyak peluang kerja. Pro poor juga iya, karena ini akan meningkatkan pendapatan petani yang sebagian besarnya masih berpenghasilan rendah. Pro growth otomatis, karena efek dominonya demikian besar untuk sektor ekonomi lainnya. Efek mobilisasi dana ini langsung terasa dalam denyut kehidupan kota Ketapang. Kota Kecil di Kalimantan Barat yang dapat ditempuh satu jam perjalanan dengan pesawat kecil dari Pontianak ini, tiba-tiba mendapat “durian
01 Januari 1971 01 Januari 1982 01 Januari 1984 02 Januari 1972 02 Januari 1982 03 Januari 1958 04 Januari 1985 06 Januari 1968 07 Januari 1962
Teddy Poernama Bonar Manurung Endra Gunawan Meriantie Redi Setiadi Suka Edi Prasetyo YB. Priatmo Hadi Yanuarius Boik Arie Wijaya
07 Januari 1971 09 Januari 1958 11 Januari 1982 15 Januari 1973 15 Januari 1983 15 Januari 1985 16 Januari 1972 17 Januari 1969 18 Januari 1982
runtuh”. Akan ada guyuran dana ratusan miliar di wilayah ini yang digunakan untuk menata irigasi, pembuatan jalan, operasional mesinmesin pertanian dan juga penyerapan tenaga kerja setempat. Multiplier effect-nya langsung terasa. Segera Ketapang menjadi Kabupaten yang surplus beras, mungkin surplus terbesar di Kalimantan Barat. Hotel dan rumah kontrakan pun bakal ramai terisi. Warung-warung hidup. Tukang ojek bahkan tukang pijat pun laku. “Mantra” ketiga adalah mekanisasi. Tidak mungkin menggarap lahan yang demikian luas dengan model pertanian tradisional. Selain SDM-nya tidak cukup, waktunya juga terlalu lama. Tapi bagaimana dengan petani setempat yang lahannya dikerjakan oleh BUMN, apakah mereka tidak kehilangan mata pencaharian sebagaimana keluhan Pak Husen? Nampaknya Pak DIS punya jalan keluar. Selain pembagian dari hasil panen, petani yang ingin menanam padi secara tradisional tetap disiapkan lahan. Sawah 1.000 ha itu luas, apalagi 100.000 ha. Maka tidak sulit menyediakan lahan 10 ha untuk tetap digarap secara tradisional oleh petani yang ”gatal” kalau tidak menanam dengan tangan. Tentu mereka mendapat upah dari menanam itu. Di samping tentu saja, petani setempat tetap bisa dipekerjakan dalam pencabutan rumput, pemupukan, dan pekerjaan lain yang tidak bisa dilakukan mesin. Proyek ini sudah jalan. Tidak boleh berhenti. Harus sukses. Maka pengawalan terhadap detail “trenyil-trenyil” persoalan di lapangan adalah tugas berat lainnya yang menanti seluruh jajaran Kementerian BUMN dan BUMN yang ditugaskan dalam proyek ini. Bekerja, bekerja, bekerja! Penulis, Kepala Bidang Usaha Industri Primer IIb, Anggota Dewan Komisaris PT Sang Hyang Seri (Persero)
Yudi Yudhawan Edy Widyaya Syarif Anis Rini Widyastuti Moh. Winarno Darsam Wartono Widia Jessti
21 Januari 1971 21 Januari 1972 21 Januari 1977 23 Januari 1975 23 Januari 1976 25 Januari 1965 26 Januari 1958 30 Januari 1986
BULETIN BUMN • EDISI 68 • TAHUN VI • 28 DESEMBER 2012
7
rekam
peristiwa
Korupsi Atawa Risiko Bisnis?
dok. antara
ISU KORUPSI BUMN tetap saja memancing perdebatan. Sebagai sebuah entitas dengan ciri khas kekayaan negara yang dipisahkan, masih tetap banyak yang menyatakan bahwa dakwaan korupsi tersebut tepat untuk dilekatkan ke pengurus BUMN. Sisi itu adalah upaya untuk memperketat pengawasan, namun di sisi lain, BUMN dituntut untuk menjalankan bisnis dengan cepat.
“HARUS DIBEDAKAN antara korupsi dengan risiko bisnis,” ujar Hambra, Kepala Biro Hukum KemenBUMN. Itu disampaikannya dalam Seminar Nasional “BUMN dan Kampanye Anti Korupsi”, 11 Desember 2012 di Auditorium Adhiyana, Wisma Antara. Seminar Nasional itu bagian dari rangkaian memperingati HUT Perum LKBN Antara ke-75 tahun. Akibat tuduhan korupsi yang mudah ‘ditempelkan’ pada pengurus BUMN tersebut, Hambra menyatakan, Direksi BUMN saat ini lebih memilih mencari aman dibanding mencari untung. Hambra menunjuk kasus Hotasi eks Dirut Merpati yang saat ini masih dalam proses di pengadilan. “Posisi kami atas kasus itu, kerugian yang diderita Merpati bukan karena korupsi, namun karena risiko bisnis,” katanya. TUTUP ‘LUBANG MASUK’ Ferrari Romawi, anggota Komisi VI DPR RI yang juga jadi narasumber dalam kesempatan itu menyatakan bahwa intervensi di BUMN, yang merupakan satu corak dari korupsi, tidak hanya
berasal dari pihak partai politik. “Itu mungkin ada, tapi jumlahnya tidak lebih besar dibanding yang lain,” elaknya. Ia yakin, kalau tidak ada ‘lubang masuk’ intervensi itu tidak akan terjadi. “Kalau ada sedikit data, ada temuan dan laporan Serikat Pekerja, itu akan bergulir sesuai peribahasa ada gula ada semut,” ujarnya. Karenanya, Ferrari menyarankan agar pengurusan dan kinerja BUMN diperbaiki. Ia menilai kekompakan direksi BUMN juga poin penting agar direksi BUMN terhindar dari tuduhan korupsi. Said Didu, eks Sekretaris KemenBUMN yang sekarang menjadi pengamat BUMN menyatakan bahwa musuh utama BUMN itu adalah inefisiensi. “Sedang musuh utama negara itu adalah korupsi,” katanya. Ia menyatakan, kalaulah belum ditemukan penyelewengan dalam pengadaan barang dan jasa di BUMN, belum tentu ada efisiensi. “Karena aturan pengadaan barang dan jasa dibikin sendiri oleh direksi BUMN, ini wilayah abu-abu,” katanya. Said Didu kemudian menyampaikan dua modus yang susah terungkap dalam penyelewengan di BUMN, yakni di asuransi dan penempatan dana
BUMN. “Itu ada fee yang besar tapi susah dilacak,” ujarnya. Ia menyarankan Kementerian BUMN berhati-hati untuk menempatkan orang menjadi Direksi atau Komisaris di BUMN di tahun 2013 dan 2014. “Karena itu tahun politik, jadi pengangkatan Direksi itu pasti sangat berat (intervensinya),” tambahnya. BOROS DAN ROLE MODEL Memberantas gaya hidup boros, itu salah satu yang dilakukan Ismet Hasan Putro ketika diangkat jadi Dirut PT RNI. “Setiap minggu dulu itu selalu ada acara di hotel dan melibatkan banyak karyawan,” katanya. Ismet mengaku, kalau saja ia mau, ia bisa ‘bermain’ karena peluangnya besar. Ismet menyatakan, para direksi agar menjadi role model dalam menjalankan GCG di perusahaan. Ia menerapkan KPI sebagai indikator kinerja karyawan. “Kalau tidak bisa, langsung dipecat,” ujarnya. Sedang Agus Sunaryanto, Koordinator Investigasi ICW menyarankan agar kalangan BUMN harus kompak untuk menjadi komunitas yang bersih. Semoga. [Tbk]
Pengurus Baru Untuk Meningkatkan Nilai BUMN
“Menuju World Class BUMN melalui World Class IT Services”, itulah tema Workshop dan Temu Tahunan Forum Teknologi Informasi/TI BUMN (ForTI BUMN) yang dilaksanakan tanggal 5 Desember 2012, di Data Center Sentul City Telkomsigma.
SPIRIT LAYANAN INTERNASIONAL Telkom-sigma menjadi host pada acara ForTI BUMN yang dihadiri 186 peserta dari 67 BUMN tersebut. Tema kegiatan tersebut dimaksudkan untuk membangun spirit BUMN sebagai perusahaan nasional yang dapat memberikan layanan berstandar internasional kepada masyarakat dan seluruh mitra kerja.
sekaligus membuka resmi acara itu menyebutkan bahwa kebutuhan di bidang TI sangat penting dan modal utama untuk membantu seluruh kegiatan operasional perusahaan agar terus mengalami peningkatan.
Sambutan awal kegiatan tersebut disampaikan Awaludin, Direktur EWS Telkom Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Telkom Indonesia bersama dengan Telkomsigma akan mendukung perusahaan BUMN dalam penyediaan infrastruktur, network, dan berbagai services dalam hal pengembangan TI. “Hal ini ditandai dengan kesiapan PT Telkom Indonesia Tbk dan Telkomsigma dalam investasi kepemilikan data center yang saat ini berada di 4 lokasi di Serpong, Bogor, Surabaya dan Balikpapan,” ujar Awaluddin. Irnanda Laksanawan, Staf Ahli Teknologi dan SDM KemenBUMN saat menyampaikan sambutan
IMAM BUSTOMI TERPILIH KEMBALI Judi Achmadi, Direktur Telkomsigma kemudian menyampaikan sharing session terkait kebutuhan solusi IT dan bagaimana mengelola services, termasuk solusi cloud computing. “TelkomCloud itu untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menjalankan operasional bisnis,” ujar Judi. Telkomsigma juga memiliki program Satu (SaranaTransaksi Keuangan) yakni Sistem transaksi keuangan melalui TI yang digunakan oleh pengusaha kecil dan menengah seperti BPR dan Koperasi. ForTI BUMN merupakan wadah komunikasi dalam sharing knowledge antar anggotanya untuk mendorong efektivitas dalam hal implementasi TI. Acara ini menjadi momen yang spesial dengan
dok. forTI
WORKSHOP FORTI BUMN
adanya pemilihan pengurus ForTI BUMN baru periode tahun 2012–2014. Dalam kesempatan itu, Imam Bustomi, Kepala Bidang Sistem Informasi KemenBUMN kembali terpilih sebagai Ketua ForTI. Susilo (SVP CSS PT Pertamina) dan Judi Achmadi (Presdir TelkomSigma) terpilih juga sebagai Wakil Ketua I dan II pengurus ForTI BUMN. Sedangkan Sekretaris dan Bendahara masing-masing dijabat oleh F. Hasiholan Tamba (Kepala Grup IT PT PPA) dan Alip Priyono (VP IT Strategy & Governance) PT Telkom Indonesia Tbk. Semoga pengurus baru ForTI dapat memberikan kontribusi maksimal dan meningkatkan nilai (value) BUMN sebagai pemain lokal dengan standar world class. Di acara ini juga sekaligus diadakan launching Majalah itech, yang memuat berita dan artikel tentang perkembangan IT & Telekomunikasi sebagai Business & Enterprise Solution. Penerbitan Majalah itech dilakukan ForTI BUMN bekerja sama dengan Feels Creative (PT Media Madani Utama). [Tbk/Sigma]
rekam
peristiwa
8
BULETIN BUMN • EDISI 68 • TAHUN VI • 28 DESEMBER 2012
FGD DUA RANCANGAN PERMEN
seno
Melahirkan ‘Permen’ Yang Tidak Multi Persepsi
FGD YANG dihadiri sekitar 40 orang perwakilan 20 BUMN itu dilaksanakan di lantai 21 KemenBUMN. Sekretaris KemenBUMN, Wahyu Hidayat membuka FGD tersebut dan menegaskan bahwa Permen ini harus segera diselesaikan. “Agar proses bisnis di BUMN tidak mandeg,” ujarnya. Dua rancangan Permen tersebut adalah tentang akuntabilitas keuangan BUMN dan tentang penundaan transaksi bisnis yang terindikasi penyimpangan dan/atau kecurangan. PENUNDAAN TRANSAKSI Bagaimanapun, transaksi bisnis itu sifatnya kontraktual. “Jangan sampai dari awal orang tidak mau berbisnis dengan BUMN, namun perlu dijelaskan sedari awal hal-hal yang membuat transaksi itu dapat ditunda,” ujar Hambra. Pada prinsipnya, pada rancangan Permen ini dinyatakan bahwa penundaan transaksi bisnis dapat terjadi bila ada potensi kerugian BUMN akibat adanya penyimpangan dan/atau kecurangan dalam transaksi bisnis. Namun penundaan transaksi bisnis tidak dapat dilakukan bila kerugian BUMN yang ditimbulkan
12 Desember 2012 lalu dilakukan Focus Group Discussion (PGD) atas dua rancangan Peraturan Menteri (Permen), yang harus diselesaikan dalam bulan Desember 2012. “Dua Permen itu adalah amanat dari Inpres Nomor 17/2011 tanggal 19 Desember 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012,” ujar Hambra, Kabiro Hukum KemenBUMN.
akibat indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan dapat diatasi, penundaan transaksi bisnis menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi BUMN, atau penundaan transaksi bisnis menghambat/mengganggu program Pemerintah. Beberapa kategori tindakan penyimpangan dan/atau kecurangan adalah adanya indikasi penggelembungan (mark up) harga, adanya indikasi proyek fiktif, adanya indikasi pemalsuan identitas mitra bisnis serta adanya indikasi barang/jasa di bawah spesifikasi/kualitas yang disepakati. Penundaan transaksi bisa dilakukan karena tiga hal: temuan Direksi, Dekom/Dewas atau unsur Pemegang Saham/Pemilik Modal, laporan dari auditor eksternal, auditor internal atau Komite Audit dan permintaan dari penyidik, penuntut umum atau majelis hakim. Selanjutnya Direksi harus meminta kepada BPKP untuk melakukan evaluasi terhadap transaksi bisnis tersebut. Berdasarkan rekomendasi BPKP, Direksi kemudian memutuskan untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi bisnis. Terkait Permen tersebut, dalam setiap perjanjian transaksi bisnis yang dibuat antara BUMN dengan
pihak lain harus mencantumkan klausul mengenai penundaan dan pembatalan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini. AKUNTABILITAS PUBLIK Sementara, rancangan Permen Akuntabilitas Publik tersebut dilakukan dalam perencanaan, pengelolaan, pelaporan dan monitoring BUMN. Kongkritnya, itu dilakukan melalui RKAP, RJPP, Aspirasi Pemegang Saham (Shareholder Aspiration), penetapan KPI, penerapan sistem akuntansi, sistem pengadaan barang dan jasa, sistem penghapusan barang persediaan dan piutang, serta penyampaian pelaporan rutin/berkala. Hambra menyatakan, sebenarnya, aturan-aturan terkait dengan akuntabilitas ini sudah ada dalam beberapa Permen yang pernah dikeluarkan. Wahyu Hidayat mengarahkan, agar setiap Peraturan Menteri tidak multi interpretatif/persepsi. “Kalau perlu bahasanya lugas, bentuknya guideline, sehingga kita rileks membacanya,” ujar Wahyu. Siap Pak Wahyu! [Tbk]
HUT DWP KEMENBUMN siska rusdonobanu DWP
Semoga Ke Depan Lebih Membekas Senin, 10 Desember 2012, Dharma Wanita Persatuan (DWP) KemenBUMN mengadakan tasyakuran HUT DWP ke-13 di lantai 21 Gedung KemenBUMN. Acara ini sedianya akan dihadiri oleh Penasehat DWP, Ibu Nafsiah Dahlan Iskan namun akhirnya beliau berhalangan hadir. BU NAFSIAH menyampaikan permohonan maaf melalui Wakil Penasehat DWP, Ibu Yetty Yasin yang menyampaikan sambutan pada acara pagi itu. Ketua DWP, Ibu Pia Megananda juga memberikan sambutan sekaligus menyampaikan sambutan Ketua Umum DWP Pusat, Ny. Nila F. Moeloek yang menekankan pentingnya kontribusi dan kiprah perempuan (istri pegawai negeri sipil) dalam rangka berperan aktif dan turut serta bekerja keras membangun bangsa, mewujudkan target MDGs pada tahun 2015 yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan yang berkeadilan dengan mengurangi kemiskinan. AURA POSITIF MENDAMPINGI SUAMI Acara ini dihadiri oleh sekitar seratusan orang yang terdiri dari pengurus DWP, undangan dari Ikatan Istri Pimpinan (IIP) BUMN dan organisasi perempuan lainnya serta para orang tua/wali dari siswa/siswi penerima beasiswa pendidikan. Sebagai Sharing Session disampaikan oleh Ibu Ir. Hj Nia Wardini Said Didu yang bertema “Menanamkan Aura Berpikir Positif Mendampingi Suami”. Ia menyampaikan beberapa tahapan yang dilalui dalam mendampingi suami. “Pertama yang perlu dilakukan adalah doa. Jangan abaikan hal ini, karena kekuatan doa itu sangat penting,” katanya. Selanjutnya, perlu seorang istri bersyukur dengan capaian yang diraih sang suami. “Kita juga harus
siaga, dalam arti siap menerima amanah dan siap juga ketika amanah itu diambil lagi oleh Yang Kuasa,” ujarnya. Menurutnya, seorang istri juga harus mandiri dan senantiasa mengevaluasi diri. Sebagai penutup, peserta diberikan pelatihan merangkai batu-batu aksesori berupa persembahan dari Ibu Yetty Yasin beserta tim pelatihnya yang diberikan secara cuma-cuma. DOORPRIZE YANG MENGHARUKAN Tidak kalah mengharukan adalah sessi doorprize yang grand prize-nya berupa TV LCD, dan peralatan elektronik rumah tangga lainnya sebagai persembahan khusus bagi orang tua/ wali siswa/siswi penerima beasiswa pendidikan yang terdiri dari pegawai golongan I & II, tenaga outsourcing, cleaning service dan satpam. Grand Prize dipersembahkan oleh PTPN III, PT TELKOM, PTPN VIII dan beberapa BUMN lainnya. Para penerima grand price mengeluarkan air mata sebagai bentuk keharuan dan luapan suka cita mereka. Pengurus DWP menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung mensukseskan programprogram DWP selama ini. Semoga kiprah DWP ke depan, lebih membekas, dan dapat membawa
kemaslahatan bagi sesama. [Tata-Anggota Bidang Pendidikan DWP KemenBUMN) SUSUNAN PENGURUS BULETIN BUMN Pelindung: Menteri BUMN Pembina: Sekretaris Kementerian BUMN, Kepala Biro Umum dan Humas Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Faisal Halimi Pemimpin Redaksi/Ketua Tim: Rudi Rusli Tim Editor: Mahmud Husen, Teddy Poernama, Ferry Andrianto Dewan Redaksi Dan Desain Grafis: Riyanto Prabowo, Sandra Firmania, Erwin Fajrin, Sentot Moelyono Sekretariat: Sahala Silalahi (Koordinator), Umi Gita Nugraheni, Hendra Gunawan, Nur Wahid, Sutarman. Alamat Redaksi: Lantai M Gedung Kementerian BUMN (Biro Umum dan Humas), Jl. Medan Merdeka Selatan No.13, Jakarta Pusat 10110. Telp: 021-2312373, Fax: 021-2311224 E-mail:
[email protected], Website: www.bumn.go.id Redaksi menerima kontribusi tulisan dari pegawai Kementerian BUMN, karyawan BUMN atau pihak lain yang relevan dengan semangat Buletin Kementerian BUMN, dengan syarat diketik rapi dengan spasi ganda, maksimal 2.000 karakter (setengah halaman), dengan disertai identitas diri penulis. Setiap tulisan yang dimuat merupakan pendapat pribadi penulis.