Selalu ada keajaiban By.haruma gelap, tiba-tiba semua gelap, aku tak ingat apapun kemudian ku dengar suara-suara memanggil namaku, perlahan ku buka mata ku..aku melihat senyuman terpancar dr raut mereka..aku pun membalas dg senyum. Ternyata aku baru saja siuman dari pingsanku..ini bukan kali pertama aku mengalaminya, mungkin terhitung sudah 7 kali ini, dalam rentan waktu 2 bulan ini, aku memang mengerti bahwa kondisi badanku tidak sehat, akupun mengerti sakit apa sekarang aku, dan akupun mengerti apa yang harus aku lakukan untuk sembuh dari penyakit ini, tapi...karena aku mengerti semua, tak ada jalan laen selain aku harus menikmati sisa waktu hidupku... terbayang dalam benakku, ini seperti sebuah cerita sinetron atau film drama korea, yang nantinya akan berakhir dengan kesedihan dan kematian,, apakah nasib ku akan mengikuti alur cerita itu?, ah tidak, aku tidak mau, aku akan trus berjuang, bahwa kelak jika aku harus meninggalkan kehidupan ini, aku akan pergi dengan meninggalkan senyuman, tak ingin aku melihat derai air mata mereka melepas kepergianku...begitulah mungkin yg akan trjadi kelak, tapi aku masih punya waktu tuk mewujudkan semua itu, menyelesaikan mimpi yang sempat tertunda karena keadaan.. besok aku harus terbang, kembali ke Indonesia,tentunya akan bertemu dengan keluarga besar, dan masuk dalam list ku, aku akan berkunjung ke rumah
mantan
kekasihku,
sekedar
menyambung
silaturahim..meski
sebenarnya ad misi tertentu aku kesana, takkan kusebutkan disini
hari ini, setelah menempuh perjalanan selama berjam jam plus menunggu keberangkan pesawat alias delay, akhirnya aku sampai di negeri tecinta, Indonesia.. dan sekarang aku dalam perjalanan pulang kembali ke rumah. Senang hatiku dalam perjalanan ini, saat itu aku melewati sekolah ku saat aku masih SD, langsung teringat masa masa kanak kanakkku disini, sungguh menyenangkan..kadang aku berfikir aku tak pernah ingn dewasa seperti sekarng!, tapi itu menghidar dari sebuah kenyataan, waktu akan terus dan terus melatih kita menuju masanya, bukankah begitu?, Mb, turun mana?, sopir taxi itu bertanya padaku, ah! aku terlalu banyak melamun, rumahku padahal dekat dengan SD tadi, Maaf bapak, sedikit kelewatan, tapi tak megapa, nanti saya jalan kaki saja, soalnya ini jalur serarah, bapak langsung sj lurus dan...ya, kemudian aku memberi arah jalan kemana pak sopir itu bisa menemukan jalan raya besar,,setelah turun dari Taxi aku segera berjalan menuju rumahku, tepatnya rumah orang tuaku..untung saja bawaan ku tak sebanyak biasanya aku bawa saat mudik. sampai di halaman rumah aku langsung disambut sodara sodaraku,,wajah mereka tampak ceria melihat kedatanganku,, tentu aku balas dengan senyum merekah dari wajahku, aku harus nampak sehat, pikirku, aku rasa satu minggu, mereka takkan tahu, aku memang pandai menyimpan rahasia. hal ini karena pertimbangan tak inginku menyusahkan orang lain, Malam hari, kita keluarga besar berkumpul, kita saling bertukar cerita, bercanda, kakak pertamaku satu minggu yang lalu baru saja balik dari singapura, sdh 2 tahun dia tidak kembali ke rumah, beruntung diriku, aku masih bisa bolak balik kembali ke indonesia, karena ada masa libur yang bisa kumanfaatkan kembali mudik ke rumah, yah meskipun bakal keluar ongkos transportasi, tapi itu tak masalah bagiku, keluarga bagiku itu nomor satu. Kami sekeluarga menghabiskan malam itu dengan kebersamanaan dan kehangatan, hal seperti ini yang selalu membuatku kangen tuk selalu berkumpul bersama mereka.
satu hari liburan dirumah telah terlewati, hari ke dua aku manfaatkan berkunjung ke rumah kakak ipar dan bibi ku, yg rumahnya tidak begitu jauh,, Jadi inget, sama ponakanku si Dafi, si imut nan montok yang suka banged di gendong sma om Rama nya, pasti makin lucu anak itu, Benar, sampai di sana, aku langsung bertemu dengan anak itu, ternyta dia masih inget aku, meski 9 bulan tidak bertemu,makin menggemaskan ni anak, Te, bawa ap?,itu, ternyta Dafi sudah pintar ngomong ya? anak umur 3 tahun ini, lama lama kayak emaknya, pinter ngomong alias bawel, tp gpplah, itu bakat jadi presenter kok..hehe. emak nya si Dafi itu kakakku no 2. Mereka semalam tidak bisa berkumpul ke rumah, karena ada keperluan lain.aku maklum Aku 5 bersaudara, aku sendiri no 4. Kakak pertama cowok Rama namanya, tinggal di Malang, sudah berkeluarga dan bekerja disana, kedua cewek Shanti, yang td emaknya si Dafi, ke 3 cowok Chandra si engginering yang tadi awal kuceritakan bekerja di singapura,dan paling bontot adekku Damar, yg saat ini masih kuliah di slah satu PTN di kota ini. Dan aku sendiri Mira, seorang dokter, saya bekerja di sebuah rumah sakit di Thailand. yah,benar akulah yang paling jauh bekerja. Inilah hidupku, aku ingin membantu banyak orang semampu aku bisa, tak perduli dimana aku berada.dan telah aku dedikasikan hidupku di dunia medis. Aku memutuskan bekerja di luar negeri, karena sebuah kejadian, mungkin inilah awal dari kisahku.. 5 tahun yg lalu... 'hari ini aku ad praktikum nih, ntar biz praktikum ya, cu, luv u',berikut cuplikan sms yang ku baca. hari ini aku ada janji ketemuan dengan cowo ku, Bayu namanya. Dia tipe cowo yang penyayang, sabar dan menyenangkan. kami kuliah beda fakultas, jadi kita harus menyesusaikan waktu untuk bertemu, kadang ad waktu istirahat sebentar kami manfaatkan makan siang bersama, meski begitu kami menikmatinya.Gaya pacaran kami bukan seperti org jaman sekrng yang maen ke mall mpe shoping kemudian pulang malem, karna jadwal kita yg padat di kampus, jadi kita pandai pandai cari waktu, biasanya
kebersamaan kami lewati dengan mengerjakan tugas kampus bersama, tentunya tugas yang berbeda pula, dia di fakultas teknik sementara aku di kedokteran. Kami baru saja pacaran 4 bulan lalu,tpi rasanya sudah sejak lama kami mengenal. Sore ini selesai praktikum, kami makan bersama, tempat favorit kami adalah spesial ayam goreng, yummi, pasti makan banyak di sana, hehee,mpe bapak penjual sana hafal klo kami makan bersama.Saat seperti ini kami gunakan untuk sharing kegiatn sehari-hari kita, menyenangkan sekali, dan membuat kami terus bersemangat tuk menyelesaikan kuliah bersama-sama. Bagiku dia adalah semangat dan inspirasiku. Waktupun berjalan,5 bulan, 6 bulan,1 tahun,tepat di bulan nan fitri, lebaran tahun ini, aku dikenalkan keluarga Bayu, aku sangat senang akhirnya aku bisa bertemu dengan keluarga besarnya. Aku membayangkan mereka akan sangat senang menyambut kedatanganku, seperti waktu ketika aku mengenalkan Bayu pada keluargaku. Tapi! di luar dugaanm sampai disana, bukan sambutan itu yang aku terima, mereka sungguh tidak welcome dengan kedatanganku, oh tidak!, apa yang harus aku lakukan?, pikirku. Dan singkat cerita, keluarga merka tidak merestui hubungan kami, dengan alasan keluarga kami tidak sederajat, memang benar, saya akui bahwa saya memang hanya berasal dari keluarga yang sederhana, sangat berbeda jauh dengan keluarga cowo ku yg berasal dari keluarga pejabat. Salah satu dari anggota keluarga mereka menyebutkan, aku sama sekali tidak pantas bersanding dengan Bayu, meskipun saya adlah seorang calon dokter. Menjadi dokter itu tidak cukup,banyak sekali dokter dokter di kota ini, di negri ini, tapi kemampuan mereka sekarang sangat disangsikan. Mendengar hal itu aku
merasa
trsinggung,
akupun
tahu
saat
itu
Bayu
berusaha
menenangkanku. Akupun tak berlama-lama berkunjung ke keluarga ini, dan aku segera berpamitan dan memutuskan kembali ke rumah,dalam perjalanan pulang terngiang di kepalaku ttg apa yang telah dikatakan mereka tadi, huff!
sebegituah pikiran seorang pejabat yang di hormati warga kota ini?, aku merasa harga diriku telah diinjak injak, mungkin terasa hiperbola kosakata yang aku pakai. Satu minggu setelah kejadian itu, kami jadi jarang berkomunikasi.tepatnya komunikasi kami hanya seperlunya saja, kami jadi makin tidak perduli ttg keadaan kami masing-masing, entah kenapa, mungkin karena kejadian waktu di rumah itu. Dan tepat satu bulan, kami pun putus,kami sepakat dan setelah itu kami jarang sekali berkomunikasi, bahkan bisa dikatakan tidak pernah lagi, sepertinya aku masih merasa sakit hati dengan kejadian waktu itu.
waktu terus berjalan, kami masih tanpa komunikasi. Aku sibuk dengan skripsiku dan aku tidak tahu kabar darinya, terakhir aku mendengar dari seorang temannya, dia sedang mengerjakan penelitianny. Baguslah, gumanku. Dan aku masih terus berkutat dengan tahap penulisan skripsi dan membantu sebagai assisten untuk program proyek dosenku. Kegiatan ini ternyata cukup menyita waktuku, dan aku menikmatinya. Dan bulan depan aku bisa langsung ujian skipsi. Bersyukur semua berjalan lancar. Saya dinyatakan lulus dan bisa ikut wisuda bulan februari. Setelah wisuda, tentu saja,
aku
melanjutkan
program
profesi
saya,
koassistensi.Setelah
menylesaikan koassistnsi, aku dnyatakan lulus dan mendapat gelar dokter. Setelah mendapat lisensi sebagai dokter praktek, aku pun bekerja di sebuah puskesmas daerah, menyenangkan bisa mengabdi bekerja disana. Tapi tak berapa lama aku mendapat rekomendasi pekerjaan sebagai relawan di Thailand. akhirnya aku putuskan berangkat ke Thailand, berat memang aku harus meninggalkan tempat ku mengabdi di puskesmas ini. Tapi sepertinya dokter dokter di puskesmas juga sudah handal dalam menangani pasien pasien disini, aku bisa tenang meninggalkan tempat ini. Mereka semua pun maklum dengan keputusanku..
Dan bersyukur keluargaku mengizinkan aku bekerja di luar negeri, dan disinilah aku memulai perjalananku kehidupanku. Menjadi dokter ternyata tidak mudah, tidak seperti yang banyak dibayangkan banyak orang, membaca gelar dokter,yang cukup mentereng, dan keren, kata orang-orang. Namun dalam pengabdianku di dunia medis, banyak pelajaran sosial, moral dan kadang aku bergelut dengan emosi ku. Tentang sebuah nyawa yang begitu berharga di dunia ini. aku hanya bisa berbuat semampu saya bisa, namun tetap yang menentukan kehidupan itu adalah Yang Maha Kuasa. Di sana aku berkenalan dengan salah satu dokter yang juga berasal dari Indonesia namanya Yoga, kebertulan kami satu team, kami jadi sering berdialog dan berkomunikasi lebih intensif. Singkat cerita, dia menyatakan perasaannya tentang ku. Namun aku masih belum bisa membuka hatiku untuk orang lain, rasanya luka yang dulu pernah aku rasakan masih begitu terasa sampai sekarang, aku tak mengerti kenapa aku masih belum bisa melupakannya. Aku terus saja berikiran positif tentang semua kejadian masa lalu,tapi tetap saja, menyakitkan. Kejadian itu pun sudah aku ceritakan dengan Yoga. Aku pikir dia akan marah, tapi ternyata dia sangat memaklumi keadaanku, dia sangat baik ternyata. Sebenarnya aku terkesan dengan dia, dia begitu peduli dengan banyak orang terutama seoarang wanita, ini yang membuatku kagum tentang dirinya. Jaman sekarang mana ada orang yang seperti dia.sangat jarang, salut aku dengan dirinya.Tapi hatiku masih berkata lain, aku tidak menaruh hati padanya. Tak terasa sudah hampir 1 tahun aku berada di negeri orang, aku memperpanjang masa relawan medisku disini. Sepertinya aku mulai betah tinggal disini. Hingga suatu hari aku mengalami gejala yang aneh pada tubuhku, aku mulai merasakan sesak nafas saat pagi hari, padahal aku tak punya riwayat kasus asma. Terang saja aku segera ambil generl cek up untuk ku. Aku meminta bantuan Yoga tuk semuanya. Ternyata tanpa sadar aku mengidap gejala bronkhitis, radang bronkhus. Aneh,selama ini aku tak merasakan apapun, hanya baru sekali aku merasakan sesak nafas waktu itu.
Akhirnya aku menjalani treatment pengobatan. Akhirnya penyakitku mulai membaik. Pekerjaan disini ternyata cukup menyita waktu ku, aku bekerja sampai shiff malam, hingga tanpa sadar aku tak sering mengontrol tentang penyakitku. Penyakitku
mulai
bertambah
parah,
tapi
tetap
saja
aku
tak
memperdulikannya. Yoga selalu saja memperingatkanku tuk mengambil cuti istirahat tapi aku hanya meng iyakan saja tanpa ada perlakuaan apapun. Sempat dia marah padaku tentang semua ini. Dadaku semakin terasa sakit,Dengan berat hati akupun segera ambil ceck up kembali, dokter memvonis aku terkena kanker paru-paru. Dokter juga manusia, dia juga bisa sakit. Terbukti aku mengalaminya. Aku akhirnya mejalani berbagai terapi pegobatan cancer.Yoga selalu menemaniku dalam setiap terapi, dia sungguh pria yang baik hati, terimakasih selalu terucap di bibirku. Dia hanya trsenyum manis, sungguh manis senyumannya, kenapa aku baru menyadarinya. Aku mulai bosan dengan berbagai terapi di rumah sakit. Suatu pagi di minggu itu aku berniat kabur dari rumah sakit, tapi sayang Yoga mengetahui niat ku ini. Dia sangat marah sekali padaku, tak pernah aku melihat ekspresi marah seperti ini. "Kenapa, kau ingin kabur dan lari dari kenyataan?",tanya Yoga padaku, matanya menatap tajam ke arahku. Aku mulai bosan dengan semua ini, percuma aku lakukan semua ini!".Percuma?, aku tak pernah melihat kau selemah ini, kau bukan seperti ini, apa kau sudah putus asa dengan semua ini?, tanya Yoga sekali lagi padaku. Aku masih tetap saja mengelak dan, berkata sedikit membentak, Karena aku dokter,tahu semua ini, makanya aku tak mau mengikuti treatmen ini lagi, waktuku tak lama lagi aku ingin menikmati sisa waktu ku ini, maafkan aku.., jawabku, nadaku semakin lirih. Aku menangis, Dia memelukku, dan mengucapkaan sesuatu padaku, “selalu ada keajaiban”. cuma itu yang aku dengar. Kemudian dia memperbolehkanku berhenti dari terapi. Dan aku putuskan dalam satu minggu aku akan kembali ke tanah air, kembali ke rumah. Kebetulan Yoga juga akan kembali ke Indonesia, karena adeknya akan melangsungkan pernikahan, dia sebagai
wali. orangtua nya telah meninggal satu tahun lalu. Kamipun pulang kembali bersama.
Kembali ke Indonesia, kembali ke kampung halaman… Hari ke 3 waktu liburan, aku berkunjung ke tempat kawan kawan lamaku, kawan semasa aku masih sekolah, berasa seperti reunion, mereka semua kawan lama ku yang selalu menjadi sahabat ku selama ini, meski beberapa temanku sudah menikah, bahkan ada yang sudah memiliki momongan, kadang aku bez iri pada mereka.Tapi saat ini pun aku masih belum menenukan belahan jiwaku. Kami menghabiskan waktu kebersakumaan hari itu, mungkin masih terasa kurang bagiku, sisa waktuku kali ini sudah aku gunakan,melihat kebahagiaan mereka semua, dan tentunya jika kelak waktu ku telah habis, mereka akan mengingat ku dalam senyuman ku sekarang ini. Hari ke 4 aku brkunjung ke rumah mantan kekasihku, masih ingat khan?, mantan ku saat aku masih kuliah dulu, ya, memang dia, sudah hampir 5 tahun, aku tak mendengar kabar tentangnya, sepertinya tak baik jika aku memutus tali silaturahim, seperti musuh bagiku, keluarganya, tapi aku harus melepaskan semua rasa sakitku, aku akan menjadikan musuh sahabat dalam diriku. Ketika aku menginjakkan kaki ku di teras rumahnya, seorang ibu mendekatiku, sepertinya ia pembantu rumah ini. Aku segera mengatakan keinginanku bertemu dengan dia. Beruntung sekali aku bisa bertemu, ternyta dia sudah tidak tinggal di rumah ini sejak ia bekerja. Dia sedang liburan 4 hari di kota ini. Begitu kata ibu pembantu itu, aku hanya tersenyum. Kami akhirnya bertemu setelah sekian lama tak jumpa, ad yang beda dari dirinya, dia semakin dewasa terlihat dari raut mukanya, kamipun berbincang bincang tentang pekerjaan, dia ternyta tahu bahwa aku bekerja di luar negeri, salah seorang temanku mengatakan padanya.Oh ya, ad hal penting, saat aku berkunjung ke rumahnya, aku jga sempat bertemu dengan anggota keluarganya, perlakuan keluarga mereka terhadapku kali ini sungguh sangat
berbeda, salah satu dari mereka meminta maaf padaku jika saat perkenalan pertama dahulu, sempat membuat tidak enak hati dan tersinggung. Dalam hati aku berkata, aku selalu berusaha memaafkan kalian, karena rasa sakit itu akan terus ada jika aku masih terus mengingat luka itu. Intinya kami berdamai.Kami saling memaafkan, ternyata mereka sungguh baik hati padaku. aku dan keluarganya pun bisa segera akrab dan bisa berbincang secara leluasa. Ternyata dia masih sendiri, pernah suatu ketika dia akan menikah dengan seorang gadis pilihan orang tuanya, namun tiba-tiba, rencana pernikahan mereka dibatalakan, aku tak berani menanyakan apa penyebabnya, itu terlalu privasi bagi saya. Perbincangan pun terus berlanjut, kami saling bertukar cerita ttg keadaan kota ini yang semakin tahun ke tahun semakin berubah. Dari arah perbincangan aku membuat kesimpulan,keluarga mereka akhirnya merestui hubungan kami. jika kami kembali bersama tentunya.Ada sebersit kegembiraan dari hatiku, aku menantikan saat saat seperti ini, apakah ini yang namanya keajaiban seperti yang dibilang Yoga padaku. Ah, tapi apakah waktuku masih cukup? Pelan-pelan namun pasti, aku mulai menjalin kedekatanku dengan dia. Diapun seperi itu. Kamipun kembali bersama, saat saat yang menyenangkan kembali hadir padaku, bahwa ternyta dia tak pernah melupakannku, begitupun denganku. Kami masih memilki rasa yang sama. Sungguh bahagia liburanku kali ini. Mungkin di saat saat terakhir ini aku akan menemukan kebahagiaan disini. Hari itu aku ke tem Bayu, di sana aku mencoba bermain piano sambil bernyanyi ditemani seorang kekasih disampingku, ah! sungguh romantis, saking asyiknya memainkannya sambil bernyanyi, aku tak sadar aku mengalami epistaxis (mimisan) ,darah segar perlahan-lahan keluar dari hidungku. Darah itu menetes, aku baru sadar, sesegera mungkin aku menutup hidungku, dan segera menuju ke toilet, membersihkan semua darah yang masih membekas di hidungku. Aku terbatuk, oh! darah! aku batuk darah! oh tidak, Tuhan tolong beri aku waktu, aku ingin waktu lebih lama lagi
untuk bersamanya. Aku menghela nafasku sebentar, aku segera mnghubungi Yoga, tentang kejadian ini, masih di toliet saat itu.Yoga menanyakan keberadaanku, awalnya aku mengelak, tapi akhirnya aku mengatakan keberadaanku dimana. Segera kututup teleponku, dan keluar dari toilet dengan menampakkan senyuman dari bibirku. Dia mendekatiku, dan berkata, apa kamu sakit, lebih baik istirahat dlu, aku antarkan kamu kembali ke rumah ya?, pinta nya dengan lembut. Ga papa, jawabku, aku terus dan terus mengelak. Sepertinya dia tak percaya padaku. Akhirnya aku mengikuti sarannya, aku diantar kembali ke rumah. Aku segera mengambil tas ku dan keluar dai rumah, sampai di ujung pintu ruang tamu, tiba-tiba gelap..aku tak ingat apapun..
aku terbangung, aku melihat banyak wajah wajah, yang memancarkan perasaan khawatir tentang kondisiku. Aku tersenyum, disampingku aku melihat dia, dan tak jauh dari situ aku melihat Yoga. Kenapa aku seperti melihat 2 pangeran di depan ku, Oh! itu cuma anganku semata, badanku terasa lemas sekali tak ada daya apapu, bahkan mengangkat tanganpun rasanya berat sekali. Aku mengenakan alat bantu nafas, alat ini justru membuatku sangat tak nyaman, aku langsung teringat pasien pasienku dlu,sekarang aku yang mengalaminya sendiri. Nampak raut cemas dari wajah Yoga, aku mencoba meyakinkannya dengan terus tersenyum kearahnya. Kemudian Bayu memgang tanganku dan berkata, aku sayang kamu.., aku menoleh, bayu masih di sampingku. aku menangis saat itu juga, air mata menetes,dia mengusap air mata ini. Andai aku masih punya banyak waktu untuk semua ini. Aku memejamkan mataku, dan berusaha menyimpan energi untuk nanti. Aku tak ingat sudah berapa lama aku tertidur. Ku buka mataku, Bayu masih berada di sampingku, ia tertidur. Aku berusaha mengerakkan tanganku, kali ini aku sudah merasa lebih baik. Ku lepas alat bantu nafas itu dari hidungku,
aku membuat sandaran kepalaku lebiih tinggi. Sepertinya gerakan ku membuat Bayu terbangun. Dia tersenyum bahagia, dan membantu ku untuk duduk. Sekarang aku sudah baekan, syukurlah. Aku sudah bisa bernafas dengan lancer, dadaku tak kurasakan sakit lagi. Bayu memelukku, aku mendengar detak jantungnya. Detak jantungnya, terasa begitu jelas, aku bisa merasakannya. Aku bisa merasakan perasaan khawatir yang ia rasakan sekarang. Aku takkan menangis kali ini, aku tak ingin lebih membuatnya ia khawatir.
Selama aku dirawat di rumah sakit di kota ini, Bayu setia menemaniku. Setelah satu minggu aku dirawat, aku diperbolehkan kembali. Dokter yang menanganiku, ternyta teman lama Yoga. Aku dan yoga dahulu sudah sepakat untuk merahasiakan tentang penyakit ini, aku harap dia menepati janjinya kali ini. Tapi ternyata tidak, yoga meningkarinya. Karena bberpa alasan, dia mengatakan penyakit yang di derita ke keluargaku, dan Bayu. Oh tidak! Aku kesal dengan ulah Yoga. Siang itu saat aku menyiapkan kepulanganku dari rumah sakit, Yoga menemuiku. Aku marah padanya. Dia minta maaf padaku, dia menjelaskn beberapa hal padaku. Aku hanya tak ingin semua orang mengkhawatirkanku, aku tak ingin membuat mereka sedih karena semua ini. Aku menangis. Menangislah, jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik, Dia berkata seperti itu padaku. Dia memelukku, aku mendengar detak jantungnya, sungguh aneh kita memiliki ritme yang sama.
Aku dan Yoga baikan, kami tak mempermasalahkan lagi, toh, semua sudah tahu, aku hanya saja tak ingin orang lain mengkasihani aku tentang keadaanku yang sekarang. Semoga. Karena penyakitku yang kambuh, waktu liburanku jadi bertambah, aku mengajukan ijin mendadak, beruntung Yoga bisa melobi, akhirnya aku di iizinkan menambil cuti selama 2 minggu..
Sepertinya waktu berjalan lebih cepat, aku tak menyadarinya. Selama masa liburan ini, benar benar waktu yang sangat berharga bagiku, aku tak boleh melewatkan sedikitpun. Aku dan Bayu semakin menjalin hubungan serius, dia melamarku, dia memiikuntaku untuk menjadi teman hidupnya. Sungguh senang hatiku, aku langsung menerima lamarannya. Kami memutuskan untuk menikah minggu ini juga, begitu mendadak, tapi kamu yakin dengan keputusan itu. Setidaknya sebelum aku kembali ke Thailand, kami telah menikah. Waktu yang sangat cepat sekali Segera kami persiapkan untuk pernikahan ini, tak lupa aku juga mengundang Yoga dan keluarganya. Kami merencanakan pesta yang sederhana namun bisa berkesan, dengan para tamu undangan keluarga dan teman teman terdekat kami. Pagi itu, aku dan Bayu
akan ke rumah Yoga untuk
memberikan undangan,namun sayang, kami tak bisa bertemu dengannya. Yoga sedang ada keperluan di Jakarta, baru esok nya balik, begitu kata adeknya. Tapi aku melihat ada sesuatu di balik semua itu, terlihat dari wajah adeknya. Sepertinya dia menutupi sesuatu. Bayu menatapku dengan aneh, aku tak tahu apa yang ada di pikirannya. Aku tak berani menanyakan lebih lanjut, akhirnya kami kembali. Esoknya, Bayu tidak bisa menemaniku ke tempat Yoga. Akhirnya aku sendiri ke sana. Sampai di tempat Yoga, Yoga ternyata sudah balik dari Jakarta. Sebenarnya, aku bingung, tiap kali dia merencanakan kepergiannya ke luar kota, dia selalu memberiku kabar, tapi kenapa kali itu dia sama sekali tak memberiku kabar. Ah! Sudahlah, yg penting aku bisa bertemu kali ini. Adeknya segera mempersilahkan duduk, Ku Tanya Yoga. Yoga sakit, sejak kepulangannya dari Jakarta, kondisi badannya memburuk, Dia demam, sekarang dia sedang istirahat. Mungkin, dia kelelahan karena perjalanan, kata adeknya padaku. Aku menengoknya, benar, dia masih terbaring di tempat tidurnya. Ku sentuh keningnya dengan tangan ku, panas, dia masih demam. Apa dia sudah minum antipiretik? (antipiretik=obat penurun panas), Tanya ku pada adeknya. Sepertinya sudah, jawabnya. Kulihat kotak obat di meja
samping tempat tidurnya, dia memang sudah minum obat. Aku mengompres nya, berharap suhu tubuhnya kembali normal. Dia masih tidak sadar. Beberapa saat kemudian,dia sadar. Wajahnya kaget, melihatku ada di depannya.
Mukanya
nampak
merah.
Aku
tersenyum
ke
arahnya.
Aha,,sepertinya pak dokter baru saja dalam perjalanan yg cukup jauh, sampe sampe demam begini,hehe, darimana saja dokter?, tanyaku. Aku memulaiya pembicaraan sambil bercanda. Dia hanya tersenyum ke arahku, dan tak menjawab pertanyaanku. Kemudian dia malah balik bertanya, Kenapa kamu ada di sini, tak seharusnya kamu berada di sini. Bayu mana?,aku baik-baik saja, karena kecapekan saja, tak masalah, nanti juga akan membaik. Dia terus berkata padaku seolah olah aku salah berada disni, menjenguknya. Ada sesuatu yang ia sembunyikan pasti,gumanku. Aku hanya ingin memberi kabar, bahwa..Ya, aku juga sudah tahu, semoga kalian bahagia. Dia memotong pembicaraanku dan kepalanya sedikit menunduk, kemudian dia berusaha tersenyum ke arahku, tapi aku sadar, dia tersenyum dengan terpaksa, hatinya tak mengatakan demikian. Aku pulang kembali ke rumah, aku terus berfikir. Tiba tiba aku menjadi ragu tentang pernikahanku besok lusa. Aku menjadi khawatir dengan keadaan Yoga, apakah dia sudah membaik?, ingin aku menelponnya, tapi aku urungkan niatku. Keluargaku masih sibuk untuk persiapan pernikahanku. Persiapan untuk pernikahan telah siap semua, esok, aku akan menikah. Hari ini aku akan menikah dengan Bayu, alangkah bahagianya aku. Aku akan menjadi istrinya, teman hidupnya, dan akan kuhabiskan sisa hidupku bersamanya. Aku menelpon Yoga, berharap dia datang dalam pernikahanku. Tapi tidak diangkat, berkali kali aku menelpon tapi tidak diangkat juga, dimana dia?, aku menjadi khawatir, aku semakin khawatir. Tiba-tiba kakak keduaku Shanti menelponku, dan member kabar bahwa acara ijab Qobul akan
di
tunda 2 jam lagi. Aku menjadi bingung, apa yang terjadi, kami sudah
mempersiapkan semuanya, semuanya sudah siap. Aku mencoba berpikiran positif saat itu. Berharap tidak terjadi apa-apa. Rombongan keluargaku beserta aku telah sampai di mesjid, tempat kami akan melangsungkan akad nikah. Aku melihat Bayu dari arah sana, dia tersenyum ke arahku. Segera aku cari Yoga, oh ternyta dia datang, syukurlah, dia duduk diantara para tamu undangan. Dia tersenyum ke arahku, aku membalas dengan senyuman, bahagianya hatiku, dia bisa datang. Ingin sekali aku menju ke sana. Ah tidak! Mempelai pria ada disana, bukan disana. Aku mendekat ke arah Bayu, aku melihat raut mukanya, dia membalasku. Sudah siap?, Tanya dia padaku. Kenapa dia menanyakan ini kepadaku. Aku tidak siap.jawabku Aku mengerti, kemudian kami terdiam. Inilah kenapa aku menanyakannya padamu, apakah kamu benar-benar sudah siap dengan pernikahan ini. Aku menangis, maaflkan aku..jawabku lirih. Kemudian Bayu mundur dari arahku dan menuju ke arah barisan tamu undangan, dia mengajak Yoga ke depan. Dan tepat berada di depanku. Sekarang dia berada di depanku. Aku tersenyum, air mataku masih menetes. Inilah calon imam kamu..Bayu berkata padaku. Yoga tersenyum, kami berdua melihat dan tersenyum ke arah Bayu. Bayu tersenyum. Selalu ada keajaiban, dan inilah keajaiban. Semua tamu undangan, kaget dengan kejadian ini. Mereka tak mengira bahwa mempelai pria bukan yang mereka maksud. Tapi melihat kami berdua, aku dan Yoga bersama, mereka seperti bisa merasakan apa yang aku rasakan
saat
itu.
Mereka
semua
tersenyum,
senyum
kebahagiaan.Terimakasih semuanya. Aku menikah dengan pria yang tepat, pria yang benar benar aku cintai, aku sayangi, Karena sebenarnya aku hanya menyukai dia seorang. Selamanya. Begitupun Yoga. Kami bahagia,,,Bayu ternyata sudah tau. Terimakasih Bayu, semoga kelak, dia mendapatkan seorang wanita yg tulus mencintai..aku yakin, dia akan mendapatkannya.
Setelah pernikahan itu, Kami kembali ke Thailand. Aku tak menyangka kami kembali ke Thailand telah dengan status suami istri. Aku yakin, Yoga akan menjadi imam yang baik bagi keluarga kami kelak. Aku masih berjuang dengan penyakit ku. Sampai disna, aku justru semakin bersemangat menjalani terapi, suamiku tercinta selalu menemaniku. Sungguh, dia pria yang berhati baik. Aku bangga padanya. Meskipun penyakit ku semakin bertambah parah, dia selalu meyakinkan padaku, bahwa aku harus kuat. Selalu itu yang ia katakan, dia selalu berada disampingku. Aku semakin mencintainya, suamiku. Aku selalu berdoa dan selalu, aku semakin yakin, meskipu aku telah di vonis umurku tak berapa lama lagi, aku pasti akan sembuh. Di suatu pagi yang cerah, aku sendirian berada di rumah, hari itu aku tidak ada jadwal terapi. Yoga sudah berangkat bekerja. Aku memutuskan untuk berhenti praktek sampai jangka waktu tak tentu, setidaknya sampai aku bisa benar-benar sembuh. Aku tak merasakan apapun pada tubuh ku saat itu. Hari itu, tepat hari ulang tahun Yoga, aku ingin membuat kue untuknya. Segera kupersiapkan segala bahan-bahannya. Namun sayang, tepung terigu
di
rumah stoknya telah habis, aku berniat keluar dari rumah ke mini market. Aku menelpon Yoga tuk berpamitan. Saat ku dengar suara Yoga dari ujung telpon, tiba-tiba dadaku terasa sakit sekali, sungguh sangat sakitt, aku sulit bernafas, gelap semua, aku tak ingat apapun…. Aku terbangun dan sadar, aku telah berada di rumah sakit. Yoga di sampingku. Aku tak ingat apapun setelah itu, ternyata saat aku menelpon Yoga, dia memanggil manggil namaku tapi tak mendengar suaru, kemudian dia mendengar suara keras, seperti barang terjatuh, dia mulai khawatir dan bergegas pulang ke rumah, ternyata feelingnya benar, aku terjatuh dan pingsan, beruntung dia segera datang dan segera membawaku ke rumah sakit..
Saat aku bangun, aku tak merasakan sakit di dadaku lagi, nafasku tak sesesak saat itu. Dokter yang memeriksaku mengatakan bahwa tak ada yang salah pada tubuhku, aneh, sungguh aneh, aku punya riwayat cancer dlm tubuhku, bagaimana ini, ah, dokter salah periksa mungkin. Aku dan Yoga pun malah jadi bingung. Yoga memutuskan untuk mengambil general ceck up untukku,. Di luar dugaan kita semua, semua hasil pemeriksaan menunjukkan aku normal, aku sehat, hasil foto rongten thorax (thorax=dada) menunjukkan tak ada perubahan apapun. Ini seperti mukjizat bagiku. Sungguh ini keajaiban. Aku sembuh dari penyakit mematikan itu, aku tak percaya, secara medis, aku takkn bisa bertahan lama. Namun dari hasil ini benar benar menunjukkan, aku telah sembuh. Alhamdulillah, terimakasih Tuhan. Ini lah sebuah mukjizat. Aku menangis bahagia, Yoga memelukku erat, dan berkata, selalu ada keajaiban*** haruma