ayahku selalu mengajarkan bahwa kita harus selalu menghormati orang yang lebih tua. “Ambillah sendiri. Kau kenapa nak? Sepertinya ada masalah?” “Nanti keceritakan.” Aku mengambil seiikat bunga tulip yang ada didekatku. “Aku beli bunga ini saja. Ini uangnya. Nanti sepulang dari kantor aku akan kesini lagi Mr. Fang.” Kataku. Setelah memberikan uangnya, aku melangkah keluar. Sepertinya hari ini aku takkan terlambat lagi. Jalan hosmagh Hood lebih ramai dari hari kemarin, kendaraan yang lewat lebih banyak. Dan terlihat lebih segar dari kemarin. Aku suka ini. Semuanya tampak berbeda dengan mimpiku yang kemarin masih ada. Di kantor sungguh membosankan, tidak ada Richard. Terasa sepi. Namun aku harus tetap bertahan pada keadaanku. Ayah mempercayakan ini padaku jadi aku tidak boleh mengecewakannya. Aku harus membuatnya bangga dan aku takkan menyerah pada apapun. Sore datangnya terasa lebih cepat jika kita sedang melakukan yang terbaik pada suatu hal yang kita hadapi. Ku harap toko Mr. Fang sedikit lebih sepi, aku tidak suka keramaian. Benar, sudah tidak ada pelanggan lagi maka ku segera masuk. “Oh kau, Adam. Kupikir pelangganku.” Katanya agak sedikit kaget. “Bukankah aku memang pelangganmu?” “Bukan, kau sudah seperti anakku. Aku dengar Ayahmu kemarin kambuh lagi, bagaimana keadaannya sekarang?” Mr. Fang merangkai beberapa bunga, aku duduk disampingnya membantunya sedikit. “Lumayan baik daripada kemarin,” ku mulai suka merangkai bunga “media massa sungguh jeli, hal sekecil itupun sudah jadi berita besar.” “Tapi itu suatu keuntungan bagiku, aku bisa tau keadaan orang yang ku hormati. Kau tau, tanpa Ayahmu mungkin aku takkan punya toko bunga ini. Aku sugguh beruntung punya teman sepertinya. Ingin sekali aku pergi menemuinya hanya untuk menanyakan bagaimana kabarnya. Tapi kau tau sendiri, orang yang masuk ke rumahmu harus buat janji atau apalah itu namanya.” “Kenapa Anda tidak datang saja? Kan ada aku, aku takkan mengusir anda. Dan Ayah pasti akan senang kedatangan teman masa kecilnya.”
“Kau memang takkan mengusirku, tapi bagaimana dengan satpam itu? Dia akan menganggapku orang gila yang salah masuk rumah.” “Takkan ku biarkan itu Mr. Fang.” “Tunggu sebentar, aku ambil minuman dulu.” Mr. Fang melangkah ke dapur. Toko ini memang tidak sebesar gedung Venus Company, tapi aku sangat nyaman berada disini. Entah karena begitu banyaknya bunga atau apapun, aku tidak mengerti, yang jelas aku merasa tenang disini. “Kau kenapa Adam? Kau terlihat murung, ada masalah?” Mr. Fang membawa makanan kecil dan dua cangkir minuman. Dia meletakkannya di sampingku kemudian duduk lagi. Aku meminumnya,aku memang sangat haus. “Aku merasa akan kehilangan Ayahku, seperti aku kehilangan Ibuku.” Lanjutku. “Apa yang kau bicarakan Adam, Ayahmu masih akan hidup lebih lama lagi dari apa yang kita perkirakan. Percayalah, kau tidak boleh pesimis seperti itu.” “Tadi pagi Ayah memanggilku dan bicara tentang harta warisan.” Tatapanku kosong. Rupanya hal Harta Warisan sangat menarik bagi Mr. Fang, dia siap mendengarkan setiap kata yang akan kukeluarkan. “Dia bilang, semua hartanya akan jatuh ke tanganku.” Mr. Fang meraih makanan kecil dan memasukkannya kedalam mulutnya. “Bukankah itu bagus?” katanya. “Katanya, orang yang ada di rumah itu takkan mendapatkan sepeserpun dari harta warisan Ayah. Sepenuhnya harta itu adalah milikku.” Mr. Fang tersendak mendengar hal itu. “Bukankah itu lebih bagus lagi?” “Tapi menurutku tidak.” “Kenapa tidak?”
“Aku takut tidak bisa mengelolanya dengan baik. Aku malah akan tambah memperburuk keadaan. Kau tau kan Mr. Fang, aku tidak begitu mahir dalam hal seperti itu. Aku tidak dilahirkan punya keahlian seperti Ayah.” “Tapi setidaknya kau punya hati yang tidak dimiliki orang lain. Mungkin Ayahmu berpikir cara terbaik adalah memberikan semua hartanya padamu, dengan begitu dia akan merasa tenang.” “Tenang? Bagaimana bisa? Aku malah mungkin akan memperburuk keadaan.” “Dengan memberikan semua hartanya pada orang yang istimewa, yang punya hati yang spesial. Yang baik sepertimu. Kau tau Adam, jika aku jadi Ayahmu, aku pasti juga akan melakukan itu. Coba kau bandingkan antara kau dan saudara-saudaramu. Gabriel, dia sudah punya perusahaan sendiri dan perusahaan yang dia kelola juga hampir sama besarnya dengan milik Ayahmu. Bagaimana mungkin dia mengelola dua perusahaan besar secara bersamaan? Hannah, aku tidak yakin dengannya. Dia terlalu sibuk membuat film di berbagai negara, bagaimana mungkin dia bisa mengelola perusahaan sebesar Venus Company sedangkan dia suka akan pekerjaannya saat ini. Dan kau juag tau sendiri, dia tergolong sutradara nomer satu di dunia. Baginya hidupnya telah sempurna, dia tidak membutuhkan Venus Company. Tentunya Venus Company akan tambah hancur jika ada ditangannya. Dan hanyalah kau yang bisa melakukan itu. Aku juga percaya padamu bahwa kau bisa memberikan yang terbaik.” “Bagaimana dengan paman Frank? Dia ahli dalam urusan bisnis. Aku tau dia bisa memberikan yang terbaik.” “Kau ini bodoh atau pura-pura bodoh? Bagaimana mungkin Ayahmu akan menyerahkan hartanya pada Frank. Frank bukan anaknya. Kaulah anaknya, Adam. Dan kau yang berhak mendapat semuanya. Semua orang di keluargamu tidak butuh uang, mereka punya banyak persediaan uang untuk masa depan.” “Aku juga tidak butuh uang, Mr. Fang.” “Tapi Venus Company butuh hatimu. Butuh kebaikan hatimu. Ingatlah nak, kebaikan akan selalu di balas dengan kebaikan. Percayalah pada dirimu bahwa kau bisa. Frank, sungguh bodoh jika sampai dia mendapatkan semua harta Ayahmu!” “Memangnya kenapa Mr. Fang? Paman selama ini selalu baik pada anggota keluarga yang lain. Dia baik kok.”
“Mungkin kau bisa berkata seperti itu, tapi maaf nak, aku tidak setuju denganmu. Lagian kau bisa lihat gaya hidup Anna dan Jim. Seperti seorang artis, gaya hidup yang sungguh memalukan. Bagaimana mungkin mereka bisa masuk di kehidupan kalian, begitu juga Frank.” “Paman Frank adalah saudara Ayahku dan dia banyak membantu masalah keluarga kami. Aku yakin dia bisa memberikan yang terbaik.” Aku masih tetap bertahan pada pendapatku bahwa paman Frank itu tidak seperti yang orang perkirakan. “Ok kalau memang dia baik menurutmu. Tapi setelah Frank meninggal, semua hartanya akan jatuh pada Anna dan Jim. Kau bisa bayangkan apa yang akan terjadi pada Venus Company jika jatuh pada kedua orang itu. Aku yakin takkan tersisa apa-apa!” “Mengapa semua orang tidak suka padanya? Apakah mereka seburuk itu?” “Itulah alasan kenapa Ayahmu mewariskan semua hartanya padamu. Kau bahkan terlalu baik pada orang yang seharsunya tidak perlu dikasihani. Aku kenal John, dia tau yang terbaik buat anak-anaknya.” Jawab Mr. Fang dengan penuh keyakinan. “Jadi, aku harus menerima warisan itu?” “Ya ampun! Kau terlalu polos atau bagaimana?! Tentu saja nak, kau harus menerimanya. Tentunya Ayahmu takkan mau hartanya jatuh pada orang yang salah.” Ya benar, harta Ayah tidak boleh jatuh pada orang yang salah? Lalu apakah paman Frank orang yang pantas untuk bersalah? Karena menurutku yang hanya pantas untuk bersalah adalah Anna dan Jim. Tapi Mr. Fang ada benarnya juga, jika warisan diberikan pada paman Frank, tentunya hal itu akan sepenuhnya milik Anna dan aku yakin warisan itu akan habis hanya dalam waktu enam bulan. “Tapi Mr. Fang, bagaimana jika Venus Company sudah ada ditanganku tapi aku tidak bisa mengembangkannya? Maka jika itu terjadi sama saja Venus Company akan hancur.” Aku amat khawatir. “Tapi setidaknya ada usaha nak. Lagian, jika sudah jatuh pada orang yang benar saja, itu sudah sangat bagus. Kau cukup melakukan yang terbaik. Maka aku yakin hasilnya akan lebih baik dari yang kau perkirakan.” “Tapi tetap saja aku merasa takut.” Kataku dengan yakin. “Usaha dulu, baru lihat hasilnya.”
Aku tidak berkomentar karena aku tidak punya bayangan tentang hasil yang baik, yang ada hanya yang buruk saja. Aku masih bingung, tapi aku tidak punya pilihan lain. “Percayalah pada kemampuanmu nak, aku sangat yakin kau bisa melakukannya. Itulah pilihan Ayahmu, dia takkan kecewa seperti apapun hasilnya nanti.” Malam telah tiba dalam peranduannya. Bintang-bintang menemani rembulan yang tengah bercermin pada hijaunya bumi, sungguh pemandangan yang tidak bisa dihindarkan. Aku masih mematung diberanda kamar atas, menikmati keindahan itu. Menikmati semua itu selagi masih ada. Aku merasa lapar, mungkin sedikit makanan kecil akan mengatasinya. Aku turun ke bawah untuk mencari makanan. Di lorong menuju dapur, tepatnya di depan kamar Gabriel, aku melihat Amy, si pelayan, tengah mencuri dengar pembicaraan yang berasal dari dalam kamar Gabriel. “Hei Amy, apa yang kau lakukan?!” gertakku. Dia kaget setengah mati. “Oh maaf Tuan, aku hanya membersihkan vas bunga ini.” Katanya sambil mengalihkan perhatian pada vas bunga besar di samping pintu kamar depan Gabriel.