SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI
Kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat yang diberikan, sehingga Badan POM dapat menunjukkan kinerja, memantau dan melaporkan kinerja pengawasan obat dan makanan yang dituangkan dalam Report to the Nation. Saat ini kita terbitkan Report to the Nation : Laporan Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan RI Triwulan III Tahun 2014. Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi Kementerian/Lembaga dan masyarakat yang memerlukan informasi tentang hasil pengawasan obat dan makanan. Pengawasan obat dan makanan merupakan bagian integral dari upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Misi Badan POM dalam melindungi masyarakat dari produk obat dan makanan yang membahayakan kesehatan dituangkan dalam sistem pengawasan full spectrum mulai dari pre-market hingga post-market control yang disertai dengan upaya penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Badan POM tidak dapat bertindak sebagai single player. Kerja sama dengan berbagai lintas sektor terutama Pemerintah Daerah diperlukan untuk memperluas cakupan pengawasan obat dan makanan. Semoga buku ini dapat menjadi gambaran kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan RI agar tercipta pemahaman dan kerja sama dengan semua lintas sektor terkait demi terlaksananya pengawasan obat dan makanan yang efektif dalam rangka melindungi masyarakat dari produk obat dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, manfaat/ khasiat, dan mutu. Jakarta,
Desember 2014
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI
TTD Dr. Roy A. Sparringa, M.App.Sc NIP. 19620501 198703 1 002 Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
i
DAFTAR ISI Sambutan Kepala Badan POM R.I...................................................................................
i
Daftar Isi...........................................................................................................................
ii
Daftar Gambar…………………………………………………………………………………
iv
Pendahuluan ...................................................................................................................
1
I.
Hasil Pengawasan Keamanan, Khasiat dan Mutu Produk Terapetik/ Obat ............
3
II.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) ..................................................................
12
III. Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Obat Tradisional ......................
12
IV. Hasil Pengawasan Keamanan, manfaat dan Mutu Produk Suplemen Kesehatan. .
19
V. Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Produk Kosmetika....................
24
VI. Hasil Operasi Pengawasan Keamanan dan Mutu Produk Pangan.........................
29
VII. Hasil Investigasi Awal dan Penyidikan Kasus Tindak Pidana di Bidang Obat dan Makanan...................................................................................................................
37
VIII. Pemusnahan Obat dan Makanan Ilegal…………….…………..…………………….
38
IX. Operasi Gabungan Daerah (OBGABDA)…….…………………..…………………...
39
X. Operasi Pangea VII………………………………………………………………………
40
XI. Operasi Storm V ………………………………………………………………………….
41
XII. Operasi Gabungan Nasional ……………………………………………………………
43
XIII. Optimalisasi Pemberdayaan Mitra Kerja dan Masyarakat………………………...... 1. Publikasi Hasil-hasil Pengawasan dalam bentuk Siaran Pers/Peringatan Publik, Pameran dan Wawancara........................................................................
44
2. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Talkshow di Media Elektronik ……………………………………………………………………………… ii
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
46
3. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Wawancara Dengan Media.
49
4. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Pameran.……………………
55
5. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Talkshow “Badan POM Sahabat Ibu”……………………………………………………………………………
57
6. Layanan Pengaduan Konsumen dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).....................................................................................................................
59
XIV. Perkuatan Peraturan Perundang-undangan Pengawasan Obat dan Makanan...
61
Standardisasi……………………………………………………………………………
62
XVI. Layanan Bantuan Hukum (Legal Management)…..………………………………..
64
XVII. Pengembangan e-Government Badan POM ……………………………………….
65
XVIII. Layanan Perpustakaan ………………………………………………………………..
67
XIX. Human Capital Manajemen (HCM)…………………………………………………...
68
XX.
Kerjasama Internasional……………………………………………………………….
69
Penutup............................................................................................................................
69
XV.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
iii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Profil Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi s/d Triwulan III 2014 (y-oy)……….....
4
Gambar 2.
Profil Registrasi Obat Copy s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)……………………………...... 4
Gambar 3.
Profil Registrasi Variasi s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)……………………………………. 5
Gambar 4.
Profil Sampling dan Pengujian Obat s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)……………………... 6
Gambar 5.
Profil Pre-review Iklan Obat s/d Triwulan III Tahun 2014 (y-o-y)……………………….
Gambar 6.
Profil Pengawasan Iklan Obat Post-Review s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)……………. 10
Gambar 7.
Profil Ketepatan Waktu Registrasi Obat Tradisional s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)……
Gambar 8.
Profil Sampling dan Pengujian Obat Tradisional s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)……….. 14
Gambar 9.
Profil Pemeriksaan Sarana IOT dan IKOT s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)………………. 15
Gambar 10.
Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat Tradisional s/d Triwulan III 2014
9
13
(y-o-y)…………………………………………………………………………………………. 16 Gambar 11.
Profil Pre-review Iklan Obat Tradisional s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)…………………. 17
Gambar 12.
Profil Post-Review Iklan Obat Tradisional s/d Triwulan III Tahun 2014 (y-o-y)……….
Gambar 13.
Profil Ketepatan Waktu Registrasi Suplemen Kesehatan s/d Triwulan III 2014
18
(y-o-y)………………………………………………………………………………………… 20 Gambar 14.
Profil Sampling dan Pengujijan Suplemen Kesehatan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)…. 21
Gambar 15. Profil Pemeriksanaan Sarana Distribusi Suplemen Kesehatan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)………………………………………………………………………………………… 22 Gambar 16. Profil Pre-review Iklan Suplemen Kesehatan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)……………. 23
iv
Gambar 17.
Profil Ketepatan Waktu Notifikasi Kosmetik s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)……………... 25
Gambar 18.
Profil Sampling dan Pengujian Kosmetik s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)………………… 26
Gambar 19.
Profil Pemeriksaan Sarana Produksi Kosmetik s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)…………. 27
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Gambar 20.
Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Kosmetika s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)……….. 28
Gambar 21.
Profil Penilaiaan pre-market terhadap keamanan dan mutu pangan olahan melalui loket pendaftaran (pelayanan secara manual) s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)…. 30
Gambar 22.
Profil Penilaian Pre-Market produk pangan melalui aplikasi e-registration s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)……………………………………………………………………... 31
Gambar 23.
Profil Sampling dan Pengujian Pangan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)………………….
32
Gambar 24.
Profil Pemeriksaan Sarana Produksi MD s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)………………
33
Gambar 25.
Profil Pemeriksaan Sarana Produksi IRTP s/ Triwulan III 2014 (y-o-y)……………….
34
Gambar 26.
Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)…………..
35
Gambar 27.
Hasil Investigasi Awal dan Penyidikan Kasus Tindak Pidana s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)………………………………………………………………………………………....
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
38
v
REPORT TO THE NATION : LAPORAN KINERJA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI SAMPAI DENGAN TRIWULAN III TAHUN 2014 PENDAHULUAN Pengawasan Obat dan Makanan sebagai bagian dari pembangunan kesehatan, harus dapat mengantisipasi secara cepat dan tepatdinamika lingkungan strategisyang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada sistem pengawasan obat dan makanan Dalam upaya meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat dari risiko produk obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat, palsu, dan ilegal, Badan POM senantiasa berupaya memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang komprehensif dan konsisten dengan Arah Kebijakan yang ditetapkan.
Kerangka Konsep SisPOM 1. Sub Sistem Pengawasan Produsen Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara produksi yang baik. 2. Sub Sistem Pengawasan Pemerintah Sistem pengawasan pre dan post market oleh pemerintah melalui pengaturan dan standardisasi; penilaian keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk sebelum beredar; sertifikasi sarana produksi, inspeksi/audit sarana produksi dan disribusi; pengawasan penandaan, sampling dan pengujian laboratorium produk yang beredar; serta peringatan kepada publik ,pengamanan pasar dalam negeri dari produk obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat, mutu, dan ilegal/palsuyang didukung penegakan hukum. 3. Sub Sistem Pengawasan Konsumen Sistem pengawasan oleh masyarakat melalui peningkatan kesadaran dan pengetahuan tentang kualitas produk yang digunakan.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
1
Memasuki era perdagangan bebas,maka potensi dan peluang ekspor akan Peningkatan efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam terbuka luas. Namun pada saat yang rangka peningkatan keamanan, manfaat/khasiat dan mutu obat dan sama, pasar Indonesia akan dibanjiri makanan, melalui: denganproduk impor. Timbulnya kondisi 1. penyusunan standar, regulasi dan pedoman pengawasan obat dan makanan serta dukungan regulatori kepada pelaku usaha ini menambah peran strategis Badan untuk pemenuhan standar dan ketentuan yang berlaku; POM yaitu berupaya meningkatkan daya 2. peningkatan evaluasi pre market obat dan makanan yang diselesaikan tepat waktu; saing produk Obat dan Makanan di 3. peningkatan sarana produksi dan distribusi obat dan makanan pasar lokal maupun global dengan yang memenuhi Standar GMP/GDP; meningkatkan mutu produk Obat dan 4. peningkatan pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia oleh 31 BB/BPOM; Makanan.Upaya yang ditempuh antara 5. penguatan kapasitas laboratorium Badan POM; lain memberikan bimbingan 6. peningkatan investigasi awal dan penyidikan kasus di bidang teknis/dukungan regulatory kepada obat dan makanan; 7. peningkatan pengawasan pada produk garam dan tepung terigu pelaku usaha bidang Obat dan Makanan yang wajib difortifikasi; dalam pemenuhan standardan ketentuan 8. peningkatan implementasi reformasi birokrasi melalui peningkatan layanan publik dan akuntabilitas kinerja; yang berlaku sehingga mampu bersaing 9. pengembangan tenaga pengawas obat dan makanan; di pasar global. 10. peningkatan KIE dalam rangka memperluas cakupan Untuk mendukung tugas fungsi, Badan pengawasan obat dan makanan. POM terus berupayameningkatkan profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas pelayanan publik Badan POM dan pelaksanaan pengawasan agar Good Governance and Clean Government terwujud. Arah Kebijakan Badan POM RI Tahun 2014
Fokus Prioritas Badan POM Tahun 2014 1. 2. 3.
Revitalisasi Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan ilegal Peningkatan Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan Melalui Perkuatan Balai POM Implementasi Reformasi Birokrasi, Quality Management System (QMS), dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) 4. Pelaksanaan Kebijakan Baru (Pengujian Nikotin, Tar; Pengujian Zat Fortifikasi) 5. Antisipasi Tindak Lanjut MDGs dan Global Development Framework 6. Penerapan GNWOMI di Seluruh Indonesia 7. Pemberdayaan Masyarakat Melalui KIE 8. Pelaksanaan Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya 9. Pelaksanaan Program Food Safety Masuk Desa 10. Peningkatan Daya Saing Produk Ekspor Melalui Peningkatan Mutu dan Keamanan Obat dan Makanan 2
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
I.
Hasil Pengawasan Keamanan, Khasiat dan Mutu Produk Terapetik/ Obat
Penilaian pre-market terhadap keamanan, khasiat dan mutu serta pemberian keputusan registrasi obat copy (sejenis), obat baru dan produk biologi, serta registrasi variasi sesuai batas waktu yang ditetapkan.
Sampai dengan triwulan III tahun 2014, Badan POM telah menerbitkan 3.550 keputusan registrasi obat copy, obat baru dan produk biologi, renewal serta Perubahan, meliputi 163 (25,19%) dari 647 berkas Obat Baru dan Produk Biologi yang masuk, 611 (48,88%) dari 1.250 berkas obat copy yang masuk, dan 454 (21,99%) dari 2.065 berkas Registrasi Renewal yang masuk serta 2.322 persetujuan (40,78%) dari 5.694 berkas registrasi variasi Obat dan Produk Biologi yang masuk.
Dari 163 keputusan yang diterbitkan untuk obat baru dan produk biologi, terdapat 64 izin edar, yang memenuhi ketepatan waktu evaluasi 91 (55,83%). Dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), jumlah berkas yang masuk mengalami peningkatan sebesar 24,42%, sedangkan ketepatan waktu mengalami penurunan sebesar 28,09%.
Dari 611 keputusan yang diterbitkan untuk obat copy, terdapat 579 izin edar, yang memenuhi ketepatan waktu evaluasi 318 (52,05%). Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), jumlah berkas obat copy yang masuk mengalami penurunan sebesar 0,32%, sedangkan ketepatan waktu juga mengalami penurunan sebesar 28,08%.
Dari 454 keputusan yang diterbitkan untuk registrasi renewal, terdapat 422 izin edar, yang memenuhi ketepatan waktu evaluasi 454 (100,00%). Jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y) terjadi penurunan berkas yang masuk sebesar 72,29%.
Dari 2.322 keputusan yang diterbitkan untuk perubahan obat dan produk biologi, terdapat 2.159 persetujuan, yang memenuhi ketepatan waktu evaluasi 1.095 (47,16%). Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 (y-o-y) jumlah berkas masuk menurun sebesar 47,13%, sedangkan ketepatan waktu juga mengalami penurunan sebesar 36,59%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
3
Gambar 1. Profil Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 90.00%
77.63%
75.00%
800 Jumlah Berkas
55.83%
60.00%
600 45.00% 400 44.17% 30.00%
22.37% 200 -
Jumlah Keputusan yang diterbitkan
Evaluasi Obat Baru dan Produk Biologi Ketepatan Waktu
1,000
15.00% TW III 2013
TW III 2014
76
163
Jumlah berkas masuk
520
647
Tidak tepat waktu (%)
22.37%
44.17%
Tepat Waktu (%)
77.63%
55.83%
0.00%
Obat baru adalah obat dengan zat aktif baru, zat tambahan baru, bentuk sediaan baru, kekuatan baru, kombinasi baru yang belum pernah disetujui di Indonesia. Evaluasi Obat baru meliputi evaluasi terhadap aspek khasiat dan keamanan berdasarkan data ilmiah yang diserahkan, berupa data preklinik, data klinik serta data penunjang lain. Mutu obat dinilai terhadap proses produksi sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metode pengujian terhadap semua bahan baku, produk obat dan bahan kemasan. Evaluasi juga dilakukan terhadap informasi obat dan label.
Gambar 2. Profil Registrasi Obat Copy s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)
1,800 52.84%
1,500 1,200
47.16%
600 -
Jumlah Keputusan yang diterbitkan
60.00% 40.00%
900 300
4
80.00%
74.37%
20.00%
25.63% TW III 2013
TW III 2014
532
611
Jumlah berkas masuk
1,254
1,250
Tidak tepat waktu (%)
25.63%
52.84%
Tepat Waktu (%)
74.37%
47.16%
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
0.00%
Ketepatan Waktu
Jumlah Berkas
2,100
Evaluasi Obat Copy Obat copy atau obat generik, adalah obat yang mengandung zat aktif dengan kekuatan, bentuk sediaan, rute pemberian, indikasi dan posologi sama dengan obat baru yang sudah disetujui di Indonesia. Evaluasi obat copy ditekankan pada aspek mutu dan data ekivalensi terhadap obat baru (inovator) dan kebenaran informasi produk.
Gambar 3. Profil Registrasi Variasi s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 16,000
52.84%
Jumlah Berkas
12,000
60.00%
10,000 8,000
33.83%
40.00% 47.16%
6,000 4,000
20.00%
2,000 -
TW III 2013
TW III 2014
Jumlah Keputusan yang diterbitkan
3,644
2,322
Jumlah berkas masuk
10,770
5,694
Tidak tepat waktu (%)
66.17%
52.84%
Tepat Waktu (%)
33.83%
47.16%
0.00%
Ketepatan Waktu
14,000
80.00% 66.17%
Pelaksanaan Registrasi Variasi Obat dan Produk Biologi Variasi adalah perubahan terhadap aspek apapun pada produk terapetik, termasuk tetapi tidak terbatas pada perubahan formulasi, metoda, manufaktur, spesifikasi obat dan bahan baku, wadah, kemasan dan penandaan.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
5
Pengawasan post-market sampai dengan triwulan III tahun 2014 melalui sampling dan pengujian laboratorium atas Obat (termasuk Narkotika dan Psikotropika) yang beredar dengan hasil 98,72% Obat Memenuhi Syarat dan 1,22% Tidak Memenuhi Syarat (TMS) dari 8.829 sampel. Hal ini telah ditindaklanjuti dengan peringatan dan penarikan dari peredaran (recall). Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan obat yang TMS sebesar 33,12% dari 9.359 sampel yang diuji.
Gambar 4. Profil Sampling dan Pengujian Obat s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 9,400
120.00% 98.78%
9,300
9,100
80.00%
9,000
60.00%
8,900 8,800
40.00%
8,700 8,600 8,500
Jumlah sampel MS TMS
6
100.00%
99.08%
20.00% 0.92% TW III 2013 9,359 99.08% 0.92%
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
1.22% TW III 2014 8,829 98.78% 1.22%
0.00%
Hasil Uji
Jumlah Sampel
9,200
Pemeriksaan pre dan post market terhadap sarana produksi dilakukan utamanya untuk menjamin kepatuhan implementasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB).
Sampai dengan triwulan III tahun 2014 telah dilakukan inspeksi sebanyak 79 kali terhadap 2 calon Industri Farmasi (IF), 76 IF (2 IF diinspeksi 3 kali dan 1 IF diinspeksi 2 kali) dan 1 Laboratorium Cell Punca terdiri dari: Inspeksi rutin 52 kali terhadap 52 IF; Inspeksi dalam rangka rekomendasi Izin Industri Farmasi (IIF) sekaligus Sertifikasi CPOB terhadap 2 calon IF; Sertifikasi 8 kali terhadap 7 IF dan 1 Laboratorium Cell Punca; Inspeksi rutin sekaligus sertifikasi 3 kali terhadap 3 IF; Audit komperehensif 3 kali terhadap 3 IF; Pemusnahan produk dan lain-lain 11 kali terhadap 9 IF.
Tindak lanjut terhadap hasil inspeksi : Inspeksi pre-market Inspeksi post-market (dalam rangka sertifikasi) - 1 Rekomendasi IIF dan Inspeksi rutin: tindak lanjut berupa perbaikan sebanyak 34; Persetujuan Penggunaan diberikan sanksi administratif terhadap IF yang Tidak Fasilitas untuk 1 calon IF; Memenuhi Ketentuan (TMK) berupa: - Penerbitan 1 Sertifikat Peringatan (P) sebanyak 5; CPOB untuk 1 IF; serta Peringatan Keras (PK) sebanyak 1; Peringatan (P) sekaligus Peringatan Keras (PK) sebanyak 2; - Permintaan untuk menyampaikan perbaikan Peringatan (P) sekaligus Larangan Produksi Suplemen sebanyak 7 IF dan 1 Makanan sampai terbit Sertifikat CPOB dan Persetujuan Penggunaan Fasilitas Bersama sebanyak 1; Laboratorium Cell Peringatan Keras (PK) sekaligus Larangan Produksi Obat sebanyak 1; Peringatan Keras (PK) dan perintah penarikan kembali produk sebanyak 1; Rekomendasi Pencabutan Izin Industri Farmasi (IIF), Sertifikat CPOB dan Nomor Izin Edar (NIE) sebanyak 1; Terhadap 2 IF diminta untuk Menyampaikan Timetable Peralihan Menjadi Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT); Terhadap 1 IF tidak diberikan tindak lanjut karena merupakan monitoring terhadap kepatuhan sanksi. Serta 16 masih dalam proses.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
7
Inspeksi pre-market (dalam rangka sertifikasi)
Inspeksi post-market
Terhadap baseline data (202 IF) pada tahun 2013 sebanyak 158 Industri Farmasi telah memiliki sertifikat CPOB terkini dan sampai dengan triwulan II tahun 2014 meningkat menjadi 160 Industri Farmasi.
Pengawasan rutin post market terhadap penerapan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) pada sarana distribusi. Sampai dengan triwulan III tahun 2014, dari 6.649 sarana distribusi yang diperiksa menunjukkan cukup banyak sarana yang Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK). Terjadi kenaikan jumlah sarana yang TMK apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), seperti terlihat pada tabel di bawah ini : Sarana PBF GFK Apotek Toko Obat SPK
8
Audit komprehensif: 1 IF diminta untuk melakukan perbaikan dan 3 IF diberikan sanksi administratif berupa 1 Rekomendasi Pembekuan Izin Industri Farmasi sekaligus Pembekuan Sertifikat CPOB; 1 ditindaklanjuti sesuai prosedur penyidikan oleh PPNS Badan POM; dan 1 larangan produksi.
% Sarana TMK TW III 2013 58,82% 87,82% 78,03% 85,71% 83,93%
% Sarana TMK TW III 2014 60,19% 85,13% 82,85% 88,32% 86,73%
Pelanggaran yang dilakukan oleh PBF telah ditindaklanjuti dengan sanksi peringatan, peringatan keras, penghentian sementara kegiatan, dan rekomendasi pencabutan izin sarana. Untuk pelanggaran yang dilakukan oleh Apotek, Toko Obat dan Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya telah ditindaklanjuti dengan rekomendasi ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diberikan sanksi berupa pembinaan, peringatan, peringatan keras, penghentian sementara kegiatan, dan pencabutan izin sarana.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Dalam rangka pengawasan importasi obat, Badan POM telah mengevaluasi pengajuan Surat Keterangan Impor (SKI). Sampai dengan triwulan III tahun 2014 diterbitkan sejumlah 14.089 rekomendasi untuk berbagai komoditi antara lain bahan kimia, vaksin, bahan baku pembanding, obat jadi impor, bahan baku tambahan obat, bahan baku obat dan analisis laboratorium.
Pre-review rancangan iklan. Sampai dengan triwulan III tahun 2014, dari 315 permohonan rancangan iklan obat diterbitkan keputusan : disetujui 211 (66,98%), 25 (7,94%) ditolak dan 79 (25,08%) memerlukan perbaikan. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan jumlah persetujuan sebesar 4,26%.
Gambar 5. Profil Pre-review iklan obat s/d Triwulan III Tahun 2014 (y-o-y) 335
80.00% 69.60%
Jumlah Permohonan
66.98%
325
60.00% 50.00%
320
40.00% 24.62%
315
25.08%
30.00% 20.00%
310 5.78% 305
Jumlah Permohonan Proses perbaikan Disetujui Ditolak
7.94%
TW III 2013 329 24.62% 69.60% 5.78%
TW III 2014 315 25.08% 66.98% 7.94%
Hasil Pre-Review
70.00%
330
10.00% 0.00%
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
9
Selain pengawasan iklan obat sebelum beredar, juga dilakukan pengawasan iklan obat sesudah beredar (post-review) pada beberapa jenis media antara lain media cetak, luar ruang, televisi dan radio dengan total hasil pengawasan sejumlah 2.322 iklan obat. Hasil pengawasan yaitu 311 (13,39%) iklan tidak memenuhi ketentuan (TMK) dan telah ditindaklanjuti dengan Peringatan sejumlah 294 (12,66%) iklan dan Peringatan Keras sejumlah 19 (0,82%) iklan. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013 (y-oy), terjadi kenaikan iklan obat yang TMK sebesar 14,55%.
Gambar 6. Profil Pengawasan Iklan Obat Post-Review s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 2,350
90.00%
2,250
80.00%
2,200
70.00%
2,150
60.00%
2,100
50.00%
2,050
40.00%
2,000 1,950
10
30.00% 11.69%
13.39%
20.00%
1,900
10.00%
1,850
0.00%
Jumlah iklan
100.00%
TW III 2013
TW III 2014
2,027
2,322
MK
88.31%
86.61%
TMK
11.69%
13.39%
Hasil Post-Review
Jumlah Iklan
2,300
86.61%
88.31%
Pengawasan terhadap penandaan obat beredar sampai dengan triwulan III tahun 2014 menunjukkan dari 16.594 penandaan (5.754 produk obat), terdapat 101 (0,61%) penandaan tidak memenuhi ketentuan (TMK) dan 16.493 (99,39%) penandaan memenuhi ketentuan (MK) berdasarkan jenis penandaan dus, brosur, strip/blister, etiket, catch cover/amplop dan ampul/vial. Dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan penandaan obat yang TMK sebesar 60,84%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Dalam Pengawasan Pre-market dan Post-Market Narkotika, Psikotropika dan Prekursor, sampai dengan Triwulan III tahun 2014, sarana produksi narkotika, psikotropika dan prekursor yang telah diperiksa sebanyak 16 sarana dengan hasil pemeriksaan yang memenuhi ketentuan (MK) 2 sarana (12,50%) dan tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) 14 (87,50%) sarana. Terhadap 14 sarana yang TMK tersebut telah diberi sanksi peringatan keras 100,00%. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan jumlah sarana yang TMK sebesar 3,41%.
Sarana distribusi narkotika, psikotropika dan prekursor yang telah diperiksa sebanyak 268 sarana dengan hasil pemeriksaan yang memenuhi ketentuan (MK) 170 sarana (63,43%) dan tidak memenuhi ketentuan (TMK) 98 sarana (36,57%). Terhadap sarana yang TMK tersebut telah dilakukan tindak lanjut berupa peringatan sejumlah 24 sarana (8,96%), peringatan keras sejumlah 61 sarana (22,76%), penghentian sementara kegiatan sejumlah 11 sarana (4,10%) dan dalam proses sejumlah 2 sarana (0,75%). Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan jumlah sarana yang TMK sebesar 11,91%.
Sarana pelayanan kesehatan pengelola narkotika, psikotropika dan prekursor yang telah diperiksa sebanyak 1950 sarana terdiri dari 1284 Apotek, 260 Rumah Sakit, 257 Puskesmas, 111 Gudang Farmasi, dan 38 Klinik/Balai Pengobatan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, sarana yang MK sebanyak 1.287 sarana (66,00%) dan yang TMK sebanyak 663 sarana (34,00%). Terhadap sarana yang TMK tersebut telah dilakukan tindak lanjut berupa pembinaan sejumlah 186 sarana (9,54%), peringatan sejumlah 279 sarana (14,31%), peringatan keras sejumlah 172 sarana (8,82%), Penghentian Sementara Kegiatan sejumlah 14 sarana (0,72%) dan dalam proses sejumlah 12 sarana (0,62%). Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan jumlah sarana yang TMK sebesar 46,47%.
Dalam rangka pengawasan produk tembakau, Badan POM melakukan pengawasan terhadap iklan dan label rokok. Sampai dengan triwulan III tahun 2014, iklan rokok yang diawasi sebanyak 18.533 pada beberapa jenis media antara lain media cetak (126), luar ruang (8.361), dan elektronik (10.046). Jumlah iklan yang memenuhi ketentuan sebanyak 5.364 (28,94%). Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan jumlah iklan rokok yang TMK sebesar 446,70%. Label rokok yang diawasi sebanyak 687 merk, 68,12% telah mencantumkan peringatan kesehatan, 58,95% telah mencantumkan kadar nikotin dan tar, 58,66% telah mencantumkan kode produksi. Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
11
II.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Dalam rangka pengawasan aspek keamanan obat pasca pemasaran, dilakukan evaluasi efek obat yang tidak dikehendaki, utamanya efek samping obat (ESO) yang belum diketahui pada saat obat diberikan persetujuan ijin edar. Jumlah laporan ESO yang diterima sampai dengan triwulan III tahun 2014 adalah 48.940 laporan yang berasal dari beberapa sumber antara lain : tenaga kesehatan 255 laporan dan dari Industri Farmasi (1.747 laporan lokal, 46.795 laporan luar negeri, 114 PSUR, 13 RMP dan 16 laporan dari KIPI). Hal ini sebagai dampak sosialisasi peran dan tanggung jawab Industri Farmasi sebagai pemegang izin edar dalam memantau keamanan obat sesudah beredar. Di samping itu, sosialisasi ke tenaga kesehatan juga secara rutin dilaksanakan melalui Workshop Farmakovigilans dan penerbitan Buletin Berita MESO. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-oy), terjadi kenaikan sebesar 17,82% di mana triwulan III tahun 2013 jumlah laporan yang sebesar 41.537.
III.
Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Obat Tradisional Pengawasan pre-market dilakukan dengan menilai keamanan, manfaat dan mutu produk Obat tradisional serta pemberian keputusan. Sampai dengan triwulan III tahun 2014, Badan POM telah mengevaluasi 1.568 berkas pendaftaran obat tradisional (OT). Dari 1.568 berkas tersebut diberikan 1.407 surat keputusan yang terdiri dari 1.277 Surat Persetujuan (terdiri dari 1.074 produk OT Lokal, 196 produk OT Impor dan 7 produk OT Lisensi), 87 Tambahan Data dan 43 Surat Penolakan. Jumlah keputusan pendaftaran obat tradisional yang diselesaikan tepat waktu sebesar 57,57%. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun
12
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
2013 (y-o-y), jumlah berkas yang masuk mengalami penurunan sebesar 46,26% sehingga ketepatan waktu mengalami penurunan sebesar 31,90%. Gambar 7. Profil Ketepatan Waktu Registrasi Obat Tradisional s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 6,000 62.31% 57.57%
4,000 3,000
60.00%
42.43% 37.69%
40.00%
2,000 20.00%
Ketepatan Waktu
Jumlah Berkas
5,000
80.00%
1,000 Jumlah keputusan yang diterbitkan Jumlah berkas masuk Tidak tepat waktu (%) Tepat Waktu (%)
TW III 2013
TW III 2014
2,332
1,407
2,918 37.69% 62.31%
1,568 42.43% 57.57%
0.00%
Pengawasan post-market obat tradisional melalui sampling dan pengujian laboratorium. Sampai dengan triwulan III tahun 2014 telah dilakukan pengujian terhadap 4.202 sampel obat tradisional (lokal dan impor). Hasil pengujian menunjukkan 159 (27,58%) sampel tidak memenuhi syarat (TMS) mutu dan keamanan yaitu 64 (1,52%) sampel mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) dan 1.095 (26,05%) sampel tidak memenuhi persyaratan farmasetik. Tindak lanjut yang dilakukan berupa pembinaan serta recall dan pemusnahan produk. Dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y) terjadi penurunan obat tradisional yang TMS sebesar 1,66% dari 5.027 sampel yang diuji.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
13
Gambar 8. Profil Sampling dan Pengujian Obat Tradisional s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 80.00% 70.00%
4,800
60.00%
4,600
50.00%
4,400
40.00%
4,200
28.05%
27.58%
30.00%
4,000
20.00%
3,800
10.00%
Jumlah MS TMS
14
72.42%
5,000
3,600
71.95%
TW III 2013 5,027 71.95% 28.05%
TW III 2014 4,202 72.42% 27.58%
Hasil Uji
Jumlah Sampel
5,200
0.00%
Pemeriksaan kepatuhan implementasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) terhadap 217 Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), menunjukkan 172 (79,26%) IOT dan IKOT tidak memenuhi ketentuan (TMK). Penyebab TMK yaitu 4 (1,84%) sarana memproduksi OT mengandung BKO, 23 (10,60%) sarana memproduksi produk TIE, 125 (57,60%) sarana belum menerapkan CPOTB, 9 (4,15%) sarana TMK penandaan produk, 11 (5,07%) sarana TMK administrasi. Tindak lanjut yang dilakukan berupa pembinaan dan peringatan serta pengamanan produk TIE. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi kenaikan jumlah sarana yang TMK pada IOT dan IKOT sebesar 3,23%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Gambar 9. Profil Pemeriksaan Sarana IOT dan IKOT s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)
76.79%
79.26%
80.00%
200
Jumlah Sarana
90.00% 70.00% 60.00%
150 100
50.00% 40.00% 23.21%
20.74%
30.00% 20.00%
50
Hasil Pemeriksaan
250
10.00% 0 Jumlah MK TMK
TW III 2013 112 23.21% 76.79%
TW III 2014 217 20.74% 79.26%
0.00%
Dari pemeriksaan sarana distribusi yang dilakukan pada 1.782 sarana distribusi obat tradisional sampai dengan triwulan III tahun 2014, dihasilkan 766 (42,99%) sarana Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK). Tindak lanjut berupa pemusnahan OT mengandung BKO, tanpa ijin edar dan kadaluarsa/ rusak. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan jumlah sarana yang TMK pada sarana distribusi obat tradisional sebesar 5,31%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
15
1,820 1,815 1,810 1,805 1,800 1,795 1,790 1,785 1,780 1,775 1,770 1,765 Jumlah MK TMK
54.61%
57.01%
60.00% 50.00%
45.39%
42.99%
40.00% 30.00% 20.00% 10.00%
TW III 2013 1,813 54.61% 45.39%
TW III 2014 1,782 57.01% 42.99%
Hasil Pemeriksaan
Jumlah Sarana
Gambar 10. Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat Tradisional s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)
0.00%
Badan POM telah mengeluarkan 112 surat keterangan ekspor (SKE) dan 1.281 surat keterangan impor (SKI) untuk komoditi obat tradisional baik berupa produk jadi maupun bahan baku. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi kenaikan sebesar 10,62% untuk penerbitan SKI dan 103,64% untuk penerbitan SKE.
Badan POM juga telah mengeluarkan 22 SKE dan 45 SKI untuk komoditi obat quasi berupa produk jadi maupun bahan baku. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013 (y-o-y) terjadi penurunan sebesar 82,14% untuk penerbitan SKI dan 29,03% untuk penerbitan SKE.
Tradisional Triwulan
16
Untuk importasi komoditi Non Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen berupa bahan baku, Badan POM telah mengeluarkan 3.828 SKI. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan sebesar 59,85%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Sampai dengan triwulan III tahun 2014, telah dilakukan pre-review terhadap 301 permohonan rancangan iklan obat tradisional. Hasil pre-review menunjukkan sejumlah 230 (76,41%) disetujui; sejumlah 36 (11,96%) ditolak karena konsep tidak relevan atau tidak sesuai dengan indikasi yang disetujui atau berlebihan dan cenderung menyesatkan; dan sejumlah 35 (11,63%) perlu direvisi/perbaikan. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan jumlah permohonan iklan obat tradisional yang disetujui sebesar 46,83%. Gambar 11. Profil Pre-review Iklan Obat Tradisional s/d Triwulan III Tahun 2014 (y-o-y) 80.98%
90.00% 76.41%
300
80.00%
Jumlah Permohonan
70.00% 250 200
50.00%
150
40.00% 30.00%
100 50
Jumlah Permohonan Proses perbaikan Disetujui Ditolak
60.00%
9.76%
11.96%
9.27%
11.63%
TW III 2013 205 9.76% 80.98% 9.27%
TW III 2014 301 11.63% 76.41% 11.96%
Hasil Pre Review
350
20.00% 10.00%
0.00%
Pengawasan iklan (post review) obat tradisional dilakukan terhadap beberapa jenis media antara lain media cetak, televisi, radio, luar ruang dan leaflet/brosur sejumlah 5.789 iklan. Hasil pengawasan menunjukkan jumlah iklan Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) di media cetak 1.211 (35,01%), di media televisi sebesar 26 (27,08%), di media Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
17
radio sebesar 1 (3,85%), di media luar ruang sebesar 88 (43,35%) dan iklan leaflet/brosur sebesar 1.504 (75,01%). Proporsi TMK terbanyak terdapat pada pencantuman klaim yang berlebihan, ditindaklanjuti dengan penghentian pendaftaran iklan bagi iklan yang belum di pre-review dan penghentian iklan serta menayangkan iklan yang sesuai bagi iklan yang telah di pre-review. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan jumlah iklan yang TMK di media cetak sebesar 45,53%; di media televisi sebesar 26,07%; di media radio sebesar 81,41%; di media luar ruang sebesar 2,46% dan di media leaflet/brosur sebesar 13,14%.
Gambar 12. Profil Post-Review Iklan Obat Tradisional s/d Triwulan III Tahun 2014 (y-o-y) 100.00%
7,000
90.00%
70.00%
75.01%
86.36%
5,000 64.27%
Hasil Pengawasan
60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00%
Jumlah iklan MK TMK Media Cetak TMK Televisi TMK Radio TMK Luar Ruang TMK leaflet/ Brosur
18
51.11% 44.44%
43.35%
36.63% 30.59%
35.01%
4,000 3,000 2,000
20.69% 27.08%
10.00%
0.00%
6,000
3.85%
TW III 2013 4,001 30.59% 64.27% 36.63% 20.69% 44.44% 86.36%
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
TW III 2014 5,789 51.11% 35.01% 27.08% 3.85% 43.35% 75.01%
1,000
-
Jumlah Iklan
80.00%
IV.
Pengawasan terhadap penandaan obat tradisional (OT) sebanyak 1.559 produk OT menunjukkan TMK sebesar 476 (33,95%) dari 1.402 OT lokal yang diawasi dan 68 (43,31%) dari 157 OT impor yang diawasi. Pelanggaran terbanyak adalah mencantumkan klaim tidak sesuai pada OT lokal dan OT impor yang di tindaklanjuti dengan penggantian dan pemusnahan kemasan produk yang TMK, bila masih berlanjut dapat dikenakan sanksi pembatalan ijin edar. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan jumlah penandaan OT lokal yang TMK yaitu sebesar 23,55% dan penandaaan OT impor yang TMK sebesar 29,33%.
Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Produk Suplemen Kesehatan Pengawasan pre-market dilakukan dengan menilai
keamanan, manfaat dan mutu serta pemberian persetujuan ijin edar produk suplemen kesehatan. Sampai dengan triwulan III tahun 2014, Badan
POM telah mengevaluasi 796 berkas pendaftaran suplemen kesehatan. Dari 796 berkas tersebut, diberikan surat keputusan sebanyak 574 produk suplemen kesehatan yang terdiri dari 505 Surat Persetujuan/NIE (terdiri dari suplemen kesehatan Lokal 331 produk, suplemen kesehatan impor 161 produk dan suplemen kesehatan lisensi 13 produk), 64 Tambahan Data (TD) dan 5 Surat Penolakan. Jumlah keputusan pendaftaran suplemen kesehatan yang diselesaikan secara tepat waktu adalah sebesar 63,41%. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), jumlah berkas yang masuk mengalami penurunan sebesar 26,70%. Begitu pula dengan ketepatan waktu, mengalami penurunan sebesar 33,41%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
19
Gambar 13. Profil Ketepatan Waktu Registrasi Suplemen Kesehatan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 2,000
80.00%
1,800
63.41% 54.94%
60.00%
1,400 1,200
45.06% 36.59%
1,000
40.00%
800 600
20.00%
400
Ketepatan Waktu
Jumlah Berkas
1,600
200 Jumlah keputusan yang diterbitkan Jumlah berkas masuk Tidak tepat waktu (%) Tepat Waktu (%)
20
TW III 2013
TW III 2014
779
574
1,086 45.06% 54.94%
796 63.41% 36.59%
0.00%
Pengawasan post-market dilakukan melalui sampling dan pengujian laboratorium terhadap suplemen kesehatan. Sampai dengan triwulan III tahun 2014, dilakukan pengujian terhadap 1.542 sampel suplemen kesehatan, dengan hasil 52 (3,37%) sampel tidak memenuhi syarat (TMS) mutu. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan suplemen kesehatan yang TMS sebesar 55,12% dari 1.794 sampel yang diuji.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Gambar 14. Profil Sampling dan Pengujian Suplemen Kesehatan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 1,850 1,800
120.00% 97.83%
96.63%
100.00%
1,750 80.00%
1,650 60.00% 1,600 1,550
Hasil Uji
Jumlah Sampel
1,700
40.00%
1,500 20.00% 1,450 1,400
Jumlah sampel MS TMS
2.17%
3.37%
TW III 2013 1,794 97.83% 2.17%
TW III 2014 1,542 96.63% 3.37%
0.00%
Sampai dengan triwulan III tahun 2014, pemeriksaan terhadap 641 sarana distribusi suplemen kesehatan menunjukkan bahwa terdapat 82 (12,79%) sarana tidak memenuhi ketentuan (TMK), yang ditindaklanjuti dengan pemusnahan suplemen kesehatan mengandung BKO, tidak terdaftar dan kadaluarsa/rusak, pembinaan, peringatan, peringatan keras dan projustisia. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (yo-y), terjadi penurunan jumlah sarana yang TMK sebesar 27,57%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
21
700
Jumlah Sarana
600
87.21%
82.34%
500
400 300 200
17.66%
100 Jumlah sarana MK TMK
22
TW III 2013 385 82.34% 17.66%
12.79% TW III 2014 641 87.21% 12.79%
100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
Hasil Pemeriksaan
Gambar 15. Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Suplemen Kesehatan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)
Badan POM telah mengeluarkan 297 surat keterangan ekspor (SKE) dan 2.359 surat keterangan impor (SKI) suplemen kesehatan baik berupa produk jadi maupun bahan baku. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan sebesar 42,63% untuk penerbitan SKI dan kenaikan 23,24% untuk penerbitan SKE.
Sampai dengan triwulan III tahun 2014 telah dilakukan pre-review terhadap 320 permohonan rancangan iklan suplemen kesehatan dengan hasil 253 (79,06%) disetujui; 37 (11,56%) ditolak karena konsep tidak relevan atau tidak sesuai dengan indikasi yang disetujui atau berlebihan dan cenderung menyesatkan; dan 30 (9,38%) perlu direvisi/perbaikan. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan jumlah permohonan iklan suplemen kesehatan yang disetujui sebesar 33,33%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Gambar 16. Profil Pre-review Iklan Suplemen Kesehatan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)
Jumlah Permohonan
300
69.17%
90.00% 75.00%
250
60.00%
200 45.00% 150 100 50 -
Jumlah Permohonan Proses perbaikan Disetujui Ditolak
79.06%
30.00%
20.83% 10.00%
9.38%
TW III 2013 240 10.00% 69.17% 20.83%
11.56% TW III 2014 320 9.38% 79.06% 11.56%
Hasil Pre Review
350
15.00% 0.00%
Pengawasan iklan (post review) suplemen kesehatan ke beberapa jenis media antara lain media cetak, televisi, radio, luar ruang dan leaflet/ brosur sejumlah 1.800 iklan. Hasil review menunjukkan iklan TMK di media cetak sebesar 119 (33,24%), di televisi sebesar 8 (10,26%), di radio sebesar 4 (26,67%) dan di media luar ruang sebesar 101 (29,36%) dan iklan di leaflet/brosur sebesar 613 (61,00%). TMK terbanyak adalah iklan yang mencantuman klaim berlebihan karena belum dilakukan pre-review. Tindak lanjut yang dilakukan adalah penghentian iklan, pendaftaran iklan, dan menyarankan penayangan iklan sesuai yang disetujui, jika masih berlanjut dapat dikenakan sanksi pembatalan ijin edar. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan jumlah iklan TMK di media radio sebesar 0,74%. Serta penurunan jumlah iklan TMK di media cetak sebesar 37,05%; di media luar ruang sebesar 11,33% dan di media leaflet/brosur sebesar 20,56%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
23
V.
Pengawasan terhadap penandaan 714 suplemen kesehatan menunjukkan sebesar 57 (9,83%) dari 580 suplemen kesehatan lokal yang diawasi dan 25 (18,66%) dari 134 suplemen kesehatan impor yang diawasi Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK). Pelanggaran terbanyak yang ditemukan adalah tidak mencantumkan kemasan isi/bobot untuk suplemen kesehatan lokal dan klaim tidak sesuai untuk suplemen kesehatan impor. Pelanggaran ditindaklanjuti dengan penggantian dan pemusnahan penandaan produk yang TMK bila masih berlanjut dapat dikenakan sanksi pembatalan ijin edar . Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan TMK dari penandaan suplemen kesehatan lokal sebesar 57,41% dan suplemen kesehatan impor sebesar 73,05%.
Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Produk Kosmetika Pengawasan pre-market terhadap keamanan, manfaat dan mutu kosmetika dilakukan melalui pemberian nomor notifikasi. Sampai dengan triwulan III tahun 2014, Badan POM telah mengevaluasi 30.746 berkas notifikasi kosmetik dari 33.715 permohonan notifikasi yang diterima. Surat keputusan yang diterbitkan terdiri dari 26.893 surat persetujuan/nomor notifikasi untuk 11.003 kosmetika lokal dan 15.890 kosmetika impor, 2.339 permintaan Tambahan Data, dan 1.514 surat penolakan. Penyelesaian berkas notifikasi kosmetika yang tepat waktu mencapai 84,67%. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), jumlah berkas yang masuk mengalami kenaikan sebesar 35,15%. Begitu juga dengan ketepatan waktu mengalami kenaikan sebesar 0,31%.
24
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Gambar 17. Profil Ketepatan Waktu Notifikasi Kosmetik s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 70,000
90.00% 84.67% 84.41%
75.00%
50,000 60.00% 40,000 45.00% 30,000 30.00%
20,000
Ketepatan Waktu
Jumlah Berkas
60,000
15.59% 15.33%
10,000 Jumlah keputusan yang diterbitkan Jumlah berkas masuk Tidak tepat waktu (%) Tepat Waktu (%)
TW III 2013
TW III 2014
23,291
30,746
24,947 15.59% 84.41%
33,715 15.33% 84.67%
15.00% 0.00%
Pengawasan post-market dilakukan melalui sampling dan pengujian laboratorium terhadap kosmetik. Sampai dengan triwulan III tahun 2014, telah dilakukan pengujian terhadap 9.938 sampel kosmetik dengan hasil 139 (1,40%) sampel Tidak Memenuhi Syarat (TMS) mutu dan keamanan karena mengandung bahan dan cemaran mikroba melebihi batas kadar dan mengandung bahan dilarang/berbahaya. Tindak lanjut yang dilakukan berupa peringatan, peringatan keras, penarikan kosmetika dari peredaran dan pembatalan notifikasi. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi kenaikan kosmetika yang kosmetika TMS sebesar 27,02% dari 12.987 sampel yang diuji. Kenaikan tersebut terutama pada kosmetika mengandung bahan dilarang/ berbahaya. Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
25
Gambar 18. Profil Sampling dan Pengujian Kosmetik s/d Triwulan III 2014 (y-o-y)
14,000
100.00%
98.90% 98.60%
10,000
80.00%
8,000 60.00% 6,000
40.00%
4,000
20.00%
2,000 1.10% Jumlah MS TMS
26
Hasil Uji
Jumlah Sampel
12,000
120.00%
TW III 2013 12,987 98.90% 1.10%
1.40%
TW III 2014 9,938 98.60% 1.40%
0.00%
Pemeriksaan terhadap 154 sarana produksi kosmetik menunjukkan 22 (14,29%) sarana memenuhi ketentuan (MK) dan 132 (85,71%) sarana tidak memenuhi ketentuan (TMK). Tindak lanjut yang diberikan berupa pembinaan dan peringatan dan pengamanan/penarikan/pemusnahan produk. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi kenaikan sarana produksi kosmetika yang TMK sebesar 6,49%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Gambar 19. Profil Pemeriksaan Sarana Produksi Kosmetik s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 100.00%
160 Jumlah Sarana
140
85.71%
80.00%
80.49%
70.00%
120
60.00%
100
50.00%
80 60 40
40.00% 19.51%
30.00% 14.29%
20 0 Jumlah MK TMK
90.00%
20.00%
Hasil Pemeriksaan
180
10.00% TW III 2013 123 19.51% 80.49%
TW III 2014 154 14.29% 85.71%
0.00%
Pemeriksaan terhadap 4.168 sarana distribusi kosmetik menunjukkan bahwa 2.847 (68,31%) sarana memenuhi ketentuan (MK) dan 1.321 (31,69%) sarana tidak memenuhi ketentuan (TMK), karena mengedarkan produk yang tidak terdaftar, mengandung bahan berbahaya, dan rusak/kadaluarsa. Tindak lanjut yang dilakukan terhadap sarana yang tidak memenuhi ketentuan berupa pembinaan, peringatan, pengamanan, pemusnahan produk, rekomendasi pemberhentian sementara kegiatan dan projustisia. Apabila dibandingkan dengan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan sarana distribusi kosmetik yang TMK sebesar 16,09%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
27
Gambar 21. Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Kosmetika s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 4,200
80.00%
68.31% 70.00%
62.23%
60.00%
4,100 4,050
50.00%
37.77% 31.69%
4,000
30.00%
3,950
20.00%
3,900 3,850 Jumlah MK TMK
28
40.00%
Hasil Pemeriksaan
Jumlah Sarana
4,150
10.00%
TW III 2013 3,966 62.23% 37.77%
TW III 2014 4,168 68.31% 31.69%
0.00%
Badan POM telah mengeluarkan 276 surat keterangan ekspor (SKE) dan 6.205 surat keterangan impor (SKI) untuk komoditi kosmetik baik berupa produk jadi maupun bahan baku. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi kenaikan sebesar 8,21% untuk penerbitan SKI dan sebesar 0,73% untuk penerbitan SKE.
Sampai dengan triwulan III tahun 2014 dilakukan pengawasan iklan (post audit) kosmetik ke beberapa jenis media antara lain media cetak, televisi, radio, luar ruang dan leaflet/ brosur sebanyak 14.086 iklan. Media cetak dan elektronik yang diawasi antara lain berupa majalah, tabloid, leaflet/brosur, koran, billboard, spanduk, hanging, poster, papan nama, televisi, radio, dan internet. Hasil pengawasan ditemukan jumlah iklan TMK sebesar 416 (2,95%) dengan rincian TMK di media cetak sebesar 377 (2,89%), di media luar ruang sebesar 2 (0,92%) dan di media elektronik 37 (4,53%). Proporsi TMK terbanyak adalah pencantuman yang berlebihan dan menyesatkan dan telah
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
ditindaklanjuti dengan peringatan sampai dengan peringatan keras. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi kenaikan jumlah iklan yang TMK di media cetak sebesar 247,10% dan di media elektronik sebesar 67,77%.
VI.
Pengawasan terhadap penandaan kosmetik menunjukkan dari 3.635 kosmetik yang diawasi, sebesar 1.094 (30,10%) tidak memenuhi ketentuan (TMK). Pelanggaran terbanyak yang ditemukan pada kosmetik adalah nomor izin edar sudah habis masa berlakunya dan telah ditindaklanjuti dengan peringatan dan penarikan kosmetika dari peredaran untuk diperbaiki penandaannya. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi kenaikan penandaan kosmetik yang TMK sebesar 109,42%.
Hasil Operasi Pengawasan Keamanan dan Mutu Produk Pangan Penilaian pre-market terhadap keamanan dan mutu pangan olahan melalui loket pendaftaran (pelayanan secara manual) sampai dengan triwulan III tahun 2014 diterbitkan 1.358 persetujuan pendaftaran pangan olahan dari 2.242 permohonan, dengan rincian 676 persetujuan untuk produk dalam negeri (MD) dan 682 produk luar negeri (ML), penolakan 6 produk dalam dan luar negeri. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), jumlah berkas yang masuk melalui loket pendaftaran ini mengalami penurunan sebesar 26,73%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
29
Gambar 21. Profil Penilaian pre-market Produk Pangan Melalui Loket Pendaftaran (pelayanan secara manual) s/d Triwulan III 2014 (y-o-y )
Jumlah Berkas
6,000
75.00%
61.20% 60.00% 49.71%
5,000
50.22%
4,000 3,000
45.00%
38.80% 30.00%
2,000 15.00% 1,000 Jumlah Keputusan yang Diterbitkan Jumlah Berkas yang Masuk Berkas disetujui (MD) Berkas disetujui (ML)
30
TW III 2013
TW III 2014
3,039
1,358
3,060
2,242
61.20% 38.80%
49.71% 50.22%
Jumlah Berkas yang Disetujui
7,000
0.00%
Hasil penilaian pendaftaran pangan olahan melalui aplikasi e-registration sebanyak 6.656 persetujuan pendaftaran pangan olahan dari 11.810 permohonan pendaftaran, dengan rincian 3.485 persetujuan untuk produk dalam negeri (MD) dan 3.171 produk luar negeri (ML). Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan jumlah pendaftaran pangan olahan melalui aplikasi e-registration sebesar 13,34%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Penyelesaian penilaian pendaftaran pangan olahan yang tepat waktu untuk pendaftaran melalui pelayanan manual dan e-registration adalah 76,14%.
Pengajuan variasi (perubahan data) melalui loket pendaftaran (pelayanan secara manual) yang disetujui sebanyak 1.959 produk dari 2.324 permohonan variasi termasuk jumlah notifikasi variasi (perubahan data) minor manual yang disetujui sebanyak 472 keputusan. Pengajuan variasi melalui aplikasi e-registration sebanyak 1.212 produk dari 1.546 permohonan variasi termasuk persetujuan notifikasi variasi (perubahan data) minor elektronik sebanyak 429 keputusan. Gambar 23. Profil Penilaian pre-market Produk Pangan Melalui Aplikasi E-Registration s/d Triwulan III 2014 (y-o-y ) 20,000
52.36%
18,000
51.00%
14,000
49.85%
12,000
50.15%
50.00%
10,000
49.00%
8,000
48.00%
6,000
47.64%
4,000
46.00%
2,000 Jumlah Keputusan yang Diterbitkan Jumlah Berkas yang Masuk Berkas disetujui (MD) Berkas disetujui (ML)
47.00%
Jumlah Persetujuan
52.00%
16,000 Jumlah Berkas
53.00%
TW III 2013
TW III 2014
5,868
6,656
10,420
11,810
50.15% 49.85%
52.36% 47.64%
45.00%
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
31
Pengawasan paska pemasaran (post-market) melalui sampling dan pengujian laboratorium terhadap 5.839 sampel makanan yang beredar dengan hasil 743 (12,72%) sampel tidak memenuhi syarat (TMS) mutu dan keamanan. Untuk produk MD dan ML ditindaklanjuti oleh Badan POM, sedangkan untuk produk Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan setempat. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan sampel makanan yang TMS sebesar 14,58% dari 5.706 sampel yang diuji.
6,000 85.10%
32
87.28%
80.00% 60.00% 40.00%
14.90% 5,000 Jumlah MS TMS
100.00%
TW III 2013 5,706 85.10% 14.90%
12.72% TW III 2014 5,839 87.28% 12.72%
Hasil Uji
Jumlah Sampel yang Diuji
Gambar 24. Profil Sampling dan Pengujian Pangan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y )
20.00% 0.00%
Hasil pengawasan garam beryodium. Sampai dengan triwulan III tahun 2014 telah dilakukan sampling dan pengujian terhadap 990 sampel garam dengan hasil 766 (77,37%) sampel Memenuhi Syarat (MS) dan 224 (22,63%) sampel Tidak Memenuhi Syarat (TMS) fortifikasi.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Hasil pengawasan tepung terigu. Sampai dengan triwulan III tahun 2014 baru 2 Balai Besar/ Balai POM yang mengirimkan laporan hasil pengujian tepung terigu yaitu Denpasar dan Jayapura. Dari 24 sampel tepung terigu sebanyak 22 (91,67%) sampel Memenuhi Syarat (MS) dan 2 (8,33%) sampel Tidak memenuhi Syarat (TMS).
Pemeriksaan terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) dilakukan terhadap 2.158 sarana produksi yang terdiri dari : 780 industri makanan MD dengan hasil 338 (43,33%) sarana produksi MD tidak memenuhi ketentuan (TMK) dan 1.378 industri rumah tangga (IRT) dengan hasil 361 (26,20%) IRTP TMK. Untuk sarana MD yang Tidak Aktif sebanyak 82 sarana dan sarana PIRT sebanyak 44 sarana. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan industri makanan MD yang TMK sebesar 0,28%, sedangkan IRT yang TMK mengalami penurunan sebesar 4,32%.
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Jumlah MK TMK
56.67% 60.00%
56.79%
43.33%
50.00% 40.00%
43.21%
30.00% 20.00% 10.00% TW III 2013 641 56.79% 43.21%
TW III 2014 780 56.67% 43.33%
Hasil Pemeriksaan
Jumlah Sarana
Gambar 24. Profil Pemeriksaan Sarana Produksi MD s/d Triwulan III 2014 (y-o-y )
0.00%
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
33
1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 Jumlah MK TMK
34
72.62%
73.80%
27.38%
26.20%
TW III 2013 924 72.62% 27.38%
TW III 2014 1,378 73.80% 26.20%
80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
Hasil Pemeriksaan
Jumlah Sarana
Gambar 25. Profil Pemeriksaan Sarana Produksi IRTP s/d Triwulan III 2014 (y-o-y )
Pemeriksaan terhadap 6.511 sarana distribusi makanan dengan hasil 2.305 (35,40%) sarana tidak memenuhi ketentuan (TMK) dengan rincian temuan produk TIE 1.948 item /89.423 kemasan, produk rusak 1.225 item/2.213 kemasan, produk kadaluarsa 3.120 item/53.828 kemasan, dan TMK label 645 item/71.071 kemasan. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), maka terjadi peningkatan sarana distribusi makanan yang TMK sebesar 0,91%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Gambar 26. Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan s/d Triwulan III 2014 (y-o-y )
6,000
64.60%
64.92%
60.00%
Jumlah Sarana
5,000 4,000
70.00%
50.00% 35.08%
35.40%
40.00%
3,000
30.00%
2,000
20.00%
1,000
10.00%
Jumlah sarana MK TMK
TW III 2013 3,543 64.92% 35.08%
TW III 2014 6,511 64.60% 35.40%
Hasil Pemeriksaan
7,000
0.00%
Sampai dengan triwulan III tahun 2014 telah dilakukan pengawasan terhadap 25 sarana distribusi bahan berbahaya yang memiliki SIUP-B2 dan diperoleh hasil 21 sarana (84%) diantaranya memenuhi ketentuan. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), maka terjadi penurunan sarana distribusi bahan berbahaya yang TMK sebesar 74,15%.
Sebagai lanjutan dari Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang dicanangkan pada tahun 2013, pada tahun ini ditargetkan sebanyak 77 pasar yang tersebar di 31 propinsi akan diintervensi menjadi Pasar Contoh untuk Pantauan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Tahapan program yang telah dilaksanakan hingga triwulan III ini adalah Forum Advokasi Komitmen Pemda dan Lintas Sektor. Forum ini bertujuan untuk memperoleh dukungan dari Pemda yang sudah dilaksanakan di 14 propinsi dengan total peserta 350 orang untuk turut berperan aktif dalam implementasi program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di Pasar Contoh yang berada di wilayah kerjanya masing-masing. Setelah advokasi dilaksanakan, Balai diharapkan melaksanakan Bimbingan Teknis Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
35
Pengawas Bahan Berbahaya dan Penyuluhan kepada pedagang pasar. Bimbingan Teknis telah dilaksanakan di 10 provinsi sedangkan Penyuluhan kepada pedagang pasar telah dilaksanakan di 4 provinsi. Dalam rangka memperoleh hasil pengawasan dari program ini, Petugas Pengelola Pasar melakukan sampling dan pengujian tahap I terhadap bahan berbahaya dan pangan yang dicurigai mengandung BB. Sebanyak 24 pasar dari target 77 pasar sudah melakukan sampling dan pengujian tahap I.
Forum Advokasi Komitmen Pemda dan Lintas Sektor di Palu d an Gorontalo, tgl 8 Mei 2014
36
Badan POM telah mengeluarkan 23.234 surat keterangan impor (SKI) untuk 60.872 item produk dan 7.753 surat keterangan ekspor (SKE) untuk 14.864 jenis produk. Apabila dibandingan dengan periode yang sama tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan jumlah SKI dan SKE yang dikeluarkan sebesar 10,00% untuk SKI dan 12,44% untuk SKE.
Badan POM telah menerbitkan surat persetujuan pencantuman logo/ tulisan HALAL pada label untuk 5.123 produk dari 362 perusahaan pangan. Surat persetujuan ini diberikan
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
kepada produsen yang telah memiliki Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia dan telah menerapkan Cara Produksi Pangan yang Baik. Apabila dibandingan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi peningkatan sebesar 42,52% untuk perusahaan dan peningkatan 64,62% untuk produk.
VII.
Dari pengawasan terhadap 890 label khusus produk pangan halal, menunjukkan 274 (30,79%) label Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK). Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan TMK sebesar 45,47%.
Untuk melindungi masyarakat dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan, Badan POM melakukan pengawasan terhadap label produk pangan yang beredar serta pengawasan iklan pangan baik di media cetak, elektronik maupun luar ruang. Hingga triwulan III tahun 2014 telah dilakukan pengawasan terhadap 1.657 label produk pangan, dengan hasil 297 (17,92%) label produk pangan yang TMK. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan TMK sebesar 31,55%.
Hasil Investigasi Awal dan Penyidikan Kasus Tindak Pidana di Bidang Obat dan Makanan Dalam rangka memberantas dan menertibkan peredaran produk obat dan makanan ilegal termasuk palsu serta obat keras di sarana yang tidak berhak, Badan POM telah melakukan investigasi awal dan penyidikan kasus tindak pidana di bidang obat dan makanan. Upaya ini dilakukan secara mandiri maupun bersinergi dengan instansi penegak hukum lainnya (dalam kerangka Operasi Gabungan Daerah, Operasi Gabungan Nasional dan Operasi Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal). Sampai dengan triwulan III tahun 2014 ditemukan 366 kasus pelanggaran di bidang obat dan makanan. Dari total kasus tersebut, 134 kasus ditindaklanjuti dengan pro justitia dan 232 kasus ditindaklanjuti dengan sanksi administratif. Apabila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 (y-o-y), terjadi penurunan jumlah kasus yang ditemukan sebesar 30,42%, namun yang di pro justisia meningkat sebesar 48,14%.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
37
Gambar 27. Hasil Investigasi Awal dan Penyidikan Kasus Tindak Pidana s/d Triwulan III 2014 (y-o-y) 80.00% 75.29% Jumlah Kasus
500
63.39%
60.00% 400
50.00%
300
40.00%
200
36.61%
100 0 Jumlah Kasus Pro Justitia Sanksi Administratif
30.00% 20.00%
24.71%
VIII.
70.00% Tindak Lanjut
600
10.00% TW III 2013 526 24.71% 75.29%
TW III 2014 366 36.61% 63.39%
0.00%
Pemusnahan Obat dan Makanan Ilegal Sampai dengan triwulan III tahun 2014, Badan POM RI telah melaksanakan pemusnahan Obat dan Makanan Ilegal yang dilaksanakan di 7 (tujuh) Balai Besar / Balai POM di seluruh Indonesia yaitu BPOM di Kupang, BBPOM di Palembang, BBPOM di Semarang, BBPOM di Bandung, Balai POM di Serang, BBPOM di Medan dan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan dengan total 1.779item; 581.325 jenis produk dan total nilai Rp15.182.453.500,- (Lima Belas Miliar Seratus Delapan puluh Dua Juta Empat Ratus Lima Puluh Tiga Ribu Lima Ratus Rupiah).
38
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Tabel Pemusnahan Obat Dan Makanan Ilegal s/d Triwulan III Tahun 2014
No 1 2 3 4
5 6 7 8 9
IX.
BalaiBesar / Balai POM BPOM di Kupang BBPOM di Palembang BBPOM di Semarang PusatPenyidikan Obat dan Makanan, BBPOM di Jakarta, BBPOM di Bandung, dan BPOM di Serang BBPOM di Medan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan BPOM di Batam BBPOM di Semarang
TanggalPemusnahan Maret 2014 09 Januari 2014 28 Mei 2014 26 Mei 2014
JumlahJenisProduk 331 330 495 428
Total Nilai 1.100.000 64.782.500 227.500.000 2.433.580.000
19 September 2014 30 September 2014
79 115
9.680.601.000 2.500.000.000
8-9 Oktober 2014
1
274.400.000
31 Oktober 2014 13 Oktober 2014
812 180
>1.000.000.000 4.000.000.000
Operasi Gabungan Daerah (OBGABDA) OPGABDA merupakan operasi yang dilakukan oleh Balai Besar/ Balai POM, harus melibatkan lintas sektor terkait (diantaranya : Kepolisian Daerah, Dinas Trantib, Dinas Kesehatan, Dinas Perdagangan) yang dilakukan secara berkala di wilayah kerja Balai Besar/ Balai POM berdasarkan instruksi Kepala Balai Besar/ Balai POM. Target operasi merupakan hasil investigasi awal, pengembangan proses penyidikan ataupun informasi lain yang telah dinilai kebenarannya terlebih dahulu. . Tata Cara Pelaksanaan operasi ini didasarkan pada Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.72.10.12.6842 Tanggal 22 Oktober 2012 Perihal Petunjuk Teknis Pelaksanaan Operasi Gabungan Daerah dan Operasi Gabungan Nasional. Sampai dengan triwulan III tahun 2014, telah diperiksa sebanyak 177 sarana dengan hasil sebanyak 31 (17,5%) sarana dinyatakan memenuhi ketentuan sedangkan 146 (82,5%) sarana dinyatakan tidak memenuhi ketentuan. Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
39
Pada OPGABDA ini berhasil ditemukan sebanyak 2.339 item (959.551 pieces) produk Obat dan Makanan Ilegal dengan perkiraan nilai mencapai Rp 8.397.148.030.- (delapan milyar tiga ratus sembilan puluh tujuh juta seratus empat puluh delapan ribu tiga puluh rupiah). Setelah dilakukan gelar kasus terhadap temuan tersebut, ditetapkan sebanyak 43 kasus memiliki bukti permulaan yang cukup sebagai perkara dan ditindaklanjuti secara pro justitia sedangkan sisanya ditindaklanjuti dengan pemberian sanksi administrasi yaitu sebanyak 103 kasus. X.
Operasi Pangea VII Pengawasan rutin yang dilakukan Badan POM menunjukkan bahwa praktek penjualan obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika, dan pangan ilegal melalui situs internet semakin marak. Untuk itu, peredaran produk obat dan makanan ilegal yang dipasarkan secara online menjadi salah satu fokus intensifikasi pengawasan Badan POM. Hal ini sejalan dengan upaya International Criminal Police Organization (ICPO)-Interpol dalam memberantas penjualan produk ilegal termasuk palsu yang dipasarkan secara online melalui Operasi Pangea. Produk yang dijual secara online tidak terjamin keamanan, khasiat/manfaat, dan mutunya karena tidak dapat dipastikan apakah diproduksi oleh produsen yang resmi atau tidak. WHO menaksir bahwa lebih dari 50% obat yang dijual melalui internet merupakan produk palsu. Karena sumber tidak jelas, maka produk tersebut dipastikan beredar tanpa melalui proses regulasi yang benar, dan diduga menggunakan bahan baku tidak berkualitas. Keadaan tersebut menyebabkan risiko kesehatan yang dapat memicu resistensi obat, kegagalan organ, bahkan kematian. Mengingat risiko kesehatan yang sangat besar tersebut, Badan POM secara konsisten dengan perannya sebagai focal point Operasi Pangea di Indonesia pada tahun ini kembali berperan aktif dalam Operasi Pangea VII. Badan POM mulai aktif bergabung dalam Operasi Pangea sejak 2011. Hasil operasi Pangea IV tahun 2011, Pangea V tahun 2012, dan Pangea VI tahun 2013 menunjukkan kecenderungan peningkatan item temuan produk Obat dan Makanan ilegal dari 57 item menjadi 66 item dan meningkat lagi menjadi 721 item di tahun 2013.
40
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Pada Mei 2014, Badan POM dalam kerangka Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal, berkoordinasi dengan International Criminal Police Organization (ICPO), bersama 110 negara lainnya, serentak melaksanakan Operasi Pangea VII di Jakarta dan 14 wilayah lainnya di Indonesia yaitu Banda Aceh, Medan, Pekanbaru, Palembang, Padang, Bandar Lampung, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Pontianak, Samarinda, Makassar, dan Manado. Pada Operasi Pangea VII di Indonesia berhasil diidentifikasi 302 situs internet yang memasarkan obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika, dan pangan ilegal termasuk palsu. Dari hasil operasi tersebut telah dilakukan pemeriksaan terhadap 58 sarana dan disita 868 item (1.385.440 pieces) obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika, dan pangan ilegal dengan nilai keekonomian mencapai 7,47 miliar rupiah. Dibandingkan dengan Operasi Pangea sebelumnya, pada Operasi Pangea VII tahun 2014 ini mengalami peningkatan yang signifikan baik jumlah situs yang teridentifikasi memasarkan produk ilegal maupun luas wilayah operasi, serta jumlah dan nilai temuan operasi. Sebagai tindak lanjut dari hasil operasi Pangea VII, telah dilakukan penyitaan terhadap seluruh barang bukti dan selanjutnya 58 sarana akan diproses pro-justitia. Untuk situs/website yang telah teridentifikasi menawarkan dan memasarkan produk ilegal termasuk palsu tersebut, Kepala Badan POM selaku Ketua Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal telah mengajukan usulan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memblokir website tersebut. Sampai saat ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah memblokir 287 website. XI.
Operasi Storm V Operasi STORM adalah operasi internasional dengan sasaran sediaan farmasi ilegal termasuk palsu, yang digagas oleh International Criminal Police Organization (ICPO) Interpol, dan dilaksanakan oleh hampir semua negara Asia Tenggara dan beberapa negara Asia. Di Indonesia, Badan POM selaku Koordinator Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal, ditunjuk oleh NCB Interpol Indonesia menjadi Focal Point Operasi Storm V Tahun 2014. Badan POM yang didukung oleh Kepolisian dan Ditjen Bea dan Cukai, melaksanakan Operasi STORM V mulai bulan Juni hingga Agustus 2014. Operasi ini dilaksanakan melalui serangkaian tahapan perencanaan operasi, investigasi, penindakan, hingga proses penyidikan.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
41
Operasi yang dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia melalui 31 Balai Besar/Balai POM tersebut berhasil menemukan obat ilegal termasuk palsu, obat tradisional ilegal termasuk mengandung bahan kimia obat, dan kosmetik ilegal, di 154 sarana produksi dan distribusi dengan nilai keekonomian mencapai 31,66 milyar rupiah, dengan rincian 173 item obat ilegal termasuk palsu, 1.520 item obat tradisional ilegal termasuk mengandung bahan kimia obat, dan 1.963 item kosmetik ilegal. Modus tindak pidana yang dilakukan pelaku kejahatan antara lain adalah mencampurkan bahan baku obat ke bahan obat herbal, mencantumkan nomor izin edar palsu pada kemasan produk, serta mengedarkan/menjual produk yang sama sekali tidak memiliki izin edar. Dari pengujian laboratorium diketahui bahwa obat tradisional hasil temuan tersebut mengandung bahan kimia obat antara lain Paracetamol, Deksametason, Fenilbutason, serta Sildenafil. Jika masyarakat mengonsumsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain kerusakan fungsi hati dan ginjal, gagal jantung, yang dapat berujung pada kematian. Beberapa sarana produksi dan distribusi produk ilegal ditemukan pada Operasi STORM V tahun 2014 ini, antara lain dari pabrik obat tradisional ilegal di Tangerang dengan nilai keekonomian 20 milyar rupiah, dari gudang obat tradisional ilegal di Bandar Lampung dengan nilai keekonomian 1,4 milyar rupiah, dari distributor obat suntik ilegal yang berkedok apotek rakyat di Jakarta dengan nilai keekonomian 1,2 milyar rupiah, dari gudang obat tradisional tanpa izin edar di Jawa Timur dengan nilai keekonomian 1 milyar rupiah,dari pabrik obat tradisional ilegal di Jakarta dengan nilai keekonomian 1 milyar rupiah. Tindak lanjut dari hasil Operasi ini adalah seluruh produk jadi, bahan baku, kemasan, serta alat-alat produksi telah disita sebagai barang bukti dan selanjutnya akan dimusnahkan setelah mendapat penetapan pengadilan. Dari 154 kasus, sebanyak 57 kasus sudah ditindaklanjuti secara pro-justitia oleh PPNS Badan POM/POLRI dan 97 kasus sedang dalam penelusuran lebih lanjut untuk mendapat bukti permulaan yang cukup. Saat ini 1 (satu) orang telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Bareskrim POLRI. Keberhasilan Operasi STORM V tahun 2014 tidak terlepas dari dukungan aktif Kepolisian RI, dimana Badan POM mendapat bantuan perencanaan operasi dari NCB Interpol, bantuan penindakan dari Direktorat Tindak Pidana Narkoba dan Biro Korwas PPNS Bareskrim POLRI, serta Direktorat Reserse Kriminal Khusus POLDA di seluruh Indonesia. Peran aktif masyarakat dengan melaporkan adanya peredaran obat, obat tradisional, dan kosmetik ilegal juga memegang peranan penting dalam target operasi. 42
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Badan POM akan selalu meningkatkan kegiatan cegah tangkal untuk menekan peredaran Obat dan Makanan ilegal melalui intensifikasi Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal (GN-WOMI). Kerjasama juga dilakukan dengan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia, asosiasi profesi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) termasuk menggalakkan kegiatan Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) Penanggulangan Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat. XII.
Operasi Gabungan Nasional Pelaksanaan OPGABNAS tahun 2014 dilakukan secara serentak tanggal 25-28 Agustus 2014 oleh Balai Besar / Balai POM di seluruh Indonesia. Operasi Gabungan Nasional dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia melalui 31 Balai Besar/Balai POM tersebut berhasil menemukan obat ilegal termasuk palsu, obat tradisional ilegal termasuk mengandung bahan kimia obat, dan kosmetik ilegal, di 166 sarana produksi dan distribusi dengan nilai keekonomian mencapai Rp 10.978.048.404, dengan rincian 37 item obat ilegal termasuk palsu, 55 item obat tradisional ilegal termasuk mengandung bahan kimia obat, dan 65 item kosmetik ilegal, dan 10 item pangan ilegal. Selama 4 (empat) hari pelaksanaan OPGABNAS telah dilakukan pemeriksaan terhadap 166 sarana. 4. Dari 166 sarana yang diperiksa tersebut sebanyak 166 sarana (100%) dinyatakan Tidak Memenuhi Ketentuan. Dari 166 kasus, sebanyak 67 kasus direncanakanakan ditindaklanjuti secara pro-justitia oleh PPNS Badan POM dan 99 kasus sedang dalam penelusuran lebih lanjut untuk mendapat bukti permulaan yang cukup.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
43
XIII.
Optimalisasi Pemberdayaan Mitra Kerja dan Masyarakat 1. Publikasi Hasil Pengawasan dalam bentuk Siaran Pers/Peringatan Publik, Pameran dan Wawancara Sampai dengan triwulan III tahun 2014, Badan POM telah memberitakan 14 Siaran Pers terkait hasil pengawasan Obat dan Makanan kepada masyarakat melalui media, dimana 9 diantaranya melalui konferensi pers. Selain itu juga melalui website Badan POM. Siaran Pers yang Diterbitkan s/d Triwulan III Tahun 2014
1. 8 Januari, ”Kinerja Badan POM RI 2013 dan Fokus 2014” dengan Konferensi Pers di BPOM 2. 5 Februari, “Peningkatan Mutu Pelayanan dan Pengawasan adalah Komitmen Badan POM” 3. 8 Februari, “Sehat Duniaku Menuju Generasi Emas yang Sehat dan Berkualitas” dengan Konferensi Pers di Citos Jakarta 4. 8 Mei, Tim TPBB “Lindungi Konsumen dari Produk yang Tidak Memenuhi Standar dan Persyaratan” dengan Konferensi Pers di Jambi 5. 21 Mei, “Manajemen Risiko Dalam Memastikan Keamanan dan Keefektifan Obat”, dengan Konferensi Pers Deputi I 6. 26 Mei, “Pemberantasan Peredaran Produk Ilegal Yang Dipasarkan Secara Online Melalui Operasi Pangea VII” dengan Konferensi Pers 7. 28 Mei, “Kandungan Babi pada Produk Pangan Bourbon dan Cadbury” tanpa Konferensi Pers 8. 2 Juni, Penjelasan Terkait Produk Obat Batuk yang Beredar dan Mengandung Bahan Dekstrometorfan Tunggal, tanpa Konferensi Pers 9. 3 Juni, Penyelenggaraan Persandian dan Pengamanan Teknologi Informasi dan Komunikasim tanpa Konferensi Pers 10. 26 Juni, Intensifikasi Pengawasan Pangan Menjelang Bulan Ramadhan 1435 H, dengan konferensi pers bersama PHW Rokok 11. 26 Juni, Hasil Pengawasan Penerapan Peringatan Kesehatan Berupa Gambar (Pictorial Health Warning) pada Produk Tembakau oleh Badan POM 12. 17 Juli, Intensifikasi pengawasan Pangan Jelang dan Selama Ramadhan 1435 H 13. 11 September, Berantas Peredaran Obat, Obat Tradisional, dan Kosmetika Ilegal Melalui Operasi STORM V Tahun 2014, dengan konferensi pers. 14. 19 September, Pemusnahan Obat dan Makanan Ilegal Hasil Pengawasan BBPOM di 44 Medan, dengan konferensi Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan IIIPers. Tahun 2014
Konferensi Pers Kepala Badan POM di Aula Gedung C Badan POM, 8 Januari 2014
Konferensi Pers Februari 2014
Gebyar
PJAS,
8
Jumpa Pers Kepala Badan POM di Aula Gedung C Badan POM, 5 Februari 2014
Kunjungan ke Media Indonesia Grup, 13 Februari 2014
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
45
Konferensi Pers dalam rangka Operasi PANGEA VII, 26 Mei 2014
Konferensi Pers Hasil Pengawasan PHW, 26 Juni 2014
Sidak intensifikasi pangan jelang Ramadhan 1435 H, 26 Juni 2014
Konferensi Pers dalam rangka Operasi Storm V, 11 September 2014
2. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Talkshow di Media Elektronik Sampai dengan triwulan III tahun 2014, telah dilakukan 17 (tujuh belas) kali talkshow atas permintaan media televisi dengan Pimpinan Badan POM sebagai salah satu nara sumbernya, yaitu: 46
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Talkshow di Televisi s/d Triwulan III Tahun 2014 1. 9 Januari 2014, talkshow Kepala BPOM di Metro TV dalam program “Suara Anda” (live), topik “Minuman Keras Oplosan”, 19.30-20.00 WIB. 2. 30 Januari 2014, talkshow Kepala BPOM di Bloomberg TV dalam program “Zona Bisnis” (live), topik “BPOM Mengawasi Peredaran Obat Ilegal”, 13.10-13.30 WIB. 3. 11 Februari 2014, talkshow Kepala BPOM di Berita Satu TV dalam program “Jurnal Siang” (live), topik “Pangan Jajanan Anak Sekolah”, 12.00-12.30 WIB. 4. 13 Februari 2014, talkshow Deputi I di NET. dalam program “Indonesia Morning Show” (live), topik “Peredaran Obat Palsu dan Edukasi Ke Masyarakat”, 07.00-07.30 WIB. 5. 26 Mei 2014, talkshow Kepala BPOM di JAKTV dalam program "Ada Apa Berita" (live), topik “Peredaran Obat dan Makanan Ilegal”, 20.00-21.00 WIB. 6. 30 Mei 2014, talkshow Kepala BPOM di Bloomberg TV dalam program “Icon Outlook” (live), topik “Pengawasan Menjelang Bulan Ramadhan”, 20.00-20.15 WIB 7. 30 Mei 2014, talkshow Kepala BPOM di MNCTV dalam program “Power Breakfast” (live), topik “Melonjaknya Peredaran Obat dan Kosmetik Palsu” 9.30-10.00 WIB 8. 31 Mei 2014, talkshow Deputi I di JAKTV dalam program “Kata Dokter” (live), topik “Obat dan Makanan yang Sehat”, 20.00-21.00 WIB. 9. 5 Juni 2014, talkshow Deputi I di Berita Satu dalam program “Jurnal Siang” (live), topik “BPOM akan segera menarik 130 obat batuk berbahaya”, 13.00-14.00 WIB 10. 6 Juni 2014, talkshow Kepala BPOM di MNCTV dalam program “Economic View”, topik “Kinerja BPOM.”, 13.00-14.00 (live) 11. 25 Juni 2014, talkshow Deputi I di JAK.TV dalam program “Ada Apa Berita” (live), topik “Temuan Tramadol Palsu”. 12. 26 Juni 2014, talkshow Kepala BPOM di Bloomberg TV dalam program “Spirit Bisnis” (live), topik “Sidak Makanan Minuman Ilegal Senilai Rp14,4M 13. 7 Juli 2014, talkshow Plt. Deputi III dalam program Lensa Indonesia Sore di RTV tentang Makanan yang diwaspadai masyarakat selama bulan ramadhan. 14. 8 Juli 2014, talkshow Kepala Badan POM dalam program Economic View di MNC Business tentang Pengawasan Badan POM selama Ramadhan. 15. 10 Juli 2014, Talkshow Plt.Deputi III dalam program Bingkai Kota di Banten TV tentang Pengawasan Makanan Menjelang Bulan Ramadhan. 16. 16 Juli 2014, talkshow Deputi III dalam program Indonesia Morning Show di Net TV tentang engawasan Makanan Minuman Menjelang Lebaran 17. 24 September 2014, Talkshow Kepala Badan POM dalam program Suara Anda di Metro TV tentang Waspada Mie Berformalin.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
47
Talkshow Kepala Badan POM di Metro TV dalam program “Suara Anda” dengan topik “Minuman Keras Oplosan”, 9 Januari 2014
Talkshow Kepala BPOM di JAKTV dalam program "Ada Apa Berita", dengan topik “Peredaran Obat dan Makanan Ilegal”, 26 Mei 2014
48
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Talkshow Deputi I di NET.TV dalam program “Indonesia Morning Show” dengan topik “Peredaran Obat Palsu dan Edukasi Ke Masyarakat”, 13 Februari 2014.
Talkshow Kepala BPOM di Bloomberg TV dalam program “Spirit Bisnis”, dengan topik “Sidak Makanan Minuman Ilegal Senilai Rp14,4M, 26 Juni 2014
Talkshow Plt. Deputi III di RTV dalam program “Lensa Indonesia Sore”, dengan topik “Makanan Yang Diwaspadai Masyarakat selama bulan ramadhan, 7 Juli 2014
Talkshow Kepala BPOM dalam program “Suara Anda” di Metro TV tentang Waspada Mi Berformalin, 24 September 2014
3. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Wawancara dengan Media Penyebaran informasi di media juga dilakukan dalam memenuhi permintaan wawancara dari media massa, baik media cetak, media elektronik, maupun media online. Sampai dengan triwulan III tahun 2014 telah dilaksanakan sebanyak 86 wawancara Pimpinan Badan POM dengan media.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
49
Wawancara dengan Media s/d Triwulan III 2014 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
50
02 Januari, wawancara Kepala PPOMN dengan Net. tentang Peredaran dan Pengujian Obat 09 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Food Review tentang Profil Kepala Badan POM dan Pengawasan Pangan 09 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Femina tentang PJAS 09 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Media Indonesia tentang PJAS 09 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Majalah Pesona tentang PJAS 09 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Republika tentang PJAS 10 Januari, wawancara Deputi I dengan Sindo Weekly tentang Obat Palsu yang Beredar Luas di Pasar 10 Januari, wawancara Direktur Standardisasi Produk Pangan dengan The Quality tentang Peningkatan Kualitas dan Standar Ketahanan Pangan 20 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Dokter Kita tentang Pangan Jajanan Anak Sekolah 21 Januari, wawancara Kepala Badan POM dengan Marie Claire tentang Bahaya Minuman Berenergi 23 Januari, wawancara Direktur Standardisasi Produk Pangan dengan Koran Tempo tentang Pengawasan Formularium Obat dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional 24 Januari, wawancara tertulis metronews.com tentang Produk Cina 30 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Ritel tentang Program Pengawasan Obat dan Makanan 29 Januari, wawancara tertulis Tempo tentang Peredaran Suplemen di Indonesia 07 Februari, wawancara Femina tentang Makanan Instan 11 Februari, wawancara Direktur Insert Pangan dengan Trans 7 tentang Roti Afkir/Tidak Layak 11 Februari, wawancara Direktur Insert Pangan dengan Trans 7 tentang Pemalsuan Teh Kemasan 14 Februari, wawancara Deputi I dengan SCTV tentang Legalitas Produk Laroscorbine 25 Februari, wawancara Kepala BPOM dengan Media Indonesia tentang PJAS 25 Februari, wawancara Deputi I dengan KBR68H tentang Permainan Industri Farmasi Dengan Dokter Atau Rumah Sakit Dalam Memberikan Resep Obat Kepada Pasien 26 Februari, wawancara Deputi II dengan Kompas TV tentang Peredaran Kosmetika Palsu di Jakarta 27 Februari, wawancara Kepala BPOM dengan Suara Karya tentang Program Kerja Badan POM dan Pengawasan Obat dan Makanan 27 Februari, wawancara Kepala BPOM dengan Elshinta FM tentang PJAS 28 Februari, wawancara Kepala BPOM dengan Bisnis Indonesia tentang ASEAN Economic Community 2015
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51.
03 Maret, wawancara Kepala BPOM dengan Metro TV tentang Peredaran Obat Palsu Online 03 Maret, wawancara Kepala BPOM dengan MSTRI FM tentang Kosmetika Palsu 06 Maret, wawancara Karo Hukmas dengan Koran Jakarta tentang Obat Palsu 07 Maret, wawancara Ka PPOMN dengan DAAI TV tentang Profesi di Badan POM 13 Maret, wawancara Deputi II dengan RCTI tentang Minyak Kayu Putih, Minyak Telon dan Aromaterapi yang diduga palsu 20 Maret, wawancara Karo Hukmas dengan Majalah Marketing tentang Obat Palsu 28 Maret, wawancara Karo Hukmas dengan Gatra tentang Rokok Elektrik 02 April, wawancara Kepala BPOM dengan Metro TV tentang Kosmetika Berbahaya 21 April, wawancara Karo Hukmas dengan Majalah Mesin Bisnis tentang Pendaftaran Produk UKM ke BPOM 22 April, wawancara Kepala BPOM dengan Tabloid Business Opportunity tentang Pentingnya UKM membangun daya saing bisnis dengan produk bersertifikasi BPOM 24 April, wawancara Karo Hukmas dengan Investor Daily tentang Pembatalan izin edar obat dekstrometorfan 29 April, wawancara Kepala BPOM dengan Majalah Business Review tentang Program Pengawasan Obat dan Makanan BPOM 6 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Warta TV tentang Program pengawasan obat dan makanan BPOM 6 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Kompas tentang Evaluasi 5 program unggulan BPOM 2014 7 Mei, wawancara Plt. Deputi III dengan TV One tentang Standard Prosedur Bakso yang baik 19 Mei, wawancara Karo Hukmas dengan GP Jamu dan Obat-obatan tengang Jamu Legal dan Ilegal dan Bahan Kimia Obat (BKO) 21 Mei, wawancara Karo Hukmas dengan Kompas.com tentang Obat Palsu 22 Mei, wawancara Ka. PPOMN dengan Metro TV tentang Peredaran Obat Palsu 28 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan BBC London tentang Coklat Cadburry 28 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Koran Jakarta tentang Coklat Cadburry 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Jawa Pos tentang Coklat Cadburry 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Net TV tentang Coklat Cadburry 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Trans TV tentang Coklat Cadburry 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan MNC Bussines tentang Coklat Cadburry 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan RTV tentang Coklat Cadburry 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Trans 7 tentang Coklat Cadburry 2 Juni, wawancara Deputi 1 dengan Elshinta FM tentang Dextrometorfhan
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
51
52. 4 Juni, wawancara Direktur Insert Pangan dengan Jawa Pos tentang Makanan Kadaluarsa 53. 5 Juni, wawancara Deputi 1 dengan Berita Satu tentang Awas Obat Batuk Berbahaya 54. 7 Juni, wawancara Kepala BPOM dengan MNC Bussines tentang Kinerja Pengawasan Badan POM 55. 17 Juni, wawancara Kepala BPOM dengan Majalah Tempo tentang Kampanye Peringatan Rokok Bergambar (Pictorial Health Warning) 56. 21 Juni, wawancara Kepala BPOM dengan Agrofarm tentang Rokok 57. 23 Juni, wawancara Kepala BPOM dengan United World (USA TODAY) tentang Badan POM 58. 23 Juni, wawancara Deputi I dengan Koran Tempo tentang Temuan Tramadol Palsu 59. 2 Juli , wawancara dengan Plt. Deputi III di Radio Brava tentang Inspeksi Pangan di Bulan Ramadhan 60. 2 Juli, wawancara Plt. Deputi III dengan Sindo TV tentang Pengawasan di BPOM Menjelang Bulan Ramadhan 61. 2 Juli, wawancara Plt. Sestama dengan Harian Umum Republika tentang Pengawasan di BPOM Menjelang Bulan Ramadhan 62. 2 Juli, wawancara Plt. Deputi III dengan Harian Terbit tentang Pengawasan Pangan Takjil 63. 4 Juli, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan Harian Umum Bisnis Indonesia tentang Food Safety dan Masyarakat Ekonomi Asean 64. 4 Juli, wawancara Plt. Deputi III dengan RTV tentang Pengawasan Badan POM selama Ramadhan 65. 8 Juli, wawancara Plt. Deputi III dengan HU Republika tentang Pengawasan Badan POM di Bulan Ramadhan (Takjil) 66. 8 Juli, wawancara Deputi II dengan Trans7 tentang Kosmetika Berbahaya 67. 9 Juli, wawancara Kepala BPOM dengan Antara tentang Data terbaru dan tindak lanjut hasil pengawasan 68. 10 Juli, wawancara Kepala BPOM dengan HU Kompas tentang PHW 69. 10 Juli, wawancara Kepala BPOM dengan TV One tentang Kandungan zat-zat berbahaya dalam jajanan anak-anak 70. 11 Juli, wawancara Deputi II dengan Trans7 tentang Kosmetika Kedaluwarsa 71. 14 Juli, wawancara Plt. Deputi III dengan TV Plus tentang Makanan Takjil di Pasar Tumpah apa aman 72. 14 Juli, wawancara Kepala BPOM dengan Koran Tempo tentang Peredaran makanan dan minuman impor yang tak punya izin edar pada Ramadhan dan jelang Lebaran 73. 21 Juli, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan HU Jawa Pos tentang Peredaran barang kedaluwarsa, ilegal yang semakin marak
52
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
74. 14 Agustus, wawancara Deputi III dengan DAAI TV tentang Pangan Mengandung Bahan Berbahaya 75. 18 Agustus, wawancara Kepala BPOM dengan HU Republika tentang Perkembangan Pengawasan Pencantuman PHW 76. 18 Agustus, wawancara Kepala BPOM dengan Radio BBC London tentang Kebijakan WHO terkait Penanggulangan Virus Ebola 77. 26 Agustus, wawancara Deputi II dengan Majalah Femina tentang Obat Herbal Pelangsing 78. 29 Agustus, wawancara Kepala BPOM dengan Greeners.co tentang Jamu Ilegal 79. 8 September, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan HU Warta Kota tentang Jamu Ilegal 80. 9 September, wawancara Deputi II dengan Metronews.com tentang Obat Pelangsing Herbal 81. 16 September, wawancara Staf PPOMN dengan Trans7 tentang Pengujian PJAS di Lab PPOMN 82. 12 September, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan RTV tentang Operasi Storm V 83. 12 September, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan RTV tentang Operasi Storm V 84. 22 September, wawancara Deputi II dengan Trans7 tentang Kosmetik Mercury 85. 26 September, wawancara Deputi II dengan Trans7 tentang Lipstik Berbahaya 86. 26 September, wawancara Deputi II dengan Trans7 tentang Lipstik Berbahaya
Wawancara Direktur Insert Pangan dengan Trans 7 mengenai Pemalsuan Teh Kemasan, 11 Februari 2014
Wawancara Deputi I dengan SCTV mengenai Legalitas Produk Laroscorbine, 14 Februari 2014
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
53
Wawancara Deputi II dengan Kompas TV mengenai Peredaran Kosmetika Palsu di Jakarta, 26 Februari 2014
Wawancara Kepala Badan POM dengan Trans7 mengenai Coklat Cadburry, 30 Mei 2014
54
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Wawancara Kepala Badan POM dengan Metro TV mengenai Peredaran Obat Palsu Secara Online, 3 Maret 2014
4. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Pameran Salah satu bentuk kegiatan KIE Badan POM langsung ke masyarakat adalah melalui pameran. Kegiatan Pameran ini bertujuan untuk mensosialisasikan Badan POM sebagai institusi pengawas Obat dan Makanan serta memberikan tambahan wawasan kepada masyarakat untuk mengenal lebih jauh tentang obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen, dan pangan. Hingga triwulan III tahun 2014, Badan POM telah berpartisipasi
dalam 9 (sembilan) kali pameran, dimana dalam DIPA 2014 dianggarkan 8 (delapan) pameran yaitu: Pameran s/d Triwulan III Tahun 2014 1. Pameran dalam rangka Gebyar Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di Atrium Cilandak Town Square (CITOS) Jakarta Selatan, 7- 9 Februari 2014. 2. Pameran dalam rangka Rakernas BKKBN 2014 di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, 11 -13 Februari 2014. 3. Pameran dalam rangka Kongres Ikatan Apoteker Indonesia ke-XIX Tahun 2014 di Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta, 20-23 Februari 2014. 4. Pameran Jejaring Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI) di Kementerian Perindustrian Jakarta, 11-13 Maret 2014. 5. Pameran Dalam Rangka Rakerkesnas Kementerian Kesehatan RI 2014 di Di Bidakara Hotel Jakarta, 31 Maret – 2April 2014 6. Pameran Produk Unggulan Indonesia (PPUI Expo 2014) di Mega Mall Batam Centre Batam, 15-19 Mei 2014. 7. Pameran Pekan Rakyat Jakarta 2014 di Pelataran Silang Monas, 10-15 Juni 2014 8. Pameran Gebyar UMKM dan Produk Unggulan Daerah 2014, di Solo Square, 25-30 September 2014 9. Pameran dalam rangka Hari Kontrasepsi Sedunia 2014, di Hotel Bidakara, 30 September 2014
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
55
Pameran dalam rangka Gebyar Aksi Nasional PJAS yang dihadiri oleh Wakil Presiden RI, Budiono beserta Istri di CITOS Jakarta Selatan, 7-9 Februari 2004.
Pameran Pekan Rakyat Jakarta 2014 di Pelataran Silang Monas, 10-15 Juni 2014
56
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Pameran dalam rangka Kongres Ikatan Apoteker Indonesia ke-XIX Tahun 2014 di Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta, 20-23 Februari 2014
Pameran Dalam Rangka Hari Kontrasepsi Sedunia 2014, 30 September 2014
5. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Talkshow “Badan POM Sahabat Ibu” Dalam rangka penyuluhan kepada para ibu, Badan POM melakukan talkshow “Badan POM Sahabat Ibu”. Hingga triwulan III tahun 2014 telah diselenggarakan 11 kali talkshow yaitu: Talkshow “Badan POM Sahabat Ibu” s/d Triwulan III Tahun 2014 1. 23 Januari 2014, “Amankah Kosmetik Yang Anda Gunakan?”, narasumber Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisonal, Kosmetikadan Produk Komplemen, dengan peserta 40 orang Ibu-Ibu Dharma Wanita Kementerian Pemuda dan Olah Raga. 2. 26 Februari 2014, “Mengenal Pangan Yang Aman”, narasumber Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, dengan peserta 35 orang Ibu-Ibu Dharma Wanita BKKBN. 3. 11 Maret 2014, “Waspada Obat dan Makanan Ilegal”, narasumber Kepala Biro Hukum dan Humas serta Dinas Kesehatan Kab. Tasikmalaya, dengan peserta 250 orang ibu-ibu pengajian, pengurus PKK dan Puskesmas Bantar Kalong Tasikmalaya. 4. 12 Maret 2014, “Waspada Obat dan Makanan Ilegal” narasumber Kepala Biro Hukum dan Humas, Tokoh masyarakat, dan Dinas Kesehatan Kab. Tasikmalaya, dengan peserta 250 orang ibu-ibu pengajian, pengurus PKK dan Puskesmas di wilayah Taraju. 5. 13 Maret 2014 (pagi), “Waspada Obat dan Makanan Ilegal”, narasumber Kepala Biro Hukum dan Humas, Tokoh masyarakat, dan Dinas Kesehatan Kab. Kota Garut, dengan peserta 250 orang ibu-ibu pengajian, pengurus PKK dan Puskesmas di Kota Garut. 6. 13 Maret 2014 (sore), “Waspada Obat dan Makanan Ilegal”, narasumber Kepala Biro Hukum dan Humas, Tokoh masyarakat, dan Dinas Kesehatan Kab. Kota Garut, dengan peserta 250 orang ibu-ibu pengajian, pengurus PKK dan Puskesmas di Kabupaten Garut. 7. 20 Maret 2014, “Stop, Supaya Terhindar dari Obat Palsu”, narasumber Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA, dengan peserta 50 orang Pengurus dan Anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIP). 8. 22 April 2014, “Amankah Obat dan Makanan yang Kita Konsumsi?”, narasumber Kepala Biro Hukmas, dengan peserta 150 orang karyawan/karyawati dan Dharma Wanita Lemsaneg di Auditorium dr. Roebiono Kertopati, Kantor Lembaga Sandi Negara – Jakarta Selatan 9. 24 Juni 2014, “Keamanan Pangan Siap Saji”, narasumber Kepala Balai Besar POM di Jakarta, dengan peserta 70 orang Dharma Wanita dan Pegawai Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 10. 19 Agustus 2014, “Amankah Obat dan Makanan yang Kita Konsumsi?” dengan nara sumber Kepala Biro Hukum dan Humas, Budi Djanu Purwanto, SH, MH. Dengan peserta 80 orang anggota Dharma Wanita dan Karyawan Kementerian Perhubungan. 11. 8 Oktober 2014, “Amankah Kosmetika yang anda gunakan”, narasumber Direktur Penilaian Obat Tradisonal, Suplemen Makanan dan Kosmetika, dengan peserta 50 orang Dharma Wanita Kepompong Permata – Pamulang, di Aula Gedung C Badan POM RI Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
57
23 Januari 2014, talkshow “Badan POM Sahabat Ibu” dengan tema “Amankah Kosmetik Yang Anda Gunakan?”, dengan peserta Ibu-Ibu Dharma Wanita Kementerian Pemuda dan Olah Raga
11 Maret 2014, talkshow “Badan POM Sahabat Ibu” dengan tema “Waspada Obat dan Makanan Ilegal”, dengan peserta ibu-ibu pengajian, pengurus PKK dan Puskesmas Bantar Kalong Tasikmalaya.
20 Maret 2014, talkshow “Badan POM Sahabat Ibu” dengan tema “Stop, Supaya Terhindar dari Obat Palsu”, dengan peserta Pengurus dan Anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIP)
58
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
24 Juni 2014, “Keamanan Pangan Siap Saji”, narasumber Kepala Balai Besar POM di Jakarta, dengan peserta 70 orang Dharma Wanita dan Pegawai Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
6. Layanan Pengaduan Konsumen dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Sejak diluncurkannya contact center HALO BPOM 1500533 pada bulan Februari 2014 lalu, Badan POM telah melaksanakan layanan pengaduan dan informasi konsumen secara terpadu agar memudahkan konsumen untuk menghubungi Badan POM. Sampai dengan triwulan III tahun 2014 total interaksi adalah 3.825, terdiri dari 3.559 layanan informasi, 257 layanan pengaduan, dan 9 layanan informasi keracunan. Komoditi yang sering ditanyakan adalah mengenai pangan sebanyak 1.306 layanan (34,14%), kosmetika sebanyak 733 layanan (19,16%), dan obat tradisional sebanyak 315 layanan (8,24%). Sisanya menanyakan tentang komoditi obat, suplemen makanan, bahan berbahaya, NAPZA, perbekalan kesehatan rumah tangga, alat kesehatan, dan informasi umum lainnya. Pengaduan dan permintaan informasi sebanyak 2.420 (63,27%), merupakan pertanyaan mengenai aspek legalitas, terutama terkait proses sertifikasi, proses pendaftaran, produk terdaftar, dan inspeksi yaitu pengaduan masyarakat tentang obat dan makanan
ilegal. Hingga saat ini, telepon masih menjadi sarana komunikasi yang paling diandalkan oleh masyarakat untuk menyampaikan pengaduan atau memperoleh informasi dalam waktu singkat. Masyarakat yang menghubungi Contact Center sebagian besar melalui telepon sebanyak 2.913 (76,16%), melalui Short Message Service (SMS) sebanyak 454 (11,95%), dan melalui email sebanyak 457 (11,87%). Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
59
Berdasarkan jenis profesi, masyarakat yang menghubungi Contact Center paling banyak dari kalangan karyawan sebanyak 2.416 (63,16%), Pelaku Usaha sebanyak 520
(13,59%), Ibu Rumah Tangga sebanyak 273 (7,14%) dan Pelajar/Mahasiswa sebanyak 272 (7,11%). Adapun layanan melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK), Sentra Keracunan Nasional (SIKer Nas) dan Pusat Informasi Obat Nasional (PIO Nas) saat ini masih dilakukan. Sampai dengan triwulan III tahun 2014, Badan POM melalui ULPK yang ada di Pusat dan 31 Balai Besar/Balai POM seluruh Indonesia telah melaksanakan 10.739 layanan pengaduan dan informasi konsumen mengenai obat dan makanan yang terdiri dari 691 layanan (6,43%) bersifat pengaduan dan 10.048 layanan (93,57%) bersifat informasi. Pengaduan dan informasi konsumen yang diterima paling banyak mendatangi kantor ULPK Badan POM dan Balai Besar/Balai POM sebanyak 7.632 layanan ( 71,07%), melalui telepon sebanyak 1.933 layanan (18,00%), lainnya email, pesan singkat (SMS), surat, fax, atau secara langsung. Jenis pengaduan dan informasi konsumen terbanyak adalah mengenai produk pangan (makanan/minuman) sebesar 5.140 layanan (47,86%). Menurut kelompok informasi produk/klasifikasi pertanyaan, pengaduan dan informasi konsumen terbanyak adalah mengenai legalitas produk obat dan makanan 6.051(56,35%) terutama terkait dengan informasi produk terdaftar; prosedur pendaftaran; sertifikasi (prosedur Surat Keterangan Impor obat dan makanan, prosedur Surat Keterangan Komoditas Non Obat dan Makanan, dan permohonan rekomendasi BPOM untuk pengeluaran obat dan makanan keperluan pribadi); inspeksi yaitu pengaduan masyarakat tentang obat dan makanan ilegal.
60
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Masyarakat yang paling banyak mengadu/menanyakan informasi tentang obat dan makanan adalah dari kalangan karyawan yaitu sebanyak 4.097 (38.15)%, pelaku usaha sebanyak 2.190 (20,39%), masyarakat umum 1.690 (15.74%), pelajar/mahasiswa sebanyak 1.447 (13,47%), kalangan ibu rumah tangga sebanyak 615 (5,73%) dan masyarakat umum lainnya. Adapun pertanyaan melalui SIKer Nas sampai dengan triwulan III tahun 2014 berjumlah 36 pertanyaan dengan kategori penanya yang paling banyak adalah karyawan dan pelajar/mahasiswa. PIO Nas menerima 281 pertanyaan dengan kategori pertanyaan mengenai obat sebanyak 102 (36,29%) dan pangan 63 (22,42%). Paling banyak penanya adalah karyawan swasta 161 (57,29%) dan tenaga kesehatan 36 (12,81%) Selain itu Badan POM melalui Pusat Informasi Obat dan Makanan juga telah menerbitkan 4 edisi buletin InfoPOM yaitu edisi JanuariFebruari, Maret-April, Mei-Juni dan JuliSeptember. Buletin tersebut telah disebar kepada stakeholder Badan POM seperti Fakultas Farmasi seluruh Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia, rumah sakit, puskesmas, perpustakaan daerah, instansi profesi lain, jejaring PIO Nas dan jejaring perpustakaan Badan POM.
XIV.
Perkuatan Peraturan Perundang-undangan Pengawasan Obat dan Makanan
Sampai dengan triwulan III tahun 2014, Badan POM bersama dengan lintas sektor antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Hukum dan HAM telah membahas 7 Rancangan Undang-undang dan 7 Rancangan Peraturan Pemerintah. Badan POM juga terlibat aktif dalam pembahasan 10 Rancangan Permenkes. Secara internal, sampai dengan triwulan III tahun 2014 ini, Badan POM telah menyelesaikan 2 Rancangan Peraturan Kepala Badan POM, 150 Rancangan Keputusan Kepala Badan POM dan 9 Rancangan MoU. Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
61
Judul RUU
Judul RPP
1. Rancangan Undang-Undang tentang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan PKRT 2. Rancangan Undang-Undang tentang Bahan Kimia 3. Rancangan Undang-Undang tentang Jaminan Produk Halal 4. Rancangan Perubahan UU Nomor 8 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 5. Rancangan Undang-Undang tentang Karantina Kesehatan 6. Rancangan Undang-Undang tentang Pertembakauan 7. Rancangan Undang-Undang tentang Minuman Beralkohol
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
RPP tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional RPP tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2010 ttg PNBP RPP tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan RPP tentang Label dan Iklan Pangan RPP tentang Tata Cara Paten oleh Pemerintah RPP tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan serta Peningkatan Nilai Tambah Hasil Periklanan RPP tentang Ketahanan Pangan
Judul Rancangan Permenkes 1. Rancangan Permenkes tentang Perubahan Permenkes Nomor 1148 tentang Pedagang Besar Farmasi 2. Rancangan Permenkes tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit, dan Jejaring Pelayanan 3. Rancangan Permenkes tentang Apotik 4. Rancangan Permenkes tentang Registrasi Penelitian Klinis 5. Rancangan Permenkes tentang standar, Mutu, Pelabelan, dan Periklanan Susu Formula Pertumbuhan Anak 1-3 Tahun 6. Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Program Terapi Buprenorfina 7. Rancangan Permenkes tentang Pemberian Tanda Contreng pada Label Makanan 8. Rancangan Permenkes tentang Perubahan Penggolongan Narkotika 9. Rancangan Permenkes tentang SAS 10. Rancangan Permenkes tentang Peredaran dan Penyimpanan dan Pemusnahan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
XV.
Standardisasi
62
Untuk perkuatan peraturan dan standar/pedoman di bidang obat tradisional, kosmetik dan suplemen kesehatan telah disusun Peraturan Kepala Badan POM, monografi dan standar yaitu : 1. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 9 Tahun 2014 tentang Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
2. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 10 Tahun 2014 tentang Larangan Memproduksi dan Mengedarkan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan yang Mengandung Coptis Sp, Berberis Sp, Mahonia Sp, Chelidonium majus, Phellodendron Sp, Arcangelica flava, Tinosporae Radix dan Cataranthus Roseus 3. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional 4. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji Klinik Obat Herbal 5. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat Tradisional 6. Peraturan Kepala Badan POM RI No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.12.10.07517 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika 7. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM RI tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.12.10.07517 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika 8. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Kesehatan 9. 6 Monografi Tumbuhan yang Dilarang dalam Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan: Abrus precatorius L.; Azadirachta indica A. Juss. Var. indica; Aristolochia sp.; Symphytum officinale L.; Colchicum autumnale L.; dan Piper methysticum 10. Standar bahan pewarna kosmetika : Azorubine, Carmoisine (CI 14720); Sunset Yellow FCF (CI 15985); Amaranth (CI 16185); Indigotine, Indigo Carmine (CI 73015); Lycopene (CI 75125); Carmine (CI 75470); Titanium Dioxide (CI 77891); Eythrosine (CI 45430); Brilliant Blue FCF (42090); Litholrubine BK (CI15850:1); Ponceau 4R, Cochineal Red A (CI 16255); Curcumin (CI 75300) 11. Standar Bahan Kosmetika: Anthocyanins; Ext. D & C Yellow No 7 (CI 10316); D & C Red No 36 (CI 12085); FD & C Red No 4 (CI 14700); D & C Orange No 4 (CI 15510)
Untuk perkuatan peraturan dan standar/pedoman di bidang pangan telah disusun 10 rancangan Peraturan Kepala Badan POM dan 1 pedoman yaitu : 1. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Formaldehida dalam Pangan 2. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Perisa 3. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Pemanis Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
63
4. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Cemaran dalam BTP Campuran 5. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Cemaran Mikroba 6. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Pedoman Pangan Diet Khusus 7. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Pedoman Pangan Olahan Tertentu 8. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Pedoman Cara Ritel Pangan pada Pasar Tradisional 9. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Revisi Pedoman Periklanan Pangan 10. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Kategori Pangan dan perubahan lampiran kategori 01, dan 12 11. Rancangan Pedoman PJAS Minuman Berwarna dan Sirop XVI.
Layanan Bantuan Hukum (Legal Management) Maraknya tuntutan hukum terhadap aparat pemerintah tentu saja harus diantisipasi dengan penguatan peran pada bagian legal/hukum di setiap instansi pemerintahan. Unit kerja yang membidangi urusan hukum ini dituntut untuk meningkatkan peran dan kemampuannya dalam menangani kritik dan koreksi masyarakat melalui pemberian bantuan hukum berupa pelaksanaan pertimbangan hukum, pelaksanaan penanganan perkara hukum, pelaksanaan pendampingan hukum kepada saksi/ahli, dan pelaksanaan penyuluhan hukum. Sampai dengan Triwulan III Tahun 2014 jumlah layanan bantuan hukum yang diberikan sejumlah 219 layanan yang terdiri dari : 1. pertimbangan hukum (yaitu proses pertimbangan hukum dalam rangka pimpinan atau pejabat lainya untuk mengambil kebijakan dibidang pengawasan Obat dan Makanan serta permasalahan Pengadaan Barang/Jasa, Kepegawaian, Aset Negara (BMN) dan lain-lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan) sejumlah 72 layanan terdiri dari obat sebanyak 11 layanan, obat tradisional sebanyak 2 layanan, pangan sebanyak 8 layanan, suplemen makanan sebanyak 1 layanan dan kosmetika sebanyak 6 layanan. Pertimbangan hukum terbanyak yang diberikan adalah jenis lain-lain yang mencakup kepegawaian, merek, pengadaan barang/jasa dan BMN sebesar 41 layanan.
64
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
2. Layanan bantuan hukum (berupa penanganan perkara hukum baik litigasi maupun non litigasi di bidang hukum perdata, tata usaha negara, niaga, praperadilan, dan pidana, serta fasilitator dan pemberian advokasi/pendampingan terhadap pemanggilan saksi atau permintaan bantuan ahli) sejumlah 36 layanan, yang terdiri dari penanganan perkara hukum sebanyak 16 layanan mencakup Penanganan Perkara Litigasi dan Non Litigasi dan permintaan bantuan keterangan saksi/ahli dan 20 layanan pendampingan saksi/ahli; Penanganan Perkara Hukum Litigasi berjumlah 5 perkara dikarenakan prosesnya masih berjalan, terdiri dari perkara di bidang hukum perdata, perkara di bidang hukum pidana, perkara di bidang niaga dan perkara di bidang tata usaha negara. 3. Penyuluhan hukum (pemberian informasi mengenai peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan serta peraturan lain yang terkait kepada unit teknis dan unit pelaksana teknis) sejumlah 111 layanan. Sasaran penyuluhan hukum dilakukan terhadap Balai Besar/Balai POM (8 Layanan), stakeholder (Pengacara dan LSM) (90 Layanan), Perguruan Tinggi/Mahasiswa (13 Layanan). XVII.
Pengembangan e-Government Badan POM Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, reformasi birokrasi menuntut Badan POM terus dapat memberikan pelayanan publik yang terbaik. Sesuai dengan Roadmap TIK Badan POM maka pengembangan tersebut sebagai berikut: Kegiatan e-reg
Ket Roadmap
2010
2011
2012
2013
2014
Uji coba
Kosmetik,
Pangan High Risk,
Obat Copy Tahap II,
Supl. Makanan
kosmetik
Pangan Low
Obat Copy Tahap I
Obat Tradisional
dan Obat Baru
Risk
(Implementasi tahun 2015)
Capaian e-bpom
Roadmap
Implemen
Implemen
Web service,
SSO,
Tracking system
Intr
Implemen SKK NOM
Implemen
Implemen
Non Ttd dan Cap
SKE
Basah, Redesign,
(implementasi TW
Bussiness
1 2015)
Intelegent Capaian
Implemen
Implemen
Implemen
Implemen
Prototype
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
65
Kegiatan
Ket
2010
2011
2012
e-payment
Roadmap
-
-
-
2013 Notifikasi Kosmetik
2014 e-reg pangan LR dan HR
Capaian SIPT
Roadmap
Implemen
Implemen
Penyusunan
Prototype
Uji Coba Pusat
Uji Coba SIPT
Mandatory SIPT
format oleh
Pemeriksaan
dan 10 Balai dan
Modul
Modul Sampling
Ditwas Prod,
Sarana Obat,
21 Balai.
Pengujian,
dan Pengujian
Ditwas Dist, Dit
Makanan, OT-
Mandatory SIPT
Sampling
Uji Coba SIPT
Insert OT-Kos,
Kosmetik,
Modul
Pengembangan
Pengawasan
Dit Insert
Supp Mak:
Pemeriksaan
Modul
Penandaan dan
Pangan, Ditwas
Produksi
Sarana Obat,
Penandaan,
Iklan
Napza,
Distribusi
Makanan, OT-
pengawasan
Pengembangan
PPOMN, Biro
Pelayanan
Kosmetik, SM
Iklan
EWS pre-
Renkeu, PIOM,
Modul Off Line
market pangan
PPOM, 30 Balai Capaian
Alur Proses,
Prototype
Implemen
Uji Coba Sampling
Implemen
Master Data
Pemeriksaan
Pemeriksaan
dan
Sampling dan
Sarana
Sarana
Pengujian
Pengujian; Uji Coba Penandaan dan Iklan; Implemen Dashboard
Salah satu yang telah dimanfaat oleh masyarakat secara luas adalah Web site Badan POM telah dilengkapi dengan versi mobile.
66
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
XVIII.
Layanan Perpustakaan Sebagai lembaga yang harus terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan tentang Obat dan Makanan maka Badan POM memiliki perpustakaan yang memiliki koleksi cetak dan elektronik yang terus diperbaharui setiap tahunnya. Pada tahun 2014 Perpustakaan Badan POM mempunyai koleksi jurnal elektronik berlangganan, yaitu: 1. Current Psychopharmacology 2. Drug Delivery Letters 3. Current Nutrition and Food Science 4. Recent Patents on DNA and Gene Sequences 5. Current Clinical Pharmacology 6. Current Pharmaceutical Analysis
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
67
XIX.
Human Capital Manajemen (HCM) Dalam rangka mendukung pengawasan obat dan makanan yang dilakukan Badan BPOM, telah dilakukan pengembangan kapasitas tenaga dan manajemen pengawasan obat dan makanan melalui kegiatan pengembangan kompetensi pegawai dan penerapan Human Capital Manajemen (HCM). Pengembangan kompetensi pegawai dilakukan melalui pengiriman pegawai BPOM untuk mengikuti pendidikan lanjutan program Sarjana (S1), Magister (S2) dan Doktor (S3) serta pengiriman pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) di dalam dan luar negeri. Adapun penerapan HCM di Badan POM dilakukan melalui penerapan sub proses dalam HCM sesuai dengan pedoman/peraturan/ keputusan/kebijakan yang telah ditetapkan di Badan POM. Sampai dengan triwulan III Tahun 2014, 40 (empat puluh) orang ditingkatkan kompetensinya melalui pendidikan lanjutan, terdiri dari 5 (lima) orang mengikuti kuliah program Master (S2) di luar negeri, 27 (dua puluh tujuh) orang mengikuti pendidikan program Magister (S2) dan 8 (delapan) orang mengikuti program Sarjana (S1) di dalam negeri. Ditargetkan sampai akhir 2014, 50 (lima puluh) orang pegawai dikembangkan kompetensinya melalui pendidikan program S1, S2 dan S3 di dalam dan luar negeri. Diharapkan dengan ilmu yang telah diperoleh dapat membuat suatu inovasi/perubahan untuk mendukung pengawasan obat dan makanan. Untuk pengembangan kompetensi melalui diklat, dalam triwulan III sebanyak 74 (tujuh puluh empat) orang pegawai telah ditingkatkan kompetensinya melalui program diklat di dalam dan luar negeri. Total pegawai yang ditingkatkan kompetensinya melalui pendidikan lanjutan sampai dengan triwulan III adalah sebanyak 52 (lima puluh dua) orang dan melalui program diklat di dalam negeri dan di luar negeri sebanyak 169 (seratus enam puluh sembilan) orang. Untuk mendukung manajemen pengawasan obat dan makanan, sampai dengan triwulan III tahun 2014 telah ditetapkan 3 (tiga) pedoman/peraturan/keputusan/kebijakan dalam pengelolaan sumber daya insani (Human Capital) di BPOM, yaitu pedoman terkait dengan Pelaksanaan Seleksi Terbuka untuk Jabatan Pimpinan Tinggi Pertama, Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai, dan Pedoman Pemberian Reward bagi Pegawai. Sampai dengan triwulan III sudah terdapat 6 (enam) pedoman/peraturan/keputusan/kebijakan dalam pengelolaan sumber daya insani (Human Capital). Sampai akhir tahun 2014, diharapkan minimal 7 (tujuh) pedoman/peraturan dalam pengelolaan sumber daya insani di BPOM dapat ditetapkan dan dilaksanakan oleh seluruh unit kerja di lingkungan BPOM.
68
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
XX.
Kerjasama Internasional Pada 27 Juni sampai 5 Juli 2014, Badan POM melakukan serangkaian kunjungan kerja ke Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk menjajaki dan meningkatkan daya saing industri nasional di tingkat internasional dan global serta meningkatkan perlindungan masyarakat, melalui dukungan regulasi. Selama kunjungan di Amerika Serikat, Badan POM mengadakan pertemuan dengan The United State Food and Drug Administration (USFDA), The United State Department of Agriculture (USDA), The Center for Disease Control and Prevention (CDC), US-ASEAN Business Council, University of Maryland, serta mantan Gubernur dan Senator Mr. Christopher S. Bond (dari Kit Bond Strategies yang merupakan tokoh Amerika Serikat yang cukup berpengaruh dan mempunyai kedekatan dengan Indonesia).Di Korea Selatan, selain kunjungan ke Ministry of Food and Drug Safety (MFDS), Pusat Riset MFDS, Pusat Riset Industri Korea, Badan POM juga mengadakan dialog dengan perusahaan Farmasi dan Makanan Korea.
PENUTUP Kinerja yang ditampilkan dalam laporan ini hanya sebagian dari kinerja keseluruhan Badan POM. Namun demikian para pihak terkait diharapkan mendapat gambaran jelas bahwa program dan kegiatan Badan POM berorientasi pada pencapaian tujuan utama pembangunan pengawasan obat dan makanan 2010-2014 yaitu meningkatnya efektivitas perlindungan masyarakat dari produk obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan serta meningkatnya daya saing produk obat dan makanan. Untuk mencapai tujuan tersebut Badan POM akan terus berupaya untuk meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang, dengan mengutamakan niat baik, komitmen, keterbukaan, perencanaan yang komprehensif (termasuk anggaran), pelaksanaan aksi, evaluasi dan analisis hasil, serta continuous improvement.
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
69
70
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
LAMPIRAN
CAPAIAN RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TRIWULAN III TAHUN 2014
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
71
No
Program/Kegiatan
Indikator
Target
I.
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Peraturan Perundangundangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat
Persentase unit kerja yang menerapkan quality policy Persentase unit kerja yang terintegrasi secara online Jumlah informasi pengawasan obat dan makanan yang dipublikasikan Jumlah layanan bantuan hukum yang diberikan (layanan) Jumlah rancangan peraturan perundangundangan yang disusun Jumlah layanan pengaduan/ permintaan informasi tentang obat dan makanan (layanan) Jumlah partisipasi Badan POM dalam hubungan dan kerjasama bilateral, regional, multilateral dan organisasi internasional (forum) Jumlah dokumen posisi Badan POM terhadap partisipasinya dalam pertemuan tingkat bilateral, regional, dan global (dokumen posisi)
30
Realisasi s.d Triwulan III 100
81
100
133,00
32
36
112,50
110
216
196,36
75
219
292,00
2.300
1821
79,17
43
28
65,12
7
5
71,43
1.1
1.2
72
Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Persentase Capaian (333,33
No
Program/Kegiatan
Indikator
Target
1.3
Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan Pelaporan
Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan dan monitoring evaluasi yang dihasilkan Jumlah unit kerja yang mengembangkan dan menerapkan quality management system (QMS) Persentase peningkatan kualitas sub sistem yang dikembangkan dalam rangka sinergi peran dan fungsi antara Pusat dan Balai Besar/Balai POM Jumlah pegawai Badan POM yang ditingkatkan pendidikannya S1, S2 dan S3 (jumlah orang) Persentase pengembangan dan penerapan Human Capital Management (HCM) di unit kerja Persentase pegawai Badan POM yang ditingkatkan kompetensinya Ket : Penyebut merupakan jumlah
15
Realisasi s.d Triwulan III 13
55
55
100,00
5
5
100,00
50
52
104,00
100
85
85,00
2
4,69
234,72
1.4
Pengembangan Tenaga dan Manajemen Pengawasan Obat dan Makanan
Persentase Capaian 86,67
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
73
No
Program/Kegiatan
1.5
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat dan Makanan
1.6
II.
74
Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan Teknologi Informasi
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM
Indikator seluruh pegawai Persentase laporan hasil pengawasan yang disusun tepat waktu (pembobotan, dihitung dari 35 laporan) Persentase rekomendasi hasil pengawasan yang ditindaklanjuti Jumlah laporan hasil penerapan SPIP (dihitung dari jumlah unit kerja satuan kerja) Persentase layanan publik elektronik secara online (dihitung terhadap 12 modul aplikasi layanan publik) Persentase informasi Obat dan Makanan yang up to date sesuai lingkungan strategis pengawasan obat dan makanan (dihitung terhadap 750 paket informasi) Persentase ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kinerja termasuk pemeliharaannya
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Target
Realisasi s.d Triwulan III
Persentase Capaian
90
29,05
32,28
85
91,49
107,64
40
0
0,00
66
62
93,94
85
49,55
58,30
95
83,5
87,89
No
Program/Kegiatan
Indikator
Target
2.1
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM
Jumlah sarana dan prasarana yang diadakan sesuai kebutuhan Persentase ketersediaan sarana gedung dan prasarana penunjang kinerja termasuk pemeliharaannya Persentase satker yang mampu mengelola BMN dengan baik (dihitung dari 40 satker) Proporsi Obat yang memenuhi standar (aman, manfaat dan mutu) Proporsi makanan yang memenuhi syarat Jumlah parameter uji Obat dan Makanan untuk setiap sampel (dihitung dari sekitar 97.000 Sampel) Jumlah kasus di bidang penyidikan obat dan makanan Jumlah sarana dan prasarana yang terkait pengawasan obat dan makanan
4
Realisasi s.d Triwulan III Progress
95
49,32
51,92
50
60
120
99,63
98,8
99,14
90
87,30
96,97
10
62.606 sampel
0
594
613
103,20
14
8
57,14
2.2
III.
3.1
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai Besar/Balai POM
Persentase Capaian 30,58
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
75
No
76
Program/Kegiatan
Indikator
Target
Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dihasilkan Jumlah layanan informasi dan pengaduan Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan (dihitung dari 6.500 sarana) Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan (dihitung dari 143.500 sarana) Jumlah balai besar/balai POM yang ditingkatkan kemandiriannya dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengawasan obat dan makanan di daerah Persentase Pangan Fortifikasi yang Memenuhi Ketentuan Desa/kelurahan yang Diintervensi Program Keamanan Pangan (Kumulatif)
248
Realisasi s.d Triwulan III 190
469
351
74,84
42
54,34
129,38
22
16,76
76,17
2
0
0
70
155 sampel
0
330
146
44,24
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Persentase Capaian 76,61
No
Program/Kegiatan
Indikator
Target
3.2
Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
Persentase ketersediaan sarana produksi kosmetik yang menerapkan GMP terkini (dihitung dari 700 sarana) Persentase Industri Obat Tradisional (IOT) yang memilki sertifikat GMP (dihitung dari 77) Persentase sarana distribusi obat tradisional dan suplemen makanan yang memenuhi ketentuan (dihitung dari 6.000 sarana) Persentase sarana distribusi kosmetik yang memenuhi ketentuan (dihitung dari 7.500 sarana) Tersedianya sistem manajemen mutu Inspektorat CPOTB dalam rangka keanggotaan Badan POM pada PIC/S (paket) Jumlah klinik kecantikan, salon dan spa yang tidak menyelahgunakan obat, bahan obat dan bahan berbahaya
30
Realisasi s.d Triwulan III 24,57
65
67,53
103,90
75
26,25
35,00
75
37,96
50,61
1
0
0,00
6
5
83,33
Persentase Capaian 81,90
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
77
No
3.3
78
Program/Kegiatan
Inspeksi dan Sertifikasi Pangan
Indikator
Target
Jumlah UMKM Kosmetik yang memenuhi ketentuan aspek CPKB sanitasi higiene dan dokumentasi Jumlah UMKM Obat Tradisional yang memenuhi persyaratan dokumentasi, sanitasi, dan higiene Persentase sarana produksi makanan MD yang memenuhi standar GMP yang terkini (dihitung dari 1.000 sarana yang diperiksa) Persentase sarana distribusi makanan yang memenuhi standar GRP/GDP (dihitung dari 6.000 sarana yang diperiksa) Persentase penyelesaian tindak lanjut pengawasan produk pangan (dihitung dari 1000 temuan ketidaksesuaian) Jumlah sekolah yang disampling produk PJAS
5
Realisasi s.d Triwulan III 2
5
2
40,00
65
56,67
87,18
55
64,60
117,54
90
53,67
59,63
1.268
856
67,51
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Persentase Capaian 40,00
No
Program/Kegiatan
3.4
Pengembangan Obat Asli Indonesia
3.5
Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Indikator
Target
Persentase sarana UMKM yang memenuhi ketentuan (dihitung dari 1.800 sarana yang diperiksa) Jumlah obat asli Indonesia yang dikembangkan keamanan dan kemanfaatannya (tanaman/tahun) Persentase kumulatif sarana distribusi obat (PBF) yang di-mapping (dihitung dari 2.500 PBF) Persentase kumulatif sarana distribusi obat (PBF) yang disertifikasi (dihitung dari 2.500 PBF) Persentase temuan obat ilegal termasuk obat palsu (dihitung dari 12.000) Persentase tersedianya laporan monitoring keamanan produk prioritas yang digunakan dalam mendukung pencapaian MDG's nomor 4, 5 dan 6 (dihitung dari 200 laporan)
55
Realisasi s.d Triwulan III 73,80
30
Proses
79,30
60
57,00
95,00
45
11,52
25,60
0,47
0,37
78,01
20
8,50
42,50
Persentase Capaian 134,19
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
79
No
3.6
3.7
80
Program/Kegiatan
Pengawasan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif
Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya
Indikator
Target
Jumlah kasus penyalahgunaan obat atau bahan obat di sarana legal yang ditindaklanjuti Persentase sarana pengelola narkotika, psikotropika dan prekursor yang memenuhi ketentuan (dihitung dari 3.100 sarana pengelola NPP yang diperiksa) Jumlah temuan penyimpangan peredaran narkotika, psikotropika dan prekusor dalam kegiatan impor dan ekspor Persentase Produk Tembakau yang Memenuhi Ketentuan Persentase sarana distribusi yang menyalurkan bahan dilarang untuk pangan (bahan berbahaya) yang sesuai ketentuan (numerator : jumlah distributor terdaftar bahan berbahaya: 25)
5
Realisasi s.d Triwulan III 6
37,5
65,31
174,16
3
0,00
0,00
40
30,01
75,01
48
84,00
175,00
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Persentase Capaian 120,00
No
3.8
Program/Kegiatan
Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Indikator
Target
Persentase kemasan pangan yang tidak memenuhi syarat terhadap pangan terdaftar (dari 200 sampel) Jumlah advokasi lintas sektor yang dilakukan terkait bahan berbahaya yang disalahgunakan pada PJAS (Provinsi) Jumlah pasar yang diintervensi menjadi pasar bebas bahan berbahaya (kumulatif) Persentase sarana produksi obat yang memiliki sertifikasi GMP yang terkini (total jumlah sarana 202 unit) Persentase industri farmasi yang memenuhi persyaratan prakualifikasi WHO (dihitung dari 8 industri yang potensial) Jumlah pemeriksaan terhadap industri farmasi memiliki persetujuan fasilitas bersama yang menggunakan bahan obat berpotensi
14
Realisasi s.d Triwulan III 26,67
10
8
80,00
77
76
98,70
85
80,69
94,93
75
50,00
66,67
8
5
62,50
Persentase Capaian 190,48
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
81
No
Program/Kegiatan
3.9
Penilaian Makanan
3.10
3.11
82
Penilaian Obat dan Produk Biologi
Penilaian Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen
Indikator disalahgunakan Persentase keputusan penilaian makanan yang diselesaikan tepat waktu (dihitung dari 10.000 berkas) Persentase keputusan penilaian makanan untuk industri makanan UMKM yang diselesaikan tepat waktu (dihitung dari 900 berkas) Persentase penilaian keamanan, khasiat, dan mutu obat dan produk biologi yang diselesaikan tepat waktu (dihitung dari 4.000 berkas) Persentase penilaian obat prioritas yang diselesaikan tepat waktu (dihitung dari 20 berkas) Persentase obat tradisional, suplemen makanan yang dinilai tepat waktu (dihitung dari 2.000) Persentase notifikasi kosmetik yang dinilai tepat waktu (dihitung dari 25.000)
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Target
Realisasi s.d Triwulan III
Persentase Capaian
90
76,14
84,60
90
0
0
87
47,51
54,61
87
55,93
64,29
92
49,58
53,89
93
84,67
91,04
No
3.12
3.13
Program/Kegiatan
Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
Standardisasi Makanan
Indikator
Target
Jumlah DIP (Dokumen Informasi Produk) produk kosmetik yang dinilai Persentase UMKM Kosmetik yang memiliki pengetahuan mengenai penyusunan DIP dan keamanan produk kosmetik (dihitung dari 490 sarana) Jumlah regulasi, pedoman, standar obat tradisional yang disusun Jumlah regulasi, pedoman, standar kosmetik yang disusun
260
Realisasi s.d Triwulan III 191
15
15,3
102,00
18
11
61,11
30
19
63,33
Jumlah regulasi, pedoman, produk komplemen yang disusun Jumlah standar yang dihasilkan dalam rangka antisipasi perkembangan isu keamanan, mutu dan gizi pangan Jumlah standar yang dihasilkan dalam rangka mendukung Rencana Aksi PJAS
2
1
50,00
10
10
100,00
4
1
25
Persentase Capaian 73,46
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
83
No
3.14
3.15
84
Program/Kegiatan
Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT
Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Makanan
Indikator
Target
Persentase UMKM yang meningkat daya saingnya berdasarkan hasil grading (dihitung dari 1800 UMKM) Persentase kecukupan standar obat yang dimiliki dengan yang dibutuhkan (dihitung dari 44 standar) Jumlah pedoman Inspeksi uji BE sesuai Standar Internasional Persentase kabupaten/kota yang menerbitkan P-IRT sesuai ketentuan yang berlaku (dihitung dari jumlah kabupaten/kota seluruh Indonesia 502 kabupaten/kota) Persentase pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang memenuhi persyaratan keamanan pangan (10.500 sampel) Jumlah profil resiko keamanan pangan yang dikategorikan sebagai early warning untuk merespon permasalahan keamanan pangan
60
Realisasi s.d Triwulan III Proses
94
84,09
89,46
2
Proses
62,5
12
Proses
62,00
90
84,50
93,88
2
Proses
60,00
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Persentase Capaian 83,33
No
3.16
3.17
Program/Kegiatan
Indikator
Jumlah e-learning Cluster IRTP di Indonesia Pemeriksaan Persentase Laboratorium secara Badan POM yang Laboratorium, terakreditasi sesuai Pengujian dan standar (jumlah Penilaian laboratorium : 32 Keamanan, Manfaat laboratorium) dan Mutu Obat dan Makanan serta Persentase sample uji Pembinaan yang ditindaklanjuti tepat Laboratorium POM waktu (dihitung terhadap sampel yg diterima) Jumlah metode analisis yang divalidasi/ diverifikasi Jumlah baku pembanding yang diproduksi Persentase uji profisiensi yang diikuti balai POM yang inlier (dihitung dari 210 uji) Investigasi Awal Persentase temuan dan Penyidikan investigasi awal oleh Terhadap PPNS yang Pelanggaran ditindaklanjuti secara Bidang Obat dan pro-justicia Makanan
2
Realisasi s.d Triwulan III Proses
100
96,88
96,88
90
57,36
63,73
30
30
100,00
60
90
150,00
80
82
102,50
47
36,61
77,90
Target
Persentase Capaian 56
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
85
No
3.18
86
Program/Kegiatan
Indikator
Target 60
12
20
166,67
Riset Keamanan, Khasiat, dan Mutu Obat dan Makanan
Persentase berkas perkara tindak pidana obat dan makanan yang telah diserahkan PPNS BPOM (dihitung dari jumlah kasus yang ditindak lanjut secara pro justicia, 47% dari 594 kasus =279 kasus ) Jumlah kasus penyalahgunaan obat, bahan obat dan bahan berbahaya lain yang terungkap Jumlah metode analisis Jumlah hasil kegiatan riset yang dihasilkan
Realisasi s.d Triwulan III 50,00
40 27
Proses Proses
77,50 64,00
Badan POM RI | Report To The Nation Triwulan III Tahun 2014
Persentase Capaian 83,33