ligus aktor. Maksudnya, di tangan peneliti tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Tugas dan tanggung jawab ini erat kaitannya dengan kemampuan yang disyaratkan untuk dimiliki oleh seorang peneliti. Pendidikan sejarah idealnya tidak hanya mempelajari masa lampau tetapi juga mempelajari masa kini dan masa yang akan datang. Dengan kata lain bahwa pendidikan sejarah sangat diperlukan dalam kehidupan yang senantiasa mengalami perubahan. Tujuan ini menuntut kesiapan dari para pendidik agar memiliki kemampuan akademik, profesional dan rasa tanggung jawab atas tugasnya. Melalui pendidikan sejarah diharapkan dapat memenuhi tujuan ideal yaitu peserta didik memiliki kemampuan untuk memahami sejarah, memiliki kesadaran dan wawasan sejarah, serta memiliki kearifan sejarah (Ismaun, 2001). Selain itu pembelajaran Sejarah mempunyai fungsi dalam mengabadikan pengalaman masyarakat masa lampau yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat lampau dan pertimbangan bag! masyarakat saat ini dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Kamarga,2000:49). Tujuan ideal pendidikan sejarah tersebut nampaknya belum tercapai secara optimal. Pembelajaran yang sifatnya konvensional pada mata pelajaran sejarah berupa mendengarkan ceramah peneliti dan mengerjakan Lembar Kerja Siswa atau LKS (standar, yang biasa dibuat suatu penerbit) adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Hal itu berdampak pada pembelajaran yang tidak mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa. Model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning, sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar di kelas, menekankan
kepada konsep berpikir bersama dan bekerjasama dalam suatu kelompok kecil (3-5 orang siswa yang heterogen). Dengan demikian, hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat. Adapun model pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan dalam penelitian ini, yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). NHT merupakan salah satu model yang mengkondisikan siswa untuk mampu memadukan, menarik kesimpulan beragam pikiran dari hasil bertukar gagasan atau pendapat sesama teman dalam kelompoknya. Selain itu, model NHT menuntut siswa untuk mampu bertanggungjawab baik secara individu maupun kelompok. Dalam model ini siswa berusaha untuk bisa menjawab pertanyaan ketika nomornya dipanggil secara acak oleh peneliti. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi siswa karena poin yang diperoleh tidak hanya untuk siswa itu sendiri tetapi sekaligus perolehan bagi kelompoknya. Oleh karena itu dengan penerapan model NHT ini diharapkan dapat memicu siswa untuk mengembangkan pengetahuan serta hasil belajarnya dalam pembelajaran Sejarah.
Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X-6 SMAN 101 Jakarta?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk: Mendeskripsikan perencanaan yang akan dilakukan dalam menerapkan Pem-
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
52
belajaran Kooperatif Model NHT dalam pembelajaran sejarah di kelas X-6 SMAN 101 Jakarta
kusi, tanya jawab, menyajikan, menginterpretasikan dan menyimpulkan dengan menggunakan LKS.
Mengkaji dan menganalisis secara reflektif, partisipatif dan kolaboratif tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X-6 SMAN 101 Jakarta
Pengertian umum seperti yang dikemukakan oleh Sunal dan Hans dalam Wardani (2002:25) menyatakan bahwa model belajar kooperatif yaitu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Sedangkan pengertian dari Dimyati dan Mudjiono yang dikutip oleh Haryanto (2000:29) mengemukakan belajar kooperatif merupakan salah satu strategi mengajar alternatif yang merupakan perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal, yang tujuannya adalah :
Mengkaji dan menganalisis secara reflektif, partisipatif dan kolaboratif tentang perubahan yang terjadi pada siswa kelas X-6 SMAN 101 Jakarta setelah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan penerapan model pembel kooperatif tipe NHT
Kajian Teori Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. Belajar kooperatif merupakan istilah yang digunakan dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana siswa belajar bersama-sama dalam kelompokkelompok kecil untuk memecahkan berbagai masalah. Setiap siswa tidak hanya menyelesaikan tugas individualnya, tapi juga berkewajiban membantu tugas teman sekelompoknya, sampai semua anggota kelompok memahami suatu konsep (Kagan, 2000; Arends, 1997; Mulyadi, 2006). Definisi lain dikemukakan oleh Lie bahwa belajar kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesamanya dalam menyelesaikan tugastugas terstruktur. Begitu pun ungkapan Wahyu (1994:8) bahwa dalam segi praktis pola belajar kooperatif merupakan suatu strategi yang dapat melibatkan siswa dalam kegiatan eksperimen, dis-
1. Memberikan kesempatan setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional. 2. Mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam belajar kehidupan. 3. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab. 4. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok. Berdasarkan uraian di atas, maka belajar kooperatif merupakan salah satu cara atau pendekatan pembelajaran yang efektif yang dapat mengkondisikan siswa untuk memperluas wawasannya di dalam kelompok. Siswa dapat mengembangkan pemahamannya, saling membantu dan bekerjasama melalui tanya jawab dan diskusi untuk memecahkan suatu persoalan atau tugas yang diberikan sehingga siswa dapat menyatukan ragam pendapat
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
53
dan menarik suatu kesimpulan bersama dari suatu permasalahan. Hal ini memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman siswa atas materi yang dibahas serta perubahan sikap siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Begitu pula dengan pengaruh positif kehidupan siswa dalam masyarakat, siswa menjadi terbiasa dengan pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai sosial seperti hidup gotong royong dan bekerjasama. Seperti ungkapan salah seorang pakar pendidikan, John Dewey yang mengatakan bahwa sekolah seharusnya menjadi miniature masyarakat. Dalam masyarakat, berbagai macam manusia dengan tingkatan kemampuan dan keterbatasan yang berbeda-beda saling berinteraksi, bersaing, dan bekerjasama (Joy Palmer, 2003). Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok biasa. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang biasa dilakukan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan peneliti mengelola kelas dengan lebih efektif. Roger dan David Johnson dalam Lie (2004:30) mengungkapkan bahwa ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Saling ketergantungan positif. Dalam hal ini keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya, sehingga setiap anggota kelompok harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama 2. Tanggungjawab perseorangan. unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik
3. Tatap muka. dalam hal ini siswa belajar dalam kelompok saling berhadapan dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang intinya adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. 4. Komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka sehingga setiap siswa harus mempunyai keterampilan berkomunikasi yaitu keahlian mendengarkan dan berbicara. 5. Evaluasi proses kelompok. evaluasi terhadap kerja kelompok dan hasil kerja sama dalam kelompok dimaksudkan agar pada kegiatan selanjutnya siswa bisa bekerja sama lebih baik lagi. Dengan demikian tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah mengoptimalisasikan kompetensi individu menjadi kompetensi kelompok dalam pembelajaran bersama. Keunggulan dan Kelemahan Belajar Kooperatif. Matsum dalam (Supartini, 2008) mengemukakan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa keunggulan dan kelemahan model belajar kooperatif sebagai berikut: Keunggulannya meliputi 1. Meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen dan menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya 2. Menciptakan iklim, suasana belajar mengajar siswa yang aktif dan interaktif serta meningkatkan keakraban 3. Memberikan pengaruh positif dalam mencapai semua kontes akademik sosial dan tujuan afektif
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
54
4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat kembali materi pelajaran (berkurangnya belajar hafalan) 5. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan sendiri materi pelajaran
3. Fase mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, 4. Fase membimbing kelompok bekerja dan belajar, 5. Fase evaluasi, dan
6. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
6. Fase memberikan penghargaan
Berdasarkan keunggulan model pembelajaran kooperatif tersebut sudah seharusnya peneliti terampil dalam mengembangkan pembelajarannya di kelas. Mendorong siswa untuk aktif dan agar siswa mampu mengembangkan kecakapannya dalam belajar tidak harus berpikir jauh dan mendalam. Hanya saja dibutuhkan kreatifitas peneliti dalam mengembangkan model pembelajaran yang sudah ada terutama model belajar kooperatif ini. Namun menurut Matsum (Supartini, 2008) terdapat juga kelemahan dari model belajar kooperatif yaitu:
Keenam fase tersebut telah banyak memberikan manfaat terhadap proses belajar mengajar siswa di kelas. Sesuai dengan tujuannya menurut Arends dalam
1. Persiapannya memerlukan lebih banyak tenaga, fikiran, dan waktu 2. Membutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3. Kecenderungan pembicaraan dapat menjadi berkembang. Pengertian Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT. Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar di kelas yang menekankan kepada konsep kerjasama dalam suatu kelompok kecil (3-5 orang siswa yang heterogen) untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase yakni: 1. Fase menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. 2. Fase menyajikan informasi.
Nurfitriansyah (2003:10) mengatakan bahwa,
Pembelajaran Kooperatif dikem-bangkan untuk mencapai 3 tujuan yakni: 1. Prestasi akademik, 2. Penerimaan perbedaan individu yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas, sosial, kemampuan dan ketidak mampuannya, 3. Pengembangan keterampilan sosial (keterampilan kerja sama dan kolaborasi). Dipandang dari teknik pelaksanaan pembelajarannya, Anita Lie membedakan pembelajaran kooperatif dalam beberapa teknik yaitu "make a match" (mencari pasangan), "think pair share" (berfikirberpasangan-berbagi), bertukar pikiran, berkirim soal, "NHT" (Kepala bernomor), "two stay two stray" (dua tamu dua tinggal), "talking chips" (kartu berbicara), "roundtable" (meja bundar), "'inside-outside circle" (lingkaran kecil lingkaran besar), "paired storytelling" (bercerita berpasangan), '-'three step interview" (tiga tahap wawancara), dan "jigsaw". Pada penelitian ini, penulis akan mencoba mengembangkan teknik NHT (Numbered Heads Together) dalam pembelajaran sejarah. Pengukuran yang hendak dilakukan terhadap kemampuan siswa dengan memberikan tugas yang dikerjakan secara berkelompok berupa pengisian Lembar Kerja Siswa yang khusus dirancang oleh peneliti. Selain itu peneliti melakukan
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
55
penilaian melalui prosedur cara memanggil nomor siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan yang disajikan dalam LKS. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam memahami materi yang dibahas sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Spencer Kagan dalam (Mulyadi, 2006) mengungkapkan bahwa dengan menerapkan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT dapat meningkatkan keahlian seperti bertukar informasi, mendengarkan, menjawab pertanyaan, dan menyimpulkan. Begitupun dalam penelitian ini siswa diharapkan dapat memiliki keahlian tersebut, karena model pembelajaran NHT yang diterapkan melibatkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok, saling bertukar pikiran, menjawab pertanyaan serta mampu mengungkapkan jawaban saat nomornya dipanggil secara acak oleh peneliti. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT yang dikembangkan oleh Anita Lie (2004 : 60) adalah sebagai berikut a. Siswa dibagi dalam kelompok, masingmasing siswa dalam kelompok mendapat nomor b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor masingmasing c. Jika perlu untuk tugas yang lebih sulit, bisa juga dilakukan kerjasama antar kelompok. Dalam hal ini Peneliti dapat memperbolehkan siswa keluar dari kelompoknya dan bergabung dengan siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Berdasarkan pengembangan model Lie di at as, dalam penelitian ini akan dikembangkan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT dalam langkah-langkah
berikut. Pertama, peneliti menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Pada tahap ini peneliti memberikan arahan singkat mengenai pembelajaran NHT yang akan diterapkan. Peneliti juga memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat bekerja sama sebaik mungkin. Dijelaskan pula bahwa pendalaman materi dilakukan siswa ketika belajar secara bersama dalam mengisi LKS secara berkelompok. Kedua, peneliti menyajikan Informasi. Pada tahap ini peneliti menyampaikan inti materi secara singkat, meningkatkan pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan. Hal ini dilakukan untuk mengarahkan siswa dalam memahami konsep-konsep yang terkandung dalam materi yang dibahas. Ketiga, peneliti mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Pada tahap ini peneliti mengelompokkan siswa secara heterogen menurut kemampuan akademik dan jenis kelamin. Pengelompokkan siswa secara heterogen ini dilakukan pada saat sebelum proses pembelajaran. Peneliti menjelaskan tujuan pembentukan kelompok. Peneliti juga membagi siswa ke dalam sembilan kelompok belajar dengan masing-masing anggota empat orang. Masing-masing siswa diberi nomor kepala 1 sampai nomor kepala 4 dalam setiap kelompoknya. Keempat. peneliti membimbing kelompok bekerja dan belajar. Pada tahap ini peneliti membimbing tiap kelompok untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Siswa diinstruksikan untuk membaca dan menjawab pertanyaan arahan dalam LKS. Peneliti juga menjadi fasilitator pada saat membahas pertanyaan yang disajikan dalam LKS. Dalam hal ini peneliti memanggil salah satu nomor
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
56
kepala siswa secara acak untuk mengemukakan jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam LKS.
penelitiannya mengikuti alur dan teknik penelitian tindakan kelas. Dimana dalam penelitian ini menggunakan 4 siklus.
Kelima, peneliti bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menguatkan pemahaman siswa atas materi yang telah dibahas.
Hasil dan Pembahasan
Keenam, pemberian penghargaan. Peneliti menyampaikan penghargaan atas partisipasi dan kontribusi siswa selama proses pembelajaran sebagai "anggota terbaik" dan memberikan penghargaan kepada kelompok sebagai "kelompok terbaik". Dengan memilih "nomor kepala terbaik" (individu sebagai anggota) dan "kelompok terbaik" (tim satu kelompok). Hal ini dilakukan untuk lebih meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Ketujuh, peneliti memberikan tes. Peneliti menilai sejauh mana siswa mampu menguasai konsep serta pemahamannya atas materi yang telah dibahas. Tes yang diberikan dalam bentuk tes tertulis disetiap akhir tindakan/ pembelajaran. Dalam hal ini peneliti memberikan tes uraian sebanyak satu soal kepada masing-masing siswa. Soal yang diberikan disesuaikan dengan materi yang telah dibahas.
Objek Tindakan Penelitian Objek tindakan dalam penelitian ini terdiri dari unsur siswa, yaitu siswa kelas X-6 SMAN 101 Jakarta sebanyak 40 siswa, unsur peneliti, yaitu peneliti pelajaran sejarah.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), dengan alur dan teknik
Sub bab ini akan mengkaji permasalahan yang dirumuskan berdasarkan hasil temuan dengan mengacu pada tinjauan kepustakaan yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Penjelasan lebih lanjut dipaparkan sebagai berikut: a. Perencanaan dalam menerapkan Model NHT pada Pembelajaran Sejarah di Kelas X-6 SMA Negeri 101 Jakarta. Perencanaan merupakan usaha sadar dalam memilih langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, perencanaan yang meliputi serangkaian pelaksanaan diskusi siswa di dalam kelompok serta pemecahan persoalan dalam lembar kerja untuk meningkatkan hasil belajar siswa sebagai tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, perencanaan model pembelajaran NHT berkaitan dengan proses pelaksanaan yang akan diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran sejarah dengan menerapkan model NHT ini diharapkan dapat memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh peneliti. Adapun perencanaan yang akan diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini termuat dalam langkah-langkah berikut; Pertama, peneliti menyiapkan perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini peneliti menyiapkan perangkat perencanaan pembelajaran seperti Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kedua, menentukan tema besar dari materi yang akan disampaikan di dalam kelas. Hal tersebut dilakukan untuk melatih siswa dalam
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
57
mengembangkan kemampuannya dan mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas dalam pembelajaran sejarah. Ketiga, menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan disajikan di dalam LKS dan tes di setiap akhir tindakan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pengklasifikasian kemampuan yang harus dicapai oleh siswa dan materi yang akan disampaikan. Keempat, menyediakan media yang sesuai dengan materi yang akan di bahas. Selain sebagai pendukung juga untuk memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan oleh peneliti. Kelima, membentuk kelompok belajar siswa. Dalam hal ini peneliti memilih, mengidentifikasi, dan mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kemampuan akademik menjadi 9 kelompok. Peneliti juga mengidentifikasi seluruh siswa kelas X-6, membaginya menjadi empat nomor kepala. Masing-masing mulai dari nomor kepala 1, 2, 3, sampai dengan nomor kepala 4. Hal ini untuk memudahkan peneliti dalam penunjukkan nomor kepala siswa secara acak pada tahap pembahasan soal/ pertanyaan dalam LKS, Kegiatan terakhir adalah menyiapkan semua perangkat dan langkah-langkah model pembelajaran NHT untuk selanjutnya diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. b. Pelaksanaan Model NHT dalam Pembelajaran Sejarah sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar siswa di Kelas X-6 SMA Negeri 101 Jakarta Kegiatan belajar mengajar selama diterapkannya Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT dalam pembelajaran sejarah menunjukkan adanya kesesuaian dengan yang diharapkan. Proses pembelajaran dengan menerapkan model NHT
melibatkan siswa untuk berpikir dan memahami materi serta pertanyaanpertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja siswa. Kegiatan ini lebih berpusat pada siswa karena peneliti hanya menerangkan garis besar materi yang dibahas pada awal pembelajaran setiap tindakan, membahas hasil kerja siswa serta mengarahkan siswa dalam mengisi dan mengungkapkan secara lisan jawaban dari pertanyaan yang disajikan dalam LKS. Selama proses berpikir dan berdiskusi dalam kelompok, peneliti memberikan keleluasaan kepada siswa dalam menjawab pertanyaan dan memberi pengarahan jika siswa mengalami kesulitan atau tidak paham dengan tugas yang harus dikerjakan. Peneliti dalam menerapkan model NHT ini tidak hanya menerapkan metode diskusi kelompok serta penunjukkan nomor kepala siswa secara acak tetapi juga menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sebagai variasi belajar. Hal ini dimaksudkan agar potensi ribut siswa dapat dialihkan ke arah yang positif sehingga proses pembelajaran berlangsung tertib dan lancar. Dengan demikian diharapkan hasil belajar siswa akan mengalami peningkatan. Penerapan model pembelajaran kooperatif NHT di kelas X-6 disesuaikan dengan situasi maupun kondisi yang memungkinkan siswa tidak ribut dan tertarik untuk belajar dengan baik. Model pembelajaran NHT yang diterapkan ini dirasa unik dalam pembelajaran sejarah di kelas X-6. Disamping itu model NHT ini memberi kesempatan yang baik bagi siswa kelas X-6 dalam mengungkapkan pendapat secara lebih terbuka dan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan nilai terbaik. Adapun model pembelajaran kooperatif NHT yang
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
58
diterapkan di kelas X-6 ini terlihat dalam langkah-langkah berikut; pertama peneliti memberikan arahan singkat mengenai model pembelajaran NHT. Peneliti juga memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat bekerja sama sebaik mungkin. Dijelaskan pula bahwa pendalaman materi dilakukan siswa ketika belajar secara bersama dalam mengisi LKS secara berkelompok. Kedua, peneliti mengelompokkan siswa secara heterogen dari kemampuan akademik dan jenis kelamin secara merata. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tujuan pembentukan kelompok dan menjelaskan langkahlangkah kegiatan yang ada di dalam LKS. Peneliti menginstruksikan siswa untuk melakukan langkah-langkah kegiatan pengisian LKS dan menyuruh siswa untuk mendiskusikannya dalam kelompok. Peneliti juga memberi pengarahan kepada siswa yang belum mengerti serta memotivasi semua anggota kelompok supaya bisa bekerja maksimal. Ketiga, peneliti menjadi fasilitator pada saat membahas pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Dalam hal ini peneliti memanggil salah satu nomor kepala siswa secara acak untuk mengemukakan jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam LKS sesuai dengan jawaban yang telah disepakati dalam kelompoknya. Keempat, peneliti bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah di bahas. Kelima, peneliti menyampaikan penghargaan atas partisipasi dan kontribusi siswa selama proses pembelajaran sebagai "anggota terbaik" dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling aktif sebagai "kelompok terbaik", Keenam, sebagai tahap akhir siswa mengerjakan tes. Langkah-langkah tersebut merupakan acuan peneliti dalam setiap tindakan
pembelajaran mulai dari tindakan I sampai dengan tindakan V. Pada pelaksanaannya di kelas, peneliti mengembangkan langkah-langkah NHT ini secara fleksibel dan disesuaikan dengan kondisi siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian tindakan kelas ini, upaya yang dilakukan oleh peneliti dapat dikatakan berhasil. Proses dan perkembangannya dapat dilihat mulai dari tindakan I sampai tindakan V. Meski pada tindakan I dan tindakan II penerapan model NHT belum berjalan dengan baik karena siswa dan peneliti memerlukan adaptasi dengan model pembelajaran tersebut. Pada tindakan III sampai tindakan V siswa berusaha menunjukkan suatu perubahan positif terhadap pembelajaran sejarah dengan diterapkannya model pembelajaran NHT ini. Awal diterapkannya model NHT ini siswa merasa biasa saja karena mereka beranggapan bahwa model pembelajaran yang diterapkan sama saja dengan pembelajaran sebelumnya. Kegiatan pembelajaran pada tindakan pertama masih didominasi oleh peneliti dan dirasa kurang efektif karena siswa masih merasa kesulitan beradaptasi. Dalam hal ini bekerjasama dengan kelompoknya. Mereka tidak terbiasa belajar dengan teman yang berbeda sehingga membuat beberapa siswa bersikap pasif di dalam kelompok. Namun pada tindakan berikutnya, tindakan III, IV dan V sikap pasif siswa mengalami perubahan positif sedikit demi sedikit, Terkait penunjukkan nomor kepala siswa secara acak oleh peneliti dan pertanyaan yang diajukan menuntut masing-masing mereka untuk belajar berinteraksi dan bertukar pendapat dengan teman-teman di dalam kelompoknya. Siswa mulai terbiasa dengan suasana baru dalam belajar dengan
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
59
model NHT sehingga siswa pun termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan gambaran tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif yang sesuai untuk diterapkan peneliti di kelas X-6 adalah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT dengan diskusi siswa di dalam kelompok. Model NHT ini lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar di kelas lebih banyak mengarahkan potensi ribut siswa ke arah yang positif seperti aktif berbicara pada saat berdiskusi dalam kelompok, menjawab pertanyaan LKS pada saat nomornya ditunjuk oleh peneliti, menyimak pendapat/ jawaban yang diungkapkan oleh siswa yang lain, serta dapat menarik kesimpulan dari materi yang telah di bahas. c. Perubahan yang Terjadi Setelah Menerapkan Model NHT dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas X-6 SMA Negeri 101 Jakarta Hasil belajar siswa di kelas X-6 SMAN 101Jakarta dapat dikatakan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif NHT. Peningkatan hasil belajar siswa di kelas X-6 ini dapat dilihat dari skor LKS selama pembelajaran berlangsung dan skor tes siswa yang dilakukan pada setiap tindakannya, tindakan satu sampai dengan tindakan lima. Perolehan skor LKS antara tindakan kesatu dan kedua terlihat sedikit menurun, namun pada tindakan berikutnya yaitu tindakan kedua dan ketiga terlihat perbedaan yang signifikan. Skor LKS masing-masing kelompok mengalami peningkatan yang tinggi. Begitupun pada tindakan keempat dan kelima terjadi lagi peningkatan skor. Meskipun pada tinda-
kan keempat dan kelima ini mengalami kenaikan yang tidak terlalu tinggi namun menunjukkan perubahan secara bertahap lebih baik dari kondisi sebelum dilakukan tindakan (Tabel 4.8 dan Diagram 4.2). Sama hal nya dengan perolehan skor tes siswa secara bertahap mengalami kenaikan, meskipun tidak mencapai persentase 100% (dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Diagram 4.3). Data tersebut menyiratkan kesimpulan bahwa penerapan model NHT bila dilakukan dengan perencanaan dengan lebih matang, dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat juga dari kegiatan diskusi siswa di dalam kelompok serta aktivitas siswa di kelas melalui hasil observasi. Hal ini diperkuat dengan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran NHT melalui angket, wawancara serta jurnal kesan siswa. Hasil kegiatan diskusi siswa dalam kelompok menunjukkan bahwa secara umum siswa dalam aktivitas bertukar pendapat, pembagian tugas, mengalami peningkatan yang signifikan. Siswa lebih terlihat kompak dalam kelompoknya, diskusi semakin berlangsung tertib, tidak ribut, serta jawaban siswa pun secara bertahap mulai terarah, jelas dan benar (lihat tabel 4.7 dan Diagram 4.1). Begitupun hasil observasi menunjukkan bahwa siswa mengalami perubahan dalam hal kontribusi dan keaktifannya di dalam kelas. Siswa menjadi berani menjawab ketika nomornya ditunjuk secara acak oleh peneliti, mengomentari jawaban siswa yang lain, dan berebut menjawab untuk mendapatkan predikat nomor dan kelompok terbaik dengan nilai tertinggi tentunya. Data angket secara umum dapat disimpulkan bahwa siswa memberikan respon
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
60
positif terhadap model pembelajaran NHT yang diterapkan oleh peneliti. Siswa mengaku lebih banyak berpikir untuk menjawab pertanyaan dalam LKS dari pada membuat kelas menjadi ribut, lebih termotivasi untuk aktif menjawab saat nomornya ditunjuk oleh peneliti, serta lebih mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran karena di setiap akhir pembelajaran siswa diberikan tes. Begitupun dengan hasil wawancara dan jurnal kesan siswa menunjukkan bahwa siswa merasakan manfaat dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif NHT. Dalam hal ini, perkembangan siswa dalam hal pemahaman terhadap materi sejarah serta peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah.
NHT dapat meningkatkan keahlian siswa seperti bertukar informasi, mendengarkan, menjawab pertanyaan, serta menyimpulkan.
Data adanya peningkatan hasil belajar siswa ini dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat keterhubungan yang positif antara Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT dengan hasil belajar siswa. Model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok. Model NHT ini membuat siswa berusaha bertanggungjawab atas kelompoknya karena dalam hal ini ia dituntut untuk bisa menjawab ketika nomornya dipanggil oleh peneliti. Selain itu, jawaban-jawaban yang diungkapkan oleh temannya dari kelompok lain membuat siswa termotivasi untuk berusaha dengan keras agar bisa menjawab pertanyaan yang diajukan. Hal ini merupakan indikator keberhasilan siswa dalam capaian hasil belajarnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arends (dalam Nurfitriansyah, 2003 : 10) bahwa pembelajaran model ini dikembangkan salah satu tujuannya untuk mencapai peningkatan prestasi akademik siswa. Selain itu Spencer Kagan mengungkapkan pula bahwa dengan
Keleluasaan peneliti dalam menerapkan dan mengembangkan model NHT dapat mengubah kondisi kelas menjadi lebih kondusif. Keadaan kelas yang kondusif juga merupakan salah satu wujud bahwa penerapan model NHT dapat diterima dengan baik. Akan tetapi meskipun penerapan model NHT dapat dilakukan dengan baik, peneliti juga mengalami kendala atau hambatan dalam menerapkan model pembelajaran tersebut, Adapun kendala yang dihadapi oleh peneliti dalam menerapkan model NHT adalah:
menerapkan model pembelajaran kooperatif
Kendala-Kendala dalam Menerapkan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT dan Penanggulangannya. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi antara peneliti dan kolaborator, diperoleh data bahwa Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT dapat dilaksanakan dan diterima dengan baik. Hal tersebut berdasarkan pengamatan peneliti terhadap kondisi siswa yang mampu meningkatkan hasil belajarnya secara bertahap setelah diterapkan model NHT dalam proses pembelajaran.
pertama, terkait pemahaman peneliti pada awalnya peneliti belum paham dan terbiasa menggunakan model NHT dalam proses pembelajarannya. Hal itu dapat dilihat dari cara peneliti pada saat pertemuan awal tindakan yang masih kaku, canggung dan belum terbiasa dalam menggunakan model NHT secara optimal. Namun melalui diskusi balikan sebagai evaluasi dari setiap tindakan yang dilakukan peneliti dan kolaborator, penerapan model NHT tersebut akhirnya dapat dilaksanakan dengan cukup baik oleh peneliti.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
61
Kedua, adalah ketika pertanyaan yang disajikan dalam LKS kurang dimengerti oleh siswa. Hal tersebut terlihat pada saat peneliti menginstruksikan siswa untuk mengisi dan menjawab pertanyaan dalam LKS, siswa terlihat bingung dan membutuhkan penjelasan yang lebih untuk memahami pertanyaan yang tersedia. Hal ini membuat peneliti dan peneliti kolaborator cukup bingung dalam memili, mengidentifikasi dan menyusun bentuk pertanyaan agar dapat dimengerti oleh siswa. Ketiga, adalah pada saat menampilkan media dalam bentuk gambar baik dua maupun tiga dimensi yang kadang kala membuat siswa cukup ribut. Hal ini disebabkan oleh ketertarikan atau antusias siswa terhadap media gambar yang ditampilkan. Media merupakan sesuatu yang cukup jarang bagi siswa X-7 dalam pembelajaran sejarah, maka pada saat disajikan sebagai pendukung model pembelajaran NHT mengundang reaksi yang beragam. Media yang dianggap menarik sesekali mengundang reaksi siswa, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan bahkan mengundang celetukan-celetukan sebagian siswa yang dirasa kurang penting. Hal tersebut menyebabkan tersitanya waktu untuk membahas materi. Keempat adalah mengenai teknis penunjukkan nomor siswa secara acak oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan yang disajikan dalam LKS. Peneliti cukup kesulitan dalam menentukan nomor yang ditunjuk walaupun sebelumnya sudah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan siswa yang lain berebut untuk menjawab pertanyaan. Jika peneliti kurang terampil mengendalikan situasi tersebut, maka yang menjadi kendala adalah siswa merasa peneliti tidak adil kepada mereka sebab penunjukkan nomor dianggap
tidak merata. Peneliti menyiasatinya dengan membuat pertanyaan-pertanyaan baru terkait materi yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk beberapa nomor siswa yang berebut menjawab. Keempat kendala tersebut adalah tantangan bagi peneliti dalam menerapkan model pembelajaran NHT di kelas, namun pada pelaksanaannya kendala tersebut dapat diatasi dengan baik.
Penutup Kesimpulan. Penerapan model pembelajaran NHT memberikan banyak manfaat bagi siswa dalam pembelajaran sejarah. Oleh karena itu diperlukan keterampilan dan kemampuan peneliti dalam mengembangkan model ini mulai dari merencanakan kegiatan di dalam kelas, melaksanakan sampai pada mengevaluasi penerapan model. Apabila model NHT ini kembangkan dengan baik maka dapat membuat siswa termotivasi dan berminat untuk ikut serta dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pada tahap perencanaan peneliti harus memperhatikan kesesuaian antara model NHT yang akan diterapkan dengan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan dibahas sebab model NHT tidak bisa diterapkan pada semua pokok bahasan. Begitupun dengan soal/ pertanyaan-pertanyaan yang dirancang oleh peneliti dalam bentuk LKS mini pada setiap tindakannya. Dalam hal ini diperlukan kreatifitas peneliti agar soal yang dibuat mudah dimengerti dan menarik bagi siswa. Namun pada pelaksanaannya, penerapan model NHT ini tidak terlepas dari kendala yang dihadapi oleh peneliti sehingga pengaruh kendala tersebut mengurangi keefektifan dalam pembelajaran. Untuk menyiasati masalah dan kendala tersebut peneliti dan kolaborator dituntut
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
62
untuk lebih kreatif dan fleksibel serta harus memahami kondisi siswa pada saat dilaksanakannya pembelajaran. Kelas X-6 pada dasarnya merupakan kelas yang berpotensi baik dalam pembelajaran tetapi karena peran peneliti sejarah di dalam kelas menjadi satu-satunya mediator maka potensi siswa dalam memahami materi dan memperoleh hasil belajar yang baik belum optimal. Namun setelah diterapkan model NHT, hasil belajar siswa memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Peningkatan hasil belajar ini dialami siswa lingga mencapai data jenuh pada tindakan ke V.
Peneliti berharap melalui penerapan model NHT ini dapat memperbaiki permasalahan pembelajaran sejarah yang dihadapi. Dalam menerapkan model pembelajaran NHT peneliti hendaknya mengatur waktu seefektif mungkin,sehingga materi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Peneliti pun harus lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, tidak lagi berperan sebagai pusat informasi bagi siswa tetapi lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh dalam keberhasilan siswa.
Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X-6 SMA Negeri 101 Jakarta, Peningkatan ini terjadi karena peneliti selalu mengupayakan pengembangan model serta melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga kekurangan yang terjadi pada tindakan sebelumnya tidak terulang kembali. Selain itu, siswa mampu beradaptasi terhadap model NHT yang diterapkan sehingga mempermudah proses pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan mempercepat proses pencapaian hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya.
Peneliti berharap penerapan model NHT dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran serta meningkatkan hasil belajarnya. Selain itu, melalui model NHT ini diharapkan siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran baik bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat maupun dalam bertukar pikiran dengan siswa yang lain.
Saran. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah, peneliti menyarankan hal-hal berikut: Pihak Sekolah Peneliti berharap penerapan model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran sejarah di SMA Negeri 101 Jakarta.
Siswa
Peneliti Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran pada proses pembelajaran selanjutnya. Sebaiknya model pembelajaran dengan perencanaan dan pelaksanaan yang lebih baik agar model ini dapat menjadi acuan sebagai model pembelajaran alternatif dalam pelajaran sejarah. Selain itu, strategi, model, dan teknik belajar mengajar yang mampu mengaktifkan semangat belajar siswa yang lebih konkret, lebih aktual, lebih bermakna, dan sebagainya perlu terus diupayakan.
Peneliti
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
63
Buku Rujukan Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.
…………, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo ………..Prestasi Belajar dan Kompetensi Peneliti. Surabaya: Usaha Nasional. Ratna Wills. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Abdorrakhman. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta Humaniora. Hamalik, Oemar. 1983. Metoda Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Jakarta: Tarsito. ………1980. Media Pendidikan. Jakarta: Alumni. Said Hamid. 2003. Historia Magistra Vitae "Strategi Pembelajaran Sejarah Pada Era Otonomi Daerah Sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi". Jakarta: Historia Utama Press. Siti Sholihat. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT terhadap kemampuan Kritis Siswa. Skripsi. Jakarta: Tidak diterbitkan. Depdiknas.2001. Paradigma Pendidikan Sejarah Yang Terarah Dan Bermakna. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Pendidikan Indonesia. Anita, Rita. 2004. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang kelas. Jakarta: Gramedia
Abdul. 2008.Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Peneliti. Jakarta: Rosdakarya. Abin Syamsudin. 2002. Psikologi Kependidikan. Jakarta: Rosdakarya. Sujiono. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud. Dimyati. 1992. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. . Nasoetion,Noehi. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Tabrani dan Yani Daryani. 1990. Penuntun Belajar yang Sukses. Jakarta: Nine Karya Arief S., et.al. 1993. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta. Arlyda. 2003. Pelaksanaan Cooperative Learning untuk Meningkatkan Berpikir Kritis siswa dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di SLTPN I Purwakarta). Tesis. Jakarta: Tidak Diterbitkan. Helius. Metodologi Depdikbud.
Sejarah.
Jakarta:
Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rosdakarya. Ahmad Rival. 1991. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru. Sudjana,Nana dan R. Ibrahim. 2005. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rosda Karya Supartini. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT dalam upaya 'meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. Jakarta: Tidak diterbitkan.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-6.
64