RELOKASI PERMUKIMAN PASCA BENCANA GERAKAN TANAH DI DESA KADUPANDAK KECAMATAN TAMBAKSARI KABUPATEN CIAMIS The Relocation Settlement Post Disaster Of Movement Land In Kadupandak Village, Tambaksari District Ciamis Regency Dr. Siti Fadjarajani, Dra., M.T.1 (
[email protected]) Wika Ekawati2 (
[email protected]) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
ABSTRACT WIKA EKAWATI. 2014. Relocation Post Disaster Settlement Movement Kadupandak Land in the Village of Subdistrict Tambaksari Ciamis Regency. Geography Education Program. Faculty of Teacher Training and Education University Siliwangi. Issues raised in this study is whether the factors that led to the relocation of the postdisaster housing residents in the village ground motion Kadupandak Tambaksari District of Ciamis Regency?, How is the condition of post-disaster relocation of settlements on village land movement Kadupandak Tambaksari District of Ciamis Regency?. The purpose of this study was to identify and describe: 1. The factors that led to the relocation of the post-disaster housing residents in the village movement Kadupandak Tambaksari District of Ciamis Regency, 2. Conditions of post-disaster housing relocation of ground motion in the Village District of Tambaksari Kadupandak Ciamis Regency. This study used a descriptive quantitative methods, with a population of 71 families and a sample of 36 families. Data collection techniques in this study using observation, interviews, questionnaires, documentation studies, literature studies. The results of this study are the factors that led to the relocation of the post- disaster housing residents in the village ground motion Kadupandak Tambaksari District of Ciamis Regency is threatening the land collapsed homes and acres of farmland that residents must be relocated. The second factor that destroyed the house which caused residents to be relocated to get a safer place. Psychological factors that cause trauma residents are enthusiastic residents to move to safer place from a disaster. Another factor is the loss of property that causes economic conditions and quality of life for residents in the aftermath of decline. Conditions of post- disaster relocation of settlements in the village Kadupandak is a reasons people move to the relocation site in order to avoid catastrophic ground motion based on his own volition. Living conditions in the relocation sites while the average use of permanent type, facilities and infrastructure in place have not been adequate relocation and meeting the needs of residents were still not met properly and comfort of residents living in relocation sites still less because the air is very dry conditions. Adaptation neighborhoods in most major relocation is in touch with the neighbors around settlements relocation and participate in various social activities are held in the relocation site . Conclusions from this research that the settlement in the village relocation program Kadupandak yet achieved is full potential. Sugesstionsfor further research, is expected to examine the things that are more selective in exposing the problems assosiated with mining attraction.
Keyword : relocation, settlement, disaster, movement, land.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
PENDAHULUAN Latar Belakang Bencana alam yang terjadi di Indonesia sangat beragam, hal ini disebabkan oleh kondisi fisik dan sosial di Indonesia. Bencana yang muncul tentunya akan mengakibatkan kerusakan baik kerusakan fisik maupun sosial. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan atau punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana pergerakan tanah. Tambaksari merupakan daerah tertinggi rawan bencana gerakan tanah di Indonesia. Bencana alam yang terjadi di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis, pada dasarnya karena memiliki sifat tanah yang labil sehingga mudah terjadinya pergerakan tanah. Secara umum daerah bencana dan sekitarnya mempunyai kemiringan lereng agak terjal sampai terjal (15o - >35o). Berdasarkan Peta Prakiraan Potensi Terjadi Gerakan Tanah tahun 2010 di Jawa Barat, daerah bencana terletak pada zona potensi terjadi gerakan tanah menengah sampai tinggi, artinya daerah ini dapat terjadi bencana jika berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan, maka gerakan tanah yang lama dapat aktif kembali. Lahan daerah bencana gerakan tanah pada umumnya berupa permukiman warga, pesawahan, dan kolam-kolam ikan. Pada tanggal 1 Juni 2010 telah terjadi lagi bencana gerakan tanah yang menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Dampak dari bencana tersebut mengakibatkan 127 KK dari dua dusun yang ada di Desa Kadupandak yaitu Dusun Karangsari dan Dusun Kadupandak direlokasi ke permukiman baru. Program relokasi permukiman ini bertujuan untuk memberikan keselamatan dan kenyamanan warga yang terkena bencana gerakan tanah, serta untuk menciptakan kesejahteraan warga pasca bencana gerakan tanah baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budayanya. Namun di tempat relokasi sampai saat ini masih banyak kekurangannya yaitu, tempat tinggal yang belum memadai, udara di tempat relokasi gersang, belum terdapat banyak pohon-pohon berakar kuat dan dalam, akses jalan yang belum lancar, air bersih yang masih sulit didapatkan, sarana dan prasarana yang belum memadai, aktivitas warga untuk mengolah lahan pertaniannya terhambat karena lahan yang mereka miliki mengalami kerusakan yang parah, dan dana bantuan dari
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
pemerintah belum direalisasikan. Sehingga warga yang direlokasi masih kesulitan untuk mendapatkan kenyamanan dalam hidupnya pasca bencana gerakan tanah. Berdasarkan permasalahan dan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Relokasi Permukiman Pasca Bencana Gerakan Tanah Di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis”.
Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka skripsi ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan relokasi permukiman warga pasca bencana gerakan tanah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. 2. Kondisi relokasi permukiman pasca bencana gerakan tanah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Metode kuantitaif mengidentifikasi masalah penelitian dengan mendeskripsikan atau menguraikan kecenderungan atau menjelaskan tentang keterkaitan antara variabel dan pengembangannya.
Variabel Penelitian 1. Faktor-faktor yang menyebabkan relokasi permukiman warga pasca bencana gerakan tanah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis diantaranya : a. Tanah amblas; b. Rumah hancur; c. Trauma; dan d. Kerugian harta benda. 2. Kondisi relokasi permukiman pasca bencana gerakan tanah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis yaitu : a. Terhindar dari bencana gerakan tanah;
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
b. Tempat tinggal sementara; c. Sarana dan prasarana kurang memadai; dan d. Adaptasi Lingkungan.
Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik observasi; 2. Teknik wawancara; 3. Teknik Kuesioner; 4. Studi Dokumentasi; dan 5. Studi Literatur.
Instrumen Penelitian 1. Pedoman observasi; 2. Pedoman wawancara; dan 3. Pedoman Kuesioner.
Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah warga yang telah tinggal di tempat relokasi yang terdiri dari Dusun Karangsari dan Dusun Kadupandak yaitu sebanyak 71 KK. 2. Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian yaitu dengan menggunakan Strattified Random Sampling. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 KK dari warga telah tinggal di tempat relokasi.
PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian di Desa Kadupandak Desa Kadupandak khususnya di Dusun Karangsari dan Dusun Kadupandak berada pada ketinggian antara 300 – 700 m dpl dan merupakan wilayah yang memiliki banyak tebing. Secara umum kondisi morfologi daerah ini merupakan perbukitan
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
bergelombang dengan kemiringan lereng agak terjal sampai terjal (150 - > 350), sehingga massa tanah mudah bergerak. Curah hujan yang tinggi pada sebelum dan sesaat kejadian sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah karena di daerah ini ditandai dengan seringnya terjadi gerakan tanah pada saat curah hujan tinggi. Selain itu, pemanfaatan lahan pada lahan berlereng terjal dengan kolam-kolam ikan dan lahan pesawahan basah yang berlebihan sehingga beban lereng tidak seimbang dan mengakibatkan tanah mudah bergerak. Faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah yaitu belum adanya drainase yang memenuhi persyaratan sehingga air menjenuhi lereng, sifat fisik batuan breksi vulkanik, konsistensi rendah, kurang kompak dengan sementasi lemah sehingga mudah lepas, sifat fisik tanah lapukan batuan berupa lempung pasiran sehingga batupasir yang tebal, lunak, sarang, dan luruh bila terkena air, serta adanya bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan yang bersifat sarang dengan batuan dasar yang massif dan kedap air yang membentuk aliran di bawah permukaan tanah. Akibat sistem pengaliran air permukaan (drainase) yang kurang, air meresap melalui celah yang ada di permukaan dan mengalir melalui bidang lemah pada kontak antara lapisan batupasir dengan batuan dasar yang masif menuju lembah. Aliran air bawah permukaan ini menimbulkan pengikisan pada lapisan batupasir yang poros sehingga membentuk rongga di bawah permukaan. Peresapan air ke dalam tanah dari saluran irigasi serta kolam ikan yang berada di lereng atas berjalan secara terus-menerus semakin menambah beban lereng. Dengan adanya curah hujan yang sangat deras yang turun, menyebabkan bobot massa tanah bertambah dan memperkecil tahanan geser tanah, sehingga tanah kehilangan daya ikatnya dan bergerak, maka terjadi retakan, nendatan, dan amblesan tanah. Lahan di daerah bencana gerakan tanah ini pada umumnya berupa permukiman, pesawahan, perkebunan, dan kolam-kolam ikan. Gerakan tanah yang terjadi berupa retakan, nendatan, dan amblesan tanah di pesawahan dan permukiman warga. Kondisi jalan di daerah bencana juga mengalami kerusakan yang cukup parah, mulai dari retakan, nendatan, serta amblesan tanah. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana gerakan ini dilaksanakan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), telah memberikan bantuan berupa sembako pada saat bencana, memberikan sosialisasi terhadap warga Desa
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Kadupandak agar masyarakat tanggap terhadap bencana yang akan terjadi. Pemerintah memberikan bantuan berupa tata ruang wilayah di permukiman relokasi sehingga sampai saat ini program relokasi permukiman tampak lebih ada kemajuan, semakin baik dan tertata. Selain penataan ruang, pemerintah juga telah banyak membantu dalam pembangunan sarana dan prasarana di permukiman relokasi. Program relokasi permukiman ini bertujuan untuk memberikan keamanan masyarakat agar terhindar dari bencana gerakan tanah. Selain itu, faktor masyarakat yang meminta untuk segera diberikan tempat yang lebih aman dan nyaman karena masyarakat merasa rumah yang dijadikan tempat tinggal mereka sebelumnya sudah tidak layak huni lagi. Sehingga masyarakat sangat antusias dan baik menanggapi program relokasi permukiman tersebut. Tempat relokasi sebelumnya milik Kas Desa Kadupandak, namun atas segala pertimbangan pemerintah. Lahan tersebut dengan sementara dijadikan sebagai tempat relokasi permukiman warga bencana gerakan tanah dengan cara sewa pakai sebesar Rp. 3.500/KK.
A. Faktor-Faktor yang menyebabkan Relokasi Permukiman Warga Pasca Bencana Gerakan Tanah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis 1. Tanah Amblas Gerakan tanah yang terjadi di Desa Kadupandak diakibatkan oleh kondisi geologi yang berada pada zona kerentanan gerakan tanah menengah dengan ketinggian lereng yang cukup terjal (15 -30%), kondisi saluran irigasi yang kurang baik, dan kondisi curah hujan yang tinggi sehingga daerah ini sering terjadi gerakan tanah. Salah satu akibat dari gerakan tanah tersebut, lahan di kawasan permukiman dan pertanian mengalami amblesan tanah. Sebagai upaya memitigasi bahaya bencana gerakan tanah, pemerintah dan pihak-pihak yang terkait melaksanakan program relokasi permukiman warga pasca bencana gerakan tanah dengan menggunakan lahan milik Kas Desa Kadupandak dengan cara sewa pakai sebesar Rp.3.500 per-KK tiap tahunnya. 2. Rumah Hancur Akibat dari gerakan tanah diantaranya rumah warga di kawasan permukiman hancur dan sudah tidak layak huni. Warga membangun
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
perumahan tidak memperhatikan kondisi lereng, tidak sedikit warga menggunakan lahan yang berlereng agak terjal untuk dijadikan perumahan. Disamping itu, kondisi tanah di daerah bencana yang tidak mendukung untuk dibebani yang lebih berat sehingga tanah di daerah bencana mudak untuk bergerak. Program relokasi sudah membantu setidaknya memberikan lahan untuk dijadikan tempat mereka membangun kembali rumahnya di permukiman relokasi. Rumah warga di daerah bencana sebagian besar dibongkar, karena sisa dari bangunan rumah tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk membangun kembali rumah di tempat relokasi. 3. Trauma Warga yang terkena bencana gerakan tanah, sebagian besar mangalami trauma, bahkan sampai ada yang tidak sadarkan diri karena kaget yang dirasakan warga pada saat bencana terjadi. Upaya mitigasi yang dilaksanakan pemerintah dan pihak-pihak yang terkait, membantu warga untuk memulihkan rasa trauma tersebut. 4. Kerugian Harta Benda Gerakan tanah yang telah terjadi mengakibatkan kerugian harta benda yang cukup besar. Bagi warga yang rumahnya hancur, harta benda yang mereka miliki tentunya rusak, dan memerlukan dana untuk memperbaikinya. Termasuk membangun kembali rumah mereka di permukiman relokasi, memperbaiki lahan pertanian yang rusak berat, dan jalan di permukiman yang merupakan salah satunya sarana mereka untuk melakukan aktivitasnya baik sosial, ekonomi, maupun budayanya. Kerugian yang diakibatkan oleh bencana gerakan tanah sebagian besar > 50% dari aset warga yang dimiliki. Sebagian warga kehilangan lahan pertanian garapnya, untuk itu warga mengalami keterbatasan dalam hidupnya pasca bencana gerakan tanah terjadi.
B. Kondisi Relokasi Permukiman Pasca Bencana Gerakan Tanah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis 1. Terhindar dari Bencana Gerakan Tanah Pemerintah melaksanakan program relokasi permukiman warga di Desa Kadupandak yaitu dengan tujuan untuk memberikan rasa aman kepada warga
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
yang terkena bencana dan memulihkan rasa trauma warga pasca bencana tersebut terjadi. Warga yang terkena bencana gerakan tanah sebanyak 127 KK telah direlokasi ke permukiman baru. Namun, sampai saat ini yang telah menempati rumah di tempat relokasi sebanyak 71 KK. Hal tersebut dikarenakan warga lainnya kekurangan dana untuk membangun kembali rumah mereka di tempat relokasiTempat Tinggal Sementara Status tempat tinggal warga di permukiman relokasi yaitu hanya bersifat sementara selama belum ada lahan pengganti untuk lahan Kas Desa Kadupandak. Perasaan warga setelah tinggal di permukiman relokasi kini sudah merasa tenang, karena lahan yang dijadikan tempat relokasi lebih aman dari yang sebelumnya meskipun berada dalam keterbatasan. Jenis rumah warga di permukiman relokasi, sebagian besar menggunakan jenis permanen, namun tidak sedikit pula yang masih semi permanen dan panggung. 2. Sarana dan Prasarana Kurang Memadai Sarana dan prasarana di permukiman relokasi sampai saat ini masih kurang memadai, diantaranya mesjid RT di RT.07 belum tersedia. Selain itu, MCK umum untuk warga di permukiman relokasi masih terbatas. Akses jalan di permukiman relokasi sudah cukup lancar karena kondisi jalan yang sudah semakin baik. Kondisi jalan di tempat relokasi, terdapat berbaga jenis diantarnya jalan aspal, jalan coran, dan jalan batu. 3. Adaptasi Lingkungan Warga korban bencana pindah ke tempat baru, tentunya harus beradaptasi lagi dengan lingkungannya. Warga melakukan silaturahmi dengan tetangga-tengga terdekat di permukiman relokasi. Di tempat relokasi, terdapat beberapa kegiatan sosial yang dibentuk oleh kepengurusan baru di permukiman relokasi tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut:
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
1. Faktor-faktor yang menyebabkan relokasi permukiman warga pasca bencana gerakan tanah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis yaitu sebagai berikut: a. Tanah amblas, merupakan faktor utama penyebab diadakannya relokasi permukiman,
karena tanah di daerah
bencana khususnya kawasan
permukiman dan lahan pertanian banyak mengalami kerusakan yang parah. b. Rumah hancur, adalah faktor yang menyebabkan relokasi permukiman, karena rumah awrga di daerah bencana sudah tidak layak huni dan sampai saat ini gerakan tanah masih terus terjadi, terutama pada musim hujan. c. Trauma, yang dirasakan warga setelah bencana gerakan tanah terjadi sehingga dengan adanya program relokasi permukiman akan memberikan ketenangan bagi warga yang terkena bencana gerakan tanah. d. Kerugian harta benda, merupakan salah satu diadakannya program relokasi permukiman. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi warga pasca bencana gerakan tanah. 2. Kondisi relokasi permukiman pasca bencana gerakan tanah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis yaitu sebagai berikut: a. Terhindar dari bencana gerakan tanah, merupakan salah satu alasan warga untuk pindah dari daerah bencana gerakan tanah untuk mendapatkan keamanan dan ketenangan dari bahaya bencana tersebut. b. Tempat tinggal sementara, adalah status warga di tempat relokasi, karena lahan yang dijadikan tempat relokasi merupakan lahan milik Kas Desa Kadupandak yang digunakan dengan cara sewa pakai. c. Sarana dan prasarana kurang memadai, merupakan kondisi di permukiman relokasi, karena kurangnya dana dalam pembangunan permukiman di tempat relokasi. d. Adaptasi lingkungan, merupakan suatu proses yang dilakukan oleh warga di tempat relokasi pasca bencana gerakan tanah. Warga harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru dan dalam keterbatasan dalam hidupnya pasca bencana gerakan tanah. Saran
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
1. Melihat kondisi relokasi permukiman sampai saat ini masih kurang berkembang baik dari sarana dan prasarana umum maupun kualitas hidup warga yang direlokasi ke permukiman. Maka, perlunya perhatian lebih dari pemerintah dan intansi-intasi yang terkait di dalamnya untuk lebih memperhatikan program relokasi permukiman pasca bencana secara berkelanjutan, sehingga program relokasi permukiman lebih berkembang lagi ke arah yang lebih baik. 2. Pendidikan umum maupun berupa penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat mengenai mitigasi bencana harus lebih ditingkatkan lagi, sehingga masyarakat mengetahui tindakan untuk mengindari bencana gerakan tanah dan mengetahui tindakan yang harus dilakukan pada saat bencana terjadi. 3. Penggunaan lahan di daerah rawan bencana gerakan tanah harus disesuaikan dengan kemiringan lereng dan kondisi fisik lainnya agar gerakan atanh tidak terus terjadi. 4. Penulis sangat menyadari keterbatasan yang dimilki, jika hasil penelitian ini belum dapat mencapai keberhasilan yang sempurna. Oleh karen itu, penulis berharap skripsi ini menjadi pembanding bagi penelitian yang sama guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Aminudin. (2013). Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung: CV Angkasa. Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Noor, Djauhari. (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nugraha, Erwin. (2010). Tanggap Bencana Alam Tanah Longsor. Bandung: Angkasa. Rafi’i, Suryatna. (1983). Metode Statistika Analisis (untuk penarikan kesimpulan). Bandung: Bina Cipta. Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi : Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Offset Alumni. Taniredja, Tukiran. & Mustafidah, Hidayati. (2011). Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Purwokerto: ALFABETA.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)