PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
REGULASI EMOSI NEGATIF ANAK INDIGO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh: R. Aj. SABINA SITI NURUL PRISTISARI NIM : 029114016
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK DIA YANG SUDAH MENCURAHKAN ROH KUDUS UNTUK MENDAMPINGIKU SAAT MULAI LELAH BERLARI DAN IKUT BEKERJA BERSAMA hingga purna. BAPAK DAN IBU, MAAF AKU MEMBIARKAN BAPAK DAN IBU “BERPUASA” SEKIAN LAMA UNTUK MENANTIKU MENGENAKAN TOGA, TERIMA KASIH UNTUK KESABARAN DAN KEPRIHATINAN DALAM MEMBIMBING DAN MENDAMPINGIKU, INI HADIAH ULANG TAHUN PERKAWINAN KE-32 UNTUK BAPAK DAN IBU. KAMAS, DIMAS, MBAK VENSA, RAHSA & RAHDYA, TERIMA KASIH UNTUK CINTA, SEMANGAT & SUPPORTNYA. BU IS, CINTA & RESTUMU SELALU MENYERTAI TIAP LANGKAHKU, KUTAHU BU IS MEMANTAUKU DARI SURGA. Papi, Saudara seperjuanganku yang kini tinggal dalam kemah abadi, hasil perjuangan ini kupersembahan sebagai keberhasilan kita. SAHABAT, SAUDARA serta SEMUA ORANG YANG MENDUKUNG DAN MEMBANTUKU, TERUTAMA Pr & Rm BESERTA KELUArGA, KALIAN SEMUA MOTIVASI & INSPIRASIKU
LOVE U ALL
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO Jangan pernah memulai sesuatu kalau tak mampu mengakhirinya so berjuanglah menyelesaikan apa yang sudah kau mulai kalau bukan untuk orang tua, keluaga atau teman paling tidak lakukanlah untuk dirimu sendiri. Meski terasa berat percayalah, pasti bisa dilalui karna Dia kan slalu membimbing langkahmu. Hal yang tersulit adalah mengalahkan diri sendiri karna selalu ada toleransi buat diri sendiri. Jadilah pahlawan tuk dirimu sendiri! Berdamailah dengan dirimu dan berjuanglah dengan IKLAS “Dan akhirnya kuingin mereka semua tersenyum bahagia ” Dalam lamunan di sore itu, Sabina
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
REGULASI EMOSI NEGATIF ANAK INDIGO
R. Aj. Sabina Siti Nurul Pristisari
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana regulasi emosi negatif pada anak indigo. Subjek penilitian ini adalah dua orang anak indigo laki-laki, Pr dan Rm, yang direkomendasikan oleh Pro V Klinik Jakarta, berusia sembilan dan delapan tahun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara sebagai data utama penelitian, serta data yang berasal dari orang tua sebagai pendukung. Data dianalisa secara deskriptif dengan teknik trianggulasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak indigo memiliki perasaan yang sangat peka sehingga sangat berpengaruh terhadap reaksi emosi yang muncul. Pr dan Rm secara umum belum dapat melakukan regulasi emosi negatif sepenuhnya. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa kedua subjek belum dapat melakukan regulasi salah satu dari lima emosi negatifnya sampai pada tahap memodifikasi. Kedua subjek masih dibantu ibu dalam memodifikasi ataupun mengevaluasi beberapa emosi negatifnya tersebut. Strategi regulasi emosi negatif yang sering dilakukan oleh Pr adalah mencari kenyamanan dari ibu dan memasrahkan segalanya kepada kehendak Tuhan (acceptance), sedangkan Rm lebih sering menggulakan strategi regulasi emosi mengalihkan perhatian dari objek stres (displacement) dan melakukan kegiatan fisik yang menenangkan. Dukungan dari lingkungan keluarga terutama ibu sangat mempengaruhi kedua subjek dalam meregulasi emosi negatif Pr dan Rm. Kedua subjek merasa nyaman dengan lingkungan yang dapat memahami dan menerimanya dengan cinta. Hal tersebut membantu kedua subjek untuk lebih optimal meregulasi emosi negatifnya. Kata kunci: anak indigo, emosi negatif, regulasi emosi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
NEGATIVE EMOTIONS REGULATION OF INDIGO CHILDREN R. Aj. Sabina Siti Nurul Pristisari ABSTRACT The research was held in order to have knowledge about the negative emotions regulation of indigo children. As recommended by Pro V Klinik, Jakarta, the researcher focused to two indigo boys who were nine years and eight years in age, further mentioned as Pr and Rm. For this research, the researcher used qualitative approach and case study method. Main datum which was from the subject and supporting datum which were from parents and teachers were collected by interview method. Data were analyzed descriptively by triangulation techniques. Results from this study indicate that indigo children have a very sensitive feeling so great influence on emotional reactions that arise. Rm and Pr in generally cannot accomplished the entirely negative emotion regulation. This is shown by the results of research that both the subject has not been able to regulate one of the five negative emotions till the stage to modify. Both subjects were assisted by mothers in modifying or evaluating some of these negative emotions. Negative emotion regulation strategies that are often carried out by Pr is seeking comfort from her mother and surrender everything to the will of God (acceptance), while the Rm more likely to use emotion regulation strategies by divert attention from the object of stress (displacement) and doing physical activities that soothe. Support from the family, especially the mother greatly affect both the subject in regulating negative emotions Rm and Pr. Both subjects felt comfortable with the environment that can understand and accept them with love. This will help both subject to more optimally regulate their negative emotions.
Keywords: indigo children, negative emotions, emotions regulation
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat kuasa, terang Roh Kudus serta bimbingan-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dan dibuat untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam proses penyusunannya dari awal hingga akhirnya selesai, telah melibatkan banyak pribadi yang memberikan bantuan dengan tulus, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas kesempatan yang diberikan selama ini. 2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., yang selama menjabat menjadi Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, telah memberikan kesempatan perpanjangan masa studi dan ijin penelitian sehingga pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi., Psi, M.Si. selaku Dosen pembimbing skripsi. Terima kasih telah memberikan waktu, kritik-saran, motivasi serta kesempatan yang sangat berarti dalam proses penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si. dan Romo Dr. A. Priyono Marwan, S.J., selaku penguji sekripsi. Terima kasih atas proses pembelajaran yang berharga sehingga karya ini menjadi lebih baik.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si., terima kasih untuk semangat dan kesempatan yang diberikan selama menjadi Kaprodi. 6. Ibu Aquilina Tanti Arini S.Psi., M.Si, Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. dan Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih untuk bimbingan, motivasi dan arahan selama saya berproses di Fakultas Psikologi Sanata Dharma. 7. Seluruh dosen dan karyawan yang telah membimbing maupun membantu selama penulis menempa ilmu dan berproses sangat panjang di fakultas psikologi USD ini. Mas Muji, Mas Donny, Mas Gandung, Bu Nanik dan Pak Gik terima kasih atas bantuan, motivasi dan perhatiannya untuk menyelesaikan urusan kampus. 8. Dr. Erwin Kusuma dan Ibu Cahya di Pro V Clinic, terima kasih atas segala bantuan dan referensi yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini. 9. Pr dan Rm yang sudah bersedia menjadi subjek serta kesempatan unik yang boleh dibagi. Terima kasih untuk keluarga Pr dan Rm atas penerimaan dan rasa kekeluargaan yang diberikan selama pengambilan data. 10. Bapak dan ibu. Terima kasih untuk kesabaran dan keprihatinannya menantiku mengenakan toga, terlebih untuk dukungan doa dan pengertiannya yang tak pernah putus, serta segala fasilitas yang sudah diberikan untuk mendukung skripsi ini. Kamas dan keluarga kecilnya, terima kasih motivasinya, juga dimas yang tidak bosan membantu dan memogram netbookku. Love you all…. xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Keluarga Kelapa Gading dan Pangkalan Jati, terima kasih sudah bersedia menampung selama proses pengambilan data. Terima kasih buat kehangatan kekeluargaan yang bisa saya rasakan, menjadi energi dalam berjuang di Jakarta. 12. Keluarga Besar Ndanero Suryobrantan, Winotodiningrat, dan The Mondros. Terima kasih buat doa, motivasi dan sindiran yang selalu memacu untuk mengakhiri masa panjang studi ini. 13. Bu Is dan Mas Ari “Papi” yang selalu jadi semangatku dari Rumah Bapa, seandainya bisa mempersembahkannya di dunia fana, miss u……. 14. Bona, Aan, Honey, Iunt, Putri, Mas Siuz, dan Mas Danang, thanks buat semua semangatnya dan juga pontang-pantingnya ngurus kebutuhan kampus selama aku di kota Metropolitan. Aku sangat beruntung menemukan kalian di puing-puing masa kejayaan angkatan 2002. 15. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002 yang tidak bisa diucapkan satu per satu, kalian selalu menjadi semangat, motivasi, harapan dan pesaing untuk segera menyelesaikan masa panjang ini. Ayo wisuda bareng!
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. ii ii HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iiiiii HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... iviv HALAMAN MOTTO....................................................................................... v v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................... vivi ABSTRAK....................................................................................................... vii vii ABSTRACT....................................................................................................... viii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKAS.............................................. ixix KATA PENGANTAR...................................................................................... x x DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1 1 A.
Latar Belakang Masalah………………………………………….. 1 1
B.
Rumusan Masalah……………………………………………….. 4 4
C.
Tujuan Penelitian………………………………………………... 4 4
D.
Manfaat Penelitian………………………………………………. 4 4
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II. TINJAUAN TEORI…………….…………….……………………. 6 6 A.
B.
Emosi Negatif...………………………………………...……….. 6 6 1.
Pengertian Emosi………………………………………….. 6 6
2.
Macam Emosi……………………………………………... 7 7
Regulasi Emosi………………………………………………….. 13 1.
Pengertian Regulasi Emosi..……………………................. 13 13
2.
Indikator Regulasi Emosi ..……………………………….. 14
3.
Strategi Regulasi Emosi…………………………………… 16
4.
Faktor Regulasi Emosi….…………………………………. 19
C. Anak Indigo………………………………..………………………... 20 1.
Pengertian Anak Indigo…………………………………… 20
2.
Karakteristik Anak Indigo………………………………… 22
3.
Tipe-Tipe Anak Indigo……………………………………. 23
4.
Emosi Negatif Anak Indigo………………………………. 2323
D. Regulasi Emosi Negatif Anak Indigo………………………………... 27
BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………………. 29 A. Jenis Penelitian……………………………………………………….. 29 B. Fokus Penelitian……………………...………………………………. 29 C. Subjek Penelitian……………………………...…………………….... 30 D. Metode Pengambilan Data.……………………...………………….... 30 E. Prosedur Pengumpulan Data…………………………………………. 34 34 F. Metode Analisis Data…………………………...……………………. 35 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39 G. Keabsahan Data………………………………….…………………... 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….…………. 4040 A.
40 Pelaksanaan Penelitian…………………………………………... 40
B.
41 Deskripsi Subjek………………………………………………… 41
C.
54 Hasil Penelitian………………………………………………….. 54
D.
Pembahasan……………………………………………………... 7880
87 BAB V. PENUTUP…………………………………………………………. 85 A.
87 Kesimpulan…………………………………………………….... 85
B.
89 Saran…………………………………………………………….. 87
91 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 89 95 LAMPIRAN…………………………………………………………………. 93
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Pedoman Wawancara……………………………………………. 32 Table 3.2 Koding dalam Wawancara Latar Belakang Subjek……………… 38 38 Table 3.3 Koding dalam Wawancara Regulasi Emosi Negatif…………….. 38 38 Table 4.1 Ringkasan Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian………….. 40 40 Table 4. 2 Ringkasan Hasil Penelitian…………………………………….... 55 55
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Informasi mengenai anak indigo telah lama berkembang di Indonesia. Sejak kira-kira tahun 2000 (W, 2007), istilah anak indigo muncul setelah ditemukannya kasus unik tersebut pada beberapa anak di Indonesia. Harian Kompas menulis pemberitaan yang terkait dengan keberadaan anak indigo dalam artikel Disangka Gila karena Indigo (2003). Berita tersebut menceritakan pengalaman Abel (bukan nama sebenarnya). Abel adalah seorang anak indigo yang dibawa orang tuanya ke psikiater karena hampir setiap malam merasa jiwanya lepas dari raganya dan pergi mengembara, serta sering melihat kejadian yang akan terjadi. Abel didiagnosis menderita halusinasi dan diberi obat, tetapi obat-obat itu tidak diminumnya. Dia terus mencari jawaban atas keadaannya dengan membaca buku dan mempelajari tentang trans dari seorang guru di Bali. Sampai akhirnya ia kecanduan narkoba karena dijerumuskan temannya. Temanteman sebayanya menawari pil-pil psikotropika sebagai media untuk dapat sampai pada keadaan trans. Abel diketahui sebagai indigo setelah menjalankan pemeriksaan oleh Dr. Erwin Kusuma di Pro V Clinic. Kasus lain yang diberitakan adalah pengalaman Viktor. Dia adalah anak indigo yang selalu berselisih paham dengan orang tuanya. Dari kecil ia dianggap sebagai anak pemberontak sampai akhirnya ia lari dari rumah pada usia tiga belas 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tahun. Sekarang Viktor merasa diterima dengan baik setelah diasuh oleh keluarga pendeta asal Amerika yang tinggal di Bandung. Kasus berbeda dialami Satrio Wibowo (Ysahnaz, 2009). Dia adalah anak indigo yang memiliki kemampuan menulis novel ratusan halaman dalam bahasa Inggris tanpa pendidikan khusus dan melukis dengan sangat detil. Ia tidak suka menyerap pelajaran karena merasa tidak dipahami oleh gurunya dan baginya pelajaran tidak penting. Anak indigo yang memiliki keunikan ternyata memiliki permasalahan dalam kehidupannya. Anak indigo memiliki ciri khas old soul. Old soul berarti mereka memiliki kepribadian yang lebih matang daripada kepribadian anak seusianya dan tampak sebagai orang yang bersikap arif (Chapman, 2005). Kekhasan tersebut ternyata juga menimbulkan permasalahan bagi anak indigo dalam relasi dengan teman sebaya. Anak indigo merasa tidak nyaman bergaul dengan teman sebayanya. Silalahi (2009) menemukan bahwa ketiga subjek indigo penelitiannya mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial dengan teman sebayanya karena mereka merasa memiliki pemahaman yang berbeda. Kasus-kasus yang dialami oleh anak indigo menunjukan bahwa anak indigo masih memiliki permasalahan emosi dan perilaku. Kusuma (komunikasi pribadi, 12 Maret, 2008), seorang psikiater yang menangani dan membina beberapa anak indigo, mengungkapkan bahwa biasanya anak indigo merasa marah karena lingkungan sekitarnya tidak bisa memahaminya. Karakteristik yang dimiliki anak indigo serta kurang adanya penerimaan dari lingkungan sosialnya cenderung memunculkan relasi sosial yang negatif dan meningkatkan emosiemosi negatif. Emosi negatif (Safaria dan Saputra, 2009) memberikan dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tidak menyenangkan dan menyusahkan. Emosi ini adalah emosi yang sering dihindari dan berusaha dikendalikan, tetapi jika gagal individu akan sulit merasakan kepuasan hidup dan kebahagiaan. Emosi negatif dapat dikendalikan dengan cara meregulasinya. Regulasi emosi merupakan suatu cara bagaimana seseorang dapat menyadari serta mengatur pikiran dan perilakunya dalam emosi yang berbeda, baik emosi positif maupun emosi negatif (Richard dan Gross, 2000). Tompson (1994) mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan untuk memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional individu untuk mencapai tujuan individu tersebut. Seseorang yang mengalami emosi negatif biasanya tidak dapat berpikir dengan jernih dan cenderung melakukan tindakan di luar kesadaran sehingga perlu adanya regulasi emosi negatif. Regulasi emosi yang baik memungkinkan seseorang untuk menikmati interaksi sosialnya dengan orang lain. Berkembangnya regulasi emosi pada masa kanak-kanak sangat penting untuk mempelajari bahasa dan kemampuan berkomunikasi sebagai dasar kehidupan selanjutnya (Giles, 2005). Anak menjadi lebih adaptif dan dapat diterima oleh lingkungannya. Regulasi emosi negatif penting dimiliki oleh anak pada akhir masa kanak-kanak, karena pada masa ini terdapat tuntutan agar anak dapat berelasi baik terhadap lingkungan dan teman sebayanya (Gunarsa, 1997 dan Santrock, 2002). Regulasi emosi negatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah strategi untuk mengelola respon emosional yang tidak menyenangkan dengan memonitor, mengevaluasi dan memodifikasinya untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
ingin melihat regulasi emosi negatif pada anak indigo. Regulasi emosi negatif tersebut menarik karena anak indigo memiliki karakteristik yang memerlukan regulasi emosi negatif dan anak indigo, sebagai anak yang berada pada akhir masa kanak-kanak, membutuhkan regulasi emosi negatif.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana regulasi emosi negatif yang dilakukan oleh anak indigo?”.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana regulasi emosi negatif yang dilakukan oleh anak indigo.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat yang utama, yaitu: 1. Secara teorietik Untuk menambah khasanah pengetahuan dalam ilmu psikologi terutama psikologi perkembangan anak mengenai regulasi emosi negatif anak indigo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Secara praktis a. Bagi anak indigo Anak indigo dapat mengenali regulasi emosi negatif yang digunakan sehingga anak dapat lebih tepat dalam menghadapi emosi negatif yang muncul. b. Bagi orang tua Orang tua mengetahui regulasi emosi anak indigo. Berdasarkan pengetahuan itu, orang tua dapat meningkatkan komunikasi dengan anak indigo. Dengan demikian orang tua dapat mendampingi anak indigo dalam proses belajar meregulasi emosi negatif. c. Bagi lembaga yang menangani anak indigo. Lembaga yang menangani anak indigo dapat memperoleh informasi mengenai regulasi emosi negatif anak indigo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka menyajikan sub bab emosi negatif, regulasi emosi, anak indigo dan regulasi emosi negatif anak indigo. Keempat sub bab tersebut memberikan deskripsi mengenai regulasi emosi, anak indigo serta emosi negatif anak indigo.
A. Emosi Negatif Sub bab emosi negatif menyajikan pengertian emosi dan macam emosi. Macam emosi yang diuraikan adalah emosi positif dan emosi negatif. 1. Pengertian Emosi Pengertian emosi menurut Ahmadi dan Umar (1992) adalah suatu pengalaman sadar, kompleks dan meliputi unsur perasaan. Pengalaman tersebut mengikuti keadaan fisiologis dan mental yang muncul serta penyesuaian batiniah, kemudian diekspresikan dalam tingkah laku yang tampak. Emosi dapat dirumuskan sebagai keadaan organisme yang terangsang, sehingga secara sadar mengakibatkan perubahan perilaku (Chaplin, 2004). Goleman (2007) mengartikan emosi sebagi kegiatan atau pengolahan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Goleman (2007) menganggap bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Emosi merupakan situasi stimulasi yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif, serta kecenderungan melakukan suatu tindakan, yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan dalam suatu kebudayaan (Wade dan Tavris, 2007). Emosi setiap orang mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak secara nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh ketika seseorang diliputi emosi marah, wajahnya memerah, nafasnya menjadi sesak, otot-otot tangannya menegang, dan energi tubuhnya memuncak. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu pengalaman atau keadaan yang disadari, kompeks, mendalam, mempengaruhi secara
fisik
dan
mental
yang
menstimulus
individu
untuk
mengekspresikannya dalam tingkah laku yang tampak.
2. Macam Emosi Emosi manusia dapat dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut : a.
Emosi Positif Emosi
positif
memberikan
dampak
yang
menenangkan
dan
menyenangkan. Emosi positif membuat seseorang merasakan keadaan psikologis yang positif. Bentuk emosi positif adalah tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang (Safaria dan Saputra, 2009). Emosi positif menurut Lazarus (1991) adalah bentuk emosi yang muncul ketika tujuan yang ingin diraih tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bentuk-bentuk emosi positif adalah: 1) Bahagia (happy) Bahagia muncul pada saat individu merasa bahwa ia telah membuat kemajuan yang berarti dalam proses pencapaian tujuan atau pada saat tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Emosi bahagia dapat termanifestasi dalam kecenderungan berperilaku, berupa dorongan yang kuat sehingga individu mudah untuk melakukan tindakan tertentu. 2) Bangga (pride) Emosi bangga timbul ketika individu memiliki keterlibatan yang tinggi dalam mencapai tujuan sehingga emosi bangga lebih ditujukan pada diri sendiri. Bentuk emosi bangga termaniferstasi dalam kecenderungan individu untuk menceritakan atau menunjukkan pada orang lain bahwa dia telah berhasil dalam mencapai tujuan. 3) Kasih sayang (love) Kasih sayang merupakan suatu reaksi emosi yang terlihat dari suatu hubungan sosial. Terjalinnya hubungan sosial yang hangat didorong oleh penghargaan yang diberikan orang lain, ketika individu berhasil mencapai tujuannya. 4) Lega (relief) Emosi lega akan tampak melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Emosi lega terlihat pada saat tujuan yang semula dinilai tidak sesuai menjadi kebutuhan yang penting bagi individu dan terjadi penurunan emosi negatif. Perubahan ini dapat disebabkan oleh pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
lain yang memberikan bantuan. Pada emosi lega individu cenderung untuk tenang (relax) dengan perubahan yang dirasakan.
b.
Emosi Negatif Emosi negatif, menurut Safaria dan Saputra (2009), memberikan
dampak tidak menyenangkan dan menyusahkan. Emosi negatif adalah emosi yang sering dihindari dan berusaha dikendalikan. Emosi negatif yang gagal dikendalikan menyebabkan individu sulit merasakan kepuasan hidup dan kebahagiaan. Bentuk emosi negatif adalah sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam, dan sebagainya. Lazarus (1991) mengungkapkan emosi negatif adalah bentuk emosi yang muncul ketika pencapaian tujuan tidak tercapai. Lima bentuk emosi negatif adalah: 1) Marah (anger) Marah merupakan salah satu bentuk emosi yang paling kuat. Emosi marah dapat berbentuk menyalahkan orang lain, diri sendiri, atau objek lain. Pelampiasan menyalahkan ini tergantung kepada seseorang atau sesuatu yang dirasakan dapat mengancam diri. Bila sumbernya internal (individu yang merasa bertanggung jawab sendiri) maka marah akan dilampiaskan pada diri sendiri sedangkan emosi marah pada orang lain atau sesuatu di luar dirinya disebut sumber eksternal. Emosi marah memiliki kecenderungan untuk menyerang pihak yang dianggap sebagai sumber munculnya emosi marah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2) Cemas (fright-anxiety) Kecemasan
muncul
pada
saat
individu
mengalami
suatu
ketidakpastian dalam menilai sesuatu. Ketidakpastian tersebut dapat menimbulkan ancaman pada individu. Cemas juga terjadi ketika individu kurang mampu memperkirakan apa yang akan terjadi. Dalam prosesnya, cemas dapat terlihat ketika tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai individu. Ketika individu kurang berhasil, individu akan mencemaskan penerimaan orang lain terhadap dirinya. Ketidakpastian mengenai sesuatu yang akan terjadi, merupakan hal yang tidak dapat dikendalikan oleh individu, dan selanjutnya individu cenderung untuk menghindarinya. 3)
Malu–merasa bersalah (guilt-shame) Kondisi malu yang disertai rasa bersalah ini timbul dari nilai-nilai
benar-salah yang telah diinternalisasi individu dan berasal dari identitas diri. Identits diri adalah kesesuaian antara keadaan diri yang senyatanya dan diri yang diinginkan oleh individu tersebut. Kegagalan dalam mencapai tujuan dapat dipandang sebagai bentuk kesalahan dan terdapat perbedaan yang tinggi antara penilaian sebagian orang yang mampu mencapai tujuan dan kenyataan adanya kegagalan dalam pencapaiannya. Ditinjau dari segi kecenderungan untuk melakukan tindakan, bentuk dari emosi malu-merasa bersalah ini adalah kecenderungan untuk menyembunyikan kegagalan dalam mencapai tujuan agar tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
diketahui orang lain dan kesediaan untuk menerima hukuman akibat kegagalan dalam mencapai tujuan. 4)
Sedih (sadness) Emosi sedih dikaitkan dengan reaksi akibat kehilangan seseorang,
kegagalan dalam menjalankan peran atau tidak dihargai oleh orang lain. Sedih ditandai dengan rendahnya usaha untuk melakukan sesuatu dan sikap menyerah. Individu yang mengalami emosi ini merasa bahwa tidak ada yang dapat dilakukan lagi setelah mengalami suatu kegagalan. Pada emosi sedih, individu cenderung untuk menarik diri (withdrawal) dari kegiatan, namun tidak menyalahkan diri atau orang lain. 5)
Iri (envy-jealously) Emosi iri terlihat ketika individu ingin memiliki sesuatu seperti
yang dimiliki orang lain dan menginginkan kasih sayang dari orang tertentu hanya untuk dirinya. Iri tampak ketika terjadi perbandingan sosial atau perbandingan dengan orang lain. Individu cenderung berupaya mendapatkan penghargaan dari orang lain dengan pola perilaku yang tidak impulsif. Dapat pula digambarkan bahwa individu cenderung untuk menuntut dan mengharap pengakuan dari orang lain.
Penelitian mengenai aspek-aspek fisiologis dari emosi menunjukkan bahwa manusia memiliki dasar-dasar emosi atau telah memiliki emosi primer sejak mereka dilahirkan. Meskipun para psikolog memiliki pandangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berbeda-beda mengenai apa saja yang termasuk emosi primer, umumnya emosi primer meliputi (Wade dan Tavris, 2007): a.
rasa takut (fear)
b.
marah (anger)
c.
sedih (sadness)
d.
senang (joy)
e.
terkejut (surprise)
f.
jijik (disgust)
g.
sebal (contempt) Wade dan Tavris (2007) mengatakan emosi sekunder meliputi semua
variasi dan campuran dari emosi, yang mungkin saja berbeda-beda pada tiap budaya. Sejumlah teorikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar (Goleman, 2007), sebagai berikut: a.
Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
b.
Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasiani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
c.
Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, kecut sebagai patologi, fobia dan panik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
d.
Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali dan batas ujungnya, mania.
e.
Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
f.
Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
g.
Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
h.
Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. Dari uraian di atas dapat disimpulkan emosi negatif adalah suatu
pengalaman atau keadaan tidak menyenangkan yang disadari, kompeks, mendalam, mempengaruhi secara fisik dan mental yang menstimulus individu untuk mengekspresikannya dalam tingkah laku yang tampak. Penelitian ini menggunakan lima emosi negatif yang sering digunakan dalam penelitian menurut Lazarus (1991). Lima emosi negatif tersebut adalah marah, sedih, cemas, malu-rasa bersalah dan iri.
B. Regulasi Emosi Sub bab regulasi emosi menyajikan pengertian regulasi emosi, strategi regulasi emosi dan faktor regulasi emosi. 1.
Pengertian Regulasi Emosi Menurut Santrock (2007) pengaturan emosi (emotional regulation) terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dari kemampuan untuk mengatur rangsangan (arousal) dalam rangka beradaptasi dan meraih suatu tujuan secara efektif. Thompson (1994) mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan untuk memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional individu untuk mencapai tujuan individu tersebut. Regulasi emosi juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengontrol ekspresi emosi (Berk, 2008). McDevitt dan Ormord (2002) mendefinisikan regulasi emosi sebagai strategi yang dilakukan anak untuk mengelola situasi yang penuh stress. Penelitian ini menggunakan pengertian regulasi emosi menurut Thompson (1994) dan Berk (2008)
karena peneliti ingin melihat regulasi
emosi yang dilakukan subjek terhadap reaksi emosi.
2.
Indikator Regulasi Emosi Indikator regulasi emosi menurut Thompson (1994) adalah: a.
Memonitor emosi berarti individu menyadari dan memahami
keseluruhan proses yang terjadi di dalam diri, perasaan, dan latar belakang dari tindakannya. Memonitor emosi dapat pula diartikan bahwa individu mampu terhubung dengan emosi-emosi dan pikiran-pikirannya, sehingga individu mampu menamakan setiap emosi yang muncul. Aspek ini merupakan dasar dari seluruh aspek lainnya. b.
Mengevaluasi emosi berarti individu mengelola dan menyeimbangkan
emosi-emosi yang dialaminya. Pengelolaan diutamakan pada emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam, dan benci. Pengelolaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tersebut membuat individu tidak terbawa dan terpengaruh emosi secara mendalam sehingga mampu berpikir rasional. Sebagai contoh, ketika individu mengalami perasaan kecewa dan benci, dia kemudian menerima perasaan tersebut apa adanya, tidak berusaha menolaknya dan berusaha menyeimbangkan emosi tersebut secara konstruktif. Individu tersebut melihat peristiwa yang menimbulkan kekecewaan dan kebencian dari sudut pandang yang lebih positif, mengambil hikmah di balik masalah tersebut, dan mencoba untuk memaafkan diri sendiri atau orang lain yang terlibat dalam masalah tersebut. Ia mampu meredakan kekecewaan dan kebenciannya tersebut, sehingga tidak berlarut-larut dalam kekecewaan dan kebencian. c.
Memodifikasi emosi berarti individu mengubah emosi sehingga
mampu memotivasi diri, terutama ketika individu berada dalam keadaan putus asa, cemas dan marah. Individu menjadi lebih optimis dalam hidupnya. Modifikasi emosi menyebabkan individu mampu bertahan dalam masalah yang membebaninya, terus berjuang ketika menghadapi hambatan yang besar, tidak pernah mudah putus asa serta selalu memiliki harapan. Regulasi emosi menjadi penting bagi individu. Individu dapat efektif melakukan coping terhadap berbagai masalah yang mendorongnya mengalami kecemasan dan depresi. Individu yang mampu meregulasi emosi-emosinya secara efektif, lebih tahan terhadap kecemasan dan depresi. Terutama jika individu mampu mengelola emosi-emosi negatif yang dialaminya seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
perasaan sedih, marah, benci, kecewa, atau frustasi (Goleman, 2007 dan Thompson, 1994).
3.
Strategi Regulasi Emosi Strategi regulasi emosi menyajikan strategi regulasi emosi secara umum
dan strategi regulasi pada anak secara khusus. a. Strategi Regulasi Emosi Strategi-strategi untuk meregulasi emosi menurut Garnefski, Kraaij dan Spinhoven (2001) adalah: 1) Selfblame mengacu kepada pola pikir menyalahkan diri sendiri. Beberapa peneliti menemukan bahwa self blame berhubungan dengan depresi dan pengukuran kesehatan lainnya. 2) Blaming others mengacu pada pola pikir menyalahkan orang lain atas kejadian yang menimpa dirinya. 3) Acceptance mengacu pada pola pikir menerima dan pasrah atas kejadian yang menimpa dirinya. Acceptance merupakan strategi coping yang memiliki hubungan positif dengan pengukuran keoptimisan dan penerimaan diri serta memiliki hubungan yang negatif dengan pengukuran kecemasan. 4) Refocus on planning mengacu pada pemikiran terhadap langkah apa yang harus diambil dalam menghadapi peristiwa negatif yang dialami. Perlu diperhatikan, kalau dimensi ini hanya pada tahap kognitif saja. Refocusing on planning merupakan strategi coping yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
hubungan positif dengan pengukuran keoptimisan dan penerimaan diri serta memiliki hubungan yang negatif dengan pengukuran kecemasan. 5) Positive refocusing adalah kecenderungan individu untuk lebih memikirkan hal-hal yang lebih menyenangkan dan menggembirakan daripada memikirkan situasi yang sedang terjadi. Berfokus pada hal-hal yang positif bisa dianggap membantu pada jangka pendek, namun pada jangka panjang bisa bersifat maladaptif. 6) Rumination or focus on thought adalah apabila individu cenderung selalu memikirkan perasaan yang berhubungan dengan situasi yang sedang terjadi. Rumination cenderung berasosiasi dengan tingkat depresi yang tinggi. 7) Positive reappraisal adalah kecenderungan individu untuk mengambil makna positif dari situasi yang sedang terjadi. Positive reappraisal berasosiasi dengan optimisme dan penerimaan diri serta berkorelasi negatif dengan kecemasan. 8) Putting into perspective adalah kecenderungan individu untuk bertindak acuh (tidak perduli) atau meremehkan suatu keadaan. Konsep ini belum pernah dimasukan dalam pengukuran coping.
9) Catastrophizing mengacu pada pemikiran yang menekankan ketakutan dari peristiwa yang sudah dialami. Secara umum gaya catastrophizing tampaknya terkait dengan maladaptasi, penderitaan emosional dan depresi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b. Strategi Regulasi Emosi pada Anak Anak melakukan beberapa strategi penyesuaian emosional untuk membuat mereka lebih nyaman. Anak-anak mungkin melakukan strategistrategi yang secara umum dilakukan oleh orang dewasa seperti selfblame, blaming others, acceptance, refocus on planning, positive refocusing, rumination or focus on thought, positive reappraisal, putting into perspective dan catastrophizing, meskipun secara khusus anak melakukan strategi regulasi emosi yang khas. Strategi emosi yang biasa dilakukan anakanak (Berk, 2008) adalah: 1)
Membatasi rangsangan yang masuk. Contoh tindakan yang
dilakukan anak adalah memejamkan mata atau menutup telinga. 2)
Berbicara dengan dirinya sendiri. Anak menenangkan dirinya
dengan berbicara pada dirinya sendiri seperti contoh berikut ini, ibu mengatakan bahwa ibu akan pulang sebentar lagi. 3)
Mengubah tujuannya. Contoh tindakan yang dilakukan anak adalah
anak menginginkan sebuah mainan tetapi orang tuanya tidak bisa memenuhi, kemudian anak mengubah permintaannya, dengan harapan permintaan yang baru dapat terpenuhi. Perilaku regulasi emosi yang digunakan oleh anak-anak menurut Bridges, Denham, dan Ganiban (2004) adalah: 1) Mengalihkan perhatian dari objek yang membuatnya stress (displacement).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2) Melakukan aktifitas fisik yang menenangkan (misalnya: menghisap jempol). 3) Mencari kenyamanan dari pengasuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi regulasi emosi yang dilakukan anak-anak adalah membatasi rangsangan yang masuk, berbicara dengan dirinya sendiri, mengubah tujuannya, mengalihkan perhatian dari objek yang membuatnya stress, melakukan aktifitas fisik yang menenangkan serta mencari kenyamanan dari pengasuh.
4.
Faktor Regulasi Emosi Regulasi emosi dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut: a. Kecerdasan emosi Goleman (2007) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Menurut Solovey dan Mayer (2004) kecerdasan emosi adalah kemampuan individu untuk
mengenali,
menggunakan,
mengekspresikan
emosi,
mengikutsertakan emosi sehingga memudahkan ia dalam melakukan proses berpikir, memahami emosi dan pengetahuan mengenai emosi, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
meregulasi emosi untuk mengembangkan emosi dan menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. b. Orang tua Orang tua merupakan salah satu faktor regulasi emosi. Anak belajar melakukan strategi regulasi emosi dengan melihat orang tua mengelola perasaan-perasaan mereka. Kepedulian dan penerimaan orang tua berpengaruh terhadap pengungkapan emosi anak, karena orang tua merupakan sasaran awal pengungkapan emosi pada waktu anak-anak (Retnowati, 2003). Penelitian ini lebih memfokuskan pada faktor orang tua yang mempengaruhi regulasi emosi karena orang tua dilibatkan secara langsung dalam penelitian.
C. Anak Indigo Sub bab ini menyajikan pengertian anak indigo, karakteristik anak indigo, tipe-tipe anak indigo serta emosi negatif pada anak indigo. 1.
Pengertian Anak Indigo Istilah indigo pertama kali dipopulerkan oleh Tape (1982), dalam bukunya
The Colour of Live. Buku tersebut memuat pengelompokan perilaku dan pemetaan kepribadian manusia berdasar warna aura. Tape (1982) dalam penelitiannya menemukan warna aura baru yang belum dimiliki anak-anak sebelumnya adalah indigo. Menurut Carrol dan Tober (2000) anak indigo adalah anak yang menunjukkan seperangkat atribut psikologis baru dan luar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
biasa, serta menunjukkan sebuah pola perilaku yang pada umumnya tidak didokumentasikan sebelumnya. Menurut Chapman (2005) anak indigo adalah generasi baru yang dilahirkan sekarang ini, namanya mengindikasikan warna kehidupan yang dibawa dalam auranya dan menunjukkan cakra mata ketiga, yang mempresentasikan kemampuan intuisi dan batiniah. Cakra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya roda. Mata ketiga karena letaknya di dahi, di antara kedua mata. Cakra mata ketiga mengandung makna sesuatu yang berbentuk seperti roda yang letaknya di dahi, antara kedua mata. Nama-nama lain untuk anak indigo (Kusuma, 2005): a.
Pemimpin-pemimpin “bersorban”
b.
Highly spiritual children
c.
The Super-psychic children
Kusuma (2005), M.H. (2004), serta Senior (2005), mengemukakan anak indigo merupakan anak yang memiliki fisik sama seperti anak-anak lain tetapi batinnya tua (old soul) sehingga tidak jarang ia menampakan sifat yang dewasa. Anak dapat dikatakan indigo melalui beberapa tahapan pemeriksaan yaitu melalui wawancara psikiatri, evaluasi psikologi, evaluasi pedagogi, pencitraan aura serta hipnografi (Kusuma, 2005). Alat yang digunakan dalam pencitraan aura adalah AVS (Aura Video Station) dan aura imaging photon counter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.
Karakteristik Anak Indigo Anak indigo secara fisik memang terlihat sama seperti anak-anak pada
umumnya, tetapi mereka memiliki karakteristik yang unik bila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Karakteristik anak indigo (Kusuma, 2005) adalah: a. Cerdas (superior), karena telah melampaui “generasi biru” (nalar) maka enggan mengikuti tradisi yang tidak rasional dan tidak spiritual. b. Dapat melakukan sesuatu yang belum pernah diajarkan. c. Pembicaraannya jauh melampaui anak sebayanya, sehingga tidak mau bermain seperti mereka. d. Dapat “membaca” perasaan, kemauan dan pikiran orang lain. e. Dapat mengetahui keberadaan mahluk halus. f. Dapat mengetahui yang sudah berlalu dan yang akan datang, termasuk tentang dirinya. g. Lebih tertarik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan dan alam. Sumber lain, Chapman (2005) mengungkapkan anak indigo merupakan anak dengan karakter yang unik, IQ-nya termasuk diatas rata-rata (antara 125130), memiliki bakat yang tinggi, mempunyai empati dan bersikap arif melampaui usia sebenarnya. Anak indigo sering disebut sebagai anak Attention Defisit Disorder disingkat ADD karena mereka memiliki sifat pemberontak terhadap otoritas, tidak patuh, dan terkadang secara emosional sangat ekstrim. Anak indigo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
cenderung tidak mau atau sulit menunggu giliran, mudah kecewa terhadap ritual, atau hal-hal yang tidak membutuhkan pemikiran kreatif (Juanita, 2003).
3.
Tipe-Tipe Anak Indigo Anak indigo memang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Keunikan-
keunikan yang dimiliki anak indigo membuatnya digolongkangkan menjadi empat tipe (Carroll dan Tober, 2006) sebagai berikut: a. Indigo humanis adalah anak indigo yang berorientasi pada manusia. Mereka menyukai pekerjaan yang melibatkan banyak orang. Sejak kecil mereka memiliki kemampuan bicara yang baik. b. Indigo konseptual, anak indigo tipe ini sangat mudah memahami konsep yang rumit dan sulit dimengerti anak-anak, bahkan orang dewasa. c. Indigo artis adalah anak yang memiliki kemampuan artistik luar biasa dalam berbagai bidang seni. d. Indigo interdimensional adalah anak yang kemiliki kepekaan terhadap dunia lain (berkaitan dengan mahluk halus). Mereka memiliki kebijaksanaan yang luar biasa dan pernah menjadi siapa saja di masa lalu.
4.
Emosi Negatif pada Anak Indigo Selain digolongkan menjadi empat macam seperti yang telah dikemukakan
di atas anak indigo juga memiliki emosi negatif. Menurut Dosick dan Dosick
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
(2004), emosi negatif yang dirasakan oleh anak-anak indigo bersumber pada perbedaan yang dialami anak antara ”bagian dalam” (yang diketahui anak secara intuitif) dan “bagian luar” (yang dialami anak di dunia ini). Emosi negatif tersebut adalah: a. Kemarahan Kemarahan merupakan kebutuhan untuk mempertahankan diri sendiri melawan kekerasan pengalaman dunia ini. Seorang anak yang marah mengeluarkan emosi yang hebat, meninju, memilih berkelahi, menolak bergabung atau berpatisipasi dalam kegiatan, menolak bermain menurut peraturan dan bersikap menentang. b. Duka cita Duka cita merupakan perasaan kehilangan yang mendalam. c. Ketakutan Ketakutan merupakan pengalaman berada dalam bahaya karena terlalu kecil (terlalu sedikit). d. Ketidakpercayaan Ketidakpercayaan berarti tidak dapat mengandalkan realitas apapun sebagai hal yang pasti. e. Keputusasaan Keputusasaan menyebabkan anak menyerah, menarik diri, tidak mencoba, tidak mau makan, atau tidur, tidak
mau mengikuti
pengarahan atau peraturan-peraturan, dan menunjukkan kemarahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
f. Penderitaan Penderitaan merupakan keyakinan pada kesendirian. Anak merasa cemas, tertekan, tegang, tidak bisa memusatkan perhatian, mudah frustasi, khawatir dan sulit tidur. g. Rasa malu Anak merasa jengah di hadapan seluruh jagat raya. Perilakunya adalah menarik diri, tidak ingin berpartisipasi, menghukum diri sendiri, dan bersembunyi. h. Ketidakamanan Ketidakamanan menimbulkan perilaku tidak mau lepas dari seseorang, memperlihatkan sifat-sifat kompulsif, memiliki ketakutan-ketakutan, berbohong, membual, melebih-lebihkan dan memhabiskan banyak waktu di dunia hayalan. i. Egoisme Egoisme merupakan ketakutan anak untuk keluar berinteraksi dengan pengalaman sekitarnya. Perilakunya adalah tidak mau berbagi barang atau pikiran atau perasaan, pelit, tertutup, tampak menarik diri, dan mengalami ledakan emosi. j. Kehilangan Kehilangan berarti tidak dapat menemukan hatinya sendiri. Perilakunya adalah tidak mau lepas dari seseorang, lengket, perpegang, terlalu bertanggung jawab dan menjadi “orang tua kecil”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
k. Kepanikan Anak merasa seperti tergantung di udara tanpa ada sesuatu untuk dipegang atau bertahan. l. Perasaan rendah diri Perasaan rendah diri memunculkan keyakinan anak terhadap perasaan bahwa dirinya tidak pernah sebaik Tuhan. m. Kebencian Kebencian memunculkan rasa seolah-olah orang tidak pantas mendapatkan pernyatuan kembali. n. Kejengkelan Kejengkelan memegang kebenaran sebagai respons terhadap kurangnya martabat yang diekspresikan untuk mahluk-mahluk Tuhan. o. Dendam Dendam memunculkan keinginan agar dunia sesuai dengan visi internal. p. Iri hati Iri hati berarti menginginkan apa yang dimiliki oleh para malaikat. q. Perasaan bersalah Perasaan
bersalah
membuat
diri
bertanggung
jawab
atas
kekurangsempurnaan di dunia.
Jika melihat pengelompokan emosi dalam golongan-golongan besar (Goleman, 2007) dan emosi negatif yang digunakan penelitian ini (Lazarus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1991) seperti sudah dikemukakan di atas, emosi negatif pada anak indigo dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. marah: kemarahan, egoisme, dendam, kejengkelan, kebencian b. cemas: ketakutan, ketidakpercayaan, ketidakamanan, kepanikan, rendah diri c. sedih: kehilangan, penderitaan, keputusasaan, duka cita d. malu-rasa bersalah: malu, rasa bersalah e. iri: iri hati
D. Regulasi Emosi Negatif Anak Indigo Regulasi emosi adalah strategi untuk mengelola respon emosional individu dengan cara memonitor, mengevaluasi dan memodifikasinya untuk mencapai tujuan individu tersebut (Thompson, 1994). Individu akan dianggap adaptif bila dapat meregulasi emosinya dengan baik. Anak indigo pada usia akhir masa kanakkanak dituntut untuk dapat mengendalikan emosi-emosinya, terutama emosiemosi negatifnya. Emosi negatif adalah emosi yang tidak menyenangkan sehingga cenderung untuk dihindari (Safaria dan Saputra, 2009). Bentuk-bentuk emosi negatif menurut Lazarus (1991) adalah marah, sedih, cemas, malu-rasa bersalah dan iri. Bentuk-bentuk emosi tersebut yang berusaha dikendalikan oleh anak indigo agar dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya. Anak indigo melakukan strategi untuk mengelola respon-respon negatif tersebut yang sering muncul dalam keadaan penuh streess dan berusaha mengotrol ekpresi emosi negatifnya (Berk, 2008 serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
McDevitt dan Ormord, 2002). Upaya yang dilakukan anak tersebut merupakan regulasi emosi negatif. Anak indigo memiliki karakteristik yang berbeda dari anak seusianya, seperti misalnya cerdas (superior), dapat melakukan sesuatu yang belum diajarkan, pembicaraannya jauh melampai anak seusianya, dapat mengetahui keberadaan mahluk halus, dapat membaca pikiran, kemauan serta perasaan orang lain, tertarik pada hal-hal kemanusiaan dan alam. Namun, karakteristik tersebut dapat mengakibatkan anak indigo menjadi lebih kritis dan kurang dapat berinteraksi dengan anak sebaya. Terhadap otoritas anak indigo cenderung untuk menolak peraturan yang kaku, dan mudah bosan, sedangkan terhadap teman sebaya anak indigo memiliki perbedaaan minat dan pemahaman sehingga anak indigo cenderung enggan bergaul dengan teman sebaya (Chapman, 2005). Dari sumber teori juga diperoleh bahwa anak indigo masih memiliki emosi negatif yaitu kemarahan, duka cita, egoisme, kejengkelan, kebencian, dendam, ketakutan, ketidakpercayaan, ketidakamanan, kepanikan, rendah diri, kehilangan, penderitaan, keputusasaan, malu, rasa bersalah dan iri hati. Anak indigo masih memiliki emosi negatif berarti emosi-emosi tersebut harus diregulasi. Regulasi emosi negatif anak indigo adalah strategi untuk mengelola respon
emosional
yang
tidak
menyenangkan
dengan
cara
memonitor,
mengevaluasi dan memodifikasinya untuk mencapai suatu tujuan yang dilakukan oleh anak indigo. Emosi negatif anak indigo yang diregulasi adalah emosi-emosi negatif anak indigo yang dikelompokkan berdasarkan lima emosi negatif Lazarus yang telah disebutkan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian menyajikan sub bab jenis penelitian, batasan istilah, subjek penelitian, metode pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, metode analisis data dan keabsahan data.
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Shaughnessy, Zechmeister dan Zechmeister, 2007) menghasilkan rangkuman verbal dari temuan-temuan penelitian tanpa rangkuman atau analisis statistik. Data penelitian kualitatif biasanya diperoleh dari wawancara dan observasi, dapat digunakan mendeskripsikan individu-individu, kelompokkelompok serta gerakan-gerakan sosial. Studi kasus menurut Audifax (2008) adalah analisis multiperspektif, dimana peneliti tidak hanya berpegang pada perkataan dan sudut pandang pelaku, tetapi juga kelompok yang memiliki relevansi dengan pelaku dan interaksi di antara mereka. Peneliti mengolah data yang sifatnya deskriptif tentang gambaran regulasi emosi negatif anak indigo.
B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah regulasi emosi negatif anak indigo. Regulasi emosi negatif anak indigo adalah strategi untuk mengelola respon emosional yang 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tidak menyenangkan dengan cara memonitor, mengevaluasi dan memodifikasinya untuk mencapai suatu tujuan yang dilakukan oleh anak indigo. Respon emosional yang tidak menyenangkan tersebut adalah marah, sedih, cemas, malu-rasa bersalah dan iri. Regulasi emosi negatif anak indigo dapat dilihat dari hasil analisis data wawancara yang diakukan oleh peneliti.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah dua orang anak laki-laki yang telah memenuhi syarat indigo berdasarkan pemeriksaan dan rekomendasi dari Pro V Clinic Jakarta. Subjek berusia 8 dan 9 tahun. Anak-anak yang berada pada tahap perkembangan akhir masa kanak-kanak adalah anak berusia 6 sampai dengan 11 tahun (Santrok, 2002; Papalia, 2007). Peneliti memilih kedua subjek ini karena sesuai dengan tujuan penelitian.
D. Metode Pengambilan Data Data penelitian ini diambil dengan metode wawancara, observasi dan pemberian tes grafis. Metode wawancara yang digunakan adalah semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur merupakan perpaduan antara wawancara terstruktur dengan wawancara non terstruktur (Moleong, 2000). Wawancara dilakukan langsung dengan subjek penelitian dan orang tua untuk memperoleh keakuratan data. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan reaksi subjek selama proses wawancara yang dapat mendukung data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
wawancara. Observasi dilakukan di waktu dan tempat yang sama dengan ketika dilakukan wawancara, selain itu observasi dilakukan di dalam kelas Sekolah I Indigo. Peneliti akan mencatat hasil observasi yang dilakukan hari itu juga dalam buku catatan. Tes grafis digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini. Tes grafis digunakan karena dapat memproyeksikan aspek-aspek yang mendasari perilaku manusia (Tim Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, 1992) selain itu alat yang digunakan sederhana dan mudah didapat. Tes grafis dapat melihat tingkat energi, derajat pengontrolan diri, kemampuan mengintergrasikan
pengalaman-pengalaman
serta
kesiapan
dalam
menghadapi masalah-masalah atau kegagalan-kegagalan. Interpretasi tes grafis tersebut telah dikonsultasikan kepada dua orang psikolog. Tes grafis digunakan untuk mengetahui perkembangan kepribadian subjek dalam aspek okupasi atau pekerjaan, emosi dan relasi sosialnya. Hal-hal yang diungkap dalam wawancara adalah sebagai berikut: a.
Latar belakang subjek: 1) identitas subjek 2) latar belakang keluarga 3) riwayat indigo 4) relasi sosial dan sebaya
b. Regulasi emosi negatif: Peneliti membuat daftar atau pedoman pertanyaan untuk melihat regulasi emosi negatif subjek. Pedoman wawancara tersebut dibuat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mengingatkan dan mengontrol apakah data yang ingin digali peneliti sudah ditanyakan atau belum. Table 3.1 Panduan Wawancara Regulasi Emosi Negatif Emosi Negatif
Marah
Data Yang Digali
Pertanyaan
Kesadaran anak terhadap a. Seberapa sering muncul emosi marah yang muncul. rasa marah? b. Seberapa kuat rasa marah yang muncul? c. Apa yang menyebabkan anak marah?
Reaksi anak terhadap rasa a. Apa yang dilakukan anak marahnya saat marah? b. Apa yang dipikirkan anak
setelah marah? c. Apa yang dirasakan anak setelah marah? Regulasi emosi dilakukan anak
Sedih
yang Bagaimana anak meregulasi marahnya?
Kesadaran anak terhadap emosi sedih yang muncul.
a. Seberapa sering muncul rasa sedih? b. Seberapa kuat rasa sedih yang muncul? c. Apa yang menyebabkan anak sedih?
Reaksi anak terhadap rasa sedihnya.
a. Apa yang dilakukan anak saat sedih? b. Apa yang dipikirkan anak setelah sedih? c. Apa yang dirasakan anak setelah sedih?
Regulasi emosi yang dilakukan anak.
Bagaimana anak meregulasi rasa sedihnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Emosi Negatif
Data Yang Digali
Pertanyaan
Kesadaran anak terhadap emosi cemas yang muncul.
a. Seberapa sering muncul rasa cemas? b. Seberapa kuat rasa cemas yang muncul? c. Apa yang menyebabkan anak cemas?
Reaksi anak terhadap rasa cemasnya.
a. Apa yang dilakukan anak ketika cemas? b. Apa yang dipikirkan anak setelah cemas? c. Apa yang dirasakan anak setelah cemas?
Cemas
Regulasi emosi dilakukan anak.
Malu-merasa bersalah
yang Bagaiman anak meregulasi rasa cemasnya?
Kesadaran anak terhadap emosi malu-merasa bersalah yang muncul.
a. Seberapa sering muncul malu-merasa bersalah? b. Seberapa kuat malumerasa bersalah yang muncul? c. Apa yang menyebabkan anak malu-merasa bersalah?
Reaksi anak terhadap rasa malu-merasa bersalahnya.
a. Apa yang dilakukan anak ketika malu-merasa bersalah? b. Apa yang dipikirkan anak setelah mlu-merasa bersalah. c. Apa yang dirasakan anak setelah malu-merasa bersalah.
Regulasi emosi dilakukan anak.
yang Bagaimana anak meregulasi rasa malu-merasa bersalah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Emosi Negatif
Iri
Data Yang Digali Pertanyaan Kesadaran anak terhadap a. Seberapa sering muncul emosi iri yang muncul. rasa iri? b. Seberapa kuat rasa iri yang muncul? c. Apa yang menyebabkan anak iri?
Reaksi anak terhadap rasa a. Apa yang dilakukan anak ketika iri? irinya.
b. Apa yang dipikirkan anak setelah iri? c. Apa yang dirasakan anak setelah iri? Regulasi emosi dilakukan anak.
yang Bagaimana anak meregulasi rasa irinya?
Panduan wawancara di atas juga digunakan untuk memperoleh data pendukung dari orang tua subjek penelitian.
E. Prosedur Pengumpulan Data Pada tahap awal sebelum bertemu subjek, peneliti dua kali menghubungi Pro V Clinic untuk melakukan wawancara dengan Dr. Erwin Kusuma, memberikan surat ijin penelitian kepada klinik, mengutarakan maksud dan tujuan penelitian serta meminta rekomendasi klinik untuk mendapatkan subjek berdasarkan pemeriksaan klinik (memenuhi syarat indigo). Selanjutnya, peneliti menghubungi orang tua subjek untuk meminta persetujuan dan mengutarakan maksud penelitian. Peneliti melakukan pendekatan awal kepada subjek. Prosedur pengambilan data sebagai berikut: 1. Peneliti memperkenalkan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2. Peneliti memberikan gambaran tentang maksud dan tujuan penelitian. 3. Peneliti menanyakan kesediaan calon subjek penelitian. Peneliti juga mengkonfirmasikan bahwa subjek berhak menentukan sendiri apakah identitasnya akan dirahasiakan atau tidak. 4. Peneliti
menetapkan
waktu
dan
tempat
wawancara
berdasarkan
kesepakatan dengan subjek penelitian. 5. Peneliti meminta kesediaan subjek untuk direkam (secara audio) selama proses wawancara dan mencatat hal-hal yang penting selama wawancara dan observasi berlangsung. 6. Peneliti melakukan pengambilan data berupa wawancara, observasi dan pemberian tes grafis. 7. Peneliti menyusun laporan. Pengambilan data dilakukan di tempat tinggal subjek, tempat usaha orang tua subjek dan Sekolah I Indigo.
F. Metode Analisis Data Peneliti melakukan analisis thematic transkrip wawancara. Hasil analisis berupa tema-tema khusus yang mendeskripsikan regulasi emosi negatif pada anak indigo. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Organisasi Data Pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan mengorganisasikan data. Dengan data kualitatif yang sangat beragam dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan datanya dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin. Organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan dan menyimpan data analisis yang berkaitan dengan penyelesaian penelitian (Poerwandari, 2005). Data-data yang akan diorganisasikan dalam penelitian ini antara lain: a.
Data mentah (catatan lapangan, kaset, atau catatan hasil wawancara dan observasi serta hasil tes grafis).
b.
Data yang sudah diproses (verbatim wawancara, transkrip observasi dan interpretasi tes grafis).
c.
Data yang sudah ditandai kode-kode spesifik dan kesimpulan grafis yang sudah dikonsultasikan kepada 2 psikolog.
2. Pengkodean (koding) Pengkodean dilakukan untuk mengorganisasikan dan memaparkan data secara lengkap dan mendetail sehingga dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2005). Pengkodean yang dilakukan adalah pengkodean terbuka (open coding). Pengkodean terbuka adalah pengkodean yang berkaitan dengan pemberian nama dan pengelompokan fenomena melalui pemeriksaan data yang cermat. Langkah-langkah pengkodean meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
a.
Peneliti menyusun transkrip wawancara, catatan observasi, dengan memberikan kolom kosong yang cukup besar di sebelah kanan dan kiri transkrip. Kolom ini digunakan untuk membubuhkan kode dan catatan-catatan tertentu di atas transkrip tersebut.
b.
Peneliti memberikan penomoran secara urut pada baris transkrip wawancara dan catatan observasi.
c.
Peneliti memberi nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu yang dapat mewakili berkas tersebut. Terdapat tiga kode yang digunakan
dalam
penelitian
ini.
Pengkodean
penelitian
ini
dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut: 1) Pengkodean transkrip wawancara subjek, yaitu: Subjek ke- , wawancara ke-, baris ke-, contoh: S1, W1, sb 9 (Subjek pertama, wawancara pertama sub baris 9). 2) Pengkodean transkrip wawancara significant others (ibu subjek), yaitu: subjek ke-, wawancara significant others ke-, baris ke-, contoh: S1, WS, O1 sb 6 (subjek pertama, wawancara significant others pertama, sub baris 6). 3) Pengkodean observasi, yaitu: Observasi subjek ke-, observasi ke-, baris ke-, contoh: S1, O1, sb 14 (observasi subjek pertama, observasi pertama, sub baris 14). Selain pemberian kode pada masing-masing berkas verbatim wawancara dan observasi, pengkodean juga dilakukan dalam melakukan analisis data. Data tes grafis dianalis dengan menginterpretasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Table 3.2 Koding dalam Wawancara Latar Belakang Subjek No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Kode KS HS HK PA Pk K RI Psi PE ED Bj LS IT Akd
Keterangan Kegiatan Sehari-hari Hubungan Sosial Hubungan Keluarga Pola Asuh Pola komunikasi Kemampuan Riwayat indigo Perasaan sebagai indigo Pengertian Emosi Emosi Dominan Bijak Lingkungan sosial Info tambahan Akademik
Table 3.3 Koding dalam Wawancara Regulasi Emosi Negatif No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Kode Sb Bo Ac Rop Pr Rft Pre Pip Ct Mr Bs Ut Ap
14.
Af
15.
Cp
16. 17. 18.
ME EE MdE
Keterangan self blame blaming others acceptance refocus on planing positive refocusing rumination or focus on thought positive reappraisal putting into perspective catastrophizing membatasi rangsang yang masuk berbicara dengan dirinya sendiri mengubah tujuan mengalihkan perhatian dari objek yang membuat stress melakukan aktivitas fisik yang menenangkan mencari kenyamanan pada pengasuh Memonitor Emosi Evaluasi Emosi Modifikasi Emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
G. Keabsahan Data Kredibilitas dan validitas penelitian ini menggunakan trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Moleong (2000) membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Trianggulasi yang akan digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah trianggulasi dengan sumber. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan: 1) Peneliti membandingkan data hasil wawancara subjek dengan hasil wawancara orang tua. 2) Peneliti membandingkan apa yang diperoleh dari hasil wawancara dengan hasil kesimpulan tes grafis subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan menyajikan pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.
A. Pelaksanaan Penelitian Data penelitian diperoleh dengan melakukan tiga metode pengambilan data, yaitu melalui wawancara (data utama), observasi serta tes grafis (data penunjang). Wawancara dilakukan antara tanggal 12 Januari 2010, hingga 31 Januari 2010, dan disesuaikan berdasarkan kesepakatan waktu dengan subjek beserta orang tuannya. Rincian pelaksanaan penelitian dijabarkan dalam tabel ringkasan waktu dan tempat pelaksanaan penelitian berikut ini:
Tabel 4.1 Ringkasan Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
No.
Subjek
1.
-
Waktu Penelitian Sabtu, 12 Desember 2009
Tempat Penelitian
Pro V Clinic
40
Kegiatan menghubungi pihak klinik, pembaharuan ijin penelitian (sebelumnya 12 Maret 2008) dan kesiapan pengambilan data serta meminta referensi subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2.
I
No.
Subjek
2.
3.
Jumat, 7 Januari 2010
Waktu Penelitian Selasa, 12 Januari 2010
Tempat Penelitian
Sabtu, 16 Januari 2010 Minggu, 24 Januari 2010 Sabtu, 30 Januari 2010 Kamis, 21 Januari 2010
di tempat usaha orang tua di tempat usaha orang tua Sekolah I Indigo di rumah kakek subjek
bertemu orang tua subjek memohon ijin dan survey
Jumat, 22 Januari 2010
di rumah kakek subjek (pagi) di rumah kakek subjek (malam)
Jumat, 29 Januari 2010
di rumah kakek subjek di dalam perjalanan menuju Sekolah I Indigo
wawancara dengan orang tua subjek (ibu) wawancara dan observasi pertama subjek wawancara dan observasi kedua observasi ketiga
I
II
bertemu orang tua subjek, memohon ijin dan survey
Sabtu, 30 Januari 2010
di tempat usaha orang tua
Kegiatan wawancara dan observasi pertama subjek, serta wawancara orang tua subjek (ibu) wawancara dan observasi ke dua wawancara dan observasi ke tiga observasi subjek
Sekolah I Indigo
observasi subjek
B. Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi subjek penelitian disajikan mengikuti subjek penelitian dengan identitas yang disamarkan untuk menjaga kerahasiaan subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1. Subjek 1 Sub sub-bab ini menyajikan identitas subjek dan latar belakang subjek. a. Identitas Subjek Nama
: Pr
Usia
: 9 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 21 Agustus 2000 Urutan lahir
: Bungsu dari empat bersaudara
Hobi
: main catur, computer, basket dan taekwondo
Tipe keindigoan
: humanis dan interdimensional
Nama ayah
: AC
Pekerjaan ayah
: wiraswasta (pendidikan)
Nama ibu
: PP
Pekerjaan ibu
: wiraswasta (pendidikan)
b. Latar Belakang Subjek Latar belakang subjek menyajikan latar belakang kehidupan subjek, latar belakang keindigoan subjek dan kesimpulan tes grafis subjek. 1) Latar Belakang Kehidupan Subjek Subjek adalah anak yang ramah. Ia menyapa lebih dahulu orang yang dikenalnya. Sehari-hari sepulang sekolah, ia tidak langsung pulang ke rumah tetapi terlebih dahulu ke tempat usaha milik orang tuanya di salah satu mall. Orang tua subjek memiliki usaha membina minat serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
bakat anak di bidang olah raga (bela diri khususnya) dan seni di tempat tersebut. Di sanalah biasanya subjek menghabiskan waktu untuk belajar, mengerjakan tugas-tugas sekolah dan bermain. Dia juga senang sekali membaca buku di tempat usaha sebelahnya atau mengajak penjaganya bermain catur bersama, tetapi hal yang paling digemarinya adalah bermain komputer, biasanya kalau sudah asik dia lupa mengerjakan tugas sehingga harus diingatkan oleh ibunya. Menurut ibunya, subjek termasuk pribadi yang sangat tertutup, perasaannya sangat halus. Subjek sangat sedih bila memperoleh penglihatan tentang bencana alam, seperti ketika akan terjadi gempa di Padang. Kesedihan itu bisa dirasakan berhari-hari sehingga ia terlihat sangat gelisah. Subjek biasanya menceritakan apa yang dilihat kepada ibunya. Subjek juga pernah merasa sangat marah, hingga membuat mobil yang ditumpangi tiba-tiba mogok setelah subjek berteriak. Subjek lupa apa yang menyebabkan ia begitu marah, tetapi menurut ibunya subjek marah karena ayahnya tidak percaya dan menuduhnya berbohong. Subjek sangat senang membaca, terutama membaca tentang anatomi tubuh manusia. Bahkan ia dapat dengan cepat memahami cara kerja organ-organ
tubuh
tersebut.
Kegemaran
subjek
akan
komputer
membuatnya dapat membuka password orang lain. Kemampuan tersebut didapat dengan mencoba-coba sendiri tanpa diberi tahu pemiliknya. Kakak laki-laki subjek sering merasa kesal karena beberapa kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
password-nya berhasil dibuka. Setiap Sabtu dua minggu sekali subjek biasanya sekolah di Sekolah I Indigo. Subjek sangat dekat dengan ibu dan kakak sulungnya, Rt, yang juga indigo. Subjek merasa nyaman berada di dekat Rt karena subjek merasa Rt bisa memahami subjek. Subjek sering merasa jengkel terhadap kedua kakak yang lain, Ag dan An, karena mereka sering mengganggu subjek dengan keisengannya. Subjek lebih banyak bermasalah dengan guru dibandingkan teman sebayanya di sekolah. Subjek sering tidak sekolah karena harus mengobati orang yang sangat membutuhkannya, tetapi guru subjek tidak mau mengerti. Subjek sering dimarahi atau disindir oleh gurunya. Hal tersebut sering kali membuat subjek merasa jengkel, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mempertahankan pendapatnya. Subjek merasa gurunya tidak pernah mempercayai penjelasannya mengenai peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Hal tersebut membuat subjek memilih untuk diam karena tidak ingin memperpanjang masalah. Subjek merasa tidak mungkin melawan gurunya meskipun dia benar. Subjek tidak pernah bermain dengan tetangganya, karena selain ibunya tidak membiasakan ia untuk nangga (bermain ke tempat tetangga), biasanya ia sampai dirumah sudah malam dan langsung tidur. Subjek baru pindah beberapa bulan yang lalu sehingga belum banyak mengenal tetangganya. Di lingkungan rumah yang lama subjek juga jarang bermain dengan teman sebaya di sekitar rumahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Di keluarga, orang tua subjek menerapkan komunikasi dua arah dalam mengasuh putra dan putrinya. Ibu subjek menjelaskan bahwa memperlakukan anak indigo memang harus berbeda dari memperlakukan anak yang tidak indigo, tetapi tidak berarti mengistimewakan anak indigo. Pendekatan yang dilakukan orang tua subjek pada anaknya yang indigo lebih banyak berbagi dan diskusi. Orang tua subjek cenderung memberikan gambaran dampak positif dan negatif dari tindakan yang akan diambil, kemudian anak yang tetap menentukan pilihan dan harus siap menghadapi konsekuensi dari keputusannya itu. Orang tua subjek memahami bahwa anak indigo tidak dapat didoktrin karena mereka bisa marah, tetapi anak indigo tetap harus diberi batasan-batasan untuk bertindak sehingga lebih terarah. Orang tua subjek memberikan doktrin yang lebih ketat kepada anak-anaknya yang tidak indigo.
2) Latar Belakang Keindigoan Subjek Subjek dilahirkan melalui proses normal meskipun ibunya harus mengalami pendarahan pasca melahirkan. Subjek dilahirkan dengan proses yang tidak mudah karena ibu subjek sempat urus-urus sebanyak tiga belas kali sebelum melahirkan. Subjek lahir bungkus seperti kedua kakaknya yang lain. Ibu subjek merasakan setengah mati kala melahirkan subjek karena kehabisan tenaga, untunglah waktu itu subjek bisa lahir dengan selamat. Bayi yang lahir bungkus menurut mitos orang Jawa pertanda yang bagus, terlebih kalau memotong bungkus yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
menyelubungi itu dengan pari (padi), maka maknanya akan lebih baik. Sebelum melahirkan ibu subjek tidak mendapat firasat apapun kalau akan melahirkan anak indigo. Keistimewaan subjek mulai tampak ketika subjek berusia 6 bulan, subjek mulai mencari lantai dan tidur sampai pagi. Subjek tidak mau berbicara sampai usia 3 tahun kecuali subjek memang harus bicara. Dokter menyatakan tidak ada hambatan bicara yang dialami subjek, tetapi mungkin subjek bayi tirakat. Subjek memiliki kemampuan melihat dan berteman dengan mahluk halus. Pada awalnya keluarga menganggap normal anak-anak dapat melihat mahluk halus. Menurut keluarganya kemampuan tersebut akan hilang setelah usia anak 5 tahun. Ternyata kemampuan tersebut tidak hilang, bahkan semakin lama subjek mampu menemukan cara sendiri untuk meng-on atau off jika melihat mahluk halus, hanya dengan berdiam diri sejenak. Subjek dapat menyembuhkan dirinya sendiri ketika sakit dengan cara tidur di lantai. Kemampuan subjek berkembang lagi dengan dapat meramalkan kejadian alam, menguasai ilmu pengobatan, serta telepati. Semua itu di dapatkan begitu saja tanpa proses belajar secara khusus. Ketika menyembuhkan orang biasanya subjek akan mendapat bisikan dari Tuhan apakah orang tersebut bisa disembuhkan atau tidak. Biasanya ada batasan waktu untuk mengobati orang yang sakit, tergantung dengan parah tidaknya penyakit yang diderita orang tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Subjek dibawa ke Pro V Clinic, atas rekomendasi dari teman ibunya. Setelah menjalani beberapa pemeriksaan oleh Dr. Erwin Kusuma subjek dinyatakan sebagai anak indigo, tipe dimensional dan humanis. Setelah mengetahui dirinya digolongkan sebagai anak indigo, subjek tidak merasa adanya perbedaan. Subjek tetap melakukan aktifitasnya dan bersikap seperti biasanya.
3) Kesimpulan Tes Grafis Subjek memiliki sifat dominan serta keinginan untuk menunjukkan diri. Subjek memiliki intelektual dan kemampuan merencanakan sesuatu dengan baik, penyesuaian dirinya cukup baik, akan tetapi kurang memiliki daya juang. Subjek tidak menyukai hal yang rumit. Subjek memiliki hambatan terutama dalam hal belajar. Serba ingin tahu, namun tidak jelas tujuannya. Merasa tidak mampu mencapai hasil dan mencoba menutupi kekurangan. Subjek memiliki keinginan meraih sesuatu sehingga berusaha memberikan yang terbaik. Terkadang muncul rasa curiga subjek terhadap orang lain sebab ia masih merasa kurang mampu dengan dirinya. Potensi subjek akan optimal jika merasa nyaman sehinga ia membutuhkan suasana yang mendukung. Subjek secara emosi masih mudah terpengaruh gangguan dari lingkungan, namun masih relatif stabil untuk anak-anak. Emosi subjek tampaknya cukup stabil, tetapi dalam hal-hal tertentu masih ada indikasi kurang bisa mengontrol perasaannya meskipun masih dalam kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
wajar. Subjek cenderung bertindak secara spontan, dorongan tidak terhambat, memiliki suasana hati yang hidup, bertingkah laku sesuai keinginannya, secara pasif suka menikmati keadaan dan mudah didominasi oleh drive nya (ketidaksadarannya). Keadaan tersebut membuat subjek mudah marah. Di sisi lain, ada rasa tidak aman, kurang yakin pada diri sendiri. Subjek memiliki perasaan bersalah sehingga ada kecenderungan minder atau rendah diri. Subjek terkadang merasa cemas atau gelisah. Subjek berkeinginan untuk realistis dengan hal-hal yang nyata sehari-hari. Subjek terkadang tidak mau mendengar hal-hal yang tidak dimengerti oleh dirinya sendiri. Subjek mudah bergaul, tampak stabil, dan mempunyai keseimbangan sikap sosial. Subjek dapat menyesuaikan diri, ia suka menyenangkan dan menolong orang lain. Tetapi subjek memiliki kecenderungan membatasi diri, sukar dapat mengerti, dan memiliki sifat egosentris. Subjek memiliki perasaan tidak pasti, serta perasaan tertekan dalam berhubungan dengan lingkungan. Subjek merasa tidak aman dengan kritik dan pendapat orang lain. Subjek menganggap keluarga berperan besar, namun menganggap diri kurang begitu penting atau kurang berperan dalam keluarga. Subjek merasa kurang dipercaya dan kurang berharga. Subjek memiliki ketergantungan serta kebutuhan terhadap rasa aman dari keluarga. Subjek memiliki keinginan melakukan hubungan dengan orang lain hanya saja ia masih tertutup. Subjek cukup dekat dengan ibunya, tetapi ia juga memiliki kebutuhan untuk dekat dengan ayah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2. Subjek II Sub sub-bab ini akan menyajikan identitas subjek dan latar belakang subjek. a. Identitas Subjek Nama
: Rm
Usia
: 8 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 28 November 2001 Urutan lahir
: sulung dari 3 bersaudara
Hobi
: main bola, sepeda dan main komputer
Tipe keindigoan
: konseptual dan interdimensional
Nama ayah
: BI
Pekerjaan ayah
: TNI AD
Nama ibu
: RP
Pekerjaan ibu
: Ibu rumah tangga
b. Latar Belakang Subjek Latar belakang subjek menyajikan latar belakang kehidupan subjek, latar belakang keindigoan subjek dan kesimpulan tes grafis subjek. 1) Latar Belakang Kehidupan Subjek Subjek adalah anak yang kritis, pembawaannya terlihat dewasa dan sopan. Subjek mengamati orang yang baru dikenal baik-baik seperti memastikan orang tersebut tidak membahayakan, sikap seperti ini membuat subjek terkesan selalu waspada. Subjek terkadang terlihat sangat emosional ketika berhadapan dengan Bg, adik laki-lakinya, atau teman-teman yang mengganggunya. Subjek pernah dianggap kesurupan karena menghajar 5 orang teman sampai masuk UKS karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mengganggu subjek dan teman-teman lainnya. Dari kecil Rm termasuk anak yang agak tertutup, tidak semua hal diceritakan. Subjek menyaring sendiri apa yang harus dibicarakan dan apa yang tidak. Subjek tampak sekali memiliki ambisi yang besar di bidang akademis. Subjek termasuk anak yang pandai di sekolah. Selain berprestasi di kelas ia juga sering mewakili sekolah untuk olimpiade saintce. Selain sekolah, subjek mengikuti les KUMON dari Senin sampai Jumat, mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu adalah hari bebas baginya untuk bermain komputer. Hari bebas ini sangat di manfaatkannya untuk bermain atau berjalan-jalan dengan keluarga, karena di hari-hari biasa ia harus belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolah ataupun tugas les. Kalau ada les, subjek baru sekitar jam dua siang sampai di rumah. Subjek sudah lelah sekali. Setiap Sabtu dua minggu sekali subjek biasanya sekolah di Sekolah I Indigo. Subjek sangat dekat dengan ibunya, apalagi ia harus tinggal jauh dari ayahnya yang bertugas sebagai TNI AD di luar kota, sehingga ia hanya bisa bertemu 5-8 bulan sekali saja. Aki (kakek) adalah figur pengganti ayah baginya, ia juga sering bertukar pikiran dengan akinya itu. Sedangkan nien (nenek) lebih memanjakan Bg, adik laki-lakinya. Bg adalah golden boy bagi nein. Hal tersebut membuat Rm sering merasa iri terhadap adiknya. Subjek terlihat lebih sayang dan melindungi Ky, adik perempuannya yang masih bayi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Rm dibesarkan dalam lingkungan keluarga ABRI, selain ayah, aki dan om-omnya anggota TNI AD, AU dan AL. Lingkungan tersebut membuat subjek terbiasa dengan pola asuh yang disiplin serta aturanaturan meskipun tidak otoriter. Subjek tetap diberi kebebasan untuk memilih apa yang dikehendaki, termasuk tempat bersekolah serta lingkungan bergaul. Subjek adalah cucu tertua dalam keluarga besarnya, sehingga ia lebih ngemong terhadap saudara-saudara sepupunya. Subjek tidak memiliki masalah dalam sosialisasinya, karena ia bisa bergaul dengan teman seusia maupun yang lebih dewasa darinya. Terkadang subjek merasa lebih nyaman berbincang-bincang dengan orang yang lebih tua karena merasa lebih dipahami. Ketika masih tinggal di Bandung bersama ayah dan ibunya, subjek sering bermain dengan teman-teman sekitar rumahnya. Namun, kebiasaan itu tidak lagi dilakukan setelah tinggal di rumah aki (kakeknya) di Jakarta. Subjek pulang dari les sudah sore dan tidak ada teman seusia yang tinggal disekitar rumah akinya. Sekitar tempat tinggal akinya relatif sepi dan jarang sekali terlihat orang bermain di luar rumah, meskipun itu adalah perumahan.
2) Latar belakang Keindigoan Subjek Subjek baru diketahui indigo setelah di bawa ke Pro V Clinic. Waktu subjek umur 1 tahun orang tuanya belum mengetahui kalau dia indigo. Waktu itu, kakak ibunya yang penerbang akan berangkat untuk bertugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tiba-tiba Rm menahan, ia berusaha menahan kaki omnya itu sambil menangis, padahal di luar jemputan omnya sudah datang. Akhirnya om subjek terlambat selama 1 jam sehingga sudah digantikan untuk penerbangan. Akhirnya di switch tidak jadi ke Solo tapi ke Kuala Lumpur. Ternyata dalam perjalanan pesawat yang semula harus diterbangkan om subjek kecelakaan dan jatuh di Solo. Rm dapat meramalkan dengan tepat beberapa kejadian. Awalnya keluarga meyakini kejadian tersebut tidak mungkin terjadi, tapi nyatanya terjadi juga. Subjek bisa melihat mahluk halus. Subjek yang kurang terbuka tidak bercerita yang dilihatnya kepada siapa pun. Setelah berusia hampir 5 tahun subjek mulai bercerita mengenai apa yang dilihatnya, meskipun tidak seketika itu juga. Selain itu Rm biasa memvisualisasikan mengenai apa yang dilihatnya melalui gambar. Seperti ketika akan terjadi musibah banjir besar, subjek hanya menggambar kota yang terendam air. Rm pun sering melakukan jelajah ruang. Subjek pernah dibawa ke dokter tapi dinyatakan tidak sakit dan dirujuk ke psikiater di Bandung, dirujuk ke Psikolog lalu akhirnya ke Dr. Erwin Kusuma. Waktu akan melahirkan Rm, ibunya harus bed rest selama 5 bulan, dalam usia kandungan 4-9 bulan, karena mengalami perdarahan (placenta trivia). Ibu subjek u hanya full berdoa, dan dzikir agar diberi keselamatan. Waktu dilahirkan posisi subjek terlilit 7 lilitan tali pusar, jantungnya sempat berhenti. Beruntung setelah dikeluarkan saat sholat subuh, bayinya menangis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3) Kesimpulan Tes Grafis Subjek memiliki intelektual dan kemampuan perencanaan yang baik. Selain itu subjek memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan vitalitas atau energy yang besar. Dorongan yang ada di dalam dirinya cukup untuk meraih atau melakukan sesuatu yang subjek inginkan. Ada indikasi terkadang semaunya sendiri. Ambisius, idealis, kurang realistis, serta menekankan dunia harapan. Keyakinan diri dan kemauan subjek kuat. Subjek berfikir segala sesuatu dengan sudut pandangnya. Penuntut, dominan, dan cenderung menentang kekuasaan. Subjek memiliki perasaan kurang mampu namun berusaha ditutupi. Secara emosi, masih sangat reaktif atau impulsif, mudah terpengaruh dan dikuasai emosi. Subjek masih kurang matang dan belum dapat mengendalikan dorongan. Suasana hati gembira, spontan, bebas, berperilaku sekehendak hatinya sendiri, namun juga mudah marah. Subjek lebih mengutamakan kebebasan. Ia berusaha tetap bersikap baik walaupun tidak dapat menerima. Subjek
dapat
mengalami
konflik
dengan
lingkungan.
Ada
ketegangan dalam diri serta rasa cemas terkait dengan penerimaan dari lingkungan. Subjek memiliki kebutuhan untuk diyakinkan bahwa apa yang ia pilih itu benar dan didukung. Subjek bisa melakukan aktifitas dengan cukup energik sehari-hari, hal ini didukung oleh dorongannya yang spontan dan cenderung stabil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dalam relasi sosial, subjek mudah bergaul namun masih egosentris dan membatasi diri. Subjek merasa dirinya penting, memiliki kemauan yang keras tanpa mengindahkan perasaan sesame, sibuk sendiri dan mengagumi diri sendiri. Subjek kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, cenderung bermusuhan. Subjek ingin bebas, dan menolak pendapat atau kritik orang lain. Di sisi lain, masih ada ketergantungan, mengharapkan perhatian dan perlindungan, terutama dari keluarga. Subjek merasa kurang mendapat penerimaan dari keluarga. Figur otoritas kurang berperan atau kehadirannya dirasakan kurang dalam keluarga. Subjek memiliki hubungan yang sangat baik dengan ibu, daripada ayah. Subjek cukup sensitif terhadap sesuatu hal terlebih untuk sesuatu yang kurang dia mengerti.
Subjek mempunyai kebutuhan untuk didukung orang lain. Upaya menyenangkan orang lain membuat subjek dapat menyesuaikan diri.
C. Hasil Penelitian Hasil penelitian regulasi emosi negatif ini menyajikan ringkasan dan uraian mengenai regulasi emosi yang dilakukan masing-masing subjek pada setiap emosi negatif marah, sedih, cemas, malu-rasa bersalah serta iri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Table 4.2 Ringkasan Hasil Penelitian No.
1.
Indikator dan Strategi Regulasi Emosi Memonitor (indikator)
Emosi Negatif
Subjek I
Marah
a. Sering marah secara kuat b. Tidak lama c. Penyebab: - Terus-menerus diganggu teman - Terus-menerus diejek ayahnya - Sering disalahkan guru d. Secara verbal mengomel dan teriak, secara fisik berkelahi. e. Dampak merasa tidak nyaman a. Jarang sedih, tetapi sekali sedih kuat b. Berlangsung lama c. Penyebab, melihat gambaran bencana alam dan banyak orang meninggal yang akan terjadi d. Dampak merasa tidak nyaman a. Jarang cemas, sekali cemas kuat b. Lama tidaknya tergantung proses pengobatan yang dilakukan c. Penyebab khawatir melewati batas waktu penyembuhan yang diberikan Tuhan
Sedih
Cemas
Subjek II
a. Rasa marahnya kuat b. Tidak lama c. Penyebab marah ketidakadilan di sekolah d. Secara fisik berkelahi e. Dampak sedih
adalah
a. Tertutup dengan kesedihannya, monitor tidak sempurna b. Penyebab: - kesedihan tidak dimengerti orang lain - Badan sakit waktu marah a. Kecemasan kuat b. Penyebab menghadapi UTS, tidak yakin mendapat nilai bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
No.
1.
Indikator dan Strategi Regulasi Emosi Memonitor (indikator)
Emosi Negatif Malu-rasa bersalah
Iri
2.
Mengevaluasi (indikator)
Marah
Subjek I
a. Tidak pernah malu tetapi pernah merasa bersalah. b. Rasa bersalahnya kuat c. Penyebab: - Orang alin celaka karena keisengannya - Tidak berhasil menyembuhkan penyakit orang lain d. Dampaknya subjek menjadi sedih a. Merasa tidak pernah iri tapi pernah ingin memiliki yang dimiliki teman. b. Penyebab iri benda berupa Nitendo DS. c. Ingin memiliki Nitendo DS karena banyak teman yang memiliki. a. Marah dengan teman diseimbangkan dengan memaafkan teman b. Marah dengan ayah dieimbangkan dengan menahan supaya tidak berteriak c. Kesal dengan guru diseimbangkan dengan diam, menahan kekesalannya.
Subjek II
a. Emosi yang dirasakan kuat b. Berlangsung lama c. Penyababnya adalah marah kepada ibunya, meskipun subjek yang benar tapi ia merasa salah d. Masih muncul, tetapi tidak sekuat dulu a. Iri kuat b. Berlangsung lama c. Penyebab nenek lebih adiknya, meskipun salah.
membela
Marah diseimbangkan dengan menggambar, membuat kertas lipat (kalau dirumah) dan mengetuk-ketukan penghapus di meja perlahan-lahan (di sekolah) sehingga bisa mengatur perasaannya menjadi lebih tenang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
No.
2.
Indikator dan Strategi Regulasi Emosi Mengevaluasi (indikator)
Emosi Negatif Sedih
Cemas Malu-rasa bersalah Iri 3.
Memodifikasi (indikator)
Marah Sedih Cemas
Subjek I
Sedih diseimbangkan dengan memasrahkan apa yang akan terjadi kepada kehendak Tuhan, memikirkan apa yang dapat subjek dilakukan, berdoa, memikirkan hal yang lain, mengerjakan PR serta mencurahkan perasaan kepada ibu. Cemas diseimbangkan dengan percaya Tuhan selalu melindungi. Rasa bersalh subjek diseimbangkan dengan berpura-pura tidak sedih dan berpikir bahwa semua yang sudah berlalu tidak bisa diulangi, itu sudah waktunya menurut Tuhan. Iri diseimbangkan dengan menerima belum, tidak atau sudah dibelikan Nitendo DS. belum tampak
Subjek II
Menyeimbangkan menahannya.
kesedihan
dengan
Menyeimbangkan kecemasan dengan berdoa sambil terus berusaha mengerjakan soal-soal UTS. Rasa bersalah diseimbangkan dengan menghindari hal-hal yang mengingatkan kejadian, mengetukkan tangan di meja untuk menenangkan emosi menjauhi adiknya, jalan-jalan, main, sharing dan menjalankan nasehat ibu belum tergali
Memodifikasi pikiran untuk mendekatkan belum tampak diri kepada Tuhan dan memodifikasi perilaku sehingga termotivasi mengerjakan PR. optimis dan tidak putus asa melanjutkan Berhasil memodifikasi secara kognitif, pengobatan mengubah kecemasan menjadi semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
No.
3.
Indikator dan Strategi Regulasi Emosi Memodifikasi (indikator)
Emosi Negatif Malu-rasa bersalah Iri
4.
Strategi regulasi emosi
Marah
Sedih
Subjek I
Subjek II
Rasa bersalah berhasil dimodifikasi. Subjek Modifikasi dilakukan mngubah rasa termotifasi untuk berpikir rasional bahwa untuk memotifasi berjuang kejadian sudah berlalu tidak dapat diulang. menyetabilkan rasa bersalah, tapi belum berhasil. berhasil memodifikasi pikirannya dengan Optimis untuk tetap menjalankan berpikir keinginannya bukan sebuah keiriian, nasehat ibunya. subjek menerima dapat atau tidak memiliki Nitendo DS. a. Menganggap dirinya menyebabkan a. Menggambar dan membuat kertas mobil mogok (selfblame) lipat (mengalihkan perhatian dari b. Mencari kenyamanan pengasuh dengan objek yang membuat marah/ menceritakan perasaan kekesalannya displacement) kepada ibu b. Mengetuk-ketukan penghapus di meja (melakukan kegiatan fisik yang menenangkan). a. Berdoa meminta Tuhan menghindarkan bencana alam yang dilihat dari gambaran belum tampak seperti film (acceptance) b. Memikirkan apa yang dapat dilakukan (refocus on planning) c. Meditasi (melakukan kegiatan fisik yang menenangkan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
No.
Indikator dan Strategi Regulasi Emosi
Emosi Negatif
4.
Strategi regulasi emosi
Sedih
d. Berusaha memikirkan yang lain seperti mengerjakan PR (mengalihkan perhatian dari objek stres/ displacement) e. Mencari kenyamanan pengasuh dengan menceritakan perasaan dan gambaran bencana yang dilihatnya kepada ibu
Cemas
Pasrah kepada Tuhan harus mengulang a. Berdoa sampai berhasil (positive pengobatan atau tinggal meneruskan saja reappraisal) (acceptance) b. Berbicara pada diri sendiri untuk tetap kuat dan tidak menyerah a. Memsrahkan kepada kehendak Tuhan a. Tidak mengingat kejadian yang (acceptance) memunculkan rasa bersalah b. Mencari kenyamanan pengasuh dengan (mengalihkan perhatian dari objek nasehat-nasehat ibunya yang stres/ displacement) membuatnya tenang. b. Mengetukkan jari di meja (melakukan aktifitas yang menenangkan) menerima apa pun keadaan yang terjadi a. Meninggalkan adiknya, jalan-jalan , (positive reappraisal) nonton TV, pergi ke kamar (menjauhi objek iri) b. Mencari kenyamanan dari pengasuh, dengan share meminta nasehat ibu.
Malu-rasa bersalah
Iri
Subjek I
Subjek II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Berikut ini adalah penjelasan mengenai regulasi emosi negatif pada masingmasing subjek. 1.
Subjek I Subjek I menyajikan regulasi pada emosi marah, sedih, cemas, malu-rasa
bersalah dan iri. a. Marah Subjek
memonitor
emosi
marahnya
dengan
menyadari
dan
memahaminya. Subjek sering merasakan emosi marah secara kuat. Marah yang dirasakan tidak berlangsung lama. Subjek seringkali marah secara verbal dengan mengomel dan berteriak serta secara fisik subjek berkelahi. Subjek merasakan lelah setelah berkelahi. Perasaan marah subjek membuatnya tidak nyaman. Kemarahan subjek disebabkan beberapa hal, yang pertama adalah terus-menerus diganggu teman. Subjek berpikir setengah-setengah, tidak jelas, dan kosong setelah marah dengan temannya. Kedua, subjek terus-menerus diejek ayahnya. Emosi marah tersebut mengakibatkan subjek berteriak hingga mobil yang ditumpanginya mogok. Subjek merasa dirinya menjadi penyebab mobilnya mogok tetapi dia tidak mampu berbuat apa-apa untuk membantu ayahnya memperbaiki mobil tersebut. Subjek menyatakan bahwa kemarahannya tersebut adalah yang paling besar. Ibu subjek juga melihat penyebab kemarahan subjek karena dikatakan sebagai pembohong seperti yang dinyatakan berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(OS1, W1 sb 624-629, 1189-1190 dan 1207-1208) Kalau untuk emosi Pr yang marah itu. Marahnya dia masih... masih ini ya... kalau saya ngomong sih ngga terlalu, kecuali yang parah. Kalau pernah terjadi dia marah sekali sama bapaknya, langsung yang namanya mobil mogok. Dianggep dia bohong, padahal dia ngga bohong. Itu marahnya luar biasa. Dashboard mobil dipukul ama tangan dia, langsung mogok mobil itu.
Ketiga, subjek sering disalahkan oleh gurunya. Guru subjek selalu menyalahkan subjek karena terlihat lemas di sekolah. Subjek berusaha menjelaskan bahwa ia lemas karena mengobati orang yang sakit satu hari sebelumnya, tetapi guru subjek tidak mau mengerti. Sikap gurunya yang tidak mau mengerti membuat subjek kesal, tetapi tidak mungkin ia menentang gurunya. Subjek menyadari menentang gurunya hanya akan membuatnya semakin dimarahi dan nilainya anjlok. Salah satu penyebab subjek marah terlihat dari pernyataan berikut ini: (S1, W1, sb 350-355, 357-361, 379-383, 386-388, 392-400, dan 405-414) T: Kalo Pr, pernah ga Pr itu merasa marah? J: Pernah T: Na seberapa sering Pr itu merasa marah? J: Sering soalnya sering dijailin T: Sering dijailin sama siapa? J: Temen T: Seringnya sesering apa munculnya? J: Kadang kalo… pokoknya kalo dijailin pertama aku ga marah, tapi kalo udah kedua ketiga gitu. Dah, aku marah. T: Hal apa yang membuat Pr merasa marah banget? J: Kadang kalo lagi ga ngapa-ngapain gitu, ya dijailin, terus ditendang-tendangin ato apalah gitu. A..ku marah, salah tonjok. T: Kalo yang marah biasa? J: Kalo yang marah biasa, misalnya dia tu ngatangatain gitu ya. T: Selain dengan temen, apa yang membuat Pr itu merasa marah sekali. J: Apa ya.. ga tau deh. Apa ya? Marah e… dikelitikin. T: Dikelitikin sama siapapun itu? J: Heeh, cuma kalo misalnya sudah parah. Kalo dikelitikin biasa ga pa pa, tapi kalo digelitikin terus aku ga kuat nahan gelinya aku marah-marah, paling itu. T: Biasanya… apa yang membuat Pr marah? J: Apa ya... Em.… e… ga tau deh.T: e…J: kalo ma temen-temen aku… Paling diganggu-gangguin terus. T:Kalo… kalo di, selain sama temen-temen, hal apa yang membuat Pr merasa marah? J: Kalo tiba-tiba ditonjokin gitu T: Heeh J: aku marah, terus lama-lama…
Subjek mengevaluasi emosi marahnya dengan mengelola dan menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek menyeimbangkan emosi marah dengan cara yang berbeda berdasarkan penyebabnya. Pertama, bila penyebab marah adalah terus-menerus diganggu temannya, maka cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
menyeimbangkan emosinya adalah dengan memaafkan temannya. Setelah memaafkan temannya perasaan marah subjek hilang. Kedua, bila subjek marah karena terus-menerus diejek ayahnya, maka cara menyeimbangkan emosinya adalah menahan marah dengan tidak berteriak. Ketiga, kesal karena disalahkan guru terus. Rasa kesal ini dikelompokkan ke dalam emosi marah menurut Goleman (2007). Subjek memilih untuk diam, menahan kekesalannya. Subjek menceritakan segala yang dirasakan kepada ibunya dan merasa tenang. Dapat disimpulkan bahwa ketika marah subjek menyeimbangkan emosi tersebut dengan memaafkan dan menahannya. Subjek belum melakukan modifikasi terhadap emosi marahnya karena ia belum mengubah emosi marahnya menjadi sesuatu yang memotifasinya. Strategi regulasi marah yang dilakukan oleh subjek adalah selfblam (menganggap dirinya sebagai penyebab mobilnya mogok) dan mencari kenyamanan pengasuh (ibunya). b. Sedih Subjek
memonitor
emosi
sedihnya,
dengan
menyadari
dan
memahaminya. Subjek merasakan emosi sedihnya lebih kuat dari emosi marah meskipun emosi sedih tidak sering muncul. Emosi sedih yang timbul sangat kuat sehingga subjek merasa bahwa keadaan tersebut sulit dikendalikan dan berlangsung lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kesedihan yang sangat kuat membuat subjek menangis. Penyebab subjek sedih adalah melihat gambaran mengerikan tentang bencana alam dan banyak orang meninggal yang akan terjadi. Gambaran akan terjadinya bencana alam yang dilihat subjek seperti film yang muncul dan hilang secara tiba-tiba. Subjek merasa tidak nyaman kalau pikirannya terus terganggu dengan gambaran bencana yang dilihatnya. Subjek ingin membuat dirinya lebih tenang dan nyaman. Kesedihan yang dirasakan oleh subjek ketika melihat gambaran bencana alam lebih dalam dibandingkan kesedihan subjek ketika bencana benar-benar terjadi. Pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah: (S1, W1, sb 457-488) J:Trus kalo ada banyak orang yang meninggal gitu ya… sedih gitu, selalu sedih. T:Heeh… seberapa sering sedih itu? Yang ya…J:Setiap kali dimunculin kaya gitu, yang ngeri-ngeri gitu sedih. Sedih tapi ketakutan. T:Ketakutan, kenapa ketakutan? J:Karena… seremin, kalo biasa diliatin yang serem, serem. Tapi kalo yang enak yang ga payah gitu yang bagus gitu, ya ga payah diliatinnya… seneng. T:Tapi itu yang kaya film tadi itu?Yang nakutin itu kaya apa sih Pr? J:Kaya bencana alam, terus banyak orang yang meninggal gitu trus aku sedih ngeliatainnya. T:Oke. Nah kalo, seberapa kuat rasa sedih yang muncul itu? J:Ya biasa kuat banget. T:Kuat banget. Lebih kuat dari rasa marah, atau gimana? J:Kalo aku sedih, biasa lebih… kalo sedih, sekali sedih lebih kuat.
Hal tersebut didukung pernyataan ibunya sebagai berikut: (OS1, W1 sb 659-668) T:Rasa sedihnya itu kuat? Sekuat apa?J:Sangat kuat. Kadang sampai nangis..T:Itu berapa hari? Atau..J:Makanya tergantung itu... tergantung dari gejala alamnya ini. Semakin berat ya semakin dalem. Semakin dalem dan.. untuk menenangkannya butuh waktu juga. Karena pengaruhnya ke jantung kalau dia. Jantung jadi ndrodok gitu.
Subjek
mengevalusi
emosi
sedih
dengan
mengelola
dan
menyeimbangkannya. Subjek menyeimbangkan kesedihannya dengan berpikir kalau memang bencana alam itu yang menjadi kehendak Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
maka apa yang akan terjadi diserahkan kepada Tuhan. Subjek memikirkan kira-kira apa yang dapat dilakukan untuk membantu menghindari bencana alam yang akan terjadi. Subjek berdoa, memasrahkan segalanya kepada Tuhan, memikirkan hal yang lain dan mengerjakan PR. Subjek dibantu ibunya untuk mengelola emosinya tersebut dengan mendengarkan apa yang diceritakan subjek untuk mencurahkan kesedihan yang dirasakan. Hal-hal tersebut mampu mengurangi kesedihan subjek yang kemudian berangsur-angsur hilang. Subjek memodifikasi sedihnya dengan mengubah emosi tersebut agar mampu memotifasi hidupnya. Kesedihan subjek memotifasinya untuk semakin mendekatkan diri dan percaya kepada Tuhan. Subjek juga termotifasi untuk mengerjakan PR-nya. Subjek melakukan strategi regulasi emosi sedih refocus on planning, dengan mencoba memikirkan jalan keluar. Subjek melakukan strategi emosi sedih lain seperti menceritakan perasaannya pada ibunya agar tidak merasa sedih di dalam (mencari kenyamanan dari pengasuh), berdoa meminta Tuhan untuk menghindarkan bencana yang dilihatnya melalui gambaran (acceptance), meditasi (melakukan kegiatan fisik yang menenangkan)
dan
berusaha
memikirkan
hal
yang
lain
seperti
mengerjakan PR (mengalihkan perhatian dari objek yang membuatnya stress). Hal ini dapat dilihat dari pernyataan subjek berikut ini: (S1, W1 sb 483-495, 499-503, 543-548) T: Lebih kuat. Bisa sampai berhari-hari atau? J: Kalo sehari itu langsung direlaksin gitu T: Heeh J: Langsung disantein, terus aku…aku lepasin aku kasih tau ke orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
gitu, ke ibu gitu biasa lebih enak T: Direleksinnya biasa gimana, dengan cara apa? J: Jadi di… aku ngasih tau ke ibu gitu, abis itu tenang udah bisa ngeluarin gitu T: Heeh… Cuma itu aja, atau… bentuk relaksnya Pr selain cerita ke ibu apa? J: Biasa si itu, itu biar bisa dilepasin nggak sedih di sini terus (memegang dada) T: Biasanya meditasi juga Pr? (mengangguk) kalo meditasi itu biasanya ngapain, dapat apa dari meditasi itu? J: Tenang gitu, enak, jadi… seger gitu, jadi…atinya jadi enak terasa.. T: Kalo pas sedih itu sendiri, ni kan tadi kalo sedih berlalu, kalo pas sedih itu sendiri yang Pr lakukan apa? J: Ng…apa ya? Ngasih tau ibu, ngeluarin… T: Ngeluarin unek-unek itu aja? J: Iya, yah kalo ga nanti sedih di dalem (S1, W2 sb 88-95, 144-147, 180-189) T: Biar ga ketaun. Perasaan Pr sendiri gimana? J: Ya sedih, banget. Cuma ya udah. Sedih banget sih cuma ya udah. T: Kalo bisa gimana? J: Aku minta biar terhindar la T: Mintanya dengan cara apa? J: Doa T: Lalu Pr mengatasi kesedihannya Pr itu gimana? J: Ya… dipikir, dibuat mikir yang lain T: Dibuat mikir yang lain? J: Kadang sih aku gitu (agak lirih) T: Gimana? J: Kadang aku gitu T: Heeh J: Misalnya waktu itu aku buat ngerjain PR, gitu-gitu… (OS1, W1 sb 758-761 dan 935-936) Memang selama ini dia diem. Jadi apa yang dia rasakan dia diem, dia rasakan sendiri. Karena dia ngga mau saya sedih. Orang lain sedih ngga mau. Selalu. Kalau dia sedih pasti dia langsung nemplok saya.
c. Cemas Subjek
memonitor
cemas
dengan
memahami
latar
belakang
kecemasannya. Subjek jarang cemas tetapi perasaan yang muncul kuat. Kecemasan subjek disebabkan oleh ketakutan yang muncul pada saat proses mengobati. Subjek takut melewati batas waktu yang diberikan Tuhan. Lama tidaknya kecemasan yang dirasakan tergantung pada lamanya proses pengobatan yang dilakukan subjek. Batas waktu yang diberikan oleh Tuhan tergantung parah tidaknya penyakit yang diderita, sehingga semakin parah penyakit yang ditangani subjek semakin cemas. Kecemasan tersebut dapat membuat subjek menangis. Monitor subjek tampak dari pernyataan berikut: (S1, W1 sb 561-612) T:Cemas. Takut? J:Iya. T:Pernah merasakan takut? J:Pernah. T:Biasanya seberapa e… sering rasa takut itu muncul? J:Jarang banget. T:Jarang? J:Jarang banget. T:E…ketika rasa takut itu muncul, rasa cemas itu muncul e… seberapa kuat rasanya itu, yang Pr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
rasain? J:Ga terlalu takut sih aku, soalnya ya… aku tetep percaya kalo Tuhan itu nglindungin jadi ya… aku ga terlalu takut. T:Kalo cemas? J:Cemas, itu hampir ga pernah. T:Cemas, khawatir gitu, hampir ga pernah merasakan itu? J:Pernah. T:Pernah? Biasanya apa yang menyebabkan Pr khawatir? J:Ya..kalo misalnya ngobatin gitu ya. Jangkauannya seha… ya tiga hari deh. Setelah tiga hari itu aku merasa cemas, soalnya e…itu. Soalnya batesnya nanti harus ngulang. T:Harus ngulang maksudnya gimana itu? J:Misalnya aku mesti ngobatin berapa kali ya, berturut-turut gitu ya… Terus… kalo misalnya lewat dari hari batesannya yang Tuhan kasih. Trus nanti ulang lagi dari awal. T:Pengobatannya diulang lagi dari awal? O.. Tuhan memberikan batesan itu tiga hari? J:Misalnya… misalnya… Bisa ada yang lima hari batesannya, kadang ga ada batesannya. Jadi bisa seminggu sekali, bisa dua hari sekali gitu. T:Em… tergantung itu beda-beda ya… terus masa-masa batas itu membuat Pr khawatir, selain itu yang biasanya membuat Pr khawatir atau cemas apa? J:Apa ya……… ya kadang kalo lagi takut kaya (suara melirih) kaya misalnya ada pesawat gitu ato ada orang sakit gitu cemas, takut, khawatir soalnya merasa sakit
Subjek berpikir untuk mempersiapkan diri kalau memang harus mengulang proses pengobatan. Pernyataan tersebut termuat dalam percakapan sebagai berikut: (S1, W1 sb 654-666) T:Pr kan merasa khawatir, merasa cemas. Nah setelah merasa itu, setelahnya… apa yang Pr pikirkan setelah itu? J;Kalo memang telat ya harus ngulang, terpaksa. Cuman kalo misalnya enggak ya, lega. T:Lega. Berarti tinggal meneruskan atau? J:Ya tinggal nerusin. Meneruskan…T:Perasaannya? J:E…perasaannya lega. Kalo misalnya, memang tinggal diterusin ya udah, tapi kalo misalnya nggak ya terpaksa aku… gituT:Terpaksa ngulangin dari awal lagi. J:Heeh. Subjek mengevaluasi emosi cemasnya dengan mengelola dan menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek menyeimbangkan kecemasannya dengan percayaan bahwa Tuhan selalu melindungi sehingga subjek lebih rasional dan tidak terbawa dalam kecemasan yang mendalam. Hal tersebut dapat terlihat dari pernyataan: (S1, W1 sb 573-575) Ga terlalu takut sih aku, soalnya ya… aku tetep percaya kalo Tuhan itu nglindungin jadi ya… aku ga terlalu takut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Subjek memodifikasi kecemasannya dengan memasrahkan segala yang akan terjadi kepada-Nya. Hal tersebut membuat subjek lebih optimis dan tidak putus asa melanjutkan proses pengobatan. Strategi regulasi yang dilakukan subjek terhadap emosi cemasnya adalah acceptance. Subjek memiliki pola pikir menerima dan pasrah atas kejadian yang menimpanya untuk harus mengulang pengobatan atau tinggal meneruskannya saja.
d. Malu-rasa bersalah Subjek memonitor emosi malu-rasa bersalah dengan menyadari dan memahami emosi tersebut. Subjek dalam proses wawancara menyatakan tidak pernah merasakan malu tetapi ia pernah merasa bersalah. Rasa bersalah yang dirasakan oleh subjek kuat. Subjek merasa bersalah jika orang lain celaka karena keisengannya dan jika subjek tidak berhasil mengobati orang lain sampai sembuh. Subjek menilai rasa bersalah ketika tidak berhasil menyembuhkan penyakit orang lain lebih kuat dibandingkan rasa bersalah ketika kejahilannya membuat orang lain celaka. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan subjek berikut ini: (S1, W2 sb 4-28 dan 48-87) T:Terus kalo Pr pernah merasa malu ato merasa bersalah gak? J:E… pernah. T:Apa yang membuat Pr malu atau merasa bersalah? J:E… kalo rasa bersalah kadang kalo…T:Sory… heeh, kurang keras. J:Rasa bersalah kalo… itu apa, kalo nakalin orang gitu. T:Merasa bersalah kalo nakalin orang? Emang Pr pernah nakalin orang? J:Pernah. Ngejailin. T:Ngejailin. Kenapa kok ngejailin? J:Karna… iseng. T:Iseng. Rasa bersalahnya kenapa? J:Salah aja gitu. T:Yang paling meras… e… membuat Pr merasa bersalah apa biasanya? J:E… Ga tau deh, kayaknya cuman itu sih. T:Yang lainnya apa? J:Ga pa pa.T:Kalo ibu kemarin e… pernah cerita kalo Pr pernah merasa bersalah karena gak, gak bisa ngobatin orang itu bener gak? J:Gak bisa ngobatin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
orang.T:Heeh… gak berhasil ngobatin orang. J:Iya. Kan waktu itu ada urusan apa gitu. Jadi ga bisa kesana, pas ayah sakit ato apa, lupa. T:Yang terlambat dari sananya ato? J:E… ga tau, pokoknya kalo telat satu kali dua kali gitu, biasanya ga bisa. T:Biasanya ga bisa kalo terlambat. Heeh…dan itu…J:Tapi ada yang ga ada kan. Cuman kalo yang parah, biasa ada. T:Kalo yang parah? J:Ada batesnya. T:Ada batesnya. Dan yang membuat Pr merasa bersalah apanya dari situ? J:E… ya karna ga bisa, ga bisa nyembuhin sampe sembuh.T:Prya ga, ga bisa nyembuhin sampe sembuh J:Sampe sembuh.T:Tapi karena bates waktunya itu, bukan karena Prnya sendiri gitu? J:Bukan.T:Itu yang…Kenapa Pr kok merasa bersalah? J:Ya karena ga bisa nyembuhin. T:Sekuat apa rasa bersalah itu Pr? J:Kuat. Cuma ya mau gimana, cuman aku itu biasanya karena telat gitu waktunya, ada yang tinggal sehari gitu . Nah itu biasa, abis itu, biasa ga bisa.T:Ga bisa. Terus apa yang Pr lakukan waktu itu?J:Ya sedih. T:Sedih. Sedihnya gimana? J:Sedih aja (OS1, W1 sb 989-991) Sering... sering dia merasa bersalah kalau dia ngga bisa membantu atau ngga bisa berbuat apa-apa itu
Rasa bersalah subjek seperti terdapat dalam pernyataan di atas membuatnya sedih. Subjek tidak berhasil menyembuhkan orang yang sakit karena melewati batas waktu penyembuhan yang diberikan Tuhan. Subjek merasa bersalah meskipun keterlambatan waktu pengobatan disebabkan oleh keadaan atau ketidakdisiplinan orang yang sedang diobati. Subjek
mengevaluasi
rasa
bersalahnya
karena
kegagalannya
menyembuhkan dengan mengelola dan menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek menyeimbangkan rasa bersalahnya dengan pura-pura tidak merasa sedih dan berpikir bahwa semuanya sudah berlalu dan tidak bisa diulangi lagi, itu sudah waktunya menurut Tuhan. Ibu membantu subjek dalam menyeimbangkan rasa bersalahnya dengan memberikan penjelasan. Salah satu pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah: (S1, W2, sb86-95) J:Ya udah… sedih cuma ga bisa ngapa-ngapain, pura-pura ga sedih aja. T:Kenapa kok pura-pura ga sedih? J:Ya biar ga ketauan. Biar ga ketaun. Perasaan Pr sendiri gimana? J:Ya sedih, banget. Cuma ya udah. Sedih banget sih cuma ya udah. T:Pr bisa nggambarin gak kesedihan Pr waktu itu? J:Ga tau sih soalnya udah lama, dah satu tahun
Pernyataan yang lain adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
(S1, W2 sb 108-130) T:Ga bisa nyembuhin itu. Em itu dalem sampe dalem berapa hari merasa sedihnya atau? J:Em… kalo, kalo bisa sampe beberapa hari, terus biasa mama tenangin. Terus mama jelasin dan tenang.T:Kalo udah mama jelasin J:Tenang T:Terus tenang. E……. nah e… setela itu, setelah Pr merasa bersalah baik itu tadi ga bisa ngobatin itu atau em… apa namanya ngisengin temen itu, itu apa yang Pr pikirin setelah itu. Yang ada dipikiran Pr? J:Ya udah biarin aja dehT:Maksudnya gimana?J:Maksudnya ya udah, dah lewat mau gimana. Masak kayak kemaren ga berhasil nyembuhin gitu masak mau disembuhin lagi, ya udah. Da lewat, ya udah ga bisa, kan udah… Tuhan gitu tadi kan udah ga, udah waktunya.T:Em…itu yang ada dipikiran Pr setelah itu, setelah itu gimana yang dirasain? J:Ya udah, kayaknya dah balik ya, dah balik kaya biasa Subjek memodifikasi rasa bersalah sehingga memotifasi subjek untuk berpikiran rasional bahwa kejadian yang sudah berlalu tidak mungkin diulang lagi. Subjek berhasil melakukan modifikasi rasa bersalahnya. Strategi
regulasi
yang
dilakukan
subjek
adalah
acceptance
(mengembalikan dengan kehendak Tuhan) dan mencari ketenangan dari nasehat-nasehat ibunya (mencari kenyamanan dari pengasuh). (OS1, W1 sb 1068-1083) Ya udah, kalau memang e... dia ngga menurutin yang.. pentunjuk yang dari atas, ya itu pilihan dia Dik. Jadi Kamu jangan pernah merasa bersalah. Kalau sampai terjadi tu dia tahu kedepannya kaya gimana, dia merasa bersalah. Kamu jangan pernah merasa bersalah, karena apa? E... ya... kamu udah menyampaikan kan, pesan dari atas? Tapi dia tidak menurutin, jadi bukan kesalahan kamu. Kecuali kamu ngga menyampaikan, saya bilang. T:Dia baru akhirnya bisa...?J:Iya bisa...Mengendalikan itu...Itu pun sulit. Tapi kasihan tetep. Karena kasihannya itu yang gede.
e. Iri Subjek memonitor emosi iri dengan menyadari dan memahami emosi tersebut. Penyebab iri subjek adalah benda berbentuk Nitendo DS. Subjek mengatakan bahwa ia tidak pernah merasa iri. Subjek memang pernah merasa ingin memiliki Nitendo DS seperti yang dimiliki oleh temantemannya, tetapi perasaan itu tidak sampai membuatnya iri. Meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
subjek merasa tidak pernah iri tetapi berdasarkan pengertian iri yang diuraikan dalam bab II, perasaan ingin memiliki Nitendo DS seperti yang dikemukakan diatas termasuk dalam emosi iri. Subjek ingin memiliki Nitendo DS karena teman-temannya banyak yang
memiliki.
Kemudian
subjek
berpikir
dan
merasa
hanya
menginginkan saja seperti yang dimiliki teman-teman tanpa harus benarbenar memiliki Nitendo DS. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan subjek berikut ini: (S1, W2 sb 192-196) T: Pr pernah ga merasa iri? J: Nggak ya kayaknya sih nggak T: Gak pernah merasakan iri, heeh…J: (menggeleng setuju) (S1, W3 sb 77-98) T: Kalo Pr pernah ga merasa ingin memiliki sesuatu yang orang lain miliki, yang Pr ga punya? J: Ada T: Pernah? Apa itu? J: DS. T; DS itu apa? J: Nitendo DS T: O nitendo DS. J: DS. T: e… Pr ingin memiliki itu? Temen-temen Pr banyak yang punya itu? J: Banyak. T: Terus? J: Ya udah pengen aja. T: Ketika keinginan itu muncul e… apa yang Pr lakuin J: Em…apa ya….. ya….. pengen aja tetep pengen. T: Merasa iri dengan temen yang. J: Ga sih. T: punya itu? J: Ngga, ngerasa cuma pengen aja.
Pernyataan lain berikut adalah dari ibunya: (OS1, W1 sb 1093-1095) Iri dengan.. paling dengan saudara ya.. tapi irinya dia bukan iri yang masuk ati gitu. Kok itu boleh, kok aku nggaboleh? Paling gitu.
Subjek
mengevaluasi
emosi
iri
dengan
mengelola
dan
menyeimbangkannya. Subjek menyeimbangkan keinginannya tersebut dengan menerima apapun keadaan yang terjadi, tidak atau belum bahkan jika sudah dibelikan bukanlah suatu masalah bagi subjek. Hal tersebut membuatnya lebih tenang dalam mereaksi keinginannya. Subjek memodifikasi keinginannya terhadap Nitendo DS dengan menerima terpenuhi atau tidaknya keinginan tersebut. Modifikasi yang dilakukan subjek adalah modifikasi kognitif (pikiran) sehingga subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
berpikir keinginannya bukan merupakan sebuah keirian. Subjek berhasil memodifikasinya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut ini: (S1, W3, sb 108-114) T:Cuma pengen gitu aja. Terus, e… solusi yang Pr apa ya… bukan solusi tapi untuk nanggulangi rasa pengennya Pr itu gimana? J:Ya udah deh, kalo ga dibeliin atau belum dibeli gitu ya udah lah, kalo dibeliin ya udah. T:Jadi Pr mau menerima keadaan gitu aja gitu? J:Yah
Strategi regulasi emosi iri subjek adalah menerima apapun keadaan yang terjadi. Subjek melakukan strategi positive reappraisal.
2. Subjek II Subjek II menyajikan regulasi pada emosi marah, sedih, cemas, malu-rasa bersalah dan iri. a. Marah Subjek memonitor emosi marahnya dengan menyadari dan memahami marahnya. Marah yang dirasakan subjek kuat dan cepat. Subjek menanggapi marahnya secara fisik dengan berkelahi. Penyebab subjek marah adalah merasakan ketidakadilan. Subjek sering merasa dianggap salah kalau membela yang benar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut ini: (S2, W1 sb 595-618) T:Pernah nggak Rm merasa marah? J:Pernah (nada bersemangat) T:Nah, biasanya yang menyebabkan Rm marah apa? J:Ketidakadilan T:Ketidakadilan. Seperti apa itu, bisa diceritain nggak? J:Nggak! T:Nggak? Terus kok ketidakadilannya seperti apa? Yang membuat Rm J:Kalo yang disekolah bisa T:Apa? J:Kalo yang disekolah bisa T:Yang nggak bisa yang dimana brati? J:Di rumah T:Yang di rumah nggak bisa? Kalo yang disekolah seperti apa? J:Kalo di sekolah tu, temen-temen. J:Pasti kesel! Kalo aku ngebela yang bener, sering salah. Tapi aku lebih enak ngebela yang bener, daripada yang salah. Heh..karena memang harus begitu kan, yang bener selalu yang… menang, yang tidak bener ya selalu yang kalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Subjek marah karena merasa temannya melakukan ketidakadilan di sekolah. Waktu itu ada beberapa orang teman yang nakal menjepret semua teman dengan pensil yang baru diruncing dan penggaris. Wajah subjek terkena jepretan pensil dan penggaris tersebut hingga berdarah. memukul kelima temannya yang nakal sampai masuk UKS. Hal tersebut membuat subjek dikira kesurupan. Subjek merasa sedih setelah marah dan mencoba melupakan kesedihannya. Hal tersebut dapat dilihat melalui pernyataan subjek berikut: (S2, W1 sb 403-411, 660-666, dan 680) J: Waktu itu kan, itu anak-anak nakal. Dia tu jepretin semua orang, pake pensil yang baru diraut kalo penggaris baru dibeli. Cur… kenaklah aku, ke muka. Aduh sakit! Berdarahlah di sini. T: Terus? J: Yang cewek juga, semuanya pokoknya. T: Heeh J: Terus kan dibaleskan sama semuanya itu, jadi dendam deh (Karena sama Rm di pukul Kak Tisa) T: O… (Lima orang masuk, yang jelas kalo cerita, lima orang masuk) J: UKS. (UKS) T: O… (Sampe dibilang Rm kaya orang…) J: Kesurupan J: Pas aku marah? Ya sedih, tapi udah dilupain.
Subjek mengevaluasi marah dengan mengelola dan menyeimbangkan emosinya
tersebut.
Subjek
menyeimbangkan
marahnya
dengan
menggambar, membuat kertas lipat dan mengetuk-ketukan penghapus di meja secara perlahan sehingga ia bisa mengatur rasa marahnya menjadi lebih tenang. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan subjek: (S2, W1, sb 617-626) T:Biasanya kalo Rm marah, apa yang Rm lakukan? J:Heh…Ya menahan emosinya heh…heh…heh…T:Menahannya dengan cara apa? J:Kalo lagi dirumah nanti gambar, terus bikin kertas lipet. Heh… kalo di sekolaaaahhh…. Mainin penghapus tiup…tiup…tiup…T:Mainin penghapusnya gimana? J:Gini, tuk… tuk… tuk… tuk… tuk… tuk… heh, diketuk-ketuk dimeja, tapi pelan kalo waktu yang… (OS2, W1 sb 592-598) Rm yang akhirnya mulai bisa meredam marahnya, jadi pada saat dia mulai marah, dia harus tarik napas panjang, kemudian ada ritual meditasi sesaat, sehingga harus memfokuskan konsentrasi, itu lumayan membantu dia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Subjek melakukan kegiatan tersebut di atas setiap kali subjek marah sampai sekarang. Hal tersebut membuat subjek merasa tenang dan bertahan dari permasalahan yang dihadapi. Modifikasi marah yang dilakukan subjek belum tergali. Strategi regulasi emosi marah yang dilakukan subjek ketika marah adalah melakukan kegiatan fisik yang menenangkan dengan menggambar, membuat kertas lipat dan mengetuk-ngetukkan penghapus di meja.
b. Sedih Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, subjek memonitor emosi sedih melihat kembali penyebab kesedihannya. Penyebab subjek sedih adalah merasa tidak dimengerti oleh orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan sebagai berikut: (S2, W1 sb 360-361) Nggak mau pada ngerti! Udah di kasi tau berapa kali ga mau pada ngerti. Subjek tertutup dengan kesedihannya, ia tidak menyatakan dengan terbuka perasaan sedihnya pada saat wawancara. Kesedihan juga dirasakan subjek ketika ia sedang marah karena merasa badannya sakit. Subjek menangis jika merasakan kesedihan yang dalam. Kesedihan subjek tampak pada pernyataan berikut ini: (S2, W1 sb 675-686) T:Kenapa kok sedih waktu marah? J:Nggak, nggak mau diceritain T:Nggak mau diceritain. Karena? J:Nggak papa J:Sangking sedihnya malah nangis T:e… kalo marah justru malah Rm sedih terus nangis gitu? Iya Rm? J:Heemmm… T:Kenapa kok marah kok terus sedih, terus nangis kenapa? J:Badannya sakiiiittt….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(OS2, W1 sb 1128-1129) Sedih, he eh betul, pasti nangis, kalau udah marah pasti nangis.
Subjek
melakukan
evaluasi
terhadap
emosi
sedihnya
dengan
menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek berusaha menyeimbangkan emosi sedihnya dengan menahan emosi tersebut, sehingga subjek tidak terbawa sedih yang mendalam. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan subjek berikut ini: (S2, W1, sb 357-364) T;Terus rasanya gimana? J;Ya sedih sih, tapi kan ditahan ya dek ya? T:Terus… ditahannya gimana? Hehe… kenapa ditahan? J:Ya harus! Harrr…rrus! Dung…dung…oh nene…neng…
Subjek belum terlihat melakukan memodifikasi dan strategi regulasi emosi sedih dalam wawancara.
c. Cemas Subjek memonitor emosi cemasnya dengan menyadari dan memahami emosi cemas yang dirasakan. Kecemasan yang dirasakan subjek kuat. Subjek merasa cemas waktu menghadapi UTS (ujian tengah semester). Kecemasan yang dirasakan subjek membuatnya tidak yakin mampu mendapatkan nilai yang bagus. Subjek berdoa di dalam hati agar memperoleh nilai seratus. Subjek
mengevaluasi
kecemasannya
dengan
mengelola
dan
menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek meyeimbangkan kecemasannya dengan berdoa dan terus mengerjakan soal-soal UTS-nya. Subjek takut memperoleh nilai yang jelek. Bagi subjek nilai tujuh puluh dalam ujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dapat menyebabkan raportnya menjadi jelek. Subjek tidak dapat membayangkan kalau itu benar-benar terjadi. Subjek berusaha untuk meyakinkan dirinya dapat menyeselaikan UTS dengan kemampuannya. Subjek memodifikasi kecemasannya secara kognitif (pikiran). Subjek mengubah kecemasannya menjadi semangat untuk mengerjakan soal-soal UTS supaya berhasil. Hal tersebut membuat subjek optimis dan tidak putus asa sehingga membuahkan hasil sesuai dengan harapannya. Pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah: (S2, W1, sb 827-838) T:Terus yang Rm… lakuin waktu cemas menghadapi UTS itu apa? J:Saya terus berusaha. T:Usahanya apa? J:Saya kerjain soal itu, yang sangat… Saya terus kerjain, tak boleh menyerah! Jadi terus berjuang harus tetep, tetep, tetep… kuat, kuat, kuat. Mau dapet nilai yang terbaik yah… kaya gitulah
Ibu subjek menyatakan: (OS2, W1 sb 602-607) Mencoba mensugestikan dirinya itu positif. Saya lupa itu yang diajarkan oleh Dr. Erwin, jadi pada saat dia emosi tidak terkendali, dia harus mensugestikan dirinya.
Subjek melakukan strategi regulasi kecemasannya dengan berdoa terus sampai berhasil (positive reappraisal), terus berusaha mengerjakan soal tidak boleh menyerah harus tetap kuat, dan tidak putus asa (berbicara pada dirinya sendiri untuk menenangkan diri).
d. Malu-rasa bersalah Subjek memonitor perasaan malu-rasa bersalah dengan menyadari dan memahami emosi tersebut. Berdasarkan pernyataan dalam wawancara subjek tidak pernah merasa malu tetapi ia pernah merasa bersalah. Rasa bersalah yang dirasakan subjek kuat dan berlangsung lama. Subjek merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
bersalah karena marah kepada ibunya. Subjek merasa dalam posisi yang benar sedangkan ibunya yang salah, tetapi subjek merasa sangat bersalah karena marah pada ibunya. Perasaan itu masih sering muncul sampai sekarang dan membuat subjek menangis bila mengingatnya. Rasa bersalah subjek yang muncul sekarang memang tidak sekuat dulu tetapi perasaan tersebut membuatnya sedih. Hal tersebut tampak pada pernyataan subjek sebagai berikut: (S2, W1 sb 887-892 ) J: Waktu itu kan aku marah sama bunda, aku merasa salah! Biarpun bunda yang salah aku yang bener, tapi aku merasa salah T: Kenapa kok merasa salah? J: Ah nggak mau ah nanti jadi sedih!
Menurut ibu subjek, subjek jarang merasa bersalah karena setiap tindakannya dia tahu kalau nanti akan membuat ibunya marah. (OS2, W1 sb 875-877) kalau merasa bersalah kayaknya enggak ya, menghilangkan sesuatu barang miliknya aja dia tidak merasa bersalah kok
Subjek mengevaluasi rasa bersalahnya dengan mengelola dan menyeimbangkan emosi yang dialami. Subjek merasa bersalah sekali terhadap ibunya. Subjek berusaha menggambarkan perasaannya waktu itu, menurutnya perasaan bersalahnya memunculkan perasaan yang berbeda. Perasaan tersebut membuat subjek merasa sedih dan tidak bisa menahannya. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan subjek berikut ini: (S2, W2 sb 16-19, 29-33) T: Perasaan itu, yang kaya kemaren, perasaan yang e… malu terus berakibat e… memunculkan rasa bersalah itu? Biasanya Rm? J: Nangis. T: Yang Rm rasain waktu itu. J: Ya sedih, terus… ya pokoknya ya beda… ya gitu lah. T: Nggak bisa… J: Huuuffff…huuufff… nggak bisa nahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Subjek menyeimbangkan rasa bersalahnya dengan menghindari hal-hal yang dapat mengingatkan subjek pada kejadian yang memunculkan perasaan bersalahnya. Pada saat wawancara subjek tiba-tiba menangis mengingat peristiwa yang membuatnya merasa bersalah dengan ibunya. Subjek tidak mau menceritakan detil peristiwa tersebut. Sebelum menangis subjek sempat berusaha mengatur emosinya dengan mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Tetapi ia tetap menangis meskipun hanya sebentar. Subjek terus berusaha mengatur nafasnya sampai akhirnya dapat kembali tenang. Subjek memodifikasi rasa bersalahnya dengan mengubah perasaan tersebut sedikit demi sedikit dan memotifasinya untuk berjuang menyetabilkan rasa bersalahnya. Regulasi rasa bersalah yang dilakukan subjek belum berhasil karena subjek masih menangis ketika mengingat kejadian yang memunculkan emosi tersebut. Subjek
melakukan
strategi
reguasi
rasa
bersalahnya
dengan
mengalihkan perhatian dari objek yang membangkitkan rasa bersalahnya (tidak mengingat-ingat kejadian yang membuat muncul rasa bersalah) dan melakukan aktifitas yang menenangkan (mengetuk-ngetukkan jari di meja). Pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah: (S2, W2, sb 35-43) T:Terus caranya Rm, menenangkan diri Rm gimana? J:Jangan inget-inget itu. T:Kenapa? J:Jangan inget-inget itu. T:Jangan inget-inget itu? Biasanya dengan cara apa? J:Saya nggak tau…T:Kalo yang waktu itu, biasanya? J:Jangan inget-inget itu deh, itu dah hal yang lalu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
(S2, W2, sb 58-66) T:Mencoba jangan inget itu, terus akhirnya, perasaannya gimana? J:Stabil. T:Lebih stabil gitu? J:Heeh. T:Udah. E… itu kan yang sudah terjadi, apa baru-baru ini e… perasaan e… Rm, gimana? J:Biasa aja sih, udah nggak kaya waktu itu
e. Iri Subjek memonitor emosi irinya dengan memahami perasaan irinya. Subjek merasa iri kerena ia merasa adiknya selalu dibela oleh neneknya sedangkan subjek tidak. Perasaan iri tersebut berlangsung lama. Bg, adik subjek selalu dianggap golden boy oleh neneknya. Terkadang ketika berkelahi adiknya yang salah tetapi subjek harus siap untuk mengalah dan disalahkan. Hal tersebut tampak pada pernyataan subjek sebagai berikut: (S2, W2, sb 69-80) T: nah sekarang, kalo misal, kalo… iri Rm pernah nggak merasa iri? J:Pernah. T:Pernah. Biasanya yang menyebabkan Rm iri apa? J:Kalo Bg tu ya selalu dibela terus sama…itu, Nien. Nah, kalo aku nggak. (OS2, W1 1040-1044) Oh ya, kadang-kadang dengan adiknya kan, kenapa saya diperlakukan tidak adil, kenapa butuh banyak orang yang sayang dengan Bg dan percaya dengan Bg, tapi tidak dengan saya, katanya gitu.
Subjek mengatakan dalam wawancara bahwa iri membuatnya kesal. Kekesalan subjek diimajinasikan dengan mukanya merah dan keluar asapnya lalu otaknya terasa mengkerut-kerut. Subjek memiliki keinginan meninju orang yang membuatnya iri tetapi subjek berfikir bahwa tindakan tersebut tidak baik dilakukan. Subjek
mengevaluasi
rasa
irinya
dengan
mengelola
dan
menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek mengelola rasa irinya dengan menahan keinginan menonjok orang yang membuatnya iri. Hal tersebut tampak pada pernyataan berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
(S2, W2 sb 104-146) T:Nah, ketika Rm iri itu apa yang ada dipikiran Rm?J:(diam sesaat) Keseeellll!!!! Otaknya mengkerut-mengkerut gitu, eh dipause, dipause, dipause T:terus?J:Bug... (mempraktekan gerakan meninju-ninju sambil mengungkapkan kekesalannya dengan menggerutu) kesel, kesel, kesel.T:Itukan yang dirasakan Rm kesel.J:Mukanya, itu pingin merah terus keluar asabnya dari telinga kanan sama kiri.T:Apa yang Rm ingin lakuin?J:….. Menonjok!!T:Apa yang ingin Rm lakukan, apa yang ada dipikiran Rm tadi, dilakukan nggak?J:Ng….gak…No way T:Terus yang dipikirin pingin nonjok la atau apalah, tapi Rm kan nggak ngelakuin itu kan? E… kenapa Rm tidak melakukan itu, apa yang ada dipikiran Rm?J:Tunggu, nggak, nggak etis kalo ngelakuin itu, ya udah aku tahan.T:Yang menahan Rm untuk melakukan itu apa?J:Nggak mau kasih tau Subjek juga menyeimbangkan emosi irinya dengan tidak melihat orang yang menjadi sumber iri, pergi ke kamar, jalan-jalan, main, berbagi cerita kepada ibunya dan tetap menjalankan nasehat ibunya. Subjek tidak sekedar mencurahkan perasaan kepada ibunya tetapi ibunya juga memberikan nasehat-nasehat untuk subjek. Ibu subjek membantu subjek dalam mengevaluasi emosi iri subjek dan mampu memberikan ketenangan kepada subjek melalui nasehat yang diberikan. Pernyataan yang memuat hal tersebut adalah: (S2, W2 sb 87-98 dan 205-210) T: Ketika, rasa, irinya, Rm itu muncul, biasanya apa yang Rm lakuin? J: Emmm…. Jangan ngeliat orang yang aku iriin. T: Pergi. Terus, apa yang Rm lakuin? J: Ke kamar. Nonton T: Apa? J: Nonton. T: Nonton. Terus selain nonton? J; Udah. T: Rm mengatasinya dengan apa? Mengatasi perasaan… J: Jalan-jalan… pergi ke kamar…. Nonton TV… main…. Fuh. Nah terus, kalo udah di kasih tau, saya jangan liat dia, jauhin dia, saya cuekin dia, saya pergi ke kamar. (S2, W2 sb 205-208) Ya pokoknya saya tetep jalanin apa yang bunda suruh, heh dengan cara saya minta bunda, “bun, gimana-gimana caranya supaya aku nggak iri lagi ma dia.”
Ibu subjek mengatakan biasanya ketika iri subjek akan mencurahkan perasaan dan meminta nasehat dari ibu atau akinya. (OS2, W1 sb 1087-1094) Iya dengan saya, karena mungkin yang bisa mengerti saya ataupun Akinya. Kalau pagi sarapan dia akan ngobrol, jadi mungkin ee.. ayah saya yang banyak me.., apa, banyak kasih masukan, pada waktu pagi, kenapa dia harus begini, kenapa dia harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
begitu, sesuai dengan yaa biasanya kita masukan juga kultur, ada, kultur ada kebiasaan kita seperti apa gitu. saya bilang dalam hidup itu seperti ini kenyataannya Rama, jadi kamu harus menerima. Awalnya berat sekali dia terima, tapi lama-lama dia terima.
Subjek memodifikasi iri dengan mengubah emosi tersebut menjadi sikap optimis subjek untuk tetap menjalani nasehat ibunya supaya subjek tidak merasa iri lagi. Strategi regulasi emosi iri subjek berdasarkan mengalihkan perhatian dari objek yang membuat iri (meninggalkan adiknya, jalan-jalan, nonton TV, dan pergi ke kamar) dan meminta kenyamanan pengasuhnya (ibu).
C. Pembahasan Kedua subjek secara umum belum sepenuhnya dapat melakukan regulasi emosi negatif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa pada sebagian besar dari kelima emosi negatif, kedua subjek belum dapat melakukan regulasi sampai pada memodifikasi. Regulasi emosi negatif kedua subjek tersebut dibahas dengan mengikuti subjek penelitian. 1. Subjek I (Pr) Subjek I belum sepenuhnya dapat melakukan regulasi emosi negatif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil bahwa dari kelima emosi negatif, subjek I belum dapat meregulasi emosi marah sampai dengan tahap modifikasi. Emosi yang lain yaitu sedih, cemas, rasa bersalah dan iri sudah diregulasi sampai dengan tahap modifikasi meskipun belum dapat diketahui keberhasilannya. Emosi negatif subjek yang dirasakan paling kuat dan menonjol adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
emosi sedih. Emosi tersebut jarang dialami tetapi sekali muncul terasa sangat kuat, lebih kuat daripada emosi marah. Subjek sedih dalam waktu berhari-hari ketika melihat gambaran-gambaran tentang bencana alam dan banyak orang meninggal. Perasaan yang dirasakan Pr sangat kuat dan dalam, sehingga terkadang sulit dihentikan oleh orang-orang disekitarnya. Ibu subjek (PP) sering mengalami kesulitan untuk memahami dan menghadapi Pr yang sedang merasa sedih. Pr sering mengalami kesulitan mengontrol emosi sedihnya. Hal ini sesuai dengan kesimpulan tes grafis bahwa emosi subjek stabil tetapi ada indikasi kurang dapat mengontrol dorongannya. Subjek berusaha menyeimbangkan kesedihannya dengan memasrahkan segala yang akan terjadi kepada kehendak Tuhan, menceritakan perasaan kepada ibunya, meditasi dan berdoa untuk mengelola emosi sedih yang dirasakan akibat munculnya gambaran-gambaran tentang bencana alam. Semua yang dilakukan subjek tersebut membuat subjek tenang sehingga kesedihannya sedikit demi sedikit hilang. Subjek mengubah rasa sedihnya sehingga memotivasi mengerjakan PR sehingga subjek merasa lebih tenang. Subjek telah berusaha memodifikasi emosi sedihnya namun belum dapat dilihat keberhasilannya. Usaha Pr menyembuhkan orang lain sering kali menimbulkan emosi negatif dalam dirinya, berupa munculnya kecemasan dan perasaan bersalah. Kecemasan muncul ketika subjek sampai pada hari terakhir dari batas waktu mengobati yang diberikan oleh Tuhan. Hari terakhir tersebut adalah hari penentuan apakah subjek harus mengulang proses pengobatan atau hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
tinggal melanjutkan mengobati saja. Sedangkan rasa bersalah muncul ketika subjek tidak mampu untuk mengobati seseorang sampai tuntas. Empati subjek yang besar pada orang lain membuatnya merasa cemas dan bersalah pada proses mengobati. Kedua emosi negatif tersebut diregulasi subjek dengan menggunakan strategi regulasi acceptance, subjek memasrahkan apa yang akan terjadi kepada kehendak Tuhan. Kepasrahan subjek tersebut memberikan ketenangan kepada subjek. Kemampuan regulasi emosi atau keterampilan meregulasi emosi menjadi penting bagi individu untuk dapat efektif dalam melakukan coping (Thompson, 1994 dan Goleman, 2007). Kebelumsempurnaan Pr meregulasi emosi negatif ditunjukkan pada tahap monitor dan evaluasi. Pada tahap monitoring dengan keterbatasan memonitor emosi negatifnya Pr mampu menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam diri, perasaan dan latar belakang tindakannya tetapi perlu bantuan untuk memonitor karena subjek lupa detil peristiwanya. Pada tahap evaluasi Pr mampu mengevaluasi emosi negatif, dan mengelolanya, sehingga tidak mempengaruhinya secara mendalam.
Pada tahap modifikasi subjek
mengubah emosi negatifnya menjadi sesuatu yang dapat memotifasi hidupnya. Secara umum strategi regulasi emosi negatif Pr adalah berpikir tentang hal yang lain, berpikir bahwa Tuhan selalu melindungi, memasrahkan yang terjadi kepada kehendak Tuhan, menyembunyikan kesedihan, dan berusaha menerima apapun keadaan yang terjadi. Strategi regulasi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
mencerminkan hasil tes grafis subjek bahwa ada kecenderungan tidak mampu mencapai hasi dan mencoba menutupi kekurangannya. Kepedulian
dan
penerimaan
orang
tua
berpengaruh
terhadap
pengungkapan emosi anak, karena orang tua merupakan sasaran awal pengungkapan emosi pada waktu anak-anak (Retnowati, 2003). Hasil penelitian mengungkapkan Pr mengelola emosi negatifnya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, terutama ibunya. Kedekatan dengan ibu membuat Pr sering melepaskan emosi negatif (seperti marah, sedih dan rasa bersalah) yang dirasakan dengan menceritakan permasalah yang dihadapi kepada ibunya. Strategi regulasi yang digunakan pada kelima emosi negatifnya sebagian besar adalah mencari kenyamanan dari pengasuh (ibunya). Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil tes grafis yang menyatakan bahwa peran ibu yang baik bagi Pr memberikan kenyamanan, kedekatan, ketergantungan dan kebutuhan rasa aman.
2. Subjek II (Rm) Kesimpulan secara umum subjek II belum sepenuhnya dapat melakukan regulasi emosi negatif. Hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil bahwa dari kelima emosi negatif, subjek II belum dapat meregulasi emosi sedih sampai dengan tahap modifikasi. Emosi yang lain yaitu marah, cemas, rasa bersalah dan iri sudah diregulasi sampai tahap modifikasi. Hasil dari modifikasi yang dilakukan ada yang belum dan sudah berhasil. Emosi negatif yang paling berhasil diregulasi oleh subjek adalah emosi cemas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Rm memiliki ambisi yang besar di bidang akademis. Hasil penelitian menunjukkan Rm sangat cemas ketika menghadapi UTS, tetapi ia berusaha meyakinkan diri untuk tidak putus asa mengerjakan soal-soal. Ia meyakinkan kepada dirinya bahwa proses ini harus dilalui untuk mencapai keberhasilan, dan ternyata berhasil meregulasi emosi cemasnya. Ambisi subjek yang besar di bidang akademis, tampak dalam hasil tes grafis dan pernyataan ibunya. Ambisi subjek tersebut membantu mengubah kecemasannya menjadi semangat untuk berprestasi. Rm berupaya memotivasi dirinya sendiri agar tidak putus asa dengan berpikiran positif, karena memiliki tujuan untuk berprestasi dan membahagiakan orang tuanya. Tes IQ subjek yang tergolong superior (149) juga mendukung untuk berprestasi secara akademis. IQ subjek yang tinggi didukung dengan ambisi berprestasi yang besar membantu subjek untuk fokus dalam hal-hal akademis sehingga permasalahan emosi yang berkaitan dengan akademis dapat dengan mudah dipecahkan oleh subjek. Seperti kecemasan yang terjadi saat UTS, subjek berhasil melakukan regulasi kecemasannya dengan baik. Kemampuan regulasi emosi atau keterampilan mengelola emosi menjadi penting bagi individu untuk dapat efektif dalam melakukan coping (Thompson, 1994). Kebelumsempurnaan Rm meregulasi emosi negatif, ditunjukkan pada tahap monitoring Rm belum mendetil memonitor emosi negatifnya. Rm kurang mampu menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam diri, perasaan dan latar belakang tindakannya, serta mampu memodifikasi emosi negatifnya dengan baik sehingga mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
memotivasi diri untuk dapat berjuang dalam hambatan yang dihadapi. Pada tahap evaluasi Rm terkadang kurang dapat mengontrol dorongan yang muncul didalam dirinya. Data tes grafis Rm mengungkapkan secara emosi, subjek masih mudah terpengaruh gangguan dari lingkungan. Rm bertindak secara spontan, dengan dorongan yang tidak terhambat. Rm pernah mereaksi kemarahannya dengan memukul lima orang temannya sehingga masuk UKS, lalu subjek dikatakan seperti orang kesurupan. Strategi regulasi emosi negatif secara umum yang dilakukan Rm adalah: 1. Mencari kenyamanan pengasuh (ibu) dengan menceritakan apa yang dialami dan meminta nasehat ibu. 2. Mengalihkan
perhatian
dari
subjek
yang
membuat
stress
(displacement) dengan menggambar, membuat kertas lipat dan tidak mengingat kejadian yang memunculkan rasa bersalah. 3. Melakukan aktifitas fisik yang menenangkan dengan mengetukketukan jari di meja, mengetuk-ketukan penghapus di meja pelanpelan. 4. Meninggalkan sumber emosi dengan pergi ke kamar, nonton TV, berjalan-jalan dan main. 5. Berbicara pada diri sendiri untuk tetap kuat dan tidak menyerah. 6. Pasrah dengan kejadian yang menimpa (acceptance) dengan berdoa sampai berhasil. Subjek II meskipun memiliki IQ yang tinggi tetapi strategi regulasi yang digunakan lebih banyak hanya mencari ketenangan diri saja. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
membuktikan bahwa kecerdasan emosi yang dimiliki oleh subjek II belum matang. Kepedulian
dan
penerimaan
orang
tua
berpengaruh
terhadap
pengungkapan emosi anak, karena orang tua merupakan sasaran awal pengungkapan emosi pada waktu anak-anak (Retnowati, 2003). Hasil penelitian mengungkapkan Rm mengelola emosi negatifnya dengan dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, terutama ibunya. Kedekatan dengan ibu membuat Rm sering menceritakan permasalah yang dihadapi dan meminta nasehat kepada ibu. Peran ibu yang baik baginya memberikan kenyamanan pada subjek, sehingga mampu membantu mengurangi perasaan kurang diterima oleh neneknya. Hasil penelitian tersebut didukung hasil tes grafis Rm yang mengungkapkan bahwa hubungan subjek yang cukup dekat dengan ibunya, tampak ada ketergantungan dan kebutuhan rasa aman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Secara umum, kedua subjek belum dapat melakukan regulasi emosi negatif sepenuhnya. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa kedua subjek belum dapat melakukan regulasi dari lima emosi negatifnya sampai pada tahap memodifikasi. Kedua subjek masih dibantu ibunya untuk memodifikasi ataupun mengevaluasi beberapa emosi negatifnya tersebut. Secara khusus, subjek I terkadang tidak melakukan regulasi terhadap emosi negatifnya karena emosi negatif yang muncul dapat hilang sendiri secara otomatis. Subjek I dan II dibantu ibunya dalam memonitor ataupun mengevaluasi emosi negatifnya karena beberapa hal terlupakan oleh subjek. Emosi yang paling berhasil diregulasi subjek I adalah iri. Subjek II dibantu ibunya dalam bercerita pada peneliti karena subjek tertutup untuk menceritakan beberapa hal pada peneliti. Emosi negatif yang paling berhasil diregulasi subjek II adalah cemas. Kedua subjek sama-sama melakukan strategi regulasi emosi negatif mencari kenyamanan dari pengasuh (ibu), selain strategi regulasi emosi negatif tersebut subjek I lebih sering memasrahkan segalanya kepada kehendak Tuhan (acceptance), sedangkan subjek II lebih sering menggunakan strategi regulasi emosi negatif
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
mengalihkan perhatian dari objek stres (displacement) dan melakukan kegiatan fisik yang menenangkan. Faktor yang mempengaruhi regulasi emosi negatif kedua subjek indigo adalah ibu. Kelekatan dengan ibu menjadi faktor dominan yang mempengaruhi regulasi emosi negatif kedua subjek. Kedua subjek cenderung mencari ibunya untuk berbagi pengalaman dan perasaan yang muncul terkait emosi negatifnya. Kedua subjek akan memperoleh perasaan nyaman dan lega ketika ia dapat mencurahkan perasaannya serta memperoleh nasehat dari ibu mereka. Kecerdasan emosi menjadi faktor mempengaruhi subjek II dalam meregulasi kecemasan subjek saat menghadapi UTS, didukung IQ dan ambisi untuk berprestasi. Penelitian ini belum sempurna, masih banyak keterbatasan yang terjadi dalam proses pengambilan data terutama penggalian informasi. Keterbatasan penelitian ini adalah: 1. Kurangnya penguasaan peneliti terhadap teori. 2. Subjek yang tertutup sehingga agak sulit untuk menggali data. 3. Waktu yang terbatas. Ketiga keterbatasan tersebut menjadikan data studi kasus yang digali di lapangan kurang maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
B. Saran Dengan mempertimbangkan keterbatasan penelitian diatas maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih menggali lagi informasi yang ada dengan memperhatikan persiapan penelitian dan waktu pengambilan data dengan lebih detil. Banyak sekali topik menarik yang bisa diangkat mengenai anak indigo selain regulasi emosi negatif sehingga dapat memperkaya kasanah ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan anak.
2. Bagi anak indigo Anak indigo disarankan belajar untuk tidak tergantung kepada ibunya dalam meregulasi emosinya. Anak dapat mengambil alih apa yang biasa dilakukan ibunya dalam membantu memonitor dan mengevaluasi emosi negatifnya untuk mencoba meregulasi sendiri. Subjek I disarankan mampu belajar untuk memodifikasi emosi negatif sehingga lebih memotifasi hidupnya, sedangkan subjek II disarankan melihat lagi monitor dan evaluasi emosi negatifnya agar lebih baik lagi.
3. Bagi orang tua Orang tua dapat membantu mendampingi anak untuk belajar meregulasi emosinya sendiri. Orang tua memberikan kenyamanan terhadap anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
membantu anak untuk merasa dipahami sehingga dapat mengembangkan kemampuan diri lebih optimal.
4. Bagi lembaga yang menangani anak indigo Lembaga disarankan bekerjasama dengan orang tua anak indigo untuk mendampingi dan membantu anak indigo memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi emosi negatifnya dengan lebih tepat. Misalnya dengan mengajak anak memiliki buku catatan tentang emosi negatif yang dirasakan dan direaksi dalam setiap hari dan dapat didiskusikan setiap minggu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., dan Umar, M. (1992). Psikologi Umum (edisi revisi). Surabaya: Bina Ilmu. Andayani, S. (1990). Efektifitas Teknik Kontrol Diri pada Pengendalian Kemarahan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Audifax. (2008). Re-search: Sebuah Pengantar untuk “Mencari Ulang” Metode Penelitian dalam Psikologi. Yogyakarta: Jalasutra. Berk, L. E. (2008). Infants and Children (sixth ed.). Boston: Pearson Education. Bridge, L.J., Denham, S.A., dan Ganiban, J.M. (2004, March/April). Definitional Issues in Emotion Regulation Research. Diunduh 20 Juli 2010, dari http://dionysus.psych.wisc.edu/lit/articles/BridgesL2004a.pdf. Carroll, L. dan Tober, J. (2006). The Indigo Children. Terjemahan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Popular, Kelompok Gramedia. Chaplin, J. P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Penterjemah Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Chapman, W. (2005). Indigo Child Cakra Mata Ketiga Pembawa Harapan Baru, Terj. Oleh Yoyo. Yogyakarta: Jaka Pring (Nuqthoh Group). Dachrud, M. (2005). Efektifitas Pelatihan Pesantern Kilat terhadap Kemampuan Regulasi Diri Ditinjau dari Kecerdasan Emosi dan Kematangan Sosial pada Remaja. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Dosick, W. dan Dosick, E. K. (2004). Pengalih bahasa: Tanto Hendy. 17 Emosi Negatif Anak Indigo. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia. Dosick, W. dan Dosick, E. K. (2002, April). Who am I?. Diunduh 10 Agustus 2010, dari http://www.soulbysoul.com/articles/pointofessence.pdf. Garnefski, N., Kraaij, V., dan Spinhoven, P. (2001). Negative Life Events, Cognitive Emotion Regulation and Emotional Problem. Diunduh 17 Juli 2010, dari http://media.leidenuniv.nl/legacy/garnefski___kraai_j__spinhoven_2001.pdf. Giles, B. (2005). Developmental Psychology. London: Grange Books. Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional): Mengapa EI Lebih Penting dari IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Gunarsa, S.D. (1997). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Juanita, V. (2003). Anak Indigo. Disarikan dari Narasumber dr. Riko Rahardian, Praktisi Inti Reiki. Kolom Preview PasFM Healthcare. Diunduh 20 Mei 2006. http://www.google.com. Kusuma, E. (2000). Pembinaan Buanaputra (Children of The Earth), Makalah (tidak diterbitkan). Jakarta. Kusuma, E. (2005). Mengenal Generasi Indigo dalam perkuliahan Psikiatri FKUI, Makalah (tidak diterbitkan). Jakarta. Lazarus. (1991). The Self-Regulation of Emotion. Edited by Lennart Levi. Emotions : Their Parameters and Measurement. New York: Raven Press. McDevitt, T.M. dan Ormord, J.E. (2002). Child Development, Educating and Working with Children and Adolescents (second ed.). New Jersey: Pearson Education. MH. (2004, 27 Juni). Berbeda Tapi Bukan Anak “Aneh”. Diunduh 20 Mei 2006 dari http://www.kompas.com./kompas-cetak/0406/27/keluarga/1111602.htm. Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif (ed. rev.). Bandung: Remaja Rosdakarya Nimas. (2007, 28 Januari). Anak Indigo Dari Sixth Sense Sampai Mampu Melihat Dimensi Lain. Diunduh pada 26 Juni 2008 dari http://www.provclinic.web.id/articles/dari-sixth-sense-sampai-mampu-melihat-dimensilain.html. Papalia, D. E. (2009). Human Developman Perkembangan Manusia (ed. Ke-10, buku 1). Jakarta: Salemba Humanika. Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. (2007). Human Development (tenth edition). New York: The McGraw Hill Companies. Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta. Prawira, N. A. (2009). Perbedaan Pengendalian Emosi antara Mediator dan Non Mediator. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Retnowati, S., Widhiarso, W., dan Rohmani, K.W. (2003). Peran Keberfungsian Keluarga pada Pemahaman dan Pengungkapan Emosi. Diunduh 9 Juni 2010, dari http://www.widhiarso.staff.ugm.ac./id/files/jurnal_keluarga_dan_pengungkap an_emosi.pdf. Richards, J.J. dan Gross, J.J. (2000). Emotion Regulation and Memory: The Cognitive Cost of Keeping One’s Cool, Journal of Personality and Social Psychology, 79 (3) 410-424. Rumini, S., dan Sundari, S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Safaria, T. dan Saputra, N. E. (2009). Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: Bumi Aksara. Santrock, J.W. (2002). Live-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (ed. Ke-5, jilid 1). Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak (ed. Ke-11, jilid 2). Jakarta: Erlangga. Saptorini, E. (2003, 20 Mei). Disangka Gila karena Indigo. Diunduh 20 Mei 2006, dari http://www.kompas.com. Senior. (2005). Indigo Si Anak Old Soul. Diunduh 20 Mei 2006 dari http://www.kompas.com/kesehatan/news/0506/17/154633.htm. Shaughnessy, J., Zechmeister, E., dan Zechmeister, J. (2007). Metodologi Penelitian Psikologi (ed. ke-7). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Silalahi, T. (2009). Konsep Diri Remaja Indigo. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Salovey, P. B. dan Mayer, M.A. (2004). Emotional Intelligence. New York: National Professional Resources, Inc. Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Supratiknya. A. (2008). Tata Tulis Artikel Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Tape, N. A. (1982). Understanding Your Life Through Color. ISBN 0-940399-008. Starling Publisher, PO Box 278, Carlsbad, CA 92018. Buku ini tidak didistribusikan secara luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Thompson, R.A. (1994). Emotion Regulation: A Theme in Search of Definition. Diunduh 23 Juli 2010, dari http://psychology.ucdavis.edu/labs/Thompson/pubs/article/Thompson1994.pd f Tim Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. (1992). Proyeksi Kepribadian Tes Grafis. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. W. (2007, April 11-20). Resonansi Dunia Berubah Anak Super Bermunculan. Liberty, 17-19. Wade, C. dan Tavris, C. (2007). Psikologi (ed. kesembilan. Alih bahasa: Padang Mursalin, M. Psi dan Dinastuti, M.Psi. Jakarta: Erlangga. Widyarini, N. (2005). Hubungan antara Strategi Kontrol Primer dan Sekunder dengan Perilaku Sehat dan Emosi Negatif pada Penderita Diabetes Militus Tipe II di RSU Dr. Soebandi Jember. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Ysahnaz. (2009, 23 Juni). Indigo Child “Satrio Wibowo”. Diunduh 7 Juli 2010. http://www.youtube.com/watch?v=yPYtTixIB3wdanfeature=related.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
A. Kutipan Wawancara Sumber
: Wawancara peneliti dengan Dr. Tb. Erwin Kusuma SpKJ
Tempat
: di ruang praktek Pro V Clinic
Waktu
: 12 Maret 2008
T: Apa yang menjadi fenomena khas anak indigo? J: Kriteria khas untuk anak indigo: a. Rasional dengan IQ superior, diatas 120. b. Spiritual: - dapat mengetahui kejadian di tempat lain, masa lalu atau masa depan. - dapat berkomunikasi dengan mahluk halus. c. Tanggapan lebih dewasa dari sebayanya sehingga dia tidak terlalu suka bergaul dengan sebayanya. d. Dapat melakukan sesuatu hanya dengan diajarkan sedikit saja. T: Seperti apa fenomena emosi anak indigo yang khas, cenderung negatif atau positif? J: Emosinya perlu dibina karena sopan santun sifatnya untuk tempat, saat dan masyarakat tertentu saja. Bila tidak masuk akal dan tidak spiritual, anak indigo bisa melawan. T: Bagaimanakah konflik yang dialami anak indigo dalam kehidupannya, apakah itu mengganggu? J: Akan terjadi konflik dengan lingkungan yang kurang rasional dan kurang spiritual. Bila orang tua dapat menerima dan cukup rasional dan spiritual, tidak ada konflik. Biasanya di sekolah dengan guru yang otoriter berdisiplin mati (yang tidak masuk akal) misalnya cara mengerjakan soal harus tepat dengan cara guru dan cara lain salah. T: Apakah anak indigo memiliki permasalahan dalam pengelolaan amarahnya? J: Tidak akan timbul permasalahan atau marah. Tetapi bila menghadapi hal-hal yang tidak rasional dan tidak spiritual memang generasi indigo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
perlu meluruskannya. Seperti generasi biru sebelum indigo yang meluruskan cara berpikir dengan berbagai penemuan di bidang teknologi (nalar). T: Kalau anak yang ditangani klinik memiliki pengelolaan diri dalam taraf apa? J: Pembinaan anak indigo di Pro V Clinic sangat individual, tergantung apa yang kurang berkembang dari mereka. Anak indigo seperti juga anak non-indigo bisa saja sehat atau sakit, atau punya keterbatasan tertentu. Terutama penyesuaian diri (EQ: Emotional Quotient, daya penyesuaian diri). Bila orang tua mereka setuju maka dilakukan pembinaan untuk mengembangkan potensi yang terdapat pada mereka. Tetapi tidak semua orang tua setuju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
B. Surat Ijin1
1
Surat ijin dan surat keterangan yang terdapat dalam lampiran ini masih menggunakan judul lama sebelum revisi skripsi yaitu “Pengelolaan Emosi Negatif Anak Indigo”, yang kemudian setelah revisi diubah menjadi “Regulasi Emosi Negatif Anak Indigo”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
C. Surat Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102