i
COVER
PENURUNAN DEPRESI PADA DIFABEL AKIBATKECELAKAAN MELALUI PELATIHAN KETRAMPILAN REGULASI EMOSI
Naskah Publikasi Minat Utama Bidang Psikologi Klinis
Oleh : Rini Setyowati, S.Psi. T 100120001
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
i
ii
ii
iii
20 Juni 2015
iii 20 Agustus 2015
iv
ABSTRAK PENURUNAN DEPRESI PADA DIFABEL AKIBAT KECELAKAAN MELALUI PELATIHAN KETRAMPILAN REGULASI EMOSI Rini Setyowati, Nisa Rachmah Nur Anganthi, Setia Asyanti Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Surakarta Email :
[email protected]
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pelatihan ketrampilan regulasi emosi dalam menurunkan depresi pada difabel akibat kecelakaan. Penelitian ini menggunakan desain nonrandomized control group pretest-posttest dan subjek sebanyak 12 difabel dewasa awal akibat kecelakaan yang terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Beck Depression Inventory (BDI) digunakan untuk mengukur tingkat depresi sebelum, setelah perlakuan dan tindak lanjut. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dengan uji statistik nonparametrik Mann-Whitney U, diketahui terdapat perbedaan penurunan depresi pada kelompok eksperimen yang diberi pelatihan dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan Wilcoxon T, diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara skor depresi sebelum dan setelah pelatihan pada kelompok eksperimen. Data kualitatif juga mendukung analisis kuantitatif, bahwa ketrampilan regulasi emosi pada subjek eksperimen meningkat setelah mengikuti pelatihan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelatihan ketrampilan regulasi emosi terbukti efektif dalam menurunkan depresi pada difabel akibat kecelakaan. Oleh karena itu, diperlukan program pelatihan ini dalam rangka mengatasi depresi pada difabel akibat kecelakaan. Kata Kunci : Pelatihan Ketrampilan Regulasi Emosi, Depresi, Dewasa Awal, Difabel Akibat Kecelakaan.
iv
v
ABSTRACT DECREASED DEPRESSION ON DISABILITY DUE TO AN ACCIDENT THROUGH THE REGULATION EMOTION SKILLS TRAINING Rini Setyowati, Nisa Rachmah Nur Anganthi, Setia Asyanti Master of Professional Psychology University Muhammadiyah Surakarta Email:
[email protected] This study examined the effect of emotion regulation skills training in reducing depression on disability due to an accident. This study used a nonrandomized design pretest-posttest control group and there were 12 subject consisted of 6 experimental group and 6 control group. Beck Depression Inventory (BDI) was used to measure the level of depression before treatment, after treatment and follow-up. Based on the results of quantitative analysis with statistical test nonparametric Mann-Whitney U, the result showed there were differences in decreased depression in the experimental group were given training in comparison with the control group, Wilcoxon T, the result showed there were significant differences between the scores of depression before and after training the experimental group. Qualitative data also supported quantitative analysis, that emotion regulation skills in the subjects of the experiment increased after training. Thus, it can be concluded that the emotion regulation skills training was effective in reducing depression in disabilities due to accidents. Therefore, this training program can be used as a therapy in order to overcome depression on disability due to an accident. Keywords: Emotion Regulation Skills Training, Depression, Adult Earlier, Accidental Disability.
v
1
keadaan; dan (6) bunuh diri adalah dampak
PENDAHULUAN Angka
kecelakaan
memprihatinkan
semakin
setiap
tahunnya.
ekstrim dari dampak psikologis yang mengikuti pasca kecelakaan.
Kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia
Balai Besar Rehabilitasi Bina Daksa
menewaskan hampir 1,2 juta jiwa dan
(BBRSBD) merupakan tempat rujukan
menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang
nasional yang setiap tahun menerima siswa
setiap tahunnya (Kemenhub RI, 2011).
difabel dari berbagai daerah di Indonesia.
Data BPS yang bersumber dari Kepolisian
Berdasarkan hasil dokumentasi laporan
Republik Indonesia, kecelakaan lalu lintas
Praktek Kerja Profesi Psikologi (PKPP)
di Indonesia mulai tahun 2008 sampai
yang dilakukan beberapa praktikan di
2012 berjumlah 415.257 kasus (BPS,
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta
2014). Kecelakaan merupakan kejadian
pada tahun 2014, banyak ditemukan
yang tidak diinginkan, tidak diduga dan
kasusdepresi pada penyandang difabel
mengakibatkan
pascakecelakaan.
kerugian
materi
dan
Penyandang
difabel
berdampak
pada
kesehatan.
Dampak
tersebut merasa cemas, sedih, malu, kurang
kesehatan
dari
kecelakaan
tersebut
percaya diri, tertekan, dan tidak berharga
meliputi kesehatan fisik dan psikologis.
dengan kondisi cacat setelah kecelakaan
Dampak fisik dari kecelakaan dapat berupa
yang dialaminya. Siswa tersebut sering
kecacatan tubuh yang dialami oleh korban.
diam,
menyendiri,
Individu yang mengalami hal tersebut
sendiri
atas
biasanya dikenal dengan sebutan difabel.
dirinya, merasa tidak memiliki kepastian
menyalahkan
kejadian
diri
yang menimpa
Kecacatan atau difabel yang dialami
dalam kehidupan dan beranggapan masa
setelah kecelakaan akan mempengaruhi
depannya suram, bahkan ada seorang siswa
pertumbuhan, perkembangan perilaku dan
yang melakukan percobaan bunuh diri.
emosi sehari-hari (Senra, 2011). Perubahan
Siswa tersebut memiliki ketidakstabilan
drastic
yang
emosi sehingga mudah marah, berteriak-
mengakibatkan kecacatan, terutama pada
teriak menarik diri dari lingkungan sosial
fisiknya, memberi tekanan psikologis yang
dan
sangat
menghadapi
seperti
besar
kecelakaan
bagi
individu
yang
cenderung
menghindar
permasalahan.
dalam (Candra,
mengalaminya. Menurut Senra (2011),
2014). Kondisi ini menunjukkan bahwa
dampak psikologis yang mengikuti difabel
siswa difabel mengalami gejala depresi dan
antara lain: (1)depresi, (2) trauma; (3)
memiliki reaksi emosi yang negatif.
marah; (4) shock; (5) tidak dapat menerima
2
Depresi
menurut
Beck
(1985),
emosi,
dan
terapi
regulasi
emosi.
merupakan suatu “primary mood disorder”
Pengembangan regulasi emosi diperlukan
atau sebagai suatu “affective disorder”.
karena
Beck
disfungsional
memandang
depresi
dalam
strategi
regulasi
emosi
yang
berpengaruh
dalam
komponen-komponen sebagai berikut :
patogenesis depresi dan penyakit fisiologis,
1) Depresi merupakan kesedihan yang
sedangkan strategi regulasi emosi adaptif
berkepanjangan dan keadaan jiwa yang
menyebabkan pengurangan emosi stres
apatis (komponen afektif).
yang
menimbulkan
gangguan
fisik.
2) Depresi merupakan cara berpikir yang
Penelitian mengenai depresi dan regulasi
salah dalam memandang realitas di luar
emosi juga dilakukan oleh Joorman dan
dan di dalam diri sendiri, sehingga
Gotlib (2010) yang menemukan bahwa
terbentuk konsep diri yang negatif yang
depresi
berlanjut pada perasaan rendah diri
regulasi emosi yang digunakan. Perbedaan
(komponen kognitif).
individu
3) Depresi merupakan gangguan terhadap fungsi
fisiologis
yang
antara
lain
menyebabkan sukar tidur dan hilangnya
4) Depresi
dalam
oleh
penggunaan
menggunakan
strategi
regulasi emosi, memainkan peran penting dalam pemulihan dari depresi dan dapat meningkatkan risiko untuk kambuh.
nafsu makan serta seksual (komponen fisiologis).
dipengaruhi
Pelatihan ketrampilan regulasi emosi dalam penelitian ini merupakan kegiatan
merupakan
hilangnya
yang
dilakukan
dengan
memberi
kemampuan untuk berfungsinya secara
pengertian, pengetahuan, dan kecakapan
wajar serta hilangnya dorongan dan
untuk
energi
memodifikasi
untuk
bertindak
(komponen
perilaku).
treatmenbiologis,
intervensisosiokulturaldan seperti
yang
reaksi
mengevaluasi, emosional
dan serta
bagaimana emosi tersebut diekspresikan,
Penanganan terhadap depresi dapat berupa
memonitor,
sehingga peserta dapat mengaplikasikan
psikologis,
untuk meningkatkan kemampuan regulasi
interpersonal
emosi yang dimiliki. Selainitu, dalam
dikemukakan
oleh
pelatihan ini juga menggunakan konsep
(2010).Menurut
ketrampilan regulasi emosi dari Greenberg
Compare, Zarbo, Shonin, Gordon dan
(2002) berupa kemampuan individu dalam
Marconi(2014)
mengelola
HalgindanWhitbourne
pendekatan
intervensi
emosi-emosi
negative
untuk depresi dengan mengembangkan
maladaptive menjadi emosi yang positif
regulasi emosi yang efektif dapat berupa
dan adaptif.
terapi berbasis kesadaran, terapi fokus
3
Adapun
ketrampilan
yang
akan
individu tidak terbawa dan terpengaruh
dilatih dalam pelatihan ini adalah sebagai
secara
berikut :
mengakibatkan individu tidak mampu
1) Ketrampilan memonitor emosi adalah
lagi berpikir rasional. Sebagai contoh
ketrampilan
yang
Hal
ini
untuk
ketika individu mengalami perasaan
individu
kecewa dan benci, kemudian mampu
memahami
menerima perasaan tersebut apa adanya,
keseluruhan proses yang terjadi di
tidak berusaha menolak, dan berusaha
dalam diri, seperti: perasaan, pikiran,
menyeimbangkan emosi tersebut secara
dan latar belakang dari tindakan (Gross,
konstruktif.
meningkatkan dalam
diberikan
mendalam.
kemampuan
menyadari
dan
2006). Aspek ini merupakan dasar dari
Pengaturan emosi dapat dilakukan
seluruh aspek lain. Artinya kesadaran
dengan cara latihan dan relaksasi. Gross
diri akan membantu tercapainya aspek-
dan
aspek yang lain. Memonitor emosi
bahwa latihan dan relaksasi merupakan
membantu individu terhubung dengan
cara untuk dapat mengatur emosi
emosi-emosi,
dan
negatif, misalnya rasa marah dan sedih
keterhubungan ini membuat individu
dan dapat digunakan untuk mengurangi
mampu
menamakan
perilaku psikologis yang mengganggu
setiap emosi yang muncul. Individu
misalnya sifat agresif atau depresif.
yang memiliki kemampuan mengenal
Individu yang mampu mengatur emosi
emosi
dapat
negatifnya akan lebih mudah untuk
memberikan reaksi emosi yang baik dan
mengendalikan emosi dan menemukan
tepat dan pada akhirnya dapat terhindar
cara-cara yang tepat untuk menyikapi
dari
emosi tersebut, sehingga memunculkan
pikiran-pikiran,
mengenal
yang
dan
baik,
keadaan
akan
distres
psikologis
(Hidayati, 2008).
perilaku yang tepat pula.
2) Ketrampilan mengevaluasi emosi yaitu ketrampilan meningkatkan
yang
Thompson (2007) menyatakan
diberikan
kemampuan
untuk individu
3) Ketrampilan mengekspresikan emosi adalah untuk
ketrampilan
yang
meningkatkan
kemampuan
dalam mengelola dan menyeimbangkan
individu
emosi-emosi
(Gross,
perasaan atau emosinya, baik positif
2006). Kemampuan mengelola emosi-
ataupun negatif kepada orang lain
emosi khususnya emosi negatif seperti
(Greenberg,
kemarahan,
kecewa,
mengekspresikan emosi baik secara
dendam, dan benci akan membuat
lisan maupun tulisan dapat membantu
yang
dialami
kesedihan,
dalam
diberikan
2002).
mengungkapkan
Kemampuan
4
meningkatkan kesehatan, kesejahteraan
dan mempercepat proses penyembuhan
psikologis
akibat
dan
fungsi
fisik
pada
peristiwa
yang
seseorang saat menghadapi peristiwa
(Hidayati,
traumatik dalam hidupnya, juga dapat
memiliki emosi positif lebih dapat
meningkatkan proses penyembuhan dan
bersikap
kesehatan mental, membantu mengatasi
stressor kehidupan. Kemampuan ini
distress psikologis, mengurangi emosi-
membuat
emosi
menumbuhkan optimisme dalam hidup.
negatif
dan
menurunkan
2008).
menekan
adaptif
Individu
terhadap
yang
berbagai
individu
mampu
simptom-simptom depresi (Greenberg
Kemampuan ini
&
2008).
mampu bertahan dalam masalah yang
Ketrampilan mengekspresikan emosi
membebani, mampu terus berjuang
dalam pelatihan ini ditekankan pada
ketika
pentingnya membagi perasaan (katarsis)
besar, dan tidak mudah putus asa serta
kepada
kehilangan harapan.
Stone,
dalam
orang
Hidayati,
lain
dan
mencari
penyelesaian permasalahan
sehingga
beban-beban psikologis yang dirasakan dapat berkurang.
yang
meningkatkan
menghadapi
individu
hambatan
yang
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakansuatu quasi-
4) Ketrampilan memodifikasi emosi yaitu ketrampilan
membuat
diberikan
kemampuan
untuk individu
experimental menggunakan
researchdengan modelnon
randomized
control group pretest-post test design.
dalam mengubah emosi sedemikian
Variabel
rupa sehingga mampu memotivasi diri
penelitian ini meliputi variabel tergantung
terutama ketika individu berada dalam
yaitu depresi dan variabel bebas yaitu
keadaan putus asa, cemas, dan marah
pelatihan ketrampilan regulasi emosi.
(Gross, 2006). Modifikasi emosi ini
yang
Subjek
menjadi
dalam
fokus
penelitian
dalam
ini
dapat berupa mengubah emosi negatif
berjumlah 12 orang yang memiliki kriteria
menjadi emosi positif. Emosi positif
inklusi sebagai berikut: a) difabel akibat
baik berupa optimisme, kebahagiaan,
kecelakaan, b) berusia 20-29 tahundan
perilaku memaafkan, harapan, cinta
dikategorikan sebagai dewasa awal, c)
maupun rasa syukur, terbukti dapat
pendidikan dari tingkat SD hingga SMA,
mengatasi
dan
d) tingkat depresi sedang atau berat
kecenderungan
stres
mengurangi dan
depresi,
berdasarkan Beck Depression Inventory
meningkatkan kemampuan relisiensi,
(BDI), dan e) mengisi lembar informed
serta mereduksi munculnya penyakit
5
consent pelatihan ketrampilan regulasi
3. Kelompok simtom kognitif pada huruf
emosi.Subjek penelitian tersebut dibagi
item CEFGHN, yaitu perasaan gagal,
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
perasaan bersalah, pengharapan akan
eksperimen yang mendapat
perlakuan
dihukum, rasa tidak suka terhadap diri
regulasi
sendiri, menyalahkan diri sendiri, dan
berupa
pelatihan
emosi
dan
ketrampilan
kelompok
kontrol
tidak
diberikan perlakuan tetapi akan diberikan pelatihan
ketrampilan
regulasi
emosi
setelah penelitian selesai (waiting list).
perubahan kesan pada tubuh. 4. Kelompok simtom fisik dan vegetative pada
huruf
item
PQRSTU,
yaitu
gangguan tidur, mudah lelah, hilangnya
Metode pengumpulan data dalam
nafsu makan, perubahan berat badan,
penelitian ini adalah dengan menggunakan
tanggapan yang salah mengenai tubuh,
Beck Depression Inventorydari Aaron T.
dan hilangnya libido.
Beck yangtelah diadaptasikan oleh Saleh
Menurut Beck (1985), kategorisasi
Achmad (1988) dan diperbanyak oleh
dari nilai BDI dapat dilihat pada tabel 1:
Laboratorium
Tabel 1. Kategorisasi Total Nilai BDI Klasifikasi Nilai BDI Tingkat Depresi 1-10 Normal Ringan 11-16 Gangguan depresi ringan 17-20 Depresi sudah mengarah ke klinis Sedang 21-30 Depresi sedang 31-40 Depresi berat Berat Di atas 40 Depresi ekstrim
Universitas
Fakultas
Psikologi
Muhammadiyah
Surakarta.
Beck (1985) melakukan seleksi terhadap simtom
depresi,
kemudian
menyusun
menjadi 21 kategori simtom yang disusun dari
A
sampai
U
yang
dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok simtom, yaitu : 1. Kelompok simtom afektif pada huruf
Metode pengumpulan data tambahan
kesedihan,
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ketidakpuasan, frekuensi menangis, dan
wawancara pra dan pasca perlakuan,
kejengkelan atau lekas marah.
observasi, tugas rumah, worksheet serta
item
ADJK,
yaitu
2. Kelompok simtom motivasional pada
lembar evaluasi yang diisi oleh subjek
huruf item BILMO, yaitu pesimis,
selama proses pelatihan. Lembar evaluasi
keinginan
atau
kecenderungan hubungan
ide menarik
sosial,
bunuh
diri,
digunakan untuk mengetahui sejauh mana
diri
dari
pelatihan
ketidakmampuan
mengambil keputusan, dan kelambanan dalam bekerja.
bermanfaat negatif.
ketrampilan dalam
regulasi
emosi
mengelola
emosi
6
Adapun pelaksanaan penelitian: 1. Memberikan baseline dengan Beck Depression
Inventory
sesi ketrampilan memodifikasi emosi
pada
dan penutupan. Pelatihan diberikan oleh
kelompok subjek. Kemudian subjek
fasilitator dan dibantu co-fasilitator di
digolongkan menurut tingkat depresi
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
berdasarkan skor yang diperoleh. Skor
Modul
tinggi menunjukkan tingkat depresi
fasilitator dan modul peserta yang berisi
berat,
materi dan worksheet.
sedangkan
(BDI)
sedangkan pertemuan ketiga terdiri dari
skor
rendah
menunjukkan tingkat depresi ringan.
5. Memberikan
2. Mengelompokkan subjek yang memiliki tingkat
depresi
menjadi
sedang
kelompok
pelatihan
atau
berat
kontrol
dan
eksperimen.
berupa
postest
modul
dengan
Beck
Depression Inventory (BDI) pada kedua kelompok
baik
kontrol
maupun
eksperimen setelah diberi perlakuan. 6. Melakukan pengukuran kembali satu
3. Memberikan pretest pada tanggal 23
minggu
dan
dua
minggu
setelah
Maret 2015 dengan Beck Depression
pelatihan berlangsung sebagai tindak
Inventory
lanjut 1 dan tindak lanjut 2.
(BDI)
pada
kelompok
eksperimen dan kontrol.
7. Menganalisis hasil perlakuan untuk
4. Memberikan perlakuan berupa pelatihan ketrampilan
regulasi
emosi
pada
kelompok eksperimen pada tanggal 23, 25 dan 28 Maret 2015, sedangkan kelompok
kontrol
nonperlakuan pada depresi pada difabel akibat kecelakaan. Analisis
terhadap
data
yang
diberikan
diperoleh dalam penelitian ini diolah
perlakuan(waiting list). Pelatihan ini
dengan statistik non-parametrik. Analisis
menggunakan pendekatan experiential
kuantitatif
learning yang diberikan sebanyak 3 kali
Depression
pertemuanyaitu 150-180 menit untuk
menggunakan Mann-Whitney U Test untuk
tiap
melihat
pertemuannya.
tidak
mengetahui pengaruh perlakuan dan
Pelatihan
pada
diperoleh Inventory
adanya
dari
skor
(BDI)
perbedaan
Beck dengan
penurunan
pertemuan pertama terdiri dari sesi
depresi pada kelompok eksperimen yang
pembukaan,
dan
telah diberi pelatihan ketrampilan regulasi
emosi.
emosi dibandingkan dengan kelompok
Pelatihan pada pertemuan kedua terdiri
kontrol (hipotesis I) dan Wilcoxon T Test
dari sesi ketrampilan mengevaluasi
untuk melihat apakah penurunan depresi
emosi,
pada kelompok eksperimen signifikan
ketrampilan
kondisi
difabel,
memonitor
berlatih
relaksasi
dan
ketrampilan mengekspresikan emosi,
(hipotesis II).
7
Metode tambahan yang digunakan Tabel
untuk memperkuat uji hipotesis adalah analisis
kualitatif.
Analisis
kualitatif
dilakukan dengan mencermati perubahan skor item dalamBeck Depression Inventory (BDI)
pada
pretest,
posttest,
tindak
lanjut,wawancara pra dan pasca perlakuan, sharing, observasi, tugas rumah, data demografi, worksheet serta lembar evaluasi
untuk mengetahui sejauh mana pelatihan
disimpulkan penurunan
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa depresi
ada
perbedaan
pada
kelompok
eksperimen yang telah diberi pelatihan ketrampilan regulasi emosi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya hasil pengujian hipotesis II pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 3: Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis II
dalam mengelola emosi negatif.
1. Hasil analisis kuantitatif
bahwa
probabilitas (p) 0,002 < 0,05, maka dapat
ketrampilan regulasi emosi bermanfaat
HASIL
menunjukkan
besarnya nilai z hitung -2,892 dan nilai
yang diisi oleh subjek selama proses pelatihan. Lembar evaluasi digunakan
2
Z Asymp . Sig. (2tailed)
Baseline -Pretest
PretestPosttest
PosttestTindak lanjut1
-0.962 0.336
-2.207 0.027
-2.041 0.041
Tindak lanjut1Tindak lanjut2 -0.707 0.480
bahwa hipotesis I yaitu ada perbedaan kelompok
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa
eksperimen yang telah diberi perlakuan
probabilitas (p) signifikansi pada baseline-
berupa pelatihan ketrampilan regulasi
pretest> 0,05, maka dapat disimpulkan
emosi dibandingkan dengan kelompok
bahwa tidak terdapat penurunan depresi
kontrol
Hasil
yang
pada
eksperimen antara pada saat pengambilan
penurunan
depresi
dapat
perhitungan
uji
pada
diterima. hipotesis
I
signifikan
data
kontrol dapat dilihat pada tabel 2:
pelaksanaan pelatihan ketrampilan regulasi
Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis I
emosi (pretest). Sementara, probabilitas (p)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
(baseline)
dan
kelompok
kelompok eksperimen dan kelompok
Gainscore 0.000 21.000 -2.892 0.004 0.002
awal
pada
sebelum
signifikansi pada pretest-posttest(hipotesis I) dan posttest-tindak lanjut 1< 0,05, maka dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
penurunan depresi yang signifikan pada kelompok eksperimen
antara
sebelum
8
(pretest) dan sesudah (posttest) serta antara
(tindak lanjut 1), dan setelah 2 minggu
sesudah (posttest) diberi perlakuan berupa
pelaksanaan pelatihan (tindak lanjut 2).
pelatihan ketrampilan regulasi emosi dan setelah 1 minggu pelaksanaan pelatihan (tindak lanjut 1). Penurunan depresi pada
2. Hasil Analisis Kualitatif Subjek
kelompok
kelompok eksperimen ini tidak terjadi lagi
dalam
pada saat antara setelah 1 minggu (tindak
penurunan skor depresi yang telah
lanjut) dan setelah 2 minggu (tindak lanjut
diukur sebelum (pretest) dan setelah
1)
ketrampilan
(posttest) pelatihan ketrampilan regulasi
regulasi emosi. Hal ini diketahui dari nilai
emosi. Penurunan skor depresi tersebut
probabilitas (p) signifikansi tindak lanjut 1-
juga cenderung stabil pada saat setelah
tindak lanjut 2 > 0,05.
1 minggu (tindak lanjut 1) dan setelah 2
pelaksanaan
pelatihan
penelitian
eksperimen
ini
mengalami
Perbedaan rata-rata skor depresi
minggu pelaksanaan pelatihan (tindak
antara kelompok eksperimen dan kontrol
lanjut 2). Penurunan skor depresi
juga dapat dilihat pada gambar 1 :
tersebut ditunjukkan dari skor Beck Depression Inventory (BDI) yang diisi
30 25 20 15 10 5 0
oleh subjek. Dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti pelatihan, subjek Kontrol
tidak lagi mengalami kesulitan dalam
Eksperimen
menghadapi pengalaman emosi akibat perubahan kondisi fisik. Penurunan
Gambar 1. Grafik Rata-rata Skor Depresi Kelompok Eksperimen dan Kontrol Grafiktersebut menunjukkan bahwa
depresi
disebabkan
oleh
ketrampilan
regulasi
dimiliki
subjek
subjek
meningkatnya emosi
setelah
yang
mengikuti
pelatihan. Peningkatan tersebut tampak
subjek penelitian baik pada kelompok
selama
eksperimen maupun kontrol berada dalam
pelatihan, baik selama maupun setelah
kondisi yang sama pada saat baseline dan
proses pelatihan berakhir. Peningkatan
sebelum eksperimen (pretest). Selanjutnya,
tersebut didukung oleh sikap kooperatif
terjadi
pada
subjek dalam mengikuti seluruh proses
dibandingkan
pelatihan, sikap terbuka dalam sharing
kelompok kontrol pada pengukuran setelah
dan menceritakan pengalaman emosi
pelatihan (postest), setelah 1 minggu
mengenai kecelakaan yang dialaminya.
penurunan
kelompok
skor
eksperimen
depresi
subjek
mengikuti
proses
9
Ketika
subjek
melakukan
merasakan adanya perubahan dalam diri
relaksasi pernafasan diafragma, subjek
yaitu
merasakan perubahan, yaitu subjek
menghadapi
merasa nyaman, rileks, dan tenang.
terutama
Selama
mengalami
tersebut membuat subjek mengalami
mengalami
penurunan depresi, antara lain simtom
emosi negatif seperti marah, menyesal,
afektif, motivasional, kognitif, fisik dan
dan
vegetatif menjadi kecil.
ini
subjek
ketegangan fisik ketika
bersalah.
ketrampilan
Setelah
memperoleh
relaksasi
pernafasan
diafragma, subjek dapat
mengelola
menjadi
lebih
sabar
dalam
pengalaman
emosi
negatif.
emosi, Perubahan
PEMBAHASAN
ketegangan fisik yang dirasakan dan
Berdasarkan
hasil
uji
hipotesis
merasa lebih tenang. Subjek dapat
menunjukkan hipotesis yang menyatakan
mengurangi kelelahan fisik dan sulit
ada perbedaan penurunan depresi pada
tidur yang dialami selama ini dengan
kelompok eksperimen yang telah diberi
mempraktekkan relaksasi pernafasan
pelatihan
diafragma.
dibandingkan dengan kelompok kontrol
Setelah pelatihan selesai, subjek
ketrampilan
regulasi
emosi
dapat diterima.
mampu memahami situasi yang dialami
Perbedaan
rata-rata
(mean) skor
terkait dengan perubahan kondisi fisik.
depresi sebelum dan sesudah perlakuan
Subjek dapat mengenali dan memahami
atau pelatihan pada kelompok eksperimen
perasaan dan emosi yang dimilikinya.
dan kelompok kontrol dapat dilihat pada
Subjek menerima emosi dan perasaan
gambar grafik 2 sebagai berikut :
yang
dialami
perubahan
dalam
kondisi
menghadapi
fisik.
Subjek
menyadari bahwa emosi tersebut wajar dialami oleh difabel akibat kecelakaan dan tidak lagi mengingkari perasaan dan emosi
tersebut.
mengelola
dan
Subjek
mampu
mengubah
emosi
tersebut menjadi emosi yang positif dengan
memotivasi
dan
berpikiran
positif terhadap suatu situasi. Secara mengikuti
keseluruhan proses
pelatihan,
setelah subjek
30 25 20 15 10 5 0
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
10
Gambar 2. Grafik Perbedaan Mean Skor Depresi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
(posttest) pelatihan dan setelah 1 minggu pelaksanaan pelatihan (tindak lanjut 1). Namun demikian, pada saat antara tindak lanjut 1 dan tindak lanjut 2 tidak terdapat
Penurunan
skor
depresi
pada
penurunan depresi yang signifikan. Hal ini
kelompok eksperimen di atas terjadi secara
dapat diartikan bahwa skor depresi pada
signifikan.
Artinya,
pada
kelompok
kelompok eksperimen cenderung stabil
eksperimen
yang
diberi
pelatihan
antara setelah 1 minggu pelaksanaan
ketrampilan
regulasi
terjadi
pelatihan (tindak lanjut 1) dan setelah 2
penurunan skor depresi yang signifikan
minggu pelaksanaan pelatihan ketrampilan
antara sebelum dan setelah pelatihan yang
regulasi emosi (tindak lanjut 2).
emosi,
diberikan. Selain itu, penurunan skor
Hampir
seluruh
subjek
dalam
depresi pada setelah 1 minggu dan 2
kelompok
minggu pelaksanaan pelatihan cenderung
perubahan yang positif berupa peningkatan
stabil. Sedangkan pada kelompok kontrol
dalam penguasaan ketrampilan regulasi
yang tidak diberi pelatihan ketrampilan
emosi.
regulasi emosi tidak terjadi penurunan
mencolok
bahkan beberapa pada subjek terjadi
menerima perasaan serta emosi akibat
sedikit peningkatan skor depresi.
perubahan kondisi fisik yang selama ini
eksperimen
Beberapa adalah
menunjukkan
perubahan memahami
yang dan
Berdasarkan hasil analisis antara
diingkari ini menjadi meningkat. Subjek
baseline dan pretest, diketahui bahwa pada
menyadari bahwa emosi tersebut wajar
saat pengambilan data awal (baseline)
dialami oleh difabel akibat kecelakaan dan
sampai sebelum pelaksanaan pelatihan
tidak lagi mengingkari perasaan dan emosi
(pretest) skor depresi pada kelompok
tersebut.
eksperimen belum mengalami penurunan. Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa
hipotesis
yang
berbunyi
ada
Selain itu, hampir sebagian besar subjek mampu mengidentifikasi perasaan, emosi,
memahami
hubungan
antara
penurunan depresi yang signifikan pada
pikiran, perasaan, dan perilaku. Subjek
kelompok eksperimen
sebelum
mampu memahami bahwa pikiran dan
(pretest) dan sesudah (posttest) diberi
perasaan yang dimiliki terhadap suatu
perlakuan berupa pelatihan ketrampilan
situasi akan mempengaruhi perilakunya
regulasi emosi dapat diterima. Penurunan
terhadap situasi tersebut, sehingga subjek
depresi yang signifikan pada kelompok
merasa perlu untuk mengubah pikiran
eksperimen ini juga terjadi antara sesudah
negatif
antara
menjadi
positif
agar
dapat
11
berperilaku
yang
ini
berlatih untuk mengungkapkan perasaan
nampak ketika subjek mengisi worksheet
dengan menulis surat ungkapan perasaan
dan studi kasus “situasi yang dihadapi”
kepada seseorang. Meskipun pada awalnya
pada saat mengikuti pelatihan. Subjek juga
sulit, akan tetapi sebagian besar subjek
mampu mengelola emosi dan mengubah
telah
emosi
permintaan maaf maupun terima kasih atas
negatif
sebaiknya.
menjadi
Hal
emosi
positif
dengan memotivasi dan berpikiran positif
mampu
menuliskan
ungkapan
dukungan dari orang-orang terdekatnya.
terhadap suatu situasi. Pada evaluasi hasil
Hasil penelitian efektivitas pelatihan
dan wawancara, subjek mengungkapkan
ketrampilan
bahwa ketika merasa sedih maupun putus
penurunan depresi ini sejalan dengan
asa, subjek mencoba mengingat orang tua
pernyataan Thompson (dalam Putnam,
dan keluarganya di rumah sehingga subjek
2005), bahwa individuyang mempunyai
dapat kembali bersemangat.Oleh karena
regulasi emosi tinggi dapat mengetahui apa
itu, subjek telah menemukan solusi dalam
yang dirasakan, dipikirkan dan apa yang
menghadapi
menjadi latar belakang dalam melakukan
pengalaman
emosi
dan
regulasi
suatu
berpikir
menerapkan
mengevaluasi emosi-emosi yang dialami
ketrampilan tersebut dalam kehidupan
sehingga bertindak secara rasional bukan
sehari-hari.
secara emosional, dan mampu untuk
serta
Ketika subjek melakukan relaksasi pernafasan diafragma, subjek merasakan
mampu
terhadap
perubahan kondisi fisik yaitu dengan positif
tindakan,
emosi
untuk
memodifikasi emosi yang dialami sehingga dimungkinkan difabelterhindardaridepresi.
perubahan, yaitu subjek merasa nyaman,
Menurut Strongman (2003), regulasi
rileks, dan tenang. Selama ini subjek
emosi yang rendah berhubungan dengan
mengalami
ketika
perilaku tidak terkontrol (uncontrolled),
mengalami emosi negatif seperti marah,
perilaku sosial yang tidak konstruktif,
menyesal,
Setelah
perilaku agresi yang tinggi, perilaku pro
relaksasi
sosial yang rendah dan rentan terhadap
memperoleh pernafasan
ketegangan
dan
fisik
bersalah.
ketrampilan diafragma,
subjek
dapat
pengaruh emosi negatif dan penolakan
mengelola ketegangan fisik yang dirasakan
sosial, sebaliknya dengan regulasi emosi
dan merasa lebih tenang.
yang tinggi berhubungan dengan perilaku
Subjek dalam kelompok eksperimen
terkontrol, perilaku sosial yang konstruktif,
telah mampu mampu mengekspresikan
dan perilaku prososial tinggi. Sehingga
emosi yang dimilikinya setelah mengikuti
regulasi emosi membantu difabel akibat
pelatihan. Hal ini nampak ketika subjek
kecelakaan untuk menghasilkan emosi
12
yang adaptif, perilaku yang konstruktif dan
Subjek merasakan manfaat yang besar dari
terorganisir dalam menghadapi perubahan
penerapan
kondisi fisik.
menerapkan
Hasil penelitian pengaruh pelatihan ketrampilan
misalnya
relaksasi
pernafasan
diafragma saat menghadapi situasi yang memancing emosi, lebih terbuka dan
penurunan depresi sejalan dengan hasil
ekspresif, serta lebih bersabar.Subjek juga
penelitian yang dilakukan oleh Joorman
dapat mengurangi kelelahan fisik dan sulit
dan Gotlib (2010) maupun Compare, dkk
tidur yang dialami selama ini dengan
(2014) yaitu penggunaan strategi regulasi
mempraktekkan
emosi yang adaptif (seperti penilaian
diafragma dalam kehidupan sehari-hari.
emosi
emosi
tersebut,
terhadap
kembali)
regulasi
materi
mempengaruhi
stres
sebaliknya
dan
pengurangan
pemulihan
depresi,
regulasi
emosi
strategi
relaksasi
Faktor
yang
keberhasilan
pelatihan
fasilitator.
pernafasan
mendukung adalah
peran
Penguasaan
materi,
disfungsional (seperti perenungan dan
pengalaman, dan kualitas interpersonal
penekanan emosi) berpengaruh dalam
yang baik merupakan modal utama yang
patogenesis depresi dan penyakit fisiologis.
mendukung fasilitator dalam menjalankan
Subjek yang telah mampu memahami
pelatihan dengan baik. Fasilitator mampu
situasi
memimpin proses pelatihan dengan baik,
yang dialami, mengelola
dan
mengubah emosi negatif dengan emosi
mampu
positif
dan
keterbukaan dan keakraban di antara
bahwa
subjek, mampu menjelaskan materi serta
subjek tersebut telah menggunakan strategi
memandu relaksasi pernafasan diafragma
regulasi yang adaptif yaitu penilaian
dengan baik. Fasilitator bercerita mengenai
kembali, sehingga membantu pemulihan
pengalaman
depresi yang dialaminya.
Pandanarang yang menangani dampak
dengan
memotivasi
diri
berpikir
positif
menunjukkan
Pelatihan ketrampilan regulasi emosi
menumbuhkan
dialami
dalam
kecelakaan.
depresi
dengan
di
RSUD
psikologis dan berbagai perawatan yang
ini dapat dikatakan membantu subjek menangani
praktek
suasana
oleh
pasien
amputasi
Fasilitator
juga
akibat
bercerita
didasarkan dari data wawancara, tugas
pengalamannya berkaitan dengan materi
rumah, worksheetserta lembar evaluasi
pelatihan yang mudah dipahami oleh
yang peneliti dapatkan dari subjek. Subjek
subjek.
mengatakan
bahwa
subjek
selalu
Suasana keakraban sudah dibangun
menerapkan apa yang diperoleh di setiap
dari awal pelatihan dengan ice breaking
sesi pelatihan dalam kehidupan sehari-hari.
perkenalan yang penuh canda tawa. Pada
13
awal pelatihan, beberapa subjek nampak
bahwa kelompok subjek nampak sudah
diam dan pasif, akan tetapi lama-kelamaan
menerima keadaan dirinya dan bersikap
mulai tersenyum dan aktif memberikan
terbuka kepada tim pelatihan.
pendapat dan masukan kepada fasilitator
Partisipasi
dari
subjek
juga
maupun subjek yang lain. Sikap terbuka
mendukung keberhasilan dalam pelatihan.
juga mulai nampak ketika kegiatan sharing
Subjek dalam pelatihan ini kooperatif dan
dan
memperhatikan
menceritakan
pengalaman
emosi
traumatis
yaitu
mengenai
kejadian
kecelakaan
yang dialaminya.
Masing-
apa
yang
diberikan
fasilitator. Subjek pelatihan juga datang sesuai
jadwal
pelatihan
yang
telah
masing subjek bersedia mengungkapkan
ditentukan bersama. Meskipun pelatihan
perasaannya ketika mengetahui perubahan
mundur selama 30 menit, subjek tetap
kondisi fisiknya yang tidak lagi sempurna.
dengan sabar menunggu sampai seluruh
Subjek yang lain mendengarkan ungkapan
subjek pelatihan datang lengkap. Motivasi
perasaan tersebut, kelompok subjek juga
yang
memberikan dukungan dan bantuan kepada
menceritakan
subjek lain yang membutuhkan sehingga
menghadapi
kelompok subjek saling memotivasi antara
menceritakan pengalaman dan perasaannya
satu dengan yang lainnya. Kelompok
selama
subjek
dan
Motivasi subjekpun tetap terjaga sampai
semakin
pelatihan berakhir. Subjek penelitian juga
banyak perasaan yang diungkapkan maka
diberikan tugas rumah berupa wawancara
akan membuat kelompok subjek saling
difabel berprestasi dan catatan harianku.
memahami dan mendukung. Kondisi yang
Melalui tugas rumah wawancara difabel
demikian juga dapat memberikan dampak
berprestasi, subjek telah mendapatkan
positif
pengalaman dalam mengelola emosi dari
ini
merasa
sepenanggungan,
dalam
senasib
sehingga
penyembuhan
dan
keberhasilan proses pelatihan. Beberapa subjek yang pada awal pertemuan
sikap
pengalaman perubahan
mengikuti
yang
pembelajaran
terbuka
dalam
kondisi
proses
fisik,
pelatihan.
diwawancarai sehingga
dalam
subjek
sebagai dapat
menyembunyikan
menerapkan pengalaman tersebut dalam
yang cacat, lama-
kehidupan sehari-hari. Sementara melalui
kelamaan mulai nampak percaya diri,
tugas rumah catatan harianku, peneliti dan
bahkan di akhir sesi pelatihan semua
fasilitator dapat memantau sejauhmana
subjek saling menunjukkan luka bakar
subjek mengaplikasikan ketrampilan yang
maupun bekas amputasi yang dimilikinya
dipelajari dari pelatihan pertemuan kedua
anggota
pelatihan
difabel
tinggi,
tubuhnya
kepada tim pelatihan. Hal ini menunjukkan
14
Faktor
lain
keberhasilan
yang
peneliti adalah tempat pelatihan yang
di-
kurang kondusif bagi subjek, yaitu subjek
professional judgement oleh dosen dan
mengikuti pelatihan di mushola dengan
fasilitator serta telah diujicobakan terlebih
tidak
dahulu
menyulitkan
yang
adalah
Kendala lain yang dialami oleh
modul
pelatihan
pelatihan
mendukung
dirancangtelah
kepada
responden
untuk
adanya
kursi subjek
dan
meja
dalam
yang
mengisi
disesuaikan dengan pemahaman subjek,
worksheet atau mengerjakan tugas yang
sehingga diharapkan materi dalam modul
diberikan fasilitator. Namun demikian,
pelatihan dapat dipahami dengan mudah
secera
oleh subjek pelatihan dan lebih aplikatif
kooperatif dan tetap merasa santai dengan
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
keterbatasan tempat dan fasilitas yang ada.
keseluruhan
subjek
nampak
hari. Kendala-kendala yang dialami dalam
KESIMPULAN
penelitian ini adalah peneliti kesulitan
Penelitian ini telah membuktikan
dalam menentukan jadwal pelatihan yang
bahwa
disesuaikan
dengan
jadwal
subjek
depresi pada kelompok eksperimen yang
dikarenakan
padatnya
kegiatan
yang
telah diberi perlakuan berupa pelatihan
Dr.
ketrampilan regulasi emosi dibandingkan
Soeharso Surakarta bagi subjek yang
dengan kelompok kontrol yang tidak diberi
merupakan
perlakuan apapun. Selain itu, penelitian ini
diadakan
oleh
BBRSBD
siswa
Prof.
baru.
Hal
ini
terdapat
perbedaan
penurunan
menyebabkan peneliti menentukan jadwal
juga
pelatihan di sore hari dengan berbagai
ketrampilan regulasi emosi efektif dalam
pertimbangan.
menurunkan depresi pada difabel akibat
Pertimbangan
tersebut,
antara lain: kenyamanan subjek yaitu
membuktikan
bahwa
pelatihan
kecelakaan.
pelatihan dilaksanakan pada saat waktu luang
sehingga
tidak
mengganggu
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di VAK dan memberikan kesempatan bagi subjek untuk beristirahat setelah KBM di VAK. Namun demikian, beberapa subjek masih nampak lelah ketika mengikuti pelatihan
setelah
KBM seharian.
melakukan
aktivitas
SARAN 1. Bagi Difabel Akibat Kecelakaan Difabel akibat kecelakaan diharapkan dapat menerapkan ketrampilan regulasi emosi, seperti memahami dan menerima perasaan dan emosi, mengelola dan mengubah emosi negatif menjadi positif untuk mencegah depresiyang dialami
15
dalam menghadapi perubahan kondisi
terhadap subjek dan memperhatikan
fisik setelah kecelakaan.
faktor
2. Bagi
Pihak
BBRSBD
Prof.
Dr.
eksternal
yang
memberikan
pengaruh terhadap proses penurunan
Soeharso Surakarta
depresi.
Pihak BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
dilakukan agar mampu mengaplikasikan
Surakarta diharapkan dapat memberikan
metode yang diperoleh selama pelatihan
program pelatihan ketrampilan regulasi
dengan tepat. Peneliti selanjutnya juga
emosi sebagai salah satu program
dapat
rehabilitasi
ketrampilan
sosial
dalam
rangka
Pendampingan
intensif
mengembangkan regulasi
ini
pelatihan
emosi
dalam
menghadapi pengalaman emosi difabel
menyelesaikan masalah depresi lebih
akibat kecelakaan pada siswa baru
luas dengan mengadaptasi dan riset
angkatan selanjutnya.
pengembangan dari beberapa materi dan
3. Bagi Praktisi yang Menangani Difabel
metode dari penelitian ini.
Bagi praktisi yang menangani difabel seperti psikolog, pembina asrama, dan pekerja
sosial
diharapkan
memanfaatkan pelatihan ketrampilan regulasi emosi sebagai program yang tepat dalam penanganan depresi dalam menghadapi perubahan kondisi fisik. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
mengusahakan
ketersediaan
fasilitas untuk kenyamanan subjek, seperti meja, kursi dan ruangan yang luas. Penentuan jadwal pelatihan juga penting untuk
diperhatikan,
seperti
melaksanakan pelatihan pada hari libur sehingga pelatihan dapat dimulai pada pagi hari untuk menghindari faktor kelelahan subjek setelah mengikuti kegiatan sehari penuh. Di samping itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan
pendampingan
intensif
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2014). Jumlah Kecelakaan, Koban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan Kerugian Materi yang Diderita Tahun 19922012. http://www.statisticsindonesia.html. Diakses tanggal 17 November 2014 jam 9:36. Beck,
A. T. (1985). Causes and Treatment.Philadelphia: University of Pennsylvania Press..
Candra, P. D. (2014). Laporan Praktek Kerja Profesi Psikologi: Kasus Individu Non-Psikotik di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Surakarta: Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Compare, A., Zarbo,C., Shonin,E., Gordon,W.V.,&Marconi,C. (2014). Emotional Regulation and Depression: A Potential Mediator between Heart and Mind. Hindawi Publishing Corporation Cardiovascular Psychiatry and
16
Neurology Volume 2014, Article ID 324374. Greenberg, L.S. (2002). Emotion-focused therapy: Coaching clients to work through theirfeelings. Washington, DC: American Psychological Association. Gross, J. J. (2006). Handbook of Emotion Regulation. New York: Guilford Press. Gross, J. J.,&Thompson,R. A. (2007). Emotion Regulation: Conseptual Foundations (Chapter 1). Handbook of Regulation Emotion (pp. 3-24). New York: Guilford Press. Halgin, R., &Whitbourne, S.K. (2010). Psikologi Abnormal: Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika. Hidayati, N. (2008). Penanganan Stres IbuIbu Korban Lumpur Panas Lapindo dengan Pelatihan Regulasi Emosi. Thesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Joormann, J.,&Gotlib,I. H. (2010).Emotion Regulation in Depression: Relation to Cognitive. InhibitionNIH Public Access.24(2): 281– 298.doi:10.1080/0269993090340794 8.
Kemenhub RI, 2011. Perhubungan Darat Dalam Angka 2010. http://www.hubdat.web.id.Diakses tanggal 17 November 2014 jam 9:46. Makmuroch. (2014). Keefektifan Pelatihan Ketrampilan Regulasi Emosi Terhadap Penurunan Tingkat Ekspresi Emosi Pada Caregiver Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Wacana Jurnal Psikologi Vol.6 No.11 Januari 2014. Putnam, K. M. &Silk,K. R.(2005). Emotion Dysregulation and The Development of Borderline Personality Disorder. Jurnal ofDevelopment and Psychopatology. 17. 899-925. Senra, H., Oliveira, R.A., Leaf, I. &Vieira, C. (2011). Beyond the body image: A Qualitative study on how adults experience lower limb amputation. Clinical Rehabilitation. 26(2) 180– 191. doi: 10.1177/0269215511410731 Strongman, K.T. (2003). The Psychology of Emotion: from Everyday Life to TheTheory. New Zealand: Department of Psychology University of Canterbury Christchurch.