PROSES KETERBUKAAN DIRI ANAK INDIGO DALAM PERTEMANAN DENGAN SESAMA ANAK INDIGO DAN BUKAN INDIGO
SKRIPSI
Diajukan guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)
Michelle Subari 10120110033
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI PUBLIC RELATIONS FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA TANGERANG 2014
THE SELF-DISCLOSURE PROCESS OF INDIGO CHILDREN WITH THE FELLOW INDIGO CHILDREN AND WITH THE NON-INDIGO
ESSAY
Submitted to Fulfill Requirement in Achieving Bachelor Degree of Communication Science (S.I.Kom)
Michelle Subari 10120110033
COMMUNICATION SCIENCE COURSES MAJORING MULTIMEDIA PUBLIC RELATIONS COMMUNICATION SCIENCE FACULTY UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA TANGERANG
2
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “PROSES KETERBUKAAN DIRI ANAK INDIGO DALAM PERTEMANAN DENGAN SESAMA ANAK INDIGO DAN BUKAN INDIGO” ini adalah karya ilmiah saya sendiri, bukan plagiat dari karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain atau lembaga lain, dan semua karya ilmiah orang lain atau lembaga lain yang dirujuk dalam skripsi ini telah disebutkan sumber kutipannya serta dicantumkan di Daftar Pustaka. Jika di kemudian hari terbukti ditemukan kecurangan atau penyimpangan, baik dalam pelaksanaan skripsi maupun dalam penulisan laporan skripsi, saya bersedia menerima konsekuensi dinyatakan TIDAK LULUS untuk mata kuliah Skripsi yang telah saya tempuh.
Tangerang, 12 Mei 2014
(Michelle Subari)
3
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Indigo adalah suatu kelebihan yang diberikan oleh Yang Mahakuasa, bukan untuk ditakuti atau dihilangkan, namun haruslah disyukuri.” – Dimas Ahmad Rianto
“Anak indigo bukan hanya anak indera keenam, kita juga memiliki kemampuan untuk memimpin yang bisa ditonjolkan, dan kita ada, dan mungkin aku bisa jadi temanmu.” – Mawar
“Indigo adalah suatu karunia yang Allah takdirkan untuk beberapa orang saja, tetapi darinya tentu ada hikmahnya.” – Hamdani “Aku ingin orang-orang tidak berpandangan negatif tentang anak indigo, anak indigo sama dengan orang lain, hanya memiliki kemampuan khusus yang berbeda.” – Ajeng Tiarara Rihandini
Kupersembahkan karya ini untuk kalian, teman.
4
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur peneliti panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus karena atas penyertaanNya maka peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proses Keterbukaan Diri Anak Indigo Dalam Pertemanan Dengan Sesama Anak Indigo Dan Bukan Indigo”. Skripsi ini diajukan kepada Program Strata 1, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Multimedia Nusantara. Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, secara materiil dan moril. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara serta ketua sidang, Ibu Dr. Bertha Sri Eko M., M.Si., yang telah memberikan informasi, saran, perhatian, bantuan, dan dukungan selama proses pembuatan skripsi. 2. Dosen pembimbing, Ibu Dr. Mediana Handayani, S.Sos,.M.Si. yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan perhatian, dan selalu membimbing peneliti dari awal hingga penyelesaian skripsi. 3. Bapak Ambang Priyonggo, S.S., M.A., selaku Sekretaris Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara, yang telah membantu memberikan informasi dan dukungan selama proses pembuatan skripsi. 4. Bapak Dr. Hendri Prasetya, M.Si. selaku penguji dalam pra sidang, yang telah memberikan saran, dukungan, dan bantuan kepada peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Kedua orang tua serta koko dan adik yang telah memberikan dukungan, doa, pertolongan, dan perhatian selama proses pembuatan skripsi. 6. Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, selaku informan ahli dalam penelitian ini, yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membantu peneliti dari awal hingga penyelesaian skripsi.
5
7. Seluruh informan yang sudah bersedia meluangkan waktunya dan menjadi informan dalam penelitian ini, Hamdani, Ajeng Tiarara Rihandini, Mawar, Dimas Ahmad Rianto, dan Rahma Sunarsih Tri Walidah. 8. Teman-teman Ilkom A: Hendrik Bopen, Cynthia Tirtaadmaja, Tirza Widjaja, Ananda Wondo, Katharina Moli, Pramuda Wardani, Christianto Rasli, Yenny Kumala Dewi, Kevin Septian, Nadya Kartika, Timothy Gerard, Mario Mediantoro, Debora Tobing, Amanda Putri Tabrani, Fenny Djaja, dan Putri Suryani yang selalu memberikan keceriaan dan perhatian selama penyelesaian skripsi. 9. Teman-teman seperjuangan bimbingan Ibu cantik, Venty Febrianti, Elisabeth Vanessa, Endah Perbawati, dan Herlina yang selalu memberikan dukungan dan membantu penyelesaian skripsi. 10. Marsela Stefanie yang sudah bersedia membantu peneliti setiap saat, jasamu sungguh berharga. 11. Hans Christian Benvenuto, yang selalu menjadi teman berkeluh kesah dan membantu proses pembuatan skripsi. 12. Seluruh karyawan perpustakaan, BAAK, dan Mbak Lia yang sudah membantu proses penyelesaian skripsi. 13. Teman-teman 2010 Universitas Multimedia Nusantara yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi seputar skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat membuka pandangan masyarakat dan menjadi sumber informasi bagi para pembaca.
Tangerang, Mei 2014
Penulis
6
PROSES KETERBUKAAN DIRI ANAK INDIGO DALAM PERTEMANAN DENGAN SESAMA ANAK INDIGO DAN BUKAN INDIGO ABSTRAK Oleh : Michelle Subari
Pertemanan merupakan hal yang penting bagi masing-masing orang. Teman menjadi orang terpenting setelah keluarga. Salah satu kompetensi terpenting dalam pertemanan adalah keterbukaan diri. Dengan keterbukaan diri seseorang dapat mengenal seseorang jauh lebih dalam lagi. Bagi anak indigo memiliki kemampuan yang berbeda dengan masyarakat umumnya, membuat anak indigo mendapatkan stereotype yang berbeda-beda, bahkan dari temannya sendiri. Judul penelitian ini adalah “Proses Keterbukaan Diri Anak Indigo Dalam Pertemanan Dengan Sesama Anak Indigo Dan Bukan Indigo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana komunikasi interpersonal terkait proses keterbukaan diri (self disclosure) anak indigo dalam pertemanan dengan sesama anak indigo dan bukan indigo. Penelitian ini menggunakan konsep self disclosure, komunikasi antarpribadi, dan pertemanan. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan paradigma konstruktivisme, karena penelitian ini berusaha memahami, melakukan rekonstruksi tindakan sosial, serta menggambarkan makna tindakan sosial yang terjadi pada anak indigo. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua anak indigo sebagai key informan, tiga orang teman dari masing-masing anak indigo tersebut, di mana dua orang merupakan anak indigo dan satu orang bukan anak indigo, serta satu informan ahli. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa menggunakan analisis triangulasi penyidik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses keterbukaan diri anak indigo kepada temannya yang sesama anak indigo maupun bukan anak indigo berbeda satu sama lainnya. Anak indigo cenderung lebih cepat dan lebih dalam membuka dirinya kepada sesama anak indigo. Waktu pertemanan tidak menjadi faktor penting dalam proses keterbukaan diri anak indigo kepada sesama anak indigo maupun bukan anak indigo.
Kata kunci : keterbukaan diri / self disclosure, komunikasi antarpribadi, pertemanan, indigo
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................iv KATA PENGANTAR...........................................................................................v ABSTRAK............................................................................................................vii DAFTAR ISI.........................................................................................................viii DAFTAR TABEL.................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................8 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian.......................................................................8 1.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian....................................................................9
Bab II KERANGKA TEORI.................................................................................10 2.1 Penelitian Terdahulu.....................................................................................10 2.2 Teori Atau Konsep Yang Digunakan...........................................................18 2.2.1 Komunikasi Interpersonal...................................................................18
8
2.2.2 Pertemanan.........................................................................................28 2.2.3 Konsep Diri.....................................................................................32 2.2.4 Teori Penetrasi Sosial......................................................................38 2.2.5 Self Disclosure...................................................................................44 2.2.6 Indigo.................................................................................................49 2.3 Kerangka Pemikiran.....................................................................................54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................55 3.1 Jenis Dan Sifat Penelitian................................................................................55 3.2 Metode Penelitian............................................................................................57 3.3 Key Informan Dan Informan...........................................................................60 3.4 Teknik Pengumpulan Data..............................................................................62 3.5 Keabsahan Data...............................................................................................64 3.6 Teknik Analisis Data.......................................................................................67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................70 4.1 Profil Informan................................................................................................70 4.1.1 Karakteristik Key Informan 1...........................................................70 4.1.2 Karakteristik Informan 1..................................................................73 4.1.3 Pertemanan Ajeng Tiarara Rihandini dan Dimas Ahmad Rianto.....74 4.1.4 Karakteristik Informan 2..................................................................75 4.1.5 Pertemanan Ajeng Tiarara Rihandini dan Rahma
Sunarsih Tri
Walidah...........................................................................................75
9
4.1.6 Karakteristik Key Informan 2..........................................................77 4.1.7 Karakteristik Informan 3.................................................................78 4.1.8 Pertemanan Mawar dan Hamdani...................................................79 4.1.9 Profil Ahli.......................................................................................80 4.2 Hasil Penelitian.........................................................................................81 4.2.1 Indigo.............................................................................................82 4.2.2 Komunikasi Antarpribadi...............................................................96 4.2.3 Pertemanan....................................................................................105 4.2.4 Self Disclosure atau Keterbukaan Diri...........................................113 4.3 Pembahasan.............................................................................................126 4.3.1 Komunikasi Interpersonal Anak Indigo.........................................126 4.3.2 Pertemanan Anak Indigo dengan Sesama Indigo dan Bukan Indigo.151 4.3.3 Keterbukaan Diri atau Self Disclosure Antara Anak Indigo dengan Sesama Indigo dan Bukan Indigo...................................................161
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................179 5.1 Kesimpulan...............................................................................................179 5.2 Saran.........................................................................................................181
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu.........................................15 Tabel 2.2 Perbandingan Sikap Tertutup dan Terbuka..........................................27 Tabel 3.1 Ikhtisar Teknik Pemeriksaaan Keabsahan Data..................................67 Tabel 4.1 Informan Ajeng Tiarara Rihandini dan Dimas Ahmad Rianto............74 Tabel 4.2 Informan Ajeng Tiarara Rihandini dan Rahma Sunarsih Tri Walidah.76 Tabel 4.3 Informan Mawar dan Hamdani............................................................79
11
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tahapan Persahabatan......................................................................31 Gambar 2.2 Model dari Penetrasi Sosial..............................................................40 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran.........................................................................54
12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan media massa, fenomena indigo mulai terangkat di masyarakat. Beberapa tayangan televisi yang membahas tentang anak indigo yaitu program talk show Sarah Sechan di NET TV pada tanggal 3 Februari 2014 mengangkat tema “Naomi Angela Anak Indigo”, tayangan Sudut Pandang Metro TV pada 2014 dengan tema “Komunikasi Anak Indigo”, program Indonesia Morning Show (IMS) di NET TV mengangkat tema “Mengenal Anak Indigo yang Memiliki Kemampuan Istimewa”, pada 31 Januari 2013 acara Show Imah Trans TV membahas tentang “Indigo”, beberapa tahun silam Bukan Empat Mata di Trans TV mengangkat tema “Ramalan Pemimpin Masa Depan Versi Anak Indigo”, serta pada 2011-2012 Trans TV membuat reality show “Indigo”. Namun, tayangan media mengenai indigo cenderung lebih banyak menampilkan sisi mistik dari fenomena indigo. Program Trans TV “Indigo” hanya bertahan satu tahun, dikarenakan mendapat protes dari komunitas indigo Indonesia, hal ini disampaikan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada 18 Januari 2012. Tayangan Trans TV “Indigo” dinilai tidak rasional, serta menampilkan tayangan indigo
dengan
berbau
mistik
dan
horor
(http://www.kpi.go.id/download/buku/demi_frekuensi_milik_publik_2012_FINAL.pdf, diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 23.10). Komunitas indigo menganggap
13
dengan tayangan media seperti itu dapat menciptakan persepsi yang salah di masyarakat tentang anak indigo. Hamdani, ketua Komunitas Keluarga Indigo, menyatakan tidak sedikit masyarakat yang memiliki persepsi salah tentang anak indigo, hal ini menjadi salah satu pengaruh bagi anak indigo dalam melakukan interaksi sosial (wawancara pribadi, Hamdani, 10 Maret 2014). Manusia terlahir berbeda satu sama lainnya, ada beberapa manusia yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan manusia pada umumnya. Biasanya mereka disebut sebagai anak indigo atau dikenal dengan istilah indra keenam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata indigo berarti warna biru tua yang diperoleh dari tumbuhan nila atau tantrum. Pendapat lain mengatakan bahwa anak indigo adalah anak yang memiliki karakteristik yang berbeda dari anak-anak seusianya. Dalam diri anak indigo terdapat kelebihan-kelebihan dan kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh anak yang lainnya atau anak pada umumnya (Puguh, 2012:64). Dalam tayangan Show Imah pada 31 Januari 2013, Hamdani menyatakan bahwa anak indigo pasti memiliki indra keenam, namun anak yang memiliki indra keenam belum tentu merupakan anak indigo. Anak Indigo adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Nancy Ann Tappe dalam bukunya yang berjudul Understanding Your Life Through Color. Disebut “indigo” karena warna yang terpancar disekitar mereka adalah warna
indigo
atau
biru
tua
(Puguh,
2012:65).
Dikutip
dari
artikel
(http://ruangpsikologi.com/keluarga/indigo/, diakses pada 8 Maret 2014 pukul 22.35) , aura adalah cahaya yang dipancarkan oleh manusia, cahaya ini dapat dilihat dengan foto aura atau seseorang yang memang memiliki keistimewaan
14
untuk dapat melihat cahaya aura. Secara fisik anak indigo memang sama dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka memiliki batin yang tua (old soul). Mereka sering kali menunjukkan jiwa orang yang lebih dewasa dibandingkan dengan jiwa konservatif yang biasa muncul dalam diri anak seusianya. Dr. H. Tubagus Erwin Kusuma, SpKj, psikiater yang banyak menangani kasus indigo, mengungkapkan bahwa anak indigo pada umumnya memiliki ciri khusus, seperti kecerdasan superior dengan IQ di atas 130. Tingkat kecerdasan seperti ini, anak indigo mampu melakukan sesuatu tanpa mempelajarinya terlebih dahulu, sedangkan anak cerdas pada umumnya dapat melakukan sesuatu setelah diajarkan terlebih dahulu. Lee Carroll dan Jan Tobber dalam bukunya The Indigo Children mengemukakan sepuluh ciri umum dari anak indigo, salah satunya adalah anak indigo tampak antisosial kecuali jika mereka bersama dengan orang-orang yang sejenis dengan mereka. Apabila anak indigo berada di tengah-tengah orang pada umumnya, sering kali mereka akan menutup diri. Omah Puguh dalam bukunya “Buku Lengkap Tentang Anak Indigo”, juga menyatakan salah satu tingkah laku aneh dari anak indigo adalah mereka akan tampak antusias jika bertemu dengan anak indigo lainnya. Jika tidak, mereka lebih senang tenggelam dalam diri mereka sendiri tanpa mempedulikan sekitarnya (Puguh, 2012:85). Dalam
tayangan
dokumentasi
Sudut
Pandang
Metro
TV
(http://www.youtube.com/watch?v=h6pLoZbDUIU&feature=youtu.be, diakses pada 22 Mei 2013 pukul 20.50), Hamdani menyatakan bahwa memang lebih nyaman
bersama dengan sesama anak indigo dibandingkan dengan yang bukan anak
15
indigo. Adik dari Hamdani, yaitu Septi juga mendukung pernyataan tersebut, dikatakan bahwa respon masyarakat terhadap dirinya, yang merupakan anak indigo, adalah banyak yang merasa aneh, ada yang mengucilkan, serta ada yang menjauhi Septi. Dari sisi masyarakat, Hamdani (hasil wawancara pribadi) mengatakan ada dua respon masyarakat terhadap anak indigo, yaitu terlalu melebihan dan terlalu meremehkan. Masyarakat banyak yang menganggap anak indigo berbohong dan hanya
bicara
saja.
Dikutip
dari
artikel
(http://health.detik.com/read/2012/10/03/172921/2053916/775/1/ini-dia-si-anakanak-indigo, diakses pada tanggal 12 Maret 2014, pukul 18.35), banyak yang menganggap anak indigo aneh, tidak masuk akal atau mengada-ada, tetapi tidak sedikit pula yang mau terbuka dan berusaha memahaminya. Beberapa anak indigo menjadi sangat pendiam dan penyendiri, pemberontak dan tidak mau diatur, bahkan terdapat anak indigo yang memutuskan untuk tidak bersekolah lagi. Orang tua, anggota keluarga, dan guru seringkali kehabisan akal menghadapi tingkah laku anak indigo. Dinyatakan oleh Astri A. Widianti (http://www.ummi-online.com/berita-16-anak-indigo-istimewa-tapijangan-dianggap-aneh.html, diakses pada 26 Maret 2014, pukul 21.00), psikolog Essa
Consulting, kekeliruan identifikasi terhadap anak indigo menjadi kurang perhatian dan hiperaktif atau ADD (Attention Deficit Disorder atau gangguan kekurangan perhatian) dan ADHD (Attention Deficit Hyperaktive Disorder atau gangguan hiperaktif kekurangan perhatian) merupakan salah satu penyebab kesalahan perlakuan terhadap mereka.
16
Perasaan memiliki kesamaan keistimewaan yang dialami oleh anak indigo memicu mereka untuk membentuk komunitas, salah satu komunitas indigo adalah Komunitas Keluarga Indigo. Komunitas yang terbentuk pada 2008 ini melayani penelitian tentang anak indigo, konsultasi bagi seluruh anak indigo maupun keluarga yang masih belum mengerti tentang yang dialami oleh anak-anak mereka, selain itu juga komunitas ini memberikan bantuan kepada anak-anak indigo maupun segala pihak yang membutuhkan (sumber twitter Keluarga Indigo). Salah satu reality show Trans TV, yaitu “Indigo”, meminta bantuan dari Keluarga Indigo untuk validasi anak indigo yang akan menjadi pembicara. Anak indigo dan masyarakat pada umumnya dihubungkan dengan komunikasi. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan (Mulyana, 2008:4). Komunikasi sangatlah penting bagi manusia, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi. Melalui komunikasi, manusia dapat menunjukkan kepribadiannya, selain itu komunikasi juga berkaitan dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia itu sendiri (Rakhmat, 2008:2). Dengan seluruh perbedaan yang ada di manusia, manusia saling berinteraksi satu sama lainnya melalui komunikasi. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok yang sangat kecil disebut dengan komunikasi interpersonal. Menurut Kathleen S. Varderber (Budyatna, 2011:14), komunikasi interpersonal merupakan proses melalui mana orang
17
menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Menurut Deddy Mulyana (2008:81), komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal anak indigo dinilai cukup sulit
oleh Dokter Erwin (http://www.ummi-
online.com/berita-16-anak-indigo-istimewa-tapi-jangan-dianggap-aneh.html,
diakses
pada 26 Maret 2014, pukul 21.00), dinyatakan bahwa komunikasi dengan anak
indigo jauh melampaui anak sebayanya, sehingga mereka lebih banyak tidak berkomunikasi dengan anak sebayanya. Deddy Mulyana (Mulyana, 2008:16) menjelaskan bahwa kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Septi yang telah dijelaskan sebelumnya, Septi menyatakan bahwa sebagai anak Indigo, Septi banyak mendapatkan perkataan yang tidak sewajarnya dari masyarakat sekitar. Dengan sikap yang anak indigo terima, kebutuhan utama mereka untuk menerima hubungan yang ramah tidak terpenuhi. Sebagaimana orang berinteraksi dalam hubungan, mereka akan terlibat pada tingkat tertentu pada pengungkapan terhadap satu sama lain dan memberikan sejumlah umpan balik terhadap satu sama lain. Hubungan interpersonal yang sehat ditandai oleh keseimbangan pengungkapan diri atau self disclosure yang tepat, yaitu saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan pribadi, dan
18
perasaan-perasaan yang tidak diketahui bagi orang lain, dan umpan balik berupa verbal dan respon-respon fisik kepada orang dan/atau pesan di dalam suatu hubungan (Budyatna, 2011:40). Setiap individu memiliki informasi yang tidak diketahui oleh orang lain, bagi anak indigo informasi yang mereka miliki tentunya sangat berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Anak indigo memiliki kemampuan untuk mengetahui lebih banyak hal dibandingkan orang lain. Pernyataan mereka sebagai anak indigo pun merupakan informasi yang tidak semua orang ketahui. Mills & Clark menjelaskan: “Berbagi dan mengemukakan informasi pribadi merupakan karakteristik hubungan komunial secara timbal balik yang kuat di mana pengungkapan diri telah diajarkan sebagai inti dari hubungan yang erat” (Budyatna, 2011:158). Keakraban menghendaki secara relatif pengungkapan diri atau self disclosure tingkat tinggi. Melalui berbagi perasaan dan proses pengungkapan diri yang sangat pribadi orang benar-benar dapat mengetahui dan mengerti satu sama lain. Sahabat kental sering kali memperoleh pengetahuan yang paling dalam mengenai mitranya. Dalam pertemanan sesama anak indigo tentunya mereka sudah mengetahui informasi-informasi yang tidak diketahui oleh masyarakat pada umumnya dikarenakan kemampuan yang mereka miliki mendukung hal tersebut, seperti telepati, kemampuan untuk mengetahui pikiran orang lain, melihat masa lalu dan masa depan orang lain, dan lain sebagainya. Namun berbeda dalam pertemanan antara anak indigo dengan yang bukan indigo, terdapat perbedaan dikarenakan kemampuan yang dimiliki oleh anak indigo. Dimana bagi anak indigo, merupakan suatu hal yang mudah untuk mencari tahu
19
suatu informasi mengenai temannya, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan temannya. Melihat dari fenomena anak indigo dan manusia sebagai mahluk sosial, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait pertemanan anak indigo, memfokuskan kepada proses keterbukaan diri anak indigo dalam pertemanan dengan sesama anak indigo dan bukan indigo.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan
masalah
penelitian
ini
adalah
bagaimana
komunikasi
interpersonal terkait proses keterbukaan diri (self disclosure) anak indigo dalam pertemanan dengan sesama anak indigo dan bukan indigo?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana komunikasi interpersonal terkait proses keterbukaan diri (self disclosure) anak indigo dalam pertemanan dengan sesama anak indigo dan bukan indigo. Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Manfaat Akademik Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan teori komunikasi interpersonal terkait proses keterbukaan diri (self disclosure) anak indigo dalam pertemanan dengan sesama anak indigo dan bukan indigo. 2) Manfaat Praktis
20
Secara praktek, penelitian ini diharapkan dapat memberikan; 1) bahan masukan mengenai teori komunikasi interpersonal, terkait proses keterbukaan diri anak indigo dalam pertemanan. 2) gambaran umum tentang komunikasi anak indigo.
1.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai tanggal 3 Februari 2014 di daerah Jakarta dan Bekasi. Pemilihan lokasi dikarenakan narasumber dari penelitian ini bertempat tinggal di daerah tersebut. Proses penelitian diawali dengan pembuatan proposal skripsi terlebih dahulu, namun sebelum pembuatan proposal skripsi, peneliti mencari tahu terlebih dahulu kesediaan informan dalam penelitian ini. Proposal skripsi diserahkan sekitar bulan Februari 2014. Kemudian peneliti mulai melakukan observasi dan wawancara awal, pendekatan kepada narasumber, dan pengumpulan data. Dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data disertai dengan penulisan laporan penelitian yaitu skripsi.
21
Bab II KERANGKA TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu memaparkan penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan, penelitian-penelitian ini bersinggungan dengan penelitian mengenai proses keterbukaan diri (self disclosure) anak indigo dalam pertemanan dengan anak Indigo dan bukan indigo. Penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian bermanfaat untuk mendukung pembahasan dan menjelaskan tentang keaslian penelitian peneliti. Berikut tiga penelitian terdahulu yang membahas topik keterbukaan diri orang-orang yang dianggap berbeda dengan masyarakat: Skripsi Yohanes Vincent “Self Disclosure Transeksual Di Surabaya Terhadap Lingkungan Sekitarnya”. Penelitian ini dilakukan oleh Yohanes Vincent, dengan Nomor Registrasi Pokok 51405112, mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya, jurusan Ilmu Komunikasi, pada 2010. Latar belakang dari penelitian ini membahas tentang kaum waria yang masih dianggap kelas rendah oleh kebanyakan orang, kesediaan masyarakat untuk menerima kaum waria juga masih sangat kecil, sehingga sulit bagi mereka untuk menuntut ilmu dan bekerja. Kecilnya penerimaan dari masyarakat ini tidak jarang pula memberikan perilaku diskriminatif dalam dunia kerja, sehingga banyak kaum waria yang akhirnya memutuskan bekerja di sektor non-formal seperti salon atau dunia hiburan dibandingkan dengan pekerjaan formal.
22
Pada kenyataannya kaum waria juga membutuhkan pergaulan dan melakukan hubungan sosial dengan orang lain, namun tidak mudah bagi seseorang
transeksual
untuk
mengaktualisasikan
dirinya
kepada
masyarakat. Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana self disclosure yang dilakukan oleh transeksual di Surabaya terhadap lingkungan sekitarnya. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana self disclosure atau pengungkapan diri yang dilakukan oleh transeksual di Surabaya terhadap lingkungan sekitarnya. Teori yang digunakan adalah teori komunikasi interpersonal yang memfokuskan kepada teori self disclosure dan dikaitkan dengan teori konsep diri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode analisis riwayat hidup atau life history terhadap seorang transeksual di Surabaya. Nama informan disamarkan menjadi H, pembahasan dari penelitian ini bersifat naratif, menjelaskan secara terinci wawancara dengan H. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi teori dan sumber. Hasil penelitian menyatakan bahwa self disclosure yang dilakukan oleh seorang transeksual berinisial H terhadap lingkungan sekitarnya tidaklah mudah, melihat dari standarisasi sosial dalam masyarakat heterogen, yang menganggap bahwa transeksual adalah perilaku menyimpang atau dikatakan tidak wajar dan tidak lazim. Dalam kehidupan H sebagai transeksual, self disclosure yang dilakukannya
23
berbeda-beda kepada keluarga, sahabat, lingkungan kerja dan sosialnya, media yang pernah meliputnya, dan anak angkatnya. Perbedaan self disclosure
H dipengaruhi oleh penerimaan H di dalam lingkungan
kelompok, faktor perkembangan eksistensi dan diakuinya kelompok transgender dalam masyarakat, dan konsep diri H yang sudah matang. Kesamaan yang terdapat dari penelitian Yohanes Vincent dan penelitian yang dilakukan peneliti terdapat dalam teori yang digunakan, yaitu penggunaan teori komunikasi interpersonal yang difokuskan kepada teori self disclosure. Kedua penelitian ini memfokuskan pada keterbukaan diri terhadap hubungan interpersonal. Perbedaan penelitian Yohanes Vincent dan peneliti terdapat pada subjek penelitian, dimana peneliti memfokuskan pada fenomena indigo, dengan subjek anak indigo. Serta peneliti tidak membahas pada bagian konsep diri, hanya terfokus kepada pembahasan mengenai self disclosure saja. Skripsi Rr. Aninditha P.S. “Studi Fenomenologi Mengenai Self Disclosure Remaja Pengguna Narkoba Kepada Orang Tua”. Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswi Universitas Kristen Petra Surabaya, Jurusan Ilmu Komunikasi, dengan Nomor Registrasi Pokok 51406006, pada 2010. Latar belakang dari penelitian ini membahas tentang salah satu penyalahgunaan narkoba disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dibalik pengungkapan diri masing-masing informan, berserta dengan
24
faktor dan peran lain dalam pengungkapan diri remaja pengguna narkoba kepada orang tua. Permasalahan
dalam
penelitian
ini
adalah
bagaimana
pengungkapan diri remaja pengguna narkoba kepada orang tuanya. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengungkapan diri remaja pengguna narkoba kepada orang tuanya. Penelitian Aninditha menggunakan teori komunikasi interpersonal yang kemudian dikaitkan dengan teori self disclosure. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi. Informan penelitian terdiri dari tiga remaja pengguna narkoba beserta orang tuanya. Informan dipilih berdasarakan tingkatan pengguna narkoba, yaitu user, abuser, dan adiktif. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan narkoba mempengaruhi keputusan masing-masing informan dalam melakukan pengungkapan diri. Komunikasi dalam keluarga juga turut mempengaruhi pengungkapan diri masing-masing informan. Informan yang memiliki kedekatan dan komunikasi yang terbuka dengan keluarga, lebih mudah dalam melakukan pengungkapan diri. Sedangkan informan yang tidak seberapa dekat dengan keluarganya, akan mengungkapkan
lebih
sedikit
informasi
mengenai
penggunaan
narkobanya. Kesamaan penelitian dengan peneliti terdapat pada bagian teori serta
jenis
dan
pendekatan
penelitian.
Namun,
penelitian
ini
25
memfokuskan pada keterbukaan diri pengguna narkoba kepada orang tuanya, sedangkan peneliti memfokuskan pada keterbukaan diri anak indigo dalam pertemanannya dengan sesama anak indigo dan bukan indigo. Jurnal Muhammad Najmuddin “Konsep Diri Mantan Penderita Kusta Melalui Komunikasi Antarpribadi”. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiwa Universitas Hasanuddin Makassar, jurusan Ilmu Komunikasi, dengan nomor induk mahasiswa P1400210005 – S2, pada 2013. Latar belakang penelitian ini adalah pengungkapan diri mantan penderita kusta dalam berinteraksi dengan masyarakat dilingkungannya, yang cenderung dipengaruhi oleh pandangan orang lain terhadap mereka. Rumusan masalahnya adalah bagaimana mantan penderita kusta melihat diri dan kehidupan mereka sendiri, rumusan masalah ini kemudian dikaitkan dengan komunikasi antarpribadi memfokuskan pada konsep diri dan pengungkapan diri. Tujuan dari penelitian untuk mengeksplorasi pola pembentukan konsep diri serta mendeskripsikan pengungkapan diri mantan penderita kusta di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian terdiri dari 12 orang mantan penderita kusta. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsep diri mantan penderita kusta lebih mengutamakan materi, kurang perduli dengan kesehatan, cenderung
takut
untuk
memulai
sesuatu,
memiliki
perilaku
ketergantungan kepada orang lain, serta dapat memperbaiki dirinya.
26
Pengungkapan diri mantan penderita kusta membentuk sebuah siklus dari penerimaan diri, hubungan persahabatan hingga akhirnya melakukan pengungkapan diri. Kesamaan penelitian terdapat pada bagian teori yang digunakan serta pada kasus yang dialami subjek penelitian, yaitu mendapatkan persepsi dari masyarakat yang mempengaruhi keterbukaan diri mereka di masyarakat. Perbedaannya terdapat pada bagian subjek penelitian, dimana peneliti mengambil dari sisi anak indigo, serta peneliti tidak membahas tentang konsep diri anak indigo, namun lebih memfokuskan kepada keterbukaan diri anak indigo.
Tabel 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Item Penelitian Pembanding Yohanes Judul Self Disclosure Transeksual Di Surabaya Terhadap Lingkungan Sekitarnya
Tahun penelitian Rumusan Masalah
Penelitian Aninditha Studi Fenomenologi Mengenai Self Disclosure Remaja Pengguna Narkoba Kepada Orang Tua
Penelitian Muhammad Konsep Diri Mantan Penderita Kusta Melalui Komunikasi Antarpribadi
2010
2010
2013
Penelitian Michelle Proses Keterbukaan Diri (self disclosure) Anak Indigo dalam Pertemanan dengan Anak Indigo dan Bukan Indigo 2014
Bagaimana self disclosure yang dilakukan oleh transeksual di
Bagaimana pengungkapan diri remaja pengguna narkoba kepada
Bagaimana mantan penderita kusta melihat diri dan kehidupan
Bagaimana komunikasi interpersonal terkait proses keterbukaan diri
27
Surabaya terhadap lingkungan sekitarnya?
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Teori
Hasil Penelitian
orang tuanya?
mereka sendiri? Kemudian dikaitkan dengan komunikasi antarpribadi memfokuskan pada konsep diri dan pengungkapan diri. Mengetahui Mengetahui Mengeksplorasi bagaimana self bagaimana pola disclosure atau pengungkapan pembentukan pengungkapan diri remaja konsep diri serta diri yang pengguna mendeskripsika dilakukan oleh narkoba kepada n pengungkapan transeksual di orang tuanya. diri mantan Surabaya penderita kusta terhadap di Kota lingkungan Makassar. sekitarnya.
(self disclosure) anak indigo dalam pertemanan dengan anak indigo dan bukan indigo?
Jenis penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif, dan metode analisis riwayat hidup. Teori self disclosure dan konsep diri. Self disclosure yang dilakukan oleh
Jenis penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif, dan metode fenomenologi.
Jenis penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif, dan metode fenomenologi.
Jenis penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif, dan metode fenomenologi.
Menjelaskan bagaimana komunikasi interpersonal terkait proses keterbukaan diri (self disclosure) anak indigo dalam pertemanan dengan anak indigo dan bukan indigo.
Teori disclosure.
self Teori self Teori disclosure dan disclosure. konsep diri. Intensitas Konsep diri penggunaan mantan narkoba dan penderita kusta
28
self
seorang transeksual berinisial H terhadap lingkungan sekitarnya tidaklah mudah, self disclosure yang dilakukannya berbeda-beda kepada keluarga, sahabat, lingkungan kerja dan sosialnya, media yang pernah meliputnya, dan anak angkatnya. Perbedaan self disclosure H dipengaruhi oleh penerimaan H di dalam lingkungan kelompok, faktor perkembangan eksistensi dan diakuinya kelompok transgender dalam masyarakat, dan konsep
komunikasi dalam keluarga mempengaruhi keputusan masing-masing informan dalam melakukan pengungkapan diri. Informan yang memiliki kedekatan dan komunikasi yang terbuka dengan keluarga, lebih mudah dalam melakukan pengungkapan diri. Sedangkan informan yang tidak seberapa dekat dengan keluarganya, akan mengungkapkan lebih sedikit informasi mengenai penggunaan narkobanya.
lebih mengutamakan materi, kurang perduli dengan kesehatan, cenderung takut untuk memulai sesuatu, memiliki perilaku ketergantungan kepada orang lain, serta dapat memperbaiki dirinya. Pengungkapan diri mantan penderita kusta membentuk sebuah siklus dari penerimaan diri, hubungan persahabatan hingga akhirnya melakukan pengungkapan diri.
29
diri H yang sudah matang. Sumber: Olahan Peneliti Dari tabel diatas, dapat dilihat kesamaan dari penelitian yang dilakukan Yohanes, Aninditha, dan Muhammad dengan peneliti. Keempat penelitian menggunakan teori self disclosure untuk mendasari hasil dan pembahasan penelitian. Serta terdapat kesamaan untuk jenis penelitian deskriptif, pendekatan kualitatif, dan metode fenomenologi, kecuali pada penelitian Yohanes yang menggunakan metode analisis riwayat hidup. Tetapi terdapat perbedaan diantara penelitian tersebut, yaitu pada bagian tujuan dari dilakukannya penelitian.
2.2 Teori Atau Konsep Yang Digunakan 2.2.1 Komunikasi Interpersonal Menurut
Kathleen
S.
Varderber
(Budyatna,
2011:14-15),
komunikasi antarpribadi merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Lebih lanjut Kathleen menjelaskan, pertama, komunikasi antarpribadi sebagai proses. Kedua, komunikasi antarpribadi bergantung kepada makna yang diciptakan oleh pihak terlibat. Ketiga, melalui komunikasi kita menciptakan dan mengelola hubungan kita.
30
DeVito (2009:4-8) menyatakan komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan nonverbal antara dua orang yang saling bergantung. Beberapa karakteristik dari komunikasi interpersonal yaitu: 1) Komunikasi interpersonal melibatkan individu yang saling bergantung. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang saling terkait, seperti ayah dan anak, bos dan karyawan, dua kakak beradik, guru dan murid, sepasang kekasih, dua teman, dan lain sebagainya. Kedua belah pihak tidak hanya terhubung namun saling bergantung, apa yang dilakukan salah satu pihak dapat berpengaruh kepada pihak lainnya. 2) Komunikasi interpersonal tidak dapat dipisahkan. Komunikasi interpersonal terjadi di dalam sebuah hubungan, memberikan
pengaruh
pada
hubungan
tersebut,
dan
menjelaskan makna dari hubungan tersebut. Cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain menentukan hubungan yang dibangun diantara kedua orang tersebut. Setiap orang berkomunikasi secara berbeda dengan orang lain. 3) Komunikasi interpersonal adalah satu kesatuan. Komunikasi interpersonal dimulai dari hubungan yang paling dangkal hingga hubungan yang paling dalam. Komunikasi yang terjadi dalam hubungan yang paling dangkal hanya
31
sebatas komunikasi biasa diantara dua orang yang tidak begitu saling mengenal. Berbeda dengan yang terjadi dalam hubungan paling dalam, komunikasinya saling berhubungan erat. 4) Komunikasi interpersonal melibatkan pesan verbal dan nonverbal. Kata-kata yang kita keluarkan, ekspresi muka kita, mata, dan postur tubuh kita merupakan komunikasi interpersonal. Bahkan diam pun merupakan pesan dari komunikasi interpersonal.
Dalam
situasi
tertentu
sinyal
nonverbal
menampilkan lebih banyak makna dibandingkan dengan katakata yang dikeluarkan. Dalam situasi lainnya, sinyal verbal mengkomunikasikan lebih banyak informasi. Namun keduanya bekerja besama-sama. 5) Komunikasi interpersonal merupakan beragam bentuk. Saat ini komunikasi interpersonal tidak hanya terjadi secara tatap muka, komunikasi online sudah menjadi bagian utama dari pengalaman interpersonal seseorang. Email, facebook, chat group, dan social networking merupakan komunikasi online. Komunikasi saat ini sudah memudahkan orang untuk melakukan komunikasi internasional.
32
6) Komunikasi interpersonal memiliki efektivitas yang berbedabeda. Komunikasi interpersonal memiliki efektivitas yang berbeda, dari segi keefektifannya atau kepuasannya. Interaksi dari komunikasi interpersonal bisa saja sukses dan bisa juga gagal. Dari
setiap
interaksi
dalam
komunikasi
interpersonal,
komunikator dihadapkan pada pilihan-pilihan yang dibuat untuk melakukan interaksi, seperti saat memilih kepada siapa berkomunikasi, apa yang dibicarakan, apa yang tidak dibicarakan, bagaimana mengungkapkan apa yang ingin dikatakan. Elemen dari komunikasi interpersonal adalah sumber – penerima, encoding-decoding, pesan, saluran, gangguan, konteks, etika,
dan
kompetensi (DeVito, 2009:9). Seluruh elemen ini saling terkait dan saling bergantung. Menurut DeVito, tujuan komunikasi interpersonal juga bisa dilihat dari dua perspektif. Pertama, tujuan komunikasi intpersonal dilihat sebagai motif untuk menarik. Menarik dalam hal memuaskan kebutuhan akan pengetahuan atau kebutuhan untuk membentuk hubungan. Kedua, tujuan ini dilihat dalam hasil yang ingin dicapai. Seseorang menggunakan komunikasi interpersonal untuk meningkatkan pengetahuan tentang diri mereka dan orang lain atau untuk mempengaruhi atau berkuasa atas orang lain. 33
Dean C. Barlund (Rakhmat, 2008:110-114), ahli komunikasi interpersonal menyatakan, dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, dapat diramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik seseorang kepada orang lain, makin besar kecenderungan kedua orang itu saling berkomunikasi. Kesukaan pada orang lain, sikap positif, dan daya tarik seseorang disebut sebagai atraksi interpersonal (atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere, ad berarti menuju, trahere berarti menarik). Terdapat beberapa faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal, yaitu: 1) Kesamaan karakteristik personal. Orang-orang yang memiliki kesamaan
dalam
nilai-nilai,
sikap,
keyakinan,
tingkat
sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung lebih saling menyukai. Reader dan English mengukur kepribadian subjeksubjeknya dengan rangkaian tes kepribadian. Diketemukan, mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya.
Kesamaan
sikap
antara
dua
orang
memperteguh penafsiran realitas sosial. Orang cenderung menyukai orang lain yang mendukungnya. 2) Tekanan emosional (stress). Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul tekanan emosional, orang akan menginginkan kehadiran orang lain. Stanley Schanchter
membuktikan
pernyataan
tersebut
dengan
34
melakukan sebuah penelitian, hasil penelitian adalah apabila seseorang dalam situasi cemas akan meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang. Orang-orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi. 3) Harga diri yang rendah. Bila harga diri direndahkan, hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan akan makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. 4) Isolasi sosial. Manusia adalah mahluk sosial, manusia mungkin dapat bertahan untuk hidup terasing dalam beberapa waktu, namun tidak dalam waktu yang lama. Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Bagi orang-orang yang terisolasi (narapidana, petugas di rimba, penghuni hutan terpencil, dll) kehadiran manusia merupakan sebuah kebahagiaan. Dalam konteks isolasi sosial, kecenderungan untuk menyenangi orang lain bertambah. Gain-loss theory, Elliott Aronson mengembangkan teori untung-rugi untuk menjelaskan atraksi interpersonal. Menurut teori ini, pertambahan perilaku yang menyenangkan dari orang lain akan berdampak positif pada diri kita. Selain faktor personal terdapat pula faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal, yaitu (Rakhmat, 2008:114-118):
35
1) Daya tarik fisik (physical attractiveness) Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab utama atraksi personal. Orang cenderung menyenangi orang yang tampan dan cantik. Bahkan ada penelitian yang menyatakan orang cantik atau tampan lebih efektif dalam mempengaruhi orang lain dan biasanya diperlakukan lebih sopan. 2) Ganjaran (reward) Orang menyenangi orang lain yang memberikan ganjaran kepadanya. Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang meningkatkan harga diri orang. Orang cenderung menyukai orang lain yang menyukai dan memuji mereka. Bila pergaulan seseorang mendatangkan laba, maka orang lebih menyenangi orang lain tersebut. 3) Familiarity Tingkat keseringan seseorang berjumpa dengan orang lain, akan membuat seseorang itu menyukai orang tersebut. 4) Kedekatan (proximity) Orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Misalnya, mahasiswa yang duduk berdampingan, tetangga.
36
5) Kemampuan (competence) Orang
cenderung
menyenangi
orang
yang
memiliki
kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dari mereka. Terdapat
pengaruh
atraksi
interpersonal
pada
komunikasi
interpersonal. Pertama, penafsiran pesan dan penilaian, sebagai makhluk emosional, pendapat dan penilaian seseorang tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Karena itu, ketika menyenangi seseorang, kita cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan orang itu secara positif, berbanding terbalik dengan ketika kita membencinya, kita akan cenderung melihat karakteristiknya secara
negatif.
Kedua,
efektivitas
komunikasi.
Komunikasi
interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila seseorang berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengannya, orang tersebut cenderung lebih gembira dan terbuka. Sebaliknya, apabila berkumpul dengan orang yang dibenci, akan membuat komunikan tegang, resah, dan tidak enak. Serta cenderung akan menutup diri dan menghindari komunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Setiap saat orang berkomunikasi, mereka bukan hanya menyampaikan isi pesan, namun juga menentukan kadar hubungan interpersonal.
Gerard R. Miller dalam buku
Explorations in
Interpersonal Communication, yang dikutip oleh Rakhmat (2008:119), 37
menyatakan bahwa memahami proses komunikasi interpersonal menuntut pemahaman hubungan simbiotis antara komunikasi dengan perkembangan relasional. Komunikasi mempengaruhi perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut. Tiga faktor dalam komunikasi interpersonal yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik (Rakhmat, 2008:129-138): a. Percaya (trust) Sejak tahap perkenalan, sampai pada tahap peneguhan, percaya menentukan efektivitas komunikasi. Secara ilmiah percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. Hal positif yang didapat dari percaya kepada orang lain adalah, pertama, percaya meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Kedua, hilangnya kepercayaan pada orang
lain akan menghambat
perkembangan hubungan
interpersonal yang akrab. Bila seorang kawan merasa temannya tidak jujur dan terbuka, kawan tersebut juga akan memberikan
38
respon yang sama. Akibatnya hubungan akan berlangsung secara dangkal dan tidak mendalam. b. Sikap suportif Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi.
Dengan
sikap
defensif
komunikasi
interpersonal akan gagal, karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri rendah, pengalaman defensif, dan sebagainya) atau faktor situasional (perilaku komunikasi orang lain). c. Sikap terbuka Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Berikut perbandingan sikat tertutup dan terbuka: Tabel 2.2 Perbandingan Sikap Tertutup dan Terbuka Sikap terbuka Sikap tertutup a.Menilai pesan secara a.Menilai pesan berdasarkan objektif, dengan motif pribadi. menggunakan data dan logika. b.Membedakan dengan b.Berpikir simplistis, artinya mudah, melihat nuansa, dsb. berpikir hitam-putih (tanpa nuansa). c. Berorientasi pada isi. c.Bersandar lebih banyak pada sumber pesan daripada isi pesan. d.Mencari sumber informasi d.Mencari informasi tentang 39
dari berbagai sumber.
kepercayaan orang lain dari sumbernya sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain. e.Lebih bersifat provisional e.Secara kaku dan bersedia mengubah mempertahankan dan kepercayaannya. memegang teguh sistem kepercayaannya f.Mencari pengertian pesan f.Menolak, mengabaikan, yang tidak sesuai dengan mendistorsi dan menolak rangkaian kepercayaannya. pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya. Sumber : (Rakhmat, 2008:136) Dapat dinyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara komunikan (Rakhmat, 2008:120).
2.2.2 Pertemanan Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa orang kenalan dapat menjadi teman. Pertemanan adalah salah satu hubungan interpersonal antara dua orang yang saling bergantung di mana keduanya saling memberi arti dan terkategori oleh hal yang positif (DeVito, 2009:247). Bill Rwalins mengemukakan terdapat tahapan dalam hubungan persahabatan (Wood, 2009:215-217):
40
1) Role-limited interaction Persahabatan didahului dengan pertemuan. Pada awal pertemuan, setiap orang bergantung pada peran dan peraturan standard sosial. Seseorang cenderung lebih sopan dan berhati-hati terhadap apa yang mereka buka kepada orang lain, dan mereka cenderung lebih waspada menyadari bahwa hubungan tersebut bisa saja tidak memiliki timbal balik yang baik. Tekhnologi masa kini membuat orang lebih terbuka pada tahap awal. 2) Friendly relations Tahap kedua dari pertemanan adalah tahap pertemanan ramah, di mana kedua pihak berusaha mencari tahu kesamaan dan kesukaan dari keduanya. Keduanya mulai saling berbagi kesukaan mereka, mulai dari kesukaan yang saling bergantung maupun cara mereka berinteraksi. Meskipun pada tahap ini tidak melihat secara drama, namun penting untuk mencari tahu potensi untuk berhubungan lebih dalam dengan orang lain. 3) Movement toward friendship Pada tahap ini memerlukan peran sosial, kedua pihak mulai membicarakan topik personal, dan mulai membangun fondasi dalam pertemanan. 4) Nascent friendship Seseorang mulai berpikir tentang diri mereka sebagai teman atau menjadi teman. Sosial norma dan peran menjadi tidak begitu
41
penting, dan pertemanan mulai berjalan dengan cara mereka masing-masing. 5) Stabilized friendship Biasanya, tahap ini lebih membahas konten sosial yang lebih besar dari hidup keduanya dan masuk menjadi bagian dari lingkungan sosial secara keseluruhan. Misalnya, mereka sudah tidak bertanya lagi “dimana kamu akan makan siang?”, namun pertanyaanya
lebih
kepada
“kamu
mau
makan
siang?”.
Pertanyaan ini menyatakan bahwa mereka akan segera bertemu. 6) Waning friendship Persahabatan dapat bertahan ketika kedua belah pihak sama-sama berkomitmen di dalamnya. Tetapi, terkadang pertemanan berpisah karena keduanya ditarik kearah yang berbeda oleh keperluan personal atau karir mereka. Salah satunya juga bisa karena mereka sudah mulai tidak menyenangkan. Memberitahu rahasia teman kepada orang lain juga dapat mengganggu pertemanan. Ketika pertemanan memburuk, komunikasi pun ikut berubah, orang menjadi lebih berhati-hati dan tidak terbuka.
42
Gambar 2.1 Tahapan Persahabatan
Sumber : (Wood, 2009:215) Patterson Bettini & Nussbaum menyatakan, teman adalah mereka yang telah mengadakan hubungan yang lebih pribadi secara sukarela (Budyatna, 2011:37-38). Beberapa persahabatan bersifat context bound yaitu jika ada kecocokan terhadap satu sama lain, kedua pihak dapat menjadi teman. Samter menjelaskan lima kompetensi penting yang diperlukan dalam hubungan persahabatan: 1) Inisiasi (initiation). Di mana seseorang harus berhubungan atau berkenalan dengan orang lain dan interaksi harus berjalan mulus, santai, dan menyenangkan. Sebuah persahabatan tidak akan terjalin antara dua orang yang jarang berinteraksi atau interaksinya tidak memuaskan. 2) Sifat mau mendengarkan (responsiveness). Masing-masing harus mendengarkan kepada yang lain, fokus kepada mitranya,
43
dan menanggapi pembicaraan mitranya. Sulit untuk menjalin persabahatan dengan orang yang hanya fokus kepada dirinya atau masalahnya sendiri. 3) Pengungkapan diri (self disclosure). Kedua belah pihak mampu mengungkapkan perasaan pribadinya terhadap satu sama lain. Persahabatan tidak akan terjalin, jika masing-masing hanya mendiskusikan hal-hal yang abstrak saja atau membicarakan masalah-masalah yang dangkal sifatnya dan tidak mendalam. 4) Dukungan emosional (emotional support). Setiap manusia berharap
mendapatkan
kenyamanan
dan
dukungan
dari
temannya 5) Pengelolaan konflik (conflict management). Suatu hal yang tidak terelakkan bahwa teman bisa tidak setuju mengenai gagasan atau perilaku teman lainnya. Persahabatan bergantung pada keberhasilan menangani hal-hal yang tidak disetujui ini. pada kenyataannya, dengan mengelola konflik secara kompeten, maka orang dapat mempererat persahabatannya.
2.2.3 Konsep Diri Konsep diri (self concept), atau seperangkat persepsi yang relatif stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Terdapat dua asumsi yang dinyatakan Larossan dan Reitzes, pertama, individu
44
mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, dan kedua, konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku. Asumsi pertama mengenai individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain menyatakan bahwa seseorang membangun perasaan akan diri (sense of self) tidak selamanya melalui kontak dengan orang lain. Orang-orang tidak lahir dengan konsep diri, mereka belajar tentang diri mereka melalui interaksi. Peneliti-peneliti awal mengenai keluarga seperti Edgar Burgess merefleksikan asumsi ini ketika mereka mendiskusikan mengenai pentingnya keluarga sebagai sebuah institusi untuk bersosialisasi. Konteks sosial dan interaksi adalah suatu hal yang penting ketika menyelidiki tentang diri. Asumsi kedua mengenai konsep diri memberikan motif penting untuk perilaku. George Herbert Mead berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri, mereka memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Mekanisme ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap. Mead melihat diri sebagai sebuat proses, bukan struktur. Memiliki diri memaksa seseorang untuk mengkonstruksi tindakan dan responnya, daripada sekedar mengekspresikannya (West, 2012:101103). Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian seseorang terhadap dirinya. Jadi, konsep diri meliputi apa yang dipikirkan seseorang dan apa yang dirasakan seseorang tentang dirinya (Rakhmat, 2008:100).
45
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri, orang lain dan kelompok rujukan. Orang lain, seseorang mengenal dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana orang lain menilai diri seseorang, akan membentuk konsep diri seseorang tersebut. Harry Stack Sullivan menjelaskan bahwa jika seseorang diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, seseorang tersebut akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan, dan menolak seseorang, seseorang tersebut akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya. Mead menyebutkan bahwa tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri seseorang. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang yang paling dekat dengan diri seseorang, Mead menyebutnya sebagai significant others, atau orang lain yang sangat penting. Ketika masih kecil, mereka adalah orang tua, saudara, dan orang satu rumah. Richard Dewey dan W.J. Humber menamainya affective others, orang lain yang dengan mereka seseorang mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah secara perlahan terbentuk konsep diri seseorang. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan, menyebabkan seseorang menilai dirinya secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan, membuat seseorang memandang dirinya secara negatif. Ketika seseorang tumbuh dewasa, mereka sudah menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengannya. Memandang diri seperti orang lain memadangnya, berarti
46
seseorang mencoba menempatkan dirinya sebagai orang lain (Rakhmat, 2008: 100-103). Faktor yang kedua adalah kelompok rujukan (reference group). Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang
secara
emosional
mengikat
dan
berpengaruh
terhadap
pembentukan konsep diri seseorang, inilah yang disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya (Rakhmat, 2008:104). Pengaruh konsep diri pada komunikasi interpersonal (Rakhmat, 2008:104-110): 1) Nubuat yang dipenuhi sendiri. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri disebut sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri. Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang, positif atau negatif. Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert, terdapat empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif: a) Ia peka pada kritik, tidak tahan pada kritik yang diterimanya, dan mudah marah, koreksi seringkali
47
dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam komunikasi, orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang keliru. b) Orang yang memiliki konsep diri negatif, sangat responsif terhadap pujian. Orang ini tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya terhadap pujian. c) Sikap hiperkritis, orang ini selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apa pun dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. d) Mereka cenderung merasa tidak disenangi orang lain, merasa
tidak
diperhatikan.
Ia
tidak
pernah
mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres. e) Bersikap pesimis terhadap kompetisi, ia menganggap tidah akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. Sebaliknya orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal: a) Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah,
48
b) Ia merasa setara dengan orang lain, c) Ia menerima pujian tanpa rasa malu, d) Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, e) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
2) Membuka diri, pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada
kenyataan.
Bila
konsep
diri
sesuai
dengan
pengalaman, seseorang akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman
dan
gagasan
baru,
lebih
cenderung
menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang dirinya dan orang lain. 3) Percaya diri (self confidence). Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam diskusi, ia akan lebih banyak diam, dan dalam pidato, ia berbicara terpatah-patah.
49
Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya berbicara apabila terdesak saja. 4) Selektivitas,
konsep
diri
mempengaruhi
perilaku
komunikasi seseorang karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa yang seseorang bersedia membuka diri, bagaimana seseorang mempersepsi pesan itu, dan apa yang diingat. Dengan singkat, konsep diri menyebabkan terpaan selektif (selective exposure), persepsi selektif (selective perception), dan ingatan selektif (selective attention).
2.2.4 Teori Penetrasi Sosial Teori penetrasi sosial adalah teori yang membahas tentang apa yang terjadi ketika hubungan berkembang, serta kedalam topik yang dibicarakan. Keluasan berbicara tentang berapa banyak topik yang dibicarakan. Kedalaman mencakup inti dari individu (DeVito, 2009:222). Teori penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Teori yang
50
disusun oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor ini, merupakan suatu hal penting
dalam
penelitian
di
bidang
perkembangan
hubungan
(relationship development). Menurut teori ini, seseorang dapat mengetahui atau mengenal diri orang lain dengan cara “masuk ke dalam” (penetrating) diri orang yang bersangkutan (Morissan, 2013: 297-299). Seseorang dapat mengetahui berbagai jenis informasi mengenai diri orang lain (keluasan), atau mungkin bisa mendapatkan informasi detail dan mendalam mengenai satu atau dua aspek dari diri orang lain itu (kedalaman). Ketika hubungan di antara dua individu berkembang maka masing-masing individu akan mendapatkan lebih banyak informasi yang akan semakin menambah keluasan dan kedalaman pengetahuan mereka satu sama lainnya. DeVito (DeVito, 2011:259-260) menggambarkan individu sebagai suatu lingkaran dan membagi lingkaran itu menjadi bagian-bagian berbentuk laba-laba. Bagian-bagian ini melambangkan topik atau bidang yang dibicarakan, atau keluasan. Selanjutnya, lingkaranlingkaran
dalam
konsentris
menggambarkan
berbagai
tingkat
komunikasi, atau kedalaman. Pada lingkaran (1) hanya terdapat tiga topik yang didalami. Dua topik didalami hanya sampai tingkat pertama sedangkan satu topik lainnya didalami sampai tingkat kedua. Dalam jenis interaksi ini, ada tiga topik yang dibicarakan dan topik-topik ini
51
didiskusikan pada tingkat yang boleh dikatakan dangkal. Ini adalah jenis hubungan yang mungkin dimiliki dengan seorang kenalan. Lingkaran (2) menggambarkan hubungan yang lebih akrab, lebih luas (ada empat topik yang dibicarakan) dan lebih dalam. Ini adalah jenis hubungan dengan seorang kawan. Lingkaran (3) memperlihatkan hubungan yang lebih dekat lagi. di sini tujuh dari delapan topik dibahas dan sebagian besar dibahas sampai mendalam. Ini adalah macam hubungan dengan seorang sahabat dekat, kekasih, orang tua, atau saudara kandung. Gambar 2.2 Model dari Penetrasi Sosial
Sumber : DeVito, 2011:233 Tahapan proses penetrasi sosial (West, 2012:205-209): 1) Orientasi, membuka sedikit demi sedikit, tahap paling awal dari interaksi, disebut sebagai tahap orentasi (orientation stage), terjadi pada tingkat publik, hanya sedikit mengenai diri yang
52
dibuka untuk orang lain. Selama tahapan ini, pernyataanpernyataan yang dibuat biasanya hanya hal-hal yang klise dan merefleksikan aspek superfisial dari seorang individu. Orang biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap baik secara sosial dan berhati-hati untuk tidak melanggar harapan sosial. Selain itu, individu-individu tersenyum manis dan bertindak sopan pada tahapan orientasi. Taylor dan Altman (1987) menyatakan bahwa orang cenderung tidak mengkritik selama tahap orientasi. Perilaku ini akan dipersepsikan sebagai ketidakwajaran oleh orang lain dan mungkin akan merusak interaksi selanjutnya. Jika evaluasi terjadi, kondisi ini akan diekspresikan dengan sangat halus. Selain itu, kedua individu secara aktif menghindari konflik sehingga mereka mempunyai kesempatan berikutnya untuk menilai diri mereka masingmasing. 2) Pertukaran penjajakan afektif, munculnya diri. Dalam tahap orientasi, para interaktan berhati-hati untuk tidak membuka diri terlalu banyak terhadap satu sama lain. Tahap pertukaran penjajakan afektif (exploratory affective exchange stage) merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul. Apa yang tadinya privat menjadi publik. Para teoretikus mengamati bahwa tahap ini setara dengan hubungan yang
53
dimiliki kenalan dan tetangga yang baik. Orang mungkin mulai untuk
menggunakan beberapa
frase
yang
hanya
dapat
dimengerti oleh mereka yang terlibat di dalam hubungan. Terdapat sedikit spontanitas dalam komunikasi karena individuindividu merasa lebih nyaman dengan satu sama lain, dan mereka tidak begitu hati-hati akan kelepasan berbicara mengenai sesuatu yang nantinya akan mereka sesalkan. 3) Pertukaran afektif, komitmen dan kenyamanan, tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Tahap pertukaran afektif (affective exchange stage) termasuk interaksi yang lebih “tanpa beban dan santai” di mana komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahap pertukaran afektif menggambarkan komitmen lebih lanjut kepada individu lainnya, para interaktan merasa nyaman satu dengan lainnya. 4) Pertukaran stabil, kejujuran total dan keintiman. Tahap ini dicapai dalam sedikit hubungan. Tahap pertukaran stabil (stable exchange stage) berhubungan dengan pengungkapan pemikiran perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Dalam tahap ini, pasangan berada dalam tingkat keintiman tinggi dan sinkron. Para teoretikus penetrasi sosial percaya
54
bahwa terdapat relatif sedikit kesalahan atau kesalahan interpretasi dalam memaknai komunikasi pada tahap ini. Alasannya terdapat banyak kesempatan untuk mengklarifikasi setiap ambiguitas yang pernah ada dan mulai membentuk sistem komunikasi pribadinya. Sebagai hasilnya, komunikasi, menurut Altman dan Taylor, bersifat efisien. Salah satu asumsi dari teori penetrasi sosial adalah bahwa pembukaan diri (self disclosure) merupakan inti dari perkembangan hubungan. Self disclosure dapat secara umum didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Biasanya informasi yang ada dalam pembukaan adalah informasi yang signifikan. Menurut Altman dan Taylor, hubungan yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Proses ini memungkinkan orang untuk saling mengenal dalam suatu hubungan (Rohim, 2009:85). Pada tahap awalnya, suatu hubungan biasanya ditandai dengan kesempitan (narrowness) topik yang dibahas hanya sedikit dan kedangkalan (shallowness) topik yang didiskusikan hanya dibahas secara dangkal. Jika pada permulaan hubungan topik-topik dibahas secara
mendalam
biasanya
orang
lain
akan
merasakan
ketidaknyamanan. Bila pengungkapan diri yang bersifat intim dilakukan pada tahap awal suatu hubungan, seseorang dapat merasa ada
55
yang janggal pada orang yang melakukannya. Bila hubungan berkembang ke tingkat yang akrab dan kuat, baik keluasan dan kedalaman meningkat, peningkatan ini dipandang nyaman, normal, dan alamiah (DeVito, 2011:260).
2.2.5 Self Disclosure Keakraban mengkehendaki secara relatif keterbukaan diri atau self disclosure yang tinggi. Melalui berbagai perasaan dan proses pengungkapan diri yang sangat pribadi, orang benar-benar dapat mengetahui dan mengerti satu sama lain. Mills dan Clark yang dikutip dalam buku Teori Komunikasi Antarpribadi (Budyatna, 2011:158), menjelaskan, berbagi dan mengemukakan informasi pribadi merupakan karakteristik hubungan komunal secara timbal balik yang kuat di mana pengungkapan diri telah dijabarkan sebagai inti dari hubungan yang erat. Hubungan antarpribadi yang sehat ditandai oleh saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan pribadi, perasaan yang tidak diketahui orang lain, dan umpan balik berupa verbal serta respon fisik kepada orang atau pesan mereka di dalam suatu hubungan (Budyatna, 2011:40). Hal serupa diutarakan oleh DeVito (2009:193), self disclosure berarti mengkomunikasikan informasi mengenai diri sendiri (biasanya
informasi
yang disembunyikan)
kepada orang
lain.
56
Didalamnya mencakup nilai-nilai yang kita anut, kepercayaan, keinginan, dan kebiasaan. Keterbukaan diri yang diberikan oleh seseorang juga bermaksud untuk mengajak temannya membuka diri. Keterbukaan diri dapat mempengaruhi apa yang kita ketahui mengenai diri kita dan bagaimana kita merasa mengenai siapa kita (Wood, 2009:184). Menurut Richard West dan Lynn H. Tunner, self disclosure adalah informasi deskriptif dan evaluatif mengenai diri sendiri, yang dibicarakan kepada orang lain secara sengaja, dan orang lain tidak mengetahui informasi tersebut. Melalui arti ini dijelaskan bahwa self disclosure adalah perilaku verbal. Setiap manusia mengungkapkan informasi tentang diri mereka secara nonverbal, contohnya berpakaian dengan baju model tertentu, memakai cincin kawin, atau membuat mimik wajah, namun semuanya ini tidak sesuai dengan definisi dari self disclosure, karena kesemuanya tersebut tidak memiliki maksud untuk mengungkapkan informasi kepada orang lain yang dituju. Dengan kata lain perilaku nonverbal secara umum diberikan kepada semua orang, semua orang dapat melihat hal tersebut. Berbagai peneliti menjelaskan self disclosure hanya berfokus pada komunikasi verbal. Self disclosure tidak hanya dilakukan secara lisan atau tatap muka, dapat melalui surat, email (West, 2006:213). Dari definisi tersebut terdapat beberapa fitur penting dalam self disclosure, yaitu (West, 2006:213-215): 57
1) Intentionality dan Choice. Disclosure adalah komunikasi yang dilakukan secara sengaja. Ketika seseorang melakukan self disclosure, mereka memilih untuk memberitahukan kepada orang lain, sesuatu mengenai dirinya. Kita juga memilih tingkat self disclosure yang akan kita lakukan. Kita memilih untuk memberitahu sesuatu dan kita juga memilih bagaimana serta seberapa rinci informasi yang akan kita berikan. 2) Intimacy dan Risk. Dikarenakan self disclosure adalah informasi yang tidak dapat diketahui tanpa dibicarakan, informasi yang diberikan pastinya bersifat personal. Disisi lainnya, membicarakan sesuatu hal yang bersifat personal, dapat menciptakan resiko. Self disclosure melibatkan berbagi informasi mengenai siapa kita kepada orang lain, dan membiarkan diri kita untuk benar-benar diketahui oleh mereka. Tentunya, bagian yang paling menakutkan adalah kita dapat ditolak oleh orang lain setelah kita memberitahu rahasia kita. 3) Trust. Trust menjelaskan mengapa kita mengambil keputusan untuk membuka diri kita melalui self disclosure. Persepsi kita mengenai trust merupakan kunci utama dalam keputusan untuk melakukan self disclosure, dan kebanyakan self disclosure dilakukan dalam hubungan yang saling mempercayai. Dengan seseorang melakukan keterbukaan diri terdapat keuntungan dan bahaya dari keterbukaan diri itu sendiri. Keuntungannya adalah
58
dengan keterbukaan diri akan membantu seseorang untuk mengetahui tentang diri mereka, komunikasi dan hubungan yang efektif, serta psikologi yang terbentuk dengan matang. Sedangkan kerugian atau bahaya yang didapat dari keterbukaan diri seseorang mencakup penolakan dari teman atau anggota keluarga (personal risks), mempengaruhi
hubungan
yang
ada,
pengurangan
kepercayaan
(relational risks), dan dapat mempengaruhi pekerjaan (professional risks) (DeVito, 2009:196). Faktor-faktor yang
mempengaruhi keterbukaan diri (West,
2006:217-223): 1) Perbedaan individu. Setiap orang memiliki kebutuhan akan keterbukaan diri yang berbeda-beda. 2) Isu hubungan. Setiap orang memiliki ekspektasi akan kebutuhannya dan tingkat keterbukaan diri mereka berdasarkan definisi dari hubungan mereka dengan orang lain. 3) Kebudayaan. Perilaku keterbukaan diri dipengaruhi oleh nilai kebudayaan. 4) Gender. Gender memegang peranan penting dalam perilaku keterbukaan diri. Didalam masyarakat terdapat stereotype bahwa perempuan menyukai komunikasi sedangkan laki-laki cenderung kuat dan diam. Dinda and Allen (1992) menemukan bahwa perempuan lebih terbuka dibandingkan laki-laki, namun perbedaannya tidak terlalu besar. 59
5) The receiver. Meskipun kita memberitahu informasi kita kepada beberapa orang namun cara kita menceritakannya berbeda tiap masing-masing orang. Berikut beberapa alasan mengapa seseorang melakukan self disclosure (West, 2006:231-236): 1) Meningkatkan kesehatan psikologi. 2) Meningkatkan kesehatan fisik. 3) Mendapatkan self awareness. 4) Untuk memulai hubungan. 5) Untuk mempertahankan hubungan yang sudah ada. 6) Untuk memuaskan ekspektasi tentang apa itu hubungan yang baik. 7) Untuk meningkatkan suatu hubungan. Berikut beberapa alasan mengapa seseorang memilih untuk tidak melakukan self disclosure (West, 2006:236-239): 1) Untuk menghindari rasa sakit dan penolakan. 2) Untuk menghindari konflik dan melindungi suatu hubungan. 3) Untuk menjaga image yang sudah ada dan mempertahankan individualitas. 4) Untuk mengurangi stress.
60
2.2.6 Indigo Indigo dalam kamus bahasa Indonesia berarti warna biru tua yang diperoleh dari tumbuhan nila atau tarum. Anak indigo adalah anak yang memiliki karakteristik yang berbeda dari anak-anak seusianya. Dalam diri anak indigo terdapat kelebihan-kelebihan dan kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh anak yang lainnya atau anak pada umumnya. Anak indigo memiliki sifat yang unik (Puguh, 2012:64-67). Pecetus kata istilah anak indigo pertama kali adalah Nancy Ann Tappe, dalam bukunya yang berjudul Understanding Your Life Through Color. Disebutkan bahwa indigo terbentuk karena cahaya yang ada di sekitar anak itu adalah biru tua, cahaya ini disebut dengan warna aura. Sementara itu, wikipedia memiliki sebutan lain bagi anak indigo, yaitu anak nila, yang berarti zaman baru anak-anak yang memiliki karakteristik berbeda dari anak-anak seusianya. Disebut sebagai zaman baru, sebab anak indigo memiliki karakteristik yang berbeda dari anak di zaman sebelumnya. Perbedaan anak indigo tidak hanya pada cahayanya saja, namun setelah diadakan beberapa tes, fungsi organ pada anak indigo, hasilnya mereka menunjukkan sistem kekebalan dan DNA yang lebih kuat, meskipun tergolong masih bayi. Anak indigo juga dikaitkan dengan indra keenam. Indra keenam merupakan kelebihan yang ada dalam diri seseorang yang tidak dimiliki oleh semua orang.
61
Karakteristik yang membedakan antara anak indigo dengan anak pada umumnya, yaitu anak indigo memiiliki rasa empati yang tinggi sehingga mereka sangat peka terhadap sebuah keadaan yang ada disekitarnya dan tampak lebih bijaksana serta dewasa untuk anak seusianya. Keunikan yang ada dalam diri anak-anak indigo membuat anak indigo sulit diatur dan cenderung tidak mengikuti peraturan yang ada. Berikut ini adalah beberapa tingkah laku anak indigo (Puguh, 2012:84-85): 1. Anak indigo sering berperilaku seperti keturunan ningrat, mereka merasa dirinya perlu dihargai dan dihormati. 2. Anak-anak indigo akan sangat marah jika orang lain tidak menganggapnya ada karena mereka memiliki perasaan bahwa mereka pantas dilahirkan di bumi. 3. Bagi anak-anak indigo, harga diri tidak menjadi masalah, melainkan pengakuan terhadap diri mereka oleh lingkungan. 4. Terkadang, anak indigo mengalami kesulitan dalam memilih otoritas absolut, yaitu otoritas yang diberikan tanpa adanya penjelasan terlebih dahulu. 5. Anak
indigo
tidak
mau
melakukan
pekerjaan
yang
membosankan, misalnya menunggu.
62
6. Mereka akan merasa pusing jika mendapati beberapa aturan atau orientasi yang tanpa atau tidak disertai dengan pemikiran yang kreatif. 7. Tanpa sadar, mereka sering kali menceletuk tentang cara yang mereka anggap lebih baik daripada cara yang sudah ada sebelumnya. 8. Mereka tampak antusias jika mereka bertemu dengan anak indigo lainnya. Jika tidak, mereka lebih senang tenggelam dalam diri mereka sendiri tanpa mempedulikan sekitarnya. 9. Mereka tidak akan pernah merasa bersalah, meskipun yang dilakukan adalah salah di mata orang lain, karena baginya sesuatu yang dilakukan adalah yang terbaik dan sudah dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Terlahir dengan fisik sempurna, namun memiliki perbedaan, seperti anak indigo. Banyak orang yang memiliki persepsi salah seputar anak indigo, dikatakan anak indigo merupakan penyakit kelainan otak. Namun tidak ada bukti yang kuat menyatakan hal tersebut. Dalam hal ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) tidak mencantumkan anak indigo pada daftar penyakit anak atau cacat mental (Puguh, 2012:104-105). Kekuatan batin yang sangat tajam yang dimiliki oleh anak indigo memang akan berdampak bagi kehidupannya. Jika anak indigo dengan mudah melakukan komunikasi dengan orang lain tanpa membatasi lingkup bahasan yang dibahas, maka tanpa sadar anak indigo tersebut 63
akan mengeluarkan kemampuannya. Beberapa kemampuan
anak
indigo akan membuatnya bertingkah aneh, hal ini akan menciptakan suatu opini di masyarakat yang berbeda-beda tentang tingkahnya (Puguh, 2012:119-120). Peran orang tua dalam perkembangan anak akan sangat berpengaruh terhadap fisik dan mental anak. Bagi orang tua dari anak indigo, perlu penyesuaian sikap orang tua terhadap tingkah laku anak. Dengan begitu, orang tua dapat membantu mengendalikan dan mengatur tingkah laku sang anak ketika dirasa sudah menyimpang dari yang sewajarnya. Tingkah laku yang dilakukan akan dapat menjadi cerminan dan faktor yang menentukan kepribadian dan karakter (Puguh, 2012:78-79). Beberapa cara orang tua dalam menghadap anak indigo (Puguh, 2012:121-122): 1) Melakukan pengawasan terhadap gerak-gerik anak indigo. 2) Membantu anak indigo menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan komunikasi yang baik. 3) Jangan menghentikan aktivitas anak indigo bila sedang gelisah. 4) Membantunya supaya disiplin dan mematuhi aturan yang ada di sekitarnya. 5) Jangan merendahkan anak indigo. Kemampuan anak indigo adalah kelebihan yang berhubungan dengan hal yang tidak dipercaya oleh beberapa masyarakat. Hal ini
64
membuat kecenderungan anak indigo mudah depresi dikarenakan pengalamannya tidak dipercaya oleh orang lain. Berikut beberapa kemampuan anak indigo (Puguh, 2012:106-113): 1) Telepati 2) Klervoyans, merupakan kemampuan melihat kejadian yang sedang berlangsung di tempat lain. 3) Prekognision, berhubungan dengan prediksi suatu hal yang akan terjadi di suatu tempat atau pada seseorang. 4) Retrokognision, merupakan kemampuan melihat dan membuat peristiwa pada masa sebelumnya. 5) Mediumship, suatu cara untuk menggunakan roh orang lain guna menggali informasi yang diinginkannya. 6) Psikometri, kemampuan menggali informasi dari berbagai benda atau makhluk, termasuk benda mati sekalipun. 7) Sugesti hipnosis, anak indigo mampu memberikan sugesti yang bersifat permanen melalui telepati yang mereka miliki. 8) Analitik, IQ anak indigo melebihi jumlah rata-rata biasa. 9) Telekinetik, menggerakkan benda dari jarak jauh. 10) Komunikasi dengan Tuhan.
65
2.3 Kerangka Pemikiran Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Anak Indigo
Sesama anak indigo dan Bukan anak indigo
Self Disclosure
Intentionality & Choice Intimacy & Risk Trust
Faktor yang mempengaruhi Self Disclosure :
Tahapan Pertemanan Role-limited interaction Friendly relations Movement toward friendship Nascent friendship Stabilized friendship Waning friendship
Perbedaan individu Isu hubungan Kebudayaan Gender The receiver
66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Dan Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Perspektif atau pendekatan adalah pedoman dalam menafsirkan peristiwa atau perilaku orang lain. Wimmer dan Dominick menyebutkan pendekatan dengan paradigma adalah seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia (Kriyantono, 2009:48). Pendekatan kualitatif menganggap manusia bebas dan aktif dalam berperilaku dan memaknai realitas sosial. Realitas merupakan hasil interaksi antarindividu. Kualitatif memandang realtias sosial bersifat cair dan mudah berubah karena interaksi dengan sesama manusia. Pandangan kualitatif menekankan penciptaan makna, artinya individu melakukan pemaknaan terhadap segala perilaku yang terjadi. Hasil pemaknaan ini merupakan pandangan manusia terhadap dunia sekitar (Kriyantono, 2009:55). Penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam fokus, yang melibatkan
pendekatan
interpretatif
dan
wajar
terhadap
setiap
pokok
permasalahan yang dikajinya. Ini berarti bahwa penelitian kualitatif bekerja di dalam setting yang alamiah, dan berupaya memahami dan memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat dari makna yang diberikan orang-orang kepada fenomena tersebut.
67
Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris – seperti studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual – yang menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif (Salim, 2006:34). Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2009:56). Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu (Kriyantono, 2009:67). Penelitian deskriptif menggambarkan situasi secara detail dan spesifik, keadaan sosial, ataupun hubungan (Neuman, 2006:35). Paradigma pada penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal, dan spesifik, serta tergantung kepada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa hubungan epistimologis antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan, subjektif, dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara keduanya. (Salim, 2006:71). Paradigma konstruktivisme melihat tujuan penelitian adalah untuk memahami, melakukan rekonstruksi tindakan sosial, serta menggambarkan makna tindakan sosial (Salim, 2006:101).
68
Penjelasan dari penelitian ini berfokus pada deskripsi mengenai proses keterbukaan diri anak indigo dalam pertemanan dengan anak indigo dan bukan indigo
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Fenomenologi diartikan sebagai, pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal dan suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok seseorang. Fenomenologi digunakan dalam pendekatan kualitatif, menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi dunia. Fenomenologi berusaha memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain (Moleong, 2007:15). Alex Sobur dalam bukunya Filsafat Komunikasi (Sobur, 2013:v), menyatakan fenomenologi merupakan studi tentang bagaimana memahami pengalaman orang lain, bagaimana mempelajari struktur pengalaman yang sadar dari orang lain, baik individu maupun kelompok dalam masyarakat. Pengalaman tersebut bersumber pada titik pandang subjektif atau pengalaman orang pertama yang mengalami pengalaman itu secara “intensionalitas”. Fenomenologi dapat mengarahkan analisis pada kondisi yang memungkinkan intensionalitas, kondisi yang melibatkan keterampilan dan kebiasaan motorik hingga ke praktik-praktik kehidupan manusia berdasarkan latar belakang sosial sampai kepada penggunaan bahasa sekalipun.
69
Gutheng Prabowo yang dikutip oleh Agus Salim (Salim, 2006:167-168), seorang fenomenologi menempuh cara-cara dibawah ini: 1) Fenomenolog berkenderungan untuk menentang atau meragukan halhal yang diterima tanpa melalui penelaahan atau pengamatan terlebih dahulu, serta menentang sistem besar yang dibangun dari pemikiran yang spekulatif. 2) Fenomenolog berkencenderungan untuk menentang naturalisme. 3) Secara positif fenomenolog berkencenderungan untuk membenarkan pandangan atau persepsi. 4) Fenomenolog cenderung mempercayai perihal adanya, bukan hanya dalam arti dunia kultural dan natural, tetapi juga adanya objek yang ideal seperti jumlah, dan bahkan juga berkenaan dengan kehidupan tentang kesadaran itu sendiri yang dijadikan sebagai bukti, dan oleh karenanya menjadi diketahui. 5) Fenomenolog berkenderungan untuk memegang teguh prinsip bahwa periset harus memfokuskan diri pada sesuatu yang disebut menemukan permasalahan. 6) Fenomenolog cenderung untuk mengetahui peranan deskripsi secara universal, pengertian a-priori atau editic untuk menjelaskan sebab akibat, maksud dan latar belakang. 7) Fenomenolog
berkecenderungan
untuk
mempersoalkan
tentang
kebenaran atau ketidakbenaran mengenai apa yang dikatakan oleh Husserl
sebagai
trancendental
phenomenological
epoche,
dan
70
penyederhanaan pengertiannya menjadi sangat berguna dan bahkan sangat mungkin untuk dilakukan. Metodologi yang mendasari fenomenologi mencakup empat tahap (Sobur, 2013: ix): 1) Bracketing, adalah proses mengidentifikasi dengan “menunda” setiap keyakinan dan opini yang sudah terbentuk sebelumnya tentang fenomena yang sedang diteliti.
Bracketing sering disebut
sebagai reduksi
fenomenologi, di mana seorang peneliti mengisolasi berbagai fenomena, lalu membandingkan dengan fenomena lain yang sudah diketahui sebelumnya. 2) Intuition, terjadi ketika peneliti tetap terbuka untuk mengkaitkan maknamakna fenomena tertentu dengan orang-orang yang telah mengalaminya. Intuisi mengharuskan peneliti kreatif berhadapan dengan data yang sangat bervariasi, sampai pada tingkat tertentu memahami pengalaman baru yang muncul. 3) Analysing, analisis melibatkan proses seperti coding (terbuka, axial, dan selektif), kategorisasi sehingga membuat sebuah pengalaman mempunyai makna penting. 4) Describing, yakni menggambarkan. Pada tahap ini peneliti mulai memahami dan dapat mendefinisikan fenomena menjadi fenomenon atau fenomena yang terjadi. Inti dari penelitian fenomenologi adalah ide atau gagasan mengenai dunia kehidupan, sebuah pemahaman bahwa realitas setiap individu itu berbeda dan
71
bahwa tindakan setiap individu hanya bisa dipahami melalui pemahaman terhadap dunia kehidupan individu, sekaligus lewat sudut pandang mereka masing-masing. Kaum fenomenologi memandang perilaku manusia, apa yang mereka katakan, dan mereka perbuat sebagai hasil dari bagaimana mereka menafsirkan (memahami) dunianya (Sobur, 2013:427). Tujuan akhir dari analisis data fenomenologi adalah menampilkan gambaran analisis dan mendalam dari fenomena yang diteliti, gambaran ini tentu saja harus merefleksikan pengalaman partisipan yang hidup dan kaya (Sobur, 2013:429). Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang yang berada dalam situasi tertentu.
3.3 Key Informan Dan Informan Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek riset, yaitu orang-orang yang dipilih diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut objek, karena informan dianggap aktif mengkonstruksi realitas (Kriyantono, 2009:163). Dalam penentuan dan penemuan informan, peneliti menggunakan prosedur purposif, dimana prosedur ini menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Contoh dari penggunaan prosedur purposif ini adalah antara lain dengan menggunakan key person. Ukuran besaran individu key person atau informan, yang mungkin atau tidak mungkin ditunjuk sudah ditetapkan sebelum pengumpulan data, tergantung pada sumber daya dan waktu yang tersedia, serta
72
tujuan penelitian. Kunci dasar penggunaan prosedur ini adalah penguasaan informasi dari informan dan secara logika bahwa tokoh-tokoh kunci di dalam proses sosial selalu langsung menguasai informasi yang terjadi di dalam proses sosial itu (Bungin, 2007:107-108). Melalui prosedur purposif maka peneliti menarik key informan dalam penelitian ini adalah dua anak indigo yang sedang dalam masa dewasa dini atau muda. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun (Hurlock, 1980:246). Pada masa dewasa dini terdapat perubahan dalam persahabatan seseorang. Dibandingkan dengan anak remaja, pada masa dewasa muda, mereka cenderung memilih teman berdasarkan kecocokan. Orang dewasa muda mencari teman yang mempunyai kepentingan dan nilai yang sama dengan kepentingannya sendiri dan juga biasanya selektif dalam memilih teman. Dijelaskan Packard, senang atau susah kebanyakan orang merasa cocok dengan jenis mereka sendiri (Hurlock, 1980:262). Difokuskan lagi kepada dewasa muda yang akan atau sedang menimba tingkat pendidikan kuliah/mahasiswa, yaitu sekitar umur 18-25 tahun. Alasan pengambilan kisaran umur ini adalah, karena ukuran umur dewasa muda tersebut terlalu luas, sehingga lebih memfokuskan kepada umur dewasa muda awal. Serta empat orang informan lainnya, yang terdiri dari dua orang teman dari key informan pertama dimana yang satu merupakan sesama indigo dan yang satu bukan indigo. Serta satu teman dari key informan kedua yang merupakan teman
73
sesama indigo. Untuk triangulasi data peneliti memasukkan informan satu ahli mengenai indigo. Pemilihan key informan dalam penelitian ini merupakan rekomendasi dari Hamdani Daeng Tindri selaku pelopor komunitas Keluarga Indigo. Hamdani memahami karakter tiap-tiap key informan dalam penelitian ini, karakter keduanya berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini menjadi perbandingan satu sama lain dan juga memperkaya data penelitian. Informan dalam penelitian ini merupakan teman dari masing-masing key informan, dipilih sesuai keinginan key informan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian akan menghasilkan datadata deskriptif yang berupa tertulis atau lisan dari objek. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data: 1) Wawancara. Menurut Berger, yang dikutip oleh Kriyantono (2009:98), wawancara adalah percakapan antara periset – seseorang yang berharap mendapatkan informasi – dan informan – seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek. Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Dalam wawancara, peneliti bukan hanya mengajukan
pertanyaan,
tetapi
mendapatkan
pengertian
tentang
pengalaman hidup orang lain.
74
Sebelumnya peneliti melakukan wawancara pendahuluan, pada wawancara jenis ini tidak ada sistematika tertentu, tidak terkontrol, informal, terjadi begitu saja, tidak diorganisasi atau terarah. Tujuannya untuk mengenalkan periset kepada orang yang akan diriset. Periset perlu mengorbankan waktu untuk berkenalan atau beramah tamah dengan informan sebelum mewawancarai. Wawancara ini menjadi pembuka yang dapat membuat informan terbujuk menyampaikan informasi pada wawancara yang lebih mendalam. Dalam riset kualitatif, jenis wawancara ini berguna dalam menciptakan rapport (kepercayaan informan pada periset). Kemudian peneliti lanjutkan dengan wawancara mendalam (depth interview), yaitu suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Pada wawancara mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respons informan, artinya informan bebas memberikan jawaban. Karena itu periset mempunyai tugas agar informan bersedia memberikan jawaban lengkap, mendalam, bila perlu tidak
ada
yang
disembunyikan.
Caranya
dengan
mengusahakan
wawancara berlangsung informal seperti orang sedang mengobrol (Kriyantono, 2009:100). Peneliti menggunakan wawancara semi-terstruktur dalam penelitian ini, peneliti merancang serangkaian pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar wawancara, tetapi daftar tersebut digunakan untuk menuntun bukan untuk mendikte wawancara tersebut (Sobur, 2013:437).
75
2) Observasi. Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung – tanpa mediator – suatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi nonpartisipan, di mana peneliti hanya bertindak mengobservasi tanpa ikut terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan kelompok yang diriset, baik kehadirannya diketahui atau tidak (Kriyantono, 2009:108-110). 3) Dokumentasi. Menurut Kriyantono (2009:118), metode observasi, kuisioner atau wawancara sering dilengkapi dengan kegiatan penelusuran dokumentasi. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data, dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat. Dokumen publik misalnya: laporan polisi, beritaberita surat kabar, transkrip acara TV, dan lainnya. Dokumen privat misalnya: memo, surat-surat pribadi, catatan telepon, buku harian individu, dan lainnya.
3.5 Keabsahan Data Keabsahan data yaitu bahwa setiap keadaannya harus memenuhi (Moleong, 2007:320-321): 1) Mendemonstrasikan nilai yang benar, 2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan 3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya serta kenetralan dari temuan dan keputusannya.
76
Isu dasar dari hubungan keabsahan data pada dasarnya adalah bagaimana peneliti
membujuk
agar
pesertanya
(termasuk
dirinya)
bahwa
temuan
penelitiannya dapat dipercaya dan dipertimbangkan. Menurut Kriyantono (2009:70), penilaian kesahihan riset kualitatif biasanya terjadi sewaktu proses pengumpulan data dan analisis-interpretasi data. Jenis-jenisnya adalah: 1) Kompetensi subjek riset. Subjek riset harus kredibel, caranya dengan menguji jawaban-jawaban pertanyaan berkaitan dengan pengalaman subjek. 2) Trustworthiness. Menguji kebenaran dan kejujuran subjek dalam mengungkap realitas menurut apa yang dialami, dirasakan atau dibayangkan. Trustworthiness mencakup dua hal: a. Authenticity,
yaitu
memperluas
konstruksi
personal
yang
diungkapkan. Peneliti memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail, sehingga memengaruhi mudahnya pemahaman yang lebih mendalam. b. Analisis Triangulasi, yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Di sini jawaban subjek dibandingkan dengan dokumen yang ada. Triangulasi menurut Denzin (Moleong, 2007:330-332), dibedakan menjadi empat macam; sumber, metode, penyidik, dan teori.
77
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dilakukan dengan jalan, pertama, membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Kedua, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. Ketiga, membandingkan apa yang dikatakan orangorang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. Keempat, membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah
atau
tinggi,
orang
berada,
orang
pemerintahan.
Kelima,
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Triangulasi metode dilakukan dengan dua strategi menurut Patton, yaitu, pertama pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi penyidik memanfaatkan peneliti lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data. Triangulasi teori, menyatakan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau dua lebih teori. Berikut merupakan teknik pemeriksaaan keabsahan data menurut Moleong:
78
Tabel 3.1 Ikhtisar Teknik Pemeriksaaan Keabsahan Data KRITERIA Kredibilitas (Derajat Kepercayaan)
TEKNIK PEMERIKSAAN 1. Perpanjangan keikut-sertaan 2. Ketekunan pengamat 3. Triangulasi 4. Pengecekan sejawat 5. Kecukupan referensial 6. Kajian kasus negatif 7. Pengecekan anggota 8. Uraian rinci Keteralihan 9. Audit kebergantungan Kebergantungan 10. Audit kepastian Kepastian Sumber : (Moleong, 2007:327)
3.6 Teknik Analisis Data Tahap analisis data memegang peran penting dalam riset, yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas tidaknya riset. Artinya, kemampuan peneliti memberi makna kepada data merupakan kunci apakah data yang diperolehnya memenuhi unsur reliabilitas dan validitas atau tidak. Reliabilitas dan validitas data kualitatif terletak pada diri peneliti sebagai instrumen riset. Analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti di lapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui observasi, wawancara mendalam, focus group discussion, maupun dokumendokumen. Kemudian data tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu. Pengklasifikasian atau pengkategorian ini harus mempertimbangkan kesahihan,
dengan memerhatikan kompetensi
subjek penelitian,
tingkat
autentisitasnya dan melakukan triangulasi berbagai sumber data. Data yang diterima kemudian diklasifikasikan ke dalam kategori tertentu.
79
Setelah diklasifikasikan, peneliti melakukan pemaknaan terhadap data. Pemaknaan ini merupakan prinsip dasar riset kualitatif, yaitu bahwa realitas ada pada pikiran manusia, realitas adalah hasil konstruksi sosial manusia. Dalam melakukan pemaknaan tersebut, peneliti dituntut berteori untuk menjelaskan dan berargumentasi. Berteori ini penting untuk membantu peneliti mempertahankan argumentasinya. Selain itu, interpretasi peneliti juga harus mendialogkan temuan data dengan konteks-konteks sosial, budaya, politik, dan lainnya yang melatarbelakangi fenomena yang ditelitinya (Kriyantono, 2009:196-197). Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data dari Glasser & Strauss, Lincoln & Guba yang disebut sebagai teknik komparasi konstan, teknik filling system dari Wimmer dan Dominick. Teknik komparatif konstan mencakup tahapan analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Menempatkan kejadian (data) ke dalam kategori-kategori. Kategori tersebut harus dapat diperbandingkan satu dengan lainnya. 2) Memperluas kategori sehingga didapat kategori data yang murni dan tidak tumpang tindih satu dengan lainnya. 3) Mencari hubungan antarkategori. 4) Menyederhanakan dan mengintegrasikan data ke dalam struktur teoretid yang koheren (masuk akal, saling bertalian secara logis). Setelah peneliti mengumpulkan data dilanjutkan dengan analisis. Data hasil observasi akan dianalisis dengan membuat kategori-kategori tertentu, cara ini disebut dengan filling system. Lalu data diinterprertasi dengan memadukan
80
konsep-konsep atau teori-teori tertentu. Konsep atau teori ini membantu dalam memahami perilaku yang diobservasi.
81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Informan Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah proses keterbukaan diri anak indigo dalam pertemanan anak indigo dengan sesama indigo dan bukan indigo. Seluruh hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara key informan, informan, dan ahli terkait serta observasi, menghasilkan keterkaitan dengan teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah dua orang anak indigo dalam usia dewasa muda, difokuskan pada usia 18-25 tahun. Selain itu juga informan penelitian ini melibatkan teman dari kedua anak indigo tersebut dan juga dari ahli yang memahami anak indigo.
4.1.1 Karakteristik Key Informan 1 Ajeng Tiarara Rihandini atau yang akrab dipanggil Tiara, lahir di Jakarta pada 21 Desember 1991. Tiara bertempat tinggal di Cibubur. Ayah dari Tiara merupakan suku Jawa dan Ibunya keturunan Palembang dan Chinese. Seluruh keluarga Tiara termasuk Tiara memeluk agama Islam. Perempuan yang memiliki hobi baca buku, olahraga, dan memasak ini memiliki empat saudara. Satu diantaranya yaitu kakak laki-lakinya yang pertama merupakan saudara tiri dari Tiara, anak dari pernikahan Ayah Tiara
82
sebelum menikah dengan Ibunya Tiara. Tiara juga memiliki satu kakak lakilaki kandung dan satu adik perempuan kandung. Saat ini Tiara menempuh tingkat akhir pendidikan kuliah di Universitas MH Thamrin, Jakarta Timur, jurusan Patologi dan Fisiologi. Fokus skripsi yang sedang diteliti oleh tiara adalah mengenai cairan dan makanan minuman. Di waktu senggangnya Tiara juga bekerja di shelter animal defender dan klinik Global Dokter Kemang. Melakukan dua pekerjaan di saat kuliah tingkat akhir, tidak membuat Tiara kesulitan menyelesaikan tanggung jawabnya kepada kampusnya, dikarenakan Tiara mendapatkan dukungan dari kampusnya untuk bekerja di dua tempat tersebut. Tiara mengikuti program khusus dari kampusnya, di mana jadwal kuliahnya dapat diaturnya sendiri. Tiara yang sudah memiliki minat di bidang kesehatan sejak masih menempuh SMP, berhasil masuk daftar 80 orang yang lolos dari 2000 orang yang mendaftar SMA sekolah kesehatan ternama. Keberhasilan ini bukan dikarenakan latar belakang Tiara namun semata karena usaha kerasnya. Tiara merupakan sosok keibuan, pendengar yang baik, senang memberikan nasihat, dan ramah. Tiara memiliki sifat yang ceria dan ramai ketika bersama orang lain, namun ketika dalam situasi dimana tidak ada yang dekat dengan Tiara, ia akan diam, oleh karena itu ia memilih memperkerjakan satu orang asisten yang ia pilih sendiri sesuai dengan kecocokannya. Tugasnya untuk membantu seluruh keperluan penelitiannya. Tiara sangat menyukai baju berwarna hitam, hampir seluruh baju yang dikenakannya berwarna hitam.
83
Tiara sudah menyadari dirinya berbeda sejak SD dikarenakan Tiara sudah mulai mengetahui hal-hal diluar dugaannya. Tiara baru yakin dengan kelebihan yang dimilikinya pada saat SMP akhir memasuki masa SMA, pada saat itu Tiara melakukan tes foto aura, dan hasilnya Tiara tergolong sebagai anak indigo. Kemampuan indigo ini memang sudah ada di garis keturunan keluarga Tiara, Ibu dari Tiara juga tergolong indigo. Tidak jauh berbeda dari Tiara, Kakak laki-laki tiri Tiara juga memiliki indera keenam. Dikarenakan Ibu dari Tiara juga memiliki kemampuan yang sama, Tiara banyak berkonsultasi kepada ibunya. Ibunya Tiara sangat mendukung kemampuan Tiara, dengan diberikan buku-buku pembahasan spiritual, Tiara juga diberikan guru spritual yang selalu menjadi tempatnya berkonsultasi, dan bertanya bagaimana cara Tiara untuk memperdalam kemampuannya. Tiara tergabung dengan komunitas Keluarga Indigo sejak tiga bulan yang lalu, yaitu sekitar bulan Januari. Kemampuan indigo Tiara yaitu bisa melakukan pindah tempat (astral), melihat mahluk astral, mengatasi orang yang kerasukan, telepati, melihat kejadian yang terjadi di tempat lain, melakukan prediksi akan suatu hal yang akan terjadi, melihat masa lalu dari seseorang maupun suatu kejadian,
komunikasi dengan roh, komunikasi
dengan Tuhan dapat dilakukan Tiara namun dengan cara meditasi, serta mampu menggali informasi dari orang maupun benda. Tiara yang bekerja di bidang kesehatan juga memanfaatkan kemampuannya dalam bekerja. Dalam menangani hal ini Tiara juga masih dalam tahap mendalaminya, Tiara banyak berkonsultasi dengan Ibunya yang
84
memang sudah menguasai bidang ini. Kemampuannya dipakai untuk menyembuhkan orang lain.
4.1.2 Karakteristik Informan 1 Dimas Ahmad Rianto, biasa dipanggil Dimas lahir pada 18 Januari 1996 di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Saat ini Dimas bertempat tinggal di perumahan Galaxy Bekasi. Kedua orang tua Dimas beragama Islam dan merupakan suku Jawa. Dalam keluarganya Dimas memiliki satu adik perempuan. Dimas merupakan siswa kelas 3 IPS SMA Sudirman. Kampus yang dituju untuk pendidikan Dimas selanjutnya adalah Universitas Indonesia, jurusan musik atau komunikasi. Dimas masih belum bisa menentukan jurusan apa yang akan ia pilih. Hobi Dimas adalah main musik, Dimas menguasai hampir seluruh alat musik band. Dimas telah tergabung dengan banyak band sejak SD. Saat ini Dimas memegang drum di bandnya. Dimas menyadari dirinya Indigo sejak TK, ia sudah mulai bisa melihat berbagai mahluk astral. Pada waktu kelas 3 SD Dimas melakukan tes dasar indigo dan dinyatakan sebagai indigo. Dimas sudah tergabung dengan komunitas Keluarga Indigo sejak kelas 1 SMA, sekitar tahun 2012. Di keluarga Dimas, hampir seluruhnya memiliki kemampuan indigo, adik, Ibu, sepupu, tante, bude, dan anaknya tante semuanya tergolong indigo. Meskipun Ayahnya menentang kemampuan Dimas, namun Ibunya selalu mendukung karena kesamaan yang ada di mereka.
85
Kemampuan yang dimiliki Dimas adalah mendeteksi, melihat masa depan, mengetahui sifat orang lain, telepati, mengetahui kejadian yang berlangsung di tempat lain, memprediksi sesuatu, menggunakan roh orang, mengetahui masa lalu orang lain, sugesti, dan komunikasi dengan Tuhan.
4.1.3 Pertemanan Ajeng Tiarara Rihandini dan Dimas Ahmad Rianto Dimas berteman dengan Tiara sejak dua bulan yang lalu, yaitu bulan Februari 2014. Pada awalnya Dimas dan Tiara saling tegur sapa di group Whatsapp komunitas Keluarga Indigo. Sampai saat ini Tiara maupun Dimas belum pernah bertemu sekali pun, namun mereka cukup sering untuk berkomunikasi lewat Whatsapp. Tiara mengaku beberapa kali bertemu dengan Dimas di dalam mimpinya. Tabel 4.1 Informan Ajeng Tiarara Rihandini dan Dimas Ahmad Rianto Key Informan 1
Informan 1
Nama
Ajeng Tiara Rihandini
Dimas Ahmad Rianto
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Agama
Islam
Islam
Suku
Palembang, Chinese,
Jawa
Jawa Hobi
Membaca buku,
Musik
olahraga, dan memasak Usia
22 Tahun
18 Tahun
Memiliki Kemampuan
Ya
Ya
86
Indigo Pendidikan
Semester 8 di
Kelas 3 IPS di SMA
Universitas MH
Sudirman
Thamrin Status Pekerjaan Lama Pertemanan
Bekerja
Tidak 3 Bulan
4.1.4 Karakteristik Informan 2 Rahma Sunarsih Tri Walidah, biasa dipanggil Rahma. Lahir pada 11 Maret 1996, di Jakarta, dan tinggal di Jakarta. Rahma saat ini menempuh pendidikan kelas 2 SMK Akuntansi di SMKN 10 Jakarta. Gadis berumur 18 tahun ini memiliki hobi bermain alat musik gitar dan mendengarkan musik. Suku Rahma adalah Jawa dan ia beragama Islam.
4.1.5 Pertemanan Ajeng Tiarara Rihandini dan Rahma Sunarsih Tri Walidah Awal pertemuan Rahma dan Tiara dikarenakan Tiara memasang iklan mencari asisten untuk di shelter animal. Rahma yang sedang mencari pekerjaan saat itu langsung menghubungi Tiara. Rahma menghubungi Tiara tengah malam dan tidak berhenti mengirimkan email terus menerus, hal tersebut membuat Tiara sedikit jengkel. Ternyata pekerjaan di shelter sudah ditutup, akhirnya Tiara menawarkan pekerjaan kepada Rahma sebagai asisten Tiara. Tugasnya untuk membantu seluruh kegiatan kuliah Tiara di Kampus,
87
menyiapkan seluruh keperluan untuk penelitian skripsi Tiara. Lokasi kampus dan sekolah Rahma juga berdekatan, dan juga pekerjaan yang diberikan Tiara ini dilakukan Rahma sepulang sekolahnya, sehingga tidak mengganggu kegiatan sekolah Rahma. Mereka sudah berteman semejak satu bulan yang lalu. Dikarenakan prinsip Tiara yaitu apabila seseorang sudah mengenalnya maka ia menganggapnya sebagai teman, dan yang sudah berteman dengannya ia anggap sahabat, maka meskipun waktu perkenalan mereka terhitung sebentar namun Tiara sudah merasa mereka sebagai teman, dan demikian juga mereka sudah merasa Tiara sebagai teman. Tabel 4.2 Informan Ajeng Tiarara Rihandini dan Rahma Sunarsih Tri Walidah
Nama
Key Informan 1
Informan 2
Ajeng Tiara Rihandini
Rahma Sunarsih Tri Walidah
Jenis Kelamin
Perempuan
Perempuan
Agama
Islam
Islam
Suku
Palembang, Chinese,
Jawa
Jawa Hobi
Membaca buku,
Musik
olahraga, dan memasak Usia
22 Tahun
18 Tahun
Memiliki Kemampuan
Ya
Tidak
88
Indigo Pendidikan
Semester 8 di
Kelas 2 SMK di SMKN
Universitas MH
10 Jakarta
Thamrin Status Pekerjaan
Bekerja
Lama Pertemanan
Bekerja 1 Bulan
4.1.6 Karakteristik Key Informan 2 Key informan selanjutnya memilih untuk disamarkan namanya, sebut saja Mawar. Alasan ia memilih untuk menyamarkan namanya karena ia tidak pernah mau muncul ketika berkaitan dengan indigo. Gadis ini berusia 21 tahun, lahir di Jakarta, dan bertempat tinggal di Rawamangun. Mawar merupakan keturunan Jawa, Batak, dan Sumatera. Mawar merupakan mahasiswi semester 8 jurusan Hukum, Universitas Indonesia. Selain kuliah, Mawar juga bekerja di bagian litigasi kantor pengacara Luhut Pangaribuan. Mawar memang memiliki ketertarikan kepada dunia hukum dan politik. Gadis yang mempunyai hobi membaca ini menyadari dirinya berbeda sejak kecil. Indigo sudah mendarah turun temurun di keluarganya, Ayah, Ibu, Eyang, adik laki-lakinya, dan Tantenya memiliki kemampuan indigo. Kemampuan yang dimiliki oleh Mawar, ia menyebutnya vision dan energi. Ia memiliki rasa empati yang tinggi, feeling atau prediksi yang kuat, dapat membaca sifat seseorang, telepati, melihat hal gaib, dan membaca pikiran orang lain.
89
4.1.7 Karakteristik Informan 3 Hamdani, atau yang biasa dipanggil Dani ini merupakan pelopor dari komunitas Keluarga Indigo. Dani lahir di Jakarta pada tanggal 11 Januari 1991. Saat ini Dani bertempat tinggal di Bekasi. Kedua orang tua Dani merupakan orang Sulawesi Selatan dan beragama Islam. Laki-laki yang memiliki hobi meng-hacking ini kuliah di Universitas Gunadarma, jurusan IT. Kemampuan yang dimiliki Dani lebih digunakan untuk membantu mengontrol anak indigo yang masih belum bisa mengatur kemampuan yang mereka miliki. Dia bisa berpindah tempat dan telepati. Dani mengetahui dirinya tergolong indigo sejak kecil, dia sudah mulai dapat melihat segala sesuatu yang hanya dilihat oleh masyarakat awam. Tidak hanya Dani, dalam keluarganya adik laki-laki dani yaitu Septi juga memiliki kemampuan indigo. Dani merupakan empat bersaudara, Dani, adik lakilakinya, dan dua adik perempuannya. Sebelumnya kedua orang tua Dani tidak ada yang memiliki kemampuan indigo, sehingga kedua orang tuanya tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi kepada Dani. Hingga akhirnya Dani dibawa ke banyak psikolog dan ahli untuk berkonsultasi mengenai perbedaan yang ada di dirinya.
4.1.8 Pertemanan Mawar dan Hamdani Pertemanan Dani dan Mawar diawali ketika Mawar mulai bergabung dengan komunitas Keluarga Indigo sekitar dua tahun yang lalu. Pada awalnya
90
Mawar melihat Dani di media massa, Mawar yang saat itu sedang mencari komunitas baru untuk dirinya akhirnya menghubungi Dani yang merupakan pelopor dari komunitas Keluarga Indigo. Dani dan Mawar pertama kali berkomunikasi melalui Email dan berlanjut ke telepon serta Whatsapp. Pertemuan pertama kali Dani dan Mawar adalah ketika diadakan gathering
indigo di Plaza Festival, Jakarta Selatan. Saat itu merupakan
gathering ibu-ibu indigo, jadi terdapat kecocokan antara Mawar dengan anggota komunitas yang notabene adalah perempuan, selain itu juga terdapat kesamaan topik pembahasan. Mawar merasa cocok dengan komunitas Keluarga Indigo sampai akhirnya bergabung dengan komunitas ini. Pertemanan Dani dan Mawar berlanjut semejak saat itu. Hingga saat ini Dani dan Mawar sering bertemu di setiap gathering yang diadakan, di samping itu Dani dan Mawar juga terkadang bertemu apabila lokasi mereka berdekatan. Dani dan Mawar banyak berkomunikasi melalui Whatsapp. Tabel 4.3 Informan Mawar dan Hamdani Key Informan 2
Informan 3
Nama
Mawar
Hamdani
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Agama
Islam
Islam
Suku
Sumatera, Batak, Jawa
Sulawesi Selatan
Hobi
Membaca
Hacking Komputer
Usia
22 Tahun
23 Tahun
Memiliki Kemampuan
Ya
Ya
91
Indigo Pendidikan
Semester 8 di
Semester 6 di
Universitas MH
Universitas Gunadarma
Thamrin Status Pekerjaan Lama Pertemanan
Bekerja
Bekerja
Satu Setengah Tahun
4.1.9 Profil Ahli Sebagai triangulasi data dalam penelitian ini, peneliti sudah melakukan wawancara dengan Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo. Beliau adalah rektor dari Perbanas Institute sejak tahun 2010. Pada tahun 1978 beliau kuliah di Institut Teknologi Bandung, jurusan Teknik Elektro, spesialisasi Teknik dan Sistem Komputer. Melanjutkan studi S2, beliau selesaikan hanya dalam 1 tahun di Curtin University of Technology, Perth, Australia. Kemudian hanya dalam waktu dua setengah tahun, beliau menyelesaikan program S3 dalam bidang Teknologi Informasi di Universitas yang sama untuk program S2-nya. Selain menjadi Rektor, beliau juga merupakan Hipnoterapis. Beliau mendalami training untuk pengembangan potensi diri. Beliau menjelaskan bahwa semasa dulu beliau pernah berlatih tenaga dalam dan kemampuan tersebut masih digunakan hingga saat ini. Setiap jam 15.00 WIB beliau mengijinkan siapapun untuk datang berkonsultasi ke ruangannya di Jl Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan, Gedung Institut Keuangan, Perbankan, & Informatika Asia (IKPIA) Perbanas, Unit V, Lantai
92
4. Dari antara pasiennya terdapat beberapa anak indigo, sehingga membuat Pak Marsudi tertarik untuk memahami lebih dalam tentang anak indigo. Kedepannya seperti yang dinyatakan Hamdani atau Dani, Pak Marsudi dan Ibu Tika Bisono ingin membentuk Indigo Research Center yang berpusat di Universitas Indonesia dan Yayasan Administrasi Indonesia. Ibu dari Dani, Dani, dan Septi adiknya Dani juga datang kepada Pak Marsudi untuk berkonsultasi seputar perbedaan yang ada di diri mereka yaitu kemampuan Indigo. Selain training, kegiatan sosial lainnya adalah menjadi Ketua Dewan Ahli Perhimpunan Persahabatan Antarbangsa Indonesia Cina, Ketua
(bidang
pengembangan
institusi)
Asosiasi
Perguruan
Tinggi
Informatika dan Komputer, Ketua Umum Yayasan Pendidikan Maritim Indonesia, dan Ketua Umum Yayasan Pelaut Binasena.
4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: Bagian pertama akan membahas tentang latar belakang informan yang berkaitan dengan karakteristik masing-masing informan sebagai anak indigo. Dalam bagian ini akan dibahas pula mengenai kemampuan anak indigo, dan pandangan mereka mengenai indigo. Kemudian dilanjutkan bagian kedua memfokuskan kepada bahasan mengenai karakteristik mereka yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi dari masing-masing anak indigo.
93
Bagian ketiga memfokuskan pada pertemanan, pembahasannya mengenai makna pertemanan bagi mereka, pertemanan anak indigo dengan sesama anak indigo maupun dengan yang bukan anak indigo, serta tahapan pertemanan yang mereka alami. Bagian keempat menampilkan mengenai proses keterbukaan diri anak indigo dalam pertemanan mereka. Alasan mereka melakukan keterbukaan diri, alasan mereka tidak melakukan keterbukaan diri, makna keterbukaan diri bagi mereka, perbedaan keterbukaan diri anak indigo dengan sesama anak indigo dan bukan anak indigo.
4.2.1 Indigo Terlahir sebagai anak indigo tentu bukan keinginan mereka sebagai anak manusia. Setiap yang diberikan oleh Tuhan adalah berkat yang patut disyukuri dan tentunya akan bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Namun dikarenakan kelebihan yang ada di diri anak indigo adalah kebanyakan kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang awam, membuat orang awam bertanya-tanya, binggung, mengganggapnya aneh, tetapi tidak sedikit pula yang kagum akan kemampuan tersebut. Latar belakang anak indigo yaitu keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan karakter anak indigo. Tiara: Tiara dilahirkan di keluarga yang memang memiliki garis keturunan indigo. Sesuai yang dikatakan oleh Bapak Marsudi bahwa
94
kebanyakan Ibu yang memiliki kemampuan indigo dan melahirkan anak perempuan, anak perempuan itu akan memiliki kemampuan indigo yang diturunkan dari ibunya. Pernyataan ini benar terjadi di Tiara. Kedua orang tua Tiara mendukung kemampuan yang dimiliki Tiara. Mendukung disini tetap dalam lapisan yang positif, Ibu Tiara memfasilitasi Tiara dengan guru spiritual, guru spiritual ini menjadi tempat konsultasi bagi Tiara. Tiara juga didukung dengan diberikan buku-buku bacaan yang berkaitan dengan spiritual. Hal ini dilakukan Ibunya agar Tiara mampu mengendalikan kemampuan yang dimilikinya dengan benar, dalam arti lain ibunya berusaha membimbing Tiara. Seperti pernyataan Pak Marsudi mengenai pentingnya peran orang tua untuk mengendalikan atau mengontrol anak indigo mereka. Ibu Tiara memahami kondisi Tiara, karena Ibunya juga merupakan salah satu golongan anak indigo juga. Ibu Tiara juga tetap menjaga Tiara dengan memberikan nasihatnasihat
dan
menjadi
tempat
konsultasi
Tiara.
Ibunya
selalu
mengkhawatirkan keadaan Tiara ketika membantu orang untuk mengatasi kerasukan. Dengan Tiara membantu orang lain yang kerasukan, akan ada dampak yang terjadi kepada Tiara. Dampaknya lebih kepada kondisi fisik Tiara, Tiara jadi lemas, mual, pusing, dan membutuhkan waktu istirahat seharian untuk memulihkan kondisinya kembali. Pada saat ini peran ibu Tiara sangat besar, seperti yang dikatakan Tiara:
95
“Di saat seperti ini cuma mama yang bisa buat aku sembuh, tukang urut mana pun gak mempan, cuma mama aja. Mama pegang tangan aku, kadang mama sampai nangis, mama suka suka bilang jangan lagi, karena mama kasihan dengan aku. Ketika aku ngeberesin yang kerasukan, mahluk halus itu bisa ada lima lebih, dan bahaya untuk aku. Aku selalu ingetin mamaku kalau aku bisa jaga diri.”. Tiara juga memahami maksud dukungan yang diberikan oleh Ibunya, terbukti dengan Tiara berusaha meyakinkan ibunya bahwa iya bisa menjaga dirinya. Komunikasi yang terbentuk antara Tiara dan Ibunya sangatlah baik. Ada timbal balik di antara keduanya. Salah satu bukti pemahaman Tiara lainnya adalah pernyataannya berikut: “Lalu, jujur aja sama mama itu disediain, ya jatohnya apa ya, difasilitasin guru spiritual. Jadi kasarnya apa ya, setiap hari itu aku ngaji. Nah jadi itu yang aku bilang, mamaku itu benarbenar dukung disitu, jadi supaya aku tuh, entah namanya apa ya..sekarang kan entah pergaulan, kehidupan kan keras kaya gimana. Nah jangan salah, anak indigo juga kalau tidak bisa mengontrol dirinya jatuhnya akan negatif. Oleh karena itu aku difasilitasi sama mamaku guru spiritual, sebagai tempat aku nanya, tempat aku konsul, tempat aku nanya gimana caranya perdalam kemampuan aku juga. Aku didukung banget dan dijaga juga deh sama keluarga.”. Sentuhan yang diberikan oleh Ibu Tiara juga merupakan salah satu bentuk komunikasi dukungan yang dilakukan oleh Ibunya kepada Tiara. Meskipun Ayah Tiara tidak terlalu dijelaskan oleh Tiara dalam hal mendukung indigonya Tiara, namun dari cerita Tiara bahwa Ayahnya memanggil Tiara dengan sebutan “Raden”, panggilan khas adat untuk anak yang berarti anak baik atau anak darah biru, panggilan ini saja sudah menunjukkan dukungan bagi Tiara. Secara komunikasi melalui
96
panggilan yang diberikan Ayah Tiara menunjukkan kebanggaannya kepada Tiara sebagai anak perempuannya. Pada saat menceritakan hal ini, Tiara tampak sangat senang, dan tertawa menceritakan panggilan Ayahnya kepadanya di rumah. Keluarga Tiara yang lainnya yaitu Kakak laki-laki tirinya, Kakak laki-laki kandungnya, dan Adik perempuan kandung dari Tiara juga tidak ada masalah dengan kemampuan yang dimiliki Tiara. Kakak lakilaki tirinya Tiara memiliki kemampuan yang hampir serupa dengan Tiara yaitu indera keenam. Indera keenam tidak jauh berbeda dengan indigo, namun bagi anak yang memiliki indera keenam belum tentu merupakan anak indigo. Tetapi anak yang memiliki kemampuan indigo sudah pasti mempunyai kemampuan indera keenam. Indera keenam hanyalah sebatas mampu melihat mahluk astral, sedangkan anak indigo memiliki kemampuan yang lebih dari itu. Karena adanya kesamaan antara Tiara dan Kakak tirinya, membuat Tiara lebih sering berkomunikasi dengan Kakak tirinya. Saudara kandung Tiara yang lainnya tidak memiliki kemampuan yang sama dengan Tiara, tetapi mereka dapat menerima perbedaan yang ada di diri Tiara. Kedekatan Tiara dan keluarganya memberikan pengaruh besar dalam karakteristik Tiara. Tiara menjadi pribadi yang terbuka dalam artian bersedia untuk menolong orang lain dengan kemampuannya, ramah, pendengar yang baik, pemberi nasihat yang baik, serta memiliki sifat keibuan yang diturunkan dari Ibunya. Bahkan ketika Tiara sudah 97
lelah menolong banyak orang lain, ia tetap mau menolong, terbukti dari pernyataan berikut, “Iya, banyak yang minta tolong, sebenarnya kadang cape, karena banyak yang tengah malam masih konsultasi. Cuma selagi bermanfaat buat orang lain, aku sih mencoba membantu.”
Mawar: Lain halnya dengan keluarga Mawar. Mawar memiliki Ayah, Ibu, dan Adik yang sama-sama tergolong Indigo. Di luar keluarga inti Mawar, keluarga besarnya juga banyak yang memiliki kemampuan indigo. Namun aliran yang dianut oleh Ayah Mawar bukanlah aliran yang bagus. Mawar juga mengakui bahwa Ayahnya sendiri tidak baik melalui pernyataan berikut. “Keluarga gua tau, tapi karena pengalaman di keluarga gua itu, gua punya bokap, gua punya nyokap, dan atas-atas gua semuanya itu punya ability tapi gak bisa mengarahkan ke jalan yang benar dan salah. Jadi kaya hobi makan-makan orang bokap gua ngelakuin. Bokap gua pernah makan gua, ini kocak sih. Ya bokap gua memang gak baik sih, dia aliran buruk, jadi kaya gak harmonis. Udah cerai juga bokap gua.”. Tidak jauh berbeda dengan Ayahnya, Ibu Mawar juga tidak terlihat mendukung Mawar. Ibu Mawar trauma dengan kondisinya sendiri, mengakibatkan Ibunya melakukan penolakan terhadap dirinya sendiri. Terkadang Ibunya mengakui bahwa ia dan Mawar merupakan keturunan indigo, namun terkadang pula ibunya tidak mengakui hal tersebut. Tidak jarang pula ketika Ibu Mawar sedang tidak mood, 98
ibunya dapat memaki Mawar. Hal ini mengakibatkan stress yang dialami oleh Ibu Mawar, dan Mawar pun merasakan dampaknya, ia kesulitan untuk menyalurkan apa yang dialaminya kepada Ibunya sendiri. Adik Mawar merupakan anak indigo yang bertarung (battle). Bertarung disini berusaha menolong orang lain yang terkena guna-guna, menjadi pelindung dari santet untuk orang lain, Mawar menyebutnya sebagai jagoan berantem. Hubungan antara Mawar dan Adik lakilakinya tidak terlalu baik pula, Adik Mawar menolak Mawar sejak awal. Hal ini disebabkan oleh trauma yang dialami oleh adiknya. Ayah, Ibu, dan Adik seperti itu membuat Mawar sulit untuk berkomunikasi dengan keluarga intinya. Dalam keluarga besarnya, Tante Mawar juga memiliki kemampuan indigo, namun Tantenya juga menganut aliran sesat. Dilihat dari keadaan ini, Mawar mampu membedakan yang mana aliran sesat dan yang mana aliran yang baik. Salah satu yang dekat dengan Mawar di keluarga besarnya adalah Eyangnya. Tapi dikarenakan perbedaan umur yang cukup jauh, dan umur Eyangnya yang sudah tua juga membuat dia sulit berkomunikasi dengan Eyangnya.
Menurut Pak Marsudi,
99
“Intinya anak indigo itu sederhana saja, lingkungannya harus paham dia, lingkungan di sekolah, di rumah, terutama yang di rumah.”.
Merupakan suatu hal yang penting apabila dari dalam lingkungan keluarga Mawar dapat memahami Mawar. Dalam kasus Mawar hampir seluruh anggota keluarganya merupakan indigo, namun tidak ada yang bisa memahami satu sama lainnya. Pada waktu kecil kemampuan Mawar pernah berusaha ditutup, namun karena penutupan tersebut akhirnya berdampak kepada psikologis Mawar. Mawar jadi merasa tertekan karena cakranya tidak stabil. Mawar juga tidak percaya dengan kemampuan ahli dalam mengendalikan kemampuan indigonya. Menurutnya ahli tidak bisa memahami dia, dan yang bisa memahaminya hanya sesama anak indigo. Ketidakharmonisan yang terjadi dalam keluarga memberikan pengaruh kepada karakter dari Mawar, Mawar jadi lebih pendiam, berfokus pada dirinya, menutup dirinya, terkesan malu akan kemampuan yang dimilikinya, mudah takut akan hal-hal tertentu, dan merasa bahwa nasib yang dialaminya bukanlah nasib yang baik. “Terus karena oh elu dianggap gila, gua juga, terus kaya ada ikatan, persamaan nasib kalau di undang-undang 45.”. Pada waktu melakukan wawancara dengan Mawar, peneliti mengalami kesulitan karena ketika Mawar berbicara suaranya semakin lama semakin kecil. Peneliti mendekatkan alat perekam yang peneliti
100
gunakan, dan Mawar pun menyadari bahwa suaranya kecil. Mawar berkata, “Terlalu kecil ya suara gua? Gede-gede gua malu.”. Lokasi tempat peneliti melakukan wawancara pada saat itu adalah di Starbucks Grand Indonesia lantai LG. Dimana di Starbucks tersebut dalam keadaan yang ramai. Bangku yang peneliti dan Mawar duduki merupakan bangku yang berderet sejajar kesamping. Di sisi kiri peneliti dan Mawar tidak ada orang lain karena itu adalah tembok, peneliti duduk di bagian pojok bersama Mawar. Di sisi Kanan terdapat satu meja kosong di lokasi duduk peneliti dan Mawar, baru kemudian meja berikutnya diisi orang lain. Orang lain yang ada di meja tersebut juga merupakan keluarga yang terdiri dari orang tua yang berumur sekitar 40 tahun, suster, anak-anak berusia sekitar 16 tahun dan 12 tahun. Keadaan keluarga tersebut ketika peneliti melakukan wawancara adalah cukup berisik, karena mereka semua saling berbicara. Ditambah lagi dengan lagu yang diputarkan oleh Starbucks-nya sendiri. Hasil rekaman wawancara juga dapat terlihat bahwa kondisi disana ramai. Dengan kondisi tempat seperti itu, Mawar khawatir bahwa perbincangannya dengan peneliti dapat terdengar orang lain. Pada saat berkata kalimat tersebut, Mawar terlihat menunduk dan menjauhkan muka dari sisi yang terdapat orang-orang tersebut. Selama melakukan wawancara Mawar juga terlihat menghindari penyebutan kata “indigo” dan
menggantinya
dengan
kata
“itu”.
Untuk
menghindari 101
ketidaknyamanan Mawar, peneliti menyesuaikan dengan kondisi kata yang digunakan, memilih untuk menggunakan kata “itu” untuk penyebutan kata “indigo. Ketika harus menyebutkan kata “indigo”, peneliti memilih untuk mengucapkannya dengan suara yang lebih kecil dibandingkan kata yang lainnya. Selain itu ketika ada foto komunitas Keluarga Indigo Mawar memilih untuk berusaha tidak terlihat di foto tersebut. Mawar menyatakan bahwa ia bersembunyi di paling belakang ketika dilakukan foto tersebut. Ketika peneliti merespon dengan berkata bahwa peneliti tidak terlalu memperhatikan foto tersebut namun peneliti sudah melihat foto tersebut, Mawar terlihat senang dan berkata dengan suara nyaring, “Yes!”. Kemampuan yang dimiliki oleh Mawar lebih digunakan ke dalam komunitas Keluarga Indigo. Mawar ikut turut serta dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komunitas tersebut, tetapi di balik layar. Mawar tidak tampil di depan publik. Salah satu dimana kegiatan di mana Mawar turut serta adalah pada waktu shooting dengan Metro TV untuk acara Sudut Pandang. Pada waktu itu perwakilan dari komunitas Keluarga Indigo adalah Dani sebagai pelopor komunitas Keluarga Indigo dan Septi, adik Dani. Mawar bersembunyi di balik kamera. Ketika Dani ajak untuk ikut tampil, Mawar menolaknya. Alasan Mawar tidak ingin tampil di publik adalah dari pernyataan tersebut,
102
“Jadi kalau mau maju loe mempertaruhkan kehidupan sosial loe, keluarga loe, dan loe bakalan diterawang sama Indonesia. Masih mending ya orang yang penasaran sebatas orang itu kaya gimana dan gitu gitu lah. Masih mending, ada yang tau kita indigo dan berniat memakan kita. Gua bisa dimakan sama orang, energi gua di makan. Kalau jin dukun mau naik tingkat kalau mau cepat bisa makan kita. Cara makannya itu disedot, energi cakra sih sebutannya.”. Menurut Mawar, ketika energi Mawar dimakan atau bisa dikatakan diserang hal tersebut dapat berdampak buruk kepada kondisi fisiknya, yaitu lemas.
Selain menjelaskan tentang latar belakang keluarga dari key informan penelitian ini, peneliti juga menjelaskan tentang informan yang tergolong indigo yang merupakan teman dari masing-masing Tiara dan Mawar.
Dimas: Dalam keluarga Dimas, Ibu, Adik perempuannya, sepupu, bude, anaknya tante, kakek, dan buyut mempunyai kemampuan yang sama dengan Dimas. Dikarenakan Ibu Dimas juga memiliki kemampuan yang sama, Ibunya menyambut baik kemampuan yang dimiliki Dimas, namun Ayahnya menolak hal tersebut. Dimas menyebut ayahnya sebagai Islam fanatik, sehingga membuat Ayahnya tidak percaya dan membenci hal-hal tersebut. Ayahnya juga pernah membacakan ayat kepada Ibu, Dimas, dan Adiknya, namun hal tersebut tidak pernah
103
berhasil, dan berujung membuat Ayahnya jatuh sakit. Menurut Dimas, kemampuan yang dimilikinya sejak lahir itu merupakan hadiah dari Tuhan, dan siapapun tidak dapat mengambilnya. Beberapa kali Dimas berusaha menunjukkan kemampuannya kepada Ayahnya untuk membuat Ayahnya yakin akan kemampuan yang
dimilikinya.
Salah
satu
yang
dilakukan
Dimas
adalah
memprediksi apa yang sedang terjadi di tempat lain, namun Ayahnya terus menepis bahwa hal tersebut hanyalah kebetulan saja, tidak ada hal seperti itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dimas memiliki karakter yang menyenangkan, ramah,
bersifat
tertutup karena
menurutnya rahasia tidak dapat diceritakan ke orang lain. Dimas merasa rahasia yang ia ceritakan ke orang lain akan menyebar ke orang lain lagi, “Ibaratnya rahasia kan ada level satu, level dua, level tiga. Level dua dan tiga boleh lah diceritain, tetapi level satu jangan. Level satu aku itu gak bisa diceritain ke siapapun, bahkan ke Kak Tiara sekalipun, karena pasti akan nyebar, secara gak sengaja orang bisa aja keceplosan.”.
Dani: Dani memiliki empat saudara, Dani sebagai anak pertama, lalu adik laki-lakinya bernama Septi, dan dua adik perempuan. Seluruh saudara kandungnya memiliki kemampuan yang sama dengan Dani, namun kedua orang tuanya tidak memiliki kemampuan yang sama dengan Dani. Pada waktu awal pertama kali Dani dan saudara-
104
saudaranya mulai menunjukkan tingkah laku yang berbeda, kedua orang tuanya sempat kebinggungan, sampai akhirnya dibawa ke berbagai psikolog dan ahli, salah satu ahli yang pernah dikonsultasi oleh orang tuanya Dani adalah Pak Marsudi. Orang tua Dani lebih bersifat mendukung kemampuan yang dimiliki Dani dan adik-adiknya. Orang tuanya juga mencari tahu kepada para ahli yang lebih memahami tentang fenomena yang dihadapi Dani, berarti orang tuanya peduli terhadap apa yang dihadapi anaknya. Bahkan Ibu Dani merupakan anggota dari komunitas Keluarga Indonesia. Komunitas ini tidak hanya berisi anak-anak indigo saja, tetapi juga di dalamnya ada orang tua yang belum mengerti tentang apa yang dialami anaknya dan berusaha mencari tahu. Di dalam komunitas ini seluruh orang tua yang ada saling berbagi pengalaman tentang apa yang dialami anaknya dan diceritakan dalam BBM group komunitas Keluarga Indigo. Latar belakang mereka sebagai anak indigo mempengaruhi cara mereka memandang anak indigo dengan pandangan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Berikut merupakan pandangan indigo di mata anakanak indigo; Tiara: “Menurut aku, kita itu tetap sama dengan yang lain, gak ada bedanya, intinya indigo atau bukan kita tuh sama saja, kita tuh 105
hidup harus sama-sama punya tujuan, hanya saja, orang-orang indigo diberikan kemampuan khusus sama Tuhan dimana kita itu sebenarnya dikasih misi, entah itu apa misinya, ya misalnya anak indigo kalau sudah fokus sama satu hal, dia akan tekunin satu hal itu sampai bahkan sampai dia mati pun dia akan tetap concern kesitu.” Dari cara pandang Tiara dapat dilihat bahwa anak indigo memiliki misi yang harus diselesaikan, ia melihat bahwa anak indigo berfokus pada satu hal. Hal tersebut cerminan dari dirinya yang berfokus pada dunia kesehatan. Mawar: “Indigo itu suatu fenomena anak berkemampuan khusus yang memang punya gift,” Mawar juga memberi arti bahwa banyak orang yang menyamakan indigo dan indera keenam, padahal indigo dan indera keenam berbeda secara kemampuannya. Point berikutnya mengenai pandangan Mawar mengenai indigo adalah bahwa indigo bukan hanya anak indera keenam saja, mereka juga punya kemampuan untuk memimpin yang dapat ditonjolkan, serta Mawar menyatakan bahwa anak indigo itu ada dan bisa jadi teman siapapun.
Dimas: “Indigo itu adalah suatu kelebihan yang diberikan oleh Yang Mahakuasa, bukan untuk ditakutin atau bukan untuk dihilangin, tetapi justru harus disyukurin. Karena belum tentu semua orang bisa punya itu, karena itu adalah sebuah gift dari Yang Mahakuasa menurut aku.”.
106
Dani: “Indigo adalah suatu karunia yang Allah takdirkan untuk beberapa orang saja, tapi kan itu ada hikmahnya gitu. Kenapa ke beberapa orang saja, tapi ternyata kita tilik orang-orang ini, orang-orang ini juga punya beban yang berat, jadi kaya indigo bukan diutusin kaya semacam nabi atau orang soleh, ya tapi mereka pasti ada hikmahnya lah kenapa Allah ciptain kaya gini, ya hikmahnya mungkin untuk menolong orang, sesama. Makanya sering ditemuin anak indigo bantuin orang aja lah intinya.”. Cara pandang inilah yang membuat Dani banyak menolong orang lain, baik sesama maupun bukan. Dani menolong sesama indigo dengan membantu mereka mengendalikan kemampuan yang mereka miliki, membantu mereka untuk bersosialisasi, dan menyediakan medium bagi seluruh sesama indigo untuk bergabung dan mengutarakan seluruh keluh kesahnya dalam komunitas Keluarga Indigo. Dalam menolong orang lain yang bukan indigo, dapat dilihat dengan penelitian ini. Sejak awal penelitian hingga akhirnya, peneliti sangat dibantu oleh Dani. Dani merekomendasikan Tiara dan Mawar untuk penelitian ini serta menghubungkan peneliti dengan mereka. Dani bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara berkali-kali dengan peneliti, dan juga Dani membantu peneliti untuk menghubungkan dengan Pak Marsudi. Menurut Dani dengan membantu penelitian seperti ini sama dengan usaha untuk meluruskan pikiran masyarakat mengenai anak indigo. Karena selama ini anak indigo dinilai dengan dunia mistisnya dibandingkan dengan manfaat dari kemampuan yang dimilikinya.
107
Setelah dilakukan wawancara dengan keempat anak indigo dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa cara mereka memandang indigo. Sebagian besar dari mereka memandangnya sebagai hadiah yang diberikan Tuhan kepada mereka, harus disyukuri, dan terdapat hikmah dibalik hadiah tersebut. Tidak sedikit pula yang memandangnya sebagai suatu keharusan menolong orang lain maupun sesama.
4.2.2 Komunikasi Antarpribadi Rudholph
F.
Verderber
mengemukakan
bahwa
komunikasi
mempunyai fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun, dan memelihara hubungan. Sehingga sebenarnya komunikasi penting dalam kehidupan manusia, setiap manusia tidak dapat tidak berkomunikasi (one cannot not communicate). Karakter
yang terbentuk di dalam keluarga mempengaruhi
bagaimana sang anak melakukan tindakan komunikasi antarpribadi, berdasarkan pembahasan mengenai latar belakang keluarga masing-masing anak indigo dalam penelitian ini, berikut penjelasan mengenai setiap tindakan komunikasi yang mereka lakukan, baik dari komunikasi verbal maupun nonverbal. Tiara: Komunikasi yang baik antara Tiara dan keluarganya berpengaruh kepada komunikasi Tiara dengan orang lain. Tiara banyak bercerita
108
kepada Ibunya yang juga memiliki kemampuan indigo serta Kakak tirinya yang memiliki indera keenam. Dalam lingkungan rumahnya Tiara sudah terbiasa berkomunikasi dengan keluarganya, ditambah lagi dengan guru spiritual yang disediakan Ibunya sebagai tempat Tiara berkonsultasi dan bertanya seputar kemampuan indigonya. Secara tidak langsung
ibunya
melatih
Tiara
untuk
mengkomunikasikan
kemampuannya kepada orang di luar lingkungan keluarganya. Dari latar belakang keluarga ini Tiara tumbuh menjadi sosok yang baik, ia belajar dari Ibunya juga yang selalu mendengarkan curahan hati Tiara. Selain pendengar yang baik, Tiara juga memberikan nasihat kepada teman-temannya, hal ini juga merupakan tindakan komunikasi. Salah satu tindakan komunikasi yang secara tidak langsung ditujukkan Tiara adalah melalui pakaian yang digunakannya, hampir seluruh pakaian Tiara mengandung warna hitam. Selain Tiara memang menyukai warna hitam, Tiara juga menyatakan bahwa dengan warna hitam dapat membantunya dalam mengeluarkan energi. Namun pakaian yang digunakan Tiara merupakan satu bentuk tindakan komunikasi, banyak yang menilai Tiara sebagai sosok yang sangat mistik, metal, rock and roll, dan sebagainya. Tiara pun mengakui hal tersebut, padahal menurutnya pemakaian baju hitam ini semata-mata karena Tiara memang menyukai warna hitam. Selama ada yang mengolah simbol atau lambang yang dipakai seseorang, selama itu juga terjadi komunikasi. Tanpa bermaksud, selama ada yang memperhatikan dan
109
mengolah warna baju tersebut maka terbentuklah pesan komunikasi. Dampaknya orang lain akan menangkapnya, membentuknya gambaran tentang diri Tiara. Suatu ketika terjadi kesurupan di kampus Tiara, saat itu yang menangani kejadian itu hanyalah Tiara dan pacarnya yang kerasukan, Tiara yang memang memiliki kemampuan untuk mengatasi hal seperti ini langsung bertindak untuk menetralisirkannya (istilah yang diberikan Tiara untuk kegiatan membereskan orang yang kesurupan). Pada saat Tiara sudah melakukan kegiatan itu saja sebenarnya sudah merupakan tindakan komunikasi, disekitarnya banyak mata yang memandang, dan salah satu medium penangkap pesan adalah mata. Menurut Pak Marsudi, seharusnya bagi anak indigo dapat memfilter kemampuannya, sehingga tidak menimbulkan persepsi aneh di mata orang awam. Namun menurut peneliti yang dilakukan Tiara pada saat itu adalah hal yang tepat, yaitu menolong orang lain, ditambah lagi pada saat itu kebanyakan orang lain justru menjauh ketakutan melihat kejadian tersebut. Padahal tujuan dari tindakan tersebut adalah untuk hal yang baik, namun berbagai macam pesan dan informasi baru muncul dalam benak orang-orang yang melihat hal tersebut,
ada yang menilai sebagai orang yang memiliki spiritual
tinggi, paranormal, dukun, dan lain sebagainya. Menanggapi
hal
tersebut
Tiara
memilih
untuk
tidak
memperdulikannya. Menurutnya semakin dikomunikasikan mengenai
110
hal tersebut kepada orang awam, mereka juga tidak dapat menangkap pesannya, karena menurut orang awam kemampuan yang dimiliki oleh Tiara merupakan diluar pikiran rasional manusia. Tiara: “Di situ itu aku pingin meluruskan bahwa aku itu bukan paranormal, bukan dukun, bukan cenayang, anak indigo ya sama dengan orang lain, cuma dia punya kemampuan khusus aja. Gitu aja.”. Kurangnya pemahaman orang lain akan makna indigo sebenarnya membuat indigo terkesan negatif, ditambah lagi dengan tayangan televisi yang memberikan pesan komunikasi bahwa anak indigo sebagai sosok mistis. Apa yang dilihat dan didengar manusia diprosesnya menjadi pesan yang kemudian di pegang di dalam kehidupannya. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Rahma yang mengatakan bahwa, anak indigo adalah sosok yang tertutup dan tidak pintar untuk bergaul. Ketika peneliti bertanya mengapa Rahma bisa menganggap seperti itu Rahma menjawab pesan tersebut ia tangkap dari tayangan televisi. Pada waktu pertama kali peneliti bertemu dengan Tiara, hal pertama yang dilakukan Tiara adalah memberikan oleh-oleh dari Malaysia, yaitu roti putar. Peneliti yang pada saat itu baru sekali bertemu dengan Tiara sedikit kaget menerima hadiah tersebut. Hadiah yang diberikan tersebut menjadi simbol atau lambang yang ditangkap peneliti. Menjadi pesan komunikasi tersendiri bagi peneliti dan peneliti mulai dapat memahami sedikit karakter dari Tiara.
111
Menurut Tiara dalam komunikasi anak indigo dengan sesama indigo dan bukan indigo, Tiara memilih lebih nyaman berkomunikasi dengan sesama anak indigo. Dikarenakan adanya kesamaan dalam diri mereka, dan Tiara merasa batin sesama anak indigo lebih nyambung dibandingkan dengan bukan indigo.
Mawar: Mawar mengakui bahwa ia kesulitan berkomunikasi dengan keluarganya sendiri. Hal ini ikut membentuk karakter Mawar dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitarnya. Karena segala sesuatu pada dasarnya terbentuk pertama kali dari dalam keluarga. Pada waktu pertama kali peneliti berkomunikasi dengan Mawar, yaitu via chat di Line. Peneliti sudah merasa sedikit kesulitan menjelaskan tentang penelitian yang sedang dilakukan peneliti. Terjadi miscommunication antara peneliti dan Mawar. Peneliti menjelaskan sekitar tiga kali bahwa penelitian yang dilakukan lebih berfokus kepada keterbukaan dirinya dalam konteks komunikasi anak indigo. Namun Mawar terus menangkap bahwa peneliti adalah anak psikologi yang membahas tentang term dalam indigo. Apabila terdapat term seperti yang dinyatakan Mawar, Mawar tidak bersedia untuk diwawancarai. Namun akhirnya pada waktu pertemuan pertama dan melakukan komunikasi tatap muka, Mawar dapat memahami maksud dari penelitian yang dilakukan peneliti.
112
Pertemuan pertama kali dengan mawar, peneliti juga mendapatkan kesulitan untuk berkomunikasi dengan Mawar. Suara Mawar sangat kecil ketika membahas tentang indigo, peneliti beberapa kali tidak dapat mendengar yang diucapkan Mawar, dan meminta Mawar untuk menjelaskannya kembali. Namun ketika membahas tentang dunia hukum, politik, pengadilan, seputar pekerjaannya Mawar, ia menjadi sangat antusias, suaranya berubah menjadi lebih keras dan terdengar lebih
bersemangat.
Apabila
seseorang
merasa
nyaman
untuk
mengkomunikasikan apa yang ia suka, ia akan lebih bersemangat untuk membicarakannya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang tersebut merasa tidak nyaman, ia cenderung tidak membicarakannya sama sekali. Setelah dilakukan wawancara dengan Mawar lebih lanjut, akhirnya diketahui bahwa Mawar merasa malu apabila terdengar oleh orang sekitar mengenai pembahasan indigo, hal itu membuat Mawar berbicara dengan suara yang sangat kecil. Penolakan yang dialami Mawar dari Ibu dan Adiknya membuat karakter Mawar seperti itu. Mawar menjadi cenderung malu untuk mengkomunikasikan kemampuannya, yang sebenarnya adalah sebuah hadiah dari Tuhan. Mawar takut apabila ia memberitahu kemampuannya orang-orang akan melakukan penolakan seperti yang dilakukan ibunya dan adiknya kepada Mawar. Mawar tidak memberitahukan kepada seluruh teman bukan indigonya bahwa dia adalah anak indigo. Alasannya Mawar takut
113
temannya tidak dapat menerima perbedaan yang ada di dirinya, dan juga menurut Mawar temannya tidak akan percaya kepada apa yang dikatakan Mawar. Mawar pernah mengkomunikasikan kepada satu orang yang menurutnya bisa diceritakan mengenai kemampuannya. Ketika Mawar membicarakannya ia merasa tidak nyaman, dan Mawar langsung mengatakan bahwa itu adalah bercanda atau tidak serius. Bisa dibilang orang bukan indigo yang saat ini mengetahui kemampuan Mawar pertama kali adalah peneliti. Dalam penelitian ini sebelumnya informan yang diinginkan peneliti dari Mawar adalah satu teman sesama indigo dan satu teman yang bukan indigo. Peneliti berharap keduanya dapat diwawancara. Namun Mawar keberatan apabila peneliti harus mewawancarai temannya yang bukan indigo, karena itu sama saja dengan memberitahu bahwa ia indigo, dan sampai saat ini Mawar belum siap. “tapi teman gua yang bukan dikit, ya bisa sih sebenarnya tapi kemungkinan mereka ngereject dikit, tapi gua gak bisa ngubah view yang fundamental dalam hidup mereka, gua gak bisa, dan gua juga gak mau ketahuan juga.” Kepada peneliti, Mawar mengatakan, ia merasa sebenarnya sedikit kemungkinan temannya yang bukan indigo menolaknya, namun Mawar tidak mau mengubah pandangan yang ada di teman-temannya. Mawar belum memiliki keberanian untuk memberitahu temannya tentang kemampuan yang ada di dirinya. “Secara pemikiran beda. Gua punya teman, suka hangout bareng, nyambung cuma karena terlalu cetek, teman-teman gua
114
itu yang introvert yang pemikir, pemikir, yang kalau ke Kinokuniya beli buku yang berat.” Mawar juga mengatakan bahwa teman yang bukan indigonya sebenarnya nyambung dengan Mawar, namun secara pemikiran mereka berbeda. Jadi pembahasan mereka lebih dangkal dibandingkan anak sesama indigo menurut Mawar. Menurutnya
saat
yang
tepat
untuk
mengkomunikasikan
kemampuannya adalah pada umur 40 atau 50 tahun, pada saat Mawar sudah di posisi atas. Mawar beranggapan bahwa apabila saat ini dia mengkomunikasikan kepada orang lain, dia akan di “bantai”. Mawar menyatakan bahwa dia belum siap untuk bertarung atau battle, bertarung mengacu kepada melawan orang-orang jahat seperti dukun paranormal, bertarung disini berusaha menolong orang lain yang terkena guna-guna, menjadi pelindung dari santet untuk orang lain. Mawar belum siap untuk melakukan itu. Pada saat Mawar menceritakan tentang betapa sakitnya masalah yang dihadapinya, peneliti melihat mata Mawar sudah mulai sedikit berkaca-kaca, dan suaranya pun sedikit bergetar. Peneliti melihat bahwa sebenarnya Mawar bisa menceritakan tentang indigonya kepada orang lain terbukti Mawar bisa menceritakan kepada peneliti. Namun melihat keadaan yang dialaminya begitu menyakitkan sehingga membuatnya seperti itu. Seseorang cenderung sulit mengkomunikasikan kejadian yang tidak menyenangkan di hidupnya, karena hal tersebut sama saja dengan mengulang kembali perasaan sakit yang dialaminya. 115
Pada waktu dulu, ketika Mawar melakukan komunikasi dengan temannya, ia mengakui bahwa ia sering lepas kontrol. Mawar merasakan kesulitan membedakan mana yang ada di suara hati orang tersebut dan mana yang dibicarakan orang tersebut. Hingga ia mengucapkan apa yang ada di dalam pikiran orang tersebut. Akhirnya Mawar di cap buruk. Mawar mengakui bahwa hal tersebut merupakan kesalahan komunikasi yang ia lakukan dan berakibat fatal bagi dirinya. Dalam kejadian Mawar ini, sama halnya dengan Tiara, Tiara menggunakan baju hitam, itu merupakan simbol atau lambang yang menghasilkan
pesan
komunikasi.
Sedangkan
Mawar
mengkomunikasikan kemampuannya tanpa melakukan filter terlebih dahulu, sehingga membuat penerima pesannya terkejut, dan merasa keanehan dalam diri Mawar. Dalam pekerjaannya Mawar mengetahui bahwa ada yang buruk terjadi kepada atasannya, namun Mawar tidak dapat memberitahu kepada siapapun di kantornya. Hal ini menjadi beban tersendiri kepada Mawar, akhirnya mengakibatkan Mawar stress karena tidak dapat mengkomunikasikan hal tersebut. Kemampuan yang dimiliki oleh anak indigo terkadang juga menjadi beban tersendiri bagi mereka. Mawar kesulitan mengkomunikasikan apa yang ia ketahui. Sama halnya dengan yang diutarakan oleh Pak Marsudi. Ketika Pak Marsudi menceritakan tentang kasus anak indigo yang dapat mengetahui kapan seseorang meninggal. Tanpa filter anak indigo itu membicarakan
116
kepada orang lain, dan orang lain menggangap dia sebagai anak setan. Mawar
sudah
dapat
mengatur
mana
yang
memang
bisa
dikomunikasikan kepada orang lain dan mana yang tidak bisa dikomunikasikan kepada orang lain, hanya saja pesan yang tidak dibicarakan tersebut dapat menjadi beban baginya sendiri. Menurut Pak Marsudi, peran ahli atau psikolog adalah untuk membantu sang anak mengendalikan kemampuannya, memfilter mana yang harus diutarakan dan mana yang tidak sepatutnya dibicarakan, namun Mawar tidak mempercayai kemampuan ahli atau psikolog. Berbeda ketika Mawar berhadapan dengan sesama indigonya. Mawar menjadi lebih mudah melakukan komunikasi ketimbang dengan kepada temannya yang bukan indigo. Bahkan terkadang mereka hanya menggunakan kemampuan mereka untuk berkomunikasi. Tanpa harus mengucapkan kata-kata, mereka sudah dapat saling memahami maksudnya.
4.2.3 Pertemanan Makna pertemanan bagi anak indigo maupun anak bukan indigo memiliki keterkaitan dengan hubungan pertemanan mereka. Dari anak indigo dan yang bukan indigo peneliti sudah bertanya mengenai makna pertemanan bagi mereka masing-masing, berikut jawabannya, Tiara: “Kalau aku sih biasanya orang yang sudah kenal dengan aku, aku udah anggap teman, dan yang sudah berteman dengan aku,
117
sudah aku anggap saudara, jadi ya teman itu bagian dari kehidupan kita juga. Pasti kan kita butuh teman, dan teman juga butuh kita. Semuanya juga berawal dari teman kan untuk ke jenjang berikutnya, untuk ke jenjang yang lebih apa kan pasti dari teman. Jadi teman penting untuk aku sih.”. Mawar: “Ikatan batin antara dua individu yang bertujuan untuk saling mengasihi satu sama lain dan disertai dengan loyalitas.”. Dimas: “Pertemanan itu adalah sebuah hubungan yang, sebuah hubungan dimana ada hubungan antara dua individu yang saling membutuhkan dalam keadaan susah atau pun senang.”. Dani: “Pertemanan itu sebenarnya tidak bisa diartikan langsung secara leterlak gitu, tapi kita harus berteman, kenapa? Karena kalau misalnya kita menambah kawan itu mempersempit gerak lawan. Jadi ee..kita harus banyak-banyak nambah teman lah bukan nambah musuh. Untuk arti pertemanan itu sendiri gak bisa dijelaskan tapi sudah tahu lah secara eksplisit.”. Rahma: “Kita tuh kaya ikatan saudara gitu, walaupun bukan sedarah gitu.”
Pertemanan terjadi karena adanya kecocokan antara satu orang dan orang lainnya. Berikut penjelasan mengenai pertemanan yang terjadi antara Tiara dan Dimas, Tiara dan Rahma, dan Mawar dan Dani.
118
Pertemanan Tiara dan Dimas: Dalam
pertemanan
Tiara
dan
Dimas
terdapat
kesamaan
kemampuan yang dimilikinya. Pertemanan mereka berdua diawali dari keduanya merupakan anggota komunitas Keluarga Indigo. Dimas dan Tiara saling bertegur sapa di group dan berlanjut menjadi chat personal. Pertemanan Tiara dan Dimas terhitung masih sangat sebentar, baru sekitar 3 bulan. Tiara memiliki karakteristik apabila orang yang sudah dikenalnya, ia sudah mengkategorikannya sebagai teman, dan yang sudah menjadi temannya adalah sahabat baginya. Dimas juga merasa nyaman dengan perilaku Tiara sebagai temannya. Tiara banyak mendengarkan cerita Dimas dan juga banyak memberikan nasihat untuk Dimas. Dimas mengatakan bahwa dalam pertemanan mereka, sebenarnya tidak sering berbincang tetapi sekalinya mereka berbincang menurut Dimas seperti kakak adik. Dengan nasihat-nasihat yang diberikan Tiara kepada Dimas, Dimas merasa Tiara seperti kakaknya. Dimas merasa pemilihan kata-kata yang digunakan tepat, sehingga membuatnya senang mendengar nasihat itu. Dari sisi Tiara, Tiara merasa karena Dimas dan Tiara bertemu di komunitas, jadi ada kesamaan kemampuan yang mereka miliki, dan Tiara menyatakan bahwa ada ikatan sendiri diantara mereka. Tidak hanya Dimas yang nyaman dengan Tiara, tetapi Tiara juga merasa nyaman dengan Dimas.
119
Tiara: “Dia itu orangnya asik, menyenangkan, dan aku merasa dia memang sejenis, jadi aku udah ada feel nyaman sama dia, faktor kesamaan juga.” Menurut Tiara pertemanan dengan sesama anak indigo mereka mempunyai visi, misi, arah, dan tujuan yang ingin dicapai. Tiara merasa lebih ada manfaatnya dalam pertemanan dengan sesama indigo, dibandingkan
dengan
hanya
senang-senang
dalam
hubungan
pertemanan dengan yang bukan indigo. Tiara juga mengatakan bahwa akan memilih pertemanan dengan sesama dibandingkan dengan yang bukan indigo. Tetapi berbeda dengan Dimas. Dimas merasa dalam hubungan pertemanan anak indigo dan sesama indigo terdapat hubungan yang menyenangkan, mengenai indigonya juga dapat, dan juga lebih solid. Dalam hubungan pertemanan anak indigo dan bukan indigo Dimas mendapatkan kesenangan yang lebih. Tetapi Dimas lebih memilih teman yang bukan indigonya dibandingkan teman sesama indigonya. Dimas mengatakan bahwa hal tersebut mungkin dikarenakan Dimas jarang hadir ke gathering yang diadakan komunitas Keluarga Indigo. Beberapa kali Dimas berhalangan hadir, dan juga kesulitan Dimas yang masih anak sekolah yang belum memiliki SIM, ditambah juga dengan kondisi tempat gathering yang terkadang jauh dari Dimas. Hal positif dalam pertemanan Tiara dan Dimas dari sudut pandang Dimas adalah bisa menambah kerabat dan teman untuk bercerita.
120
Sedangkan dari sisi Tiara, menambah pertemanan sesama anak indigo, Tiara juga merasa semakin banyak informasi yang didapat. Tiara merasa nyambung dengan Dimas. Keduanya mengatakan bahwa tidak ada hal negatif dalam pertemanan yang masih tergolong sangat awal itu. Harapan Tiara dalam pertemanannya dengan Dimas adalah Tiara berhadap sebisa mungkin dapat saling memberikan manfaat, dan juga bermanfaat bagi lingkungan yang lebih luas. Harapan Dimas untuk pertemanannya dengan Tiara adalah ia beharap hubungannya dapat lebih baik lagi, tidak akan pernah ada negatifnya, saling membantu dalam susah senang, dan saling menasihatkan.
Pertemanan Tiara dan Rahma: Pertemanan Tiara dan Rahma sebenarnya diawali dengan hubungan pekerjaan. Namun dalam proses Tiara memilih Rahma, Tiara sudah memilih orang yang cocok dengannya. Bahkan Hamdani atau Dani sebagai pelopor komunitas Keluarga Indigo juga mengatakan bahwa Tiara seperti itu, melalui pernyataan berikut ini, Dani: “Tiara anaknya kaya gitu, heboh-heboh tapi kalau gak dekat dengan orang, gak gitu, makanya dia nyari asisten, asisten itu juga harus yang klop juga, dia nyari sendiri tuh.” Berikut pernyataan Tiara mengenai pemilihan Rahma sebagai asistennya,
121
Tiara: “Kalau rahma kaya ada berbagai macam pertimbangan aku, makanya dia ikut aku, makanya aku percaya sih. Aku orangnya kalau sudah memilih berdasarkan berbagai macam pertimbangan.” Kesamaan sifat terdapat di dalam diri Tiara dan Rahma, keduanya memiliki sifat kerja keras. Berarti sejak awal Tiara sudah merasa ada kecocokan dengan Rahma. Setelah bekerja dengan Rahma, Tiara sudah mengganggap Rahma sebagai adiknya sendiri. Menurut Tiara segala sesuatunya diawali dengan pertemanan. Dari hasil makna pertemanan bagi mereka, Rahma dan Tiara sama-sama menilai pertemanan sebagai saudara, dan dalam pertemanan yang mereka jalani, keduanya mengaku menjalaninya seperti saudara saja. Berikut ini pernyataan Tiara dan Rahma mengenai hal tersebut, Tiara: “Dia udah aku anggep kaya adik sendiri sih, udah kaya sahabat, pokoknya kalau aku udah nganggap orang kaya sahabat itu aku anggep dia juga udah kaya keluarga.” Rahma: “disini kan konteksnya kerja ya, aku asistennya dia, dia bos aku, tapi setiap ketemu itu kaya adik kakak. Dia kakak aku, aku adiknya, apapun yang aku ceritain ke dia, dia selalu kasih solusi, jadi ya..aku seneng aja.”
Rahma merupakan asisten dari Tiara, oleh karena itu Tiara berusaha menciptakan suasana yang nyaman bagi Rahma. Menurut Tiara, Rahma adalah sosok yang baik, perhatian, tulus, dan kerja keras.
122
Pada awalnya Rahma merasa Tiara merupakan sosok yang menyeramkan karena tampilannya. Setelah mengenal Tiara lebih baik, Rahma mengatakan bahwa Tiara sosok yang asik, cepat akrab, dan mampu menempatkan diri Tiara sehingga membuat Rahma nyaman dengan Tiara. Hal positif dalam pertemanan Tiara dan Rahma dari sisi Rahma adalah Tiara sering memberikan support, nasihat, dan solusi kepada Rahma. Meskipun mereka terikat ikatan kerja, namun Rahma merasa bahwa ini adalah ikatan saudara. Hal positif yang diterima Tiara adalah menambah keluasan pergaulan, tidak hanya dengan sebaya, namun juga dengan kalangan yang usianya lebih muda. Dalam hubungan mereka keduanya mengatakan bahwa belum ada hal negatif dalam pertemaannya, tetapi Tiara mengatakan bahwa segala sesuatu seperti kutub, ada positif ada negatif, jadi menurutnya pasti ada suatu saat, tergantung bagaimana menanggapinya, meresponnya, namun sampai saat ini belum ada masalah dalam hubungan pertemanan Tiara dan Rahma. Harapan hubungan Rahma dengan Tiara kedepannya dari sisi Tiara adalah keduanya dapat terus saling nyaman, saling memberikan manfaat. Tiara merasa keduanya saling membutuhkan satu sama lain. Jadi Tiara berharap dapat saling memberi arti. Harapan hubungan Tiara dan Rahma dari sisi Rahma adalah selalu menjaga hubungan pertemanan, tidak ada masalah sampai kedepannya.
123
Pada suatu waktu Tiara, Rahma dan peneliti bertemu bersama, peneliti mengamati, pada waktu pertama kali Tiara dan Rahma bertemu yang dibicarakan seputar pekerjaan, selanjutnya Rahma mulai membicarakan tentang temannya, dan Tiara mendengarkan kemudian memberikan nasihat kepada Rahma. Mereka tampak sangat dekat dan saling nyaman satu sama lain. Hubungan di antara mereka bukan seperti hubungan pekerjaan, tetapi sesuai pengamatan peneliti lebih kepada hubungan adik kakak, dimana Tiara mendengarkan dan memberikan nasihat-nasihat kepada Rahma.
Pertemanan Mawar dan Dani: Pertemanan Mawar dan Dani juga disebabkan kecocokan yang ada diantara keduanya. Mawar menyebutnya dengan persamaan nasib. Pada awalnya Mawar masih kebinggungan mencari komunitas yang sesuai dengan dirinya, sampai akhirnya bertemu dengan Dani dan kawankawan. Mawar merasa ada kecocokan di dalam komunitas tersebut. Rahma bilang bahwa Dani merangkulnya untuk masuk ke komunitas Keluarga Indigo. Menurut Mawar dan Dani, pertemanan sesama indigo dan bukan indigo sama saja, mereka tidak memilih teman sesama indigo ataupun bukan indigo. Menurut Dani, semuanya sama saja. Menurut Mawar, sesama dan bukan adalah pilar yang saling berdampingan, dan samasama menopang. Tidak dapat salah satunya berhenti menopang.
124
Mawar: “Gua gak mau milih, dua-duanya nopang gua. Mereka semua kaya pilar, kalau satu gak ada, ya jatuh. Menurut gua gitu.”
Keduanya mengatakan tidak ada hal negatif dalam pertemanannya. Sedangkan hal positif dalam pertemanan Dani dan Mawar dari sisi Mawar adalah mempunyai teman ngobrol. Dari sisi Dani hal positif yang didapatnya adalah masing-masing saling belajar. Dani: “orang lain itu kan jadi pelajaran buat kita, kadang ada kisah yang buruk, kadang ada kisah yang baik. Kisah yang buruk ya udah dia yang menceritakan dan cukup dia aja yang merasakan kita belajar dari kisahnya dia, tapi yang baik perlu kita contoh, kita tiru, seperti itu.” Harapan kedepannya untuk hubungan pertemanan mereka adalah Dani mengharapkan agar Mawar dapat membimbing adik-adik indigo mereka. Mawar mengharapkan petemanan mereka akan terus berlanjut, karena menurut Mawar mereka adalah keluarga.
4.2.4 Self Disclosure atau Keterbukaan Diri Melalui berbagai proses keterbukaan diri yang sangat pribadi, orang dapat mengetahui dan mengerti satu sama lain. Keterbukaan diri juga merupakan satu dari lima kompetensi hubungan pertemanan. Hubungan antarpribadi yang sehat ditandai dengan keterbukaan diri diantara kedua belah pihaknya.
125
Keterbukaan Diri Dalam Pertemanan Tiara dan Dimas: Sebelumnya peneliti menanyakan terlebih dahulu kepada masingmasing Tiara dan Dimas, bagaimana mereka memandang keterbukaan diri, apakah itu penting atau tidak menurut mereka. Tiara: “Tergantung juga ya, tergantung keperluannya apa, tergantung dalam konteks apa, jadi ee.. ada saatnya kita terbuka sama orang lain, ada saatnya juga gak perlu. Ya semuanya ada bagian-bagiannya lah, terbukanya dalam konteks apa dan untuk apa.” Pendapat Dimas mengenai keterbukaan diri dalam pertemanan adalah keterbukaan diri itu penting, dengan keterbukaan diri Dimas dapat memberikan penilaian tentang bagaimana seseorang. Dengan bersifat terbuka kepada seseorang, kita dapat mengetahui tentang orang tersebut, orang lain yang mengetahui kita juga dapat lebih memahami kita. Dalam pertemanan Tiara dan Dimas, Tiara mengatakan bahwa ia lebih banyak membahas tentang indigo kepada Dimas. Dimas juga menyatakan hal tersebut, Dimas: “Biasanya ceritanya seputaran indigo kalau Kak Tiara,”.
Pembahasan indigo itu lebih kepada topik apa yang sedang dibahas di group komunitas Keluarga indigo. Biasanya di komunitas Keluarga Indigo setiap anggotanya sering terbuka tentang masalah yang mereka
126
alami. Tiara menyatakan bahwa dia dan Dimas tidak membahas konteks keluarga, dan lebih berfokus kepada pembahasan tentang indigo. Dalam keterbukaan diri sesama anak indigo mereka lebih membahas tentang kesamaan mereka, yaitu kemampuan yang mereka miliki itu. Dimas dan Tiara sama-sama terbuka dalam hal indigo mereka. Sebenarnya tanpa harus menceritakan mereka sudah dapat memahami satu sama lain. Menurut Tiara, keterbukaan diri itu tidak selalu diperlukan, tergantung dalam konteks apa dan untuk apa. Tiara terbuka kepada Dimas hanya sebatas pembahasan indigo saja, Tiara tidak menceritakan tentang kehidupannya, tentang keluarganya, tentang temannya, hanya tentang indigo saja. Menurut Tiara dengan keterbukannya untuk membahas kepada Dimas perihal indigo merupakan konteks yang penting, mengingat mereka memiliki kesamaan. Serta berguna untuk dapat saling memberikan manfaat. Tiara berpendapat, Dimas dan ia sama-sama memiliki misi, dari misi tersebut akan bermanfaat besar untuk lingkungan yang lebih luas. Dengan Tiara terbuka tentang indigo kepada Dimas, Tiara dan Dimas dapat saling melihat kehidupan masing-masing, dan dapat menjadi pembelajaran bagi masing-masing dari mereka. Keterbukaan Tiara dan Dimas sudah berlangsung sejak awal perkenalannya, mereka bertemu di komunitas Keluarga Indigo, kesamaan perihal indigo yang ada di diri mereka membuat mereka lebih mudah menceritakan hal-hal terkait indigo.
127
Di luar konteks indigo, Dimas terbuka kepada Tiara tentang masalah-masalah yang sedang dialaminya dan perihal teman-temannya Dimas. Masalah di sekolah juga Dimas ceritakan kepada Tiara. Dimas tidak terbuka tentang rahasia yang ia miliki. Menurutnya rahasia tersebut apabila diceritakan kepada orang lain akan tersebar, entah itu disengaja atau tidak sengaja. Respon Tiara terhadap keterbukaan diri Dimas adalah ia memberikan support dan juga menasihati Dimas untuk masalah-masalah yang sedang dihadapinya.
Keterbukaan Diri Dalam Pertemanan Tiara dan Rahma: Sebelumnya peneliti bertanya terlebih dahulu kepada Rahma, menurutnya keterbukaan diri antar teman itu penting atau tidak, Rahma: “Keterbukaan diri sangat penting karena kalau kita saling terbuka akan menyelesaikan masalah yang ada di diri kita, minimal mendapat solusinya.”. Dalam perbedaan yang terdapat dari diri Tiara dan Rahma, Tiara tetap terbuka tentang indigonya kepada Rahma. Diluar pembahasan mengenai pekerjaan untuk Rahma, Tiara sudah memberitahu Rahma tentang indigonya sejak pertengahan pertemanan mereka. Menurut Tiara alasannya bersifat terbuka kepada Rahma walaupun perkenalan mereka terhitung belum terlalu lama adalah,
128
Tiara: “Dari situ aku bilang kalau aku memang beda, karena namanya rahma ikut aku pasti nanti akan ada kejadian-kejadian dan Rahma akan tau. Lagian Rahma orang yang cukup dekat sama aku untuk kedepannya, jadi aku berusaha membuka diri gapapa.” Tiara menyadari bahwa ia dan Rahma akan sering bersama, Tiara juga sering disibukkan dengan kegiatan komunitas Keluarga Indigo. Rahma pun mengakui bahwa Tiara sejak awal sudah menceritakan tentang ia bergabung dengan suatu komunitas. Namun awalnya Tiara tidak menyebutkan ia bergabung dengan komunitas apa. Beberapa kali Tiara mengeluarkan kemampuannya di depan Rahma, ketika Rahma bercerita tentang orang yang sedang dia suka, Tiara bisa membaca pekerjaan orang itu, orang itu dari mana, sifatnya seperti apa, wataknya seperti apa, isi pikiran orang itu kepada Rahma seperti apa, dan semua yang Tiara tahu, dibicarakan kepada Rahma, sehingga membuat Rahma binggung, karena apa yang diucapkan Tiara adalah hal yang benar. Semejak kejadian tersebut, Rahma sering bertanya kepada Tiara, dan kejadian itu terulang berkali-kali. Sejak saat itu Tiara menceritakan tentang perbedaan yang ada di dirinya. Menurutnya indigo itu bukanlah suatu kerahasiaan, jadi tidak masalah untuk menceritakannya. Tiara juga menceritakan tentang komunitas tempatnya bergabung karena Rahma juga bergabung dengan satu organisasi, rahma menceritakan tentang organisasinya, Tiara akhirnya menceritakan juga
129
bahwa Tiara bergabung dengan komunitas kumpulan indigo. Dalam pertemanan ketika satu orang berusaha untuk bersifat terbuka tentang satu hal, orang lain pun cenderung akan membuka dirinya terkait dengan hal tersebut. Ada kesamaan keterbukaan diri antara Tiara dan Rahma, Rahma bergabung dengan organisasi yang merupakan suatu kumpulan, dan Tiara juga bergabung dengan komunitas yang merupakan suatu kumpulan juga. Untuk keluasan topik indigo yang Tiara beritahu kepada Rahma, Tiara hanya membukanya ketika Rahma bertanya kepada Tiara saja. Jadi Rahma bisa menarik kesimpulan sendiri mengenai kemampuan apa saja yang dimiliki oleh Tiara. Dikarenakan Rahma kurang memahami tentang indigo, Tiara menjelaskan indigo itu apa kepada Rahma, Tiara juga mengatakan bahwa indigo punya kelebihan yang tidak bisa dilihat oleh orang awam, tidak semua orang mempunyai kemampuan ini, dan kemampuan ini diperoleh sejak lahir. Menanggapi keterbukaan diri Tiara kepada Rahma, Rahma mengatakan kepada peneliti pada awalnya Rahma tidak menyangka, karena sekilas Tiara tidak tampak seperti itu. Rahma memiliki pandangan bahwa anak indigo rata-rata lebih tertutup, tidak pinter bergaul, tidak seperti anak-anak biasanya, anak indigo lebih menyingkirkan dirinya. Rahma juga awalnya mengakui bahwa iya sedikit takut mendengar cerita Tiara bahwa ia adalah anak indigo, pada
130
saat mengatakan ini kepada peneliti, Rahma sedikit terlihat tidak enak untuk mengatakannya, suara Rahma perlahan semakin kecil, Rahma: “Gak takut sih cuma (tertawa), ei..iya sedikit takut, takutnya kan apalagi dia bilang bisa nerawang kaya gimana-gimana ya. Emang sih rada ngeri juga ya kan, ah..jangan-jangan nanti dia tahu kartu gua lagi gitu-gitu. Eh, tapi pas dijalanin enggak sih, emang sih ada awal-awalnya ada sedikit negatifnya (suara perlahan memelan dan tertawa).” Tetapi Rahma juga mengatakan seiring berjalannya waktu dan juga setelah semakin mengenal Tiara, ternyata indigo tidak seperti yang ia pikirkan. Peneliti juga menanyakan bagaimana respon Rahma ketika mengetahui Tiara itu berbeda kepada Tiara, dan Tiara tidak membicarakan hal sama seperti yang dibicarakan oleh Rahma. Rahma banyak bercerita tentang teman-temannya dan tentang diri Rahma sendiri kepada Tiara, sampai akhirnya Tiara menceritakan kepada Rahma bagaimana pada saat awal Tiara baru mengetahui dirinya indigo, Tiara merasa berbeda dengan orang lain, Tiara mengatakan bahwa emosionalnya juga tinggi. Rahma pernah bertanya kepada Tiara tentang, Rahma itu orangnya seperti apa, Tiara menceritakan bahwa Rahma itu orangnya begini begitu, dan Rahma bertanya bagaimana Rahma harus bersikap setelah tahu sikap Rahma yang seperti itu, Tiara pun menjawab pertanyaan Rahma. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tiara bahwa ia hanya menceritakan tentang indigonya apabila Rahma bertanya. Tetapi Tiara tetap terbuka tentang komunitasnya. Menurut Rahma, Tiara banyak 131
menceritakan bahwa komunitasnya sering melakukan gathering, apa saja yang dilakukan komunitasnya pada saat gathering, kegiatan apa yang akan dilakukan komunitasnya nantinya. Menyangkut pembahasan indigo, meskipun Tiara sudah bersifat terbuka kepada Rahma, Rahma tetap berhati-hati ketika membahas indigo kepada Tiara, Rahma takutkan Tiara tersinggung dengan bahasan itu. Rahma tidak hanya menceritakan tentang teman-temannya dan dirinya saja kepada Tiara, bahkan Rahma memberitahu teman dan saudaranya bahwa ia kenal dengan Tiara yang memiliki kemampuan seperti itu. Teman-temannya yang mengetahui hal tersebut ingin bertemu dengan Tiara secara langsung. Rahma meminta ijin Tiara terlebih dahulu bahwa temannya ingin bertemu dengan Tiara dan Tiara mengijinkannya. Akhirnya setelah temannya bertemu dengan Tiara, temannya banyak diberikan nasihat oleh Tiara dan sampai saat ini temannya Rahma menjadi teman akrab dari Tiara. Teman dari Kakaknya Rahma bahkan sampai ingin segera kembali ke Jakarta, lokasi teman Kakaknya Rahma ini ada di Pontianak. Pada saat itu seperti temannya Rahma, Rahma memberitahu kakaknya tentang Tiara, dan teman kakaknya itu ingin berbicara dengan tiara, akhirnya
mereka
berkomunikasi
dengan BBM.
Setelah Tiara
memberikan sugesti kepada teman Kakaknya, hati dari Teman
132
kakaknya itu seperti berubah 180 derajat, oleh karena itu, ia sangat bersemangat untuk berjumpa dengan Tiara. Menurut Tiara tidak masalah hal ini diceritakan ke banyak pihak, selagi hal itu bermanfaat untuk orang lain, meskipun ia mengakui bahwa terkadang ia lelah menanggapinya, karena terkadang orangorang yang ingin berkonsultasi menghubungi pada saat tengah malam. Selain indigo, Tiara tidak begitu terbuka tentang keluarganya kepada Rahma, menurutnya, Tiara: “Kalau untuk keluarga sih sebenarnya dalam konteks apa dulu, karena kan sebenarnya gak ada yang perlu diceritain. Kalau ada masalah entah di keluarga atau dimana aku lebih suka meditasi berdiam diri, ketimbang datang ke orang lain. Karena aku mikir, orang lain aja datang ke aku, aku mau cerita untuk apa. Cuma untuk ngebuka aib doang? Kan enggak, makanya aku lebih memilih merenungkan, berdiam diri.” Pemikiran Tiara apabila menceritakan masalah di keluarga hanya membuka aib saja. Secara garis besar, keterbukaan diri Tiara lebih kepada hal-hal terkait indigo, namun hanya kepada apa yang ditanyakan oleh Rahma. Tiara tidak membahas banyak hal tentang keluarga atau pun kehidupan pribadinya. Dalam pertemanan mereka, Rahma lebih banyak membuka dirinya kepada Tiara, dan beberapa kali Tiara jadi turut serta membuka diri karena pernyataan Rahma.
133
Keterbukaan Diri Dalam Pertemanan Mawar dan Dani: Sebelumnya peneliti menanyakan terlebih dahulu kepada Mawar dan Dani, menurut mereka keterbukaan diri antar teman itu penting atau tidak, Mawar: “Penting. Kita itu saling mengasihi kan, kita loyal, saling percaya satu sama lain, dan we are each other person gitu ya udah menurut gua gitu.” Dani: “depends on condition, tergantung situasinya gimana, kondisinya gimana, ya tergantung keterbukaan itu relatif. Jadi ya bukan selama itu kalau keterbukaan ngancem diri kita, bahaya untuk diri kita sendiri ya kita gak buka lah, ya kalau misalkan itu keterbukaan diperlukan justru untuk nyelametin diri kita sendiri atau orang lain nah itu perlu.”
Menurut Dani, Mawar termasuk kategori yang terbuka kepadanya, Mawar bercerita tentang semuanya, keluarga, teman, masalahnya, indigonya, dan yang diceritakan oleh Mawar mencapai intinya tidak hanya bagian luarnya saja. Karena Dani berpendapat, anak indigo dengan sesama anak indigo lain pasti sangat terbuka, tidak melihat siapa itu, anak kecil maupun orang dewasa pasti akan terbuka. Hal ini dibenarkan dengan keadaan yang diceritakan Dani pada waktu pertama kali Mawar mengikuti gathering komunitas Keluarga Indigo. Meskipun pada waktu itu Mawar baru bergabung dan rentang usia dengan anggota ibu-ibu itu bisa dibilang cukup jauh, tetapi Mawar tetap membuka
134
dirinya, Mawar menceritakan dirinya dan masalahnya kepada anggota komunitas yang lainnya. Sejak awal komunikasi antara Mawar dan Dani, Mawar sudah membicarakan masalah yang ada dihidupnya kepada Dani, meskipun pada saat itu Mawar belum pernah bertemu langsung dengan Dani, hanya melalui email, chat, dan telepon saja. Mawar mengatakan bahwa ia melakukan keterbukaan diri berdasarkan perasaannya, disebutnya bersinergi, tanpa harus berkata-kata. Mawar dan Dani sudah saling memahami, istilah ini biasa disebut bertelepati. Telepati merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh anak indigo, mereka dapat membaca pikiran masing-masing, jadi berkomunikasi tanpa berucap. Topik pembicaraan antara Mawar dan Dani seputar beraktivitas, bagaimana cara bersikap kepada lingkungannya. Menurut Dani, sebenarnya yang dilakukan oleh Mawar sudah baik, tetapi kadang ia masih meragukannya dengan bertanya lagi apakah yang dilakukannya sudah baik atau belum. Dani memiliki kemampuan untuk membantu mengontrol atau mengendalikan kemampuan yang dimiliki oleh sesama indigo. Banyak orang yang belum bisa mengaturnya datang berkonsultasi ke Dani dan ke anggota komunitas Keluarga Indigo lainnya. Mawar yang sedang berada di dalam masalah datang ke Dani dan berkonsultasi akan masalahnya. Menurut Dani,
135
Dani: “orang lain itu kan jadi pelajaran buat kita, kadang ada kisah yang buruk, kadang ada kisah yang baik. Kisah yang buruk ya udah dia yang menceritakan dan cukup dia aja yang merasakan kita belajar dari kisahnya dia, tapi yang baik perlu kita contoh, kita tiru, seperti itu.”. Jadi cerita yang diceritakan Mawar kepadanya sebenarnya dapat menjadi pelajaran juga untuk Dani. Menurut Mawar, dengan adanya persamaan nasib antara Mawar dan Dani, Mawar jadi bisa menceritakan segala masalahnya, selain Dani dan teman sesama indigonya Mawar akan berbicara ke siapa lagi. Mawar mengakui bahwa Dani bersifat ekstrovert yaitu lebih mudah untuk keluar, terbuka, sedangkan Mawar termasuk kategori introvert, lebih bersikap tertutup, tetapi Mawar dapat terbuka kepada sesama indigonya, karena mereka memiliki kesamaan dengan Mawar. Mawar merasa cocok dengan Dani. Menurut Mawar, Dani merupakan teman ngobrolnya yang nyambung untuk membicarakan topik indigo, ia bisa berkoneksi dengan orang yang menerima ia. Mawar tidak membuka dirinya sedikitpun kepada teman-teman bukan
indigonya.
Mawar
tidak
memiliki
keberanian,
karena
menurutnya dengan membuka dirinya kepada teman-temannya akan ada resiko yang ditanggungnya, Mawar tidak ingin kehilangan temantemannya, karena ia menyayangi teman-temannya. Penyebab Mawar menutup diri selain itu juga karena kemampuan yang dimilikinya juga,
136
Mawar bisa mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, ketika orang yang bukan indigo bertindak baik kepada Mawar dan ternyata di dalam pikirannya orang itu tidak baik kepada Mawar, dengan kejadian seperti itu Mawar jadi tidak bisa membuka dirinya. Apabila Mawar dipaksa untuk membuka dirinya, ia juga menyatakan tidak bisa, karena apabila Mawar mengatakan hal tersebut menurutnya, orang lain akan penasaran dan akhirnya berusaha mencari tahu, Mawar: “Dunia ini gak seluruhnya baik, ada baik dan buruk, menurut gua kalau gak bisa gak usah terlalu tau banyak lah.” Demikian pendapat Mawar mengenai keterbukaan dirinya kepada orang lain yang bukan indigo. Mawar tidak bisa menerima yang buruk dari orang lain apabila mengetahui bahwa ia berbeda. Menurutnya perasaan tidak diterima oleh sosial itu sangat tidak enak, membuat Mawar tidak sanggup untuk membukanya. Teman-teman bukan indigonya tetap mengetahui tentang hal-hal di luar indigonya, seperti masalah keluarganya Mawar, namun sebenarnya penyebab utama masalah keluarga adalah kemampuan indigo, teman-temannya tidak mengetahui hal tersebut, mereka hanya mengetahui bahwa Ayah Mawar tidak baik saja.
137
4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada sub bab sebelumnya, didapat beberapa hasil penelitian yang sesuai dengan konsep yang digunakan sebagai arahan dalam penelitian ini.
4.3.1 Komunikasi Interpersonal Anak Indigo Menurut Kathleen S. Varderber (Budyatna, 2011:14-15), komunikasi interpersonal merupakan proses di mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Komunikasi interpersonal anak indigo dipengaruhi oleh konsep diri anak indigo itu sendiri. Konsep diri anak indigo dibentuk oleh sikap yang mereka terima dari orang tua mereka masing-masing. Sesuai dengan pernyataan Edgar Burgess West (West, 2012:102), bahwa keluarga merupakan aspek penting sebagai sebuah institusi untuk bersosialisasi. Hasil penelitian menunjukkan, dengan sosialisasi antara orang tua kepada anak indigo kemudian membentuk konsep diri sang anak. Tiara mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya terkait hal indigo. Komunikasi yang terjadi di dalam keluarganya juga berjalan dengan baik, terdapat timbal balik di antara keduanya. Dukungan dan komunikasi yang baik ini kemudian memberikan konsep diri positif kepada Tiara. Hal serupa juga terjadi dalam keluarga Dani, orang tua dani mendukung dan berkomunikasi dengan dani, sehingga konsep diri yang terbentuk juga positif. Lain halnya dengan Mawar, Mawar tidak mendapatkan dukungan terkait indigo dari keluarganya,
138
komunikasi di dalam keluarga Mawar juga tidak berjalan dengan baik, hal inilah yang menjadikan konsep diri Mawar negatif. Dalam keluarga Dimas, meskipun hanya ibunya yang mendukung indigo Dimas, namun konsep diri yang terbentuk dalam diri Dimas juga merupakan konsep diri positif. Dapat dilihat bahwa bagaimana keluarga menyikapi anak indigonya yang kemudian membentuk konsep diri sang anak. Setiap orang tidak lahir dengan konsep diri, namun mereka belajar tentang diri mereka melalui interaksi (West, 2012:102). Demikian pula dengan anak indigo, interaksi yang terjadi dalam keluarga mereka yang kemudian membentuk konsep diri mereka. Konsep diri meliputi apa yang dipikirkan seseorang dan apa yang dirasakan seseorang tentang dirinya (Rakhmat, 2008:100). Hasil penelitian menunjukkan gambaran anak indigo mengenai indigo itu sendiri, secara langsung anak indigo menggambarkan dirinya sebagaimana yang dijelaskan oleh mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah orang lain dan kelompok rujukan (Rakhmat, 2008: 100-103). Harry Stack Sullivan ( menjelaskan bahwa jika seseorang diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, seseorang tersebut akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan, dan menolak seseorang, seseorang tersebut akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya. Dalam keadaan anak indigo, mereka sudah mendapatkan perlakuan penolakan dari masyarakat, seperti yang dinyatakan Mawar,
139
Mawar: “Gua juga pernah ngetes, gua punya teman dekat, gua ngetes ke dia, gak nyaman rasanya, gua rasanya kaya, dan gua langsung kaya it’s a joke. Gua gak tega, dia teman gua, dan gua sayang dia, kalau dia gak bisa nerima ini it’s okay. Kita juga punya tujuan kan, tujuan gua, gua mening jangan keekspos sekarang deh, nanti aja pada saat gua udah umur 40 atau 50 pada saat gua udah di atas. Kalau sekarang ini gua di bantai. Gua gak siap battle soalnya, pertimbangannya banyak.” Begitu pula dengan pernyataan Tiara, Tiara: “Cuma buat memandang indigo sendiri aku sih pinginnya orang-orang gak berpandangan ee..negatif gitu. Karena aku pun ngerasain dimana aku dibilang paranormal lah, itu tuh aku udah sering ngerasain kaya gitu.”
Perlakuan yang diterima anak indigo inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor pembentuk konsep diri mereka, namun bagaimana cara mereka menanggapi masyarakat yang memberikan perlakuan seperti itu dipengaruhi pula oleh bagaimana keluarganya memberikan perlakuan kepada mereka. Karena keluarga merupakan tempat pertama seseorang membentuk dirinya. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri seseorang. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang yang paling dekat dengan diri seseorang, George Herbert Mead menyebutnya sebagai significant others, atau orang lain yang sangat penting. Ketika masih kecil, mereka adalah orang tua, saudara, dan orang satu rumah. Richard Dewey dan W.J. Humber menamainya affective others, orang lain yang dengan mereka
140
seseorang mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah secara perlahan terbentuk konsep diri seseorang. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan, menyebabkan seseorang menilai dirinya secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan, membuat seseorang memandang dirinya secara negatif. Ketika seseorang tumbuh dewasa, mereka sudah menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengannya. Faktor berikutnya adalah kelompok rujukan, kelompok rujukan bagi anak indigo adalah komunitas dimana mereka bergabung. Dengan melihat komunitas ini, anak indigo jadi berusaha mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Dibuktikan dengan pernyataan Dani sebagai pelopor komunitas Keluarga Indigo yang menjelaskan perbincangan apa saja yang biasa terjadi dalam komunitas indigo ini, Dani: “tentang beraktivitas, gimana caranya kita bersikap dengan lingkungan gitu. Ya tanya, “menurut kamu sikap saya bagus gak sih, begini begini terhadap lingkungan saya?” kebanyakan sih itu, jajak pendapat tentang itu. Bagaimana saya harus, tepatkah saya menempatkan diri seperti ini di lingkungan.”
Konsep diri seseorang mempengaruhi komunikasi interpersonal yang mereka lakukan, sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung kepada kualitas konsep diri seseorang, positif atau negatif. Melihat dari ciri-ciri konsep diri negatif, Mawar termasuk kedalam konsep diri yang negatif. Sebaliknya Mawar, Dani, dan Dimas masuk kedalam konsep diri yang positif.
141
Selanjutnya adalah mepengaruhi bagaimana seseorang membuka diri dalam komunikasi interpersonal. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman, seseorang akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang dirinya dan orang lain. Hal ini terjadi kepada Tiara, Tiara sudah membuka dirinya, namun proses membuka dirinya dibatasi kepada hal yang memang sepatutnya diketahui oleh orang awam yang bukan indigo. Pengaruh konsep diri kepada komunikasi interpersonal yang ketiga adalah kepercayaan diri, orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya. Terdapat kurangnya kepercayaan diri dalam diri Mawar, sehingga membuatnya menghindari situasi komunikasi mengenai indigo. Dalam komunitasnya Mawar juga tidak banyak berbicara ketika harus berhadapan dengan masyarakat awam. Terakhir konsep diri memberikan pengaruh selektivitas dalam komunikasi interpersonal, konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi seseorang karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa yang seseorang bersedia membuka diri, bagaimana seseorang mempersepsi pesan itu, dan apa yang diingat. Seperti yang terjadi kepada Tiara, Tiara membuka dirinya sampai kepada pesan yang menurutnya memang patut diketahui oleh orang lain yang bukan indigo. Serta seperti yang dilakukan Mawar ketika memilih untuk tidak membuka dirinya perihal indigonya kepada temannya.
142
Berikut beberapa karakteristik komunikasi interpesonal menurut DeVito (2009:4-8): 7) Komunikasi interpersonal melibatkan individu yang saling bergantung. Kedua belah pihak tidak hanya terhubung namun saling bergantung, apa yang dilakukan salah satu pihak dapat berpengaruh kepada pihak lainnya. Dari penjelasan di atas, selaras dengan komunikasi yang dilakukan Tiara dan Dimas, Tiara dan Rahma, serta Mawar dan Dani. Tiara dan Dimas keduanya saling bergantung satu sama lain, namun dari pengamatan yang dilakukan peneliti, dikarenakan Tiara lebih dewasa secara umur dan mental, sehingga Dimas lebih banyak bergantung ke Tiara. Terbukti dari pernyataan Dimas, Dimas: “lebih banyak aku yang cerita sih, Kak Tiara lebih banyak mendengarkan atau menasihatkan aku sih.”
Dimas menyatakan bahwa dia lebih banyak bercerita dibandingkan Tiara bercerita. Nasihat yang diberikan Tiara juga menurut Dimas sangat enak didengar, membuat Dimas menjadi nyaman kepada Tiara. Dimas bisa bercerita tentang teman-temannya, tentang sekolahnya, namun Tiara lebih banyak membahas tentang indigo. Dari hasil wawancara Tiara dan Dimas, mereka keduanya sama-sama menyatakan bahwa Tiara lebih banyak membahas indigo.
143
Tiara: “Menambah pertemanan yang sesama anak indigo sih ya, jadi kan lebih banyak informasi juga yang aku dapat, dari dimas dan nyambung silahturahmi juga. Teman ngobrol membahas indigo juga, karena nyambung sama dia.”
Namun, Tiara juga tetap bergantung kepada Dimas, dapat dilihat dari pernyataan yang diberikan Tiara, bahwa Dimas merupakan orang yang paling sering berkomunikasi dengan Tiara di dalam group komunitas Keluarga Indigo. Dengan seringnya komunikasi yang dilakukan di antara mereka, membuat Tiara mendapatkan hal positif dari Dimas, Tiara bisa membahas tentang indigo kepada sesama indigonya. Selain komunikasi Tiara dan Dimas, Tiara juga bergantung kepada teman yang bukan indigonya, yaitu Rahma. Rahma merupakan asisten Tiara yang kemudian menjadi teman dari Tiara. Tiara bergantung kepada Rahma karena Tiara membutuhkan bantuan Rahma sebagai asisten, dapat dilihat dari pernyataan berikut, Tiara: “Karena kan intinya Rahma bekerja dengan aku bukan hanya Rahma butuh aku, tapi aku juga butuh Rahma. Jadi sama-sama saling memberikan arti lah, aku anggap Rahma bukan sebagai asisten tapi sebagai teman, ya mudah-mudahan sih kedepannya bisa jadi makin baik saja.”. Selain sebagai asisten, Tiara juga merasa nyaman dengan bersama Rahma.
144
Tiara: “Dia udah aku anggap adik sendiri sih ya, kaya yang tadi aku bilang, awal segala sesuatunya kan teman, di situ aku ngerasa dia nyaman, apalagi dia sekarang konteksnya sebagai asisten aku, ngedampingin aku segala macam, jadi ya aku buat suasana senyaman mungkin, gimana dia nyaman kerja sama aku apa segala macam. Dia udah aku anggep kaya adik sendiri sih, udah kaya sahabat, pokoknya kalau aku udah nganggap orang kaya sahabat itu aku anggep dia juga udah kaya keluarga.” Tiara mendapatkan hal positif juga dalam komunikasinya, Tiara jadi bisa lebih mengenal orang dengan perbedaan umur yang lebih jauh, tidak hanya dengan orang yang seumur, tetapi bisa mengenal orang yang lebih muda. Sedangkan dari sisi Rahma, Rahma bergantung juga kepada Tiara. Rahma membutuhkan tambahan uang dan bekerja kepada Tiara. Seiring berjalannya waktu Rahma menjadi merasa nyaman bersama dengan Tiara. Tiara banyak memberikan nasihat, dukungan, dan solusi kepada Rahma yang lebih muda darinya. Dalam komunikasinya lebih banyak Rahma yang bercerita dibandingkan Tiara, Tiara: “Aku ke Rahma ya itu tadi kalau menyangkut kemampuan indigoku, selagi dia gak tanya ya aku gak bakalan bahas. Kalau dia tanya ya oke aku akan bahas. Tapi kalau dia gak tanya, oke aku gak akan membuka obrolan yang mengarah kesana. Ya diluar itu biasa konteks kerjaan. Aku gak cerita ke dia tentang keluarga, paling suka sharing aja sih, sharing cari cowok, lebih ke bagi informasi aja sih. Memang lebih banyak Rahma yang cerita ke aku.”
145
Rahma: “kalau cerita sih (berpikir) jarang, cuma lebih banyak ngedengerin dan kasih solusi aja.”
Dalam komunikasi antara Mawar dan Dani keduanya saling memberi arti satu sama lain. Dani yang memang memiliki kemampuan untuk membantu mengendalikan kemampuan sesama indigonya, membantu Mawar yang masih kebinggungan dengan kemampuannya itu. Pada awal pertemuan mereka, Mawar menyatakan bahwa, Mawar: “Terus kaya Dani sempat ngerasa gua itu kaya anak ilang, teman gua sibuk, gua kemana-kemana, gak ada tempat curhat, akhirnya dirangkul sama Dani.”
Menurut Dani dalam komunikasinya dengan Mawar, dia juga mendapatkan hal positif, melalui pengalaman-pengalaman yang dialami Mawar dapat menjadi pelajaran bagi Dani.
8) Komunikasi interpersonal tidak dapat dipisahkan. Komunikasi interpersonal terjadi di dalam sebuah hubungan, memberikan pengaruh pada hubungan tersebut, dan menjelaskan makna dari hubungan tersebut. Cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain menentukan hubungan yang dibangun diantara kedua orang tersebut. Setiap orang berkomunikasi secara berbeda dengan orang lain.
146
Dalam komunikasi interpersonal antara Tiara dan Dimas, hubungan yang dibangun di antara keduanya menjadi hubungan kakak dan adik, Dimas menyatakan hal tersebut, Dimas: “Kak tiara orangnya baik, kaya penuh, kaya punya rasa keibuan, ibaratnya jadi seperti kakak buat aku kalau aku salah dinasihatin kaya gitu.” Komunikasi yang baik, yang terjadi di dalam hubungan Dimas dan Tiara membuat keduanya nyaman satu sama lain. Ditambah pula Tiara dan Dimas memiliki kesamaan sehingga membuat mereka semakin terikat. Tiara: “Dia itu orangnya asik, menyenangkan, dan aku merasa dia memang sejenis, jadi aku udah ada feel nyaman sama dia, faktor kesamaan juga.”
Sama halnya dengan komunikasi yang terjadi antara Tiara dan Rahma, Tiara dan Rahma keduanya juga merasa nyaman satu sama lain. Meskipun Tiara dan Rahma keduanya saling berbeda. Tiara memiliki kemampuan indigo dan Rahma bukan indigo. Rahma: “Asik banget orangnya, pertama kali ee..keliatannya memang apa ya..nyeremin gitu ya, dari tampilannya segala macam gitu, nyeremin. Cuma, pas tau, apa ya..pas kita kenalan langsung berasa kaya akrab banget, langsung kaya gimana ya..kaya udah temenan lama, kaya udah kenal lama aja, padahal itu baru pertama kali ketemu.”.
147
Tiara: “Dia udah aku anggap adik sendiri sih ya, kaya yang tadi aku bilang, awal segala sesuatunya kan teman, di situ aku ngerasa dia nyaman,”. Dalam komunikasi yang dibangun oleh Mawar dan Dani, keduanya merasakan mendapat teman berbincang. Selain dikarenakan kesamaan di antara mereka, hubungan mereka terbangun menjadi teman untuk berbagi keluh kesah Mawar: “Punya teman ngobrol yang nyambung, dan gua kalau mau cerita topik-topik itu.”
9) Komunikasi interpersonal adalah satu kesatuan. Komunikasi interpersonal dimulai dari hubungan yang paling dangkal hingga hubungan yang paling dalam. Komunikasi yang terjadi dalam hubungan yang paling dangkal hanya sebatas komunikasi biasa diantara dua orang yang tidak begitu saling mengenal. Berbeda dengan yang terjadi dalam hubungan paling dalam, komunikasinya saling berhubungan erat. Hal ini berbeda bagi sesama anak indigo. Komunikasi yang berlangsung antara sesama anak indigo yang baru saling mengenal berlangsung lebih dalam dibandingkan dengan komunikasi yang berlangsung antara anak indigo dan bukan indigo. Perbedaannya terlihat jelas dari pertemanan Tiara dan Dimas dan Tiara dan Rahma. Tiara pada awalnya tidak langsung membuka tentang
148
indigonya kepada Rahma. Sekitar pertengahan pertemanannya Tiara baru membuka hal ini kepada Rahma. Berbeda dengan Dimas yang merupakan sesama indigo, Tiara lebih leluasa untuk bercerita kepada Dimas. Bahkan Dimas dan Tiara sampai saat ini belum pernah berjumpa sekalipun, tetapi mereka sudah bisa membahas kesamaan yang ada di antara mereka, dan keduanya merasa nyaman akan satu sama lainnya. Kepada keduanya, Tiara tidak membahas tentang keluarganya atau masalah yang dialaminya, yang merupakan bahasan personal. Karena menurut Tiara, Tiara: “Karena aku mikir, orang lain aja datang ke aku, aku mau cerita untuk apa. Cuma untuk ngebuka aib doang? Kan enggak, makanya aku lebih memilih merenungkan, berdiam diri.”. Sama halnya dengan yang dilakukan Mawar kepada Dani, pada saat perkenalan, komunikasi yang berlangsung dari Mawar ke Dani langsung memasuki tingkat yang dalam. Mawar langsung menceritakan masalahnya, meskipun pada saat itu Mawar baru berkomunikasi awal dengan Dani. Bahkan Mawar dan Dani tidak bertatap muka, hanya melalui email.
10)
Komunikasi interpersonal melibatkan pesan verbal dan nonverbal. Kata-kata yang kita keluarkan, ekspresi muka kita, mata, dan
postur tubuh kita merupakan komunikasi interpersonal. Bahkan diam pun merupakan pesan dari komunikasi interpersonal. Dalam situasi
149
tertentu
sinyal
nonverbal
menampilkan
lebih
banyak
makna
dibandingkan dengan kata-kata yang dikeluarkan. Dalam situasi lainnya, sinyal verbal mengkomunikasikan lebih banyak informasi. Namun keduanya bekerja besama-sama. Dalam hal ini lebih terkait dengan komunikasi yang dilakukan oleh Mawar. Ketika Mawar melakukan komunikasi dengan teman yang bukan indigo, Mawar tidak bisa memfilter kemampuannya. Membuat teman yang mendengarnya merasa Mawar adalah sosok yang aneh. Mawar: “Gua suka lepas kontrol, gua suka bilang apa yang orang gak bilang kan, tapi gua baca, dan gua gak bisa bedain itu awalawal. Gua jadi di cap buruk nantinya. Jadinya suka salah komunikasi itu, suka kebaca itu akhirnya gua yang kena.”.
Komunikasi verbal yang dilakukan Mawar membuat temannya menangkap banyak informasi. Lain halnya dengan yang dilakukan Tiara, Tiara senang dengan warna hitam. Seluruh baju yang ia gunakan berwarna hitam, hal ini membuat banyak orang menangkap informasi yang aneh mengenai Tiara. Tiara: “Aku memang orang pecinta warna hitam, kadang ada stigma kearah sana. Jadi kesannya mistik banget, padahal gak juga.”
Pakaian yang kita gunakan merupakan suatu bentuk komunikasi non verbal, menggambarkan diri kita sebenarnya. Hal itu menjadi
150
simbol atau lambang yang ditangkap orang lain. Simbol atau lambang itu kemudian diproses menjadi suatu pesan komunikasi.
11)
Komunikasi interpersonal merupakan beragam bentuk. Saat ini komunikasi interpersonal tidak hanya terjadi secara tatap
muka, komunikasi online sudah menjadi bagian utama dari pengalaman interpersonal seseorang. Email, facebook, chat group, dan social networking merupakan komunikasi online. Bagian ini dilakukan oleh seluruh informan dan key informan dalam penelitian ini. Ketika peneliti bertanya kepada para informan dan key informan mengenai apakah mereka berkomunikasi tatap muka atau melaui media, mereka menjawab, Tiara untuk berkomunikasi dengan Rahma: “Whatsapp, telepon.” Tiara untuk berkomunikasi dengan Dimas: “Lewat Whatsapp.”
Mawar berkomunikasi dengan Dani juga menggunakan media seperti Whatsapp, email, dan telepon. Melalui komunikasi online, mereka semua sudah dapat saling berkomunikasi meskipun dipisahkan jarak. Tiara bertempat tinggal di Cibubur, Dimas bertempat tinggal di Bekasi, Rahma bertempat tinggal di Jakarta Timur. Dani bertempat tinggal di Bekasi dan Mawar bertempat tinggal di Rawamangun.
151
12)
Komunikasi interpersonal memiliki efektivitas yang berbeda-beda. Komunikasi interpersonal memiliki efektivitas yang berbeda, dari
segi keefektifannya atau kepuasannya. Interaksi dari komunikasi interpersonal bisa saja sukses dan bisa juga gagal. Dari setiap interaksi dalam komunikasi interpersonal, komunikator dihadapkan pada pilihanpilihan yang dibuat untuk melakukan interaksi, seperti saat memilih kepada siapa berkomunikasi, apa yang dibicarakan, apa yang tidak dibicarakan, bagaimana mengungkapkan apa yang ingin dikatakan. Kepada siapa berkomunikasi, apa yang dibicarakan, apa yang tidak dibicarakan, bagaimana mengungkapkan apa yang ingin dikatakan, bagi anak-anak indigo, pilihan-pilihan ini berpengaruh bagi mereka dalam hal yang cukup berbeda dengan orang awam, karena mereka memilih berdasarkan kesamaan kemampuan yang mereka miliki. Seperti Mawar, Mawar sangat
memilih kepada siapa ia
berkomunikasi. Pada awal komunikasi Mawar dengan peneliti, Mawar sempat menolak karena peneliti harus mewawancarai temannya yang bukan indigo. Dibalik penolakan ini ada yang tidak dibicarakan kepada temannya, yaitu perbedaan yang ada di dalam diri mawar. Mawar juga menolak untuk berkonsultasi dengan ahli yang memahami anak indigo. Menurutnya, para ahli tidak dapat membantu menyelesaikan masalah Mawar, yang dapat membantunya hanya sesama indigo saja.
152
Bukan hanya Mawar, Tiara juga berpendapat seperti itu, seperti bahasan keluarga dan masalah yang sedang dialami Tiara tidak dibicarakan kepada temannya. Menurutnya pembahasan tersebut hanya akan membuka aib Tiara. Namun untuk beberapa hal seperti bagaimana perasaan Tiara pada waktu pertama kali mengetahui dirinya indigo, Tiara ceritakan kepada Rahma, karena pada awalnya Rahma berusaha membuka diri dengan menceritakan dirinya kepada Tiara. Dani mengatakan, Dani: “Kalau yang dengan bukan sesama ya pasti ada yang dia keep lah. Ya kan kaya gini lho “percuma gua ngomong masalah gua ke orang lain, 90% dari mereka belum tentu bisa bantu cuma bisa cemooh doang.””. Hasil yang peneliti dapatkan, dari key informan dan informan dalam penelitian ini, anak indigo cenderung tidak mau membuka masalahnya kepada yang bukan indigo. Karena menurut mereka, mereka tidak akan bisa membantunya, dan hanya mencemooh saja. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Pak Marsudi, yang mengatakan bahwa anak indigo cenderung tidak membuka dirinya kepada masyarakat awam alasannya masyarakat justru lebih banyak yang menganggapnya aneh. Marsudi: “kalau dengan sesama anak indigo mereka bisa saling berkomunikasi dengan asik, jadi kalau di komunitas itu anakanak indigo meskipun mereka memiliki kelebihan yang berbeda, mereka itu bisa berkomunikasi dengan sangat-sangat akrab,
153
mungkin dunia ini bisa paham ya, jadi meskipun komunikasinya belum terbentuk kata-kata, ada anak indigo yang berkomunikasi tanpa berkata-kata ada. Tetapi karena mereka bisa memahami, bisa mengerti, mungkin satu frekuensi ya, jadi nyambung gitu ya, jadi bisa asik anak indigo, jadi makanya kan komunitaskomunitas anak indigo kalau bertemu sesama mereka, bisa sharing perlakuan-perlakuan buruk yang mereka terima, bisa sharing bagaimana perlakuan buruk orang tuanya, itu mereka bisa asik, bisa saling bercerita akrab.”
Pak Marsudi juga menyatakan bahwa berbeda halnya dengan komunikasi yang dilakukan antara anak indigo dengan bukan indigo, Marsudi: “Tetapi dekat kita, ini agak berbeda, jadi kayanya kita itu dianggap mahluk yang berbeda gitu lho,”
Dean
C.
Barlund
(Rakhmat,
2008:110-114),
ahli
komunikasi
interpersonal menyatakan, dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, dapat diramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Hal ini dinamakan atraksi interpersonal. Di dalamnya terdapat beberapa faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal, yaitu: 5) Kesamaan karakteristik personal. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung lebih saling menyukai. Orang cenderung menyukai orang lain yang mendukungnya. 154
Kesamaan kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak indigo menjadi penyebab mereka lebih menyukai satu sama lainnya, sama halnya dengan kesamaan pada karakteristik personal mereka. Mereka cenderung menjadi lebih mudah membuka dirinya kepada sesamanya, seperti yang disebutkan oleh Mawar yaitu, persamaan nasib. Mawar juga menyebutkan, Mawar: “Gua bisa berkoneksi dengan orang yang menerima gua, simple kan.” Mawar mengatakan bahwa Mawar lebih bisa berkoneksi dengan orang yang bisa menerimanya, yaitu sesamanya. Karena Mawar merasakan banyak mendapatkan penolakan dari orang-orang yang bukan indigo. Hal ini pun berpengaruh kepada keterbukaan diri Mawar, Mawar menjadi menutup diri dikarenakan banyaknya penolakan yang ia terima. Dani menambahkan, Dani: “Pokoknya intinya anak indigo sama anak indigo lain pasti terbuka banget, gak lihat itu siapa, mau anak kecil juga terbuka.”
Dani mengatakan bahwa anak indigo akan lebih bisa membuka dirinya dengan sesama anak indigo tidak dipengaruhi oleh faktor usia ataupun jarak lokasi. Didukung pula dengan pernyataan Pak Marsudi mengenai anak indigo apabila bersama dengan sesamanya lebih bisa memahami,
155
mengerti, sehingga komunikasi yang terjalin antara mereka lebih nyaman, mereka juga lebih terbuka akan masalah yang mereka hadapi.
6) Tekanan emosional (stress). Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul tekanan emosional, orang akan menginginkan kehadiran orang lain. Orang-orang yang pernah mengalami penderitaan bersamasama akan membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi. Tekanan emosional atau stress dialami oleh Tiara pada saat awal ia baru menyadari dirinya indigo. Namun Tiara mendapatkan dukungan dari Ibunya, sehingga Tiara bisa melewatinya dengan tidak ada masalah. Dikarenakan kemampuan indigonya, meskipun Tiara sudah mendapatkan dukungan dari ibunya, tetap ada pengaruh kepada dirinya. Tiara menjadi tidak membuka permasalahan dirinya kepada orang yang bukan indigo. Seperti yang sudah dijelaskan di bagian atas, menurutnya tidak ada gunanya bercerita kepada orang awam, hanya membuka aib saja. Namun Tiara tetap membuka masalah indigonya kepada sesama indigonya, dan bersedia menjawab apabila ada pertanyaan mengenai indigo dari orang yang bukan indigo. Lain halnya apabila tekanan emosional yang dialami oleh anak indigo tidak dapat dilampiaskan kepada siapa-siapa, ini akan menjadi penyebab perubahan karakteristik pada seseorang, seperti yang dialami Mawar. Ditambah pula dengan masalah di dalam kelurga Mawar,
156
Mawar sulit berkomunikasi dengan keluarganya sendiri. Begitu banyak hal yang ditanggungnya membuat Mawar menjadi sangat menutup diri kepada orang yang bukan indigo. Didukung pula dengan pernyataan Pak Marsudi, Marsudi: “anak indigo ini, karena dia introvert itu, dia tertutup itu, biasanya kemudian dia menarik diri dari pergaulan, bukan karena mereka tidak bisa, tetapi karena orang dewasa itu tidak bisa memahami, karena tidak bisa memahami, kemudian terjadi konflik komunikasi diantara mereka, kemudian mereka menarik diri.”
Orang-orang seperti Mawar dan Tiara merasa lebih nyaman apabila bersama
dengan
sesamanya,
maka
mereka
mulai
membuat
perkumpulan-perkumpulan. Seperti komunitas Keluarga Indigo. Hal ini pula yang mendasari Dani untuk membentuk komunitas ini, mengumpulkan seluruh anak berbakat di Indonesia berbakat disini mengacu kepada indigo dan juga membuat indigo diterima di masyarakat. Sebelumnya mereka semua masih terpecah-pecah karena tersebar di seluruh Indonesia, namun setelah di adakan program Trans TV Indigo, maka mulailah mereka semua berkumpul.
7) Harga diri yang rendah. Bila harga diri direndahkan, hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan akan makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain.
157
Mawar menceritakan tentang tujuan Dani membuat komunitas Indigo, yaitu untuk membuat indigo diterima di masyarakat, menurutnya masyarakat masih menggangap mereka gila. Berikut pernyataan Mawar, Mawar: “Gini, jadi kita ketemu, kita saling tanya gimana teman-teman kalau di sosial gimana, jujur aja. “Gua dianggap gila.” “Oh sama gua juga.”. Di sana juga di situ juga, ada anak kecil kemarin itu datang, umur tujuh atau delapan, dianggap gila karena bisa lihat gaib, kasian dia. Terus karena oh elu dianggap gila, gua juga, terus kaya ada ikatan, persamaan nasib kalau di undang-undang 45.”
Ketika anak-anak indigo itu bergabung, mereka menjadi lebih mudah berkomunikasi, mereka lebih mudah membuka masalah mereka, dan juga mereka lebih mudah memahami masalah teman mereka. Seperti yang diceritakan oleh Dimas, Dimas: “Jadi waktu itu ada orang, ada tetanggaku dateng, memang tetanggaku dulu itu sering serang-serangan ama keluargaku, ibaratnya dia iri lah ama keluargaku. Nah aku bilang ama Kak Dani, “Kak, kayanya aku kenal orang itu deh Kak”. “Emang siapa Dim?”. “Oh, iya, tetanggaku tuh Kak yang katanya ibuku suka isengin keluargaku baik secara gaib maupun engga gitu.”. Terus kata Kak Dani “Udah tenang aja Dim, gak bakalan nyerang”. Terus yang lain nyaut “Udah tenang aja dim, orang itu gak bakalan macam-macam.”. Jadi ibaratnya kita semua ngelindungin kok. Ya udah gak apa-apa deh. Jadi kaya terkoneksi gitu, satu tau semua tau, padahal cuma ngomong sekali doang. Nah ini dia neh, baru namanya komunitas, solid gitu ibaratnya.”
158
8) Isolasi sosial. Manusia adalah mahluk sosial, manusia mungkin dapat bertahan untuk hidup terasing dalam beberapa waktu, namun tidak dalam waktu yang lama. Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Dalam konteks isolasi sosial, kecenderungan untuk menyenangi orang lain bertambah. Setiap orang tentunya berusaha untuk membaur dengan sosial. Bagi Tiara, ia mampu menghadapi masa-masa isolasi sosialnya. Contohnya pada waktu kasus kesurupan, Tiara tidak memperdulikan sekitarnya dan hanya berfokus membantu orang yang sedang kesurupan itu. Sampai saat ini Tiara juga masih berteman biasa dengan orang lain. Meskipun menurut Dani, Tiara berusaha mencari asisten karena ketika ia merasakan dalam kondisi dimana tidak ada orang yang cocok dengannya,
asistennya
ini
pun
dicari
berdasarkan
kecocokan
dengannya. Namun dalam hal ini Tiara tetap berusaha membaur dengan sosialnya. Pada waktu teman sesama indigo Mawar mempunyai anak dan sibuk mengurusi keluarganya, dan juga dalam temannya yang lain ada masalah, akhirnya Mawar berusaha mencari teman lain. Karena bagaimanapun karakteristik seseorang, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk bertahan hidup. Ketika Mawar sedang berusaha mencari komunitas indigo lainnya, akhirnya Mawar bertemu dengan Dani. Mawar juga mengatakan bahwa
159
ia tidak memiliki banyak teman yang bukan indigo. Mawar pernah mencoba memberitahu temannya, tetapi karena ia takut mendapatkan penolakan dari temannya, akhirnya ia menariknya kembali. Mawar: “Gua juga pernah ngetes, gua punya teman dekat, gua ngetes ke dia, gak nyaman rasanya, gua rasanya kaya, dan gua langsung kaya it’s a joke. Gua gak tega, dia teman gua, dan gua sayang dia, kalau dia gak bisa nerima ini it’s okay. Kita juga punya tujuan kan, tujuan gua, gua mening jangan keekspos sekarang deh, nanti aja pada saat gua udah umur 40 atau 50 pada saat gua udah di atas. Kalau sekarang ini gua di bantai. Gua gak siap battle soalnya, pertimbangannya banyak.” Battle disini maksudnya berusaha menolong orang lain yang terkena guna-guna, menjadi pelindung dari santet untuk orang lain, Mawar menyebutnya sebagai jagoan berantem. Dari hasil penelitian dan pengamatan peneliti, Mawar sangat menyayangi temannya. Mawar terlihat tidak ingin kehilangan teman yang bukan indigonya itu. Pada waktu peneliti bertanya tentang arti pertemanan, Mawar menjawab, Mawar: “Ikatan batin antara dua individu yang bertujuan untuk saling mengasihi satu sama lain dan disertai dengan loyalitas.” Jawaban Mawar ini sangat sesuai dengan pernyataan tentang kecenderungan untuk menyenangi orang lain bertambah. Unsur-unsur yang ada di jawaban Mawar adalah mengasihi dan loyalitas atau kesetiaan. Jawaban ini sudah sangat menggambarkan Mawar tidak siap
160
untuk kehilangan temannya, meskipun temannya sampai saat ini tidak mengetahui tentang perbedaannya.
Dalam komunikasi yang terjadi antara seseorang dan orang lain terdapat tiga faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik (Rakhmat, 2008:129-138), yaitu percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka. Faktor pertama yaitu percaya, Tiara percaya kepada temannya yang bukan indigo dalam hal menceritakan perbedaan yang ada dirinya, namun dia tidak percaya dalam menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Berbeda dengan Mawar yang tidak percaya untuk menceritakan perihal perbedaan yang ada di dirinya kepada teman yang bukan indigonya, Mawar juga tidak percaya kepada ahli yang berusaha membantu dirinya. Dengan keadaan seperti ini akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab, akibatnya hubungan yang terjadi hanya akan bersifat dangkal dan tidak mendalam. Efektivitas komunikasi antara Mawar dan temannya yang bukan indigo juga lebih sulit tercapai. Namun Mawar dan Tiara, keduanya sama-sama percaya kepada temannya yang sesama indigo. Mereka bisa sangat terbuka kepada Dani dan Dimas. Faktor kedua adalah sikap suportif. Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang defensif akan lebih 161
banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Dalam hal ini, sangat terkait dengan Mawar, Mawar terlalu berusaha untuk melindungi dirinya dari membuka dirinya kepada temannya yang bukan indigo. Bahkan dalam hubungan sesama indigonya pun, Mawar mengakui bahwa terkadang ia tidak membalas chat dari Dani, ketika menceritakan hal tersebut, Mawar terkesan tertawa. Mawar tidak berusaha untuk memahami orang lain dan hanya terfokus pada dirinya. Dengan sikapnya yang seperti ini sebenarnya komunikasi interpersonalnya bisa saja gagal. Faktor yang terakhir adalah sikap terbuka, sikap terbuka (openmindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Seperti hasil penelitian mengenai keterbukaan diri masing-masing informan dan key informan. Dengan seseorang berusaha terbuka kepada temannya, temannya pun lambat laun akan terbuka juga. Seperti Rahma, Rahma berusaha membuka dirinya kepada Tiara. Tiara pada awalnya tidak begitu terbuka kepada Rahma, hubungannya hanya sebatas pekerjaan dan Tiara lebih banyak mendengarkan cerita dari Rahma. Akhirnya lambat laun Tiara pun mulai terbuka kepada Rahma. Rahma dan Tiara yang terhitung belum lama saling mengenal, tetapi karena mereka melakukan keterbukaan diri satu sama lain, komunikasi interpersonal yang terbentuk pun efektif. Hubungan di antara mereka juga naik ke level selanjutnya.
162
4.3.2 Pertemanan Anak Indigo dengan Sesama Indigo dan Bukan Indigo Pertemanan menurut DeVito pertemanan adalah salah satu hubungan interpersonal antara dua orang yang saling bergantung di mana keduanya saling memberi arti dan terkategori oleh hal yang positif (DeVito, 2009:247). Pertemanan tidak berlangsung secara instan, semuanya membutuhkan proses untuk masing-masing orang menjadi dekat dan nyaman dengan orang lain. Berikut Bill Rwalins mengemukakan terdapat tahapan dalam hubungan persahabatan (Wood, 2009:215-217): 7) Role-limited interaction Persahabatan didahului dengan pertemuan. Pada awal pertemuan, setiap orang bergantung pada peran dan peraturan standard sosial. Seseorang cenderung lebih sopan dan berhati-hati terhadap apa yang mereka buka kepada orang lain, dan mereka cenderung lebih waspada menyadari bahwa hubungan tersebut bisa saja tidak memiliki timbal balik yang baik. Tekhnologi masa kini membuat orang lebih terbuka pada tahap awal. Pada tahap ini pertemanan Dani dan Mawar, Tiara dan Dimas tidak melewati tahap pertemuan untuk memulai pertemanan. Namun pada pertemanan Dimas dan Tiara, mereka sudah membahas tentang masalah personal mereka terkait indigo kepada satu sama lainnya. Sama halnya dengan pertemanan Dani dan Mawar. Sesuai pengamatan peneliti, anak indigo cenderung lebih mudah percaya kepada anak indigo lainnya. Mereka tidak ragu-ragu untuk menceritakan masalah personal mereka
163
kepada sesama mereka. Selain itu faktor lainnya juga tekanan emosional yang dirasakan oleh Mawar pada saat itu, membuat dia lebih mudah membuka dirinya kepada Dani. Pertemuan awal Tiara dan Rahma berbeda dengan pertemuan Dani Mawar dan Tiara Dimas. Tiara dan Rahma melakukan pertemuan pertama kali, ketika Rahma mulai bekerja hari pertama. Dikarenakan faktor pekerjaan dan umur yang cukup jauh, Rahma jadi lebih sopan berkata-kata kepada Tiara.
8) Friendly relations Tahap kedua dari pertemanan adalah tahap pertemanan ramah, di mana kedua pihak berusaha mencari tahu kesamaan dan kesukaan dari keduanya. Keduanya mulai saling berbagi kesukaan mereka, mulai dari kesukaan yang saling bergantung maupun cara mereka berinteraksi. Bagi sesama anak indigo, mereka sudah tidak memerlukan mencari tahu kesamaan dan kesukaan dari keduanya, dikarenakan adanya kesamaan diantara mereka sudah membuat mereka berhubungan lebih dekat dengan sesamanya. Selain itu dengan kemampuan mereka juga memungkinkan sesama anak indigo dapat mengetahui hal-hal tanpa melakukan komunikasi. Berbeda dengan yang bukan indigo, pada tahap ini pertemanan Tiara dan Rahma mulai berusaha membuat situasi yang nyaman untuk satu sama lain, di mana mereka mulai menceritakan lapisan luar dari
164
kehidupan mereka, yaitu ketika mereka saling menceritakan organisasi yang diikuti Rahma dan komunitas tempat Tiara bergabung. Namun mereka tidak menjelaskan secara lebih detail. Tetapi mereka mulai menemukan kesamaan yang ada di antara mereka berdua.
9) Movement toward friendship Pada tahap ini memerlukan peran sosial, kedua pihak mulai membicarakan topik personal, dan mulai membangun fondasi dalam pertemanan. Di pertengahan hubungan Tiara dan Rahma, mereka mulai melanjutkan ke tahapan berikutnya. Tiara mulai membuka pada topik personal namun tidak mendalam. Berbeda dengan Rahma yang sudah membuka terlebih dahulu ke Tiara dan juga lebih dalam dibandingkan Tiara. Rahma membicarakan masalah percintaannya dan temantemannya. Tiara membuka dirinya dikarenakan Rahma yang terus menerus
menceritakan tentang dirinya.
Setelah mereka
mulai
membicarakan topik personal, mulai terbentuklah fondasi dalam pertemanan mereka. Hubungan Tiara dan Dimas serta Dani dan Mawar tidak membutuhkan waktu lama untuk memasuki tahapan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dani, Dani: “Baru sih baru kenal, tapi memang namanya anak indigo kan udah dekat banget. Memang basicnya anak indigo gampang
165
dekat dengan sesama, tali-telaminya lebih dekat dari saudaranya bahkan, lebih dekat dari keluarganya, lebih dekat dari kakak adiknya.”
Untuk sesama indigo pada bagian awal mereka berteman saja mereka sudah bisa saling bercerita masalah personal mereka. Tetapi karakteristik Tiara dan Mawar berbeda. Tiara dengan latar belakang keluarga yang mendukung tidak terlalu membahas keluarga dan masalahnya kepada sesama indigo. Tiara lebih banyak membahas perihal indigo. Mawar dengan latar belakang keluarga yang tidak mendukung, mencari tempat untuk dirinya di luar keluarganya, sehingga ia lebih banyak berkomunikasi dengan teman sesama indigonya. Mawar juga menjadi sangat terbuka kepada teman sesama indigonya.
10)
Nascent friendship Seseorang mulai berpikir tentang diri mereka sebagai teman atau
menjadi teman. Sosial norma dan peran menjadi tidak begitu penting, dan pertemanan mulai berjalan dengan cara mereka masing-masing. Pertemanan Tiara dan Rahma berhenti sampai tahapan ini, mereka saling berpikir tentang bagaimana bertindak untuk menjadi teman yang baik bagi masing-masing pihak. Keduanya sudah menjalani cara pertemanan mereka sendiri-sendiri. Tiara mengganggap teman sebagai saudara, dan saat ini Tiara sudah menganggap Rahma sebagai adiknya, begitu pula sebaliknya.
Tiara beberapa kali juga ingin mengajak 166
Rahma untuk bertemu dengan teman-temannya dari komunitas Keluarga Indigo, namun Rahma selalu berhalangan hadir. Tetapi dari keinginan Tiara untuk membawa Rahma saja berarti Rahma sudah dianggap sebagai sosok yang penting di kehidupan Tiara. Pertemanan mereka terhitung tidak terlalu lama, tetapi mereka sudah sampai di tahapan ini. Hal ini berarti keduanya mudah untuk membentuk pertemanan, serta dikarenakan adanya ketergantungan satu sama lainnya membuat mereka mudah cepat dekat. Tiara membutuhkan Rahma untuk membantunya, dan Rahma membutuhkan Tiara sebagai teman menyampaikan curahan hatinya. Tiara sudah menyampaikan kelelahannya untuk menanggapi orang-orang yang berkonsultasi dengannya, tetapi ia berusaha untuk terus membantu selagi bermanfaat bagi orang lain. Rahma juga bercerita ke banyak orang tentang kemampuan Tiara, sehingga banyak teman Rahma yang datang kepada Tiara. Dalam hubungan pertemanan mereka satu pihak bersedia menolong, dan satu pihak lagi meminta ditolong. Hubungan ini memiliki resiko kedepannya, sampai kapan yang menolong terus bersedia diminta tolong, dan sampai batas mana pihak yang minta tolong terus meminta tolong. Tiarapun menyatakan, Tiara: “Semuanya namanya sesuatu kaya kutub ya, ada positif ada negatif, jadi pasti ada, cuma ee..gimana kita nanggepinnya aja, tapi sejauh ini sih belum ada masalah, cuma mungkin bakalan ada dan bagaimana kita ngeresponnya aja sih.”
167
Pertemanan Tiara dan Dimas juga berhenti sampai tahapan ini. Dikarenakan Dimas merasa hubungan mereka masih terhitung baru, tetapi Dimas sudah merasakan Tiara sebagai kakaknya. Tiara dan Dimas juga membahas tentang indigonya secara mendalam, namun pertemanan mereka tidak melewati tahap selanjutnya. Mereka belum bertemu satu sama lain, tetapi mereka sudah melewati tahapan ini, berarti komunikasi interpersonal yang mereka lakukan melalui media komunikasi online berlangsung dengan baik. Dikarenakan hubungan mereka yang masih tiga bulan, dan juga mereka belum pernah bertemu, keterbukaan diri mereka tidak mencapai intinya. Mereka sudah membahas topik personal, tetapi tidak sampai intinya. Dalam hubungan dengan Dimas, Tiara tidak menjelaskan tentang kemungkinan adanya konflik di antara mereka, Tiara hanya menjawab belum ada konflik di antara mereka. Tiara yakin dengan hubungan pertemanan dengan Dimas.
11)
Stabilized friendship Biasanya, tahap ini lebih membahas konten sosial yang lebih besar
dari hidup keduanya dan masuk menjadi bagian dari lingkungan sosial secara keseluruhan. Misalnya, mereka sudah tidak bertanya lagi “dimana kamu akan makan siang?”, namun pertanyaanya lebih kepada “kamu mau makan siang?”. Pertanyaan ini menyatakan bahwa mereka akan segera bertemu.
168
Pertemanan Dani dan Mawar berhenti sampai tahapan ini. Komunikasi yang terjadi di antara mereka sudah bersifat santai. Keterbukaan diri juga sudah melebihi tahap personal, mereka sudah mengetahui segala sesuatunya tentang temannya. Hal ini pengaruh dari waktu pertemanan mereka yang sudah mencapai satu setengah tahun, mereka juga berkomunikasi menceritakan masalah mereka kepada temannya. Mereka sudah merasakan sebagai teman dekat. Mereka bisa kapan saja bertemu di suatu tempat, apabila lokasi mereka berdekatan. Dani dan Mawar masing-masing sudah memahami satu sama lain, mereka sudah mengerti sifat temannya itu. Dani: “tenang tapi menghanyutkan, jadi apa ya..tipenya si Mawar ini, dia kalau misalnya kesal sama orang, anteng gitu. Tapi dia kalau misalnya kesal sama orang terus anteng tau-tau itu orang kenapa gitu. Ya kalau dia ngezolimi Mawar, ya kalau dia gak ngezolimi Mawar ya gak efek.”
Mereka juga sudah bisa saling mengerti tentang kekurangan maupun perbedaan yang ada di diri temannya. Demikian pernyataan Mawar, Mawar: “Soalnya gua ama dia gak terlalu menyentuh, kalau ngobrol aliran gua beda aliran sama dia. Ya kalau gua ngomong gini, dia gak ngomong gitu, daripada tertekan jadi ya just let it be.”
169
12)
Waning friendship Persahabatan dapat bertahan ketika kedua belah pihak sama-sama
berkomitmen di dalamnya. Tetapi, terkadang pertemanan berpisah karena keduanya ditarik kearah yang berbeda oleh keperluan personal atau karir mereka. Salah satunya juga bisa karena mereka sudah mulai tidak menyenangkan. Memberitahu rahasia teman kepada orang lain juga dapat mengganggu pertemanan. Ketika pertemanan memburuk, komunikasi pun ikut berubah, orang menjadi lebih berhati-hati dan tidak terbuka. Pertemanan Tiara dan Dimas, Dani dan Mawar, serta Tiara dan Rahma tidak sampai pada tahapan ini. Mereka semua belum melewati konflik dalam pertemanan.
Samter (2003)
yang dikutip dalam buku Teori Komunikasi
Antarpribadi oleh Prof. Dr. Muhammad Budyatna, M.A. dan Dr. Leila Mona Ganiem, M.Si, menjelaskan lima kompetensi penting yang diperlukan dalam hubungan persahabatan: 6) Inisiasi (initiation). Di mana seseorang harus berhubungan atau berkenalan dengan orang
lain
dan
interaksi
harus
berjalan
mulus,
santai,
dan
menyenangkan. Sebuah persahabatan tidak akan terjalin antara dua orang yang jarang berinteraksi atau interaksinya tidak memuaskan.
170
Teori di atas berbeda kenyataannya dengan anak-anak indigo, anak-anak indigo meskipun jarang bertemu tetapi mereka terikat satu sama lainnya. Karena ada perasaan persamaan di antara mereka, mereka bisa lebih dekat dari saudara mereka sendiri. Seperti yang dinyatakan Dani sebelumnya, bahwa anak indigo sangat cepat dekat dengan sesama indigo lainnya, seperti ada ikatan di antara sesama indigo. Dikuatkan juga dengan pernyataan dari Tiara, Tiara: “Karena batinnya lebih nyambung, kaya aku ama dimas itu belum ketemu, tapi aku udah tau dia, udah kenal dia, bahkan kadang aku mimpiin dia, itu aku menganggapnya dia sengaja datang ke mimpi aku, dalam konteksnya aku berasa dia udah dekat sama aku, dan dia juga gitu,”.
7) Sifat mau mendengarkan (responsiveness). Masing-masing harus mendengarkan kepada yang lain, fokus kepada mitranya, dan menanggapi pembicaraan mitranya. Sulit untuk menjalin persabahatan dengan orang yang hanya fokus kepada dirinya atau masalahnya sendiri. Hal ini dilakukan oleh Tiara
serta Dani. Tiara banyak
mendengarkan keluh kesah dari Dimas dan Rahma, serta Dani banyak mendengarkan cerita Mawar. Dimas: “lebih banyak aku yang cerita sih, Kak Tiara lebih banyak mendengarkan atau menasihatkan aku sih.”
171
Rahma: “kalau cerita sih (berpikir) jarang, cuma lebih banyak ngedengerin dan kasih solusi aja.”
8) Pengungkapan diri (self disclosure). Kedua belah pihak mampu mengungkapkan perasaan pribadinya terhadap satu sama lain. Seiring dengan berjalannya hubungan pertemanan di antara mereka, keterbukaan diri mereka semakin dalam, tetapi anak-anak indigo lebih menutup diri kepada orang yang bukan indigo.
9) Dukungan emosional (emotional support). Setiap manusia berharap mendapatkan kenyamanan dan dukungan dari temannya. Tiara dan Mawar keduanya merasakan mendapatkan kenyamanan dari komunitas Keluarga Indigo. Terlebih lagi untuk Mawar yang memiliki masalah di keluarganya, ia sangat mendapatkan dukungan emosional dari sesama indigonya. Dimas juga merasakan seperti itu, menurutnya teman-teman sesama indigonya sangat solid dibandingkan dengan teman bukan indigonya.
172
10)
Pengelolaan konflik (conflict management). Suatu hal yang tidak terelakkan bahwa teman bisa tidak setuju
mengenai gagasan atau perilaku teman lainnya.
Persahabatan
bergantung pada keberhasilan menangani hal-hal yang tidak disetujui ini. pada kenyataannya, dengan mengelola konflik secara kompeten, maka orang dapat mempererat persahabatannya. Dalam pertemanan di penelitian ini belum mencapai pada tahap konflik, jadi tidak dapat dibahas lebih lanjut.
4.3.3 Keterbukaan Diri atau Self Disclosure Antara Anak Indigo dengan Sesama Indigo dan Bukan Indigo Dilihat dari penjelasan teori di atas mengenai tahapan pertemanan, seiring dengan semakin dalam hubungan pertemanan yang terjadi antara anak indigo dengan sesamanya maupun dengan anak yang bukan indigo keterbukaan diri mereka semakin dalam, namun tetap ada batasan-batasan yang diberikan oleh anak indigo dalam melakukan keterbukaan diri. Keterbukaan diri anak indigo dengan sesama anak indigo lebih luas dibandingkan dengan keterbukaan diri anak indigo dengan yang bukan anak indigo. Namun, sebelum membahas keterbukaan diri antar pertemanan anak indigo, terdapat teori yang membahas mengenai tentang apa yang terjadi ketika hubungan berkembang, serta kedalaman topik yang dibicarakan, yaitu teori
penetrasi
sosial
(DeVito,
2009:222).
Teori
penetrasi
sosial
173
mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Tahapan proses penetrasi sosial dalam pertemanan anak indigo dengan sesama anak indigo dan bukan indigo diawali dengan tahapan paling awal dari interaksi, orientasi, dimana mereka mulai membuka sedikit demi sedikit mengenai diri mereka. Dalam tahapan pertemanan hal ini sama dengan tahap role limited interaction, dimana seseorang cenderung berhati-hati terhadap apa yang mereka buka kepada orang lain. Hal ini terjadi dalam seluruh pertemanan anak indigo dengan anak yang sesama maupun yang bukan indigo. Tahap kedua dalam proses penetrasi sosial adalah pertukaran penjajakan afektif, tahap ini sama dengan tahap friendly relations dalam tahapan pertemanan. Anak indigo cenderung mulai membuka diri mengenai dirinya namun dalam batasan tertentu. Seperti yang diutarakan Tiara, pada awal pertemanan Tiara dan Rahma, Tiara hanya membuka dirinya pada sebatas informasi mengenai dirinya saja, tanpa menceritakan perihal indigonya. Tahap ketiga adalah pertukaran afektif, tahap ini dalam tahapan pertemanan terdapat di antara tahap friendly relations dan movement toward friendship. Dalam pertemanan Tiara dan Rahma berlangsung ketika satu sama lain menemukan kesamaan dan kecocokan di antara mereka. Sehingga mulai ada komitmen dan kenyamanan di dalam hubungan pertemanan mereka. Tahap terakhir adalah tahap pertukaran stabil, tahap ini sama dengan tahap movement toward friendship, nascent friendship, dan stabilized friendship. 174
Dimana sudah ada pembahasan mengenai topik personal dan dalam konten sosial yang lebih dalam. Dalam tahap penetrasi sosial ini sudah ada pembahasan mengenai indigo di pertemanan anak indigo dengan anak yang bukan indigo. Namun, dalam pertemanan anak indigo dengan anak indigo, mereka sudah memasuki tahap pertukaran stabil semejak awal pertemuan mereka, dikarenakan kemampuan yang dimiliki mereka, yaitu telepati dan mereka dapat mengetahui segala sesuatu tentang orang yang baru mereka kenal. Dikarenakan adanya kesamaan di antara mereka juga membuat mereka lebih mudah membuka dirinya kepada satu sama lain. Salah satu asumsi dari teori penetrasi sosial adalah bahwa pembukaan diri (self disclosure) merupakan inti dari perkembangan hubungan (Rohim, 2009:85). Keterbukaan diri dalam pertemanan antara Dimas dan Tiara serta Mawar dan Dani dimulai pada tahap pertemanan role-limited interaction. Alasan keterbukaan diri mereka terjadi pada tahap awal ini dikarenakan adanya kesamaan pada diri mereka. Selain itu peneliti melihat alasan mereka membuka dirinya pada tahap awal ini karena penolakan yang terjadi oleh orang yang bukan indigo, yang memandang mereka berbeda. Sedangkan apabila bersama dengan sesamanya mereka merasa bahwa penolakan itu tidak akan terjadi, karena ada kesamaan di antara mereka, kecocokan sudah terbentuk meskipun di awal pertemuan, oleh karena itu mereka lebih mudah untuk membuka dirinya pada tahap yang sangat awal. Keterbukaan diri Tiara dan Rahma mulai terjadi pada tahap movement toward friendship.
Pada
tahap
friendly relations
keduanya
belum 175
menceritakan tentang hal personal. Menurut DeVito, keterbukaan diri berarti mengkomunikasikan informasi mengenai diri sendiri (biasanya informasi yang disembunyikan) kepada orang lain. Tiara dan Rahma pada tahap friendly relations hanya membuka tentang kesukaan dan kesamaan yang ada di diri mereka, hal tersebut tidaklah diketahui oleh orang lain apabila mereka baru mengenal satu sama lain, namun tetap saja bukan merupakan hal yang personal, oleh karena itu belum termasuk ke dalam keterbukaan diri. Tiara merasa perlu adanya kecocokan antara dirinya dengan Rahma, setelah terlihat adanya kesamaan dan kecocokan di antara mereka, Tiara baru memulai membuka dirinya. Dalam pertemanan mereka, Rahma yang sudah membuka dirinya terlebih dahulu akhirnya mendorong Tiara untuk membuka dirinya juga, seperti yang dinyatakan Wood, keterbukaan diri yang diberikan oleh seseorang juga bermaksud untuk mengajak temannya membuka diri (Wood, 2009:184). Terbukti ketika Rahma menceritakan tentang dirinya, Tiara sedikit demi sedikit mulai membuka dirinya. Menurut Richard West dan Lynn H. Tunner, self disclosure adalah informasi deskriptif dan evaluatif mengenai diri sendiri, yang dibicarakan kepada orang lain secara sengaja, dan orang lain tidak mengetahui informasi tersebut. Dari definisi tersebut terdapat beberapa fitur penting dalam self disclosure, yaitu (West, 2006:213-215): 4) Intentionality dan Choice. Disclosure adalah komunikasi yang dilakukan secara sengaja. Ketika seseorang melakukan self disclosure, mereka memilih untuk 176
memberitahukan kepada orang lain, sesuatu mengenai dirinya. Kita juga memilih tingkat self disclosure yang akan kita lakukan. Kita memilih untuk memberitahu sesuatu dan kita juga memilih bagaimana serta seberapa rinci informasi yang akan kita berikan. Pernyataan ini sesuai dengan perkataan Tiara, Tiara: “bisa aku bilang misi rahasia. Biasanya kaya tadi, kita mencoba membaca masa depan, mencoba menerawang suatu kejadian, misalnya kejadian kecelakaan, orang sakit. Itu kita lakukan karenakan kita sesama indigo. Jadi kalau ngobrol hal itu cocok, nyambung. Tapi kalau misalnya yang bukan buat apa, dia binggung. Ya aku netral, kalau lagi sesama bahasannya nyerempet ke arah indigo, kalau yang bukan sebatas biasa aja. Kecuali kalau keperluan konsultasi, dalam konteks privasi. Aku baru gitu, jadi terbukalah sama dia, kalau dia minta baru aku jelasin, kalau dia gak minta ya enggak.”
Tiara menjelaskan bahwa keterbukaan diri yang ia lakukan kepada orang lain tergantung konteksnya apa dan untuk apa. Tiara tidak banyak melakukan keterbukaan diri kepada temannya yang bukan indigo, Rahma. Tiara hanya menjawab sebatas apa yang Rahma tanya saja mengenai indigo. Seputar perkataannya mengenai hal yang ia ceritakan namun bersifat privasi, Tiara bisa terbuka kepada Rahma, seperti cerita Rahma mengenai perasaannya pada waktu pertama kali mengetahui dirinya tergolong indigo. Tingkat keterbukaan diri yang dilakukan Tiara kepada Rahma tidak begitu mendalam. Dalam pertemanan Tiara dengan Dimas, keterbukaan diri yang dilakukannya juga tidak membahas personal Tiara. Tiara hanya 177
membahas tentang indigo secara dalam saja kepada Dimas. Tiara merasa ia dan Dimas memiliki kesamaan dalam hal indigo, jadi pembahasannya mendalam juga tidak bermasalah bagi tiara.
5) Intimacy dan Risk. Dikarenakan self disclosure adalah informasi yang tidak dapat diketahui tanpa dibicarakan, informasi yang diberikan pastinya bersifat personal. Berbeda dengan anak indigo, anak indigo dapat mengetahui tentang anak indigo lainnya tanpa berkomunikasi. Mereka memiliki kemampuan untuk mengetahui pemikiran seseorang. Seperti yang dinyatakan oleh Mawar,
Mawar: “Apa yang mau ditutupi? Dia udah bisa lihat. Gak usah banyak bicara, gua introvert tapi dia ekstrovert. Gua gak bakalan banyak ngomong, dia udah tahu itu. Tapi cocok-cocok aja.”.
Disisi lainnya, membicarakan sesuatu hal yang bersifat personal, dapat menciptakan resiko. Self disclosure melibatkan berbagi informasi mengenai siapa kita kepada orang lain, dan membiarkan diri kita untuk benar-benar diketahui oleh mereka. Tentunya, bagian yang paling menakutkan adalah kita dapat ditolak oleh orang lain setelah kita memberitahu rahasia kita. Penolakan merupakan penyebab utama Mawar tidak mau terbuka dengan teman yang bukan indigonya. Dia lebih memilih untuk tetap 178
seperti ini. Tanpa harus memberitahu temannya. Karena Mawar takut temannya akan menolak dia, alasan lainnya karena Mawar sayang kepada temannya. Menurutnya lebih baik ia terbuka pada umur 40 atau 50 tahun, pada waktu posisinya di atas. Sehingga tidak ada orang yang memandang rendah ia.
6) Trust. Trust menjelaskan mengapa kita mengambil keputusan untuk membuka diri kita melalui self disclosure. Persepsi kita mengenai trust merupakan kunci utama dalam keputusan untuk melakukan self disclosure, dan kebanyakan self disclosure dilakukan dalam hubungan yang saling mempercayai. Pernyataan ini sangat sesuai dengan hubungan Rahma dan Tiara. Tiara percaya kepada Rahma sehingga ia bersedia membuka topik personalnya mengenai indigo kepada Rahma. Bagi sesama anak indigo tentunya mereka saling mempercayai satu sama lain. Menurut Dimas, karena ada ikatan persaudaraan (kesamaan tentang indigo disebut menjadi saudara) antara Tiara dan Dimas, membuat Dimas dan Tiara bebas bercerita secara lebih dalam. Walaupun Tiara tetap tidak membahas tentang keluarganya dan masalahnya. Mawar juga sudah mempercayai Dani sejak awal komunikasinya berlangsung, Mawar langsung menceritakan seluruh masalahnya kepada Dani. Mawar yang saat itu sedang mendapatkan tekanan
179
emosional dirangkul Dani untuk bergabung dengan sesama indigo di komunitas Keluarga Indigo.
DeVito
(2009:196)
mengungkapkan
keuntungan
melakukan
keterbukaan diri dapat membantu seseorang untuk mengetahui tentang diri mereka, komunikasi dan hubungan yang efektif, serta psikologi yang terbentuk dengan matang. Mawar tidak melakukan keterbukaan diri kepada teman yang bukan indigonya, alasan Mawar ini untuk menghindari kerugian yang di dapat dari melakukan keterbukaan diri. Kerugian yang di dapat dari keterbukaan diri seseorang mencakup penolakan dari teman atau anggota keluarga (personal risks), mempengaruhi hubungan yang ada, pengurangan kepercayaan (relational
risks),
dan dapat
mempengaruhi pekerjaan
(professional risks). Dari kerugian yang disebut DeVito tersebut, Mawar tidak bisa menghadapi penolakan dari temannya, Mawar tidak ingin kehilangan temannya, oleh karena itu ia memilih untuk diam saja. Mawar tidak ingin hubungan yang sudah terbentuk dengan temannya menjadi berubah dikarenakan temannya mengetahui tentang perbedaan yang ada di diri Mawar. Mawar tetap melakukan keterbukaan diri kepada temannya terkait masalah di keluarganya, namun keterbukaan yang ia lakukan tidak mencakup semuanya. Menurut West (2006:217-223) terdapat lima faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri, perbedaan individu, isu hubungan, kebudayaan, gender, dan
180
the receiver. Perbedaan individu, dengan individu yang berbeda tentunya setiap orang memiliki kebutuhan akan keterbukaan diri yang berbeda-beda. Hal ini sangat terlihat jelas dari perbedaan kedua key informan dalam penelitian ini. Tiara lebih banyak berkonsultasi di dalam keluarganya, selain itu Tiara juga disediakan guru spiritual, sehingga ketika bertemu dengan Tiara, Tiara lebih memilih membahas tentang seputar indigo saja. Namun hal yang dibahas sangat mendalam. Tiara tidak terlalu membahas masalah keluarganya kepada temannya yang sesama indigo maupun yang bukan indigo. Tiara juga mengatakan bahwa keterbukaan diri itu dilakukan tergantung kepada kondisinya, hal ini Tiara terapkan kepada kedua temannya yang sesama maupun yang bukan. Berbeda dengan Mawar dengan latar belakang keluarga yang lebih tidak mendukung Mawar, komunikasi yang terjalin di dalam keluarga terhambat. Hal ini membuat Mawar sangat memerlukan sosok orang luar, Mawar menjadi sangat terbuka kepada Dani. Tetapi Mawar tetap membatasi keterbukaan dirinya kepada orang yang bukan indigo. Selain itu Mawar juga menyatakan bahwa keterbukaan diri di antara teman sangatlah penting, oleh karena itu Mawar merasa perlu untuk melakukan keterbukaan diri dalam skala yang dibatasi. Dari perbedaan individu tersebut setiap orang memiliki ekspektasi akan kebutuhannya dan tingkat keterbukaan diri mereka berdasarkan definisi dari hubungan mereka dengan orang lain. Berikut pernyataan Mawar yang menurut peneliti sesuai dengan faktor isu hubungan ini, 181
Mawar: “Penting. Kita itu saling mengasihi kan, kita loyal, saling percaya satu sama lain, dan we are each other person gitu ya udah menurut gua gitu.” Mawar menyatakan bahwa keterbukaan diri antar teman itu penting, karena menurutnya antara teman itu saling mengasihi dan saling percaya. Dengan Mawar menempatkan hubungan pertemanan seperti itu maka Mawar membentuk tingkat keterbukaan diri untuk dirinya sendiri, di mana dinyatakan Mawar bahwa keterbukaan diri itu suatu hal yang sangat penting. Mawar tetap berusaha membuka dirinya kepada temannya yang bukan indigo, namun tingkatan keterbukaan dirinya kepada temannya yang bukan indigo dan Dani berbeda. Mawar menceritakan seluruh hal kepada Dani, namun kepada temannya yang bukan indigo, Mawar membatasinya. Faktor yang ketiga adalah gender, Dinda dan Allen dalam buku West mengungkapkan bahwa perempuan lebih terbuka dibandingkan laki-laki, namun perbedaannya tidak terlalu besar. Hal ini sama dengan komunikasi yang dilakukan anak indigo perempuan dan laki-laki. Tiara dan Mawar cenderung
tetap
berkomunikasi
memiliki
tentang
tempat
untuk
masalah-masalahnya.
membuka Tiara
dirinya, memilih
untuk kepada
keluarganya dan guru spiritualnya. Sedangkan Mawar memilih temannya yang sesama anak indigo. Lain halnya dengan Dimas, Dimas cenderung menutup hal tersebut. Hal-hal personal yang menurutnya sangat rahasia ia jaga dan tidak dibuka kepada orang lain. Hal ini terbukti memang gender memegang peranan penting dalam perilaku keterbukaan diri. 182
Meskipun Tiara memberitahu informasi mengenai indigo kepada Rahma dan Dimas, namun, cara Tiara menceritakan kepada Rahma berbeda dengan caranya kepada Dimas. Dimas dan Tiara memiliki kesamaan, mereka lebih mudah untuk membuka dirinya satu sama lain. Berbeda dengan Rahma yang mungkin lebih sulit untuk memahami Tiara dibandingkan Dimas memahami Tiara. Tiara hanya membuka dirinya sebatas kepada apa yang ditanyakan oleh Rahma kepadanya. Cara Tiara seperti ini sesuai dengan pendapatnya mengenai keterbukaan diri dalam pertemanan, menurutnya keterbukaan diri di antara teman tergantung kepada konteksnya, tidak seluruhnya dibuka. Berikut beberapa alasan mengapa seseorang melakukan self disclosure (West, 2006:231-236): 8) Meningkatkan kesehatan psikologi. 9) Meningkatkan kesehatan fisik. 10)
Mendapatkan self awareness.
11)
Untuk memulai hubungan.
12)
Untuk mempertahankan hubungan yang sudah ada.
13)
Untuk memuaskan ekspektasi tentang apa itu hubungan yang baik.
14)
Untuk meningkatkan suatu hubungan.
Dari point-point di atas, hampir seluruhnya termasuk dalam hasil penelitian yang dilakukan peneliti. Meningkatkan kesehatan psikologis, seperti yang dikatakan Mawar, 183
Mawar: “Iya jadi kan gua dulu stress berat tentang apa saja, kaya tertekan, aku ini apa. Kaya orang-orang di internet nyarinya aku ini antara apa dan siapa. Benar-benar kaya setengah menerima, setengah menolak diri.”
Setelah ia melakukan keterbukaan diri dengan temannya, Mawar menjadi lebih baik kondisinya, setidaknya ia sudah bisa terbuka akan masalahmasalahnya kepada orang lain. Dalam hasil penelitian yang di dapat peneliti, peneliti tidak menemukan untuk meningkatkan kesehatan fisik sebagai alasan keterbukaan diri. Selanjutnya meningkatkan self awareness, Mawar menyatakan bahwa ia banyak menerima penolakan dari masyarakat awam hal tersebut menjadi alasannya Mawar lebih merasa nyaman bersama dengan teman sesama indigonya. Dengan teman yang sesama indigonya, Mawar mendapatkan pengakuan dari orang-orang yang sama dengannya. Dalam pengamatan peneliti, dengan mawar terbuka kepada sesamanya, ia mendapatkan keyakinan bahwa ia tidak sendiri dalam menjalaninya. Tentunya alasan melakukan keterbukaan diri untuk memulai hubungan, seperti yang dilakukan Mawar kepada Dani, Mawar langsung membuka dirinya pada saat berkomunikasi pertama kali dengan Dani. Serta untuk mempertahankan hubungan yang sudah ada, seperti yang dilakukan Tiara kepada Rahma, apabila keterbukaan diri hanya dilakukan sepihak, hubungannya
tidak
akan
berlangsung
dengan
baik.
Selain
untuk
mempertahankan hubungan yang sudah ada, yang dilakukan Tiara kepada
184
Rahma juga untuk meningkatkan hubungan ke tahapan yang lebih dalam. Peneliti juga tidak menemukan alasan keterbukaan diri untuk memuaskan ekspektasi tentang apa itu hubungan yang baik. Berikut merupakan beberapa alasan mengapa seseorang memilih untuk tidak melakukan self disclosure (West, 2006:236-239), alasan ini lebih mengacu kepada Mawar: 5) Untuk menghindari rasa sakit dan penolakan. Penolakan yang Mawar terima pada waktu dulu bahkan dari keluarganya sendiri, yaitu Ibu dan Adiknya membuat Mawar sulit membuka dirinya. Mawar takut akan penolakan yang ia terima apabila mulai membuka dirinya lagi kepada teman yang bukan indigonya.
6) Untuk menghindari konflik dan melindungi suatu hubungan. Mawar juga merasakan bahwa keterbukaan dirinya kepada teman yang bukan indigonya mengenai indigo Mawar, akan berakibat buruk pada hubungannya dengan temannya. Oleh karena itu untuk melindungi hubungan tersebut, ia memilih untuk menutup diri.
7) Untuk menjaga image yang sudah ada dan mempertahankan individualitas. Pernyataan Mawar berikut ini sesuati dengan alasan ini, Mawar mengatakan,
185
Mawar: “Akhirnya itu penyebab gua menutup diri dari mereka. Salah satunya itu, dan kalau mau gua paksain gua gak bisa juga. Di akhirnya mereka akan penasaran dan cari tahu juga.”
“tapi teman gua yang bukan dikit, ya bisa sih sebenarnya tapi kemungkinan mereka ngereject dikit, tapi gua gak bisa ngubah view yang fundamental dalam hidup mereka, gua gak bisa, dan gua juga gak mau ketahuan juga.” Mawar tidak ingin orang lain mulai mencari tahu tentang dirinya, oleh karena itu ia selalu tidak pernah ingin tampil di acara yang menampilkan anak indigo. Menurutnya dengan anak indigo berbicara secara terbuka, seluruh indonesia akan menerawang anak indigo tersebut.
8) Untuk mengurangi stress. Berbagai penolakan yang ditakutkan diterima oleh Mawar, menjadi alasan tersendiri bagi Mawar untuk tidak membuka diri, secara tidak langsung Mawar berusaha mengurangi stress yang ia hadapi apabila ia mendapatkan penolakan lagi.
Konsep diri seorang anak indigo menjadi penentu proses keterbukaan diri mereka kepada temannya yang bukan indigo dan sesama anak indigo. Konsep diri ini dibentuk oleh bagaimana orang tua anak indigo bertindak kepada anak indigo. Tiara, Mawar, Dani, dan Dimas, keempat anak indigo ini
186
mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda dari orang tuanya. Tiara diberikan dukungan mengenai indigonya, dukungan tersebut berupa guru spiritual yang disediakan oleh keluarganya, keluarganya menerima kemampuan Tiara, serta selalu menjaga Tiara ketika menggunakan kemampuannya. Sejak kecil Ibu Tiara selalu membantu Tiara, hal inilah yang membuat Tiara juga selalu berusaha menolong orang lain yang membutuhkan kemampuannya. Dengan dukungan yang diberikan keluarganya, sehingga menimbulkan kepercayaan diri dalam diri Tiara terkait kemampuan indigonya. Orang tua Tiara secara langsung membentuk konsep diri positif dalam diri Tiara, dan Tiara lebih mudah membuka dirinya kepada teman yang bukan indigo, namun tetap dalam kadar yang menurutnya tepat untuk disampaikan. Proses keterbukaan diri Tiara cenderung cepat bagi teman yang bukan indigo dibandingkan dengan Mawar. Mawar berbeda dengan Tiara, Mawar tidak mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya, bahkan yang dirasakan Mawar adalah penolakan dari ibunya. Ayahnya juga tidak membantu Mawar untuk mengatur kemampuan indigo Mawar. Dengan lingkungan keluarga seperti ini membuat Mawar takut untuk mendapatkan penolakan dari orang lain. Mawar jadi cenderung hidup dengan dunianya sendiri. Konsep diri yang terbentuk dalam diri Mawar menjadi konsep diri negatif. Mawar menjadi sulit percaya kepada orang lain dan cenderung takut menghadapi dunia. Hal ini mempengaruhi proses keterbukaan diri Mawar. Mawar sulit membuka mengenai indigonya kepada
187
teman yang bukan indigo, namun hal di luar indigo tetap dibuka kepada temannya yang bukan indigo. Dimas mendapatkan dukungan dari Ibunya yang merupakan sesama indigo, namun Dimas tidak mendapatkan dukungan dari Ayahnya. Ayahnya menolak keberadaan mengenai indigo dalam diri Dimas, namun Ayahnya tidak
menolak
Dimas,
berbeda
dengan
Mawar.
Ayahnya
tetap
memperlakukan Dimas seperti anak biasa. Dengan dukungan dari Ibunya dan perlakuan yang diberikan Ayahnya, Dimas memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif inilah yang mempermudah proses keterbukaan diri Dimas. Dimas terbuka kepada temannya yang bukan indigo mengenai hal terkait indigonya, namun sama seperti Tiara, dalam batasan tertentu. Dani mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya, Ibu dari Dani yang merupakan orang awam bahkan berusaha memahami indigo untuk mengerti mengenai anaknya. Ibu Dani berusaha bertemu dengan psikolog atau ahli yang memahami tentang indigo, dan bertanya mengenai hal-hal terkait indigo yang ada di dalam diri Dani. Kedua orang tua Dani juga memperlakukan Dani seperti anak biasa, dengan sikap dari keluarganya membuat Dani tumbuh dengan konsep diri positif. Dani berusaha membantu banyak anak indigo dengan membuat komunitas Keluarga Indigo. Konsep diri positif inilah yang kemudian membuat proses keterbukaan diri Dani kepada teman yang bukan indigo menjadi cenderung cepat. Dani juga bersedia memberitahukan mengenai indigo kepada temannya yang bukan indigo, namun sama seperti Dimas dan Tiara, tetap dalam batasan yang 188
menurut mereka memang sepatutnya diketahui oleh teman yang bukan indigo. Bagi proses keterbukaan diri anak indigo kepada teman yang sesama indigo, Dimas, Mawar, Dani, dan Tiara, keempatnya sama-sama memiliki proses keterbukaan diri yang cepat dan dalam. Faktor utama yang mempengaruhi proses keterbukaan diri mereka adalah kesamaan yang ada di dalam diri mereka. Mereka cenderung merasakan adanya kenyamanan ketika bersama dengan sesama anak indigo, kenyamanan ini terbentuk karena adanya rasa aman di antara mereka. Mereka tidak akan merasakan penolakan apabila bersama sesama anak indigo, sehingga membuat mereka sangat mudah untuk membuka dirinya. Tidak memerlukan proses yang lama bagi mereka membuka dirinya, sejak awal pertemuannya saja sesama anak indigo sudah dapat membuka dirinya. Mereka dengan leluasa membahas mengenai indigo kepada satu sama lain.
189
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, maka dapat disimpulkan proses keterbukaan diri anak indigo berbeda kepada temannya yang sesama anak indigo dan bukan anak indigo. Proses keterbukaan diri anak indigo dengan teman sesama anak indigo, cenderung lebih cepat dibandingkan dengan proses keterbukaan diri anak indigo dengan teman yang bukan indigo. Sesama anak indigo memiliki ikatan yang membuat mereka lebih mudah dekat dan lebih terbuka. Ikatan ini terbentuk karena adanya rasa kesamaan di antara sesama anak indigo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa kesamaan ini terbentuk karena tidak sedikit anak indigo yang mendapatkan penolakan dari masyarakat umum. Kesamaan karakteristik personal, tekanan emosional, dan isolasi sosial ini yang kemudian mendorong anak indigo untuk terbuka kepada sesama anak indigo. Namun proses keterbukaan diri anak indigo berbeda ketika dengan teman yang bukan indigo. Anak indigo menjadi lebih tertutup dan cenderung membuka dirinya ketika temannya itu dirasa sudah dapat dipercaya atau ada kecocokan di antara mereka. Tetapi tidak semua hal ditutup dari anak indigo kepada temannya yang bukan indigo, tetap ada yang dibuka kepada temannya, namun terbatas pada topik bahasan tertentu dan perihal indigo, anak indigo cenderung membuka sebatas mana pesan itu dianggap sesuai untuk diutarakan kepada temannya. Pada
190
saat anak indigo pertama kali bertemu dengan temannya yang bukan indigo, topik yang dibahas hanya seputar topik sederhana. Apabila dirasa ada hal yang membuat anak indigo itu nyaman dengan temannya yang bukan, baru ia mulai membuka sedikit tentang indigonya, dengan mengakui bahwa dirinya adalah indigo. Hubungan ini dapat berlanjut apabila keduanya merasa tidak ada masalah dengan perbedaan itu. Proses selanjutnya tergantung sampai tingkat mana anak indigo itu membuka dirinya tentang indigonya, hal ini dipengaruhi juga oleh sikap dari temannya yang bukan indigo. Proses keterbukaan diri anak indigo ini dibentuk oleh latar belakang keluarganya. Dukungan dari keluarga, konsultasi dengan ahli dapat membantu anak indigo dalam mengendalikan kemampuan yang dimilikinya serta dalam membentuk karakter dari anak indigo itu sendiri. Karakter inilah yang kemudian mengkonstruksi setiap tindakan anak indigo dalam melakukan komunikasi interpersonal, salah satunya keterbukaan diri mereka kepada temannya. Bagi anak indigo, waktu pertemanan bukan menjadi salah satu faktor bagi mereka membuka diri kepada temannya yang sesama maupun yang bukan. Dalam pertemanan sesama anak indigo, pada awal pertemuan mereka sudah dapat membuka dirinya sampai kepada hal personal, seperti keluarga, masalah di hidup mereka, hal-hal terkait indigo. Kepada temannya yang bukan indigo, karakter anak indigo itu berpengaruh kepada proses keterbukaan diri mereka. Namun, hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa anak indigo cenderung hanya membuka dirinya sebatas lapisan luar dari diri mereka kepada temannya yang bukan indigo.
191
5.2 Saran Berikut beberapa saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini: 1) Saran akademis: Peneliti menyadari bahwa penelitian ini hanya sebatas membahas tentang keterbukaan diri, komunikasi interpersonal, dan konsep pertemanan. Untuk itu penelitian selanjutnya dapat lebih memperdalam dengan gambaran konsep diri dan teori pertukaran sosial. Penelitian ini juga dapat dilakukan dengan metode kuantitatif
untuk menambah data
penelitian. 2) Saran praktis: Komunikasi interpersonal yang berlangsung dua arah dalam pertemanan anak indigo dengan sesama indigo dan bukan indigo sangatlah penting untuk keberlangsungan hubungan pertemanan tersebut. Dengan
hasil
penelitian
ini,
peneliti
berharap
permasalahan
miscommunication yang terjadi antara masyarakat awam terhadap anak indigo dapat terselesaikan. Serta diharapkan dapat berguna untuk diaplikasikan kepada kelompok masyarakat unik lainnya.
192
DAFTAR PUSTAKA
Budyatna, Muhammad dan Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta : Kencana. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Edisi Kedua. Jakarta : Kencana. Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana. DeVito, Joseph. 2009. The Interpersonal Communication Book, Twelfth Edition. Boston : Pearson Education, Inc. DeVito, Joseph. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Edisi Kelima. Tangerang : Karisma Publishing Group. Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Kriyantono, Rachmat. 2009. Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Morrisan. 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Edisi Pertama. Jakarta : Kencana. Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
193
Neuman, W. Lawrence. 2006. Social Research Methods. Edisi Keenam. Boston : Pearson Education, Inc. Puguh, Omah. 2012. Buku Lengkap Tentang Anak Indigo. Jogjakarta : FlashBooks. Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Ruben, Brent D. Dan Lea P. Stewart. 2006. Communication and Human Behavior. Boston : Pearson Education, Inc. Sarwono, S. W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Salim, Agus. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial, Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif. Edisi Kedua. Yogyakarta : Tiara Wacana. Sobur, Alex. 2013. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sugiarti, Eko. 2013. Master EYD. Edisi Baru. Yogyakarta : Suaka Media. Syam, Nina W. 2011. Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
194
West, Richard dan Lynn H. Turner. 2006. Understanding Interpersonal Communication Making Choices in Changing Times. Cina : Thomson Wadsworth. West, Richard dan Lynn H. Turner. 2012. Introducing Communication Theory: Analysis and Application, 3rd edition. Jakarta : Salemba Humanika. Wood, Julia T. 2009. Communication in Our Lives. Edisi Kelima. Boston : Wadsworh Cengage Learning.
Sumber Internet: Asmawati. 2009. “Anak Indigo, Istimewa Tapi Jangan Dianggap Aneh”. http://www.ummi-online.com/berita-16-anak-indigo-istimewa-tapi-jangandianggap-aneh.html. Diakses pada 26 Maret 2014, pukul 21.00. Najmuddin, Muhammad. “Konsep Diri Mantan Penderita Kusta Melalui Komunikasi Antarpribadi”. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Makassar.
2013.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/afbd7fea16628dc1c2a0aba11e72f693.pd f . Diakses pada tanggal 24 Maret 2014, pukul 15.00. Pramudiarja,
Uyung.
2012.
“Ini
Dia
Si
Anak-Anak
Indigo”.
http://health.detik.com/read/2012/10/03/172921/2053916/775/1/ini-dia-sianak-anak-indigo. Diakses pada tanggal 12 Maret 2014, pukul 18.35.
195
Rizkia,
Amarildo.
2009.
“Anak
Indigo:
Siapakah
Mereka?”
http://ruangpsikologi.com/keluarga/indigo/ diterbitkan pada 12 September 2009, diakses pada 8 Maret 2014 pukul 22.35. Rr. Aninditha P.S. “Studi Fenomenologi Mengenai Self Disclosure Remaja Pengguna Narkoba Kepada Orang Tua”. Tugas Akhir. Surabaya : Universitas
Kristen
Petra.
http://dewey.petra.ac.id/catalog/ft_detail.php?knokat=20047. Diakses pada 24 Maret 2014, pukul 13.55. Sutikno, Raja Bambang. 2012. “Empat Tingkat Kesadaran Manusia (1)”. http://ekbis.sindonews.com/read/2012/12/10/39/695921/empat-tingkatkesadaran-manusia-1. Diakses pada 26 Maret 2014, pukul 23.35. Vincent, Yohanes. “Self Disclosure Transeksual Di Surabaya Terhadap Lingkungan Sekitarnya”. Tugas Akhir. Surabaya : Universitas Kristen Petra. http://dewey.petra.ac.id/catalog/ft_detail.php?knokat=14421. Diakses pada 24 Maret 2014, pukul 12.45. http://www.kpi.go.id/download/buku/demi_frekuensi_milik_publik_2012_FINAL .pdf Bab 2 Pembahasan atau Penanganan Kasus-Kasus Isi Siaran Tahun 2012 hal. 25-26. Diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 23.10.
196
LAMPIRAN
197
TRANSKRIP WAWANCARA WAWANCARA PENDAHULUAN Sumber
: Hamdani
Tanggal
: 10 Maret 2014
Waktu
: 14.00-15.00 WIB
Tempat
: Jl. H.R Rasuna Said, Jakarta Selatan (Kantor Epicentrum Kebangsaan)
Pakaian
: Kaos broken white bergambar logo Apple dan celana jeans hitam
Peneliti : Selamat siang Kak Dani, terimakasih atas waktu yang diberikan Kak Dani. Sebelumnya saya akan melakukan wawancara pendahuluan dengan Kak Dani untuk melihat situasi kondisi dari anak-anak indigo sebelum memasuki ke bagian selanjutnya. Mmm.. Jadi seperti yang Kakak bilang, komunitas Keluarga Indigo ini Kakak yang buat ya? Dani
: Yang buat iya, jadi aku ngumpulin doang. Eee..itu tuh..eee.., Kan ada waktu itu program Indigo Trans TV kan, sebelum itu kita juga udah ngumpul, jadi udah cukup lama sih, karena waktu itu mama-mama sama papa-papanya itu, yang anaknya kebinggungan kaya gitu pada ngumpul di BBM. BBM, terus pada nanyain, “kok anak gw kaya gitu?”. “Eh sama, gini gw gini gini..”. Akhirnya mereka kaya bikin ya kaya arisan gitu, terus akhirnya pas ngumpul-ngumpul, jadi tahun 2008 atau sebelumnya juga udah kepecah-pecah gitu sih. Akhirnya sampai program Indigo itu, nyatulah mereka semua itu, dan paling gedenya pas lagi program Indigo Trans TV itu. Kaya gitu, dan akhirnya Indigo Trans TV minta bantuan ke
198
kita, untuk validasi, ini anak beneran Indigo atau hanya ngaku-ngaku doang. Peneliti : Oh, jadi di situ ada tesnya ya? Dani
: Iya.
Peneliti : Jadi Kak Dani sudah dites juga? Dani
: Engga sih, jadi tes itu ga ada di indigo, yang aura-aura. Sebenarnya cara paling gampang untuk tahu anak itu indigo atau bukan, tanya kepada anak indigo yang lain, yang udah benar-benar gitu. Mereka itu saling komunikasi lewat mata. Kaya gitu sih validasinya, bukan tes aura gitu, bukan. Aku di komunitas ini sebagai indikator aja, jadi pas lagi kumpul aku mikir untuk bikin komunitas ah. Apa ya? Kalo lagi ngumpul gitu udah bukan, apa ya, udah lebih dari keluarga deh. Tali temalinya itu, kadang mereka bukan curhat kepada keluarganya, tapi lebih memilih untuk curhat ke kita. Karena yang mereka rasain, kita lebih nyambung gitu, anak kecil, anak gedenya, sama semuanya kaya begitu. Giliran udah nyatu, kaya bikin lingkeran, uh udah enak banget deh ngobrolnya. Tek..tek..tek..
Peneliti : Oh, jadi suka ngumpul bareng ya? Lalu kalau berkomunikasi, tadi katanya kan ada twitter ya? facebook juga ada? Dani
: Pertama itu kita via BBM, BBM ibu-ibunya, zaman dulu kan masih zaman BBM, bikin group Keluarga Indigo, makin kesini kita mengikuti trend yang ada, oh, twitter, kita buat. Facebook juga kita buat, gitu sih.
Peneliti : Oh begitu, lalu mmm..Jadi kalian itu pertama kali sebenarnya tidak menyatakan kalau kalian indigo ya? Misalnya sama saya, yang baru pertama kali ketemu. Dani
: Mmm..Gak bakal. Kecuali kalau ngebantuin orang, ngebantuinnya kaya apapun. Kaya sekarang ini kan lebih ke skripsi, ngebantuin anak-anak supaya mereka terarah tentang informasi yang benar dari sumber langsung
199
gitu, bukan dari kata orang, kata internet, begini begitu, nah jadi kita mulai terbuka untuk riset dan segala macamnya. Habis itu ya itu sih paling, ya ga mungkin, anak indigo ga mungkin bilang “woi gw indigo.”, ga mungkin. Sama, ee..ato..ee..sampai akhirnya dia muncul di televisi, dan terpaksa terbuka. Ya udah fine gua, ya tapi kadang suka, “oo itu Dan, elo yang di TV?”. “Ah..engga bukan-bukan.”. Speak-speak gitu deh, gak mau terlalu apa ya..anak indigo ga boleh terlalu mengekspos sebenarnya. Ga boleh terlalu gitu. Ketika ada kesempatan gitu di media, ya kita menjelaskan ke media, apa yang harus kita luruskan sama masyarakat ini. Makanya problem komunikasinya..kalau problem itu balik ke individual sebenarnya, kaya gitu. Balik ke individual anak-anak masing-masing. Terus kalau misalnya ke masyarakatnya, itu tuh kaya gini, aku tuh udah ampir ketemu lima puluh sampai dengan seratus ada di database aku, lima puluh sampai seratus anak indigo tersebar di Indonesia, paling banyak. Ee..Jakarta sama Bandung, soalnya kita paling gencer ngelakuin ini. yang Semarang, “eh please dong, ee..ayo dong buat di sini, nanti kita fasilitasin segala macem”. Tapi ga ada waktunya, buat keliling Indonesia gitu. Ada yang di Semarang, Medan, segala macam. Tapi pas ketika misalnya, contohnya yang ada di Medan, ada yang nanyain di Medan, dan kebetulan kita punya koneksi di Medan, ya udah kita arahin di situ, ya kalian bikin gathering di situ aja, ya regional gitu. Terus, oke fine, bla..bla..bla..Segala macam. Udah hampir seratus anak indigo ditemuin sih, udah gitu dan em..Permasalahannya itu tuh, kalau masyarakat ada yang terlalu melebihlebihkan, ada yang terlalu meremehkan. Jadi ketika misalnya terjun langsung ke ee..nyata gitu kan misalnya, yang satu tuh ada yang “Yah elah apaan sih anak indigo, speak gitu boong”, segala macam. Yang ini aga gampang untuk dinaikkinnya. Maksudnya diketengahin, kan kita mau menengahkan, kita pertengahkan persepsi masyarakat. Kalau misalnya meremehkan gampang. Mm..contohnya misalkan, “Oh, loe ga percaya?”. Ketemu sama kita, maen sama kita, tiga, empat anak lah dari kita, satu orang yang gak percaya itu main sama kita, tapi terkadang kalau misalnya
200
memang ekstrem banget, “Oke, loe mau lihat apa yang kita lihat?”. Dibukain mata batinnya, serius dibukain mata batinnya. Dari kita ada beberapa orang yang dikasih untuk bisa membuka mata batin, ya semua bisa, tapi ada beberapa orang lah. Terus pas dibukain, nah gampang kan, akhirnya dia menengah, tadinya dari gak percaya gaib segala macem, akhirnya dia naik nih, naik sampai ketengah, jangan lebih. Nah yang susah itu yang melebih-lebihkan, “wah! Kamu dewa.”. Kesannya apa sih..ee..Apalagi yang jadi fitnah di masyarakat, kaya misalkan kita menyembuhkan penyakit, kan ada beberapa anak indigo yang dikasih kelebihan untuk menyembuhkan penyakit, nah jadi beberapa itu lari imannya ke kita. Nah itu bahaya, makanya kita harus kasih tahu kalau kita itu cuma perantara, yang nyembuhin itu tetep Tuhan, bla..bla..bla..gitu segala macam. Ini yang agak susah diteken kebawah gitu, itu sih masalah komunikasinya. Terus, lebih balik ke individunya lagi masih ada yang introvert jelas. Ada beberapa anak yang udah (mendecak) having fun, ada beberapa yang introvert banget, ada yang banyak banget, apa segala macam. Ya tapi itu balik ke individunya, ada beberapa yang sampe mencoba
bunuh
diri,
bla..bla..bla..itu
banyak,
banyak
banget.
Se..ya..emang karena itu balik ke individual, jadi memang bukan semua anak indigo di cap introvert, engga semuanya, ada yang woles, ada yang santai,ada yang happy-happy, ada yang ya..kaya gitu lah. Ada juga yang beda, ya artinya itu orang awampun percis sama kaya anak indigo, awam itu kan ada apa, ee..ada yang introvert, ada yang ekstrovert, ada yang terlalu begini, terlalu begitu, sama gitu. Peneliti : Mm..introvert ini jadi hanya mau berteman dengan anak indigo atau memang benar-benar menutup diri? Dani
:Banyak, mm..apa..mm..bertipe-tipe sih, ada yang benar-benar dia mengurung diri dari masyarakat, karena masyarakat udah ngecap aneh segala macam, mm..akhirnya karena..ada yang dari masyarakat terus ke dia, jadi dari eksternal baru ke internal gitu. Jadi eksternal itu masyarakat
201
udah ngecap aneh lah bla..bla..bla..segala macam. Akhirnya dia ngeintrovert dirinya sendiri, dia ngelindungin diri sendiri dari masyarakat, kalau kaya gini, ya udah kita ajak keluar, kita ajak gabung, “neh temen loe semua neh, ada banyak, ada puluhan.”. Gabung, akhirnya dia gampang. Ada juga yang dia punya kemampuan kaya gitu, tapi dia memang belum mau membuka diri ke masyarakat luas gitu. Dia masih kaget kalau misalnya ketika dia buka ke masyarakat luas, dia bisa ngobatin segala macam, popularitasnya naik, nah itu bisa membahayakan dirinya gitu. Ada yang gak bisa dijelaskan dengan logika, yang kalau misalnya dia populer, ibaratnya membahayakan dirinya sendiri, that’s it. Nah akhirnya dia tetap introvert, yang kaya gini tetap kita ajak segala macam, tapi memang agak susah yang tipe kaya gini. Agak batu ibaratnya sih, agak keras kepala, karena ketika kita ajak, kita harus ngeyakinin dia, sampai bahkan kita harus pakai cara yang (mendecak), cara yang gitu juga buat ngeyakinini dia, kaya “Ayolah, jangan..jangan apa sih..jangan..mm..loe harus memberi arti di sekitar lo, bukan, loe dikasi kemampuan gini sama Tuhan itu, maksudnya itu, ada hikmahnya sama sekitar. Kalau loe cuma stay di situ, buat apa? Ibaratnya, se..se..apa..apapun yang diciptakan di dunia ini kan gak ada yang gak bermanfaat kan yah. Nah pasti itu manfaatnya ya itu kan.”. Jadi kita ya nyebar memang di seluruh Indonesia pasti ada. Jadi ketika ditanya apakah semua anak indigo introvert, jawabannya adalah tidak, karena ee..ya indigo percis dengan awam, ya awam itu ada yang introvert ada yang ekstrovert, ada yang waw, ada yang biasa, ada yang low profile, kaya gitu-gitu. Peneliti : Jadi pengaruh introvertnya itu karena kekhususannya itu sendiri ya? Dani
: That’s it iya, ada juga yang ekstrovert, ekstrovert biasanya ada yang terlalu waw, yang ekstrovert ini biasanya ada yang disembunyiin kalau dia indigo gitu. Jadi dia itu ekstrovertnya bukan dengan indigonya, jadi mm..ekstrovertnya di..ee..istilahnya gini, anak indigo itu gak ngartis, kalau ngartis artinya dia cuma ngaku-ngaku, itu deh dia, kuncinya di situ.
202
Biasanya kalau anak ekstrovert, orang-orang udah terlanjur tau kalau dia bukan indigo. jadi kalau misalnya ada yang me-reveal identitas dia, dia jadi protektif, “Eh loe jangan bokis (bohong) dong.”, kaya gitu contohnya sih. Peneliti : Jadi maksudnya ini ekstrovert ini ekstrovert ke semua? Dani
: Mm..bukan, ekstrovertnya ini bukan yang bilang “woi, gua indigo.”, bukan. Jadi ekstrovert ini yang memang sifatnya kaya gitu, yang periang gitu, yang kemana-mana, yang eksis banget di sosial media. Tapi most of them, ga bakalan yang ee..loe sebagai awam gak bakalan tau kalau ini anak indigo gitu. Dia bakalan misahin label indigo sama diri dia gitu. Tapi kita tau dia indigo gitu, karena dia suka main di komunitas kita. Atau kalau gak usah main juga udah keliatan, kan neh anak keliatan punya pendamping atau tidak dari matanya kan, dari foto. Pendamping itu semacam guardian angel.
Peneliti : Jadi dia itu introvert ke masyarakat, tapi ke sesama indigo bersifat terbuka? Dani
: Iya (mengangguk).
Peneliti : Oh begitu. Kakak sendiri tau kakak indigo sejak kapan? Dani
: Dari kecil sih, dari kecil banget, karena udah ngeliat yang aneh-aneh.
Peneliti : Terus ngomong sama orang tua gitu? Dani
: Orang tua kan awam, mereka gak tau kenapa anaknya kaya gini, aku kan ee..empat bersaudara, kaya gitu semua, aku anak pertama, dan adik-adikku kaya begitu semua. Cowo, cowo, cewe, cewe. Kaya gitu semua, jadi orang tua galau gitu deh.
Peneliti : Jadi orang tua mulai cari tahunya via BBM itu ya kak? Gak dibawa ke ahli atau dokter gitu?
203
Dani
: Sempet dibawa banyak ke ahli, psikolog, segala macam gitu. Lucu deh kadang adikku ini si Septi, aku bilang ke adikku “eh lo masuk psikolog aja lo jurusannya.”. Septinya bales “lah psikolog aja kalau stress nyarinya gue.”.
Peneliti : Hahaha, malahan jadi bahan becandaan ya. Dengan kemampuan kalian seperti itu, sebenernya suka dimanfaatin orang ga sih? Dani
: Mm..sebenernya engga sih, soalnya kan kita tahu mana yang jahat mana yang baik, kelihatan. Tapi yang apa ya..ya engga sih..ya cuma kadang ada beberapa, ya sebenarnya balik ke individunya masing-masing. Kadang ada orang tua yang mengkomersilkan anaknya gitu, anaknya bisa nyembuhin segala macam, dibawa kemana gitu.
Peneliti : Mm..Lalu anak indigo itu sebenarnya ada perasaan lebih nyaman dengan sesama anak indigo gak sih? Dani
: Iya pasti, pastilah, connection-nya dia langsung dapet gitu, jadi kaya gua gak usah ngomong, you know what i want gitu.
Peneliti : Secara komunikasi, secara temanan gitu lebih enak ya? Dani
: Iyalah, bahkan di luar logika, kita bisa ngomong batin gitu sama sesama anak
indigo.
Mm..neh
foto
komunitas
indigonya,
ada
anak
kecilnya,banyak deh pokoknya (sambil menunjukkan foto komunitas Keluarga Indigo di salah satu gathering yang mereka adakan). Pas awalnya kebentuk komunitas ini, masih susah gitu, tapi karena banyak ibu-ibu yang binggung anaknya kenapa dan akhirnya nemuin kita, akhirnya pada gabung dengan kita, dan anak-anaknya akhirnya nyaman banget dengan kita. Peneliti : Oh gitu, jadi secara pembahasan tadi sebenarnya masalah terbesarnya ada di salah persepsi masyarakat
mengenai mendewakan dan
menyepelekan ya?
204
Dani
: Iya di situ sih masalah terbesarnya, makanya di setiap seminar, aku selalu buat pendiferensiasi gitu, antara indigo dengan mistik. Bukan selalu mistik-mistik.
Peneliti : Lalu acara-acara TV? Salah satunya juga Indigo Trans TV? Dani
: Nah itu dia, itu pengeksploitasiannya.
Peneliti : Acara itu akhirnya diberentikan kan ya? Dani
: Iya, karena makin lama makin susah kan yah nyari anak indigo yang benar-benar, karena sempat lolos kan waktu itu yang bukan. Oh iya, soal skripsi ini, menurutku bagus sih kalo misalnya pembahasan ini, karena jadi media kita untuk ngeluarin, kaya ngelurusin. Seperti waktu itu seminar di YAI dengan Bu Tika Wibisono, ada yang disampaikan Bu Tika dan tidak sesuai gitu. Akhirnya gua perbaiki, karena gak semua betul, beliau kan copas dari internet kan, seharusnya tidak seperti itu, tapi dari sumbernya langsung. Lalu untuk perihal aura, aura ada gak sih? 50-100 anak indigo aku tanya, kamu pernah ngeliat aura, gak ada yang namanya aura. Adanya hawa, jadi kalau misalnya ada yang mau kerasukan atau gimana gitu, yang ada kan hawanya berasa berbeda. Hawa itu kan udara panas atau dingin. Kalau aura kan visualisasi, merah kuning hijau, tidak ada aura dalam indigo. Ya, dengan begitu artinya kan orang-orang yang tes-tes aura untuk mencari uang saja. Gua udah ketemu banyak orang tuh.
Peneliti : Oh oke ka. Lalu, kalau dari kakak ini, kemampuannya dalam kaitan indigo yang dimiliki kakak apa neh ka? Dani
: Kalau gua sih lebih gunain untuk pendidikan gua, gunain yang baik-baik deh, dan membantu untuk mengontrol anak-anak yang masih belom bisa ngatur kemampuan yang mereka miliki. Gua bisa pindah tempat gitu. Gua punya filosofi, kalau kita sudah menguasai tekhnologi berarti kita udah menguasai dunia
205
Peneliti : Oke ka, wawancara pendahuluannya sampai disini dulu ya, terimakasih ya ka atas waktu yang telah diberikan.
206
TRANSKRIP WAWANCARA KEY INFORMAN 1 – ANAK INDIGO 1 TIARA Sumber
: Ajeng Tiarara Rihandini
Tanggal
: 30 April 2014
Waktu
: 13.20-15.15 WIB
Tempat
: Tamini Square, Jakarta Timur. Dunkin Donut’s
Pakaian
: Atasan hitam dan celana hitam
Situasi
: Situasi tempat wawancara tidak banyak orang saat itu, peneliti dan Kak Tiara duduk bersama di satu tempat. Kita berbicara cenderung santai dan tidak kaku.
Peneliti
: Selamat siang Kak Tiara, bisa menjelaskan nama lengkap, usia, tempat tinggal, tanggal lahir, dan tempat lahirnya, ya kurang lebih latar belakang Kakak terlebih dahulu?
Tiara
: Selamat siang Michelle, namaku Ajeng Tiarara Rihandini, usia 23 tahun, tanggal lahir 21 Desember 1991. Tempat lahir di Jakarta, tempat tinggal di Jakarta, Cibubur. Agama Islam. Suku Mama Palembang Chinese, Papa Jawa. Jadinya apa tuh ya suku aku, Jawa kali ya. Hobi aku baca buku, terus apa ya..olahraga, sama ya itu sih, palingan sama masak.
Peneliti
: Saat ini kakak kuliah dimana ya?
Tiara
: Aku kuliah di Universitas MH Thamrin, tingkat akhir kaya kamu juga, lagi bikin skripsi (tertawa). Sambil kerja di shelter animal defender (klinik hewan), sebenarnya itu ada komersilnya juga kan, jadi kita buka
207
klinik, ngamen-ngamen, jual merchandise, nah aku ee..confirm di kliniknya gitu, jadi ya buat namanya sendiri shelter animal defender, tapi di situ ada kliniknya gitu. Tapi aku kerja di klinik manusia juga di satu klinik di daerah kemang juga, namanya Global Dokter Kemang. Peneliti
: Wah kesibukan kakak lumayan juga ya, tapi enak kak bisa sambil kerja.
Tiara
: Iya ini aku juga didukung kampus untungnya, karena aku ikut program khusus, jadinya aku kuliah ikutin jadwal aku aja, kadang kuliah jam ini, terus sore aku kerja. Jadi aku sepengetahuan kampus juga aku kerja, bahkan ada dosen yang minta kerjaan juga di tempat aku kerja, enaknya sambil nyambi-nyambi sih. Sekarang aku juga lagi skripsi sebenarnya, ambil penelitian tentang cairan tubuh sama makanan minuman.
Peneliti
: Kakak kedokteran ya?
Tiara
: Apa ya disebutnya, kalau kedokteran kan umum, kalau aku itu patologi, fisiologi. Jadi fokus kesananya, bukan spesialis juga, jatohnya tim medis gitu. Ya kalau dokter kan kerja di depan layar, kalau aku dibelakang layar.
Peneliti
: Menurut Kakak, pertemanan itu adalah?
Tiara
: Pertemanan buatku apa ya..kalau aku sih biasanya orang yang sudah kenal dengan aku, aku udah anggap teman, dan yang sudah berteman dengan aku, sudah aku anggap saudara, jadi ya teman itu bagian dari kehidupan kita juga. Pasti kan kita butuh teman, dan teman juga butuh kita. Semuanya juga berawal dari teman kan untuk ke jenjang berikutnya, untuk ke jenjang yang lebih apa kan pasti dari teman. Jadi teman penting untuk aku sih.
208
Peneliti
: Oke kak. Nah teman yang kakak pilih untuk penelitian ini kan Dimas (Dimas Ahmad Rianto, teman Tiara yang sesama indigo) dan Rahma ya kak, bisa diceritakan sedikit gak kak tentang mereka?
Tiara
: Aku kenal ama Dimas belum terlalu lama sih, itu dia hebatnya (tertawa). Sama Rahma juga belum lama, baru sebulan, sebelumnya yang ikut aku buat asisten cowok, cuma kurang nyaman ya kalau cowok, gimana ya. Udah gitu pacar juga bawel ya. Cowok ini sepantaran cuma beda dua tahun. Akhirnya aku cari-cari lagi dan ketemunya sama si Rahma itu.
Peneliti
: Menurut kakak keterbukaan antar teman penting gak?
Tiara
: Tergantung juga ya, tergantung keperluannya apa, tergantung dalam konteks apa, jadi ee.. ada saatnya kita terbuka sama orang lain, ada saatnya juga gak perlu. Ya semuanya ada bagian-bagiannya lah, terbukannya dalam konteks apa dan untuk apa.
Peneliti
: Terus, sejak kapan kakak tau kakak indigo?
Tiara
: Kalau indigonya, aku udah dari SD lah ibaratnya aku tau aku berbeda dengan yang lain, dan dulu lucunya pas SD aku langsung tiba-tiba taunya hal-hal diluar dugaannya doang. Awal-awal taunya bukan hanya tau mahluk astral, tapi benar-benar ngerasain yang namanya ngastral. Jadi ee..aku bisa ke dua tempat sekaligus bersamaan, awal tau langsung seperti itu. Alhamdulilah juga sebenarnya kemampuan yang aku punya juga, entah garis keturunan atau apa, indigo itu kan gak selalu berdasarkan garis keturunan. Ya..alhamdulilah juga mamaku itu ada bakat juga, udah nurun ke aku. Terus aku sekitar SMP mau masuk SMA itu tes foto aura, di situ baru benar-benar yakin di situ kalau aku punya kelebihan. Cuma udah ngeh-ngehnya sih dari SD, dan aku juga punya background keluarga yang memang ada. Mamaku juga dari awal sudah bilang kalau ini turunnya ke aku, jadi kamu beda neh, kaya gini-
209
gini, ya udah ngalir aja. Kalau misalnya ada apa-apa, maksudnya konsul lebih banyak konsul ke mama. Peneliti
: Di keluarga kakak ada berapa saudara kak?
Tiara
: Aku ada empat, sebenarnya yang satu itu saudara tiri, terus yang saudara kandung ada tiga, dan aku anak kedua. Cowok, cowok, cewek, dan cewek. Yang tiri cowok pertama. Tiri ini dari papa.
Peneliti
: Lalu di keluarga kakak gak ada masalah soal indigo ini? Sorry nih kak nanya begini.
Tiara
: Gak apa-apa. Gak ada masalah, kebetulan kakak tiri aku, dia bukan indigo, tapi dia orang yang punya bakat indera keenam juga. Entah ini bakat dari mama atau keturunan dari papa. Tapi aku sudah tau kalau kakak tiriku punya bakak indera keenam. Jadi kan, kalau orang dengan bakat indera keenam belum tentu indigo. Tetapi orang dengan kemampuan indigo sudah pasti punya kemampuan indera keenam. Kakak tiriku memang punya bakat indera keenam, jadi dia sebatas bisa ngelihat mahluk astral kaya gitu-gitu aja, jadi sering komunikasi. Cuma dua saudaraku yang lain gak ada masalah sih, mereka polos.
Peneliti
: Tapi di keluarga tidak ada masalah kan kak?
Tiara
: Enggak, bahkan aku didukung, contohnya kaya dari buku-buku bacaan. Aku selalu didukung dengan buku bacaan sama mama, ibaratnya aku ada bimbingan gitu. Lalu, jujur aja sama mama itu disediain, ya jatohnya apa ya, difasilitasin guru spiritual. Jadi kasarnya apa ya, setiap hari itu aku ngaji. Nah jadi itu yang aku bilang, mamaku itu benar-benar dukung disitu, jadi supaya aku tuh, entah namanya apa ya..sekarang kan entah pergaulan, kehidupan kan keras kaya gimana. Nah jangan salah, anak indigo juga kalau tidak bisa mengontrol dirinya jatuhnya akan negatif. Oleh karena itu aku difasilitasi sama mamaku guru spiritual, sebagai tempat aku nanya, tempat aku konsul, tempat aku
210
nanya gimana caranya perdalam kemampuan aku juga. Aku didukung banget dan dijaga juga deh sama keluarga. Peneliti
: Kemampuan kakak apa saja?
Tiara
: Untuk kemampuan ya, kalau merasakan dan melihat mahluk astral sangat peka lah aku ini. Kaya kejadian di kampus kemarin itu, netralisir orang yang kerasukan kaya begitu, ee..terus apa ya..untuk membaca masa depan itu iya, tapi memang tidak terlalu terasa. Karena aku gak punya keberanian untuk kesana, bebannya berat, belum tau kejadian tapi aku udah tau duluan, kalau misalnya aku gak kuat-kuat jatuhnya bisa gila. Itu banyak ee..diluaran sana anak indigo itu akhirnya jadi stress dan menutup diri, karena dia gak bisa kontrol dan jadi stress sendiri. Cuman untuk hal-hal yang aku kehendaki aku bisa kaya gitu. Makanya banyak juga, sebenarnya bukan konsul sih, tapi orang-orang yang sudah tau aku biasanya suka konsul gitu kan sama aku, tentang kehidupannya segala macam, oke kalau aku ada waktu, ada kesempatan ya aku bantu. Ya tapi dengan catatan itu privacy saja antara kita. Banyak kaya teman-temannya rahma (Rahma Sunarsih Tri Walidah, teman Tiara yang bukan indigo) ya, nanti rahma pasti cerita, temannya rahma itu banyak banget yang kasus-kasusnya aku bantu, banyak banget, dan itu udah lumayan bahkan teman-teman aku, saudarasaudaraku. Terus apa lagi ya..dibilang hipnotis bukan hipnotis sih sebenarnya, jadi aku memberikan sugesti saja, jadi aku berusaha menyentuh bawah alam sadarnya, ya perbatasan alam sadar dan bawah alam sadarnya, dia menyentuh itu, untuk kemudian memberikan sugesti. Makanya kenapa orang yang konsul sama aku, merasa lega apa segala macam. Yang aku lakuin sih begitu. Aku juga melakukan telepati, untuk kemampuan melihat kejadian di tempat lain aku bisa, tapi yang namanya suatu apapun kan ada kekurangan dan kelebihan, aku ngerasa kekurangan aku disitu. Prediksi iya, melihat masa lalu iya, contohnya kalau ada yang konsul, aku coba nerawang kejadian masa
211
lalunya kaya apa sih, sampai dia ngalamin kejadian ini. Biasanya kalau orang yang kerasukan, dia kan kemasukan roh atau jin, aku disitu coba komunikasi aja, untuk apa dia masuk ke tubuh teman aku, tapi kalau tanpa alasan aku masukin roh ke tubuh orang itu engga, karena buat apa juga, gak ada yang bisa diselesaikan. Aku juga bisa menggali informasi dari orang maupun benda. Alhamdulilah ya, sejak SMA aku masuk sekolah yang bisa dibilang yang jadi sasaran banyak orang, yaitu sekolah kesehatan, bisa dibilang, dari 2000 orang cuma keterima 80 orang, dan itu alhamdulilah tanpa backingan apapun, karena biasanya teman-teman aku yang masuk kesitu bukan karena kemampuan mereka tetapi karena dia punya background misalnya orang tuanya tentara atau apa, karena sekolahku dulu itu dinaungin sama angkatan darat. Nah aku gak punya background itu, nah di situ aku bisa lolos murni, di situ aja aku merasa udah apa ya..udah ngerasa oh ya ternyata alhamdulilah. Kayanya udah panggilan hati sih kesehatan, gak tau sih ya, kalau ngegali lagi soal anak indigo biasanya kalau sudah concern fokus ke satu hal dia biasanya akan kejar itu sampai selesai. Jadi aku benar-benar panggilan hati, aku sejak lulus SMP mau ke bagian kesehatan yang bisa bermanfaat bagi banyak orang, bahkan sejak lulus SMP sudah punya niat “gue gak mau kerja di klinik orang, gua mau buka klinik sendiri.”. Itu dari SMP tekadnya, sampai sekarang kuliah kesehatan terus. Nah itu aku pengen concern gimana pun caranya aku harus tekunin disitu gitu. Aku gak bisa menggerakkan benda dari jauh. Kalau komunikasi dengan Tuhan aku lebih meditasi. Aku sering melakukan meditasi, bahkan aku sering ngajarin ke orang-orang caranya meditasi bagaimana, ee..yang lucu caranya denger dari teman aku, pertama kali ngelakuin meditasi rasanya keram otak. Risman tau? Yang kemarin kita di Bekasi? Dia ya konsullah ke aku, dia lagi ada masalah segala macam, ya aku bilang, ngedekat dirilah dengan Tuhan. Kamu punya Tuhan, pokoknya gak ada masalah yang gak ada ujungnya. Dia juga kebetulan Islam, tengah malam sehabis sholat tahajud, aku ajarin meditasi, itu yang aku sebut
212
komunikasi dengan Tuhan, karena disitu segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia aku tinggalin, dan kita hanya fokus ke Tuhan. Jadi kita ee..aku benar-benar menyerahkan diri aku untuk Tuhan. Jadi ibaratnya meditasi gitu. Peneliti
: Tadi soal tes indigo dari kecil kan ya?
Tiara
: Dari kecil, terus soal foto auranya masuk SMP, karena kan untuk identifikasi anak indigo itu, untuk meyakinkannya harus foto aura. Jadi disitu kita bisa ngelihat, benar-benar terbentuk atau tidak. Indigo itu kan nila ya, perpaduan antara warna biru dan ungu, jatuhnya biru tua. Dari foto itu gak bisa dibohongin, dan kebetulan aku gak bawa foto auranya itu. Jadi kita foto pas foto, dan ada warna yang terbentuk di sekitar kepala kita. Sebenarnya aku juga mau update foto aura terbaru, gimana ya, soalnya kan untuk yang namanya aura warna indigo itu sendiri tidak akan berubah, tapi ada warna-warna lain yang berubah warnanya. Jadi sesuai dengan kondisi fisik kita, kalau kondisi fisik kita, kalau kondisi fisik dan mental kita baik warnanya akan semakin kerang. Tapi kalau menurun biasanya akan pengaruh ke warnanya, biasanya akan lebih pucet atau apa segala macam. Itu bisa untuk melihat kondisi kita semakin meningkat atau menurun. Berbeda dengan Kak Dani (Hamdani, pelopor komunitas Keluarga Indigo) ya yang menilai tidak ada aura, yang ada hanya hawa. Sebenarnya sih persepsi saja ya, kalau di persepsi Islam, disebutin sih hawa ada aura ada. Hawa itu sebenarnya sama aja sih, cuma lebih penyebutan persepsi saja sih, hawanya kayanya lagi gak enak neh, itu kan sama saja dengan aurannya lagi gak enak neh. Cuma aura kan lebih visualisasi ya, lebih dalam bentuk foto apa segala macam, itu akan keluar fotometik itu sendiri, tapi kalau hawa kan, dia hanya dalam bisa dirasakan gitu sih.
Peneliti
: Pandangan kakak mengenai indigo bagaimana?
213
Tiara
: Menurut aku, indigo apa ya..kita itu tetap sama dengan yang lain, gak ada bedanya, cuma..gimana ya..ee..intinya indigo atau bukan kita tuh sama saja, kita tuh hidup harus sama-sama punya tujuan, hanya saja, orang-orang indigo diberikan kemampuan khusus sama Tuhan dimana kita itu sebenarnya dikasih misi, entah itu apa misinya, ya misalnya contohnya seperti yang aku bilang tadi, anak indigo kalau sudah fokus sama satu hal, dia akan tekunin satu hal itu sampai bahkan sampai dia mati pun dia akan tetap concern kesitu. Ya paling kalau aku telaah, misinya sampai situ, terus misalkan, dia itu biasanya membawa misi buat dunia, kaya misalkan orang yang bisa melihat masa depan, sebenarnya dia menyimpan banyak rahasia kan buat kehidupan dunia selanjutnya. Cuma buat memandang indigo sendiri aku sih pinginnya orang-orang gak berpandangan ee..negatif gitu. Karena aku pun ngerasain dimana aku dibilang paranormal lah, itu tuh aku udah sering ngerasain kaya gitu. Dapet stigma kaya gitu tuh, kaya dari mungkin orang-orang yang baru kenal, kaya waktu aku nanganin yang kerasukan di kampus itu, semua orang ngejauh, disitu benar-benar yang nanganin yang kesurupan itu cuma aku sendiri sama pacarnya yang kesurupan itu megangin sama ada beberapa teman-teman cowoku yang megangin, aku benar-benar ngetreatment sendiri, sampai orang-orang speechless gitu, “gila dia cewek masih muda, dandanannya kan urak-urakan, ada yang bilang lebih ke metal, ada yang bilang rock n roll apa segala macam tapi kok bisa kaya begitu, ibaratnya kan kesannya mereka orang-orang yang punya spiritual yang tinggi orang-orang yang punya apa sih namanya, kelas religinya tinggi, makanya disitu aku coba nempatin diri aku masuk ke yang lain dengan gayaku yang seperti ini, gak dengan ee sosok yang nantinya orang-orang punya pandangan miring atau apa. Aku mencoba nempatin diri aku tuh ya netral. Ya teman-teman aku di situ tuh pada yang bilang “ih dia itu dukun ya, dia itu paranormal ya.”. Di situ itu aku pingin meluruskan bahwa aku itu
214
bukan paranormal, bukan dukun, bukan cenayang, anak indigo ya sama dengan orang lain, cuma dia punya kemampuan khusus aja. Gitu aja. Peneliti
: Kejadian seperti ini mulai berlangsung sejak kapan ya ka?
Tiara
: Pas SD belum ada yang terlalu memikirkan ya, baru berlangsungnya sekarang-sekarang ini, SMA, kuliah. Justru disaat
aku ingin
menunjukkan eksistensiku sebagai anak indigo, seperti saat SMA, aku nanganin orang yang kerasukan juga sama seperti d kampus, ibaratnya disana aku turut ngebantu tapi malahan dapat cibiran, dia dukun ya dia dukun ya. Yang lain itu udah pada bilang “panggil kyai.”. Untuk netralisir, maksudku tuh disitu, udah gak usah, karena aku lihat aku bisa nanganinnya. Yang lain pada tanya “loe yakin bisa gini gini?”. Disitu aku gak banyak ngomong, aku langsung kerjain, pas aku udah buktiin kalau aku bisa, udah yang lain pada speechless, yang lain lagi pada bilang “dukun ya, paranormal ya.”, ya udah apalagi jujur aja, aku memang orang pecinta warna hitam, kadang ada stigma kearah sana. Jadi kesannya mistik banget, padahal gak juga. Peneliti
: Lalu respon kakak nanggepin yang kaya begitu bagaimana?
Tiara
: Gak mau ambil pusing sih sebenarnya, cuekin aja. Karena semakin aku jelasin untuk orang awam, semakin gak ngerti kalau dijelasin. Kecuali untuk orang yang begerak di bidang itu. Dijelasin juga makin binggung, jadi ya cuekin aja. Lagian kalau kita tidak menutup diri kita pasti bisa mengikuti pergaulan, tapi kalau karena hal tersebut kita menutup diri, akan berujung jadinya stress.
Peneliti
: Kakak sejak kapan ya tergabung dengan komunitas Keluarga Indigo?
Tiara
: Belum lama sih, baru gabung tiga bulanan sih ya.
Peneliti
: Bisa kakak ceritakan sedikit tentang komunitas Keluarga Indigo ini?
215
Tiara
: Awalnya itu kita kan di komunitas komunikasinya via Whatsapp, kita buat group di Whatsapp gitu. Namun banyak orang luar yang berusaha juga
untuk
bergabung
dengan komunitas
kita,
dia
berusaha
memanfaatkan situasi dengan dia dekat dengan komunitas indigo, dengan harapan dia bisa membantu menyelesaikan problem hidup dia dan masalah dia. Jadi memang itu tuh bagian dari caranya Kak Dani. Kaya di Twitter ya, ada orang yang mencoba menyambung dengan Twitternya Keluarga Indigo, dia ngaku dia indigo, biasanya dimasukin Kak Dani ke group indigo gathering. Karena nanti kemudiannya kita mengadakan perkumpulan dan itu bebas. Gak musti anak indigo. Dari situ kita juga tahu, biasanya yang bukan indigo lama-lama akan terasingkan dengan sendirinya. Nah orang-orang yang sudah sejenis dikumpulkan di group Keluarga Indigo Indonesia. Itu udah lewat proses saringan. Banyak kasus-kasus yang memang, dia wannabe, dia terobsesi, dia ngaku-ngaku, dia merasa mirip dengan karakteristik anak indigo. Tapi dia cuma sebatas perasaan, dan dia langsung mengklaim dirinya indigo. Ada beberapa anak indigo yang langsung bisa membedakan orang itu indigo atau bukan, dan aku disitu kurang kuat, butuh konsentrasi yang kuat buat hal seperti itu. Ada satu kejadian lagi tentang satu anak SMP, dia merasa sering dejavu, terobsesi menjadi indigo, dia juga merasa banyak kemiripan dengan karakteristik anak indigo. salah satu penyebabnya ya tayangan televisi. Padahal sebenarnya dejavu itu suatu kelainan, kalau sering bahaya sebenarnya dan harus diperiksa. Dejavu itu merupakan gangguan ingatan, ada masalah di memori kita itu. Anak SMP itu merasa dia indigo, dan langsung mengganti nama di BBMnya dengan nama indigo, ketika kita sudah membawa nama indigo, itu menjadi beban yang berat, karena masyarakat sudah mulai melihat kita berbeda. Indigo itu beban yang berat karena kita bisa melihat apa yang kalian tidak lihat, astral. Yang baru tiba-tiba indigo juga gak bakalan kuat.
216
Peneliti
: Kalau kakak membantu orang, sebenarnya ada efeknya tidak untuk kakak?
Tiara
: Ada, nah itu yang membuat mama takut. Mama takut kalau aku lagi menetralisir seperti orang yang kerasukan di kampus. Ketika aku interaksi dengan mahluk gaib akan ada efeknya di aku, biasanya lemes, mual, pusing, dan istirahat seharian ini semua baru ilang. Ketika aku mengerjakan seperti ini ada energi yang keluar dari aku, dan ini yang berefek ke aku. Di saat seperti ini cuma mama yang bisa buat aku sembuh, tukang urut manapun gak mempan, cuma mama aja. Mama pegang tangan aku, kadang mama sampai nangis, mama suka suka bilang jangan lagi, karena mama kasihan dengan aku. Ketika aku ngeberesin yang kerasukan, mahluk halus itu bisa ada lima lebih, dan bahaya untuk aku. Aku selalu ingetin mamaku kalau aku bisa jaga diri.
Peneliti
: Secara umum ya ka, apakah ada perbedaan komunikasi kakak dengan sesama indigo dan bukan indigo?
Tiara
: Jelas ada, dan pasti dalam segi keterbukaan tadi kalau kita ketemu sesama indigo, yang dibicarakan adalah hal-hal yang menyangkut ee..bisa aku bilang misi rahasia. Biasanya kaya tadi, kita mencoba membaca masa depan, mencoba menerawang suatu kejadian, misalnya kejadian kecelakaan, orang sakit. Itu kita lakukan karenakan kita sesama indigo. Jadi kalau ngobrol hal itu cocok, nyambung. Tapi kalau misalnya yang bukan buat apa, dia binggung. Ya aku netral, kalau lagi sesama bahasannya nyerempet ke arah indigo, kalau yang bukan sebatas biasa aja. Kecuali kalau keperluan konsultasi, dalam konteks privasi. Aku baru gitu, jadi terbukalah sama dia, kalau dia minta baru aku jelasin, kalau dia gak minta ya enggak. Kalau untuk pertemanan ya aku lebih memilih ke sesama, karena batinnya lebih nyambung, kaya aku ama dimas itu belum ketemu, tapi aku udah tau dia, udah kenal dia, bahkan kadang aku mimpiin dia, itu aku menganggapnya dia sengaja
217
datang ke mimpi aku, dalam konteksnya aku berasa dia udah dekat sama aku, dan dia juga gitu kaya misalkan diantara anak-anak lain, yang dia kenal, ee..termasuk yang dia belum ketemu ya, tetapi yang paling dia kenal itu ya aku, dan Kak Dani lah. Aku merasa kalau dengan sesama itu kita kaya punya visi misi, punya arah dan tujuan, punya hal yang ingin dicapai, kalau ama yang bukan ya fun-funnya aja, kalau dengan sesama lebih ada manfaatnya sih. Kalau aku lebih seperti itu. Peneliti
: Masyarakat itu sendiri juga suka minta tolong ke Kakak, dalam konteks kemampuan kakak?
Tiara
: Iya, banyak yang minta tolong, sebenarnya kadang cape, karena banyak yang tengah malam masih konsul. Cuma selagi bermanfaat buat orang lain, aku sih mencoba membantu.
Peneliti
: Kata kakak tadi kan Dimas dan Rahma kenalnya juga baru beberapa bulan berarti kakak udah percaya banget ya sama mereka sebagai teman?
Tiara
: Ya Dimas kan aku ketemunya di komunitas, ibaratnya kita punya persamaan kemampuan, dan jadi kaya keiket sendiri. pasti bisa ngerasain lah kalau begitu ada tarikan yang lebih kuat. Kalau rahma kaya ada berbagai macam pertimbangan aku, makanya dia ikut aku, makanya aku percaya sih. Aku orangnya kalau sudah memilih berdasarkan berbagai macam pertimbangan.
Peneliti
: Sekarang aku mau lebih membahas tentang teman kakak Rahma yang bukan indigo ya ka, kenalnya sejak kapan sih ka?
Tiara
: Kenalnya sih lebih tepatnya sebenarnya pas banget satu bulan yang lalu, karena itungan dia ikut kerja sama aku ya pokoknya aku ingetnya dia gajian tanggal 3 nanti, ya hampir satu bulan sih ini. Cuma udah
218
dekat aja, ya sejauh ini aku nyaman, yang aku liat kedepannya aku juga nyaman. Peneliti
: Perkenalan dengan Rahma pertama kali bagaimana?
Tiara
: Jadi waktu itu aku pasang iklan mencari asisten gitu, dan Rahma ngehubungi aku. Pada awalnya rahma ngehubungi agak tengah malam, entah via email atau sms, berkali-kali, mungkin karena aku gak respon. Sampai aku bilang, tahu waktu gak sih, ee..nanya kerjaan boleh tapi jangan mengganggu di waktu-waktu gak tepat, aku bilang kaya gitu, waktu itu aku memang agak marah sih. Rahma itu bantu aku di kampus, pada saat aku penelitian. Untuk membantu aku juga yang lagi skripsi, misalnya aku udah kelar skripsi, dia yang mondar mandir kesana kemari. Ya dia pokoknya ikut sama aku.
Peneliti
: Menurut kakak kesan kakak terhadap Rahma gimana?
Tiara
: Menurut aku sih orangnya baik, orangnya dia itu, ee..apa ya..prihatin, dia sosok yang prihatin, aku bisa lihat dari dia sekolah, maksudnya dia tetap mau cari tambahan apa segala macam, dari situ aku lihat dia sosok yang prihatin. Kerja keras, karena kan gak banyak anak seumuran dia yang abis sekolah langsung kerja, walaupun cuma ikut aku sebatas ngedampingin aku, ngurusin kebutuhan aku selama di kampus, apalagi aku lagi penelitian seperti itu. Dia orangnya baik sih, perhatian banget sama aku, bahkan lebih perhatian daripada pacar sendiri. Kadangkadang “Ci udah makan belum? Jangan lupa makan ya”. Dia selalu ngucapin untuk selamat beraktifitas, dan aku lihat dia tulus. Dia perhatiannya aku ancungin jempol. Bukan dibuat-buat, atau karena satu alasan. Kalau misalnya aku bilang Rahma gak usah datang dulu ya, aku lagi ada kerjaan. Itu malahan dia yang minta-minta maaf, maaf ya kalau kerjaan aku belum bagus, kalau aku ee..kerjaannya gak bagus tegor aja. Anaknya juga lucu.
Peneliti
: Kakak udah seberapa dekat dengan Rahma? 219
Tiara
: Dia udah aku anggap adik sendiri sih ya, kaya yang tadi aku bilang, awal segala sesuatunya kan teman, di situ aku ngerasa dia nyaman, apalagi dia sekarang konteksnya sebagai asisten aku, ngedampingin aku segala macam, jadi ya aku buat suasana senyaman mungkin, gimana dia nyaman kerja sama aku apa segala macam. Dia udah aku anggep kaya adik sendiri sih, udah kaya sahabat, pokoknya kalau aku udah nganggap orang kaya sahabat itu aku anggep dia juga udah kaya keluarga.
Peneliti
: Ada kesamaan gak sih antara kakak dan Rahma?
Tiara
: Mm..apa ya..kesamaan kerja keras kali ya, ya aku lihat dia kerja keras, aku lihat dia juga dengan sosok yang sama, jadi aku juga saling tau aja. Lebih ke kesamaan sifat aja.
Peneliti
: Seberapa sering sih ketemu Rahma?
Tiara
: Hampir setiap hari pokoknya setiap aku di kampus. Tapi kalau aku gak di kampus ya enggak, kalau aku suruh dia ke shelter itu kesian terlalu jauh, jadi aku lihat batasnya dia aja sampai mana.
Peneliti
: Komunikasi dengan Rahma biasanya lewat apa?
Tiara
: Whatsapp, telepon.
Peneliti
: Oh, suka teleponan?
Tiara
: Iya dia kadang, kaya waktu itu kan kebetulan kakeknya baru habis berpulang, dia nelepon aku. Untuk ngabarin hal yang urgent sih lebih sering nelepon, cuma biasanya selalu whatsapp.
Peneliti
: Pernah ada konflik gak ama Rahma?
Tiara
: Belum ya.
Peneliti
: Topik pembicaraannya biasanya seputar apa sih ka dengan Rahma?
220
Tiara
: Biasanya seputar kerjaan, kaya aku minta Rahma, yang menyangkut kebutuhan aku, basic pekerjaan dia. Mungkin yang melenceng itu kaya dia ngenalin aku ke temannya, temannya yang lagi punya problem keluarga atau percintaan. Itu banyak yang dikenalin Rahma sama aku. Bahkan waktu itu pernah lucu, Rahma cerita sama aku temannya lagi punya masalah segala macam, terus apa namanya..Rahma pamit ke aku mau ngenalin temannya sama aku, aku iya ngijinin, akhirnya Rahma sama temannya datang ke kampusku dua orang, rumahnya dari Bekasi, dan benar-benar datang ke kampus aku. Terus ya udah, Rahma lumayan jadi perantara juga, aku bilang aku membuka diri aku selagi aku bermanfaat bagi orang lain. Ya kalau orang membutuhkan aku dalam konteks apa yang penting dia niatnya baik tulus bukan untuk hal-hal yang lain, ya aku akan niat bantunya. Tapi kalau misalkan niatnya dia buruk atau apa segala macam aku enggak. Rahma juga suka cerita keluarganya, percintaan juga, dianya sih yang terbuka banget sama aku.
Peneliti
: Niat baik atau buruknya orang itu kakak bisa tau?
Tiara
: Bisa, kebaca aja.
Peneliti
: Kalau dari sisi kakak ke Rahma, topik pembicaraannya apa?
Tiara
: Aku ke Rahma ya itu tadi kalau menyangkut kemampuan indigoku, selagi dia gak tanya ya aku gak bakalan bahas. Kalau dia tanya ya oke aku akan bahas. Tapi kalau dia gak tanya, oke aku gak akan membuka obrolan yang mengarah kesana. Ya diluar itu biasa konteks kerjaan. Aku gak cerita ke dia tentang keluarga, paling suka sharing aja sih, sharing cari cowok, lebih ke bagi informasi aja sih. Memang lebih banyak Rahma yang cerita ke aku.
Peneliti
: Kakak sejak kapan kasih tau ke Rahma kalau kakak indigo?
Tiara
: Dari dia ikut gabung, dia sebenarnya udah aneh sama aku, aneh dalam arti, apa ya namanya..aku sebenarnya sih iseng aja, kaya misalkan, dia
221
nunjukin foto, “ci aku lagi deket neh sama ini.”. Aku sebenarnya ngomongnya biasa aja sih sambil becanda aja, gak nunjukkin kalau serius, aku bilang dia kan orangnya gini gini. Kata Rahma kok cici bisa tahu dia begini begini. Kataku kenapa emangnya. Kata rahma, engga kok bisa tahu gitu ibaratnya kerjanya apa, orang apa, sifatnya kaya gimana, wataknya kaya gimana, isi pikirannya ke Rahma kaya gimana. Itu dia merasa semua yang aku cerita cocok. Dari situ dia nanya-nyanya kok bisa begitu sih, dan kejadiannya juga bukan sekali dua kali gitu. Dari situ aku bilang kalau aku memang beda, karena namanya rahma ikut aku pasti nanti akan ada kejadian-kejadian dan Rahma akan tau. Lagian Rahma orang yang cukup dekat sama aku untuk kedepannya, jadi aku berusaha membuka diri gapapa. Gak dari awal sih ya, udah pertengahan. Menurut aku, indigo aku itu bukan suatu kerahasiaan, jadi aku ceritakan ke Rahma. Peneliti
: Seberapa banyak sih yang kakak kasih tau ke Rahma terkait indigo kakak? Apakah sudah sampai ke intinya atau hanya lapisan luarnya saja?
Tiara
: Sebenarnya sih cuma sebatas ee..lebih ke kalau dia nanya. Dia nanya apa, jadi dia juga bisa narik kesimpulannya sendiri, kalau aku punya kemampuannya apa-apa-apa. Jadi sebenarnya sih kalau soal dia lebih nanya apa, aku jawab, aku respon lah. Sampai aku mensugesti temannya, sampai hatinya benar-benar bisa plong gitu. Terus juga udah gak kaya dulu lagi lah. Makanya Rahma juga bilang kan “Baru cici yang bisa bikin temen aku kaya gini, aku aja yang udah sahabatan tiga tahun ngomong gak pernah didengerin.”. Aku ketawa-ketawa aja disitu, Rahma nanya-nanya memangnya diapain sih. Aku jawab gak diapaapain. Sampai temannya ngepost di twitter, “hidupku jadi terasa lebih lega..” apa segala macam. Ya aku kasih sugesti aja sih ke dia. Ya itu tadi sambil menyentuh perbatasan alam sadar dan bawah sadar. Aku itu banyak banget ngurusin orang putus cinta, banyak banget yang datang
222
ke aku, bahkan bukan soal cinta doang, temannya mama ada yang datang ke aku. Ya jadi mama gimana ya, karena tau anaknya kaya gini, teman-temannya dekat disuruh datang aja ke aku. Akhirnya Whatsappan ama aku, curhat suaminya, nanya saran segala macam. Ya ampun udah gede-gede udah punya anak datang ke aku. Sampai ada temannya kakaknya Rahma dia di Pontianak, sampai buru-buru pulang ke Jakarta, karena dia baru dapat sugesti dari aku lewat BBM aja hatinya sudah tergerak, bisa berubah pikiran 180 derajat, terus dia benar-benar ee.. “kak aku Juli pulang lho, nanti ketemu ya.”. aku jawab iya boleh, kalau nanti waktunya sama-sama cocok udah ketemu aja. Peneliti
: Alasan kakak membuka diri soal indigo ke Rahma kenapa kak? Selain alasan yang tadi, ada lagi tidak?
Tiara
: Ya karena Rahma bakalan sama aku terus dan dalam waktu dekat juga aku bisa ada meet and greet sama komunitas itu lagi, itu pasti kalau di sela-sela Rahma lagi ikut aku, aku pasti akan ajak, Rahma harus tau dan selagi itu bermanfaat aku gak masalah.
Peneliti
: Kalau begitu, alasan kakak gak cerita ke Rahma soal keluarga segala macam kenapa? Kenapa hanya bercerita sebatas yang Rahma tanya?
Tiara
: Kalau untuk keluarga sih sebenarnya dalam konteks apa dulu, karena kan sebenarnya gak ada yang perlu diceritain. Kalau ada masalah entah di keluarga atau dimana aku lebih suka meditasi berdiam diri, ketimbang datang ke orang lain. Karena aku mikir, orang lain aja datang ke aku, aku mau cerita untuk apa. Cuma untuk ngebuka aib doang? Kan enggak, makanya aku lebih memilih merenungkan, berdiam diri.
Peneliti
: Lalu respon Rahma waktu tau kakak indigo bagaimana pertama kali?
Tiara
: Gak nyangka sih bisa ketemu aku dia bilang, karena pertamanya ketemunya lucu, seperti yang tadi aku bilang. Dari kejadian awal yang
223
aku agak marah itu, disitu jadi bahan cerita gitu, pas udah mulai ikut kerja sama aku, “iya aku pernah dimarahin ama cici waktu pertama ngelamar.”. Ya di situ ibaratnya aku gak liat siapa orangnya, itu kalau misalkan mau nanya oke, cuma liat waktu. Disitu aku agak marah, dan dia gak nyangka bisa ketemu aku. Lumayan banyak membawa perubahan juga buat dia, dia juga disitu banyak konsul hal-hal pribadinya dia lah. Peneliti
: Hal positif dalam pertemanan dengan Rahma apa?
Tiara
: Baik sih, aku jadi lebih, kan karena perbedaan usia aku ama Rahma agak jauh, jadi lebih dapat gambaran mengenal orang dengan perbedaan yang lebih jauh, kan kita kebanyakan lebih temanan dengan orang yang seusia kita ya. Dengan kenal sama Rahma aku juga jadi tau orang-orang yang seumuran sama Rahma, jadi lebih nambah keluasan pergaulan aku, gak hanya dengan yang sebaya juga dengan yang lebih muda.
Peneliti
: Ada hal negatif gak dalam pertemanan dengan Rahma ?
Tiara
: Semuanya namanya sesuatu kaya kutub ya, ada positif ada negatif, jadi pasti ada, cuma ee..gimana kita nanggepinnya aja, tapi sejauh ini sih belum ada masalah, cuma mungkin bakalan ada dan bagaimana kita ngeresponnya aja sih.
Peneliti
: Alasan Kakak membawa Dimas dan Rahma untuk dibahas di penelitian ini kenapa? Melihat waktu perkenalan kakak dengan Rahma baru terhitung sebentar?
Tiara
: Sebenarnya banyak sih temanku, kalau yang sesama tadinya aku mau bawa yang namanya Dirga, cuma melihat waktu, tempat akhirnya aku membawa Dimas dan Rahma. Teman aku kebanyakan cowok sebenarnya.
Peneliti
: Harapan hubungan Kakak dengan Rahma kedepannya?
224
Tiara
: Ya..supaya bisa sama-sama saling nyaman, saling memberikan manfaat, aku inginnya seperti itu. Karena kan intinya Rahma bekerja dengan aku bukan hanya Rahma butuh aku, tapi aku juga butuh Rahma. Jadi sama-sama saling memberikan arti lah, aku anggap Rahma bukan sebagai asisten tapi sebagai teman, ya mudah-mudahan sih kedepannya bisa jadi makin baik saja.
Peneliti
: Oke sekarang lanjut aja ya kak ke Dimas, Kakak sejak kapan kenal dengan Dimas?
Tiara
: Ya itu tadi, sejak dua bulan yang lalu. Semejak aku gabung dengan komunitas. Karenakan sebenarnya sulit juga gabung dengan komunitas kaya gitu. Kaya sebenarnya di twitter banyak kan komunitas indigo seperti itu, cuma aku gak ada ketertarikan batin untuk kesana. Jadi lebih ngerasa cocok dengan Kak Dani dan group.
Peneliti
: Perkenalan pertama kali dengan Dimas bagaimana kak?
Tiara
: Di group sih, pertama kali aku dimasukin ke group itu saling sapa saling ngobrol. Biasanya di group indigo gathering itu kita biasanya ngobrol, di ceng-cengin segala macam, sampai akhirnya aku di join ke group yang saringan, yang keluarga indigo indonesia. Sempat aku ngalamin yang namanya proses seleksi sama Kak Dani, sempat kirimkiriman voice note juga, sampai Kak Dani nyatain aku masuk ke group yang itu. ya disitu yang paling aktif ngerespon ya aku, Dimas, Kak Dani. Ya mungkin faktor umur produktif juga ya, karena di group indigo itu ada anak kecil, ada nenek-nenek, lagipula mungkin itu usiausia yang memang suka main gadget segala macam.
Peneliti
: Kesan pertama tentang Dimas?
Tiara
: Dia itu orangnya asik, menyenangkan, dan aku merasa dia memang sejenis, jadi aku udah ada feel nyaman sama dia, faktor kesamaan juga. Bahkan kemarin pada saat dia gak datang gathering yang kemarin itu
225
aku sempat ngambek ke dia, aku bilang “loe kenapa gak dateng kemarin itu? Padahal kita udah ketempat loe di Bekasi?”. Dimasnya bilang “Iya kak, gak bisa kak, maaf kak.” ya gitu gitu gitu deh. ngerasain feelnya tuh udah dapat Peneliti
: Menurut kakak, kakak sudah seberapa dekat dengan Dimas?
Tiara
: Seberapa dekat sih untuk komunikasi jarak jauh sih lumayan, intens banget enggak mengingat kesibukan masing-masing, dia lagi ujian segala macam, aku yang kerja segala macam.
Peneliti
: Biasa komunikasi kakak komunikasi dengan Dimas lewat?
Tiara
: Lewat Whatsapp.
Peneliti
: Sudah ada konflik belum dengan Dimas?
Tiara
: Belum.
Peneliti
: Topik pembicaraan dengan Dimas seputar apa?
Tiara
: Topik pembicaraan biasanya seputar yang di group, seputar indigo. Paling komunikasi biasa, pertemanan biasa. Aktif di BBM di Whatsapp. Kaya kemarin dia ujian, aku berusaha support dia apa segala macam.
Peneliti
: Kakak cerita tentang keluarga, teman ke Dimas?
Tiara
: Enggak, aku sama Dimas memang tidak membahas konteks keluarga, lebih fokus ke pertemanan indigo. Kaya waktu itu, waktu gathering kemarin, kan Dimas gak ikut. Dimas hubungin aku, nanya ngomongin apa aja waktu kemarin kumpul, ngomongin masa depan gak? Pokoknya dia yang ngebahas karena dia kan gak ikut kemarin itu. lalu aku balesnya tuh, gak terlalu concern kesana Dim, karena kita kan datang kesitu kebetulan ada yang bukan indigo, ada dua mahasiswi yang sedang buat skripsi, aku nerangin kamu pada saat itu. Jadi gak terlalu fokus yang benar-benar buat misi kita. Dia itu penasaran membahas
226
tentang apa. Jadi keterbukaan dirinya sebatas indigo, karena ada kesamaan diantara aku ama Dimas. Peneliti
: Hal positif dalam pertemanan dengan Dimas?
Tiara
: Menambah pertemanan yang sesama anak indigo sih ya, jadi kan lebih banyak informasi juga yang aku dapat, dari dimas dan nyambung silahturahmi juga. Teman ngobrol membahas indigo juga, karena nyambung sama dia.
Peneliti
: Hal negatif dalam pertemanan dengan Dimas?
Tiara
: Belum ada sih ya. Jadi kan kita memang berusaha menciptakan situasinya yang positif.
Peneliti
: Harapan kedepannya untuk pertemanan dengan Dimas?
Tiara
: Sebisa mungkin saling memberikan manfaat, apalagi sesama gitu punya misi yang nantinya bermanfaat besar untuk lingkungan yang lebih luas. Nantinya pun kalau akan bekerja sama dengan pihak-pihak lain, tapi bukan untuk kepentingan pribadi orang lain, melainkan bermanfaat untuk masyarakat luas.
227
TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN 1 – TEMAN SESAMA INDIGO TIARA Sumber
: Dimas Ahmad Rianto
Tanggal
: 30 April 2014
Waktu
: 09.35-10.45 WIB
Tempat
: Bekasi Cyber Square, Bekasi Barat. McDonalds.
Pakaian
: Kaos coklat, celana jeans selutut, dan sepatu.
Situasi
: Peneliti melakukan wawancara setelah Dimas makan pagi. Situasi di McDonals tersebut cukup ramai. Dimas terlihat ramah sejak awal pertemuan dengan peneliti.
Peneliti
: Selamat siang Dimas, kamu bisa perkenalkan diri kamu? Nama lengkap, usia, tanggal lahir, tempat lahir, dan tempat tinggal sekarang.
Dimas
: Iya, nama saya Dimas Ahmad Rianto. Umur 18 tahun lebih 4 bulan (tertawa). Tanggal lahir 18 Januari 1996 lahir di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta (tertawa). Tempat tinggal sekarang di perumahan Galaxy.
Peneliti
: Lalu, kamu jurusan IPS kan? Sekolahnya dimana?
Dimas
: Di SMA Sudirman, kelas 3 SMA.
Peneliti
: Wah kamu udah nentuin masuk kuliah ke mana?
Dimas
: Maunya sih Universitas Indonesia kak, tapi masih binggung jurusan komunikasi atau musik.
Peneliti
: Agama islam? Suku kamu?
Dimas
: Iya kak, Jawa, papi mamiku juga Jawa. 228
Peneliti
: Hobi kamu?
Dimas
: Hobinya main musik, drum.
Peneliti
: Belajar sendiri atau les drumnya?
Dimas
: Belajar sendiri, awalnya aku disaranin untuk les, tapi aku les cuma sebentaran doang, males, lebih enak ngembangin diri sendiri. Aku punya Band dari SD 5 band, kalau dari SMP ada 3 band, SMA ada 2 band. Aku bisa main semua alat musiknya.
Peneliti
: Menurut kamu pertemanan itu apa?
Dimas
: Pertemanan itu adalah sebuah hubungan yang, sebuah hubungan dimana ada hubungan antara dua individu yang saling membutuhkan dalam keadaan susah atau pun senang.
Peneliti
: Lalu, sejak kapan kamu kenal dengan Kak Tiara?
Dimas
: Sejak belum ada dua bulan, tiga bulan.
Peneliti
: Wah belum terlalu lama ya, lalu ketemunya bagaimana?
Dimas
: Belum pernah ketemu. Kenalnya dari komunitas Keluarga Indigo itu.
Peneliti
: Kamu ikut komunitas itu sejak kapan?
Dimas
: Sejak kelas 1 SMA, sekitar tahun 2012.
Peneliti
: Acara Trans TV kamu ikutan?
Dimas
: Enggak, sempat diajakin, waktu itu ada acara di Metro TV. Tapi aku enggak bisa hadir.
Peneliti
: Perkenalan kamu dengan Kak Tiara kan bisa dibilang baru sebentar banget neh, tapi sebagai temen kamu udah merasa dekat belom dengan Kak Tiara?
Dimas
: Udah berasa dekat (mengangguk). 229
Peneliti
: Kamu sering ngobrol dengan Kak Tiara?
Dimas
: Jarang sih, tapi sekalinya ngobrol kaya kakak adik deh.
Peneliti
: Perkenalan kamu pertama kali dengan Kak Tiara seperti apa?
Dimas
: Kan komunitas Keluarga Indigo ada di group whatsapp gitu, waktu itu Kak Dani (Hamdani, pelopor komunitas Keluarga Indigo) buat group baru untuk komunitas Keluarga indigo. Nah disitu jadi saling nyautnyaut. Pertama-tama saling nyapa, halo dimas, halo Kak Tiara, seperti itu sih. Sehabis itu berlanjut jadi ngobrol-ngobrol deh.
Peneliti
: Selama pertemanan kamu, kesan kamu ke Kak Tiara seperti apa?
Dimas
: Kak tiara orangnya baik, kaya penuh, kaya punya rasa keibuan, ibaratnya jadi seperti kakak buat aku kalau aku salah dinasihatin kaya gitu.
Peneliti
: Seberapa dekat sih kamu dengan Kak Tiara?
Dimas
: Dibilang dekat sih gak seberapa dekat, tapi secara komunikasi enak, jadi sekali ngobrol bisa lama. Kak Tiara itu keibuan, kata-katanya enak untuk didengar kalau nasihatin. Bisa dibilang itu kelebihan Kak Tiara.
Peneliti
: Aku mau tau, seberapa sering sih kamu ngobrolnya sama Kak Tiara?
Dimas
: Jarang kak, gak bisa dihitung berapa kalinya, tapi sekalinya ngobrol memang lama banget sih.
Peneliti
: Selama 2 bulan kamu temanan sudah ada konflik belum?
Dimas
: Belum.
Peneliti
: Biasanya berhubungan via apa?
Dimas
: BBM dan twitter.
Peneliti
: Biasanya topik pembicaraan kamu sama Kak Tiara seputar apa?
230
Dimas
: Ya tentang mayoritas sih kalau ada pertemuan kita-kita neh, indigoindigo, gini gitu, nah kamu bisa kapan, tempatnya, gitu-gitu deh.
Peneliti
: Kalau secara topik personal, ada tidak yang kamu ceritakan ke Kak Tiara?
Dimas
: Pasti ada dong, tapi bahasannya seputar temanku dan memang agak personal, aku juga cerita masalah aku.
Peneliti
: Cerita kamu ini hanya bagian luarnya saja atau sudah sampai masuk ke bagian dalam?
Dimas
: Hanya bagian luar sih, belum terlalu intinya.
Peneliti
: Kak Tiara juga cerita apa gak ke kamu? Atau banyakan kamu yang cerita?
Dimas
: Mm..lebih banyak aku yang cerita sih, Kak Tiara lebih banyak mendengarkan atau menasihatkan aku sih. Biasanya ceritanya seputaran indigo kalau Kak Tiara, seputaran yang ada di group saja. Aku sama Kak Tiara belum pernah ketemu, jadi memang belum terlalu mengenal satu sama lain.
Peneliti
: Kan kamu baru dua bulan neh kenal sama Kak Tiara, lalu kenapa kamu bisa cerita ke Kak Tiara soal masalah kamu seperti yang tadi kamu bilang?
Dimas
: Kalau aku sih, biasanya kalau orangnya enak diajak ngobrol aku bisa cerita gitu. Aku juga percaya untuk cerita ke Kak Tiara gitu.
Peneliti
: Oke, kamu sejak kapan tau kamu indigo?
Dimas
: Aku dari aku (berpikir) TK.
Peneliti
: Pertama kali itu kenapa kamu bisa tau kamu indigo?
231
Dimas
: Waktu itu, lagi berkunjung eh ziarah ke makam Eyang aku liat banyak, kok ada ini ada ini ini ini. Kata mamaku “kamu apaan sih nak, jangan nakut-nakutin,” gitu. Kataku “Enggak beneran mak, aku liat ini palanya gak ada, ini gak ada, itu gak ada.”. Terus kata saudaraku yang bisa lihat “Emang beneran tante, aku juga lihat. Yang Dimas omongin memang ada semua disitu.”. Terus abis itu langsung nyadar gitu, kalau anakku bisa gitu.
Peneliti
: Memang dari keluarga sudah ada turunan ya?
Dimas
: Memang dikeluargaku mayoritas bisa sih, banyak yang bisa.
Peneliti
: Coba bisa diceritain gak siapa aja yang dari keluarga kamu memang bisa?
Dimas
: Adik, ibu, sepupu, bude, tante, anaknya tante, banyak banget deh pokoknya, kakek juga, buyut juga.
Peneliti
: Kamu pernah tes gak ke ahli atau psikolog terkait indigo kamu?
Dimas
: Ke ahli sih pernah, tapi ke psikolog belum.
Peneliti
: Tes apa waktu ke ahli? Dan kapan?
Dimas
: Waktu itu sih memang dites kemampuan dasar indigo doang, ngerasain, ngelihat, dan ternyata memang dikualifikasi sebagai indigo. Tesnya waktu kelas 3 SD.
Peneliti
: Kemampuan indigo kamu apa saja ya?
Dimas
: Bisa mendeteksi, telepati, kejadian berlangsung di tempat lain tapi kadang-kadang doang, memprediksi sesuatu, menggunakan roh orang, bisa mengetahui masa lalu orang lain bisa, sugesti, dan komunikasi dengan Tuhan. Aku juga bisa ngelihat masa depan walaupun sedikit lah, terus bisa tau sifat orang.
Peneliti
: Cara kamu taunya seperti apa sih memang? 232
Dimas
: Aduh, itu gimana ya (tertawa), kalau aku sih dengan gimana ya..aku gak bisa dengan sekali lihat langsung tahu. Jadi aku musti lihat fotonya dulu nanti kalau misalkan aku sudah tenang nanti baru kebayang sifatnya seperti apa. Aku belum seperti Kak Hamdani gitu-gitu sih.
Peneliti
: Oh kamu kenal dengan Kak Hamdani? Sering ketemu dengan Kak Hamdani?
Dimas
: Sering kalau Kak Dani mah, pertama kali kenal malahan dia. Aku suka dadakan jalan sama Kak Dani. “Dim dimana? Main yuk.” Nah abis itu kita main deh. Justru aku jarang banget ketemuan sama komunitas Keluarga Indigo, suka berhalangan hadir. Tapi kalau sama Kak Dani sering.
Peneliti
: Lalu soal komunikasi dengan Tuhan? Seperti apa bisa dijelaskan?
Dimas
: Lebih pakai hati sih, kalau sholat kaga nyambung, nah justru itu yang aku agak binggung. Awalnya aku gak tau apa-apa tiba-tiba di hati ada yang ngomong, “Aku Tuhanmu, kembalilah kepadaKu, jangan bergantung kepada yang lain.”. Aku binggung, kok Tuhan bisa ngomong lewat hati. Ya aku namanya masih bocah, tantangin balik lah. “Maaf, memang benaran Tuhan, kalau boleh itu aku minta bukti, tolong minta petir disitu.”. Tiba-tiba ada petir disitu. Akhirnya aku jadi gak main-main lagi, percaya aja deh.
Peneliti
: Pandanganmu tentang indigo seperti apa?
Dimas
: Menurut aku indigo itu adalah suatu kelebihan yang diberikan oleh Yang Mahakuasa, bukan untuk ditakutin atau bukan untuk dihilangin, tetapi justru harus disyukurin. Karena belum tentu semua orang bisa punya itu, karena itu adalah sebuah gift dari Yang Mahakuasa menurut aku.
Peneliti
: Menurut kamu hal positif dalam pertemanan kamu dengan Kak Tiara selama ini apa? 233
Dimas
: Hal positifnya banyak sih, salah satunya bisa nambah kerabat dan nambah temen cerita.
Peneliti
: Hal negatif pertemanan kamu dengan Kak Tiara?
Dimas
: Belum ada, belum ada konflik (tertawa). Pasti yang mau dibahas itu ya ka (tertawa)?
Peneliti
: Tapi lucu juga lho, Kak Tiara bisa pilih kamu untuk penelitian ini, berarti dia percaya ama kamu (tertawa).
Dimas
: Mungkin, hubungan sibling gitu Kak (Tertawa).
Peneliti
: Lalu harapan kedepannya hubungan kamu dengan Kak Tiara?
Dimas
: Ya bisa lebih baik, gak ada negatifnya, kalau bisa saling membantu walaupun dalam senang susah sedih, saling menasihatin, saling membutuhkan lah ibaratnya.
Peneliti
: Waktu itu aku pernah nonton tayangan Metro TV Sudut Pandang, yang ada Kak Daninya. Disitu Kak Dani bilang, kalau bersama komunitas merasa lebih nyaman, menurut kamu gimana?
Dimas
: Iya, sama, bener. Emang bener kak, kompak lah Kak ibaratnya.
Peneliti
: Kompaknya seperti apa bisa kamu ceritain gak?
Dimas
: Waktu itu pernah ada kejadian kak, karena aku jarang ikut gathering sama komunitas aku jadi paling inget kejadian itu. Jadi waktu itu ada orang, ada tetanggaku dateng, memang tetanggaku dulu itu sering serang-serangan ama keluargaku, ibaratnya dia iri lah ama keluargaku. Nah aku bilang ama Kak Dani, “Kak, kayanya aku kenal orang itu deh Kak”. “Emang siapa Dim?”. “Oh, iya, tetanggaku tuh Kak yang katanya ibuku suka isengin keluargaku baik secara gaib maupun engga gitu.”. Terus kata Kak Dani “Udah tenang aja Dim, gak bakalan nyerang”. Terus yang lain nyaut “Udah tenang aja dim, orang itu gak bakalan
234
macam-macam.”. Jadi ibaratnya kita semua ngelindungin kok. Ya udah gak apa-apa deh. Jadi kaya terkoneksi gitu, satu tau semua tau, padahal cuma ngomong sekali doang. Nah ini dia neh, baru namanya komunitas, solid gitu ibaratnya. Peneliti
: Kamu sendiri merasa lebih nyaman dengan di komunitasmu atau di teman-teman biasamu?
Dimas
: Sama sih sama-sama nyaman, tapi kalau disuruh pilih, agak binggung sebenarnya, karena semuanya sahabat. Tapi jujur kalau jarak kelebihannya sedikit, aku lebih memilih teman-teman bukan indigoku.
Peneliti
: Oh begitu. Lalu teman-teman indigomu tahu tidak kalau kamu itu indigo?
Dimas
: Tahu.
Peneliti
: Lalu respon temanmu?
Dimas
: Malah bagus, teman-teman aku kalau ada apa-apa, kalau ada masalah malahan cerita ke aku, kalau ada ngerasa “Hei, gua ada masalah neh, tolong bantuin dong.”, kaya begitu.
Peneliti
: Biasanya kamu membantu dengan cara seperti apa?
Dimas
: Dengan caraku, cara indigo (tertawa). Misalnya waktu itu ada kerja kelompok sama temanku. Nah ibu temanku marah-marah, “Kamu pulang malam-malam, bilang kerja kelompok.”, intinya kaya dicurigain begitu deh. Temen aku bilang sama aku, “Mas, ini mamaku kok seperti ini sih, tolong dong bantu aku supaya mamaku gak marah-marah, aku gak bisa mikir kalau mamaku marah-marah.”. “Ya udah tenang aja, kamu pulang aja 15 menit lagi, nanti ibumu juga adem kok.”. Eh dia balik, “Kok bisa kamu Mas?”. Ya udah lah. Ini sering terjadi kok. Jadi, dia bilang ke aku kalau begini begini begini, nah aku kaya bilangin ibunya, ibaratnya mensugesti pikiran ibunya, “sabar, anakmu tidak
235
seperti yang kamu pikirin kok, anakmu gak kenapa-kenapa.”. Selain itu juga paling banyak teman itu nanya “Eh, gua sama cewek ini cocok apa gak”, aku udah kontak jodoh aja. Nah aku akan jawab apa adanya “Yah, sekarang sih gak apa-apa, tapi hati-hati nanti kalau sudah kuliah, dia bakalan punya cowok lagi.”. Peneliti
: Itu ditanyain dari teman yang gak dekat sampai yang dekat?
Dimas
: Iya, satu sekolah bisa nanya.
Peneliti
: Memang satu sekolah tahu kalau kamu indigo?
Dimas
: Satu sekolah tahu.
Peneliti
: Ada perlakuan aneh gak yang kamu terima dari teman kamu karena tahu kamu indigo?
Dimas
: Yah, ada lah yang memperlakukan aku aneh, tapi diwajarin lah, disekolahku memang suka ada kejadian aneh. Kalau kesurupan Cuma aku dan guruku yang bisa saja yang nanganin. Selain itu temanku juga suka bilang aku sobat orang tua, lagaku dibilang sobat philosophy. Padahal aku kalau serius nasihatin memang seperti itu.
Peneliti
: Perlakuan yang kamu terima itu seperti apa?
Dimas
: “Ih apaan sih nih orang aneh, musrik lah.” Ya aku mah cukup tau aja, mereka ngomongin dibelakang aku seperti itu. Aku lagi lewat mereka bisik-bisik seperti itu. Udah biasa aja, lagi kalau memang punya seperti itu ada pro kontranya pasti. Tapi giliran sudah dibuktiin, “Lah iya, bener ya, gua salah dong ngatain dia seperti itu”, pasti ada yang kaya gitu, ada juga yang minta maaf. “Maaf ya, gua kaya gitu.”. ya aku jawab “Ya udah gak apa-apa.”
Peneliti
: Kamu buktiinnya kaya apa?
236
Dimas
: Contoh, waktu itu ada yang songong atau apa dia cerita ke aku, “eh, keluarga gua gini-gini, gua musti gimana.”. Dia mau ngetes aku kasih solusinya kaya gimana. Tapi dia bohong, orang bohong ngapain dikasih solusinya coba. Akhirnya dia minta maaf.
Peneliti
: Ada cerita lagi gak sih terkait indigo kamu yang pernah kamu alamin?
Dimas
: Banyak sih, ya udah salah satunya deh, dulu pas aku kelas berapa ya..kelas dua atau kelas empat gitu. Memang sih pada saat itu rumahku lagi dikerjain orang. Pas itu aku tiba-tiba nangis, ibuku lagi ngupas buah lagi makan gitu, adikku lagi main boneka-bonekaan. Aku lagi duduk aja liatin sekitar. Tiba-tiba aku nangis, ya itu masih kecil, wajarlah aku nangis. Nah pas itu aku nangis gitu, “Mama, adek ikut aku dong, ikut aku, aku gak mau mama sama adek kenapa-kenapa.”. Mamaku bilang “Kenapa sih Mas memangnya?”. Aku bilang “Udah lah ikut aku aja.”. Ibaratnya udah running out of time aku langsung lari gitu, soalnya mama sama adik udah gak mau diituin. Nah gak lama kemudian mama langsung ngambil adik, gak lama atap rumah roboh. Pas ditempat mama duduk tapi ada kayu tajam jatoh, dan pas ditempat adik ada paku-paku tajam gitu jatuh, jadi ibaratnya kaya ada yang mau celakain keluargaku lah. Udahnya mamaku ngomong “Mas, untung kamu ngomong, kalau gak kita udah kenapa-kenapa.”. Nah memang sih karena waktu itu sedikit terlambat, mamaku kena pecahan kayu, dan adikku kepalanya berdarah sedikit kena serpihan kayu. Makanya seram deh kalau orang gak mengerti tapi main-main itu.
Peneliti
: Respon Ayah Ibu kamu soal indigo kamu gimana?
Dimas
: Nah itu dia tuh, itu dia intinya, kalau orang indigo itu intinya. Kalau ibu karena sama juga, jadi menyambut baik. Tapi kalau ayah karena maaf bukan sara maksudnya, tapi Islam fanatik, sangat membenci gitugitu, jadi ayahku ngebacain ayat ke ibu, ke aku, dan ke adikku. Tapi gak pernah bisa, malahan ayah jatuh sakit. Tapi menurut aku, karena itu dari
237
lahir dan Tuhan kasih gift itu mau siapapun gak akan bisa ada yang ngambil, karena memang sudah jalannya bisa ya bisa, memang kodratnya aqua ini jadi aqua ya dia akan jadi aqua, mau digimanain juga akan tetap jadi aqua. Peneliti
: Ada kesamaan gak sih antara kamu dan Kak Tiara?
Dimas
: Sama-sama tenang sih yang aku ambil, ibaratnya kalau mengambil keputusan gak gegabah sih.
Peneliti
: Ada rahasia atau sesuatu yang bersifat personal banget gak yang kamu ceritain ke Kak Tiara?
Dimas
: Gak ada sih, kalau rahasia aku mayoritas gak suka ceritain ke orangorang sih, ke teman biasa juga gak ada yang aku ceritain. Ibaratnya rahasia itu kan secret, ibaratnya memang untuk diriku dan Tuhan saja yang tahu. Ibaratnya rahasia kan ada level satu, level dua, level tiga. Level dua dan tiga boleh lah diceritain, tetapi level satu jangan. Level satu aku itu gak bisa diceritain ke siapapun, bahkan ke Kak Tiara sekalipun, karena pasti akan nyebar, secara gak sengaja orang bisa aja keceplosan.
Peneliti
: Masalah keluarga? Teman? Diceritakan ke Kak Tiara?
Dimas
: Enggak sih, aku lebih membahas masalah sekolah doang ke Kak Tiara.
Peneliti
: Kamu merasa ada perbedaan gak komunikasi antara temen kamu yang sesama indigo dan teman kamu yang bukan indigo?
Dimas
: Ada sih perbedaan, kalau temanku yang biasa lebih sering main. Kalau yang indigo, fun dapat, indigonya dapat, solidnya dapat, gak tau kenapa memang aku merasa dapatnya lebih banyak, tapi entah kenapa kalau untuk funnya lebih dapat dari temanku yang biasa, mungkin aku masih kurang terlalu dekat dengan komunitas itu, kurang ketemu juga.
238
Peneliti
: Kan setelah aku lihat neh, kamu tidak terlalu melakukan keterbukaan diri dengan teman kamu, menurut kamu, aspek keterbukaan diri itu penting tidak?
Dimas
: Penting sih, jadi bisa aspek penilaianku tentang dia itu bagaimana.
Peneliti
: Sekian wawancara pada kesempatan kali ini. Terimakasih ya atas waktunya Dimas.
Dimas
: Sama-sama.
239
TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN 2 – TEMAN BUKAN INDIGO TIARA Sumber
: Rahma Sunarsih Tri Walidah
Tanggal
: 30 April 2014
Waktu
: 16.00-16.21 WIB
Tempat
: Tamini Square, Jakarta Timur. Dunkin Donut’s
Pakaian
: Seragam pramuka dan jaket coklat
Situasi
: Rahma diperkenalkan dengan peneliti setelah peneliti selesai melakukan wawancara dengan Tiara yang kedua kalinya. Rahma datang sepulang dari sekolahnya. Selama melakukan wawancara dengan Rahma, peneliti tidak berada dalam posisi yang berdekatan dengan Tiara. Peneliti pindah tempat ke ruangan lain yang ada di Dunkin Donut’s Tamini Square.
Peneliti : Selamat siang Rahma, untuk memulai wawancara ini Rahma bisa menyebutkan nama lengkap rahma? Rahma : Bisa Kak, namaku panjang Kak, hahaha. Peneliti : Oh, silahkan ditulis aja kalau begitu. Rahma : Namaku Rahma Sunarsih Tri Walidah (sambil menulis dan mengeja namanya). Peneliti : Oke, mungkin bisa ceritain latar belakang kamu sedikit ya Rahma, mulai dari usia, tanggal lahir, tempat lahir, tempat tinggal sekarang. Rahma : Usiaku sekarang ee..18 tahun, tanggal lahirku ee..11 Maret 1996. Peneliti : Lalu tempat lahir dan tempat tinggal sekarang? Rahma : Jakarta dan Jakarta (tertawa).
240
Peneliti : Sekarang kamu SMK ya? Ambil jurusan apa? Rahma : Iya kak, di SMKN 10 Jakarta, kelas 2 SMK Akuntansi. Peneliti : Agama Islam ya? Dan suku kamu? Rahma : Jawa Sunda. Ayah Jawa, Ibu Sunda. Peneliti : Oke. Menurut kamu pertemanan itu apa? Rahma : Kalau menurut aku, pertemanan itu kaya ee..apa ya..Kita tuh kaya ikatan saudara gitu, walaupun bukan sedarah gitu tapi..ee..apa ya..Kita tuh jadi kaya apa ya..berteman jadi saudara aja. Peneliti : Menurut kamu, keterbukaan diri antar teman itu penting tidak? Rahma : Keterbukaan diri sangat penting karena kalau kita saling terbuka akan menyelesaikan masalah yang ada di diri kita, minimal mendapat solusinya. Peneliti : Lalu sejak kapan kamu mulai berteman dengan Kak Tiara? Rahma : Sejak bulan April kemarin. Tanggalnya lupa (tertawa). Peneliti : (Tertawa) gak apa-apa kok. Terus perkenalan pertama kali karena apa? Rahma : Ee..gak sengaja itu kan lagi iseng, nyari-nyari kerjaan kan di internet, terus ada lowongan kerja di petshop, kebetulan sama Kak Tiara. Ya udah aku coba, eh ternyata yang di petshop itu udah tutup, ada buat asisten pribadi aja, ya udah aku ambil, dari situ deh. Peneliti : Bagaimana kesan kamu mengenai Kak Tiara? Rahma : Asik banget orangnya, pertama kali ee..keliatannya memang apa ya..nyeremin gitu ya, dari tampilannya segala macam gitu, nyeremin. Cuma, pas tau, apa ya..pas kita kenalan langsung berasa kaya akrab banget, langsung kaya gimana ya..kaya udah temenan lama, kaya udah kenal lama aja, padahal itu baru pertama kali ketemu. Ya komunikasinya itu, sebelum pertama kali ketemu juga Cuma lewat BBM, lewat Whatsapp. Peneliti : Menurut kamu, seberapa dekat sih kamu dengan Kak Tiara? Rahma : Kalau dinilai seberapa dekat sih, gak terlalu dekat, cuma ya..sedikit tau. Tapi nyaman banget sama dia.
241
Peneliti : Oh iya, sebelumnya aku lupa mau tanya ini, kamu hobinya apa? Rahma : Hobby aku musik, main gitar, dengerin musik tapi kebanyakan pop sih ama metal. Peneliti : Kelebihan apa sih yang membuat kamu cocok dengan Kak Tiara? Rahma : Kalau buat aku, Kak Tiara itu bisa nempatin dirinya dan bisa buat aku nyaman sama dia. Udah begitu orangnya itu gak begini begitu, nyantai orangnya, jadinya kita yang mm..tadinya kaku sama dia, binggung harus ngapain, eh terus ketemu dia jadi oh iya enak banget. Ya itu kaya apa sih, jadi dia bisa nempatin dirinya itu, seperti kaya apa ya mm..kaya aku temen lamanya dia gitu. Jadi ya nyambung. Peneliti : Kalian biasanya komunikasi lewat apa? Rahma : Lewat Whatsapp, BBM, kadang twitter. Peneliti : Sering ketemu sama Kak Tiara? Rahma : Ee..Enggak sih, eh..gak terlalu sih. Gak sering ketemu, jarang, tapi ya itu, sekalinya ketemu lama, rasanya itu kaya ah..nanti dulu deh, entar dulu. Maksudnya nanti aja pulangnya. Kalau curhat sama Kak Tiara itu enak (nada berbicara meninggi, terlihat bersemangat), aku sering sharing masalah temenku, pacar, segala macam, dia itu bisa kasih solusi dan apa ya..maksudnya bisa, ini lho dia orangnya kaya gini-gini, jadi bisa..apa ya..aku itu dikasih tau misalnya orang yang aku suka, atau temenku, orangnya kaya gimana, terus aku harus nempatin diri aku kaya gimana gitu. Peneliti : Selama pertemanan kamu ini ada konflik ga sih? Rahma : Engga (berhenti sebentar lalu melanjutkan) dan sepertinya jangan sampai ada. Peneliti : Lalu, topik pembicaraan kalian biasanya seputar apa? Rahma : Kadang seputar pekerjaan, kadang juga ee..biasanya aku suka curhatcurhat gitu (tertawa malu). Peneliti : Curhat tentang apa sih kamu biasanya kalau ke Kak Tiara? Rahma : Misalnya, tentang temen, ee..apa (berpikir sebentar) misalnya, temen aku orangnya kaya gimana sih, apa..mm..dia kan orangnya bisa nerawang gitu (suara perlahan memelan). Terus dikasihtauin dia itu orangnya
242
begini begini begini, terus juga tentang orang-orang yang dekat sama aku, terus tentang ee..apa ya..kalau misalnya aku sedang binggung, dia suka kasih aku solusi. Kak Tiara suka mendengarkan dan mensupport aku deh pokoknya. Peneliti : Kan kamu suka cerita neh ke Kak Tiara, lalu bagaimana dengan Kak Tiara ke kamu? Suka cerita apa gak gitu Kak Tiara? Rahma : Kalau ee..kalau cerita sih (berpikir) jarang, cuma lebih banyak ngedengerin dan kasih solusi aja. Peneliti : Lalu, cerita yang kamu ceritain ke Kak Tiara itu pembahasannya sudah sampai intinya atau hanya dibagian lapisan luarnya saja? Rahma : Ee..(berpikir) ee..gak sampai inti sih cuma sampai luarnya saja. Peneliti : Kenapa kamu memilih untuk hanya cerita sampai lapisan itu saja? Rahma : Ee..Gak tau kenapa (tertawa kecil), ee..itu kan privasi ya, jadinya aku orangnya emang sama yang namanya privasi itu gak bisa ee..terlalu terbuka. Peneliti : Kenapa kamu memilih untuk cerita ke Kak Tiara? Apalagi kamu udah cerita tentang teman kamu yang Kak Tiara gak kenal. Rahma : Ya itu karena dia itu bisa nempatin dirinya gitu, jadinya ee..apa..ee..disini kan konteksnya kerja ya, aku asistennya dia, dia bos aku, tapi setiap ketemu itu kaya adik kakak. Dia kakak aku, aku adiknya, apapun yang aku ceritain ke dia, dia selalu kasih solusi, jadi ya..aku seneng aja. Peneliti : Lalu, waktu pertama kali kamu tau Kak Tiara indigo itu kapan? Rahma : Waktu pertama kali itu pas ee..apa..(berpikir) pertama ketemu terus kan dia bilang dia ikut komunitas gitu kan, dia kasih tau. Terus kan akhirnya pas kita jalan beberapa lama akhirnya dia kasih tau, karena kebetulan aku kan ikut organisasi, dia juga ikut organisasi. Eh akhirnya aku kasih tau organisasi aku, dia juga kasih tau organisasi dia kalau misalnya dia itu punya organisasi kumpulan indigo gitu. Terus juga aku pernah (tertawa), aku dijanjiin ketemu sama temen-temennya, jadinya ee..jadinya sih aneh juga kan, indigo. Sebenarnya juga aku kan kurang tau indigo itu apa. Terus akhirnya dia jelasin indigo itu gini gini gini, kita juga punya kelebihan yang mungkin gak dilihat orang, gak semua orang punya, dan itu tuh bawaan dari lahir dia bilang kaya gitu. Terus juga, sempet kan aku
243
ngerasain pas aku curhat tentang temen aku, terus tentang diri aku, terus dia bilang, dulu juga aku pas baru ee..nemuin dia indigo gitu, dia katanya ngerasa berbeda. Kaya ee..kaya apa ya..emosionalnya tuh tinggi gitu, pokoknya dia ngerasa berbeda lah sama orang lain. Terus akhirnya dia lama-lama bisa nempatin dirinya. Kak Tiara cerita ke aku begini garagara aku cerita tentang temen aku. Terus dia..ee..apa..aku juga dikasih tau harus pinter-pinter ngendaliin emosional aku, terus juga..ya kaya gitu pokoknya dia kasih wejangan-wejangan gitu. Peneliti : Tentang emosi kamu, ini kamu cerita ke dia kalau kamu emosional atau dari cerita-cerita kamu, kamu terlihat emosional, atau dia sudah tau? Rahma : Dia udah tau, kan aku nanya “Ci, menurut cici aku orangnya kaya gimana sih?”, kan aku manggilnya cici. Terus aku dikasihtahuin, aku tuh orangnya kaya begini begini begini. Terus aku tanya, aku harus bagaimana ci, kan cici udah tau sikap aku kaya begini, terus aku harus bagaimana. Baru dia kasih tau, baru dia cerita, gitu. Peneliti : Tadi kamu bilang respon pertama kali tau Kak Tiara indigo itu aneh? Rahma : Iya, lagipula juga aku juga kan, ee..anehnya kaya..ee..maksudnya, kok..kan tadinya aku gak tau indigo itu, terus pas aku cari tahu, itu deh, dia bisa ya nempatin dirinya kaya gitu. Kan rata-rata anak-anak indigo itu kan lebih pada tertutup terus juga maksud aku, gak pinter gaul lah. Peneliti : Kenapa menurut kamu anak indigo tertutup dan gak pinter gaul? Rahma : Gak tau aku ngeliat di TV aja, kan maksudnya..kan waktu itu pernah ada tuh saudaranya mama Lauren atau siapa tuh, ya kaya-kaya gitu. Lagipula pas aku searching-searching itu ee..aku lihat kebanyakan ratarata pada, maksudnya, gak terlalu terbuka gitu, gak kaya anak-anak biasanya. Lebih nyingkirin dirinya gitu. Peneliti : Berarti setelah kamu bertemu dan berteman dengan Kak Tiara pendapat kamu berubah tidak tentang indigo? Rahma : ee..dia..ee..maksudnya..kaya apa ya, sekilas pun orang pada gak tau dia kaya begitu. Peneliti : Jadi pertama kali kamu tau Kak Tiara seperti itu kamu takut dong? Dengan persepsi yang kamu dapat dari TV dan internet itu? Rahma : Gak takut sih cuma (tertawa), ei..iya sedikit takut, takutnya kan apalagi dia bilang bisa nerawang kaya gimana-gimana ya. Emang sih rada ngeri
244
juga ya kan, ah..jangan-jangan nanti dia tahu kartu gua lagi gitu-gitu. Eh, tapi pas dijalanin enggak sih, emang sih ada awal-awalnya ada sedikit negatifnya (suara perlahan memelan dan tertawa). Peneliti : Negatifnya kaya gimana neh? Aku gak bakalan cerita ke Kak Tiara kok (tertawa). Rahma : Ya itu lho, takut kartu aku kebuka gitu, kan soalnya dia kan tau, maksudnya bisa nerawang lah. Dia pasti, ee..maksudnya..pasti bisa nerawang lah. Maksudnya, pas pertama kali tau apa ya..ketemuan ama aku, pasti kan tau aku neh orangnya begini begini begini gitu. Takut itu aja (tertawa). Peneliti : Lalu Kak Tiara suka cerita apa gak sih tentang indigonya itu? Rahma : Ya..dia sering cerita komunitasnya aja, dia tuh pengen..apa..di komunitasnya pengen ngadain bakti sosial, terus juga kadang kalau misalkan, oke ya..suka cerita lebih kepada komunitasnya aja. Ya..terus sering ngumpul bareng, ee..apa..ee..ngadain ngadain misalnya kalau udah ngumpul, ee..kita ngumpul neh yang misalkan yang bisa nerawang aja yang ngumpul. Terus eh..nyari kasus kemarin yang pesawat itu, ee..dia mereka rame-rame pada mikir pada nerawang. Terus juga ya itu dia lagi merancang bakti sosial, pengen ngadain bakti sosial. Peneliti : Kan kalau ini dari dia ke kamu tentang pembahasan indigo, kalau kamu ke Kak Tiara ada membahas tentang indigonya ga? Rahma : Ee..(berpikir) enggak sih aku enggak terlalu ngebahas yang kaya gitu, ee.. akunya juga (tertawa) harus hati-hati juga kan, takutnya tersinggung atau gimana gitu. Peneliti : Kamu suka nanya-nanya apa ga ke Kak Tiara? Yang berhubungan dengan kemampuan Kak Tiara? Misalnya nanya masa depan atau apa gitu? Rahma : Ee..enggak sih, aku lebih nanya, misalnya aku punya temen atau aku punya orang yang deket. Aku kasih lihat fotonya, ee..minta kasih tau dia orangnya kaya gimana sih. Peneliti : Hal positif dalam pertemanan kamu dengan Kak Tiara (anak indigo)? Rahma : Hal positifnya itu kadang misalnya kita lagi ngerasa apa ya..aku kalau lagi ngedown, dia sering kasih support, terus bilang ee..apa, karena dia udah tau sifat aku kaya gimana, dia kasih tau, ee..apa..solusi-solusinya,
245
ee..supaya aku tuh gak ngedown, terus misalkan aku engga, ee..apa ya..labil. ee..aku kan emang orangnya labil. Terus dia bilang katanya..ya..dia sering ngasih itu, nasihat-nasihat buat aku. Terus jadi tuh, ee..apa ya..rasanya itu kaya adik kakak gitu. Dia kakak aku, ya..emang sih disini kan aku cuma kerja sama dia, tapi tuh dia ya..ya kaya kita gak ada ikatan kerja, tapi ikatan saudara. Peneliti : Oke. Lalu, kamu merasa ada kesamaan enggak dengan Kak Tiara? Rahma : Ee..Enggak sih beda jauh banget, tapi merasa cocok, nyaman aja sama dia. Peneliti : Topik personal yang kamu bahas dengan Kak Tiara ada gak sih? Misalnya pembahasan tentang hal yang menurut kamu pribadi, kaya keluarga, masalahmu. Rahma : Ee..enggak sih, aku lebih banyak nanyain tentang diri aku, aku juga kan orangnya ya..labil. Terus aku juga suka binggung nentuin arah hidup aku. Kadang aku suka cerita kaya begitu ke Kak Tiara. “Kak, kan kakak tau aku cerita kaya begini, aku harus kaya bagaimana ya? Apa yang harus aku lakuin nantinya kedepan”, kaya gitu aja. Peneliti : Selama pertemanan kamu dengan Kak Tiara, ada hal negatif ga di dalamnya? Terkait dengan konteks indigo. Rahma : Enggak ada. Peneliti : Harapan pertemanan kamu dengan Kak Tiara kedepannya? Rahma : Ee..harapannya pasti akan selalu berteman sih. Semoga selalu baik-baik aja, gak ada masalah, seandainya nanti aku udah gak kerja lagi sama Kak Tiara, tapi tetap jaga silahturahmi. Karena Kak Tiara juga selalu bilang ke aku, dia orangnya suka bersosialisasi, dia suka berteman gitu, karena katanya kalau temenan itu punya sodara baru, bisa nambah rejeki, bisa nambah umur. Peneliti : Lalu, kamu pernah cerita ke teman kamu gak soal perihal kamu punya teman seorang indigo, yaitu Kak Tiara? Rahma : Ee..pernah, kan waktu itu aku bawa temen aku, sahabat aku sih, jadi dia ada masalah ama cowoknya, jadi dia bawa pacar cowoknya juga. Jadi dia diduain, terus aku kan cerita ke Kak Tiara, “Kak aku punya sahabat neh, terus pacarnya gini gini gini”. Terus kata Kak Tiara gak baik neh cowoknya. Terus kan akhirnya aku cerita kan ke sahabat aku itu, terus
246
udah deh sahabat aku pengen ketemu sama Kak Tiara. Akhirnya kesampean juga ketemuan. Terus dikasih tau deh sama Kak Tiara, mana mau lihat fotonya yang jelas. Dikasih lihat fotonya yang jelas. Terus akhirnya Kak Tiara kasih nasihat ke temen aku, ke sahabat aku. Cowok itu begini begini begini, lebih baik dijauhin deh. Terus akhirnya sampai sekarang pun keliatannya juga masih akrab sama Kak Tiara. Peneliti : Kamu liatnya respon Kak Tiara ke teman kamu selama awal perkenalan itu bagaimana? Rahma : Ya..gitu..ya maksudnya dia itu kaya gak milih-milih. Lagipula baru ya, dan ketemu sama sahabat aku pun rasanya udah akrab banget, kaya udah lama gitu ketemu lagi. Jadi ya gak ada kaku-kakunya. Peneliti : Pertanyaan terakhir nih, kenapa kamu memilih untuk cerita ke Kak Tiara? Rahma : Karena, gak tau kenapa hati aku yang nyuruh itu (tertawa). “Udah ceritain aja kek Kak Tiara, mungkin Kak Tiara bisa kasih solusinya kan. Selama ini juga pertemanan aku nyaman sama dia. Lagipula dia selalu bisa kasih solusinya, daripada sama orang lain yang kadang em..solusinya itu nyakitin hati. Kadang cuma sabar ya..kan itu bikin sakit hati kan. Tapi kalau Kak Tiara itu engga, dia bisa kasih motivasimotivasi buat aku, lagipula dia kan kuliah sibuk kerja, sibuk usaha, itu jadi motivasi buat aku gitu. Dia aja bisa kenapa aku engga.
247
TRANSKRIP WAWANCARA KEY INFORMAN 2 – ANAK INDIGO 2 MAWAR Sumber
: Mawar (nama disamarkan)
Tanggal
: 4 Mei 2014
Waktu
: 11.45-12.35 WIB
Tempat
: Grand Indonesia, Starbucks dan Demenu
Pakaian
: Baju putih dan celana hitam
Situasi
: Situasi tempat wawancara cukup banyak orang disekitar, Mawar banyak berbicara perlahan karena menurut dia takut terdengar oleh sebelahnya, dia juga tidak banyak menyebut kata indigo, namun menyebutnya dengan kata itu.
Peneliti
: Selamat siang, mungkin bisa jelaskan sedikit tentang latar belakangnya.
Mawar
: Nama gua tolong dirahasiakan ya, gua gak pernah mau muncul, bahkan di Metro TV aja gua sembunyi di belakang kamera. Dani suruh gua maju, gua bilang “enggak, gua gak mau maju, Dan.”. Jadi, nama gua Mawar Bening, usia 21 tahun, (peneliti tidak menuliskan tanggal lahir karena menurut Mawar, seseorang bisa diterawang dari tanggal lahir). Tempat tinggal sekarang Rawamangun, tempat lahir Jakarta. Sukuku Jawa, Batak, dan Sumatera. Kuliah sekarang di Universitas Indonesia, jurusan hukum. Hobiku membaca.
Peneliti
: Menurut kamu pertemanan adalah?
248
Mawar
: Ikatan batin antara dua individu yang bertujuan untuk saling mengasihi satu sama lain dan disertai dengan loyalitas.
Peneliti
: Menurut kamu keterbukaan diri antara teman penting atau tidak? Mengapa?
Mawar
: Penting. Kita itu saling mengasihi kan, kita loyal, saling percaya satu sama lain, dan we are each other person gitu ya udah menurut gua gitu.
Peneliti
: Sejak kapan kamu tahu kalau kamu indigo?
Mawar
: Digolongkan ya, gua sejak kecil sih udah bisa lihat, sama kondisi keluarga kaya bapak gua bisa, nyokap gua bisa, eyang gua bisa. Tapi gak semua alirannya bagus. Jadi gua dari kecil udah ngerasa, kok rumah ini ramai banget, terus kaya itu apa. Terus kaya jadi waktu kecil memang ditutup, bahayanya ke guanya gara-gara ditutup. Jadi agak tertekan mulai menerima diri sejak semester dua semester tiga.
Peneliti
: Tertekannya boleh tau kenapa?
Mawar
: Oh tertekannya karena cakra gua gak stabil, menimbulkan masalah di pribadi, masalah psikolgis jatuhnya.
Peneliti
: Lalu kamu pernah ke ahli atau ke psikolog?
Mawar
: Karena gua pribadi, emang elu bisa memahami gua? Karena gua percaya, orang yang bisa ngertiin anak kaya gini ya hanya sesama. Ya kalau dia gak bisa ya gimana, pendapat gua pribadi.
Peneliti
: Kemampuan kamu apa saja?
Mawar
: Sebut saja vision dan energi, basicnya dari itu. Ee..klensentians, empati gitu. Menurutku kalau bisa ngeliat masa depan itu gak pasti, kaya lo gak pasti jadi kesana juga kan, jadi kalau ke sana ada tiga kemungkinan terjadi. Jadi klesentians itu definisinya lebih kaya feeling sih. Energi gua bisa ke sense, oke gua ada kekurangan disitu, bisa ke
249
sense. Empati yang berikutnya, kaya bisa ngerasain perasaan orang, itu gak enak banget. Ngerasainnya tergantung, gimana ya..gini misalnya, teman gua kemalingan, kemalingannya gimana, misalnya dia lagi dikejar, dia lagi lari, gimana ya..kira-kira seperti itu. Visual dan energi. Peneliti
: Lalu, pandanganmu mengenai indigo?
Mawar
: Jadi banyak yang miskonsepsi ya seperti yang Kak Dani bilang, kaya ada yang bilang kita punya anak berindera keenam, gak juga. Karena ada beberapa anak indigo yang indera keenamnya benar-benar apa ya..imaginary skills (suara perlahan makin mengecil).
Peneliti
: (Memindahkan alat rekam lebih dekat)
Mawar
: Terlalu kecil ya suara gua? Gede-gede gua malu. Jadi dari indigo perhawa, ngerasain aura seluruh anak, ngerasakan klesentians, oke gua sama. Misalnya kalau gua gathering, gua duduk dan ngerasain oke gua sama. Bisa nyamperin “Hallo”. Udah ngerasa oke gua sama. Oke ada pandangan berikutnya yang crystal, rainbow. Ya pokoknya indigo itu suatu fenomena anak berkemampuan khusus yang memang punya gift, nanti jadi kalau gua liat punya gua crystal, yang paling atas gold, itu yang udah ahlinya kita, bisa kita bilang kita di level yang berbeda. Jadi kaya gua sama teman gua (Teman Mawar yang sesama indigo, namun bukan informan penelitian ini), dia level gold, kalau gua ngechat sama dia, gua kaya gini (menunjuk handphonenya), dia udah bales nanti, gua gak perlu nulis (tertawa). Gua bisa vision apa, dia lagi mikir apa, gua bisa mind reading dia. Ya tapi kadang akhirnya minta maaf, karena gak nyaman, gua pun kaya gua pengen nulis. Ya tiga itu, terus kalau ilmuan itu biasanya foto aura. Kalau foto aura menurut gua dan Kak Dani, kurang tepatlah kalau dari warna, karena orang yang auranya berwarna biru, bisa crystal. Jadi banyak persepsi jadi harus diluruskan. Jadi disimpulkan saja yang utama itu kita bukan hanya anak indera keenam, kita juga punya kaya leadership skill yang bisa ditonjolkan, dan kita
250
ada, dan mungkin gua bisa jadi teman loe. Kaya orang gak sadar, kaya setengah percaya dengan komunitas kita, itu benaran ada atau hanya tipu-tipuan, itu Dani tuh diterawang sama Indonesia kali dia. Emang susahnya gitu masuk TV. Bisa dihujat, loe benaran indigo atau enggak, dan itu gak enak, gua kaya dikoyak disini (nunjuk hati). Kalau misalnya orang yang berkemampuan, kita ngaku dukun, misalnya gue di dalam suatu kotak, kalau misalnya loe mau liat gua, loe harus masuk kotak. Sakit itu rasanya. Gitu, jadi kalau mau maju loe mempertaruhkan kehidupan sosial loe, keluarga loe, dan loe bakalan diterawang sama Indonesia. Masih mending ya orang yang penasaran sebatas orang itu kaya gimana dan gitu gitu lah. Masih mending, ada yang tau kita indigo dan berniat memakan kita. Gua bisa dimakan sama orang, energi gua di makan. Kalau jin dukun mau naik tingkat kalau mau cepat bisa makan kita. Cara makannya itu disedot, energi cakra sih sebutannya. Peneliti
: Efek ke kamunya?
Mawar
: Lemes, bisa berakibat buruk ke fisik, ya intinya kaya diserang. Dunia ini keras teman-teman, gua udah sering sih.
Peneliti
: Di awal perbincangan kita waktu itu, kamu bilang kalau kamu tidak cerita ke masyarakat ya? Benar-benar satupun tidak ada yang tau?
Mawar
: Iya. Keluarga gua tau, tapi karena pengalaman di keluarga gua itu, gua punya bokap, gua punya nyokap, dan atas-atas gua semuanya itu punya ability tapi gak bisa mengarahkan ke jalan yang benar dan salah. Jadi kaya hobi makan-makan orang bokap gua ngelakuin. Bokap gua pernah makan gua, ini kocak sih. Ya bokap gua memang gak baik sih, dia aliran buruk, jadi kaya gak harmonis. Udah cerai juga bokap gua. Karena itu nyokap gua sangat trauma, dan penolakan dengan dirinya sendiri. Di satu sisi dia kaya merasa, ibu aku keturunan gini gini lho, kadang iya tapi kadang enggak, karena nyokap gua juga stress dengan kaya gitu. Jadi gua juga enggak bisa menyalurkan ke nyokap gua. Adik
251
gua (laki-laki) lebih lagi, adik gua juga bisa, adik gua battle panasan. Dia penolakan, dia bahkan mereject gua dari awal. Nyokap gua kaya kalau lagi mood iya iya, kalau lagi enggak gua dikata-katain. Adik gua ngereject karena dia traumanya berat dan ya mungkin dia masih in time. Dia sekarang kelas 3 SMA. Jadi gua gak bisa ke keluarga, tante gua sesat, yang gua dekat eyang gua, ya udah eyang-eyang mau gimana udah tua. Terus jadi basicnya gua gak berani membuka diri ke pertemanan, gua pernah ngetes, feeling gua ngerasa, dia gak bakalan percaya. Misalnya dulu, gua suka lepas kontrol, gua suka bilang apa yang orang gak bilang kan, tapi gua baca, dan gua gak bisa bedain itu awal-awal. Misalnya gua gak suka sama X gitu, terus gua curhat, mungkin Michelle kaya begitu karena dia gak suka X sebenarnya, nanti orang itu confirm ke Michelle dan Michelle bilang enggak-enggak. Nah gua kelepasan di situ. Gua jadi di cap buruk nantinya. Jadinya suka salah komunikasi itu, suka kebaca itu akhirnya gua yang kena. Itu alasan gua gak mau. Gua juga pernah ngetes, gua punya teman dekat, gua ngetes ke dia, gak nyaman rasanya, gua rasanya kaya, dan gua langsung kaya it’s a joke. Gua gak tega, dia teman gua, dan gua sayang dia, kalau dia gak bisa nerima ini it’s okay. Kita juga punya tujuan kan, tujuan gua, gua mening jangan keekspos sekarang deh, nanti aja pada saat gua udah umur 40 atau 50 pada saat gua udah di atas. Kalau sekarang
ini
gua
di
bantai.
Gua
gak
siap
battle
soalnya,
pertimbangannya banyak. Peneliti
: Jadi kamu lebih terbuka dengan sesama indigo?
Mawar
: Iya jadi kan gua dulu stress berat tentang apa saja, kaya tertekan, aku ini apa. Kaya orang-orang di internet nyarinya aku ini antara apa dan siapa. Benar-benar kaya setengah menerima, setengah menolak diri. Yang pertama gua temuin teman gold gua itu. Dia kaya sudah ngerti, terus dia ngebantu gua, dan kita temanan. Dia juga punya komunitas lain dan gua juga di komunitas lain tapi kaya ya akhirnya pecah
252
akhirnya. Ya gua dekat sama dia, sampai dia hamil, dia sekarang umur 30. Dia ngurus keluarga sibuk, teman gua yang lain kaya ada perslekan. Kalau gua ada pegaulan yang gak baik, gua kaya hentiin gitu lho. Akhirnya gua binggung, gua cari teman, dan ketemu lah Dani. Sebenarnya kalau gua ngomongin dani udah banyak sensasi itu dia. Ya ini dia awalnya, pada saat awal-awal Indigo Trans TV, gua masih di komunitas gua yang lama, kita nonton bareng, dan gua kaya ini indigo bukan sih? Kok dia go public sih. Sama teman-teman gua dari komunitas yang lama, kita ngeliatin, oh itu indigo sukhoi (tertawa). Masa lalu banget. Terus kita ngetes, jadi kaya dulu bagi beberapa di komunitas sebelah tanpa menyebut nama, menurut mereka beberapa yang tampil itu bukan anak indigo, jadi di komunitas itu kaya kebelah karena kita punya persepsi masing-masing, karena itu kan cuma sixth sense kenapa dimasukin gitu, auranya bukan warna indigo, akhirnya jadi konflik sendiri. Akhirnya karena kepecah gua kenal Dani, dia kenal gua, teleponan, dia ada BBM gua, dan gua mulai di rangkul, akhirnya gabung deh. Peneliti
: Jadi pertama kali kenal Kak Dani dimana?
Mawar
: Email eh..pertama kali kenal ya di media massa lah (tertawa). Dulu gua pernah baca, dan di Youtube ada muka dia tapi gak gua play (tertawa). Baca kaya artikel anak indigo Sukhoi ada dua yang masih hidup. Ya waktu itu memang masih ada. Tapi ya udah mati dan yang kenanya Dani. Ya pada saat itu memang masih ada, cuma setelah dua hari kemudian ya mati lah. Kaya kasus ferry itu, kan lama, ya masalah pemerintahan itu sih. Jadi kalau misalnya gua bisa dan loe bisa, kita sebenarnya gak usah banyak bacot, karena gua ngerti loe sebenarnya gimana. Jadi gini, kita sebenarnya bisa sinergi. Gua kaya feeling base gitu, misalnya gua mau tanya, tapi gua udah tau oh gitu, jadi gua gak usah ngelakuin percakapan gitu, ya udah gua diem. Terus kaya Dani sempat ngerasa gua itu kaya anak ilang, teman gua sibuk, gua kemana-
253
kemana, gak ada tempat curhat, akhirnya dirangkul sama Dani. Gua pas nyari komunitas, dan ketemu di Facebook Komunitas Keluarga Indigo. pokoknya waktu itu taglinenya mencari anak-anak berbakat Indonesia. terus karena gua memang mau memajukan Indonesia, terus gua join. Dari situ dapat emailnya Dani. Jadi Dani itu kaya menggencarkan untuk keluar, bangga dengan dirimu, tunjukkin gimana elu berkontribusi, tapi gak semuanya bisa. Dani mau membuat indigo diterima di masyarakat, goalnya dia itu. Peneliti
: Memang kalian tidak diterima di masyarakat?
Mawar
: Gini, jadi kita ketemu, kita saling tanya gimana teman-teman kalau di sosial gimana, jujur aja. “Gua dianggap gila.” “Oh sama gua juga.”. Di sana juga di situ juga, ada anak kecil kemarin itu datang, umur tujuh atau delapan, dianggap gila karena bisa lihat gaib, kasian dia. Terus karena oh elu dianggap gila, gua juga, terus kaya ada ikatan, persamaan nasib kalau di undang-undang 45.
Peneliti
: Kamu sendiri pernah ngalamin yang seperti itu juga?
Mawar
: Ya karena gua anak hukum, gua lebih judgemental, gua dianggap psycho, karena orang gak ngomong gitu tapi gua bisa ngomong gitu. Terus gua itu kalau orang ngomong jelek, gua cenderung diam, gua malas, kaya gua gak akan jatuhin diri gua ke level itu. Ya kan di kampus gua politik kan, ya mereka kaya gitu, ya udah it doesn’t really matter.
Peneliti
: Tapi kamu tetap ada teman biasa kan ya tapi mereka tidak tahu saja?
Mawar
: Iya, dan satu batal dikasih tau ditengah jalan. Ya jadi gua kaya kaya kaya, sok kabur gitu.
Peneliti
: Jadi kenal ama Dani dari jaman Indigo Trans TV itu? 2012 dong ya?
254
Mawar
: Enggak sih, gua baru sebentar, satu setengah tahun lah. Pokoknya gathering pertama gua sama Dani, yang ada di foto Twitter itu, agak sembunyi, gua gak mau keliatan.
Peneliti
: Awal di email itu ngomong apa sama Dani?
Mawar
: Dia kan kaya mencari pemuda berbakat, dan gua ibaratnya kaya menteri, kaya Indonesia sucks. Gua mau kaya loe gak usah ngomong apa gua udah tau, mampus loe semua, gak usah gua sadap. Banyak yang di serang-serang gitu. Gua di kantor bisa lihat kalau bos gua disantet, Pak Luhut Pangaribuan. Makanya gua gak kuat juga magarin dia, kasian dia, kalau gua magarin bos gua ditusuk kan gua gak enak. Kalau semakin gawat, gua harus cari orang, kesian juga, kalau dia mati siap lagi yang baik lagi. Jadi beban buat gua, kaya misalnya teman kantor gua bilang, “itu bos marah-marah mulu gua bete”. Terus gua kaya ngelihat gimana ini, gua stress sendiri, gak bisa cerita juga. Makanya ini harus diarahkan jangan jadi pedang bermata dua.
Peneliti
: Menurut kamu kesan kamu ke Dani pertama kali bagaimana?
Mawar
: Jawabannya gini “telepon saya”. Terus gua mikir apaan neh, gak punya pulsa. Itu kesan pertama, benaran. Memang anaknya gitu setelah gua kenal, dan gak banyak bicara, karena gak perlu ngomong juga dia udah tau. Baik sih sebenarnya. Adiknya Dani sih pendiam, kalau energi gua sama dia gak bersinergi, kaya clash. Terus kalau gathering ada gua dia kaya serba salah kaya gimana yah, dan gua juga jadi mikir apa gua balik aja. Kalau gua ngontrol lebih baik mungkin Septi gak ngerasa gak enak kalau ada gua. Terlalu mistis gak, ya udah.
Peneliti
: Yang membuat kamu jadi dekat dengan Dani itu karena?
Mawar
: Persamaan nasib itu (tertawa). Tapi benar, kalau gua gak ke loe, gua ke siapa lagi.
Peneliti
: Suka bertemu dengan Dani tidak? 255
Mawar
: Sibuk, ketemu cuma tiap gathering.
Peneliti
: Ngobrol sering?
Mawar
: Enggak, aku gak banyak ngobrol orangnya, ya kalau udah ngobrol lama baru. Jarang banyak ngobrol.
Peneliti
: Pernah ada konflik ama dani?
Mawar
: (menggeleng).
Peneliti
: Topik pembicaraannya biasanya seputar?
Mawar
: Apa ya kedepan bagaimana, kaya ngobrol biasa. Soalnya gua ama dia gak terlalu menyentuh, kalau ngobrol aliran gua beda aliran sama dia. Gua sama alirannya sama teman gua itu. Ya kalau gua ngomong gini, dia gak ngomong gitu, daripada tertekan jadi ya just let it be. Gua lebih ngomongin kaya, ini komunitas mau kemana. Katanya mau baksos tapi kapan. Tujuannya apa, berapa tahun mau begini. Gak jelas, dia bilang mau shooting Metro TV, aku bilang katanya mau melakukan sesuatu yang konkrit. Musti ada yang galakin, tapi gua gak enak, karena menurut gua itu punya dia, komunitas itu dia punya. Gua bilang gua ama Dani beda term yang berbeda. Kalau gua sama teman gua yang gold ini, gua bilang dia rare sih, gua gak pernah nemuin orang yang punya tallent kaya dia. Gua gak bisa nerawang dia juga. Ketemu dia di internet. Kalau gua sama dia komunikasi intens banget, tapi gak pernah ketemu. Setiap mau ke Garut, gua sakit. Dia suka ngeastral ke gua, tapi gua gak berani, gua takut. Gua udah tau ada yang ngincer gua, nanti gimana. Teman gua itu persis, dia bentukannya guru itu lho. Dia belajar healing, ilmu kedokteran. Dia bisa fisik dan nonfisik. Tapi gua ya gitu dia gak kedengaran.
Peneliti
: Berarti secara keterbukaan diri dengan Kak Dani tingkatannya bagaimana?
256
Mawar
: Apa yang mau ditutupi? Dia udah bisa lihat. Gak usah banyak bicara, gua introvert tapi dia ekstrovert. Gua gak bakalan banyak ngomong, dia udah tahu itu. Tapi cocok-cocok aja. Mau tau contoh yang sleg? Dan ini keras, kalau orang keras kita bisa ngerasa kan. Ya gua kaya terserah lo, gua fokusnya ke law. Dia bilang harus membantu banyak orang, dan itu sleg, ngebantu itu iklas dong. Dia menekankan harus membantu terus, emang gua di law ini gak membantu klien gua? Adalagi satu lagi gua sempat sleg, indigo healing tapi minta duit, ya kena karma deh pokoknya. Ada anak kecil, kesian anak-anak dimanfaatkan emaknya.
Peneliti
: Hal positif pertemananmu dengan Kak Dani?
Mawar
: Punya teman ngobrol, sedih sih. Punya teman ngobrol yang nyambung, dan gua kalau mau cerita topik-topik itu. Gua bisa berkoneksi dengan orang yang menerima gua, simple kan. Susah digambarkan, perasaan ditolak sosial itu gak enak banget. Ya karena gua merasakan apa yang mereka rasain, kok loe di depan gua baik, ternyata begitu. Akhirnya itu penyebab gua menutup diri dari mereka. Salah satunya itu, dan kalau mau gua paksain gua gak bisa juga. Di akhirnya mereka akan penasaran dan cari tahu juga. Dunia ini gak seluruhnya baik, ada baik dan buruk, menurut gua kalau gak bisa gak usah terlalu tau banyak lah.
Peneliti
: Hal negatif selama pertemanan dengan Dani?
Mawar
: Negatifnya so far gak ada sih, positif-positif aja.
Peneliti
: Harapan dalam pertemanan dengan Kak Dani?
Mawar
: Pertemanan kita bakal lanjut kan keluarga ya.
Peneliti
: kalau disuruh memilih, teman sesama atau yang bukan?
Mawar
: Ini, gua sayang dua-duanya. Gua gak mau milih, dua-duanya nopang gua. Mereka semua kaya pilar, kalau satu gak ada, ya jatuh. Menurut
257
gua gitu, tapi teman gua yang bukan dikit, ya bisa sih sebenarnya tapi kemungkinan mereka ngereject dikit, tapi gua gak bisa ngubah view yang fundamental dalam hidup mereka, gua gak bisa, dan gua juga gak mau ketahuan juga. Ya kan anak mahasiswa pikirannya bagaimana aduh mau kuliah, habis ini mau jalan mau makan. Nah gua pikirannya kaya negara ini bagaimana nasibnya, beda gitu. Secara pemikiran beda. Gua punya teman, suka hangout bareng, nyambung cuma karena terlalu cetek, teman-teman gua itu yang introvert yang pemikir, pemikir, yang kalau ke Kinokuniya beli buku yang berat, gua baru ngerasain ee..kok gua jahat gimana gitu. Peneliti
: Kamu cerita gak di luar soal indigo ya, soal keluarga atau apa ke temanmu yang biasa?
Mawar
: Teman-teman gua tau masalah keluarga, tapi kan mereka taunya bokap gua semacam orang jahat, tapi gak tau jahatnya kenapa.
Peneliti
: Kamu cerita masalah teman, keluarga ke Kak Dani?
Mawar
: Cerita tapi kebanyakan orang kalau diceritakan itu responnya diam, karena sakit rasanya. Gua ngomong gini aja sakit rasanya. Mau komentar apa juga bingung kan. Dani juga diam, kaya mau komentar apa, bokap loe gak jahat, gua tau bokap gua jahat, keluarga lo bakalan membaik, gua tau itu gak bakalan membaik. Jadi kaya rasanya puk puk gitu. Dani membantu secara energi, ya kaya gua menerima tetap sakit, perih banget omongan gua.
258
TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN 3 – TEMAN SESAMA INDIGO MAWAR Sumber
: Hamdani
Tanggal
: 6 Mei 2014
Waktu
: 19.15-19.50 WIB
Tempat
: Epicentrum Walk, Talaga
Pakaian
: Baju broken white dan celana berwarna khaki
Situasi
: Situasi tempat wawancara cukup banyak orang disekitar, Dani diwawancari ditengah waktu bebas kantornya.
Peneliti
: Selamat malam Kak Dani, bisa jelaskan latar belakang kakak dulu?
Dani
: Hamdani, tanggal lahir 11 Januari 1991, tempat lahir Jakarta. Tempat tinggal di Bekasi, agama Islam, suku papa dan mama orang Sulawesi Selatan tapi aku lahir di Jakarta. Kuliah di Universitas Gunadarma jurusan IT. Hobi maen di hacking internet security, jadi ngehack begitulah, berkaitan sama komputer.
Peneliti
: Menurut kakak pertemanan itu apa?
Dani
: Pertemanan itu (berpikir) apa ya..kompleks sih kalau dijelaskan, ee..pertemanan itu sebenarnya tidak bisa diartikan langsung secara leterlak gitu, tapi kita harus berteman, kenapa? Karena kalau misalnya kita menambah kawan itu mempersempit gerak lawan. Jadi ee..kita harus banyak-banyak nambah teman lah bukan nambah musuh. Untuk arti pertemanan itu sendiri gak bisa dijelaskan tapi sudah tahu lah secara eksplisit.
259
Peneliti
: Sejak kapan kenal dengan Mawar?
Dani
: Setahun, dua tahun yang lalu kalau gak salah.
Peneliti
: Perkenalan pertama kali di mana kak?
Dani
: Kita ada gathering, biasalah kita ada gathering indigo setiap dua tiga bulan sekali, ya terus dia datang ke gathering kita gitu. Ya yang datang ke gathering kita kan gak sembarang orang juga, maksudnya kaya apa ya..ya memang gak sembarangan lah. Ya kita ibaratnya juga bisa dalam tanda kutip milih siapa yang bisa datang ke gathering kita. Jadi kalau dia niatnya gak baik atau buruk segala macam, tapi ya Mawar ya heran aja gitu gua dia bisa ketemu kita-kita padahal dia orang baru. Mawar galau gitu, anak indigo sekarang masih banyak banget yang galau, mungkin belum ketemu kita juga, dalam artiannya belum ketemu teman-teman indigo lainnya pasti galau banget kan ya. Mawar akhirnya setelah bertahun-tahun, ibaratnya basi banget kalau anak indigo udah lama tapi baru kenal sama kita dan ya gua apal banget kata-katanya “Ya Allah, selama ini tuh gua nyari-nyari kalian, selama itu gua sendiri.” ya itu basi banget sih sebenarnya buat gua, ya tapi kan itu cerita sendiri buat mereka, kaya gitu sih. Pertama kali kebetulan si Mawar gabung gathering indigo yang ibu-ibu. Ibaratnya arisan ibu-ibu gitu deh, lokasinya di McDonalds Pasar Festival, Jakarta Selatan. Ya ngobrolngobrol lah. Pertamanya dia engage lewat telepon dulu lewat sms ke gua.
Peneliti
: Yang pertama kali di bicarakan sama Mawar tentang apa?
Dani
: Kisah hidupnya selama ini, gua tuh gini-gini bla bla bla. Kan waktu itu juga banyak indigo lain ya, dan banyak cewek, ibu-ibu semua. Jadi nyambung aja, dan gua anteng aja diam ngedengerin.
Peneliti
: Kesan pertama tentang Mawar?
260
Dani
: Ee..tenang tapi menghanyutkan, jadi apa ya..tipenya si Mawar ini, dia kalau misalnya kesal sama orang, anteng gitu. Tapi dia kalau misalnya kesal sama orang terus anteng tau-tau itu orang kenapa gitu. Ya kalau dia ngezolimi Mawar, ya kalau dia gak ngezolimi Mawar ya gak efek. Kalau Mawar kesal sendiri karena sebab yang tidak jelas ya itu susah di Mawar sendiri. Ya gitu deh banyak tipe-tipe kaya begitu, tenang tapi menghanyutkan, anteng justru dia rapi mainnya, gak mau dikorek segala macam. Waktu itu ada shooting Metro TV segala macam dia gak mau, memang Mawar kita pasang buat back end kita. Kita main ada orang yang di front end yang suka muncul-muncul di TV gitu, temanteman kita, ada yang kita pasang di back end dan dia memang gak mau untuk kita pasang di front end, tapi dia ngeback up terus kalau ada kenapa-kenapa teman-teman kita. Mawar anaknya juga tepat waktu kalau janjian, dia bisa datang lebih awal.
Peneliti
:
Memang
anak
indigo
bisa
nyerang
orang
juga
dengan
kemampuannya? Dani
: Bukan anak indigo yang nyerang, rata-rata musuhnya kan dukun. Jadi dukun itu memang ngambil lah, wah dimanfaatin ini anak, banyak banget kasus-kasus kaya begitu. Gua kalau sebut, ibaratnya asal nyeplos banyak banget, terus ada Ustad-Ustad gitu yang ngaku-ngaku dukun, terus deket sama anak indigo, tau-tau modusnya itu memang mau ngambil itu anak indigo, karena ilmunya oke lah, kata Ustad ini, Ustad ini kan ibaratnya nyari gitu kan. Bukan Ustad doang ya, Ustad kan dari kalangan Islam ibaratnya ada dari pendeta atau apalah, yang kesannya religius tapi ternyata, kalau kita kan gak bisa ditipu secara kasat mata. Oh niatnya kaya begini gak benar neh, ya udah. Yah tipenya Mawar kaya begitu, jadi kalau misalnya dia kesal sama orang, anteng aja udah, cukup tau aja, entar tiba-tiba udah aja. Ibaratnya kalau penyakit kan, misalnya kena gitu, dia ke rumah sakit, orang ini udah dokter angkat tangan udah. Sebenarnya bukan Mawar saja sih, itu kan dalam ibarat
261
umum, orang kalau dizolimi kan, dia doa gitu kan pasti kan terkabul kan. Peneliti
: Seberapa dekat sih kakak dengan Mawar?
Dani
: Baru sih baru kenal, tapi memang namanya anak indigo kan udah dekat banget. Memang basicnya anak indigo gampang dekat dengan sesama, tali-telaminya lebih dekat dari saudaranya bahkan, lebih dekat dari keluarganya, lebih dekat dari kakak adiknya. Ya dia lebih nyaman dengan sama-sama anak indigo, kadang. Tapi kalau misalnya di satu keluarga punya adik kakak, ya dia lebih dekat lagi lebih dekat lagi, udah urusan indigonya dekat, urusan keluarnya juga sedarah lebih dekat lagi. tapi yang lebih nyatuin mereka sebenarnya indigonya sih, giftnya itu.
Peneliti
: Ada gak keluarga, adik, dan kakak indigo yang gak dekat?
Dani
: Gak dekat, kayanya gak mungkin deh, gak ada alasan untuk gak dekat, ya kalau berantem-berantem kecil wajar lah, masih kecil berantem, kakak adik, cewek cowok, cewek-cewek.
Peneliti
: Sering ketemu gak sih dengan Mawar?
Dani
: Ya kalau misalnya gathering rutin oke ketemu, ya pokoknya setiap ada gathering, annual event yang benar-benar dia disitu dalam artian penting, mendesak pasti kan kepanggil semua tuh mereka, pasti ketemu pasti. Kaya waktu itu kan tampil di Metro atau tampil di TV manapun pasti ada, kepanggil semua. Selain gathering juga gua kan suka ke kampus UI baca-baca eh ketemu dia.
Peneliti
: Komunikasinya biasanya melalui apa dengan Mawar?
Dani
: Whatsapp paling nanya-nanya biasa aja. Teleponan kadang ya kaya orang biasa aja, gak terlalu sering juga, gak terlalu jarang juga.
Peneliti
: Sudah ada konflik belum dengan Mawar? 262
Dani
: Konflik gimana? Jangan sampai lah, ya jangan sampai, memang gak ada sih anak indigo yang konflik. Kecuali terkadang mereka ada yang egonya terlalu tinggi banget, nah itu mulai deh main deh. Ya kalau dia terlalu kemakan ego habis sendiri dia, dia bukannya sama orang lain doang, dia juga manajemen emosinya dia udah ancur banget, udah kebakar diri sendiri ibaratnya, ngeri, emosinya kan begitu.
Peneliti
: Lalu untuk penyelesaian masalah ego dalam kasus anak indigo yang begitu bagaimana kak?
Dani
: Dekatin sama agama, apapun agama mereka. Ibaratnya spiritualnya harus ada deh.
Peneliti
: Topik pembicaraan kakak dan Mawar biasanya seperti apa?
Dani
: Ee..Ya gak jauh, kaya gitu aja, balik lagi dia ceritain waktu dulu gini gini segala macam, kenal orang bla bla bla, orang silih berganti datang di kehidupan gua, ada yang buat pelajaran ada yang jadi berkat. Ya gitu aja sih, biasalah, curhat anak-anak biasa. Semuanya juga kaya begitu, teman, keluarga dibahas. Biasanya mereka juga suka curhat rame-rame di group, “tau gak sih loe, gua tuh bla bla bla..” kaya begitu, anak indigo biasa lah. Cerita masalah lah, biasa lah.
Peneliti
: Mawar biasanya kalau cerita sudah sampai ke inti atau hanya lapisan luarnya saja?
Dani
: Dia bias juga kita sudah nangkep intinya kok, jadi anak indigo enak kalau cerita kalau ama anak indigo, “Oh ya udah ya udah, gak usah gak usah.”. Kita kan ngeliat dari mata.
Peneliti
: Menurut kakak keterbukaan diri tentang teman, keluarga, masalah, indigo kalian itu penting tidak?
Dani
: Ee..depends on condition, tergantung situasinya gimana, kondisinya gimana, ya tergantung keterbukaan itu relatif. Jadi ya bukan selama itu
263
kalau keterbukaan ngancem diri kita, bahaya untuk diri kita sendiri ya kita gak buka lah, ya kalau misalkan itu keterbukaan diperlukan untuk justru untuk nyelametin diri kita sendiri atau orang lain nah itu perlu. Peneliti
: Keterbukaan Mawar dengan kakak bagaimana?
Dani
: Keterbukaan Mawar ya pasti terbuka lah, dia cerita aja tentang semuanya, keluarga, teman, masalahnya, indigonya, dalam lah inti ceritanya. Pokoknya intinya anak indigo sama anak indigo lain pasti terbuka banget, gak lihat itu siapa, mau anak kecil juga terbuka.
Peneliti
: Kalau dengan yang bukan sesama?
Dani
: Kalau yang dengan bukan sesama ya pasti ada yang dia keep lah. Ya kan kaya gini lho “percuma gua ngomong masalah gua ke orang lain, 90% dari mereka belum tentu bisa bantu cuma bisa cemooh doang.”
Peneliti
: Menurut Kakak, kenapa Mawar pilih cerita dengan Kakak?
Dani
: Ee.. sebab anak indigo kalau sudah nyaman sama satu orang, it’s okay, jadi dia bakalan nyambung terus aja. Udah kenal, udah nyaman disitu, dan dia ngeliat satu indigo ini egonya gak terlalu tinggi, gak ngeguruin, ya udah dia nyaman.
Peneliti
: Kakak banyak membahas topik indigo dengan Mawar?
Dani
: Iya, ya macam-macam, banyak banget, tentang beraktivitas, gimana caranya kita bersikap dengan lingkungan gitu. Ya tanya, “menurut kamu sikap saya bagus gak sih, begini begini terhadap lingkungan saya?” kebanyakan sih itu, jajak pendapat tentang itu. Bagaimana saya harus, tepatkah saya menempatkan diri seperti ini di lingkungan. Ya itu sih, kadang mereka udah ngelakuin yang baik, tapi kadang masih ngerasa ini baik gak ya, gitu lho. Jadi ya dia sering nanya. Oo iya, kamu wawancara temannya Tiara kan ya? Itu asistennya bukan?
Peneliti
: Kok kakak tahu? 264
Dani
: Ya iya siapa lagi, Tiara anaknya kaya gitu, heboh-heboh tapi kalau gak dekat dengan orang, gak gitu, makanya dia nyari asisten, asisten itu juga harus yang klop juga, dia nyari sendiri tuh.
Peneliti
: Lalu, pandangan kakak tentang indigo?
Dani
: Indigo adalah suatu karunia yang Allah takdirkan untuk beberapa orang saja, tapi kan itu ada hikmahnya gitu. Kenapa ke beberapa orang saja, tapi ternyata kita tilik orang-orang ini, orang-orang ini juga punya beban yang berat, jadi kaya indigo bukan diutusin kaya semacam nabi atau orang soleh, ya tapi mereka ya..pasti ada hikmahnya lah kenapa Allah ciptain kaya gini, pasti ada hikmahnya, ya hikmahnya mungkin untuk menolong orang, sesama. Makanya sering ditemuin anak indigo bantuin orang aja lah intinya. Kadang suka pesan ke teman-teman indigo juga gak usah terlalu muncul di publik itu kadang-kadang salah satu nasihatnya, terus atau kalian tetap bantu orang tapi in silent, anteng, quiet gitu tetapi tetap bantu orangnya berisik, maksudnya berisiknya dalam pergerakan gitu, movenya tujuannya untuk bantu orang kanan kiri, tapi gak usah banyak cincong gitu ibaratnya. Supaya keikhlasan, apa ya..keikhlasan kan teruji disitu, ketika misalnya loe bikin sesuatu yang baik, tapi orang gak tau lebih baik. Jadi orang nyembunyiin kebaikan loe kaya loe nyembunyiin dosa loe, kalau loe nyembunyiin kebaikan kaya loe nyembunyiin dosa, ya itu berarti ikhlas loe dah oke banget gitu.
Peneliti
: Hal positif dalam pertemanan kakak dengan Mawar?
Dani
: Banyak banget, bukan cuma Mawar doang, semua kita dapat hal positif kalau ketemu sesama itu, kita jadi belajar. Kan apa, orang lain itu kan jadi pelajaran buat kita, kadang ada kisah yang buruk, kadang ada kisah yang baik. Kisah yang buruk ya udah dia yang menceritakan dan cukup dia aja yang merasakan kita belajar dari kisahnya dia, tapi yang baik perlu kita contoh, kita tiru, seperti itu.
265
Peneliti
: Hal negatif dalam pertemanan dengan Mawar?
Dani
: Gak ada.
Peneliti
: Harapan pertemanan kakak dan Mawar kedepannya?
Dani
: Harapannya udah dari awal sih udah harapannya mawar kan udah beranjak dewasa, mungkin nanti dia yang akan membimbing adik-adik indigonya yang lain, kalau dia ketemu dengan yang lain. Jadi untuk saling istilahnya itu kita netralin emosi kita, netralin sesama, jadi dia kan akan ngebina adik-adiknya nanti. Maksudnya untuk ngasih saran ke adik-adiknya.
Peneliti
: Kakak kalau disuruh pilih, lebih memilih pertemanan dengan sesama atau bukan?
Dani
: Gak milih-milih lah, sama aja, sebenarnya ini gak usah terlalu anak indigo banget, kita sama aja.
266
TRANSKRIP WAWANCARA AHLI INDIGO Sumber
: Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo Hipnoterapis dan Rektor Perbanas
Tanggal
: 8 Mei 2014
Waktu
: 12.20-12.50 WIB
Tempat
: Jl Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan Gedung Perbanas, Unit V, Lantai 4
Peneliti
: Selamat siang Pak Marsudi, terimakasih atas kesediaan waktunya untuk wawancara ini. Menurut Bapak, karakteristik anak indigo pada umumnya seperti apa?
Pak Marsudi : Anak-anak indigo biasanya karakteristik utamanya IQ-nya sangat tinggi, karena IQ-nya sangat tinggi sehingga kadang-kadang mereka tidak bisa memahami dunia di luar diri mereka. Ada yang bentuknya yang kemudian menjadi tertutup introvert, ada yang kemudian
menjadi
pelampiasannya
sangat
menjadi
naif,
terlalu
tetapi kasar.
ada Nah
juga ini
yang
makanya
karakteristik, tetapi umumnya rata-rata biasanya mereka tertutup, biasanya begitu. Kemudian karakteristik yang kedua, dia memang memiliki kelebihan di satu bidang tertentu, ada yang memiliki kekuatan misalnya bisa menyebuhkan orang sakit, kadang bisa ngelihat mahluk halus, komunikasi mahluk halus, ada yang misalnya bisa menghitung lebih cepat dari kalkulator. Ada salah satu anak indigo saya yang ketika ditanya 2566 dikali 353, kita
267
baru ngetik, dia sudah jawab. Dia memang memiliki kemampuan disitu. Ada yang hafal dengan kitab suci, dari umur tiga tahun dia sudah hafal, berbeda-beda. Jadi ini karakteristik yang kedua, mereka memiliki suatu kelebihan yang berbeda dengan diri kita. Kemudian karakteristik yang ketiga, anak indigo ini, karena dia introvert itu, dia tertutup itu, biasanya kemudian dia menarik diri dari pergaulan, bukan karena mereka tidak bisa, tetapi karena orang dewasa itu tidak bisa memahami, karena tidak bisa memahami, kemudian terjadi konflik komunikasi diantara mereka, kemudian mereka menarik diri. Karena anak-anak biasanya mekanisme defends-nya mundur, kalau orang dewasa biasanya mekanismenya defends-nya fight. Peneliti
: Maaf Pak, tentang hal menutup diri tadi, lebih menutup diri tentang diri mereka atau tentang kehidupan mereka?
Pak Marsudi : Tentang kehidupan mereka, keseluruhan mereka. Makanya kadang-kadang susah dibedakan apakah seseorang indigo atau autis. Anak autis memiliki sifat yang hampir sama, berpusat pada dirinya, bahkan anak autis itu menganggap orang lain tidak ada, ekstremnya seperti itu, makanya anak autis itu kan salah satu cirinya kalau diajak bicara tidak bisa menatap mata, karena dia gak bisa melihat, di dunia ini tidak ada orang lain. Nah, di sisi lain ada yang dinamakan anak hiperaktif, hiperaktif itu anak yang energinya berlebihan dan dikeluarkan dengan bermacam-macam, sehingga kalau kita tidak paham, kita sebut dia nakal. Indigo ini di kutub yang lain lagi, dia memiliki kekuatan-kekuatan tertentu, dan karena energi ini dia menjadi sangat tertutup, jadi seolah-olah kalau kita gak paham dikira sebagai anak autis. Karena ketika iya tadi, manusia ketika menghadapi sebuah benturan, reaksinya kan dua, melawan atau lari. Contoh misalnya dia menghadapi benturan komunikasi, misalnya dia ngomong sendiri, padahal mungkin dia
268
bicara dengan mahluk gaib, tetapi orang tuanya menganggap kamu gila ya, reaksinya kan dia jadi mundur, dia gak mau berlawanan. Peneliti
: Jadi secara komunikasi ada perbedaan anak indigo dengan anak pada umumnya?
Pak Marsudi : Sangat berbeda, karena tadi, biasanya anak indigo juga tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik, susunan kalimatnya itu agak berbeda, kemudian cara-cara ia berbicara. Kenapa? Karena anak indigo itu sebenarnya punya kelebihan di otak ya. Orang mengatakan otak kita ini hanya satu persen yang dipakai, selebihnya 99 persennya kan nganggur. Nah anak indigo ini mungkin enggak, satu persen dipakai ke kita, 99 persen dipakai kekuatan-kekuatannya.
Akibatnya
karena
kekuatan
otaknya
dipakai, reaksi berpikirnya juga lebih cepat, karena otaknya berpikir lebih cepat, mulutnya tidak bisa mengejar. Makanya kadang-kadang kita melihat anak-anak indigo susunan kata-katanya agak ngaco, karena otaknya ini lebih cepat memproduksi kata dibandingkan mulutnya mengatakan. Otaknya mungkin kalau kata ilmu komunikasi itu, kalau perempuan 15 kata perdetik, kalau anak laki-laki lima kata perdetik. Kalau anak indigo itu mungkin bisa 50 kata perdetik, padahal mulut kita dalam satu detik hanya bisa mengeluarkan dua tiga kata. Kelihatan sekali tata bahasanya tidak tersusun dengan baik, pilihan bahasanya juga kurang baik, karena terlalu cepat otaknya bekerja. Peneliti
: Kalau dibandingkan dengan sesama anak indigo Pak?
Pak Marsudi : Nah menariknya gini, kalau dengan sesama anak indigo mereka bisa saling berkomunikasi dengan asik, jadi kalau di komunitas itu anak-anak indigo meskipun mereka memiliki kelebihan yang berbeda, mereka itu bisa berkomunikasi dengan sangat-sangat akrab, mungkin dunia ini bisa paham ya, jadi meskipun 269
komunikasinya belum terbentuk kata-kata, ada anak indigo yang berkomunikasi tanpa berkata-kata ada. Tetapi karena mereka bisa memahami, bisa mengerti, mungkin satu frekuensi ya, jadi nyambung gitu ya, jadi bisa asik anak indigo, jadi makanya kan komunitas-komunitas anak indigo kalau bertemu sesama mereka, bisa sharing perlakuan-perlakuan buruk yang mereka terima, bisa sharing bagaimana perlakuan buruk orang tuanya, itu mereka bisa asik, bisa saling bercerita akrab. Tetapi dekat kita, ini agak berbeda, jadi kayanya kita itu dianggap mahluk yang berbeda gitu lho, makanya kalau saya, kebetulan saya hypnoterapis ya, kalau saya menterapi anak indigo, saya harus masuk ke dalam dunia mereka, sehingga saya menyamakan frekuensi dengan mereka. Saya sendiri juga gak tau jaman dulu ada indigo atau tidak, tetapi anak-anak indigo bilang “Dulu Bapak indigo juga waktu kecil.”. Saya juga gak tau kenapa mereka melihat begitu. Tapi dulu saya memang belajar ilmu-ilmu tenaga dalam, ilmu-ilmu kejawean, menghilang, dulu saya memang pelajari ilmu-ilmu persilatan dulu. Apakah karena itu jadi mereka menganggap saya indigo. Peneliti
: Bapak sejak kapan mulai menangani anak indigo ini?
Pak Marsudi : Jadi biasanya saya kasih training guru-guru smp mengenai hypnoterapis, kemudian saya selalu pesankan, kalau ada yang tidak bisa ditangani setelah saya ajarkan, bawa ke tempat saya. Biasanya sore jam tiga-an rame disini, karena jam tiga kantor ini tutup kan, disini jam tiga mahasiswa juga sudah pulang kuliah. Ketika saya menangani, ada kelainan yang bermacam-macam, hyperaktif, ada yang autis, ada yang nakal, ngerokok, ada yang pacaran mulu, ada yang main game terus bermacam-macam lah. Diantara problem itu ternyata terselip anak-anak indigo, jadi orang tuanya tidak tahu dia indigo, jadi dianggap dia gila. Kaya contohnya begini, ada orang tua yang bawa anaknya kesini, karena anaknya suka ngomong
270
sendiri, seperti orang gila, ketawa sendiri, ngomong sendiri. Saya bicara dengan orang tuanya, tidak ada anak yang gila, orang gila itu pasti sudah dewasa, makanya kita tidak pernah liat orang gila anakanak. Baru mereka bilang iya yah. Jadi orang gila itu biasanya sudah balik, sudah di atas umur 12 tahun, karena Allah itu adil, tidak akan membuat anak dibawah umur 12 tahun itu gila. Jadi kalau dia bicara sendiri bukan gila, jadi tidak perlu diterapi, hanya saya perlu bicara dengan anaknya. Kata anaknya iya saya kan ngomong, di ruang ini pun ia bilang ada apa, dia bisa bicara dengan mahluk-mahluk yang tidak kelihatan, tetapi orang tuanya salah paham, dikira anaknya gila. Saya bilang anak ibu tidak sakit jiwa, saya arahkan saja, supaya orang tuanya bisa memahami anaknya, sehingga bisa harmonis lah hidupnya. Jadi salah satu pasien saya yaitu Dani, ketua komunitas Keluarga Indigo, dibawa kesini sejak empat tahun yang lalu, sebelum Dani kuliah. Karena ibunya salah paham, ternyata adiknya juga begitu, indigo juga kan adiknya, akhirnya dibawa juga kesini. Jadi karena di antara pasien-pasien saya ada anak indigo, jadilah saya perkenalan dengan mereka, dengan dunia mereka, masuk dunia mereka. Peneliti
: Indigo berarti ada pengaruh dari orang tuanya juga ya Pak?
Pak Marsudi : Indigo ini biasanya keturunan, jadi pasti ada gen-gen yang membawa kesitu. Dari pengamatan saya sementara, kalau ibunya indigo nurun ke anaknya indigo. Kalau neneknya indigo nurun ke cucunya. Jadi kalau dari jalur ibu langsung, kalau dari jalur bapak biasanya dari jalur nenek. Jadi kalau seorang laki-laki dia indigo tetapi anaknya tidak indigo, tetapi kalau seorang perempuan dia indigo, anaknya kemudian perempuan juga, ia akan indigo. Biasanya indigo itu menurun, tetapi ada juga indigo yang tidak menurun, itu mungkin karena belajar ya. Jadi mungkin di semua suku bangsa kita punya ilmu-ilmu yang dipelajari, disebut ilmu
271
gaib, itu akhirnya bisa membuat kita memiliki kekuatan juga. Jadi manusia itu terdiri dari tiga golongan, ada yang dari lahir sudah memiliki kekuatan, ada yang dibentuk karena proses, ada yang udah dilatih juga tidak bisa. Peneliti
: Bagaimana dengan orang tua yang tidak mendukung anak indigonya Pak?
Pak Marsudi : Yang tidak mendukung banyak, justru itu yang menjadi pasien saya yang tidak mendukung itu dan saya sadarkan mereka, anak bapak, anak ibu itu punya kekuatan khusus, jadi harus dijaga, jangan sampai kekuatan itu, bukan disalahgunakan sih, tetapi tidak terkendali. Contohnya ada salah satu pasien saya, anak perempuan, ia memiliki kemampuan untuk tahu kapan orang akan meninggal, ia memberitahu orang yang akan meninggal itu kalau sebentar lagi mereka akan meninggal. Di sini diajarkan untuk tidak ngomong, ia tahu untuk dia saja, tetapi jangan dibicarakan ke orang lain, karena kemudian begitu kejadian, bisa dibilang anak setan, orang-orang jadi salah paham. Pada suatu saat pernah ada tetangganya dibilang akan tabrakan motor, tetangganya menilainya sebagai nyantet, nah itu orang tuanya harus menjaga agar anaknya tidak melepaskan tenaganya sembarangan. Ada juga pasien saya, kalau lihat air, airnya bisa mendidih, jangan disalahgunakan. Atau si Dani, Dani kalau lihat ATM, digosok ia bisa baca pinnya. Hati-hati itu jagoan security komputer itu, nah orang tuanya harus menjaga agar dia tidak menyalahgunakan itu untuk keperluan jahat. Jadi masingmasing itu yang penting orang tua itu harus mendukung kalau anaknya berbeda dan memiliki kelebihan, nah karena masih anak mereka belum tahu salah dan benar, seperti anak yang bisa tahu kematian seseorang, dia sebenarnya jujur, tetapi tidak semua kejujuran harus diutarakan. Misalnya komunikasi dengan mahluk halus, kalau diluar jangan, kalau di rumah silahkan. Ada lagi salah
272
satu pasien saya yang sukses, ia punya khayalan, ia pernah hidup di sebuah negara di mana gitu, ia jadi ratu, ia punya pembantu. Bahkan ia cerita ia bisa terbang, ia loncat ia bisa terbang. Ia suka mengkhayal, sama orang tuanya dibilang ini anak gila ini. Kemudian dibawa kesini, saya arahkan, oo, anak ibu ini punya daya imajinasi yang luar biasa, diarahkan saja. Bagaimana caranya, Bapak Ibu bisa beliin dia laptop tidak? Jadi suruh aja dia ngarang, jadi khayalannya jadi ke buku. Akhirnya bukunya sudah ada di Gramedia, bukunya tidak saya sebutkan, tetapi dia jadi pengarang cerita khayal yang bagus. Jadi imajinasi dia tidak di bicarakan ke orang lain tetapi di nyatakan ke dalam bentuk sebuah buku. Diarahkan seperti itu, yang penting orang tuanya harus paham saja, di support saja, dan ternyata bisa jadi pengarang yang bagus. Peneliti
: Sebenarnya masih ada tidak sih Pak yang orang tuanya tidak mendukung, menolak?
Pak Marsudi : Mungkin ada, tetapi biasanya kalau ketemu saya sudah enggak, tetapi mungkin masih ada, yang di luar kan ribuan banyak. Peneliti
: Sebagai anak indigo apakah mereka butuh kesiapan?
Pak Marsudi : Kan dari kecil jadi bukan butuh kesiapan atau tidak, justru menjadi anak indigo itu kemudian harus di arahkan, ia kan tidak ia maui, begitu lahir ia sudah punya kekuatan itu. Nah, yang perlu disiapkan justru sekarang lingkungannya, orang tuanya, kakakkakaknya, jadi ketika ia tahu bahwa anggota keluarganya itu indigo, maka keluarga itu harus di persiapkan menerima anak yang berbeda dari yang lain, supaya tidak di anggap aneh. Ketika kekuatan sebatas dari kecil sudah hafal Al-Quran itu kan baik-baik saja kan. Tetapi ketika dia punya kekuatan melihat nasib, kemampuan, masa depan orang, kalau tidak disiapkan kan jadi dianggap gila. Jadi yang disiapkan itu keluarganya. Orang tua harus 273
memahami anaknya indigo dan juga jangan mengeksploitasi anaknya. Intinya anak indigo itu sederhana saja, lingkungannya harus paham dia, lingkungan di sekolah, di rumah, terutama yang di rumah. Reaksi anak indigo ketika dianggap aneh, ia melarikan diri menjadi pakai-pakaian aneh, ada yang jadi banci, ia lari dari realita hidup. Kadang-kadang kalau sudah sampai kesana saya terapi, salah satu pasien saya anak indigo dan di salah pahami oleh lingkungan, ia kemudian beralih gender. Ia anak laki-laki tetapi suka pakai rok, pakai lipstick, ketika saya terapi, saya hipnotis, kemudian saya gali ketika dalam keadaan tidak sadar, ternyata ia adalah pelarian diri, ia benci kepada dirinya, ia tidak mau lagi jadi dirinya, karena ia dianggap gila oleh lingkungannya, dianggap aneh, anak setan, akhirnya dia pelarian diri dalam bentuk, saya tidak mau menjadi diri saya. Jadi akhirnya dia punya kepribadian ganda, seorang perempuan yang berbeda dari dirinya, kalau begitu sudah saya jadi penyakit, saya terapi. Kalau tidak ya saya bicara saja kepada orang tuanya supaya bisa memahami lah.
274
PEDOMAN WAWANCARA a) Data pribadi: i. Nama. ii. Usia. iii. Tempat dan tanggal lahir. iv. Tempat tinggal. v. Jurusan/pekerjaan. vi. Agama vii. Suku b) Makna pertemanan. c) Pertemuan awal dengan teman. d) Tahapan kedekatan yang terjalin dengan teman. e) Kedekatan hubungan dengan teman. f) Frekuensi pertemuan dan saluran komunikasi yang dilakukan. g) Topik yang dibicarakan dengan teman. h) Kedalaman topik yang dibicarakan. i) Makna keterbukaan diri (self disclosure) dalam pertemanan. j) Bagaimana keterbukaan diri dalam pertemanan, sejauh apa. k) Mengapa melakukan keterbukaan diri, alasan. l) Ketidakterbukaan satu sama lain, apa dan mengapa. m) Karakteristik anak indigo. n) Pandangan mengenai anak indigo. o) Respon teman ketika melakukan keterbukaan diri mengenai indigo.
275
p) Nilai positif dalam pertemanan dengan anak indigo. q) Pertemanan dalam sesama indigo dan dengan bukan indigo, bagaimana dan hambatannya.
276
Gambar 1. Gathering Komunitas Keluarga Indigo 30 Maret 2014
Gambar 2. Peneliti bersama Dimas Ahmad Rianto
Gambar 3. Peneliti bersama Ajeng Tiarara Rihandini
277
Gambar 4. Peneliti bersama Rahma Sunarsih Tri Walidah
Gambar 5. Peneliti bersama Tiara dan Rahma
Gambar 6. Peneliti bersama
278
Gambar 7. Peneliti bersama Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo
279
280