12 Langkah Mengendalikan Emosi Negatif
1
Mulai dengan mengendalikan Emosi Negatif ringan Emosi negative muncul karena adanya perbedaan informasi dalam otak kita. Pertentangan antara apa yang diketahui dan apa kenyataan. Pertentangan antara apa yang dikehendaki dan apa yang diperoleh Emosi negative terlihat melalui beragam ekspresi. Ada yang hanya terlihat dari raut wajah, seperti khawatir dan kecewa. Ini adalah emosi negatif tingkat rendah dan hanya sedikit mengkonsumsi energi. Ada yang terekspresikan dengan tindakan kasar dan fisik, seperti menjadi gila karena stress hingga membunuh karena marah. Ini adalah emosi negatif tingkat tinggi dan banyak mengkonsumsi energi. Emosi negative tingkat tinggi berawal atau merupakan akumulasi dari emosi negative tingkat rendah.
Manusia adalah makhluk berinteligensi tinggi. Banyak tahu dan banyak mau. Standar keinginannya tinggi, sehingga peluang ketidak tercapaiannya juga tinggi. Manusia menjadi sangat rentan dan mudah berada pada kondisi emosi negatif. Oleh karena itu kita harus mampu mengendalikan emosi negatif. Mencegah emosi negatif tingkat tinggi dengan mengendalikan emosi tingkat rendah. Artinya, agar tidak mudah stress dan jadi pemarah, maka harus mampu mengendalikan rasa khawatir dan kecewa.
Dalam bahasa al Quran, khawatir adalah KHAWF dan kecewa adalah YAHZAN. Dalam sebagian besar tafsir indonesia, yahzan diartikan dengan kata bersedih hati. Jadi kita cari petunjuk melalui ayat2 yang mengandung kedua kata ini (khawf dan yahzan) dalam satu ayat. Ada 12 ayat yang mengandung kata khawf dan yahzan dalam tiap ayatnya. Ini menjadi petunjuk ada 12 langkah untuk mengendalikan emosi negatif. Mari kita eksplorasi sesuai urutan nomor ayatnya
Khawatir adalah emosi negatif tingkat rendah atas apa yang AKAN terjadi Kecewa adalah emosi negatif tingkat rendah atas apa yang TELAH terjadi
2
Ambil Hikmah dan Gali Ilmu 2:38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjukKu, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
Untuk mendapatkan petunjuk Nya, mau tidak mau kita harus belajar dan menuntut ilmu. Bagi umat Islam, ilmu yang harus dipelajari adalah Al Quran, Hadits Nabi dan ilmu pengetahuan yang telah digali oleh manusia.
Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Pertama yang harus dilakukan adalah mencari petunjuk Allah dan bertekad untuk mengikuti petunjuk Nya.
Ilmu juga diperoleh dari pengalaman hidup, baik pelajaran dari pengalaman hidup yang baik, maupun hikmah dari pengalaman buruk.
Mencari petunjuk Allah, karena Dia pencipta alam semesta termasuk manusia. Dia Maha Tahu dan Maha Benar. Jadi petunjuk Nya pasti benar dan pas buat manusia.
Dengan banyak ilmu, kita tidak khawatir akan masa depan, karena tahu ada banyak kemungkinan yang akan terjadi, dan berusaha memilih kemungkinan yang terbaik.
Kita tidak mencari petunjuk benda mati, makhluk halus atau manusia.
Dengan banyak ilmu, kita tidak mudah kecewa atas masa lalu, karena sudah memaklumi apa yang telah terjadi, dan segera mempersiapkan diri untuk masa yang lebih baik.
Membaca kitab, berguru kepada manusia dan meneliti alam merupakan perantara untuk mendapatkan petunjuk Allah.
Dalam bekerjapun, kita harus terus mempelajari, mendalami dan menguasai ilmu terkait jenis pekerjaan. Semakin luas dan dalam pengetahuan; semakin akurat perencanaan; semakin mudah mengerjakan; dan semakin tinggi kinerja Sebagai tim, kontribusi ilmu dan pendapat seluruh anggota akan menentukan tingkat akurasi perencanaan. Untuk mendapatkan tingkat ilmu yang efektif dan merata pada seluruh karyawan, perusahaan harus mempunyai knowledge management.
3
Yakin & Kerjakan 2:62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orangorang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benarbenar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Kedua yang harus dilakukan adalah meningkatkan keimanan pada Allah dan hari kemudian. Dengan bekal keimanan ini kita mengamalkan perbuatan-perbuatan yang soleh. Dengan amalan soleh, tiada imbalan yang diharapkan selain pahala dari Allah
Hidup adalah beraktivitas. Ada aktivitas yang terasa datar karena sudah rutin dilakukan. Ada juga aktivitas yang cukup berat dan menantang, karena ada target tertentu yang diharapkan.
Dalam bekerjapun, kita harus yakin dan percaya diri atas rencana yang sudah disusun. Lalu kerjakan dengan sungguhsungguh. Insya Allah hasilnya sesuai rencana.
Apapun aktivitasnya, jangan pernah mengerjakan sesuatu yang tidak yakin.
Keyakinan seluruh anggota tim juga harus dibangun agar laju pekerjaan tidak pincang.
Oleh karena itu, setelah menguasai ilmu pada langkah pertama, maka pada langkah kedua kita harus mempunyai keyakinan dan optimisme atas ilmu tersebut.
Jangan biarkan tim dalam keadaan ragu. Langsung ajak tim untuk bekerja. Bila ada anggota yang ragu sebaiknya tidak ikut dalam tim.
Setidaknya yakin dan optimis bahwa hingga saat ini ilmu itulah yang terbaik, dan kita akan mengerjakan hal terbaik itu. Keyakinan dan optimisme juga membuat kita dapat berkonsentrasi penuh untuk mengerjakan aktivitas. Keyakinan, upaya yang sungguh-sungguh dan optimisme akan hasil, membuat kita tidak khawatir akan apa yang akan terjadi, juga tidak kecewa atas apa yang telah terjadi 4
Berserah Diri & Tetap Fokus 2:112. (Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Ketiga yang harus dilakukan adalah pada saat berbuat hal-hal yang baik, berserah dirilah kepada Allah. Berserah diri artinya; tugas manusia adalah bekerja sungguh-sungguh sesuai keimanan, selebihnya terserah Allah Bila demikian, maka apapun hasilnya, ganjaranya pastilah pahala.
Ilmu dan kekuasaan manusia terbatas. Ada banyak hal-hal yang terlewat, diluar kemampuan berpikir dan kekuatan kita. Sehingga saat mengerjakan aktivitas, tidak tertutup kemungkinan muncul kejadian-kejadian diluar perkiraan. Namanya diluar perkiraan. Saat ini belum ada dalam perkiraan kita. Jadi sebaiknya serahkan kepada Yang Maha Tahu dan Maha Kuasa, Allah.
Dalam pekerjaanpun demikian. Kita telah menyusun Rencana Bisnis yang matang, mengantisipasi Force majeure, menyiapkan Risk Management, bahkan menyusun Contingency Plan. Ini sudah lebih dari cukup bagi kita untuk fokus pada pekerjaan. Selebihnya serahkan pada Allah. Bila nanti ada yang diluar rencana, kita keroyok rame-rame untuk mencari solusi
Dan yakinlah bahwa bila nanti hal diluar perkiraan itu terjadi, Allah pasti membantu kita
Dengan telah menyerahkan kepada Allah, kita bisa kembali fokus pada aktivitas. Dan terhindari dari rasa khawatir akan apa yang akan terjadi dan tidak kecewa atas apapun yang terjadi
5
Berbagi untuk Kesinambungan 2:262. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebutnyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Keempat yang harus dilakukan adalah menafkah sebagian harta yang kita miliki dengan ikhlas. Janganlah sombong atas pemberian dan jangan merendahkan apalagi mempermalukan orang yang diberi di depan orang banyak. Memberi tidak akan mengurangi apa yang dimiliki, tapi justru bertambah. Bahkan pahalapun diperoleh
Manusia adalah makhluk sosial, tak ada satu orangpun yang bisa mengklaim sesuatu atas hasil dirinya sendiri. Pasti ada keterlibatan orang lain atau tim didalamnya. Setidaknya, dalam bekerja, orang itu memakai baju yang dibuat oleh orang lain, memakan makanan yang dibuat orang lain, menggunakan telepon dan jalan yang dibuat orang lain. Orang miskin adalah customer paling dasar yang menggerakkan seluruh roda dan strata ekonomi. Dengan memberi mereka maka ekonomi berputar. Semakin sering mereka diberi, semakin tinggi percepatan ekonomi. Dengan pertumbuhan dan kesejahteraan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Termasuk kesinambungan usaha kita.
Dalam pekerjaan, hasil dari tiap program adalah hasil bersama dan harus dirayakan bersama. Keuntungan perusahaan dibagikan kepada para stakeholder dengan bentuk masing-masing; Deviden pemegang saham, kesejahteraan karyawan, pelayanan pelanggan, kerjasama supplier dan kepedulian masyarakat, Insya Allah perusahaan akan terus untung dan tumbuh secara berkesinambungan
Dengan memahami ini, apapun hasilnya, dengan senang hati kita akan berbagi orang lain. Dan kita terhindar dari rasa khawatir dan kecewa atas kesinambungan aktivitas dan hasilnya. 6
Membangun Budaya Berbagi 2:274. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terangterangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Kelima yang harus dilakukan adalah terus menerus menafkahkan harta. Sebagian tidak perlu diungkap untuk meningkatkan kepercayaan diri keleluasaan bergerak bagi orang yang diberi. Insya Allah pada waktunya yang diberi akan mengabarkan nilai baiknya. Sebagian lagi sengaja diungkap secara bijaksana untuk menjadi pelajaran bagi yang lain.
Menyadari bahwa konsep berbagi akan efektif meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan, maka perilaku berbagi ini harus menjadi kebiasaan dan budaya yang tumbuh di masyarakat. Masyarakat dengan budaya berbagi akan memberi iklim kondusif. Mereka akan bergotong royong untuk menghilangkan kemiskinan dan memutar ekonomi. Mereka akan saling mengkorekasi bila kurang tepat dan akan saling mendorong untuk beraktivitas konstruktif. Sehingga terjadi syiar yang semakin meluas.
Dalam pekerjaanpun harus dibangun budaya berbagi. Khususnya berbagi dalam konteks membantu meningkatkan kompetensi dan kinerja karyawan yang sedang mengalami kesulitan Budaya berbagi dapat dibangun dengan cara terus menerus berbagi pengalaman, coaching, training, dan membantu secara langsung rekan kerja lain untuk . Dengan demikian roda organisasi bergerak selaras mulai dari level bawah hingga level top manajemen.
Bila kebiasan berbagi telah menjadi budaya, maka kita tidak khawatir atas apa yang akan terjadi dan kecewa atas apa yang telah terjadi pada masyarakat . Termasuk pada diri kita sebagai bagian dari masyarakat
7
Sibukkan Diri & Bertindak Sistemik 2:277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Keenam yang harus dilakukan adalah lakukan lagi aktivitas positif. Mulai dari beriman, beramal soleh, sholat dan berzakat. Ayat ini merangkum kelima ayat sebelumnya. Artinya ayat ini mengajak kita untuk mengulang Langkah Pertama hingga Langkah Kelima. Bila telah selesai, ulangi lagi Ganjaran yang diharapkan adalah tetap mendapatkan pahala. Dengan mengikuti pola ini, kita akan selalu terhindar dari perasaan khawatir dan kecewa (sedih hati)
Waktu terus berlalu. Apa yang dulu kita sebut ’masa depan’, kini menjadi masa lalu. Dan muncul masa depan baru yang harus dihadapi. Termasuk mengatasi rasa khawatir dan kecewa
Dalam bekerja, jangan biarkan diri dan karyawan lain menganggur dalam waktu lama. Segera lanjutkan dengan tugas baru. Atau susun suatu pekerjaan yang berulang setiap periode tanpa jeda.
Begitu juga ketika telah menyelesaikan satu aktivitas (amal soleh), jangan berdiam diri terlalu lama. Segera sibukkan diri dan susun aktivitas baru yang tetap membebaskan diri dari emosi negatif.
Dengan pengalaman (lesson learn) yang diperoleh, maka tugas baru atau pekerjaan yang diulang itu tetap harus dilakukan secara terstruktur dan sistemik.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, maka untuk aktivitas barupun kita harus melakukan pendekatan dan pola yang sama (langkah pertama hingga kelima) Setelah itu, waktu kembali berlalu, dan kita memasuki aktivitas baru lagi. Dan melakukan pendekatan yang sama lagi (langkah pertama hingga langkah kelima)
systemic
Demikian seterusnya, kita melaksanakan aktivitas demi aktivitas dengan pola yang terstruktur atau sistemik.
8
Siapkan Suksesi 3:170. mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orangorang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Ketujuh yang harus dilakukan adalah menikmati karunia bagi diri dan bagi orang lain. Juga karunia bagi orang-orang penerus yang mengikuti jejak kita Dengan demikian kita tidak merasa khawatir atas kehidupan mereka dimasa datang dan tidak kecewa (sedih hati) atas
Kita tidak bisa terus menemani sang waktu yang terus berjalan. Setiap yang bernyawa akan meninggalkan periode dunia ini. Yang akan melanjutkan menemani waktu adalah generasi pewaris. Bila di era kita, telah terbangun budaya masyarakat yang positif, maka budaya positif ini harus terus berlanjut dan bahkan diperkuat. Oleh karena itu semua ilmu, pengalaman, kemampuan dan keberhasilan harus diwariskan. Kita harus bisa mengajak, mendidik dan melatih generasi penerus agar mempunyai semangat dan kemampuan setidaknya sama dengan kita atau lebih baik.
Dalam pekerjaan, banyak program yang bersifat jangka panjang. Program ini dibuat oleh Tim Manajemen kita dengan strategi, kebijakan dan rencana kerja serta budaya tertentu Agar program ini berkelanjutan dan ditingkatkan berdasarkan fondasi yang kuat, maka perusahaan harus menyiapkan program suksesi yang baik. Kader-kader dilibatkan agar memahami dan mulai terbiasa dengan pola kerja serta rencana kerja kedepan.
Dengan telah mewariskan maka suksesi generasi akan berjalan baik. Dan kita tidak akan khawatir atau kecewa. Bahkan sebaliknya, gembira atas karunia Nya ini.
9
Terbuka Demi Kemajuan 5:69. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Isi ayat QS 5:69 ini adalah pengulangan ayat QS 2:62 pada Langkah Kedua. Bila pada QS 2:62 penekanannya pada keimanan untuk dapat pahala, maka pada ayat QS 5:69 ini penekanannya pada ‘keragaman’ keyakinan. Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Kedelapan yang harus dilakukan adalah menyadari kesamaan kewajiban untuk beriman dan beramal soleh. Baik itu orang mukmin, yahudi, shabiin maupun nasrani Hal ini mendorong muslim untuk merasa sederajat dengan umat lain, dengan tolok ukur keimanan dan amal soleh. Dan mendorong untuk bersikap terbuka terhadap umat lain.
Manusia tersebar dimuka bumi, menghasilkan keanekaragaman warna kulit, bahasa dan budaya. Termasuk agama, sehingga terbentuklah golongangolongan dan umat-umat. Dimanapun dan sebagai umat manapun terlahir, seorang manusia adalah tetap manusia. Yang didalam hidupnya wajib dan terdorong untuk bersikap dan bertindak positif. Setelah berhasil membangun budaya pada kelompok masyarakat kita, harus disadari bahwa diluar sana ada banyak kelompok masyarakat lain. Diantaranya ada yang lebih berhasil dari kita
Didalam pekerjaanpun, kita harus bersikap terbuka terhadap sumberdaya yang berkompetensi dan berkinerja tinggi, dan tidak mempermasalahkan perbedaan SARA (suku, agama, ras, antar golongan) Mulai dari proses rekrutmen anak muda, menghire konsultan, menghire profesional dari luar, hingga strategic partnership. Kita harus memanfaatkan mereka untuk transfer ilmu dan kompetensi. Bila perlu, untuk transformasi budaya.
Hal ini menyadarkan bahwa kemampuan kelompok kita terbatas. Oleh karena itu kita harus bersikap terbuka untuk menerima masukan atau meminta bantuan kepada kelompok lain. Tanpa mempermasalahkan perbedaan yang tidak prinsip. Seperti yang dicontohkan kaisar Meiji dengan restorasinya di Jepang Dengan sikap terbuka ini, kita tidak khawatir dan kecewa akan masa depan dan hasil nya
10
Belajar dari Yang Terbaik 6:48. Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Kesembilan yang harus dilakukan adalah memperdalam pemahaman akan petunjuk Allah, melalui para Rasulnya. Baik apa yang disampaikan maupun yang dicontohkan. Ada banyak contoh baik pada orang lain, namun contoh yang paling baik adalah para rasulullah. Sehingga sepatutnya kita mengutamakan untuk belajar dari para rasul.
Keberhasilan pada setiap kelompok atau umat berbeda-beda. Setelah kita mampu bersikap membuka diri, belajar dan mengadopsi dari kelompok lain, maka pada tahap berikutnya kita harus mencari kelompok yang lebih baik lagi. Mencari kelompok yang lebih baik dan lebih baik, adalah agar kita dapat belajar dan dapat bantuan dari yang terbaik. Sikap untuk meniru yang lebih baik dan terbaik ini menunjukkan sikap dan filosofi hidup kita untuk terus melakukan perbaikan.
Di pekerjaanpun demikian. Kita harus mencari dan menyerap dari paraktek bisnis yang lebih baik dan yang terbaik. Karyawan di setiap bidang pekerjaan harus mempunyai standar atau indikator kinerja (performance indicator) yang lebih baik dan terbaik dibidangnya. Dengan demikian kita siap menerapkan continuous improvement di setiap bidang dan juga di perusahaan
Dengan filosofi untuk terus melakukan perbaikan, maka kita tidak akan khawatir dan kecewa atas hasil bila dibandingkan dengan standar global.
Apabila ada pemahaman baru atas contoh rasul, maka kita siap melakukan perbaikan demi perbaikan
11
Perubahan adalah Siklus Hidup 7:35. Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayatayat-Ku, maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Kesepuluh yang harus dilakukan adalah tetap mengambil teladan rasul dan patuh untuk meniru dan melaksanakan. Ayat-ayat Al Quran dan hadits nabi sangat banyak dan lengkap yang tidak bisa kita kuasai dan laksanakan dalam waktu sekejap. Jadi akan selalu ada sesuatu yang baru. Bahkan mungkin ada yang baru yang berbeda dengan kebiasaan yang selama ini kita yakini.
Dinamika kelompok atau umat dari waktu ke waktu, menghasilkan kelompok terbaik yang silih berganti. Dan kita akan belajar pada kelompok terbaik sesuai zamannya. Dinamika ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh puas atas hasil satu perbaikan dan perubahan. Dinamika berarti dari waktu ke waktu kita harus selalu siap melakukan perbaikan dan perubahan. Bila kita sudah terbiasa bertindak systemic maka perubahan-perubahan kecil akan terjadi terus menerus. Sedangkan perubahan besar akan terus tejadi sesuai kebutuhan.
Dalam pekerjaan, Dinamika kompetisi menghasilkan yang terbaik. Baik dibidang industri yang sama maupun di industri lain. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menyerap yang terbaik disetiap bidang aktivitasnya. Demikian juga untuk tim manajemen dan karyawan. Harus ada seleksi agar hanya yang terbaik dan adaptive terhadap zaman yang ada diperusahaan . Orang-orang terbaik ini mempunyai siklus perubahan dalam hidupnya
Dan perubahan-perubahan besar kan menjadi siklus hidup perjalanan kelompok masyarakat kita. Tentunya perubahan yang disertai fondasi yang semakin kuat dan nilai yang semakin baik.
Sehingga selain kepatuhan untuk melaksanakan, kita juga harus siap untuk terus menerus melakukan perbaikan atau perubahan 12
Menjadi yang Terbaik 10:62. Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Upaya perbaikan dan perubahan terus menerus , telah membawa kelompok masyarakat kita menjadi salah satu komunitas terbaik.
Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Kesebelas yang harus dilakukan adalah berusaha untuk menjadi wali-wali Allah.
Sebagai komunitas terbaik kita akan ’kehilangan’ contoh yang lebih baik. Dan karena berada di depan, maka diperlukan kreativitas inovasi untuk terus melakukan perbaikan dan perubahan.
Suatu target yang terlihat ambisius, tetapi bukan mustahil. Dengan terus melaksanakan petunjuk Allah melalui Al Quran dan Al Hadits, insya Allah perbuatan baik akan menjadi kebiasaan. Dan kita sangat jarang tersentuh oleh perbuatan kurang baik yang ringan, apalagi perbuatan jahat.
Namun dengan budaya positif yang ada selama ini, kita yakin bahwa kita mampu. Keyakinan ini membangun mental baru, yaitu mental juara.
Di pekerjaanpun begitu. Ketika kita sudah mengabsorb semua yang terbaik, dan sekarang menjadi salah satu yang terbaik, maka di depan tak ada lagi yang bisa ditiru. Kita menjadi salah satu market leader. Dan menjadi acuan perusahaan lain. Maka tugas perusahaan adalah membangun budaya kreatif dan inovatif. Menguatkan lini riset dan survei. Hal ini tentu tanpa melepaskan budaya systemic dan open minded yang telah ada selama ini.
Bila sudah sampai level itu, maka tidak ada kekhawatiran dan kekecewaan (sedih hati)
13
Konsisten dan Persisten 46:13. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
Menjadi yang terbaik merupakan prestasi puncak. Namun kita sadar sepenuhnya bahwa kehidupan ini sangat dinamis.
Dipekerjaanpun demikian. Kita harus meletakkan visi dan values perusahaan sebagai acuan kerja.
Dalam sejarah peradaban dunia kita melihat bangun dan jatuhnya kerajaan dan negara kuat dunia.
Seluruh tim dan karyawan konsisten terhadap visi dan value. Dan setahap demi setahap menyelesaikan programprogram jangka pendek.
Supaya tidak khawatir dan kecewa, maka Langkah Keduabelas yang harus dilakukan adalah tetap istiqomah.
Predikat terbaik kitapun dapat tergeser dan terpuruk. Kecuali bila kita konsisten terhadap nilai, budaya dan semangat perubahan. Dan kita persisten (tekun) dalam melaksanakannya.
Istiqomah berarti berpendirian teguh. Atas semua keimanan, ketaqwaan dan amal soleh yang telah diupayakan dan dicapai, maka kita pantang berpaling kebelakang. Kita juga akan istiqomah seandainya berhasil mencapai tingkat wali Allah. Dengan istiqomah maka hilanglah rasa khawatir dan kecewa (sedih hati)
Konsisten dan persisten dalam menerapkan Langkah Pertama hingga Langkah Kesebelas. Konsistensi dan persistensi dapat dilakukan bila kita mempunyai sasaran jangka panjang yang dipilah-pilah menjadi target-target dan program-program jangka pendek.
14
Lupakan Negatif, Jadilah Positif Betapa indahnya ajaran Islam
12 Langkah Mengendalikan Emosi Negatif :
Pencegahan dimulai dari yang kecil, dengan mengendalikan emosi negatif tingkat rendah Untuk mengendalikan emosi negatif; khawatir dan bersedih hati (kecewa), bukanlah dengan bertempur menghadapi emosi negatif. Tetapi justru dengan meninggalkan dan mengabaikannya, bahkan tidak memperdulikannya. Lalu mengalihkan perhatian pada upaya dan tindakan yang membangkitkan emosi positif.
1.
Ambil hikmah dan gali ilmu
2.
Yakin dan Kerjakan
3.
Berserah Diri & Tetap Fokus
4.
Berbagi untuk Kesinambungan
5.
Membangun Budaya Berbagi
6.
Sibukkan Diri dan Bertindak Sistemik
7.
Siapkan suksesi
8.
Terbuka Demi Kemajuan
9.
Belajar dari yang Terbaik
10. Perubahan adalah Siklus 11. Menjadi yang Terbaik 12. Konsisten dan Persisten
12 Langkah Efektif mengubah Negatif menjadi Positif; Berbekal ilmu, optimisme dan berserah diri Membangun kebiasaan, budaya, sistem dan generasi Berpikiran terbuka, belajar dan berubah Menjadi yang terbaik dan tetap terbaik
15