Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4th ed. 2005 Chapter 4, # 88 -
Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4th ed. 2005 Chapter 4, # 88 -
Monopoli Sebuah perusahaan disebut sebagai monopoli jika
merupakan satu-satunya supplier suatu produk yang tidak mempunyai substitusi. Perusahaan monopoli menghadapi kurva demand yang
downward-sloping dan menetapkan harga di atas marginal cost. Akibatnya, jumlah yang dijual berkurang dan menderita
deadweight loss.
Maksimisasi keuntungan Seperti perusahaan pada PPS, perusahaan monopoli juga bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Karena menghadapi kurva demand yang downward sloping, semakin banyak yang dijualnya maka semakin murah harga jual yang akan diterimanya.
Kurva demand menjadi constraint monopoli. Perusahaan monopoli dapat menetapkan harga (price) atau jumlah (quantity) barang, tetapi tidak keduanya. Jika monopolis menetapkan jumlah, maka harga pasar ditentukan oleh kurva demand. Jika monopolis menetapkan harga, maka jumlah yang disuplai ditentukan oleh kuva demand pasar.
Kurva demand yang dihadapi monopoli Price
Pengurangan revenue akibat berkurangnya harga
Po P1
A
Penambahan revenue akibat peningkatan output
B Demand
Qo
Q1
Quantity
Jika monopolis ingin menjual sebanyak Q0, maka dia
harus dia harus menjual seharga P0. Jika monopolis tersebut ingin menambah penjualannya sebanyak Q1, maka dia harus menurunkan harganya menjadi P1.
Jika monopolis menurunkan harganya menjadi P1,
penerimaan dapat naik atau turun.
Monopolis mendapat tambahan penerimaan sebesar B
dari tambahan jumlah penjualan. Tetapi untuk meningkatkan jumlah penjualan dari Q0 menjadi Q1, monopolis harus menurunkan harga dari P0 menjadi P1, yang mengakibatkan penurunan penerimaan sebesar A
Kehilangan penerimaan akibat turunnya harga tidak
akan terjadi pada perusahaan di PPS karena perusahaan di PPS menghadapi kurva demand yang horizontal, harga pasar tidak akan turun dengan penambahan jumlah penjualannya. Jika area B > A, maka tambahan jumlah penjualan
akan menyebabkan tambahan penerimaan. Tambahan penerimaan akibat penambahan 1 unit penjualan disebut sebagai marginal revenue.
Jika monopolis tidak harus menurunkan harga untuk
menambah 1 unit penjualan, maka tambahan penerimaan adalah sebesar P0. Tetapi karena kurva demandnya downward sloping,
maka monopolis harus menurunkan harga untuk menambah 1 unit penjualan. Oleh sebab itu, pada monopolis MR< P, sedangkan untuk perusahaan PPS MR = P.
Rp
Monopoly overcharge
Demand Pm Monopoly profit
DWL
Pc
MC MR Qm
Qc
Rp
Revenue
Profit
Qm
Output Q
Marginal revenue (MR) dan Total revenue (TR) sangat
berkaitan. Jika MR positif, maka TR naik (increase) dengan bertambahnya output, tetapi jika MR negatif, maka TR turun (decrease) dengan bertambahnya output. Dengan demikian, TR mencapai maksimum ketika MR sama dengan nol.
Monopolis memaksimumkan keuntungannya jika tambahan penerimaannya dari tambahan 1 unit penjualan sama dengan tambahan biayanya untuk menghasilkan tambahan 1 unit terakhir tersebut;
MR = MC
Jumlah output yang dihasilkan monopolis pada saat
profit max. < dibandingkan dengan jumlah output yang dihasilkan perusahaan pada PPS. Pada PPS jumlah output tsb ditentukan oleh
persilangan (intersection) kurva demand dan kurva MC (yang diasumsikan sebagai kurva supply pada PPS). Berbeda dengan perusahaan pada PPS, monopolis
tidak mempunyai kurva supply yang merupakan fungsi dari harga, karena output monopolis hanya ditentukan oleh MR (yang tergantung pada slope kurva demand) dan MC.
Elastisitas demand menentukan kemiringan MR, yang
selanjutnya menentukan besarnya monopoly overcharge (kelebihan antara harga monopoli Pm dengan MC atau harga pada PPS Pc). Semakin kecil nilai elastisitas demand (makin inelastis),
maka semakin mudah monopolis untuk menaikkan harga tanpa menyebabkan pengurangan jumlah permintaan, sehingga semakin besar overcharge yang dapat diperoleh monopolis. Hubungan antara elastisitas demand dengan MR
adalah sebagai berikut:
1 MR = p1 + ε
Dengan menggunakan MR = MC, maka hubungan tersebut
dapat ditulis ulang sebagai:
p − MC 1 =− p ε Bagian sebelah kiri adalah price cost margin sebagai bagian
dari harga, yang ternyata hanya ditentukan oleh elastisitas demand. Formula tersebut juga dikenal sebagai Lerner Index of market
power (Lerner 1934). Formula tersebut menunjukkan bahwa harga monopolis akan semakin dekat dengan MC jika demand makin elastis, dan sebaliknya.
Market dan monopoly power Berbeda dengan perusahaan pada PPS, monopolis dapat
menentukan harga jualnya, menentukan tingkat penjualan.
dan
harga
tersebut
akan
Monopolis dapat menetapkan harga di atas MC tetapi tidak
selalu akan menerima keuntungan di atas keuntungan PPS (supracompetitive profit). Misalnya, jika monopolis mengeluarkan biaya tetap (fixed cost), maka keuntungannya dapat menjadi nol atau bahkan bisa negatif. Biasanya jika monopolis menetapkan harga di atas MC tanpa
mengalami kerugian, maka dikatakan bahwa monopolis tersebut mempunyai monopoly power atau market power.
PPS : P = MC monopolis : MR = MC MC =
∂TC ∂Q TC = FC + VC ∂TC ∂VC = 0+ ∂Q ∂Q
∫ (MR(Q ) − MC (Q ))dQ = TR − VC − c
Insentif untuk beroperasi secara efisien Konsekuensi inefisiensi yang dihadapi oleh monopolis
akan berbeda dengan yang dihadapi oleh perusahaan pada PPS. Pada PPS, perusahaan yang tidak efisien tidak akan
bertahan di pasar karena tidak akan menguntungkan, tetapi tidak demikian dengan monopolis. Karena itu banyak yang menganggap bahwa monopolis tidak akan berusaha keras untuk meningkatkan efisiensinya seperti pada perusahaan-perusahaan di PPS (x-inefficiency; Leibenstein 1966) .
Tetapi pendapat tersebut dibantah oleh banyak
ekonomis dengan alasan bahwa untuk memaksimalkan keuntungannya, monopolis harus meminimalkan biaya dan meningkatkan efisiensinya. Hanya saja, pada PPS, satu perusahaan akan dengan
mudah menentukan standar efisiensi dengan membandingkan harga pasar dengan biaya produksinya. Harga pasar yang lebih rendah dari biaya produksinya menunjukkan bahwa ada perusahaan lain yang sejenis yang lebih efisien. Dengan kata lain, perusahaan tersebut belumlah mencapai tingkat efisiensi yang optimal.
Pada pasar monopoli, tidak ada perusahaan lain yang
dapat digunakan sebagai pembanding. Dengan demikian, akan lebih sulit bagi perusahaan tersebut untuk menentukan apakah perusahaan telah dijalankan dengan efisien atau belum. Dengan kata lain, ketidakefisienan monopolis bukanlah disebabkan faktor kesengajaan, tetapi lebih karena alasan ketidakmampuan mendeteksi kondisi inefisien itu sendiri.
Perilaku monopoli dari waktu ke waktu Jika demand inelatis (-1 < ε < 0) maka maksimisasi
keuntungan seperti yang tertera pada Lerner index p − MC 1 =− p ε secara teori tidak akan pernah tercapai. Maka jika monopolis berada pada daerah demand yang inelastis, monopolis tsb akan meningkatkan keuntungannya dengan meningkatkan harga sampai mencapai daerah demand yang elastis.
π = TR − TC = PQ − TC ∂π ∂P ∂Q = − MC = 0 Q+P ∂Q ∂Q ∂Q ∂P P ∂Q Q+P − MC = 0 ∂Q P ∂Q ∂P Q P + P − MC = 0 ∂Q P P
ε
+ P − MC = 0
P − MC 1 =− P ε
Akan tetapi kondisi tersebut hanya dapat diterima dalam
model monopoli yang statis (timeless model). Kenyataannya, demand berubah-ubah dari waktu ke waktu. Umumnya, permintaan konsumen pada jangka pendek
lebih inelastis dibandingkan dengan jangka panjang. Pada jangka pendek, konsumen mempunyai keterbatasan untuk mensubstitusi konsumsinya sebagai respon dari kenaikan harga, tetapi tidak pda jangka panjang. Artinya, ketika pada suatu saat produsen menaikkan harga, maka konsumen tidak menurunkan permintaannya pada saat yag sama, tetapi biasanya pada periode-periode berikutnya (subsequent periods)
Dengan demikian, monopolis mungkin saja beroperasi
pada daerah permintaan jangka pendek yang inelastis untuk menghindari substitusi konsumsi pada jangka panjang.