PENYUSUN Drs. H.Haryono Adipurnomo (PPPPTK PKn DAN IPS) Magfirotun Nur Insani, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS) Rahma Tri Wulandari, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS) Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Malang) Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Nurul Qomariyah, S.Pd. (SMPN 4 Malang) Siti Tamami, S.Pd (SMP Lab. Univ. Negeri Malang) Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Gatot Malady, S.IP., M.Si. (PPPPTK PKn DAN IPS) Dwi Utami, S.Pd., M.Pd. (SMP Brawijaya Smart School Drs. Sumarno (SMPN 22 Malang) Malang P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Frateran Malang)
PEMBAHAS Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Murthofiatis Zahrok, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. (Univ. Negeri Malang) P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Frateran Malang) Drs. Totok Supartono, M.Pd. (SMPN 1 Wonodadi Kabupaten Blitar)
PPKn SMP K-8
Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Muthomimah, S.Pd., M.Pd. (SMP Islam Maarif 2 Malang) Dra. Titik Suparti (SMPN 2, Pagak, Kabupaten Malang) Nurul Qomariyah, S.Pd. (SMPN 4 Malang) Siti Tamami, S.Pd (SMP Lab. Univ. Negeri Malang) Anny Nahri R., S.Pd. (SMP Islam Sabilillah Malang) Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Malang) Dwi Utami, S.Pd., M.Pd. (SMP Brawijaya Smart School Malang
i
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
PPKn SMP KELOMPOK KOMPETENSI 8 PENYUSUN Drs. H.Haryono Adipurnomo (PPPPTK PKn DAN IPS) Magfirotun Nur Insani, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS) Rahma Tri Wulandari, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS) Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Malang) Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Nurul Qomariyah, S.Pd. (SMPN 4 Malang) Siti Tamami, S.Pd (SMP Lab. Univ. Negeri Malang) Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Gatot Malady, S.IP., M.Si. (PPPPTK PKn DAN IPS) Dwi Utami, S.Pd., M.Pd. (SMP Brawijaya Smart School Drs. Sumarno (SMPN 22 Malang) Malang P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Frateran Malang)
PEMBAHAS Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Murthofiatis Zahrok, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. (Univ. Negeri Malang) P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Frateran Malang) Drs. Totok Supartono, M.Pd. (SMPN 1 Wonodadi Kabupaten Blitar)
Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Muthomimah, S.Pd., M.Pd. (SMP Islam Maarif 2 Malang) Dra. Titik Suparti (SMPN 2, Pagak, Kabupaten Malang) Nurul Qomariyah, S.Pd. (SMPN 4 Malang) Siti Tamami, S.Pd (SMP Lab. Univ. Negeri Malang) Anny Nahri R., S.Pd. (SMP Islam Sabilillah Malang) Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Malang) Dwi Utami, S.Pd., M.Pd. (SMP Brawijaya Smart School Malang
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015
PPKn SMP K-8
i
PENGANTAR
Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran. PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
di
lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk
mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn
SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul
ini,
diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini. Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.
Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001
PPKn SMP K-8
ii
DAFTAR ISI Halaman Judul
i
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Gambar
vi
Daftar Tabel
vi
Pendahuluan
1
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
5
C. Peta Kompetensi
5
D. Ruang Lingkup
7
E. Saran Penggunaan Modul
8
Kegiatan Pembelajaran 1
9
A. Tujuan Pembelajaran
9
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
11
C. Uraian Materi
11
D. Aktivitas Pembelajaran
21
E. Latihan / Kasus / Tugas
22
F. Rangkuman
22
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
23
H. Kunci Jawaban
23
Kegiatan Pembelajaran 2
27
A. Tujuan Pembelajaran
27
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
29
C. Uraian Materi
29
D. Aktivitas Pembelajaran
40
E. Latihan / Kasus / Tugas
42
F. Rangkuman
45
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
46
Kegiatan Pembelajaran 3
48
A. Tujuan Pembelajaran
49
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
52
PPKn SMP K-8
i
C. Uraian Materi
52
D. Aktivitas Pembelajaran
56
E. Latihan / Kasus / Tugas
57
F. Rangkuman
57
Kegiatan Pembelajaran 4
62
A. Tujuan Pembelajaran
63
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
66
C. Uraian Materi
66
D. Aktivitas Pembelajaran
71
E. Latihan / Kasus / Tugas
72
F. Rangkuman
72
Kegiatan Pembelajaran 5
75
A. Tujuan Pembelajaran
76
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
78
C. Uraian Materi
79
D. Aktivitas Pembelajaran
86
E. Latihan / Kasus / Tugas
87
F. Rangkuman
88
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
89
Kegiatan Pembelajaran 6
101
A. Tujuan Pembelajaran
101
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
101
C. Uraian Materi
101
D. Aktivitas Pembelajaran
110
E. Latihan / Kasus / Tugas
111
F. Rangkuman
115
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Kegiatan Pembelajaran 7
116
A. Tujuan Pembelajaran
116
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
116
C. Uraian Materi
116
PPKn SMP K-8
ii
D. Aktivitas Pembelajaran
136
E. Latihan / Kasus / Tugas
137
F. Rangkuman
137
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
138
Kegiatan Pembelajaran 8
140
A. Tujuan Pembelajaran
142
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
143
C. Uraian Materi
143
D. Aktivitas Pembelajaran
150
E. Latihan / Kasus / Tugas
152
F. Rangkuman
153
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Kegiatan Pembelajaran 9
160
A. Tujuan Pembelajaran
161
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
163
C. Uraian Materi
164
D. Aktivitas Pembelajaran
168
E. Latihan / Kasus / Tugas
169
F. Rangkuman
170
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Kegiatan Pembelajaran 10
174
A. Tujuan Pembelajaran
176
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
178
C. Uraian Materi
178
D. Aktivitas Pembelajaran
185
E. Latihan / Kasus / Tugas
187
F. Rangkuman
187
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
188
Kegiatan Pembelajaran 11 A. Tujuan Pembelajaran
PPKn SMP K-8
191 191
iii
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
193
C. Uraian Materi
193
D. Aktivitas Pembelajaran
195
E. Latihan / Kasus / Tugas
205
F. Rangkuman
206
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Kegiatan Pembelajaran 12
209
A. Tujuan Pembelajaran
210
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
212
C. Uraian Materi
213
D. Aktivitas Pembelajaran
227
E. Latihan / Kasus / Tugas
228
F. Rangkuman
229
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Kegiatan Pembelajaran 13
230
A. Tujuan Pembelajaran
231
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
233
C. Uraian Materi
233
D. Aktivitas Pembelajaran
252
E. Latihan / Kasus / Tugas
254
F. Rangkuman
254
Kegiatan Pembelajaran 14
256
A. Tujuan Pembelajaran
257
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
260
C. Uraian Materi
260
D. Aktivitas Pembelajaran
264
E. Latihan / Kasus / Tugas
265
F. Rangkuman
268
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Kegiatan Pembelajaran 15 A. Tujuan Pembelajaran
PPKn SMP K-8
282 282
iv
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
284
C. Uraian Materi
284
D. Aktivitas Pembelajaran
289
E. Latihan / Kasus / Tugas
291
F. Rangkuman
291
Kegiatan Pembelajaran 16
302
A. Tujuan Pembelajaran
303
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
304
C. Uraian Materi
305
D. Aktivitas Pembelajaran
312
E. Latihan / Kasus / Tugas
313
F. Rangkuman
314
Kegiatan Pembelajaran 17
326
A. Tujuan Pembelajaran
327
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
330
C. Uraian Materi
330
D. Aktivitas Pembelajaran
333
E. Latihan / Kasus / Tugas
333
F. Rangkuman
368
PPKn SMP K-8
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Diagram Hierarkhis Piramida Pancasila……………………
33
Gambar 2 Alur Aktivitas Pembelajaran………………………………….
57
DAFTAR TABEL Tabel 1 Analisis Unsur Mengamati dalam Pendekatan Saintifik……..
213
Tabel 2 Analisis Unsur Menanya dalam Pendekatan Saintifik……….
215
Tabel 3Tingkatan Pertanyaan……………………………………………
217
Tabel 4 Analisis Unsur Mengumpulkan informasi dalam Pendekatan Saintifik…………………………………………… Tabel 5 Analisis Unsur Menalar dalam Pendekatan Saintifik………..
218 220
Tabel 6 Analisis Unsur Mengomunikasikan dalam Pendekatan Saintifik…………………………………………………………..
224
Tabel 7 Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup PPKn……………..
235
Tabel 8 Contoh Pembelajaran Problem Based Learning…………….
245
Tabel 9 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Paire And Share………………………………………………………
248
Tabel 10 Daftar Hasil nilai belajar untuk mata pelajaran PPKn……..
266
Tabel 11 Penilaian Hasil belajar sesuai tingkatan kemampuan…….
268
Tabel 12 Nilai Ketuntasan Sikap……………………………………….
273
Tabel 13 Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Ketrampilan………….
274
Tabel 14 Kompetensi yang akan di capai oleh siswa………………..
309
Tabel 15 Tabel pemilihan meida……………………………………….
310
PPKn SMP K-8
vi
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
Guru
dan
tenaga
kependidikan
wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya.Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Pedoman penyusunan modul diklat PKB bagi guru dan tenaga kependidikan ini merupakan acuan bagi penyelenggara pendidikan dan pelatihan dalam mengembangkan modul pelatihan yang diperlukan guru dalam melaksanakan
1
kegiatan PKB. Dasar Hukum penulisan Modul PKB untuk Guru PPKn SMPadalah : 1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
4.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.
5.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
6.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
7.
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya.
8.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya
9.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawasdan Angka Kreditnya.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2007 tentang StandarPengawasSekolah 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah 12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2008 tentang StandarTenagaAdministrasiSekolah/Madrasah
PPKn SMP K-8
2
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2008 tentang StandarTenagaPerpustakaan 15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No 26 tahun 2008 tentang StandarTenagaLaboran 16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor; 17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. 18. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentangStandarPengujipadaKursusdanPelatihan 20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentangStandarPembimbingpadaKursusdanPelatihan 21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentangStandarPengelolaKursus 22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 43 tahun 2009 tentang Standar Tenaga Administrasi Pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C. 23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentangStandarPengelolaPendidikanpada Program Paket A, Paket B, danPaket C. 24. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Standar Teknisi Sumber Belajar pada Kursus dan Pelatihan 25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 26. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawasdan Angka Kreditnya.
3
27. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. 28. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 29. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. 30. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2013
tentangPetunjukTeknisJabatanFungsionalPenilikdanAngkaKreditnya. 31. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013 Tentang Juknis Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. 32. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2013 tentangPenyelenggaraanPendidikanLayananKhusus 33. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 152 Tahun 2014 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Pamong Belajar. 34. Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 143 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya.. 35. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang StandarNasionalPendidikanAnakUsiaDini. 36. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 143 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya. 37. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11
tahun
2015
tentangOrganisasidan
Tata
KerjaKementeriandanPendidikandanKebudayaan. 38. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2015 tentangOrganisasidan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
PPKn SMP K-8
4
B. Tujuan Modul Grade 8 ini, merupakan kesatuan utuh dari materi-materi yang ada pada modul grade 8. Modul diklat ini sebagai panduan belajar bagi guru PPKn SMP dalam memahami materi PPKn Sekolah Menengah Pertama. Modul ini bertujuan dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional materi PPKn SMP sebagai tindak lanjut dari UKG tahun 2015. Kita akan mengajak Anda, mengkaji terkait materi yang terdiri atas materi pedagogik dan profesional. Materi pedagogik berhubungan dengan materi yang mendukung proses pembelajaran seperti Pendekatan Pembelajaran dan Modelmodel Pembelajaran, RPP, Penilaian, Sumber dan Media, serta PTK. Materi profesional terkait dengan materi PPKn, yaitu mencakup Esensi Pendidikan Kewarganegaraan, Analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh, Analisis Penentuan nilai baik dan buruk dalam bertutur kata, berperilaku
dan
bersikap
sesuai
dengan
nilai-nilai
Pancasila,
Analisis
pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Analisis Penerapan Pokok-Pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Analisis penerapan fungsi Lembagalembaga Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Analisis penerapan penegakan HAM di Indonesia, Analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan, Analisis Perwujudan persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di Indonesia, Analisis Keberagaman yang ber-Bhinnneka Tunggal Ika dan toleransi antar umat beragama di Indonesia, Analisis Perwujudan Wilayah NKRI.
C. Peta Kompetensi Kompetensi yang ingin dicapai setelah peserta diklat mempelajari Modul ini adalah : Kegiatan Pembelajaran
Nama Mata Diklat
Kompetensi
ke 1. 2.
Esensi Pendidikan Kewarganegaraan Analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh
Menunjukkan Esensi Pendidikan Kewarganegaraan Menunjukkan Analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh
5
3.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
10.
11. 12.
13.
14. 15. 16.
17.
PPKn SMP K-8
Analisis Penentuan nilai baik dan buruk dalam bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila Analisis pelaksanaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Analisis Penerapan Pokok-Pokok pikiran Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Analisis penerapan fungsi Lembaga-lembaga Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Menunjukkan Analisis Penentuan nilai baik dan buruk dalam bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila Menunjukkan Analisis pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Menunjukkan Analisis Penerapan Pokok-Pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Menunjukkan Analisis penerapan fungsi Lembaga-lembaga Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Analisis penerapan penegakan Menunjukkan Analisis penerapan HAM di Indonesia penegakan HAM di Indonesia Analisis sanksi hukum yang Menunjukkan Analisis sanksi berlaku dalam perwujudan hukum yang berlaku dalam kedamaian dan keadilan perwujudan kedamaian dan keadilan Analisis Perwujudan persatuan Menunjukkan Analisis Perwujudan dan kesatuan dalam persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di Indonesia keberagaman di Indonesia Analisis Keberagaman yang berMenunjukkan Analisis Bhinnneka Tunggal Ika dan Keberagaman yang ber-Bhinnneka toleransi antar umat beragama di Tunggal Ika dan toleransi antar Indonesia umat beragama di Indonesia Analisis Perwujudan Wilayah Menunjukkan Analisis Perwujudan NKRI Wilayah NKRI Analisis antar unsur penerapan Menunjukkan Analisis antar unsur pendekatan saintifik PPKn SMP dalam penerapan pendekatan saintifik PPKn SMP Analisis antar unsur dalam Menunjukkan Analisis antar unsur penerapan model pembelajaran dalam penerapan model PPKn SMP pembelajaran PPKn SMP Analisis relevansi penilaian hasil Menunjukkan Analisis relevansi belajar PPKn SMP penilaian hasil belajar PPKn SMP Analisis relevansi proses Menunjukkan Analisis relevansi pembelajaran PPKn SMP proses pembelajaran PPKn SMP Analisis relevansi penggunaan Menunjukkan Analisis relevansi media pembelajaran PPKn SMP penggunaan media pembelajaran PPKn SMP Analisis data hasil Penelitian Menunjukkan Analisis data hasil Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Tabel 1.1. Peta Kompetensi
6
D. Ruang Lingkup
Esensi Pendidikan Kewarganegaraan Analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh Analisis Penentuan nilai baik dan buruk dalam bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila Analisis pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Analisis Penerapan Pokok-Pokok pikiran Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Profesional
Analisis penerapan fungsi Lembaga-lembaga Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Analisis penerapan penegakan HAM di Indonesia Analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan Analisis Perwujudan persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di Indonesia Analisis Keberagaman yang ber-Bhinnneka Tunggal Ika dan toleransi antar umat beragama di Indonesia
Materi PPKn SMP
Analisis Perwujudan Wilayah NKRI
Analisis antar unsur penerapan pendekatan saintifik PPKn SMP Analisis antar unsur dalam penerapan model pembelajaran PPKn SMP Analisis relevansi penilaian hasil belajar PPKn SMP
Pedagogik Analisis relevansi proses pembelajaran PPKn SMP
Analisis relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP
Analisis data hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
7
E. Saran Penggunaan Modul Agar peserta berhasil menguasai dan memahami materi dalam modul ini, lalu dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran di sekolah, maka cermati dan ikuti petunjuk berikut dengan baik, antara lain:
Penguasaan materi pedagogik yang mendukung penerapan materi profesional
Penguasaan materi profesional sebagai pokok dalam pembelajaran PPKndi SMP
Bacalah setiap tujuan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi pada masing-masing kegiatan pembelajaran agar anda mengetahui pokok-pokok pembahasan
Selama mempelajari modul ini, silakan diperkaya dengan referensi yang berkaitan dengan materi
Perhatikan pula aktivitas pembelajaran dan langkah-langkah dalam menyelesaikan setiap latihan/tugas/kasus
Latihan/tugas/kasus dapat berupa permasalahan yang bisa dikerjakan dalam kelompok dan individu
Diskusikanlah dengan fasilitator apabila terdapat permasalahan dalam memahami materi.
PPKn SMP K-8
8
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
ESENSI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh: Drs. H. Haryono Adi Purnomo A. Latar Belakang Mata merupakan
pelajaran salah
Pendidikan
satu
bentuk
Pancasila dari
domain
dan
Kewarganegaraan
kurikuler
Pendidikan
Kewarganegaraan. Sesuai dengan namanya, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang terdapat pada tingkatan SD/MI,
SMP/MTs,
dan
SMA/MA/SMK.
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan mempunyai misi sebagai pendidikan nilai Pancasila dan kewarganegaraan untuk warga negara muda usia. Secara ontologis, mata pelajaran
ini
berangkat
dari
nilai-nilai
Pancasila
dan
konsepsi
kewarganegaraan. Secara epistemologis, mata pelajaran ini merupakan program pengembangan individu, dan secara aksiologis mata pelajaran ini bertujuan untuk pendewasaan peserta didik sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan komponen bangsa Indonesia. Oleh karena itu, secara umum pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah adalah pengembangan kualitas warga negara secara utuh. B.Tujuan Setelah mempelajari Modul ini, diharapkan Anda dapat menunjukkanesensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
C. Peta Kompetensi Hakekat PPKn Esensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Asumsi (normatif dan positif) PPKn
Substansi Kebijakan Nasional PPKn
9
D. Ruang Lingkup Ruang
Lingkup
materi
modul
―Esensi
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan‖, meliputi: a. Hakekat PPKn b. Asumsi (normatif dan positif) PPKn c. Substansi Kebijakan Nasional PPKn. E. Saran Cara Penggunaan Modul Modul ini terdiri dari satu Kegiatan belajar. Dalam Kegiatan Belajar tersebut disajikan mengenai Hakekat PPKn, Asumsi (normatif dan positif) PPKn, dan Substansi Kebijakan Nasional PPKn.Kegiatan Belajar tersebut dirancang
untuk
pencapaian
tujuan
menunjukkan
esensi
Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Untuk membantu Anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini: 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari katakata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda miliki. 3. Cobalah anda tangkap pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman sejawat atau dengan tutor Anda 4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet. 5. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat. 6. Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini.
Selamat belajar !
PPKn SMP K-8
10
Kegiatan Pembelajaran A. Tujuan 1. Dengan membaca materi modul peserta diklat dapat menunjukkan hakekat PPKnsecara benar 2. Dengan membaca materi modul peserta diklat dapat menunjukkan asumsi (normatif dan positif) PPKnsecara benar 3. Dengan membaca materi modul peserta diklat dapat menunjukkan substansi kebijakan nasional PPKn secara benar.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menunjukkan hakekat PPKn 2. Menunjukkan asumsi (normatif dan positif) PPKn 3. Menunjukkan substansi kebijakan nasional PPKn. C.Uraian Materi 1. Hakikat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan bidang studi yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan, dengan bidang kajian yang mutidimensional sebagai integrasi dari disiplin ilmu politik, hukum, pendidikan, psikologi, dan disiplin ilmu lainnya yang dapat mendukung pembentukan warga negara yang baik. Namun secara filsafat keilmuan ia memiliki ontology pokok ilmu politik khususnya konsep “political democracy” untuk aspek “duties and rights of citizen” (Chreshore:1886). Dari konsep inilah kemudian berkembang konsep “Civics‖, yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai embrionya “civic education‖, yang selanjutnya di Indonesia
diadaptasi
menjadi
―pendidikan
kewarganegaraan‖
yang
sekarang menjadi muatan kurikulum. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu bidang pendidikan keilmuan yang merupakan pengembangan ―citizenship transmission‖. Pada saat ini sudah berkembang pesat suatu ―body of knowledge‖ yang dikenal dan memiliki paradigma sistemik yang didalamnya terdapat tiga domain ―citizenship education‖ yakni: domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural‖ (Winataputra: 2001)
11
Ketiga domain itu satu sama lain memiliki saling keterkaitan struktural dan fungsional yang diikat oleh konsepsi “civic virtue and culture” yang mencakup “civic knowledge, civic disposition, civic skills, civic confidence, civic commitment, dan civic competence” (CCE:1998). Oleh karena itu, ontologi Pendidikan Kewarganegaraan saat ini sudah lebih luas dari pada embrionya sehingga kajian keilmuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
program
kurikuler
Pendidikan
pancasila
dan
Kewarganegaraan, dan aktivitas social-kultural Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan benar-benar bersifat multifaset/multidimensional. Sifat multidimensionalitas inilah yang membuat bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat disikapi sebagai: pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan
politik,
pendidikan
nilai
dan
moral,
pendidikan kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, dan pendidikan demokrasi. Di Indonesia, arah pengembangan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tidak boleh keluar dari landasan ideologi Pancasila, landasan konstitusional UUD NRI Tahun 1945, dan landasan operasional Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk persekolahan sangat erat kaitannya dengan dua disiplin ilmu yang erat dengan kenegaraan, yakni Ilmu Politik dan Hukum yang terintegrasi dengan humaniora dan dimensi keilmuan lainnya yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di tingkat persekolahan bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik (to be smart dan good citizen). Warga negara yang dimaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Oleh karena itu,
secara
umum
pembelajaran
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan di sekolah adalah pengembangan kualitas warga negara secara utuh, dalam aspek-aspek sebagai berikut. a.
Kesadaran sebagai warga negara (civic literacy), yakni pemahaman peserta didik sebagai warga negara tentang hak dan kewajiban
PPKn SMP K-8
12
warga negara dalam kehidupan demokrasi konstitusional Indonesia serta
menyesuaikan
perilakunya
dengan
pemahaman
dan
kesadaran itu; b.
Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan dan kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam komunikasi sosial-kultural sesuai dengan hak dan kewajibannya.
c.
Kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill and participation), yakni kemauan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik sebagai warga negara dalam mengambil prakarsa dan/atau turut serta dalam pemecahan masalah sosial-kultur kewarganegaraan di lingkungannya.
d.
Penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), yakni kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk berpikir secara kritis dan bertanggungjawab
tentang
ide,
instrumentasi,
dan
praksis
demokrasi konstitusional Indonesia. e.
Partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and civic responsibility), yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga negara untuk berpartisipasi aktif dan penuh
tanggung
jawab
dalam
berkehidupan
demokrasi
konstitusional. (Dokumen SKGK, Depdiknas, 2004). Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, maka strategi pengembangan kandungan isi mata pelajaran PPKn yang harus diketahui oleh warganegara adalah: a. Pengetahuan Kewarganegaraan. Pengetahuan kewarganegaraan dapat diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting yang secara terus-menerus harus diajukan sebagai sumber belajar PPKn. Lima pertanyaan yang dimaksud adalah: (1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan?; (2) Apa dasar-dasar sistem politik Indonesia?; (3) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh Konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilainilai,
dan
prinsip-prinsip
demokrasi
Indonesia?;
(4)
Bagaimana
hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia?; dan
13
(5) Apa peran warganegara dalam demokrasi Indonesia? (Winataputra dan Budimansyah, 2012). Kegunaan pertanyaan-pertanyaan tadi adalah untuk menunjukkan bahwa proses perenungannya tidak pernah berakhir, tempat pemasaran ide-ide, suatu pencarian cara baru dan sebagai cara terbaik untuk merealisasikan cita-cita demokrasi. Sangatlah penting bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan pokok mengenai pemerintahan dan masyarakat sipil (civil society) yang akan terus menantang orang-orang yang mau berpikir. Misalnya demokrasi adalah suatu dialog, suatu diskusi, suatu proses yang disengaja, di mana seluruh warganegara terlibat di dalamnya. b. Kecakapan Kewarganegaraan. Komponen esensial pendidikan untuk warganegara dalam masyarakat demokratis adalah kecakapan kewarganegaraan (civic skill). Jika
warganegara
mempraktekkan
hak-haknya
dan
menunaikan
kewajiban-kewajibannya sebagai anggota masyarakat yang berdaulat, mereka tidak hanya perlu menguasai pengetahuan dasar sebagaimana diwujudkan dalam lima pertanyaan sebagaimana diuraikan di muka, namun mereka pun perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris yang relevan (Winataputra dan Budimansyah, 2012). Kecakapan-kecakapan intelektual kewarganegaraan sekalipun dapat dibedakan namun satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Kecakapan berpikir kritis tentang isu politik tertentu, misalnya, seseorang harus memahami terlebih dahulu isu itu, sejarahnya, relevansinya di masa kini, juga serangkaian alat intelektual atau pertimbangan tertentu yang berkaitan dengan isu itu. Kecakapankecakapan intelektual yang penting untuk seorang warganegara yang berpengatuan,
efekif,
dan
bertanggung
jawab,
disebut
sebagai
kemamuan berpikir kritis. Kecakapan intelektual lain adalah kemampuan mendeskripsikan yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan fungsi-fungsi dan prosesproses seperti sistem checks and balances atau judicial review menunjukkan
adanya
pemahaman.
Melihat
dengan
jelas
dan
mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan seperti berpartisipasi
PPKn SMP K-8
14
dalam
kehidupan
kewarganegaraan,
imigrasi,
atau
pekerjaan,
membantu warga negara untuk selalu menyesuaikan diri dengan peristiwa-peristiwa yang sedang aktual dalam pola jangka waktu yang lama. Pendidikan untuk warganegara berusaha mengembangkan kompetensi dalam menjelaskan dan menganalisis. Bila warga negara dapat menjelaskan bagaimana sesuatu seharusnya berjalan, misalnya sistem pemerintahan presidensil, sistem
checks and balances, dan
sistem hukum, maka mereka akan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mencari dan mengoreksi fungsi-fungsi yang tidak beres. Warga negara juga perlu memiliki kemampuan untuk menganalisis hal-hal tertentu sebagai komponen-komponen dan konsekuensi cita-cita, proses-proses sosial, ekonomi, atau politik, dan lembaga-lembaga. Kemampuan dalam menganalisis ini akan memungkinkan seseorang untuk membedakan antara fakta dengan opini atau antara cara dengan tujuan. Hal ini juga membantu warga negara dalam mengklarifikasi berbagai macam tanggung jawab seperti misalnya antara tanggung jawab publik dan privat, atau antara tanggung jawab para pejabat – baik yang dipilih atau diangkat – dengan warga negara biasa. Warga negara dalam masyarakat yang otonom adalah pembuat keputusan. Oleh karena itu, mereka perlu mengembangkan dan terus mengasah
kemampuan
mengevaluasi,
mengambil,
dan
mempertahankan pendapat. Kemampuan itu sangat penting jika nanti mereka diminta menilai isu-isu yang ada dalam agenda publik, dan mendiskusikan penilaian mereka dengan orang lain dalam masalah privat dan publik. Di samping mensyaratkan pengetahuan dan kemampuan intelektual, pendidikan untuk warga negara dan masyarakat demokratis
harus
difokuskan
pada
kecakapan-kecakapan
yang
dibutuhkan untuk partisipasi yang bertanggung jawab, efektif, dan ilmiah, dalam proses politik dan dalam civil society. Di samping mensyaratkan pengetahuan dan kemampuan intelektual, pendidikan untuk warga negara dan masyarakat demokratis harus difokuskan pada kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan untuk partisipasi yang bertanggung jawab, efektif, dan ilmiah, dalam proses
15
politik dan dalam civil society.Adalah sangat penting untuk membangun kecakapan partisipatoris sejak awal sekolah dan terus berlanjut selama masa sekolah. Murid yang paling muda, dapat belajar dan berinteraksi dengan
kelompok-kelompok
kecil
dalam
rangka
mengumpulkan
informasi, bertukar pikiran, dan menyusun rencana-rencana tindakan sesuai dengan taraf kedewasaan mereka. Mereka dapat belajar untuk menyimak dengan penuh perhatian, bertanya secara efektif, dan mengelola konflik melalui mediasi, kompromi, atau menjalin konsensus. Murid-murid yang lebih senior dapat dan seyogyanya mengembangkan kecakapan-kecakapan memonitor dan mempengaruhi kebijakan publik. Mereka hendaknya belajar bagaimana meneliti isu-isu publik dengan menggunakan perangkat-perangkat elektronik, perpustakaan, telepon, kontak personal, dan media. Menghadiri pertemuan-pertemuan publik mulai dari tingkat organisasi siswa (OSIS), komite sekolah, dewan pendidikan, dan dengar pendapat dengan anggota legislatif, sebaiknya juga menjadi bagian pengalaman pendidikan siswa tingkat sekolah menengah atas. Observasi ke pengadilan dan mempelajari tata kerja sistem peninjauan ulang hukum (judicial review) juga hendaknya merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan civic education mereka. Kendati demikian, pengamatan itu sendiri tidaklah memadai, muridmurid tidak hanya perlu disiapkan untuk pengalaman-pengalaman seperti itu, yang mereka butuhkan adalah peluang-peluang yang terencana dan terstruktur dengan baik agar dapat merefleksikan pengalaman-pengalaman mereka tadi di bawah bimbingan para pembina yang cakap dan pandai. c. Watak Kewarganegaraan Watak kewarganegaraan (civic disposition) mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Watak kewarganegaraan sebagaimana
kecakapan
kewarganegaraan,
berkembang
secara
perlahan sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, komunitas, dan organisasi-organisasi civil society. Pengalaman-pengalaman demikian hendaknya membangkitkan pemahaman
PPKn SMP K-8
bahwasanya
demokrasi
mensyaratkan
adanya
16
pemerintahan mandiri yang bertanggung jawab dari tiap individu. Karakter privat seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting. Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan sukses (Winataputra dan Budimansyah, 2012). Karakter publik dan privat tersebut adalah: 1) Menjadi anggota masyarakat yang independen. 2)
Memenuhi tanggung jawab personal kewargaanegaraan di bidang ekonomi dan politik.
3)
Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu.
4)
Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana.
5)
Mengembangkan berfungsinya demokrasi konstitusional secara sehat. Pentingnya watak kewarganegaraan ini jarang sekali ditegaskan.
Karakter publik dan privat yang mendasari demokrasi, dalam jangka panjang, mungkin lebih merupakan dampak dari pengetahuan atau kecakapan yang dikuasai warganegara. d. Kompetensi Kewaganegaraan Kompetensi kewarganegaraan yang meliputi (1) penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu; (2) pengembangan kemamp[uan intelektual dan partisipatoris; (3) pengembangan karakter atau sikap mental tertentu, dan (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip-prinsip fundamental demokrasi konstitusional.Kompeten merupakan
perpaduan
antara
pengetahuan
kewarganegaraan
(berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara)
dengan
kecakapan
kewarganegaraan.
Dikatakan
kompeten apabila seseorang itu (1) mampu melakukan tugas per tugas; (2) mampu mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaan; (3) tanggap terhadap situasi dan kondisi; (4) mampu menghadapi tanggung jawab dan harapan pencapaian kompetensi; (5) mampu
17
mentransfer kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi yang berbeda (situasi dan kondisi serta tempat yang baru). Untuk menjadi kompeten perlu
melakukan
7
(tujuh)
kunci
yaitu
(1)
mengumpulkan,
mengorganisasikan dan menganalisa informasi; (2) menyampaikan ide dan informasi; (3) merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan; (4) bekerja sama dalam tim; (5) menggunakan ide dan teknik matematika; (6) memecahkan masalah; (7) menggunakan teknologi. e. Komitmen Kewarganegaraan Perpaduan antara kecakapan dengan watak kewarganegaraan menumbuhkan komitmen. Komitmen menunjuk pada suatu sikap seseorang berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki dan diwujudkan melalui perilaku.
Komiten
mengandung
makna
adanya:
(1)
keyakinan
(kepercayaan); (2) kemauan; (3) kesetiaan (loyalitas) (4) kebanggaan. Komitmen adalah suatu rasa identifikasi, keterlibatan, dan loyalitas/ kesetiaan atau derajat, dan kepercayaan serta penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai. f. Keteguhan Perpaduan antara pengetahuan dengan watak kewarganegaraan menumbuhkan keteguhan. Keteguhan merupakan kekuatan atau ketetapan hati, iman, niat; atau kekukuhan hati dan ketabahan jiwa yg beginilah yg menunjukkan sifat keperwiraannya; kesetiaannya
tidak
diragukan lagi. Keteguhan dapat juga diartikan kuat untuk tetap pada pendiriannya, ketika kata hati menuntutnya. 2. Asumsi Normatif dan Asumsi Positif PPKn Asumsi normatif dan asumsi positif mengenai Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalahsebagai berikut. a. Bahwa selama Negara Indonesia berdiri, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 tidak akan berubah karena diterima sebagai inti komitmen nasional kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan bentuk final ketatanegaran RI, sebagaimana hal itu menjadi komitmen MPR. b. Bahwa tatanan kehidupan demokrasi Indonesia pada dasarnya merupakan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia
PPKn SMP K-8
18
yang bersumber dari dasar negara Pancasila sebagaimana tersurat pada alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. c. Bahwa
pembangunan
demokrasi
konstitusional
Indonesia
mengandung missi pembangunan ide, nilai, prinsip dan konsep demokrasi melalui instrumentasi demokrasi dalam berbagai latar kehidupan dan pendidikan demokrasi untuk generasi muda sebagai pewaris bangsa di masa depan. d. Bahwa pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan merupakan wahana psiko-pedagogis pada domain kurikuler, sosio-andragogis pada domain sosial-kultural, dan epistemologis pada domain akademik, dalam pendidikan demokrasi konstitusional Indonesia. e. Bahwa sebagai wahana pendidikan demokrasi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berfungsi mewujudkan kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang koheren dari konsepsi pendidikan tentang demokrasi, pendidikan melalui demokrasi, pendidikan untuk membangun demokrasi. f. Bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menegah memiliki fungsi sebagai pendidikan untuk membangun karakter bangsa, yang secara substansial dirancang secara nasional, dan diwujudkan sebagai praksis pendidikan yang konsisten dan koheren dengan komitmen kebangsaan Indonesia pada tingkat satuan pendidikan. g. Bahwa
pendidikan
demokratis
yang
Kewarganegaraan,
untuk menjadi tidak
kewarganegaraan missi bersifat
Pendidikan
Indonesia Pancasila
chauvenistik,
yang dan
melainkan
berwawasan kosmopolit guna menghasilkan warganegara Indonesia yang baik dan cerdas, dan sekaligus menjadi warga dunia yang toleran. 3. Substansi kebijakan Nasional Bertolak dari ke 7 (tujuh) asumsi tersebut, ada beberapa substansi kebijakan
nasional
tentang
kurikulum
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan adalah sebagai berikut. a. Sebagai sumber ide dan norma inti dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, perlu kajian mendalam terhadap ide, dan nilai
19
yang secara substantif terkandung dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, dalam konteks historis dan sosio-politis tumbuh dan berkembangnya komitmen nasional kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan bentuk final ketatanegaran RI. b. Sebagai instrumentasi dari ide dan norma inti Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, perlu kajian mendalam secara komprehensif terhadap tatanan kehidupan demokrasi Indonesia sebagai sistem kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang bersumber dari dasar negara Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. c. Dalam rangka pembangunan demokrasi konstitusional Indonesia yang mengandung missi pembangunan ide, nilai, prinsip dan konsep demokrasi Pancasila, perlu kajian mendalam secara komprehensif terhadap visi dan missi nasional dari instrumentasi demokrasi dalam berbagai latar kehidupan dan aras pendidikan demokrasi untuk generasi muda sebagai pewaris bangsa di masa depan. d. Diperlukan reposisi dan rekonseptualisasi pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan sebagai wahana: psiko-pedagogis pada domain kurikuler,
sosio-andragogis
pada
domain
sosial-kultural,
dan
epistemologis pada domain akademik, dalam pendidikan demokrasi konstitusional Indonesia. e. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan demokrasi, perlu difungsikan sebagai wahana pendidikan yang mampu mewujudkan kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak semua unsur bangsa Indonesia secara koheren dengan konsepsi
pendidikan
tentang
demokrasi,
pendidikan
melalui
demokrasi, pendidikan untuk membangun demokrasi. f. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi, perlu dirancang secara sistemik untuk membangun karakter bangsa, yang secara substansial-nasional dapat diwujudkan sebagai praksis pendidikan
yang
konsisten
dan
koheren
dengan
komitmen
kebangsaan Indonesia pada tingkat satuan pendidikan.
PPKn SMP K-8
20
g. Perlu dilakukan antisipasi yang komprehensif agar pendidikan untuk kewarganegaraan Indonesia yang demokratis melalui Pendidikan Pancasila melainkan
dan
Kewarganegaraan,
berwawasan
tidak
kosmopolit
bersifat dalam
chauvenistik, menghasilkan
warganegara Indonesia yang baik dan cerdas, dan sekaligus menjadi warga dunia yang toleran. D. Aktivitas Pembelajaran Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―Esensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan‖, maka Anda perlu mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai berikut. 1. Memberikan motivasi peserta diklat untuk mengikuti proses pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul ―Esensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan‖. 2. Menginformasikan judul modul, lingkup kegiatan pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini. 3. Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil
kerja
sebagai
indikator
capaian
kompetensi
peserta
dalam
penguasaan materi modul baik yang dikerjakan secara individual atau kelompok. 4. Mempersilahkan peserta diklat (secara individual) membaca cerdas terhadap materi modul 5. Membagi peserta diklat
ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan
keperluan); 6. Mempersilahkan kelompok untuk berdiskusi materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul. 7. Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar. 8. Penyampaian hasil diskusi; 9. Memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok 10. Menyimpulkan hasil pembelajaran 11. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 12. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 13. Merencanakan kegiatan tindak lanjut
21
E. Latihan/Kasus/Tugas Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, kini tiba saatnya anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman anda. Lakukan kegiatan sebagai berikut. 1. JelaskanPendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah adalah pengembangan kualitas warga negara secara utuh, dalam aspek-aspek sebagai berikut. 2. Jelaksan
tujuan
akhir
dari
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan Setelah mengerjakan latihan, anda dapat membaca rambu-rambu jawaban latihan untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja anda. Jika anda menganggap hasil latihan anda belum sempurna, maka sebaiknya anda menganalisis penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.
F. Rangkuman Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini. 1. Pendidikan
Pancasila
dan
multifaset/multidimensional.
Kewarganegaraan Sifat
benar-benar
multidimensionalitas
inilah
bersifat yang
membuat bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat disikapi
sebagai:
pendidikan
nilai
pendidikan dan
moral,
kewarganegaraan, pendidikan
pendidikan
kebangsaan,
politik,
pendidikan
kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, dan pendidikan demokrasi. 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mempunyai misi sebagai pendidikan nilai Pancasila dan kewarganegaraan untuk warga negara muda usia. 3. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan program pengembangan individu, dan secara aksiologis mata pelajaran ini bertujuan untuk pendewasaan peserta didik sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan komponen bangsa Indonesia.
PPKn SMP K-8
22
4. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk persekolahan sangat erat kaitannya dengan dua disiplin ilmu yang erat dengan kenegaraan, yakni Ilmu Politik dan Hukum yang terintegrasi dengan humaniora dan dimensi keilmuan lainnya yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. 5. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di tingkat persekolahan bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik (to be smart dan good citizen). Warga negara yang dimaksud
adalah
warga
negara
yang
menguasai
pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air. G.Umpan Balik dan Tindak Lanjut Anda telah mempelajari materi norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan baik. Untuk pengembangan dan
implementasinya,
Anda
dapat
menerapkannya
dalam
proses
pembelajaran PPKn. Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu ―Analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh‖. H. Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas 1.
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan
di
sekolah
adalah
pengembangan kualitas warga negara secara utuh, dalam aspek-aspek sebagai berikut. a. Kesadaran sebagai warga negara (civic literacy), yakni pemahaman peserta didik sebagai warga negara tentang hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan demokrasi konstitusional Indonesia serta menyesuaikan perilakunya dengan pemahaman dan kesadaran itu; b. Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan dan kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam komunikasi sosial-kultural sesuai dengan hak dan kewajibannya.
23
c. Kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill and participation), yakni kemauan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik sebagai warga negara dalam mengambil prakarsa dan/atau turut serta dalam pemecahan masalah sosial-kultur kewarganegaraan di lingkungannya. d. Penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), yakni kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk berpikir secara kritis dan bertanggungjawab tentang ide, instrumentasi, dan praksis demokrasi konstitusional Indonesia. e. Partisipasi
kewarganegaraan
secara
bertanggung
jawab
(civic
participation and civic responsibility), yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga negara untuk berpartisipasi aktif dan penuh tanggung jawab dalam berkehidupan demokrasi konstitusional. 2. Tujuan akhir dari pendidikan pancasila dan kewarganegaraan adalah warga negara yang cerdas dan baik, yakni warga negara yang bercirikan tumbuhkembangnya kepekaan, ketanggapan, kritisasi, dan kreativitas sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat secara tertib, damai, dan kreatif. Para peserta didik dikondisikan untuk selalu bersikap kritis dan berperilaku kreatif sebagai anggota keluarga, warga sekolah, anggota masyarakat, warga negara, dan umat manusia di lingkungannya yang cerdas dan baik. Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil berbuat (learning by doing), belajar memecahkan masalah sosial (social problem solving learning), belajar melalui perlibatan sosial (socio-participatory learning), dan belajar melalui interaksi sosial-kultural sesuai dengan konteks kehidupan masyarakat.
Evaluasi Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas. 1. Jelaskan hakekat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan! 2. Jelaskan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menegah memiliki fungsi sebagai pendidikan untuk membangun karakter bangsa! 3. Jelaskan bahwa PPKn sebagai sarana pembangunan demikrasi!
PPKn SMP K-8
24
4. Jelaskan asumsi normatif dan positif terhadap Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan! 5. Jelaskan strategi kebijakan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan! Setelah menyelesaikan evaluasi ini, Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda sudah melebihi 85%, silakan Anda terus mempelajari modul berikutnya yaitu ―Analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh‖, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari 85%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan belajar dalam modul ini.
Penutup Mudah-mudahan anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam menyusun materi PPKn, pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi dan produktivitas pembelajaran serta bermakna bagi para peserta didik. Kemampuan-kemampuan yang anda kuasai setelah mempelajari modul ini akan berguna bagi anda dalam membimbing teman sejawat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mohon kritik dan saran untuk perbaikan modul ini.
Glosarium Daftar Pustaka Artbuthnot, J.B and Faust, D (1981). Teaching Moral Reasoning: Theory and Practice, New York: Harper and Row. Center for Civic Education/CCE (1994) Civitas : National Standards for Civics and Government, Calabasas : CCE Cogan J.J. and Derricott ,, B.J. (1998) Miltidemensional Civic Education, Tokyo Cogan, J. J., (1999) Developing the Civic Society : The Role of Civic Education, Bandung : CICED Darji Darmodiharjo, Prof, S.H.; 1986; Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Nasional; Malang: Laboratorium IKIP Malang
25
Dekdikbud (1986). Kurikulum Pendidikan Moral Pancasila, Jakarta: Balitbang Dikbud. --------- (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta Derricott, R., Cogan, J. J. (1998) Citizenship for the 21st century : An International perspective on Education, London : Kogan Page Lickona, T. (1992). Educating for Character, New York: Bantam Books Noor Syam, M. (2006) Pendidikan dan Pembudayaan Moral Filsafat Pancasila, Jakarta: Panitia Semiloka Pembudayaan Nilai Pancasila, Dit. Dikdas, Ditjen Mandikdasmen Republik Indonesia (2003) Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas ---------- (2003) Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Penddikan, Jakarta: Depdiknas ------------(2006) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006, tentang Stanndar Isi Jakarta: Depdiknas ----------- (2006) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, nomor 23 tahun 2006, tentang Kompetensi Lulusan , Jakarta: Depdiknas Sanusi, A.(1998) Pendidikan Alternatif: Menyentuh Azas Dasar Persoalan Pendidikan dan Kemasyarakatan, Bandung: PT Grafindo Media Pratama Somantri, N (1968). Pendidikan Kewargaan Negara di Sekolah, Bandung: IKIP. Winataputra
(2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana
Pendidikan Demokrasi, (Disertasi) Bandung: universitas Pendidikan Indonesia.
PPKn SMP K-8
26
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
ANALISIS PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI SATU KESATUAN YANG UTUH Oleh: Rahma Tri Wulandari, S.Pd. A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras, bahasa daerah, agama, sistem kepercayaan, kultur, subkultur, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai keragaman tersebut, bila tidak disikapi dengan nilai positif, maka dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Penerapan nilai-nilai pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh dalam kehidupan masyarakat di Indonesia bukannya tidak mendapatkan tantangan. Seiring dengan perkembangan jaman, permasalahan yang ada mengalami perbedaan dan setiap negara harus memiliki solusi agar terus berdiri kokoh. Dalam modul ini akan dibahas lebih lanjut tentang analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh sekaligus menggali solusi yang bisa dijadikan acuan untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
B. Tujuan Modul ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB) pasca Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP tentang analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh.
27
C. Peta Kompetensi
Analisis Penerapan Nilainilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Utuh
Analisis Penerapan Makna NilaiNilai Menjiwai dan Dijiwai oleh Sila-Sila Pancasila
Analisis Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh
D. Ruang Lingkup Modul dengan judul ―Analisis Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Utuh‖, meliputi bahasan sebagai berikut: 1. Analisis Penerapan Makna Nilai-Nilai Menjiwai dan Dijiwai oleh Sila-Sila Pancasila 2. Analisis Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh
E. Saran Cara penggunaan modul 1. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas 2. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . 3. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu 4. Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas 5. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. 6. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet. 7. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat.
PPKn SMP K-8
28
8. Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini.
Kegiatan Pembelajaran A. Tujuan 1.
Melalui
kegiatan
membaca
dan
berdiskusi,
peserta
diklat
dapat
menunjukkan analisis penerapan nilai-nilai yang menjiwai dan dijiwai silasila Pancasiladengan benar 2.
Melalui
kegiatan
membaca
dan
berdiskusi,
peserta
diklat
dapat
menunjukkan analisis permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuhdengan benar
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.
Menunjukkan analisis penerapan nilai-nilai yang menjiwai dan dijiwai silasila Pancasila
2.
Menunjukkan analisis permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh.
C. Uraian Materi 1. Analisis Penerapan Makna Nilai-Nilai Menjiwai dan Dijiwai oleh Sila-Sila Pancasila Pancasila yang terdiri dari lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh, dimana setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Sila I :“Ketuhanan Yang Maha Esa” meliputi dan menjiwai sila II, III, IV, dan V.
29
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Dengan demikian, Ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai, mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk Negara Republik Indonesia yang berdaulat penuh, bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila II : “Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab” diliputi dan dijiwai sila I, meliputi dan menjiwai sila III, IV dan V. Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang mempunyai potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Karena potensi inilah manusia menduduki martabat yang tinggi dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang obyektif, tidak subyektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya, mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma kesopanan dan kesusilaan. Adab mengandung
pengertian
tata
kesopanan
kesusilaan
atau
moral.
Jadikemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan.
PPKn SMP K-8
30
c. Sila III : “Persatuan Indonesia” diliputi dan dijiwai sila I, dan II, meliputi dan menjiwai sila IV dan V. Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah persatuan berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat, persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan
umum
dan
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
serta
mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa yang padu tidak terpecah belah oleh sebab apapun.
d. Sila IV : “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan” diliputi dan dijiwai sila I, II, III, meliputi dan menjiwai sila V. Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa
―kekuasaan
yang
tertinggi
berada
ditangan
rakyat‖.
Hikmat
kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Jadi sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan yang maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya.
31
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat adalah : a) Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa. b) Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan. c) Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama. d) Mengakui
atas
perbedaan
individu,kelompok,ras,suku,agama,
karena
perbedaan adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia. e) Mengakui
adanya
persamaan
hak
yang
melekat
pada
setiap
individu,kelompok,ras,suku maupun agama. f)
Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusian yang beradab.
g) Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab. h) Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya tujuan bersama.
e. Sila V : “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” diliputi dan dijiwai sila I, II, III, dan IV. Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik material maupun spiritual. Jadi sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata masyarakat adilmakmur berdasarkan Pancasila Setelah
mengetahui
hubungan
antar
sila-sila
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa Ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok kehidupan bangsa Indonesia. Setelah meyakini hal tersebut manusia akan bisa melaksanakan kewajibannya dan akan tercipta kemanusiaan yang adil dal beradab. Dengan dilaksanakannya kemanusiaan yang adil dal beradab maka manusia akan saling menghargai dan menghormati, sehingga persatuan akan terwujud dan jadilah persatuan Indonesia. Setelah semua bersatu akan dipilih sosok pemimpin yang dapat menjalankan pemerintahan secara demokrasi. Sehingga dapat tercipta kerakyatan yang dipimpin oleh
PPKn SMP K-8
32
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dimana rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusankeputusannya diambil dengan jalan musyawarah dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan yang maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya. Setelah semua itu ada tercapailah tujuan akhir Pancasila yaitu keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Gambar 1 : Diagram Hierarkhis Piramidal Pancasila
2. Analisis Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh Indonesia adalah negara yang plural, terdiri dari banyak suku, ras, bahasa
daerah,
agama,
sistem
kepercayaan,
kultur,
subkultur,
dan
sebagainya. Dengan adanya berbagai perbedaan yang ada, bila tidak disikapi dengan bijaksana akan rawan menimbulkan konflik yang dapat mengancam persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut tentang permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila yang ada di Indonesia dan upaya-upaya yang dilakukan
33
untuk menjaga rasa persatuan bangsa, baik itu dari usaha pemerintah maupun usaha setiap yang harus dilakukan oleh setiap individu.
a. Nilai KeTuhanan (Religiusitas) Permasalahan berlatar belakang agama kerap kali terjadi pada beberapa daerah di Indonesia. Indonesia yang memiliki keberagaman agama sering menimbulkan suatu masalah yang sangat perlu diperhatikan karena
berpotensi
menimbulkan
perpecahan
yang
mengakibatkan
hilangnya rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertikaian yang terjadi belakangan ini terkadang di sebabkan oleh masalah kecil seperti masalah batas wilayah, ekonomi, politik serta kurangnya kesadaran antara masing-masing individu yang berlanjut kemasalah agama. Masalah ini sering kali mengatas namakan agama, karena
agama memiliki tirai atau pembatas yang sangat tipis dengan
masalaha-masalah di atas. Sehingga sedikit saja terjadi masalah tersebut maka agama akan di ikut sertakan. Permasalahan yang berkaitan dengan agama, biasanya terjadi karena: 1) Masalah hubungan negara dengan agama 2) Masalah kebebasan beragama/berkeyakinan 3) Masalah hubungan intern umat beragama 4) Masalah hubungan antar umat beragama Pertikaian ini sering kali menjatuhkan korban yang tidak sedikit, dan menyebabkan kerugian baik dari segi material, maupun spiritual. Jadi sebenarnya tidak ada gunanya kita melakukan suatu pertikaian, apalagi sesama umat beragama, karena seperti semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua, semboyan inilah yang harus benar-benar kita maknai dalam menghadapi perbedaan antar agama, apalagi Indonesia merupakan Negara kesatuan dan persatuan. Negara
Indonesia
didirikan
atas
landasan moral
luhur,
yaitu
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:
PPKn SMP K-8
34
1.
Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi: ―Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa….‖ dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau negara Pancasila.
2.
Pasal 29 UUD 1945 1)
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2)
Negara
menjamin
memeluk
kemerdekaan
agamanya
tiap-tiap
masing-masing
dan
penduduk untuk
untuk
beribadah
menurut agamanya dan kepercayaannya Jaminan
kemerdekaan
beragama
yang
secara
yuridis
konstitusional ini membawa konsekuensi pemerintah sebagai berikut: (1) Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan keagamaan yang sehat. (2) Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran agama, baik penyebaran agama dalam arti kualitatif maupun kuantitatif. (3) Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama. (4) Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama. (5) Pengakuan
terhadap
Tuhan
Yang
Maha
Esa,
kehidupan
beragama bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Kehidupan beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa, yang dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, harus dapat menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat Indonesia menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam hal ini berarti bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi bimbingan pada pelaksanaan sila-sila yang lain.
35
b. Kemanusiaan (Humanisme) Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya. Permasalahan
yang
sering
muncul,
yang
berkaitan
dengan
kemanusiaan di Indonesia antara lain: 1) Masalah hubungan Negara dengan Warga Negara Salah satu contoh kasus yang ada antara lain tidak digunakannya dana dari hasil pajak rakyat untuk kepentingan pembangunan, akan tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. 2) Masalah hubungan antar warga Negara Sebagai salah satu contoh adalah kasus pembegalan yang berakhir dengan tewasnya salah satu pelaku dengan cara dibakar warga. Hal ini merupakan penyimpangan dari sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tindakan main hakim tidak dibenarkan secara hukum. Untuk menghindari adanya konflik yang dapat merusak rasa persatuan dan kesatuan, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diterapkan, antara lain: 1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat, sehingga tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain untuk hidup secara layak, serta menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat dan karakter) orang lain. 2) Saling mencintai sesama manusia. Menumbuhkan rasa cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas, saling membesarkan hati, saling berlaku setia dan jujur, saling menghargai harkat dan derajat satu sama lain. Selain itu, memperkuat hubungan sosial denga cara kerjasama, gotong royong dan solidaritas sangat penting untuk menjaga rasa persatuan. 3) Mengembangkan sikap tenggang rasa. Sikap ini menghendaki adanya usaha dan kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan orang lain.
PPKn SMP K-8
36
4) Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan maupun perbuatan kepada orang lain, hendaknya diukur dengan diri kita sendiri, bilamana kita tidak senang disakiti hatinya, maka janganlah kita menyakiti orang lain. 5) Tidak
semena-mena
terhadap
orang
lain.
Semena-mena
berarti
sewenang-wenang, berat sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu butir ini menghendaki, perilaku setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang, harus menjunjung tinggi hak dan kewajiban.
c. Persatuan (Nasionalisme) Sila ke -3 ini mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan budaya.
Persatuan
Indonesia
mengutamakan
kepentingan
dan
keselamatan negara dari pada kepentingan golongan, pribadi atau sekelompok orang. Hal yang dimaksudkan adalah sangat mencintai tanah air Indonesia dan bangga mengharumkan nama Indonesia. Sila ini menanamkan sifat persatuan untuk menciptakan kerukunan kepada rakyat Indonesia. Permasalahan yang sering muncul antara lain: 1) Memudarnya rasa kebangsaan 2) Ketidakpuasaan daerah terhadap pusat 3) Menjamurnya parpol-parpol yang berpotensi melunturkan semangat persatuan.
Untuk menghindari adanya konflik yang dapat merusak rasa persatuan dan kesatuan, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diterapkan, antara lain: 1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. 4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
37
5) Memelihara
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Kedaulatan Rakyat (Demokrasi) Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya setiap warga negara perlu menyadari serta memperhatikan dan mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan masyarakat. Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, maka pada dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain Contoh permasalahan yang berkaitan dengan penyimpangan sila keempat antara lain: 1) Ketidak adilan pada kasus Prita dengan salah satu rumah sakit swasta di Jakarta 2) Hukuman yang tidak seimbang antara koruptor, dengan pencuri ayam (tidak adanya keadilan hukuman antara rakyat miskin dengan orang yang berkuasa). Untuk menghindari adanya konflik yang dapat merusak rasa persatuan dan kesatuan, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diterapkan, antara lain: 1) Mengutamakan
musyawarah
dalam
mengambil
keputusan
untuk
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. 2) Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakn hasil keputusan musyawarah. 3) Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain. 4) Musyawarah
untuk
mencapai
mufakat
diliputi
oleh
semangat
kekeluargaan. 5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam musyawarah. 6) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
PPKn SMP K-8
38
martabat manusia, dan keadilan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bersama. 7) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan.
e. Keadilan Sosial Manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan soial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain Permasalahan yang sering muncul, yang berkaitan dengan keadilan sosial antara lain: 1) Ketimpangan kesejahteraan rakyat (kesehatan, pendidikan, ekonomi) 2) Pengangguran 3) Kemiskinan 4) Kesenjangan antar penduduk, antar wilayah. Untuk menghindari adanya konflik yang dapat merusak rasa persatuan dan kesatuan, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diterapkan, antara lain: 1)
Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong – royong.
2)
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3)
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4)
Menghormati hak orang lain.
5)
Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6)
Tidak menggunakan hak milik usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7)
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8)
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan umum.
39
9)
Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama 11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Sila ke lima Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat indonesia diliputi, didasari, dijiwai oleh sila ke 1,2,3,4. Dengan demikian makna yang terkandung dalam sila ke lima Pancasila merupakan gambaran terlengkap 5 dari makna keseluruhan Pancasila. Namun nilai yang terkandung dalam Pancasila selain sila ke 5 juga memiliki keterkaitan dengan sila lainnya. Segala permasalahan dapat dihindari apabila setiap anggota masyarakat, terutama para penyelenggara negara dan elit politik dalam melaksanakan gerakan reformasi untuk mewujudkan masa depan yang dicita-citakan oleh negara Indonesia berdasarkan komitmen terhadap pembukaan UUD 1945 yang didalamya mengandung nilai-nilai pancasila yang harus dijadikan pedoman. Pancasila menjadi pedoman, panduan, dan acuan bagi bangsa Indonesia
dalam
mengahadapi
berbagai
tantangan
dalam
hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila tersebut diwujudkan kedalam berbagai norma sehingga dapt dijadikan pedoman bertindak dalam mengambil sebuah keputusan dengan tujuan akhir tetap terciptanya rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
D. Aktivitas Pembelajaran 1) Tujuan Kegiatan : a) Di awal kegiatan dilakukan penyampaian tujuan pembelajaran yaitu melalui kegiatan diskusi peserta dapat menganalisis penerapan nilainilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh. b) Peserta dibagi menjadi menjadi 6 (enam) kelompok. Satu kelompok idealnya beranggotakan 5-6 orang serta membahas LK berikut ini Lembar Kegiatan 1.
Petunjuk Belajar
PPKn SMP K-8
40
a. Baca terlebih dahulu lembar kegiatan ini sebelum mengerjakan tugas/latihan! b. Seyogyanya mengamati ucapan, sikap, perilaku, yang baik dalam lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. c. Diskusikan dengan teman satu kelompok anda! 2.
Wacana Pancasila di Tengah Realitas Bangsa
Pancasila dan realitas bangsa kondisi bangsa saat ini mencerminkan bahwa Pancasila dirasakan belum dipraktekkan secara langsung. Segala perpecahan dan konflik yang terjadi sungguh tidak mencerminkan Jati diri Bangsa. Peta perpolitikan dan budaya di Indonesia akhir-akhir ini sangat marak diwarnai dengan isu konflik, etnis dan juga bahaya disintegrasi yang mulai pelan-pelan merambah keseluruh wilayah Indonesia. Akhir-akhir ini berbagai konflik tidak lagi bersifat konflik pribadi, namun sudah merambah ke antar etnis, agama, ras dan golongan. Ditambah lagi dengan tidak sedikitnya calon eksekutif atau legislatif yang memanfaatkan hal ini sebagai jalan untuk merebut hati masyarakat yang sebenarnya efeknya bisa berdampak lain. Indonesia
yang
sangat
pluralistic
disatu
pihak
dapat
merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan bangsa, namun dilain pihak juga merupakan sumber potensial bagi munculnya berbagai konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Selain itu, Kondisi perkonomian kita sekarang juga sangat kritis tapi terselubung. Berita peningkatan ekonomi dan kesejahteraan yang ternyata jauh dari kenyataan, hanya bualan untuk menaikan popularitas dengan pencitraan. Belum lagi kapitalisme dan neoliberalisme yang pelanpelan mulai merambah dan mengancam. Jika nilai-nilai universal sudah diamalkan, mengapa negara Indonesia yang menjunjung moralitas justru marak praktik korupsi, kolusi dan nepotisme sampai Indonesia dicap sebagai negara korup. Nilai-nilai luhur Pancasila yang seharusnya dijadikan acuan seperti
41
dilupakan. Akibatnya, korupsi marak di mana-mana. Ironisnya, tindak korupsi itu dilakukan elite politik yang seharusnya memberikan contoh dalam menjunjung moralitas. Terkuaknya kasus korupsi di hampir semua lembaga atau departemen pemerintahan seakan meneguhkan bahwa kekuasaan cenderung korup. Fenomena itu menegaskan bahwa Pancasila selama ini hanya dijadikan slogan, tak dijiwai sebagai nilai luhur yang patut dijunjung tinggi. Karena itu, kini waktunya menjadikan Pancasila sebagai rumah bagi mentalitas semua komponen masyarakat. Pancasila harus kembali dijadikan sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku agar tak melenceng dari nilai-nilai yang telah dijadikan sebagai kontrak sosial bersama sejak Indonesia merdeka. Selain itu, Pancasila harus kembali dijadikan acuan hukum atau sumber dari segala sumber hukum.
sumber: http://www.kompasiana.com/yuniassdao/pancasila-di-tengahrealitas-bangsa_55198188a333110118b65a14
(dengan
beberapa
pengeditan)
3.
Sumber/alat/bahan -
Baca modul tentang analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh
4.
Baca sumber lain yang relevan Tugas/latihan a. Amati dan inventarisasi tutur kata (ucapan) positif yang sesuai dengan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat! ............................................................................................................. ............................................................................................................. ............................................................................................................. b. Amati dan inventarisasi sikap positif yang sesuai dengan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat! .............................................................................................................
PPKn SMP K-8
42
............................................................................................................. ............................................................................................................. c. Amati dan inventarisasi contoh perilaku positif yang sesuai dengan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam pergaulan sehari-hari di keluarga, sekolah dan di masyarakat! ............................................................................................................. ............................................................................................................. ............................................................................................................. d. Simpulkan ucapan, sikap dan perilaku baik dengan nilai-nilai etispraktis Pancasila! ............................................................................................................. ............................................................................................................. .............................................................................................................
c) Peserta melakukan presentasi hasil diskusi kelompok d) Peserta memperbaiki hasil kerja kelompoknya berdasarkan masukan selama diskusi. e) Refleksi
E. Latihan/ Kasus /Tugas Berikan jawaban pada soal-soal berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Ibu/Bapak terhadap materi yang telah dipelajari! 1) Pancasila merupakan suatu sistem nilai dan merupakan suatu kesatuan. Berikut ini yang merupakan pernyataan yang sesuai adalah .... a. Setiap sila yang ada memiliki perbedaan satu sama lain dan tidak bisa disama ratakan b. Nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila memiliki tingkatan dan bobot yang berbeda c. Nilai-nilai dalam pancasila memiliki tingkatan dan bobot yang berbeda namun tidak saling berlawanan atau bertentangan d. Sila kelima memiliki kedudukan tertinggi karena diliputi, didasari, dijiwai oleh sila ke 1,2,3,4 2) Berikut ini yang merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah ....
43
a. seluruh manusia merupakan makhluk yang beradab dan memiliki keadilan yang setara di mata Tuhan b. bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan Sang
Pencipta dan
mengakui bahwa seluruh alam semesta ini adalah ciptaan-Nya sehingga harus dieksploitasi demi kepentingan tertentu c. Perbedaan bukannya untuk diperuncing menjadi sebuah konflik, tetapi untuk saling mewujudkan persatuan dalam kehidupan bersama, untuk mewujudkan tujuan menjadi bangsa yang terbaik d. Seluruh manusia didunia ini memiliki keadilan yang sama tanpa membedakan status sosial atau ukuran apapun, yang artinya seluruh rakyat Indonesia memiliki keadilan yang tidak sama didepan hukum 3) Berikut ini merupakan gambaran Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh pada sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab yaitu .... a. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang subyektif b. Sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan yang tertuang dalam pasalpasal yang sah di pengadilan c. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya d. Manusia menduduki martabat yang tinggi dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia meyadari nilai-nilai dan norma-norma yang menguntungkan 4) Berikut ini yang merupakan permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila yang ada di Indonesia berkaitan dengan nilai religiusitas adalah .... a. Masalah hubungan antar warga Negara b. Masalah hubungan negara dengan agama c. Masalah hubungan Negara dengan Warga Negara d. Menjamurnya parpol-parpol yang berpotensi melunturkan semangat persatuan. 5) Berikut ini usaha pemerintah maupun individu untuk menjaga rasa persatuan bangsa terhadap permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila adalah ....
PPKn SMP K-8
44
a. Pemerintah melarang kebebasan untuk memilih agama b. Pemerintah melarang memeluk/meninggalkan suatu agama. c. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia d. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan pribadi dan golongan
F. Rangkuman 1.
Pancasila merupakan suatu sistem nilai dan merupakan suatu kesatuan, dimana kesemua sila yang ada merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
2.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mempunyai tingkatan dan bobot yang berbeda tetapi tidak saling bertolak belakang, akan tetapi saling melengkapi.
3.
Pembiasaan sikap dan perilaku yang sesuai dengan pengamalan dan nilainilai dari setiap butir dalam Pancasila sangat penting dalam kehidupan bangsa dan bernegara, dikarenakan Pancasila merupakan identitas dan jati diri bangsa Indonesia.
4.
Membiasakan perilaku sesuai nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan antara lain
dalam
lingkungan
keluarga,
lingkungan
sekolah,
lingkungan
masyarakat, dan lingkungan pergaulan 5.
Dalam praktek penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, penerapan nilai-nilai Pancasila belum sepenuhnya berjalan sesuai apa yang dicita-citakan. Hal mana tampak dari adanya sejumlah persoalan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila tersebut.
6.
Sila ke lima Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat indonesia diliputi, didasari, dijiwai oleh sila ke 1,2,3,4. Dengan demikian makna yang terkandung dalam sila ke lima Pancasila merupakan gambaran terlengkap 5 dari makna keseluruhan Pancasila. Namun nilai yang terkandung dalam Pancasila selain sila ke 5 juga memiliki keterkaitan dengan sila lainnya.
7.
Segala permasalahan dapat dihindari apabila setiap anggota masyarakat, terutama para penyelenggara negara dan elit politik dalam melaksanakan gerakan reformasi untuk mewujudkan masa depan yang dicita-citakan oleh
45
negara Indonesia berdasarkan komitmen terhadap pembukaan UUD 1945 yang didalamya mengandung nilai-nilai pancasila yang harus dijadikan pedoman.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1.
Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh ?
2.
Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh?
3.
Apa manfaat mempelajari materi analisis penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh terhadap tugas Bapak/Ibu?
4.
Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu setelah kegiatan pelatihan ini ?
H. Kunci Jawaban DAFTAR PUSTAKA Juliardi, Budi. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Kaelan. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma Kansil, C.S.T, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs. Jakarta: Bumi Nusantara Pranarka. A.M.W. 1985. Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila. Jakarta: Yayasan Proklamasi Saksono, Ign. Gatut . 2007. Pancaila Soekarno. Yogyakarta: Rumah Belajar Tabinkas Suteng, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga Taniredja, Tukiran, dkk. 2014. Kedudukan dan Fungsi Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Bandung: Alfabeta
PPKn SMP K-8
46
Wahidin, Samsul. 2015. Dasar-dasar Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar -------------------------------. 2009. Buku Pintar Politik Sejarah, Pemerintahan dan Ketatanegaraan. Yogyakarta: Great Publisher --------------------------------. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia --------------------------------. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia --------------------------------. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia http://dwiapriliyan.blogspot.co.id/2014/10/inti-isi-sila-dalam-pancasila.html https://oktavianipratama.wordpress.com/matakuliahumum/kewarganegaraan/arti-dan-makna-sila-ketuhanan-yang-maha-esa/ https://repaldiabdulagi453.wordpress.com/2014/10/28/inti-sila-pertama-sampaiinti-sila-kelima/ https://thpardede.wordpress.com/2013/09/25/perdebatan-dua-tokoh-pendirirepublik-indonesia/
47
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
ANALISIS PENENTUAN NILAI BAIK DAN BURUK DALAM BERTUTUR KATA, BERPERILAKU DAN BERSIKAP SESUAI DENGAN NILAI-NILAI PANCASILA Oleh: Dr. Sri Untari, M.Si., M.Pd. A. Latar Belakang Kualitas pendidikan merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian bangsa Indonesia, terlebih pada abad 21 yang menuntut warga bangsa ini memiliki kompetensi dan profesional untuk dapat bersanding dan bertanding secara global. Kualitas pendidikan ditentukan profesionalisme guru. Keprofesian guru harus dikembangkan secara berkelanjutan melalui strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan agar dapat meningkatkan kemampuan guru dan tenaga kependidikan, sehingga mengembangkan
dapat memelihara, meningkatkan, dan
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
secara berkelanjutan. Kegiatan Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB) diselenggarankan untuk mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. PKB merupakan kewajiban bagi Guru dan tenaga kependidikan baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru.Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya adalah modul ―Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk dalam Bertutur kata, Berperilaku dan Bersikap sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila.‖ Modul ini didisain sebagai bahan ajar yang dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP grade 8. Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjuk cara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
PPKn SMP K-8
48
Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 3) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. Kompetensi peserta diklat PKB diharapkan melalui
Guru PPKn SMP grade 8-3 yang
modul Analisis penentuan Nilai Baik dan Buruk dalam
Bertutur kata, Berperilaku dan Bersikap sesuai dengan Nilai- Nilai Pancasila‖ antara lain: 1) Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran hedonism, 2) Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran utilitarisme, 3) Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran vitalisme, 4) Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran sosialisme, 5) Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran religiosisme, 6) Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran humanisme. B. Tujuan Modul ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP tentangAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk dalam Bertutur kata, Berperilaku dan Bersikap sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila, agar peserta diklat mampu: 1. Menjelaskan Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran hedonisme 2. Menjelaskan Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran utilitarisme
49
3. Menjelaskan Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran vitalisme 4. Menjelaskan Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran sosialisme 5. Menjelaskan Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran religiosisme 6. Menjelaskan Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran humanisme.
C. Peta Kompetensi Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran hedonisme
Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran utilitarisme
Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk dalam Bertutur kata, Berperilaku dan Bersikap sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila
Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran vitalisme
Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran sosialisme
Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran religiosisme
Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran humanisme. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup
terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran:1) Analisis
Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran hedonism, 2) Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran utilitarisme, 3) Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran vitalisme, 4) Analisis
PPKn SMP K-8
50
Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran sosialisme, 5) Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran religiosisme, 6) Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran humanisme. E. Saran Cara Penggunaan Modul 1. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas 2. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah
yang
ditentukan
dalam modul ini 3. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu 4. Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas Kegiatan Pembelajaran: Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk dalam Bertutur
kata,
Berperilaku dan Bersikap
sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila
A. Tujuan 1. Melalui
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran hedonisme. 2. Melalui
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran utilitarisme. 3. Melalui
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran 4. Melalui
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran sosialisme. 5. Melalui
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran religiosisme.
51
6. Melalui
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran humanisme. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran hedonisme 2. Peserta diklat mampu menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran utilitarisme. 3. Peserta diklat mampu menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran vitalisme. 4. Peserta diklat mampu menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran sosialisme. 5. Peserta diklat mampu menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran religiosisme. 6. Peserta diklat mampu menjelaskanAnalisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk berdasarkan aliran humanisme.
C. Uraian Materi Pembelajaran Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan
suatu
perbuatan
yang
dilakukan
seseorang,misalnya
mengatakan orang itu baik atau buruk.Baik adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan.Baik juga berarti sesuai dengan yang diinginkan, memberikan perasaan senang atau bahagia.Tingkah laku manusia adalah baik, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan manusia.Sehingga jika mengetahui sesuatu yang baik, maka dengan sendirinya akan mengetahui yang buruk. Sesuatu yang buruk adalah kebalikan dari yang baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.Buruk berarti tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standart, kurang dalam nilai, tidak menyenangkan dan sesuatu yang tercela. Definisi di atas memberi kejelasan bahwa baik dan buruk sangat relatif karena bergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya, dengan demikian nilai baik dan buruk tersebut bersifat subyektif karena bergantung kepada individu yang menilainya.
PPKn SMP K-8
52
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, berkembang pula patokan yang digunakan orang dalam menentukan baik dan buruk. Keadaan ini menurut Poedjawijatna berhubungan rapat dengan pandangan filsafat tentang manusia dan ini tergantung pula dari metafisika pada umumnya. Poedjawijatna lebih lanjut mneyebutkan sejumlah pandangan filsafat yang digunakan dalam menilai baik dan buruk yaitu hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme dan humanisme. 1. Penentuan baik dan buruk berdasarkan aliran hedonisme. Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan,kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis.Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan,melainkan ada pula yang mendatangkan kepedihan dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan maka yang dilakukan adalah mendatangkan kelezatan.Epicurus sebagai orang pertama yang mendasari paham ini mengatakan bahwa kebahagian atau kelezatan itu adalah tujuan manusia.Tidak ada kebaikan dalam hidup ini selain kelezatan dan tidak ada keburukan selain penderitaan.Dan akhlak itu tidak lain dan tidak bukan adalah berbuat untuk menghasilkan kelezatan dan kebahagiaan serta keutamaan.Yang dapat merencanakan kelezatan adalah rohani dan akal disebabkan rohani dan akal lebih kekal dari kelezatan badan. Pada tahap selanjutnya paham hedonisme ini ada yang bercorak individual
dan
universal.Corak
pertama
berpendapat
bahwa
yang
dipentingkan terlebih dahulu adalah mencari sebesar-besarnya kelezatan dan kepuasan untuk diri sendiri dengan segenap daya upaya harus diarahkan pada
upaya
mencari
kebahagiaan
dan
kelezatan
yamg
bercorak
individual,selanjutnya corak kedua memandang bahwa perbuatan yang baik ituadalah yang mengutamakan mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama manusia bahkan segala makhluk yang berperasaan. 2. Penentuan baik dan buruk berdasarkan aliran utilitarisme. Secara harfiah utilis berarti berguna,menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang berguna,jika ukuran ini berlaku bagi perorangan disebut individualis dan jika berlaku bagi masyarakat
dan negara
disebut
sosial.Namun demikian paham ini terkadang cenderung eksterm dan melihat kegunaan hanya dari sudut materialistik, selain itu paham ini juga dapat
53
menggunakan
apa
memperjuangkan
saja
yang
kepentingan
dianggap
politik
ada
misalnya
gunanya.
Untuk
menggunakan
fitnah,
khianat,bohong,kekerasan dan sebagainya sepanjang semua itu ada gunanya,namun demikian kegunaanya dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bisa diterima.Dan kegunaanya bisa juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. 3. Penentuan baik dan buruk berdasarkan aliran vitalitas. Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukan orang lain yang lemah dianggap sebagai yang baik.Paham ini lebih lanjut cenderung pada sikap binatang dan berlaku hukum siapa yang kuat dan menang itulah yang baik.Paham ini pernah dipraktekkan pada zaman feodalisme terhadap kaum yang lemah dan bodoh. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki ia mengembangkan
pola
hidup
feodalisme,
kolonialisme,diktaktor
dan
tiranik.Kekuatan dan kekuasaan menjadi lambang dan status sosial untuk dihormati.Ucapan,perbuatan dan ketetapan yang dikeluarkannya menjadi pegangan bagi masyarakat.Hal ini bisa berlaku mengingat orang-orang lermah dan bodoh selalu mengharapkan pertolongan dan bantuannya,namun dengan seiring waktu paham ini digeser menjadi pandangan yang bersifat demokratis. 4. Penentuan baik dan buruk berdasarkan aliran sosialisme. Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang dipegang dan berlaku di masyarakat.Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik,dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat dipandang buruk,dan perlu dihukum secara adat. Didalam masyarakat kita jumpai adat-istiadat yang berkenaan dengan cara
berpakaian,makan,minum,bercakap-cakap
bertandang
dan
sebagainya.Orang yang mengikuti cara-cara yang demikian itulah yang dianggap
orang
baik
dan
yang
menyalahinya
adalah
orang
yang
buruk.Kelompok yang menilai baik dan buruk berdasarkan adat-istiadat ini dalam tinjauan filsafat dikenal dengan istilah aliran sosialisme,munculnya paham ini bertolak dari anggapan karena masyarakat itu terdiri dari manusia,maka
PPKn SMP K-8
ada
yang
berpendapat
bahwa
masyarakatlah
yang
54
menentukan
baik
buruknya
tindakan
manusia
yang
menjadi
anggotanya.Lebih jelas lagi apa yang lazim dianggap baik oleh masyarakat tertentu itulah yang baik,inilah yang diebu ukuran sosialistis dalam etika. 5. Penentuan baik dan buruk berdasarkan aliran religiosisme. Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan,sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.Dalam paham ini keyakinan teologis yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan penting karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan jika yang bersangkutan tidak beriman kepada-Nya. Menurut Poedjawijatna aliran ini dianggap yang paling baik adalah dalam praktek,namun terdapat pula keberatan terhadap aliran ini yaitu karena ketidak umuman dari ukuran baik danburuk yang digunakannya. Diketahui bahwa di dunia terdapat bermacam-macam agama, dan masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masingmasing.Agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen ,dan Islam.masing-masing agama memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda.Poedjawijatna mengatakan bahwa pedoman itu tidak sama,malahan di sana-sini tampak bertentangan misalnya tentang pologami ,talak, dan rujuk, aturan makan dan minum,hubungan suami-istri dan sebagainya. 6. Penentuan baik dan buruk berdasarkan aliran humanisme. Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik atau buruk dengan sekilas tanpa melihat buah atau akibatnya,paham ini berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan insting batin yang dapat membedakan baik atau buruk dengan sekilas pandangan.Kekuatan batin ini terkadang beda refleksnya karena pengaruh masa dan lingkungan tetapi dasarnya ia tetap sama dan berakar pada tubuh manusia.Apabila ia melihat sesuatu perbuatan ia mendapat sebuah ilham yang dapat memberi nilai perbuatan itu lalu menetapkan hukum baik dan buruknya.Oleh karena itu kebanyakan perbuatan yang salah kikir dan pengecut. Kekuatan batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia tidak terambil dari keadaan di luarnya,menurut paham ini perbuatan
55
baik adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan batin yang ada dalam dirinya.Dan sebaliknya perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani atau kekuatan batin dipandang buruk.Poedjawijatna mengatakan bahwa aliran ini yang baik adalah yang sesuai dengan kodarat manusia yaitu kemanusiaannya yang cenderung kepada kebaikan.Penentuan terhadap baik-buruk tindakan yang konkret adalah perbuatan yang sesuai dengan kata hati orang yang bertindak.Dengan demikian ukuran baik buruk suatu perbuatan menurut paham ini adalah tindakan yang sesuai dengan derajat manusia dan tidak menentang atau mengurangi keputusan hati.Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari adanya persamaan konsep-konsep pokok moral
pada
setiap
perbedaan
zaman,perbedaan
itu
terletak
pada
bentuk,penerapan,atau pengertian yang tidak sempurna terhadap konsep moral.
D. Aktivitas pembelajaran Pendekatan yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran materi Analisis Penentuan Nilai Baik dan Buruk dalam Bertutur kata, Berperilaku dan Bersikap sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila adalah pendekatan partisipatif dan humanistik, yang didasari oleh prinsip prinsip andragogi. Dengan pendekatan ini peserta diklat lebih banyak diundang partisipasinya dengan mengungkapkan pertanyaan, pendapat, gagasan dan aspirasinya dari pada sekedar menerima materi
modul
secara
pasif
ataupun
penyampaian
informasi
dari
narasumber/instruktur. Disamping itu pendekatan saintifik juga dipergunakan sekaligus untuk membelajarkan peserta diklat dalam implementasi pembelajaran berbasis kurikulum 13. Metode yang digunakan dalam aktivitas pembelajar ini adalah ceramah bervariasi dan diskusi kelompok. Adapun skenario atau alur
aktivitas
pembelajaran sebagai berikut:
PPKn SMP K-8
56
Curah Pendapat diiringi sharing pengalaman praktis 20 menit (Menanya)
Penyampaian informasi oleh nara sumber dan membaca modul 15 menit (Mengamati)
Kerja kelompok, diskusi kelompok 50 menit (mencari informasi)
Presentasi hasil unjuk kerja kelompok 50 menit (mengomunikasi
Tanggapan, masukan dan refleksi serta refisi hasil kerja kelompok 20 menit
Membuat Laporan hail keja kelompok 20 menit (mengasosiasi)
Gambar 2 Alur Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/Kasus/Tugas Diskusikan bersama kelompok Anda (jumlah= 4-5 orang teman diklat) berikut ini: -
Berdasarkan aliran-aliran penentu nilai baik dan buruk yang telah di bahas di atas, analisislah penentuan nilai baik dan buruk yang digunakan di Indonesia selama ini!
F. Rangkuman Baik adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan, perasaan senang atau bahagia. Bertingkahlaku baik berarti tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan manusia. Sedangkan buruk berarti tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standart, kurang dalam nilai, tidak menyenangkan dan sesuatu yang tercela.Pembagian baik dan buruk terdiri atas baik dan buruk menurut hedonisme,
utilitarianisme,
vitalisme,
sosialisme,
religiosisme
dan
humanisme. Baik menurut aliran hedonisme adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan.Baik menurut aliran utilitarisme adalah yang berguna atau mendatangkan manfaat.Baik menurut aliran vitalisme adalah mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Kekuasaan dan kekuatan yang menaklukan orng lain yang lemah dianggap
57
sebagai yang baik. Baik dan buruk menurut aliran sosialisme ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang berlaku dan dipegang oleh masyarakat. Orang yang mnegikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik dan yang menentang
dan tidak mengikuti adat dipandang buruk dan perlu
dihukum secara adat. Menurut aliran religiosme, baik adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.Sedangkan menurut aliran humanisme, setiap manusia mempunyai intiusi atau insting batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan sekilas pandangan.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari alternatif jawaban yang tersedia. 1. Pengertian baik adalah … a. Tidak sesuai dengan yang diinginkan b. Memberikan perasaan senang dan bahagia c. Tidak sempurna d. Kehadirannya tidak disukai oleh manusia 2. Pengertian buruk adalah … a. Mendekati kesempurnaan manusia b. Sesuai dengan yang diidnginkan c. Mempunyai nilai kebenaran d. Di bawah standar, kurang nilai dan tidak menyenangkan 3. Penentuan baik buruk bersifat …. a. Universal dan umum b. Objektif dan relative c. Relatif dan subyektif d. Universal dan subjektif 4. Aliran Hedonisme memandang kebaikan itu adalah … a. Sesuatu yang bisa memberikan kegunaan atau kemanfaatan b. Perbuatan
yang
mendatangkan
banyak
kebahagiaan
dan
kenikmatan c. Yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia d. Sesuai dengan adat yang berlaku dalam masyarakat 5. Menurut pandangan hedonisme, akhlak itu adalah …
PPKn SMP K-8
58
a. Perbuatan baik yang sesuai dengan ajaran Tuhan b. Perbuatan yang sesuai dengan aturan hukum adat c. Perbuatan yang menghasilkan manfaat bagi semua orang d. Perbuatan yang menghasilkan kelezatan dan kebahagiaan serta keutamaan. 6. Paham hedonisme berpendapat bahwa yang dipentingkan terlebih dahulu adalah mencari sebesar-besarnya kelezatan dan kepuasan diri sendiri. Hal ini merupakan paham hedonis dengan corak … a. Universal absolute b. Universal dan individual c. Individual d. Universal 7. Paham utilitarisme berpandangan bahwa baik dan buruk itu adalah … a. Yang memberikan daya guna atau bermanfaat b. Yang mendatagkan keuntungan dan kebahagiaan c. Yang selalu mendapatkan pujian dari banyak orang d. Yang menghasilkan masyarakat yang teratur sesuai dengan hukum adat yang berlaku 8. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik,dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat dipandang buruk. Hal ini merupakan penjelasan penentuan baik buruk dari aliran … a. Utilitarisme b. Vitalitas c. Sosialisme d. Hedonisme 9. Aliran penentuan baik buruk yang dianggap paling baik namun terdapat keberatan terhadap aliran ini karena dianggap kurang wajar ialah … a. Sosialisme b. Religiosme c. Hedonisme d. Humanisme
59
10. Penentuan baik dan buruk yang sesuai dengan kodrat manusia atau mengedepankan kemanusiaan adalah… a. Humanisme b. Sosialisme c. Religiosme d. Hedonisme H. Kunci Jawaban Kunci jawaban dari soal di atas adalah sebagai berikut. 1. A
6. C
2. D
7. A
3. C
8. C
4. B
9. B
5. D
10. A
Pedoman Penskoran Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Test Formatif . Selanjutnya anda hitung jawaban yang benar, lalu pergunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda pada materi kegiatan pembelajar . Rumus Jumlah jawaban benar Tingkat penguasaan =
10
X 100%
Tingkat penguasaan yang anda capai: 90 – 100%
= sangat baik
80 – 89%
= baik
70 – 79%
= cukup
<
= kurang
70%
Penutup Demikianlah modul pembelajaran untuk peserta diklat Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP. Semoga bermanfaat dan dapat dengan mudah memahami
PPKn SMP K-8
60
Penentuan Nilai Baik dan Buruk dalam Bertutur kata, Berperilaku, dan Bersikap sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila. Kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan modul ini.
Evaluasi 1. Jelaskan yang dimaksud dengan baik dan buruk ? 2. Bagaimanakah orang bisa menentukan nilai baik dan buruk ? 3. Apakah
yang
dimaksud
dengan
penentuan
nilai
baik
buruk
berdasarkan aliran sosialisme? 4. Jelaskan yang dimaksud nilai buruk menurut aliran humanism! 5. Jelaskan dan berikan contoh disaat seseorang menilai baik dengan menggunakan aliran hedonisme!
Daftar Pustaka Al Hakim, Suparlan dkk. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia. Malang: Madani (Kelompok Intrans Publishing). Darmiyati, Zuchdi. 1955. Pembentukan Sikap. Cakrawala Pendidikan. No. 3 Th. XIV. November. Yogyakarta: LPM IKIP Yogyakarta. Hlm. 5163 Maulana, M. Rahardian, 2011. Etika baik dan buruk menurut beberapa aliran, (Online), (http://ryancapela.blogspot.co.id/2011/05/etika-baikdan-buruk-menurut-beberapa.html), diakses tanggal 5 Desember 2015 Putra, Hendiyanto Hendrawan, 2015. Baik dan Buruk menurut Perspektif berbagai
Faham,
(Online),(http://www.academia.edu/6954595/BAIK_DAN_BURUK_ME NURUT_PERSPEKTIF_BERBAGAI_FAHAM),
diakses
tanggal
5
Desember 2015
61
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4
ANALISIS PELAKSANAAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Oleh: Siti Tamamai, S.Pd. A. Latar Belakang Setiapbangsa yang merdeka akan membentuk suatu pola kehidupan berkelompok yang dinamakan negara. Pola kehidupan kelompok dalam bernegara perludiaturdalamsuatunaskah. Naskah aturan hukum yang tertinggi dalam kehidupan Negara Republik Indonesia dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berisi pola dasar kehidupan bernegara di Indonesia. Semua peraturan perundangundangan yang dibuat di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Semua peraturan perundang-undangan yang dibuat di Indonesia harus berpedoman pada Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai warga negara Indonesia kita patuh pada ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kepatuhan warga negara terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 akan mengarahkan kita pada kehidupan yang tertib dan teratur. Ketertiban dan keteraturan dalam kehidupan bernegara akan mempermudah kita mencapai masyarakat yang sejahtera. Sebaliknya bila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak dipatuhi, maka kehidupan bernegara kita mengarah pada ketidakharmonisan. Akibatnya bisa terjadi perang saudara. Siapa yang dirugikan? Semua warganegara Indonesia. Karena hal itu dapat berakibat tidak terwujudnya kesejahteraan. Bahkan mungkin bubarnya Negara Republik Indonesia.
Marilah
kitaberkomitmen
untuk
melaksanakan
Undang-
UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
PPKn SMP K-8
62
Modul Analisis Pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini sebagai salah satu mata diklat PKB Grade-8 bagi guru mata pelajaran PPKn SMP B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Analisis pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, agar mampu : 1. Menjelaskan Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia pada tahun 1945/masa awal kemerdekaan (periode17 Agustus 1945 – 29 Desember 1949) 2. Menjelaskan Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 padaDekrit Presiden 5 Jui1959 (periode 5 Juli 1959 - 11 Maret 1966) 3. Menjelaskan Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada masa Orde Baru (periode 11 Maret 1966 – 22 Mei 1998) 4. Menjelaskan Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada masa Reformasi (periode 22 Mei 1998 – sekarang)
C. Peta Kompetensi Periode 17 Agustus 1945 – 29 Desember 1949
Analisis Pelaksanaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Periode 5 Juli 1959 - 11 Maret 1966
Periode 11 Maret 1966 – 22 Mei 1998 Periode 22 Mei 1998 – sekarang .
63
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran Analisis Pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945sesuai fakta terhadap : 1. Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia pada tahun 1945/masa awal kemerdekaan (periode17 Agustus 1945 – 29 Desember 1949) 2. Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Dekrit Presiden 5 Jui1959 (periode 5 Juli 1959 - 11 Maret 1966) 3. Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada masa Orde Baru (periode 11 Maret 1966 – 22 Mei 1998) 4. Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada masa Reformasi (periode 22 Mei 1998 – sekarang) E. Saran Cara Penggunaan Modul Modul ini terdiri dari 2 Kegiatan belajar. Dalam Kegiatan Belajar 1 disajikan mengenai mempelajari Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia pada tahun 1945/masa awal kemerdekaan (periode 17 Agustus 1945 – 29 Desember 1949) dan Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Dekrit Presiden 5 Jui 1959 (periode 5 Juli 1959 11 Maret 1966)dan Kegiatan Belajar 2 disajikan mengenai Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada masa Orde Baru (periode 11 Maret 1966 – 22 Mei 1998) dan Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945pada masa Reformasi (periode 22 Mei 1998 – sekarang). Kegiatan Belajar 1 dirancang untuk pencapaian tujuan 1 dan 2, Kegiatan Belajar 2 dirancang untuk pencapaian tujuan 3 dan 4. Untuk membantu anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini: 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari katakata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda miliki.
PPKn SMP K-8
64
3. Cobalah anda tangkap pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman sejawat atau dengan tutor Anda 4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet. 5. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat. 6. Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini.
Selamat belajar !
65
KegiatanPembelajaran 1 A. Tujuan 1. Dengan membaca peserta diklat mampu menjelaskanPelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia pada tahun 1945/masa awal kemerdekaan (periode 17 Agustus 1945 – 29 Desember 1949) secara benar. 2. Dengan membaca peserta diklat mampu menjelaskan Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Dekrit Presiden 5 Jui 1959 (periode 5 Juli 1959 - 11 Maret 1966) secara benar
B. Indikator Pencapaian Kompetensi Pesertadiklatmampumenjelaskan: 1. Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia pada tahun 1945/masa awal kemerdekaan (periode17 Agustus 1945 – 29 Desember 1949) 2. Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Dekrit Presiden 5 Jui1959 (periode 5 Juli 1959 - 11 Maret 1966) C. Uraian Materi Pembelajaran 1. Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia pada tahun 1945/masa awal kemerdekaan (periode 17 Agustus 1945 – 29 Desember 1949) Pada awal kemerdekaan Indonesia, KNIP mengusung gagasan pemerintahan parlementer karena khawatir dengan pemberian kekuasaan yang begitu besar pada presiden oleh UUD. Karena itu pada tanggal 7 oktober 1945, KNIP mengeluarkan momerandum yang meminta presiden untuk
segera
membentuk
MPR,
menanggapi
hal
itu,
presiden
mengeluarkan maklumat wakil presiden pada tanggal 16 oktober 1945 yang berisi ―bahwa komite nasional pusat, sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislative dan ikut menetapkan GBHN, serta membentuk badan pekerjaan‖, dan pada tanggal 3 November 1945, wakil presiden mengeluarkan maklumat lagi tentang kebebasan membentuk banyak
partai. Terbentuknya kabinet
pertama berdasarkan sistem
parlementer dengan perdana menteri syahrir pada tanggal 14 november 1945. Hal itu berakibat pada ketidakstabilan Indonesia di bidang ekonomi, politik maupun pemerintahan.
PPKn SMP K-8
66
Pada tanggal 27 Desember 1949, dibentuklah negara federal yaitu Negara Republik Indonesia Serikat. Dalam Negara RIS tersebut masih terdapat Negara bagian republik Indonesia yang ber ibukota di Yogyakarta. Pada tanggal 17 agustus 1950, terjadi kesepakatan antara Negara RI yogyakarta dengan Negara RIS untuk kembali membentuk Negara kesatuan berdasarkan pada Undang-Undang Dasar. UUD 1945 berlaku di Indonesia dalam dua kurun waktu. Yang pertama antara 18 Agustustahun 1945 sampai 27 Desember 1949. Yaitu sejak ditetapkan oleh panitia persiapan kemerdekaan indonesia (PPKI) pada tanggal 18 agustus 1945 s/d mulai berlakunya konstitusi RIS pada saat pengakuan kedaulatan dalam bulan Desember 1949. Dalam kurun waktu kedua berlakunya UUD 1945 itu kita telah dapat mencatat dan menarik pengalaman-pengalaman tentang gerak pelaksanaan
dari
UUD
1945
itu,
termasuk
juga
penyimpangan-
penyimpangan dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 itu. Dalam kurun waktu 1945-1949, jelas UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik, karena kita memang sedang dalam pancaroba, dalam usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja kita proklamasikan, sedangkan pihak kolonialis belanda justru ingin menjajah kembali bekas jajahan yang telah merdeka itu. Segala perhatian bangsa dan negara diarahkan untuk memenangkan peran kemerdekaan. Sistem pemerintah dan kelembagaan ditentukan dalam UUD 1945 jelas belum dapat dilaksanakan. Dalam kurun waktu ini sempat diangkat anggota DPR sementara, sedangkan MPR dan DPR belum dapat dibentuk. Waktu itu masih diberlakukan ketentuan aturan peralihan pasal 4 yang menyatakan bahwa : ―sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan komite nasional‖. Namun ada satu penyimpangan konstitusional yang prisipil yang dapat dicatat dalam kurun waktu 1945 s/d 1949 itu, ialah perubahan sistem kabinet presidensial menjadi sistem kabinet parlementer. Berdasarkan usul badan kerja komite nasional indonesia pusat (BP-KNIP) pada tanggal 11 november 1945 yang kemudian disetujui oleh presiden dan diumumkan dengan maklumat pemerintah tanggal 14
67
november 1945, sistem kabinet presidensial tersebut diganti dengan sistem kabinet parlementer. Sejak saat itu kekuasaan pemerintahan (eksekutive) dipegang oleh perdana menteri sebagai pimpinan kabinet dengan para menteri sebagai anggota kabinet. Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, perdana menteri dan para menteri bertanggung jawab kepada KNIP, yang berfungsi sebagai DPR, tidak bertanggung jawab pada presiden seperti yang dikehendaki oleh sistem UUD 1945. Dengan penyimpangn sistem ini jelas pengaruhnya terhadap stabilitas politik dan stabilitas nasional. Akhirnya NegaraKesatuanRepublikIndonesia terpaksa menjadi negara federasi RIS. Berdasarkan pada konstitusi RIS. UUD 1945 berlaku hanya dinegara bagian RI yang meliputi bagian pulau Jawa dan sumatera dengan ibukota Yogyakarta. Untunglah negara federasi RIS ini hanya berlangsung sangat sementara. Berkat kesadaran para pemimpin RIS dengan dipelopori oleh pimpinan-pimpinan yang ―Republikan‖, maka pada tanggal 17 agustus 1950, negara federasi RIS kembali menjadi NKRI. Tetapi dengan landasan UUD yang lain dari UUD 1945. Negara NKRI telah menetapkan UUDS dan diberi nama UUDS RI (1950). Menurut UUD ini, sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan parlementer, bukan sistem kabinet presdiensial. Menurut sistem pemerintahan parlementer itu maka presiden dan wakli presiden adalah sekedar presiden konstitusional dan tidak dapat di ganggu gugat, yang bertanggung jawab adalah para menterikepadapada parlemen. Penentuan sistem yang demikian ini sebenarnya bersumber pada landasan pemikiran yang lain dari yang terkandung dalam UUD 1945.UUDS 1950,yang menganut sistem parlementer berpijak pada landasan kebebasan
pemikiran
demokrasi
individu,sedangkan
liberal UUD
yang
1945
mengutamakan
yang
menganut
pada sistem
presidensial berpijak pada landasan demokrasi pancasila,yang berintikan kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan,dimana presiden bertanggungjawab kepada pemberi mandatyaituMPR.
PPKn SMP K-8
68
2. Pelaksanaan
UUD
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1945
padaDekritPresiden 5Jui 1959 (periode 5 Juli 1959 - 11 Maret 1966) Pelaksanaan dari UUDS 1950 dan akibatnya jelas kita saksikan bersama,berupa kekacauan baik dibidang politik keamanann maupun ekonomi.Konstituante
yang
berdasarkan
UUDS
1950
bertugas
menyususun UUD yang tetap,ternyata telah mengalami kemacetan total dan bahkan mempunyai akibat yang sangat membahayakn keutuhan bangsa dan negara.Maka dengan dasar alasan yang kuat dan dukungan dari sebagian besar rakyatIndonesia dikeluarkanlah Dekrit Presiden 5 juli 1959 tentang kembali kepada UUD 1945. Pada tanggal 5 Juli 1959 presiden menganggap NKRI dalam bahaya, karena itu presiden mengeluarkan dekrit presiden yang isinya : a. Menetapkan pembubaran konstituante. b. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi seluruh rakyat Indonesia, dan terhitung mulai dari dikeluarkannya dekrit ini, UUD 1950 tidak diberlakukan lagi. c. Pembentukan MPR sementara yang beranggotakan DPR, perwakilan daerah-daerah dan dewan agung sementara. Sejak dikeluarkannya dekrit presiden tersebut, mulai berkuasa kekuasaan orde lama yang secara ideologis banyak dipengaruhi oleh faham komunisme. Penyimpangan ideologis tersebut berakibat pada penyimpangan
konstitusional
seperti
Indonesia
diarahkan
menjadi
demokrasi terpimpin dan bersifat otoriter yang jelas menyimpang dari apa yang
tercantum
dalam
UUD
1945.
Puncaknya
adalah
adanya
pemberontakan G30S.PKI yang berhasil dihentikan oleh generasi muda Indonesia dengan menyampaikan Tritula (Tri tuntutan Rakyat) yang isinya: 1. Bubarkan PKI. 2. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI. 3. Turunkan harga/perbaikan ekonomi. Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga mengakibatkan dikeluarkannya surat perintah 11 maret 1966 yang memberikan kekuasan pada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkahlangkah dalam mengembalikan keamanan Negara.
69
Jadi 5 juli 1959 itu berlaku kembali UUD 1945 sampai sekarang Dalam orde lama lembaga lembaga negara seperti MPR,DPR,DPA dan BPK belum dibentuk berdasarkan UU seperti yang ditentukan dalam UUD 1945.Karena lembaga tersebut masih dalam bentuk sementara. Dalam masa orde lama itu presiden selaku pemegang kekuasaan tersebut dan pemegang
kekuasaan
legislatifbersama
menggunakan
kekuasaanya
dengan
mengeluarkan
produk-produk
leglislatif
sama
DPR
telah
tidaksemestinya,presiden
telah
yang
dengan
semestinya
berbentuk
UU(artinya dengan persetujuan DPR)dalam bentuk penetapan tanpa persetujuan DPR. MPRS telah mengambil keputusan untuk mengangkat seseorang sebagai presiden seumur hidup,yang jelas bertentangan dengan UUD 1945 yang menetapkan masa jabatan presiden 5 Tahun.Hak budget DPR tidak berjalan,karena
pemerintah
tidak
mengajukan
RUU
APBN
untuk
mendapatkan persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan.Bahkan dalam tahun 1960 DPR tidak dapat menyetujui RAPBN
yang
diajukan oleh pemerintah,maka presiden waktu itu
membubarkan DPR. Itulah beberapa kasus penyimpangan yang serius terhadap UUD 1945. Penyimpangan-peyimpangan ini jelas bukan saja telah mengakibatkan
tidak
berjalanya
sistem
yang
ditetapkan
dalam
UUD
1945,melainkan ternyata telah mengakibatkan memburuknya keadaan politik dan keamanan serta kemerosotan dibidang ekonomi,yang mencapai puncaknya dengan pemberontakan G-30-SPKI. Pemberontakan
G-30-SPKI
yang
dapat
digagalkan
berkat
kewaspadaan dan kesigapan ABRI dengan dukungn kekuatan rakyat,telah mendorong lahirnya orde baru yang bertekad untuk melaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Jatuhnya
legitimasi
presiden
Soekarno
dalam
memegang
kekuasaan negara ditandai oleh peristiwa G-30-SPKI hingga berakibat pembunuhan besar-besaran terhadap anggota partai komunis indonesia diberbagai
daerah
serta
dikeluarkannya
Supersemar
yang
pada
hakekatnya merupakan bentuk penyerahan kekuasaan soeharto.
PPKn SMP K-8
70
D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas
pembelajaran
diklat
dengan
mata
diklat
―Analisis
Pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945‖ sebagai berikut : 1. Menyiapkanpesertadiklat agar termotivasimengikuti proses pembelajaran; 2. Mengantarkansuatupermasalahanatautugas
yang
akandilakukanuntukmempelajaridanmenjelaskantujuanpembelajarandiklat. 3. Menyampaikan tujuan dan garis besar cakupan materi Analisis Pelaksanaan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Instruktur
memberi informasi proses pelatihan yang akan dilakukan di-
lanjutkan dengan tanya jawab tentang konsep pembelajaran
dengan
menggunakan contoh yang kontekstual.. 5. Kelasdibagimenjadi
6kelompok (A, B, C, …….s/d kelompok) masing-
masingberanggotakan 5 orang. 6. Instrukturmemberitugasmencarisumberinformasi/data
untukmenemu-
kanjawabanterhadappermasalahan
yang
diajukandanditanyakanpesertadiklat. Pesertabebasmengambildanmenemukansumberbelajar,
termasukdari
internet. 7. Berdasarkankelompok
yang
sudahdibentuk:
setiapkelompokmelakukandiskusiuntukmemecahkanpermasalahan
yang
diajukanpesertadiklathinggaselesaidalamwaktu
yang
sudahditetntukaninstruktur. 8. Melaksanakanpenyusunanlaporanhasildiskusi. 9. Masingmasingkelompokmelakukanpresentasihasildiskusi. 10. Instruktur/Nara
sumber
memberikan
klarifikasi
berdasarkan
hasil
menyimpulkan
hasil
pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok . 11. Narasumber
bersama-sama
dengan
peserta
pembelajaran 12. Melakukanrefleksiterhadapkegiatan yang sudahdilaksanakan. 13. memberikanumpanbalikterhadap proses danhasilpembelajaran. 14. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
71
E. Latihan/Kasus/Tugas TugasdanLangkahKerjauntukkelompok A, B, C dst.sebagaiberikut : 1. Jelaskan pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Pada Tahun 1945 2. Jelaskan pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959
F. Rangkuman UUD 1945 berlaku di Indonesia dalamduakurunwaktu. pertamaantara
18
Agustustahun
1945
sampai
27
Desember
Yaitusejakditetapkanolehpanitiapersiapankemerdekaanindonesia padatanggal
18
agustus
1945
s/d
mulaiberlakunyakonstitusi
Yang 1949. (PPKI) RIS
padasaatpengakuankedaulatandalambulanDesember 1949. Dalamkurunwaktukeduaberlakunya
UUD
1945
itukitatelahdapatmencatatdanmenarikpengalamanpengalamantentanggerakpelaksanaandari
UUD
1945
itu,
termasukjugapenyimpangan-penyimpangandariketentuan-ketentuan
UUD
1945 itu.
G. Umpan balik/Tindak lanjut Anda telah mempelajari Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia pada tahun 1945/masa awal kemerdekaan (periode 17 Agustus 1945 – 29 Desember 1949) dan Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Dekrit Presiden 5 Jui 1959 (periode 5 Juli 1959 - 11 Maret 1966), dengan baik. Untuk
pengembangan
dan
implementasinya,
Anda
dapat
menerapkannya dalam proses pembelajaran PPKn. Hasil pemahaman Anda terhadap materi
modul
ini
akan
sangat bermanfaat
pada kegiatan
pembelajaran PPKn.
PPKn SMP K-8
72
H. Kunci Jawaban 1. Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia pada tahun 1945/masa awal kemerdekaan (periode 17 Agustus 1945 – 29 Desember 1949) Dalam kurun waktu 1945-1949, jelas UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik, karena kita memang sedang dalam pancaroba, dalam usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja kita proklamasikan, sedangkan pihak kolonialis belanda justru ingin menjajah kembali bekas jajahan yang telah merdeka itu. Segala perhatian bangsa dan negara diarahkan untuk memenangkan peran kemerdekaan. Sistem pemerintah dan kelembagaan ditentukan dalam UUD 1945 jelas belum dapat dilaksanakan. Dalam kurun waktu ini sempat diangkat anggota DPR sementara, sedangkan MPR dan DPR belum dapat dibentuk. Waktu itu masih diberlakukan ketentuan aturan peralihan pasal 4 yang menyatakan bahwa : ―sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan komite nasional‖.Namun ada satu penyimpangan konstitusional yang prisipil yang dapat dicatat dalam kurun waktu 1945 s/d 1949 itu, ialah perubahan sistem kabinet presidensial menjadi sistem kabinet parlementer. 2.Pelaksanaan
UUD
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1945
padaDekritPresiden 5Jui 1959 (periode 5 Juli 1959 - 11 Maret 1966) Jadi 5 juli 1959 itu berlaku kembali UUD 1945 sampai sekarang Dalam orde lama lembaga lembaga negara seperti MPR,DPR,DPA dan BPK belum dibentuk berdasarkan UU seperti yang ditentukan dalam UUD 1945.Karena lembaga tersebut masih dalam bentuk sementara.dalam masa orde lama itu presiden selaku pemegang kekuasaan tersebut dan pemegang
kekuasaan
leglislatifbersama
menggunakan
kekuasaanya
mengeluarkan
produk-produk
dengan leglislatif
sama
DPR
telah
tidaksemestinya,presiden
telah
yang
dengan
semestinya
berbentuk
UU(artinya dengan persetujuan DPR)dalam bentuk penetapan tanpa persetujuan DPR.
73
MPRS telah mengambil keputusan untuk mengangkat seseorang sebagai presiden seumur hidup,yang jelas bertentangan dengan UUD 1945 yang menetapkan masa jabatan presiden 5 Tahun.Hak budget DPR tidak berjalan,karena
pemerintah
tidak
mengajukan
RUU
APBN
untuk
mendapatkan persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan.Bahkan dalam tahun 1960 DPR tidak dapat menyetujui RAPBN yang diajukan oleh pemerintah ,maka presiden waktu itu membubarkan DPR. Itulah beberapa kasus penyimpangan yang serius terhadap UUD 1945.
PPKn SMP K-8
74
KEGIATAN PEMBELAJARAN 5
ANALISIS PENERAPAN POKOK-POKOK PIKIRAN PEMBUKAAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Oleh: Siti Tamami, S.Pd. A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berisi pola dasar kehidupan bernegara di Indonesia. Semua peraturan perundangundangan yang dibuat di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Semua peraturan perundang-undangan yang dibuat di Indonesia harus berpedoman pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disamping memuat aturan pokok yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula dasar falsafah dan pandangan hidup bangsa. Hal tersebut telah berakar dan tumbuh berabad-abad lamanya dalam sejarah bangsa Indonesia, serta telah diuji melalui perjuangan panjang dan penuh pengorbanan. Menjadi tugas kita bersama, untuk mempertahankan kelestarian pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pokok-pokok pikiran tersebut juga hanya menjadi rangkaian kata- kata luhur tanpa menjadi pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun yang tidak kalah penting adalah mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan warga negara wajib memperjuangkan pokok-pokok pikiran tersebut menjadi kenyataan.
75
Modul Analisis Penerapan Pokok-Pokok Pikiran Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini sebagai salah satu mata diklat PKB Grade-8.05 bagi guru mata pelajaran PPKn SMP B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Analisis pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, agar mampu : 2. Menjelaskan isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. MenjelaskanPokok Pikiran Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 4. Menjelaskan penerapan pokok pikiran alinea pertama Pembukaan UUD Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 5. Menjelaskan penerapan pokok pikiran alinea kedua Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 6. Menjelaskan penerapan pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 7.
Menjelaskan Penerapan pokok pikiran alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
C. Peta Kompetensi Penerapan pokok pikiran alinea pertama Pembukaan UUD Negara Repubik Indonesia Tahun 1945
Analisis Penerapan Pokok-Pokok Pikiran Pembukaan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Penerapan pokok pikiran alinea kedua Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Penerapan pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Penerapan pokok pikiran alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
PPKn SMP K-8
76
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran Analisis Penerapan Pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945sesuai fakta terhadap : 1. Isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Pokok Pikiran Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Penerapan pokok pikiran alinea pertama Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 4. Penerapan pokok pikiran alinea kedua UUD Pembukaan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 5. Penerapan pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 6. Penerapan pokok pikiran alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 E. Saran Cara Penggunaan Modul Modul ini terdiri dari 2 Kegiatan belajar. Dalam Kegiatan Belajar 1 disajikan mengenai mempelajari mengenai Isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pokok Pikiran Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945Kegiatan Belajar 2 disajikan mengenai Penerapan pokok – pokok pikiran pertama, kedua, ketiga dan keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk membantu anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini: 7. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. 8. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari katakata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda miliki. 9. Cobalah anda tangkap pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman sejawat atau dengan tutor Anda
77
10. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet. 11. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat. 12. Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini.
Selamat belajar ! Kegiatan Pembelajaran 1 B. Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan.isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan pokok pikiran
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 B. Indikator Pencapaian Kompetensi Peserta diklat mampu menjelaskan : 1. Isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Pokok pikiran
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 C. Uraian Materi Pembelajaran Isi dan Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1. Isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
PPKn SMP K-8
78
Pada hakikatnya Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, terdiri atas 4 (empat) alinea, yang masingmasing alinea berisi hal-hal berikut. a. Alinea Pertama ―Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan‖ Hak akan kemerdekaan yang dimaksud di atas adalah hak dari segala bangsa untuk memperoleh kemerdekaan. Oleh karena ada dan berlakunya
hak
kemerdekaan
adalah
sejalan
dengan
tuntutan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Kata ―sesungguhnya‖ dalam hal ini tidak hanya dalam arti keadaan realitasnya yang memang demikian, akan tetapi lebih bersifat imperatif, yaitu mutlak memang harus demikian. Bilamana tidak maka akan bertentangan dengan peri kemanusiaan dan perikeadilan, kedua unsur tersebut merupakan unsur mutlak bagi terjaminnya nilai-nilai tertinggi kehidupan manusia dan kemanusiaan. Jadi, kata ―sesungguhnya‖ merupakan satu rangkaian pengertian dengan kata perikemanusiaan dan perikeadilan. Dengan demikian, berarti bahwa setiap bangsa mempunyai hak untuk merdeka dan hak ini sifatnya yang mutlak. Hak untuk merdeka merupakan hak kodrat dan hak moril dari setiap bangsa. Pengingkaran terhadap hak kodrat ini bagaimanapun bentuk dan manifestasinya harus lenyap dari atas bumi, seperti halnya suatu penjajahan oleh negara terhadap negara lain. Pemberian hak kemerdekaan ini ditekankan kepada segala bangsa dalam wujud kebulatannya, bukan kepada individu-individu. Tidaklah berarti, bahwa hak kebebasan individuindividu tidak mempunyai tempat sama sekali, namun hak kebebasan individu dilekatkan dalam hubungannya dengan bangsa sebagai satu pokok kebulatan. Jadi kebebasan individu ditempatkan dalam hubungan nya sebagai species terhadap genusnya. Kata-kata perikeadilan dan perikemanusiaan menjadi ukuran penentunya, yaitu bahwa dalam batasbatas keadilan dan kemanusiaan, manusia sebagai individu diakui kemandiriannya sehingga diakui pula hak-hak kebebasannya.
79
Pengertian hak kemerdekaan sebagai hak kodrat segala bangsa tidak secara langsung sebagai hak yuridis, tetapi lebih merupakan hak moril dan hak kodrat. Sebagai imbalannya, segala bangsa harus memiliki kewajiban moril dan kewajiban kodrat untuk menghormatinya. Bila ada bangsa yang tidak merdeka maka hal ini bertentangan dengan hakikat kodrat manusia. Dengan demikian, ada wajib
kodrat
dan
wajib
moril
bagi
penjajah
khususnya
untuk
memerdekakan bangsa tersebut. Setiap bangsa mempunyai hak untuk merdeka dan hak ini sifatnya yang mutlak. Indonesia sudah merdeka sebagai warga negara yang baik hendaknya selalu menampilkan perilaku yang mencerminkan bangsa yang merdeka dan sadar berkonstitusi dalam kehidupan seharihari. Misalnya, dengan mematuhi dan menjalankan semua ketentuan konstitusi/undang-undang dasar dalam kehidupan sehari-hari, selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemerdekaan sebagai anugerah,menjaga dan memelihara lingkungan hidup,Tidak merusak bangunan pemerintah atau fasilitas umum (tempat peribadatan, rumah penduduk, sekolah, kantor pemerintahan, dan sebagainya), tidak merusak kelestarian alam, misalnya melakukan pembakaran hutan, menangkap ikan di sungai dengan menggunakan setrum atau portas, membunuh binatang-binatang langka, merusak terumbu karang, dan sebagainya. b. Alinea Kedua ―Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur‖. Atas dasar pemikiran yang merupakan dorongan kuat terhadap perjuangan pergerakan kemerdekaan adalah adanya dasar keyakinan, bahwa hak kemerdekaan adalah hak yang bersifat universal untuk segala bangsa dan merupakan hak kodrat manusia. Kata penghubung ―dan‖ yang mengawali kalimat alinea kedua ini menunjukkan adanya hubungan kausal antara perjuangan kemerdekaan dengan kenyataan adanya penjajahan terhadap Bangsa Indonesia selama tiga setengah
PPKn SMP K-8
80
abad. Penjajahan yang demikian ini jelas merupakan pengingkaran terhadap hak kodrat dan hak moril. Oleh karena itu, wajib dan mutlak untuk dilenyapkan khususnya dari tanah air Indonesia. Karena itu perjuangan pergerakan kemerdekaan di samping merupakan dakwaan terhadap adanya penjajahan, juga sekaligus mewujudkan hasrat yang kuat dan bulat untuk dengan kemampuan serta kekuatan sendiri yang pada akhirnya dengan megah dapat berhasil dirumuskan dengan jelas dalam kalimat: ―…telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa…‖. Hasil perjuangan kemerdekaan itu terjelma dalam wujud suatu Negara Indonesia. Menyusun suatu Negara atas kemampuan dan kekuatan sendiri dimaksudkan untuk menuju cita-cita bersama yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Untuk terwujudnya cita-cita tersebut Bangsa Indonesia harus merdeka, bersatu, dan mempunyai kedaulatan. Kemakmuran dimaksudkan tidak hanya dalam batas ukuran material, tetapi tercakup pula di dalamnya kemakmuran spiritual dan kemakmuran batin yang tersirat dari pengertian berbahagia. ―Bersatu‖ mengandung pengertian sesuai dengan pernyataan kemerdekaan, di mana pengertian ―bangsa‖ ini dimaksudkan sebagai kebulatan kesatuan. Pengertian Negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengertian Bangsa Indonesia. Karena hal itu merupakan kebulatan kesatuan. Penegasan tentang asas kesatuan ini ditemukan pula dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ―Negara melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia‖. Juga dalam penjelasan resmi yang termuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 yang menegaskan bahwa ― Negara mengatasi segala paham perseorangan‖. Selanjutnya, seluruh Bangsa Indonesia tercakup dalam lingkungan satu wilayah Negara tanpa suatu bagianpun dari wilayah yang berada di luarnya. ―Berdaulat‖ diartikan dalam hubungannya dengan eksistensi negara sebagai Negara yang merdeka, yang berdiri di atas kemampuannya sendiri, kekuatan dan kekuasaannya sendiri, berhak dan bebas menentukan masa depannya sendiri, dan dalam kedudukannya di
81
antara sesama negara adalah sama derajat dan sama tinggi. Dalam tata pergaulan antarnegara terjalin atas dasar saling menghormati. Pengertian
Negara
Indonesia
yang
―adil‖
mengandung
pengertian, bahwa di dalam lingkungan kekuasaan Negara oleh Negara diwujudkan tegaknya peri-keadilan, yang menyangkut Negara terhadap warga negara, warga negara terhadap Negara dan di antara sesama warga negara. Dalam hubungan yang lebih luas dapat disebutkan hubungan
antar
masyarakat
terhadap
warganya,
antara
warga
masyarakat dengan masyarakatnya, dan di antara warga masyarakat dalam keseimbangan pemenuhan dan penggunaan hak dan kewajiban, baik dalam bidang hukum maupun dalam bidang yang lain. Pengertian ―makmur‖ diartikan sebagai suatu pemenuhan kebutuhan manusia baik material maupun spiritual, baik jasmaniah maupun rohaniah. Dalam hal ini pencapaian kemakmuran tidak dapat dipisahkan dengan ―adil‖ atau keadilan. Dengan lain, perkataan kemakmuran tidak mungkin tercapai tanpa adanya keadilan. Dengan demikian, cita-cita nasional bangsa Indonesia yang telah dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dapat terwujud dengan baik. c. Alinea ketiga ―Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya‖. Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang diperoleh bukan hanya hasil dari para pejuang kemerdekaan tetapi ada kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan pertolongan kepada bangsa Indonesia berupa rahmat. Rakyat dan Bangsa Indonesia sangat meyakini bahwa ada kekuatan Tuhan yang membantu dalam proses terwujudnya kemerdekaan Bangsa Indonesia. Adanya kalimat ―Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa‖ menunjukkan adanya suatu dasar keyakinan hidup religius yang mendalam bagi Bangsa Indonesia. Tercapainya kemerdekaan Bangsa Indonesia bukanlah semata-mata merupakan hasil usaha manusia belaka, tetapi lebih daripada itu adalah merupakan karunia Tuhan Yang
PPKn SMP K-8
82
Maha Esa. Di samping nilai keyakinan hidup religius juga nilai luhur yang tersimpul dalam kalimat ―didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas‖. Hal ini mewujudkan asas moral yang menjunjung hak kodrat dan hak moral untuk segala bangsa supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, bebas dari penindasan dan penjajahan. Pengertian yang terkandung dalam alinea ini mengingatkan kembali kepada
Proklamasi
17
Agustus
1945
sehari
sebelum
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini ditetapkan, yang bunyinya sebagai berikut : ―Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya‖. Inti yang terkandung dalam Pembukaan alinea ketiga dan Proklamasi Kemerdekaan, keduanya mengandung isi yang sama walau pun rangkaian konteks kalimatnya berbeda. Hal ini perlu kita sadari oleh karena kalimat dalam alinea ketiga ini erat hubungannya dengan alinea pertama dan kedua, dimana setelah melalui perjuangan untuk mencapai kemerdekaan sampailah pada titik kulminasinya, yaitu kemerdekaan Bangsa Indonesia dan selanjutnya direalisasikan dalam wujud Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Kerukunan umat beragama merupakan sikap mental umat beragama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang serasi dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan sosial dan tingkat kekayaan. Kerukunan umat beragama dimaksudkan agar terbina dan terpelihara hubungan baik dalam pergaulan antara warga baik yang seagama, berlainan agama maupun dengan pemerintah. d. Alinea Keempat ―Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
83
sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan Rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia‖. Setelah dalam alinea pertama, kedua, dan ketiga dijelaskan tentang alasan dasar serta hubungan langsung dengan kemerdekaan maka dalam alinea keempat ini sebagai kelanjutan berdirinya Negara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dirinci lebih lanjut tentang prinsip-prinsip serta pokok-pokok kaidah pembentukan pemerintah Negara Indonesia. Hal ini dapat disimpulkan dari kalimat ―Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia…‖ Pemerintah dalam susunan kalimat ―Pemerintah Negara Indonesia‖ dimaksudkan dalam arti sebagai penyelenggara keseluruhan aspek kegiatan negara dan segala kelengkapanya (government). Hal ini berbeda dengan Pemerintahan Negara yang hanya menyangkut salah satu aspek saja daripada kegiatan penyelenggaraan negara, yaitu aspek pelaksana (executive). Inti isi pokok yang terkandung dalam Pembukaan alinea keempat adalah mencakup empat hal dalam keseluruhan aspek kegiatan penyelenggaraan negara, yaitu sebagai berikut : 1) Tujuan Negara a) Tujuan khusus tersimpul dalam anak kalimat berikut. ―…untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…‖ Tujuan khusus kalimat tersebut sebagai realisasinya dalam hubunganya dengan politik dalam negeri yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memaju-kan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
PPKn SMP K-8
84
b) Tujuan negara yang bersifat umum dalam hal kehidupan sesama bangsa tersimpul dalam anak kalimat berikut : ―…dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…‖ Tujuan negara dalam anak kalimat ini realisasinya dalam hubunganya dengan politik luar negeri, yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Hal inilah yang menjadi dasar bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang disebut sebagai politik yang bebas aktif. 2) Ketentuan Diadakannya Undang-Undang Dasar Ketentuan mengenai diadakannya Undang-Undang Dasar terdapat pada anak kalimat: ―…maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia…‖ 3) Bentuk Negara Bentuk Negara Indonesia terdapat di dalam anak kalimat: ―…yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat…‖ Dalam anak kalimat ini dinyatakan bahwa bentuk Negara Indonesia adalah Republik dan kekuasaan berada di tangan rakyat. 4) Dasar Filsafat Negara Dasar filsafat negara terdapat di dalam anak kalimat: ―…dengan
berdasar
kepada:
Ketuhanan
Yang
Maha
Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan
yang
dipimpin
permusyawaratan/perwakilan,
oleh
hikmat
kebijaksaan
dalam
serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia‖. Dalam anak kalimat inilah termuat Dasar Filsafat Negara Indonesia, yaitu Pancasila. 2. Pokok Pikiran Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai hubungan dengan pasal-pasal Undang-Undang
85
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 . Konsekuensinya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat akan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagaimana termuat dalam Penjelasan resmi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang termuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7, dijelaskan lebih lanjut bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung Pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lebih lanjut di dalam penjelasan disebutkan tentang adanya 4 (empat) Pokok Pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai berikut. 1. Pokok pikiran pertama: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan (pokok pikiran persatuan). 2. Pokok pikiran kedua: Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (pokok pikiran keadilan sosial). 3. Pokok pikiran ketiga: Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan (pokok pikiran kedaulatan rakyat). 4. Pokok pikiran keempat: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab (pokok pikiran Ketuhanan).
D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Analisis Penerapan pokok-pokok pikiran pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945‖ sebagai berikut : 1. Menyiapkan peserta diklat agar termotivasi mengikuti proses pembelajaran; 2. Mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat.
PPKn SMP K-8
86
3. Menyampaikan tujuan dan garis besar cakupan materi
Analisis
penerapan pokok-pokok pikiran pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Instruktur memberi informasi proses pelatihan yang akan dilakukan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang konsep pembelajaran dengan menggunakan contoh yang kontekstual.. 5.
Kelas dibagi menjadi 6 kelompok (A, B, C, …….s/d kelompok) masingmasing beranggotakan 5 orang.
6. Instruktur memberi tugas mencari sumber informasi/data untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diajukan dan ditanyakan peserta diklat. Peserta bebas mengambil dan menemukan sumber belajar, termasuk dari internet. 7. Berdasarkan kelompok yang sudah dibentuk: setiap kelompok melakukan diskusi untuk memecahkan permasalahan yang diajukan peserta diklat hingga selesai dalam waktu yang sudah ditetntukan instruktur. 8. Melaksanakan penyusunan laporan hasil diskusi. 9. Masing masing kelompok melakukan presentasi hasil diskusi. 10. Instruktur/Narasumber memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok. 11. Narasumber bersama-sama dengan peserta menyimpulkan hasil pembelajaran 12. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 13. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 14. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran. E. Latihan/Kasus/Tugas Tugas Mandiri Untuk lebih meningkatkan pemahaman anda terhadap pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, coba anda tugas di bawah di bawah ini: 1. Menjelaskan isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Menjelaskan
Pokok
Pikiran
Pembukaan
UUD
Negara
Republik
Indonesia 1945.
87
F. Rangkuman PembukaanUndang-Undang
DasarNegaraRepublikIndonesiaTahun
1945 terdiri atas empat alinea. alinea keempat akan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagaimana termuat dalam Penjelasan resmi Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung Pokokpokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pokok Pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai berikut. 1. Pokok pikiran pertama: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan (pokok pikiran persatuan). 2. Pokok pikiran kedua: Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (pokok pikiran keadilan sosial). 3. Pokok pikiran ketiga: Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan (pokok pikiran kedaulatan rakyat). 4. Pokok pikiran keempat: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab (pokok pikiran Ketuhanan).
G. Umpan Balik/Tindak Lanjut Anda telah mempelajari isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pokok Pikiran Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945 dengan baik. Untuk pengembangan dan implementasinya, Anda dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran PPKn. Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran PPKn H. Kunci Jawaban 1. isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
PPKn SMP K-8
88
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. ―Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur‖. ―Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya‖. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UndangUndang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan Rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan,
serta
dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia‖. 2. Pokok Pikiran Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945. 1. Pokok pikiran pertama: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan (pokok pikiran persatuan). 2. Pokok pikiran kedua: Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (pokok pikiran keadilan sosial). 3. Pokok pikiran ketiga: Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan (pokok pikiran kedaulatan rakyat). 4. Pokok pikiran keempat: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab (pokok pikiran Ketuhanan).
89
Kegiatan Pembelajaran A. Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan Penerapan pokok pikiran alinea pertama Pembukaan
UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan Penerapan pokok pikiran alinea kedua Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan Penerapan pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 4. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan Penerapan pokok pikiran alinea keempat Pembukaan
UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 B. Indikator Pencapaian Kompetensi Peserta diklat mampu menjelaskan : 1. Penerapan pokok pikiran alinea pertama Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Penerapan pokok pikiran alinea kedua UUD Pembukaan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Penerapan pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 4. Penerapan pokok pikiran alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
C. Uraian Materi Pembelajaran 1. Penerapan pokok pikiran pertama Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pokok pikiran pertama: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan (pokok pikiran persatuan).
PPKn SMP K-8
90
Pokok pikiran ini menegaskan bahwa dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diterima aliran negara persatuan. Negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa dan seluruh wilayahnya. Pokok pikiran ini menegaskan bahwa dalam ―Pembukaan‖ diterima pengertian Negara persatuan, sebagai negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi, Negara mengatasi segala faham golongan dan mengatasi faham perorangan. Negara, menurut pengertian ―Pembukaan‖ itu menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan. Hal ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian yang lain, negara sebagai penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan ataupun perorangan. 2. Penerapan pokok pikiran kedua UUD Pembukaan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pokok pikiran kedua: Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (pokok pikiran keadilan sosial). Pokok pikiran ini menempatkan suatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan merupakan suatu kausa-finalis (sebab-tujuan) sehingga dapat menentukan jalan serta aturan yang harus dilaksanakan dalam UndangUndang Dasar untuk sampai pada tujuan tersebut dengan modal persatuan. Ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia mempunyai hak dan kewajiban dalam kehidupan masyarakat. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran sila kelima Pancasila. 3. Penerapan pokok pikiran ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pokok pikiran ketiga: Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan (pokok pikiran kedaulatan rakyat).
91
Pokok pikiran ini mengandung konsekuensi logis bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan permusyawaratan/perwakilan. Aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia, yang selalu mengedapankan asas musyawarah untuk mufakat dalam menyelesai-kan suatu persoalan. Ini merupakan pokok pikiran kedaulatan rakyat, yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar. Pokok pikiran inilah yang merupakan dasar politik negara. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran sila keempat Pancasila. 4. Penerapan pokok pikiran keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pokok pikiran keempat: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab (pokok pikiran Ketuhanan). Pokok pikiran ini mengandung makna bahwa Undang-Undang Dasar
harus
mengandung
isi
yang
mewajibkan
pemerintah
dan
penyelenggara negara lainnya untuk memelihara budi pekerti yang luhur. Hal ini menegaskan bahwa pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan pokok pikiran kemanusian yang adil dan beradab mengandung pengertian menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia atau nilai kemanusian yang luhur. Pokok pikiran keempat ini merupakan dasar moral negara yang pada hakikatnya merupakan suatu penjabaran dari sila pertama dan sila kedua Pancasila. Empat pokok pikiran ini merupakan penjelasan dari inti alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Atau dengan kata lain keempat pokok pikiran tersebut tidak lain adalah merupakan penjabaran dari dasar negara, yaitu Pancasila. Setiap alinea dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara yuridis memiliki makna yang sangat dalam dan penting. Demikian juga dengan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Apabila kita perhatikan keempat pokok pikiran di atas maka tampaklah bahwa pokok-pokok pikiran Pembukaan
PPKn SMP K-8
92
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah pancaran dari nilai-nilai Pancasila. Kemudian
penjelasan Undang-Undang
Dasar
Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa ―Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok- pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Reichsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar)
maupun
menciptakan
hukum
pokok-pokok
yang
tidak
pikiran
ini
tertulis.
Undang-Undang
Dasar
dalam
pasal-pasalnya.‖
Dalam
pengertian ini maka dapat disimpulkan bahwa pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sumber hukum tertinggi di Indonesia. Sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia maka pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam realisasinya harus menjiwai semua peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seperti Ketetapan MPR, undang-undang, Peraturan Pemerintah dan sebagainya. Dengan demikian, seluruh peraturan perundang- undangan di Indonesia harus bersumber pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang didalamnya terkandung asas kerohanian negara yaitu Pancasila. Pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memiliki arti penting dalam konteks hukum dasar. Seperti diketahui, di samping Undang-Undang Dasar masih terdapat hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupakan sumber hukum, yaitu aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara. Inilah yang disebut konvensi atau kebiasaan katatanegaraan sebagai pelengkap atau pengisi kekosongan dalam UndangUndang Dasar. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disamping memuat aturan pokok yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula dasar falsafah dan pandangan hidup bangsa. Hal tersebut telah berakar dan tumbuh berabad-abad lamanya dalam sejarah
93
bangsa Indonesia, serta telah diuji melalui perjuangan panjang dan penuh pengorbanan. Menjadi tugas kita bersama, untuk mempertahankan kelestarian pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pokok-pokok pikiran tersebut juga hanya menjadi rangkaian kata-kata luhur tanpa menjadi pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun yang tidak kalah penting adalah mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan warga negara wajib memperjuangkan pokok-pokok pikiran tersebut menjadi kenyataan. Coba kamu diskusikan bagaimana upaya mewujudkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam berbagai lingkungan. D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Analisis Penerapan pokok-pokok pikiran pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945‖ sebagai berikut : 1. Menyiapkan peserta diklat agar termotivasi mengikuti proses pembelajaran; 2. Mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat. 3. Menyampaikan tujuan dan garis besar cakupan materi Analisis penerapan pokok-pokok pikiran pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Instruktur memberi informasi proses pelatihan yang akan dilakukan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang konsep pembelajaran dengan menggunakan contoh yang kontekstual.. 5. Kelas dibagi menjadi 6 kelompok (A, B, C, …….s/d kelompok) masingmasing beranggotakan 5 orang. 6. Instruktur memberi tugas mencari sumber informasi/data untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diajukan dan ditanyakan
PPKn SMP K-8
94
peserta diklat. Peserta bebas mengambil dan menemukan sumber belajar, termasuk dari internet. 7. Berdasarkan kelompok yang sudah dibentuk: setiap kelompok melakukan diskusi untuk memecahkan permasalahan yang diajukan peserta diklat hingga selesai dalam waktu yang sudah ditetntukan instruktur. 8. Melaksanakan penyusunan laporan hasil diskusi. 9. Masing masing kelompok melakukan presentasi hasil diskusi. 10. Instruktur/Narasumber memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok. 11. Narasumber bersama-sama dengan peserta menyimpulkan hasil pembelajaran 12. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 13. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 14. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
E. Latihan/Kasus/Tugas Tugas Mandiri Untuk lebih meningkatkan pemahaman anda terhadap pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, coba anda jelaskan : 1. Penerapan pokok pikiran alinea pertama Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Penerapan pokok pikiran alinea kedua UUD Pembukaan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Penerapan pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 4. Penerapan pokok pikiran alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 F. Rangkuman Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas empat alinea. Setiap alinea dalam pembukaan memiliki makna khusus bilamana ditinjau dari isinya.
95
1. Pokok pikiran pertama: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan (pokok pikiran persatuan). 2. Pokok pikiran kedua: Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (pokok pikiran keadilan sosial). 3. Pokok pikiran ketiga: Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan (pokok pikiran kedaulatan rakyat). 4. Pokok pikiran keempat: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab (pokok pikiran Ketuhanan). Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun yang tidak kalah penting adalah mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan warga negara wajib memperjuangkan pokok-pokok pikiran tersebut menjadi kenyataan.
G. Umpan Balik/Tindak Lanjut Anda telah mempelajari Penerapan pokok pikiran alinea pertama Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Penerapan pokok pikiran alinea kedua UUD Pembukaan Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Penerapan pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Penerapan pokok pikiran alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan baik. Untuk pengembangan dan implementasinya, Anda dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran PPKn. Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran PPKn H. Kunci Jawaban 1. Penerapan pokok pikiran alinea pertama Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
PPKn SMP K-8
96
Pokok pikiran pertama: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini menegaskan bahwa dalam ―Pembukaan‖ diterima pengertian Negara persatuan, sebagai negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi, Negara mengatasi segala faham golongan dan mengatasi faham perorangan. Negara, menurut pengertian ―Pembukaan‖ itu menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan. Hal ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian yang lain, negara sebagai penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan ataupun perorangan. 2. Penerapan pokok pikiran alinea kedua UUD Pembukaan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pokok pikiran kedua: Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pokok pikiran ini menempatkan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam ―Pembukaan‖ dan merupakan suatu sebab tujuan (kausa finalis) sehingga dapat menentukan jalan serta aturan-aturan mana yang harus dilaksanakan dalam Undang-Undang Dasar untuk sampai pada tujuan yang didasari dengan bekal persatuan. Ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial, yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. 3. Penerapan pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pokok Pikiran ketiga: Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini dalam ―Pembukaan‖ mengandung konsekuensi logis bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan/ perwakilan. Memang pengertian ini sesuai dengan sifat masyarakat
97
Indonesia. Ini adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat, yang menyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. 4. Penerapan pokok pikiran alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pokok pikiran keempat: Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran ini dalam ―Pembukaan‖ menuntut konsekuensi logis bahwa Undang-Undang
Dasar
harus
mengandung
isi
yang
mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara untuk memelihara budipekerti luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, yang mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung pengertian menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur. Evaluasi Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan tepat ! 1. Jelaskan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 ! 2. Berikan contoh sikap positif pokok pikiran pertama dalam pembukaan UUD 1945 di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa dan negara! 3. Berikan contoh sikap positif pokok pikiran kedua dalam pembukaan UUD 1945 di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa dan negara! 2. Berikan contoh sikap positif pokok pikiran ketiga dalam pembukaan UUD 1945 di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa dan negara! 3. Berikan contoh sikap positif pokok pikiran keempat dalam pembukaan UUD 1945 di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa dan negara! Kunci Jawaban 1. Pokok pikiran dalam pembukaan undang-undang dasar Adapun pokok-pokok pikiran yang termuat dalam pembukaan undang-undang dasar, antara lain disebutkan sebagai berikut : a. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah daah Indonesia, dengan berdasa atas persatuan dan mewujudkan keadilan
PPKn SMP K-8
98
social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dlam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara persatuan. b. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. c. Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasa atas kerakyatan dan pemusyawaratan perwakilan. d. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 2. Contoh sikap positif pokok pikiran pertama dalam pembukaan UUD 1945 di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa dan negara yaitu: hidup rukun dengan saudara, rukun dengan teman disekolah, hidup rukun dengan tetangga, menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi 3. Contoh sikap positif pokok pikiran kedua dalam pembukaan UUD 1945 di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa dan negara yaitu:hidup sederhana di keluarga, menghargai hasil karya teman di sekolah, berlaku adil dalam menyelesaikan masalah di masyarakat, patuh terhadap peraturan lalu lintas. 4. Contoh sikap positif pokok pikiran ketiga dalam pembukaan UUD 1945 di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa dan negara yaitu: dalam menyelesaikan masalah keluarga dengan cara musyawarah, diskusi kelompok di sekolah, pemilihan ketua RT/RW, PEMILU. 5. Contoh sikap positif pokok pikiran keempat dalam pembukaan UUD 1945 di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa dan negara yaitu: Sholat berjemaah di rumah dan saling menyayangi antar keluarga, saling menghargai antar teman yang beda agama dan saling menyayangi antar teman di sekolah, menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah di masyarakat dan saling tolong menolong dengan tetangga, Rukun antar sesama umat beragama, rukun antar umat beragama dan rukun dengan pemerintah dan berani membela kebenaran dan keadilan. Penutup Demikian modul Analisis penerapan pokok-pokok pikiran pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dapat kami susun. Kami sangat menyadari modul ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami
99
harapkan. Semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat. Amin. Daftar Pustaka Abdy Yuhana, 2013. Sistem Ketatanegaraan Indonesia pasca perubahan UUD 1945. Bandung : Fokusmedia(Anggota IKAPI). Agus Dwiyono, dkk., 2003. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Yudhistira. C.S.T. Kansil, dkk., 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Bumi Aksara. Kemendikbud, 2015 Pedoman Penyusunan Modul Diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta. ________________ https://ayundamutiara.wordpress.com/2013/04/28/dinamikapelaksanaan-uud-1945-di-Indonesia/patiahlistiana11.blogspot.com/ 2014/12/makalah-dinamika-pelaksanaan-uud-1945.html?m=1cumcumca. blogspot.com/2012/07/pelaksanaan-uud-1945-pada-masa-orde-baru. html?m=1 Kansil C.S.T. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Bumi Aksara. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk Kelas IX, Jakarta, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Saptono, 2007. Pendidikan Kewargaegaraan untuk SMP Kelas IX. Jakarta : PHiBeta.
PPKn SMP K-8
100
KEGIATAN PEMBELAJARAN 6
ANALISIS PENERAPAN FUNGSI LEMBAGALEMBAGA NEGARA DALAM UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Oleh: Gatot Malady, S.I.P., M.Si.
A. Tujuan Setelah mempelajari modul ini peserta diklat dapat menganalisis penerapan fungsi Lembaga-lembaga Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan baik.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menganalisis penerapan fungsi MPR; 2. Menganalisis penerapan fungsi DPR; 3. Menganalisis penerapan fungsi DPD; 4. Menganalisis penerapan fungsi Presiden; 5. Menganalisis penerapan fungsi Badan Pemeriksa Keuangan; 6. Menganalisis penerapan fungsi Mahkamah Agung; 7. Menganalisis penerapan fungsi Mahkamah Konstitusi; dan 8. Menganalisis penerapan fungsi Komisi Yudisial. C. Uraian Materi Dalam sistem pemerintahan presidensial, presiden dan wakil presiden merupakan satu lembaga penyelenggara kekuasaan eksekutif negara yang tertinggi di bawah Undang-Undang Dasar. Dalam sistem ini tidak dikenal dan tidak perlu dibedakan adanya kepala negara dan pemerintahan.Presiden dan wakil presiden dipilih oleh rakyat secara langsung, dan karena itu secara politik tidak bertanggung-jawab kepada MPR/DPR, melainkan bertanggung-jawab langsung kepada rakyat yang memilihnya. Sementara itu, para menteri adalah pembantu presiden. Menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden, dan karena itu bertanggung-jawab kepada presiden, bukan dan tidak bertanggung-jawab kepada parlemen. Kedudukannya tidak tergantung kepada parlemen. Akan tetapi, karena pentingnya kedudukan para
101
menteri itu, maka kewenangan presiden untuk mengangkat dan memberhentikan menteri tidak boleh bersifat mutlak, tanpa kontrol parlemen. Para menteri adalah pemimpin pemerintahan dalam bidangnya masing-masing. Merekalah yang sesungguhnya merupakan pemimpin pemerintahan sehari-hari. Karena itu, para menteri hendaklah bekerjasama dengan DPR dan DPD. Seperti
di
negara-negara
demokrasi
lainnya,
sistem
politik
dan
pemerintahan di Indonesia memodifikasi teori Trias Politika, dengan sistem distribution of power yaitu
kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Kekuasaan legislatif dipegang oleh lembaga bernama MPR, yang terdiri dari dua badan yaitu DPR dan DPD. Kembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden dan dibantu menteri-menteri. Sementara itu, lembaga yudikatif sejak amandemen UUD Negara RI Tahun 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Mekanisme pembagian kekuasaan di Indonesia diatur sepenuhnya di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal. 1) Pembagian kekuasaan secara horizontal Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif). Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian kekuasaan negara di lakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pembagian kekuasaan pada tingkatan pemerintahan pusat berlangsung antara lembaga-lembaga negara yang sederajat. Pembagian menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sebagai berikut. 1) Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan penyelenggaraan pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam menyelenggarakan kekuasaannya, presiden dibantu wakil presiden dan para menteri.
PPKn SMP K-8
102
2) Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang. 3) Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Sementara itu lembaga tinggi negara lain mempunyai wewenang sebagai berikut 1) MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. Kekuasaan
ini
dijalankan
oleh
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. 2) BPK
menyelenggarakan
kekuasaan
yang
berhubungan
dengan
penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. 3) Bank
Sentral/
Bank Indonesia menyelenggarakan kekuasaan untuk
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan nilai rupiah. Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 D UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara memiliki suatu bank
103
sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan indepedensinya diatur dalam undang-undang. Sementara itu, pembagian kekuasaan secara horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga daerah yang sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan berlangsung antara pemerintah provinsi (Gubernur/wakil Gubernur) dan DPRD provinsi. Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, pembagian
kekuasaan
berlangsung
antara
Pemerintah
Kabupaten/Kota
(Bupati/wakil Bupati atau Walikota/wakil Walikota) dan DPRD kabupaten/kota. 2) Pembagian kekuasaan secara vertikal Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
dibagi
atas
daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Berdasarkan ketentuan tersebut, pembagian kekuasaan secara vertikal di negara Indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota). Pada pemerintahan daerah berlangsung pula pembagian kekuasaan secara vertikal yang ditentukan oleh pemerintahan pusat. Hubungan antara pemerintahan provinsi
dan
pembinaan
pemerintahan
dan
pengawasan
kabupaten/kota oleh
terjalin
Pemerintahan
dengan Pusat
koordinasi,
dalam
bidang
administrasi dan kewilayahan. Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya asas desentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
asas
tersebut,
Pemerintah
Pusat
menyerahkan
wewenang
pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan di daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu kewenangan yang berkaitan dengan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan fiskal.
PPKn SMP K-8
104
Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Penerapan Fungsi-fungsi Lembaga Negara di Indonesia Hasil amandemen UUD Negara RI Tahun 1945 memperkuat pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial di Indonesia. Setidaknya ada 4 hal utama yang memperkuat
pelembagaan
sekaligus
pemurnian
sistem
pemerintahan
presidensial di Indonesia berdasarkan UUD Negara RI Tahun 1945. Pertama, pelembagaan sistem pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung (Pasal 6A Ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945). Kedua, pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden, sehingga masa jabatannya tetap (Pasal 7 UUD Negara RI Tahun 1945). Ketiga, penguatan posisi parlemen dengan harapan fungsi cheks and balance dapat berjalan ketika berhadapan dengan lembaga eksekutif. Lembaga legislative terdiri dari DPR dan (Pasal 19, 20, 20A, 21, 22, 22A, 22B, 22C, 22D UUD Negara RI Tahun 1945) serta DPR tidak dapat dibubarkan oleh Presiden (Pasal 7C UUD Negara RI Tahun 1945). Dan keempat, presiden dan wakil presiden tidak bisa dijatuhkan oleh parlemen secara politik. Hal ini tertulis dalam Pasal 7A UUD Negara RI Tahun 1945 ―Presiden dan atau Wakil Presiden hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden.‖ Di sisi lain, UUD Negara RI Tahun 1945 hasil amandemen berdampak pada skema dan format kelembagaan negara kita mulai dari tingkat yang paling tinggi sampai ke tingkat yang paling rendah. Mulai dari MPR sebagai lembaga tertinggi negara sampai ke bentuk pemerintahan desa diharuskan mengalami perubahan mendasar menurut amanat UUD Negara RI Tahun 1945. Ada lembaga negara yang dikurangi kewenangannya dan menurun kedudukannya seperti MPR, ada yang diperkuat kewenangannya seperti DPR, adapula pembentukan lembaga negara baru seperti MK. Selain itu, ada pula lembaga negara yang dihapus dari sistem ketatanegaaraan kita , yaitu DPA, yang peran dan tugasnya kurang lebihnya digantikan oleh Dewan Pertimbangan Presiden.
105
Berdasarkan teori-teori klasik mengenai negara setidaknya terdapat beberapa fungsi negara yang penting seperti : fungsi membuat kebijakan peraturan
perundang-undangan
(fungsi
legislatif),
fungsi
melaksanakan
peraturan atau fungsi penyelenggaraan pemerintahan (fungsi eksekutif), dan fungsi mengadili (fungsi yudikatif). Kecenderungan praktik ketatanegaraan terkini di Indonesia oleh banyak ahli hukum tata negara dan ahli politik dikatakan menuju sistem pemisahan kekuasaan antara ketiga fungsi negara tersebut (separation power). Alat kelengkapan negara berdasarkan teori–teori klasik hukum negara meliputi kekuasaan eksekutif, dalam hal ini bisa presiden atau perdana menteri atau raja, kekuasaan legilatif, dalam hal ini bisa disebut parlemen atau dengan nama lain seperti dewan perwakilan rakyat, dan kekuasaan yudikatif seperti mahkamah agung. Setiap alat kelengkapan negara tersebut bisa memiliki organorgan lain untuk membantu pelaksanaan fungsinya. Kekuasaan eksekutif, misalnya, presiden dibantu wakil dan menteri-menteri yang biasanya memimpin satu departemen tertentu. Kekuasaan Legislatif Lembaga
legislatif
di
Indonesia
terdiri
dari
MPR
(Majelis
Permusyawaratan Rakyat), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah), ketiganya memiliki tugas, dan wewenang yang berbeda satu sama lainnya, namun dalam lembaga legislatif atau lembaga perwakilan rakyat memiliki fungsi utama yakni: 1)
Fungsi Legislasi Menurut teori-teori yang berlaku tugas utama lembaga legislatif terletak
di bidang perundang-undangan atau membuat peraturan, untuk itu lembaga legislatif diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang-undang yang disusun pemerintah. 2)
Fungsi Pengawasan Tidak hanya dibidang legislasi, fungsi kontrol lembaga legislatif di bidang
pengawasan dan kontrol terhadap lembaga eksekutif (pemerintah).Pengawasan dilakukan lembaga legislatif melalui hak – hak kontrol yang khusus, seperti hak bertanya (interpelasi), maupun hak angket. 3)
Fungsi Anggaran
PPKn SMP K-8
106
Lembaga legislatif berhak menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara melalui DPR bersama presiden dengan mempertimbangkan DPD. Kekuasaan Eksekutif Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Presiden dibantu oleh Wakil Presiden dan para menteri. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut. 1)
Tugas eksekutif kepala pemerintahan adalah (a) memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara (pasal 10); (b) menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR (pasal 11 ayat 1) ; (c) membuat perjanjian internasional dengan persetujuan DPR; (d) mengangkat duta dan menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR (pasal 13).
2)
Tugas legislatif kepala pemerintahan adalah (a) membentuk UndangUndang; (b) menetapkan peraturan pemerintah pengganti UndangUndang; (c) menetapkan Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan Undang- Undang (pasal 5 ayat 2).
3)
Tugas yudisial atau kehakiman ini sering disebut hak preogratif atau prevelege presiden. Artinya, hak istimewa yang melekat pada presiden selaku kepala negara. Tugas yudisial kepala pemerintahan adalah: a) memberi grasi atau pengampunan kepada orang yang telah dijatuhi hukuman dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung (pasal 14 ayat 1); b) memberi amnesti atau pengampunan kepada orang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu, tanpa dijatuhi hukuman; c) memberikan abolisi atau penghapusan suatu peristiwa pidana. Dalam memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14 ayat 2); serta, d) memberikan rehabilitasi atau pemulihan nama baik seseorang dengan memperhatikan pertimbangan MA (pasal 14 ayat 1). Presiden juga dapat memberikan gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan yang diatur dengan undang-undang (pasal 15). Selain itu presiden
107
juga berwenang membentuk dewan pertimbangan dengan tugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada presiden, yang selanjutnya diatur dengan undang-undang (pasal 16). Kekuasaan Yudikatif Kekuasaan Yudikatif menurut UUD Negara RI Tahun 1945 terdiri dari: 1) Mahkamah Konstitusi (MK) Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan: pertama, mengadili pada tingkat pertama dan terakhir (final and binding) yang putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD 1945 (judicial review); memutus sengketa kewenangan lembaga negara; memutus pembubaran partai politik; memutus perselisihan tentang pemilihan umum; kedua, memberikan putusan pemakzulan (impeachment) presiden dan/atau wakil presiden atas permintaan DPR karena Presiden
dan
Wakil
Presiden
diduga
melakukan
pelanggaran
berupa
pengkhinatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, dan tindak pidana berat, atau perbuatan tercela. 2) Mahkamah Agung (MA) MA memiliki kewenagan menyelengarakan kekuasaan peradilan yang berada dilingkungan peradilan umum, militer, agama, dan tata usaha negara; mengadili pada tingkat kasasi; dan MA berwenang menguji peraturan perundang-undangan dibawah UU terhadap UU. 3) Komisi Yudisial (KY) Adalah suatu lembaga baru yang bebas dan mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan berwenang dalam rangka menegakan kehormatan dan perilaku hakim. Selain MA, MK, KY, dan Polri yang sudah diatur dalam UUD Negara RI Tahun 1945, masih ada badan-badan lain yang jumlahnya lebih dari satu yang mempunyai fungsi berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.
Hal ini sesuai
dengan Pasal 24 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 yang berbunyi, Badanbadan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam UU. Badan-badan yang dimaksud antara lain Kejaksaan Agung. Selain itu, lembaga lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman, yaitu menjalankan fungsi penyelidikan, penyidikan, dan atau penuntutan antara lain Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemberantaan Korupsi (KPK), dan sebagainya.
PPKn SMP K-8
108
Kejaksaan Agung, Komnas HAM, dan KPK tidak tertulis dalam UUD Negara RI Tahun 1945, hanya diatur dalam UU. Meskipun demikian, keberadaan lembaga-lembaga tersebut dalam negara demokrasi mempunyai derajat kepentingan yang sama (constitutional importance) dalam sistem ketatanegaraan negara kita.
Kekuasaan Lain Keuangan
negara
merupakan
salah
satu
unsur
pokok
dalam
penyelengaraan pemerintah negara, maka dari itu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara memerlukan suatu lembaga pemeriksaan yang bebas, mandiri, dan professional, untuk menciptakan pemerintah yang bersih dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Lembaga yang diberi hak dalam kekuasaan Eksaminatif adalah BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), badan ini memiliki tugas dan wewenang yaitu: pertama, memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara, hasil pemeriksaan itu kemudian diberitahukan kepada DPR, DPD, dan DPRD. Kedua, memeriksa semua pelaksanaan APBN; dan ketiga, memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara. Menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 hasil pemeriksaan BPK, selain disampaikan kepada DPR juga disampaikan kepada DPD dan DPRD. Disampaikan ke DPD dikarenakan DPD juga melakukan pengawasan atas APBN. Disampaikan ke DPRD karena BPK juga memeriksa pengelolaan keuangan daerah dalam APBD. Hasil Pemeriksaan itu selanjutnya dipelajari oleh DPR, DPD, serta DPRD. Jika ditemukan adanya penyimpangan, DPR, DPD, atau DPRD dapat menindaklanjutnya dalam bentuk penggunaan hak-hak dewan atau disampaikan untuk ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Jika BPK menemukan adanya tindak pidana, dapat diserahkan langsung kepada instansi penegak hukum.
109
D. Aktivitas Pembelajaran Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi, maka Anda perlu mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai berikut. 1. Memberikan motivasi peserta diklat untuk mengikuti proses pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul . 2. Menginformasikan judul modul, lingkup kegiatan pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini. 3. Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil
kerja
sebagai
indikator
capaian
kompetensi
peserta
dalam
penguasaan materi modul baik yang dikerjakan secara individual atau kelompok. 4. Mempersilahkan peserta diklat (secara individual) membaca cerdas terhadap materi modul 5. Membagi peserta diklat
ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan
keperluan); 6. Mempersilahkan kelompok untuk berdiskusi materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul. 7. Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar. 8. Penyampaian hasil diskusi; 9. Memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok 10. Menyimpulkan hasil pembelajaran 11. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 12. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 13. Merencanakan kegiatan tindak lanjut
PPKn SMP K-8
110
E. Tugas LK.1. Bacalah hasil survey berikut dengan baik, kemudian diskusikan bersama kelompok Anda dengan terlebih dahulu menjawab pertanyaan yang ada.
1.
Menurut penilaian saya, kinerja DPR dalam fungsi pengawasan ………………….…………………………………………….……………………… ………………………………………………………………..…………………….… ……………………………………………………………………………...………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
111
2.
Menurut penilaian saya, kinerja DPR dalam fungsi Legislasi …………... ………………………………………… …………………… ……………………... ………………………………………………………………..…………………….… ……………………………………………………………………………...………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………………………….……………………………………………………
3.
Menurut penilaian saya, kinerja DPR dalam fungsi penganggaran …… ………………………………………………………………………………..……… ……………………………………………………………………………...………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………………………….……………………………………………………
PPKn SMP K-8
112
4.
Menurut penilaian saya, kinerja DPR dalam fungsi aspirasi ….………… ………………………………………………………………..…………………….… ……………………………………………………………………………...………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
5.
Menurut Anda, bagaimana kinerja MPR hasil Pemilu 2014 ini? ………………………………………………………………………………………..
6.
Menurut Anda, bagaimana kinerja Presiden dan Wakil hasil Pemilu 2014 ini? ……………………………………………………………………………...…………
7.
Menurut Anda, bagaimana kinerja DPD Pemilu 2014 ini? …………………………………………………………………………………………
8.
Menurut Anda, bagaimana kinerja lembaga penegak hukum (KPK, Kejaksaan, Polri)? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………………………….……………………………………………………
113
LK.2. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan baik, kemudian diskusikan bersama kelompok Anda! Akhir-akhir ini kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara kian mengecewakan. Banyak lembaga negara yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Persoalan ini menimpa hampir seluruh lembaga negara mulai dari lembaga hukum, legislatif, eksekutif hingga partai politik yang jadi pilar demokrasi.Mengapa demikian? Bagaimana hal ini bisa terjadi? dan alternatif solusi apa yang Anda tawarkan? Diskusikan bersama kelompok Anda? …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………… .
PPKn SMP K-8
114
DAFTAR PUSTAKA Akbar, Patrialis. 2013. Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD Negara RI Tahun 1945. Jakarta: Sinar Grafika. Asshiddiqie, Jimly, 2012. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika. Budiarjo, Miriam. 2003. Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gaffar, Afan. 2000. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta : Pusataka Pelajar. Mas‘oed, Mochtar dan MacAndrews, Colin, Editor. 2001. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Republik Indonesia. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Yuda AR, Hanta. 2010. Presidensialisme Setengah Hati: Dari Dilema Ke Kompromi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. ***
115
KEGIATAN PEMBELAJARAN 7
ANALISIS PENERAPAN PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Oleh: Magfirotun Nur Insani, S.Pd.
A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat menunjukkan analisis penerapan penegakan hak asasi manusia di indonesia sesuai fakta.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menunjukkan analisis penerapan fungsi lembaga perlindungan hak asasi manusia di Indonesia 2. Menunjukkan analisis penerapan fungsi lembaga penegakan hak asasi manusia di Indonesia
C. Uraian Materi 1. Analisis Penerapan Fungsi Lembaga Perlindungan Hak Asasi Manusia Di Indonesia pelaksanaan upaya pelindungan HAM dilakukan oleh lembaga milik pemerintah dan lembaga milik swasta lain yang berwenang, antara lain : 1) Kementerian Hukum dan Hak asasi manusia (Kemenkumham) RI Dalam kementrian hukum dan HAM terdapat direktorat Jenderal Peraturan Perlindungan HAM yang mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perlindungan HAM. 2)
Kepolisian UU RI No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa ―Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegak hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan
PPKn SMP K-8
116
masyarakat,
serta
terbinanya
ketentraman
masyarakat
dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia. Lembaga ini merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan,
pengayaan
dan
pelayanan
kepada
masyarakat. Tugas kepolisian adalah melakukan pengamanan dan penyelidikan terhadap setiap berkas perkara pelanggaran HAM yang masuk. Adapun fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Jadi, lembaga kepolisian ini sebagai lembaga yang paling awal, dalam menangani berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat, termasuk menangani dan menindaklanjuti kasus pelanggaran hak asasi manusia. Mulai dari proses penyelidikan kasusnya hingga proses penyidikannya. Tugas pokok Kepolisian Negara Republik adalah a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat b. menegakkan hukum c. memberikan pengayoman dan pelayanan pada masyarakat d. membina ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi HAM 3)
Kejaksaan Kejaksaan ini adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan. Penuntutan yang dilakukan oleh kejaksaan dapat dilaksanakan setelah memperoleh berkas kumpulan fakta, data akurat yang diserahkan oleh kepolisian melalui proses penyelidikan dan penyidikan. Pelaksanaan kekuasaan negara ini diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri. Kejaksaan Agung berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia. Sedangkan Kejaksaan Tinggi berkedudukan di ibu kota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi. Di samping itu, Kejaksaan Negeri berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota atau di kota
117
administrative
serta
daerah
hukumnya
meliputi
wilayah
kota,
kabupaten atau kota administratif. Di dalam lembaga kejaksaan ini terdapat pejabat fungsional yang diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung, yakni Jaksa. Seorang Jaksa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya haruslah senantiasa bertindak berdasarkan hukum dan mengindahkan normanorma keagamaan, kesopanan, serta kesusilaan dan wajib menggali nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Jaksa Agung adalah pimpinan dan penanggung jawab tertinggi kejaksaan. Dalam melaksanakan tugasnya Jaksa Agung sewaktuwaktu dapat dimintai keterangan oleh KOMNAS HAM, mengenai perkembangan penuntun perkara pelanggaran hak asasi manusia. Jaksa
Agung
bertugas
mengkoordinasi
penanganan
perkara
pelanggaran hak asasi manusia. Apabila dalam penuntutan tidak terdapat bukti atau alasan yang kuat untuk mengajukan perkara pelanggaran hak asasi manusia ke pengadilan, maka Jaksa Agung dapat melakukan penghentian penuntutan perkara. Tugas utama jaksa adalah melakukan penuntutan suatu perkara pelanggara HAM yang telah dilaporkan. Kejaksaan diatur dalam UUD No. 16 Tahun 2004. 4)
Komnas HAM Komnas HAM pada awalnya dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 untuk melaksanakan fungsi pengkajian dan penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi. Tujuan Komnas HAM adalah memberikan perlindungan sekaligus penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Komnas HAM beranggotakan tokoh masyarakat yang profesional, berdidikasi dan berintegrasi tinggi, menghayati cita-cita negara hukum dan kesejahteraan yang berintikan keadilan, menghormati hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia. Anggota Komnas HAM berjumlah 35 orang yang dipilih oleh MPR berdasarkan usulan Komnas HAM dan dilantik/diresmikan oleh Presiden. Komnas HAM dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh dua orang wakil ketua. Ketua dan wakil ketua tersebut merupakan hasil pilihan
PPKn SMP K-8
118
dari anggota Komnas HAM. Sedangkan, masa jabatan keanggotaan Komnas HAM adalah selama dua tahun. Tetapi, setelah masa jabatannya berakhir dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan. Selain itu Komnas HAM mempunyai subkomisi-subkomisi. Subkomisi adalah kelengkapan Komnas HAM yang bertugas melaksanakan fungsi Komnas HAM. Subkomisi tersebut adalah: a. Subkomisi Hak Sipil dan Politik b. Subkomisi Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya c. Subkomisi Perlindungan Kelompok Khusus Berdasarkan pasal 75 UU No. 39 tahun 1999 tujuan dari pembentukan Komnas HAM adalah : a. Membantu
pengembangan
kondisi
yang
kondusif
bagi
pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Piagam Perserikatan BangsaBangsa serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia b. Meningkatkan
perlindungan
berkembangnya
pribadi
hak
manusia
asasi
manusia
Indonesia seutuhnya
guna dan
kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bisang kehidupan Sedangkan fungsi KOMNAS HAM sebagai berikut: a. Fungsi Pengkajian dan Penelitian Melakukan pengkajian dan penelitian berbagai instrument internasional dangan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan atau retifiksi. Melakukan
pengkajian
dan
penelitian
berbagai
peraturan
perundang-undangan untuk memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan dan pencabutan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan HAM b. Fungsi Penyuluhan Menyebarluaskan wawasan mengenai HAM kepada masyarakat Indonesia Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HAM Melakukan kerjasama dengan organisasi, lembaga, atau pihakpihak lain
119
c. Fungsi Pemantauan Pengamatan pelaksanaan HAM dan penyusunan laporan hasi pengamatan tersebut Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap pelangaran HAM Pemanggilan kepada pihak pengadu dan korban untuk di mintai keterangan Pemangilan saksi untuk dimnintai keterangan dan penyerahan bukti yang dibutuhkan Peninjauan di tempat kejadiandan tempat lainnya Pemangilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan secara tertulis dengan persetujuan ketua pengadilan Melakukan pemeriksaan dengan persetujuan ketua pengadilan Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan dari hasil pemeriksaan 5)
Pengadilan HAM di Indonesia Lembaga pengadilan yang dimaksud disini adalah Pengadilan Hak Asasi Manusia. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada
dilingkungan
peradilan
umum
yang
menangani
kasus
pelanggaran HAM yang bersifat berat. Pengadilan ini berkedudukan di kota atau ibu kota, kabupaten dan daerah hukumnya sesuai dengan hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan Pengadilan HAM ini ditetapkan dengan UU nomor 26 tahun 2000. Pengadilan HAM khusus diperuntukan dalam menangani pelanggaran hak asasi manusia yang berat yaitu kejaksaan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Proses pemeriksaan perkara dalam Pengadilan HAM tidak jauh berbeda dengan prosedur-prosedur pemeriksaan di Pengadilan sipil. 6)
Mahkamah Agung Mahkamah Agung adalah salah satu lembaga tinggi negara Republik Indonesia, yang melaksanakan kekuasaan yudikatif atau kehakiman. Mahkamah Agung berhak memberi pertimbangan dalam bidang hukum kepada lembaga-lembaga tinggi lainnya. Lembaga tersebut, misalnya Presiden mengenai pemberian atau penolakan grasi.
PPKn SMP K-8
120
Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi yang berhak mengadakan kasasi atau peninjauan kembali terhadap putusan atau penetapan dalam tingkat terakhir dari pengadilan-pengadilan lain dalam semua lingkungan peradilan. Dalam pemeriksaan tingkat kasasi Mahkamah Agung berwenang menyatakan tidak sah semua peraturan-peraturan yang lebih rendah dari undang-undang. Selain itu, Mahkamah Agung melakukan juga pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan lain. Mahkamah Agung mengemban tugas yang luhur, yakni menjaga agar dalam seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia peradilan dilakukan dengan tidak membedakan orang demi keadilan yang berdasarkan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Jadi, para hakim bertanggung jawab kepada hukum, dirinya sendiri, rakyat, dan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 7)
Lembaga Bantuan Hukum Lembaga Bantuan Hukum (LBH) adalah lembaga independen yang memberi bantuan dan pelayanan hukum kepada masyarakat. LBH dalam menjalankan tugasnya bersifat Pengabdian dan Professional yang artinya: a.
Bersifat pengabdian karena perbuatannya semata-mata mengabdi diri untuk kepentingan hukum dan HAM
b.
Bersifat Professional karena tindakan dan perbuatannya sesuai dengan bidang keahliannya
LBH membela kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang suku, keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, harta kekayaan, agama dan kelompok. LBH mempunyai peran antara lain: a. sebagai
relawan
membantu
kepada
pihak-pihak
yang
membutuhkan bantuan hukum b. sebagai pembela dalam menegakkan keadilan dan kebenaran c. sebagai pembela dan melindungi HAM d. sebagai penyuluhdan penyebar informasi di bidang hukum dan HAM 8)
LSM
121
Merupakan organisasi non pemerintah (lembaga swadaya masyarakat) yang berfokus pada pengembangan kehidupan demokratis dan pengembangan HAM. unsur
utama
Masyarakat
Lembaga swadaya masyarakat merupakan
perlindungan
dapat
hak
memperoleh
asasi
manusia
fasilitas
utama
di
Indonesia.
dalam
upaya
penegakan hak asasi manusia. Lembaga inilah yang pertama kali memperoleh informasi data yang akurat tentang usaha-usaha penegakan hak asasi manusia. Lembaga swadaya masyarakat ini pula yang berperan sebagai mitra kerja Komnas HAM. Yang termasuk LSM ini antara lain: YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia) sebagai upaya penegakan dan perlindungan HAM pada masyarakat menengah ke bawah., Kontras (Komisi untuk orang hilang dan korban kekerasan), Elsam (lembaga studi dan advokasi masyarakat), PBHI (Perhimpunan bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia) dan lain-lain. LSM semacam ini kebanyakan lahir sebelum lahirnya KomnasHAM. Dalam pelaksanaannya, LSM merupakan mitra kerja Komnas HAM yang mendampingi korban pelanggaran HAM ke Komnas HAM. LSM yang menangani berbagai aspek HAM, sesuai dengan minat dan kemampuannya
sendiri
pada
umumnya
terbentuk
sebelum
didirikannya Komnas HAM. Dalam pelaksanaan perlindungan dan penegakkan HAM, LSM tampak merupakan mitra kerja Komnas HAM. Misalnya, LSM mendampingi para korban pelanggaran HAM ke Komnas HAM. Di berbagai daerah-pun kini telah berkembang pesat LSM dengan minat pada aspek HAM dan demokrasi maupun aspek kehidupan yang lain. Misalnya di Yogyakarta terdapat kurang lebih 22 LSM. LSM di daerah Yogyakarta ada yang merupakan cabang dari LSM Pusat (Nasional) juga ada yang berdiri sendiri. 9)
Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan Tinggi Tridaharma perguruan tinggi terdiri dari 3 macam pengabdian perguruan tinggi; yaitu; pengembangan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam rangka mewujudkan pengabdian pada masyarakat perguruan tinggi yang mempunyai fakultas hukum membentuk biro konsultasi dan Bantuan Hukum. Biro ini antara lain berperan sebagai:
PPKn SMP K-8
122
a. kantor, pusat kegiatan untuk memberikan layanan kepada semua pihak yang ingin berkonsultasi dan meminta bantuan di bidang hukum dan HAM b. Pelaksana program tridharma perguruan tinggi di bidang hukum dan HAM c. Menangani masalah-masalah pengabdian kepada masyarakat, seperti perselisihan warisan, uang ganti pembebasan tanah. 10) Komnas Anak Tugas utama menyelenggarakan perlindungan terhadap hak-hak anak. Ada dua jenis Komnas Anak, yaitu Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) KNPA lahir berawal dari gerakan nasional perlindungan anak sejak 1997. Setelah reformasi, tanggung jawab tersebut diserahkan pada masyarakat. KNPA melakukan perlindungan anak dari perlakuan diskriminasi,
eksploitasi,
penelantaran,
kekejaman,
kekerasan,
penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah yang lain. Sedangkan Dalam rangka melindungi anal-anak Indonesia dibentuklah komisi nasional perlindungan anak Indonesia. Di bentuk sesuai dengan UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Komisi perlindungan anak Indonesia diketuai oleh Seto Mulyadi. Anggota KPAI pusat terdiri dari 9 orang, yaitu 1 orang ketua, 2 orang wakil ketua, 1 orang sekretaris, dan 5 orang anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia bertugas : a. melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan perlindungan anak b. mengumpulkan
data
dan
informasi,
menerima
pengaduan
masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. c. memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka perlindungan anak. Misalnya untuk tugas memberikan masukan kepada Presiden/pemerintah KPAI meminta pemerintah segera membuat undang–undang larangan merokok bagi anak atau setidak-tidaknya memasukan pasal larangan merokok bagi anak dalam UU.
123
Sedangkan fungsi Komisi Perlindungan Anak Indonesia adalah : a. Melakukan pengumpulan data, informasi dan investigasi terhadap pelanggaran hak anak. b. Melakukan kajian hukum dan kebijakan regional dan nasional yang tidak memihak pada kepentingan terbaik anak. c. Memberikan penilaian dan pendapat kepada pemerintah dalam rangka mengintegrasikan hak-hak anak dalam setiap kebjijakan. d. Memberikan pendapat dan laporan independen tentang hukum dan kebijakan berkaitan dengan anak. e. Menyebasluaskan, publikasi dan sosialisasi tentang hak-hak anak dan situasi anak di Indonesia. f. Menyampaikan
pendapat
dan
usulan
tentang
pemantauan
pemajuan dan kemajuan, dan perlindungan hak anak kepada parlemen, pemerintah dan lembaga terkait. g. Mempunyai mandat untuk membuat laporan alternatif kemajuan perlindungan anak di tingkat nasional. h. Melakukan perlindungan khusus. 11) Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan Komnas Anti Kekerasan terhadap Perempuan dibentuk berdasarkan Keppres No. 181 Tahun 1998. Dasar pertimbangan pembentukan Komisi Nasional ini adalah sebagai upaya mencegah terjadinya dan menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Komisi Nasional ini bersifat independen dan bertujuan: a. menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap perempuan. b. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan bentuk kekerasan terhadap perempuan. c. meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi perempuan. Dalam rangka mewujudkan tujuan di atas, Komisi Nasional ini memiliki kegiatan sebagai berikut: a. penyebarluasan
pemahaman,
pencegahan,
penanggulangan,
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
PPKn SMP K-8
124
b. pengkajian dan penelitian terhadap berbagai instrumen PBB mengenai perlindungan hak asasi manusia terhadap perempuan. c. pemantauan dan penelitian segala bentukkekerasan terhadap perempuan dan memberikan pendapat, saran dan pertimbangan kepada pemerintah. d. penyebarluasan hasil pemantauan dan penelitian atas terjadinya kekerasan terhadap perempuan kepada masyarakat. e. pelaksanaan kerjasama regional dan internasional dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan Sedangkan
fungsi
Komisi
Nasional
Anti
Kekerasan
terhadap
Perempuan adalah : a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan penegakan hak-hak asasi manusia perempuan di Indonesia b. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan hak-hak asasi perempuan. 12) Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi adalah lembaga yang melakukan penyelesaian terhadap kasus pelanggaran HAM di luar pengadilan HAM. komisi ini di bentuk berdasarkan UU RI nomor 27 tahun 2004. Menurut pasal 43 UU No. 26 tahun 2000 menyatakan bahwa kasus pelanggaran HAM Berat yang tidak dapat di selesaikan melalui pengadilan HAM akan ditangani oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dibentuk berdasar UU No. 27 tahun 2004 dengan tujuan: a) Memberikan alternative penyelesaian pelanggaran HAM berat di luar pengadilan (non litigasi) HAM ketika pengadilan HAM mengalami kebuntuan b) Sarana mediasi pelaku dan korban pelanggaran HAM berat di luar jalur sidang. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi mempunyai fungsi kelembagaan yang
bersifat
publik
untuk
mengungkapkan
kebenaran
atas
125
pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan melaksanakan rekonsiliasi. Sedangkan tugas Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yaitu : a. Menerima pengaduan atau laporan dari pelaku, korban, atau keluarga korban yang merupakan ahli warisnya; b. Melakukan penyelidikan dan klarifikasi atas pelanggaran hak asasi manusia yang berat c. Memberikan
rekomendasi
kepada
presiden
dalam
hal
permohonan amnesti d. Menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah dalam hal pemberian kompensasi dan/ atau rehabilitasi; dan e. Menyampaikan laporan tahunan dan laporan akhir tentang pelaksanaan tugas dan wewenang berkaitan dengan perkara yang ditanganinya, kepada presiden dan dewan perwakilan rakyat dengan tembusan kepada mahkamah agung. Dengan demikian diharapkan masalah pelanggaran HAM berat dapat diselesaikan, sebab kalau tidak dapat diselesaikan maka akan menjadi ganjalan bagi upaya menciptakan rasa keadilan dan kebenaran dalam masyarakat. Apabila rasa keadilan dan keinginan masyarakat untuk mengungkap
kebenaran
dapat
diwujudkan,
maka
akan
dapat
diwujudkan rekonsiliasi (perdamaian/perukunan kembali). Rekonsiliasi ini
penting
agar
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara
dapat
dihindarkan dari konflik dan dendam sejarah yang berkepanjangan antar sesama anak bangsa. Perdamaian sesama anak bangsa merupakan modal utama untuk membangun bangsa dan negara ini ke arah kemajuan dalam segala bidang. Upaya penegakan HAM oleh masyarakat dan keberhasilan perlindungan dan penghargaan terhadap hak asasi manusia merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, lembaga HAM, dan kita sebagai warga masyarakat.
sebagai
anggota
masyarakat
dapat
mendukung
dan
menghargai upaya perlindungan HAM dengan ikut berpartisipasi yang di lakukan dengan cara sebagai berikut.
PPKn SMP K-8
126
a. Menyampaikan laporan terjadi pelanggaran HAM kepada KOMNAS HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka perlindungan dan pemajuan HAM b. Mengajukan
usulan
mengenai
perumusan
dan
kebijakan
yang
berkaiatan dengan HAM kepada KOMNAS HAM dan atau lembaga lain yang relevan c. Dengan cara sendiri maupun bekerja sama dengan Komnas HAM melaksanakan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai HAM Upaya penegakan HAM oleh pemerintah dan perlindungan HAM yang di maksud adalah pembelaan terhadap HAM, artinya pemerintah harus menjaga agar HAM tidak di langgar oleh orang lain. Pemerintah telah melakukan upaya perlindungan HAM dengan cara sebagai berikut a. Memasukkan HAM ke dalam berbagai perundang-undangan nasional sesuai yang tercantum dalam instrument nasional. Dengan demikian. Eksistensi HAM di dalam sistem hukum, politik, maupun ketatanegaraan Indonesia memiliki landasan hukum yang cukup kuat. b. Meratifikasi dan mengadopsi instrumen-instrumen HAM internasional, yang berarti perjanjian itu masuk dan berlaku sebagai hukum (positif) nasional. c. Memberdayakan
masyarakat
terhadap
masalah
HAM
dengan
mengadakan sosialisasi sehingga HAM menjadi bagian dari setiap individu warga Negara Indonesia Berbagai kegiatan yang dapat dimasukan dalam upaya perlindungan HAM antara lain: a. Kegiatan belajar bersama, berdiskusi untuk memahami pengertian HAM; b. Mempelajari peraturan perundang – undangan mengenai HAM maupun peraturan hukum pada umumnya, karena peraturan hukum yang umum pada dasarnya juga telah memuat jaminan perlindungan HAM; c. Mempelajari tentang peran lembaga–lembaga perlindungan HAM, seperti Komnas HAM, Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA), LSM, dan seterusnya;
127
d. Memasyarakatkan tentang pentingnya memahami dan melaksanakan HAM, agar kehidupan bersama menjadi tertib, damai dan sejahtera kepada lingkungan masing– masing; e. Menghormati hak orang lain, baik dalam keluarga, kelas, sekolah, pergaulan, maupun masyrakat; f.
Bertindak dengan mematuhi peraturan yang berlaku di keluarga, kelas, sekolah, OSIS, masyarakat, dan kehidupan bernegara;
g. Berbagai kegiatan untuk mendorong agar negara mencegah berbagai tindakan anti pluralisme (kemajemukan etnis, budaya, daerah, dan agama); h. Berbagai kegiatan untuk mendorong aparat penegak hukum bertindak adil; i.
Berbagai kegiatan yang mendorong agar negara mencegah kegiatan yang dapat menimbulkan kesengsaraan rakyat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.
2. Analisis Penerapan Fungsi Lembaga Penegakan Hak Asasi Manusia Perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia mencapai kemajuan ketika pada tanggal 6 November tahun 2000 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dan kemudian diundangkan tanggal 23 November 2000. Undang-Undang ini merupakan undang-undang yang secara tegas menyatakan sebagai undang-undang yang mendasari adanya pengadilan hak asasi manusia di Indonesia yang berwenang mengadili para pelaku pelanggaran hak asasi manusia berat. Istilah pengadilan HAM sering dipertentangkan dengan istilah peradilan pidana, karena memang pada hakekatnya kejahatan yang merupakan kewenangan pengadilan HAM juga merupakan perbuatan pidana. UU No. 26 Tahun 2000 yang menjadi landasan berdirinya pengadilan HAM mengatur tentang beberapa kekhususan atau pengaturan yang berbeda dengan pengaturan dalam hukum acara pidana. Pengaturan yang berbeda atau khusus ini mulai sejak tahap penyelidikan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sebagai lembaga yang berwenang menyelidiki
PPKn SMP K-8
128
terjadinya pelanggaran HAM berat, sampai pengaturan tentang majelis hakim yang komposisinya berbeda dengan pengadilan pidana biasa. Komnas HAM
didirikan berdasarkan Keppres No. 50 Tahun 1993
dengan tujuan untuk membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan
HAM
serta
meningkatkan
perlindungan
HAM.
Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, Komnas HAM melakukan sejumlah kegiatan yang pada intinya meliputi tiga hal, yaitu : penyebarluasan wawasan HAM kepada masyarakat Indonesia dan Internasional, pengkajian berbagai instrumen HAM PBB dalam rangka asksesi/ratifikasi, pemantauan dan penyelidikan pelaksanaan HAM. Peranan Komnas HAM dalam penegakkan HAM antara lain sebagai berikut: a. sebagai
salah
satu
lembaga
penggerak
dalam
menjalankan
perlindungan HAM b. sebagai salah satu lembaga yang melaksanakan kajian tentang HAM c. sebagai salah satu lembaga yang turut serta secara aktif dalam menegakkan HAM d. sebagai salah satu lembaga yang bergerak sebagai media (perantara) bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan HAM Komnas HAM bertujuan: a. membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia. b. meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk melaksanakan tujuan tersebut, Komnas HAM melaksanakan fungsi : a) Fungsi pengkajian dan penelitian. Untuk melaksanakan fungsi ini, Komnas HAM berwenang antara lain: 1. melakukan
pengkajian
dan
penelitian
berbagai
instrumen
internasional dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan atau ratifikasi. 2. melakukan
pengkajian
dan
penelitian
berbagai
peraturan
perundang-undangan untuk memberikan rekomendasi mengenai
129
pembentukan, perubahan dan pencabutan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia. b) Fungsi penyuluhan. Dalam rangka pelaksanaan fungsi ini, Komnas HAM berwenang: 1. menyebarluaskan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada masyarakat Indonesia. 2. meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia melalui lembaga pendidikan formal dan non formal serta berbagai kalangan lainnya. 3. kerjasama dengan organisasi, lembaga atau pihak lain baik tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia. c) Fungsi pemantauan. Fungsi ini mencakup kewenangan antara lain: 1. pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan hasil pengamatan tersebut. 2. penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam masyarakat yang patut diduga terdapat pelanggaran hak asasi manusia. 3. pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang diadukan untuk dimintai atau didengar keterangannya. 4. pemanggilan saksi untuk dimintai dan didengarkesaksiannya, dan kepada saksi pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan. 5. peninjauan di tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap perlu. 6. pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan secara tertulis ataumenyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya dengan persetujuan Ketua Pengadilan. 7. pemeriksaan setempat terhadap rumah, pekarangan, bangunan dan tempat lainnya yang diduduki atau dimiliki pihak tertentu dengan persetujuan Ketua Pengadilan. 8. pemberian pendapat berdasarkan persetujuan Ketua Pengadilan terhadap perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan, bilamana dalam perkara tersebut terdapat pelanggaran hak asasi
PPKn SMP K-8
130
manusia dalam masalah publik dan acara pemeriksaan oleh pengadilan yang kemudian pendapat Komnas HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak. d) Fungsi mediasi. Dalam melaksanakan fungsi mediasi Komnas HAM berwenang untuk melakukan : 1. perdamaian kedua belah pihak. 2. penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. 3. pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan. 4. penyampaian rekomendasi atas sesuatu kasus pelanggaran hak asasi
manusia
kepada
Pemerintah
untuk
ditindaklanjuti
penyelesaiannya. 5. penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada DPR RI untuk ditindaklanjuti. Bagi setiap orang dan atau kelompok yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar dapat mengajukan laporan dan pengaduan lisan atau tertulis pada Komnas HAM. Pengaduan hanya akan dilayani apabila disertai dengan identitas pengadu yang benar dan keterangan atau bukti awal yang jelas tentang materi yang diadukan. Sedangkan pengadilan memiliki tanggung jawab mendasar terhadap kepentingan pencari keadilan, sejauh mana tindakan atau putusan yang dikeluarkan pengadilan bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Oleh karena itu, berkaitan dengan lembaga pengadilan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Menempatkan aparatur hukum pada posisi netral dan tidak dibebani dengan komitmen politik b. Dibutuhkan kontrol internal dan eksternal terhadap lembaga pengadilan c. Mendorong responsibilitas dan akuntabilitas pengadilan dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang lebih manusiawi, bermartabat dan berkeadilan Adapun tugas dan wewenang pengadilan HAM adalah sebagai berikut: a)
Memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang berat
131
b)
Memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan di luar batas territorial wilayah Negara RI oleh WNI
c)
Pengadilan HAM tidak berwenang mengadili seseorang yang berumur di bawah 18 tahun Pengadilan HAM Ad Hoc merupakan pengadilan yang mengadili
Pelanggaran HAM yang berlaku sebelum di undangkannya UU No. 26 tahun 2000. pengadilan HAM Ad Hoc di bentuk atas usul DPR dengan keputusan Presiden. Adapun pelanggaran HAM berat yang ditangani oleh pengadilan HAM berupa: 1. Kejahatan Genosida ―Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok Bangsa, Ras, Kelompok Etnis, Kelompok Agama‖. Ciri-ciri
Kejahatan Genosida
Berupa: a. Membunuh anggota kelompok b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok c. Menciptakan
kondisi
kehidupan
kelompok
yang
akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagian d. Memaksakan
tindakan-tindakan
yang
bertujuan
mencegah
kelahiran didalam kelompok e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain 2. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan ―Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagi bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa seranggan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil. Kejahatan terhadap kemanusiaan misalnya: a. pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, penyiksaan; b. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; c. perampasan kemerdekaan atau perampasan kemerdekaan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar ketentuan pokok hukum internasional;
PPKn SMP K-8
132
d. perkosaan,
perbudakan
seksual,
pelacuran
secara
paksa,
pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara; e. penganiayaan
terhadap
suatu
kelompok
tertentu
atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; f. penghilangan orang secara paksa (penangkapan, penahanan, atau
penculikan
disertai
penolakan
pengakuan
melakukan
tindakan tersebut dan pemberian informasi tentang nasib dan keberadaan
korban
dengan
maksud
melepaskan
dari
perlindungan hukum dalam waktu yang panjang); g. kejahatan apartheid (penindasan dan dominasi oleh suatu kelompok ras atas kelompok ras atau kelompok lain dan dilakukan dengan maskud untuk mempertahan peraturan pemerintah yang sedang berkuasa atau rezim). Pengadilan hak asasi manusia merupakan pengadilan khusus yang berada dalam ruang lingkup atau lingkungan peradilan umum yang diberi wewenang memeriksa dan memutus pelanggaran HAM berat. Pengertian memeriksan dan memutus mempunyai makna yang luas, didalamnya termasuk mengenai penyelesaian perkara yang menyangkut kompensasi, restitusi dan rehabilitasi.Selain itu pengadilan hak asasi manusia juga berwenang mengadili pelanggaran HAM berat yang dilakukan diluar batas teritorial Indonesia oleh warga negara Indonesia. Sedangkan kewenangan untuk melakukan penangkapan di tingkat penyidikan dalam pengadilan HAM ini adalah Jaksa Agung, terhadap seseorang yang diduga keras melakukan pelanggaran HAM berat berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Selama proses penyidikan dan penuntutan, penahanan atau penahanan lanjutan dapat dilakukan oleh Jaksa Agung, sedangkan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan yang berwenang melakukan penahanan adalah hakim dengan mengeluarkan penetapan.
133
Kewenangan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM berat dilakukan oleh Komnasham dan dapat membentuk tim adhoc yang keanggotaannya terdiri
dari
unsur
Komnasham
dan
unsur
masyarakat.
Pemberian
kewenangan kepada komisi ini membentuk tim adhoc dimaksudkan untuk menjaga objektivitas hasil penyelidikan karena lembaga ini merupakan lembaga yang independen. Jadi dalam hal ini baik Komnasham maupun tim adhoc yang dibentuk tersebut memerankan fungsi Kepolisian untuk melakukan penyelidikan. Berdasarkan penjabaran diatas, menyangkut penegakan hukum HAM di Indonesia, secara kelembagaan ada dua institusi yang mempunyai peran yang sangat penting, yaitu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Pengadilan HAM. Kedua institusi ini dikatakan sangat penting terutama jika dikaitkan dengan masalah pelanggaran berat HAM. Pada umumnya, upaya penegakan HAM dilakukan dengan dua pendekatan sekaligus, yaitu pencegahan dan penindakan. Upaya untuk menciptakan kondisi yang semakin kondusif bagi penghormatan HAM disebut dengan pencegahan, dilakukan melalui berbagai cara persuasif. Adapun upaya untuk menangani kasus pelanggaran HAM berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku disebut penindakan. 1. Penegakan melalui pencegahan Penegakan HAM melalui pencegahan, antara lain, dilakukan dalam bentuk upaya-upaya berikut. a. Penciptaan
perundang-undangan
dan
pembentukan
lembaga
peradilan HAM. b. Penciptaan
lembaga-lembaga
pemantau
dan
pengawas
pelaksanaan HAM. Lembaga ini bisa merupakan lembaga negara yang bersifat independen (misalnya, Komnas HAM) maupun lembaga-lembaga yang dibentuk atas inisiatif masyarakat (berbagai organisasi nonpemerintah/LSM yang bergerak dalam bidang pemantauan HAM). c. Pelaksanaan
pendidikan
HAM
kepada
masyarakat
melalui
pendidikan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam hal ini, media
PPKn SMP K-8
massa
cetak
maupun
elektronik
serta
organisasi
134
nonpemerintah/LSM yang bergerak dalam penyadaran masyarakat memiliki peran yang amat besar. d. Penciptaan perundang-undangan HAM yang semakin lengkap, termasuk
di
dalamnya
ratifikasi
berbagai
instrumen
HAM
internasional. 2. Pendekatan melalui penindakan Penegakan HAM melalui penindakan dilakukan dalam bentuk upayaupaya berikut. a. Penyelesaian perkara melalui perdamaian, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan proses ini. b. Pelayanan,
konsultasi,
pendampingan,
dan
advokasi
bagi
masyarakat yang menghadapi kasus HAM. Dalam hal ini, lembagalembaga bantuan hukum serta organisasi nonpemerintah yang bergerak di bidang advokasi masyarakat memainkan peran penting. c. Investigasi, yaitu pencarian data, informasi, dan fakta yang berkaitan dengan peristiwa dalam masyarakat yang patut diduga merupakan pelanggaran HAM. Investigasi ini merupakan tugas Komnas HAM. Namun, pada umumnya LSM HAM maupun media massa juga melakukannya secara independen. d. Penyelesaian perkara pelanggaran HAM berat melalui proses peradilan di pengadilan HAM. e. Penerimaan pengaduan dari korban pelanggaran HAM. Dalam hal ini Komnas HAM, lembaga-lembaga bantuan hukum, dan LSM HAM memiliki peran penting. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dimasukan menghargai upaya penegakan HAM, antara lain : a. Membantu dengan menjadi saksi dalam proses penegakan HAM; b. Mendukung para korban untuk memperoleh restitusi maupun kompensasi serta rehabilitasi; c. Tidak mengganggu jalannya persidangan HAM di Pengadilan HAM; d. Memberikan
informasi kepada
aparat
penegak
hukum
dan
lembaga–lembaga HAM bila terjadi pelanggaran HAM;
135
e. Mendorong untuk dapat menerima cara rekonsiliasi melalui KKR kalau lewat jalan Peradilan HAM mengalami jalan buntu, demi menghapus
dendam
menghambat
kehidupan
yang yang
berkepanjangan damai
dan
yang
dapat
harmonis
dalam
bermasyarakat.
D. Aktivitas Pembelajaran 1) Tujuan Kegiatan: Melalui
diskusi kelompok peserta mampu menunjukkan analisis
penerapan penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
2) Langkah Kegiatan: a) Pelajari hand out atau modul yang relevan b) Analisis lembaga mana saja yang sudah melakukan fungsi dan tugasnya secara optimal dalam rangka perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia c) Pilih salah satu lembaga yang menurut anda paling berperan penting dalam perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia dan berikan mengapa lembaga tersebut yang dipilih d) Setelah selesai, tuliskan dalam kertas plano serta ditempel di dinding e) Setelah semua kelompok selesai, satu orang dari masing-masing kelompok menjaga stand kelompoknya untuk menjelaskan hasil diskusi kelompok kepada kelompok lain yang berkunjung ke stand f)
Dan anggota kelompok yang lain mengunjungi stand semua kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan memberi masukan
g) Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan hasil kunnjungan kelompok lain h) Perbaiki hasil kerja kelompok Anda jika ada masukan dari kelompok lain
PPKn SMP K-8
136
E. Tugas LK.1. Selain membaca uraian materi di atas, sebaiknya Anda membaca buku-buku yang relevan terkait dengan lembaga-lembaga perlindungan dan penegakan hak asasi manusia. Secara individu, berikan Analisis Penerapan Fungsi Lembaga Perlindungan dan Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
Lembaga No
Hak Asasi Manusia
Fungsi, Tugas
Contoh
dan Peran
Kasus
Analisis Penerapan Fungsi Lembaga Hak Asasi Manusia
Lembaga Perlindungan Hak Asasi Manusia :
Lembaga Penegakan Hak Asasi Manusia :
F. Rangkuman HAM merupakan hak yang tidak dapat dicabut dan yang tidak pernah di tinggalkan ketika umat manusia beralih memasuki era baru dari kehidupan pramodern ke kehidupan modern. Betapa HAM telah mendapat tempat
137
khusus di tengah-tengah perkembangan kehidupan manusia mulai abad 18 sampai sekarang. Negara
wajib
melindungi
dan
menjunjung
tinggi
HAM
karena
masyarakat telah menyerahkan sebagian hak-haknya kepada negara untuk dijadikan hukum (Teori Kontrak Sosial). Negara memiliki hak membuat hukum dan menjatuhkan hukuman atas pelanggaran HAM. Negara, pemerintah atau organisasi berkewajiban untuk melindungi hak asasi manusia pada setiap manusia. Penegakan HAM di negara kita tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan tindakan dari pemerintah. Peran serta lembaga independen dan masyarakat sangat diperlukan. Upaya penegakan hak asasi manusia ini akan memberikan hasil yang maksimal manakala didukung oleh semua pihak. Usaha yang dilakukan Komnas HAM tidak akan efektif apabila tidak ada dukungan dari masyarakat. Peran masyarakat terhadap upaya penegakan HAM, misalnya muncul berbagai aktivis dan advokasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), untuk itu mari kita semua membangun iklim negara Indonesia yang demokratis, yang menghormati HAM yang didasari oleh kepentingan nasional kita dalam rangka mencapai Indonesia yang kita cita-citakan.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Jawablah semua latihan/tugas kegiatan pembelajaran ini. Kemudian cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban dan nilai hasilnya. Apabila
Saudara
mendapatkan
hasil
minimal
80% maka
Saudara
dinyatakan lulus, apabila mendapatkan 0%, 25%, 40% atau 60%, maka Saudara diminta membaca dan memahami isi modul kembali dan menjawab latihan lagi Tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran ini, di harapkan peserta diklat dan fasilitator bersama sama melakukan ulasan tentang materi yang telah di pelajari. Mana yang belum di pahami oleh peserta diklat serta pemantapan materi yang telah di pahami peserta diklat.
PPKn SMP K-8
138
H. Kunci Jawaban
Daftar Pustaka _____. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia El-Muhtaj, Majda. 2007. Hak Asasi Indonesia dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta: Kencana Malian, Sobirin dan Marzuki, Suparman. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: UII Press Nasution, DR. Bahder Johan. 2014. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bandung: CV. Mandar Maju Nickel, James W. 1996. Hak Asasi Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Saraswati, LG. 2006. Hak Asasi Manusia (Teori, Hukum, Kasus).Jakarta: Filsafat UI Press Sujatmoko, Andrey. 2015. Hukum HAM dan Hukum Humaniter. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Tim Dosen PKn UPI. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: CV Maulana Media Grafika. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
139
KEGIATAN PEMBELAJARAN 8
ANALISIS SANKSI HUKUM YANG BERLAKU DALAM PERWUJUDAN KEDAMAIAN DAN KEADILAN Oleh: Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. A. Latar Belakang Sanksi hukum yang tegas yang diterapkan pada setiap pelanggaran hukum yang ada di Indonesia adalah merupakan perwujudan dari keadilan serta kedamaian yang merupakan cita-cita serta keinginan dari semua lapisan masyarakat di Indonesia, Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia, yang merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak. Akan tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka,
perhiasan
atau
dekorasi.
Hukum
harus
diataati,
dilaksanakan,
dipertahankan dan ditegakkan. Pelakasanaan
hukum
dalam
kehidupan
masyarakat
sehari-hari,
mempunyai arti yang sangat penting, karena apa yang menjadi tujuan hukum justru terletak pada pelaksanaan dari hukum itu sendiri. Ketertiban dan ketentraman hanya dapat diwujudkan dalam kenyataan kalau hukum dapat dilaksanakan dengan sebenar-benarnya dilaksanakan. Kalau tidak, maka peraturan hukum itu hanya merupakan susunan kata-kata yang tidak mempunyai makna dalam kehidupan masyarakat. Peraturan hukum yang tidak dilaksanakan dengan konsisten dan konskuen dengan kata lain hukum akan menjadi mati dengan sendirinya. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung dalam masyarakat secara normal karena tiap-tiap individu menaati hukum dengan kesadaran individu masing-masing, bahwa apa yang ditentukan hukum tersebut sebagai suatu keharusan atau sebagai sesuatu yang memang sebaiknya di taati atau diikuti. Keadilan adalah sebuah dambaan dari setiap masyarakat, keadilan yang harus ditegakkkan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, kehudupan asyarakt akan tercipta sebuah kedamaian jika keadilan telah diteakkan dengan sebaik-baiknya, keadilan yang ditegakkkan ketika pelangar
PPKn SMP K-8
140
hukum telah mendapatkan sanksi yang tegas dari kesalahan yang ia perbuat. Kehidupan masyaraakt yang tentram dan damai akan semakin terasa ketika masyaraakt menggap hukum telah ditegakkkan dengan sebenar-benarnya dan seadil-adilnya. Keadilan yang substantive tentunya harus dirasakan oleh masyarakat, substansi atau isi yang terkandung dalam sanksi hukum yang berlaku di Indoensia memang telah diatur sedemikian rupa sehingga setiap pelanggar hukum akan mendpatkan ganjaran dari perbuatan melanggar hukum yang iya lakukan berdasarkan pada kesalahan yang telak diperbuat, sanksi-sanksi hukum yang telah dibuat haruslah di kenakan pada tataran kesalahan pada setiap pelanggaran sehingga perbuatan yang dilakukan harus sesuai dengan ancaman hukuman yang di bebankan. Jika penerapan sanksi hukum yang dijatuhkan kepada pelanggar hukum telah sesuai dengan perbuatan pelanggaran hukum yang telah dilakukan, dan penjatuhan sanksi telah sesua dan memenuhu kaedah keadilan secara hukum yang berlaku dan masyaraakt merasa memang hukumn yang dujatuhkan telah sesua dan telah adil maka, kepercayaan pada hukum akan meningkat dn masyarakat akan senantiasa selalu percaya pada hukum. Tujuan hukum tidak semata-mata menjatuhkan sanksi pada pelanggarnya baik sanksi berupa Pidana, mapun pencabutan hak serta yang lainnya, tetapi yang paling penting dari tujuan hukum adalah untuk memenuhinya rasa keadilan yang dirasakan oleh masyarakat, srhingga masyarakt akan merasa terwakili dengan adanya hukum yang ada disekitar mereka, masyarakat bisa melakukan aktifitas tanpa danya rasa ketakutan yang membayagi mereka. Setelah salah satu tujuan dari hukum tercapai yaitu keadilan maka diharapakan dari keadilan yang dirasakan oleh masyarakt telah terpanuhi maka dalam masyarakat akan tercapai yang namanya kedamaian dalam kehidupan, kedamaian yang dirasakan tentunya merupakan imbas atau hasil dari penerapan sanksia hukum yang telah diberlakukan dengan adil dan kehidupan masyarakat akan merasakan yang namnya ketentraman dan ketenangan hidup karena kepercayaan yang tinggi masyarakat pada hukum. bahwa penegakan hukum hakikatnya merupakan upaya menyelaraskan nilai-nilai hukum berupa penerapan sanksi-sanksi hukum yang harus ditegakkan.
141
B. Tujuan Tujuan dari penyusunan modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap ―Analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan‖, yang diharapkan guru agar mampu: 1. Mampu menganalisis sanksi-sanksi dalam hukum pidana 2. Mampu menganalisis sanksi-sanksi dalam hukum perdata
C. Peta Kopetensi
Sanksi Hukum Pidana Sanksi Hukum Yang Berlaku Dalam Perwujudan Kedamaian Dan Keadilan
Sanksi Hukum Perdata
D. Ruang Lingkup Modul ini mencakup ruang lingkup materi yang terjabar dalam satu Kegiatan Pembelajaran bagi guru mata pelajaran PPKn SMP yang meliputi: (1) menganalisis sanksi-sanksi dalam
hukum pidana, (2) menganalisis sanksi-
sanksi dalam hukum perdata. E. Saran Cara Menggunakan Modul 1. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas 2. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah
yang
ditentukan dalam
modul ini. 3. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu 4. Konsultasikan
dengan
Narasumber
bila
mengalami
kesulitan
mengerjakan tugas
PPKn SMP K-8
142
Kegiatan Pembelajaran: Analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan A. Tujuan 1. Dengan membaca modul ini dan berdiskusi peserta dikat mampu Mampu menganalisis c dengan benar. 2. Dengan membaca modul ini dan berdiskusi peserta dikat mampu Mampu menganalisis sanksi-sanksi dalam hukum perdata dengan benar.
B. Indikator Pencapaian Kopetensi 1. Peserta dikat mampu mampu menganalisis sanksi-sanksi dalam hukum pidana dengan benar. 2. Peserta dikat mampu menganalisis sanksi-sanksi dalam hukum perdata dengan benar.
C. Uraian Materi Sanksi-Sanksi Hukum Pidana Sebelum kita mambahas mengenai sanksi-sanksi dalam hukum pidana, kita akan melihat terlebih dahulu sumber-sumber berlakunya hukum pidana di Indonesia, Sumber Hukum Pidana dapat dibedakan atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum yang tidak tertulis. Indonesia sampai saat ini masih belum memiliki Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Nasional, sehingga masih diberlakukan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana warisan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda. Adapun sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Pidana antara lain: 1. Buku I Tentang Ketentuan Umum (Pasal 1-103). 2. Buku II Tentang Kejahatan (Pasal 104-488). 3. Buku III Tentang Pelanggaran (Pasal 489-569). Serta ada pula beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana khusus yang dibuat setelah kemerdekaan antara lain: 1. Undang-undang No. 8 Drt Tahun 1955 Tentang tindak Pidana Imigrasi. 2. Undang-undang No. 9 Tahun 1967 Tentang Norkoba. 3. Undang-undang No. 16 Tahun Tahun 2003 Tentang Anti Terorisme.
143
Pengertian Hukum Pidana Menurut Moeljatno yaitu bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku dalam suatu negara, dimana dasar-dasar dan aturan-aturannya untuk: a. Hukum pidana menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan (dilarang) dengan disertai ancaman pidana bagi siapa yang melanggarnya. b. Hukum pidana menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan dapat dikenakan pidana c. Hukum pidana Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang melanggarnya. Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana, selain termuat dalam Kitab UndangUndang Hukum Pidana maupun Undang-undang Khusus, juga terdapat dalam berbagai Peraturan Perundang-Undangan lainnya, seperti Undang-undang. No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-undang No. 9 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan sebagainya. Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap seseorang yang telah bersalah melanggar ketentuan-ketentuan dalam undang-undang hukum pidana, dalam Pasal 10 KUHP ditentukan macam-macam hukuman yang dapat dijatuhkan, yaitu sebagai berikut: Hukuman-Hukuman Pokok 1. Hukuman mati, tentang hukuman mati ini terdapat negara-negara yang telah menghapuskan bentuknya hukuman ini, seperti Belanda, tetapi di Indonesia sendiri hukuman mati ini kadang masih diberlakukan untuk beberapa hukuman walaupun masih banyaknya pro-kontra terhadap hukuman ini. 2. Hukuman penjara, hukuman penjara sendiri dibedakan ke dalam hukuman penjara seumur hidup dan penjara sementara. Hukuman penjara sementara minimal 1 tahun dan maksimal 20 tahun. Terpidana wajib tinggal dalam penjara selama masa hukuman dan wajib melakukan pekerjaan yang ada di dalam maupun di luar penjara dan terpidana tidak mempunyai Hak Vistol 3. Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat hukuman penjara
PPKn SMP K-8
dan
dijatuhkan
karena
kejahatan-kejahatan
ringan
atau
144
pelanggaran Biasanya
terhukum
dapat
memilih
antara
hukuman
kurungan atau hukuman denda. Bedanya hukuman kurungan dengan hukuman penjara adalah pada hukuman kurungan terpidana tidak dapat ditahan di luar tempat daerah tinggalnya kalau ia tidak mau sedangkan pada hukuman penjara dapat dipenjarakan di mana saja, pekerjaan paksa
yang
dibebankan
kepada
terpidana
penjara
lebih
berat
dibandingkan dengan pekerjaan yang harus dilakukan oleh terpidana kurungan dan terpidana kurungan mempunyai Hak Vistol (hak untuk memperbaiki nasib) sedangkan pada hukuman penjara tidak demikian. 4. Hukuman denda, Dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri antara denda dengan kurungan.Maksimum kurungan pengganti denda adalah 6 Bulan. 5. Hukuman tutupan, hukuman ini dijatuhkan berdasarkan alasan-alasan politik terhadap orang-orang yang telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara oleh KUHP. Hukuman Tambahan Hukuman tambahan tidak dapat dijatuhkan secara tersendiri melainkan harus disertakan pada hukuman pokok, hukuman tambahan tersebut antara lain: 1. Pencabutan hak-hak tertentu. 2. Penyitaan barang-barang tertentu. 3. Pengumuman keputusan hakim. Sanksi-Sanksi Hukum Perdata Hukum perdata ialah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga. Hukum perdata dibedakan menjadi dua, yaitu hukum perdata material dan hukum perdata formal. Hukum perdata material mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap subjek hukum. Hukum perdata formal mengatur bagaimana cara seseorang mempertahankan haknya apabila dilanggar oleh orang lain. Dalam pengolongannya Hukum perdata dapat digolongkan menjadidi beberapa kategori daiantaranya adalah: 1. Hukum keluarga 2. Hukum harta kekayaan 3. Hukum benda
145
4. Hukum Perikatan 5. Hukum Waris KUHPerdata terdiri dari 4 bagian yaitu didalamnya dan mengatur berbagai amcam hal yang berkaitan dengan permasalahan privat adalah: 1. Buku kesatu tentang Orang Van Personnenrecht, Buku pertama mengatur tentang orang sebagai subyek hukum, hukum perkawinan dan hukum keluarga, termasuk waris. a. Bab I- Tentang menikmati dan kehilangan hak-hak kewargaan b. Bab II- Tentang akta-akta catatan sipil c. Bab III- Tentang tempat tinggal atau domisili d. Bab IV- Tentang perkawinan e. Bab V- Tentang hak dan kewajiban suami-istri f.
Bab
VI-
Tentang
harta-bersama
menurut
undang-undang
dan
pengurusannya g. Bab VII- Tentang perjanjian Perkawinan h. Bab VIII- Tentang gabungan harta-bersama atau perjanjian kawin pada perkawinan kedua atau selanjutnya i.
Bab IX- Tentang pemisahan harta-benda
j.
Bab X- Tentang pembubaran perkawinan
k. Bab XI- Tentang pisah meja dan ranjang l.
Bab XII- Tentang keayahan dan asal keturunan anak-anak
m. Bab XIII- Tentang kekeluargaan sedarah dan semenda n. Bab XIV- Tentang kekuasaan orang tua o. Bab XIVA- Tentang penentuan, perubaran dan pencabutan tunjangan nafkah p. Bab XV- Tentang kebelumdewasaan dan perwalian q. Bab XVI- Tentang pendewasaan r.
Bab XVII- Tentang pengampuan
s. Bab XVIII- Tentang keadaan tak hadir 2. Buku kedua tentang Kebendaan/ Zaakenrecht Buku kedua mengatur mengenai benda sebagai obyek hak manusia dan juga mengenai hak kebendaan. Benda dalam pengertian yang meluas merupakan segala sesuatu yang dapat dihaki (dimiliki) oleh seseorang. Sedangkan maksud dari hak kebendaan adalah suatu hak yang memberikan
PPKn SMP K-8
146
kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan kepada pihak ketiga. a. Bab I- Tentang kebendaan dan cara membeda-bedakannya b. Bab II- Tentang kedudukan berkuasa (bezit) dan hak-hak yang timbul karenanya c. Bab III- Tentang hak milik (eigendom) d. Bab IV- Tentang hak dan kewajiban antara pemilik-pemilik pekarangan yang satu sama lain bertetanggaan e. Bab V- Tentang kerja rodi f.
Bab VI- Tentang pengabdian pekarangan
g. Bab VII- Tentang hak numpang karang h. Bab VIII- Tentang hak usaha (erfpacht) i.
Bab IX- Tentang bunga tanah dan hasil sepersepuluh
j.
Bab X- Tentang hak pakai hasil
k. Bab XI- Tentang hak pakai dan hak mendiami l.
Bab XII- Tentang perwarisan karena kematian
m. Bab XIII- Tentang surat wasiat n. Bab XIV- Tentang pelaksana wasiat dan pengurus harta peninggalan o. Bab XV- Tentang hak memikir dan hak istimewa untuk mengadakan pendaftaran harta peninggalan p. Bab XVI- Tentang hal menerima dan menolak suatu warisan q. Bab XVII- Tentang pemisahan harta peninggalan r.
Bab XVIII- Tentang harta peninggalan yang tak terurus
s. Bab XIX- Tentang piutang-piutang yang diistimewakan t.
Bab XX- Tentang gadai
u. Bab XXI- Tentang hipotik 3. Buku ketiga tentang Perikatan/ Verbintenessenrecht Buku mengatur tentang perikatan (verbintenis). Maksud penggunaan kata ―Perikatan‖ di sini lebih luas dari pada kata perjanjian. Perikatan ada yang bersumber dari perjanjian namun ada pula yang bersumber dari suatu perbuatan hukum baik perbuatan hukum yang melanggar hukum (onrechtmatige daad) maupun yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan (zaakwarneming). Buku ketiga tentang perikatan ini mengatur tentang hak dan kewajiban yang terbit dari perjanjian, perbuatan
147
melanggar hukum dan peristiwa-peristiwa lain yang menerbitkan hak dan kewajiban perseorangan. Buku ketiga bersifat tambahan (aanvulend recht), atau sering juga disebut sifat terbuka, sehingga terhadap beberapa ketentuan, apabila disepekati secara bersama oleh para pihak maka mereka dapat mengatur secara berbeda dibandingkan apa yang diatur didalam BW. Sampai saat ini tidak terdapat suatu kesepakatan bersama mengenai aturan mana saja yang dapat disimpangi dan aturan mana yang tidak dapat disimpangi. Namun demikian, secara logis yang dapat disimpangi adalah aturan-aturan yang mengatur secara khusus (misal : waktu pengalihan barang dalam jual-beli, eksekusi terlebih dahulu harga penjamin ketimbang harta si berhutang). Sedangkan aturan umum tidak dapat disimpangi (misal : syarat sahnya perjanjian, syarat pembatalan perjanjian). a. Bab I- Tentang perikatan- perikatan umumnya b. Bab II- Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian c. Bab III- Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-undang d. Bab IV- Tentang hapusnya perikatan-perikatan e. Bab V- Tentang jual-beli f.
Bab VI- Tentang tukar-menukar
g. Bab VII- Tentang sewa-menyewa h. Bab VIIA- Tentang perjanjian-perjanjian untuk melakukan pekerjaan i.
Bab VIII- Tentang persekutuan
j.
Bab IX- Tentang perkumpulan
k. Bab X- Tentang hibah l.
Bab XI - Tentang penitipan barang
m. Bab XII- Tentang pinjam pakai n. Bab XIII- Tentang pinjam-meminjam o. Bab XIV- Tentang bunga tetap atau bunga abadi p. Bab XV- Tentang perjanjian-perjanjian untung-untungan q. Bab XVI- Tentang pemberian kuasa r.
Bab XVII- Tentang penanggungan utang
s. Bab XVIII - Tentang perdamaian.
PPKn SMP K-8
148
4. Buku keempat Tentang pembuktian dan daluwarsa Verjaring en Bewijs Buku keempat mengatur tentang pembuktian dan daluwarsa. Hukum tentang pembuktian tidak saja diatur dalam hukum acara (Herzine Indonesisch Reglement/ HIR) namun juga diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Didalam buku keempat ini diatur mengenai prinsip umum tentang pembuktian dan juga mengenai alat-alat bukti. Dikenal adanya 5 macam alat bukti yaitu : ·
a. Surat-surat
·
b. Kesaksian
·
c. Persangkaan
·
d. Pengakuan
·
e. Sumpah Daluwarsa (lewat waktu) berkaitan dengan adanya jangka waktu tertentu yang dapat mengakibatkan seseorang mendapatkan suatu hak milik (acquisitive verjaring) atau juga karena lewat waktu menyebabkan seseorang dibebaskan dari suatu penagihan atau tuntutan hukum (inquisitive verjaring). Selain itu diatur juga hal-hal mengenai ―pelepasan hak‖ atau ―rechtsverwerking‖ yaitu hilangnya hak bukan karena lewatnya waktu tetapi karena sikap atau tindakan
seseorang
yang
menunjukan
bahwa
ia
sudah
tidak
akan
mempergunakan suatu hak. a. Bab I- Tentang pembuktian pada umumnya b. Bab II- Tentang pembuktian dengan tulisan c. Bab III- Tentang pembuktian dengan saksi-saksi d. Bab IV- Tentang persangkaan-persangkaan e. Bab V- Tentang pengakuan f.
Bab VI- Tentang sumpah di muka hakim
g. Bab VII- Tentang daluwarsa Hukum Perdata mengatur hubungan hukum antara orang satu dengan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan. Pelanggaran terhadap aturan hukum perdata baru dapat diambil tindakan oleh pengadilan setelah ada pengaduan oleh pihak berkepentingan yang merasa dirugikan (disebut: penggugat) Pelanggaran terhadap hukum perdata diambil diambil tindakan oleh pengadilan setelah adanya pengaduan dari pihak yang merasa
149
dirugikan. Pihak yang mengadu tersebut menjadi penggugat dalam perkara tersebut. D. Aktivitas Pembelajaran Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―Analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan‖, Anda perlu melakukan aktivitas pembelajaran sebagai berikut: Analisis Sanksi Hukum Yang Berlaku Dalam Perwujudan Kedamaian dan Keadilan Kegiatan
Deskripsi Aktivitas Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
a. Narasumber
atau
instruktur 15 menit
memngkondisikan peserta diklat untuk siap menerima materi sajian serta memberi motivasi para peserta diklat b. Melakukan penjajakan melalui tanya jawab sekitar Analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan c. Menampilkan contoh-contoh kasus hukum pidana dan perdata yang ada dalam lembaga peradilan di Indonesia d. Menyampaikan tujuan dan garis besar materi pelatihan yang akan dicapai.
Kegiatan Inti
1.
Membagi
peserta
diklat
menjadi
2 90
kelompok 2.
Tiap
menit kelompokbmenjawab
membahas
permasalahan
yang
serta telah
diberikan instruktur atau nara sumber sebelumnya yang di tulis didalam modul 3.
Tiap kelompok merumuskan hasil diskusi yang
didapatkan
dari
masing-masing
anggota kelompok
PPKn SMP K-8
150
4.
Tiapa kelompok mencari informasi, data, sumber-sumber yang dapat digunakan untuk
menjawab
pertanyaan
yang
dimajukan. 5.
Tiap kelompok berdiskusi, curah pendapat untuk
menemukan
jawaban
dari
pertanyaan. 6.
Bila sudah selesai tiap kelompok harus mempresentasikan hasil dari diskusi yang telah mereka hasilkan
7.
Kelompok
lain
mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan
seputar
materi
yang telah di bacakan oleh kelompok penyaji 8.
Masing-masing
kelompok
berembuk
mencari pertanyan yang akan di tanyakan kepada kelopok penyaji 9.
Setelah mendapatkan pertanyaan dari kelompok lain, kelompok penyaji mencari jawaban
dalam
membacakan
kelompok
hasil
dan
jawaban
dari
kelompokkepada kelompok penanya. 10. Kelompok masukan
lain serta
boleh
memberikan
sanggahan
terhadap
jawaban kelompok penyaji. 11. Semua
kelompok
bergiliran
untuk
melakukan hasil diskusi dari kelompok masing-masing 12. Narsumber mengamati, mencermati hasil presentasi perserta diklat bila diperlukan diberi kesempatan kelompok lain memberi komentar
terhadap
hasil
presentasi
kelompok lain.
151
e. Presentasi Hasil Kerja kelompok hasil kajian penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara Nara
sumber
mengklarifikasi
bila
terjadi
kesalahan konsep, prosedur, langkah-langkah dari hasil kerja Penutup
1. Narasumber
bersama
peserta
diklat 15
membuat simpulan
menit
2. Narasumber melakukan tes secara tertulis 3. Narasumber melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. Memberi tugas tindak lanjut mengidentifikasi permasalahan Analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan. berdasarkan
Kompetensi Dasar
mapel ybs.
E. Latihan/Kasus/tugas Peserta diklat dibagi menjadi 2 kelompok dan masing-masing kelompok akan mendapatkan pokok kajian atau pembahasan yang berbeda-beda dari materi analisis sanksi Hukum dalam perwujudan kedamaian dan keadilan: 1. Kelompok pertama diberikan tugas untuk mengkaji dan menganalisis sanksi hukum pidana yang berlaku di Indonesia a. Penerapan sanksi hukum pidana di Indonesia b. Efektifitas hukum pidana di Indonesia c. Penyimpangan hukum pidana di Indonesia d. Harapan terhadap penerapan hukum pidana di Indonesia e. Contoh (pengalaman, pengetahuan, cerita) tentang kasus hukum pidana (masing-masing anggota kelompok 1 kasus) 2. Kelompok kedua di berikan tugas untuk mengkaji dan menganalisis sanksi hukum perdata yang berlaku di Indonesia a. Penerapan sanksi hukum perdata di Indonesia b. Efektifitas hukum perdata di Indonesia
PPKn SMP K-8
152
c. Penyimpangan hukum perdata di Indonesia d. Harapan terhadap penerapan hukum perdata di Indonesia e. Contoh (pengalaman, pengetahuan, cerita) tentang kasus hukum perdata (masing-masing anggota kelompok 1 kasus) Setelah kelompok menyelesaikan diskusi pada kelompok nya masingmasing kelompok mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan di kelompoknya dan meminta tanggapan pertanyaan serta saran yang di berikan oleh kelompok lainnya
F. Rangkuman 1. Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap seseorang yang telah bersalah melanggar ketentuan-ketentuan dalam undang-undang hukum pidana, dalam Pasal 10 KUHP ditentukan macam-macam hukuman yang dapat dijatuhkan, yaitu sebagai berikut: Hukuman-Hukuman Pokok 1) Hukuman mati. Tentang hukuman mati ini terdapat negara-negara yang telah menghapuskan bentuknya hukuman ini, seperti Belanda, tetapi di Indonesia sendiri hukuman mati ini kadang masih diberlakukan untuk beberapa hukuman walaupun masih banyaknya pro-kontra terhadap hukuman ini. 2) Hukuman penjara. Hukuman penjara sendiri dibedakan ke dalam hukuman penjara seumur hidup dan penjara sementara. Hukuman penjara sementara minimal 1 tahun dan maksimal 20 tahun. Terpidana wajib tinggal dalam penjara selama masa hukuman dan wajib melakukan pekerjaan yang ada di dalam maupun di luar penjara dan terpidana tidak mempunyai Hak Vistol 3) Hukuman kurungan. Hukuman ini kondisinya tidak seberat hukuman penjara
dan
dijatuhkan
pelanggaran Biasanya
karena
terhukum
kejahatan-kejahatan dapat
memilih
ringan
antara
atau
hukuman
kurungan atau hukuman denda. Bedanya hukuman kurungan dengan hukuman penjara adalah pada hukuman kurungan terpidana tidak dapat ditahan di luar tempat daerah tinggalnya kalau ia tidak mau sedangkan pada hukuman penjara dapat dipenjarakan di mana saja, pekerjaan paksa
yang
dibebankan
kepada
terpidana
penjara
lebih
berat
153
dibandingkan dengan pekerjaan yang harus dilakukan oleh terpidana kurungan dan terpidana kurungan mempunyai Hak Vistol (hak untuk memperbaiki nasib) sedangkan pada hukuman penjara tidak demikian. 4) Hukuman denda. Dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri antara denda dengan kurungan.Maksimum kurungan pengganti denda adalah 6 Bulan. 5) Hukuman tutupan. Hukuman ini dijatuhkan berdasarkan alasan-alasan politik terhadap orang-orang yang telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara oleh KUHP. Hukuman Tambahan Hukuman tambahan tidak dapat dijatuhkan secara tersendiri melainkan harus disertakan pada hukuman pokok, hukuman tambahan tersebut antara lain: 1) Pencabutan hak-hak tertentu. 2) Penyitaan barang-barang tertentu. 3) Pengumuman keputusan hakim.
2. Hukum Perdata mengatur hubungan hukum antara orang satu dengan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan. Pelanggaran terhadap aturan hukum perdata baru dapat diambil tindakan oleh pengadilan setelah ada pengaduan oleh pihak berkepentingan yang merasa dirugikan (disebut: penggugat) Pelanggaran terhadap hukum perdata diambil diambil tindakan oleh pengadilan setelah adanya pengaduan dari pihak yang merasa dirugikan. Pihak yang mengadu tersebut menjadi penggugat dalam perkara tersebut G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Dari proses pembelajaran serta skema pembelajaran yang sudah di sekemakan dalam Modul ini, anda harus melihat serta mencocokkan apakah kopetensi pencapaian anda sudah maksimal, dilihat dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam modul ini dengan jawaban yang seharusnya anda jawab, diskusikan dengan instruktur anda apakah jawaban anda sudah sesuai dengan kopetensi yang diharaakan oleh instruktur dalam modul ini, setelah kopetensi anda sudah dirasakan cukup, maka anda boleh melanjutkan kepada tahap pembahasan modul selanjutnya.
PPKn SMP K-8
154
H. Kunci Jawaban Pidana 1. Penerapan sanksi hukum pidana di Indonesia dirasakan masih kurang maksimal dikarenakan system hukum yang berlaku masih terpengaruh dengan lamahnya Sub system sehingga kelemahan dari Sub Sistem hukum yang lemah akhirnya mempengaruhi hasil dari system hukm pidana yang seharusnya dapaat berjalan dengan maksimal, seperti halnya jika kepolisian, kejaksaan, kehakiman yang seharusnya berjalan dengan baik, jika salah atu kurang baik maka akan mempengaruhi hasil akhir dari putusan. 2. Efektifitas dari hukum pidana di Indonesia cukup baik, walaupun masih ada saja kekurangan disana sini, sanksi hukum pidana yang masih meberlakuka hukuman mati paling tidak memberi efek jera bagi pelaku tindak pidana berat. 3. Penyimpangan hukum pidana di Indonesia masih saja ada seperti jual beli pasal untuk meringankan hukuman, seperti pasal pengedar narkoba jika di simpangkan oleh oknum penegak hukum maka pasal tersebut akan hilang dan diganti dengan pasal pemakai narkoba yang ancaman hukumannya jauh berbeda. 4. Harapan pada hukum pidana adalah agar hukum pidana di Indonesia bisa berjalan dengan baik dan tidak ada lagi makelar kasus yang bisa mempermainkan hukum di Indonesia. 5. Pembunuhan, perampokan, pencurian, penggelapan
Perdata 1. Penerapan sanksi dari hukum perdata di Indonesia masih cukup berbelit-belit karena mengingat waktu persidangan dari hukum perdata yang bisa memakan waktu yang cukup lama dan panjang, proses persidangan yang panjang ini tidak jarang akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara penggugat maupun tergugat karena tidak secepatnya ada putusan pasti. 2. Sudah cukup efektif dari segi putusan tetapi kalo dari segi lama waktu hukum perdata masih kurang efektif dan efisien dalam penangannya. 3. Penyimpangan dari hukumperdata seperti seringya menghadirkan saksi palsu dalam persidangan karena persidangan dari hukum
155
perdata yang berbeda dengan hukum pidana yang dirasakan lebih sakral karena menghadirkan Negara didalam permasalahan pidana, sedangkan perdata hanya meghadirkan orang yang berkepantingan yaitu penggugat dan tergugat tanpa ada campur tangan dari Negara didalamnya. 4. Proses peradilan yang efektif dan efisien serta peradilan yang terbuka untuk semuanya sehingga bisa menjadi pelajran bagi banyak pihak. 5. Perceraian no muslim, pengingkaran janji, perbuatan melawan hukum, waris, sengketa tanah. Penutup Penyajian modul yang berjudul analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan diharapkan dapat dipelajari, dibahas dan dicoba lakukan model pembelajaran dalam modul ini. Diharapkan peserta diklat PKB akan mendapatkan manfaat dari modul singkat ini dan menemukan sesuatu yang baru tentang bagaimana cara menganalisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan. Buku teks dalam modul ini membahas dan mencoba membuat peserta diklat lebih memahami serta menguasai tentang pokok bahasan analisis sanksi hukum yang berlaku dalam perwujudan kedamaian dan keadilan. Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan/kelemahan. Oleh karenanya, dengan rendah hati kami mengharapkan adanya kritikan dan masukan yang produktif dari semua pihak, guna penyempurnaan lebih lanjut. Evaluasi Setiap peserta diklat diharuskan dan diwajibkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini: 1. Bagaimana pendapat saudara tentang penegakan hukum pidana dan perdata yang telah dilakukan di Indonesia saat ini? 2. Menurut saudara bagaimana cara untuk mengatasi penyimpangan penerapan hukum baik hukum pidana maupun hukum perdata di Indonesia?
PPKn SMP K-8
156
3. Dimana letak kesalahan penerapan hukum baik hukum pidana maupun hukum perdata di Indonesia saat ini, sehingga dirasakan penerapan yang masih belum maksimal? Glosarium Analisis
menguraikan suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti keseluruhan
Keadilan
Keadilan yang diberikan sesuai dengan aturan-
substantive
aturan hukum substantif, dengan tanpa melihat kesalahan-kesalahan
procedural
yang
tidak
berpengaruh pada hak-hak substantif Penggugat. Hukum perdata
suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat ecensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan hukum public memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi.
Hukum pidana
hukum
yang
undang-undang,
mengatur
pelanggaran
pelanggaran
dan
terhadap kejahatan
terhadap kepentingan umum dan barang siapa yang melakukan perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana
akan
diancam
dengan
sanksi
pidana
tertentu. Saksi Palsu
orang yang memberikan keterangan di muka hakim untuk kepentingan pendakwa atau terdakwa, tetapi kesaksian dari saksi tersebut dibuat-buat atau tidak sebenarnya, atau saksi tersebut tidak mengetahui hal sebenarnya dari fakta kejadian
Daluarsa
suatu sarana hukum untuk memperoleh sesuatu atau suatu alasan untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya waktu tertentu dan
157
dengan terpenuhinya syarat-syarat yang ditentukan dalam undang-undang
Penggugat
orang yang mengajukan tuntutan melalui pengadilan karena ada haknya yang diambil orang lain atau krena adanya permasalahan dengan pihak lain, yang dianggap merugikan dirinya
Tergugat
orang
yang
dituntut
mengembalikan
keadilan
berkaitan dengan hak-hak orang lain, atau dituntut untuk mempertanggungjawabkan kesalahan atas dakwaan pihak lain di pengadilan. Tergugat sering disebut juga dengan terdakwa, atau tertuduh Hukum Perikatan
suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu
Sumber Hukum
hukum
yang
bersifat
oprasional
artinya
yang
berhubungan langsung dengan penerapan hukum Hukum Pokok
pidana yg dapat dijatuhkan tersendiri oleh hakim, mengenai
permasalahan
pidana
mati,
pidana
penjara, pidana kurungan, dan pidana denda.
PPKn SMP K-8
158
Daftar Pustaka Andi Hamza, 1996, menguak tabir hukum (suatu kajian sosioligis dan filosofis), candra pratama, jakarta. Arief, Bardan Nawawi, 1998, beberapa aspek kbijakan dan penegakan pengembangan hukm pidana, PT Citra Aditya Bakti, Bandung Al.Wisnubroto, Praktek Paradilan Pidana. Proses Persidangan Perkara Pidana, penerbit PT Galaxy Pustaka Nusa, Bekasi. Neltje F. Katuuk, 1994, Diktat Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis, Universitas Gunadarma, Jakarta.
Titik Triwulan Tutik, 2006. Pengantar ilmu Hukum. Yang Menerbitkan PT Prestasi Pustakaraya : Jakarta. Peter Mahmud Marzuki , ―Pengantar Ilmu Hukum‖, Kencana Pranada Media Group, Jakarta.
159
KEGIATAN PEMBELAJARAN 9
ANALISIS PERWUJUDAN PERSATUAN DAN KESATUAN DALAM KEBERAGAMAN DI INDONESIA Oleh: Dr. Rasyid Al-Atok, M.H., M.Pd. A.
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki beribu kepulauan yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Setiap pulau dihubungkan oleh laut yang terbentang di sekitarnya. Ada yang jaraknya cukup pendek dan ada pula yang yang cukup lebar. Namun hal ini bukanlah menjadi satu alasan yang bisa menyebabkan terjadinya perpecahan bagi masyarakat Indonesia, karena keseluruhan wilayah itu adalah satu kesatuan yang utuh dan telah menjadi ciri khas Nusantara sejak dulu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi adanya keberagaman masyarakat Indonesia. Salah satu diantaranya adalah letak geogarfis yang berada di jalur perdagangan internasional. Negara kita memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, satu hal yang begitu diinginkan oleh bangsa asing, yang menjadi salah satu faktor datangnya para pedagang asing ke Indonesia. Selain berdagang, bangsa asing tersebut memiliki tujuan lain yang berupa menyebarkan ajaran agama mereka. Itulah mengapa timbul keberagaman agama di Indonesia. Agama Hindu dan Budha merupakan kepercayaan yang dibawa oleh bangsa India saat melakukan perdagangan ke Indonesia. Setelah itu muncul pula para pedagang muslim yang kemudian menyebarkan ajaran Islam. Ajaran Kristen dan Katolik disebarkan oleh bangsa Eropa. Dalam hal keberagaman ras, di Indonesia terdapat beberapa ras yang antara lain yaitu ras Malayan-Mongoloid yang terdapat di provinsi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi. Ada pula ras Melanesoid yang banyak terdapat pada daerah Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, terdapat ras Asiatic Mongoloid, misalnya saja orang Tionghoa, Jepang, dan Korea. Ini merupakan ras yang telah banyak menyebar di seluruh pelosok Nusantara, namun terkadang mereka berkumpul dan menetap pada
PPKn SMP K-8
160
satu wilayah tertentu. Yang terakhir adalah ras Kaukasoid, tidak lain merupakan orang India, Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika. Perbedaan suku, ras, agama, budaya, kebiasaan, adat isttiadat, dan lain sebagainya merupakan suatu keragaman yang membuat Indonesia menjadi bangsa yang kaya. Namun, hal ini juga bisa menjadi penyebab timbulnya konflik dalam masyarakat. Tidak sedikit konflik antar kelompok yang terjadi akibat adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Namun, konflik yang terjadi belum sampai menimbulkan perpecahan. Ada dampak positif dan dampak negatif dengan adanya keberagaman masyarakat Indonesia, baik bagi diri sendiri, masyarakat, serta bangsa dan negara. Dampak positifnya diantaranya
adalah adanya manfaat terhadap
perkembangan dan kemajuan bangsa, sedang dampak negtifnya bisa menimbulkan ketidakrukunan yang kemudian dapat menimbulkan perpecahan yang selanjutnya dapat menghancurkan bangsa dan negara. Perbedaan yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat dapat memberi beberapa manfaat bagi para pelajar, dan guru. Jika semua hal yang dilakukan di dalam satu sekolah selalu sama, maka kehidupan akan terasa hambar dan monoton. Disinilah pentingnya kreatifitas serta inovasi yang akan membuat perkembangan besar khususnya bisa terdapat perbedaan cara berpikir dan berpendapat. Karena itu, untuk dapat hidup berdampingan secara harmonis di tengah— tengah keberagaman, maka diperlukan sikap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. Persatuan dan kesatuan tersebut harus diwujudkan dalam berbagai lingkungan kehidupan, baik di lingkungan sekolah, pergaulan, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Namun demikian banyak faktor yang menjadi kendala bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan tersebut. Guru PPKn perlu mendapatkan bekal pengetahuan mengenai berbagai faktor yang menjadi
kendalan bagi perwujudan persatuan dan kesatuan dalam
keberagaman di berbagai llingkungan kehidupan serta upaya-uapaya unttuk mengatasinya. B.
TUJUAN Tujuan modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat
PKB bagi guru mata pelajaran PPKn SMP tentang Analisis Perwujudan Kesatuan dan Persatuan dalam Keberagaman di Indonesia, agar mampu :
161
1) Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala perwujudan kestuan dan persatuan dalam keberagaman di lingkungan sekolah dan cara mengatasinya.
2) Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala perwujudan kestuan dan persatuan dalam keberagaman di lingkungan pergaulan dan cara mengatasinya.
3) Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala perwujudan kestuan dan persatuan dalam keberagaman di lingkungan masyarakat dan cara mengatasinya.
4) Menganalisis -faktor yang menjadi kendala perwujudan kestuan dan persatuan dalam keberagaman di lingkungan bangsa dan negara dan cara mengatasinya. C. PETA KOMPETENSI
Menganalisis Perwujudan Kesatuan dan Persatuan dalam Keberagaman di Lingkungan Sekolah. Menganalisis Perwujudan Kesatuan dan Persatuan dalam Keberagaman di Indonesia.
Menganalisis Perwujudan Kesatuan dan Persatuan dalam Keberagaman di Lingkungan Peerrgaulan. Menganalisis Perwujudan Kesatuan dan Persatuan dalam Keberagaman di Lingkungan Masyarakat
.
Menganalisis Perwujudan Kesatuan dan Persatuan dalam Keberagaman di Lingkungan Bangsa dan Negara. D. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Modul Analisis Perwujudan Kesatuan dan Persatuan dalam Keberagaman di Indonesia ini meliputi: (1) Analisis Perwujuan Kesatuan dan Persatuan dalam Keberagaman di Lingkungan Sekolah; (2) Analisis Perwujuan Kesatuan dan Persatuan dalam Keberagaman di Lingkungan Pergaulan;
(3)
Analisis
Perwujuan
Kesatuan
dan
Persatuan
dalam
Keberagaman di Lingkungan Masyarakat; (4) Analisis Perwujuan Kesatuan dan Persatuan dalam Keberagaman di Lingkungan Bangsa dan Negara.
PPKn SMP K-8
162
E. SARAN CARA PENGGUNAAN MODUL
1) Baca dan pelajari secara cermat modul ini sebelum Anda mengerjakan tugas. 2) Laksanakan pembelajaran dan kerjakan tugas sesuai dengan langkahlangkah yang ditentukan dalam modul ini .
3) Tugas dikerjakan secara berkelompok, berdiskusilah dengan kelompok masing-masing sesuai dengan ketentuanyang ada dalam modul ini..
4) Berkonsultasilah dengan Narasumber bila mengalami kesulitan dalam mempelajari modul dan mengerjakan tugas.
KEGIATAN PEMBELAJARAN a. Tujuan Pembelajaran
a. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala bagi perwujudan kesatuan dan persatuan dalam keberagaman
di lingkungan sekolah dan cara
mengatasinya;
b. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala bagi perwujudan kesatuan dan persatuan dalam keberagaman
di lingkungan pergaulan dan cara
mengatasinya;
c. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala bagi perwujudan kesatuan dan persatuan dalam keberagaman
di lingkungan masyarakat dan cara
mengatasinya;
d. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala bagi perwujudan kesatuan dan persatuan dalam keberagaman di lingkungan Bangsa dan Negara dan cara mengatasinya. b. Indikator Pencapaian Kompetensi a. Peserta diklat mampu menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala bagi perwujudan kesatuan dan persatuan dalam keberagaman
di
lingkungan sekolah dan cara mengatasinya.
163
b. Peserta diklat mampu menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala bagi perwujudan kesatuan dan persatuan dalam keberagaman
di
lingkungan masyarakat dan cara mengatasinya. c. Peserta diklat mampu menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala bagi perwujudan kesatuan dan persatuan dalam keberagaman
di
lingkungan pergaulan dan cara mengatasinya. d. Peserta diklat mampu menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala bagi perwujudan kesatuan dan persatuan dalam keberagaman
di
lingkungan bangsa dan negara dan cara mengatasinya. c. Uraian Materi Pembelajaran a. Keberagaman Masyarakat Indonesia Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang di Indonesia. Perbedaan tersebut terutama dalam hal suku bangsa, ras, agama, keyakinan, sosialbudaya, kebiasaan, dan jenis kelamin. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia
merupakan kekayaan
dan
keindahan
bangsa.
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang penuh dengan keragaman, yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Keberagaman budaya atau ―cultural diversity‖ yang ada di Indonesia adalah fakta dan keniscayaan yang taak dapat dihindari.
Penduduk
Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta tinggal tersebar di berbagai pulau besar dan kecil dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragam jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Berkembang dan meluasnya
agama-agama
besar
di
Indonesia
turut
mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia dengan nuansa keagamaan. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitas yang tinggi, sehingga dengan keanekaragaman kebudayaannya itu, Indonesia mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya.
PPKn SMP K-8
164
Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Di sisi lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu. b. Makna Persatuan dan Kesatuan Persatuan dan kesatuan sendiri berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan dan kesatuan mengandung arti ―bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.‖ Persatuan berarti perkumpulan dari berbagai komponen yang membentuk menjadi satu. Sedangkan Persatuan mengandung makna terikatnya beberapa
bagian
menjadi
satu
kesatuan,
sedangkan
kesatuan
mengandung makna keadaan yang merupakan satu keutuhan. Persatuan & kesatuan merupakan senjata yang paling ampuh bagi bangsa Indonesia baik dalam rangka merebut, mempertahankan maupun mengisi kemerdekaan. Persatuan mengandung arti ―bersatunya macammacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.‖ Persatuan Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan serta kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini terjadi dalam proses yang dinamis dan berlangsung lama karena persatuan & kesatuan bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yangditempa
165
dalam jangkauan waktu yang lama sekali. Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Masuknya kebudayaan dari luar terjadi melalui proses akulturasi (percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen, dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan yang datang dari luar diseleksi oleh bangsa Indonesia. Kemudian, sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi, persatuan & kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah, dan lain-lain. Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan awal dibentuknya Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
Negara
Indonesia
yang
diproklamasikan oleh para pendiri negara adalah negara kesatuan. Sila ketiga Pancasila berbunyi Persatuan Indonesia. Pasal 1 Ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan, ―Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik‖. c. Prinsip-priinsip dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan dalam Berbagai Liingkungan Kehidupan Semangat
persatuann dan kesatuan haruslah diwujudkan dalam
kehidupan
sehari-hari
di
berbagai
lingkungan
kehidupan,
baik
dilingkungan sekolah, pergaulan, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan tersebut, diantarnya adalah: 1) Prinsip Bhinneka Tunggal Ika Dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan kita harus berpegang pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Meskipun kita banyak mempunyai perbedaan namun kita tetap satu. Persatuan dan kesatuan tidak boleh menghilangkan perbedaan yang menjadi ciri karekteristik masing-masing. Artinya kita harus tetap ―bersatu dalam peerbedaan, dan berbeda dalam persatuan‖. 2) Prinsip Nasionalisme Indonesia
PPKn SMP K-8
166
Nasionalisme atau rasa kebangsaan harus lebih kita utamakan daripada rasa kesukuan atau golonngan. Kesadaran sebagai satu bangsa, dan kehendak untuk hidup bersama di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah faktor terpenting bagi terwujudnya pesatuan dan kesatuan dalam berbagailingkungan kehiidupan. 3) Prinsip Wawasan Nusantara Prinsip wawasan nusantara ini mengandung arti bahwa masyarakat Indonesia yang mendiami wilayah yang berada di berbagai pulau yang tersebar di seluruh nusantara harus itempatkan dalam kerangka kesatuan
politik,
sosial,
budaya,
ekonomi,
serta
pertahanan
keamanan. Dengan wawasan yang demikian, maka manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional. d. Beberapa Kendala Banyak faktor yang menjadi kendala bagi terwujdunya persatuan dan kesatuan dalam keragaman masyarakat Indonesia di berbagai lingkungan kehidupan. Kendala itu bisa bersifat internal dan eksternal. Kendala internal bersumber dari dalam diri manusia dan masyarakat Indonesia sendiri, seperti watak atau keribadian, kebiasaan, keyakinan, dan wawasan atau pendidikan. Kendala eksternal
bersumber dari hal-hal
yang berasal dari luar diri manusia dan masyarakat Indonesia, seperti pengaruh pemkiran dan budaya transnasional, situasi dan politik internasional, dan lain- sebagainya. Meskipun banyak kendala yang dihadapi dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan di bberbagai lingkungan kehidupan, namun banyak pula cara atau upaya untuk bisa menghadapinya. Masyarakat dan bangsa Indonesia adalah masyarakat dan bangsa yang mempunyai ―local genius‖ dan kearifan lokal yang khas untuk bisa menghadapi dan menyelesaikan segala permasalahan yang timbul dalam kehidupan mereka. Masingmasing suku bangsa atau kelompok
masyarakat selalu mempunyai
kearifaan lokal tersendiri sebagai kiat untuk mengatasi konflik yang terjadi di antara mereka.
167
d. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dalam kegiatan pembelajaran 1 dengan mata diklat ―Keberagaman Masyarakat Indonesia‖ dirancang sebagai berikut : Alokasi
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan
a. Memberikan motivasi kepada peserta diklat
Waktu 15 menit
agar mengikuti proses pembelajaran dalam diiklat dengan sungguh-sungguh; b. Menyampaikan kompetensi dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran modul ini. c. Menyampaikan proses dan langkah-langkah pembelajaran dalam modul yang harus diikuti oleh pesertadiklat. Kegiatan Inti
a. Penyamppaian pengantar pokok-pokok materi. b. Penyampaian
permasalahan
yang
perlu 105menit
dipecahkan melalui diskusi. c. Pembentukan kelompok peserta diklat: 1)
Penyampaian tata kerja diskusi kelompok beserrta waktunya‘
2)
Peserta diklat dibagi menjadi 4 kelompok (A, B, C, dan D) dengan anggota masingmasing sekiitar 5 orang.
3)
Pemberian
tugas
mencari
sumber
informasi/data untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang harus dijawab atau
dipecahkan
Peserta
bebas
oleh
peserta
mengggunakan
diklat. sumber
belajar, internet. 4)
Pelaksanaan
diskusi
kelompok
dalam
kelompok sesuai dengan tugasnya masingmasing dalam waktu yang telah disepakati bersama antara narasumber dan peserta diklat.
PPKn SMP K-8
168
5)
Penyusunan
laporan
hasil
diskusi
kelompok. 6)
Presentasi hasil diskusi kelompok secara bergilliran.
7)
Pemberian tanggapan oleh peserta diklat terhadap hasil diskusi kelompok.
8)
Pemberian penegasan danklarifikasi dari narasumber atas proses dan hasil diskusi serta presentasi masing-masing kelompok.
KegiatanPen utup
a. Penyimpulan bersama antara narasumber dan
15 menit
peserta diklat atas hasil pembelajaran. b. Refleksi dan umpan balik atas proses dan hasil pemmbelajaran. c. Merencanakan pembelajaran berikutnya.
E. TUGAS Carilah informasi dari berbagai sumber dan diskusikan beberapa permasalahan di bawah dalam kelompok masing-masing: Kelompok 1: Identifikasi dan analisis faktor-faktor yang menjadikendala bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di lingkungan sekolah. Kelompok 2:
Identifikasi dan analisis faktor-faktor yang menjadikendala bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di lingkungan pergaulan.
Kelompok 3: Identifikasi dan analisis faktor-faktor yang menjadikendala bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di lingkungan masyarakat. Kelompok 4: Identifikasi dan analisis faktor-faktor yang menjadikendala bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di lingkungan bangsa dan negara.
169
F. RANGKUMAN 1. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai suku, ras, pemeluk agama, budaya, dan kebiasaan; 2. Keberagaman adalah sebuah keniscayaan bagi bangsa Indonesia yang harus diterima dengan lapang dada dan penuh rasa syukur dengan segala dampakpositif dan negatifnya. 3. Untuk menjaga keutuhan dan kelangsungan hiudp bangsa indonesia, maka semangat persatuan dan kesatuan harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di berbagai lingkungan kehidupan, baik di lingkungan sekolah, pergaulan, masyarakat, maupun bangsa dan negara. 4. Banyak faktor yang menjadi kendala bagi terwujdunya persatuan dan kesatuan dalam keragaman masyarakat Indonesia di berbagai lingkungan kehidupan, baik yang bersifat internal maupun eksternal yang harus diatasi berdasarkan kearifan lokal masyarakat Indonesia sendiri.
Evaluasi Evaluasi atau penilaian yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah penilian auutentik dengan menggunakan teknik observasi. Penilaian dilakukan baik terhadap kelompok maupun individu peserta diklat selama
proses
pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai meliputi: 1. Keaktifan peserta diklat dalam diskusi kelompok mengerjakan tugas. 2. Kemampuan peserta diklat dalam mengemukakan pendapat. 3. Sikap peserta diklat dalam menghormati dan menghargai perbedaan pendapat. 4. Kemampuan peserta diklat dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik. 5. Kualitas isi tanggapan peserta diklat. 6. Kebersamaan peserta diklat dalam melakukan diskusi kkelompok dan presentasi. 7. Kebersamaan peserta diklat dalam memberikan tanggapan. 8. Ketepatan dan kedisiplinan peserta diklat dalam penggunaan waktu yang disediakan. 9. Keseriusan peserta diklat dalam menyiapkan bahan penyajian. 10. Kesungguhan peserta diklat dalam menyampaikan penyajian dan tanggapan.
PPKn SMP K-8
170
FORMAT OBSERVASI PENILAIAN INDIVIDUAL
Sikap
N o
Nama Mahasi
Keaktif
swa
an
Kemampua
mengha
n
rgai
mengemuk
perbeda
akan
an
pendapat.
pendapa t
Kemamp uan
Kualita
berbahas
s
a
tangga
Indonesi
pan
JUML AH SKOR
a.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2
Catatan : Nilai masing-masing aspek adalah 4 = Sangat Baik, 3 = Baik, 2 = Kurang Baik, dan 1 = Tidak Baik
171
FORMAT OBSERVASI PENILAIAN KELOMPOK
KELOMPOK : ____________________
No
ASPEK YANG DINILAI
Sangat Baik 4
1
2
3
4
Baik 3
Kurang
Tidak
Baik
Baik
2
1
Skor
Kebersamaan dalam melakukan presentasi Kebersamaan dalam memberikan tanggapan Ketepatan dalam penggunaan waktuyang Keseriusan dalam menyiapkan bahan sajian Kesungguhan dalam
5
menyampaikan dalam menyampaikan penyajian dan tanggapan JUMLAH SKOR
PPKn SMP K-8
172
DAFTAR PUSTAKA Ali, M. 2003. Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan. Jakarta. PT Kompas Media Nusantara. Wiriatmadja. 2009. Perspektif Multikultural dalam Pengajaran Sejarah. Jurnal Pendidikan. Vol 15 (4): 368-382. http://kekayaanindonesiaku.blogspot.co.id/p/kekayaan-dan-keragamanindonesia.html http://www.plengdut.com/2014/09/faktor-penyebab-keberagamanmasyarakat.html https://nurutamidarojah.wordpress.com/sesi-2/bab-2-bertoleransi-dalamkeberagaman-di-indonesia/b-perilaku-toleran-terhadap-keberagamandalam-bingkai-bhineka-tunggal-ika/ http://www.plengdut.com/2014/09/makna-persatuan-dan-kesatuan.html
173
KEGIATAN PEMBELAJARAN 10
ANALISIS KEBERAGAMAAN YANG BERBHINNEKA TUNGGAL IKA DAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA Oleh: Drs. Suparlan Al-Hakim, M.Si. A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman suku, ras, agama,
dan
golongan
yang
berbeda-beda.
Keanekaragaman
tersebut
menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang majemuk (plural). Kemajemukan bangsa Indonesia merupakan kemajemukan yang unik, mungkin bagi negara lain kemajemukan seringkali melahirkan perbedaan prinsipil yang dapat mengganggu integritas nasional, bagi Indonesia kemajemukan dipahami sebagai keniscayaan yang dimaknai sebagai sarana merajut integritas nasional, bukan sebagai sarana yang melahirkan konflik. Walaupun dalam kenyataan di masyarakat riak konflik tetap ada meskipun tidak sampai merusak integritas nasional. Kondisi demikian dapat terwujud karena keniscayaan kemajemukan dibingkai dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Terminologi ini memberikan pemaknaan akan realitas sosial yang terjadi terhadap masyarakat bangsa ini, di satu sisi ada kesadaran akan perbedaan dan di sisi lain perlunya persatuan dan kesatuan. Meski demikian, istilah ini tidak hanya menunjukkan adanya suatu tujuan untuk mencapai suatu tatanan masyarakat yang menyatu, tetapi juga menyembunyikan sikap politik yang sangat tegas untuk menegakkan kesatuan dan persatuan secara total tanpa dapat digugat. (Abdullah, 2009:63) Agama merupakan salah satu yang membangun kemajemukan di Indonesia. Secara formal, Indonesia terdapat banyak agama yang diakui oleh negara yakni: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu (Kon Fu Tsio). Beragama adalah hak yang paling hakiki bagi setiap orang oleh karena memeluk agama merupakan pengejawantahan dari keyakinan akan adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Negara sebagai wadah dan memiliki kekuasaan untuk mengatur
wilayah beserta isinya berkewajiban untuk
memberikan perlindungan dan memfasilitasi setiap proses dan aktifitas keberagamaan. Indonesia sebagai negara yang religius memberikan tempat
PPKn SMP K-8
174
yang sangat terhormat akan keberagamaan warga negaranya, bahkan memberikan
pengakuan
akan
adanya
agama-agama
yang
hidup
dan
berkembang di Indonesia. Dipungkiri atau tidak keanekaragaman (pluralitas) agama tetap rentan dan berpotensi melahirkan konflik sosial yang berujung pada tindak kekerasan dan kerusuhan. Sedikit saja ada gesekan, maka dengan mudah timbul kerusuhan
masal
dan
tindak
kekerasan
kolektif
(anarkisme),
yang
mengakibatkan rakyat yang tidak berdosa harus menderita. Kasus kerusuhan Tasikmalaya, Situbondo (1997); Medan, Jakarta, Solo, Ketapang, dan Kupang (1998); Bali (1999), Ambon, Maluku Utara (1999/2000; 2003/2004), Mataram (2000), Kalimantan (2004), Jakarta (2005), dan Poso (2003-2006) merupakan contoh aktual yang masih segar dalam ingatan. Menurut Setara Institut, kasus kekerasan dan aksi intoleransi meningkat jumlahnya dari tahun 2011 dengan 244 peristiwa dan 299 aksi menjadi 264 peristiwa dan 371 aksi pada tahun 2012. Menurut laporan The Wahid Institute, kasus intoleransi yang terjadi juga meningkat dari 184 pada 2010 menjadi 276 kasus pada tahun 2011 dan 274 kasus pada tahun 2012. Laporan pada akhir tahun 2013, tidak memperlihatkan peningkatan laporan dan pengaduan tentang kasus-kasus pelanggaran hak atas kebebasan beragama.(Asshiddiqie, 2014) Potensi konflik antarumat beragama sangatlah besar, sebesar pemilahanpemilahan umat manusia ke dalam batas-batas objektif dan subjektif peradaban. Unsur-unsur pembatas objektif adalah bahasa, sejarah, agama, adat-istiadat, dan lembaga-lembaga. Adapun unsur pembatas subjektifnya adalah identifikasi yang dilakukan oleh masing-masing individu yang terlibat dalam beragama. Karenanya, perbedaan antarpembatas itu adalah nyata dan penting. Secara tidak
sadar,
manusia
terkelompok
ke
dalam
identitas-identitas
yang
membedakan antara satu dengan yang lainnya. Tentu saja, membutuhkan ekspresi identitas diri dalam berbagai bentuk, meski memerlukan adanya suatu sistem yang dapat menjamin koeksistensi atau bahkan mungkin saling bekerjasama. Masyarakat majemuk Indonesia ini tentu saja memiliki budaya dan aspirasi yang beraneka ragam yang terkadang menimbulkan konflik, karena adanya pemaknaan tunggal atas kebenaran, dominasi, hegemoni terhadap yang lain. Ini sering berimplikasi pada rasa ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang
175
membawa sentimen kelompok yang semakin mengkristal. Apalagi, perbedaan yang terjadi dibungkus dengan label agama, maka yang terjadi adalah ketegangan sosial yang semakin tersedimentasi yang muaranya dapat menimbulkan konflik yang tak berkesudahan. Karenanya, konflik di kalangan masyarakat beragama, tidak hanya dapat dilihat dari konflik agama semata-mata, melainkan juga faktor pemicunya, seperti motif politik, ekonomi, sosial, dan kekuasaan. Hal ini menegaskan bahwa agama tidak mungkin terbebas dari persoalan-persoalan publik dalam sebuah negara yang berhubungan dengan sistem politik, ekonomi, budaya, dan sistem sosial yang berkembang. Agama akan menjadi persoalan ketika dihadapkan pada persoalan sekularisasi yang inheren dengan ruang publik dan privat. Aktualisasi ini didasarkan atas kesadaran kolektif bahwa kehidupan itu dinamis sehingga tantangan dan hambatan yang terjadi pun bersifat dinamis sesuai dengan semangat zaman. (Jannah, 2012) Oleh karena itu, supaya pluralitas agama tidak berujung pada konflik yang dapat
mengganggu
dan
mengancam
integritas
nasional.
Pemaknaan
keberagamaan harus kembali dirajut dalam bingkai keberagamaan yang berbhinneka tunggal ika. Artinya kebebasan keberagamaan di Indonesia darus diiringi kesadaran dan kemauan untuk menghormati pemeluk agama lain. Artinya keberagamaan di Indonesia harus toleran terhadapa perbedaan. Melalui pendidikan formal di Sekolah penanaman keberagaamaan yang ber-bhinneka tunggal ika dan toleransi antar umat beragama akan dapat dilaksanakan.
B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap ―Analisis Keberagamaan yang BerBhinneka Tunggal Ika dan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia‖, agar mampu : 1.
Analisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika
2. Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia
PPKn SMP K-8
176
C. Peta Kompetensi Analisis Keberagamaan yang BerBhinneka Tunggal Ika
Analisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia
Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia
D. Ruang Lingkup Modul ini mencakup ruang lingkup materi yang terjabar dalam dua Kegiatan Pembelajaran. Kegiatan Pembelajaran I. ―Analisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia‖, yang meliputi:Analisi Keberagamaan yang ber-bhinneka Tunggal Ika,danAnalisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia. E. Saran Cara Penggunaan Modul a. Bacalah secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas! b. Kerjakan tugas sesuai dengan petunjuk yang ditentukan dalam modul ini! c. Kerjakan dengan cara berdiskusi dalam kelompok Anda! d. Konsultasilah dengan narasumber/instruktur apabila Anda mengalami kesulitan mengerjakan tugas dalam modul ini. Kegiatan Pembelajaran 1 Analisis Keberagamaan yang Ber-bhinneka Tunggal Ika A. Tujuan 1. Dengan mencermatimateri modul peserta diklat mampu mendiskripsikan danmenganalisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia 2. Dengan
tugas
kelompok
peserta
diklat
dapat
memberi
contoh
Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia
177
3. Dengan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
menganalisis
contoh
Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi AntarUmat Beragama di Indonesia B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta Diklat Mampu mendiskripsikan dan menganalisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi AntarUmat Beragama di Indonesia 2. Peserta Diklat Mampu memberi contoh Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi AntarUmat Beragama di Indonesia 3. Peserta Diklat Mampu menganalisis contoh Keberagamaan yang BerBhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi AntarUmat Beragama di Indonesia
C. Uraian Materi i.
Analisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia. Secara
konstitusional, tertuang dalam pasal 36A Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD NRI Tahun 1945) yang
berbunyi ―Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika‘. Semboyan ini tertulis di dalam lambang negara Indonesia Garuda Pancasila. Istilah ―Bhinneka Tunggal Ika‖ dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Istilah tersebut tercantum dalam bait 5 pupuh 139. Istilah Bhinneka Tunggal Ika semula menunjukkan semangat toleransi keagamaan, kemudian diangkat menjadi semboyan
bangsa
Indonesia.
Sebagai
semboyan
bangsa
konteks
permasalahannya bukan hanya menyangkut toleransi beragama tetapi jauh lebih luas seperti yang umum disebut dengan istilah suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Lambang negara Indonesia lengkap dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951 tentang Lambang Negara. Dianalisis secara etimologi Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Sansekerta itu terdiri dari kata Bhinneka, Tunggal, dan Ika. Kata Bhinneka berasal dari kata Bhinna dan Ika. Bhinna artinya berbeda-beda dan Ika artinya
PPKn SMP K-8
178
itu. Jadi, kata Bhinneka berarti yang berbeda beda itu. Analisa lain menunjukkan bahwa kata bhinneka terdiri dari unsur kata bhinn-a-eka. Unsur a artinya tidak, dan eka artinya satu. Jadi, kata bhinneka juga dapat berarti yang tidak satu. Sedangkan kata ―Tunggal‖ artinya satu, dan Ika artinya itu. Berdasarkan analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa semboyan ―Bhinneka Tunggal Ika berarti yang berbeda-beda itu dalam yang satu itu atau beranekaragam namun satu jua. (Pursika, 2009) Kebhinnekaan atau yang berbeda-beda itu menunjuk pada realitas objektif masyarakat Indonesia yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan. Makna kesatuan (tunggal ika) dalam Bhinneka Tunggal Ika merupakan cerminan rasionalitas yang lebih menekankan kesamaan daripada perbedaan. Kesatuan merupakan sebuah gambaran ideal. Dikatakan ideal karena kesatuan merupakan suatu harapan atau cita-cita untuk mengangkat atau menempatkan unsur perbedaan yang terkandung dalam keanekaragaman bangsa Indonesia ke dalam suatu wadah, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesatuan adalah upaya untuk menciptakan wadah yang mampu menyatukan perbedaan atau keanekaragaman. (Pursika, 2009) Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara keanekaragaman dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan monisme. Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan (Rizal Mustansyir, 1995: 52). Keseimbangan itu sendiri merupakan konsep filsafati yang selalu terletak pada ketegangan di antara dua titik ekstrim, yaitu keanekaan mutlak di satu pihak dan kesatuan mutlak di pihak lain. Setiap kali segi keanekaan yang menonjolkan perbedaan itu memuncak akan membawa kemungkinan munculnya konflik, maka kesatuanlah yang akan meredakan atas dasar kesadaran nasional. Demikian pula sebaliknya, manakala segi kesatuan yang menonjolkan kesamaan itu tampil secara
179
berlebihan, maka keanekaan selalu mengingatkan bahwa perbedaan adalah kodrat sekaligus berkah yang tak terelakkan. Cita-cita keberagamaan dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah keberagamaan yang ber-bhinneka tunggal ika. Keberagamaan yang
ber-bhinneka tunggal ika adalah kehidupan keberagamaan yang
berkebudayaan, artinya setiap pemeluk agama di Indonesia dapat dengan leluasa menjalankan agama yang diyakininya, dan saling menghormati antar pemeluk agama yang lain. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menegaskan bahwa ‖Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa‖. Pasal ini menekankan pengakuan negara atas Tuhan Yang Maha Esa sebagai Causa Prima, tanpa terikat oleh definisi menurut salah satu agama (Noorsena, 2011).Negara berdasarkan atas kesadaran adanya Tuhan yang Maha Esa, tetapi tidak identik dengan salah satu agama. Kemudian disandingkan dengan ketentuan Pasal 29 UUD NRI Tahun 1945 ayat (2) yang berbunyai ―Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamnya dan kepercayaannya
itu‖.
Ketentuan
pasal
ini
menegaskan
bahwa
konsep
keberagamaan yang dianut negara bukan konsep keberagamaan tunggal tetapi beragam agama. Konsep keberagamaan yang ber-bhinneka tunggal ika lebih jauh sebenarnya dapat dilacak pada pidato Bung Karno yang berjudul Lahirnya Pancasila, di depan sidang Dokoritsu Zonbie Tjosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 1 Juni 1945. ―Prinsip Ketuhanan. Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhannya menurut petunjuk Isa Al-Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w.,
orang
Buddha menjalankan ibadatnya
menurut kitab-kitab suci yang ada padanya. Tetapi marilah kita semua ber-Tuhan. Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan,
yakni dengan tiada „egoisme agama―.
Dan
hendaknya Negara Indonesia satu negara yang bertuhan! Marilah
PPKn SMP K-8
180
kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara berkeadaban itu? Ialah hormat menghormati satu sama lain. Nabi Muhammad S.A.W.
telah
memberi
verdraagzaamheid,
tentang
bukti
yang
cukup
menghormati
tentang
agama-agama
lain‖.(Kusuma, 2009: 163) Dari pidato tersebut tersirat bahwa Indonesia yang hendak didirikan adalah sebuah Negara Nasional. Sebuah negara yang menaungi segala perbedaan dalam bingkai semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam konteks keberagamaan, ungkapan Bhinneka Tunggal Ika memang diperuntukkan untuk mengelola warisan kultural kemajemukan agama-agama pada zamannya yaitu pada zaman Majapahit, yang kemudian diangkat kembali oleh para pendiri bangsa Indonesia untuk menjawab problem kemajemukan bangsa Indonesia modern yang tentunya jauh lebih kompleks. Keberagamaan yang ber-bhinneka tunggal ika memandang perbedaan dalam agama merupakan realitas, karena itu perbedaan agama tidak perlu lagi untukdibeda-bedakan.
Membeda-bedakan
agama
justru
akan
dapat
menimbulkan bahaya disintegrasi. Perbedaan agama dalam kebhinnekaan perlu disinergikan atau dikelola dengan cara mendayagunakan aneka perbedaan menjadi modal sosial untuk membangun kebersamaan. Karena kesatuan dicirikan oleh adanya kesamaan, maka untuk mewujudkan cita-cita kesatuan di tengah-tengah kebhinnekaan diperlukan adanya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk melihat kesamaan pada sesuatu yang berbeda itu. Secara individu, setiap manusia adalah berbeda, baik dilihat dari segi fisiknya maupun mentalnya. Setiap manusia merupakan subjek yang otonom. Namun demikian, setiap manusia memiliki kesamaan, yaitu sama-sama manusia (sesama manusia). Demikian juga dalam konteks keberagamaan, terdapat beragam agama, dan aliran kepercayaan yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda beda, tetapi semuanya memiliki kesamaan,
yaitu sama-sama
menyembah Tuhan Yang Maha Esa. ii.
Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia Toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama
manusia
atau
kepada
sesama
warga
masyarakat
untuk
menjalankan
keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-
181
masing, selama menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat asas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.Dalam peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 8 dan No. 9 tahun 2006, dalam pasal 1 menjelaskan yang dimaksud kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut Umar Hasyim (1979:23), toleransi mengandung segi-segi: (1) mengakui hak setiap orang yaitu sikap mental yang mengakui hak setiap orang didalam menentukan sikap dan nasibnya sendiri; (2) menghonnati keyakinan orang lain, karena soal keyakinan adalah urusan pribadi masing-masing; (3) setuju dalam perbedaan, perbedaan tidak hams ada permusuhan, karena perbedaan selalu ada di dunia dan perbedaan tidak hams menimbulkan kekerasan; (4) saling pengertian; (5) kesadaran dan kejujuran serta (6) adanya jiwa falsafah pancasila telah menjamm adanya ketertiban dan kerukunan hidup beragama. Toleransi beragama bertolak dari keyakinan dan hati nurani manusia. Oleh karena itu keyakinan beragama tidak dapat dipaksakan. Kebebasan memeluk keyakinan beragama merupakan salah satu perwujudan pelaksanaan hak asasi manusia. Oleh karena itu pengertian toleransi beragama adalah keyakinan adanya kebebasan setiap warga negara untuk memeluk suatu agama yang diyakininya dan kebebasan untuk menjalankan ibadahnya. (Rudini. 1994:65) Dalam kehidupan toleransi beragama di Indonesia bisa dibedakan atas 3 toleransi yaitu toleransi intern umat beragama, toleransi antar umat beragama dan toleransi antara umat beragama dengan pemerintah. Kehidupan toleransi beragama dalam masyarakat perlu dikembangkan supaya tercipta suasana yang tenang, damai sehingga kebebasan dalam menjalankan ibadah menurut agama masing-masmg dikembangkan
dapat sikap
berjalan saling
dengan
mengerti,
lancar. saling
Oleh
karena
menerima,
itu
saling
pertu hormat
menghormati, saling harga menghargai dan toleransi menghendaki adanya kejujuran dan kebesaranjiwa.
PPKn SMP K-8
182
Adanya pluralisme dalam kehidupan berbangsa, utamanya dalam kehidupan beragama pada satu sisi bisa menimbulkan potensi integrasi dansekaligus potensi disintegrasi bangsa. Apabila perbedaan itu dapat dikelola dengan baik akan menjadi potensi integratif. Sebaliknya manakala perbedaan tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Agama sebagai realitas sosial didalamnya tidak hanya tergantung aspek ajaran yang bersifat normatif doktrinal melainkan juga terdapat variabel pemeluknya, tafsir ajaran, lembaga keagamaan, tempat suci, serta bangunan ideologi yang dibangun dan dibela para pemeluknya. Dengan demikian, jika terjadi konflik antar agama maka terdapat berbagai variabel yang terlibat yang satu ikut memperkuat yang lain, meskipun adajuga aspek ajaran yang menjadi kekuatan pencegah yaitu doktrin agama untuk saling menghonnati sesama manusia dan misi setiap agama untuk menegakkan kedamaian. Sebagai locusclassicus dan pluralisme, Indonesia tidak saja menjadi tempat berkembang suburnya berbagai macam keanekaragaman sosial budaya tetapi juga sangatrentan terhadap munculnya konflik sosial. Terjadinya konflik agama secara nyata menjadi cermin betapa wacana kerukunan di Indonesia masih belum berjalan ideal. Kerukunan antar umat beragama selama ini terkesan masih sekedar menjadi cita-cita. Kerukunan beragama secara nyata memang belum berjalan ideal karena belum menjadi kesadaran seluruh umat beragama. Disamping itu, konflik beragama juga disebabkan mengkristalnya ketidakpuasan masyarakat akibat diberlakukannya kebijakan politik pemerintah masa lalu yang diskriminatif. Jadi timbulnya friksi yang dapat merusak kerukunan antar umat beragama bisa terjadi karena kesalahpahaman yang bersumberkan dari kurangnya pemahaman agama yang dipeluknya, disamping bisa terjadi akibat faktor diluar kehidupan beragama. Sikap tidak toleransi diantara individu-individu dan kelompok-kelompok masih sering muncul dalam kaitannya mativasi, rasial,ideologis,politik dan keagamaan. Dalam kenyataannya, sikap tidak toleransi tidak semata-mata oleh faktor intern, melainkan juga sering disebabkan karena faktor eksternal, misalnya karena kebijakan politik pemerintah atau politik global kekuatan dunia. Menurut Salim (2000:4) terjadinya konflik sosial yang berlindung dibawah bendera agama atau mengatasnamakan kepentingan agama bukan merupakan
183
justifikasi dari doktrin agama, karena semua agama mengajarkan kepada umatnya sikap toleransi dan menghormati sesamanya. Bahkan semakin soleh seseorang dalam peghayatan agama dan kepercayaannya akan semakin toleran dan menghargai eksistensi agama lain. Munculnya konflik yang mengancam pluralisme beragama bisa dipicu oleh motif tertentu seperti politik, ekonomi, sosial dan kekuasaan. Kurangnya kejelasan hubimgan antar pengahayatan agama sebagai doktrin disatu pihak dengan sikap keagamaan yang terwujud dalam perilaku bisa memunculkan konflik. Reaksi dari pembahan sosial yang cepat karena orientasi materialisme yang eksklusif dan orientasi hasil yang dikembangkan selama ini juga merupakan potensi tumbuhnya konflik antar agama. Toleransi umat beragama perlu dikembangkan di Indonesia. Melalui toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa akan dapat terus dijaga dan dilestarikan. Perlu dikembangkan suatu sikap toleransi agar perbedaan tidak sampai mengganggu persatuan bangsa. Dengan toleransi diharapkan akan dapat terwujud ketenangan, kerjasama, saling menghormati sehingga terbina kehidupan yang rukun, damai dan tentram dalam kehidupan beragama di Indonesia. Dalam kehidupan beragama, toleransi meminta adanya sikap kejujuran, kebesaran jiwa, kebijaksanaan dan tanggung jawab. Dalam hal mi tugas pemerintah adalah membangun suasana yang kondusif bagi terwujudnya kehidupan toleransi beragama. Teleransi umat beragama akan terwujud apabila masing-masing pihak saling menghargai sepenuhnya kebebasan setiap penduduk
untuk
memilih
agamanya
dan
menjalankan
ibadah menurut
agamanya. Pelaksanaan toleransi beragama dapat dimulai dan komunitas yang terkecil yaitu keluarga. Toleransi dalam keluarga berbentuk toleransi antar sesama penganut agama kemudian meningkat dalam lingkup yang lebih luas yaitu masyarakat. Menurut Projo Kusumo (1986:8) upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan kerukunan hidup beragama dengan: (1) menanamkan pengertian akan nilai dari kehidupan bermasyarakat yang mampu mendukung kerukunan hidup beragama; (2) mengusahakan lingkungan dan keadaan yang mampu menunjang sikap dan tingkah laku yang mengarah kepada kerukunan hidup bersama; (3) menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan tingkah laku yang mewujudkan kerukunan hidup beragama.
PPKn SMP K-8
184
Peningkatan pemahaman atas agama masing-masing wajib dilakukan setiap pemeluk agama. Tugas ini selain kewajiban setiap pribadi pemeluk agama juga merupakan tanggung jawab para tokoh atau pemimpin agama masingmasing. Sementara itu, peningkatan toleransi beragama di negara yang majemuk ini menjadi tugas dan tanggung jawab bersama semua agama serta pemerintah. Pemerintah harus dapat menjembatani dan memfasilitasi agar dialog antar umat beragama ini bisa berlangsung dengan baik, lancar, konsisten dan berkelanjutan. Dalam kehidupan toleransi beragama, pemerintah mempunyai kewajiban melakukan pembinaan. Dalam hal ini, pemerintah memberikan pengayoman yang sama terhadap semua agama/kepercayaan terfaadap Tuhan Yang Maha Esa serta memberi bimbingan dan bantuan guna memperlancar usaha pengembangan agama sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Menurut Imron ( 2000:4 ) untuk mengatasi konflik antar umat beragama, pemerintah dapat melakukan berbagai terobosan, yaitu: (1) pemerintah hendaknya memberikan prioritas terhadap sosialisasi pemahaman dan kesadaran terhadap pentingnya kerukunan antar umat beragama sampai pada tingkat yang paling bawah; (2) pemerintah
harus
segera
mensosialisasikan
pentingnya
kesadaran
dan
penghormatan terhadap realitas kemajemukan (pluralisme) dalam masyarakat; (3) berbagai kebijakan politik , pemerintah hendaknya benar-benar didasarkan pada asas keadilan demi melindungi seluruh lapisan masyarakat. D. Aktivitas Pembelajaran Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―Analisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia‖, Anda perlu melakukan aktivitas pembelajaran sebagai berikut. Aktivitas Pembelajaran Materi Analisis Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi AntarUmat Beragama di Indonesia Kegiatan
Deskripsi Aktivitas Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
a. Bangunlah motivasi belajar anda untuk mengikuti
15 menit
proses pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul ―Analisis
185
Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia‖. b. Lakukan adaptasi modul (judul modul, lingkup Kegiatan Pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini). c. Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil kerja sebagai indikator capaian kompetensi penserta dalam penguasaan materi modul. Kegiatan Inti
1. Tahapan konsentrasi.
150 menit
Bacalah dengan cerdas dan cermat (secara individual) agar anda mampu mendapatkan pemahaman terhadap materi modul Anda! 2. Tahapan dialog 9) Peserta membagi diri ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan keperluan); 10) Kelompok mendiskusikan materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul. 11) Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar. 12) Penyampaian hasil diskusi; 13) Instruktur/nara sumber memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok. 3. Tahap kristalisasi Penyusunan rekomendasi serta komitmen peserta terhadap materiAnalisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia. Penutup
1. Peserta di bawah fasilitasi narasumber
15 menit
menyimpulkan hasil pembelajaran;
PPKn SMP K-8
186
2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3. Mencermati umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; 4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
E. Latihan/Kasus/Tugas Diskusikan bersama Kelompok Anda (4-5) orang teman diklat, tugas berikut: 1. Carilah kasus di berbagai sumber media cetak ataupun media elektronik yang menggambakan dan menjelaskan konflik yang tidak mencerminkan Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia. 2. Selanjutnya analisis kasus tersebut dan kemukakan informasi yang dapat dipetik dan nilai-nilai yang mana yang bisa digunakan sebagai sumber belajar PPKn?
F. Rangkuman 1. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia. Secara konstitusional, tertuang dalam pasal 36A Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) 2. Dianalisis secara etimologi Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Sansekerta itu terdiri dari kata Bhinneka, Tunggal, dan Ika. Kata Bhinneka berasal dari kata Bhinna dan Ika. Bhinna artinya berbeda-beda dan Ika artinya itu. Jadi, kata Bhinneka berarti yang berbeda beda itu. Analisa lain menunjukkan bahwa kata bhinneka terdiri dari unsur kata bhinn-a-eka. Unsur a artinya tidak, dan eka artinya satu. 3. Cita-cita Indonesia
keberagamaan adalah
Keberagamaan
dalam
konteks
keberagamaan
yang
ber-bhinneka
yang
Negara
Kesatuan
ber-bhinneka
tunggal
ika
Republik
tunggal
adalah
ika.
kehidupan
keberagamaan yang berkebudayaan, artinya setiap pemeluk agama di
187
Indonesia dapat dengan leluasa menjalankan agama yang diyakininya, dan saling menghormati antar pemeluk agama yang lain. 4. Keberagamaan yang ber-bhinneka tunggal ika memandang perbedaan dalam agama merupakan realitas, karena itu perbedaan agama tidak perlu lagi untukdibeda-bedakan, semuanya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa. 5. Toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan
dengan syarat-syarat
asas terciptanya ketertiban
dan
perdamaian dalam masyarakat. 6. Toleransi umat beragama perlu dikembangkan di Indonesia. Melalui toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa akan dapat terus dijaga dan dilestarikan. Perlu dikembangkan suatu sikap toleransi agar perbedaan tidak sampai mengganggu persatuan bangsa.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Peserta diklat dapat memberikan umpan balik terhadap modul ini mulai dari materi ataupun aktivitas pembelajaran dan bagian-bagian lain dari modul ini. Umpan balik dari peserta diklat nantinya akan ditindak lanjuti dengan perbaikan penyusunan modul ini. H. Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas 1. Kasus yang dapat diperoleh oleh peserta diklat adalah kasus kerusuhan antar umat beragama yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. 2. Kenakalan remaja disebabkan banyak faktor diantaranya kurangnya pemahaman terhadap agamanya masing-masing, pengaruh lingkungan dan, dan lemahnya penegakan hukum di Indonesia. Evaluasi 1. Jelaskan secara yang dimaksud dengan keberagamaan yang ber-bhinneka tunggal ika?
PPKn SMP K-8
188
2. Analisis penyebab terjadinya banyak konflik antar umat beragama di Indonesia? 3. Semangat semboyan bhinneka tunggal ika mampukan mengatasi dan meredakan perbedaan agama di Indonesia?jelaskan? 4. Gambarkan secara singkat sesuai dengan pemahaman masing-masing peserta diklat mengenai kondisi tolerasi antar umat beragama di Indonesia? 5. Upaya apa yang dapat dilakukan supaya tidak terjadi lagi atau meredakan konflik antar umat beragama di Indonesia?
Penutup Modul sederhana ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi peserta diklat dan dan memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak yang menggunakan modul ini. Akan tetapi sebagai manusia biasa, penyusun juga menyadari pasti ada kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam modul ini, oleh karenanya diharapkan ada kritik yang membangun guna perbaikan penyusunan modul yang selanjutnya.
Glosarium Anarkisme
: Ajaran (paham) yang menentang setiap kekuatan negara; teori politik yang tidak menyukai adanya pemerintahan dan undangundang
Hegemoni
: Pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan, suatu negara atas negara lain (atau negara bagian) yan dilakukan secara halus.
Sekularisasi
: Hal-hal yg membawa ke arah kehidupan yang tidak didasarkan pada ajaran agama
Etimologi
: Cabang ilmu bahasa yg menyelidiki asal-usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna
Monisme
: Pandangan bahwa semesta itu merupakan satu satuan tunggal
Causa prima : Asal mula segala sesuatu DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Irwan, Konsturksi dan Reproduksi Kebudayaan (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2009), 63.
189
Asshiddiqie, Jimly. Toleransi dan Intoleransi Beragama di Indonesia Pasca Reformasi. Disampaikan pada Dialog Kebangsaan tentang ―Toleransi Beragama‖, Ormas Gerakan Masyarakat Penerus Bung Karno, di Hotel Borobudur Jakarta, 13 Februari, 2014. Hasyim, Umar. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama. Surabaya: Bina Ilmu. Imron, Alya. 2000. 6 Januari. Bahaya Laten Konflik Agama. Yogjakarta: Bemas. Jannah, Siti Raudhatul. Kegalauan Identitas:Dilema HubunganMuslimin dan Hindu di Bali.Jurnal Studi Keislaman, Volume 16 Nomor 2 (Desember) 2012 Kusuma, RM. A.B., Lahirnya Undang-undang Dasar 1945. Edisi Revisi (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009), hlm. 163. Noorsena, Bambang. Bhinneka Tunggal Ika”: Sejarah, Filosofi, dan Relevansinya sebagai Salah Satu Pilar Berbangsa & Bernegara. Makalah disajikan dalam―Sosialisasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara‖, yang diselenggarakan oleh BP MPR-RI, di Hotel Ciputra, Jakarta, tanggal 1719 Juni 2011. Projokusumo. 1986. Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama. Solo: CV. Ramadhani. Pursika, I Nyoman. Kajian Analitik Terhadap Semboyan ”BhinnekaTunggal Ika”.Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April2009 Rizal Mustansyir. 1995. ―Bhinneka Tunggal Ika dalam Perspektif Filsafat Analitik‖, dalam JurnalFilsafat, Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rudini. 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia. Yogyakarta: Bigraf Publishing. Salim, Fahruddin. 2000. 3 Maret. Pluralisme dan toleransi Beragama. Jakarta: Penerbit Kompas.
PPKn SMP K-8
190
KEGIATAN PEMBELAJARAN 11
ANALISIS PERWUJUDAN WILAYAH NKRI Oleh: Drs. Sumarno A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara terluas di Asia Tenggara. Selain sebagai salah satu negara terluas didunia, Indonesia juga merupakan negara kepulauan terluas didunia. Hal tersebut dikarenakan Indonesia adalah negara kepulauan, maka wilayah Indonesia terdiri dari daratan dan lautan. Satu pertiga luas Indonesia adalah daratan dan dua pertiga luas Indonesia adalah lautan. Luas wilayah daratan Indonesia adalah 1.919.440 km² yang menempatkan Indonesia sebagai negara ke 15 terluas didunia. Indonesia disebut juga sebagai Nusantara, karena Indonesia terdiri atas pulau-pulau yang jumlahnya mencapai 17.508 pulau. Nusantara sendiri memiliki arti kepulauan yang terpisah oleh laut atau bangsabangsa yang terpisah oleh laut. Luas wilayah negara Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara. Jumlah Suku di Indonesia Berdasarkan data dari Sensus Penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, diketahui jumlah suku di Indonesia yang berhasil terdata adalah sebanyak 1.128 suku bangsa. Namun jumlah tersebut masih saja kurang dari jumlah yang sebenarnya, hal ini dikarenakan luas wilayah Indonesia yang begitu luas dan terdapat beberapa wilayah pedalaman yang masih sulit dijangkau, dengan luas wilayah dan jumlah suku dan jumlah penduduk Indonesia yang sedemikian besar maka persatuan dan kesatuan yang diwujudkan dalam NKRI merupakan harga mati yang harus selalu diwujudkan oleh masyarakat Indonesia. B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Analisis perwujudan wilayah NKRI sehingga setelah pembelajaran ini dharapkan peserta diklat mampu : 1. Menjelaskan perwujudan NKRI, 2. Mendeskripsikan perwujudan wilayah darat 3. Mendiskripsikan perwujudan wilayah laut
191
4. Mendeskripsikan perwujudan wilayah udara C. Peta Kompetensi
Perwujudan wilayah darat
Perwujudan Wilayah NKRI
Perwujudan wilayah laut Perwujudan wilayah udara
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi 1. Perwujudan wilayah NKRI 2. Perwujudan wilayah darat 3. Perwujudan wilayah laut ,4. Perwujudan wilayah udara
E. Saran Cara Penggunaan Modul b. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas c. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . d. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu e. Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas
Pembelajaran 1 : Perwujudan wilayah NKRI 2. Perwujudan wilayah Udara A. Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu memahami tentang perwujudan wilayah NKRI 2.
Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan perwujudan wilayah udara,
PPKn SMP K-8
192
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu memahami perwujudan wilayah NKRI 2. Peserta diklat mampu menjelaskan perwujudan wilayah udara, C. Uraian Materi Pembelajaran 1 1. Perwujudan Wilayah NKRI Sejarah lahirnya bangsa Indonesia ditandai dengan munculnya kerajaan kerajaan
di
Pulau
Jawa
dan
Kepulauan
Nusantara.
Dalam
perkembangannya, perjuangan mosl integrasi M.Natsir pada tanggal 2 April 1950 berhasil mempersatukan 17 negara bagian dan RIS menjadi NKRI. Paska kemerdekaan kemudian dikumandangkan Teritoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie (TZMKO) dengan batas wilayah hanya tiga mil dari garis pangkal. Selanjutnya Deklerasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957 memperjuangkan agar NKRI menjadi negara kepulauan, yang terwujud dengan diratifikasinya uNclos 1982 oleh beberapa negara. Negara Indonesia sebagai negara kepulauan yang berciri Nusantara mempunyai kedaulatan atas wilayah serta memiliki hak-hak berdaulat diluar wilayah kedaulatan untuk dikelola dan dimanfaatkan sebesarbesarnya kemakmuran rakyat Indonesia sebagai mana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 pasal 25 A mengamanatkan bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batasn dan hak-haknya ditetapkan dengan undangundang. Bahwa wilayah negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menganut sistem: a) Pengaturan suatu Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; b) pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c) desentralisasi pemerintahan kepada daerah-daerah besar dan kecil yang bersifat otonom dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan d) kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
193
Batas Wilayah NKRI 1. UU Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara menyebut batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia meliputi: a) di darat berbatas dengan Wilayah Negara Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste; b) di laut berbatas dengan Wilayah Negara Malaysia, Papua Nugini, Singapura, dan Timor Leste; dan c) di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut dan batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum 2. Analisis Perwujudan Wilayah Darat INDONESIA merupakan negara di Asia Tenggara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia serta berada di antara dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dan dikenal sebagai kawasan Nusantara (Kepulauan Antara). Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°08‘LS dan dari 95°‘BB - 141°45‘BT. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia mencapai 1.922.570 km² sedangkan luas perairannya mencapai 3.257.483 km². Indonesia terdiri dari lima pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas 473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua dengan luas 421.981 km².Wilayah Daratan adalah wilayah atau daerah yang berupa daratan. Untuk menentukan batas daratan dengan Negara lain pada umumnya ditentukan dengan suatu perjanjian. Batas-batas itu dapat berupa seperti berikut: a) Batas alamiah, yaitu batas suatu Negara dengan Negara lain yang secara alamiah, misalnya dalam bentuk pegunungan, sungai, dan hutan. b) Batas buatan, yaitu batas suatu Negara dengan Negara lain yang sengaja dibuat oleh manusia dalam bentuk pagar tembok, kawat berduri, dan pos penjagaan. c) Batas secara geografis, yaitu batas wilayah suatu Negara dengan Negara lain yang dapat ditentukan berdasarkan letak geografis yang melalui garis lintang dan garis bujur.
PPKn SMP K-8
194
Dalam geografi, daratan adalah bagian permukaan bumi yang secara tetap (permanen) tidak tertutupi oleh air laut. Istilahdarat digunakan secara lebih umum, sedangkan "daratan" digunakan dengan batasan geografis. Permukaan bumi
yang
tertutupi
oleh
air
lainnya,
seperti sungai, rawa,
atau danau,
merupakan bagian dari daratan, tetapi secara umum tidak disebut sebagai darat.Daratan merupakan tempat hidup (habitat) bagi kebanyakan tumbuhan dan bagi banyak hewan yang bergantung secara langsung maupun tidak langsung darinya.Wilayah tempat daratan bertemu dengan perairan disebut pesisir. Pembagian wilayah daratan dan perairan merupakan suatu hal yang fundamental bagi manusia dan dapat menjadi suatu kepentingan budaya yang kuat. Demarkasi antara daratan dan perairan berbeda-beda didasarkan pada yurisdiksi setempat. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sekitar 81.900 kilometer, memiliki wilayah perbatasan dengan banyak negara baik perbatasan darat (kontinen) maupun laut (maritim). Batas darat wilayah Republik Indonesia berbatasan langsung dengan negara-negara Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan Timor Leste. Perbatasan darat Indonesia tersebar di tiga pulau, empat Provinsi dan 15 kabupaten/kota yang masing-masing memiliki karakteristik perbatasan yang berbeda-beda. D.
Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ― Analisis perwujudan wilayah NKRI ‖ sebagai berikut :
KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Pendahuluan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan f. menyiapkan termotivasi
peserta
diklat
mengikuti
Waktu agar 15 menit proses
pembelajaran; g. mengantarkan
suatu
permasalahan
atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat.
195
h. menyampaikan tujuan dan garis besar cakupan materi Wilayah MKRI ‖.
Kegiatan Inti
Membagi
peserta
diklat
ke
dalam
beberapa kelompok ( sesuai dengan tipe 145menit STAD)
dimana
langkah-langkahnya
sebagai berikut : 1) Instruktur
memberi informasi proses
pelatihan
yang
dilanjutkan
akan
dengan
tentang
dilakukan
tanya
Rencana
jawab
Pelaksanaan
Pembelajaran ‖ dengan menggunakan contoh yang kontekstual.. 2) Kelas dibagi menjadi 6 kelompok ( A, B, C, …….s/d kelompok ) masingmasing beranggotakan 5 orang. 3) Instruktur
memberi
sumber
tugas
mencari
informasi/data
menemukan
jawaban
permasalahan
yang
ditanyakan
peserta
untuk terhadap
diajukan diklat.
dan
Peserta
bebas mengambil dan menemukan sumber belajar, termasuk dari internet. 4) Berdasarkan
kelompok yang sudah
dibentuk: setiap kelompok melakukan diskusi
untuk
memecahkan
permasalahan yang diajukan peserta didik hingga selesai dalam waktu yang sudah ditetntukan instruktur. 5) Peserta tentang
diklat
mengerjakan
permasalahan
kuis
konsep
pembelajaran yang telah disepakati
PPKn SMP K-8
196
bersama/ 6) Melaksanakan penyusunan
laporan
hasil diskusi. 7) Masing masing kelompok melakukan presentasi hasil diskusi. 8) Instruktur/Nara sumber memberikan klarifikasi
berdasarkan
pengamatannya
pada
hasil
diskusi
dan
kerja kelompok . Kegiatan
1) Narasumber
Penutup
peserta
bersama-sama dengan menyimpulkan
30Menit
hasil
pembelajaran 2) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
E. Latihan/Kasus/Tugas Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A, B, C dst. sebagai berikut : 1. Sebutkan batas wilayah sesuai dengan UU Nomor 43 Tahun 2008 2. Jelaskan perwujudan wilayah darat NKRI F. Rangkuman Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 pasal 25 A mengamanatkan bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batasn dan hak-haknya
ditetapkan
dengan
undangundang.
Bahwa
wilayah
negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menganut sistem: a) Pengaturan suatu Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
197
b) pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c) desentralisasi pemerintahan kepada daerah-daerah besar dan kecil yang bersifat otonom dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan d) kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Batas Wilayah NKRI 3. UU Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara menyebut batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia meliputi: d) di darat berbatas dengan Wilayah Negara Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste; e) di laut berbatas dengan Wilayah Negara Malaysia, Papua Nugini, Singapura, dan Timor Leste; dan f)
di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut dan batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sekitar 81.900 kilometer, memiliki wilayah perbatasan dengan banyak negara baik perbatasan darat (kontinen) maupun laut (maritim). Batas darat wilayah Republik Indonesia berbatasan langsung dengan negara-negara Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan Timor Leste. Perbatasan darat Indonesia tersebar di tiga pulau, empat Provinsi dan 15 kabupaten/kota yang masing-masing memiliki karakteristik perbatasan yang berbeda-beda.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Anda telah mempelajari Perwujudan wilayah NKRI ; Perwujudan wilayah darat, Untuk pengembangan dan implementasinya,. Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu ―Perwujudan wilayah laut dan wilayah udara ‖. H. Kunci Jawaban 1.
UU Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara menyebut batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia meliputi:
PPKn SMP K-8
198
a) di darat berbatas dengan Wilayah Negara Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste; b) di laut berbatas dengan Wilayah Negara Malaysia, Papua Nugini, Singapura, dan Timor Leste; dan c) di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut dan batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum 2. Wilayah Daratan adalah wilayah atau daerah yang berupa daratan. Untuk menentukan batas daratan dengan Negara lain pada umumnya ditentukan dengan suatu perjanjian. Batas-batas itu dapat berupa seperti berikut: 1. Batas alamiah, yaitu batas suatu Negara dengan Negara lain yang secara alamiah, misalnya dalam bentuk pegunungan, sungai, dan hutan. 2. Batas buatan, yaitu batas suatu Negara dengan Negara lain yang sengaja dibuat oleh manusia dalam bentuk pagar tembok, kawat berduri, dan pos penjagaan. 3. Batas secara geografis, yaitu batas wilayah suatu Negara dengan Negara lain yang dapat ditentukan berdasarkan letak geografis yang melalui garis lintang dan garis bujur.
Pembelajaran 2 : 1. Perwujudan wilayah laut NKRI, 2. Perwujudan wilayah udara NKRI A. Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan perwujudan wilayah laut NKRI. 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mendeskripsikan perwujudan wilayah udara NKRI B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu menjelaskan perwujudan wilayah laut NKRI. 2. Peserta diklat mampu mendeskripsikan perwujudan wilayah udara NKRI
C. Uraian Materi Pembelajaran 2 1. Perwujudan wilayah laut NKRI
199
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Garis pantainya sekitar 81.000 km. Wilayah lautnya meliputi 5,8 juta km2 atau sekitar 70% dari luas total wilayah Indonesia. Luas wilayah laut Indonesia terdiri atas 3,1 juta km2 luas laut kedaulatan dan 2,7 juta km2 wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Wilayah laut Indonesia mengalami perkembangan yang cukup panjang. Wilayah laut Indonesia pertama kali ditentukan denganTerritoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie (TZMKO) tahun 1939. Berdasarkan konsepsi TZMKO tahun 1939, lebar laut wilayah perairan Indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau atau bagian pulau Indonesia. Lebar laut hanya 3 mil laut. Artinya, antarpulau di Indonesia terdapat laut internasional yang memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya. Hal ini dapat mengancam persatuan Pada
dan tanggal
13
Desember
kesatuan 1957
pemerintah
bangsa. Indonesia
mengumumkan Deklarasi Djoeanda.Pemerintah mengumumkan bahwa lebar laut Indonesia adalah 12 mil. Selanjutnya, dengan Undang-Undang No. 4/Prp Tahun 1960 tentang Wilayah Perairan Indonesia ditetapkan tentang laut wilayah Indonesia selebar 12 mil laut dari garis pangkal lurus. Perairan Indonesia dikelilingi oleh garis pangkal yang menghubungkan titik-titik terluar dari pulau terluarIndonesia. Pada tahun 1982 Konvensi Hukum Laut PBB memberikan dasar hukum bagi negara-negara kepulauan untuk menentukan batasan lautan sampai zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen. Dengan dasar ini suatu negara memiliki wewenang untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di zona tersebut. Berbagai sumber daya alam seperti perikanan, gas bumi, minyak bumi, dan bahan tambang lainnya dapat dimanfaatkan oleh negara yang bersangkutan. Berikut ini adalah gambar pembagian wilayah laut menurut Konvensi Hukum Laut PBB. Wilayah laut Indonesia sangat luas. Wilayah laut Indonesia dibedakan menjadi tiga, yaitu zona laut teritorial, zona landas kontinen, dan zona ekonomi eksklusif. 1. Zona Laut Teritorial Zona laut teritorial adalah jalur laut yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke laut lepas. Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung pulau. Sebuah negara mempunyai kedaulatan sepenuhnya
PPKn SMP K-8
200
sampai batas laut teritorial. Akan tetapi, negara tersebut harus menyediakan jalur pelayaran lintas damai baik di atas maupun di bawah permukaan laut. Batas teritorial Indonesia telah diumumkan sejak Deklarasi Djoeanda pada tanggal 13 Desember 1957. 2. Zona Landas Kontinen Landas kontinen adalah dasar laut yang merupakan lanjutan dari sebuah benua. Landas kontinen memiliki kedalaman kurang dari 150 meter. Landas kontinen diukur dari garis dasar, yaitu paling jauh 200 mil laut. Penentuan landas kontinen Indonesia dilakukan dengan melakukan perjanjian dengan negara-negara
tetangga.
Pada
mengeluarkan
Undang-Undang
Landas
tahun
1973
Nomor
1
pemerintah Tahun
Indonesia
1973
Kontinen
tentang Indonesia.
Indonesia terletak di antara dua landas kontinen, yaitu Benua Asia dan Australia. Pada zona ini suatu negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya. Negara tersebut juga harus menyediakan jalur pelayaran yang terjamin keselamatan dan keamanannya. 3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut terbuka diukur dari garis dasar. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) diumumkan
pada
tanggal
21
Maret
1980.
Di
zona
ini
negara Indonesia memiliki hak untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan sumber daya alam yang ada. Eksplorasi adalah penyelidikan tentang sumber daya alam yang ada di suatu daerah. Eksploitasi adalah pengusahaan atau mendayagunakan sumber daya alam yang ada di suatu daerah.
Konservasi adalah upaya pemeliharaan atau
perlindungan sumber daya alam supaya tidak mengalami kerusakan. Di zona ini kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel atau pipa di bawah permukaan laut tetap diakui sesuai prinsip hukum laut internasional.
2. Perwujudan Wilayah Udara NKRI Sebagai negara berdaulat, Indonesia memiliki kedaulatan penuh dan utuh atas wilayah udara, sesuai dengan ketentuan Konvensi Chicago 1944 tentang Penerbangan Sipil Internasional, Pasal 1 disebutkan bahwa ―every State has
201
complete and exclusive sovereignity over the airspace above its territory.Pasal 5 Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, menyebutkan negara Indonesia berdaulat penuh dan eksklusif atas wilayah udara Indonesia. Ruang udara mempunyai arti yang sangat penting bagi suatu negara, salah satunya dilihat dari aspek integritas wilayah dan keamanan nasional, yang harus di dayagunakan sebaik-baiknya. Sebagai bagian dari kedaulatan suatu negara, ruang udara mempunyai fungsi strategis sebagai aset nasional yang sangat berharga. termasuk didalamnya untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. Udara merupakan salah satu sumber daya alam dan unsur lingkungan.Udara selain mengandung sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan untuk kemakmuran rakyat, udara juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain misalnya kepentingan politik. Karakteristik sumber daya alam di udara terdiri dari: sumber daya energi (surya dan angin), sumber daya gas, sumber daya ruang. Kekhasan wilayah udara Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di antara Benua Asia-Australia, serta di dua Samudera Pasifik-Hindia menyebabkan wilayah udara Indonesia menjadi penggerak sirkulasi udara global dan pembentukan iklim dunia yang merupakan keunggulan strategis wilayah udara Indonesia. Tiga aspek yang harus diperhatikan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan ruang udara beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya, yakni: 1. Aspek keamanan dan keselamatan, 2. Aspek pertahanan negara, dan 3. Aspek lingkungan hidup. Pertahanan
dan
mempertahankan
keamanan kadaulatan
negara negara,
adalah
segala
keutuhan
wilayah
upaya
untuk
negara,
dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Kegiatan di wilayah udara Indonesia, terlihat dari kegiatan penerbangan melalui angkutan udara. Hampir tidak ada daerah yang tidak bisa dimasuki maskapai
penerbangan. Pertumbuhan
penumpang
angkutan
udara
di
Indonesia dari tahun 2009 s.d. 2012 sebesar 18,31%, di tahun 2013, penerbangan Indonesia telah mengangkut lebih dari 85 juta penumpang ke berbagai daerah. Wilayah udara Indonesia yang luas, dengan banyaknya
PPKn SMP K-8
202
kegiatan penerbangan berpotensi mengundang kerawanan terjadi kecelakaan udara dan ancaman pelanggaran wilayah udara Indonesia. Ancaman pelanggaran wilayah udara nasional, selain mengganggu keamanan nasional yang berkaitan dengan kegiatan penerbangan, juga berpengaruh terhadap kedaulatan wilayah apabila ditinjau dari aspek pertahanan negara.Dalam pendahuluan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kebijakan Umum
Pertahanan
Negara,
ancaman, yang
dapatberupaancamanmilitermaupunancaman
dihadapi non
Indonesia militer,
sehinggakekuatanpertahanandiperlukanuntukmenghadapikeduajenisancaman tersebutsesuaidenganketentuanperundang-undangan. Agar pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan dapat terlaksana secara efektif dan efisien, diupayakan keterpaduan yang sinergis antara unsur militer dengan unsur militer lainnya, maupun antara kekuatan militer dengan kekuatan nir militer. Keterpaduan antara unsur militer diwujudkan dalam keterpaduan Tri-Matra, yakni keterpaduan antar kekuatan darat, kekuatan laut, dan kekuatan udara. D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―perwujudan wilayah laut NKRI dan perwujudan wilayah udara NKRI ‖ sebagai berikut : KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan
DeskripsiKegiatan
Alokasiw aktu
Pendahuluan
1. Narasumber/instruktur
15menit
memngkondisikan peserta diklat untuk siap menerima materi sajian serta memberi
motivasi
menunju
profesionalisme 2. Melakukan penjajakan melalui tanya jawab sekitar wilayah laut dan udara Indonesia 3. Menyampaikan tujuan dan garis besar materi pelatihan. KegiatanInti
4. Meminta peserta membentuk kelompok 90 menit
203
pasangan (@ 2 orang) 5. Tiap kelompok pasangan menuliskan permasalahan yang dihadapi lapangan terkait dengan model pembelajaran 6. Tiap
pasangan
pasangan
lain,
diminta
memilih
sehingga
terbentuk
kelompok kecil terdiri dari 4 orang (dua pasangan). 7. Masing-masing berembuk
anggota
terhadap
kelompok
permasalahan
yang sudah dirumuskan. 8. Narasumber
memberi
pelaksanaan pembelajaran analisis,
dikaji
rencana untuk di
kelebihan
dan
kekurangannya. 9. Memberi kesempatan pada kelompok untuk mencari sumber, mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah terebut. 10. Tiap
kelompok
memecahkan
kecil
berdiskusi
permasalahan
yang
dihadapi 11. Tiap
kelompok
mempersiapkan
presentasi hasil kerja kelompoknya. 12. Narsumber
mengamati,
mencermati
hasil presentasi perserta diklat bila diperlukan diberi kesempatan kelompok lain memberi komentar terhadap hasil presentasi kelompok lain.
PPKn SMP K-8
204
Penutup
13. Narasumber bersama peserta diklat 30 menit membuat simpulan 14. Narasumber
melakukan
tes
secara
lisan. 15. Narasumber terhadap
melakukan kegiatan
refleksi
yang
sudah
dilakukan. 16. Memberi
tugas
Langkah-langkah
untuk
menyusun
Pembelajaran
dengan Pendekatan Ilmiah
E. Latihan/Kasus/Tugas Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A, B, C dst. sebagai berikut : 1. Jelaskan Wilayah laut Indonesia dibedakan menjadi tiga, yaitu zona laut teritorial, 2. Menjelaskan
tiga
aspek
yang
harus
diperhatikan
dalam
rangkamengoptimalkan pemanfaatan ruang udara NKRI F. Rangkuman Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Garis pantainya sekitar 81.000 km. Wilayah lautnya meliputi 5,8 juta km2 atau sekitar 70% dari luas total wilayah Indonesia. Luas wilayah laut Indonesia terdiri atas 3,1 juta km2 luas laut kedaulatan dan 2,7 juta km2 wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Wilayah laut Indonesia sangat luas. Wilayah laut Indonesia dibedakan menjadi tiga, yaitu zona laut teritorial, zona landas kontinen, dan zona ekonomi eksklusif. 1. Zona Laut Teritorial Zona laut teritorial adalah jalur laut yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke laut lepas. 2. Zona Landas Kontinen Landas kontinen adalah dasar laut yang merupakan lanjutan dari sebuah benua. Landas kontinen memiliki kedalaman kurang dari 150 meterZona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
205
Perwujudan Wilayah Udara NKRI Udara merupakan salah satu sumber daya alam dan unsur lingkungan.Udara selain mengandung sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan untuk kemakmuran rakyat, udara juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain misalnya kepentingan politik. Karakteristik sumber daya alam di udara terdiri dari: sumber daya energi (surya dan angin), sumber daya gas, sumber daya ruang. Tiga aspek yang harus diperhatikan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan ruang udara beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya, yakni: 1. Aspek keamanan dan keselamatan, 2. Aspek pertahanan negara, dan 3. Aspek lingkungan hidup. Ancaman
pelanggaran
wilayah
udara
nasional,
selain
mengganggu
keamanan nasional yang berkaitan dengan kegiatan penerbangan, juga berpengaruh terhadap kedaulatan wilayah apabila ditinjau dari aspek pertahanan
negara.
sehinggakekuatanpertahanandiperlukanuntukmenghadapikeduajenisancaman tersebutsesuaidenganketentuanperundang-undangan. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Anda telah mempelajari perwujudan wilayah laut NKRI dan perwujudan wilayah udara NKRI Untuk pengembangan dan implementasinyaHasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran. H. Kunci jawaban 1. Wilayah laut Indonesia sangat luas. Wilayah laut Indonesia dibedakan menjadi tiga, yaitu zona laut teritorial, zona landas kontinen, dan zona ekonomi eksklusif. 1. Zona Laut Teritorial Zona laut teritorial adalah jalur laut yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke laut lepas. Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung pulau. 2. Zona Landas Kontinen
PPKn SMP K-8
206
Landas kontinen adalah dasar laut yang merupakan lanjutan dari sebuah benua. Landas kontinen memiliki kedalaman kurang dari 150 meter. Landas kontinen diukur dari garis dasar, yaitu paling jauh 200 mil laut. 3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut terbuka diukur dari garis dasar. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) diumumkan pada tanggal 21 Maret 1980.
2. Tiga aspek yang harus diperhatikan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan ruang udara beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya, yakni: 1. Aspek keamanan dan keselamatan, 2. Aspek pertahanan negara, dan 3. Aspek lingkungan hidup.
Penutup Mudah-mudahan anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam menyusun materi PPKn, pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi dan produktivitas pembelajaran serta bermakna bagi para peserta didik. Kemampuankemampuan yang anda kuasai setelah mempelajari modul ini akan berguna bagi anda dalam membimbing teman sejawat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
207
DAFTAR PUSTAKA Arif Julianto Sri Nugroho, Nur Siwi Ismawati, Westriningsihbse ips VI ―Batas
wilayah
laut
Indonesia‖
tersedia
pada
:
http://pkn-
ips.blogspot.co.id/2014/10/batas-wilayah-laut-indonesia.html ―
Kedaulatan
Negara‖
tersedia
pada
http://fhukum.unpatti.ac.id/artikel/hukum-internasional/357-kedaulatannegara-indonesia-di-udara ― wilayah daratan ― tersedia pada https://id.wikipedia.org/wiki/Daratan Mayjen TNI A.Chasib . MENJAGA KEDAULATAN WILAYAH NKRI MELALUI PERCEPATAN PENETAPAN BATAS NEGARA . Tersedia pada http://www.lemhannas.go.id/portal/attachments/2255_MENJAGA%20K EDAULATAN%20NKRI.PDF.
PPKn SMP K-8
208
KEGIATAN PEMBELAJARAN 12
ANALISIS ANTAR UNSUR DALAM PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PPKN SMP Oleh: Drs. AMZ. Supardono A. Latar Belakang Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan
mampu secara terus menerus memelihara,
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya adalah modul ― Perencanaan Pembelajaran‖ Modul tersebut merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP grade 1 Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjuk cara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
209
3) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. •
Ruang lingkup modul Analisis antar unsur dalam Penerapan Pendekatan Saintifik PPKn SMP ini sebagai salah satu mata diklat PKB Grade - 8 bagi guru mata pelajaran PPKn SMP meliputi (1) Unsur kemampuan dalampenerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik (2) Unsur materi dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik (3) Unsur sumber belajar dan media pembelajaran dalam pembelajaran saintifik (4) Unsur penilaian dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran
B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Analisis antar unsur dalam Penerapan Pendekatan Saintifik
, agar
mampu : 1.
Menganalisis unsur kemampuan dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik
2. Menganalisis unsur materi
dalam penerapan langkah-langkah
pembelajaran saintifik 3. Menganalisis unsur sumber belajar dan media pembelajaran dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik 4 Menganalisis unsur
penilaian dalam penerapan langkah-langkah
pembelajaran saintifik.
PPKn SMP K-8
210
C. Peta Kompetensi . Unsur kemampuan dalampenerapan langkahlangkah pembelajaran saintifik
Analisis antar unsur dalam Penerapan Pendekatan Saintifik
Unsur materi dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik
Unsur sumber belajar dan media pembelajaran dalam pembelajaran saintifik
Unsur penilaian dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran (sbr: silabi diklat pasca UKG Mapel PPKn SMP P4TK PKN dan IPS Batu, 2015) D. Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran 1 Menganalisis unsur kemampuan dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik 2 Menganalisis unsur materi dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik 3 Menganalisis unsur sumber belajar dan media pembelajaran dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik 4 Menganalisis unsur
penilaian dalam penerapan langkah-langkah
pembelajaran saintifik E. Saran Cara Penggunaan Modul a. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas b.
Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini .
c.
Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu
211
d.
Konsultasikan
dengan
Narasumber
bila
mengalami
kesulitan
mengerjakan tugas Pembelajaran
: Analisis antar unsur dalam Penerapan Pendekatan
Saintifik PPKn A.
Tujuan 1. Dengan
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
menganalisis unsur kemampuan dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik dengan benar. 2. Dengan
membaca
dan
menganalisis unsur materi
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
dalam penerapan langkah-langkah
pembelajaran saintifik secara benar 3. Dengan
membaca
menganalisis
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
unsur sumber belajar dan media pembelajaran
dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik
secara
benar 4. Dengan
membaca
menganalisis unsur
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
penilaian dalam penerapan langkah-langkah
pembelajaran saintifik secara benar B.
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu menganalisis unsur kemampuan dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik secara benar 2. Peserta diklat mampu menganalisis unsur materi dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik secara benar 3. Peserta diklat mampu menganalisis unsur sumber belajar dan media pembelajaran dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik secara benar 4. Peserta diklat mampu menganalisis unsur
penilaian dalam
penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik secara benar C.
Uraian Materi Pembelajaran
a.
Analisis antar unsur dalam Penerapan kegiatan mengamati pendekatan saintifik dalam Pembelajaran PPKn.
PPKn SMP K-8
212
Contoh penerapan mengamati dalam deskripsi kegiatan pembelajaran PPKn SMP dapat mengamati terhadap ―perilaku para pengguna jalan raya‖, perilaku kepetahui terhadap aturan hokum yang berlaku, membaca buku sumber tentang ketaatan mentaati aturan hokum, mendengarkan dan mengamati video pembelajaran Analisis
Langka
Deskri
BentukHasil
antar
h
psi
Belajar
Unsur
Pembel
Kegiat
ajaran
an
a.
Mengam
Menga
Perhatian
Kemamp
ati
mati
pada
uan
(observi
denga
mengamati
b. Materi
ng)
n indra
suatuObjek/m
c.
(memb
embaca
Sumber
aca,
suatu
belajar
mende
tulisan/mende
d.
ngar,
ngar
Penilaian
menyi
penjelasan,
mak,
catatan yang
meliha
dibuat
t,
tentang yang
menon
diamati,
ton,
kesabaran,
dan
waktu
sebag
task)
ainya)
digunakan
denga
untuk
n atau
mengamati.
waktu
suatu
(on yang
tanpa alat. Tabel 1. Analisis Unsur Mengamati dalam Pendekatan Saintifik
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
213
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkahlangkah seperti berikut: 1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi. 2) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi. 3) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder. 4) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi. 5) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. 6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. b.
Analisis antar unsur Penerapan kegiatan menanya dalam pendekatan saintifik dalam Pembelajaran PPKn. Pada kurikulum 2013 kegiatan menanya diharapkan muncul dari peserta didik.Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).Menanya dapat juga tidak diungkapkan, tetapi dapat saja ada di dalam pikiran peserta didik. Untuk memancing peserta didik mengungkapkannya
PPKn SMP K-8
guru harus memberi kesempatan
mereka untuk
214
mengungkapkan pertanyaan. Kegiatan bertanya oleh guru dalam pembelajaran juga sangat penting, sehingga tetap harus dilakukan. Analisis
Langka
Deskripsi
Bentu
antar
h
Kegiatan
kHasil
Unsur
Pembel
Belaja
ajaran
r
a.
Menany
Membuat dan
Jenis,
Kemamp
a
mengajukanpe
kualit
uan
(questio
rtanyaan,
as,
b. Materi
ning)
tanya
dan
jawab,
c.
berdiskusi
jumla
Sumber
tentang
h
belajar
informasi yang
perta
d.
belum
nyaan
Penilaia
dipahami,
yang
n
informasi
diajuk
tambahan
an
yang
ingin
pesert
diketahui, atau
a
sebagai
didik
klarifikasi.
(perta nyaan faktua l, konse ptual, prose dural, dan hipote tik).
Tabel 2. Analisis Unsur Menanya dalam Pendekatan Saintifik
215
Fungsi bertanya 1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran. 2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. 4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik
untuk
menunjukkan
sikap,
keterampilan,
dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. 5) Membangkitkan
keterampilan
peserta
didik
dalam
berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat
atau
gagasan,
memperkaya
kosa
kata,
serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. 9) Melatih
kesantunan
dalam
berbicara
dan
membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain. Kriteria pertanyaan yang baik
adalah: singkat dan jelas, menginspirasi
jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi Tingkatan Pertanyaan Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.
PPKn SMP K-8
216
Tingkatan Kognitif yang lebih
Subtingkatan
Kata-kata kunci pertanyaan
Pengetahuan (knowledge)
rendah
Apa...
pasangkan...
Siapa...
Persamaan kata...
Kapan...
Golongkan...
Di mana...
Berilah nama...
Sebutkan...
Dll.
Jodohkan... Pemahaman
Terangkahlah...
Bandingkan...
(comprehension
Bedakanlah...
Ubahlah...
)
Terjemahkanlah...
Berikanlah
Simpulkan... Penerapan (application
Kognitif yang lebih
Analisis (analysis)
interpretasi...
Gunakanlah...
Carilah hubungan...
Tunjukkanlah...
Tulislah contoh...
Buatlah...
Siapkanlah...
Demonstrasikanlah...
Klasifikasikanlah...
Analisislah...
Tunjukkanlah
Kemukakan
bukti-
bukti…
tinggi
Mengapa…
sebabnya… Berilah
alasan-
alasan…
Identifikasikan… Sintesis (synthesis)
Ramalkanlah… Bentuk… Ciptakanlah… Susunlah… Rancanglah... Tulislah…
Bagaimana kita dapat memecahkan… Apa
yang
terjadi
seaindainya… Bagaimana kita dapat memperbaiki… Kembangkan…
Evaluasi (evaluation)
Berilah pendapat…
Berilah alasan…
Alternatif mana yang
Nilailah…
lebih baik… Setujukah anda…
Bandingkan… Bedakanlah...
Kritiklah… Tabel 3. Tingkatan Pertanyaan
217
c.
Analisis antar unsur Penerapan
kegiatan mengumpulkan informasi
pendekatan saintifik dalam Pembelajaran PPKn. Kegiatan pembelajaran dalam mengumpulkan informasi/ eksperimen antara lain: 1) Melakukan eksperimen. 2) Membaca sumber lain selain buku teks. 3) Mengamati objek/ kejadian/aktivitas. 4) Wawancara dengan narasumber. Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik; (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan; (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu; (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan peserta didik; (5) Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen; (6) Membagi
kertas
kerja
kepada
peserta
didik;
(7)
Peserta
didik
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru; dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal. Analis
Langkah
Deskripsi
BentukH
antar
Pembelaj
Kegiatan
asil
unsur
aran
a.Kemam
Mengump
Mengeksplorasi,
Jumlah
puan
ulkan
mencoba,
dan
b. Materi
informasi/
berdiskusi,mende
kualitas
c.
mencoba
monstrasikan,
sumber
Sumber
(experime
meniru
yang
belajar
nting)
bentuk/gerak,
dikaji/dig
PPKn SMP K-8
Belajar
218
Analis
Langkah
Deskripsi
BentukH
antar
Pembelaj
Kegiatan
asil
unsur
aran
Belajar
d.
melakukan
unakan,
Penilaian
eksperimen,
kelengk
membaca sumber
apan
lain
informas
selain
buku
teks,
i,
mengumpulkan
validitas
data
informas
dari
sumber
nara melalui
angket, wawancara,
i
yang
dikumpu dan
lkan,
memodifikasi/
dan
menambahi/
instrume
mengembangkan.
n/alat yang digunak an untuk mengum pulkan data.
Tabel 4. Analisis Unsur Mengumpulkan informasi dalam Pendekatan Saintifik
d.
Analisis antar unsur Penerapan
kegiatan mengasosiasi
pendekatan
saintifik dalam Pembelajaran PPKn. Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat kegiatan menalar. Istilah ―menalar‖ dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah
yang
dianut
dalam
Kurikulum
2013
untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas faktakata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
219
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan dari reasoning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk
pada
kemamuan
mengelompokkan
beragam
ide
dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Analis
Langkah
Deskrips
BentukH
antar
Pembelaja
i
asil
unsur
ran
Kegiatan
Belajar
a.Kema
Menalar/M
Mengola
Menge
mpuan
engasosias
h
mbangk
b. Materi
i
informasi
an
c.
(associatin
yang
interpret
Sumber
g)
sudah
asi,
belajar
dikumpul
argume
d.
kan,
ntasi
Penilaian
mengana
dan
lisis data
kesimpu
dalam
lan
bentuk
mengen
membuat
ai
kategori,
keterkait
mengaso
an
siasi atau
informas
menghub
i
ungkan
dua
fenomen
fakta/ko
a/informa
nsep,
si
interpret
PPKn SMP K-8
yang
dari
220
terkait
asi
dalam
argume
rangka
ntasi
menemu
dan
kan suatu
kesimpu
pola, dan
lan
menyimp
mengen
ulkan.
ai keterkait an lebih dari dua fakta/ko nsep/teo ri. Menyinte sis
dan
argumen tasi serta kesimpul an keterkait an antarber bagai jenis fakta/kon sep/teori/ pendapat ; mengem bangkan interpret
221
asi, struktur baru, argumen tasi, dan kesimpul an yang menunju kkan hubunga n fakta/ons ep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertenta ngan; mengem bangkan interpret asi, struktur baru, argumen tasi dan kesimpul an
dari
konsep/ teori/
PPKn SMP K-8
222
yang berbeda dari berbagai jenis sumber. Tabel 5. Analisis Unsur Menalar dalam Pendekatan Saintifik
Bagaimana
aplikasinya
dalam
proses
pembelajaran?
Aplikasi
pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini. 1. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. 2. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. 3. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi). 4. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. 5. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki. 6. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman. 7. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik. 8. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan. e. Analisis
antar
unsur
Penerapan
kegiatan
mengkomunikasikan
pendekatan saintifik dalam Pembelajaran PPKn. Mengomunikasikan merupakan ilmu dan praktik menyampaikan atau mentransmisikan informasi atau aneka jenis pesan. Selama proses pembelajaran,
guru
secara
konsisten
mengomunikasikan
atau
mentransmisikan pengetahuan, informasi, atau aneka baru kepada
223
peserta didiknya. Kegiatan mengomunikasikan merupakan proses yang kompleks. Proses transmisi atau penyampaian pesan yang salah menyebabkan komunikasi tidak berjalan efektif. Analis
Langkah
Deskrip
BentukH
antar
Pembelaj
si
asil
unsur
aran
Kegiata
Belajar
n a.Kemam
Mengomu
Menyaji
Menyajika
puan
nikasikan
kan
n
b. Materi
(communic
laporan
hasilkajia
c. Sumber
ating)
dalam
n
belajar
bentuk
mengama
d.
bagan,d
tisampai
Penilaian
iagram,
menalar)
atau
dalam
grafik;
bentuk
menyus
tulisan,
un
grafis,
laporan
media
tertulis;
elektronik,
dan
multi
menyaji
media
kan
dan
laporan
lain.
(dari
lain-
meliputi proses, hasil, dan kesimpu lan secara lisan. Tabel 6. Analisis Unsur Mengomunikasikan dalam Pendekatan Saintifik
PPKn SMP K-8
224
Pada
konteks
pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik,
mengomunikasikan mengandung beberapa makna, antara lain: (1) mengkomunikasikan informasi, ide, pemikiran, atau pendapat; (2) berbagi informasi; (3) memperagakan sesuatu; (4) menampilkan hasil karya; dan (5) membangun jejaring. Mengomunikasikan juga mengandung makna: (1) melatih keberanian; (2)melatih
keterampilan
mengembangkan
sikap
berkomunikasi;(3) saling
memasarkan
memberi-menerima
ide;(4)
informasi;
(5)
menghayati atau memaknai fenomena; (6) menghargai pendapat/karya sendiri dan orang lain; dan (7) berinteraksi antarsejawat atau dengan pihak lain. Seperti dijelaskan di atas, salah satu esensi mengomunikasikan adalah membangun
jejaring.
Selama
proses
pembelajaran,
kegiatan
mengomunikasikan ini antara lain dapat dilakukan melalui model pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerja sama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar.Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif.Peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersamasama. Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif.Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.Dengan pembelajaran kolaboratif,
peserta didik memiliki
ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai
225
dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri,
berbagi
strategi
dan
informasi,
menghormati
antarsesa,
mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna. Contoh Pembelajaran Kolaboratif Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi informasi tentang objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir kartu (card sort). Prosedurnya dapat dilakukan seperti berikut: 1) Peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih katagori. 2) Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan katagori yang sama. 3) Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada rekannya. 4) Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting. Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif.Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.Penggunaan internet dirasakan makin mendesak sejalan dengan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang mampu memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin.
PPKn SMP K-8
226
D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Analisis antar unsur dalam Penerapan Pendekatan Saintifik PPKn SMP‖ sebagai berikut : KEGIATAN PEMBELAJARAN Alokasi
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahulua
i. menyiapkan peserta diklat agar termotivasi 15 menit
n
Waktu
mengikuti proses pembelajaran; j. mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat. k. menyampaikan
tujuan
dan
garis
besar
cakupan materi analisis antar unsur dalam penerapan pendekatan saintifik. Kegiatan Inti
Membagi peserta diklat
ke dalam beberapa
kelompok ( sesuai dengan tipe STAD) dimana 240 menit langkah-langkahnya sebagai berikut : 9) Instruktur memberi informasi proses pelatihan yang akan dilakukan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang analisis antar unsur dalam penerapan
pendekatan
saintifik
dengan
menggunakan contoh yang kontekstual.. 10) C,
Kelas dibagi menjadi 6 kelompok ( A, B, …….s/d
kelompok
)
masing-masing
beranggotakan 5 orang. 11)
Instruktur memberi tugas mencari sumber
informasi/data untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diajukan dan ditanyakan peserta diklat. Peserta bebas mengambil dan menemukan sumber belajar, termasuk dari internet. 12)
Berdasarkan
kelompok
yang
sudah
dibentuk: setiap kelompok melakukan diskusi
227
untuk
memecahkan
permasalahan
yang
diajukan peserta didik hingga selesai dalam waktu yang sudah ditetntukan instruktur. 13)
Peserta diklat mengerjakan tugas tentang
permasalahan analisis antar unsur dalam penerapan pendekatan saintifik. yang telah disepakati bersama/ 14)
Melaksanakan penyusunan laporan hasil
diskusi. 15)
Masing
masing
kelompok
melakukan
presentasi hasil diskusi. 16)
Instruktur/Nara
sumber
memberikan
klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok .
Kegiatan
5) Narasumber bersama-sama dengan peserta
Penutup
menyimpulkan hasil pembelajaran 6) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 7) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 8) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
E. Latihan/Kasus/Tugas Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A, B, C dst. sebagai berikut : 1. Jelaskan unsur – unsur yang ada dalam penerapan pendekatan saintifik dengan benar. 2. Menganalisis unsur kemampuan dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik 3. Menganalisis unsur materi
dalam penerapan langkah-langkah
pembelajaran saintifik
PPKn SMP K-8
228
4. Menganalisis unsur sumber belajar dan media pembelajaran dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik 5. Menganalisis unsur
penilaian dalam penerapan langkah-langkah
pembelajaran saintifik
G. Rangkuman 1. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. 2. Unsur kemampuan, materi, sumber belajar dan penilaian harus diperhatikan dalam penerapan pendekatan saintifik. 3. Pelaksanaan pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran melalui: a. Mengamati; b. Menanya; c. Mengumpulkan informasi/mencoba; d. Menalar/mengasosiasi; dan e. M engkomunikasikan. Evaluasi Instrumen evaluasi dapat diambil dari Latihan pada pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA http://www.scribd.com/doc/196107153/HO-2-1-2-Contoh-PenerapanPendekatan-Scientific-Dalam-Pembelajaran-Ppkn-SMP#scribd
229
KEGIATAN PEMBELAJARAN 13
ANALISIS ANTAR UNSUR DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PPKN SMP Oleh: Drs. AMZ. Supardono A. Latar Belakang Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan
mampu secara terus menerus memelihara,
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya adalah modul ― Perencanaan Pembelajaran‖ Modul tersebut merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP grade 1 Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjuk cara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
PPKn SMP K-8
230
3) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. Ruang lingkup
modul Analisis antar unsur dalam Penerapan Model
Pembelajaran PPKn SMP ini sebagai salah satu mata diklat PKB Grade -8 bagi guru mata pelajaran PPKn SMP meliputi (1) unsur kemampuan, materi,
sumber
belajar,
dan
penilaian
dalam
penerapan
model
pembelajaran (2) unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan beberapa alternatif model pembelajaran
B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Analisis antar unsur dalam penerapan model pembelajaran, agar mampu : 1. Menganalisis antar unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan model pembelajaran 2 Menganalisis antar unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan beberapa alternatif model pembelajaran
231
C. Peta Kompetensi .
unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan model pembelajaran Analisis antar unsur dalam penerapan model pembelajaran unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan beberapa alternatif model pembelajaran
(sbr: silabi diklat pasca UKG Mapel PPKn SMP P4TK PKN dan IPS Batu, 2015) D. Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran 1 Menganalisis antar unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan model pembelajaran 2 Menganalisis antar unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan beberapa alternatif model pembelajaran PPKn SMP E. Saran Cara Penggunaan Modul e.
Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas
f.
Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini .
g.
Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu
h.
Konsultasikan
dengan
Narasumber
bila
mengalami
kesulitan
mengerjakan tugas
PPKn SMP K-8
232
Pembelajaran
: Analisis antar unsur dalam Penerapan Model
Pembelajaran PPKn SMP A.
Tujuan 1. Dengan
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
menganalisis antar unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan model pembelajaran dengan benar. 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis antar unsur kemampuan,
materi, sumber belajar, dan penilaian dalam
penerapan beberapa alternatif model pembelajaran secara benar B.
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu menganalisis antar unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan model pembelajaran secara benar
2. Peserta
diklat
mampu
menganalisis
menganalisis
antar
unsur
kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan beberapa alternatif model pembelajaran secara benar
C.
Uraian Materi Pembelajaran 1. Analisis Proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran merupakan kegiatan pelaksanaan kurikulum yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju perubahanperubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut perlu ada keterpaduan yang sistematis antara komponenkomponen pembelajaran, yaitu unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan model pembelajaran dan unsur kemampuan, materi, sumber belajar, dan penilaian dalam penerapan beberapa alternatif model pembelajaran, dimana hal tersebut menjadi sangat penting terkait darimana dan bagaimana anak didik memperoleh pengetahuannya.
233
3. Unsur kemampuan Lebih lanjut Robbins (dalam Damar Saputro 2010:22) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu (1) Kemampuan intelektual (Intelectual ability) Merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental. (2) Kemampuan fisik (Physical ability) Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik. 4. Ruang Lingkup Materi PPKn SMP Ruang lingkup Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah sebagai berikut: 1) Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa 2) UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara 3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk Negara Republik Indonesia 4) Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi dan mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Dengan demikian PPKn lebih memiliki kedudukan dan fungsi sebagai berikut: 1) PPKn
merupakan
pendidikan
nilai,
moral/karakter,
dan
kewarganegaraan khas Indonesia yang tidak sama dan sebangun dengan civic education di USA, citizenship education di UK, talimatul muwatanah di negara-negara Timur Tengah, education civicas di Amerika Latin. 2) PPKn sebagai wahana pendidikan nilai, moral/karakter Pancasila dan pengembangan kapasitas psikososial kewarganegaraan Indonesia sangat koheren (runut dan terpadu) dengan komitmen pengembangan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan perwujudan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 UU No.20 Tahun 2003.
PPKn SMP K-8
234
Lingkup Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi PPKn di SMP/MTs Sesuai dengan Permendikbud tentang Standar isi dijelaskan bahwa tingkat
kompetensi dan ruang lingkup materi PPKn pada
SMP/MTs/SMPLB/PAKET B sebagai berikut :
Tingkat
Tingka
Kompetens
t Kelas
Kompetensi
Ruang Lingkup Materi
i 4
VII VIII
-
Menjelaskan
Komitmen
komitmen para
pendiri Negara dalam
pendiri Negara
merumuskan
dalam
menetapkan
merumus- kan
Pancasila.
dan
Proses
menetapkan
dan
Pancasila.
Undang-
Undang
Menganalisis
Dasar
Negara
proses
Republik
pengesah-an
Tahun 1945.
Undang-
Norma
UndangDasar
kepatutan
Repu-
berlaku
blik
para
dan
perumusan pengesahan
Indonesia
hukum
dan yang
dalam
Indonesia
kehidupanbermasyar
tahun 1945.
akat dan bernegara.
Menunjukkan
Harmoni
sikap toleransi
wilayah
dalam
dankehidupan dalam
makna
keutuhan
keberagaman
konteks NKRI.
dalam bingkai
Makna keberagaman
Bhinneka
suku,
Tunggal Ika.
budaya,
Menjelaskan
gender dalam bingkai
karakteristik
BhinnekaTunggal Ika.
agama,
ras,
dan
235
daerah tempat tinggalnya dalam kerangka NKRI. Menunjukkan perilaku menghargai dengan dasar: moral, norma, prinsip
dan
spirit kewarganegar aan. 4A
IX
Menunjukkan
Dinamika perwujudan
sikap
nilaidan
moral
dinamika
Pancasila
dalam
perwujudan
kehidupan
sehari-
Pancasila
hari.
dalam
Esensi
kehidupan
moral ancasila dalam
sehari-hari
Pembukaan Undang-
secara
Undang
individual dan
Negara
kolektif.
Indonesia
Menganalisis
1945.
nilai dan moral
Makna
yang
hukum yang berlaku
terkandung
dalam
dalam
kedamaian
Pembukaan
keadilan.
dalam
UndangUndang Dasar
PPKn SMP K-8
nilai
dan
Dasar Republik Tahun
ketentuan
perwujudan dan
Semangat persatuan dan kesatuan dalam
236
Negara
keberagaman
Republik
masyarakat.
Indonesia
Aspek-aspek
Tahun 1945.
pengokohan NKRI.
Menjelaskan masalah yang muncul terkait keberaga-man masyarakat dan
cara
pemecahannya. Menerapkan perilaku kewarganegaraan berdasarkan prinsip
saling
menghormati, dan menghargai dalam
rangka
pengokohanN KRI. Menghargai dan menghayati dengan dasar: kesadaran nilai,
moral,
norma, prinsip dan
spirit
keseluruhan entitas
237
kehidupan kebangsaan.
Tabel. 7. Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup PPKn *Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar jenjang SMP/MTs/SMPLB/Paket B sesuai dengan Permendikbud sebagaimana tercantum dalam lampiran 1. 5. Sumber Belajar Menurut Association Educational Comunication and Tehnology AECT (As’ari, 2007) sumbr belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Sumber belajar menurut AECT (Suratno, 2008) meliputi semua sumber yang dapat digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas belajar. Sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan tata tempat. Sudjana (Suratno, 2008), menuliskan bahwa pengertian Sumber Belajar bisa diartikan secara sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit diarahakan pada bahan-bahan cetak. Sedangkan secara luas tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian –
Secara
sumber sempit,
belajar yaitu
menurut buku
Ratno
atau
Dwi
bahan
Joyo cetak
S.Pd. lainnya.
– Secara luas, yaitu segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar. Edgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah,
segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
memfasilitasi belajar seseorang.
PPKn SMP K-8
238
Menurut Ahmad Sudrajat Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Secara umum sumber belajar dapat dikategorikan kedalam 6 (enam) jenis, yaitu: 1.
Pesan: informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain;
dapat berbentuk ide, fakta, makna dan data. 2.
Orang:
orang
yang
bertindak
sebagai
penyimpan
dan
menyalurkan pesan antara lain: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya. 3.
Bahan: barang-barang yang berisikan pesan untuk disampaikan
dengan menggunakan peralatan; kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian contohnya: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya. 4.
Alat/ perlengkapan: barang-barang yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang terdapat pada bahan misalnya: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya. 5.
Pendekatan/ metode/ teknik: prosedur atau langkah-langkah
tertentu dalam menggunakan bahan, alat, tata tempat, dan orang untuk menyampaikan pesan; misalnya: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya. 6.
Lingkungan/latar: lingkungan dimana pesan diterima oleh
pelajar; misalnya: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya
6. Penilaian Hasil Belajar (Permndiknas No. 103 Tahun 2014 ) Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam pedoman ini sebagai berikut.
239
1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi
sikap
spiritual
kompetensi pengetahuan,
dan
sikap
sosial,
dan kompetensi keterampilan yang
dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.
2. Pendekatan Penilaian adalah proses atau jalan yang ditempuh dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. 3. Bentuk Penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai capaian pembelajaran
peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja,
penilaian projek, dan penilaian tertulis. 4. Instrumen Penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap 5. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan
meliputi
ketuntasan
penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. 6. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan
tugas pada situasi yang sesungguhnya. 7. Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif. 8. Penilaian Tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok. 9. Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data, sampai pelaporan. 10. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. 11. Ulangan
Harian
adalah
penilaian
yang
dilakukan
setiap
menyelesaikan satu muatan pembelajaran.
PPKn SMP K-8
240
12. Ulangan Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan
pembelajaran
yang
diselesaikan
dalam
paruh pertama semester. 13. Ulangan Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester. 14. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada ranah sikap. 15. Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah pengetahuan. 16. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah keterampilan. Penerapan model pembelajaran f.
Penyusunan Model Pembelajaran PBL
Contoh MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING by disain: Supandi-p4tk pkn ips Batu – Malang 0b1233453008
SEKOLAH KELAS
Kompetensi
:
Dasar
: SMP NEGERI 1 BANJARAGUNG : IX (Sembilan)
3.3 Memahami aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 4.3 Menyaji hasil telaah tentang aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Topik
:
Aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sub Topik
:
Kepatuhan mentaati aturan hukum berlalu di masyarakat (termasuk berlalu lintas).
Indikator
:
1. Mendeskripsikan pengertian, macam, dan tujuan hukum. 2. Memberikan contoh macam-macam buku yang berlaku di masyarakat. 3. Menjelaskan tunjuan dibentuknya hukum. 4. Menjelaskan pentingnya hukum bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
241
5. Menggambarkan kondisi di masyarakat apabila warga masyarakat tidak mentaati ketentuan hukum. 6. Menunjukkan perilaku patuh para aturan berlalu lintas. 7. Menunjukkan perilaku patuh terhadap ketentuan peraturan/hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 8. Menelaah aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 9. Mempresentasikan hasil telaah tentang aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
:
Alokasi Waktu
2 X pertemuan ( 6 JP @ 40 menit)
FASE-FASE Fase 1 Orientasi didik
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1.
Peserta didik
dihadapkan pada masalah perwujudan
peserta
mentaati peraturan di lingkungan sekolah dan masyarakat
kepada
yaitu kesadaran masyarakat dalam mentaati aturan hukum berlalu lintas?‖(masuk kegiatan inti).
masalah 2.
Peserta didik diputarkan video perilaku berlalu lintas dan dilanjutkan membaca bahan ajar yang sudah disiapkan guru (terlampir di RPP).
3.
Tugas peserta: mengamati perilaku berlalu lintas melalui videodan membca bahan ajar yang sudah disaipkan guru.
4.
Peserta didik diminta untuk mencatat hasil-hal/ kejadian penting setelah melihat tayangan video dan membaca bahan yang disiapkan pendidik. (MENGAMATI)
Fase 2
1.
masing kelompok dengan anggota 6 orang..
Mengorganisasika n peserta didik
Peserta didik dikelompokkan secara heterogen, masing-
2.
Dengan bimbingan guru masing-masing kelompok ditugasi untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan video tersebut (MENANYA)
PPKn SMP K-8
242
Fase 3
1.
Guru membimbing peserta didik untuk mengumpulkan informasi guna menjawab pertanyaan tsb, dari berbagai
Membimbing penyelidikan individu
sumber, seperti buku, internet, media massa dan sumber-
dan kelompok
sumber lain. (MENGUMPULKAN DATA/INFORMASI) 2.
Guru
meminta
peserta
memecahkan/menemukan yang
diajukan,
guru
didik
untuk
berdiskusi
dari
pertanyaan
jawaban
memberikan
bimbingan
bila
ditemukan kesulitan. (MENGASOSIASI) Fase 4
1.
Mengembangkan
didik
secara
kelompok
diberi
tugas
untuk
melaporkan hasil perumusan pertanyaan dan pemecahan
dan menyajikan hasil karya
Peserta
masalah. 2.
Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan di depan kelas
hasil
diskusi
dipresentasikan
di
depan
atau
kelas
(bisa
dilaporkan
dipajang, secara
tertulis).(MENGOMUNIKASIKAN) 3.
Kelompok lain boleh memberikan masukan, sanggahan ataupun pertanyaan terhadap hasil kelompok presentasi.
Fase 5
1.
Guru membimbing peserta didik mengajak atau mencoba
Menganalisis dan
mengkaji ulang hasil pemecahan masalahan yang sudah
mengevaluasi proses
dirumuskan untuk disimpulkan bersama.(MENYIMPULKAN
pemecahan masalah
HASIL BELAJAR) 2.
Guru
melakukan refleksi pembelajaran dengan cara
meminta peserta didik untuk menanyakan: 2.1 Apakah belajar hari ini bermanfaat bagi kalian? 2.2 Kesan/hikmat apa yang bisa diambil dari pembelajaran hari ini? 2.3. Perilaku seperti apa yang harus ditunjukkan ketika kita dihadapkan
dengan
norma-nomra
yang
berlaku
di
masyarakat, termasuk norma lalu lintas? 3.
Guru meminta peserta didik untuk membuat gerakan tentang
Gerakan Sadar dan Tertib Berlalu Lintas,
Misalnya: Kelas membuat Kesepakatan bersama antara lain (1) selalu memakai helm ketika berspeda motor, (2) selalu
243
menyalakan lampu, (3) tidak ngebut dalam mengendarai motor,
(4)
Berangkat
lebih
awal,
(5)
Tidak
akan
mengemudikan motor karena masih di bawah 17 tahun, (5) selalu memperhatikan keselamatan diri dan orang lain mengendarai kendaraan bermotor. Tabel 8 Contoh Pembelajaran Problem Based Learning g.
Penyusunan Model Pembelajaran PjBL
CONTOH PERANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN PjBL By supandi – p4tk PKn IPS Kota Batu -Jatim Kompetensi Dasar
:
3.3 Memahami aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 4.3 Menyaji hasil telaah tentang aturan hukum yang berlaku
dalam
kehidupan
bermasyarakat
dan
bernegara. Topik
:
Aturan
hukum
yang
berlaku
dalam
kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Sub Topik
:
Indikator Pencapaian
: 1. Mendeskripsikan pengertian, macam, dan tujuan hukum.
Kompe-tensi
Kepatuhan menaati aturan hukum berlalu lintas
2. Memberikan contoh macam-macam buku yang berlaku di masyarakat. 3. Menjelaskan tunjuan dibentuknya hukum. 4. Menjelaskan
pentingnya
hukum
bagi
kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. 5. Menggambarkan kondisi di masyarakat bagi pengguna jalan raya apabila warga masyarakat tidak mentaati ketentuan hukum dalam berlalu lintas. 6. Menunjukkan perilaku patuh para aturan berlalu lintas. 7. Menunjukkan
perilaku patuh terhadap ketentuan
peraturan/hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 8. Menelaah
aturan
hukum
yang
berlaku
dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 9. Mempresentasikan hasil telaah tentang aturan hukum
PPKn SMP K-8
244
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Alokasi Waktu
TAHAPPEMBELAJARAN PjBL 1. Penentuan pertayaan
:
2 kali pertemuan (6 JP)
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1.
mendasar
Peserta
didik
kecelakaan
lalu
mengamati lintas
gambar-gamabr
melalui
video
yang
disediakan guru (terlampir). 2.
Guru
memberi
komenter:
―setelah
melihat
tayangan video tersebut, kira-kira apa yang menarik untuk dipelajari hari ini? Silahkan angkat tangan?
Misal
pendapat
peserta
didik
―
Kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas‖. 3.
Guru mengajukan pertanyaan lagi: ― Kalau begitu bagaimana melihat kesadaran masyarakat dalam berlalu
lintas?‖
Misalnya
peserta
didik
mengemukakan: ―melakukan observasi terhadap pengguna jalan di jalan raya?‖ 4. 2. Menyusun
1.
perencanaan proyek
Guru menyetuji dan memberi arahan. Musyawarahkan dengan seluruh anggota kelas untuk merencanakan kegiatan, misalnya (a) Topik yang diobservasi (b) Tujuan yang dicapai dalam observasi, (c) kapan observasi dilakukan, (d) tempat observasi, (e) apa saja focus
observasi,
(f)
format
yang menjadi observasi
yang
diperlukan, (g) pengolahan data, (h) laporan hasil observasi. 2.
Tentukan waktu pelaksanaannya sesuai dengan kegiatan
pembelajaran.(Misalnya
1
minggu,
observasi dilakukan pada hari minggu) melalui tugas kelompok.
245
3.
Laksanakan dengan keterlibatan seluruh anggota kelas.(Misalnya setiap anggota kelompok harus mencatat hasil observasi pelanggaran berlalu lintas).
4.
Susun
laporan
sesuai
dengan
kaidahnya
(Misalnya sistematikan terlampir). 5.
Sertakan
kendala
langkah-langkah
pelaksanaan
dan
penyelesaiannya,
uraikan walaupun
bersifat sementara. 6.
Selamat
bekerja,
mudah-mudahan
hasil
kreativitasmu dalam menyusun laporan dapat bermanfaat dansemangat! 3. Menyusun jadwal
1.
Kesepakatan bahwa Observasi dilakukan hari minggu tgl. … Bulan … 2015 secara berkelompok.
2.
Hasil obervasi dilaporkan para pertemuan minggu berikutnya dalam bentuk tertulis dan bahan tayangan.
3.
Setiap
kelompok
melalui
wakilnya
mempresentasikan di depan kelas melalui power point. 4. Monitoring
1. Sesuai dengan jadwal guru menanyakan: ―apakah semua kelompok sudah melakukan observasi? Apakah sudah menyiapkan Laporan?‖ 2. Bahan
laporan
bisa
dikumpulkan
sebelum
pembelajaran di mulai. 5. Menguji hasil
1.
Silahkan
setiap
kelompok
mempersiapkan
presentasi melalui power point di depan kelas. 2. Guru dan peserta didik bebas bertanya terhadap hasil presentasi kelompok. 6. Evaluasi pengalaman
1. Guru menanyakan dari hasil kalian mengamati pengguna jalan di jalan raya terhadap kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas, misalnya: a.
PPKn SMP K-8
Pelajaran apa yang kalian dapatkan?
246
b.
Dari pengelaman tersebut apakah bermanfaat bagi kalian?
c.
Kerugian apa yang bisa menimpa pada diri kalian bila melanggar peraturan berlalu lintas?
Tabel 1.10. Contoh Pembelajaran Projek Based Learning Pada pembelajaran berbasis proyek, tugas proyek harus jelas sehingga hasilnya dapat dinilai sesuai rubrik penilaian proyek. Berikut ini contoh lembar tugas proyek dan instrumen penilaiannya. a. Lembar Kerja Tugas Proyek Untuk mengerjakan proyek, peserta diberi panduan kerja agar tugas dapat dikerjakan secara efektif dan efisien.Pada lembar kerja tugasproyek dicantumkan petunjuk kerja baik untuk kegiatan tatap muka maupun tugas diluar kegiatan tatap muka. Tabel 1.11. Contoh lembar kegiatan dan format laporan Pembelajaran Berbasis Proyek KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK Mata pelajaran
: PPKn
Kelas/semester
: IX/semester 1
Topik
:
Aturan hukum yang berlalu dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Sub topik :
Kesadaraan mentati aturan hukum berlalu lintas.
Tugas
: Melakukan pengamatan di jalan raya untuk mengidentifikasi
kesadaran para
pengguna jalan dalam mematuhi aturan berlalu lintas, jenis
pelanggaran, jenis
pengendara kendaraan bermotor yang melanggar aturan
berlalu lintas. PENTUNJUK UMUM Tugas Proyek diluar kegiatan tatap muka 1.
Pelajari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tenang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. 2.
Buat rancangan pengamatan bagi pengguna jalan raya yaitu kesadaran
mentaati aturan berlalu lintas. 3.
Membuat laporan hasil pengamatan lengkapi dengan foto-foto,
gambar-gambar, grafik, dan sebagainya.
247
4.
Semua hasil akan di bahas pertemuan minggu depan siapkan laporan
secara tertulis dan buatlah bahan tayang untuk dipresentasikan di kelas. (bisa pajangangan, tulisan, bahan tayang melalui power point) Tugas Proyek disekolah 1.Setelah Anda melakukan pengamatan di jalan raya, kemudian
laporkan
hasilnya secara tertulis sesuai dengan sistematikan laporan yang disetujui bersama. 2.Siapkan
bahan tayang dengan menggunakan program power point untuk
dipresentasikan, di pajang di diding, depan kelas dan lainnya. 3.Lakukan diskusi, Tanya jawab serta memberi tanggapan hasil presentasi.
Catatan: Bentuk laporan dan sistematika laporan dapat dirumuskan bersama antara pendidik dengan peserta didik disesuaikan dengan substansi dan kebermaknaan bagi pembelajar. Penyusunan Model Pembelajaran DL
b.
Penyusunan Model Pembelajaran Kooperatif teknik Think Paire
and Share Model PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIRE AND
SHARE (Pembelajaran kooperatif
berpikir berpasang-pasangan dan curah
pendapat) Tabel 9. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Paire And Share Kompetensi
: 3.3
Dasar
Memahami
aturan
hukum
yang
berlaku
dalam
kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. 4.3
Menyaji hasil telaah tentang aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
Topik
:
/Tema Sub
Aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
:
Kesadaran masyarakat dalam mematuhi peraturan berlalu lintas.
Topik/Tema
PPKn SMP K-8
248
Indikator
: 1.
Mendeskripsikan pengertian, macam, dan tujuan hukum.
pencapaian
2.
Memberikan contoh macam-macam aturan hukum di masyarakat.
kompetensi
3.
Menjelaskan tujuan dibentuknya aturan hukum.
4.
Menjelaskan
pentingnya
aturan
hukum
bagi
kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. 5.
Menggambarkan contoh kondisi di masyarakat apabila warganya tidak mentaati ketentuan aturan hukum.
6.
Menunjukkan contoh manfaat
perilaku seseorang yang patuh
terhadap aturan hukum yang berlaku termasuk aturan
berlalu
lintas. 7.
Menunjukkan contoh perilaku peserta didik yang patuh terhadap aturan yang berlaku di sekolah.
8.
Menelaah
aturan
hukum
yang
berlaku
dalam
kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Alokasi
:
2 X pertemuan (6 JP @ 40 menit)
Waktu
N o.
Prosedur Pendekatan
Uraian
Contoh Kegiatan Dalam Pembelajaran
Scientific
)
Mengamati A.
Melihat,
a.Peserta didik di pasang-pasangkan (paire)
(Observing
Membaca,
secara acak.
Mendengar,
b.Guru menayang video pelanggaran berlalu
Meraba,
lintas dan video kecelakaan berlalu lintas dan
Mencium,
peserta didik diminta untuk mencermati baik-
Mencicip
baik. c.Setelah itu dilanjutkan peserta didik diminta untuk membaca, mengamati atau menelaah grafik kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun (terlampir melalui power point). d.Peserta
didik
diminta
untuk
mengamati
tayangan gambar/video. Dan mencatat hal
249
yang menarik untuk dibahas. Menanya B. (Questioning)
Menanya
a.Secara pasangan peserta didik diminta untuk membuat pertanyaan dari hasil tayangan video, power point tentanng grafik angka kecelakaan lalu lintas tersebut
sebanyak-
banyaknya.. b.Misalnya
hasil
eksplorasi
belajar
berpasangan-pasangan peserta didik mampu merumuskan pertanyaan-pertanyaan sbb: o
Mengapa terjadi kecelakaan
o
Apa faktor penyebab kecelakaan?
o
Apakah penting mentaati aturan hukum yang berlaku termasuk peraturan lalu lintas? Dan apa alasannya.
o
Apa akibat bila tidak mentaati rambu-rambu lalu lintas?
o
Kerugian apa yang ditrima bila kecelakaan
itu
meninpa
diri
kalian? o
Siapa yang paling susah selain kalian
ketika
kecelakaan
itu
menimpa dirimu? o
Apa dirasakan ketika kecelakaan itu
hingga
menimbulkan
kematian?. o
Apakah kecelakaan bisa dihindari sebelum menimpa diri kalian? Dan bagaimana caranya?
o
Apa yang harus kalian lakukan agar kecelakaan lalu lintas tidak menimpah diri kalian?
o
PPKn SMP K-8
Bagaimana sikap dan perilaku
250
dalam berlalu lintas di jalan raya? o
Setujukah
kalian
dengan
pernyataan ini bahwa kecelakaan lalu
lintas
di
kecerobohnan
awali
dari
para pengguna
jalan? Berikan alasannya!. o
Aksi-aksi nyata apa yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah terkait dengan kesadaran berlalu lintas?
c.
Hasil
rumusan
pertanyaan
tersebut
disepakati untuk dijadikan bahan pembahasan yang bermakna bagi peserta didik. Mengumpu C.
Mencari
a.Guru
membimbing
lkan
informasi
berpasang-pasangan
informasi/dat
Membaca
sumber-sumber belajar yang dapat digunakan
a
buku
rujukan
untuk
peserta
didik
untuk
menemukan
menjawab
yang
pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan siswa sendiri. b.Dari sumber belajar selanjutkan peserta didik memilih dijadikan
informasi-informasi rujukan
untuk
yang
dapat
memecahkan
pertanyaan tersebut. Menalar D. (Associating)
Berpikir kritis
a.Peserta didik secara berpasangandiminta
Menarik
untuk merumuskan jawaban dari pertanyaan
kesimpulan
yang diajukan oleh peserta didik.
Mendialogkan
b.Bila sudah selesai dirumuskan jawaban
Mendiskusika
secara berpasangan, guru meminta kepada
n
peserta didik, agar setiap pasangan memilih
Mengomunika
pasangan lain bergabung menjadi kelompok
-sikan
kecil terdiri dari 4 orang siswa. c.Guru menugaskan setiap kelompok belajar (4 orang) untuk share , berbagi pendapat dari rumusan jawaban yang telah dihasilkan dan
251
setiap anggota kelompok diberi kebebasan untuk berpendapat. Mengomun E.
Kolaborasi
a.Setiap kelompok belajar kecil (terdiri 4 orang)
ikasi-kan dan
dalam
untuk menyajikan hasil kerjanya di depan
membuat
memecahkan
kelas,
jejaring
masalahyang
hingga perumusan jawabannya.
diajukan.
b.Kelompok
mulai
dari
perumusan
belajar
yang
pertanyaan
lain
menanggapi hasil hasil sajian
bebas kelompok
penayang c.Kelompok belajar penayang menanggapi balik. Menyimpul F. kan
Memaknai
a.Peserta didik dan guru menyimpulkan materi
perilaku
pembelajaran. b.Kesadaran menaati terhadap norma yang berlaku, harus tumbuh dari diri seseorang sehingga akan timbul keteraturan/ketertiban masyarakat.
Praktik G.
Mempraktikan
Guru menugaskan kepada peserta didik untuk
kewarganegar
hasil
membuat gerakan di kelasnya yaitu ― Gerakan
aan
dalam
disiplin dalam berlalu lintas‖ yang dilaksanakan
kehidupan
oleh masing-masing peserta didik.
belajar
D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Analisis antar unsur dalam Penerapan Model Pembelajaran PPKn SMP ‖ sebagai berikut : KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiat an Penda huluan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan a. menyiapkan
peserta
Waktu diklat
agar
termotivasi 15 menit
mengikuti proses pembelajaran; b. mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat.
PPKn SMP K-8
252
c. menyampaikan tujuan dan garis besar cakupan materi analisis antar unsur dalam Penerapan Model Pembelajaran
Kegiat
Membagi peserta diklat ke dalam beberapa kelompok (
an Inti
sesuai dengan tipe STAD) dimana langkah-langkahnya 240 menit sebagai berikut : 1) Instruktur memberi informasi proses pelatihan yang akan dilakukan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang analisis antar unsur dalam Penerapan Model Pembelajaran dengan menggunakan contoh yang kontekstual.. 2) Kelas dibagi menjadi 6 kelompok ( A, B, C, …….s/d kelompok ) masing-masing beranggotakan 5 orang. 3)
Instruktur
memberi
tugas
mencari
sumber
informasi/data untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan
yang
diajukan
dan
ditanyakan
peserta diklat. Peserta bebas mengambil dan menemukan sumber belajar, termasuk dari internet. 4) Berdasarkan kelompok yang sudah dibentuk: setiap kelompok melakukan diskusi untuk memecahkan permasalahan yang diajukan peserta didik hingga selesai
dalam
waktu
yang
sudah
ditetntukan
instruktur. 5)
Peserta
diklat
mengerjakan
kuis
tentang
permasalahan konsep pembelajaran yang telah disepakati bersama 6) Melaksanakan penyusunan laporan hasil diskusi. 7)
Masing masing kelompok melakukan presentasi
hasil diskusi. 8)
Instruktur/Nara
sumber
memberikan
klarifikasi
berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok .
253
Kegiat
9) Narasumber
an
bersama-sama
dengan
peserta
menyimpulkan hasil pembelajaran
Penutu
10)
p
melakukan refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan. 11)
memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran. 12)
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran.
E. Latihan/Kasus/Tugas Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A, B, C dst. sebagai berikut : 1. Analisislah antar unsur kemampuan, materi, sumber belajar, penilaian dalam penerapan model pembelajaran dengan benar. 2. Apa hubungan unsur kemampuan, materi, sumber dan penilaian dalam penerapan model pembelajaran. 3. Mengapa anda perlu menganalisis unsur-unsur kemampuan, materi, sumber dan penilaian dalam penerapan model pembelajaran. 4. Bagaimana caranya agar dengan unsur-unsur kemampuan, materi, sumber , penilaian, serta pemilihan model pembelajaran dapat mencapai tujuan pada KI 1 kompetensi sikap spiritual, KI 2 Kompetensi sikap sosial . KI 3 Kompetensi pengetahuan dan dan KI 4 kompetensi ketrampilan
F. Rangkuman 1. Pengertian
kemampuan (abilty) adalah kecakapan atau potensi
menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. 2. Lingkup Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi PPKn di SMP/MTs Sesuai dengan Permendikbud
PPKn SMP K-8
254
3. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau digunakan seseorang untuk memfasilitasi segala kegiatan belajar, baik itu secara terpisah maupun secara terkombinasi agar dapat mempermudah seseorang dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Dan secara umum sumber belajar dapat dikategorikan kedalam 6
(enam)
jenis, yaitu:Pesan, Orang, Bahan:Alat/ perlengkapan, Pendekatan/ metode/ teknik dan Lingkungan/latar 4. Penilaian pembelajaran dilakukan dengan penilaian sikap spiritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan 5. Model Pembelajaran PPKn antara lain DL, PBL dan PjBL Evaluasi Instrumen evaluasi dapat diambil dari Latihan pada pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA https://aldham.wordpress.com/2011/09/22/sumber-belajar-menurut-paraahli-beserta-6-jenis-sumber-belajar-secara-umum/ http://pembelajaran-pendidikan.blogspot.co.id/2012/04/jenis-jeniskemampuan-pada-anak.html Sadiman, Arief S.dkk.2007.Media Pendidikan.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. Zaman,Badru dkk. 2008.Media dan Sumber Belajar Siswa TK.Jakarta: Universitas Terbuka.
255
KEGIATAN PEMBELAJARAN 14
ANALISIS RELEVANSI PENILAIAN HASIL BELAJAR PPKN SMP Oleh: Nurul Qomariyah, S.Pd. A. LATAR BELAKANG Penilaian dalam proses pendidikan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lainnya khususnya pembelajaran. Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar,
dan
perbaikan
hasil
belajar
peserta
didik
secara
berkesinambungan. Penegasan tersebut termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki peran antara lain untuk membantu peserta didik mengetahui capaian pembelajaran (learning outcomes). Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh pendidik, pendidik dan peserta didik dapat memperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar. Sementara itu penilaian hasil belajar disekolah baru sekedar sebagai capaian hasil belajar , belum dijadikan alat untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar, bagi peserta didik sudah memiliki arah yang jelas mengenai apa yang harus diperbaiki dalam belajar, tetapi belum semua merefleksi diri sebagai perbaikan diri dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru yang belum maksimal dalam menerapkan penilaian autentik
juga
menjadikan
penilaian
hasil
belajar
diragukan
keautentikannya, sementara itu Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment), yang diyakini bahwa
penilaian
autentik
lebih
mampu
memberikan
informasi
kemampuan peserta didik secara holistik dan valid.
PPKn SMP K-8
256
Pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan wujud pelaksanaan tugas profesional pendidik sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penilaian hasil belajar oleh pendidik tidak terlepas dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik menunjukkan kemampuan guru sebagai pendidik profesional Sebagai pendidik yang profesional, marilah dari
penilaian hasil
belajar dijadikan alat untuk memperbaiki diri secara terus menerus, baik dalam pembuatan rencana pembelajaran maupun saat pelaksanaannya dengan berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran yang selalu dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal.
B. TUJUAN Tujuan pembuatan
Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada
peserta diklat Mata Pelajaran PPKn SMP agar mampu : 1. Menganalisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap kompetensi yang ingin dicapai 2. Menganalisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap tingkatan kemampuan 3. Menganalisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap proses pembelajaran 4 Menganalisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap ketuntasan belajar
257
C. PETA KOMPETENSI sesuai silabus diklat dari P4TK tahun 2015
Kompetensi yang ingin dicapai
Analisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap
Tingkatan kemampuan
Proses Pembelajaran
Ketuntasan Belajar
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan: 1. Analisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap kompetensi yang ingin dicapai 2. Analisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap kemampuan 3. Analisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap proses pembelajaran 4. Analisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap ketuntasan belajar E. SARAN PENGGUNAAN MODUL Modul ini terdiri dari 2 Kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 disajikan Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai kompetensi yang ingin dicapai dan Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai tingkatan kemampuan tertuang dalam no 1 dan 2 dalam Ruang Lingkup PPKn. Kegiatan Belajar 2 disajikan Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai proses pembelajaran dan Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai ketuntasan belajar tertuang dalam no 3 dan 4 dalam Ruang Lingkup PPKn.
PPKn SMP K-8
258
Untuk membantu Anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini: 1.
Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. 2.
Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-
kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda miliki. 3.
Cobalah anda tangkap pengertian demi pengertian dari isi modul ini
melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman sejawat 4.
Untuk memperluas wawasan, baca lampiran II tentang silabus mata
pelajaran PPKN dan lampiran III tentang pedoman mata pelajaran PPKn dari permen 58 tahun 2014
dan lampiran permen 104 tahun 2015 tentang
penilaian sebagai bahan acuan mendasar serta pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet. 5.
Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul
dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat. 6.
Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan
belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini.
Selamat belajar !
Kegiatan Belajar A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Dengan membaca, Lampiran ll permen 58 tahun 2014 tentang silabus mata pelajaran PKn SMP, lampiran Permen 104 tentang penilaian dan berdiskusi peserta diklat mampu mengaitkan relevansi penilaian hasil belajar terhadap kompetensi yang ingin dicapai secara benar 2. Dengan membaca Permen 81 A Implementasi Kurikulum 2013 , Lampiran Permen 104 tentang
penilaian
dan berdiskusi peserta diklat mampu
259
menganalisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap
kemampuan
secara benar B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Peserta diklat mampu menyimpulkan penilaian hasil belajar sesuai kompetensi yang ingin dicapai 2. Peserta diklat mampu mengaitkan relevansi penilaian hasil belajar sesuai kompetensi yang ingin dicapai 3. Peserta diklat mampu
merasionalkan penilaian hasil belajar sesuai
tingkatan kemampuan 4. Peserta diklat mampu menganalisis relevansi hasil belajar sesuai tingkatan kemampuan C. URAIAN MATERI 1.Penilaian Hasil Belajar sesuai kompetensi yang ingin dicapai : a) Sesuai permen 104 th 2015 tentang penilaian : Pendidikan
berdasarkan
standar
(standard-based education),
kurikulum berdasarkan kompetensi (competency-based curriculum), dan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) penilaian proses dan hasil belajar merupakan parameter tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran perlu dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Didalam tujuan penilaian pendidik
secara
dalam merencanakan penilaian sesuai akan
individual
dengan
atau
kelompok
kompetensi
yang
dicapai, mengembangkan dan melaksanakan penilaian sesuai
dengan ruang lingkup penilaian, teknik, dan instrumen sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya; Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti
tentang
kompetensi sikap pengetahuan,
dan
capaian
spiritual kompetensi
pembelajaran dan
sikap
keterampilan
peserta sosial, yang
didik
dalam
kompetensi
dilakukan
secara
terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran, dengan mengacu pada silabus PKn SMP. Serta
PPKn SMP K-8
untuk mengetahui
tingkat
260
penguasaan
kompetensi
dalam
sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik. b) Sesuai permen 81 A tentang implementasi Kurikulum 2013 : Pelaksanaan penilaian dan hasil belajar : Penilaian portofolio dapat dilakukan untuk menilai kompetensi dasar tentang berinteraksi dengan teman dan menyaji bentuk partisipasi kewarganegaraan. Kedua kompetensi dasar ini merupakan praktik kewarganegaraan yang dapat dilaksanakan pada setiap materi pembelajaran. Tekhnik bentuk penilaian Deskripsi sikap memuat uraian secara naratif pencapaian
kompetensi
sikap
sesuai
dengan
kompetensi
inti
dan
kompetensi dasar setiap mata pelajaran . Deskripsi sikap pada setiap mata pelajaran menguraikan kelebihan sikap peserta didik, dan sikap yang masih perlu ditingkatkan.
Contoh uraian deskripsi sikap dalam mata pelajaran
antara lain : (1) Menunjukkan sikap yang baik dalam kejujuran, disiplin, perlu ditingkatkan sikap percaya diri (2) Menunjukkan sikap yang baik dalam kejujuran, disiplin, dan percaya diri c) Strategi dasar penilaian PKn KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal
yang
ditentukan
oleh
satuan
pendidikan dengan
mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Sejalan dengan ini maka guru didorong untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) serta tidak berorientasi pada pencapaian target kurikulum semata 2. Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai kompetensi yang ingin dicapai: a) Kompetensi Dasar yang ada pada silabus mata pelajaran PKn menjadi acuan dasar dalam pembuatan indikator pencapaian kompetensi dalam Rencana pelaksanaan pembelajaran sekaligus penanda dalam pencapaian hasil belajar pembelajaran juga sebagai alat ukur dalam pencapaian kompetensi dasar tersebut. b) Penilaian hasil belajar merupakan hasil dari pencapaian kompetensi pada proses pembelajaran baik didalam lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
261
c) Dapat disimpulkan ketika penilaian hasil belajarnya kurang baik maka proses pembelajarannya juga kurang baik, apakah dikarenakan pembuatan perancangannya pembelajaran, atau pelaksanaan pembelajarannya. Bagaimana dengan penilaian hasil belajar yang anda laksanakan? Apakah sudah memenuhi kompetensi dasar sikap spiritual
dan
sikap
sosial,
kompetensi dasar pengetahuan, dan kompetensi dasar keterampilan yang ingin dicapai sesuai acuan dasar dari silabus? Mari kita refleksi diri kita sendiri untuk perbaikan yang optimal dan profesional. Mungkinkah dikarenakan kekeliruan dalam menjabarkan Kompetensi dasar kedalam
indikator
pencapaian
kompetensi
pada
rencana
pelaksanaan
pembelajaran? Coba anda pelajari dalam pembuatan indikator pencapaian kompetensi harus sesuai dengan tingkatan kemampuan. 3. Penilaian Hasil Belajar sesuai tingkat kemampuan: PenilaianHasilBelajarolehPendidikmencakupkompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan, setiap kompetensi mempunyai tingkatan kemampuan. a) Tingkatan kemampuan kompetens Sikap Spritual dan Sosial 1. Menerima nilai 2. Menanggapi nilai 3. Menghargai nilai 4. Menghayati nilai 5. Mengamalkan nilai (sumber: Olahan Krathwohl dkk.,1964) b) Tingkatan Kemampuan Pengetahuan berpikir 1. Mengingat: mengemukakan kembali apa yang sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya, tanpa melakukan perubahan 2. Memahami: Sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah. 3. Menerapkan: Menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/belum dipelajari 4. Menganalisis: Menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap
suatu
informasi
yang
belum
diketahuinya
dalam
mengelompokkan informasi, menentukan keterhubungan antara satu
PPKn SMP K-8
262
kelompok/ informasi dengan kelompok/ informasi lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya lainnya 5.Mengevaluasi:Menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria 6. Mencipta: Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada sehingga hasil tersebut merupakan satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen yang digunakan untuk membentuknya (sumber: Olahan Anderson, dkk. 2001). c) Tingkatan Kemampuan Ketrampilan Abstrak 1.Mengamati 2.Menanya 3. Mengumpulkan informasi/mencoba 4.Menalar/mengasosiasi 5. Mengomunikasikan (Sumber: Olahan Dyers) Terkait Indikator pencapaian kompetensi dan proses penilaian agar diuukur capaian hasil belajar didalam Lampiran III permen 58 tentang implementasi Kurikulum 2013: (a) Pelaksanaan Penilaian ; proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam membuat rancangan
dan
kriteria
penilaian
pada
awal
semester.
Setelah
menetapkan kriteria penilaian, pendidik memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator dan mengembangkan instrumen serta pedoman penyekoran sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih.(b) Tehnik dan bentuk penilaian :Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun
tidak
langsung
dengan
menggunakan pedoman
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Instrumen yang digunakan berupa pedoman observasi menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. (b) Penilaian Pengetahuan tahapan ini perlu dipahami guru dalam menyusun indikator pencapaian komtensi dalam meyusun kisi-kisi penilaian. 4. Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai tingkatan kemampuan kompetensi sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan.
263
a) Indikator pencapaian kompetensi dijabarkan dari kompetensi dasar, setiap kompetensi dasar baik sikap spritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan mempunyai tingkatan kemampuan yang harus dicapai. b) Indikator pencapaian kompetensi yang sudah sesuai dengan tingkatan kemampuan kompetensi dasar spritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan dijadikan penanda dan alat ukur dalam membuat instrumen penilaian, apakah itu penilain sikap spritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan. c) Ketika ada kekeliruan pada penjabaran indikator pencapaian kompetensi pada kompetensi dasar belum sesuai dengan tingkatan kemampuan, padahal menjadi
alat ukur instrumen penilaiannya,
maka alat ukur
instrumen penilaian tersebut diragukan atau tidak dapat menjadi penanda ketercapaian kompetensi dasar yang mengacu pada silabus. d) Apalagi jika pembuatan rubrik penilaiannya tidak mengacu kepada indikator pencapaian kompetensi dan kompetensi dasar sesuai tingkatan kemampuan, maka penilaian hasil belajarnya tidak valid
D. AKTIFITAS PEMBELAJARAN Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Analisis relevansi penilaian hasil belajar PPKn SMP sesuai kompetensi yang ingin dicapai dan tingkatan kemampuan ‖ sebagai berikut : KEGIATAN PEMBELAJARAN a) Pendahuluan (15 Menit ) 1. Menyiapkan peserta diklat agar termotivasi mengikuti proses pembelajaran; 2. Mengantarkan suatu permasalahan tentang penilaian hasil belajar yang diterapkan belum mencakup seluruh kompetensi 3. Menyampaikan tujuan dan garis besar cakupan materi Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai kompetensi yang ingin dicapai dan Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai kemampuan b) Kegiatan Inti ( 90 Menit ) 1. Peserta diklat dikelompokkan menjadi 6 kelompok, masing-masing 5 peserta 2. Instruktur membimbing peserta diklat
menyusun pertanyaan tentang
penilaian hasil belajar, kompetensi dasar yang ingin dicapai, tingkatan kemampuan dalam tiap kompetensi, indikator pencapaian kompetensi
PPKn SMP K-8
264
3. Peserta diklat menjawab pertanyaan dengan membaca Permen 81A implementasi Kurikulum 2013, Lampiran II dan III Permen 58 tahun 2014.Lampiran permen 104 tahun 2015 4. Peserta
diklat
menghubungkan
berbagai
informasi
untuk
mengambil
kesimpulan tentang analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai kompetensi yang ingin dicapai dan analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai tingkatan kemampuan. 5. Peserta diklat secara kelompok menyajikan hasil diskusi di depan kelas. 6. Perserta diklat menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Kegiatan Penutup ( 30menit) 1. Narasumber
bersama-sama
dengan
peserta
menyimpulkan
hasil
pembelajaran 2. melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4. Mengerjakan soal latihan/tugas/kasus 5. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran. Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas serta mengerjakan tugas diskusi yang diberikan kegiatan belajar, kini tiba saatnya anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman anda. E. LATIHAN/ TUGAS/ KASUS 1. Amatilah penilaian hasil belajar raport untuk mata pelajaran PPKn kelas 9 Dari penilaian hasil belajar PPKn diatas, Apakah sudah menggambarkan pencapaian
kompetensi
spritual,
sosial,
pengetahuan
dan
ketrampilan?
Bandingkan dan tuliskan yang belum dan sudah sesuai kompetensi dasarnya dengan silabus dari
deskripsi rapot tersebut? Jika ada yang belum sesuai,
Betulkan deskripsi rapot tersebut.
265
DAFTAR NILAI SISWA SMP NEGERI 4 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 BACK TO DATA
copyright©2014 by teguhedy(call/sms 081931842436)
Mapel PPKn KELAS 9 A
17:28:54
67
BATAS KETUNTASAN KI-3 DAN KI-4
2
3
4
5
Sudah terampil untuk Telah memiliki semua nilai kompetensi dasar dengan TUNTAS seluruh kompetensi dengan predikat SANGAT MENGUASAI. . SANGAT MENGUASAI keterampilan dengan khususnya pada materi Dinamika Perwujudan Pancasila sebagai 8245 AKBAR PUTRA WAHYU DIANTO L 3,52 A3,30 B+ predikat TERAMPIL. Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa,Pokok Pikiran Memperoleh nilai SANGAT Pembukaan UUDRI 1945,Kepatuhan terhadap hukum,Berbudi TERAMPIL pada Pekerti Luhur Sesuai dengan Pancasila,Ujian Tengah Semester,. Portofolio, Telah memiliki semua nilai kompetensi dasar dengan TUNTAS Sudah terampil untuk dengan predikat SANGAT MENGUASAI. . SANGAT MENGUASAI seluruh kompetensi khususnya pada materi Dinamika Perwujudan Pancasila sebagai keterampilan dengan 8254 AMALIAH NUR FIRDAUS P 3,61 A- Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa,Pokok Pikiran 3,74 A- predikat SANGAT Pembukaan UUDRI 1945,Kepatuhan terhadap hukum,Berbudi TERAMPIL. Memperoleh Pekerti Luhur Sesuai dengan Pancasila,Ujian Tengah Semester,Ujian nilai SANGAT TERAMPIL Akhir Semester,. pada Portofolio, Proyek. Sudah terampil untuk Telah memiliki semua nilai kompetensi dasar dengan TUNTAS seluruh kompetensi dengan predikat MENGUASAI . SANGAT MENGUASAI khususnya keterampilan dengan pada materi Dinamika Perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara 8258 ANASTASIA SYAHIDAH FIRDAUS P 3,48 B+ 3,61 A- predikat SANGAT dan Pandangan Hidup Bangsa,Pokok Pikiran Pembukaan UUDRI TERAMPIL. Memperoleh 1945,Kepatuhan terhadap hukum,Berbudi Pekerti Luhur Sesuai nilai SANGAT TERAMPIL dengan Pancasila,Ujian Tengah Semester,. pada Praktek,Portofolio, Sudah terampil untuk Telah memiliki semua nilai kompetensi dasar dengan TUNTAS seluruh kompetensi dengan predikat SANGAT MENGUASAI. . SANGAT MENGUASAI keterampilan dengan khususnya pada materi Dinamika Perwujudan Pancasila sebagai 8265 ARIEL GUSTIONO L 3,60 A3,55 A- predikat SANGAT Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa,Pokok Pikiran TERAMPIL. Memperoleh Pembukaan UUDRI 1945,Kepatuhan terhadap hukum,Berbudi nilai SANGAT TERAMPIL Pekerti Luhur Sesuai dengan Pancasila,Ujian Tengah Semester,. pada Praktek,Portofolio, Sudah terampil untuk Telah memiliki semua nilai kompetensi dasar dengan TUNTAS seluruh kompetensi dengan predikat MENGUASAI . SANGAT MENGUASAI khususnya keterampilan dengan pada materi Dinamika Perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara 8276 BRIAN TEO PUTRA L 3,46 B+ 3,60 A- predikat SANGAT dan Pandangan Hidup Bangsa,Pokok Pikiran Pembukaan UUDRI TERAMPIL. Memperoleh 1945,Kepatuhan terhadap hukum,Berbudi Pekerti Luhur Sesuai nilai SANGAT TERAMPIL dengan Pancasila,Ujian Tengah Semester,. pada Praktek,Portofolio,
NILAI
DESKRIPSI
2,67 SIKAP (KI-1 DAN KI-2)
PREDIKAT
NILAI
DESKRIPSI
KETRAMPILAN (KI-4) PREDIKAT
PREDIKAT
L/P
NAMA
NILAI
NO
1
INDUK
PENGETAHUAN (KI-3)
atau
NILAI SIKAP NILAI PENGETAHUAN NILAI KETRAMPILAN
DESKRIPSI
Sikap secara umum SANGAT BAIK. Menunjukkan sikap SANGAT BAIK pada 3,85 SB menghargai dan menghayati agama yang dianutnya, kejujuran, tanggung jawab, toleransi, sopan-santun, Sikap secara umum SANGAT BAIK. Menunjukkan sikap SANGAT BAIK pada 3,64 SB menghargai dan menghayati agama yang dianutnya, kejujuran, tanggung jawab, toleransi, sopan-santun, percaya diri, Sikap secara umum SANGAT BAIK. Menunjukkan sikap SANGAT BAIK pada menghargai dan menghayati agama yang 3,69 SB dianutnya, kejujuran, disiplin, tanggung jawab, toleransi, kerjasama/gotong royong, sopan-santun, Sikap secara umum BAIK. Menunjukkan sikap yang BAIK dalam menghargai dan menghayati agama yang dianutnya , 3,24 B kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kerjasama/gotong royong, sopan-santun, percaya diri, Sikap secara umum SANGAT BAIK. Menunjukkan sikap SANGAT BAIK pada menghargai dan menghayati agama yang 3,48 SB dianutnya, kejujuran, disiplin, tanggung jawab, toleransi, kerjasama/gotong royong, sopan-santun, percaya diri,
Tabel 10. Daftar hasil nilai belajar untuk mata pelajaran PPKn
PPKn SMP K-8
266
2. Cermatilah Kompetensi Dasar sikap spritual dan Sosial dibawah ini: 1.1 Menghayati perilaku beriman dan bertaqwa kepada TuhanYME dan berakhlak
mulia dalam kehidupan di lingkungan pergaulan antarbangsa
2.3 Menghargai hukum yang berlaku dalam masyarakat sebagai wahana perwujudan keadilan dan kedamaian Apakah indikator pencapaian kompetensi spritual dan sosial sudah memenuhi tingkatan kemampuan Kompetensi dasar Sikap Spritual dan Sosial?Adakah indikator pencapaian kompetensi yang dibuat turun gradenya dari menghargai? Jika ada betulkan! 1.1.1 Membuktikan nilai sikap beriman dan bertaqwa dalam pembelajaran kepatuhan terhadap hukum 2.3.1 Meminati nilai sikap jujur dalam pembelajaran kepatuhan terhadap hukum 2.3.2 Mengikuti nilai sikap tanggung jawab dalam pembelajaran kepatuhan terhadap hukum 2.3.3 Membangun nilai sikap percaya diri dalam pembelajaran kepatuhan terhadap hukum Amatilah instrumen penilaian antar teman dibawah ini, sudahkah sesuai indikator pencapaian kompetensinya? Dengan pilihan skor Selalu=4, Sering=3, Kadang-kadang= 2, Tidak pernah=1 1.1.1 Walaupun tidak bisa, tidak mau mencontek saat ulangan karena Tuhan Maha Tahu 2.3.1 Kejujuran hal yang sangat berharga dalam keadaan apapun perlu diterapkan karena membawa keberkahan 2.3.2 Terlambat datang ke sekolah , melaporkan kepada piket , dan bersedia menerima sangsi yang diberikan 2.33 Bangga menjadi pelopor keselamatan berlalu lintas dengan tidak membawa motor ke sekolah tanpa memiliki SIM
Penilaian Hasil belajar sesuai tingkatan kemampuan kompetensi spiritual dan sosial.
267
No Nama
Nilai
Nilai
Nilai
Nilai
1.1.1
2.3.1 2.3.2
2.3.3
Modus
1
Nurul Qomariyah
4
3
3
2
3
2
Sumarno
3
2
2
2
2
3
Supardono
2
2
2
3
2
4
Elita
4
2
3
3
3
Tabel 11. Penilaian hasil belajar sesuai tingkat kemampuan Dari data ini indikator pencapaian kompetensi yang mana yang perlu ditingkatkan? Bagaimana usaha anda dalam meningkatkan kemampuannya. F. RANGKUMAN 1.
Penilaian Hasil Belajar
informasi/bukti kompetensisikap
tentang
oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
capaian
spiritual
dan
pembelajaran sikap
sosial,
peserta
didik
dalam
kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. 2. Indikator pencapaian kompetensi sebagai penanda sekaligus alat ukur dalam penilaian hasil belajar, dikembangkan dari kompetensi dasar yang mengacu pada silabus dan dibuat sesuai tingkatan kemampuan dari kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. 3.Hasil penilaian belajar merupakan gambaran pencapaian kompetensi dan tingkatan kemampuan kompetensi sikap spritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan.
G. UMPAN BALIK/ TINDAK LANJUT 1. Penilaian hasil belajar yang kurang baik jadi pijakan untuk memperbaiki proses pembelajaran, kemungkinan disebabkan belum maksimalnya pengembangan indikator pencapaian kompetensi. Pentingnya indikator pencapaian kompetensi mengacu pada Kompetensi dasar dan tingkatan kemampuan kompetensi sikap spritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan akan mendorong proses pembelajaran lebih bermakna secara komprehensif 2. Penilaian hasil belajar yang kurang baik dapat dijadikan penelitian tindakan kelas sebagai obat dari penyakit belum maksimalnya proses dan hasil belajar, sekaligus sebagai pengembangan diri peserta diklat secara profesional.
PPKn SMP K-8
268
H. KUNCI LATIHAN/ TUGAS/KASUS 1. Penilaian hasil belajar mata pelajaran PPKn sudah memenuhi Kompetensi dasar spiritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan, Yang sudah sesuai deskripsi raport KD Spritual dan sosial , yang belum sesuai KD Pengetahuan karena yang dijadikan deskripsi adalah judul bab, KD ketrampilan deskripsi raportnya dari perolehan nilainya portofolio, kinerja, proyek bukan kompetensi dasarnya. 2. Indikator pencapaian kompetensi spritual, sosial sudah memenuhi tingkatan kemampuan sikap, tetapi pembuatan indikator ada yang turun grade dari KD menghargai turun pada KD menerima, Meminati diganti dengan meyakini.Yang belum berhasil adalah nilai sikap Kejujuran karena peserta didik hanya kadangkadang jujur, ditindak lanjuti dengan memotivasi dan memantau kejujuran yang dilakukan peserta didik, memberi penguatan dan nilai yang sangat baik pada peserta didik yang berlaku jujur agar bisa menjadi teladan bagi peserta didik yang lain.
Kegiatan Belajar 2 A.TUJUAN 1. Dengan membaca Lampiran permen 58 lampiran III pedoman mata pelajaran PKn SMP, Permen 104 tentang penilaian
dan berdiskusi peserta diklat
mampu menganalisis relevansi penilaian hasil belajar terhadap
proses
pembelajaran secara benar 2. Dengan membaca Lampiran Permen 104 tentang ketuntasan belajar dan berdiskusi peserta diklat mampu menegaskan penilaian hasil belajar sesuai ketuntasan belajar secara benar.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Peserta diklat mampu menyimpulkan penilaian hasil belajar sesuai proses pembelajaran 2. Peserta diklat mampu mendiagnosis relevansi hasil belajar sesuai proses pembelajaran 3. Peserta diklat mampu
menyimpulkan penilaian hasil belajar sesuai
ketuntasan Belajar
269
4. Peserta diklat mampu mengaitkan relevansi hasil belajar sesuai Ketuntasan belajar C. URAIAN MATERI 1.Penilaian hasil belajar : Pelaksanaan penilaian hasil belajar
oleh
pendidik
merupakan wujud
pelaksanaan tugas profesional pendidik sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penilaian hasil belajar oleh pendidik tidak terlepas dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik menunjukkan kemampuan guru sebagai pendidik profesional. Penilaian hasil
belajar
oleh
pendidik
merupakan
alat
untuk
mewujudkan akuntabilitas profesionalnya, dan dapat juga digunakan sebagai dasar dan arah pengembangan pembelajaran remedial atau program pengayaan bagi peserta didik yang membutuhkan, serta memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya Sesuai fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi: fungsi formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester.
2. Proses Pembelajaran Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
secara
aktif
memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan
negara
sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
PPKn SMP K-8
270
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;pembelajaran yang menerapkan tulodo),
nilai-nilai
dengan
memberi keteladanan (ing ngarso sung
membangun kemauan (ing madyo
mangun
karso),
dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar. Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan
informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi,
dan
mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect). Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses
pembelajaran
langsung
yang
dikondisikan
menghasilkan dampak
pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap. Proses pembelajaran memerlukan daya dukung berupa ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran. Sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis
271
pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat diperlukan
untuk
menunjang
proses
pembelajaran
yang
lain yang
teratur
dan
berkelanjutan. 3. Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuaI proses pembelajaran Marilah anda analisis apakah dalam proses pembelajaran kita sudah melaksanakan secara profesional sehingga harapannya hasil belajarnya dapat maksimal a. Jika penilaian hasil belajarnya kurang baik ada beberapa kemungkinan diantaranya proses pelaksanaan pembelajaran kurang menyenangkan, atau sarana pendukungnya kurang dan ada kemungkinan penanda indikator pencapaian kompetensinya tidak sesuai. b.jika penilaian hasil belajarnya sangat baik bisa jadi dalam merencanakan pelaksanaan pembelajaranya benar-benar sesuai dengan kompetensi dasar dan tingkatan kemampuan yang diinginkan, atau pendidknya dalam membawakan pelaksanaaan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; pembelajaran
yang
menerapkan
nilai-nilai
dengan
memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso),
dan
mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam
proses pembelajaran (tut wuri handayani); Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya c.Jika penilaiannya hasilnya kurang baik ada kemungkinan dalam membuat instrumen penilaiannya tidak sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi, instrumennya
kurang
mencakup
kompetensi
sikap
spritual,
sosial,
pengetahuan dan ketrampilan. 4. Penilaian hasil belajar sesuai Ketuntasan Belajar Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap,pengetahuan,
dan
keterampilan
meliputi
ketuntasan penguasaan
substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.
PPKn SMP K-8
272
Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan penguasaan
substansi
yaitu
ketuntasan
belajar
KD yang merupakan
tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan. Ketuntasan Belajar dalam satu semester adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi dari sejumlah mata pelajaran yang diikutinya dalam satu semester. Ketuntasan Belajar dalam setiap adalah
keberhasilan
peserta
didik
tahun
ajaran
pada semester ganjil dan genap
dalam satu tahun ajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan pendidikan adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi seluruh mata pelajaran dalam suatu satuan pendidikan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2) ditetapkan dengan predikat Baik (B) Nilai Ketuntasan Sikap (Predikat) Sangat Baik (SB) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Tabel 12. Nilai Ketuntasan Sikap Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni 4,00 – 1,00 untuk angka
yang
ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D Nilai Ketuntasan
Pengetahuan dan Keterampilan Rentang Angka
Huruf
273
3,85 – 4,00
A
3,51 – 3,84
A-
3,18 – 3,50
B+
2,85 – 3,17
B
2,51 – 2,84
B-
2,18 – 2,50
C+
1,85 – 2,17
C
1,51 – 1,84
C-
1,18 – 1,50
D+
1,00 – 1,17
D
Tabel 13. Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Ketrampilan
Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 2,67
untuk
keterampilan
ditetapkan
dengan
capaian optimum 2,67.
Untuk mata pelajaran yang belum tuntas pada semester berjalan, dituntaskan melalui pembelajaran 274iker274 sebelum memasuki semester berikutnya. Pada Kriteria Kenaikan kelas: dinyatakan tidak naik kelas bila terdapat 3 mata pelajaran atau lebih, pada kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap belum tuntas/belum baik. Untuk menetapkan kenaikan kelas, dicari rerata dari nilai pengetahuan dan keterampilan dan modus dari nilai sikap setiap mata pelajaran pada semester 1 dan semester 2. 5. Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuaI Ketuntasan Belajar a. Capaian ketuntasan belajar tiap kompetensi dasar ditentukan oleh keberhasilan peserta didik dalam mengumpulkan bukti hasil penilaian baik kompetensi sikap spritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan dalam kurun waktu penyelesaian kompetensi dasar yang ditentukan. b. Capaian tuntas dan tidaknya peserta didik ditentukan dari hasil nilai yang diperoleh dan dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan masing-masing pendidik melalui rapat dewan pendidik. c. Capaian penilaian hasil belajar dikatakan tidak tuntas jika gradenya dibawah kriteria ketuntasan minimal dan disebut tuntas jika diatas grade ketuntasan belajar minimal
PPKn SMP K-8
274
d. Jika peserta didik perolehan hasil belajarnya dibawah kriteria ketuntasan minimal maka peserta tersebut haru diberikan remidi sebanyak 2 kali, dan jika sudah diatas kriteria diberikan pengayaan agar lebih memperdalam kompetensi dasar yang dipelajari. e. Peserta didik disebut tuntas belajarnya jika tuntas belajarnya dari masingmasing indikator , dari tiap kompetensi dasar mata pelajaran, dari tiap mata pelajaran pada masing-masing kompetensi dasar sikap spritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan. f. Ketuntasan belajar untuk naik kelas ditentukan ketuntasan belajar pada semester gasal dan semster genap pada tiap mata pelajaran. 1) AKTIFITAS PEMBELAJARAN Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai proses pembelajaran dan ketuntasan belajar ‖, maka Anda perlu mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai berikut. Pendahuluan ( 15 Menit) 1.Memberikan motivasi peserta diklat untuk mengikuti proses pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul ―Analisis relevansi penilaian hasil belajar sesuai proses pembelajaran dan ketuntasan belajar‖. 2.Menginformasikan judul modul, lingkup Kegiatan Pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini. 3.Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil kerja sebagai indikator capaian kompetensi peserta dalam penguasaan materi modul baik yang dikerjakan secara individual atau kelompok. Kegiatan inti ( 90 menit) 1. 4.Mempersilahkan peserta diklat (secara individual) membaca cerdas terhadap materi modul 2. 5.Membagi peserta diklat menjadi 6 kelompok, tiap kelompok 5 peserta (sesuai dengan keperluan); 3. 6.Mempersilahkan kelompok untuk berdiskusi materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul. 4. Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar. 5. Penyampaian hasil diskusi;
275
6. Memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok Penutup ( 30 menit) 1. Menyimpulkan hasil pembelajaran 2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut
E. LATIHAN/ TUGAS/ KASUS 1. Analisislah data hasil proses dan hasil belajar pengetahuan pada mata pelajaran PPKn kelas 9 Materi Kepatuhan terhadap hukum a) Data hasil penilaian belajar pengetahuan MATA PELAJARAN : PPKn
KELAS IX C
ANALISIS PER KD
KEPATUHAN TERHADAP HUKUM
NO INDUK
1 8470 2 8484 3 4 8518 5 8527
KESIMPULAN
PENGETAHUAN
NAMA 3.3.1
3.3.3
TG1
TG2
3.3.2
KETRAMPILAN
3.3.4
3.3.5
RERATA
KINERJA
ULANGAN HARIAN KE 3
1.1
2.3
SUDAH
SPRITUAL SOAIAL
NURUL
3,00
2,00
3,20
2,00
2,00
2,44
2,00
SB
B
MUTHOMIMAH
4,00
3,60
2,50
3,20
3,20
3,30
3,00
B
C
C
C
3,60
3,20
2,80
3,60
3,20
3,28
4,00
HENI
2,00
2,00
2,50
3,00
3,20
2,54
3,00
SB
B
TAMAMI
3,60
4,00
2,00
3,20
3,60
3,28
3,00
B
C
8508 YUDARINI
PENCAPAIAN KEMAMPUAN
SIKAP
4.3
BELUM
DIKUASAI
KI 3- Bentuk Penugasan individu 3.3.1 Ubahlah pengertian hukum dari para ahli hukum dengan bahasa sendiri! 3.3.3 Bagaimana Tujuan hukum yang dibuat ahli hukum? KI 3- Bentuk Ulangan Harian/ Uji Kompetensi 3.3.2 Bagaimana prosedur memperoleh keadilan pada kasus pidana pencurian dan perdata hutang? 3.3.4.Mengapa hukum penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara? 3.3.5 Menurutmu perilaku apa saja yang termasuk mematuhi
hukum
dalam
kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat dan negara Pertanyaan : Indikator mana yang sudah dikuasai dan mana yang belum berdasarkan kriteria Ketuntasan belajar pengetahuan rerata 2,67 dan ketrampilan OptImum 2,67 dan sikap Baik ( B), Berapa peserta didik yang tidak tuntas ? Bagaimana gambaran proses pencapaian KD pengetahuan dalam bentuk tagihan tugas dan ulangan
PPKn SMP K-8
276
harian? Berikan alasan ketidak
tercapaiiannya? Bagaimana seharusnya
menentukan proses berbaikannya? 2.Analisislah data hasil proses dan hasil belajar ketrampilan kinerja kelompok pada mata pelajaran PPKn kelas 9 Materi Kepatuhan terhadap hukum HASIL PENILAIAN KINERJA PERORANGAN PADA (KELOMPOK 3) NO Nama
1 NURUL
MENCATAT PENGAMATAN 2
TINGKATAN KEMAMPUAN KETRAMPILAN KINERJA BERTANYA MENCARI INFO MENALAR/ MENGKOMUNIKASI KONSEP,FAKTA, DARI MENYIMPULKAN KAN PRESENTASI 2 2 2 2
OPTIMUM KINERJA 2
2 MUTHOMIMAH
3
2
1
3
3
3
3 YUDARINI
4
2
2
3
3
4
4 HENI
3
2
1
3
3
3
5 TAMAMI
2
2
2
3
3
3
Pertanyaan : Dari data Hasil belajar diatas tingkat kemampuan ketrampilan kinerja yang mana yang menjadi kasus? Merurut anda mengapa belum bisa maksimal? Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya? F. RANGKUMAN 1. Perencanaan dan Proses pembelajaran yang baik menghasilkan penilaian hasil belajar yang baik , tetapi memerlukan perencanaan yang bagus dan proses yang benar-benar mengikuti perencanaan. 2. Penilaian hasil belajar yang kurang baik mencerminkan perencanaan dan proses pembelajaran yang kurang baik juga, perlu senantiasa diperbaiki perencanaan dan proses pembelajarannya agar peserta didik lebih berkualitas sikap spritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilannya 3. Hasil penilaian belajar peserta didik yang belum tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal, perlu diadakan perbaikan pada indikator yang tidak tercapai dan peserta didik yang sudah tuntas diberi pengayaan agar lebih berkembang sikap spritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilannya. G. KUNCI JAWABAN LATIHAN
277
1.
Data
MATA PELAJARAN : PPKn
pencapaian
KELAS IX C
kemampuan
ANALISIS PER KD
KEPATUHAN TERHADAP HUKUM
NO INDUK
KESIMPULAN
PENGETAHUAN
NAMA
KETRAMPILAN
3.3.1 3.3.3 3.3.2 3.3.4 3.3.5 RERATA TG1
TG2
4.3 KINERJA
ULANGAN HARIAN KE 3
PENCAPAIAN KEMAMPUAN
SIKAP 1.1
2.3
SUDAH
SPRITUAL SOAIAL
BELUM
DIKUASAI
1 8470 2 8484
NURUL
3,00 2,00 3,20 2,00 2,00
2,44
2,00
SB
B
4
4
MUTHOMIMAH
4,00 3,60 2,50 3,20 3,20
3,30
3,00
B
C
6
2
3 8508 4 8518
YUDARINI
3,60 3,20 2,80 3,60 3,20
3,28
4,00
C
C
6
2
HENI
2,00 2,00 2,50 3,00 3,20
2,54
3,00
SB
B
5
3
5 8527
TAMAMI
3,60 4,00 2,00 3,20 3,60
3,28
3,00
B
C
6
2
Jawaban; Hampir semua indikator ada peserta didik yang belum tuntas, yang paling
banyak
tidak
tuntas
pada
indikator
3.3.2
Mencontohkan
cara
mempertahankan memperoleh keadilan pada kasus pidana dan perdata pada tagihan ulangan harian dan KD Kompetensi sikap sosial , pada Bab 3 Kepatuhan terhadap hukum belum berhasil dalam mencapai kompetensi perlu dilakukan kegiatan remedial secara klasikal, alasan ketidak berhasilan indikator 3.3.2 Mencontohkan cara mempertahankan memperoleh keadilan pada kasus pidana dan perdata adalah indikator yang paling sulit bagi peserta didik perlu dicarikan video pembelajaran terkait masalah tersebut agar tidak verbal dalam pengamatan peserta didik dan perlu diberikan motivasi serta reward nilai bagi peserta didik yang kompetensi dasar sikapnya sudah diatas KKM sehingga mendorong peserta didik lain bersikap lebih baik pada kompetensi dasar berikutnya 2.Pada tingkatan kemampuan Ketrampilan: mencari informasi dari berbagai sumber, penyebabnya kurangnya sumber belajar yang tersedia, peserta didiknya malas mencari sumber belajar lain ke perpustakaan, atau gurunya tidak menunjukan akses sumber belajarnya, Untuk meningkatkan ketrampilan dalam mencari informasi dari berbagai sumber dengan menambah sumber belajar tidak hanya buku siswa dari pemerintah, juga diadakan dari penerbit lain, memotivasi peserta didik dengan memerintahkan dan memberi reward nilai yang sumber belajarnya lebih dari 2 dengan nilai 4, Memperbolehkan penggunaan hp untuk akses sumber belajar dan guru menunjukan situs aksesnya. EVALUASI
PPKn SMP K-8
278
1. Analisislah hubungan penilaian hasil belajar dengan kompetensi yang akan dicapai baik sikap, pengetahuan dan Ketrampilan? 2. Kemukakan bukti-bukti bahwa penilaian hasil belajar selama ini belum dibuat sesuai dengan tingkatan kemampuan kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan? Berilah alasan! 3. Dari penilaian Hasil belajar sesuai tingkatan kemampuan kompetensi sikap sosial dan spiritual, No
Nama
Nilai
Nilai
Nilai
Nilai
1.1.1
2.3.1
2.3.2
2.3.3
Modus
1
Nurul Qomariyah
4
3
3
2
3
2
Sumarno
3
2
2
2
2
3
Supardono
2
2
2
3
2
4
Elita
4
2
3
3
3
Identifikasikan tingkatan kemampuan kompetensi sikap yang mana yang belum berhasil dan perlu ditindaklanjuti untuk diperbaiki? Bagaimana upaya untuk meningkatkan kemampuannya? 2) Dari penilaian hasil belajar sesuai tingkatan kemampuan
kompetensi
ketrampilan,
dengan skor Selalu= 4, Sering=3, KadangKadang = 2, Tidak Pernah = 1
279
Mengapa pada tingkatan kemampuan menanya perserta didik hanya kadangkadang bertanya? Tunjukkan sebabnya! Bagaimana solusi untuk meningkatkan kemampuan bertanyanya? 3) Data nilai rapot Andi saat semester genap, dari 3 mata pelajaran bahasa Indonesia, Bahsa Inggris dan seni budaya, Nilai Andi semester 1 dan 2 dari 3 mata pelajaran
Sesuai kriteria kenaikan kelas apakah pembelajaran Andi Tuntas? Apakah saat semester gasal nilai Andi karena dibawah KKM bisa remidi?Apakah dapat naik kelas? Berikan pendapat anda. PENUTUP Mudah-mudahan modul Grade 8 Analisis relevansi penilaian hasil belajar PKn bermanfaat membuka wawasan, menjadi bahan perenungan dan dapat menjadi solusi di sekolah ketika ada permasalahan penilaian hasil belajar. Karena keterbatasan kemampuan penulis dan waktu pembuatan modul Grade 8 Analisis relevansi penilaian hasil belajar PKn, kami mengharapkan saran guna perbaikan modul agar sesuai standarnya DAFTAR PUSTAKA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013.Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia
Nomor
81
A
Tentang
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Kemendikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014 .Lampiran II dan III Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
58
.Tentang Silabus dan Pedoman Mata Pelajaran PPKn SMP. Jakarta : Kemdikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 . Rencana Pembuatan Pembelajaran . Jakarta : Kemdikbud
PPKn SMP K-8
280
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014 .Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104. Tentang Penilaian. Jakarta : 2014 Qomariyah Nurul, 2015 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas 9 Materi Kepatuhan terhadap Hukum . Malang 2015
281
KEGIATAN PEMBELAJARAN 15
ANALISIS RELEVANSI PROSES PEMBELAJARAN PPKN SMP Oleh: Drs. Sumarno A. Latar Belakang Pendidikan
kewarganegaraan
merupakan
salah
satu
muatan
kurikulum
pendidikan dasar dan menengah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasan Pasal 37 ―... dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air‖. Berdasarkan rumusan tersebut, telah dikembangkan Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang diharapkan dapat menjadi wahana edukatif dalam mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Analisis Relevansi Proses Pembelajaran PPKn SMP, agar mampu : 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan hakikat pembelajaran langsung. 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mendeskripsikan /sintaks model pembelajaran langsung 3. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan fasefase dalam pembelajaran langsung 4. Dengan membaca dan berdiskusi kerja kelompok peserta diklat mampu menjelaskan Kelebihan model pembelajaran langsung.
PPKn SMP K-8
282
C. Peta Kompetensi
Proses pembelajaran langsung
Relevansi Proses Pembelajaran PKn
Proses pembelajaran tidak langsung
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran 1 Implementasi Kurikulum 2013 Dalam pembelajaran
PKn 2
proses pembelajaran
langsung dan proses pembelajaran tidak langsung E. Saran Cara Penggunaan Modul a.
Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas
b.
Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini .
c.
Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu
d.
Konsultasikan
dengan
Narasumber
bila
mengalami
kesulitan
mengerjakan tugas Pembelajaran 1 : Konsep Pembelajaran dan Macam-Macam Pengelaman Belajar A.
Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan Implementasi Kurikulum 2013 Dalam pembelajaran PKn 2. Dengan
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
mendeskripsikan proses pembelajaran langsung sesuai dengan kurikulum 2013 3. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan pengertian proses pembelajaran tidak langsung sesuai dengan kurikulum 2013
283
4) Indikator Pencapaian Kompetensi 6. Peserta diklat mampu menjelaskan 1 Implementasi Kurikulum 2013 Dalam pembelajaran PKn dengan benar. 7. Peserta diklat mampu mendeskripsikan
proses pembelajaran
langsung sesuai dengan kurikulum 2013 8. Peserta diklat mampu menjelaskan pengertian proses pembelajaran tidak langsung sesuai dengan kurikulum 2013
C. Uraian Materi Pembelajaran 1 1. Implementasi kurikulum dalam pembelajaran PKn Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab. Dalam kurikulum 2013 implementasi kurikulum dalam pembelajaran PKn dengan mengacu pada ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), meliputi: a. Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa b. UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara c. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk Negara Republik Indonesia d. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi dan mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Dalam kurikulum 2013 tidak terlepas dari pembelajaran langsung dan tidak langsung begitujuga dalam proses pembelajaran bidang studi PKn.
PPKn SMP K-8
284
2. Pembelajaran langsung (direct instructional) Pembelajaranlangsungadalahpembelajaran
yang
mengembangkanpengetahuan, kemampuanberpikirdanketerampilanmenggunakanpengetahuanpesertadidik melaluiinteraksilangsungdengansumberbelajar
yang
dirancangdalamsilabusdan
RPP.
Dalampembelajaranlangsungpesertadidikmelakukankegiatanmengamati, menanya,
mengumpulkaninformasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi,
danmengomunikasikan. Pembelajaranlangsungmenghasilkanpengetahuandanketerampilanlangsung, yang disebutdengandampakpembelajaran (instructional effect). Sintaks model pembelajaran langsung terdiri dari 5 fase (langkah), yaitu: 1.
Menyampaikan
tujuan
2.
Mempresentasikan
dan
dan
mempersiapkan
mendemontrasikan
siswa
pengetahuan
atau
keterampilan 3.
Membimbing
4.
Mencek
pemahaman
pelatihan dan
umpan
balik
5. Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan 1. Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa Sebenarnya fase yang pertama dari model pengajaran langsung ini juga dilakukan
pada
model-model
pembelajaran
yang
lain,
karena
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran adalah langkah pertama yang wajib dilakukan oleh
setiap
guru.
Tujuan dari fase (langkah) pertama dari sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini adalah untuk membuat perhatian siswa menjadi terpusat pada pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga mereka selanjutnya akan memiliki motivasi belajar yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Ada 2 bagian dari fase ke-1 sintaks model pembelajarang
langsung
ini,
yaitu:
(a)
menyampaikan
tujuan
pembelajaran; dan (b) mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran 2. Mempresentasikan dan Mendemontrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
285
Agar guru berhasil melaksanakan fase kedua dari sintaks model pembelajaran langsung
(direct
instruction)
ini,
maka guru perlu
menerapkan teknik-teknik presentasi dan demonstrasi yang efektif. Fase kedua sintaks model pembelajaran langsung ini (mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan) adalah fase yang sangat krusial. 3. Membimbing Pelatihan Fase ketiga sintak model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah
membimbing
pelatihan.
Guru
harus
memberikan
latihan
terbimbing kepada siswa. Pada fase ini siswa tidak sekedar berlatih saja, tetapi siswa harus berlatih di bawah bimbingan guru. Tujuan diberikan pembimbingan adalah agar latihan yang dilakukan siswa dapat efektif. Setidaknya ada 4 (empat) prinsip yang harus dipegang guru saat melakukan latihan terbimbing untuk siswanya, yaitu: (a) latihan singkat tapi utuh; (b) keterampilan harus benar-benar dikuasai; (c) hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice); dan (d) perhatikan tahap awal latihan. 4. Mencek Pemahaman dan Umpan Balik Umpan balik amat diperlukan dan dilakukan pada fase keempat penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction). Pelatihan tidak akan efektif tanpa umpan balik dari siswa. Guru harus menunjukkan di bagian mana kekeliruan itu, lalu mendemonstrasikan kembali bagaimana seharusnya keterampilan itu dilakukan. Selain itu guru juga harus memberikan umpan balik positif, sehingga kemampuan melakukan keterampilan
yang
siswa. Pengecekan melontarkan
sudah
baik
pemahaman
akan
dapat
pertanyaan-pertanyaan.
dipertahankan
dilakukan
Siswa
guru
diminta
oleh dengan
menjawab
berdasarkan bahasa dan pemahaman mereka sendiri sehingga guru dapat mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau demonstrasi dan latihan-latihan yang telah dilakukan 5. Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan Penerapan Fase terakhir (kelima) dari sintaks model pembelajaran langsung adalah memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan kepada siswa.
PPKn SMP K-8
286
Jenis pelatihan lanjutan dan penerapan yang sering diberikan oleh guru adalah pelatihan mandiri dalam bentuk penugasan rumah (PR). Melalui pelatihan lanjutan siswa dapat berlatih secara mandiri untuk menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya. Pelatihan lanjutan sebenarnya juga dimaksudkan sebagai perpanjangan waktu belajar di luar pembelajaran yang telah diberikan oleh guru di kelas. Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran: 1.
Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
2.
Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.
3.
Ketika
guru
ingin
memastikan
bahwa
siswa
telah
menguasai
keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatankegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving). 4.
Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
5.
Ketika
subjek
pembelajaran
yang
akan
diajarkan
cocok
untuk
dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan. 6.
Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
7.
Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
8.
Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
9.
Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
287
10. Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa. Kelebihan model pembelajaran langsung: 1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi
dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. 2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. 3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan. 4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur. 5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah. 6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam
waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa. 7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai
mata
pelajaran
(melalui
presentasi
yang
antusias)
yang
dapat
merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa. Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung: 1. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa. 2. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan
dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa. 3. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara
aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
PPKn SMP K-8
288
4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan
strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat. 5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali
guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa. 6. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi
guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif
5) Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ― Relevansi Proses Pembelajaran PKn‖ sebagai berikut : KEGIATAN PEMBELAJARAN Alokasi
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahul
a. menyiapkan peserta diklat agar termotivasi 20 menit
uan
Waktu
mengikuti proses pembelajaran; b. mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat. c. menyampaikan cakupan
tujuan
materi
dan
garis
Relevansi
besar Proses
Pembelajaran PKn‖. Kegiatan
Membagi peserta diklat
ke dalam beberapa
Inti
kelompok ( sesuai dengan tipe STAD) dimana 130menit langkah-langkahnya sebagai berikut :
289
1) Instruktur memberi informasi proses pelatihan yang akan dilakukan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang Relevansi Proses Pembelajaran PKn‖
dengan menggunakan contoh yang
kontekstual.. 2) Kelas dibagi menjadi 6 kelompok ( A, B, C, …….s/d
kelompok
)
masing-masing
beranggotakan 5 orang. 3) Instruktur memberi tugas mencari sumber informasi/data untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diajukan dan ditanyakan peserta diklat. Peserta bebas mengambil dan menemukan sumber belajar, termasuk dari internet. 4) Berdasarkan kelompok yang sudah dibentuk: setiap kelompok melakukan diskusi untuk memecahkan permasalahan yang diajukan peserta didik hingga selesai dalam waktu yang sudah ditetntukan instruktur. 5) Peserta
diklat
mengerjakan
kuis
tentang
permasalahan pembelajaran langsung
yang
telah disepakati bersama/ 6) Melaksanakan penyusunan
laporan hasil
diskusi. 7) Masing
masing
kelompok
melakukan
presentasi hasil diskusi. 8) Instruktur/Nara sumber memberikan klarifikasi berdasarkan
hasil
pengamatannya
pada
diskusi dan kerja kelompok .
Kegiatan Penutup
1) Narasumber bersama-sama dengan peserta
30 menit
menyimpulkan hasil pembelajaran 2) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang
PPKn SMP K-8
290
sudah dilaksanakan. 3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
6) Latihan/Kasus/Tugas Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A, B, C dst. Sebagai berikut : 1. Jelaskan pengertian pembelajaran langsung . 2. Sebutkan 5 sintaks model pembelajaran langsung 3. Jelaskan fase pertama dalam pembelajaran langsung . 4. Jelaskan Kelebihan model pembelajaran langsung ? F. Rangkuman Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab. Sintaks model pembelajaran langsung terdiri dari 5 fase (langkah), yaitu: 1.
Menyampaikan
2.
Mempresentasikan
tujuan dan
dan
mempersiapkan
mendemontrasikan
siswa
pengetahuan
atau
keterampilan 3. 4.
Membimbing Mencek
pemahaman
pelatihan dan
umpan
balik
5. Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan
291
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Anda
telah
pembelajaran
mempelajari
PPKn;
implementasi
pembelajaran
kurikulum
langsung
dengan
2013
dalam
baik.
Untuk
pengembangan dan implementasinya, Anda dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran PPKn. Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran berikutnya. H. Kunci jawaban 1. Pembelajaranlangsungadalahpembelajaran
yang
mengembangkanpengetahuan, kemampuanberpikirdanketerampilanmenggunakanpengetahuanpe sertadidikmelaluiinteraksilangsungdengansumberbelajar
yang
dirancangdalamsilabusdan RPP. 2. sintaks model pembelajaran langsung terdiri dari 5 fase (langkah), yaitu: 1.
Menyampaikan
tujuan
dan
mempersiapkan
siswa
2. Mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan 3. 4.
Membimbing Mencek
pemahaman
pelatihan dan
umpan
balik
5. Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan 3. Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa Sebenarnya fase yang pertama dari model pengajaran langsung ini juga dilakukan pada model-model pembelajaran yang lain, karena menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran adalah langkah pertama yang Tujuan
wajib dari
fase
dilakukan
oleh
(langkah)
pertama
setiap dari
guru.
sintaks
model
pembelajaran langsung (direct instruction) ini adalah untuk membuat perhatian siswa menjadi terpusat pada pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga mereka selanjutnya akan memiliki
motivasi
belajar
yang
baik
dalam
mengikuti
pembelajaran. Ada 2 bagian dari fase ke-1 sintaks model pembelajarang langsung ini, yaitu: (a) menyampaikan tujuan
PPKn SMP K-8
292
pembelajaran;
dan
(b)
mempersiapkan
siswa
mengikuti
pembelajaran 4. Kelebihan model pembelajaran langsung: Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
Pembelajaran .2 Pembelajaran Tidak langsung dan Pendekatan Saintific A. Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan pembelajaran tidak langsung. 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mendeskripsikan pengertian mengkomunikasikan dalam pendekatan saintific 3. Dengan membaca dan berdiskusi kerja kelompok peserta diklat mampu menjelaskan langkah-langkah dalam pendekatan saintific. 4. Dengan tugas
mandiri peserta
diklat mampu menyusun Langkah-
langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah 7) Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu menjelaskan pembelajaran tidak langsung . 2. Peserta diklat mampu mendeskripsikan pengertian mengkomunikasikan dalam pendekatan saintific 3. Peserta diklat mampu menjelaskan langkah-langkah dalam pendekatan saintific 4. Peserta diklat mampu menyusun Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah C. Uraian Materi Pembelajaran 2 1. Pembelajaran tidak langsung Pembelajarantidaklangsungadalahpembelajaran yang terjadiselama proses pembelajaranlangsung (nurturant
yang
dikondisikanmenghasilkandampakpengiring effect).
293
Pembelajarantidaklangsungberkenaandenganpengembangannilaidansikap yang
terkandungdalam
KI-1
dan
iniberbedadenganpengetahuantentangnilaidansikap
KI-2. yang
Hal
dilakukandalam
proses pembelajaranlangsungolehmatapelajaranPendidikan Agama dan Budi
PekertisertaPendidikanPancasiladanKewarganegaraan.
Pengembangannilaidansikapsebagai danperilaku,
proses
pengembangan
moral
dilakukanolehseluruhmatapelajarandandalamsetiapkegiatan
yang terjadi di kelas, sekolah, danmasyarakat. Olehkarenaitu, dalam proses pembelajaranKurikulum
2013,
semuakegiatanintrakurikuler,
kokurikuler,
danekstrakurikulerbaik yang terjadi di kelas, sekolah, danmasyarakat (luarsekolah)
dalamrangkamengembangkan
moral
danperilaku
yang
terkaitdengannilaidansikap Dalammengimplementasikanpendekatansaintifik, materipembelajaranberbasispadafaktaataufenomena dapatdijelaskandenganlogikaataupenalarantertentu; khayalan,
legenda,
yang bukansebataskira-kira,
ataudongengsemata.Penjelasan
responpesertadidik,
guru,
daninteraksiedukatif
guru-
pesertadidikterbebasdariprasangka yang serta-merta, pemikiransubjektif, ataupenalaran
yang
menyimpangdarialurberpikirlogis.Mendorongdanmenginspirasipesertadidikbe rpikirsecarakritis,
analistis,
dantepatdalammengidentifikasi,
memahami,
danmengaplikasikanmateripembelajaran.Berbasispadakonsep,
teori,
memecahkanmasalah,
danfaktaempiris yang dapatdipertanggungjawabkan. Pelaksanaan pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran melalui: 1. Mengamati; Pada pengalaman belajar MENGAMATI ini, kegiatan belajaran yang dpat dilakukan siswa misalnya membaca, mendengar, menyimak, melihat (dengan atau tanpa alat). Kompetensi yang ingin dikembangkan melalui pengalaman belajar MENGAMATI adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan kemampuan mencari informasi. 2. Menanya.
Kegiatan
belajar
yang
dapat
dilakukan
siswa
untuk
pengalaman belajar MENANYA adalah mengajukan pertanyaan tentang
PPKn SMP K-8
294
informasi apa yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk memperoleh informasi tambahan tentang apa yang sedang mereka amati. Pertanyaan yang siswa ajukan semestinya dapat dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual saja hingga mengarah kepada
pertanyaan-pertanyaan
yang
sifatnya
hipotetik
(dugaan).
Kompetensi yang dikembangkan dari pengalaman belajar MENANYA adalah
pengembangan
kreativitas,
rasa
ingin
tahu
(curiousity),
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk pengembangan keterampilan berpikir kritis, dan pembentukan karakter pebelajar sepanjang hayat (life long learner). 3. Mengumpulkan
informasi.
Kegiatan
belajar
sebagai
bentuk
dari
pengalaman belajar MENGUMPULKAN INFORMASI adalah melakukan eksperimen, membaca beragam sumber informasi lainnya selain yang terdapat pada buku teks, mengamati objek, mengamati kejadian, melakukan aktivitas tertentu, hingga berwawancara dengan seorang narasumber. Kompetensi yang ingin dikembangkan dari langkah pembelajaran(pengalaman belajar) MENGUMPULKAN INFORMASI ini adalah, siswa akan mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, memiliki kemampuan berkomunikasi, memiliki kemampuan
mengumpulkan
informasi
dengan
beragam
cara,
mengembangkan kebiasaan belajar, hingga menjadi seorang pebelajar sepanjang hayat (life long learner). 4. Mengasosiasi atau mengolah informasi. Bentuk kegiatan belajar yang dapat diberikan guru untuk menyediakan pengalaman belajar (langkah pembelajaran) MENGASOSIASIKAN atau MENGOLAH INFORMASI ini antara lain pengolahan informasi mulai dari beragam informasi yang memperdalam dan memperluas informasi hingga informasi yang saling mendukung,
bahkan
pengalaman
belajar
yang
berbeda
atau
MENGASOSIASIKAN
bertentangan. atau
Melalui
MENGOLAH
INFORMASI ini diharapkan siswa akan mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat kepada aturan, bekerja keras, mampu menerapkan suatu prosedur dalam berpikir secara deduktif atau induktif untuk menarik suatu kesimpulan.
295
5. Mengkomunikasikan.
Untuk
memberikan
pengalaman
belajar
MENGKOMUNIKASIKAN maka siswaa diajak untuk melakukan kegiatan belajar
berupa
menyampaikan
hasil
pengamatan
yang
telah
dilakukannya, kesimpulan yang diperolehnya berdasarkan hasil analisis, dilakukan baik secara lisan, tertulis, atau cara-cara dan media lainnya. Ini dimaksudkan
agar
siswa
mempunyai
kesempatan
untuk
mengembangkan kompetensinya dalam hal pengembangan sikap jujur, teliti, toleransi, berpikir secara sistematis, mengutarakan pendapat dengan cara yang singkat dan jelas, hingga berkemampuan berbahasa secara baik dan benar.
8) Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Analisis Relevansi Proses Pembelajaran PKn ‖ sebagai berikut : KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan
DeskripsiKegiatan
Alokasiw aktu
Pendahuluan
1. Narasumber/instruktur
memngkondisikan 20 menit
peserta diklat untuk siap menerima materi sajian serta memberi motivasi menunju profesionalisme 2. Melakukan penjajakan melalui tanya jawab sekitar model pembelajaran langsung dan tidak langsung 3. Menyampaikan tujuan dan garis besar materi pelatihan. KegiatanInti
1. Meminta peserta membentuk kelompok 130 menit pasangan (@ 2 orang) 2. Tiap
kelompok
permasalahan
pasangan
yang
dihadapi
menuliskan lapangan
terkait dengan model pembelajaran 3. Tiap pasangan diminta memilih pasangan lain, sehingga terbentuk kelompok kecil
PPKn SMP K-8
296
terdiri dari 4 orang (dua pasangan). 4. Masing-masing
anggota
kelompok
berembuk terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan. 5. Narasumber
memberi
medel
pembelanjaran saintific untuk di analisis, dikaji kelebihan dan kekurangannya. 6. Memberi kesempatan pada kelompok untuk mencari sumber, mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah terebut. 7. Tiap
kelompok
kecil
berdiskusi
memecahkan permasalahan yang dihadapi 8. Tiap kelompok mempersiapkan presentasi hasil kerja kelompoknya. 9. Narsumber mengamati, mencermati hasil presentasi perserta diklat bila diperlukan diberi kesempatan kelompok lain memberi komentar
terhadap
hasil
presentasi
kelompok lain. Penutup
1. Narasumber
bersama
peserta
diklat 30 menit
membuat simpulan 2. Narasumber melakukan tes secara lisan. 3. Narasumber melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. 4. Memberi tugas untuk menyusun Langkahlangkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
9) Latihan/Kasus/Tugas Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A, B, C dst. Sebagai berikut : 1.
Peserta diklat mampu menjelaskan pembelajaran tidak langsung .
2.
Peserta
diklat
mampu
mendeskripsikan
pengertian
mengkomunikasikan dalam pendekatan saintific
297
3.
Peserta
diklat
mampu
menjelaskan
langkah-langkah
dalam
pendekatan saintific 4.
Peserta
diklat
mampu
mampu
menyusun
Langkah-langkah
Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
F. Rangkuman Pembelajarantidaklangsungadalahpembelajaran yang terjadiselama proses pembelajaranlangsung
yang
dikondisikanmenghasilkandampakpengiring
(nurturant
effect).
Pembelajarantidaklangsungberkenaandenganpengembangannilaidansikap yang
terkandungdalam
KI-1
dan
iniberbedadenganpengetahuantentangnilaidansikap
KI-2. yang
Hal
dilakukandalam
proses pembelajaranlangsungolehmatapelajaranPendidikan Agama dan Budi PekertisertaPendidikanPancasiladanKewarganegaraan. Pelaksanaan pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran melalui: 1. Mengamati; Pada pengalaman belajar MENGAMATI ini, 2. Menanya.
Kegiatan
belajar
yang
dapat
dilakukan
siswa
untuk
pengalaman belajar MENANYA adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi apa yang tidak dipahami dari apa yang diamati 3. Mengumpulkan
informasi.
Kegiatan
belajar
sebagai
bentuk
dari
pengalaman belajar MENGUMPULKAN INFORMASI adalah melakukan eksperimen, membaca beragam sumber informasi lainnya selain yang terdapat pada buku teks, mengamati objek, mengamati kejadian, melakukan aktivitas tertentu, hingga berwawancara dengan seorang narasumber. 4. Mengasosiasi atau mengolah informasi. Bentuk kegiatan belajar yang dapat diberikan guru untuk menyediakan pengalaman belajar (langkah pembelajaran) MENGASOSIASIKAN atau MENGOLAH INFORMASI ini antara lain pengolahan informasi mulai dari beragam informasi yang memperdalam dan memperluas informasi hingga informasi yang saling mendukung,
PPKn SMP K-8
298
5. Mengkomunikasikan.
Untuk
memberikan
pengalaman
belajar
MENGKOMUNIKASIKAN maka siswa diajak untuk melakukan kegiatan belajar
berupa
dilakukannya,
menyampaikan
dengan
cara
hasil
yang
pengamatan
singkat
dan
yang jelas,
telah hingga
berkemampuan berbahasa secara baik dan benar. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Anda telah mempelajari pembelajaran langsund dan pembelajaran saintifik Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran berikutnya.
H. Kunci jawaban 1. Pembelajarantidaklangsungadalahpembelajaran yang terjadiselama proses
pembelajaranlangsung
dikondisikanmenghasilkandampakpengiring
yang (nurturant
effect).
Pembelajarantidaklangsungberkenaandenganpengembangannilaidan sikap yang terkandungdalam KI-1 dan KI-2. 2. Mengkomunikasikan.
Untuk
memberikan
pengalaman
belajar
MENGKOMUNIKASIKAN maka siswaa diajak untuk melakukan kegiatan belajar berupa menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukannya, kesimpulan yang diperolehnya berdasarkan hasil analisis, dilakukan baik secara lisan, tertulis, atau cara-cara dan media lainnya. Ini dimaksudkan agar siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kompetensinya dalam hal pengembangan sikap jujur, teliti, toleransi, berpikir secara sistematis, mengutarakan pendapat dengan cara yang singkat dan jelas, hingga berkemampuan berbahasa secara baik dan benar. 3. Pelaksanaan
pendekatan
saintifik/pendekatan
berbasis
proses
keilmuan merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran melaui: 1. Mengamati; 2. Menanya; 3. Mengumpulkan informasi/mencoba; 4. Menalar/mengasosiasi; dan
299
5. Mengomunikasikan. 4. 1. Mengamati (observing)Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat,menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. 2. Menanya
(questioning)Membuat
dan
mengajukanpertanyaan,
tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. 3. Mengumpulkan informasi/mencoba(experimenting)Mengeksplorasi,
mencoba,
berdiskusi,mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen,
membaca
sumber
lain
selain
buku
teks,
mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan. 4. Menalar/Mengasosiasi(associating)Mengolah
informasi
yang
sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang
terkait
dalam
rangka
menemukan
suatu
pola,
dan
menyimpulkan 5. Mengomunikasikan(communicating) Menyajikan laporan dalam bentuk bagan,diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
Penutup Mudah-mudahan anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam menyusun materi PPKn, pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi dan produktivitas pembelajaran serta bermakna bagi para peserta didik. Kemampuankemampuan yang anda kuasai setelah mempelajari modul ini akan berguna bagi anda dalam membimbing teman sejawat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
PPKn SMP K-8
300
DAFTAR PUSTAKA Drs. Supandi M.Pd (2015) Materi Implementasi guru Implementasi Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Depdiknas. ―Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-
2009‖.
Tersedia
pada
: http://www. Ktsp.diknas.co.id/ktsp sd/ppt3. Joni, T. Raka. (2005) Resureksi Pendidikan Profesional Guru. Malang: LP3 UM-Cakrawala Indonesia.
301
KEGIATAN PEMBELAJARAN 16
ANALISIS RELEVANSI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PPKN SMP Oleh: Dr. Sri Untari, M.Si, M.Pd. A. Latar Belakang Kualitas pendidikan merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian bangsa Indonesia, terlebih pada abad 21 yang menuntut warga bangsa ini memeiliki kompetensi dan 302iker302ural302l untuk dapat bersanding dan bertanding secara global. Kualitas pendidikan ditentukan profesionalisme gurul. Keprofesian guru harus dikembangkan secara berkelanjutan melalui strategi pembinaan guru
dan tenaga kependidikan agar dapat meningkatkan
kemampuan guru dan tenaga kependidikan, sehingga
dapat memelihara,
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara berkelanjutan. Kegiatan Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB) diselenggarankan untuk mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan 302iker302ural302l yang dipersyaratkan. PKB merupakan kewajiban bagi Guru dan tenaga kependidikan baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya
adalah
modul
―
Analisis
Relevansi
Penggunaan
Media
Pembelajaran PPKn SMP‖ Modul ini didisain sebagai bahan ajar yang dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP grade 1 Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjuk cara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
PPKn SMP K-8
302
B. Tujuan Modul ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP tentang Analisis Relevansi Penggunaan Media Pembelajaran PPKn SMP, sehingga mampu : 1.
Menganalisis relevansi kompetensi yang ingin dicapai
2.
Menganalisis relevansi dengan tingkatan kemampuan ,
3.
Menganalisis relevansi dengan proses pembelajaran
C. Peta Kompetensi
Analisis Relevansi dengan Kompetensi Yang Ingin Dicapai
Analisis Relevansi Penggunaan media Pembelajaran PPKn
Analisis Relevansi dengan Kemampuan
Analisis Relevansi dengan Proses PembelajaranKonsep dasar Media embelajaran . D. Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran 1: (1) Relevansi dengan kompetensi yang ingin dicapai, (2) Relevansi dengan kemampuan; (3) Relevansi dengan proses pembelajaran E. Saran Cara Penggunaan Modul 1. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas 2. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . 3. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu 4. Konsultasikan
dengan
Narasumber
bila
mengalami
kesulitan
mengerjakan tugas
303
Pembelajaran 1 : Analisis Penggunaan Media Pembelajaran PPKn SMP I.
Tujuan
1. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan Prinsip penggunaan media pembelajaran PPKn SMPsecara benar 2. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP dengan kompetensi yang ingin dicapai secara benar 3. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP kemampuan secara benar 4. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP proses pembelajaran secara benar
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan Prinsip penggunaan media pembelajaran PPKn SMP secara benar 2. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP dengan kompetensi yang ingin dicapai secara benar 3. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP kemampuan secara benar 4. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP proses pembelajaran
secara
benar
PPKn SMP K-8
304
Uraian Materi Pembelajaran 1 Pengembangan Sumber Belajar PPKn SMP Memilih media yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran tidaklah mudah, selain memerlukan analisis mendalam dengan mempertimbangkan berbagai aspek juga di butuhkan prinsip – prinsip tertentu agar pemilihan media bisa lebih tepat
1. Prinsip- Prinsi Memilih Media Pembelajaran a). Prinsip efektifitas dan efesiensi Efektifitas merupakan keberhasilan pembelajaran yang di ukur dari tingkat ketecapaian tujuan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan Dalam konsep pembelajaran jika tujuan pembelajaran telah tercapai semuanya,
maka
pembelajaran disebut efektif, sedangkan efesiensi adalah tujuan pencapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan media, waktu dan sumber daya lain seminimal mungkin. Media pembelajaran yang telah memenuhi aspek efektifitas dan efesiensi ini tentunya akan meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar
dan
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Materi yang disampaikan melalui media ini juga akan lebih mudah diserap siswa, dengan demikian siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memang harus dimiliki. b). PrinsipRelevan Prinsip relevansi dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang dimaksudkan mencakup dua hal yakni: pertama, relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal yaitu pemilihan media pembelajaran yang mempertimbangkan kesesuaian dan sinkronisasi antara tujuan, isi, strategi dan evaluasi materi pembelajaran. Relevansi ini juga mempertimbangkan pesan guru, siswa, dan desain media yang akan digunakan dalam pembelajaran Relevansi eksternal adalah pemilihan media yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan masyarakat, maka media yang dipilih disesuaikan dengan apa yang biasa digunakan masyarakat secara luas. Media yang relevan secara internal dan ekternal ini akan meningkatkan fungsi dan manfaat media pembelajaran itu sendiri dengan sesuai karakteristik mata pelajarannya. c). Prinsip produktifitas Prinsip produktifitas media pembelajaran yang dimaksudkan adalam bahwa dalam media pembelajaran dapat dipahami dalam upaya pencapaian
305
tujuan pembelajaran secara optimal dengan menggunakan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Manakala media pembelajaran yang digunakan secara optimal sehingga dapat menghasilkan dan mencapai target dantujuan pembelajaran serta mencapai kompetensi siswa maka media tersebut dikategorikan media produktif Media pembelajaran perlu dipilih secara cermat dan akurat dengan mempertimbangkan prinsip produktivitas artinya media pembelajar tersebut adalah media
yang produktiflah dilihat dari sudut penggunaan guru dalam
melakukan pembelajaran. Semakin produktif media pembelajaran
yang
digunakan maka akan semakin cepat dan tepat tujuan pembelajaran yang terealisasikan dan kompetensi siswa akan tercapai. 2.Kriteria Pemilihan Media Media
pembelajaran
memperlancar
jalannya
dalam
proses
penggunaannya
belajar
dimaksudkan
mengajar.
Untuk
itu
untuk dalam
penggunaannya perlu kecermatan dalam memilah dan memilih sehingga benarbenar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Dalam pemilihan media dapat
dikembangkan
dicapai,
kondisi
dan
sesuai
kompetensi 306iker306ur tujuan yang
keterbatasan
atau
ingin
kemampuan, kecocokan dengan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dan sifat-sifat
karakteristik media. Media mutlak diperlukan atau tidak selalu diperlukan dalam
pembelajaran
sehubungan
dengan
prestasi belajar yang dicapai
peserta didik. Menurut Supadi sebagaimana dikutip Untari
(2010) mengemukakan
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: 1)
Tujuan :Media pendidikan yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran.
2) Ketepatgunaan: Jika materi yang dipelajari sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Pemilihan media pendidikan yang sesuai dapat membantu Peserta Didik dalam meningkatkan prestasi belajar. 3) Keadaan peserta didik: Dalam memilih media pendidikan perlu disesuaikan dengan keadaan, kemampuan, kesiapan peserta didik, juga besar kecilnya kelas yang akan dipakai.
PPKn SMP K-8
306
4) Ketersediaan: Dalam memilih media pendidikan perlu diperhitungkan tersedia tidaknya media tersebut
di sekolah,
bila memungkinkan
Pendidikdapat membuat sendiri media yang akan digunakan. 5)
Mutu teknis: Media cocok untuk digunakan sebagai alat pengajaran di sekolah.
6) Biaya :Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan sesuatu media hendaknya seimbang dengan hasil yang akan dicapai.Selain faktor-faktor di atas, ada tiga faktor lagi yang perlu ditambahkan. Memilih media untuk dipergunakan dalam pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagaimana dikemukakan Al Hakim (1983) yang dikutip Untari (2010), yaitu: 10) Karakteristik media Pemilihan media pembelajaran perlu memperhatikan karakteristik media , guru harus cermat dan mengetahui karakterisktik media, sehingga dalam memilih media perlu mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan media. 11) Alokasi waktu Alokasi waktu penting juga menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan media untuk dipergunakan dalam pembelajaran, Waktu untuk kegiatan perancangan,
pengembangan,
pengadaanataupun
penyajian
materi
dengan menggunakan media tersebut.
12) Kompatabelitas Kompatabelitas
adalah
apakah
penggunaan
media
tersebut
tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku? Tersediakah sarana penunjang (suku cadang dan sebagainya) pengoperasiannya? Praktiskah dan luweskah penggunaannya? Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan media dalam proses pembelajaran adalah (1) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat Pendidik menyampaikan pelajaran, (2) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para peserta didik dalam proses belajarnya,
(3) Sumber
belajar bagi Peserta Didik, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para peserta didik baik individual maupun kelompok. (4) Media sebagai alat dan sumber pengajaran tidak bisa menggantikan Pendidik
307
sepenuhnya, artinya media tanpa Pendidik suatu hal yang mustahil dapat meningkatkan kualitas pengajaran. 13) Relevansi
penggunaan
Pembelajaran
PPKn
SMP
Media dengan
Kompetensi Yang ingin dicapai Penggunaan media pembelajaran PPKn SMP selayaknya relevan dengan kompetensi yang akan dicapai dalampembelajaran. Dalam kurikulum 2013 disebutkan bahwa Tujuan PPKn sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 penjelasan pasal 77 J ayat (1) huruf ditegaskan bahwan Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh dimensi kewarganegaraan, yakni: 14) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung jawab kewarga-negaraan (civic confidence, civic 308iker308ural, and civic responsibility); 15) pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge); 16) keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic competence and civic responsibility). Secara khusus Tujuan PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi tersebut sehingga peserta didik mampu: 1)
menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan 308iker308;
2)
memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3)
berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila,
PPKn SMP K-8
308
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan 4)
berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan 309iker309 Budayaal. Berdasarkan tujuan PPKn sebagaimana tersebut di atas
selanjutnya dijabarkan dalam kompetensi yang akan dicapai oleh siswa. Adapun kompetensi dalam Mata pelajaran PPKn SMP sebagai berikut: Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B memiliki sikap, p engetahuan, dan keterampilan sebagai berikut. SMP/MTs/SMPLB/Paket B Dimensi Sikap
Pengetahuan
Keterampilan
Kualifikasi Kemampuan Memiliki perilaku yang mencerminkan sikaporang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawabdalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan 309iker309 309iker309ur dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Memiliki pengetahuan 309iker309u, konseptual, dan 309iker309ural dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni, danbudaya dengan wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, danperadaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata. Memilikikemampuan 309iker dan tindak yang efektifdan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis.
Tabel 14. Kompetensi yang akan di capai oleh siswa Relevansi antara media pembelajar dengan kompetensi yang hendak dicapai siswa menyentuh persoalan gagasan apakah kompetensi itu untuk memberikan pengetahuan, mengembangkan sikap ataukan akan meningkatkan keterampilan siswa. Alternatif dari kompetensi akan menentukan media pembelajaran yang dipergunakan oleh guru PPKn 309alua kompetensinya untuk memberikan pengetahuan siswa , maka medianya dapat berupa buku ajar, manusia, yang akan berbeda jika kompetensinya berupa sika ataupun keterampilan , untuk melihat kemungkinan pemilihan media dapat digambarkan sebagai berikut:
309
Media
Kompetensi Pengetahuan
sikap
keterampilan
Buku pelajaran
tinggi
sedang
rendah
Gambar / bagan
sedang
tinggi
rendah
Film /video
tinggi
sedang
tinggi
Sumber manusia
tinggi
tinggi
tinggi
Tabel 15. Tabel penilaian Media Berdasarkan
kadar
tinggi
rendahnya
media
pembelajaran
untuk
digunakan dalam pemilihan media pembelajaran, akan memudahkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelasnya 4. Relevansi Penggunaan Media Pembelajaran
Ppkn SMP Dengan
Kemampuan Guru yang telah mendapatkan pengetahuan dan latihan memilih, menggunakan dan mengembangkan media pembeajaran akan lebih mudah berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran berlagsung. Sebaliknya akan mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar jika belum mengetahui bagaimana pemilihan, penggunaan dan pengembangan media pembelajaran. Disamping kemampuan guru harus diperhatikan kemampuan siswa dan kondisi siswa,
merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
media, sebab media pembelajaran, mungkin cocok untuk tujuan tertentu, akan tetapi tingkat kerumitannya jauh dengan kemampuan siswa.Jika demikian maka media tersebut tidak bisa dipilih. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kondisi siswa, misalnya jenjang pendidikan (SD, SLTP atau SMU), besar-kecilnya kelompok siswa, serta perkembangan psikologis yang melekat pada mereka. Relevansi
media
pembelajaran
dengan
kemampuan
guru
dapat
gambarkan sebagai berikut: Kemampuan guru PPKn menguasai teknologi
PPKn SMP K-8
Media Pembelajaran OHP, enternetCD interaktif, media player film , televisi, vidio tape, VCDdsb
310
menguasai peralatan elektronika
tidak menguasai isi lab/museum
Media audio dan visual, serta gabungan keduanya,Media grafis, seperti gambar, bagan, sketsa kerja praktik, permainan, kunjungan karyawiyata, dramatisasi, simulasi, buku, surat kabar, majalah, bulletin, jurnal, dan sebagainya; Buku teks, tentang sejarah perumusan UUD 1945; Benda-benda
Mau dan mampu membuat media
Media pembelajaran yang bervariasi
menguasai isi lab/museum tidak menguasai teknologi tidak menguasai peralatan elektronika
Relevansi penggunaan media pembelajaran memang harus sesuai dengan kemampuan baik siswa maupun guru,sebab saat ini kemampuan siswa akan elektronika , digital sangat tinggi dibandingkan dengan kemampuan gurunya. Untuk itu perlu terus berusaha untuk belajar menguasai teknologi sehingga pemilihan media pembelajaran senantiasa sesuai dengan kemampuan dan minat siswanya 2. Relevansi penggunaan Media Pembelajaran PPKn SMP dengan Proses Pembelajaran Relevansi penggunaan media pembelajaran dengan proses pembelajaran sangat penting diperhatikan. Bentuk pilihan media pembelajaran akan menentukan kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Kegiatan belajar siswa ditentukan oleh pilihan metode dan media pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan guru. Jika seorangguru PPKn memilih metode ceramah maka alternative medianyanya berupa : papan tulis, buku cetak. Kegiatan siswa tentu lebih banyak mendengarkan dan mencatat. Untuk lebih jelasnya digambar sebagai berikut: Metode Ceramah bervariasi Diskusi kelompok Simulasi Penugasan
Aktivitas belajar siswa Mendengarkan, bertanya , mencatat Memecahkan masalah, Mengkreasi peristiwa masa lalu, Menganalisis, mencari data, mengumpulkan informasi, membuat laporan, dan memperesentasikan kinerjanya
Media yang dipergunakan Papan tulis, buku cetak Manusia, lembar kerja Video, film, video Pengalaman langsung, manusia, tv, video, internet
Berdasar tabel di atas menunjukkan bahwa media pembelajaran yang dipilih perlu disesuaikan atau harus relevan dengan kegiatan belajar
311
mengajarnya, sehingga media pembelajaran yang dipilih guru tepat dan dapat memperlancar proses belajar mengajarnya Aktivitas pembelajaran
Pendekatan yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran 1 materi Analisis Penggunaan media pembelajaran PPKn SMP ini adalah pendekatan partisipatif dan humanistik, yang didasari oleh prinsip prinsip andragogi. Dengan pendekatan ini peserta diklat lebih banyak diundang partisipasinya dengan mengungkapkan pertanyaan, pendapat, gagasan dan aspirasinya dari pada sekedar menerima materi modul secara pasif ataupun penyampaian informasi dari narasumber/instruktur. Disamping itu pendekatan saintifik juga dipergunakan
sekaligus
untuk
membelajarkan
peserta
diklat
dalam
implementasi pembelajaran berbasis kurikulum 13 Metode yang digunakan dalam aktivitas pembelajar ini adalah ceramah bervariasi dan diskusi kelompok. Adapun skenario atau alur aktivitas pembelajaran sebagai berikut: Penyampaian informasi oleh nara sumber dan membaca modul 15 menit (Mengamati)
Curah Pendapat diiringi sharing pengalaman praktis 25 menit (Menanya)
Tanggapan, masukan dan refleksi serta refisi hasil kerja kelompok 20 menit
Presentasi hasil unjuk kerja kelompok 20 menit (mengomunikasi
PPKn SMP K-8
Kerja kelompok, diskusi kelompok 50 menit (mencari informasi)
Membuat Laporan hail keja kelompok 20 menit (mengasosiasi)
312
Latihan/Kasus/Tugas Untuk memperdalam pemahaman anda tentang materi ini . coba kerjakan tugas berikut 1. Coba analisis kebutuhan dalam penggunaan media pembelajaran PPKn SMP 2. Pilihlah salah satu kompetensi dasar dan materi pelajaran dikelas mana saja 3. Buatlah analisis penggunaan media pembelajar Mata pelajaran
:
Materi pelajaran
:
Kelas/semester
:
Metode
Aktivitas belajar siswa
Media yang dipergunakan
Analisis penggunaan media pembelajaran dalam materi berikut Tingkat Kelas VII - VIII
Kompetensi
Ruang Lingkup Materi
• Menjelaskan komitmen para pendiri Negara dalam merumus- kan dan menetapkan Pancasila. • Menganalisis proses pengesah-anUndangUndangDasar Repu- blik Indonesia tahun 1945. • Menunjukkan sikap toleransi dalam makna keberagaman dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. • Menjelaskan karakteristik daerah tempat tinggalnya dalam kerangka NKRI. • Menunjukkan perilaku menghargai dengan dasar: moral, norma, prinsip dan
• Komitmen para pendiri Negara dalam merumuskan dan menetapkan Pancasila. • Proses perumusan dan pengesahan UndangUndang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 • Norma hukum dan kepatutan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara • Harmoni keutuhan wilayah dan kehidupan dalam konteks NKRI • Makna keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan
Media Pembelajaran
313
spirit kewarganegaraan
gender dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Rangkuman Prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran yang perlu diperhatikan sebelum menetapkan media yang akan dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain: (1) prinsip efektivitas dan efisiensi; (2) prinsip relevan; (3) prinsip produktivitas. Kriteria dalam pemilihan media pembelajaran yang perlu diperhatikan guru antara lain: (1) media harus dapat mendukung pencapaian tujuan; (2) media dipilih harus ada ketepatgunaan sehingga bermanfaat; (3) media yang dipilih harus memperhatikan keadaan peserta didik; (4) media pembelajaran harus dipilih karena ada ketersediaannya; (5) media yang dipilih memiliki mutu teknis; (6) biaya juga harus jadi pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran. Disamping itu juga perlu mempertimbangkan (1) karakteristik media pembelajaran; (2) alokasi waktu yang diperlukan untuk menggunakan media pembelajaran yang dipilih; (3) kompatabelitas Relevansi penggunaan media pembelajaran pelu memperhatikan hal-hal berikut : (1) relevansi media pembelajaran dengan kompetensi yang akan dicapai baik aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan; (2) relevansi media pembelajaran dengan kemampuan, baik kemampuan guru maupun kemapuan siswa; (3) relevansi media pembelajaran dengan kegiatan belajar atau proses belajar mengajar.
PPKn SMP K-8
314
Umpan Balik dan Tindak Lanjut Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih jawaban yang paling benar 1. Mediapembelajaran dipilih karena dianggap dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan alat dan waktu serta sumber daya seminamal mungkin, merupakan perimbangan prinsip… A. efektif B. efisien C. relevan D. produktivitas E. keberlanjutan 2. Prinsip produktivitas dalam pemilihan media pembelajar dapat dipahami saat … A. interaksi guru dan siswa berjalan secara lancar dan baik B. pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi perkembangan masyarakat C. media pembelajaran dipilih dapat meningkatkan fungsi dan manfaat media sesuai karakteristik mata pelajaran D. media pembelajaran dapat menghasilkan dan mencapai target, tujuan pembelajaran serta mencapai kompetensi siswa E. media pembelajaran dapat menjadisaran peningkatan kualitas pembelajaran 3. Relevansi eksternal berarti dalam pemilihan media pembelajaran perlu memperhitungkan kemampuan media untuk dapat… A. disesuaikan dengan kondisi masyarakat B. digunakan untuk sebagai sarana memotivasi siswa dalam pembelajaran C. disesuaikan dengan kemajuan teknologi D. diubah sesuai dengan tujuan pembelajaran E. dimodivikasi sesuai dengan strategi pembelajaran 4. Prinsip relevansi secara internal dimaksudkan pemilihan media harus sesuai dengan… A. tuntutan teknologi B. tuntutan kurikulum C. kemampuan siswa D. kemampuan guru E. kesesuaian evaluasi 5. Pemilihan media pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya, hal ini dinamakan pertimbangan … A. tujuan pembelajaran B. kemampuan siswa C. ketersediaan D. ketepatgunaan E. mutu teknis
315
6. Media yang cocok adalah yang dapat digunakan sebagai alat pengajaran hal ini merupakan pemilihan media dengan mempertimbangkan … A. tujuan pembelajaran B. kemampuan siswa C. ketersediaan D. ketepatgunaan E. mutu teknis 7. Peserta didik sedang melakukan diskusi untuk memecahkan permasalahan yang diajukan, maka media pembelajaran yang relevan dengan proses belajarnya iyang tepat adalah…. A. grafikk B. gambar C. lembar kerja D. film E. buku ajar 8.
9.
Berikut ini yang menunjukkan adanya relevansi antara media pembelajaran dengan kemampuan adalah…. A. media pembelajaran yang dipilih dapat dipergunakan guru secra optimal karena guru juga mengetahui kemampuan siswanya B. media pembelajaran sudah dilakukan analisis terhadap penggunaannya berdasarkan kemampuan dan karakteristik siswa C. media pembelajaran dipilih karena dipandang sesuai dengan tuntutan kurikulum dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilannya D. media pembelajaran dipilih sesuai antara efektivitas proses pembelajaran terhadap kualitas penilaian kompetensi siswanya E. media pembelajar dipilih dengan pertimbangan sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan guru Berikut ini yang menunjukkan adanya relevansi antara media pembelajaran dengan kompetensi dasar adalah…. A. media pembelajaran yang dipilih dapat dipergunakan guru secra optimal karena guru juga mengetahui kemampuan siswanya B. media pembelajaran sudah dilakukan analisis terhadap penggunaannya berdasarkan kemampuan dan karakteristik siswa C. media pembelajaran dipilih karena dipandang sesuai dengan tuntutan kurikulum dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilannya D. media pembelajaran dipilih sesuai antara efektivitas proses pembelajaran terhadap kualitas penilaian kompetensi siswanya E. media pembelajar dipilih dengan pertimbangan sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan guru
10. Berikut ini yang menunjukkan adanya relevansi antara media pembelajaran dengan proses pembelajaran adalah…. A. media pembelajaran yang dipilih dapat dipergunakan guru secra optimal karena guru juga mengetahui kemampuan siswanya B. media pembelajaran sudah dilakukan analisis terhadap penggunaannya berdasarkan kemampuan dan karakteristik siswa
PPKn SMP K-8
316
C. media pembelajaran dipilih karena dipandang sesuai dengan tuntutan kurikulum dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilannya D. media pembelajaran dipilih sesuai antara efektivitas proses pembelajaran terhadap kualitas penilaian kompetensi siswanya E. media pembelajar dipilih dengan pertimbangan sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan guru J. Kunci Jawaban 1. 2. 3. 4. 5.
B D A E D
6. 7. 8. 9. 10.
E C A C E
K. Pedoman Penskoran Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Test Formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini. Selanjutnya anda hitung jawaban yang benar, lalu pergunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda pada materi kegiatan pembelajar berikutnya. Rumus Jumlah jawaban benar Tingkat penguasaan =
10
X 100%
Tingkat penguasaan yang anda capai: 90 – 100%
= sangat baik
80 – 89%
= baik
70 – 79%
= cukup
<
= kurang
70%
317
Pembelajaran 2: Pengembangan Media Belajar PPKn SMP A.
Tujuan
1. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan pelaksanaan konsep dasar pengembangan media pembelajarn PPKn SMP dengan benar. 2. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mengidentifikasi Faktor faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan Media PPKn SMP secara tepat 3. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mengembangankan media pembelajaran PPKn SMP secara inovatif B.
1.
Indikator Pencapaian Kompetensi
Peserta diklat mampu menjelaskan konsep dasar pengembangan media pembelajarn PPKn SMP dengan benar.
2.
Peserta
diklat
mampu
mengidentifikasi
Faktor
faktor
yang
perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan Media PPKn SMP secara benar 3.
Peserta diklat mampu mengembangankan media pembelajaran PPKn SMP secara inovatif
C.
Uraian Materi Pembelajaran 2 Pengembangan Media Pembelajaran
PPKn SMP
Konsep dasar pengembangan Media Pembelajaran PPKn SMP Media Pembelajaran 1. Pengertian Dunia belajar-mengajar, pada dasamya tidak bisa dilepaskan dengan konsep interaksi sosial, yang di dalamnya mengandung unsur "kontak' dan "komunikasi'. Interaksi merupakan tindakan yang bcrlangsung seperti halnya mengalirya darah dalam pembuluh nadi. Begitu wajarnya, sehingga untuk melakukannya, orang hampir tidak pernah berpikir atau menyadarinya. Terkecuali apabila terdapat kesulitan atau kejanggalan dalam proses itu, baru orang bertanya-tanya dan ingin tahu lebih banyak lagi tentang apa yang sebenarnya terjadi.
PPKn SMP K-8
318
Sementara itu, proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses interaksi sosial yang bersifat 'transaksional‘. Ada kewajiban atau komiten yang harus dipegang teguh oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Guru menyampaikan pesan pembelajaran yang secara profesional harus disampaikan, sementara siswa menginternalisasi pesan pembelajaran itu yang secara proporsional harus diterima. Persoalan yang timbul, apakah dengan pemrosesan pesan-pesan pembelajaran itu senantiasa terdapat persamaan persepsi antara konsep pesan yang disampaikan guru dengan apa yang diterima oleh siswa? Apabila jawabannya 'ya', maka boleh dikata bahwa guru adalah benar-benar pahlawan yang selalu berhasil dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Pengalaman menunjukkan, bahwa interaksi belajar-mengajar sering terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi berlangsung tidak efektif dan
efisien dalam pencapaian pesan pembelajaran. Hal demikian itu akan
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berpangkal dari uraian di atas, timbul gagasan baru yang terdapat dalam dunia pendidikan tentang penggunaan media dalam kegiatan belajar-mengajar. Pemikiran ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan menggunakan media, dapat diharapkan pemrosesan pesan pembelajaran secara awal dari seorang guru dapat diinternalisasi sepadan dengan pemahaman siswa. Itulah sebabnya, pemikiran munculnya media dalam keperiluan belajar-mengajar mata pelajaian apa pun, merupakan salah satu indikator dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Konsep tentang media, secara harfiah berarti 'perantara' atau pengantar, yaitu berkaiatan dengan penyampaian informasi dari komunikator (penyampai) kepada komunikan (penerima) informasi. Untuk memberikan perbendaharaan, dikemukakan beberapa pengertian media sebagai berikut:Gerlach & Ely (1971), membagi pengertian media dalam tiga hal. Pertama, media pengajaran meliputi orang, bahan atau kegiatan yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, ketrampiian dan sikap; kedua, bahwa media pengajaran hanya meliputi bahan, peralatan dau teknik; keliga, arti media pengajaran lebih dikhususkan lagi, yaitu hanya mencakup bahan-bahan dan peralatan yang digunakan dalam suatu pengajaran. Sementara itu, Martin R. Wong & John D. Raulerson (dalam Al Hakim 1983), menegaskan bahwa "The
319
Medium is th e means or hardware used to present stimulus in formation to the learner (media adaiah merupakan alat yang mengkomunikasikan message, yaitu pengetahuan, ketrampiian dan sikap terhadap siswa; Menurut Association for Education and Communication Technology (AECT), media diartikan sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran mformasi. Sedangkan National Education Assocition (NEA), media diartikan sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, yaitu didengar, dilihat, dibaca, atau dibicarakan sebagai instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut. 1.
Faktor-Faktor yang Perlu diperhatikan dalam pengembangan Media
pembelajaran PPKn SMP. (a) Tujuan Pembelajaran. Media yang dipilih oleh guru hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Masalah tujuan ini merupakan persoalan yang paling pokok, sebab dengan tujuan, arah kegiatan pembelajaran dapat diketahui. Apabila tujuan pembelajaran yang dirumuskan itu agar siswa dapat menghafal kata-kata dengan sempurna, maka media audiovisual yang paling tepat; (b) Ketepatgunaan. Penetapan suatu media dapat dikatakan tepat guna atau tidak, dapat dikaitkan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Jika materi pembelajaran berkaitan dengan bagian-bagian penting suatu benda, maka gambar mati seperti bagan, chart, slide dapat digunakan. Sedangkan apabila materi yang akan dipelajari adalah aspek-aspek yang menyangkut gerak, maka media film atau video dipandang tepat.
(c) Keadaan siswa. Sebuah program media, mungkin cocok untuk tujuan tertentu, akan tetapi tingkat kerumitannya jauh dengan kemampuan siswa. Jika hal ini terjadi, maka hal demikian tidak bisa dipilih. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kondisi siswa, misalnya jenjang pendidikan (SD, SLTP atau SMU), besar-kecilnya kelompok siswa, serta perkembangan psikologis yang melekat pada mereka.
PPKn SMP K-8
320
(d) Ketersediaan. Seringkali media yang dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, temyata tidak tersedia. Sedangkan untuk memproduksi sendiri adalah jauh dari yang memungkinkan. Dalam kaitan ini, guru terpaksa harus memilih alternatif yang tidak telalu jauh dengan pilihan utama tersebut.
(e) Mutu teknis. Misalnya, guru akan menerangkan bagaimana proses pengambiian keputusan rapat. Media yang tersedia adalah slide atau film. Setelah diteliti, ternyata pengambilannya tidak memenuhi persyaratan teknis, sehingga ada bagian-bagian penting yang terlewatkan atau tidak jelas- Jadi karena mutu teknisnya rendah, maka media tersebut tidak dapat dipergunakan. (f) Kemampuan guru. Kemampuan guru berpengaruh terhadap pemilihan media. Sebagai contoh, andaikata guru akan menggunakan Overhead Projector (OHP),
maka
mengoperasikan
diperiukan alat
terlebih
tersebut.
dahulu
Misalnya,
kemampuan cara
guru
menyalakan,
dalam
membuat
transfaransi, meletakkan transfaransi terbalik/tidak, fokus atau variasi sinar dekat-jauh, iamaiiya menggunakan aliran listrik dan sebagainya; (g) Pembiayaan. Kriteria yang tidak kalah penting, adaiah faktor biaya produksi media. Biaya yang digunakan untuk mendapatkan dan mempergunakan media; hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Apabila tujuan pembelajaran yang dinimuskan adaiah agar siswa dapat menyebutkan bagian-bagian lambang negara Indonesia, susunan atau struktur pemerintahan, tingkatan peradilan di Indonesia, dan sebagainya, cukup menggunakan media gambar mati atau mungkin bagan sebagai medianya, dan tidak perlu memilih media lain yang biayanya lebih besar. 2.
Pengembangan Media pembelajaran PPKn SMP Sejalan dengan kriteria pemilihan media pembelajaran seperti yang telah
dikemukakan di muka, dan disesuaikan
pula dengan tingkat perkembangan
siswa di jenjang Pendidikan Dasar, berikut akan dikemukakan beberapa alternatif media pembelajaran PKn. Alternatif ini dengan harapan dapat digunakan sebagai wahana pembinaan kepribadian siswa (pengetahuan, keterampilan dan sikap) sebagai warga negara yang baik, demokratis, cerdas dan religius.
321
Apabila tujuan pembelajaran PKn diarahkan pada aspek pengetahuan, yaitu menggali definisi sebuah konsep dan hakekat warga negara; kita dapat menggunakan media, antara lain: a) Buku teks, dokumen konstitusi, undang-undang dan media cetak lainnya; b) Media grafis, seperti gambar, bagan, sketsa dan sebagainya; c) Media audio dan visual, serta gabungan keduanya; d) Media display (papan tulis, flanel, majalah dinding), dan sebagainya. e) Media sumber, misalnya berkunjung ke dinas, pemerintah desa/kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, nasional; dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya; Apabila tujuan pembelajaran PKn diarahkan dalam melatih keterampilan siswa untuk memposisikan diri dan bersikap dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, kita bisa menggunakan media, antara lain: a) Peta kepulauan Nusantara; b) Gambar aneka budaya yang berada di wilayah nusantara; c) Simulasi tentang dialog antar Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA); d) Berkunjung ke daerah-daerah dengan mengenal potensi budayanya; e) Ceritera Fiktif, misalnya ―Pak Blando Yang Egois‖ (Buku PKn Suparlan Al Hakim, dkk). f)
Menggalang ‗dompet amal‘, untuk musibah Bencana Alam;
g) Lagu Bhinneka Tunggal Ika (Syair: Thalib); h) Budaya
Tembang
Macapat,
(untuk
daeraj
Jawa,
dan
daerah
lain
menyesuaikan energi budaya lokal daerahnya); i)
Klipping koran, majalah tentang pertentangan SARA; bentrok remaja, perkelaihan pelajara, dan sebagainya. Apabila tujuan pembelajaran diarahkan kemampuan siswa untuk
menganalisis pada pilar-pilar kehidupan berbangsa dan bernegara (konstitusi, pemerintah, parlemen, dan peradilan), maka kita dapat menggunakan media pembelajaran, antara lain: a. Buku teks dan dokumen Konstitusi (UUD 1945 hasil Amandemen); b. Foto/gambar Presiden, wakil Presiden dan Menteri Kabinet; c. Lagu ―Susan Punya Cita-Cita‖ (Syair: Ria Enes); d. Undang-undang Pemilihan Umum;
PPKn SMP K-8
322
e. Lagu/Mars ―Pemilihan Umum‖ (Syair: Mochtar Embut); f.
Berkunjung ke DPRD II, I atau DPR Pusat;
g. Bagan susunan peradilan di Indonesia; h. Puisi, misalnya ―Aku dan Hukum‖ (oleh Suparlan Al Hakim); i.
Media sumber : Kunjungan Praktik Peradilan;
j.
Klipping, tentang kasus Hakim Suap; Terdakwa Bernyanyi di Peradilan, dan kasus Masyarakat Menyuap Hakim; kasus main hakim sendiri, dan sebagainya;
k. Observasi ketaatan dan pelanggaraan terhadap peraturan lalu-lintas; l.
Mengundang tokoh untuk berceritera tentang pengalaman ketokohannya. Apabila tujuan pembelajaran diarahkan dalam memberikan kemampuan
siswa untuk berpegang teguh pada nilai-nilai dasar Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, kita bisa menggunakan media antara lain adalah: a. Materi tentang pengamalan nilai-nilai dasar Pancasila, misalnya bisa menggunakan media:
Ceritera tentang keagungan Tuhan Yang Maha Esa sebagai “Causa Prima” (penyebab pertama dari segala sesuatu yang ada);
Ceritera tentang kebiadaban dan keberadaban manusia;
Lagu Dari Sabang Sampai Merauke; Satu Nusa-Satu Bangsa, Lagu Wawasan Nusantara, dan sebagainya;
Ceritera fiktif ―Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Jatuh‖, ―Falsafah Sapu Lidi‖, dan ―Warisan Sang Pahlawan‖; dan sebagainya;
Ceritera pewayangan tentang ―Keangkara Murkaan‖ dan ―Kebaikan‖;
Media
Tembang
Macapat
―Dhandhanggula‖
suatu
alternatif
teknik
pembudayaan nilai-nilai Pancasila (oleh Suparlan Al Hakim, Lab PKn UM Malang).
Puisi, misalnya ―Rahasia Tangan Kanan‖ (Suparlan Al-Hakim), dan bisa digali puisi lain yang bernuansa nilai-nilai etika Pancasila dan Budi Pekerti; atau Bapak/Ibu bisa membuat sendiri atau bersama anak-anak membuat puisi!
b. Materi UUD Republik Indonesia, misalnya bisa menggunakan media:
Buku teks, tentang sejarah perumusan UUD 1945;
323
Bagan tentang unsur-unsur konstitusi Indonesia (UUD 1945);
Dokumen UUD 1945 (hasil Amandemen); dan sebagainya.
c. Materi Negara Repubik Indonesia sebagai negara yang berkedaulatan rakyat, bisa menggunakan media, antara lain:
Teks Proklamasi 17 Agustus 1945;
Gambar Lambang Negara ―Garuda Pancasila‖;
Lagu Gebyar-gebyar (Syair: Gombloh);
Undang-undang Pemilihan Umum;
Lagu/Mars ―Pemilihan Umum‖ (Syair: Mochtar Embut);
Badan penyalur aspirasi, misalnya OSIS, Dewan Sekolah, RT, RW, BPD/LPMK, DPRD, DPR Pusat dan MPR;
Berkunjung dan mengamati sidang-sidang yang dilaksanakan di DPRD II, I atau DPR Pusat; dan sebagainya.
D.
Aktivitas pembelajaran
Pendekatan yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran 1 materi Perkembangan Penerapan Pancasila ini adalah pendekatan partisipatif dan humanistik, yang didasari oleh prinsip prinsip andragogi. Dengan pendekatan ini peserta diklat lebih banyak diundang partisipasinya dengan mengungkapkan pertanyaan, pendapat, gagasan dan aspirasinya dari pada sekedar menerima materi
modul
secara
pasif
ataupun
penyampaian
informasi
dari
narasumber/instruktur. Disamping itu pendekatan saintifik juga dipergunakan sekaligus untuk membelajarkan peserta diklat dalam implementasi pembelajaran berbasis kurikulum 13 Metode yang digunakan dalam aktivitas pembelajar ini adalah ceramah bervariasi dan diskusi kelompok. Adapun skenario atau alur
aktivitas
pembelajaran sebagai berikut:
PPKn SMP K-8
324
Penyampaian informasi oleh nara sumber dan membaca modul (Mengamati)
Curah Pendapat diiringi sharing pengalaman praktis (Menanya)
Tanggapan, masukan dan refleksi serta refisi hasil kerja kelompok
Presentasi hasil unjuk kerja kelompok (mengomunikasi
Kerja kelompok, diskusi kelompok (mencari informasi)
Membuat Laporan hail keja kelompok (mengasosiasi)
Pedoman Penskoran Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Test Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Selanjutnya anda hitung jawaban yang benar, lalu pergunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda pada materi kegiatan pembelajar 3. Rumus Jumlah jawaban benar Tingkat penguasaan =
10
X 100%
Tingkat penguasaan yang anda capai: 90 – 100%
= sangat baik
80 – 89%
= baik
70 – 79%
= cukup
<
= kurang
70%
325
KEGIATAN PEMBELAJARAN 19
ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: Dwi Utami, S.Pd., M.Pd. A. Latar Belakang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) sebagai salah satu strategi pembinaan guru
dan tenaga kependidikan diharapkan dapat
menjamin guru dan tenaga kependidikan
mampu secara terus menerus
memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan
kompetensi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya adalah modul ― Analisis Data Hasil Penelitian Tindakan Kelas‖ Modul tersebut merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP grade 8 Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjuk cara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.
PPKn SMP K-8
326
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; c. Peraturan
Menteri
Negara
Pemberdayaan
Aparatur
Negara
dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. Ruang lingkup modul Analisis data hasil Penelitian Tindakan Kelas PPKn SMP ini sebagai salah satu mata diklat PKB Grade -8 bagi guru mata pelajaran PPKn SMP meliputi (1) Pengamatan / Observasi, (2) Pengumpulan Data, (3) Pengolahan Data dan Kesimpulan Hasil PTK
B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap mata diklat Analisis data hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK), agar mampu : 1. Menganalisis Prosedur pengamatan / observasi 2. Menganalisis Prosedur Pengumpulan Data PTK 3. Menganalisis Pengolahan Data PTK dan Membuat Kesimpulan Hasil PTK
327
C. Peta Kompetensi
Pengumpulan Data Penelitian Tindakan kelas
Analisis data hasil Penelitian Tindakan Kelas
observasi
Pengolahan Data dan kesimpulan Data Penelitian Tindakan kelas
PPKn SMP K-8
328
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup berisi materi kegiatan pembelajaran meliputi : 1. Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas 2. Pengamatan / Observasi 3. Pengolahan Data Penelitian Tindakan Kelas 4. Kesimpulan Penelitian Tindakan Kelas E. Saran Cara Penggunaan Modul Modul ini terdiri dari 3 Kegiatan belajar. Dalam Kegiatan Belajar 1 disajikan mengenai Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas ; Kegiatan Belajar 2 disajikan mengenai Pengamatan / Observasi; Kegiatan Belajar 3 disajikan Pengolahan Data dan Penarikan Kesimpulan Penelitian Tindakan Kelas Untuk membantu Anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini: 1. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas 2. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah
yang
ditentukan dalam
modul ini . 3. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu 4. Konsultasikan
dengan
Narasumber
bila
mengalami
kesulitan
mengerjakan tugas
Selamat belajar !
329
Kegiatan Belajar 1 PENGUMPULAN DATA DALAM PTK A. Tujuan 1. Dengan membaca modul dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan prosedur pengumpulan data 2. Dengan membaca modul dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan tehnis pengumpulan data B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan prosedur pengumpulan data dalam PTK 2. Menjelaskan tehnis pengumpulan data dalam PTK C. Uraian Materi Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data dalam PTK Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa teknik dalam mengumpulkan data, seperti yang dikeimukakan Sevilla, dkk (1993) bahwa dalam pengumpulan data penelitian dalam pendidikan dapat meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Pengamatan; Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur.Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain. 2. Pertanyaan; Teknik pertanyaan lebih cocok digunakan dalam pendekatan survei. Pertanyaan yang efektif akan membantu pengumpulan data yang akurat, karenanya Fox (dalam Sevilla, 1993) memberikan kriteria karakteristik pertanyaan yang efektif sebagai berikut; (a) bahasanya jelas, (b) ada ketegasan isi dan periode waktu, (c) bertujuan tunggal, (d) bebas dari asumsi, (e) bebas dari saran, dan (f) kesempurnaan dan konsistensi tata bahasa. 3. Angket atau kuesioner (questionnaire) Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
PPKn SMP K-8
330
atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya.
4. Studi dokumenter (documentary study) Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,baik dokumen tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan. Jika dilihat dari segi teknik pengumpulan data kualitatif, ada tiga teknik yang dapat dipilih oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang disebut 3 E (Experiencing, Enquiring, dan Examining). 1. Experiencing yaitu pengumpulan data melalui pengalaman. Teknik pengumpulan datanya dapat berupa observasi. 2. Enquiring yaitu teknik pengumpulan data melalui pertanyaan oleh peneliti. Teknik pengumpulan datanya dapat berupa wawancara, angket, skala sikap, atau tes. 3. Examining yaitu teknik pengumpulan data melalui pembuatan dan pemanfaatancatatan yang dapat berupa data arsip, jurnal, audiotape/videotape, artifak, dan catatan lapangan. Pengumpulan Data Melalui Observasi . Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan datadengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan observasi, diantaranya : - Memperhatikan fokus penelitian - Menentukan kriteria yang diamati Pengumpulan Data Melalui Pertanyaan Teknik pengumpulan data yang kedua adalah melalui pertanyaan.
331
Guru sebagai peneliti dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa, orang tua, ataupun guru lainnya. Pengumpulan data melalui pertanyaan ini dapat dilakukan dengan : 1. Teknik wawancara · Yang dimaksud dengan wawancara adalah percakapan yang dilakukanoleh pewawancara untuk memperoleh iinformasi dari terwawancara, narasumber atau informan. · 2. Angket atau kuesioner Merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidaklangsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrument pengumpul datanya juga disebut dengan angket yang berisi sejumlah pertanyaanatau pernyataan tertulis yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Pengumpulan Data Melalui Pembuatan dan Pemanfaatan Catatan (Examining) Teknik pengumpulan data melalui pembuatan dan pemanfaatan catatan (examining) ini meliputi pembuatan catatan dan pemanfaatan segala hal yang dapat dikumpulkan oleh guru baik tertulis maupun tidak tertulis, antara lain: a. Dokumen Arsip Dokumen memiliki arti barang-barang tertulis. Jadi dalam pengumpulan data dengan menggunakan dokumen arsip, peneliti mengumpulkan dan mencermati benda-benda tertulis yang dapat digunakan untuk memperoleh wawasan kejadian masa lalu, mengidentifikasi kecenderungan masa depan, dan menjelaskan tentang sesuatu seperti yang dapat diamati sekarang. Menurut Calhoun (1994, dalam Mills,2003), b. Catatan Harian (diaries) adalah catatan pribadi tentang pengamatan, perasaan,tanggapan, penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis dan penjelasan. Catatan tidak hanya melaporkan kejadian tugas sehari-hari, melainkan juga mengungkapkanperasaan bagaimana rasanya berpartisipasi dalam penelitian tindakan kelas. c. Catatan Lapangan Yang dimaksud Catatan lapangan (field notes) dalam penelitian adalah bukti autentik berupa catatan pokok, atau catatan terurai tentang proses apa yang terjadi dilapangan, sesuai dengan fokus penelitian, ditulis secara deskriptif dan reflektif. Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang
PPKn SMP K-8
332
melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. d. Jurnal Harian adalah salah satu format yang merupakan modifikasi catatanlapangan (field notes) yang dapat dimanfaatkan oleh guru yang merangkap fungsisebagai pelaku tindakan perbaikan dan pengamat dengan hasil yang menjanjikan. e. Peta (Map) Peta tempat duduk peserta didik dalam kelas maupun letak peralatan dalamkelas sangat membantu guru yang baru pertama kalinya masuk ke kelas itu. Petamemberikan wawasan konseptual dengan alat untuk melakukan refleksi dengancara berpikir kembali mengenai keadaan kelas. f. Rekaman Foto, Slide, Tape, dan Video B. Instrumen untuk mengumpulkan data PTK Instrumen untuk mengumpulkan data PTK dapat dipahami dari dua sisi, yaitu sisiproses dan sisi hal yang diamati (Susilo dan Kisyani, 2006). 1. Dari sisi Proses Dari sisi proses , instrumen dalam PTK harus dapat menjangkau masalah yangberkaitan dengan input (kondisi awal), proses (saat berlangsung), dan output (hasil). 2. Dari sisi hal yang diamati. Dari sisi hal yang diamati, instrument dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: a. Pengamatan terhadap guru (Observing Teacher) b. Pengamatan terhadap kelas (Observing Classrooms) c. Pengamatan terhadap peserta didik (Observing Student) D. Aktivitas Pembelajaran Peserta Diklat melakukan Diskusi tentang tata cara pengumpulan data dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas E. Latihan/Kasus/Tugas Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas serta mengerjakan tugas diskusi yang diberikan kegiatan belajar, kini tiba saatnya anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman anda..
333
1.
Pengumpulan data yang dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur disebut ....
2.
Alat yang digunakan dalam pengamatan antara lain ....
3.
Teknik pengumpulan data secara tidak langsung, menggunakan pertanyaan yang harus dijawab oleh responden disebut ....
4.
Proses sintesis dalam studi dokumenter adalah proses .....
5.
Bila data anda kualitatif , maka teknik 3 E (Experiencis, Enquiring dan Examining , jelaskan perbedaannya !
Setelah mengerjakan latihan, anda dapat membaca kunci jawaban latihan untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja anda. Jika anda menganggap hasil latihan anda belum sempurna, maka sebaiknya anda menganalisis penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.
F. Rangkuman Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini: Pengumpulan data dalam PTK yang cenderung berbentuk penelitian Kualitatif terdiri dari beberapa cara : 1) Pengamatan , 2) Pertanyaan, 3) Angket, 4) Studi Dokumenter . Selain itu peneliti dalam proses penyusunan PTK dapat menggunakan 3E yaitu : 1. Experiencing yaitu pengumpulan data melalui pengalaman. Teknik pengumpulan datanya dapat berupa observasi. 2. Enquiring yaitu teknik pengumpulan data melalui pertanyaan oleh peneliti. Teknik pengumpulan datanya dapat berupa wawancara, angket, skala sikap, atau tes. 3. Examining yaitu teknik pengumpulan data melalui pembuatan dan pemanfaatan catatan yang dapat berupa data arsip, jurnal, audiotape/videotape, artifak, dan catatan lapangan. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Anda telah mempelajari cara pengumpulan data dalam PTK. Setelah mempelajari
PPKn SMP K-8
modul
ini
diharapkan
anda
dapat
melakukan
proses
334
pengumpulan data dalam PTK. Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu Observasi / Pengamatan. Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas LATIHAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 1. Pengamatan 2.
Lembar Pengamatan, ceklist, catatatan kejadian, dll
3. Angket 4. Membandingkan dan memadukan 5. Experiencis
: Pengumpulan data melalui pengalaman
Enquiring
: Pengumpulan data melalui pertanyaan
Examining
: Pengumpulan data melalui pembuatan dan pemanfaatan catatan.
335
Kegiatan Belajar 2 PENGAMATAN/OBSERVASI DALAM PTK A. Tujuan 1. Dengan membaca modul dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan pengertian pengamatan / observasi dalam PTK 2. Dengan membaca modul dan berdiskusi peserta diklat mampu mendeskripsikan prosedur kegiatan pengamatan / observasi dalam PTK 3. Dengan membaca modul dan berdiskusi peserta diklat mampu menyebutkan fungsi observasi 4. Dengan membaca modul dan berdiskusi peserta diklat mampu melaksanakan kegiatan observasi B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan pengertian pengamatan / observasi dalam PTK 2. Mampu mendeskripsikan prosedur kegiatan pengamatan / observasi dalam PTK 3. Mampu menyebutkan fungsi observasi 4. Mampu melaksanakan kegiatan observasi C. Uraian Materi a.
Pengertian Observasi Secara umum, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Observasi secara sederhana boleh diartikan
sebagai
pengamatan
dengan
menggunakan
indera
penglihatan dan tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa observasi merupakan upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan itu berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu. Artinya data yang diperoleh melalui observasi berasal dari subjek pada saat terjadinya tingkah Untuk
laku. memperoleh
data
yang
diharapkan,
peneliti
dapat
menggunakan alat perekam (video tape) untuk merekam sejumlah
PPKn SMP K-8
336
tingkah laku dalam proses pembelajaran sampai muncul tingkah laku yang relevan. Observasi (observation) dalam bahasa metodologi penelitian itu mengandung dua macam pengertian. Pertama, bermakna sebagai penelitian atau pengumpulan data. Kedua, sebagai teknik khusus mengumpulkan data menggunakan alat indera (mengamati dengan mata, khususnya). Yang sering kali terjadi, observation hanya dimaknai sebagai teknik mengumpulkan data, tidak dianggap sebagai penelitian. b. Macam Observasi Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi: 1) Observasi partisipan Dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatankegiatan yang dilakukan subjek yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka. 2) Observasi nonpartisipan. Sebaliknya, dalam observasi nonpartisipan, pengamat berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Sesuai dengan hakikat data yang dikehendaki, observasi dapat dibedakan menjadi dua bagian: 1) Observasi berstruktur Dalam
observasi
berstruktur,
pengamat
memusatkan
perhatiannya pada tingkah laku tertentu sehingga dibuatkan semacam rambu-rambu atau pedoman tentang tingkah laku apa saja yang harus diamati, tingkah laku lain yang muncul akan diabaikan. 2) Observasi tak berstruktur. Sebaliknya, dalam observasi tak berstruktur, pengamat tidak membawa catatan lapangan (field notes) untuk mengamati tingkah laku apa saja yang secara khusus kemunculannya.
337
Pengamat sebagai peneliti berkonsentrasi untuk mengamati untaian peristiwa dan sejumlah tingkah laku, kemudian mencatat dan menganalisisnya. Oleh karena itu, perlu dirancang mekanisme perekaman hasil observasi yang tidak mencampuradukan antara fakta dengan interpretasi, akan tetapi juga tidak terseret oleh kaidah umum yang secara tanpa kecuali menafikan interpretasi dalam pelaksanaan observasi. Apabila yang direkam hanya fakta tanpa interpretasi, maka akan dapat timbul resiko bahwa makna dari perangkat fakta yang telah diamati itu tidak lagi dapat dibangkitkan kembali secara utuh. Dengan demikian, observasi tidak lain dari upaya untuk mengamati pelaksanaan tindakan. c. Fungsi Observasi Sedangkan fungsi dari diadakannya observasi dapat dibedakan menjadi dua: a. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya, b. Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang dapat dipandang sebagai sumber terjadinya kegagalan dari tindakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut. a. Pelaksanaan tindakan yang menyimpang dari rencana tindakan yang telah ditetapkan. b. Rencana tindakan yang mengandung kesalahan, misalnya kesalahan
asumsi
atau
konsep
dasar,
kekeliruan
menerjemahkan konsep menjadi rencana tindakan operasional. c. Keterbatasan kemampuan pelaksanaan tindakan (guru) seperti kekurang-mampuan
mengelola
kelas,
mendayagunakan
sumber dan sarana belajar yang ada, dan keterbatasan dalam penguasaan materi yang disajikan.
PPKn SMP K-8
338
d. Faktor yang berasal dari luar yang tidak dapat dikendalikan dalam rencana tindakan, seperti kendala dari jajaran birokrasi. Untuk menilai apakah tindakan yang dilakukan berdampak positif
atau
negatif
terhadap
usaha
memperbaiki
atau
meningkatkan praktek pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, maka kriteria yang digunakan adalah yang bersumber dari misi tindakan kelas. Oleh karena itu, kriteria yang dijadikan tolok ukurnya adalah: 1)Peningkatan
praktek
pembelajaran,
seperti
peningkatan
efesiensi pembelajaran, peningkatan efektivitas pembelajaran dan peningkatan hasil belajar; 2) Peningkatan keterlibatan siswa, frekuensi keterlibatan guru, peran serta administrator, dan partisipasi anggota masyarakat dalam mendukung setiap tercapainya penyempurnaan proses belajar dan peningkatan hasil belajar; 3) Peningkatan kinerja guru dan masyarakat sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas keberhasilan belajar siswa. d. Prinsip – Prinsip Observasi Agar pelaksanaan observasi dapat menunaikan fungsi dan mencapai tujuannya, maka diperlukan adanya penguasaan terhadap sejumlah prinsip dan jenis observasi. Adapun prinsip-prinsip observasi tersebut adalah: 1) Perencanaan bersama, 2) Fokus, 3) Membangun kriteria, 4) Keterampilan observasi, dan 5) Balikan (feedback). e. Jenis-jenis Observasi Adapun jenis-jenis observasi yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Observasi terbuka, pada dasarnya tidak mempunyai sasaran atau struktur tertentu sebelum dilaksanakannya observasi. Peneliti cukup menyediakan lembar kertas
339
kosong untuk mencatat hal-hal yang dinilai menarik atau penting selama observasi. 2. Observasi
terfokus,
secara
khusus
ditujukan
untuk
mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. 3. Observasi terstruktur, menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (√) pada tempat yang disediakan. 4. Observasi sistematik, observasi yang lebih rinci daripada observasi terstruktur dalam kategori data yang diamati. f. Tujuan atau Sasaran Observasi Adapun tujuan atau sasaran observasi secara umum, yaitu untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu. Dalam penelitian formal, observasi bertujuan untuk mengolah data yang valid dan reliabel (sahih dan handal). Data ini kemudian akan diolah untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), observasi terutama ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan. Proses dan dampak yang teramati diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk menata kembali langkah-langkah perbaikan. g. Prosedur atau langkah-langkah Observasi Selain itu, dalam melakukan observasi terdapat suatu prosedur atau langkah-langkah yang mesti dilakukan, yakni sebagai berikut. Pertemuan
pendahuluan,
disebut
sebagai
pertemuan
perencanaan yang dilakukan sebelum observasi berlangsung. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menyepakati berbagai hal berkaitan dengan pelajaran yang akan diamati dan observasi yang akan dilakukan. Pelaksanaan observasi, observasi dilakukan terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan yang tentu saja terfokus pada perilaku
PPKn SMP K-8
340
mengajar guru dan perilaku belajar siswa serta interaksi antara guru dan siswa. Diskusi balikan, guru dan pengamat berbagi informasi yang dikumpulkan
selama
pengamatan,
mendiskusikan
/
menginterpretasikan informasi tersebut, serta mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan.
Contoh Lembar Observasi dalam PTK Dalam PTK perlu dibuat lembar observasinya. Berikut adalah contoh sebuah lembar observasi ptk dan bagaimana lembar observasi
PTK
itu
dikembangkan.
Berikut
adalah
contoh
mengembangkan sebuah lembar observasi PTK tentang model pembelajaran problem posing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti berikut. Teori tentang Model Pembelajaran Problem Posing dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Model pembelajaran problem posing dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana siswa berperan aktif dalam pengajuan soal atau pengajuan masalah (berlatih soal) secara mandiri. Beberapa kekuatan model pembelajaran problem posing adalah: 1. Siswa akan mempunyai kemampuan memecahkan masalah dengan mengusahakan berbagai jalan dengan latihan yang mereka lakukan; 2. Terampil menyelesaikan soal-soal terkait materi yang sedang dibelajarkan; 3. Guru
dapat
mengetahui
bagaimana
proses
siswa
menyelesaikan masalah. 4. Meningkatkan keterampilan pengajuan masalah (soal) oleh siswa; 5. Menumbuhkan
minat
siswa
terhadap
pembelajaran
matematika;
341
6. Memunculkan perasaan puas ketika suatu kelompok mampu membuat soal dan menyelesaikannya, tetapi kelompok lain tidak sanggup menyelesaikannya, ini akan mendorong pula kemampuan berpikir tingkat tinggi. Beberapa kelemahan model
pembelajaran problem
posing
misalnya diperlukan banyak sumber untuk pembuatan soal (pengajuan masalah) bagi setiap kelompok yang berimplikasi diperlukannya buku-buku teks yang relevan untuk semua siswa. Sintaks Model Pembelajaran Problem Posing: 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa 2. Guru memberikan latihan soal secukupnya 3. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen terdiri atas 4 – 5 orang siswa 4. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal berdasarkan informasi (penjelasan) yang telah diberikan guru dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikan soal-soal tersebut 5. Soal-soal tersebut diserahkan kepada kelompok lain untuk dikerjakan (setiap kelompok mendapat soal-soal yang diajukan oleh kelompok lain) 6. Guru memberikan tugas rumah secara individual sebagai penguatan Langkah berikutnya adalah memasukkan poin-poin penting itu dalam lembar observasi ptk yang kita kembangkan, misalnya kita ingin
membuat
lembar
observasi
aktivitas
siswa
dalam
pembelajaran PPKN menggunakan model problem posing, maka hasil pengembangannya adalah: Aktivitas Siswa Secara Umum: 1. Menunjukkan berbagai strategi memecahkan masalah atau soal 2. Terampil menyelesaikan soal-soal yang diberikan 3. Menunjukkan proses yang efisien dalam menyelesaikan masalah atau soal
PPKn SMP K-8
342
4. Menunjukkan
antusiasme
/
minat
terhadap
kegiatan
pembelajaran dengan pengajuan masalah / soal Aktivitas siswa secara khusus: 1. Memperhatikan penjelasan guru terkait materi pelajaran pada sesi awal pembelajaran 2. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru pada sesi awal pembelajaran 3. Bekerja dalam kelompok untuk membuat soal / pengajuan masalah 4. Bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal yang dibuat oleh kelompoknya sendiri 5. Mengajukan soal / masalah kepada kelompok lain 6. Bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah atau soal yang diajukan oleh kelompok lain 7. Menyelesaikan soal-soal penguatan dari guru secara individual Nah, dari hasil pengembangan poin-poin penting terkait aktivitas siswa pada model pembelajaran problem posing untuk mata pelajaran PPKn di atas, maka kita tinggal menambahkan atribut-atribut lain untuk melengkapinya sebagai sebuah instrumen penggali data, dalam hal ini lembar observasi PTK (penelitian tindakan kelas) untuk mengamati aktivitas siswa. Atribut-atribut
lain
yang
ditambahkan
misalnya
identitas
penelitian meliputi kelas, nama guru, hari/tanggal, sekolah, pertemuan ke, dan siklus ke, juga dapat ditambahkan dengan petunjuk penggunaan untuk observer, pedoman penskoran, dan tanda tangan observer. Sebagai sebuah instrumen penggali data, dalam hal ini lembar observasi PTK (penelitian tindakan kelas) untuk mengamati aktivitas siswa. Atribut-atribut lain yang ditambahkan misalnya identitas penelitian meliputi kelas, nama guru, hari/tanggal, sekolah, pertemuan ke, dan siklus
ke,
juga
dapat
ditambahkan
dengan
petunjuk
penggunaan untuk observer, pedoman penskoran, dan tanda tangan observer.
343
PPKn SMP K-8
344
Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Model Pembelajaran Problem Posing Kelas
: ...................................
Nama Guru
: ...................................
Hari/tanggal
: ...................................
Sekolah
: ...................................
Pertemuanke-
: ....................................
Siklus ke-
: ......................................
Petunjuk: Observer aktivitas siswa dalam pembelajaran problem posing duduk di tempat yang strategis, yang memudahkan observasi dan tidak mengganggu jalannya pembelajaran. Observer mengisi kolom penskoran sesuai pedoman penskoran yang diberikan di bawah tabel dengan memberi tanda cek (√). Aktivitas siswa secara umum: Aktifitas Siswa A
kategori 1 2 3
4
Umum menunjukkan berbagai strategi memecahkan masalah / soal terampil menyelesaikan soal-soal yang diberikan menunjukkan proses yang efisien dalam menyelesaikan masalah / soal menunjukkan antusiasme / minat terhadap kegiatan pembelajaran dengan pengajuan masalah / soal
B
Khusus memperhatikan penjelasan guru terkait materi pelajaran pada sesi awal
345
5
pembelajaran mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru pada sesi awal pembelajaran bekerja dalam kelompok untuk membuat soal / pengajuan masalah bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal yang dibuat oleh kelompoknya sendiri mengajukan soal / masalah kepada kelompok lain bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal / masalah yang diajukan oleh kelompok lain menyelesaikan soal-soal penguatan dari guru secara individual
Pedoman Penskoran: 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik Malang, ................................ Observer,
...................................... Contoh Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Model Pembelajaran Problem Posing Lembar Observasi Aktivitas Guru Nama Guru
PPKn SMP K-8
: .........................................
346
Kelas
: ........................................
Hari/tanggal
:.........................................
Sekolah
: .......................................
Pertemuanke-
: ......................................
Siklus ke-
:......
Petunjuk penggunaan: Lingkarilah angka yang tepat untuk memberikan skor pada aspek-aspek penilaian aktivitas guru dalam pembelajaran. Adapun kriteria skor adalah 0 = tidak sesuai/tidak tampak; 1 = kurang baik; 2 = cukup; 3 = baik; 4 = sangat baik. No
Aspek Penilaian
Kategori
Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
01234
Persiapan 1
(RPP) dengan seksama 2
Tujuan pembelajarannya dinyatakan dalam kalimat yang
01234
jelas dalam RPP 3
Materi pembelajaran yang akan diberikan memiliki kaitan
01234
atau dapat dikaitkan dengan materi pembelajaran sebelumnya 4
Guru mempersiapkan media pembelajaran
01234
5
Guru mempersiapkan seting kelas untuk pembelajaran
01234
6
Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan mental
01234
Penyampaian Pembelajaran 1
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
01234
dicapai 2
Guru memotivasi siswa, menarik perhatian agar mengikuti
01234
347
proses pembelajaran dengan baik 3
Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan teknik-
01234
teknik tertentu sehingga jelas dan mudah dipahami siswa 4
Pembelajaran dilaksanakan dalam langkah-langkah dan
01234
urutan yang logis 5
Pembelajaran dilaksanakan dalam langkah-langkah dan
01234
urutan yang logis 6
Pembelajaran dilaksanakan dalam langkah-langkah dan
01234
urutan yang logis 7
Pembelajaran dilaksanakan dalam langkah-langkah dan
01234
urutan yang logis 8
Petunjuk-petunjuk pembelajaran singkat dan jelas
01234
sehingga mudah dipahami 9
Materi pembelajaran baik kedalaman dan keluasannya
01234
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa 10
Selama proses pembelajaran guru memberikan
01234
kesempatan untuk bertanya kepada siswa 11
Apabila siswa bertanya, maka guru memberikan jawaban
01234
dengan jelas dan memuaskan 12
Guru selalu mengajak siswa untuk menyimpulkan
01234
pembelajaran pada akhir kegiatan atau akhir sesi tertentu
Metode Pembelajaran 1
Pembelajaran dilakukan secara bervariasi selama alokasi waktu
01234
yang tersedia, tidak monoton dan membosankan
2
Apabila terjadi suatu permasalahan maka guru dapat bertindak
01234
dengan mengambil keputusan terbaik agar pembelajaran tetap berlangsung secara efektif dan efisien
3
materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
01234
telah ditetapkan
4
selama pembelajaran berlangsung guru tidak hanya berada
01234
pada posisi tertentu tetapi bergerak secara dinamis di dalam kelasnya
PPKn SMP K-8
348
5
Apabila tampak ada siswa yang membutuhkan bantuannya di
01234
bagian-bagian tertentu kelas, maka guru harus bergerak dan menghampiri secara berimbang dan tidak terfokus hanya pada beberapa gelintir siswa saja
6
Guru untuk mengenali dan mengetahui nama setiap siswa yang
01234
ada di dalam kelasnya
7
Selama pembelajaran berlangsung guru memberikan
01234
reinforcement (penguatan) kepada siswa-siswanya dengan cara yang positif
8
Ilustrasi dan contoh dipilih secara hati-hati sehingga benar-
01234
benar efektif dan bukannya malah membuat bingung siswa
9
Media pembelajaran di dalam pelaksanaan pembelajaran
01234
digunakan secara efektif
10
latihan diberikan secara efektif
01234
11
Guru selalu bersikap terbuka dan tidak menganggap negatif
01234
apabila siswa melakukan kesalahanan dalam proses belajarnya
Karakteristik Pribadi Guru 1
Guru sabar terutama untuk memancing respon siswa
01234
2
Guru berupaya memancing siswa agar terlibat aktif dalam
01234
pembelajaran 3
Guru bersikap tegas dan jelas
01234
4
Penampilan guru menarik dan tidak membosankan
01234
5
Guru menggunakan bahasa yang baik dan berterima
01234
6
Guru selalu menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang
01234
selalu punya inisiatif,kreatif, dan berprakarsa
Catatan Observer: ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………Malang, .............................................. Observer,
349
(...............................................)
PPKn SMP K-8
350
D. Aktivitas Pembelajaran Peserta diklat melakukan diskusi tentang kegiatan observasi utamnya pada langkah – langkah observasi yang akan berbeda – beda masing – masing kegiatan PTK. Selanjutnya anda dapat memperkaya wawasan tentang kegiatan observasi melalui diskusi dan buku reverensi yang lain. E. Latihan/Kasus/Tugas Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, kini tiba saatnya anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut: 1. Upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan itu berlangsung disebut .... 2. Observasi partisipan adalah .... 3. Sebutkan prinsip – prinsip observasi ! 4. Yang dimaksud observasi terfokus adalah ....
F.
Rangkuman Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini. 1. Data yang diperoleh melalui observasi berasal dari subjek pada saat terjadinya tingkah laku. Untuk memperoleh data yang diharapkan, peneliti dapat menggunakan alat perekam (video tape) untuk merekam sejumlah tingkah laku dalam proses pembelajaran sampai muncul tingkah laku yang relevan. 2. Jenis Observasi : observasi partisipan – non partisipan, observasi berstruktur – tidak berstruktur, observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur, observasi sistematik 3. Prosedur Observasi : Pendahuluan ; Pelaksanaan Observasi ; Diskusi Refleksi (umpan balik) 4. Fungsi Observasi : Mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya. Mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
351
Anda telah mempelajari langkah – langkah Observasi . Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu ―Analisis Data Hasil PTK‖.
Evaluasi Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas. 1. Upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan itu berlangsung disebut .... 2. Observasi partisipan adalah .... 3. Sebutkan prinsip – prinsip observasi ! 4. Yang dimaksud observasi terfokus adalah ....
Rangkuman 1. Data yang diperoleh melalui observasi berasal dari subjek pada saat terjadinya tingkah laku. Untuk memperoleh data yang diharapkan, peneliti dapat menggunakan alat perekam (video tape) untuk merekam sejumlah tingkah laku dalam proses pembelajaran sampai muncul tingkah laku yang relevan. 2. Jenis Observasi : observasi partisipan – non partisipan, observasi berstruktur – tidak berstruktur, observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur, observasi sistematik 3. Prosedur Observasi : Pendahuluan ; Pelaksanaan Observasi ; Diskusi Refleksi (umpan balik) 4. Fungsi Observasi : Mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya. Mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.
Kunci Jawaban Latihan Pembelajaran 2 1. Observasi 2. Observasi Partisipan adalah Pengamat ikut serta dalam kegiatan – kegiatan yang dilakukan subjek yang diamati seolah – olah merupakan bagian dari mereka.
PPKn SMP K-8
352
3. Prinsip – prinsip Observasi : Perencanaan bersama ; fokus ; membangun kriteria ; ketrampilan observasi ; balikan (feedback). 4. Observasi Terfokus adalah secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek – aspek tertentu dari pembelajaran .
353
Kegiatan Belajar 3 ANALISIS
DAN KESIMPULAN DATA
HASIL PTK ________________________________________________________________ __________ A. Tujuan 1. Dengan membaca modul dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan makna tehnik pengolahan dan analisis data. 2. Dengan membaca modul dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan tehnis pengolahan dan analisis data 3. Setelah membaca modul dan melakukan diskusi peserta diklat dapat membuat kesimpulan dari kegiatan PTK B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan makna tehnik pengolahan dan analisis data. 2. Menjelaskan tehnis pengolahan dan analisis data. 3. Menjelaskan prosedur penyusunan kesimpulan C. Uraian Materi a. Pengolahan dan analisis data Pengolahan dan analisis data merupakan salah satu langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas.. Agar hasil analisis data dapat bermakna untuk langkah selanjutnya yaitu untuk pengambilan keputusan (taking action) dan untuk ditawarkan kepada lembaga atau orang lain (sharing the findings) maka selain teknik analisisnya harus benar dan tepat, langkah-langkah sebelum analisis data pun harus benar dan tepat pula. Jangan sampai data yang dianalisis itu seperti muncul dengan tiba-tiba, tidak jelas diperoleh dengan cara apa, bagaimana hubungannya dengan tujuan penelitian dan bagaimana strategi penelitiannya. Masalah penelitian hendaknya jelas dan bermakna, landasan teorinya tepat, strategi penelitiannya tepat dan jelas, dan cara dan alat pengumpul data juga harus tepat dan jelas. Strategi penelitian hendaknya berisi desain penelitian, subjek penelitian, dan tata cara penelitian. Menurut Mattetal (2001): ―both quantitative and qualitative methods were appropriate to assess the outcomes of a
PPKn SMP K-8
354
classroom action research project. Three major research designs could be used for classroom action research projects: pretest-posttest designs atau before-after design, comparisons of similar classes atau matched-pairs design, and case studies‖.
Pretest-posttest designs adalah desain penelitian yang bertujuan untuk menguji efektifitas suatu tindakan dengan membandingkan hasil postes atau keadaan sesudah dilakukan tindakan dengan hasil pretes atau keadaan sebelum dilakukan tindakan.. Comparisons of similar classes adalah desain penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan efektifitas tindakan yang berbeda pada kelaskelas yang sama. Case studies adalah desain penelitian yang bertujuan untuk meneliti kasus-kasus tertentu misalnya ingin mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap penggunaan dua macam strategi pembelajaran yang berbeda dan bagaimana hasil belajar mereka. Mengenai analisis data Mettetal (2001) menyatakan bahwa: ‖the researcher should be looking for findings with practical significance when analyzing the data, in addition to statistical significance. She further suggested that simple statistical analyses of quantitative data, such as simple t-tests, ANOVA, Chi Square (Chi Kuadrat), and correlations, were sufficient‖. Analisis Data Penelitian Tindakan Kelas Analisis data dan intrepretasi data terhadap data yang berhasil dikumpulkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan dapat dilakukan sepanjang proses penelitian.Karena penelitian tindakan adalah penelitian yang bersifat dialektik, yaitu: perencanaan,
tindakan
yang
diserta
dengan
pengumpulan
data,
dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data, perencanaan baru, tindakan dan pengumpulan data, analisis dan interpretasi data lagi dan seterusnya. Namun, perlu diingat bahwa meskipun analisis data dan interpretasi data dapat dilakukan dalam proses pelaksanaan penelitian
355
tindakan, tetapi perlu dihindari analisis dan interpretasi data yang terlalu dini. Hal ini dilakukan untuk menghindari penarikan kesimpulan yang dilakukan secara tergesa-gesa. Analisis data dalam pelaksanaan penelitian tindakan sangat berbeda dengan analisis data pada jenis penelitian lainnya. Analisis data dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan pendekatan statistik, uji perbedaan, uji
korelasi,
dsb.
Sedangkan,
pada
penelitian
tindakan
dengan
pendekatan kualitatifnya menggunakan analisis yang bersifat naratifkualitatif atau dengan kata lain menguraikan atau menjelaskan secara jelas hasil temuan yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan. G.E. Mills (2000) mengemukakan beberapa teknik analisis data pada penelitian tindakan, yaitu: 1. Mengindentifikasi tema-tema. Dari data yang terkumpul melalu proses induktif dapat diidentifikasi menjadi tema-tema tertentu. 2. Penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yg khusus untuk diperlakukan secara umum. 3. Membuat
kode
pada
hasil
survai,
interviu,
dan
angket.
Pengkodean ini dapat dilakukan untuk mengelompokkan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dsb. 4. Mengajukan pertanyaan kunci. Pertanyaan kunci membantu mensistematiskan data yang dapat membentuk informasi yang bermakna . 5. Peta konsep. Memetakan secara visual faktor-faktor yang terkait dengan subjek, data, proses pembelajaran, masalah, dsb. 6. Analisis faktor yang mendahuli dan mengikuti. 7. Penyajian hasil temuan dalam bentuk tabel, grafik, peta, bagan, gambar, dll. 8.
Mengemukakan apa yang belum ditemukan. )
b. Jenis Data dalam Penelitian Tindakan Kelas Data adalah segala bentuk informasi yang terkait dengan kondisi, proses, dan keterlaksanaan pembelajaran, serta hasil belajar yang diperoleh siswa. Analisis data dalam PTK adalah suatu kegiatan mencermati atau menelaah, menguraikan dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait
PPKn SMP K-8
356
dengan kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh
simpulan
tentang
keberhasilan
tindakan
perbaikan
pembelajaran. Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data Kuantitatif merupakan data yang berupa angka atau bilangan, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun diperoleh dengan cara mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Contoh data kuantitatif: skor tes awal Tina untuk mata pelajaran PPKn= 75, berat badan Tini 47 kg, panjang meja tulis 150 cm. Data Kualitatif merupakan data yang berupa kalimat-kalimat, atau data yang dikategorikan berdasarkan kualitas objek yang diteliti, misalnya: baik, buruk, pandai, dan sebagainya. Contoh data kualitatif: siswa berdiskusi secara aktif, perhatian siswa terhadap mata pelajaran PPKn rendah, dan rata-rata skor UAS semester ini naik. C. c. Teknik atau Langkah – Langkah dalam Menganalisis Data Penelitian Tindakan Kelas Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena adanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode statistic yang sudah tersedia. Misalnya akan menguji hipotesis hubungan antar dua variabel, bila datanya ordinal maka statistic yang digunakan adalah Korelasi Spearman Rank, sedang bila datanya interval atau ratio digunakan Korelasi Pearson Product Moment. Bila akan menguji signifiknasi konparasi data dua sampel, datanya interval atau ratio digunakan t-test dua sampel, bila datanya nominal digunakan chi kuadrat. Selanjutnya bila akan menguji hipotesis konparatif lebih dari dua sampel datanya interval digunakan analisis varian. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam – macam
357
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas, oleh Karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis. Seperti dinyatakan oleh Miles and Huberman (1984), bahwa “The most srious and central difficulty in the use of qualitative data is that methods of analysis are not well formulate”. Yang paling seriius dan sulit dalam analisis data kulitatif adalah karena, metode analisis belum dirumuskan dengan baik. Selanjutnya Susan Stainback menyatakan: “There are no guidelines in qualitative research for determining how much data and data analysis are necessary to support and assertion, conclusion, or theory”. Dalam penelitian kualitatif menentukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori. (Prof. Dalam pelaksanaan semua jenis penelitian termasuk penelitian tindakan kelas maka prosedur atau teknik pengumpulan data memiliki peran penting. Selain persyaratan pengumpulan data yang harus memiliki kriteria tertentu, seperti validitas, reliabilitas, dan kegunaan atau manfaatnya. Juga harus memiliki teknik pengumpulan data, hal ini terkait dengan pelaksanaannya bahwa dalam melakukan pengumpulan data tidak hanya menggunakan satu cara tetapi multi teknik atau multi instrumen. Menurut
pendapat
Wolcot
(1992)
bahwa
ada
3
(tiga)
teknik
pengumpulan data, yaitu: 1. Pengalaman adalah satu teknik dalam pengumpulan data, dengan pengalaman seorang guru yang sekaligus bertindak sebagai peneliti dapat dengan mudah melakukan pengumpulan data terkait
dengan subjek
penelitiannya hal ini disebabkan pengetahuan situasi dan kondisi terhadap kelas pembelajarannya. Pengalaman dapat dilakukan dengan cara observasi, dalam pelaksanaannya observasi dapat dikategorikan berdasarkan peran yang dilakukan. Misalnya observasi partisipatif dengan cara seorang peneliti melakukan pengamatan
PPKn SMP K-8
358
(observasi) sambil ikut serta dalam kegiatan penelitian yang sedang berjalan. Observasi pasif, dimana seorang peneliti hanya bertindak sebagai observer yang bertugas untuk mencatat proses-proses yang sedang berjalan dengan menggunakan instrumen yang disediakan. Observasi khusus, peneliti memiliki peran tersendiri misalnya hanya memberikan bimbingan. 2. Pengungkapan yang dimaksud di sini adalah bagaimana seorang peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara terhadap subjek penelitian atau terhadap siapa saja agar supaya terkumpul data yang diperlukan yang memang diperlukan. Beberapa instrumen dalam penelitian yang dikategorikan wawancara (alat untu mengumpukan data) diantaranya: wawancara informal, wawancara formal terstruktur atau wawancara tidak terstruktur, angket, menggunakan skala model Likert atau Thurtston, dengan tes standar (termasuk quiz belajar atau tes hasil belajar), dan beberapa instrumen lainnya sesuai dengan data yang ingin dikumpulkan. 3. Pembuktian Jika proses pengungkapan selesai maka pada tahap selanjutnya adalah melakukan pembuktian, pelaksanaan pembuktian dapat dilakukan dengan teknik dokumentasi data-data yang terkait. Teknik Analisis Data Kualitatif Ada berbagai teknik analisis data, seperti teknik analisis data kualitatif dengan model interaktif. Analisis interaktif terdiri dari tiga tiga komponen, yakni: reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam analisis data seperti ini adalah sebagai berikut: a) Memilih data (reduksi data). Pada langkah pemilihan data ini, pilihlah data yang relevan dengan tujuan perbaikan pembelajaran. Data yang tidak relevan dapat dibuang, dan jika dianggap perlu, guru peserta dapat menambahkan data baru dengan mengingat kembali peristiwa atau fenomena yang terjadi selama pelaksanaan rencana tindakan.
359
b) Mendeskripsikan data hasil temuan (memaparkan data) Pada kegiatan ini, guru peserta membuat deskripsi dari langkah yang yang dilakukan pada kegiatan a) tersebut. c) Menarik kesimpulan hasil deskripsi. Berdasarkan deskripsi yang telah dibuat pada langkah b) tersebut, selajutnya dapat ditarik kesimpulan hasil pelaksanaan rencana tindakan yang telah dilakukan. Analisis dan interpretasi data juga dapat dilakukan dengan mencari ‖pattern‖ atau pola (Guba dan Lincoln, 1981). Analisis dan interpretasi data juga dapat dilakukan dengan cara mencari pola atau esensi dari hasil refleksi diri yang dilakukan guru kemudian, digabung dengan data yang diperoleh dari beberapa pengamat yang membantu. Teknik Analisis Data Kuantitatif Data kuantitif dalam PTK umumnya berupa angka-angka sederhana, seperti nilai tes hasil belajar, disktribusi frekuensi, persentase, skor dari hasil angket, dan seterusnya. Data kuantitatif dapat dianalisis secara deskriptif, antara lain dengan cara: Menghitung jumlah, Menghitung rata-rata (rerata), Menghitung nilai persentase, Membuat grafik. Jika diperlukan data kuantitatif dapat dianalisis secara statistik, misalnya: Menghitung nilai beda terkecil, Menghitung nilai korelasi antar variabel. Pada kegiatan belajar ini hanya akan dipelajari teknik analisis data kuantitatif secara deskriptif. Contoh: skor hasil tes akhir semester PPKn pada 40 siswa: 65 72 67 82 72 91 67 73 71 70 85 87 68 86 83 90 74 89 75 61 65 76 71 65 91 79 75 69 66 85 95 74 73 68 86 90 70 71 88 68 Agar mudah dibaca maka data tersebut perlu ditata, misalnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Caranya adalah sebagai berikut: 1) Tentukan rentang skor yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah. Jadi rentang skor = 95 – 61 = 34. 2) Tentukan banyak kelas yang akan digunakan. Untuk menghitung banyak kelas. Gunakan aturan Sturges dengan rumus: Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n, dimana k adalah banyak kelas yang akan dibuat dan n adalah banyak data.
PPKn SMP K-8
360
Untuk data tersebut, maka banyak kelas yang akan dibuat adalah: k = 1 + 3,3 log 40 = 1 + 3,3 x 1,6021 = 6,2869 Banyak kelas yang harus dibuat dapat 6 atau 7. 3) Hitung panjang kelas interval dengan rumus: rentang Panjang kelas (p) = ----------------- banyak kelas 34 p = -------- = 4,86 , dibulatkan jadi 57 4) Tentukan data untuk ujung bawah kelas interval pertama. Data untuk ujung bawah kelas interval pertama dapat diambil dari skor terkecil dari data yang diperoleh atau dapat diambil dari skor yang lebih kecil dari skor terkecil dengan syarat bahwa skor terbesar harus masuk dalam kelas interval terakhir yang akan dibuat. 5) Masukkan semua skor ke dalam kelas interval yang terbentuk. 6) Hasil tabel frekuensi distribusi data hasil tes matematika tersebut adalah sebagai berikut. Tabel Contoh Destribusi Hasil Tes Akhir Semester PPKn SD Teladan Medan Tahun 2008 Skor PPKn Tally Banyak siswa 61 – 65 66 – 70 71 – 75 76 – 80 81 – 85 86 – 90 91 95 //// ///// //// ///// ///// / // //// ///// // /// 4 9 11 2 4 7 3 Jumlah 40 Jika menghendaki, dapat menggambar data dalam tabel tersebut ke dalam bentuk diagram batang. Caranya, dibuat dulu dua sumbu, yaitu sumbu datar dan sumbu tegak. Sumbu datar memuat bilanganbilangan yang merupakan titik tengah dari setiap kelas interval, sedangkan sumbu tegaknya memuat frekuensi dari setiap kelas interval. Analisis data kuantitatif dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dapat dilakukan menghitung
dengan
memanfaatkan
rata-rata
(mean)
statistika
dan
sederhana
menghitung
seperti
persentase.
Menghitung skor rata-rata dapat dengan mudah dilakukan yaitu dengan cara menjumlahkan semua data kemudian dibagi dengan banyaknya data. Dengan menggunakan cara tersebut maka: Skor rata-rata tes akhir semester PPKn = 65 + 72 + 67 + .... + 68 --------------------------------- = 76,25 40 Jika data sudah berbentuk tabel frekuensi distribusi seperti pada tabel 5.4 maka dapat menghitung nilai rata-ratanya dengan terlebih dulu mencari nilai tengah untuk setiap kelas interval. Kemudian kalikan setiap nilai tengah dengan
361
frekuensi di kelas interval masing-masing. Jumlahkan perkalian antara nilai tengah dengan frekuensi untuk setiap kelas interval kemudian dibagi dengan jumlah data. Untuk mempermudah hitungan maka data pada Tabel 5.4 tersebut dapat diubah seperti berikut ini. Tabel: Rentang sekor, Nilai Tengah, dan Frekuensi Hasil Tes PPKn SD Teladan Medan Tahun 2008 Skor PPKn Nilai Tengah Banyak siswa 61 – 65 66 – 70 71 – 75 76 – 80 81 – 85 86 – 90 91 - 95 63 68 73 78 83 88 93 4 9 11 2 4 7 3 Jumlah 40 4x63 + 9x68 + 11x73 + 2x78 + 4x83 + 7x88 + 3x93 Nilai rata-ratanya = -------------------------------------------------------------------- 40 252 + 612 + 803 + 156 + 332 + 616 + 279 = ------------------------------------------------------------ 40 = 76,25 Dengan menyajikan data kuantitatif dalam bentuk tabel atau grafik, dapat dengan mudah mendeskripsikan data yang diperoleh. Misal, dari data pada tabel 5.4, dapat dengan mudah menghitung persentase siswa yang memperoleh skor antara 71 – 77 yaitu 11 = ---- x 100 % = 27,5 %. 40 D. Interpretasi Data Interpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang sedang diperbaiki. Interpretasi data perlu dilakukan peneliti untuk memberikan arti mengenai bagaimana tindakan yang dilakukan mempengaruhi peserta didik. Interpretasi data juga penting untuk menantang guru agar mengecek kebenaran asumsi atau keyakinan yang dimilikinya. Ada berbagai teknik dalam melakukan interpretasi data, antara lain dengan: menghubungkan data dengan pengalaman diri guru atau peneliti, mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait,
memperluas
analisis
dengan
mengajukan
pertayaan
mengenai penelitian dan implikasi hasil penelitian, dan/atau meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitan. Berdasarkan hasil contoh analisis data kuantitatif tersebut maka dapat dibuat interpretasi sebagai berikut. Jika guru menetapkan ketuntasan belajar ≥ 71% maka jumlah siswa yang tuntas belajar
PPKn SMP K-8
362
adalah 27 orang atau 68% siswa. Sebaliknya 32% siswa tidak tuntas belajar. Jika dilihat dari nilai rata-rata kelas (76,25), maka nilai siswa secara klasikal tersebut ketuntasan belajar. Dari kesimpulan di atas dapat diambil keputusan sebagai tindak lanjut dari PTK ini (taking action) yaitu: terserah kepada guru untuk melanjutkan. Salah satu bagian dari sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas adalah Simpulan dan Saran yang merupakan bagian bab akhir. Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat berdasarkan apa-apa yang diuraikan sebelumnya. Artinya, kesimpulan atau simpulan merupakan kesudahan pendapat atau pendapat terakhir yang dibuat berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam kaitan dengan Penelitian Tindakan Kelas, Kesimpulan harus disusun secara singkat, padat, jelas dan sesuai uraian. Selain itu, simpulan juga harus mengacu pada pertanyaan peneltian atau tujuan perbaikan yang dirumuskan pada tahap awal penelitian. Penyusunan simpulan pada PTK ditulis secara sistematis sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah: (1) kesimpulan ditulis sebagai pernyataan singkat; (2) kesimpulan penelitian tindak lagi memuat bahasa statistik/hasil analisis data/angka-angka; (3) kesimpulan adalah gambaran umum dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah ditulis di kegiatan sebelumnya; (4) kesimpulan selalu merujuk pada rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan; b. Prinsip-Prinsip Penulisan Kesimpulan / Simpulan Sebelum kita mulai ke bahasan utama tentang cara menulis kesimpulan / simpulan pada laporan ptk, terlebih dahulu kita harus memahami prinsipprinsip yang harus dipegang dalam merumuskan kesimpulan pada sebuah laporan penelitian. Berikut uraian dari prinsip –prinsip penulisan kesimpulan :
363
(1) kesimpulan ditulis sebagai pernyataan singkat; Tujuan penulisan kesimpulan pada bab V sebuah laporan penelitian tindakan kelas adalah untuk memberikan informasi secara cepat kepada pembaca tentang hasil penelitian yang telah diperoleh. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai tujuan tersebut kesimpulan harus ditulis dalam bentuk pernyataan singkat, tidak bertele-tele. (2) kesimpulan penelitian tidak lagi memuat bahasa statistik/hasil analisis data/angka-angka; Kesalahan yang sering ditemukan dalam sebuah kesimpulan di bagian laporan ptk adalah masih dimuatnya bahasa yang sulit dipahami secara langsung oleh pembaca. Kesulitan dapat dialami pembaca saat memahami kalimat-kalimat simpulan yang masih mengandung angkaangka atau skor-skor dari analisis data. Kesimpulan pada sebuah laporan ptk tidak boleh demikian. Seyogyanya justru kalimat-kalimat disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami oleh orang awam sekalipun. (3) kesimpulan adalah gambaran umum dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah ditulis di bab IV; Kesalahan lain yang sering terjadi saat seorang peneliti menuliskan kesimpulan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukannya adalah kalimat-kalimat yang ditulis tidak begitu penting dan melenceng dari gambaran umum hasil analisis data dan pembahasan yang telah ditulisnya di bab IV. Kesalahan ini tidak akan terjadi bila peneliti berikap objektif saat menuliskan laporannya. (4) kesimpulan selalu merujuk pada rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan; Cara termudah agar saat merumuskan bagian kesimpulan pada laporan ptk adalah dengan merujuk kembali kepada rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan yang terdapat pada bab I. Bila anda ingin berada di jalur yang benar, lihat kembali rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan yang telah ditulis pada bab I tersebut. Klik link berikut untuk panduan
PPKn SMP K-8
364
Cara Menulis Bagian Kesimpulan / Simpulan pada Laporan PTK Contohnya Baiklah, setelah kita telah memahami apa saja prinsip-prinsip yang harus dipegang saat merumuskan bagian kesimpulan / simpulan pada laporan ptk, maka kini saatnya kita memperhatikan bagaimana cara menulis kesimpulan dan contoh berikut. Cermati kembali rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan kelas pada bab sebelumnya ! RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana aktivitas peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai pada pembelajaran materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari melalui strategi memory cycle? 2. Bagaimana pengelolaan pembelajaran di kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai yang dilakukan oleh guru pada materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari dengan strategi memory cycle? 3. Bagaimana hasil belajar peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai pada materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari dengan strategi memory cycle? Setelah itu yang perlu diperhatikan adalah memperhatikan tujuan Penelitian Tindakan Kelas.
TUJUAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
365
1. Mendeskripsikan aktivitas peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai pada pembelajaran materi bahan kimia dalam kehidupan seharihari melalui strategi memory cycle. 2. Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran di kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai yang dilakukan oleh guru pada materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari dengan strategi memory cycle. 3. Mengetahui hasil belajar peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai pada materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari dengan strategi memory cycle.
Maka berbekal RUMUSAN MASALAH dan TUJUAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS di atas, maka KESIMPULAN / SIMPULAN pada laporan PTK seharusnya ditulis:
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai tahun pembelajaran 2011/2012 pada pembelajaran yang mengacu kepada strategi memory cycle pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari di siklus I maupun siklus 2 penelitian tindakan kelas ini berada pada kategori BAIK. 2. Pengelolaan pembelajaran oleh guru di kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai yang tahun pembelajaran 2011/2012 yang telah dilakukan guru pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari dengan strategi memory cycle di siklus 1 maupun siklus 2 penelitian tindakan kelas ini juga berada pada kategori BAIK. 3. Hasil belajar peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai tahun pembelajaran 2011/2012 pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan
PPKn SMP K-8
366
Sehari-hari mengalami peningkatan dibanding tahun pelajaran 2010/2012 setelah menggunakan strategi memory cycle.
Perhatikan ketiga komponen laporan PTK tersebut, semuanya membentuk suatu benang merah, yaitu tentang aktivitas peserta didik, pengelolaan pembelajaran oleh guru, dan hasil belajar peserta didik. Ketiganya bahkan dibuat secara berurutan dan tetap menjaga konsistensi bunyi kalimat.
367
D. Aktivitas Pembelajaran Pesertaderung kualitatife diklat bisa bekerja individu maupun kelompok untuk membahas tentang analisa yang tepat utamanya pada materi PPKn yang cenderung kualitatif E. Latihan/Kasus/Tugas Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas serta mengerjakan tugas diskusi yang diberikan kegiatan belajar, kini tiba saatnya anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman anda.. 1. Pretest – Postest design bertujuan untuk .... 2. Case Studies adalah .... 3. Uji Statistik, Uji Korelasi digunakan pada analisis data penelitian yang menggunakan pendekatan .... 4. Syarat membuat kesimpulan dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas adalah ... 5. Tulislah langkah penyusunan kesimpulan dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas !
Rangkuman Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena adanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode statistic yang sudah tersedia. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam – macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas, oleh Karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.
PPKn SMP K-8
368
Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat berdasarkan apa-apa yang diuraikan sebelumnya. Artinya, kesimpulan atau simpulan merupakan kesudahan pendapat atau pendapat terakhir yang dibuat berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya. Kesimpulan harus disusun secara singkat, padat, jelas dan sesuai uraian. Selain itu, simpulan juga harus mengacu pada pertanyaan peneltian atau tujuan perbaikan yang dirumuskan pada tahap awal penelitian. Penyusunan simpulan pada PTK ditulis secara sistematis sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan. Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas LATIHAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
1. Pretest – postest
bertujuan untuk menguji efektifitas suatu tindakan
dengan membandingkan hasil postes atau hasil pretest. 2. Case Studies adalah Desain penelitian yang bertujuan meneliti kasus – kasus tertentu. 3. Uji Statistik digunakan untuk data dengan pendekatan kuantitatif. 4. Kesimpulan disusun secara sistematis sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian atau tujuan perbaikan. 5. Langkah penyusunan kesimpulan adalah cermati rumusan masalah dan tujuan penelitian
369
Penutup Mudah-mudahan anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam menyusun materi PPKn, pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi dan produktivitas pembelajaran serta bermakna bagi para peserta didik. Kemampuan-kemampuan yang anda kuasai setelah mempelajari modul ini akan berguna bagi anda dalam membimbing teman sejawat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mohon kritik dan saran untuk perbaikan modul ini.
DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto,Prof.dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Desember 2008
https : // husainjusuf . files. Wordpress.com / pengolahan – datapenelitian – i-data.html.
Rizalsuhardieksakta.blogspot.co.id / 2012 / 06/ resume- ui – analisis .data.penelitian.html.
Rizalensyamada. Blogspot.co.id/ 2013/ 01/ prosedur dan teknik pengumpulan .data. html.
www. Akuntip.com./2014/02/membuat- simpulan- dan – sarandalam-ptk.html.
Calhoun, 1994, dalam Mills. 2003
PPKn SMP K-8
370
371
PPKn SMP K-8
372