PENYUSUN Dr. Rasyid Al Atok, M.H, M.Pd.(Univ.Negeri Malang) Rahma Tri Wulandari, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS) Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Malang) Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Muthomimah, S.Pd., M.Pd. (SMP Islam Maarif 2 Malang) Dra. Siti Mulyani (SMPN 5 Malang) Gatot Malady, S.IP., M.Si. (PPPPTK PKn DAN IPS) Yudarini Probowati, S.Pd (SMP Nasional Malang) Magfirotun Nur Insani, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS) P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Frateran Malang)
PEMBAHAS Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Murthofiatis Zahrok, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. (Univ. Negeri Malang) P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Frateran Malang) Drs. Totok Supartono, M.Pd. (SMPN 1 Wonodadi Kabupaten Blitar)
PPKn SMP K-7
Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Muthomimah, S.Pd., M.Pd. (SMP Islam Maarif 2 Malang) Dra. Titik Suparti (SMPN 2, Pagak, Kabupaten Malang) Nurul Qomariyah, S.Pd. (SMPN 4 Malang) Siti Tamami, S.Pd (SMP Lab. Univ. Negeri Malang) Anny Nahri R., S.Pd. (SMP Islam Sabilillah Malang) Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Malang) Dwi Utami, S.Pd., M.Pd. (SMP Brawijaya Smart School Malang
i
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
PPKn SMP KELOMPOK KOMPETENSI 7 PENYUSUN Dr. Rasyid Al Atok, M.H., M.Pd. (Univ. Negeri Malang) Rahma Tri Wulandari, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS) Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Malang) Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Muthomimah, S.Pd., M.Pd. (SMP Islam Maarif 2 Malang) Dra. Siti Mulyani (SMPN 5 Malang) Gatot Malady, S.IP., M.Si. (PPPPTK PKn DAN IPS) Yudarini Probowati, S.Pd (SMP Nasional Malang) Magfirotun Nur Insani, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS) P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Frateran Malang)
PEMBAHAS Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Murthofiatis Zahrok, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. (Univ. Negeri Malang) P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Frateran Malang) Drs. Totok Supartono, M.Pd. (SMPN 1 Wonodadi Kabupaten Blitar)
Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Muthomimah, S.Pd., M.Pd. (SMP Islam Maarif 2 Malang) Dra. Titik Suparti (SMPN 2, Pagak, Kabupaten Malang) Nurul Qomariyah, S.Pd. (SMPN 4 Malang) Siti Tamami, S.Pd (SMP Lab. Univ. Negeri Malang) Anny Nahri R., S.Pd. (SMP Islam Sabilillah Malang) Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Malang) Dwi Utami, S.Pd., M.Pd. (SMP Brawijaya Smart School Malang
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015 PPKn SMP K-7
i
PENGANTAR
Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran. PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
di
lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk
mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn
SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul
ini,
diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini. Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.
Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001
PPKn SMP K-7
ii
DAFTAR ISI Halaman Judul
i
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Pendahuluan
1
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
4
C. Peta Kompetensi
5
D. Ruang Lingkup
7
E. Saran Penggunaan Modul
8
Kegiatan Pembelajaran 1
9
A. Tujuan Pembelajaran
11
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
11
C. Uraian Materi
11
D. Aktivitas Pembelajaran
20
E. Latihan / Kasus / Tugas
21
F. Rangkuman
21
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
22
H. Kunci Jawaban
22
Kegiatan Pembelajaran 2
25
A. Tujuan Pembelajaran
27
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
27
C. Uraian Materi
27
D. Aktivitas Pembelajaran
39
E. Latihan / Kasus / Tugas
40
F. Rangkuman
41
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
42
PPKn SMP K-7
iii
Kegiatan Pembelajaran 3
44
A. Tujuan Pembelajaran
47
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
47
C. Uraian Materi
47
D. Aktivitas Pembelajaran
51
E. Latihan / Kasus / Tugas
52
F. Rangkuman
54
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
54
H. Kunci Jawaban
56
Kegiatan Pembelajaran 4
58
A. Tujuan Pembelajaran
60
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
60
C. Uraian Materi
60
D. Aktivitas Pembelajaran
64
E. Latihan / Kasus / Tugas
66
F. Rangkuman
66
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
67
H. Kunci Jawaban
68
Kegiatan Pembelajaran 5
71
A. Tujuan Pembelajaran
74
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
74
C. Uraian Materi
74
D. Aktivitas Pembelajaran
82
E. Latihan / Kasus / Tugas
83
F. Rangkuman
83
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
84
H. Kunci Jawaban
84
Kegiatan Pembelajaran 6
87
A. Tujuan Pembelajaran
87
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
87
C. Uraian Materi
87
D. Aktivitas Pembelajaran
94
E. Latihan / Kasus / Tugas
95
PPKn SMP K-7
iv
Kegiatan Pembelajaran 7
100
A. Tujuan Pembelajaran
100
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
100
C. Uraian Materi
100
D. Aktivitas Pembelajaran
111
E. Latihan / Kasus / Tugas
112
F. Rangkuman
112
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
113
Kegiatan Pembelajaran 8
115
A. Tujuan Pembelajaran
117
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
117
C. Uraian Materi
117
D. Aktivitas Pembelajaran
121
E. Latihan / Kasus / Tugas
123
F. Rangkuman
124
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
125
H. Kunci Jawaban
125
Kegiatan Pembelajaran 9
128
A. Tujuan Pembelajaran
129
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
129
C. Uraian Materi
129
D. Aktivitas Pembelajaran
135
E. Latihan / Kasus / Tugas
136
F. Rangkuman
136
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
137
H. Kunci Jawaban
137
Kegiatan Pembelajaran 10
140
A. Tujuan Pembelajaran
142
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
142
C. Uraian Materi
143
D. Aktivitas Pembelajaran
145
E. Latihan / Kasus / Tugas
147
PPKn SMP K-7
v
F. Rangkuman Kegiatan Pembelajaran 11
147 151
A. Tujuan Pembelajaran
152
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
152
C. Uraian Materi
153
D. Aktivitas Pembelajaran
161
E. Latihan / Kasus / Tugas
163
F. Rangkuman
163
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
164
H. Kunci Jawaban
164
Kegiatan Pembelajaran 12
166
A. Tujuan Pembelajaran
166
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
166
C. Uraian Materi
167
D. Aktivitas Pembelajaran
174
E. Latihan / Kasus / Tugas
174
F. Rangkuman
175
Kegiatan Pembelajaran 13
178
A. Tujuan Pembelajaran
180
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
180
C. Uraian Materi
181
D. Aktivitas Pembelajaran
190
E. Latihan / Kasus / Tugas
191
F. Rangkuman
192
Kegiatan Pembelajaran 14
193
A. Tujuan Pembelajaran
195
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
195
C. Uraian Materi
196
D. Aktivitas Pembelajaran
198
E. Latihan / Kasus / Tugas
199
F. Rangkuman
200
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
201
H. Kunci Jawaban
201
PPKn SMP K-7
vi
Kegiatan Pembelajaran 15
204
A. Tujuan Pembelajaran
206
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
206
C. Uraian Materi
206
D. Aktivitas Pembelajaran
217
E. Latihan / Kasus / Tugas
218
F. Rangkuman
219
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
220
Kegiatan Pembelajaran 16
223
A. Tujuan Pembelajaran
225
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
225
C. Uraian Materi
225
D. Aktivitas Pembelajaran
227
E. Latihan / Kasus / Tugas
229
F. Rangkuman
229
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
230
H. Kunci Jawaban
230
Kegiatan Pembelajaran 17
234
A. Tujuan Pembelajaran
236
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
237
C. Uraian Materi
237
D. Aktivitas Pembelajaran
245
E. Latihan / Kasus / Tugas
246
F. Rangkuman
246
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
248
H. Kunci Jawaban
249
Kegiatan Pembelajaran 18
251
A. Tujuan Pembelajaran
253
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
253
C. Uraian Materi
253
D. Aktivitas Pembelajaran
268
E. Latihan / Kasus / Tugas
269
PPKn SMP K-7
vii
F. Rangkuman
269
G. Kunci Jawaban
270
PPKn SMP K-7
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Alur Aktivitas Pembelajaran…………………………………….
52
Gambar 1.2 Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Negara Institut Demokrasi…………………………………………………….
97
Gambar 1.3 Mekanisme Sistem Peradilan Nasional...................................
149
Gambar 1.4Pendekatan Saintifik..................................................................
212
Gambar 1.4Skenario Pembelajaran…………………………………………..
246
PPKn SMP K-7
ix
DAFTAR TABEL Tabel 1. Peta Kompetensi…………………………………………………..
6
Tabel 2. Permasalahan Perubahan UUD NRI Tahun 1945……………..
65
Tabel 3 Format Observasi Penilaian Individual…………………………..
148
Tabel 4 Format Observasi Penilaian Kelompok………………………….
149
Tabel.5 Deskripsi Langkah Pembelajaran………………………………… 181 Tabel 6 Tingkatan Pertanyaan……………………………………………... 186 Tabel 7 Cakupan Penilaian Sikap………………………………………….
208
Tabel 8 Daftar Deskripsi Indikator………………………………………….
209
PPKn SMP K-7
x
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya.Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan mampu
secara
terus
menerus
memelihara,
meningkatkan,
dan
mengembangkan
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan.
Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
Pedoman penyusunan modul diklat PKB bagi guru dan tenaga kependidikan ini merupakan acuan bagi penyelenggara pendidikan dan pelatihan dalam mengembangkan modul pelatihan yang diperlukan guru dalam melaksanakan kegiatan PKB. Dasar Hukum penulisan Modul PKB untuk Guru PPKn SMPadalah : 1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
PPKn SMP K - 7
1
3.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
4.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.
5.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
6.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
7.
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya.
8.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya
9.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawasdan Angka Kreditnya.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2007 tentang StandarPengawasSekolah 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah 12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2008 tentang StandarTenaga Administrasi Sekolah /Madrasah 14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2008 tentang StandarTenagaPerpustakaan 15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No 26 tahun 2008 tentang StandarTenagaLaboran 16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor; 17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. 18. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentangStandarPengujipadaKursusdanPelatihan 20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentangStandarPembimbingpadaKursusdanPelatihan
PPKn SMP K-7
2
21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Standar Pengelola Kursus 22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 43 tahun 2009 tentang Standar Tenaga Administrasi Pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C. 23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentangStandarPengelolaPendidikanpada Program Paket A, Paket B, danPaket C. 24. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Standar Teknisi Sumber Belajar pada Kursus dan Pelatihan 25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 26. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawasdan Angka Kreditnya. 27. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. 28. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 29. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. 30. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2013 tentangPetunjukTeknisJabatanFungsionalPenilikdanAngkaKreditnya. 31. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013 Tentang Juknis Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. 32. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2013 tentangPenyelenggaraanPendidikanLayananKhusus 33. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 152 Tahun 2014 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Pamong Belajar. 34. Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 143 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya.. 35. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang StandarNasionalPendidikanAnakUsiaDini. 36. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 143 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya.
PPKn SMP K - 7
3
37. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian dan Pendidikan dan Kebudayaan. 38. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
B. Tujuan Modul Grade 7 ini, merupakan kesatuan utuh dari materi-materi yang ada pada modul grade 7. Modul diklat ini sebagai panduan belajar bagi guru PPKn SMP dalam memahami materi PPKn Sekolah Menengah Pertama. Modul ini bertujuan dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional materi PPKn SMP sebagai tindak lanjut dari UKG tahun 2015. Kita akan mengajak Anda, mengkaji terkait materi yang terdiri atas materi pedagogik dan profesional. Materi pedagogik berhubungan dengan materi yang mendukung proses pembelajaran seperti Pendekatan Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran, RPP, Penilaian, Sumber dan Media, serta PTK. Materi profesional terkait dengan materi PPKn, yaitu mencakup Pendidikan Nilai dan Watak, Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, Permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, Permasalahan
perubahan UUDNRI Tahun
1945, Permasalahan penerapan pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Penerapan tugas Lembaga-lembaga Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Penerapan Hak dan kewajiban Asasi Manusia di Indonesia, Penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Harmonisasi dan kerukunan dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika, Perwujudan Persatuan dan Kesatuan dalam berbagai Lingkungan kehidupan, Permasalahan
menjaga, memperkuat dan
memperkokoh NKRI, Penerapan Norma dan Peraturan Perundang-undangan Nasional, Permasalahan
penerapan
pendekatan
saintifik
dalam
pembelajaran
PPKn
SMP,
Permasalahan penerapan model pembelajaran PPKn SMP, Permasalahan penerapan penilaian hasil belajar PPKn SMP, Permasalahan pelaksanaan pembelajaran PPKn SMP, Permasalahan
penggunaan
media dalam pembelajaran PPKn SMP, Permasalahan
penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PPKn SMP K-7
4
C. Peta Kompetensi Kompetensi yang ingin dicapai setelah peserta diklat mempelajari Modul ini adalah : Kegiatan Pembelajaran Nama Mata Diklat ke 1. Pendidikan Nilai dan Watak 2.
3.
4. 5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13. PPKn SMP K - 7
Kompetensi
Meunjukkan Pendidikan Nilai dan Watak Penerapan nilai-nilai Pancasila Menunjukkan Penerapan nilaisebagai satu kesatuan yang nilai Pancasila sebagai satu bulat dan utuhutuh kesatuan yang bulat dan utuh Permasalahan penerapan Menunjukkan Permasalahan bertutur kata, berperilaku dan penerapan bertutur kata, bersikap sesuai dengan nilaiberperilaku dan bersikap sesuai nilai Pancasila dengan nilai-nilai Pancasila Permasalahan perubahan Menunjukkan Permasalahan UUDNRI Tahun 1945 perubahan UUDNRI Tahun 1945 Permasalahan penerapan Menunjukkan Permasalahan pokok-pokok pikiran penerapan pokok-pokok pikiran Pembukaan UndangUndang Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Indonesia Tahun 1945 Penerapan tugas LembagaMenunjukkan Penerapan tugas lembaga Negara dalam Lembaga-lembaga Negara UndangUndang Dasar Negara dalam UndangUndang Dasar Republik Indonesia Tahun Negara Republik Indonesia 1945 Tahun 1945 Penerapan Hak dan kewajiban Menunjukkan Penerapan Hak Asasi Manusia di Indonesia dan kewajiban Asasi Manusia di Indonesia Penerapan penegakan hukum Menunjukkan Penerapan yang berlaku dalam kehidupan penegakan hukum yang berlaku bermasyarakat, berbangsa dalam kehidupan dan bernegara bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Harmonisasi dan kerukunan Menunjukkan Harmonisasi dan dalam keberagaman kerukunan dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal berbingkai Bhinneka Tunggal Ika Ika Perwujudan Persatuan dan Menunjukkan Perwujudan Kesatuan dalam berbagai Persatuan dan Kesatuan dalam Lingkungan kehidupan berbagai Lingkungan kehidupan Permasalahan menjaga, Menunjukkan Permasalahan memperkuat dan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI memperkokoh NKRI Penerapan Norma dan Menunjukkan Penerapan Norma Peraturan Perundangdan Peraturan Perundangundangan Naional undangan Naional Permasalahan penerapan Menunjukkan Permasalahan 5
14.
15.
16.
17.
18.
PPKn SMP K-7
pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP Permasalahan penerapan model pembelajaran PPKn SMP Permasalahan penerapan penilaian hasil belajar PPKn SMP Permasalahan pelaksanaan pembelajaran PPKn SMP
penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP Menunjukkan Permasalahan penerapan model pembelajaran PPKn SMP Menunjukkan Permasalahan penerapan penilaian hasil belajar PPKn SMP Menunjukkan Permasalahan pelaksanaan pembelajaran PPKn SMP Permasalahan penggunaan Menunjukkan Permasalahan media dalam pembelajaran penggunaan media dalam PPKn SMP pembelajaran PPKn SMP Permasalahan penerapan Menunjukkan Permasalahan Penelitian Tindakan Kelas penerapan Penelitian Tindakan (PTK) Kelas (PTK) Tabel 1. Peta Kompetensi
6
D. Ruang Lingkup
Pendidikan Nilai dan Watak Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuhutuh Permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila Permasalahan perubahan UUDNRI Tahun 1945 Permasalahan penerapan pokok-pokok pikiran Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Penerapan tugas Lembaga-lembaga Negara dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Profesional Penerapan Hak dan kewajiban Asasi Manusia di Indonesia Penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Harmonisasi dan kerukunan dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika Perwujudan Persatuan dan Kesatuan dalam berbagai Lingkungan kehidupan
Materi PPKn SMP
Permasalahan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI
Penerapan Norma dan Peraturan Perundang-Undangan Nasional Permasalahan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP Permasalahan penerapan model pembelajaran PPKn SMP
Permasalahan penerapan penilaian hasil belajar PPKn SMP
Pedagogik Permasalahan pelaksanaan pembelajaran PPKn SMP Permasalahan penggunaan media dalam pembelajaran PPKn SMP Permasalahan penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PPKn SMP K - 7
7
E. Saran Penggunaan Modul Agar peserta berhasil menguasai dan memahami materi dalam modul ini, lalu dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran di sekolah, maka cermati dan ikuti petunjuk berikut dengan baik, antara lain:
Penguasaan materi pedagogik yang mendukung penerapan materi profesional
Penguasaan materi profesional sebagai pokok dalam pembelajaran PPKndi SMP
Bacalah setiap tujuan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi pada masing-masing kegiatan
pembelajaran
agar
anda
mengetahui
pokok-pokok
pembahasan
Selama mempelajari modul ini, silakan diperkaya dengan referensi yang berkaitan dengan materi
Perhatikan pula aktivitas pembelajaran dan langkah-langkah dalam menyelesaikan setiap latihan/tugas/kasus
Latihan/tugas/kasus dapat berupa permasalahan yang bisa dikerjakan dalam kelompok dan individu
Diskusikanlah dengan fasilitator apabila terdapat permasalahan dalam memahami materi.
PPKn SMP K-7
8
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
PENDIDIKAN NILAI MORAL DAN KARAKTER DALAM PPKn Oleh: Drs. H. Haryono Adi Purnomo A. Latar Belakang Kecenderungan global menggambarkan sebuah titik balik dalam peradaban manusia dengan tumbuhnya kembali kesadaran akan nilai. Bahkan untuk bidang keilmuan yang dulunya dianggap bebas nilai, banyak diangkat kedudukan dan peran nilai. Tidak ada lagi sains bebas nilai. Dimanapun berbicara tentang sains yang bermuatan nilai, maka dititik manapun nilai itu akan melekat. Nilai itu bisa muncul pada sat pengambilan keputusan untuk melakukan eksperimen, bisa muncul pada saat melaksanakan eksperimen dan bisa juga muncul pada saat mengaplikasikan hasil eksperimen tersebut. Oleh sebab itu masuknya nilai-nilai itu memberikan moralitas pada riset ilmiah. Sama halnya dengan ilmu-ilmu sosial yang memang karakternya sangat kental bermuatan nilai yang melekat pada budayanya. Inti persoalannya sekarang adalah nilai, yaitu tema-tema sentral makna kehidupan yang sering diperbincangkan secara serius dan sekarang nilai-nilai itu diberikan secara proporsional sehingga menjadi substansi pendidikan dewasa ini. Nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Pendidikan sebagai wahana untuk memanusiakan manusia berusaha untuk mengarahkan manusia untuk hidup sesuai dengan kaidah nilai-moral. Pendidikan seyogyanya dalam proses pembelajarannya tidak semata-mata hanya untuk kepentingan kemampuan saja, melainkan harus mampu menyeimbangkan kebutuhan nilai-moral dan intelektual. Nilai-nilai itu dikembangkan melalui proses pendidikan merupakan tema-tema abstrak yang disadari atau tidak disadari menyatu dengan perilaku seseorang. Nilai sebagai substansi pendidikan merupakan upaya memperkokoh keyakinan peserta didik agar berbuat kebenaran, kebaikan, keindahan dan sebagainya yang keberhasilannya dapat diidentifikasi dari sejumlah perilaku pada tema-tema nilai tertentu. Upaya membangun kualitas manusia melalui pendidikan persekolahan terus dilakukan dan tidak akan berhenti selama manusia itu masih ada. Proses itu berlangsung secara terus menerus dan simultan. Keberadaan manusia pada saat ini ditentukan oleh pendidikan sebelumnya dan keberadaan manusia yang akan datang akan ditentukan oleh proses pendidikan pada saat ini. Berhasil tidaknya suatu upaya pendidikan ditentukan banyak faktor mulai dari tataran makro sampai mikro, dan pemberdayaan pendidikan tidak hanya sebatas melengkapi aspek atau komponen pendidikan semata-
PPKn SMP K - 7
9
mata. Pendidikan harus dibangun atas dasar prinsip-prinsip sosio-kulturan-spiritual secara kokoh. B. Tujuan Setelah mempelajari Modul ini, diharapkan Anda dapat menunjukkan pendidikan nilai moraldan karakter dalam PPKn C. Peta Kompetensi
Pendidikan nilai moral Pendidikan Nilai Moral dan karakter dalam PPKn
Pendidikan Karakter
Kaitan antara pendidikan nilai moral dan karakter D. Ruang Lingkup Ruang Lingkup materi modul ―Pendidikan Nilai, Watak dan Karakter dalam PPKn‖, meliputi: 1. Pendidikan nilai moral, 2. Pendidiikan karakter, 3. Kaitan pendidikan nilai moral dan karakter E. Saran Cara Penggunaan Modul Modul ini terdiri dari satu Kegiatan belajar. Dalam Kegiatan Belajar tersebut disajikan mengenai Pendidikan Nilai Moral, Karakter dan Kaitan antara pendidikan nilai dan watak, Kegiatan Belajar tersebut dirancang untuk pencapaian tujuan menunjukkan pendidikan nilai, watak dan karakter dalam PPKn. Untuk membantu Anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini: 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda miliki. 3. Cobalah anda tangkap pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman sejawat atau dengan tutor Anda 4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet.
PPKn SMP K-7
10
5. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat. 6. Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini. Selamat belajar ! Kegiatan Pembelajaran A. Tujuan 1. Dengan membaca materi modul peserta diklat dapat menunjukkan pendidikan nilai moralsecara benar 2. Dengan membaca materi modul peserta diklat dapat menunjukkan pendidikan karakter secara benar 3. Dengan membaca materi modul peserta diklat dapat menunjukkan kaitan pendidikan nilai moral dan karakter secara benar
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menunjukkan pendidikan nilai moral 2. Menunjukkan pendidikan karakter 3. Menunjukkan kaitan pendidikan nilai moral dan karakter
C. Uraian Materi 1.Pendidikan Nilai Moral Istilah value yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi nilai dan dapat dimaknai sebagai harga (Mulyana, 2004: 7). Namun ketika dihubungkan dengan suatu objek atau sudut pandang tertentu, ―harga‖ yang terkandung di dalamnya memiliki tafsiran yang bermacam-macam. Perbedaan tafsiran tentang harga suatu nilai tidak hanya disebabkan oleh minat manusia terhadap hal-hal yang material, maupun kajian ilmiah tapi lebih dari itu, harga suatu nilai perlu diartikulasikan untuk menyadari
dan
memanfaatkan
makna
kehidupan.
Manusia
dituntut
untuk
menempatkannya secara seimbang atau memaknai harga-harga lain dengan harga keyakinan beragama yang secara hirarkhis memiliki nilai akhir yang lebih tinggi. Perbedaan cara pandang dalam memahami nilai berimplikasi pada perumusan definisi nilai (Mulyana, 2004: 9-10): - Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya (Gordon Allport, 1964). - Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif (Kuperman, 1983). PPKn SMP K - 7
11
- Nilai adalah alamat sebuah kata ―ya‖ atau nilai adalah sesuatu yang ditunjukkan kata ya (Hans Jonas – Bertens, 1999). - Nilai sebagai konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara tujuan antara dan tujuan akhir tindakan (Kluckholm – Brameld, 1957). Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan
sehingga
melahirkan
tindakan
pada
diri
seseorang.Nilai
yang
sesungguhnya hanya dapat lahir kalau diwujudkan dalam praktik tindakan. Sebagai sesuatu yang diinginkan, dikejar, dan diraih, maka nilai melekat pada tindakan. Misalnya: ―seseorang berkata bahwa segala perikehidupan harus dilandasi keikhlasan, pada hal tindakannya banyak menampilkan kaidah untung-rugi secara material‖ Nilai
dapat
merujuk
pada
sekumpulan
kebaikan
yang
disepakati
bersama.Ketika kebaikan itu sudah menjadi aturan atau menjadi kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur dalam menilai sesuatu, maka itulah norma.Nilai dan norma hanya memiliki harga jika diwujudkan dalam perilaku atau tindakan.Nilai dilukiskan suatu harga yang diyakini seseorang sedang norma lebih merupakan suatu keharusan yang datang dari konsekuensi sosial sebagai hasil kesepakatan bersama.Misalnya: ―ketika seorang anak muda melewati orang tua yang sedang duduk, ia harus berjalan setengah membungkuk sambil memiringkan badan seraya berkata permisi…‖ Nilai sebagai suatu keyakinan seseorang untuk bertindak atas dasar pilihannya. Sifat baik buruk yang dilekatkan pada moral, maka sifat tersebut sudah menyatu dengan tindakan sedang baik buruknya suatu nilai belum tentu diikuti oleh tindakan. Meskipun nilai tersebut dituntut adanya penerapan, sifat kebutuhan penerapannya tidak mendesak. Tema moral erat kaitannya dengan tanggungjawab sosial yang teruji secara langsung, sedangkan tema nilai meskipun memiliki tanggungjawab sosial dapat ditangguhkan untuk sementara waktu. Misalnya: ―ketika seseorang yang diduga memiliki kejujuran tetapi ternyata ia melakukan korupsi, maka dengan serta merta masyarakat menuduh dirinya sebagai orang yang tidak jujur‖. Nilai yang bersifat abstrak dapat dilacak melalui tiga realitas, yaitu: pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap yang merupakan suatu kesatuan. Pelacakan realitas nilai dapat dilakukan dengan cara mengamati kecenderungan seseorang dalam berperilaku. Pengamatan realitas nilai terdapat perbedaan kultural meskipun rujukannya sama. Prinsip-prinsip relativitas nilai (Ambroise dalam Mulyana, 2004: 2324)
bahwa nilai itu relatif karena perbedaan situasi, kondisi, dan lingkungan
masyarakat; nilai tidak selalu disadari, seseorang sebenarnya jarang menyadari
PPKn SMP K-7
12
semua nilai dalam hidupnya kecuali berusaha menemukannya; nilai adalah landasan bagi perubahan dan merupakan daya pendorong bagi kehidupan seseorang atau kelompok; nilai ditanamkan melalui sumber yang berbeda (keluarga, masyarakat, agama, media massa, tradisi atau kelompok sebaya). Nilai menyimpan rahasia yang menarik untuk ditelaah lebih mendalam. Para ahli mengklasifikasi nilai dari berbagai sudut pandang akan tetapi dalam proses kepemilikannya nilai perilaku tidak dapat dipisahkan dari keadaan lingkungan sekitar. Rescher membedakan nilai perilaku dalam konteks nilai antara dan nilai akhir, sedangkan Rokeach menggunakan istilah yang berbeda dengan menyebut nilai antara sebagai nilai instrumental dan menyebut nilai akhir sebagai nilai terminal, karena memandang bahwa nilai-nilai pada diri manusia dapat ditunjukkan oleh cara bertingkah laku atau hasil tingkah laku (Mulyana, 2004: 27). Yang dimaksud nilai instrumental adalah bercita-cita keras, berwawasan luas, berkemampuan, ceria, bersih, bersemangat, pemaaf, penolong, jujur, imajinatif, mandiri, cerdas, logis, cinta, taat, sopan, tanggung jawab, pengawasan diri; sedangkan yang dimaksud dengan nilai terminal adalah hidup nyaman, hidup bergairah, rasa berprestasi, rasa kedamaian, rasa keindahan, rasa persamaan, reamanan keluarga, kebebasan, kebahagiaan, keharmonisan, kasih sayang yang matang, rasa aman secara luas, kesenangan, keselamatan, rasa hormat, pengakuan sosial, persahabatan abadi, kearifan. Hubungan antara nilai instrumental dan nilai terminal tersebut di atas dapat dilihat dari contoh-contoh sebagai berukut. - Perilaku yang nampak pada saat seseorang memelihara kebersihan/hidup bersih, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten dimilikinya adalah keindahan atau kesehatan. - Perilaku yang nampak pada saat seseorang mampu mengendalikan dirinya, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten dimilikinya adalah kearifan. - Perilaku yang nampak pada saat seseorang melaksanakan sopan santun, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten dimilikinya adalah pengakuan sosial. Nilai-nilai yang bersifat instrumental atau nilai perantara lebih sering muncul dalam perilaku secara eksternal, sedangkan nilai terminal atau nilai akhir lebih bersifat tersembunyi. Nilai instrumental muncul dalam beragam bentuk yang lebih spesifik sedangkan nilai terminal berada pada bentuk tunggal yang bermakna umum dalam konteks cakupan nilai-nilai instrumental terkait. Misalnya nilai instrumental ‖jujur‖ atau dapat disebut nilai kejujuran. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada PPKn SMP K - 7
13
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan; seseorang dapat menyatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah; orang yang menyatakan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan tidak ―disisipi‖ kepentingan apapun, kemudian menyatakan dengan segala ketulusan dan kaikhlasan hatinya mengenai yang sebenarnya. Indikator orang yang jujur adalah terbiasa mengakui kesalahan dirinya, terbiasa mengakui kelebihan orang lain, menghindari sikap curang, terbiasa berbuat sesuatu dengan tulus dan ikhlas, terbiasa mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang dimiliki dan apa yang diinginkannya, tidak pernah berbohong, selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik. Jujur itu perbuatan yang dapat dipertanggungjawabkan ke dalam diri sendiri dan ke luar dirinya yaitu norma-norma yang berlaku. Untuk berbuat jujur membutuhkan suatu keberanian yang luar biasa, berani menerima resiko yang fatal sekalipun, keberanian kita dalam mengungkap kejujuran merupakan gambaran dari tingkat keimanan dan ketakwaan kita. Tanyakan kepada diri kita sendiri, sukakah bila kita dibohongi?. Kita akan selalu menjawab tidak suka sebab kebohongan itu menyakitkan, membuat sengsara Jujur bukan sekedar slogan yang hanya indah didengar dan diucapkan, tetapi jujur adalah suatu sikap yang menggambarkan ketinggian akhlak seseorang. Ciri seseorang yang mempunyai kualitan tinggi adalah orang yang selalu berpikir lebih dahulu ketika hendak berbicara dan tidak akan berbicara jika tidak mengandung kebenaran/kehikmahan. Apabila pengetahuan tentang jujur telah dipahami oleh peserta didik, maka pertanyaannya apakah peserta didik telah berbuat jujur?. Mungkin jawabannya ―ya saya telah berbuat jujur‖. Tetapi setelah ditanya ―mengapa kalian berbuat jujur‖?, mungkin peserta didik akan kesulitan menjawabnya. Hal ini bisa terjadi karena peserta didik hanya mengetahui dan melaksanakan perilaku jujur itu sendiri, belum secara internal telah konsisten memiliki sikap jujur. Mungkin sulitnya menjawab juga disebabkan masih adanya perasaan takut untuk berbuat jujur yang berdampak tidak baik bagi orang lain. Apabila sikap jujur itu secara internal sudah konsisten terhadap diri peserta didik, maka kalau ditanya mengapa berbuat jujur akan menjawab bahwa saya merasa bahagia karena telah berbuat jujur. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik tersebut telah mencapai nilai terminal yaitu kebahagiaan yang dibuktikan dengan perilaku sehari-hari untuk selalu berbuat jujur. Bagaimanapun juga pendidik masih tetap memberikan penegasan bahwa sikap jujur bagi seseorang adalah wajib dalam setiap keadaan baik dalam keadaan senang, sedih, sendirian, dalam keramaian, maupun keadaan serius, bahkan dalam keadaan bercandapun dituntut tetap jujur. Jadikanlah kejujuran itu sebagai pakaian
PPKn SMP K-7
14
keseharian kita, dan jadikanlah kejujuran sebagai identitas kita, walaupun mungkin lingkungan kita tidak pernah mendukung. Berkaitan dengan nilai-nilai tersebut maka yang dijadikan substansi dalam pendidikan adalah nilai instumental karena yang dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran nilai adalah indikator perilaku yang sering muncul. Pada langkah awal proses pembelajaran nilai, peserta didik perlu dibimbing untuk untuk memperluas wawasan pengetahuannya tentang nilai, sehingga mereka dapat memberikan alasan-alasan yang tepat sebelun mereka dituntut untuk melakukan tindakan. Pendekatan berpikir yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran nilai adalah membuka pengalaman, pengetahuan dan pemahaman dengan melibatkan alasan-alasan peserta didik. Dengan cara demikian, maka proses belajar untuk mengetahui terhadap nilai dapat dilakukan secara suka rela, walaupun masih diperlukan penegasan-penegasan dari pendidik. Peserta didik perlu dibimbing untuk terampil melakukan suatu tindakan dari apa yang diyakininya (misalnya nilai kebenaran, kebaikan, keindahan). Tindakan atau perbuatan adalah dua hal yang melekat dalam kehidupan nyata, sehingga belajar bertindak dan berbuat merupakan belajar mengalami kehidupan yang sebenarnya dan
bimbingan serta latihannya harus dilakukan secara kontekstual sesuai
pengalaman hidup dan prediksi perilaku masa mendatang. Peserta didik perlu dibimbing untuk menuju kepemilikan sifat-sifat yang baik secara melekat. Nilai yang diputuskan sebagai kebenaran melalui berbagai alasan dan tindakan dalam pengawasan dan bimbingan guru belum tentu menjadi jaminan lamanya nilai itu melekat pada diri peserta didik. Berkaitan dengan itu maka proses pendidikan
nilai
memerlukan
konsistensi,
intensitas,
dan
frekuensi
dalam
membiasakan hal-hal yang terpuji pada peserta didik, sehingga belajar untuk menjadi benar-benar melibatkan internalisasi yang sangat mendalam. Pada langkah terakhir proses pembelajaran nilai, peserta didik perlu dibimbing untuk hidup secara harmonis dengan lingkungannya. Tidak dapat hidup tanpa ada kepentingan dengan orang lain. Peserta didik sebagai anggota masyarakat dituntut untuk menampilkan perilaku-perilaku yang baik dan benar, sehingga dapat hidup bahagia dan tidak merugikan orang lain. Oleh sebab itu, pembelajaran nilai disamping
melibatkan kebebasan memilih, keaslian tindakan, dan konsistensi
bimbingan,
juga
membutuhkan keterlibatan
dari
berbagai
pihak
(keluarga,
masyarakat) untuk ikut serta memfasilitasi peserta didik agar dapat belajar hidup bersama. Istilah moral mengandung makna integritas pribadi manusia, yaitu harkat dan martabat seseorang. Derajat keribadian seseorang amat ditentukan oleh moralnya. PPKn SMP K - 7
15
Moral pribadi seperti predikat atau atribut kemanusiaan seseorang. Moral adalah inti dan nilai kepribadian. Bahkan moral bermakna integritas dan identitas manusia. Secara praktis sehari-hari, istilah moral adalah kepribadian seseorang, citra pribadi manusia. Moral merupakan ukuran nilai dan norma dalam kehidupan pribadi dan sosial manusia. Moral juga merupakan perwujudan kesetiaan dan kepatuhan manusia dalam mengemban nilai dan norma. Oleh sebab itu tujuan dan fungsi molar adalah pengamalan nilai dan norma, sekaligus perwujudan harkat-martabat kepribadian manusia. Moral menjamin keharmonisan antarhubungan sosial pribadi, karena moral memberikan landasan kepercayaan kepada sesama; percaya atas etiket baik dan kebaikan setiap orang karena moralitasnya yang luhur. Moral memberikan wawasan masa depan baik konsekuensi dan sanksi sosial dalam kehidupan di dunia yang selalu dipertimbangkan sebelum bertindak; juga konsekuensi tanggung jawab terhadap Tuhan dalam kehidupan di akherat. Moral memberikan landasan kesabaran, untuk bertahan terhadap segala dorongan naluri dan keinginan (nafsu); memberi daya tahan dalam menunda atau menolak dorongan-dorongan yang rendah dan yang mengancam martabat pribadi manusia. Fungsi moral lebih memberilan motivasi kebaikan dan kebajikan dalam tiap sikap dan tindakan manusia; manusia berbuat kebaikan dan kebajikan didasarkan atas kesadaran kewajiban yang dilandasi moral (Ketuhanan, keagamaan dan atau moral nasional/fisafat negara). Orang yang berusaha hidup baik secara tekun dapat mencapai keunggulan moral yang biasa disebut keutamaan moral. Keutamaan moral adalah kemampuan yang dicapai seseorang untuk bersikap batin maupun berbuat secara benar. Misalnya: kerendahan hati, kepercayaan kepada orang lain, keterbukaan, kebijaksanaan, ketekunan kerja, kejujuran, keadilan, keberanian, penuh harap, penuh kasih dan sebagainya (Al Purwa Hdiwardoyo:1990). Nilai moral sebagai nilai dan kesadaran manusia secara universal mencerminkan martabat, budaya dan peradaban manusia. Mulai pengetahuan sampai pengamalan nilai moral sangat menentukan martabat kepribadian manusia. Karenanya secara melembaga baik bangsa dan negara, maupun masyarakat melalui berbagai kelembagaan (pendidikan formal dan non formal) mengembangkan kepribadian manusia melalui pendidikan nilai moral. Pendidikan nilai dan moral sebagaimana dicakup dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam pandangan Lickona (1992) disebut "pendidikan watak". Lickona mengartikan watak atau karakter sesuai dengan pandangan filosof Michael Novak (Lickona 1992 : 50 – 51), yaitusuatu perpaduan
PPKn SMP K-7
16
yang harmonis dari berbagai kebajikan yang tertuang dalam keagamaan, sastra, pandangan kaum cerdik-pandai dan manusia pada umumnya sepanjang zaman. Oleh karena itu Lichona (1992, 51) memandang karakter atau watak itu memiliki tiga unsur yang saling berkaitan yakni moral knowing, moral feeling, and moral behavior atau konsep moral, rasa dan sikap moral dan perilaku moral. Bila buah pemikiran Lickona
(1992)
tersebut
kita
kaitkan
dengan
karakteristik
Pendidikan
Kewarganegaraan SD, nampaknya kita dapat menggunakan model Lickona itu sebagai kerangka pikir dalam melihat sasaran belajar dan isi Pendidikan Kewarganegaraan. Setiap nilai Pancasila yang telah dirumuskan sebagai butir materi Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya harus memiliki aspek konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral. 2. Pendidikan Karakter Pendidikan pada dasarnya suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar tersebut tidak boleh dilepaskan dari lingkungan
peserta didik berada terutama dari lingkungan budayanya. Pendidikan
yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan menyebabkan mereka tercabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang ―asing‖ dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukainya budayanya. Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Pemerintah RI:2010). Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Pendidkan karakter mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif,
berwawasan
kebangsaan;
dan
mengembangkan
lingkungan
kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh dignity. Berdasarkan Naskah Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025, karakter yang dikembangkan harus berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut. PPKn SMP K - 7
17
a. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bentuk kesadaran dan perilaku iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter BerKetuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain 1) hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, 2) saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; 3) tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain. b. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antarwarga negara sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam 1) pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan kewajiban; 2) saling mencintai; 3) tenggang rasa; 4) tidak semena-mena terhadap orang lain; 5) gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; 6) menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; 7) berani membela kebenaran dan keadilan; 8) merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta 9) mengembangkan sikap hormat-menghormati. c. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap 1) menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan; 2) rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menunjung tinggi bahasa Indonesia; 3) memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berBhinneka Tunggal Ika. d. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia Sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga negara Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang
PPKn SMP K-7
18
1) mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; 2) tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; 3) mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama; 4) beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama; 5) menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah; 6) berani mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta 7) nilai-nilai kebenaran dan keadilan. e. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan Komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan 1) sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; 2) sikap adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban; 3) hormat terhadap hak-hak orang lain; 4) suka menolong orang lain; menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain; tidak boros; 5) tidak bergaya hidup mewah; 6) suka bekerja keras; 7) menghargai karya orang lain. 3. Kaitan antara pendidikan nilai moral dan karakter Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan moral dikaitkan dengan konsep pendidikan karakter kiranya dapat dimaknai sebagai berikut: a.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran memiliki aspek utama sebagai pendidikan nilai dan moral pada akhirnya akan bermuara pada pengembangan watak atau karakter peserta didik sesuai dengan dan merujuk kepada nilai-nilai dan moral Pancasila dan UUD NRI 1945.
b
Nilai dan moral Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 secara sistematis dan sistemik dikembangkan dalam diri peserta didik melalui pengembangan konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral setiap rumusan butir nilai yang telah dipilih sebagai
substansi/kontendan
pengalaman
belajar
(learning
experiences)Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan
dalam
ketiga
dimensi
konseptualnya ( kurikuler, sosial kultural dan akademik) secara substantif merupakan PPKn SMP K - 7
19
pendidikan karakter kebangsaan yang bermuatan dan bermuara pada sistem nilai dan moral Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945yang bermuara pada terbentuknya watak/karakterdan peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Karakter dan peradaban bangsa yang bermartabat tersebut merupakan modal dasar dan determinan dalam memperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu entitas utuh watak/karakterdan peradaban bangsa yang bermartabat ini memerlukan pembentukannya harus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi keterpaduan konsep moral(moral reasoning), perasaan/sikap moral(moral feeling), dan perilaku moral(moral behavior)ber-Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Dengan demikian pula kita dapat menegaskan kembali bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan suatu bentuk mata pelajaran yang mencerminkan konsep, strategi, dan nuansa confluent education, yakni pendidikan yang memusatkan perhatian dan komit pada pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Karena itu pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan merupakan salah satu unsur perekat bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. D. Aktivitas Pembelajaran Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―Pendidikan nilai moral dan karakter dalam PPKn‖, maka
Anda perlu mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai
berikut. 1. Memberikan motivasi peserta diklat untuk mengikuti proses pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul ―pendidikan nilai moral dan karakter dalam PPKn‖. 2. Menginformasikan judul modul, lingkup kegiatan pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini. 3. Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil kerja sebagai indikator capaian kompetensi peserta dalam penguasaan materi modul baik yang dikerjakan secara individual atau kelompok. 4. Mempersilahkan peserta diklat (secara individual) membaca cerdas terhadap materi modul 5. Membagi peserta diklat ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan keperluan); 6. Mempersilahkan kelompok untuk berdiskusi materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul. 7. Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar. 8. Penyampaian hasil diskusi;
PPKn SMP K-7
20
9. Memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok 10. Menyimpulkan hasil pembelajaran 11. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 12. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 13. Merencanakan kegiatan tindak lanjut E. Latihan/Kasus/Tugas Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, kini tiba saatnya anda meningkatkan
pemahaman
dengan
mengerjakan
latihan
berikut.
Anda
dapat
mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman anda. Lakukan kegiatan sebagai berikut. 1. Jelaskan nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama! 2. Jelaskan nilai-nilai kebangsaan! 3. Jelaskan nilai toleransi! Setelah mengerjakan latihan, anda dapat membaca rambu-rambu jawaban latihan untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja anda. Jika anda menganggap hasil latihan anda belum sempurna, maka sebaiknya anda menganalisis penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.
F.Rangkuman Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini. 1.Empat pilar pendidikan belajar mengetahui, belajar berbuat, belajar menjadi diri sendiri dan belajar hidup bersama. 2. Proses pembelajaran nilai dituntut untuk menyediakan suasana yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, yang dapat dilakukan melalui cara-cara penyadaran yaitu wawasan pengetahuan tentang nilai, terampil untuk melakukan tindakan, pemilikan sifat-sifat yang baik, dan hidup secara harmonis dengan lingkungannya. 3. Moral mengandung makna prinsip-prinsip benar salah mengenai tingkah laku dan karakter, dan pendidikan tentang ukuran tingkah laku yang baik. 4. Morale merupakan sikap mental seperti
keberanian mengemukakan pendapat,
kepatutan terhadap atasan, disiplin tinggi. 5. Moral berhubungan dengan karakter, tentang benar salah, tingkah laku yang baik, mulia dan benar.
PPKn SMP K - 7
21
6. Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan/cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. 7. Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dipedomani oleh seluruh warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Anda telah mempelajari materi norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan baik. Untuk pengembangan dan implementasinya, Anda dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran PPKn. Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu ―Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh‖. H.Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas 1. Nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama. a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain yaitu sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. b. Patuh pada aturan-aturan sosial yaitu sikap menurut dan taat terhadap aturanaturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. c. Menghargai
karya dan prestasi orang lain yaitu sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. d. Santun yaitu sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. e. Demokratis yaitu cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 2. Nilai-nilai kebangsaan. Nilai kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. a. Nasionalis Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsanya.
PPKn SMP K-7
22
b. Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. 3. Nilai toleransi Toleransi adalah sifat atau sikap toleran (bersifat dan bersikap menenggang yang berarti
menghargai,
menbiarkan,
memperbolehkan
pendirian,
pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri). Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang dapat diterima yang biasanya dipakai dalam pengukuran kerja. a. Selalu menghargai kepentingan orang lain b. Selalu menghormati penganut agama lain c. Selalu hidup rukun dalam pergaulan sosial d. Senantiasa menghindarkan diri dari sikap ekstrem, kesukuan dan kedaerahan e. Selalu membina dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Evaluasi Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas. 1. Jelaskan pengertian nilai! 2. Jelaskan nilai instrumental dan nilai terminal! 3. Jelaskan tuntutan pembelajaran moral! 4. Jelaskan konsep dasar pembangunan karakter bangsa! 5. Jelaskan nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa! 6. Jelaskan keterkaitan pendidikan nilai moral dengan watak/karakter! Setelah menyelesaikan evaluasi ini, Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda sudah melebihi 85%, silakan Anda terus mempelajari modul berikutnya yaitu ―Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh‖, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari 85%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan belajar dalam modul ini.
Penutup Mudah-mudahan anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam menyusun materi PPKn, pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi dan produktivitas pembelajaran serta bermakna bagi para peserta didik.
PPKn SMP K - 7
23
Kemampuan-kemampuan yang anda kuasai setelah mempelajari modul ini akan berguna bagi anda dalam membimbing teman sejawat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mohon kritik dan saran untuk perbaikan modul ini.
Daftar Pustaka Adipurnomo, Haryono. 2002. Implementasi Budi Pekerti dalam Kehidupan Sekolah. Malang: PPPG IPS dan PMP. Artbuthnot, J.B and Faust, D (1981). Teaching Moral Reasoning: Theory and Practice, New York: Harper and Row. Al Purwa Hadiwardoyo, Drs.,MSF, 1990, Moral dan Permasalahannya, Yogyakarta: Kanisius Cogan J.J. and Derricott ,, B.J. (1998) Miltidemensional Civic Education, Tokyo Cogan, J. J., (1999) Developing the Civic Society : The Role of Civic Education, Bandung : CICED Derricott, R., Cogan, J. J. (1998) Citizenship for the 21st century : An International perspective on Education, London : Kogan Page Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa – Pedoman Sekolah, Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan. Mulyana, Rohmat, Dr. 2004. Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Noor Syam, M. (2006) Pendidikan dan Pembudayaan Moral Filsafat Pancasila, Jakarta: Panitia Semiloka Pembudayaan Nilai Pancasila, Dit. Dikdas, Ditjen Mandikdasmen Pemerintah Republik Indonesia 2010, Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, Jakarta Sedyawati, Edy, Prof. Dr. 1997. Pedoman Penanaman Budi Peketi Luhur. Jakarta: Balai Pustaka. Supriadi, Dedi, Dr. 2004. Pendidikan Nilai Sebuah Megatrend?. Bandung: Alfabeta. Somantri, N (1968). Pendidikan Kewargaan Negara di Sekolah, Bandung: IKIP. Winataputra
(2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pendidikan
Demokrasi, (Disertasi) Bandung: universitas Pendidikan Indonesia. Republik Indonesia (2003) Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas
PPKn SMP K-7
24
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat dan Utuh Oleh: Rahma Tri Wulandari, S.Pd.
A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras, bahasa daerah, agama, sistem kepercayaan, kultur, sub-kultur, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai keragaman tersebut, bila tidak disikapi dengan nilai positif, maka dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh dalam kehidupan masyarakat di Indonesia bukannya tidak mendapatkan tantangan. Seiring dengan perkembangan jaman, permasalahan yang ada mengalami perbedaan dan setiap negara harus memiliki solusi agar terus berdiri kokoh. Dalam modul ini akan dibahas lebih lanjut tentang permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh sekaligus menggali solusi yang bisa dijadikan acuan untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
B. Tujuan Modul ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB)
pasca Uji Kompetensi Guru
(UKG) bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP tentang permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh.
PPKn SMP K - 7
25
C. Peta Kompetensi
Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh
Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat dan Utuh
Penerapan Nilai-Nilai Yang Menjiwai Dan Dijiwai Sila-Sila Pancasila
Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh
D. Ruang Lingkup Modul dengan judul ―Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat dan Utuh‖, meliputi bahasan sebagai berikut: 1. Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh 2. Penerapan Nilai-Nilai Yang Menjiwai Dan Dijiwai Sila-Sila Pancasila 3. Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh
E. Saran Cara penggunaan modul 1. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas 2. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . 3. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu 4. Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas 5. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. 6. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet. 7. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat.
PPKn SMP K-7
26
8. Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini.
PPKn SMP K - 7
27
Kegiatan Pembelajaran A. Tujuan 1.
Melalui kegiatan membaca dan berdiskusi, peserta diklat dapat menjelaskan tentang Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh dengan benar
2.
Melalui kegiatan membaca dan berdiskusi, peserta diklat dapat menunjukkan penerapan nilai-nilai yang menjiwai dan dijiwai sila-sila Pancasiladengan benar
3.
Melalui kegiatan membaca dan berdiskusi, peserta diklat dapat menunjukkan permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuhdengan benar
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.
Menjelaskan Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh
2.
Menunjukkan penerapan nilai-nilai yang menjiwai dan dijiwai sila-sila Pancasila
3.
Menunjukkanpermasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh
C. Uraian Materi 1. Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh Pancasila merupakan suatu sistem nilai dan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai yang memiliki perbedaan satu sama lain, namun kesemua sila yang ada merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Nilainilai yang terkandung dalam sila I sampai dengan sila V dari Pancasila merupakan cita-cita, harapan, dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya agar terwujud masyarakat yang sejahtera. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mempunyai tingkatan dan bobot yang berbeda tetapi tidak saling bertolak belakang, akan tetapi saling melengkapi. Dengan demikian berarti nilai yang terkandung dalam Pancasila nerupakan satu kesatuan utuh dan bulat, tidak dapat dipisahkan dan berhubungan erat. Nilai-nilai itulah yang dimiliki bangsa Indonesia yang memberikan pola bagi sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Nilai dalam Pancasila memuat nilai-nilai tinggi dengan urutan sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang memiliki tingkatan tertinggi karena mengandung nilai religius. Pada tingkat bawahnya adalah keempat nilai manusiawi dasar. Apabila keempat nilai manusiawi dasar itu diberikan tingkat dan bobot, maka nilai kemanusiaan, tingkat dan bobotnya layak berada di bawah ke -Tuhanan. Nilai keadilan sebagai salah satu nilai manusiawi dasar diletakkan pada tempat ketiga dibawah nilai kemanusiaan. Namun sesuai dengan sifat dasar manusia yang sangat menekankan kerukunan, maka nilai persatuan mempunyai bobot yang lebih
PPKn SMP K-7
28
tinggi dibandingkan dengan nilai kerakyatan, karena nilai kerakyatan lebih merupakan sarana yang perlu untuk mencapai persatuan. Suatu hal yang diberikan penekanan lebih dahulu bahwa walaupun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mempunyai tingkatan dan bobot yang berbeda yang berarti ada ―keharusan‖ untuk menghormati nilai yang lebih tinggi, nilai-nilai yang berbeda tingkatan dan bobot nilainya itu tidak saling berlawanan atau bertentangan, melainkan saling melengkapi. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut : a. Ketuhanan Yang Maha Esa Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki nilai yang meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Sila pertama ini merupakan induk dari sila-sila ke dua, tiga, empat, dan lima. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagi makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sila ini berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggara negara, hukum dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjadi dasar bagi seluruh umat beragama di Indonesia dalam menjalankan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bermasyarakat, beribadah, bersosialisasi dan dalam aspek kehidupan lainnya. Dalam sila ini bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan Sang Pencipta dan mengakui bahwa seluruh alam semesta ini adalah ciptaan-Nya. b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai sila ketiga sila berikutnya. Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Nilai kemanusiaan yang beradab adalah perwujudan nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral dan beragama. Butir kedua dari Pancasila yang mengandung pengertian bahwa seluruh manusia merupakan mahluk yang beradab dan memiliki keadilan yang setara di mata Tuhan. Berikut ini merupakan implementasi sila kedua: 1)
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban.
2)
Saling mencintai sesama manusia.
3)
Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4)
Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5)
Menjunjung tinggi nilai kemanisiaan.
PPKn SMP K - 7
29
6)
Berani membela kebenaran dan keadilan.
c. Persatuan Indonesia Dalam sila Persatuan Indonesia
terkandung makna bahwa Indonesia adalah
negara persatuan dan menjunjung tinggi nilai kesatuan. Ini dibuktikan dengan kehidupan diseluruh penjuru Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke yang beraneka ragam suku, budaya, ras, dan agama. Perbedaan merupakan ciri khas elemen-elemen pembentuk negara. Sebagai konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam satu persatuan yang dilukiskan dengan adanya Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk diperuncing menjadi sebuah konflik, tetapi untuk saling mewujudkan persatuan dalam kehidupan bersama, untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai bangsa. Berikut ini merupakan implementasi sila ketiga: a.
Menjaga pesatuan dan kesatuan NKRI.
b.
Rela berkorban demi bangsa dan negara.
c.
Cinta tanah air Indinesia.
d.
Bangga terhadap bangsa Indonesia.
d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan. Nilai yang terkandung dalam sila ini adalah bahwa hakikatnya negara merupakan sebuah penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Nilai tersebut bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam aspek moralitas, kenegaraan, aspek politik, maupun aspek hukum dan perundang-undangan. Dalam sila keempat Pancasila ini menjelaskan tentang budaya demokrasi, bahwa perbedaan itu hal yang wajar dan tidak perlu diperdebatkan dan setiap warga negara Indonesia berhak dan diberi kebebasan dalam menyampaikan pendapatnya baik pribadi maupun di muka umum. Berikut ini merupakan implementasi sila keempat: a.
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi.
b.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c.
Mengutamakan budaya musyawarah mufakat dalam mengambil setiap keputusan bersama.
d.
Menghormati setiap pendapat yang ada, dengan prinsip bahwa perbedaan pendapat itu wajar.
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dalam sila kelima ini terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya
PPKn SMP K-7
30
sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya, serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh wilayahnya serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Nilai keadilan sosial juga diterapkan dalam pergaulan antar negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial). Seluruh manusia didunia ini memiliki keadilan yang sama tanpa membedakan status sosial atau ukuran apapun, yang artinya seluruh rakyat Indonesia memiliki keadilan dan derajat yang sama baik dimata pemerintah maupun didepan hukum. Berikut ini merupakan implementasi sila kelima: a.
Menjunjung tinggi keadilan.
b.
Bersikap adil terhadap sesama.
c.
Menolong sesama manusia yang membutuhkan.
d.
Menghargai dan menghormati orang lain tanpa memilih-milih.
e.
Melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi orang lain
2. Penerapan Nilai-Nilai Yang Menjiwai Dan Dijiwai Sila-Sila Pancasila Pembiasaan sikap dan perilaku yang sesuai dengan pengamalan dan nilai-nilai dari setiap butir dalam Pancasila sangat penting dalam kehidupan bangsa dan bernegara, dikarenakan Pancasila merupakan identitas dan jati diri bangsa Indonesia. Membiasakan perilaku sesuai nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan antara lain dalam :
a. Lingkungan keluarga Kehidupan sehari-hari dalam keluarga harus dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila, di mana orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya. Segala tindak tanduk seluruh keluarga harus bersumber dari nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam lingkungan keluarga juga harus dibudayakan sikap kasih sayang, saling menghormati antar sesama anggota keluarga, rukun, dan lain sebagainya. Berikut ini merupakan perilakuperilaku yang menerapkan nilai-nilai pancasila dalam lingkungan keluarga : (1) Taat dan patuh terhadap orang tua (2) Bermusyawarah apabila ada permasalahan (3) Sopan santun terhadap seluruh anggota keluarga
PPKn SMP K - 7
31
(4) Saling membantu dan menghormati (5) Saling menghormati antar sesama anggota keluarga (6) Saling menyayangi satu sama lain (7) Sebagai orang tua harus mendidik anak-anaknya agar selalu patuh terhadap agama dan hukum (8) Sebagai orang tua juga harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, dan memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum dan adat. (9) Sebagai orang tua harus mengajarkan/mendidik anak-anaknya untuk selalu berbuat kebaikan (seperti sedekah kepada orang lain, saling menghormati dll). (10) Sebagai orang tua bersikap adil terhadap anak-anaknya, tidak boleh pilih kasih (11) Sebagai anak harus berbakti kepada orang tua, dan lain-lain
b. Lingkungan sekolah Pada lingkungan sekolah, semua warga sekolah baik siswa, guru dan juga karyawan harus mematuhi semua peraturan dan tata tertib sekolah sesuai dengan fungsi dan kedudukan masing-masing warga sekolah. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang nyaman, dan menjadi suasana kekeluargaan yang kedua setelah di rumah. Suasana aman dan tertib di sekolah, serta kebersihan dari sekolah merupakan tanggung jawab bersama segenap warga sekolah. Sekolah merupakan salah satu wadah untuk menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila, terutama melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berikut adalah perilaku penerapan nilia-nilai pancasila dalam lingkungan sekolah : (1) Mentaati tata tertib sekolah (2) Tidak membeda-bedakan teman berdasarkan suku, adat, ras dan agama (3) Aktif dalam organisasi sekolah (4) Mengerjakan tugas sekolah dengan baik (5) Saling menghormati antar siswa (6) Menghormati guru dan karyawan (7) Selalu berusaha untuk berbuat baik kepada sesama siswa sekolah (8) Belajar yang giat agar mendapatkan prestasi dan mengharumkan nama sekolah (9) Membantu teman yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran (10) Selalu taat pada aturan sekolah (tata tertib sekolah) / Disiplin (11) Memberikan suara dalam pemilihan pengurus OSIS
PPKn SMP K-7
32
c. Lingkungan masyarakat Sebagai masyarakat maka kita harus saling menghormati, dan saling menghargai hak-hak asasi manusia, menghargai hak milik orang lain dan selalu menjaga hak dan kewajiban kita sebagai masyarakat. Pendidikan dalam masyarakat amat penting untuk penanaman nilai luhur Pancasila, karena waktu di sekolah hanya terbatas sehingga waktu yang lebih banyak ada di lingkungan keluarga dan masyarakat maka pergaulan sehari-hari dalam masyarakat luas akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan kepribadian anak. Oleh karena itu, hendaknya masyarakat ikut bertanggung jawab dalam pembentukan sikap dan perilaku anak, serta penanaman nilai-nilai luhur Pancasila. Dan berikut ini beberapa perilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila dalam lingkungan masyarakat : (1) Tidak mengganggu ibadah orang lain (2) Saling menghormati dan memberikan toleransi antar umat beragama (3) Rukun dengan tetangga yang berbeda agama. (4) Melakukan kerja bakti (5) Musyawarah untuk membantu lingkungan sekitar (6) Melakukan poskamling pada malam hari (7) Berbuat adil kepada tetangga, tidak membeda-bedakan tetangga. (8) Menyeimbangkan hak dan kewajiban kita di masyarakat. (9) Mematuhi norma-norma dan aturan yang berlaku di dalam masyarakat. (10) Selalu aktif dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti, ronda malam dll.
d. Lingkungan pergaulan (1) Menghargai pendapat teman (2) Tidak menyakiti hati teman (3) Tolong menolong terhadap teman yang sedang terkena musibah (4) Bekerjasama dengan teman
3. Permasalahan
Penerapan
Nilai-Nilai
Pancasila
Sebagai
Satu
Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh Pancasila telah menjadi kesepakatan nasional bangsa Indonesia sebagai dasar negara namun dalam upaya implementasinya mengalami berbagai hambatan dari masa ke masa. Dalam praktek penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, penerapan nilai-nilai Pancasila belum sepenuhnya berjalan sesuai apa yang dicitacitakan. Hal mana tampak dari adanya sejumlah persoalan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila tersebut. PPKn SMP K - 7
33
a. Nilai KeTuhanan (Religiusitas) Permasalahan berlatar belakang agama kerap kali terjadi pada beberapa daerah di Indonesia. Indonesia yang memiliki keberagaman agama sering menimbulkan suatu masalah yang sangat perlu diperhatikan karena berpotensi menimbulkan perpecahan yang mengakibatkan hilangnya rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertikaian yang terjadi belakangan ini terkadang di sebabkan oleh masalah kecil seperti masalah batas wilayah, ekonomi, politik serta kurangnya kesadaran antara masing-masing individu yang berlanjut kemasalah agama. Masalah ini sering kali mengatas namakan agama, karena agama memiliki tirai atau pembatas yang sangat tipis dengan masalaha-masalah di atas. Sehingga sedikit saja terjadi masalah tersebut maka agama akan di ikut sertakan. Permasalahan yang berkaitan dengan agama, biasanya terjadi karena: 1) Masalah hubungan negara dengan agama 2) Masalah kebebasan beragama/berkeyakinan 3) Masalah hubungan intern umat beragama 4) Masalah hubungan antar umat beragama Pertikaian ini sering kali menjatuhkan korban yang tidak sedikit, dan menyebabkan kerugian baik dari segi material, maupun spiritual. Jadi sebenarnya tidak ada gunanya kita melakukan suatu pertikaian, apalagi sesama umat beragama, karena seperti semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua, semboyan inilah yang harus benar-benar kita maknai dalam menghadapi perbedaan antar agama, apalagi Indonesia merupakan Negara kesatuan dan persatuan. Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam: 1.
Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi: ―Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa….‖ dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau negara Pancasila.
2.
Pasal 29 UUD 1945 1)
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
PPKn SMP K-7
34
2)
Negara
menjamin
kemerdekaan
tiap-tiap
penduduk
untuk
memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya Jaminan kemerdekaan beragama yang secara yuridis konstitusional ini membawa konsekuensi pemerintah sebagai berikut: (1) Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan keagamaan yang sehat. (2) Pemerintah
memberi
perlindungan
dan
jaminan
bagi
usaha-usaha
penyebaran agama, baik penyebaran agama dalam arti kualitatif maupun kuantitatif. (3) Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama. (4) Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama. (5) Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Kehidupan beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa, yang dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, harus dapat menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat Indonesia menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam hal ini berarti bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi bimbingan pada pelaksanaan sila-sila yang lain.
b. Kemanusiaan (Humanisme) Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya. Permasalahan yang sering muncul, yang berkaitan dengan kemanusiaan di Indonesia antara lain: 1) Masalah hubungan Negara dengan Warga Negara Salah satu contoh kasus yang ada antara lain tidak digunakannya dana dari hasil pajak rakyat untuk kepentingan pembangunan, akan tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. 2) Masalah hubungan antar warga Negara Sebagai salah satu contoh adalah kasus pembegalan yang berakhir dengan tewasnya salah satu pelaku dengan cara dibakar warga. Hal
PPKn SMP K - 7
ini merupakan
35
penyimpangan dari sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tindakan main hakim tidak dibenarkan secara hukum. Untuk menghindari adanya konflik yang dapat merusak rasa persatuan dan kesatuan, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diterapkan, antara lain: 1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat, sehingga tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain untuk hidup secara layak, serta menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat dan karakter) orang lain. 2) Saling mencintai sesama manusia. Menumbuhkan rasa cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas, saling membesarkan hati, saling berlaku setia dan jujur, saling menghargai harkat dan derajat satu sama lain. Selain itu, memperkuat hubungan sosial denga cara kerjasama, gotong royong dan solidaritas sangat penting untuk menjaga rasa persatuan. 3) Mengembangkan sikap tenggang rasa. Sikap ini menghendaki adanya usaha dan kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan orang lain. 4) Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan maupun perbuatan kepada orang lain, hendaknya diukur dengan diri kita sendiri, bilamana kita tidak senang disakiti hatinya, maka janganlah kita menyakiti orang lain. 5) Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti sewenang-wenang, berat sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu butir ini menghendaki, perilaku setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang, harus menjunjung tinggi hak dan kewajiban.
c. Persatuan (Nasionalisme) Sila ke -3 ini mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan budaya. Persatuan Indonesia
mengutamakan
kepentingan
dan
keselamatan
negara
dari
pada
kepentingan golongan, pribadi atau sekelompok orang. Hal yang dimaksudkan adalah sangat mencintai tanah air Indonesia dan bangga mengharumkan nama Indonesia. Sila ini menanamkan sifat persatuan untuk menciptakan kerukunan kepada rakyat Indonesia. Permasalahan yang sering muncul antara lain: 1) Memudarnya rasa kebangsaan 2) Ketidakpuasaan daerah terhadap pusat 3) Menjamurnya parpol-parpol yang berpotensi melunturkan semangat persatuan.
PPKn SMP K-7
36
Untuk menghindari adanya konflik yang dapat merusak rasa persatuan dan kesatuan, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diterapkan, antara lain: 1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. 4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. 5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Kedaulatan Rakyat (Demokrasi) Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hakhaknya
setiap
warga
negara
perlu
menyadari
serta
memperhatikan
dan
mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan masyarakat. Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, maka pada dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain Contoh permasalahan yang berkaitan dengan penyimpangan sila keempat antara lain: 1) Ketidak adilan pada kasus Prita dengan salah satu rumah sakit swasta di Jakarta 2) Hukuman yang tidak seimbang antara koruptor, dengan pencuri ayam (tidak adanya keadilan hukuman antara rakyat miskin dengan orang yang berkuasa). Untuk menghindari adanya konflik yang dapat merusak rasa persatuan dan kesatuan, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diterapkan, antara lain: 1) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. 2) Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakn hasil keputusan musyawarah. 3) Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain. 4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam musyawarah.
PPKn SMP K - 7
37
6) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dan keadilan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bersama. 7) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan.
e. Keadilan Sosial Manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan
soial
mengembangkan
dalam
kehidupan
perbuatan
luhur
masyarakat yang
Indonesia.
mencerminkan
sikap
Dalam dan
rangka suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hakhak orang lain Permasalahan yang sering muncul, yang berkaitan dengan keadilan sosial antara lain: 1) Ketimpangan kesejahteraan rakyat (kesehatan, pendidikan, ekonomi) 2) Pengangguran 3) Kemiskinan 4) Kesenjangan antar penduduk, antar wilayah.
Untuk menghindari adanya konflik yang dapat merusak rasa persatuan dan kesatuan, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diterapkan, antara lain: 1)
Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong – royong.
2)
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3)
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4)
Menghormati hak orang lain.
5)
Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6)
Tidak menggunakan hak milik usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7)
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8)
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan umum.
9)
Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama
PPKn SMP K-7
38
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Sila ke lima Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat indonesia diliputi, didasari, dijiwai oleh sila ke 1,2,3,4. Dengan demikian makna yang terkandung dalam sila ke lima Pancasila merupakan gambaran terlengkap 5 dari makna keseluruhan Pancasila. Namun nilai yang terkandung dalam Pancasila selain sila ke 5 juga memiliki keterkaitan dengan sila lainnya. Segala permasalahan dapat dihindari apabila setiap anggota masyarakat, terutama para penyelenggara negara dan elit politik dalam melaksanakan gerakan reformasi untuk mewujudkan masa depan yang dicita-citakan oleh negara Indonesia berdasarkan komitmen terhadap pembukaan UUD 1945 yang didalamya mengandung nilai-nilai pancasila yang harus dijadikan pedoman. Pancasila menjadi pedoman, panduan, dan acuan bagi bangsa Indonesia dalam mengahadapi berbagai tantangan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila tersebut diwujudkan kedalam berbagai norma sehingga dapt dijadikan pedoman bertindak dalam mengambil sebuah keputusan dengan tujuan akhir tetap terciptanya rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
D. Aktivitas Pembelajaran 1. Penyampaian tujuan pembelajaran, yaitu melalui kajian referensi dan diskusi, peserta pelatihan dapat menunjukkan permasalahan penerapan nilai-nilai pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh 2. Peserta diminta melakukan aktivitas belajar sebagai berikut: Tugas Individu: a.
Baca dan cermati uraian materi di atas tentang materi permasalahan penerapan nilai-nilai pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh
b.
Tulislah secara singkat dan jelas permasalahan penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang pernah anda alami.
c.
Gunakan 2 lembar kertas (kertas HVS, berwarna, atau post-it) untuk menuliskannya, dimana lembar ke-1 untuk permasalahan penerapan Pancasila yang pernah anda alami, lembar ke-2 untuk menuliskan tanggapan/masukan atau saran anda terhadap pemecahan permasalahan tersebut
Tugas Kelompok: a.
Peserta diminta untuk membentuk kelompok, idealnya satu kelompok terdiri dari 5-6 orang
PPKn SMP K - 7
39
b.
Setiap kelompok melakukan bedah kasus terhadap berbagai permasalahan masingmasing sila yang muncul akhir-akhir ini.
c.
Peserta melakukan presentasi hasil diskusi kelompok
d.
Peserta memperbaiki hasil kerja kelompoknya berdasarkan masukan selama diskusi
e.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan klarifikasi dari fasilitator terhadap hasil diskusi kelas.
f.
Refleksi
E. Latihan/ Kasus /Tugas 1.
Penilaian Ranah Pengetahuan (Soal Pilihan Ganda) Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling tepat
1)
Pancasila merupakan suatu sistem nilai dan merupakan suatu kesatuan. Berikut ini yang merupakan pernyataan yang sesuai adalah .... a.
setiap sila yang ada memiliki perbedaan satu sama lain dan tidak bisa disama ratakan
b.
nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila memiliki tingakatan dan bobot yang berbeda
c.
nilai-nilai dalam Pancasila memiliki tingkatan dan bobot yang berbeda namun tidak saling berlawanan atau bertentangan
d.
sila kelima memiliki kedudukan tertinggi karena diliputi, didasari, dijiwai oleh sila ke 1,2,3,4
2)
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa .... a.
Indonesia adalah negara persatuan dan menjunjung tinggi nilai kesatuan
b.
seluruh manusia merupakan mahluk yang beradab dan memiliki keadilan yang setara di mata Tuhan
c.
bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan Sang Pencipta dan mengakui bahwa seluruh alam semesta ini adalah ciptaan-Nya
d.
perbedaan itu hal yang wajar dan tidak perlu diperdebatkan dan setiap warga negara
Indonesia
berhak
dan
diberi
kebebasan
dalam
menyampaikan
pendapatnya baik pribadi maupun di muka umum 3)
Berikut ini yang merupakan implementasi sila keempat adalah .... a.
menghargai dan menghormati orang lain tanpa memilih-milih
b.
rela berkorban demi bangsa dan negara
c.
Tidak membeda-bedakan teman berdasarkan suku, adat, ras dan agama
d.
mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi
PPKn SMP K-7
40
4)
Berikut ini yang merupakan perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan masyarakat adalah ....
5)
a.
Melakukan kerja bakti
b.
Taat dan patuh terhadap orang tua
c.
Tolong menolong terhadap teman yang sedang terkena musibah
d.
Tidak membeda-bedakan teman berdasarkan suku, adat, ras dan agama
Memakai produk dalam negeri merupakan salah satu implementasi sikap positif Pancasila yang sesuai dengan sila .... a.
Ketuhanan Yang Maha Esa
b.
Kemanusiaan Yang adil dan Beradab
c.
Persatuan Indonesia
d.
Kerakyatan
Yang
dipimpin
Oleh
Hikmat
Kebijaksanaan
Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
F. Rangkuman 1. Pancasila merupakan suatu sistem nilai dan merupakan suatu kesatuan, dimana kesemua sila yang ada merupakan suatu kesatuan yang sistematis. 2. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mempunyai tingkatan dan bobot yang berbeda tetapi tidak saling bertolak belakang, akan tetapi saling melengkapi. 3. Pembiasaan sikap dan perilaku yang sesuai dengan pengamalan dan nilai-nilai dari setiap butir dalam Pancasila sangat penting dalam kehidupan bangsa dan bernegara, dikarenakan Pancasila merupakan identitas dan jati diri bangsa Indonesia. 4. Membiasakan perilaku sesuai nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan antara lain dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan pergaulan 5. Dalam praktek penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, penerapan nilai-nilai Pancasila belum sepenuhnya berjalan sesuai apa yang dicita-citakan. Hal mana tampak dari adanya sejumlah persoalan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila tersebut. 6. Sila ke lima Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat indonesia diliputi, didasari, dijiwai oleh sila ke 1,2,3,4. Dengan demikian makna yang terkandung dalam sila ke lima Pancasila merupakan gambaran terlengkap 5 dari makna keseluruhan Pancasila. Namun nilai yang terkandung dalam Pancasila selain sila ke 5 juga memiliki keterkaitan dengan sila lainnya. 7. Segala permasalahan dapat dihindari apabila setiap anggota masyarakat, terutama para penyelenggara negara dan elit politik dalam melaksanakan gerakan reformasi
PPKn SMP K - 7
41
untuk mewujudkan masa depan yang dicita-citakan oleh negara Indonesia berdasarkan komitmen terhadap pembukaan UUD 1945 yang didalamya mengandung nilai-nilai pancasila yang harus dijadikan pedoman.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1.
Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi permasalahan penerapan nilai-nilai pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh ?
2.
Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi permasalahan penerapan nilai-nilai pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh?
3.
Apa manfaat mempelajari materi permasalahan penerapan nilai-nilai pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh terhadap tugas Bapak/Ibu?
4.
Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu setelah kegiatan pelatihan ini ?
DAFTAR PUSTAKA Juliardi, Budi. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Kaelan. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma Kansil, C.S.T, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs. Jakarta: Bumi Nusantara Pranarka. A.M.W. 1985. Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila. Jakarta: Yayasan Proklamasi Saksono, Ign. Gatut . 2007. Pancaila Soekarno. Yogyakarta: Rumah Belajar Tabinkas Suteng, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga Taniredja, Tukiran, dkk. 2014. Kedudukan dan Fungsi Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Bandung: Alfabeta Wahidin,
Samsul.
2015.
Dasar-dasar
Pendidikan
Pancasila
dan
Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar -------------------------------.
2009.
Buku
Pintar
Politik
Sejarah,
Pemerintahan
dan
Ketatanegaraan. Yogyakarta: Great Publisher --------------------------------.
2014.
Pendidikan
Kewarganegaraan
Kelas
VIII.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
PPKn SMP K-7
42
Jakarta:
--------------------------------. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia --------------------------------. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia http://sita-mynewblog.blogspot.co.id/2012/04/implementasi-nilai-pancasila.html http://savepancasila-ti.blogspot.co.id/2015/01/makna-dan-penerapan-silapancasila_16.html
PPKn SMP K - 7
43
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
PERMASALAHAN PENERAPAN BERTUTUR KATA, BERPERILAKU DAN BERSIKAP SESUAI DENGAN NILAINILAI PANCASILA Oleh: Dr. Sri Untari, M.Si., M.Pd.
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus kehidupan manusia mulai dari lahir sampai akhir hayat. Secara konsep, pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia. Untuk mewujudkan hal tersebut tidak terlepas dari adanya peran keluarga, sekolah dan masyarakt yang biasa dikenal istilah Tri Pusat Pendidikan, yang meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat. Tiga pusat pendidikan tersebut memiliki sifat-sifat fungsi serta peran masing-masing yang mana sangat berpengaruh terhadap perilaku dan sikap anak. Diharapkan ketika masing masing peran berjalan dengan baik maka anak akan memiliki tutur kata, perilaku dan sikap yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Modul ini bertujuan untuk memberikan seperangkat materi tentang permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. apa dan mengapa materi ini penting diberikan sebagai materi diklat guru yang akan ditingkatkan kualitasnya?. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diingat bahwa Pancasila adalah landasan ideologi bangsa Indonesia yang dijadikan acuan dalam berperilaku dan bersikap. Untuk itu materi yang berkenaan dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila yakni permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap harus dikuasai oleh guru dan merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian bangsa Indonesia. Pada abad 21 yang menuntut warga bangsa ini memeiliki kompetensi dan profesional untuk dapat bersanding dan bertanding secara global, maka materi ini merupakan materi strategis yang harus dikuasai guru PPKn agar semakin berkualitas atau guru semakin profesional. Keprofesian guru harus dikembangkan secara berkelanjutan melalui strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan agar dapat meningkatkan kemampuan guru dan tenaga kependidikan, sehingga
PPKn SMP K-7
dapat memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan
44
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara berkelanjutan. Kegiatan Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB) diselenggarankan untuk mengurangi
kesenjangan
antara
kompetensi
yang
dimiliki
guru
dan
tenaga
kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. PKB merupakan kewajiban bagi Guru dan tenaga kependidikan baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya adalah modul ―Permasalahan Penerapan Bertutur Kata, Berperilaku Dan Bersikap Sesuai Dengan Nilai-Nilai Pancasila‖ Modul ini didesain sebagai bahan ajar yang dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP grade 7 Modul ini berisi materi, metode, batasanbatasan, tugas dan latihan serta petunjuk cara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional
Pendidikan
sebagaimana
diubah
dengan
Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 3) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. Kompetensi peserta diklat PKB Grade -7 bagi guru mata pelajaran PPKn SMP yang diharapkan melalui modul Permasalahan Penerapan bertutur Kata, Berperilaku dan Bersikap Sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila ini meliputi (1) permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan keluarga (2) permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan sekolah (3) permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan masyarakat.
PPKn SMP K - 7
45
B. Tujuan Modul ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP tentang Permasalahan Penerapan bertutur Kata, Berperilaku dan Bersikap Sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila, sehingga mampu : 1. Mengidentifikasi permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan keluarga. 2. Mengidentifikasi permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan sekolah. 3. Mengidentifikasi permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan masyarakat. C. Peta Kompetensi
Permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan keluarga
Permasalahan Penerapan Bertutur Kata, Berperilaku dan Bersikap Sesuai dengan NilaiNilai Pancasila
Permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan sekolah Permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan masyarakat
. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup
terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran 1: (1) Permasalahan
penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan keluarga, (2) Permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik
PPKn SMP K-7
46
dan buruk di lingkungan sekolah, (3) Permasalahan
penerapan bertutur kata,
berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan masyarakat E. Saran Cara Penggunaan Modul A.
Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas
B.
Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini .
C.
Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu
D.
Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas
Pembelajaran 1 Permasalahan Penerapan Bertutur Kata, Berperilaku dan Bersikap Sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila A. Tujuan 1. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan keluarga dengan benar. 2. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan sekolah dengan benar. 3. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan masyarakat dengan benar.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan keluarga dengan benar. 2. Peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan sekolah dengan benar. 3. Peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik dan buruk di lingkungan masyarakat dengan benar. C. Uraian Materi Pembelajaran 1 1. Permasalahan Penerapan Bertutur Kata, Berperilaku dan Bersikap Baik dan Buruk di Lingkungan Keluarga Keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang akan membentuk karakter dan
sifat
seseorang.
Lingkungan
keluarga
diharapkan
mampu
untuk
menanamkan nilai-nilai positif kepada anak sehingga akan menghasilkan PPKn SMP K - 7
47
sesorang yang berbudi pekerti yang baik. Saat ini sangat dirasakan terjadi penurunan terhadap karakter anak yang diakibatkan kurangnya kesadaran anggota keluarga dalam hal ini adalah orang tua tentang arti penting berbudi pekerti baik. Kebanyakan orang tua akan melakukan segalanya demi membahagiakan anak-anak mereka dengan memberikan segalanya yang mereka inginkan, namun ternyata hal tersebut tidak selalu baik dalam proses mendidik anak. Banyak anak yang dibiasakan hidup dengan kenyamanan dan tidak pernah merasa sulit dalam hidupnya cenderung menjadi manja dan tidak dapat mandiri. Sebagai orang tua, kita perlu berhati-hati dalam proses mendidik anak
pada masa perkembangannya karena
setiap
didikan kita dapat
berpengaruh besar bagi kehidupan anak di masa depan. Pada jaman super modern saat ini semuanya telah berubah, termasuk tingkah laku anak-anak yang sangat berbeda dengan anak-anak di era tahun 80an dan 90an. Kemajuan teknologi yang begitu pesat telah merubah segalanya dan tidak jarang membuat kita sebagai orang tua menjadi bingung dengan kondisi yang demikian. Sikap sopan santun anak terhadap orang tua sepertinya sudah hilang diantaranya bertutur kata yang tidak sopan serta berperilaku dan bersikap buruk dilingkungan keluarga diantaranya adalah membentak orang tua, berbicara kasar dan bahkan tidak sedikit terdapat kasus anak yang melawan orang tuanya. Solusi dari segala permasalahan yang ada pada dasarnya terletak pada orang tua selaku pendidik di dalam keluarga. Orang tua terkadang lupa pola pengasuhannya memiliki andil besar dalam membentuk karakter anak. Orang tua juga sering lupa bahwa tutur kata, perilaku dan sikap kita diperdengarkan dan dipertontonkan kepada anak setiap hari. Hal tersebut akan tertanam di dalam memori anak dan ketika ada pemicu sedikit saja, maka apa yang pernah anak dengar dan lihat akan mereka ucapkan dan lakukan. Syukur kalau ternyata tutur kata yang orang tua perdengarkan adalah tutur kata yang baik, penuh penghormatan dan penghargaan, kata-kata yang dijiwai oleh cinta kasih dan jauh dari kata-kata kasar, makian. Hal itu akan membentuk karakter anak menjadi pribadi yang bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik. Mengutip ungkapan dari Dorothy Law Nolte yang sangat terkenal sebagai berikut: Jika anak hidup dengan kritik, maka ia belajar untuk mempersalahkan Jika anak hidup dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi Jika anak hidup dengan ketakutan, maka ia belajar menjadi gelisah Jika anak hidup dengan rasa iba, maka ia belajar untuk menyesali diri Jika anak hidup dengan olok-olok, maka ia belajar menjadi pemalu
PPKn SMP K-7
48
Jika anak hidup dengan kecemburuan, maka ia belajar kedengkian Jika anak hidup dengan rasa malu, maka ia belajar merasa bersalah Jika anak hidup dengan dukungan, maka ia belajar untuk percaya diri Jika anak hidup dengan toleransi, maka ia belajar untuk bersabar Jika anak hidup dengan pujian, maka ia belajar menghargai Jika anak hidup dengan penerimaan, maka ia belajar mencintai Jika anak hidup dengan pengakuan, maka ia belajar untuk memiliki tujuan Jika anak hidup dengan rasa berbagi, maka ia belajar tentang kedermawanan Jika anak hidup dengan kejujuran dan keadilan, maka ia belajar apa itu kebenaran dan keadilan Jika anak hidup dengan rasa aman, maka ia belajar menaruh kepercayaan Jika anak hidup dengan persahabatan, maka ia belajar bahwa dunia adalah tempat yang baik untuk dihidupi Jika anda hidup dengan ketentraman, maka anak-anak anda hidup dengan pikiran yang damai 2. Permasalahan Penerapan Bertutur Kata, Berperilaku dan Bersikap Baik dan Buruk di Lingkungan Sekolah Sekolah sebagai tempat pendidikan kedua setelah keluarga diharapkan mampu berperan serta secara aktif dan maksimal dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila. Saat ini dirasakan terjadi penurunan terhadap pengamalan nilai-nilai pancasila yang dikarenakan kurangnya kesadaran pihak terkait mengenai arti penting bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Untuk itu, budi pekerti disekolah harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila diantaranya tidak menghina teman, berbicara sopan, suka menolong, tidak iri ataupun dengki dan sebagainya. Secara teknis, strategi pengembangan sikap dan perilaku siswa agar dapat bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik di lingkungan sekolah setidaknya dapat ditempuh melalui empat alternatif strategi secara terpadu. Strategi pertama adalah dengan mengintegrasikan konten kurikulum pembelajaran moral yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran yang relevan, terutama mata pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan dan bahasa. Strategi kedua adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran moral ke dalam kegiatan seharihari disekolah. Strategi ketiga adalah dengan mengintegrasikanpembelajaran moral kedalam kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan. Keempat adalah dengan membangun komunikasi dan kerja sama antara sekolah dengan orang tua peserta didik. PPKn SMP K - 7
49
Berkaitan dengan implementasi strategi pengembangan sikap dan perilaku siswa secara teknis dapat dilakukan dengan cara berikut: 1. Keteladanan Dalam kegiatan sehari-hari guru, kepala sekolah, staf administrasi bahkan juga pengawas harus dapat menjadi teladan atau model yang baik bagi siswa di sekolah. Sebagai contoh, jika guru ingin mengajarkan kesabaran kepada siswa, maka terlebih daulu guru harus mampu menjadi sosok yang sabar di hadapan murid-muridnya. Begitu juga ketika guru hendak mengajarkan tentang pentingnya kedisiplinan kepada murid-muridnya, maka guru tersebut harus mampu memberikan teladan terlebih dahulu sebagai guru yang disiplin dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Tanpa keteladanan murid-murid hanya akan menganggap ajakan moral yang disampaikan sebagai sesuatu yang omong kosong belaka, yang pada akhirnya nilai-nilai moral yang diajarkan tersebut hanya akan berhenti sebagai pengetahuan saja tanpa makna 2. Kegiatan Spontan Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yag kurang baik, seperti berkelahi dengan temannya, meminta sesuatu dengan berteriak, mencoret dinding, mengambil barang milik orang lain, berbicara kasar dan sebagainya. Dalam setiap peristiwa yang spontan itu, guru dapat menanamkan nilai-nilai moral atau budi pekerti yang baik kepada para siswa, misalnya saat guru melihat dua orang siswa yang bertengkar/berkelahi di kelas karena memperebutkan sesuatu, guru
dapat
memasukkan
nilai-nilai
tentang
pentingnya
sikap
maaf
memaafkan, saling menghormati dan sikap saling menyanyangi dalam konteks ajaran agama dan juga budaya. 3. Teguran Guru
perlu
menegur
siswa
yang
melakukan
perilaku
buruk
dan
mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai pancasila sehingga dapat mengubah tingkah laku mereka. 4. Pengkondisian Lingkungan Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa melalui penyediaan sarana fisik yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran moral. Contohnya adalah dengan penyediaan tempat sampah, jam dinding, sloganslogan mengenai nilai-nilai moral yang mudah dibaca oleh siswa serta aturan-
PPKn SMP K-7
50
aturan tata tertib sekolah yang ditempelkan pada tempat strategis sehingga mudah dibaca oleh setiap peserta didik. 5. Kegiatan Rutin Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang kelas untuk mengajarkan budaya antri, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain dan membersihkan ruang kelas tempat belajar. 3. Permasalahan Penerapan Bertutur Kata, Berperilaku dan Bersikap Baik dan Buruk di Lingkungan Masyarakat Dalam lingkungan masyarakat yang beranekaragam, sudah menjadi keharusan untuk bertutur kata, bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Perilaku menghargai penyampaian pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di lingkungan masyarakat dapat dilakukan antara lain mengutamakan musyawarah, menghormati perbedaan pendapat, tidak memaksakan kehendak. Namun
kenyataan
yang
terjadi
di
masyarakat
adalah
masih
banyak
penyimpangan kaitannya dengan perilaku dan sikap yang cenderung buruk diantaranya adalah saling mencemooh, timbulnya sifat iri dan dengki.
D. Aktivitas Pembelajaran Pendekatan
yang
dipergunakan
dalam
kegiatan
pembelajaran
1
materi
permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai pancasila ini adalah pendekatan partisipatif dan humanistik, yang didasari oleh prinsip prinsip andragogi. Dengan pendekatan ini peserta diklat lebih banyak diundang partisipasinya dengan mengungkapkan pertanyaan, pendapat, gagasan dan aspirasinya dari pada sekedar menerima materi modul secara pasif ataupun penyampaian informasi dari narasumber/instruktur. Disamping itu pendekatan saintifik juga dipergunakan sekaligus untuk membelajarkan peserta diklat dalam implementasi pembelajaran berbasis kurikulum 13 Metode yang digunakan dalam aktivitas pembelajar ini adalah ceramah bervariasi dan diskusi kelompok. Adapun skenario atau alur aktivitas pembelajaran sebagai berikut:
PPKn SMP K - 7
51
Penyampaian informasi oleh nara sumber dan membaca modul (Mengamati)
Curah Pendapat diiringi sharing pengalaman praktis (Menanya)
Tanggapan, masukan dan refleksi serta refisi hasil kerja kelompok
Presentasi hasil unjuk kerja kelompok (mengomunikasi
Kerja kelompok, diskusi kelompok (mencari informasi)
Membuat Laporan hail keja kelompok (mengasosiasi)
Gambar 1.1. Alur Aktifitas Pembelajaran E. Latihan/Kasus/Tugas Warga 2 Desa di Bima Bentrok Lagi, Satu Tewas Kena Panah TEMPO.CO, Sabtu, 28 November 2015 – 14:51 WIB Bima – Bentrokan antar warga Desa Tolouwi dan Desa Sondo, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, sekitar pukul 10.00 WITA, sabtu, 28 November 2015, menewaskan seorang pelajar sekolah menengah pertama bernama Zulkarnain Bunyamin, 15 tahun. Korban merupakan warga Toluwi. Zulkarnain terkena panah didada di dekat ulu hati. Ketika itu korban dalam perjalanan pulang sekolah dan melintas di daerah pertikaian. Ia meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit terdekat. Hingga berita ini dibuat, situasi dua desa yang terlibat bentrokan masih memanas. Warga Sondo bergabung dengan warga Waro, sedangkan warga Tolouwi dibantu warga Tolotangga. Empat desa itu hanya dibatasi pagar sawah. Warga memblokade semua jalan yang menghubungkan desa tersebut dengan desa lain serta akses ke luar Bima. ―Benar, ada bentrokan warga dan ada blokade jalan,‖ kata Irfan, pegawai Badan Kesatuan Kebangsaan dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Bima. Berdasarkan pantauan Tempo di lokasi kejadian, puluhan aparat kepolisisan dan tentara sibuk melakukan pengamanan sembari mendekati warga kedua desa agar menghentikan pertikaian. Amun warga masih terus berupaya saling serang. Warga mempersenjatai diri dengan parang, tombak dan panah. Bentrokan di picu oleh pertandingan sepak bola plastik dan berlanjut hingga Sabtu pagi. Dalam pertandingan tersebut, terjadi aksi saling ejek karena salah satu klub kalah. Selain
PPKn SMP K-7
52
itu, menurut keterangan warga, kasus tersebut merupakan dendam lama karena setiap tahun kerap ada pertikaian yang melibatkan pemuda di antara kedua desa. Warga Tolouwi yang mendengarkan anggotanya tewas langsung menyerang warga Sondo dengan bersenjatakan panah, tombak dan bom molotov. Sebuah sepeda motor yang di duga milik pelaku pemanahan dirusak. Kepala Kepolisian Resor Bima Ajun Komisaris Besar Gatut Kurniadin mengatakan anggotanya telah menuju lokasi untuk menenangkan warga. ―Anggota kami sudah berada di lokasi kejadian‖ katanya. Bentrokan tersebut hanya berselang sepekan dari kejadian serupa antar warga Risa dan Kalampa, Kecamatan Monta. Bentrokan yang dipicu penganiayaan terhadap warga Sie itu menewaskan dua warga Risa dan Sia.
SUMBER: http://m.tempo.co/read/news/2015/11/28/058723053/warga-2-desa-dibima-bentrok-lagi-satu-tewas-kena-panah diakses 9 desember 2015
Lembar Kerja BENTROKAN DI BIMA
No 1.
Kinerja Pemecahan
Rumusan Kinerja Pemecahan Kasus
Bacalah dengan kritis dan cermat
Berita tersebut merupakan bentuk permasalahan
wacana di atas, dan selanjutnya
penerapan bertutur kata, berperilaku dan
identifikasi termasuk bentuk-
bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
bentuk permasalahan di
1..................................................................
lingkungan manakah kejadian
Alasannya.............................................
tersebut? 2.
Setelah kelompok anda
Bentrokan antar dua warga tersebut menjelaskan
mencermati wacana
bahwa masing-masing warga desa melakukan,:
tersebut,coba dianalisis apa yang
1.................
melatar belakangi masalah
alasannya...............................................................
tersebut
.................. 2........................................ alasannya...................................................
3.
Menurut Kelompok anda
Pelaku bentrokan tersebut adalah:
siapakah pelaku bentrokan di
..................................................................
atas.
.................................................................. .......................................................................
PPKn SMP K - 7
53
4.
5.
Bagaimana perasaan anda atau
Kelompok memiliki pandangan masing-masing:
pandangan anda tentang
..................................................................
kejadian bentrokan tersebut .
alasannya..................................
Bagaimana sikap yang
Hal yang harus dilakukan
seharusnya dilakukan oleh kedua
dengan alasan...:
kelompok warga desa tersebut
...............................................................................
F. Rangkuman 1. Pancasila adalah merupakan suatu ideologi bangsa yang menjadi pedoman hidup warga negara dalam berperilaku sehingga apabila diterapkan akan tercipta suasana khidupan yang religius, damai, harmonis, demokratis dan sejahtera 2. Permasalahan penerapan bertutur kata adalah sangat penting untuk diperhatikan. Denga bertutur kata baik maka orang lain tidak akan tersinggung, marah ataupun sakit hati. 3. Permasalahan berperilaku dan bersikap baik tentunya perlu juga untuk diperhatikan sebagai acuan untuk menjalani kehidupan. 4. Penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap baik harus dilakukan di berbagai kehidupan. Baik dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sehingga apabila hal tersebut dilaksanakan, akan terjamin kondisi kehidupan yang damai dan harmonis. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari alternatif jawaban yang tersedia 1. Yang dimaksud dengan Pancasila sebagai sumber nilai adalah ... a. Kehidupan bangsa Indonesia itu harus sesuai dengan kepribadiannya b. Keberhasilan dan kemajuan bangsa Indonesia diukur dengan kepribadiannya c. Yang menjadi sumber ukuran baik atau tidak adalah kepribadiannya d. Masyarakat Indonesia yang maju adalah yang tinggi intelektualnnya e. Kalau kita selalu berupaya menunjukkan bangsa dan negara yang baik 2. Sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila adalah ... a. Selalu minta upah setelah mengerjakan sesuatu b. Senang kalau mendapat pujian orang lain c. Patuh dan taan pada segala perintah atasan d. Kalau keinginan belum tercapai terus berusaha
PPKn SMP K-7
54
e. Bersabar menerima cobaan dan pantang menyerah dalam berbagai kehidupan 3. ―Merusak sarana sekolah‖ termasuk perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai Pancasila, hususnya ... a. Sila kelima b. Sila ketiga c. Sila keempat d. Sila kedua e. Sila kesatu 4. Berikut ini adalah contoh perilaku bertutur kata yang baik, kecuali ... a. Bertegur sapa b. Mengucapkan salam c. Berbicara sopan d. Menghina teman e. Iri dengki 5. Perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila di lingkungan masyarakat adalah ... a. Berperan aktif dalam pembangunan sekolah b. Membangun pos ronda c. Menghormati HAM d. Tidak memaksakan kehendak e. Mengikuti pemilihan umum 6. Nilai-nilai perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang atau organisasi tertentu dalam interaksinya dengan lingkungan disebut ... a. Moral b. Perilaku c. Etika d. Norma e. Profesionalisme 7. Berikut ini merupakan strategi pengembangan sikap dan perilaku siswa yaitu ... a. Keikutsertaan b. Keteladanan c. Kesopanan d. Kemakmuran e. Keprofesionalan 8. Nilai yang menjadi dasar masyarakat indonesia untuk berperilaku adalah ... a. Bhinneka Tunggal Ika PPKn SMP K - 7
55
b. Norma-norma c. Pancasila d. Sumpah Pemuda e. Kebangsaan 9. Berikut ini adalah nilai-nilai pokok dari Pancasila yaitu ... a. Nilai moral b. Nilai sosial c. Nilai kemanusiaan d. Nilai budaya e. Nilai ekonomis 10. Masalah kebebasan beragama/berkeyakinan diatur di dalam nilai-nilai ... a. Persatuan b. Ketuhanan c. Kemanusiaan d. Kedaulatan rakyat e. Keadilan sosial H. Kunci Jawaban 1. A
6. C
2. E
7. B
3. D
8. C
4. D
9. C
5. D
10. B
Pedoman Penskoran Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Test Formatif . Selanjutnya anda hitung jawaban yang benar, lalu pergunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda pada materi kegiatan pembelajar . Rumus Jumlah jawaban benar Tingkat penguasaan =
10
X 100%
Tingkat penguasaan yang anda capai: 90 – 100%
= sangat baik
80 – 89%
= baik
70 – 79%
= cukup
<
= kurang
70%
PPKn SMP K-7
56
I.
Penutup Demikianlah modul pembelajaran untuk peserta diklat Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP. Semoga bermanfaat dan dapat dengan mudah memahami ―Permasalahan Penerapan Bertutur Kata, Berperilaku dan Bersikap Sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila‖. Kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan modul ini. Evaluasi 1. Berikan contoh permasalahan bertutur kata di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat ! 2. Berikan contoh permasalahan bersikap dan berperilaku di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat ! 3. Jelaskan dampak dari bertutur kata yang buruk dilingkungan sekolah 4. Jelaskan dampak dari bersikap buruk dilingkungan masyarakat ! 5. Jelaskan dampak positif dari bersikap baik di lingkungan keluarga Glosarium 1. Tutur kata
: Ucapan; kata; perkataan
2. Budi Pekerti
: Perangai yang baik; perbuatan baik
Daftar Pustaka Al Hakim, Suparlan dkk. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia. Malang: Madani (Kelompok Intrans Publishing). Darmiyati, Zuchdi. 1955. Pembentukan Sikap. Cakrawala Pendidikan. No. 3 Th. XIV. November. Yogyakarta: LPM IKIP Yogyakarta. Hlm. 51-63 Muhtadi, Ali. Pengembangan Sikap dan Perilaku Siswa yang Bermoral Dalam Kegiatan
Pembelajaran
di
Sekolah,
diambil
dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132280878/Pengem%20sikap%20dan%20 perilaku%20bermoral%20di%20sekolah-Majalah%20Ilmiah%20PembelajaranMei-2011.pdf (diakses tanggal 9 Desember 2015)
PPKn SMP K - 7
57
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4
PERMASALAHAN PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Oleh: Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd.
A. Latar Belakang Reformasi konstitusi yang diwujudakan MPR melalui perubahan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (1999-2002) telah mengantarkan bangsa Indonesia memasuki babak baru yang mengubah sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945) memberikan landasan yang kuat bagi bangsa untuk mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan Negara, terbentuknya negara, terbentuknya good governance, serta mendukung penegakan demokrasi dan hak-hak asasi manusias sesuai harapan rakyat dan semangat reformasi. Pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan presiden setelah terjadi gelombang unjuk rasa besar-besaran, yang dimotori oleh manusia, pemuda, dan berbagai komponen bangsa lainnya, di Jakarta dan di daerah-daerah. Berhentinya presiden soeharto di tengah krisis ekonomi dan moneter yang sangat memberatkan kehidupan masyarakat Indonesia menjadi awal dimulanya era reformasi di tanah air .Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
PPKn SMP K-7
58
B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Permasalahan perubahan UUD Negara RI Tahun 1945, agar mampu : 1. Menjelaskan Ketentuan Usulan Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 2. Mendiskripsikan Pengajuan Usulan Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 3. Mendeskripsikan Sidang Majelis untuk mengubah dan Menetapkan UUD Negara RI Tahun 1945 C. Peta Kompetensi
Ketentuan Usulan Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945
Permasalahan Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pengajuan Usulan Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945
Sidang Majelis untuk Mengubah dan Menetapkan UUD Negara RI Tahun 1945
(sbr: silabi diklat pasca UKG Mapel PPKn SMP P4TK PKN dan IPS Batu, 2015) D. Ruang Lingkup Ruang lingkup
terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran
(1) Ketentuan usulan
perubahan UUD Negara RI Tahun 1945. (2)Pengajuan usulan perubahan UUD Negara RI Tahun 1945(3) Sidang Majelis untuk mengubah dan menetapkan UUD Negara RI tahun 1945 E. Saran Cara Penggunaan Modul E.
Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas
F.
Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini .
G. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu H.
Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas
PPKn SMP K - 7
59
Pembelajaran 1 : ―Permasalahan Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945‖ A.
Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan ketentuan usulan perubahan UUD Negara RI tahun 1945 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mendeskripsikan pengajuan usulan perubahan UUD Negara RI tahun 1945 3. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan tentang sidang majelis untuk mengubah dan menetapkan UUD Negara RI Tahun 1945
B.
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu menjelaskan ketentuan usulan perubahan UUD Negara RI tahun 1945 2. Peserta diklat mampu mendeskripsikan pengajuan usulan perubahan UUD Negara RI tahun 1945 3. Peserta diklat mampu menjelaskan tentang sidang majelis untuk mengubah dan menetapkan UUD Negara RI tahun 1945
C.
Uraian Materi Pembelajaran 1 1.
Ketentuan usulan perubahan UUD Negara RI 1945 UUD Negara RI 1945 merupakan hukum dasar dalam peraturan perundang – undangan . Sebagai hukum maka UUD mengikat sebagai warga negara dan berisi norma dan ketentuan yang harus ditaati. Sebagai hukum dasar maka UUD Negara RI Tahun 1945 merupakan sumber hukum bagi peraturan perundangan dan merupakan hukum tertinggi dalam tata urutan peraturan perundangan di Indonesia. Secara historis UUD 1945 disusun oleh Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ), dan disyahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) pada tanggal 18 Agustus 1945. Perubahan UUD RI 45 diatur dalam pasal 37 UUD 1945 yaitu : ( 1 ) Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir. ( 2 ) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota yang hadir. Dari pasal tersebut mengandung makna :
PPKn SMP K-7
60
a. Wewenang untuk mengubah UUD RI 1945 berada di tangan MPR. MPR terdiri dari anggota DPR di tambah dengan Utusan Daerah Tingkat I, utusan partai politik, utusan golongan karya ABRI dan bukan ABRI. Melihat susunan tersebut dapat disimpulkan bahwa lembaga negara tersebut merupakan penjelmaan dari rakyat Indonesia, dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa yang menetapkan dan mengubah UUD Negara RI 1945
berada
di
tangan
satu
lembaga
negara
yaitu
Majelis
Permusyawaratan Rakyat ( MPR ) Lembaga negara tersebut menurut pasal 1 ayat (2 ) UUD Negara RI Tahun 1945 dengan jelas mengatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat. Ke daulatan yang berada di tangan rakyat dilakukan hanya dan oleh satu badan atau lembaga negara , yaitu Majelis Permusyawarata Rakyat. Itulah sebabnya oleh penjelasan UUD Negara RI Tahun 1945 tentang sistem pemerintahan negara dikatakan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat tersebut merupakan penjelmaan rakyat Indonesia. b. Menurut sistem ketatanegaraan seperti yang dianut UUD Negara RI Tahun 1945, MPR sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai tugas serta wewenang tertentu. Salah satu wewenangnya seperti dinyatakan dalam Ketetapan MPR-RI Nomor I/MPR/1983 tentang Peraturan Tata TertibMajelis Permusyawaratan Rakyat adalah mengubah UUD disamping terdapat kewenangan yang lain yang tidak terdapat dalam UUD RI 1945. Ketetapan MPR adalah salah satu bentuk peraturan perundang-undangn yang kedudukan dan derajatnya di bawah UUD Negara RI Tahun 1945. Tujuan dari perubahan UUD Negara RI 1945 adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanannegara, Kedaulatan rakyat, HAM, Pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum serta hal-hal yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD Negara RI 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD Negara RI 1945, tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta mempertegas sistem presidensiil. 2.
Pengajuan Usulan Perubahan UUD Negara RI tahun 1945 Sebelum UUD Negara RI diamandemen , MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara. Namun setelah UUD Negara RI tahun 1945 di amandemen , istilah lebaga tertinggi negara tidak ada
yang ada hanya
lembaga negara. Dengan demikian sesuai dengan UUD Negara RI tahun 1945 maka MPR termasuk lembaga negara.
PPKn SMP K - 7
61
Saat sekarang ini MPR tidak lagi menyusun garis-garus besar haluan negara , baik yang berbentuk GBHN ataupun yang berupa peraturan perundangundangan , serta tidak lagi tidak lagi memilih presiden dan wakil presiden. Adapun tugas dan wewenang MPR antara lain adalah mengubah dan menetapkan UUD Negara RI Tahun 1945 . UUD Negara RI 1945 merupakan hukum dasar dalam peraturan perundang – undangan . Sebagai hukum maka UUD mengikat sebagai warga negara dan berisi norma dan ketentuan yang harus ditaati. Sebagai hukum dasar maka UUD Negara RI Tahun 1945 merupakan sumber hukum bagi peraturan perundangan dan merupakan hukum tertinggi dalam tata urutan peraturan perundangan di Indonesia. Secara historis UUD 1945 disusun oleh Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ), dan disyahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) pada tanggal 18 Agustus 1945. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) berwewenang mengubah dan menetapkan UUD 1945 sesuai dengan amanat dari pasal 3 ayat (1) Undang Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Perubahan terhadap UUD Negara RI Tahun 1945 sudah dilakukan sebanyak 4 ( empat ) kali perubahan. Perubahan ini dilakukan sebagai jawaban atas tuntutan reformasi dalam sistem pemerintahan di Indonesia. 3
Sidang Majelis Untuk mengubah dan menetapkan UUD Negara RI tahun 1945 Pelaksanaan perubahan UUD Negara RI di atur dalam Ketetapan MPR NoII/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib
MPR RI. Tap MPR ini
sebenarnya bersifat umum sebagai pedoman majelis dalam melaksanakan perubahan UUD. Dalam pasal 29 TAP MPR II/MPR/1999 di aturtingkatan pembicaraan untuk membahas materi-materi dalam rapat atau sidang MPR. Tingkatan pembicaraan itu adalah sebagai berikut : Tingkat I : Pembahasan oleh badan pekerja majelis terhadapbahan-bahan yang masuk. Hasil dari bahasanperubahan tersebut merupakan rancangan
ketetapan/keputusanmajelis
sebagai
bahan
pokokpembicaraan tingkat II. Tingkat II : Pembicaraan oleh rapat paripurna majelis yangdidahului oleh penjelasan pimpinan dan dilanjutkan dengan pemandangan umum fraksi-fraksi .
PPKn SMP K-7
62
Tingkat III : Pembahasan oleh komisi dan panitia Ad Hoc majelis, semua hasil pembicaraan tingkat I dan II . Hasil pembahasan pada tingkat III merupakan rancangan ketetapan/keputusan majelis. Tingkat
IV
:
Pengambilan
keputusan
oleh
rapat
paripurna
majelis
setelahmendengar laporan dari pimpinan komisi/panitia Ad Hoc dan bilamana perlu dengan kata terakhir fraksi-fraksi. Dengan berpedoman pada pasal 37UUD Negara RI Tahun 1945 dan tata tertib tersebut, MPR untuk pertama kalinya melaksanakan kewenangannya merubah UUD Negara RI Tahun 1945. Perubahan UUD ini terjadi pada tahun 1999 – tahun 2002. Proses perubahan ini terjadi dengan urutan-urutan sebagai berikut : Pertama : Pembahasan perubahan UUD oleh Badan Pekerja MPR yang dilaksanakan oleh panitia Ad Hoc ( PAH I ). Dalam tahap ini PAH I menyertakan tim ahli yang terdiri dari para guru besar HukumTata Negaradan ahli politik dari berbagai perguruan tinggi negeri ataupun swasta
,
untuk
di
dengar
pandangan-pandangan
mereka
sehubungan dengan perubahan UUD Negara RI Tahun 1945. Kedua : Pemandangan umum fraksi-fraksi MPR dalam sidang paripurna MPR atar rancangan UUD hasil badan pekerja. Ketiga : Pembahasan di komisi A terhadap semua hasil pembicaraan tahap pertama dan kedua itu. Hasil pembahasan pada tahap ini merupakan rancangan keputusan/ majelis mengenai draf perubahan UUD Negara RI Tahun 1945. Draf perubahan itu kemudian diajukan oleh komisi A dalam rapat paripurna sidang majelis. Pendapat terakhir fraksi-fraksi MPR atas rancangan perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 hasil komisi A danpengambilan putusan atau pengesahan atas rancangan perubahan tersebut. Bentuk perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 : 1.
Mengubah rumusan yang telah ada
2.
Membuat rumusan yang baru sama sekali
3.
Menghapuskan atau menghilangkan rumusan yang ada
4.
Memindahkan
rumusan
pasal
kedalam
rumusan
ayat
atau
sebaliknyamemindahkan rumusan ayat ke dalam rumusan pasal sekaligus mengubah penomoran pasal atau ayat. Setelah melalui tingkat-tingkat pembicaraan sesuai dengan ketentuan pasal 92 tentang Peraturan Tata Tertib MPR, dalam beberapa kali sidang MPR telah
PPKn SMP K - 7
63
mengambilputusan empat kali perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 dengan perincian sebagai berikut : 1. Perubahan Pertama UUD Negara RI Tahun 1945 hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999 ( tanggal 14 sampai dengan 21 Oktober 1999 ) 2. Perubahan Kedua UUD Negara RI Tahun 1945 hasil Sidang Umum MPR Tahun 2000 ( tanggal 7 sampai dengan 18 Agustus 2000 ) 3. Perubahan ketiga UUD Negara RI Tahun 1945 hasil Sidang Umum MPR Tahun 2001 ( tanggal 1 sampai dengan 9 November 2001) 4. Perubahan keempat UUD Negara RI Tahun 1945 hasil Sidang Umum MPR Tahun 2002 ( tanggal 1 sampai dengan 11 Agustus 2002 ) Setelah disyahkannya Perubahan keempat UUD Negara RI Tahun 1945 pada Sidang Tahunan MPR tahun 2002 yang lalu agenda reformasi Konstitusi Indonesia untuk kurun waktu sekarang ini dipandang telah tuntas. Mengingat perubahan dilakukan dengan cara adendumsetelah dilakukan empat kali perubahan dalam satu rangkaian kegiatan, UUD Negara RI Tahun 1945 memiliki susunan sebagai berikut : 1. Naskah Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945yang ditetapkan dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat ( Sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959. 2. Perubahan Pertama Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai mana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 11 Tahun 2006 ) 3. Perubahan Kedua Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945( Sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 12 Tahun 2006 ) 4. Perubahan Ketiga Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara No 13 Tahun 2006 ) 5. Perubahan Keempat Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara No 14 Tahun 2006 ) D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Permasalahan Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945‖ sebagai berikut
PPKn SMP K-7
64
Tabel 2: ―Permasalahan Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945‖ Kegiatan Pendahul uan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan a. menyiapkan
peserta
diklat
Waktu
agar
termotivasi
15 menit
mengikuti proses pembelajaran; b. mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat. c. menyampaikan tujuan dan garis besar cakupan materi Permasalahan Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kegiatan
Membagi peserta diklat ke dalam beberapa kelompok
Inti
( sesuai dengan tipe STAD) dimana langkah-
105 menit
langkahnya sebagai berikut : 1) Instruktur
memberi informasi proses pelatihan
yang akan dilakukan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang konsep pembelajaran
dengan
menggunakan contoh yang kontekstual.. 2) Kelas dibagi menjadi …….s/d
6 kelompok ( A, B, C,
kelompok
)
masing-masing
beranggotakan 5 orang. 3) Instruktur
memberi
informasi/data terhadap
tugas
untuk
menemukan
permasalahan
ditanyakan
peserta
mengambil
dan
mencari
yang
diklat.
menemukan
sumber jawaban
diajukan
dan
Peserta
bebas
sumber
belajar,
termasuk dari internet. 4) Berdasarkan setiap
kelompok yang sudah dibentuk:
kelompok
melakukan
diskusi
untuk
memecahkan permasalahan yang diajukan peserta didik hingga selesai dalam waktu yang sudah ditetntukan instruktur. 5) Peserta
diklat
mengerjakan
kuis
tentang
permasalahan Permasalahan Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945yang telah
PPKn SMP K - 7
65
disepakati bersama/ 6) Melaksanakan penyusunan laporan hasil diskusi. 7) Masing masing kelompok melakukan presentasi hasil diskusi. 8) Instruktur/Nara sumber
memberikan klarifikasi
berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok .
Kegiatan
1) Narasumber
Penutup
bersama-sama dengan peserta
menyimpulkan hasil pembelajaran 2) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4) merencanakan
kegiatan
tindak
lanjut
dalam
bentuk pembelajaran.
E. Latihan/Kasus/Tugas Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A, B, C dst. sebagai berikut : Kerjakan soal-soal dibawah ini secara kelompok ! 1. Jelaskan tentang ketentuan usulan perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 secara benar. 2. Deskripsikan karaktertisik /prinsip-prisip pengajuan usulan perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 secara benar 3. Diskripsikan sidang majelis untuk mengubah dan menetapkan UUD Negara RI Tahun 1945 secara benar
F. Rangkuman UUD Negara RI 1945 merupakan hukum dasar dalam peraturan perundang – undangan . Sebagai hukum maka UUD mengikat sebagai warga negara dan berisi norma dan ketentuan yang harus ditaati. Sebagai hukum dasar maka UUD Negara RI Tahun 1945 merupakan sumber hukum bagi peraturan perundangan dan merupakan hukum tertinggi dalam tata urutan peraturan perundangan di Indonesia. Secara historis UUD 1945 disusun oleh Badan Usaha Persiapan
PPKn SMP K-7
66
Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ), dan disyahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD Negara RI 1945 merupakan hukum dasar dalam peraturan perundang – undangan . Sebagai hukum maka UUD mengikat sebagai warga negara dan berisi norma dan ketentuan yang harus ditaati. Sebagai hukum dasar maka UUD Negara RI Tahun 1945 merupakan sumber hukum bagi peraturan perundangan dan merupakan hukum tertinggi dalam tata urutan peraturan perundangan di Indonesia. Secara
historis
UUD
1945
disusun
oleh
Badan
Usaha
Persiapan
Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ), dan disyahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) pada tanggal 18 Agustus 1945. Pelaksanaan perubahan UUD Negara RI di atur dalam Ketetapan MPR NoII/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI. Tap MPR ini sebenarnya bersifat umum sebagai pedoman majelis dalam melaksanakan perubahan UUD. Dalam pasal 29 TAP MPR di aturtingkatan pembicaraan untuk membahas materimateri dalam rapat atau sidang MPR. Tingkatan pembicaraan itu adalah sebagai berikut : Tingkat I : Pembahasan oleh badan pekerja majelis terhadapbahan-bahan yang masuk. Hasil dari bahasanperubahan tersebut merupakan rancangan ketetapan/keputusanmajelis sebagai bahan pokokpembicaraan tingkat II. Tingkat II : Pembicaraan oleh rapat paripurna majelis yangdidahului oleh penjelasan pimpinan dan dilanjutkan dengan pemandangan umum fraksi-fraksi Tingkat III : Pembahasan oleh komisi dan panitia Ad Hoc majelis, semua hasil pembicaraan tingkat I dan II . Hasil pembahasan pada tingkat III merupakan rancangan ketetapan/keputusan majelis. Tingkat
IV
:
Pengambilan
keputusan
oleh
rapat
paripurna
majelissetelahmendengar laporan dari pimpinan komisi/panitia Ad Hoc dan bilamana perlu dengan kata terakhir fraksi-fraksi. Dengan berpedoman pada pasal 37UUD Negara RI Tahun 1945 dan tata tertib tersebut, MPR untuk pertama kalinya melaksanakan kewenangannya merubah UUD Negara RI Tahun 1945.
G. Umpan Balik Jawablah semua latihan/tugas kegiatan pembelajaran ini , kemudian cocokkan jawaban dengan kunci jawaban yang ada dan beri nilai. Apabila anda mendapatkan hasil minimal 80%maka anda dinyatakan lulus. Tetapi apabila
PPKn SMP K - 7
67
mendapatkan nila 0%, 20%, 40%,60% maka anda diminta membaca dan memahami isi modul dan menjawab latihan lagi. Tindak lanjut dari kegiatan ini diharapkan peserta diklat dan fasilitator bersama-sama melakukan ulasan tentang materi yang telah dipelajari . Mana yang belum dipahami peserta diklat serta pemantapan materi yang telah dipahami peserta diklat. H. Kunci Jawaban 1. Perubahan UUD RI 45 diatur dalam pasal 37 UUD 1945 yaitu : ( 1 ) Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir. ( 2 ) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota yang hadir. Dari pasal tersebut mengandung makna : Wewenang untuk mengubah UUD RI 1945 berada di tangan MPR. MPR terdiri dari anggota DPR di tambah dengan Utusan Daerah Tingkat I, utusan partai politik, utusan golongan karya ABRI dan bukan ABRI. Lembaga negara tersebut menurut pasal 1 ayat (2 ) UUD Negara RI Tahun 1945 dengan jelas mengatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat. Ke daulatan yang berada di tangan rakyat dilakukan hanya dan oleh satu badan atau lembaga negara , yaitu Majelis Permusyawarata Rakyat. Menurut sistem ketatanegaraan seperti yang dianut UUD Negara RI Tahun 1945, MPR sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai tugas serta wewenang tertentu. Salah satu wewenangnya seperti dinyatakan dalam Ketetapan MPR-RI Nomor I/MPR/1983 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah mengubah UUD disamping terdapat kewenangan yang lain yang tidak terdapat dalam UUD RI 1945. Ketetapan MPR adalah salah satu bentuk peraturan perundang-undangn yang kedudukan dan derajatnya di bawah UUD Negara RI Tahun 1945. Sebagai hukum dasar maka UUD Negara RI Tahun 1945 merupakan sumber hukum bagi peraturan perundangan dan merupakan hukum tertinggi dalam tata urutan peraturan perundangan di Indonesia. Secara historis UUD 1945 disusun oleh Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ), dan disyahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) pada tanggal 18 Agustus 1945. 2. Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
(MPR)
berwewenang
mengubah
dan
menetapkan UUD 1945 sesuai dengan amanat dari pasal 3 ayat (1) Undang
PPKn SMP K-7
68
Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Perubahan terhadap UUD Negara RI Tahun 1945 sudah dilakukan sebanyak 4 ( empat ) kali perubahan. Perubahan ini dilakukan sebagai jawaban atas tuntutan reformasi dalam sistem pemerintahan di Indonesia. 3. Tingkatan pembicaraan itu adalah sebagai berikut : Tingkat I : Pembahasan oleh badan pekerja majelis terhadapbahan-bahan yang masuk. Hasil dari bahasanperubahan tersebut merupakan rancangan
ketetapan/keputusanmajelis
sebagai
bahan
pokokpembicaraan tingkat II. Tingkat II : Pembicaraan oleh rapat paripurna majelis yangdidahului oleh penjelasan pimpinan dan dilanjutkan dengan pemandangan umum fraksi-fraksi . Tingkat III : Pembahasan oleh komisi dan panitia Ad Hoc majelis, semua hasil pembicaraan tingkat I dan II . Hasil pembahasan pada tingkat III merupakan rancangan ketetapan/keputusan majelis. Tingkat
IV
:
Pengambilan
keputusan
oleh
rapat
paripurna
majelis
setelahmendengar laporan dari pimpinan komisi/panitia Ad Hoc dan bilamana perlu dengan kata terakhir fraksi-fraksi.
Evaluasi 1. Jelaskan tentang ketentuan usulan perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 secara benar. 2. Deskripsikan karaktertisik /prinsip-prisip pengajuan usulan perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 secara benar 3. Diskripsikan sidang majelis untuk mengubah dan menetapkan UUD Negara RI Tahun 1945 secara benar 4. Jelaskan
ketentuan
pasal
92
tentang
Peraturan
Tata
Tertib
MPR
TAP/MPR/1999, dalam beberapa kali sidang MPR .
Penutup Demikian Modul ―Permasalahan Perubahan UUD RI Tahun 1945‖ kami susun, kami sangat menyadari bahwa modul ini jauh dari sempurna. Maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, demi perbaikan dan pengembangan. Semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat. Amin
PPKn SMP K - 7
69
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly ( 2005 ), Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta : Konstitusi Press Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia , ( 2006 ), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi , Sekretariat Jendral, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Nur Alfani, 2015 Juni 9 , ( 2015 ), Sistematika Perubahan UUD Negara RI 1945 Sekretariat Jendar MPR RI, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Wulandeltapkn, Sabtu 25 Pebruari ( 2015 ), Perubahan UUD Negara RI 1945
PPKn SMP K-7
70
KEGIATAN PEMBELAJARAN 5
PERMASALAHAN PENERAPAN POKOK PIKIRAN YANG TERKANDUNG DALAM PEMBUKAAN UUD NEGARA RI TAHUN 1945 Oleh: Murthofiatis Zahrok, S.Pd., M.Pd. A. Latar Belakang Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru
dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga
kependidikan
mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan
mengembangkan
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki
guru
dan
tenaga
kependidikan
dengan
tuntutan
profesional
yang
dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya adalah modul ―Permasalahan Penerapan Pokok Pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945‖ Modul tersebut merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP grade 7 Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjuk cara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah:
6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. 7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
PPKn SMP K - 7
71
8) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 9) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 10)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. 11)
Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah
B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap, Permasalahan Penerapan Pokok Pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 , agar mampu : 1. Memahami permasalahan pokok-pokok pikiran alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2. Memahami permasalahan pokok-pokok pikiran alinea kedua Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 3. Memahami permasalahan pokok-pokok pikiran ketiga Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 4. Memahami permasalahan pokok-pokok pikiran alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
PPKn SMP K-7
72
C. Peta Kompetensi
permasalahan pokok-pokok pikiran alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
permasalahan pokok-pokok pikiran alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Permasalahan Penerapan Pokok-Pokok Pikiran Pembukaan UUDNRI 1945 permasalahan pokok-pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
permasalahan pokok-pokok pikiran alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup
modul Prosedur Penyusunan Penilaian Hasil Belajar PPKn SMP ini
sebagai salah satu mata diklat PKB Grade -7 bagi guru mata pelajaran PPKn SMP meliputi (1) permasalahan pokok-pokok pikiran alinea pertama Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (2) permasalahan pokok-pokok pikiran alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 E. Saran Cara Penggunaan Modul I. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas J. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . K. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu L. Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas Pembelajaran 1 : Permasalahan pokok-pokok pikiran alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 danPermasalahan pokok-pokok pikiran alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
PPKn SMP K - 7
73
A. Tujuan 4. Dengan
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
memahami
Permasalahan pokok-pokok pikiran alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan benar. 5. Dengan
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
memahami
Permasalahan pokok-pokok pikiran alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan benar. 6. Dengan
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
memahami
permasalahan penerapan pokok-pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan UUDNRI Tahun 1945 dengan benar. 7. Dengan
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
memahami
permasalahan penerapan pokok-pokok pikiran alinea keempat Pembukaan UUDNRI Tahun dengan benar
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu memahami permasalahan pokok-pokok pikiran alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan benar. 2. Peserta diklat mampu memahami permasalahan pokok-pokok pikiran alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan benar. 3. Peserta diklat mampu memahami permasalahan pokok-pokok pikiran alinea ketiga Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan benar 4. Peserta diklat mampu memahami permasalahan pokok-pokok pikiran alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan benar
C. Uraian Materi Pembelajaran 1 a. Pada bagian undang-undang dasar 1945, tedapat penjelasan, yakni; 1. Bagian petama “ Bahwa sesungguhya kemerdekaan ini ialah hak segala dan oleh sebab itu, maka penjajahan
diatas
dunia
harus
dihapuskan
karena
tidak
sesuai
dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.” Kata-kata perikeadilan dan perikemanusiaan menjadi ukuran penentunya, yaitu bahwa dalam batas-batas keadilan dan kemausiaan, manusia sebagai individu diakui kemandiriannya sehingga diakui pula hak-hak kebebasannya
PPKn SMP K-7
74
Hak akan kemerdekaan yang dimaksud ialah hak segala bangsa untuk memperoleh kemerdekaan. Ada dan berlakunya hak kemerdekaan adalah sejalan dengan tuntutan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dalam pernyataan itu pula menunjukan adanya perbedaan pandangan dari pada pernyataan hak kemerdekaan dalam ukuran Negara-negara barat pada umumnya, yang perkenaannya diberikan kepada hak individu, bahkan hak kemerdekaan suatu bangsa diproyeksikan dari hak kebebasan individu itu. Dalam hubungan ini dapat disebut antara lain Delaration of Independence dari Amerika Serikat (1776), Declaration Des Droits de I’homme et du Citoyen dari perancis (1791). Juga Universal Declaration of Human Right dari PBB, bertopang pada hak-hak kebebasan individu. Dengan demikian berarti bahwa setiap bangsa berhak dengan kemerdekaan yang mutlak. Kata mutlak ini merupakan hak kodrat setiap bangsa. Pengertian hak kemerdekaan sebagai kodrat segala bangsa tidak langsung tertuju kepada hak yuridis, tetapi lebih merupakan hak moral untuk menghormatinya. Dalam ukuran keadaban, semakin maju taraf peradaban manusia bertambah pula tuntutan bagi pemenuhan hak moral itu. 2. Bagian kedua ” Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yeng berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.” Dasar pemikiran yang menjadi dorongan kuat akan adanya perjuangan pergerakan ini tak lepas dari adanya dasar keyakina bahwa hak kemerdekaan, hak segala bangsa merupakan hak kodrat. Dengan demikian perjuangan pergerakan kemerdekaan di samping merupakan dakwaan terhadap adanya penjajahan, sekaligus juga mewujudkan hasrat yang kuat dan bulat untuk dengan kemampuan serta kekuatan sendiri dapat tegak menentukan nasib atas kekuatan sendiri yang pada akhirnya denagn megah dan dapat berhasil dirumuskan dengan jelas dalam kalimat ―.. telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa…..” dan seterusnya. Hasil perjuangan pergerakan kemerdekaan itu terjelma dalam suatu wujud Negara Indonesia. Menyusun suatu Negara atas kekuatn dan kemampuan sendiri adalah suatu kebahagiaan, suatu kebanggaan yang mencerminkan adanya harga diri sebagai suatu bangsa sehingga dapat dipahami terwujudnya suatu hasrat untuk memberikan sifat-sifat merdeka, bersatu, berdaulat, juga hasrat mewujudkan keadilan dan kemakamuran sebagai tujuannya.
PPKn SMP K - 7
75
Kemakmuran yang dimaksudkan tidak hanya alam batas ukuran material saja, tetapi tercakup pula di dalamnya kemakmuran spiritual kemakmuran batin, yang tersirat dari pengertian kebahagiaan. Pengertian Negara yang berdaulat adalah dalam hubungan kelengkapannya sebagai Negara merdeka yang berdiri di atas kemampuan, kekuatan, dan kekuasaan sendiri; dalam kedudukannya sama tinggi dengan Negara-negara yang lain. Dan sama juga terhadap nilai-nilai kehormatan. Dlam tata pergaulan Negara terjalin atas dasar saling menghormati. Negara Indonesia yang adil mengandung pengrtian bahwa di dalam lingkungan kekuasaan Negara oleh Negara diwujudkan tegaknya perikeadilan yang menyangkut Negara terhadap warga Negara, warga Negara terhadap Negara dan diantara sesama warga Negara: dalam hubungan yang lebih luas disebutkan hubungan terhadap masyarakat dengan warganya, antara warga masyarakat terhadap masyarakatnya dan diantara warga masyarakat dalam keseimbangan pemenuhan dan penggunaan hak dan kewajiban, baik dalam bidang hukum maupun bidang moral. Dengan ukuran keseimbangan dan pemenuhan hak dan kewajiban ini maka berlakulah bentuk-bentuk keadilan dalam hubungan hidup masyarakat dan bernegara yang dalam ilmu pengetahuan kemasyarakatan lazim dikenal dengan keadilan kommutatif (Commtatif Justice) antar sesama warga Negara sama derajatnya; keadilan distributive (Distributif Justice) antar warga Negara dan negaranya; keadilan fungsional/legal (Fungsional/Legal Justice) antar Negara dengan masyarakatnya: keadilan social (Social Justice) yang mencakup bentukbentuk keadilan distributive dan keadilan fungsional/legal. Pengertian makmur sebagaimana telah diutarakan mencakup arti material dan spiritual yang menjadi dasar kebutuhan kehidupan manusia, hanya dapat menemukan wujudnya dalam jalinanannya dengan keadilan. Dalam hubungan ini keadilan merupakan pola dasarnya, apabila dikehendaki diperolehnya suatu kemakmuran yang benar-benar memenuhi martabat kemanusiaan, ― Negara Indonesia yang makmur‖. Jadi, makmur dalam lingkungan tugas Negara di samping berpaut dengan sifat keadilan, juga dengan sifat persatuan sehingga seluruh bangsa dan setiap orang dalam ukuran-ukuran keadilan mencapai kesejahteraan. Dalam pengertian inilah asas kekeluargaan dalam kehidupan bernegara dapat menemukan wujud konkretnya. 3. Bagian ketiga “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
PPKn SMP K-7
76
Bagian ketiga pembukaan adalah dalam rangkaiannya dengan bagian pertama dan
bagian kedua pembukaan untuk memberikan penjelasan proses perjuangan bangsa
Indonesia sampai kepada Negara Indonesia merdeka. Dengan demikian tidak saja untuk menjelaskan mengapa kita menyatakan kemerdekaan, tetapi juga menegaskan bahwa kwmwrdekaan itu adalah hak kodrat dan hak moral bangsa Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak dapat lagi dikekang oleh siapa pun. Penyebutan
dalam
kalimat
didorongkannya
oleh
keinginan
luhur
supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas mewujudkan dasar keyakinan terhadap asas moral yang tinggi. Menjunjung hak moral dan hak kodrat segala bangsa supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas; cita-cita mencapai kemakmuran beradasarkan norma-norma keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara jelas merupakan suatu keinginan luhur. Disebutkan bahwa yang menyatakan kemerdekaan adalah rakyat Indonesia dan yang dinyatakan kemerdekaannya adalah pula rakyat Indonesia sendiri. Penyebutan ini secara implisit melenyapkan segala rupa kesangsian tentang dukungan pernyataan kemerdekaan oleh rakyat seluruhnya. Bahwa segala sesuatu berkenaan dengan pernyataan kemerdekaan ini adalah oleh rakyat, untuk rakyat dan dari rakyat. Esensi penegasan ini mengandung arti bahwa kekuasaan tertinggi bagi bangsa dan Negara Indonesia terletak pada rakyat dalam keseluruhannya, suatu dasar kehidupan bangsa dan Negara yang disebut kedaulatan rakyat. Perbedaan dalam perumusan pernyataan kemerdekaan pada bagian ketiga dengan bagian pertama teks proklamasi adalah: a. pada bagian ketiga pembukaan yang menyatakan kemerdekaannya adalah rakyat Indonesia, yang dinyatakn kemerdekaannya juga rakyat Indonesia yang tersimpul dari kata nya di belakang kata kemerdekaan yang terakhir. b.
Pada bagian pertama yang menyatakan kemerdekaannya ialah bangsa Indonesia dan yang dinyatakan kemerdekaannya disebut hanya Indonesia. Dalam persoalan pernyataan kemerdekaan, antara rakyat dan bangsa tidak terdapata perbedaan prinsip. Pernyataan kemerdekaan oleh rakyat Indonesia sekaligus telah mencakup bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia merupakan bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Rakyat mempunyai arti pengertian keseluruhan isi wilayah Negara dan merupakan pendukung aktif terhadap Negara. Berbeda dengan isi wilayah Negara yang pasif-penduduk nagara asing di samping merupakan bagian dari rakyat Indonesia, juga berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap Negara sangat berbeda dan lebih sempit dibandingkan dengan isi yang aktif daripada Negara. PPKn SMP K - 7
77
Dengan demikian, meskipun formal-yuridis antara rakyat dan bangsa adalah berbeda pengertiannya. Namun, dalam artian pshikologis-politis penggunaan istilah rakyat lebih merupakan kelaziman dan sering disamakan dengan istilah bangsa, misalnya nama lembaga-lembaga seperti Majelis Perwakila Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat. Penyebutan bangsa Indonesia dalam Proklamasi Kemerdekaan secara etimologis dan menurut kebutuhan keadaan waktu itu untuk mengadakan gugatan di muka bumi terhadap adanya penjajah perlu ditunjukan kepadabetapa bergeloranya rasa kebangsaan ini. Kata kami menegaskan bahwa yang memproklamasikan kemerdekaan adalah bangsa Indonesia sendiri berdasarkan keyakinan, kesadaran, dan tanggungjawab sendiri oleh kemauan sendiri. Soekarno-Hatta pun menandatangani proklamasi dimaksudkan bagi bangsa indonesisa. Dengan pernyataan kemerdekaan melalui Proklamasi 17 Agustus 1945, maka secara obyektif berdirilah Negara Republik Indonesia dan bersama dengan itu lenyaplah ikatan penjajahan dalam segal rupa bentuknya. Secara hokum hal ini berarti berakhirnya tertib hukum kolonial dan bersamaan itu lahir pula tertib hokum nasional. 4. Bagian Keempat “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan
umum,
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
dan
ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan mekerdekaan, perdamaian abadi,dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang dasar Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasar kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Isi pengertian bagian keempat pembukaan ini secara etimologois gramatikal dapat diuraikan sebagai berikut. 1. istilah kemudian dari pada itu berarti setelah berdirinya Negara Republik Indonesia dengan pernyataan Kemerdekaan 17 Agustus 1945. 2. Setelah berdirinya Negara dibentuk suatu pemerintahan Negara guna melaksanakan tujuan Negara, yaitu: a)
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
b)
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
PPKn SMP K-7
78
c)
unutk membentuk pemerintahan Negara supaya melaksanakan tujuannya yang sedemikian itu, disusunlah Undang-undang dasar;
b)
UUD yang dimaksudkan itu terbentuk dalam suatu susunan Negara republic berkedaulatan;
e)
Negara republik yang berkedaulatan rakyat ini berdasarkan pada ketuhanan Yang mahaesa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan perwakilan, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tegasnya Negara yang berdasarkan Pancasila.
Pemeritah dalam suatu susunan kalimat Pemerintahan Negara Indonesia menurut hemat saya dimaksudkan dalam arti sebagai penyelenggara keseluruhan kegiatan negara dalam aspek kelengkapannya (government), yang berbeda dengan pemerintahan Negara yang hanya menyangkut salah satu aspek saja daripada penyelenggaraan Negara, yaitu aspek pelaksanaan (executif). Oleh karena itu, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya salah pengertian mengenai istilah pemerintahan Negara dan pemerintah Negara, maka yang terakhir ini dibaca pemerintahan saja tanpa disertai Negara sehingga pengertiannya dapat dilokalisasi pada bidang-bidang pelaksanaan (executif) saja. b. Pokok pikiran dalam pembukaan undang-undang dasar Adapun pokok-pokok pikiran yang termuat dalam pembukaan undang-undang dasar, antara lain disebutkan sebagai berikut : A. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah daah Indonesia, dengan berdasa atas persatuan dan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dlam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara persatuan. B. Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat. C. Negara
yang
berkedaulatan
rakyat,
berdasa
atas
kerakyatan
dan
pemusyawaratan perwakilan. D. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari undang-undang dasar Negara Indonesia. Pokok- pokok pikiran ini mewujudkan ita-cita hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar Negara, baik hukum yang tertulis(UUD) maupun hukum yang tidak tertulis. Pokok Pikiran Yang Terkandung Dalam Pembukaan UUD 1945 a. Pokok pikiran pertama, yaitu: "Negara melindungi segenap bangsa lndonesia dan seluruh tumpah darah lndonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan PPKn SMP K - 7
79
sosial bagi seluruh rakyat lndonesia". Hal ini berarti bahwa negara menghendaki persatuan dengan menghilangkan paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan. Dengan demikian pokok pikiran pertama merupakan penjelmaan sila ketiga Pancasila. Lihat juga : Contoh Penerapan Norma dan Peraturan di Lingkungan Negara. b. Pokok pikiran kedua, yaitu: "Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat lndonesia". Hal ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian pokok pikiran kedua merupakan penjelmaan sila kelima Pancasila. c. Pokok pikiran ketiga, yaitu: "Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan". Hal ini menunjukkan bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar haruslah berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan berdasar permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ketiga merupakan penjelmaan sila keempat Pancasila. d. Pokok pikiran keempat, yaitu: "Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab". Hal ini menunjukkan konsekuensi logis bahwa Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur, dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. POKOK PIKIRAN UUD 1945 1.
Pokok pikiran pertama,
Negara begitu bunyinya ‗melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia‘ dalam pengertian ini diterima pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi negaa mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan. Negara menurut pengertian ini menghendaki persatuan meliputi segenap bangsa Indonesia, seluruhnya. Inilah suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan. Rumusan ini menunjukkan
pokok
pikiran
‗persatuan‘
dengan
pengertian
yang
lazim,
negara,
penyelenggara negara dan setiap warganegara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan ataupun perseorangan. 2.
Pokok pikiran kedua,
negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, ini merupakan pokok pikiran ‗keadilan sosial‘ yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. 3.
Pokok pikiran ketiga,
PPKn SMP K-7
80
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu sistem negara yang termasuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan rakat dan berdasar asas pemusyawaratan perwakilan. Aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia, pokok pikiran ‗kedaulatan rakyat‘ yang menyatakan kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Namun hasil amandemen UUD 1945 yang tercantum dalam Pasal 6A ‗Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat‘. Hal ini membuktikan bahwa ada perubahan kedaulatan rakyat yang tadinya dilakukan sepenuhnya oleh MPR, khusus untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dilakukan sendiri oleh seluruh rakyat Indonesia. 4.
Pokok pikiran keempat
yang terkandung dalam ―Pembukaan ― negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusia yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara yang lain untuk memlihara budi pekerti kemanusia yang luhur. Hal ini menegaskan pokok pikiran ―Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab‖, ini membuktikan bahwa pokok pikiran ini merupakan dasar falsafat negara Pancasila Selain mempunyai makna yang sangat mendalam, Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengandung pokok-pokok pikiran. Pokok-pokok pikiran diatas menggambarkan suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mewujudkan cita hukum yang melandasi hukum dasar negara,baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pokok pikiran ini mengandung makna bahwa Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara lainnya untuk memelihara budi pekerti yang luhur. Hal ini menegaskan bahwa pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan pokok pikiran kemanusian yang adil dan beradab mengandung pengertian menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia atau nilai kemanusian yang luhur. Pokok pikiran keempat ini merupakan dasar moral negara yang pada hakikatnya merupakan suatu penjabaran dari sila pertama dan sila kedua Pancasila. Empat pokok pikiran ini merupakan penjelasan dari inti alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Atau dengan kata lain keempat pokok pikiran tersebut tidak lain adalah PPKn SMP K - 7
81
merupakan penjabaran dari dasar negara, yaitu Pancasila.
D. Aktivitas Pembelajaran KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan
d. menyiapkan peserta diklat agar termotivasi mengikuti
Alokasi Waktu
proses pembelajaran; e. mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang
20 menit
akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat. f. menyampaikan tujuan dan garis besar cakupan materi perencanaan pembelajaran PPKn SMP. Kegiatan Inti
Membagi peserta diklat ke dalam beberapa kelompok (
190 menit
sesuai dengan tipe STAD) dimana langkah-langkahnya sebagai berikut : 9) Instruktur memberi informasi proses pelatihan yang akan dilakukan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang konsep pembelajaran dengan menggunakan contoh yang kontekstual.. 10)
Kelas dibagi menjadi 6 kelompok ( A, B, C,
…….s/d kelompok ) masing-masing beranggotakan 5 orang. 11)
Instruktur memberi tugas mencari sumber
informasi/data untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diajukan dan ditanyakan peserta diklat. Peserta bebas mengambil dan menemukan sumber belajar, termasuk dari internet. 12)
Berdasarkan kelompok yang sudah dibentuk:
setiap kelompok melakukan diskusi untuk memecahkan permasalahan yang diajukan peserta didik hingga selesai dalam waktu yang sudah ditetntukan instruktur. 13)
Peserta diklat mengerjakan kuis tentang
permasalahan konsep pembelajaran yang telah disepakati bersama/
PPKn SMP K-7
82
14)
Melaksanakan penyusunan laporan hasil diskusi.
15)
Masing masing kelompok melakukan presentasi
hasil diskusi. 16)
Instruktur/Nara sumber memberikan klarifikasi
berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok . Kegiatan
5) Narasumber bersama-sama dengan peserta
Penutup
menyimpulkan hasil pembelajaran 6) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
15 me
7) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
nit
pembelajaran. 8) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
E. Latihan/Kasus/Tugas Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A, B, C dst. sebagai berikut : 1. Deskripsikan pokok-pokok pikiran alinea pertama Pembukaan UUDNRI Tahun 1945!. 2. Deskripsikan pokok-pokok pikiranalinea kedua Pembukaan UUDNRI Tahun 1945! 3. Jelaskan makna pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945! F.
Rangkuman 1. Alinea pertama Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdapat kata perikeadilan dan perikemanusiaan menjadi ukuran penentu kemerdekaan, yaitu bahwa dalam batas-batas keadilan dan kemausiaan, manusia sebagai individu diakui kemandiriannya sehingga diakui pula hak-hak kebebasannya. 2. Alinea
pertama
memiliki
makna
bahwa
setiap
bangsa
berhak
dengan
kemerdekaan yang mutlak. Kata mutlak ini merupakan hak kodrat setiap bangsa. Pengertian hak kemerdekaan sebagai kodrat segala bangsa tidak langsung tertuju kepada hak yuridis, tetapi lebih merupakan hak moral untuk menghormatinya. 3. Alinea kedua memiliki makna perjuangan pergerakan kemerdekaan di samping merupakan dakwaan terhadap adanya penjajahan, sekaligus juga mewujudkan hasrat yang kuat dan bulat untuk dengan kemampuan serta kekuatan sendiri PPKn SMP K - 7
83
dapat tegak menentukan nasib atas kekuatan sendiri yang pada akhirnya denagn megah dan dapat berhasil dirumuskan dengan jelas dalam kalimat ―.. telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa…..” 4. Pengertian Negara yang berdaulat yang tekandung dalam alinea kedua dalah dalam hubungan kelengkapannya sebagai Negara merdeka yang berdiri di atas kemampuan, kekuatan, dan kekuasaan sendiri; dalam kedudukannya sama tinggi dengan Negara-negara yang lain. Dan sama juga terhadap nilai-nilai kehormatan. G. Umpan Balik Memuat pernyataan tentang hal-hal yang dpelajari/ditemukan selama pembelajaran, rencana engembangan dan implementasinya, input terhadap penilaian hasil pembelajaran berikutnya. H. Kunci Jawaban latihan/ kasus/ tugas Pembelajaran 1 1. Alinea pertama Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdapat kata perikeadilan dan perikemanusiaan menjadi ukuran penentu kemerdekaan, yaitu bahwa dalam batas-batas keadilan dan kemausiaan, manusia sebagai individu diakui kemandiriannya sehingga diakui pula hak-hak kebebasannya. 2. Alinea kedua memiliki makna perjuangan pergerakan kemerdekaan di samping merupakan dakwaan terhadap adanya penjajahan, sekaligus juga mewujudkan hasrat yang kuat dan bulat untuk dengan kemampuan serta kekuatan sendiri dapat tegak menentukan nasib atas kekuatan sendiri yang pada akhirnya denagn megah dan dapat berhasil dirumuskan dengan jelas dalam kalimat ―.. telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa…..”. 3. a. Pokok pikiran pertama, yaitu: "Negara melindungi segenap bangsa lndonesia dan seluruh tumpah darah lndonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat lndonesia". Hal ini berarti bahwa negara menghendaki persatuan dengan menghilangkan paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan. Dengan demikian pokok pikiran pertama merupakan penjelmaan sila ketiga Pancasila. Lihat juga : Contoh Penerapan Norma
dan
Peraturan
di
Lingkungan
Negara.
b. Pokok pikiran kedua, yaitu: "Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat lndonesia". Hal ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. Dengan
PPKn SMP K-7
84
demikian pokok pikiran kedua merupakan penjelmaan sila kelima Pancasila. c. Pokok pikiran ketiga, yaitu: "Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan". Hal ini menunjukkan bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar haruslah berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan berdasar permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ketiga
merupakan
penjelmaan
sila
keempat
Pancasila.
d. Pokok pikiran keempat, yaitu: "Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab". Hal ini menunjukkan
konsekuensi
logis
bahwa
Undang-Undang
Dasar
harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur, dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Evaluasi Evaluasi akhir modul yaitu harus dapat mengukur indikator, materi tes harus benar dan logis, pokok-pokok yang ditanyakan cukup penting, dan memenuhi syarat penulisan butir soal. Bentuk tes disarankan berupa pilihan ganda dengan empat pilihan (option) atau uraian terstruktur
Penutup
Memuat harapan kemanfaatan buku teks pelajaran dan meminta saran guna perbaikan.
Daftar Pustaka Republik Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 Tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan Pendidikan Menengah yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Pembelajaran. Drs. Kaelan. M.S., 2003. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma. (Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta; Paradigma, 2003) Alhaj, S.Z.S. Pargeran, Drs. Dan Drs. Usmani Surya Patria, 1995. Pendidikan Pancasila. Jakarta. (Alhaj, S.Z.S. pargeran, Drs. Dan Drs. Usmani Surya Patria, Pendidikan Pancasila, Jakarta; Paradigma, 1995) Soeprapto, H.Z.A. BAB III Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Jakarta: BPPusat.(H.Z.A, Soeparto, Pancasila sebagai Sistem Filsafat, Jakarta; Balai pustaka, 2000)
PPKn SMP K - 7
85
Tim Penulis PPKn. 2004 Mahir PPKn SMU Kelas 3 Semester II. Bandung: PT. REMAJA ( Tim penulis, Mahir PPKN SMU Kelas 3 Semester II, Bandung; Balai Pustaka, 2004) http://asnic.utexas.edu/asnic/countries/indonesia/ConstIndonesia.html Constitution of Indonesia SUARA MERDEKA Membangun Ideologi Pancasila Oleh: M Yunus BS ( Yunus. Muhammad, Membangun Ideologi Pancasila, Jakarta; Suara Merdeka, 2001)
PPKn SMP K-7
86
KEGIATAN PEMBELAJARAN 6
PENERAPAN TUGAS LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA DALAM UUD NEGARA RI TAHUN 1945 Oleh: Gatot Malady, S.IP., M.Si. A. Tujuan Setelah mempelajari modul ini peserta diklat dapatmenunjukkan penerapan tugas lembaga-lembaga negara dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan baik. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menunjukkan penerapantugas MPR; 2. Menunjukkan Penerapan tugas DPR; 3. Menunjukkan Penerapan tugas DPD; 4. Menunjukkan Penerapan tugas Presiden; 5. Menunjukkan Penerapan tugas Badan Pemeriksa Keuangan; 6. Menunjukkan Penerapan tugas Mahkamah Agung; 7. Menunjukkan Penerapantugas Mahkamah Konstitusi; dan 8. Menunjukkan Penerapan tugas Komisi Yudisial. C. Uraian Materi Dalam modul ini, lembaga negara yang akan di bahas adalah lembaga negara yang diatur secara rinci dalam UUD Negara RI Tahun 1945 (antara lain mencakup kedudukan, kewenangan, keanggotaan) yakni Presiden, MPR, DPR, DPD, BPK, MA, MK, dan KY. Lembaga-lembaga negara ini merupakan organ konstitusi yang diberikan kewenangan cukup
besar
oleh
konstitusi
sehingga
mempunyai
peranan
besar
pula
dalam
penyelenggaraan negara (Patrialis Akbar, 2013:34) Adapun tugas lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat berdasarkan UUD Negara RI Tahun 1945 adalah sebagai berikut: 1. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) Berdasarkan UUD Negara RI Tahun 1945 pasal 3, MPR memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut: 1) mengubah dan menetapkan UUD; 2) memberhentikan
Presiden
dan
atau
Wakil
Presiden
seperti
dituntut
pemberhentiannya oleh DPR berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi bahwa PPKn SMP K - 7
87
yang bersangkutan memang terbukti bersalah melakukan pelanggaran hukum sebagaimana dimaksud oleh UUD; 3) memilih Presiden dan atau Wakil Presiden untuk mengisi jabatan apabila terjadi kekosongan dalam jabatan Presiden dan atau Wakil Presiden itu; dan 4) menyelenggarakan sidang paripurna yang bersifat fakultatif untuk mendengarkan dan menyaksikan pengucapan sumpah Presiden dan atau Wakil Presiden. 2. B. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) Pada Pasal 20A UUD Negara RI Tahun 1945 DPR mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR sebagai lembaga legislatif yang menjalankan kekuasaan membentuk undang-undang. Fungsi anggaran mempertegas kedudukan DPR untuk membahas (termasuk mengubah) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditujukan bagi kesejahteraan rakyat. Kedudukan DPR dalam hal APBN ini lebih menonjol dibandingkan dengan kedudukan Presiden karena apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden, Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu (Pasal 23 ayat (3) Negara RI Tahun 1945. Sementara fungsi pengawasan DPR dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan dan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan oleh Presiden (pemerintah). Penegasan fungsi DPR dalam UUD Negara RI Tahun 1945 itu akan sangat mendukung pelaksanaan tugas DPR sehingga DPR makin berfungsi sesuai dengan harapan dan tuntutan rakyat. Secara rinci tugas DPR menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah: 1) membentuk undang-undang (pasal 20 ayat 1 UUD Negara RI Tahun 1945) 2) melakukan pengawasan kerja Pemerintah dan jajarannya sebagaimana diatur dalam pasal 20A UUD Negara RI Tahun 1945 3) membahas dan memberi persetujuan atas rancangan anggaran negara yang diajukan Presiden dalam bentuk rancangan undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta mengawasi penggunaannya. Persetujuan anggaran merupakan fungsi yang sangat penting bagi DPR, karena dengan kontrol atas anggaranlah DPR dapat mengontrol pemerintah dengan efektif. Tanpa persetujuan pengeluaran anggaran dari DPR, Presiden tidak dapat mengeluarkan anggaran belanja negara. Karena itulah UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa apabila DPR tidak menyetejui RUU APBN yang diajukan pemerintah, maka yang berlaku adalah Undang-undang APBN tahun sebelumnya. 4) Mengusulkan pemberhentian Presiden sebagai tindak lanjut hasil pengawasan (Pasal 7A UUD Negara RI Tahun 1945);
PPKn SMP K-7
88
5) Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden dalam hal MPR tidak dapat melaksanakan sidang untuk itu (Pasal 9 UUD Negara RI Tahun 1945); 6) Memberikan pertimbangan atas pengangkatan duta dan dalam hal menerima duta negara lain (Pasal 13 UUD Negara RI Tahun 1945); 7) Memberikan pertimbangan kepada Presiden atas pemberian Amnesti dan Abolisi (Pasal 14 ayat 2 UUD Negara RI Tahun 1945); 8) Memberikan persetujuan atas pernyataan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain (Pasal 11 UUD Negara RI Tahun 1945); 9) Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan (Pasal 23F UUD Negara RI Tahun 1945); 10) Memberikan persetujuan atas pengangkatan anggota Komisi Yudisial (Pasal 24B ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945); 11) Memberikan persetujuan atas pengangkatan Hakim Agung (Pasal 24A ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945); dan 12) Mengajukan 3 dari 9 orang anggota hakim konstitusi (Pasal 24C ayat (4) UUD Negara RI Tahun 1945) 3. DPD (Dewan Perwakilan Daerah) UUD NRI Tahun 1945 menentukan jumlah anggota DPD dari setiap provinsi adalah sama dan jumlah seluruh anggotanya tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR. Penetapan jumlah wakil daerah yang sama dari setiap provinsi pada keanggotaan DPD menunjukan kesamaan status provinsi- provinsi itu sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak membedakan provinsi yang banyak atau sedikit penduduknya maupun yang besar atau yang kecil wilayahnya. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan kewenangan yang terbatas kepada DPD dalam bidang legislasi, anggaran, serta pengawasan. Dalam bidang legislasi DPD hanya berwenang untuk mengajukan dan ikut membahas Rancangan Undang-undang (RUU) yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (pasal 22D ayat (2) dan (3) UUD Negara RI Tahun 1945). Selain itu, DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN, RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama. Kewenangan bidang pengawasan yang diberikan kepada DPD hanya terbatas pada pengawasan atas undang-undang yang terkait dengan jenis undang-undang yang ikut dibahas dan atau diberikan pertimbangan oleh DPD dalam pembahasannya. Kemudian disampaikan kepada DPR guna bahan pertimbangan dan ditindaklanjuti. Akan tetapi, pada PPKn SMP K - 7
89
sisi lain anggota DPD ini memiliki kedudukan dan kewenangan yang sama dengan DPR ketika bersidang dalam kedudukan sebagai anggota MPR, baik dalam perubahan UUD, pemberhentian Presiden, maupun Wakil Presiden. 4. Presiden Perubahan UUD 1945 yang cukup siknifikan dan mendasar bagi penyelenggaraan demokrasi yaitu pemilihan presiden secara langsung. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui mekanisme pemilu. Pemilihan secara langsung presiden dan wakil presiden akan memperkuat legitimasi seorang presiden sehingga presiden diharapkan tidak mudah untuk diberhentikan di tengah jalan tanpa dasar memadai, yang bisa mempengaruhi stabilitas politik dan pemerintahaan secara aktual. Presiden merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan dibidang eksekutif. Seiring dengan Perubahan UUD 1945, saat ini kewenangan Presiden diteguhkan hanya sebatas pada bidang kekuasaan dibidang pelaksanaan pemerintahan negara. Namun demikian, dalam UUD 1945 juga diatur mengenai ketentuan bahwa Presiden juga menjalankan fungsi yang berkaitan dengan bidang legislatif maupun bidang yudikatif. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar, Presiden haruslah warga negara Indonesia yang sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain. Perubahan ketentuan mengenai persyaratan calon Presiden dan calon Wakil Presiden dimaksudkan untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tuntutan zaman serta agar sesuai dengan perkembangan masyarakat yang makin demokratis, egaliter, dan berdasarkan rule of law yang salah satu cirinya adalah pengakuan kesederajatan di depan hukum bagi setiap warga negara. Hal ini juga konsisten dengan paham kebangsaan Indonesia yang berdasarkan kebersamaan dengan tidak membedakan warga negara atas dasar keturunan, ras, dan agama. Kecuali itu, dalam perubahan ini juga terkandung kemauan politik untuk lebih memantapkan ikatan kebangsaan Indonesia. Selanjutnya, sebagai perwujudan negara hukum dan fungsi checks and balances, dalam UUD diatur mengenai ketentuan tentang periode masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden serta adanya ketentuan tentang tata cara pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya. Ketentuan tersebut menunjukan bahwa jabatan Presiden dapat dikontrol oleh lembaga negara lainnya, dengan demikian akan terhindar dari kesewenang-wenangan dalam penyelenggaraan tugas kenegaraan. Berkaitan dengan pelaksanaan prinsip checks and balances system serta hubungan kewenangan antara Presiden dengan lembaga negara lainnya, antara lain mengenai pemberian grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi yang semula menjadi hak prerogatif Presiden sebagai kepala negara, saat ini dalam menggunakan kewenangannya tersebut harus dengan memperhatikan pertimbangan lembaga negara lain yang memegang
PPKn SMP K-7
90
kekuasaan sesuai dengan wewenangnya. Mahkamah Agung memberikan pertimbangan dalam hal pemberian grasi dan rehabilitasi dari pelaksana fungsi yudikatif. DPR memberikan pertimbangan dalam hal pemberian amnesti dan abolisi karena didasarkan
pada
pertimbangan
politik.
Oleh
karena
itu
DPR
sebagai
lembaga
perwakilan/lembaga politik kenegaraan adalah lembaga negara paling tepat memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai hal itu.Adanya pertimbangan MA dan DPR (lembaga di bidang yudikatif dan legislatif) juga dimaksudkan agar terjalin saling mengawasi dan saling mengimbangi antara Presiden dan kedua lembaga negara tersebut dalam hal pelaksanaan tugas-tugas kenegaraan. 5. Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial Kekuasaan kehakiman dalam sistem ketatanegaraan Indonesia bertujuan untuk menyelenggarakan peradilan yang merdeka, bebas dari intervensi pihak mana pun, guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah mahkamah konstitusi. Perubahan
ketentuan
mengenai
kekuasaan
kehakiman
dalam
UUD
1945
dimaksudkan untuk mempertegas bahwa tugas kekuasaan kehakiman dalam sistem ketatanegaraan Indonesia adalah untuk menyelenggarakan peradilan yang merdeka, bebas dari intervensi pihak mana pun, guna menegakkan hukum dan keadilan. Ketentuan ini merupakan perwujudan prinsip Indonesia sebagai negara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945. 6. Mahkamah Agung (MA) MA adalah salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan (pasal 24 ayat 1). Kewenangan MA adalah (1) mengadili perkara pada tingkat kasasi, yaitu pembatalan atau pernyataan tidak sah terhadap putusan hakim karena tidak sesuai dengan UU; (2) menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU; serta (3) memberikan pertimbangan kepada presiden, jika presiden akan memberikan grasi dan rehabilitasi. Mengingat tugas, sebagai pengawal dan penjaga keadilan, Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum. Dengan demikian NKRI memiliki empat lingkungan peradilan yaitu lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara. Walaupun pengadilan yang ada dalam empat lingkungan peradilan itu berada di bawah Mahkamah Agung bukan berarti MA dapat mempengaruhi putusan badan peradilan di bawahnya. Kedudukan badan-badan peradilan di bawah PPKn SMP K - 7
91
Mahkamah Agung itu adalah independen. Mahkamah Agung hanya dapat membatalkan atau memperbaiki putusan badan peradilan di bawahnya dalam tingkat kasasi. Sedangkan badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang (Pasal 24 ayat 3 UUD Negara RI Tahun 1945). Badan-badan lain yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah misalnya kejaksaan, kepolisian, advokat/pengacara dan lain-lain. 7. Komisi Yudisial (KY) Pembentukan Komisi Yudisial oleh UUD Negara Republik Indonesia 1945 dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa kekuasan kehakiman yang merdeka tidak bisa dibiarkan menjadi sangat bebas tanpa dapat dikontrol dan diawasi, walaupun pengawasan itu sendiri dalam batas-batas tertentu. Itulah sebabnya dibentuk Komisi Yudisial dimaksudkan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat serta perilaku hakim serta mengusulkan pengangkatan hakim agung. (Zoelva, 2002). Komisi Yudisial itu sendiri adalah suatu badan kehakiman yang merdeka yang berada dalam lingkungan kekuasaan kehakiman tapi tidak menyelenggarakan peradilan. Untuk menjamin kredibilitas komisi ini, maka syarat-syarat untuk menjadi anggota komisi ini seseorang harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan pengabdian yang tidak tercela. Pengangkatannya dilakukan oleh Presiden dengan persetujuan DPR (UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 24B). 8. Mahkamah Konstitusi (MK) Pembentukan Mahkamah Konstitusi dimaksudkan untuk menjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the constitution) . Inilah salah satu ciri dari sistem penyelenggaraan kekuasaan negara yang berdasarkan konstitusi. Setiap tindakan lembagalembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara harus dilandasi dan berdasarkan konstitusi. Tindakan yang bertentangan dengan konstitusi dapat diuji dan diluruskan oleh Mahkamah konstitusi melalui proses peradilan yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi diberikan wewenang oleh UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Pasal 24 C) untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a) menguji undang-undang terhadap UUD; b) memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD; c) memutus pembubaran partai politik; d) memutus sengketa hasil pemilu; e) memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.
PPKn SMP K-7
92
Selain MA, MK, KY, dan Polri yang sudah diatur dalam UUD Negara RI Tahun 1945, masih ada badan-badan lain yang jumlahnya lebih dari satu yang mempunyai fungsi berkaitan dengan kekuasaan kehakiman. Hal ini sesuai dengan Pasal 24 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 yang berbunyi, Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam UU. Badan-badan yang dimaksud antara lain Kejaksaan Agung. Selain itu, lembaga lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman, yaitu menjalankan fungsi penyelidikan, penyidikan, dan atau penuntutan antara lain Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemberantaan Korupsi (KPK), dan sebagainya. Kejaksaan Agung, Komnas HAM, dan KPK tidak tertulis dalam UUD Negara RI Tahun 1945, hanya diatur dalam UU. Meskipun demikian, keberadaan lembaga-lembaga tersebut dalam negara demokrasi mempunyai derajat kepentingan yang sama (constitutional importance) dalam sistem ketatanegaraan negara kita. 9. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan dalam bidang auditor. Pengaturan tugas dan wewenang BPK dalam UUD Negara RI Tahun 1945 dimaksudkan untuk memberikan dasar hukum yang kuat serta pengaturan rinci mengenai BPK yang bebas dan mandiri serta sebagai lembaga negara yang berfungsi memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dalam rangka memperkuat kedudukan, kewenangan, dan independensinya sebagai lembaga negara, anggotanya dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD. BPK memiliki posisi strategis dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. BPK diatur dalam satu bab tersendiri dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu bab VIIIA, 3 pasal dan tujuh ayat. Pasal 23E mengatur tentang kewenangan BPK memeriksa pengelolaan dan tanggung tentang keuangan negara (ayat 1) yang hasilnya diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai kewenangannya (ayat 2) dan ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan/atau badan lain sesuai undang-undang (ayat 3). Penambahan kata pengelolaan pada ayat (1) dimaksudkan untuk menegaskan bahwa BPK memeriksa pengelolaan keuangan negara dan dalam pengelolaan itu terkandung tanggung jawab tentang keuangan negara. Menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 hasil pemeriksaan BPK, selain disampaikan kepada DPR juga disampaikan kepada DPD dan DPRD. Disampaikan ke DPD dikarenakan DPD juga melakukan pengawasan atas APBN. Disampaikan ke DPRD karena BPK juga memeriksa pengelolaan keuangan daerah dalam APBD. Hasil Pemeriksaan itu selanjutnya dipelajari oleh DPR, DPD, serta DPRD. Jika ditemukan adanya penyimpangan, DPR, DPD, atau DPRD dapat menindaklanjutnya dalam bentuk penggunaan hak-hak dewan
PPKn SMP K - 7
93
atau disampaikan untuk ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Jika BPK menemukan adanya tindak pidana, dapat diserahkan langsung kepada instansi penegak hukum. BPK berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Latar belakang munculnya pasal ini adalah adanya kehendak para perumus UUD 1945 untuk menjadikan BPK sebagai satu-satunya lembaga negara yang melakukan pengawasan eksternal atas pengelolaan tanggung jawab keuangan negara karena selama ini terjadi tumpang tindih kewenangan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dengan Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP) yang merupakan lembaga pemerintah dan Inspektorat Jenderal setiap departemen, yang merupakan instansi pengawasan internal departemen yang bersangkutan. Karena itulah diamanatkan oleh UUD, bahwa BPK mendirikan perwakilan-perwakilan di setiap provinsi untuk memperluas jangkauan pemeriksaan BPK dan menggantikan peran BPKP selama ini, dan BPKP diintegrasikan ke dalam BPK. (Zoelva, 2002).
E.
Aktivitas Pembelajaran Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi , maka
Anda perlu
mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai berikut. 1. Memberikan motivasi peserta diklat untuk mengikuti proses pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul. 2. Menginformasikan judul modul, lingkup kegiatan pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini. 3. Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil kerja sebagai indikator capaian kompetensi peserta dalam penguasaan materi modul baik yang dikerjakan secara individual atau kelompok. 4. Mempersilahkan peserta diklat (secara individual) membaca cerdas terhadap materi modul 5. Membagi peserta diklat ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan keperluan); 6. Mempersilahkan kelompok untuk berdiskusi materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul. 7. Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar. 8. Penyampaian hasil diskusi; 9. Memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok 10. Menyimpulkan hasil pembelajaran 11. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
PPKn SMP K-7
94
12. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 13. Merencanakan kegiatan tindak lanjut
F. Tugas LK.1. Selain membaca materi di atas, Anda disarankan untuk membaca buku-buku terkait dengan lembaga-lembaga negara di Indonesia. Setelah itu, secara individu, berikan contoh penerapan kewenangan lembaga-lembaga negara, kemudian berikan analisis penerapan kewenangan lembaga-lembaga negara tersebut dengan mempertimbangkan kondisi politik dan perturan perundang-undangan yang mengatur. No 1
2
3
4
Lembaga
Contoh penerapan
Negara
Kewenangan
Presiden
MPR
DPR
DPD
PPKn SMP K - 7
Analis Penerapan
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
…….………………………..
…….………………………..
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
…….………………………..
…….………………………..
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
…….………………………..
…….………………………..
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
……………………………… 95
5
6
7
8
BPK
MA
MK
KY
PPKn SMP K-7
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
…….………………………..
…….………………………..
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
…….………………………..
…….………………………..
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
…….………………………..
…….………………………..
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
…….………………………..
…….………………………..
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
…….………………………..
…….………………………..
………………………………
………………………………
96
LK.2. Bacalah wacana berikut dengan baik, kemudian diskusikan wacana tersebut bersama kelompok Anda dengan terlebih dahulu menjawab pertanyaan yang ada.
Gambar 1.2:Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Negara Institusi Demokrasi 1) Berdasarkan hasil survey tersebut lembaga negara yang paling dipercaya oleh responden adalah TNI, setuju atau tidak setujukah Anda dengan hasil survey tersebut? Mengapa? …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. 2) Berdasarkan hasil survey tersebut lembaga negara bidang legislatif (MPR, DPR, dan DPD hanya mendapatkan tingkat kepercayaan sekitar 30%, setuju atau tidak setujukah Anda dengan hasil survey tersebut? Mengapa? PPKn SMP K - 7
97
…………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………… 3) Berdasarkan hasil survey tersebut lembaga negara penegak hukum yang paling tinggi mendapatkan tingkat kepercayaan responden adalah KPK yakni sekitar 60,84%, setuju atau tidak setujukah Anda dengan hasil survey tersebut? Mengapa? …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………
PPKn SMP K-7
98
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Patrialis. 2013. Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD Negara RI Tahun 1945. Jakarta: Sinar Grafika.
Asshiddiqie, Jimly, 2012. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika.
Budiarjo, Miriam. 2003. Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gaffar, Afan. 2000. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta : Pusataka Pelajar. Mas‘oed, Mochtar dan MacAndrews, Colin, Editor. 2001. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Republik Indonesia. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Yuda AR, Hanta. 2010. Presidensialisme Setengah Hati: Dari Dilema Ke Kompromi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Zoelva, Hamdan. 2002. Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Negara Setelah Perubahan UUD 1945. Makalah. Jakarta : Sekretaris Negara RI. ***
PPKn SMP K - 7
99
KEGIATAN PEMBELAJARAN 7
PENERAPAN HAK DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA DI INDONESIA Oleh: Magfirotun Nur Insani, S.Pd. A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat menunjukkan penerapan hak dan kewajiban asasi manusia di Indonesia sesuai dengan fakta
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menunjukkan penerapan hak asasi manusia di Indonesia 2. Menunjukkan penerapan kewajiban asasi manusia di Indonesia
C. Uraian Materi 1. Penerapan Hak Asasi Manusia di Indonesia Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Hak asasi manusia bersifat universal, hak-hak itu juga tidak dapat dicabut (inalienable). Artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami oleh seseorang atau betapapun bengisnya perlakuan seseorang, ia tidak akan berhenti menjadi manusia dan karena itu tetap memiliki hak-hak tersebut. Sejumlah hak universal atau yang umum dimiliki oleh setiap manusia yaitu diantaranya hak hidup, kebebasan dan keamanan. Hak-hak tadi dimilki oleh setiap manusia tanpa memandang ras, suku, budaya, agama, warna kulit, jenis kelamin, pendapat politik, asal kebangsaan, status sosial, atau latar belakang lainnya. Menurut Thomas Hobbes, manusia selalu berada dalam situasi hommo homini luppus bellum omnium comtra omnes. Sementara John Lock memandang masyarakat bernegara merupakan kehendak manusia yang diwujudkan dalam dua bentuk perjanjian, yakni pactum unionis, perjanjian antar anggota masyarakat untuk membentuk masyarakat politik dan negara, dan pactum subjectionis, perjanjian antara rakyat dengan penguasa untuk melindungi hak-hak rakyat yang tetap melekat ketika berhadapan dengan kekuasaan sang penguasa. Selain Hobbes dan Locke, filsuf Prancis Montesqieu sangat mempengaruhi perkembangan perlindungan hak asasi di Prancis. Bersama-sama dengan Rousseau ia melahirkan Deklarasi Hak Manusia dan Warganegara pada tahun 1789. Deklarasi inilah yang kemudian melahirakan hak atas kebebasan (Liberty), harta (Property),
PPKn SMP K-7
100
keamanan
(Safety),
dan
perlawanan
terhadap
penindasan
(Resistence
to
Oppression). Selain pandangan Internasional terhadap hak asasi manusia, bangsa Indonesia juga mempunyai pandangan bahwa hak asasi manusia harus dijunjung tinggi sesuai dengan Pancasila. Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia mengalami berbagai kesengsaraan dan penderitaan yang disebabkan oleh penjajahan. Oleh karena itu pandangan mengenai hak asasi manusia yang dianut oleh bangsa Indonesia bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Ideologi yang dianut oleh suatu negara pada dasarnya akan mempengaruhi kehidupan masyarakat di negara tersebut, termasuk penerapan hak-hak asasi masyarakatnya.
Negara-negara
Barat,
seperti
Amerika,
dengan
paham
Liberalismenya memungkinkan masyarakatnya untuk melakukan segala sesuatu dengan sebebas-bebasnya (peran swasta lebih domiyang), sedangkan peran pemerintah sangat kecil dalam mengatur kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut berdampak pada kondisi kehidupan masyarakatnya yang ―kebablasan‖ pada beberapa sisi, seperti pergaulan bebas, persaingan bebas, dan sebagainya yang banyak menimbulkan masalah-masalah baru bagi sebagian masyarakat. Imbas lainnya dari paham Liberalisme adalah terhimpitnya kaum ekonomi lemah karena para pemilik modal (kaum kapitalis) memiliki kebebasan dalam melakukan investasi di berbagai sektor usaha. Paham lainnya yang berkembang di negara-negara Timur (seperti di Uni Soviet dan RRC pada masa lalu) adalah komunisme. Dampak yang ditimbulkan oleh ideologi tersebut adalah berkebalikkan dengan apa yang ditimbulkan oleh Liberalisme. Hak-hak masyarakat diakui, namun tidak sepenuhnya dipedulikan oleh pemerintah. Peran pemerintah sangat dominan dalam mengatur berbagai aspek kehidupan. Pada praktik kehidupan bernegara, pemerintah bersikap otoriter dan tidak peduli terhadap aspirasi rakyat. Hal tersebut berdampak pada pembungkaman suara rakyat dan pers, sehingga mencukur demokrasi yang seharusnya menjadi hak rakyat. Berbeda
dengan
negara-negara
tersebut,
Indonesia
menganut
ideologi
Demokrasi Pancasila, sehingga implementasi hak asasi manusia di Indonesia seharusnya berjalan dengan baik sesuai dengan sifat-sifat dasar dari paham Demokrasi Pancasila. Menurut ideologi tersebut, hak-hak asasi setiap rakyat Indonesia pada dasarnya diimplementasikan secara bebas, namun tetap dibatasi oleh hak-hak asasi orang lain. Jadi, ideologi ini menawarkan kebebasan yang bertanggung jawab dalam mengimplementasikan hak asasi manusia. Namun hal tersebut perlu dikaji lebih dalam, sebab ideologi yang dianut oleh negara Indonesia PPKn SMP K - 7
101
tercinta ini belum tentu dapat diterapkan oleh rakyat tersebut dengan benar sepenuhnya. Sejak era reformasi berbagai produk hukum dilahirkan untuk memperbaiki kondisi hak asasi manusia di Indonesia, khususnya hak sipil dan politik. Antara lain, UUD 1945 pasal 28A sampai pasal 28J, Ketetapan MPR Nomor XVII/ MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU Pers, UU tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat (UU Unjuk rasa), UU HAM (UU No. 39 Tahun 1999), UU Pemilu, UU Parpol, UU Otonomi Daerah, perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, dan UU ratifikasi Konvensi Anti Diskriminasi Rasial. Dari sisi politik, rakyat Indonesia telah menikmati kebebasan politik yang luas. Empat kebebasan dasar, yaitu hak atas kebebasan berekspresi dan berkomunikasi, hak atas kebebasan berkumpul, hak atas kebebasan berorganisasi, dan hak untuk turut serta dalam pemerintahan, yang vital bagi bekerjanya sistem politik dan pemerintahan demokratis telah dinikmati oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Melalui berbagai media hampir semua lapisan rakyat Indonesia sudah dapat mengekspresikan perasaan dan pendapatnya tanpa rasa takut atau was-was seperti pada zaman Orde Baru. Rakyat Indonesia relatif bebas mengkomunikasikan gagasan dan informasi yang dimilikinya. Rakyat menikmati pula hak atas kebebasan berkumpul. Pertemuan-pertemuan rakyat, seperti, seminar, rapat-rapat akbar tidak lagi mengharuskan meminta izin penguasa seperti di masa Orde Baru. Kelompokkelompok masyarakat, seperti, buruh, petani, seniman, dan lain sebagainya yang ingin melakukan demonstrasi atau unjuk rasa di depan kantor atau pejabat publik tidak memerlukan izin, tapi sebelum menjalankan unjuk rasa diwajibkan untuk memberitahu polisi. Rakyat Indonesia telah menikmati juga kebebasan berorganisasi. Rakyat tidak hanya bebas mendirikan partai-partai politik sebagai wahana untuk memperjuangkan aspirasi politiknya. Rakyat bebas pula untuk mendirikian organisasi-organisasi kemasyarakatan, seperti serikat petani, serikat buruh, perkumpulan masyarakat adat, dan lain sebagainya. Selain itu, tumbuhnya organisasi-organisasi rakyat dari bawah ini akan memperkuat masyarakat sipil yang diperlukan bagi berlangsungnya sistem politik dan pemerintahan yang demokratis. Rakyat Indonesia telah pula menikmati hak politiknya, yaitu hak untuk turut serta dalam pemerintahan di mana rakyat berperan serta memilih secara langsung para anggota DPR dan DPRD pada tahun 1999 dan tahun 2004. Pada tahun 2004 untuk pertama kali rakyat memilih langsung Presiden dan Wakil Presiden. Selanjutnya pada tingkat provinsi, kabupaten, dan kotamadya, rakyat dapat memilih langsung
PPKn SMP K-7
102
Gubernur, Bupati, dan Walikota. Sebelum ini belum pernah ada presiden perwujudan hak atas kebebasan politik dalam sejarah Indonesia. Selain itu, kebebasan politik yang membuka jalan bagi terpenuhinya empat kebebasan
dasar
yang
mencakup
hak
atas
kebebasan
berekspresi
dan
berkomunikasi, hak atas kebebasan berkumpul, hak atas kebebasan berorganisasi, dan hak untuk turut serta dalam pemerintahan, belum dinikmati oleh kelompok minoritas agama. Sejumlah daerah juga memberlakukan perda bermuatan syariah yang sangat bertentangan dengan konsep penghormatan kepada hak asasi manusia dan UUD 1945 pasal 29 yang menjamin kebebasan. warga negara dalam memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Demikian pula kelompok minoritas dalam agama, misalnya Ahmadiyah terus mengalami diskriminasi dan pengawasan oleh negara. Bukan hanya itu, sebagian penganut Ahmadiyah juga sempat menjadi korban dari tindakan anarkis yang dilakukan oleh sejumlah oknum dari organisasi masyarakat tertentu. Kebebasan politik yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia ternyata juga tak diimbangi dengan perlindungan hukum yang semestinya bagi hak-hak sipil, seperti, hak atas kemerdekaan dan keamayang pribadi, hak atas kebebasan dari penyiksaan, atau perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, hak atas pemeriksaan yang adil dan proses hukum yang semestinya, hak atas pengakuan pribadi di depan hukum, dan larangan atas propaganda untuk perang dan hasutan kebencian. Dari berbagai daerah, seperti, Poso, Lombok, Papua, juga Jakarta, dan tempat-tempat lain di Indonesia, dilaporkan masih terjadi kekerasan horisontal yang melibatkan unsur-unsur polisi dan militer. Penganiayaan dilaporkan masih terus di alami oleh kelompok-kelompok masyarakat, seperti, buruh, petani, masyarakat adat, kelompok minoritas agama, dan para mahasiswa. Begitu pula dengan kejahatan terorisme yang dilakukan oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai Jemaah Islamiyah telah menimbulkan korban, berupa hilangnya nyawa manusia, dan hancurnya harta benda miliknya. Kejahatan terorisme telah menimbulkan rasa takut dan tidak aman yang relatif luas di kalangan masyarakat sipil. Pada sisi yang lain kejahatan terorisme di Indonesia telah mengundang lahirnya UU Anti-Kejahatan Terorisme yang mengesampingkan UU Hukum Acara Pidana biasa. Di bawah UU Anti Kejahatan Terorisme itu, polisi dengan mengesampingkan perlindungan hak sipil yang diatur di bawah hukum acara pidana biasa, dengan mudah dapat melakukan peyanggkapan, penahayang, penggeledahan, dan pemeriksaan terhadap siapa saja yang diduga menjadi bagian dari jaringan aktivitas terorisme. Pelaksanaan UU baru ini telah memberikan dampak buruk bagi hak-hak sipil meskipun belum tentu berdosa, namun karena dicurigai PPKn SMP K - 7
103
mempunyai hubungan dengan pelaku kejahatan terorisme, bisa mengalami peyanggkapan, penahayang, kekerasan, penyiksaan, dan pemeriksaan. Keadaan ini jelas memperburuk kondisi hak sipil dan politik. Karena itu, Komnas HAM bersama Komnas-HAM se Asia Pasifik, mendesak agar negara-negara Asia Pasifik tetap tegas dalam memberantas kejahatan terorisme, namun pemberantasan kejahatan itu harus dilakukan dengan mengindahkan hukum HAM. Ada banyak kegunaan yang bisa kita ambil ketika penerapan konservasi HAM adil dan merata. Penerapan yang sederhana dan berimbang akan mengakibatkan masyarakat yang lebih tertib dan patuh hukum. Banyaknya kejahatan dan pelanggaran di Indonesia, salah satunya diakibatkan oleh tak tegasnya aparat hukum, dan penegakan hukum yang tebang pilih. Keamayang dan kenyamayang masyarakat dalam bersosial akan terjamin ketika semua lapisan terjamin haknya. Berikut beberapa kegunaan yang kita dapatkan atas penerapan HAM yang adil dan keseluruhan. a. Sikap saling menghormati dan menghargai sesama manusia. Dengan diterapkannya HAM secara adil dan berimbang, maka setiap manusia akan terpenuhi hak dasarnya dan kemudian akan menghormati hak dasar manusia lainnya. b. Terhapusnya perbudakan terselubung. Pencerahan seseorang terhadap hak dan
kewajibannya
sebagai
manusia
akan
membimbingnya
menuju
penghargaan terhadap diri dan rang lain. Bahwa perbudakan dalam alias, tak pantas dan tak sinkron dengan HAM secara global. c. Dihapuskannya penjajahan. Kolonialisme, penjajahan, atau invasi terhadap hak milik orang lain menimbulkan perang dan pertentangan. Tak hanya milik, namun nyawa pun melayang. Apabila PBB mampu dan mau menegakkan HAM secara adil, maka perang akan menjadi sejarah di muka bumi. Tidak ada lagi perebutan wilayah, terorisme, dan kejahatan lain. d. Terjaminnya kelayakan hayati manusia. HAM mencakupi hak dasar manusia buat hidup, berbuat, berkarya, dan berosialisasi dengan kondusif dan nyaman tanpa menimbulkan keresahan bagi satu sama lain di permukaan bumi ini. Dalam UUD 1945, hal ini juga dijamin. Negara menjamin pendidikan ialah hak setiap manusia. e. Meningkatnya tingkat hayati manusia. HAM pada dasarnya ialah keleluasaan manusia mengembangkan diri yang dijamin oleh Tuhan dan, pantas dihargai oleh sesama. Ketika pendidikan, karya, humanisme dijunjung tinggi oleh
PPKn SMP K-7
104
sesama manusia dan dilindungi dengan ketat oleh negara, maka tingkat hayati manusia akan mengingkat sebab hak dasar telah dijamin.
2. Penerapan Kewajiban Asasi Manusia di Indonesia Setiap manusia yang hidup memiliki haknya yang wajib untuk dilindungi dan dipenuhi oleh negara. Akan tetapi, dalam kenyataannya sering kali manusia tidak sadar bahwa hak yang dimilikinya bisa juga melanggar hak orang lain. Manusia terkadang selalu mengingat baik, tanpa sadar adanya kewajiban yang mengikuti bahkan mendahului hak tersebut. Bagaimana seseorang yang telah diberikan kesempatan menjadi seorang pejabat, malah mempergunakan jabatan itu untuk mengurangi bahkan merampas hak orang lain (Korupsi). Bagai mana seseorang yang memiliki hak hidup, tega untuk merampas hak hidup orang lain (membunuh, menggugurkan
bayi).
Bagaimana
seseorang
yang
memiliki
ilmu,
justru
mempergunakan ilmunya untuk menyakiti orang lain. Ketika manusia hanya mengingat hak saja tanpa memperdulikan kewajibannya, maka yang akan timbul adalah
kesewenang-wenangnya.
Kewajiban
negara
untuk
menjamin
warga
negaranya terpenuhi semua hak asasinya. Tugas warga negara, melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara dan saling menjaga agar hak warga negara yang satu tidak melanggar hak warga negara yang lain. Sehingga tujuan negara ini untuk mensejahterakan masyarakatnya menjunjung tinggi HAM dapat terpenuhi. Negara, dalam hal ini pemerintah, wajib menjalankan pemerintahnya dengan menjunjung tinggi terpenuhinya Hak Asasi Manusia. Negara menjalankan wewenang oleh rakyat sebagai bentuk kepercayaan guna mellaksanakan cita-cita bangsa yaitu kesejahteraan rakyat. Kewenangan besar yang dimiliki oleh pemerintah ini rentan terhadap penyalahgunaan wewenang, yang dapat berakibat terjadinya pelanggaran hak asasi manusia. Salah satunya yaitu belum terpenuhinya anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Hak masyarakat Indonesia untuk menikmati pendidikan yang murah bahkan gratis, serta berkualitas masih sulit dipenuhi oleh pemerintah. Contoh lain yaitu Korupsi uang negara yang di lakukan baik oleh perorangan maupun secara bersama-sama dengan orang lain, dimana akibat dari korupsi ini tidak saja tidak mengganggu kestabilan ekonomi dan jalannya pemerintah saja. Namun masyarakat merupakan korban yang paling dirugikan, kemiskinan, kurang dan buruknya sarana dan prasarana transportasi, susahnya mendapatkan akses kesehatan bagi masyarakat miskin,tidak terjangkaunya pendidikan dan akses informasi, dan masih banyak lagi kerugian dan kesengsaraan masyarakat akibat dari korupsi. Korupsi merupakan salah satu bentuk dari Pelanggaran HAM berat,
PPKn SMP K - 7
105
mengingat dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pemerintah namun juga oleh seluruh masyarakat ikut menderita. Antara hak dan kewajiban bagaikan dua sisi mata uang yang tidak mungkin bisa dipisahkan. Anehnya, orang lebih banyak menuntut hak dari pada melakukan kewajiban. Maka dikenallah istilah Hak Asasi Manusia (HAM), yang kerapkali diteriakkan, diperjuangkan, dan dibela mati-matian sehingga para pejuang dan pembela HAM tersebut sering disebut ―aktivis HAM‖. Sementara Kewajiban Asasi Manusia nyaris terabaikan. Padahal, antara keduanya mesti seimbang, ketika menuntut hak, maka kewajiban jangan ditinggalkan. Istilah Kewajiban Asasi Manusia memang langka terdengar. Namun, jika ditelusuri lebih jauh, dalam kehidupan di dunia yang fana ini, manusia memiliki kewajiban yang asasi. Setidaknya, ada dua kewajiban asasi manusia, yaitu menyembah/beribadah kepada Allah serta menjalankan perintah Allah di muka bumi ini. Adapun contoh dari kewajiban Warga Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 adalah sebagai berikut : a. Kewajiban menaati hukum b. Kewajiban membela negara c. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara d. Kewajiban menghormati hak asasi manusia orang lain e. Kewajiban tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang f.
Membayar pajak, bea, dan cukai yang dibebankan Negara kepadanya
g. Menyukseskan pemilu, baik sebagai peserta maupun sebagai penyelenggara h. Mendahulukan kepentingan Negara atau umum daripada kepentingan pribadi Tentara Nasional Indonesia Adapun kewajiban kita sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial yaitu : a. Kewajiban sebagai Makhluk Pribadi Kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu : beribadah, menjauhi larangannya dan menjalankan perintahnya Kewajiban kepada diri Sendiri Kewajiban terhahap sesama makhluk hidup terutama sesame manusia b. Kewajiban sebagai Makhluk Sosial Wajib untuk hormat menghormati Tenggang rasa terhadap sesama manusia Menaati peraturan yang berlaku
PPKn SMP K-7
106
Wajib membayar pajak Bersikap adil terhadap sesama manusia Ada tiga hak yang mendasar pada warga negara yaitu hak sipil, hak politik, dan hak sosial. Dimana, hak sipil berkaitan dengan aturan hukum dan kebebasan berbicara sedangkan hak politik berkaitan dengan proses politik legal formal terutama hak dipilih/memilih dan juga sosial yang berisikan hak untuk mendapatkan jaminan keamanan dan kesejahteraan yang layak sebagai sesama warganegara. Dalam menjalankan semua hak harus memiliki kewajiban berupa tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain. Sekarang, setelah Perubahan UUD 1945, ketentuan mengenai hak asasi manusia dan hak-hak warga negara dalam UUD 1945 telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Materi yang semula hanya berisi 7 (tujuh) butir ketentuan yang juga tidak sepenuhnya dapat disebut sebagai jaminan hak asasi manusia, sekarang telah bertambah secara sangat signifikan, sehingga perumusannya menjadi sangat lengkap dan menjadikan UUD 1945 merupakan salah satu undangundang dasar yang paling lengkap memuat perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dengan disahkannya Perubahan Kedua UUD 1945 pada tahun 2000, dan apabila materinya digabung dengan berbagai ketentuan yang terdapat dalam undang-undang yang berkenaan dengan hak asasi manusia, maka keseluruhan norma hukum mengenai hak asasi manusia itu dapat kita kelompokkan dalam empat kelompok yang berisi 37 butir ketentuan. Kelompok yang pertama adalah kelompok ketentuan yang menyangkut hakhak sipil yang meliputi: a.
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya;
b.
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat kemanusiaan;
c.
Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan;
d.
Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya;
e.
Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran, dan hati nurani;
f.
Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum;
g.
Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan;
PPKn SMP K - 7
107
h.
Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut;
i.
Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah;
j.
Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan;
k.
Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal di wilayah negaranya, meninggalkan, dan kembali ke negaranya;
l.
Setiap orang berhak memperoleh suaka politik;
m.
Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut. Hak-hak sipil pada no 1,2,3,6,7,8 pengaturan dapat dilihat dalam pasal 28 I
ayat (1) Dan (2) Undang Undang Dasar 1945 amandemen kedua. Sedangkan pada nomor 4 dan 5 pengaturannya dapat dilihat dalam pasal 28E ayat (1) dan (2) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi : (1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali (2)
Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya Kedua, kelompok hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang meliputi: a.
Setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapatnya secara damai;
b.
Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga perwakilan rakyat;
c.
Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan publik;
d.
Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan layak bagi kemanusiaan;
e.
Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat perlakuan yang layak dalam hubungan kerja yang berkeadilan;
f.
Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi;
g.
Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak dan memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang bermartabat;
h.
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi;
PPKn SMP K-7
108
i.
Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan pengajaran;
j.
Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia;[20]
k.
Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat lokal selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsabangsa;
l.
Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional;
m.
Negara
menjamin
kemerdekaan
tiap-tiap
penduduk
untuk
memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut kepercayaannya itu. Ketiga, kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan yang meliputi: a.
Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk kelompok masyarakat yang terasing dan yang hidup di lingkungan terpencil, berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan yang sama;
b.
Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mendapat kesetaraan gender dalam kehidupan nasional;
c.
Hak khusus yang melekat pada diri perempuan yang dikarenakan oleh fungsi reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum;
d.
Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian, dan perlindungan orangtua, keluarga, masyarakat, dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental serta perkembangan pribadinya;
e.
Setiap warga negara berhak untuk berperan-serta dalam pengelolaan dan turut menikmati manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam;
f.
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat;
g.
Kebijakan, perlakuan, atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan dituangkan
dalam
peraturan
perundang-undangan
yang
sah
yang
dimaksudkan untuk menyetarakan tingkat perkembangan kelompok tertentu yang pernah mengalami perlakuan diskriminatif dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, dan perlakuan khusus tersebut tidak termasuk dalam pengertian diskriminasi. Keempat, kelompok yang mengatur mengenai tanggung jawab negara dan kewajiban asasi manusia yang meliputi: a.
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
PPKn SMP K - 7
109
b.
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada pembatasan
yang
ditetapkan
oleh
undang-undang
dengan
maksud
sematamata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk memenuhi tuntutan keadilan sesuai dengan nilainilai agama, moralitas, kesusilaan, keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat yang demokratis; c.
Negara bertanggung jawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi manusia;
d.
Untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang bersifat independen dan tidak memihak yang pembentukan, susunan, dan kedudukannya diatur dengan undang-undang. Hak-hak tersebut di atas ada yang termasuk kategori hak asasi manusia yang
berlaku bagi semua orang yang tinggal dan berada dalam wilayah hukum Republik Indonesia, dan ada pula yang merupakan hak warga negara yang berlaku hanya bagi warga negara Republik Indonesia. Hak-hak dan kebebasan tersebut ada yang tercantum dalam UUD 1945 dan ada pula yang tercantum hanya dalam undangundang tetapi memiliki kualitas yang sama pentingnya secara konstitusional sehingga dapat disebut memiliki constitutional importance yang sama dengan yang disebut eksplisit dalam UUD 1945. Sesuai dengan prinsip ―kontrak sosial‖, maka setiap hak yang terkait dengan warga negara dengan sendirinya bertimbal-balik dengan kewajiban negara untuk memenuhinya. Demikian pula dengan kewenangankewenangan konstitusional yang dimiliki oleh negara melalui organ-organnya juga bertimbal-balik dengan kewajiban-kewajiban konstitusional yang wajib ditaati dan dipenuhi oleh setiap warga negara. Dalam hubungan ini, sesuai dengan 4 (empat) rumusan tujuan bernegara di atas, setiap warga negara berhak atas tuntutan pemenuhan tanggung jawab negara dalam meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta dalam melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, dan dalam turut aktif dalam pergaulan dunia berdasarkan prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Keempat tujuan itu tidak hanya bersifat kolektif, tetapi juga bersifat individual bagi setiap warga negara Republik Indonesia. Di samping itu, adalah pula kewajiban dan tanggung jawab negara untuk menjamin agar semua ketentuan tentang hak-hak dan kebebasan asasi manusia ataupun hak dan kebebasan warga negara seperti tersebut di atas, dihormati dan dipenuhi dengan sebaikbaiknya. Sebaliknya, setiap warga negara juga wajib memenuhi tanggung jawabnya untuk menghormati dan mematuhi segala hal yang berkaitan dengan kewenangan konstitusional setiap organ negara yang menjalankan
PPKn SMP K-7
110
fungsi-fungsi kekuasaan kenegaraan menurut undangundang dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, timbul doktrin seperti misalnya, no representation without taxation, dan sebagainya. Sebaliknya, juga tidak boleh ada pengenaan beban atas kekayaan warga negara berupa pungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah tanpa persetujuan rakyat melalui wakil-wakilnya. Artinya, antara dimensi hak dan kewajiban warga negara dan negara itu saling bertimbal balik. Akan tetapi seperti biasa, banyaknya undang-undang atau peraturanperaturan di buat tidak dengan sendirinya hak-hak yang diatur itu dapat secara otomatis direalisir. Ada banyak kendala antara lain: a. pembuatan UU hampir selalu bersifat reaktif dan tergesa-gesa. b. Sistem Adminitrasi hukum bersifat delegatif c. Administrasi perundang-undangan buruk d. Karakter hukum otoritarian masih kuat e. Undang-undang yang punya implikasi biaya, pelaksanaannya rumit f.
Pasal-pasal bersifat soft law
g. Pandangan DPR dan Pemerintah tentang ekosob tidak mendukung kearah justiciability ekosob h. Tradisi berpikir positivistic penegak hukum Upaya Litigasi dan Non Litigasi a. Memperkuat orientasi organisasi masyarakat sipil (LSM), terutama Komnas HAM menjadi kekuatan advokasi melakukan gugatan class action, Judicial Review dan legal audit (formal dan materiil (investigatif). b. Mendorong terbentuknya Ombudsman Daerah (local ombudsman) c. Mengintensifkan model gerakan BHS dengan
fokus program pada isu
dampak kejahatan ekonomi dan kampanye sadar hak. d. Kampanye pembuatan hukum emansipatif berkarakter populis.
D. Aktivitas Pembelajaran 1) Tujuan Kegiatan: Melalui
diskusi kelompok peserta mampu menunjukkan penerapan hak dan
kewajiban asasi manusia di Indonesia
2) Langkah Kegiatan: a) Pelajari hand out atau modul yang relevan b) Tuliskan 10 pertanyaan yang terkait dengan materi di selembar kertas PPKn SMP K - 7
111
c) Setelah selesai lipatlah ke dalam kertas pertanyaan dengan rapi, sehingga pertanyaan tidak terlihat dari luar d) Tukarkan kertas pertanyaan dengan kelompok lain secara acak e) Jawablah pertanyaan yang kelompok Anda dapatkan f)
Setelah selesai, presentasikan hasil diskusi kelompok Anda
g) Perbaiki hasil kerja kelompok Anda jika ada masukan dari kelompok lain
3) Format Pertanyaan dan Jawaban No
Pertanyaan dari Kelompok ...
Jawaban dari Kelompok ...
1. 2. 3. dst
E. Tugas LK.1. Selain membaca uraian materi di atas, sebaiknya Anda membaca buku-buku yang relevan terkait dengan penerapan hak dan kewajiban asasi manusia di Indonesia. Secara individu, berikan contoh penerapan hak dan kewajiban asasi manusia yang dilakukan masyarakat dan pemerintah di Indonesia. No
Penerapan Hak dan Kewajiban Asasi Manusia
Masyarakat
Pemerintah
Pelaksanaan Hak Asasi Manusia :
Pelaksanaan Manusia :
Kewajiban
Asasi
F. Rangkuman HAM merupakan hak yang tidak dapat dicabut dan yang tidak pernah di tinggalkan ketika umat manusia beralih memasuki era baru dari kehidupan pramodern ke kehidupan modern. Betapa HAM telah mendapat tempat khusus di tengah-tengah perkembangan kehidupan manusia mulai abad 18 sampai sekarang.
PPKn SMP K-7
112
Negara wajib melindungi dan menjunjung tinggi HAM karena masyarakat telah menyerahkan sebagian hak-haknya kepada negara untuk dijadikan hukum (Teori Kontrak Sosial). Negara memiliki hak membuat hukum dan menjatuhkan hukuman atas pelanggaran HAM. Negara, pemerintah atau organisasi berkewajiban untuk melindungi hak asasi manusia pada setiap manusia. Penegakan HAM di negara kita tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan tindakan dari pemerintah. Peran serta lembaga independen dan masyarakat sangat diperlukan. Upaya penegakan hak asasi manusia ini akan memberikan hasil yang maksimal manakala didukung oleh semua pihak. Usaha yang dilakukan Komnas HAM tidak akan efektif apabila tidak ada dukungan dari masyarakat. Peran masyarakat terhadap upaya penegakan HAM, misalnya muncul berbagai aktivis dan advokasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), untuk itu mari kita semua membangun iklim negara Indonesia yang demokratis, yang menghormati HAM yang didasari oleh kepentingan nasional kita dalam rangka mencapai Indonesia yang kita citacitakan.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Jawablah semua latihan/tugas kegiatan pembelajaran ini. Kemudian cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban dan nilai hasilnya. Apabila mendapatkan
hasil
minimal
80% maka
Saudara dinyatakan
mendapatkan 0%, 25%, 40% atau 60%, maka Saudara
diminta
lulus,
Saudara apabila
membaca
dan
memahami isi modul kembali dan menjawab latihan lagi Tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran ini, di harapkan peserta diklat dan fasilitator bersama sama melakukan ulasan tentang materi yang telah di pelajari. Mana yang belum di pahami oleh peserta diklat serta pemantapan materi yang telah di pahami peserta diklat.
PPKn SMP K - 7
113
Daftar Pustaka _____. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Asshidiqie, Jimly. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta: Secretariat Jenderal Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi El-Muhtaj, Majda. 2007. Hak Asasi Indonesia dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta: Kencana Malian, Sobirin dan Marzuki, Suparman. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: UII Press Marzuki, Suparman. 2007. Makalah UPAYA LITIGASI & NON LITIGASI ATAS PELANGGARAN HAK EKOSOB DI INDONESIA Nickel, James W. 1996. Hak Asasi Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Saraswati, LG. 2006. Hak Asasi Manusia (Teori, Hukum, Kasus).Jakarta: Filsafat UI Press Sujatmoko, Andrey. 2015. Hukum HAM dan Hukum Humaniter. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Tim Dosen PKn UPI. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: CV Maulana Media Grafika. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM (http://mbenxxcaem.blogspot.com/2011/09/implementasi-hak-asasi-manusia-secara.htm) http://www.infid.org/newinfid/files/penggusurandki.pdfhttp://netsains.com/2009/07/mengemb alikan-hak-hak-warga-negara/ http://heyratna.wordpress.com/2010/03/07/hak-dan-kewajiban-warga-negara-indonesiadengan-uud-45/ http://makalahhakasasimanusiaham.blogspot.com/ http://dwi-elie3173.blogspot.com/2011/03/pengertian-warga-negara-bangsa-hak.html http://makalahtugasku.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-hak-dan-kewajibanmanusia.html http://andresagala.blogspot.com/2013/03/makalah-hak-dan-kewajiban-warga-negara.html
PPKn SMP K-7
114
KEGIATAN PEMBELAJARAN 8
PENERAPAN PENEGAKAN HUKUM YANG BERLAKU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA Oleh: Dr. Sutoyo, S.H. M.Hum.
A. Latar Belakang Penegakan hukum adalah merupakan hal yang begitu penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penerapan penegakan hukum yang konsisten dan berkelanjutan merupakan impian dari semua Negara, tegak atau tidaknya serta baik atau tidakya penerapan penegakan hukum di sebuah Negara adalah merupakan tujuan yang harus dicapai oleh sebuah Negara, Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan
hukum
haruslah
diterapkan
dan
dilakukan
dalam
kehidupan
bermasyarakat, karena penegakan hukum mutlak harus dilakukan karena penegaka hukum bertujuan untuk menciptakan ketertiban serta keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, didalam kehidupan masyaraakt yang penerapan penagakan hukum yang berjalan dengan baik maka masyarakat akan merasa terlindungi dan ter ayomi sehingga masyarakat akan mempunyai perasaan tenang dalam menjalankan kehidupan bermasyarakatt berbangsa dan bernegara. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menrangkan bahwa Indonesia adalah merupakan Negara hukum, sehingga masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang berhak dilindungi oleh hukum yang berlaku di Indonesia, eperti itulah yang ditegaskan oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 Ayat 3 bahwa Indonesia adalah negara hukum yang senantiasa mengutamakan hukum sebagai landasan dalam menjalankan seluruh aktivitas negara dan masyarakat. Tidaklah salah apabila hampir seluruh masyarakat Indonesia banyak berharap terhadap hukum, karena Indonesiaadalah Negara hukum. Tingginya harapan masyarakat Indonesia terhadap penerapan penegakan hukum di Indoensia adalah merupakan pertanda bahwasannya masyarakat Indonesia meras rindu dan ingin melihat penerapan penegakan hukum yang sesungguhnya sehingga masyarakat bernar-benar merasa terlindungi dan ter ayomi dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, jika penegakan hukum yang terjadi sudah dapat di implementasikan dan diterapkan maka segala tindakan yang melanggar hukum dapat segera di tindak lanjuti dan diselesaikan dengan cepat dan tepat. PPKn SMP K - 7
115
Kepercayaan dari masyarakat terhadap aparat-aparat penegak hukum merupakan indicator yang bisa dilihat, jika masyarakt percaya kepada pengak hukum yang ada maka penagakan hukum sudah dirasakan cukupbaik oleh masyarakat, tetapi jika masyaraakt tidak percaya kepada aparat penegak hukum yang ada maka bisa dipastikan bahwa masyarakat tidak meras terlindungidengan adanya aparat penagak hukum sendiri. Maka dari itu penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mutlak adanya dan harus dapat terpenuhi sehingga bisa memberikan rasa aman kepada masyarakat dan menumbuhkan kepercayaan pada aparat-aparat penegak hukum yang lain, masyarakat yang merasa aman dengan adanya penegakan hukum akan cebderung tenang dalam menjalankan aktifiatas kehidupan sehari-hari. Paling tidak terdapat empat faktor yang mutlak harus dimiliki oleh suatu negara dalam menegakkan hukum, yaitu Undang-Undang, Profesionalisme penegak hukum, sarana prasarana hukum, serta budaya hukum masyarakat. Perlu adanya kesadaran hukum masyarakat yang tidak terlepas dari sistem hukum. Untuk menumbuhkan kesadaran hukum dalam diri masyarakat, maka diperlukan suatu teladan yang baik dari para penegak hukum. B. Tujuan Tujuan dari penyusunan modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP
terhadap
―penerapan
penegakan
hukum
yang
berlaku
dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara‖, yang diharapkan guru agar mampu: 1. Menjelaskan penerapan penegakan hukum di pengadilan negeri 2. Menjelaskan penerapan penegakan hukum di pengadilan Tata Usaha Negara 3. Menjelaskan penerapan penegakan hukum di Mahkamah Konstitusi C. PETA KOMPETENSI
Penerapan penegakan hukum di pengadilan negeri
Penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
Penerapan penegakan hukum di pengadilan Tata Usaha Negara Penerapan penegakan hukum di Mahkamah Konstitusi
PPKn SMP K-7
116
kehidupan
D. Ruang Lingkup Modul ini mencakup ruang lingkup materi yang terjabar dalam satu Kegiatan Pembelajaran bagi guru mata pelajaran PPKn SMP yang meliputi: (1) penerapan penegakan hukum di pengadilan negeri, (2) penerapan penegakan hukum di pengadilan Tata Usaha Negara, (3) penerapan penegakan hukum di Mahkamah Konstitusi.
E. Saran Cara Menggunakan Modul a. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas b. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini. c. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu d. Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas Kegiatan Pembelajaran: Penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara A. Tujuan 1. Dengan membaca modul ini dan berdiskusi peserta dikat mampu menjelaskan penerapan penegakan hukum di pengadilan negeri dengan benar. 2. Dengan membaca modul ini dan berdiskusi peserta dikat mampu menjelaskan penerapan penegakan hukum di pengadilan Tata Usaha Negara dengan benar. 3. Dengan membaca modul
ini dan berdiskusi peserta dikat mampu menjelaskan
penerapan penegakan hukum di Mahkamah Konstitusi dengan benar B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta dikat mampu menjelaskan penerapan penegakan hukum di pengadilan negeri dengan benar. 2. Peserta dikat mampu
menjelaskan penerapan penegakan hukum di
pengadilan Tata Usaha Negara dengan benar. 3. Peserta dikat mampu menjelaskan penerapan penegakan hukum di Mahkamah Konstitusi dengan benar.
C. Uraian Materi Penerapan Penegakan Hukum Di Pengadilan Negeri Pengadilan Negeri atau biasanya disebut sebagai PN merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kotakabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Pengadilan negeri adalah suatu pengadilan yang sehariharinya memeriksa dan memutuskan perkara pidana dan perdata. PPKn SMP K - 7
117
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peradilan berasal dari kata adil, artinya segala sesuatu mengenai perkara pengadilan. Kata nasional dalam hal ini mengandung pengertian dalam lingkup negara Indonesia. Dengan demikian, pengertian sistem peradilan nasional adalah keseluruhan perkara pengadilan dalam suatu negara yang satu sama lain berbeda, tetapi saling berkaitan atau berhubungan sehingga terbentuk suatu mekanisme dan dapat diterapkan secara konsisten.
Gambar 1.3. Mekanisme Sistem Peradilan Nasional (Diolah dari berbagai Sumber) Pengadilan negeri berkedudukan di ibu kota daerah kabupaten atau kota. Daerah hukumnya juga meliputi wilayah kabupaten atau kota. Pengadilan negeri bertugas untuk: 1. memeriksa, 2. memutus,dan 3. menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama, 4. serta dapat memberikan keterangan, 5. pertimbangan 6. nasihat tentang hukum kepada instansi pemerintah didaerahnya apabila diminta dalam kewenangan yang dimiliki oleh pengadilan negeri tidak hanya menyidangkan perkara yang berkenaan dengan perkara pelanggaran pada kasus pidana saja tetapi pengadilan negeri juga berwenang untuk mengadili dan metus perselisihan perkara Perdata yang didalamnya diduga terdapat pelanggaran: 1. Wanprestasi atau pengingkaran janji,
PPKn SMP K-7
118
2. Perbuatan melawan hukum. Pengadilan
negeri
juga
memiliki
kewanangan
mengabulkan
gugatan
dan
permohonan perceraian, pembatalan perkawinan dari pasanagan suami istri yang beragama selain Islam, karena pengabulan gugatan maupun permohonan pereraian yang diajukan oleh pasangan yang beragam Islam akan ditangani oleh pengadilan Agama sebagai salah satu kewenngan dari pengadilan agama. Penerapan Penegakan Hukum Di Pengadilan Tata Usaha Negara Tujuan pembentukan dan kedudukan suatu peradilan administrasi negara (PTUN) dalam suatu negara, terkait dengan falsafah negara yang dianutnya. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, oleh karenanya hak dan kepentingan perseorangan dijunjung tinggi disamping juga hak masyarakatnya.
Kepentingan perseorangan adalah
seimbang
dengan kepentingan
masyarakat atau kepentingan umum. Karena itu, menurut S.F Marbun (1997:27) secara filosofis tujuan pembentukan peradilan administrasi negara (PTUN) adalah untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak perseorangan dan hak-hak masyarakat, sehingga tercapai keserasian, keseimbangan dan keselarasan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan masyarakat atau kepentingan umum. Menurut
pandangan
dari
Sjachran
Basah
(1985:25)
secara
gamblang
mengemukakan bahwa tujuan pengadilan administrasi negara (PTUN) ialah memberikan pengayoman hukum dan kepastian hukum, tidak hanya untuk rakyat semata-mata melainkan juga bagi administrasi negara dalam arti menjaga dan memelihara keseimbangan kepentingan masyarakat dengan kepentingan individu. Untuk administasi negara
akan
terjaga ketertiban, ketentraman dan keamanan dalam melaksanakan tugas-tugasnya demi terwujudnya pemerintahan yang kuat bersih dan berwibawa dalam negara hukum berdasarkan Pancasila. Dengan kata lain bahwa lembaga pengadilan administrasi negara (PTUN) adalah merupakan salah satu badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman, merupakan kekuasaan yang merdeka yang berada di bawah Mahkamah Agung dalam rangka menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Penegakan hukum dan keadilan ini merupakan bagian dari perlindungan hukum bagi rakyat atas perbuatan hukum publik oleh pejabat administrasi negara yang dainggap telah melanggar hukum. Dalam kasus administrasi Negara peradilan tata usaha Negara menagani sengketa antara badan penyelanggara Negara dengan orang atau badan yang merasa dirugikan, dimana pengertian sengketa yang dimaksud adalah berdasarkan Pasal 1 butir 4 UU No.5 Tahun 1986 Jo UU No. 9 Tahun 2004, yang menyebutkan bahwa : PPKn SMP K - 7
119
―Sengketa tata usaha negara (sengketa administrasi negara) adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara (administrasi negara) antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara (pejabat administrasi negara) baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan
tata
usaha
negara
(keputusan
administrasi
negara),
termasuk
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.‖ Dalam kaitan dengan pengadilan administrasi negara sebagai salah satu badan peradilan yang menjalankan ―kekuasaan kehakiman yang bebas‖ sederajat dengan pengadilan-pengadilan lainnya dan berfungsi memberikan pengayoman hukum akan bermanfaat sebagai: 1. Tindakan pembaharuan bagi perbaikan pemerintah untuk kepentingan rakyat; 2. Stabilisator hukum dalam pembangunan; 3. Pemelihara dan peningkat keadilan dalam masyatakat; 4. Penjaga keseimbangan antara kepentingan perseorangan dan
kepentingan
umum (Sjachran Basah, 1985:25). Akibat hukum yang timbul tersebut dapat berupa penciptaan hubungan hukum yang baru maupun perubahan atau pengakhiran hubungan hukum yang ada. Dengan demikian tindakan hukum pemerintah di maksud memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1. Tindakan tersebut dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam kedudukannya sebagai penguasa, maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuurs organ); 2. Tindakan dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan; 3. Tindakan
yang
dimaksudkan
sebagai
sarana
untuk
menimbulkan
akibat
hukum (recht gevolgen) di bidang hukum administrasi; 4. Tindakan yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan umum; 5. Tindakan dilakukan berdasarkan norma wewenang pemerintah; 6. Tindakan tersebut berorientasi pada tujuan tertentu berdasarkan hukum; dan 7. Tindakan Hukum Pemerintah dapat berbentuk tindakan berdasarkan hukum publik dan berdasarkan hukum privat
Penerapan Penegakan Hukum Di Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi (MK) dibentuk pada tahun 2003 karena adanya kebutuhan menjawab berbagai persoalan hukum dan ketatanegaraan sebelumnya. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, MK diberi mandat oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) untuk melaksanakan lima kewenangan konstitusional, yaitu: 1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;
PPKn SMP K-7
120
2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang Dasar; 3. memutus pembubaran partai politik; 4. memutus perselisihan hasil pemilihan umum; 5. memberi pendapat kepada Dewan Perwakilan Rakyat terkait dengan pemakzulan presiden dan wakil presiden. Kewenangan konstitusional yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi tersebut pada dasarnya merupakan pengejawantahan prinsip checks and balances saling mangawasi yang bermakna bahwa setiap lembaga negara memiliki kedudukan yang setara, sehingga terdapat pengawasan dan keseimbangan dalam penyelenggaraan Negara, Mahkamah Konstutusi hadir dan berperan sebagai salah satu lembaga tinggi Negara yang memberikan kesegaran konstitusi serta pemberian hak konstitusional pada warga Negara, sehingga warga Negara dapat menuntut haknya ebgai warga Negara tanpa ada batasan dan halangan secara konstitusional. Dalam kaitan dengan kewenangannya untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, MK dilandasi oleh Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, kemudian diatur kembali dalam produk turunannya, yakni Pasal 10 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK). Teknis pelaksanaannya selanjutnya diatur dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06 Tahun 2005 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Pengujian UndangUndang. Permohonan pengujian undang-undang sendiri, dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertama, pengujian terhadap isi materi perundang-undangan atau norma hukum, biasa disebut pengujian materiil, dan kedua, pengujian terhadap prosedur pembentukan produk perundang-undangan, biasa disebut pengujian formil. D. Aktivitas Pembelajaran Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara‖, Anda perlu melakukan aktivitas pembelajaran sebagai berikut. PENERAPAN PENEGAKAN HUKUM YANG BERLAKU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA Kegiatan
Deskripsi Aktivitas Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan a. Narasumber atau instruktur mengkondisikan
PPKn SMP K - 7
15 menit
121
peserta diklat untuk siap menerima materi sajian serta memberi motivasi para peserta diklat b. Melakukan penjajakan melalui tanya jawab sekitar penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara c. Menampilkan kasus penyelewengan penegakan hukum serta lemahnya penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. d. Menyampaikan tujuan dan garis besar materi pelatihan yang akan dicapai.
Kegiatan Inti
1.
Meminta peserta membentuk kelompok 3-4 orang
2.
90 menit
Tiap kelompokmenjawab serta membahas permasalahan yang telah diberikan instruktur atau nara sumber sebelumnya yang di tulis didalam modul
3.
Tiap kelompok merumuskanhasil diskusi yang didapatkan dari masing-masing anggota kelompok
4.
Tiapa kelompok mencari informasi, data, sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang dimajukan.
5.
Tiap kelompok berdiskusi, curah pendapat untuk menemukan jawaban dari pertanyaan.
6.
Bila sudah selesai tiap kelompok harus mempresentasikan hasil dari diskusi yang telah mereka hasilkan
7.
Kelompok lain mempersiapkan pertanyaanpertanyaan seputar materi yang telah di bacakan oleh kelompok penyaji
8.
Masing-masing kelompok berembuk mencari pertanyan yang akan di tanyakan kepada kelopok penyaji
PPKn SMP K-7
122
9.
Setelah mendapatkan pertanyaan dari kelompok lain, kelompok penyaji mencari jawaban dalam kelompok dan membacakan hasil jawaban dari kelompokkepada kelompok penanya.
10. Kelompoklain bole memberikan masukan serta sanggahan terhadap jawaban kelompok penyaji. 11. Semua kelompok bergiliran untuk melakukan hasil diskusi dari kelompok masing-masing 12. Narsumber mengamati, mencermati hasil presentasi perserta diklat bila diperlukan diberi kesempatan kelompok lain memberi komentar terhadap hasil presentasi kelompok lain. e. Presentasi Hasil Kerja kelompok hasil kajian penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara Nara sumber mengklarifikasi bila terjadi kesalahan konsep, prosedur, langkah-langkah dari hasil kerja Penutup
1. Narasumber bersama peserta diklat membuat simpulan
15 menit
2. Narasumber melakukan tes secara tertulis 3. Narasumber
melakukan
refleksi
terhadap
kegiatan yang sudah dilakukan. Memberi tugas tindak lanjut mengidentifikasi permasalahan terhadap permasalahan penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. berdasarkan Kompetensi Dasar mapel ybs.
E. Latihan/Kasus/tugas Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 orang pada masing-masing kelompok dan Tugas dan Langkah Kerja untuk masing-masing kelompok sebagai berikut: Bahwa Setiap masing-masing kelompok harus membahas pertanyaan–pertanyaan a. Jelaskan pentingnya penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara PPKn SMP K - 7
123
b. Komitmen apa yang bisa anda lakukan terhadap penerapan penegakan hukum yang dilakukan di Indonesia c. Sikap dan perilaku seperti apa sebagai wujud komitmen Anda dalam mendukung penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara d. Apa akibatnya bila penerapan penegakan hukum yang dilakukan di Indonesia tidak berjalan dengan baik dan benar F. Rangkuman 1. Pengadilan negeri berkedudukan di ibu kota daerah kabupaten atau kota. Daerah hukumnya juga meliputi wilayah kabupaten atau kota. Pengadilan negeri bertugas untuk: a. memeriksa, b. memutus,dan c. menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama, d. serta dapat memberikan keterangan, e. pertimbangan f.
nasihat tentang hukum kepada instansi pemerintah didaerahnya apabila diminta
2. Sengketa tata usaha negara (sengketa administrasi negara) adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara (administrasi negara) antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara (pejabat administrasi negara) baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara (keputusan administrasi negara), termasuk kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Mahkamah Konstitusi (MK) dibentuk pada tahun 2003 karena adanya kebutuhan menjawab berbagai persoalan hukum dan ketatanegaraan sebelumnya. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, MK diberi mandat oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) untuk melaksanakan lima kewenangan konstitusional, yaitu: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar; b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang Dasar; c. memutus pembubaran partai politik; d. memutus perselisihan hasil pemilihan umum; e. memberi pendapat kepada Dewan Perwakilan Rakyat terkait dengan pemakzulan presiden dan wakil presiden.
PPKn SMP K-7
124
G. Umpan Balik Dan Tindak lanjut Dari proses pembelajaran serta skema pembelajaran yang sudah di sekemakan dalam Modul ini, anda harus melihat serta mencocokkan apakah kopetensi pencapaian anda sudah maksimal, dilihat dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam modul ini dengan jawaban yang seharusnya anda jawab, diskusikan dengan instruktur anda apakah jawaban anda sudah sesuai dengan kopetensi yang diharaakan oleh instruktur dalam modul ini, setelah kopetensi anda sudah dirasakan cukup, maka anda boleh melanjutkan kepada tahap pembahasan modul selanjutnya. H. Kunci Jawaban 1. Sangat penting karena penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, merupakan sebuah keharusan yang harus dicapai dalam Negara, kepercayaan dari masyarakat terhadap aparatur penegak huku dan pada hukum sendiri selalu dinilai dari penerapan penegakan hukum yang konsisten adil dan keadilan itu dapat dilihat serta dirasakan oleh masyarakat. 2. Komitmen yang harus dilakukan oleh warga Negara adalah ikut serta dalam penegakan hukum dengan cara membantu aparat penegak hukum dalam memberantas pelanggar hukum, dan menjaga serta menjauhkan diri pribadi dan atau masyarakat dari tindakantindakan yang melanggar hukum. 3. Ikut serta secara aktif dengan memberikan edukasi serta pemahaman kepada masyarakat, murid maupun orang yang berada di sekitar kita untuk memahami pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam penegakan hukum di Indonesia. 4. Akan terjadi kekacauan yang berkepanjangan yang disebabkan dari ketidak percayaan masyarakt dengan hukum dan aparatur penagak hukum serta, masyarakat akan mein hakim sendiri jika menemukan pelanggar hukum daam kehidupan sehari-hari. Penutup Penyajian modul yang berjudul penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, diharapkan dapat dipelajarai, dibahas dan dicobakan dalam kegiatan pembelajaran. Diharapakan peserta diklat PKB mendapatkan manfaat dari buku modul ini dan menemukan sesuatu yang baru tentang penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan/kelemahan. Oleh karenanya, dengan rendah hati kami mengharapkan adanya kritikan dan masukan yang produktif dari semua pihak, guna penyempurnaan lebih lanjut. Dengan penyempurnaan yang dilakukan secara terus menerus, PPKn SMP K - 7
125
maka akan dapat terwujud modul yang disempurnakan yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam mempersiapkan guru-guru dan tenaga kependidikan yang semakin handal dan professional pada bidangnya. Evaluasi Setiap peserta diklat diharuskan dan diwajibkan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dibawah ini: 1. Jelaskan pengertian serta fungsi pokok dan kewenangan dari pengadilan negeri? 2. Sebutkan fungsi serta tugas dari Pengadilan tata usaha Negara? 3. Sebutkan fungsi dari Mahkamah Konstitusi? 4. Jelaskan kegunaan dari lembaga peradilan yang ada di Indonesia? Glosarium Penegakan Hukum:
proses pemungsian norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pengadilan Negeri:
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kotakabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya.
Tata Usaha Negara:
sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Lembaga Peradilan:
badan atau organ yang melaksanakan peradilan. Peradilan adalah tugas atau fungsi yang dijalankan oleh pengadilan (lembaga
PPKn SMP K-7
126
peradilan). Lembaga peradilan mempunyai tugas menjalankan peradilan dengan seadil-adilnya.
Badan penyelenggara Negara:
Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Akibat hukum
akibat yang ditimbulkan oleh adanya suatu hubungan hukum. Suatu hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh undang-undang, sehingga kalau dilanggar akan berakibat, bahwa orang yang melanggar itu dapat dituntut di muka pengadilan
Daftar Pustaka H. A. Mui Fahmal: Peran Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih, Penerbit Kreasi Total Media, 2008, Yogyakarta. Hadjon, Philipus M., 1987, Perlindungan hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Sebuah Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya, Penerapannya oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara,
Bina Ilmu,
Surabaya Marbun, SF dan Moh. Mahfud MD, 1987, Pokok-Pokok Hukum Administrasi
Negara,
Yogyakarta : Liberty. Manan, Bagir, 1995, Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, Pusat Penerbitan Universitas LPPM–Universitas Islam Bandung. Purbopranoto, Kuntjoro, 1985, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dengan Peradilan Administrasi, Alumni, Bandung. Soemaryono dan Anna Erliyana, Tuntunan
Praktik Beracara di Peradilan
Tata Usaha
Negara, PT Primamedia Pustaka Jakarta 1999. Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
PPKn SMP K - 7
127
KEGIATAN PEMBELAJARAN 9
HARMONISASI DAN KERUKUNAN DALAM KEBERAGAMAN BERBINGKAI BHINEKA TUNGGAL IKA Oleh: Drs. Suparlan Al-Hakim A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang plural dan kaya akan budayanya, serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam keberagaman tersebut. Dengan Keberagaman yang ada di Indonesia ini, secara tidak langsung Indonesia telah membuktikan betapa kayanya terutama dalam hal berbudaya. Menurut Koentjaraningrat, di Indonesia terdapat 656 suku bangsa di berbagai daerah. Selain itu, Indonesia juga memiliki keanekaragaman suku bangsa yang memiliki bahasa, adat istiadat, sistem kepercayaan, organisasi sosial, dan perilaku budaya yang berbeda-beda. Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan. Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk dalam sebuah masyarakat negara yang terdiri atas masyarakat-masyarakat suku bangsa yang dipersatukan dan diatur oleh sistem nasional. Sebagai mana menurut J.S. Furnivall, bahwa masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas maupun kelompok-kelompok yang secara budaya dan ekonomi terpisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu dengan lainnya. Senada juga dengan yang apa yang dikemukanan oleh Clifford Geertz (dalam Al-Hakim, 2007)ia berpendapat bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi atas subsistemsubsistem yang lebih kurangnya berdiri sendiri dan dipersatukan oleh ikatan-ikatan primordial. Dari keberagaman itu Indonesia mampu menciptakan keselarasan yang dapat berjalan berdampingan, serta mampu menciptakan negeri yang damai dalam berbudaya. Justru inilah yang akan menjadi tantangan besar untuk generasi penerus bangsa Indonesia, yang mana kita ketahui bahwa mempertahankan tentu jauh lebih sulit dibandingkan dengan menciptakan. Inilah yang masih menjadi upaya bersama untuk mempertahankan keselarasan, keharmonisan, serta kerukunan yang terjalin dalam keragaman di Indonesia. B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap ―Harmonisasi dan Kerukunan dalam Keberagaman Berbingkai Bhinneka Tunggal Ika‖, agar mampu menjelaskan harmonisasi dan kerukunan dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika.
PPKn SMP K-7
128
C. Peta Kompetensi Harmonisasi dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tuggal Ika HARMONISASI DAN KERUKUAN DALAM KEBERAGAMAN BERBINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA
Kerukunan dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika
D. Ruang Lingkup Modul ini mencakup ruang lingkup materi yang terjabar dalam kegiatan Pembelajaran ―Harmonisasi dan Kerukunan dalam Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika.‖ E. Saran Cara Penggunaan Modul 1. Bacalah secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas! 2. Kerjakan tugas sesuai dengan petunjuk ya‘‘ng ditentukan dalam modul ini! 3. Kerjakan dengan cara berdiskusi dalam kelompok Anda! 4. Konsultasilah dengan narasumber/instruktur apabila Anda mengalami kesulitan mengerjakan tugas dalam modul ini. Kegiatan Pembelajaran 1 Harmonisasi dan Kerukunan dalam Keberagaman berbingkai Bhinneka TunggalIka A. Tujuan 1. Dengan mencermati materi modul peserta diklat mampu menjelaskan harmonisasi dalam Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika dengan benar. 2. Dengan tugas kelompok peserta diklat mampu menyimpulkan Kerukunan dalam Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika dengan benar. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. MenjelaskanHarmonisasi dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika. 2. Menyimpulkan Kerukunan dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika C. Uraian Materi 1. Harmonisasi dalam Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia adalah negara demokratis. Dengan ribuan gugusan kepulauan, banyaknya ras
dan
suku
menjadikan
Indonesia
mempunyai
keanekaragaman.
Terutama
keanekaragaman dalam masyarakatnya. Masyarakat yang terdiri dari beragam kebudayaan dan adat istiadat. Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan masyarakat yang beragam PPKn SMP K - 7
129
kebudayaan tersebut untuk tetap terjalin dengan harmonis dan tetap menjadi kekayaan Indonesia. Konstitusi ini juga menetapkan bahwa negara Indonesia harus didasarkan pada ideologi bangsa Indonesia yakni prinsip ketiga Pancasila yakni Persatuan Indonesia. Hal ini berarti bahwa masyarakat yang beranega ragam tadi harus tetap saling menghormati dan bertoleransi sehingga terbina keselaran atau keharmonisan hidup. Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya kehidupan masyarakat dan menjadi mediator ketika terjadi konflik. Menelisik tentang Bhineka Tunggal Ika semboyan bangsa Indonesia yang merupakan bentuk pernyataan kesatuan bangsa Indonesia atas segala keberagaman dan perbedaan yang ada. Semboyan yang berarti ―Berbeda – beda tetapi tetap satu jua‖ tersebut ternyata telah dicetuskan sejak jaman kerajaan Majapahit ratusan tahun yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk penghargaan dan toleransi terhadap perbedaan telah ada sejak jaman dahulu. Semboyan ini pula yang kemudian mengantarkan kerajaan Majapahit menjadi kerajaan dengan wilayah yang sangat luas mencakup berbagai macam ras dan suku yang ada di wilayah Nusantara. Dari pengalaman kerajaan Majapahit itulah, para tokoh peletak dasar negara Indonesia tetap menggunakan semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia dengan harapan bahwa bangsa Indonesia akan terus berjaya diatas perbedaan yang ada. Semboyan tersebut telah menjadi pengingat penting bagi seluruh bangsa Indonesia bahwa segala bentuk perbedaan ras, suku, bahasa daerah, perbedaan pemahaman maupun keyakinan bukanlah sebuah penghalang untuk menjadi kesatuan bangsa yang kuat.Jelas bahwa toleransi dan saling menghargai adalah sikap yang tersirat dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Tanpa adanya toleransi dan sikap saling menghargai, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah karena setiap orang saling mencela dan menganggap dirinya paling baik diantara yang lainnya. Masalah sosial yang terjadi di Indonesia karena adanya konflik atau kerusuhan agama seperti contohnya konflik dan pertikaian yang melanda masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999 telah berkembang menjadi aksi kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan semua tatanan kehidupan bermasyarakat. Kerusuhan di Ambon yang sudah terjadi beberapa kali, semua akibat hasutan informasi berantai. Isu yang tidak berdasar fakta sengaja dihembuskan untuk menyulut emosi kelompok-kelompok atau etnis yang kerap bertikai. Akibatnya, emosi tak terkendali membuat kekacauan di kota Ambon. Parahnya, persoalan kemudian dibelokkan ke masalah berbau SARA. Menurut Choerul Mahfud, konflik-konflik tersebut salah satu penyebabnya adalah kenyataan bangsa Indonesia yang multikultural. Mahfud menyatakan kemajemukan masyarakat itu memberikan dampak secara positif. Namun, pada sisi lain juga dapat menimbulkan dampak negatif karena faktor kemajemukan itulah justru terkadang sering
PPKn SMP K-7
130
menimbulkan konflik antar umat beragama. Adapun menurut Asep Jamaludin menuding multikultural sebagai salah satu penyebab timbulnya KKN ( Korupsi, Kolusi, Nepotisme), premanisme, perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, sparatisme, perusakan lingkungan dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu menghargai hak-hak orang lain. Saya sependapat dengan beliau karena dengan adanaya keragaman yang ada bisa menyebabkan adanya KKN karena orang cenderung akan mementingkan golongannya dan jika sudah berbicara kepentingan orang akan melakukan apa saja untuk golongannya. Dengan adanya kemajemukan masyarakat perlu adanya pendidikan multikultural. Pendidikan
ini
di
perkenalkan
dengan
tujuan
untuk
meredam
konflik
sekaligus
mendatangkan kebaikan dari keragaman budaya. Pendidikan multikultural di arahkan untuk meredam konfliksosial dengan cara mengembangkan sikap menghargai perbedaan budaya. Lingkungan pendidikan yang baik, harus di rancang untuk menciptakan suatu kehidupan yang menerima perbedaan, bisa hidup bersama secara harmonis, saling menghormati dan menghargai perbedaan. Sebenarnya pendidikan multikultural di posisikan sebagai solusi, sedangkan konflik sebagai gejalanya. Kalau kita melihat indikasi tersebut, maka kita harus mengetahui atau menganalisis faktor-faktor konflik apa saja yang terjadi di indonesia yang menjadi alasan pentingnya pendidikan multikultural. Faktornya seperti sentimen agama, faktor hukum (contoh konflik sengketa tanah), faktor ekonomi, faktor adat istiadat (konflik antar suku di papua), faktor kepentingan politik (konflik pilkada), faktor primordial ( konflik suporter bola, tawuran pelajar dan mahasiswa. Jika faktor tersebut dianalisis lebih dalam maka akan ditemukan faktor substansinya yaitu kurang mentoleransi ragam perilaku keberagaman, ketidakadilan penegak hukum, ketidakadilan sistem dan praktek ekonomi, lemahnya apresiasi prinsip-prinsip demokrasi, fanatisme kelompok, lemahnya sikap sportif dalam kompetisi. Faktor yang paling esensialnya adalah lemahnya toleransi beragama dan berbudaya, kurang tegaknya keadilan hukum dan ekonomi, belum di milikinya etika kompetisi. Masalah sosial seperti tawuran antar pelajar yang dapat menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa disebut sebagai kenakalan remaja namun sudah menjadi tindakan kriminal. Yang menjadi pertanyaan, adalah bagaimana bisa seorang pelajar tega melakukan tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena masalah-masalah kecil? Menurut saya karena adanya primordial contohnya suku jawa dan suku sunda dan etnosentrisme yaitu adanya perbedaan etnis dan yang terpenting sebenarnya sejak dini seharusnya sudah di tanamkan sikap tenggang rasa, saling menghormati dan menghargai satu sama lain itu adalah yang terpenting. Ini menjadi bekal untuk menciptakan keharmonisan bangsa.
PPKn SMP K - 7
131
2. Kerukunan dalam Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika Multikulturalisme
mengisyaratkan
pengakuan
terhadap
realitas
keragaman.
Pengakuan terhadap keragaman kultural tersebut mencakup keragaman suku, adat istiadat, termasuk keragaman agama. Lawrence Blum mendefenisikan multikulturalisme sebagai paham yang mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lubis, 2001). M.G.Smith dalam Abdul Rachman (2001) mendefinisikan bahwa multikultural bangsa sebagai sesuatu yang lebih dari hanya keragaman kebudayaan. Sebuah kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari kolektifitas kelompok-kelompok masyarakat yang bersifat majemuk. Dari segi etnitasnya terdapat 656 suku bangsa (Hidayat, 1997) dengan tidak kurang dari 300 jenis bahasa-bahasa daerah, dan di Irian Jaya saja lebih 200 bahasabahasa suku bangsa (Koentjaraningrat,1993). Penduduknya sudah mencapai 200 juta, yang menempatkan Indonesia pada urutan keempat dunia. Wilayah lingkungan utama kehidupannya juga memperlihatkan keberagaman. Ada komunitas yang mengandalkan pada laut sebagai sumber kehidupannya seperti orang Bajo. Orang-orang Bugis-Makasar, Bawean, dan Melayu dikenal sebagai masyarakat pesisir; serta terdapat pula komunitas-komunitas pedalaman, antara lain orang Gayo di Aceh, Tengger di Jawa Timur, Toraja di Sulawesi Selatan, Dayak di Kalimantan, dan lain sebagainya. Karakter keberagaman itu ditambah lagi dengan perbedaan-perbedaan tipe masyarakatnya. Sesungguhnya keberagaman tersebut sebagai suatu keadaan obyektif yang dimiliki bangsa Indonesia. Tetapi keberagaman itu tidak menghalangi keinginan untuk bersatu dan hidup secara rukun. Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhinneka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika memegang peran yang sangat penting bagi negara Indonesia dengan keberagamannya. Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kerukunan. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak keberagaman (suku, agama, ras, kesenian,adat, bahasa, dan lain sebagainya) namun tetap bisa bersatu dan hidup dalam kerukunan. Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras. Keberagaman tersebut dihormati dan dihargai serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Keberagaman bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk
PPKn SMP K-7
132
selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa. Keberagaman Indonesia memang tidak bisa dipungkiri juga bisa berpotensi menimbulkan berbagai macam konflik atau perselisihan. Misalnya dari salah satu keberagaman agama di Indonesia. Perbedaan terjadi pada hampir semua aspek agama, baik di bidang konsepsi tentang Tuhan maupun konsepsi pengaturan kehidupan. Hal ini dalam prakteknya, cukup sering memicu konflik fisik antara umat berbeda agama. Konflik Maluku, Poso, ditambah sejumlah kasus terpisah di berbagai tempat di mana kaum Muslim terlibat konflik secara langsung dengan umat Kristen adalah sejumlah contoh konflik yang – sedikit banyak- dipicu oleh perbedaan konsep di antara kedua agama ini. Pandangan stereotip satu kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya menjadi satu hal yang muncul bersamaan dengan terdengarnya genderang permusuhan, yang diikuti oleh upaya saling serang, saling membunuh, membakar rumah-rumah ibadah seteru masing-masing, dan sebagainya. Dalam laporan PGI dan KWI kepada Komnas HAM, tercatat 108 kasus penutupan, penyerangan dan pengrusakan gereja terjadi sejak tahun 2004-2007. Dengan rinciannya, pada tahun 2004 terdapat 30 kasus, 2005 ada 39 kasus, 2006 ada 17 kasus dan 2007 ada 22 kasus. Adapun provinsi yang terbanyak terjadi kasus-kasus tersebut adalah Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Poso dan Bengkulu. Munculnya aliran-aliran keagamaan seperti Al Qiyadah Al Islamiyah, Ahmadiyah, Lia Eden dan lain sebagainya memperlihatkan bahwa persoalan tentang agama menjadi sedemikian kompleks. Atas dasar kebebasan beragama dan pluralisme, sebenarnya hal tersebut tidaklah perlu terjadi. Namun demikian, kita tidak dapat sepenuhnya menampik bahwa hal tersebut terjadi karena adanya disharmomisasi hubungan antar umat beragama, akibat tidak adanya sikap saling menghormati keyakinan ajaran agama umat lain. Padahal jika semua pihak memaknai ―toleransi‖ (―menghargai perbedaan‖) dengan tepat, bukan tidak mungkin persoalan tersebut dapat diminimalisir. Persoalan-persoalan
dan
perselisihan
yang
diakibatkan
perbedaan
karena
keberagman masyarakat Indonesia ini tentunya memang akan berdampak pada bagaimana cara yang tepatuntuk menciptakan integrasi bangsa. Seperti yang dijelaskan oleh Nasikun, yakni; 1) terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki kebudayaan, atau lebih tepat sub-kebudayaan, yang berbeda satu sama lain; 2) memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat dasar; 3) kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar; 4) secara relatif seringkali terjadi konflik antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain; 5) secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi; serta 6) adanya dominasi politik suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain. PPKn SMP K - 7
133
Sehingga memang diperlukan beberapa landasan pokok untuk mewujudkan sistem sosial itu dapat terintegrasi dari berbagai multikultural, yakni pertama, suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus diantara sebagian anggota masyarakat akan nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental. Kedua, suatu masyarakat senantiasa terintegrasi juga oleh karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliations). Oleh karena itu setiap konflik yang terjadi diantara suatu kesatuan sosial dengan kesatuankesatuan sosial yang lain segera akan dinetralisir oleh adanya masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Tidak kalah pentingnya semangat berbhinneka tunggal ika juga perlu kita tingkatkan. Yang mana dari keberagaman itu Indonesia mampu menciptakan keselarasan yang dapat berjalan berdampingan, serta mampu menciptakan negeri yang damai dalam berbudaya. Dan justru inilah yang akan menjadi tantangan besar untuk generasi penerus bangsa Indonesia, yang mana kita ketahui bahwa mempertahankan tentu
jauh lebih sulit
dibandingkan dengan menciptakan. Inilah yang masih menjadi upaya bersama untuk mempertahankan keselarasan atau keharmonisanyang terjalin dalam keragaman di Indonesia. Indonesia sebagai negara yang berdaulat memilki kebijaksanaan local (local wisdom).. Nilai-nilai yang kita punya, yang terbentuk melalui proses yang panjang dan dilatarbelakangi oleh penyesuaian karakteristik iklim, karakteristik keadaan alam, maupun karakteristik sosiologis kemasyarakatan, membentuk budaya, norma, dan nilai-nilai yang patut kita acungkan jempol dan tentu saja paling sesuai dengan diri kita sebagai masyarakat Indonesia. Indonesia adalah bangsa yang beradab dan memilki peradaban. Indonesia sangatlah unik dan memilikii karakteristik yang khas. Tinggal bagaimana caranya agar bisa menanamkan sikap toleransi sejak dini. Agar kelak ketika sudah dewasa. Dia bisa memanfaatkan dan menggunakan nilai-nilai yang telah diajarkan dulu. Kita ketahui bahwa toleransi dan saling menghargai adalah sikap yang tersirat dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Tanpa adanya toleransi dan sikap saling menghargai, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah karena setiap orang saling mencela dan menganggap dirinya paling baik diantara yang lainnya. Masih banyaknya masalah sosial yang terjadi di masyarakat karena faktor perbedaan ras, suku, agama. Dengan adanya kemajemukan masyarakat perlu adanya pendidikan multikulturaluntuk menciptakan suatu kehidupan yang menerima perbedaan, bisa hidup bersama secara harmonis, saling menghormati, menghargai perbedaan dan hidup dalam kerukunan.
PPKn SMP K-7
134
D. Aktivitas Pembelajaran Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―Harmonisasi dan Kerukunan dalam Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika‖, Anda perlu melakukan aktivitas pembelajaran sebagai berikut. Kegiatan Pendahuluan
Alokasi
Deskripsi Aktivitas Kegiatan
Waktu
a. Bangunlah motivasi belajar Anda untuk mengikuti proses 15 menit pembelajran dan kebermaknaan mempelajari materi modul
―Harmonisasi
dan
Kerukunan
dalam
Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika‖. b. Lakukan adaptasi modul (judul modul, lingkup Kegiatan Pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul) ini. c. Perhatikan informasi instruktur Anda mengenai scenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil kerja sebagai indikator capaian kompetensi peserta dalam penguasaan materi modul Kegiatan Inti
a. Tahapan Konsentrasi.
150
Bacalah dengan cerdas dan cermat (secara individual)
menit
agar anda mampu mendapatkan pemahaman terhadap materi modul Anda! b. Tahapan Dialog. 1) Peserta diklat membagi diri ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan keperluan) 2) Kelompok mendiskusikan materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul. 3) Presentasi
kelompok,
pertanyaan,
saran
dan
komentar. 4) Penyampaian hasil diskusi. 5) Instruktur/narasumber
memberikan
klarifikasi
berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok . c. Tahap Kristalisasi Penyusunan rekomendasi serta komitmen peserta diklat terhadap harmonisasi dan kerukunan dalam
PPKn SMP K - 7
135
keberagaman berbingkai bhineka tunggal ika. Penutup
a. Peserta di bawah fasilitas narasumber menyimpulkan
15 menit
hasil pembelajaran. b. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. c. Mencermati umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
E. Latihan/ Kasus/ Tugas Diskusikan bersama kelompok Anda (4-5) orang teman diklat mengenai beberapa persoalan berikut! 1. Sebutkan bukti keberagaman masyarakat Indonesia dengan menunjukkan contoh konkrit! 2. Jelaskan maksud dari kerukunan dan harmonisasi masyarakat Indonesia dengan keberagamannya! 3. Apakah fungsi bhinneka tunggal ika dalam mewujudkan harmonisasi dan kerukunan masyarakat Indonesia?
F. Rangkuman Keberagaman masyarakat Indonesia terlihat dalam berbagai perbedaan budaya, agama, ras, suku, dan bahasa. Keberagaman tersebut merupakan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa, untuk selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa. Namun, di lain sisi juga berpotensi terbentuknya konflik. Misalnya saja konflik karena perbedaan agama, prinsip keagamaan, perbedaan pendapat,
perbedaan budaya, dan lain sebagainya.
Sebagai negara yang tingkat keberagamannya tinggi maka harus terjadi harmonisasi dan kerukunan bangsa agar bisa mencapai tujuan bangsa. Bhinneka Tunggal Ika memegang peran yang sangat penting bagi negara Indonesia dengan keberagamannya. Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak keberagaman (suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya) namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air.
PPKn SMP K-7
136
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Silahkan cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban di bawah. Apabila benar semua (3 soal latihan tugas terjawab dengan baik) maka Anda dinyatakan telah memenuhi kompetensi yang ditentukan . Sehingga Anda bisa melanjutkan kegiatan pembelajaran berikutnya.
H. Kunci Jawaban Kunci jawaban dari latihan soal yang ada dalam modul ini adalah sebagai berikut. 1. Contoh keberagaman masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut: komunitas yang mengandalkan pada laut sebagai sumber kehidupannya seperti orang Bajo. Orangorang Bugis-Makasar, Bawean, dan Melayu dikenal sebagai masyarakat pesisir; serta terdapat pula komunitas-komunitas pedalaman, antara lain orang Gayo di Aceh, Tengger di Jawa Timur, Toraja di Sulawesi Selatan, Dayak di Kalimantan, dan lain sebagainya. Berbagai macam suku bangsa yang tersebar diberbagai daerah: Pulau Sumatra: ada suku Aceh, Batak, Karo, Mandailing, Melayu,Lampung , Komering, dan Minangkabau; Pulau Jawa: ada suku Banten, Betawi, Badui, Jawa, Karimun,Madura, dan Tengger; Pulau Bali: suku Bali; Kepulauan Nusa Tenggara: ada suku Alor, Atoni, Adonara, Belu, Bima, Bodha,Damar, Dompu, Ende, Flores, Helong,Kupang, Larantuka, Lombok, Mambaro,dan Riung; Pulau Kalimantan : ada suku Abai, Adang, Banjar, Berusu, Bulungan, Busang, Dayak, Dusun, Melanau, Murik,Punan, dan Tabuyan; Pulau Sulawesi: ada suku Ampana, Bada, Bajo, Bobongko, Bugis, Gimpu, Kulawi, Lampu, Makassar, Parigi, Selayar, Toli-toli, dan Toraja; Kepulauan Maluku: ada suku Aru, Buru, Galela, Kei, Loda, Moa, Seram, Tanibar, dan To Belo; Pulau Papua:ada suku Asmat, Anggi, Arguni, Biak, Bintuni, Dani, Jakui, Mapia, Mimika, Moni, Muyu, Senggi, Sentani, dan Waigeo. Dan masih banyak lagi. 2. Maksud harmonisasi dan kerukunan masyarakat Indonesia di tengah keberagamannya adalah keserasian hidup, kebersamaan, dan toleransi yang terjalin dalam hubungan sosial kehidupan kemasyarakatan. Sehingga dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang nyaman, damai dan sejahtera. Tidak terjadi konflik atau perselisihan walaupun terdapat berbagai macam perbedaan, sebab masyarakat hidup dengan penuh kesadaran akan keberagaman masyarakat. 3. Fungsi Bhinneka Tunggal Ika dalam mewujudkan harmonisasi dan kerukunan masyarakat Indonesia adalah menjadi semboyan, semangat, motivasi dan sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Dengan berbhinneka tunggal ika, maka msyarakat bangsa Indonesia akan bisa saling menghargai dan bertoleransi teradap perbedaan yang ada.
PPKn SMP K - 7
137
Penutup Demikianlah modul Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP. Semoga melalui modul ini peserta diklat bisa memahami dengan baik materi tentang ―Harmonisasi dan Kerukunan dalam Keberagaman Berbingkai Bhinneka Tunggal Ika‖.
Evaluasi Jawablah pertanyaan berikut dengan singat dan jelas! 1. Apakah yang dimakasud dengan keberagaman masyarakat Indonesia? 2. Sebutkan problematika masyarakat yang disebabkan keberagaman budaya? 3. Bagaimanakah peran Bhinneka Tunggal Ika dalam mewujudkan kerukunan masyarakat yang beraneka ragam? 4. bagaimanakah cara mewujudkan harmonisasi dan kerukunan dalam keberagaman masyarakat Indonesia?
Glosarium Disharmonisasi
: adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia ligkungannya. Disharmonisasi juga berarti bahwa adnya ketidakselarasan.
Konsensus
: kesepakatan kata atau pemufakatan bersama (mengenai pendapat, pendirian, dan sebagainya) yang dicapai melalui kebulatan suara.
Konsepsi
: pengertian; pendapat (paham); rancangan (cita-cita dan sebagainya) yang telah ada dalam pikiran.
Primordialisme
: adalah perasaan kesukuan yg berlebihan. Sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya. Ikatan seseorang pada kelompok yang pertama dengan segala nilai yang diperolehnya melalui sosialisasiakan berperan dalam membentuk sikap primordial.
Segmentasi
: pembagian dalam segmen; pembagian struktur sosial ke dalam unit-unit tertentu yang sama.
PPKn SMP K-7
138
Daftar Pustaka _____. Menciptakan Harmonisasi Keberagaman di Indonesia, (Online), (http://www.kompasiana.com/bondanwibisono/menciptakan-harmonisasikeberagaman-di-indonesia_55004148813311091bfa7449), diakses tanggal 1 Desember 2015
Akhyar Yusuf Lubis. Dekonstruksi Epistemologi Modern. (Jakarta: Pustaka Indonesia Satu). 2001, h. 174.
Al Hakim, Suparlan dkk. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Malang: Madani (Kelompok Intrans Publishing)
Al Hakim, Suparlan. 2015. Pengantar Studi Masyarakat Indonesia. Malang: Madani (Kelompok Intrans Publishing)
Lukman, Roni, Membina Harmonisasi Kehidupan Antar Etnis di Provinsi Gorontalo, Universitas Negeri Gorontalo.
Sabara. Potret kerukunan Umat Beragama pada Masyarakat Multikultur (Studi Kerukunan Umat Beragama di Desa Banuroja, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo). Hasil penelitian Peneliti Balai Litbang Agama Makassar.
Suhardi, Membangun Harmonisasi Umat Beragama, Malaysia: Universitas Kebangsaaan Malaysia (UKM)
PPKn SMP K - 7
139
KEGIATAN PEMBELAJARAN 10
PERWUJUDAN PERSATUAN DAN KESATUAN DALAM BERBAGAI LINGKUNGAN KEHIDUPAN Oleh: Dr. Rasyid Al-Atok, M.H., M.Pd. A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan wilayah yang memiliki beribu kepulauan yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Setiap pulau dihubungkan oleh laut yang terbentang di sekitarnya. Ada yang jaraknya cukup pendek dan ada pula yang yang cukup lebar. Namun hal ini bukanlah menjadi satu alasan yang bisa menyebabkan terjadinya perpecahan bagi masyarakat Indonesia, karena keseluruhan wilayah itu adalah satu kesatuan yang utuh dan telah menjadi ciri khas Nusantara sejak dulu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi adanya keberagaman masyarakat Indonesia. Salah satu diantaranya adalah letak geogarfis yang berada di jalur perdagangan internasional. Negara kita memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, satu hal yang begitu diinginkan oleh bangsa asing, yang menjadi salah satu faktor datangnya para pedagang asing ke Indonesia. Selain berdagang, bangsa asing tersebut memiliki tujuan lain yang berupa menyebarkan ajaran agama mereka. Itulah mengapa timbul keberagaman agama di Indonesia. Agama Hindu dan Budha merupakan kepercayaan yang dibawa oleh bangsa India saat melakukan perdagangan ke Indonesia. Setelah itu muncul pula para pedagang muslim yang kemudian menyebarkan ajaran Islam. Ajaran Kristen dan Katolik disebarkan oleh bangsa Eropa. Dalam hal keberagaman ras, di Indonesia terdapat beberapa ras yang antara lain yaitu ras Malayan-Mongoloid yang terdapat di provinsi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi. Ada pula ras Melanesoid yang banyak terdapat pada daerah Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, terdapat ras Asiatic Mongoloid, misalnya saja orang Tionghoa, Jepang, dan Korea. Ini merupakan ras yang telah banyak menyebar di seluruh pelosok Nusantara, namun terkadang mereka berkumpul dan menetap pada satu wilayah tertentu. Yang terakhir adalah ras Kaukasoid, tidak lain merupakan orang India, Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika. Perbedaan suku, ras, agama, budaya, kebiasaan, adat isttiadat, dan lain sebagainya merupakan suatu keragaman yang membuat Indonesia menjadi bangsa yang kaya. Namun, hal ini juga bisa menjadi penyebab timbulnya konflik dalam masyarakat. Tidak sedikit konflik antar kelompok yang terjadi akibat adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Namun, konflik yang terjadi belum sampai menimbulkan perpecahan.
PPKn SMP K-7
140
Ada dampak positif dan dampak negatif dengan adanya keberagaman masyarakat Indonesia, baik bagi diri sendiri, masyarakat, serta bangsa dan negara. Dampak positifnya diantaranya
adalah adanya manfaat terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa,
sedang dampak negtifnya bisa menimbulkan ketidakrukunan yang kemudian dapat menimbulkan perpecahan yang selanjutnya dapat menghancurkan bangsa dan negara. Perbedaan yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat dapat memberi beberapa manfaat bagi para pelajar, dan guru. Jika semua hal yang dilakukan di dalam satu sekolah selalu sama, maka kehidupan akan terasa hambar dan monoton. Disinilah pentingnya kreatifitas serta inovasi yang akan membuat perkembangan besar khususnya bisa terdapat perbedaan cara berpikir dan berpendapat. Karena itu, untuk dapat hidup berdampingan secara harmonis di tengah—tengah keberagaman, maka diperlukan sikap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. Persatuan dan kesatuan tersebut harus diwujudkan dalam berbagai lingkungan kehidupan, baik di lingkungan sekolah, pergaulan, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Guru PPKn perlu mendapatkan bekal pengetahuan mengenai perwujudan persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di berbagai llingkungan kehidupan.. B. TUJUAN Tujuan modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru mata pelajaran PPKn SMP tentang Perilaku Toleransi Masyarakat terhadap Keberagaman Suku, Agama, Ras, Budaya, dan Gender, agar mampu :
1) Menunjukkan perwujudan kesatuan dann persatuan dalam lingkungan kehidupan sekolah.
2) Menunjukkan perwujudan kesatuan dann persatuan dalam lingkungan kehidupan pergaulan.
3) Menunjukkan perwujudan kesatuan dann persatuan dalam lingkungan kehidupan masyarakat.
4) Menunjukkan perwujudan kesatuan dann persatuan dalam lingkungan kehidupan bangsa dan negara. C. PETA KOMPETENSI
Menunjukkan perwujudan kesatuan dan pesatuan dalam lingkungan sekolah. Menunjukkan perwujudan kesatuan dan pesatuan di berbagai lingkungan kehidupan. PPKn SMP K - 7
Menunjukkan perwujudan kesatuan dan pesatuan dalam lingkungan pergaulan. Menunjukkan perwujudan kesatuan dan pesatuan dalam lingkungan kehidupan masyarakat. Menunjukkan perwujudan kesatuan dan pesatuan dalam lingkungan kehidupan bangsa
141
D. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Modul Perilaku Keberagaman Masyarakat Indonesia ini meliputi: (1)Perwujudan kesatuan dann persatuan dalam lingkungan kehidupan sekolah.; (2) Perwujudan kesatuan dann persatuan dalam lingkungan pergaulan.; (3) Perwujudan kesatuan dann persatuan dalam lingkungan kehidupan masyarakat; (4) Perwujudan kesatuan dann persatuan dalam lingkungan kehidupan bangsa dan negara. E. SARAN CARA PENGGUNAAN MODUL
1) Baca dan pelajari secara cermat modul ini sebelum Anda mengerjakan tugas. 2) Laksanakan pembelajaran dan kerjakan tugas sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini .
3) Tugas dikerjakan secara berkelompok, berdiskusilah dengan kelompok masing-masing sesuai dengan ketentuanyang ada dalam modul ini..
4) Berkonsultasilah dengan Narasumber bila mengalami kesulitan dalam mempelajari modul dan mengerjakan tugas. KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran
a. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menunjukkan perwujudan kesatuan dan persatuan dalam lingkungan kehidupan sekolah.
b. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menunjukkan perwujudan kesatuan dan persatuan dalam lingkungan pergaulan.
c. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menunjukkan perwujudan kesatuan dan persatuan dalam lingkungan kehidupan masyarakat.
d. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menunjukkan perwujudan kesatuan dan persatuan dalam lingkungan kehidupan bangsa dan negara.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
a. Peserta diklat mampu mampu menunjukkan perwujudan kesatuan dan persatuan dalam lingkungan kehidupan sekolah.
b. Peserta diklat mampu mampu menunjukkan perwujudan kesatuan dan persatuan dalam lingkungan pergaulan.
c. Peserta diklat mampu mampu menunjukkan perwujudan kesatuan dan persatuan dalam lingkungan kehidupan masyarakat.
d. Peserta diklat mampu mampu menunjukkan perwujudan kesatuan dan persatuan dalam lingkungan kehidupan bangsa dan negara.
PPKn SMP K-7
142
C. Uraian Materi Pembelajaran a. Keberagaman Masyarakat Indonesia Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang di Indonesia. Perbedaan tersebut terutama dalam hal suku bangsa, ras, agama, keyakinan, sosial-budaya, kebiasaan, dan jenis kelamin. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan kekayaan dan keindahan bangsa. Indonesia adalah Negara Kesatuan yang penuh dengan keragaman, yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Keberagaman budaya atau ―cultural diversity‖ yang ada di Indonesia adalah fakta dan keniscayaan yang taak dapat dihindari. Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta tinggal tersebar di berbagai pulau besar dan kecil dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragam jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia dengan nuansa keagamaan. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitas yang tinggi, sehingga dengan keanekaragaman kebudayaannya itu, Indonesia mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Di sisi lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
PPKn SMP K - 7
143
b. Makna Persatuan dan Kesatuan Persatuan dan kesatuan sendiri berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan dan kesatuan mengandung arti ―bersatunya macammacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.‖ Persatuan berarti perkumpulan dari berbagai komponen yang membentuk menjadi satu. Sedangkan Persatuan mengandung makna terikatnya beberapa bagian menjadi satu kesatuan, sedangkan kesatuan mengandung makna keadaan yang merupakan satu keutuhan. Persatuan & kesatuan merupakan senjata yang paling ampuh bagi bangsa Indonesia baik dalam rangka merebut, mempertahankan maupun mengisi kemerdekaan. Persatuan mengandung arti ―bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.‖ Persatuan Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan serta kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini terjadi dalam proses yang dinamis dan berlangsung lama karena persatuan & kesatuan bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yangditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali. Unsurunsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Masuknya kebudayaan dari luar terjadi melalui proses akulturasi (percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen, dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan yang datang dari luar diseleksi oleh bangsa Indonesia. Kemudian, sifatsifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi, persatuan & kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah, dan lain-lain. Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan awal dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Indonesia yang diproklamasikan oleh para pendiri negara adalah negara kesatuan. Sila ketiga Pancasila berbunyi Persatuan Indonesia. Pasal 1 Ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan, ―Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik‖. c. Prinsip-priinsip dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan dalam Berbagai Liingkungan Kehidupan Semangat persatuann dan kesatuan haruslah diwujudkan dalam kehidupan seharihari di berbagai lingkungan kehidupan, baik dilingkungan sekolah, pergaulan, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Ada beberapa prinsip yang harus
PPKn SMP K-7
144
dipegang teguh dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan tersebut, diantarnya adalah: 1) Prinsip Bhinneka Tunggal Ika Dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan kita harus berpegang pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Meskipun kita banyak mempunyai perbedaan namun kita tetap satu. Persatuan dan kesatuan tidak boleh menghilangkan perbedaan yang menjadi ciri karekteristik masing-masing. Artinya kita harus tetap ―bersatu dalam peerbedaan, dan berbeda dalam persatuan‖. 2) Prinsip Nasionalisme Indonesia Nasionalisme atau rasa kebangsaan harus lebih kita utamakan daripada rasa kesukuan atau golonngan. Kesadaran sebagai satu bangsa, dan kehendak untuk hidup bersama di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah faktor terpenting bagi
terwujudnya pesatuan dan kesatuan dalam
berbagailingkungan kehiidupan. 3) Prinsip Wawasan Nusantara Prinsip wawasan nusantara ini mengandung arti bahwa masyarakat Indonesia yang mendiami wilayah yang berada di berbagai pulau yang tersebar di seluruh nusantara harus itempatkan dalam kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan yang demikian, maka manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional.
D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dalam kegiatan pembelajaran dengan mata diklat ―Perwujudan Persatuan dan Kesatuan dalam Berbagai Lingkungan Kehidupan‖`ini dirancang sebagai berikut :
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan
a. Memberikan motivasi kepada peserta diklat
Alokasi Waktu 15 menit
agar mengikuti proses pembelajaran dalam diiklat dengan sungguh-sungguh; b. Menyampaikan kompetensi dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran modul ini. c. Menyampaikan proses dan langkah-langkah
PPKn SMP K - 7
145
pembelajaran dalam modul yang harus diikuti oleh pesertadiklat. Kegiatan Inti
a. Penyamppaian pengantar pokok-pokok materi. b. Penyampaian
permasalahan
yang
perlu 105menit
dipecahkan melalui diskusi. c. Pembentukan kelompok peserta diklat: 1)
Penyampaian tata kerja diskusi kelompok beserrta waktunya‘
2)
Peserta diklat dibagi menjadi 4 kelompok (A, B, C, dan D) dengan anggota masingmasing sekiitar 7 orang.
3)
Pemberian
tugas
mencari
sumber
informasi/data untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang harus dijawab atau
dipecahkan
Peserta
bebas
oleh
peserta
mengggunakan
diklat. sumber
belajar, internet. 4)
Pelaksanaan
diskusi
kelompok
dalam
kelompok sesuai dengan tugasnya masingmasing dalam waktu yang telah disepakati bersama antara narasumber dan peserta diklat. 5)
Penyusunan
laporan
hasil
diskusi
kelompok. 6)
Presentasi hasil diskusi kelompok secara bergilliran.
7)
Pemberian tanggapan oleh peserta diklat terhadap hasil diskusi kelompok.
8)
Pemberian penegasan danklarifikasi dari narasumber atas proses dan hasil diskusi serta presentasi masing-masing kelompok.
KegiatanPen utup
a. Penyimpulan bersama antara narasumber dan
15 menit
peserta diklat atas hasil pembelajaran. b. Refleksi dan umpan balik atas proses dan hasil pemmbelajaran. c. Merencanakan pembelajaran berikutnya.
PPKn SMP K-7
146
F. TUGAS Carilah informasi dari berbagai sumber dan diskusikan beberapa permasalahan di bawah dalam kelompok masing-masing: Kelompok 1: Tunjukkan contoh dari perwujudan persatuan dan kesatuan keberagaman di lingkungan sekolah. Kelompok 2: Tunjukkan contoh dari perwujudan persatuan dan kesatuan keberagaman di lingkungan pergaulan. Kelompok 3: Tunjukkan contoh dari perwujudan persatuan dan kesatuan keberagaman di lingkungan masyarakat. Kelompok 4: Tunjukkan contoh dari perwujudan persatuan dan kesatuan keberagaman di lingkungan bbangsa dan negara. G. RANGKUMAN 1. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai suku, ras, pemeluk agama, budaya, dan kebiasaan; 2. Keberagaman adalah sebuah keniscayaan bagi bangsa Indonesia yang harus diterima dengan lapang dada dan penuh rasa syukur dengan segala dampakpositif dan negatifnya. 3. Untuk mennjaga keutuhan dan kelangsungan hiudp bangsa indonesia, maka semangat persatuan dan kesatuan harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di berbagai lingkungan kehidupan, baik di lingkungan sekolah, pergaulan, masyarakat, maupun bangsa dan negara.
Evaluasi Evaluasi atau penilaian yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah penilian auutentik dengan menggunakan teknik observasi. Penilaian dilakukan baik terhadap kelompok maupun individu peserta diklat selama proses pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai meliputi: 1. Keaktifan peserta diklat dalam diskusi kelompok mengerjakan tugas. 2. Kemampuan peserta diklat dalam mengemukakan pendapat. 3. Sikap peserta diklat dalam menghormati dan menghargai perbedaan pendapat. 4. Kemampuan peserta diklat dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik. 5. Kualitas isi tanggapan peserta diklat. 6. Kebersamaan peserta diklat dalam melakukan diskusi kkelompok dan presentasi. 7. Kebersamaan peserta diklat dalam memberikan tanggapan. 8. Ketepatan dan kedisiplinan peserta diklat dalam penggunaan waktu yang disediakan. 9. Keseriusan peserta diklat dalam menyiapkan bahan penyajian. PPKn SMP K - 7
147
10. Kesungguhan peserta diklat dalam menyampaikan penyajian dan tanggapan.
FORMAT OBSERVASI PENILAIAN INDIVIDUAL Tabel3: FORMAT OBSERVASI PENILAIAN INDIVIDUAL Sikap N o
Nama Mahasisw a
Keaktifa n
Kemampuan
mengharg
mengemukak
ai
an pendapat.
perbedaan pendapat
Kemampua n berbahasa Indonesia.
Kualitas
JUMLA
tanggapa
H
n
SKOR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan : Nilai masing-masing aspek adalah 4 = Sangat Baik, 3 = Baik, 2 = Kurang Baik, dan 1 = Tidak Baik
FORMAT OBSERVASI
PPKn SMP K-7
148
PENILAIAN KELOMPOK
KELOMPOK : ____________________ Tabel 4:Format Observasi Penilaian Kelompok No
ASPEK YANG DINILAI
Sangat Baik 4
1
2
3
4
Baik 3
Kurang
Tidak
Baik
Baik
2
1
Skor
Kebersamaan dalam melakukan presentasi Kebersamaan dalam memberikan tanggapan Ketepatan dalam penggunaan waktuyang Keseriusan dalam menyiapkan bahan sajian Kesungguhan dalam
5
menyampaikan dalam menyampaikan penyajian dan tanggapan JUMLAH SKOR
DAFTAR PUSTAKA PPKn SMP K - 7
149
Ali, M. 2003. Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan. Jakarta. PT Kompas Media Nusantara. Wiriatmadja. 2009. Perspektif Multikultural dalam Pengajaran Sejarah. Jurnal Pendidikan. Vol 15 (4): 368-382. http://kekayaanindonesiaku.blogspot.co.id/p/kekayaan-dan-keragaman-indonesia.html http://www.plengdut.com/2014/09/faktor-penyebab-keberagaman-masyarakat.html https://nurutamidarojah.wordpress.com/sesi-2/bab-2-bertoleransi-dalam-keberagaman-diindonesia/b-perilaku-toleran-terhadap-keberagaman-dalam-bingkai-bhineka-tunggalika/ http://www.plengdut.com/2014/09/makna-persatuan-dan-kesatuan.html
PPKn SMP K-7
150
KEGIATAN PEMBELAJARAN 11
PERMASALAHAN MENJAGA, MEMPERKUAT DAN MEMPERKOKOH NKRI Oleh: Yudarini Probowati, S.Pd. A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa besar yang mempunyai latar belakang sejarah yang panjang. Hal ini antara lain dibuktikan dari adanya kerajaan-kerajaan di wilayah Nusantara yang menjadi penguasa Asia Tenggara di masa lalu sebelum terbentuknya Republik Indonesia. Kita mengenal, kerajaan besar Sriwijaya pada abad ke-7 dan Majapahit pada abad ke-14. Namun ironisnya kedua kerajaan besar itu pada akhirnya runtuh bukan disebabkan oleh invasi dan serbuan musuh dari luar, tetapi akibat terjadinya konflik dalam negeri yang berkepanjangan. pada satu sisi mengingatkan tentang bahaya besar konflik, dan di sisi TANTANGAN yang dihadapi NKRI 2 lain mengingatkan pula tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia. Tentu menarik untuk menghubungkan hal-hal penting tersebut dengan beberapa realitas kekinian. Hal lain yang menjadi permasalahan dalam menjaga NKRI, karena Kondisi geografis Indonesia (aspek geopolitik), Terjadinya perang antar suku, kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik berbeda (aspek budaya), Ancaman dari luar termasuk Separatisme atau keinginan memisahkan diri dari negara kesatuan Republik lndonesia jika tidak diketahui akar permasalahannya dan ditanggani secepatnya akan membuat keutuhan negara Republik lndonesia terancam Sepanjang sejarah perlalanan bangsa lndorresia telah beberapa kali penberontakan dan kasus separatisme Keutuhan Negara Kesatuan Republik lndonesia merupakan hasil perjuangan para pahlawan, bangsa yang diamanatkan kepada kita, yang harus tetap terjaga dan nantinya dapat diwariskan kepada anak cucu berikutnya. B. Ruang Lingkup Ruang lingkup modul Perencanaan Pembelajaran PPKn SMP ini sebagai salah satu mata diklat PKB
Grade -7 bagi guru mata pelajaran PPKn SMP meliputi
Permasalahan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI. C. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Permasalahan menjaga, memperkuat dan
PPKn SMP K - 7
151
memperkokoh NKRI, agar mampu menguraikan Permasalahan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI. D. Peta Kompetensi
Permasalahan menjaga NKRI
Permasalahan Menjaga, Memperkuat dan Memperkokoh NKRI
Permasalahan persatuan dan kesatuan untuk memperkuat dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia Permasalahan penjagaan pulau terluar dan perbatasan .
(sbr: silabi diklat pasca UKG Mapel PPKn SMP P4TK PKN dan IPS Batu, 2015)
E. Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran Menguraikan Permasalahan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI F. Saran Cara Penggunaan Modul a. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas b. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . c. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu d.
Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas
Kegiatan Pembelajaran A.
Tujuan Dengan
membaca
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
Menguraikan
Permasalahan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI dengan benar. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu menguraikan Permasalahan menjaga NKRI dengan benar 2. Peserta diklat mampu menguraikan Permasalahan persatuan dan kesatuan untuk memperkuat dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan benar
PPKn SMP K-7
152
3. Peserta diklat mampu menguraikan Permasalahan penjagaan pulau terluar dan perbatasan dengan benar C.
Uraian Materi Pembelajaran 1. Permasalahan menjaga NKRI Pengertian NKRI adalah negara berdaulat yang mendapatkan pengakuan dari dunia internasional dan menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. NKRI mempunyai kedudukan dan kewajiban yang sama dengan negara-negara lain di dunia NKRI didirikan berdasarkan Pancasila (weltanshaung, groundnorm, way of life, basic value) dan UUD 1945 yang mengatur tentang kewajiban negara terhadap warga negaranya dan hak serta kewajiban warga negara terhadap negaranya dalam suatu sistem kenegaraan. Kewajiban negara terhadap warga negaranya pada dasarnya adalah memberikan kesejahteraan hidup dan keamanan lahir batin sesuai dengan sistem demokrasi yang dianutnya Sejarah mencatat beberapa peristiwa penting yang merupakan ujian bagi bangsa kita dalam memupuk persatuan dan kesatuan Peristiwa sejarah itu antara lain1) Pada kurun waktu 1945 - 1950 persatuan dan kesatuan-bangsa diguncang oleh pertstiwa pemberontakan PKI (1948). 2) Pada kurun waktu 195O - 1959 persatuan dan kesatuan bangsa agak terganggu oleh beberapa akibat sampingan dari praktik demokrasi Iiberal. 3) Di ujung kurun 1959 - 1965 terjadi peristiwa yangmerupakan ujian terhadap persatuan dan kesatuan bangsa yaitu peristiwa meletusnya G30S/PKI. mengambil suatu pelajaran yang sangat berarti bagi bangsa lndonesia. Rongrongan terhadap Negara kesatuan Republik lndonesia dapat dihadapi dan diselesaikan karena adanya semangat bangsa lndonesia untuk bersatu. Persatuan dan kesatuan mengandung makna dan arti penting bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia Mengingat pentingnya keutuhan NKRI, maka harus ada usaha dan upaya untuk memperkuat keutuhan NKRI. Usaha tersebut harus dilakukan serius seJak dini. Mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat luas. Untuk memperkuat keutuhan NKRI, antara lain adalah : . a. Meningkatkan pelaksanaan wawasan kebangsaan dan wawasan nusantara; b. Meningkatkan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa c. Melaksanakan pendidikan bela negara dan PKn;
PPKn SMP K - 7
153
d. Meningkatkan kesadaran untuk menegakkan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara (yaitu : Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal lka) e. Mengutamakan persatuan. kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara dratas kepentingan pribadi atau golongan; f. Rukun dan saling menghormati perbedaan, g. Mempertahankan kesamaan dalam kebersamaan, h. Taat hukum dan aturan Sikap dan prilaku yang perlu ditanamkan dan dikembangkan dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara. antara lain . 1) Cinta tanah air dan bangsa; 2) Rasa nasionalisme dan patriotisme, 3) Bangga sebagai bangsa dan bertanah air lndonesia, 4) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan bernegara Sebaliknya sikap yang harus dihindari, agar tidak merusak dan mengancam keutuhan NKRI adalah sebagai berikut: a. Chauvinisme, yartu sikap yang menganggap bangsa atau sukunya paling tinggi atau paling beradab, b. fanatik sempit, yartu sikap mencintai dan memperturutkan diri pada sesuatu yang berlebihan, maksudnya yang berhubungan dengan dirinya dranggap paling baik (agama daerah. bahasa, ilmu dsb) yang lain jelek, c. sukuisme yaitu sikap yang mengunggulkan daerahnya, d. Diskriminasi, yaitu sikap membedakan orang menurut SARA; e individualistik atau egoisme, yaitu sikap yang mementingkan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum, f. privilege, yaitu : sikap yang mementingkan golongan atau kelompok; g. rasialisme, yaitu sikap yang mengunggulkan keturunannya sendiri, keturunan orang lain dianggap rendah. h. nepotisme yaitu slkap yang mementingkan keluarga atau kerabat, Alat Perekat Keutuhan NKRl Sebagai alat pemersatu bangsa dan perekat keutuhan NKRI telah dirumuskan oleh para generasi pendahulu kita. yaitu antara lain : a Sumpah Pemuda; b. Lagu Kebangsaan lndonesia Raya; c. Semboyan Bhineka Tunggal lka, d. Bahasa lndonesia sebagai bahasa persatuan / bahasa nasional; e. Bendera merah putih; f. Lambang Negara kita Burung Garuda; g. Pancasila sebagai Dasar dan ldiologi Negara; h. UUD 1945 sebagai konstitusi Negara. Peran Serta Dalam Usaha Pembelaan Negara Beberapa contoh tindakan usaha pembelaan negara yang dilakukan komponen rakyat,diantaranya: 1) Dibentuknya Organisasi Pasukan Gerilya Desa yang termasuk mobilisasi pelajar sebagai bentuk perkembangan dari barisan cadangan.
PPKn SMP K-7
154
2) Munculnya Organisasi Keamanan Desa (OKD) seperti Pertahan Sipil (Hansip) dan Organtsasi Perlawanan Rakyat yang merupakan bentuk kelanjutan Pager Desa 3) Perwira cadangan yang dibentuk sejak tahun 1963 Hal lain yang menjadi permasalahan dalam menjaga NKRI, karena Kondisi geografis Indonesia (aspek geopolitik), Terjadinya perang antar suku, kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik berbeda (aspek budaya). Lunturnya cinta bangsa dan tanah air (aspek sikap) dan Terorisme , maka dari itu sejak lndonesia mencapai kemerdekaannya tangal. 17 Agustus 1g45, perjuangan menegakkan NKRI masih banyak ancaman dan hambatan, baik datang dari dalam maupun luar negara. Ancaman dari dalam pun tak kalah banyak gangguan dari dalam negeri dapat berupa gerakan separatis, kerusuhan, atau pertikaian antar kelompok. Rakyat lndonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa dan agama menghadapi perbedaan-perbedaan yang terjadi di antara mereka sendiri. Jika tidak dikelola dengan baik perbedaan itu akan memicu rasa ketidakpuasan dan mentmbulkan konflik perpecahan sesama rakyat. Kasus ketidakadilan yang dirasakan masyarakat Papua misalnya bisa menjadr contoh Ancaman dari dalam negeri sendiri. Separatisme atau keinginan memisahkan diri dari negara kesatuan Republik lndonesia jika tidak diketahui akar permasalahannya dan ditanggani secepatnya akan membuat keutuhan negara Republik lndonesia terancam Sepanjang sejarah perlalanan bangsa lndorresia telah beberapa kali penberontakan dan kasus separatisme, diantaranya adalah: 1) Pemberontakan PKI Madiun yang dipimpin oleh Musso 2) Pemberontakan PRRI/ Permesata 3) Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) 4) Pemberontakan G 30 S PKI 5) Pemberontakan Dl/Tll, dll 6) Kasus GAM (Gerakan Aceh Merdeka) Orang atau suatu suku bangsa akan mudah sekali untuk melepaskan diri dari bangsa dan wilayah lndonesia bila tidak memiliki pandangan Wawasan Nusantara. Berbagai kasus di atas mengancam keutuhan NKRI, karenanya harus ditangani dengan segera agar lndonesia tetap menjadi negara yang utuh. 2.
Permasalahan persatuan dan kesatuan untuk memperkuat dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia Keutuhan Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah kebulatan tekad bangsa lndonesia untuk menjadikan negara lndonesia sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh serta tidak bisa dipisah-pisahkan. Pengertian ini merujuk pada
PPKn SMP K - 7
155
wawasan nusantara. yaitu cara pandang bangsa lndonesia yang memandang Rakyat Bangsa, Negara dan Wilayah Nusantara meliputi darat, laut, dan udara sebagar satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Dalam Pembangunan Nasional mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan sosial budaya, satu kesatuan ekonomi, dan satu kesatuan Pertahanan dan Keamanan a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik, mengandung arti bahwa Kebulatan Wilayah Nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa lndonesia. b Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Sosial Budaya Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Sosial Budaya, mengandung arti bahwa masyarakat Indonesia adalah satu masyarakat yang mempunyai tingkat kemajuan yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa. Budaya lndonesia pada hakekatnya adalah satu. sedangkan keanekaragaman budaya yang ada merupakan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya seluruhnya, yang hasil-hasilnya harus dapat dinikmati oleh seluruh bangsa lndonesia. c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Ekonomi Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Ekonomi, mengandung arti bahwa kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup masyarakat harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air lndonesia. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya. d. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Pertahan dan Keamanan. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Pertahan dan Keamanan, mengandung arti bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakekatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara lndonesia Oleh karena itu tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sarna dalam rangka pembelaan dan pertahanan negara lndonesra. Pepatah mengajarkan kepada kita bahwa ―Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh‖ Sapu lidi yang terikat dalam satu kesatuan yang bulat dan utuh, maka akan
PPKn SMP K-7
156
sulit kita patahkan. Sebaliknya, jika sapu lidi itu tercecer satu per satu, maka kita dengan mudah mematahkannya. Begitu pula dengan lndonesia yang terdiri dari banyak pulau suku, dan keaneka ragaman budaya daerah, jika kita tidak menjaga persatuan dan kesatuan akan mudah dihancurkan musuh. Keutuhan Negara Kesatuan Republik lndonesia sangatlah penting. Keutuhan wilayah NKRI sangat menentukan perjalanan roda pemerintahan dan pembangunan bangsa lndonesia. Apabila keadaan bangsa lndonesia aman, pembangunan akan berjalan lancar Rakyat dapat hidup tenang dan dapat melaksanakan aktivitas dengan baik. Begitu sebaliknya, jika negara lndonesia kacau balau, pembangunan akan terhambat Rakyat tidak dapat hidup tenang dan tidak dapat melaksanakan aktivitas kehidupanya dengan baik. Apabila keutuhan NKRI dapat terjaga dan terpelihara dengan baik, maka akan terbentuk kekuatan daya tangkal terhadap segala ancaman, baik dari, dalam maupun dari luar yang ingin menghancurkan kedaulatan NKRI. Keutuhan Negara Kesatuan Republik lndonesia merupakan hasil perjuangan para pahlawan, bangsa yang diamanatkan kepada kita, yang harus tetap terjaga dan nantinya dapat diwariskan kepada anak cucu berikutnya. NKRI harga mati, artinya NKRI tidak bisa ditawar. Begitu kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang jadi ludul berita kompas, Kompas 15 Agustus 2005. Selanjutnya Presiden menyatakan, kita harus bela dan pertahankan NKRI hingga akhir hayat. Tantangan untuk tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik lndonesia masih cukup berat, Belum hilang setumpuk traumatik menimpa bangsa ini berkaitan dengan kasus lepasnya Pulau Sipadan-Litigan ketangan Malaysia. Kini, kita kembali dihadapkan dengan sebuah teror bertajuk penguasaan Pulau Bidadari di ujung barat Pulau Flores, Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur (NTT). Kasus itu menjadi heboh setelah mencuat kabar bahwa warga lnggris Ernest Lewan Dowsky membeli dan memiliki Pulau seluas 3 kali lapangan sepakbola itu dengan tanda bukti berupa kuitansi pembelian tanah seharga Rp 495 juta dari Haji Mohamad Yusuf, warga Labuan Bajo, NTT. Tak hanya itu, sejumlah gugusan kepulauan lain di NTT pun juga bernasib sama H.Faisal, warga Malaysia, mengaku telah membeli Pulau Sturi dari Amirullah, warga Komodo, Manggarai Barat, NTT. Dan, purau Kukusan Baru sudah diberi warga Serandra dari H Maudu, warga Komodo. sementara itu, pulau Mengkudu dikuasai warga Australia David James wyllie setelah menikahi putri kepala suku setempat (Jawa Pos, 27/02).
PPKn SMP K - 7
157
Sungguh nyaris tidak percaya yang begitu dalam dan berat karenanya. Trauma itu kembali menghantui bumi pertiwi ini. Duka di mana kedaulatan NKRI terancam tercerai berai karenanya. Kasus Pulau Bidadari itu tak ayal mengundang perbagai kalangan masyarakat dan politisi kalang kabut. Mantan Presiden Abdurrahman wahid alias Gus Dur misalnya nnendesak pemerintah bertindak tegas dan merebut kembari semua pulau yang kini dikuasai warga asing itu Kalau perlu, kata Gus Dur lakukan secara paksa. Gunakan senjata (Banjarmasin post, 27/O2/2OO5). Hal itu bukan tanpa alasan. selain berbahaya bagi integritas nasional pulau yang dikuasai itu juga memunculkan keresahaan bagi masyarakat setempat Betapa tidak? Penduduk asli dan nelayan dilarang masuk ke purau tersebut Nelayan yang hanya sandar perahu di pulau itu pun harus membayar. Bahkan aparat keamanan juga sempat dilarang memasuki kawasan pulau itu untuk menancapkan bendera Merah Putih. Fenomena tersebut mengukuhkan stigma masyarakat bahwa pemerintah tidak becus mengurusi bangsa ini. Bangsa yang menelan ribuan korban jiwa gugur untuk merebut sebuah kemerdekaan, justru diluluhlantahkan dengan sikap pemerintah yang norak itu. Pakar hukum laut internasional Dimyati Hartono menyatakan bahwa kasus Pulau Bidadari merupakan bukti kecerobohan pemerintah (Antara, 26102). Memang, ekurangan dana menjadi salah satu kendala pengelolaan pulau-pulau itu Alih-alih untuk mengernbangkan wisata bahari, pemerintah dengan segala ketidakberdayaannya malah terjebak dan bertekuk rutut pada kubangan api sistem kapitalisme Bahkan, penguasaan Pulau Bidadari dan purau lainnya justru disikapi dengan reaktif dan defensif oleh pemerintah. Pada tahun 2002 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berdasarkan hasil kajian citra satelit melansir bahwa jumlah pulau di lndonesra adalah 18.306 buah (Konrpas. 26/06/04). Keindahan panorama pantai dan terurnbu karang
yang
sangat
manakjubkan
ditambah
posisi
strategis
yang
dapat
dikembangkan untuk wisata bahari gugusan pulau-pulau itu tal pelak menjadi incaran banyak kalangan tak terkecuali warga asing untuk memiliki, menguasai, dan menguak potensi yang ada di dalamnya yang kerap tidak mengindahkan
nasib
masyarakat setempat. Karl Heinrich Marx dalam karya monumentainya Das Kapital, Kritik der politischen Okonomis (France: 1875) membagi masyarakat kepada dua kelas, yaitu proletar dan burjuis (kapitalis) Proletar adalah kelas masyarakat yang berperan sebagai wage workers (pencari nafkah) yang harus berbanting tulang dan memeras keringat demi bertahan hidup (survive). Sedang burjuis adalah karangan berduit yang merumat dan
PPKn SMP K-7
158
menginiak-nginjak kalangan proletar untuk kepentingan profit oriented semata. Ketimpangan sosiai semacam ini, menurut Marx, bukan muncur secara natural, tapi berangkat dari logika logika rekayasa yang sengaja diciptakan oleh sistem kapitalisme itu sendiri. Tesrs Marx yang sudah bertahun-tahun itu ternyata masih kontekstual dengan kondisi saat ini. Kasus penguasaan Pulau Bidadari yang disebut-sebut telah dibeli Dosky, menjadi salah satu fakta yang tak terbantahkan. Pulau yang memiliki keindahan panorama itu dikuasai, dieksploitasi, dan diperas kekayaan pantainya untuk kepentingan pengembangan wisata bahari yang hanya berorientast pada profitan sich. Tentu, segala keuntungan dari wisata bahari itu akan masuk kantong kaum kapitalis (pemodal) saja. Harus diakui. penguasaan pulau yang hanya diperuntukkan bagi wisatawanwisatawan asing itu menimbulkan efek domino yang sangat lelas bagi masyarakat lokal. Selain tidak menikmati kekayaan pulaunya, masyarakat setempat luga dijungkirbalikkan hak-haknya dengan melarang mereka sekedar mengunjungi pulau itu. Sungguh ironis ketika sebuah masyarakat tak mendapat tempat di kandangnya sendiri. Hal ini menjadi bukti kongkret betapa sistem kapitelisme menjadi ancaman bagi kedaulatan dan kesatuan sebuah bangsa tak terkecuali lndonesia. Sebenarnya, penguasaan sejumlah pulau di tanah air di pusaran arus kapitalisme tersebut. dilakukan dengan pelbagai cara dan sudah membudaya, mulai dengan membeli dari penduduk setempat hingga mendapatkan hak pengelolaan secara adat seperti di NTT. Pulau Bidadari tak pelak terkenak imbasnya lronisnya, ada yang memang sengaja ditawarkan secara resmi, seperti kasus tujuh pulau di Kepulauan Karimun Jawa yang kini ditawarkan oleh perusahaan properti asing VA Real Estate yakni Pulau Bengkoang (92 hektare), Geleang (30 hektare), Kembar (11.2 hektare). Kumbang (8,8 hektare) Katang (2,8 hektare), Krakal Kecil (2,8 hektare) dan Krakal Besar 12,8 hektare) Sudah jamak dijumpai pelbagai pulau yang dikuasai warga asing dl Nusantara termasuk Pulau Bidadari dalam kondisi kian kronis. Karena itu, pemerintah, TNI dan Polri dituntut bersikap tegas terhadap penguasaan yang sangat eksploitattf itu. Langkah-langkah
konstruktif
dan
preventif
untuk
mencegal
penguasan
yangmembabi-buta terhadap Pulau Bidadari dan pelbagai pulau lainnya dengan cara pengambil-alihan pulau-pulau itu harus segera dilakukan. Satu hal yang harus diingat, berlarut-larutnya kasus Pulau Bidadari itu akan mengancam kedaulatan NKRI Sebab, bukanlah hal yang mustahil jika pulau yang dikuasai itu akhirnya diklaim sebagai milik negara asal pengelola. Tentu kita masih ingat gaya Malaysia dulu ketika mengambil-alih Sipadan-Ligitan. Pada mulanya PPKn SMP K - 7
159
dikelola sebagai objek wisata Tapi kedua pulau itu kemudian diklaim milik Malaysia Klimaksnya, lnternational Court of Justice (lCJ) pada tanggal '17 Desember 2002 mengeluarkan kedua pulau itu dari peta Wilayah lndonesia. Tragis bukan? 3. Permasalahan penjagaan pulau terluar dan perbatasan Sejak lndonesia mencapai kemerdekaannya tgl. 17 Agustus 1g45, perjuangan menegakkan NKRI masih banyak ancaman dan hambatan, baik dating dari daiam maupun luar negara. Ancaman dari dalam pun tak kalah banyak. gangguan dari dalam negeri dapat berupa gerakan separatrs, kerusuhan, atau pertikaian antar kelompok. Rakyat lndonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa dan agama menghadapi perbedaan-perbedaan yang terjadi di antara mereka sendiri. Jika tidak dikelola dengan baik perbedaan itu akan memicu rasa ketidakpuasan dan mentmbulkan konflik perpecahan sesama rakyat. Kasus ketidakadilan yang dirasakan masyarakat Papua misalnya bisa menjadi contoh Ancaman dari dalam negeri sendiri. Yang kedua Kasus GAM (Gerakan Aceh Merdeka) Orang atau suatu suku bangsa akan mudah sekali untuk melepaskan diri dari bangsa dan wilayah lndonesia bila tidak memiliki pandangan Wawasan Nusantara. Berbagai kasus di atas mengancam keutuhan NKRI, karenanya harus ditangani dengan segera agar lndonesia tetap menjadi negara yang utuh.
Ancaman dari luar Neqeri. Kekayaan sumber daya alam lndonesia dapat menjadikan ancaman yang rnemtliki beberapa gunung berapi masih aktif dikaruniai tanah yang subur. Berbagai macam sumber daya alam melimpah ruah.Minyak bumi, batu bara, gas alam, tanaman dan pepohonan, serta masih banyak yang lainnya Bahkan 49 % hutan hulan tropis berada dr negara kita meski jumlahnya berkurang setiap tahun. Pemerintah telah membuat beberapa taman nasional untuk melindungi tumbuhan juga pepohonan dan kehidupan satwa liar yang semakin terancam.Di sekitar pantai timur Sumatera dan wlilayah Kalimantan banyak ditemukan tambang minyak dan gas. Sekitar 80 % persediaan minyak bumi Asia Tenggara disediakan oleh lndonesia dan 35 % persediaan gas alam dunia didapatkan dari lndonesia.Tembaga di Papua, timah di Bangka dan Belrtung nikel di Sulawesi, batu bara di Sumatera adalah beberapa sumber daya mineral utamadt lndonesta. Perak, emas, berlian, dan rubi luga ditemukan di lndonesia dalam lumlah kecll. Kekayaan sumber daya alam lndonesia menladi incaran, banyak pihak yang rngin menguasai kekayaan tersebut demi keserakahan nafsu pribadi atau kelompoknya saja Pernahkah kamu mendengar pepatah'Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh"? Ya. Dari pepatah tersebut kita
PPKn SMP K-7
160
diingatkan untuk selalu bersatu. Dan negara lndonesia yang bersatu tidak akan mudah dikalahkan. Ancaman terhadap keutuhan negara bisa datang dari luar dan dari dalam. Ancaman yang datang dari luar, seperti penguasaan wilayah lndonesia, pencurian kekayaan alam, penyelundupan barang atau masuknya pesawat asing ke wilayah lndonesia tanpa izin, Sebagai contoh misalnya negara lain yang tidak sepaham dengan keutuhan wilayah Republik lndonesia. Salah satu contohnya, kasus Sipadan dan Ligitan. Malaysia, negara tetangga kita mengklaim bahwa kedua pulau di dekat Kalimantan tersebut adalah milik mereka Setelah melalui jalur diplomatik akhirnya Sipadan dan Ligitan terlepas dari lndonesia. Begitu juga dengan kelakuan negara tetangga yang lain seperti Singapura. Mereka mengeruk dan membeli banyak pasir dari Sumatera untuk menambah luas wilayah negara kecil tersebut. Kasus ini menjadi bukti ancaman dari pihak luar. Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia untuk menjaga pulau terluar dan perbatasan sangat dibutuhkan perhatian khusus dari pemerintah, keamanan negara, dan masyarakat Indonesia secara luas. Hal itu karena Kondisi geografis Indonesi a (aspek geopolitik), Terjadinya perang antar suku, kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik berbeda (aspek budaya). Lunturnya cinta bangsa dan tanah air (aspek sikap) dan Terorisme . Ancaman terhadap masalah batas wilayah, merupakan Ancaman terhadap kedaulatan wilayah NKRI. D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Sasaran Penilaian Hasil Belajar‖ sebagai berikut :
Kegiatan Pendahuluan
Deskripsi Kegiatan 1. Narasumber/instruktur
Alokasi waktu
memngkondisikan 20 menit
peserta diklat untuk sipap menerima materi sajian
serta
memberi
motivasi
menunju
profesionalisme 2. Melakukan penjajakan melalui tanya jawab sekitar perencanaan pembelajaran 3. Menyampaikan tujuan dan garis besar materi pelatihan.
PPKn SMP K - 7
161
Kegiatan Inti
4. Meminta
peserta
membentuk
kelompok 310 menit
pasangan (@ 2 orang) 5. Tiap
kelompok
pasangan
menuliskan
permasalahan yang dihadapi lapangan terkait dengan Permasalahan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI Tiap pasangan diminta memilih pasangan lain, sehingga terbentuk kelompok
kecil
terdiri
dari
4
orang
(dua
pasangan). 6. Masing-masing anggota kelompok berembuk terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan. 7. Narasumber memberi gambaran penilaian hasil belajar untuk di analisis, dikaji kelebih dan kekurangannya. 8. Memberi kesempatan pada kelompok untuk mencari sumber, mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah terebut. 9. Tiap kelompok kecil berdiskusi memecahkan permasalahan yang dihadapi 10. Tiap kelompok mempersiapkan presentasi hasil kerja kelompoknya. 11. Narsumber
mengamati,
mencermati
hasil
presentasi perserta diklat bila diperlukan diberi kesempatan kelompok lain memberi komentar terhadap hasil presentasi kelompok lain. 12. Presentasi
Hasil
Kerja
kelompok
tentang
sasaran penilaian hasil belajar 13. Nara
sumber
mengklarifikasi
bila
terjadi
kesalahan konsep, prosedur, langkah-langkah dari hasil kerja Penutup
14. Narasumber bersama peserta diklat membuat 30 menit simpulan 15. Narasumber melakukan tes secara lisan. 16. Narasumber
melakukan
refleksi
terhadap
kegiatan yang sudah dilakukan. 17. Memberi tugas untuk merencanakan penilaian
PPKn SMP K-7
162
hasil belajar tersebut.
E. Latihan/Kasus/Tugas Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A, B, C dst. sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Bagaimana usaha mempertahankan keutuhan NKRI F. Rangkuman 1.
NKRI adalah negara
berdaulat yang mendapatkan pengakuan dari dunia
internasional dan menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. NKRI mempunyai kedudukan dan kewajiban yang sama dengan negara-negara lain di dunia 2. Untuk memperkuat keutuhan NKRI, antara lain adalah : . a. Meningkatkan pelaksanaan wawasan kebangsaan dan wawasan nusantara; b. Meningkatkan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa c. Melaksanakan pendidikan bela negara dan PKn; d. Meningkatkan kesadaran untuk menegakkan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara (yaitu : Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal lka) e. Mengutamakan persatuan. kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara dratas kepentingan pribadi atau golongan; f.
Rukun dan saling menghormati perbedaan,
g. Mempertahankan kesamaan dalam kebersamaan, h. Taat hukum dan aturan 3.
Acaman dari dalam Negeri a. Penjualan pulau ke warga negara asing (aspek ekonomi). b. Sikap primordialisme yang berlebihan, seperti pejabat harus putra daerah asli. (aspek politik) c. Sikap pemaksaan kehendak daerah dengan dalih ketidakadilan, kesejahteraan, pendidikan, dan keterbelakangan dsb (aspek sosial) d. Munculnya sparatisme OPM, RMS, DI/TII NII, dsb (aspek politik) e. Upaya pemaksaan penerapan syariat agama tertentu dalam tataran hukum nasional (aspek agama).
PPKn SMP K - 7
163
4. Ancaman dari Luar Negeri a. Klaim Negara Malaysia seperi lepasnya Pulau Sipadan – Ligitan (Kalimantan Timur) dari Indonesia setelah Sidang ICJ b. Setelah Malaysia mencaplok Sipadan-Ligitan, dengan percaya diri mengklaim Ambalat berdasar Peta Malaysia Tahun 1979. c. Selain itu, pihak Malaysia juga menggeser sejumlah patok batas kedua Negara. Tim Kodim 0906/Tanjung Pura berhasil mengambil gambar patokpatok yang bergeser itu pada 30 Juni 2007. Pergeseran patok batas selama tahun 2007 tercatat dilakukan sebelas kali
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Memuat pernyataan tentang hal-hal yang telah dipelajari / ditemukan selama pembelajaran,
rencana
pengembangan
dan
implementasinya,
input
terhadap
Permasalahan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI.
H. Kunci Jawaban 1. Keutuhan Negara Kesatuan Republik lndonesia sangatlah penting. Keutuhan wilayah
NKRI
sangat
menentukan
perjalanan
roda
pemerintahan
dan
pembangunan bangsa lndonesia. Apabila keadaan bangsa lndonesia aman, pembangunan akan berjalan lancar Rakyat dapat hidup tenang dan dapat melaksanakan aktivitas dengan baik. Begitu sebaliknya, jika negara lndonesia kacau balau, pembangunan akan terhambat Rakyat tidak dapat hidup tenang dan tidak dapat melaksanakan aktivitas kehidupanya dengan baik. Apabila keutuhan NKRI dapat terjaga dan terpelihara dengan baik, maka akan terbentuk kekuatan daya tangkal terhadap segala ancaman, baik dari, dalam maupun dari luar yang ingin menghancurkan kedaulatan NKRI. 2. Meningkatkan pelaksanaan wawasan kebangsaan dan wawasan nusantara, meningkatkan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa, melaksanakan pendidikan bela negara, meningkatkan kesadaran untuk menegakkan empat pilar kehidupan berbangsa antara lain : cinta tanah air dan bangsa, rasa nasionalisme dan patriotisme, bangga sebagai bangsa dan bertanah air Indonesia, sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
Evaluasi Amatilah ancaman dibidang Epoleksosbudhankam terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
PPKn SMP K-7
164
Penutup Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang terbaik adalah yang paling sederhana, yaitu “back to the basic”. Mengerti bahwa cinta dan peduli kepentingan Negara harus menjadi kepentingan tertinggi diatas segala-galanya. Adanya individuindividu yang kaya dan kuat belum tentu membuat Negara menjadi sejahtera, tetapi Negara yang kaya akan membuat rakyatnya menjadi sejahtera. Semua pemimpin dari semua strata harus banyak berbuat dan beraksi, bukan hanya bicara.Akhirnya, mari kita mempersiapkan diri dan bahu – membahu, bergotong royong antar komponen bangsa untuk melaksanakan dan menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan Negara dengan niat tulus ikhlas hanya untuk memberikan pengabdian terbaik kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat kita cintai bersama. Daftar Pustaka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI,2014. Buku Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII SMP/SLTP, Jakarta, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Jakarta. Afiief, Ed 2007 Mempertahankan Kedaulatan NKRI, Artikel :http://nurafief.wordpress.com/2007/01/09/mempertahankan-kedaulatan-nkri. Kompas com, 2006. Masalah Ambala: Pembentukan Provinsi Kaltara Sangat Mendesak.Jakarta: Departemen Pertahanan, Jakarta: Lemhanas Suryohadiprojo, Sayidiman, 2005. Pandangan tentang penyelesaian masalah Ambalat. Ja Wikipedia.Wawasan
Nusantara.Artikel
:
http
://id.wikipedia.org/wiki/
wawasan
Nusantara.
PPKn SMP K - 7
165
KEGIATAN PEMBELAJARAN 12
PENERAPAN NORMA DAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN NASIONAL Oleh: Gatot Malady, S.I.P., M.Si. A. Latar Belakang Dalam
hidup bermasyarakat, tiap-tiap individu memiliki banyak kepentingan dan
keinginan yang berbeda-beda. Agar keinginan dan kepentingan yang berbeda tersebut dapat dijamin dan tidak terjadi pertentangan, diperlukan adanya aturan-aturan atau normanorma masyarakat yang dapat dijadikan pedoman oleh setiap anggota masyarakat. Norma adalah petunjuk tingkah laku (perilaku) yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa berdasarkan suatu alasan dan dorongan tertentu dengan disertai sanksi. Sedangkan norma masyarakat adalah aturanaturan atau sebagai hasil kesepakatan masyarakat untuk mengatur sikap dan perilaku anggota masyarakat demi terwujudnya ketertiban dan kedamaian. Keberadaan norma itu diperlukan agar tindakan dalam mewujudkan keinginan dan/atau kepentingan tersebut dapat dikendalikan dan dilaksanakan secara proporsional sesuai kebutuhan hidup masing-masing. Norma-norma itu juga diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar dalam upaya memenuhi beragam kepentingan masyarakat berlangsung secara tertib, aman, tenteram, damai, dan terkendali. Setiap norma selalu mengandung dua makna, yaitu bila dilaksanakan akan bernilai baik dan menyenangkan; sebaliknya bila dilanggar berakibat penyesalan, kecaman, pengucilan, bahkan hukuman dalam masyarakat. Begitupula dengan peraturan perundang-undangan, apabila diterapkan dengan baik akan menciptakan ketertiban, keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Oleh sebab itu setiap peraturan perundang-undangan harus dipatuhi agar: (1) dapat menciptakan ketertiban dan ketenteraman dalam masyarakat; (2) mengusahakan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang ada dalam masyarakat; dan (3) menjaga dan melindungi hak-hak warganegara. Sementara fungsinya adalah menjamin kepastian hukum, menjamin keadilan sosial dan sebagai pengayoman kepentingan masyarakat B. Tujuan Setelah mempelajari Modul ini, Anda diharapkan dapat menunjukkan penerapan norma dan peraturan perundang-undangan nasional dengan baik. C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menunjukkan penerapan norma dalam masyarakat 2. Menunjukkan penerapan peraturan perundang-undangan nasional
PPKn SMP K-7
166
D. Uraian Materi 1) Penerapan Norma dalam Kehidupan Ada tiga hal penting berkitan dengan pelaksanaan norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yaitu kemampuan, kemauan, dan kebiasaan. (Haryono, 2015). Kemampuan berperilaku mengandung maksud bahwa orang tersebut memiliki pengetahuan tentang norma yang berlaku di lingkungan masyarakat, memiliki pengetahuan tentang isi norma, memiliki sikap positif terhadap norma dan dapat memberikan manfaat atau kegunaan bagi kehidupan diri dan lingkungannya. Sedangkan, Kemauan untuk senantiasa berperilaku berdasarkan norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara adalah sikap yang dimaknai sebagai individu, anggota masyarakat dan warga negara, yang mengerti dan mau mentaati norma karena ada keyakinan dalam hatinya bahwa dengan mentaati norma akan menciptakan kebaikan bagi dirinya dan bagi semua orang. Sementara itu, Kebiasaan untuk berperilaku berdasarkan norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dalam arti ketaatannya pada norma bukan karena takut mendapat sanksi, namun karena dorongan untuk menciptakan ketertiban dan ketenteraman masyarakat dan negara. Norma diperlukan dalam kehidupan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang baik, teratur, sehingga terjadi kehidupan tertib, teratur, tenteram dan sejahtera. Untuk itu yang penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah penerapan dari norma yang berlaku tersebut. Sebab tanpa penerapan norma masyarakat tidak akan berfungsi. Adapun penerapan norma masyarakat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penerapan norma di keluarga Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat, agar terjadi ketertiban, maka norma harus dilaksanakan di lingkungan rumah, yang dalam hal ini dipimpin oleh orang tua. Penerapan norma agama dapat dilakukan dengan memberikan nasehat tentang baik-buruk pada anak-anak, sedangkan anak-anak berbakti dan mentaati nasehat orang tuanya. Penerapan norma kesopanan, yakni dengan meminta ijin orang tua jika akan bepergian, berkata dengan lemah lembut pada putra putrinya. 2. Penerapan norma di sekolah Sekolah akan menjadi tempat yang tertib dan tenang untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, jika setiap anggota keluarga besar sekolah mentaati norma yang berlaku. Penerapan norma hukum misalnya dengan semua warga sekolah mentaati tata tertib sekolah, contoh penerapannya menggunakan seragam PPKn SMP K - 7
167
baik oleh siswa maupun gurunya, datang tepat waktu. Penerapan norma kesopanan dapat dilakukan dengan saling bersapa, salam, senyum dan sopan serta santun (5S). Penerapan norma agama dilakukan senantiasa menghormati guru dan mendengar nasehat baiknya. Guru menegur siswa yang membandel dengan kata-kata sopan dan mendidik. 3. Penerapan norma di masyarakat Penerapan norma di lingkungan masyarakat, seperti penerapan norma hukum, dengan mentaati hukum adat yang berlaku di lingkungan masyarakat, misalnya melaporkan kepada Ketua RT jika menerima tamu yang menginap di rumahnya; ikut dalam siskamling untuk menjaga ketentraman dan keamanan kampung. Penerapan Norma kesopanan dapat dilakukan dengan saling bertegur sapa dengan sopan, ikut kerja bakti dan gotong royong. 4. Penerapan norma di negara Norma yang dibuat oleh negara adalah norma hukum. Norma hukum dibuat untuk mengatur setiap warga negara agar tercipta suasana kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai, demokratis, adil, aman dan sejahtera. Oleh karena penerapan norma hukum menjadi utama dalam kehidupan bernegara, penerapannya antara lain, mentaati rambu-rambu lalu lintas yang ada, mentaati semua hukum yang berlaku, membayar pajak. 2) Sikap Terhadap Norma Sikap positif yang dimaksudkan adalah sikap yang senantiasa berusaha untuk melaksanakan norma yang berlaku, bukan semata-mata karena adanya sanksi, seperti jika melanggar norma agama akan mendatangkan dosa atau hukuman dari Tuhan baik yang diancamkan di dunia maupun di akherat, jika melanggar norma kesusilaan akan menimbulkan rasa bersalah, jika melanggar norma kesopanan akan mendapat cemooh atau celaan dari anggota masyarakat dan jika melanggar norma hukum akan memperoleh hukuman. Sikap positif dimaknai sebagai individu dan anggota masyarakat serta warga negara,mengerti dan mau mentaati norma karena keyakinan dalam hatinya bahwa dengan mentaati norma akan menciptakan kebaikan bagi dirinya dan bagi semua orang.
Dengan demikian, ketaatannya pada norma
bukan karena takut mendapat sanksi, namun karena dorongan untuk menciptakan ketertiban dan ketentraman masyarakat dan negara. Sikap, tindakan yang sesuai dengan norma di lingkungan sekolah, antara lain: 1) Datang ke sekolah tepat waktu, 2) Tidak mencontek waktu ulangan, 3) Tertib dalam mengikuti upacara bendera, 4) Menggunakan seragam sesuai ketentuan sekolah, 5) Mengerjakan tugas sekolah dari bapak/ibu guru, 6) Menjaga kebersihan di kelas dan di lingkungan sekolah, 7) Menghormati bapak/ibu guru
PPKn SMP K-7
168
Sikap, tindakan yang sesuai dengan norma di lingkungan masyarakat, antara lain: 1) Aktif berperan serta dalam kegiatan kampung, 2) Mengikuti kerja bakti, 3) Ikut siskamling, 4) Menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan kampung, 5) Saling tolong menolong dengan tetangga, 6) Menjaga kerukunan dengan tetangga, 7) Saling menghormati dan toleransi dengan tetangga. 8) Membantu warga yang kena musibah Sikap, tindakan yang sesuai dengan norma di lingkungan negara, antara lain: 1) Menyalakan lampu ketika mengendarai sepeda motor, 2) Menggunakan sabuk pengaman ketika mengendarai mobil, 3) Memakai helm saat berkendaraan bermotor, 4) Tidak melanggar hukum yang berlaku, 5) Ikut menjaga nama baik negara Sikap, tindakan yang tidak sesuai dengan norma di lingkungan sekolah, antara lain: 1. Menyontek waktu ujian, 2. Terlambat masuk sekolah, 3. Meninggalkan sekolah tanpa ijin, 4. Membantah nasehat guru, 5. Berkelahi dengan teman atau dengan siswa sekolah lain, 6. Melalaikan tugas yang diberikan bapak ibu guru. Sikap, tindakan yang tidak sesuai dengan norma di lingkungan masyarakat, antara lain: 1. Membunyikan kendaraan bermotor saat tetangga istirahat, 2. Membunyikan radio atau televisi keras saat malam hari sehingga mengganggu tetangga, 3. Membuat keonaran, 4. Membuang sampah sembarangan. Sikap, tindakan yang tidak sesuai dengan norma di lingkungan negara, antara lain: 1. Melanggar rambu-rambu lalulintas, 2. Melanggar hukum negara, 3. Membantu kejahatan atau terorisme, 4. Membeli barang di pasar gelap. 3) Penerapan Peraturan Perundang-undangan Nasional Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pada Bab III pasal 7 disebutkan tentang jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan MPR; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f.
Peraturan Daerah.
UUD Negara RI Tahun 1945 memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara. Undang-Undang dibuat oleh DPR bersama Presiden untuk melaksanakan UUD NRI Tahun 1945. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dibuat oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan: 1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus diajukan ke DPR dalam PPKn SMP K - 7
169
persidangan yang berikut, 2) DPR dapat menerima atau menolak peraturan pemerintah pengganti undang-undang dengan tidak mengadakan perubahan, 3) Jika ditolak DPR, peraturan pemerintah pengganti undang-undang tersebut harus dicabut. Peraturan Pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah undang-undang. Peraturan daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan. Peraturan perundang-undangan dapat menertibkan dan mengatur pergaulan hidup dalam
masyarakat
serta
menyelesaikan
masalah-masalah
yang
timbul,
sehingga
masyarakat dapat hidup aman, tenteram, damai, adil dan makmur. Asas pembentukan peraturan perundang-undangan (Milan Rianto, 2012), meliputi: a) Kejelasan tujuan, bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai b) Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang. c) Kesesuaian antara jenis dan materi muatan, bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis Peraturan Perundang-undanganannya. d) Dapat dilaksanakan, bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis. e) Dapat dilaksanakan, bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. f)
Kejelasan rumusan, bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
g) Keterbukaan, bahwa dalam proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan Peraturan Perundang-undangan.
PPKn SMP K-7
170
Materi muatan peraturan perundang-undangan nasional, materi yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarkhi peraturan perundang-undangan. Materi muatan peraturan perundang-undangan mengandung asas (Milan Rianto, 2012): a) Pengayoman, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketenteraman masyarakat. b) Kemanusiaan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional. c) Kebangsaan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. d) Kekeluargaan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. e) Kenusantaraan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila. f)
Bhinneka Tunggal Ika, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masaalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g) Keadilan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali. h) Kesamaan di dalam hukum dan pemerintahan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial. i)
Ketertiban dan kepastian hukum, bahwa setiap materi muatan peraturan perundangundangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
j)
Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan
PPKn SMP K - 7
harus
mencerminkan
keseimbangan,
keserasian,
dan
171
keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
Sebagai warga negara yang bekerja di bidang pendidikan, perlu kiranya kita menanamkan sikap mentaati peraturan perundang-undangan, sebagai contoh perundangundangan tentang pendidikan Setiap peserta didik mempunyai kewajiban untuk mentaati peraturan perundangundangan tentang pendidikan, yaitu a. mentaati peraturan dan pengaturan di sekolah masing-masing b. menyelesaikan wajib belajar 9 (sembilan) atau 12 (dua belas) tahun. c. menjaga
norma-norma
pendidikan
untuk
menjamin
keberlangsungan
dan
keberhasilan pendidikan d. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku e. menghormati guru dan tenaga kependidikan yang lain. f. ikut memelihara sarana dan prasarana pendidikan, kebersihan, ketertiban dan keamanan pendidikan yang bersangkutan
4) Sikap taat terhadap peraturan perundang-undangan nasional Orang yang patuh atau tunduk pada peraturan adalah orang yang sadar akan adanya peraturan perundang-undangan. Seseorang dikatakan mempunyai kesadaran terhadap peraturan perundang-undangan, apabila seseorang itu (Milan Rianto, 2012): a) Memiliki pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik di lingkungan masyarakat ataupun di negara Indonesia, b) Memiliki pengetahuan tentang isi peraturan perundang-undangan, artinya bukan hanya sekedar dia tahu peraturan tentang sesuatu, tetapi dia juga mengetahui isi peraturan tentang sesuatu tersebut. c) Memiliki sikap positif terhadap peraturan perundang-undangan. d) Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan apa yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Orang yang mempunyai kesadaran terhadap berbagai peraturan perundang-undangan akan mematuhi apa yang menjadi tuntutan peraturan tersebut. Orang yang taat adalah orang yang merasakan, bahwa peraturan yang ada tersebut dapat memberikan manfaat atau kegunaan bagi kehidupan diri dan lingkungannya. Orang yang taat akan selalu mengikuti peraturan yang berlaku dan menjauhi larangannya,
PPKn SMP K-7
172
walaupun tidak ada orang yang mengawasi perbuatannya. Misalnya sikap taat terhadap peraturan lalu lintas: a) Pengemudi kendaraan yang bukan kendaraan bermotor diharuskan tetap berjalan pada sebelah kiri jalur lalu lintas, kecuali keadaan jalan tidak memungkinkan atau untuk melewati pemakai jalan yang lain/benda-benda. b) Orang harus menepi pada waktu di jalur lalu-lintas yang bukan jalan orang. c) Setiap orang di jalan diharuskan mendahulukan kendaraan yang berjalan di atas rel, kendaraan pemadam api, kendaraan orang sakit, kendaraan untuk memberi pertolongan kecelakaan lalu lintas, barisan militer, dan lain-lain. d) Dapat memperlihatkan SIM dan surat kendaraan sebagaimana diwajibkan menurut undang-undang. e) Mentaati rambu-rambu yang menunjukkan peringatan suatu bahaya, larangan dan perintah, rambu yang memberikan petunjuk. 5) Penerapan Penegakkan Hukum Lawrence M. Friedman menyataan bahwa ada tiga hal yang terkait dalam penegakan hukum, yaitu: pertama, Structure, yaitu lembaga penegak hukum; kedua, Culture, yaitu budaya atau mental aparat penegak hukum dan mental/ budaya masyarakat yang terkait dalam penegakan hukum; dan ketiga Substance, yaitu peraturan perundangundangan yang berlaku. Ketiga hal tersebut sangat terkait dalam rangka mewujudkan penegakan hukum. kepincangan salah unsur akan mengakibatkan terhambatnya prosen penegakan hukum. Sementara itu, Sutoyo (2015) mengatakan bahwa, paling tidak terdapat empat faktor yang mutlak harus dimiliki oleh suatu negara dalam menegakkan hukum, yaitu UndangUndang, Profesionalisme penegak hukum, sarana prasarana hukum, serta budaya hukum masyarakat. Perlu adanya kesadaran hukum masyarakat yang tidak terlepas dari sistem hukum. Untuk menumbuhkan kesadaran hukum dalam diri masyarakat, maka diperlukan suatu teladan yang baik dari para penegak hukum. Substansi peraturan perundang-undangan yang sangat baik dan sempurna sekalipun, tidak akan berarti apa-apa mana kala budaya masyarakat tidak mendukung bagi penegakan hukum. Demikian juga budaya aparat penegak hukumnya. Sebagaimana uraian diatas bahwa mentalitas oknum aparat penegak hukum yang tidak bertanggung jawab, telah mengakibatkan substansi hukum yang sudah baik, tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Masyarakat harus turut terlibat dalam proses mewujudkan keberlakukan hukum yang baik dan adil sesuai dengan porsi dan peran yang dilakukan, antara lain: selalu mentaati hukum, melakukan fungsi kontrol terhadap aparat penegak hukum, dengan cara melaporkan kepada aparat yang berwajib jika melihat/mengetahui oknum aparat penegak hukum PPKn SMP K - 7
173
melakukan pelanggaran hukum. Oleh karena hukum tidak akan tegak, jika aparat penegak hukumnya tidak bersih dan melanggar hukum. Ibarat sapu, maka akan dapat membersihkan kotoran manakala sapunya bersih. G. Aktivitas Pembelajaran Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―Penerapan norma dalam masyarakat‖, maka Anda perlu mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai berikut. 1) Memberikan motivasi peserta diklat untuk mengikuti proses pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul ―Penerapan norma dan Peraturan Perundang-undangan‖. 2) Menginformasikan judul modul, lingkup kegiatan pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini. 3) Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil kerja sebagai indikator capaian kompetensi peserta dalam penguasaan materi modul baik yang dikerjakan secara individual atau kelompok. 4) Mempersilahkan peserta diklat (secara individual) membaca cerdas terhadap materi modul 5) Membagi peserta diklat ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan keperluan); 6) Mempersilahkan kelompok untuk berdiskusi materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul. 7) Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar. 8) Penyampaian hasil diskusi; 9) Memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok. 10) Menyimpulkan hasil pembelajaran 11) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 12) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
E.Latihan/Kasus/Tugas L.K.1.Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, kini tiba saatnya anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman anda. Lakukan kegiatan sebagai berikut. 1) Berikan contoh penerapan norma dalam masyarakat! 2) Berikan contoh penerapan peraturan perundang-undangan nasional!
PPKn SMP K-7
174
L.K.2. Cermati gambar berikut ini dengan baik, kemudian diskusikan bersama kelompok Anda terkait dengan makna gambar tersebut!
F.Rangkuman Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini. 1) Norma adalah petunjuk tingkah laku (perilaku) yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa berdasarkan suatu alasan dan dorongan tertentu dengan disertai sanksi. 2) Norma masyarakat adalah aturan-aturan atau sebagai hasil kesepakatan masyarakat untuk mengatur sikap dan perilaku anggota masyarakat demi terwujudnya ketertiban dan kedamaian. 3) Norma-norma itu mempunyai dua macam isi, yaitu perintah dan larangan. Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Larangan merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
PPKn SMP K - 7
175
4) Norma berfungsi mengendalikan tindakan dalam mewujudkan keinginan dan/atau kepentingan semua anggota masyarakat harus secara proporsional sesuai kebutuhan untuk hidup, agar berlangsung secara tertib, aman, tenteram, damai, dan terkendali. 5) Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. 6) Peraturan perundang-undangan nasional, apabila diterapkan dengan baik akan menciptakan ketertiban, keadilan, kedamaian dan kesejahteraan masyarakat. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Anda telah mempelajari Penerapan norma dan Peraturan Perundang-undangan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan baik. Untuk pengembangan dan implementasinya, Anda dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran PPKn. Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran berikutnya.
Penutup Mudah-mudahan anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam menyusun materi PPKn, pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi dan produktivitas pembelajaran serta bermakna bagi para peserta didik. Kemampuan-kemampuan yang anda kuasai setelah mempelajari modul ini akan berguna bagi anda dalam membimbing teman sejawat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mohon kritik dan saran untuk perbaikan modul ini.
PPKn SMP K-7
176
Daftar Pustaka Adipurnomo, Haryono. 2015. Norma-norma yang berlaku dalam Masyarakat. Makalah. Batu: PPPPTK PKn dan IPS. Dardji Darmodihardjo, Prof, S.H. at.al.; 1986; Nilai, Norma dan Moral. Jakarta: Ariea Lima Rianto, Milan. 2012. Norma, Hukum Dan Peraturan, Kumpulan Bahan Ajar Diklat PascaUKA, Batu: PPPPTK PKn dan IPS. Soekanto, Soerjono, Dr., S.H., MA., 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum; Jakarta: CV Rajawali Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
PPKn SMP K - 7
177
KEGIATAN PEMBELAJARAN 13
PERMASALAHAN PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PPKN SMP Oleh: Drs. AMZ Supardono A. Latar Belakang Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya adalah modul ― Permasalahan Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PPKn SMP‖ Modul tersebut merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP grade 7 Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjuk cara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 3) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. Ruang lingkup modul Permasalahan Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PPKn SMP ini sebagai salah satu mata diklat PKB Grade -7 bagi guru mata pelajaran PPKn
PPKn SMP K-7
178
SMP meliputi (1) Permasalahan Penerapan mengamati (2) Permasalahan Penerapan menanya
(3)
permasalahan
pembelajaran (4)
penerapan
permasalahan
menalar
mengumpulkan
informasi/mencoba
/mengasosiasi
dalam
dalam
pembelajaran.
(5)
permasalahan penerapan mengkomunikasikan dalam pembelajaran.
B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Permasalahan Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran, agar mampu : 1.Mengidentifikasi permasalahan penerapan mengamati dalam pembelajaran PPKn 2.Mengidentifikasi permasalahan penerapan menanya dalam pembelajaran PPKn 3.Mengidentifikasi permasalahan penerapan mengumpulkan informasi/mencoba dalam pembelajaran PPKn 4.Mengidentifikasi permasalahan menalar /mengasosiasi dalam pembelajaran. PPKn 5.
Mengidentifikasi
permasalahan
penerapan
mengkomunikasikan
dalam
pembelajaran PPKn C. Peta Kompetensi . Permasalahan Penerapan mengamati
Permasalahan Penerapan menanya Permasalahan Penerapan Pendekatan Saintifik dalam pembelajaran
Permasalahan Penerapan mengumpulkan informasi Permasalahan Penerapan menalar/mengasosiasi Permasalahan Penerapan mengkomunikasikan
(sbr: silabi diklat pasca UKG Mapel PPKn SMP P4TK PKN dan IPS Batu, 2015)
PPKn SMP K - 7
179
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup
terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran 1
penerapan mengamati 2 penerapan
Permasalahan
Permasalahan penerapan menanya 3 Permasalahan
mengumpulkan
informasi
4
Permasalahan
penerapan
menalar/mengasosiasi 5 Permasalahan penerapan mengkomunikasikan
E. Saran Cara Penggunaan Modul a.
Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas
b.
Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini .
c.
Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu
d.
Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas
Pembelajaran
:
Permasalahan
Penerapan
Pendekatan
Saintifik
dalam
Pembelajaran PPKn A.
Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan mengamati dalam pembelajaran dengan benar. 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan menanya dalam pembelajaran secara benar 3. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan
penerapan
mengumpulkan
informasi/mencoba
dalam
pembelajaran i secara benar 4. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan menalar /mengasosiasi dalam pembelajaran secara benar 5. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan mengkomunikasikan dalam pembelajaran secara benar B.
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan mengamati dalam pembelajaran.secara benar 2. Peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan penerapan menanya dalam pembelajaran secara benar 3. Peserta
diklat
mampu
mengidentifikasi
permasalahan
penerapan
mengumpulkan informasi/mencoba dalam pembelajaran secara benar 4. Peserta diklat mampu mengidentifikasi permasalahan menalar /mengasosiasi dalam pembelajaran secara benar 5. Mengidentifikasi
permasalahan
penerapan
mengkomunikasikan
pembelajaran
PPKn SMP K-7
180
dalam
C.
Uraian Materi Pembelajaran Pelaksanaan
pendekatan
saintifik/pendekatan
berbasis
proses
keilmuan
merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran melaui: a. Mengamati; b. Menanya; c. Mengumpulkan informasi/mencoba; d. Menalar/mengasosiasi; dan e. M engkomunikasikan
Gambar 1.4. Pendekatan Saintifik Pendekatan
saintifik
diyakini
sebagai
titian
emas
perkembangan
dan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. 2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut. Tabel 5 : Deskripsi Langkah Pembelajaran *)
Langkah
Deskripsi Kegiatan
BentukHasil Belajar
Pembelajaran Mengamati
Mengamati dengan
Perhatian pada waktu
(observing)
indra (membaca,
mengamati suatu
mendengar, menyimak,
Objek/membaca suatu
melihat, menonton, dan
tulisan/mendengar suatu
sebagainya) dengan
penjelasan, catatan yang
PPKn SMP K - 7
181
Langkah
Deskripsi Kegiatan
BentukHasil Belajar
Pembelajaran atau tanpa alat.
dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.
Menanya
Membuat dan
Jenis, kualitas, dan
(questioning)
mengajukan
jumlah pertanyaan yang
pertanyaan, tanya
diajukan peserta didik
jawab, berdiskusi
(pertanyaan faktual,
tentang informasi yang
konseptual, prosedural,
belum dipahami,
dan hipotetik).
informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. Mengumpulkan
Mengeksplorasi,
Jumlah dan kualitas
informasi/mencoba
mencoba, berdiskusi,
sumber yang
(experimenting)
mendemonstrasikan,
dikaji/digunakan,
meniru bentuk/gerak,
kelengkapan informasi,
melakukan eksperimen,
validitas informasi yang
membaca sumber lain
dikumpulkan, dan
selain buku teks,
instrumen/alat yang
mengumpulkan data
digunakan untuk
dari nara sumber
mengumpulkan data.
melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan. Menalar/Mengasosiasi
Mengolah informasi
Mengembangkan
(associating)
yang sudah
interpretasi, argumentasi
dikumpulkan,
dan kesimpulan
menganalisis data
mengenai keterkaitan
dalam bentuk membuat
informasi dari dua
kategori, mengasosiasi
fakta/konsep, interpretasi
PPKn SMP K-7
182
Langkah
Deskripsi Kegiatan
BentukHasil Belajar
Pembelajaran atau menghubungkan
argumentasi dan
fenomena/ informasi
kesimpulan mengenai
yang terkait dalam
keterkaitan lebih dari dua
rangka menemukan
fakta/konsep/teori.
suatu pola, dan menyimpulkan. Menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/onsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/ teori/ yang berbeda dari berbagai jenis sumber. Mengomunikasikan
Menyajikan laporan
Menyajikan hasil kajian
(communicating)
dalam bentuk bagan,
(dari mengamati sampai
diagram, atau grafik;
menalar) dalam bentuk
menyusun laporan
tulisan, grafis, media
tertulis; dan menyajikan
elektronik, multi media
laporan meliputi proses,
dan lain-lain.
hasil, dan kesimpulan secara lisan.
PPKn SMP K - 7
183
a. Mengamati Metode
mengamati
mengutamakan
kebermaknaan
proses
pembelajaran
(meaningfull learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut: 1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi. 2) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi. 3) Menentukan
secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer
maupun sekunder. 4) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi. 5)
Menentukan
secara
jelas
bagaimana
observasi
akan
dilakukan
untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. 6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktorfaktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. b. Menanya Pada kurikulum 2013 kegiatan menanya diharapkan muncul dari peserta didik.Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).Menanya dapat juga tidak diungkapkan, tetapi dapat saja ada di dalam pikiran peserta didik. Untuk memancing peserta didik mengungkapkannya guru harus memberi kesempatan mereka untuk mengungkapkan pertanyaan. Kegiatan bertanya oleh guru dalam pembelajaran juga sangat penting, sehingga tetap harus dilakukan. Fungsi bertanya 1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
PPKn SMP K-7
184
2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. 4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. 5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 6)
Mendorong
partisipasi
peserta
didik
dalam
berdiskusi,
berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. 9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. Kriteria pertanyaan yang baik Kriteria pertanyaan yang baik
adalah: singkat dan jelas, menginspirasi jawaban,
memiliki fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi. Tingkatan Pertanyaan Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.
PPKn SMP K - 7
185
Tingkatan
Subtingkatan Pengetahuan
Kognitif yang lebih
(knowledge)
rendah
Kata-kata kunci pertanyaan Apa...
pasangkan...
Siapa...
Persamaan kata...
Kapan...
Golongkan...
Di mana...
Berilah nama...
Sebutkan...
Dll.
Jodohkan... Pemahaman
Terangkahlah...
Bandingkan...
(comprehension
Bedakanlah...
Ubahlah...
)
Terjemahkanlah...
Berikanlah
Simpulkan... Penerapan (application
Analisis
Kognitif yang lebih
(analysis)
Gunakanlah...
Carilah hubungan...
Tunjukkanlah...
Tulislah contoh...
Buatlah...
Siapkanlah...
Demonstrasikanlah...
Klasifikasikanlah...
Analisislah...
Tunjukkanlah sebabnya…
Kemukakan buktibukti…
tinggi
interpretasi...
Berilah alasan-
Mengapa…
alasan…
Identifikasikan… Sintesis (synthesis)
Ramalkanlah…
Bagaimana kita dapat
Bentuk… Ciptakanlah…
memecahkan… Apa yang terjadi
Susunlah… Rancanglah...
seaindainya… Bagaimana kita dapat
Tulislah…
memperbaiki… Kembangkan…
Evaluasi (evaluation)
Berilah pendapat…
Berilah alasan…
Alternatif mana yang
Nilailah…
lebih baik… Setujukah anda…
Bandingkan… Bedakanlah...
Kritiklah… Tabel 6. Tingkatan Pertanyaan c.
Mengumpulkan informasi/ Eksperimen (Mencoba)
Kegiatan pembelajaran dalam mengumpulkan informasi/ eksperimen antara lain: 1) Melakukan eksperimen.
PPKn SMP K-7
186
2) Membaca sumber lain selain buku teks. 3) Mengamati objek/ kejadian/aktivitas. 4) Wawancara dengan narasumber. Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik; (2) Guru bersama
murid
mempersiapkan
perlengkapan
yang
dipergunakan;
(3)
Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu; (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan peserta didik; (5) Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen; (6) Membagi kertas kerja kepada peserta didik; (7) Peserta didik melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru; dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal. d. Mengasosiasi/Mengolah informasi Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat kegiatan menalar. Istilah ―menalar‖ dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran non ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan dari reasoning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini. 1. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. PPKn SMP K - 7
187
2. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. 3. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi). 4. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. 5. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki. 6. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman. 7. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik. 8. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
e. Mengkomunikasikan Mengomunikasikan merupakan ilmu dan praktik menyampaikan atau mentransmisikan informasi atau aneka jenis pesan. Selama proses pembelajaran, guru secara konsisten mengomunikasikan atau mentransmisikan pengetahuan, informasi, atau aneka baru kepada peserta didiknya. Kegiatan mengomunikasikan merupakan proses yang kompleks. Proses transmisi atau penyampaian pesan yang salah menyebabkan komunikasi tidak berjalan efektif. Pada
konteks
pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik,
mengomunikasikan
mengandung beberapa makna, antara lain: (1) mengkomunikasikan informasi, ide, pemikiran, atau pendapat; (2) berbagi
informasi; (3) memperagakan sesuatu; (4)
menampilkan hasil karya; dan (5) membangun jejaring. Mengomunikasikan juga mengandung makna: (1) melatih keberanian; (2) melatih keterampilan berkomunikasi;(3) memasarkan ide;(4) mengembangkan sikap saling memberi-menerima
informasi;
(5)
menghayati
atau
memaknai
fenomena;
(6)
menghargai pendapat/karya sendiri dan orang lain; dan (7) berinteraksi antar sejawat atau dengan pihak lain. Seperti
dijelaskan
di
atas,
salah
satu
esensi
mengomunikasikan adalah membangun jejaring. Selama proses pembelajaran, kegiatan mengomunikasikan ini antara lain dapat dilakukan melalui model pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerja sama sebagai struktur interaksi
PPKn SMP K-7
188
yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar. Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dengan pembelajaran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa, mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna. Contoh Pembelajaran Kolaboratif Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi informasi tentang objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir kartu (card sort). Prosedurnya dapat dilakukan seperti berikut: 1) Peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih katagori. 2) Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan katagori yang sama. 3) Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada rekannya. 4) Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting. Pemanfaatan
internet
sangat
dianjurkan
dalam
pembelajaran
atau
kelas
kolaboratif.Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.Saat ini internet telah PPKn SMP K - 7
189
menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia. Penggunaan internet dirasakan makin mendesak sejalan dengan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang mampu memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin. D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Permasalahan Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PPKn SMP‖ sebagai berikut : KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan
a. menyiapkan
Alokasi Waktu
peserta
diklat
agar
termotivasi 15 menit
mengikuti proses pembelajaran; b. mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat. c. menyampaikan tujuan dan garis besar cakupan materi
permasalahan
penerapan
pendekatan
saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP. Kegiatan Inti
Membagi peserta diklat ke dalam beberapa kelompok (
sesuai
dengan
tipe
STAD)
dimana
langkah- 240 menit
langkahnya sebagai berikut : 1) Instruktur memberi informasi proses pelatihan yang akan dilakukan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang
konsep
pembelajaran
dengan
menggunakan contoh yang kontekstual.. 2) Kelas dibagi menjadi
6 kelompok ( A, B, C,
…….s/d kelompok ) masing-masing beranggotakan 5 orang. 3) Instruktur
memberi
tugas
mencari
sumber
informasi/data untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan
yang
diajukan
dan
ditanyakan
peserta diklat. Peserta bebas mengambil dan menemukan sumber belajar, termasuk dari internet.
PPKn SMP K-7
190
4) Berdasarkan setiap
kelompok yang sudah dibentuk:
kelompok
melakukan
diskusi
untuk
memecahkan permasalahan yang diajukan peserta didik hingga selesai dalam waktu yang sudah ditetntukan instruktur. 5) Peserta
diklat
mengerjakan
kuis
tentang
permasalahan konsep pembelajaran yang telah disepakati bersama/ 6) Melaksanakan penyusunan laporan hasil diskusi. 7) Masing masing kelompok melakukan presentasi hasil diskusi. 8) Instruktur/Nara
sumber
memberikan
klarifikasi
berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok .
Kegiatan
1) Narasumber
Penutup
bersama-sama
dengan
peserta
menyimpulkan hasil pembelajaran 2) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
E. Latihan/Kasus/Tugas Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A, B, C dst. sebagai berikut : 1. Identifikasikan (1) Permasalahan penerapan mengamati dalam pembelajaran PPKn (2)
Permasalahan
penerapan
menanya
dalam
pembelajaran
PPKn
(3)
Permasalahan penerapan mengumpulkan informasi dalam pembelajaran PPKn (4) Permasalahan penerapan menalar/mengasosiasi dalam pembelajaran PPKn 5 Permasalahan penerapan mengkomunikasikan dalam pembelajaran PPKn 2. Setelah mengidentifikasi setiap permasalahan pada langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan carilah penyebab dan solusinya.
PPKn SMP K - 7
191
F. Rangkuman 1.
Permasalahan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn bisa terjadi pada langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan
2. Permasalahan penerapan mengamati perhatian siswa terbatas pada waktu mengamati suatu Objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati. 3.
Permasalahan penerapan menanya kekurangmampuan jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik).
4.
Permasalahan penerapan mengumpulkan informasi terbatasnya jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
5.
Permasalahan
penerapan
menalar/mengasosiasi
siswa
belum
mampu
mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori 6.
Permasalahan penerapan mengkomunikasikan siswa belum mampu menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan
Evaluasi Instrumen evaluasi dapat diambil dari Latihan pada pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Hosnan, M. 2014 Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Ghalia Indonesia : Jakarta http://www.academia.edu/8234922/MAKALAH_PENDEKATAN_SAINTIFIK http://www.matematrick.com/2014/11/pendekatan-saintifik-dan-model.html
PPKn SMP K-7
192
KEGIATAN PEMBELAJARAN 14
PERMASALAHAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PPKN Oleh: Dra. Siti Mulyani A. Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari proses pendidikan. Satu hal yang penting dalam pendidikan adalah proses belajar mengajar. Apabila proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, maka tujuan pendidikan akan tercapai. Disamping itu, adanya keterkaitan baik antara guru, siswa maupun materi pelajaran akan sangat menentukan keberhasilan suatu proses belajar mengajar. Dalam rangka meningkatkan kualitas belajar mengajar di Indonesia, pemerintah menerapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan. Namun, masih banyak guru yang mengalami kesulitan dalam menggunakan model – model pendekatan scientific untuk mengajar di dalam kelas. Kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam menggunakan pendekatan ini dapat timbul karena kurangnya persiapan yang dilakukan. Oleh guru-guru yang mengalami kesulitan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran scientific untuk mengajar di dalam kelas.
Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional
Pendidikan
sebagaimana
diubah
dengan
Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
PPKn SMP K - 7
193
3) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. B.Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap lingkup modul Permasalahan penerapan model pembelajaran PPKn SMP‖ , agar mampu : 1. Menyusun Permasalahan Penerapan Model
PJBL dalamPembelajaran PPKn
SMP 2. Menyusun Permasalahan Penerapan Model PBL dalam Pembelajaran PPKn 3. Menyusun Permasalahan Penerapan model DLdalam Pembelajaran PPKn SMP
4. Permasalahan penerapan alternatif model-model pembelajaran PPKn SMP
C.Peta Kompetensi
Permasalahan penerapan model PJBL dalam pembelajaran PPKn SMP
Permasalahan Penerapan Model Pembelajaran
Permasalahan penerapan model PBL dalam pembelajaran PPKn SMP
Permasalahan penerapan model DL dalam pembelajaran PPKn SMP
Permasalahan penerapan alternatif modelmodel pembelajaran PPKn SMP
PPKn SMP K-7
194
D.Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran 1.Permasalahan penerapan alternatif model-PJBL dalam pembelajaran 2. Permasalahan penerapan alternatif model-PBL dalam pembelajaran 3.Permasalahan penerapan alternatif model-DL dalam pembelajaran PPKn 4.Permasalahan penerapan alternatif model-model pembelajaran PPKn E. Saran Cara Penggunaan Modul a. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas b. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . c. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu d..Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas
Pembelajaran 1 Permasalahan Penerapan Model Pembelajaran A. Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menggali informasi tentang permasalaha penerapanmodel-PJBL dalam pembelajaran PPKn dengan benar 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menggali informasi tentang permasalahan penerapan model-PBL dalam pembelajaran PPKn dengan benar 3. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menggali informasi Permasalahan penerapan model-DL dalam pembelajaran PPKn secara benar 4. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan permasalahan penerapan alternatif model-model pembelajaran PPKn secara benar B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu menunjukan permasalahan penerapanmodelPJBL dalam pembelajaran 2. Peserta diklat mampu menunjukan permasalahan penerapan modelPBL dalampembelajaran 3. Peserta diklat mampu menyusun permasalahan penerapanmodel-DL dalampembelajaran PPKn PPKn SMP K - 7
195
4. Peserta diklat mampu menjelaskan permasalahan penerapan alternatif model-model pembelajaran PPKn C.Uraian Materi Pembelajaran 1 Pengertian model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran dan beberapa yang disarankan di dalam kurikulum 2013 diantaranya adalah:\ sbb : 1. Inquiry Based Learning 2. Discovery Based Learning 3. Project Based Learning 4. Problem Based Leraning Berikut ini sedikit uraian penjelasan langkah-langkah dari tiap model pembelajaran. 1. Inquiry Based Learning Langkah-langkah atau sintaks nya adalah sebagai berikut:
Observasi/Mengamati
Mengajukan pertanyaan
Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban/ mengasosiasi atau melakukan penalaran
Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan/memprediksi dugaan
Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
2. Discovery Based Learning: Langkah-langkah atau sintaks nya adalah sebagai berikut:
Stimulation (memberi stimulus); bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema.
Problem
Statement
(mengidentifikasi
masalah);
menemukan
permasalahan
menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
Data Collecting (mengumpulkan data); mencari dan mengumpulkan data/informasi, melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
Data Processing (mengolah data); mencoba dan mengeksplorasi pengetahuan konseptualnya, melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
PPKn SMP K-7
196
Verification (memferifikasi); mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, mengasosiasikannya menjadi suatu kesimpulan.
Generalization (menyimpulkan); melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
3. Problem Based Learning; Langkah-langkah atau sintaks nya adalah sebagai berikut:
Orientasi pada masalah; mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
Pengorganisasian kegiatan pembelajaran; menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian.
Penyelidikan mandiri dan kelompok; melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menyelesaikan masalah yang dikaji.
Pengembangan dan Penyajian hasil; mengasosiasi data yang ditemukan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah;
4. Project Based Learning; Langkah-langkah atau sintaks nya adalah sebagai berikut:
Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek; langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
Mendesain perencanaan proyek; menyusun perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek.
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek; mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
Menguji hasil; Fakta dan data dihubungkan dengan berbagai data lain.
Mengevaluasi
kegiatan/pengalaman;
mengevaluasi
kegiatan
sebagai
acuan
perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.
METODE PEMBELAJARAN Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam kurikulum 2013 disarankan metode pembelajaran dalam kelas diantaranya adalah: - Diskusi - Eksperimen - Demonstrasi PPKn SMP K - 7
197
- Simulasi D. Aktivitas Pembelajaran •
Aktivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Permasalahan Penerapan Model Pembelajaran―
E.
KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi waktu
Pendahulu
1. Narasumber/instruktur
an
memngkondisikan 10 menit
peserta diklat untuk sipap menerima materi sajian serta memberi motivasi menunju profesionalisme 2. Melakukan penjajakan melalui tanya jawab sekitar
penyusunan
―Permasalahan
Penerapan Model Pembelajaran― 3.
Menampilkan yang
contoh model pembelajaran
dibuat
guru,
kemudian
dikaji
kekurangan dan kelebihannya. 4. Menyampaikan tujuan dan garis besar materi pelatihan.
Kegiatan Inti
1. Meminta
peserta
membentuk
kelompok 230 menit
pasangan (@ 2 orang) 2. Tiap
kelompok
pasangan
menuliskan
permasalahan yang dihadapi
di lapangan
terkait
dengan
Penerapan
Model
Pembelajaran 3. Tiap pasangan diminta memilih pasangan lain, sehingga terbentuk kelompok kecil terdiri dari 4 orang (dua pasangan). 4. Masing-masing anggota kelompok berembuk terhadap
permasalahan
yang
sudah
dirumuskan. 5. Narasumber memberi contoh penyusunan Penerapan
Model
Pembelajaranuntuk
di
analisis, dikaji kelebihan dan kekurangannya. 6. Memberi kesempatan pada kelompok untuk
PPKn SMP K-7
198
mencari sumber, mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah terebut. 7. Tiap kelompok kecil berdiskusi memecahkan permasalahan yang dihadapi 8. Tiap kelompok mempersiapkan presentasi hasil kerja kelompoknya. 9. Narsumber mengamati, mencermati hasil presentasi perserta diklat bila diperlukan diberi kesempatan kelompok lain memberi komentar terhadap hasil presentasi kelompok lain. 10. Kerja
kelompok
menyusun
penyusunan
model –model pembelajaran sesuai dengan mapel
dan
pebagian
masing-masing.
KD
(Misal:
Pengetahuan KD3.1
oleh
Keloompok A, KD 3.2 kelompok, KD 3.3 kelompok C dst. 11. Presentasi Hasil Kerja kelompok pembuatan Model Pembelajaran. 12. Nara sumber mengklarifikasi bila terjadi kesalahan
konsep,
prosedur,
langkah-
langkah dari hasil kerja Penutup
1. Narasumber
bersama
peserta
diklat 30 menit
membuat simpulan 2. Narasumber melakukan tes secara lisan. 3. Narasumber melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. 4. Memberi
tugas
untuk
menyusun
model
pembelajaran PBL, DL , PJBL dan alternatif yang lain.
E. Latihan/ Kasus/Tugas 1. Apa yang dimaksud dengan Model Pembelajaran ? 2. Sebutkan langkah-langkah model Pembelajaran Project Based Learning; 3. Sebutkan langkah-langkah model Pembelajaran Inquiry Based Learning ? 4. Apa saja langkah-langkah model Discovery Based Learning ? 5. Apa yang dimaksud dengan Metode Pembelajaran ? PPKn SMP K - 7
199
F. Rangkuman Pengertian model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran dan beberapa yang disarankan di dalam kurikulum 2013 diantaranya adalah: sbb :
1. Inquiry Based Learning 2. Discovery Based Learning 3. Project Based Learning 4. Problem Based Leraning 4
Penerapan Model Pembelajaran
Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan dalam penerapan Model Pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Guru
yang
dalam 2.
Materi
dalam
guru
yang
berwawasan
pembelajaran.Dalam
hal
ini
guru
harus
bisa
mencari
siswa. metode
adalah
dan
teknik
belajar
dan
mengajar.Dalam
hal
ini
bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat belajar, yang
lebih
konkret, yang menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil, dsb. pendidikan.Media
alamiah, dirancang
dan melakukan
yang
digunakan
dapat
berupa
situasi
benda nyata, alat peraga, film nyata yang mana perlu dipilih dan agar sesuai dan belajar lebih bermakna.
5. Fasilitas.Media
6.
yaitu
pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu disusun agar bermakna
3. Strategi
4. Media
Maksudnya
penerapan dan pendekatan.
materi bagi
berwawasan.
pendukung
perlengkapan,
pembelajaran
laboratorium,
kontekstual
tempat
praktek,
seperti dan
peralatan
tempat
untuk
pelatihan perlu disediakan.
Proses belajar dan mengajar. Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan siswa yang bernuansa pembelajaran kontekstual merupakan inti dari pembelajaran kontekstual.
7. Kancah pembelajaran.Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang 8.
diinginkan.
Penilaian.Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada pembelajaran ini menuntut pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara cara yang tepat dan variatif, tidak hanya dengan pensil atau paper test.
PPKn SMP K-7
200
9. Suasana.Suasana
dalam
lingkungan
pembelajaran
kontekstual
sangat
berpengaruh karena dapat mendekatkan situasi kehidupan sekolah
dengan
kehidupan nyata di lingkungan siswa.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Jawablah semua latihan/tugas kegiatan pembelajaran kemudian cocok kan jawaban anda dengan kunci jawaban , dan nilai hasilnya.Apabila saudara mendapatkan hasil minimal 80% , maka anda dinyatakan lulus , dan apabila mendapatkan 0% , 25% , 40% , 60% maka anda diminta membaca dan memahami isi modul kembali dan menjawab latian lagi. Tindak lanjut darikegiatan ini diharapkan peserta diklat dan fasilitator ber sama-sama melakukan ulasan materi yang telah di pelajari , mana yang belum dipahami oleh peserta diklat H.Kunci Jawaban 1.Model Pembelajaran adalahadalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. 2.Model Pembelajaran Project Based LearningLangkah-langkah atau sintaks nya adalah sebagai berikut:
Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek; langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
Mendesain perencanaan proyek; menyusun perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek.
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek; mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
Menguji hasil; Fakta dan data dihubungkan dengan berbagai data lain.
Mengevaluasi
kegiatan/pengalaman;
mengevaluasi
kegiatan
sebagai
acuan
perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain. 3. Model Pembelajaran Inquiry Based LearningLangkah-langkah atau sintaks nya adalah sebagai berikut
Observasi/Mengamati
Mengajukan pertanyaan
Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban/ mengasosiasi atau melakukan penalaran
Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan/memprediksi dugaan
PPKn SMP K - 7
201
Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
4. Discovery Based LearningLangkah-langkah atau sintaks nya adalah sebagai berikut
Stimulation (memberi stimulus); bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema.
Problem
Statement
(mengidentifikasi
masalah);
menemukan
permasalahan
menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
Data Collecting (mengumpulkan data); mencari dan mengumpulkan data/informasi, melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
Data Processing (mengolah data); mencoba dan mengeksplorasi pengetahuan konseptualnya, melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
Verification (memferifikasi); mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, mengasosiasikannya menjadi suatu kesimpulan.
Generalization (menyimpulkan); melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
5. Metode Pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran EVALUASI 1.
Hal-hal
apa
saja
yang
diperlukan
untuk
mencapai
sejumlah
hasil
yang
diharapkan dalam penerapan Model Pembelajaran ? 2. Di dalam kurikulum 2013 disarankan metode pembelajaran dalam kelas diantaranya adalah: Diskusi, Eksperimen,Demonstrasi,Simulasi . Deskripsikan langkah-langkahnya dari masing-masing metode pembelaran tersebut
PENUTUP Demikian Modul Permasalahan Penerapan Model PembelajaranPPKn yang dapat kami susun. Kami sangat menyadari modul ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat. Amin
PPKn SMP K-7
202
DAFTAR PUSTAKA 1 .Arsyad, Azhar . 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2. Eko Purwana, Agung dkk. 2009. Pembelajaran PPKn Edisi Pertama. Surabaya : LAPIS PGMI. 3.Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta : Ghalia Indonesia. 4.Rohani, Ahmad. 2014. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta. 5.Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana. 6.Triyanto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
PPKn SMP K - 7
203
KEGIATAN PEMBELAJARAN 15
PERMASALAHAN PENERAPAN PENILAIAN HASIL BELAJAR PPKn Oleh: Dra. Siti Mulyani A. Latar Belakang Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. (Nasution, 1999:5) Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran, menentukan proses pelakasanaan dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peran kurikulum dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan peserta didik nantinya, maka pengembangan kurikulum tidak bisa dikerjakan sembarangan. Ketiga ranah yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu mengapa‖,―tahu bagaimana‖ dan ―tahu apa‖. Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik
(soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills). Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh untuk mengumpulkan informasi tentang siswa. Penilaian ini atau
perkembangan belajar yang
dilakukan oleh
dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar
tidak; apakah pengalaman belajar siswa
positif
guru
memiliki pengaruh yang
terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
Penilaian
yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran. pembelajaran
Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses
belajar bukan kepada hasil belajar.
Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 3. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
PPKn SMP K-7
204
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. B.Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi Guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Permasalahan Penerapan Penilaian Hasil Belajar PPKn SMP, agar mampu menyelesaiakan : 1. Permasalahan penerapan penilaian sikap dalam mata pelajaran PPKn SMP 2. Permasalahan penerapan penilaian pengetahuan
dalam mata pelajaran
PPKn
SMP 3. Permasalahan penerapan penilaian keterampilan dalam mata pelajaran PPKn SMP C.Peta Kompetensi
Permasalahan penerapan penilaian sikap dalam mata pelajaran PPKn SMP
Permasalahan Penerapan Penilaian Hasil Belajar PPKn SMP
Permasalahan penerapan penilaian pengetahuan dalam mata pelajaran PPKn Permasalahan penerapan penilaian keterampilan dalam mata pelajaran PPKn SMP
D.Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran 1. Permasalahan penerapan penilaian sikap dalam mata pelajaran PPKn SMP 2. Permasalahan penerapan penilaian pengetahuan dalam mata pelajaran PPKn SMP 3. Permasalahan penerapan penilaian keterampilan dalam mata pelajaran PPKn SMP E. Saran Cara Penggunaan Modul a. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas b. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . c. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu
PPKn SMP K - 7
205
d..Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas Pembelajaran 1 Permasalahan Penerapan Penilaian Hasil Belajar PPKn SMP ” A. Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menggali informasi tentang permasalaha penerapan Penilaian Sikap dalam pembelajaran PPKn 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menggali informasi tentang permasalahan penerapan penilaian pengetahuan dalampembelajaran PPKn 3. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menggali informasi Permasalahan penerapan penilaian ketrampilan dalam pembelajaran PPKn 4.Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menyusun rubrik-rubrik penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan pembelajaran PPKn
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu menunjukan permasalahan penerapan penilaian sikap dalam pembelajaran secara benar 2. Peserta diklat mampu menunjukan permasalahan penerapan penilaian pengetahuan- dalampembelajaran secara benar 3. Peserta diklat mampu menyusun permasalahan penerapan penilaian Ketrampilan secara benar 4. Peserta diklat mampu menjelaskan permasalahan penerapan penilaian Hasil belajar dalam pembelajaran PPKn secara benar.
C. Uraian Materi Pembelajaran 1 Permasalahan Penerapan Penilaian Hasil Belajar PPKn SMP ” Kata kunci: penilaian otentik, penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan
PPKn SMP K-7
206
Standar Penilaian kurikulum 2013 bertujuan untuk menjamin
perencanaan
penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Saat ini kita sebagai fasilitator atau pendidik banyak di harap untuk bisa melakukan pola pendidikan dan pengajaran dengan mengedepankan high order thingkin skill (HOTS), yaitu suatu pola pembelajaran yang mengharuskan fasilitator atau pendidik untuk bisa menciptakan pola interaksi belajar-mengajar yeng menuntut peserta didik melakukan pola berfikir tingkat tinggi. Tidak hanya sekedar pada tahap hafalan atau pemahaman, tapi lebih jauh dari itu yaitu berfikir analisis, sintesis, atau bahkan lebih tinggi dari itu. Namun kenyataan di lapangan, masih banyak pendidik di sekolah/Madrasah yang belum melakukan penilaian sesuai dengan kondisi nyata dan standar penilaian. Oleh karena itu untuk memperkuat sistem penilaian dalam pembelajaran perlu adanya literatur sebagai pedoman yang senantiasa dapat digunakan oleh setiap orang yang berperan dalam penilaian. Kehadiran artikel penilaian otentik ini sangat urgen keberadaannya dalam rangka meningkatkan kompetensi penilaian bagi pendidik dalam pembelajaran di kelas. Penyusunan perencanaan, pelaksanaan proses, dan penilaian merupakan rangkaian program pendidikan yang utuh, dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk itu, perlu ada model penilaian otentik yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan atau referensi oleh pendidik dan penyelenggaranya di jenjang sekolah/madrasah.
PPKn SMP K - 7
207
Penerapan Penilaian SIkap Pengertian Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku. Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari suatu program pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual. Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan. Pada jenjang SMP, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, sedangkan kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2 di atas, penilaian sikap pada jenjang SMP mencakup: Tabel 7 Cakupan Penilaian Sikap Penilaian sikap spiritual Menghargai
dan
menghayati
ajaran
agama yang dianut 1. jujur 2. disiplin 3. tanggung jawab Penilaian sikap sosial
4. toleransi 5. gotong royong 6. santun 7. percaya diri
PPKn SMP K-7
208
Guru dapat menambahkan sikap-sikap tersebut menjadi perluasan cakupan penilaian sikap. Perluasan cakupan penilaian sikap didasarkan pada karakterisitik kompetensi dasar pada KI-1 dan KI-2 setiap mata pelajaran. 3. Perumusan Indikator dan Contoh Indikator Acuan penilaian adalah indikator, karena indikator merupakan tanda tercapainya suatu kompetensi. Indikator harus terukur. Dalam konteks penilaian sikap, indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat diamati atau diobservasi oleh guru sebagai representasi dari sikap yang dinilai. Di bawah ini dideskripsikan beberapa contoh indikator dari sikap-sikap yang tersurat dalam KI-1 dan KI-2 jenjang SMP Tabel 8: Daftar Deskripsi Indikator Sikap dan pengertian
Contoh Indikator
Sikap spiritual Menghargai
dan
menghayati ajaran agama yang dianut
Berdoa
sebelum
dan
sesudah menjalankan
sesuatu.
Menjalankan ibadah tepat waktu.
Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.
Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa;
Mensyukuri
kemampuan
manusia
dalam
mengendalikan diri
Mengucapkan
syukur
ketika
berhasil
mengerjakan sesuatu.
Berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha.
Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat
Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Bersyukur kepada Tuhan
Yang
Maha Esa
sebagai bangsa Indonesia.
Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
Sikap sosial
PPKn SMP K - 7
209
1. Jujur adalah
perilaku
dapat
dipercaya dalam perkataan,
Tidak
menyontek
dalam
mengerjakan
ujian/ulangan
tindakan, dan pekerjaan
Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber)
Mengungkapkan perasaan apa adanya
Menyerahkan kepada yang berwenang barang yang ditemukan
Membuat
laporan
berdasarkan
data
atau
informasi apa adanya
Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki
2. Disiplin adalah
tindakan
yang
Datang tepat waktu
Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
sekolah
ketentuan dan peraturan.
Mengerjakan/mengumpulkan
tugas
sesuai
dengan waktu yang ditentukan
Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar
3. Tanggungjawab
Melaksanakan tugas individu dengan baik
adalah sikap dan perilaku
Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan
seseorang
Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa
untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, seharusnya terhadap
dia diri
bukti yang akurat
yang
Mengembalikan barang yang dipinjam
lakukan,
Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan
sendiri,
yang dilakukan
lingkungan
Menepati janji
(alam, sosial dan budaya),
Tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan
masyarakat,
negara dan Tuhan Yang
tindakan kita sendiri
Maha Esa
Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta
4. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang keberagaman
menghargai
PPKn SMP K-7
mengganggu
teman
yang
berbeda
meskipun
berbeda
pendapat
latar
belakang, pandangan, dan
Tidak
Menerima
kesepakatan
dengan pendapatnya
Dapat menerima kekurangan orang lain
210
keyakinan
Dapat mememaafkan kesalahan orang lain
Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang
memiliki keberagaman latar
belakang,
pandangan, dan keyakinan
Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain
Kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik
Terbuka
terhadap
atau
kesediaan
untuk
menerima sesuatu yang baru
5. Gotongroyong adalah bekerja bersama-
Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah
sama dengan orang lain
Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
untuk
Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap
mencapai
tujuan
dengan
saling
bersama
imbalan
berbagi tugas dan tolong
Aktif dalam kerja kelompok
menolong secara ikhlas
Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok
Tidak mendahulukan kepentingan pribadi
Mencari
jalan
untuk
mengatasi
perbedaan
pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain
Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama
6. Santun atau sopan
Menghormati orang yang lebih tua.
adalah sikap baik dalam
Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.
pergaulan
dalam
Tidak meludah di sembarang tempat.
maupun
Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang
baik
berbahasa bertingkah
laku.
Norma
kesantunan bersifat relatif, artinya
yang
tidak tepat
dianggap
Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain
tempat
Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
dan waktu tertentu bisa
Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan
baik/santun
pada
berbeda pada tempat dan
orang lain atau menggunakan barang milik orang
waktu yang lain.
lain
PPKn SMP K - 7
Memperlakukan orang lain sebagaimana diri 211
sendiri ingin diperlakukan
7. Percayadiri adalah kondisi mental atau
Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.
psikologis seseorang yang
Mampu membuat keputusan dengan cepat
memberi
keyakinan
kuat
Tidak mudah putus asa
untuk
berbuat
atau
Tidak canggung dalam bertindak
Berani presentasi di depan kelas
Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab
bertindak
pertanyaan Teknik dan Bentuk Instrumen a. Teknik Observasi Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantara orang lain. Sedangkan observasi tidak langsung dengan bantuan orang lain, seperti guru lain, orang tua, peserta didik, dan karyawan sekolah. b.Penilaian Diri Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Skala penilaian dapat disusun dalam bentuk skala Likert atau skala semantic differential. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena. Sedangkan skala semantic differential yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. c. Penilaian Antar peserta didik Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan untuk penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek dan skala penilaian (rating scale)
PPKn SMP K-7
212
dengan teknik sosiometri berbasis kelas. Guru dapat menggunakan salah satu dari keduanya atau menggunakan dua-duanya. d. Jurnal Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Kelebihan yang ada pada jurnal adalah peristiwa/kejadian dicatat dengan segera. Dengan demikian, jurnal bersifat asli dan objektif dan dapat digunakan untuk memahami peserta didik dengan lebih tepat. sementara itu, kelemahan yang ada pada jurnal adalah reliabilitas yang dimiliki rendah, menuntut waktu yang banyak, perlu kesabaran dalam menanti Pelaksanaan Penilaian kompetensi sikap dilakukan oleh pendidik setiap mata pelajaran untuk
dilaporkan
kepada
wali
kelas
yang
selanjutnya
dapat
dijadikan
sebagai
laporanpenilaian satuanpendidikan. Secara umum, pelaksanaan penilaian sikap sama dengan penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan yaitu harus berlangsung dalam suasana kondusif, tenang dan nyaman dengan menerapkan prinsip valid, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh, menggunakan acuan kriteria, dan akuntabel. Pengolahan PenilaianData penilaian sikap bersumber dari hasil penilaian melalui teknik observasi, penilaian diri, penilaian antarpeserta didik, dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Pada akhir semester, guru mata pelajaran dan wali kelas berkewajiban melaporkan hasil penilaian sikap, baik sikap spiritual dan sikap sosial secara integratif. Laporan penilaian sikap dalam bentuk nilai kualitatif dan deskripsi dari sikap peserta didik untuk mata pelajaran yang bersangkutan dan antarmata pelajaran. Nilai kualitatif menggambarkan posisi relatif peserta didik terhadap kriteria yang ditentukan. Kriteria penilaian kualitatif dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu :
sangat baik (SB)
baik (B),
cukup (C),
kurang (K).
Kendala Guru, Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun 2013, namun sekarang tidak semua sekolah menerapkan kurikulum 2013, ada sekolah yang kembali ke KTSP dan ada juga sekolah yang masih menerapkan kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 terdapat penilaian autentik. Penilaian autentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada standar penilaian yang
PPKn SMP K - 7
213
terdiri dari penilaian sikap, penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan. Banyak tata cara yang harus dilakukan guru saat melaksanakan penilaian autentik, dan juga banyaknya berita yang mengabarkan keluhan guru terhadap kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah guru ada melakukan penilaian autentik pada kurikulum 2013, apakah guru mengalami kesulitan saat melakukan penilaian autentik pada kurikulum 2013 dan apa yang menjadi kedala guru saat melakukan penilaian autentik serta bagaimana tanggapan guru terhadap penilaian autentik .Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data yang diperoleh melalui angket dan wawancara pada subjek penelitian adalah guru Guru masih mengalami kesulitan dalam melakukan pelaksanaan penilaian autentik pada kurikulum 2013 3) Kendala penilaian autentik karena guru belum terlalu memahami tata cara dan prosedur melakukan pelaksanaan penilaian autentik belum semua setuju dengan tata cara pelaksanaan penilaian autentik pada kurikulum 2013. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru masih mengalami kendala dalam melaksanakan penilaian autentik kurikulum 2013. Secara konseptual penilaian otentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.Ketika menerapkan penilaian otentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, pendidik menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar pembelajaran. Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian otentik cenderung fokus pada tugastugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih otentik. Penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki peserta didik untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna, yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. Penilaian otentik juga menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan, melainkan kinerja secara nyata dari pengetahuan yang telah dikuasai sehingga penilaian otentik
PPKn SMP K-7
214
merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian otentik bertujuan untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada peserta didik untuk menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Jadi, penilaian model ini menekankan pada pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis. Penilaian
otentik
lebih
menuntut
pembelajar
mendemonstrasikan
pengetahuan,
keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Peserta didik tidak sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis. Penilaian otentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada standar penilaian yang terdiri dari: 1.
Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian ―teman sejawat‖(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal
2. Pengetahuan melalui tes tulis, tes, lisan, dan penugasan. 3.
Keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio Teknik Penilaian Otentik 1.
Penilaian Pengamatan
Pengamatan merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, sehingga penilaian pengamatan (kinerja) adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu dalam penilaian kinerja diperlukan instrumen berupa lembar pengamatan atau lembar observasi. Penilaian pengamatan berguna untuk mengukur keterampilpeserta didik melakukan kinerja tertentu. Contoh kinerja yang dapat diamati antara lain: bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat. Teknik penilaian pengamatan dapat dilakukan sebagai berikut: PPKn SMP K - 7
215
1.
Pemeriksaan terhadap dokumen belajar peserta didik, meliputi: prestasi belajar
materi sebelumnya, kesulitan belajar, hasil pekerjaan rumah, penilaian orang tua/wali terhadap kemajuan belajar peserta didik dan hal-hal terkait lainnya. 2.
Pengamatan terhadap peserta didik pada saat mereka memperhatikan
penjelasan Pendidik, membaca, bekerjasama dengan teman lainnya, mengerjakan tugas-tugas, memecahkan masalah, dan kegiatan lainnya. 3.
Melalui teknik penilaian lainnya (diskusi, Tanya jawab, tes, dll), Pendidik
mengamati motivasi dan kemajuan belajar peserta didik, serta kendala yang dihadapi peserta didik maupun Pendidik dalam pembelajaran. 2.
Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian yang meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian diri didefinisikan sebagai ―monitoring of one’s own levels of knowledge, performance, abilities, thinking, behaviour and/or strategy‖ (Wilson and Wing Jan 1998;2). Kutipan di atas menunjukkan bahwa penilaian diri adalah kegiatan untuk memonitor tingkat penampilan atau performansi, kemampuan, prilaku dan strategi yang dilakukan oleh seseorang dalam menghadapi suatu tugas yang diberikan atau dilakukan. Selain itu penilaian diri mencakup dapat tiga domain yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Penilaian otentik memiliki relevansi terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013 yang mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian otentik bertujuan untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Penilaian otentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal, pengetahuan melalui tes tulis, tes, lisan, dan penugasan, keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
D. Aktivitas Pembelajaran
PPKn SMP K-7
216
•
Aktivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Permasalahan Penerapan Penilaian hasil Belajar PPKn SMP―
KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Pendahulu
Deskripsi Kegiatan
Alokasi waktu
1. Narasumber/instruktur
an
memngkondisikan 10 menit
peserta diklat untuk sipap menerima materi sajian serta memberi motivasi menunju profesionalisme 2. Melakukan penjajakan melalui tanya jawab sekitar
penyusunan
―Permasalahan
Penerapan Penilaian hasil belajar― 3.
Menampilkan contoh Rubrik penilaian yang dibuat guru, kemudian dikaji kekurangan dan kelebihannya.
4. Menyampaikan tujuan dan garis besar materi pelatihan.
Kegiatan Inti
1. Meminta
peserta
membentuk
kelompok 230 menit
pasangan (@ 2 orang) 2. Tiap
kelompok
pasangan
menuliskan
permasalahan yang dihadapi
di lapangan
terkait dengan Penerapan Penilaian Hasil Belajar 3. Tiap pasangan diminta memilih pasangan lain, sehingga terbentuk kelompok kecil terdiri dari 4 orang (dua pasangan). 4. Masing-masing anggota kelompok berembuk terhadap
permasalahan
yang
sudah
dirumuskan. 5. Narasumber memberi contoh pembuatan rubrik
penilaianuntuk
di
analisis,
dikaji
kelebihan dan kekurangannya. 6. Memberi kesempatan pada kelompok untuk mencari sumber, mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah terebut. 7. Tiap kelompok kecil berdiskusi memecahkan
PPKn SMP K - 7
217
permasalahan yang dihadapi 8. Tiap kelompok mempersiapkan presentasi hasil kerja kelompoknya. 9. Nara sumber mengamati, mencermati hasil presentasi perserta diklat bila diperlukan diberi kesempatan kelompok lain memberi komentar terhadap hasil presentasi kelompok lain. 10. Kerja kelompok menyusun rubrik - rubrik penilaian sikap sesuai dengan mapel dan pebagian KD Pengetahuan masing-masing. (Misal: KD3.1 oleh Keloompok A, KD 3.2 kelompok, KD 3.3 kelompok C dst. 11. Presentasi Hasil Kerja kelompok pembuatan Rubrik penilaian hasil belajar siswa. 12. Nara sumber mengklarifikasi bila terjadi kesalahan
konsep,
prosedur,
langkah-
langkah dari hasil kerja Penutup
1. Narasumber
bersama
peserta
diklat 30 menit
membuat simpulan 2. Narasumber melakukan tes secara lisan. 3. Narasumber melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. 4. Memberi
tugas
untuk
membuat
rubrik
penilaian sikap dan membuat pengolahan nilai. berdasarkan Kompetensi Dasar mapel ybs.
E. Latihan / Kasus / Tugas. . .1. Buatlah Tehnik Penilaian, Instrumen dan Rubrik untuk penilaian : 1. Sikap Spiritual 2. Sikap Sosial Yang meliputi : Penilaian diri Penilaian antar teman sejawat Jurnal Observasi
PPKn SMP K-7
218
3. Penilaian Pengetahuan 4. Penilaian Ketrampilan F. Rangkuman Pelaksanaan Penilaian 1.Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan 2.Standar Penilaian kurikulum 2013 bertujuan untuk menjamin perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai 3. Penerapan Penilaian SIkap Pelaksanaan penilaian kompetensi sikap dilakukan oleh pendidik setiap mata pelajaran untuk dilaporkan kepada wali kelas yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai laporan penilaian satuan pendidikan. 4.Tahap Pelaksanaan Penilaian kompetensi sikap adalah sebagai berikut: Pada awal semester, pendidik menginformasikan tentang kompetensi sikap yang akan dinilai yaitu sikap spiritual, jujur, disiplin, tanggungjawab, toleransi, gotong royong, santun atau sopan, atau percaya diri 5.Teknik dan Bentuk Instrumen 1. Observasi 2. Penilaian diri 3. Penilaian antar teman 4. Jurnal 6.Pelaksanaan Penilaian kompetensi sikap dilakukan oleh pendidik setiap mata pelajaran untuk dilaporkan kepada wali kelas yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai laporan penilaian satuan pendidikan. 7.Pengolahan PenilaianData penilaian sikap bersumber dari hasil penilaian melalui teknik observasi, penilaian diri, penilaian antarpeserta didik, dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. 8.Kriteria penilaian kualitatif dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu :
sangat baik (SB)
baik (B),
cukup (C),
kurang (K).
9. Kendala Guru, Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013 PPKn SMP K - 7
219
Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun 2013, namun sekarang tidak semua sekolah menerapkan kurikulum 2013, ada sekolah yang kembali ke KTSP dan ada juga sekolah yang masih menerapkan kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 terdapat penilaian autentik 10. Penilaian otentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada standar penilaian yang terdiri dari: 1.
Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian ―teman sejawat‖(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal
2. Pengetahuan melalui tes tulis, tes, lisan, dan penugasan. 3.
Keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio 11.Teknik penilaian pengamatan dapat dilakukan sebagai berikut Pemeriksaan terhadap dokumen belajar peserta didik, meliputi: prestasi belajar materi sebelumnya, kesulitan belajar, hasil pekerjaan rumah, penilaian orang tua/wali terhadap kemajuan belajar peserta didik dan hal-hal terkait lainnya. Pengamatan terhadap peserta didik pada saat mereka memperhatikan penjelasan Pendidik, membaca, bekerjasama dengan teman lainnya, mengerjakan tugas-tugas, memecahkan masalah, dan kegiatan lainnya. Melalui teknik penilaian lainnya (diskusi, Tanya jawab, tes, dll), Pendidik mengamati motivasi dan kemajuan belajar peserta didik, serta kendala yang dihadapi peserta didik maupun Pendidik dalam pembelajaran. 12.Penilaian Diri Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian yang meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Selain itu penilaian diri mencakup dapat tiga domain yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Penilaian otentik memiliki relevansi terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013 yang mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
G. Umpan Balik dan tindak lanjut Data penilaian sikap bersumber dari hasil penilaian melalui teknik observasi, penilaian diri, penilaian antarpeserta didik, dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi,
PPKn SMP K-7
220
penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Pada akhir semester, guru mata pelajaran dan wali kelas berkewajiban melaporkan hasil penilaian sikap, baik sikap spiritual dan sikap sosial secara integratif. Laporan penilaian sikap dalam bentuk nilai kualitatif dan deskripsi dari sikap peserta didik untuk mata pelajaran yang bersangkutan dan antarmata pelajaran. Nilai kualitatif menggambarkan posisi relatif peserta didik terhadap kriteria yang ditentukan. Kriteria penilaian kualitatif dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu :
sangat baik (SB)
baik (B),
cukup (C),
kurang (K). Sedangkan deskripsi memuat uraian secara naratif pencapaian kompetensi sikap sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran . Deskripsi sikap pada setiap mata pelajaran menguraikan kelebihan sikap peserta didik, dan sikap yang masih perlu ditingkatkan.
Evaluasi 1. Penilaian otentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada standar penilaian yang terdiri dari apa saja, Jelaskan ? 2.
Sebutkan Tahap-tahap Pelaksanaan Penilaian kompetensi sikap ?
3.
Jelaskan tentang Penilaian diri ?
4.
Tehnik dan bentuk penilaian sikap terdiri dari, Observasi, Jurnal, Penilaian diri dan Penilaian antar teman sejawat, Buatlah masing-masing contoh Rubrik dan instrumenya ?
5.
Jelaskan penilaian antar teman.
PENUTUP Demikian Modul ― Permasalahan Penerapan Penilaian model Pembelajaran PPKn yang dapat kami susun. Kami sangat menyadari modul ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat. Amin
PPKn SMP K - 7
221
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar . 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Eko Purwana, Agung dkk. 2009. Pembelajaran PPKn Edisi Pertama. Surabaya : LAPIS PGMI. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta : Ghalia Indonesia. Rohani, Ahmad. 2014. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana. Triyanto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
PPKn SMP K-7
222
KEGIATAN PEMBELAJARAN 16
PERMASALAHAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Oleh: Dra. Siti Mulyani A. Latar Belakang Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun 2013, namun sekarang tidak semua sekolah menerapkan kurikulum 2013, ada sekolah yang kembali ke KTSP dan ada juga sekolah yang masih menerapkan kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 terdapat penilaian autentik. Penilaian autentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada standar penilaian yang terdiri dari penilaian sikap, penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan. Banyak tata cara yang harus dilakukan guru saat melaksanakan penilaian autentik, dan juga banyaknya berita yang mengabarkan keluhan guru terhadap kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah guru ada melakukan penilaian autentik pada kurikulum 2013, apakah guru mengalami kesulitan saat melakukan penilaian autentik pada kurikulum 2013 dan apa yang menjadi kedala guru saat melakukan penilaian autentik serta bagaimana tanggapan guru terhadap penilaian autentik. Modul tersebut merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP grade 7. Modul ini berisi materi, metode, batasanbatasan, tugas dan latihan serta petunjuk
cara penggunaannya yang disajikan secara
sistematis. Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 3. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. PPKn SMP K - 7
223
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. B.Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi Guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap Permasalahan Penerapan Penilaian Hasil Belajar PPKn SMP, agar mampu menyelesaiakan : 1. Permasalahan Pelaksanaan pembelajaran kegiatan pendahuluan PPKn SMP 2.
Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran kegiatan inti PPKn SMP
3.
Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran kegiatan penutup PPKn SMP
C.Peta Kompetensi
Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan pendahuluan PPKn SMP
Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran
Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran kegiatan inti PPKn SMP
Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran kegiatan penutup PPKn SMP
D.Ruang Lingkup Ruang lingkup terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran 1. Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan PPKn SMP 2. Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan inti PPKn SMP 3. Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Penutup PPKn SMP
PPKn SMP K-7
224
E. Saran Cara Penggunaan Modul a. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas b. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . c. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu d..Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas Pembelajaran 1 Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran PPKn SMP ” A. Tujuan 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menggali informasi tentang Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan PPKn 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menggali informasi tentang Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan inti PPKn 3. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menggali informasi Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Penutup PPKn B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta diklat mampu menunjukan Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan PPKn 2..Peserta diklat mampu menunjukan Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan inti PPKn 3. Peserta diklat mampu Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Penutup PPKn
C. Uraian Materi Pembelajaran 1 1. Tahapan pelaksanaan pembelajaran antara lain : 1. Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan. 2. Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari. 3. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa. 4. Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan konteks dengan materi pelajaran. 5. Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual. PPKn SMP K - 7
225
6. Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari siswa. 2.
Kelebihan dan permasalahan pelaksanaan Pembelajaran Kelebihan Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi siswa, materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena model pendekatan saintifik pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu mengapa‖. 2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu bagaimana‖. 3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu apa.‖ Permasalahan dalam Pelaksanaan Pembelajaran 1. Guru lebih intensif dalam membimbing siswa. Karena dalam Pelaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan saintifik . Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah sebagai fasilitator mengelola tim yang bekerja bersama untuk menemukan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
kelas sebagai sebuah
pengetahuan dan ketrampilan sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman
yang dimilikinya. Dengan demikian,
peran guru bukanlah sebagai instruktur
atau ‖ penguasa ‖ yang memaksa
kehendak melainkan guru adalah
pembimbing siswa agar mereka dapat
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk
belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai
dengan apa yang
diterapkan semula.
PPKn SMP K-7
226
3.Solusi untuk mengatasi permasalahn Pelaksanaan Pembelajaran adalah Guru diharapkan dapat memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek dengan tujuan dapat melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. Guru dapat membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami sehingga siswa mampu mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu dan membentuk pikiran kritis. Siswa diharapkan dapat memproses informasi yang sudah dikumpulkan dan mendorong kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Selanjutnya guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari, menyampaikan hasil pengamatan dan memberi kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Dalam penerapannya di sekolah-sekolah, masih ada guru yang kesulitan dalam mengajar dengan Kurikulum 2013. Bantuan guru masih diperlukan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Untuk mengatasi kesulitan itu, perlu dijalankan program pendampingan untuk guruguru di sekolah sasaran. Selain itu, guru-guru di sekolah sasaran juga diberikan video pembelajaran untuk mengembangkan metode pembelajaran mereka. Dalam menjalankan Kurikulum 2013, guru harus melakukan perubahan mindset dan persiapan, diantaranya persiapan pengetahuan, persiapan fisik dan mental, serta persiapan hati untuk dapat menjalankan tugas dengan keikhlasan. Tujuannya untuk mempersiapkan siswa yang berkualitas ke depannya
D. Aktivitas Pembelajaran Aktivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Permasalahan Pelaksanaan
•
Pembelajaran PPKn SMP― KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Pendahulu an
Deskripsi Kegiatan 1.Narasumber/instruktur memngkondisikan peserta
Alokasi waktu 10 menit
diklat untuk sipap menerima materi sajian serta memberi motivasi menunju profesionalisme 2.Melakukan penjajakan melalui tanya jawab sekitar penyusunan ―Permasalahan Pelaksanaan Pembelajaran PPKn SMP― 3.Menampilkan contoh langkah-langkah
PPKn SMP K - 7
227
pelaksanaan pembelajaran mulai pendahuluan, inti dan penutup 4.Menyampaikan tujuan dan garis besar materi pelatihan.
Kegiatan Inti
1. Meminta peserta membentuk kelompok pasangan
230 menit
(@ 2 orang) 2.Tiap kelompok pasangan menuliskan permasalahan yang dihadapi di lapangan terkait dengan Permasalahn Pelaksanaan Pembelajaran 3.Tiap pasangan diminta memilih pasangan lain, sehingga terbentuk kelompok kecil terdiri dari 4 orang (dua pasangan). 4.Masing-masing anggota kelompok berembuk terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan. 5.Narasumber memberi contoh pembuatan lankah Pelaksanaa untuk di analisis, dikaji kelebihan dan kekurangannya. 6.Memberi kesempatan pada kelompok untuk mencari sumber, mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah terebut. 7.Tiap kelompok kecil berdiskusi memecahkan permasalahan yang dihadapi 8.Tiap kelompok mempersiapkan presentasi hasil kerja kelompoknya. 9.Nara sumber mengamati, mencermati hasil presentasi perserta diklat bila diperlukan diberi kesempatan kelompok lain memberi komentar terhadap hasil presentasi kelompok lain. 10.Kerja kelompok menyusun rubrik – rubric penilaian sikap sesuai dengan mapel dan pebagian KD Pengetahuan masing-masing. (Misal: KD3.1 oleh Keloompok A, KD 3.2 kelompok, KD 3.3 kelompok C dst. 11.Presentasi Hasil Kerja kelompok pembuatan Rubrik penilaian hasil belajar siswa.
PPKn SMP K-7
228
12.Nara sumber mengklarifikasi bila terjadi kesalahan konsep, prosedur, langkah-langkah dari hasil kerja Penutup
1.Narasumber bersama peserta diklat membuat
30 menit
simpulan 2.Narasumber melakukan tes secara lisan. 3.Narasumber melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. 4.Memberi tugas untuk langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pendahuluan, inti dan Penutup.
E. Latihan / Kasus / Tugas 1. Sebutkah langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Pendahuluan ? 2.Sebutkan langkah –langkah pelaksanaan pembelajaran inti ? 3. Sebutkan Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Penutup ? 4. Jelaskan permasalahan yang ada dilapangan dalam pelaksanaa Pembelajaran ? 5.Deskripsikan Solusi untuk mengatasi permasalahn Pelaksanaan Pembelajaran ? F. Rangkuman. 1. Tahapan pelaksanaan pembelajaran antara lain : 1. Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan. 2. Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari. 3. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa. 4. Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan konteks dengan materi pelajaran. 5. Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual. 6. Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari siswa. 2.Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena model pendekatan saintifik pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu mengapa‖. 2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu bagaimana‖. 3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu apa.‖
PPKn SMP K - 7
229
3.Solusi untuk mengatasi permasalahn Pelaksanaan Pembelajaran adalah Guru diharapkan dapat memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek dengan tujuan dapat melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. Guru dapat membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami sehingga siswa mampu mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu dan membentuk pikiran kritis. Siswa diharapkan dapat memproses
informasi yang sudah dikumpulkan dan
mendorong kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Selanjutnya
guru
diharapkan
memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari, menyampaikan hasil pengamatan dan memberi kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Dalam penerapannya di sekolah-sekolah, masih ada guru yang kesulitan dalam mengajar dengan Kurikulum 2013. Bantuan guru masih diperlukan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
G.Umpan balik dan Tindak Lanjut Jawablah semua latihan/tugas kegiatan pembelajaran kemudian cocok kan jawaban anda dengan kunci jawaban , dan nilai hasilnya.Apabila saudara mendapatkan hasil minimal 80% , maka anda dinyatakan lulus , dan apabila mendapatkan 0% , 25% , 40% , 60% maka anda diminta membaca dan memahami isi modul kembali dan menjawab latian lagi. Tindak lanjut darikegiatan ini diharapkan peserta diklat dan fasilitator ber sama-sama melakukan ulasan materi yang telah di pelajari , mana yang belum dipahami oleh peserta diklat
H. Kunci Jawaban 1. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Pendahuluan a.l a. Guru bersama-sama siswa melakukan doa bersama sebelum pelaja-ran dimulai b. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar. c. Secara khusus meminta peserta didik membuka buku teks yang memuat materi d. Guru memberi motivasi melalui bernyanyi lagu nasional
PPKn SMP K-7
230
e. Guru melakukan apersepsi
melalui tanya jawab mengenai pelajaran yang telah
dipelajari minggu yang lalu f. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. g. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang manfaat proses pembelajaran 2. Langkah –langkah pelaksanaan pembelajaran inti a.l 1.
Langkah Mengamati
1.Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
masing-masing 6
orang per kelompok a.Guru meminta peserta didik mengamati gambar .Kemudian guru dapat penjelasan tentang gambar tersebut dengan berbagai
menambahkan
fakta terbaru yang berhubungan
dengan berbagai peraturan perundang- undangan di lingkungan peserta didik, seperti peraturan desa dan tata tertib sekolah b.Siswa mencermati buku siswa pada halaman 52 sampai halaman 54 2. Langkah Menanya a.Guru meminta peserta didik secara kelompok mengidentifikasi pertanyaan yang ingin diketahui. Pertanyaan kelompok dapat ditulis dengan mengisi tabel b.Guru dapat membimbing pertanyaan peserta didik sesuai tujuan
pembelajaran
3. Langkah Mengumpulkan Informasi a.Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk mencari informasi untuk menjawab pertanyaan yang sudah disusun, dan mengerjakan aktivitas dengan membaca buku paket atau sumber lain b.Guru memfasilitasi peserta didik dengan sumber belajar lain seperti buku penunjang atau internet, seperti UU Nomor 12 tahun 2011 c. Guru juga dapat menjadi nara sumber atas pertanyaan peserta didik
dikelompok.
4. Mengasosiasi/Mengolah Informasi a.Guru membimbing kelompok untuk menghubungkan informasi yangdiperoleh dari hasil diskusi b.Guru membimbing kelompok dalam langkah ini, seperti membantu mengambil kesimpulan berdasarkan informasi 5. Langkah Mengkomunikasikan a.Guru membimbing peserta didik menyusun laporan hasil telaah secara tertulis. b.Guru membimbing setiap kelompok untuk menyajikan hasil telaah di kelas. Kegiatan penyajian setiap kelompok bergantian dan kelompok lain memberikan komentar c.Guru mengamati jalannya penyajian dengan memberikan penilaian sesuai dengan rubrik yang telah disiapkan
PPKn SMP K - 7
231
3. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Penutup a.l 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran 2. Guru melakukan refleksi pembelajaran melalui berbagai cara seperti Tanya jawab tentang apa yang sudah dipelajari, apa manfaat pembelajaran, apa perubahan sikap yang perlu dilakukan. 3. Guru melakukan tes secara tertulis atau lisan untuk menilai pengetahuan peserta didik. 4.Permasalahan yang ada dilapangan dalam pelaksanaan
Pembelajaran a.l
1. Guru lebih intensif dalam membimbing siswa. Karena dalam Pelaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan saintifik . Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah sebagai fasilitator mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang.
Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman sebagai instruktur adalah
yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah atau ‖ penguasa ‖ yang memaksa kehendak melainkan guru
pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya. 2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam
konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai
dengan apa yang diterapkan
semula. 5.Untuk mengatasi permasalahn Pelaksanaan Pembelajaran ? Untuk mengatasi kesulitan itu, perlu dijalankan program pendampingan untuk guruguru di sekolah sasaran. Selain itu, guru-guru di sekolah sasaran juga diberikan video pembelajaran untuk mengembangkan metode pembelajaran mereka. Dalam menjalankan Kurikulum 2013, guru harus melakukan perubahan mindset dan persiapan, diantaranya persiapan pengetahuan, persiapan fisik dan mental, serta persiapan hati untuk dapat menjalankan tugas dengan keikhlasan. Tujuannya untuk mempersiapkan siswa yang berkualitas ke depannya Evaluasi 1. DepkripsikanPelaksanaan Pembelajaran mulai dari Kegiatan inti sampai
dengan
Kegiatan Penutup ? 2. Sebutkan permasalahan yang terjadi dalam melaksanakan pembelajaran 3. Bagaimana cara mengatasi permasalahn yang terjadi pada kegiatan Belajar mengajar ?
PPKn SMP K-7
232
4.Jelaskan 3 ranah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
PENUTUP Demikian Modul ― Permasalahan Pelaksanaanl Pembelajaran PPKn yang dapat kami susun. Kami sangat menyadari modul ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat. Amin DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar . 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Eko Purwana, Agung dkk. 2009. Pembelajaran PPKn Edisi Pertama. Surabaya : LAPIS PGMI. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta : Ghalia Indonesia. Rohani, Ahmad. 2014. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana. Triyanto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
PPKn SMP K - 7
233
KEGIATAN PEMBELAJARAN 17
PERMASALAHAN RELEVANSI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PPKN SMP Oleh: Dr. Sri Untari, M.Si., M.Pd. A. Latar Belakang Modul ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan peserta diklat tentang problem penggunaan media pembelajaran PPKn SMP yang sering dihadapi guru. Kenyataan di lapangan penggunaan media pembelajaran ternyata banyak dihadapi oleh guru-guru, sehingga
perlu
dicarikan
solusinya
agar
media
pembelajar
dapat
berfungsi
memperlancar jalannya proses belajar mengajar, sehingga kualitas pembelajaran meningkat. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu unsur yang menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian bangsa Indonesia, terlebih pada abad 21 yang menuntut warga bangsa ini memeiliki kompetensi dan profesional untuk dapat bersanding
dan
bertanding
secara
global.
Kualitas
pendidikan
ditentukan
profesionalisme gurul. Keprofesian guru harus dikembangkan secara berkelanjutan melalui strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan agar dapat meningkatkan kemampuan
guru
dan
tenaga
kependidikan,
sehingga
dapat
memelihara,
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara berkelanjutan. Kegiatan Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB) diselenggarankan untuk mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. PKB merupakan kewajiban bagi Guru dan tenaga kependidikan baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya adalah modul ― Permasalahan relevansi Penggunaan Media Pembelajaran PPKn SMP‖ Modul ini didisain sebagai bahan ajar yang dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP grade 7 Modul ini berisi materi, metode, batasanbatasan, tugas dan latihan serta petunjuk cara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
PPKn SMP K-7
234
Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional
Pendidikan
sebagaimana
diubah
dengan
Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 3) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. Kompetensi peserta diklat PKB Grade -7 bagi guru mata pelajaran PPKn SMP yang diharapkan
melalui
Pembelajaran
PPKn
modul SMP
Permasalahan
meliputi
(1)
relevansi
Penggunaan
Media
Prinsip-prinsip
Penggunaan
Media
Pembelaharan PPKn SMP (2). Permasalahn
Relevansi penggunaan media
pembelajaran PPKn SMP , (3). Solusi untuk mengatasi permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP.
B. Tujuan Modul ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP tentang Permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP , sehingga mampu : 1. Menjelaskan prinsip-prinsip Penggunaan Media Pembelaharan PPKn SMP dengan benar 2. Mengidentifikasi permasalahn relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP dengan benar , 3. Mencari solusi untuk mengatasi permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP dengan benar.
PPKn SMP K - 7
235
C. Peta Kompetensi
Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran PPKn SMP
Permasalahan Relevansi Penggunaan Media Pembelajaran PPKn
Permasalahan Relevansi Penggunaan Media Pembelajaran PPKn SMP
Solusi Permasalahan Relevansi Penggunaan Media pembelajaran PPKn SMP
. Ruang Lingkup Ruang lingkup
terdiri atas materi kegiatan Pembelajaran 1: (1) Prinsip
penggunaan media pembelajaranr (2) Permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP; (3) Solusi untuk mengatasi permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran Saran Cara Penggunaan Modul 1. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas 2. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . 3. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu 4. Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas Pembelajaran 1 : Permasalahan Relevansi Penggunaan Media Pembelajaran Tujuan 1. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan prinsip penggunaan media pembelajaran PPKn SMPsecara benar 2. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP secara benar
PPKn SMP K-7
236
3. Melalui membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mencari solusi permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP secara kreatif
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. peserta diklat mampu menjelaskan prinsip penggunaan media pembelajaran PPKn SMP secara benar 2. peserta diklat mampu menganalisis permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP secara benar 3. peserta diklat mampu mencari solusi permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP secara kreatif Uraian Materi Pembelajaran 1
1. Prinsip Penggunaan media pembelajaran PPKn SMP Media merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar, namun dalam penggunaannya perlu dipilih secara bijak, mengingat beraneka ragamnya masing – masing media memiliki karakteristik sendiri. Dalam penggunaan media pembelajaran PPKn SMP perlu dipahami kriteria relevansi dan fungsional sebagai dasar menetapkan penggunaan media pembelajaran PPKn sebagai berikut: a.
Tidak ada media yang cocok untuk semua tujuan pembelajaran
b.
Media dapat dipergunakan konsisten untuk mengejat tujuan pembelajaran
c.
Media dikuasai pemakaiannya oleh yang bersangkutan
d.
Media cocok dengan kecakapan dan gaya belajar siswa
e.
Baik dan buruknya bukan karena konkrit dan abstraknya
f.
Media dipilih hendaknya atas pertimbangan yang obyektif
g.
Kedaan psikis pada waktu media itu dipakai ikut sebagai pertimbangan Berdasarkan kriteria relevansi dan fungsional tersebut di atas, maka prinsipprinsip yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan media pembelajaran adaalah sebagai berikut:
Ituiah sebabnya, pemilihan media hendaknya memperhatikan beberapa kriteria sebagai beikut:
PPKn SMP K - 7
237
5.
Tujuan Pembelajaran. Pemilihan media oleh guru hendaknya menunjang tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Rumusan tujuan pembelajaran ini merupakan persoalan yang paling pokok, sebab dengan tujuan pembelajaran , akan diketahui arah
kegiatan pembelajaran, langkah kegiatan dan media pembelajaran dapat diketahui. Apabila tujuan pembelajaran yang dirumuskan itu agar siswa dapat menganalisis video tentang penyampaian pendapat di muka umum dengan benar, maka media audiovisual yang paling tepat; 6. Ketepatgunaan. Ketepatgunaan yang dimaksud adalah penetapan suatu media dapat tepat dan berguna atau tidak dapat dikaitkan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Misalnya jika materi pembelajaran berkaitan dengan kelembagaan negara, maka bagan, chart, slide dapat digunakan. Sedangkan apabila materi yang akan dipelajari adalah aspek-aspek yang aktivitas misalnya , sidang DPR, demontrasi, pemungutan suara intinya terdapat gerak, maka media film atau video dipandang tepat. 7. Keadaan siswa. Kondisi siswa, kemampuan siswa merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media, sebab media pembelajaran, mungkin cocok untuk tujuan tertentu, akan tetapi tingkat kerumitannya jauh dengan kemampuan siswa.Jika demikian maka media tersebut tidak bisa dipilih. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kondisi siswa, misalnya jenjang pendidikan (SD, SLTP atau SMU), besar-kecilnya kelompok siswa, serta perkembangan psikologis yang melekat pada mereka. 8. Ketersediaan. Ketersediaan suatu media pembelajar juga sangat penting, misalnya guru merancang penggunaan LCD untuk menyampaikan materi. Karena guru menilai bahwa media pembelajaran ini sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, namun ternyata LCD tersebut jumlahnya terbatas, dan saat akan dipergunakan tidak tersedia. Sedangkan untuk memproduksi sendiri adalah jauh dari yang memungkinkan. Dalam kaitan ini, guru terpaksa harus memilih alternatif yang tidak telalu jauh dengan pilihan utama tersebut.
PPKn SMP K-7
238
9. Mutu teknis. Mutu teknis juga sangat penting dipertimbangkan dalam penggunaan media pembelajaran, contohnya, guru hendak menerangkan bagaimana proses pengadilan perkara perdata. Media yang tersedia adalah slide atau film. Setelah diteliti, ternyata substasi pesannya tidak memenuhi persyaratan teknis, sehingga ada bagian-bagian penting yang terlewatkan atau tidak jelasJadi karena mutu teknisnya rendah, maka media tersebut tidak dapat dipergunakan. 10. Kemampuan guru. Pertimbangan yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dalam penggunaan
media
pembelajaran
adalah
kemampuan
guru,
sebab
kemampuan guru berpengaruh terhadap pemilihan media. Sebagai contoh, andaikata guru akan menggunakan LCD, maka diperlukan terlebih dahulu kemampuan guru dalam mengoperasikan alat tersebut. Misalnya, cara menyalakan, menyiapkan slide, fokus,
menggunakan aliran listrik dan
sebagainya; 11. Pembiayaan. Faktor biaya produksi media pembelajaran juga harus dipertimbangkan. Biaya yang digunakan untuk mendapatkan dan mempergunakan media; hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Apabila tujuan pembelajaran yang dirumuskan agar siswa dapat menyebutkan bagian-bagian
lambang
negara
Indonesia,
susunan
atau
struktur
pemerintahan, tingkatan peradilan di Indonesia, dan sebagainya, cukup menggunakan media gambar mati atau mungkin bagan sebagai medianya, dan tidak perlu memilih media lain yang biayanya lebih besar. Masalah
pembelajaran
dewasa
ini,
utamanya
pendidikan
nilai,
mengingat siswa yang tidak menerima pengetahuan (materi) yang disajikan oleh guru dengan metode ceramah, sulit bagi mereka untuk mengingat apalagi mengerti (bagi siswa yang kurang cerdas), sedangkan bagi sisiwa yang tingkat kecerdasannya tinggi, hal tersebut tidak mengalami kesulitan. Dengan demikian manakala materi pelajaran yang sama disajikan dalam pendekatan ceramah dan ditambah dengan gambar, grafik atau foto dan sebagainya, maka cara tersebut akan lebih mudah dimengerti oleh siswa PPKn SMP K - 7
239
dibandingan dengan yang hanya sekedar ceramah semata.
Dengan
memperlihatkan gambar kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba atau melakukan sendiri maka hal tersebut akan sangat mudah bagi mereka untuk mengerti dan menerima pelajaran tersebut. Permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP PPKn merupakan pendidikan nilai, pendidikan politik, pendididkan demokrasi serta pendidikan ideologi untuk perlu adanya pembinaan dan pengembangan alternatif dalam penyampaian pesan pada siswa, agar kompetensi yang di harapkan dapat tercapai. Kondisi kondusif perlu diciptakan yang kondisi yang memungkinkan terjadinya interaksi yang harmonis, serasi dan terpadu antara guru dan siswanya. Karea alas an yang demikian maka tuntutan agar guru senantiasa melakukan inovasi dituntut. Berhasil atau kegagalan penyampaian pesan dari guru pada siswanya ditentukan oleh guru. Bagaimana guru menyampaikan pesan kepada siswa sehingga dipahami, diselami dan diinternalisasikan dalam dirinya utamanya nilai-nilai Pancasila, pada gilirannya akan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah penyampaian atau penyajian materi PPKn menentukan keberhasilan guru dalam menyampaikan materi PPKn. beberapa problem pemanfaatan media pembelajaran,perlu terus dikaji agar dapat dicari solusinya. Dalam relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP antara lain sebagai berikut: 1.
Minat Guru untuk Memanfaatkan Media Pembelajaran Kurikulum telah berubah, tuntutan akan kualitas pembelajar semakin tinggi.
Untuk itu penggunaan media pembelajaran yang tepat juga menjadi tuntutan agar kualitas
pembelajaran
semakin
baik.
Namun
ternyata
penggunaan
media
pembelajaran terdapat permasalahan yang dihadapi guru. Sebenarnya banyak fasilitas yang memungkinkan guru untuk menyiapkan dan merancangan penggunaan media,
namun
tidak
semua
guru
dapat
memanfaatkan.Minat
guru
untuk
menggunakan media pembelajaran relatif kurang. Nyatanya banyaknya media pembelajaran
yang
modern
tidak
untukmenggunakanya,
bahkan
semakin
memanjamin membebani
guru guru
termotivasi secara
psikologisdikarenakan belum atau tidak dapat mengoperasionalkan, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) belum di seluruh wilayah berjalan , sehingga guru belum dapat menemukan solusinya, ditambahkurangnya kreatifvitas guru dalam membuat alat peraga atau media pembelajaran yang ia kembangkan sendiri secara sederhana juga kurang.
PPKn SMP K-7
240
Sekalipun pengenalan akan model pembelajaran sudah dilakukan, namun banyak dijumpai masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah saja dalam pembelajarannya, tak ada media lain yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Padahal banyak pontensi dan sumber daya yang ada disekitarnya yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Banyak diantara pendidik yang tak pernah berpikir untuk membuat sendiri media pembelajarannya. Guru yang kreatif tidak akan kekurangan akal untuk terus menciptakan media pembelajaran dengan cara sederhana , namun efektif untuk pembelajarannya, dana yang kurang seharusnya justru membuat guru itu kreatif memanfaatkan sumber belajar lainnya yang tidak hanya berada di dalam kelas, seperti : alam. Kantor kelurahan, masjid, pasar, museum, lapangan olahraga, sungai, kebun, dan lingkungan sekitar lainnya sebagai media pembelajaran. Realita saat ini belum semua guru yang ada di sekolah memanfaatkan sumber belajar ini secara optimal. Kebanyakan guru yang masih menggunakan cara mengajar dengan paradigma lama, yakni guru menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Pemanfaatan media dan sumber belajar lainnya dirasakan kurang. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan ( learning resources by utilization), juga belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Padahal banyak sumber belajar yang dapat dimanfatkan oleh guru guna membantu proses pembelajarannya. Solusi untuk malahan kurangnya minat guru menggunakan media, antara lain dengan mengaktifkan MGM sebagai wahana pengembangan diri guru secara kolaboratif. Diklat juga merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan
guru
untuk
mengembangkan
media
pembelajaran.
dan
keterampilan memanfaatkan sumber belajar yang ada.Dan yang lebih penting adalah keinginan atau motivasi guru untuk mencari dan merencanakan sumber belajar lainnya baik hasil rancangan sendiri ataupun sumber yang sudah tergelar di sekitar sekolah
dan
masyarakat.
Sehingga
semakin
banyakguru
yang
berminat
menggunakan media pembelajaran berimplikasi pada pola pembelajaran yang tidak lagi monoton dan menjenuhkan, tapi Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM)
2. Motivasi siswa pada Media Pembelajaran yang Digunakan Kenyataan sekolah-sekolah di tanah air, selain tidak memiliki kecukupan jumlah
media
pembelajaran,
juga
kondisi
media
pembelajaran
cukup
memprihatinkan, antara lain: jumlah dan komponennya kurang, kualitasnya buruk, dan media yang tidak accessible (mudah didapat/diakses). Jika akibat berbagai PPKn SMP K - 7
241
keterbatasan tersebut berimbas pada rendahnya minat dan motivasi siswa terhadap media pembelajaran adalah. Siswa menunjukkan sikap pasif dan tidak semangat untuk
berpartisipasi dalam
proses pembelajaran jika menggunakan media
pembelajaran tertentu. Akibatnya kalau guru tetap saja menggunakan media tersebut siswa akan semakin terbebani, semakin tidak tertarik. Jangan salahkan siswa jika menunjukkan kebosanan, kemalasan dan kepasifan selama proses pembelajaran kepada siswa. Dan pada akhirnya tujuan pembelajaran yang seharusnya dilakukan secara efisien dan efektif tidak berjalan dengan baik. Solusi
untuk
mengatasi
masalah
ketidak
tertarikan
siswa
terhadap
pemanfaatan media adalah dengan penggunaan media sendiri yang semakin bervariatif, akan lebih bagus jika hasil kreatif dalam mengolah materi pembelajaran untuk disampaikan melalui media tesebut. Guru harus terus berinovasi dengan pemahaman bahwa satu media tertentu belum tentu cocok digunakan untuk semua materi pembelajaran. Kecocokan antara materi pembelajaran dengan media belum tentu akan menghasilkan proses pembelajaran yang baik jika guru tidak menyampaikan materi melalui media pembelajaran dengan baik pula. Oleh karena itu, untuk meningkatkan ketertarikan siswa, guru harus pandai memanfaatkan media pembelajaran sebagai suatu kebutuhkan
agar siswa dapat mencerna materi
pembelajaran.
3.
Intensitas Kepala Sekolah dalam Memotivasi Guru untuk Menggunakan Media Pembelajaran. Guru sebenarnya sosok yang bukan super, lamanya guru bertugas, dan
tingkat pendidikannya tetap saja sosok yang memerlukan bimbingan, motivasi, dan fasilitas dari pimpinannya . Kepala sekolah menjadi sosok yang sangat diharapkan memberikan semangat guru untuk meningkatkan kompetensi paedagoginya. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yakni sebagai pamong bagi guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik. Problem atau permasalahan yang dihadapi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran adalah lemahnya minat guru untuk memanfaatkan media pembelajaran dan tidak tertariknya peserta didik pada sebuah media pembelajaran.
Untuk itu Kepala sekolah berkewajiban untuk
mengarahkan, memotivasi dan menolong guru dalam memecahkan permasalahan ini. Guru yang merupakan anak buah Kepala sekolah tidak dibiarkan bekerja sekehendaknya sendiri, Kepala sekolah perlu memberikan petunjuk, bantuan, koreksi, pengawasan, arahan dan bimbingan. Sehingga relasi antara kepala sekolah
PPKn SMP K-7
242
dan guru harmonisan salaing asah, saling asuh dan saling asih, dengan demikian tercipta kondisi kondusif.
Dalam banyak kasus sekalipun sekolah menyediakan
semua peralatan pembelajaran lengkap dan modern,namun jika media pembelajaran di sekolah tersebut kurang dimanfaatkan justru karena manajeman kepala sekolah, maka tetap saja kualitas pembelajaran tidak akan meningkat. Hal inilah yang akan menjadi permasalahan, di mana media hanya sebagai ‗pajangan‘ atau barang istemewa yang harus disimpan dan hanya digunakan apabila barang tersebut memang sangat dibutuhkan pada peristiwa tertentu.
Solusi Mengatasi Permasalahan Penggunaan Media Pembelajaran PPKn SMP a. Pelatihan bagi Guru dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran.
Telas disebutkan
diatas guru perlu terus meningkatkan kualitas dan
kecakapannya dalam memenfaatkan media pembelajaran, selain juga membangun mind set baru bagi semua guru untuk memanfaatkan media pembelajaran secara profesional dan penuh kesadaran. Kesadaran menggunakan media pembelajaran dalam mengajar merupakan kebutuhan yang akan menyempurnakan tugasnya sebagai penyampai pesan ada siswanya. Selanjutnya penting dilakukan pelatihan pemanfaatan media pembelajaran. Diklat dapat dilakukan di MGMP atau di sekolah masing-masing dengan mendatangkan nara sumber dari perguruan tinggi. Fungsi pelatihan adalah membantu guru untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi dan mengembangkan media pembelajaran. Hakekatnya kesadaran untuk memanfaatkan media pembelajaran lebih penting dari pada pelatihan memanfaatkan media tertentu. Apa artinya seorang guru mahir memanfaatkan media pembelajaran, namun tidak berminat untuk menggunakannya dalam pembelajaran di kelasnya, bahkan yang lebih buruk media hanya untuk menggantikan posisi kehadirannya, misalnya penggunaan Lembar kerja siswa (LKS) dipergunakan bukan untuk meningkatkan kompetensi siswa, tapi dipergunakan untuk menggantikan dirinya di kelas, karena dalam praktik setelah siswa mengerjakan LKS guru meninggalkan kelasnya untuk berbagai kegiatan non pembelajaran di luar kelasnya.
b. Pengelolaan Media Pembelajaran Pengelolaan media pembelajaran di sekolah perlu dilakukan secara arif mengingat yang dikelola tidak hanya barangnya yakni media pembelajaran namun yang terpenting ada pengguna media tersebut yakni guru. Guru-guru di sekolah PPKn SMP K - 7
243
merupakan sejumlah individu yang terdiri dari latar belakang berbeda, baik ditinjau dari latar belakang sosial, latar belakang ekonomi, dan latar belakang agama. Untuk itu bentuk pengelolaan media pembelajaran baik yang sederhana sampai yang modern dapat dilakukan dengan membuat daftar jumlah media pembelajaran yang tersedia di sekolah, membuat jadwal pengguna media pembelajaran, membentuk tim pengelola pemeliharaan media, dan membuat catatan-catatan lain yang relevan untuk manajeman pengelolaan media pembelajaran. 2. Mengkomunikasikan Rencana Pemanfaatan Media Pembelajaran
Kunci
kesuksesan
pembelajaran
adalah
siswa,
untuk
itu
mengkomunikasikan rencana pemanfaatan media tertentu kepada siswa sangat penting. Sebab tujuan pemanfaatan media adalah untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran sebagai subjek pembelajaran. Selain memudahkan guru dalam mengajar. Kecenderungan siswa menyukai atau tidak menyukai pada media pembelajaran tertentu perlu ditangkap sebagai tantangan bagi sekolah dan guru dalam menyediakan media yang tepat. Baik media pemebalajaran yang dapat dibeli ataupun yang harus di produksi oleh sekolah atas inisiatif gurunya. Penting mengdialogkan rencana pemanfaatan media pembelajaran kepada sivitas sekolah adalah agar baik guru dan siswa dapat mempersiapkan dirinya untuk memanfaatkan media pembelajaran, yang diperlukan untuk persiapan ini adalah: (a) bagi guru, untuk menyesuaikan materi pembelajaran dengan media pembelajaran yang dipergunakan, guru lebih mempersiapkan dirinya mengenai materi pelajaran yang akan dibahas serta mempersiapkan fasilitas yang dibutuhkan (dalam kondisi baik) agar tidak menjadi hambatan sewaktu pemanfaatan media pembelajaran dilaksanakan, dan mempersiapkan setting tempat/lokasi yang akan menjadi tempat pemanfaatan media pembelajaran. Bagi siswa adalah dengan mempelajari materi pelajaran yang akan disajikan melalui media pembelajaran dan mempersiapkan fasilitas yang diperlukan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media tersebut. (b) pihak sekolah dengan mendialogkan pemanfaatan media pembelajaran dapat merencanakan pengadaan dalam rencana anggaran sekolah, sehingga dapat menetapkan media pembelajaran yang bagaimana, berapa jumlah yang diperlukan, sehingga kecukupan jumlah dan kualitas media dapat dirancang setiap tahunnya.
PPKn SMP K-7
244
3.
Pengelolaan Fasilitas Media Pembelajaran Modern Sekolah.
Rencana pemanfaatan media kepada pengelola fasilitas media seperti teknisi atau laboran , pengelola laboratorium sekolah harus dilibatkan mulai dari perencanaan, penggunaan dan monitoring dan evaluasinya. Sebab jika para pengelola media tidak tau dapat mengakibatkan terganggunya pelaksanaan pemanfaatan media pembelajaran terutama media pemeblajaran modern. Lebih fatal lagi adalah tertundanya rencana pelaksanaan pemanfaatan media pembelajaran modern untuk kepentingan pembelajaran. Komunikasi dengan pengelola fasilitas media pembelajaran modern ini akan menuntut aktivitas pengelola untuk memeriksa berbagai fasilitas media pembelajaran modern yang dibutuhkan guru sehingga pada saat pelaksanaan pemanfaatan, semua fasilitas media pembelajaran modern yang dibutuhkan guru dalam keadaan siap dan baik. Apalagi untuk guru yang telah pegawai negeri diwajibkan mengajar selama 18 jam per minggu dan guru yang telah mendapat sertifikasi diwajibkan mengajar selama 24 jam per minggunya. Akibatnya guru
tidak
memiliki waktu
untuk
mempersiapkan
dan memastikan media
pembelajaran keadaan baik khususnya media modern, maka perlulah para pengelola khusus untuk menangani permasalah dan kerusakan yang terjadi pada media dan hal ini tidak menutup kemungkinan untuk media-media yang tidak modern.
J. Aktivitas pembelajaran Pendekatan yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran 1 materi Perkembangan Penerapan Pancasila ini adalah pendekatan partisipatif dan humanistik, yang didasari oleh prinsip prinsip andragogi. Dengan pendekatan ini peserta diklat lebih banyak diundang partisipasinya dengan mengungkapkan pertanyaan, pendapat, gagasan dan aspirasinya dari pada sekedar menerima materi modul secara pasif Disamping
itu
ataupun penyampaian informasi dari narasumber/instruktur.
pendekatan
saintifik
juga
dipergunakan
sekaligus
untuk
membelajarkan peserta diklat dalam implementasi pembelajaran berbasis kurikulum 13.
PPKn SMP K - 7
245
Metode yang digunakan dalam aktivitas pembelajar ini adalah ceramah bervariasi dan diskusi kelompok. Adapun skenario atau alur aktivitas pembelajaran sebagai berikut: Penyampaian informasi oleh nara sumber dan membaca modul (Mengamati)
Curah Pendapat diiringi sharing pengalaman praktis (Menanya)
Tanggapan, masukan dan refleksi serta refisi hasil kerja kelompok
Presentasi hasil unjuk kerja kelompok (mengomunikasi
Kerja kelompok, diskusi kelompok (mencari informasi)
Membuat Laporan hail keja kelompok (mengasosiasi)
Gambar 5:Skenario Atau Alur Aktivitas K. Latihan/Kasus/Tugas Untuk mengasah kemampuan anda menemukan permasalahan dan solusinya coba anda identifikasi relevansi penggunaan media pembelajaran PPKn SMP memalui diskusi . 1. Jika anda akan mengajarkan materi pokok ― bertutur kata , bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila‖, maka : Media pembelajar apa yang tepat untuk memudahkan guru dan siswa berinteraksi dalam proses belajar mengajar? Apakah kelebihan dari media pembelajaran yang telah anda tetapkan? Apakah kelemahan dari media pembelajaran yang telah anda pilih? Apa solusi untuk mengurangi kelemahan media yang anda pergunakan? 2. Mengapa pemilihan dan penggunaan media pembelajaran PPKn lebih sulit dibandingkan pemilihan dan penggunaan media pembelajaran untuk mata pelajaran IPA?
L. Rangkuman Penetapan penggunaan media pembelajaran PPKn didasrkan pada pemikiran sebagai berikut: 1. Tidak ada media yang cocok untuk semua tujuan pembelajaran 2. Media dapat dipergunakan konsisten untuk mengejat tujuan pembelajaran 3. Media dikuasai pemakaiannya oleh yang bersangkutan 4. Media cocok dengan kecakapan dan gaya belajar siswa
PPKn SMP K-7
246
5. Baik dan buruknya bukan karena konkrit dan abstraknya 6. Media dipilih hendaknya atas pertimbangan yang obyektif 7. Kedaan psikis pada waktu media itu dipakai ikut sebagai pertimbangan Prinsip Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran perlu memperhatikan antara lain : 1. Tujuan :Media pendidikan yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran. 2. Ketepatgunaan: Jika materi yang dipelajari sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Pemilihan media pendidikan yang sesuai dapat membantu Peserta Didik dalam meningkatkan prestasi belajar. 3. Keadaan peserta didik: Dalam memilih media pendidikan perlu disesuaikan dengan keadaan, kemampuan, kesiapan peserta didik, juga besar kecilnya kelas yang akan dipakai. 4. Ketersediaan: dalam memilih media pendidikan perlu diperhitungkan tersedia tidaknya media tersebut di sekolah, bila memungkinkan Pendidikdapat membuat sendiri media yang akan digunakan. 5. Mutu teknis: Media cocok untuk digunakan sebagai alat pengajaran di sekolah. 6. Biaya: biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan sesuatu media hendaknya seimbang dengan hasil yang akan dicapai.Selain faktor-faktor di atas, ada tiga faktor lagi yang perlu ditambahkan. Permasalahan relevansi penggunaan media pembelajaran
PPKn SMP dalam
pelaksanaan pembelajaran adalah 1. Kurangnya minat guru dalam penggunaan media pembelajaran, juga kurangnya keterampilan guru dalam membuat media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajarannya 2. Rendahnya minat siswa dalam penggunaan media pembelajaran PPKn SMP, yang disebabkan tidak bervariasinya media yang dibuat dan dipergunakan oleh guru 3. Kurangnya intensitas kepala sekolah dalam memberikan perhatian, dorongan, motifasi serta fasilitasi kepada guru terkait dengan penggunaan media pembelajaran Solusi
untuk
menyelesaikan
permasalah
relevansi
penggunaan
media
pembelajaran antara lain: 1. Pendidikan dan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan pengetahuan dan ketermapilan
dalam
menggunakan
dan
mengembangkan
media
pembelajaran, terlebih dalam menggunakan media modern PPKn SMP K - 7
247
2. Peningkatan kesadaran untuk menggunakan media pembelajaran dalam kelasnya sebagai sarana memudahkan berinteraksi dengan siswanya sekaligus meningkatkan kualitas pembelajarannnya 3. Manajemen dalam lembaga sekolah untuk pengadaan, penggunaan dan pemelihataan
serta
operasional
media
pembelajar
,
sehingga
guru
mendapatkan kemudahan dalam memanfaatkan media pemebelajaran yang disediakan sekolah ataupun yang dibuat oleh dirinya. M. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih jawaban yang paling tepat. 1. Pembelajaran dengan Kompetensi Dasar ―Memahami aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara‖, maka penggunaan media pembelajaran yang relevan untuk pemahaman awal adalah…. A. video pelanggaran lalu lintas B. kasus tabrak lari C. gambar rambu-rambu lalu lintas D. buku ajar siswa yang memuat materi tersebut E. kejadian nyata 2. Dalam pembelajaran berbasis masalah untuk Kompetensi Dasar ―Memahami aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada langkah ―orientasi penentuan masalah‖, media pembelajaran yang tepat berdasarkan pendektan saintifik adalah … A. buku siswa pada bab materi yang relevan B. berita di Koran, majalah tentang suatu kasus. C. bagan tentang terhadap norma-norma yang berlaku. D. kejadian nyata terhadap pelanggaran berlalu lintas di jalan raya. E. power point tentang materi pokok 3. Dalam Kompetensi Dasar ―Memahami masalah-masalah yang muncul dalam keberagaman masyarakat dan cara pemecahannya‖media pembelajaran yang relevan t adalah … A. buku siswa pada bab materi yang relevan B. berita di Koran, majalah tentang suatu kasus. C. bagan tentang terhadap norma-norma yang berlaku. D. kejadian nyata terhadap pelanggaran berlalu lintas di jalan raya. E. power point tentang materi pokok 4. Permasalahan yang sering dihadapi guru dslam memanfaatkan media pembelajaran PPKn yang relevan adalah…. A. keterbatas alokasi waktu B. kurangnya kemampuan menggunakan computer C. tidak memiliki laptop D. kurang memiliki keterampilan membuat media modern E. tidak ada biaya untuk mengembangkan media 5. Banyak komponen yang dapat menfasilitasi kegiatan belajar-mengajar, namun demikian muara pembelajaran harus tetap difokuskan pada performansi:
PPKn SMP K-7
248
A. media sebagai perantara pembelajaran B. guru sebagai pelaksana pembelajaran C. siswa sebagai subyek belajar D. metode sebagai cara mencapai tujuan E. materi sebagai sajian pembelajaran 6. Bila guru menggunakan metode diskusi kelompok untuk mengidentifikasi noma menurut sumber, sifat, isi dan sanksinya sekaligus alternatif media pembelajaran yang bisa dipilih... A. Cerita B. bagan pembagian hukum C. Kartu pilihan D. lembar kegiatan belajar E. lembar kegiatan siswa 7. Untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam telaah tentang pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945media yang cocok adalah yang memungkinkan siswa berkesempatan… A. melengkapi data dan informasi hasil kajian/telaah. B. mempresentasi pemaparan hasil kajian/telaah. C. kemudahan dalam memahami hasil laporan. D. Mempraktikkan sebagai warganegara di laboratorium. E. Mencari data di internet memalui hnya masing-masing
8. Pembelajaran PPKn yang menggunakan portofolio dengan media Lembar Kerja Kelompok (LKK), maka tugas utama guru adalah... A. mengawasi dan mengontrolsiswa bekerja B. menegur siswa jika mereka membuat kesalahan C. memenuhi permintaan siswa selama bekerja D. memberikan motivasi siswa dalam bekerja E. memfasilitasi kinerja kelompok dalam bekerja
N. Kunci Jawaban 1. A 2. D 3. B 4. A
5. B 6. C 7. B 8. E
O. Pedoman Penskoran Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Test Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Selanjutnya anda hitung jawaban yang benar, lalu pergunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda pada materi kegiatan pembelajar 3. Rumus Jumlah jawaban benar Tingkat penguasaan = 8
X 100%
Tingkat penguasaan yang anda capai: 90 – 100% = sangat baik PPKn SMP K - 7
249
80 – 89% 70 – 79% < 70%
PPKn SMP K-7
= baik = cukup = kurang
250
KEGIATAN PEMBELAJARAN 18
PERMASALAHAN PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd.
A. Latar Belakang Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Pendidik dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan pendidik. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya adalah modul ― Permasalahan Penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)‖ Modul tersebut merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjuk cara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional
Pendidikan
sebagaimana
diubah
dengan
Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; c. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
PPKn SMP K - 7
251
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. B. Tujuan Tujuan penyusunan Modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap mata diklat Permasalahan Penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), agar mampu : 1. Mengidentifikasi permasalahan penerapanpenelitian tindakan kelas. 2. Mengidentifikasi permasalahan pelaksanaan pengumpulan data (pengamatan / observasi)
C. Peta Kompetensi
Pelaksanaan Tindakan Kelas
Permasalahan Penerapan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )
Pengumpulan data ( observasi / pengamatan )
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup berisi materi kegiatan pembelajaran: 1. Pelaksanaan Tindakan Kelas. 2. Pengumpulan data ( observasi / pengamatan ).
E. Saran Cara penggunaan modul 1. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas 2. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . 3. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu 4. Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas
PPKn SMP K-7
252
Kegiatan Pembelajaran : Permasalahan penerapan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). A. Tujuan 1. Dengan
membaca
modul
dan
berdiskusi
peserta
diklat
mampu
menerapkanpermasalahan penerapanpenelitian tindakan kelas dengan benar. 2. Dengan membaca modul dan berdiskusi peserta diklat mampu mengidentifikasi pengumpulan data ( pengamatan / observasi ) secara benar. B. Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Indikator pencapaian kompetensi yang dicapai oeh peserta diklat adalah: 1. Menerapkanpermasalahan penerapanpenelitian tindakan kelas . 2. Mengidentifikasi pengumpulan data ( pengamatan / observasi ).
C. Uraian Materi Pembelajaran : Permasalahan Penerapan Penelitian Tindakan Kelas . 1. Penerapan Penelitian Tindakan Kelas McNiff (1992) memberikan petunjuk praktis yang perlu diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas, antara lain: a. Berangkatlah dari persoalan yang kecil dulu, Pembelajaran pada dasarnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian dapat bertolak dari salah satu komponen tersebut, guru tidak perlu mengcover seluruhnya sebab akan terlalu rumit, guru cukup mengambil satu aspek saja, misalnya penggunaan media, pemilihan metode, penggunaan sumber belajar, pemilihan alat evaluasi, dan sebagainya. b. Rencanakan
Penelitian
Tindakan
secara
cermat
perencanaan
cermat
mencakup skenario tindakan-tindakan apa saja yang akan diterapkan dalam penelitian tersebut. Persoalan manakah yang akan dipecahkan terlebih dulu, siapa dan pihak manakah yang harus dilibatkan, pada siapa bantuan konsultasi. Keseluruhan kegiatan harus direncanakan secara cermat, teliti dan tuntas. c. Susunlah jadwal yang realistik Penelitian melibatkan siswa dalam mencoba atau melakukan tindakan penelitian tindakan melalui berapa siklus. Untuk itu guru menentukan jadwal setiap tindakan yang dilakukan secara realistik. Penjadwalan harus dilakukan secara disiplin. Jangan sampai ada tindakan yang terlewati. Untuk mengantisipasi, perlu disusun jadwal ideal dan jadwal alternatif (lebih longgar).
PPKn SMP K - 7
253
d. Libatkan pihak lain sering kali seseorang tidak mengetahui dan tidak mengakui kekurangannya. Guru tidak mengakui kekurangannya. Guru yang tidak jujur dan tidak terbuka sulit untuk melaksanakan penelitian ini. Meskipun guru telah jujur dan terbuka, banyak orang yang tidak menyadari kesalahan dan kekurangannya. Untuk itu guru dapat melibatkan pihak lain sebagai mitra kerja dalam PTK. e. Buat pihak lain terkait dan terinformasi guru perlu menginformasikan kegiatankegiatan pada pihak terkait agar tindakan tidak dianggap tindakan yang subversif, menggoyahkan tradisi yang sudah mapan. Pemberitahuan ini dengan tujuan agar perbaikan yang dilakukan mendapatkan dukungan pihak lain. f. Ciptakan sistem umpan balik guru perlu sgera memberikan laporan tentang hasil penelitiannya kepada pihak lain yang terkait agar memungkinkan guru mendapatkan umpan balik. Masukan akan memberikan koreksi dan perbaikan pada guru arah penelitian selanjutnya jika penelitian masih ada pada putaranputaran awal. g. Buat jadwal penelitian penulisan dilakukan secara cermat dan disiplin untuk semua
proses
kegiatan
dan
hasil
penelitian
tindakan
kelas
akan
memungkinkan peneliti memiliki gagasan yang lebih jelas tentang apa yang sedang dan akan terjadi. Guru dan pihak lain yang terlibat akan semakin lebih memahami secara tuntas. 2. Pengumpulan Data Melalui Pengamatan dan Pertanyaan Secara umum, ada dua macam cara pengumpulan data PTK, yaitu secara kualitatif (berdasarkan pengalaman) dan secara kuantitatif (berdasarkan jumlah). Akan tetapi, dalam makalah ini, kami akan menguraikan lebih rinci bagaimana cara mengumpulkan data secara kualitatif. Menurut Millis (2003:71), jika dilihat dari segi teknik pengumpulan data kualitatif, ada tiga teknik yang dapat dipilih oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang disebut 3 E (Experiencing, Enquiring, dan Examining) yaitu : •
Experiencing
yaitu
pengumpulan
data
melalui
pengalaman.
Teknik
pengumpulandatanya dapat berupa observasi. • Enquiring yaitu teknik pengumpulan data melalui pertanyaan oleh peneliti. Teknik pengumpulan datanya dapat berupa wawancara, angket, skala sikap, atau tes. • Examining yaitu teknik pengumpulan data melalui pembuatan dan pemanfaatan catatan yang dapat berupa data arsip, jurnal, audiotape/videotape, artifak, dan catatan lapangan.
PPKn SMP K-7
254
3. Pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan observasi, diantaranya : • Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati, baik yang umum maupun yang khusus. Kegiatan yang umum maksudnya yaitu segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas harus diamati dan dikomentari serta dicatat dalam catatan lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus, maksudnya ialah observasi tersebut hanya memfokuskan pada kegiatan khusus yang terjadi di dalam kelas, seperti kegiatan tertentu atau praktik pembelajaran tertentu. • Menentukan kriteria yang diamati, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuranukuran apa yang digunakan dalam pengamatan.
Langkah-langkah
Observasi Dalam melaksanakan observasi ada beberapa langkah/ fase utama yang harus ditempuh, antara lain : a) Pertemuan perencanaan dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan bersama untuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antara 2 observer (pengamat) dan observee (yang diamati) mengenai fokus permasalahan yang akan diamati. b) Observasi kelas dalam fase ini, observer mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada siswa maupun situasi di dalam kelas. c) Diskusi balikan pada fase ini, guru sebagai peneliti bersama dengan pengamat mempelajari data hasil observasi untuk dijadikan catatan lapangan dan mendiskusikan langkah-langkah selanjutnya. Kegiatan ini harus dilaksanakan dalam situasi saling mendukung (mutually supportive) serta didasarkan pada informasi yang diperoleh selama observasi. 4. Jenis-jenis Observasi Observasi terdiri dari berbagai macam jenis, antara lain jika dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu observasi berperan serta/ aktif (participant observation) dan observasi non partisipan/ pasif (non-participant observation), sedangkan jika dilihat dari segi instrument yang digunakan observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Selain itu ada pula jenis observasi yang lain diantaranya observasi terbuka, observasi terfokus, dan observasi sistematik. Masing-masing jenis observasi tersebut akan diuraikan sebagai berikut : PPKn SMP K - 7
255
a. Observasi Partisipan (Participant Observation) Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi partisipasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap dan sampai mengetahui apa tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Misalnya, guru yang bertindak sebagai peneliti di dalam
kelasnya.
Sebagai
guru,
peneliti
hendaknya
mencatat
hasil
pengamatannya secara sistematis. b. Observasi Non-partisipan (Non-participant Observation). Didalam jenis observasi ini, peneliti tidak terlibat secara langsung, peneliti hanya mencatat, menganalisis, dan membuat kesimpulan tentang perilaku 3 objek yang diteliti. Pengumpulan data dengan observasi ini tidak akan mendapatkan data yang akurat karena peniliti tidak mengalami secara langsung apa yang dirasakan oleh objek penelitiannya. Contohnya, seorang guru yang bertindak sebagai pengamat di kelas guru lain yang mengajar (bukan di kelasnya) dan guru tersebut hanya mengamati apa yang terjadi di dalam kelas tersebut. c. Observasi Terstruktur Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti variable apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti menggunakan
instrument
penelitian
yang
telah
teruji
validitas
dan
reliabilitasnya. Berikut ini adalah contoh bagan observasi terstruktur yang menunjukan bahwa peneliti sedang menghitung berapa jumlah siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru tanpa ditunjuk (sukarela), dengan ditunjuk (tidak sukarela), selain itu juga dinilai secara kualitatif apakan jawaban yang diberikan siswa benar, salah, atau bahkan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan (di luar sasaran). Kemudian guru menjumlahkan jawaban dari masing-masing kriteria penilaian. Pertanyaan
Jawaban
Jawaban
Jawaban
Jawaban
Jawaban
Sukarela
Tidak
Benar
salah
Tidak
Sukarela
Mengenai Sasaran
PPKn SMP K-7
256
1
V
2
V
3
V
4
V
V V V
5 Jumlah
V
V
V 3
3
1
1
2
d. Observasi Tidak Terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan 4 pengamatan peneliti tidak menggunaklan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. e. Observasi Terbuka merupakan teknik observasi yang dilakukan dengan cara mencatat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas. Misalnya ketika melakukan tanya jawab dengan siswa, segala sesuatu yang terjadi ketika kegiatan itu berlangsung dicatat oleh guru sebagai bahan observasi yang selanjutnya akan dianalisis dan akhirnya dibuat kesimpulan. f.
Observasi Terfokus, dilakukan apabila peneliti ingin mencari data dengan menfokuskan
masalah
yang
akan
ditelitinya,
misalnya
peneliti
ingin
mengumpulkan data tentang pola interaksi antara guru dengan siswa melalui teknik bertanya guru. g. Observasi Sistematik, observasi ini cenderung menggunakan skala yang pada dasarnya adalah hasil pemikiran orang lain yang menyusun skala tersebut, selain itu pengamatan dengan menggunakan skala akan sangat menekankan pada aspek penelitian kuantitatif, yang akan mendahulukan perhitungan jumlah dibandingkan dengan kualitas analisisnya. 5. Pengumpulan Data Melalui Pertanyaan Teknik pengumpulan data yang kedua adalah melalui pertanyaan. Guru sebagai peneliti dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa, orang tua, ataupun guru lainnya. Pengumpulan data melalui pertanyaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara atau angket. a. Wawancara, yang dimaksud dengan wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh iinformasi dari terwawancara, narasumber atau informan. Ada beberapa jenis atau bentuk wawancara, diantaranya :
PPKn SMP K - 7
257
• Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan bahan wawancara/pertanyaan. 5 • Wawancara semi terstruktur adalah bentuk wawancara yang sudah disiapkan terlebih dahulu, tetapi memberikan keleluasaan untuk tidak langsung terfokus kepada bahasan atau mungkin mengajukan topik bahasan sendiri selama wawancara itu berlangsung. • Wawancara tidak terstruktur ialah bentuk wawancara dimana prakarsauntuk memilih topik bahasan diambil oleh orangyang diwawancarai. Apabila wawancara sudah berlangsung, pewawancara dapat mengarahkan agar informan dapat menerangkan, mengelaborasi, atau mengklarifikasi jawaban yang kurang jelas. • Wawancara informal yaitu jenis percakapan bebas yang memungkinkan interviewer untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan ditelitinya. • Wawancara formal
berstruktur
yaitu
jenis
wawancara
yang
dalam
pelaksanaannya menggunakan format wawancara yang terstruktur, jadi guru dapat menanyakan pertanyaan yang sama kepada responden. 6. Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung(peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrument pengumpul datanya juga disebut dengan angket yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang harus dijawab atau direspon oleh responden. 7. Prinsip Penulisan Angket : • Isi dan Tujuan Pertanyaan Maksudnya adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Jika berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti. • Bahasa yang digunakan Bahasa yang digunakan dalam angket harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden (memerhatikan jenjang pendidikan keadaan sosial budaya dari responden). • Tipe dan Bentuk Pertanyaan Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka (pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya dalam bentuk 6 uraian) atau tertutup (pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan) dan dapat pula menggunakan kalimat positif ataupun negatif.
PPKn SMP K-7
258
• Pertanyaan tidak mendua (double barreled), contohnya ―Bagaimana pendapat anda mengenai kualitas dan relevansi pendidikan saat ini?‖ • Tidak menanyakan yang sudah lupa, misalnya ―Bagaimana kualitas pendidikan sekarang bila dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu?‖ • Pertanyaan tidak menggiring, maksudnya pertanyaan dalam angket tidak menggiring/ mengarahkan ke jawaban yang baik atau yang buruk saja. Misalnya ―Bagaimanakah prestasi belajar anda selama di sekolah yang dulu?‖ • Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat responden jenuh dalam mengisi • Urutan Pertanyaan. Urutan pertanyaan dalam angket dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik atua dari hal yang mudah menuju ke hal yang sulit. Hal ini perlu diperhatikan karena secara psikologis dapat memengaruhi semangat responden, jika pada awalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit maka responden akan merasa malas untuk mengisi angket yang telah meraka terima. • Prinsip Pengukuran. Angket yang diberikan kepada responden merupakn instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur variable yang akan diteliti. Oleh karena itu, angket terebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variable yang diukur, maka sebelum instrument angket tersebut diberikan kepada responden, sebaiknya diuji dulu validitas dan reabilitasnya. • Penampilan Fisik Angket. Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan memengaruhi responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat dikertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik dari responden. Jenis-jenis Angket atau Kuesioner . 8. Pengumpulan Data Melalui Pembuatan dan Pemanfaatan Catatan (Examining) Teknik pengumpulan data melalui pembuatan dan pemanfaatan catatan (examining) ini meliputi pembuatan catatan dan pemanfaatan segala hal yang dapat dikumpulkan oleh guru baik tertulis maupun tidak tertulis, antara lain: a. Dokumen Arsip Dokumen memiliki arti barang-barang tertulis. Jadi dalam pengumpulan
data
dengan
menggunakan
dokumen
arsip,
peneliti
mengumpulkan dan mencermati benda-benda tertulis yang dapat digunakan untuk
memperoleh
wawasan
kejadian
masa
lalu,
mengidentifikasi
kecenderungan masa depan, dan menjelaskan tentang 10 sesuatu seperti yang dapat diamati sekarang.
PPKn SMP K - 7
259
Menurut Calhoun (1994, dalam Mills, 2003), sumber data arsip di sekolah dapat berupa hal-hal berikut: i.
Daftar hadir peserta didik
ii.
Daftar peserta didik yang melanjutkan
iii.
Daftar disiplin
iv.
Daftar peserta didik yang dropout
v.
Daftar hadir pertemuan guru-orang tua peserta didik
vi.
Data prestasi peserta didik dalam berbagai ajang kegiatan lomba , seperti matematika, membaca, menulis, dll.
vii.
Skor pada saat mengikuti tes standar
viii.
Daftar keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ekstra kurikuler
Selain itu, dokumen yang berguna dalam pengumpulan data penelitian ini, adalah ―biodata subjek‖ dan ―nilai nilai harian‖ yang dikumpulan sebelum, penelitian dimulai. Data ini dikumpulkan sebagai data sekunder untuk mendukung penelitian. Misalnya,
untuk
menggambarkan
kondisi
awal,
pada
saat
peneliti
mendeskripsikan hasil praobservasi guna membuat rencana umum penelitian. Contoh cara pengumpulan data tersebut antara lain: • Data hasil belajar, diambil dengan memberikan tes kepada siswa • Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan, diambil dengan menggunakan lembar observasi. • Data tentang refleksi diri serta perubahan - perubahan yang terjadi di kelas, diambil dari jurnal yang dibuat guru. •
Data
tentang
keterkaitan
antara
perencanaan
dengan
pelaksanaan
pembelajaran, didapatkan dari rencana pembelajaran dan lembar observasi. Ada berbagai dokumen yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang ada relevansinya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas, seperti: ix.
Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
x.
Laporan-laporan diskusi
xi.
Berbagai macam hasil ujian dan tes
xii.
Laporan rapat
xiii.
Laporan tugas siswa
xiv.
Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran
xv.
Contoh essay yang ditulis siswa (Elliot, 1991 dalam rochiati 2005)
PPKn SMP K-7
260
b.
Catatan Harian Catatan harian (diaries) adalah catatan pribadi tentang pengamatan, perasaan, tanggapan, penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis dan penjelasan. Catatan tidak hanya melaporkan kejadian tugas sehari-hari, melainkan juga mengungkapkan penelitian
perasaan
tindakan
kelas.
bagaimana Kejadian
rasanya
khusus,
berpartisipasi
percakapan,
dalam
introspeksi
perasaan, sikap, motivasi, pemahaman waktu bereaksi terhadap sesuatu, dan kondisi akan membantu merekonstruksi apa yang terjadi waktu itu. Catatan harian juga dapat dibuat oleh siswa. Catatan mereka dapat menjadi sumber informasi tentang apa yang mereka alami dalam penelitian tindakan Kelas. Untuk mendukung suatu pandangan yang dikemukakan atau sebagai pembuktian sebaiknya diadakan diskusi untuk membandingkan catatan harian guru dan siswa. Penulisan catatan harian (diaries) harus selalau dengan menuliskan tanggal kejadian. Demikian juga dengan hal-hal yang mendetail dari penelitian tindakan kelas, seperti waktu, pokok bahasan, kalas di mana PTK dilaksanakan sebaiknya dituliskan pada bagian pendahuluan. Catatan harian guru dan siswa akan berguna juga sebagai pelengkap atau pembanding dari catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh para mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi. c. Catatan Lapangan Yang dimaksud Catatan lapangan (field notes) dalam penelitian adalah bukti otentik berupa catatan pokok, atau catatan terurai tentang proses apa yang terjadi di lapangan, sesuai dengan fokus penelitian, ditulis secara deskriptif dan reflektif. Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa dan beberapa aspek lainnya dapat dicatat sebagai catatan lapangan dan akan digunakan sebagai sumber data PTK. Pada umumnya catatan lapangan dibuat dengan tulisan tangan si peneliti, yang hanya dimengerti oleh dirinya saja. Orang lain akan mengalami kesulitan untuk membacanya karena penuh dengan singkatan-singkatan atau simbol-simbol dan kode-kode. Oleh karena itu, sebaiknya sesegera mungkin catatan lapangan tersebut ditulis kembali dengan cara mengetiknya sehingga PPKn SMP K - 7
261
dapat dibaca dan dimengerti oleh semua orang. Salah satu contoh menganalisis catatan lapangan adalah dengan mengidentifikasi data esensial dari catatan lapangan itu seperti hal-hal berikut: a) Siapa, kejadian, atau situasi apa yang terlibat dan terjadi? b) Apa tema dan isu utama dalam catatan itu? c) Pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang diajukan? d) Hipotesis, dugaan, atau perkiraan apa yang diajukan peneliti tentang tokoh atau situasi yang dideskripsikan dalam catatan lapangan? e) Masalah atau fokus apa yang perlu dikejar peneliti dalam pertemuan atau kegiatan atau kontak berikutnya. ( Miles [1984] dalam Rochiati[2005] ) 9. Hal- hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengumpulan Data Penelitian. Dalam pengumpulan data Penelitian Tindakan Kelas terdapat hal penting yang harus diperhatikan yaitu instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis. Dari instrumen penelitian ini akan didapatkan hasil berupa data yang akan digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data dalam penelitian harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data sebagaimana adanya. Hal ini disebabkan karena benarnya data yang dihasilkan, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Apabila mengkaji hakikat dari instrumen penelitian, sebaiknya peneliti memperhitungkan terlebih dahulu jenis data yang dibutuhkan dan ingin di dapatkan dalam penelitian. Setelah itu instrumen mana yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Peneliti harus mengusai betul metode atau teknik yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat berjumlah lebih dari satu jenis instrumen. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian dan tingkat kejelasan data yang didapatkan. Karena dalam penggunaan instrumen ini terdapat dua kategori instrumen, yaitu instrumen utama dan instrumen tambahan. Instrumen utama ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang diutamakan, sedangkan instrumen tambahan digunakan apabila data yang dihasilkan oleh instrumen utama ini tidak didapatkan kejelasan tentang permasalahan yang sebenarnya atau tingkat kedalaman permasalahan. Setelah ditetapkan jenis instrumen yang akan digunakan, peneliti menyusun kisi-kisi instrumen.
PPKn SMP K-7
262
Kisi-kisi ini berisi lingkup pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan dari indikator variabel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkan beberapa ruang lingkup isi pertanyaan serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Atau bila yang diukur adalah sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap yang diukur kita bedakan menjadi aspek kognitif, afektif dan psikomotornya. Lalu langkah selanjutnya adalah berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Sebuah instrumen penelitian dapat dikatakan baik bila memenuhi tiga kriteria pokok yaitu validitas, reabilitas dan praktikabilitas. Dua kriteria yang disebutkan pertama perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangan instrumen penelitian. Seperti dinyatakan oleh Kerlinger (1973:442) dalam Herawati Susilo, ―Apabila seorang peneliti tidak mengetahui validitas dan reabilitas instrumen yang digunakannya maka sedikit keyakinan yang dapat diberikannya kepada data yang diperoleh dan kesimpulan yang diambil dari udara tersebut‖. 10.
Prosedur pelaksanaan tindakan. Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pata tahap selanjutnya disusun rencana tinda lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah sebagai berikut. a)
Penetapan fokus permasalahan PTK diawali dari munculnya suatu masalah dalam pembelajaran. Masalah ini kemudian dikaji, diamati, dan dicermati yang dikenal dengan identifikasi masalah. Dari sejumlah masalah, kemudian dipilih dan dipilah yang menjadi masalah utama pembelajaran atau fokus masalah. Masalah ibarat penyakit yang harus disebuthkan. Obat penyembuhnya harus bentul-betul tepat
b)
PPKn SMP K - 7
Perencanaan tindakan
263
Perencanaan tindakan adalah ibarat seorang dokter mencari obat yang benar-benar tepat dan manjur menurut pilihannya. Berdasarkan fokus masalah, maka dicarikan solusi melalui perencanaan tindakan. Misalnya masalahnya ―hasil belajar memahami konsep hak asasi manusia rendah pada kelas 8 SMP, maka rencana solusinya apa? Misalnya diperlukan media cliping terkait tentang pemahaman terhadap hak asasi manusia. Perencanaan ini dilakukan pada siklus pertama, Setelah dilakukan proses pembelajaran dengan penggunaan media cliping tersebut, dilkukan pengamatan, analisis hasil tindakan ternyata hasil belum mencapai KKM, maka direncana ulang (replanning) untuk sikluas kedua. Agar berhasil tindakannya, maka penggunaan media cliping digabung dengan Lembar Kerja SIswa terkait dengan konsep hak asasi manusia. Selanjutnya dilakukan proses pembelajaran pada siklus kedua, kemudian dilakukan pengamatan atau tes untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik. Hasil analisis hasil tes/pengamatan kemudian dianalisis. Bila hasil analisis sudah mencapai KKM yang diharapkan maka sudah terpecahkan masalah tersebut. c)
Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah proses penyembuhan penyakit. Artinya ketika masalah sudah ditetapkan dan rencana solusi pemecahan masalah sudah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan ketika proses pembelajaran berlangsung.
d)
Pengumpulan data (pengamatan/observasi) Setelah pelaksanaan tindakan sudah selesai, maka langkah selanjutnya adalah pengumpulan data. Kalau menjadi fokus masalah adalah ― hasil belajar peserta didik kelas 8-A terhadap pemahaman hak asasi manusia rendah‖, maka instrumen untuk mengumpulkan data adalah melalui test kemampuan pemahaman konsep HAM.
Hasil jawaban peserta didik
kemudian dilakukan analisis hasil. Dari hasil analisis dapat disimpulkan ketercapaian tindakannya. e)
Refleksi (analisis, dan interpretasi) Hasil analisis test kemudian dikaji, dicermati. Bila belum mencapai seperti apa yang diharapkan (sesuai KKM dan ketuntasan klasikal), maka dikaji faktor penyebabnya. Bila sudah ditemukan direncanakan tindakan ulang disebut replanning.
PPKn SMP K-7
264
f)
Perencanaan tindak lanjut. Perencanaan tindak lanjut, merupakan kelanjutan dari siklus pertama yang memang belum mencapai apa yang diharapkan. Karena siklua kedua di awali dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan analisis hasil hingga repleksi hingga terjadi peningkatan hasil belajar yang diharapkan
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus. 11. Refleksi awal 1.Identifikasi masalah : Menemukan masalah yang mengganggu proses belajar dan menghalangi tercapainya tujuan Caranya: Renungkan, pikirkan, dan refleksikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan yang berdampak pada kurang optimalnya proses dan hasil belajar. Juga perlu mengidentifikasi kelebihan dan keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan sebagai acuan tindakan yang akan dilakukan.
PPKn SMP K - 7
265
Jika guru mengalami kesulitan mengidentifikasi masalah, gunakanlah pertanyaan berikut sebagai panduan! Apakah yang terjadi dalam proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung? Apakah proses belajar-mengajar tersebut mengalami permasalahan? Jika “ya” apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya? 1. Cara Melakukan refleksi.
Mengumpulkan catatan pengamatan,
dokumen wawancara dengan
siswa.
Apa yang telah dilakukan di cocokan dengan teori landasanya, sesuai atautidak (berdasarkan data/rekaman/foto).
Intropeksi pada dirinya tentang pelaksanaan PTK yang barudilaksanakan dimana kelemahannya, variabel dan indikator apa mana yang perlu diperbaiki.
Mau menerima saran teman sejawat utamanya tiem peneliti dan pengawas
2. Analisis Masalah Masalah yang perlu dipilih adalah: yang sangat strategis, mendesak untuk segera diatasi, bisa dilaksanakan oleh guru, sesuai dengan prioritas. Jika guru mengalami kesulitan menganalisis masalah, gunakanlah pertanyaan berikut sebagai panduan! Apa yang Anda prihatinkan? Mengapa Anda memprihatinkannya? Menurut Anda apa yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi hal itu? Bukti-bukti apa yang Anda perlukan untuk menilai apa yang terjadi? Bagaimana Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut? Bagaimana Anda mengecek kebenaran dan keakuratan apa yang terjadi 3. Perumusan masalah a.
Rumusan masalah hendaknya jelas, spesifik, dan operasional
b.
Dalam merumuskan masalah perlu diperhatikan: Masalah dirumuskan secara jelas, tidak mempunyai makna ganda Masalah dapat dituangkan dalam kalimat tanya
PPKn SMP K-7
266
Rumusan masalah pada umumnya menunjukan hubungan antar dua atau lebih variabel Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik yaitu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Menunjukan secara jelas subjek yang diteliti. Contoh: Apakah seringnya membaca puisi dapat meningkatkan kreatifitas karya siswa dalam membuat puisi? 4. Perencanaan Tindakan Rencana tindakan ini disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah dirumuskan. Rencana tindakan berupa langkah-langkah tindakan secara sistematis dan rinci. Rencana tindakan meliputi: materi (bahan ajar), metode atau teknik pembelajaran, teknik dan instrumen observasi dan evaluasi, kendala yang mungkin timbul pada saat implementasi dan alternatif pemecahannya. Untuk membantu penyusunan rencana tindakan, gunakanlah pertanyaan berikut: apa (yang akan dilakukan beserta rasionalnya), di mana , kapan, dan bagaimana, sebagai panduan 5. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Setelah
menyusun
rencana
tindakan,
kegiatan
berikutnya
adalah
mengimplementasikan tindakan dan mengamati hasilnya (aktivitas guru, siswa, dan suasana kelas). b. Pada tahap inilah guru berperan ganda, yaitu sebagai praktisi (pelaksana pembelajaran) dan sekaligus sebagai peneliti (pengamat ). 6. Tahap Pengamatan Tindakan. a. Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. b. Pada tahap ini, data-data tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran dikumpulkan dengan bantuan instrumen pengamatan yang dikembangkan. c. Guru boleh dibantu oleh pengamat dari luar (teman sejawat atau pakar pendidikan). Kehadiran pengamat pembantu ini menjadikan PTK bersifat kolaboratif. 7. Tahap refleksi Tindakan.
PPKn SMP K - 7
267
a. Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta mengaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan
siklus
berikutnya. b. Dari refleksi yang tajam dan terpercaya akan diperoleh masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Kadar ketajaman refleksi ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman instrumen observasi yang digunakan.
D.
Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan
d. menyiapkan peserta diklat agar termotivasi
Alokasi Waktu
mengikuti proses pembelajaran; e. mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang
20 menit
akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat. f. menyampaikan tujuan dan garis besar cakupan materi permasalahan penerapan PTK. Kegiatan Inti
Membagi peserta diklat ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan tipe STAD) dimana langkahlangkahnya sebagai berikut : 9) Instruktur memberi informasi proses pelatihan yang akan dilakukan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang konsep pembelajaran dengan menggunakan contoh yang kontekstual.. 10)
Kelas dibagi menjadi 6 kelompok ( A, B, C,
…….s/d kelompok ) masing-masing beranggotakan 5 orang. 11)
Instruktur memberi tugas mencari sumber
informasi/data untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diajukan dan ditanyakan peserta diklat. Peserta bebas mengambil dan menemukan sumber belajar, termasuk dari internet. 12)
PPKn SMP K-7
Berdasarkan kelompok yang sudah dibentuk:
268
140 menit
setiap kelompok melakukan diskusi untuk memecahkan permasalahan yang diajukan peserta didik hingga selesai dalam waktu yang sudah ditentukan instruktur. 13)
Peserta diklat mengerjakan tugas tentang
permasalahan penerapan penelitian tindakan kelas yang telah disepakati bersama/ 14)
Melaksanakan penyusunan laporan hasil
diskusi. 15)
Masing masing kelompok melakukan presentasi
hasil diskusi. 16)
Instruktur/Nara sumber memberikan klarifikasi
berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok . Kegiatan Penutup
5) Narasumber bersama-sama dengan peserta menyimpulkan hasil pembelajaran 6) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 7) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
20 menit
pembelajaran. 8) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
E. Latihan/ Kasus /Tugas Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap modul ini, jawablah pertanyaan dibawah dengan jujur : 1.
Identifikasikan tahap penetapan PTK !
2.
Identifikasikan pengumpulan data ( pengamatan / observasi ) !
F. Rangkuman 1. Penerapan Penelitian Tindakan Kelas McNiff (1992) memberikan petunjuk praktis yang perlu diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas, antara lain: a.
Berangkatlah dari persoalan yang kecil dulu, Pembelajaran pada dasarnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
b.
Rencanakan Penelitian Tindakan secara cermat perencanaan cermat mencakup skenario tindakan-tindakan apa saja yang akan diterapkan dalam penelitian tersebut.
PPKn SMP K - 7
269
c.
Susunlah jadwal yang realistik Penelitian melibatkan siswa dalam mencoba atau melakukan tindakan penelitian tindakan melalui berapa siklus.
d.
Libatkan pihak lain sering kali seseorang tidak mengetahui dan tidak mengakui kekurangannya.
e.
Buat pihak lain terkait dan terinformasi guru perlu menginformasikan kegiatankegiatan pada pihak terkait agar tindakan tidak dianggap tindakan yang subversif, menggoyahkan tradisi yang sudah mapan.
f.
Ciptakan sistem umpan balik guru perlu sgera memberikan laporan tentang hasil penelitiannya kepada pihak lain yang terkait agar memungkinkan guru mendapatkan umpan balik.
g.
Buat jadwal penelitian penulisan dilakukan secara cermat dan disiplin untuk semua proses kegiatan dan hasil penelitian tindakan kelas akan memungkinkan peneliti memiliki gagasan yang lebih jelas tentang apa yang sedang dan akan terjadi.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut H. Kunci Jawaban 1.
Menganalisis merumuskan merasakan menguji mengidentifikasi
2.
Dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan selama tindakan. Instrumen yang relevan
Kualitatif dan / kuantitatif.
PPKn SMP K-7
270
PPKn SMP K - 7
271
PPKn SMP K-7
272