KARAKTERISTIK DAN PENGELOLAAN TANAH SAWAH YANG TERKENA BENCANA TSUNAMI SETELAH 2.5 TAHUN
TESIS
Oleh
MUSLIMAH 057004017/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
KARAKTERISTIK DAN PENGELOLAAN TANAH SAWAH YANG TERKENA BENCANA TSUNAMI SETELAH 2.5 TAHUN
TESIS Untuk memperoleh Gelar Magister Sains Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
MUSLIMAH 057004017/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Judul Penelitian
: KARAKTERISTIK DAN PENGELOLAAN TANAH SAWAH YANG TERKENA BENCANA TSUNAMI SETELAH 2,5 TAHUN : MUSLIMAH : 057004017 : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Ligkungan
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
Menyetujui : KOMISI PEMBIMBING
Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc., Ph.D Ketua
Ir. Mukhlis, MSi Anggota
Ketua Program Studi,
Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS
Ir. Guslim, MS Anggota
Direktur
Prof. Dr. Ir. T. Chairunnisa B., M.Sc
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Tanggal Lulus : 25 Agustus 2007 Telah diuji pada Tanggal 25 Agustus 2007
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota
: Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc., Ph.D : 1. Ir. Mukhlis, MSi 2. Ir. Guslim, MS 3. Dr. Retno Widhiastuti, M.S 4. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanah sawah yang terkena tsunami dan teknik pengelolaannya. Sampel tanah sawah diambil di Desa Tanjung Seulamat, Kecamatan Darusasalam Kabupaten Aceh Besar. Metode Statistik yang digunakan adalah Metode Statistik Sidik Ragam menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non Faktorial dengan empat ulangan. Ada empat perlakuan yang diteliti yaitu tanah sawah yang tidak terkena tsunami (T0), tanah yang terkena Tsunami pada jarak 500 M (X1), tanah yang terkena Tsunami pada jarak 1000 M (X2) dan tanah yang terkena Tsunami pada jarak 1500 M (X3) dari batas daerah yang terkena tsunami. Data yang diperoleh dari Sidik Ragam diuji lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Duncan. Parameter yang diamati berupa Daya Hantar Listrik (DHL), pH H20, Ntotal, P-tersedia, K,Na,Ca,Mg Tukar, KTK, Kejenuhan Basa, serta Vegetasi disekitar tanah yang terkena Tsunami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah sawah yang terkena Tsunami masih dapat ditanami dengan tanaman padi dan Tsunami di lahan persawahan tidak berpotensi merusak lahan. Tsunami memberikan pengaruh terhadap pH tanah, DHL, dan nitrogen tanah, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap parameter P-tersedia tanah, kalium, natrium, kalsium, magnesium dapat ditukar, KTK tanah dan kejenuhan basa tanah setelah 2,5 tahun.
Kata Kunci
:
Tsunami, daerah yang terkena Tsunami, kerusakan lahan dan pengelolaan tanah sawah
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
ABSTRACT This study is aimed at finding out the characteristict of Paddy Soil hit by Tsunami and the technique of its management. The samples of Paddy Soil was taken in the Village of Tanjung Seulamat, Syiah Kuala Subdistrict Aceh Besar District. The ANOVA statistics method with Group Random Non is Factorial Design repead 4 times as employed in this study. Four variables of characteristics where studied such as Paddy Soil which was not hit by Tsunami (X0), the land within the distance of 500 meters from the border of the area hit by Tsunami (X1), the land within the distance of 1000 meters from the border of the area hit by Tsunami (X2), the land within the distance of 1500 meters from the border of the area hit by Tsunami (X3). The data obtained through ANOVA was further tested by mean of Duncan Distant Test. The parameter observed were electric conductivity, pH H2O, total N, available P, K, Na, Ca, exchange Mg, KTK, base saturation as well as fagatation found around the area of sample collection. The result showed that Paddy Soil hit by Tsunami admit of to be cultivated and Tsunami do not functions to destroy farm. The distance from the area hit by the Tsunami has a significant influence on pH of thw soil, in the two layers observed on the soil in the depth of 0-20 cm. The distance mentioned above has a significant influence on the soil nitrogen in the depth of 0-20 cm but in the depth of 20-40 cm but the distance does not have a significant influence on the soil conductivity and soil nitrogen. The distance from the area hit by Tsunami does not have a sicnificant influent on soil available P, kalium, natrium, calsium, exchangeable magnesium, soil KTK and base saturation after 2.5 years.
Key Word : Tsunami, the area hit by Tsunami, destroy farm and paddy soil of management
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP MUSLIMAH, dilahirkan di Langsa, Aceh Timur pada tanggal 04 April 1971 sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara. Ayah bernama M.Sabi (Almarhum) dan Ibu Nur aini. Menikah dengan Ir. El wizan tanggal 09 Juli 1998 dan mempunyai putra/putri : - AL Ma’arief, 30-07-1999 - Alya Zahra, - AL Akhyar,
24-10-2001 18-02-2004
RIWAYAT PENDIDIKAN : -
Tahun 1978, memasuki Sekolah Dasar dan lulus 1984 dari SD Negeri No. 5 Langsa.
-
Tahun 1984, memasuki Sekolah Menengah Pertama dan lulus tahun 1987 dari SMP Negeri 1 Langsa.
-
Tahun 1987, memasuki Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Langsa dan lulus tahun 1990.
-
Tahun 1990 memasuki Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam (MIPA) dan lulus sarjana tahun 1995 dalam Bidang Ilmu Kimia universitas Syiah Kuala.
RIWAYAT PEKERJAAN Sejak tahun 2001 hingga sekarang menjadi staf pada Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Kebersihan Kabupaten Aceh Timur
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Tanah merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan itu sering menimbulkan mudharat dan bahkan kehancuran, karena ternyata sumberdaya alam tersebut tidak dapat lagi dipergunakan
atau tidak dapat lagi mendukung kehidupan dan
aktifitasnya. Kerusakan tanah dan lahan dapat terjadi oleh : 1. Kehilangan unsur hara dan bahan organik didaerah perakaran 2. Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinasi) 3. Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging), dan 4. Erosi Kerusakan–kerusakan seperti ini biasanya sangat sukar untuk diperbaiki dan andaikata masih dapat diperbaiki akan diperlukan modal dan biaya yang sangat mahal (Boiran, 2004). Bencana Tsunami yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004 dengan gempa berkekuatan 8,9 skala Richter. Berdasarkan hasil interpretasi peta, luas lahan yang terkena Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ± 977,14 km2 . Gempa dan Tsunami yang terjadi ini menimbulkan kerusakan yang sangat dahsyat berupa jiwa, materi, dan kerusakan lahan.
Salah satu bentuk kerusakan lahan yang ditimbulkan adalah adanya
sedimentasi lumpur laut yang terdistribusi di lokasi yang terjangkau Tsunami dengan ketebalan bervariasi dan dapat mencapai 30 cm (Walhi, 2006).
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Pada saat terjadinya Tsunami bukan hanya air laut yang masuk ke dalam sawah, tetapi juga batu, tanah liat, debu dan mayat, belum lagi hilangnya lapisan top soil tanah akibat gelombang laut dan pembersihan puing-puing pasca Tsunami. Sawah merupakan andalan utama sebagai sumber penghasilan masyarakat, tertutup air laut yang meninggalkan genangan air kotor cukup dalam dengan tumpukan sampah dan mayat yang berserakan. Masuknya endapan air laut ke dalam areal persawahan pasca Tsunami telah mengganggu keseimbangan unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman padi (Mercy Corps, 2006). Berdasarkan hal tersebut diatas penelitian ini berusaha untuk menentukan karakteristik tanah sawah yang terkena dampak Tsunami.
2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti : 1. Tanah sawah yang terkena Tsunami mengalami gangguan keseimbangan unsur hara tanah. 2. Tanah sawah yang terkena Tsunami berpengaruh terhadap karakteristik tanah.
3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui karakteristik sifat fisika dan kimia tanah sawah yang terkena bencana Tsunami dan teknik pengelolaannya.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
4. Hipotesis 1
Tsunami di lahan persawahan berpotensi merusak lahan.
2
Tanah sawah pasca Tsunami kemungkinan tidak memenuhi syarat untuk penanaman padi berikutnya.
5. Manfaat Penelitian 1. Untuk mendapatkan data karakteristik tanah sawah yang terkena dampak Tsunami dan teknik pengelolaannya. 2. Sebagai informasi kepada masyarakat dan pemerintah dalam pengambilan keputusan.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah perkebunan dan sebagainya. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, 2004). Menurut Lahuddin dan Muklis (2006) tanah sawah (Paddy Soil) Merupakan tanah yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana pada umumnya dilakukan penggenangan selama atau sebahagian dari masa pertumbuhan padi. Tergolong sebagai tanah tergenang (wetland Soil), namun agak berbeda dari tanah rawa (Mars Soils) (Waterlogged Soils)
atau tanah terendam
ataupun tanah subaquatic (Subaquatic Soils) dalam hal
pengelolaannya karena tidak terus menerus digenangi, disebut juga sebagai Wetland Rice Soils. Ciri khas tanah sawah atau paddy soils yang membedakan dengan tanah tergenang lainnya, adalah lapisan oksidasi dibawah permukaan air akibat difusi O2 setebal 0.8 – 1,0 cm, selanjutnya lapisan reduksi setebal 25-30 cm dan diikuti oleh lapisan tapak bajak yang kedap air. Selain itu selama pertumbuhan tanaman padi
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
akan terjadi sekresi O2 oleh akar tanaman padi yang menimbulkan kenampakan yang khas pada tanah sawah. Pengelolaan tanah ini
meliputi (i)
perataan lahan dan pembuatan
pematang, (ii) pelumpuran, tanah dicangkul dan dihaluskan dalam jenuh air, (iii) penggenangan tanah dengan air setinggi 5–10 cm selama 4–5 bulan, (iv) drainase air dan pengeringan lahan pada saat panen dan (v) penggenangan kembali setelah interval waktu sekitar beberapa minggu hingga 8 bulan.
2. Karakteristik Tanah Sawah Karakteristik tanah dapat diamati seperti tebal horizon, tekstur, kadar bahan organik, reaksi tanah, jenis lempung, kandungan hara tanaman dan kemampuan mengikat air. Tanah mempunyai karakteristik yang berbeda bagi masing-masing horizon dalam profil tanah.
Kualitas tanah merupakan hasil interaksi antara
karakteristik tanah, penggunaan tanah dan keadaan lingkungan. Petani tidak dapat mengubah karakteristik tanah tetapi menyesuaikan prakteknya
dengan
kemampuan tanah (Darmawijaya, 1997). Menurut Greenland (1997) karakteristik utama tanah sawah yang menentukan keberlanjutan sistem budidaya padi sawah sebagai berikut : 1. Penggunaan tanah secara kontinyu tidak menyebabkan reaksi tanah menjadi masam. Hal ini berkaitan dengan sifak fisik, kimia tanah tergenang, dimana penggenangan menyebabkan terjadinya konvergensi pH tanah menuju netral.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Kondisi permukaan tanah sawah memungkinkan hara
tercuci lebih
cenderung tertampung kembali ke lahan bawahnya daripada keluar dari sistem tanah 3. Fosfor lebih mudah tersedia bagi padi sawah. 4. Populasi aktif mikroorganisme penambat nitrogen mempertahankan oksigen organik. Menurut (Prasetyo dkk, 2004) Faktor penting dalam proses pembentukan profil tanah sawah adalah genangan air permukaan dan penggenangan serta pengeringan yang bergantian. Proses pembentukan tanah sawah meliputi berbagai proses, yaitu (a) Proses utama berupa pengaruh kondisi reduksi-oksidasi (redoks) yang bergantian, (b) penambahan dan pemindahan bahan kimia atau partikel tanah dan (c) perubahan sifat fisik, kimia dan marfologi tanah, akibat penggenangan pada tanah kering yang disawahkan, atau perbaikan drainase pada tanah rawa yang disawahkan. Tanah yang baik untuk areal persawahan adalah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu topografi, porositas tanah yang rendah, sumber air alam, serta modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Suparyono dan Setyono, 1997).
2.1. Karakteristi Fisik Tanah Sawah Tanah sawah bukanlah merupakan terminilogi klasifikasi untuk suatu jenis tanah tertentu, melainkan istilah yang menunjukkan cara pengelolaan berbagai
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
jenis tanah untuk budidaya padi sawah.
Secara fisik, tanah
dicirikan oleh
terbentuknya lapisan oksidatif atau aerobik diatas lapisan reduktif atau anaerobik dibawahnya sebagai akibat penggenangan (Patrick dan Redy, 1978). Sifat fisik tanah sangat menentukan kesesuaian suatu lahan dijadikan lahan sawah.
Identifikasi dan karakterisasi sifat fisik tanah mineral memberikan
informasi untuk penilaian kesesuaian lahan terutama dalam hubungannya dengan efisiensi penggunaan air. Jika lahan akan disawahkan, sifat tanah yang sangat penting untuk dinilai adalah tekstur, struktur, drainase dan permeabilitas dan tinggi muka air tanah. Sifat – sifat tersebut berhubungan erat dengan pelumpuran dan efisiensi penggunaan air irigasi (Sys, 1985). Tanah sawah beririgasi umumnya diolah dengan cara pelumpuran (pudding).
Pengaruh pelumpuran terhadap sifat fisik tanah menjadi sangat
spesifik pada lahan sawah dan sekaligus memberikan indikasi perbedaan perubahan sifat fisik tanah antara tanah yang disawahkan dengan tanah yang tidak disawahkan (Prasetyo dkk, 2004). Sistem penanaman padi disawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah sawah dibajak tanah dibiarkan selama 2-3 hari, namun dibeberapa tempat tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam.
Setelah itu bibit hasil semaian ditanam.
Pembajakan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan petani
ternyata
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
menyebabkan banyak butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Apabila pengelolaan tanah sempurna dilahan sawah bertujuan untuk menyiapkan media tumbuh dan mengendalikan gulma maka efisiensinya perlu dipertanyakan (Utomo dan Nazaruddin, 1966). Suatu jenis tanah hydrosol lainnya yang penting dinegara kita adalah “Paddy Soil”. Meskipun demikian sebahagian besar para ahli masih meragukan atau sama sekali tidak menyetujui untuk menempatkan jenis tanah ini sebagi jenis tersendiri,
karena
sifatnya
yang
berbeda-beda
dan
hanya
merupakan
perkembangan dari jenis-jenis tanah. Jenis tanah ini akibat persawahan dengan menggenangi tanah sawah untuk waktu yang agak lama selama pertumbuhan padi, sehingga terjadi proses pemindahan senyawa besi dan mangan dari lapisan atas dan diendapkan di lapisan bawah, pendataran permukaan tanah yang miring dan air irigasi pada permukaan tanah. Sifat fisik tanah akibat pembentukan padas akan menghambat drainase dan dalamnya akar tanaman tetapi tidak menghambat akar ke samping (Darmawijaya, 1997 ).
2.2. Karakteristik Kimia Tanah Sawah Perubahan-perubahan kimia tanah sawah ini yang berkaitan erat dengan proses oksidasi–reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan produktifitas tanah sawah. Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara padi. Keadaan reduksi akibat penggenangan akan merubah aktifitas mikroba tanah dimana mikroba aerob akan digantikan oleh mikroba
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
anaerob yang menggunakan sumber energi dari senyawa teroksidasi yang mudah direduksi yang berperan sebagai elektron seperti ion NO3- , SO43-, Fe3+ dan Mn4+ (Prasetyo dkk, 2004). Faktor-faktor penting yang mempengaruhi lahan sawah adalah cuaca reduksi yang menyebabkan drainase buruk, pH rendah dan ketersediaan bahan organik untuk diserap, adanya sejumlah mangan dan senyawa besi dan kemampuan perkolasi ke bawah, Hal ini menyebabkan terbentuknya tanah permukaan yang banyak mengandung lapisan debu dan berwarna cerah/muda yang tebalnya sejajar dengan permukaan tanah sawah setelah di teras. Sebagai contoh Koenings (1957) melaporkan suatu susunan horizon morfologi tanah sawah di Jawa Barat yaitu: -
Top soil sedalam 0 sampai 15 cm pH 5,3
-
Sub soil sedalam 60 cm pH 5,5
-
Fe layer sedalam 22 sampai 26 cm pH 5
-
Mn layer sedalam 26 sampai 40 cm pH 5,1 Khusus di lahan sawah, menurut Liu (1985) bahan organik mempengaruhi
pembentukan lapisan reduksi baik secara langsung maupun tidak. Bahan organik merupakan sumber utama elektron selama dekomposisinya dimana elektron ini dapat membantu pembentukan lapisan reduksi tanah dan sekaligus mereduksi ferri mangan dan sulfat menjadi Fe2+ Mn2+ dan S2- dengan demikian tanaman terhindar dari keracunan. Penggenagan dapat mengendalikan nilai pH tanah sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Menurut Conrad (1989) peningkatan pH akan mengakibatkan produksi CH4 serta degradasi bahan organik dan sebaliknya. Hasil penelitian Darman (2003) menunjukkan bahwa peningkatan pH setelah digenangi selama 45 hari, menyebabkan meningkatnya P-tersedia. Hal ini disebabkan karena kelarutan phospat meningkat, ini berarti semakin besar phospat yang tersedia di dalam tanah. Setelah itu dengan pemberian bahan organik juga menunjukkan bahwa ketersediaan P mengalami peningkatan setelah digenangi selama 45 hari, sedangkan Al dan Fe dalam larutan tanah mengalami penurunan setelah digenangi. Ketersediaan Nitrogen dalam keadaan tergenang lebih tinggi dari pada keadaan tidak tergenang. Ketersediaan ini meningkat dengan semakin tingginya kadar Nitrogen, pH dan suhu tanah. Keadaan yang unik dalam keadaan tergenang menyebabkan modifikasi yang besar dari proses transformasi nitrogen. Lapukan bahan organik yang dapat melepaskan ion amonium dalam larutan tanah berjalan lebih lambat dalam keadaan tergenang daripada tidak tergenang. Sebahagian besar nitrogen anorganik pada tanah tergenang larut dalam air atau diadsorpsi oleh komplek pertukaran. Nitrogen anorganik dalam keadaan tergenang dalam bentuk nitrat cepat hilang karena denitrifikasi, pencucian dan diserap oleh tanaman. Urea dihidrolisis sama cepatnya pada tanah tergenang maupun aerobik (Ismunandji dkk, 1988). Proses penggenangan mendorong pelepasan K+ tertukarkan ke dalam bentuk dapat larut dengan menstimulasi Fe3+ dam Mn4+, dimana K+ yang dapat larut dapat mencapai nilai maksimum pada puncak reduksi tanah, penyematan dan
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
pelepasan K dalam tanah dipengaruhi oleh faktor tanah diantaranya adalah jumlah lempung, jumlah dan aktifitas Fe, Al, Ca, Mn, pH tanah dan status oksidasi reduksi tanah (Sanchez, 1976) Kimia tanah sawah sangat penting hubungannya dengan teknologi pemupukan yang efesien. Aplikasi pupuk baik jenis, takaran, waktu maupun cara pemupukan harus mempertimbangkan sifat kimia tersebut. Sebagai contoh adalah teknologi nitrogen, dimana jenis, waktu dan cara pemupukannya harus memperhatikan perubahan perilaku hara N dalam tanah sawah agar pemupukan lebih efisien. Sumber pupuk N disarankan dalam bentuk amonium NH4+ dimasukkan ke dalam lapisan reduksi dan diberikan 2-3 kali (Prasetyo, dkk, 2004).
2.3. Potensi Tanah Sawah di Nanggroe Aceh Darussalam Menurut (Rahman, 2005) Propinsi Aceh mempunyai 5.5 juta hektar lahan dengan jumlah penduduk sekitar 4.3 juta (data sebelum Tsunami). Jenis tanah yang utama didapat didaerah ini adalah inceptisol (66,25%) diikuti ultisol (11.7%), dan entisol (8.3%). Entisol dibentuk dari sedimen laut yang terutama didapat di pantai barat dan timur Aceh. Berdasarkan analisa pendahuluan citra satelit yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah Bogor, Lahan yang rusak akibat Tsunami di NAD mencapai 810 % dari total luas lahan pertanian diwilayah itu. Khusus untuk lahan sawah, total kerusakan mencapai 29.000 ha dari total luas lahan sawah sekitar 336.000 ha
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
3. Tanaman Padi Sawah Tanaman padi termasuk golongan tanaman setahun/semusim.
Bentuk
batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang yang mempunyai malai yang terdapat pada ujung batang. Padi (Oriza sativa) tumbuh baik didaerah tropis, untuk padi sawah ketersediaan air sangat penting maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi seperti tanah lempung. Syarat tumbuh tanaman padi : 1. Iklim •
Curah hujan yang baik 200 mm/bulan atau lebih, dan untuk pertahun 1500-2000 mm.
•
Temperatur (suhu) antara > 23 0C.
•
Tinggi tempat antara 0-650 meter dpl dengan suhu 22,5 oC – 26,5 o
C dan juga masih bias antara 650 – 1500 m dpl dengan suhu 18,7
o
C – 22,5oC.
•
Sinar matahari diperlukan untuk fotosintesis.
•
Angin diperlukan untuk penyerbukan dan pembuahan.
2. Keadaan Tanah •
Tekstur tanah yang diperlukan pada padi sawah dituntut adanya lumpur.
•
pH tanah antara 5 – 6.5 (Foth, 1990).
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
4. Tsunami Tsunami adalah istilah bahasa Jepang yang artinya kurang lebih “gelombang pelabuhan“. Fenomena tsunami tersebut sering terjadi di Jepang dan ribuan orang Jepang telah tewas akibat gelombang ini. Sebuah gempa bumi bisa menciptakan Tsunami bila kekuatannya cukup besar dan ada gerakan tiba-tiba dibumi yang menyebabkan pergeseran air dalam jumlah besar. Tsunami bukanlah gelombang tunggal ataupun gelombang pasang melainkan rangkaian gelombang, sehingga disebut juga kereta gelombang paling awal pada suatu Tsunami bukanlah yang paling menghancurkan. Gelombang Tsunami bisa panjang (mencapai 100 Kilometer) dan bisa menyapu selama satu jam tanpa henti. Gelombang ini bisa melintasi seluruh lautan tanpa banyak kehilangan tenaga. Tsunami di Aceh telah bergerak hingga hampir 5.000 kilometer mencapai Afrika dan datang dengan kekuatan tinggi (Mercy corps, 2006). Gempa bumi yang dahsyat terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 diikuti oleh tsunami yang merusak pantai propinsi Aceh dan Nias. Pantai barat Aceh lebih banyak mengalami kerusakan dibandingkan dengan pantai timur. Tsunami dapat mencapai sejauh 7 km ke pedalaman pantai barat dan dibagian atas sampai 4 km pantai timur. Pemerintah Indonesia (GOI) pada tanggal 19 Januari 2005 mencatat 100.000 orang mati, 132.000 hilang dan 340.000 menjadi pengungsi. Kerusakan infrastruktur meliputi 1.3 juta rumah dan bangunan, 8 pelabuhan, 85 % air dan 92% sistem sanitasi, 120 km jalan dan 18 jembatan. Perkiraan total kerusakan dan kerugian sekitar US 4.5 bilyun. Untuk mengembalikan kembali
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
keadaan tersebut masalahnya sangat komplek dan membutuhkan dana yang besar (Bapenas, 2005). Perkiraan kerusakan akibat tsunami terhadap pertanian di Indonesia : 1. Lahan Pertanian (padi + palawija) Perkiraan kerusakan untuk areal partanian 37.500 ha - Pantai Timur
8.300 ha
- Pantai Barat
29.200 ha
( Aceh Besar, Banda Aceh, dan Sabang termasuk dalam pantai barat) 2. Perikanan Perkiraan kerusakan untuk areal akuakultur Payau 36.597 ha 3. Perkebunan Kelapa, Kacang Mede, Pinang, Coklat, Kopi. 4. Ternak - Ruminansia : 208.000 ekor - Unggas : 1. 450.000 ekor Sumber : Survei bersama didaerah yang terkena tsunami oleh Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan dan FAO (Januari, 2005). (FAO, 2005).
4.1. Kontaminasi Garam (Proses Salinasi) Tanah salin (asin) umumnya tidak produktif untuk pertanian.
Tanah
semacam ini dapat terjadi karena rembesan air laut, sementara air tawar tidak mampu menetralisirnya. Tanah bergaram sifatnya lepas karena tidak mmpunyai kemampuan untuk mengikat air, sehingga pada musim hujan air terus merembes kebawah. Tanah semacam ini tidak mampu menahan air di lapisan olah karena
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
bersifat lepas tersebut. Untuk mengatasinya tanah harus diperkuat kemantapannya sehingga dapat menahan air hujan atau pengairan dilapisan olah sehingga menempati kedudukan garam, untuk itu kapur dapat dipakai sebagai pemantap susunan tanah tersebut ( Kuswandi, 1993). Menurut ( Boiran, 2004) Perkembangan lanjut tanah yang dipergaruhi oleh kadar garam terutama NaCl memperberat kerusakan tanah karena tanah yang demikian tidak dapat lagi dibudidayakan dengan tanaman yang peka terhadap tingginya salinitas tanah.
Usaha desalinasi tanah juga sangat mahal karena
memerlukan bahan amelioran dan pencucian garam yang terdapat dalam tanah. Ion-ion dalam air menghantarkan aliran listrik, maka dipergunakan cara yang tepat yaitu Daya Hantar Listrik (DHL) atau electrical conduktivity, untuk menaksirkan kandungan total garam terlarut didalam suatu tanah. Cara penetapannnya adalah dengan menggunakan sejumlah tanah yang telah diketahui beratnya kemudian dimasukkan kedalam gelas beker dibuat pasta tanah dengan menambah sedikit air demi sedikit. Air yang kemudian dikeluarkan dari pasta tanah dengan menggunakan saringan dengan tekanan (by pressure and suction) dan filtratnya digunakan untuk mengukur DHL-nya dengan satuan milimhos per sentimeter. Bila hasil pengukuran DHL didapat lebih kecil dari 4 milimhos per sentimeter, maka tanah tersebut masih masuk ke dalam kelompok tanah normal . Hubungan antara DHL dan Kinerja Tanaman dapat kita lihat pada Tabel 2.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 1. Pengaruh Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) terhadap Kinerja Tanaman Nilai Daya Hantar Listrik DHL) 0 - 2 mS
Kinerja Tanaman pengaruh kadar garam boleh diabaikan
2 – 4 mS
hanya tanaman yang terpengaruh
sangat rentan akan
4 – 8 mS
hasil panen tanaman terbatas
8 –16 mS
hanya tanaman yang tergenang hasil panen akan memuaskan.
>16 mS
hanya sedikit hasil panen tanaman tergenang yang memuaskan Sumber : Notohadiprawiro, 1998 Pemilihan nilai kritis untuk DHL pada 4 mmho/cm dilaporkan tidak didasarkan atas kemungkinan tingkat kerusakan tanaman akibat kadar garam. Nilai DHL 4 mmho/cm bermula dari scofield tahun 1942, yang menganggap tanah bersifat salin pada DHL 4 mmho/cm atau lebih tinggi. Pada nilai DHL > 4 mmho/cm, produksi banyak jenis tanaman terbatas. Pada DHL antara 2 dan 4 mmho/cm, hanya tanaman-tanaman yang sangat rentan yang akan terpengaruh, sedang pada nilai-nilai < 2 mmho/cm pengaruh salinitas kecil dapat diabaikan (Tan, 1998). Padi termasuk tanaman yang sensitif terhadap salinitas yang dinyatakan dengan elektric conductivity (EC) atau daya hantar listrik (DHL), salinitas yang hanya 2 dS/m dipertimbangkan optimal, tetapi jika mencapai 4-6 dS/m tergolong marjinal dan tanaman padi tidak dapat berkembang jika salinitas dengan daya hantar listrik (DHL) mencapai >3 dS/m. Penurunan hasil sekitar 50 % jika DHL
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
sekitar 7,2 dS/m, dan kegagalan atau penurunan hasil bisa mencapai ±100% apabila DHL mencapai sekitar 12 dS/m. (Dobermann and Fairhurst, 2000).
Gambar 1. Diagram untuk klasifikasi air irigasi (Data dari USDA Agricultural Handbook, 60, 1954) (Foth, 1993). Air diserap oleh akar tanaman melalui suatu proses yang disebut osmosis yang melibatkan pergerakan air dari tempat dengan konsentrasi garam rendah
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
(contohnya tanah) ketempat yang kadar garamnya tinggi (contohnya bahagian dari sel-sel akar). Jika konsentrasi garam didalam tanah tinggi, pergerakan air dari tanah ke akar akan lambat. Jika konsentrasi dalam tanah lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam sel-sel akar, tanah akan menyerap air dari akar dan tanaman akan layu dan mati. Ini merupakan prinsip dasar bagaimana salinasi mempengaruhi produksi tanaman tidak hanya disebabkan oleh daya osmosis, tetapi juga oleh sodium (Na+) dan (Cl-) pada konsentrasi yang meracuni tanaman. Dengan demikian tingginya nilai pH (ukuran untuk kesetimbangan asam/basa) yang disebabkan oleh konsentrasi sodium yang tinggi akan berakibat pada kekurangan unsur mikro. Salinitas tanah adalah masalah yang umum dijumpai didaerah-daerah dengan curah hujan rendah.
Jika dikombinasikan dengan
drainase dan kondisi irigasi yang buruk, dapat menyebabkan hilangnya kesuburan tanah secara permanen. Tipe salinitas seperti ini merupakan penyebab krisis kemanusian yang diakibatkan oleh kekeringan. Sementara salinitas yang muncul sebagai akibat dari bencana alam yang terjadi dalam waktu singkat, sampai saat ini hanya terbatas diakibatkan oleh tsunami. Hal yang menguntungkan di Aceh curah hujan yang tinggi yang tidak bisa dijumpai disebahagian daerah yang tanahnya bergaram. Tsunami akan mempengaruhi produksi beras melalui : 1. Hilangnya tanaman secara langsung, berkurangnya pangan dan hilangnya pangan dalam penyimpanan. 2. Hilangnya stok benih 3. Penggaraman (salinasi), hilangnya tanah dan timbunan tanah.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
4. Kurangnya tenaga kerja dan peralatan dalam hal pembibitan, pemindahan tanaman dan pengelolaan gulma 5. Kurangnya informasi mengenai padi dan praktek produksi lain yang diperlukan. (Elpido, 2006)
4.2. Endapan Liat dan Debu Selama terjadinya tsunami air laut membawa garam kepermukaan tanah, akan tetapi sebahagian besar garam pada lahan dalam waktu yang relatif singkat telah tercuci oleh air hujan yang sering terjadi. Hasil survei yang dilakukan FAO ditemukan lapisan-lapisan liat atau debu hasil gelombang tsunami justru mengandung residu garam yang tinggi. Lapisan liat atau debu tersebut sangat mudah diidentifikasi dari retakan-retakan yang menyebar diseluruh permukaan tanah. Sebahagian besar tempat setelah digali sampai kurang lebih sedalam 20 cm dijumpai lapisan keabuan yang masih jelas. Garam dapat dicuci dengan baik menggunakan air tawar, tetapi karena lapisan liat/debu ini relatif sulit ditembus air,
maka proses infiltrasi yang
kemudian disebut pencucian menjadi lambat. Dibeberapa daerah yang relatif kering, garam telah terakumulasi dan mengkristal dipermukaan tanah. Sebagai akibatnya, masalah salinitas ini dapat bertahan lebih lama, kecuali diambil tindakan untuk membuang garam tersebut dengan cara pengelontaran dan/atau pencucian (FAO, 2005).
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
III. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Seulamat Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Nanggroe Aceh Darussalam dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dimulai pada bulan April – Juli 2007.
2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Peta lokasi penelitian skala 1 : 200.000, sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian, serta bahan-bahan kimia untuk analisa tanah di laboratorium. Adapun alat yang digunakan adalah : Klinometer, kompas, bor tanah, cangkul, meteran, pisau, kertas label, kantong plastik, karet gelang,goni plastik, alat tulis/spidol dan buku tulis serta alat-alat laboratorium lainnya untuk keperluan analisis.
3. Rancangan Penelitian Metode yang dilakukan pada pengumpulan data ini adalah survai lahan, dengan metode pengambilan contoh tanah pada daerah yang tidak terkena Tsunami dan daerah yang kena pada jarak 500 m, 1000 m dan 1500 m dari daerah yang tidak kena Tsunami.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Metode statistik yang dilakukan adalah Metode Statistik Sidik Ragam dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non Faktorial dan Perlakuan yang menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata serta sangat nyata diuji Jarak Duncan dan Analisa Regresi (Gomez dan Gomes, 1995) Perlakuan pada sampel meliputi 4 tempat daerah : 1. Tanah Sawah yang tidak terkena tsunami (Xo) 2. Tanah Sawah yang kena tsunami pada jarak 500 m dari batas daerah yang tidak terkena Tsunami (X1) 3. Tanah Sawah yang kena tsunami pada jarak 1000 m dari batas daerah yang tidak terkena Tsunami (X2) 4. Tanah Sawah yang kena tsunami pada jarak 1500 m dari batas daerah yang tidak terkena Tsunami (X3) Setiap perlakuan diulang sebanyak 4(empat) ulanganan.
4. Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian ini kegiatan yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahap yaitu: a. Persiapan : Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah telaah pustaka, konsultasi dosen pembimbing, penyediaan bahan dan peralatan yang akan digunakan dilapangan.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
b. Kegiatan di Lapangan Pekerjaan dimulai dengan survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian. Setelah survey pendahuluan dilanjutkan dengan pelaksanaan survey utama dengan tujuan utamanya adalah mengambilan contoh tanah yang akan dianalisis. Pelaksanaan pengambilan contoh tanah tersebut menggunakan metoda acak tersebar pada jarak tertentu sesuai dengan luasan yang telah ditentukan dengan metode komposit dan tetap berpedoman kepada peta dasar. Pengambilan contoh tanah dilakukan menggunakan Bor tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm untuk masing-masing titik sampel. Contoh tanah diambil secara acak pada tiga tempat, setelah didapatkan contoh tanah, selanjutnya ketiga contoh tanah tersebut dilakukan pencampuran dan diaduk didalam plastik khusus sampai dianggap sudah tercampur merata. Perlakuan ini dilakukan sebanyak empat kali ulangan dengan jarak 300 m pada masing-masing kedalaman dan daerah pengambilan sampel.
Contoh tanah
tersebut dibawa ke tempat yang teduh untuk ditebarkan agar menjadi kering udara, kemudian diambil ± 1 kg pada setiap contoh tanah untuk
dianalisis sifat
fisika dan kimianya. Selama kegiatan pengambilan contoh tanah tersebut juga dilakukan pengamatan dan pencatatan lingkungan areal penelitian seperti Penggunaan lahan c. Analisis laboratorium Sampel-sampel yang berasal dari lapangan kemudian diteliti di laboratorium meliputi sifat fisika dan kimia.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
5. Parameter yang diamati Sampel tanah yang diambil di daerah penelitian dianalisis di laboratorium yang meliputi sifat fisika dan kimia. Dengan parameter yang diamati : 1. Sifat Fisik Tanah a. Penetapan Daya Hantar Listrik (DHL) dengan menggunakan EC meter 2. Sifat Kimia Tanah a.
pH H20 metode Elektrometri.
a.
N- total tersedia Kjeldhal.
b.
P- tersedia metode Bray II.
c.
K- tukar metode eksrak NH40Ac 1N pH 7.
d.
Ca- tukar metode eksrak NH40Ac 1N pH 7.
e.
Mg – Tukar metode eksrak NH40Ac 1N pH 7.
f.
Na – Tukar metode eksrak NH40Ac 1N pH 7.
g.
KTK - Tukar metode eksrak NH40Ac 1N pH 7.
3. Vegetasi yang ada disekitar daerah yang terkena Tsunami
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Karakteristik Tanah Sawah yang Tidak Terkena Bencana Tsunami dan yang Terkena Bencana Tsunami 1. Sifat Fisika Tanah a. Daya Hantar Listrik Tanah (DHL) Data dan sidik ragam DHL tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6-9. Hasil analisis statistik terhadap data DHL tanah menunjukkan bahwa pengaruh jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami berpengaruh nyata pada kedalaman 0-20 cm dan berpengaruh sangat nyata pada kedalaman 20-40 cm terhadap DHL Tanah. Tabel 3. Rata-rata Daya Hantar Listrik Tanah Sawah akibat Bencana Tsunami. Kedalaman Lapisan (cm) Jarak (X) 0-20 *
20-40 **
------------------ µmhos/cm ---------------------X0 (0 m)
332.50 b
257.25 b B
X1 (500 m)
433.75 b
246.25 b B
X2 ( 1000 m)
663.75 ab
440.00 b B
X3 (1500 m)
1112.50 a
816.25 a A
* = berbeda nyata
** = berbeda sangat nyata
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda nyata (Uji Duncan 5%) dan yang huruf besar berbeda sangat nyata (Uji Duncan 1%).
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Dari Tabel 3 dapat diketahui jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami pada jarak X3 menunjukkan DHL tanah tertinggi pada kedalaman 0- 20 cm dan berbeda nyata pada jarak X0 dan pada jarak X1, tetapi berbeda tidak nyata pada jarak X2 . Pada kedalaman 20-40 cm DHL tanah tertinggi juga terdapat pada jarak X3 dan berbeda sangat nyata dengan jarak X0, X1 dan X2. Hubungan Tsunami terhadap DHL tanah pada kedalam 0-20 cm dan 20-
Nilai DHL Tanah ( µmhos/cm))
40 cm dapat dilihat pada Gambar 4 1200
Ŷ 20-40 cm = 159.33+0.3742X,r = 0.91
1000
Ŷ 20-40 cm = 250.12+ 0.514X, r = 0.96
800 600
0-20 cm 400
20-40 cm
200 0 0
500
1000
1500
Jarak (m) pada Kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm
Gambar 5. Hubungan antara DHL Tanah dengan Jarak dari Daerah yang Tidak Terkena Tsunami Berdasarkan hasil analisa regresi dapat diketahui bahwa hubungan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami terhadap DHL tanah dinyatakan dengan masing-masing persamaan regresi linier yaitu
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Ŷ = 250.12 + 0.514X dan Ŷ = 159.33+0.3742X dengan masing-masing nilai r = 0.96 dan 0.91. Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa DHL tanah dengan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami bersifat linier positif dimana semakin jauh dari daratan DHL tanah semakin meningkat.
b. ESP Tanah Data dan sidik ragam ESP ( exchangeable sodium percentage) tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Tabel Lampiran 42- 45. Hasil analisis statistik terhadap data ESP tanah menunjukkan bahwa pengaruh jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami berpengaruh tidak nyata pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm terhadap ESP tanah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata ESP Tanah akibat Bencana Tsunami Kedalaman Lapisan (cm) Perlakuan 0-20
tn
20-40
tn
------------------ % ---------------------X0 (0 m)
14.17
13.99
X1 (500 m)
12.85
13.03
X2 ( 1000 m)
15.05
12.96
X3 (1500 m)
13.66
12.61
Ket : tn = tidak nyata
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa kadar ESP tanah sawah yang terkena Tsunami lebih rendah tetapi berbeda tidak nyata dibandingkan dengan ESP tanah sawah yang tidak terkena Tsunami pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm.
2. Sifat Kimia Tanah a. Kemasaman Tanah (pH H2O) Data dan sidik ragam pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2-5. Hasil analisis statistik terhadap data pH tanah menunjukkan bahwa pengaruh jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami berpengaruh sangat nyata pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm terhadap pH tanah. pH tanah sawah yang terkena Tsunami meningkat sangat nyata dibandingkan dengan pH tanah sawah yang tidak terkena Tsunami pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm. Uji beda rataan antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata pH Tanah akibat Bencana Tsunami Kedalaman Lapisan (cm) Perlakuan 0-20
**
20-40 **
X0 (0 m)
6.77 c B
7.04 c B
X1 (500 m)
6.82 c B
7.06 c B
X2 ( 1000 m)
7.07 b B
7.26 b B
X3 (1500 m)
7.53 a A
7.62 a A
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata (Uji Duncan 5%) dan yang huruf besar berbeda sangat nyata (Uji Duncan 1%).
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil analisa regresi dapat diketahui bahwa hubungan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami terhadap pH tanah dinyatakan dengan masing-masing persamaan regresi kwadratik dan linier yaitu Ŷ = 6.7705 – 0.0001T + 0.0007T2 dan Ŷ = 6.954 + 0.0004T dengan masing-masing nilai R2 = 1.00 dan 0.93. Hubungan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami terhadap pH tanah pada kedalam 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Gambar 6. 2 Ŷ 0-20 cm = 6.7705 - 0.0001X+0.0000004X , R2 = 1 2 2 , Y min = 6.76 pada X = 125 m
7.80
pHTanah
7.60
Ŷ20-40cm = 6.954+0.0004X,r = 0.93
7.40 0-20 cm 20-40 cm
7.20 7.00 6.80 6.60 0
500
1000
1500
Jarak (m) pada Kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm Gambar 6. Hubungan antara pH Tanah dengan Jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa hubungan pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dengan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami bersifat kwadratik. pH tanah terendah diperoleh pada jarak 125 m yaitu sebesar 6.76. Pada ke dalaman 20-40 cm pH tanah dengan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami bersifat linier positif dimana semakin jauh dari daratan pH tanah semakin meningkat.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
b. N Total Tanah Data dan sidik ragam N total tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Tabel Lampiran 10-13. Hasil analisis statistik terhadap data N total tanah menunjukkan bahwa pengaruh jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami berpengaruh nyata pada kedalaman 0-20 cm, tetapi pada kedalaman 20-40 cm berpengaruh tidak nyata terhadap N total tanah. Kadar N total tanah sawah yang terkena Tsunami menurun dengan nyata pada jarak 1500 m pada kedalaman 0-20 cm tetapi pada kedalaman 20-40 cm menurun secara tidak nyata dibandingkan dengan N total tanah sawah yang tidak terkena Tsunami. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata N Total Tanah akibat Bencana Tsunami Kedalaman Lapisan (cm) Jarak (m) 0-20
**
20-40
tn
------------------ % ---------------------X0 (0 m)
0.11ab AB
0.06
X1 (500 m)
0.12 a A
0.08
X2 ( 1000 m)
0.11 ab AB
0.06
X3 (1500 m)
0.09 b B
0.04
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata (Uji Duncan 5%) dan yang huruf besar berbeda sangat nyata (Uji Duncan 1%). ** = sangat nyata dan tn = tidak nyata Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami pada jarak X2 (0.12 %) pada kedalaman
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
0-20 cm menunjukkan N total tanah tertinggi dan berbeda sangat nyata dengan jarak X3.. Pada kedalaman 20-40 cm N total tanah tertinggi juga dijumpai pada jarak X2, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan hasil analisa regresi dapat diketahui bahwa hubungan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami terhadap N total tanah pada kedalaman 0-20 cm dinyatakan dengan persamaan regresi 2
kwadratik yaitu Ŷ = 0.1105 + 0.00003X – 0.00000003X dengan nilai R2 = 0.99. Hubungan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami terhadap N total tanah pada kedalam 0-20 cm dapat dilihat pada Gambar
7.
N Total Tanah (%)
0.15
0.1 Ŷ= 0.1105+ 0.00003X-0.00000003X2
,
R2= 0,99
Y max =0.118% pada T =500 m
0.05
0 0
500
1000
1500
Jarak Pengambialn Contoh Tanah dengan Kontrol (m)
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Gambar 7. Hubungan antara N Total Tanah dengan Jarak dari Daerah yang Tidak Terkena Tsunami
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa hubungan N total tanah pada daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami bersifat kwadratik. Nitrogen tanah tertinggi diperoleh pada jarak 500 m yaitu sebesar 0.118%.
c. P- tersedia Tanah, Kalium, Natrium, Kalsium, Magnesium Dapat ditukar Kapasitas Tukar Kation Tanah dan Kejenuhan Basa semuanya berbeda tidak nyata.
3. Vegetasi di sekitar tanah sawah yang terkena Tsunami Pada lokasi penelitian sawah yang terkena Tsunami saat ini hanya ditumbuhi oleh rerumputan. Sawah ini belum pernah tersentuh oleh perlakuan apapun, tidak seperti sawah terkena Tsunami lainnya. Jenis – jenis yang ada di sawah yang terkena Tsunami adalah : 1. Commelina diffusa Burm. F 2. Emilia Sconchifolia 3. Sporobolus diander 4. Echinochloa crus galili (L) 5. Fimbristylis Miliacea 6. Echinochaloa Glabrescens (Nasution, U., 1983)
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Pembahasan 1. Sifat Físika Daya hantar listrik tanah meningkat sangat nyata pada tanah sawah yang terkena Tsunami dibanding dengan tanah sawah yang tidak terkena Tsunami. Hal ini diduga adanya peningkatan kation kation basa di dalam tanah, dan kation basa tersebut dapat bereaksi dengan Cl
–
dan SO42- membentuk senyawa garam,
sehingga daya hantar lisrtrik tanah meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian Afrida E, 1998 dan pendapat Jacson,1958 dalam Sutarta, 1990, bahwa dengan penambahan garam NaCl Dan KCl ke dalam tanah dapat meningkatkan daya hantar listrik tanah secara nyata dibanding tanpa pemberian NaCl dan KCl menurut Hakim, N, dkk, 1986, bila daya hantar listrik tanah berkisar 750 – 2250 µmhos/cm tergolong tinggi dan pada jarak bahwa daya hantar listrik tanah pada jarak 1500 m dari tanah sawah yang tidak Tsunami tergolong sangat tinggi , tetapi dari titik nol sampai dengan jarak 1000 m tergolong sedang. DHL tanah yang tinggi dapat mengakibatkan laju permiabilitas tanah menurun akibat rusaknya struktur tanah dan plasmolisis sehingga bila ditanamani dengan padi sawah diduga akan mengalami gangguan pertumbuhan (Elpido, S., 2006). Untuk membuat tanah salin dapat ditanami, pencucian garam yang berlebih dengan irigasi biasanya dilakukan. Untuk itu diperlukan metode irigasi yang tepat dan penggunaan air irigasi dengan kualitas garam yang tepat. Dalam hal ini, Daya Hantar Listrik (DHL) sering dipakai sebagai indeks bahasa salinasi.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Bahasa salinasi dianggap rendah jika air irigasi yang digunakan mempunyai 0,75 mmho/cm (Tan,1998). Dengan curah hujan yang tinggi di Propoinsi Aceh (1.600 mm per tahun di Banda Aceh, 2.000 di Aceh Timur dan 3.500 mm di Aceh Barat), hasilnya cukup positif. Bagaimanapun juga, pastikan bahwa air tersbut benar-benar melewati zona perakaran untuk melaksanakan fungsinya.
Sebagai tambahan beberapa
wilayah dipantai timur pada kenyatannya cukup kering pada kenyataannya cukup kering, sehingga dibutuhkan pendekatan yang lebih teliti (Mercy Corps, 2006) Drainase yang baik sama pentingnya dengan air bersih untuk mencuci secara efektif garam dari suatu lahan. Kecuali jika daya serap alami tanah dan kondisi drainase yang baik memungkinkan terjadinya perlokasi air dan drainase dari lahan, pencucian mungkin merupakan satu satunya cara yang berhasil walaupun tidak seluruhnya, sekalipun dengan menggunakan air berkualitas baik. Secara ideal, membersihkan endapan Lumpur debu pada saluran drainase merupakan faktor penting lainnya dari proses rehabilitasi. Memperbaiki kondisi drainase permukaan dengan cara menggali saluran dari lahan sawah adalah adalah alternative yang efektif.
Pengelontaran secara tepat, dengan atau tanpa
pencampuran juga dapat dipertimbangkan untuk kondisi-kondisi tertentu . Untuk tanaman-tanaman lahan kering bernilai ekonomi yang ditanam dalam kondisi basah, pembangunan dengan sangat direkomendasikan untuk menjamin kondisi yang paling baik cocok bagi akar tanaman (Elpido, S., 2006). ESP tanah juga tidak berbeda nyata akibat Tsunami . Hal ini sejalan dengan tidak adanya pengaruh nyata terhadap parameter kation basa yang dapat
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
dipertukarkan sehingga secara ESP juga tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan nilai ESP sangat ditentukan oleh besarnya nilai kation-kation yang dapat dipertukarkan.
2. Sifat Kimia Setelah data diolah secara statistik dapat diketahui bahwa tanah sawah yang terkena sunami berpengaruh
sangat nyata meningkatkan
pH tanah
dibandingkan dengan tanah sawah yang tidak terkena Tsunami. Adanya peningkatan pH tanah hal ini diduga bahwa dengan terjadinya Tsunami maka terjadi peningkatan kation - kation basa terutama Na, K, Mg yang bersumber dari air laut dimana kation basa tersebut terakumulasi di dalam tanah dan membentuk senyawa-senyawa basa sehingga pH tanah meningkat. Menurut (Hakim, dkk., 1986) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah macam kation yang terjerap dalam koloid tanah, bila tanah tersebut mengandung natrium lebih tinggi akan menyebabkan nilai pH tanah lebih tinggi walaupun kejenuhan basa tanahnya sama. Hal ini disebabkan oleh koloid yang kaya Na sukar mendisosiasikan ion hidrogen sehingga sumbangan ion hidrogen rendah sekali dalam larutan tanah. pH tanah menentukan mudahnya unsur hara diserap tanaman pada pH tanah mendekati netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Kadar Nitrogen total tanah menurun secara nyata akibat Tsunami pada kedalaman 0-20 cm pada jarak 1500 m dari tanah sawah yang tidak terkena Tsunami , tetapi pada kedalam 20-40 cm kejadian Tsunami berpengaruh tidak
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
nyata terhadap kadar nitrogen total tanah. Adanya penurunan kadar nitrogen total tanah hal ini disebabkan bahwa tanah sawah yang terkena Tsunami terjadi peningkatan kadar garam tanah sehingga vegetasi yang tumbuh di lahan tersebut terbatas akibatnya penambahan bahan organik tanah sangat sedikit yang mengakibatkan nitrogen dalam tanah menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjowigeno, (1986) bahwa salah satu sumber unsur hara nitrogen adalah dari bahan organik tanah yang telah mengalami proses dekomposisi secara sempurna. Hasil rata-rata kadar nitrogen total tanah juga termasuk rendah bila dibanding dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor. Fungsi Nitrogen adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman untuk pertumbuhan protein. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau dan segar. Sebaliknya yang kekurangan N tanaman akan menjadi kerdil karena pertumbuhan terhambat, daun-daun akan berwarna kuning dan keguguran.. P-tersedia tanah menurun secara tidak nyata pada kedalaman 0-20 cm akibat Tsunami dibanding dengan tanah sawah yang tidak kena Tsunami, tetapi pada kedalaman 20-40 terjadi peningkatan P-tersedia tanah tetap juga secara tidak nyata. Tidak adanya pengaruh Tsunami terhadap P-tersedia tanah hal ini diduga bahwa air laut yang masuk ke dalam tanah tidak banyak mengandung hara fosfor, tetapi bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor rata-rata ketersediaan P-tanah tinggi di semua jenis tanah yang diamati. Kalium dapat ditukar secara tidak nyata meningkat pada jarak 1500 m dari tanah sawah yang tidak kena Tsunami. Hal ini diduga
pada tanah sawah yang
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
lebih dekat kepantai lebih tinggi kandungan kaliumnya yang kemungkinan besar berasal dari rembesan air laut yang lebih besar dibanding dengan yang lebih jauh dari tepi pantai. Hal ini sejalan dengan Hakim, dkk., (1986) bahwa salah satu sumber unsur hara kalium adalah air laut, dimana air laut tersebut mengandung lebih kurang 0.04 % K2O. Rata-rata kalium dapat ditukar juga tergolong rendah bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor Tsunami berbeda tidak nyata terhadap magnesium dapat ditukar, hal ini diduga bahwa kadar garam yang berasal dari air laut yang terbawa kandungan magnesiumnya rendah sehingga tidak mempengaruhi ketersediaan magnesium tanah, tetapi bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor rata-rata magnesium yang dapat dipertukarkan disemua jenis tanah yang diamati tergolong tinggi hal ini diduga pada dasarnya tanah tersebut mengandung magnesium yang tinggi yang mungkin berasal dari mineral primer tanah seperti biotit, dolomit dal lain-lain. Kalsium dapat ditukar berpengaruh tidak nyata akibat Tsunami. Hal ini diduga bahwa kadar garam yang berasal dari laut tidak mempengaruhi kalsium tukar hal ini disebabkan sumber utama kalsium adalah dari mineral tanah seperti kalsit dan dolomit melalui proses pelapukan. Tsunami juga tidak berpengaruh nyata terhadap Natrium dapat ditukar, hal ini diduga bahwa Tsunami yang terjadi adalah dalam waktu singkat sehingga tidak terjadi penggenangan yang lama pada tanah-tanah sawah, disamping itu diduga terjadi proses pencucian akibat di daerah Aceh umumnya rata-rata curah hujan
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
tinggi. Rata-rata natrium tukar tanah termasuk sedang bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor. Kapasitas tukar kation tanah dan kejenuhan basa berpengaruh tidak nyata akibat Tsunami. Hal ini diduga bahwa KTK tanah dipengruhi oleh reaksi tanah, tekstur tanah, jenis mineral liat, bahan organik tanah dan pengapuran Hal ini juga didukung oleh Foth, H.D., (1988 ) bahwa semakin tinggi pH tanah KTK tanah akan semakin meningkat demikian juga kadar bahan organik tanah dan pengapuran tanah juga akan meningkatkan KTK tanah, dan rata-rata KTK tanah yang diamati termasuk kriteria sedang bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor . Rata-rata kejenuhan basa tergolong rendah bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor hal ini diduga rendahnya kation tukar seperti K, Na dan Ca sehingga walaupun Mg tukar tinggi kalau kation yang lain rendah maka akan mempengaruhi rata-rata kejenuhan basa tanah. Bila dilihat parameter rata-rata kesuburan tanah secara keseluruhan termasuk dalam kriteria rendah kecuali P-tersedia dan Mg tukar,baik pada tanah sawah yang terkena Tsunami maupun yang tidak untuk itu perlu penambahan unsur hara N, K dan Ca baik melalui pupuk buatan mapun pupuk organik agar terjadi peningkatan ketersediaan unsur hara bagi tanaman padi, karena unsur hara tersebut merupakan unsur hara makro yang diperlukan dalam jumlah relatif banyak bagi tanaman. Penggunaan Pupuk nitrogen (N) dalam bentuk urea dilahan sawah dengan cara disebar memberikan efisiensi yang sangat rendah (20-30%). Lebih dari dari
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
70 %urea yang hilang melalui proses volatilisasi amonia (NH3), nitrifikasi – denitrifikasi, imobilisasi N oleh jasad mikro, pencucian dan fiksasi NH4 oleh tanah.
Diantara mekanisme trsebut yang terbesar adalah volatisasi amonia
(NH3+) karena sumber N utama pada padi sawah adalah urea. Efisiensi pemupukan nitrogen ditingkatkan dengan membenamkan pupuk urea ke lapisan reduksi untuk menekan kehilangan N (Wetselaar et al., 1984). Pengelolaan hara tanah dioptimalkan dengan menggunakan pupuk organik dan hayati disamping pupuk anorganik. Pupuk organik dapat diaplikasikan dalam bentuk bahan segar atau yang sudah dikomposkan. Pemakaian pupuk organik segar memerlukan jumlah yang sangat banyak, sulit penempatannya, memerlukan waktu dekomposisi yang lama. Namun demikian hal ini justru bermanfaat untuk konservasi tanah dan air, karena dapat melindungi permukaan tanah dari percikan air hujan. Pengomposan bahan organik dari sisa tanaman dan kotoran ternak akan memperkecil volume bahan dasar dan mematangkan pupuk sehimgga hara segera tersedia bagi tanaman (Setyorini, dkk., 2004).
4. Vegetasi di sekitar tanah sawah yang terkena Tsunami Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, tanah sawah yang terkena Tsunami
hanya ditumbuhi dengan gulma.
Gulma adalah tumbuh-tumbuhan
(tidak termasuk jamur) yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Tumbuhan yang lazim menjadi gulma mempunyai beberapa ciri yang khas yaitu : pertumbuhan cepat, mempunyai daya saing yang kuat dalam perebutan
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
faktor-faktor kebutuhan hidup, mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim, mempunyai daya berkembang biak yang besar baik secara generatif atau vegetatif atau kedua-duanya, alat perkembang-biakanya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang (Swaminatan, 1983). Jenis yang banyak dijumpai adalah Commelina diffusa Burm. F, Tumbuhan ini lazim dijumpai dan tumbuh dengan rapat serta tebal pada tanah lembab, ditepi parit, sungai , didekat tumpukan sawah dan ditepi jalan. Penyebarannya meliputi 1-2000 m diatas permukaan laut (Nasution, U., 1983).
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
V.
1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Tanah sawah yang terkena Tsunami masih dapat ditanami dengan tanaman padi dan Tsunami di lahan persawahan tidak berpotensi merusak lahan 2. Tsunami memberi pengaruh sangat nyata terhadap pH tanah di kedua lapisan yang diamati dan juga terhadap DHL tanah pada kedalaman 0-20 cm memberi pengaruh nyata tetapi pada kedalam 20-40 keduannya tidak memberikan pengaruh. 3. Tsunami memberi pengaruh tidak nyata terhadap parameter P-tersedia tanah, kalium, natrium, kalsium dan magnesium dapat ditukar, KTK tanah, KB tanah dan kejenuhan basa. 4. Faktor pembatas dalam budidaya tanaman padi pada tanah sawah akibat Tsunami adalah DHL tanah yang tergolong tinggi pada jarak 1500 m dari tanah sawah yang tidak terkena Tsunami, tetapi pada parameter yang lainnya berbeda tidak nyata dengan tanah sawah yang tidak terkena Tsunami 5. Berdasarkan hasil analisis tanah dan data statistika tanah sawah yang terkena Tsunami masih dapat ditanamai sesuai dengan perlakuan tanah sawah yang tidak terkena Tsunami sampai jarak 1000 m dari tanah sawah yang tidak terkena Tsunami.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
2.
Saran 1. Tanah sawah yang terkena Tsunami masih dapat ditanami padi sawah sampai jarak 1000 m dari tanah sawah yang tidak terkena Tsunami karena tidak mengalami perubahan fisika
dan kimia tanah yang
berbeda dengan tanah sawah yang tidak terkena Tsunami .
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S, 1993. Survey Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta. Prasetyo, B.H., Ningsih, J.S., Subagyono, K. dan Simanungkalit, R.D.M. 2004. Mineralogi, Kimia, Fisika dan Biologi Tanah. Di dalam : Agus, F., Adimiharja, A., Hardjowigeno, S., Muzakkir, A., Hartatik, W., 2004. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agrolimat, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. [Bapenas] Badan Pengawasan Nasional. 2005. www. Bapenas.go.id Boiran . 2004. Proses Degradasi Lingkungan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas, Darussalam Nanggoe Aceh Darussalam. Conrad.R. 1989. Control of Methane Production Interestoril Ecosystem. In Andrea MO, New York. 472 Hal Cyio, M.B. 2003. Studi Perubahan Karakteristik Kimia Ultisol Palolo Akibat Lama dan Tinggi Genangan. Agroland. 10(3):222-228. Darma, S. 2003. Pengaruh penggenangan dan pemberian bahan organik terhadap potensial redoks, pH, Status Fe, P dan AL dalam Larutan Tanah pada Ultisol Kulawi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Agroland. 10(2):119-125. Darmawijaya.M.I. 1997. Klasifikasi Tanah. UGM Press, Yokyakarta. 411 Hal Dobermann A, Fairhurst T. 2000. Rice. Nutrient disorders & nutrient managemen. Handbook series. Potash & Phospate Institude of Canada (PPIC) dan Internatioanal Rice Research Institude. Hal 191. FAO, 2004. Srategy and Program Planning Framework for Rehabilitation and Reconstruction of the Agriculture Sector in the Tsunami Affected Areas of North Sumatera, Indonesia. 19pp. FAO, 2005. A Framework for Reclamation Action Plan for Affected Soils. FAO, Rome. Greenland, D.J., 1997. The Sustainability of Rice Farming. CAB International, New York, USA and IRRI, Los Banos, Laguna Philippinies.273p.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Gomez, K,A,. and Gomez, A.A,. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. UI Press. Hakim, N., Lubis,A.M., Nugroho,S.G., Diha, M.A., Honh, G.B., Bailey, H.H, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. 488 hal. Harjowigeno, 1996. Ilmu Tanah. Institut Pertanian Bogor. Ismunandji.M.S., Partoharjo.M.Syam dan Widjono.A. 1998. Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. BPPTP Bogor. 186 Hal. Indranada, H.K.,1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. PT Bina Aksara. Jakarta. 88 hal. [IRRI] 2006. Tsunami and Rice/ How Do You MeasureSoil Salinity. http : // Knowledgebank : irri.org htm Kasinius, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kasinius. Cetakan Pertama, Yokyakarta. Kuswandi, 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Penerbit Kasinius Yokyakarta. Liu Zhi – Juang. 1985. Oxidation-Reductin Potensial in Physical Chemistry of Paddy Soil. Edited by Yu Tian-Ren. Science Press-Beijing.208 Hal. Mercy Corps,2006. 20 Hal Untuk Diketahui tentang dampak laut pada lahan pertanian dipropinsi NAD. Hhttp.// aceh mercy corps. Org IndeX. Phpl optien – com – content & task = view & id= itemid = 988 jang = id. Musa, L, Muklis, 2006. Kimia Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Noto Hadi Prawiro, T, 1998. Tanah dan Lingkungan. Penerbit Dirjen DIKTI Depdikbud, Jakarta. Nursyamsi.D., Hasanuddin. A., Suryadi.M.E. 2000. Laporan Penelitian Pengaruh Pengelolaan Hara dan Drainase terputus Terhadap Fe 3+ dan Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Lahan Sawah Baru di Tanah Ultisol Bandar Abung Lampung. Agroklimat. Bogor. 47-58. Patrick and Redy. 1978. Chemical Characteristise of Some Soils of The RiceArea of Lovisian LA.307p.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Prasetyo, B.H., Ningsih, J.S., Subagyono, K. dan Simanungkalit, R.D.M. 2004. Mineralogi, Kimia, Fisika dan Biologi Tanah. Di dalam : Agus, F., Adimiharja, A., Hardjowigeno, S., Muzakkir, A., Hartatik, W., 2004. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agrolimat, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Rahman, A, 2005. Bagaimana Sumber Daya Lahan di NAD PascaTsunami, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agrolimat, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Sanchez.P.A. 1976. Properties and Management of Soil in The Tropics. 1 st Edition. Terjemahan Amir Hamzah dan Pengelolaan dalam Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. 1993. Penerbit ITB. Bandung. 279 Hal. Setyorini, D., Widowati, L.R., dan Rochayati, S., Teknologi Pengelolaan Hara Lahan Sawah Intensifikasi. Di dalam : Agus, F., Adimiharja, A., Hardjowigeno, S., Muzakkir, A., Hartatik, W., 2004. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agrolimat, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Suparyono, 1997. Budidaya Padi. Mengatasi Permasalahan. Penebar Swadaya, Jakarta. Soflantila,E. 2005. Merayakan Panen Perdana. http:// Indonesia mercycorps. Org/indek.php?option =com.content&task=nw&id=38 & itemid=38lang=id Swaminatan, 1983. Permasalahan Lapangan tentang Padi di Daerah Tropika. Penerjemah ; Untung, K., Lanya, H., dan Rusyadi, Y. Lembaga Penelitian Padi International. Los Banos Laguna Philippines. Sys, C. 1985. Evaluation of the physical Enviroment for Rice Cultivation.p.3144. In IRRI (1985) Soil Physics and Rice. International Rice Research Institute. Los Banos, Laguna, Philippines. Tan K. H, 1998. Dasar-Dasar Kimia Tanah. UGM Press. Yokyakarta. Usman, U., 1983. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa. Utomo, M dan Nazaruddin, 1996. Bertanam Padi Sawah. Tanpa Olah Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 52 hal.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
[WALHI} Wahana Lingkungan Hidup Aceh, 2006. Status dan Sebaran Logam Berat di Lokasi Bencana Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Wetselaar, R., Sri Mulyani, Hadiwahjono, J. Prawirasumantri and A.M. Damdam.1984. Deep Point-Placed Urea in a Flooded Soils Research Result in West Java. Proceedings of wokshop on Urea Yuwono, N.W. dan Rosmarkan, A, 2006. Ilmu Kesuburan Tanah. Kasinius Yokyakarta. 224 hal.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008