KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TESIS
Oleh
MUAINAH HASIBUAN 057004016/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TESIS
Oleh MUAINAH HASIBUAN 057004016/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
MUAINAH HASIBUAN 057004016/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN : Muainah Hasibuan : 057004016 : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS) Ketua
(Prof. Dr. Suwardi Lubis, MA) Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS)
(Drs. Chairuddin, MSc) Anggota
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa.B. M.Sc)
Tanggal Lulus : 18 Maret 2008
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Telah diuji pada Tanggal : 18 Maret 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota
: Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS : 1. Prof. Dr. Suwardi Lubis, MA 2. Drs. Chairuddin, M.Sc 3. Ir. Lahmuddin Lubis, MP 4. Dr. Dwi Suryanto, MS
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
ABSTRAK
Pengendalian Hama Terpadu ádalah teknologi pengendalian hama yang pendekatannya komprehensif berdasarkan ekologi yang dalam keadaan lingkungan mengusahakan pengintegrasian berbagai taktik pengendalian yang kompatibel satu sama lain serta mempertahankan kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada petani padi di Tapanuli Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di 6 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan, 3 kecamatan yang ikut Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan 3 Kecamatan yang tidak ikut SLPHT. Dengan teknik pengumpulan data ádalah kuisioner. Dengan skala likert lima rintangan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variable ekologi, ekonomi, dan teknologi dalam sistem pengendalian hama terpadu pada petani yang ikut SLPHT diperoleh koefisien regresi pada ekologi sebesar 0,106; pada ekonomi sebesar 0,100 dan pada varioabel teknologi diperoleh sebesar 0,077; sehingga diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,225 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0, 474; dengan F hitung sebesar 7,63 dan F tabel sebesar 3,11 pada taraf α sebesar 5 %. Pada variabel ekologi, ekonomi, dan teknologi dalam sistem pengendalian hama terpadu pada petani yang tidak ikut SLPHT diperoleh koefisien regresi pada ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi diperoleh sebesar 0,294; sehingga diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,125 dan koefisien determinasi R2 sebesar 0,353. dengan F hitung sebesar 3,75 dan F tabel sebesar 3,11 pada tarap α sebesar 5 %. Faktor ekologi, ekonomi, dan teknologi berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT bagi petani yang ikut SLPHT dan bagi petani yang tidak ikut SLPHT. . Kata Kunci : Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), Petani Padi, Tapanuli Selatan.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
ABSTRACT
Integrated Pest Control (IPM) is the technology using comprehensive approach base on ecology within environment attempts the integration of various compatable controls and to maintain the environment health and profitted farmers. The objectif of study is to know the implementation of IPM to rice farmer in South Tapanuli. The research was performed in 6 regions in South Tapanuli subdistricts, 3 regions belong to Farmer Field School (FFS) and 3 regions don’t belong to the FFS, Data was collecved using questioner and analysed using druble linier regretion. The result of analyse on ecologycal variable, economy and technology of the Pest Integrated Control system of the farmers belong to the Farmer Field School was with regretion coefisien of ecology 0.106, economy 0.100 and technology variable 0.077. Total correlation coefision (r) was 0.225 and ditermination coefision (R2) 0.474. Where F value and F Tabel 7.63 and 3.11 respectively. The regretion coefisien -0.146, economy – 0.189 and technology variable 0,294. The correlation coeficien (r) was 0.125 and ditermination coeficient (R2) 0.353, where F value and F Table were 3.75 and 3.11 respectively. Ecologycal, economyc, and technology factor have significantly influencd toward the application of the Integrated Pest Control (IPM) of the farmers belong to the Farmer Field School (FFS) and also the aplication of Integrated Pest Control of the farmers don’t belong to the Farmer Field School give clear influences on their ecology, economy and technology factors
Key Words : Integrated Pest Control (IPM), Farmer Field School (FFS), rice farmer, South Tapanuli.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Petani Padi Di Kabupaten Tapanuli Selatan”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa yang hendak menyelesaikan pendidikan untuk mencapai gelar Magister Sains pada program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan sepenuhnya dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Bapak Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS sebagai Ketua, Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MA dan Bapak Drs. Chairuddin, MSc sebagai anggota pembimbing, yang penuh dengan kesabaran dan ketulusan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis guna kesempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur
Program Pasca Sarjana USU dan Prof.Dr. Alvi Syahrin,
SH.MS serta Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas kesempatan dan fasilitas yang
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister. Terima kasih juga disampaikan kepada seluruh masyarakat petani yang ada di Kecamatan Batang Toru, Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Padang Sidimpuan Timur, Kecamatan Sayur Matinggi, Kecamatan Siais, Kecamatan Marancar. Teristimewa buat Ayahanda, Ibunda, Abang dan adek-adekku semua yang selalu memberikan semangat dan dorongan buat penulis. Terutama adekku Madihah Hasibuan yang telah banyak membantu penulis dan terima kasih atas segala doa, dukungan serta pengobanan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Untuk teman-teman di kost Sofyan 82 terima kasih atas bantuan dan partisipasinya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan program Magister PSL Angkatan ’05 sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan tesis ini.
Medan, Februari 2008
Penulis
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Muainah Hasibuan
Tempat/Tanggal Lahir
: Padang Sidimpuan/18 September 1981
Ayah
: Musaddad Hasibuan
Ibu
: Abidah Rangkuty
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
PENDIDIKAN 1. Tahun 1994 Lulus dari SD Impres Padang Sidimpuan. 2. Tahun 1997 Lulus dari Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 1 Padang Sidimpuan. 3. Tahun 2000 Lulus dari Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 3 Padang Sidimpuan. 4. Tahun 2000 diterima di Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian USU Medan, dan lulus Sarjana tahun 2004. 5. Tahun 2005 Bulan agustus melanjutkan studi pada Sekolah Pasca Sarjana (SPs) USU program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK.......................................................................................................
i
ABSTRACT.....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xii
I. PENDAHULUAN…………………………………………………………
1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ...........................................................................
8
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................
9
1.4. Hipotesis Penelitian ............................................................................
9
1.5. Kegunaan Penelitian ...........................................................................
9
1.6. Kerangka Penelitian…………………………………………………..
10
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………
11
2.1. Pengertian Pengendalian Hama Terpadu ...........................................
11
2.2. Sistem Pengendalian Hama Terpadu .................................................
13
2.2.1. Tujuan Pelaksanaan PHT ..........................................................
15
2.2.2. Sasaran dan Strategi PHT .........................................................
15
2.2.3. Prinsip PHT ..............................................................................
17
2.3. Pestisida .............................................................................................
18
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
2.3.1. Pengertian Pestisida .................................................................
18
2.3.2. Kerusakan Lingkungan akibat Pemakaian Pestisida................ . 20 2.4. Deskripsi Daerah Penelitian………………………………………….. 24
III. METODE PENELITIAN........................................................................
29
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................
29
3.2. Populasi dan Sampel ...........................................................................
29
3.2.1. Populasi Penelitian……………………………………………
29
3.2.2. Sampel Penelitian……………………………………………
30
3.3. Pengumpulan Data .............................................................................
31
3.3.1. Data Primer……………………………………………………
31
3.3.2. Data Skunder…………………………………………………
32
3.4. Operasional Variabel .........................................................................
32
3.5. Analisis Data .......................................................................................
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………..
36
4.1. Karakteristik responden……………………………………………
36
4.2. Analisis regresi sederhana dari masing – masing peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi responden yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan............................................
50
4.3. Analisis regresi ganda dari peubah Bebas Pada penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi responden yang ikut SLPHT Di Kabupaten Tapanuli Selatan…………………………………….
55
4.4. Analisis regresi sederhana dari masing – masing peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi responden yang tidak Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan...................................... 57 4.5 Pengujian Hipotesis…………………………………………………
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
64
4.5.1. Hasil Uji F pada Petani yang Melaksanakan PHT dan yang tidak melaksanakan PHT…………..........................
64
4.6. Pembuktian Hipotesis………………………………………………
65
V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................
66
5.1. Kesimpulan……………………………………………………………
66
5.2. Saran.......................................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... . 67
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
DAFTAR TABEL
No
Judul
Halaman
1.
Daerah kecamatan penelitian beserta luas wilayahnya......................
24
2.
Luas lahan sawah, pekarangan, tegal, ladang pengembalaan ditiap kecamatan daerah penelitian.....................................................
25
Jumlah penduduk di tiap kecamatan daerah penelitian tahun 2006..........................................................................................
25
Luas Tanam, Panen dan produksi perkecamatan tahun 2006 Kabupaten Tapanuli Selatan...............................................................
28
Jenis OPT padi yang ada ditiap Kecamatan tahun 2006 Kabupaten Tapanuli Selatan...............................................................
28
6.
Jumlah peserta program PHT yang ikut SLPHT.................................
30
7.
Jumlah peserta yang tidak ikut SLPHT...............................................
30
8.
Jumlah sampel di tiap kecamatan yang ikut SLPHT...........................
31
9.
Jumlah sampel di tiap kecamatan yang tidak ikut SLPHT..................
31
10.
Karakteristik responden yang mengikuti SLPHT dan tidak mengikuti SLPHT pada daerah penelitian..................................
38
Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi..............................
40
Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi....................
43
Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petaniyang ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi....................
44
Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi..............
45
3.
4.
5
11.
12.
13.
14.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
15.
Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi...........
48
Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petaniyang ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi....................
49
17.
Pengaruh masing – masing peubah pada petani yang ikut SLPHT.......
51
18.
Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat petani yang ikut SLPHT........................................................................
56
19.
Pengaruh masing – masing peubah pada petani yang ikut SLPHT........
58
20
Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat petani yang tidak melaksanakan SLPHT................................................... 62
16.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Halaman
1. Kerangka pemikiran kajian penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) oleh petani padi di Kabupaten Tapanuli Selatan………………........... 10 2. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekologi......................................... 52 3. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekonomi....................................... 53 4. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek teknologi...................................... 53 5. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekologi pada petani yang tidak ikut SLPHT......................................................................... 59 6. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekonomi pada petani yang tidak ikut SLPHT......................................................................... 60 7. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek teknologi pada petani yang tidak ikut SLPHT.......................................................................... 60
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
DAFTAR LAMPIRAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
Judul
Halaman
Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang Angkola.....................................................................................................
71
Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang Toru..........................................................................................................
72
Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Padang Sidimpuan Timur......................................................................................
73
Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Sayur matinggi..........................................................................................
74
Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Marancar...................................................................................................
75
6.
Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Siais........................................................................................................... 76
7.
Data rekap kajian penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang ikut SLPHT……………………………………………………...…………… 77
8.
Data rekap kajian penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang tidak ikut SLPHT…………………………………………………………………..
78
Kuisioner yang ikut PHT padi di Kabupaten Tapanuli Selatan…………………………………………………………………...
79
Kuisioner yang tidak ikut PHT padi di Kabupaten Tapanuli Selatan……………………………………………………………...........
86
9.
10.
11.
Peta KabupatenTapanuli Selatan……………………………………….. 93
12.
Peta Kecamatan Batang Angkola ............................................................. 94
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
13.
Peta Kecamatan Batang Toru....................................................................
95
14.
Peta Kecamatan Padang Sidimpuan Timur...............................................
96
15.
Peta Kecamatan Sayur matinggi................................................................
97
16.
Peta Kecamatan Marancar.........................................................................
98
17.
Peta Kecamatan Siais.................................................................................
99
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu makanan yang mengandung gizi yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya terkandung bahan – bahan yang mudah diubah menjadi energi. Zat yang dikandung oleh beras antara lain adalah karbohitrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung unsur – unsur mineral antara lain : kalsium, magnesium, sodium dan fosfor (Anonimus, 1990). Tanaman padi merupakan sumber pangan utama yang sangat penting guna pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Sampai saat ini padi termasuk salah satu komoditas yang mendapat prioritas pengembangan dari tahun ke tahun. Kebutuhan pangan terutama beras bagi bangsa Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk telah mendorong pemerintah untuk melaksanakan program peningkatan produksi padi. Bagi negara agraris seperti Indonesia, peran sektor pertanian sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai penyedia bahan pangan, sandang dan papan bagi segenap penduduk, serta penghasil komoditas ekspor non migas untuk menarik devisa. Lebih dari itu, mata pencaharian sebahagian besar rakyat Indonesia bergantung pada sektor pertanian. Namun ironis sekali, penghargaan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
masyarakat umum terhadap pertanian relatif rendah dibandingkan sektor lain seperti industri, pertambangan dan perdagangan. Hal ini menyebabkan penghargaan terhadap lahan pertanian pun terlalu rendah tidak proporsional dengan tingkat manfaatnya (Adimihardja, 2006) Peningkatan intensitas pertanaman padi secara terus menerus akan menyebabkan perubahan ekologi dan terciptanya ekosistem pertanian monokultur. Hal ini merupakan faktor pendorong munculnya serangga – serangga tertentu yang dapat merusak tanaman. Untung (1993) menyebutkan agroekosistem pada sistem persawahan memiliki keragaman biotik dan genetik yang rendah dan bahkan cenderung semakin tidak beragam. Dalam keadaan demikian ekosistem pertanian padi sawah sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama. Mahfudin (1995) menyatakan, pada kondisi demikian serangga hama akan meningkat populasinya apabila penggunaan pestisida tidak sesuai anjuran. Persoalan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat mengakibatkan bertambahnya jumlah permintaan bahan pangan. Konsep pengendalian hama terpadu sebagai gerakan pendekatan teknologi produksi pertanian berwawasan lingkungan muncul karena kegagalan cara pengendalian hama konvensional yang pada intinya mencoba
menyederhanakan
masalah
perlindungan
tanaman
yaitu
dengan
menggunakan bahan kimiawi. Pengendalian kimiawi menimbulkan masalah baru resistensi hama, resurjensi, terbunuhnya musuh alami, terbunuhnya jasad bukan sasaran dan pencemaran (Metcalf dan Luckman, 1982).
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Berbagai masalah timbul akibat penggunaan pestisida yang semakin tidak terkendali. Secara ekonomi dan teknologi pengendalian sudah tidak efisien dan cenderung merugikan sehingga mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan Inpres No. 3/ 1986 tentang pelarangan penggunaan 53 jenis insektisida untuk pengendalian hama, kemudian menjadi tonggak sejarah bagi penerapan Pengendalian Hama Terpadu untuk tanaman padi (Untung, 1993). Pada awal tahun 1990-an, pengendalian hama dengan penggunaan pestisida dianggap cara yang paling aman dan baik. Namun anggapan tersebut berkurang dengan adanya laporan penelitian dan kasus – kasus yang terjadi akibat penggunaan DDT yang berlebihan. Beberapa jurnal penelitian entomologi dan ahli lingkungan melaporkan bahwa DDT dan sejenisnya dapat menimbulkan resistensi hama, ledakan hama, timbulnya hama sekunder, kontaminasi lingkungan, terdapatnya efek residu pada hasil pertanian dan peternakan serta mengganggu kesehatan manusia (Kusnaedi, 2001). Tidak dapat dipungkiri bahwa pestisida merupakan komponen penting dalam mendukung keberhasilan peningkatan produksi pertanian, terutama pangan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa pestisida juga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk itu sejak lebih 20 tahun yang lalu, pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk menerapkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dalam sistem produksi pertanian, terutama tanaman pangan (Setyanto dkk, 2006)
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Apabila penggunaan pestisida harus dikurangi maka masalah yang kemudian muncul dan dihadapi petani sedunia adalah bagaimana cara penggunaan pestisida agar dapat dikurangi, tetapi kehilangan atau kerugian hasil akibat serangan hama dapat dihindari. Konsep PHT merupakan alternatif yang tepat untuk menjawab dilema tersebut karena PHT bertujuan untuk membatasi penggunaan pestisida sedikit mungkin, tetapi sasaran kualitas dan kuantitas produksi masih dapat dicapai. Secara global prinsip PHT sangat didorong oleh semakin meningkatnya kesadaran manusia terhadap kualitas lingkungan hidup dan pengembangan konsep pembangunan yang terlanjutkan. Usaha PHT merupakan salah satu bentuk usaha manusia untuk lebih mengefisienkan penggunaan sumberdaya alami dalam memenuhi kebutuhan manusia yang terus berkembang lebih luas. Penerapan PHT sebagai dasar kebijaksanaan perlindungan tanaman dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ditegaskan melalui Inpres No. 3 tahun 1986, kemudian diperkuat dengan Undang – Undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1995 Tentang perlindungan Tanaman. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan pemerintah bahwa pengendalian OPT dilakukan dengan menerapkan PHT, diperlukan suatu masa transisi untuk memasyarakatkan pemahaman PHT melalui pendidikan, penyuluhan, penyiapan
sarana teknologi serta penyiapan sistem pelayanan yang
diperlukan untuk penerapan PHT, sehingga tumbuh kesadaran untuk menerapkan PHT (Untung, 1993).
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Program PHT di Indonesia dinyatakan sebagai kebijakan nasional pada tahun 1986 dan dalam pelaksanaannya telah memberikan efek yang sangat besar terhadap produksi pertanian nasional. Usaha untuk memperkenalkan PHT sesungguhnya telah dimulai sejak tahun 1979, setelah Indonesia mendapatkan pengalaman buruk dari serangan hama wereng coklat pada tahun 1975 – 1977. Usaha untuk pengendalian terhadap hama wereng ini, di Indonesia diikuti melalui pendekatan teknologi yang sangat sukses dan kemudian lebih sering disebut sebagai revolusi hijau (Roling, 1998 dalam Utama, 2003). Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai korelasi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan
pestisida
dalam
rangka
penerapan
PHT
secara
konvensional
menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat pestisida yang tidak tepat dan penggunaan yang berlebihan (Anonimus, 2004). Dalam hal pengendalian di lapangan para petani sudah terbiasa memakai pestisida. Padahal penggunaan pestisida sering membawa kerugian yang besar baik secara langsung dan tidak langsung yakni berpengaruh tidak baik terhadap organisme yang bukan sasaran juga dapat menimbulkan resistensi bagi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Jasad Pengganggu Tanaman (JPT). Ditinjau dari segi ekonomi, penggunaan pestisida memerlukan biaya yang cukup besar. Meskipun begitu penggunaan pestisida termasuk taktik penting dalam konsep PHT. Penggunaan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
pestisida dulu, kini dan yang akan datang tetap masih merupakan hal pokok yang terpenting dalam manajemen pengendalian OPT dan JPT dengan syarat pemakaian dosis yang tepat sesuai anjuran (Wardojo dkk, 1978). Disamping segala keberhasilan pestisida, manusia semakin merasakan dampak negatif pestisida yang semakin memprihatinkan dan juga rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan mahluk hidup di biosfer ini. Hal ini dibuktikan bahwa semakin banyaknya korban pestisida baik binatang ternak maupun manusia sendiri. Residu pestisida dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia karena dari bukti penelitian ada indikasi bahwa pestisida tertentu dapat mendorong terbentuknya jaringan kanker. Disamping untuk meningkatkan kualitas pangan hal ini mendorong manusia untuk melihat kembali prinsip dasar yang berwawasan lingkungan (Untung, 1993). Untuk mengatasi kekurangan pangan di masa mendatang perlu adanya terobosan peningkatan produksi padi. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa produktivitas padi masih dapat ditingkatkan melalui implementasi program PHT. Contohnya penerapan PHT di Karawang pada tahun 1995 hasil padi petani masih meningkat hingga 37% dengan penanaman varietas tidak tahan wereng dan meningkat 46,3% untuk varietas tahan wereng (Effendi, 2006). Penerapan PHT di bidang pertanian diharapkan dapat merubah pola bercocok tanam yang lama yang kurang efisien dan efektif sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Pada prakteknya
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
pelaksanaan PHT tidak terlepas pula dari faktor – faktor yang dapat mempengaruhinya antara lain : lama pendidikan, luas usaha tani, tanggungan keluarga, pengalaman bertani dan umur petani (Mubyarto, 1986). Indonesia dinilai berhasil dalam menerapkan dan mensosialisasikan PHT melalui proyek nasional PHT. Negara Indonesia juga termasuk pelopor dalam pelaksanaan PHT sebab telah lama mempunyai undang – undang yang menyebutkan secara eksplisit bahwa sistem PHT merupakan satu – satunya sistem untuk pengendalian PHT di tingkat petani, khususnya tentang pengelolaan penyakit tumbuhan. Kehilangan hasil akibat serangan penyakit pada tanaman padi rata – rata mencapai 15,1% dari potensi hasilnya dan kerugian di seluruh dunia mencapai 33 milyar USD selama 1988 – 1990 (Abadi,2006). Kehilangan hasil akibat penyakit tumbuhan rata – rata mencapai 12,22% pada berbagai tanaman penting di dunia, karena permasalahan hama dan penyakit pada tumbuhan yang tetap tinggi setelah kebijakan subsidi pestisida dan kehadiran pencemaran lingkungan meningkat karena penggunaan pestisida. Pemerintah kemudian mengambil keputusan untuk menetapkan konsep PHT dengan Inpres No. 3 tahun 1986 kemudian dikeluarkan UU No. 12 Tahun 1992 tentang Budidaya tanaman yang menyebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem PHT. Program PHT nasional di Indonesia dinilai berhasil oleh lembaga Internasional seperti FAO, bahkan Indonesia kemudian dijadikan contoh pelaksanaan PHT bagi negara sedang berkembang di Asia dan Afrika. Keberhasilan pelaksanaan PHT pada
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
tanaman terlihat nyata pada dua hal yaitu menurunnya penggunaan pestisida dan meningkatnya rata – rata hasil panen (Abadi, 2006). Di daerah penelitian pada tahun 1990/1991 – 1997/1998 sudah ada PHT tapi setelah tahun 1999/2000 ke atas tidak ada lagi PHT yang dibiayai atau didukung oleh pendanaan dari bagian proyek PHT. Sekarang PHT harus dijalankan sendiri setelah para petani mendapat pelajaran melalui SLPHT namun ada juga petani yang tidak ikut SLPHT, sehingga penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Petani Padi Di Kabupaten Tapanuli Selatan. Untuk melihat bagaimana penerapan PHT setelah berakhirnya program PHT.
1.2. Perumusan masalah Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah : Bagaimanakah pendapat petani padi yang ikut SLPHT dan yang tidak ikut SLPHT mengenai aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi dalam PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dan bagaimana penerapan PHT pada petani padi di Kabupaten Tapanuli Selatan.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
1.3. Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana PHT setelah adanya program SLPHT terhadap petani ditinjau dari aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi dalam PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.4. Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan penerapan PHT oleh petani padi yang ikut SLPHT dan yang tidak SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.5. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai : 1. Penggunaan PHT agar memasyarakat di kalangan petani khususnya petani padi. 2. Untuk mengurangi penggunaan pestisida sehingga lingkungan aman dari pemakaian pestisida. 3. Sebagai alternatif pengendalian dalam pengelolaan lingkungan pertanian.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
1.6. Kerangka Penelitian
UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 12 TAHUN 1992 TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN
Penerapan PHT
Petani SLPHT
Petani Non SLPHT
Pendapat Petani Tentang
Aspek Ekologi
Aspek Ekonomi
Aspek Teknologi
Pertanian Berwawasan Lingkungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Petani Padi Di Kabupaten Tapanuli Selatan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pengendalian Hama Terpadu Smith
(1983)
dalam
Untung
(1993)
mendefinisikan
PHT
sebagai
pengendalian hama yang menggunakan semua teknik dan metode yang sesuai dalam cara – cara yang seharmonis mungkin dalam mempertahankan populasi hama di bawah tingkat yang menyebabkan kerusakan ekonomi di dalam lingkungan dari dinamika populasi spesies hama yang bersangkutan. Pengendalian hama terpadu tidak hanya terbatas sebagai teknologi pengendalian hama yang berusaha memadukan berbagai teknik pengendalian termasuk pengendalian secara kimiawi yang merupakan alternatif terakhir, tetapi mempunyai makna yang lebih mendasar lagi. PHT adalah suatu konsep ekologi, falsafah, cara berpikir, cara pendekatan berdasar pada konsep, ekonomi dan budaya dengan menitikberatkan pada potensi alami seperti musuh alami, cuaca serta menempatkan manusia sebagai pengambil keputusan dalam pengelolaan usaha taninya. Pengendalian Hama Terpadu adalah teknologi pengendalian hama yang didasarkan prinsip ekologis dengan menggunakan berbagai taktik pengendalian yang kompatibel antara satu sama lain sehingga populasi hama dapat dipertahankan di bawah jumlah yang secara ekonomik tidak merugikan serta mempertahankan kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak petani (Oka, 1994).
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pengendalian Hama Terpadu merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam melaksanakan kegiatan perlindungan tanaman. Penerapan PHT sebagai dasar kebijaksanaan perlindungan tanaman dari serangan OPT ditegaskan melalui Inpres No. 3 tahun 1986. Landasan hukum dan dasar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman tersebut adalah dalam Undang – Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman,
dan
juga
Keputusan
Menteri
Pertanian
tertuang
dalam
No.
887/kpts/OT/1997 tentang pedoman Pengendalian OPT. Smith and Allen (1954); Stern et al; (1959) menyatakan bahwa PHT adalah suatu pendekatan yang menggunakan prinsip – prinsip ekologi terapan di dalam memadukan pengendalian secara hayati dan pengendalian secara kimiawi dalam menekan hama (Apple dan Smith, 1976). Pengendalian secara kimiawi hanya digunakan bila benar – benar diperlukan dan dengan cara yang sangat hati – hati sehingga sekecil mungkin gangguannya terhadap pengendalian hayati yang sudah ada. Van den Bosh (1967) menyatakan bahwa kombinasi pengendalian hayati dan kimiawi saja tidak cukup. Oleh karena itu semua cara dan teknik pengendalian harus dipadukan ke dalam satu kesatuan untuk mencapai suatu haasil panen yang menguntungkan dan gangguan yang seminimal mungkin terhadap lingkungan. Batasan/ defenisi pengendalian hama terpadu yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
a. PHT adalah suatu sistem pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai dengan tujuan untuk mengurangi populasi hama dan mempertahankannya pada suatu aras yang berada dibawah aras populasi hama yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi (Smith dan Reynolds, 1966 dalam Untung, 2001; Apple dan Smith, 1976) b. Batasan PHT secara bebas adalah suatu sistem pengendalian hama yang mengintegrasikan dua atau lebih cara pengendalian dalam suatu paket yang memenuhi persyaratan : 1. Secara teknik dapat diterapkan 2. Secara ekonomis menguntungkan 3. Secara sosial layak atau tidak bertentangan 4. Secara ekologis tidak atau sedikit mungkin mencemari lingkungan dan 5. Tidak mengganggu atau membahayakan serangga berguna atau fauna berguna lainnya (Sastrosiswojo, 1990).
2.2. Sistem Pengendalian Hama Terpadu Kebijakan Pemerintah mengenai penerapan PHT sebagai dasar kebijaksanaan perlindungan tanaman dari serangan OPT ditegaskan melalui Inpres No. 3 tahun 1986 diperkuat dengan disyahkannya UU. No. 12 Tahun 1992 Tentang Budidaya Tanaman yang menyatakan bahwa :
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
1. Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan system Pengendalian Hama Terpadu (PHT). 2. Pelaksanaan perlindungan tanaman dengan system PHT menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah Kemudian dilengkapi dengan PP. No. 6 Tahun 1995 mengenai Perlindungan Tanaman. Dengan demikian keberhasilan dalam pengembangan penerapan PHT sangat tergantung kepada pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kemauan petani untuk menerapkan PHT serta pengetahuan, keterampilan dan dedikasi petugas seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Pengamat Hama Penyakit (PHP) (Rasahan dkk, 1999). Penerapan PHT di lapangan adalah mendukung praktek pertanian yang lebih baik. Dalam jangka panjang pemasyarakatan PHT adalah ditujukan untuk menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan dengan sasaran pencapaian produksi yang tinggi, produk berkualitas, perlindungan dan peningkatan kemampuan tanah, air dan sumberdaya lainnya, pembangunan perekonomian desa agar makmur dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga petani dan komunitas pertanian pada umumnya. Hal ini akan terlaksana pada beberapa dekade mendatang, karena pertanian berkelanjutan sampai saat ini belum memiliki model atau alternatif dalam hubungannnya dengan pertanian yang ekonomis yang dapat dirujuk. Pengembangan PHT dalam pertanian berkelanjutan didasari oleh resistensi hama terhadap insektisida sebagai dampak dari penerapan pertanian modern yang terbukti
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
telah menurunkan kualitas sumberdaya alam. Di lain pihak, pengembangan pertanian berkelanjutan juga di dasarai munculnya pertanian organik (Effendi, 2006).
2.2.1. Tujuan Pelaksanaan PHT Adapun tujuan umum pelaksanaan PHT di Indonesia adalah 1. Memantapkan hasil dalam tahap yang telah dicapai oleh teknologi pertanian maju. 2. Mempertahankan kelestarian lingkungan. 3. Melindungi kesehatan produsen dan konsumen. 4. Meningkatkan efisiensi pemasukan dalam produksi. 5. Meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan petani (Oka, 1994). Pengendalian Hama Terpadu tidak hanya memperhatikan sasaran jangka pendek, melainkan juga sasaran jangka panjang. Selain untuk tindakan pengendalian dan penekanan populasi organisme hama, PHT juga mempertimbangkan peranannya yang lebih luas dan hakiki sebagai bagian dari produksi tanaman dan pengelolaan lingkungan pertanian (Untung, 1993).
2.2.2. Sasaran dan Strategis PHT Sasaran yang ingin dicapai oleh PHT adalah 1. Produktivitas pertanian terjamin pada taraf yang tinggi. 2. Populasi dan atau serangan hama tidak menimbulkan kerugian ekonomis.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
3. Keuntungan ekonomi yang diterima oleh petani maksimal. 4. Kandungan bahan berbahaya dalam produk – produk tidak melampaui baku mutu. 5. Fungsi – fungsi lingkungan dapat dipelihara. 6. Ketahanan sosial budaya yang kuat dimiliki petani dalam menjalankan usaha tani (Wasiati dan Soekirno, 1998). Strategi yang diterapkan dalam melaksanakan PHT adalah memadukan semua teknik pengendalian OPT dan melaksanakannya dengan taktik yang memenuhi azas ekologi serta ekonomi. Semboyan PHT oleh petani dan bukan untuk petani dan petani menjadi ahli PHT dimaksudkan agar petani dapat menolong dirinya sendiridalam menghadapi masalah produksi, terutama hama yang menyerang tanamannya baik secara berkelompok maupun sendiri dengan cara ya efektif dengan lingkungan (Anonimus, 2004). Dalam kaitan dengan PHT petani dihadapkan dengan pilihan baik atau buruk hasil yang diperoleh jika mengikuti PHT atau tidak. Pada PHT teknik perlakuan yang digunakan dalam pengendalian hama dengan melakukan tindakan pemantauan, pengambilan keputusan dan pengambilan tindakan sedangkan pada non PHT perlakukan dalam pengendalian hama yaitu dengan pemberantasan hama dengan penyemprotan pestisida pada tanaman secara berjadwal artinya pada waktu tertentu dan pada waktu pertumbuhan tanaman tertentu. Selain itu pada non PHT kebanyakan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
pestisida yang digunakan bersifat racun dan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan sekitarnya (Oka, 1994).
2.2.3. Prinsip PHT Ada 4 prinsip dasar penerapan PHT adalah sebagai berikut : 1. Budidaya tanaman sehat Dengan menggunakan paket teknologi produksi dan praktek agronomis untuk mewujudkan tanaman sehat. 2. Pelestarian dan pendayagunaan musuh alami Melalui pengelolaan dan pelestarian faktor biotik dan abiotik agar mampu berperan secara maksimal dalam pengendalian populasi dan penekanan tingkat serangan OPT 3. Pengamatan mingguan secara teratur Pengamatan hasil interaksi faktor biotik dan abiotik dan menimbulkan serangan OPT. Merupakan kegiatan penting yang mendasari pengambilan keputusan pengendalian. 4. Petani berkemampuan dan melaksanakan dan ahli PHT Agar petani memiliki kemampuan dan kemauan untuk menetapkan tindakan pengendalian sesuai prinsip PHT dan berdasarkan hasil pengamatan melalui latihan dan pemberdayaan petani (Anonimus, 2004).
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pelaksanaan prinsip PHT antara lain mencakup sejauh mana petani mau melaksanakan pengamatan hama/penyakit tanaman secara teratur, bagaimana tata cara melakukan pengamatan hama/penyakit dan bagaimana tanggapan petani atas hasil usaha pengamatan yang telah dilakukan, pengambilan keputusan dalam kegiatan pengendalian hama/penyakit dan bagaimana kinerja petani dalam menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilannya tentang PHT ke petani lainnnya (Darwis, 2006) Konsep PHT merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam pengendalian hama dan penyakit. Penggunaan pestisida memang telah memberikan kontribusi besar bagi peningkatan produksi tanaman, tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti munculnya resistensi dan resurjensi beberapa jenis hama. Dalam bercocok tanam padi PHT tidak bisa diimplimentasikan sebagai suatu kegiatan yang mandiri, tetapi merupakan bagian dari sistem produksi. Tujuan utama dari usaha tani padi adalah mendapatkan hasil yang tinggi dengan keuntungan yang tinggi pula dalam proses produksi yang ramah lingkungan. Oleh karena itu PHT perlu diintegrasikan dan menjadi bagian penting dari budidaya padi yang baik (Hidayati, 2005)
2.3. Pestisida 2.3.1 Pengertian Pestisida Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan/ pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Pestisida secara umum
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya. Insektisida, herbisida, fungisida dan nematisida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang lain digunakan untuk mengendalikan tikus dan siput (Alexander, 1977). Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh jasad pengganggu tanaman. Dalam konsep PHT, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian, yang harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai teknologi seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa perubahan pada ekosistem yang seringkali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Cara lain untuk mengatasi jasad pengganggu selain menggunakan pestisida kadang – kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu melawan jasad pengganggu
dan
berperan
besar
dalam
menyelamatkan
kehilangan
hasil
(Sudarmo, 1991). Penggunaan pestisida telah dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam pengendalian hama dan penyakit. Oleh karena itu sejak dipergunakannya secara luas pestisida organik sintetik, maka pada masyarakat timbul pandangan atau pendapat bahwa tanpa pestisida tidak mungkin diperoleh produksi pertanian yang
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
tinggi atau dengan kata lain pestisida merupakan jaminan atau asuransi bagi tercapainya sasaran produksi (Wudyanto, 1997). Pestisida merupakan bahan pencemar paling potensial dalam budidaya tanaman. Oleh karena itu perannya perlu diganti dengan teknologi lain yang berwawasan lingkungan. Pemakaian bibit unggul, pemakaian organik dan pestisida memang mampu memberikan hasil yang tinggi. Swasembada beras yang dicapai di Indonesia pada tahun 1984 tidak terlepas dari ketiga hal tersebut. Namun tanpa disadari praktek ini telah menimbulkan masalah dalam usaha pertanian itu sendiri maupun terhadap lingkungan (Hendarsih dan Widiarta, 2005).
2.3.2. Kerusakan Lingkungan Akibat Pemakaian Pestisida Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik yaitu organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain karena senyawa ini tidak peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai (Said, 1994). Dampak negatip penggunaan pestisida antara lain adalah : 1. Meningkatnya resistensi dan resurjensi organisma pengganggu tumbuhan (OPT) 2. Terganggunya keseimbangan biodiversitas termasuk musuh alami (predator) dan organisme penting lainnnya.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
3. Terganggunya kesehatan manusia dan hewan. 4. Tercemarnya produk tanaman, air , tanah dan udara. Meskipun pengendalian hama terpadu dengan menggunakan pestisida telah memberikan hasil yang nyata dalam menekan serangan hama dan penyakit tanaman dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya. Oleh karena itu penggunaan pestisida perlu dikurangi atau dirasionalisasi baik melalui penerapan PHT secara tegas maupun pengembangan system pertanian organik yang lebih mengutamakan penggunaan musuh alami dan pestisida hayati Pencemaran lingkungan terutama lingkungan pertanian disebabkan oleh penggunaan bahan – bahan kimia pertanian. Telah dapat dibuktikan secara nyata bahwa bahan – bahan kimia pertanian dalam hal ini pestisida, meningkatkan produksi pertanian dan membuat pertanian lebih efisien dan ekonomi. Pencemaran oleh pestisida tidak saja pada lingkungan pertanian tapi juga dapat membahayakan kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi pada produk – produk pertanian dan pada perairan. Sifat – sifat pestisida yang akan digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman harus sesuai dengan prinsip – prinsip PHT yaitu 1. Efektif menurunkan populasi hama sasaran yang sedang meningkat di atas ambang ekonomi. 2. Sedapat mungkin tidak mempengaruhi populasi hama – hama lain.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
3. Tidak menurunkan fungsi populasi musuh alami sebagai pengendali hama alami. 4. Pestisida yang sesuai sasaran sesuai dengan prinsip PHT. Dalam kaitan penggunaan pestisida yang ideal, Miller (1993) memberikan kriteria sebagai berikut : 1. Membunuh hama yang menjadi target. 2. Tidak memiliki pengaruh terhadap kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap organisme yang tidak menjadi target. 3. Dapat terurai menjadi zat kimia yang tidak berbahaya dalam waktu singkat. 4. Mencegah perkembangan resistensi genetik pada organisme target. 5. Menghemat uang dibandingkan dengan tanpa melakukan usaha untuk mengendalikan spesies hama. Salah satu faktor yang memicu letusan hama di ekosistem pertanian adalah penggunaan pestisida. Satu – satunya alternatif untuk mengurangi praktek penggunaan pestisida yang tidak bijaksana adalah dengan menerapkan PHT yang berorientasi pada kestabilan ekosistem dengan lebih mengutamakan berfungsinya proses pengendalian alami. PHT bukan hanya teknologi atau metode pengendalian hama tetapi merupakan suatu konsep, cara berpikir, cara pendekatan dari berbagai disiplin ilmu atau mengambil dari falsafah ilmu pengetahuan. Konsep PHT dikembangkan dalam bentuk strategi dan taktik penerapan di lapangan sesuai dengan ekosistem dan sistem masyarakat setempat. Taktik PHT dapat berubah sesuai dengan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
keadaan waktu dan tempat, tetapi konsep dan prinsip PHT harus tetap atau konsisten (Untung, 1993). Meskipun telah ditetapkan Undang – Undang yang membatasi penggunaan bahan kimia dalam pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, namun dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya sesuai dengan sistem PHT, untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida dapat ditempuh beberapa cara antara lain hanya menggunakan pestisida yang lebih aman terhadap manusia dan lingkungan hidup dan penerapan budidaya residu minimum dan budidaya organik yaitu dengan cara pemanfaatan sistem pengendalian secara hayati (Setyanto, 2006). Di seluruh dunia para petani dan keluarganya yang memakai pestisida atau tinggal dekat dengan orang lain yang memakai pestisida, maka para keluarga dan tetangga yang tinggal dekat mereka perlu diperhatikan. Ternak, ikan dan burung juga harus diperhatikan masyarakat dengan air atau makanan yang terkontaminasi pestisida harus diperhatikan. Perusahaan – perusahaan pembuat pestisida pengguna yang aman atau mengiklankan ramah lingkungan (Yayasan Duta Awan, 2007).
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
4. Deskripsi Daerah Penelitian Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan adalah salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara. Sebahagian penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Tapanuli Selatan terletak antara 0o10’ s/d 1o50’ Lintang Utara dan 98o50’ s/d 100o10’ Bujur Timur dengan Luas Wilayah 12 261,55 km2. Ketinggian berkisar antara 0 – 1.915 m di atas permukaan laut. Batas – batas daerah yaitu Sebelah Utara
: Kabupaten Tapanuli Utara dan tapanuli Tengah
Sebelah Timur
: Propinsi Riau dan Kabupaten Labuhan Batu
Sebelah Selatan
: Propinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Madina
Sebelah Barat
: Samudra Indonesia dan Kabupaten Madina
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikulturara Tapanuli Selatan, 2006). Daerah Kecamatan Penelitian beserta luas wilayahnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Daerah kecamatan penelitian beserta luas wilayahnya No.
Kecamatan
Luas wilayah (Ha)
1. Batang angkola 540.05 2. Batang Toru 490.14 3. Padangsidimpuan Timur 461.46 4. Sayur Matinggi 517.60 5. Marancar 88.79 6. Siais 395.34 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan, 2006
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Daerah kecamatan beserta Luas lahan sawah, Pekarangan, Tegal Ladang Pengembalaan di tiap Kecamatan daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas lahan sawah, pekarangan, tegal, ladang pengembalaan di tiap kecamatan daerah penelitian No
Kecamatan
Lahan Pekarangan Tegal/ Ladang Pengembalaan Sawah dan Bangunan Kebun 1. Batang Angkola 2.689 20 330 58 162 2. Batang Toru 2.048 136 1.662 422 219 3. Padangsidimpuan Timur 2.076 174 1.158 1.620 460 4. Sayur Matinggi 1.992 24 595 67 74 5. Marancar 1.196 54 581 519 89 6. Siais 409 23 2.561 2.800 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaTapanuli Selatan, 2006 Jumlah penduduk di tiap Kecamatan daerah penelitian Tahun 2006 terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah penduduk di tiap kecamatan daerah penelitian Tahun 2006 No. Kecamatan Jumlah Penduduk 1. Batang Angkola 30.269 2. Batang Toru 33.568 3. Padang Sidimpuan Timur 27.293 4. Sayur Matinggi 36. 134 5. Marancar 8.951 6. Siais 20.459 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, 2006
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Kecamatan Batang Angkola Daerah Batang Angkola terletak di ketinggian 235 m – 250 m dpl dengan jumlah penduduk terdiri dari 34.396 jiwa. Kecamatan Batang Angkola berbatasan dengan Sebelaha utara
: Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
Sebelah Selatan
: Kecamatan Sayur Matinggi
Sebelah Barat
:Kecamatan Siais dan Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Madina
Sebelah Timur
: Kecamatan Sosopan
Kecamatan Sayurmatinggi Sebelah Utara
: Kecamatan Batang Angkola
Sebelah Selatan
: Kabupaten Madina
Sebelah Barat
: Kecamatan Siais
Sebelah Timur
: Kecamatan Sosopan
Kecamatan Padang Sidimpuan Timur Sebelah Utara
: Kecamatan Batang Angkola dan Sayur Matinggi
Sebelah Selatan
: Kabupaten Madina
Sebelah Barat
: Kecamatan Padang Sidimpuan Barat
Sebelah Timur
: Kotamadya Sidimpuan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Kecamatan Batang Toru Sebelah Utara
: Kecamatan Padang Sidimpuan Barat
Sebelah Selatan
: Kabupaten Tapanuli Utara
Sebelah Barat
: Kecamatan Siais
Sebelah Timur
: Kecamatan Marancar
Kecamatan Siais Kecamatan ini terletak pada 350 m s/d 700 m dari permukaan laut. Dengan luas daerah 45.944 ha. Sebelah Utara
: Kecamatan Padang Sidimpuan Barat
Sebelah Selatan
: Kecamatan Batang Angkola
Sebelah Barat
: Kabupaten Madina, Muara Batang Gadis
Sebelah Timur
: Kecamatan Pemko Padang Sidimpuan
Kecamatan Marancar Sebelah Utara
: Kecamatan Sipirok
Sebelah Selatan
: Padang Sidimpuan
Sebelah Barat
: Kecamatan Batang Toru
Sebelah Timur
: Kecamatan Padang Sidimpuan Timur
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 4. Luas tanam, panen dan produksi perkecamatan tahun 2006 di Kabupaten Tapanuli Selatan No.
Kecamatan
Tanam Panen Produktivitas (Ha) (Ton/Ha) 1. Batang Angkola 5,598 5,198 59,75 2. Batang Toru 4,420 5,071 62,00 3. Padang Sidimpuan Timur 6,738 7,678 56,00 4. Sayur Matinggi 3,625 3,133 58,62 5. Siais 8,97 972 50,12 6. Marancar 2,510 2,387 53,19 Jumlah 31,861 33,187 56,61 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaTapanuli Selatan, 2006
Produksi (Ton) 31,058 31,440 42,997 18,366 4,872 12,696 142,023
Tabel 5. Jenis OPT padi yang ada di tiap Kecamatan tahun 2006 Kabupaten Tapanuli Selatan No. 1.
Kecamatan Batang Angkola
Jenis OPT padi tikus, tungro, walang sangit, kepinding tanah, hama putih, kresek 2. Batang Toru tikus, walang sangit, kepinding tanah 3. Padang Sidimpuan Timur tikus, walang sangit, kepinding tanah 4. Sayur Matinggi tikus, walang sangit, kepinding tanah, blast 5. Siais walang sangit, blast 6. Marancar tikus, walang sangit, kepinding tanah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaTapanuli Selatan, 2006
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tapanuli Selatan di 6 Kecamatan yang ada di Tapanuli Selatan, 3 Kecamatan yang telah mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yaitu Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Batang Toru, Kecamatan Padangsidimpuan Timur dan 3 Kecamatan yang tidak mengikuti SLPHT yaitu Kecamatan Sayur Matinggi, Kecamatan Siais, Kecamatan Marancar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007 sampai dengan Oktober 2007.
.
3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah peserta program PHT yang telah mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang ada di Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Padangsidimpuan Timur dan peserta program PHT ini berasal dari adanya program Nasional yaitu pada tahun 1990, dan yang tidak mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang ada di Kecamatan Sayur Matinggi, Kecamatan Siais dan Kecamatan Marancar.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 6. Jumlah peserta program PHT yang ikut SLPHT No. 1. 2. 3.
Kecamatan Jumlah Peserta SLPHT (Orang) Batang Angkola 100 Batang Toru 75 Padang Sidimpuan Timur 100 Jumlah 275 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultuta Tapanuli Selatan,2006
Tabel 7. Jumlah peserta yang tidak ikut SLPHT No. 1. 2. 3.
Kecamatan Jumlah Peserta yang tidak ikut SLPHT (Orang) Sayur Matinggi 100 Siais 75 Marancar 100 Jumlah 275 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultuta Tapanuli Selatan, 2006
3.2.2. Sampel Penelitian Penarikan sampel dari populasi adalah dengan melakukan pengambilan sampel dengan tujuan tertentu atau secara sengaja. Agar sampel yang diambil representif maka dalam pengambilan sampel peneliti mengadakan survei awal untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian. Pemilihan sampel sebagai responden diambil secara acak sebanyak 30% dari masing – masing jumlah populasi petani SLPHT sehingga diperoleh responden sebanyak 83 orang. Proporsi jumlah sampel yang dipilih didasarkan pada pendapat Arikunto (1983) bahwa pemilihan sampel antara 10 – 15% dan 20 – 30% dan jumlah populasi sudah memadai.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Untuk lebih jelasnya pemilihan sampel sebagai responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Jumlah sampel berdasarkan Kecamatan yang ikut SLPHT No. 1. 2. 3.
Kecamatan Batang Angkola Batang Toru Padangsidimpuan Timur Jumlah
Jumlah Petani SLPHT (Orang) 100 75 100
Jumlah Sampel (30%)
275
83
30 23 30
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan, 2006
Tabel 9. Jumlah sampel berdasarkan Kecamatan yang tidak ikut SLPHT No. 1. 2. 3.
Kecamatan Sayur Matinggi Siais Marancar Jumlah
Jumlah Petani SLPHT (Orang)
Jumlah Sampel (30%)
100 75 100 275
30 23 30 83
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan, 2006
3.3. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan pengumpulan data sebagai berikut : 3.3.1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari petani melalui wawancara dengan petani dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Data yang dibutuhkan tentang karakteristik petani meliputi, umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
bertani, kepemilikan lahan, pendapat petani terhadap aspek ekologi, aspek ekonomi, aspek teknologi dalam pengendalian hama terpadu (PHT). Adapun wawancara yang dilakukan dibagi atas dua bagian yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur, dalam hal ini sebelum wawancara terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan sebagai panduan yang akan dijawab oleh responden pada lembar jawaban yang telah disediakan. Sedangkan wawancara tidak berstruktur, dalam hal ini tidak ditetapkan daftar pertanyaan sebagaimana termasuk dalam wawancara terstruktur. Caranya agak sederhana dan bebas serta tidak bersifat formal, sehingga tidak menimbulkan kekakuan wawancara.
3.3.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari penelitian dokumentasi yang berasal dari berbagai sumber yaitu Biro Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kantor Kecamatan di setiap daerah sampel penelitian.
3.4. Operasional Peubah 1. Penerapan PHT a. Aspek ekologi terdiri dari : Hama Penyakit
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Kultur Teknis Mekanis Waktu Pemberian pupuk Sistem pengairan Jumlah penggunaan pupuk Penggunaan varietas Penggunaan musuh alami b. Aspek ekonomi terdiri dari : Pendapatan Produksi Biaya pengendalian Pertemuan kelompok tani Kunjungan PHP dan PPL c. Aspek teknologi terdiri dari : Agens hayati Pestisida Biopestisida Waktu penyemprotan pestisida Frekuensi penggunaan pestisida Dosis Jenis – jenis pestisida
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
2. Pendapat petani padi tentang PHT Pengetahuan tentang PHT Pelaksanaan PHT Manfaat PHT Data dalam kuisioner dibuat dengan skala likert (Sugiono, 2000) dengan kriteria keadaan sebagai berikut : 1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Setuju 5 = Sangat setuju
3.5. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression) Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e Dimana : Y = Pendapat petani X1 = Aspek ekologi X2 = Aspek ekonomi X3 = Aspek teknologi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
a = Konstanta b1 = Koefisien regresi X1 b2 = Koefisien regresi X2 b3 = Koefisien regresi X3 e = Std. error
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden Data penelitian diambil dengan cara kuesioner dari 166 responden, 83 responden yang mengikuti SLPHT dan 83 responden yang tidak mengikuti SLPHT yang berasal dari 6
kecamatan, 3 kecamatan yang mengikuti
SLPHT dan 3
Kecamatan yang tidak mengikuti SLPHT. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 10. Diketahui bahwa responden petani yang ikut SLPHT keseluruhan yang berjenis kelamin laki-laki 25 responden (30,12%), perempuan 58 responden (69,88%) untuk petani yang tidak ikut SLPHT keseluruhan yang berjenis kelamin laki – laki 38 responden (45,78%) dan perempuan 45 responden (54,22%) Usia responden petani yang ikut SLPHT yang paling banyak berumur 31 s.d. 40 tahun (37,35%) dan pada yang tidak ikut SLPHT yang paling banyak berumur 42 s.d. 50 tahun (45,78%) berarti dapat dilihat bahwa petani yang ikut SLPHT umurnya lebih muda dibanding yang tidak ikut SLPHT sehingga semangat belajarnya masih kuat. Pendidikan responden bagi petani yang ikut SLPHT yaitu 34 responden SD (40,96%), 26 responden SLTP (31,33%), 20 responden SLTA (24,10%), 2 responden diploma (2,41 %) dan 1 responden S1 (1,20%), dan bagi yang tidak ikut SLPHT 39 responden yang berpendidikan SD (46,99%), 24 responden SLTP (28.92%), 17 responden SLTA (20,48%), 1 responden diploma (1,20%) dan 2 responden S1
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
(2,41%). Dari sini dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak dimiliki baik SLPHT dan yang tidak SLPHT adalah SD berarti tergolong pendidikannya masih rendah sehingga perlu sekolah unuk lebih memahami tentang PHT. Pada yang ikut SLPHT dapat dilihat bahwa pendidikan yang paling banyak adalah SD ini disebabkan karena ada syarat – syarat tertentu supaya bisa ikut SLPHT yaitu punya lahan sendiri, sudah mempunyai pengalaman bertani, punya lahan dan bisa menyewakan lahannya ke petani lain dan yang bisa memenuhi syarat – syarat itu kebetulan yang masih berpendidikan SD. Selain itu karena pendidikannnya rewndah mereka ingin meningkatkan tarap hidup dan lebih mendalami tentang pertanian maka merekapun ikut SLPHT. Luas lahan bagi petani yang ikut SLPHT adalah 56 responden (67,47%) dari petani hanya mempunyai luas lahan <0,5 ha dan bagi yang tidak ikut SLPHT 53 responden (63,86%) dengan luas lahan
0,5 ha berati didaerah penelitian petani
memiliki luas lahan yang masih sedikit. Pengalaman bertani bagi yang ikut SLPHT paling banyak 5 s.d 15 tahun dengan jumlah responden 31 responden (37,35%) dan bagi yang tidak ikut SLPHT 16 s.d 30 tahun dengan jumlah responden 32 responden (27,71%) hal ini dikarenakan petani yang tidak ikut SLPHT lebih percaya cara bertanam yang turun temurun dari nenek moyangnya.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 10. Karakteristrk responden mengikuti SLPHT dan tidak mengikuti SLPHT pada daerah penelitian Jumlah
Uraian SLPHT Jenis Kelamain - Laki-laki -Perempuan Usia (thn) - <20 - 21 s/d 30 - 31 s/d 40 - 42 s/d 50 - >50 Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma S1 Luas lahan (ha) <0,5 0,6 s/d 2 2,1 s/d 3 3,1 s/d 5 Pengalaman Bertani <5 5 s/d 15 16 s/d 30 31 s/d 40 >40 Kepemilikan Lahan Milik Sendiri Sewa Bagi hasil
Tidak SLPHT
25 (30,12%) 58 (69,88%)
25 (30,12%) 58 (69,88%)
1 (1,20%) 9 (10,84%) 31 (37,35%) 27 (32,35%) 15 (18,07%)
1 (1,20%) 9 (10,84%) 31 (37,35%) 27 (32,35%) 15 (18,07%)
34 (40,96%) 26 (31,33%) 20 (24,10%) 2 (2,41%) 1 (1,20%)
34 (40,96%) 26 (31,33%) 20 (24,10%) 2 (2,41%) 1 (1,20%)
56 (967,47%) 24 (28,92%) 1 (1,20%) 2 (2,41%)
53 (63,86%) 29 (34,94%) 1 (1,20%) 0 (0,00%)
12 (14,46%) 31 (37,35%) 7 (27,71%) 7 (8,43%) 10 (12,05%)
9 (10,84%) 23 (27,71%) 10 (38,55%) 12 (14,46%) 31 (8,43%)
38 (45,78%) 31 (37,35%) 14 (17,87%)
56 (67,47%) 25 (30,12%) 2 (2,41%)
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pada Tabel 10 dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa jumlah laki - laki yang ikut SLPHT Berjumlah 25 responden (30,12%) dan yang perempuan berjumlah 58 responden (69,88%) dan yang ikut SLPHT jumlah laki – laki berjumlah 38 responden (45,78%) dan yang perempuan berjumlah 45 responden (54,22%), berarti yang paling banyak melakukan SLPHT adalah perempuan hal ini disebabkan karena yang aktif di lapangan adalah perempuan dan lebih mau belajar SLPHT sedangkan yang laki – laki banyak yang bekerja berkebun, PNS, berdagang dan biasanya laki – laki turun ke sawah pada saat panen atau pada saat menggarap sawah dengan menggunakan traktor. Kepemilikan lahan bagi yang ikut SLPHT yaitu 38 responden (45,78%) yang memiliki lahan sendiri dan yang tidak ikut SLPHT diperoleh 56 responden (67,47%), sewa 31 responden (37,35%) bagi yang ikut SLPHT bagi hasil 14 responden (17,87%) dan bagi yang tidak ikut SLPHT sewa 25 responden (30,12%) bagi hasil 2 responden (2,41%). Hal ini dapat dilihat bahwa di daerah penelitian yang dilakukan di Kabupaten Tapanuli Selatan petani yang tidak ikut SLPHT lebih banyak memiliki lahan sendiri ini diakibatkan warisan turun temurun dari nenek moyangnya. Jadi setiap petani di Tapanuli Selatan hampir memiliki lahan sendiri untuk penanaman padi. Sementara untuk tanah yang disewakan bagi yang tidak ikut SLPHT diperoleh 25 responden lebih banyak dari yang ikut SLPHT sedangkan untuk yang bagi hasil untuk yang ikut SLPHT lebih banyak yang bagi hasil dibandingkan yang tidak ikut SLPHT.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Secara terinci pendapat responden yang ikut SLPHT di Tapanuli Selatan dilihat dari aspek ekologi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi No.
1.
2.
3.
4
5
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Peubah
Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi hama pada tanaman padi meningkat Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi penyakit pada tanaman padi meningkat Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah Mekanik Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis mekanik dan pestisida. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT tidak melakukan pengendalian sama sekali Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk Urea dilakukan setelah adanya PHT Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk SP36 yang dilakukan setelah adanya PHT Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk KCL yang dilakukan setelah adanya PHT
1
2
3
4
5
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
41
49,39
16
19,27
13
15,66
13
15,66
0
0
41
49,39
14
16,86
16
19,27
12
14,45
0
0
5
6,02
4
4,81
15
18,07
49
59,03
10
12,04
6
7,22
13
15,66
22
26,50
37
44,57
5
6,02
1
1,20
8
9,63
18
21,68
51
61,44
5
6,02
7
15,66
8
9,63
11
13,25
42
50,60
15
18,07
13
15,66
29
34,93
26
31,32
12
14,45
3
3,61
3
3,61
17
20,48
57
68,67
5
6,02
1
1,20
2
2,40
19
22,89
53
68,85
8
9,63
1
1,20
1
1,20
45
54,21
25
30,12
11
13,25
1
1,20
3
3,61
23
27,71
49
59,03
8
9,63
0
0
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk ZPT yang dilakukan setelah adanya PHT Bagaimana menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi setelah adanya PHT Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi setelah adanya PHT Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman padi setelah adanya PHT Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap kelestarian musuh alami? Apakah bapak/ibu sering melakukan pengamatan mingguan setelah adanya PHT
19
22,89
44
53,01
15
18,07
5
6,02
0
0
3
3,61
24
28,91
9
10,84
47
56,62
0
0
2
2,40
21
25,30
52
62,65
6
7,22
2
2,40
9
10,84
41
49,39
24
28,91
5
6,02
4
4,81
56
67,46
17
20,48
8
9,63
1
1,20
1
1,20
2
2,40
8
9,63
4
4,81
52
62,65
17
20,48
0
0
7
8,43
1
1,20
39
46,98
36
43,37
4
4,81
12
14,45
38
45,78
16
19,27
13
15,66
Pada Tabel 11 pendapat petani mengenai aspek ekologi bagi petani yang ikut SLPHT yang mana dapat dilihat bahwa setelah melakukan PHT populasi hama dan penyakit pada tanaman padi 41 responden (49,39%) menjawab tidak meningkat jadi setelah adanya PHT populasi menurun. Petani juga setuju pengendalian yang paling banyak mereka gunakan adalah kultur teknis dan mekanik dengan responden sebanyak 50 responden (60,24%) dan sebanyak 29 responden (34,93%) menjawab bahwa petani tidak setuju setelah PHT petani tidak melakukan pengendalian sama sekali karena para petani menggunakan perangkap misalnya perangkap tikus. Waktu
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
pemberian pupuk setelah adanya PHT lebih jarang dengan responden sebanyak 57 responden (68,67%) sehingga petani SLPHT telah diajarkan bagaimana penggunaan pupuk yang berimbang bagi tanaman padi. Sistem Pengairan yang paling banyak dipakai pada petani padi yang ikut SLPHT yaitu sistem pengairan teknis dimana respondenyang menjawab sebanyak 52 responden (62,65%), untuk pengairan setengah teknis sebanyak 24 responden (28,91%) dan untuk tadah hujan sebanyak 8 responden (9,63%). Penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman dengan jumlah responden menjawab 52 responden (62,65%) menjawab setuju berpengaruh ke tanaman. Varietas yang biasa dipakai petani yaitu IR 64, Citarum. Penggunaan pestisida berpengaruh terhadap musuh alami 36 responden (47,37%) menjawab berpengaruh. Pengamatan mingguan yang dilakukan petani lebih sering dengan 38 responden (45,78%) karena petani lebih mengetahui manfaat dengan dilakukannya pengamatan mingguan sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak melebihi ambang ekonomi. Selain itu dengan melakukan pengamatan mingguan petani akan mengetahui berapa banyak serangga dan musuh alami yang berada di pertanaman padi sehingga petani akan mengetahui apakah serangan dari hama dan penyakit pada tanaman padi sudah melewati batas ambang ekonomi atau belum, dari sini petani akan mengetahui cara pengendalian yang terbaik yang harus dilakukan dalam mengendalikan serangan hama yang ada di pertanaman padi.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 12. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi No.
20.
21
22
23
24
Peubah
Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan pendapatan Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan produksi pertanian. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat mengurangi biaya pengendalian. Apakah dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani pengetahuan bapak/ibu lebih meningkat Apakah dengan seringnya PHP dan PPL memberikan penyuluhanlebih memperoleh pengetahuan tentang cara meningkatkan produksi padi
1
2
3
4
5
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
5
6,02
2
2,40
0
0
56
67,46
20
24,09
0
0
1
1,20
4
4,81
51
61,44
27
32,53
0
0
6
7,22
1
1,20
49
59,03
27
32,53
2
2,40
1
1,20
0
0
49
59,03
31
37,34
1
1,20
1
1,20
0
0
39
46,98
42
50,60
Pada Tabel 12 pendapat petani yang ikut SLPHT mengenai aspek ekonomi sebanyak 56 responden (67,42%) menjawab pendapatan petani lebih meningkat karena berkurang pemakaian pestisida sebanyak 49 responden (59,03%) dengan adanya penyuluhan petani lebih memperoleh pengetahuan tentang peningkatkan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
produksi padi dengan cara memakai varietas yang berlabel dan tahan dari serangan hama. Tabel 13. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi No
Peubah
. 25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan agens hayati Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida yang berasal dari tumbuhan (Biopestisida) Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang bapak/ibu lakukan lebih sering setelah melakukan PHT Menurut bapak/ibu bagaimana frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan setelah adanya PHT Apakah Bapak/ibu setuju dengan penggunaa pestisida yang bermerek Decis Apakah Bapak/ibu setuju setelah menggunakan PHT dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan sasarannya Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida pada tanaman padi Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan
1
2
3
4
5
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
41
49,39
17
20,48
21
25,30
3
3,61
1
1,20
15
18,07
39
46,98
23
27,71
1
1,20
5
6,02
33
39,75
29
34,93
12
14,45
7
8,43
2
2,40
12
14,45
47
56,62
9
10,84
12
14,45
3
3,61
33
39,75
44
53,01
0
0
4
4,81
2
2,40
7
8,43
15
18,07
24
28,91
26
31,32
1
13,25
1 1
1,20
6
7,22
6
7,22
52
62,65
1
21,68
8 2
2,40
6
7,22
25
30,12
45
54,21
5
6,02
2
2,40
5
6,02
22
26,50
46
55,42
8
9,63
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pada Tabel 13 pendapat petani yang ikut SLPHT mengenai aspek ekologi yaitu walaupun petani telah mengikuti SLPHT tapi sebanyak 41 responden (49,39%) menjawab belum pernah menggunakan agens hayati ini dikarenakan tenaga PHP dan PPL yang ada di lapangan masih kurang memberikan pengetahuan tentang agens hayati begitu juga dengan biopestisida sehingga petani tidak menggunakannya. Penyemprotan pestisida lebih berkurang 47 responden (56,62%) menjawab tidak sering lagi melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman padi yang petani miliki. Dosis yang digunakan juga sesuai anjuran. Petani ini juga telah mengetahui jenis – jenis pestisida 45 responden (54,00%) menjawab yang mengetahui tentang jenis – jenis pestisida dan 46 responden (55,42%) yang mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan. Tabel 14. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi No.
1.
2.
3.
4.
5.
Peubah
Apakah menurut bapak/ibu populasi hama pada tanaman padi meningkat Apakah menurut bapak/ibu populasi penyakit pada tanaman padi meningkat Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah Mekanik Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik
1
2
3
4
5
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
12
14,45
45
54
10
12,04
16
19,27
0
0
13
15,66
47
56,62
11
13,25
12
14,45
0
0
3
3,61
21
25,30
33
39,75
26
31,32
0
0
1
1,20
26
31,32
36
43,37
20
24,09
0
0
2
2,40
20
24,09
36
43,37
24
28,91
1
1,20
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik dan pestisida Apakah bapak/ibu setuju tidak melakukan pengendalian sama sekali Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk pada tanaman padi Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk Urea pada tanaman padi Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk SP36 pada tanaman padi Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk KCL pada tanaman padi Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk ZPT pada tanaman padi Apakah menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang diberikan meningkat Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman padi Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap kelestarian musuh alami? Apakah bapak/ibu sering melakukan pengamatan mingguan
2
2,40
18
21,68
11
13,25
47
56,62
5
6,02
21
25,30
49
59,03
7
8,43
4
4,81
2
2,40
0
0
2
2,40
63
75,90
17
20,48
1
1,20
2
2,40
0
0
55
66,26
25
30,12
1
1,20
14
16,86
15
18,07
53
63,85
1
1,20
0
0
9
10,84
13
15,66
59
71,08
2
2,40
0
0
39
46,98
30
36,14
13
15,66
1
1,20
0
0
8
9,63
20
24,09
42
50,60
13
15,66
0
0
62
74,16
16
19,27
4
4,81
1
1,20
0
0
31
37,34
12
14,45
37
44,57
0
0
3
3,61
62
74,69
16
19,27
4
4,81
1
1,20
0
0
1
1,20
5
6,02
0
0
68
81,92
9
10,84
1
1,20
1
1,20
12
14,45
69
83,13
0
0
17
20,48
32
38,55
20
24,09
10
12,04
4
4,81
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pada Tabel 14 pendapat petani mengenai aspek ekologi bagi petani yang tidak ikut SLPHT yang mana dapat dilihat populasi hama dan penyakit pada tanaman padi 45 responden (54,00%) menjawab sedikit meningkat untuk hama dan 47 responden (56,62%) menjwab sedikit meningkat untuk penyakit. Petani juga setuju pengendalian yang paling banyak mereka gunakan adalah kultur teknis dengan responden yang menjawab sebanyak 26 responden (31,32%) dan sebanyak 49 responden (59,03%) menjawab bahwa petani tidak setuju bahwa petani tidak melakukan pengendalian sama sekali karena walaupun tidak ikut SLPHT tapi para petani juga menggunakan perangkap untuk menangkap tikus. Waktu pemberian pupuk lebih sering dilakukan yaitu sebanyak 63 responden (75,90%). Jumlah penggunaan pupuk tetap sebanyak 42 responden (50,60%). Sistem Pengairan yang paling banyak dipakai pada petani padi yang
tidak ikut SLPHT yaitu sistem
pengairan teknis dimana responden yang menjawab sebanyak 4 responden (4,81%), untuk pengairan setengah teknis sebanyak 37 responden (44,57%) dan untuk tadah hujan sebanyak 4 responden (4,81%). Penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman dengan jumlah responden menjawab 68 responden (81,92%) menjawab setuju berpengaruh ke tanaman. Varietas yang biasa dipakai petani yaitu IR 64. Penggunaan pestisida berpengaruh terhadap musuh alami 69 responden (83,13%) menjawab berpengaruh. Pengamatan mingguan yang dilakukan petani lebih sering responden yang menjawab responden 20 responden (24,09%) jadi lebih sedikit dibanding yang ikut SLPHT. Petani melakukan pengamatan mingguan untuk
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
mengetahui berapa banyak intensitas serangan hama dan penyakit yang sudah terjadi pada tanaman padi sehingga petani dapat memutuskan pengendalian apa yang sesuai yang harus mereka lakukan. Tabel 15. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi No.
20.
21
22
23
24
Peubah
Apakah bapak/ibu setuju pendapatan meningkat meskipun belum ada program PHT Apakah bapak/ibu setuju produksi meningkat meskipun belum ada PHT Apakah bapak/ibu setuju produksi meningkat meskipun belum ada PHT Apakah dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani pengetahuan lebih meningkat Apakah dengan seringnya PHP dan PPL memberikan penyuluhan lebih memperoleh pengetahuan tentang cara meningkatkan produksi padi
1
2
3
4
5
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
3
3,61
30
36,14
0
0
49
59,03
1
1,20
2
2,40
12
14,45
20
24,09
49
59,03
0
0
2
2,40
0
0
1
1,20
78
93,97
2
2,40
3
3,61
0
0
1
1,20
75
90,36
4
4,81
2
2,40
0
0
2
2,40
65
78,31
14
16,86
Pada Tabel 15 pendapat petani yang tidak ikut SLPHT mengenai aspek ekonomi yaitu sebanyak 49 responden (59,03%) menjawab bahwa dengan adanya PHT ini pendapatan petani lebih meningkat jadi responden yang menjawab
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
meningkat lebih sedikit dibangdingkan dengan yang ikut SLPHT dan produksi tanaman meningkat dengan responden yang menjawab sebanyak 49 responden (59,03%) menjawab dapat mengurangi biaya pengendalian dan pengetahuan masyarakat juga dapat meningkat, dengan adanya penyuluhan pada pertanian petani lebih memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang cara meningkatkan produksi padi dan cara bercocok tanam yang benar dengan cara memakai varietas yang berlabel, ada juga petani yang masih menggunakan varietas yang tidak berlabel dengan 75 responden (90,36%) menjawab pertemuan kelompok dapat meningkatkan pengetahuan petani. Tabel 16. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi No.
25.
26.
27.
28.
29.
Peubah
Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan agens hayati Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida yang berasal dari tumbuhan (Biopestisida) Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang dilakukan lebih sering sebelum ada program PHT Apakah menurut bapak/ibu frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan lebih sering sebelum ada PHT
1
2
3
4
5
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
Fr
%
67
80,72
15
18,07
0
0
1
1,20
0
0
4
4,81
0
0
55
66,26
20
24,09
4
4,81
68
81,92
12
14,45
3
3,61
0
0
0
0
2
2,40
17
20,48
50
60,24
14
16,86
0
0
5
6,02
20
24,09
53
63,85
5
6,02
0
0
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
30.
31.
32.
33.
Apakah Bapak/ibu setuju dengan penggunaan pestisida yang bermerek Decis Apakah Bapak/ibu setuju dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan sasarannya Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida pada tanaman padi Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan
1
1,20
4
4,81
29
34,93
47
56,62
2
2,40
1
1,20
2
2,40
11
13,25
68
81,92
1
1,20
4
4,81
10
12,04
48
57,83
20
24,09
1
1,20
3
3,61
3
3,61
55
66,26
22
26,50
0
0
Pada Tabel 16 pendapat petani yang tidak ikut SLPHT mengenai aspek ekologi yaitu sebanyak 67 responden (80,72%) menjawab belum pernah menggunakan agens hayati ini jadi masih lebih banyak petani yang SLPHT yang mengunakan agens hayati yaitu sebesar 49 responden (59,03%) yang tidak pernah menggunakan agens hayati. Begitu juga dengan Biopestisida. 50 responden (60,24%) menjawab penyemprotan yang dilakukan lebih sering dari petani menjawab kurang setuju. Dosis yang digunakan juga sesuai sasaran. Petani menjawab sebanyak 68 responden (81,92%). Petani yang tidak ikut SLPHT ini menjawab bahwa mereka tidak mengetahu jenis pestisida yaitu sebanyak 48 responden (57,83%) dan 55 responden (66,26%) tidak mengetahui penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan. 4.2. Analisis Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan Setelah data diolah secara statistik dapat diketahui bahwa pengaruh dari masing-masing peubah bebas yaitu pada aspek ekologi, pada aspek ekonomi dan pada aspek teknologi terhadap penerapan PHT pada petani yang ikut SLPHT. Analisis
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan PHT bagi Responden yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Pengaruh masing-masing peubah pada petani yang ikut SLPHT Nama Peubah
B
Std. Error
Thit
T table
Konstanta
17,349
1,470
11,805
1,99
Ekologi
0,118
0,027
4,443
1,99
1. Aspek Ekologi (L)
Koefisien Korelasi
0,443 2
Koefisien Determinasi (R )
0,196
F hit
19,74
F table
3,96
2. Aspek Ekonomi (E) Konstanta
19,839
1,789
11,9092
1,99
Ekonomi
0,184
0,082
2,241
1,99
Koefisien Korelasi
0,242
Koefisien Determinasi (R2)
0,058
F hit
5,022
F table
3,96
3. Aspek Teknologi (T) Konstanta
21.871
1,607
13,606
1,99
Teknologi
0,079
0,065
1,223
1,99
Koefisien Korelasi
0,135 2
Koefisien Determinasi (R )
0,018
F hit
1,50
F table
3,96
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa persamaan regresi sederhana dari peubah bebas aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi terhadap peubah diperoleh masing-masing persamaan regresi adalah Y = 17,349 + 0,118; Y = 19,839 + 0,184 dan Y = 21,871 + 0,079. Masing - masing persamaan regresi tersebut diketahui konstanta sebesar 17,349 X1; 19,839 X2 dan 21,871 X3 bila aspek ekologi, ekonomi dan teknologi dianggap konstan maka besarnya penerapan PHT masingmasing sebesar 17,349 X1; 19,839 X2 dan 21,871 X3. Aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi menunjukkan bahwa kenaikan 1 skor ekologi, ekonomi dan teknologi akan menyebabkan kenaikan masing-masing sebesar 0,118, 0,184 dan 0,079 skor penerapan PHT, pada masing-masing harga konstanta dari setiap peubah yang diamati. Grafik persamaan regresi antara masing-masing peubah dapat dilihat pada Gambar 2, 3 dan 4.
Normal P-P Plot of Ekologi 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 2. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekologi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Normal P-P Plot of Ekonom 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 3. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekonomi
Normal P-P Plot of Tehnologi 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Teknologi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Hasil T-hitung dan F-hit dari peubah bebas aspek ekologi dan aspek ekonomi lebih besar dari T-tabel dan F-tabel yaitu masing – masing T-hit sebesar 4,443 dan 2,241, sedangkan F-hit masing-masing sebesar 19,74 dan 5,02 dengan demikian aspek ekologi dan aspek ekonomi berpengaruh nyata terhadap motivasi penerapan PHT, sedangakan T-hit dan F-hit dari peubah bebas aspek teknologi (1,223 dan 1,497) lebih kecil dari T-tabel dan F-tabel (1,99 dan 3,96) dengan demikian aspek teknologi berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi penerapan PHT. Harga kofisien korelasi (rhitung) dari masing-masing peubah bebas aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi adalah 0,443; 0,242 dan 0,135, harga korelasi tersebut menunjukkan bahwa aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi hanya sebesar 44,3%, 24.2% dan 13,5% mempengaruhi motivasi penerapan PHT dan bila dibandingkan dengan probabilitas rtabel(5%) = 0,213 menunjukkan bahwa faktor ekologi dan ekonomi berpengaruh nyata, sedangkan faktor teknologi berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi penerapan PHT. Dengan adanya penerapan PHT ini sangan mengurangi penggunaan pestisida yang ada di lapangan sehingga lingkungan aman dari pestida. Oka, (1994) yang menyebutkan bahwa dengan sangat menurunnya jumlah formulasi pestisida yang dipergunakan berikut frekuensi aplikasinya setelah PHT dapat diantisipasi bahwa pencemaran lingkungan fisik dapat ditekan sekecil – kecilnya. Selain itu resiko kegagalan produksi dapat diperkecil.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Para petani yang telah mengikuti SLPHT dengan sukarela mau meneruskan pengetahuan dan keteampilannya tentang PHT kepada rekan – rekan mereka yang belum sempat menikmati pelatihan dalam SLPHT. Dengan demikian terjadi proses difusi teknologi PHT secara alamiah dari petani ke petani (Oka, 1994) sehingga tidak begitu jelas dibedakan karena telah adanya penyebaran pengetahuan bagi yang tidak ikut SLPHT
4.3. Analisis Regresi Ganda dari Peubah Bebas (X1,X2,X3) pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan Setelah data yang diperoleh dilapangan diolah secara statistik dapat diketahui bahwa pengaruh dari masing-masing peubah bebas yaitu aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) terhadap Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada petani yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengaruh masing – masing peubah ini memberikan pengaruh yang nyata bagi penerapan pengendalian Hama Terpadu. Hasil Analisis Regresi Ganda dari Peubah Bebas (X1,X2,X3) pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada tabel 18.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 18. Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat pada petani yang ikut SLPHT Nama Peubah
B
Std. Error
Thit
T table
Konstanta
13,974
2,457
5,69
1,99
Ekologi (X1)
0,106
0,028
3,78
1,99
Ekonomi (X2)
0,100
0,080
1,25
1,99
Teknologi (X3)
0,077
0,059
1,31
1,99
Koefisien Korelasi Koefisien
0,474
Determinasi 0,225
(R2)
7,63
F hit
3.11
F table
Data penelitian yang terdapat pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa persamaan regresi adalah
Y = 13,974 + 0,106X1 + 0,100X2 + 0,077X3 hal ini
menunjukkan bahwa bilamana aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) dianggap konstan maka penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar 13,974 dan setiap kenaikan 1 skor aspek ekologi, ekonomi dan teknologi masing-masing menyebabkan kenaikan nilai penerapan PHT sebesar 0,106 untuk aspek ekologi ; 0,100 aspek ekonomi dan 0,077 aspek teknologi.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Data penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 18 terdapat koefisien korelasi (r) = 0,474 ini menunjukkan hubungan antara peubah bebas dengan peubah terikat adalah sebesar 47.4% sedangkan rtabel (5%) = 0,217 menunjukkan bahwa peubah bebas yaitu ekologi, ekonomi dan teknologi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap motivasi PHT. Harga r = 0.474 artinya penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan 47,4% dipengaruhi oleh aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3). Harga koefisien korelasi = 0,474, artinya sebesar 47,4% perubahan pada peubah terikat (penerapan PHT) dipengaruhi perubahan-perubahan aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) dan selebihnya (52,6%) akibat faktor lain (diluar ekologi, ekonomi dan teknologi).
4.4. Analisis Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang Tidak Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan Setelah data yang diperoleh dilapangan diolah secara statistik dapat diketahui bahwa pengaruh dari masing-masing peubah bebas yaitu pada aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) terhadap penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) bagi petani yang tidak ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengaruh masing-masing peubah dapat dilihat pada tabel 19.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 19. Pengaruh masing-masing peubah pada petani yang tidak ikut SLPHT Nama Peubah
B
Std. Error
Thit
T table
Konstanta
21,921
3,491
6,279
1,99
Ekologi
-0,021
0,071
-0.33
1,99
1. Aspek Ekologi (L)
Koefisien Korelasi
-0.033
Koefisien Determinasi (R2)
0.001
F hit
0.090
F table
3,96
2. Aspek Ekonomi (E) Konstanta
21,541
2,746
7,846
1,99
Ekonomi
-0.035
0,145
-0,242
1,99
Koefisien Korelasi
-0,027
Koefisien Determinasi (R2)
0,001
F hit
0.059
F table
3,96
3. Aspek Teknologi (T) Konstanta
14,733
2,076
7,097
1,99
Teknologi
0,247
0,083
2,990
1,99
Koefisien Korelasi
0,315
Koefisien Determinasi (R2)
0,099
F hit
8,941
F table
3,96
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pada Tabel 19 dapat diketahui bahwa persamaan regresi sederhana dari peubah bebas aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi terhadap peubah terikat (Y) diperoleh masing-masing persamaan regresi adalah Y = 21,921 – 0,021; Y = 21,541- 0.035 dan Y = 14.733 + 0,247. Dari masing - masing persamaan regresi tersebut diketahui konstanta sebesar 21.921 X1; 21,541 X2 dan 14,733 X3 bila aspek ekologi, ekonomi dan teknologi dianggap konstan maka besarnya motivasi penerapan PHT masing-masing sebesar 21,921 X1; 21,541 X2 dan 14,733 X3. Dari persamaan regresi aspek ekologi dan aspek ekonomi menunjukkan bahwa kenaikan 1 skor ekologi dan ekonomi akan menurunkan motivasi penerapan PHT sebesar 0,021 dan 0,035, sedangkan aspek teknologi menunjukkan bahwa kenaikan 1 skor teknologi akan menyebabkan kenaikan 0,247 skor penerapan PHT, pada masing-masing harga konstanta dari setiap peubah yang diamati. Grafik persamaan regressi antara masingmasing peuabah dapat dilihat pada Gambar 5, 6 dan 7. Normal P-P Plot of Ekologi 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 5. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekologi pada Petani yang Tidak SLPHT
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Normal P-P Plot of Ekonom 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 6. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekonomi pada Petani yang Tidak SLPHT
Normal P-P Plot of Tehnologi 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 7. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Teknologi pada Petani yang Tidak SLPHT
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Hasil T-hitung dan F-hit dari peubah bebas aspek ekologi dan aspek ekonomi lebih kecil dari T-tabel dan F-tabel yaitu masing – masing T-hit sebesar -0,300 dan -0,242, sedangkan F-hit masing-masing sebesar 0,090 dan 0,059 dengan demikian aspek ekologi dan aspek ekonomi berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi penerapan PHT, sedangakan T-hit dan F-hit dari peubah bebas aspek teknologi lebih besar (2,990 dan 8,941) dari T-tabel dan F-tabel (1,99 dan 3,96) dengan demikian aspek teknologi berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT. Harga kofisien korelasi (rhitung) dari masing-masing peubah bebas aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi adalah -0,033, -0,027 dan 0,315, harga korelasi tersebut menunjukkan bahwa aspek ekologi dan
aspek ekonomi dapat
menurunkan motivasi penerapan PHT sebesar 3,3% dan 2,7%, sedangkan aspek teknologi dapat mempengaruhi motivasi penerapan PHT sebesar 31,5% dan bila dibandingkan dengan rtabel(5%) = 0,213 menunjukkan bahwa faktor ekologi dan ekonomi berpengaruh tidak nyata, sedangkan faktor teknologi berpengaruh nyata terhadap peningkatan penerapan PHT . Pengaruh masing-masing peubah bebas terhadap penerapan PHT pada petani yang tidak melaksanakan PHT dapat dilihat pada Tabel 20 dengan persamaan regresi adalah Y = 19,329 – 0,046X1 – 0,189X2 + 0,294X3. Hal ini menunjukkan bahwa bilamana aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) dianggap konstan maka penerapan PHT sebesar 19,329 dan setiap pertambahan 1 skor aspek ekologi, ekonomi masing-masing menyebabkan penurunan nilai penerapan PHT
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
sebesar 0,046 dan 0,189 tetapi setiap kenaikan 1 skor aspek teknologi menyebabkan kenaikan nilai penerapan PHT sebesar 0,294. Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat pada petani yang tidak melaksanakan PHT. Tabel 20. Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat pada petani yang tidak melaksanakan PHT B
Std. Error
Thit
T table
Konstanta
19, 329
4,035
4,79
1,99
Ekologi (X1)
-0,046
0,069
-0,66
1,99
Ekonomi (X2)
-0,189
0,147
-1,27
1,99
Teknologi (X3)
0,294
0,088
3,33
1,99
Nama Peubah
Koefisien Korelasi
0,353
Koefisien Determinasi (R2)
0,125
F hit
3,75
F table
3.11
Koefisien korelasi ekologi sebesar -0,046 menunjukkan bahwa peubah ekologi akan menurunkann motivasi penerapan PHT sebesar 4,6% dengan asumsi peubah ekonomi (X2) dan teknologi (X3) tidak mengalami perubahan. Koefisien regressi ekonomi sebesar -0,189 menunjukkan bahwa peubah ekonomi akan menurunkan penerapan PHT sebesar 18,9% dengan asumsi peubah ekologi (X1) dan teknologi (X3) tidak mengalami perubahan. Teknologi sebesar 0,294 menunjukkan bahwa peubah
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
teknologi akan meningkatkan penerapan PHT sebesar 29,4% dengan asumsi peubah ekologi (X1) dan ekonomi (X2) tidak mengalami perubahan. Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa dari tiga peubah bebas yang diteliti ternyata peubah teknologi mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan koefisien korelasi sebesar 29,4% Pada penelitian diperoleh data pada Tabel 20 bahwa koefisien korelasi (r) = 0,353 yang menunjukkan hubungan antara peubah bebas dengan peubah terikat adalah sebesar 35,3%, artinya penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan 12,5% dipengaruhi oleh aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3). Harga Koefisien determinasi (R2) = 0,353, artinya sebesar 35,3% perubahan pada peubah terikat (penerapan PHT) dipengaruhi perubahan-perubahan aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) dan selebihnya (64,7%) akibat faktor lain. Dengan melihat dari petani padi yang ikut SLPHT dan yang tidak ikut SLPHT dapat dilihat perbedaan dilapangan. Pada petani yang ikut SLPHT melakukan pengamatan mingguan. Pengamatan mingguan ini dilakukan supaya kita bisa memantau populasi hama yang ada dilapangan sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi dengan berkurangnya penggunaan pestisida maka pengeluaran petani terhadap pemakaian pestisida jadi menurun yang mengakibatkan ekonomi meningkat
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
dan produksi hasil panen yang diperoleh petani tanpa penggunaan pestida juga meningkat. Sejak melaksanakan PHT Petani lebih jarang menggunakan pestisida karena petani sudah mengetahui bahaya dari penggunaan pestisida. Hal ini dapat dilihat dari penduduk disekitar sungai tidak mau lagi mengambil air sungai yang telah tercemar pestisida karena banyak efek negative yang ditimbulkan pestisida. Penduduk sekarang mengambil air sungai dari sumber mata air yang ada.
4.5. Pengujian Hipotesis 4.5.1 Hasil Uji F pada Petani yang Melaksanakan PHT dan yang Tidak Melaksanakan PHT Berdasarkan hasil uji statistik untuk semua peubah bebas (X1,X2,X3) diperoleh Fhit 7,63 sedangkan Ftable sebesar 3,11 pada probabilitas 5%. Hal ini menunjukkan bahwa Fhit > dari Ftabel . Dengan demikian bahwa aspek ekologi , ekonomi dan teknologi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada yang tidak ikut PHT untuk semua peubah bebas (X1,X2,X3) diperoleh Fhit 3,75, sedangkan Ftable sebesar 3,11 probabilitas 5%. Hal ini menunjukkan bahwa
Fhit > dari Ftabel. Dengan demikian bahwa aspek ekologi,
ekonomi dan teknologi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
4.6. Pembuktian Hipotesis Berdasarkan hasil uji statistik (uji F) dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama peubah ekologi, ekonomi dan teknologi yang digunakan dalam model penelitian berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT baik pada petani yang ikut SLPHT maupun petani yang tidak ikut SLPHT hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung dimana nilai Fhgitung lebih besar dari nilai Ftabel. (Fhitung > Ftabel ), dimana nilai Fhgitung sebesar 7,63 dan 3,75 sedangkan Ftabel sebesar 2,71, artinya secara uji statistik tidak terdapat perbedaan penerapan PHT antara petani yang ikut SLPHT dan yang tidak ikut SLPHT ditinjau dari aspek ekologi,ekonomi dan teknologi hal ini disebabkan hasil analisis statistik dari petani yang ikut SLPHT dan yang tidak ikut SLPHT adalah sama-sama menunjukkan hasil yang sama yaitu berbeda nyata.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Semua peubah yang diteliti yaitu faktor ekologi, ekonomi dan teknologi secara bersama – sama berpengaruh secara nyata terhadap penerapan PHT bagi petani yang ikut SLPHT, sehingga diperoleh pada aspek ekologi koefisien korelasi sebesar 0,443; aspek ekonomi koefisien korelasi sebesar 0,242 dan aspek teknologi koefisien korelasi sebesar 0,0135. 2. Semua peubah yang diteliti yaitu faktor ekologi, ekonomi dan teknologi secara bersama – sama berpengaruh secara nyata terhadap penerapan PHT bagi petani yang tidak ikut SLPHT sehingga diperoleh pada aspek ekologi koefisien korelasi sebesar -0,033; aspek ekonomi koefisien korelasi sebesar -0,027 dan aspek teknologi koefisien korelasi sebesar 0,315.
5.2. Saran Untuk penerapan PHT sebaiknya faktor ekologi, ekonomi dan teknologi lebih diperhatikan petani agar keadaan lingkungan lebih aman penggunaan pestisida.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, L. A. 2006. Permasalahan dalam Penerapan System Penerapan Hama Terpadu untuk Mengendalikan Penyakit Tumbuhan. Available at : http : //72. 14. 235. 104/search? Latief Abadi google pages. Com Permasalahan dalam Penerapan.doc. Diakses Tanggal 15 November 2007. Adimihardja, A. 2006. Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (3) : 99 - 105 Alexander, M. 1977. Soil Microbiology, Second Edition. John Wiley dan Sons, Ind., New York. Anonimus, 1990. Budidaya Tanaman Padi, Kanisius, Yogyakarta. Anonimus, 2004. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Available at: http : // www.deptan.go.id/ditlintp/Kebijakan Perlindungan Tanaman. htm Diakses Tanggal 22 Mei 2007. Apple, J.L . dan R. F. Smith, 1976. Integrated Pest Management. Plenum Press. New York and London. Arikunto, S. 1983. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Azwar, S. 2004. Metode Penelitian Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Darwis, V. 2006. Penerapan Empat Prinsip PHT Teh. at : http : // www . pustaka deptan.go.id/publikasi/wr 273059 pdf 27 (3) : 17 – 18 Diakses Tanggal 15 Februari 2008 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tapanuli Selatan, 2006.Statistik Ketahanan Pangan Tapanuli Selatan tahun 2001 – 2006. Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Tapanuli Selatan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura. Program Penyuluhan Pertanian Tahun 2007. BPP. Sayur Matinggi Kecamatan Sayur Matinggi. Kabupaten Tapanuli Selatan.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura. Program Penyuluhan Pertanian Tahun 2007. BPP. Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola. Tapanuli Selatan. Effendi, S. B. 2006. Mengatasi Kekurangan Produksi Padi Melalui PHT. Available at : Http/news. Sinar tani. Co.id/arc/2006/5/6/Mengatasi-kekuranganProduksi-Padi-Melalui-PHT. Diakses Tanggal 14 Juli 2007. Hidayati, U. 2005. Menuju Pertanian Berwawasan Lingkungan. Balai Penelitian Sembada, Palembang. Hendarsih, S. dan N. Widiarta. Integrasi Sistem Pengendalian Hama Terpadu ke dalam Model Pengelolaan Tanaman Terpadu. http / www. 202.158.78.120/publication/wr 254 035 pdf. 25 (4) : 1 – 3. Diakses tanggal 21 juni 2007. Kusnaedi, 2001. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida, Penebar Swadaya, Jakarta. Mahfudin, 1995. Pelestarian Sumberdaya Alam dan Pertanian Berwawasan Lingkungan. Badan Agribisnis Departemen Pertanian/Tim Teknis Komisi Amdal Pusat Departemen Pertanian. Metcalf, R. L. and W. H. Luckman. 1982. Introduction To Pest Management. Wiley Intersci Publ. Monsiuer John of Metz Wiley and Sons. New York. Miller, G.T. 1993. Enviromental Science Sustaining the Earth 4thEd. Wad Worth Publ. Comp.Belmont, California. Mubyarto, 1986. Pengantar Ekonomi Pedesaan, LP3ES, Jaya Pirusa. Oka, N.I. 1994. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta. Priyono, B.S, A. Purwoko dan C. Irawan. 2003. Faktor – faktor Penentu Tingkat Adopsi Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Hubungannnya Terhadap Produktivitas Usahatani Padi (Studi Kasus Di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu). Jurnal Agrisep 1 (2) : 26 – 101. Rasahan, C.Anwar, Hasibuan, Sinulingga, Wibowo, Musa, Darmowiyono, Alimoeso, Napitupulu, Winarno. 1999. Refleksi Pertanian dan Hortikultura Nusantara, Pustaka Harapan, Jakarta.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Sastrosiswoyo, 1990. Program Pengendalian Hama Terpadu. Makalah Dalam Pelatihan Jangka Pendek Metodologi dan Management Penelitian PHT Hortikultura di dataran Rendah. Juni – Juli 1990. Sub balai penelitian Hortikultura Sei Gunung. Said, E.G. 1994. Dampak Negatif Pestisida Sebuah Catatan bagi kita semua. Available at. http : // www // library.usu.ac.id/modules.php? Agrotek, Vol. 2 (1) : 71 -72 Diakses Tanggal 15 Februari 2008 Setiawati, W. 2005. Terapkan Pengendalian Hama Terpadu pada Sayuran Anda. 28 (2) : 12 – 13. Diakses tanggal 20 Mei 2007. Setyanto, A.P, Subagyono, K, Las, I. 2006. Isu dan Pengelolaan Lingkungan dalam Revitalisasi Pertanian Available at. http : // www Pustaka deptan.go.id/Publication/e jurnal Litbang Pertanian 25 (3) : 10 – 11. Diakses tanggal 21 juni 2007. Soekartiwi, 1989. Prinsip – prinsip dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi, Rajawali Press, Jakarta. Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Siegel, S. 1990. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu – ilmu Sosial. PT. Gramedia, Jakarta. Untung, K, 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta. ______________, Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyarata. Undang – Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman. Diperbanyak Direktorak jenderal tanaman Pangan dan Hortikultura, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura I. Medan. Utama, S.P. 2003. Kajian Efisiensi Usaha Tani Padi Sawah pada Petani Peserta Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Sumatera Barat. Available at. http : // www geocities.com/e jurnal/files/agrisep/sdisi 3/58 pdf htm. Jurnal Akta agrosia 6 (2) : 67 – 74. Diakses Tanggal 20 Mei 2007.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Van den Bosch, R,P.S. Messenger dan A.P. Guitierrez, 1973. An Introduction to Biological Control, Plenum Press, New York and London. Wardojo, S, M. Surdjani, T.O. Robson dan H. Susilo. 1978. Pesticide Management in Southeast Asia. Biotrop in Cooperation With The Kasetsart University, Bangkok. Wasiati dan Sukirno, 1998. Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jakarta. Wudyanto, R. 1997. Teknik Aplikasi Pestisida, Penebar Swadaya, Jakarta. Yayasan Duta Awan, 2007. Pesticide Action Network Asia and The Pasifik. Pestisida berbahaya bagi kesehatan. Http//www. Panap.net/uploade/media/Health-nodule-B.Indonesia.pdf Pestisida Htm. Diakses Tanggal 15 November 2007.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 1. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang Angkola
No Jenis Kelamin 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki – laki Laki – laki Perempuan Laki – laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki –laki Laki – laki Laki – laki Perempuan Laki – laki Laki - laki
Usia Responden (tahun) 41 - 50 31 – 40 > 50 31 – 40 21 – 30 31 – 40 31 – 40 31 – 40 > 50 41 – 50 21 – 30 > 50 21 – 30 41 – 50 21 – 30 41 – 50 41 – 50 31 – 40 31 – 40 > 50 41 – 50 31 – 40 > 50 > 50 31 – 40 31 – 40 41 – 50 > 50 31 – 40 31 – 40
Pendidikan Luas Lahan (ha) < 0.5 SD 3.1 – 5 SLTA < 0,5 SLTP 0.6 – 2 SD DIPLOMA > 0.5 > 0.5 SLTA 3.1 – 5 SLTA <0.5 SLTA <0.5 SLTP <0.5 SD <0.5 SLTP <0.5 SD <0.5 SLTP <0.5 SD SLTA <0.5 SLTP 0.6 – 2 SD <0.5 SLTA <0.5 SLTA <0.5 SLTP 0.6 – 2 SD 0.6 – 2 SLTP 0.6 – 2 SLTP <0.5 DIPLOMA 0.6 -2 SLTA 0.6 -2 S1 0.6 -2 SLTP 0.6 -2 SD < 0.5 SLTA 0.6 -2 SLTP 0.6 -2
Pengalaman bertani (tahun) 31 - 40 5 - 15 16 – 30 > 40 >5 5 – 15 5 – 15 5 – 15 31 – 40 31 – 40 5 – 15 31 – 40 5 – 15 31 – 40 5 – 15 5 – 15 16 – 30 >5 5 – 15 5 - 15 5 - 15 5 – 15 5 - 15 >5 5 - 15 5 - 15 > 40 > 40 5 - 15 5 – 15
Status kepemilikan lahan Bagi hasil Bagi hasil Lahan milik Bagi hasil Lahan milik Sewa Bagi hasil Lahan milik Bagi hasil Bagi hasil Sewa Sewa Sewa Sewa Sewa Bagi hasil Sewa Sewa Sewa Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Sewa Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Bagi hasil Bagi hasil
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
sendiri sendiri
sendiri
sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri
Lampiran 2. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang Toru
No
Jenis Kelamin
1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Laki – laki Laki – laki Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Perempuan Laki - laki
Usia Responden (tahun) 21 - 30 31 – 40 41 - 50 41 - 50 41 - 50 31 – 40 41 – 50 41 – 50 < 50 41 – 50 41 – 50 31 – 40 21 - 30 < 20 41 – 50 > 50 31 – 40 21 - 30 41 - 50 > 50 41 - 50 31 – 40 21 – 30
Pendidikan
SLTP SLTP SD SD SD SLTA SD SD SLTP SD SD SD SLTA SLTA SD SD SLTA SLTA SD SD SD SD SLTP
Luas Lahan (ha) < 0.5 0.6 - 2 < 0.5 > 0.5 > 0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 < 0.5 0.6 - 2 <0.5 <0.5 <0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 <0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 <0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 - 2 <0.5 <0.5
Pengalaman bertani (tahun) >5 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 – 30 5 – 15 16 – 30 31 – 40 16 – 30 16 – 30 5 – 15 5 – 15 <5 <5 16 – 30 31 – 40 5 – 15 <5 5 – 15 16 – 30 5 – 15 16 – 30 <5
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Status kepemilikan lahan Lahan milik Sewa Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Sewa Sewa Lahan milik Lahan milik Lahan milik Sewa Sewa Bagi hasil Sewa Sewa Bagi hasil
sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri sendiri
sendiri sendiri sendiri
Lampiran 3. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Padang Sidimpuan Timur
No Jenis Kelamin 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Laki - laki Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan perempuan perempuan Perempuan perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan perempuan perempuan perempuan Laki –l aki Laki – laki Laki - laki
Usia Responden (tahun) 41 - 50 41– 50 41 - 50 31 – 40 > 50 31 – 40 41 – 50 31 – 40 31 - 40 > 50 41 – 50 31 - 40 41 – 50 31 – 40 41 – 50 31 – 40 21 – 30 > 50 > 50 31 - 40 41 – 50 31 – 40 41 – 50 31 - 40 > 50 31 – 40 > 50 31 - 40 31 – 40 41 - 50
Pendidikan Luas Lahan (ha) < 0.5 SLTP < 0.5 SLTP < 0.5 SLTA < 0.5 SLTP < 0.5 SD < 0.5 SLTP < 0.5 SD < 0.5 SD < 0.5 SLTA < 0.5 SD < 0.5 SLTP < 0.5 SLTP 0,6 – 2 SLTA < 0,5 SLTP SLTA 0,6 - 2 SLTA < 0.5 SLTP < 0.5 SD < 0.5 SD < 0.5 SD 21 - 3 SD <0.5 SD <0.5 SD <0.5 SLTP <0.5 SLTP <0.5 SLTP <0.5 SLTP <0.5 SD <0.5 SD <0.5 SLTA <0.5
Pengalam an bertani (tahun) > 40 31 - 40 > 40 <5 > 40 16 - 30 16 - 30 16 - 30 16 - 30 <5 5 - 15 5 – 15 16 - 30 5 – 15 16 - 30 5 - 15 < 5 16 - 30 > 40 <5 16 - 30 5 - 15 16 - 30 > 40 5 - 15 5 - 15 > 40 16 - 30 16 - 30 > 40
Status kepemilikan lahan Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Bagi hasil Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Bagi hasil Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Bagi hasil Lahan milik sendiri
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 4. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Sayur Matinggi
No Jenis Kelamin 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki- laki Laki -laki perempuan perempuan Perempuan perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki –laki Perempuan Laki - laki
Usia Responden (tahun) 31 - 40 31 - 40 31 - 40 41 - 50 31 - 40 21 - 30 31 - 40 31 – 40 41 - 50 31 - 40 41 - 50 > 50 41 - 50 31 - 40 > 50 31 - 40 21 - 30 21 - 30 31 - 40 31 - 40 21 - 30 41 - 50 41 – 50 31 - 40 31 - 40 > 50 > 50 > 50 41 - 50 41 - 50
Pendidikan
SLTA SLTA SLTP SD SLTA SLTA SD SD SD DIPLOMA SLTP SD SLTA SD SD SLTP SLTP SD SLTP SD SLTA SLTA SD SLTA S-1 SLTP SD SLTP SD S-1
Luas Pengalaman Lahan bertani (ha) (tahun) < 0.5 >5 < 0.5 16 - 30 < 0.5 5 - 15 < 0.5 31 - 40 < 0.5 >5 < 0.5 >5 < 0.5 31 - 40 < 0.5 5 - 15 < 0.5 16 - 30 < 0.5 >5 < 0.5 31 - 40 < 0.5 > 40 0.6 – 2 > 40 0.6 - 2 31 - 40 0.6 - 2 > 40 0.6 - 2 31 - 40 < 0,5 16 - 30 < 0.5 16 - 30 < 0.5 16 - 30 < 0.5 16 – 30 0.6 - 2 < 5 2.1 – 3 > 40 0.6 - 2 5 - 15 < 0.5 5 - 15 <0.5 5 - 15 0.6 - 2 31 - 40 <0.5 16 - 30 <0.5 > 40 <0.5 16 - 30 <0.5 5 - 15
Status kepemilikan lahan Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Bagi hasil Sewa Sewa Bagi hasil Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 5. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Marancar
No Jenis Kelamin 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan perempuan perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Laki - laki Perempuan
Usia Pendidikan Luas Responden Lahan (tahun) (ha) 41 - 50 41 - 50 41 - 50 31 – 40 41 - 50 31 - 40 31 - 40 31 – 40 41 - 50 41 - 50 31 - 40 31 – 40 41 – 50 41 - 50 41 - 50 31 - 40 41 – 50 41 - 50 31 – 40 41 - 50 > 50 41 - 50 41 - 50 31 – 40 41 - 50 41 - 50 41 - 50 41 - 50 >50 >50
SD SD SD SLTA SD SLTP SLTP SLTP SD SD SD SD SD SD SD SLTP SD SLTP SLTP SD SD SD SD SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SD SD
0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2
Pengalaman bertani (tahun)
Status kepemilikan lahan
31 – 40 31 -40 16 - 30 <5 16 - 30 5 – 15 5 – 15 5 - 15 16 – 30 16 – 30 5 – 15 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 – 30 5 – 15 16 - 30 16 – 30 5 – 15 16 – 30 31 40 16 – 30 16 – 30 5 - 15 5 – 15 16 - 30 5 - 15 31 – 40 31 - 40 16 - 30
Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Sewa Sewa
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 6. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Siais
No Jenis Kelamin 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki – laki Laki – laki Laki – laki Laki - laki Laki - laki Perempuan Laki - laki Perempuan Laki - laki Laki – laki Laki – laki Laki – laki Laki – laki Laki – laki
Usia Responden (tahun) 31 - 40 41 – 50 31 - 40 41 – 50 21 - 30 41 – 50 21 – 30 21 - 30 31 – 40 41 – 50 > 50 > 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 31 - 40 31 - 40 31 – 40
Pendidikan Luas Lahan (ha) < 0.5 SD < 0.5 SD < 0.5 SLTA SD < 0.5 < 0.5 SD < 0.5 SD 0.6 - 2 SLTP < 0.5 SLTA < 0.5 SD < 0.5 SLTP < 0.5 SD < 0.5 SD < 0.5 SLTP < 0.5 SLTP < 0.5 SLTP < 0.5 SD < 0.5 SLTA < 0.5 SLTA < 0.5 SLTP < 0.5 SLTA < 0.5 SLTA < 0.5 SLTA < 0.5 SLTA
Pengalaman bertani (tahun) 16 - 30 31 – 40 5 - 15 16 - 30 <5 16 – 30 <5 <5 16 - 30 5 – 15 > 40 > 40 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 - 30 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 – 30 5 – 15 5 – 15 5 – 15
Status kepemilikan lahan Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 7. Data rekap kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang ikut SLPHT
Kec. Batang Angkola Kec. Batang Toru Y (X1) (X2) (X3) Y (X1) (X2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
50 39 52 40 56 64 39 43 51 59 49 54 50 55 51 45 64 62 54 64 63 56 52 55 50 65 62 58 50 50
27 23 25 23 25 25 23 22 27 23 20 25 19 20 20 22 21 21 24 24 22 24 25 20 23 22 23 21 22 22
Y = Pendapat Petani X1 = Aspek Ekologi
24 20 23 20 21 21 20 23 24 25 22 27 24 24 21 31 19 20 26 25 19 22 27 21 27 30 26 27 31 27
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
54 55 60 57 57 43 54 56 56 51 67 54 41 41 62 57 51 42 55 55 52 55 54
19 22 21 21 21 24 21 21 22 20 22 21 13 13 24 21 21 15 17 22 21 22 16
(X3)
Kec. Padang Sidimpuan Timur Y (X1) (X2) (X3)
25 23 24 23 23 31 24 23 23 23 27 24 31 21 22 24 24 31 34 26 31 23 29
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
62 49 50 53 60 66 60 73 56 82 55 56 60 62 62 57 47 53 57 52 44 59 47 61 57 56 60 50 53 50
X2 = Aspek ekonomi X3 = Aspek Teknologi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
25 22 20 24 24 24 20 23 20 24 20 18 24 24 23 20 18 20 25 22 21 20 21 20 24 20 23 20 24 20
24 24 23 21 27 27 28 28 24 25 22 23 22 23 27 24 20 22 30 22 24 27 24 31 32 21 22 26 25 23
Lampiran 8. Data rekap kajian penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang tidak ikut SLPHT
Kec. Sayur Matinggi Y (X1) (X2) (X3) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
49 47 49 50 49 51 47 43 46 49 41 47 48 49 50 46 47 47 50 49 57 46 44 57 61 58 38 52 47 49
18 16 17 16 19 16 16 20 17 19 17 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 18 20 20 20 15 17 16 18
Y = Pendapat Petani X1 = Aspek Ekologi
23 23 23 21 27 25 25 19 23 27 25 27 31 31 30 31 31 28 31 29 26 28 23 26 24 26 21 26 24 26
Y 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Kec. Siais (X1) (X2) 55 55 55 48 46 49 51 48 47 59 54 50 49 51 49 48 46 49 48 56 50 53 48
20 20 22 20 20 20 20 20 20 20 16 16 17 20 20 21 20 20 21 18 20 20 20
(X3)
Y
22 22 24 24 24 24 24 21 23 27 15 20 22 25 26 28 27 27 31 29 32 25 25
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
Kec. Marancar (X1) (X2) (X3) 52 52 49 46 51 43 44 40 46 47 47 44 49 47 43 51 38 50 40 46 49 48 55 47 49 45 51 50 54 54
X2 = Aspek ekonomi X3 = Aspek Teknologi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
22 18 19 22 16 20 18 22 20 20 20 18 20 19 19 20 15 16 20 20 20 21 17 16 18 8 18 18 18 18
22 23 23 24 25 19 23 20 31 31 28 23 21 20 19 24 21 20 20 27 27 31 25 24 26 22 25 25 25 25
Lampiran 9. Kuisioner peserta yang ikut SLPHT padi di Kabupaten Tapanuli Selatan
DAFTAR KUISIONER KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
Kecamatan : A. Identitas responden 1. Jenis Kelamin : 1. Laki – laki 2. Perempuan 2. Usia Responden : 1. < 20 2. 21 S/d 30 3. 31 s/d 40 4. 41 s/d 50 5. > 50 3. Pendidikan : 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Diploma 5. Sarjana (S1) 4. Luas lahan 1. < 0,5 ha 2. 0,6 ha s/d 2 ha 3. 2,1 ha s/d 3 ha 4. 3,1 ha s/d 5 ha 5. > 5 ha 5. Pengalaman Bertani 1. > 5 tahun 2. 5 s/d 15 tahun 3. 16 s/d 30 tahun
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
4. 31 s/d 40 tahun 5. > 40 tahun 6. Status kepemilikan lahan 1. Lahan milik sendiri 2. Sewa 3. Bagi hasil 4. Tegalan 5. Pekarangan
B. Aspek Ekologi 1. Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi hama pada tanaman padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 2. Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi Penyakit pada tanaman padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 3. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 4. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 5. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknik dan mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
6. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis, mekanik dan pestisida? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 7. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT tidak melakukan pengendalian sama sekali? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 8. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 9. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk Urea yang dilakukan setelah adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 10. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk SP 36 yang dilakukan setelah adanyaPHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 11. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk KCL yang dilakukan setelah adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 12. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk ZPT yang dilakukan setelah adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
13. Bagaimana menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT ? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 14. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis setelah adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 15. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis setelah adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 16. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan setelah adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 17. Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 18. Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap kelestarian musuh alami? 1. Sangat tidak berpengaruh 4. Berpengaruh 2. Tidak berpengaruh 5. Sangat berpengaruh 3. Kurang berpengaruh 19. Apakah Bapak/ibu sering melakukan pengamatan mingguan setelah adanya PHT? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
C. Aspek Ekonomi 20. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan pendapatan? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 21. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan produksi pertanian ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 22. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat mengurangi biaya pengendalian ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 23. Apakah bapak/ibu setuju dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani pengetahuan lebih meningkat? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 24. Apakah bapak/ibu setuju dengan seringnya PHP dan PPL memberikan penyuluhan lebih memperoleh pengetahuan tentang cara peningkatkan produksi padi? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
D. Aspek Teknologi 25. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan agens hayati? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
26. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 27. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida yang berasal dari tumbuhan (Biopestisida)? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 28. Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang dilakukan lebih sering setelah adanya PHT? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 29. Bagaimana frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan setelah adanya PHT? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 30. Apakah Bapak/ibu setuju dengan penngunaan pestisida yang bermerek Decis? 1. Sangat tidak setuju 4. setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 31. Apakah Bapak/ibu setuju setelah adanya PHT dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan sasarannya? 1. Sangat tidak setuju 4. setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 32. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida ? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
33. Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui
Pendapat petani padi tentang PHT 34. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang PHT? 1. Sangat tidak mengetahui 2. Tidak mengetahui 3. Kurang mengetahui
4. Mengetahui 5. Sangat mengetahui
35. Apakah menurut bapak/ibu penerapan PHT memberikan manfaat? 1. Sangat tidak bermamfaat 4. Bermamfaat 2. Tidak bermamfaat 5. Sangat bermamfaat 3. Kurang bermamfaat 36. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pelaksanaan PHT yang ada di daerah ini? 1. Sangat tidak baik 4. Baik 2. Tidak baik 5. Sangat baik 3. Kurang baik 37. Apakah bapak/ibu setuju bahwa fungsi dari ekosistem PHT untuk mengurangi penggunaan pestisida? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 38. Apakah bapak/ibu setuju bahwa program PHT sulit diterapkan dalam kehidupan sehari – hari? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 39. Apakah bapak/ibu setuju Program PHT perlu digalakkan lagi? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 10. Kuisioner peserta yang tidak ikut PHT padi di Kabupaten Tapanuli Selatan
DAFTAR KUISIONER KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
Kecamatan : A. Identitas responden 1. Jenis Kelamin : 1. Laki – laki 2. Perempuan 2. Usia Responden : 1. < 20 2. 21 S/d 30 3. 31 s/d 40 4. 41 s/d 50 5. > 50 3. Pendidikan : 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Diploma 5. Sarjana (S1) 4. Luas lahan 1. < 0,5 ha 2. 0,6 ha s/d 2 ha 3. 2,1 ha s/d 3 ha 4. 3,1 ha s/d 5 ha 5. > 5 ha 5. Pengalaman Bertani 1. > 5 tahun 2. 5 s/d 15 tahun 3. 16 s/d 30 tahun
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
4. 31 s/d 40 tahun 5. > 40 tahun 6. Status kepemilikan lahan 1. Lahan milik sendiri 2. Sewa 3. Bagi hasil 4. Tegalan 5. Pekarangan
B. Aspek Ekologi 1. Apakah menurut bapak/ibu populasi hama pada tanaman padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 2. Apakah menurut bapak/ibu populasi Penyakit pada tanaman padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 3. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 4. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 5. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknik dan mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 6. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis, mekanik dan pestisida? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
7. Apakah bapak/ibu setuju tidak melakukan pengendalian sama sekali? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 8. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 9 Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk urea pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 10. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk SP36 pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 11. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk KCL pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 12. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk ZPT pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 13.Bagaimana menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang diberikan? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 14. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
15. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 16. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 17. Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 18. Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap kelestarian musuh alami? 1. Sangat tidak berpengaruh 4. Berpengaruh 2. Tidak berpengaruh 5. Sangat berpengaruh 3. Kurang berpengaruh 19. Apakah bapak/ibu pernah melakukan pengamatan mingguan? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
C. Aspek Ekonomi 20. Apakah bapak/ibu setuju pendapatan meningkat meskipun belum ada program PHT? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 21. Apakah bapak/ibu setuju produksi pertanian meningkat meskipun belum ada program PHT? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
22. Apakah bapak/ibu setuju biaya pengendalian hama bertambah meskipun belum ada program PHT? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 23. Apakah bapak/ibu setuju dengan sering mengikuti pertemuan kelompok tani pengetahuan lebih meningkat? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 24. Apakah bapak/ibu setuju dengan seringnya PHP dan PPL memberikan penyuluhan lebih memperoleh pengetahuan tentang cara peningkatkan produksi padi? 1. Sangat tidak setuju 4. setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
D. Aspek Teknologi 25. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan agens hayati? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 26. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 27. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida) ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
28. Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang dilakukan lebih sering pada tanaman padi ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 29. Bagaimana frekuensi penggunaan pestisida yang bapak/ibu lakukan? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 30. Apakah Bapak/ibu setuju dengan penggunaan pestisida yang bermerek Decis ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 31. Apakah bapak/ibu setuju dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan sasarannya? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 32. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida ? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui 33. Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui
Pendapat petani padi tentang PHT 34. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang PHT? 1. Sangat tidak mengetahui 2. Tidak mengetahui 3. Kurang mengetahui
4. Mengetahui 5. Sangat mengetahui
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
35. Apakah menurut bapak/ibu penerapan PHT memberikan manfaat? 1. Sangat tidak bermamfaat 4. Bermamfaat 2. Tidak bermamfaat 5. Sangat bermamfaat 3. Kurang bermamfaat 36. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pelaksanaan PHT di daerah ini? 1. Sangat tidak baik 4. Baik 2. Tidak baik 5. Sangat baik 3. Kurang baik 37. Apakah bapak/ibu setuju fungsi dari ekosistem PHT untuk mengurangi penggunaan pestisida? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 38. Apakah bapak/ibu setuju bahwa program PHT sulit diterapkan dalam kehidupan sehari – hari? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 39. Apakah bapak/ibu setuju Program PHT perlu digalakkan? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
Lampiran 11. Peta Kabupaten Tapanuli Selatan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 12. Peta Kecamatan Batang Angkola
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 13. Peta Kecamatan Batang Toru
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 14. Peta Kecamatan Padang Sidimpuan Timur
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 15. Peta Kecamatan Sayur Matinggi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 16. Peta Kecamatan Marancar
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 17. Peta Kecamatan Siais
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.