PROSES PEWARNAAN ANTIK PADA PATUNG DI DESA TENGANAN DAUH TUKAD Arry Komang Gede Bhaskara ,Gede Eka Harsana Koriawan,Agus Sudarmawan Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia E-mail: {
[email protected] ,
[email protected] ,
[email protected] Abstrak
Berkembang pesatnya kepariwisataan di Bali sangat mempengaruhi berkesenian masyarakatnya, salah satunya dalam seni pewarnaan patung. Sehingga patung yang dibuat setelah pewarnaan nampak terlihat seperti patung antik. Pewarnaan Antik Pada Patung di Desa Tenganan Dauh Tukad yang dibuat pengerajin Gede Suryanta sangat berbeda di dalam proses pewarnaanya dibandingkan dengan patung biasanya. Oleh karena itu, patung yang dibuat hampir menyerupai patung yang sudah berumur ratusan tahun. Rumusan Masalah pada penelitian ini ialah (1) Bahan dan alat apa saja yang digunakan dalam pewarnaan antik pada patung? (2) Bagaimana proses pewarnaan antik pada patung? (3) Formula apa saja yang digunakan dalam pewarnaan antik pada patung? (4) Jenis patung yang diwarna antik ? Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif. Subyeknya adalah I Gede Suryanta dan obyeknya adalah Patung. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, dokumentasian dan kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)Bahan dan alat yang digunakan dalam dalam pewarnaan antik pada patung ialah Bahan : cat warna tembok Vinyl Acrylic Emulusion Paint , cat prada emas, serbuk tanah, Uncaria gambir, aspal, kapur sirih Kalsium Hidroksida Ca(OH)2. Alat: kuas, sikat, kompor kaleng, ember. (2) Proses pewarnan antik pada patung ada 8 tahap , yang dimulai dari menyiapkan cat dasar , menyiapka patung yang akan diwarna antik, pewarnaan dasar menggunakan warna putih, pewarnaan pada bagian kamben dan rambut, membuat detail bagian patung dengan cara di kountur , pembakaran , membuat bercak dengan cara disikat (cok-cok), dan tahap terakhir yaitu finishing dengan memoles cairan pamor(kapur sirih). (3) formula yang digunakan dalam pewarnaan antik ialah dengan mencampurkan bahan cat dasar dengan bahan lainya seperti gambir dengan perbandingan 10 cat : 1 Gambir, dan pencampuran cat dasar dengan bahan aspal, perbandingannya 5 cat : 1 aspal. (4) jenis patung yang diwarna antik ialah patung arca buddhaisme, patung arca ciwaisme, patung arca ganesha, patung arca durga, patung relief arjuna bertapa, patung manusia. Kata kunci: pewarnaan , antik, patung.
Abstract
The rapid growth of tourism in Bali greatly affects the artistic community. They strive to make unique innovations to attract the visitors. One of them is the art of sculpture in which the statue coloring that resemble sculptures of hundreds years old in age. This study examines four research problems, they are: 1) what materials and tools are used in the coloring of the statue; 2) How does the coloring process on the antique sculpture; 3) What formula is used in coloring antic on the statue?; and 4) Which sculptures are antic statue? This research is a qualitative descriptive. One artist from the village of Tenganan is taken as the research subject. Object of the research is the statue. Techniques of data collection were done by observation, interviews, documentation, and literature. The collected data were analyzed descriptively. 1
The results showed that 1) the materials used in antique stain on the statue is Vinyl Acrylic paint wall color paint Emulusion. Paint on a gold prada, ground powder, Uncaria gambirr, asphalt, whiting Calcium Hydroxide Ca (OH) 2, while the tool used are, brush, stoves, cans and buckets; 2) The process of staining sculptures made through 8 stages, namely a) prepare a primer, b) prepare the statue to be colored, c) perform basic coloring with white paint, d) conduct on the part of cloth and coloring hair, e) make detailed parts of the statue with contoured, f) burn, g) make spotting a way brushed , and h) polish with lime betel liquid ; 3) The formula used in antique stain is a mixture of base paint with other materials such as in the ratio 10: 1 and the mixture priming with asphalt material with a ratio of 5: 1; and 4) the type of antique stained statue is buddhaisme statues, ciwaisme statue, ganesha statue, durga statue sculpture, relief of imprisoned arjuna sculpture , and human statues. Key words: coloring, antic, sculpture
2
PENDAHULUAN Sepanjang perjalanan hidup, manusia tidak dapat melepaskan diri dari keterlibatan terhadap seni. Sejarah pun telah banyak membuktikan bahwa seni selalu seiring dengan perjalanan peradaban manusia, apa lagi dalam kehidupan modern seperti sekarang ini. Fungsi seni sangat kuat dan berperan sekali terhadap kehidupan manusia. Menurut Ki Hajar Dewantara seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya. Ada pula definisi seni menurut Akhidiat K.Mihardja yaitu seni adalah kegiatan manusia yang mereflesikan kenyataan dalam sesuatu karya, yang berkat dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani sipenerimanya. Seni memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pada hakikatnya fungsi kesenian juga merupakan salah satunya sebagai alat komunikasi. Benda-benda yang diciptakan manusia sangat difungsikan sebagai penunjang aktifitas dan sebagai alat hiasan . Seperti halnya Lukis, Patung dan, Keramik dalam penciptaan ada patung yang pewarnaanya di buat sama seperti patung sudah berumur ratusan tahun yang di dalam tampilan warnanya sudah kusam dengan tekstur warna yang sudah retak dan berdebu, sehingga bisa disebut patung antik. Berkembang pesatnya kepariwisataan di Bali sangat mempengaruhi berkesenian masyarakat di Bali, salah satunya dalam seni pewarnaan patung. Sehingga patung yang dibuat setelah pewarnaan nampak terlihat seperti patung antik, Oleh karena itu, desain patung yang dibuat sama persis seperti patung yang sudah berumur ratusan tahun sesuai dengan tuntutan konsumen. Ada beberapa karya seni khususnya seni patung yang terdapat di Desa Tenganan Dauh Tukad ,Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem , memiliki perbedaan dalam penampilanya kesanya sudah terbuat puluhan tahun, jika kita ketahui proses pewarnaan patung pada umumnya hanya diwarnai dengan
warna dasar saja, tanpa melalui proses pencampuran bahan lain. Dan di dalam proses finishingnya, pewarnaan patung hanya menggunakan cat prada emas ataupun prada perak yang bertujuan untuk mempercantik atau memperindah patung agar terlihat lebih mewah. Pewarnaan Patung Antik di Desa Tenganan Dauh Tukad yang dibuat pengerajin Gede Suryanta sangat berbeda di dalam proses pewarnaanya dibandingkan dengan patung biasanya. Dalam proses pewarnaan antik pada patung yang digarap pengerajin Gede Suryanta, harus melawati beberapa tahapan, sehingga di dalam proses pewarnaan menghasilkan warna yang berkesan antik. Karena didalam pencampuran warna ada beberapa formula yang di campurkan di dalam proses pewarnaanya. Alat dan bahan yang di gunakan dalam pewarnaan antik sangat berbeda dengan pewarnaan patung pada umumnya. Selain itu Patung yang diwarnai antik oleh Gede Suryanta tidak hanya satu jenis patung saja, melainkan ada beberapa jenis patung lainya yang di warnai antik. Sebagai pengrajin patung antik Gede Suryanta akhirnya mendapatkan inspirasi dari pekerjaannya sehari-hari. Dia ingin karya yang dibuatnya bisa diterima di masyarakat umum. Gede Suryanta berkarya dan berkreasi dengan inspirasinya sendiri, dia selalu kreatif untuk menemukan bahan, formula ,dan tatacara pengolahan warna hingga dapat menyerupai warna warna antik. Ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang di atas sebagai berikut. (1) Bahan dan alat apa saja yang digunakan dalam pewarnaan antik pada patung ? (2) Bagaimana proses pewarnaan antik pada patung? (3) Formula apa saja yang digunakan dalam pewarnaan antik pada patung ? (4) Jenis patung apa saja yang diwarnai antik ? Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan bahan dan alat yang digunakan dalam pewarnaan antik pada patung. (2) Mendeskripsikan proses pewarnaan antik pada patung. (3) Mendeskripsikan formula yang digunakan 3
dalam pewarnaan antik pada patung. (4) Mendeskripsikan jenis patung yang diwarna antik. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik studi kasus ,yaitu memusatkan perhatian pada satu kasus secara insentif dan mendetail. Obyek yang diselidiki terdiri dari satu kesatuan unit pandang sebagai yang dijadikan sasaran penelitian. Dilihat dari tujuan penelitian dan sifat sajian data maka penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau idaerah tertentu (Zuariah, 2005: 47). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai proses pewarnaan antik pada patung di desa tenganan dauh tukad. . Subjek dalam penelitian ini adalah Gede Suryanta . Objek penelitian adalah Patung. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode dokumentasi, wawancara dan kepustakaan. Teknik dokumentasi dalam penelitian Proses Pewarnaan Antik Pada Patung Di Desa Tenganan Dauh Tukad diperoleh dengan cara mengabadikan seetiap proses pewarnaan yang dilakukan dengan alat kamera digital. Metode kepustakaan ini dipergunakan sebagai cara untuk mengumpulkan data dengan membaca literatur, majalah, jurnal, koran, skripsi, dan juga dari internet. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sebagai berikut : a. Analisis Domain Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian bersifat umum dan relative menyeluruh tentang apa yang tercakup di suatu fokus atau pokok permasalahan yang telah diteliti. Dalam hal ini peneliti mengolah data yang sudah ada, dan membahas permasalahan yang terjadi kemudian disusun sedemikian rupa yang memerlukan gambaran umum atau
penjelasan yang bersifat umum tentang proses pewarnaan antik pada patung di Desa Tenganan Dauh Tukad. b. Analisis Taksonomi Analisis domain belum rinci dan mendalam. Namun demikian, hasil analisis domain tersebut dapat dijadikan sandaran bertolak untuk penelaahan yang lebih rinci dan mendalam, yang perlu lebih difokuskan pada masalah atau domain tertentu. Analisis lebih lanjut lebih rinci dan mendalam bisa disebut analisis taksonomi (Zuariah, 2005 : 221). Proses analisis taksonomi ialah pengolahan data yang sudah dianalisis secara umum dalam analisis domain, dan dianalisis lebih spesifik atau mendalam pada analisis taksonomi. Masalah yang difokuskan pada perumusan masalah pada penelitian ini yaitu mengenai proses pewarnaan, alat dan bahan,corak serta jenis-jenis patung yang diwarnai antik di Desa Tenganan Dauh Tukad. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil wawancara dengan narasumber ( Bapak Gede Suryanta pada tanggal 1-10 Oktober 2014 ) dan hasil observasi, maka diperoleh data tentang alat dan bahan yang digunakan oleh bapak Gede Suryanta pada proses Pewarnaan antik pada patung di Desa Tenganan Dauh Tukad , Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem sebagai berikut : Alat yang digunakan dalam proses pewarnaan antik pada patung. 1) Kuas adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengecat sebuah bidang datar yang terbuat dari bulu dengan pegangan yang terbuat dari kayu. Karena cat memiliki bermacam – macam jenis jenis , maka kuas juga dibuat sesuai dengan dengan sifat dan jenis cat yang bermacam macam juga. Anatomi kuas terdiri dari dari tangkai kayu , temin/ kerah pengikat dan bulu kuas. Bila ditinjau dari cat /bahan yang dipakai terdiri dari dua jenis yaitu kuas berbulu keras (biasanya terbuat dari bulu babi atau sapi) dan berbulu lembut (bulu musang atau tupai) karena media yang akan di kuas berbagai ukuran maka kuas pun di buat dengan berbagai ukuran juga, dari kuas besar, 4
kuas sedang dan kuas kecil. Menurut model antara lain bright ( kuas berbentuk persegi dengan bentuk temin yang melebar dan digunakan untuk sapuan kuat dan berefek tertentu), flat (kuas berbentuk persegi pipih dengan panjang bulu lebih dari kuas jenis bright) , round (kuas berbentuk bulat dengan temin bulat dan bulu meruncing keaatas , filbert (kuas pipih dengan masing – masing ujungnya berbentuk oval, fitch (kuas pipih dengan bulu berbentuk persegi , biasanya lebih tipis dari jenis kuas lainnya, dan fan blander ( kuas yang berbentuk kipas, digunakan untuk menetralisir cat minyak yang masih basah dengan mencampurkan satu sama lainnya. Kuas dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Kuas (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
2) Sikat yang digunakan adalah sikat cucian dengan ukuran yang beragam mulai dari sikat ukuran besar , sedang dan kecil sesuai besar kecil media yang akan disikat, dengan jenis bulu sikat yang lebih keras . Sikat dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.4 Kompor Kaleng (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara
Kompor Kaleng merupakan kompor yang terbuat dari kaleng bekas, dan bahan pembakarannya mengunakan arang yang di isi dengan minyak tanah. Kompor kaleng di gunakan untuk membakar di dalam proses pewarnaan. Selain lebih efesien, kompor kaleng juga lebih simpel digunakan karna patung yang akan dibakar lebih kecil. Tidak hanya kompor kaleng, kompor biasa pun bisa digunakan dalam proses pembakaran. Kompor Kaleng dapat dilihat pada gambar 4.4. 4)Ember adalah wadah / tempat yang terbuat dari bahan plastik digunakan sebagai tempat serbuk tanah dalam proses pewarnaan antik . Ember dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5 Ember (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara) Gambar 4.3 Sikat (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
Bahan yang digunakan dalam proses pewarnaan antik pada patung.
3) Kompor kaleng 1) Cat Warna Cat dapat campuran bahan 5
diartikan cair yang
sebagai diproses
secara kimia dengan komposisi utama yaitu, pelarut, binder, pigment, ekstender, dan aditif . Jika diaplikasikan pada permukaan solid/bidang tertentu, cat akan mengering dan membentuk “lapisan kulit” berwarna dan bersifat menyatu dengan benda tersebut. Didalam proses pewarnaan antik, cat warna yang digunakan ialah cat tembok yang daya rekatnya kurang, sehinga saat di sikat cat mudah hancur dan mengelupas. Cat warna difungsikan sebagai pelapis dasar patung atau pewarna patung. Cat warna dapat dilihat pada gambar 4.6
bahan organik. Dan didalam proses pewarnaan antik , tanah di gunakan sebagi pengkeruh warna dan tanah yang di pakai ialah serbuk tanah yang halus dan di campur air. Dan tanah yang digunakan tidak mesti khusus, tanah jenis apapun bisa digunakan. Gambar serbuk tanah dapat dilihat pada gambar 4.8
Gambar 4.8 Serbuk Tanah (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
Gambar 4.6 Cat Warna (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
2) Cat Prada Emas Cat prada Emas adalah cat yang terbuat dari bahan serbuk emas yang digunakan sebai pemanis warna yang memiliki kesan mewah. Cat Prada Emas biasanya di gunakan pada pada bagian hiasan patung. Cat Prada Eamas dapat dilihat pada gambar 4.7
4) Gambir (Uncaria Gambir) Gambir adalah nama sejenis tanaman tropis yang daun dan rantingnya dapat di ekstrak untuk di ambil getahnya dan diproses menjadi bahan olahan yang disebut dengan nama yang sama yaitu gambir. Gambir yang di ekstrak dari daun dan ranting gambir ini mempunyai manfaat dan khasiat yang sangat banyak. Salah satunya adalah sebagai bahan baku obat-obatan. Selain sebagai bahan baku obat obatan , gambir juga bisa digunakan sebagai bahan pewarna, karna gambir mengandung Zat Tanin yang sering digunakan dalam pewarnaan tekstil dan produk industri. Gambir dapat dilihat pada gambar 4.9
Gambar 4.7 Cat Prada Emas (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
3) Serbuk Tanah Gambar 4.9 Gambir (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
Tanah adalah bahagian permukaan bumi yang terdiri dari pada mineral dan 6
5) Aspal Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang ditemukan bersama sama material lain. Aspal dalam proses pewarnaan antik digunakan sebagai campuran warna , karena ketika warna dicampur dengan aspal yang sudah di panaskan akan member kesan warna yang keruh kehitam hitaman. Gambar Aspal dapat dilihat pada gambar 4.10
Gambar 4.10 Aspal (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
6) Kapur Ca(OH)2
Sirih
Kalsium
Foto 4.11 Kapur Sirih Kalsium Hidroksida Ca(OH)2(Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
Proses Pewarnaan Antik Pada Patung 1) Menyiapkan Cat Dasar Tahap pertama yang dilakukan adalah menyiapkan cat dasar dalam proses pewarnaan. Cat yang di gunakan dalam proses pewarnaan antik adalah cat warna primer, warna Primer yang dimaksud adalah warna–warna yang tidak dapat dihasilkan dari hasil campauran warna-warna lainnya dan dapat digunakan sebagai bahan pokok pencampuran untuk memperoleh warna lain.Warna – warna pokok yang dimaksud ialah warna Merah warna kuning dan warna biru. Di dalam proses pewarnaan antik yang di lakukan bapak Gede Suryanta, beliau menggunakan empat warna umum pada proses pewarnaan antik, diantaranya warna merah, warna hitam, warna putih, dan warna biru. Dan cat yang digunakan di dalam pewarnaan antik ialah cat tembok yang kekuatan catnya cepat mengelupas. Menyiapkan cat dasar dapat dilihat pada gambar 4.12
Hidroksida
Kapur Sirih Kalsium Hidroksida Ca(OH)2 adalah bahan yang berwarna putih yang terbuat dari kapur ataupun karang laut. Pamor atau Kapur Sirih pada umumnya digunakan sebagai penganti semen yang memiliki daya rekat , walaupun kekuatan rekatnya tak sama seperti semen. Pamor atau Kapur Sirih ini digunakan sebagai pelapis di saat finishing pewarnaan antik, selain sebagai pelapis kapur sirih juga dapat memberi efek warna lebih keruh, dan warna keputih-putihan. Kapur Sirih Kalsium Hidroksida Ca(OH)2 dapat dilihat pada gambar 4.11
Gambar 4.12 Menyiapkan Cat Dasar (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
2) Menyiapkan Patung Tahapan kedua adalah menyiapkan patung kayu yang akan di warna antik. Dalam proses pewarnaan antik patung 7
kayu yang akan diwarnai antik harus berwarna coklat atau kegelap gelapan. Jika patung yang akan diwarna antik tidak berwarna coklat atau berwarna gelap maka proses pewarnaan antik tidak akan sesuai, karena pada umumnya patung antik adalah patung yang terbuat dan berumur ratusan tahun, sehingga warna kayu akan berwarna coklat kehitam hitaman. Jika warna kayu pada patung berwarna putih maupun kuning, maka patung tersebut tidak tergolong patung antik. Karena di saat proses pewarnaan tidak semua bagian patung yang akan terkena cat, karena ada bagian patung yang akan mengelupas dan terlihat warna kulit patung berwarna coklat kehitam hitaman. Sehingga ada tehnik yang di gunakan jika patung yang akan diwarna antik tidak berwarna coklat atau gelap, dengan cara pembakaran mengunakan api, dengan lama proses pembakaran sampai warna patung kayu tersebut berubah menjadi warna coklat kegelapan. Dan setelah patung sudah siap patung di bersihkan dengan kuas terlebih dahulu sebelum di lanjutkan pada proses pewarnaan selanjutnya.. Menyiapkan patung yang akan diwarna antik dapat dilihat pada gambar 4.13
warna. Dan setelah selesai mewarnai dasar putih , patung di keringkan .Pewarnaan dasar menggunakan warna putih dapat dilihat pada gambar 4.14
Gambar 4.14 Pewarnaan Dasar Menggunakan Warna Putih (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
4. Pewarnaan Pada Bagian Kamben Dan Rambut Setelah tahapan pewarnan dasar putih selesai, dilanjutkan dengan proses pewarnaan pada bagian kamben, hiasan patung dan pewarnaan pada rambut. Warna tersebut di sesuaikan dengan warna kamben yang di warna biru, warna hiasan patung berwarna emas, dan warna rambut yang diwarnai hitam. Pewarnaan pada bagian Kamben dan Rambut dapat dilihat pada gambar 4.15
Gambar 4.13 Menyiapkan Patung (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
3) Pewarnaan Dasar Mengunakan Warna Putih Setelah patung disiapkan dan sudah siap untuk diwarna antik , tahapan selanjutnya ialah mewarnai patung dengan warna putih. Warnai seluruh patung dengan warna putih, dan bedanya pewarnaan antik ini proses pewarnaannya tidak mesti rata dengan warna, walaupun ada beberapa bagian patung tidak kena
Gambar 4.15 Pewarnaan Pada Bagian Kamben Dan Rambut (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
5. Membuat detail bagian patung dengan cara dikountur Proses selanjutnya adalah proses membuat detail bagian patung dengan 8
cara dikountur. Proses membuat detail dengan cara dikountur dimulai dari wajah patung seperti alis, mata , hidung, bibir, motif hiasan pada patung. Dan setelah proses pewarnaan dan pengkounturan selesai, kemudian patung dijemur sampai kering. Membuat detail bagian patung dengan cara dikountur dapat dilihat pada gambar 4.16
mengunakan kompor minyak tanah. Patung tersebut di bakar atau di asap dalam kondisi api menyala, dan lama proses pembakaran dilakukan kurang lebih 2-3 menit sampai patung sudah berwarna kegelap gelapan dan dan memiliki efek garing. Dan jika patung sudah berwarna kegelapan, pembakaran bisa diselesaikan, dan patung kembali di jemur . Gambar pembakaran dapat dilihat pada gambar 4.17 7. Membuat bercak dengan cara di sikat
(cok – cok)
Gambar 4.16 Membuat detail bagian Patung dengan cara dikountur (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
6. Pembakaran
Tahap selanjutnya ialah patung yang sudah di bakar kemudian di sikat atau di cok – cok mengunkan sikat yang bulu sikatnya keras, proses menyikat patung dilakukan sambil di basahi air, dengan arah sikatan veryikal maupun horisontal. Tujuan patung di sikat atau di cok – cok ialah untuk mebuat bercak pada warna patung secara singkat dengan cara di sikat atau di cok-cok , sehingga warna patung bertekstur dan mengelupas . Dan proses penyikatan atau cok – cok dilakukan sesuai dengan tekstur yang di inginkan. Dan setelah menyikat patung di jemur sampai kering.Membuat bercak dengan cara di Sikat (cok – cok) dapat dilihat pada gambar 4.18
Gambar 4.17 Pembakaran (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
Setelah patung kering , kemudian tahap selanjutnya yaitu pembakaran pada patung. Tujuan pembakaran dilakukan adlah dengan tujuan supaya patung yang sudah diwarna tadi terkesan gelap dan lebih memiliki efek garing. Proses pembakaran dilakukan dengan mengunakan kompor kaleng yang terbuat dari kaleng dan isi kaleng tersebut ialah arang yang di isi dengan minyak tanah. Tetapi pembakaran pun bisa dilakukan
Gambar 4.18Membuat bercak dengan cara di sikat (cok – cok) (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
8. Penceluban ke Serbuk Tanah
9
Proses selanjutnya yaitu penceluban patung kedalam serbuk tanah yang sudah di campur air. Tujuan dari penceluban ini ialah supaya warna patung kotor dan berdebu, sehingga kesan warna patung sudah berumur ratusan tahun. Penceluban dilakukan dalam keadaan patung sudah kering dan sambil di kuas sampai rata di seluruh permukaan patung. Dan setelah penceluban di lakukan patung di jemur sampai kering. Pencelupan patung kedalam serbut tanah dapat dilihat pada gambar 4.19
kesan antik juga lebih terlihat ,tahap terakhir ialah pemolesan campuran pamor dengan air. Tujuan dari pemolesan pamor ialah, disaat finishing di bagian selah atau lubang rongga pada patung masih membekas warna putih. Setelah kering debu yang melekat pada patung di bersihkan, dan patung sudah selesai diwarna antik. Patung sudah selesai di warna antik dapat dilihat pada gambar 4.20
Formula Yang Di Gunakan Dalam Pewarnaan Antik Pada Patung
Gambar 4.19 Penceluban ke Serbuk Tanah (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
9. Finising
Gambar 4.20 Patung Yang Sudah diwarna Antik (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
Dan proses akhir pewarnan ialah
Proses Pewarnaan Atik Pada Patung di Desa Tenganan Dauh tukad , Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem milik bapak Gede Suranta memiliki formula tertentu di dalam proses pewarnaan antik pada patung. Seperti yang sudah dijelaskan, di dalam proses pewarnaan antik pada patung ada tiga yaitu, menggunakan tenik penceluban tanah dalam pewarnaan, ada tehnik pencampuran gambir pada proses pewarnaan dan ada pula dengan tehnik pencampuran mengunakan aspal. Dari ketiga tehnik tersebut, tahapan proses pewarnaan antik yang di lakukan sama seperti tahapan proses yang di jelaskan pada proses pewarnaan antik. Yang membedakan hanyalah pencampuran bahan pada warna yang akan di gunakan pada pewarnaan antik, seperti pencelupan pada serbuk tanah, mencampur warna dengan bahan gambir dan aspal. Tetapi di dalam pencapuran bahan gambir dan aspal, ada beberapa takaran supaya hasil pewarnaan antik lebih maksimal. Takaran pencampuran bahan gambir, aspal ,dan tanah pada warna adalah sebagai berikut : 1.Warna Dasar seperti warna merah, hitam, putih, dan biru di campur dengan bahan gambir, dengan perbandingan 10 : 1 gambir yang dimaksud sudah di tumbuk halus seperti tepung dan sudah dicampur dengan air sampai gambir mengental seperti cat.
finising. Setelah patung kering dan supaya 10
2.Warna Dasar seperti warna merah, hitam, putih dan biru di campur dengan bahan aspal, dengan perbandingan 5 : 1 aspal yang dimaksud sudah di panaska sehingga dia cair. Sesudah bahan – bahan di atas di campurkan pada cat warna dasar, proses pewarnan sama seperti proses pewarnaan yang sudah di jelaskan seperti : 1. Menyiapkan cat dasar yang sudah di campur dengan bahan gambir atau aspal. 2. Menyiapkan patung yang akan diwarna antik 3. Pewarnaan dasar mengunakan warna putih yang sudah di campur dengan bahan gambir atau aspal 4. Pewarnaan pada bagian kamben dan rambut 5. Membuat detail bagian patung dengan cara dikountur 6. Pembakaran 7. Membuat bercak dengan cara di Sikat ( cok – cok)
8. Finishing Jenis Patung Yang Diwarnai Antik 1) Patung Arca Buddhaisme
dan lebar 9 cm. Didalam proses pewarnaan , jenis patung arca Buddhaisme ini diwarnai dengan tehnik penceluban pada tanah, karena patung arca budhaisme mengambil bentuk seorang buddha mengutamakan tampilan warna lebih terang yang lebih menonjolkan tampilan suci, maka dari itu proses pewarnaanya menggunakan tehnik penceluban pada serbuk tanah. Patung arca Buddhaisme ini sedang mengambil sikap bersila, yang memejamkan matanya dan menapakkan tangan kananya. Dan didalam patung arca buddhisme ini tidak ada motif hias sedikitpun, karna di dalam patung ini bersifat sederhana atau polos sesuai perwujudan budha. Gambar Patung Arca Buddhisme dapat dilihat pada gambar 4.21 2) Patung Arca Ciwaisme Patung Arca Ciwaisme ini terbuat dari bahan kayu. Patung arca ciwaisme ini di buat dengan ukuran tinggi 15 cm dan lebar patung 10 cm. Di dalam Proses Pewarnaanya , Patung Arca Ciwaisme diwarnai dengan tehnik pencampuran bahan menggunakan bahan aspal yang sudah dipanasi. Karena pada Patung Arca Ciwaisme mengutamakan tampilan warna lebih berwarna gelap. Patung Arca Ciwaisme ini mengambil sikap bersila, dengan berbagai hiasan motif bali, terutama pada bagian mahkota . Gambar Patung Arca Ciwaisme dapat dilihat pada gambar 4.22.
Gambar 4.21 Patung Arca Buddhisme (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
Patung Arca Budhaisme dibuat menggunakan bahan dari kayu. Pada umumnya patung arca ini dibuat dengan ukuran tinggi 15 cm dan lebar 10 cm. karna patung ini bertujuan sebagai hiasan , untuk ukuran di buat berbagai ukuran sesuai tuntutan konsumen. Dari ukuran paling besar dengan ukuran tinggi mencapai 20 cm dan lebar 14 cm. ukuran sedang dengan tinggi 15 cm dan lebar 10 cm , dan ukuran kecil dengan tinggi 12 cm
Gambar 4.22 Patung Arca Ciwaisme (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
11
3) Patung Arca Ganesha
Gambar 4.24 Patung Arca Durga (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara) Gambar 4.23 Patung Arca Ganesha (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
Patung Arca Ganesha ini terbuat dari bahan kayu, dan patung ganesha ini di buat dengan ukuran tinggi 20 cm dan lebar 9 cm. Patung Archa Ganesha diwarnai dengan tehnik penceluban pada serbuk tanah yang dicampur degan air. Patung Archa Ganesha mengambil sikap beridiri,sambil membawa kendi dan di hiasi dengan motif ukiran bali. Gambar Patung Arca Ganesha dapat dilihat pada gambar 4.23
4) Patung Arca Durga Patung Arca Durga, patung ini mengambil wujud raksasa dengan fisik wajah yang seram, mata melotot, memiliki gigi taring yang panjang, lidah yang menjulur keluar, di atas rambut ada api, dengan payudara yang panjang, rambut panjang, kuku tangan yang panjang. Patung Arca Durga di warnai dengan tehnik pencampuran warna pada bahan gambir. dengan tujuan warna yang di tampilkan ke merah merahan. Patung Arca Durga mengambil sikap berdiri dengan tanga sebelah kiri memegang kepala, tangan sebelah kanan dibuka dan menjulurkan lidahnya. Durga merupakan symbol dari kekuatan magic. Dan patung Arca Durga ini di buat dengan ukuran tinggi 25 cm dan lebar 10 cm. Gambar Patung Arca Durga dapat dilihat pada gambar 4.24
5) Patung Relief Arjuna Bertapa Patung Relief Arjuna bertapa terbuat dari bahan dasar kayu. Patung Relief Arjuna diwarnai dengan dua tehnik, yaitu tehnik pencampuran warna pada warna putih, yang digunakan pada pewarnaan tubuh arjuna dan dewi. Kemudian pencampuran aspal pada warna emas dan hijau yang bertujuuan warna lebih gelap. Patung relief ini mengambil sebuah cerita pangeran arjuna yang sedang melaksanakan pertapaan dengan mengambil sikap bersila , sedang di ganggu oleh dua bidadari cantik yang berada di sebelah kanan dan kiri pangeran arjuna dan pada Patung relief tersebut di hiasi dengan dua ekor naga di sebelah kanan dan kiri. Patung Relief Arjuna Bertapa di buat dengan ukuran panjang 50 cm dan lebar 25 cm. Gambar Patung relief Arjuna Bertapa dapat dilihat pada gambar 4.25
Ganbar 4.25 Patung Relief Arjuna Bertapa (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara
12
6) Patung Manusia
Gambar 4.26 Patung Manusia perempuan dan laki-laki (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
bentuk dari sosok seorang tokoh dalam pewayangan dimana di dalam bentuk patung mengambil sikap berdiri dan dilengkapi dengan hiasan dan mahkota layaknya seorang panglima maupun pangeran . Adapun perbedaan tehnik yang digunakan pada pewarnaan patung ini, seperti tehnik penceluban pada tanah yang di gunakan untuk mewarnai patung manusia perempuan, dan tehnik pencampuran warna dengan gambir yng di gunakan dalm pewarnaan patung lakilaki. Gambar Patung Manusia perempuan dapat dilihat pada gambar 4.26 Gambar patung manusia laki - laki dapat dilihat pada gambar 4.27 Gambar Patung Tokoh Pewayangan dapat dilihat pada gambar 4.28 KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian tentang Proses Pewarnaan Antik Pada Patung Di Desa Tenganan Dauh Tukad , Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem dapat disimpulkan sebagai berikut.
Gambar 4.27 Patung Tokoh Pewayangan (Foto : Arry Komang Gede Bhaskara)
Jenis Patung Manusia ini terbuat dari bahan dasar kayu, patung manusia ini tentu saja mengambil wujud sosok manusia baik laki – laki maupun perempuan. Pada dasarnya patung manusia ini tidak mengutamakan postur tubuh ideal secara anatomi. Namun patung ini dibuat sesuai seni dan indah menurut si pematung, bisa kepala lebih besar, panjang kaki dan tangan tidak sesuai bahkan hanya setengah bagian dari tubuh. Dan sebagian besar patung manusia ini mengambil sikap berdiri. Patung manusia ini dibuat dengan ukuran tinggi 100 cm dan lebar 20m- 23 cm. Selain itu patung manusia yang dibuat ialah patung manusia yang mengambil
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam Proses Pewarnaan Antik Pada Patung ialah, dengan alat, Kuas berbagai ukuran, Sikat Cuci yang keras, Kompor Kaleng,dan Ember. Sedangkan Bahan yang digunakan ialah Cat Tembok Warna Merah, warna putih, warna biru , warna kuning, warna hitam, cat Prada, Serbuk Tanah, Gambir, Aspal , Pamor ( Kapur Sirih). 2. Proses pewarnaan Antik Pada Patung ialah Tahap pertama yang dilakukan adalah menyiapkan cat dasar dalam proses pewarnaan. Cat yang digunakan ialah cat tembok warna merah, putih, biru, kuning dan hitam. Setelah itu siapkan patung yang akan diwarna antik . setelah patung siap, dilanjutkan dengan pewarnaan dasar pada patung menggunakan warna putih , sesudah patung diwarna putih dilanjutkan dengan pewarnaan pada kamben dan rambut menggunakan warna biru pada kamben dan warna hitam pada rambut. Tahap selanjutnya ialah membuat detail pada bagian patung dengan cara di kountur pada bagian wajah patung terutama mata, alis dan bibir. Setelah proses pengkounturan selesai di lanjutkan 13
dengan proses pembakaran at yang bertujuan membuat warna kehitam hitaman dan terkesan garing. Setelah itu membuat bercak pada patung dengan cara di sikat atau di cok-cok yang bertujuan membuat tekstur retak dan mengelupas pada warna patung secara singkat. Setelah itu patung di celupkan pada wadah yang sudah berisi serbuk tanah yang basah, yang bertujuan membuat warna patung terlihat kusam. Setelah di celup, patung dijemur hingga kering, dan proses selanjutnya ialah finishing dengan memoles patung dengan bahan kapur sirih Kalsium Hidroksida Ca(OH)2 yang sudah di tumbuk halus dan di campur air, setelah itu patung di jemur hingga betul betul kering, dan patung di bersihkan menggunakan kuas . 3. Formula Yang Di Gunakan Dalam Pewarnaan Antik Pada Patung ialah penceluban pada serbuk tanah, mengunakan campuran bahan Gambir dan Aspal, dengan perbandingan campuran Warna Dasar seperti warna merah, hitam, putih, dan biru di campur dengan bahan gambir, dengan perbandingan 10 : 1 gambir yang dimaksud sudah di tumbuk halus seperti tepung dan sudah dicampur dengan air sampai gambir mengental seperti cat. Dan Warna Dasar seperti warna merah, hitam, putih dan biru di campur dengan bahan aspal, dengan perbandingan 5 : 1 aspal yang dimaksud sudah di panaskan sehingga dia cair. 4. Jenis Patung Yang di Warna Antik Ialah jenis patung arca. Pada dasarnya pengertian Patung arca adalah hasil dari kerajinan seni patung yang dipergunakan dalam upacara keagamaan dan telah disucikan melalui proses upacara keagamaan. Jenis patung arca yang dimaksud ialah jenis arca Buddhisme, jenis arca ciwaisme dan jenis arca durga. Selain itu ada juga jenis patung yang diwarna antik yaitu jenis seni patung yang di dalam proses pembuatanya tidak ada ritual proses keagamaannya yang bertujuan hanya sebagai patung hiasan, seperti patung relief. Relief merupakan karya seni dua dimensi, namun pada khususnya merupakan bagian dari seni patung yang masuk dalam jenis lukisan dinding yang timbul yang dibuat dengan
tehnik pahat mauupun dengan menempelkan bahan – bahanya dengan alat khusus. Selain itu ada pula jenis seni patung yang mengambil bentuk tokoh pewayangan, dan jenis patung yang bisa di pajang sebagai hiasan, seperti patung manusia dan binatang. Dari hasil penelitian ini penulis dapat memberikan saran kepada berbagai pihak, adapun saran tersebut sebagai berikut: 1. Tetap bertahan dengan ciri khas yang dimiliki mengingat perkembangan teknologi sedang berkembang pesat. Ciri khas tersebut sebagai identitas budaya. 2. Kepada pemerintah daerah Karangasem agar lebih memperhatikan keberadaan pengrajin seperti pengrajin pewarna antik pada patung yang ada di Desa Tenganan Dauh Tukad yang saat ini hanya ada 1 di Kabupaten Karangasem yaitu di Desa Tenganan Dauh Tukad. 3. Untuk masyarakat umum jangan pernah malu untuk mempelajari Proses Pewarnaan Antik Pada Patung di daerah sekitar, karena kerajinan seperti ini mampu meningkatkan mutu kelangsungan hidup dan juga bisa sebagai ciri khas atau budaya suatu daerah. 4. Untuk penelitian selanjutnya, banyak hal yang belum didapatkan dalam penelitian ini seperti bahan apa saja yang bisa digunakan, dan tehnik untuk mewarnai antik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,
Suharsini.
1993.
Prosedur
Penelitian . Jakarta :PT.Rineka Basuki
,
Soekarno
Lanawati.
2004.
Panduan Membuat Desain Ilustrasi Busana. Jakarta: PT Kawan Pustaka Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni ,
Wacana Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
14
Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 7. Cetakan Pertama, 1989. Jakarta: PT Adi Pustaka.
Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 9. Cetakan Pertama, 1990. Jakarta: PT Adi Pustaka.
Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 8. Cetakan Pertama, 1990. Jakarta: PT Adi Pustaka.
Kamus Besar Bahasa Indonesia/Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Edisi 3, Cetakan Ke-3. 2005. Jakarta: Balai Pustaka.
Kamus Besar Bahasa Indonesia/Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Edisi 4,. 2008. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wendra ,2007. Penulisan Karya Ilmiah (Modul). Singaraja : Undiksha Widia, I Wayan dkk. 1990. Tinjauan Patung Sederhana Bali. Bali: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pembinaan Permusiuman Bali. Zuriah,Nurul. 2005. Metodelogi Penelitian. Malang : Bumi Aksara Antikgue. 2012. Mengoleksi Barang Antik. Tersedia pada http://barangantikku.blogdetik.com/ diakses tgl 22 oktober 2014 Https://Ufikmuckraker.wordpress.com/201 2/03/28/10-pengertian-senimenurut-pendapat-para-ahli/
Rasjoyo. 1994. Pendidikan Seni Rupa
,Kurikulum 1994 untuk siswa SMa kelas I , Erlangga,PT Glora Aksara Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010. Nirwana ,
Elemen Desain,
–
elemen
Seni
Cetakan Yogyakarta: Jalasutra
dan
Kedua.
Setyobudi, dkk.2007. Seni Budaya untuk SMP Kelas IX. Erlangga :PT Glora Aksara Soedarso, dkk. 1992. Seni Patung Indonesia. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta bekerjasama dengan Taman Budaya Yogyakarta Sugiyono.
2009.
Kuantitatif
Metode Penelitian Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2003. Metolog Penelitian
Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya , Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Yogyakarta: DictiArt Lab & Djagad Art House. 15