KAJIAN VISUAL BANGUNAN DAPUR TRADISIONAL KHAS KECAMATAN KUBU, KARANGASEM I Gede Putu Bayu Intaran, Gede Eka Harsana Koriawan, Ni Nyoman Sri Witari Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia E-mail:
[email protected] ,
[email protected] ,
[email protected] } Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui struktur bangunan dapur tradisional khas Kubu, Karangasem. (2) mengetahui sistem ukur bangunan dapur tradisional khas kecamatan Kubu, Karangasem. (3) mengetahui fungsi bagian-bagian dapur tradisional khas kecamatan Kubu, Karangasem. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan model pendekatan kualitatif. Jenis data yang didapat yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data ini dianalisis dengan cara kualitatif dengan tahap yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) struktur bangunan dapur tradisional khas kecamatan Kubu, Karangasem. Menggunakan material alami untuk pembuatan dapur tradisional dengan menggunakan atap yang berbahan ilalang atau beluhu. (2) sistem ukur bangunan dapur tradisional khas Kubu Karangasem. Menggunakan cara tradisional yaitu dalam istilah Bali Gegulak (sistem ukur tradisional bali) yang terdiri dari Musti, Hasta, Depa (3) fungsi bagian-bagian bangunan tradisional khas kecamatan Kubu, Karangasem. Lantai (bebaturan) yang terbuat dari tanah karena tidak menggunakan semen atau ubin, Dinding atau bedeg yang terbuat dari anyaman bambu dan terdapat celah-celah untuk memudahkan keluarnya asap dari kayu yang di gunakan sebagai bahan bakar, Rangka atap yang terbuat dari bambu berfungsi sebagai rangka penahan atap bangunan dapur, Tiang ( sesaka) yang terdiri dari enam belas buah digunakan sebagai tiang penyangga bangunan, Bataran (Pondasi) terbuat dari batu utuh sebagai dasar dinding bangunan, Seseh (perekat tiang) adalah kayu kelapa yang berfungsi sebagai penyambung atau perekat sesaka , Ujuk (Tiang atas) terdapat pada bagian geladag sebagai poros tengah bangunan dapur, Undag (tangga didepan pintu) sebagai pembatas antara ruangan di dalam dan diluar dipergunakan sebagai tangga, Neb (Penahan) terbuat dari bilah bambu yang memanjang sesuai ukuran atap bangunan berfungsi sebagai penjepit beluhu, Trampo (Bambu) berfungsi sebagai penahan dinding atau bedeg letaknya tepat diatas bataran, Jalikan atau tungku yang terbuat dari tanah digunakan sebagai tempat memasak, Sendi terbuat dari batu persegi atau semen yang berfungsi sebagai dasar tiang atau sesaka, Bale gede berfungsi sebagai tempat tidur, Bale cenik beten berfungsi sebagai tempat alat memasak, Geladag (tempat penyimpanan hasil panen) berada diatas ruangan dapur. Kata kunci : dapur tradisional, struktur, sistem pengukuran, dan fungsi.
1
Abstract This study aims at (1) knowing the structure of special traditional kitchen of Kubu, Karangasem; (2) knowing the measuring system of the special traditional kitchen of Kubu, Karangasem ; (3) knowing the function of each part of the special traditional kitchen of Kubu, Karangasem. This is a descriptive qualitative research. The data collection were observation, interview, and documentation. The data found were analyzed qualitatively, the steps of which were data reduction, data presentation, and conclusion. The result of the study showed that: (1) the structure of special traditional kitchen of Kubu, Karangasem uses natural material, such as tall coarse grass or Beluhu. (2) The measuring system of the special traditional kitchen of Kubu, Karangaem uses traditional system known as Gegulak( a traditional measuring system of Balinese people) which consist of Musti, Hasta, Depa. (3) The function of each part of the special traditional kitchen of Kubu, Karangasem are :The floor or (bebaturan) which is made of soil because they don‟t use cement or tile; The wall or (bedeg) which is made of plaited bamboo, so that there are space from which the smoke of the cooking process with wood goes out; The roof frameworks which are made of bamboo have a function to support the kitchen roof; The pole or (sesaka) which consist of sixteen poles of the building; Base (bataran) is made of stone as the foundation of the building;Pole adhesive (seseh) is made of coconut wood which function as the connector of the sesaka; Upper pole (ujuk) which position is on the geladag part as the center axis of the kitchen; The stairs in front of the door (undag) function as the border between indoor and outdoor parts of the building; The restrain (neb) which is made of long bamboo chips function as the clasp of the beluhu, Bamboo (trampo function as the supporter of the wall or bedeg which is exactly situated on the bataran; The fireplace (jalikan) which is made of soil, used as the place to cook; join which is made of square stone or cement functions as the pole or sesaka base; Bale gede functions as a bed, Bale cenik beten functions as the place of the cooking utensils; Geladag the place to keep the harvest situated above the kitchen building. Key word: traditional kitchen, structure; measuring sytem and function
2
PENDAHULUAN Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia (primer) disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai kebutuhan dasar (basic human needs) karena merupakan unsur yang harus dipenuhi guna menjamin kelangsungan hidup manusia. Dimana kebutuhan dasar ini akan menentukan taraf kesejahteraan sekaligus kualitas hidup manusia itu sendiri karena itu suatu hunian pada hakekatnya dapat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan orang-orang yang tinggal didalamnya. Setiap rumah dan tempat dimana keluarga berkumpul pasti memiliki ruangan yang bernama dapur. Pengertian dapur berdasarkan fungsinya adalah sebuah lokasi atau ruangan khusus yang berisi berbagai peralatan yang digunakan untuk memasak, menyiapkan atau mengolah makanan yang akan dimakan sehari-hari. Secara fungsional dapur didominasi oleh kaum perempuan, tidak sedikit di antara mereka yang menghabiskan waktu mereka selama berjam-jam di dalam dapur hanya untuk menyiapkan makanan. Dapur secara harfiah berarti suatu tempat, biasanya di dalam rumah, di mana seseorang melakukan suatu aktivitas mengolah dan menyediakan bahan makanan atau pangan. Aktivitas seperti ini dinamakan dengan kegiatan memasak. Di sisi lain, kata dapur juga bisa mengacu pada aktivitas memasak ini maupun hasil daripada aktivitas ini. Seiring dengan perkembangan budaya dan teknologi, bentuk dapur juga mengalami perubahan. Perencanaan dapur modern saat ini mengikuti prinsip segitiga yang menyatakan bahwa 3 fungsi utama dapur adalah penyimpanan (seperti kulkas), persiapan, dan memasak. Prinsip ini menekankan supaya antara ketiga fungsi tersebut, tidak saling menghalangi namun juga jarak ketiganya tidak terlalu jauh. Beberapa bentuk dapur yang umum diimplementasikan antara lain, seluruh fungsi di atas ditempatkan pada satu dinding sehingga prinsip segitiga ini menjadi segaris (sedinding). Bentuk ini kurang efektif namun lebih menghemat
ruangan. Bentuk lainnya dari fungsi di atas yaitu dapur ditata pada dua dinding yang berlawanan. Bentuk dapur L, dimana alatalat dapur ditempatkan pada 2 dinding yang berpotongan (di sudut). Bentuk dapur U, yaitu menempati 3 dinding. Terkadang, dapur juga memiliki tempat yang berfungsi sebagai ruang makan juga ( Bentuk Fungsi Konsepsi/Jenis Dapur Dan Perawatannya.Html 15 oktober 2014, 10:05). Setiap rumah yang ada di Indonesia memiliki bentuk dapur tradisional yang berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah lain. Itu semua dipengaruhi oleh adat-istiadat yang beraneka ragam pada masing-masing daerah di Indonesia. Di daerah Bali pola membangun rumah tinggal di pengaruhi olah adat-istiadat Bali yang dijiwai oleh Agama Hindu. Masyarakat Bali menggunakan konsep Sanga mandala dalam membangun rumah tinggalnya konsep sanga mandala dapat juga dikatakan lahir dari pengembangan konsep catuspatha dengan pusat persilangan zona tengah dan empat zona lainnya adalah zona kaja, zona kangin, zona kelod/ selatan dan zona kauh/barat. Zona berikutnya adalah karang tuang yakni empat sudut dari pempatan agung(perempatan besar): kajakangin(utara-timur), kelod-kangin(selatantimur), kelod-kauh(selatan-barat), dan kaja-kauh(utara-barat). Konsep Sangamandala ( Acuan mutlak dalam arsitektur Bali) pada rumah tinggal tradisional Bali berpengaruh pada pola kedudukan masa bangunannya. Areal parahyangan atau tempat suci menduduki nilai „utama‟ dalam zone utamaning utama, areal tempat tinggal atau pawongan menduduki nilai „madya‟ sedangkan areal pelayanan atau palemahan (service area) menduduki nilai „nista‟. Arah yang jelas di tengah kosmos, kangin-kauh (sumbu ritual) dan kaja-kelod (sumbu bumi) merupakan pedoman dasar orientasi tradisional pada halaman, bangunan, pekarangan, dan lingkungan. Nama-nama bangunan pada zone madya : Bale Daja, Bale Dangin, Bale Delod, 3
Dale Dauh adalah nama-nama yang menunjukan letaknya pada orientasi tertentu. Sedangkan fungsi fungsinya : Bale Daja/Meten letaknya di arah kaja untuk tempat tidur; Bale Dangin/Semangen untuk ruang upacara dan serbaguna; Bale Delod sebagai ruang tidur; Bale Dauh sebagai ruang tidur yang letaknya di sisi kauh. Paon/dapur dan jineng/lumbung padi merupakan bangunan yang berfungsi untuk pelayanan menduduki zone yang bernilai „nista‟ sebagai service area ( Artadi, 2010:3). Bentuk dan struktur badan bangunan rumah tinggal Bali sebelumnya dibuat sederhana dengan pola-pola bebaturan yang sederhana. Bentuk segi empat dan segi empat panjang adalah bentuk yang paling banyak digunakan sebagai bangunan induk rumah tinggalnya. Sebagian besar bentuk atap bangunannya menggunakan bentuk limasan dan beberapa menggunakan bentuk atap pelana seperti untuk bangunan paon atau dapur. Satuan ukur setiap elemen dalam arsitektur tradisional Bali disebut dengan gegulak, yang diturunkan dari bagianbagian fisik pemilik atau pemakai bangunan. Melalui gegulak ditentukan ukuran setiap dimensi arsitektur mulai dari ukuran pekarangan, tata letak masa bangunan hingga pada elemen bangunan yang kecil, seperti: panjang tiang (sesaka), panjang balok tarik (lambang, pementang, dan tada paksi), panjang usuk (iga-iga), hingga hiasan pada tiang (kekupakan). Ukuran pekarangan digunakan satuan depa, yakni ukuran panjang tangan terentang dari ujung jari kanan ke ujung jari kiri dengan variasi „depa alit‟, „depa madia‟ dan „depa agung‟. Jumlah kelipatan satuan ukur depa yang ditambah „pengurip‟ merupakan panjang sisi-sisi pekarangan yang diukur. Untuk ukuran tata letak masing-masing masa bangunan didasarkan pada satuan ukuran „tapak‟ yakni sepanjang tapak kaki dari ujung tumit sampai ujung jari kaki. Jumlah kelipatan tapak yang ditentukan didasarkan pada kelipatan sloka wawaran dari astawara (sri-indra-guru-yama-rudrabrahma-kala-uma) yang diakhiri pengurip „a tapak ngandang‟ yakni selebar tapak kaki. Penentuan setiap kelipatan
disesuaikan dengan fungsi bangunan yang sejalan dengan makna ungkapan dari setiap wawaran, seperti: kelipatan sri untuk jarak ke bangunan lumbung atau tempat padi (padi sebagai simbul Dewi Sri); kelipatan brahma untuk jarak paon atau dapur (api sebagai saktinya Dewa Brahma); kelipatan guru untuk tempat bangunan pemujaan leluhur (Bhatara Hyang Guru) dan seterusnya . Dimensi bangunan digunakan satuan rai (ukuran penampang tiang) yang diturunkan dari ruas-ruas jari, yakni: tiga ruas, tiga setengah ruas dan empat ruas. Besaran ini digunakan sebagai dasar ukuran pada penampang tiang untuk tiang kecil sampai pada tiang terbesar. Sebagaimana kelipatan ukuran lainnya, ukuran bagianbagian bangunan dari kelipatan rai juga ditambah pelebih untuk pengurip. Ukuran pengurip juga di ambil dari bagian-bagian jari tangan dengan istilahnya masingmasing, seperti: a guli (jarak ujung jari ke ruas pertama jari), a guli madu (jarak ruas pertama ke ruas kedua jari) , a useran tujuh (satu pusaran telunjuk), a nyari (selebar jari). Pengurip juga dapat diambil dari lebar masing-masing jari dan pecahan panjang sisi penampang tiang, yakni: seperempat, setengah, tiga perempat panjang sisi penampang (¼, ½, ¾ rai). Pada prinsipnya ukuran gegulak adalah bagian refleksi dari naluri masyarakat Bali dan masih dipertahankan oleh masyarakat Kubu untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan hubungan manusia dengan alam semesta, sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana. Dapur atau Paon ini terletak di bagian selatan atau delod natah umah, sehingga sering pula disebut dengan Bale Delod. Fungsi paon ini adalah untuk tempat memasak dan juga dapat digunakan sebagai tempat tidur. Fasilitas di dalam bangunan paon ini adalah satu buah bale-bale yang terletak di bagian dalam dan tungku tradisional sebagai tempat untuk memasak. Bentuk bangunan paon adalah persegi panjang, dan menggunakan saka atau tiang yang terbuat dari kayu yang dapat berjumlah enam (sakenem), dan delapan (sakutus/astasari). Bangunan paon adalah rumah tinggal yang memakai bebaturan 4
dengan lantai yang lebih rendah dari Bale
Dauh. Di daerah Bali bagian timur tepatnya di desa Tianyar Timur kecamatan Kubu, Karangasem masih bisa dijumpai bangunan dapur dengan pola tradisional. Dapur tradisional di desa Tianyar Timur kecamatan Kubu, Karangasem dindingnya terbuat dari gedeg (bedeg), dapur ini menggunakan pintu yang terbuat dari anyaman bambu dan atap bangunan dapur yang masih menggunakan ilalang. Dapur seperti ini sesungguhnya sudah langka di kecamatan Kubu karena masyarakatnya sudah banyak yang menggunakan bahan semen, bata, dan genteng untuk pembuatan dapur, seiring dengan peningkatan taraf ekonomi masyarakatnya. Meskipun begitu masyarakat di kecamatan Kubu tetap menjaga ajeg Bali dan mentaati awig-awig (peraturan adat) pada arsitektur bangunan tradisional mereka, dan bangunan yang ada cenderung beragam, baik ukuran atau dimensi maupun bentuknya. Keberagaman tersebut tidak membuat adat-istiadat hunian mereka luntur. Menurut mereka, semua itu bisa diatasi dengan lebih memaknai filosofi lontar Astha Bhumi dan Astha Kosala-kosali yang tersirat jelas dalam ajaran Hindu Dharma. Karena prinsip itu hingga saat ini di desa Tianyar Timur Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem masih ada rumah yang memiliki dapur tradisional seperti masa lampau. Unsur-unsur tradisi masa lalu itu masih tampak pada bentuk bangunan , material alami yang digunakan, dan pola ukur yang diterapkan pada ukuran bangunannya. Kelangkaan bangunan dapur tradisional yang dapat dijumpai saat ini di Kubu menarik minat penulis melakukan penelitian dengan judul "Kajian Visual Bangunan Dapur (paon) Tradisional Khas Kecamatan Kubu, Karangasem", yang nantinya diharapkan bisa menjadi dokumentasi dari eksistensi dapur tradisional khas Kubu yang hampir punah. 1. Ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang di atas sebagai berikut. Bagaimanakah struktur bangunan dapur tradisional khas Kecamatan Kubu, Karangasem?
2. Bagaimanakah sistem ukur bangunan dapur tradisional khas Kecamatan Kubu Karangasem? 3. Apakah fungsi bagian-bagian dapur tradisional khas Kecamatan Kubu Karangasem? Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui struktur dapur tradisional khas Kecamatan Kubu, Karangasem. 2. Untuk mengetahui sistem ukur bangunan dapur tradisional khas Kubu Karangasem. 3. Untuk mengetahui fungsi dari dapur tradisional khas Kubu, Karangasem. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini peneliti memilih untuk menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang hanya mendeskripsikan data apa adanya. Melalui observasi, wawancara dan studi dokumen dan selanjutnya akan dianalisis sehingga didapatkan data yang lengkap. Untuk memperoleh data primer, peneliti mengumpulkannya secara langsung. Cara yang digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu observasi dan wawancara serta mendokumentasikan objek penelitian. Seorang narasumber sekaligus pembuat dapur tradisional I Nyoman Sudarsa menjelaskan mengenai tata letak bangunan dapur tradisional yang ada di kecamatan Kubu serta menjelaskan mengenai sistem pengukuran dalam pembuatan dapur tradisional yang menggunakan ukuran gegulak dengan kelipatan wewaran yang menyesuaikan bentuk bangunan dengan ukuran tubuh pemiliknya.
Foto 3.3.1 Saat melakukan wawancara ( Dokumentasi oleh Mahendra ) 5
Data sekunder merupakan data yang didapat/dikumpulkan peneliti dari semua sumber yang sudah ada data yang diperoleh dari pihak kedua. Data sekunder pada penelitian ini didapat dari berbagai sumber yaitu internet, buku tentang arsitektur Bali, dan artikel online. Data sekunder yang didapat berupa pola bangunan tradisional Bali, Asta Kosalakosali dan lain-lain yang berkaitan dengan dapur atau Paon. Kedua, data berdasarkan sifatnya = berdasarkan sifat dan bentuknya, data penelitian bisa dibedakan menjadi 2 jenis yaitu data kualitatif (data yang berbentuk kata-kata atau kalimat) dan data kuantitatif (data yang berbentuk angka). Data kualitatif bisa dikelompokkan berdasarkan teknik mendapatkannya yakni data diskrit serta data kontinum. Data berdasarkan sifatnya, data kualitatif tersusun atas data nominal, data interval, data rasio dan data ordinal. Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kalimat bukan berbentuk angka. Data kualitatif didapat melalui berbagai jenis cara pengumpulan data seperti analisis dokumen, wawancara dan observasi. Bentuk lain dari data kualitatif adalah foto yang didapat melalui pemotretan / rekaman video. Adapun beberapa data yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif karena sifatnya yang bukan berbentuk angka, namun berupa data tentang visual dari dapur tradisional bali didaerah kecamatan Kubu, Karangasem.
Foto 3.3.2 Dapur/Paon ( Dokumentasi oleh I Gede Putu Bayu Intaran)
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat kecamatan Kubu, khususnya yang ada di desa Tianyar Timur. Objek penelitiannya adalah bangunan dapur tradisional khas kecamatan Kubu, yang ada di desa Tianyar Timur. Adapun instrumen pada penelitian kajian visual bangunan dapur khas kecamatan Kubu, Karangasem adalah instrument observasi, instrumen wawancara dan instrumen dokumentasi. Instrumen wawancara ini menggunakan wawancara secara tidak terstruktur, Penulis tidak menggunakan daftar pertanyaan secara terstruktur. Tanya jawab dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data mengenai dapur tradisional khas Kubu. Instrumennya adalah pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan untuk menjaring data dengan bantuan alat rekam berupa handphone seluler untuk merekam suara pada saat wawancara. Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Reduksi data adalah kegiatan memilih bagian pokok, memfokuskan pada bagian-bagian data yang penting, merangkum, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, dan membuang data yang tidak diperlukan dalam proses penelitian. Sehingga, data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara yang telah dilakukan kepada subjek penelitian direduksi untuk menghasilkan data yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian. 2) Penyajian data adalah deskripsi atau penyajian sekumpulan data secara sistematis. Pada penelitian ini penyajian data diawali dengan kegiatan mengolah data kualitatif yang diperoleh dari subjek dan objek penelitian melalui observasi dan wawancara yang kemudian dijabarkan terlebih dahulu. Selanjutkan akan dipaparkan dengan menggunakan kalimat yang lebih jelas dan urutannya yang benar. 3) Menarik simpulan dari penelitian dapat dilakukan apabila data telah diolah dan disusun sesuai dengan 6
semua tahapan diatas. Hasil dari simpulan yang diperoleh dijadikan sebagai tolok ukur terhadap upaya dari pelestarian dapur tradisional khas kecamatan Kubu, Karangasem tersebut.
Bangunan Paon adalah rumah tinggal yang memakai bebaturan dengan lantai yang lebih rendah dari Bale Dauh.
HASIL DAN PEMBAHASAN hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh baik dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi tentang Kajian
Visual Bangunan Dapur Tradisional Khas Kecamatan Kubu, Karangasem. Pembahasan tentang bab ini akan dipaparkan secara beruntun dan berurutan dimulai dari lokasi penelitian ,struktur bangunan, sistem ukur, dan fungsi bagian-bagian bangunan dapur tradisional khas Kecamatan Kubu, Karangasem. Bentuk, Fungsi dan Material Dapur Tradisional Bali a) Paon/ Dapur
Gambar 4.1.1 : Bangunan Paon ( Raharja, I Gede Mugi. 2010) Dalam sebuah artikel yang berjudul “Bentuk, Fungsi dan Material Bangunan Rumah Tinggal Tradisional Bali Madya” yang di tulis oleh I Gede Mugi Muharja dijelaskan bahwa Paon ini terletak di bagian Selatan/Delod natah umah, sehingga sering pula disebut dengan Bale Delod. Fungsi Paon ini adalah untuk tempat memasak dan juga dapat digunakan sebagai tempat tidur. Fasilitas di dalam bangunan Paon ini adalah 1 buah bale-bale yang terletak di bagian dalam dan tungku tradisional sebagai tempat untuk memasak. Bentuk Bangunan Paon adalah persegi panjang, dan menggunakan saka/ tiang yang terbuat dari kayu yang dapat berjumlah 6 (sakenem), dan 8 (sakutus/astasari).
Gambar 4.1.2 Konsep Tata ruang bangunan bali (Diunduh diinternet : https:// zonasangamandala.blogspot.com, pada hari senin 12 januari 2015) b. Elemen Pembentuk Ruang 1). Lantai /Bebaturan Lantai bangunan umumnya masih tetap memakai bahan tanah, cadas dan bata, khususnya pada lantai bangunan tradisional. Sesuai dengan perkembangan jaman beberapa lantai bangunan rumah tinggal Bali Madya telah beralih pada pemakaian bahan-bahan modern seperti semen, marmer, teraso, tegel dan keramik. Umumnya lantai dibuat sederhana dan tidak banyak menggunakan permainan lantai. 2). Dinding Dinding pembatas ruangan pada bangunan rumah tinggal tradisional Bali Madya, pada umumnya memakai bahan dari tanah, bata dan cadas. Beberapa dinding rumah telah menggunakan material batako sebagai akibat perkembangan material dinding. Batako dipilih hanya karena kekuatannya lebih lama dari tanah. Elemen - elemen pendukung dinding seperti parba (di bagian atas bale-bale) dan apad (di samping kiri bale-bale) adalah menggunakan bahan dari kayu. 3). Atap Struktur rangka atap umumnya memakai bahan kayu dan batang kelapa (seseh) untuk tiang dan lambang sedangkan untuk elemen iga-iga (usuk) menggunakan bambu yang dihubungkan dengan sistem pasak dan ikat. Pada bangunan suci, struktur rangka atap menggunakan bahan 7
kayu. Di samping pemakaian bahan bambu, khusus pada bangunan suci memakai bahan ijuk, dan hal ini merupakan suatu keharusan pada beberapa bangunan suci tertentu. Pada bangunan rumah tinggal tradisional, konstruksi atap dapat langsung menjadi plafon ekspos. h. Utilitas 1). Pencahayaan Penggunaan jendela pada bale meten telah diterapkan pada bagian kiri dan kanan bangunan, sehingga terdapat sumber cahaya yang masuk ke dalam interior rumah tinggal bangunannya. Sedangkan pada bangunan bale dauh, paon dan bale dangin lebih banyak menggunakan pencahayaan alami karena sifat keterbukaannya. Pencahayaan buatan di malam hari pada Bale Meten, Bale dauh, Paon dan Bale dangin, sudah menggunakan lampu listrik. 2). Penghawaan Penghawaan pada Bale Meten melalui jendela yang ada pada sisi kiri dan kanan bangunan, dan pada pintu masuknya. Penghawaan pada BaleDauh adalah menggunakan penghawaan alami karena terbuka pada sisi Timur dan Selatannya. Bale Dangin juga menggunakan penghawaan alami karena bangunannya terbuka pada sisi Utara dan Baratnya. Pada Paon penghawaan dapat melalui dinding di bawah atap dan jendela di sebelah Timur serta melalui pintu masuk. 4.2 Lokasi Penelitian Kecamatan Kubu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Luasnya adalah 234,77 km². Pada tahun 2002, penduduknya berjumlah 61.184 jiwa. Di Kecamatan Kubu terdiri dari 9 Desa/Kelurahan yaitu: 1. Desa Ban 2. Desa Batu Ringgit 3. Desa Dukuh 4. Desa Kubu 5. Desa Sukadana 6. Desa Tulamben 7. Desa Tianyar Barat 8. Desa Tianyar Tengah 9. Desa Tianyar Timur Desa Tianyar Timur merupakan salah satu desa dari 9 sembilan desa yang ada di wilayah Kecamatan Kubu,
jarak tempuh dari desa kecamatan menuju desa Tianyar sekitar lima belas menit menggunakan sepeda motor dan sepuluh menit menuju lokasi tempat dapur tradisional khas kecamatan Kubu berada. Desa ini memiliki luas wilayah Luas Wilayah : 2.034,970 Ha/Km2 jarak tempuh desa ini dengan kota Amlapura Ibukota Kabupaten Karangasem 45 km. Batas wilayah desa Tianyar Timur dapat dirinci sebagai berikut : desa Batu Ringgit, desa Dukuh, desa Kubu, desa Sukadana, desa Tulamben berada di sebelah Timur sedangkan desa Ban, desa Tianyar tengah, desa Tianyar Barat berada di sebelah barat.
Gambar 4.1.1 Peta detail bali dan desa Tianyar (Diunduh dari internet : http://stresspraktikum.blogspot.com/2013/ 05/peta-pulau-bali.html pada hari senin 04 januari jam 14:00 2015) Di desa Tianyar Timur inilah penelitian dilakukan karena di desa lain yang ada di kecamatan Kubu, bentuk bangunan dapur tradisional yang dimiliki oleh masyarakat setempat sudah banyak berubah dalam penggunaan material bangunannya. Struktur Dapur Tradisional Yang Ada di desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu, Karangasem. Struktur dapur tradisional yang ada di desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu, Karangasem merupakan struktur dapur tradisional yang hanya terdapat di Pulau Bali dan memiliki nilai-nilai estetika dan spiritual yang tinggi dan sangat berperan penting bagi kepercayaan umat Hindu di 8
Pulau Bali sendiri. Bentuk dan struktur bangunan dapur yang berada di Pulau Bali sebagian besar menggunakan tiang Sesaka yang terbuat dari bahan kayu pilihan dan begitu juga dengan bagianbagian atapnya yang dikombinasikan dengan bahan dari kayu bambu pilihan. Kayu yang digunakan tentu juga memiliki kualitas tertentu seperti halnya: kayu cendana, menengen, cempaka, kuanitan, dan majegu yang dipergunakan pada bangunan-bangunan suci (sanggah/merajan/pura) di Bali. Kayu ketewel, teger, bendu, sentul, sukun, seseh dan timbul dipergunakan untuk bangunan bale pada rumah tinggal. Sedangkan untuk bangunan lumbung (jineng) dan dapur (paon) mempergunakan kayu wangkal, kutat, blalu, sudep, seseh dan buhu. Paon ini terletak di bagian Selatan atau Delod natah umah, sehingga sering pula disebut dengan Bale Delod. Fungsi Paon ini adalah untuk tempat memasak dan juga dapat digunakan sebagai tempat tidur. Fasilitas di dalam bangunan dapur tradisional khas kecamatan Kubu adalah tiga buah bale yang terletak di bagian dalam yaitu bale cenik digunakan sebagai tempat menyimpan bumbu dan bahan masakan, bale cenik atas digunakan untuk menyimpan perabotan dapur dan bale gede yang digunakan pemilik untuk beristirahat sambil menunggu matangnya masakan selain ketiga bale tersebut terdapat juga sebuah jalikan atau tungku tradisional yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk dengan memberi tiga lubang pada bagian atas tungku sebagai tempat untuk memasak. Bentuk Bangunan Paon adalah persegi panjang, dan menggunakan saka/tiang yang terbuat dari kayu kelapa yang berjumlah empat buah pada setiap sudut bangunan dapur dan 16 tiang untuk keseluruhannya. Dinding yang digunakan pada dapur tradisional khas kecamatan Kubu menggunakan bambu yang dianyam dan memiliki lubang-lubang kecil berfungsi untuk memudah keluarnya asap dari pembakaran selama proses memasak. Bangunan Paon adalah rumah tinggal yang memakai bebaturan dengan lantai yang lebih rendah dari Bale Dauh.
Sistem Ukur Bangunan Dapur Tradisional Kecamatan Kubu, Karangasem. Sistem ukur pada bangunan dapur tradisional di desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu masih menggunakan sistem ukur gegulak. Gegulak adalah cara pengukuran tradisional Bali yang digunakan oleh masyarakat yang ada di desa Tianyar Timur Kecamatan Kubu untuk menentukan ukuran pembuatan dapur tradisionalnya. Material yang digunakan untuk pembuatan dapur tradisional sebagian besar adalah material alami. Salah satu contoh material alami adalah kayu kelapa (seseh) yang digunakan sebagai tiang penyanggah pada setiap sisi bangunan dapur tradisional, kemudian atapnya terbuat dari beluhu atau daun ilalang, dimana daun ilalang tersebut terlebih dahulu dijemur sampai kering serta disusun lalu dipotong sesuai dengan besar yang diinginkan oleh tukang pembuat bangunan dapur tradisional di desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu. Untuk material lantai, mereka masih menggunakan tanah, tidak menggunakan semen/ubin. Menurut Pak I Nyoman Sudarsa (wawancara, 13 september 2014, 16:30) sistem ukur bangunan tradisional khas kecamatan Kubu pada umumnya masih menggunakan sistem ukur tradisional, dimana penataan bangunannya didasarkan oleh anatomi tubuh pemiliknya dan tidak menggunakan ukuran dalam bentuk meter tetapi menggunakan satuan ukur sebagai seperti : Musti
(ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke atas), Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka) Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan). Adapun struktur bangunan dapur tradisional khas kecamatan Kubu memiliki ukuran sekitar empat depa untuk panjang, dua depa atengan depa agung 9
untuk lebar bangunan, tiga depa untuk tinggi bangunan dan panjang atap bangunan dapur lima depa. Sistem ukur yang digunakan pada bagian dapur ini akan dijelaskan lebih rinci disertai dengan gambar dapur tradisional di desa Tianyar Timur kecamatan Kubu, Karangasem berikut ini :
Struktur Bagian-bagian Dapur Tradisional Kubu Beserta Fungsinya 1. Lantai/bebaturan
Gambar 4.5.1 Lantai/ bebaturan (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Gambar 4.4.1 Depa panjang dan lebar bangunan dapur tradisional (Dokumentasi oleh I Gede Putu Bayu Intaran)
Lantai/ bebaturan bangunan umumnya masih tetap memakai bahan tanah, khususnya pada lantai bangunan dapur tradisional khas kecamatan Kubu yang fungsi utamanya sebagai tempat berpijak dan duduk ketika melakukan aktifitas. Ukuran depa yang digunakan menyesuaikan dengan ukuran badan bangunan dapur yaitu empat depa dan
dua depa atengan depa agung. 2. Dinding/ bedeg
Gambar 4.4.2 Depa Bedeg, Bataran dan Trampo dapur tradisional (Dokumentasi oleh I Gede Putu Bayu Intaran) Gambar 4.5.2 Dinding/ bedeg (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Gambar 4.4.3 Bagian dalam dapur/paon (Dokumentasi oleh I Gede Putu Bayu Intaran)
Dinding pembatas ruangan pada bangunan dapur tradisional khas kecamatan Kubu, Karangasem , pada umumnya memakai bahan dari kayu bambu pilihan yang di susun rapi dan berbentuk pola simetris dan giometris dan juga di susun berbentuk vertikal dan horizontal sesuai kebutuhan si pemilik bangunan dapur tersebut, akan tetapi semua itu tidak sembarang di buat melainkan harus meliputi unsur-unsur 10
yang berkaitan dengan kepercayaan umat hindu di Bali 3. Rangka atap
dapur tradisional khas kecamatan Kubu adalah kayu dari pohon kelapa masingmasing sudut bangunan mempunyai empat tiang/ sesaka 5. Bataran / fondasi
Gambar 4.5.3 Rangka atap (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran) Struktur rangka atap dapur tradisional Bali umumnya memakai bahan kayu dan batang kelapa (seseh) untuk tiang dan lambang sedangkan untuk elemen iga-iga (usuk) menggunakan bambu yang dihubungkan dengan sistem pasak dan ikat 4. Tiang/sesaka
Gambar 4.5.5 Bataran/Fondasi (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Bataran atau pondasi pada struktur bangunan dapur tradisional Bali merupakan bangunan dasar dari pembentukan sebuah dapur dimana bagian ini proses pengerjaannya sangat diperhitungkan ketepatannya. Dimana proses tersebut juga tidak lepas dari unsur-unsur spiritual sesuai dengan kepercayaan umat Hindu di Pulau Bali itu sendiri. Ukuran tinggi pada bagian bataran yaitu atengan depa alit . 6. Seseh sebagai perekat saka dengan saka yang lainnya
Gambar 4.5.4 Tiang/Sesaka (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran) Struktur badan bangunan dapur tradisional Bali sebagian besar menggunakan tiang (sesaka) yang terbuat dari kayu, begitu juga halnya dengan struktur atap menggunakan bahan kayu yang dikombinasikan dengan bambu. Kayu yang digunakan memiliki kualifikasi atau jenis tertentu pada setiap jenis bangunan di Bali, misalnya : dapur (paon) mempergunakan kayu wangkal, kutat, blalu, sudep, seseh dan buhu. Jenis serta kualitas kayu sangat menentukan ketahanan banguan dapur, jika kayu yang
Gambar 4.5.6 Seseh/ Penghubung saka dengan saka lainnya (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Seseh merupakan kayu kelapa yang terdapat pada tiang bangunan dapur yang fungsinya sebagai penghubung atau penyangga bangunan yang berbahan dasar dari kayu kelapa pilihan agar sebuah bangunan memiliki umur yang
11
lama dan tidak rentan akan keadaan cuaca alam. 7. Ujuk sebagai tiang atap
tangga pada bangunan modern yang bertingkat-tingkat dan terbuat dari bahan dasar batu dan tanah liat. Undag biasanya dibuat didepan pintu masuk. 9. Beluhu/ ilalang atap bangunan
Gambar 4.5.7 Ujuk/Tiang Atap (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Ujuk atau tiang atap merupakan fungsi penting dalam membangunan struktur dapur rumah dimana fungsi utamanya sebagai penguat dengan bentuk berdiri tegak lurus hingga ke bagian atas tepat pada bagian geladag dapur. Ujuk ini terbuat dari kayu kelapa yang berbetuk balok dan memiliki ukuran yang sama dengan saka dan sesuai dengan kegunaannya. Ujuk terdapat di bagian tengah geladag dapur. 8. Undag/tangga
Gambar 4.5.9 Beluhu/Ilalang (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Beluhu atau ilalang atap bangunan merupakan bentuk atas pada bangunan rumah dimana fungsi utamanya sebagai pelindung dari keadaan cuaca alam dan lainnya. Ukuran beluhu pada bagian atap dapur adalah lima depa untuk panjang dan tiga depa untuk lebar. Beluhu pada bangunan dapur tradisional menggunakan bahan alami yang terdapat dari alam sekitar yaitu pohon ilalang yang saling tumpuk menumpuk antara satu dan lainnya hingga berbentuk rapi. 10. Neb /penjepit beluhu
Gambar 4.5.8 Undag/Tangga (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Undag merupakan tangga pada bagian struktur dapur tradisional yang fungsi utamanya sebagai tempat berpijak ketika masuk kedalam bangunan dapur tradisional. Undag terdapat pada bagian luar bangunan dapur yang menempel tepat pada bagian pintu masuk dapur, di mana bentuk undag ini menyerupai
Gambar 4.5.10 Neb/Penjepit beluhu (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran) Neb atau penjepit beluhu merupakan kayu penjepit yang berbahan 12
bambu berukuran panjang terbelah dan fungsinya sebagai penjepit pada susunan ilalang agar tidak terlepas oleh tiupan angin kencang, Neb memiliki fungsi yang sangat penting pada atap bangunan tradisional.
13.
Sendi
penahan
saka
/tiang
bangunan
11.Trampo/ bambu berfungsi sebagai penahan bedeg bagian bawah
Gambar 4.5.11 Trampo/bambu (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran) Trampo atau bambu fungsi utamanya sebagai penahan bedeg/pagar dinding pada struktur bangunan dapur tradisional, trampo terbuat dari bambu besar berukuran panjang dan bentuknya masih utuh serta memiliki lubang-lubang yang segi empat dan posisi trampo berada di atas bataran. 12. Jalikan memiliki 3 berdasarkan fungsinya:
bagian
Gambar 4.5.13 Sendi (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Sendi fungsi utamanya sebagai penahan saka/tiang bangunan dapur tradisional yang memiliki bagian yang sangat penting dengan bagian bawahnya di beri dudukan dengan bentuk persegi empat, sendi berfungsi sebagai penahan saka/tiang agar tidak goyang sendi posisinya saling menghimpit dengan saka. Sendi yang digunakan adalah enam belas buah dalam setiap bangunan dapur tradisional yang ada di kecamatan Kubu. 14. Bale cenik peralatan dapur
beten/
tempat
Gambar 4.5.12 Jalikan/tungku (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Jalikan atau tungku adalah kompor tradisional Bali yang terbuat dari tanah liat berfungsi sebagai tempat memasak, jalikan menguggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak.
Gambar 4.5.14 Bale cenik beten (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Bale cenik beten berfungsi sebagai tempat menaruh bumbu dan rempahrempah kebutuhan utama pada dapur ketika melakukan aktifitas memasak makanan.
13
17. Geladag /tempat penyimpanan hasil panen 15. Bale cenik duur / tempat alat atau bahan masakan
Gambar 4.5.17 Geladag/tempat penyimpanan hasil panen (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Gambar 4.5.15 Bale cenik duur (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Bale cenik atas fungsi utamanya sebagai tempat menaruh alat dan bahan untuk melakukan aktifitas memasak. Bentuknya menyerupai bale cenik beten namun yang membedakannya adalah tempat dan kegunaanya. 16. Bale gede /tempat tidur
Geladag fungsi utamanya sebagai tempat penyimpanan jagung dan hasil panen lainya. Lubang pada geladag berada pada bagian atas bale gede dengan lantai yang terbuat dari pagar bambu yang terapit rapi sehingga hasil panen tidak berantakan dan berserakan meski tidak memakai bungkus/ karung dan memiliki bentuk persegi empat sesuai dengan pola pada bangunan dapur tradisional bali. KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 4.5.16 Bale gede/tempat tidur (Dokumentasi Oleh: I Gede Putu Bayu Intaran)
Bale gede berfungsi sebagai tempat tidur seperti halnya didalam kamar rumah. Bale gede digunakan sebagai tempat istirahat ketika menunggu masakan matang dan kadang juga dipakai sebagai tempat menyantap makanan yang berhadapan dengan bale cenik beten/meja dapur. Bale gede posisinya di bagian tengah dapur dan tiang yang terdapat pada bale besar selain fungsinya sebagai tiang penyatu bangunan juga sebagai tempat bersandar saat lelah.
Berdasarkan hasil penelitian atas disimpulkan bahwa: 1. Struktur dapur tradisional yang ada di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem merupakan struktur dapur tradisional yang hanya terdapat di Pulau Bali dan memiliki nilai-nilai estetika dan spiritual yang tinggi dan sangat berperan penting bagi kepercayaan umat Hindu di Pulau Bali sendiri. Bentuk dan struktur bangunan dapur yang berada di desa Tianyar Timur menggunakan tiang Sesaka yang terbuat dari bahan kayu pilihan dan begitu juga dengan bagian-bagian atapnya yang dikombinasikan dengan bahan dari kayu bambu pilihan. Kayu yang digunakan untuk pembuatan dapur (paon) mempergunakan kayu wangkal, kutat, blalu, sudep, seseh dan buhu. 14
Paon
ini terletak di bagian Selatan/Delod natah umah, sehingga sering pula disebut dengan Bale Delod. Fungsi Paon ini adalah untuk tempat memasak dan juga dapat digunakan sebagai tempat tidur. Fasilitas di dalam bangunan Paon ini adalah tiga buah bale yang terletak di bagian dalam dan tungku tradisional sebagai tempat untuk memasak. Bentuk bangunan Paon adalah persegi panjang, dan menggunakan saka/tiang yang terbuat dari kayu yang dapat berjumlah empat pada setiap sudut dan enam belas secara keseluruhan. 2. Sistem ukur pada bangunan dapur tradisional di desa Tianyar Timur Kecamatan Kubu masih menggunakan sistem ukur pada bangunan dapur lainya yang ada di Bali yaitu gegulak. Cara pembuatan juga masih menggunakan konsep Sembilan mata angin (Nawa Sanga) material yang digunakan dalam proses pembuatan dapur tradisional di desa Tianyar Timur Kecamatan Kubu ini menggunakan material material alami. Bagian-bagian dapur tradisional bali antara lain Lantai/ bebaturan, Dinding/Bedeg, Rangka Atap, Tiang/sesaka, Bataran/ fondasi, Seseh, Ujuk, Undag, Beluhu/ilalang, Neb/ Penahan, Trampo/ Bambu, Jalikan, Sendi, Bale cenik beten/meja, Bale cenik duur/tempat perabot, Bale gede, dan Geladag. Melalui penelitian ini terdapat beberapa saran yakni : 1. Bimbingan dari departemen parawisata dan kebudayaan, sangat penting dalam usaha meningkatkan pengetahuan kualitas dan kuantitas Bangunan dapur tradisional di desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem agar dapat dikenal oleh masyarakat. 2. Kajian visual tentang bangunan dapur tradisional di desa Tianyar Timur, dapat memberikan wawasan betapa pentingnya peninggalan bangunan lama yang dibuat berdasarkan adat serta dengan cara tradisonal. Selain itu dapat memberikan pandangan terhadap masyrakat agar tetap
mempertahankan bangunan dapur tradisional. 3. Disarankan kepada peneliti, untuk menelurusi lebih jauh tentang bangunan dapur tradisional di desa Tianyar Timur, baik mengenai bentuk visual dapur maupun fungsi setiap struktur bangunan dapur. DAFTAR PUSTAKA Artadi, I Made Pande. 2010. Konsep
sangamandala. Bungin,
Burhan. 2001.Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Suatu Pengantar. Bandung: Masyarakat SeniPertunjukan Indonesia. Gelebet, I Nyoman (dkk.). 1981/1982.
Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Miles,Matthew B., A. Michael Huberman, 2009. Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber Tentang MetodeMetode Baru, Jakarta : UI Press. Lexi J., 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung :
Moleong,
Remaja Rosdakarya Nasution, S. 2004. Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Putra Aksara. Raharja, I Gede Mugi, 2010 Bentuk,
Fungsi dan Material Bangunan Bali Madya Wendra, I Wayan. 2012. Buku Ajar Penulisan Ilmiah. Singaraja: Undiksha. dari
15
internet : http://stresspraktikum.blogspot.com/ 2013/05/peta-pulau-bali.html pada hari senin 04 januari jam 14:00 2015)