ISSN . 2085-0077
d-\' ~~
~~
JURUSANTEKNIKSlPD.- UNSYIAH
PRO (;EEDI N G
SEMINAR SE H A R I KE-TEKNIKSIPIL - AN
TEMA:
PROFESIONALISME SARJANA TEKNIK SIPIL PADA DUNIA KONSTRUKSI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
S
I e urn w a I1 . T"' -----' talan9O@ J
"--
... ......n ..................
•
I
l
!
•
~ ~.rp _ 51" ~ #fIlii r.I
~
~~~=4
11•• , ' . - . _
T •• "
B;mk PI) c h
PROFESIONALISME SARJANA TEKNIK SIPIL PADA DUNIA KONSTRUKSI DI NAD
DAFTAR 151
1 PENGGUNAAN HASIL FOTO UDARA!CITRA SATELIT DALAM
1-16
PENENTUAN ALiNYEMEN DAN PRELIMINARY DESIGN JALAN RAYA oleh: Dr. Ir. M. Isya, MT. Dosen Jurusan Teknik Sipi/ Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala JI. Tgk. Syech Abdurrauf No.7 Darussalam Banda Aceh. 23111 (
[email protected] )
2 PENYELESAIAN KONFLIK KEPENTINGAN PADA PENGOPIERASIAN WADUK KASKADE BERORIENTASI MAXIMIZE FIRM RELEASE DAN FIRMENERGI
17 - 28
oleh: Azmeri )dan Bangun, N.2) ' Staff Pengajar Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
JI. Syech Abdurrauf No.7 Darussalam-NAD (
[email protected] )
3 29-38
KEGAGALAN KONSTRUKSI AKIBAT PERPINDAHAN LOKASI BANGUNAN oleh: Surya Bermansyah. ST. MT. dan Munira Sungkar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipi/, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala (
[email protected] )
4 PENENTUAN SKALA PRIORITAS PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PETAK TERSIER 01 PANTE LHONG .
.•
•
••
••
••.
39 - 48 0*
oleh: Ed. MaJuar , Zakana Harun ,Sumlanl Yusoff ,Rlzal SyahYildl
*Politeknik Negeri Lhokseumawe dan **University Of Malaya (
[email protected] )
5 SELF-COMPACTING CONCRETE: MIXTURE DESIGN METHODS
49 60
oleh: Maizuar Civil Engineering Department, University of Malikussaleh, Lhokseumawe (
[email protected] )
----_._-------'---------
I
ExculCivil'08, FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SYIAH KUALA, 20 DESEMBER 2008
iv
I ExcuiCivil'08
. SEMINAR SEHARI KE-TEKNIKSIPIL-AN
20 Desember 2008
6 KLAIM KONSTRUKSI DARI PENYEDIA JASA KEPADA PENGGUNA
61-68
JASA PADA PROYEK PASCA TSUNAMI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
oleh: Cut Mutiawati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala (
[email protected] )
7 PROGRAM JANGKA MENENGAH PENANGANAN KAWASAN RAWAN GERAKAN TANAH LONGSOR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM oleh: BAMBANG SETIAWAN Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sylah Kuala (
[email protected] )
69 - 88
8 PENGARUH PENGGUNAAN ADMIXTURE SELF COMPACTING
89 - 102
CONCRETE TERHADAP KUAT TEKAN BETON
oleh: Yulia Hayati. ST. M.Eng. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
9 PENGARUH PENGGUNAAN SERAT TEBU TERHADAP KUAT TARIK
103 -116
BELAH BETON DAN KUAT LENTUR BETON
oleh: Dr. Ir. Mochammad Aflfuddin, M. Eng dan Surya Bermansyah, ST, MT Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala (
[email protected] ) 10 ANALISA PRODUKTIFITAS PEMASANGAN DINDING· GLASS REINFORCEMENT CONCRETE (GRC) (Studi Kasus Pembangunan Perumahan Cinta Kasih Banda Aceh) oleh: Nurul Malahayati, Mubarak & M. ldris Ibrahim Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala (moebarak@mailcitv·com )
_
Daftarlsi
117 -127
PROFESIONALISME SARJANA TEKNIK SIPIL PADA DUNIA KONSTRUKSI DI NAD
PENGGUNAAN HASIL FOTO UDARA/CITRA SATELIT DALAM
PENENTUAN ALiNYEMEN DAN PRELIMINARY DESIGN
JALAN RAYA
oleh:
Dr. Ir. M. Isya, MT.
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
JI. Tgk. Syech Abdurrauf No.7 Darussalam
Banda Aceh. 23111
(
[email protected] )
ABSTRAK Proses untuk membangun ruas jalan dengan standar yang tlnggi seperti highway dan jalan tal memerlukan suatu ketepatan dalam kajian. Untuk menentukan garis arah dan melakukan preliminary design maka penggunaan foto udara atau citra satelit sangat membantu. Dengan proses khusus maka peta tersebut dapat dikonversi ke peta Digitai Elevation Model (DEM), selanjutnya peta DEM dapat di konversi ke peta topografi. Dengan demikian penarikan garis arah atau alinyemen jalan dengan mempertimbangkan topografi dari peta kontur dan mempertimbangkan tata guna lahan dari peta foto udara atau citra satelit akan menghasilkan alinyemen jalan yang sesuai dengan yang kita inginkan. Kata kunci' highway, foto udara, DEM, alinyemen
I.
PENDAHUlUAN Untuk mewujudkan suatu ruas jalan baru yang panjang antar kota, terutama
untuk ruas-ruas jalan yang penting seperti jalan bebas hambatan dan jalan tol diperlukan beberapa tahapan perencanaan. Tahap perencanaan dimulai dar; studi kelayakan atau Feasibility Study (FS) sampai pada tahap perencanaan deti! atau Detail Engineering Design (OED). Oalam kedua tahapan tersebut, baik FS maupun OED sering sekali pelaksana studi atau perencana mengalami kesulitan dalam menentukan trase atau alinyemen jalan. Oalam penentuan alinyemen jalan, terdapat banyak faktor yang menentukan alinyemen tersebut. Faktol'-faktor tersebut sangat sulit untuk ditelaah atau dikaji jika medan tempat lokasi rencana jalan, (atau dalam hal ini masih lokasi alternatif) tidak diperoleh gambarannya. Misalnya yang berkaitan dengan tata guna lahan, kontur, dlsb.
ExcuICivil'08, FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SYIAH KUALA, 20 DESEMBER 2008
2
I ExcuiCivil'08 SEMINAR SEHARI KE-TEKNIKSIPIL-AN 20 Desember 2008
Informasi tentang tata guna lahan dan gambaran umum lokasi dapat diperoleh dari peta hasil foto udara, selain dari hasil foto udara, dapat juga diperoleh dari hasH citra satelit. Beberapa hasil rekam citra satelit dapat digunakan. HasH rekam foto udara dan citra satelit, dengan suatu proses tertentu dapat diperoleh perkiraan kontur, dengan demikian segala hal yang berkaitan dengan perencanaan jalan dapat dilakukan. Kualitas gam bar dari hasil citra satelit sangat tergantung resolusi. Jika gam bar dengan resolusi tinggi yang disyaratkan tentu memiliki harga yang lebih mahal bHa dibandinkan dengan resolusi rendah.
II.
METODE PENGOLAHAN DATA DAN PRELIMINARY.DESIGN
Berikut ini diberikan gambaran bagaimana proses analisis peta foto udara/peta citra satelit dan tahapan kegiatan preliminary design dapat dHakukan pada ruas jalan bebas hambatan maupun jalan toI, dengan memanfaatkan hasH foto udara dan citra satelit tersebut. Tahapan-tahapan utama yang dilakukan adalah: Pengolahan citra satelit, analisis terrain spasial, pemHihan rute, dan preliminary design.
Rata~rata Permukaan
Laut (MSL)
Gambar 1. Model profil permukaan daiam DEM
2.1.
Pengolahan Citra Satelit HasH foto udara dan citra satelit selanjutnya dapat diterjemahkan menjadi peta
DEM (Digital Elevation Model). DEM merupakan gambaran dari permukaan tanah yang terekam dari udara. Sementara dalam stud' penentuan alinyemen, yang diperlukan
•
Penggunaan HasH Foto Udara Citra Satelit Dalam Penentuan Alinyemen Dan Preliminary Design ]aIan Raya
,
J
ExculCivil
I
3
PROFESJONALlSME SARJANA TEKNIK SIPIL PADA DUNIA KONSTRUKSI DI NAD
adalah peta DTM (Digital Terrain Model). Untuk itu diperlukan suatu tahapan untuk merubah peta DSM menjadi DTM. Untuk lebih jelasnya Ii hat ilustrasi pada Gambar 1. Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan berupa: pertama, pengolahan data citra satelit terutama analisis liputan lahan sehingga diperoleh data dan peta penggunaan lahan jelas dan detail. Superimposed data satelit dengan peta topografi dan data DEM
(Digital Elevation Model) untuk memperoleh gambaran tiga dimensi (3D) permukaan. HasH akhir berupa data raster dan vector yang dapat diolah lebih lanjut dengan perangkat lunak untuk keperluan perencanaan dan desain jalan; kedua, survei pendahuluan dengan peninjauan lapangan untuk mengidentifikasi daerah studi dan membandingkan dengan data sekunder yimg diperoleh untuk digunakan sebagai bahan analisis. a. Langkah Pengolahan Citra Satelit Berikut ini disampaikan dengan singkat beberapa langkah yang umum dilakukan dalam pengolahan citra satelit. •
Mengukur kualitas data dengan descriptive statistics atau dengan tampilan citra.
•
Mengoreksi kesalahan, baik radiometric (atmospheric atau sensor) maupun
geometric. •
Menajamkan citra baik untuk analisa digital maupun visual.
•
Melakukan survei laP'lngan.
• Menganibil sifat tertentu dari citra dengan proses klasifikasi dan pengukuran akurasi dari hasH klasifikasi. •
Memasukkan hasil olahan ke dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai input data.
•
Menginterpretasikan hasil.
Sebelum sebuah
citra bisa dianalisa, biasanya diperlukan beberapa langkah
pemrosesan awal. Koreksi radiometric adalah salah satu dari langkah awal ini, dim ana efek kesalahan sensor dan faktor lingkungan dihilangkan. Data tambahan yang dikumpulkan pada waktu yang bersamaan dengan diambilnya citra bisa dipakai sebagai alat kalibrasi dalam melakukan koreksi radiometric. Selain itu koreksi
geometric juga sangat penting dalam langkah awal pemrosesan. Metode ini Dr.lr. M. Isya, MT. _
4
I ExculCivil'08 SEMINAR SEHARI KE- TEKNIKSIPIL-AN 20 Desember 2008
mengoreksi kesalahan yang disebabkan oleh geometri dari kelengkungan permukaan bumi dan pergerakan satelit. Koreksi geometric adalah proses dim ana titik-titik pada citra diletakkan pada titik-titik yang sama pada peta atau citra lain yang sudah dikoreksi. Tujuan dari koreksi geometri adalah untuk meletakkan elemen citra pada posisi planimetric (x dan y) yang seharusnya. Satu langkah pemrosesan penting yang paling sering dilakukan pada pengolahan citra adalah klasifikasi, dimana sekumpulan pixel dikelompokkan menjadi kelas-kelas berdasarkan karakteristik tertentu dari masing-masing kelas. Terutama untuk proses klasifikasi, survei lapangan sangat diperlukan. Pada umumnya hasil klasifikasi inilah yang akan menjadi input yang sangat berharga bagi SIG untuk diolah dan diinterpretasi bersama layer-layer data yang lain. b. Survei Pendahuluan Survei pendahuluan dilakukan sebagai identifikasi awal untuk aspek-aspek seperti:
Pengambian Ground Control Point, Topografi, Geologi, Hidrologi, Tata Ruang, dan Sistem Jaringan jalan dan transportasi lainnya yang ada. c. Analisis Data dan Terrain Spasial, Untuk analisis terrain spatial, memerlukan DEM/DTM yang menggambarkan terain secara digital dengan syarat: terain adalah permukaan bumi riil (bukan DSM), grid DEM yang seragam dan cukup rapat (Griding berkisar 3 meter), sistem koordinat planimetris UTM, koordinat tinggi dengan referensi geoid lokal, bukan tinggi referensi global, format DEM dapat dibaca software ArcGIS, AutoCAD dan software Remote Sensing (ERDAS, PCI, ER Mapper). Proses pembuatan DEM dari berbagai sumber data terse but di atas dapat diperoleh dengan melakukan tahapan berikut: • Rektifikasi data IFSAR dengan data rupabumi (RBI) skala 1:50.000, sehingga menghasilkan data ORI sebagai kontrol dan foto udara serta data lain yang merupakan bagian dari fundamental dataset jaring kontrol vertikal (Titik Tinggi Geodesi) dan horizontal wilayah. • Pengolahan data DSM (Digital Surface Model) dan DEM dilakukan menggunakan stereo plotting dan teknik photogrametri dari Data ORI.
~nggunaan _
HasH Foto Udara Citra Satelit Dalam Penentuan Alinyemen Dan Preliminary Design lalah Raya
1
ExculCivil
I
5
PROFESIONAUSME SAR/ANA TEKNIK SIPIL PADA DUNIA KONSTRUKSI DI NAD
• . Tahapan yang paling penting adalah pengumpulkan data breakline terain, spot
height, dan pola hidrologi, image mosaicing dan contral point. •
Proses DEM dari data hasil stereoplotting - pembentukan TIN dan griding DEM. Tahap ini dapat menggunakan software remote sensing atau software khusus lainnya.
•
Overlay antara data DEM hasil fotogrametri dan image IFSAR dan data vektor alternatif dapat menjadi bahan untuk studi awal alternatif trase untuk selanjutnya melakukan preliminary design).
Data-data hasil pengolahan serta digitasi citra satelit serta data-data sekunder lainnya, hasil reconnaissance lapangan dievaluasi dan dianalisa dengan penekanan kepada: orientasi geografis jalan dan jembatan yang akan dibangun, keterkaitan antara sektar dan sub-sektor serta pengaruh jalan dan jembatan pada perkembangan sosial ekonomi regional. Analisa terrain spasial dilakukan lewat pengolahan data digital topografi dan data DEM serta analisa kenampakan profillapangan secara cross
section.
2.2.
Preliminary Design
a. Penyusunan Beberapa Alternatif Rute, Berdasarkan hasil analisa' data di atas dilakukan penyusunan beberapa atternatif rute. Penyusunan alternatif didasarkan pertimbangan terhadap: rencana pengembangan jaringan jalan, rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan tata guna lahan, kriteria desain, tipe 'struktur, koridor terrain, prakiraan biaya konstruksi, analisa geologi dan geometrik. b. Pengkajian dan Penentuan Rute Terpilih, Pada penetapan alinyemen definitif yang menjadi pertimbangan utama adalah: pemenuhan kriteria desain, kemudahan pembebasan tanah, dampak minimum terhadap
kondisi
lingkungan
yang
ada,
pertimbangan
pengembangan jaringan, rencana tata ruang,
terhadap
rencana
kondisi tata guna lahan serta
peminimalan biaya konstruksi. Semua informasi yang diperlukan untuk mendukung
Dr. Ir. M.Isya, MT. _
6
I ExculCivH'08 SEMINAR SEHARI KE-TEKNIKSIPIL-AN 20 Desember 2008
kriteria yang disebutkan di atas dapat diperoleh salah satunya adalah dari foto udara atau citra satelit. Pengambilan keputusan dalam analisis pemilihan rute ini dihadapkan kepada sejumlah variabel yang kompleks sesuai sifat ke-multi-an dari sistem transportasi itu sendiri. Keputusan terhadap suatu alternatif rute yang dipilih harus didasarkan pada suatu analisis komprehensif yang melibatkan berbagai aspek dalam suatu perencanan sistem transportasi maupun pengembangan wilayah terkait. Analisis Multi Kriteria (Multi Criteria Analysis) merupakan alternatif teknik yang mampu menggabungkan sejumlah kriteria dengan besaran yang berbeda (multi-variable) dan dalam persepsi pihak terkait yang bermacam-macam (multi-facet). Dalam tahapan ini teknik analisis multi kriteria dapat digunakan untuk menganalisis dan mE(lakukan penetapan suatu pili han terhadap sejumlah usulan alternatif alinyemen. Adapun konsep yang dikembangkan dalam analisis multi kriteria adalah sebagai berikut: •
Analisis sudah mempertimbangkan semua variabel sekomprehensif mungkin dengan tetap menjaga proses i1miah dari proses pengambilan keputusan yang dilakukan.
•
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dan kepentingan pihak-pihak yang harus diakomodasi.
•
Penetapan pilihan dilakukan dengan memperhatikan sejumlah tujuan dengan mengembangkan sejumlah kriteria yang terukur.
•
Skoring adalah preferensi alternatif terhadap kriteria tertentu.
•
Pembobotal1 adalah penilaian relatif antar kriteria.
c. Langkah Preliminary Design Jalan Secara umum terdapat 4 kegiatan utama yang umum dilakukan pada tahap ini, yakni: • Survei Primer, meliputi: pemasangan Bench Mark (BM), hidrologi, geoteknik dan geologi.
•
. Penggunaan HasH Foto Udara Citra Satelit Dalam Penentuan Alinyemen Dan Preliminary Design Jalan Raya
ExculCivil
I
7
PROFESIONALISME SAR]ANA TEKNIK SIPIL PADA DUNIA KONSTRUKSI DI NAD
• Geometric Design, yang meliputi geometrik, drainase, bangunan pelengkap, bangunan struktur (seperti jembatan), dan persilanganjpersimpangan jalan. •
Penyusunan Anggaran Biaya Konstruksi dan Pembebasan Lahan.
• Jika dira~a perlu, dapat dilengkapi dengan analisisjkajian dari aspek Iingkungan. Kegiatan survei hidrologi sangat diperlukan untuk memperoleh data, guna keperluan perencanaan drainase, hal tersebut diperlukan untuk menentukan dimensi saluran saluran samping, maupun bangunan air lainnya yang sesuai dengan debit air maksimum, perhitungan hidrologi dimaksudkan untuk dapat mengetahui besarnya debit air yang harus disalurkan pada saluran rencana. Survei geoteknik dan geologi pada titik-titik tertentu sepanjang koridor dilakukan dengan sampling disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan pelaksanaan kegiatan pekerjaan ini. Adapun kegiatan survei geoteknik atau penyelidikan tanah meliputi: pengamatan visual di lapangan, pengambilan sam pel terganggu (disturb) dan tak terganggu (un disturb) untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium. Peranan peta foto udara adalah dalam hal pencarian lokasi yang sesuai dengan STAjalan rencana.
d. Geometric Design Secara umum dalam melakukan perencanaan jalan harus sesuai dengan alur atau
, tahapan dan mengacu pad a standar yang berlaku dalam perencanaan jalan., yang secara khusus disebut sebagai kriteria design.
A. Standar Perencanaan (Standar Perencanaan Geometrik) Pada prihsipnya pekerjaan perencanaan teknis geometrik dan perkerasan jalan sudah dapat dilakukan dengan menggunakan metoda desain penuh dan menggunakan program komputer yang sudah dikembangkan oleh Direktorat jenderal Bina Marga yang telah mengalami beberapa penyesuaian. Sesuai dengan keperluan untuk suatu perencanaan geometrik jalan maka pedoman dan standar yang sudah umum digunakan diantaranya adalah:
Dr.[r.M.Is~
I ExcuiCivil'08
8
SEMINAR SEHARI KE-TEKNIKSIPIL-AN 20 Desember 2008
•
"MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia)"
Departemen
Pekerjaan Umum,
Direktorat Jenderal Bina Marga, No. 036/T/BM/1997, Februari 1997 •
Petunjuk Pengambilan Data Lapangan untuk Program Peningkatan Jalan, Dit. BIPRAN, Dit. Jend. Bina Marga.
• "Optimising of Overlay Design in Indonesia", Cone, 1983, •
Literatur tentang Overlay Design yang digunakan dilingkungan Dit. BIPRAN pada bulan April 1987,
•
Untuk disain geometrik pada daerah yang direlokasi ataupun jalan baru, mengikuti Buku Pedoman Bina Marga "Spesifikasi Standar Perencanaan GeometrikJalan Luar Kota/Rural dan jalan dalam Kota"
• Tata cara pelaksanaan geometrikjalan antar kota No. 038/T/BM/1997 •
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan RSNI T-18-2004 - B
• Tata cara pelaksanaan drainase permukaan jalan SNI. 03-3424-1994 •
Panjang kelandaian maksimum sesuai dengan standar geometrik
•
Petunjuk
dan
arahan
Pelaksana
Perencanaan
Umum,
Pengendalian
dan
Pembinaan Jalan dan Jembatan. • Standar Kelas dan Fungsi Jalan Tahun 2004, Undang-undang no. 14/1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya •
PP. No. 43/1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
•
UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan Selain produk standar dan pedoman yang telah disebutkan di atas, maka beberapa
pedoman yang telah dikenal dapat digunakan atas arahan maupun iZin dari pemberi kerja. Standar tersebut seperti AASHTO, ASEAN Highway Standard, dlsb. Perencanaan
geometrik
secara
umum,
adalah
menyangkut
aspek-aspek
perencanaan bagian-bagian jalan seperti tikungan, kelandaian dan jarak pandangan dan juga kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik untuk jalannya sendiri maupun untuk pertemuan-pertemuannya yang bersangkutan. Perencanaan geometrik ini tidak langsung menyangkut aspek-aspek perencanaan serta pelaksanaan konstruksi jalan yang Penggunaan HasH Foto Udara Citra Satelit Dalam Penentuan Alinyemen Dan Preliminary Design jalan Raya
ExculCivil
I
9
PROFESIONALISME SAR]ANA TEKNIK SIPIL PADA DUNIA KONSTRUKSI DI NAD
bersangkutan hal mana hanya baru diperhatikan apabHa pada kenyataanya aspek-aspek tersebut akan memberikan pengaruh yang berarti pada bentuk fisik yang bersangkutan. Pereneanaan geometrik in;
akan berkaitan dengan
arus
lalu Iintas, sedangkan
pereneanaan konstruksi jalan akan lebih berpengaruh dengan be ban dari lalu-lintas tersebut.
Dalam
pereneanaan
geometrik jalan
terdapat
beberapa
parameter
pereneanaan seperti kendaraan reneana, keeepatan reneana, volume dan kapasitas jalan, dan tingkat pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut. B. Pereneanaan Alinyemen Pemilihan Center Line jalan reneana dilakukan sesuai hasH pengamatan di lapangan dan hasH pengukuran topografi dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi di lapangan dari berbagai aspek penelitian dan saran-saran dari proyek. Trase jalan rencana dapat disesuaikan di lapangan dengan menghindari pemukiman-pemukiman padat, situs-situs sejarah, daerah perbukitan/gunung, daerah rawa, dan hal-hal penting yang dirasa perlu untuk dihindari. B.1 Alinyemen Horizontal Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu atau as jalan tegak lurus pad a bidang kertas gambar dan terdiri dari garis lurus dan lengkung. Garis lengkung horizontal adalah bagian yang lengkung dari jalan yang ditempatkan antara 2 garis lurus untuk mendapatkan perubahan yang bertahap untuk suatu pereneanaan garis lengkung perlu diketahui hubungan antara design speed dengan lengkung dan hubungan keduanya dengan super-elevasi. Klasifikasi jalan disesua~kan terhadap standar pereneanaan geometrik yang di modifikasikan sesuai ketentuan dalam
kerangka
aeuan kerja. Jari-jari lengkung ditetapkan dengan memperhatikan syarat minimum dan maksimum. Jenis lengkuflg dapat digunakan adalah: Lingkaran Penuh (Circle), Spiral - Lingkaran Spiral (SCS), maupun Spiral-Spiral (55). Dengan diketahui keeepatan rencana (V) dan jari-jari Lengkung (Re), maka akan di dapat dihitung harga Ls ( Lengkung Spiral) dan parameter lainnya. Dr.lr. M.lsya, MT. _
10
I ExculCivil'08 SEMINAR SEHARI KE- TEKNIKSIPIL-AN 20 Desember 2008
8.2 Alinyemen Vertikal Alinyemen vertikal disebut juga pen am pang memanjang jalan atau perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan. Perencanaan alinyemen vertikal yang mengikuti bidang tanah asli akan mengurangi pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu banyak mempunyai tikungan. Tentu saja hal ini belum tentu sesuai dengan persyaratan yang ada dengan fungsi jalannya. Muka jalan sebaiknya diletakkan diatas muka tanah asli untuk memudahkan pembuatan saluran samping, terutama di daerah datar. Pada daerah yang seringkali dilanda banjir sebaiknya penampang jalan diletakkan diatas elevasi muka banjir. Di daerah perbukitan atau pegunungan diusahakan, banyaknya pekerjaan galian dan timbunan harus seimbang, sehingga secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian penarikan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan sebagai berikut : a. Kondisi tanah dasar b. Keadaan medan c. Fungsi jalan d. Muka air banjir e. Muka air tanah f. kelandaian yang masih memungkinkan. Pada landai minimum berdasarkan kepentingan arus lalu-lintas, landai ideal adalah landai datar (0%). Landai datar untuk jalan-jalan di atas tanah timbunan yang tidak mempunyai kereb dan landai 0,15% dianjurkan untuk jalan-jalan di atas tanah timbunan dengan medan datar dan mempergunakan kereb pada landai minimum sebesar 0,3-0,5% dianjurkan untuk jalan-jalan di daerah galian yang mempergunakan kereb. Lereng melintang hanya cukup untuk mengalirkan air hujan yang jatuh diatas badan jalan, sedangkan landai jalan, dibutuhkan untuk membuat kemiringan dasar saluran samping. Pada landai maksimum kelandaian 3% akan memberikan pengaruh gerak kendaraan mobil penumpang, walaupun tidak seberapa dibandingkan dengan
~gunaan Hasil Foto Udara Citra Satelit Dalam Penentuan Alinyemen Dan Preliminary _
Design JaIan Raya
ExculCivil
I
11
PROFESIONALISME SARJANA TEKNIK SIPIL PADA DUNIA KONSTRUKsI Dl NAD
kendaraan truk yang sarat muatan. pengaruh kelandaian jalan ini terlihat dari berkurangnya kecepatan jalan kendaraan atau mulai dipergunakannya gigi rendah. Untuk membatasi mempengaruhi perlambatan kendaraan truk terhadap arus lalu Iintas, maka ditetapkan landai maksimum untuk kecepatan rencana tertentu. Bina Marga {Iuar kotal menetapkan kelandaian maksimum standar dan kelandaian maksimum mutlak. landai maksimum saja tidak cukup merupakan faktor penentu dalam perencanaan alinyemen vertikal, karena jarak yang pendek memberikan faktor pengaruh yang berbeda dibandingkan jarak yang panjang pada kelandaian yang sama. disamping landai maksimum, perlu diperhatikan panjang kritis dari suatu kelandaian tertentu yang tidak menghasilkan pengurangan kecepatan yang dapat mengganggu kelancaran lalu lintas. Salah satunya untuk menghindari hal tersebut diatas perlulah dibuatkan lajur pendakian adalah lajur disediakan khusus untuk truk bermuatan berat atau kendaraan yang berkecepatan lebih rendah. Lengkung vertikal adalah lengkung yang didapat pada pergantian kelandaian untuk peralihan
secara
berangsur-angsur.
lengkung vertikal
tersebut
direncanakan
sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase. Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian lurus (tangen), adalah: •
lengkung vertikal cekung, adalah lengkung di mana titlk
perpotongan antara
kedua tangen berada di bawah permukaan jalan. •
lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangen berada diatas permukaan jalan yang bersangkutan.
III.
HASIL PENGOLAHAN DATA DAN PRELIMINARY DESIGN
Beberapa hal yang berkaitan dengan hasil proses pengolahan foto udara dan proses preliminary design disampaikan pada uraian berikut.
3.1 Foto Udara/Citra Satelit
Dr. Ir. M. [sya, MT. _
12
I ExculCivil'OB SEMINAR SEHARI KE-TEKNIKSlPIL-AN 20 Desember 2008
Gambaran tata guna lahan dan hal-hal yang berkaitan dengan infrastruktur, seperti: jalan, jembatan, irigasi semuanya dapat diidentifikasi dari peta foto udara maupun dari hasil citra sate lit. Contoh peta hasil foto udara seperti yang dapat dilihat pad a Gambar 2. WhilES! If I_ ~ \_~,..,
'gt"'
;,"",
to ..
_.'l'o+
.....
~
~~.~,~~:~:_~,-"t')t • .;.,~~.
~_
~"';I'I'
·:;>t:.co~""= ~(l;~r:J.:';. iI.~
;..c,
4 _
iIIf!'
/
- .i..
/
~
•
•
•.
"b<
-.":1 l\
c
u ~
•
,"
,• • t·,~~;:
•
..
~.~~r-=""
.~,._. -=>:-"':-="";'7~~==,.,........-;:;;;:-=,,,=-:":-:-
':'-==
.:L'~' L<" ~,'._:"~~': • •, ,"~"
,1".
'"_.'~~'~-
, ....., . ' ".
_
.'
.~::~~
Gambar 1. Contoh peta hasil foto udara 3.2 OEM (Digital Elevation Model) Dari peta foto udara yang diambil minimal dua kali pada tempat yang sama, namum dengan pengambilan yang dilakukan dari sudut yang berbeda, maka dengan menggunakan software khusus, gam bar tersebut dapat ditransfer menjadi peta DEM, seperti yang terlihat pada Gambar 3.
Gambar 2 Contoh peta Digital Elevation Model (DEM)
~nggunaan HasH Foto Udara Citra Satelit Dalam Penentuan Alinyemen Dan Preliminary _
Design lalan Raya
ExculCivil
I
13
PROFESIONALISME SARJANA TEKNIK SIPIL PADA DUNIA KONSTRUKSI DI NAD
3.3 Hasil Penggambaran Peta Kontur Oari peta OEM, lebih jauh lagi gambar diolah menjadi peta kontur, atau peta topografi. Peta topografi dimaksud, dapat dilengkapi dengan koordinat global dengan melakukan ground control, artinya pengecekan koordinat dan elevasi di lapangan. Contoh peta kontur seperti yang dapat dilihat pad a Gambar 4. Peta tersebut aslinya merupakan peta dengan skala 1:5000 dengan interval kontur 2,5 meter. n.
FPC! 'bM
Ziti &
/
" ., o
c
r
G
~
..,•, . Co::,., •
~.
t.~::("}i":':':·:·:·;~~:··~·"·::"'·''.t''~· .. ~ .i,'.;,~-7;;';;;;'~;
i,,:"
' . '..... u ......><1
"'"p : ........
.... ,
,.,~', -IO'~
FiS
·it:~·~-
Gambar 3 Model Topografi yang diperoleh dari OEM 3.4 Hasil Perencanaan Alinyemen Oari peta topografi s\'!suai dengan skala dan interval kontur yang diinginkan, maka di atas peta topografi tersebut sudah dapat dilakukan perencanaan geometrik disain jalan raya. Perencanaan geometrik disain tersebut dapat dilakukan sampai pad a studi preliminary design atau pra OEO. Namun demikian sudah cukup memberikan gambaran tentang rencana alinyemen jalan, volume pekerjaan, kondisi atau jenis tata guna lahan, dlsb.
Dr. Ir. M. Isya, MT. _
14
I ExculCivil'OB SEMINAR SEHARI KE-TEKNIKSIPIL-AN 20 Desember 2008
[;,j
"mo.." VIm
, ..
\7'" \. _ _. ' ••• ;·,;,.j ...
,
.ol~I-I~~
" 5? ",,'UliM." • 'I.... , ....
0;.0- .............,
.. " L ·
;.t """
It,
lit .,
-:.:.; ......'(:<,:J:!'l-~'aI.,;i
• • ~'
imJ ."" .•..,..~
!~.~•
• , ·C'_.l.
/
•"
~
a 'OJ
c
~:
"
"
" '0
~
"
,"
.'
•,
•"
~:::~~~:~~=:~:::~-~==~~=~~~"-~,~~~-
Gambar 4 Plan atau situasi koridor ja/a'n
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Dengan menggunakan hasil foto udara atau peta citra sate/it, maka hasil tersebut dapat ditransfer menjadi peta DEM. Peta DEM selanjutnya diproses menjadi peta kontur. Peta kontur dapat dibuat dengan skala dan interval kontur yang sesuai dengan keperluan. 2. Dengan peta foto udara atau citra satelit dimaksud dan peta kontur dapat dilakukan pemilihan trase jalan hingga sesuai dengan harapan, yaitu geometrik yang memenuhi standar teknis dan melintasi daerah yang diinginkan, karena tata guna lahannya dapat diidentifikasi. 3. Di atas peta kontur tersebut dapat dilakukan preliminary design geometrik jalan atau setingkat dengan pra DED. Dengan demikian akan mempermudah dalam pelaksanaan DED-nya. 4. Proses pengerjaan ini membutuhkan keahlian dasar teknik sipil, dan teknik geodesi dalam memahami prosesnya. Namun karena semua tahapan menggunakan program komputer komersial, maka keahfian dalam menggunakan komputer dengan software tertentu sangat diperlukan.
~enggunaan Hasil Foto Udara Citra Satelit Dalam Penentuan Alinyemen Dan Preliminary _
Design Jalan Raya
ExculCivil
I
15
PROFESIONALISME SARJANA TEKNIK SIPIL PADA DUNIA KONSTRUKSI DI NAD
5. Proses pengerjaan ini akan sangat membantu bila dibandingkan dengan model konvensional, namun demikian pengecekan ke lapangan atau ground controlling sangat diperlukan.
v.
REFERENSI
1. Hendarsin, S., L., (2000), Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik Negeri Bandung. 2. Karsaman, R.H., (1998), Prospek Penerapan Analisis Multi Kriteria dalam Evaluasi Proyek Transportasi, Jurnal Teknik Sipil Vol 5 no. 4, Institut Teknologi Bandung. 3. Leisch, J., P., (2005), Freeway and Interchange, Geometric Design Handbook, Institute of Transportation Engineer, Washington, D.C., USA. 4. Wrigh, P., H., and Karen K. Dixon (2004), Highway Engineering, John Wiley & Sons.
5.
) Model Ketinggian Digital, Hand Out Pelatihan, Bakosurtanal.
6. http://www.mapmart.com (2008) 7. http://en.wikipedia.org (2008).
Dr.lr. M, Isya, MT. _