ISSN : 1979-4797 Volume 1, Nomer 1 Desember 2008
jmi (JOURNAL
PENELITIAN
POUTEKNIK KESEHATAN SOMKARTll
OF RESEARCH
SURAKARTA
HEALTH
POLYTECHNIC)
Perbedaan Tingkat Penyembuhan Luka Post Circumsisi Menggunakan Teknik Couterisasi Dan Konvensional Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Suami tentang KB Dengan Keputusan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Keluarga Di Desa Pandes Kecamatan Wedi Kabupaten Karanganyar Analisis Tingkat Harapan Dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Layanan Okupasi Terapi Berdasarkan Pengalaman Konsumen Di RS Kariadi Semarang 2006 Hubungan Antara Kecerdasan emosi Dengan Burn-Out Pada Perawat Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Dan Kelompok Umur Terhadap Pengurangan Nyeri Punggung Bawah Pengrajin Rotan Studi Peminatan Lahan Kerja Pada Mahasiswa Tingkat IH Jurusan Keperawatan Poltekkes Surakarta 2008
'•'-mi
DEPARTEMEN KESEHATAN R E P U B L I K INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 1
!
Jl. Letjen Sutoyo Mojosongo Surakarta telp. 0271-865929 fax. 0271 855388
Website : www.poltekkes-surakarta.ac.id Email: poltekkes_solo(5)yahoo.conn.
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN BURN-OUT PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Yuni Widayanti', KH. Endah^ Murwati^ ABSTRAK Dunia kerja sangat rentan terhadap terjadinya stress, termasuk dunia kesehatan. Bagi orang yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan, dalam hal ini seorang perawat di rumah sakit jiwa, pekerjaan melayani dan merawat pasien sering kali menimbulkan stress. Bila stress yang terjadi cukup besar dan lama, akan mengakibatkan kelelahan fisik, mental dan emosional {burn-out). Kondisi burn-out seringkali disertai dengan memburuknya kualitas pekerjaan dan tentu saja akan mempengaruhi kualitas pelayanan di rumah sakit. Untuk mengantisipasi terjadinya bum-out, seseorang perlu memiliki kecerdasan emosi yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan burn-out dan mendeskripsikan tingkat kecerdasan emosi dan tingkat burn-out berdasarkan karakteristik perawat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah perawat di rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik proposional random sampling. Data diolah dengan program komputer SPSS Versi 10 dengan uji korelasi Product Moment Pearson's. Penelitian ini memberikan informasi bahwa tingkat kecerdasan emosi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan D3 Keperawatan dan dengan masa kerja > 20 th. Perawat wanita cenderung lebih tinggi mengalami bum-out daripada perawat laki-laki, dengan tingkat pendidikan SI Keperawatan dan masa kerja < 10 tahun. Dari hasil analisis korelasi Pearson's diperoleh r hitung 0,332 yang lebih besar dari r tabel 0.266 dengan probabilitas 95% maka HO ditolak. Jadi ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan burn-out pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Kata Kunci .• Emotional Quotient, Bum-Out, Nurse PENDAHULUAN Dunia kerja sangat rentan terhadap terjadinya stress, termasuk dunia kerja pada bidang kesehatan khususnya seorang perawat di rumah sakit dimana pekerjaan melayani dan merawat pasien sering kali menimbulkan stress. Bila stress yang terjadi cukup besar dan lama, akan mengakibatkan kelelahan fisik, mental dan emosional {burn-out). Kondisi burn-out seringkali disertai dengan memburuknya kualitas pekerjaan dan tentu saja akan mempengaruhi kualitas pelayanan di rumah sakit. Untuk mengantisipasi terjadinya burn-out, seseorang perlu memiliki kecerdasan emosi yang baik. ^ . ,. , . , /. Perawat Rumah Sakit Jiwa Surakarta 2. 3, Dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesdiatan Surakarta
19
Menurut hasil survey dari PPNI tahun 2006, sekitar 50,9 % perawat yang bekerja di empat propinsi di Indonesia mengalami stress kerja, sering pusing, lelah dan tidak bisa istirahat karena beban kerja tinggi dan menyita waktu. Di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, menurut penelitian dari Asri Sulistyaningrum, pada tahun 2005 terdapat kejadian Bum-Out pada perawat yang berhubungan dengan kecerdasan emosi. Yaitu 30 % dari perawat mengalami bum-out yang disebabkan rendahnya kecerdasan emosi sehingga kurang toleransi dalam menghadapi stress kerja. Di rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta para perawat yang bekerja menghadapi pasien langsung, ada kecenderungan mengalami stress, ketegangan fisik maupun psikis, yang disebabkan kondisi pekerjaan yang menuntut pengendalian emosi yang tinggi ataupun kondisi di rumah yang tidak kondusif. Melihat fenomena diatas maka perlu di teliti tentang hubungan antara kecerdasan emosi dengan bum-out pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan bum-out pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. METODE PENELITIAN ' Penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan pada semua perawat yang bekerja di ruang perawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tahun 2007, dengan jumlah populasi 120 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan proporsional random sampling dengan jumlah sampel 55 responden dengan kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian, dimana dengan menggunakan skor LMMPI (Tes Lie-Score Minnesota Multiphase Personality Investory) dengan interprestasi skor lebih dari 10. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner / Angket Tes LieScore Minnesota Multiphase Personality Investory ( LMMPI) yang merupakan angket untuk tes kebohongan dan Kuisioner / Angket Emotional Intelligence yang disusun berdasarkan adaptasi kuesioner EQ Map ™). Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Uji Korelasi Product Moment Pearson HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1: Distribusi Kecerdasan Emosi Berdasarkan karakteristik responden Kecerdasan Emosi karakteristik Rendah Sedang Tinggi Jumlah Jumlah % % Jumlah % Jenis Lakikelamin laki Wanita
10
18,2
8
14,5
13
23,6
10
18,2
9
16,4
5
9,1 20
Jumlah Masa 6-10 th kerja ll-20th >20th Jumlah Pendidi Dili kan Kepw SI Kepwt Jumlah
20 6 7 7 20 16
36,4 10,9 12,7 12,7 36,4 29,1
17 7 9 1 17 15
30,9 12,7 16,4 1,8 30,9 27,3
18 6 5 7 18 17
100 10,9 9,1 12,7 32,7 30,9
4
7,3
2
3,6
1
1,8
20
36,4
17
30,9 18 32,6 Sumber: Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 10.0, 2008) Dari 55 responden mempunyai kecerdasan emosi yang bervariasi dimana kecerdasan emosi merupakan konsep yang sangat bermakna meski mungkin tidak akan pemah dapat diukur secara akurat seperti halnya IQ. Kecerdasan emosi akan mempengaruhi proses dalam pengambilan suatu keputusan, dan dengan adanya suatu keputusan seseorang akan terdorong untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuannya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Goleman, (1996) yang menyatakan bahwa posisi tingkat IQ sekarang tidak lagi mutlak menggambarkan seberapa jauh orang besar sukses dalam kehidupan. IQ menentukan sukses seseorang sebesar 20%, sedangkan EQ memberi kontribusi sebesar 80%. Kecerdasan emosi yang bervariasi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, jenis kelamin dan masa kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan, dan juga pengalaman kerja yang tinggi, membuat individu atau seorang perawat semakin bisa mengelola dan mengontrol kecerdasan emosi yang dimilikinya (Gottman, 1997). Hal ini sesuai dengan pendapat dari Cooper (1997) bahwa kecerdasan emosi memiliki aspek-aspek yang kompleks karena terkait dengan kemampuan subyektif seseorang untuk dapat menggunakan kemampuan dan potensi emosionalnya.
21
Tabel 2. Distribusi Burn-Out Berdasarkan karakteristik responden Karakteristik Lakijenis kelamin laki Wanita Jumlah 6-10 th Masa kerja 11-20 th >20th Jumlah Pendidi Dili Kepw kan SI Kepwt Jumlah
Rendah Jumlah % 14 20
Bum-Out Sedang Jumlah % 29,1 13
Tinggi Jumlah % 4 7,3
11 25 9 9 7 25 14
25,5 45,5 10,9 20,0 14,5 45,5 20,0
10 23 8 9 6 23 13
12,7 41,8 25,5 10,9 5,5 41,8 29,1
3 7 3 3 2 7 4
5,5 12,8 0 5,5 7,3 12,7 7,3
11
25,5
10
12,7
3
5,5
25
45,5
13
41,8
7
12,8
Sumber: Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 10.0, 2008) Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta mengalami burn-out dengan kategori yang rendah sebesar 45,5%. Burn-out merupakan gejala kelelahan emosional yang disebabkan tingginya tuntutan pekerjaan yang dialami seseorang yang bekerja untuk melayani kebutuhan orang banyak dan diikuti kecendemngan untuk memperlakukan orang lain sebagai obyek (depersonalisasi), serta rendahnya penghargaan diri-sendiri (Skompa, 1993). Kecendemngan tingkat burn-out yang rendah pada perawat di mmah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dipengamhi dengan tingkat kecerdasan emosi yang bervariasi yang dimiliki oleh perawat. Ini juga dipengamhi oleh jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja dari perawat itu sendiri. Penyebab bum-out adalah stres berat yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat digambarkan sebagai daerah kritis diujung stres yang berkepanjangan (Davis, 1989). Misalnya menghadapi pasien yang sama dalam waktu yang lama dan tems menems serta bemlang kali keluar masuk mmah sakit. Stres adalah respon adaptif yang dipengamhi individual dijferencess dan proses psikologis, yang dihasilkan karena adanya situasi yang menuntut keterlibatan fisik dan atau psikis yang berlebihan (Gibson, 1994).
22
- ' Menurut Goleman, ada kecenderungan seorang karyawan yang masa kerjanya sudah lama atau menjelang pensiun akan mengalami kejenuhan dalam pekerjaannya, sehingga kecenderungan mengalami stress juga tinggi. Hasil penelitian ditemukan bahwa perawat dengan masa kerja yang lebih lama ( >20 tahun ) tingkat bum-out nya rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin lama dan semakin tinggi pengalaman kerja akan mempengamhi seorang perawat mengelola emosinya, semakin dia bisa meminimalkan stress, sehingga performa kerja semakin optimal. Hal ini juga sesuai dengan pendapat dari Maramis (1995) yang menjelaskan mengapa individu bisa memiliki perfonna kerja yang berbeda meski bekerja di bidang yang sama dan setiap orang juga berbeda, antara lain tergantung umur, jenis kelamin, intelejensi, emosi, status sosial, pekerjaan. Tabel 3 : Hasil uji statistik Variabel r tabel r Pearsonn's Kriteria Keterangan Kecerdasan 0,266 0,332 R hitung > r Ada hubungan Emosi table yang signifikan *Burn-Out Sumber: Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 10.0, 2008) Berdasarkan tabel di atas diperoleh perbandingan nilai r hitung kecerdasan emosi = 0,332 > 0,266 dengan tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian nilai r hitung lebih besar dari tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan burn-out pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Kecerdasan emosi adalah sebuah fenomena manusiawi yang secara mendasar ada dalam diri manusia. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan (Patton, 1997). Dengan tindakan yang didasarkan atas kecerdasan emosi tersebut, akan menimbulkan sebuah kinerja yang nyata berdasarkan kemampuan seorang perawat. Faktor kecerdasan emosi dalam penelitian ini terbukti mampu memberikan kontribusi yang positif dan signifikan hubungannya dengan burnout di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Hal ini dibuktikan hasil Uji Stattistik Pearson's diperoleh nilai perbandingan r hitung Pearsonn's sebesar 0,332 dan r tabel sebesar 0,266, maka Ho di tolak dan Ha sehingga ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan burn-out. Nilai diatas dapat dijelaskan bahwa setiap kenaikan 5% variabel kecerdasan emosi dengan menganggap variabel lain selain kecerdasan emosi dikendalikan, maka akan
23
diikuti kenaikan pemilihan burn-out sebesar 3,32%. Sehingga semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi, semakin rendah bum-out yang dialaminya. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Schaufeli (1996) yang menempatkan karakteristik individu sebagai salah satu dari beberapa hal yang berkorelasi dengan burn-out. Seseorang dengan taraf kecerdasan emosi tinggi akan mampu melakukan kontrol personal dengan baik karena inti dari kecerdasan emosi adalah kemampuan kontrol personal (Goleman, 1995). Semakin tinggi kemampuan kontrol personal seseorang, maka semakin rendah burn-out yang dimiliki. ,^ Kecerdasan emosi mempunyai banyak elemen-elemen: kemampuan untuk memotivasi diri-sendiri bertahan terhadap fmstasi, berempati, berdoa, pengendalian diri, termasuk agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. Apabila perpaduan elemen-elemen tersebut dimiliki oleh seorang karyawan, ia akan dapat mengolah emosinya secara lebih cerdas di tempat kerjanya, termasuk mampu menghadapi stres yang berkepanjangan, sehingga kecendemngan Zjwrn-OM? semakin kecil (Cooper, 1997). Goleman juga menyatakan bahwa salah satu unsur dari kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi. Cooper menyebutnya sebagai kekuatan untuk mengalir bersama masalah tanpa lamt didalamnya. Seseorang dengan taraf kecerdasan emosi tinggi akan memiliki kemampuan untuk bangkit kembali dari situasi ' bumk, karena optimisme yang kuat. Kemampuan inilah yang pada gilirannya dapat mengantisipasi kecendemngan terjadinya burn-out (Cooper, 1997). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan burn-out pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Saran « 1. Bagi Rumah Sakit, konsep kecerdasan emosi perlu dikembangkan lebih lanjut untuk keperluan proses seleksi perawat dan untuk meningkatkan SDM, melalui seminar, lokakarya , sharing dan refi-esing (rekreasi) . 2. Bagi perawat Diharapkan bisa menjadi individu yang mampu mengelola dan mengontrol emosinya. DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto, S. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Edisi V), Jakarta: Rineka Cipta 2. Atk. 2001.Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja http://www.nakertrans.go.id^erita_mass_media/B_Tenagakeria/2001/Oktobe r/Indeks Tk.html 3. Comer, R.J. 1992. Abnormal Psychology. USA : Freeman & Company. 24
4. Cooper, R.K. dan Ayman, S.1997. EXECUTIVE EQ : Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Alex Tri K.W (Penerjemah). Jakarta : = Gramedia. 5. Davis, K dan John, W.N. 1989. Human Behavior at Work : Organizational Beavior. Singapore : Mc. Grow Hill Book Company. 6. Farhati. 1996. Karakteristik Pekerjaan, Dukungan Sosial dan Tingkat Bum-out pada Non-Human Service Corporation. (Skripsi). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. 7. Gibson, J.L.I994. Organizations. USA: Richard D. Irwin. Inc. 8. Goleman, D.1996. Kecerdasan Emosional. T. Hermaya (Penerjemah). Jakarta : Gramedia. 9. Gottman, J. dan Joan, D.1997. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. T. Hermaya (Penerjemah). Jakarta : Gramedia 10. Hadi, S. 1994. Metodologi Riset 2. Yogyakarta : Andi Offset 11. Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatrik : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara 12. Maramis, W.F.1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press Surabaya. 13. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. ( Edisi 1). Jakarta: Salemba Medika. 14. Patton, P. 1997. EQ (Kecerdasan Emosional) di Tempat Kerja. Jakarta : Dalaprasta. 15. 1 1997. EQ (Kecerdasan Emosional) : Landasan untuk Meraih Sukses Pribadi dan Karier, Mitra Media Publisher. 16. Pines, Aronson dan Kafry.1993, Depressions, Burn-out and Perception of Control in Hospital Nurse. Journal of Consulting and Clinical Psychology.l(61):147-155. 17. PPNI. 2006. 50,9persen Perawat Alami Stress Kerja. http:mail@inna-ppni. 18. SchaufeU, W.B dan Buunk, B.F.1996. Professional Bum-out, dalam Schabracg. Handbook of Work and Healty Psycology (pp:311 -338). England. 19. Secapramana L.V.H. 1999. Emotional Intelligence. http://www.dokter.indo.net.id/emosi/html 20. Shapiro, LE.1997. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. Alex Tri K.W. (Penerjemah). Jakarta : Gramedia. 21. Skorupa, J dan Albert, A.A.I993. Ethical Beliefs about Burn-out and Continued Professional Practice. Professional Psychology: Research and Practice. 3(24):281-285. 22. Yun Iswanto. Hubungan antara Stres Kerja, Kepribadian dan Kinerja Manajer 5anA: http://psi.ut.ac.id/Jumal/l 1 lyun.htm
25