POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Sophia Ratnawaty, Didiek A. Budianto, dan Jacob Nulik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT ABSTRAK Hijauan pakan ternak memegang peranan penting dalam kehidupan ternak herbivora. Kekurangan hijauan dalam arti mutu dan ketersediaan terutama musim kemarau merupakan problem yang selalu akrab dengan petani peternak. King grass merupakan rumput potongan berproduksi tinggi, hasilnya dapat mencapai 678,8 ton segar/ha/tahun atau 298,7 ton/ha/tahun bahan kering matahari. King grass selain mempunyai potensi sebagai pakan ternak juga dapat berfungsi sebagai tanaman penguat teras. Hasil penelitian diperoleh produksi King grass segar yang ditanam sebagai tanaman penguat teras menggunakan jarak tanam rapat, panjang stek 20 cm, diperoleh produksi hijauan King grass sebesar 80 kg/12 meter panjang teras, bisa diberikan pada ternak sapi dengan bobot badan 200 kg sebagai pakan basal dengan pemberian sebesar 10% dari bobot badan dapat mencukupi konsumsi ternak selama 4 hari, jadi selama 30 hari diperlukan King grass sebanyak 600 kg/ekor. Dengan adanya tanaman penguat teras, selain dapat mengendalikan erosi juga dapat menjaga stabilitas teras dan menambah pendapatan dari hasil rumput/leguminosa pakan Kata kunci: potensi King grass, pakan ternak, tanaman penguat teras, Desa Tobu PENDAHULUAN Desa Tobu di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan lokasi Prima Tani yang berbasis jeruk keprok, berada pada ketinggian 800 – 900 m dpl. Dengan topografi berbukit-bukit, kemiringan lahan antara 15 – 30 %, tingkat curah hujan yang cukup tinggi dan suhu siang hari relatif rendah, sangat potensial untuk tanaman jeruk. Petani di Desa Tobu, selain mengusahakan tanaman perkebunan serta sayuran, juga memelihara ternak sapi. Usaha ternak sapi di Desa Tobu tidak seperti di daerah lain di Nusa Tenggara Timur (NTT), dimana hijauan pakan ternak relatif tersedia sepanjang musim. Petani peternak di Desa Tobu telah mengembangkan rumput King grass sebagai sumber pakan. King grass ditanam dan dikembangkan diantara batas lahan, di pinggiran jalan serta dimanfaatkan sebagai tanaman penguat teras sehingga tersedia pakan sepanjang tahun. Rumput Raja (King grass) atau rumput tebu (Cane grass/Pennisetum purpurepoides) termasuk jenis unggul yang merupakan hasil persilangan antara Pennisetum purpureum dengan Pennisetum typhoides. Rumput ini baru diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 80-an (Siregar, 1988). Dilaporkan bahwa King grass merupakan rumput potongan berproduksi tinggi, hasilnya dapat mencapai 670 ton segar/ha/tahun (Fernandez, 1990). Dalan Tabel 1 berikut disajikan kandungan nutrisi dari rumput raja atau King grass.
Tabel 1. Kandungan nutrisi rumput raja (King grass) Kandungan zat makanan Protein kasar Lemak NDF Abu Calsium (Ca) Phospor (P)
(%) 13.5 3.5 59.7 18.6 0.37 0.35
Sumber: Siregar (1988) Usahatani konservasi adalah usahatani yang dikelola dengan tujuan untuk mencapai tingkat produksi dan pendapatan yang optimal dengan menerapkan teknologi konservasi tanah dan air, sehingga usahatani tersebut dapat berkelanjutan. Salah satu teknologi konservasi tanah adalah tanaman penguat teras. Masalah lain yang tidak kalah seriusnya dalam pengelolaan usahatani di NTT adalah bahaya erosi sehingga konservasi perlu mendapat perhatian. King grass atau rumput raja selain mempunyai potensi sebagai pakan ternak, juga dapat berfungsi sebagai tanaman penguat teras, karena bahaya erosi di Desa Tobu cukup besar dimana sebagian besar lahannya memiliki kemiringan sangat curam, lapisan tanahnya termasuk dangkal dan dalam pengelolaannya, belum menerapkan kaidah-kaidah konservasi lahan secara benar dan tepat. Hal ini penting agar pembangunan pertanian dapat terlanjutkan maka kegiatan yang akan dilaksanakan harus memperhatikan aspek kelestarian alam dan lingkungan. Soelaeman (1999) menyatakan bahwa penataan lahan perbukitan dengan cara mengintegrasikan rumput penguat teras dapat mengurangi erosi tanah sebesar 26,3- 59.0 %. Kecepatan tumbuh dan berkembangnya tanaman rumput penguat teras memperbesar daya sanggah terhadap aliran air permukaan jika terjadi hujan TUJUAN Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengulas serta membahas tentang potensi King grass sebagai pakan ternak dan sebagai tanaman penguat teras dalam kaitannya dengan prospek pengembangan ternak sapi Bali di Desa Tobu, dengan memperhatikan aspek potensi pakan lokal yang tersedia. Diharapkan tulisan ini dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam program perbaikan dan pengembangan ternak sapi Bali, khususnya di Kabupaten TTS. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survai/monitoring yang dilaksanakan di Desa Tobu, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan yang merupakan lokasi kegitan Prima Tani, pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2007. Responden ditetapkan secara purposive yaitu anggota kelompok tani Monit, Tani Bakti dan Debora. Data primer yang dihimpun meliputi, luas kebun hijauan pakan ternak (HPT), jenis HPT dan pakan lokal yang ditanam. Data dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Poteni Sumberdaya Desa Tobu Desa Tobu merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Mollo Utara. Jarak Desa Tobu ke ibu kota kabupaten sekitar 32 Km dan dengan ibu kota kecamatan sekitar 12 Km. Membentang dari ketinggian 550-950 diatas permukaan laut. Secara umum fisiografi Desa Tobu bergelombang sampai berlereng curam (>25%). Lahan yang dominan adalah seluruhnya berupa lahan kering. Komoditas-komoditas pertanian yang dominan adalah : (1) tanaman pangan (jagung, ubi jalar, kacang merah, ubi kayu), (2) Kemiri, 2.671 ph, (3) pisang 12.161 pohon, (4) pinang 8.695 pohon, 5) kelapa 866 pohon, (6) ternak sapi 434 ekor, (7) babi 932 ekor dan (8) ayam 2.232 ekor (Tim PRA Prima Tani TTS, 2007). Desa Tobu memiliki luas 52 Km2 atau 5.200 ha dan berbatasan dengan desa-desa lain sebagai berikut : sebelah Timur dengan Desa Bijeli; sebelah Barat dengan Desa Bosen, Desa Sebot, Desa Bijaipunu dan Desa Tunua; sebelah Utara dengan Desa Tutem serta sebelah Selatan dengan Desa Bosen dan Desa Laob.
Jumlah penduduk Desa Tobu sebanyak 2.617 jiwa yang terdiri atas 1.259 jiwa laki-laki dan 1.358 jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) 650 KK. Rata-rata jiwa per KK adalah 4 jiwa per KK. Berdasarkan mata pencaharian, penduduk yang menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian sebanyak 600 KK, pedagang 2 KK, dan PNS 48 orang. Desa Tobu merupakan wilayah pengembangan Jeruk Keprok SoE (JKS) yang didukung dengan penanaman jeruk seluas 300 ha yang ditunjang dengan pembangunan instalasi air untuk pengairan tanaman jeruk yang dimulai pada tahun 1999. Penanaman jeruk ini untuk merehabilitasi tanaman jeruk keprok di Desa Tobu yang mengalami kemusnahan. Di sektor peternakan, upaya pengembangan ternak utamanya sapi yang merupakan ternak unggulan di NTT telah dilaksanakan di Desa Tobu, yaitu dengan meluncurkan program pengguliran ternak sapi melalui bantuan 60 ekor sapi jantan dan betina. Populasi ternak besar di Desa Tobu, didominasi oleh ternak sapi, sedangkan ternak kerbau dan kuda relative tidak ada. Populasi ternak kecil didominasi oleh ternak babi dan unggas (ayam). Tabel 2 berikut memperlihatkan populasi ternak yang terdapat di Desa Tobu. Tabel 2. Populasi ternak di Desa Tobu, Kecamatan Mollo Utara Tahun 2006. No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Ternak Sapi Kuda Babi Kambing Unggas/ayam
Sex Jantan 192 4 191 12 139 Jumlah
Betina 242 348 15 484
Jumlah (ekor) 434 4 559 27 643 1.667
Sumber: Monograf Desa Tobu (2006)
Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang memelihara ternak besar adalah sebanyak 317 KK dan ternak kecil sebanyak 560 KK. Rata-rata kepemilikan ternak sapi sebesar 1-2 ekor/KK, ternak babi 2-3 ekor/KK dan ternak ayam 5-10 ekor/KK. Ternak, khususnya ternak besar merupakan bagian integral dari sistem pertanian di Desa Tobu. Akan tetapi pengusahaan ternak bagi masyarakat di Desa Tobu tidak berorientasi ekonomi semata. Pemeliharaan ternak di Desa Tobu, hampir seluruhnya mengandalkan hijauan makanan ternak yang tersedia di alam, walaupun ada upaya untuk penanaman hijauan pakan ternak (HPT), namun dalam jumlah yang terbatas baik jenis, kualitas dan kuantitasnya, karena HPT ditanam dalam barisan pagar, selain dimanfaatkan sebagai pakan ternak juga berfungsi sebagai tanaman penguat teras. King Grass Sebagai Pakan Potensial Ternak Sapi Hijauan makanan ternak memegang peranan penting dalam kehidupan ternak herbivora. Kekurangan hijauan dalam arti mutu dan ketersediaan terutama musim kemarau merupakan problem yang selalu akrab dengan petani peternak. Petani peternak di Desa Tobu telah mengembangkan rumput King grass sebagai sumber pakan. King grass ditanam diantara batas lahan, di pinggiran jalan dan berfungsi juga sebagai penguat teras. Tabel 3. Jenis hijauan makanan ternak yang biasa diberikan untuk ternak sapi di Desa Tobu. Jenis pakan Musim kemarau Musim hujan Rumput Alam √ King Grass √ √ Daun Kapok √ Daun Kabesak √ Daun Beringin √ Batang Pisang √ Lamtoro √ Gamal Sumber: Tim PRA Desa Tobu, 2006
Pemeliharaan ternak di Desa Tobu, hampir seluruhnya mengandalkan hijauan makanan ternak yang tersedia di alam (padang penggembalaan), walaupun ada upaya untuk penanaman hijauan makanan ternak, namun dalam jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan ternak. Berikut beberapa jenis hijauan makanan ternak yang telah dibudidayakan di Desa Tobu (Tabel 4). Tabel.4. Beberapa jenis hijauan makanan ternak (hmt) yang telah dibudidayakan di Desa Tobu. No Jenis HMT Jumlah yang dibudidayakan 1. King Grass 200.000 pohon 2. Turi 6.250 pohon 3. Kapuk 1.438 pohon 4. Lamtoro 115.500 pohon 5. Waru 550 pohon 6. Dadap 2.770 pohon 7. Gamal 8.800 pohon 8. Kaliandra 41.500 pohon 9. Beringin 573 pohon Sumber: Monograf Desa Tobu 2006
Hijauan yang banyak selama musim penghujan di Desa Tobu adalah antara lain hijauan rumput alam (yang penurunan nilai nutrisinya berjalan sangat cepat sejak akhir penghujan) dan daun-daun leguminosa pohon (terutama daun gamal). Gamal (Gliricidia sepium) menghasilkan biomasa hijauan yang cukup berlimpah selama musim hujan sampai dengan akhir musim hujan (bulan April). King grass Sebagai Tanaman Penguat Teras Introduksi dan perbaikan pengelolaan rumput penguat teras merupakan langkah operasional yang dapat dikembangkan petani karena selain dapat mengendalikan erosi tanah juga dapat memecahkan permasalahan kekurangan pakan bagi ternak rumunansia yang dipelihara petani. Tanaman penguat teras dimaksudkan untuk konservasi tanah atau mencegah erosi. Pada lahan yang sudah berteras seperti di Desa Tobu, rumput ditanam di bibir teras atau ditampingannya. Dengan adanya tanaman penguat teras baik pada bibir maupun tampingan teras, selain dapat mengendalikan erosi juga dapat menjaga stabilitas teras dan menambah pendapatan dari hasil rumput/leguminosa pakan. Berbeda dengan tanaman lorong, tanaman penguat teras di tanam di lahan-lahan yang sudah diteras. Jenis tanamannya beragam tergantung pada di bagian mana tanaman tersebut ditanam. Apabila ditanam di bibir teras bisa digunakan rumput, bisa juga leguminosa. Untuk lahan yang curam atau sangat curam sebaiknya digunakan leguminosa pohon atau perdu seperti lamtoro, glirisidia atau stylosanthes. Sedangkan untuk lahan yang tidak begitu curam bisa digunakan rumput seperti rumput setaria dan rumput gajah. SIMPULAN
King grass mempunyai potensi untuk dikembangkan di Desa Tobu karena dapat tumbuh dengan baik pada saat musim kemarau sekalipun, karena dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penanaman King grass sebagai tanaman penguat teras sangat sesuai karena topografi Desa Tobu yang bergelombang dan berbukit, sehingga dapat mengurangi erosi tanah karena kecepatan dan berkembangnya tanaman King grass memperbesar daya sanggah terhadap aliran air permukaan jika terjadi hujan. DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2006. Laporan Partcipatory Rural Appraissal (PRA) Prima Tani di Desa Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan, BPTP NTT. 2007
Fernandez, P.Th dan J. Nulik. 1990. Pengaruh Intrerval Dan Tinggi Pemotongan Terhadap Produksi Hijauan King Grass (Pennisetum Hybreed). Hasil-Hasil Penelitian Komponen Teknologi Peternakan Di Nusa Tenggara. Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nusa Tenggara (P3NT) Tahun 19989/1990. Siregar, M.E. 1988. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Prosiding. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Soelaeman Y., 1999. Integrasi Ternak Ruminansia dalam Sistem Usahatani Konservasi di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin Peternakan. Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta. Edisi Tambahan, Desember 1999.