Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
STRATEGI PEMASYARAKATAN TEKNOLOGI PENGGEMUKAN SAPI DI DESA TOBU KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (Strategy of Fattening Cattle Tecnology Popularization in Tobu Village, South Central Timor District) DIDIEK AGUNG BUDIANTO dan S. RATNAWATY Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur, Jl. Tim Tim Km. 39, Naibonat, Kupang 85111
ABSTRACT The assessment on introducing technology of fattening for beef cattle was undertaken in Tobu Village, Southern Central Timor (TTS) since 2007. Cattle farms, particularly Bali cattle is part of the Western Timorese culture since it is known as the main commodity, high economical value and as a family saving where the farmers are commonly raised the animals for 2 – 3 years period only. The population of Bali cattle is high in Tobu Village, although not all farmers own the cattle. The farmers are still applying moving belt system for their cattle, that bring to require a longer period to achieve an ideal body weight gain. The purpose of this study was to accelerate technology transfer for fattening process of cattle in Tobu Village. The assessment was designed according to an adaptive research design to get an understanding and dynamic of farmers conducting fattening programme in a per group. The assessment was therefore combining a qualitative and quantitative. The experiment had established four adult farmer groups and two woman farmer groups with members of 68 personsdistributed at 5 of 20 families in Tobu. The introducing technology of fattening has also established 4 animal per groups consisting 10 heads in 2007 followed by 2 additional per groups in 2008. The approach of introducing technology was conduded by 5 approaches, including (1) the community approach, (ii) the communal development in farmer groups, (iii) the introduction of farming technology, (iv) the facilitation of technology, and (v) the local government coordination. The farmer community has beed developed in Tobu under a farmer group engaging in different sectors and activities depend on local interest and potency in every farmer groups. Key Words: Strategy, Technology Popularization, Fattening Cattle, Tobu ABSTRAK Kajian pemasyarakatan teknologi penggemukan sapi telah dilaksanakan di Desa Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sejak tahun 2007. Ternak sapi khususnya sapi Bali sudah merupakan bagian budaya masyarakat Timor Barat karena merupakan komoditas andalan yang cepat menghasilkan uang cukup banyak kapan saja diperlukan dan pada saat-saat petani sangat membutuhkan, sehingga petani biasa memelihara 2-3 tahun sampai ketika jual. Di Tobu sapi Bali cukup banyak walau tidak semua petani memiliki sapi, pemeliharaannya masih menerapkan sistem ikat pindah di mana saja sehingga proses penambahan berat badan ideal memerlukan waktu cukup lama yang berpengaruh pada harga jual sapi. Tujuan pengkajian adalah untuk mempercepat proses alih teknologi penggemukan sapi dalam kandang di Desa Tobu. Rancangan pengkajian yang digunakan adalah rancangan penelitian adaptif untuk mendapatkan pemahaman dan dinamika petani yang melaksanakan penggemukan sapi dalam kandang kelompok, maka pengkajian ini mengkombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dengan bentuk kuantitatif menunjang kualitatif. Hasil pengkajian diperoleh selama kurun tahun 2007 telah terbentuk empat kelompoktani dewasa dan dua kelompok wanitatani dengan jumlah keanggotaan sebanyak 68 orang yang tersebar pada 5 RT dari 20 RT yang ada di Desa Tobu. Hasil pendekatan pemasyarakatan pada tahun 2007 juga telah terbangun 4 kandang kelompok masing-masing 10 ekor sapi dan tahun 2008 bertambah 2 kandang kelompok. Pendekatan pemasyarakatan teknologi penggemukan sapi dilakukan melalui 5 pendekatan, yaitu: i) pendekatan masyarakat, ii) menumbuhkembangkan masyarakat dalam kelompoktani, iii) pengenalan teknologi usahatani, iv) pendampingan teknologi, v) koordinasi dengan Pemda. Telah terjadi tumbuh kembang masyarakat petani
151
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
di Desa Tobu dalam suatu wadah yang dinamakan kelompoktani yang bergerak dalam bidang atau kegitan berbeda tergantung dari minat dan potensi lokal yang ada pada setiap poktan. Kata Kunci : strategi, pemasyarakatan teknologi, penggemukan sapi, Tobu
PENDAHULUAN Desa Tobu, dulunya merupakan wilayah Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), namun sejak tahun 2008 telah terjadi pemekaran dan menjadi wilayah Kecamatan Tobu. Desa Tobu membentang dari ketinggian 550 – 950 diatas permukaan laut. Secara umum fisiografi desa Tobu bergelombang sampai berlereng curam (> 25%). Lahan yang dominan adalah seluruhnya berupa lahan kering. Agroekosistem Desa Tobu termasuk Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Kering (LKDTIK). Curah hujan: 2100 mm/tahun, bulan basah = 7 bulan, bulan kering = 5 bulan, hari hujan =278 hari/tahun. Tingkat kesuburan tanah: rendah-sedang. Penggunaan lahan: kebun campuran, tegalan. Awal hujan normal biasanya terjadi pada awal Oktober dan berakhir pada bulan Juni. Puncak musim hujan terjadi antara Januari s/d Maret, sedangkan hujan pada bulan Mei dan Juni merupakan hujan sisa atau hujan musim Timur. Akses masuk dan keluar Desa Tobu yang relative mudah adalah hanya 1 jalur yaitu jalur lintas ke jalan besar Kapan (TTS) – Eban (TTU). Kondisi jalan di Desa Tobu belum cukup baik karena pengaspalan jalan masuk ke Tobu belum selesai sepenuhnya, sisanya masih dalam tahap pengerasan. Jarak dari desa ke kota kecamatan sejauh 12 km dengan jarak tempuh ½ jam, sedangkan jarak dari desa ke kota kabupaten (SoE) 32 km dengan jarak tempuh ± 1 jam, dan ke Kupang (ibukota provinsi) sejauh 132 km dengan jarak tempuh 3,5 jam-4 jam. Angkutan umum dari desa ke kota kecamatan pada umumnya adalah sepeda motor (ojek) dengan tarip Rp 15.000 s/d 20.000, sedang dari kecamatan ke kabupaten dilayani oleh bemo, bus dan ojek. Jumlah penduduk Desa Tobu sebanyak 2.617 jiwa yang terdiri atas 1.259 jiwa lakilaki dan 1.358 jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) 650 KK. Rata-rata jiwa per KK adalah 4 jiwa per KK. Berdasarkan mata pencaharian, penduduk yang menggantungkan
152
hidupnya pada usaha pertanian sebanyak 600 KK, pedagang 2 KK, dan PNS 48 orang. Ternak sapi khususnya sapi Bali sudah merupakan bagian budaya masyarakat Timor Barat karena merupakan komoditas andalan yang cepat menghasilkan uang cukup banyak kapan saja diperlukan dan pada saat-saat petani sangat membutuhkan, sehingga petani biasa memelihara 2-3 tahun sampai ketika jual. Di Tobu sapi Bali cukup banyak walau tidak semua petani memiliki sapi, pemeliharaannya masih sistem ikat pindah di mana saja sehingga proses penambahan berat badan ideal memerlukan waktu cukup lama yang berpengaruh pada harga jual sapi. Usahatani yang dilakukan petani masih bersifat individual, karena belum ada kelompoktani di desa tersebut. Pendampingan petani masih belum optimal sehingga selama ini petani melakukan usahatani masih tradisional. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mempercepat proses alih teknologi penggemukan sapi dalam kandang di Desa Tobu. METODE Pengkajian dilaksanakan di Desa Tobu, Kecamatan Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang berlangsung sejak tahun 2007. Rancangan pengkajian yang digunakan adalah rancangan penelitian adaptif untuk mendapatkan pemahaman dan dinamika petani yang melaksanakan penggemukan sapi dalam kandang kelompok, maka pengkajian ini mengkombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan bentuk kuantitatif menunjang kualitatif (BRANNEN, 1997). Memadukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam memahami suatu realita memberikan hasil yang baik. Informasi kualitatif menjadi sama ilmiahnya dengan data kualitatif malah lebih sering valid (MIKKELSEN, 1999; MUHADJIR, 2000). Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder dan data primer, pengambilan data
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengukuran pada obyek yang dikaji. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanakan pemasyarakatan teknologi penggemukan sapi pada masyarakat desa Tobu dilakukan melalui langkah-langkah pendekatan sebagai berikut: Pendekatan kepada masyarakat Ternak sapi merupakan komponen penting dalam suatu sistem usahatani di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya dan di Desa Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) khususnya. Kehidupan petani hampir tidak dapat dipisahkan dengan ternak meskipun kebutuhan hidup pokok keluarga tani diperoleh dari hasil tanaman pangan. Populasi ternak besar di Desa Tobu, didominasi oleh ternak sapi, sedangkan ternak kerbau dan kuda relatif tidak ada. Populasi ternak kecil didominasi oleh ternak babi dan unggas (ayam). Tabel berikut memperlihatkan populasi ternak yang terdapat di Desa Tobu. Tabel 1. Populasi ternak di Desa Tobu, Kecamatan Tobu tahun 2006 Jenis ternak Sapi
Jantan
Betina
Jumlah (ekor)
192
242
434
Sex
Kuda
4
-
4
Babi
191
348
559
Kambing
12
15
27
Unggas/ayam
139
484
643
Jumlah
1.667
Sumber: ANONIMUS (2006)
Pada Tabel 1 terlihat populasi ternak sapi mendominasi dibanding ternak besar lainnya dengan jumlah 434 ekor, ternak ayam sebesar 643 ekor (84,97%), serta ternak babi sebesar 559 ekor. Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang memelihara ternak besar adalah sebanyak 317 KK dan ternak kecil sebanyak 560 KK. Ratarata kepemilikan ternak sapi sebesar 1 – 2
ekor/KK, ternak babi 2 – 3 ekor/KK dan ternak ayam 5 – 10 ekor/KK. Pemeliharaan ternak di Desa Tobu. Petani/ peternak masih memelihara ternak sapi secara tradisional yaitu dengan sistem ikat pindah (untuk sapi induk dan anak) dan sistem palang (untuk sapi jantan/penggemukan). Sistem pemeliharaan yang masih sederhana ini akan memberikan hasil atau output yang rendah, karena waktu pemeliharaan (penggemukan) yang panjang dapat mencapai 3 – 4 tahun. Padahal sudah tersedia teknologi penggemukan sapi yang sederhana dan dapat dilaksanakan di tingkat petani, sehingga lama pemeliharaan untuk penggemukan 6 – 8 bulan sudah dapat dijual. Pendekatan kepada masyarakat Desa Tobu adalah untuk menggali permasalahan dan kebutuhan utama masyarakat melalui Participatory Rural Appraisal (PRA). Prioritas utama yang dibutuhkan masyarakat adalah membangun ekonomi desa yang bertumpu pada komoditas sapi dan tanaman pangan (jagung, sayuran). Permasalahan yang dapat diidentifikasi selama melaksanakan PRA di Desa Tobu dapat digambarkan dalam pohon masalah (Gambar 1). Menumbuhkembangkan masyarakat petani dalam kelompoktani Kehidupan berkelompok merupakan pengejawantahan dari sikap gotong royong yang melekat dan selalu ada dalam jiwa petani dari manapun mereka berasal. Kemajuan pembangunan pertanian sangat dipengaruhi oleh adanya aktivitas petani yang tergabung dalam kelompok tani (poktan) yang terbentuk karena keinginan petani untuk berkelompok dalam upayanya untuk mengelola usataninya lebih baik. Kelompok tani yang dibangun selaras dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hasil pendampingan memperlihatkan bahwa setiap Rukun Tetangga (RT) di Desa Tobu menginginkan untuk membentuk kelompok tani. Dan Ibu-ibu dari dua dusun menginginkan membentuk kelompok wanita tani. Namun kenyataannya dari 20 RT yang ada di Desa Tobu baru terbentuk 4 kelompok tani dan 2 kelompok wanita tani. Awal pembentukan kelompok hanya 3 kelompok yang bersedia namun ketika aktivitas berjalan dan tuntutan
153
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
kebutuhan masyarakat untuk membentuk kelompok maka dibentuk lagi 3 kelompok tani. Dari enam kelompok tani ini, 4 diantaranya bergerak pada bidang penggemukan ternak sapi dan 2 diantaranya bergerak pada pengolahan hasil. Pendampingan teknologi dari BPTP maupun Pemda (penyuluh pertanian) sangat mendukung dalam berdayanya kelompok tani di Desa Tobu. Adapun keberadaan kelompok tani yang tumbuh dan berkembang tersaji dalam Tabel 2. Data dari Tabel 2 menunjukkan selama kurun tahun 2007 telah terbentuk empat kelompoktani dewasa dan dua kelompok wanitatani dengan jumlah keanggotaan sebanyak 68 orang yang tersebar pada 5 RT dari 20 RT yang ada di Desa Tobu. Hal ini mengindikasikan bahwa di Desa Tobu telah terjadi tumbuh kembang masyarakat petani dalam suatu wadah yang dinamakan kelompoktani yang bergerak dalam bidang atau
kegitan berbeda tergantung dari minat dan potensi lokal yang ada pada setiap poktan. Masyarakat berpartisipasi secara fungsional pada kelembagaan kelompoktani ini karena masyarakat merasa membutuhkan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama termasuk tukar pendapat dan melakukan perencanaan kedepan. Pengenalan teknologi usahatani kepada petani Usaha pengenalan teknologi usahatani dilakukan dengan pemutaran film-film pertanian. Pemutaran film-film pertanian dimaksudkan untuk membuka wawasan petani dalam perkembangan usahatani. Materi film berupa keberhasilan petani dalam menjalankan usahataninya. Melalui pemutaran film pertanian ini diharapkan petani termotivasi untuk meningkatkan kinerja usahataninya di desa.
Pendapatan petani rendah
Produktivitas ternak rendah
Ketersediaan pakan berkualitas sepanjang tahun rendah
Ketergantungan pada rumput alam
Tidak tersedia HMT pada MK
Jenis HMT tersedia terbatas
Air tidak ada
Populasi rendah
Pemilikan rendah
Lama pemeliharaan 3 – 4 tahun
Belum orientasi jual
Modal terbatas
Sistem pemeliharaan pola eksisting
Ketersediaan bibit sapi rendah
Kematian Anak Sapi Tinggi karena lahir pada MK
Kualitas pakan rendah
Jenis HMT terbatas
Ketersediaan HMT kurang pada MK
Air tidak ada
Penguasaan teknologi rendah
SDM rendah
Gambar 1. Permasalahan yang dapat diidentifikasi selama melaksanakan PRA di Desa Tobu
154
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
Tabel 2. Keberadaan kelompok tani (poktan) di Desa Tobu, tahun 2007 Nama poktan
Terbentuk Ketua poktan Hendrik Oematan
Jumlah anggota
Status poktan
10
Kegiatan
Keterangan
Pemula
Penggemukan sapi, jeruk, jagung
Tani dewasa
Monit
Mei 2007
Tani Bakti
Mei 2007 Isaskar Leob
9
Pemula
Penggemukan sapi, jeruk, jagung
Tani dewasa
Debora
Mei 2007
Essaul Tafui
11
Pemula
Penggemukan sapi, jeruk, jagung
Tani dewasa
Bukit Harapan
Agustus 2007
Simon Lake
7
Pemula
Penggemukan sapi, jeruk, jagung
Tani dewasa
Tunas Muda
Juli 2007
Yupitronela Nomeni
16
Pemula
Pengolahan hasil (jeruk,jagung,ubi)
Wanitatani
Zaitun
Juli 2007
Maria Sunbanu
15
Pemula
Pengolahan hasil (jeruk,jagung,ubi)
Wanitatani
Sumber: ANONIMUS (2007)
Masyarakat yang menonton film pertanian terdiri petani dewasa, ibu-ibu wanita tani, pemuda tani dan anak-anak. Selesai pemutaran 1 film, dilanjutkan penjelasan maksud ide cerita film dan diskusi. Respon petani terhadap pemutaran film sangat tinggi. Walaupun film diputar pada malam hari dengan udara dingin yang mencekam, namun petani yang menyaksikan film sangat banyak. Usaha pengenalan teknologi juga dilakukan melalui studi banding. Studi banding dilaksanakan di lokasi usaha penggemukan sapi di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) pada kelompk tani Nekmese yang sudah berhasil. Studi banding yang dilakukan di Kabupaten TTU sangat diminati petani dengan keikutsertaan sebanyak kurang lebih 100 petani untuk melihat usahatani penggemukan sapi potong. Kegiatan studi banding meliputi kunjungan ke kandang kelompok, kebun HPT, aktivitas kelompok tani dan diskusi tentang
teknologi yang telah diterapkan kelompok tani Nekmese. Pendampingan pelaksanaan teknologi Penerapan teknologi dilakukan dengan menggerakkan kelompoktani dewasa dalam usaha penggemukan sapi dalam kandang kelompok. Pembangunan kandang sapi dilakukan secara swadaya oleh kelompoktani dengan semangat tinggi. Dalam pengembangan usaha penggemukan sapi, pendampingan dilakukan oleh peneliti dan penyuluh sejak dari pembuatan kandang, penimbangan berat badan sapi, penanaman pakan ternak yang selalu diikuti dengan diskusi antara petani dengan peneliti/penyuluh. Penggemukan sapi memberikan kenaikan berat badan dengan kisaran 0,5 – 1,3 kg/ekor/hari.
Tabel 3. Rata-rata pertambahan bobot badan ternak sapi dengan sistem pemeliharaan kandang kelompok pada empat kelompoktani di Desa Tobu Kelompoktani Monit Tani Bakti
Bobot badan awal
Bobot badan akhir
Rata-rata PBB (kg/ekor/hari)
204,40
219,40
0,5
182
221
1,3
Pertambahan bobot badan (kg/ekor)
Debora
196,60
214,77
0,61
Bukit Harapan
192,30
227,80
1,20
Sumber: ANONIMUS (2008)
155
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
KESIMPULAN
Konsolidasi program dengan Pemda Kabupaten TTS Untuk mensukseskan program pemasyarakatan teknologi penggemukan sapi, maka dilakukan konsolidasi program Primatani dengan program pembangunan Pemda Kabupaten TTS, utamanya dengan Dinas Dinas Peternakan. Dinas peternakan menyambut program Primatani dengan memberikan bantuan sapi sebanyak 39 ekor terdiri 25 jantan, 14 betina, Kebun HMT seluas 5 ha, serta sarana Biogas sebanyak 2 unit. Program pemasyarakatan teknologi penggemukan sapi yang dilaksanakan di Desa Tobu merupakan integrasi antara ternak sapi dan tanaman jeruk dan pangan. Ternak sapi yang di kandang kelompok menghasilkan faeces sebagai bahan pupuk kandang yang digunakan sebagai pupuk organik pada tanaman jeruk dan pangan lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga mendapatkan hasil produksi yang optimal. Dalam program pemasyarakatan teknologi penggemukan sapi ini diharapkan hasil penjualan ternak sapi, jeruk dan pangan lainnya (jagung, ubi, sayuran) merupakan penghasilan petani dan sebagiannya dijadikan sebagai modal usaha, sehingga usahatani terus berkembang dengan penerapan teknologi yang memadai.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemasyarakatan teknologi penggemukan sapi dapat dilakukan melalui 5 pendekatan, yaitu: a) pendekatan kepada masyarakat, b) menumbuhkembangkan masyarakat dalam kelompoktani, c) pengenalan teknologi usahatani, d) pendampingan teknologi, dan e) koordinasi dengan Pemda. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 2006. Monograf Desa Tobu, Kecamatan Tobu, Kabupaten TTS. ANONIMUS. 2007. Laporan Praprimatani Kabupaten TTS. BPTP NTT ANONIMUS. 2008. Laporan Pelaksanaan PRIMATANI 2008 Kabupaten TTS. BPTP NTT. BRANNEN, J. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Nuktah Arfawi, Imam Safei, Noorhaidi penerjemah. Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta. Terjemahan dari: Mixing Mehtods: Qualitatif and Quantitative Research. Metode Penelitian MIKKELSEN, B. 1999. Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Sebuah Buku Pegangan Bagi Praktisi lapangan. Matheos Nalle, Penerjemah. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Terjemahan dari: Methods for Development Work and Research: Aguide for Practicioners. MUHADJIR, N. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Rake Sarasin, Yogyakarta.
DISKUSI Pertanyaan: Bagaimana caranya agar introduksi teknologi penggemukan yang ditawarkan dapat berkelanjutan? Jawaban: Sejauh ini respon masyarakat terhadap adopsi teknologi penggemukan sangat positif, sejumlah upaya yang sudah dilakukan seperti pengembangan kelompok dan pendampingan teknologi bersama Pemda dapat dilanjutkan.
156