POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA ORGANISASI DAN SOSIAL DENGAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN STUDI KASUS DI PPP DADAP KABUPATEN INDRAMAYU
FATHUROHIM
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu” adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor,
September 2012
Fathurohim
ABSTRAK FATHUROHIM, C44080032, Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh THOMAS NUGROHO dan IIN SOLIHIN. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Dadap merupakan salah satu pangkalan yang produktif di Kabupaten Indramayu sampai tahun 2007 sehingga menaikan statusnya menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP). Akan tetapi, setelah dinaikan statusnya PPP Dadap mulai mengalami penurunan kinerja. Penelitian dilakukan untuk mengetahui aktivitas operasional PPP Dadap, faktor-faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap, dan pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja pelabuhan PPP Dadap. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif untuk mengetahui aktivitas operasional PPP Dadap dan faktor-faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap serta analisis statistik parametrik untuk mengetahui pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja PPP Dadap. Hasil analisis diperoleh bahwa aktivitas pendaratan ikan di PPP Dadap dari tahun 2001 sampai tahun 2011 cenderung mengalami penurunan, mempunyai kisaran pertumbuhan -89,98 % - 254,64 % dan aktivitas pelayanan kebutuhan melaut PPP Dadap tahun 2003 – 2011 cenderung meningkat dan mempunyai kisaran pertumbuhan -18,38% - 90,86%. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPP Dadap mulai tahun 2008 tidak terjadi aktivitas pelelangan, tetapi hasil tangkapan tersebut mengalami pendataan di TPI PPP Dadap oleh petugas TPI. Faktor-faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap berupa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal: fasilitas pelabuhan, bakul ikan, jumlah armada penangkapan, dan sedimentasi. Faktor eksternal: dukungan aparatur desa, serta sumberdaya ikan (SDI) dan daerah penangkapan Ikan (DPI). Pola hubungan kinerja PPP Dadap untuk pemilik kapal diperoleh persamaan Y = 11,0 + 0,048 X 1 + 0,263 X 2 , sedangkan untuk anak buah kapal (ABK) diperoleh persamaan Y = 18,7 + 0,0906 X 1 – 0,005 X 2 . Kata kunci: aktivitas operasional, PPP Dadap, analisis regresi linier berganda
ABSTRACT FATHUROHIM, C44080032. Relationship Pattern Between Organization and Social Performance with Fishing Port Performance, Case Study in PPP Dadap Indramayu District. Superviced by THOMAS NUGROHO dan IIN SOLIHIN. Fish Landing Base (PPI) Dadap is one of productive fishing port in Indramayu district until 2007, it caused the status raise into Fishery Harbour Beach (PPP). However, after the status raised, performance of PPP Dadap started to decline. Research conducted to determine operational activity in PPP Dadap, influence factors decline operational activity in PPP Dadap, and relationship pattern between the organization performance and social performance in PPP Dadap. The descriptive analysis is used to knows operational activity and influence factors decline operational activity in PPP Dadap and statistical parametrik analyses to know relationship pattern between social and the organization performance with PPP Dadap performance. The result of analysis obtained that fish landing activity in PPP Dadap from 2001 to 2011 tended to decline have range growth -89,98 % to 254,64 % and service fishing activity needs from 2003 - 2011 tending to rise and have range growth -18,38 % to 90,86 %. Fish Auction Place (TPI) in PPP Dadap started in 2008 did not occur activity auction but the catch has had a survey in PPP Dadap by TPI officers. Factors influential to decrease operational activity in PPP Dadap form of factor internal and external factors. The internal factors: port facilities, middleman, the fleet catching, and sedimentation. The external factors: apparatus village support, fish resources (SDI) and the region of catching fish (DPI). Relationship pattern performance in PPP Dadap for the ship owner obtained an equation Y = 11,0 + 0,048 X 1 + 0,263 X 2 , while the crew members obtained an equation Y = 18,7 + 0,0906 X 1 – 0,005 X 2 . Key words: operational activity, PPP Dadap, multiple linier regression analysis.
© Hak Cipta IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA ORGANISASI DAN SOSIAL DENGAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN STUDI KASUS DI PPP DADAP KABUPATEN INDRAMAYU
FATHUROHIM
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Penelitian
: Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu.
Nama Mahasiswa
: Fathurohim
NRP
: C44080032
Program Studi
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui Komisi Pembimbing
Ketua,
Anggota,
Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si NIP. 19700414 200604 1 020
Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si NIP. 19701210 199702 1 001
Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP. 19621223 198703 1 001
Tanggal ujian: 10 Agustus 2012
Tanggal lulus :
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pembuatan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul penelitian ini adalah “Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si. dan Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si. selaku komisi pembimbing, atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini; 2. Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan dan Akhmad Solihin, S.Pi, MH sebagai penguji tamu pada sidang ujian skripsi; 3. Bapak Oni (Divisi Kelautan), Ibu Erna (Divisi Kelautan), Bapak Edi (KCD Kecamatan Juntinyuat dan Sliyeg), dan H. Jaeni (Manajer PPP Dadap) yang telah memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini; 4. Ayahanda (Kaerudin), Ibunda (Naipah), Kakak tersayang (Fadhliatun), Adik tercinta (Fania), dan Erny Hernawati yang selalu memberikan semangat, dukungan, serta doanya kepada penulis; 5. Teman-teman seperjuangan (PSP 45) dan semua civitas PSP yang telah memberikan kebersamaan yang tidak terlupakan; dan 6. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi penulis dan pihak-pihak yang memerlukannya.
Bogor, September 2012
Fathurohim
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 28 Juni 1989. Penulis adalah anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Kaerudin dan Naipah. Tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 1 Sindang Kabupaten Indramayu dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) yang terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Pendidikan dan Pengembangan Suberdaya Manusia (PPSDM) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2009–2010, anggota Departemen Pengembangan Suberdaya Manusia (PSDM) Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Indramayu (IKADA) pada tahun 2009–2010, serta anggota Departemen Bina Jaringan (Binjar) Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Indramayu (IKADA) pada tahun 2010–2011. Pada tahun 2012, penulis melakukan penelitian dengan judul ”Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2
Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
1.3
Manfaat Penelitian ................................................................................. 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Definisi Pelabuhan Perikanan ............................................................... 3
2.2
Klasifikasi Pelabuhan Perikanan .......................................................... 4
2.3
Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan................................................. 5
2.4
Fasilitas Pelabuhan Perikanan ............................................................... 8
2.5
Aktivitas Operasional Pelabuhan .......................................................... 11
2.6
Aspek Sosial Ekonomi dalam Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan ............................................................................................... 12
2.7
Kinerja .................................................................................................. 15 2.7.1 2.7.2 2.7.3
Kinerja sosial ........................................................................... 15 Kinerja organisasi .................................................................... 17 Kinerja pelabuhan .................................................................... 19
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 21
3.2
Bahan dan Alat ...................................................................................... 21
3.3
Metode Penelitian .................................................................................. 21
3.4
Metode Pengumpulan Data ................................................................... 21
3.5
Analisis Data ......................................................................................... 23 3.5.1 3.5.2
Aktivitas operasional PPP Dadap ............................................. 23 Faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap ........................................................... 24 3.5.3 Pola hubungan Antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja PPP Dadap ................................................................... 25
ix
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1
Keadaan Geografis, Topografi, dan Iklim ............................................. 29
4.2
Keadaan Umum Perikanan .................................................................... 30 4.2.1 4.2.2
4.3
Kondisi umum Pantai Indramayu ............................................ 30 Unit penangkapan ikan Kabupaten Indramayu ........................ 31
Keadaan Umum PPP Dadap ................................................................. 34 4.3.1 4.3.2 4.3.3
Letak geografis, topografi, dan iklim ....................................... 34 Unit penangkapan ikan PPP Dadap ......................................... 35 Fasilitas pelabuhan perikanan .................................................. 38
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Aktivitas Operasional PPP Dadap ........................................................ 42 5.1.1 Pendaratan ikan ........................................................................ 5.1.2 Kunjungan kapal ...................................................................... 5.1.3 Aktivitas pelelangan ikan ......................................................... 5.1.4 Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut ....................................
5.2
Faktor Berpengaruh Terhadap Penurunan Aktivitas Operasional PPP Dadap ............................................................................................ 47 5.2.1 5.2.2
5.3
42 43 44 45
Faktor internal .......................................................................... 48 Faktor eksternal ........................................................................ 52
Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja PPP Dadap ............................................................................... 55 5.3.1 5.3.2
Pemilik kapal ........................................................................... 56 Anak Buah Kapal (ABK) ......................................................... 58
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan ........................................................................................... 62
6.2
Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64 LAMPIRAN ...................................................................................................... 67
x
DAFTAR TABEL Halaman 1
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian .......................................... 22
2
Rincian indikator pada setiap variabel ........................................................ 26
3
Contoh tabulasi data .................................................................................... 27
4
Pangkalan pendaratan ikan di Kabupaten Indramayu ................................. 31
5
Data nelayan di Kabupaten Indramayu tahun 2011 ..................................... 32
6
Data kapal di Kabupaten Indramayu tahun 2011 ........................................ 33
7
Jumlah dan jenis alat tangkap di Kabupaten Indramayu tahun 2011 ............................................................................................................. 34
8
Jumlah nelayan Desa Dadap tahun 2007-2011 ............................................ 35
9
Jumlah kapal perikanan di Desa Dadap tahun 2007-2011 ........................... 37
10 Jumlah alat tangkap di Desa Dadap tahun 2007-2011 ................................. 38 11 Jumlah produksi yang didaratkan di PPP Dadap sebelas tahun terakhir ......................................................................................................... 42 12 Jumlah penjualan BBM (solar) di PPP Dadap tahun 2007-2011 ................ 47 13 Harga ikan di Kabupaten Indramayu tahun 2011 ....................................... 49 14 Hasil wawancara pemilik kapal payang ...................................................... 54 15 Hasil analisis ANOVA kinerja organisasi dan kinerja sosial terhadap kinerja pelabuhan untuk pemilik kapal ....................................................... 56 16 Hasil uji-t pengaruh kinerja sosial dan kinerja organisasi terhadap kinerja pelabuhan untuk pemilik kapal ....................................................... 57 17 Hasil analisis ANOVA kinerja organisasi dan kinerja sosial terhadap kinerja pelabuhan untuk ABK ..................................................................... 59 18 Hasil uji-t pengaruh kinerja sosial dan kinerja organisasi terhadap kinerja pelabuhan untuk ABK ..................................................................... 59
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Pola kelembagaan dalam pelabuhan perikanan ........................................... 13
2
Kapal yang berlabuh di PPP Dadap ............................................................ 44
3
Proses penimbangan ikan di bakul ikan ...................................................... 45
4
Alat yang digunakan untuk menyalurkan air bersih ................................... 46
5
Jumlah tangkapan 5 (lima) trip terakhir responden .................................... 54
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Lokasi penelitian .......................................................................................... 68
2
Fasilitas PPP Dadap .................................................................................... 69
3
Hasil perhitungan validitas .......................................................................... 71
4
Tahapan dalam mengolah data .................................................................... 79
xiii
1
1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pelabuhan perikanan mempunyai peran penting sebagai prasarana
pendukung perkembangan perikanan di suatu daerah.
Keberadaan pelabuhan
perikanan di suatu daerah diharapkan dapat mendukung aktivitas perikanan dan juga dapat meningkatkan perekonomian daerah. Pelabuhan perikanan sebagai pusat aktivitas perikanan tangkap mulai dari perijinan berlayar, tambat labuh kapal perikanan, pelayanan kebutuhan melaut, pendaratan hasil tangkapan, pelelangan hasil tangkapan, penanganan mutu hasil tangkapan, pengolahan hasil tangkapan, sampai distribusi/pemasaran hasil tangkapan. Pelabuhan perikanan merupakan suatu organisasi publik yang melayani masyarakat umum khususnya nelayan.
Pelabuhan perikanan perlu dukungan
kelembagaan yang baik dalam mengelola fasilitas yang tersedia untuk mendukung usaha perikanan tangkap.
Manajemen organisasi akan menentukan tingkat
pelayanan dan kinerja pelabuhan perikanan. Kepuasan para pengguna pelabuhan dapat dilihat dari kinerja pelabuhan tersebut. Oleh karena itu, kinerja pelabuhan sangat menentukan keberhasilan sebuah pelabuhan. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap semula merupakan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang dibangun pada tahun 2000 di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu dan posisinya terletak diantara PPI Glayem dan PPI Tegalagung.
Tahun 2001-2007 PPI Dadap merupakan salah satu yang
produktif di Kabupaten Indramayu dan cukup diakui di Provinsi Jawa Barat, karena pada tahun tersebut produksinya bisa mencapai 4.737,33 ton. Pada tahun 2008 PPI Dadap berubah status menjadi PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai). Kemudian mulai tahun 2009 sampai sekarang PPP Dadap mengalami penurunan aktivitas dan kinerja operasionalnya disebabkan banyaknya permasalahan yang terjadi di PPP Dadap tersebut, salah satunya adalah perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapan armada purseseine ke Pandeglang-Banten yang berdampak pada penurunan produksi PPP Dadap. Perubahan status PPI menjadi PPP kinerja pelabuhan tidak meningkat tetapi justru menurun.
2
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian mengenai “Pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja pelabuhan perikanan, studi kasus di PPP Dadap Kabupaten Indramayu” sangat perlu dilakukan.
Hal ini beguna untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional di PPP Dadap dan bagaimana pola hubungan kinerja pelabuhan tersebut.
1.2
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah:
1)
Mendeskripsikan aktivitas operasional PPP Dadap;
2)
Menentukan faktor yang berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap;
3)
Mencari pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja PPP Dadap.
1.3
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-
faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional di PPP Dadap dan bagaimana pola hubungan kinerja pelabuhan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Indramayu, pihak pengelola PPP Dadap dan instansi terkait sehingga dapat digunakan sebagai tolok ukur atau pedoman dalam upaya perbaikan dan peningkatan kinerja PPP Dadap untuk ke depannya.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Definisi Pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan bab I Pasal 1). Departemen Pertanian dan Departemen Perhubungan (1996) dalam Murdiyanto (2004) mendefinisikan pelabuhan perikanan sebagai tempat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan usaha ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh, bertambat, mendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan. Menurut Anonimous (1983) dalam Lubis (2010), pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Pelabuhan perikanan adalah pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional maupun internasional (Direktorat Jenderal Departemen Pertanian R.I., 1981 dalam Murdiyanto, 2004). Aspek-aspek tersebut secara terperinci yaitu (Lubis, 2010): 1) Aspek produksi: bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat pemusatan armada penangkapan untuk mendaratkan hasil tangkapannya, menyediakan tempat berlabuh yang aman, menjamin kelancaran membongkar hasil tangkapan, dan menyediakan suplai logistik. 2) Aspek pengolahan: bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk membina peningkatan mutu serta pengendalian mutu ikan dalam menghindari kerugian dari pasca tangkap.
4
3) Pemasaran: bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang dapat menguntungkan nelayan melalui aktivitas pelelangan ikan.
2.2
Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.
16/MEN/2006 bab VII Pasal 16, pelabuhan perikanan diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelas, yaitu: 1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS); 2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN); 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP); 4) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Kriteria teknis untuk 4 (empat) kelas pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 bab VII Pasal 17 – Pasal 20, yaitu: 1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan laut lepas; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus; (5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; (6) Terdapat industri perikanan. 2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT;
5
(3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus; (5) Terdapat industri perikanan. 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus. 4) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam minus 2 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus.
2.3
Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan dalam menjalankan semua aktivitas dan kegiatannya
bila ditinjau dari fungsinya, pelabuhan perikanan tentunya berbeda dengan jenis pelabuhan-pelabuhan pada umumnya karena pelabuhan perikanan dikhususkan untuk bidang perikanan. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 bab IV Pasal 4, pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dengan lingkungannya mulai dari praproduksi,
6
produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran.
Berikut fungsi pelabuhan
perikanan tersebut: 1) Pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan; 2) Pelayanan bongkar muat; 3) Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan; 4) Pemasaran dan distribusi ikan; 5) Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan; 6) Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan; 7) Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan; 8) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan; 9) Pelaksanaan kesyahbandaran; 10) Pelaksanaan fungsi karantina ikan; 11) Publikasi hasil riset kelautan perikanan; 12) Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; 13) Pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), kebakaran, dan pencemaran). Menurut Lubis (2010) mengatakan bahwa, secara umum pelabuhan perikanan mempunyai fungsi yang dapat dikelompokan sebagai berikut: 1) Fungsi maritim Pelabuhan
perikanan
mempunyai
aktivitas-aktivitas
yang
bersifat
kemaritiman, yaitu merupakan suatu tempat kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut, dan daratan untuk semua aktivitasnya. 2) Fungsi komersial Fungsi ini timbul karena pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat awal untuk mempersiapkan pendistribusian produksi perikanan dengan melakukan transaksi pelelangan ikan. 3) Fungsi jasa Fungsi ini meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan perikanan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Fungsi jasa dapat dikelompokan menjadi: (1) Jasa-jasa yang melayani pendaratan ikan, antara lain penyediaan alat-alat pengangkut ikan, keranjang-keranjang atau basket plastik, dan buruh untuk membongkar ikan;
7
(2) Jasa-jasa yang melayani kapal-kapal penangkap ikan antara lain dalam penyediaan bahan bakar, air bersih, dan es; (3) Jasa-jasa yang menangani mutu ikan, antara lain terdapatnya fasilitas cold storage, cool room, pabrik es, dan penyedia air bersih; (4) Jasa-jasa yang melayani keamanan pelabuhan, antara lain adanya jasa pemanduan bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar pelabuhan; (5) Jasa-jasa pemeliharaan kapal dan pelabuhan, antara lain adanya fasilitas docking, slipways, dan bengkel. Peranan pelabuhan perikanan sangat penting dalam perikanan tangkap karena pelabuhan perikanan merupakan pusat perekonomian mulai ketika ikan selesai ditangkap dari fishing ground-nya maupun ketika akan dipasarkan lebih lanjut. Menurut Lubis (2010) secara rinci pelabuhan perikanan berperan terhadap: 1) Hasil tangkapan yang didaratkan: (1) Mampu mempertahankan mutu ikan dan dapat memberikan nilai tambah; (2) Mampu melakukan pembongkaran secara cepat dan menseleksi ikan secara cermat; (3) Mampu memasarkan ikan yang menguntungkan baik bagi nelayan maupun pedagang melalui aktivitas pelelangan ikan; (4) Mampu melakukan pendataan produksi hasil tangkapan yang didaratkan secara akurat melalui sistem pendataan yang benar; 2) Para pengguna di pelabuhan perikanan: (1) Sebagai pusat dan tukar menukar informasi antar pelaku di pelabuhan; (2) Mampu meningkatkan pendapatan para pelaku di pelabuhan dengan pelaksanaan pelelangan ikan; (3) Mampu menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi para pelaku untuk beraktivitas di pelabuhan; 3) Perkembangan wilayah, baik dari aspek ekonomi maupun sosial budaya: (1) Mampu meningkatkan perekonomian kota/kabupaten sehingga menambah pendapatan asli daerah; (2) Terdapatnya beragam sosial budaya akibat keheterogenan penduduk karena urbanisasi;
8
(3) Mampu menyerap tenaga kerja berkaitan dengan aktivitas kepelabuhanan perikanan dan aktivitas terkait di sekitarnya.
2.4
Fasilitas Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan harus dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan
baik seperti apa yang sudah disebutkan di atas, agar dapat memenuhi fungsi dan perannya tersebut pelabuhan harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 bab VIII Pasal 22, fasilitas yang terdapat pada pelabuhan perikanan meliputi: fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. 1) Fasilitas pokok, sekurang-kurangnya meliputi: (1) Pelindung seperti breakwater, revetment, dan groin dalam hal teknis diperlukan; (2) Tambat seperti dermaga dan jetty; (3) Perairan seperti kolam dan alur pelayaran; (4) Penghubung seperti jalan, drainase, gorong-gorong, dan jembatan; (5) Lahan pelabuhan perikanan. 2) Fasilitas fungsional, sekurang-kurangnya meliputi: (1) Pemasaran hasil perikanan seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI); (2) Navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telefon, internet, rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas; (3) Suplai air bersih, es, dan listrik; (4) Pemeliharaan kapal dan alat penangkap ikan seperti dock/slipway, bengkel, dan tempat perbaikan jaring; (5) Penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed dan Laboratorium pembinaan mutu; (6) Perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan; (7) Transportasi seperti alat-alat angkut ikan dan es; dan (8) Pengolahan limbah. 3) Fasilitas penunjang, sekurang-kurangnya meliputi: (1) Pembinaan nelayan seperti balai pertemuan nelayan;
9
(2) Pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jaga, dan pos pelayanan terpadu; (3) Sosial/umum seperti tempat peribadatan dan MCK; (4) Kios IPTEK; (5) Penyelenggaraan fungsi pemerintahan seperti keselamatan pelayaran, kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), bea dan cukai, pengawas perikanan, kesehatan masyarakat, dan karantina ikan. Menurut Lubis (2010) mengatakan bahwa, secara umum pelabuhan perikanan mempunyai fasilitas sebagai berikut: 1.
Fasilitas pokok Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar atau pokok yang diperlukan dalam
kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas pokok di pelabuhan perikanan antara lain (Lubis, 2010): 1) Dermaga Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat labuh dan tambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut. 2) Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga. 3) Alat bantu navigasi Alat bantu navigasi adalah alat yang berfungsi: (1) Memberikan
peringatan
atau
tanda-tanda
terhadap
bahaya
yang
tersembunyi misalnya batu karang di suatu perairan; (2) Memberikan petunjuk/bimbingan agar kapal dapat berlayar dengan aman di sepanjang pantai, sungai, dan perairan lainnya; (3) Memberikan petunjuk dan bimbingan pada waktu kapal akan keluar masuk pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang jangkar. 4) Breakwater atau pemecah gelombang Breakwater suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut.
10
2.
Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang
berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan.
Fasilitas-fasilitas ini tidak harus ada di
pelabuhan perikanan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut. Fasilitas fungsional dikelompokkan menjadi (Lubis, 2010): 1) Penanganan hasil tangkapan dan pemasaran, yaitu: (1) Tempat Pelelangan Ikan (TPI), berfungsi untuk melelang ikan, dimana terjadi pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan); (2) Fasilitas pemeliharaan dan pengolahan hasil tangkapan ikan, seperti gedung pengolahan, tempat penjemuran ikan, dan lain-lain; (3) Pabrik dan gudang es, dipergunakan untuk mempertahankan mutu ikan pada saat operasi penangkapan dan pengangkutan ke pasar atau pabrik; (4) Gudang es, diperlukan apabila produksi kemungkinan tidak terserap pasar secara keseluruhan, pabrik es jauh dari dermaga perbekalan (out fitting) atau kemungkinan mendatangkan es dari luar; (5) Refrigerasi/fasilitas pendinginan, seperti cool room, cold storage; (6) Gedung-gedung pemasaran, dimana tempat ini biasanya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti alat sortir, timbangan, pengepakan, dan lain-lain. 2) Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat penangkap ikan, yaitu: (1) Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan; (2) Ruangan mesin; (3) Tempat penjemuran alat penangkap ikan; (4) Bengkel: fasilitas untuk memperbaiki mesin kapal; (5) Slipway: tempat untuk memperbaiki bagian lunas kapal; (6) Gudang jaring: tempat untuk penyimpanan jaring; (7) Vessel lift: fasilitas untuk mengangkat kapal dari kolam pelabuhan ke lapangan perbaikan kapal. 3) Fasilitas perbekalan: tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar. 4) Fasilitas komunikasi: stasiun jaringan telepon, radio SSB.
11
3.
Fasilitas penunjang Fasilitas
penunjang
adalah
fasilitas
yang
secara
tidak
langsung
meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan. Fasilitas ini berupa (Lubis, 2010): 1) Fasilitas kesejahteraan antara lain MCK, poliklinik, mess, kantin, dan musholla; 2) Fasilitas administrasi meliputi kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar, kantor beacukai, dan lainnya.
2.5
Aktivitas Operasional Pelabuhan Operasionalisasi pelabuhan perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan
adalah tindakan atau gerakan sebagai pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan untuk memanfaatkan fasilitas pada PP/PPI agar berdaya guna dan bernilai guna (efektif dan efisien) secara optimal bagi fasilitas itu sendiri atau fasilitas lainya yang terkait. Kegiatan operasional PP/PPI yang dilakukan tersebut hendaknya berorientasi pada kepentingan masyarakat pengguna jasa PP/PPI. Ini berarti operasionalisasi PP/PPI mengacu pada pelayanan prima (Murdiyanto, 2004). Aktivitas di Pelabuhan perikanan sangat banyak, untuk memudahkanya maka keseluruhan aktivitas yang ada harus dikelompokan. Menurut Pane (2002) dalam Hadiyanto (2004), aktivitas di pelabuhan perikanan dibagi menjadi 7 (tujuh) kelompok, yaitu: 1) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pendaratan dan pemasaran hasil
tangkapan:
pendaratan
hasil
tangkapan
(pembongkaran
dan
pengangkutan hasil tangkapan ke TPI), pelelangan ikan hasil tangkapan, pendistribusian hasil tangkapan, dan penanganan hasil tangkapan; 2) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan hasil tangkapan: pembekuan, pengolahan, dan distribusi hasil tangkapan; 3) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan unit penangkapan: tambat labuh, perbaikan, pembuatan kapal, pembuatan alat, dan perbaikan alat; 4) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan kebutuhan: penyediaan air, penyediaan es, penyediaan BBM, penyediaan garam,
12
penyediaan kebutuhan konsumsi, penyediaan sparepart kapal, penyediaan mesin, dan penyediaan bahan alat tangkap; 5) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan pelaku aktif: koperasi, asosiasi pelaku aktif, himpunan pelaku aktif, dan paguyuban pelaku aktif; 6) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan penunjang: syahbandar, perbankan, dan keamanan; 7) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan pelabuhan perikanan: pengelolaan fasilitas komersial, pengelolaan fasilitas nonkomersial, dan pengelolaan TPI.
2.6
Aspek Sosial Ekonomi dalam Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan Berdasarkan fungsi dan peranan serta fasilitas-fasilitas yang dimilikinya,
bisa dikatakan pelabuhan perikanan merupakan salah satu organisasi publik sehingga di dalam pelabuhan perikanan pasti terdapat aspek sosial ekonomi yang terjadi dan mempengaruhi kegiatan di dalamnya. Menurut Nugroho (2011), aspek sosial dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan di dalamnya mencakup: 1) Demografi (kependudukan) Keberadaan pelabuhan perikanan menjadi daya tarik ekonomi sehingga banyak orang mendekatinya sehingga menyebabkan terjadinya mobilitas penduduk (nelayan, pedagang, dan pengolah). 2) Mata pencaharian Keberadaan pelabuhan perikanan dapat menjadi tempat bekerja masyarakat terutama penduduk lokal dan sekitarnya dengan berbagai jenis pekerjaan misalnya nelayan, bakul ikan, dan pedagang warung. (1) Pola kerja Sistem kerja pelaku ekonomi/stakeholder yang terlibat dalam aktivitas di pelabuhan perikanan meliputi waktu kerja, pembagian kerja, kerjasama, penghasilan, keterampilan, modal, dan teknologi. (2) Produksi Output usaha yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Termasuk siklus kegiatan produksi harian.
13
3) Menciptakan lapangan kerja Keberadaan pelabuhan perikanan dapat membuka lapangan kerja berupa kesempatan usaha dan kerja masyarakat terutama penduduk lokal dan sekitarnya serta pendatang sehingga dapat mengatasi pengangguran. (1) Kesempatan bisnis Meliputi jenis dan tipe bisnis yang dikelola masyarakat, jumlah usaha, kompetisi usaha antar penduduk lokal dan pendatang, serta perijinan usaha. (2) Kesempatan pekerjaan Kesempatan kerja berada disektor formal maupun informal yaitu meliputi jumlah orang yang bekerja atau menggantungkan hidupnya di pelabuhan perikanan. Jumlah dan jenis pekerjaan baik formal maupun informal yang ada di pelabuhan perikanan. 4) Kelembagaan Kelembagaan merupakan pola hubungan antar individu atau kelompok masyarakat baik hubungan formal maupun non formal. Dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan yang termasuk hubungan formal seperti koperasi perikanan (KUD Mina), kelompok usaha bersama, dan HNSI. Sedangkan yang termasuk hubungan non formal adalah hubungan antara nelayan dan pemilik modal. Pola Hubungan Antar Individu atau Kelompok Masyarakat
Hubungan Formal
1. Koperasi Perikanan (KUD Mina) 2. Kelompok Usaha Bersama 3. dll
Hubungan Non Formal
Hubungan nelayan dengan pemilik modal
Gambar 1 Pola kelembagaan dalam pelabuhan perikanan Aspek ekonomi dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan di dalamnya meliputi (Nugroho, 2011):
14
1) Penyerapan tenaga kerja Keberadaan pelabuhan perikanan dapat menciptakan kesempatan kerja yang bersifat formal maupun informal sehingga mampu menyerap tenaga kerja lokal di institusi pemerintah, industri pengolahan, perdagangan/pemasaran, dan buruh. 2) Tumbuhnya industri pengolahan Keberadaan pelabuhan perikanan dapat mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan. Faktor pendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan antara lain: (1) Bahan baku Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas yang terjamin khususnya ikan sangat menentukan tumbuhnya industri pengolahan produk perikanan. (2) Peluang pasar Peluang pasar ditandai oleh tingginya animo/permintaan masyarakat terhadap produk olahan produk perikanan. (3) Dukungan pemerintah Meliputi bantuan pelatihan keterampilan teknis, pembiayaan, kemudahan perijinan, dan insentif pajak. 3) Pusat pemasaran Keberadaan pelabuhan perikanan menjadi pusat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan nelayan dengan adanya: (1) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) menjadi tempat pertemuan antara nelayan dengan calon pembeli. Melalui mekanisme pelelangan, pemasaran hasil tangkapan nelayan serta harga ikan lebih terjamin. (2) Pasar ikan Di sekitar PP dapat berkembang menjadi pasar ikan.
Pasar ikan
merupakan tempat pertemuan antara nelayan, pedagang, dan calon konsumen/pembeli. 4) Pertumbuhan ekonomi regional/lokal Keberadaan pelabuhan perikanan akan mendorong pertumbuhan ekonomi regional/lokal. Indikator pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari perkembangan
15
usaha jasa dan non jasa kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) serta mobilitas penduduk. (1) Usaha jasa dan non jasa Meliputi jenis dan jumlah usaha, bentuk interaksi usaha dengan masyarakat serta keterlibatan penduduk lokal. (2) Kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Dengan adanya pelabuhan perikanan akan meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB. (3) Mobilitas penduduk Meliputi frekuensi keluar masuk pendatang, jumlah pendatang, jenis usaha yang dikembangkan oleh pendatang serta interaksi pendatang dengan penduduk lokal. 5) Peluang investasi Keberadaan pelabuhan perikanan akan membuka peluang investasi di sektor perikanan yakni dibidang penangkapan, perdagangan ikan, dan industri pengolahan. Investasi di sektor perikanan akan menciptakan multiplier effect berupa: (1) Membuka lapangan kerja; (2) Memacu pertumbuhan ekonomi.
2.7
Kinerja Kinerja
merupakan
suatu
konstruk
(construct)
yang
bersifat
multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya (Mahmudi, 2010).
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan tugas dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi (Bastian (2001) dalam Herinugrah (2010). Menurut Mudzakir (2009), kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. 2.7.1 Kinerja sosial Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Mudzakir, 2009). Sedangkan sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam
16
masyarakat, seperti kehidupan nelayan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa, kinerja sosial adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan manusia dalam masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan nelayan selama kurun waktu tertentu. Pencapaian kinerja yang tinggi merupakan suatu prestasi, oleh karenanya setiap organisasi dituntut untuk dapat selalu meningkatkan kinerjanya. Semakin tinggi kinerja organisasi, maka semakin tinggi pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Konsep kinerja menurut Rummler dan Brache dalam Mudzakir (2009) dapat diterapkan pada 3 (tiga) tingkatan dalam organisasi, yaitu: tingkatan organisasi (organization level), tingkat proses (process level), dan tingkat tugas atau pelaksanaan tugas (job performer level). Tingkat organisasi menekankan pada hubungan organisasi dan fungsi-fungsi utamanya yang tergambar dalam kerangka dasar struktur organisasi serta mekanisme kerja yang ada, tingkat proses menekankan pada proses kegiatan antara fungsi, dan tingkat tugas atau pelaksanaan tugas menekankan pada individu-individu yang melaksanakan proses pekerjaan. Menurut Mahmudi (2010), secara umum kinerja sosial akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu; 2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan; 3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim; 4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur dalam organisasi; 5) Faktor
kontekstual
(situasional),
lingkungan ekternal dan internal.
meliputi:
tekanan
serta
perubahan
17
2.7.2 Kinerja organisasi Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan suatu organisasi, serta merupakan hasil yang dicapai dari perilaku anggota organisasi.
Kinerja organisasi bisa juga
dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input) (Herinugrah, 2010). Hasil kerja yang dicapai oleh suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact dengan tanggung jawab dapat mempermudah arah penataan organisasi. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh instansi dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Berikut adalah indikator kinerja organisasi menurut (Sobandi (2006) dalam Herinugrah (2010)): 1) Keluaran (Output) Keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik. Suatu kegiatan yang berupa fisik maupun non fisik yang diharapkan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Kelompok keluaran (output) meliputi dua hal. Pertama, kualitas pelayanan yang diberikan, indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan. Kedua, kuantitas pelayanan yang diberikan yang memenuhi persyaratan kualitas tertentu. Indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan yang memenuhi uji kualitas. 2) Hasil Hasil adalah mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan. Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Kelompok hasil, mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan, kelompok ini mencakup ukuran persepsi publik tentang hasil. Ukuran itu mencakup akibat tidak langsung yang signifikan, dimaksud atau tidak dimaksud, positif atau negatif, yang terjadi akibat pemberian pelayanan yang diberikan.
18
3) Kaitan usaha dengan pencapaian Kaitan usaha dengan pencapaian adalah ukuran efisiensi yang mengkaitkan usaha dengan keluaran pelayanan. Indikator yang mengaitkan usaha dengan pencapaian, meliputi dua hal. Pertama, ukuran efisiensi yang mengaitkan usaha dengan keluaran pelayanan, indikator ini mengukur sumber daya yang digunakan atau biaya per unit keluaran, dan memberi informasi tentang keluaran ditingkat tertentu dari penggunaan sumber daya di lingkungan organisasi. Kedua, ukuran biaya hasil yang menghubungkan usaha dan hasil pelayanan, ukuran ini melaporkan biaya per unit hasil, dan mengaitkan biaya dengan hasil sehingga managemen publik dan masyarakat bisa mengukur nilai pelayanan yang telah diberikan. 4) Informasi penjelas Informasi penjelas adalah suatu informasi yang harus disertakan dalam pelaporan kinerja yang mencakup informasi kuantitatif dan naratif. Membantu pengguna untuk memahami ukuran kinerja yang dilaporkan, menilai kinerja suatu organisasi, dan mengevaluasi signifikansi faktor yang akan mempengaruhi kinerja yang dilaporkan.
Ada dua jenis informasi penjelas yaitu pertama, faktor
substansial yang ada diluar kontrol seperti karakteristik lingkungan dan demografi. Kedua, faktor yang dapat dikontrol seperti pengadaan staf. Kinerja organisasi tidak lepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi (Ruky, 2001 dalam Herinugrah (2010)): 1) Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut; 2) Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi; 3) Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan; 4) Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan;
19
5) Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi; 6) Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi dan lainnya. 2.7.3 Kinerja pelabuhan Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Mudzakir, 2009). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa, kinerja pelabuhan adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan yang terjadi di dalam pelabuhan selama kurun waktu tertentu. Menurut Muis, (2010), indikator performace pelabuhan atau kinerja pelabuhan adalah prestasi dari output atau tingkat keberhasilan pelayanan, penggunaan fasilitas maupun peralatan pelabuhan pada suatu periode waktu tertentu, yang ditentukan dalam ukuran satuan waktu, satuan berat, ratio perbandingan
(prosentase).
Indikator
performance
pelabuhan
dapat
dikelompokkan sedikitnya atas 3 (tiga) kelompok indikator (Muis, 2010), yaitu: 1) Indikator output (kinerja pelayanan kapal dan barang serta produktivitas barang) indikator yang erat kaitannya dengan informasi mengenai besarnya throughput lalu-lintas barang (daya lalu) yang melalui suatu peralatan atau fasilitas pelabuhan dalam periode waktu tertentu; 2) Indikator service (kinerja trafik), dasarnya merupakan indikator yang erat kaitannya dengan informasi mengenai lamanya waktu pelayanan kapal selama di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan; 3) Indikator utilisasi (utilisasi fasilitas pelabuhan dan alat produksi) dipakai untuk mengukur sejauh mana fasilitas dermaga dan sarana penunjang dimanfaatkan secara intensif. Menurut (Dwiyanto (2008) dalam Herinugrah (2010)) mengemukakan bahwa indikator-indikator dalam pengukuran kinerja organisasi publik adalah: 1) Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.
20
2) Kualitas layanan Kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik.
Kepuasan masyarakat bisa menjadi
parameter untuk penilaian. 3) Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyakat. 4) Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanakan kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. 5) Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjukan seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada peraturan pemerintah.
21
3 METODE PENELITIAN 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2012, adapun tempat
pelaksanaan penelitian yaitu di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu.
3.2
Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera,
komputer/laptop, kuesioner, serta peralatan lainnya yang digunakan dalam membantu pengumpulan data dan pengolahan data.
3.3
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus dengan aspek
yang akan diteliti adalah pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja pelabuhan perikanan. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penellitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfieid (1930) dalam Nazir (1983)). Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan langsung di tempat penelitian.
3.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling.
Metode sampling ini mengambil sampel secara sengaja yang dirasa
dapat mewakili populasi sehingga tujuan yang diinginkan tercapai (Sugiyono, 2009).
Adapun untuk penentuan besarnya sampel adalah 10% dari jumlah
populasi yang diteliti (Pane (2008) dalam Gigentika (2010)).
Populasi yang
diteliti adalah nelayan purse-seine, nelayan arad, dan nelayan payang yang terdapat di wilayah PPP Dadap. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan cara pengamatan langsung di PPP Dadap, serta wawancara
22
pengguna PPP Dadap dan pihak PPP Dadap serta pengisian kuisioner oleh responden yang digunakan sebagai sampel. Tabel 1 Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian Tujuan Sumber Data Jenis Data Mendeskripsikan Pengamatan Primer operasional PPP langsung di PPP Dadap. Dadap -
Data Kegiatan operasional Fasilitas yang digunakan Keberadaan pelelangan.
Menentukan faktor yang berpengaruh terhadap penurunan aktivitas di PPP Dadap.
Wawancara dengan nelayan
Primer
-
Alasan nelayan tidak mendaratkan hasil tangkapanya di PPP Dadap.
Mencari pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja pelabuhan
Pihak pengelola PPP Dadap
Sekunder
-
Kondisi fasilitas PPP Dadap Sistem pelayanan PPP Dadap Kelancaran aktivitas operasional PPP Dadap Sistem pengelolaan PPP Dadap
-
Wawancara pengguna PPP Dadap
Primer
-
-
Tambahan
Pihak BPS Indramayu, Pemerintah Daerah Indramayu, Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu, dan Instansi terkait
Sekunder
-
Produktivitas nelayan (teknologi, pendapatan, produksi) Profil nelayan (pendidikan, kesehatan, pengalaman) Relasi antara pengguna PP Kondisi umum Indramayu Letak Geografis Sarana dan prasarana umum SDI yang tersedia Dll.
23
Metode penelitian yang akan dilakukan untuk memperoleh informasi atau data dari responden dalam penelitian ini adalah: 1) Wawancara (Kuesioner) Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan pengguna PPP Dadap dan pihak pengelola PPP Dadap. Wawancara yang dilakukan tersebut mengacu pada kuesioner yang telah dibuat agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara tidak keluar dari penelitian yang dilakukan. Jumlah responden yang diwawancara sebanyak 92 orang, dimana rincianya adalah nelayan purse-seine sebanyak 10 orang yang terdiri atas 5 pemilik kapal dan 5 nahkoda, nelayan arad sebanyak 30 orang yang terdiri atas 10 pemilik kapal dan 20 Anak Buah Kapal (ABK), dan nelayan payang sebanyak 50 orang yang terdiri atas 12 pemilik kapal dan 40 Anak Buah Kapal (ABK). 2) Pengamatan langsung Pengamatan langsung dilakukan terhadap kondisi dan keberadaan fasilitasfasilitas pelabuhan yang terdapat di PPP Dadap. Selain itu, dilakukan pula pengamatan mengenai beberapa aktivitas operasional yang dilakukan pengguna pelabuhan, khususnya nelayan yang terdapat di PPP Dadap. 3) Studi pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data dari pihak PPP Dadap, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Indramayu, Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kabupaten Indramayu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Indramayu, instansi terkait, buku, jurnal, karya ilmiah, internet, dan lain sebagainya yang dapat mendukung penelitian ini. Data-data yang dikumpulkan tersebut yaitu data-data mengenai kondisi fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPP Dadap, sistem pelayanan dan sistem pengelolaan PPP Dadap, kegiatan-kegiatan yang terdapat di PPP Dadap, layout PPP Dadap, posisi PPP Dadap, serta kondisi umum mengenai wilayah Kabupaten Indramayu, Desa Dadap, dan PPP Dadap.
3.5
Analisis Data
3.5.1 Aktivitas operasional PPP Dadap Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau mempersepsikan kegiatan, ataupun
24
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut (Nazir, 1983). Dalam hal ini, operasional pelabuhan perikanan berkaitan dengan semua kegiatan atau aktivitas perikanan yang berlangsung di pelabuhan perikanan, mulai dari pendaratan sampai pendistribusian hasil tangkapan. Operasional pelabuhan perikanan dinilai dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif tersebut membahas tentang aktivitas-aktivitas operasional apa saja yang masih berlangsung di PPP Dadap. Adapun data yang digunakan untuk melakukan analisis aktivitas operasional PPP Dadap adalah data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di PPP Dadap dan wawancara
terhadap
pengguna
pelabuhan,
khususnya
nelayan
(pemilik
kapal,nahkoda dan Anak Buah Kapal (ABK)). Dalam penelitian ini terdapat beberapa aktivitas yang akan diamati antara lain: 1) Aktivitas tambat labuh/pendaratan ikan: jumlah produksi, jumlah kunjungan kapal per tahun; 2) Aktivitas pelelangan hasil tangkapan: keberadaan dan pelaksanaan pelelangan hasil tangkapan; 3) Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut: pelayanan kebutuhan es, Bahan Bakar Minyak (BBM), dan air bersih. 3.5.2 Faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap Faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap dinilai dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptis tersebut membahas tentang alasan-alasan kenapa nelayan tidak mendaratkan hasil tangkapanya di PPP Dadap. Adapun faktor-faktor yang akan dianalisis adalah faktor teknis (fasilitas pelabuhan, bakul ikan, dan jumlah armada), faktor kebijakan (dukungan aparatur desa), dan faktor lingkungan (sedimentasi, sumberdaya ikan (SDI) dan daerah penangkapan ikan (DPI)).
Data yang
digunakan untuk melakukan analisis faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara kepada nelayan purse-seine yang terdiri atas pemilik kapal dan nahkoda.
25
3.5.3 Pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja PPP Dadap Pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja PPP Dadap dianalisis menggunakan metode statistik parametrik. Statistik parametrik biasa digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Menurut (Sugiyono, 2009) mengatakan bahwa, statistik parametrik merupakan analisis data yang merubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola hubungan antara kinerja organisasi dengan kinerja sosial untuk memperoleh kinerja pelabuhan. Analisis data dan proses perhitungan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: analisis data untuk pemilik kapal dan Anak Buah Kapal (ABK). Hal tersebut dikarenakan dalam mengolah data dengan menggunakan analisis statistik parametrik, sebelumnya harus memenuhi syarat tertentu. Menurut (Sugiyono, 2009) syarat menggunakan analisis statistik parametrik sebagai berikut: 1) Data penelitiannya harus terdistribusi normal; 2) Data berskala interval atau rasio; 3) Homogenitas varian; 4) Informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui. Berdasarkan syarat tersebut, maka analisis data dan perhitungan antara pemilik kapal dan Anak Buah Kapal (ABK) harus dibedakan.
Hal tersebut
dilakukan agar dapat memenuhi syarat yang ke-3 (homogenitas varian), dengan demikian proses analisis dan perhitungan pun bisa dilanjutkan. Dalam penentuan variabel untuk penyebaran kuesioner juga terdapat variabel yang tidak bisa digunakan oleh keduanya secara bersama-sama. Oleh karena itu, analisis data dan perhitungan antara pemilik kapal dan Anak Buah Kapal (ABK) harus dipisahkan. Menurut (Sugiyono, 2009), tahap-tahap analisis data dengan menggunakan metode statistik parametrik sebagai berikut: 1 Penentuan varibel penelitian Variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: kinerja sosial (X 1 ) dan kinerja organisasi (X 2 ) sebagai variabel bebas (independen) dan
kinerja
26
pelabuhan (Y) sebagai varibel terikat (dependen).
Rincian indikator masing-
masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Rincian indikator pada setiap variabel Variabel Indikator Kinerja pelabuhan - Pelayanan yang diberikan pelabuhan (perawatan fasilitas, (Y) kebersihan PP, sistem pengelolaan, dan sistem perijinan (Surat Laik Operasi (SLO) dan Surat Izin Berlayar (SIB)) - Relasi antara pengguna pelabuhan (nelayan, bakul ikan, dan petugas pelabuhan). Kinerja sosial (X 1 ) kinerja organisasi (X 2 )
- Produktivitas nelayan (teknologi, pendapatan, produksi) - Profil nelayan (pendidikan, kesehatan, pengalaman). - Keberadaan fasilitas pelabuhan yang ada di PPP Dadap: a. fasilitas pokok (dermaga, kolam pelabuhan, breakwater). b. fasilitas fungsional (tempat pelangan ikan (TPI), pabrik es, alat bantu navigasi (mercusuar), tempat pengisian perbekalan, stasiun pengisian air bersih, kantor pengelola pelabuhan, stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN), dan Syahbandar). c. fasilitas pendukung (toilet umum, tempat parkir, kantin, dan mushola).
2 Penentuan paradigma penelitian Asumsi/paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja pelabuhan perikanan. X1 Y X2 Keterangan X 1 X2 Y
: kinerja organisasi : kinerja sosial : kinerja pelabuhan perikanan
3 Penentuan populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengguna PPP Dadap (khususnya nelayan arad dan nelayan payang). Adapun untuk penentuan besarnya
27
sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi yang akan diteliti (Pane (2008) dalam Gigentika (2010)). 4 Penentuan instrumen penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert dengan skala 1-5. Menurut Sugiyono (2009) Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial, kemudian fenomena sosial tersebut dijadikan variabel penelitian. Adapun penetapan rentang skala yang digunakan adalah hasil dari data yang terbesar dan data terkecil yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian dibagi sesuai dengan yang diinginkan. 5 Tabulasi data hasil penelitian Berdasarkan data yang terkumpul dari responden, kemudian data tersebut dilakukan proses tabulasi. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah dalam proses pendataan sampel. Tabel 3 Contoh tabulasi data Pengguna PP
Status Kapal payang
Pemilik kapal
Kapal arad
Kapal payang Anak buah kapal (ABK)
Kapal arad
Resp.
1
2
Skor untuk setiap varibel 3 4 5 6
....
n
Total skor
1 2 3 ... n 1 2 3 ... n 1 2 3 ... n 1 2 3 ... n
6 Uji normalitas data Data yang diperoleh, setelah ditabulasi kemudian dilakukan uji normalitas data, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
28
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16. 7 Uji validitas data Data yang telah diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada responden, sebelum dilakukan proses perhitungan data tersebut harus dilakukan uji validitas terlebih dahulu. Menurut Sekaran (2003) dalam Wijaya (2011), suatu variabel dinyatakan valid jika dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan menggunakan software SPSS 16, pada tingkat kesalahan 0,05. 8 Analisis data Pola hubungan kinerja pelabuhan dianalisis menggunakan analisis regresi linier dengan software SPSS 16. Analisis regresi mampu memberikan penjelasan secara statistik tentang pengaruh variabel-variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda disebabkan terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Persamaan umum dari analisis regresi linier berganda menurut Walpole (1997) sebagai berikut:
Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + ... + b n X n Dimana : Y a b 1 ... b n b1X1
: variabel terikat (dependen) : koefesien intercept regresi : koefesien slope regresi : variabel bebas (independen)
29
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1
Keadaan Geografis, Topografi, dan Iklim Secara geografis wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada koordinat
107°52’ - 108°36’ bujur timur dan 6°15’ - 6°40’ lintang selatan. Adapun batasbatas wilayah Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut: 1) Sebelah Barat
: Kabupaten Subang;
2) Sebelah Timur
: Kabupaten Cirebon;
3) Sebelah Utara
: Laut Jawa;
4) Sebelah Selatan : Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Sumedang. Luas wilayah Kabupaten Indramayu adalah 197.115 km2 atau 15,5% dari luas Provinsi Jawa Barat yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang.
Wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Indramayu
mencakup 31 kecamatan (Pasekan, Indramayu, Sindang, Balongan, Juntinyuat, Karangampel, Krangkeng, Arahan, Patrol, Cantigi, Lohbener, Lelea, Losarang, Kandanghaur, Sukra, Anjatan, Haurgeulis, Gantar, Bangodua, Cikedung, Trisi, Kertasmaya, Widasari, Sliyeg, Gabus Wetan, Kedokan Bunder, Kroya, Tukdana, Sukagumiwang, Bongas, dan Jatibarang), 307 desa, dan 8 kelurahan). Berdasarkan topografinya Kabupaten Indramayu merupakan daerah pantai dengan permukaan tanah landai dengan ketinggian tanahnya berkisar 0-100 m di atas permukaan laut dan sebagian besar wilayah (89,70%) dari luas wilayahnya berada pada ketinggian 0-3 m di atas permukaan laut dengan kemiringan 0-2%. Secara garis besar topografi Kabupaten Indramayu dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: dengan ketinggian berkisar 0-7 m di atas permukaan laut terdapat di bagian Utara, bagian tengah memiliki ketinggian berkisar 7-25 m di atas permukaan laut, dan sebagian kecil di bagian Selatan memiliki ketinggian berkisar 25-100 m di atas permukaan laut (Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, 2011). Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pantai dibagian utara Pulau Jawa membuat iklim di Kabupaten Indramayu panas dan
suhu
udaranya menjadi cukup tinggi berkisar antara 22,9°-30°C. Kabupaten Indramayu memiliki suhu udara rata-rata harian berkisar antara 27°-34°C, suhu udara harian
30
tertinggi mencapai 30°C, dan suhu udara harian terendah mencapai 18°C. Kelembaban udara di Kabupaten Indramayu berkisar 70-80%. Kabupaten Indramayu memiliki curah hujan rata-rata tahunan 1.587 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 91 hari dalam setahun, curah hujan tertinggi sekitar 2.008 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 84 hari dalam setahun, dan curah hujan terendah sekitar 1.063 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 68 hari dalam setahun (Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, 2011).
4.2
Keadaan Umum Perikanan Kegiatan perikanan di Kabupaten Indramayu meliputi perikanan laut,
perikanan perairan umum (sungai dan danau), dan perikanan budidaya. Pada sub bab ini akan dibahas tentang perikanan laut (kondisi umum Pantai Indramayu dan unit penangkapan ikan Kabupaten Indramayu). 4.2.1 Kondisi umum Pantai Indramayu Kabupaten Indramayu terletak di pantai utara Pulau Jawa yang memiliki luas kawasan pesisir sebesar 68.703 km2 atau 35% dari luas seluruh kabupaten dan garis pantai terpanjang di Provinsi Jawa Barat dengan panjang pantai sebesar 114 km yang terbentang dari Kecamatan Sukra sampai Kecamatan Kerangkeng dan dikenal sebagai daerah maritim. Profil melintang pantai dari garis pantai ke arah laut relatif landai dan pantainya berpasir halus. Tipe pasang-surut pesisir di wilayah Kabupaten Indramayu adalah campuran semi diurnal, dimana dalam sehari semalam terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan ketidaksamaan dalam tinggi oleh pasang harian tunggal serta memiliki proses sedimentasi yang cukup besar.
Kabupaten Indramayu memilki arus maksimum pada kondisi
menuju pasang (flood tide) dengan magnitudo sebesar 0,65 knots dan arah 299º (Barat-Barat laut).
Arus maksimum pada kondisi menuju surut (Ebb tide)
memiliki magnitudo sebesar 0,4 knots dengan arah 145º (Tenggara-Selatan). Kabupaten Indramayu memiliki 3 (tiga) musim dalam setahun, yaitu: musim Timur yang terjadi pada bulan Mei-September, musim Barat yang terjadi pada bulan Desember-Februari, dan musim peralihan yang terjadi pada bulan MaretApril dan Oktober-November (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011).
31
Kabupaten Indramayu memiliki 14 (empat belas) aliran sungai yang mengalir. Sungai tersebut dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana pendukung bagi kegiatan PPI yang ada di Kabupaten Indramayu, lebih lengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Pangkalan pendaratan ikan di Kabupaten Indramayu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lokasi PPI Eretan Wetan Muara Sungai Cilanang PPI Eretan Kulon Muara Sungai Cilanang PPI Ujung Gebang Muara Sungai Sewo PPI Cangkring Muara Sungai Cipanas PPI Juntinyuat Muara Sungai Glayem PPI Limbangan Muara Sungai Gabus PPI Bugel Muara Sungai Bugel PPI Bedahan/Brondong Muara Sungai Pancer Song/Pancer Payang PPI Karangsong Muara Sungai Praja Gumiwang PPI Singaraja Muara Sungai Prawira Kepolo PPI Majakerta Muara Sungai Gebang Sawit PPI Lombang Muara Sungai Gabus PPI Tegal Agung Muara Sungai Tegal Agung PPI Dadap Muara Sungai Kamal Sumber : http://www.dkp.go.id (2007) dalam Fitriyah (2008) 4.2.2 Unit penangkapan ikan Kabupaten Indramayu. Keberhasilan operasional penangkapan ikan tidak lepas dari pengaruh unit penangkapan ikan. Komponen tersebut saling berhubungan dan tidak dapat berdiri sendiri dan dipisahkan satu sama lain. Adapun komponen unit penangkapan ikan tersebut terdiri atas nelayan, kapal, dan alat tangkap. 1) Nelayan Kabupaten Indramayu dalam bidang perikanan tangkapnya dapat menyerap tenaga kerja/nelayan sebanyak 37.091 orang. Nelayan Indramayu terdiri atas nelayan pemilik dan nelayan buruh (nahkoda dan Anak Buah Kapal (ABK)). Kegiatan perikanan laut pada tahun 2010 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.032 orang atau naik 2,78% dari tahun sebelumnya. Tahun 2011 nelayan di Indramayu mengalami kenaikan sebesar 3,94% atau sebanyak 1.462 orang dari tahun 2009. Jumlah nelayan Indramayu berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
32
Tabel 5 Data nelayan di Kabupaten Indramayu tahun 2011 Jumlah nelayan (orang) < 5 GT 6-10 GT 11-30 GT 31-50 GT > 50 GT Pasekan 1.211 21 Indramayu 5.088 1.562 2.106 1.612 75 Sindang 614 Balongan 520 456 Juntinyuat 5.019 .184 4.152 2.441 Karangampel 377 138 Arahan 51 Cantigi 2.133 Losarang 46 Kandanghaur 6.127 2.723 Patrol 656 Sukra 668 Lohbener 143 Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada Kecamatan
Jumlah 1.232 10.443 614 976 11.796 515 51 2.133 46 8.850 656 668 143
Berdasarkan Tabel 5, jumlah nelayan terbanyak terdapat di Kecamatan Juntinyuat karena Kecamatan Juntinyuat merupakan daerah perikanan paling potensial di Kabupaten Indramayu kemudian disusul oleh Kecamatan Indramayu dan Kandanghaur, dan jumlah nelayan paling sedikit terdapat di Kecamatan Losarang. Jumlah penduduk Indramayu tahun 2011 yang bermata pencaharian sebagai nelayan sebanyak 38.123 orang. Mata pencaharian sebagai nelayan sangat diminati di Indramayu diantaranya karena tidak membutuhkan batas pendidikan, keahlian khusus, dan tidak membutuhkan modal yang banyak. 2) Kapal Kapal merupakan unit penangkapan ikan yang digunakan sebagai alat transportasi menuju daerah penangkapan ikan.
Jenis kapal di Indramayu
berdasarkan ukuranya, diklasifikasikan menjadi enam jenis yaitu kapal berukuran 0-5 GT, 6-10 GT, 11-20 GT, 21-30 GT, 31-50 GT, dan 51-100 GT. Berdasarkan ukuran tersebut, pada umumnya di Indramayu kapal yang berukuran < 20 GT memiliki mesin yang dapat dilepas dari badan kapal atau biasa disebut kapal motor tempel dan kapal yang berukuran > 30 GT memiliki mesin yang permanen atau biasa disebut kapal motor. Jumlah armada kapal di Indramayu pada tahun 2009-2011 secara berurutan sebanyak 6.047 unit, 6.062 unit, dan 6.066 unit. Jumlah dan jenis kapal di Kabupaten Indramayu berdasarkan kecamatan pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:
33
Tabel 6 Data kapal di Kabupaten Indramayu tahun 2011 Jumlah Kapal (unit) 0-5 GT 6-10 GT 11-20 GT 21-30 GT 31-50 GT Pasekan 123 214 Indramayu 423 611 184 78 141 Sindang 102 78 Balongan 114 97 Juntinyuat 502 374 117 90 66 Karangampel 53 100 Arahan 17 Cantigi 405 40 Losarang 262 44 Kandanghaur 1.002 502 Patrol 65 100 Sukra 50 107 Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada Kecamatan
51-100 GT 5 -
Tabel 6 tersebut menunjukan bahwa kecamatan yang memiliki semua jenis kapal dengan ukuran 0-100 GT adalah Kecamatan Indramayu. Kemudian disusul oleh Kecamatan Juntinyuat. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan di Kecamatan Indramayu dan Juntinyuat merupakan daerah paling potensial di Kabupaten Indramayu dalam bidang perikanan tangkapnya. Jenis kapal yang paling banyak terdapat di Kabupaten Indramayu pada tahun 2011 adalah kapal yang berukuran 0-5 GT sebesar 51,4% dari total kapal yang terdapat di Indramayu, yaitu 3118 unit. Jumlah kapal terbanyak terdapat pada Kecamatan Kandanghaur yaitu mencapai 1.002 unit. Umumnya, kapal yang digunakan di Indramayu adalah kapal yang berukuran 0-5 GT dan 6-10 GT. Lama trip kapal-kapal tersebut cuma satu hari (one day fishing), berangkat pagi (jam 03.00) dan pulang sore (jam 15.00-17.00) karena daerah penangkapan ikannya hanya di sekitar Perairan Indramayu. 3) Alat tangkap Jenis alat tangkap yang digunakan pada setiap daerah pasti berbeda-beda, hal itu tergantung pada kondisi daerah tersebut. Tahun 2009-2010 berturut-turut jumlah alat tangkap di Kabupaten Indramayu adalah 7.284 unit dan 7.299 unit, kemudian mengalami kenaikan yang sangat signifikan sebesar 25% menjadi 9.133 unit pada tahun 2011. Berikut adalah jumlah dan jenis alat tangkap yang ada di Kabupaten Indramayu berdasarkan kecamatan tahun 2011.
-
34
Tabel 7 Jumlah dan jenis alat tangkap di Kabupaten Indramayu tahun 2011 Kecamatan Pasekan Indramayu Sindang Balongan Juntinyuat Karangampel Arahan Cantigi Losarang Kandanghaur
Payang
Dogol
14 650 33 242
2 52 86
Pukat Pantai 106 10 79 212 237 529
Pukat Cincin 12 69 3 2 101
Jumlah Jenis Alat Tangkap Gillnet Jaring Bubu Kelitik 154 20 1.622 35 996 80 99 15 119 99 404 52 79 102 289 -
Patrol 15 87 Sukra 97 Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: = tidak ada
45 -
-
Pancing
Sero
604 396
20 8 50 -
Alat Lainya 167 21 100 88 189 41 21 138 98 220
-
-
34 70
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah alat tangkap tertinggi terdapat pada Kecamatan Indramayu yaitu mencapai 3.432 unit. Hal tersebut dapat terjadi karena di Kecamatan Indramayu terdapat semua jenis ukuran kapal, oleh karena itu semua alat yang digunakan di Kabupaten Indramayu terdapat di Kecamatan Indramayu. Alat tangkap yang paling banyak digunakan dan hampir terdapat disetiap kecamatan adalah gillnet, dengan jumlah sebanyak 2.590 unit. Gillnet banyak digunakan oleh nelayan Indramayu, antara lain karena dalam operasi penangkapannya tidak membutuhkan kapal yang besar, orang yang banyak, dan metode pengoperasiannya juga mudah.
4.3
Keadaan Umum PPP Dadap
4.3.1 Letak geografis, topografi, dan iklim. PPP Dadap terletak di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Letak yang strategis dan fasilitas yang mendukung membuat PPP Dadap menjadi pilihan bagi nelayan-nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya. PPP Dadap merupakan satu-satunya pelabuhan perikanan yang mempunyai konstruksi menjorok ke laut serta memiliki fasilitas yang memadai, membuat kapal-kapal perikanan merasa aman dan nyaman untuk bersandar di PPP Dadap. Secara geografis Desa Dadap terletak pada titik koordinat 06° 15’ Lintang Selatan dan 108° 15’ Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah Desa Dadap adalah sebagai berikut: 1) Sebelah Barat
: Desa Juntikebon dan Desa Juntinyuat,
35
2) Sebelah Timur
: Desa Benda,
3) Sebelah Selatan : Desa Sendang, dan 4) Sebelah Utara
: Laut Jawa
Desa Dadap memiliki luas sebesar 215 ha yang terdiri atas 86 ha tanah darat (6 ha pekarangan dan 80 ha lain-lain) dan 129 ha tanah sawah. Desa Dadap merupakan dataran rendah karena memiliki ketinggian hanya 1 m di atas permukaan laut (dpl). Curah hujan rata-rata Desa Dadap sebesar 185,17 mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak 11,3 hari dalam setahun. Jarak Desa Dadap ke Ibukota Kecamatan sejauh 2 km, dengan Ibukota Kabupaten sejauh 22 km, dengan ibukota provinsi sejauh 207 km. Letak Desa Dadap berada tepat di pinggir laut menyebabkan mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sebagai nelayan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, 2011). 4.3.2 Unit penangkapan ikan PPP Dadap Faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan perikanan di suatu daerah adalah unit penangkapan ikan. Dimana unit penangkapan ikan terdiri atas nelayan, kapal, dan alat tangkap. 1) Nelayan Nelayan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan.
Nelayan di PPP Dadap terdiri atas nelayan pemilik dan
nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki kapal perikanan, sedangkan nelayan buruh adalah nelayan yang melakukan operasi penangkapan dengan menggunakan kapal orang lain yang terdiri atas nahkoda dan anak buah kapal (ABK). Jumlah nelayan pemilik dan nelayan buruh yang ada di PPP Dadap tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Jumlah nelayan Desa Dadap tahun 2007-2011 Jumlah Nelayan (orang) Tahun Pemilik Buruh 2007 520 8.493 2008 520 8.493 2009 2010 185 3.011 2011 231 3.215 Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada data
36
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nelayan pemilik dan nelayan buruh pada tahun 2007-2008 tidak mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan untuk memiliki kapal perikanan memerlukan modal besar. Begitu juga dengan nelayan buruh karena jumlah nelayan pemilik tidak berubah sehingga tidak ada penyerapan tenaga menyebabkan jumlah nelayan buruh juga tidak berubah. Jumlah nelayan pemilik PPP Dadap pada tahun 2010 mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 64,42%, diantaranya karena banyak nelayan pemilik yang mengalami kerugian dan terlilit hutang sehingga untuk menutupinya mereka menjual kapal perikanan yang dimilikinya. Berbanding lurus dengan nelayan pemilik, nelayan buruh juga mengalami penurunan yang signifikan juga sebesar 64,55 %. Hal ini dikarenakan banyaknya kapal perikanan yang dijual, jadi kebutuhan tenaga kerja pun semakin berkurang sehingga banyak nelayan buruh berubah profesinya. menjadi wiraswasta, , pedagang, Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dll. 2) Kapal Kapal merupakan unit penangkapan ikan yang digunakan nelayan sebagai alat transportasi menuju daerah penangkapan ikan. Kapal di PPP Dadap berbahan dasar dari kayu untuk semua ukuran. Jenis kapal di PPP Dadap berdasarkan ukurannya, diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu kapal yang berukuran < 10 GT, 10-30 GT, dan > 30 GT. Seperti pada umumnya di Kabupaten Indramayu, di PPP Dadap juga sama kapal yang berukuran < 10 GT termasuk jenis kapal motor tempel. Kapal motor tempel berarti kapal tersebut memiliki mesin yang dapat dilepas dari badan kapal (out board) yang terdiri atas Kapal Gemplo (alat tangkap payang), Kapal Ngrakad (alat tangkap pukat pantai), Kapal Nyilir (alat tangkap Gillnet), dan Kapal Arad (alat tangkap mini trawl). Kapal yang berukuran 10-30 GT, dan > 30 GT termasuk jenis kapal motor berarti kapal tersebut memiliki mesin yang permanen (in board) dan terdiri atas Kapal Unyil/Lowang (alat tangkap Gillnet), Kapal Dogol, dan Kapal Purse-seine (alat tangkap Purse-seine). Kapal > 10 GT mulai tahun 2008 statusnya saja kepemilikan orang Dadap, akan tetapi kapalnya berbasis di tempat lain. Jumlah kapal perikanan di PPP Dadap selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:
37
Tabel 9 Jumlah kapal perikanan di Desa Dadap tahun 2007-2011 Jumlah kapal perikanan (unit) Tahun < 10 GT 10-30 GT > 30 GT 2007 207 90 501 2008 207 90 501 2009 501 66 2010 421 11 18 2011 421 11 18 Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada data Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukan bahwa pada tahun 2009 kapal yang berukuran > 30 GT mengalami penurunan signifikan sebesar 86,83% atau sebesar 435 unit. Penurunan tersebut dikarenakan pada tahun sebelumnya pemilik kapal banyak yang mengalami kerugian, hasil yang didapat tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk perbekalan melaut sehingga pemilik kapal tidak ada pemasukan. Sedangkan biaya perawatan kapal dan lain-lain harus tetap ada dan tidak sedikit juga pemilik kapal yang terlilit hutang.
Oleh sebab itu untuk
menutupi hutang tersebut, mereka menjual kapalnya karena sudah tidak menguntungkan. Sebaliknya, kapal yang berukuran < 10 GT mengalami kenaikan yang signifikan. Persentase kenaikannya sebesar 58,7% atau bertambah 294 unit. Hal ini disebabkan pada tahun sebelumnya hasil tangkapan yang didapat melimpah dan rata-rata pemilik kapal memperoleh keuntungan besar. Armada berukuran < 10 GT dipandang lebih memberikan keuntungan dan ditambah lagi untuk membuatnya tidak memerlukan modal besar sehingga banyak orang yang memiliki modal, menginvestasikan uangnya untuk membuat armada tersebut. 3) Alat tangkap Alat tangkap merupakan unit penangkapan yang digunakan untuk menangkap ikan. Dimana jenis alat di setiap daerah berbeda-beda, tergantung bentuk dasar laut, jenis substrat, dan kebutuhan di daerah tersebut. Alat tangkap yang terdapat di PPP Dadap adalah pukat cincin, pukat pantai, payang, dan gillnet. Alat tangkap pukat cincin di Desa Dadap mulai tahun 2008 statusnya saja kepemilikan orang Dadap, akan tetapi kapalnya berbasis di Pandeglang-Banten. Alat tangkap pukat cincin untuk dapat melakukan operasi penangkapan ikan di Pandeglang-Banten terlebih dahulu harus membuat Surat Andon di Dinas
38
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang-Banten dengan syarat membawa surat pengantar dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. Jumlah alat tangkap di Desa Dadap tahun 2007-2009 tidak mengalami perubahan yaitu 801 unit, dan pada tahun 2010 jumlah alat tangkap mengalami penurunan sebesar 32,6% menjadi 540 unit. Berikut adalah tabel yang menjelaskan tentang jumlah alat tangkap yang ada di Desa Dadap tahun 2007-2011. Tabel 10 Jumlah alat tangkap di Desa Dadap tahun 2007-2011 Alat Tangkap (unit) Tahun Pukat Cincin Pukat Pantai Payang Gillnet 2007 69 24 584 124 2008 69 24 584 124 2009 63 24 584 124 2010 21 193 269 57 2011 21 193 269 62 Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa jumlah alat tangkap pukat cincin, payang, dan gillnet yang terdapat di PPP Dadap dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mengalami penurunan. Namun jumlah alat tangkap pukat pantai mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2007 di PPP Dadap hanya terdapat 24 unit meningkat menjadi 193 unit pada tahun 2011. Penurunan dan peningkatan jumlah alat tangkap berbanding lurus dengan jumlah kapal yang terdapat di Desa Dadap. 4.3.3 Fasilitas pelabuhan perikanan Fasilitas yang terdapat di PPP Dadap umumnya dalam kondisi kurang terawat dan ada juga yang rusak. Adapun fasilitas yang kondisinya masih dalam keadaan baik adalah dermaga, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN), tempat parkir, dan mushola. Berikut rincian fasilitas yang terdapat di PPP Dadap (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011): 1.
Fasilitas pokok
1) Breakwater PPP Dadap memiliki dua breakwater, pada sisi Barat dengan panjang 176 m dan pada sisi Timur memiliki panjang 200 m. Konstruksi breakwater PPP Dadap
39
adalah kombinasi tumpukan tetrapod dan tembok beton vertikal, jika dilihat secara melintang berbentuk trapesium.
Adapun kondisi breakwater kurang
terawat dan sedikit rusak. 2) Revetment/Talud Revetment/Talud PPP Dadap memiliki panjang 600 m yang membentang di sisi kanan dan sisi kiri wilayah pelabuhan. Revetment/Talud PPP Dadap untuk sekarang dalam kondisi tidak baik. 3) Dermaga Berdasarkan bentuk dan konstruksinya, dermaga PPP Dadap merupakan dermaga tipe T-jetty, memiliki konstruksi terbuat dari beton dengan panjang 120 m dan lebar 6 m. Kondisi dermaga masih dalam keadaan baik, tetapi kurang terawat. 4) Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan yang terdapat di PPP Dadap memiliki luas 500 m2. Kolam pelabuhan tersebut berupa cekungan yang terletak di antara 2 (dua) buah Breakwater dan memilki kedalaman 0 – 2 m. Adapun kondisi kolam pelabuhan kurang bagus karena banyak terjadi sedimentasi. 5) Jalan Akses jalan di dalam PPP Dadap dari gerbang masuk pelabuhan sampai dermaga adalah sekitar 300 m dan beraspal. Kondisi jalan sekarang sedikit rusak dan banyak terdapat lubang di tengah-tengahnya. 6) Drainase Drainase adalah fasilitas yang berfungsi menyalurkan air bersih untuk kebutuhan kapal. Drainase PPP Dadap memiliki dimensi lebar 30 cm, tinggi 40 cm, dan panjang 800 m. Kondisi fasilitas Drainase PPP Dadap sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi untuk sekarang. 2.
Fasilitas fungsional
1) Gedung TPI Luas gedung/bangunan TPI Dadap adalah 375 m2 yang terdiri atas tempat/ruang lelang, kantor TPI, dan tempat/ruang sortir ikan. Bangunan TPI terbuat dari konstruksi beton dengan rangka besi dan lantai keramik. Kemiringan
40
lantai TPI sebesar 2o. Kondisi gedung/bangunan TPI sedikit rusak dan kurang terawat karena sudah tidak digunakan lagi. 2) Alat bantu navigasi PPP Dadap memiliki alat bantu navigasi berupa dua buah lampu suar (mercusuar) yang terletak di kedua ujung breakwater. Tinggi tiang lampu suar sekitar 3 m. Kondisi lampu suar sedikit rusak dan kurang terawat. 3) Kantor pengelola pelabuhan Kantor pengelola Pelabuhan Dadap masih berada di kantor pengelola pelabuhan lama dan menyatu dengan KUD Ngupaya Mina. Letaknya sekitar 700 m dari PPP Dadap dan memiliki luas sebesar 256 m2. Kondisi kantor pengelola pelabuhan sedikit rusak dan kurang terawat. 4) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) PPP Dadap memiliki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) sendiri, dimana tangki Bahan Bakar Minyak (BBM) berkapasitas 30.000 liter. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) ini masih dalam kondisi yang baik. 5) Instalasi air bersih PPP Dadap memiliki 3 unit instalasi air bersih, 1 unit berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan 2 unit dari tangki air yang berukuran 1 m3 dengan kapasitas 1000 liter. Kondisi Instalasi air bersih PPP Dadap sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. 6) Pagar keliling Komplek PPP Dadap dipagari oleh pagar keliling sepanjang 172,76 m2 terdiri atas pagar besi dan tembok, yang mengelilingi semua wilayah pelabuhan. Pagar keliling ini berfungsi sebagai pengaman batas-batas tanah pelabuhan. Pagar keliling dalam kondisi kurang terawat dan banyak bagian yang rusak. 3.
Fasilitas penunjang
1) Balai Pertemuan Nelayan (BPN) Luas BPN di PPP Dadap sekitar 150 m2 yang terlatak di belakang KUD Ngupaya Mina. Model ruangannya terbuka dengan lantai keramik. Kondisi BPN sedikit rusak dan kurang terawat.
41
2) Toilet umum/MCK Bangunan toilet umum/MCK di PPP Dadap terdapat 5 unit, 2 unit terletak di samping gedung TPI dan 3 unit lainya terletak di belakang tempat sortir ikan. Kondisi toilet umum/MCK PPP Dadap sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. 3) Tempat parkir PPP Dadap memiliki tempat parkir berukuran 300 m2 yang dapat menampung 90 kendaraan. Kondisinya masih dalam kondisi baik. 4) Mushola Mushola di PPP Dadap memiliki ukuran sebesar 15 m2 dan dalam kondisi yang baik dan terawat.
42
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Aktivitas Operasional PPP Dadap
5.1.1 Pendaratan ikan Jumlah ikan yang didaratkan di PPP Dadap setiap tahunnya berbeda-beda. Tahun 2001 jumlah ikan yang didaratkan yaitu 3.918,219 ton dan kemudian jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 26,7% , 52,18% pada tahun 2002 dan 2003, sehingga jumlah ikan yang didaratkan pada tahun tersebut mencapai 2.871,987 ton dan 1.873,877 ton. Kemudian pada tahun 2004 terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 152,81% dari tahun sebelumnya menjadi 4.737,334 ton. Adanya perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapannya
armada
purse-seine
ke
Pandeglang-Banten
menyebabkan
berkurangnya jumlah armada purse-seine yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Dadap sehingga pada tahun 2005 terjadi penurunan produksi sebesar 1.996,997 ton atau 42,15% dan berangsur menurun pada tahun berikutnya sebesar 83,42% dibandingkan dengan tahun 2004. Tahun 2007 PPP Dadap mengalami penurunan jumlah produksi yang sangat signifikan mencapai 96% dibandingkan pada tahun 2004. Kisaran pertumbuhan Jumlah produksi yang didaratkan di PPP Dadap sebelas tahun terakhir -89,98 - 254,64 %. Tabel 11 Jumlah produksi yang didaratkan di PPP Dadap sebelas tahun terakhir Tahun Total produksi (ton) Kisaran pertumbuhan (%) 2001 3.918,22 2002 2.871,99 -26,70 2003 1.873,88 -34,75 2004 4.737,33 152,81 2005 2.740,34 -42,15 2006 2.005,87 -26,80 2007 785,59 -60,84 2008 189,199 -75,92 2009 18,954 -89,98 2010 67,218 254,64 2011 36,839 -45,19 Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Berdasarkan Tabel 11, jumlah ikan yang didaratkan di PPP Dadap mengalami penurunan dari tahun 2002 hingga tahun 2003 dan mengalami
43
peningkatan pada tahun 2004, kemudian mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2007. Penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya frekuensi pembongkaran ikan di PPP Dadap dan adanya proses pembangunan fasilitas pelabuhan pada tahun 2003, jadi sebagian kapal yang hendak melakukan proses pembongkaran hasil tangkapan dipindahkan ke PPI terdekat.
Proses
pembangunan fasilitas pelabuhan PPP Dadap selesai tahun 2004 sehingga PPP Dadap bisa menampung kembali semua kapal yang akan melakukan pembongkaran hasil tangkapan.
Oleh karena itu, pada tahun 2004 terjadi
peningkatan yang signifikan sebesar 152,81% dari tahun sebelumnya. Tahun 2008-2011 di PPP Dadap terjadi penurunan jumlah produksi yang sangat signifikan menjadi 36,839 ton. Hal tersebut disebabkan semua armada purse-seine yang ada di PPP Dadap sudah berpindah Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapannya ke Pandeglang-Banten sehingga tidak ada armada purse-seine yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Dadap Jenis ikan yang didaratkan di PPP Dadap tahun 2001-2007 antara lain: Selar (Selaroides leptolepis), Layang (Decapterus macrosoma), Bawal hitam (Formio niger),
Tembang
(Sardinella
gibbosa),
Peperek/Pepetek
(Leiognathus
dussummieri), Tenggiri (Scomberomorus commerson), Tongkol (Auxis thazard), Layur (Trichiurus lepturus), Pari (Dasyatis sp.), Ekor kuning (Caesio crythogaster), Teri (Paedocypris progenetica) dan lainnya.
Akan tetapi, dari
tahun 2008 - 2011 ikan yang didaratkan di PPP Dadap hanya ikan Teri (Paedocypris progenetica) (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2011). Hal tersebut disebabkan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Dadap mulai tahun 2008 hanya Kapal Payang, dimana hasil tangkapan utamanya adalah ikan Teri (Paedocypris progenetica). 5.1.2 Kunjungan kapal Kapal-kapal yang berkunjung di PPP Dadap terdiri atas kapal penangkapan ikan yang membongkar ikan dan kapal yang singgah untuk mengisi perbekalan (muat es, air tawar, bahan bakar, dan lain-lain) atau untuk perbaikan mesin. Pada tahun 2000-2007 kapal-kapal yang berlabuh di PPP Dadap masih beragam, dari kapal yang berukuran < 10 GT sampai dengan 30 GT terdiri atas Kapal Purseseine (alat tangkap Purse-seine), Kapal Unyil/Lowang (alat tangkap Gillnet),
44
Kapal Gemplo (alat tangkap payang), dan Kapal Arad (alat tangkap mini trawl), sesuai dengan jenis alat tangkap yang ada di PPP Dadap (Tabel 10). Kunjungan kapal di PPP Dadap mulai mengalami penurunan pada tahun 2007, pada tahun 2008 sampai sekarang kapal yang berlabuh di PPP Dadap hanya kapal yang berukuran < 10 GT. Hal tersebut dapat terlihat pada (Tabel 11) di atas bahwa jumlah produksi pada tahun 2007-2012 mengalami penurunan yang sangat signifikan disebabkan adanya perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapan armada purse-seine ke Pandeglang –Banten. Berdasarkan pengamatan dilapangan dan data sekunder yang diperoleh, kapal- kapal yang berlabuh di PPP Dadap hanya kapal yang berukuran < 10 GT, yaitu : Kapal Gemplo dan Kapal Arad. Sedangkan kapal yang berukuran > 10 GT hampir tidak ada yang berlabuh di PPP Dadap. Adapun kapal yang berukuran > 10 GT berlabuh di PPP Dadap, kapal tersebut hanya singgah untuk mengisi perbekalan (muat es, air tawar, bahan bakar, dan lain-lain).
Gambar 2 Kapal yang berlabuh di PPP Dadap (16 April 2012) 5.1.3 Aktivitas pelelangan hasil tangkapan PPP Dadap memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang posisinya kira-kira 500 meter dari dermaga dan memiliki luas 375 m2. Tahun 2001-2007 TPI PPP Dadap berfungsi dengan baik dan hampir setiap hari terjadi proses pelelangan ikan. Proses pelelangan ikan dimulai jam 06.00-12.00. Hampir semua ikan yang terdapat di TPI PPP Dadap adalah hasil tangkapan armada purse-seine. Oleh karena itu, semenjak adanya perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapan armada purse-seine ke Pandeglang-Banten TPI PPP Dadap berangsur mulai berkurang aktivitasnya. Tahun 2008 merupakan
45
puncak perpindahan armada purse-seine ke Pandeglang-Banten. Hal tersebut menyebabkan mulai tahun 2008 di TPI PPP Dadap tidak terjadi proses pelelangan. Ikan hasil tangkapan Kapal Payang dan Kapal Arad adalah ikan Teri dan Udang. Hasil tangkapan tersebut telah dimiliki oleh bakul ikan langganan dan perusahaan pengolah ikan yang berada di sekitar wilayah PPP Dadap (Surya Marina dan CV Sumber Rejeki). Ikan-ikan yang didaratkan di PPP Dadap akan masuk ke TPI namun hanya mengalami pencatatan oleh petugas TPI dan tidak mengalami proses pelelangan. Hal ini ditujukan agar seluruh hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Dadap terdata. Setelah dilakukanya pencatatan, kemudian ikan tersebut langsung dibawa nelayan ke bakul ikan dan perusahaan pengolah ikan langganan masing-masing. Adapun pendataan yang dilakukan lebih kepada bobot ikan tersebut.
Gambar 3 Proses penimbangan ikan di bakul ikan (16 April 2012) Tidak adanya kegiatan pelelangan hasil tangkapan di PPP Dadap menyebabkan harga jual ikan yang didaratkan di pelabuhan perikanan tersebut ditentukan oleh para bakul atau pengusaha. Tidak jarang harga jual ikan-ikan yang didaratkan tersebut menjadi rendah dan tidak sesuai dengan harapan nelayan. 5.1.4 Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut 1.
Pelayanan air bersih Pelayanan air bersih di PPP Dadap pada tahun 2001-2007 berasal dari
sumber air tawar milik PPP Dadap. Air bersih tersebut digunakan untuk beberapa kegiatan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kapal-kapal yang akan berangkat ke laut dan melayani kebutuhan air untuk kebersihan di TPI. Nelayan yang akan melaut biasanya membawa air bersih untuk perbekalan di kapal, kebutuhan air
46
tersebut dapat dipenuhi oleh pihak PPP Dadap. Air bersih tersebut tidak diperoleh secara cuma-cuma, nelayan harus membayar untuk mendapatkan air bersih tersebut. Akan tetapi bila kebutuhan air tersebut tidak dapat dipenuhi oleh pihak PPP Dadap, nelayan biasanya membeli air bersih ke penjual air yang ada disekitar pelabuhan. Kekurangan air tersebut disebabkan penggunaan air bersih di TPI cukup besar yang digunakan untuk membersihkan lantai TPI setelah proses pelelangan ikan. Selain itu, air bersih di TPI digunakan untuk menyiram dan membasahi ikan-ikan yang akan dan telah dilelang. Kondisi sekarang sudah berbeda, semenjak adanya perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapan armada purseseine pada tahun 2008 ke Pandeglang-Banten menyebabkan tidak adanya proses pelelangan ikan dan pelayanan air bersih sehingga fasilitas tersebut tidak pernah digunakan lagi. Kondisi fasilitas pemenuhan air bersih sekarang sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi.
Adapun jika terdapat kapal yang singgah untuk
mengisi air bersih, kebutuhan tersebut akan langsung dipenuhi oleh pemasok air bersih yang terdapat di sekitar PPP Dadap.
Air tersebut akan diangkut
menggunakan kendaraan yang disebut Minicar, dimasukan kedalam Blong/Drum plastik dan dirigen kemudian disalurkan menggunakan selang air dengan bantuan mesin pompa air. Adapun harga air bersih adalah 500 rupiah untuk satu derigen.
Gambar 4 Alat yang digunakan untuk menyalurkan air bersih (16 April 2012) 2.
Pelayanan Bahan Bakar Minyak (BBM) PPP Dadap memiliki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN)
sendiri yang dibangun pada tahun 2006 untuk memenuhi kebutuhan melaut nelayan, dimana tangki Bahan Bakar Minyak (BBM) berkapasitas 30.000 liter dan bahan bakar minyak (BBM) tersebut berupa solar. Namun, persediaan BBM
47
tersebut bukan murni berasal dari PPP Dadap. Persediaan BBM yang terdapat di PPP Dadap dilakukan dengan adanya kerjasama antara pihak KUD Ngupaya Mina, Pertamina dan pihak swasta (PT. Bahari Mina Sejahtera). Keberadaan pihak swasta dalam pemasokan persediaan BBM (solar) di PPP Dadap tidak membuat harga solar menjadi mahal. Harga solar yang berlaku di PPP Dadap saat ini mencapai Rp 4.500 per liter sama seperti harga solar di luar PPP Dadap. Jumlah solar yang disalurkan oleh pihak PPP Dadap mengalami peningkatan antara tahun 2007 hingga tahun 2008. Namun, terjadi penurunan jumlah solar yang disalurkan antara tahun 2009 hingga tahun 2011. Kisaran pertumbuhan jumlah solar yang disalurkan selama 5 tahun (2007 – 2011) yaitu 18,38% – 90,86%. Tabel 12 Jumlah penjualan BBM (solar) di PPP Dadap tahun 2007-2011 Tahun Penjualan solar (kilo) Kisaran pertumbuhan (%) 2007 1.425.185 2008 2.720.110 90,86 2009 2.220.120 -18,38 2010 2.214.159 -0,27 2011 2.184.509 -1,34 Sumber : SPBN PPP Dadap, 2011 Jumlah penyaluran BBM berupa solar di PPP Dadap mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2008. Namun, pada tahun 2009 sampai tahun 2011 terjadi penurunan penyaluran BBM solar karena kapal-kapal berukuran besar (10 – 30 GT) mulai berkurang beroperasi di PPP Dadap dan kapal-kapal berukuran kecil (< 10 GT) mendominasi kunjungan kapal di PPP Dadap. Adapun kapal-kapal berukuran kecil tersebut tidak membutuhkan bahan bakar yang banyak dalam setiap operasi penangkapanya.
5.2 Faktor Berpengaruh Terhadap Penurunan Aktivitas Operasional PPP Dadap Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, aktivitas operasional di PPP Dadap mengalami penurunan dari tahun 2008-2011 yang menyebabkan produksi hasil tangkapan dan penggunaan fasilitas menurun (Tabel 11). Hal ini terlihat pada saat pengamatan, sedikit sekali aktivitas yang berlangsung di PPP Dadap, mulai dari pendaratan sampai dengan pemasaran hasil tangkapan.
48
Pada dasarnya penurunan aktivitas opersional di PPP Dadap disebabkan oleh perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapan armada purse-seine ke Pandeglang-Banten, karena hampir 75% produksi di PPP Dadap berasal dari hasil tangkapan armada purse-seine dan salah satu tujuan dibangunnya PPP Dadap pun adalah untuk menanpung banyaknya armada purse-seine yang terdapat di Desa Dadap. Penurunan aktivitas operasional dapat diduga karena faktor internal dan eksternal yang terdapat di PPP Dadap. Berdasarkan hasil wawancara, berikut merupakan faktor yang menyebabkan penurunan aktivitas operasional di PPP Dadap. 5.2.1 Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas opersional PPP Dadap yang terdapat di dalam pelabuhan. Berdasarkan hasil wawancara faktor internal yang mempengaruhi penurunan aktivitas opersional di PPP Dadap adalah: fasilitas pelabuhan, bakul ikan, jumlah armada penangkapan, dan sedimentasi. 1.
Fasilitas pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal
yang akan bersandar di dermaga. Berdasarkan fungsinya kolam pelabuhan terbagi menjadi dua, yaitu alur pelayaran dan kolam putar (Lubis, 2010).
Kolam
pelabuhan merupakan fasilitas yang menentukan kelancaran kapal dalam bersandar ke dermaga dan pembongkaran hasil tangkapan. Kolam pelabuhan di PPP Dadap apabila dilihat dari fungsinya masih belum maksimal karena banyak terdapat sedimentasi berupa endapan lumpur dan sampah rumah tangga. Proses sedimentasi yang cukup tinggi mengganggu kapal-kapal yang akan keluar-masuk pelabuhan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik kapal yang berukuran > 10 GT (Kapal Purse-seine) menyatakan bahwa sedimentasi di kolam pelabuhan PPP Dadap sangat mengganggu, apabila kapal-kapal akan keluar-masuk atau mendaratkan dan membongkar hasil tangkapan harus menunggu sampai air laut pasang.
Hal tersebut sangat meresahkan dan menghambat semua aktivitas
49
nelayan, tidak sedikit pemilik kapal yang memutuskan untuk mendaratkan dan membongkar hasil tangkapannya di tempat lain apabila air laut sedang surut. 2.
Bakul ikan Bakul ikan adalah orang yang pekerjaan sehari-harinya membeli ikan hasil
tangkapan dari nelayan dan terlibat langsung dalam proses pelelangan ikan di TPI. Orang yang secara langsung menentukan harga ikan adalah bakul ikan. Oleh karena itu, orang yang membuat tinggi atau rendahnya harga ikan dalam proses pelelangan adalah bakul ikan. Belum adanya penentuan harga minimum untuk produk perikanan secara nasional mengakibatkan harga ikan di setiap daerah akan berbeda-beda. Tabel 13 Harga ikan di Kabupaten Indramayu tahun 2011 Jenis ikan Harga ikan per Kg (Rupiah) Selar (Selaroides leptolepis) 11.000 Layang (Decapterus macrosoma) 9.000 Bawal hitam (Formio niger) 26.000 Tembang (Sardinella gibbosa) 7.500 Peperek (Leiognathus dussummieri) 3.500 Tenggiri (Scomberomorus commerson) 35.000 Tongkol (Auxis thazard) 12.000 Layur (Trichiurus lepturus) 7.000 Pari (Dasyatis sp.) 10.000 Kuniran (Upeneus sulphureus) 4.000 Kembung (Rastrelliger kanagurta) 8.500 Cucut (Carcharhinus longimanus) 15.000 Cumi-cumi (Loligo spp) 27.000 Bawal putih (Pampus argenteus) 35.000 Manyung (Arius thalassinus) 17.500 Sotong (Sepia officinalis) 25.000 Belanak (Mugil cephalus) 10.000 Kuro (Eletheronema tetradactylum) 7.000 Kakap Putih (Lates calcallifer) 25.000 Ikan Lidah (Cynoglossus lingua) 7.500 Kakap Merah (Lutjanus bitaeniatus) 35.000 Rajungan (Portunus pelagicus) 30.000 7.500 Lemuru (Sardinella gibbosa) Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik kapal, nahkoda, dan ABK kapal purse-seine mengatakan bahwa harga ikan di PPP Dadap lebih rendah dibandingkan pelabuhan lain yang ada di sekitarnya.
Perbedaan harga ikan
tersebut bisa mencapai 500-2000 rupiah per kilogram. Hal tersebut dapat terjadi
50
disebabkan bakul ikan yang ada di PPP Dadap bekerjasama dalam proses pelelangan. Berikut kerjasama yang dilakukan bakul ikan di PPP Dadap: 1) Menentukan harga ikan Sebelum proses pelelangan ikan dimulai bakul ikan di PPP Dadap sudah berunding untuk menentukan harga maksimum ikan yang akan dilelang. 2) Mengatur pembagian ikan Selain menentukan harga ikan, bakul ikan yang ada di PPP Dadap sebelum proses pelelangan ikan dimulai sudah membagi siapa saja yang akan mendapatkan hasil tangkapan yang akan di lelang tersebut. 3) Mencegah bakul ikan dari daerah lain masuk ke PPP Dadap. Bakul ikan di PPP Dadap untuk menghindari terjadinya persaingan, hal yang dilakukan adalah mencegah masuknya bakul ikan dari daerah lain. Bakul ikan melakukan berbagai cara untuk membuat jera bakul ikan dari daerah lain tersebut suypaya tidak masuk lagi ke PPP Dadap. Jika ada bakul ikan dari daerah lain ingin membeli ikan dari PPP Dadap, bakul ikan tersebut hanya bisa membeli melalui salah satu bakul ikan yang ada di PPP Dadap. Kerjasama yang dilakukan bakul ikan tersebut membuat harga ikan di PPP Dadap menjadi rendah dibandingkan pelabuhan lain yang ada di sekitarnya. Harga ikan yang rendah menyebabkan tidak sedikit nelayan dan pemilik kapal yang mengalami kerugian. Selain itu, sistem pembayaran yang dilakukan bakul ikan di PPP Dadap merugikan nelayan karena tidak menggunakan sistem bayar kontan. Bakul ikan hanya memberikan uang muka kepada nelayan sebagai tanda jadi, kemudian hasil tangkapan yang sudah terlelang dibawa untuk dijual kembali. Kelancaran proses pembayaran ke nelayan tergantung kelancaran bakul ikan tersebut dalam menjual kembali hasil tangkapan tersebut. Pembayaran penuh akan dilakukan setelah semuanya laku terjual.
Hal tersebut membuat semua
kegiatan nelayan menjadi terhambat dan tidak sedikit pemilik kapal yang uangnya masih menunggak di bakul ikan. Kondisi tersebut membuat kapal-kapal lebih memilih mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan lain. 3.
Jumlah armada penangkapan Keberadaan armada penangkapan ikan di suatu pelabuhan perikanan
merupakan faktor yang sangat berperan dalam menentukan banyak sedikitnya
51
jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan dan aktivitas operasional di pelabuhan perikanan. Jumlah armada penangkapan yang ada di PPP Dadap berdasarkan (Tabel 9), armada yang berukuran < 10 GT mengalami fase naikturun.
Sedangkan jumlah armada yang berukuran 10-30 GT, dan > 30 GT
cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik kapal, peningkatan jumlah armada penangkapan ikan yang berukuran < 10 GT disebabkan pada tahun sebelumnya hasil tangkapan yang diperoleh sangat melimpah dan rata-rata pemilik kapal memperoleh keuntungan besar dan ditambah lagi untuk membuat armada berukuran < 10 GT tidak memerlukan banyak modal. Jadi banyak orang yang memiliki modal, menginvestasikan uangnya untuk memmbuat armada tersebut. Sedangkan penurunan jumlah armada penangkapan ikan yang berukuran 10-30 GT, dan > 30 GT dikarenakan banyak pemilik kapal yang mengalami kerugian. Hasil yang didapat tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk perbekalan melaut, sedangkan biaya perawatan kapal dan lain-lain harus tetap ada sehingga pemilik kapal tidak ada pemasukan serta tidak sedikit juga pemilik kapal yang terlilit hutang. Oleh sebab itu, untuk menutupinya mereka menjual kapalnya karena sudah tidak menguntungkan lagi. Penurunan jumlah armada penangkapan ikan di PPP Dadap mengakibatkan aktivitas operasional PPP Dadap menjadi lebih berkurang. Penurunan aktivitas operasional PPP Dadap tidak hanya disebabkan berkurangnya jumlah armada, tetapi juga karena semua armada yang berukuran 10-30 GT dan > 30 GT di PPP Dadap berpindah tempat mendaratkan hasil tangkapannya. 4.
Sedimentasi Masalah serius yang sedang dihadapi PPP Dadap adalah proses sedimentasi
yang cukup tinggi di pintu masuk pelabuhan, kolam pelabuhan, dan disekitar wilayah pelabuhan. Sedimentasi tersebut berupa lumpur yang mengendap dan sampah-sampah rumah tangga yang dibawa oleh arus laut, dimana sampah tersebut berasal dari Sungai Kamal (sungai yang muaranya dekat dengan PPP Dadap). Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu tahun 2005, karakteristik sedimen dasar dan tersuspensi wilayah Kabupaten
52
Indramayu didominasi oleh material dasar oleh pasir yang agak kasar di kawasan pantai, pasir berbutir halus di daerah dekat pantai (nearshore), dan lumpur di daerah lepas pantai (offshore). Dimana diameter partikel rata-rata sedimen dasar pantai berkisar antara 30-80 μm dan cenderung meningkat di kedalaman 2 m. Dari kedalaman 4 m ke arah laut jumlah partikel berdiameter <45 μm berkisar antara 35% hingga 60%. Sedimentasi tersebut menyebabkan kapal-kapal yang berukuran besar (> 20 GT) tidak dapat keluar ataupun masuk ke PPP Dadap dengan mudah terutama pada waktu air laut sedang surut. Apabila ada kapal yang berukuran besar (> 20 GT) yang akan keluar ataupun masuk ke PPP Dadap harus menunnggu sampai air laut pasang terlebih dahulu, hal tersebut membuat semua aktifitas nelayan menjadi terhambat. Sedimentasi juga sangat mengganggu kapal yang akan mendaratkan hasil tangkapannya di PPP dadap, karena kapal tersebut harus menungggu sampai air laut pasang terlebih dahulu baru bisa membongkar hasil tangkapannya. Hal tersebut akan berdampak terhadap kualitas ikan dan bisa membuat harga ikan turun. Kondisi ini membuat kapal-kapal memilih mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan perikanan terdekat. 5.2.2 Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas opersional PPP Dadap yang berasal dari luar pelabuhan. Berdasarkan hasil wawancara faktor eksternal yang mempengaruhi penurunan aktivitas opersional di PPP Dadap adalah : dukungan aparatur desa, serta sumberdaya ikan (SDI) dan lokasi penangkapan Ikan (DPI). 1.
Dukungan Aparatur Desa Dadap Perkembangan suatu pelabuhan sangat dipengaruhi oleh dukungan
pemerintah daerah. Dukungan pemerintah daerah tersebut biasanya dalam bentuk kebijakan yang diberikan untuk mengembangkan suatu pelabuhan. Dalam penerapan kebijakan tersebut dibutuhkan kerjasama antara pemerintah daerah (pembuat kebijakan) dan kepala desa (penerima kebijakan). Kerjasama yang baik antara keduanya dan instansi terkait akan membuat sebuah pelabuhan berkembang pesat. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi di PPP Dadap.
53
Berdasarkan hasil wawancara, sudah banyak kebijakan yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Indramayu untuk mengembangkan PPP Dadap.
Namun, dalam proses penerapan kebijakan tersebut mengalami
banyak kendala. Pemerintah daerah, dalam hal ini dipegang oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu sudah berusaha menjalin hubungan kerjasama dengan aparatur Desa Dadap untuk dapat menerapkan kebijakan tersebut. Akan tetapi, aparatur Desa Dadap menolak bahkan tidak memberi ijin untuk menerapkan kebijakan tersebut kalau dirasakan kebijakan tersebut tidak menguntungkan bagi oknum-oknum tertentu. Banyak usaha yang sudah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu bahkan sudah berkali-kali untuk mencoba menerapkan kebijakan tersebut di PPP Dadap, akan tetapi semuanya tidak berhasil. Susahnya proses menerapkan kebijakan di PPP Dadap mengakibatkan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu mencari alternatif lain supaya kebijakan yang sudah dicanangkan tidak sia-sia. Akhirnya, kebijakan yang telah dicanangkan tersebut dialihkan ke PPI Karangsong. Kurangnya kerjasama dan dukungan dari aparatur Desa Dadap terhadap PPP Dadap mengakibatkan PPP Dadap menjadi tidak berkembang dan membuat keadaanya semakin terpuruk karena perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu menjadi berkurang. 2.
Sumberdaya Ikan (SDI) dan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) Berdasarkan Tabel 11 dapat menunjukan bahwa produksi di PPP Dadap
setiap tahunnya semakin menurun, hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa sumberdaya ikan (SDI) yang terdapat di wilayah perairan Indramayu dan sekitarnya semakin sedikit.
Menurunnya hasil tangkapan di daerah-daerah
penangkapan ikan (DPI) yang biasa digunakan oleh para nelayan tersebut, maka kapal-kapal yang tadinya menangkap ikan di DPI tersebut akan mencari DPI lain. DPI tersebut letaknya lebih jauh dari DPI yang biasa digunakan oleh nelayan tersebut. Hal ini terlihat dengan semakin lamanya waktu operasi kapal-kapal yang berbasis di PPP Dadap.
Contohnya kapal payang
yang biasa operasi
penangkapanya hanya 10 jam sekarang menjadi 14 jam. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara kepada pemilik kapal payang tentang hasil yang diperoleh pada 5 (lima) trip terakhir.
54
Tabel 14 Hasil wawancara pemilik kapal payang Jumlah tangkapan Lama Trip (Kg) (jam) Responden 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 20 25 30 30 40 10 10 12 14 2 40 70 30 30 25 12 14 10 12 3 30 50 40 25 60 10 12 12 10 4 50 30 40 25 30 12 12 12 10 5 25 30 20 50 30 10 10 10 12
5 1 12 5 10 10 14 5 10 10 12 5
Jarak DPI (mil) 2 3 4 5 5 10 15 10 15 5 10 5 10 10 5 15 10 10 5 5 5 5 10 10
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa, dalam 5 (lima) kali operasi penangkapan terakhir untuk mendapatkan jumlah hasil tangkapan yang lebih banyak, nelayan rata-rata harus menambah jarak tempuhnya untuk sampai ke DPI yang baru. Hal tersebut otomatis akan mengakibatkan lama trip (jam) yang dijalani akan semakin bertambah juga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Lama Trip (jam)
15 13 11 9 7 5 0
20
40
60
80
Jumlah Tangkapan (Kg) Gambar 5 Jumlah tangkapan 5 (lima) trip terakhir responden Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam 5 (lima) kali operasi penangkapan terakhir tren mengalami peningkatan dan bergerak kearah kanan. Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan jumlah hasil tangkapan yang lebih banyak nelayan rata-rata harus menambah jarak tempuhnya. Hal tersebut otomatis akan mengakibatkan lama trip (jam) yang dijalani akan semakin bertambah juga. Lama operasi penangkapan yang semakin bertambah akan menyebabkan jumlah penggunaan BBM, es, air bersih, juga akan meningkat sehingga
55
pengeluaran untuk memenuhi perbekalan melaut bertambah besar. Pengeluaran lebih besar daripada pendapatan yang diterima menyebabkan tidak sedikit pemilik kapal mengalami kerugian. Hal tersebut membuat nelayan mencari pelabuhan lain yang dekat dengan DPI nya untuk mendaratkan hasil tangkapan untuk sedikit mengurangi pengeluaran.
5.3
Pola Hubungan antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja PPP Dadap Kinerja sebuah pelabuhan seharusnya berkaitan dengan kinerja organisasi
dan kinerja sosial, yang mengakibatkan jika salah satu mengalami perubahan akan berpengaruh terhadap yang lainnya. Agar dapat mengetahui pola hubungan antara kinerja pelabuhan, kinerja organisasi, dan kinerja sosial di PPP Dadap maka harus dilakukan perhitungan. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat dan signifikanya hubungan antara ketiga kinerja tersebut. Indikator kinerja pelabuhan yang dilihat adalah pelayanan yang diberikan pelabuhan seperti (perawatan fasilitas, kebersihan PP, sistem pengelolaan, dan sistem perijinan) dan relasi antara pengguna PP (nelayan, bakul ikan, dan petugas PP). Indikator kinerja organisasi adalah keberadaan fasilitas pelabuhan yang ada di PPP Dadap, baik fasilitas pokok, fasilitas fungsional, maupun fasilitas pendukung. Indikator kinerja sosial yang diambil adalah produktivitas nelayan (teknologi, pendapatan, produksi) dan profil nelayan (pendidikan, kesehatan, pengalaman). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Software SPSS 16 digunakan untuk mempermudah proses perhitungan. Sebelum dilakukannya proses perhitungan perlu dilakukan uji validitas terhadap data yang telah diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada responden tersebut. Menurut (Sekaran (2003) dalam Wijaya (2011)), suatu variabel dinyatakan valid jika dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Pertanyaan atau variabel yang tidak valid akan dihilangkan dan tidak dimasukan ke dalam perhitungan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16. Berdasarkan uji validitas terhadap 28 varibel, diperoleh variabel yang valid dengan jumlah yang berbeda pada setiap kinerja. Terdapat 7 (tujuh) varibel yang valid untuk penilaian kinerja pelabuhan, yaitu: pelayanan yang diberikan
56
pelabuhan (perawatan fasilitas, kebersihan pelabuhan, sistem pengelolaan, sistem perijinan (Surat Laik Operasi (SLO) dan Surat Izin Berlayar (SIB))), dan relasi antara pengguna pelabuhan (nelayan dengan bakul ikan, bakul ikan dengan petugas pelabuhan, petugas pelabuhan dengan nelayan). Terdapat 10 (sepuluh) varibel valid untuk penilaian kinerja organisasi, yaitu: fasilitas pokok (dermaga, kolam pelabuhan, breakwater), fasilitas fungsional (alat bantu navigasi (mercusuar)), kantor pengelola pelabuhan, stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN), dan fasilitas pendukung (toilet umum, tempat parkir, kantin, mushola). Terdapat 6 (enam) varibel valid untuk penilaian kinerja sosial, yaitu: produktivitas nelayan (teknologi, pendapatan, produksi), dan profil nelayan (pendidikan, kesehatan, pengalaman). Semua varibel tersebut dinyatakan valid karena nilai r s hitung lebih besar daripada nilai r s tabel dan nilainya tidak konstan (Lampiran 3). 5.3.1 Pemilik kapal Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 11,0 + 0,048 X 1 + 0,263 X 2 Dimana : X 1 : kinerja sosial X 2 : kinerja organisasi Y : kinerja pelabuhan Untuk melihat pengaruh kinerja organisasi dan kinerja sosial terhadap kinerja pelabuhan dapat dilakukan dengan menggunakan uji-F dan uji-t. Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah kinerja organisasi dan kinerja sosial mempengaruhi kinerja pelabuhan.
Hasil analisis uji-F kinerja organisasi dan kinerja sosial
terhadap kinerja pelabuhan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15 Hasil analisis ANOVA kinerja organisasi dan kinerja sosial terhadap kinerja pelabuhan untuk pemilik kapal DF SS MS F hitung F tabel Regresi 2 3,288 1,644 0,66 0,527 Standar error 19 47,075 2,478 Total 21 50,364 Dimana : DF SS MS α
: derajat bebas : jumlah kuadrat : kuadrat tengah : 0,05
57
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai F hitung yang diperoleh sebesar 0,66 dan F tabel sebesar 0,527.
Hal ini menunjukan bahwa pada selang
kepercayaan 95% diperoleh F hitung > F tabel sehingga tolak H 0 yang berarti bahwa nilai kinerja pelabuhan (Y) dapat dipengaruhi oleh nilai kinerja sosial (X 1 ) dan kinerja organisasi (X 2 ). Jadi besar-kecilnya nilai kinerja sosial (X 1 ) dan kinerja organisasi (X 2 ) yang diperoleh dapat mempengaruhi nilai kinerja pelabuhan (Y) tersebut. Uji-t dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas (independen) terhadap varibel terikat (dependen).
Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kinerja sosial dan kinerja organisasi, sedangkan varibel terikat (dependen) adalah kinerja pelabuhan. Hasil uji-t untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 16 Hasil uji-t pengaruh kinerja sosial dan kinerja organisasi terhadap kinerja pelabuhan untuk pemilik kapal X1 X2 Koefesien regresi 0,048 0,263 t hitung 0,40 1,06 t tabel 0,690 0,302 Dimana : X 1 : kinerja sosial X 2 : kinerja organisasi Tabel 16 menjelaskan bahwa pada selang kepercayaan 95% diperoleh nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel untuk kinerja sosial (t hitung < t tabel ) sehingga gagal tolak H 0 . Hal ini berarti bahwa untuk nilai kinerja sosial yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Sedangkan untuk kinerja organisasi diperoleh nilai t hitung sebesar 1,06 dan nilai t tabel sebesar 0,302. Hal ini menunjukan bahwa t hitung > t tabel sehingga untuk nilai kinerja organisasi yang didapat akan berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Hasil perhitungan menggunakan uji-t untuk pemilik kapal pada selang kepercayaan 95% menyatakan bahwa hasil yang diperoleh untuk kinerja sosial tidak berbeda nyata, sedangkan hasil yang diperoleh untuk kinerja organisasi berpengaruh nyata terhadap nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap.
Kinerja
organisasi memiliki koefesien regresi sebesar 0,263 dengan nilai positif, hal ini bisa diartikan bahwa nilai kinerja organisasi dapat mempengaruhi besarnya
58
kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Bila nilai kinerja organisasi bertambah satu, maka nilai untuk kinerja pelabuhan akan mengalami penambahan sebesar 0,263. Berdasarkan persamaan yang diperoleh dan uji-t untuk pemilik kapal dapat dilihat bahwa pola hubungan kinerja PPP Dadap tersebut sangat dipengaruhi oleh kinerja organisasi. Akan tetapi dalam persamaannya memiliki nilai koefesien regresi positif semua, hal ini bisa diartikan jika nilai kinerja sosial dan kinerja organisasi mengalami perubahan maka untuk nilai kinerja pelabuhan akan mengalami perubahan juga. Pemilik kapal payang di PPP Dadap sudah memiliki ikatan dengan bakul ikan langganan masing-masing. Oleh karena itu, hasil tangkapan yang diperoleh akan dijual langsung kepada bakul ikan tersebut. Jadi hasil tangkapan kapal payang tidak mengalami proses pelelangan di TPI, hanya mengalami proses pencatatan saja. Hal tersebut berarti meskipun produksi kapal payang meningkat tidak akan mempengaruhi kinerja pelabuhan karena kapal payang tersebut tidak memanfaatkan fasilitas pelabuhan menyebabkan di pelabuhan tidak terjadi aktivitas operasional (pelelangan ikan). Pelayanan pengelola PPP Dadap akan mempengaruhi kinerja pelabuhan, jadi untuk meningkatkan kinerja pelabuhan pengelola PPP Dadap harus meningkatkan pelayanannya terhadap nelayan dengan cara meningkatkan perawatan fasilitas PPP Dadap. Hal tersebut sesuai dengan persamaan yang diperoleh untuk pemilik kapal bahwa kinerja PPP Dadap sangat dipengaruhi oleh kinerja organisasi. 5.3.2 Anak Buah Kapal (ABK) Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 18,7 + 0,0906 X 1 – 0,005 X 2 Dimana : X 1 : kinerja sosial X 2 : kinerja organisasi Y : kinerja pelabuhan Uji yang digunakan untuk Anak Buah Kapal (ABK) sama seperti pada analisis pemilik kapal yaitu dengan menggunakan uji-F dan uji-t. Hasil analisis uji-F dapat dilihat pada tabel berikut.
59
Tabel 17 Hasil analisis ANOVA kinerja kinerja pelabuhan untuk ABK DF Regresi 2 Standar error 57 Total 59 Dimana : DF SS MS α
organisasi dan kinerja sosial terhadap SS 3.615 122.118 125.733
MS 1.807 2.142
F hitung 0.84
F tabel 0.435
: derajat bebas : jumlah kuadrat : kuadrat tengah : 0,05
Tabel 17 menunjukan bahwa nilai F hitung yang diperoleh setelah dilakukannya perhitungan lebih besar daripada F tabel , dimana nilai F hitung sebesar 0,84 dan F tabel sebesar 0,435.
Hal ini menunjukan bahwa pada selang
kepercayaan 95% diperoleh F hitung > F tabel sehingga tolak H 0 yang berarti bahwa kinerja pelabuhan dipengaruhi oleh kinerja organisasi atau sosial. Jadi besarkecilnya nilai kinerja sosial (X 1 ) dan kinerja organisasi (X 2 ) yang diperoleh mempengaruhi nilai kinerja pelabuhan (Y). Uji selanjutnya adalah uji-t. Hasil uji-t untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 18 Hasil uji-t pengaruh kinerja sosial dan kinerja organisasi terhadap kinerja pelabuhan untuk ABK X1 X2 Koefesien regresi 0,091 -0,005 t hitung 1,28 -0,03 t tabel 0,205 0,975 Dimana : X 1 : kinerja sosial X 2 : kinerja organisasi Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai t hitung kinerja sosial yang diperoleh sebesar 1,28 dan t tabel sebesar 0,205. Hal ini berarti bahwa pada selang kepercayaan 95% diperoleh nilai t hitung lebih besar daripada t tabel (t hitung > t tabel ) sehingga tolak H 0 .
Jadi untuk nilai kinerja sosial yang diperoleh akan
berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Sedangkan untuk kinerja organisasi diperoleh nilai t hitung < t tabel sehingga untuk nilai kinerja organisasi yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap karena gagal tolak H 0 .
60
Hasil perhitungan uji-t pada selang kepercayaan 95% untuk anak buah kapal (ABK) menunjukan bahwa hasil yang diperoleh untuk kinerja sosial berbeda nyata sehingga berpengaruh terhadap nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Kinerja sosial memiliki koefesien regresi sebesar 0,091 dengan nilai positif, hal ini bisa diartikan bahwa nilai kinerja sosial dapat mempengaruhi besarnya kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Bila nilai kinerja sosial bertambah satu, maka nilai untuk kinerja pelabuhan akan mengalami penambahan sebesar 0,091. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk kinerja organisasi tidak berbeda nyata. Berdasarkan persamaan yang diperoleh dan uji-t untuk anak buah kapal (ABK) dapat dilihat bahwa pola hubungan kinerja PPP Dadap sangat dipengaruhi oleh kinerja sosial. Akan tetapi dalam persamaan model yang diperoleh memiliki nilai koefesien regresi negatif untuk kinerja organisasi. Hal ini bisa diartikan jika nilai kinerja organisasi bertambah satu, maka nilai untuk kinerja pelabuhan akan mengalami penurunan sebesar 0,005. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk nelayan payang tingkat pemanfaatan fasilitasnya sangat rendah. Kapal payang tidak melakukan proses pelelangan ikan karena sudah ada ikatan dengan bakul ikan langganan. Aktivitas yang dilakukan di pelabuhan hanya pendaratan kapal dan pengisian BBM. Kurangnya aktivitas nelayan di pelabuhan menyebabkan hubungan antara nelayan dan petugas pelabuhan tidak baik. Jadi, meskipun tingkat pelayanan pengelola pelabuhan ditingkatkan, tanpa adanya pemanfaatan fasilitas dari nelayan dan tingkat kebutuhan nelayan akan pelayanan tersebut rendah.
Hal tersebut tidak akan
meningkatkan kinerja pelabuhan. Sebagaimana yang disebutkan di atas bahwa PPP Dadap semula merupakan PPI yang dibangun pada tahun 2000 di desa Dadap. Masyarakat Desa Dadap mayoritas mata pencaharianya sebagai nelayan dan sudah sejak dulu menggantungkan hidupnya pada pekerjaan tersebut. Keahlian nelayan Dadap diperoleh dari turun temurun dan pengalaman, baik keahlian dalam melaut maupun beradaptasi dengan lingkungan. Jadi nelayan Desa Dadap tanpa adanya pelabuhan juga sudah bisa berkembang karena watak nelayan Desa Dadap sudah terbentuk sejak lama. Jadi untuk beradaptasi dengan keberadaan PPP Dadap juga sangat mudah.
61
Pembangunan PPP Dadap diatas komunitas (nelayan) yang sudah berkembang menyebabkan naik atau turunnya kinerja pelabuhan tidak akan mempengaruhi kinerja komunitas (kinerja sosial) tersebut. Akan tetapi, berdampak sebaliknya kinerja pelabuhan akan dipengaruhi oleh kinerja komunitas tersebut (kinerja sosial). Hal tersebut sesuai dengan persamaan yang diperoleh untuk ABK, kinerja PPP Dadap sangat dipengaruhi oleh kinerja sosial.
62
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1.
Aktivitas operasional yang terdapat di PPP Dadap antara lain aktivitas pendaratan ikan dan kunjungan kapal, aktivitas pelelangan hasil tangkapan, dan aktivitas pelayanan kebutuhan melaut: 1) Aktivitas pendaratan ikan di PPP Dadap dari tahun 2001 sampai tahun 2011
cenderung
mengalami
penurunan
dan
mempunyai
kisaran
pertumbuhan produksi mulai dari -89,98 % sampai dengan 254,64 %; 2) Tempat pelelangan ikan (TPI) di PPP Dadap dari tahun 2008 tidak terjadi aktivitas pelelangan hasil tangkapan. Hasil tangkapan tersebut hanya mengalami pendataan saja di TPI PPP Dadap; 3) Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut yang terdapat di PPP Dadap berupa pelayanan air bersih dan pelayanan BBM. Penjualan BBM dari tahun 2007– 2011 mengalami peningkatan dan mempunyai kisaran pertumbuhan mulai dari -18,38% sampai dengan 90,86%. 2.
Faktor-faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional di PPP Dadap berupa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah fasilitas pelabuhan,
bakul ikan, jumlah armada penangkapan,
dan
sedimentasi. Sedangkan faktor eksternal adalah dukungan aparatur desa, serta sumberdaya ikan (SDI), dan daerah penangkapan Ikan (DPI). 3.
Pola hubungan kinerja PPP Dadap untuk pemilik kapal diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 11,0 + 0,048 X 1 + 0,263 X 2 , dimana variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan adalah kinerja organisasi (X 2 ).
Sedangkan
untuk Anak Buah Kapal (ABK)
diperoleh persamaan Y = 18,7 + 0,0906 X 1 – 0,005 X 2 , dimana variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan adalah kinerja sosial (X 1 ), akan tetapi untuk kinerja organisasi (X 2 ) memiliki nilai koefesien korelasi negatif.
63
6.2 Saran 1.
Perlu dilakukannya penelitian yang lebih lanjut tentang pola hubungan kinerja pelabuhan ini dan mengambil variabel lebih detail dan banyak supaya hasil yang diperoleh lebih baik lagi;
2.
Pihak pengelola PPP Dadap perlu memperbaiki sistem pegelolaan pelabuhan (khususnya sistem pengelolaan pelelangan ikan), sistem pelayanan, dan perawatan fasilitas yang dibutuhkan oleh nelayan agar kegiatan yang dilakukan oleh nelayan berjalan dengan lancar;
3.
Pihak pengelola PPP Dadap perlu hubungan dengan nelayan agar nelayan yang berada di sekitar PPP Dadap mau meningkatkan aktivitasnya di PPP Dadap;
4.
Perlu ditingkatkan koordinasi antara pihak pengelola PPP Dadap, aparatur Desa Dadap, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu agar PPP Dadap bisa lebih berkembang.
64
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Geografi dan Iklim Kabupaten Indramayu. Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Geografi dan Iklim Kecamatan Juntinyuat. Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. 2005. Rencana Zonasi Kawasan Pesisir dan Laut Kabupaten Indramayu. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. 2008. Kondisi Fisik Sampai dengan Tahun Anggaran 2008 Di Wilayah Kabupaten Indramayu. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. 2011. Data Produksi Lelang Kabupaten Indramayu Tahun 2001-2011. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. 2011. Data Produksi Perikanan Tangkap di Laut Menurut Perjenis Ikan dan Jenis Alat Penangkapan Ikan Tri Wulan II Tahun 2011 Kabupaten Indramayu. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. 2011. Data Potensi Armada Penangkapan Ikan Di Laut Kabupaten Indramayu Tahun 20032011. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. 2011. Laporan Akhir Kinerja dan Evaluasi UPTD Perikanan dan Kelautan Kecamatan Juntinyuat dan Sliyeg. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. Fitriyah P. 2008. Pemanfaatan Fasilitas dan Efektivitas Aktivitas PPI Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu [skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Gigentika S. 2010. Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai Labuhan Lombok, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
65
Hadiyanto S R. 2004. Industri Perikanan dan Pengaruhnya Terhadap Berbagai Aktivitas Kepelabuhanan Terkait dengan Hasil Tangkapan Di Pelabuhan perikanan Samudera Jakarta [skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Herinugrah. 2010. Kinerja Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga dalam Penyajian Informasi Pariwisata Di Kabupaten Subang Melalui Sistem Informasi Geografis (SIG). http://www.elib.unikom. ac.id/files/dis1/535/jbptunikompp-gdl-herinugrah-26743-6-babii.pdf. [16 Agustus 2012] Lubis E. 2010. Diktat Pelabuhan perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Muis. 2010. Kinerja pelabuhan. http://muislife.com/kinerja-pelabuhan.html. [16 Agustus 2012] Mudzakir K A. 2009. Peranan dan Kinerja Sektor Perikanan pada Perekonomian Jawa Tengah [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Murdiyanto B. 2004. Pelabuhan perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nazir M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Nugroho T. 2011. Bahan Kuliah: Aspek Sosial Ekonomi dalam Pemanfaatan Pelabuhan perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Peraturan Menteri Jenderal Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/Men/2006. 2006. Pelabuhan Perikanan. Jakarta. Remaja. 2011. http://www.indramayukab.go.id/kecamatan/juntinyuat/itemid-54dp1.html. [14 November 2011] [SPBN] Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan. 2011. Data Realisasi Penerimaan dan Penjualan BBM di SPBN PPP Dadap tahun 2007-2011. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan PPP Dadap.
66
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Walpole E R. 1997. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Wijaya T. 2011. Cepat Menguasai SPSS 19. Yogyakarta : Cahaya Atma.
67
LAMPIRAN
68
Lampiran 1 Lokasi penelitian
Sumber : (Remaja, 2011)
69
Lampiran 2 Fasilitas PPP Dadap
Kantor pengelola PPP Dadap
Dermaga PPP Dadap
SPBN PPP Dadap
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPP Dadap
Kolam pelabuhan PPP Dadap
Gedung perbengkelan PPP Dadap
70
Alat bantu navigasi PPP Dadap
Alat bantu distribusi BBM (solar)
Toilet umum PPP Dadap
Gedung sortir hasil tangkapan
Bak pencucian hasil tangkapan
Mushola PPP Dadap
71
Lampiran 3 Hasil perhitungan validitas 1. Pemilik kapal VALIDITAS X1 (kinerja sosial) produksi Produksi
Pearson Correlation
teknologi 1
Teknologi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.761
.532
.041
.000
.143
.873
.000
22
22
22
22
22
22
22
-.141
1
.119
-.089
.196
-.086
.335 .127
.693
.382
.702
22
22
22
22
22
-.439
.119
1
-.426
-.101
.052
-.143
.041
.598
.048
.655
.818
.526
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.891
-.089
-.426
1
.227
.183
.813
Sig. (2-tailed)
.000
.693
.048
.310
.416
.000
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.323
.196
-.101
.227
1
.212
.560
Sig. (2-tailed)
.143
.382
.655
.310
.343
.007
22
22
22
22
22
22
22
-.036
-.086
.052
.183
.212
1
.324
.873
.702
.818
.416
.343
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.761
.335
-.143
.813*
.560
.324
1
Sig. (2-tailed)
.000
.127
.526
.000
.007
.142
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
N
N Kesehatan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TOTALX1
TOTALX1
-.036
.598
N
Pendidikan
Kesehatan
.323
22
Sig. (2-tailed) Pendapatan
pendidikan
.891
22
N Pengalaman
Pendapatan
-.439
Sig. (2-tailed) N
Pengalaman
-.141
N
.532
.142
22
Catatan : Valid : jika nilai r s hitung lebih besar daripada nilai r s tabel dan nilainya tidak konstan
71
72
VALIDITAS X2 (kinerja organisasi) dermaga kolam Navigasi breakwater dermaga
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Kolam
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
navigasi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
breakwater Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tpi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
pabrikes
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
perbekalan Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
-.153
Pabrikes perbekalan .a
.a
.a
air
SPBU
MCK
parkir
kantin mushola Kantor syahbandar TOTALX2
.a
.087
.379
-.356
-.043
-.072
-.087
.
.
.700
.082
.104
.849
.751
22
22
22
22
22
22
22
-.153
-.026
-.187
.498
.910
.404
.
.
22
22
22
22
22
-.431
-.061
a
a
a
a
.060
-.052
-.245
.017
1
.498
.
.
.
.
.a
.134
.700
.
.552
22
22
22
-.282
.128
a
.015
.
.045
.787
.
.
.
.
.791
.817
.273
.941
.204
.570
.
.946
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
-.026
-.431
1
.215
.a
.a
.a
.a
.231
-.041
.184
-.495
.447
-.010
.a
.345
.910
.045
22
22
22
.335
.
.
.
.
.302
.856
.411
.019
.037
.965
.
.116
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
1
.
a
a
a
a
.208
.526
-.025
-.435
.384
-.208
a
.430
-.187
-.061
.215
.
.
.
.
.404
.787
.335
.
.
.
.
.353
.012
.912
.043
.078
.353
.
.046
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
Sig. (2-tailed)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
N Air
22
tpi
N
22
72
73
dermaga kolam navigasi breakwater SPBU
parkir
kantin mushola Kantor syahbandar TOTALX2
Sig. (2-tailed)
.700
.791
.302
.353
.
.
.
.
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.379
-.052
-.041
.526
.a
.a
.a
.a
.140
Sig. (2-tailed)
.082
.817
.856
.012
.
.
.
.
.535
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
-.356
-.245
.184
-.025
.a
.a
.a
.a
-.052
-.179
.104
.273
.411
.912
.
.
.
.
.817
.427
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
-.043
.017
-.495
-.435
.a
.a
.a
.a
-.169
-.069
-.069
.849
.941
.019
.043
.
.
.
.
.453
.760
.760
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
-.072
-.282
.447
.384
.a
.a
.a
.a
.028
.202
.202
-.167
.751
.204
.037
.078
.
.
.
.
.901
.368
.368
.457
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
-.087
.128
-.010
-.208
.a
.a
.a
.a
.316
-.524
.245
-.203
-.183
.700
.570
.965
.353
.
.
.
.
.152
.012
.273
.366
.414
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kantor
MCK
.208
N
mushola
SPBU
.231
Sig. (2-tailed) Kantin
air
.060
N Parker
Pabrikes perbekalan
.087
N MCK
tpi
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
syahbandar Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N TOTALX2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.a
.a
.a
.a
1
.a
.628
.152
.
.002
22
22
22
.202
-.524
.a
.424
.760
.368
.012
.
.049
22
22
22
22
22
-.069
.202
.245
.a
.285
.760
.368
.273
.
.199
22
22
22
22
22
1
-.167
-.203
.a
-.159
.457
.366
.
.480
22
22
22
22
1
-.183
.a
.577
.414
.
.005
22
22
22
1
.a
.189
.
.400
22
22
22
.a
.a
.a
.140
-.052
-.169
.028
.316
.535
.817
.453
.901
22
22
22
22
1
-.179
-.069
.427 22 1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.
.134
.015
.345
.430
.a
.a
.a
.a
.628
.424
.285
-.159
.577
.189
.a
1
.552
.946
.116
.046
.
.
.
.
.002
.049
.199
.480
.005
.400
.
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
73
74
Catatan : Valid : jika nilai r s hitung lebih besar daripada nilai r s tabel dan nilainya tidak konstan
VALIDITAS Y (kinerja pelabuhan) perawatan kebersihan sistPengelolaan sistPerijinan Hubungannelayanpetugas hubungannelayanpedagang Perawatan
Pearson Correlation
1
Kebersihan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
-.092
.214
.108
.177
-.183
.421
1.000
.682
.340
.631
.431
.416
.051
22
22
22
22
22
22
22
22
.000
1
.017
-.078
.059
-.016
-.083
.285 .198
.941
.730
.793
.943
.712
22
22
22
22
22
22
22
22
-.092
.017
1
-.059
-.231
.033
.540
.400
.682
.941
.793
.302
.885
.009
.065
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.214
-.078
-.059
1
.301
.126
.221
.646
Sig. (2-tailed)
.340
.730
.793
.173
.577
.323
.001
22
22
22
22
22
22
22
22
.108
.059
-.231
.301
1
-.096
-.059
.332
.631
.793
.302
.173
.671
.793
.131
22
22
22
22
22
22
22
22
.177
-.016
.033
.126
-.096
1
-.161
.377
.431
.943
.885
.577
.671
.473
.084
22
22
22
22
22
22
22
22
-.183
-.083
.540
.221
-.059
-.161
1
.439
.416
.712
.009
.323
.793
.473
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.421
.285
.400
.646
.332
.377
.439
1
Sig. (2-tailed)
.051
.198
.065
.001
.131
.084
.041
22
22
22
22
22
22
22
N sistPengelolaan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
sistPerijinan
N Hubungannelayanp Pearson Correlation etugas Sig. (2-tailed) N Hubungannelayanp Pearson Correlation edagang Sig. (2-tailed) N Hubunganpedagang Pearson Correlation petugas Sig. (2-tailed) N TOTALLY
TOTALY
.000
Sig. (2-tailed) N
Hubunganpedagangpetuga s
N
1.000
.041
22
Catatan : Valid : jika nilai r s hitung lebih besar daripada nilai r s tabel dan nilainya tidak konstan
74
75
2.
Anak buah kapal (ABK).
VALIDITAS X1 (kinerja sosial) produksi Produksi
Pearson Correlation
teknologi 1
Teknologi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.799
.920
1.000
.000
.755
.574
.000
60
60
60
60
60
60
60
-.013
1
-.505
-.056
.284
-.014
.240 .065
.672
.028
.916
60
60
60
60
60
.000
-.505
1
-.009
-.465
.201
.115
1.000
.000
.943
.000
.123
.380
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.876
-.056
-.009
1
-.047
.007
.750
Sig. (2-tailed)
.000
.672
.943
.722
.959
.000
60
60
60
60
60
60
60
-.041
.284*
-.465
-.047
1
.102
.243
.755
.028
.000
.722
.439
.062
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.074
-.014
.201
.007
.102
1
.434
Sig. (2-tailed)
.574
.916
.123
.959
.439
N
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N TOTALX1
TOTALX1
.074
.000
Sig. (2-tailed)
Kesehatan
kesehatan
-.041
60
Pengalaman Pearson Correlation
Pendidikan
pendidikan
.876
60
N
Pendapatan
Pendapatan .000
Sig. (2-tailed) N
pengalaman
-.013
.920
.001
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.799
.240
.115
.750
.243
.434
1
Sig. (2-tailed)
.000
.065
.380
.000
.062
.001
60
60
60
60
60
60
N
60
Catatan : Valid : jika nilai r s hitung lebih besar daripada nilai
r s tabel dan nilainya tidak konstan
75
76
VALIDITAS X2 (kinerja organisasi) Dermaga Kolam navigasi breakwater Dermaga
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
.
SPBU .
MCK
parkir
kantin
mushola
kantor
syahbandar TOTALX2
a
-.191
.127
-.125
.101
-.112
.120
.a
.280
.694
.
.
.
.
.144
.333
.343
.441
.396
.361
.
.031
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.073
1
.118
.000
.a
.a
.a
.a
-.217
.072
.000
.238
-.171
-.426
.a
.240
Sig. (2-tailed)
.577
.370
1.000
.
.
.
.
.097
.584
1.000
.067
.191
.001
.
.065
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.111
a
a
a
a
-.068
-.068
.097
.179
-.272
.034
a
.270
Pearson Correlation
breakwater Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
60
60
-.052
.118
1
.
.
.
.
.
.694
.370
.398
.
.
.
.
.605
.605
.461
.170
.035
.799
.
.037
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.052
.000
.111
1
.a
.a
.a
.a
.068
.068
.024
-.067
-.030
.190
.a
.418
.694 1.000
.398
.
.
.
.
.605
.605
.854
.610
.818
.146
.
.001
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
.a
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
Sig. (2-tailed)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
N
N Perbekalan Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Air
.
air
.694
N
pabrikes
.
a
60
Sig. (2-tailed)
tpi
.052
a
.577
N navigasi
-.052
pabrikes perbekalan a
60
N Kolam
.073
tpi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.
.
.
.
.
.
.
.
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.
.
.
.
.
.
.
60
60
60
60
60
60
60
76
77
Dermaga Kolam navigasi breakwater SPBU
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
MCK
.a
.a
MCK
-.191
-.217
-.068
.068
1
.144
.097
.605
.605
.
.
.
.
60
60
60
60
60
60
60
60
a
a
a
a
-.181
60
parkir
kantin
.
.
.
.
.167
60
60
60
60
60
60
60
-.125
.000
.097
.024
.a
.a
.a
.a
-.015
-.163
.343 1.000
.461
.854
.
.
.
.
.910
.212
60
60
60
60
60
60
60
60
a
a
a
a
-.027
.041
-.132
1
-.163
.041
-.198
-.150
.212
.755
.130
.251
.
.106
60
60
60
60
60
60
1
-.132
-.059
.007
.a
.241
.314
.652
.956
.
.063
60
60
60
60
60
-.059
-.155
a
.452
.654
.235
.
.000
60
60
60
60
.052
a
.132
.695
.
.316
60
60
60
1
.
a
.274
60
Pearson Correlation
.101
.238
.179
-.067
Sig. (2-tailed)
.441
.067
.170
.610
.
.
.
.
.835
.755
.314
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
a
a
a
a
-.136
-.198
-.059
-.059
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.
.
.
.
.
.
.211
60
.605
.
60
a
.300
60
60
.
.251
60
.835
60
.605
60
.
60
.910
60
60
60
.678
.167
.584
Pearson Correlation
.151
.055
60
.
.a
-.136
.333
.
syahbandar TOTALX2
-.027
Sig. (2-tailed)
.
kantor
-.015
.068
.
mushola
-.181
-.068
N
Kantor
.a
SPBU
.072
N
Mushola
.a
air
.127
Sig. (2-tailed) Kantin
pabrikes perbekalan
Pearson Correlation N
Parkir
tpi
1
60
-.112
-.171
-.272
-.030
1
.396
.191
.035
.818
.
.
.
.
.300
.130
.652
.654
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
a
a
a
a
.055
-.150
.007
-.155
.052
60
.
.
.
Pearson Correlation
.120
-.426
.034
.190
Sig. (2-tailed)
.361
.001
.799
.146
.
.
.
.
.678
.251
.956
.235
.695
.
.034
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
.a
N Syahbandar Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N TOTALX2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.
.280
.240
.270
.418
.a
.a
.a
.a
.151
.211
.241
.452
.132
.274
.a
1
.031
.065
.037
.001
.
.
.
.
.251
.106
.063
.000
.316
.034
.
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Catatan : Valid : jika nilai r s hitung lebih besar daripada nilai r s tabel dan nilainya tidak konstan
77
78
VALIDITAS Y (kinerja pelabuhan) perawatan kebersihan sistPengelolaan sistPerijinan Hubungannelayanpetugas hubungannelayanpedagang hubunganpedagangpetugas TOTALY Perawatan
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Kebersihan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.059
-.010
.398** .002
.739
.211
.624
.699
.652
.937
60
60
60
60
60
60
60
60
-.044
1
.067
-.012
.332
.094
.167
.529 .000
.927
.010
.474
.203
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.164
.067
1
.109
.181
.239
.094
.600
Sig. (2-tailed)
.211
.611
.405
.166
.066
.474
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.065
-.012
.109
1
.141
.117
.117
.373
Sig. (2-tailed)
.624
.927
.405
.284
.374
.374
.003
60
60
60
60
60
60
60
60
-.051
.332
.181
.141
1
.053
.053
.533
.699
.010
.166
.284
.685
.685
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
.059
.094
.239
.117
.053
1
-.319
.396
.652
.474
.066
.374
.685
.013
.002
60
60
60
60
60
60
60
60
-.010
.167
.094
.117
.053
-.319
1
.348
.937
.203
.474
.374
.685
.013
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
hubungannelayanpedagang Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Hubunganpedagangpetugas Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N TOTALLY
-.051
.611
N hubungannelayanpetugas
.065
60
N sistPerijinan
.164
60
N sistPengelolaan
-.044
.739
.007
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.398
.529
.600
.373
.533
.396
.348
1
Sig. (2-tailed)
.002
.000
.000
.003
.000
.002
.007
60
60
60
60
60
60
60
N
60
Catatan : Valid : jika nilai r s hitung lebih besar daripada nilai r s tabel dan nilainya tidak konstan
78
79
Lampiran 4 Tahapan dalam mengolah data 1.
Kumpulkan data melalui kuesioner. Dimana data yang dikumpulkan berupa pendapat nelayan pemilik dan anak buah kapal yang dinilai menggunakan Skala Likert dengan rentang 1-5.
Tabel Rincian indikator pada setiap variabel Variabel Indikator Kinerja pelabuhan - Pelayanan yang diberikan pelabuhan (perawatan fasilitas, (Y) kebersihan PP, sistem pengelolaan, dan sistem perijinan) - Relasi antara pengguna pelabuhan (nelayan, bakul ikan, dan petugas pelabuhan). Kinerja sosial - Produktivitas nelayan (teknologi, pendapatan, dan (X 1 ) produksi) - Profil nelayan (pendidikan, kesehatan, dan pengalaman). kinerja organisasi (X 2 )
2.
- Keberadaan fasilitas pelabuhan yang ada di PPP Dadap: a. fasilitas pokok (dermaga, kolam pelabuhan, dan breakwater). b. fasilitas fungsional (tempat pelelangan ikan (TPI), pabrik es, alat bantu navigasi (mercusuar), tempat pengisian perbekalan, stasiun pengisian air bersih, kantor pengelola pelabuhan, stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN), dan Syahbandar). c. fasilitas pendukung (toilet umum, tempat parkir, kantin, dan mushola).
Data yang sudah dikumpulkan, kemudian masukan ke dalam tabel/tabulasi data.
1) Tabulasi data untuk pemilik kapal Tabel Tabulasi kinerja pelabuhan (Y) Responden Per Keb Sist. Peng 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 4 3 2 3 5 3 2 3 6 3 3 3 7 2 3 2 8 3 3 2 9 2 2 2 10 2 2 3 11 3 3 2 12 2 3 3 13 2 2 2
Sist. per 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 2 4
hnp Hnped Hpp 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3
Total skor 20 20 17 20 21 24 17 21 21 20 20 20 20
80
Responden 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Dimana : Per Keb sist. Peng sist. Per Hnp Hnped Hpp
Per Keb Sist. peng Sist. per Hnp Hnped Hpp Total skor 3 3 2 3 4 3 3 21 3 2 3 3 3 3 4 21 3 3 2 4 3 3 4 22 2 3 3 2 3 4 3 20 3 2 2 3 3 4 3 20 2 3 3 4 3 3 4 22 2 3 3 3 3 3 4 21 3 2 2 3 4 3 3 20 2 2 2 2 3 3 4 18 : Perawatan PP : Kebersihan PP : Sistem Pengelolaan : Sistem Perijinan : Hubungan nelayan-petugas : Hubungan nelayan-pedagang : Hubungan pedagang-petugas
Tabel Tabulasi kinerja sosial (X 1 ) Responden Produksi Teknologi Pengalaman Pendapatan Pendidikan Kesehatan Total skor 1 1 5 5 1 1 3 16 2 3 5 5 3 2 4 22 3 2 4 5 2 1 3 17 4 3 5 5 3 3 5 24 5 4 4 5 4 1 4 22 6 3 5 5 4 2 4 23 7 2 5 4 3 2 4 20 8 5 5 3 5 1 4 23 9 1 4 4 1 2 4 16 10 4 4 4 3 2 2 19 11 3 4 4 2 2 3 18 12 5 4 4 5 2 3 23 13 1 3 4 2 1 4 15 14 3 3 5 3 2 4 20 15 5 3 4 4 2 3 21 16 3 3 5 3 1 4 19 17 4 2 4 4 2 5 21 18 3 2 4 4 1 4 18 19 2 2 5 2 1 3 15 20 1 3 5 1 1 4 15 21 5 2 4 4 2 4 21 22 4 2 4 4 2 4 20
81
Tabel Tabulasi kinerja organisasi (X 2 ) Responden A B C D E F 1 3 2 3 3 5 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 5 4 3 3 3 5 4 6 3 3 3 3 5 3 7 3 2 3 4 4 4 8 3 2 3 3 5 3 9 4 2 2 3 4 4 10 3 2 3 4 5 4 11 3 3 3 3 4 3 12 3 3 2 3 4 3 13 3 2 3 3 5 3 14 3 2 3 3 4 3 15 3 3 2 3 4 4 16 4 2 3 3 4 3 17 3 3 3 4 5 4 18 3 3 2 3 5 3 19 3 2 3 3 4 4 20 4 2 3 3 5 4 21 3 2 3 3 4 3 22 3 3 2 3 4 3 Dimana : A : Dermaga B : Kolam pelabuhan C : Alat navigasi D : Breakwater E : SPBU F : MCK/toilet G : Tempat parkir H : kantin I : Mushola J : Kantor pengelola
G 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2
H 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4
I 4 4 3 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 4 4
J Total skor 3 40 3 40 3 38 2 38 2 42 3 40 2 40 3 42 2 38 3 42 3 40 3 40 3 40 2 38 2 39 3 40 2 42 3 39 2 41 3 41 2 38 3 39
82
2) Tabulasi data untuk anak buah kapal Tabel Tabulasi kinerja pelabuhan (Y) Responden Per Keb Sist. peng 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 5 3 2 3 6 3 2 2 7 3 2 2 8 2 3 2 9 2 2 2 10 2 2 2 11 2 2 2 12 3 3 3 13 2 2 2 14 2 3 2 15 2 2 2 16 3 2 3 17 3 2 2 18 3 2 2 19 2 3 3 20 3 3 3 21 2 2 2 22 2 2 2 23 3 3 2 24 2 2 2 25 2 2 2 26 2 3 3 27 3 2 2 28 2 2 2 29 2 3 3 30 3 2 2 31 3 2 3 32 3 3 2 33 2 3 2 34 3 2 3 35 2 3 2 36 2 2 3 37 3 2 3 38 3 2 2 39 3 2 2 40 2 3 2 41 2 3 2
Sist. per 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3
Hnp 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3
Hnped 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3
Hpp Total skor 3 21 3 22 3 23 3 20 3 21 4 20 3 22 3 20 3 17 3 18 3 18 4 24 3 18 4 21 3 19 3 21 3 20 4 20 4 22 3 22 3 19 4 19 4 21 3 18 4 19 3 23 3 20 3 18 3 21 3 19 4 21 4 21 3 21 3 21 4 21 4 21 3 21 4 21 3 20 3 20 3 19
83
Responden 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Per 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2
Keb Sist. peng 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3
Sist. per 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Dimana : Per Keb sist. Peng sist. Per Hnp Hnped Hpp
: Perawatan PP : Kebersihan PP : Sistem Pengelolaan : Sistem Perijinan : Hubungan nelayan-petugas : Hubungan nelayan-pedagang : Hubungan pedagang-petugas
Hnp 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3
Hnped 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
Hpp Total skor 3 21 3 19 3 21 4 22 4 20 3 20 3 19 4 20 4 22 3 18 4 22 3 18 3 19 3 20 4 21 4 22 3 20 3 19 4 20
84
Tabel Tabulasi kinerja sosial (X 1 ) Responden Produksi Teknologi Pengalaman Pendapatan Pendidikan Kesehatan Total skor 1 3 4 3 2 3 4 19 2 3 5 4 3 2 4 21 3 5 4 3 5 3 4 24 4 3 4 3 3 2 5 20 5 4 4 3 3 3 5 22 6 3 4 3 3 3 5 21 7 2 4 3 2 3 3 17 8 1 4 3 2 3 3 16 9 5 4 4 4 3 4 24 10 4 4 4 4 2 3 21 11 3 5 4 3 2 3 20 12 2 5 4 3 2 4 20 13 5 5 1 4 2 3 20 14 3 5 1 3 4 4 20 15 4 5 1 4 4 3 21 16 3 5 1 4 4 4 21 17 3 5 1 3 4 2 18 18 1 5 4 1 3 4 18 19 5 4 4 5 4 4 26 20 4 4 3 5 3 4 23 21 1 4 3 2 4 4 18 22 3 4 4 3 3 4 21 23 5 5 1 5 1 2 19 24 3 5 2 3 1 3 17 25 4 4 4 4 2 4 22 26 3 4 4 4 1 4 20 27 2 4 3 3 2 4 18 28 1 4 3 1 1 4 14 29 5 4 5 4 1 4 23 30 4 4 4 4 2 5 23 31 3 5 3 4 2 5 22 32 3 5 3 3 2 4 20 33 2 5 3 3 2 4 19 34 3 5 3 3 2 3 19 35 5 5 4 5 2 4 25 36 3 5 4 3 2 4 21 37 2 4 4 3 1 3 17 38 3 5 3 3 2 3 19 39 2 5 1 3 4 2 17 40 1 4 4 2 2 3 16 41 2 3 4 3 1 2 15 42 3 3 3 4 2 2 17
85
Responden 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Produksi Teknologi Pengalaman Pendapatan Pendidikan Kesehatan Total skor 5 3 3 5 2 4 22 3 2 3 3 2 4 17 4 3 2 4 2 4 19 3 3 3 3 2 4 18 2 3 3 3 3 4 18 1 3 4 1 3 4 16 5 2 4 5 3 4 23 4 3 4 5 3 4 23 3 2 5 4 1 4 19 3 2 5 3 1 4 18 5 2 5 5 1 3 21 3 2 5 3 1 3 17 4 3 5 4 2 2 20 3 2 3 4 2 3 17 3 2 4 3 2 4 18 1 2 4 1 2 3 13 1 3 4 2 2 4 16 4 3 5 4 2 4 22
86
Tabel Tabulasi kinerja organisasi (X 2 ) Responden A B C D E F 1 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 5 3 4 3 2 3 4 4 4 5 3 3 3 3 5 3 6 3 2 3 3 4 4 7 3 3 3 3 4 3 8 3 3 3 3 4 4 9 3 2 2 3 5 4 10 3 2 3 3 5 3 11 4 2 3 3 4 3 12 3 2 3 3 5 4 13 3 2 2 3 4 3 14 3 3 3 4 5 3 15 3 2 3 3 4 4 16 3 3 3 3 4 3 17 3 3 3 3 4 4 18 3 2 3 3 4 3 19 3 2 2 3 5 4 20 3 2 3 3 4 4 21 3 3 3 3 5 3 22 4 2 3 3 4 3 23 3 2 3 3 4 3 24 3 2 3 3 4 3 25 3 2 3 3 5 4 26 3 3 3 3 5 3 27 4 3 3 4 4 4 28 3 2 3 3 5 3 29 3 2 3 3 4 4 30 3 2 3 3 5 4 31 3 3 3 3 4 3 32 3 2 3 3 4 3 33 3 3 3 3 4 3 34 3 2 3 3 5 3 35 4 2 3 3 5 3 36 3 2 3 4 4 3 37 3 2 3 3 5 3 38 3 3 3 3 4 4 39 3 2 3 3 5 3 40 4 3 3 3 4 4 41 3 2 3 3 4 3 42 3 2 3 4 5 3
G 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3
H 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3
I
J 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 5 4
2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3
Total skor 38 39 38 40 41 39 39 40 39 39 40 38 39 41 40 39 40 38 38 39 41 39 38 38 39 41 41 39 40 39 39 38 39 41 40 40 38 39 40 40 39 41
87
Responden 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
A 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
B 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3
C 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3
Dimana : A : Dermaga B : Kolam pelabuhan C : Alat navigasi D : Breakwater E : SPBU F : MCK/toilet G : Tempat parkir H : kantin I : Mushola J : Kantor pengelola
D 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
E 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4
F 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4
G 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3
H 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3
I 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 3
J Total skor 40 3 39 2 38 2 42 3 38 2 41 3 38 2 40 3 37 2 42 3 40 3 40 3 40 2 38 2 40 3 39 2 41 3 39 2
88
3.
Rangkum total skor dari semua variabel (pemilik dan anak buah kapal)
1) Rangkuman total skor untuk pemilik kapal Tabel Total skor untuk pemilik kapal Responden Kinerja sosial (X 1 ) Kinerja organisasi (X 2 ) 1 16 32 2 22 32 3 17 30 4 24 30 5 22 34 6 23 32 7 20 32 8 23 34 9 16 30 10 19 34 11 18 32 12 23 32 13 15 32 14 20 30 15 21 31 16 19 32 17 21 34 18 18 31 19 15 33 20 15 33 21 21 30 22 20 31
Kinerja pelabuhan (Y) 20 20 17 20 21 24 17 21 21 20 20 20 20 21 21 22 20 20 22 21 20 18
89
2) Rangkuman total skor untuk Anak Buah Kapal (ABK). Tabel Total skor untuk Anak Buah Kapal (ABK) Responden Kinerja sosial (X 1 ) Kinerja organisasi (X 2 ) 1 19 30 2 21 31 3 24 30 4 20 32 5 22 33 6 21 31 7 17 31 8 16 32 9 24 31 10 21 31 11 20 32 12 20 30 13 20 31 14 20 33 15 21 32 16 21 31 17 18 32 18 18 30 19 26 30 20 23 31 21 18 33 22 21 31 23 19 30 24 17 30 25 22 31 26 20 33 27 18 33 28 14 31 29 23 32 30 23 31 31 22 31 32 20 30 33 19 31 34 19 33 35 25 32 36 21 32 37 17 30 38 19 31 39 17 32 40 16 32
Kinerja pelabuhan (Y) 21 22 23 20 21 20 22 20 17 18 18 24 18 21 19 21 20 20 22 22 19 19 21 18 19 23 20 18 21 19 21 21 21 21 21 21 21 21 20 20
90
41 Responden 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 4.
15 Kinerja sosial (X 1 ) 17 22 17 19 18 18 16 23 23 19 18 21 17 20 17 18 13 16 22
31
19
Kinerja organisasi (X 2 ) 33 32 31 30 34 30 33 30 32 29 34 32 32 32 30 32 31 33 31
Kinerja pelabuhan (Y) 21 19 21 22 20 20 19 20 22 18 22 18 19 20 21 22 20 19 20
Setelah merangkum total skor, kemudian data tersebut diolah menggunakan software SPSS 16. Didapatkan hasil sebagai berikut:
1) OUTPUT PEMILIK Diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 11.0 + 0.048 X 1 + 0.263 X 2 Tabel Hasil uji – t X1 Koefesien regresi t hitung t tabel
X2 0,048 0,40 0,690
Dimana : X 1 : kinerja sosial X 2 : kinerja organisasi S = 1.57405
R-Sq = 6.5%
R-Sq(adj) = 0.0%
0,263 1,06 0,302
91
Tabel Hasil uji – f DF Regresi Standar error Total
SS 3,288 47,075 50,364
2 19 21
MS 1,644 2,478
F hitung 0,66
F tabel 0,527
Dimana : DF : derajat bebas SS : jumlah kuadrat MS : kuadrat tengah •
Grafik uji normalitas data Probability Plot of RESI1 Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-2.90677E-15 1.497 22 0.147 >0.150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-4
-3
-2
-1
0 RESI1
1
2
3
4
Karena P-value > 0.05 maka sebaran data normal.
2) OUTPUT ABK Diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 18.7 + 0.0906 X 1 - 0.005 X 2 Tabel Hasil uji - t X1 Koefesien regresi t hitung t tabel
X2 0,091 1,28 0,205
-0,005 -0,03 0,975
Dimana : X 1 : kinerja sosial X 2 : kinerja organisasi S = 1.46370
R-Sq = 2.9%
R-Sq(adj) = 0.0%
92
Tabel Hasil uji - f DF Regresi Standar error Total
SS 3.615 122.118 125.733
2 57 59
MS 1.807 2.142
Dimana : DF : derajat bebas SS : jumlah kuadrat MS : kuadrat tengah Grafik Uji normalitas data Probability Plot of RESI1 Normal
99.9
Mean StDev N KS P-Value
99 95 90
Percent
•
-5.15143E-15 1.439 60 0.079 >0.150
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
-4
-3
-2
-1
0 1 RESI1
2
3
4
5
Karena P-value > 0.05 maka sebaran data normal.
F hitung 0.84
F tabel 0.435