POKOK BAHASAN : PENERAPAN PENGENDALIAN HAYATI
TEKNIK PENGENDALIAN HAYATI PADA HAMA PH dapat diterapkan dengan berbagai teknik tergantung pada jenis hama sasaran dan daerah operasionalnya. Dalam prakteknya PH dapat dilakukan secara tunggal atau dalam integrasi dengan komponen pengendalian lainnya dalam pengelolaan hama.
Ada 3 Teknik Pengendalian Hayati : 1.Introduksi 2.Konservasi 3.Augmentasi
INTRODUKSI • •
•
Adalah usaha pemasukan, pelepasan dan evaluasi penggunaan sarana PH. Pada umumnya usaha ini dilakukan dengan memindahkan MA dari suatu daerah ke daerah lain atau dari satu negara ke negara lain. Daerah asal MA dikenal sebagai daerah sumber dan daerah yang memerlukan dikenal sebagai daerah sasaran. Pada umumnya di daerah asal memiliki kompleks MA, namun yang diintroduksikan hanya MA potensial saja
Contoh Introduksi ke Indonesia Kumbang buas Cryptognata nodiceps (dari Trinidad) dan Diadegma (= Angitia) eurocephaga untuk pengendalian ulat kubis Plutella xylostella (Diamond Black Moth / DBM).
Contoh Introduksi Dari Indonesia Kumbang buas Plaesius javanus untuk mengendalikan Cosmopolites sordidus di Queensland Lalat Jatiroto ke Mauritius dan Pakistan
Introduksi antar daerah di Indonesia
Introduksi parasitoid Encarsia sp. dan Comperiella unifasciata dari Jawa untuk mengendalikan Aspidiotus destructor di Sulawesi.
Introduksi antar daerah di Indonesia Introduksi parasitoid telur Chelonus sp dari Bogor untuk mengendalikan ngengat mayang kelapa Batrachedra sp. di Flores.
Batrachedra arenosella
2. KONSERVASI Merupakan usaha pengawetan musuh alami yang telah ada di suatu daerah dengan memanipulasi lingkungannya. Pada umumnya dilakukan dengan memelihara kondisi lingkungan yang baik bagi perkembangbiakan musuh alami, seperti dengan pengaturan pohon pelindung, penyediaan pengairan yang baik, penyediaan tumbuhan yang dapat menjadi sumber makanan dari musuh alami dewasa, mengurangi atau mencegah penggunaan pestisida, dll.
Contoh pelaksanaan Konservasi : Pemberian pohon pelindung dan pengairan dengan irigasi pancaran dalam usaha menjaga kelembaban udara yang cocok untuk pertumbuhan jamur Botrytis stephanoderis, untuk mengendalikan bubuk buah kopi Hypothenemus hampei.
Contoh pelaksanaan Konservasi : Penyemprotan lobang-lobang perangkap dengan air agar jamur Metarhizium lebih efektif terhadap larva kumbang badak.
Contoh pelaksanaan Konservasi : Tidak menggunakan herbisida di bawah tanaman kelapa sawit yang terserang ulat api agar parasitoidnya tetap mendapat tambahan pakan yang cukup dari gulma disekitarnya.
3. AUGMENTASI Adalah penambahan populasi musuh alami, merupakan usaha pengendalian hayati dengan proses pembiakan massal musuh alaminya. Musuh alami bisa dari luar negeri atau telah ada di wilayah tersebut. Di Indonesia misalnya dilakukan terhadap Chelonus sp. dengan pembiakan menggunakan inang pengganti berupa telur ngengat umbi kentang (Phthorimaea operculella) di Flores.
AUGMENTASI Penggunaan lalat Jatiroto dan parasitoid telur Trichogramma di berbagai pabrik gula merupakan augmentasi yang berhasil sejak tahun 1972.
KEDUDUKAN PENGENDALIAN HAYATI DALAM PENGELOLAAN HAMA PH dapat dipraktekkan sebagai cara tunggal maupun sebagai salah satu komponen dalam pengendalian. PH yang mandiri tidak dapat diterapkan untuk mengatasi beberapa jenis hama sekaligus sebab masing-masing musuh alami mempunyai hubungan yang khas dengan inangnya. MA yang polifagpun pasti mempunyai preferensi terhadap inang tertentu.
Dari sifat hubungan yang khas antara MA dan hama tertentu, biasanya menimbulkan potensi yang besar dalam penekanan populasi, lebihlebih apabila suatu hama memiliki beberapa MA yang menyerang fase tumbuh yang berbeda. Contoh di alam ditemukan pada Papilio memnon memnon, ulatnya sebagai pemakan daun jeruk. Telur hama ini diserang oleh parasitoid telur dari marga Oencyrtus, sedangkan fase larva dan kepompong diserang oleh parasitoid marga Tetrastichus. Kedua jenis parasitoid mempunyai potensi yang besar sehingga mampu menekan populasi hama sampai tidak mempunyai arti ekonomi.
Papilio memnon memnon, Ooencyrtus,Tetrastichus.
Dalam praktek PH mandiri kita lihat pada penanggulangan hama kumbang badak Oryctes rhinoceros. Pada larva dapat diserang jamur Metarhizium anisopliae dan virus Baculovirus (=Rhabdionvirus) oryctes, bahkan virus ini juga menyerang kepompong dan dewasanya. Praktek PH ini telah berhasil mengendalikan populasi hama di berbagai negara seperti di Fiji, Samoa, Sri Langka dan sudah dicoba pula di Indonesia.
Baculovirus dan Metarhizium pada larva Oryctes rhinoceros
Pada kenyataannya PH akhirnya akan menjadi bagian dari integrasi berbagai komponen pengendalian. Di lapangan pada umumnya organisme pengganggu sangat kompleks, sehingga pengelolaan hamapun akan memerlukan usaha yang kompleks pula.
Pada pertanaman kelapa, disamping kumbang badak Oryctes rhinoceros masih ada beberapa jenis hama yang MA nya dapat dikelola sebagai agensia pengendalian. Misalnya ngengat mayang Batrachedra, kumbang janur Brontispa longissima, kutu daun Aspidiotus destructor dan Aleurodicus destructor, belalang pedang Sexava sp, dll. Hama-hama tersebut dapat dikendalikan dengan program pengelolaan hama dengan PH sebagai salah satu komponen pengendalian utamanya
HAMA-HAMA PADA KELAPA
Tugas Carilah artikel ilmiah tentang penerapan pengendalian hayati dengan teknik KONSERVASI Buatlah resumenya Kumpulkan paling lambat sebelum UTS