Majalah Kedokteran Andalas Vol. 40, No. 1, Mei 2017, Hal. 19-30
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
ARTIKEL PENELITIAN Perubahan fungsi kognitif dan psikomotor residen anestesiologi dan terapi intensif setelah 32 jam kerja Muhammad Zulfadli Syahrul1, Muhammad Ruswan Dachlan2, Arif Hari Martono Marsaban2, Diatri Nari Lastri2 1. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Korespondensi: Muhammad Zulfadli Syahrul, email:
[email protected]
Abstrak Anestesiologis yang bertugas di IGD dapat menjalani jam kerja 24 jam. Anestesiologis yang lelah mempunyai konsekuensi menurunnya fungsi kognitif dan psikomotor. Peserta PPDS Anestesiologi menjalani 32 jam kerja saat bertugas jaga IGD. Tujuan: Untuk mengetahui perubahan fungsi kognitif dan psikomotor PPDS Anestesiologi setelah menjalani 32 jam kerja. Metode: Penelitian ini mengobservasi 69 peserta PPDS Anestesiologi yang menjalani 32 jam kerja. Setiap peserta PPDS diperiksa fungsi kognitif dan psikomotor pada jam kerja ke-0 dan setelah 32 jam. Jumlah tidur ketika bertugas jaga dicatat. Fungsi kognitif diperiksa dengan MoCa-Ina dan psikomotor dengan grooved pegboard. Hasil: Secara statistik didapatkan penurunan bermakna fungsi kognitif (p=0,00) dan psikomotor pada tangan dominan/non-dominan (p=0,00/p=0,00), tetapi secara klinis fungsi kognitif dan psikomotornya masih dalam batas normal. Tidak terdapat pengaruh lamanya tidur dengan fungsi kognitif (p=0,121) dan psikomotor (p=0,282/p=0,317) setelah 32 jam kerja pada peserta PPDS Anestesiologi tidur minimal 5 jam dengan tidur kurang dari 5 jam. Kesimpulan: Fungsi kognitif dan Psikomotor peserta PPDS Anestesiologi setelah menjalani 32 jam kerja terbukti menurun, sedangkan lamanya tidur tidak terbukti mempengaruhi fungsi kognitif dan psikomotor. Kata kunci: fungsi kognitif; menjalani 32 jam kerja; psikomotor
Abstract Anesthesiologist on duty in the ER can undergo 24-hour working hours. Tired anesthesiologists have consequences with decreased cognitive and psychomotor function. Anesthesiology Resident has 32 work hours while on duty in the ER. Objective: To determine changes in cognitive function and psychomotor after 32 hours of work. Method: The research observed 69 participants Anesthesiology Resident undergo 32 work hours when on duty ER. Each Resident was examined their cognitive and psychomotor function on 0 and after 32 work hours. The number of sleep hours while on duty was noted. Cognitive function was examined with the MOCA-Ina and psychomotor examined with the grooved pegboard. Result: Statistically significant decrease found on cognitive function (p=0.00) and decreased psychomotor function in the dominant/non-dominant hand (p=0.00/p=0.00) but clinically cognitive and psychomotor function is still within the limits of normal values. There was no effect of sleep duration and cognitive function (p=0.121) and psychomotor (p=0.282/p=0.317) after 32 hours of work on 5 hours of sleep or less than 5 hours. Conclusion: Cognitive and Psychomotor Function Anesthesiology resident after undergoing 32 hours of work proved to be decreased, while the duration of sleep during working hours are not proved affect cognitive and psychomotor function. Keywords: cognitive function; 32-hours work hours; psychomotor
p-ISSN: 0126-2092 e-ISSN: 2442-5230 doi: 10.25077/mka.40.1.19-30.2017
Diterima redaksi: 25-Mar-17 Diterbitkan online: 31-Mei-17
Vol. 40 No. 1 2017
PENDAHULUAN Anestesiologis di banyak negara termasuk di Indonesia menjalani jam kerja hingga 24 jam bahkan lebih, sedangkan peraturan tenaga kerja mengatakan maksimal 8 jam/hari. Padahal fisiologi manusia telah dirancang pola sirkadian untuk terbangun serta kebutuhan vital untuk tidur.1-4 Anestesiologis merupakan personel yang sangat rentan mengalami kelelahan, sebab anestesiologis mengalami jam kerja yang panjang, beban kerja yang sangat tinggi ditambah keadaan penuh tekanan yang tidak dapat diperkirakan.4-6 Anestesiologis yang terlalu lelah mempunyai konsekuensi buruk yang merupakan manifestasi menurunkannya fungsi kognitif dan motorik (psikomotor). Hal ini dapat berimplikasi terhadap gangguan dalam mengambil keputusan, mempengaruhi daya ingat, terlambatnya atau tidak adekuatnya respons terhadap perubahan klinis, berkurangnya perhatian dan konsentrasi, buruknya komunikasi serta tidak adekuatnya dalam pencatatan rekam medis, padahal dalam keadaan gawat darurat seorang anestesiologis harus dapat membuat keputusan cepat dan tepat kadang dengan informasi yang sangat terbatas.5-8 Penelitian oleh Karanovic dkk.9 pada anestesiologis di The Split University Hospital (Croatia) mendapatkan terjadi perubahan fungsi kognitif dan psikomotor pada anestesiologis yang bertugas di IGD setelah mereka melaksanakan tugas selama 24 jam. Berdasarkan survei oleh
Muhammad Zulfadli Syahrul dkk, Perubahan fungsi kognitif…
Gaba dkk.10 mengemukakan bahwa 50% responden meyakini kesalahan tatalaksana yang mereka lakukan berkaitan dengan kelelahan, di survei lain pada anestesiologis menyatakan 61% responden pernah melakukan kesalahan dalam manajemen anestesia saat merasa kelelahan. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo selama 2013 terjadi 19 kejadian tidak diinginkan yang sebagian besar terjadi pada dini hari. Laporan kronologis mortalitas dan morbiditas Departemen Anestesiologi dari JanuariMaret 2014 terdapat 6 kasus, yang seluruhnya terjadi pada dini hari dan saat akan berakhirnya jam jaga IGD.9,11 Peserta PPDS sebagai peserta didik dan pelaksana pelayanan anestesia di RSUPNCM, memulai waktu kerjanya dengan mengikuti laporan pagi yang dimulai pukul 07.00. Saat mendapat tugas jaga di IGD maka jam jaga dimulai pukul 15.00 hingga pukul 15.00 hari berikutnya, bila dijumlahkan mencapai 32 jam kerja. Hal ini merupakan jadwal jaga yang rutin dilakukan oleh peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI (PPDS) hingga saat ini. Pengetahuan terhadap fungsi kognitif dan psikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif yang mendapat tugas jaga malam di IGD sangat dibutuhkan, sebab peserta PPDS bekerja hingga 32 jam, sedangkan belum ada penelitian pada PPDS yang menjalani jam kerja hingga 32 jam, hal ini mungkin saja menyebabkan gangguan fungsi kognitif serta psikomotor sehingga berakibat meningkatnya
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
20
Vol. 40 No. 1 2017
kesalahan medis, yang tentu saja dapat membahayakan pasien. Tinjauan Teoretis Fisiologi Lelah Lelah adalah perasaan kekurangan tenaga dan energi yang bersifat sementara akibat dari kerja fisik dan tekanan mental. Lelah merupakan titik ketika aktivitas fisik dan mental tidak dapat dilakukan secara maksimal. Hal ini biasanya dikaitkan dengan penurunan kemampuan. Terdapat tiga jenis kelelahan yang di antaranya adalah:4,7 1. Transient adalah kelelahan yang disebabkan oleh tidur yang sangat sedikit atau memanjangnya jam terjaga secara ekstrem (1 sampai 2 hari). 2. Kumulatif adalah kelelahan yang disebabkan oleh kekurangan tidur ringan yang terjadi berhari-hari. 3. Gangguan irama sirkadian bila kelelahan terjadi akibat terganggunya jam biologis sehingga kemampuan tubuh terganggu, khususnya terjadi terjadi saat tengah malam selama window of circadian low (khususnya jam 02-06 pagi). Anestesiologis bekerja secara konstan dengan beban kerja yang besar sebab harus bekerja pada keadaan berisiko tinggi yang disebabkan oleh jam kerja yang panjang, harus tetap berkonsentrasi dengan tingkat kewaspadaan tinggi, keadaan penuh tekanan yang tidak dapat diprediksi dan seorang anestesiologis juga harus dapat bekerja sama dalam tim. Beban kerja yang berat membuat
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id doi: 10.25077/mka.40.1.19-30.2017
anestesiologis rentan mengalami kelelahan akut maupun kronis. Kelelahan akut ataupun kronis dapat membuat seseorang mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor, sedangkan seorang anestesiologis harus selalu mempunyai fungsi kognitif dan psikomotor yang baik, sebab margin of error dalam tindakan anestesia sangat kecil.1,7-9,11,12 Kelelahan yang dikombinasikan dengan kurang tidur dan gangguan irama sirkadian dapat menyebabkan overload sinaps akibat dari terus masuknya input informasi sehingga dapat menurunkan berbagai kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang. Kemampuan yang berkurang adalah kemampuan untuk memperhatikan sampai dengan konsentrasi, kemampuan mengingat, melambatnya kemampuan bereaksi, terganggunya saat berkomunikasi, melambatnya kecepatan serta berkurangnya akurasi. Seorang anestesiologis yang terlalu lelah dapat membahayakan pasien akibat ketidakmampuan bertindak secara maksimal dan efektif. Hasil survei oleh Gaba10 pada tahun 1994 di California pada 647 orang anestesiologis yang diminta mengisi kuesioner sebanyak 49% mengaku pernah membuat kesalahan medis saat kelelahan, dan 14% mengaku pernah salah mengevaluasi pasien saat kunjungan pra anestesia. Berdasarkan penelitian terkini menunjukkan jam kerja di IGD yang mencapai 24 jam kerja mempunyai berbagai risiko di antaranya: 5,8,11-14 1. Terdapat 36% lebih banyak kejadian
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
21
Vol. 40 No. 1 2017
2. 3.
4.
5.
medical error dibandingkan yang jam kerjanya dibatasi sebanyak 16 jam. Membuat 5 kali lebih sering membuat kesalahan serius dalam mendiagnosis. Terjadi 61% lebih sering kejadian tertusuk jarum atau benda tajam lainnya. Setelah 24 jam kerja 2 kali berisiko mendapat kecelakaan kendaraan bermotor saat pulang ke rumah. Terjadi penurunan kemampuan 1,5 hingga 2 simpangan deviasi dibandingkan kemampuan saat istirahat.
Gangguan Irama Sirkadian Irama sirkadian dapat didefinisikan sebagai irama biologis harian, kadang disebut juga jam biologis. Jam biologis ini berjalan terus selama 24 jam. Irama sirkadian tubuh telah diprogram selama 24 jam dengan kemampuan konsentrasi paling rendah pada pukul 03.00 dini hari hingga pukul 07.00 pagi. Dan akan sedikit menurun pada pukul 13.00 hingga pukul 16.00. Saat inilah waktu yang paling krusial sehingga dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut penelitian Aya dkk.15 pada tahun 1999 pada pemasangan epidural untuk analgesia pada kasus kebidanan terjadi peningkatan angka tertusuknya dural pada pukul 00.00-07.00 pagi sebanyak 1,97% lebih tinggi dibandingkan pukul 07.0019.00 sebanyak 0,24%. Di bidang transportasi dikemukakan kecelakaan kendaraan tunggal yang tanpa melibatkan alkohol paling banyak terjadi pada pukul 03.00-05.00 dini hari. Saat konsentrasi dan kemampuan untuk tetap terjaga pada titik
Muhammad Zulfadli Syahrul dkk, Perubahan fungsi kognitif…
paling rendah. Gangguan fungsi kognitif di masa depan juga dapat terjadi bila terjadi gangguan irama sirkadian terus menerus.16-21 Suprachiasmatic nucleus (SCN) disebut juga sebagai the circadian master clock dengan mengatur irama sirkadian. SCN dapat memodulasi perilaku saat terjaga sehingga berkontribusi terhadap neurobehavioral. SCN mempengaruhi perilaku waspada, perhatian, konsentrasi, kecepatan psikomotor, kemampuan mengingat, dan juga emosi. Contohnya bila jam kerja memanjang yang menyebabkan seseorang tetap terjaga di saat irama sirkadian tidur menyebabkan gangguan belajar dan penurunan fungsi kognitif lainnya, pengaruhnya akan tetap dirasakan pada saat irama bangun berikutnya.17,19,2123
Kekurangan Tidur Tidur merupakan proses fisiologis untuk menjaga daya ingat dan mendukung proses fungsi kognitif. Tidur dapat memulihkan daya ingat dengan cara meningkatkan plastisitas neuron dengan cara mengurangi masukan/input informasi yang sedang berlangsung. Tidur dibutuhkan untuk mencegah terjadinya overload informasi pada sinaps, saat tidurlah terjadi reorganisasi informasi dari luar. Hal inilah yang menyebabkan tubuh terasa lebih segar saat bangun. Bila tidur tidak cukup maka akan menimbulkan berbagai konsekuensi dari tubuh, misalnya kelelahan dan tidur mikro.24-27 Anestesiologis mempunyai jam kerja yang
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
22
Vol. 40 No. 1 2017
panjang sehingga menyebabkan kekurangan tidur yang parah serta kronis. Bila tidur tidak cukup dapat menyebabkan penurunan perhatian, gangguan dalam penilaian dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan, serta melambatnya kecepatan dan keefektifan saat tindakan anestesia. Menurut penelitian Sutton dkk. terjadi penurunan performa pada 81% PPDS yang diakibatkan kekurangan tidur setelah menjalani tugas jaga IGD selama 24 jam.25 Ketika gangguan irama sirkadian terjaga di kombinasikan dengan terjaga yang memanjang ditambah kelelahan yang terjadi saat jam kerja meningkatkan risiko angka kejadian medical error yang berkaitan dengan kelelahan.21,22,27 Instrumen Pengukuran Fungsi Kognitif dan Psikomotor Kognitif berasal dari bahasa latin, cognoscere yang berarti untuk mengenali. Definisi kognitif adalah kemampuan untuk melakukan proses dan menerapkan pengetahuan. Sedangkan psikomotor adalah hubungan antara fungsi kognitif dan pergerakan fisik. Psikomotor menunjukkan kemampuan pergerakan, kecepatan, koordinasi, manipulasi, kekuatan, keluwesan, keterampilan, termasuk menggunakan alat secara tepat.19,28-31 Pemeriksaan kognitif pada penelitian ini menggunakan metode Montreal Cognitive Assestment (MoCA), suatu pemeriksaan fungsi kognitif penapisan multi domain yang dapat secara
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id doi: 10.25077/mka.40.1.19-30.2017
cepat menemukan adanya gangguan kognitif yang tidak tampak secara klinis. Tes ini dapat menilai berbagai domain fungsi kognitif dalam waktu 10 menit. MoCA telah dialihbahasakan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. MoCA telah divalidasi oleh Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Skor tertinggi metode MoCA adalah 30 poin, skor 26 ketas normal, bila di bawah 26 menunjukkan adanya gangguan kognitif. Metode MoCA dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, bila subjek mempunyai pendidikan 10-12 tahun nilai yang didapatnya ditambah 1 poin, bila mendapat pendidikan 4-9 tahun nilai MoCA ditambah 2 poin. Pemeriksaan psikomotor pada penelitian ini menggunakan grooved pegboard.29-31 Grooved pegboard adalah tes ketangkasan manipulatif yang terdiri dari 25 lubang dan pasak. Pasak harus diputar agar dapat disisipkan ke dalam lubang. Tes ini membutuhkan koordinasi visual dan motorik yang lebih kompleks dibandingkan dengan kebanyakan pegboards.29-33
METODE Penelitian ini observasional kohort prospektif untuk mengetahui perubahan fungsi kognitif dan psikomotor peserta PPDS Anestesiologis dan Terapi Intensif FKUI setelah menjalani 32 jam kerja, dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Populasi target adalah peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang sedang menjalani pendidikan di RSUPN
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
23
Vol. 40 No. 1 2017
Cipto Mangunkusumo. Sampel yang diteliti adalah populasi yang memenuhi kriteria penerimaan dan tidak termasuk kriteria pengeluaran. Kriteria Penerimaan Sampel: 1. Peserta PPDS FKUI yang mendapat tugas jaga di IGD serta dalam keadaan sehat sehingga mampu menjalani 32 jam kerja di lingkungan RSUPNCM sesuai dengan jadwal jaga. 2. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan. Kriteria Penolakan Sampel: 1. Mempunyai riwayat penyakit pada sistem saraf pusat (cedera kepala, infeksi intrakranial, stroke, epilepsi, tumor otak). 2. Mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus. 3. Mempunyai riwayat penyakit darah tinggi. 4. Mempunyai riwayat penyakit depresi berat. 5. Mengakui sedang dalam penggunaan obat psikotropika/narkotika. 6. Waktu kerjanya tidak sampai 32 jam. 7. Peserta PPDS semester 1 dan telah melewati chief residen. 8. Mendapat giliran jaga malam di rumah sakit lain pada hari sebelumnya. 9. Pada tangan dominan/non-dominan terdapat kelainan/cacat atau mengalami cedera/trauma hingga mengganggu fungsinya. Data untuk pemeriksaan kognitif didapat dengan menggunakan MoCa-Ina sedangkan psikomotor dengan grooved
Muhammad Zulfadli Syahrul dkk, Perubahan fungsi kognitif…
pegboards. Setiap sampel akan dijadikan subjek penelitian satu kali. Pemeriksaan kognitif dan psikomotor dilakukan sebanyak dua kali, pada jam kerja ke-0 yaitu sebelum pukul 7.00 dan jam kerja ke 32 yaitu setelah pukul 15.00 pada saat jam jaga IGD selesai, hasil pemeriksaan berupa data numerik, kemudian data akan dianalisis secara komparatif. Subjek juga diminta mengisi formulir penelitian berupa data demografi, riwayat penyakit dan jumlah waktu tidurnya saat menjalani tugas jaga IGD. Identitas subjek penelitian dan hasil tes pribadinya akan dirahasiakan. Pengumpulan data dilakukan secara manual dengan formulir penelitian yang telah disediakan, lalu dipindahkan ke media penyimpanan elektronik untuk dilakukan kodifikasi data, kemudian dideskripsi dan dianalisis. selanjutnya data diolah dengan menggunakan program komputer SPSS versi 21. Data fungsi kognitif dan psikomotor pada jam ke 0 dan jam ke 32 yang berupa data numerik akan dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov/ShapiroWilk akan ditampilkan dalam bentuk rerata dengan simpangan bakunya, namun bila data tidak terdistribusi normal akan ditampilkan dalam bentuk median dengan interquartile range-nya. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui perubahan fungsi kognitif dan psikomotor pada peserta PPDS setelah menjalani 32 jam kerja. Data numerik akan dilakukan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov/Shapiro-Wilk. Bila data tidak terdistribusi normal maka data
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
24
Vol. 40 No. 1 2017
akan dilakukan transformasi data terlebih dahulu, kemudian diuji kembali distribusi data dengan uji KolmogorovSmirnov/Shapiro-Wilk. Jika data terdistribusi normal, maka dipakai uji t berpasangan. Bila data tidak terdistribusi normal maka dipilih uji Wilcoxon. Bermakna bila didapatkan nilai p<0,05. Langkah yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah tidur ≥5 jam terhadap fungsi kognitif dan psikomotor setelah 32 jam kerja adalah: Data fungsi kognitif dan psikomotor pada jam ke-32 akan dilakukan uji normalitas dengan uji KolmogorovSmirnov/Shapiro-Wilk. Bila data tidak terdistribusi normal maka data akan dilakukan transformasi data terlebih dahulu, kemudian diuji kembali distribusi data dengan uji KolmogorovSmirnov/Shapiro-Wilk. Jika data terdistribusi normal, maka dipakai uji t tidak berpasangan. Bila data tidak terdistribusi normal maka dipilih uji Mann Whitney. bermakna bila didapatkan nilai p <0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN Subjek penelitian memiliki rentang usia 25 tahun hingga 39 tahun. Nilai median dari usia subjek penelitian adalah 29 tahun. Rerata usia subjek penelitian adalah 29,57. subjek terbanyak adalah laki-laki sebanyak 45 orang (65,2%), sedangkan perempuan berjumlah 24 orang (34,8%).
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id doi: 10.25077/mka.40.1.19-30.2017
maksimal 30, median 29 dan nilai minimal 27. Pada jam kerja ke-0 tidak ada subjek penelitian yang mendapat nilai MoCa-Ina dibawah 26. Rerata nilai MoCa-Ina pada jam ke-0 adalah 28,94. Tabel 1. Hasil Pengukuran Moca-Ina pada Jam Kerja Ke-0 Hasil Moca-Ina jam ke 0 Median Interquartile range Rerata
Nilai 29 2 28,94
Pada pemeriksaan MoCa-Ina pada jam kerja ke-32 didapatkan nilai maksimal 30, median 28 dan minimal 20. Didapatkan 7 orang (10,1%) yang mendapat nilai MoCaIna di bawah 26, sehingga dari 69 sampel, hanya 7 orang (10,1%) yang mendapat gangguan kognitif setelah 32 jam kerja. Rerata fungsi kognitif setelah-32 kerja adalah 27,55. Tabel 2. Hasil Moca-Ina Setelah 32 Jam Kerja Hasil MoCa-Ina setelah 32jam kerja Median Interquartile range Rerata
Nilai
28 4 27,55
Pemeriksaan Fungsi Psikomotor Pada pemeriksaan grooved pegboard jam kerja ke-0 tangan dominan. Usia 20-29 tahun didapatkan rerata 55,72 (SD 4,67) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun didapatkan rerata 57,1 detik (SD 3,73 detik).
Pemeriksaan Fungsi Kognitif Pada jam kerja ke-0 didapatkan sebaran data yang tidak normal (p=0,00) nilai
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
25
Vol. 40 No. 1 2017
Muhammad Zulfadli Syahrul dkk, Perubahan fungsi kognitif…
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Menggunakan Grooved Pegboard pada Jam Ke-0 Menggunakan Tangan Dominan Usia 20-29 tahun Usia 30-39 tahun
Rerata PPDS Anestesiologi 55,72(SD4,67)detik
Nilai Rerata rujukan 63,4(SD 7,9)detik
57,1(SD 3,73)detik
62,95(SD8,4)detik
Pada pemeriksaan grooved pegboard jam kerja ke-0 tangan non dominan. Usia 20-29 tahun didapatkan rerata 62,13 (SD 5,53) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun didapatkan 65,07 (SD 5,88) detik. Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Menggunakan Grooved Pegboard pada Jam Ke-0 Menggunakan Tangan Non Dominan Usia 20-29 tahun Usia 30-39 tahun
Rerata PPDS Anestesiologi 62,13 (SD 5,53) detik 65,07 (SD 5,88) detik
Nilai Rerata rujukan 69.10(SD 18,7) detik 67,15(SD 12,2) detik
Pada pemeriksaan motorik dengan menggunakan grooved pegboard tangan dominan di jam kerja ke-32. Rerata pada usia 20-29 tahun adalah 58.58 (SD 4,76) detik dan pada usia 30-39 tahun didapatkan 60.09 (SD 4,51) detik. Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Menggunakan Grooved Pegboard pada Jam Ke-0 Menggunakan Tangan Dominan Usia 20-29 tahun Usia 30-39 tahun
Rerata PPDS Anestesiologi 58,58 (SD 4,76) detik 60,09 (SD 4,51) detik
Nilai Rerata rujukan 63,4 (SD 7,9) detik 62,95 (SD 8,4) detik
Pemeriksaan motorik dengan menggunakan grooved pegboard tangan non
dominan di jam kerja ke-32. Pada kelompok usia 20-29 tahun didapatkan rerata 65,65 (SD 5,76) detik. Pada kelompok usia 30-39 tahun didapatkan rerata nilai grooved pegboard-nya adalah 68,18 (SD 4,99) detik. Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Menggunakan Grooved Pegboard pada Jam Ke-32 Menggunakan Tangan Non Dominan Usia 20-29 tahun Usia 30-39 tahun
Rerata PPDS Anestesiologi 65,65 (SD 5,76) detik 68,18 (SD 4,99) detik
Nilai Rerata rujukan 69.10 (SD 18,7) detik 67,15 (SD 12,2) detik
Jumlah Waktu Tidur Dalam 32 Jam Kerja Jumlah tidur yang didapatkan subjek penelitian bervariasi antara tidak dapat tidur/0 jam, hingga subjek yang mendapatkan tidur hingga 6 jam secara berturut-turut. Hasil ini didapatkan dari pengakuan subjek penelitian saat di lakukan penelitian terhadap dirinya. Sebanyak 8 subjek penelitian (11,6%) tidak dapat tidur selama 32 jam kerja, hanya terdapat 3 orang (4,3%) yang mendapatkan tidur 5 jam atau lebih secara berturutturut. Median pada data ini adalah 2 dengan interquartile range 2 jam. bila di reratakan didapatkan 2,1 jam. Tabel 7. Jumlah Tidur yang Didapatkan Subjek Penelitian Selama 32 Jam Kerja Data Jumlah tidur Median Interquartile range Rerata
Jam 2 2 2,1
Analisis Data Hasil Uji Wilcoxon pada MoCa-Ina jam ke-0 dan jam ke-32 didapatkan p 0,00 (p<0,05) hipotesis diterima, maka terdapat
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
26
Vol. 40 No. 1 2017
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id doi: 10.25077/mka.40.1.19-30.2017
perubahan yang berupa penurunan secara bermakna antara MoCa-Ina jam ke-0 dan jam ke-32. Tabel 8. Perbandingan Hasil pemeriksaan dengan Moca-Ina pada Jam Kerja Ke-0 dan ke32 MoCa-Ina jam ke-0 Median 29 Interquartile range 2
MoCa-Ina jam ke-32 Median 28 Interquartile range 4
Nilai P
Tabel 11. Perbandingan Fungsi Kognitif Subjek yang Tidur ≥ 5 Jam dengan yang Kurang 5 Jam
Pada uji t berpasangan antara hasil pada pemeriksaan grooved pegboard jam ke 0 dan jam ke 32 pada tangan dominan didapatkan hasil p=0,00 sehingga disimpulkan terdapat perubahan berupa penurunan bermakna hasil pemeriksaan motorik pada jam ke-0 dan jam ke-32. Tabel 9. Hasil Pemeriksaan dengan Grooved Pegboard pada Tangan Dominan Jam Ke-0 Dan Ke-32 Hasil grooved pegboard jam ke 0 Rerata 56,26
Hasil grooved pegboard jam ke 32 Rerata 59,17
Simpangan deviasi 4,35
Simpangan deviasi 4,69
Nilai p
Uji t Berpasangan Nilai p 0,00
Hasil uji Wilcoxon pada variable ini didapatkan hasil p=0,00 (p<0,05) sehingga didapatkan hasil yang bermakna, sehingga dapat disimpulkan terdapat perubahan berupa penurunan secara bermakna. Tabel 10. Perbandingan hasil grooved pegboard pada tangan non dominan jam ke-0 dan ke-32. Hasil grooved pegboard jam ke-0 Median 63,38 Interquartile range 6,61
Hasil grooved pegboard jam ke-32 Rerata 66, 64 Simpangan deviasi 5,58
Subjek penelitian yang mendapatkan tidur 5 jam atau lebih berjumlah 3 orang (4,3%), di antara mereka setelah jam kerja ke-32 tidak ada yang mendapat nilai MoCa-Ina di bawah 26. Sedangkan subjek penelitian yang tidur kurang dari 5 jam, sebanyak 7 orang (10,6%) di antaranya mendapatkan nilai MoCa-Ina di bawah 26.
Nilai p
Uji Wilcoxon p 0,00
Subjek dengan tidur ≥ 5 jam Median 30**
Subjek dengan tidur < 5 jam Median 27,50*
Interquartile range n/a
Interquartile range 4
Nilai p
Uji Mann Whitney p 0,121
Perbandingan fungsi kognitif setelah 32 jam kerja antara yang tidur ≥5 jam dengan yang kurang dari 5 jam didapatkan nilai p=0,121 sehingga disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai MoCa-Ina pada subjek yang tidur kurang dari 5 jam dibandingkan dengan subjek yang tidur 5 jam atau lebih. Tabel 12. Nilai Grooved Pegboard Tangan Dominan pada Jam Kerja Ke-32 pada Subjek Tidur Kurang 5 Jam dengan Subjek ≥ 5 Jam. Subjek dengan tidur ≥ 5 jam Rerata 62,04 detik** Simpangan deviasi 3,21
Subjek dengan tidur < 5 jam Rerata 59,04* Simpangan deviasi 4,72
Nilai p
Uji t tidak berpasangan p 0,282
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan pada tangan dominan nilai p=0,282 sedangkan pada tangan non dominan didapatkan nilai p=0,317, sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna fungsi psikomotor pada PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif yang
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
27
Vol. 40 No. 1 2017
Muhammad Zulfadli Syahrul dkk, Perubahan fungsi kognitif…
mendapat tidur minimal 5 jam dibandingkan yang tidur kurang dari 5 jam. Tabel 13. Nilai Grooved Pegboard Tangan Non Dominan Pada Jam Kerja Ke-32 pada Subjek Tidur Kurang 5 Jam dengan Subjek ≥ 5 Jam. Subjek dengan tidur ≥ 5 jam Rerata 69,82 detik**
Subjek dengan tidur < 5 jam Rerata 66,50*
Simpangan deviasi 3,42
Simpangan deviasi 5,63
Nilai p
Uji t test tidak berpasangan p 0,317
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan pada tangan dominan nilai p=0,282 sedangkan pada tangan non dominan didapatkan nilai p=0,317, sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna fungsi psikomotor pada PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif yang mendapat tidur minimal 5 jam dibandingkan yang tidur kurang dari 5 jam. Hasil penelitian ini bila ditinjau secara klinis hasil pemeriksaan kognitif tidak mengalami gangguan kognitif. Bila dilihat dari jumlah subjek penelitian pada jam kerja ke-0 tidak terdapat seorang pun subjek penelitian yang mendapatkan nilai MoCa-Ina di bawah 26, sedangkan pada jam kerja ke-32 terdapat 7 orang (10,1%) yang mendapatkan nilai MoCa-Ina di bawah 26. Ke-7 orang tersebut berasal dari tingkatan jaga II dan jaga III. Hasil uji statistik antara hasil pemeriksaan grooved pegboard jam kerja ke-0 dan jam
kerja ke-32 pada tangan dominan dan tangan non dominan didapatkan hasil berupa penurunan yang bermakna antara hasil grooved pegboard jam kerja ke-0 dan jam kerja ke-32, sesuai dengan hasil penelitian Lederer dkk.10 Selain itu, juga ditemukan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara yang tidur 5 jam atau lebih dibandingkan yang tidur di bawah 5 jam. Hasil ini tidak sesuai dengan teori bahwa tidur menunjang terjadinya peningkatan kognitif karena saat tidur terjadi reorganisasi informasi sehingga mendukung fungsi kognitif.6,15,31 Hasil ini terjadi karena sebaran data yang tidak sama, hanya 3 orang yang mendapatkan tidur minimal 5 jam.
KESIMPULAN Terdapat perubahan berupa penurunan fungsi kognitif dan psikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang menjalani 32 jam kerja dengan menggunakan MoCa-Ina maupun menggunakan grooved pegboard. Tidak terdapat pengaruh lamanya tidur dengan fungsi kognitif dan psikomotor setelah 32 jam kerja pada peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang mendapat tidur minimal 5 jam dengan yang tidur kurang dari 5 jam pada saat 32 jam kerja.
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
28
Vol. 40 No. 1 2017
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id doi: 10.25077/mka.40.1.19-30.2017
DAFTAR PUSTAKA 1. Braco D, Vidilier E, Ramadory F. Anesthesia crisis resource management: Fatigue and Perfomance. Anesthesiology Rounds. 2009; 9:1-9. 2. Tewary A, Soliz J, Bilota F. Does our sleep dept affect patient safety. Indian J Anaesth. 2006; 5:12-7. 3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan. 4. Tourchiaro GC. Evaluation of anesthesiologist occupational well being around the world. Dalam Occupational well being in anesthesiologist. Rio de Jeneiro: Sociedade Brasileira de Anestesiologisia. 2014:15-35. 5. Lockley SW, Barger LK, Ayas NT, Rothchild JM, Czeisler CA, Landrigan CP. Effect of health provider work hour and sleep deprivation on safety and perfomance. The Joint Comission Journal on Quality and Patience Safety. 2007:7-29. 6. Merry AF, GR Warman. Fatigue and the Anaesthetist. Anaesthesia and Intensive Care 2006;34:3.577-80 7. Howard SK, Rosekind MR, Katz JD, M Berry. Fatigue In anesthesia implication and strategies for patient and provider safety. Anesthesiology 2002;97:15.1281-96. 8. Sinha A, Sing A, Tewari A. The Fatigued Anesthesiologist: A threat to patient safety. J Anaesthesiol Clin Pharmacol. 2013;29:151-9. 9. Karanovic N, Carey M, Pecotic R, Carev M, Kardum G, Valic M, et al. The impact of a single 24 h working day on cognitive and psychomotor performance in staff anaesthesiologists. Eur J Anaesthesiol. 2009 October 2009;26:7.825-32. 10. Gaba DM, Howard SK, Jump B. Production pressure in the work environment. California anesthesiologists' attitudes and experiences. Anesthesiology. 1994; 81(2):488-500. 11. Lederer W, Koop M, Hahn O, Kurzthaler I, Traweger C, Kinzl J. Post duty psychomotor performance in young and senior anaesthetists. Eur J Anaesthesiol. 2006;23:251-257. 12. Statement On Fatigue And The Anaesthetist. Australian and New Zealand Collage of Anaesthetist. 2007. 13. Landrigan CP. Sliding down the bell curve. SLEEP. 2005;28:1351-3. 14. Veasey S, Rosen R, Barzanky B, Rosen I, Owens J. Sleep lost and fatigue in residency training. JAMA. 2008;288:1116-24. 15. Aya AG, Mangin R, Robert C, Ferrer JM, Eledjam JJ. Increased risk of unintentional dural puncture in night-time obstetric epidural anesthesia. Can J Anaesth. 1999; 46(7):665-9. 16. Huang W, Ramsey KM, Marcheva B, Bass J. Circadian rhythem, sleep and metabolism. J Clin Invest. 2011;121:2113-41. 17. Valdez P, Ramirez C, Garcia A. Circadian rhythm in cognitive performance: implication for neuropsychological assessment. Chrono Physiology and Therapy. 2012;2:2133-41. 18. Goel N, Basner M, Rao H, Dinges DF. Circadian rhythms, sleep deprivation, and human performance. Mol Biol Trans Scien. 2013;119:155-85.
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
29
Vol. 40 No. 1 2017
Muhammad Zulfadli Syahrul dkk, Perubahan fungsi kognitif…
19. Schmidt C, Collette F, Cajochen C, Peigneux P. A time to think: Circadian rhythms in human cognition. Cogn Neuropsychol. 2007:755-89. 20. Dongen HP, Dinges DF. Circadian rhythms in fatigue, alertness and performance. Cogn Neuropsychol; 2000.391-99. 21. Amin MM. Influence of circadian rhythm on the physical and mental performance. Louisiana State University. 2006. 22. Maire M, Reichert C, Schmidt C. Sleep –wake rhythm and cognition. J Cogn Behav Psychother. 2013;13:133-47. 23. Whitmire AM, Leveton LB, Barger L, Brainard G, Dinges DF, Klerman E, et al. Risk of performance errors due to sleep loss, Circadian Desynchronization, Fatigue, and Work Overload. NASA Jhon Space Center.Human Research Program Requirements Document; 2009. 24. Vindhani Y. To study effect of sleep inertia on cognition and psychomotor task. Kartanaka. India: Rajiv Ghandi University of HealthScience; Thesis. 2011. 25. Sutton LH, Perez VB, Garcia RF, Mansalvo EC, Morales CF. Effect of sleep deprivation, on cognitive and psychomotor Skills and Its relationship with personal characteristics of resident physician. Cir Cir. 2013;81: 207-15 26. Murray D, Dodds C. The effect of sleep disruption on perfomance of anaesthetist – A pilot Study. Anaesthesia. 2003;58:520-5. 27. Durmer JS, Dinges DF. Neurocognitive consecuences of sleep deprivation. Cogn Neuropsychol. 2005;25:117-29. 28. Dawson D. Quantitative similarity betwen the cognitive psychomotor perfomance decreament associated with sustained wakefulness and intoxication Quensland Mining Industry Health And Safety Confrence Procedings. Quensland: The Centre for Sleep Reseach. 1998. 29. Nasredine Z, Philips S, N Bedrian, Charbonneau V, Whitehead S, Collin V, et al. The Montral Cognitive Assesment, MoCA: A brief screening tool for mild cognitive impairment. JamGeriatrSoc. 2005;53:695-700. 30. Deirdre M, Doelflinger Carolan. Mental status assesment in older adult : montreal cognitive assesment: MoCa version 7.1. JAmGeriatrSoc. 2012;3(2):723-30. 31. Husein N, Lumempouw S, Ramli Y, Herwutanto. Uji validitas dan reabilitas Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia ( MoCA-Ina) untuk skrinning gangguan fungsi kognitif: Universitas Indonesia; 2009. 32. Trites R. Lafayette Instrument: Grooved pegboard test. 2002. Diunduh dari www.lafayetteinstrument.com pada 30 januari 2014 . 33. Instrument L. Groved Pegboard Test User Instruction. 2002. Diunduh dari www.lafayetteinstrument.com pada 12 Februari 2014.
34. Yancosek KE, Howell D. A narrative review of dexterity assessments. Journal of Hand Therapy. 2009: 270-7.
Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230
30