UNIVERSITAS INDONESIA
PERUBAHAN FUNGSI KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR PESERTA PPDS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FKUI SETELAH 32 JAM KERJA
TESIS
MUHAMMAD ZULFADLI SYAHRUL 1006767222
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF JAKARTA 2014
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PERUBAHAN FUNGSI KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR PESERTA PPDS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FKUI SETELAH 32 JAM KERJA
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis Anestesiologi
MUHAMMAD ZULFADLI SYAHRUL 1006767222
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF JAKARTA 2014
i Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAI\ ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baikyang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
Muhammad Ztllfadli Syahrul
NPM
1006767222
Tanda Tangan
Tanggal
f-\_ r 4 Desember 2014
Universitas lndonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh Nama
NPM Program Studi Judul Tesis
PPDS Anestesiologi
dan
Muhammad Zulf adli S yahrul 1006767222 Anestesiologi dan Terapi Intensif. : Perubahan Fungsi Kognitif dan Psikomotor Peserta Terapi Intensif FKUI Setelah 32 jam kerja.
ini telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis Anestesiologi pada Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif di Fakultas Kedokteran Universitas Tesis
Indonesia.
DEWAN PENGUJI
An.f
Pembimbing
Prof. dr. M Ruswan Dachlan, Sp
Pembimbing
dr. Arif HM Marsaban, SpAn-K
(
Pembimbing
dr. Diatri Nari Lastri, SpS-K
(
Penguji
dr. Aries Perdana, SpAn-K
Penguji
Dr. dr Ratna Farida Soenarto,SpAn-K
)
) .cl
Penguji
dr. Indro Mulyono, SpAn-K
Penguji
Prof. DR. dr. Amir S Madjid, SpAn-K
Penguji
dr. Eddy Harijanto, SpAn-K
Ditetapkan di Tanggal
Jakarta. 4 Desember 2014.
lil
A.*L_L^Qra
Univercitas lndonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Dokter Spesialis Anestesi pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Prof.dr.M.Ruswan Dachlan.SpAn-K, selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini. 2. dr. Arif HM Marsaban.SpAn-K, selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penulisan tesis ini. 3. dr. Diatri Nari Lastri,SpS-K, selaku pembimbing III yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penulisan tesis ini. 4. Seluruh staf pengajar Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI atas segala bimbingannya selama ini. 5. Kedua orang tua, istri dan anak saya yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis sehingga dapat menuliskan tesis ini. 6. Seluruh PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, serta memberikan pertolongan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Jakarta Desember 2014
M Zulfadli Syahrul
iv Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Muhammad Zulfadli S yahrul.
NPM
1006767222.
Program Studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Fakultas
Kedokteran.
Jenis karya
Tesis.
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia
Hak Bebas Royalti Non-eksklusif
(Non-exclusive
Royalty-free Right'1atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Perubahan Fungsi Kognitif dan Psikomotor Peserta PPDS Anestesiologi Dan
Terapi Intensif FKUI Setelah 32 jam Kerja
Dengan hak bebas royalti non eksklusif
ini
universitas Indonesia berhak
menyimpan, mengalih media, mengelola dalam bentuk pangkalan data(database),
merawat dan mempublikasikan tulisan saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Jakarta. Pada tanggal 4 Desember 2014.
Yang menyatakan,
M Zulfadli Syahrul
Universitas lndonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
ABSTRAK
Latar Belakang : Anestesiologis yang bertugas di IGD dapat menjalani jam kerja 24 jam. Anestesiologis yang lelah mempunyai konsekuensi menurunnya fungsi kognitif dan psikomotor. Peserta PPDS Anestesiologi menjalani 32 jam kerja saat bertugas jaga IGD. Penelitian bertujuan mengetahui perubahan fungsi kognitif dan psikomotor PPDS Anestesiologi setelah menjalani 32 jam kerja. Metode : kami mengobservasi 69 peserta PPDS Anestesiologi yang menjalani 32 jam kerja, setiap peserta PPDS diperiksa fungsi kognitif dan psikmotor pada jam kerja ke-0 dan setelah 32 jam. Jumlah tidur ketika bertugas jaga dicatat. Fungsi kognitif diperiksa dengan MoCa-Ina dan psikomotor dengan grooved pegboard. Hasil : Secara statistik didapatkan penurunan bermakna fungsi kognitif (p 0,00) dan psikomotor pada tangan dominan/ non dominan (p 0,00/p 0,00) tetapi secara klinis fungsi kognitif dan psikomotornya masih dalam batas normal. Tidak terdapat pengaruh lamanya tidur dengan fungsi kognitif (p 0,121) dan psikomotor (p 0,282/p 0,317) setelah 32 jam kerja pada peserta PPDS Anestesiologi tidur minimal 5 jam dengan tidur kurang dari 5 jam. Kesimpulan : Fungsi kognitif dan Psikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif setelah menjalani 32 jam kerja terbukti menurun, sedangkan lamanya tidur tidak terbukti mempengaruhi fungsi kognitif dan psikomotor. Kata kunci : menjalani 32 jam kerja, fungsi kognitif, psikomotor
vi Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
ABSTRACT
Background: anaesthesiologist on duty in the Emergency Room can undergo a 24-hour working hours. Anesthesiologists who are tired of having consequences with decreased cognitive and psychomotor function. Anesthesiology and Intensive Therapy resident undergo 32 work hours when he on duty in the ER. This study aims to determine changes in cognitive function and psychomotor after undergoing 32 hours of work. Method: we have done observations of the 69 participants Anesthesia resident undergo 32 work hours when he gets on duty IGD, each of PPDS in cognitive function and psikmotor examined on 0 work hours and after 32 work hours. The number of hours sleep that can be obtained when undergoing on duty was noted. Cognitive function was examined with the MOCA-Ina and psychomotor examined with the grooved pegboard. Results: Statistically significant decrease found on cognitive function (p 0.00) and decreased psychomotor function in the dominant hand (p 0.00) and the nondominant hand (p 0.00) but clinically cognitive and psychomotor function Anesthesiology and Intensive therapy resident after 32 hours is still within the limits of normal values. There was no effect of sleep duration and cognitive function (p 0.121) and psychomotor (0.282 p / p 0.317) after 32 hours of work on the Anesthesiology redident at least 5 hours of sleep with who slept less than 5 hours. Conclusion: Cognitive and Psychomotor Function resident Anesthesiology and Intensive Therapy after undergoing 32 hours of work proved to be decreased, while the duration of sleep during working hours are not proved affect cognitive and psychomotor function. Keywords: 32 hours of work hours, cognitive function, psychomotor.
vii Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vi ABSTRACT .................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii BAB 1
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1
Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3
Pertanyaan Penelitian........................................................... 4
1.4
Hipotesis .............................................................................. 4
1.5
Tujuan Penelitian ................................................................. 4
1.6
Manfaat Penelitian ............................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6 2.1. Fisiologi Lelah ..................................................................... 6 2.2
Gangguan Irama sirkadian ................................................... 8
2.3
Kekurangan Tidur ............................................................... 10
2.4
Instrumen Pengukuran Kognitif dan Psikomotor ................ 12
2.5
Faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif ....................... 13
2.3
Kerangka Teori ................................................................... 18
2.4
Kerangka Konsep ................................................................. 19
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 20 3.1 Disain penelitian ..................................................................... 20 3.2 Tempat dan waktu penelitian ................................................. 20 3.3 Populasi dan sampel ............................................................... 20
viii
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
3.4 Kriteria penelitian ................................................................... 20 3.4.1 Kriteria Penerimaan ............................................................. 20 3.4.2 Kriteria Penolakan ............................................................... 20 3.5 Alat, bahan dan cara kerja ...................................................... 21 3.5.1 Cara pemeriksaan Montral Cognitive Assesment versi Indonesia ..................................................................... 21 3.5.2 Cara kerja pemeriksaan fungsi psikomotor dengan grooved pegboard ................................................... 28 3.6 Defenisi Operasional .............................................................. 29 3.7 Pengolahan dan analisis data .................................................. 32 3.8 Kerangka Kerja ...................................................................... 34 BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 35 4.1 Data Karakteristik Demografik Subyek Penelitian ................ 35 4.2 Hasil Pemeriksaan Kognitif .................................................... 36 4.3 Hasil Pemeriksaan Psikomotor ............................................... 38 4.4 Jumlah Waktu Tidur Dalam 32 jam Kerja ............................. 40 4.5 Analisis Data ........................................................................... 41 4.6 Analisis Data Karakteristik Demografik ................................ 44 BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................ 48 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian ............................................. 48 5.2 Pemeriksaan Fungsi Kognitif .................................................. 49 5.3 Pemeriksaan Fungsi Psikomotor ............................................ 51 5.4 Pengaruh Tidur Saat Jam Kerja dengan Fungsi Kognitif dan Psikomotor ...................................................................... 53 5.5 Keterbatasan Penelitian .......................................................... 55 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 56 6.1 Kesimpulan ............................................................................. 56 6.2 Saran ....................................................................................... 56 Daftar Referensi .............................................................................................. 57 Lampiran .......................................................................................................... 62
ix
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Data referensi Lafayette instrument grooved pegboard test ............ .... 28 Tabel 4.1 Karakteristik Usia Subyek Penelitian ................................................... 35 Tabel 4.2 Karakteristik Jenis Kelamin .................................................................. 35 Tabel 4.3 Karakteristik Tingkatan di Tim Jaga .................................................... 36 Tabel 4.4 Frekuensi Nilai Hasil Pengukuran Moca-Ina Pada Jam Kerja Ke-0..... 36 Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Moca-Ina Pada Jam Kerja Ke-0 .............................. 37 Tabel 4.6 Frekuensi Hasil MoCa-Ina setelah 32 jam kerja ................................... 37 Tabel 4.7 Hasil Moca-Ina Setelah 32 Jam Kerja................................................... 38 Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Motorik Dengan Grooved Pegboard Pada Jam Kerja Ke-0 Tangan Dominan ........................................................ 38 Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Motorik Dengan Grooved Pegboard Pada Jam Kerja Ke-0 Tangan Non Dominan ............................................... 38 Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Motorik Dengan Grooved Pegboard Pada Jam Kerja Ke-32 Tangan Dominan ...................................................... 39 Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Motorik Dengan Grooved Pegboard Pada Jam Kerja Ke-32 Tangan Non Dominan .............................................. 39 Tabel 4.12 Jumlah Tidur Yang Didapatkan Subyek Selama 32 Jam Kerja .......... 40 Tabel 4.13 jumlah Tidur Yang Didapatkan Subyek Penelitian Selama 32 Jam Kerja ......................................................................................... 40 Tabel 4.14 Perbandingan Hasil pemeriksaan dengan Moca-Ina Pada Jam Kerja Ke-0 Dan ke-32 ................................................................... 41 Tabel 4.15 Hasil Pemeriksaan Dengan Grooved Pegboard Pada Tangan Dominan Jam Ke-0 Dan Ke-32 ............................................................ 41 Tabel 4.16 Hasil Pemeriksaan dengan grooved pegboard pada tangan non dominan jam ke-0 dan jam ke-32 ...................................... 42 Tabel 4.17 Perbandingan Fungsi Kognitif Subyek Yang Tidur ≥ 5 Jam Dengan Yang Kurang 5 Jam ................................................................. 42 Tabel 4.18 Nilai Grooved Pegboard Tangan Dominan Pada Jam Kerja Ke-32 Pada Subyek Tidur Kurang 5 Jam Dengan Subyek ≥ 5 Jam ..... 43 Tabel 4.19 Nilai Grooved Pegboard Tangan Non Dominan Pada Jam Kerja Ke-32 Pada Subyek Tidur Kurang 5 Jam Dengan Subyek ≥ 5 Jam ................ 43
x Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
Tabel 4.20 Perbandingan Fungsi Kognitif pada Jenis Kelamin ........................... 44 Tabel 4.21 Perbandingan Hasil Pemeriksaan Psikomotor pada Jenis Kelamin .... 44 Tabel4.22 Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kognitif dan Psikomotor Berdasarkan Tingkatan Dalam Tim Jaga .................................................................. 46 Tabel 4.23 Pengaruh Jumlah Tidur Dengan Fungsi Kognitif dan Psikomotor .... 46 Tabel 4.24 Perbandingan Hasil Pemeriksaan Fungsi Kognitif dan Psikomotor Berdasarkan Kelompok Usia ............................................................... 47
xi Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 SCN sebagai regulator dari Irama sirkadian ………………………..8 Gambar 2.2 Irama sirkadian suhu tubuh dalam 24 jam ………………………….9 Gambar 2.3 Irama sirkadian tidur yang normal ………………………………….9 Gambar 3.1 lafayette instrument grooved pegboard test ……………………….29
xii Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang memberikan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, serta tidak mengenal hari libur. Sedangkan jumlah dokter yang ada tidak sebanding dengan kebutuhan. Hal ini menyebabkan jam kerja yang dilakukan oleh para dokter di IGD dapat mencapai 24 jam, bahkan lebih. Lebih panjang dari jumlah jam kerja yang diatur dalam peraturan tentang ketenaga kerjaan di Indonesia, berdasarkan UU no 13 tahun 2003 pasal 77, jam kerja maksimal sehari hanya 8 jam.1,2,3 Tim jaga di IGD mencakup seluruh dokter di seluruh bidang, salah satunya adalah anestesiologis, dokter ahli bedah dan dokter ahli kebidanan untuk menolong pasien yang memerlukan operasi darurat setiap saat. Tentu saja anestesiologis harus juga bekerja sama dengan dokter di bidang lain. Anestesiologis di banyak negara termasuk di Indonesia menjalani jam kerja hingga 24 jam bahkan lebih.4 Padahal fisiologi manusia telah dirancang pola sirkadian untuk terbangun serta kebutuhan vital untuk tidur.1,2,4 Anestesiologis merupakan personel yang sangat rentan mengalami kelelahan, sebab anestesiologis mengalami jam kerja yang panjang, beban kerja yang sangat tinggi ditambah keadaan penuh tekanan yang tidak dapat diperkirakan. Anestesiologis selain menangani pasien di kamar operasi, menjadi penanggung jawab di unit pelayanan intensif, bahkan mungkin saja juga menangani poli nyeri dan perioperatif di jam kerja pada siang harinya, juga ditambah beban untuk mengajar dan melakukan penelitian.4-6 Anestesiologis yang terlalu lelah mempunyai konsekuensi buruk yang merupakan manifestasi menurunkannya fungsi kognitif dan motorik (psikomotor), hal ini dapat berimplikasi terhadap gangguan dalam mengambil keputusan, mempengaruhi daya ingat, terlambatnya atau tidak adekuatnya respon terhadap perubahan klinis, berkurangnya perhatian dan konsentrasi, buruknya komunikasi serta tidak adekuatnya dalam pencatatan rekam medis, padahal dalam keadaan
1 Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
2
gawat darurat seorang anestesiologis harus dapat membuat keputusan cepat dan tepat kadang dengan informasi yang sangat terbatas. 5-8 Menurut penelitian Dawsons dan Reids pada tahun 1997, kelelahan yang dikombinasikan dengan kekurangan tidur dan gangguan irama sirkadian berdampak buruk terhadap tubuh. Setelah seseorang tidak tidur selama 24 jam terjadi penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap stimulus sebanding dengan seorang dengan kadar alkohol di dalam darah 0,1%, hal ini sudah di luar batas legal kadar alkohol dalam darah di mayoritas negara bagian di Amerika Serikat untuk mengemudi. Dokter yang tidak tidur selama 24 jam terakhir dapat membahayakan pasiennya.2,9 Kelelahan yang dialami oleh para dokter berkontribusi terhadap kejadian tidak diharapkan dan kecelakaan yang terjadi pada saat situasi kritis. Pada tahun 1999, the Institute of Medicine melaporkan bahwa kesalahan medis menyebabkan lebih dari satu juta cedera dan lebih dari 98.000 kematian di Amerika Serikat. Sehingga kesalahan medis menempati urutan ke enam dalam penyebab kematian nasional. Paling banyak terjadi saat dini hari ketika para dokter telah mengalami kelelahan. Penelitian oleh Nenad Karanovic dkk pada anestesiologis di The Split University Hospital (Croatia) mendapatkan terjadi perubahan fungsi kognitif dan psikomotor para anestesiologis yang bertugas di IGD, setelah mereka melaksanakan tugas selama 24 jam. Berdasarkan survey oleh Gaba dan rekan, mengemukakan bahwa 50% responden menyakini kesalahan tatalaksana yang mereka lakukan berkaitan dengan kelelahan, disurvey lain pada anestesiologis menyatakan 61% responden pernah melakukan kesalahan dalam manajemen anestesia saat merasa kelelahan. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) selama 2013 terjadi 19 kejadian tidak diinginkan yang sebagian besar terjadi pada dini hari. Laporan kronologis mortalitas dan morbiditas Departemen Anestesiologisi dari Januari – Maret 2014 terdapat 6 kasus, yang seluruhnya terjadi pada dini hari dan saat akan berakhirnya jam jaga IGD.2,10-12 The European Working Time Directive (EWTD) mengeluarkan peraturan di kawasan Uni Eropa untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja di Uni Eropa termasuk dokter dan para peserta didik. Peraturan mengenai jam kerja maksimal yang boleh dokter lakukan sebesar 13 jam kerja terus menerus per hari, Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
3
dalam seminggu sebanyak 48 jam, serta harus bisa beristirahat selama 30 menit bila telah bekerja selama 4 jam. Indonesia belum mempunyai peraturan yang jelas terhadap jam kerja dokter. Kementrian Kesehatan hanya mengatur maksimal tiga tempat dokter melakukan praktek kedokteran.4,11 Pada dunia pendidikan, The Accreditation Counsil for Graduates Medical Education (ACGME) sebuah lembaga akreditasi untuk program pelatihan residen di Amerika Serikat. Lembaga tersebut telah membatasi jam kerja residen selama 80 jam/ minggu, 24 jam kerja saat bertugas di IGD rumah sakit, serta 10 jam bebas tugas sebelum bertugas di IGD, dan maksimal mendapat tugas jaga tiap tiga hari. Peraturan di Indonesia berupa UU no 20 tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran pada pasal 31 hanya tertulis mempunyai watktu beristirahat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, tanpa menuliskan aturan spesifik yang jelas. Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo tidak ada aturan yang jelas berapa lama seorang PPDS harus bekerja dan harus beristirahat.4,13,14 Peserta PPDS sebagai peserta didik dan pelaksana pelayanan anestesia di RSUPNCM, memulai waktu kerjanya dengan megikuti laporan pagi yang dimulai pukul 07.00. Saat mendapat tugas jaga di IGD maka jam jaga dimulai pukul 15.00 hingga pukul 15.00 hari berikutnya, bila dijumlahkan mencapai 32 jam kerja. Hal ini merupakan jadwal jaga yang rutin dilakukan oleh peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI (PPDS) hingga saat ini. Pengetahuan terhadap fungsi kognitif dan psikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif yang mendapat tugas jaga malam di IGD sangat dibutuhkan, sebab peserta PPDS bekerja hingga 32 jam, sedangkan belum ada penelitian pada PPDS yang menjalani jam kerja hingga 32 jam, hal ini mungkin saja menyebabkan gangguan fungsi kognitif serta psikomotor sehingga berakibat meningkatnya kesalahan medis, yang tentu saja dapat membahayakan pasien.
1.2 Rumusan Masalah Penulis ingin meneliti pengaruh 32 jam kerja terhadap perubahan fungsi kognitif dan psikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang sedang menjalani tugas jaga di IGD.
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
4
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Adakah perubahan fungsi kognitif peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI setelah 32 jam kerja? 2. Adakah perubahan fungsi psikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI setelah 32 jam kerja? 3. Adakah perbedaan fungsi kognitif dan psikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang tidur minimal 5 jam dengan yang tidur kurang dari 5 jam pada jam kerja, pada saat menjalani 32 jam kerja.
1.4 Hipotesis
Terdapat perubahan berupa penurunan fungsi kognitif dan pikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang menjalani 32 jam kerja di lingkungan RSUPNCM.
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1
Tujuan Umum Mengetahui perubahan fungsi kognitif dan psikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI setelah 32 jam kerja.
1.5.2
Tujuan Khusus 1. Mengetahui perubahan fungsi kognitif peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI setelah 32 jam kerja dengan menggunakan MoCaIna 2. Mengetahui perubahan fungsi psikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI setelah 32 jam kerja dengan menggunakan grooved pegboard. 3. Mengetahui pengaruh lamanya tidur terhadap fungsi kognitif dan psikomotor pada peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI setelah 32 jam kerja.
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
5
1.6 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat dipakai sebagai data dasar penelitian lebih lanjut tentang pengaruh jam kerja terhadap fungsi kognitif dan psikomotor pada dokter umum, peserta PPDS atau dokter ahli di rumah sakit. 2. Hasil penelitian dapat dipakai pihak Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI/RSUPNCM sebagai bahan pertimbangan untuk pengaturan jam kerja peserta PPDS. 3. Hasil penelitian dapat dipakai untuk bahan pertimbangan pihak manajemen rumah sakit untuk pengaturan jam kerja bagi peserta PPDS.
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Fisiologi Lelah
Lelah adalah perasaan kekurangan tenaga dan energi yang bersifat sementara akibat dari kerja fisik dan tekanan mental. Lelah merupakan titik ketika aktivitas fisik dan mental tidak dapat dilakukan secara maksimal. Hal ini biasanya dikaitkan dengan penurunan kemampuan. Terdapat tiga jenis kelelahan yang diantaranya adalah4,7 : 1. Transien adalah kelelahan yang disebabkan oleh tidur yang sangat sedikit atau memanjangnya jam terjaga secara ekstrim (1 sampai 2 hari) 2. Kumulatif adalah kelelahan yang disebabkan oleh kekurangan tidur ringan yang terjadi berhari – hari. 3. Gangguan irama sirkadian bila kelelahan terjadi akibat terganggunya jam biologis sehingga kemampuan tubuh terganggu, khususnya terjadi terjadi saat tengah malam selama window of circadian low (khususnya jam 02 – 06 pagi). Anestesiologis bekerja secara konstan dengan beban kerja yang besar sebab harus bekerja pada keadaan beresiko tinggi yang disebabkan oleh jam kerja yang panjang, harus tetap berkonsentrasi dengan tingkat kewaspadaan tinggi, keadaan penuh tekanan yang tidak dapat diprediksi dan seorang anestesiologis juga harus dapat bekerja sama dalam tim. Beban kerja yang berat membuat anestesiologis rentan mengalami kelelahan akut maupun kronis. Kelelahan akut ataupun kronis dapat membuat seseorang mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor, sedangkan seorang anestesiologis harus selalu mempunyai fungsi kognitif dan psikomotor yang baik, sebab margin of error dalam tindakan anestesia sangat kecil.5-7,11,15 Kelelahan yang dikombinasikan dengan kurang tidur dan gangguan irama sirkadian dapat menyebabkan overload sinaps akibat dari terus masuknya input informasi sehingga dapat menurunkan berbagai kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang. Kemampuan yang berkurang adalah kemampuan untuk memperhatikan sampai dengan konsentrasi, kemampuan mengingat, melambatnya
6 Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
7
kemampuan bereaksi, terganggunya saat berkomunikasi, melambatnya kecepatan serta berkurangnya akurasi. Semua hal tersebut diatas diperlukan untuk mengevaluasi pasien, merencanakan teknik anestesia, kecepatan dan ketepatan saat melakukan tindakan anestesia, konsentrasi saat melakukan monitoring, bereaksi saat terjadi perubahan klinis, serta membuat keputusan saat terjadi perubahan mendadak saat operasi. Seorang anestesiologis yang terlalu lelah dapat membahayakan pasien akibat ketidakmampuan bertindak secara maksimal dan efektif. Hasil survey oleh Gaba pada tahun 1994 di California pada 647 orang anestesiologis yang diminta mengisi kuisioner sebanyak 49% mengaku pernah membuat kesalahan medis saat kelelahan, dan 14% mengaku pernah salah mengevaluasi pasien saat kunjungan pra anestesia. 4-6,8,16,17 Human error yang diakibatkan kelelahan begitu relevan pada profesi seorang dokter. Menurut penelitian Shanapelt dkk pada tahun 2010 mendapatkan dari 7905 dokter bedah, 15% diantara diketahui melakukan malpraktek, 70% dari kasus mallpraktek tersebut berkaitan dengan kelelahan. Penelitian williamson pada tahun 2000 mendapatkan 60% kesalahan medis yang dilakukan oleh anestesiologis berkaitan dengan kelelahan, 86% dari kasus kesalahan pengelolaan anestesia yang sekitar 6% menyebabkan kejadian kritis yang serius dan 10 % kesalahan dalam pemberian obat anestesia. Kelelahan juga dikaitkan dengan meningkatnya angka kecelakaan kerja berupa luka akibat terkena benda tajam yang telah terkontaminasi oleh darah pasien. 2,4 Berdasarkan penelitian terkini menunjukan jam kerja di IGD yang mencapai 24 jam kerja mempunyai berbagai resiko diantaranya5: 1. Terdapat 36% lebih banyak kejadian medical error dibandingkan yang jam kerjanya dibatasi sebanyak 16 jam. 2. Membuat 5 kali lebih sering membuat kesalahan serius dalam mendiagnosis. 3. Terjadi 61% lebih sering kejadian tertusuk jarum atau benda tajam lainnya. 4. Setelah 24 jam kerja 2 kali beresiko mendapat kecelakaan kendaraan bermotor saat pulang ke rumah. 5. Terjadi penurunan kemampuan 1,5 hingga 2 simpangan deviasi dibandingkan kemampuan saat istirahat. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
8
Dibandingkan dengan spesialisasi di bagian lain seperti mata, obgyn dan THT, seorang anestesiologis menunjukkan lebih banyak tanda – tanda kelelahan fisik, kelelahan emosional dan depersonalisasi.4
2.2
Gangguan Irama Sirkadian
Irama sirkadian berasal dari bahasa latin, circa yang artinya sekitar dan dies yang artinya hari. Irama sirkadian dapat dapat didefenisikan sebagai irama biologis harian, kadang disebut juga jam biologis. Jam biologis ini berjalan terus selama 24 jam.18,19 Bangun dan tidur diatur dalam dua proses yang saling berlawanan dan selaras satu sama lain, yaitu berupa proses irama sirkadian dan sleep homeostasis. Keduanya berkaitan satu sama lain untuk mengatur waktu yang tepat untuk bangun dan terjaga setiap hari.18-20 Sistem endogen dari irama sirkadian diatur di bagian kecil pada daerah hipotalamus anterior dari otak, yaitu suprachiasmatic nuckleus (SCN). Proses menyelaraskan ini sangat penting untuk menyelaraskan irama endogen dengan irama diluar seperti siklus terang dan gelap, sehingga tubuh dapat beradaptasi mengantisipasi perubahan lingkungan.18,20,21
Gambar 2.1 SCN sebagai regulator dari irama sirkadian22 Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
9
Tubuh kita memiliki lebih dari seratus irama sirkadian yang mengatur 24 jam terus menerus secara unik, misalnya siklus bangun-tidur, suhu tubuh, hormon, denyut jantung, denyut jantung, tekanan darah, perilaku, bahkan ambang nyeri dan sebagainya.18,21-23 Siklus bangun-tidur sangat mudah terganggu dengan faktor-faktor dari luar seperti pencahayaan, perbedaan waktu, serta jam kerja yang panjang sehingga terganggunya irama sirkadian.18
Gambar 2.2 Irama sirkadian suhu tubuh dalam 24 jam.22
Gambar 2.3 Irama sirkadian tidur yang normal.22
Keinginan tidur pada irama sirkadian normal paling tinggi pada malam hari, sedikit meningkat pada siang hari. Kebutuhan tidur meningkat saat jam terbangun.18 Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
10
Irama sirkadian tubuh telah diprogram selama 24 jam dengan kemampuan konsentrasi paling rendah pada pukul 03.00 dini hari hingga pukul 07.00 pagi. Dan akan sedikit menurun pada pukul 13.00 hingga pukul 16.00. Saat inilah waktu yang paling krusial sehingga dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut penelitian Aya dkk pada tahun 1999 pada pemasangan epidural untuk analgesia pada kasus kebidanan terjadi peningkatan angka tertusuknya dural pada pukul 00.00 – 07.00 pagi sebanyak 1,97% lebih tinggi dibandingkan pukul 07.00 – 19.00 sebanyak 0,24%. Dibidang transportasi dikemukakan kecelakaan kendaraan tunggal yang tanpa melibatkan alkohol paling banyak terjadi pada pukul 03.00 – 05.00 dini hari. Saat konsentrasi dan kemampuan untuk tetap terjaga pada titik paling rendah. Gangguan fungsi kognitif di masa depan juga dapat terjadi bila terjadi gangguan irama sirkadian terus menerus.7,19,21,22,24 SCN disebut juga sebagai the circadian master clock dengan mengatur irama sirkadian, SCN dapat memodulasi perilaku saat terjaga sehingga berkontribusi terhadap neurobehavioral. SCN mempengaruhi perilaku waspada, perhatian, konsentrasi, kecepatan psikomotor, kemampuan mengingat, dan juga emosi. Contohnya bila jam kerja memanjang yang menyebabkan seseorang tetap terjaga disaat irama sirkadian tidur menyebabkan gangguan belajar dan penurunan fungsi kognitif lainnya, pengaruhnya akan tetap dirasakan pada saat irama bangun berikutnya.19,20,23
2.3
Kekurangan Tidur
Tidur adalah keadaan reversibel dengan ciri karakteristik pelepasan persepsi dan tidak merespon terhadap lingkungan secara nyata dengan menutup mata, berkurangnya gerakan, dalam keadaaan berbaring.25,26 Tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu rapid eye movement (REM) dan non REM. Non REM terbagi menjadi tahap 1, tahap 2, tahap 3 dan tahap 4. REM tidak terbagi dalam tahapan, terdapat 2 kejadian yaitu tonik (tonus otot yang rendah serta tidak sinkronnya EEG) dan fisik (pergerakan mata, berkedutnya ekstremitas dan otot wajah). hal tersebut diatas dapat diketahui dengan pemasangan EEG dalam keadaan tidur. Sepanjang malam orang normal akan Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
11
menjalani siklus REM dan NREM secara bergantian dan teratur. Pada orang dewasa keadaan tersebut berselang tiap 90-100 menit, pada umumnya sepanjang malam akan terjadi 4-6 kali siklus NREM bergantian dengan siklus REM. Pada dewasa muda yang sehat tidur NREM sekitar 75-90% dari waktu, tidur REM 1025% dari total waktu tidur. Seseorang dikatakan tidurnya baik bila siklus REM dan NREM dilalui secara teratur, jarang yang memerlukan tidur kurang dari 4 jam. Kebutuhan minimal tidur sekitar 4-5 jam.25,26 Tidur merupakan proses fisiologis untuk menjaga daya ingat dan mendukung proses fungsi kogntif. Tidur dapat memulihkan daya ingat dengan cara meningkatkan plastisitas neuron dengan cara mengurangi masukan / input informasi yang sedang berlangsung. Tidur dibutuhkan untuk mencegah terjadinya overload informasi pada sinaps, saat tidurlah terjadi reorganisasi informasi dari luar. Hal inilah yang meyebabkan tubuh terasa lebih segar saat bangun. Bila tidur tidak cukup maka akan menimbulkan berbagai konsekuensi dari tubuh, misalnya kelealahan dan tidur mikro. Tidur mikro adalah tidur yang terjadi dalam perode singkat (3-30 detik) akibat terlalu lelah atau kekurangan tidur. Tidur mikro memiliki pola EEG spesifik yang analog dengan tidur dan sedang tidak bergairah. Tidur mikro dapat terjadi kapan saja termasuk saat sedang berusaha untuk berkonsentrasi secara penuh. Tidur mikro meningkatkan insiden kecelakaan dijalan raya, berkontribusi terhadap 40.000 cedera dan 1500 orang meninggal dijalan raya Amerika Serikat tiap tahun.6,14,21,26-28 Menurut penelitian Desailes dkk pada tahun 2008 yang menggunakan glucose-positron emission tomography menunjukkan adanya gambaran penurunan yang bermakna metabolisme dari otak setelah tidak tidur selama 24 jam. Daerah otak yang terkena dampaknya adalah daerah yang penting untuk pengambilan keputusan, kontrol impuls, perhatian, konsentrasi, kemapuan visual. Daerah sensorik dan motorik primer yang diperlukan untuk menerima dan bereaksi terhadap
masuknya
informasi
dari
lingkungan
sekitar
mengalami
hipometabolisme.6,26 Anestesiologis
mempunyai
jam
kerja
yang
panjang
sehingga
menyebabkan kekurangan tidur yang parah serta kronis. Bila tidur tidak cukup dapat menyebabkan penurunan perhatian, gangguan dalam penilaian dan Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
12
keterlambatan dalam pengambilan keputusan, serta melambatnya kecepatan dan keefektifan saat tindakan anestesia. Menurut penelitian Sutton dkk terjadi penurunan performa pada 81% PPDS yang diakibatkan kekurangan tidur setelah menjalani tugas jaga IGD selama 24 jam.6,11,16,29 Ketika gangguan irama sirkadian terjaga di kombinasikan dengan terjaga yang memanjang ditambah kelelahan yang terjadi saat jam kerja meningkatkan resiko angka kejadian medical error yang berkaitan dengan kelelahan.
2.4
Instrumen Pengukuran Kognitif dan Psikomotor
Kognitif berasal dari bahasa latin, cognoscere yang berarti untuk mengenali. Defenisi kognitif adalah kemampuan untuk melakukan proses dan menerapkan pengetahuan. Sedangkan psikomotor adalah hubungan antara fungsi kognitif dan pergerakan fisik. Psikomotor menunjukkan kemampuan pergerakan, kecepatan, koordinasi,
manipulasi,
kekuatan,
keluwesan,
keterampilan,
termasuk
menggunakan alat secara tepat.17,30 Pemeriksaan kognitif pada penelitian ini menggunakan metode Montreal Cognitive Assestment (MoCA), suatu pemeriksaan fungsi kognitif penapisan multi domain yang dapat secara cepat menemukan adanya gangguan kognitif yang tidak tampak secara klinis. Test ini dapat menilai berbagai domain fungsi kognitif dalam waktu 10 menit. MoCA telah dialihbahasakan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. MoCA telah divalidasi oleh Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Skor tertinggi metode MoCA adalah 30 poin, skor 26 ketas normal, bila dibawah 26 menunjukkan adanya gangguan kognitif. Metode MoCA dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, bila subjek mempuyai pendidikan 10 – 12 tahun nilai yang didapatnya ditambah 1 poin, bila mendapat pendidikan 4-9 tahun nilai MoCA ditambah 2 poin. Pemeriksaan psikomotor pada penelitian ini menggunakan grooved pegboard.31-33 Grooved pegboard adalah tes ketangkasan manipulatif yang terdiri dari 25 lubang dan pasak. Pasak harus diputar agar dapat disisipkan kedalam lubang. Tes ini membutuhkan koordinasi visual dan motorik yang lebih kompleks dibandingkan dengan kebanyakan pegboards.31,34,35 Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
13
2.5
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif
1. Usia
Usia lanjut merupakan faktor resiko terjadinya penurunan fungsi kognitif. Proses degenerasi otak terjadi dimulai pada usia 50 tahun dan terus meningkat saat bertambahnya usia. Pada usia 50 tahun mulai tampak penurunan fungsi kognitif.32,36,37 Hasil penelitian Zhang pada tahun 2005 Di Tiongkok mendapatkan bahwa wanita usia lanjut lebih banyak mengalami gangguan kognitif dibandingkan dengan pria usia lanjut, tetapi hal ini berhubungan juga dengan status sosial ekonomi, kemampuan sosialisasi dan hormonal.38 2. Jenis Kelamin Perbedaan kemampuan kognitif antara laki-laki dan perempuan masih merupakan perdebatan yang menarik, kemampuan wanita dalam kemampuan verbal dan kemampuan tata ruang dibandingkan pria dibantah oleh penelitian Ruben dkk pada tahun 1999 menggunakan fMRI tidak ada perbedaan aktivasi antara laki-laki dan perempuan. Pada penelitian Anthony F John dkk pada tahun 2000 yang melibatkan 7485 orang dari usia 20 tahun hingga 62 tahun, didapatkan hasil laki-laki mendapatkan hasil lebih baik pada digit span backward dan kemampuan bereaksi. Wanita mendapatkan hasil lebih baik pada kemampuan recall dan symboldigit modalities test. Perbedaan kemampuan fungsi kognitif dan psikomotor antara laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh sosial kultural, pendidikan dan pelatihan.38.39,40 Penelitian oleh Doren Kimura pada tahun 1996 di Canada yang menghubungkan kadar hormon dengan kemampuan kognitif dan psikomotor pada pria dan wanita mendapatkan hasil yang tidak linear dengan kadar hormone testoteron dan estrogen sedangkan hasil penelitian yang menghubungkan siklus estrogen pada saat menstruasi mendapatkan Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
14
hasil yang tidak konsisten, terdapat peningkatan kemampuan verbal saat menstruasi (kadar hormone estrogen tinggi) sedangkan pada saat tidak menstruasi didapatkan peningkatan kemampuan tata ruang.40
3. Genetik Thomson dkk 38menemukan bahwa faktor genetik mempengaruhi struktur kortikal di area broca dan area wernicke yang merupakan pusat bahasa serta area frontal sebagai pusat kecerdasan. Sedangkan Egan dkk mendapatkan variasi genetik dalam catechol-O-methyl transferase (COMT)
dan
brain-derived
neurotrophic
factor
(BDNF)
yang
mempengaruhi fungsi kognitif tertentu. Ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan fungsi kognitif manusia tergantung pada genetik.41
4. Pendidikan Orang yang mempunyai pendidikan tinggi memiliki kapasitas otak yang lebih besar dengan jumlah sinaps yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Hal tersebut berimplikasi terhadap fungsi kognitif dan psikomotornya.30,37
5. Obat narkotika dan psikotropika Orang yang menggunakan narkotika menjadi lebih mudah lupa, kesulitan dalam memperhatikan/ konsentrasi, serta mudah mengalami kecelakaan. Narkotika juga menyebabkan melambannya mental, kebingungan serta halusinasi. Narkotika berefek seperti depresan, yang melambatkan sistem saraf.42
6. Katekolamin Pada penelitian dengan hewan percobaan kadar katekolamin dapat mempengaruhi perilaku seperti perhatian dan konsentrasi. Katekolamin mempengaruhi fungsi kortek prefrontal. Stimulasi oleh katekolamin pada α 2 adrenoreseptor mempengaruhi kemampuan dalam perhatian dan konsentrasi.
Latihan
fisik
berlebihan
dapat
meningkatkan
kadar
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
15
katekolamin ekstraselular dibeberapa daerah dari otak sehingga dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan psikomotor. Kelelahan sering dikaitkan dengan rasio kadar serotonin lebih tinggi dibandingkan dengan kadar dopamin, 43,44
7. Kafein, dan Nikotin Reseptor nicotinic acetylcholine telah ditemukan sebagai bagian dari mempertahankan berbagai fungsi kognitif, pada hewan percobaan ditemukan meningkatkan kemampuan belajar dan kemampuan dalam mengingat. Saat ini nikotin sedang dikembangkan untuk kemungkinan dalam pengobatan disfungsi kognitif.45 Pengaruh kafein terhadap fungsi kognitif telah banyak dibahas diberbagai penelitian, kafein dihubungkan dengan peningkatan perhatian dan kemampuan belajar. Kafein meningkatkan kemampuan mengingat disaat kesadaran tidak dalam keadaan optimal. Dosis kecil kafein dapat mengurangi
kecemasan
sedangkan
dosis
besarnya
justru
dapat
meningkatkan kecemasan. Kafein tidak meningkatkan kemampuan memori jangka panjang. Kafein pada orang lelah dapat menjadi stimulan ringan yang juga dilaporkan dapat mencegah penurunan kemampuan kognitif pada orang yang sedang lelah.45,46
8. Penyakit Terdapat berbagai penyakit yang secara tidak langsung mempengaruhi fungsi kognitif dan psikomotor, diantaranya adalah :
a. Depresi Orang yang mengalami depresi terjadi berkurangnya perfusi dan metabolisme
pada
sebuah
sirkuit
didaerah
frontal
yang
menghubungkan sistem limbic, thalamus, dan korteks prefrontal. Daerah korteks prefrontal merupakan daerah yang berhubungan dengan fungsi kognitif. Berkurangnya perfusi dan metabolisme
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
16
glukosa didaerah korteks prefrontal mengakibatkan gangguan fungsi kognitif yang menyertai episode depresi.47
b. Hipertensi Pada pasien dengan penyakit hipertensi hipertensi terjadi pembentukan ateroma yang mempercepat terjadinya ateriossklerotik pada pembuluh darah besar dan tortuosity arteriol pada pembuluh darah kecil. Perubahan vaskular ini dapat menimbulkan hipoperfusi yang menyebabkan infark cerebri lokal dan perubahan iskemik difus pada periventrikular
dan
substansia
alba
bagian
dalam
sehingga
menyebabkan gangguan kognitif.48
c. Diabetes melitus Pada pasien diabetes melitus (DM) terjadi hiperglikemia, kemudian hiperglikemia memicu produksi berlebihan mitokondria superoksida yang menyebabkan kerusakan mikrovaskular. Pada pasien DM terjadi disfungsi dari insulin degrading enzyme yang dapat menyebabkan hiperinsulinemia dan penumpukan amyloid protein β pada cerebral. Hal ini yang mengkaitkan diabetes melitus dengan dementia, sedangkan penelitian dengan memakai MRI pada pasien diabetes melitus menunjukan frekuensi yang lebih tinggi terjadinya atrofi otak dan pengurangan volume struktur otak pada daerah yang berhubungan dengan fungsi memori.48
d. Epilepsi. Pada penderita epilepsi terdapat abnormalitas struktur otak, khususnya pada lobus temporal., hal ini yang mengkaitkan epilepsi dengan gangguan kognitif.49
e. Cedera kepala Pada pasien dengan cedera kepala fase akut terjadi gangguan aliran darah disertai pelepasan radikal bebas dan faktor inflamasi hal ini Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
17
menyebabkan kerusakan sekunder pada otak kemudian terjadi percepatan kematian neuron yang akhirnya kognitif.
mempengaruhi fungsi
50
f. Infeksi intra kranial Pada pasien dengan infeksi intrakranial terjadi pelepasan neurotoksin dan radikal bebas. Substansi neurotoksin akan menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi kerusakan sel neuron, dendrite dan sinaps, kemudian terjadi gangguan pada sel astrosit yang pada akhirnya menyebabkan apoptosis. Inilah yang menyebabkan Gangguan kognitif pada infeksi intra kranial.51
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
18
2.6
KERANGKA TEORI 2.7 Peserta PPDS Anestesiologisi dan Terapi 2.8 Intensif
Penyakit dan cedera yang diderita oleh subjek
Menjalani 32 jam kerja
Lelah Kerja fisik Tekanan mental
Gangguan irama sirkadian
Overload sinaptik
Mempengaruhi Fungsi kognitif dan psikomotor
Kerusakan pada otak
Usia Genetik
Kekurangan tidur
Pendidikan Narkotika/psikotropika
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
19
2.7 Kerangka Konsep Peserta PPDS Anestesiologisi dan Terapi Intensif
Fungsi kognitif dan psikomotor jam kerja ke 0
Menjalani 32 jam kerja
Tekanan mental Kerja fisik
Gangguan irama sirkadian
Kekurangan tidur
Lelah
Over load sinaptik
Mempengaruhi fungsi kognitif dan psikomotor setelah 32 jam kerja
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional kohort prospektif untuk mengetahui
perubahan
fungsi
kognitif
dan
psikomotor
peserta
PPDS
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI setelah menjalani 32 jam kerja. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) pada bulan April-Mei 2014. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi target adalah peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensi FKUI yang sedang menjalani pendidikan di RSUPNCM. Sampel yang diteliti adalah populasi yang memenuhi kriteria penerimaan dan tidak termasuk kriteria pengeluaran. 3.4 Kriteria Penelitian 3.4.1 Kriteria Penerimaan 1.
Peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang mendapat
tugas jaga di IGD serta dalam keadaan sehat sehingga mampu menjalani 32 jam kerja di lingkungan RSUPNCM sesuai dengan jadwal jaga. 2.
Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan.
3.4.2 Kriteria Penolakan
1.
Mempunyai riwayat penyakit pada sistem saraf pusat (cedera kepala, infeksi intrakranial, stroke, epilepsi,tumor otak)
2.
Mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus
3.
Mempunyai riwayat penyakit darah tinggi
4.
Mempunyai riwayat penyakit depresi berat.
5.
Mengakui sedang dalam penggunaan obat psikotropika/narkotika
20 Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
21
6.
Waktu kerjanya tidak sampai 32 jam.
7.
Peserta PPDS semester 1 dan telah melewati chief residen.
8.
Mendapat giliran jaga malam di rumah sakit lain pada hari sebelumnya.
9.
Pada
tangan
dominan/non
dominan
terdapat
kelainan/cacat
atau
mengalami cedera/ trauma hingga menggangu fungsinya.
3.5 Alat, Bahan dan Cara Kerja
Data untuk pemeriksaan kognitif didapat dengan menggunakan MoCa-Ina. Setiap sampel akan dijadikan subjek penelitian satu kali. Pemeriksaan kognitif akan dilakukan sebanyak dua kali, pada jam kerja ke-0 yaitu sebelum pukul 7.00 dan jam kerja ke 32 yaitu setelah pukul 15.00 pada saat jam jaga IGD selesai, hasil pemeriksaan berupa data numerik, kemudian data akan dianalisis secara komparatif. Peemeriksaan psikomotor akan dilakukan dengan meminta subjek melakukan tes dengan groved pegboard, pemeriksaan akan dilakukan dua kali, pada jam kerja ke 0 pada sebelum pukul 7.00 dan jam kerja ke-32 setelah pukul 15.00 pada saat jam jaga IGD selesai. Hasil pemeriksaan berupa data numerik, kemudian data akan dianalisis dengan uji komparatif. Subjek juga diminta mengisi form penelitian berupa data demografi, riwayat penyakit dan jumlah waktu tidurnya saat menjalani tugas jaga IGD (formulir terlampir). Identitas subjek penelitian dan hasil tes pribadinya akan dirahasiakan. 3.5.1 Cara Pemeriksaan Montreal Cognitive Assessment Versi Indonesia (MoCA-Ina) Kuisioner terdapat pada lampiran usulan penelitian. 1. Menelusuri jejak secara bergantian (alternating trail making) Cara: Pemeriksa memberikan petunjuk kepada subjek: “Buat garis yang menghubungkan sebuah angka dan sebuah huruf dengan urutan menaik. Mulailah di sini [tunjuk angka (1)] dan tarik sebuah garis dari angka 1 ke huruf A, lalu angka 2 dan seterusnya. berakhir di sini [tunjuk huruf (E)].” Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
22
Penilaian: Berikan nilai 1 bila subjek menggambar dengan benar mengikuti pola berikut ini: 1-A-2-B-3-C-4-D-5-E, tanpa ada garis yang salah. Setiap kesalahan yang tidak segera diperbaiki oleh subjek diberikan nilai 0. 2. Kemampuan visuokonstruksional (kubus): Cara: Pemeriksa memberikan instruksi sebagai berikut, sambil menunjuk ke arah kubus“Contohlah gambar berikut dengan benar pada tempat yang disediakan di bawah ini”.Penilaian: Berikan nilai 1 untuk gambar yang benar. • Gambar harus tiga dimensi • Semua garis tergambar • Tidak terdapat garis tambahan • Garis-garis tersebut relatif sejajar dan panjangnya sesuai. (bentuk prisma segi empat dapat diterima) Nilai tidak diberikan jika salah satu dari kriteria di atas tidak dipenuhi. 3. Kemampuan visuo konstruksional (jam dinding) Cara: Tunjukkan tempat yang disediakan, yaitu di kolom ketiga sebelah kanan dan berikan instruksi berikut: “Gambarlah jam dinding, lengkapi dengan angkaangkanya dan buat waktunya pukul 11 lewat 10 menit”. Penilaian: Berikan nilai 1 untuk masing masing dari tiga kriteria berikut : Bentuk (nilai 1): bentuk jam harus berupa lingkaran dengan sedikit distorsi (contohnya : tidak sempurnanya dalam menutup lingkaran ). Angka (nilai 1): semua angka yang terdapat dalam jam harus lengkap tanpa tambahan angka; angka harus diletakkan dalam urutan yang tepat dan dalam kuadran yang sesuai dengan bentuk jam; angka-angka Romawi dapat diterima; angka dapat diletakkan di luar lingkaran. Jarum jam (nilai 1): harus terdapat dua jarum jam yang secara bersamaan menunjukkan waktu yang diminta. Jarum yang menunjukkan jam harus secara jelas lebih pendek dari jarum yang menunjukkan menit; jarum jam harus berpusat di dalam lingkaran dengan pertemuan kedua jarum berada dekat dengan pusat lingkaran. Nilai tidak diberikan untuk masing-masing elemen jika kriteria di atas tidak dipenuhi. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
23
4. Penamaan: Cara: Dimulai dari kiri, tunjuk setiap gambar dan katakan “katakan kepada saya nama binatang ini“. Penilaian: Masing-masing 1 nilai diberikan untuk jawaban yang benar (1) Gajah, (2) Badak (3) Unta 5. Daya Ingat: Cara: Pemeriksa membacakan 5 kata dengan kecepatan satu kata setiap detik, lalu memberikan instruksi sebagai berikut : “Ini adalah pemeriksaan daya ingat. Saya akan membacakan sederet kata yang harus anda ingat sekarang dan nanti. Dengarkan baik baik, setelah saya selesai, beritahukan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda dapat ingat, tidak masalah disebutkan secara tidak berurutan.” Tandai dengan tanda centang di tempat yang disediakan, untuk tiap kata yang dapat diingat secara benar oleh subjek pada pemeriksaan pertama. Ketika subjek menunjukkan bahwa ia telah selesai (telah mengingat semua kata) atau sudah tidak dapat lagi mengingat kata lainnya, bacakan sederet kata untuk kedua kalinya disertai instruksi berikut : ”Saya akan membacakan sederet kata yang sama untuk kedua kalinya. Cobalah untuk mengingat dan beritahu saya sebanyak mungkin kata yang dapat anda ingat, termasuk kata-kata yang sudah anda sebutkan di kesempatan pertama”. WAJAHSUTERA-MASJID-ANGGREK-MERAH.Tandai dengan tanda centang (ν) di tempat yang disediakan untuk tiap kata yang dapat diingat oleh subjek pada pemeriksaan kedua. Di akhir pemeriksaan kedua, beritahukan kepada subjek bahwa dia akan diminta lagi untuk mengingat kembali kata-kata tersebut dengan mengatakan,” Saya akan meminta anda untuk mengingat kembali kata-kata tersebut pada akhir pemeriksaan.” Penilaian: Tidak ada nilai yang diberikan untuk pemeriksaan pertama dan kedua.
6. Perhatian: rentang angka maju (forward digit span): Cara: Berikan petunjuk berikut: “Saya akan mengucapkan beberapa angka, dan setelah saya selesai, ulangi apa yang saya ucapkan tepat sebagaimana saya mengucapkannya”. Bacakan kelima urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap detik.
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
24
rentang angka mundur (backward digit span): Cara: Berikan instruksi berikut: “Sekarang saya akan mengucapkan beberapa angka, saat saya sudah selesai, anda harus mengulangi apa yang saya ucapkan dalam urutan terbalik”. Bacakan ketiga urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap detik. Penilaian: Berikan nilai 1 untuk tiap urutan angka yang diulangi secara benar. (N.B.: jawaban yang benar untuk pemeriksaan angka mundur / backwards trial adalah 2-4-7). Kewaspadaan: Cara: Pemeriksa membacakan sederet huruf dengan kecepatan satu huruf per detik, setelah memberikan instruksi berikut : “Saya akan membacakan sebuah urutan huruf, setiap kali saya mengucapkan huruf „A‟, tepuk tangan anda sekali, jika saya mengucapkan huruf lainnya jangan tepuk tangan anda”. Penilaian: Berikan nilai 1 jika terdapat nol sampai satu kesalahan (tepuk tangan pada huruf yang salah atau tidak bertepuk tangan pada huruf A dihitung sebagai satu kesalahan ). Rangkaian 7 (Serial 7s) Cara: Pemeriksa memberikan instruksi berikut: “Sekarang, saya ingin anda berhitung dengan cara mengurangi seratus dikurang dengan tujuh kemudian terus kurangi dengan angka tujuh sampai saya memberitahukan anda untuk berhenti”. Ulangi instruksi ini untuk keduakali jika diperlukan. Penilaian: Nilai maksimal yang dapat diberikan untuk bagian ini adalah 3. Berikan nilai (0) jika tidak ada jawaban yang benar, nilai 1 untuk satu jawaban yang benar, nilai 2 untuk dua sampai tiga jawaban yang benar, dan nilai jika subjek dapat memberikan empat atau lima jawaban yang benar. Hitung setiap jawaban pengurangan 7 yang benar dimulai dari 100. Setiap pengurangan dinilai secara independen, maksudnya, jika subjek menjawab dengan jawaban yang salah akan tetapi melanjutkan dengan pengurangan 7 yang benar dari angka tersebut, berikan nilai untuk tiap pengurangan yang benar. Sebagai contoh, seorang subjek menjawab “92 – 85 – 78 – 71 – 64 “
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
25
misal jawabannya angka „92‟ adalah jawaban yang salah, tetapi semua angka berikutnya dikurangi tujuh secara benar. Dalam hal ini hanya ada satu kesalahan dan nilai yang dapat diberikan pada bagian ini adalah 3. 7. Pengulangan kalimat: Cara: Pemeriksa memberikan petunjuk berikut : “Saya akan membacakan kepada anda sebuah kalimat, setelah itu ulangi persis seperti yang saya bacakan [Jeda]: Wati membantu saya menyapu lantai hari ini”. Setelah mendapat respons, katakan: “Sekarang saya akan membacakan kepada anda kalimat berikutnya, setelah itu ulangi kepada saya persis seperti yang saya bacakan [Jeda]: Tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang”. Penilaian: Berikan nilai 1 untuk setiap kalimat yang diulangi dengan benar. Pengulangan kalimat harus persis tepat. Perhatikan kemungkinan kesalahan kecil seperti kata yang dihilangkan (misalnya, tidak menyertakan kata “di” atau “ketika”) 8. Kelancaran berbahasa: Cara: Pemeriksa memberikan instruksi berikut : “Beritahu saya sebanyak mungkin kata yang anda tahu yang dimulai dengan huruf tertentu yang akan saya katakan sesaat lagi. Anda diminta untuk menyebut kata dasar yang dimulai dengan huruf tersebut bukan kata turunannya, contohnya cinta bukan pecinta atau mencintai. Anda boleh menyebut kata apa saja kecuali nama. Saya akan meminta anda untuk berhenti setelah satu menit. Apakah anda siap? [Jeda] Sekarang beritahu saya sebanyak mungkin kata yang anda ketahui yang dimulai dengan huruf S. [ beriwaktu 60 detik]. Berhenti” Penilaian: Berikan nilai 1 jika subjek berhasil memberikan 11 kata atau lebih dalam 60 detik. 9. Kemampuan abstrak: Cara: Pemeriksa meminta subjek untuk menjelaskan apa yang menjadi kesamaan dari dua buah kata, dimulai dengan contoh: “Beritahu saya kesamaan antara jeruk dan pisang” jika subjek
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
26
menjawab dengan jawaban yang konkrit / tidak abstrak, maka tambahkan pertanyaan sekali lagi: “Beritahu saya kesamaan lainnya dari kedua benda tersebut.“ Jika subjek tidak memberikan jawaban yang sesuai ( buah ), katakan, “ Ya, dan keduanya juga adalah buah buahan “. Jangan memberikan perintah atau penjelasan tambahan. latihan, katakan: “Sekarang, beritahu saya apa kesamaan kereta api dan sepeda.” Setelah mendapat jawaban, lakukan pemeriksaan yang kedua, dengan mengatakan ”Sekarang, beritahu saya apa kesamaan sebuah penggaris dan jam tangan”. Jangan memberikan perintah atau penjelasan tambahan. Penilaian: Hanya dua pasangan kata terakhir yang dinilai. Berikan nilai 1 untuk tiap pasangan kata yang dijawab secara benar. Jawaban-jawaban berikut ini dianggap benar: Kereta Api - Sepeda = alat transportasi, sarana berpergian, kita dapat melakukan perjalanan dengan keduanya.Penggaris – Jam tangan = alat ukur, digunakan untuk mengukur. Jawaban-jawaban berikut ini dianggap tidak tepat : Kereta Api – Sepeda = keduanya mempunyai roda; Penggaris – jam tangan = keduanya mempunyai angka-angka. 10. Memori tertunda: Cara: Pemeriksa memberikan instruksi berikut : “Saya telah membacakan beberapa kata kepada anda sebelumnya, dan saya telah meminta anda untuk mengingatnya. Beritahukan kepada saya sebanyak mungkin kata-kata tersebut yang bisa anda ingat. Beri tanda centang (√) di tempat yang telah disediakan untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk.Penilaian: Berikan nilai 1 untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk. Pilihan: Sebagai lanjutan dari delayed free recall test, beri petunjuk kepada subjek dengan petunjuk kategori semantik yang diberikan di bawah ini untuk tiap kata yang belum dapat diingat. Beri tanda centang (√) pada tempat yang disediakan jika subjek dapat mengingat kata tersebut dengan bantuan petunjuk kategori atau pilihan ganda. Informasikan kata-kata yang belum diingat dengan cara berikut ini. Jika subjek masih belum dapat mengingat kata tersebut setelah diberikan petunjuk kategori, berikan kepadanya pertanyaan pilihan ganda, seperti contoh instruksi
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
27
berikut,”Mana kata tersebut dari pilihan kata berikut ini, Hidung, Wajah atau Tangan ?” Gunakan petunjuk kategori dan atau petunjuk pilihan ganda berikut jika diperlukan : Wajah: petunjuk kategori: bagian dari tubuh. pilihan ganda: hidung, wajah, tangan. Sutera: petunjuk kategori: jenis kain. pilihan ganda: katun, beludru, sutera. Masjid: petunjuk kategori: jenis bangunan. pilihan ganda: masjid, sekolah, rumah sakit. Anggrek : petunjuk kategori: jenis bunga. pilihan ganda: mawar, anggreak, melati. Merah: petunjuk kategori: warna. pilihan ganda: merah, biru, hijau Penilaian: Tidak ada nilai yang diberikan untuk kata-kata yang dapat diingat dengan bantuan petunjuk. Petunjuk digunakan hanya untuk memperoleh informasi klinis dan dapat memberikan.informasi tambahan yang diperlukan mengenai jenis kelainan daya ingat. Untuk penurunan daya ingat yang disebabkan oleh kegagalan proses mengingat kembali (retrieval failures), kinerja dapat ditingkatkan dengan pemberian petunjuk. Untuk penurunan daya ingat yang disebabkan oleh kegagalan menerjemahkan sandi ingatan (encoding failures), kinerja tidak dapat ditingkatkan dengan pemberian petunjuk. 11. Kemampuan orientasi: Cara: Pemeriksa memberikan instruksi berikut : “Beritahu saya hari, tanggal, bulan, tahun saat ini ] ” kemudian katakan: ” Sekarang, beritahu saya nama tempat ini dan di kota mana ” Penilaian: Berikan nilai satu untuk tiap jawaban yang benar. Subjek harus menjawab secara persis tepat untuk tanggal dan nama tempat (nama rumah sakit, klinik, kantor). Tidak ada nilai yang diberikan jika subjek membuat kesalahan walau satu hari dalam penyebutan tanggal. Nilai total: Nilai maksimal sebesar 30. Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai pendidikan formal selama 12 tahun atau kurang (tamat Sekolah Dasar – tamat Sekolah Menengah Atas) , jika total nilai kurang dari 30. Batas nilai normal adalah 26.33
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
28
3.5.2 Cara Kerja Pemeriksaan Fungsi Psikomotor dengan Grooved Pegboard. Grooved Pegboard di tempatkan didepan orang yang akan diperiksa kemudian pemeriksa menjelaskan cara untuk menjalani tes ini. Papan pegboard di perlihatkan begitu juga pasaknya. Semua pasak adalah sama mempunyai alur bulat dan persegi, begitu juga lubang dipapan pegboard, yang harus dilakukan adalah menempatkan pasak ini sesuai dengan lubangnya dipapan, (pemeriksa akan mencontohkan memasang 1 buah pasak). Kemudian pemeriksa akan melepaskan lagi kemudian meletakan di tempat pasak. Subjek harus memasang pasak seluruhnya ( 25 buah) secepat mungkin dengan 1 tangan yang dominan. Pasang pasak dari baris paling atas hingga terlebih dahulu, jangan melewatkan satupun. Setelah penuh baris paling atas, subjek dapat melanjutkan ke sisi baris bawahnya dengan cara yang sama. Subjek dapat bertanya ke pemeriksa hingga mengerti cara melakukan tes ini. Kemudian hasil tes diukur dalam detik, kemudian di ulang dengan memakai tangan non dominan.34,35 Tabel 3.1 Data referensi lafayette instrument grooved pegboard test35 Tangan dominan
Tangan non dominan
Usia ( tahun)
Mean*
SD*
Mean*
SD*
15-19
66.05
10.40
70.50
11.10
20-29
63.40
7.90
69.10
18.70
30-39
62.95
8.40
67.15
12.20
40-49
63.50
7.20
69.05
9.80
50-59
68.10
9.42
74.70
10.51
≥ 60
82.70
18.70
87.95
26.20
*Hasil dalam detik
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
29
Gambar 3.1 Lafayette Instrument Grooved Pegboard Test35 3.6 Defenisi Operasional 1. Peserta PPDS adalah dokter yang sedang mengambil program pendidikan spesialis 1 di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI dan sedang menjalani stase di RSUPNCM. 2. Fungsi kognitif adalah kemampuan untuk memproses dan menerapkan pengetahuan. Pada penelitian ini fungsi kognitif diukur dengan MoCa-Ina. Rentang nilai 0 - 30. nilai normal adalah 26 – 30. Data berupa numerik. 3. Fungsi psikomotor adalah hubungan antara fungsi kognitif dengan pergerakan fisik. Psikomotor menunjukan kemampuan pergerakan, kecepatan, koordinasi, manipulasi, kekuatan, keluwesan, keterampilan, termasuk menggunakan alat secara tepat. Pada penelitian ini, akan diukur dengan meminta subjek mengisi Lafayette Instrument gooved pegboard dengan benar dan secepat mungkin. Hasil uji dalam satuan waktu detik, nilai tengah dan simpangan deviasinya Tangan dominan
Tangan non dominan
Usia ( tahun)
Mean*
SD*
Mean*
SD*
20-29
63.40
7.90
69.10
18.70
30-39
62.95
8.40
67.15
12.20
40-49
63.50
7.20
69.05
9.80
*hasil dalam detik Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
30
4. Gangguan kognitif adalah gangguan dalam memproses dan menerapkan pengetahuan. Pada penelitian ini dikatakan terdapat gangguan kognitif bila didapatkan nilai MoCa-Ina < 26. Normal bila nilai MoCa-Ina ≥ 26 – 30. Data : ordinal ( normal/ gangguan kognitif) 5. Jaga 1 adalah PPDS Anestesiologi pada tahap mandiri yang telah menyelasaikan seluruh stase. Jaga 1 bertanggung jawab terhadap keseluruhan tim jaga. Jaga 1 bertanggung jawab serta wajib hadir pada saat operasi pasien bedah syaraf, bedah torak, pasien dengan masalah jalan napas, pasien dengan ASA IV, serta pasien neonates. Jaga 1 juga bertugas dalam pemasangan akses vena sentral diluar kamar operasi pada pasien anak/dewasa dan melakukan sedasi diluar kamar operasi. 6. Jaga 2 adalah PPDS Anestesiologi pada tahap mandiri yang bertanggung jawab pelaksanaan anestesia di kamar operasi selain operasi bedah syaraf dan operasi bedah toraks. 7. Jaga 3 adalah PPDS Anestesiologi pada tahap magang, memiliki kompetensi dalam penatalaksanaan anestesia pada pasien dengan ASA IIIIV, melakukan kunjungan pra anestesia untuk sedasi diluar kamar operasi, melakukan resusitasi, melakukan kunjungan pra anestesia pada pasien anak, kelainan jalan napas, serta pasien dengan ASA III-IV. Melakukan persiapan dan melakukan pemasangan akses vena sentral pada pasien dewasa diluar kamar operasi bersama dengan jaga 1. 8. Jaga 4 adalah PPDS Anestesiologi pada tahap pembekalan yang memiliki kompetensi dalam penatalaksanaan anestesia pada pasien ASA I-II. Jaga 4 bertugas dalam kunjungan pra anestesia pasien dengan ASA I-II. 9. Jumlah tidur adalah pengakuan dari subyek penelitian jumlah tidur yang dia dapatkan selama menjalani 32 jam kerja saat bertugas jaga di IGD, pengakuan subyek dicatat dalam jam. Data : numerik / dalam jam
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
31
10. Tidur ≥ 5 jam adalah pengakuan dari subjek penelitian yang menyatakan bahwa dia melakukan tidur terus menerus selama 5 jam atau lebih dan tidak
mengalami
gangguan
yang
menyebabkan
tidurnya
terputus/terbangun. Data : nominal ( ya/tidak) 11. Riwayat penyakit diabetes meliitus adalah telah diketahui sebelumnya / pernah ditegakkan diagnosis oleh dokter bahwa subjek menderita diabetes melitus, dan hal tersebut diketahui oleh subjek. Data : nominal ( ya/tidak) 12. Riwayat penyakit sistem saraf pusat adalah telah dikeahuinya / pernah didiagnosis sebelumnya oleh dokter spesialis neurologi / bedah syaraf bahwa subjek menderita cedera kepala, infeksi intra kranial, stroke, tumor otak atau penyakit lain yang tergolong penyakit sistem saraf pusat dan hal tersebut diketahui oleh subjek. Data : nominal ( ya/tidak) 13. Riwayat penyakit darah tinggi adalah telah diketahuinya / pernah didiagnosis sebelumnya oleh dokter bahwa subjek menderita sakit darah tinggi. Data : nominal ( ya/tidak) 14. Riwayat penyakit depresi adalah telah diketahuinya / pernah didiagnosis sebelumnya oleh dokter psikiater bahwa subjek menderita depresi berat, dan hal tersebut diketahui oleh subjek. Data : nominal ( ya/tidak) 15. Mengakui menggunakanan Obat psikotropika adalah pengakuan dari subjek penelitian bahwa subjek menggunakan obat yang merupakan Zat atau obat baik alami atau sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
32
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khaspada aktivitas mental dan perilaku.45 Data : nominal ( ya/tidak) 16. Mengakui menggunakan Narkotika adalah pengakuan dari subjek penelitian bahwa subjek menggunakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.52 Data : nominal : ( ya/ tidak)
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan secara manual dengan formulir penelitian yang telah disediakan, lalu dipindahkan ke media penyimpanan elektronik untuk dilakukan kodifikasi data, kemudian
dideskripsi dan dianalisis. selanjutnya data diolah
dengan menggunakan program komputer “Statistical Package for Social Science” (SPSS) versi 21 Penyajian untuk hasil deskriptif dan analisis dibuat dalam bentuk teks atau naskah, tabel, maupun diagram sesuai keperluan. Data fungsi kognitif dan psikomotor pada jam k- 0 dan jam ke-32 yang berupa data numerik akan dilakukan uji normalitas, bila data terdistribusi normal dengan uji normalitas data dengan cara kolmogorov-Smirnov / Shapiro-wilk akan ditampilkan dalam bentuk rerata dengan simpangan bakunya, namun bila data tidak terdistribusi normal akan ditampilkan dalam bentuk median dengan interquartile range nya. Langkah – langkah yang dilakukan untuk mengetahui perubahan fungsi kognitif dan psikomotor pada peserta PPDS setelah menjalani 32 jam kerja. Data numerik akan dilakukan uji normalitas dengan uji kolmogorov-Smirnov / .Shapiro-wilk, Bila data tidak terdistribusi normal maka data akan dilakukan tranformasi data terlebih dahulu, kemudian diuji kembali distribusi data dengan uji kolmogorov-Smirnov / Shapiro-wilk.. Jika data terdistribusi normal, maka dipakai uji t berpasangan. Bila data tidak terdistribusi normal maka dipilih uji Wilcoxon. Bermakna bila didapatkan nilai p < 0,05 Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
33
Langkah yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah tidur ≥ 5 jam terhadap fungsi kognitif dan psikomotor setelah 32 jam kerja adalah : Data fungsi kognitif dan psikomotor pada jam ke-32 akan dilakukan uji normalitas dengan uji kolmogorov-Smirnov/ Shapiro-wilk. Bila data tidak terdistribusi normal maka data akan dilakukan tranformasi data terlebih dahulu, kemudian diuji kembali distribusi
data
dengan
uji
Kolmogorov-Smirnov/Shapiro-wilk.
Jika
data
terdistribusi normal, maka dipakai uji t tidak berpasangan, Bila data tidak terdistribusi normal maka dipilih uji Mann Whitney. bermakna bila didapatkan nilai p < 0.05.
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
34
3.8 Kerangka Kerja Peserta PPDS Anestesiogi dan Terapi Intensif FKUI
Menjalani 32 jam kerja saat sedang menjalani tugas jaga di IGD
Tidak bersedia
bersedia
Termasuk kriteria penolakan
Tidak ada kriteria penolakan
Pemeriksaan kognitif dan psikomotor pada jam ke 0
Pemeriksaan kognitif dan psikomotor pada jam ke 32, peneliti mencatat pengakuan subjek penelitian jumlah jam tidur yang dia dapatkan saat jam jaga
Analisis data
Kesimpulan
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian observasional kohort prospektif untuk mengetahui perubahan fungsi kognitif dan psikomotor PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif setelah menjalani 32 jam kerja. Penelitian telah dilakukan di bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif pada bulan April-Mei 2014. Seluruh PPDS yang memenuhi syarat untuk menjadi subjek penelitian dijadikan sampel penelitian, subjek penelitian didapatkan sebanyak 69 orang. tidak ada subjek yang dikeluarkan selama dilakukan penelitian. Seluruh PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif yang memenuhi syarat bersedia menjadi subjek penelitian dan telah mengisi lembar persetujuan di formulir informed consent. 4.1 Data Karakteristik Demografik Subjek Penelitian Data karakteristik subjek secara demografik terdiri dari usia, jenis kelamin dan tingkatan jaga. Usia dari subjek penelitian tidak tersebar secara merata. Subjek penelitian memiliki rentang usia 25 tahun hingga 39 tahun. Nilai median dari usia subjek penelitian adalah 29 tahun. Rerata usia subjek penelitian adalah 29,57. Tabel 4.1 Karakteristik Usia Subjek Penelitian.
Data Usia (tahun) Median 29 tahun Interquartile range 3 tahun Rerata 29,59 tahun. Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance. Rerata tetap dicantumkan untuk memudahkan pembaca.
Tabel 4.2 Karakteristik Jenis Kelamin
Jenis kelamin
Jumlah subjek(n) laki-laki 45 perempuan 24 Total 69
Persen (%) 65,2 34,8 100,0
35 Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
36
Pada penelitian ini subjek terbanyak adalah laki – laki sebanyak 45 orang (65,2%), sedangkan perempuan berjumlah 24 orang ( 34,8%). Tabel 4.3 Karakteristik Tingkatan di Tim Jaga Tingkatan
Jumlah(n)
Persen(%)
Jaga 1
17
24,6
Jaga 2
9
13
Jaga 3
29
42
Jaga 4
14
20,4
Berdasarkan hierarki/tingkatan di tim jaga PPDS Anestesiologi didapatkan jumlah terbanyak adalah jaga 3 dengan 29 orang (42%), sedangkan yang paling sedikit adalah jaga 2 dengan jumlah 9 orang (13%). 4.2 Hasil Pemeriksaan Kognitif
Sebanyak 69 subjek penelitian telah melakukan tes kognitif dengan MoCa-Ina pada jam kerja ke-0 dan jam kerja ke-32 jam, seluruh subjek penelitian menyelesaikan jam kerja saat bertugas di IGD, sehingga tidak ada subjek yang dikeluarkan dari penelitian. Tabel 4.4 Frekuensi Nilai Hasil Pengukuran Moca-Ina pada Jam Kerja Ke-0
Nilai Moca-Ina 27 28 29 30
Jumlah Persen subjek(n) (%) 5 7,2 21 30,4 16 23,2 27 39,1 69 100,0
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
37
Pada jam kerja ke-0 didapatkan sebaran data yang tidak normal (p 0,00) nilai maksimal 30, median 29 dan nilai minimal 27. Pada jam kerja ke-0 tidak ada subjek penelitian yang mendapat nilai MoCa-Ina dibawah 26. Rerata nilai MoCaIna pada jam ke-0 adalah 28, 94.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Moca-Ina pada Jam Kerja Ke-0 Hasil Moca-Ina jam ke-0
Nilai
Median 29 Interquartile range 2 Rerata 28,94 Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance. Rerata tetap dicantumkan untuk memudahkan pembaca.
Pada pemeriksaan MoCa-Ina pada jam kerja ke-32 didapatkan sebaran data yang tidak normal (p 0.001). Hasilnya nilai maksimal 30, median 28 dan minimal 20. Didapatkan 7 orang (10,1%) yang mendapat nilai MoCa-Ina di bawah 26, sehingga dari 69 sampel, hanya 7 orang (10,1%) yang mendapat gangguan kognitif setelah 32 jam kerja. Rerata fungsi kognitif setelah jam ke-32 adalah 27,55. Tabel 4.6 Frekuensi Hasil Moca-Ina Setelah 32 Jam Kerja Nilai
Jumlah subjek(n)
Persen (%)
20
1
1,4
22
1
1,4
23
1
1,4
24
3
4,3
25
1
1,4
26
16
23,2
27
10
14,5
28
10
14,5
29
7
10,1
30
19
27,5
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
38
Tabel 4.7 Hasil Moca-Ina Setelah 32 Jam Kerja. Hasil MoCa-Ina setelah 32jam kerja
Nilai
Median 28 Interquartile range 4 Rerata 27,55 Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance. Nilai rerata tetap dicantumkan untuk memudahkan pembaca.
4.3 Hasil Pemeriksaan Psikomotor
Sebanyak 69 subjek penelitian telah menyelesaikan pemeriksaan psikomotor menggunakan grooved pegboard. Pada pemeriksaan grooved pegboard jam kerja ke-0 tangan dominan, didapatkan sebaran data yang normal (p 0,200). Pada usia 20-29 tahun didapatkan rerata 55,72 (SD 4,67) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun didapatkan rerata 57,1 detik (SD3,73detik). Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Menggunakan Grooved Pegboard pada Jam Ke-0 Menggunakan Tangan Dominan Rerata PPDS Anestesiologi Nilai Rerata rujukan 55,72(SD4,67)detik 63,4(SD 7,9)detik Usia 20-29 tahun 57,1(SD 3,73)detik 62,95(SD8,4)detik Usia 30-39 tahun Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance. Pada pemeriksaan grooved pegboard jam kerja ke-0 tangan non dominan didapatkan sebaran data yang normal menurut kelompok umur. Pada usia 20-29 tahun didapatkan rerata 62,13 (SD 5,53) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun didapatkan 65,07 (5,88) detik. Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Menggunakan Grooved Pegboard pada Jam Ke-0 Menggunakan Tangan Non Dominan Rerata PPDS Anestesiologi Nilai Rerata rujukan 62,13(SD5,53)detik 69.10(SD 18,7)detik Usia 20-29 tahun 65,07(SD 5,88)detik 67,15(SD12,2)detik Usia 30-39 tahun Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
39
Pada pemeriksaan motorik dengan menggunakan grooved pegboard tangan dominan di jam kerja ke-32 didapatkan sebaran data yang normal. Rerata pada usia 20-29 tahun adalah 58.58 (SD 4,76) detik dan pada usia 30-39 tahun didapatkan 60.09 (SD 4,51) detik. Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Menggunakan Grooved Pegboard pada Jam Ke-0 Menggunakan Tangan Dominan Rerata PPDS Anestesiologi Nilai Rerata rujukan 58,58 (SD4,76) detik 63.4(SD 7,9)detik Usia 20-29 tahun 60,09(SD 4,51)detik 62,95(SD8,4)detik Usia 30-39 tahun Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance. Pada pemeriksaan motorik dengan menggunakan grooved pegboard tangan non dominan di jam kerja ke-32 didapatkan sebaran data yang normal pada kedua kelompok usia. Pada kelompok usia 20-29 tahun didapatkan rerata 65,65 (SD 5,76) detik. Pada kelompok usia 30-39 tahun didapatkan rerata nilai grooved pegboardnya adalah 68,18 (SD4,99) detik.
Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Menggunakan Grooved Pegboard pada Jam Ke-32 Menggunakan Tangan Non Dominan Rerata PPDS Anestesiologi Nilai Rerata rujukan 65,65(SD5,76)detik 69.10(SD 18,7)detik Usia 20-29 tahun 68,18(SD 4,99)detik 67,15(SD12,2)detik Usia 30-39 tahun Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance.
4.4 Jumlah Waktu Tidur Dalam 32 Jam Kerja
Jumlah tidur yang didapatkan subjek penelitian bervariasi antara tidak dapat tidur/0 jam, hingga subjek yang mendapatkan tidur hingga 6 jam secara berturutturut. Hasil ini didapatkan dari pengakuan subjek penelitian saat di lakukan penelitian terhadap dirinya. Hasil penelitian didapatkan sebaran data yang tidak normal (p 0,00). Sebanyak 8 subjek penelitian (11,6%) tidak dapat tidur selama Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
40
32 jam kerja, hanya terdapat 3 orang (4,3%) yang mendapatkan tidur 5 jam atau lebih secara berturut-turut. Median pada data ini adalah 2 dengan interquartile range 2 jam. bila di reratakan didapatkan 2,1 jam. Tabel 4.12 Lama Tidur yang Didapatkan Subjek Secara Berturut-turut Selama 32 Jam Kerja. Lama tidur Jumlah Persen (jam) subjek(n) (%) 0 8 11,6 1 19 27,5 2 16 23,2 3 15 21,7 4 8 11,6 5 1 1,4 6 2 2,9 69 100,0 Tabel 4.13 Jumlah Tidur yang Didapatkan Subjek Penelitian Selama 32 Jam Kerja Data Jumlah tidur Jam 2 Median 2 Interquartile range 2,1 Rerata Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance. Nilai rerata tetap dicantumkan untuk memudahkan pembaca
4.5 Analisis Data 4.5.1 Perbandingan Hasil Pemeriksaan dengan Moca-Ina Pada Jam Kerja Ke-0 dan Ke-32 Hasil uji normalitas data MoCa-Ina jam ke-0 dan jam ke-32 didapatkan hasil tidak normal, walaupun telah dilakukan tranformasi data, hasil uji normalitas kedua data juga didapatkan sebaran data yang tidak normal, sehingga analisis data dipilih dengan uji Wilcoxon. Hasil Uji Wilcoxon pada MoCa-Ina jam ke-0 dan jam ke-32 didapatkan p 0,00 (p<0,05) hipotesis diterima, maka terdapat perubahan yang berupa penurunan secara bermakna antara MoCa-Ina jam ke-0 dan jam ke-32. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
41
Tabel : 4.14 Perbandingan Hasil pemeriksaan dengan Moca-Ina pada Jam Kerja Ke-0 dan ke-32 MoCa-Ina jam ke-0 MoCa-Ina jam ke-32 Nilai P Median 29 Median 28 Uji Wilcoxon p 0,000 Interquartile range 2 Interquartile range 4 Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance
4.5.2 Perbandingan Hasil Pemeriksaan dengan Grooved Pegboard pada Tangan Dominan Jam Ke-0 dan Ke-32 Pada pemeriksaan motorik dengan menggunakan Grooved Pegboard pada tangan dominan di jam ke-0 dan jam ke-32. Didapatkan sebaran data yang normal p 0,200 (p>0,05). Sehingga analis data menggunakan uji t berpasangan. Pada uji t berpasangan antara hasil pada pemeriksaan grooved pegboard jam ke 0 dan jam ke 32 pada tangan dominan didapatkan hasil p=0,00, sehingga disimpulkan terdapat perubahan berupa penurunan bermakna hasil pemeriksaan motorik pada jam ke-0 dan jam ke-32. Tabel: 4.15 Hasil Pemeriksaan dengan Grooved Pegboard pada Tangan Dominan Jam Ke-0 Dan Ke-32 Hasil grooved pegboard Hasil grooved pegboard Nilai p jam ke-0 jam ke-32 Rerata 56,26 Rerata 59,17 Uji t Berpasangan Simpangan deviasi 4,35 Simpangan deviasi 4,69 Nilai p 0,00 Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance
4.5.3 Perbandingan Hasil Grooved Pegboard pada Tangan Non Dominan Jam Ke-0 dan Ke-32 Pada pemeriksaan motorik tangan non dominan pada jam ke-0 dan jam ke-32 didapatkan sebabaran data yang tidak normal. Kemudian data ditranformasi dan kembali dilakukan uji normalitas, tetap didapatkan sebaran data tidak normal. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
42
Maka untuk kedua variable ini digunakan uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon pada variable ini didapatkan hasil p 0,00 (p<0,05) sehingga didapatkan hasil yang bermakna, sehingga dapat disimpulkan terdapat perubahan berupa penurunan secara bermakna. Tabel 4.16 Perbandingan hasil grooved pegboard pada tangan non dominan jam ke-0 dan ke-32. Hasil grooved pegboard Hasil grooved pegboard Nilai p jam ke-0 jam ke-32 Median 63,38 Rerata 66, 64 Uji Wilcoxon Interquartile range 6,61 Simpangan deviasi 5,58 p 0,00 Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan koreksi lilieford significance
4.5.4 Perbandingan Nilai Moca-Ina pada Jam Kerja Ke-32 Subjek yang Tidur Minimal 5 Jam dan Tidur Kurang dari 5 jam. Subjek penelitian yang mendapatkan tidur 5 jam atau lebih berjumlah 3 orang (4,3%), diantara mereka setelah jam kerja ke-32 tidak ada yang mendapat nilai MoCa-Ina dibawah 26. Sedangkan subjek penelitian yang tidur kurang dari 5 jam, sebanyak 7 orang (10,6%) diantaranya mendapatkan nilai MoCa-Ina dibawah 26. Tabel 4.17 Perbandingan Fungsi Kognitif Subjek yang Tidur ≥ 5 Jam dengan yang Kurang 5 Jam Subjek dengan tidur ≥ 5 Subjek dengan tidur < 5 Nilai p jam jam Median 30** Median 27,50* Uji Mann Whitney Interquartile range n/a Interquartile range 4 p 0,121 Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov* dan ShapwiroWilk** dengan koreksi lilieford significance. Perbandingan fungsi kognitif setelah 32 jam kerja antara yang tidur ≥ 5 jam dengan yang kurang dari 5 jam didapatkan nilai p 0,121 sehingga disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai MoCa-Ina pada subjek yang tidur kurang dari 5 jam dibandingkan dengan subjek yang tidur 5 jam atau lebih, Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
43
4.5.5 Perbandingan Nilai Grooved Pegboard pada Jam Kerja ke-32 pada Subjek yang Tidur Kurang 5 Jam dengan Subjek Tidur Minimal 5 Jam. Subjek penelitian yang mendapatkan tidur ≥5 jam berjumlah 3 orang (4,3%), sedangkan yang tidur kurang dari 5 jam sebanyak 66 orang(95,7%).
Tabel 4.18 Nilai Grooved Pegboard Tangan Dominan pada Jam Kerja Ke-32 pada Subjek Tidur Kurang 5 Jam dengan Subjek ≥ 5 Jam. Subjek dengan tidur ≥ 5 jam Rerata 62,04 detik**
Subjek dengan tidur < 5 jam Rerata 59,04*
Nilai p
Uji t tidak berpasangan Simpangan deviasi 3,21 Simpangan deviasi 4,72 P 0,282 Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov* dan ShapwiroWilk** dengan koreksi lilieford significan.
Rerata subjek penelitian yang mendapat tidur ≥ 5 jam pada tangan dominan adalah 62,04 detik, pada tangan non dominannya 69,82 detik. Pada subjek penelitian yang tidur kurang dari 5 jam didapatkan rerata tangan dominan 59,04 detik, sedangkan pada tangan non dominan 66,50 detik.
Tabel 4.19 Nilai Grooved Pegboard Tangan Non Dominan Pada Jam Kerja Ke32 pada Subjek Tidur Kurang 5 Jam dengan Subjek ≥ 5 Jam. Subjek dengan tidur ≥ 5 jam Rerata 69,82 detik**
Subjek dengan tidur < 5 jam Rerata 66,50*
Nilai p
Uji t test tidak berpasangan Simpangan deviasi 3,42 Simpangan deviasi 5,63 p 0,317 Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov* dan ShapwiroWilk** dengan koreksi lilieford significan.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan pada tangan dominan nilai p 0,282 sedangkan pada tangan non dominan didapatkan nilai p 0,317, sehingga Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
44
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna fungsi psikomotor pada PPDS Anestesiologisi dan Terapi Intensif yang mendapat tidur minimal 5 jam dibandingkan yang tidur kurang dari 5 jam. 4.6 Analisis Data Karakteristik Demografik 4.6.1 Perbandingan Fungsi Kognitif dan Psikomotor pada Jenis Kelamin Perbandingan fungsi kognitif dan psikomotor antara laki-laki dan perempuan didapatkan tidak ada perbedaan. Hasil pemeriksaan Fungsi kognitif dengan MoCa-Ina pada jam ke-0 dan jam ke-32 didapatkan tidak adanya perbedaan yang yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. Rerata pada jam ke-0 didapatkan laki-laki 28,82 sedangkan pada perempuan didapatkan 28,75. Rerata pada jam ke32 didapatkan laki-laki 27.53 sedangkan pada perempuan didapatkan 27,42. Tabel 4.20 Perbandingan Fungsi Kognitif pada Jenis Kelamin Fungsi kognitif
Rerata
Nilai p
MoCa-Ina jam ke-0
Laki-laki 28,82
Nilai p
Perempuan 28,75
0,286
Laki-laki 27,53
Nilai p
Perempuan 27,42
0,893
MoCa-Ina jam ke-32
Uji normalitas dengan menggunakan kolmogorov-smirnov dan shapwiro-wilk dengan koreksi lilieford significan. Uji statistik dengan uji Mann Whitney. Rerata ditampilkan untuk memudahkan pembaca.
Tabel 4.21 Perbandingan Hasil Pemeriksaan Psikomotor pada Jenis Kelamin Fungsi psikomotor
Rerata (detik)
Nilai p
Nilai grooved pegboard
Laki-laki 56,19
Nilai p
Jam ke-0 dominan
Perempuan 56,68
0,663*
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
45
Nilai grooved pegboard
Laki-laki 64,04
Nilai p
Jam ke-0 tangan non dominan
Perempuan 63,44
0,293*
Nilai grooved pegboard
Laki-laki 59,68
Nilai p
Jam ke-32 tangan dominan
Perempuan 58,26
0,235*
Nilai grooved pegboard
Laki-laki 66,83
Nilai p
jam ke-32 tangan non dominan
Perempuan 66,43
0,776**
Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapwiro-Wilk dengan koreksi lilieford significan. Uji statistik menggunakan uji t tidak berpasangan pada data dengan sebaran normal* dan uji Mann Whitney pada data dengan sebaran tidak normal**.
Pada pemeriksaan psikomotor dengan menggunakan grooved pegboard di jam ke-0 dan jam ke-32 didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. Rerata laki-laki pada jam ke-0 tangan dominan 56,19 detik sedangkan pada tangan non dominan 64,04 detik. Rerata pada perempuan pada jam ke-0 tangan dominan adalah 56,68 detik sedangkan pada tangan non dominan adalah 63,44 detik. Rerata laki-laki pada jam ke-32 dengan menggunakan tangan dominan adalah 59,68 detik sedangkan pada tangan non dominan 66,83 detik. Rerata perempuan pada jam ke-32 dengan menggunakan tangan dominan 58,26 detik sedangkan pada tangan non dominan reratanya adalah 66,43 detik 4.6.2 Perbandingan Fungsi Kognitif dan Psikomotor Antar Tingkatan Dalam Tim Jaga Hasil pemeriksaan fungsi kognitif dan psikomotor antar kelompok tingkatan dalam tim jaga didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna antar tingkatan dalam tim jaga.
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
46
Tabel 4.22 Hasil Pemeriksaan Fungsi Kognitif dan Psikomotor Berdasarkan Tingkatan Dalam Tim Jaga Jenis pemeriksaan
Hasil uji statistik
Nilai MoCa-Ina pada jam ke-0
Nilai p 0,648**
Nilai MoCa-Ina pada jam ke-32
Nilai p 0,367**
Nilai grooved pegboard jam ke-0 tangan dominan
Nilai p 0, 387*
Nilai grooved pegboard jam ke-0 tangan non dominan
Nilai p 0,392*
Nilai grooved pegboard jam ke 32 tangan dominan
Nilai p 0,591*
Nilai grooved pegboard jam ke 32 tangan non dominan
Nilai p 0,153*
Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapwiro-Wilk dengan koreksi lilieford significan. Uji statistik dengan Anova* pada data dengan sebaran normal dan uji Kruskal-Wallis pada data dengan sebaran tidak normal** 4.6.3 Pengaruh Jumlah Tidur dengan Fungsi Kognitif dan Psikomotor Pengaruh jumlah tidur saat jam kerja terhadap fungsi kognitif dan psikomotor setelah 32 jam kerja didapatkan hasil adanya korelasi yang bermakna antara jumlah tidur dengan hasil/nilai dari MoCa-Ina sedangkan tidak ada korelasi yang bermakna pada pemeriksaan grooved pegboard denagn tangan dominan/ tangan dominan pada jam ke-32 Tabel 4.23 Pengaruh Jumlah Tidur dengan Fungsi Kognitif dan Psikomotor Jenis pemeriksaan
Hasil uji statistik
Nilai MoCa-Ina jam ke-32
Nilai p 0,00
Nilai grooved pegboard jam ke-32 tangan dominan
Nilai p 0,151
Nilai grooved pegboard jam ke-32 tangan non dominan
Nilai p 0, 165
Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapwiro-wilk dengan koreksi lilieford significan. Uji statistik dengan uji korelatif Spearman Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
47
4.6.4 Perbandingan Hasil Fungsi Kognitif dan Psikomotor Berdasarkan Usia. Data dari usia subjek penelitian dikelompokkan 25-29 tahun, 30-34 tahun, dan 35-39 tahun. Berdasarkan kelompok usia, didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna pada hasil pemeriksaan fungsi kognitif jam dan pemeriksaan fungsi psikomotor dengan menggunakan grooved pegboard. Tabel 4.24 Hasil Fungsi Kognitif dan Psikomotor Berdasarkan Kelompok Usia Jenis pemeriksaan
Hasil uji statistik
Nilai MoCa-Ina pada jam ke-0
Nilai p 0,246**
Nilai MoCa-Ina pada jam ke-32
Nilai p 0,136**
Nilai grooved pegboard jam ke-0 tangan dominan
Nilai p 0,218*
Nilai grooved pegboard jam ke-0 tangan non dominan
Nilai p 0,243*
Nilai grooved pegboard jam ke 32 tangan dominan
Nilai p 0,340*
Nilai grooved pegboard jam ke 32 tangan non dominan
Nilai p 0,154**
Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapwiro-wilk dengan koreksi lilieford significan. Uji statistik dengan Anova* pada data dengan sebaran normal dan uji Kruskal-Wallis pada data dengan sebaran tidak normal**
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
BAB 5 PEMBAHASAN Subjek penelitian ini adalah seluruh PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif yang memenuhi syarat kriteria sampel penelitian. Subjek penelitian diambil datanya saat mendapat tugas jaga di IGD. Tidak ada yang menolak untuk dijadikan subjek penelitian, semua menandatangani formulir persetujuan. Tiap subjek penelitian diambil datanya sebagai sampel sebanyak 1 kali. . 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian. Subjek penelitian memiliki rentang usia 25 tahun hingga 39 tahun. Sedangkan rerata usia subjek penelitian adalah 29,57. Berdasarkan perbandingan antar kelompok usia didapatkan hasil tidak adanya perbedaan yang bermakna fungsi kognitif dan psikomotor antar kelompok usia. Rentang usia 25 hingga 39 tahun merupakan usia dewasa muda yang belum mengalami penurunan fungsi kognitif akibat usia lanjut. Proses degenerasi otak terjadi dimulai pada usia 50 tahun dan terus meningkat dengan bertambahnya usia. Pada usia 50 tahun mulai tampak penurunan fungsi kognitif.32,36,37 .
Pada penelitian ini, subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
terbanyak adalah laki – laki sebanyak 45 subjek (65.2%), sedangkan perempuan berjumlah 24 orang ( 34,8%). Seluruh subjek penelitian berada pada rentang usia 25–39 tahun, tidak ada yang berusia lanjut/lansia sehingga tidak ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan penelitian Zhang dkk pada tahun 2005 di Tiongkok, fungsi kognitif laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan bila subjek telah berusia lanjut.38 Pada penelitian ini didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna fungsi kognitif dan psikomotorpada jam ke-0 dan jam ke-32 pada laki-laki dan perempuan. Perbedaan fungsi kognitif dan psikomotor antara laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan dan pelatihan. Peserta PPDS
Anestesiologi
tidak
dibedakan
laki-laki
dan
perempuan,
semua
mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang sama.39,40
48 Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
49
Subjek penelitian memiliki dasar pendidikan yang sama, minimal seorang dokter/S1, sehingga seluruh subjek penelitian memiliki keseragaman tingkat pendidikan dan hasil MoCa-Ina nya tidak perlu ditambahkan poin seperti pada orang yang pendidikannya di bawah 12 tahun. Sehingga subjek penelitian dianggap seragam karena semua merupakan dewasa muda dan semua memiliki pendidikan minimal sarjana.27,29 5.2 Pemeriksaan Fungsi Kognitif. Pemeriksaan kognitif pada jam kerja ke-0 didapatkan data dengan sebaran yang tidak normal (p 0.00). Hasil pemeriksaan didapatkan nilai maksimal 30, median 29 dan nilai minimal 27, tidak ada subjek penelitian yang mengalami gangguan kognitif yaitu nilai MoCa-Ina dibawah 26. Rerata hasil MoCa-Ina jam ke-0 adalah 28.94. Pada jam kerja ke-32 Pada pemeriksaan MoCa-Ina pada jam kerja ke-32 didapatkan sebaran data yang tidak normal (p 0.001), nilai maksimal 30, median 28 dan minimal 20. Didapat kan 7 orang (10,1%) yang mendapatkan nilai MoCaIna di bawah 26, Rerata hasil MoCa-Ina jam ke-32 adalah 27,55. Hasil penelitian ini bila ditinjau secara klinis hasil pemeriksaan kognitif dengan menggunakan MoCa-Ina baik jam ke-0 dan jam ke-32 tidak mengalami gangguan kognitif. Hasil dari kedua median masih diatas nilai terdeteksinya gangguan kognitif yaitu dibawah 26. Bila dilihat dari jumlah subjek penelitian pada jam kerja ke-0 tidak terdapat seorangpun subjek penelitian yang mendapatkan nilai MoCa-Ina dibawah 26, sedangkan pada jam kerja ke-32 terdapat 7 orang (10,1%) yang mendapatkan nilai MoCa-Ina dibawah 26. Ke-7 orang tersebut berasal dari tingkatan jaga II dan jaga III. Gangguan kognitif ke-7 orang tersebut terutama mengalami gangguan di fungsi attention dan delayed recall.1,2,7,29 Hasil uji normalitas data MoCa-Ina jam ke-0 dan jam ke-32 didapatkan hasil tidak normal, walaupun telah dilakukan tranformasi data, sehingga analis data dipilih dengan uji Wilcoxon. Hasil Uji Wilcoxon pada MoCa-Ina jam ke-0 dan jam ke-32 didapatkan nilai p 0.00 (p<0,05) hipotesis diterima, maka terdapat perubahan yang berupa penurunan secara bermakna antara MoCa-Ina jam ke-0 dan jam ke-32. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
50
Secara statistik didapatkan perubahan berupa penurunan nilai MoCa-Ina yang bermakna, pada uji statistik didapatkan nilai p 0.00 ,walaupun secara klinis tidak terdapat penurunan fungsi kognitif karena kedua median masih diatas nilai 26 yang sebagai batas adanya gangguan kognitif.27,29 Hasil penelitian yang secara nilai terdapatnya penurunan angka tetapi tidak terdapat penurunan secara klinis yang bermakna sesuai dengan penelitian D. Murray dan C. Dods yang melakukan penelitian pada tahun 2002 kepada 11 anestesiologis yang mendapat tugas jaga, didapatkan hasil test yang menunjukan penurunan angka dalam test fungsi kognitif tetapi tidak terdapat penurunan secara klinis. Sedangkan menurut penelitian oleh Nenad Karanovic dkk pada 11 orang anestesiologis di Split University Hospital, yang bekerja selama 24 jam. Anestesiologis tersebut mendapat gangguan yang bermakna pada kecepatan dan ketahanan saat berpikir, sedangkan kecepatan beraksi hanya sedikit terganggu, bahkan yang berlawanan adalah perhatian dan kewaspadaan sama sekali tidak terganggu. Berdasarkan penelitian Nenad Karanovic dkk, secara umum fungsi kognitif dan psikomotor pada anestesiologis mengalami gangguan setelah 24 jam bekerja. Jika data penelitian test kognitif dengan menggunakan MoCa-Ina ini dianggap normal maka rerata hasil test jam kerja ke 32 adalah 27,55. Angka ini sudah diluar simpangan deviasi dari rerata hasil MoCa-Ina jam ke-0 yaitu 28,94 (SD 0,998). Pada penelitian ini terjadi penurunan 1,39 kali dari simpangan deviasi nilai baseline dari MoCa-Ina jam kerja ke-0. Angka ini sedikit lebih baik dari penelitian Philibert pada tahun 2004, yang melakukan penelitian pada PPDS yang berjaga di IGD selama 24 jam, mengalami penurunan kemampuan sebesar 1,5 – 2 SD dari baseline kemampuan mereka di saat istirahat.7,12,27,28,29, Tidak terdeteksinya gangguan kognitif pada penelitian ini mungkin disebabkan intrumen tidak dapat mendeteksi gangguan pada fungsi kognitif yang lebih tinggi yang mampu menyaring gangguan kognitif pada dewasa muda yang terdidik dan terlatih. Dibutuhkan instrumen yang kompleks agar subjek diharuskan menjaga perhatian dan konsentrasinya terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, untuk menyaring efek lelah pada subjek penelitian. Test MoCa-Ina yang tesnya hanya memakan waktu sekitar 5-10 menit, tergolong tes yang berdurasi singkat, sehingga mereka mampu mengerjakan dengan baik Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
51
walaupun sedang lelah, ditambah lagi subjek sangat termotivasi dalam mengerjakan test tersebut.27,29 Penelitian ini mendapatkan hasil terdapat penurunan fungsi kognitif secara statistik tetapi tidak secara klinis. Sehingga dapat dikatakan penanganan pasien oleh peserta PPDS Anestesiologi masih adekuat. Terdapatnya 7 orang yang mendapatkan nilai Moca-Ina dibawah 26 tidak boleh diabaikan begitu saja oleh pembuat kebijakan di rumah sakit, sebab seorang anestesiologis mempunyai margin of error yang sangat kecil, kesalahan kecil dapat berakibat fatal dan dapat membahayakan pasien.
5.3 Perubahan Fungsi Psikomotor
Pada penelitian ini pemeriksaan fungsi psikomotor menggunakan grooved pegboard. Pada tes ini membutuhkan koordinasi visual dan motorik yang lebih kompleks dibandingkan dengan kebanyakan pegboard karena pada grooved pegboard pasaknya harus diputar agar dapat disisipkan pada lubang.31 Pada pemeriksaan grooved pegboard jam kerja ke-0 tangan dominan didapatkan rerata pada kelompok umur 20-29 tahun didapatkan 55,72 (SD4,67) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun didapatkan rerata 57,1 (SD 3,73) detik. Bila dibandingkan dengan rerata pada alat grooved pegboard yaitu pada usia 2029 tahun adalah 63,4 (SD 7,9) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun yaitu 62,95 (SD8,4) detik. Rerata yang diperoleh oleh PPDS anestesiologi yang berusia 20-29 tahun lebih cepat 7,68 detik dan yang berusia 30-39 tahun lebih cepat 5,85 detik dari rerata alat grooved pegboard. Subjek yang paling lama dalam menyelesaikan tes grooved pegboard pada jam ke-0 membutuhkan waktu 68.77 detik masih dalam rentang simpangan deviasi dari rerata dari alat pemeriksaan grooved pegboard.31 Pada pemeriksaan grooved pegboard jam kerja ke-32 tangan dominan didapatkan rerata pada kelompok umur 20-29 tahun didapatkan 58.58 (SD4.76) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun didapatkan rerata 60.09 (SD 4,51) detik. Bila dibandingkan dengan rerata pada alat grooved pegboard yaitu pada usia 2029 tahun adalah 63.4 (SD 7.9) detik sedangkan pada usia 30-39 tahun yaitu 62.95 Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
52
(SD8.4) detik. Rerata yang diperoleh oleh PPDS Anestesiologi lebih cepat 4,82 (pada usia 20-29 tahun) detik dan 2,86 detik (pada usia 30-39 tahun).orang yang paling lama dalam menyelesaikan tes grooved pegboard pada jam ke-32 waktunya adalah 69,50 masih dalam rentang simpangan deviasi dari rerata pemeriksaan alat grooved pegboard. Seluruh PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI walaupun setelah 32 jam kerja masih dalam rentang nilai rerata rujukan alat grooved pegboard.34,35 Pada pemeriksaan grooved pegboard jam kerja ke-0 tangan non dominan didapatkan rerata pada kelompok umur 20-29 tahun didapatkan 62.13 (SD5.53) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun didapatkan rerata 65,07 (SD 5,88) detik. Bila dibandingkan dengan rerata pada alat grooved pegboard yaitu pada usia 2029 tahun adalah 69.10 (SD 18,7) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun yaitu 67,15 (SD12,2) detik. Rerata yang diperoleh oleh PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang berusia 20-29 tahun lebih cepat 6,97 detik dan yang berusia 30-39 tahun lebih cepat 2,08 detik dari rerata alat grooved pegboard. Subjek yang paling lama dalam menyelesaikan tes grooved pegboard pada jam ke-0 membutuhkan waktu 79,84 detik masih dalam rentang simpangan deviasi dari rerata dari alat pemeriksaan grooved pegboard.31,34,35 . Pada pemeriksaan grooved pegboard jam kerja ke-32 tangan non dominan didapatkan rerata pada kelompok umur 20-29 tahun didapatkan 65.65 (SD5.76) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun didapatkan rerata 68.18 (SD 4.99) detik. Bila dibandingkan dengan rerata pada alat grooved pegboard yaitu pada usia 2029 tahun adalah 69.10 (SD 18.7) detik, sedangkan pada usia 30-39 tahun yaitu 67,15 (SD12,2) detik. Rerata yang diperoleh oleh PPDS Anestesiologi yang berusia 20-29 tahun lebih cepat 3,45 detik dan yang berusia 30-39 tahun lebih lambat 1,06 detik dari rerata alat grooved pegboard. Subjek yang paling lama dalam menyelesaikan tes grooved pegboard pada jam ke-32 membutuhkan waktu 79,94 detik masih dalam rentang simpangan deviasi dari rerata dari alat pemeriksaan grooved pegboard.31,34,35 Seluruh hasil pemeriksaan psikomotor menggunakan grooved pegboard pada PPDS Anestesiologi masih dalam simpangan deviasi dari rerata alat grooved
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
53
pegboard dari pencipta alat, dapat dikatakan tidak ada gangguan dalam fungsi psikomotor pada PPDS Anestesiologi walaupun telah bekerja selama 32 jam. Hasil uji statistik antara hasil pemeriksaan grooved pegboard jam kerja ke0 dan jam kerja ke-32 pada tangan dominan didapatkan hasil uji t berpasangan dengan nilai p 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut berarti terdapat perubahan berupa penurunan yang bermakna antara hasil grooved pegboard jam kerja ke-0 dan jam kerja ke-32. Pada tangan non dominan didapatkan hasil uji Wilcoxon nilai p 0,00 yang berarti terdapat perubahan berupa penurunan yang bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian W Lederer dkk pada tahun 2006 bahwa terdapat penurunan yang bermakna pada fungsi psikomotor sebelum dan setelah jaga pada anestesiologis yang sedang bertugas jaga selama 24 jam. Penurunan antara anestesiologis junior ataupun anestesiologis senior berbanding lurus. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Nenad karanovic dkk yang meneliti 11 Anestesiologis yang bertugas selama 24 jam, terdapat sedikit penurunan kecepatan reaksi dibandingkan baseline di saat istirahat.7,14
5.4 Pengaruh Lama Tidur Saat Jam Kerja Dengan Fungsi Kognitif Dan Psikomotor
Subjek penelitian yang mendapatkan tidur 5 jam atau lebih berjumlah 3 orang (4,3%), diantara mereka setelah jam kerja ke-32 tidak ada yang mendapat nilai MoCa-Ina dibawah 26. Sedangkan subjek penelitian yang tidur kurang dari 5 jam, dari 66 orang sebanyak 7 orang (10,6%) diantaranya mendapatkan nilai MoCa-Ina dibawah 26. Berdasarkan gambaran diatas ganguan kognitif pada PPDS anestesiologi hanya terjadi pada PPDS Anestesi yang tidurnya kurang dari 5 jam. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t tidak berpasangan didapatkan hasil nilai p 0,121 sehingga tidak adanya perbedaan yang yang bermakna antara yang tidur 5 jam atau lebih dibandingkan yang tidur dibawah 5 jam. sehingga hasil ini menunjukan bahwa lama tidur tidak berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan kognitif antara subyek yang bisa mendapat tidur minimal 5 jam dengan subyek yang tidur kurang dari 5 jam. Hasil ini tidak sesuai dengan teori bahwa tidur menunjang terjadinya peningkatan Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
54
kognitif karena saat tidur terjadi re organisasi informasi sehingga mendukung fungsi kognitif.6,14,33 Hasil ini terjadi karena sebaran data yang tidak sama, hanya 3 orang yang mendapatkan tidur minimal 5 jam. Hasil pemeriksaan psikomotor dengan menggunakan grooved pegboard mendapatkan hasil sebagai berikut Subjek penelitian yang mendapatkan tidur ≥5 jam berjumlah 3 orang (4,3%), sedangkan yang tidur kurang dari 5 jam sebanyak 66 orang(95,7%). Rerata subjek penelitian yang mendapat tidur ≥ 5 jam pada tangan dominan adalah 62,04 detik, pada tangan non dominannya 69,82 detik. Pada subjek penelitian yang tidur kurang dari 5 jam didapatkan rerata tangan dominan 59,04 detik, sedangkan pada tangan non dominan 66,50 detik. Pada tangan dominan didapatkan hasil uji statistik t tidak berpasangan didapatkan nilai p 0,282, sehingga dapat dikatakan pada fungsi psikomotor tangan dominan PPDS Anestesiologi tidak ada perbedaan yang bermakna antara yang bisa mendapat tidur minimal 5 jam dibandingkan dengan yang tidur kurang dari 5 jam. Lamanya tidur tidak berpengaruh terhadap fungsi psikomotor pada PPDS Anestesiologisi dan Terapi Intensif FKUI yang menjalani 32 jam kerja. Pada tangan non dominan didapatkan hasil uji statistik t tidak berpasangan didapatkan nilai p 0,317, berdasarkan hal ini didapatkan fungsi psikomotor tangan non dominan PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI tidak ada perbedaan yang bermakna antara yang bisa mendapat tidur minimal 5 jam dibandingkan dengan yang tidur kurang dari 5 jam, sehingga lamanya tidur tidak berpengaruh terhadap fungsi psikomotor tangan non dominan PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif yang menjalani 32 jam kerja. Hasil ini terjadi karena sebaran data yang tidak sama, hanya 3 orang yang mendapatkan tidur minimal 5 jam. Bila dilihat pengaruh jumlah tidur tiap PPDS Anestesiologi dengan fungsi kognitif dan psikomotornya pada jam ke-32. Berdasarkan uji statistik korelatif Spearman didapatkan adanya korelasi yang bermakna pada fungsi kognitif, semakin lama tidur didapatkan semakin meningkatnya nilai MoCa-Ina dan tidak adanya korelasi yang bermakna pada fungsi psikomotor.
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
55
5.5 Keterbatasan Penelitian
Keterbatan pada penelitian ini adalah tidak seragamnya beban kerja yang diterima oleh PPDS yang ikut dalam penelitian ini, ditambah jumlah pasien dan situasi di IGD yang tidak dapat diramalkan atau diseragamkan. Penelitian ini tidak mengukur kelelahan, gangguan irama sirkadian serta kekurangan tidur secara objektif. Pada penelitian ini juga tidak mengukur waktu istirahat/tidur secara aktual, penelitian ini hanya berdasarkan pengakuan dari subjek penelitian. Didapatnya 7 orang yang mendapatkan nilai MoCa-Ina dibawah 26 setelah 32 jam kerja mungkin saja akibat beban kerja yang berlebih pada ke-7 orang tersebut. Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah adanya learning effeck dari MoCa-Ina disebabkan jarak pengukuran pertama dan kedua hanya berjarak 32 jam, sehingga subjek penelitian masih ingat isi Moca-Ina yang akan diujikan. Penelitian ini juga tidak memeriksa genetik subyek penelitian yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan psikomotor dasar subyek penelitian. Pada penelitian ini tidak mengukur kadar hormon maupun kadar katekolamin subjek penelitian. Penelitian ini juga tidak menyingkirkan factor penggunaan kafein, merokok ataupun minuman penambah tenaga. Pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif seperti penyakit, cedera pada kepala, serta penggunaan narkotika/psikotropika hanya berdasarkan pengakuan subjek penelitian melalui anamnesis. Subjek penelitian dalam penelitian ini tidak homogen, terdapat berbagai tingkatan dalam tim jaga peserta PPDS Anestesiologi dengan beban kerja yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatan. Intrumen penelitian ini terlalu sederhana sehingga tidak dapat mendeteksi gangguan pada fungsi kognitif yang lebih tinggi yang mampu menyaring gangguan kognitif pada dewasa muda, terdidik dan terlatih. Idealnya instrumen harus komplek dan durasi pemeriksaan yang lebih lama agar subjek penelitian diharuskan menjaga perhatian dan konsentrasi terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama agar dapat menyaring efek lelah pada subjek penelitian. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Terdapat perubahan berupa penurunan fungsi kognitif dan psikomotor peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang menjalani 32 jam kerja 2. Terdapat penurunan fungsi kognitif peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang menjalani 32 jam kerja dengan menggunakan MoCa-Ina. 3. Terdapat penurunan fungsi psikomotor tangan dominan dan tangan non dominan peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang menjalani 32 jam kerja dengan menggunakan grooved pegboard. 4. Tidak terdapat pengaruh lamanya tidur dengan fungsi kognitif dan psikomotor setelah 32 jam kerja pada peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI yang mendapat tidur minimal 5 jam dengan yang tidur kurang dari 5 jam pada saat 32 jam kerja.
6.2 Saran 1. Penelitian
ini
perlu
dilanjutkan
dengan
menggunakan
modalitas
pengukuran kognitif dan psikomotor yang lebih komplek dan dibutuhkan waktu pengukuran yang lebih lama agar dapat menyaring gangguan kognitif dan psikomotor pada kalangan terdidik dan terlatih di usia muda. 2. Penelitian
ini
dapat
dilanjutkan
di
Departemen
lainnya
untuk
mengevaluasi kebijakan jam kerja peserta PPDS di lingkungan kerja masing-masing. 3. Perlu dilakukan evaluasi fungsi kognitif pada PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif setelah menyelesaikan tugas jaga di IGD, untuk menilai kemampuan untuk melakukan tugas selanjutnya yaitu kunjungan pra anestesia untuk operasi elektif keesokan harinya.
56 Universitas Indonesia Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
57
Daftar Referensi
1. Braco D, Vidilier E, Ramadory F. Anesthesia crisis resource management : Fatigue and Perfomance. Anesthesiology Rounds. 2009:9:1-9. 2. Tewary A, Soliz J, Bilota F. Does our sleep dept affect patient safety. Indian J Anaesth. 2006;5:12-7. 3. Undang - Undang Republik Indonesia No 13 tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan. 4. Tourchiaro GC. Evaluation of anesthesiologist occupational well being around the world. Dalam Occupational well being in anesthesiologist. Rio de Jeneiro: Sociedade Brasileira de Anestesiologisia; 2014.15-35. 5. Lockley, Steven W, Laura K Barger, Najib T Ayyash, Jeffrey M Rothchild, Charles A Czeisler, Christopher P Landrigan et all. Effect of health provider work hour and sleep deprivation on safety and perfomance. The Joint Comission Journal on Quality and Patience Safety.2007: 7-29.6. 6. Merry AF, GR Warman. Fatigue and the Anaesthetist. Anaesthesia and Intensive Care 2006;34:3.577-80 7. Howard SK, Rosekind MR, Katz JD, M Berry. Fatigue In anesthesia implication and strategies for patient and provider safety. Anesthesiology 2002;97:15.1281-96. 8. Sinha A, Sing A, Tewari A. The Fatigued Anesthesiologist : A threat to patient safety. J Anaesthesiol Clin Pharmacol. 2013;29:151-9. 9. Karanovic N, M Carey, Pecotic R, Carev M, Kardum G, Valic M, et al. The impact of a single 24 h working day on cognitive and psychomotor performance in staff anaesthesiologists. Eur J Anaesthesiol. 2009 October 2009;26:7.825-32 10. Lederer W, Koop M, Hahn O, Kurzthaler I, Traweger C, Kinzl J. Post duty psychomotor performance in young and senior anaesthetists. Eur J Anaesthesiol. 2006;23:251-257. 11. Statement On Fatigue And The Anaesthetist, Australian and New Zealand Collage of Anaesthetist.2007. 12.Landrigan, Cristopher. Sliding down the bell curve .SLEEP. 2005;28:1351-3. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
58
13.Veasey S, Rosen R, Barzanky B, Rosen I, Owens J. Sleep lost and fatigue in residency training. JAMA. 2008;288:1116-24 14. Huang W, Ramsey KM, Marcheva B, Bass J. Circadian rhythem, sleep and metabolism. J Clin Invest. 2011;121:2113-41. 15. Valdez P, Ramirez C, Garcia A. Circadian rhythm in cognitive performance: implication for neuropsychological assessment. Chrono Physiology and Therapy. 2012;2:2133-41. 16.Goel N, Basner M, Rao H, Dinges David F. Circadian rhythms, sleep deprivation, and human performance. Mol Biol Trans Scien. 2013;119:155-85. 17. Schmidt C, Collette F, Cajochen C, Peigneux P. A time to think: Circadian rhythms in human cognition. Cogn Neuropsychol. 2007:755-89. 18.Hans,P, A Van Dongen, Dinges David F. Circadian rhythms in fatigue, alertness and performance. Cogn Neuropsychol; 2000.391-99. 19. Amin, Maryam Muhammad.Influence of circadian rhythm on the physical and mental performance.Louisiana State University; Thesis. 2006. . 20. Maire M, Reichert Caroline F, Schmidt C. Sleep –wake rhythm and cognition. J Cogn Behav Psychother. 2013;13:133-47. 21.Whitmire AM, Leveton LB, Barger L, Brainard G, Dinges DF, Klerman E, et al. Risk of performance errors due to sleep loss, Circadian Desynchronization, Fatigue, and Work Overload. NASA Jhon Space Center.Human Research Program Requirements Document; 2009. 22. Vindhani Y. To study effect of sleep inertia on cognition and psychomotor task. Kartanaka. India: Rajiv Ghandi University of HealthScience; Thesis. 2011. 23. Sutton LH, Perez VB, Garcia RF, Mansalvo EC, Morales CF. Effect of sleep deprivation, on cognitive and psychomotor Skills and Its relationship with personal characteristics of resident physician. Cir Cir. 2013;81: 207-15 24. Murray D, Dodds C. The effect of sleep disruption on perfomance of anaesthetist – A pilot Study. Anaesthesia. 2003;58:520-5.. 26. Sutton, Liz Hamui, Virginia Baradin Perez,, Garcia Ruth Puentes, Monsolvo E C, Morales C F. Effects of sleep deprivation on cognitive and psychomotor skills and Its relationship with personal characteristics of resident physicians. Cir Cir. 2013:297-303. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
59
27.Durmer JS, Dinges DF. Neurocognitive consecuences of sleep deprivation. Cogn Neuropsychol. 2005;25:117-29. 28.Williamson AM, Feyer AM. Moderate sleep deprivation impairment in cognitive and motor perfomance equivalent to legally prescribed levels of alcohol intoxication. Occupation Environment Medicine. 2000;57:649 - 55. 29.Weinger MB, Ancoli S. Sleep deprivation and clinical perfomance. JAMA. 2002;287:955-9. 30.Dawson, Drew. Quantitative similarity betwen the cognitive psychomotor perfomance decreament associated with sustained wakefulness and intoxication Quensland Mining Industry Health And Safety Confrence Procedings; 1998; Quensland: The Centre for Sleep Reseach; 1998. 31.Nasredine Z, Philips S, N Bedrian, Charbonneau V, Whitehead S, Collin V, et al. The Montral Cognitive Assesment, MoCA : A brief screening tool for mild cognitive impairment. JamGeriatrSoc. 2005;53:695-700. 32.Deirdre M, Doelflinger Carolan. Mental status assesment in older adult : montreal cognitive assesment : MoCa version 7.1 (Original Version). JAmGeriatrSoc. 2012;3(2).723-30 33.Husein N, Lumempouw S, Ramli Y, Herwutanto. Uji validitas dan reabilitas Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia ( MoCA-Ina) untuk skrinning gangguan fungsi kognitif: Universitas Indonesia; 2009. 34 Trites R. Grooved pegboard test di unduh dari www.lafayetteinstrument.com: Lafayette Instrument.; 2002 pada 30 januari 2014 . 35.Instrument L. Groved Pegboard Test User Instruction.2002. di unduh dari www.lafayetteinstrument.com. pada 12 february 2014. 35.Yancosek KE, Howell D. A narrative review of dexterity assessments. Journal of Hand Therapy. 2009. 270-7. 36.Knopman, David S, Boeve Bradly F, Petersen. RC. Essential of the proper diagnose of mild cognitive impairment, dementia and major subtypes of dementia. Mayo Clinic Proc. 2003;78:1290-308. 37. 39.Shankar S. Biology of aging brain. Indian J Pathol Microbiol. 2010:595604..
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
60
38. Zhang Z. Gender differentials in cognitive impairment decline of the oldest old in China. J Gerontology B Psychol Sci Social 2006:56-66. 39. Jhon, F Anthony,
Marin J Amstey, Helen C, Bryans Dodger. Gender
Differences in cognitive abilities : The mediating role of health state and health habit.Intellegence.2004;32.7-23 40. Kimura,Doren. Sex, sexual orientation and sex hormones influences human cognitive function.Cognitive neurosci.254-63 41.Lane H-Y, Hung C-H, Chang W-H. Genetic factors influencing cognitive function. Acta Neurol Taiwan 2003;12(12):144 - 22. 42 Swanson KL. The impack of narcotics on cognitive functioning in patient at the Ann Arbor VA. Thesis. University of Michigan; 2010. 43. Arnstein, Amy F T. Catecolamine modulation of prefrontal cortical cognitive function. Trends In Cog Sci.1998.2.251-62. 44. Meeusen, Romain, Philip Watson, Hiroshi Haesegawa, Bart Roland, Maria F Piacentini.
Central
fatigue
the
serotonin
hypotesis
and
beyond.Sport
Med.2006.881-909. 45. Pesta, Dominik H, Sidharta S Angadh, Martin Burtcher, Cristian K Robert. The effect of cafein, nicotine, ethanol, and tetrahydrocannabinol on perfomance. J Nutr Metab.2013.60-71 46. Giles, Grace E, Caroline R Mahoney, Tad T Brunye, Aron L Gardony, Holly a Taylor, Robin B Kanarek et all.Differential cognitive effect of energy drink ingredients : caffeine, taurine, and glucose. Pharmacol, Biochem and Behav.2012;102.569-77 47 Narita H, Odawara T, Iseki E, Kosaka K, Hirawasu. Y. Psychomotor retardation correlates with frontal hypoperfution and the modified stroop test In patients with major depression under 60 Years Old. Psychiat and Clin Neuros. 2004;58:389-95. 48.Etgen T, sander D, Bickel H, Sander K, Forstel. H. Cognitive decline: The relevance of diabetes, hyperlipidemia, and hypertension. Br J Diabetes Vasc Dis. 2010;10:9. 49.
B Herman, Saidenberg M. Epilepsy and cognition. Epilepsy Curr.
2007;71:1-6. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
61
50.
S Dekosky, Ikanovic M, Gandu M. Traumatic brain injury, football,
warfare and longterm effect. N Engl J Med. 2010;36:1293-7. 51.
K Lindel, Marks D, Kolsum D. HIV associated neurocognitive disorder ;
pathogenesis and therapeutic opportunities. J Neuroimmune Pharmacol. 2010:294-309. 52.
Undang - Undang Republik Indonesia No 35 tahun 2009 Tentang
Narkotika.
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
62
Lampiran 1 : MoCa-Ina
MONTREAL COGNITIVE ASSESSMENT INDONESIA (MoCA-Ina) KEMAMPUAN MENGENAL RUANG DAN BENTUK/MELAKSANAKAN TUGAS Menelusuri Jejak Secara Bergantian akhir
A
E
5
B
awal
2
1 D
4 3
C
nilai 1 menyalin kubus
Nilai 1 Menggambar Jam Dinding (Pukul sebelas lebih sepuluh menit) : Bentuk Jam ( ) Angka ( ) Jarum Jam ( ) Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
63
Nilai 3 Penamaan :
DAYA INGAT Wajah – Sutera – Mesjid– Anggrek – Merah Wajah
Sutera
Mesjid
Anggrek
Merah
Pemeriksaan 1 Pemeriksaan 2 Tidak ada nilai PERHATIAN Bacalah sederet angka (1 angka setiap detik) 1. Subyek harus menyebutkan kembali angka-angka tersebut dengan urutan maju =2–1–8 – 5 – 4. 2. Subyek harus menyebutkan kembali angka-angka tersebut dengan urutan terbalik = 7 – 4 -2 Nilai 2 Bacalah sederet huruf : Subyek harus menepuk tangannya setiap kali pemeriksa menyebutkan huruf A. Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
64
Tidak ada nilai bila kesalahan ≥ 2
FBACMNAAJKLBAFAKDEAAAJAMOFAAB Nilai 1
Melakukan serangkaian pengurangan tujuh angka, dimulai dari angka 100. 100 – 7, -7, dan seterusnya : 93 – 86 – 79 – 72 – 65 Nilai 3 KEMAMPUAN BERBAHASA Ulangi kalimat berikut ini: 1. Wati membantu saya menyapu lantai hari ini.
( )
2. Tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang ( ) Nilai 2 Kelancaran Berbahasa : Cara: sebutkan sebanyak-banyaknya kata yang dimulai dengan huruf S dalam waktu 1 menit. n≥ 11 kata, waktu 60 detik. Minimal 11 kata. Nilai 1 KEMAMPUAN ABSTRAK Kesamaan antar benda, misalnya pisang – jeruk = buah ( ) · kereta – sepeda
()
· Jam tangan – penggaris
()
Nilai 2
MEMORI TERTUNDA Subyek harus mengingat kembali kata-kata tanpa petunjuk WAJAH - SUTERA – MASJID – ANGGREK - MERAH Nilai 5 Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
65
KEMAMPUAN ORIENTASI 1. Tahun:
3. Hari :
5.
4. Tanggal:
6.
Tempat: 2. Bulan: Kota: Nilai 6
Jumlah __________/30 Tambahkan 1 angka bila pendidikan 10 - 12 tahun Tambahkan 2 angka bila pendidikan 4 - 9 tahun.
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
66
Lampiran 2 : Lembar keterangan lolos kaji etik
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
67
Lampiran 3 : Lembar persetujuan izin lokasi penelitian
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
68
Lampiran 4 : Formulir persetujuan mengikuti penelitian
Nama
:
Jenis Kelamin : Tanggal lahir :
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (FORMULIR INFORMED CONSENT)
Peneliti Utama
: dr. Muhammad Zulfadli Syahrul
Pemberi informasi
: dr. Muhammad Zulfadli Syahrul
Penerima informasi
:
Nama Subyek
:
Tanggal Lahir (Umur)
:
Jenis Kelamin
:
JENIS INFORMASI
ISI INFORMASI
1.
Judul Penelitian
Perubahan Fungsi Kognitif dan Psikomotor Peserta PPDS Anestesiologisi dan Terapi Intensif FKUI Setelah 32 jam kerja.
2.
Tujuan Penelitian
Mengetahui perubahan fungsi kognitif dan psikomotor setelah 32 jam kerja.
TANDAI
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
69
3.
Metodologi Penelitian
Kohort prospektif
4.
Resiko & Efek samping dalam penelitian
Tidak ada
5.
Manfaat penelitian termasuk manfaat bagi subjek penelitian
Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi Departemen Anestesiologisi dan manajemen rumah sakit dalam membuat kebijakan jam kerja bagi peserta PPDS
6.
Prosedur Penelitian
Subyek akan mengisi kuisioner dan mengerjakan grooved pegboard sebelum jam 7 pagi dan pukul 15 setelah jam jaga berakhir
7.
Ketidaknyamanan subyek penelitian (potential discomfort)
Subyek mengisi kuisioner dan mengerjakan groved pegboard sebelum jam 7 pagi dan pukul 15 setelah jam jaga berakhir.
8.
Alternatif penelitian
-
9.
Penjagaan kerahasiaan data
Semua data penelitian ini akan diberlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan untuk disalahgunakan oleh orang lain.
10.
Kompensasi bila terjadi efek samping
Penelitian ini tidak ada perlakuan khusus sehingga tidak ada efek samping dari penelitian ini. .
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
70
11.
Nama dan alamat peneliti serta nomor telepon yang dapat dihubungi
dr. M Zulfadli Syahrul komplek perum bermis flat a lantai 2 no 3 hp:081219753623
12.
Bahaya potensial
-
13.
Biaya yang timbul
Subyek tidak dikenakan biaya
14.
Intensif bagi subyek
Tidak ada
Setelah mendengarkan penjelasan pada halaman 1 dan 2 mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh dr. Muhammad Zulfadli Syahrul dengan judul: Perubahan Fungsi Kognitif dan Psikomotor Peserta PPDS Anestesiologisi dan Terapi Intensif FKUI setelah 32 jam kerja, informasi tersebut telah saya pahami dengan baik. Dengan menandatangani formulir ini, saya menyetujui untuk diikutsertakan dalam penelitian diatas dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun. Apabila suatu waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
71
___________________________
_______________________
Tanda Tangan Subyek atau cap Jempol
Tanggal
___________________________ Nama Subyek
Saya telah menjelaskan kepada subyek secara benar dan jujur mengenai maksud penelitian,
manfaat
penelitian,
prosedur
penelitian,
serta
resiko
dan
ketidaknyamanan potensial yang mungkim timbul (penjelasan terperinci sesuai dengan hal yang Saya tandai diatas). Saya juga telah menjawab pertanyaanpertanyaan terkait penelitian dengan sebaik-baiknya.
___________________________
________________
Tanda tangan peneliti
Tanggal
___________________________ Nama peneliti Inisial Subyek ___
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014
72
Lampiran 5 Form Penelitian FORMULIR PENELITIAN Nama : Usia :
tanggal lahir :
Jenis kelamin : laki – laki/ perempuan Tingkatan jaga : Semester : Riwayat penyakit dahulu : Apakah anda mempunyai riwayat penyakit pada
1.
sistem saraf pusat
(cedera kepala, infeksi intra kranial, stroke, epilepsi, tumor otak )? ya/ tidak 2.
Apakah anda mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus? Ya/tidak
3.
Apakah anda mempunyai riwayat penyakit darah tinggi?
4.
Apakah anda mempunyai riwayat penyakit depresi berat? Ya/tidak
5.
Apakah anda sedang dalam penggunaan obat psikotropika/narkotika ?
ya/tidak
ya/tidak 6.
Apakah pada tangan dominan anda terdapat kelainan/cacat atau
mengalami cedera/ trauma hingga menggangu fungsinya? Ya/tidak Jika anda mengalami salah satu di atas, maka anda tidak diikut sertakan dalam penelitian.
Apakah anda dapat tidur ≥ 5 jam, tanpa terbangun/ terganggu dari tidur pada saat jam kerja? Ya/tidak
Berapa paling lama anda dapat tidur selama tanpa terputus?
Nilai MoCa-Ina jam 07 : Nilai Moca –Ina jam 15 pada hari berikutnya : Nilai grooved pegboard jam 07 : Tangan dominan :
tangan non dominan :
Nilai grooved pegboard jam 15 pada hari berikutnya : Tangan dominan :
tangan non dominan :
Universitas Indonesia
Perubahan fungsi..., Muhammad Zulfadli Syahrul, FK UI, 2014