BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.20/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011
PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2011 ¾ Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2011 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,2 persen dibandingkan nilai triwulan IV/2010 (q to q). Dari sisi lapangan usaha, kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh kenaikan yang terjadi di sektor-sektor dominan seperti sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan (1,0 persen), sektor pengangkutan-komunikasi (0,6 persen), sektor jasa-jasa (0,4 persen), dan sektor listrik-gas-air bersih (0,2 persen). Dari sisi pengeluaran, kondisi tersebut disebabkan oleh kenaikan komponen ekspor (1,1 persen), dan pengeluaran konsumsi rumahtangga (0,8 persen).
¾ Sementara PDRB triwulan I/2011 dibandingkan dengan PDRB triwulan I/2010 (y on y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,7 persen. Dari sisi lapangan usaha semua sektor mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambanganpenggalian yakni 18,3 persen, kemudian disusul oleh sektor pengangkutan-komunikasi sebesar 14,1 persen dan sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar 6,9 persen. Dari sisi komponen pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pembentukan modal tetap bruto ( PMTB) sebesar 13,5 persen dan diikuti oleh impor yaitu sebesar 12,9 persen,
¾ Besaran PDRB DKI Jakarta atas dasar harga berlaku pada triwulan I/2011 mencapai Rp 233,2 triliun, sedangkan
atas
dasar
harga konstan 2000 mencapai Rp 102,2 triliun.
Dari sisi lapangan usaha, peranan tiga sektor utama yakni sektor keuangan-real estatejasa perusahaan, sektor perdagangan-hotel-restoran, serta sektor industri pengolahan terhadap struktur perekonomian DKI Jakarta sekitar 64,3 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pada triwulan I/2011 sebagian besar PDRB Provinsi DKI Jakarta digunakan untuk memenuhi konsumsi rumahtangga, yakni sebesar 57,0 persen dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 35,3 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 20/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011
1
I. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2011 bila dibandingkan dengan triwulan IV/2010 (q to q) menunjukkan laju pertumbuhan positif, sebesar 0,2 persen. Secara siklus kegiatan ekonomi, pertumbuhan pada triwulan pertama cukup menjanjikan perubahan dalam setahun karena ini menunjukkan kapasitas aliran dana yang mulai menggeliat. Pertumbuhan positif ini terjadi karena adanya peningkatan nilai tambah pada sektor keuanganreal estat-jasa perusahaan sebesar 1,0 persen, sektor pengangkutan-komunikasi sebesar 0,6 persen, sektor jasa-jasa sebesar 0,4 persen, sektor listrik-gas-air bersih sebesar 0,2 persen. Di sisi lain sektorsektor yang mengalami penurunan nilai tambah dan tumbuh negatif adalah sektor pertanian sebesar minus 0,1 persen, pertambangan-penggalian sebesar minus 2,2 persen, sektor industri pengolahan minus 1,0 persen, sektor konstruksi sebesar minus 0,2 persen, dan sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar minus 0,3. Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Menurut Lapangan Usaha (Persentase) Lapangan Usaha
Triw IV/2010 terhadap TriwIII/2010
Triw I/2011 terhadap Triw IV/2010
Triw I/2011 terhadap triw I/2010
Sumber Pertumbuhan y on y
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pertanian
-0,7
-0,1
2,4
0,0
Pertambangan dan Penggalian
9,0
-2,2
18,3
0,0
Industri Pengolahan
1,6
-1,0
4,8
0,7
Listrik, Gas, dan Air Bersih
0,4
0,2
4,1
0,0
Konstruksi
2,2
-0,2
6,7
0,7
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
1,9
-0,3
6,9
1,5
Pengangkutan dan Komunikasi
4,1
0,6
14,1
1,6
Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
1,0
1,0
4,9
1,4
Jasa-jasa
2,0
0,4
6,4
0,8
PDRB
1,9
0,2
6,7
6,7
PDRB Tanpa Migas
1,9
0,2
6,7
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
PDRB
triwulanan
bila
dibandingkan
dengan
triwulan
yang
sama
tahun
sebelumnya
mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. PDRB DKI Jakarta triwulan I/2011 jika dibandingkan dengan triwulan I/2010 (y on y) secara total tumbuh 6,7 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan-penggalian, yakni sebesar 18,3 persen, kemudian diikuti oleh sektor pengangkutan–komunikasi sebesar 14,1 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar 6,9 persen, sektor konstruksi sebesar 6,7 persen, keuangan-real estate-jasa perusahaan sebesar 4,9 persen, sektor industri pengolahan sebesar 4,8 persen, sektor listrik–gas-air bersih sebesar 4,1 persen, dan sektor pertanian sebesar 2,4 persen. 2
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 20/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011
Kajian lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan masing-masing sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta selama periode tertentu. Sektor-sektor ekonomi dengan nilai nominal besar tetap akan menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi meskipun pertumbuhan sektor yang bersangkutan relatif kecil. Begitu pula sebaliknya. Ini semua tentunya tercipta jika iklim perekonomian dan politik relatif stabil. Pada triwulan I/2011, sumber pertumbuhan terbesar diberikan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor keuangan-real estatejasa perusahaan. Sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor jasa-jasa menyumbang pertumbuhan dibawah satu persen. Sedangkan sektor listrik-gas-air bersih, sektor pertambanganpenggalian dan sektor pertanian peranannya sangat kecil dalam mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan I.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 20/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011
3
II. Nilai PDRB menurut Lapangan Usaha Triwulan IV/2010 dan Triwulan I/2011
PDRB DKI Jakarta mencerminkan kemampuan produksi dari sektor-sektor ekonomi yang ada di Jakarta tanpa memperhitungkan dari mana asal faktor produksi yang digunakan dalam proses produksinya. Nilai tambah yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi kemudian diperhitungkan menurut harga tahun dasar untuk dapat melihat pertumbuhan produksi secara riil. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan pengaruh harga pada besaran yang tercipta. PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi DKI Jakarta pada triwulan I/2011 adalah sebesar Rp 233,2 triliun, sedangkan pada triwulan IV/2010 sebesar Rp 229,8 triliun, atau terjadi peningkatan Rp 3,4 triliun. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, PDRB triwulan I/2011 mencapai Rp 102,2 triliun dan triwulan IV/2010 adalah Rp 102,1 triliun. Selama triwulan I/2011, berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menghasilkan nilai tambah bruto produk barang dan jasa terbesar adalah sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan sebesar Rp. 65,0 triliun, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar Rp. 48,2 triliun, dan sektor industri pengolahan sebesar Rp 36,6 triliun. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, ketiganya menghasilkan nilai tambah masing-masing sebesar Rp 28,6 triliun untuk sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, Rp 22,2 triliun untuk sektor perdagangan-hotel-restoran, dan Rp 15,4 triliun untuk sektor industri pengolahan. Tabel 2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Berlaku
Konstan 2000
LAPANGAN USAHA
(1)
Pertanian
Triw IV/2010
Triw I/2011
Triw IV/2010
Triw I/2011
(2)
(3)
(4)
(5)
225,5
228,8
77,2
77,1
1.079,7
1.218,6
264,6
258,9
36.016,5
36.603,3
15.521,4
15.373,4
2.320,8
2.344,7
658,8
659,9
Konstruksi
26.123,3
26.464,6
10.642,3
10.620,0
Perdagangan, Hotel dan Restoran
47.618,6
48.222,9
22.216,9
22.149,6
Pengangkutan dan Komunikasi
23.582,3
23.789,7
12.479,2
12.553,9
Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
63.816,6
65.007,9
28.341,4
28.633,8
Jasa-jasa
28.983,3
29.265,0
11.851,8
11.903,7
PDRB
229.766,6
233.145,4
102.053,5
102.230,3
PDRB Tanpa Migas
228.686,9
231.926,8
101.788,9
101.971,3
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Bersih
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
4
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 20/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011
III. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2010 dan Triwulan I Tahun 2010 - 2011 Selama tahun 2009 dan 2010 perekonomian DKI Jakarta masih didominasi oleh sektor keuanganreal estat-jasa perusahaan, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor industri pengolahan. Pada tahun 2009 ketiganya memberi kontribusi sebesar 64,4 persen dan pada tahun 2010 kontribusi ketiganya sedikit menurun menjadi 64,2 persen. Pada triwulan I/2011 nilainya relatif stabil pada kisaran 64,3 persen. Secara umum, peranan ketiganya berkisar antara 28 persen untuk sektor keuangan-real estatjasa perusahaan, 21 persen untuk sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sekitar 16 persen untuk sektor industri pengolahan. Tinjauan terhadap sektor menunjukkan adanya penurunan pada semua sektor, kecuali sektor pertambangan-penggalian, sektor pengangkutan-komunikasi dan keuangan-real estatejasa perusahaan yang mengalami peningkatan kontribusi terhadap perekonomian DKI Jakarta. Seperti halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2011 juga masih didominasi oleh sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, sektor perdaganganhotel-restoran, dan sektor industri pengolahan dengan kontribusi masing-masing sebesar 27,9 persen, sebesar 20,7 persen dan sebesar 15,7 persen. Bila dibandingkan triwulan I/2010, pada triwulan I/2011 hampir semua sektor mengalami penurunan kontribusi kecuali sektor konstruksi, sektor perdaganganhotel-restoran dan sektor pengangkutan-komunikasi yang mengalami kenaikan. Tabel 3. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2010 dan Triwulan I Tahun 2010-2011 (Persentase)
Lapangan Usaha
2009
2010
(1)
(2)
Pertanian
Triwulan I
(3)
2010 (4)
2011 (5)
0,1
0,1
0,1
0,1
Pertambangan dan Penggalian
0,4
0,4
0,4
0,5
Industri Pengolahan
15,6
15,7
15,7
15,7
Listrik, Gas dan Air Bersih
1,1
1,1
1,1
1,0
Konstruksi
11,4
11,4
11,5
11,4
Perdagangan, Hotel dan Restoran
20,6
20,7
20,7
20,7
Pengangkutan dan Komunikasi
9,9
10,2
10,1
10,2
Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
28,2
27,7
27,8
27,9
Jasa-jasa
12,7
12,7
12,7
12,6
100,0
100,0
100,0
100,0
PDRB DKI Jakarta Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 20/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011
5
IV. PDRB menurut Pengeluaran Triwulan I Tahun 2011 Dari sisi pengeluaran, PDRB DKI Jakarta dipengaruhi oleh berbagai komponen permintaan, yaitu pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, dan ekspor-impor. Tinjauan struktur PDRB menurut komponen pengeluaran menunjukkan alokasi penggunaan PDRB yang tercipta di suatu daerah pada satu kurun waktu tertentu. Selama triwulan I/2011 komponen konsumsi rumahtangga masih mendominasi pengeluaran dengan memberikan kontribusi sebesar 57,0 persen (Rp 132,9 triliun), kemudian diikuti komponen impor dan ekspor masing-masing sebesar 55,3 persen (Rp 128,8 triliun) dan 53,2 persen (Rp. 124,1 triliun). Selanjutnya, kontribusi yang berasal dari komponen PMTB mencapai 35,3 persen, atau menyerap sekitar Rp 82,4 triliun dari total PDRB, dan berasal dari komponen konsumsi pemerintah sebesar 8,6 persen, atau sebesar Rp 20,0 triliun. Tabel 4. PDRB Menurut Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Nilai (Miliar Rp) No
Struktur (Persen)
Komponen Pengeluaran
(1)
(2)
Triw IV/2010
Triw I/2011
Triw IV/2010
Triw I/2010
(3)
(4)
(5)
(6)
129.594,7
132.878,5
56,4
57,0
1
Konsumsi Rumahtangga
2
Konsumsi Pemerintah
25.463,2
19.982,5
11,1
8,6
3
PMTB
80.708,3
82.393,5
35,1
35,3
4
Ekspor
119.139,1
124.110,9
51,9
53,2
5
Minus Impor
126.825,3
128.819,0
55,2
55,3
229.766,6
233.145,4
100,0
100,0
PDRB Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta
Tinjauan terhadap laju pertumbuhan triwulan I/2011 terhadap triwulan IV/2010 (q to q) menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 0,2 persen. Bila dilihat secara komponen, pengeluaran konsumsi pemerintah, PMTB, dan Impor adalah komponen dengan pertumbuhan dibawah nol persen, yaitu masing-masing sebesar, minus 26,3 persen, minus 1,0 persen dan minus 1,6 persen. Sementara itu, komponen yang tumbuh diatas nol persen adalah konsumsi rumahtangga dan ekspor yaitu sebesar 0,8 persen dan 1,1 persen. Membaiknya perekonomian dunia berimbas pada menguatnya permintaan dunia terhadap produk Jakarta, sehingga ekspor tumbuh 1,1 persen. Sementara itu komponen PMTB dan konsumsi Pemerintah masih tumbuh negatif yaitu minus 26,3 persen untuk komponen PMTB dan minus 1,0 persen untuk konsumsi pemerintah. Kinerja ekonomi di triwulan pertama yang masih rendah atau kapasitas produksi yang belum optimal menjadi penyebab melemahnya PMTB dan impor. Demikian pula dengan konsumsi pemerintah yang tumbuh negatif karena masih rendahnya realisasi belanja APBN dan APBD.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 20/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011
Tinjauan terhadap pertumbuhan triwulan I/2011 dibandingkan dengan triwulan I/2010 (y on y) menurut komponen pengeluaran menunjukkan bahwa Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 13,5 persen. Pertumbuhan ini utamanya di dorong oleh pertumbuhan sektor pengangkutan-komunikasi yang masih tinggi. Terbesar kedua adalah impor (12,9 persen), kemudian diikuti ekspor (10,3 persen), dan konsumsi rumahtangga (6,7 persen). Sedangkan konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,8 persen. Hal ini disebabkan belanja pemerintah di triwulan I/2011 mulai melakukan pembelanjaan proyek-proyek infrastruktur lebih besar dari pada triwulan I/2010. Tabel 5. PDRB menurut Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan 2000 Nilai (Milliar Rp) No
Komponen Pengeluaran
(1)
(2)
1
Konsumsi Rumahtangga
2
Konsumsi Pemerintah
3
Pertumbuhan (%)
Triw IV/2010
Triw I/2011
Triw I/2011 terhadap Triw IV/2010
Triw I/2011 terhadap Triw I/2010
(3)
(4)
(5)
(6)
54.106,8
54.531,8
0,8
6,7
5.890,1
4.343,4
-26,3
4,8
PMTB
36.388,5
36.035,5
-1,0
13,5
4
Ekspor
68.594,3
69.318,3
1,1
10,3
5
Minus Impor
64.337,6
63.329,7
-1,6
12,9
102.053,5
102.230,3
0,2
6,7
PDRB Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 20/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011
7
BPS PROVINSI DKI JAKARTA Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Dwi Paramita Dewi, ME Bidang Neraca Wilayah & Analisis Statistik
Telepon Fax e-mail Homepage
8
: : : :
021-42877301 021-42877350
[email protected] http://jakarta.bps.go.id/
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 20/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011