PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PELAKSANAAN PENYULUHAN (Studi Implementasi Penyuluhan di Kec. Junrejo Kota Batu Jawa Timur) Oleh : Ugik Romadi dan Hamyana Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang Corr :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap penggunaan media audio visual dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian serta menganalisis perubahan pengetahuan petani setelah pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan media audio visual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol.Dalam bidang sains, penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam metode ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari penelitian-penelitian lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan media audio visual (video penyuluhan) dapat diterima oleh petani secara lebih luas dari semua kalangan, selain lebih mudah dalam memahami isi materi yang disampaikan, petani juga dapat langsung melihat proses/ tahapan dari isi materi tersebut karena melibatkan lebih banyak indera untuk menerima rangsangan yang disampaikan. Kata kunci :Persepsi petani, media audio visual ABSTRACT This study aimed to describe the perception of farmers on the use of audio-visual media in agricultural extension and analyze changes in farmers’ knowledge after the implementation of the extension by using audio-visual media. The method used in this study is an experimental method that is part of quantitative methods, and has its own characteristics, especially n the using of control group. In the field of science, research can use experimental designs because variables can be selected and other variables that can affect the experimental process can be strictly controlled. Thus, in this method, the researchers manipulate at least one variable, controlling for other variables that are relevant, and observe the effect on the dependent variable. Manipulation of the independent variable is characteristic distinct of the experimental research with other studies. The results showed that agricultural extension by using audiovisual media (video extension) can be received by more farmers. By using audio-visual media farmers are able to see the whole process of an agricultural technique. Audio-visual media involves more farmer’s senses to receive stimuli delivered by extension worker. All of these reasons make farmers easier to understand the content of the extension. Keywords:Farmers’ perception, audio-visual media
37
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 11 No. 1, Mei 2016
PENDAHULUAN Penyuluhan pertanian hanya sebagai “faktor pelancar”, pengalaman di Indonesia menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan menjadi sangat mutlak, sebagai pemicu sekaligus pemacu, atau yang lebih sering dikatakan sebagai “ujung tombak” pembangunan pertanian (Mardikanto, 2008). Jika dilihat dari 4 unsur komunikasi yang ada yaitu kominikator, pesan, media dan komunikan, maka media memiliki peranan yang sangat vital dalam keberhasilan proses komunikasi yang dalam hal ini adalah proses penyuluhan. Media dipilih agar materi yang disampaikan dapat tepat sasaran, sehingga jika berbicara masalah penyuluhan pertanian tidak terlepas dari materi yang akan disampaikan. Materi penyuluhan, pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat penerima manfaatnya. Dengan kata lain, materi penyuluhan adalah pesan yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi pembangunan. Sehubungaan dengan itu, pesan yang disampaikan dalam setiap proses komunikasi dapat dibedakan dalam bentuk-bentuk pesan yang bersifat: informatif, persuasif, dan intertainment. Selain itu, pesan yang disampaikan dalam proses penyuluhan harus bersifat inovatif yang mampu mengubah atau mendorong terjadinya perubahan perubahan ke arah terjadinya pembaharuan dalam segala aspek kehidupan masyarakat penerima manfaat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Informasi atau pesan dapat disampaikan secara langsung dengan tatap muka atau tidak langsung dengan menggunakan media penyuluhan pertanian. Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian
adalah penyampaian informasi dan teknologi pertanian kepada penggunanya menggunakan media penyuluhan. Berbagai media penyuluhan dapat digunakan untuk megemas informasi dan teknologi yang akan disampaikan kepada petani sebagai pengguna teknologi seperti: media tercetak, media audio, media audio visual, media berupa obyek fisik atau benda nyata. Secara umum dapat dikatakan bahwa media merupakan suatu perantara yang digunakan dalam proses belajar. Tujuan penggunaan media adalah untuk memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan sasaran. Dengan demikian media berperan penting dalam memberikan pengalaman kongkrit dan sesuai dengan tujuan belajar. Media apapun yang digunakan, pada prinsipnya harus dapat meningkatkan efektivitas dan kelancaran proses belajar terutama dalam memperjelas materi yang dipelajari sehingga dapat mempercepat terjadinya perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dikalangan kelompok sasaran. Media lebih mengkongkritkan pesandari komunikator kepada komunikan (sasaran), sasaran lebih cepat menangkap materi, media mampu memotivasi dan mampu memusatkanperhatian.Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan kajian mengenai persepsi petani terhadap penngunaan media audio visual dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap penggunaan media audio visual dalam pelaksanaan peyuluhan pertanian serta Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Media Audio Visual................. menganalisis perubahan sikap petani setelah pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan media audio visual.
38
METODE Penelitian ini mengkaji hubungan perubahan perilaku petani pada penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian. Berdasarkan kajian terebut maka metode yang digunakan ialah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kecamatan Junrejo Kota Batu Jawa Timur. Populasi adalah keseluruhan responden penelitian. Dalam penelitian ini responden penelitian adalah seluruh anggota kelompoktani Sekar Abadi, Desa Pendem, Kecamatan Junrejo Kota Batu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara sensus, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 61 petani dari anggota kelompok tani sekar abadi. Teknik pengambilan sampel ini dipakai dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang kondisi sebenarnya. Alasan lainnya kenapa metode ini digunakan yaitu jumlah populasi dianggap tidak terlalu banyak dan mudah dalam mengumpulkan datanya. Cara sensus ini biasanya dikenal dengan istilah total sampling atau Complete Enumeration yang digunakan jika jumlah populasi dari suatu penelitian tidak terlalu banyak (Prasetyo dan Jannah, 2005). Beberapa teknik yang diterapkan dalam mengumpulkan data primer dari responden yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Wawancara Wawancara dilakukan secara semi terstruktur, yaitu struktur wawancara tidak terlalu ketat, lebih fleksibel mengenai urutan topik yang dibahas, namun memberikan
kesempatan kepada responden untuk jujur dan terbuka. Kegiatan wawancara ini ditujukan untuk mengetahui kebutuhan petani terhadap materi yang akan disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, sehingga materi yang disampaikan benar-benar dapat bermanfaat bagi pengembangan usaha taninya. Seluruh hasil wawancara tersebut kemudian direkontruksi menjadi berkas catatan peneliti. Hasil dari catatan tersebut merupakan kesimpulan yang dijadikan dasar oleh peneliti untuk membuat pertanyaan yang lebih mendalam terhadap fokus penelitian. Bersamaan dengan analisis lapangan setiap selesai memperoleh data, peneliti melakukan analisis selama melakukan wawancara. Teknik lebih lanjut pada bagian analisis data. 2) Dokumentasi Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dari petani sampel adalah dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. 3) Penyebaran Daftar Pertanyaan/Angket Penyebaran daftar pertanyaan/angket artinya menyerahkan daftar pertanyaan pada responden untuk diisi dengan santai dan penuh sadar di rumah masing-masing. Pengisian responden yang bebas diharapkan bisa mendapatkan data apa adanya dan tanpa tekanan dari pihak manapun. 39
Penyebaran daftar pertanyaan/angket ini menggunakan tingkat pengukuran secara interval. Tentang hal ini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu salah satunya dengan menggunakan Skala Likert (Riduwan, 2008). 4) Studi Pustaka Merupakan kumpulan buku-buku referensi, artikel, jurnal, hasil penelitian yang memiliki relevansi pendekatan teoritik yang digunakan dalam penelitian. Beberapa
pustaka yang digunakan adalah terkait dengan kajian mengenai perubahan perilaku petani dalam penyuluhan pertanian. Uji instrumen penelitian meliputi uji validitas dan uji reliabilitas instrument penelitian. Uji instrumen penelitian dilakukan terhadap 15 orang responden yang merupakan bagian dari populasi yang diteliti, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Untuk Pengukuran Variabel X dan Y Variabel Skr Item Alpha cronbach 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X rxy1) 0.913 0.650 0.665 0.775 0.857 0.724 0.696 0.682 0.765 0.777 0.914 2) rtabel 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 Validitas V V V V V V V V V V Reliabel Y rxy1) 0.596 0.872 0.872 0.596 0.872 0.863 0.872 0.898 2) rtabel 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 Validitas V V V V V V V Reliabel
1. Uji Validitas Pada penelitian ini, uji validitas instrument penelitian dilakukan melalui pengajuan validitas isi dan konstruksi dilanjutkan dengan uji validitas butir. Uji validitas isi dilakukan melalui kisi-kisi instrument sebelum menyusun daftar pertanyaan. Uji butir dengan mencari nilai korelasi product moment menggunakan program SPSS. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliable) dan jika alat ukur tersebut digunakan berkali-kali pada orang yang sama dan atau jika alat ukur tersebut digunakan kepada banyak orang
hasilnya akan sama. Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan di sini adalah dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Cronbach Alpha karena pilihan jawaban lebih dari dua, dengan rumus:
k S i r11 1 st k 1
Keterangan: r11 = Nilai reliabilitas Si = Varian skor tiap item pertanyaan St = Varian total k = Jumlah item pertanyaan Hasil uji yang reliabel berarti bila instrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dengan 40
𝑟𝑠 = 1
Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Media Audio Visual...............................................(Ugik Romadi dan Hamyana)
demikian, instrumen penelitian telah memenuhi persyaratan reliabilitas dan layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis satistik korelasi sederhana (product moment). Sulistiyo (2011) menyatakan bahwa korelasi ini dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item/butir pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan butir-butir tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap. Penggunaan analisis korelasi sederhana ini digunakan karena paradigma penelitian ini adalah paradigm ganda dengan satu variable independen dan tiga variable dependen yaitu mencari besarnya hubungan antara X dan Y. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah media audio visual (X), sedangkan variabel terikatnya adalah Sikap (Y) Sugiyanto (2004). Dalam mencari hubungan digunakan teknik statistik Korelasi Spearman (rank spearman). Rumus Korelasi Spearman, sebagai berikut :
Keterangan : rs = nilai hubungan atau koefisien korelasi Rangk-Spearman d = Disparitas (simpangan atau selisih rangking) n = Jumlah responden HASIL DAN PEMBAHASAN Media Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar. Media audio visual adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat sasaran mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. a. Variabel Media Audio Visual (X) Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, diperoleh data penilaian responden terhadap variabel independen berupa penggunaan media audio visual. Deskripsi data penelitian berdasarkan tingkatan kategori disajikan pada Tabel 2 dan berdasarkan variabel indikator disajikan pada Tabel3.
Tabel 2. Persepsi Petani terhadap Variabel Media Audio Visual Berdasarkan Tingkat Kategori Skor/Nilai Kategori Jml Variabel ∑ % (Kualitas Media) (org) Media Audio Visual Sangat rendah (1 - 10) Rendah (11 - 20) Sedang (21 - 30) Tinggi (31 - 40) 48 1800 37,5 78,7 Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 11 No. 1, Mei 2016 Sangat Tinggi (41 - 50) 13 601 46,2 21,3 Keterangan : n = Responden ∑ = Jumlah = Rata-rata % = Persentase 41
Persepsi petani terhadap penggunaan media audio visual dalam pelaksanaan penyuluhan dibagi menjadi lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Interval yang digunakan dari masing-masing kategori disesuaikan dengan jumlah pertanyaan pada variabel tersebut yaitu 10 pertanyaan. Hasil analisis data secara deskriptif yang disajikan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian besar (78,7 %) responden menyatakan kualitas media yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan berupa media audio visual adalah tinggi. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden, penggunaan media audio visual jarang dilakukan. Penggunaan media tersebut dapat lebih diterima oleh petani karena petani dapat langsung melihat dan mendengar apayang seharusnya akan dilakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap media penyuluhan berupa video penyuluhan tergolong tinggi dan sangat tinggi. Hal ini dikarenakan video penyuluhan merupakan salah satu medium komunikasi pendidikan yang memiliki daya pikat tersendiri karena karakteristiknya. Seperti dijelaskan oleh Padmo (2003) secara umum karakteristik video dapat menyajikan
gambar yang realistik dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi perspektif ruang dan waktu. Secara khusus karakteristik yang ditimbulkan oleh penggunaan media audio visual adalah: (a) mampu menambah atau mengurangi waktu sesuai dengan kebutuhan untuk dapat mengamati sesuatu kejadian; (b) memiliki kemampuan mengkompresi waktu yang dibutuhkan dalam mengamati suatu kejadian; (c) kemampuan untuk memperpanjang gerakan dengan cara melambatkan gerakan, sehingga dapat ditangkap oleh mata; (d) mampu menghidupkan kembali suatu peristiwa masa lalu; (e) penguasaan ketrampilan fisik memerlukan pengamatan berulang dan latihanuntuk dapat ditiru; (f) kemampuan potensial terhadap aspek emosional, dapat digunakan untuk mengasah kepribadian dan sikap sosial; dan (g) penyajian dramatisasi yang berakhir terbuka akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi mengenai akhir segmen. Komunikasi akan dianggap efektif atau berhasil, jika seluruh khalayak yang dilibatkan itu dapat menunjukkan pemahaman mereka tentang subjek yang disampaikan, setelah presentasi berakhir.
Tabel 3. Persepsi Petani terhadap Variabel Media Audio Visual Berdasarkan Indikatornya Variabel Media Audio Visual
Indikator 1) 2) 3) 4) 5)
Kesesuaian dengan tujuan Kosa kata Materi Waktu/Durasi Kesesuaian untuk berbagai sasaran 6) Kualitas validasi prosedur 7) Kualitas pedoman 8) Bahasa 9) Kualitas suara 10) Kualitas gambar
Rata-rata Nilai Sebelum Pelaksanaan Penyuluhan
Rata-rata Nilai Setelah Pelaksanaan Penyuluhan
2.2 2.5 2.4 2.5 2.4
4.0 3.9 3.8 4.0 3.9
2.3 2.3 2.3 2.5 2.3
4.0 4.0 3.9 4.0 4.1 42
Rata-rata 2.4 Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Media Audio Visual...............................................(Ugik Romadi3.9 dan Hamyana)
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 10 indikator yang ada terdapat perubahan nilai rata-rata persepsi petani terhadap media audio visual yang digunakan. Nilai dari masingmasing indicator adalah maksimal 5 dan minimal 1, rata-rata nilai yang diperoleh sebelum pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan media audio visual adalah 2.4 dan setelah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media audio visual diperoleh nilai rata-rata 3.9. Hal ini berarti terdapat perubahan persepsi petani terhadap penggunaan media audio visual dalam pelaksanaan penyuluhan. Setelah pelaksanaan penyuluhan kualitas gambar memiliki skor penilaian tertinggi. Hal ini berarti kualitas gambar merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pada penggunaan media audio visual terhadap proses penerimaan suatu informasi. Positifnya persepsi petani terhadap media yang digunakan dalam penelitian ini dikarenakan sudah disesuaikan dengan kebutuhan petani. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Siswosumarto (1999) bahwa, format video untuk mempersentasikan pesan kepada khalayak dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya format talk/ceramah, format diskusi, format wawancara/interview, format feature, format majalah, dan format drama yang berupa intruksional. Sesuai dengan maksud penelitian ini, format yang digunakan adalah format drama intruksional. Pemanfaatan media video dalam kegiatan penyampaian informasi penyuluhan pertanian, sampai saat ini masih sangat terbatas. Hal ini juga terjadi di wilayah penelitian ini, dimana sampai saat ini pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan media audio visual masih jarang dilakukan. Van den Ban (2003) mengemukakan bahwa film dan video
berguna untuk mengembangkan dan memperkuat motivasi karena dapat membangkitkan keterlibatan emosi petani pada masalah yang ingin didiskusikan penyuluh. Hal ini kerana media video atau sejenisnya seperti multimedia memerankan dua fungsi yang berbeda yaitu: memperbaiki proses alih informasi (terutama proses kognitif) dan mengembangkan atau memperkuat motivasi untuk perubahan (yang pada awalnya adalah proses emosional). Implikasi yang timbul akibat penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian sangatlah efektif seperti yang telah disajikan pada Tabel 3. Hal ini sesuai dengan penyataan Slamet (2003) yang mengemukakan bahwa televisi dan video pada umumnya merupakan media yang sangat efektif untuk masyarakat sasaran yang telah mampu berkomunikasi secara impersonal dan prasarananya telah tersedia dalam bentuk saluran-saluran televisi. Agar media audio visual berupa video penyuluhan efektif digunakan untuk menyampaikan pesan kepada petani, maka perencanaan pesan merupakan bagian yang paling penting. Pemilihan materi merupakan bagian perencanaan pesan yang diperlukan agar program yang dibuat sesuai dengan hasil yang diinginkan. Selain itu media juga harus tepat untuk mendukung isi materi penyuluhan yang sifatnya fakta, konsep, prinsip yang general agar dapat membantu proses pengajaran secara efektif. Media harus selaras dan menunjang tujuan penyuluhan yang telah ditetapkan serta sesuai dengan kebutuhan tugas penyuluh dan kemampuan mental petani. Materi penyuluhan menjadi pertimbangan penting dalam memilih media. Sesuai atau tidaknya materi dengan media yang digunakan akanberdampak pada hasil 43
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 11 No. 1, Mei 2016
penyuluhan. Ketersediaan media dilapangan atau memungkinkan bagi penyuluh mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang penyuluh. Media yang efektif untuk kerlompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. Mutu teknis pengembangan visual, baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persaratan teknis tertentu misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen yang berupa latar belakang. Berdasarkan gambaran di atas, kriteria pemilihan media audio visual memiliki kriteria yang harus diperhatikan antara lain: (1) Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri; (2) Efektifitas biaya, tujuan serta suatu teknis media pengajaran; (3) Harus luwes, praktis, dan media tahan untuk waktu yang lama; artinya bisa digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan (Sadiman, 2002)
Pemilihan media harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik petani sasaran. Pemilihan media audio visual dapat membantu petani dalam menyerap isi materi penyuluhan. Media yang dipilih harus mampu memberikan motivasi dan minat petani untuk lebih termotivasi agar lebih giat dalam menerapkan inovasi baru. Model pengembangan sumber daya manusia petani seperti ini merupakan wadah dan sarana proses belajar petani agar terjadi perubahan perilaku, di mana pada awalnya petani tersebut tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan tentang taknik pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dapat berubah ke perilaku baru yang mengusai tentang cara pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo S. (2010) bahwa pengetahuan-pengetahuan akan menimbulkan kesadaran, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. b. Perubahan Sikap (Y) Deskripsi data penelitian berdasarkan tingkatan kategori disajikan pada Tabel 5 dan berdasarkan indikator variabel disajikan pada Tabel 6.
Tabel 4. Perubahan sikap petani setelah penyuluhan Variabel Sikap
Kategori(Perubahan Sikap) Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
(1 - 5) (6 - 10) (11 - 15) (16 - 20) (21 - 25)
Jml(org) 4 49 8
Skor/Nilai ∑ 60 932 184
% 15,0 19,1 23,0
6,5 80,3 13,1
Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Media Audio Visual...............................................(Ugik Romadi dan Hamyana)
Keterangan :
n = Responden % = Persentase
∑
= =
Rata-rata Jumlah Perubahan sikap yang terjadi pada diri petani dalam pelaksanaan penyuluhan 44
menggunakan media audio visual dalam menerapkan hasil penyuluhan dibagi menjadi lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Interval yang digunakan dari masing-masing kategori disesuaikan dengan jumlah pertanyaan pada variabel tersebut yaitu 5 pertanyaan. Hasil analisis data secara deskriptif yang disajikan pada Tabel6, menunjukkan bahwa sebagian besar (> 80,3 %) responden berada pada kategori tinggi untuk menerima inovasi baru.
Hasil analisis pada Tabel4 menunjukkan bahwa perubahan sikap yang terjadi pada diri petani dalam berusaha tani secara umum tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan mereka sadar sepenuhnya bahwa setelah pelaksanaan penyuluhan menggunakan media audio visual mereka dapat langsung melihat dan mendengar secara detail isi pesan yang disampaikan.
Tabel 5. Persepsi petani terhadap variabel sikap berdasarkan indikatornya Variabel Sikap (afektif)
Indikator 1) 2) 3) 4) 5)
Penerimaan (Receiving/Attending) Tanggapan (Responding) Penghargaan (Valuing) Pengorganisasian (Organization) Karakterisasi Berdasarkan Nilainilai (Characterization by a Value or Value Complex) Rata-rata
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 5 indikator yang ada terdapat perubahan nilai rata-rata sikap petani terhadap materi yang disampaikan dengan menggunakan media audio visual dalam pelaksanaan penyuluhan. Nilai dari masing-masing indikator adalah maksimal 5 dan minimal 1. Rata-rata nilai yang diperoleh sebelum pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan media audio visual adalah 2.2 dan setelah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media audio visual diperoleh nilai rata-rata 3.9. Hal ini berarti terdapat perubahan sikap petani terhadap materi yang disampaikan dalam penyuluhan dengan menggunakan media audio visual. Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek,
Rata-rata Nilai Sebelum Pelaksanaan Penyuluhan 2.3 2.2 2.1 2.2 2.3
Rata-rata Nilai Setelah Pelaksanaan Penyuluhan 3.9 3.9 3.8 3.8 3.9
2.2
3.9
orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya. Terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan. Teknik pengukuran sikap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran sikap secara langsung yaitu bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal). Dengan teknik demikian, subjek juga tahu bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan atas ini mungkin akan mempengaruhi jawabannya. Ini salah satu problem yang sering dihadapi 45
dalam penggunaan teknik pengukuran secara langsung. Sebab kemungkinan untuk menjawab tidak jujur dalam arti tidak seperti apa adanya adalah besar sekali. Apabila kita ditanya tentang perasaan atau sikap kita terhadap tetangga, kemungkinan besar akan menjawab yang positif meskipun tidak demikian halnya. Sehingga teknik pengukurannya menggunakan wawancara terstruktur melalui kuesioner yang telah dipersiapkan. Petani dapat menerima inovasi baru setelah mengikuti pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan media audio visual. Menurut Notoatmodjo (2003) kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap, yaitu : (1) Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk berinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek yang akan dipelajari), yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi perhatian pada stimulus yang bersangkutan; (2) Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan; (3) Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention). Mungkin perhatian itu hanya tertuju pada warna, suara atau kata-kata tertentu saja Pada ranah afektif petani juga berpartisipasi langsung dalam pelaksanaan program penyuluhan dengan menggunakan media audio visual, mulai dari perencanaan termasuk menetapkan materi yang akan disampaikan hingga pada pelaksanaan penyuluhan. Pada ranah ini petani melakukan respon terhadap kegiatan yang dilakukan. Menurut Notoatmodjo (2003) ada tiga aksi yang direspon terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut: (1) Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding); (2) Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan; (3)
Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya. Penilaian merupakan tahapan yang paling inti dalam ranah afektif yaitu proses penentuan sikap untuk merespon secara langsung terhadap materi yang diberikan. Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa penilaian terbagi atas empat tahap sebagai berikut: (1) Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha memuaskan diri untuk menanggapi secara lebih intensif; (2) Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang dinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang dapat memuaskan perilaku menikmati, misalnya lukisan yang memuaskan; (3) Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-alasan tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman; (4) Komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagum atas keberanian seseorang, menunjukkan komitmen terhadap nilai keberanian yang dihargainya. Tahapan berikut ialah pada tahap pengorganisasian dimana antar anggota kelompok dapat saling berinteraksi untuk menentukan apakah inovasi yang diberikan dapat diterima atau tidak. Walaupun secara individu mereka dapat menerima tetapi secara kelompok belum tentu, sehingga mereka harus dapat merumuskan secara bersamasama tentang permasalahan tersebut. Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu seperti 46
Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Media Audio Visual...............................................(Ugik Romadi dan Hamyana)
pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai. Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa proses ini terjadi dalam dua tahapan, yakni: (1) Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain, atau menemukan asumsiasumsi yang mendasari suatu moral atau kebiasaan; (2) Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai dalam suatu sistem berdasarkan tingkat preferensinya. Dalam sistem nilai ini yang bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai pada tingkat yang amat penting, menyusul kemudian nilai yang dirasakan agak penting, dan seterusnya menurut urutan kepentingan.atau kesenangan dari diri yang bersangkutan. Tahap terakhir pada ranah ini ialah pembentukan pola atau karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem nilai. Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun, maka susunan itu belum konsisten di dalam diri yang bersangkutan. Artinya mudah berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap karakterisasi, sistem itu selalu konsisten. Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa proses ini terdiri atas dua tahap, yaitu: (1) Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu sudut pandang tertentu; (2) Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang memberi corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan.
disampaikan, petani juga dapat langsung melihat proses tahapan dari isi materi tersebut karena melibatkan lebih banyak indera untuk menerima rangsangan yang disampaikan. Perubahan sikap dapat terlihat setelah pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan media audio visual. Sikap petani dapat berubah karena dipengaruhi oleh adanya beberapa stimulus berupa faktor pendorong (driving forcé) salah satunya adalah media. Dalam pelaksanaan penyuluhan seorang penyuluh harus mampu memfasilitasi keterbatasan kemampuan petani dalam menerima suatu inovasi terutama dalam hal memahami isi materi penyuluhan sehingga mereka dapat menerima suatu inovasi yang diberikan. Media merupakan suatu alat bantu yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pelaksanaan penyuluhan. Penggunaan media audio visual dapat digunakan sebagai media yang dapat memfasilitasi perbedaan yang ada pada sasaran. Mereka yang tidak bisa membaca dapat melihat ataupun mendengar melalui media tersebut. Sehingga dapat dipastikan bahwa penggunaan media dalam pelaksanaan penyuluhan merupakan faktor yang dapat menentukan perubahan sikap pada diri petani. Penggunaan media audio visual dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian ternyata lebih tepat digunakan terhadap sasaran atau petani yang memiliki latar belakang yang berbeda. Perbedaan yang sering timbul dalam suatu kelompok sasaran penyuluhan ialah tingkat pendidikan, usia, lama berusahatani dan luas kepemilikan lahan, DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN Pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan media audio visual (video penyuluhan) dapat diterima oleh petani secara lebih luas olehsemua kalangan. Petani lebih mudah dalam memahami isi materi yang
Ade Sanjaya. 2011. Media Audio Visual. http://aadesanjaya.blogspot.com/. Diakses tanggal 10 Desember 2011 Adrianto, J. 2007. Karakteristik Media Penyuluhan. 47
http://www.smeru.or.id.diakses pada Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 11 No. 1, Mei 2016 tanggal 7 Desember 2011. Anonymous. 2008. Buku 2 Media Visual dalam Pelatihan dan Penyuluhan. Bogor: Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP). Anwar Arifin, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Bandung: Armico. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bambang S dan Lukman, 2010. Kelemahan dan Keunggulan Teori Belajar Andragogi. http://www.oocities.org/teknologipe mbelajaran/andragogi.html. Jurnal. Diakses Tanggal 12 Desember 2010. Bungin B, 2007, Sosiologi Komunikasi,Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Dayati, U. 2010. Taksonomi Bloom. http://id.wikipedia.org/wiki/ Taksonomi_Bloom. Diakses Tanggal 12 April 2012. Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Harmawan, 2007. Media Audio Visual. http://edukasi.kompasiana.com. Diakses tanggal 8 Desember 2011. Kementerian Pertanian. 2009. Modul Pendidikan dan Pelatihan Penyuluh Pertanian. http://www.deptan.go.id. Diakses tanggal 10 Desember 2011. , 2007. Kondisi Penyuluh Saat Ini. Bahan Penelitian Kementerian Pertanian RI. Kerlinger F.N. 1973. Foundations of Behavioral Research.Second Edition. New York University. Holt Rinnehart and Winston Inc. New York.
Leeuwis C, 2009, Komunikas Untuk Inovasi Pedesaan, Yogyakarta: Kanisius. Lunandi, A, G. 1987. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Gramedia. Mardikato, 2008. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta.UNS Prees. Notoatmojo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta. Prasetyo dan Jannah, 2005. Metode Penelitian. http://repository.ipb.ac.id. Diakses Tanggal 30 Juli 2012. Rakhmat, J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi.Bandung.Remaja Rosdakarya. Riduwan, 2009. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung. Rustandi, Y, 2010. Identifikasi Perilaku Santri Pada Pengembangan Kompetensi Agribisnis. Surakarta.UNS. Setiana, L. 2005. Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.Bogor.Ghalia Indonesia. Silalahi, Uber. 2009. Metode Penelitian Sosial.Bandung.Reflika Aditama. Slamet, M. 2001. Menata Sistem Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi Daerah. Bogor.IPB Press. Sudjana, N. dan A. Rivai. 1990. Media Pengajaran.Bandung Sinar Baru. Sugiyanto, 2004. Analisis Statistika Sosial. Bayumedia Publishing. Malang. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung.Alfabeta. , 2007. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Syafruddin, 2006. Pengaruh Media Cetak Brosur Dalam Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Beternak Ayam 48
Broiler di Kota Kendari. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo. Tidak dipublikasikan. Universitas Gunadarma, 2011. Pengembangan Media Audio Visual. http://elearning.gunadarma.ac.id/. Diakses tanggal 12 Desember 2011. Van den Ban, A.W. 1999. Penyuluhan Pertanian.Yogyakarta.Kanisius.
Wahyu, 1986. Wawasan Ilmu Sosial Dasar. Usaha Nasional. Surabaya. Indonesia. Walgito, B., 2009. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar).Yogyakarta. Andi. Widodo, S dan Nuraeni. I. 2006. Media Penyuluhan Pertanian.Jakarta.Universitas Terbuka.
49