SUARA SATWA Media Informasi ProFauna Indonesia
Perdagangan Satwa Liar dan Bagian-bagiannya Semakin Tak Terkendali Sulitnya Menemukan Landak dan Labi-labi di Alam 30 Ekor Ular Cobra Dibantai Dalam Sehari Bahaya Zoonosis pada Satwa Liar Pandangan Budha terhadap Pemanfaatan Satwa Liar Pandangan Islam dalam Pemanfaatan Satwa Liar
SSN 1411-4879 h: 32.536 v: 18.081
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Dari Redaksi
S
upporter dan pembaca suara satwa yang budiman. Berbagai upaya terus dilakukan oleh ProFauna untuk mengajak masyarakat semakin peduli akan kelestarian satwa liar, karena satwa liar adalah satu kesatuan utuh yang melengkapi pula fitrah manusia sebagai khalifah di muka bumi. Beberapa upaya telah memberikan hasil baik dalam bentuk suatu perubahan di masyarakat, dan ada pula beberapa upaya yang sampai saat ini masih terus ProFauna lakukan untuk memberikan perubahan yang baik bagi masyarakat dan nasib satwa liar indonesia. Salah satu upaya yang sampai saat ini terus dilakukan oleh ProFauna adalah mendorong penegakan hukum. Meskipun penegakan hukum perdagangan satwa liar telah menjadi salah satu isu prioritas di kementerian kehutanan dan juga di kepolisian, akan tetapi sampai saat ini perdagangan satwa liar tetap masih tinggi. Hal ini terbukti dari surve yang barubaru ini dilakukan oleh ProFauna. Meskipun survei secara resmi hanya dilakukan oleh ProFauna di dua kota yaitu Palembang dan Jakarta, namun berdasarkan dari informasi supporter ProFauna yang tersebar di seluruh Indonesia, fenomena yang sama juga terjadi di daerah tempat tinggal supporter ProFauna tersebut. Pada edisi kali ini, redaksi secara khusus menyoroti hal tersebut serta dimensi yang mempengaruhinya. Untuk
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Aktivis ProFauna Indonesia melakukan kampanye di Sidoarjo, Jawa Timur, untuk menghimbau masyarakat agar tidak membeli satwa liar yang diperdagangkan.
lebih melengkapi hal tersebut, redaksi juga mencoba memberikan pandangan pada pembaca setia suara satwa tentang beberapa dampak konsumsi satwa liar bagi kesehatan jika ditelisik secara medis. Dalam edisi kali ini redaksi juga secara khusus menyoroti tentang aturan agama dalam pemanfaatan satwa liar sehingga diharapkan masyarakat Indonesia sebagai orang beragama mendapatkan informasi pengetahuan yang bermanfaat. Edisi kali ini juga menjadi istimewa karena juga diisi informasi-informasi mengenai kegiatan ProFauna. Sebagai organisasi Indonesia yang terdepan dalam kampanye, ProFauna juga melakukan beberapa kegiatan kampanye yang tersebar di banyak kota besar seperti Jakarta, Malang, Bali, dan Sidoarjo. Kesemua kegiatan
kampanye ini dilakukan sebagai upaya semakin menggugah kesadaran masyarakat Indonesia untuk lebih arif dan bijaksana dalam memanfaatkan binatang, terutama satwa liar. (RN)
Redaksi Pemimpin Redaksi: Rosek Nursahid Redaktur Pelaksana: Radius Nursidi Tim Redaksi: Butet A. Sitohang Candrika Citra Sari Eben Haezer Isma Prasthani Fitri Amalia Suwarno Swasti Prawidyamukti Layout: Tandiyo Utomo Email:
[email protected] Fax. (0341) 569506
Surat Pembaca Tanya: Dear, ProFauna Indonesia. Langsung saja, saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya adalah 1. Saya ingin bergabung dalam ke-anggotaan ProFauna Indonesia, tetapi saya mendapat kendala dalam pendaftaran via online di website ProFauna Indonesia. Bisakah membantu saya untuk mengirimkan softcopy formulir ke-anggotaan ProFauna Indonesia melalui email…? 2. Apa perbedaan antara Suporter dengan Anggota Bulanan/Tahunan …? Perdhana Putra - Kalimantan
1 Untuk lebih lengkapnya di Kota Bandung banyak sekali eksploitasi kera ekor panjang yang dapat ditemukan hampir di setiap persimpangan jalan, seperti jalan Pasteur, Buah Batu, Asia-Afrika, Cipaganti, dan masih banyak lagi. Saya sangat berharap agar ProFauna dapat menghentikan fenomena ini, Semoga usaha kalian selalu diberkati dan dibalas oleh Allah yang maha kuasa.
Jawab: Dear Stefanus, Terima kasih atas email dan kepedulian anda tersebut. Sampai saat ini ProFauna tetap berusaha untuk mengedukasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tidak Jawab: menjadikan satwa liar sebagai Dear Mas Perdana, tontonan melalui pemutaran 1. Untuk pendaftaran diluar film tentang kekejaman kota Malang bisa melalui dibalik sirkus satwa. ProFauna http://goo.gl/qVzbX juga terus melakukan edukasi 2. Untuk sebutan Supporter kepada masyarakat dengan kini disamakan jadi tidak ada istilah Anggota bulanan memberikan pemahaman mengenai dampak buruk atau tahunan. berinteraksi dengan satwa liar. Misalnya kemungkinan Tanya: tertular penyakit yang diderita Selamat malam,saya sebagai oleh kera tersebut seperti warga Kota Bandung, sekaliTBC, Hepatitis, Herpes dll. gus sebagai penyayang hewan ProFauna akan sangat merasa sangat prihatin dengan berterima kasih, jika anda juga nasib kera ekor panjang yang mau melakukan upaya dieksploitasi untuk kepentingpenyadaran minimal di an masyarakat, terutama sebagai doger monyet di daerah lingkungan terdekat anda yaitu perkotaan. Karena penangkap- keluarga. Kami juga mengajak anda untuk menjadi bagian an kera ekor panjang tersebut dari ProFauna dengan menjadi dapat dikatakan kejam/sadis. Supporter sehingga anda bisa Saya sangat bersyukur karena masih ada lembaga yang peduli menjadi bagian dari upaya penyelamatan dan pelestarian terhadap nasib satwa2 liar, satwa liar di Indonesia. karena selama ini saya tidak tahu untuk lapor kepada siapa. Demikian informasi dari kami, semoga bermanfaat Saya hanya warga biasa yang Tanya: tidak bisa berbuat banyak.
Perkenalkan, Saya Pradita Seti Rahayu, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP UI. Saya dan dua orang teman saya, yakni Sari Oktavia dan Shinta Sulistianingsih, sedang membuat tugas terkait mata kuliah "Liputan Investigasi" dan mengambil angle perdagangan burung paruh bengkok dari Maluku dan Papua yang melibatkan oknum aparat, seperti TNI. Kami pun telah melaksanakan wawancara terhadap pihak TNI, pihak Pasar Burung di Pasar Pramuka, dan tentunya Ibu Irma dari ProFauna. Untuk itu, dan atas saran dari Ibu Irma selaku perwakilan ProFauna Jakarta, kami memohon data-data terkait hal tersebut dari ProFauna pusat. Data-data ini akan kami gunakan sebagai bahan pendukung liputan kami. Data yang kami butuhkan yaitu: 1. Laporan "Terbang Tanpa Sayap" Bagian 1, 2 dan yang terbaru jika ada Praditya – Jakarta Jawab: Terima kasih telah menghubungi ProFauna Indonesia. Namun biasanya kami hanya memberikan data kepada kolega dan Supporter ProFauna saja. Untuk itu saya sarankan anda mendaftar saja dulu menjadi Supporter ProFauna Indonesia, agar permintaan anda kemungkinan besar bisa dipenuhi. Untuk pendaftaran Supporter ProFauna bisa dilihat di link berikut: http://goo.gl/DcITG Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Cover Story
2
Perdagangan Satwa Liar dan Bagian-bagiannya Semakin Tak Terkendali
P
ada bulan Maret-Mei 2012 ProFauna Indonesia telah melakukan survey di beberapa kota besar di Indonesia terutama Palembang dan Jakarta. Survei ini dilakukan ProFauna untuk mengungkap perdagangan primata khususnya dan satwa liar lainnya secara umum. Hasil survei ProFauna tersebut diharapkan dapat digunakan oleh para pihak terkait untuk mengambil tindakan penegakan hukum terhadap perdagangan primata dan satwa liar. ProFauna Indonesia sebagai salah satu organisasi terdepan yang menangani isu perdagangan satwa liar, sudah sejak lama mendorong pemerintah untuk melakukan operasi-operasi penegakan hukum mengingat tingginya tingkat perdagangan satwa liar. Berdasarkan wawancara dengan Chairman ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid, beliau menyebutkan bahwa dalam kurun 5 tahun ini praktik perdagangan satwa liar di Indonesia justru semakin mengalami peningkatan. Jika dirangking berdasarkan tingginya tingkat perdagangan satwa liar, yang saat ini sangat tinggi diperdagangkan adalah spesies reptil seperti biawak dan ular, hal ini terungkap dari temuan ProFauna tentang adanya permintaan pengiriman 30 ton reptil dari Jawa Timur ke Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Pulau Bali. Kedua, pada spesies trenggiling dan landak. Ketiga pada spesies primata seperti lutung dan kera ekor panjang, dan yang terakhir pada spesies penyu, demikian ungkap Rosek. Untuk spesies trenggiling sendiri, Rosek mengatakan bahwa pada tahun 2008 mabes polri berdasarkan informasi dari beberapa organisasi termasuk ProFauna berhasil mengungkap perdagangan trenggiling sebanyak 13, 8 ton daging trenggiling dengan nilai kerugian negara
sekitar 36,4 milyar rupiah. Selanjutnya pada tahun 2011 hingga tahun 2012 pemerintah dan kepolisian juga berhasil menggagalkan perdagangan trenggiling sebanyak lebih dari 12 ton. Meskipun saat ini perdagangan trenggiling sedikit tidak terlihat, namun ProFauna meyakini jumlah perdagangan trenggiling tetap masih sangat tinggi hanya saja saat ini dilakukan oleh para mafia dengan lebih tertutup dan rapih. Rosek mengungkatkan bahwa “ProFauna sejauh ini tetap
Cover Story
mendapatkan informasi mengenai perdagangan trenggiling tersebut”. Sedangkan untuk landak, sampai saat ini perdagangan tertinggi untuk jenis satwa berduri ini masih didominasi oleh restoran yang memperdagangkan daging landak sebagai menu utamanya, seperti untuk sate dan krengseng. Lebih lanjut lagi, selain ketiga spesies satwa tersebut di atas Rosek juga mengungkapkan bahwa perdagangan satwa yang masih sangat tinggi dijumpai
3
adalah primata, seperti lutung jawa, kera ekor panjang dan juga kukang. Tingginya perdagangan jenis-jenis primata ini selain untuk dijadikan hewan peliharaan, juga diyakini memiliki khasiat obat jika dikonsumsi. Berdasarkan laporan hasil investigasi ProFauna, terungkap bahwa sate monyet dipercaya bisa meningkatkan vitalitas tubuh. Abon monyet untuk menambah nafsu makan, dan untuk otak monyet sendiri diyakini oleh orang-orang yang mempercayainya dapat
mengatasi gangguan lemah sahwat. Namun semua itu tetap memerlukan pengujian secara medis. Selanjutnya, jenis satwa yang sampai saat ini juga masih tinggi diperdagangkan salah satunya adalah penyu. Sebagai salah satu satwa yang telah dilindungi oleh UU di Indonesia perdagangan penyu ini masih terbilang tinggi khususnya untuk konsumsi. Meskipun saat ini sudah sangat jauh penurunannya jika dibandingkan 10 tahun yang lalu, akan tetapi perdagangan satwa ini tetap masih terjadi secara sembunyi-sembunyi. Sehingga perlu upaya lebih keras lagi untuk mengungkap dan menghentikan perdagangannya. Dari semua yang disampaikan tersebut terlihat bahwa saat ini perdagangan satwa liar telah juga mengalami perubahan. Dari yang awalnya untuk hobi dan pemeliharaan, kini menjadi konsumsi. Oleh karena itu, ProFauna Indonesia berharap kementrian kehutanan juga dapat lebih jeli lagi dengan melakukan kontrol rutin ke restoran-restoran yang disinyalir menyediakan menu daging satwa liar. Selain itu pemerintah juga diharapkan dapat menindak tegas para pelaku perdagangan satwa liar tersebut sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku, ungkap Rosek. Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Cover Story
4
Sulitnya Menemukan Landak dan Labi-labi di Alam
J
ika anda dalam perjalanan memasuki kawasan Kabupaten Malang, dapat dipastikan anda akan menjumpai sebuah depot dengan papan nama cukup besar dengan tulisan “Landak” yang pasti akan mengusik rasa penasaran. Rasa penasaran itu pulalah yang mendasari tim redaksi SS untuk menggali informasi. Ternyata, papan nama itu milik sebuah warung makan yang menjual beraneka kuliner satwa liar seperti: sate biawak, sate landak, sate bulus, krengsengan landak, krengsengan bulus, krengsengan biawak dll. Menu makanan yang ditawarkan depot tersebut tentunya tidak wajar bagi sebagian orang. Terlebih lagi, di salah satu
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
sudut ruangan terpajang tengkorak dan karapas berbagai macam binatang. Dari informasi yang diperoleh tim redaksi dari sang pemilik, depot tersebut telah berdiri sejak 7 tahun lalu. Wanita setengah baya tersebut menuturkan bahwa menu makanan dari landak, biawak, dan bulus memang terdengar ekstrim dan tak biasa, namun menu ini tetap dicari karena konon memiliki khasiat bagi kesehatan terutama untuk penyakit asma, gatal-gatal, dan juga untuk menghaluskan kulit. Dengan kisaran harga Rp. 17.500 25.000 satwa-satwa liar tersebut diolah menjadi berbagai hidangan seperti sate, krengsengan, dan sup.
Selain berbagai hidangan dari Landak, Bulus, dan Biawak, depot tersebut ternyata juga menjual minyak bulus dan minyak biawak yang menurut ibu itu khasiatnya tidak jauh berbeda dari olahan dagingnya. Minyak bulus berkhasiat untuk mengangkat sel-sel kulit mati dan menghaluskan kulit, Sedangkan minyak biawak sangat manjur untuk menyembuhkan penyakit kulit dan luka bakar. “Minyak bulus harganya 50 rb/ 30 cc kalau minyak biawak harganya mulai 25 ribu rupiah, “ ungkap si pemilik warung. Tidak hanya sekedar menjual, wanita tersebut mengaku menyembelih sendiri hewanhewan yang dijadikan bahan
Cover Story
baku masakannya. Keputusan untuk menyembelih sendiri diambil dengan pertimbangan agar keaslian daging dapat lebih dipertanggungjawabkan. Dia juga menambahkan jika pelanggan depotnya didominasi oleh bapak-bapak yang datang berombongan. Sebagian besar dengan tujuan pengobatan. Untuk tujuan tersebut pulalah beberapa kali ada tamu dari kota-kota besar seperti Jakarta dan Bali yang rela datang jauh-jauh ke depot ini. Masih dari sumber yang sama, hambatan yang dirasakan saat ini adalah bahan baku yang semakin susah diperoleh. Saat ini, kiriman bahan baku untuk warung ini berasal dari
5
beberapa pemasok yang mendapatkan hewan-hewan yang dilindungi itu dari hutan, sungai, dan rawa-rawa yang ada di sekitar Malang. Selain makanan-makanana ekstrim yang berbahan baku landak, bulus, dan biawak, depot ini juga menjual makanan yang berbahan baku ayam, kambing, dan kelinci. Namun, menurut penuturan ibu pemilik depot, makanan yang terlaris adalah yang berbahan baku landak, bulus, dan biawak. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan daging satwa liar yang dilindungi masih marak di Indonesia. Pengobatan tradisional kadang dijadikan tabir untuk membenarkan tindakan
mereka. Apapun alasannya, tetap saja tindakan mereka tak dapat dibenarkan karena tindakan mereka bisa menjadi salah satu faktor pendorong punahnya satwasatwa liar yang dilindungi. Seharusnya pemerintah memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku-pelaku perdagangan atau perburuan satwa liar di hutan. Lebih dari itu, solusi yang baik juga sangat diperlukan. Tidak hanya untuk menghentikan perburuan serta perdagangangan satwa liar sampai keakarnya, tetapi juga untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat akan pentingnya memelihara kelestarian satwa dan habitatnya. Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Cover Story
6
30 Ekor Ular Cobra Dibantai Dalam Sehari “Ular cobra itu ibarat pohon kelapa, semua yang ada pada tubuhnya bisa dimanfaatkan.”
I
tulah kalimat yang pertama kali diucapkan oleh pak Agus, pemilik sebuah rumah makan yang menyediakan olahan daging cobra di daerah Singosari, Malang. Rumah makan yang sudah berdiri sejak tahun 1969 itu memiliki banyak penggemar dan bisa menghabiskan setidaknya 300-500 ekor ular cobra dalam seharinya pada tahun 70 sampai 80an. Meski sekarang pengunjungnya tidak seramai dulu, pria berdarah Cina yang merupakan generasi ke-4 ini mengaku dalam seharinya memotong sekitar 20-30 ekor ular cobra berbagai jenis. Selain ular cobra, rumah makan yang buka mulai pukul 8 pagi ini juga menyediakan masakan berbahan dasar daging trenggiling dan bulus. Daging cobra mampu ia olah menjadi beragam jenis masakan mulai dari asem manis, krengsengan, digoreng, dijadikan sate dan masih banyak lagi. Lebih mirisnya lagi, pria yang sudah 9 kali tergigit ular cobra (namun masih terselamatkan berkat obat ramuannya sendiri) ini mengungkapkan bahwa untuk meyediakan satu porsi saja hidangan di meja makan dibutuhkan 4 sampai 5 ekor ular cobra dengan mematok harga Rp 20.000,- sampai Rp 25.000,- per porsinya. Berwacana dari ungkapan ular
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Sumber: rumahfirman.com
cobra ibarat pohon kelapa tadi, lantas tidak hanya daging yang diolah menjadi makanan melainkan empedu, darah, (empedu dan darah banyak dikonsumsi dengan alasan sebagai pengobatan alternatif) dan bahkan kulit ular yang sudah ia sulap menjadi beragam aksesoris seperti tas, dompet, tempat perhiasan serta ikat pinggang juga tersedia di rumah makan itu. Setiap minggunya rumah makan ini mendapatkan pasokan ular cobra yang mencapai 200 ekor dari beberapa pemburu ular cobra di Malang Selatan. Hanya ular cobra berukuran minimum 1,2 meter saja yang dia beli dengan harga Rp 37.500,- per ekornya. Sedangkan untuk bulus dan trenggiling ia beli dengan harga yang cukup mahal yaitu mencapai Rp 600.000,- per ekor. Oleh karena itu olahan daging bulus dan trenggiling tidak tersedia setiap waktu.
Saat ditanya mengenai keamanan dan kelegalan mengonsumsi daging satwa liar ini, dengan penuh kepercayaan diri pak Agus memberikan secarik kertas yang berisi mengenai khasiat empedu ular cobra serta beberapa jenis penyakit yang yang berhasil disembuhkan berkat mengonsumsi baik empedu, darah, maupun daging ular cobra. Yang lebih mengejutkan lagi, beliau mengaku bahwa rumah makan miliknya telah mengantongi ijin untuk menjual satwa liar baik dalam bentuk hasil olahan maupun yang masih dalam keadaan hidup. Ia juga berpendapat bahwa usaha seperti ini tidak perlu terlalu dipermasalahkan karena ular cobra memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia dan lagipula menurutnya populasi ular cobra di Jawa Timur khususnya Malang Selatan masih sangat banyak.
Cover Story
7
Bahaya Zoonosis Pada Satwa Liar
M
eningkatnya permintaan daging reptil untuk konsumsi di berbagai daerah berbanding lurus dengan potensi penularan infeksi pathogen dari reptil ke manusia. Sebuah studi menunjukkan, hewan reptil yang dikonsumsi memiliki beberapa resiko kesehatan terhadap masyarakat. Hasil penelitian yang diterbitkan dalam The European Food Safety authoity Journal menggungkapkan banyak resiko kesehatan yang akan muncul mana kala manusia mengonsumsi daging reptil.
“Konsumsi reptil berbahaya dikarenakan reptil merupakan salah satu jenis satwa liar yang secara alami di dalam tubuhnya terdapat bakteri Salmonella. Sp dan parasit Spirometra, pentastomids dan Trichinella. Semua agen biologis tersebut bersifat zoonosis atau dapat menular ke manusia” ujar Olivier Andreoletti, yang di sampaikan dalam Scientific Opinion of the Panel on Biological Hazards, Kamis (18/10/07). Hal ini didukung oleh pernyataan drh. Nur Purba Priambada sebagai seorang dokter hewan yang concern di
dunia satwa liar mengatakan bahwa “Reptil merupakan agen transmisi penyakit zoonosis karena bakteri seperti salmonella merupakan flora normal bagi mereka ditambah parasit serta virus yang dibawanya”. Beliau menghimbau untuk menghentikan mengonsumsi daging satwa lari seperti reptil, primata, atau satwa-satwa liar lainnya karena merupakan bentuk kegiatan yang menciderai kesejahteraan hewan sekaligus memperbesar peluang menyebaran penyakit zoonosis dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Sehingga sangat disayangkan jika ada orang yang mengonsumsi satwa liar apalagi yang dilindungi. Mengonsumsi daging ular memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan. Beberapa sumber melaporkan bahwa lebih dari 90 % kasus manusia yang terinfeksi pentastomiasis, sejenis cacing dalam bentuk nymphs yang banyak ditemukan pada daging ular mentah. Cacing ini akan menginfeksi seluruh bagian tubuh manusia seperti sistem pencernaan, liver, paru-paru hingga ke mata. Kebanyakan infeksi tidak menunjukkan gejala dan ditemukan secara kebetulan. Namun, konsekuensi yang fatal telah dilaporkan dalam beberapa kasus. Sejauh ini belum ada pengobatan khusus untuk menyakit ini sesuai seperti yang di sampaikan Dennis Tappe, seorang peneliti dari Jerman (24/02/09). Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Cover Story
8
Pandangan Budha Terhadap Pemanfaatan Satwa Liar
S
enada dengan apa yang diyakini oleh agama Islam, budha pun sebagai suatu ajaran agama yang diakui di Indonesia juga mengajarkan umatnya untuk bersikap welas asih kepada mahluk hidup, hal ini seperti tertuang pada janji harian penganut Budha yang berbunyi: Panati pata weramani sikha padang
samma diyami. (Aku berjanji melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup). Dari hasil perbincangan dengan bapak Haryono, Sekretaris WALUBI Malang Raya, pada hari Selasa, (24/7/12) tim redaksi Suara Satwa mendapat beberapa informasi baru terkait pandangan Buddha (agama) terhadap satwa liar. Buddha
selama ini sering diidentikkan dengan vegetarian, namun sebetulnya dalam kitab tidak ada teks yang melarang pengikutnya untuk mengonsumsi hewan, yang ada hanyalah bahwa kita dilarang melakukan perbuatan menyiksa, menyakiti, dan membunuh. Seiring berkembangnya zaman, teks tersebut kemudian dipahami
Pandangan Islam dalam Pemanfaatan Satwa Liar
S
elama ini begitu banyak informasi yang beredar baik didunia nyata maupun dunia maya mengenai khasiat satwa liar untuk kesehatan, terutama satwasatwa yang tergolong satwa liar yang buas, seperti ular kobra, biawak, atau spesies satwa lainnya. Sebagai negara yang mewajibkan bagi warganya untuk memeluk agama, tentunya ada batasan-batasan agama pula yang harus dijadikan pegangan selain undangundang mengenai perlindungan jenis satwa liar yang telah dibuat oleh pemerintah. Oleh karena adanya batasan agama tersebut, maka perlu pula diketahui seperti apa pandangan agama terhadap penggunaan satwa liar untuk konsumsi ini. Dengan
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
diketahuinya pandangan agama tentunya diharapkan ada perubahan dalam masyarakat yang “beragama” di Indonesia ini terkait pemanfaatan satwa liar sebagai obat atau kuliner. Islam meyakini bahwa pemanfaatan satwa diperbolehkan sesuai dengan tuntunan al qur'an seperti pada ayat berikut ini : “Dan dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, sebagai rahmat daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Al-Jasiyah, 45:13)
Sementara itu, selain diberi keluasan untuk memaanfaatkan tersebut, Allah juga memerintahkan manusia untuk tidak berbuat kerusakan, yaitu : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.(Q.S Al-A'raf:56) Dari dua ayat Al Qur'an tersebut telah jelas terlihat bahwa selain memiliki hak untuk memanfaatkan, manusia juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga.
Cover Story
9
oleh sebagian umat sebagai larangan mengonsumsi hewan baik kita turut serta membunuhnya maupun tidak (misalnya membeli daging siap masak). Dalam aliran Buddha Tantrayana yang dianutnya, pokok ajaran terletak pada janji pribadi untuk tidak menyakiti makhluk lain, karena setiap makhluk punya
hak untuk berbahagia. Selama itu menjadi alternatife terakhir dan kita tidak turun tangan langsung dalam proses penyembelihan, maka tidak jadi masalah karena diharapkan setelah mengonsumsi obat tersebut kita bisa sembuh dan kembali berbuat kebaikan. Namun, hal itu kembali pada pemikiran masing-masing individu
karena dalam keseharian, kita juga terikat oleh aturan negara yang melarang konsumsi satwa liar terutama yang berstatus dilindungi. Perbuatan adalah harta kita, maka harusnya diisi dengan penuh kebaikan dan cinta kasih. Sabhe satta bhawantu sukhitata (Semoga semua makhluk berbahagia).
Selain dari adanya ayat AlQur'an yang membolehkan pemanfaatan, Islam juga memiliki tata aturan yang mengatur bentuk-bentuk pemanfaatan, yaitu : perburuan, jual beli satwa, pemanfaatan satwa untuk pengobatan, pemeliharaan satwa liar untuk hobi, pemanfaatan satwa untuk sirkus, dan adu satwa. Keenam hal yang semuanya berhubungan ini, dapat dijelaskan bahwa Islam secara tegas melarang membunuh mahluk yang bernafas jika tidak ada alasan yang masuk akal. Selanjutnya, jual beli satwa, meskipun hukum jual beli adalah halal, akan tetapi jika jual beli tersebut terkait dengan barang yang diharamkan seperti menjual satwa buruan maka hukum jual beli tersebut
menjadi haram. Sedangkan pemanfaatan satwa untuk pengobatan islam secara tegas juga mengatakan bahwa diharamkan untuk menggunakan obat dari sesuatu yang haram dikonsumsi. Namun, ada halhal khusus yang memperbolehkan jika memang tidak ditemui lagi obat-obatan yang halal dan itu pun masih harus mendapatkan rekomendasi dari seorang dokter ahli. Lebih lanjut lagi terkait dengan pemeliharaan satwa untuk hobi, pada dasarnya seluruh jenis binatang boleh dipelihara, namun usaha untuk tercapainya pemanfaatan itu juga tidak boleh bertentangan dengan syara'. Sedangkan berkaitan dengan sirkus satwa, pada dasarnya hokum asal sirkus satwa itu
diperbolehkan, namun dengan syarat tidak merubah karakter alamiah satwa, tidak boleh ada unsur menyakiti hewan yang dilatih dalam pelatihan sirkusnya, dan tidak boleh ada unsur menyakiti dalam pertunjukannya. Dengan demikian jika dalam satwa itu terdapat unsur menyakiti binatang maka sirkus satwa tersebut menjadi haram hukumnya. Karena fakta menunjukkan bahwa satwa sirkus itu umumnya dilatih dengan cara-cara menyakiti binatang. Begitu pun halnya dengan adu satwa. Jika adu satwa ini dalam bentuk menyabung, maka Islam mengharamkan hal tersebut. Namun Islam membolehkan perlombaan hewan selama hal tersebut ditujukan untuk melatih atau untuk kesehatan hewan tersebut. Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
ProFauna News
10
Tampil Cantik Tanpa Membunuh Satwa Liar
W
anita manapun pasti ingin selalu tampil cantik secara fisik. Untuk menunjang penampilannya, para wanita biasanya menggunakan riasan wajah maupun pernak-pernik atau aksesori. Istilah fashion accessory sendiri sudah ada sejak abad ke-19 yang tentunya keberadaan aksesori ini sudah menunjang penampilan nenek-nenek moyang kita jauh sebelumnya. Pada jaman dahulu ketika teknologi belum menyentuh peradaban manusia, sebagian pakaian dan aksesori wanita bisa saja berasal dari bagian tubuh satwa liar seperti kulit,
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
tulang, cangkang dan sebagainya. Namun demikian, ketika kemajuan zaman sudah semakin canggih dan manusia mampu menciptakan bendabenda kebutuhannya dengan bantuan teknologi, masihkah kita, terutama para wanita, menggunakan aksesori yang berasal dari bagian-bagian tubuh satwa liar untuk mempercantik diri? Jika demikian, bukan saja kita menyamakan diri dengan nenek moyang yang, maaf, biadab atau belum beradab; tetapi sama halnya juga dengan kita membunuh satwa liar tersebut karena untuk memperoleh bagian-bagian
tubuh satwa liar yang semakin punah itu harus dibunuh atau disembelih terlebih dahulu. Inilah salah satu alasan yang melatar belakangi ProFauna Indonesia untuk menggelar kampanye unik di kota-kota besar di Indonesia dan mengajak masyarakat khususnya kaum wanita agar turut membantu pelestarian satwa liar. Dalam kampanye bertajuk “Tampil Cantik Tanpa Membunuh Satwa Liar” itu, ProFauna menyerukan agar para wanita tidak membeli perhiasaan atau kerajinan yang mengandung bagian tubuh satwa. Bagian tubuh satwa yang sering digunakan untuk kerajinan dan perhiasan itu
ProFauna News
adalah sisik penyu. Padahal semua jenis penyu di Indonesia sudah dilindungi Undang-undang. Survei ProFauna menunjukan bahwa di Bali, Yogyakarta, Banyuwangi, Pangandaran dan Jakarta, penjualan perhiasaan atau kerajinan yang mengandung sisik penyu masih saja terjadi. Kerajinan itu dalam bentuk gelang, kalung, kipas, kotak tempat perhiasaan dan antinganting. Dan konsumen terbesar dari barang-barang itu adalah kaum wanita. Kampanye dilakukan di pusat-pusat keramaian kota yang rawan terjadinya
11
perdagangan perhiasan yang mengandung bagian tubuh satwa. Dalam kampanye itu, tim ProFauna yang terdiri dari wanita-wanita cantik membentangkan spanduk bertuliskan “Tampil Cantik Tanpa Harus Membunuh Satwa Liar”. Ketua ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid, menyatakan, “Sungguh tidak beradab jika ada orang yang mempercantik dirinya namun dengan membunuh satwa liar, karena untuk mengambil sisik penyu yang digunakan perhiasan itu pasti akan membunuh penyu”. Seperti kampanye ProFauna yang dilakukan di
Kota Malang pada tanggal 26 April 2012, aktivis ProFauna mampu menyedot perhatian masyarakat dan media massa. Apalagi yang melakukan kampanye itu adalah wanitawanita cantik yang mengajak masyarakat untuk turut peduli akan pelestarian satwa liar Indonesia. Perdagangan bagian tubuh satwa dilindungi seperti penyu itu dilarang oleh undangundang. Menurut UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pelaku perdagangan satwa dilindungi termasuk bagian tubuhnya itu bisa diancam hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta. ProFauna juga mengajak kaum wanita untuk tidak membeli satwa liar seperti kukang, burung nuri, elang, primata dan jenis lainnya. Dengan tidak membeli satwa liar itu berarti akan membantu menghentikan perdagangan satwa liar karena lebih dari 95% satwa liar yang diperdagangkan itu adalah hasil tangkapan dari alam. Dengan jumlah populasi wanita di Indonesia yang lebih dari 127 juta jiwa, peran wanita dalam pelestarian satwa liar sangat vital. Apalagi secara umum wanita Indonesia lebih punya kedekatan dengan anak atau keluarga, sehingga lebih punya peluang besar untuk mendidik anaknya agar turut peduli akan pelestarian satwa liar Indonesia. Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
ProFauna News
12
Poster dan Booklet Identifikasi Satwa yang Diperdagangkan untuk Petugas Penegak Hukum
P
erdagangan satwa liar menjadi ancaman paling serius bagi kelestarian satwa liar Indonesia setelah ancaman semakin menyempitnya habitat. Survei ProFauna Indonesia selama bertahuntahun menunjukan bahwa sebagian besar satwa liar yang diperdagangkan di Indonesia adalah hasil tangkapan dari alam, bukan hasil penangkaran. Hal ini menyebabkan terjadinya kepunahan lokal pada beberapa jenis satwa endemik Indonesia. Salah satu penyebab masih maraknya perdagangan satwa langka yang dilindungi adalah rendahnya penegakan hukum. Meski demikian beberapa aparat penegak hukum di berbagai daerah terlihat mempunyai komitmen untuk memerangi perdagangan illegal satwa liar. Sayangnya, banyak petugas penegak hukum yang kurang memahami identifikasi jenis satwa liar yang dilindungi. Untuk itulah ProFauna Indonesia dengan didukung oleh Born Free Foundation mencetak poster dan booklet (buku kecil) tentang identifikasi jenis sawa liar Indonesia yang sering diperdagangkan. Poster dan booklet itu dibagikan secara gratis ke petugas penegak hukum yaitu polisi dan Departemen Kehutanan. Di beberapa tempat, ProFauna juga Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
melakukan pelatihan langsung ke petugas tentang identifikasi satwa yang diperdagangkan. Petugas di lapangan menyambut baik adanya poster dan booklet tersebut karena mereka sering kesulitan untuk mengidentifikasi jenis satwa liar yang diperdagangkan. Poster tersebut oleh petugas juga dipasang di pasar burung yang menjadi lokasi perdagangan satwa liar, dengan harapan para pedagang akan mengetahui jenis satwa liar yang tidak boleh diperdagangkan. Rosek Nursahid, Ketua ProFauna Indonesia, mengatakan, “ProFauna
Indonesia selalu mendukung upaya penegakan hukum untuk membasmi perdagangan ilegal satwa liar Indonesia. Tanpa penegakan hukum yang tegas, perdagangan satwa langka akan semakin menjadijadi yang bisa mengancam kelestarian satwa liar Indonesia”. Selain melakukan pelatihan dan membagikan poster tentang identifikasi satwa liar yang diperdagangkan, ProFauna juga aktif melakukan ivestigasi untuk mengungkap perdagangan ilegal satwa liar. Hasil investigasi itu banyak ditidaklanjuti oleh petugas hukum dengan melakukan penyitaan dan proses hukum.
ProFauna News
13
ProFauna Latih Petugas Taman Nasional Merubetiri tentang Sensus Burung
U
ntuk kesekian kalinya, ProFauna Indonesia membantu Taman Nasional Merubetiri untuk meningkatkan kemampuan petugasnya dalam hal pengelolaan taman nasional. Pada tanggal 21-22 Februari 2012 ProFauna bekerja sama dengan Petungsewu Wildlife Education Center (P-WEC) melatih petugas Taman Nasional Merubetiri tentang inventarisasi burung dan juga pengembangan eko wisata. Dalam pelatihan yang diadakan di P-WEC tersebut, petugas dari divisi Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) tersebut belajar praktis tentang sensus burung. Ini penting
karena Taman Nasional Merubetiri menjadi habitat lebih dari 180 spesies burung. Pelatihan inventarisasi burung itu diberikan oleh Asep Purnama, staf P-WEC yang punya pengalaman dalam hal sensus burung dan juga primata. Selain meningkatkan kemampuan dalam hal inventarisasi burung, petugas taman nasional itu juga mendapatkan pelatihan tentang pengembangan ekowisata yang diberikan oleh Rosek Nursahid, chairman ProFauna Indonesia. Rosek yang berulang kali berkunjung ke Teman Nasional Merubetiri itu memberikan masukan tentang
pengembangan wisata alam dengan obyek berupa satwa liar, karena di taman nasional ini menjadi habitat lebih dari 217 jenis satwa. ProFauna mempunyai perhatian serius terhadap pengelolaan kawasan konservasi alam seperti taman nasional, karena kawasan konservasi alam idealnya menjadi rumah yang aman bagi satwa liar. Selain mendukung Taman Nasional Merubetiri dengan mengadakan pelatihan, ProFauna juga membantu kawasan konservasi alam lainnya seperti Taman Nasional Baluran dan Taman Hutan Raya R Soerjo. Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
ProFauna News
14
Mengurangi Konflik Orangutan dan Sawit di Kalimantan Barat Melalui Pelatihan dan Penyuluhan
M
eluasnya perkebunan sawit yang mengikis hutan di Kalimantan memicu terjadinya konflik antara perkebunan sawit dan satwa liar khususnya orangutan. Orangutan seringkali dianggap hama, sehingga orangutan dibantai secara sistematis seperti dalam kasus di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Untungnya pelaku pembantai orangutan di Kutai tersebut akhirnya divonis bersalah, meskipun dengan hukuman ringan yaitu hanya 8 bulan penjara pada tanggal 18 April 2012. Seharusnya pelaku pembantai orangutan itu divonis dengan hukuman maksimal yaitu penjara 5 tahun seperti yang disebutkan dalam UU no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Selain pentingnya penegakan hukum, dalam kasus konflik orangutan dan sawit, perlu juga dilakukan pedekatan secara langsung ke masyarakat lokal dan pihak perkebunan sawit. ProFauna Indonesia memandang sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal dan perkebunan sawit untuk menjaga kelestarian orangutan. Untuk itu ProFauna Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Palung (organisasi lokal yang aktif di Kalimantan Barat) dengan dukungan dari Humane
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Society International (HSI) mulai bulan Mei 2012 melakukan serangkaian kampanye dan pelatihan di Ketapang, Kalimantan Barat, untuk meredam konflik antara sawit dan orangutan. Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas dari 14 kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah sebesar 31.588 km2 atau 21,8% dari luas total wilayah Kalimantan Barat yang sebesar 146.807 km2. Kabupaten Ketapang daerahnya penuh dengan hutan yang terdiri terdiri dari taman nasional, cagar alam, Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Lindung (HL) dan Hutan Produksi. Kawasan hutan yang ada di Ketapang menjadi habitat berbagai jenis satwa langka seperti orangutan (Pongo pygmaeus), bekantan (Nasalis larvatus), kelimpau (Hylobates muelleri), kelasi (Presbytis rubicunda), beruang madu (Helarctos malayanus), trenggiling (Manis javanicus), kukang
(Nycticebus sp) dan sebagainya. Namun keberadaan satwa tersebut khususnya orangutan terancam akibat semakin berkurangnya hutan karena berubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan kelapa sawit. Adanya lahan pertanian dan perkebunan tersebut memicu terjadinya konflik antara satwa dan manusia. Pada tahun 2011 saja tercatat ada 5 kasus konflik antara masyarakat dan orangutan. Konfik dengan orangutan tersebut melibatkan beberapa perusahaan kelapa sawit. Di Kabupaten Ketapang dan sekitarnya sedikitnya ada 75 perusahaan kelapa sawit. Pada tahun 2010-2011 ditemukan kerangka orangutan di areal PT Limpah Sejahtera dan penangkapan bayi orangutan di PT Andes Sawit Lestari. Pada rentang tahun yang sama ditemukan 3 orangutan di areal land clearing PT Kayang Agro Lestari. Perdagangan orangutan dan
ProFauna News kelempau di Ketapang juga cukup tinggi. Survei yang dilakukan oleh Yayasan Palung pada tahun 2004-2010 tercatat ada sedikitnya 98 ekor orangutan dan 89 ekor kelempau yang dipelihara secara ilegal di Kabupaten Ketapang. Kampanye Langsung di Masyarakat Lokal dan Perusahaan Sawit Tim ProFauna Indonesia dan Yayasan Palung dengan didukung oleh HSI terjun langsung ke lapangan dengan mengadakan penyuluhan dan pelatihan bagi masyarakat desa dan pekerja perkebunan
15 sawit di Ketapang, Kalimantan Barat. ProFauna melatih kepada pekerja perkebunan sawit tentang penanganan orangutan yang masuk ke perkebunan sawit, sehingga orangutan tidak dibunuh atau dilukai. Pada bulan Juni 2012, tim sudah melaksanakan pelatihan dan penyuluhan untuk dua perusahaan. Sejauh ini sudah ada beberapa perusahaan sawit yang tertarik mengikuti pelatihan ini dan berkomitmen untuk tidak membunuh orangutan yang masuk perkebunan sawit mereka. Sedangkan untuk masyarakat lokal, tim ProFauna dan Yayasan Palung
berkunjung ke desa-desa yang ada di sekitar perkebunan sawit untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang pelestarian orangutan. Termasuk diantaranya adalah Desai Sungai Besar, Desa Sungai Pelang dan Desa Indotani. Hingga tulisan ini dibuat pada akhir Juli 2012, tim masih dan akan melaksanakan kunjungan ke beberapa desa lainnya. Semoga pendekatan pelatihan dan penyuluhan ke perusahaan sawit dan masyarakat desa ini bisa mengurangi pembunuhan orangutan di Kalimantan, khususnya di Ketapang Kalimantan Barat.
Green Warrior, Tim Khusus ProFauna untuk Kampanye
U
ntuk mempergencar kampanye tentang perlindungan hutan dan satwa liar Indonesia, ProFauna membentuk tim khusus yang akan melakukan kampanye isu tersebut. Tim khusus yang diberi nama GREEN WARRIOR itu diseleksi secara ketat dari Supporter ProFauna Indonesia yang berasal dari berbagai daerah. GREEN WARRIOR akan menjadi tim inti ProFauna dalam melakukan kampanyekampanye yang unik, atraktif dan berani tentang perlindungan satwa liar dan habitatnya. Sebelum bergabung menjadi tim GREEN WARRIOR, anggota tim
dilatih secara intensif tentang tehnik kampanye, bela diri dan juga evakuasi satwa. Selain melakukan kampanye, tim GREEN WARRIOR juga akan menjadi tim inti dalam program penyelamatan satwa liar yang dilakukan oleh ProFauna, khususnya ketika terjadi bencana alam. Sebelumnya, setiap ada bencana alam seperti kasus tsunami Aceh, gempa bumi di Sumatera Barat, Gunung Merapi yang meletus dan gempa bumi di Yogyakarta, ProFauna selalu mengirimkan tim untuk melakukan upaya penyelamatan satwa korban bencana alam. Anggota GREEN WARRIOR semuanya bekerja secara sukarela. Mereka
direkrut dan diseleksi dari Supporter ProFauna yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Supporter ProFauna adalah para relawan dengan latar belakang dan asal yang berbeda. Adanya tim GREEN WARRIOR ini akan semakin memperkuat gerakan perlindungan satwa liar di Indonesia yang dilakukan oleh ProFauna. Kini ProFauna menjadi organisasi terdepan dibidang perlindungan satwa liar Indonesia. ProFauna organisasi yang kecil secara keuangan, namun sangat efektif dan dinamis karena didukung oleh ribuan Supporternya yang terlibat secara langsung dalam kampanye-kampanye ProFauna. Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
ProFauna News 16 Edukasi Konservasi Nuri dan Kakatua di Maluku Utara
P
roFauna selalu aktif dalam mengampanyekan perlindungan atau konservasi burung Nuri dan Kakatua sejak tahun 2000. Di habitat asli burung paruh bengkok tepatnya di Maluku, ProFauna bersama perwakilannya, Iskandar Abdullah, gencar melakukan kampanye edukasi kepada masyarakat dan generasi muda. Pada bulan Mei 2012, ProFauna melakukan pemutaran film konservasi buatan organisasi tersebut dihadapan anggota Pramuka Penggalang di Ternate, Maluku Utara. Film pertama yang diputar berjudul “Pesan Mathias Muchus untuk Hutan Indonesia”. ProFauna Maluku ingin menyampaikan betapa
pentingnya hutan sebagai habitat burung Nuri dan Kakatua yang juga menyangga kehidupan manusia. Film berdurasi 6 menit tersebut mampu menggugah para siswa yang berasal dari SMP Islam 1 Ternate dan SMP Negeri 2 Tidore Kepulauan untuk ikut perduli dan turut serta dalam menjaga hutan. Film kedua adalah tentang kumpulan cuplikan pesan perlindungan burung Nuri dan Kakatua yang disampaikan oleh tokoh-tokoh agama dan adat Maluku Utara. Setelah menonton film dengan judul “Suara Masyarakat Maluku Utara” tersebut para siswa menyampaikan keprihatinannya atas penangkapan dan
pemeliharaan burung Nuri dan Kakatua yang masih saja dilakukan oleh tetangga atau keluarga di sekitar mereka. Salah satu siswa menyampaikan pendapatnya kepada ProFauna Maluku, “Masyarakat perlu kegiatan penyadaran seperti yang dilakukan ProFauna. Film ini harus diputar di sekolahsekolah dan tempat-tempat lainnya. Kami akan cerita ke teman-teman bahwa Nuri dan Kakatua di Maluku harus dilindungi.” Pernyataan tersebut diamini oleh Iskandar yang lantas menambahkan komentar bahwa jika Nuri dan Kakatua serta hutan di Maluku terus dilindungi maka bisa mendatangkan pendapatan dari kegiatan wisata alam.
ProFauna Evakuasi 2 Ekor Orangutan di Pasuruan
P
ada akhir Juni ProFauna mendapat telpon dari Bareskrim satuan 4 Sumdaling Polda Jawa Timur. Dalam telpon tersebut Sat 4 Sumdaling Polda Jatim bermaksud meminta bantuan ProFauna untuk mengidentifikasi satwa di pasuruan terkait status hukum dan metode yang harus diterapkan dalam mengevakuasi satwa tersebut. Satwa tersebut dimiliki oleh H. Soekamto seorang pengusaha di Kota Pasuruan. Setelah dilihat ternyata satwa tersebut adalah 2 ekor orangutan yang sudah dewasa. Dari pengakuan pemiliknya orangutan tersebut dibeli karena kasihan. Setelah dilakukan pengecekan kondisi, akhirnya Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
disepakati bahwa polisi akan mengevakuasi orangutan tersebut pada hari Senin. Hal itu dilakukan karena masih menunggu kepastian lokasi penitipan satwa dari BBKSDA Jawa Timur. Namun karena tempat penitipan yang belum jelas akhirnya evakuasi tersebut tertunda sampai tanggal 10 juli 2012. Dalam evakuasi tersebut, peran ProFauna lebih menjadi pengawas yang mengawasi proses evakuasi yang dilakukan oleh tim dari Maharani Zoo. Meskipun berjalan sedikit alot, proses evakuasi berjalan lancar walaupun memerlukan waktu lebih lama karena kesulitan dalam membius orangutan tersebut. Akhirnya setelah lebih
dari 2 jam orangu-tan tersebut dapat dievakuasi. Berdasarkan informasi dari BKSDA, orangutan tersebut akan dititipkan sementara waktu di Maharani Zoo, Lamongan. Dalam proses evakuasi ini juga terlihat bahwa pemilik orangutan tersebut sangat kooperatif. Informasi yang diterima redaksi Suara Satwa bahwa proses evakuasi tersebut juga berlanjut pada proses hukum, karena H. Soekamto sebagai pemilik orangutan tidak bisa menunjukkan surat izin yang menjadi bukti kepemilikan secara sah. Dari informasi terbaru yang redaksi Suara Satwa terima saat ini, proses hukum masih pada tahap proses pemberkasan kasus.
ProFauna News
17
Rangkaian Aksi di Bulan Juli
S
alah satu hal yang membanggakan untuk menjadi aktivis ProFauna adalah menyuarakan kepentingan konservasi melalui aksi-aksi kampanye untuk mengajak masyarakat agar perduli terhadap pelestarian satwa liar dan habitatnya. Apalagi ProFauna Indonesia sudah dikenal dengan aksi-aksi dalam demonstrasi yang damai tetapi unik dan atraktif. Dalam bulan Juli 2012, para aktivis ProFauna kembali berjuang dalam rangkaian aksi yang digelar di tiga kota besar di Indonesia. Jakarta: Protes Perdagangan Daging Primata Aksi demonstrasi pertama dilakukan di Jakarta pada 4 Juli 2012. Para aktivis ProFauna melakukan demonstrasi di pintu masuk menuju Gedung Departemen Kehutanan di Ibukota untuk memprotes maraknya perdagangan daging primata. Dalam aksinya, aktivis ProFauna meletakan sebuah meja dengan seorang wanita yang tubuhnya seperti berlumuran darah berbaring di atasnya. Di hadapan meja, duduk beberapa pria yang terlihat menyantap sate dengan mulut yang juga berlumuran darah. Aksi unik tersebut merupakan cermin bahwa perdagangan daging
primata itu kejam dan tidak ubahnya seperti memakan manusia, karena secara bentuk dan fisiologi primata dan manusia tidaklah terlalu jauh berbeda. Investigasi ProFauna menunjukkan bahwa di kota Palembang, Sumatera Selatan dan Jakarta masih terjadi perdagangan daging dan otak primata. Konsumen utama otak primata di Palembang adalah pelaut asing asal Taiwan, Cina, Korea dan Vietnam. Daging dan otak primata dipercaya bisa meningkatkan vitalitas kaum pria. Tentu saja hal ini hanya mitos, karena tidak ada bukti ilmiah yang menguatkannya. Setelah demonstrasi, tim ProFauna diterima oleh pejabat dari Departemen Kehutanan. Dalam pertemuan itu ProFauna mendesak agar pemerintah menindak tegas perdagangan primata, apalagi perdagangannya itu juga meliputi jenis primata yang dilindungi seperti kukang dan siamang. Di tempat terpisah Ketua ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid, mengatakan, "ProFauna memandang penting kampanye penyadaran masyarakat untuk memutus rantai perdagangan primata. Jika pembeli berkurang maka otomatis perdagangan primata juga akan turun".
Bali: Protes Kuliner dari Satwa Liar Berselang hanya seminggu dari aksi pendahulunya, kali ini giliran para aktivis ProFauna di Pulau Bali yang memprotes seni memasak atau kuliner dari satwa liar. Belasan aktivis ProFauna Bali mengecam maraknya sejumlah restoran di Indonesia yang menyuguhkan sajian kuliner dari satwa liar. Hampir sama dengan aksi di Jakarta, para aktivis tampil dengan melaburi dirinya dengan cairan mirip darah sebagai simbol kekejaman dibalik kuliner dari satwa liar, di Lapangan Puputan Badung Denpasar, pada Rabu, 11 Juli 2012. Koordinator ProFauna Bali Jatmiko Wiwoho mengatakan, hasil survei pihaknya menunjukkan bahwa aksi konsumsi satwa liar itu sudah memprihatinkan. Jatmiko menambahkan, satwa liar yang dikonsumsi adalah monyet, trenggiling, penyu, lutung, ular, biawak dan landak. "Itu baru yang terdeteksi oleh kami, kemungkinan masih ada restoran lainnya yang menyuguhkan menu yang sama namun belum diketahui," ujarnya. Perdagangan daging satwa liar di restoran-restoran itu menjadi masalah konservasi karena asal satwa liar itu adalah hasil tangkapan dari Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
ProFauna News
18 alam. Jika penangkapan satwa liar di alam dilakukan tanpa kontrol yang ketat, dikuatirkan akan memicu kepunahan satwa liar secara lokal. Apalagi ada banyak jenis satwa liar yang dikonsumsi itu belum terdata dengan baik tentang populasinya di alam. Mengkonsumsi daging satwa liar juga tidak etis, karena seringkali satwa liar itu ditangkap dengan cara kejam dan juga dibunuh secara tidak manusiawi. Salah satu cara untuk memutus rantai perdagangan daging satwa liar itu adalah dengan mengajak konsumen untuk peduli dengan cara tidak membelinya. Indonesia mempunyai banyak alternatif makanan yang lezat dan sehat, tanpa harus membunuh satwa liar yang kian langka keberadaannya di alam. Saatnya menikmati makanan yang sehat, lezat dan pro terhadap konservasi satwa liar. Sidoarjo: Jangan Beli Satwa Liar! Menyeberang kembali ke Pulau Jawa, tepatnya di Sidoarjo - Jawa Timur, aktivis ProFauna berdemonstrasi untuk menghimbau masyarakat agar tidak membeli satwa liar yang diperdagangkan. Dalam aksi kampanye yang dilakukan pada hari Minggu, 15 Juli 2012 itu puluhan aktivis ProFauna bertiduran di tepi jalan di kawasan Taman Pinang Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
sebagai simbol kepunahan satwa liar akibat diperdagangkan. Juru kampanye ProFauna Indonesia, Radius Nursidi, mengatakan, "Perdagangan satwa liar itu menjadi pemicu utama kepunahan satwa liar di alam setelah rusaknya habitat, karena sebagian besar satwa liar yang diperdagangkan itu adalah hasil tangkapan dari alam". Radius menambahkan, "untuk itu ProFauna mengajak masyarakat untuk membantu menghentikan perdagangan satwa liar ini dengan cara tidak membelinya, hal ini untuk memutus rantai perdagangannya". Survey ProFauna di Sidoarjo di dua tempat yaitu di Pasar Larangan dan Gading Fajar menunjukan bahwa adanya perdagangan satwa dilindungi di tempat tersebut. Dalam sebuah survey bulan Juli 2012, ProFauna menjumpai satwa langka yang dijual di tempat tersebut yaitu kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) dan burung nuri bayan (Eclectus roratus). Burung kakatua dan bayan itu ditawarkan seharga Rp 1,5 juta per ekor. Dikuatirkan jika tidak segera ditangani, maka perdagangan satwa liar di Sidoarjo itu akan semakin marak. Sementara itu survey ProFauna di sejumlah pasar burung di Surabaya yaitu Kupang, Bratang dan Turi yang dilakukan pada bulan
Juni 2012, menunjukan Surabaya masih menjadi salah satu kota yang paling banyak menjual burung nuri dan kakatua. Di ketiga pasar burung itu dengan mudah dijumpai berbagai jenis burung nuri dan kakatua antara lain kesturi ternate (Lorius garrulous), kakatua putih (Cacatua alba), nuri kalung ungu (Eos squamata), nuri kepala hitam (Lorius lorry), perkici pelangi (Trichoglossus haematodus), betet biasa (Psittacula alexandri), nuri maluku (Eos bornea), bayan (Eclectus roratus). Burung tersebut kebanyakan merupakan tangakapan dari alam di Papua dan Maluku. Para aktivis ProFauna bergabung dengan organisasi yang didirikan sejak 1994 itu, berjuang untuk perlindungan satwa liar dan habitatnya melalui aksi demonstrasi damai dan unik untuk mengajak masyarakat agar lebih perduli terhadap konservasi dan bertindak nyata melalui cara yang paling sederhana yakni berhenti membeli dan tidak lagi mengonsumsi satwa liar dan bagianbagian tubuhnya. Dari rangkaian kampanye tersebut, berdasarkan informasi yang diterima oleh redaksi suara satwa diketahui bahwa tidak lama berselang dari kampanye yang dilakukan di Jakarta aparat penegak hukum melakukan operasi penertiban di pasar burung 16 ilir Palembang.
International
19
17
Maraknya Penyelundupan Trenggiling Asal Indonesia Melalui Daerah Perbatasan di Johor – Malaysia
K
UALA LUMPUR: Para aktivis hak asasi hewan di Malaysia merasa prihatin atas sebuah laporan terbaru yang megungkapkan fakta bahwa sepanjang pesisir Johor – Malaysia telah menjadi pintu masuk bagi penyelundupan satwa eksotis asal Indonesia. Menurut laporan kantor berita Malaysia, Bernama, pada 6 Juli 2012; disebutkan bahwa daerah pesisir tersebut menjadi transit bagi perdagangan ilegal untuk satwa eksotis sebelum masuk ke negara-negara Asia lainnya, terutama Cina. “Hal ini sangatlah tidak dibenarkan dan Polisi harus segera bertindak untuk memecahkan masalah perdagangan ilegal ini,” Usmanah Tarak, seorang aktivis hak asasi hewan mengatakan pada Bikyamasr.com.
“Jika pemerintah (Malaysia, red.) mengetahui hal ini masih terjadi, saya heran mengapa mereka tidak berusaha untuk mengakhiri penyelundupan ini untuk melindungi satwa dan juga menjaga wilayah perbatasan,” wanita ini menambahkan. Kantor Berita Bernama menyatakan bahwa sejumlah sindikat kejahatan satwa memanfaatkan wilayah pesisir Johor yang cukup panjang dan mayoritas tidak dijaga, untuk menyelundupkan dan mengekspor binatang ke Cina dan negara-negara Asia lainnya. Menurut pengakuan salah seorang pelaku investigasi perdagangan satwa ilegal, kedekatan antara wilayah pesisir Johor dengan Indonesia menjadikannya “pintu masuk utama untuk penyelundupan satwa” dari Indonesia.
“Johor saat ini menjadi transit bagi sindikat penyelundupan satwa eksotis dari Indonesia,” kata sumber yang menolak disebutkan namanya karena dia memiliki informasi penting seperti yang dilaporkan Bernama pada 6 Juli 2012 tersebut. Sumber tersebut mengatakan bahwa trenggiling merupakan salah satu jenis satwa yang paling banyak dicari. Untuk 1 kilogram daging trenggiling bisa mencapai 300 Ringgit Malaysia/RM (setara 900.000 IDR). Karena tingginya permintaan, para sindikat penyelundup ini bekerja dua kali lebih keras untuk menyeludupkan daging trenggiling dari Indonesia ke Malaysia, imbuh sumber tersebut. Sumber: Bikyamasr.com
Sumber: images.detik.com Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
News P-WEC 20 Siswa SDN Tunjungsekar 1 Malang Outbound, Edukasi Alam dan Pengamatan Matahari
S
DN Tunjungsekar 1 belajar di P-WEC. Hari Sabtu, 5 Mei 2012, siswa-siswi kelas 3 sekolah dasar itu sangat antusias ketika sampai di Pusat Pendidikan Konservasi Alam yang ada di Malang ini. Sekitar 78 siswa usia 8-9 tahun itu tak sabar ingin segera bermain outbound di P-WEC. Yang menarik dalam outing sekolah ini adalah aktivitas yang beragam yang diberikan oleh fasilitator P-WEC. Diawali dengan “edukasi alam”, siswa-siswi diajak berkeliling P-WEC untuk melakukan pengamatan pohon. Siswa belajar tentang beragam jenis pohon yang ada di P-WEC dengan mengamati secara langsung sehingga siswa paham bagaimana bentuk kayu, kulit dan daunnya. Yang lebih penting adalah siswa dapat memahami fungsi dan manfaat pohon bagi kehidupan manusia. Edukasi alam tidak hanya sampai disitu, di PWEC siswa dapat melihat langsung beberapa satwa seperti burung, kupu-kupu juga tupai yang melompat kesana-kemari mencari makan. Pemandangan unik dan lucu ini membuat siswa RSBI ini tertawa riang. Materi baru yang dikembangkan P-WEC juga materi pengamatan matahari. Dengan sebuah alat yang disebut solarschope, siswa
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
dapat melihat matahari dengan aman dan tidak melukai mata bagi yang melihatnya. Dengan alat ini nampak fenomena yang ada di matahari yaitu ”black spot” atau bintik matahari. Bintik matahari ini muncul karena terjadinya perbedaan suhu pada area tertentu jika dibandingkan daerah sekitarnya. Bintik matahari itu ukurannya bisa lebih besar dari ukuran bumi namun tampak sangat kecil jika dibandingkan dengan matahari. Siswa menjadi tahu jika bumi kita sangat kecil ukurannya. Jika ada 1,3 juta Planet Bumi dijadikan satu maka ukurannya sama dengan matahari. Ternyata bumi yang kita tempati sangat kecil. Jadi, mari kita melindungi Planet Bumi kita dengan tidak membuat kerusakan, polusi, pencemaran dan sebagainya. Selepas belajar alam dan matahari, para siswa “sekolah adiwiyata” ini mulai bermain outbound dengan riang gembira. Flyingfox adalah yang ditunggu-tunggu, tapi mereka harus menyelesaikan dua jembatan tali dulu di ketinggian. Ada yang awalnya takut namun akhirnya bisa dan berhasil. Dan akhirnya semua anak-anak senang telah belajar tentang alam, melihat keajaiban matahari dan bermain outbound.
News P-WEC
21
Mengamati Transit Venus di P-WEC
F
enomena transit Venus yang terjadi pada Rabu (6/6/2012) selain dirayakan oleh banyak komunitas astronomi, juga dirayakan oleh P-WEC. Sebagai salah satu pusat pendidikan konservasi alam P-WEC juga mengajak masyarakat untuk juga memperhatikan fenomena alam yang sangat langka ini. Planet Venus yang hampir setiap hari dapat kita lihat pada malam dan dini hari, saat ini, dapat kita amati pada siang hari saat matahari telah terbit. Ini karena planet kedua dalam susunan tata surya kita sedang melintas tepat di depan matahari, dan dapat diamati dari Bumi. Fenomena ini dikatakan langka sebab kita baru bisa mengamati lagi pada tahun 2117 atau 2125 H. Beruntung kita tinggal di Indonesia, dapat mengamati fenomena ini karena hanya di beberapa bagian bumi saja dapat teramati. Para peneliti astronomi dan beberapa kelompok masyarakat di Indonesia melakukan pengamatan di daerah masingmasing. Di Malang, tepatnya di pusat pendidikan konservasi alam Petungsewu Wildlife Education Center (P-WEC), edukator P-WEC bersama beberapa kelompok masyarakat dan pelajar juga mengamati fenomena alam ini. Fenomena ini berlangsung sekitar 6 jam, dari pukul 05.00 wib hingga pukul 11.30 wib.
Untuk mengamati kejadian ini tidak diperbolehkan dengan melihat matahari dengan mata telanjang. “Sangat berbahaya, mata kita bisa terbakar,” kata Qodirul, Edukator P-WEC yang memandu pengamatan. “Kita harus menggunakan perlengkapan yang aman seperti 'solarschope' ini,” sambungnya. Dengan menggunakan solarschope yang dimiliki P-WEC, semua yang hadir sangat terpukau setelah mengamati Planet Venus saat melintasi Matahari. “Ini sangat luar biasa. Kita benar-benar ditunjukkan kebesaran Sang Pencipta,” ujar Pak Jamil, Kepala Sekolah MTs Wahid Hasyim Dau yang juga ikut mengamati. Pesan yang ingin disampaikan oleh P-WEC adalah dengan mengamati perbandingan ukuran venus dan matahari, kita bisa membandingkan besarnya bumi jika dibandingkan dengan matahari. “Ukuran Venus tidak jauh berbeda dengan ukuran Bumi. Kita bisa bayangkan ternyata Bumi yang kita tinggali ini sangat kecil jika dibandingkan dengan alam semesta. Dan sudah sepatutnya jika kita sebagai penduduk di Bumi yang kecil ini menunjukkan kearifan kita untuk menjaga Bumi kita dari kerusakan dan kehancuran,” Kata Project Manager yang akrab disapa Mas Irul Ini.
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
News P-WEC
22 Perpaduan Outbound Training dan CSR PT. Arthawena Sakti Gemilang Malang
P
T. Arthawena Sakti Gemilang Malang melatih 120 staf untuk meningkatkan kekompakan dan kerjasama tim dalam bentuk outbound training yang dipadu dengan kepedulian perusahaan kepada masyarakat (CSR/corporate social respocibility) yang dilakukan di tiga dusun yang layak mendapatkan bantuan yakni di Desa Tulungrejo dan Ngenep Karangploso, Dusun Gumuk Dau (13/5/2012).
Pelatihan ini juga mengikutsertakan owner perusahaan dan pejabat desa. Ada yang berbeda dalam training kali ini, selain tidak banyak games team work building seperti training yang dilakukan sebelumnya, pelatihan ini juga dilakukan di desa yang layak mendapatkan bantuan dan renovasi fasilitas secara fisik. Sebelum melakukan analisa di lapangan hingga pengerjaan
program, fasilitator P-WEC telah memberikan motivasi dan game teamwork building yang dapat memacu semangat dan meningkatkan kekompakan dalam bekerjasama tim. Untuk mendapatkan proyek yang akan dikerjakan, peserta harus melakukan analisa kebutuhan desa dan melakukan perhitungan kebutuhan tenaga dan biaya yang keseluruhannya dilakukan dilapang. Guna member tantangan lebih pada peserta diberikan waktu terbatas dalam penyiapan bahan dan alat serta pengerjaan proyek. Dalam
PEKA-SL, Ajak Aktivis Lingkungan Peduli Satwa
P
etungsewu Wildlife Education Center (PWEC) kembali melakukan pelatihan konservasi alam dan satwa liar (PEKA-SL). Pelatihan angkatan kedua ini dilaksanakan di P-WEC selama tiga hari (810/6/2012). Pelatihan ini diikuti 38 peserta mahasiswa dan aktivis lingkungan dari seluruh Indonesia. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat, mahasiswa, pecinta alam dan organisasi mahasiswa yang bergerak dalam bidang pelestarian alam. Pelatihan ini penting dilakukan sehingga para generasi muda tersebut memiliki bekal pengetahuan praktis dalam mengawal pelestarian alam dan satwa liar Indonesia. Peningkatan pemahaman, Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
wawasan dan ketrampilan ini mutlak diperlukan oleh generasi muda sebagai bekal dalam melaksanakan kegiatan konservasi alam dan satwa liar khususnya di Indonesia. Pelatihan ini sebagai bentuk kepedulian P-WEC sebagai pusat pendidikan informal akan generasi mendatang untuk peduli terhadap lingkungan dan penyelamatan satwa, selain itu kegiatan tersebut diharapkan mampu memfasilitasi para aktivis lingkungan, penggiat konservasi dan pecinta alam agar memiliki ketrampilan dan pengetahuan lebih dalam bidang konservasi sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik antar aktivis dari berbagai daerah di Indonesia yang peduli terhadap pelestarian alam.
Dalam pelatihan dua tahunan ini lebih difokuskan pada praktik di lapang,seperti sensus dan inventarisasi burung, ecotourism guiding, fotografi alam dan pendidikan lingkungan menjadi topik menarik selama pelatihan. “Pelatihan seperti ini sangat penting bagi mahasiswa, pecinta alam dan praktisi guna meningkatkan pengetahuan dalam bidang konservasi” kata Ganjar Cahyadi, peserta dari Biologi ITB. Senada dengan Ganjar, menurut Beni Maliansyah perwakilan dari pecinta alam Unmuh Bengkulu ini menambahkan bahwa training seperti ini sangat membantu menambah wawasan mahasiswa karena tidak pernah didapatkan selama di perkuliahan.
News P-WEC melakukan ini diperlukan manajemen dan kerjasama tim yang solid serta kekompakan hinggan proyek berhasil dikerjakan. Di tiga lokasi yang berbeda, peserta berhasil merenovasi mushola, pos kamling, MCK umum dan pipanisasi. Harapannya adalah, peserta dapat belajar secara langsung dan masyarakat mendapatkan manfaat dari program tersebut. Hal ini seperti yang diungkapkan koordinator pelatihan, Musyafak, bahwa pelatihan ini sengaja didesain berbeda dengan training dan
23 teamwork building pada umumnya. Pelatihan ini langsung diterapkan dalam kinerja di lapang dan dinilai oleh perusahaan bagaimana kerja dan kinerja staf secara perorangan dalam bekerja dalam sebuah tim kecil dengan target yang harus dicapai. Harapannya, dari pelatihan ini dapat diketahui karakter dan jiwa kepemimpinan karyawan dalam menjalankan perusahaan, imbuh Musyafak disela penilaiannya selama di lokasi proyek. Senada dengan Musyafak, salah satu karyawan
mengungkapkan bahwa dengan training seperti ini kita dapat mengetahui kinerja masing-masing orang karena langsung dihadapkan dengan pengerjaan proyek secara langsung dan analisa masalah hingga penyusunan program dilakukan oleh kelompok. Hal ini menuntut jiwa kepemimpinan dan berani dalam mengambil keputusan meski metode training ini dianggap baru bagi pesera, dengan adanya target dan hasil akhir menjadikan training dan kompetisi ini menjadi lebih menarik.
Melepas Penat di Cafe Primata P-WEC Sehabis Bersepeda
P
etungsewu Wildlife Education Center (P-WEC) selain dikenal sebagai pusat edukasi konservasi alam ProFauna, tempat ini juga menjadi tujuan rekreasi alam bagi sebagian orang. Karena lokasinya yang berada di kaki Gunung Kawi; P-WEC yang memiliki berbagai fasilitas akomodasi, pertemuan, dan outbound; menawarkan kesejukan dan kesegaran alam dari pepohonan dengan aneka satwa seperti burung-burung berkicau yang mengelilinginya. Untuk mencapai P-WEC, pengunjung akan melalui ladang dan perkebunan di daerah perbukitan yang termasuk dalam wilayah Desa Petungsewu dan Sumberbendo sekitar 12 kilometer ke arah Barat dari pusat Kota Malang. Pada rute yang sama inilah para penggemar sepeda gunung mengayuh sepedanya. Beberapa komunitas sepeda
gunung telah menjadikan PWEC sebagai tempat melepas penat setelah lelah bersepeda. Sudut favorit mereka adalah di balai makan P-WEC yang lebih dikenal dengan nama Cafe Primata. Cafe Primata tidak saja menyajikan sajian makanan yang sehat karena tidak menggunakan penyedap buatan dan bahan kimia, para pengunjung terutama penggemar sepeda gunung, juga bisa dimanjakan dengan berbagai jamu tradisional yang menyehatkan seperti: beras kencur, kunir asam, temulawak dan lain lain yang berfungsi untuk kesegaran dan memulihkan stamina. Selain itu, karena letaknya yang berada di ketinggian, balai makan yang mampu menampung hingga 150 orang ini memberikan panorama hutan dan ladang yang luar biasa. “Tempat ini sangat cocok sekali untuk menjadi tempat transit sebelum melanjutkan perjalanan,” kata Rofiq, salah
satu anggota penggemar sepeda gunung, yang diikuti anggukan tanda setuju dari temantemannya. Berbeda dengan cafe pada umumnya dengan musik-musik modern yang mungkin memekakkan telinga, musik latar yang di sini adalah suara kicauan burung diselingi cicitan tupai melompat dari pohonpohon yang mengelilingi Cafe Primata ini. Suasana yang pasti sangat jarang ditemui di daerah perkotaan. Yang lebih istimewa, para penggemar sepeda gunung dan pengunjung pada umumnya tidak perlu membayar tiket masuk untuk mendapatkan sensasi alam tersebut. Selain sebagai tempat istirahat untuk makan dan minum, Cafe Primata juga menjadi tempat yang tepat untuk mengadakan acara-acara lainnya seperti pertemuan informal, diskusi, arisan, reuni, dan lain-lain bagi siapa saja. Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
News Umum
24
S
uaraSatwa, Trenggiling sebagai salah satu satwa dilindungi di Indonesia, saat ini masih menjadi salah satu primadona perdagangan illegal satwa liar. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya operasi dan upaya perdagangan yang berhasil digagalkan oleh kepolisian RI. Salah satu bukti perdagangan tersebut adalah adanya upaya pemusnahan barang bukti oleh kepolisian dan pemerintah. Salah satunya yang dilakukan oleh Polres Ketapang yang disaksikan kejaksaan negeri dan petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKDSA) Ketapang yang memusnahkan 100 ekor daging trenggiling beku hasil sitaan, pada Kamis (24/5/2012) yang lalu. Daging trenggiling ini adalah hasil sitaan pada 7 Mei 2012 dari tangan seorang tersangka, Heriyanto alias Apin, di Gang Bayan Jl. DI Panjaitan Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang. Kapolres Ketapang, AKBP Iwayan Sugiri, mengatakan bahwa tersangkanya melarikan diri pada saat kita grebek kediamannya, namun dia kita sudah tetapkan sebagai daftar pencarian orang, kendatipun barang bukti sudah kita musnahkan bukan berarti yang bersangkutan bebas dari hukum. Di tempat yang sama, Junaidi selaku Kepala Seksi Wilayah I BKSDA Ketapang seperti yang dilansir Tribunenews.com mengatakan bahwa treggiling termasuk hewan yang dilindungi oleh Undang-undang nomor 5 tahun 1990, tentang
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Trenggiling Masih Marak Diperdagangkan
Sumber: image.tempointeraktif.com
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, disamping itu juga ada PP nomor 7 tentang perlindungan tumbuhan dan satwa liar. Tak lama berselang dari pemusnahan yang terjadi di Ketapang, TEMPO.CO juga merilis upaya pemusnahan trenggiling yang dilakukan oleh Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, Jumat, 15 Juni 2012. Barang bukti daging tenggiling yang dimusnahkan sebanyak 12.677,18 kilogram dan sisiknya 96,96 kilogram. "Ini adalah program unggulan kami untuk perlindungan terhadap satwa. Dulu memang Tenggiling di Sumatera banyak. Sekarang hampir punah," kata Zulkifli, Jumat, 15 Juni 2012. Program tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Direktorat Jenderal Bea Cukai, Kementerian Pertanian, Kejaksaan Agung, dan kepolisian. Selanjutnya seperti dilansir oleh ANTARA News di
Padang pada Kamis, 28 Juni 2012, BKSDA Sumatera Barat melepas 31 ekor trenggiling (Manis javanica) di Taman Raya Bung Hatta (TRBH), Padang. "Trenggiling ini kita lepas di Taman Hutan Raya Bung Hatta, Ladang Padi usai menjalani pemeriksaan," kata Kasat Polhut Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Nurjono di Padang, Rabu. Menurut dia, trenggiling yang dilepas tersebut temuan dari pihak kepolisian ketika bus PO Putra Simas BD nomor polisi (Nopol) BD 7031 AN jurusan Bengkulu-Medan terbalik di daerah Kubu Karambia, Batipuh Kabupaten Tanah Datar. Perlu upaya lebih serius lagi dari pihak penegak hukum untuk menghentikan perdagangan satwa liar jenis trenggiling ini. Jika diperhatikan, terjadi perubahan modus yang sangat signifikan dibandingkan dengan perdagangan yang terjadi pada tahun 2008.
News Umum
25
Penyitaan Puluhan Awetan Harimau dan Satwa Liar Lainnya
P
roFauna Indonesia dalam kegiatannya untuk melindungi satwa liar dan habitatnya meliputi evakuasi dan penyelamatan satwa, survei perdagangan, kampanye, edukasi, advokasi, dan bantuan penegakkan hukum. Pada poin terakhir, ProFauna telah banyak bekerja sama dengan aparat penegak hukum seperti kepolisian, Departemen Kehutanan, Balai Karantina, dan badan pemerintah terkait lainnya dalam bentuk bantuan informasi, operasi penangkapan dan penyitaan, serta pelatihan. Tentunya ProFauna memberikan dukungan sepenuhnya kepada upaya penegakkan hukum yang dilakukan pemerintah.
Begitu juga pada kasus penyitaan puluhan awetan satwa liar oleh Direktorat Tindak Pidana Khusus Bareskrim Mabes Polri pada 17 Juli 2012 lalu, ProFauna memberikan apresiasinya. Seperti yang dilansir dari Kompas.com, Polisi telah menemukan sejumlah awetan satwa di sebuah perumahan di Depok, Jawa Barat. Barang bukti termasuk awetan 14 ekor harimau, satu ekor singa, dua macan tutul, satu ekor macan dahan, tiga ekor beruang, satu ekor tapir, empat kepala rusa, dan satu ekor kepala harimau yang diduga akan diperdagangkan. Pada kasus ini tersangka telah melanggar Undang-
undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Maksimum ancaman hukumannya adalah penjara 5 tahun dan denda 100 juta Rupiah. ProFauna meyakini bahwa temuan berbagai awetan satwa dilindungi ini hanyalah seperti fenomena puncak gunung es dimana banyak kasus yang belum terungkap dan negara telah dirugikan milyaran rupiah. Oleh karena itu ProFauna mendorong agar polisi bisa menjatuhkan hukuman yang seberatberatnya untuk menimbulkan efek jera dan demi terjaganya kelestarian satwa liar di Indonesia.
Sumber: images.detik.com Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Suara Hati
Tiga Hari Bersama Green Warrior Oleh: Rosek Nursahid Founder and Chairman ProFauna Indonesia
S
udah lama saya memimpikan adanya special force di tubuh ProFauna. Ini bukan seperti pasukan khusus di tentara yang dilatih untuk menjadi mesin pembunuh yang sempurna atau seperti pasukan khusus yang siap menangkal serangan teroris. Bukan seperti itu. Namun adalah tim yang punya kemampuan, komitmen dan keberanian khusus untuk berjuang demi kelestarian alam. Syukurlah, mimpi saya itu mulai terwujud ketika ProFauna membentuk tim GREEN WARRIOR di tahun 2012! GREEN WARRIOR memang khusus. Paling tidak ada 3 hal yang masuk kategori kenapa dibilang khusus. Pertana, anggota GREEN WARRIOR terbuka khusus hanya untuk supporter ProFauna, jadi orang lain tidak bisa gabung. Kedua, anggota yang terpilih harus punya keberanian, loyaltas dan ketangguhan yang khusus, alias diatas rata-rata. Sehingga tak salah jika slogan tim GREEN WARRIOR itu adalah BLT, bukan Bantuan Langsung tunai, namun kepanjangan dari Brave, Loyal and Tough. Kekhususan yang ketiga adalah, anggota GREEN WARRIOR itu bersifat relawan, tidak dibayar! Nah ini khan yang
Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
susah, orang berjuang dengan penuh resiko, namun tidak ada duitnya. Apa mungkin? Hal ini menjadi mungkin kalau di ProFauna yang prinsip sukarelawan memang begitu kuat! Di akhir juni 2012, saya selama 3 hari bersama calon anggota GREEN WARRIOR dala sebuah pelatihan yang dalam. Ini tiga hari yang melelahkan, paling tidak buat calon anggota GREEN WARRIOR. Bagaimana tidak melelahkan, karena sejak pagi hingga malam, mereka “dihajar” di P-WEC. Mereka dilatih tentang tehnik kampanye, bukan kampanye biasa, namun kampanye luar biasa yang banyak beresiko tinggi. Mereka juga dilatih panjat memanjat, karena ini akan berguna untuk kampanye dan juga evakuasi satwa korban bencana alam. Setelah “dihajar” dengan latihan memanjat, mereka masih “dihajar” lagi dengan tehnik bela diri praktis. Lho koq ada latihan beladirinya? Apakah ProFauna akan bertempur ? Kalau bertempur itu konotasinya adalah kekerasan fisik, tentu saja tidak, karena melakukan kekerasan dalam kegiatannya adalah haram hukumnya di ProFauna. Tim GREEN WARRIOR dilatih juga bela diri karena untuk membela diri atau menyelamatkan diri dari tindakan-tindakan kekerasan dari “lawan”. Lho
siapa lawan ProFauna itu? Lawan ProFauna adalah orangorang yang diuntungkan dari bisnis illegal eksploitasi alam dan oknum di tubuh pemerintah yang korupsi dengan menjual secara illegal sumber dalam alam. Dengan tugas yang berat yang diemban tim GREEN WARRIOR, menjadi sebuah keharusan mereka untuk menjadi tim yang tangguh. Tidak ada kata cengeng, pengecut dan mellow di ProFauna, apalagi di tim GREEN WARRIOR. Ibarat musik, tim GREEN WARRIOR itu beraliran heavy metal atau bahkan death metal, bukan lagu yang mendayu-dayu dan penuh linangan air mata. Selama tiga hari bersama tim GREEN WARRIOR saya bisa merasakan gelora semangat yang luar biasa. Saya bisa menyerap energi yang bisa meledak dahsyat ketika dikelola dengan baik. Saya bisa merasakan ketulusan dan pengorbanan. Ya memang harus tulus karena ini memang tidak dibayar, bahkan dituntut untuk berkorban untuk sebuah cita-cita yang mulia. Saya merasa bangga dan terharu bisa berbagi dengan tim GREEN WARRIOR angkatan pertama. Tiga hari yang dahsyat. Dan semoga ini menjadi sebuah awal yang baik bagi ProFauna untuk melakukan kampanye perlindungan hutan dan satwa liar dengan lebih dahsyat lagi! Maju ProFauna!
Suara Supporter
27
Pengalaman Magang dan Keluarga Baru di P-WEC
M
usim libur lalu, tepatnya pada bulan Juni-Juli ProFauna memberikan suatu penawaran untuk para supporter ProFauna yang ingin mengisi hari libur mereka dengan kegiatan yang bermanfaat yaitu dengan menjadi volunteer atau staff magang di P-WEC (Petung Sewu Wildlife Education Center). Mendengar hal tersebut saya yang belum memiliki rencana sama sekali akan apa dan kemana liburan kali itu lantas menjadi sangat antusias dan berniat untuk segera mendaftarkan diri. Rupanya bukan hanya saya yang merespon tawaran tersebut, salah satu supporter ProFauna dari Sidoarjo, Riza Mediana juga mendaftarkan dirinya sebagai volunteer dan bahkan
supporter yang berprofesi sebagai guru di salah satu SMK di Sidoarjo ini memulai lebih dulu kegiatan magangnya daripada saya :) Pagi itu di hari pertama saya resmi menjadi seorang volunteer, kesibukan pertama saya adalah berkeliling PWEC dan berkenalan dengan beberapa staff serta karyawan P-WEC. Saya sangat beruntung karena selain Riza Mediana, di waktu yang sama terdapat dua orang volunteer asing yaitu David Amelin dari Perancis dan Andrew Krienke dari Inggris serta satu orang mahasiswi Brawijaya yang sedang men-jalani program PKL (Praktek Kerja Lapang) di P-WEC. Hari-hari berikutnya setelah setiap pagi saya harus berjuang melawan dinginnya
udara dan bersentuhan dengan air es di kamar mandi, saya akan menyempatkan diri menyapa duo koki P-WEC, bu Fat (Fatimah) dan bu Nik (Parnik) di dapur untuk mendapatkan segelas teh panas (serta kue jika beruntung hehe) sebelum mengikuti marketing class bersama David. David merupakan volunteer yang dikirim oleh Planete Urgence yaitu sebuah NGO dari Perancis sehingga dia sudah diamanahi beberapa program oleh “pengirimnya” untuk dilakukan selama di P-WEC, antara lain marketing class serta English class bagi karyawan P-WEC. Berbeda dengan David, Andrew yang datang sendiri ke P-WEC dan menjadi volunteer mandiri tanpa dibekali suatu program maka jadilah ia seperti saya dan volunteer lain. Selain mengikuti kedua kelas yang diusung David tersebut kami melakukan berbagai pekerjaan yang sangat menyenangkan seperti menjadi fasilitator dalam kegiatan fun games dan outbond, mengikuti mobil baca, bergabung dalam kegiatan school visit, membantu pak Pake berkebun, ikut “meramaikan” acara memasak di dapur, mengunjungi dan memberi makan Lucky si monyet korban perburuan liar yang berhasil diselamatkan, membagikan kuisioner ke masyarakat desa sekitar PWEC, menemani mbak Titin dan mbak Ayu di kafe Primata Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Suara Supporter
28 serta masih banyak lagi yang lain. Selain berbagai pekerjaan tersebut, kami juga memiliki tugas membuat sebuah media edukasi yang akhirnya terealisasikan dalam bentuk mading. Selama magang di P-WEC banyak sekali pengalamanpengalaman berharga dan menarik yang saya alami seperti “mencicipi” arena outbond di P-WEC, membuat kue ala Perancis di English cooking class bersama David sampai menjadi “monyet” yang kata teman-teman lebih mirip beruang ketimbang monyet saat kegiatan mobil baca ke SDN Bedalisodo III. Terlepas dari berbagai ilmu serta pengalaman-pengalaman menarik tadi, ada satu hal yang tidak kalah berkesan bagi saya selama menjadi volunteer di P-WEC. Hal itu adalah sisi kebersamaan serta kekeluarga-an yang sangat kental saya rasakan dari seluruh staff dan karyawan PWEC. Saya sangat senang
dapat mengenal mereka lebih jauh, dari yang awalnya hanya sekedar mengetahui namanya sampai mengerti kebiasaan, keunikan dan “keusilan” dari masing-masing orang yang ada di sana. Contohnya saja seperti kebiasaan beberapa staff dan karyawan yang sangat kompak membohongi karyawan lain dengan maksud bercanda yang juga berhasil menjadikan saya sebagai salah satu korbannya, namun pemegang rekor korban terparah tindak pembohongan tetap berada di tangan bu Fat si juru masak P-WEC yang latah itu. Hari demi hari selama menjadi volunteer kami lalui dengan penuh semangat dan keceriaan, sampai akhirnya datanglah hari dimana kita mengadakan farewell party untuk merayakan acara perpisahan volunteer pada tanggal 13 Juli 2012. Di malam perpisahan itu beberapa karyawan P-WEC serta para volunteer mempersembahkan pertunjukan seperti menyanyi
dan juga menari bersama. Kemudian acara dilanjutkan dengan penyampaian kesan pesan yang mengharukan dari perwakilan beberapa staff dan karyawan P-WEC serta para volunteer. Tak ketinggalan pula, pak Rosek yang juga hadir dalam acara tersebut memberikan sambutan dan sertifikat yang selanjutnya disusul pemberian “surprise” dari pihak P-WEC berupa gulungan kanvas berisi fotofoto kegiatan kami selama di sana, maka semakin lengkap lah kegembiraan serta keharu-biruan kami malam itu. Setelah kegiatan magang ini, saya dan volunteer yang lain menjadi semakin tergerak dan bersemangat untuk bisa berbuat lebih banyak bagi satwa liar dan habitatnya. Terimakasih ProFauna, terimakasih untuk pengalaman yang sangat berharga dan mempertemukan saya dengan keluarga baru di P-WEC!. (PIMPIM)
ProFauna Indonesia
Mengucapkan Terima Kasih Kepada
Joseph D. Regan - USA Benjamin Pape - Jerman Atas Donasinya untuk Perlindungan Satwa Liar & Hutan Indonesia Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Pendiri ProFauna Indonesia : Rosek Nursahid Made Astuti Advisory Board: Prof. David Pinault, Ph.D Prof. Herawatie Susilo, Ph.D Dr. Stewart Metz Hiltrud Cordes, Ph.D Joe Yaggi Herlina Agustin, S.Sos, MT Rustam, M.P Daniel Sugama, MM, MSA, Ak. Arief Setyanto, S.Pi, M.App, Sc drh. Wita Wahyudi Dr. Endang Arisoesilaningsih Ketua/Chairman: Rosek Nursahid Sekretaris/Secretary: Darmanto Bendahara/Finance: Made Astuti ProFauna Indonesia: Jl. Raya Candi II No. 179 Klaseman, Karangbesuki, Malang, Indonesia 65146 Tel 0341-570033, Fax 569506, Email:
[email protected] Website: www.profauna.net
Bantu Kami Menghentikan Eksploitasi Satwa Liar Indonesia Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan kepedulian kita terhadap pelestarian alam dan satwa liar, salah satunya adalah dengan menjadi Supporter ProFauna Indonesia. Sebagai Supporter ProFauna kita dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan ProFauna, baik dalam program kampanye perlindungan satwa liar, pendidikan dan lain sebagainya. Kita juga memperoleh majalah Suara Satwa, publikasi-publikasi lainnya yang diterbitkan oleh ProFauna dan memperoleh potongan harga dalam pembelian suvenir ProFauna. Syarat menjadi Supporter ProFauna Indonesia adalah dengan donasi minimal sebesar Rp 50.000,-* berlaku selamanya dan calon supporter bukanlah seorang eksploitator satwa liar. Pendaftaran Supporter ProFauna terbuka setiap waktu, formulir pendaftarannya dapat dicopy di halaman 30 dari majalah Suara Satwa ini. Anda juga Formulir online di website www.profauna.net
Bali Representative: Email:
[email protected] Jakarta Representative: Email:
[email protected] Maluku Representative: Email:
[email protected] Australia Representative: Email:
[email protected] ProFauna UK: PO. Box 264 Northwood HA6 9AP, UK ProFauna International: Email:
[email protected] Website: www.profauna.net Petungsewu Wildlife Education Center (P-WEC): Jl. Margasatwa No. 1 Ds.Petungsewu, Kec.Dau, Kab. Malang, Jawa Timur Tel. 0341-7066769, Email:
[email protected] Website: www.p-wec.org
Satwa liar tidak bisa bicara, kita bisa bicara dan berbuat untuk mereka Volume XVI No. 3/Juli-September 2012
Katalog Produk www.profauna.net
Rp 70.0
00,-
ProFauna
Rp. 70.0
00,-
2012
Rp 70.0
Rp. 70.0
00,-
00,-
T-shirt Logo ProFauna (Hitam) Reg S, M, L, XL, XXL
T-shirt Logo Lady (Ungu) Lady M, L, XL
T-shirt Logo Lady (Biru Turkis) Lady M, L, XL
T-shirt ProFauna Doreng Save Wildlife Reguler M, L, XL, XXL
(TS101)
(TS121)
(TS122)
(TS228)
Rp. 70.0
00,-
Rp. 70.0
00,-
Rp. 70.0
Rp. 70.0
00,-
00,-
T-shirt Bali Island let’s save Sea Turtle Lady S, M, L
T-shirt Keep Orangutan in the Wild Lady S, M, L
T-shirt Save Sea Turtle Reguler S, M, L, XL
T-shirt I’am Happier Reguler S, M, L, XL
(TS224)
(TS225)
(TS227)
(TS226)
Rp. 45.0
00,-
Rp. 45.0
00,-
Rp. 60.0
Rp. 60.0
00,-
00,-
T-shirt I’am Happier (Jingga) Anak-anak L, XL
T-shirt Penyu (Biru Turkis) Anak-anak L, XL
T-shirt Save Rain Forest Reguler S, M, L, XL
Batik ProFauna Reguler S, M, L, XL
(TS307)
(TS307)
(TS223)
(TS117)
Rp. 2.00
0,-
Rp. 2.00
Rp. 6.00
0,-
0,-
Rp. 1.50
0,-
Rp. 80.0
00,-
Rp. 70.0
00,-
T-shirt Panjang Wildlife (Hitam) Reguler M, L, XL
T-shirt Extinct Is Forever (Hitam) Reguler M, L, XL
(TS230)
(TS231)
Rp. 500
,-
Koleksi Stiker ProFauna
Rp. 7.00
0,-
Koleksi Pin & Gantungan Kunci