Perbedaan VO2max, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Asupan Gizi Antara Kelompok Pesepeda dan Bukan Pesepeda Tahun 2013 ( Tika Rostika dan Engkus Kusdinar Achmad)
Abstrak Penelitian telah membuktikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara nilai VO2max dengan kesehatan jantung dan pembuluh darah, paru-paru serta kebugaran sel otot. Berbagai penelitian menunjukan bahwa nilai VO2max pada individu di berbagai negara masih tergolong rendah khusunya pada mahasiswa. Nilai VO2max ini menjadi cukup berbeda jika dibandingkan dengan individu yang rutin melakukan aktivitas fisik, khususnya kegiatan bersepeda. Berbagai penelitian menunjukan bahwa pada individu yang melakukan kegiatan bersepeda memiliki tingkat kebugaran yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai VO2max, aktivitas fisik, status gizi (IMT) dan asupan gizi (energi, karbohidrat, protein dan lemak) antara kelompok pesepeda dan bukan pesepeda. Penelitian ini menggunakan desain ecological study. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2013 pada komunitas Bike to Work (B2W) Indonesia dan mahasiswa FKM UI angkatan 2009 dan 2010. Hasil menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi nilai VO2max pada secara signifikan antara kelompok pesepeda dan bukan pesepeda (p= 0,028). Rata-rata skor aktivitas fisik lebih tinggi secara bermakna pada kelompok pesepeda (p= 0,001). Kedua kelompok disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik agar dapat memelihara daya tahan kardiorespiratori. Kata Kunci : Aktifitas fisik, Asupan Gizi, Bersepeda, IMT, VO2max
Latar Belakang Nilai VO2max merupakan salah satu indikator daya tahan kardiorespiratori (Cairney et al., 2010). Rendahnya nilai daya tahan kardiorespiratori yang ditandai dengan rendahnya nilai VO2max akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Yu., 2010). Daya tahan kardiorespiratori juga terbukti berasosiasi dengan tingginya resiko kematian premature terutama disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (Yu, 2010). Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa nilai VO2max pada individu di berbagai negara masih tergolong rendah khusunya pada mahasiswa. Penelitian pada mahasiswa di Northern Lowa University menunjukkan rata-rata VO2max sebesar 36,6 ml/kg/menit (Dolgener et al., 1994). Di Indonesia, penelitian pada mahasiswa di FKM UI menunjukan rata-rata nilai VO2max sebesar 35,6 ml/kg/menit (Sinamo, 2012). Nilai VO2max ini menjadi berbeda jika dibandingkan dengan individu yang terbiasa melakukan kegiatan bersepeda. Penelitian pada pesepeda muda dengan rata-rata usia 24 tahun menunjukan bahwa mereka memiliki nilai rata-rata VO2max sebesar 58,7 ml/kg/menit (Fell et al., 2006). Berberapa hal yang mempengaruhi nilai VO2max diantaranya aktifitas fisik, status gizi dan asupan gizi. Penelitian menunjukkan terdapat perbedaan level aktivitas fisik antara kelompok pesepeda dan bukan pesepeda. Seseorang yang menyukai sepeda tidak hanya 1
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
2
menggunakan sepeda sebagai olah raga, namun juga sebagai aktivitas fisik saat waktu senggang serta digunakan sebagai alat transportasi sehingga meningkatkan level aktivitas fisik (Panter et al., 2011). Status gizi yang diukur menggunakan IMT pada kedua kelompok juga memiliki perbedaan. Penelitian yang dilakukan pada para pekerja di Cambridge menunjukan bahwa mereka yang pergi bekerja menggunakan sepeda cenderung memiliki status gizi normal/ IMT normal (Panter et al., 2011). Pada kelompok bukan pesepeda memiliki kecenderungan IMT lebih tinggi seperti pada penelitian yang dilakukan di Jepang yang menunjukan bahwa rata-rata IMT pada kelompok bukan pesepeda (mahasiswa) sebesar 24,3 kg/m2 (Goto et al., 2010). Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap nilai VO2max adalah asupan gizi. Penelitian menunjukan bahwa pada kelompok bukan pesepeda (mahasiswa) terdapat
kecenderungan
mengkonsumsi
makanan
tinggi
lemak
serta
kurangnya
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (Waldron dan Dieser, 2010). Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan VO2max, aktivitas fisik, status gizi dan asupan gizi antara kelompok pesepeda dan bukan kelompok pesepeda. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilaksanakan pada anggota komunitas tersebut, rata-rata usia anggotanya yaitu 32 tahun dan menunjukkan nilai rata-rata VO2max sebesar 51,97 ml/kg/menit sehingga tergolong ke dalam kategori excellent (Rostika, 2013). Kelompok bukan pesepeda yang dipilih adalah mahasiswa karena beberapa penelitian menunjukan bahwa daya tahan kardiorespiratori pada mahasiswa masih rendah. Kelompok mahasiswa yang dipilih adalah mahasiswa S1 reguler FKM UI tahun. Hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang membandingkan nilai VO2max, aktivitas fisik, status gizi dan asupan gizi antara komunitas sepeda bike to work Indonesia dan mahasiswa S1 reguler FKM UI.
Tinjauan Teoritis Daya tahan kardiorespiratori didefinisikan sebagai kemampuan paru-paru, jantung dan pembuluh darah untuk menyuplai oksigen dengan jumlah yang cukup ke dalam sel-sel untuk memenuhi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas fisik (Hoeger dan Hoeger., 1996). Daya tahan kardiorespiratori merupakan salah satu komponen kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan (health related fitness) yang menggambarkan kemampuan sistem sirkulasi dan respirasi dalam mensuplai oksigen selama menjalankan aktivitas fisik (Nieman., 2011). Peningkatan level daya tahan kardiorespiratori berhubungan dengan penurunan resiko kematian yang diakibatkan berbagai penyebab. Daya tahan kardiorespiratori merupakan komponen kebugaran paling penting dan merupakan fondasi bagi kebugaran secara
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
3
keseluruhan (Anspaugh, 1996). Semua jaringan dan organ dalam tubuh membutuhkan okesigen untuk menjalankan fungsinya, sehingga penggunaan oksigen yang lebih banyak dapat mencerminkan sistem kardiorespiratori yang lebih efisien (Hoeger dan Hoeger, 1996). Daya tahan kardiorespiratori dapat tercermin pada nilai VO2max (Hoeger dan Hoeger., 1996). VO2max didefiniskan sebagai kapasitas maksimal konsumsi oksigen oleh tubuh selama menjalankan aktivitas fisik. VO2max dikenal juga sebagai kapasitas aerobik, konsumsi oksigen maksimal (maximal oxygen consumption) dan kapasitas daya tahan kardiorespiratori (Nieman., 2011). Satuan untuk VO2max adalah ml/kg/menit (Hoeger dan Hoeger., 1996). Level VO¬2max dipengaruhi oleh kerja tiga sistem tubuh yaitu (1) sistem pernafasan (respiratory system) yang berperan dalam mengambil oksigen dari udara ke paru-paru lalu menstransportasikannya ke dalam darah, (2) sistem kardiovaskular (cardiovascular system) yang berfungsi memompa dan mendistribusikan oksigen yang terkandung dalam darah keseluruh tubuh, dan (3) sistem musculoskeletal (musculoskeletal system) yang berperan sebagai user/ pengguna oksigen untuk mengubah katbohidrat dan lemak menjadi adenosine trifosfat (ATP) yang digunakan untuk kontraksi otot dan memproduksi panas (Nieman, 2011).
Tabel 1 Klasifikasi Nilai VO2max (ml/kg/menit) pada Laki-Laki Tingkat Kebugaran Baik sekali Baik Diatas rata-rata Rata-rata Di bawah rata-rata Rendah Rendah Sekali
18-25 > 60 52-60 47-51 42-46 37-41 30-36 < 30
26-35 > 56 49-56 43-48 40-42 35-39 30-34 < 30
Usia (Tahun) 36-45 46-55 > 51 > 45 43-51 39-45 39-42 36-38 35-38 32-35 31-34 29-31 26-30 25-28 < 26 < 25
55-65 > 41 36-41 32-35 30-31 26-29 22-25 < 22
65+ > 37 33-37 29-32 26-28 22-25 20-21 < 20
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai VO2max diantaranya adalah genetik, jenis kelamin, usia, aktivitas fisik, status gizi, asupan gizi, dan kebiasaan merokok. Menurut Dr. Per Olaf Astrand, fisiologis dari Swedia menyatakan bahwa perkembangan kapasitas aerobik seseorang ditentukan oleh seberapa besar gen yang diturunkan oleh orang tuanya (Katch dan McArdle, 1993). Selain itu, genetik juga memberikan pengaruh terhadap kapasitas jantung, paru-paru, jumlah hemoglobin dan serat otot pada individu (Buku Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan, 2002). Selain itu, jenis kelamin dapat mempengaruhi nilai VO2max. Nilai VO2max pada lakilaki lebih tinggi sekitar 15% sampai 30% dibandingkan dengan perempuan. Hal ini berkaitan
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
4
dengan konsentrasi hemoglobin yang lebih tinggi dan konsentrasi massa lemak tubuh yang lebih rendah pada laki-laki dibandingkan perempuan. Nilai hemoglobin yang lebih tinggi memudahkan laki-laki untuk mengikat oksigen lebih banyak yang akan digunakan selama menjalankan aktifitas fisik sehingga kapasitas aerobiknya lebih baik dibanding perempuan (Hoeger dan Hoeger, 1996). Perbedaan hormon antara laki-laki dan perempuan juga dapat mempengaruhi nilai VO2max. Hormon testosteron pada laki-laki mendorong sintesis dan penyusunan aktin dan miosin yang menyebabkan massa otot laki-laki lebih besar dengan serat otot lebih besar sehingga memungkinkan penggunaan oksigen lebih banyak daripada perempuan (Fatmah, 2010). Faktor selanjutnya yang mempengaruhi nilai VO2max adalah usia. Seiring peningkatan usia, nilai VO2max semakin mengalami penurunan. Hal ini dapat dijelaskan karena pada usia seseorang mencapai dekade dewasa pertengahan bahkan dewasa akhir terjadi penurunan massa bukan lemak dalam tubuh dan terjadi perubahan kualitatif pada fungsi otot-otot mitokondria. Semakin meningkat usia, jumlah kopi DNA pada mitokondria menurun dan konsentrasi mRNA menolak untuk mengkode protein pada otot mitokondria, sehingga semakin meningkatnya usia seseorang akan disertai dengan penurunan mitokondria dalam menghasilkan ATP (Sergi et al., 2010). Aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi VO2max. Pada saat seseorang melakukan aktifitas fisik dengan intensitas yang tinggi maka akan terjadi perubahan fisiologi dalam tubuh. Semakin tinggi aktifitas fisik maka akan menyebabkan tubuh bernafas lebih cepat sehingga meningkatkan jumlah oksigen yang masuk ke dalam tubuh. Lalu, oksigen yang masuk ke dalam tubuh akan ditransfer dari paru-paru ke dalam darah. Selanjutnya, jantung akan memompa darah yang memiliki kandungan oksigen tinggi ke seluruh tubuh sehingga otot mampu mengekstrak lebih banyak oksigen dari dalam darah (ACSM, 2006). Salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah bersepeda. Bersepeda merupakan salah satu aktivitas fisik yang lebih efisien jika dibandingkan dengan berlari atau aktivitas fisik lainnya karena dibantu dengan mesin yang bekerja dalam sepeda (Corbin et al., 2000). Bersepeda dapat membantu meningkatkan kekuatan sistem kardiorespiratori sama seperti memperkuat dan meningkatkan ketahanan pada bagian tangan dan kaki. (Hoeger dan Hoeger., 1996). Bersepeda termasuk ke dalam aktivitas fisik yang tidak terlalu berat sehingga untuk meningkatkan denyut nadi pada intensitas yang tinggi akan sulit tercapai. Saat bersepeda, sebagian besar massa otot yang terlibat dalam latihan aerobik menurun sehingga berpengaruh pada kinerja sistem kardiorespiratori. Namun, kemampuan untuk menjaga kecepatan dalam mengayuh sepeda akan membantu seseorang dalam mencapai denyut nadi yang lebih cepat.
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
5
Selain itu, bersepeda dengan durasi yang lebih lama akan membantu mengkompensasi rendahnya denyut nadi selama bersepeda (Hoeger dan Hoeger., 2011). Penelitian menunjukan bahwa bersepeda dengan kecepatan 100 putaran per menit (rpm) akan meningkatkan tingkat efisiensi dalam bersepeda (Hoeger dan Hoeger, 1996) Faktor lainnya adalah status gizi. Penelitian yang dilakukan pada 403 subjek menunjukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara IMT dan nilai VO2max (Dagan et al., 2013). Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Hong Kong terkait hubungan antara IMT dan etimasi nilai VO2max menunjukan bahwa mereka yang memiliki IMT dengan kriteria overweight memiliki nilai estimasi VO2max lebih rendah. Peran asupan gizi juga memberikan pengaruh pada VO2max. Zat gizi merupakan sumber bahan bakar dalam melakukan aktivitas fisik. Penelitian yang dilakukan pada 1500 laki-laki dan 1500 perempuan di Finlandia menunjukkan adanya hubungan positif antara skor diet yang terdiri dari asupan serat, karbohidrat, asam lemak tidak jenuh rantai panjang (PUFA), protein, konsumsi ikan serta sayuran dengan nilai VO2 max. VO2 max secara langsung berhubungan dengan asupan energi, serat dan konsumsi ikan dan sayur (Kouki et al., 2010). Selanjutnya adalah kebiasaan merokok. Dalam asap rokok terkandung 4% volume gas karbon monoksida (CO). Gas karbon moniksida dapat terserap saat seseorang bernafas. Daya ikat (afinitas) gas karbon monoksida pada hemoglobin lebih besar 200-300 kali dibandingkan dengan oksigen. Meskipun dalam jumlah yang sedikit, adanya gas karbon monoksida dapat mengurangi transportasi oksigen ke dalam darah. Penelitian menunjukan, seseorang yang merokok 10 – 12 batang per hari mengandung 4,9 % ikatan antara karbon monoksida dengan hemoglobin, pada seseorang yang merokok 15 – 25 batang per hari mengandung 6,3 % dan pada seseorang yang merokok 30 – 40 batang per hari terkandung 9,3 % ikatan karbon monoksida hemoglobin. Kandungan gas karbon monoksida sebesar 5 % dalam darah, akan mengurangi penyerapan maksimal oksigen (Astrand, 1977).
Metode Penelitian Desain dan Sampel Penelitian Penelitian ini menggunakan metode
studi kuantitatif dengan pendekatan desain
ecological study yaitu penelitian yang mengamati perbedaan pada suatu kelompok. Data yang digunakan adalah data primer untuk mengetahui perbedaan proporsi VO2max, rata-rata aktivitas fisik, status gizi dan asupan gizi makro (energi, karbohidrat, protein dan lemak) antara kelompok pesepeda dan bukan pesepeda. Kelompok pesepeda yang dipilih adalah
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
6
anggota komunitas sepeda bike to work Indonesia sedangkan kelompok bukan pesepeda adalah mahasiswa S1 reguler FKM UI berjenis kelamin laki-laki. Kriteria inklusi untuk komunitas sepeda meliputi responden merupakan anggota komunitas sepede bike to work Indonesia berjenis kelamin laki-laki, anggota bike to work Indonesia dan responden hadir pada acara car free day (CFD) yang rutin diadakan setiap hari minggu disepanjang jalan Sudirman-Thamrin atau di hadir pada kegiatan bersepeda di Marunda setiap hari Sabtu dan Minggu. Kriteria inklusi untuk kelompok non-komunitas sepeda meliputi mahasiswa S1 reguler FKM UI tahun 2013 berjenis kelamin laki-laki, sedang aktif mengikuti perkuliahan dan tidak tergabung dalam komunitas sepeda bike to work Indonesia. Pemilihan sampel pada komunitas sepeda bike to work Indonesia dilakukan dengan cara quota sampling dimana sampel ditentukan dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi pada pengambilan data sedangkan pemilihan sampel pada mahasiswa S1 reguler FKM UI tahun 2013 dipilih dengan cara sampel acak sederhana (simple random sampling) (Ariawan, 1998). Dari penelitian didapatkan total sampel untuk kelompok pesepeda sejumlah 33 responden dan 32 responden untuk kelompok bukan pesepeda. Pada kelompok pesepeda terdapat 4 responden yang tidak memenuhi kriteria usia sedangkan pada kelompok bukan pesepeda terdapat 3 responden yang tidak memenuhi kriteria usia. Responden yang tidak memenuhi kriteria di drop out sehingga total sampel untuk masing-masing kelompok berjumlah 29 orang. Pengukuran Antropometri Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan digital merk Kris dan untuk tinggi badan menggunakan microtoise. Pada saat menjalankan pengukuran antropometri responden diharuskan untuk melepaskan alas kaki (sepatu/ sandal dan kaos kaki), serta menanggalkan aksesoris yang digunakan (topi, gelang, jam tangan, dll). Selanjutnya dilakukan perhitungan IMT responden. Pengukuran Asupan Makanan Pengukuran asupan makanan dilakukan menggunakan diari makanan/ food record 1 x 24 jam dimana responden akan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap kali makan dalam ukuran rumah tangga (URT) beserta jumlah dan cara pengolahannya pada lembar food record yang sudah disiapkan.
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
7
Pengumpulan Data Individu dan Aktivitas Fisik Pengumpulan data individu dan penilian aktivitas fisik diperoleh dengan mengisi kuesioner. Data individu responden meliputi nama, usia, pekerjaan, no telepon. Peniliaian aktivitas fisik dilakukan dengan mengisi kuesioner Beacke yang sudah dimodifikasi. Pengumpulan Data Nilai VO2max Pengumpulan data nilai estimasi VO2max dilakukan dengan menggunakan metode 1mile walk test (test berjalan 1 mil). Responden akan diminta untuk berjalan sepanjang 1 mile/ 1.6 km. Lintasan tes berbentuk lurus yang sebelumnya sudah diukur sepanjang 50 meter menggunakan measuring tape merk Krisbow. Awal dan akhir lintasan akan ditandai oleh kapur dan cone pembatas jalan. Responden harus menyelesaikan lintasan sebanyak 16 lap, dimana setiap lap memiliki panjang lintasan 100 meter, sehingga titik start dan titik finish berakhir di tempat yang sama. Petugas akan mencatat waktu yang ditempuh responden dan denyut nadi responden selama 1 menit.
Analisis Data Analisis univariat akan akan ditampilkan dengan nilai rata-rata, standat deviasi, serta nilai maksimal dan minimal untuk masing-masing variabel. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji T independen dan uji chi square.
Hasil Penelitian Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 1. Kelompok pesepeda memeliki rata-rata usia 38 tahun sedangkan kelompok bukan pesepeda memiliki rata-rata usia 21 tahun. Variabel
Usia
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kelompok n Mean ± SD Min - Max Pesepeda 29 38 ± 7,96 26 - 50 < 30 tahun 5 30-40 tahun 12 > 40 tahun 12 Bukan Pesepeda 29 21 ± 0,85 20 - 23 < 30 tahun 29
Tabel 2 menggambarkan persentase asupan zat gizi makro terhadap asupan energi yang didapatkan dari food recall. Hasil menunjukan bahwa persentase asupan karbohidrat dan
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
8
protein untuk masing-masing kelompok masih sesuai dengan aturan yang dianjurkan yaitu untuk karbohidrat sebesar 50-75%, protein 10-15%. Namun, asupan lemak cenderung lebih tinggi dari yang dianjurkan yaitu 10-25%.
Tabel 2 Persentase Asupan Karbohidrat, Protein dan Lemak Variabel Kelompok % Pesepeda 56,65 Karbohidrat Bukan Pesepeda 57,35 Pesepeda 13,32 Protein Bukan Pesepeda 13,11 Pesepeda 30,03 Lemak Bukan Pesepeda 29,54 Tabel 3 menunjukan hasil analisis hubungan VO2max antara kelompok pesepeda dan bukan pesepeda. Dari hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,028 (p value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi tingkat kebugaran antara kelompok pesepeda dan bukan pesepeda. Dari hasil analisis juda diperoleh OR sebesar 4,107 yang artinya kelompok bukan pesepeda mempunyai peluang 4,107 kali untuk tidak bugar dibandingkan dengan kelompok pesepeda.
Tabel 3 Proporsi Tingkat Kebugaran Pada Masing-masing Kelompok Bugar Tidak Bugar p Variabel Kelompok OR value n % n % Pesepeda 15 51,7 14 48,3 VO2max 4,107 0,028 Bukan Pesepeda 6 20,7 23 79,3 Pada tabel 4 terlihat perbedaan status gizi (IMT) antara kelompok pesepeda dan bukan pesepeda yang memiliki p value sebesar 0,359 (> 0,05), berarti data tidak dapat memberikan perbedaan secara bermakna antara status gizi kelompok pesepeda dan bukan pesepeda. Untuk aktifitas fisik, hasil uji menunjukan p value sebesar 0,001 (< 0,05) yg berarti terdapat perbedaan rata-rata aktifitas fisik pada kelompok pesepeda lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok bukan pesepeda.
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
9
Tabel 4 Distribusi Rata-rata Status Gizi dan Aktivitas Fisik Variabel Kelompok Mean p value Pesepeda 24,73 Status Gizi 0,359 Bukan Pesepeda 23,71 Pesepeda 8,7 0,001 Aktifitas Fisik Bukan Pesepeda 7,4 Pesepeda 1645 Energi 0,438 (kkal) Bukan Pesepeda 1567 Pesepeda 239,8 Karbohidrat 0,349 (gr) Bukan Pesepeda 224,5 Pesepeda 56,4 Protein 0,224 (gr) Bukan Pesepeda 51,3 Lemak Pesepeda 56,5 0,369 (gr) Bukan Pesepeda 51,4 Untuk asupan zat gizi makro meliputi energi, karbohidrat, protein dan lemak memiliki nilai p value lebih dari 0,005 yang berarti data tidak dapat membuktikan adanya perbedaan secara bermakna antara rata-rata asupan karbohidrat, protein dan lemak pada kedua kelompok.
Pembahasan Terdapat perbedaan proposi tingkat kebugaran antara kelompok pesepeda dengan bukan pesepeda (p value < 0.05). Pada kelompok pesepeda menunjukan proporsi VO2max dengan kategori bugar lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bukan pesepeda. Hal ini sejalan dengan penelitian Tuxworth (1986) yang meneliti mengenai kebugaran pada pekerja yang bersepeda dan tidak bersepeda dimana hasilnya menunjukan bahwa tingkat kebugaran pada responden yang bersepeda lebih baik dibandingkan yang tidak bersepeda. Selain itu, hasil ini juga sejalan dengan penelitian Vuori (1994) yang menyatakan bahwa seseorang yang secara rutin bersepeda ke tempat kerja memiliki daya tahan kardiorespiratori lebih baik dibandingkan mereka yang tidak bersepeda. Namun, jika dataVO2max tersebut dikategorikan berdasarkan usianya masing-masing, maka didapatkan hasil bahwa pada kelompok pesepeda memiliki lebih banyak proporsi tingkat kebugaran pada kategori baik dibandingkan dengan kelompok pesepeda. Hal ini dapat dijelaskan dengan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan oleh masing-masing kelompok. Dari hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata skor aktivitas fisik yang dinilai menggunakan kuesioner Baecke pada kelompok pesepeda lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok bukan pesepeda.
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
10
Untuk status gizi, dari hasil uji statistik menunjukan bahwa rata-rata IMT kedua kelompok terbukti tidak berbeda secara bermakna. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shenoy (2012), Panter (2011), Haddock (2007) dan Goto (2010) yang menemukan terdapat kecenderungan status gizi lebih pada kelompok bukan pesepeda dibandingkan kelompok pesepeda. Perbedaan hasil ini mungkin bisa terjadi karena terdapat perbedaan karakteristik responden penelitian, dimana pada penelitian tersebut responden yang dipilih adalah kelompok pesepeda professional sedangkan pada penelitian ini kelompok pesepeda yang dipilih bersasal dari komunitas hobi. Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi adalah usia. Kelompok pesepeda memiliki rata-rata usia yang lebih tua dan massa lemak akan meningkat seiring bertambahnya usia sehingga dapat meningkatkan IMT. Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata IMT pada kelompok pesepeda sebesar 24.27 kg/m2 sedangkan rata-rata pada kelompok bukan pesepeda lebih rendah yaitu sebesar 23.72 kg/m2. Menurut klasifikasi IMT untuk orang Asia berdasarkan International Obesity Task Force (IOTF) dan WHO, rata-rata IMT untuk kedua kelompok termasuk ke dalam kategori pre obesitas, dimana cut off point untuk pre obesitas adalah antara 23,0 kg/m2 sampai 24,9 kg/m2. Untuk aktivitas fisik, dari hasil perbandingan skor kuesioner aktivitas fisik terlihat adanya perbedaan bermakna antara skor aktivitas fisik kelompok pesepeda dan bukan pesepeda (p value: 0.001). Rata-rata skor aktivitas fisik kelompok bukan pesepeda lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pesepeda. Hal ini didukung oleh penelitian Keating (2005), Dessai (2008), dan Thompson (2008). Penelitian-penelitian tersebut menunjukan bahwa rata-rata pada kelompok bukan pesepeda (mahasiswa) memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok dewasa lainnya. Penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukan bahwa terdapat kecenderungan terjadi penurunan aktivitas fisik pada masa perkuliahan (Dessai et al., 2008). Selain itu, penelitian lainnya menunjukan bahwa usia 20-30 tahun merupakan cut off point terjadinya penurunan tingkat aktivitas fisik. Banyak faktor yang mempengaruhi aktifitas fisik pada seseorang. Menurut social cognitive theory, aktifitas fisik dipengaruhi oleh faktor individu (usia, jenis kelamin, status kesehatan, dll), faktor sosial (dukungan teman dan keluarga), faktor kognitif (kemampuan personal, pengetahuan mengenai aktifitas fisik, motivasi diri, dll) dan faktor lingkungan (kondisi cuaca, akses terhadap fasilitas, dll) dimana setiap faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain (Keating et al., 2005). Secara umum teori ini mengatakan bahwa perilaku individu dalam melakukan sesuatu terbentuk dan dibentuk oleh keyakinan diri dan lingkungan namun disisi lain individu juga dapat merubah lingkungan dan kognisi mereka dengan perilaku. Pada mahasiswa, faktor individu sebenarnya mendukung untuk melakukan aktivitas fisik.
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
11
Mahasiswa mempunyai rata-rata usia 21 tahun sehingga masih memiliki semangat untuk menjalankan suatu aktifitas fisik. Hal ini pun didukung oleh penelitian yang dilakukan di Amerika yang menunjukan bahwa seseorang yang berumur kurang dari 30 tahun lebih memiliki semangat untuk melakukan aktivitas fisik dibandingkan dengan mereka yang lebih dari 30 tahun. Namun faktor-faktor lainnya memberikan peranan pada seseorang untuk melakukan aktiftas fisik (keating,2005). Penelitian yang dilakukan oleh Waldron dan Dieser (2010) menunjukan bahwa salah satu penyebab rendahnya aktifitas fisik pada mahasiswa adalah kurangnya pemahaman mengenai kesehatan dan kebugaran sehingga hal tersebut tidak memotivasi kelompok mahasiswa untuk melakukan aktifitas fisik (Waldron dan Dieser). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Keating (2005) yang menyatakan motivasi diri, kesadaran diri dan pemahaman untuk melakukan aktivitas fisik merupakan tahapan awal dari perubahan sikap dalam menjalankan aktivitas fisik (Keating, 2005). Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh Theory Reasoned Action
yang menyatakan bahwa bentuk
tindakan dari individu terutama ditentukan oleh niat dari individu tersebut (Ajzen dan Fisbein., 1980 dalam Xing 2012). Hal ini menjadi sangat penting karena berberapa penelitian menunjukan bahwa kebiasaan beraktivitas fisik pada saat muda akan terbawa saat beranjak lebih tua.
Pada kelompok pesepeda, dari hasil observasi di lapangan selama penelitian
menunjukan bahwa terdapat faktor-faktor yang mendukung kelompok tersebut untuk menjalankan aktifitas fisik diantaranya adalah faktor sosial dan lingkungan. Adanya dukungan dari keluarga dan teman, keterjangkauan terhadap akses (seperti sepeda dan lokasi bersepeda) serta adanya kesamaan hobi ‘bersepeda’ mendorong kelompok pesepeda untuk menjalankan aktivitas fisik secara rutin. Variabel selanjutnya adalah asupan gizi. Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada berbedaan rata-rata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak antara kelompok pesepeda dan bukan pesepeda. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ferguson (2009) serta Waldron dan Dieser (2010) dimana penelitian tersebut menyatakan terdapat perbedaan ratarata asupan makanan terutama asupan protein yang lebih tinggi pada kelompok pesepeda dan asupan lemak yang lebih tinggi pada kelompok bukan pesepeda. Hal ini mungkin bisa terjadi karena terdapat perbedaan prosedur. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ferguson data diperoleh dengan mewawancarai responden, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Waldron dan Dieser terdapat kesamaan prosedur pengambilan data dengan penelitian ini yaitu dengan menggunakan food record. Dari hasil analisis didapatkan rata-rata asupan karbohidrat sebesar 1645 kkal pada kelompok pesepeda dan 1567 kkal pada kelompok bukan pesepeda. Hasil ini jika diubah kedalam persentase AKG menjadi sebesat 82.25% bagi kelompok
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
12
pesepeda dan 78.35% bagi kelompok bukan pesepeda. Namun, berdasarkan kriteria tingkat konsumsi menurut Widya Karya Pangan dan Gizi presentase tersebut masih dikategorikan dalam kateori asupan cukup. Untuk asupan karbohidrat, kedua kelompok menunjukan nilai yang lebih rendah dari yang dianjurkan AKG yaitu 350 gr/hari. Asupan protein pada kedua kelompok melebihi jumlah yang dianjurkan AKG. Persentase asupan protein pada kelompok pesepeda sebesar 112.8% sedangkan pada kelompok bukan pesepeda sebesar 102.6%. Asupan lemak kelompok pesepeda melebihi jumlah yang dianjurkan AKG. Kelompok pesepeda ratarata mengkonsumsi lemak sebesar 102,7% sedangkan rata-rata asupan lemak kelompok bukan pesepeda lebih rendah dengan presentasi yang tidak melebihi jumlah yang dianjurkan AKG yaitu sebesar 93.4%.
Kesimpulan Proporsi daya tahan kardiorespiratori pada kategori bugar lebih banyak pada kelompok pesepeda dibandingkan dengan kelompok bukan pesepeda, meskipun jika dilihat dari nilai VO2max pada kelompok pesepeda lebih kecil dibandingkan dengan kelompok bukan pesepeda. Selain itu, rata-rata aktivitas fisik pada kelompok bukan pesepeda lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok bukan pesepeda.
Saran Bagi komunitas sepeda diharapkan agar menyediakan timbangan berat badan pada booth bike to work Indonesia setiap acara car free day di Sudriman-Thamrin agar para pesepeda yang beristirahat atau singgah disana bisa mengukur berat badan mereka sehingga bisa memonitoring dan mengevaluasi perubahan kenaikan berat badan pada tingkat individu. Selain itu, bike to work dapat bekerja sama dengan ahli gizi untuk menjadi relawan pada saat car free day untuk membantu dalam memberikan konsultasi gizi. Untuk aktivitas fisik yang disarankan adalah melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dengan frekuensi 3-5 hari/minggu agar dapat meningkatkan nilai VO2max Bagi mahasiswa FKM UI diharapkan dapat mensosialisasikan gerakan bike to campus sebagai langkah untuk meningkatkan aktivitas fisik dan juga alternatif transportasi yang dimiliki UI selain bis kuning. Selain itu, disarankan agar mahasiswa melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dengan frekuensi 3-5 hari/minggu agar dapat meningkatkan VO2max. Bagi peneliti lain, untuk pengambilan data VO2max mungkin akan lebih mendapatkan data yang sesuai apabila digunakan teknik pengambilan data secara langung menggunakan ergocycle karena bentuk ergocycle yang menyerupai sepeda akan menabah semangat dan
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
13
motivasi kelompok pesepeda untuk menjalankan pengukuran VO2max. Disamping itu, dapat menambah variabel lainnya dalam menentukan status gizi seperti persentase lemak menggunakan BIA selain IMT. Untuk pengambilan data menggunakan food record, selain memiliki nomor telepon responde, lebih baik memiliki alamat email responden sehingga akan memudahkan untuk pengumpulan data.
Kepustakaan American College of Sport Medicine. (2000). ACSM Fitness Book: A Proven Steb-by-Step Program From The Expert 3rd Edition. Hong Kong: Creative Printing USA. --------------------------------------------------. (2006). ACSM’s Guidelines for Exercise Testing amd Prescription 7th edition. USA: Lipincott Williams and Wilkins. Anspaugh, David J., Michael H. Hamrick, Frank D. Rosato. (1996). Welness : Concept and application 3rd edition. USA: Von Hoffman Press. Astrand, Per-Olof, Kaare Rodhal. (1977). Textbook of Work Physiology: Physiological Bases of exercise. USA: McGraw-Hill. Cairney, John., et al. (2010). Comparison of VO2 Maximum Obtained from 20 m Shuttle Run and Cucle Ergometer in Children with and without Developmental Coordination Disorder. Research in Developmental Disabilities, 31, 1332-1339. Corbin, Charles B., Ruth Lindsey, Greg Welk. 2000. Concept of Fitness and Wellness 3rd edition. USA: Mc Graw Hill. Dagan, Shiri Sherf., et al. (2013). Waist Circumference vs Body Mass Index in Association with Cardiorespiratory Fitness in Healthy Men and Women: a Cross Sectional Analysis of 403 Subjects. Nutrition Journal, 1-8. Departemen Kesehatan. (2002). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas kesehatan.pdf (http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/panduan%20kesehatan%20olahraga.pdf,
10
Maret 2013, 23.26) Desai, Melissa N., et al. (2008). Risk Factor Associated With Overweight and Obesity in College Student. Journal of American College Health, 57, 109-114. Dolgener, F.A. et al. (1994). Validation of the Rockport Fitness Walking Test in College Males and Females. Research Quaerterly for Exercise and Sport, 65, 152-158. Fatmah. (2011). Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Lubuk Agung Fell, J., et al. (2006). Performance During Consecutive Days of Laboratory Time-Trials in Young and Veteran Cyclists. Journal of Sport Medicine and Physical Fitness, 46, 395402.
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
14
Ferguson, Lisa M., et al. (2009). Effect of Caloric Restriction and Overnight Fasting on Cycling Endurance Performance. Journal of Strength and Conditioning Research, 23, 560-570. Haddock, Bryan L, et al. (2007) Does BMI Accurately Reflect The True Prevalence of Obesity in College Students Taking Kinesiology Courses?. The ICHPER-SD Journal of Research in Health, Physical Education, Recreation, Sport and Dance, 3, 39-42. Hastono, Priyo Sutanto. (2006). Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Hoeger, Werner W.K., Sharon A. Hoeger. (1996). Fitness and Wellness Third Edition. United State of America: Morton Publishing Company. ---------------------------------------------------. (2011). Fitness and Wellness Ninth Edition. United State of America: Wadsworth Cengage Learning. Goto, Masahi, Kohsuke Kiyohara, Takashi Kawamura. Lifestyle Risk Factors for Overweight in Japanese Male College Students. Public Health Nutrition, 13 , 1575-1580. Katch, Frank I., William D. McArdle. (1993). Introduction to Nutrittion, Exercise, and Health Fourth Edition. Philadelphia, London : Lea & Febiger. Keating, Xiaofen Deng, Jianmin Guan, Jose Castro Pinero, Dawan Marie Bridges. (2005). A Meta-Analysis of college Students’s Physical Activity Behaviors. Journal of American College Health, 54, 116-125. Kenney, W. Larry, Jack H. Wilmore, David L. Costill. (2012). Physiology of Sport and Exercise Fifth Edition. USA: Human Kinetics. Kouki, R, et al. (2012). Diet, Fitness and Metabolic Syndrom – The DR’S Extra Study. Nutrition, Metabolism, and Cardiovascular Diseases, 22, 553-560. Nieman, David. (2011). Exercise Testing and Precription 7th edition. USA : McGrawl-Hill. Panter, Jenna, et al. (2011). Correlates of Time Spending Walking and Cycling to and form Work: Baseline Result from the Commuting and Health in Cambridge Study. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 8, 124-137. Sergi, Giuseppe., et al. (2010). Resting VO2, Maksimal VO2 and Metabolic Equivalents in Free Living Healthy Eldery Women. Clinical Nutrition, 29, 84-88. Shenoy, Shweta., et al. (2012). Effect of Eight-Week Supplementation of Aswagandha on Cardiorespiratory Endurance in Inidan Cyclists. Journal of Ayurveda & Integrative Medicine, 2012, 209-214. Sinamo, Eko Cipako. (2012). Hubungan Antara Status Gizi, Asupan Gizi, dan Aktivitas Fisik Dengan VO2max Pada Mahasiswa Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2012. Skripsi
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013
15
Program Sarjana Ilmu Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Thompson, Neisha Ann. 2008. College Students Perceived Weight Status, Knowledge, Attitudes and Practices in Relation to BMI Classification and Lifestyle Weight Management. Tuxworth, W., et al. (1986). Health, Fitness, Physical Activity, and Morbidity of Middle Age Male Factory Workers. British Journal of Industrial Medicine, 43, 733-753. Vuori IM, Oja P, Paronen O. (2001). Phisically Active Commuting to Work – Testing its Potential for Exercise Promotion. Journal of Medicine and Science in Sport and Exercise, 25, 844-850. Xing, Yang. 2012. Contributions of Individual, Physical and Social Environmental Factors to Bicycling: A Structural Equations Modeling Study of Six Small U.S. Cities. Disertasi Program Doctor of Philosophy in Transportation Technology and Policy, University of California. Waldron, Jennifer J., Roodney B. Dieser. Perspectives of Fitness and Health in College Men and Women. Journal of College Student Development, 51, 65-78. Yu, Rubi, et al. (2011). Cardiorespiratory Fitness and its Association with Body Composition and Physical Activity in Hong Kong Chinese Women Aged from 55 to 94 years. Maturitas, 69, 348-353.
Perbandingan VO2max ..., Tika Rostika, FKM UI, 2013