Perancangan Car Mobile Holder Inovatif Dengan Metode Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment Rizqi Mardhi Farisi dan Sritomo W. Soebroto Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 e-mail:
[email protected] Abstrak— Aplikasi peta digital saat ini menjadi tren bagi pengguna smartphone dimana secara umum penggunaannya dilakukan oleh pengguna kendaraan, khususnya mobil. Percobaan yang dilakukan dengan menggunakan produk eksisting car mobile holder menghasilkan data permasalahan yang melibatkan desain produk tersebut. Dalam penelitian ini akan diidentifikasi kebutuhan pengguna car mobile holder dengan metode Kansei Engineering dan QFD dimana terdapat metode TRIZ di dalamnya untuk permasalahan kontradiksi teknis. Metode eye tracking menunjukkan adanya pengalihan pandangan sebesar 16,52%, atau di luar batas allowance dari total dwell time selama mengemudi dalam waktu kurang lebih 30 menit jika tidak digunakan mobile holder. Dihasilkan informasi posisi penempatan mobile holder terbaik di sebelah kanan depan pengemudi (untuk mobil dengan kemudi kanan). Rancangan produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna serta kompatibel terhadap lokasi penempatanya di dalam mobil. Hasil pengujian dengan analisis gap menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai prototipe produk car mobile holder yang dihasilkan dari penelitian ini, dibandingkan dengan produk-produk eksisting. Dinyatakan oleh konsumen bahwa produk tersebut inovatif serta memiliki keunggulan dalam hal adjustabilitas yang lebih baik dibandingkan produk yang sudah ada saat ini. Kata Kunci: Eye Tracking, Kansei Engineering, Perancangan Produk, Quality Function Deployment, TRIZ
A.
Pendahuluan Industri smartphone telah mengambil keuntungan dari teknologi GPS (Global Positioning System), dan aplikasi peta digital yang dikembangkan dari teknologi tersebut telah menarik minat para pengguna smartphone di seluruh dunia [Abrar, 2012]. Melihat bahwa penggunaan peta digital paling sering dilakukan oleh pelaku perjalanan pengguna mobil, hal ini menjadi peluang bagi pelaku bisnis produk inovatif untuk menciptakan produk aksesoris pendukung penggunaan peta digital tersebut di dalam mobil. Pada saat mengemudikan sebuah kendaraan, proses pengalihan pandangan dari suatu area yang seharusnya (dalam hal ini yaitu pandangan lurus ke depan melihat ke jalan raya) ke area lain seperti dashboard, speedometer, radio, dan sebagainya, harus diminimalisir. Penulis membuat analisa eye tracking sebagai metode evaluasi proses kerja pengemudi saat menggunakan gadget atau perangkat mobile-nya. Di sisi lain, salah satu implementasi penggunaan eye tracker yang cukup luas adalah sebagai sarana untuk perancangan dan pengembangan produk [Bulling, et al., 2008]. Dengan metode eye tracking, dapat ditentukan posisi mobile holder yang paling baik. Hal ini berkaitan dengan waktu proses pengalihan pandangan yang mempengaruhi konsentrasi dalam mengemudi, dan pada akhirnya berkaitan pula dengan peluang risiko terjadinya kecelakaan. Berdasarkan posisi yang paling baik tersebut pula dapat ditentukan desain mobile holder yang kompatibel untuk tempat pemasangannya. Sehingga tercipta suatu kondisi yang lebih nyaman dan aman sekalipun pengguna harus mengemudikan kendaraannya sambil berinteraksi dengan peta digital sebagai penunjuk arah perjalanan. Untuk mengupayakan perancangan car mobile older yang baik, maka produk akan dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan Quality Function Deployment (QFD) yang dikombinasikan dengan Kansei Egineering dan Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ). Metode kansei dipilih untuk mengatasi permasalahan yang tidak dapat akomodasi oleh metode etnografi, karena survei perlu dilakukan pada pengemudi mobil. QFD dipilih karena merupakan alat yang sangat cocok untuk rapid product development yaitu pengembangan produk yang membutuhkan waktu pengembangan cepat, dan memperhatikan aspek-aspek kebutuhan konsumen yang perlu dipenuhi (Cave, 2003 dalam Shirwaiker et al, 2011). Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan terhadap 5 orang pengemudi mobil, didapatkan beberapa suara konsumen berupa keluhan terhadap salah satu jenis produk eksisting. Tabel A Hasil eksperimen identifikasi permasalahan ergonomi pada penggunaan car mobile holder Responden ke-
Usia
1
50
2
22
3
33
4
30
5
21
Permasalahan Atau Keluhan Selama Percobaan Produk Terlalu pendek, jangkauan pandangan jauh sehingga tulisan atau simbol-simbol di layar peta terlihat kecil. Karena ditempelkan di kaca, saat siang hari silau sehingga layar tidak terlihat jelas. Leher alat tersebut kurang panjang, kurang dapat didekatkan dengan jangkauan pandangan mata. Tidak dapat didekatkan. Karena ditempelkan di kaca, saat siang hari perangkat elektronik yang digunakan menjadi panas terkena sinar matahari. Leher alat tersebut fleksibel tapi terlalu keras, sulit untuk merubah arahnya dan perlu penggunaan kedua tangan, khususnya bagi wanita.
Korelasi
Tinjauan Pustaka
Perancangan dan Pengembangan Produk Ulrich dan Eppinger (2001) dalam bukunya yang berjudul Product Design and Development mendefinisikan perancangan dan pengembangan produk sebagai serangkaian aktivitas yang terdiri dari identifikasi peluang pasar, dilanjutkan dengan kegiatan produksi, dan distribusi sampai penjualan produk tersebut. Menurutnya, tujuan dari perancangan dan pengembangan produk adalah agar produk yang dihasilkan dapat memberikan manfaat bagi pemakai produk tersebut serta menjadi selalu diminati. Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur dan dituntut selalu melakukan inovasi, pengembangan produk akan menjadi penentu untuk dapat bertahan dalam kompetisi di pasar. Terdapat 5 fase dalam proses perancangan dan pengembangan produk, ditambah dengan 1 fase perencanaan pada fase ke 0. Beberapa fase tersebut secara berurutan yaitu Fase 0 Perencanaan, Fase 1 Pengembangan Konsep, Fase 2 Perancangan Tingkatan Sistem, Fase 3 Perancangan rinci, Fase 4 Pengujian dan Perbaikan, Fase 5 Peluncuran Produk. Quality Function Deployment (QFD) Cohen (1995) Mendefinisikan bahwa QFD merupakan metode perencanaan dan pengembangan produk secara terstruktur yang memungkinkan pengembang untuk menentukan dengan jelas keinginan dan kebutuhan konsumen. Melalui QFD tersebut kemudian dapat dievaluasi secara sistematis setiap produk yang diusulkan dalam hal dampak terhadap pemenuhan kebutuhan. Tahapan dalam QFD dimulai dari pengumpulan suara konsumen atau lazim disebut voice of customer, dilanjutkan dengan pengisian House of quality dan Output-nya akan dilanjutkan sebagai bahan analisa dan implementasi. Matrik HoQ dapat dilihat pada gambar 1. Kansei Engineering Kansei Engineering adalah metode yang dapat mendukung aplikasi teknologi dengan melihat perasaan dan emosi (Bahasa Jepang: Kansei) manusia atau konsumen.
Kebutuhan
Car Mobile Holder Mobile holder adalah alat bantu untuk peletakan ponsel atau jenis mobile device lainnya agar lebih mudah dijangkau. Alat tersebut juga digunakan di dalam kendaraan untuk membantu pengemudi ketika diperlukan informasi visual dari mobile device-nya sehingga disebut sebagai car mobile holder. Dengan penelusuran melalui search engine di internet saat ini cukup banyak dapat ditemukan model mobile holder yang tersebar di pasaran
Hubungan antara Kebutuhan Konsumen dan Respon Teknis
Perencanaan
Teknis Respon Teknis
Konsumen
B.
Kansei tersebut digabungkan dengan disiplin ilmu teknik atau engineering (rekayasa) sehingga disebut dengan Kansei Engineering. Kansei Engineering digunakan dalam pengembangan produk untuk menganalisa kebutuhan konsumen dengan melihat perasaan dan emosinya kemudian menghubungkannya menjadi sebuah desain produk (Nagamachi dan Lokman, 2011).
Matriks
Dalam percobaan yang dilakukan tersebut, masingmasing pengemudi dicoba memanfaatkan mobile holder untuk peletakan perangkat elektronik berupa smartphone yang sedang digunakan untuk menjalankan aplikasi peta digital. Dari eksperimen produk eksisting tersebut didapatkan permasalahan ergonomi seperti tertera pada . Permasalahan-permasalahan tersebut oleh para responden dianggap mengurangi nilai kegunaan dari produk bersangkutan.
Prioritas Competitive Benchmark Target
Gambar 1. Matriks HoQ dalam Tahapan QFD [Cohen, 1995]
Menurut Nagamachi dan Lokman (2011), Kansei mengacu pada pengetahuan akan emosi dan keinginan yang berjalan harmonis. Menurut Schütte (2005), Kansei merupakan perasaan psikologis yang mencakup semua perasaan yang ditimbulkan dari alat indra manusia yaitu melihat, mendengar, merasakan dan mencium. Kansei dipengaruhi oleh tingkah laku, sikap, pengetahuan dan perasaan manusia.
Kansei atau perasaan psikologis
Sistem Rekayasa Kansei
Elemen Produk Desain
Gambar 2. Sistem rekayasa kansei. Sumber: (Nagamachi, 1995 dalam Nagamachi dan Lokman, 2011) C.
Eye Tracking Eye tracking adalah metode untuk mengukur pergerakan mata seseorang agar dapat diketahui ke arah mana mata orang tersebut melihat, pada waktu dan sekuen di mana mata bergerak dari suatu lokasi ke lokasi yang lain [Alexander, 2012]. Sistem yang melakukan proses eye tracking tersebut dinamakan eye tracking system. Pada eye tracking system dua komponen utama yang digunakan untuk pengukuran adalah mata itu sendiri dan eye tracker. Mata adalah obyek yang diukur pergerakannya, sedangkan eye tracker adalah perangkat yang digunakan untuk menangkap pergerakan mata tersebut. Perangkat lunak yang terintegrasi dengan eye tracker tersebut akan memproses data yang diberikan.
Mulai Penentuan Topik
Pengumpulan Fenomena
Penentuan Fokus Produk
Studi Literatur
TRIZ Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch atau dalam abjad asli Kiril bahasa Rusia “теория решения изобретательских задач” yang berarti “Teori Pemecahan Masalah Berdaya Cipta”, disingkat TRIZ, adalah suatu metode dalam perancangan atau pengembangan produk. Metode ini juga sering disebut Theory of Inventive Problem Solving (TIPS). Metode ini didasari dari ketidak menutupinya kemungkinan jika sebuah sistem memiliki lebih dari satu permasalahan yang kontradiktif. Dalam hal ini TRIZ akan digunakan untuk mengatasi kontradiksi yang terjadi pada Roof of HoQ yaitu korelasi antar respon teknis yang bersifat bertolak belakang. Permasalahan teknis tersebut merupakan konflik antara dua hal dari sebuah sistem dimana ketika sebuah permasalahan akan diselesaikan justru memiliki efek yang ditimbulkan yaitu terdapat masalah baru.
Percobaan Produk Eksisting
Kuesioner Elektronik
D.
Masalah Generik TRIZ
Masalah Spesifik
Solusi Generik TRIZ
Solusi Spesifik
Gambar 4. Metode penyelesaian masalah TRIZ Sumber: (Domb, 1997 dalam Laksmi, 2010)
TRIZ adalah sebuah pendekatan sistemik dalam menemukan masalah yang memberikan cara berpikir dalam bertindak memecahkan masalah secara kreatif, salah satunya dengan melakukan suatu proses inovasi. Prosedur dasar dari TRIZ dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Metodologi Dalam penelitian ini akan dilakukan serangkaian metodologi yang mengacu pada pendekatan perancangan dan pengembangan produk sesuai literatur yang digunakan. Diagram alir metodologi penelitian dapat dilihat pada gambar 5
Pengajuan Rencana penelitian & Metode
Tidak diterima
Opsi Pengulangan
Diterima Pernyataan Misi Penelitian
Identifikasi Kebutuhan Konsumen
Kansei Engineering Percobaan Produk Eksisting
Perancangan Desain Kuesioner untuk Media Sosial
Kata-kata Kansei
Penyebaran Kuesioner
Pairwise Comparison
Data Kuesioner
Voice of Customer
Respon Teknis
Penetapan Target Spesifikasi HoQ TRIZ Eye Tracking
Pembuatan Alternatif Konsep
Solusi
Rencana Pengembangan
E.
A-3
B-4
Gambar 5. Diagram alir metodologi penelitian
Ganti total
Salah satu teknologi yang dianggap murah dan mudah didapatkan, termasuk yang digunakan pada penelitian ini adalah headmounted eye tracker. Alat ini dipasangkan secara langsung pada bagian kepala dan terdapat sebuah kamera kecil yang akan merekam pergerakan mata.
Identifikasi Masalah dan Kepentingan Penelitian
Penguatan identifikasi kebutuhan
Gambar 3. Headmounted Eye Tracker di Ergonomic Centre, Universitas Indonesia
A-2
B-3
Perancangan Tingkatan Sistem Bill of Material Tree
Detail dimensi komponen
Perbaikan Bentuk
Perancangan Rinci Bill of Material Table
Perbaikan Ukuran
Data Antropometri
Pembuatan Prototipe Tidak Berfungsi Normal Pengujian Perbaikan Berfungsi normal Perhitungan Harga Pembuatan
Analisa dan Interpretasi 1. Analisa Proses QFD 2. Analisa Ergonomi 3. Analisa Ekonomi
Simpulan dan Saran Selesai
Gambar 5. Diagram alir metodologi penelitian (lanjutan F.
Identifikasi Kondisi Eksisting Pada sub bab ini akan dipaparkan tentang kondisi eksisting dengan menggunakan bantuan tool eye tracker terkait penggunaan car mobile holder dalam aktivitas mengemudi. Proses eye tracking dilakukan di Ergonomic Centre, Departemen Teknik Industri Universitas Indonesia. Alat yang digunakan adalah headmounted eye tracker sehingga kondisi eksisting saat mengemudi perlu dibuat dalam bentuk simulasi terlebih dahulu. Digunakan aplikasi googlemaps dengan memanfaatkan fitur direction. Dengan mengaktifkan wifi dan GPS pada smartphone, titik start dipilih current position atau posisi saat ini berada. Titik tujuan atau titik finish dipilih secara acak dengan menggunakan pilihan point on map. Setelah semua set up pada peta digital ini siap, pengemudi akan melakukan perjalanan dimana ponsel yang digunakan untuk menjalankan aplikasi googlemap tersebut sesekali diletakkan di dashboard. Screeshot video dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Video tersebut akan menjadi input untuk proses simulasi mengemudi dengan menggunakan eye tracker. Pada tahap awal penggunaan eye tracker, perlu dilakukan penyetelan awal sebagai penyesuaian kamera eye tracker terhadap mata pengguna dan jarak antara mata pengguna tersebut dengan layar monitor komputer yang menampilkan video simulasi. Selama pemutaran video, pengguna eye tracker seolaholah sedang dalam kondisi mengemudi sesungguhnya. Saat dimana pandangan harus dialihkan ke dashboard atau fokus pada peta digital disesuaikan dengan tampilan pada video. Output dari eye tracking simulasi mengemudi ini berupa plot area yang terdiri dari titik-titik fixation time. Fixation time tersebut adalah waktu ketika mata melihat suatu titik selama video simulasi berjalan. Dari area lansekap yang tersedia, dilakukan pembagian menjadi 6 area. Sehingga didapatkan output berupa nilai dwell time dan average pupil size pada setiap area. Pada penelitian ini ditetapkan bahwa perbaikan kondisi eksisting akan dilakukan jika besarnya pengalihan pandangan akibat pengoperasian mobile device melebihi 10% dari total dwell time Tabel 2. Deskripsi pembagian area video dan output data eye tracking Area
Deskripsi
Dwell Time
%
Average fix pupil size
1
Area utama, pandangan di depan pengemudi
466904
68,90%
393
2
Area sebelah kanan depan pengemudi
37276
5,50%
387,72
3
Area sebelah kiri depan pengemudi
23472
3,46%
328,27
4
Area yang dilihat saat mobil belok ke kiri
34792
5,13%
249,2
5
Area dashboard, interaksi dengan perangkat mobile
111976
16,52%
354,06
6
Area dashboard sebelah kiri pengemudi
3196
0,47%
371,33
Dari data yang dihasilkan dapat dilihat bahwa area 5, yaitu area pengoperasian mobile device berkontribusi terhadap keseluruhan dwell time melebihi batas toleransi 10% yaitu sebesar 16,52%. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada kondisi eksisting tersebut diperlukan perbaikan. Dalam penentuan posisi terbaik untuk peletakan mobile holder, yang perlu dipertimbangkan adalah area 2 dan area 3. Hal ini dikarenakan letaknya yang berdekatan atau berbatasan langsung dengan area 1 yang merupakan area utama pandangan pengemudi. pada 6 area. Meskipun area 5 juga berbatasan langsung dengan area 1, namun perlu diingat bahwa area 5 tersebut adalah dashboard, yang mana pengalihan pandangan ke area tersebut tidak lebih baik dibandingkan pengalihan pandangan ke kaca depan mobil yaitu area 2 dan 3. Hal ini dikarenakan pada area 2 dan 3 pengemudi masih dapat memantau kondisi jalanan. Area 2 dapat dikatakan sebagai posisi terbaik untuk peletakan mobile holder karena dwell time dan average pupil size yang lebih besar daripada area 3.
G.
Pengumpulan Kata Kansei dan Pendefinisian Atribut
Kata-kata kansei dalam penelitian ini diperoleh dari hasil survei yang dilakukan pada percobaan produk eksisting. Dalam pengujian yang dilakukan, responden diminta untuk mengemudikan sebuah mobil menuju satu titik lokasi tertentu dengan memanfaatkan petunjuk peta digital yang terpasang pada sebuah mobile holder di dalam mobil. Berikut merupakan rekap data komentar responden beserta penerjemahannya ke dalam kelompok kansei words. Dari survei yang telah dilakukan, akan direkap data kata-kata kansei yang dihasilkan. Dilihat seberapa banyak kata kansei yang terlibat dan seberapa besar frekuensi tiap kata kansei tersebut muncul pada keseluuhan survei yang dilakukan. Pada kata kansei untuk identifikasi atribut desain produk terdapat cukup banyak alternatif, sehingga dilakukan pemilihan berdasarkan tingkat frekuensi kata kansei yang paling seing muncul. Diketahui bahwa kata kansei yang paling sering muncul adalah “Ringan“, “Simple”, “Universal”, “Warna”. Keempat kata kansei tersebut akan menjadi sub atribut dari atribut desain. Responden menghendaki alat yang ringan, sehingga kata kansei “ringan” diterjemahkan sebagai sub atribut berat produk. Responden menghendaki alat yang simple, sehingga kata kansei “simple” diterjemahkan sebagai sub atribut kesederhanaan desain. Responden juga menghendaki alat agar universal atau dapat digunakan pada berbagai ukuran, sehingga kata kansei “universal” diterjemahkan sebagai sub atribut kemampuan penggunaan berbagai ukuran mobile device. Kata kansei“warna” merupakan kata benda yang dapat langsung dimasukkan sebagai sub atribut. Penulis menambahkan atribut harga. Meskipun tidak terdapat pada kata-kata kansei yang teridentifikasi, perlu diperhatikan penentuan biaya produksi yang akan berpengaruh pada harga jual produk. Dimana aspek tersebut akan berkaitan dengan daya beli konsumen. Sub atribut dari atribut harga adalah harga pembuatan. dengan daya beli konsumen. Sub atribut dari atribut harga adalah harga pembuatan. Tabel 3. Rekapitulasi bobot atribut
Bobot SubAtribut
Bobot Global
Kekuatan Penempelan
33,30%
11,42%
Umur Alat
66,70%
22,88%
Kemudahan ponsel untuk dilihat
70,90%
17,23%
Keterjangkauan posisi alat
11,30%
2,75%
Kemudahan handphone untuk diambil
17,90%
4,35%
Berat
19,80%
4,81%
Kesederhanaan desain
28,50%
6,93%
Universality
15,70%
3,82%
Warna
36,80%
8,94%
Harga
-
17,20%
Atribut
Setiap atribut maupun sub atribut yang telah ditentukan perlu diberikan bobot untuk dilihat prioritasnya. Metode yang digunakan adalah Pairwise comparison. Metode ini dilakukan dengan pemberian nilai sederhana diantara dua buah perbandingan atribut. Perbandingan dilakukan dengan pengisian kuesioner elektronik memanfaatkan jejaring sosial sebagai media publikasinya. Setiap responden diminta untuk memberi angka1-10 pada setiap perbandingan atribut. Misalkan perbandingan antara atribut harga dan kenyamanan. Angka 1 adalah angka yang mewakili atribut harga sedangkan angka 10 adalah angka yang mewakili atribut kenyamanan. Semakin mendekati angka 1 maka artinya harga semakin penting jika dibandingkan dengan kenyamanan. Sebaliknya semakin mendekati angka 10 maka artinya kenyamanan semakin penting jika dibandingkan dengan harga. Perbandingan ini dilakukan untuk semua atribut dan sub atribut dan akan dihitung nilai rata-rata pada tiap perbandingan. H.
Penentuan Solusi Desain Beberapa respon teknis yang dibangkitkan untuk mengakomodasi atribut-atribut tersebut akan menjadi input dalam matriks HoQ. Proses HoQ tersebut akan memberikan output perangkingan respon teknis. Beberapa respon teknis yang dibangkitkan beserta rangkingnya secara berurutan adalah sebagai adalah sebagai berikut:
Respon Teknis Terpilih:
Respon Teknis Tidak Terpilih:
1. Jenis penempel 2. Jenis material 3. Sambungan komponen 4. Desain sendi 5. Lapisan anti korosi 6. Material penempel 7. Desain leher 8. Penempatan alat 9. Desain Body 10. Ketahanan terhadap getaran 11. Jumlah komponen 12. Dimensi alat
13. Model lock/unlock 14. Kepaduan warna dengan mobil 15. Desain untuk charger
Kontradiksi antar respon teknis yang akan diselesaikan dalam TRIZ adalah kontradiksi antar respon teknis yang termasuk dalam 12 respon teknis teratas. Respon teknis yang berkontradiksi dengan yang 3 respon teknis terbawah akan diabaikan. Dari hasil analisa korelasi teknis, terdapat 10 kontradiksi teknis yang perlu diselesaikan dengan TRIZDari Produk mobile holder yang akan dibuat terdiri dari beberapa komponen yang mudah di disassemble, atau tidak banyak sambungan permanen. Setiap bagian dari mobile holder memiliki fungsi yang dapat mendukung penggunaan untuk beberapa kondisi. Artinya, produk dibuat adjustable, dengan beberapa engsel yang mampu mendukung perubahan posisi dan arah perangkat mobile yang digunakan. Produk dibuat dengan desain yang tidak simestris, karena posisi peletakan mobile holder adalah di kaca sebelah kanan depan pengemudi dengan menopang pada dashboard depan. Untuk menopang pada 2 bidang tersebut digunakan 2 kaki untuk
meminimumkan getaran dan memperkuat penempelan. Produk dibuat dengan material plastik. Sedangkan untuk material logam, dilapisi dengan lapisan pelindung untuk mencegah terjadinya korosi.
Untuk mengencangkan posisi dapat dilakukan dengan memutar pengunci sampai level kekencangan yang diinginkan. Alat dapat ditarik untuk memanjangkan kaki agar layar pada perangkat mobile dapat didekatkan. I.
Gambar 6. Rancangan Fisik Prototipe Pemakaian produk cukup sedarhana karena hanya terdiri dari penempelan dan penyesuaian arah. Penempelan ke kaca dilakukan dengan mengencangkan suction cup yang terhubung dengan kaki khusus untuk penghubung ke kaca. Pengencangan sendi peluru dapat dilakukan dengan cara ulir. Jika diinginkan perubahan posisi yang fleksibel selama penggunaan, level kekencangan dapat diatur sesuai kebutuhan. Penempelan ke dashboard dilakukan dengan mengencangkan suction cup yang terhubung dengan kaki khusus untuk penghubung ke kaca. Pengencangan sendi pada perbatasan leher dan body suction cup serta pengencangan sendi peluru pada perbatasan leher dan kaki dapat dilakukan dengan cara ulir. Level kekencangan sendi ini juga dapat diatur sesuai kebutuhan Pemasangan ponsel ke body dilakukan dengan menarik atap dari body. Sistem ini berlaku dengan metode pegas sehingga atap body akan menjepit perangkat mobile. Untuk penggunaan secara portrait, terdapat penyangga yang dapat menahan beban perangkat mobile agar tidak terlepas. Prosedur pemasangan body yang telah terpasang ke rangkaian dilakukan dengan menempatkan kepingan pengait yang terdapat pada bagian bawah body ke lubang pada kepala sistem persendian yang tersedia. Terdapat pengunci holder yang dapat mengunci posisi body holder dengan cara ditarik dan diputar, lalu dilepas. Pelepasan dilakukan juga dengan cara pengait tersebut ditarik dan diputar, lalu dilepas. Jika diinginkan penggunaan yang fleksibel, dimana pengguna sewaktu-waktu harus mengambil perangkat mobile-nya dengan cepat, maka body tidak perlu dikunci sehingga dapat dilepas dengan mudah dan cepat. Penyesuaian arah perangkat mobile terhadap pandangan pengemudi dapat dilakukan dengan cara rotasi, memutar sistem persendian antara body holder dan kaki.
Simpulan Pada penelitian ini dipecahkan sebuah permasalahan mengenai desain produk car mobile holder. Produk yang yang dihasilkan dari penelitian ini memungkinkan pengemudi dapat berinteraksi dengan perangkat mobile dengan baik, khususnya dalam hal penggunaan peta digital sewaktu mengemudi. Pengalihan konsentrasi berdasarkan penempatan posisi mobile holder di sebelah kanan depan yang didapatkan melalui metode eye tracking memungkinkan pengalihan pandangan yang paling minimum. Terdapat 10 atribut yang berpengaruh dalam perancangan car mobile holder yaitu kekuatan penempelan, umur alat, kemudahan ponsel untuk dilihat, keterjangkauan posisi alat, kemudahan handphone untuk diambil, berat, kesederhanaan desain, universality, warna, dan harga Rancangan produk yang dhasilkan dari metode pada penelitian ini menghasilkan alat atau produk yang inovatif dan ergonomis. Penelitian ini menghasilkan prototipe fisik, yang menunjukkan bahwa rancangan yang dihasilkan layak untuk diproduksi. Referensi Abrar, Y. (2012). Bawa Peta Mudik 2012 atau Install Google Maps. Diakses Nopember 27, 2012, dari http://goo.gl/QhTff Bulling, A., Ward, J. A., Gellersen, H., & Tröster, G. (2008). Robust Recognition of Reading Activity in Transit Using Wearable Electrooculography. In Pervasive Computing (pp. 19-37). Sydney: Springer Berlin Heidelberg. Cave, A. (2003). Lean for all. Metal Working Production , 147, 15. Shirwaiker, R. A., & Okudanb, G. E. (2011). Contributions of TRIZ and axiomatic design to leanness in design: an investigation. Procedia Engineering , 9, 730–735. Cohen, L. (1995). Quality Function Deployment: How to Make QFD work for you. Reading: Addison Wesley Publishing Company. Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2001). Product Design and Development. New York: McGraw-Hill. Nagamachi, M., & Lokman, A. M. (2011). Innovations of Kansei Engineering. Boca Raton, Florida: CRC Press. Alexander, A. (2012, januari 2012). Smartphone Usage Statistics 2012 (Infographic). Diakses 10 16, 2012, dari Ansonalex.com: http://goo.gl/H9D2w Domb, E. (1997). Contradictions: Air Bag Application. USA: The TRIZ Institute. aksmi, A. (2010). Perancangan Ulang Kompor Bioetanol Dengan Menggunakan Pendekatan Metode Quality Function Deployment (QFD) Dan Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ). Surabaya: Tugas Akhir Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember.