PERANAN SISTEM SEBAGAI ALAT PERENCANAAN USAHA H.Rahman Alatas*) Dosen STIE Mujahidin Toli-Toli Abstrak Sstem terdiri dari unsur-unsur yang dapat membentuk iercapainya tujuan. Sistem organisasi merupakan usaha yang optimal untuk menetapkan tercapainya hasil yang telah aHetapkan. *)Dosen STIE Mujahidin Toli-toli PENDAHULUAN pada pandangan keseluruhan aktor yang mempengaruhi proyek. Usaha adalah suatu Totalitas pandangan yang dituntut elemen kegiatan ekonomi yang pendekatan sistem, lebih membawa hal-hal baru ke dalam menjamin analisa dan peredaran ekonomi. pertimbangannya terhadap Dengan demikian proyek viability proyek sepanjang siklus bersifat pembaru, dan ini berarti hidup produk ataupun usaha. membawa perubahan. Efek PEMBAHASAN usaha-usaha bersifat kompleks terhadap lingkungan ekonominya, Arti dan Pentingnya Sistem dan dengan demikian membutuhkan suatu pendekatan Pendekatan sistem berasal yang mampu menampung dari bahasa Yunani dan berarti karakteristik kompleksnya analisa "kesatuan", keseluruhan dari proyek. bagian-bagian yang mempunyai Pendekatan yang hubungan satu sama lain. dikemukakan ini disebut sistem Pendekatan keseluruhan saw dalam bahasa Inggrisnya mempunyai arti sama dengan kata System Approach. Sesuatu sifat Ganzheit dalam bahasa Jerman khas dari pendekatan yang atau the whole dalam bahasa totalitas pandangan terhadap baik Inggris. sistem maupun lingkungannya, Dalam pengertian sistem dan secara implisit mencakup harus tercakup empat hal, yaitu: unsur waktu, yang kelak kita 1. Sistem terdiri dari bagiannyatakan sebagai siklus hidup bagian atau elemen-elemen. produk ataupun usaha yang 2. Bagian-bagian itu mempunyai bersangkutan. Bertitik tolak dari hubungan dengan satu lebih pandangan ini, maka bagian lain, dan pola hubungan pembicaraan sistem ditekankan ini membentuk struktur di
dalam sistem. 3. Hubungan bagian-bagian sistem membentuk struktur yang mengikat keseluruhannya dalam satu kesatuan. 4. Sistem mempunyai tujuan. Dengan demikian pengertian sistem adalah keseluruhan elemen-elemen yang mendukung pencapaian suatu tujuan; dalam pencapaian tujuan itu elemen-elemen mempunyai kaitan fungsional satu sama lain. Bandingkanlah pengertian ini dengan pengertian organisasi. Organisasi adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan sama dan didalamnya diadakan pembagian kerja. Elemen-elemen di dalam sistem mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Fungsi elemenelemen itu sedemikian rupa, sehingga ketidakadaan elemen tersebut akan bersifat mengganggu atau malah menggagalkan tercapainya tujuan yang hendak dicapai. Tingkat kepentingan suatu elemen ditentukan oleh tingkat kepentingan fungsinya dalam pencapaian tujuan sistem. Sebagai contoh dapatlah disebutkan mobil. Mobil dibuat dengan tujuan mengangkut manusia dengan cepat ke tempat yang dituju. Dalam hubungan ini, mesin mempunyai tingkat
kepentingan yang tinggi, sedangkan tempat duduk dalam mobil tidak sepenting mesin. Dalam perspektif yang lebih kecil dapat dilihat bahwa bagian-bagian dari sistem dapat berdiri sendiri dalam batas untuk menjalankan fungsinya. Bagian mesin yang dapat menjalankan fungsinya disebut subsistem. Dengan demikian sebuah sistem dapat terdiri dari paling tidak dua atau lebih subsistem. Sebaliknya dalam perspektif yang lebih luas, sebagai sistem dapat berupa subsistem dari yang lebih besar, yang disebut suprasistem. Sebagai contoh adalah sebuah mobil adalah elemen atau subsistem dalam sistem pengangkutan. Tergantung dari cara melihatnya, sebuah sistem yang ditinjau dapat berupa sistem independent, sebuah subsistem, atau dapat pula merupakan suprasistem. Jadi, pengertian sistem mempunyai hirarki dan pula bersifat relatif. Sebuah sistem mempunyai lingkungan (environment), yang dalam tingkatan hierarki lebih tinggi masing-masing merupakan elemen dari suatu sistem yang lebih besar. Lingkungan adalah tempat yang darinya sistem menerima masukan (input) dan kepadanya sistem melepas keluaran (output). Hubungan
timbal balik dari sesuatu sistem dengan lingkungan dapat bersifat saling mempengaruhi atau hanya dipengaruhi. Bagian lingkungan yang dapat dipengaruhi disebut sebagai influencible enviroment dan yang soak dapat dipengaruhi sebagai inrtluendble enviroment. Data ran bagian lingkungan yang tidak dapat dipengaruhi merupakan kondisi lingkungan yang akan sangat menentukan ruang gerak sistem. Sebagai contoh dapat disebutkan disini satu perusahaan pabrik kertas. Dengan adanya perusahaan itu, maka ada kemungkinan harga kertas akan turun, dan atau agar bahan baku kertas naik dalam hubungan ini pabrik kertas yang merupakan satu sistem satuan produksi dapat mempengaruhi harga kertas dan bahan bakunya, sedangkan harga mesin-mesin yang ; gunakan oleh pabrik tidak dapat Dalam keadaan normal kebutuhan pabrik kertas terhadap mesin-mesin terbatas, sehingga tidak mampu mempengaruhi harga di pasar berarti harga dan pemilihan perusahaan. Pembagian Sistem Dengan melihat wujudnya, sistem-sistem dibedakan antara sistem abstrak i logic) dan sistem konkret (material). Sistem abstrak ialah sistem yang elemenelemennya terdiri dari ide dan
pemikiran. Contoh sistem peradilan, sistem manajemen dan berbagai sistem anstrak ilmu pengetahuan. Sistem konkret adalah sistem yang bagian-bagiannya terdiri dari benda-benda konkret. Contoh mobil, pabrik, pelabuhan dan sebagainya. Dalam keadaan riil, sistem mencakup kedua sistem tersebut, dan memang dalam kebanyakan hal tidak dapat dipisahkan. Contohnya, sebuah perusahaan mencakup kedua tipe tersebut dalam bentuk bangunan pabrik, mesin-mesin dan semua peralatan fisiknya serta sistem pengelolaan dan operasi perusahaan yang merupakan ide dan pemikiran. Oleh karena itu, analisa sistem akan selalu berhadapan dengan kedua tipologi sistem tersebut, yaitu untuk mencari konfigurasinya yang optimal. Pengertian konfigurasi adalah suatu pengertian yang relevan dalam pembicaraan sistem, sebab dari sejumlah elemen-elemen yang sama dapat dibentuk bermacam-macam konfigurasi, dan ini tidak lain akhirnya akan sampai pada sistem yang berbeda-beda. Kedalam pengertian konfigurasi ini terkait sistem pengaturan (Ordnungsistem)
Pendekatan Sistem sebagai Alat Pemecahan Masalah Umumnya pendekatan masalah dengan pendekatan sistem diuraikan dalam tiga tingkat (level): 1. Pembatasan sistem (system definition) 2. Analisa system (system analysis) 3. Implementasi sistem (system engineering) Dalam ruang lingkup ini, pembatasan sistem dimaksudkan untuk mengenal masalah dari sudut pandang yang luas dan menyeluruh, bukan parsial. Analisa sistem berkenaan dengan pertimbangan strategi-strategi alternatif dengan lengkap, yang memberikan analisa dan optimasi dari strategi yang dipilih. Implementasi sistem (afah langkah menetrafisir sistem yang diinginkan yang mencakup rencana, pelaksanaan dan juga evaluasi dari oerformens sistem. Analisa proyek adalah masalah yang cukup rumit dan karenanya pendekatan sistem adalah pendekatan yang dianjurkan. Untuk lebih memperjelas arti pendekatan sistem (system approach) sebagai berikut: Defenisi system (system definition): Penentuan kebutuhan-kebutuhan kualitatif dan kuantitatif terpadu bagi misi
utama dari perelatan, fasilitas dan perlengkapan pendukung, prosedur-prosedur termasuk program komputer, seleksi dan latihan personel serta logistic pendukung sistem. Analisa sistem (system analysis): Proses menyeluruh yang bertujuan mencari komposisi (mix) terbaik dari peralatan dan perlengkapan, personel, demikian pula kebutuhan-kebutuhan prosedural pada satu perencanaan sistem. Implementasi Rencana System (System Engineering) Proses pemilihan dan sintesa dari penggunaan ilmu pengetahuan (science) dan teknologi yang sesuai untuk menerjemahkan kebutuhankebutuhan sistem pada perencanaan sistem, dan selanjutnya menghasilkan komposisi peralatan dan keterampilan maupun teknologi yang digunakan dan menunjukkan bahwa keseluruhannya dapat secara efektif digunakan sebagai satu kesatuan blay untuk mencapai tujuan sistem yang diinginkan. Implementasi rencana sistem masih mempunyai tiga dimensi utama yang disebut sebagai dimensi waktu yang diturunkan diatas disebut sebagai fase Fase-fase yang
disebut disini seirama dengan fase-fase daur produksi. Dimensi kedua implementasi rencana sistem ialah yang disebut sebagai dimensi logic, yang dalam gambar tersebut dikatakan sebagai langkah-langkah (steps), dan tidak lain waataft cara-cara atau pendekatan sistem. Dimensi ketiga ialah dimensi pengetahuan (knowledge), dan kebutuhan bermacam-macam spesialisasi keilmuan (pengetahuan) atau kebutuhan sebagai orang profesional. Pada setiap fase, bahkan langkah-langkah s-canalog dengan pendekatan sistem, walaupun tidak selalu harus lengkap, melainkan hanya bersifat selektif optimal). Analisa Proyek dan Pendekatan System Analisa proyek adalah satu kegiatan yang akan menentukan apakah program layak dijalankan atau tidak. Sedangkan proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang ; butuhkan untuk membangun satu sistem yang akan memberikan manfaat pada rasa mendatang, yang memerlukan sumber-sumber tertentu dan waktu pelaksanaanya terbatas. Analisa proyek harus dilakukan mendahului proyeknya, dan mengadakan
seleksi terhadap kemungkinankemungkinan proyek yang tersedia atau dengan perkataan lain analisa bertujuan memberikan keputusan pemilihan investasi. Kesalahan pemilihan proyek akan membawa konsekuensi kerugian, baik itu kerugian riil ataupun kerugian untuk memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar (opportunity cost) yang seyogyanya dapat terealisasi. Analisa proyek akan menyeleksi alternatif-alternatif yang ada, sehingga dapat diperoleh manfaat terbesar dari setiap rupiah yang diinvestasikan. Sesuatu sistem ekonomi, sosial, sistem pemerintahan, sistem teknologi ataupun sistem-sistem usaha internasional. Lingkungan ini dapat merupakan pendorong bagi proyek atau sebaliknya, dapat pula merupakan penghambat atau pembatas baginya. Identifikasi terhadap faktor-faktor yang berada dalam ruang lingkup pengawasan, faktor-faktor yang dapat dipengaruhi, dan faktor-faktor yang tidak dapat dipengaruhi tetapi malah merupakan pembebas bagi ruang gerak proyek adalah sangat vital dan perlu dilakukan selama analisa proyek.
Sistem yang akan diadakan mempunyai sub-sistem yang optimal yang perlu direncanakan berada dalam situasi operasi optimal. Situasi optimal; mempunyai kaitan yang erat dengan kondisi lingkungan yang diramalkan, sehingga peramalan kondisi lingkungan adalah vital bagi perencanaan sistem yang akan dibentuk, baik kapasitas, ruang lingkup waktu atau umur proyek, serta faktor-faktor penyangga operasi sistem.
KESIMPULAN Sistem merupakan dasar untuk membuat rencana agar tujuan tercapai, tergantung cara melihatnya. Jika suatu sistem ditinjau, maka dapat berupa sistem independen, sub sistem atau supra sistem. Pendekatan sistem bila dihadapkan dengan permasalahan mempunyai implikasi penyelesaian yang cukup luas, karena suatu sistem dibentuk melalui pembangunan dalam sistem ekonomi, sosial, pemerintah dan teknologi dimana usaha yang memberikan manfaat pada waktu mendatang bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA Sartono, Agus, 1996. Mnajemen Keuangan, Edisi Ketiga, cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Simarmata, Dl. A, 1984. Pendekatan Sisten dalam Analisa Proyek Investasi dan Pasar Modal, PT. Gramedia, Jakarta. Riyanto, Bambang, 1999. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Syamsuddin Lukman, 1997. Manajemen Keuangan Perusahaan, cetakan kedua, Hanindita Graha Widya, Yogyakarta. Weston, J. Fred Copeland, Thomase Brigham, 1993. Manajemen keuangan diterjemahkan oleh Wahid Djoeban, Kosasih Ruchyat (STAIN), Erlangga, Jakarta.
PENGARUH INVESTASI SWASTA DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB Dl PROVINSI MALUKU TAHUN 1995-2007 Mohammad Hazairin *) Dosen STIE Mujahidin Toli-toli Abstract Aims of this study is to analyze the effect of private investment and government expenditure towards gross domesic regional product in Province Maluku, data used in this study was secondary one with length of time 1995-2007. Estimation method that used in this research is time series ordinary least square (OL.S). The factors that affect gross domestic regional product are private investment, govenment expenditure and routine expenditure. The result of the study show that gross domestic regional product for periods 1995-2007 is influenced by routine expenditure positifly and significant, the private investment also has influence significantly but negative and the government expenditure has a less influence to gross domestic regional product. Keywords: private investment, govenment expenditure, gross domestic regional product *)Dosen STIE Muhajidin Toli-toli PENDAHULUAN membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan Pembangunan ekonomi suatu pekerjaan baru dan merangsang daerah pada hakekatnya merupakan perkembangan kegiatan ekonomi suatu rangkaian kegiatan yang dalam daerah tersebut. (Kuncoro dilaksanakan secara sadar dan terus 2004) menerus untuk mewujudkan Pelaksanaan otonomi di keadaan yang lebih baik secara Indonesia dimulai dengan bersama-sama dan ditetapkannya Undang-Undang berkesinambungan. Pembangunan Nomor 22 Tahun 1999 tentang ekonomi daerah juga diartikan Pemerintahan Daerah (diubah sebagai suatu proses dimana menjadi Undang-Undang Nomor 32 pemerintah daerah dan seluruh Tahun 2004) dan Undang-Undang komponen masyarakat mengelola Nomor 25 Tahun 1999 tentang berbagai sumber daya yang ada dan Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah (diubah menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004). Undang-Undang ini merupakan perwujudan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah yang secara proporsional diwujudkan dalam bentuk, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta adanya perimbangan keuangan pusat dan daerah. Penyediaan sumber keuangan harus sebanding dengan banyaknya kegiatan pelayanan pemerintahan di daerah. Besar kecilnya jumlah dana yang diperlukan sangat tergantung pada luas wilayah, keadaan geografi, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, kompleksitas kebutuhan penduduk serta hal-hal lainnya yang sangat mempengaruhi pertumbuhan sosial ekonomi daerah, Sidik(2000). Dengan kata lain makin besar wilayah suatu daerah, jumlah penduduk serta meningkatnya kebutuhan masyarakatnya, maka semakin besar pula dana yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan pemerintahan dalam penyediaan barang publik. Sehingga dalam merumuskan arah dan kebijakan ekonomi serta keuangan daerah harus dapat memberikan gambaran yang jelas tentang apa saja yang hendak dicapai dan bagaimana cara serta kebijakan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memenuhi pelayanan publik kepada masyarakat. Melihat perkembangan kegiatan pemerintah dari tahun ke tahun, terus meningkat hampir di segala macam segi perekonomian. Semakin meningkatnya peranan pemerintah dapat dilihat dari semakin besarnya pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah itu. Peranan pengeluaran pemerintah terletak pada peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, penyediaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan standar kehidupan, penurunan kesenjangan pendapatan dan kemakmuran serta mendorong usaha sektor swasta.
Tabel 1 Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta Di Provinsi Maluku Tahun 1995 - 2007 PDRB (Y) Harga Investasi Swasta Pengeluaran Pemerintah Konstan dp) Pembangunan (Ig) Rutin (Cg) 3.171.107 1.466.373.248.300 69.048.020.000 36.358.610.000 3.634.361 1.785.897.080.40 0 67.415.700.000 45.539.360.000 3.998.000 1.653.845.841.000 75.304.140.000 45.539.360.000 3.273.809 4.782.503.714.000 75.136.980.000 55.777.490.000 2.516.063 3.952.309.820.000 82.650.000.000 61.360.000.000 2.729.582 4.266.313.088.000 111.542.190.000 61.740.590.000 2.954.380 4.273.943.373.000 69.108.574.000 136.470.038.000 3.405.505 4.275.916.405.000 85.204.390.000 154.089.300.000 3.608.833 2.694.462.250.000 186.552.348.000 223.054.578.000 4.048.283 3.919.009.340.000 107.818.734.000 243.499.986.000 4.507.664 3.319.497.770.000 211.698.841.000 251.032.774.000 5.079.837 4.043.605.850.000 231.775.853.000 294.212.140.094 5.689.799 2.917.253.600.000 274.728.898.460 418.738.074.140
Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi Maluku dan buku APBD, diolah Pertumbuhan ekonomi :erkait dengan peningkatan scoduksi barang dan jasa yang iiukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam '-.al ini perekonomian dikatakan rumbuh dan berkembang bila -nengalami pertumbuhan jika tsngkat kegiatan ekonomi yang z oapai lebih tinggi dari waktu sebelumnya. Terlihat bahwa Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi (Vtafuku berfluktuasi dengan rata-rata petumbuhan
selama tahun penelitian sebesar 5,79 %, sedangkan investasi swasta befluktuasi dengan angka yang cenderung uncertainty dengan rata- rata pertumbuhan sebesar 15 %. Untuk pengeluaran pemerintah (pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin) cenderung stabil dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 21 % dan 25 %. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk
menganalisis tentang "Pengaruh Investasi Swasta dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Buto di Provinsi Maluku tahun 1995-2007". Perumusan Masalah 1. Apakah Investasi Swasta berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Buto Provinsi Maluku?. 2. Apakah Pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Buto Provinsi Maluku?. Hipotesis Berdasarkan paparan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: 1. Diduga bahwavariabel Investasi Swasta berpengaruhnegatif terhadap ProdukDomestik Regional Buto Provinsi Maluku. 2. Diduga bahwa variabel Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif terhadap Produk Domestik Regional Buto Provinsi Maluku LANDASAN TEORI Akumulasi modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi.
Akumulasi modal mencakup semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan) peralatan fisik dan semua sumber daya manusia (human resources). Dalam hal ini, akumulasi modal akan terjadi bila ada proporsi dari pendapatan sekarang yang ditabung dan selanjutnya diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Investasi ini dapat berupa barang-barang modal produktif yang pada gilirannya akan meningkatkan output yang lebih besar bagi suatu negara. Investasi yang lain adalah infrastruktur sosial ekonomi yaitu; jalan raya, listrik, air, sanitasi, dan komunikasi yang akan mempermudah dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ekonomi. Investasi tidak langsung dapat berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia. Investasi ini akan mempunyai pengaruh yang sama atau bahkan lebih besar terhadap produksi (Rosyadi, 2000). Pertumbuhan ekonomi adalah proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional nil. Jadi perekonomian dikatakan tumbun atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Output riil total suatu perekonomian dapat
pula tetap konstan atau mengalami penurunan sepanjang waktu. Pertumbuhan ekonomi dapat pula terjadi karena kenaikan output per kapita. Dalam hal ini kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Karena itu pertumbuhan terjadi bila tingkat kenaikan output riil total lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk (Arsyad 20O4). Barro (1990) sebagian cesar studi mengenai hubungan a"tara pengeluaran pemerintah pan pertumbuhan ekonomi Derasumsi bahwa semua mplikasi pengeluaran investasi pemerintah adalah produkif. Rosyadi (2000) melakukan kajian terhadap Tubungan antara pengeluaran oembangunan dan pertumbuhan ekonomi Kota Jambi selama periode 1979 -'998. Alat analisis yang pigunakan adalah analisis -egresi yang diestimasi dengan netode regresi kuadrat terkecil OLS) dan menerapkan model koreksi kesalahan (ECM). Analisis dilakukan terhadap data sekunder berupa PDRB Kota Jambi dan pengeluaran pembangunan Kota Jambi. Dari rasil analisis diketahui bahwa :erdapat pola hubungan satu a-ah antara pertumbuhan ekonomi
dengan pengeluaran pembangunan selama periode penelitian dimana pengeluaran pembangunan berpengaruh Dositif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Bose dkk. (2003) ~ienganalisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data canel pada tiga puluh negara sedang berkembang selama periode 1970-an sampai 1980-an, yang secara khusus difokuskan pada pengeluaran sektoral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi (share) belanja modal pemerintah dalam gross domestic product (GDP) berhubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, namun untuk belanja rutin pemerintah hasilnya tidak signifikan. Jamzani Sodik (2007) menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi regional dengan menggunakan data panel 26 provinsi tahun 1993-2003. Hasilnya ditemukan bahwa pertumbuhan ekonomi regional selama periode penelitian dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah, tenaga kerja, investasi dan ekspor-impor.
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan di Provinsi Maluku dengan menggunakan jenis data sekunder runtut waktu (time series) dalam bentuk data tahunan pada 1995-2007 meliputi data Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan, Investasi Swasta, pengeluaran pemerintah Provinsi Maluku yang terdiri dari pengeluaran pembangunan, pengeluaran rutin. Sumber data tersebut diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku. Model Analisis Hubungan fungsional dari faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB dapat dituliskan sebagai berikut: Y = f(X1X2X3) .............. (1) Dimana: Y = variable dependen X1 X1X3 = variable independen Analisis data dengan Metode Regresi Kuadrat Terkecil/Ord/nan/ Least Square (OLS) sehingga persamaan regresinya adalah : InY = β0 +β 1 , Inlp + β2 Inlg + β3 InCg
+ e ............ (2) Dimana: Y = Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 Ip = Investasi Swasta Ig = Pengeluaran Pembangunan Cg = Pengeluaran Rutin E = error tern ASUMSI KLASIK Agar model yang diestimasi dapat menghasilkan estimator yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa model yang digunakan bersifat robust. Penyimpangan yang terjadi terhadap berbagai asumsi klasik menjadikan estimasi dari variabel yang diharapkan kurang tepat. Uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji normalitas. Uji Linearitas Uji linearitas sangat penting karena uji ini sekaligus untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar apa tidak. Apakah fungsi yang dgunakan penelitian empiris sebaiknya berbentuk linear,
kuadrat atau kubik. Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ramsey Reset dengan hipotesis: Ho : Regresi model yang diuji adalah kuadratik Ha : Regresi model yang diuji adalah tidak kuadratik (linear) Kriteria yang digunakan adalah jika F hitung signifikan yaitu prob < 0,05 maka Ho diterima yaitu regresinya adalah kuadratik. Uji Heteroskedastisitas. Uji Multikolinearitas. Model yang baik adalah a-g memenuhi asumsi -cnoskedastisitas, yaitu setiap anabel pengganggu memiliki i s-ian yang konstan dari satu rcservasi ke observasi lainnya. . «a varian tidak konstan maka -bul gejala -eteroskedastisitas, yang -engakibatkan penaksir • refisien regresi menjadi tidak r-'sien. (Gujarati, 2003; 387, 294) Dalam penelitian ini, untuk -tenguji heteroskedastisitas ^gunakan uji White. 3 engujiannya adalah jika x -tung > x2 tabel (dengan degree of freedom sama oengan jumlah variabel bebas, : dak termasuk konstanta), maka <esimpulannya
adalah terjadi -heteroskedastisitas dalam -odel tersebut (Gujarati, ;003;413). Uji Autokorelasi. Salah satu cara untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi ini digunakan Uji -agrange Multiplier (LM Test). Adapun langkah pengujianya :engan membandingkan Obs*R dengan X pada derajat •sebebasan dan derajat eyakinan tertentu. Bila Obs*: R > X tabel maka Ho ditolak ada autokorelasi), jika Obs* : 2 R < X tabel maka Ho diterima tidak ada autokorelasi). Muhikolmeahtas adalah adanya hubungan antara variabel independen dalam satu persamaan regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan menguji koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Rule of thumb, jika koefisien korelasi cukup tinggi diatas 0,85 maka diduga ada multikolinearitas dalam model (Gujarati, 2003). Uji Normalitas Data yang baik adalah data
yang memiliki pola distribusi normal atau mendekati normal, yang dapat dilihat dari gambar histogram atau nilai Jarque-Bera. Jika nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar daripada 5%, maka data yang bersangkutan berdistribusi normal. Uji Statistik Setelah lulus uji asumsi klasik, selanjutnya dilakukan uji statistik yang terdiri dari Uji t dan Uji F, kemudian diikuti dengan Uji R2. Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata), yaitu nilai koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol. Jika koefisien {slope) sama dengan not maka dapat dikatakan tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Ujit Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. 1. Hipotesis yang digunakan : a. Jika Hipotesis positif Ho : pi < 0 Ha : |3i > 0 b. Jika Hipotesis negatif
Ho : pi > 0 Ha : pi < 0 2. Pengujian satu sisi Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Uji F. Uji F bertujuan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Dalam pengujian ini digunakan hipotesis: H0: Pi = p2 = P3 = - = Pn = 0 artinya, variabel bebas secara simultan tidak signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat. Ha: 0, * p2 * 03 t ... * pn * 0 artinya, variabel bebas secara simultan signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat. Nilai F dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Kuncoro, 2004; 83): MSR SSR | k F= | MSE SSE | (n k )
SSR adalah sum of square due to regression = ∑(Y – y)2 SSE adalah sum of square error n adalah jumlah observasi k adalah jumlah parameter (termasuk intercept) dalam model MSR adalah mean of square due to regression MSE adalah mean of square due to error. Nilai F hitung kemudian dibandingkan dengan nilai F tabel, dengan derajat kebebasan df denominator n - k dan df numerator k - 1. Jika nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Uji Koefisien Determinasi (R2). Koefisien diterminasi digunakan untuk menguji kualitas model. Nilai koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat serta pengaruhnya secara general, dengan range antara 0 sampai 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi
dapat dicari dengan (Kuncoro, 2004; 84): (TSS SSE) SSR R2 = | TSS TSS
rumus
Dimana TSS adalah total sum of square =∑(Y1 – y)2 SSE adalah sum of square error =∑(Y1 – y)2 SSR adalah sum of square due to regression =∑(Y1 – y)2 Adapun pengolahan (perhitungan) data yang digunakan baik dalam analisis deskriptif maupun analisis time series menggunakan bantuan software Eviews 4.1. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang merupakan data tahunan, yang dimulai dari tahun 1995-2007. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto disini menggunakan data PDRB sebagai variabel dependen (variabel tidak bebas). Variabel independen terdiri dari Investasi Swasta, Pengeluaran Pembangunan, dan Pengeluaran Rutin.
UJI ASUMSI KLASIK Agar model yang diestimasi dapat menghasilkan estimator yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa model yang digunakan bersifat robust. Penyimpangan yang terjadi terhadap berbagai asumsi klasik menjadikan estimasi dari variabel yang diharapkan kurang tepat. F hitung lebih besar daripada nilai F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Uji Koefisien Determinasi (R?). Koefisien diterminasi digunakan untuk menguji kualitas model. Nilai koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat serta pengaruhnya secara general, dengan range antara 0 sampai 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi
dapat dicari dengan (Kuncoro, 2004; 84):
rumus
dimana: TSS adalah total sum of square SSE adalah sum of square error SSR adalah sum of square due to regression = Y(Y -y)2 Adapun pengolahan (perhitungan) data yang digunakan baik dalam analisis deskriptif maupun analisis time series menggunakan bantuan software Eviews 4.1. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang merupakan data tahunan, yang dimulai dari tahun 1995-2007. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto disini menggunakan data PDRB sebagai variabel dependen (variabel tidak bebas). Variabel independen terdiri dari Investasi Swasta, Pengeluaran Pembangunan, dan Pengeluaran Rutin. UJI ASUMSI KLASIK Agar model yang diestimasi dapat menghastfkan estimator yang BLUE (fiesf Linear Unbiased Estimator) perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan
bahwa model yang digunakan asumsi klasik menjadikan estimasi bersifat robust. Penyimpangan dari variabel yang diharapkan yang terjadi terhadap berbagai kurang tepat. Tabel 2 Hasil Estimasi Model dengan Metode Ordinary Least Square Dependent Variable: LNY Method: Least Squares Date: 09/03/09 Time: 11:01 Sample: 1995 2007 Included observations: 13 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 15.25537 3.711925 4.109827 0.0026 LNIP -0.278803 0.133066 -2.095217 0.0656 LNIG 0.127226 0.103668 1.227242 0.2509 LNCG 0.182147 0.083328 2.185898 0.0566 R-squared 0.713336 Mean dependent var 15.10806 Adjusted R-squared 0.617781 S.D. dependentvar 0.236990 S.E. of regression 0.146516 Akaike info criterion -0.755699 Sum squared resid 0.193203 Schwarz criterion -0.581868 Log likelihood 8.912044 F-statistic 7.465214 Durbin-Watson stat 1.688834 Prob(F-statistic) 0.008180 Sumber: Lampiran Tabel 3 Uji Linearitas Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio Sumber: Lampiran
0,294465 0,469910
Uji Linearitas Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ramsey Reset dengan hipotesis:
Probability Probability
0,602158 0,493029
Ho : Regresi model yang diuji adalah kuadratik Ha : Regresi model yang diuji adalah tidak kuadratik (linear) Dari tabel diatas F hitung =
0,294 dengan prob = 0,602. karena prob > 0,05 maka Ho ditolak yang berarti bahwa regresi model yang diuji adalah :idak kuaratik sehingga dapat disimpulkan model yang diuji adalah linear. Uji Heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya varians yang tidak konstan dari variable pengganggu {disturbance variable). Untuk mendeteksi adanya gejala neteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan uji White. Hipotesis yang dikembangkan dalam uji White, yaitu: Ho= Tidak ada gejala heteroskedastisitas Ha = ada gejala heteroskedastisitas Kriteria pengambilan Keputusan berdasarkan nilai x2 hitung yang dibandingkan dengan x tabel. Jika nilai x2 hitung > x2 tabel maka kesimpulannya adalah terjadi heteroskedastisitas dalam model tersebut. Dari tabel diatas terlihat nilai 2 x hitung sebesar 2,0992. dan dari tabel distribusi x2 dengan derajad kebebasan k = 9 dan a 5% diperoleh nilai x2 tabel sebesar 16,91 Karena nilai X2 hitung < tabel maka kesimpulannya H0 diterima,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heterosedastisistas dalam model tersebut, sehingga H0 diterima. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu seperti runtut waktu atau time series data
Tabel 4 Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F -statistic 0,192579 Probability Obs*R-squared 2,099259 Probabiliity Sumber: Lampiran
0,967432 0,910347
Tabel 5 Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0,100167 Probability Obs*R-squared 0,361697 Probability
0,905960 0,834562
Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi (R) sebesar 0,1001. Nilai chi-squares hitung sebesar 0,3616 yang diperoleh dari informasi Obs*R-squares, sedangkan nilai kritis chi-squared pada a = 5 % dengan df sebesar 5 adalah 11,0705. Karena nilai Chi-squares hitung lebih kecil dari nilai chi-quares kritis maka dapat disimpulkan tidak ada masalah autokorelasi, hal ini juga dibuktikan juga dengan probability chi-squares sebesar 0,8345 yang lebih besar dari nilai a sebesar 0,05 persen.
mendekati sempurna antar variable bebas yang satu dengan variable bebas yang lainnya. Untuk mendeteksi terjadinya multikolinieritas dalam penelitian ini akan digunakan uji korelasi matrix yaitu dengan melakukan korelasi dalam bentuk matriks pada satu variabel independen yang dijadikan variabel dependen terhadap variabel independen lainnya maka dalam model ini tidak ditemukan adanya multikolinieritas. Karena berdasarkan rule of thumb nilai koefisiennya lebih kecil dari 0,85.
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas akan digunakan untuk menguji apakah di dalam model tersebut terjadi korelasi yang sempuma atau
Uji Normalitas Salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah residu (faktor pengganggu) persamaan regresi linier
klasik bahwa dalam adalah
terdistribusi normal. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu dilakukan uji normalitas. Dalam hal ini uji yang dilakukan adalah Jarque-Bera Test. Adapun hasil uji Jarque-Bera sebesar
0,4892 dengan probabilitas sebesar 0,7829 lebih besar dari a = 0,05 berarti bahwa residu dalam persamaan tersebut berdistribusi normal.
Tabel 6 Hasil Uji Multikolinieritas
LNIP LNING LNCG Sumber: Lampiran
LNIP 1 0.193008121045 0.424059417635
Uji t Pengujian secara individual ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya t hitung atau dengan melihat tingkat probabilitasnya. Jika t hitung > t tabel, maka variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel tak bebas secara individu. Dengan menggunakan derajat kepercayaan 5% maka jika nilai probabilitasnya < 0,05 , berarti variabel tersebut signifikan pada taraf signifikan 5%.
LNIG 0.193008121045 1 0.700606569117
LNCG 0.424059417635 0.700606569117 1
Kriteria Pengujian: • Uji hipotesis positif satu sisi Ho : pi s 0, artinya independen variabel secara individu tidak berpengaruh positif terhadap variabel dependen. Ha: Bi > 0, artinya independen variabel secara individu berpengaruh positif terhadap variabel dependen. • Uji hipotesis negatif satu sisi Ho : Bi ^ 0, artinya independen variabel secara individu tidak berpengaruh negatif terhadap variabel dependen. Ha: Bi<0, artinya independen variabel secara individu berpengaruh negatif terhadap variabel dependen.
•
Signifikan pada a = 5% = t-tabel = t a df (n-k) = t (a = 5% ; 9) = 1,833
Dari hasil pengujian data dengan EViews diperoleh nilai t hitung masing-masing variabel dan probabilitasnya sebagai berikut
Tabel 7 Hasil Uji t Variabel
t hitung
Propabilitas
t tabel
Inlp
-2,095217
0,0656
-1,833
Tolak Ho
Inlg
1,227242
0,2509
1,833
Terima Ho
InCg
2,185898
0,0566
1,833
Tolak Ho
Dari tabel di atas terlihat bahwa variabel investasi swasta secara negatif signifikan mempengaruhi variabel Produk Domestik Regional Bruto pada tingkat signifikansi a 5 %. Sedangkan variabel pengeluaran rutin secara positif signifikan mempengaruhi variabel Produk Domestik Regional Bruto. Sementara variabel pengeluaran pembangunan kurang berpengaruh terhadap variabel Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Maluku Uji F Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode OLS diatas diperolah nilai F hitung sebesar 7,465 dengan probabilitas 0,00818. Nilai F tabel pada derajat kebabasan df denominator 9 dan df
a =5%
kesimpulan
numerator 3, adalah 3,86. Karena nilai F hitung > F tabel maka kesimpulannya HO ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, semua variabel bebas secara simultan signifikan mempengaruhi variabel terikat. Uji Goodness of Fit (R2) Untuk melihat kualitas model empiris di'gunakan uji koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat serta pengaruhnya secara general. Semakin besar nilai R2 (mendekati 1) berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.
Dari hasil estimasi model dengan menggunakan OLS di atas, 2 diperoleh nilai R sebesar 0,713 dan nilai Adjusted R2 sebesar 0,617. Artinya, model yang digunakan mampu menjelaskan variasi variable terikat sebesar 71,33% dan sisanya 28,67% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
Uji Teori Ekonomi Sesuai dengan tujuan penelitian adalah analisis ekonomi untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat variabel ekonomi makro yang menjadi leanding indikator terhadap Produk Domestik Regional Bruto). nY = 15,25 - 0,2788*lnlp + I 1272*lnlg + 0,1821*lnCg .................................... (3) Dari hasil estimasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa investasi swasta (Inlp) berpengaruh negatif dan signifikan dengan nilai sebesar -3 278 artinya setiap peningkatan investasi swasta sebesar 1 % dan faktor-faktor lain dianggap teteris paribus maka PDRB akan menurun sebesar 0,278 %. Sementara Pengeluaran Rutin (InCg) berpengaruh positif nan signifikan dengan nilai 11821 artinya setiap peningkatan
pengeluaran rutin sebesar 1 % dan faktor-faktor lain dianggap ceteris paribus maka PDRB akan meningkat sebesar 0,1821 % Sementara pengeluaran pembangunan (Inlg) kurang berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh variable investasi swasta, pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Maluku pada kurun waktu tahun 1995-2007. Besarnya pengaruh variabel investasi swasta, pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Maluku yakni sebesar 71,33 % ditunjukkan dari variasi variabel independent mampu pengaruhi variasi dependent sebesar 0,7133 sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Saran 1. Pemerintah Provinsi Maluku semestinya dapat melakukan peningkatan pengeluaran rutin dan optimalisasi pengeluaran
pembangunan sehingga dapat mempunyai efek pengembalian dilakukan dengan lebih baik dan yang lebih besar dan bersifat terarah secara efisien dan efektif komplementer terhadap sehingga memberikan multiplier investasi swasta, dengan cara efek yang besar terhadap menggunakan teknik-teknik pertumbuhan Produk Domestik perhitungan yang lazim Regional Bruto. digunakandalam menambahkan 2. Pemerintah Provinsi Maluku biaya-biaya perhitungan evaluasi perlu lebih meningkatkan proyek serta manfaat-manfaat produktivitas investasi publik namun dengan sosial. melalui jenis investasi yang DAFTAR PUSTAKA Arsyad Lincolin, 2004, Ekonomi Pembangunan, Edisi ke-4, cetakan ke-2, STIE-YKPN, Yogyakarta Barro, R. J., dan Sala-i-Martin, X, 1999, Economic Growth, McGraw-Hill, New York. Barro, Robert J, 1991, Economic Growth in a Cross Section of Country, Quertely Journal Of Economy 106, 407-444. Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar llmu Ekonomi Nomor 4, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta. Bose, Niloy, Haque, Emranul, M., dan Osborn, Denise R., 2003. Public Expenditure and Growth: A Disaggregated Analysis for Developing Countiries, Centre for Growth and Business Cycle Research, School of Economic Studies, University of Manchester, Manchester. Buku APBD Provinsi maluku Posisi data :2007-07-06 22:26:24 Ghali, K.H 1997 "Government Expenditure and Economic Growth in Saudi Arabia", Journal of Economic Development, Vol 22, No.2 Desember1997. Gujarati. 2003. Basic Econometrics. Singapore : McGraw Hill. Harvey, A. C. : Econometric Analysis of time series, 2d ed., MIT Press, Cambridge,
Mass., 1990 Hariyanto.R Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Tengah periode tahun 2000-2002 Hyman, David N., 2005. Public Finance, A Contemporary Application of Theory to Policy. Eight editions. Thomson South Western, USA. Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Mangkoesoebroto, Guritno., 1993. Ekonomi Publik, BPFE, Edisi 3, Yogyakarta. Mankiw.Ggregory.R 2006: Principle of Economics, 3rd edition Pindyck, Roberts and Rubinfeld, Daniel L, 1998. Econometrics Models And Economic Forecasts, fourth edition. Irwin McGraw Hill Rosyadi Imron, 2000, "Hubungan Antara Pengeluaran Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi selama periode 1979-1998". Tesis S2 UGM (tidak dipublikasikan). Sidik, M.. 2000. Kebijakan Fiskal Nasional untuk Mendukung Otonomi Daerah, Makalah, disampaikan pada Lustrum I MEP-UGM, Yogyakarta Sodik Jamzani, 2007, Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional (studi kasus data panel pada 26 provinsi di Indonesia) dalam jurnal Ekonomi Pembangunan, vol 12, no.1
Thomas.R.L, 1997 Modern Econometrics, : Departement of Economics, Manchester Metropolitan University Widarjono, Agus, 2007, Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
ANALISIS LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENGUKUR LIKUIDITAS PADA PT. KIMIA FARMA (PERSERO), Tbk Nurhaeni Dosen STIE Mujahidin Toli-toli Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan biaya kualita? yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal, baik secara bersama-sama (simultan) maupun secara individual (parsial) terhadap kinerja perusahaan industri berskala besar di Kota Palu yang diukur dengan menggunakan pendekatan Return On Investment (ROI). Hasil pengujian hipotesis struktur analisis jalur pertama menunjukkan penerapan biaya kualitas secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan industri berskala besar di Kota Palu yang diukur dengan Return On Investment, yaitu sebesar 65,8 %, variabel lain yang tidak diteliti sebesar 34,2 %. Secara parsial biaya pencegahan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan 6,4 %, besarnya pengaruh langsung 3,1 %, pengaruh tidak langsung yang melalui biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal 3,3 %. Biaya penilaian berpengaruh 47,8 %, pengaruh langsung 40,1 %, pengaruh tidak langsung yang melalui biaya pencegahan, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal 7,7 %. Biaya kegagalan internal berpengaruh 9,9 %, pengaruh langsung 3,2 %, pengaruh tidak langsung yang melalui biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan eksternal 6,7 %. Biaya kegagalan eksternal berpengaruh 1,6 %, pengaruh langsung 0,4 %, pengaruh tidak langsung yang melalui biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan eksternal 1,2 %. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada peneliti mendatang untuk mengukur biaya kualitas berdasarkan data-data keuangan dan kinerja perusahaan secara komprehensif dan bagi perusahaan industri yang diteliti hendaknya membuat budget biaya kualitas. Kata Kunci: Biaya Kualitas Pendahuluan Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari waktu ke waktu agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran dan perlu mengetahui keadaan keuangan pada saat tertentu. Hal ini dapat dilihat melalui laporan pertanggung jawaban pimpinan perusahaan dalam bentuk laporan
keuangan. Laporan keuangan ini dapat digunakan untuk menilai hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan pada masa yang lalu dan juga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk membuat Secara umum laporan keuangan perusahaan mencakup Neraca, Laporan Laba/Rugi dan Laporan arus kas. Laporan arus kas dapat digunakan sebagai suatu alat
analisis keuangan yang sangat penting dalam menghasilkan keuntungan. bagi pimpinan perusahaan, dimana maka Laporan arus kas berguna sebagai akan dapat diketahui berapa besar dana indikator jumlah arus kas di masa yang yang dibutuhkan untuk membiayai akan datang, serta berguna untuk menilai kegiatan operasi perusahaan dan dapat telah dibuat sebelumnya. Laporan arus memungkin perusahaan untuk kas juga menjadi alat pertanggung beroperasi seefisien mungkin serta dapat jawaban arus kas masuk dan arus kas mengontrol kesulitan keuangannya. keluar selama periode pelaporan. Laporan arus kas merupakan alat yang Apabila dikaitkan dengan laporan mendatang digunakan untuk mengetahui keuangan lainnya, laporan arus kas seberapa besar kas yang telah memberikan informasi yang bermanfaat digunakan untuk membiayai operasi bagi para pengguna laporan dalam perusahaan, apakah pengalokasian mengevaluasi perubahun kelcayaan aliran kas masuk dan aliran kas keluar bersih/ekuitas dana suatu entitas tepat dan efisien. Hal tersebut akan pelaporan dan struktur keuangan menimbulkan dampak dari aliran kas (termasuk likuiditas dan solvabilitas). perusahaan, dimana jika kas perusahaan (Peraturan Pemerintah RI No 24 Tahun terlalu kecil akan mengakibatkan 2005 tertanggal 13 Juni 2005) kekurangan dana yang dapat Untuk lebih memfokuskan kajian menyebabkan terganggunya aktivitas penelitian ini maka berikut disajikan data operasional perusahaan serta tidak laporan arus kas PT. Kimia Farma likuidnya perusahaan untuk memenuhi periode 2006 - 2010 sebagai sumber kewajibannya. Namun jika kas yang ada informasi y cuig kernudian akan menjadi diperusahaan terlalu besar akan dasar analisis data dalam penelitian ini, menyebabkan kelebihan dana akan sebagai berikut: menghambat kemampuan perusahaan Tabel 1 Laporan Arus Kas PT Kimia Farma, Tbk Tahun 2006-2010 (Disajikan dalam rupiah) Uraian Arus Kas dari: 1.AktivitasOperasi 2.Aktivitas Investasi 3. Aktivitas Pendanaan Kenaikan (penurunan) Bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas awal tahun
2006
2007
2008
2009
2010
140.24Z601.504 (23.016.238.433) (39.710.337.141) 77.516.025.930
55.51Z643.134 (28.20Z146.346) (13.177.968.742) 14.13Z528.046
(2Z080.32Z177) 80.854.083.654 139.119.874.007 (36.79Z141.390) (3Z217.331.823) (13.325.407.522) 56.314.439.339 (106.771.524.982) (24.169.880.974) (Z558.024.228) (58.134.773.151) 101.624.585.511
13Z865.252.004
210.381.277.934
224.513.805.980
221.955.781.752 163.821.008.601
Kas dan setara kas akhir 210.381.277.934 tahun
224.513.805.980
Sumber: Bursa Efek Indonesia 2010 Dari data tersebut di atas, laporan arus kas PT. Kimia Farma (Persero). Tbk merupakan laporan ukuran arus kas untuk tiga aktivitas utama dalam aktivitas usaha yaitu : operasi, investasi, dan pendanaan. Pertama, aktivitas operasi, kas bersih yang diperoleh dari aktivitas ini menurun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 55.512.643.134 jika dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar Rp. 140.242.601.504, dan selanjutnya mengalami kenaikan pada tahun 2009 dan tahun 2010. Dari urian kondisi arus kas operasi PT. Kimia Farma, Tbk. diatas, sesungguhnya tujuan utama penggunaan arus kas untuk aktivitas operasi adalah kegiatan perusahaan yang terkait dengan laba yang meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih, seperti pemberian kredit kepada pelanggan, investasi pada persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok. Kedua, arus kas dari kegiatan investasi, kas bersih yang dikeluarkan untuk aktivitas ini meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 28.202 146.346 dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp. 23.016.238.433, demikian halnya pada tahun 2008 dan 2009 terjadi penurunan arus kas dari kegiatan investasi yang kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2010. Fenomena ini jelas menggambarkan kegiatan perusahaan dalam melakukan kegiatan penjualan dan pembelian aset tetap dan investasi
221.955.781.752
163.821.008.601 265.445.594.112
dalam efek oleh perusahaan yang diharapkan dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan sehingga nilai kas ini cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun sebagai akibat dari kegiatan investasi yang memiliki risiko yang besar dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Ketiga, arus kas dari kegiatan pendanaan, kas bersih yang digunakan untuk aktivitas ini turun menjadi sebesar Rp. 13.177.968.742 dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp. 39.710.337.141, dari pada tahun 2008 naik menjadi sebesar Rp. 56.314.439.339 Miliar, dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp.13.177.968.742. selanjutnya pada tahun 2009 naik menjadi sebesar Rp.106.771.524.982 sampai dengan tahun 2010 arus kas ini mengalami kenaikan. Berdasarkan kondisi arus kas aktivitas pendanaan PT. Kimia Farma Tbk diatas, cara mendistribusikan, menarik dan mendapatkan dana untuk mendukung aktivitas usaha sedikit mengalami masalah pada tahun 2007, dan kemudian terjadi perbaikan pola pengelolaannya pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Peningkatan yang terjadi dari aktivitas pendanaan ini bersumber dari aktivitas perolehan pinjaman dan pelunasan dana dengan obligasi dan pinjaman lainnya. Melihat kondisi dari laporan arus kas PT. Kimia Farma Tbk diatas,
sesungguhnya perusahaan dihadapkan dikelola oleh PT. Kimia Farma, Tbk pada masalah kedekatan asset dan memproduksi obat jadi dan obat kewajiban pada kas atau likuiditas tradisional, yodium, kina dan perusahaan yang merupakan ukuran produk-produk turunannya, serta minyak kcmazrtpuaii untuk membayar kewajiban nabati. Lima fasilitas produksi yang saat jatuh tempo. Meski arus kas yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia dihasilkan untuk mendapatkan laba merupakan tulang punggung dari perusahaan meningkat tetapi hal ini segmen industri, dimana kelimanya telah bukan menjadi ukuran mutlak dari mendapat sertifikat Cara Pembuatan keberhasilan perusahaan dalam Obat yang Baik (CPOB) dan sertifikat pengelolaan keuangannya karena ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 14001 dari perusahaan senantiasa dihadapkan institusi luar negeri {Llyod's, SGS, TUV). pada masalah penyelesaian Keadaan keuangan PT. Kimia Farma kewajiban-kewajibannya. (Persero). Tbk pada tabel sebagai Dukungan kuat riset dan berikut: pengembangan, segmen usaha yang Tabel 2 Ringkasan Laporan Keuangan PT Kimia Farma, Tbk Tahun 2006-2010 (Disajikan dalam rupiah) Keterangan Aktiva fancar Aktiva tdk lancar Total Aktiva Hutang Ekuitas Laba/Rugi Sebelum PPh Badan
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 750.931.689.622 893.446.818.652 950.617.883.670 1.020.884.466.060 1.139.548.849.755 510.652.078.213 493.29Z331.069 495.051.915.969 544.946.800.214 517.742.984.557 1.261.224.634.982 1.386.739.149.721 1.445.669.799.639 1.565.831.266.274 1.657.291.834.312 390.570.748.341 478.711.551.186 497.905.256.839 570.156.166.178 543.257.475.734 870.653.886.641 908.027.598.535 947.764.542.800 955.315.100.096 1.114.028.943.712 67.628.693,155 8Z469.927.042 96.105.856.142 99.729.820.584 178.611.238.352
Sumber : Bursa efek Indonesia tahun 2010 Dari data tersebut di atas, aktiva lancar PT. Kimia Farma pada tahun 2007 naik sebesar Rp. 893,45 miliar dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp. 750,93 miliar. Pada tahun 2009 aktiva lancar naik sebesar Rp.1,02 triliun dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp.950,62 miliar. Pada tahun 2010 aktiva karena naik sebesar Rp. 1,14 triliun dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp. Rp.1,02 triliun. Berdasarkan data diatas, dapat dikatakan bahwa aktiva lancar PT.
Kimia Farma Tbk mengalami kenaikan dari tahun ke tahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Hal ini memperlihatkan aktivitas perusahaan yang kondusif dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Berdasarkan dari data diatas, pos aktiva tidak lancar perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar Rp. 493,29 miliar dibandingkan pada tahun 2006 sebesar Rp. 510,65 miliar, tetapi pada tahun 2008 aktiva tidak
lancar mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 495,05 miliar dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp.493,29 miliar, pada tahun 2009 aktiva tidak lancar juga mengalami kenaikan sebesar Rp.544,95 miliar dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp. 495,05, Aktiva tidak lancar pada tahun 2010 turun sebesar Rp. 517,74 miliar dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp.544,9. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa fenomena kenaikan dan penurunan pada aktiva lancar sesungguhnya adalah perusahaan lebih mengutamakan penempatan dana investasi pada aktiva lancar yang umumnya berjangka waktu pendek dengan tujuan dapat segera menghasilkan uang yang peruntukannya disamping meningkatkan kesejahteraan pemilik tetapi juga untuk menjaga likuiditas perusahaan. Total aktiva perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ketahun mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, kontribusi terbesar dari peningkatan total aktiva perusahaan sesungguhnya berasal dari aktiva lancar perusahaan dimana pada tahun 2008 total aktiva perusahaan meningkat sebesar Rp. 1,45 triliun dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp. 1,39 triliun, dan seterusnya sampai dengan tahun 2010 total aktiva memperlihatkan trend perkembangari yang positif setiap tahunnya. Sementara itu, jumlah kewajiban dan ekuitaspuri memperlihatkan peningkatan dari tahun ketahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Meskipun jumlah
kewajiban dari tahun ketahun cenderung mengalami kenaikan akan tetapi berdasarkan data laporan keuangan diatas, dapat dilihat keberhasilan perusahaan dalam % meningkatkan laba usahanya dari hasil Iain-lain yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba herein perusahaan setiap tahunnya secara signifikan di mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut, dampak keuangan perusahaan dari prestasi pencapaian laba perusahaan merupakan gambaaran dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Peningkatan laba bersih perusahaan ini memungkinkan bagi perusahaan untuk menjaga stabilitas keuangannya, disamping juga untuk memenuhi kewajiban mensejahterakan para pemilik perusahaan. Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan kajian pada analisa laporan arus kas perusahaan untuk nicngukur likuiditas PT. Kimia Farma, Tbk. sehingga dengan melihat ringkasan laporan keuangan diatas, untuk sementara dapat dilihat bagaimana perusahaan menjaga likuiditasnya dari aspek pengalokasian dana pada aktiva lancar yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dalam jangka pendek dari aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dibidang keuangan dengan judul " Analisis Laporan Arus Kas Untuk Mengukur Likuiditas Pada PT. Kimia
Farma (Persero), Tbk". Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : "Bagaimanakah tingkat likuiditas perusahaan berdasarkan laporan arus kas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk". Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat likuiditas pada PT. Kimia Farma (Persero). Tbk dengan menggunakan analisis laporan arus kas. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis, Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan penulis, khususnya dibidang keuangan perusahaan yang menyangkut aspek likuiditas perusahaan berdasarkan analisis laporan arus kas. b. Bagi Akademisi, Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang. c. Bagi Perusahaan, Menjadi bahan masukan dalam melakukan pengelolaan keuangannya yang terkait dengan aspek likuiditas perusahaan berdasarkan analisis laporan arus
kas perusahaan. Metode Penelitian Pemilihan Lokasi Penelitian Objek dari penelitiian adalah PT. Kimia Farma (Persero). Tbk sebagai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode penelitian dari tahun 2006 - 2010, dengan alasan sebagai berikut: 1. PT. Kimia Farma (Persero). Tbk merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangannya setiap tahun di media massa. 2. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., menyediakan data laporan keuangan arus kas yang diperlukan dalam penelitian ini yang diterbitkan oleh otoritas bursa dalam hal ini Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka atau data yang dapat dihitung serta dapat dianalisis secara sistematis. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah angka-angka yang terdapat dalam laporan neraca dan laba rugi pada perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk periode 2006 - 2010. 2. Sumber Data Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan oleh
otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui web site Bursa Efek Indonesia. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Penelitian kepustakaan, yaitu pengumpulan dasar-dasar teori dan penelitian terdahulu, serta segala informasi yang berkaitan dengan penehtian yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, seperti informasi didapat di internet maupun lainnya. 2. Studi dokumentasi, adalah pengumpulan data yang dilakukan pada subjek penelitian melalui dokumen-dokumen laporan keuangan dan dokumen pendukung lainnya dari perusahaan. Alat Analisis Untuk mengukur likuiditas perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk, digunakan rasio laporan arus kas. Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 91), yaitu sebagai berikut: 1. Rasio Arus Kas Operasi (AKO) Jumlah arus Kas Operasi AKO Kewajiban Lancar 2. Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB) Arus kas operasi bunga kas CBK Bunga
3. Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL)
CKHL
Arus kas operasi dividen kas Hu tan g Lancar
4. Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) KAK
Ebit bunga pajak pengeluaranmodal Rata ratahutanglancar
Cara Pengukuran Menurut Alwi (1993:109) menyatakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana kondisi finansial perusahaan saat ini, diperlukan suatu cara evaluasi. Dalam hal ini ada dua tipe evaluasi finansial yang dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana kondisi perusahaan pada saat ini. Apakah dalam keadaan Valik atau buruk/ yaitu: 1. Analisis trend Analisis trend adalah analisis perkembangan rasio finansial perusahaan dalam beberapa tahun yaitu perbandingan antara suatu rasio saat sekarang dengan rasio yang sama pada waktu yang lampau. Analisis ini sering disebut sebagai analisis historis (Historical Analysis). 2. Norma Industri Norma industri adalah rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang sejenis yang dapat dijadikan pembanding bagi perusahaan yang bersangkutan, Rasio ini disebut sebagai rasio industri. Perbandingan antara rasio perusahaan dengan rasio industri akan menunjukkan sejauh mana
kondisi finansial perusahaan saat ini di bandingkan dengan kondisi finansial perusahaan pesaing dalam industri yang sama.
laporan keuangan tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, yang di dalamnya terdapat rincian pos-pos keuangan yang menjadi bahan penelitian untuk dianalisis yaitu bagaunanakah tingkat likuiditas perusahaan berdasarkan laporan arus kas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Adapun pos-pos keuangan yang akan dilakukan perhitungan berdasarkan laporan keuangan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk adalah sebagai berikut:
Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian 1. Deskriptif Hasil Penehtian Untuk menganalisis tingkat likuiditas PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, maka data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut: a. Data Laporan Keuangan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Data laporan keuangan yang akan dianalisis adalah data Tabel 3 Laporan Arus Kas PT Kimia Farma, Tbk Tahun 2006-2010 Arus kas dari: Aktivitas Operasi Aktivitas Investasi Aktivitas Pendanaan Kenaikan (penumnan) Bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas awal tahun Kas dan setara kas akhir tahun
2006 140.242.601.504 (23.016.238.433) (39.710.337.141) 77.516.025.930
2007 55.512.643.134 (28.202146,346) (13.177.968.742) 14.132.528.046
2008 2009 (22.080.322.177) 80.854.083.654 (36.792.141.390) (32.217.331.823) 56.314.439.339 (106.771.524.982) (?.558.024.'>28) (58.134.773.151)
2010 139.119.874.007 (13.325.407.522) (24.169.880.974) 101.624.585.511
131865.252,004
210.381.277.934
224.513.805.980
221.955.781.752
163.821.008.601
210.381.277.934
224.513.805.980
221.955.781.752
163.821.008.601
265.445.594.112
Sumber :www.kimiafar.co.id.2010 Dari data tersebut di atas, dapat dianalisis bahwa kas bersih yang diperoleh PT. Kimia Farma dari aktivitas operasi pada tahun 2007 menurun sebesar 60,45 % jika dibandingkan tahun 2006, penurunan ini disebabkan peningkatan pembayaran kepada pemasok karyawan lebih besar dari
peningkatan penerimaan dari karyawan. Sedangkan aktivitas operasi tahun 2008 menurun sebesar 41,81% jika dibandingkan tahun 2007, penurunan ini disebabkan peningkatan pembayaran kepada pemasok dan karyawan lebih besar dari peningkatan penerimaan dari pelanggan dan akibat dari pengaruh
krisis global yang terjadi. Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi tahun 2009 meningkat sebesar 645,14% jika dibandingkan tahun 2008, peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar Rp. 441,42 miliar. Arus kas dari Aktivitas operasi tahun 2010 meningkat sebesar 72,06% jika dibandingkan tahun 2009, peningkatan ini disebabkan terutama oleh peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar Rp. 305,99 miliar. Kas bersih yang dikeluarkan Kimia Farma untuk aktivitas investasi perusahaan pada tahun 2007 meningkat sebesar 22,50% dibandingkan tahun 2006, peningkatan pengeluaran ini disebabkan meningkatnya belanja aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan pada tahun 2007. Sementara itu kas bersih yang dikeluarkan untuk aktivitas investasi perusahaan pada tahun 2008 menurun sebesar 6,13% dibandingkan tahun 2007, dan pada tahun 2010 Kas bersih aktivitas investasi turun dari Rp. 32,22 miliar pada tahun 2009 menjadi RD. 13,32 miliar di tahun 2010. Kas bersih yang digunakan Kimia Farma untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp. 13,17 miliar, turun sebesar 66,96% dibandingkan tahun 2006 akibat telah dilunasinya pembayaran pinjaman pemerintah pada tahun 2006. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2008 sebesar Rp. 561 miliar naik sebesar 327,56% dibandingkan tahun 2007, hal ini
disebabkan karena meningkatnya penambahan hutang bank jangka pendek. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan tahun 2009 turun sebesar 285,82% dibandingkan tahun 2008, hal ini disebabkan terjadi pembayaran hutang bank sebesar Rp. 90,61 miliar. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan tahun 2010 turun sebesar 77,36% dibandingkan tahun 2009, hal ini terutama disebabkan terjadinya pembayaran hutang bank sebesar Rp. 20,46 miliar sedangkan ditahun 2009 sebesar Rp. 90,61 miliar. Berdasarkan atas data kondisi laporan arus kas perusahaan diatas, dari ketiga aktivitas kegiatan yang berkaitan dengan arus kas perusahaan yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan perusahaan, dapat dikatakan bahwa keputusan manajemen dari waktu kewaktu terhadap penggunaan kas untuk pcncapaian tujuan perusahaan berdampak positif terhadap hasil operasi dan posisi keuangannya. Namun demikian beberapa komponen dari penggunaan arus kas sesungguhnya mengalami masalah terutama arus kas untuk investasi dan pendanaan yang mengakibatkan perusahaan harus terbebaiii. Hal ini disebabkan karena penggunaan arus kas investasi dan pendanaan ditujukan semata oleh perusahaan yang kegiatannya terutama untuk membiayai aktivitas-aktivitas usaha perusahaan, berbeda dengan arus kas operasi yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan usaha dengan stabilitas keuangan perusahaan. perusahaan secara umum yang Sementara itu, untuk aktivitas yang pengalokasiannya ditujukan pada berkaitan denga pendanaan, perusahaan operasi perusahaan kaitannya dengan akan dihadapkan pada masalah peningkatan laba perusahaan. membengkaknya jumlah hutang usaha Tahun 2010 merupakan tahun yang jika tidak diimbangi dengan kemampuan paling menguntungkan selama kurang perusahaan dalam memanfaatkan lebih 4 tahun terakhir, mencerminkan kasnya untuk menghasilkan laba, maka pemulihan setelah kinerja yang buruk perusahaan akan dihadapkan pada terutama pada tahun 2008 dan tahun masalah likuidiu». Akan Lelapi kondisi 2009 dan aktivitas restrukturisasi. Untuk pengelolaan keuangan PT. Kimia Farma periode 4 tahun tersebut, kas dari operasi Tbk tehadap arus kasnya justru menutup kas bersih yang digunakan memperlihatkan efektifitas dan dalam aktivitas investasi dan hampir efisiensinya dalam pencapaian laba yang seluruh dividen yang dibayarkan Khusus maksimal bagi perusahaan. Hal ini dapat untuk arus kas dari investasi, dilihat dari jumlah kas dan setara kas pengelolaan dana ini lebih terkonsentrasi pada akhir tahun yang dapat dihasilkan dalam aktivitas investasi pada aktiva perusahaan, posisi kas ini tetap yang jangka waktu memungkinkan perusahaan untuk pengembaannya relatif lama sehingga menjaga likuiditasnya yang bersumber harus ada balancing penerimaan yang dari kas perusahaan itu sendiri. bersumber dari aktivitas jangka pendek terutama dalam hal yang berkaitan Tabel 4 Ringkasan Laporan Keuangan PT Kimia Farma, Tbk Tahun 2006-2010 Keterangan
Aktiva lancar Aktiva tdk lancar Total Aktiva Kewajiban Ekuitas Laba/Rugi Sebelum Badan
2006
2007
750.931.689.622 510.652078.213 1.261.224.634.9 82 390.570.748.341 870.653.886.641 67.628.693.155
893.446.818,652 493.29Z331.069 1.386.739.149.721 478.711.551.186 908.027.598.535 8Z469.927.042
Tahun 2008
2009
2010
950.617.883.670 495.051.915.969 1.445.669.799.639
1.020.884.466.060 544.946.800.214 1.565.831.266.274
1.139.548.849.755 517.741984.557 1.657.291.834.312
497.905.256.839 947.764.542.800 %.l 05.856.142
570.156.166.178 955.315.100.096 99.729.820.584
543J257.475.734 1.114.028.943.712 178.611.238.352
PPh
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah aktiva lancar PT. Kimia
Farma pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 18,98% dibandingkan
dengan tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan peningkatan piutang usaha dan persediaan masing-masing 44,75 % dan 37,33% dibandingkan tahun 2006. Pada tahun ini, kebijakan pengelolaan keuangan perusahaan terutama penggunaan dana yang dialokasikan lebih ditujukan pada aktivitas penjualan dan investasi pada persediaan yang mengakibatkan terjadinya kenaikan pada kedua pos aktiva lancar tersebut. Keputusan penggunaan dana ini oleh pengelolah perusahaan memiliki dampak yang baik bagi FT. Kimia Farma Tbk. dalam meningkatkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan laba yang maksimal. Jurnlah aktiva lancar perusahaan pada tahun 2008 meningkat sebesar 6,39%, dibandingkan tahun 2007. Peningkatan aktiva tersebut terutama pada persediaan yang naik sebesar Rp. 37,17% dan serta kenaikan sebesar 34,16% biaya dibayar dimuka dari tahun sebelumnya. Jurnlah aktiva lancar perusahaan pada tahun 2009 sebesar Rp. 1,02 triliun atau meningkat sebesar 7,39% dibandingkan tahun 2008 yang sebesar Rp. 950,6? miliar, peningkatan aktiva lancar tersebut terutama pada piutang usaha yang naik sebesar Rp.39,46 miliar atau naik 14,48% dan persediaan yang naik sebesar Rp.24,49 miliar atau naik 5,42% selain itu, pajak di bayar dimuka juga mengalami kenaikan sebesar 323,74%.
Peningkatan aktiva lancar pada tahun 2010 sebesar 11,62% tersebut antara lain karena peningkatan pada kas dan setara kas sebesar Rp.101,62 miliar atau naik 62,03%, piutang usaha sebesar Rp. 53,12 miliar atau naik 17,44% dan pajak dibayar dimuka sebesar Rp. 11,72 miliar atau naik sebesar12,80% Hasil diatas merupakan implikasi dari keputusan penggunaan dana perusahaan dalam aktivitas usahanya yang pada tahun-tahun sebelumnya telah dilakukan. Maksimalisasi penggunaan aktiva lancar perusahaan pada tahun 2008, tahun 2009 dan tahun 2010 memberikan dampak positif dalam menghasilkan laba bersih perusahaan, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan yang cukup signifikan dari laba bersih perusahaan dari tahun ketahun. Penggunaan aktiva lancar untuk meningkatkan laba perusahaan disamping untuk menghasilkan laba bersih, juga dimaksudkan untuk menjaga kestabilan keuangan perusahaan, atau dengan kata lain untuk menjaga likuiditas keuangan perusahaan. Aktiva tidak lancar PT. Kimia Farma pada tahun 2007 sebesar Rp .493,29 miliar mengalami penurunan sebesar 3,40% dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp 510,65 miliar. Penurunan tersebut terutama disebabkan menurunnya nilai bersih aktiva iciap. Tada tai.uii 200S akliva tidak lancar sebesar Rp.495,06 miliar atau naik sebesar 0,36% dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp. 493,29, kenaikan tersebut antara lain
disebabkan oleh pertumbuhan dari aktiva pajak tangguhan-bersih, aktiva tetap dan aktiva Iain-lain. Pada tahun 2009 aktiva tidak lancar sebesar Rp. 541,74 miliar atau naik sebesar 9,43% dibandingkan tahun 2003 sebesar Rp. 495,05 miliar, kenaikan tersebut antara lain disebabkan oleh pertumbuhan dari aktiva Iain-lain sebesar Rp.43,83 miliar atau 91,71%. Pada tahun 2010 aktiva tidak lancar sebesar Rp. 517,74 miliar atau turun 4,99% dibandingkan tahun 2009 yang sebesar Rp. 544,95 miliar, penurunan tersebut terutama disebabkan berkurangnya aktiva Iain-lain sebesar Rp.38,42 miliar atau turun 40,40%. Dari kondisi keuangan atas aktiva tidak lancar perusahaan diatas, dapat dianalisis bahwa penggunaan dana perusahaan yang di investasikan pada aktiva tetap perusahaan di tahun 2007 menurun dibandingkan dengan tahun 2006 karena kebiiakan pengalokasian dana perusahaan lebih di investasikan pada aktiva lancar perusahaan yang dianggap paling Ukuid untuk tujuan kecepatan dari perputaran keuangan perusahaan. Aktivitas penggunaan dana perusahaan pada aktiva tidak lancar perusahaan pada tahun 2008 sampai tahun 2010 juga mengalami fluktuatif sebagai akibat kurangnya aktivitas investasi yang dilakukan perusahaan khususnya investasi pada aktiva tetap. Total aktiva Kimia Farma pada tahun 2007 sebesar Rp.1.386,74 miliar meningkat sebesar Rp. 125,6 miliar atau 9,92% dibandingkan tahun 2006 sebesar
Rp. 1.261,58 miliar, dari total aktiva pada tahun 2007 tersebut sebanyak 64,43% berupa aktiva Iancar dan 35,57% berupa aktiva tidak Iancar, sedangkan pada tahun 2006 komposisi aktiva Iancar sebesar 59,52% dan aktiva tidak Iancar sebesar 40, 48%. Total aktiva Kimia Farma pada tahun 2008 sebesar Rp. 1,45 triliun meningkat sebesar 4,25% dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp. 1,39 triliun, dari total aktiva pada tahun 2008 tersebut sebanyak Rp. 950,62 miliar berupa aktiva Iancar dan Rp. 495,05 miliar berupa aktiva tidak Iancar, sedangkan jumlah kewajiban di tahun 2008 adalah Rp. 497,91 miliar dan jumlah ekuitas sebesar Rp. 947,76 miliar. Total aktiva tahun 2009 Kimia Farma naik 8,09% menjadi lebih dari Rp. 1,56 triliun, peningkatan ini terjadi karena meningkatnya jumlah aktiva Iancar dari Rp. 950,62 miliar ditahun 2008 menjadi Rp. 1,02 triliun di tahun 2009 atau naik sebesar 7,39%, dan jumlah aktiva tidak Iancar meningkat dari Rp. 495,05 miliar di tahun 2008 menjadi Rp. 541,74 miliar di tahun 2009 atau naik sebesar 9,43%. Total aktiva Kimia Farma pada tahun 2010 meningkat 5,48% menjadi Rp.1,66 triliun, yang disebabkan meningkatnya jumlah aset Iancar dari Rp. 1,02 triliun di tahun 2009 menjadi Rp. 1,14 triliun di tahun 2010 atau naik sebesar 11,62%. Berdasarkan kondisi jumlah total aktiva perusahaan, dapat dikatakan bahwa sumbangan terbesar dari total aktiva perusahaan adalah berasal dari aktiva Iancar perusahaan. Hal ini
memperkuat analisis sebelumnya bahwa perusahaan lebih mengutamakan menginvestasikan sumber dananya pada aktivitas-aktivitas usaha yang sifatnya paling likuid dalam menghasilkan laba perusahaan. Jumlah kewajiban Kimia Farma bertambah sebesar Rp. 87,78 miliar atau 22,45% dari tahun 2006 sebesar Rp. 390,93 miliar menjadi Rp. 478,71 miliar pada tahun 2007, dari sejumlah kewajiban pada tahun 2007 sebanyak 90,57% berupa kewajiban Iancar dan sisanya sebesar 9,43% berupa kewajiban tidak Iancar, sedangkan pada tahun 2006 kewajiban Iancar sebanyak 90,31 % dan sisanya 9,69% berupa kewajiban tidak Iancar. Jumlah kewajiban mengalami kenaikan sebesar 4,01% dari tahun 2007 sebesar Rp. 478,71 miliar menjadi Rp. 497,91 miliar pada tahun 2008, dari sejumlah kewajiban pada tahun 2008 sebanyak Rp. 449,85 miliar berupa kewajiban Iancar dan sisanya sebesar Rp. 48,05 miliar berupa kewajiban tidak Iancar. Jumlah kewajiban mengalami kenaikan sebesar 13,94% dari tahun 2008 sebesar Rp. 497,91 miliar menjadi Rp, 56731 miliar pada tahun 2009, dari sejumlah kewajiban pada tahun 2009 sebanyak Rp.510,g5 miliar berupa kewajiban Iancar dan sisanya sebesar Rp. 56,46 miliar berupa kewajiban tidak Iancar, Jumlah kewajiban mengalami penurunan sebesar 4,78% menjadi Rp. 542,26 miliar pada tahun 2010, komposisi kewajiban tersebut sebesar 86,48% berupa kewajiban Iancar dan
13,52% berupa kewajiban tidak Iancar. Dari kondisi fenomena jumlah kewajiban diatas, dapat dianalisis bahwa peningkatan kewajiban perusahaan merupakan implikasi dari maksimalisasi sumber dana untuk aktivitas usaha perusahaan yang setiap tahunnya meningkat sampai dengan tahun 2009. Jumlah kewajiban menurun dikarenakan efek dari penggunaan dana yang maksimal perusahaan menghasilkan laba yang sebagiannya diputuskan untuk dijadikan sebagai sumber dana pada aktivitas selanjutnya. Ekuitas Kimia Farma mengalami I peningkatan sebesar Rp. 37,37 miliar atau 4,29%, ekuitas Kimia Farma meningkat dari Rp. 870,65 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp. 908,03 miliar pada tahun 2007 peningkatan ini terutama sejalan dengan pencapaian laba bersih di tahun tersebut. Ekuitas kimia farma meningkat 4,38% dari Rp. 908,03 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp. 947,76 miliar pada tahun peningkatan ini terutama sejalan dengan pencapaian laba bersih ditahun tersebut. Ekuitas Kimia Farma meningkat 5,02% dari Rp. 947,76 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp. 995,32 miliar pada tahun 2009, peningkatan ini karena meningkatnya saldo laba terutama sejalan dengan pencapaian laba bersih di tahun tersebut. Ekuitas Kimia Farma pada tahun 2010 meningkat sebesar 11,53% dari Rp. 995,32 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp. 1,11 triliun, peningkatan ini karena bertambahnya saldo laba sejalan dengan
pencapaian laba bersih di tahun tersebut. Berdasarkan data-data yang Laba sebelum pajak Kimia Farina diperoleh dari hasil penelitian di atas meningkat 21,95% dari Rp. 67,63 miliar maka dapat dihitung tingkat Iikuditas ditahun 2006 menjadi Rp. 82,47 miliar perusahaan terhadap laporan arus kas, ditahun 2007. Pada tahun 2008 laba adapun perhitungannya adalah sebagai sebelum pajak meningkat 16,53 % dari berikut: Rp. 96,11 miliar menjadi Rp. 99,73 miliar 1. Rasio Arus Kas Operasi (AKO) di tahun 2009. Pada tahun 2010 laba Rasio arus kas operasi sebelum pajak meningkat 79,10% dari menghitung kemampuan arus kas Rp. 99,73 miliar ditahun 2009 menjadi operasi dalam membayar kewajiban Rp.178,61 miliar di tahun 2010 lancar. Rasio ini diperoleh dengan Perhitungan Rasio Arus Kas Metode membagi arus kas operasi dengan yang digunakan unruk menganalisis kewajiban lancar. tingkat likuiditas PT. Kimia Farma (Persero), Tbk dari tahun 2006 sampai Jumlah arus Kas Operasi AKO dengan tahun 2010 adalah dengan Kewajiban Lancar analisis rasio arus kas. Tabel 5 Perhitungan Rasio Arus Kas Operasi (AKO) PT Kimia Farma, Tbk Tahun 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Perhitungan Rasio Arus Kas Operasi 140.242.601.504 353.030.125.009 55.512.643.134 AKO 433.564.022.986 AKO
AKO
( 22.080.322.177 ) 449.854.948.189
80.954.083.654 510.854.102.156 139.119.874.007 AKO 469.822.675.254 AKO
Sumber : Data Olahan Berdasarkan tabel 5 diatas, hasil perhitungan rasio arus kas operasi (AKO) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun
Hasil Perhitungan 0.397
Persentase 39.73
0.128
12.80
-0.049
-4.91 15.83 29.61
0.18 0.296
2010 dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:
Gambar 1 Perhitungan Rasio Arus Kas Operasi (AKO) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010
2. Rasio cakupan kas terhadap Bunga (CKB) CKB
Arus Kas Operasi Bunga Pajak Bunga
Tabel 6 Perhitungan Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB) CKB
CKB CKB CKB CKB
140.242.601.504 10.140.866.125 39.120.136.105 10.140.866.125 55.512.643.134 6.145.343.959 39.120.136.105 6.145.343.959 22.080.322.177 16.873.686.055 43.159.967.410 16.873.686.055 80.854.083.654 25.486.369.011 28.522.249.160 25.486.369.011 139.119.874 007 14.336.646.263 43.606.774.424 14.336.646.263
Sumber : Data Olahan Berdasarkan tabel 6 hasil perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB) PT. Kimia Farma
Hasil Perhitungan 18,687 kali 14,592 kali 4,866 kali 5,292 kali 13,745 kali
(Persero), Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan pada grafik berikut ini :
Gambar 2 Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010
3. Rasio cakupan kas terhadap Bunga (CKB) CKHL
Arus Kas Operasi Dividen Kas Hu tan g lancar
Tabel 7 Perhitungan Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Hasil Perhitungan
Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL) 140.242.601.504 15.611.680.130 353.030.125.009 140.242.601.504 15.611.680.130 CKHL 353.030.125.009 140.242.601.504 15.611.680.130 CKHL 353.030.125.009 140.242.601.504 15.611.680.130 CKHL 353.030.125.009 140.242.601.504 15.611.680.130 CKHL 353.030.125.009 CKHL
Berdasarkan tabel 7 hasil perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk dari tahun
Persentase
0,441
44,15
0,164
16,40
-0,009
-0,95
0,185
18,54
0,296
29,61
2006 sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan pada grafik berikut ini:
Gambar 3 Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010
4. Rasio cakupan kas (KSK) KAK
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
EBIT Bunga Pajak Aset Tetap Rata rata Hu tan g Lancar Selama 5 tahun
Tabel 8 Perhitungan Rasio Cakupan Arus Kas (KAK) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010 Perhitungan Rasio Kecukupan Arus Hasil Persentase Kas (KAK) Perhitungan 5.614.592.467 -0,013 -1,27
KAK KAK KAK KAK KAK
443.425.174.719 12.816.878.447 443.425.174.719 5.414.027.936 443.425.174.719 23.272.164.575 443.425.174.719 90.212.267.628 443.425.174.719
Sumber : Data Olahan Berdasarkan tabel 8 hasil perhitungan Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) FT. Kimia Farma (Persero), Tbk
0,164
16,40
0,012
1,22
0,052
5,25
0,203
20,34
dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan pada grafik berikut ini :
Gambar4 Perhitungan Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) FT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010
5. Hasil Pengukuran tetap atau fluktuasi, hasil perhitungan Untuk memudahkan melihat suatu 8 dan tabel 9 rata-rata industri yaitu kondisi laporan arus ke PT.Kimia sebagai berikut : Farma (Persero) Tbk, apakah mengalami peningkatan, penurunan Tabel 8 Nilai AKO, CBK, CKHL, KAK PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010 Tahun AKO
2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata
39,73 12,80 -4,91 15,83 29,61 18,61
Rasio Arus Kas CKB CKHL
18,69 14,59 -0,25 5,29 13,75 10,41
44,15 16,40 -0,95 18,54 29,61 21,55
KAK
-1,27 2,90 1,22 5,25 20,34 5,69
Sumber : Data olahan Tabel 9 Nilai rata-rata industri tahun 2006-2010 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010 Tahun AKO
Rasio Arus Kas CKB CKHL
KAK
2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata
47,24 50,81 36,41 31,66 52,56 43,74
8,26 8,70 12,27 11,31 27,68 13,64
56,52 51,73 54,55 41,01 59,75 52,71
21,63 20,18 20,30 17,66 32,34 22,42
Sumber : Data olahan Berdasarkan tabel 8 dan tabel 9 hasil 2010 dengan perhitungan hasil rata-rata perhitungan Rasio AKO, CKB, CKHL dan industri dapat digambarkan pada grafik KAK PT. Kimia Farma (Persero), Tbk dari berikut ini : tahun 2006 sampai dengan tahun Gambar 5 Hasil Perhitungan Rasio AKO Rata-rata Industri dan PT. Kimia Farma Tahun 2006-2010
Gambar 6 Hasil Perhitungan Rasio CKB Rata-rata Industri dan PT. Kimia Farma Tahun 2006-2010
Gambar 7 Hasil Perhitungan Rasio CKHL Rata-rata Industri dan PT. Kimia Farma Tahun 2006-2010
Gambar 8 Hasil Perhitungan Rasio KAK Rata-rata Industri dan PT. Kimia Farma Tahun 2006-2010
Pembahasan 1. Analisis Rasio Arus Kas Operasi
AKO
Jumlah Arus Kas Operasi Kewajiban Lancar
Dari Tabel 5.03 diatas, terlihat bahwa rasio arus kas operasi FT. Kimia Farma untuk tahun 2006 adalah 0,397 atau 39,7% yang berarti bahwa kewajiban lancar yang hams dibayarkan oleh perusahaan dijamin oleh arus kas operasi perusahaan sebesar 39,7 %, jika
nilai ini dibandingkan dengan nilai rasio yang dipersyaratkan dalam menjaga likuiditas perusahaan dimana nilai 0,397 < 1, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak cukup memiliki kemampuan yang lebih dalam menyelesaikan kewajiban lancarnya menggunakan arus kas operasinya di tahun tersebut tanpa dukungan aktivitas lain dari pemanfaatan arus kas perusahaan.
Tabel 10 Laporan arus kas PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010 Arus kas dari: Aktivitas Investasi Aktivitas Pendanaan Kenaikan (penurunan) Bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas awal tahun Kas dan setara kas akhir tahun
2006 140.242.001.004 (39.710.337.141) (39.710.337.141) 77.516.025.930
2007 55.51Z643.134 (28.20Z146.346) (13.177.968.742) 14.132.528.046
2008 (22.080.32Z177) (36.79Z141.390) 56.314.439.339 (2.558.024.228)
2009 80.854.083.554 (3Z217.331.823) (106.771.524.982) (58.134.773.151)
2010 139.119.C74.007 (13.325.407.522) (24.169.880.974) 101.624.585.511
132.865.252.004
210.381.277.934
224.513.805.980
221.955.781.752
163.821.008.601
210.381.277.934
224.513.805.980
221.955.781.752
163.821.008.601
265.445.594.112
Sumber : www.kimiafarma.co.id 2010
Tahun 2007 arus kas operasi adalah sebesar 0,128 atau 12,8% yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi maka dapat dikatakan bahwa perusahaanpun tidak cukup memiliki kemampuan yang lebih dalam menyelesaikan kewajiban lancarnya hanya dengan menggunakan arus kas operasinya di tahun tersebut tanpa dukungan aktivitas Iain dari pemanfaatan arus kas perusahaan. Tahun 2008 arus kas operasi adalah -0,049 yang berarti bahwa perusahaan tidak memiliki meruapkan arus kas operasi di tahun 2008 untuk menyelesaikan kewajiban lancar yang harus dibayarkan oleh perusahaan karena perusahaan benar-benar tidak memiliki dana untuk membayar kewajiban lancar perusahaan, tanpa membandingkan dengan nilai rasio yang dipersyaratkan dalam menjaga likuiditas sangat jelas bahwa perusahaan tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan kewajiban lancarnya dengan menggunakan arus kas operasinya di tahun 2008 karena nilai rasionya negatif tanpa dukungan aktivitas lain dari pemanfaatan arus kas perusahaan. Tahun 2009 dan tahun 2010 nilai rasio laba operasi perusahaan pada tahun-tahun tersebut masing-masing adalah 0,158 dan 0,296 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi pada tahun-tahun tersebut berada dibawah satu yang berarti bahwa pada tahun-tahun inipun perusahaan tidak cukup memiliki kemampuan yang lebih untuk membayar kewajiban lancar dengan menggunakan arus kas operasi tanpa dukungan aktivitas lain dari pemanfaatan arus kas perusahaan.
Berdasarkan dari interprestasi atas hasil perhitungan rasio arus kas operasi, diketahui tahunbahwa 2007 dalam mulaimenyelesaikan dari ke tahun 2006 sampai dengan 2010 nilai rasio ini sesungguhnya kemampuan arus kas operasi perusahaan yang digunakan sebagai satu-satunya instrumen dalam menyelesaikan kewajiban lancar perusahaan sangat terbatas karena pengalokasian arus kas untuk aktivitas operasi lebih dialokasikan pada pemberian kredit kepada pelanggan, investasi pada persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok yang ditujukan untuk memaksimalkan laba bersih pada akhir periode kegiatan usaha setiap tahunnya. Artinya bahwa keputusan penggunaan dana oleh manajemen perusahaan untuk arus lebih di tujukan pada aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba, dimana arus kas operasi di tujukan pada aktivitas investasi dalam bentuk piutang pelanggan dan persedian, serta pendanaan oleh pemasok barang dan jasa yang bermuara pada peningkatan laba perusahaan. Fenomena kenaikan arus kas operasi diatas yang bersumber dari sekuritisasi piutang usaha dan pengurangan persediaan bukanlah sumber dana yang dapat diandalkan karena terbatasnya arus kas masuk dari pengurangan piutang, dan demikian pula halnya dengan kelebihan persediaan yang dapat dikurangi karena pengurangan persediaan tersebut memberikan dampak yang buruk pada penjualan dan kas harus dikeluarkaan untuk mengganti persediaan. Kenaikan arus kas operasi yang timbul akibat kenaikan kewajiban lancar oleh FT. Kimia Farma Tbk bukanlah
rnerupakan sumber arus kas masuk yang dapat dipertahankan, karena pada saat itu perusahaan masih menunda pembayaran dan menaikan hutang usaha untuk meningkatkan arus kas operasi. Tetapi disisi lain, pemasok sesungguhnya nilai rasio arus kas operasi yang ada tidak dapat dijadikan ukuran mutlak j ketidakmampuan PT. Kimia Farma Tbk dalam menyelesaikan kewajiban lancarnya, karena keputusan pengelolaan keuangan arus kas operasi oleh pihak manajemen lebih berfokus pada pemanfaatan arus kas operasi untuk menghasilkan laba bersih perusahaan yang pada akhimya dapat digunakan untuk menutupi kewajiban-kewajiban lancarnya pada setiap akhir periode buku sehingga besaran nilai rasio ini membutuhkan dukungan dari rasio aktivitas lain dalam pemanfaatan arus kas perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban lancarnya. 2. Analisis Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga Dari tabel 5.04 tersebut, cakupan arus kas terhadap bunga pada FT. Kimia Farma (Persero) Tbk, untuk tahun 2006 adalah sebesar 18,687 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 18 kali. Tahun 2007 sebesar 14,592 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 14 kali. Tahun 2008 sebesar 4,866 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 4 kali. Tahun 2009 sebesar 5,292 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 5 kali. Pada tahun 2010 sebesar 13,745 yang berarti bahwa
kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 13 kali. Dengan rasio yang besar menunjukkan bahwa arus kas operasi mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menutup biaya merespons bunga dengan sehingga membebankan kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga sangat kecil. 3. Analisis Rasio Cakupan arus Kas terhadap Hutang Lancar Arus Kas Operasi + Dividen Kas CKHL — --------------------------------------------Hutang Lancar Dari data tabel 5.05, hasil perhitungan terlihat bahwa nilai cakupan arus kas terhadap hutang lancar adalah sebesar 0,441 untuk tahun 2006 yang berarti kemampuan arus kas operasi untuk membayar hutang lancar sebesar 0,441 kali, untuk tahun 2007 sebesar 0,164 yang berarti kemampuan arus kas operasi untuk membayar hutang lancar sebesar 0,164 kali, sampai dengan tahun 2010 sebesar 0,296 yang berarti kemampuan arus kas operasi untuk membayar hutang lancar sebanyak 0,296 kali, Rasio yang rendah menunjukkan kemampuan yang rendah dari arus kas operasi dalam menutup kewajiban lancar. Kalau kita lihat rasio tahun 2006 dan tahun 2007 terlihat bahwa terjadi penurunan dalam rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban semakin rendah. 4. Analisis Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga
KAK
EBITBungapajak asetTetap RatarataHutangLancarSelama 5Thn
Dari tabel 5.06 dapat terlihat bahwa Rasio kecukupan arus kas PT. Kimia Farma pada tahun 2006 minus, pada tahun 2007 sampai dengan 2010 terjadi perbaikan dimana perusahaan untuk lima tahun yang akan datang dapat membayar kewajibannya. 5. Analisis Perbandingan Trend rasio-rasio arus kas perusahaan dengan industri Dari tabel 5.07, rata-rata nilai AKO PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, untuk rasio arus kas operasi (AKO) adalah 18,61 atau 0,19% dengan rata-rata industri sebesar 43,74 atau 0,43%, yang berarti bahwa rasio tersebut menunjukkan arus kas operasi berada di bawah satu yang berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. Rata-rata rasio cakupan kas terhadap bunga (CKB) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, adalah sebesar 10,41 atau 0,10% dengan rata-rata industri sebesar 13,64 atau 0,13% yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 10 kali dengan rasio ini menunjukkan bahwa arus kua opeiasi mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menutup biaya bunga sehingga kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga sangat kecil. Dari hasil perhitungan bahwa nilai rata-rata cakupan arus kas PT. Kimia Farma (Persero), Tbk terhadap hutang lancar adalah sebesar 21,55 atau 0,21% dengan rata-rata industri 52,71 atau 0,52% yang berarti kemampuan arus kas operasi untuk membayar hutang lancar sebesar 21 kali, rasio yang rendah menujukkan kemampuan yang rendah
dari arus kas operasi dalam menutup kewajiban lancar. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis serta didukung dengan data yang diperoleh selama penelitian, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perhitungan rasio arus kas operasi menunjukkan terjadi fluktuasi setiap tahunnya dimana rasio arus kas aktivitas operasi pada tahun 2006 sebesar 0,397 atau 39,73%, tahun 2007 menurun menjadi sebesar 0,128 12,80%, pada tahun 2008 terjadi penurunan menjadi sebesar -0,049 atau -4,91 %, pada tahun 2009 naik menjadi 0,158 atau 15,83% dan pada tahun 2010 naik menjadi sebesar 0,296 atau 29,61%, rasio yang rendah menunjukkan kemampuan yang rendah dari arus kas operasi dalam menutup hutang lancar. Rasio tersebut menunjukkan bahwa rasio arus kas operasi berada di bawah satu yang berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. 2. Perhitungan rasio cakupan kas terhadap bunga (CKB) PT. Kimia Farma (persero) Tbk, pada tahun 2006 sebesar 18,687 kali, pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi sebesar 14,592 kali, pada tahun 2008 turun menjadi sebesar 4,866 kali, pada tahun 2009 rasio cakupan kas terhadap bunga naik menjadi 5,292 kali dan pada tahun 2010 naik menjadi 13,745 kali. Pada tahun 2006 menunjukkan rasio cakupan k^s terhadap bunga yang lebih baik dari pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 ini
berarti terjadi peningkatan rasio cakupan kas terhadap bunga. Dengan rasio yang besar menunjukkan bahwa arus kas operasi mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menutup biaya bunga sehingga kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga sangat kecil. 2007 Perhitungan rasio cakupan kas terhadap hutang lancar PT. Kimia Farma (Persero) Tbk pada tahun 2006 sebesar 0,441 atau 44,14%, pada tahun terjadi penurunan menjadi sebesar 0,164 atau 16,40%, pada tahun turun menjadi sebesar -0,95% atau -0,009, tahun 2009 naik menjadi sebesar 0,185 atau 18,54% dan pada tahun 2010 naik menjadi 29,61% atau 0,296. Rasio yang rendah menunjukkan kemampuan yang rendah dari arus kas operasi dalam menutup hutang lancar. Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 rasio cakupan kas terhadap hutang lancar mengalami penurunan dan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 rasio cakupan kas terhadap hutan lancar mengalami peningkatan. 4. Perhitungan rasio kecukupan arus kas (KAK) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, pada tahun 2006 sebesar -0,013 kali, tahun 2007 adalah sebesar 0,164 kali, tahun 2008 sebesar 0,012 kali, pada tahun 2009 sebesar 0,052 kali dan tahun 2010 sebesar 0,203 kali. Nilai rasio minus pada tahun 2006 berarti kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang sedangkan tahun 2007 rasio kecukupan arus kas 0,164 kali, tahun 2008 adalah 0,012 kali, tahun 2009 adalah 0,052 kali dan pada tahun 2010 adalah 0,203 kali, pada tahun 2010 rasio kecupan arus kas adalah yang paling baik.
5. Pengukuran analisis rasio arus kas perusahaan dengan kelompok industri farmasi, yaitu a. Rasio arus kas operasi (AKO) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk sebesar 0,18, sedangkan rata-rata industri sebesar 0,43, bahwa kedua perusahaan ini memiliki rasio arus kas operasi berada di bawah satu yang berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. b. Rasio cakupan kas terhadap bunga (CKB) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk sebesar 10,41 kali sedangkan rata-rata industri sebesar 13,64 kali, dengan rasio ini yang besar ini menunjukkan bahwa arus kas operasi mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menutup biaya bunga sehingga kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga sangat kecil. c. Rasio cakupan kas terhadap hutang lancar (CKHL) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk sebesar 21,55 kali sedangkan rata-rata industri sebesar 52,71 kali. d. Rasio kecukupan arus kas (KAK) PT. Kimia Farma (Persero) Tbkl sebesar 5,69 kali sedangkan rata-rata industri sebesar 22,42 kali. Jika nilai rasio minus berarti kemampuan perusahaan tidak mampu dalam memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang sebaliknya jika nilai positif berarti perusahaan mampu dalam memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang.
Saran Bagi perusahaan yang memiliki arus kas operasi yang kecil sehingga dalam kinerja aktivitas operasinya tidak efektif dan mengakibatkan rugi usaha. Sebaiknya perusahaan mengurangi jumlah hutang dan pembelian aktiva tetap karena perusahaan mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua kewajibannya dari arus kas yang berasal dari aktivitas normal operasi perusahaan. Dalam hal ini, aktivitas normal adalah aktivitas utama yang merupakan kegiatan yang terus menerus. Ketidakcukupan menghasilkan arus kas dari aktivitas nrama, dalam membayar kewajiban dari aktivitas normal bisa mengakibatkan kebangkrutan, biasanya ketidakmampuan dalam membayar kewajiban jangka pendek.
DAFTAR PUSTAKA Agus Sartono, 2001, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi Empat, BPFE, Yogyakarta. AIwi, Syafaruddin, Drs. MS, 1993. Alat-Alat Analisis Dalam Petnbelanjaan, Andi Offset, Yogyakarta. Astuti Dewi, Dra. MM., 2004. Manajemen Keuangan Perusalman, Ghalia Indonesia, Jakarta. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi 8, Erlarigga, Jakarta. Darsono, Drs.MBA dan Ashari, SE, Akt. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, ANDI, Yogyakarta. Hampton, John. J.,1980, Financial Decision Making. Concepts, Problems, & Sases . New Delhi : Prentice - Hall of India Private Limited. Harahap, Sofyan Syafri, 2004, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harahap. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Harmono/ Dr. SE. M.Si, 2009, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus dan Riset Bisnis, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Ikatan Akuntasi Indonesia. 2004. Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta : Ikhtiar Baru - Van Houve Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004,. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Jumingan Drs. SE. M.Si. 2009. Analisis Laporan Keuangan. PT. Bumi Aksara. Jakarta Keown, J. Arthur, dkk, 2001, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Bahasa Indonesia Ketujuh, Salemba Empat, Jakarta. Keiso, Donald. E., Weygandt, Jerry J. Warheld, Terry D., 2002, Akuntasi Internediate, Jilid II Edisi Kesepuluh, Erlangga, Jakarta. Mamduh M. Hanafi. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta. Munawir. S, 2002. Analisa Laporan Keuangan Edisi keempat. Liberty. Yogyakarta Soemarso SR, 1999. Akuntansi Suatu Pengantar, PT. Rineka Cipta, Jakarta Sandjaya, S. Ridwan, Dr. Prof. Dan Barlian, Inge. Ak. Dra, 2003, Manajemen Keuangan Jilid satu Edisi Kelima, Literata LINT AS Media, Bandung Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Grasindo. Jakarta
Sutrisno, ,2003, Manmpnipn Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Ekonisia, Yogyakarta. Syamsudin Lukman, Drs, MA., 2007, Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Van Home, James C. dan Marianus Sinaga. 1988. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Erlangga, Jakarta. Van Home, James C. dan Washowich Jhon. M, 2005, Fundamental of Financial Management, Buku I Edisi 12, Peason Education dan Salemba Empat, Jakarta. Weston J. Fred and Eugene F. Brigham. 1981. Managerial Finance. Hins Dale Qlions : The Dryhen Press. Weston J. Fred and Thomas E. Copeland, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi 8, Cetakan Kesepuluh, Jilid 1, Erlangga, Jakarta Http/ /: www.kimiafarma.co.id Http// : www.idx.co.id