“ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA UNIT USAHA KONVEKSI KERUDUNG (NADIA COLLECTION)” NAMA NPM JURUSAN DOSEN PEMBIMBING
: : : :
DYNI APRILLIA SORAYA 22212342 AKUNTANSI HERU SUHARJO, SE., MMSI
LATAR BELAKANG Dalam kenyataan perusahaan jarang sekali memperhitungkan Bep-nya. Para perusahaan cenderung menggunakan prediksi untuk untuk mengatur volume penjualan dan volume produksinya. Oleh karena itu sering terjadi kerugian yang tidak terduga dalam perusahaan. Kemungkinan perusahaan tersebut sulit membedakan atau mengklasifikasi antara biaya variabel, biaya tetap dan biaya campuran yang pada kenyataanya tidak dapat dilihat secara kasat mata. Perlu pemahaman yang cukup untuk memilih dan membedakan dari setiap biaya tersebut. Setelah itu perusahaan dapat menghitung titik impas dalam unit dan rupiah, perusahaan juga dapat memprediksi berapa laba yang diinginkan oleh perusahaan. Dengan demikian analisis break even point (BEP) adalah suatu alat yang digunakan untuk mempelajari biaya tetap, biaya variable, keuntungan volume penjualan dan berguna untuk menentukan berapa jumlah produk atau penjualan minimum yang dihasilkan agar perusahaan dalam keadaan seimbang yang tidak rugi dan tidak laba.
Rumusan Masalah • Bagaimana menganalisa Break Even Point (BEP) sebagai dasar perencanaan laba? • Apakah hasil dari analisis Break Even Point (BEP) dapat digunakan sebagai dasar perencanaan laba? Batasan Masalah • Untuk membatasi masalah, penulis memfokuskan masalah Analisa Biaya Break Even Point (BEP) menyangkut penjualan Kerudung Spandeks dan Kerudung Sifon Perusahaan Konveksi Kerudung (Nadia Collection) pada bulan Januari 2015. Tujuan Penelitian • Mengetahui analisa Break Even Point (BEP) sebagai dasar perencanaan laba. • Mengetahui hasil dari analisa Break Even Point (BEP) dapat digunakan sebagai dasar perencanaan laba.
Objek Penelitian
Metode Penelitian
Data atau Variabel Metode Pengumpulan Data
Penelitian Lapangan
Penelitian Kepustakaan
Teknik Analisis
Analisis Deskriptif
menggolongkan data kedalam biaya variable, biaya tetap, volume penjualan, dan harga jual dengan mengkalkulasi data dengan rumus-rumus serta membuat grafik keadaan BEP.
Analisis Kuantitatif
Break Even Point (Unit) Break Even Point (Rupiah) Margin Contribution Margin Of Safety
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Data Penjualan Jenis Produk
Unit Terjual
Harga Jual
Jumlah
Kerudung Spandeks
1220
Rp
25.000
Rp 30.500.000
Kerudung Sifon
1500
Rp
20.000
Rp 30.000.000
Total
2720
Rp 60.500.000
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.3 Perhitungan Titik Impas
BEP(Rp) =
FC 1-(VC/P)
MOS = Penjualan Aktual - BEP
BEP(UNIT) =
% MOS
=
FC P – VC
MOS x 100% Penjualan Aktual
Kerudung Spandeks BEP (Unit) = FC P – VC = Rp 1.197.199 Rp7.327 = 163 Unit
FC 1 – ( VC / P) = Rp 1.197.199 0,29 = Rp 4.128.272
Kerudung Sifon BEP (Unit) =
FC P – VC = Rp 1.471.967 Rp 3566 = 413 Unit
BEP (Rp) =
BEP (Rp) =
FC 1 – ( VC / P) = Rp 1.471.967 0.18 = Rp 8.177.594
Tabel 4.4 Perhitungan Laba-rugi Keterangan
Penjualan (BEP)
Kerudung Spandeks
Kerudung Sifon
Rp 4.128.272
Rp 8.177.594
Biaya Variabel
Rp 17.673 x 163
(Rp 2.880.699)
Rp 16.434 x 413
(Rp 6.787.242)
Laba Kontribusi
Rp 1.197.199
Rp 1.471.967
Biaya Tetap
(Rp 1.197.199)
(Rp 1.471.967)
Laba Sumber : Data Olahan
0
0
Grafik 4.1 BEP Kerudung Spandex
Grafik 4.2 Kerudung Sifon
MOS
(Kerudung Spandeks)
% MOS (Kerudung Spandeks)
= Penjualan aktual – BEP (Rp) = (1220 x Rp 25.000) – Rp 4.128.272 = Rp 26.371.728 = = =
MOS (Kerudung Sifon)
% MOS (Kerudung Sifon)
MOS x 100% Penjualan Aktual Rp 26.371.728 x 100% Rp 30.500.000 86%
= Penjualan aktual – BEP (Rp) =(1500x Rp 20.000) - Rp 8.177.594 = Rp 21.882.406 = MOS x 100% Penjualan Aktual = Rp 21.882.406 x 100% Rp 30.000.000 = 73%
BEP – TARGET LABA Jenis
Keterangan
Kerudung Spandeks
(163 / 576) x Rp 1.197.199
Rp
Kerudung Sifon
(413 / 576) x Rp 1.471.967
Rp 1.055.420
Total
Kerudung Spandeks BEP (Unit)
= =
Jumlah 338.790
Rp 1.394.210
BEP (Unit)
=
FC + Laba =
P – VC Rp 1.197.199 + Rp 338.790
FC + Laba P – VC Rp 1.471.967 + Rp 1.055.420 Rp 3566
= 709 Unit
Rp 7.327 = 212 Unit BEP (Rp) BEP (Rp)
=
FC + Laba
1 – ( VC / S) = Rp 1.197.199+ Rp 338.790 0,29 = Rp 5.296.514
=
FC + Laba
1 – ( VC / S) = Rp 1.471.967 + Rp 1.055.420 0,18 = Rp 14.041.039
Tabel 4.6 Perhitungan Laba Rugi 2 Keterangan Penjualan (BEP)
Kerudungan Spandeks Rp 5.296.514
Kerudungan Sifon Rp 14.041.038
Biaya Variabel: Rp 17.673 X 212
( Rp 3.711.330 )
Rp 16.434 X 709 Laba Kontribusi Biaya Tetap Laba
( Rp 11.651.706 ) Rp 1.535.989 ( Rp 1.197.199 ) Rp
338.790
Rp 2.527.387 ( Rp 1.471.967 ) Rp 1.055.420
= Penjualan aktual – BEP (Rp) = ( 1220 x 25.000 ) – Rp 5.296.514 = Rp 25.203.486 % MOS (Kerudung Spandeks) = MOS x 100% Penjualan Aktual = Rp 25.203.486 x 100% Rp 30.500.000 = 83% MOS (Kerudung Spandeks)
MOS (Kerudung Sifon)
% MOS (Kerudung Sifon)
= Penjualan aktual – BEP (Rp) = ( 1500 x 20.000 ) - Rp 14.041.038 = Rp 15.958.962 = MOS x 100% Penjualan Aktual = Rp 15.958.962x 100% Rp 30.000.000 = 53%
Tabel 4.7 Hasil Analisa
Kerudung Spandeks
Keterangan Laba 0
Laba Rp 182.613
Kerudung Sifon
Laba 0
Laba Rp 3.899.464
BEP Unit
163
212
413
709
BEP (Rp)
4.128.272
5.296.514
8.177.594
14.041.038
% MOS
86%
83%
73%
53%
KESIMPULAN 1. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer berupa data penjualan dan biaya yang terkait selama bulan januari 2015 yang didapat melalui wawancara secara langsung dari pihak yang bersangkutan pada perusahaan Nadia Collection. Setelah data diolah dan diteliti maka dapat disimpulkan bahwa nilai titik impas ketika perusahaan tidak mendapat keuntungan dan tidak juga menderita kerugian adalah ketika perusahaan menjual Kerudung Spandeks sebanyak 163 unit atau dengan nilai penjualan sebesar Rp 4.128.272 serta laba yang diinginkan sebesar Rp.1.000.000 dengan target laba sebasar Rp. 338.790, dan Kerudung Sifon sebanyak 413 unit atau dengan nilai penjualan Rp 8.177.594 serta laba yang diinginkan sebesar Rp. 1.500.000 dengan target laba sebesar Rp. 1.055.420. 2. Hasil analisa break even point dapat diketahui bahwa pencapaian target laba belum sesuai dengan laba yang diinginkan perusahaan. Hasil ini dapat digunakan sebagai dasar perencanaan laba khususnya bagi perusahaan industri. Ketika perusahaan menginginkan target laba maka manajemen dapat menambahkan nilai laba yang diinginkan pada biaya tetap.perusahaan akan mendapatkan keuntungan apabila penjualan melebihi biaya variable dan biaya tetap yang harus dikeluarkan. Dengan demikian analisis titik impas dapat digunakan sebagai alat perencanaan laba. • • •
SARAN 1. Analisa break even point sebaiknya dilakukan terhadap perusahaan dagang dari pada perusahaan jasa dikarenakan penetapan harga jual yang sulit untuk diidentifikasi terhadap perusahaan jasa. 2. Dalam analisa break even point multi produk sulit dalam penetapan biaya untuk itu harus ada pemisahan biaya ,biaya variable,biaya tetap maupun biaya semi variable yang dilakukan secara rill. 3. Penulis mengkaji untuk peneliti selanjutnya untuk menyesuaikan dengan jenis barang yang di produksi oleh perusahaan.