PERAN RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) DALAM SOSIALISASI PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 DI KOTA MALANG
THE ROLE OF RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) IN SOCIALIZATION OF LEGISLATIVE ELECTION 2014 IN MALANG CITY
Weni Wahyu Widyastuti* Suko Wiyono** Margono**
*Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM, e-mail
[email protected] **Dosen Pembimbing Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM, Jalan Semarang, 5 Malang 65145
Abstrak : Bagi Indonesia yang merupakan Negara demokrasi, Pemilu merupakan mekanisme utama yang harus ada dalam tahapan penyelenggaraan Negara dan pembentukan pemerintahan. Pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat diharapkan benar-benar dapat diwujudkan melalui penataan sistem dan kualitas penyelenggaraan Pemilu (Gaffar, 2012: vii). Tetapi realita yang terjadi justru menunjukkan adanya penurunan partisipati pemilih dari tahun ke tahun penyelenggaraan Pemilu. Oleh sebab itu, KPU sebagai lembaga resmi yang bertugas mengurus masalah Pemilu berinisiatif untuk membuat program Relawan Demokrasi (Relasi) di setiap KPUD yang ada di masing-masing daerah. Relasi diharapkan bisa membantu tugas KPU untuk mensosialisasikan Pemilu, hal ini bertujuan agar jumlah partisipasi pemilih bisa meningkat. Hal tersebut juga berlaku untuk KPUD Kota Malang. Melalui Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Malang Nomor 26/ Kpts/ KPU-Kota/ 014.329991/ 2013 tanggal 8 November 2013, dibentuklah Relasi Kota Malang yang bertugas untuk mensosialisasikan Pemilu Legislatif 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Lokasi
penelitian yang dipilih adalah KPU Kota Malang yang sekaligus merupakan kantor dari Relasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah Ketua KPU Kota Malang, Ketua Divisi SDM, Organisasi, dan Hubungan Partisipasi Masyarakat, anggota Relasi, peserta sosialisasi, dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif.Penelitian ini memiliki tujuan yakni : (1) mendeskripsikan peran Relawan Demokrasi (Relasi) dalam sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif 2014 di Kota Malang, (2) mendeskripsikan dan menganalisis kendala yang dialami para Relawan Demokrasi (Relasi) dalam sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif 2014 di Kota Malang, (3) mendeskripsikan upaya Relawan Demokrasi (Relasi) dalam mengatasi kendala sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif 2014 di Kota Malang. Kata kunci : Peran, Relawan Demokrasi, Sosialisasi, Pemilihan Umum Legislatif 2014 di Kota Malang. Abstract : for democratic country like Indonesia, elections should be held. In reality there’re so many problems cause minimum participant. That’s why KPU have an idea to create Relawan Demokrasi (Relasi) in every part of KPUD. Relasi is hoped as a delegation for KPU to socialize the important thing from legislative elections. This research uses qualitative approach with descriptive method. Data collection is done through observation, interview, and documentation. This research is aimed to describe the role of Relasi in socialization of legislative elections in Malang, the constraints of socialization, the effort to handle the problems of socialization. Keywords : role, Relawan Demokrasi, socialization, legislative elections.
Pentingnya uang di dalam ekonomi sama seperti pentingnya dukungan masyarakat dalam politik. Tanpa dukungan, baik pemerintah demokratis maupun otoriter tidak akan berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, KPU yang notabene bertanggung jawab dalam pelaksanaan Pemilu bermitra dengan Relawan Demokrasi (Relasi). Relawan Demokrasi diharapkan bisa menjalankan sosialisasi dan pendidikan pemilih berbasis kabupaten/ kota. Sehingga dengan adanya
kerjasama tersebut diharapkan akan bisa meningkatkan jumlah partisipasi politik dan juga meningkatkan kualitas pemilih dalam PemiluLegislatif 2014. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya tidak mudah. Diperlukan usaha yang keras dari anggota Relawan Demokrasi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar mau turut serta dalam pesta demokrasi di Indonesia. Dalam upaya menempuh target tersebut, para anggota Relawan Demokrasi tentunya akan menemui kendala-kendala yang harus dihadapi. Dan sudah menjadi bagian dari tanggung jawab mereka pula untuk mencari solusi dari kendala tersebut demi meraih target yang diinginkan. Kota Malang merupakan salah satu kota yang diindikasikan mempunyai jumlah populasi golput yang cukup tinggi. Hal ini berkaitan dengan posisi Malang sebagai kota pelajar. Di Malang, terdapat puluhan Perguruan Tinggi baik yang berstatus negeri maupun swasta yang tentunya dihuni oleh mahasiswa dari seluruh penjuru negeri. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu pemicu banyaknya angka golput di kota bunga tersebut. Diperlukan kesadaran yang tinggi bagi para mahasiswa untuk kembali ke kota asalnya demi memberikan suara pada PemiluLegislatif 2014. Oleh sebab itu, peranan Relawan Demokrasi di Kota Malang diperlukan adanya. Baik untuk memberikan sosialisasi tentang pentingnya memberikan hak suara dalam Pemilu maupun untuk meningkatkan kualitas partisipasi politik dalam memilih calon Legislatif. Adapun hasil penelitian ini diharapkan bias memberi manfaat kepada : anggota Relawan Demokrasi Kota Malang, bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, dan bagi peneliti.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2012: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dimana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2012: 11). Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis penelitian deskriptif karena peneliti ingin melihat dan menggambarkan fenomena yang terjadi pada saat relawan demokrasi menyampaikan sosialisasi pemilihan umum legislative 2014 di Kota Malang. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif jenis penelitian deskriptif ini peneliti berharap bisa mengumpulkan dan menganalisis data yang didapat dalam bentuk aslinya.
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN PAPARAN DATA Peran Relasi dalam Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif di Kota Malang Relasi merupakan program yang didirikan KPU guna membantu proses sosialisasi Pemilu. Relasi diharapkan bisa menyampaikan informasi seputar Pemilu kepada masyarakat awam agar tingkat pemilih pada tahun ini bisa meningkat dibanding tahun sebelumnya. Materi yang disampaikan meliputi 3 hal,
pertama tanggal diadakannya Pemilu Legislatif tanggal 9 April 2014. Kedua, materi tentang contoh surat suara yang akan dicoblos pada Pemilu Legislatif. Dan yang terakhir adalah materi seputar tata cara pencoblosan yang baik dan benar sehingga suara bisa dinyatakan sah. Dalam pelaksanaannya, sosialisasi yang dilakukan oleh Relasi terbagi menjadi 2 kategori. Pertama adalah sosialisasi yang dilakukan di tempat umum, dan yang kedua adalah sosialisasi berdasarkan segmen.
a. Sosialisasi yang Dilakukan Relasi di Tempat Umum Sosialisasi yang dilakukan oleh Relasi secara umum terbagi menjadi 2 cara, yaitu sosialisasi dengan cara berkeliling menggunakan mobil dan sosialisasi dengan cara membuka posko yang berisi informasi seputar Pemilu Legislatif 2014 di tempat umum yang biasa menjadi pusat keramaian. Proses penyampaian sosialisasi menggunakan mobil dilakukan antara tanggal 10 hingga tanggal 13 Maret 2014. Dalam proses sosialisasi tersebut, para Relawan Demokrasi menyampaikan sosialisasi menggunakan pengeras suara. Selain itu, mereka juga membagi-bagikan brosur yang berisi tentang pentingnya memberikan suara pada Pemilu Legislatif 9 April 2014. Proses sosialisasi sendiri berjalan cukup lancar tanpa kendala yang berarti. Sosialisasi secara umum yang dilakukan Relasi melalui cara yang kedua adalah dengan membuka posko informasi seputar Pemilu Legislatif 2014 di pusat keramaian. Dan yang terpilih adalah Mall Olympic Garden (MOG) dan Malang Town Square (Matos)yang notabene merupakan mall terbesar di Kota Malang.
Pendirian posko di MOG dilakukan mulai tanggal 7, 8, hingga 9 Februari 2014. Selain info seputar Pemilu, posko tersebut juga melayani konsultasi dan juga pengecekan apakah seseorang sudah masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) atau belum. Hal tersebut sangat membantu bagi pengunjung MOG. Posko mall kedua didirikan di Malang Town Square (Matos) pada tanggal 21, 22, hingga 23 Maret 2014. Antusiasme masyarakat tidak sebesar saat sosialisasi dilakukan di MOG. Hal ini dikarenakan pengunjung lebih tertarik untuk berhenti di stand Partai Politik yang menawarkan souvenir yang lebih menarik, seperti kaos, mug, kalender, hingga payung. b. Sosialisasi yang dilakukan Relasi Berdasarkan Segmen Pembagian segmentasi dalam sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 dibagi menjadi 5, yaitu segmen pinggiran, segmen agama, segmen pemilih pemula, segmen perempuan, dan segmen disabilitas. Setiap segmen diberikan tanggung jawab untuk melakukan 2 kali sosialisasi sesuai dengan segmen yang dia pegang. 1) Sosialisasi Relawan Demokrasi terhadap Segmen Pinggiran Sosialisasi yang dilakukan oleh Relasi terhadap JKJT dilakukan pada tanggal
21
Februari
2014
bertempat
di
Masjid
Universitas
Negeri
Malangbertepatan dengan acara nikah masal yang diselenggarakan oleh JKJT. Acara tersebut diikuti lebih dari 250 calon pasangan suami istri. Sasaran dari sosialisasi kedua yang dilakukan oleh Relasi segmen pinggiran adalah Ikatan Gay Malang (Igama) dan juga Ikatan Waria Malang (Iwama). Sosialisasi dilakukan tanggal 30 Maret 2014. 2) Sosialisasi Relawan Demokrasi terhadap Segmen Agama
Segmen agama menjadikan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Tumapel sebagai sasaran sosialisasi dengan alasan belum pernah tersentuh sosialisasi sebelumnya. Yang bertindak sebagai pemateri adalah Bapak Zaenudin (38 tahun) selaku Ketua KPU. Proses sosialisasi sendiri berjalan dengan lancar. Semua materi yang perlu disampaikan telah diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tetapi dalam pelaksanaannya jumlah peserta yang hadir kurang dari yang diharapkan. Ini dikarenakan sosialisasi tersebut diadakan tidak pada hari kebaktian, jadi yang hadir pada sosialisasi tersebut adalah para jemaat yang memang benar-benar ingin mengikuti sosialisasi Pemilu setelah diberikan informasi oleh pendetanya. 3) Sosialisasi Relawan Demokrasi terhadap Segmen Pemilih Pemula Sasaran segmen pemilih pemula SMA Islam Malang dan SMK Muhammadiyah 3 Malang. Sosialisasi pertama dilakukan di SMA Islam Malang tanggal 18 Maret 2013. Tidak kurang dari 200an siswa memadati aula SMA tersebut. Target awal dari Relasi adalah 100 siswa, tetapi pada pelaksanaannya pihak sekolah memilih untuk mengikutkan seluruh siswa kelas 3 dalam sosialisasi Pemilu Legislatif pertama yang pernah diadakan di sekolah tersebut. Sosialisasi kedua yang dilakukan segmen pemilih pemula adalah di SMK Muhammadiyah 3 Kota Malang. Sosialisasi yang diadakan tanggal 1 April 2014. Jumlah siswa yang mengikuti sosialisasi tersebut kurang lebih sebanyak 100 siswa. 4) Sosialisasi Relawan Demokrasi terhadap Segmen Perempuan
Sosialisasi yang diadakan di Lapas Kelas IIA Kota Malang berlangsung pada tanggal 20 Maret 2014 dan dimulai pukul 10. 15. Ratusan penghuni lapas yang mempunyai hak pilih mengikuti sosialisasi tersebut. Sasaran kedua sosialisasi yang dilakukan segmen perempuan adalah Hijabers Community Malang. Sosialisasinya dilakukan tanggal 5 April 2014. Peserta yang hadir sebanyak 30 orang, hal tersebut berbeda dengan jumlah yang sebelumnya dijanjikan oleh Ketua Hijabers Community Kota Malang sebanyak 70 orang. 5) Sosialisasi Relawan Demokrasi terhadap Segmen Disabilitas Pelaksanaan sosialisasi terhadap Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) cabang Malang dilakukan pada tanggal 26 Maret 2014 di Rumah Makan Ringin Asri daerah Soekarno Hatta Malang, sosialisasi Pemilu Legislatif tersebut dihadiri oleh 42 orang anggota Pertuni.
Kendala Yang dialami Relasi dalam Melakukan Sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 Peneliti mengkategorikan kendala yang dialami Relasi dalam sosialisasi Pemilu Legislatif menjadi 2, yaitu kendala yang datang dari faktor internal Relasi dan juga kendala yang datang dari faktor external. Rinciannya bisa dilihat sebagai berikut. a. Kendala yang Dialami Relasi dalam Sosialisasi Pemilu Legislatif yang Berasal dari Faktor Internal Relasi 1) Tahun ini merupakan tahun pertama dibentuknya Relasi oleh KPU dengan tujuan untuk menekan angka golput yang semakin besar. Karena
pembentukannya yang masih pertama kali inilah yang membuat praktek pelaksanaan tugas Relasi menjadi kurang jelas. Terjadi perbedaan persepsi masalah tugas dari Relasi antara Ketua KPU, Pak Hendry, dengan Ketua Divisi SDM, Organisasi, dan Hubungan Partisipasi Masyarakat, Pak Zein. Ketua KPU berharap dengan adanya Relasi bisa menjembatani antara KPU dengan peserta sosialisasi. Jadi dengan adanya Relasi pesan-pesan Pemiludiharapkan bisa benar-benar sampai kepada peserta sosialisasi karena anggota Relasi dianggap bisa berkomunikasi lebih baik dengan masingmasing peserta segmentasi yang mereka pegang. Hal tersebut berbeda dengan pendapat
Pak
Zein
yang
beranggapan
bahwa
yang
seharusnya
menyampaikan materi sosialisasi adalah beliau sendiri selaku Ketua Divisi SDM, Organisasi, dan Hubungan Partisipasi Masyarakat. Hal tersebut juga dirasa tidak nyaman oleh anggota Relasi lainnya. Karena sebelumnya mereka telah berekspektasi akan menjadi pemateri dalam segmen yang mereka pegang. 2) Kendala kedua yang dialami Relasi dari faktor internal adalah latar belakang anggota Relasi yang sebagian besar tidak berasal kalangan dari salah satu segmen tertentu, karena kebanyakan dari anggota Relasi merupakan mahasiswa. Sehingga mereka dianggap kurang bisa mengerti dan menggerakkan peserta sosialisasi dari masing-masing segmen yang mereka pegang. 3) Kendala ketiga yang dialami oleh Relasi adalah tidak terstrukturnya programprogram yang dijalankan Relasi. Hal tersebut menjadi kendala tersendiri bagi kelancaran pencapaian target sosialisasi. Karena bisa dilihat bahwa target 10
kali sosialisasi dari 5 segmen yang ada tidak bisa tercapai. Dalam hal ini segmen agama dan segmen disabilitaslah yang tidak bisa melaksanakan 2 kali sosialisasi karena terkendala masalah waktu. Hal tersebut sudah merupakan resiko dari tidak terstrukturnya suatu program.
b. Kendala yang Dialami Relasi dalam Sosialisasi Pemilu Legislatif yang Berasal dari Faktor External Relasi Kendala yang dialami Relasi dalam sosialisasi yang berasal dari external Relasi adalah tidak semua peserta sosialisasi mendengarkan dengan antusias apa yang disampaikan pemateri. Kurangnya antusiasme mereka bisa terwujud dalam kegiatan memainkan HP sendiri, misalnya seperti yang terjadi dalam sosialisasi segmen pinggiran yang menargetkan Iwama dan Igama sebagai target sosialisasi. Selain itu ada juga peserta yang memilih untuk mengobrol sendiri bersama temannya dibandingkan mendengarkan materi sosialisasi, hal ini terjadi pada saat sosialisasi di SMAI dan SMK Muhammadiyah 3 Malang. Bentuk lain dari kurang antusiasnya peserta adalah dengan duduk menyendiri seperti yang terjadi pada saat sosialisasi terhadap Pertuni.
Upaya Relawan Demokrasi (Relasi) dalam Mengatasi Kendala Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif 2014 di Kota Malang Berdasarkan paparan data di atas, peneliti membagi upaya Relasi dalam mengatasi kendala sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 ke dalam 2 kategori. Kategori pertama adalah upaya yang dilakukan Relasi dalam mengatasi kendala yang berasal dari internal Relasi, dan yang kedua adalah upaya yang dilakukan
Relasi dalam mengatasi kendala yang berasal dari external Relasi. Berikut di bawah ini merupakan perinciannya. a. Upaya Relasi dalam Mengatasi Kendala Sosialisasi Pemilu Legislatif yang Berasal dari Internal Relasi 1. Jika dicermati lebih lanjut, kendala yang dialami Relasi dalam sosialisasi Pemilu Legislatif yang berasal dari faktor internal Relasi adalah masalah komunikasi. Perbedaan persepsi dan juga tidak tercapainya target sosialisasi dari sosialisasi berdasarkan segmen sebenarnya tidak perlu terjadi apabila komunikasi yang terjalin antara para anggota Relasi dengan Komisioner berjalan lebih intens. Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan kontak yang lebih intens. Bisa melalui agenda pertemuan yang rutin diadakan setiap minggunya maupun melalui jejaring sosial media BBM group. Dengan adanya upaya menjaga silaturahmi tersebut di atas, diharapkan tidak ada lagi miss communication diantara sesama Relawan Demokrasi maupun dengan Komisioner KPU. 2. Kendala berikutnya yang perlu dicari solusinya adalah masalah anggota Relasi yang latar belakangnya tidak datang dari segmen yang dia pegang. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan meminta mereka untuk melakukan pendekatan extra terhadap segmen yang mereka pegang. Hal tersebut akan membantu untuk lebih dekat lagi dengan taget sosialisasi. Sedangkan upaya untuk perbaikan Relasi tahun selanjutnya adalah dengan mempersiapkan penyeleksian anggota Relasi sejak jauh hari, hal ini akan berguna untuk memilih kader yang benar-benar tepat dan sesuai kebutuhan.
a. Upaya Relasi dalam Mengatasi Kendala Sosialisasi Pemilu Legislatif yang Berasal dari External Relasi Kendala yang dialami Relasi dalam sosialisasi yang berasal dari external Relasi adalah tidak semua peserta sosialisasi mendengarkan dengan antusias apa yang disampaikan pemateri. Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan oleh Relasi untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan sesuatu yang bisa menarik perhatian mereka. Contohnya dengan melakukan permainan. Seperti halnya pada saat melalukan sosialisasi pada segmen pemilih pemula. Pemateri menggunakan permainan dengan cara memberikan pertanyaan seputar perbedaan antara DPR dengan DPD. Dan yang bisa menjawab paling tepat akan mendapatkan hadiah berupa uang. Selain itu, hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan melemparkan lelucon, berupa menjodoh-jodohkan antara siswa 1 dengan siswa lainnya pada saat sosialisasi segmen pemilih pemula.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian serta pembahasan tentang peran Relawan Demokrasi (Relasi) dalam sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 di Kota Malang dapat disimpulkan bahwa: 1. Peran Relawan Demokrasi sebagai mitra dari KPU Kota Malang mempunyai peranan yang cukup besar dalam sosialisasi Pemilu Legislatif 2014. Mulai dari melobby sasaran sosialisasi hingga memberikan materi sosialisasi. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai sosialisasi yang sudah dilakukan. Sosialisasinya sendiri terbagi menjadi 2, yaitu sosialisasi yang dilakukan di tempat umum dan juga sosialisasi yang berdasarkan segmen. Sosialisasi yang dilakukan di tempat umum sendiri dilakukan melalui 2 cara, cara pertama dengan berkeliling menggunakan mobil KPU ke berbagai daerah di wilayah
Malang. Dan yang kedua adalah melakukan sosialisasi di berbagai tempat umum, yaitu Malang Town Square (Matos) dan Mall Olympic Garden (MOG). Jenis sosialisasi kedua adalah sosialisasi berdasarkan 5 segmen. Pertama segmen pinggiran, yang menjadi sasaran sosialisasi adalah JKJT Kota Malang dan Ikatan Waria Malang (Iwama) dan Ikatan Gay Malang (Igama). Kedua segmen pemilih pemula, yang menjadi sasaran adalah SMA Islam Malang dan SMK Muhammadiyah 3 Malang. Ketiga segmen agama, yang menjadi sasaran sosialisasi adalah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Tumapel. Segmen keempat adalah segmen perempuan, yang menjadi sasaran sosialisasi adalah Lapas Kelas II-A Kota Malang dan Hijabers Community Malang. Segmen terakhir adalah disabilitas, yang menjadi sasaran sosialisasi adalah Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) cabang Malang. 2. Kendala yang timbul dalam sosialisasi bisa dibagi ke dalam 2 macam, pertama adalah kendala yang timbul dari dalam Relasi dan kedua adalah kendala yang timbul dari peserta sosialisasi. Kendala yang timbul dari dalam Relasi yang pertama adalah masalah miss communication antara anggota Relasi dengan komisioner. Kendala yang kedua adalah latar belakang dari Relasi yang tidak mewakili dari macam-macam segmen yang akan menjadi sasaran sosialisasi. Sedangkan kendala yang berasal dari peserta sosialisasi adalah kurang antusiasnya mereka dalam menerima materi sosialisasi. 3. Upaya yang dilakukan guna mengatasi kendala tersebut diantaranya sebagai berikut. Untuk mengatasi kendala dari intern Relasi, adalah dengan melakukan kontak yang lebih intens. Bisa melalui agenda pertemuan yang rutin diadakan setiap minggunya maupun melalui jejaring sosial media BBM group. Dengan adanya upaya menjaga silaturahmi tersebut di atas, diharapkan tidak ada lagi perbedaan persepsi diantara sesama Relawan Demokrasi maupun dengan Komisioner KPU. Upaya kedua yang dilakukan untuk mengatasi
kurangnya
antusiasme
peserta
sosialisasi
melemparkan lelucon beserta memberikan reward.
adalah
dengan
Saran Dari hasil penelitian tentang peran Relawan Demokrasi (Relasi) dalam sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 di Kota Malang, maka penulis memberikan saran sebagai berikut. 1. Pemerintah dalam hal ini KPU Pusat sudah mempunyai inisiatif yang bagus dengan membentuk Relawan Demokrasi pada tiap-tiap KPUD. Tetapi akan lebih baik lagi apabila proses pembentukan Relawan Demokrasi dilakukan jauh-jauh hari sebelum Pemilu berlangsung. Ini dimaksudkan agar anggota yang akan dijaring bisa lebih sesuai dengan kebutuhan dan kriteria yang dicari. 2. Sosialisasi yang dilakukan oleh Relawan Demokrasi terbilang monoton. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila pemateri mengadopsi model-model pembelajar tertetu, seperti model pembelajaran make a match. Hal tersebut akan membantu pemateri dalam mendapat atensi dari keseluruhan peserta sosialisasi. 3. Mensukseskan Pemilu merupakan tanggung jawab setiap warga Negara. Oleh sebab itu, hendaknya setiap masyarakat memposisikan diri seperti Relawan Demokrasi yang selalu berusaha mengingatkan pentingnya Pemilu kepada orang-orang di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA Alfin, A. 2010. Media Belajar Sosiologi (online). http://alfinnitihardjo.ohlog.com/sosialisasi.oh112677.html, (diunduh 24 Februari 2014) Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-TujuanStrategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Budiyanto. 2006. PKn Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fadjar, M. 2013. Pemilu Perselisihan Hasil Pemilu dan Demokrasi. Malang: Setara Press.
Gaffar, J. 2012. Politik Hukum Pemilu. Jakarta: Konstitusi Press. Hendry. 2012. Pemilu & Kisah Perjalanan 2 Roh. Malang: Bayumedia Publishing. Horton,Paul.B. dan Hunt, Chester L. 1989. Sosiologi. Jakarta: Erlangga. KPU. http://kpudmalangkota.go.id/index.php?option=com_k2&view=latest&layout=latest &Itemid=435 (diunduh 24 Februari 2014) Moleong, L. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Naisaban, L. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia. Jakarta: Grasindo. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Narwoko dan Suyanto. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media Group. Sarwono, WS. 2006. Teori Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada Soekanto, S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Syarbaini. Rahman,A. Djihado, M. 2002. Sosiologi dan Politik. Jakarta: Ghalia Indonesia. Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Venus, Antar. 2012. Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Wiyarti, S. 2008. Sosiologi. Surakarta: UNS Press.