PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI MASALAH KEDISIPLINAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 05 WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh : Nurul Istikomah 111-12-186 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Pulutan Salatiga Website : www://iainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
iii
iv
MOTTO )۱۱۲ :اب َم َعكَ َو ََل ت َ ْطغَ ْو ۗا اِوَّهُ ِب َما ت َ ْع َملُ ْو َن َب ِص ْي ٌر (هود ْ فَا َ َ ست َ ِق ْم َك َم ۤا ا ُ ِم ْرتَ َو َم ْه ت “Maka tetaplah Engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S Hud:112)
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1.
Ayahanda dan Ibunda tercinta (Ayahanda Suparjan dan Bunda Siti Solikhah) yang telah mengorbankan apa saja dan telah mengajarkan arti kehormatan, cinta, dan kasih sayang sehingga aku berbakti kepadanya
2.
Kakak-kakakku, Mas Fatih Khoirul Najich, Mbak Nur Faridah Aziizah, Mas Mutho’alimin, Mbak Anis Zuliana yang senantiasa mendo’akanku.
3.
Untuk keponakan-keponakanku tercinta, Almas Muluhatul Arofah El Faza, Mumtaz Syafa’at An Najah, Alyana Najla Alexandra, Muhammad Alian Agam Athaya yang selalu memberikan senyuman manisnya untukku.
4.
Ku haturkan untuk seluruh keluarga besar ku yang senantiasa memberikan dukungan serta do’a yang tiada putusnya.
5.
Teman-teman seangkatan dan seperjuangan, terimakasih banyak buat dukungan dan do’anya.
vi
KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا هللا
بسم
والصالة والسالم علي خاتن االنبياء،،الحود هلل الذى انزل علي عبده الكتاب وعلي الو وصحبو والوؤهنين بشريعتو الي يوم الدين,الورسلين Alhamdulillahi robbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah, serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar, sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Berkat ketekunan dan dorongan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi yang berjudul “PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI MASALAH KEDISIPLINAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 05 WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI” dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu, terutama kepada: 1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 3. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
vii
4. Dra. Sri Suparwi, M.A., selaku pembimbing yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, serta pikitan, berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap civitas akademika IAIN Salatiga yang telah banyak membantu penulis. 6. Segenap Guru dan Karyawan SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro yang telah banyak membantu dengan sabar secara sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan data-data yang diperlukan. 7. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan do’a dan motivasi demi kelancaran penyelesaian skripsi ini. 8. Segenap sahabat dan rekan-rekan mahasiswa yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak memberikan bantuannya. Penulis menyadari bahwa hasil penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu harapan penulis kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin. Salatiga, 05 September 2016 Penulis
Nurul Istikomah
viii
ABSTRAK Istikomah, Nurul.2016.“Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali” Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, M.A. Kata kunci: Peran Guru BK Mengatasi Masalah, Kedisiplinan Siswa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana kondisi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro, 2) Bagaimana Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro, 3) Bagaimana Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro. Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah guru Bimbingan Konseling dan siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Kondisi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro, termasuk dalam kondisi cukup. (2) Peran guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro dilakukan dengan beberapa cara, antara lain a) pemberian peringatan kepada siswa, b) pemberian bimbingan secara individu, c) pemberian bimbingan secara kelompok, d) pemberian hukuman kepada siswa, e) pemanggilan orang tua siswa, f) pembiasaan kedisiplinan di dalam Intrakurikuler maupun Ekstrakurikuler. (3) faktor pendukung dan penghambat dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa: a) faktor pendukung: kerjasama antar guru, motivasi dari siswa, kerjasama dengan lingkungan sekitar. b) faktor penghambat: latar belakang siswa, lingkungan sekitar sekolah, kurangnya kesadaran siswa.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING ........................................................................................
ii
KEASLIAN TULISAN ........................................................................................
iii
PENGESAHAN ...................................................................................................
iv
MOTTO ................................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vii
ABSTRAKSI ........................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................
x
DAFTAR LABEL ................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ..............................................................................
1
B. Rumusan masalah ........................................................................................
6
C. Tujuan penelitian .........................................................................................
6
D. Manfaat penelitan .......................................................................................
7
E. Definisi operasional .....................................................................................
7
F. Metode penelitian ........................................................................................
9
G. Sistematika penulisan ..................................................................................
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan dan konseling ............................................................................
15
1. Pengertian guru bimbingan konseling ....................................................
15
2. Pentingnya Bimbingan dan Konseling di Sekolah .................................
16
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ........................................
18
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling ...........................................................
19
x
B. Kedisiplinan siswa .......................................................................................
23
1. Pengertian kedisiplinan ..........................................................................
23
2. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan ...............................................
26
3. Peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi masalah kedisipilinan siswa........................................................................................................
30
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Keadaaan umum SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro ...........................
32
B. Paparan data ...............................................................................................
42
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis kondisi kedisiplinan siswa Muhammadiyah 05 Wonosegoro.......
48
B. Analisis peran guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah Wonosegoro..........................
49
C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Peran guru Bimbingan Konseling dalam menangani kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro ......................................................................................................................
54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................................
61
B. Saran-saran ..................................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I
Profil Sekolah .................................................................................. 32
Tabel II
Sarana dan Prasarana....................................................................... 36
Tabel III
Data Siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Tiga Tahun Terakhir............................................................................................. 37
Tabel IV
Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha............................................ 37
Tabel V
Daftar Tenaga Pengajar SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro..... 38
Tabel VI
Daftar Jenis Kegiatan Pengembangan Diri SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro..................................................................................... 42
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat fenomena saat ini, dunia pendidikan dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dan permasalahan. Diantara permasalahannya adalah timbulnya berbagai bentuk kenakalan remaja. Bentuk kenakalan remaja itu sendiri ada berbagai macam, seperti sering terlambat/tidak disiplin, tidak mengikuti upacara bendera, tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM), tidak menggunakan atribut dengan lengkap, sering membolos sekolah, menggunakan topi dan jaket di lingkungan sekolah, sepatu berwarna-warni, seragam tidak dimasukkan, tidak mamakai ikat pinggang, pulang pada jam pelajaran, rambut gondrong/dicat, dan lain sebagainya. Masa remaja sangat potensial untuk berkembang ke arah positif maupun negatif. Karena bagaimanapun remaja dipandang dan dari segi apapun remaja dinilai, remaja merupakan suatu proses peralihan dari anak menjelang remaja (Daradjat, 1975:11). Remaja adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak; tidak lagi anak, tetapi belum dipandang dewasa.Remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa. Daradjat (dalam Syafaat, 2008:87)
1
Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode tersebut terjadi peubahan-perubahan besar mengenai kematangan fungsifungsi rohani dan jasmani. Terutama fungsi seksuil, yang sangat menonjol pada periode ini ialah: kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri, dengan mana orang muda mulai meyakini kemauan, potensi dan cita-cita sendiri. Dengan kesadaran tersebut ia berusaha menemukan jalan hidupnya, dan mulai mencari nilai-nilai tertentu seperti kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, keindahan, dan sebagainya (Kartono, 1986:149) Oleh karena itu edukatif dalam bentuk pendidikan dan bimbingan, pengarahan,
maupun
pendampingan
sangat
diperlukan,
untuk
mengarahkan perkembangan potensi remaja tersebut agar berkembang ke arah positif dan produktif. Generasi muda memang merupakan penentu generasi di masa mendatang. Bisa dibilang bahwa corak perkembangan umat Islam dan kemampuannya berkiprah dalam pembangunan di masa mendatang amat bergantung dari kualitas generasi muda sekarang (Rahman, 1991: 254) Demikian adanya pendidikan norma sangatlah dibutuhkan demi terwujudnya siswa yang berakhlak mulia dan usaha tersebut tidak akan terlaksana tanpa adanya peran serta dari guru bimbingan konseling. Guru Bimbingan Konseling merupakan orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam mengatasi masalah yang dihadapi para peserta didik dan senantiasa memberikan
2
petuah-petuah yang bijak untuk menjadikan peserta didik ini siswa yang lebih baik dari hari sebelumnya, selain itu mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individual dan mandiri. Seorang guru bimbingan konseling atau istilah modernnya seorang konselor harus mampu mengetahui kecakapan metode pendekatan yang harus digunakan untuk mengatasi masalah siswanya. Seorang konselor harus memiliki kehalusan perasaan serta ia harus mempunyai perhatian khusus dalam spesialisasi. Sebagai konselor yang baik, ia harus selalu menyesuaikan diri dengan tingkat perkembangan situasi konseli (siswa) dalam proses konseling. Guru berperan juga sebagai orang tua di sekolah, di pundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha pendidikan. Maka guru memikul beban dari orang tua untuk mendidik anak-anak. Dalam hal ini selain sebagai pendidik di dalam kelas guru juga harus membantu peran orang tua untuk menjadikan putra-putri mereka menjadi orang yang berkembang ke arah positif, dan mematuhi berbagai normanorma yang ada di sekolah maupun norma sosial. Selain memikul beban yang berat, sosok guru juga tidak luput dari sorotan kepribadian yang dicerminkan di sekolah. Untuk itu guru harus senantiasa menjaga diri dan tetap mengedepankan profesionalismenya. Guru tidak hanya sebatas menyampaikan materi di kelas saja, tetapi tugas guru adalah mengarahkan para peserta didiknya untuk menjadi pribadi yang mandiri serta bertingkah laku yang mulia.
3
Fenomena kenakalan remaja akhir-akhir ini menjadikan tugas seorang guru menjadi lebih berat. Dikarenakan tugas guru tidak hanya saja menjadikan para peserta didiknya bagus dalam nilai akademik melainkan juga nilai sosial dan spiritual. Hal ini dapat terlaksana jika diimbangi pula dengan kegigihan guru dalam memberikan penanganan-penanganan terhadap siswa yang memiliki sikap kurang menghargai nilai-nilai tersebut. Untuk menjadikan para peserta didik menjadi pribadi yang santun terhindar dari beberapa penyimpangan yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah maka pendidikan norma sangatlah penting, maka di sinilah peran guru bimbingan konseling menjadi pusat pendidikan yang diharapkan dapat memberikan stimulan-stimulan yang menjadikan para peserta didik menuju pribadi yang lebih baik. Pendidikan norma, terutama norma yang harus dipatuhi di sekolah pada kalangan anak remaja harus ditingkatkan demi terhindarnya penyimpangan di lingkungan sekolah. Dengan banyaknya penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh para remaja, khususnya di sekolah, maka tugas seorang guru tidaklah mudah. Mereka harus membimbing para peserta didiknya untuk menjauhi berbagai hal yang dapat membawa para anak didiknya ke arah negatif. Mengenai hal ini maka guru bimbingan konseling adalah sosok guru yang akan menjadi sorotan atau pusat pengamatan.
4
Maka dari itu seorang guru bimbingan konseling harus mampu memberikan dan menanamkan nilai-nilai spiritual dan sosial kepada para anak didiknya supaya dalam pengembangan keilmuannya tidak disertai dengan kecurangan atau penyimpangan yang mungkin terjadi. SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan Nasional, yang juga ikut mencetak generasi-generasi baru penerus bangsa ke arah yang lebih baik. Lembaga yang masih terbilang muda ini, tentunya belum mempunyai andil yang sangat besar dalam kancah pendidikan nasional, akan tetapi dengan tekad dan optimisme yang tinggi, sekolah ini mencoba untuk membentuk serta menorehkan tinta yang baik dengan prestasi. Beberapa siswa dalam sekolah ini adalah siswa yang mendapat nilai bagus dalam pelajaran masing-masing, mempunyai pendapat atau pandangan tertentu mengenai sosok gurunya. Guru
yang
mampu
menjaga
kewibawaaanya,
baik
segi
pengetahuan, kesopanan, metode penyampaian, sampai ikatan emosional yang harmonis dengan siswa akan mempengaruhi siswa tersebut dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal inilah yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian mengenai cara yang dilakukan oleh seorang guru untuk membimbing para peserta didiknya menuju ke arah yang positif dengan menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin akan dilakukan oleh para peserta didiknya. Berawal dari itu, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
5
“PERAN
GURU
MENGATASI
BIMBINGAN
KONSELING
DALAM
MASALAH KEDISIPLINAN SISWA DI SMP
MUHAMMADIYAH
05
WONOSEGORO
KABUPATEN
BOYOLALI” B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka perlu kiranya masalah yang luas ini difokuskan agar dalam pelaksanaan penelitian nanti, masalah atau segala sesuatu yang perlu dan ingin diketahui menjadi jelas. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagi berikut: 1. Bagaimana kondisi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05Wonosegoro Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana peran guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat peran guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk
mendeskripsikan
kondisi
kedisiplinan
siswa
di
SMP
Muhammadiyah Wonosegoro 05 Kabupaten Boyolali. 2. Untuk mendeskripsikan peran guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
6
3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat peran guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis: 1. Secara teoretis Secara teoretis diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan pendidikan Islam pada umumnya, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitan lapangan. Serta temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
dasar
dalam
pengembangan
pengetahuan
dan
teori
pembelajaran. 2. Secara praktis a. Bagi penulis, dapat mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi kedisiplinan siswa di sekolah. b. Bagi guru, manfaat penelitian ini adalah untuk menjadi acuan bagi guru untuk lebih dapat mengembangkan bimbingan dan konseling untuk mengatasi masalah kedisiplinan siswa. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kekaburan dan biasnya pengertian dalam memahami makna dan istilah dalam penulisan skripsi ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
7
1. Guru Bimbingan Konseling Guru dalam bahasa jawa adalah penunjuk bagi seseorang yang harus digugu lan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakatnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Seorang guru ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya (Roqib dan Nurfuadi, 2009:20) Bimbingan adalah suatu istilah yang luas dan biasanya dipakai dalam program umum sekolah. Pelayanannya ditujukan demi membantu para murid untuk menyusun dan melaksanakan rencananya dan mencapai penyesuaian yang memuaskan dalam kehidupannya. Konseling biasanya dilihat sebagai bagian dari program pelayanan bimbingan yang ditujukan kepada murid yang mempunyai masalah pribadi dan mereka tidak mampu memecahkannya sendiri (Gunawan, 2001:58) Konseling adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara bersemuka (face-to-face) dalam wawancara antara konselor dan konseli. Dengan tujuan agar klien dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri secara realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungan (Gunawan, 2001:116) Jadi guru bimbingan konseling adalah sesorang yang harus dipercaya dan dijadikan suri tauladan serta dipatuhi siswa dalam
8
menyelesaikan masalah, dengan tujuan siswa dapat mengenali diri sendiri. 2. Kedisiplinan Siswa Kedisiplinan dalam kamus besar bahasa indonesia online, berasal dari kata disiplin yang artinya ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan, tata tertib dan sebagainya (http://kbbi.web.id/disiplin) diakses pada hari selasa 24 Mei 2016. Sedangkan siswa adalah peserta didik yang merupakan subjek pendidikan. Jadi kedisiplinan siswa adalah segala peraturan, tata tertib yang harus dipatuhi oleh peserta didik sebagi subjek pendidikan. F. Metode Penelitian Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data dan analisis data maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut: 1. Pendekatan dan jenis penelitian Jika ditinjau dari rujukan primernya, maka penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bermaksud untuk mengetahui data responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan studi mengenai suatu kegiatan bimbingan konseling dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai kegiatan tersebut. Pendekatan penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan penyajian gambaran tentang
9
situasi secara rinci dan akurat mengenai peran guru BK dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa, kegiatan yang dilakukan, serta faktor pemdukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan tersebut. Penelitian kualitatif menurut Moloeng (2009:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
persoalan
tentang
manusia
yang
diteliti.
Dengan
cara
mendeskripsikan data yang berupa kata-kata lisan dan tulisan dari orang-orang yang diwawancarai. 2. Kehadiran peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan untuk mempertegas peran peneliti sebagai instrumen aktif dalam rangka pengumpulan data-data yang ada di lapangan. 3. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali. 4. Sumber data a. Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung dari tangan pertama, yaitu kata-kata dan tindakan subyek serta gambaran dan pemahaman dari subyek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data tersebut diperoleh
10
secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data yang diperlukan. Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah guru bimbingan konseling SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara sebelumnya. 5. Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh data akurat serta memperhatikan relevansi data dengan tujuan yang dimaksud, maka dalam pengumpulan data menggunakan beberapa teknik, yaitu: a. Wawancara Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara mendalam
dan
pengamatan.
Pengamatan
dilakukan
untuk
mengumpulkan data atau informasi berkenaan dengan latar belakang pendidikan. Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan informal dengan menggunakan lembaran wawancara yang berisi tentang gambaran umum, kondisi siswa, peran guru,
11
dan faktor pendukung serta penghambat guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa. b. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata document, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi, penulis
meneliti
benda-benda
tertulis.
Seperti
buku-buku,
dukumentasi, majalah, dan sebagainya (Arikunto, 2006:101), yang berada di sekolahan atau lingkungan sekolah sebagai pelengkap data. Dokumentasi yang penulis gunakan adalah rekaman hasil wawancara. Rekaman wawancara digunakan untuk menelaah lebih detail informasi-informasi yang disampaikan oleh narasumber. 6. Analisis data Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisi data adalah rangkaian penelaahan, pengelompokan, sistemasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. 7. Pengecekan keabsahan data Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka perlu dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
12
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun dalam penelitian ini peneliti melakukan pengecekan yaitu dengan membandingkan data hasil wawancara guru Bimbingan Konseling dengan wawancara kepada objek dari peran dalam mengatasi masalah kesiplinan siawa yang dilakukan oleh guru. G. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari penelitian skripsi maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA Berisi
tentang
konsep
bimbingan
konseling,
karakteristik anak usia SMP, pengertian kesiplinan siswa, hal-hal yang mempengaruhi kedisiplinan. BAB III
: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Berisi tentang keadaan umum SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro tahun 2016, yaitu sejarah berdirinya, lokasi, data guru dan murid, struktur organisasi SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro tahun 2016, dan laporan penelitian yang menyajikan data mengenai kondisi
13
kedisiplinan siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro tahun 2016, peran guru BK dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro tahun 2016, dan faktor pendukung serta penghambat. BAB IV
: PEMBAHASAN Berisi tentang penganalisisan data yang diperoleh mengenai: kondisi kedisiplinan siswa, peran guru BK dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di sekolah yang menjadi tempat penelitian serta menganalisis faktorfaktor yang mendukung dan menghambatnya.
BAB V
: PENUTUP Meliputi: kesimpulan, saran-saran.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Guru Bimbingan Konseling Guru dalam bahasa jawa adalah penunjuk bagi seseorang yang harus digugu lan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakatnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Seorang guru ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya (Roqib dan Nurfuadi, 2009:20) Bimbingan adalah suatu istilah yang luas dan biasanya dipakai dalam program umum sekolah. Pelayanannya ditujukan demi membantu para murid untuk menyusun dan melaksanakan rencananya dan mencapai penyesuaian yang memuaskan dalam kehidupannya. Konseling biasanya dilihat sebagai bagian dari program pelayanan bimbingan yang ditujukan kepada murid yang mempunyai masalah pribadi dan mereka tidak mampu memecahkannya sendiri (Gunawan, 2001:58) Konseling adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara bersemuka (face-to-face) dalam wawancara antara konselor dan konseli. Dengan tujuan agar klien dapat mengenal diri sendiri,
15
menerima diri sendiri secara realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungan (Gunawan, 2001:116) Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya (Nurihsan, 2007:20) Jadi guru bimbingan konseling adalah sesorang yang harus dipercaya dan dijadikan suri tauladan serta dipatuhi siswa dalam menyelesaikan masalah, dengan tujuan siswa dapat mengenali diri sendiri. 2. Pentingnya Bimbingan dan Konseling di Sekolah Kebutuhan akan bimbingan adalah hal yang universal, tidak terbatas pada masa anak dan masa remaja. Bimbingan terdapat di mana-mana pada setiap umur perkembangan anak dan manusia dewasa. Bimbingan sangat diperlukan dalam mengadakan pilihanpilihan dan penyesuaian atau memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia. Bimbingan harus merupakan proses yang terus menerus selama hidup bagi mereka yang membutuhkan pertolongan. Tetapi kebutuhan pertolongan akan tampak jelas pada masa-masa
16
ketika mereka membutuhkan pertolongan semacam itu ketika kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan cita-cita sedang tumbuh dan berkembang serta sedang banyak mengalami perubahan dalam diri pribadinya, seperti dalam masa remaja. Bimbingan pada masa remaja ini akan mengurangi kebutuhan bimbingan pada masa yang akan datang. Pertanyaan yang sering timbul pada masa ini adalah: mengapa anak sekolah menengah perlu mendapatkan bimbingan? Jawabannnya adalah karena sifat anak itu sendiri. Lalu bagaimana sifat anak sekolah menengah? Sifat anak sekolah menengah itu antara lain: a. Pada umumnya, murid-murid sekolah menengah berumur antara 12 dan 18 tahun. Masa ini merupakan masa remaja dan merupakan masa
yang
penuh
perubahan
dalam
pertumbuhan
dalam
pertumbuhan fisik, mental, sosial, dan emosional. b. Masa ini anak mengalami dan merasakan perasaan kebebasan pribadi dan keinginannya untuk bersatu dengan yang lain dalam berteman, walaupun kebutuhan ini sering tidak diakui. c. Masa ini para remaja umumnya sulit membuka dirinya terhadap orang lain dan sukar mengetahui diri sendiri. d. Mereka sukar mengakui bahwa mereka membutuhkan bimbingan, dan mereka menolak pertolongan dari orang dewasa. Selama masa ini seorang remaja mengalami banyak perubahan dalam sifat-sifat mental dan sosial serta sikapnya terhadap sekolah,
17
guru, orang tua, dan penguasa lainnya. Adanya perubahan ini membuat tugas guru berat dan sulit, sebab mereka harus menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan minat dan sikap individual siswa. Guru harus kerap memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan ini, karena setiap anak akan menuju kedewasaaanya menurut sifat dan wataknya masing-masing. Patokan norma lebih cocok untuk orang dewasa dari pada untuk remaja. Perbedaan individual ini menuntut guru memberikan pertolongan individual dalam bentuk bimbingan (Gunawan, 2001: 190-191) 3. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah a. Tujuan bimbingan sekolah menengah menurut kurikulum 1975 Adapun tujuan bimbingan sekolah menengah menurut kurikulum 1975 adalah sebagai berikut: 1) Mengembangkan pemahaman dan pengertian dari dalam kemajuannya di sekolah; 2) Mengembangkan dunia kerja, kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab dalam memilih kesempatan kerja tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang disyaratkan; 3) Mengembangkan
kemampuan
untuk
memilih
dan
mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab;
18
4) Mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain. (Gunawan, 2001: 201) b. Tujuan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak terlepas dari tujuan dari pendidikan dan pengajaran pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Tujuan dari pendidikan dan pengajaran di Indonesia tercantum dalam undang-undang No. 12 tahun 1954 dalam Bab II pasal 3 yang berbunyi: “Tudjuan pendidikan dan pengadjaran ialah membentuk manusia susila jang cakap dan warga negara jang demokratis serta bertanggung djawab tentang kesedjahteraan masyarakat dan tanah air.” Dengan demikian maka tujuan dari bimbingan dan penyuluhan
disekolah
ialah
membantu
tercapainya
tujuan
pendidikan dan pengajaran dan membantu individu untuk mencapai kesejahtaraan (Walgito, 1995: 25) 4. Fungsi Bimbingan dan Konseling Fungsi bimbingan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan tertentu yang mendukung atau mempunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Fungsi bimbingan sering diartikan sebagai sifat bimbingan. Adapun fungsi bimbingan adalah sebagi berikut: a. Memahami Individu (understanding-individu). Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena itu bimbingan yang efektif
19
menuntut secara mutlak pemahaman diri seorang anak secara keseluruhan. Tujuan bimbingan dan pendidikan dapat tercapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya. Bimbingan tidak dapat berfungsi efektif jika konselor kekurangan pengetahuan dan pengertian mengenai motif tingkah laku konseli, sehingga usaha preventif dan treatment tidak dapat berhasil. Seperti diagnosis mendahului terapi, maka mengerti dan memahami anak harus mendahului mengajar dan konseli. Karena itu program analisis individual merupakan program kunci dalam pelayanan bimbingan, di mana informasi mengenai anak dikumpulkan secara sistematis. Pengumpulan data dapat dilakukan oleh guru, konselor, atau tenaga ahli lain yang berwenang. Pemahaman anak sebagai diri dengan tugas-tugas perkembangan serta masalah-masalah pribadinya sangat diharapkan untuk keberhasilan bimbingan. b. Preventif
dan
pengembangan
individual.
Preventif
dan
pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha mencegah kemerosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak
melalui
pemberian
pengaruh-pengaruh
yang
positif.
Sedangkan bimbingan yang bersifat pengembangan memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara
20
optimal. Dengan cara demikian individu terhindar dari problemproblem yang serius, tetapi bukan berarti seorang anak harus dihindarkan dari problem sehari-hari. Guru dan konselor diharapkan dapat menyadarkan anak bahwa problem hidup dan cara mengatasinya harus dipelajari dan dapat menjadi daya tahan jiwa untuk menghadapi masalah pribadi yang berat dan yang mungkin dihadapinya. Anak pada akhirnya akan menyadari bahwa problem solving merupakan sifat dasar belajar. Bukankah perkembangan
merupakan
serangakaian
perjuangan
untuk
mengatasi masalah-masalah yang harus dihadapi? Karena itu, kemampuan
anak
untuk
mengatasi
problemnya
harus
dikembangkan, sejauh problem itu tidak terlalu berat bagi anak. Bimbingan
mempunyai
peranan
untuk
menyumbangkan
pikirannya dalam bidang pengajaran, khususnya dalam bidang kurikulum. Kurikulum sebaiknya dapat memberikan banyak kesempatan kepada anak untuk melakukan self-analysis serta dapat mengembangkan kemampuan anak untuk mengatasi masalah-masalahnya. Orientasi, informasi, pelayanan kesehatan, konseling, dan pelayanan pengembangan lainnya diberikan sebagai alat yang dapat dipakai anak untuk perkembangan dirinya. Anak akan memperoleh informasi pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman-pengalaman
hidup
yang
esensial.
Program
pengembangan ini dapat meliputi aspek fisik, mental, dan sosial,
21
sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. c. Membantu
individu
untuk
menyempurnakan
cara-cara
penyelesaiannya. Setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan
dalam
menghadapi
situasi
lingkungannya.
Pertolongan yang dibutuhkan untuk setiap individu tidak sama. Perbedaan
umumnya
tertelak
pada
tingkatannya
daripada
macamnya. Fungsi preventif dan pengembangan memang ideal, tetapi hanya fungsi ini saja tidaklah cukup. Pada suatu saat kita membutuhkan tindakan korektif yang tujuannya tetap pada pengembangan kekuatannya sendiri untuk mengatasi masalahnya. Bimbingan dapat memberikan pertolongan pada anak untuk memberikan
pertolongan
problemnya
sendiri.
pada
Melalui
anak
untuk
bimbingan,
memecahkan
kemampuan
ini
dikembangkan dan diperkuat. Keterampilan psikolog, para konselor, pekerja sosial, psikiater semakin dibutuhkan di sekolah dan di klinik untuk memberikan konseling individual dan terapi, agar cara-cara penyesuaian individu terhadap lingkungnnya semakin berkembang (Gunawan, 2001:42-44) Fungsi
bimbingan
dibedakan:
22
menurut
kurikulum
1975
dapat
1) Fungsi penyaluran, yang membantu siswa untuk memilih jurusan, lanjutan sekolah, atau memilih kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya. 2) Fungsi adaptasi, yang memberikan bantuan kepada staf sekolah
untuk
mengadaptasikan
pengajaran
dengan
kemampuan, minat, dan kebutuhan para siswa. 3) Fungsi penyesuaian, yang memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka membantu siswa untuk
mengidentifikasi,
mamahami,
menghadapi,
dan
memecahkan masalah-masalahnya (Gunawan, 2001:45) B. Kedisiplinan Siswa 1. Pengertian kedisiplinan Kedisiplinan berasal dari kata disiplin dalam kamus besar bahasa indonesia online yang berarti ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya (http://kbbi.web.id/disiplin) diakses pada hari selasa 24 Mei 2016. Sedangkan siswa adalah peserta didik yang merupakan subjek pendidikan. Adapun kedisiplinan siswa yang dimaksud penulis adalah ketaatan dan kepatuhan siswa terhadap tata tertib dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiswaan. Istilah kedisiplinan berasal dari kata yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Kata ini sudah memasyarakat. Baik di
23
lingkungan sekolah, kantor, rumah, atau dalam bepergian dan sebagainya. Disiplin suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Tata tertib itu bukan buatan binatang, tetapi buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti menaati (mematuhi) tata tertib (Djamarah, 2002:12). Disiplin yang dikehendaki itu tidak hanya muncul karena kesadaran, tetapi juga karena paksaan. Disiplin yang muncul karena kesadaran disebabkan faktor seseorang dengan sadar bahwa hanya dengan disiplin akan didapatkan kesuksesan dalam segala hal. Dengan disiplin akan tercipta ketertiban dan kelancaran dalam segala urusan (Nata, 2010:249). Keteraturan dalam kehidupan, dapat menghilangkan kekecewaan
orang
lain,
dan
dengan
disiplinlah
orang
lain
mengaguminya. Disiplin karena paksaan biasanya dilakukan dengan terpaksa pula. Keterpaksaan itu karena takut akan dikenakan sanksi hukum akibat pelanggaran terhadap peraturan. Ada pengawasan dari petugas (guru) timbul disiplin, tetapi jika tidak ada pengawas (guru) pelanggaran dilakukan. Dalam masalah disiplin berlalu lintas misalnya, untuk menegakkan selalu saja ada rintangan. Di jalan-jalan
24
raya selalu saja ada pelanggaran lalu lintas terhadap rambu-rambu lalu lintas, terutama bila tidak ada petugas di tempat. Maka disiplin yang terpaksa identik denngan ketakutan pada hukum. Sedangkan disiplin karena kesadaran menjadikan hukum sebagai alat yang menyenangkan di jiwa dan selalu siap sedia untuk menaatinya (Djamarah, 2002:13). Untuk menegakkan disiplin tidak selamanya harus melibatkan orang lain, tetapi dengan melibatkan diri sendiripun juga bisa. Bahkan yang melibatkan diri sendirilah yang lebih penting, sebab penegakan disiplin karena melibatkan diri sendiri berarti disiplin yang timbul itu adalah karena kesadaran. Dalam belajar disiplin sangat diperlukan. Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan. Budaya jam karet adalah musuh besar dari mereka yang mengagungkan disiplin dalam belajar. Mereka benci perbuatan menunda-nunda waktu. Setiap jam dan bahkan setiap detik sangat berarti bagi mereka yang menuntut ilmu di manapun dan kapanpun. Orang-orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan karena mereka selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semua jadwal belajar yang telah disusun mereka taati dengan ikhlas. Mereka melaksanakannya dengan penuh semangat, rela mengorbankan apa saja demi perjuanagn menegakkan disiplin pribadi.
25
2. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan Disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Disiplin memerlukan proses pendidikan dan pelatihan yang memadai. Untuk itu, guru memerlukan pemahaman tentang landasan ilmu pendidikan dan keguruan, sebab dewasa ini terjadi erosi sopan santun dan erosi disiplin dalam melaksanakan proses pendidikan, baik yang dilakukan oleh peserta didik maupun oleh para pendidik. Mengapa terjadi erosi disiplin dalam proses pendidikan di negara kita? Menurut Cece Wijaya dan A Tabrani Rusyan, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, dan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Masyarakat di negara kita pada umumnya sudah berpandangan lebih maju untuk meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi, artinya tuntutan kebutuhan hidup lebih mendesak sehingga bagaimanapun caranya, bagaimanapun jalannya, banyak ditempuh untuk menutupi tuntutan hidup tersebut. b. Munculnya selera beberapa kelompok manusia ini karena suara hingar-bingar dengan tingkah gerak dan jeritan yang mendekati histeris, membisingi ruang sejak siang hingga larut malam sehingga perilaku moral hampir sirna. Ini semua tampak sebagai cerminan dari pola yang nyaris lepas dari kendali, diri ingin terlepas dari ikatan dan aturan, ingin bebas sebebas-bebasnya.
26
c. Pola dan sistem pendidikan yang sering berubah sehingga membingungkan
peserta
didik
dan
para
pendidik
untuk
melaksanakan proses pendidikan tersebut sehingga tidak berjalan sebagaimana mestinya. d. Motivasi belajar para peserta didik dan para pendidik menurun, dengan alasan bahwa mereka beranggapan tanpa belajar dengan baik, tanpa disiplin yang tinggi, dan tanpa mengikuti berbagai kegiatanpun mereka pasti lulus atau naik kelas. e. Longgarnya peraturan yang ada, terutama untuk sekolah-sekolah di kota-kota besar (Wijaya dan Ruslan, 1991:17-18) Banyak lagi faktor yang lain yang menunjang erosi disiplin dalam proses pendidikan sehingga apabila kita melihat faktor-faktor tersebut dengan makna dan upaya pendidikan kita akan bertanya: mengapa hal itu bisa terjadi? Salahkah sistem pendidikan kita baik secara filosofis, konseptual, sistematis, sistemik, ataupun teknis? Kesalahan filosofis mungkin terjadi apabila pendidikan tidak berakar kokoh pada landasan falsafah yang konsisten; kesalahan konseptual mungkin terjadi apabila pandangan hidup pendidik menyimpang; kesalahan sistematik dan sistemik mungkin terjadi apabila pendidikan tidak dipedulikan, sebagai serpihan terpisah dari urusan kemanusiaan lainnya, atau pendidikan tidak mempedulikan bagian-bagian integral yang terdapat di dalamnya; sedangkan kesalahan teknis mungkin terjadi karena cara mendidiknya tidak tepat
27
sekalipun isi dan tujuannya baik. Kemudian para peserta didik pada umumnya menganggap bahwa belajar itu hanya untuk memperoleh, ijazah atau hanya untuk meningkatkan gengsi. Sehubungan dengan terjadinya erosi disiplin dalam pendidikan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan, maka timbul pula pertanyaan lain, yaitu: mengapa bisa terjadi erosi disiplin? Jawabannya adalah: kepatuhan, ketaatan, dan kesetiaan bangsa Indonesia untuk melaksanakan proses pendidikan kurang efektif. Disiplin adalah sesuatu yang terletak di dalam hati dan di dalam jiwa seseorang, yang memberikan dorongan bagi orang bersangkutan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagaimana yang ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku. Dalam pendidikan umumnya yang dimaksudkn dengan disiplin ialah keadaan tenang atau keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Agar dapat menghilangkan erosi disiplin sehingga mutu pendidikan dapat tercapai dengan baik, perlu adanya sesuatu konsolidasi kegiatan, baik dari para guru ataupun para siswa, dalam upaya menumbuhkan disiplin dalam proses pendidikan. Sebab, jika erosi disiplin dalam proses pendidikan dibiarkan larut dalam kehidupan sehari-hari setidaknya akan menghilangkan aktivitas belajar-mengajar sebagai pelaksanaan pendidikan.
28
Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar disiplin dapat dibina dan dilaksanakan dalam proses pendidikan sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan adalah sebagi berikut: a. Melaksanakan tata tertib dengan baik, baik dari guru maupun dari siswa, karena tata tertib yang berlaku merupakan aturan dan ketentuan yang harus ditaati oleh siapapun demi kelancaran proses pendidikan. Adapun aturan-aturan tersebut adalah: 1) Patuh terhadap aturan sekolah atau lembaga pendidikan; 2) Mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku di sekolah atau lembaga
pendidikan
tertentu.
Contohnya
menggunakan
kurikulum yang berlaku untuk membuat satuan pelajaran; 3) Tidak membangkang pada peraturan yang berlaku, baik bagi pendidik ataupun peserta didik, contohnya membuat satpel bagi guru dan mengerjakan PR bagi peserta didik; 4) Tidak suka membohong; 5) Tingkah laku yang menyenangkan; 6) Rajin dalam belajar-mengajar; 7) Tidak suka malas dalam belajar-mengajar; 8) Tidak menyuruh orang untuk bekerja demi dirinya; 9) Tepat waktu dalam belajar-mengajar; 10) Tidak pernah keluar dalam belajar-mengajar; 11) Tidak pernah membolos dalam belajar-mengajar. b. Taat terhadap kebijakan yang berlaku:
29
1) Memerima, menganalisis, dan mengkaji berbagai pembaruan pendidikan; 2) Berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi pendidikan yang ada; 3) Tidak membuat keributan di dalam kelas; 4) Mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan; 5) Membantu kelancaran proses belajar-mengajar. c. Menguasai diri dan instropeksi. Dengan melaksanakan indikatorindikator yang dikemukakan di atas sudah barang tentu disiplin dalam proses pendidikan dapat terlaksana dan mutu pendidikan dapat ditingkatkan (Wijaya dan Ruslan, 1991:18-19) C. Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah Kedisipilinan Siswa Guru Bimbingan Konseling selama ini dianggap sebagai sosok yang dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dialami oleh para siswa, di mana guru BK sangat berperan untuk memberikan solusi yang tepat kepada para siswa. Masalah yang dihadapi oleh guru BK biasanya berkisar pada masalah pendidikan terutama pada masalah kedisiplinan siswa yang menjadi problem yang sangat utama yang harus segera diatasi. Kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa biasanya berkisar pada pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku di sekolah serta kebijakan sekolah.
Misalnya
saja
pelanggaran
30
terhadap
atribut
sekolah,
keterlambatan masuk sekolah. Hal ini biasanya diserahkan kepada guru Bimbingan Konseling di sekolah. Seperti halnya fungsi bimbingan konseling yakni membantu individu untuk menghadapi situasi lingkungannya (Gunawan, 2001:44). Karena di sini tugas konselor adalah menjadi mitra klien sebagai tempat penyaluran perasaan atau sebagai pedoman dikala bingung atau pemberi semangat dikala patah semangat dengan tujuan mengutuhkan kembali pribadinya yang tergoncang (Sarwono, 1997:226) Hal tersebut menggambarkan bahwa guru Bimbingan Konseling berperan dalam proses pendidikan kedisiplinan untuk anak di sekolah, sehingga tugas yang dibebankan kepadanya sangatlah penting demi kebelangsungan siswa disekolah. Karena kedisiplinan di sekolah merupakan modal utama bagi siswa di luar sekolah. Sebagai siswa disiplin merupakan hal utama yang harus dimiliki dalam proses belajar mengajar. Dengan berdisiplin siswa akan dengan mudah menggapai aspek-aspek di sekolah. Maka peran guru Bimbingan Konseling sangatlah diperlukan. Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa, antara peran guru bimbingan konseling sebagai tokoh utama dalam kedisiplinan siswa memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
31
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro 1. Sejarah berdiri SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Pada awalnya sekolah yang terletak di desa Ketoyan kecamatan Wonosegoro ini adalah sekolah menengah pertama Islam (SMPI) yang berdiri sekitar tahun 1963 dan berubah menjadi PGAP pada tahun 1966. Dalam perkembangannya lembaga ini berubah kembali menjadi PGA di tahun 1972 dan sejajar dengan Madrasah Aliyah. Karena PGA hanya ada di tingkat kabupaten saja, maka pada tanggal 1 januari 1977 beralih nama kembali menjadi SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro sampai sekarang. 2. Profil Sekolah Tabel I Profil Sekolah Nama Sekolah
SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro
Alamat Desa/ Kelurahan
Ketoyan/ Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten
Boyolali
No. Telp/HP
081567635588
Nama Kepala Sekolah
Fauzani, S.Pd
Nama Yayasan
Muhammadiyah
Alamat Yayasan
Jl. Pandanaran No. 64 Boyolali
32
NSS/DNS
202030918047/20308532
Jenjang Akreditasi
Terakreditasi B
SK Akreditasi
No.13430
Tahun Didirikan
1977
Tahun Beroperasi
1977
Kepemilikan Tanah
Yayasan Muhammadiyah
Status Tanah
Hibah
Luas Tanah
4077 m²
Status Bangunan
Yayasan
Surat Ijin Bangunan Luas Seluruh Bangunan Nomor
Rekening
594 m²
Rutin 01301-00 1945-53-5, Nama Bank BRI
Sekolah
Cabang Boyolali
3. VISI dan MISI a. VISI “TERBENTUKNYA
MANUSIA
YANG
BERKUALITAS,
BERIMAN, BERTAQWA, SERTA TERAMPIL” Visi SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro ini dijadikan sebagai sumber motivasi bagi warga sekolah dalam menunaikan tugas dan kewajibannya. Adapun Indikator dari Visi di atas adalah sebagi berikut: 1) Berkualitas dalam pengertiannya bahwa segala hal yang menyangkut proses kegiatan belajar mengajar di sekolah harus diarahkan untuk membentuk manusia yang bermutu dan cakap.
33
2) Beriman yaitu meyakini keberadaan Tuhan sebagai Yang Maha Kuasa dan Sang Maha Pencipta yang mempunyai kekuasaan mutlak terhadap kehidupan ini. 3) Bertaqwa dalam pengertian semua warga sekolah senantiasa berusaha untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya. 4) Terampil dalam pengertian bahwa para peserta didik SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro selain menerima bekal ilmu pengetahuan juga mempunyai keterampilan dan kecakapan hidup. b. MISI 1) Mewujudkan pendidikan
yang menghasilkan lulusan yang
beriman, berprestasi akademik, non akademik, serta berbudi luhur. 2) Mewujudkan kurikulum yang berkualitas, yaitu holistik, sesuai dengan potensi dan kebutuhan, siswa dalam konteks sekolah. 3) Mewujudkan proses pembelajaran yang dinamis, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dengan menggunakan pendekatan CTL. 4) Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas.
34
5) Mewujudkan sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional, bertanggung jawab, dan berdedikasi tinggi. 6) Mewujudkan pengelolaan sekolahan berdasarkan konsep manajemen berbasis sekolah. 7) Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai dengan memberdayakan semua yang terkait. 8) Mewujudkan sistem penilaian yang menyeluruh, otentik, obyektif,
dan
berkelanjutan
yang
mampu
mengukur
kompetensi siswa secara utuh. 4. Lokasi SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro terletak di daerah pemukiman, tepatnya Desa Ketoyan, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali. Karena letaknya tidak terlalu dekat dengan jalan raya, kira-kira 500m dari jalan raya Karang Gede-Juwangi maka menjadikan suasana pembelajaran yang nyaman. 5. Sarana Prasarana SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro merupakan sekolah yang memiliki fasilitas lumayan lengkap sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar. Adapun sarana prasarana tersebut adalah:
35
Tabel II Sarana dan Prasarana Ruang
Jumlah
Luas (m²)
Teori/ kelas
5
615
Lab. Multimedia
1
56
Lab. IPA
1
150
Perpustakaan
1
-
Keterampilan
-
-
Kepala Sekolah
1
-
Guru
1
-
Tata Usaha
1
-
BK
-
-
OSIS
1
-
UKS
1
-
Gudang
1
-
Kantin
1
-
WC Siswa
6
-
WC Guru
2
-
Mushola
1
-
Aula
1
-
6. Data Siswa Adapun jumlah siswa SMP Muhammadiyah Wonosegoro dalam tiga tahun terakhir adalah sebagai berikut:
36
Tabel III Data Siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Tiga Tahun Terakhir Jumlah Siswa Jumlah
Tahun Pelajaran
Pendaftar/ Calon Siswa
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Jumlah
Baru 2013/2014
69
69
42
52
163
2014/2015
27
27
46
44
117
2015/2016
30
30
29
44
103
7. Keadaan Tenaga Pendidik dan Tata Usaha Tabel IV Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha Tenaga Pendidik dan TU
Jumlah
Tenaga Pendidik/ Guru
15 orang
Pustakawan
1 orang
Laborat
-
Staf Tata Usaha
2 orang
37
Tabel V Data Tenaga Pengajar SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro No
Nama
Mangajar Mapel
1
Fauzani, S.Pd
PKN
2
Sukiman, S.Pd
Matematika
3
Amin, S.Ag
4
Zaenul Hadi, S.Pd
5
Eni Winarsih, S.Pd
6
Nurul Hidayati, S.Pd.I
7
Oktari Titis S
Bhs. Inggris
8
Maulida Soffiana, S.Pd.
IPA
9
Ikwan Yani Saputra, S.Pd.
Olahraga
10
Muh Pujianto, S.Kom
TIK
11
Muhammad Arifin, S.Pd
12
Ridwan Prihantoro, M.Pd
Matematika
13
Anita Wiyana
IPS
14
Slamet, S.Ag
IPS
Bhs. Indonesia Akidah Akhlak Bhs. Indonesia Kesenian IPA Bhs. Inggris Akidah Akhlak
Bhs. Indonesia Bhs. Jawa
Agama 15
Rofiqoh, S.Pd
BP
16
Wawan Restu Prabowo, A.Ma
Pustakawan
38
8. Struktur Organisasi SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Dalam melaksanakan tugas agar bisa berjalan dengan baik, maka dibutuhkan komponen yang saling mendukung dan saling bekerja sama dalam pelaksanaan tugas sehari-hari tersusun atas komponen-komponen yang tersusun dalam bentuk struktur organisasi sebagai berikut: I. Komite sekolah
: Mukhsin
II. Kepala Sekolah
: Fauzani, S.Pd
III. Wakil Kepala Sekolah Urusan 1. Kurikulum
: Ikwan Yani Saputra, S.Pd
2. Kesiswaan
: Muh Pujianto, S.Kom
3. Sarana Prasarana
: Zaenul Hadi, S.Pd
IV. Ka. Ur. Tata Usaha
: Rofiqoh, S.Pd
V. Wali Kelas 1. Wali Kelas VII
: Muhammad Arifin, S.Pd
2. Wali Kelas VIII
: Oktari Titis S
3. Wali Kelas IX A
: Slamet, S.Ag
4. Wali Kelas IX B
: Nurul Hidayati, S.Pd.I
Struktur Penyelengaraan Majlis Dikdasmen PDM Kabupaten Boyolali dan PCM Wonosegoro Struktur PDM Ketua
: H. Tamzis, S.Ag
Sekretaris
: Drs. Suyono
39
Bendahara
: H. Arkan, S.Ag
Anggota
: - Drs. Tujianto, M.Pd - Dra. Hj Zumrotun, M.Pd - Drs. H. Ahmad, P.M - Drs. H. Bimono - Drs. Supadi, MM - Drs. Sadiman - Drs. Edi Purwanto
Struktur PCM Ketua
: Sarmin, A.Ma.Pd Sukiman, S.Pd
Sekretaris
: Ambari Taufik, S.Pd
Bendahara
: Yasin, S.Ag Ali Munawar
Anggota
: - Suranto - Z Hadi - Ahmadi, S.Ag - Amin, S.Ag - Slamet
40
9. Kegiatan Intra dan Ekstra Kurikuler a. Kegiatan Intra Kurikuler Kegiatan
intra
kurikuler
adalah
kegiatan
yang
diselenggarakan dalam jam-jam edukatif dan SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro berlangsung mulai jam 07.00 sampai jam 13.15 WIB. Adapun bagian dari Intra kurikuler dalam 1 tahun terbagi menjadi 2 bagian yaitu: 1) Kegiatan semester ganjil 2) Kegiatan semester genap b. Kegiatan Ekstra Kurikuler/ Pengembangan Diri Pengembangan diri biasanya disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk mengembangkan
dan
mengekspresikan
diri
sesuai
dengan
kebutuhan, bakat, dan minatnya. Pada kegiatan ini siswa didampingi oleh pembimbing/pembina/pelatih yang berasal dari guru dan atau tenaga ahli dari luar SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro
Kabupaten
Boyolali.
Penilaian
pengembangan diri dilakukan secara kualitatif.
41
kegiatan
Tabel VI DAFTAR JENIS KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro No
Jenis Kegiatan
Keterangan
1
Pramuka (Pandu HW)
Wajib kelas VII dan VIII
2
Al-qur’an (Keagamaan)
Semua Siswa
3
Bola Volly
Semua Siswa
B. Paparan Data 1. Kondisi
Kedisiplinan
Siswa
di
SMP
Muhammadiyah
05
Wonosegoro Keadaan
kedisiplinan
siswa
secara
umum
di
SMP
Muhammadiyah 05 Wonosegoro dalam kondisi yang cukup, data ini penulis dapatkan setelah mengamati selama beberapa hari di lokasi sekolah. Kondisi kedisiplinan penulis dapatkan dengan mengacu pada indikator-indikator
kedisiplinan
yang
telah
penulis
dapatkan
sebelumnya. Indikator-indikator tersebut dijadikan acuan oleh penulis untuk melakukan pengamatan sebagai penguat data yang telah penulis dapatkan. Secara umum kondisi kedisiplinan siswa sudah cukup, hal ini juga disampaikan oleh guru BK di sekolah, bahwasannya secara umum siswanya telah melaksanakan peraturan sekolah sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak sekolah. Sebagaimana disampaikan oleh guru BK sebagai berikut:
42
“Kalau masalah kedisiplinan di sini sudah cukup, dilihat dari kerapian pakaian, kedatangan kesekolah, pengerjaan tugas, kesopanan, kejujuran, serta tingkahlakunya semua sudah cukup menggembirakan, karena guru juga tidak kurang-kurang dalam memberikan arahan kepada siswa. Tetapi karena latar belakang siswa yang berbeda-beda, jadi ya masih ada juga yang melanggar tata tertib yang sudah ditetapkan oleh sekolah” Hal senada juga diungkapkan oleh siswa kelas VIII bernama NK seperti berikut: “kalau di sini biasanya terlambat sekolah, pakaiannya nggak lengkap gitu mbak, rambutnya panjang gitu-gitu mbak” Berdasarkan hasil wawancara itulah penulis memperoleh masukan data yang dibutuhkan. Meskipun secara keseluruhan kondisi kedisiplinan sudah cukup, tetapi karena dari latar belakang siswa yang beraneka ragam, ada juga siswa yang susah untuk diingatkan dua sampai tiga kali oleh guru, sehingga guru harus memberikan tambahan hukuman “punishmen” kepada siswa agar jera serta tidak melakukan kesalahan yang sama. Tidak jarang guru memberikan tindakan hukuman berupa fisik, seperti push up, membersihkan toilet guru, mengepel aula. Hal ini senada dengan yang dipaparkan oleh siswi yang bernama AG kelas VIII: “biasanya diingatkan dulu sama teman-teman mbak, kalau sudah tidak bisa baru teman-teman bilang sama bu guru, kalau bu guru sudah tidak bisa mengingatkan biasanya disuruh ngepel toilet guru mbak kalo yang perempuan, kalau yang laki- laki biasanya disuruh push up mbak, kadang sepuluh kali, kadang dua puluh kali tergantung kesalahannya mbak” Hukuman seperti di atas juga diungkapkan oleh guru BK, sebagai berikut: “biasanya kalau anak melakukan kesalahan, kami sebagai guru selalu mengingatkan setiap harinya. Tanpa kenal lelah dan sebagai guru sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kalau
43
diingatkan sudah tidak bisa, maka kadanag memberikan hukuman yang sedikit berat, biasanya mengepel toilet guru, atau aula” Pernyataan senada juga disampaikan oleh siswa kelas VIII bernama FF sebagai berikut: “kalau ngelanggar biasanya diingatkan mbak sama bu guru sama pak guru, tapi kalau sudah tidak bisa biasanya langsung diberikan hukuman, disuruh ngepel aula, push up, sit up, banyak mbak. Kadang juga dipanggil orang tuanya mbak” Dalam dunia pendidikan memang tidak seharusnya menggunakan hukuman yang berat untuk anak. Tetapi hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk memberikan efek jera bagi siswa agar tidak melakukan kesalahan yang sama yang dapat menghambat proses belajar-mengajar di sekolah. Hal disiplin tidak hanya diajarkan dalam kegiatan intra saja tetapi juga dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Hal ini bertujuan untuk mendidik kedisiplinan bagi semua siswa. 2. Peran Guru BK dalam Mengatasi Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali Peran guru Bimbingan Konseling dalam kedisiplinan siswa atau dalam hal ini dimaksudkan keikutsertaan guru Bimbingan Konseling menumbuhkan dan menerapkan sikap disiplin kepada siswa dalam proses belajar mengajar agar menciptakan suasana sekolah dan proses belajar mengajar yang kondusif perlu ditingkatkan. Disiplin merupakan hal utama yang diperlukan oleh siswa dalam kehidupan di sekolah, kedisiplinan merupakan masalah yang sering muncul di lingkungan sekolah.
44
Guru Bimbingan Konseling dalam hal ini mempunyai peran utama, dikarenakan latar belakang dalam masalah kedisiplinan dari siswa itu sendiri, maka guru Bimbingan Konseling adalah sosok utama yang diharapkan dapat menyadarkan siswa tentang tanggung jawab dan tugasnya di sekolah. Masalah yang sering dihadapi guru dalam hal ini adalah masalah pendidikan, seperti pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Peran Guru Bimbingan Sekolah yang sering dilakukan oleh guru di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro adalah bimbingan secara individual. Sebelum melakukan bimbingan secara individu terlebih dahulu guru sering mengingatkan kepada siswa tentang kesalahan yang dilakukan, sebagaimana yang disampaikan oleh guru BK sebagai berikut: “ya biasanya saya memberikan peringatan satu sampai tiga kali, jika sudah tidak bisa maka guru kelas yang menangani. Tetapi tidak hanya guru BK dan guru kelas saja, tetapi juga ada keikutsertaan guru-guru yang lain, semuanya saling membantu dan bekerja bersama-sama. Jika guru kelas juga sudah tidak bisa mengatasi maka guru BK baru turun tangan. Biasanya saya menggunakan pendekatan secara individu” Keterangan tersebut juga disampaikan oleh murid kelas VIII yang bernama ICA: “jadi kalau ada yang melanggar aturan diingatkan mbak sama bu guru. Biasanya dipanggil sendiri-sendiri, kadang juga orang tuanya dipanggil mbak” Menurut keterangan yang penulis dapatkan di atas, dapat diambil data bahwa peran guru Bimbingan Konseling tidak hanya dilakukan sendiri, tetapi juga dibantu oleh semua guru dan guru kelas.
45
Semua
guru
bepartisipasi
demi
terwujudnya
kedisiplinan
di
lingkungan sekolah. Semua guru menerapkan peran guru dalam hal bimbingan di sekolah sebagaimana yang dikemukakan oleh Muh Roqib dan Nurfuadi “kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap” (2009:109) 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Guru BK dalam Mengatasi Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali Faktor yang dapat mendukung guru BK dalam menciptakan kondisi disiplin untuk para siswa salah satunya adalah motivasi dari siswa itu sendiri, dibantu juga oleh guru yang selalu bekerjasama dari guru mapel, guru kelas, sampai kepala sekolah. Sebagai seorang pendidik sudah semestinya memberikan pengarahan untuk menjadikan anak didiknya menjadi pribadi yang baik serta berpengetahuan luas. Agar tercipta hal tersebut maka disiplin adalah modal utama yang harus dimiliki oleh para siswa maupun guru. Hal pendukung yang paling besar adalah kesadaran dari siswa itu sendiri diluar peringatan yang disampaikan oleh guru dan warga sekolah. Hal ini disampaikan oleh guru BK sebagai berikut: “hal yang paling besar yang dapat menjadi faktor pendukungnya ya dari kesadaran diri siswa itu sendiri, biasanya mereka mengakui kesalahannya lalu akan berusaha memeperbaiki kesalah yang telah dilakukan, tapi itu juga tidak lepas dari keikutsertaan guru terutama guru BK yang selalu memberikan peringatan dan bimbingan kepada para siswa”
46
Adapun yang menjadi faktor penghambat guru BK dalam menciptakan kondisi disiplin terhadap peraturan sekolah kepada para siswa yang paling besar adalah latar belakang siswa yang berbedabeda. Dikarenakan kondisi ini sehingga sebagai guru BK harus memahami karakter dan kondisi yang dihadapi oleh para siswasiswanya. Karakter siswa yang bermacam-macam ini juga yang menjadi hambatan guru BK untuk menciptakan kedisiplinan untuk para siswa, sebagimana yang dikemukakan oleh guru BK: “ya kan latar belakang siswa itu berbeda-beda ya mbak, jadi kita, saya sebagai guru juga tidak dapat menyalahkan seutuhnya kepada siswa, maka saya juga harus memahami dulu sifat dan karakter siswa yang saya hadapi. Selain itu orang tua juga kadang kurang memperhatikan kondisi anak, maka kita sebagai guru juga harus bisa merangkap sebagai orang tua dan dapat merasakan apa yang mereka rasakan” Dapat dikatakan bahwa faktor terbesar adalah dari siswa itu sendiri meskipun lingkungan juga mempengaruhi tetapi tidak terlalu berperan besar. Sebagai seorang guru harus bisa memahami kondisi siswa sehingga tidak menyalahkan seutuhnya kepada siswa. Guru BK harus bisa menjadi teman serta memberikan solusi atas masalahnya.
47
BAB IV ANALISIS DATA A. Kondisi Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kondisi kedisiplinan siswa penulis dapatkan dari data yang didapatkan pada saat observasi melalui metode wawancara. Penulis melakukan wawancara kepada guru yang bersangkutan yaitu guru Bimbingan Konseling serta beberapa siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro. Dalam menganalisis kondisi kedisiplinan siswa penulis berpedoman pada indikator yang telah didapatkan pada pembahasan sebelumnya. Kondisi
kedisiplinan
siswa
di
lingkungan
sekolah
SMP
Muhammadiyah 05 Wonosegoro sudah dikatakan cukup, hal ini mengacu pada: 1.
Pelaksanaan tata tertib di sekolah. Dalam hal ini penulis mendapatkan data bahwa siswa sudah cukup dalam melaksanakan segala tata tertib yang berlaku di sekolah. Hal ini didasarkan pada beberapa indikator yang ada bahwasannya sudah banyak yang dilaksanakan oleh para siswa. Seperti halnya datang tepat pada waktunya, tidak membolos, bertingkah laku sopan dan jujur, kelengkapan atribut, dll. Dengan mengacu pada indikator ini penulis mendapatkan bahwa para siswa sebagian besar sudah melaksanakan tata tertip dengan cukup. Meskipun masih ada juga yang belum mematuhi tata tertib dengan baik, tetapi hanya sebagian kecil saja dari jumlah keseluruhan peserta didik. Dapat dikatakan bahwa
48
pembiasaan yang dilakukan oleh pihak sekolah sudah cukup berhasil diterapkan untuk para siswa. 2.
Taat terhadap kebijakan yang berlaku di sekolah, melalui indikator ke dua ini penulis mendapatkan keadaan yang real dari lokasi yaitu bahwasannya para siswa sudah berusaha untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh sekolah dengan baik, seperti berusaha untuk menjaga kondisi kelas agar tetap kondusif, data ini penulis dapatkan dari hasil wawancara kepada para siswa. Dengan melaksanakan kebijakan sekolah siswa dituntut untuk disiplin dan berkesinambungan. Dari pencapaian indikator di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro dalam kondisi yang cukup, dan dapat dikatakan guru Bimbingan Konseling sudah cukup berhasil dalam pencapaian kedisiplinan siswa. Namun masih butuh peningkatan peran agar hasil yang didapatkan dapat maksimal. B. Peran guru Bimbingan Konseling dalam menangani kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Keikutsertaan guru BK dalam membimbing para siswa untuk menuju siswa yang mempunyai kedisiplinan yang kuat tidak lepas juga dari dukungan para guru dan kepala sekolah. Adapun peran yang dilakukan oleh guru BK dalam mendidik kedisiplinan siswa adalah sebagai berikut: 1.
Pemberian peringatan kepada siswa Peringatan dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling kepada siswa jika ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, peringatan
49
ini diberikan sampai batas maksimal tiga kali kesalahan yang sama ynag dilakukan oleh para siswa. Dengan menggunakan peringatan para siswa diharapkan tidak melakukan kesalahan yang sama. Pemberian peringatan ini tidak hanya semata-mata dari guru Bimbingan Konseling saja, tetapi juga dilakukan oleh guru-guru yang lain, atau teman-teman di sekolah. 2.
Pemberian bimbingan secara individu Bimbingan individu dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling bilamana batas peringatan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh siswa sudah melebihi batas maksimal yaitu tiga kali peringatan. Apabila sampai tiga kali peringatan siswa masih melakukan pelanggaran yang sama, maka guru BK akan melakukan bimbingan secara individu, yaitu bimbingan secara face to face dengan siswa diruang bimbingan. Bimbingan secara individu dilakukan dengan cara wawancara antara conselor dengan kasus. Masalah yang dipecahkan melalui teknik conseling ini adalah masalah-masalah yang sifatnya pribadi (Tohirin, 2009:163) Dalam konseling hendaknya konselor dalam hal ini adalah guru BK bersikap empati dan simpati. Simpati artinya menunjukan adanya rasa turut merasakan apa yang dirasakan oleh siswa, sedangkan empati yaitu berusaha menempatkan diri pada situasi dari siswa.
3.
Pemberian bimbingan secara kelompok Bimbingan secara kelompok dilakukan untuk mengatasi masalah yang sifatnya sama. Bimbingan ini dilakukan apabila sangat diperlukan
50
oleh siswa yang bertujuan agar kesalahan yang dilakukan tidak akan terulang kembali. Bimbingan dilakukan dengan pemanggilan secara kelompok oleh guru Bimbingan Konseling antara 3-7 orang, di dalam bimbingan diberikan penyuluhan tentang kesalahan yang telah diperbuat oleh siswa, serta akibat yang akan dihadapinya. Konseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya (Ahmad, 2006:14) sedangkan menurut prayitno konseling kelompok adalah memberikan bantuan melalui interaksi sosial klien sesuai dengan setiap kebutuhan individu anggota kelompok (2004:207) 4.
Pemberian hukuman kepada siswa Hukuman diberikan kepada siswa jika ke tiga langkah diatas sudah tidak mampu membuat para siswa jera untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Hukuman yang diberikan biasanya bersifat fisik, seperti mengepel, push up, sit up. Tetapi hukuman ini bukan hal utama yang dilakukan oleh guru. Hukuman semacam ini dilakukan jika para siswa sudah tidak bisa lagi diingatkan melalui peringatan verbal. Pemberian hukuman ini adalah langkah lanjutan untuk para siswa atas kesalahan yang telah dilakukan, tetapi hukuman ini bukan satusatunya jalan untuk membuat para siswa jera akan kesalahan yang telah dilakukan.
51
5.
Pemanggilan orang tua siswa Pemanggilan orang tua siswa dilakukan ketika guru sudah dirasa tidak sanggup lagi untuk menangani kesalahan yang telah dilakukan oleh siswa disekolah. Sebelum pemanggilan dilakukan, guru Bimbingan Konseling berkonsultasi terlebih dahulu kepada kepala sekolah mengenai kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Setelah pemanggilan orang tua, guru Bimbingan Konseling meminta kerja sama kepada orang tua siswa untuk pemantauan kegiatan siswa di rumah.
6.
Pembiasaan
yang
diterapkan
dalam
intrakurikuler
maupun
ekstrakurikuler Kedisiplinan dapat dibina juga melalui pembiasaan di dalam kelas maupun di luar kelas, tidak harus selalu dengan pemberian hukuman atau bahkan pemanggilan orang tua. Pembiasaan yang dilakukan di dalam kelas biasanya diterapkan pada saat ingin dimulai pelajaran, di mana pada awal pelajaran dibiasakan untuk membaca do’a asmaul husna serta hafalan surat-surat pendek tergantung tingkatan kelas masing-masing, serta menerapkan untuk membaca do’a setelah selesai pelajaran. Dengan menerapkan hafalan dan do’a di dalam kelas akan mempersempit kesempatan bagi siswa untuk melanggar peraturan yang diterapkan oleh sekolah seperti keterlambatan siswa dalam memulai belajar dan mempersempit ruang untuk membolos dari pelajaran tertentu. Selain dengan metode di dalam kelas, dapat pula dibiasakan berdisiplin melalui kegiatan di luar kelas, misalnya saja pembiasaan
52
untuk shalat berjamaah bagi para siswa dan guru. Kegiatan semacam ini akan merangsang siswa untuk tetap mematuhi peraturan sekolah, serta meningkatkan kesadaran siswa akan kedisiplinan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh guru untuk menerapkan kedisiplinan kepada siswa adalah dengan kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri yang harus diikuti oleh para siswa. Dalam hal ini misalnya saja dengan kegiatan Hisbul Wathan atau kata lain dari pramuka, kegiatan ini akan menuntut siswa untuk selalu datang tepat waktu dikarenakan kegiatan ini merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh para siswa terutama bagi peserta didik kelas VII. Selain dengan kegiatan Hisbul Wathan, hal lain adalah kegiatan pengembangan diri yaitu diantaranya kegiatan keagamaan dan bola volly. Dengan mengikuti kegiatan tersebut siswa akan dididik dengan peraturan yang ada dan ini akan memberikan pembiasaan bagi para siswa. Melalui kegiatan di atas maka diharapkan dapat meningkatkan kesadaran kepada peserta didik akan pentingnya kedisiplinan bagi diri mereka.
Dengan
menjalankan
segala
kegiatan
intra
maupun
ekstrakurikuler di sekolah akan mendidik para siswa dengan kedisiplinan dan akan memberikan pembiasaan yang baik serta mendidik jiwa disiplin bagi para siswa. Peran yang dilakukan guru Bimbingan Konseling dalam kedisiplinan siswa tidak lepas pula dari bantuan para siswa yang lain, para guru, kepala sekolah, dan segenap warga sekolah. Dalam menumbuhkan dan menerapkan
53
kesisiplinan di lingkungan sekolah guru Bimbingan Konseling tidak bekerja sendiri, melainkan antara guru saling membantu, hal ini dilakaukan untuk pemenuhan VISI dan MISI sekolah. Segala keikutsertaan guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa dalam menaati tata tertib dan kedisiplinan di lingkungan siswa dan guru. Semua peran serta guru Bimbingan Konseling sangat dibutuhkan untuk menerapkan kedisiplinan siswa di sekolah. C. Faktor Pendukung dan Penghambat Peran guru Bimbingan Konseling dalam menangani kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Faktor atau hal yang mendukung guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa adalah sebagai berikut: 1. Kerjasama antar guru Kerjasama dijalin untuk memudahkan guru Bimbingan Konseling dalam menangani masalah kedisiplinan siswa. Selain guru Bimbingan Konseling, guru yang lainpun juga melakukan hal yang sama untuk kedisiplinan siswa, seperti memberikan peringatan kepada siswa mengenai kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Selain guru Bimbingan Konseling yang memberikan peringatan dan hukuman, peran wali kelas juga sangat dibutuhkan untuk membantu peran serta guru Bimbingan Konseling dalam menumbuhkan kesadaran kedisiplinan kepada para siswa. Apabila guru kelas sudah tidak sanggup
54
lagi, maka permasalahan diberikan kepada guru Bimbingan Konseling sebagai tindak lanjutnya. Maka kerjasama antar guru sangat dibutuhkan demi terciptanya keadaan disiplin di lingkugna sekolah, terutama untuk para siswa. Semua guru saling mendukung program yang satu dengan yang lainnya, dengan demikian akan tercipta kedisiplinan sekolah yang kondusif. 2. Motivasi dari siswa Hal terbesar yang dapat mendukung peran guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinana siswa adalah motivasi yang besar dari dalam diri siswa itu sendiri. Dengan mengakui kesalahan yang telah diperbuat dan berusaha memperbaiki kesalahan siswa akan sadar dengan sendirinya akan kesalahan yang telah diperbuat. Keinginan yang kuat dari siswa untuk berubah inilah yang menjadi faktor pendukung yang paling kuat bagi guru Bimbingan Konseling untuk melakukan perannya dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa. Setelah motivasi untuk berubah dan memperbaiki kesalahan dari siswa ini tumbuh, guru sebagai orang yang dianggap mampu untuk menyelesaikan masalah hanya perlu membimbing agar siswa ini tidak melakukan kesalahan yang sama. Bimbingan perlu dilakukan secara terusmenerus agar motivasi yang kuat ini tidak pernah luntur. Kekuatan motivasi ini sangat dibutuhkan untuk memudahkan guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan yang sering
55
dilanggar oleh siswa. Dalam hal ini siswa membutuhkan bimbingan dan pengarahan yang sangat kuat dari guru untuk perbaikan. 3. Kerjasama dengan lingkungan sekitar Hubungan yang dijalin dengan lingkungan sekitar akan sangat membantu jika dilakukan dengan sangat apik oleh pihak sekolah. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh pihak sekolah untuk merangkul para penduduk sekitar untuk menjaga kondusifitas proses belajar mengajar. Kerjasama dapat dilakukan oleh guru bimbingan konseling bersama dengan guru yang membidangi hubungan dengan masyarakat. Sebagai seorang guru bimbingan konseling dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat bahwasannya kerjasama dari masyarakat sangatlah penting untuk menerapkan kedisiplinan di sekolah yang berada di pemukiman penduduk. Jika sekolah dipandang baik oleh masyarakat luas maka penduduk sekitar juga akan mendapatkan pujian darinya. Maka dengan tujuan ini sekolah harus dapat menjalin hubungan yang sangat erat dengan warga sekitar. Jika hubungan kerjasama yang sehat telah terjalin antara pihak sekolah dengan warga sekitar akan dengan mudah menerapkan kedisiplinan kepada siswa. Apabila ada kesalahan yag dilakukan oleh siswa dilingkungan warga, penduduk sekitar akan segera mengingatkan dan selanjutnya akan diserahkan kepada pihak sekolah untuk mengambil langkah berikutnya untuk memberikan efek jera kepada para peserta didik.
56
Bimbingan adalah bantuan bagi individu yang menghadapi masalah, maka sudah tentu berhasil tidaknya suatu usaha bantuan dalam rangka bimbingan akan banyak tergantung dari keteranganketerangan atau informasi tentang individu tersebut. Informasi tentang individu akan menentukan jenis masalah, jenis bimbingan, teknikteknik dan alat-alat yang dibutuhkan (I. Djumhur dan Moh Surya, 1975:39) Adapun faktor penghambat yang menjadi penghalang bagi guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan antara lain sebagai berikut: 1.
Latar belakang siswa Keadaaan keluarga dari siswa yang berbeda-beda menjadikan kesadaran akan kedisiplinan dari masing-masing siswa menjadi hambatan paling besar dalam mendisiplinkan perilaku siswa. Peran keluarga yang kurang dalam memberikan pendidikan kedisiplinan kepada anak memberikan dampak yang besar terhadap sikap disiplin anak di lingkungan sekolah. Dalam keadaan yang seperti ini maka guru bimbingan konseling harus memahami terlebih dahulu latar belakang dari siswa yang mempunyai masalah di sekolah. Keadaaan latar belakang siswa dapat guru peroleh melalui wawancara dengan teman sebaya atau lingkungan di sekitar tempat tinggal siswa. Dengan data yang terkumpul akan memberikan gambaran yang jelas tentang individualitas masing-masing siswa, dengan
57
menghubungkan aspek satu dengan yang lainnya dan dengan membandingkan data dari peserta didik lainnya (Winkel, 1991:225) Setelah data dari latar belakang siswa telah didapatkan oleh guru, maka dengan data ini seorang pendidik dapat menentukan cara apa yang akan digunakan dalam menangani masalah yang dihadapi oleh siswa tersebut. Dalam menangani permasalahan yang dihadapi seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang guru maupun teman. 2.
Lingkungan sekitar Keberadaan SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro yang berada di lingkungan pemukiman penduduk merupakan salah satu faktor yang menghambat kerja guru bimbingan konseling dalam mendisiplinkan para siswanya. Meskipun kondisi memberikan ketenangan dalam proses belajar mengajar dikarenakan letaknya yang jauh dari jalan raya, tetapi keberadaan sekolah yang berdampingan dengan tempat tinggal warga menjadikan para siswa dengan mudah lari dari peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Kemajemukan warga sekitar juga menjadi faktor yang menjadikan kedisiplinan kurang diterapkan oleh para siswa. Ditemukan bahwa di lingkungan penduduk banyak anak-anak usia remaja yang tidak melanjutkan pendidikannya, maka dari itu banyak diantara para siswa mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh warga sekitar. Realitas yang demikian ini tidak dapat dipungkiri oleh para guru dan warga sekolah lainnya. Dengan keadaan yang seperti ini maka
58
sebagai seorang guru bimbingan konseling mempunyai peran yang ganda selain mendisiplinkan siswa di sekolah guru BK juga harus menjalin hubungan kerjasama dengan masyarakat sekitar melalui guru yang membidangi hubungan masyarakat (HUMAS). Untuk meningkatkan hubungan kerjasama yang baik maka dibutuhkan jalinan kerjasama yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) baik untuk pihak sekolah maupun untuk masyarakat sekitar. 3.
Kurangnya kesadaran siswa Kedisiplinan merupakan hal pertama dan utama yang harus dimiliki oleh siswa untuk meraih segala yang diinginkan baik bidang akademik maupun non akademik. Namun banyak diantara para siswa yang menyepelekan kedisiplinan yang harus dimiliki. Kebanyakan dari mereka masih banyak yang melanggar peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah. Kurangnya kesadaran inilah yang menjadi salah satu penghambat untuk menerapkan kedisiplinan di kalangan anakanak sekolah. Banyak sekali alasan yang diberikan oleh para peserta didik ketika melanggar tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah. Para siswa menganggap pelanggaran terhadap tata tertib adalah hal biasa untuk dilakukan, maka sebagai seorang guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk senantiasa meningkatkan kesadaran akan pentingnya kedisiplinan untuk diri para peserta didik.
59
Melihat keadaan yang demikian maka guru bimbingan konseling memiliki peran yang penting dalam menjaga kedisiplinan siswa di sekolah, hal ini dikarenakan guru bimbingan konseling adalah sosok guru yang dianggap mampu untuk
menyelesaikan berbagai
masalah
kedisiplinan yang dihadapi oleh siswa. Dengan berbekal pengalaman yang didapatkan dalam menangani masalah-masalah dari latar belakang siswa yang berbeda-beda maka sebagai guru bimbingan konseling diharapkan dapat menumbuhkan motivasi kesadaran akan kedisiplinan untuk para siswa di lingkungan sekolah yang menaungi mereka. Dengan melihat analisis di atas dapat penulis katakan bahwa peran guru bimbingan konseling dalam menangani masalah kedisiplinan siswa sangatlah tepat. Hal ini dikarenakan kedisiplinan adalah modal utama yang harus siswa miliki, dan guru bimbingan konseling dianggap sosok yang tepat untuk menyelesaikan masalah kedisiplinan siswa.
60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali yang telah dipaparkan dari Bab I sampai Bab IV dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1.
Kondisi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro dalam keadaan cukup dengan didasarkan pada indikator-indikator yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan oleh siswa, seperti sering terlambat masuk kelas, sering membolos, keluar saat jam pelajaran sedang berlangsung, dan seringnya membuat gaduh di dalam kelas. Maka kedisiplinan siswa dikatakan cukup, dan peran guru bimbingan konseling masih perlu peningkatan.
2.
Peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro sangat kuat didasarkan pada segala hal yang dibutuhkan untuk mendidik kedisiplinan siswa. Peran tersebut antara lain: a. Pemberian peringatan kepada siswa b. Pemberian bimbingan secara individu
61
c. Pemberian bimbingan secara kelompok d. Pemberian hukuman kepada siswa e. Pemanggilan orang tua siswa f. Pembiasaan di dalam intrakurikuler dan ekstrakurikuler 3.
Berdasarkan analisa selanjutnya dapat diambil kesimpulan bahwa ada banyak hal yang dapat menjadi pendukung dan penghambat guru dalam mendisiplinkan siswa. a. Adapun faktor pendukungnya antara lain: 1) Kerjasama antar guru 2) Motivasi dari siswa 3) Kerjasama dengan lingkungan sekitar b. Adapun faktor penghambatnya antara lain: 1) Latar belakang siswa 2) Lingkungan sekitar 3) Kurangnya kesadaran siswa
B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, penulis memberikan sedikit saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan
dan menjaga
kedisiplinan siswa di
SMP
Muhammadiyah 05 Wonosegoro. Berkenaan dengan peningkatan dan menjaga kedisiplinan siswa, penulis menyarankan dilakukan diantaranya: a. Menumbuhkan motivasi siswa, dengan jalan:
62
1) Menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan kedisiplinan siswa. 2) Kerjasama yang cukup baik antara berbagai personal pendidikan dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi. 3) Pemberian penghargaan dan dorongan semangat pada setiap upaya yang bersifat positif dari unsur lain untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. b. Pelatihan dan pembiasaan Dalam hal ini dapat dilakukan oleh sekelompok guru yang mempunyai maksud yang sama dengan mengundang seorang atau beberapa pakar yang diminta memberikan penjelasan, informasi dan dasar-dasar pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang akan dibuat sebagai pokok bahasan pelatihan, atau membrikan keleluasaan untuk menuangkan ide dan gagasannya, dan kegiatan yang berkaitan dengan proses pembiasaan dalam kedisiplinan. Dengan saran-saran ini diharapkan mampu memberikan masukan guna memperbaiki dan membina kedisiplinan siswa. Sehingga pada masanya nanti SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro dapat menjadi barometer perkembangan dan kemajuan sekolah menengah pertama, khususnya wilayah Kecamatan Wonosegoro.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Daradjat, Zakiyah. 1975. Pembinaan Remaja. Jakarta:Bulan Bintang. Fazlur rahman. 1987. Islam modern tantangan pembaharuan islam. Yogyakarta: Shalahuddin press. Gunawan, Yusuf. 2001. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Prenhallindo. I.Djumhur dan Moh Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Ilmu. Juntika, Ahmad. 2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama. Kartono. 1996. Psikologi Anak. Jakarta: Alumni Pers. Moloeng, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Nata, Abudin. 2010. Tafsir Ayat-Ayat pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nurihsan, A.Juntika. 2007.Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Roqib, Muh, Nurfuadi. 2009. Kepribadian Guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syafaat, Aat dkk. 2008.Peran Pendidikan Agama Islam dalam Menjegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinguency). Jakarta: Rajawali Pers PT Raja Grafindo Persada. Tohirin. 2009. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan & Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset.
Wijaya, Cece dan A Tabrani Rusyan. 1991. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Grasindo. http://kbbi.web.id/disiplin diakses pada hari selasa 24 Mei 2016
LampiranLampiran
DAFTARNILAI SKK
Nama : Nurul Istikomah NIM : 111-12-186
No 1 2 3 4
5
6 7 8 9
10
11 12
13 14
Jenis Kegiatan OPAK STAIN 2012 OPAK TARBIYAH 2012 Orientasi Dasar Keislaman (ODK) Seminar Entrepreneurship dan Perkoperasian “Explore Your Entrepreneurship Talent” Achievment Motivation Training “Dengan AMT, Bangun Karakter Raih Prestasi” Library User Education Hijab Class & Beauty Demo Seminar Regional “INDONESIA SATU” Dialog Publik dan Silaturahmi Nasional “Kemanakah Arah Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi BBM Untuk Rakyat” Tabligh Akbar “Tafsir Tematik dalam Upaya Menjawab Persoalan Israel dan Palestina. Landasan QS. Al-Fath:26-27” Bedah Buku “24 Cara Mendongkrak IPK” Seminar Nasional “Ahlusunnah Waljamaah dalam Perspektif Islam Indonesia” Bedah Buku “Berhenti Kerja Semakin Kaya” Seminar Pendidikan
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Waktu Pelaksanaan 05-07 September 2012 08-09 September 2012 10 September 2012
Keterangan Peserta Peserta Peserta
Nilai 3 3 2
11 September 2012
Peserta
2
12 September 2012
Peserta
2
13 September 2012 28 Oktober 2012 29 September 2012
Peserta Peserta Peserta
2 2 2
10 Nopember 2012
Peserta
8
01 Desember 2012
Peserta
2
05 Desember 2012
Peserta
2
25 Maret 2013
Peserta
8
05 April 2013
Peserta
2
02 Mei 2013
Peserta
2
15
16 17
18
19
20
21
22
“Menimbang Mutu dan Kualitas Pendidikan di Indonesia” Seminar Nasional Entrepreneurship “Menumbuhkan Jiwa Entrepreneurship Generasi Muda” Seminar Nasional “How to Develop the Best Generation” Pendidikan Dasar Perkoperasian “Menimbuhkan Jiwa Berwirausaha Melalui Koperasi Mahasiswa” Training of Trainer “Menguatkan Jiwa Berkoperasi dan Mental Entrepreneurship” Surat Keputusan Rektor IAIN Salatiga Nomor: St.24.1/R/PP.00.9/205/2015 Tentang Pengangkatan Pengurus Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Fatawa IAIN Salatiga Seminar Nasional “Peranan Techcopreneur dalam Mendukung Program Pemerintah Melalui Ekonomi Kreatif” Pelatihan Lanjutan Perkoperasian “Membentuk Mental Entrepreneurship dengan Jati Diri Koperasi” Training of Trainer “Memahami Kepribadian Kepemimpinan yang Berkualitas serta Fungsi dan Peran dalam Koperasi dan Organisasi”
27 Mei 2013
Peserta
8
01 Juni 2013
Peserta
8
27-29 Desember 2013
Peserta
2
27-28 September 2014
Peserta
2
17 Maret 2015
Pengurus
4
15 April 2015
Peserta
8
05-07 Juni 2015
Panitia
2
10-11 Oktober 2015
Panitia
2
LEMBAR PERTANYAAN GURU
NAMA
: Rofiqoh, S.Pd.
JABATAN
: Guru Bimbingan Konseling dan Ka.Ur Tata Usaha
ALAMAT
: Gagatan, Ketoyan, Wonosegoro
NO.HP
: 0815-6763-5588
1. Menurut ibu bagaimana kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro? Jawaban: ya sudah cukup baik, semua siswa sudah berusaha menjalankan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh sekolah. 2. Menurut ibu bagaimana keikut sertaan guru dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro? Jawaban: ya, sangat berperan. Para guru selalu memberikan pengarahan an peringatan, tidak ada lelahnya untuk memngingatkan akan kedisiplinan kepada siswa. 3. Menurut ibu apakah para siswa sudah mematuhi tata tertib yang berlaku di sekolah, misalnya tidak datang terlambat, bertingkah laku yang sopan, mengikuti proses belajar mengajar dengan benar, sopan terhadap guru? Jawaban: ya sudah lumayan mbak, meskipun masih ada yang melakukan pelanggaran. Tetapi itu hal yang wajar sekali terjadi dilingkungan sekolah. Apalagi anak-anak usia SMP. 4. Menurut ibu apakah para siswa sudah mematuhi segala kebijakan yang sekolah terapkan untuk para siswa? Misalnya, tidak membuat suasana gaduh, mengerjakan tugas sesuai waktunya? Jawaban:sisa sudah lumayan menurut kepada guru untuk mematuhi kebijakan yang telah sekolah tetapkan, tapi ya namanya anak-anak ada saja yang masih melanggar. 5. Kegiatan apa saja yang ibu lakukan untuk mengajarkan sikap disiplin kepada para siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro? Jawaban: ya banyak mbak, seperti memberikan peringatan, memberian hukuman, pemnaggilan orang tua, dan pembiasaan kedisipliann di dalam maupun di luar kelas. 6. Menurut ibu hal-hal apa saja yang mendukung peran guru BK dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro?
Jawaban: hal yang paling mendukung ya dari siswa itu sendiri, didukung juga dari keikut sertaan guru yang tidak henti-hentinya memberikan peringatan kepada siswa, dari lingkungan juga mendukung. 7. Menurut ibu hal-hal apa saja yang menghambat peran guru BK dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro? Jawaban: penghambat yang paling besar ya dari latar belakang keluarga siswa, kurangnya kesadaran siswa akan kedisiplinan, dan juga lingkungan serta banyak sekali alasan yang diberikan oleh siswa saat melanggar kedisiplinan.
LEMBAR PERTANYAAN SISWA Nama
: AF
Kelas
: VIII
Jenis kelamin : Perempuan 1. Menurut adik apakah adik dan teman-teman sudah melaksanakan peraturan yang berlaku, misalnya mengerjakan PR di rumah? Jawaban: ya kadang-kadang mbak, kadang juga ada yang mnegrjakan di sekolah mbak. 2. Apakah adik dan teman-teman sudah menerapkan sikap jujur kepada para guru dan warga sekolah lainnya? Jawaban: sudah mbak, tapi kadang juga enggak mbak. 3. Apakah adik selalu bersemangat dalam belajar di dalam maupun di luar kelas? Ekstrakurikuler misalnya? Jawaban: ya kadang-kadang mbak, tergantung gurunya, 4. Apakah adik dan teman-teman selalu mengerjakan tugasnya sendiri dan tidak menyuruh orang lain jika di sekolah? Jawaban: kalau saya iya mabk, tapi teman-temen juga ada yang nyontek punya yang lain mbak. 5. Apakah dalam belajar mengajar adik selalu tepat waktu, tidak pernah keluar kelas dan tidak pernah membolos? Jawaban: kadang suka telat juga mbak. Kalau saya jarang bolos mbak, tapi ada juga temen yang bolos mbak. 6. Apakah adik dan teman-teman selalu menjaga kenyamanan di dalam kelas? Serta selalu mengerjakan tugas sesuai waktunya? Jawaban: kadang rame juga mbak di kelas, kalau tugas ya kadang telat juga mbak. 7. Apakah guru BK (Bimbingan konseling) di tempat adik belajar, pernah melakukan kegiatan untuk menerapkan peraturan di sekolah? Jawaban: jarang mbak kalu kegiatan kayak gitu. 8. Apakah guru BK adik pernah menegur para siswa yang melanggar peraturan di sekolah? Lalu biasanya hal apa yang dilakukan untuk membuat siswa jera terhadap pelanggaran yang dibuat? Jawaban: biasanya diingatkan mbak, kalau gak bisa ya dikasih hukuman, suruh push up, sit up, ngepel gitu mbak.
LEMBAR PERTANYAAN SISWA Nama
:IWA
Kelas
:VIII
Jenis kelamin :laki-laki 1. Menurut adik apakah adik dan teman-teman sudah melaksanakan peraturan yang berlaku, misalnya mengerjakan PR di rumah? Jawaban: ya enggak selalu mbak, kadang juga ada yang mengerjakan di sekolah mbak. 2. Apakah adik dan teman-teman sudah menerapkan sikap jujur kepada para guru dan warga sekolah lainnya? Jawaban: kadang-kadang mbak. 3. Apakah adik selalu bersemangat dalam belajar di dalam maupun di luar kelas? Ekstrakurikuler misalnya? Jawaban: kalau saya tergantung gurunya mbak. 4. Apakah adik dan teman-teman selalu mengerjakan tugasnya sendiri dan tidak menyuruh orang lain jika di sekolah? Jawaban: kadang mengerjakan sendiri mbak, kadang juga nyontek. 5. Apakah dalam belajar mengajar adik selalu tepat waktu, tidak pernah keluar kelas dan tidak pernah membolos? Jawaban: kadang suka telat juga mbak. Tapi jarang bolos mbak. 6. Apakah adik dan teman-teman selalu menjaga kenyamanan di dalam kelas? Serta selalu mengerjakan tugas sesuai waktunya? Jawaban: kadang rame juga mbak di kelas, kalau tugas ya kadang telat juga mbak. 7. Apakah guru BK (Bimbingan konseling) di tempat adik belajar, pernah melakukan kegiatan untuk menerapkan peraturan di sekolah? Jawaban: jarang mbak kalu kegiatan kayak gitu. 8. Apakah guru BK adik pernah menegur para siswa yang melanggar peraturan di sekolah? Lalu biasanya hal apa yang dilakukan untuk membuat siswa jera terhadap pelanggaran yang dibuat? Jawaban: biasanya diingatkan mbak, kalau gak bisa ya dikasih hukuman, suruh push up, sit up, ngepel gitu mbak.
LEMBAR PERTANYAAN SISWA Nama
:NK
Kelas
:VIII
Jenis kelamin :Perempuan 1. Menurut adik apakah adik dan teman-teman sudah melaksanakan peraturan yang berlaku, misalnya mengerjakan PR di rumah? Jawaban: ya kadang-kadang mbak, kadang juga mengerjakan di sekolah mbak. 2. Apakah adik dan teman-teman sudah menerapkan sikap jujur kepada para guru dan warga sekolah lainnya? Jawaban: enggak setiap hari mbak. 3. Apakah adik selalu bersemangat dalam belajar di dalam maupun di luar kelas? Ekstrakurikuler misalnya? Jawaban: tergantung guru yang mengajar mbak. 4. Apakah adik dan teman-teman selalu mengerjakan tugasnya sendiri dan tidak menyuruh orang lain jika di sekolah? Jawaban: kadang mengerjakan sendiri, kadang huga nyontek mbak. 5. Apakah dalam belajar mengajar adik selalu tepat waktu, tidak pernah keluar kelas dan tidak pernah membolos? Jawaban: kadang suka telat juga mbak. Kalau saya jarang bolos mbak, tapi ada juga temen yang bolos mbak. 6. Apakah adik dan teman-teman selalu menjaga kenyamanan di dalam kelas? Serta selalu mengerjakan tugas sesuai waktunya? Jawaban: kadang rame juga mbak di kelas, kalau tugas ya kadang telat juga mbak. 7. Apakah guru BK (Bimbingan konseling) di tempat adik belajar, pernah melakukan kegiatan untuk menerapkan peraturan di sekolah? Jawaban: jarang mbak kalu kegiatan kayak gitu. 8. Apakah guru BK adik pernah menegur para siswa yang melanggar peraturan di sekolah? Lalu biasanya hal apa yang dilakukan untuk membuat siswa jera terhadap pelanggaran yang dibuat? Jawaban: biasanya diingatkan mbak, kalau gak bisa ya dikasih hukuman, suruh push up, sit up, ngepel gitu mbak.
LEMBAR PERTANYAAN SISWA Nama
:FF
Kelas
:VIII
Jenis kelamin :laki-laki 1. Menurut adik apakah adik dan teman-teman sudah melaksanakan peraturan yang berlaku, misalnya mengerjakan PR di rumah? Jawaban: ya kadang-kadang mbak. 2. Apakah adik dan teman-teman sudah menerapkan sikap jujur kepada para guru dan warga sekolah lainnya? Jawaban: sudah mbak, tapi kadang juga enggak mbak. 3. Apakah adik selalu bersemangat dalam belajar di dalam maupun di luar kelas? Ekstrakurikuler misalnya? Jawaban: ya kadang-kadang mbak, tergantung gurunya yang mengajar mbak. 4. Apakah adik dan teman-teman selalu mengerjakan tugasnya sendiri dan tidak menyuruh orang lain jika di sekolah? Jawaban: kadang mengerjakan sendiri, kadang juga nyontek punya temen mbak. 5. Apakah dalam belajar mengajar adik selalu tepat waktu, tidak pernah keluar kelas dan tidak pernah membolos? Jawaban: kadang suka telat juga mbak. Tapi kalau bolos jarang saya mbak. 6. Apakah adik dan teman-teman selalu menjaga kenyamanan di dalam kelas? Serta selalu mengerjakan tugas sesuai waktunya? Jawaban: kadang rame juga mbak di kelas, kalau tugas ya kadang suka telat juga mbak. 7. Apakah guru BK (Bimbingan konseling) di tempat adik belajar, pernah melakukan kegiatan untuk menerapkan peraturan di sekolah? Jawaban: jarang mbak kalu kegiatan kayak gitu. 8. Apakah guru BK adik pernah menegur para siswa yang melanggar peraturan di sekolah? Lalu biasanya hal apa yang dilakukan untuk membuat siswa jera terhadap pelanggaran yang dibuat? Jawaban: biasanya diingatkan mbak, kalau gak bisa ya dikasih hukuman, suruh push up, sit up, ngepel gitu mbak.
Dokumentasi
Foto saat para siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro melakukan kegiatan pandu Hizbul Wathon (HW)
Foto alamat dan lingkungan sekolah SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro
Gambaran mengenai lingkungan sekolah SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro
Contoh pelanggaran kedisiplinan yang dilakukakn oleh siswa saat pelajaran sedang berlangsung
Foto siswa-siswi SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro selaku sumber penelitian
Dokumentasi saat penulis sedang melakukan wawancara dengan beberapa siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro
Saat penulis sedang mnegumpulkan data-data yang dibutuhkan melalui proses wawancara dengan para siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro
Kebersamaan penulis dengan siswa-siswa dan guru Bimbingan Konseling Smp Muhammadiyah 05 Wonosegoro
Kebersamaan penulis dengan guru dan siswa-siswi setelah selesai wawancara
Foto penulis dengan guru Bimbingan Konseling saat selesai wawancara
kebersamaan penulis dengan guru Bimbingan Konseling SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Identitas Diri a. Nama b. Tempat/ Tanggal Lahir c. Alamat Wonosegoro Boyolali d. Agama e. E-mail
: Nurul Istikomah : Boyolali, 06 Mei 1994 : Ringin Anom Rt 02 Rw VI : Islam :
[email protected]
II.
Riwayat Pendidikan a. Madrasah Ibtidaiyah Ringin Anom, Wonosegoro, Lulus Tahun 2006 b. SMP Negeri 1 Wonosegoro, Lulus Tahun 2009 c. SMA Islam Sudirman Ambarawa, Lulus Tahun 2012 d. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Lulus Tahun 2016
III.
Pengalaman Organisasi Pernah aktif dalam organisasi: a. Sekretaris Bidang Keagamaan Karang Taruna Bina Remaja Ringin Anom Tahun 2013 b. Bendahara Umum Karang Taruna Bina Remaja Tahun 2014 c. Pengurus Kopma Fatawa Bidang Fatawa Coopreneurship study Center Tahun 2015