PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur)
NOVI PUSPITASARI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2012
Novi Puspitasari NIM I24070012
3
ABSTRACT NOVI PUSPITASARI. The Role of Gender, Women's Economic Contribution and Family Welfare Horticulture Farmers (Case in Padajaya Village, Sindangjaya Village, District Cipanas, Cianjur). Guided by HERIEN PUSPITAWATI and TIN HERAWATI. This study aimed to analyze the role of gender, women's economic contribution and wellbeing of the family farmer horticulture that involving 30 families purposively with the criteria as a vegetable farmer husband and wife worked as a cut flower crop farmers. The data was collected through interviews by using questionnaires. Gender roles consist of domestic and public activities that include farm financial management. Economic contribution was measured by the proportion of women and family income. In addition subjective well-being was measured by the satisfaction of sample. Morever, data was analyzed descriptively and inferentially using Pearson correlation. The results showed an average of women's economic contribution of 11,3 percent. Gender roles in domestic and public activities were categorized as moderate and gender roles in farm financial management are in high category. Subjective well-being of the family generally grouped as moderate. Women's economic contribution significantly positively related to objective and subjective well-being. Keywords: economic contribution, family welfare, gender roles
ABSTRAK NOVI PUSPITASARI. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan TIN HERAWATI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura yang melibatkan 30 keluarga secara purposive dengan kriteria suami sebagai petani sayuran dan istri bekerja sebagai petani tanaman bunga potong. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner. Peran gender terdiri dari aktivitas domestik dan publik yang mencakup manajemen keuangan usaha tani. Kontribusi ekonomi diukur berdasarkan proporsi pendapatan perempuan dan keluarga. Kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan kepuasan contoh. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kontribusi ekonomi perempuan sebesar 11,3 persen. Peran gender pada aktivitas domestik dan publik berada pada kategori sedang dan peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani berada pada kategori tinggi. Kesejahteraan subjektif keluarga termasuk kategori sedang. Kontribusi ekonomi perempuan berhubungan positif signifikan dengan kesejahteraan objektif dan subjektif. Kata kunci : kesejahteraan keluarga, kontribusi ekonomi, peran gender
4
RINGKASAN NOVI PUSPITASARI. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan TIN HERAWATI. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga (2) Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga (3) Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan subjektif keluarga contoh (4) Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan subjektif keluarga contoh. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive. Penelitian dilakukan di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Contoh penelitian ini adalah istri yang bekerja sebagai petani tanaman bunga potong dan suami sebagai petani sayuran di Kecamatan Cipanas. Berdasarkan sumbernya, jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari kantor desa setempat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji korelasi Pearson. Data merupakan bagian dari penelitian Gender in Integrated Pest Management Collaborative Research Support Program (IPM-CRSP): Comparative Studies 2010-2012, kerjasama konsorsium universitas antara IPB, Virginia Tech USA, Clemson University USA, UPLB dan Combodia (dengan koordinator pihak IPB adalah Dr.Ir.Herien Puspitawati M.Sc., M.Sc.) Karakteristik contoh menunjukkan bahwa rata-rata usia contoh tergolong dewasa awal dan rata-rata usia suami adalah dewasa menengah dengan pendidikan sebagian besar contoh (90.0%) dan suami (83,3%) adalah tamat Sekolah Dasar (SD). Rata-rata besar keluarga contoh adalah kecil yaitu ≤ 4 orang. Rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp1.485 .933,33 dan rata-rata pendapatan per kapita keluarga adalah Rp.381.111,90. Rata-rata pengeluaran keluarga per bulan Rp1.513.366,67 dan rata-rata pengeluaran per kapita keluarga adalah Rp364.807,38. Hampir tiga perempat contoh (70,0%) memiliki pendapatan yang lebih kecil daripada pengeluaran. Rata-rata pengeluaran untuk pangan dan non pangan sebesar Rp1.129.650,00 dan Rp383.716,67. Hal ini berarti pengeluaran pangan jauh lebih besar daripada pengeluaran non pangan. Kerjasama peran gender yang dilakukan dalam aktivitas domestik dan publik berada pada kategori sedang. Artinya sudah terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri meskipun masih terdapat salah satu yang dominan. Dalam hal manajemen keuangan usaha tani kerjasama gender termasuk kategori tinggi, artinya sudah terdapat kerjasama yang baik antara suami istri terutama dalam hal manajemen keuangan hasil usaha tani. Rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan total keluarga sebesar 11,3 persen. Hal ini berarti contoh memiliki kontribusi terhadap pendapatan total keluarga, meskipun tidak terlalu besar. Tingkat kesejahteraan keluarga secara fisik, sosial dan psikologi termasuk dalam kategori sedang, dan pada indikator kesejahteraan ekonomi termasuk dalam kategori rendah. Lebih dari separuh contoh (60,0) memiliki tingkat kesejahteraan subjektif total dengan kategori sedang. Artinya, keluarga contoh merasa cukup puas terhadap semua kesejahteraan subjektif yang dimiliki. Terbukti kondisi kesejahteraan subjektif keluarga contoh tergolong cukup puas dengan rata-rata skor sebesar 54,8 persen.
5
Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi suami dan istri dengan kesejahteraan objektif (pendapatan total). Hal ini berarti semakin tinggi usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi suami dan istri maka kesejahteraan keluarga objektif akan semakin meningkat. Hasil korelasi Pearson juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif signifikan antara pendapatan total, kontribusi ekonomi suami dan kontribusi ekonomi istri dengan kesejahteraan subjektif keluarga contoh, artinya semakin tinggi pendapatan total, kontribusi ekonomi suami dan kontribusi ekonomi istri maka kesejahteraan subjektif akan semakin meningkat. Besar keluarga berhubungan negatif dan signifikan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini berarti semakin sedikit jumlah anggota keluarga, maka kesejahteraan subjektif keluarga semakin tinggi. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara peran gender dengan kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif. Kata kunci: kesejahteraan keluarga, kontribusi ekonomi perempuan, peran gender
6
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian dan seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
7
PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur)
NOVI PUSPITASARI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
8
Judul
:
Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur)
Nama
:
Novi Puspitasari
NIM
:
I24070012
Disetujui,
Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc Pembimbing I
Dr. Tin Herawati, SP, M.Si Pembimbing II
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus :
9
PRAKATA Puji syukur pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikutura di Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc. dan Ibu Dr. Tin Herawati SP, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, saran, dan nasihat-nasihat selama penulisan skripsi ini dilakukan. 2. Ibu Dr.Ir. Dwi Hastuti, M.Sc sebagai pembimbing akademik penulis selama masa perkuliahan yang selalu memberikan saran serta motivasinya. 3. Ibu Dr.Ir. Euis Sunarti, M.Si dan Ibu Irni Rahmayani Johan SP, MM sebagai dosen penguji skripsi serta Ibu Alfiasari, SP, M.Si sebagai dosen pemandu seminar untuk masukan dan sarannya agar skripsi ini lebih baik lagi. 4. Kantor Desa Padajaya, Ketua RT 01 sekaligus ketua kelompok tani Sindangjaya atas segala bantuan dalam pengambilan data dan atas kemudahan dalam penelitian. Seluruh responden dalam penelitian ini yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. 5. Orangtua tercinta Bapak Agus Suhaya dan Ibu Acih Rukaesih S.Pd yang telah memberikan doanya, mendukung dan memotivasi. Selain itu untuk kakak tercinta Rudi Firmansyah SP dan Andri Lahardi ST yang selalu memberikan semangat, serta Wahyu Firmansyah S.Sos atas doa, perhatian, dan semangat penuh kepada penulis. 6. Latifatul Hayati, Fauziah Fajrin, Atirah dan Ayunda sebagai teman seperjuangan, seluruh teman-teman IKK 44 dan IKK 45 yang telah menjadi keluarga selama perkuliahan berlangsung, tempat mencurahkan perasaan dan berbagi suka serta duka serta selalu memberikan kekompakan, Teh Tika atas doa, motivasi, bantuan dan masukan yang telah diberikan selama ini. 7. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas semua dukungannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, walaupun demikian penulis tetap mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Bogor, Oktober 2012 Novi Puspitasari
10
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...............................................................................
ix
DAFTAR TABEL .......................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................
xiii
PENDAHULUAN .....................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................
1
Perumusan Masalah ..........................................................
3
Tujuan Penelitian ..............................................................
5
Kegunaan Penelitian ..........................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
7
Pendekatan Teori Keluarga ...............................................
7
Pengertian Keluarga ......................................................
7
Pendekatan Teori Struktural Fungsional .......................
8
Pendekatan Konsep Gender dalam Kehidupan Keluarga ...
10
Konsep Gender ..............................................................
10
Persepsi Peran Gender ...................................................
12
Peran Perempuan (istri) dalam Keluarga ......................
13
Kontribusi Ekonomi Perempuan ........................................
14
Kesejahteraan Keluarga .....................................................
15
Hasil Penelitian Terdahulu .................................................
18
KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................
21
METODE PENELITIAN ..........................................................
25
Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian .................................
25
Teknik Pengambilan Contoh ..............................................
25
Jenis dan Pengambilan Data ...............................................
26
Pengolahan dan Analisis Data ............................................
27
Definisi Operasional ..........................................................
29
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
31
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................
31
Karakteristik Contoh dan Keluarga ....................................
32
Usia Contoh dan Suami .................................................
31
11
Tingkat Pendidikan Contoh dan Suami ........................
33
Besar Keluarga Contoh .................................................
33
Kondisi Tempat Tinggal ...............................................
34
Kepemilikan Aset ...........................................................
36
Pendapatan Keluarga per Bulan ....................................
37
Pengeluaran Keluarga per Bulan ...................................
39
Perbandingan Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Per kapita ........................................................................
40
Pengeluaran Pangan dan non Pangan .............................
41
Pembagian Peran Gender dalam Keluarga .........................
42
Peran Gender dalam Aktivitas Domestik .......................
42
Peran Gender dalam Aktivitas Publik ............................
44
Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Pendapatan Total Keluarga ....................................................................
48
Kesejahteraan Keluarga Subjektif .......................................
50
Hubungan Antar Variabel ..................................................
58
Hubungan Karakteristik Contoh, Keluarga Contoh, Kontribusi Ekonomi Contoh, Peran Gender , dan Kesejahteraan Keluarga ...............................................
58
Pembahasan Umum ...........................................................
61
Keterbatasan Penelitian .....................................................
63
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................
65
Simpulan ...........................................................................
65
Saran ..................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................
67
LAMPIRAN ...............................................................................
75
RIWAYAT HIDUP .....................................................................
87
12
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Penelitian terdahulu terkait topik penelitian ......................
19
2.
Jenis data, peubah, contoh, alat dan cara pengukuran skala data ...........................................................................
25
3.
Sebaran contoh berdasarkan usia contoh dan suami .........
32
4.
Sebaran contoh berdasarkan pendidikan contoh dan suami ..................................................................................
33
5.
Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ......................
33
6.
Sebaran contoh berdasarkan kondisi tempat tinggal .........
35
7.
Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset ..................
36
8.
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan ............................................................................
37
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita ...........................................................................
38
10. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan .................................
39
11. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan ..............................................................
39
12. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita .........
40
13. Sebaran contoh berdasarkan perbandingan pendapatan dan pengeluaran per kapita ................................................
40
14. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan non pangan ................................................................................
42
15. Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas domestik .............................................................................
43
16. Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas domestik ..............................................................
44
17. Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas publik .................................................................................
45
18. Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas publik ..................................................................
46
19. Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani .......................................
47
20. Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani .......................................
48
9.
13
21. Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga .................
50
22. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan fisik ....................................................................................
51
23. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan fisik ....................................................................................
52
24. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan ekonomi .............................................................................
52
25. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan ekonomi .............................................................................
53
26. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan sosial ...................................................................................
54
27. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan sosial ...................................................................................
55
28. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan psikologi .............................................................................
56
29. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan psikologi .............................................................................
56
30. Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif total ....................................................................
57
31. Sebaran koefisien korelasi Pearson karakteristik contoh, keluarga contoh, kontribusi ekonomi contoh, peran gender dan kesejahteraan keluarga .................................................
59
14
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran ...........................................................
23
2. Teknik Pengambilan Contoh ..............................................
25
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel ....................
75
2. Skala pengkategorian dan pengukuran variabel penelitian .
76
3. Jenis tanaman yang ada di pekarangan ................................
78
4. Aktivitas pertanian di pekarangan dan kebun......................
80
5. Alat pertanian di pekarangan dan kebun .............................
82
6. Pembagian hasil kebun dan pekarangan ..............................
84
7. Foto kegiatan .......................................................................
86
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari 91 juta penduduk yang bekerja (BPS 2004). Selanjutnya berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2009 menunjukkan bahwa dari sejumlah 104 juta penduduk berumur 15 tahun ke atas, terdapat 43 juta orang yang lapangan pekerjaan utamanya di sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian dalam penurunan jumlah penduduk miskin dan dalam penyediaan lapangan kerja menyebabkan banyaknya program-program pemerintah yang menunjang perkembangan sektor pertanian di tiap daerah. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten dengan sektor unggulan pertanian. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Cianjur, lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62,99 persen dan sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 42,80 persen1. Sebagai daerah beriklim tropis, di wilayah Cianjur tumbuh subur tanaman sayuran dan tanaman hias. Salah satu daerah yang mendominasi tanaman sayuran dan tanaman hias berupa bunga potong adalah Kecamatan Cipanas. Sebagian besar penduduk di daerah ini menggantungkan hidup dari sektor pertanian, baik tanaman pangan maupun hortikultura dengan komoditas sayuran dan tanaman bunga potong. Hal ini berkorelasi dengan ketersediaan produksi untuk konsumsi penduduk yang cenderung mengalami peningkatan. Kemiskinan
di
Indonesia
merupakan
masalah
utama.
Meskipun
pemerintah selalu berupaya mengkaitkan program pembangunan dengan penanggulangan kemiskinan tetapi hingga saat ini kelompok masyarakat atau rumah tangga miskin masih belum dapat dihilangkan. 1
http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)
2
Populasi penduduk miskin menurut data BPS (2010) di Indonesia pada bulan Maret 2010 adalah sebesar 31.02 juta orang (13.33%), dan jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 32.53 juta (14.15%), berarti terdapat penurunan sebesar 1.51 juta orang. Angka ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya terjadi pengurangan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 0.81 juta (dari 11.91 juta pada Maret 2009 menjadi 11.10 juta pada Maret 2010), sementara di daerah perdesaan berkurang sebesar 0.69 juta orang (dari 20.62 juta pada Maret 2009 menjadi 19.93 juta pada Maret 2010). Analisis yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika Indonesia (BPS) mengenai penurunan angka kemiskinan yang terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah sekitar 70 persen penduduk miskin yang berada di daerah pedesaan bekerja di sektor pertanian, baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura seperti sayuran, tanaman buah- buahan, tanaman hias dan obat-obatan. Hal ini didukung dengan data BPS (2006), yaitu lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja secara berturut-turut adalah pertanian, perdagangan, dan industri dengan proporsi masing-masing sebesar 44,5 persen, 19,5 persen, dan 12,2 persen. Tekanan ekonomi dan semakin meningkatnya kebutuhan rumahtangga, menyebabkan banyak perempuan yang ikut bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Dalam keluarga miskin, peran perempuan di sektor publik diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga, dan peran perempuan atau istri di sektor domestik diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga. Keterlibatan seluruh keluarga dalam mengelola usaha tani mutlak dibutuhkan. Keterlibatan perempuan memiliki peran yang besar dalam keluarga baik untuk kegiatan rumah tangga maupun kegiatan ekonomi yang dapat menunjang pendapatan rumahtangga. Perempuan (istri petani) secara langsung maupun tidak langsung ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan usaha yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga. Namun, perempuan umumnya dihargai dengan upah yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Seringkali upah yang dihasilkan istri untuk keluarga
3
dianggap sebagai hasil kontribusi suami terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi ekonomi perempuan masih dianggap sekunder dan hanya sebagai pelengkap hasil dari laki-laki (Sobari 1992). Hal ini dikarenakan perempuan seringkali dipandang sebagai orang kedua yang hanya membantu pasangan (subordinat), berpendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan keterampilan untuk menghasilkan kontribusi ekonomi bagi keluarga. Sejauh ini, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa peran dan kontribusi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga cukup memegang peranan penting. Namun demikian, pada kenyataanya perempuan masih saja dipandang sebelah mata dalam masyarakat (Zehra 2008). Untuk itu, peneliti tertarik
untuk melihat bagaimana peran gender,
kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan subjektif keluarga petani hortikultura di Kampung Padajaya, Kabupaten Cianjur.
Perumusan Masalah Pada tahun 2004 tingkat kemiskinan di Kabupaten Cianjur adalah 26,7 persen dari total jumlah penduduk, tetapi pada tahun 2008 telah mencapai 34,01 persen dari total jumlah penduduk. Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cianjur menunjukkan pada tahun 2005 tingkat kemiskinan naik menjadi 28,34 persen, tahun 2006 naik menjadi 35,92 persen, dan tahun 2007 sempat turun menjadi 32,44 persen, tetapi kemudian pada tahun 2008 kembali naik menjadi 34,01 persen. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Cianjur tercatat 2.138.465 jiwa dengan jumlah penduduk miskin 727.291 jiwa. Tingkat pengangguran walaupun masih banyak tetapi sudah mengalami penurunan. Sebab sebagian besar sudah dan dapat diserap melalui berbagai kegiatan. Penyerapan tenaga kerja terbanyak ada di sektor pertanian sebesar 48,12 persen, dan sektor perdagangan 23,73 persen2. Dampak keluarga miskin dan banyaknya pengangguran dalam era globalisasi menuntut perempuan untuk memberikan sumbangan yang lebih bagi keluarga, tidak hanya terbatas pada pekerjaan domestik, seperti melayani suami, mengurus rumah tangga, dan merawat anak. Hal ini menyebabkan banyak wanita 2
http ://cianjur.go.id (diakses 15 Mei 2011)
4
yang terdorong untuk ikut bekerja mencari nafkah yang dimotivasi oleh ekonomi keluarganya, namun mayoritas perempuan yang bekerja di daerah perdesaan berada pada status pekerja keluarga tidak dibayar. Rasio perempuan di bidang pertanian yang mengubah tenaga kerja mereka menjadi uang tunai sangat rendah (Gulcubuk 2010). Daerah Cianjur, terutama Desa Padajaya memiliki potensi pertanian dengan komoditas utama yaitu sayuran dan tanaman bunga potong. Lahan untuk menanam sayuran biasanya di kebun yang pekerjaannya dominan dilakukan oleh suami dan tanaman bunga potong ditanam di daerah pekarangan yang pekerjaannya dominan dilakukan oleh istri. Di Dusun Padajaya, istri ikut memberikan kontribusi ekonomi dalam peran publik, dengan memanfaatkan lahan pekarangan yaitu menanam tanaman bunga potong yang kemudian dijual untuk menambah penghasilan keluarga. Namun, adanya kendala terhadap lahan yang masih sempit, terbatasnya modal, akses dan pengetahuan mengenai pertanian, menyebabkan potensi yang dimiliki tersebut kurang optimal. Penghasilan yang diperoleh oleh keluarga petani, cenderung dipengaruhi oleh besarnya lahan yang mereka miliki, termasuk lahan pekarangan. Istri yang memiliki lahan pekarangan luas, dapat ditanami oleh berbagai tanaman bunga potong yang lebih bervariasi dan bernilai jual tinggi, sebaliknya, perempuan yang memiliki lahan pekarangan yang sempit, akan lebih terbatas dalam meningkatkan kuantitas produksi hasil pekarangannya. Masalah utama perempuan yang bekerja dalam bidang pertanian diantaranya, tidak memiliki akses berkualitas seperti rendahnya akses pendidikan dan kesehatan, melakukan pekerjaan berstatus dan penghasilan rendah, tidak adanya jaminan sosial, besarnya peran tradisional terutama dalam hal aktivitas domestik, dan rendahnya kesempatan (Gulcubuk 2010). Dalam aktivitas publik secara umum, pada petani sayuran, istri kurang terlihat ikut terlibat dalam pemasaran secara ekonomi, sehingga akses istri terbatas. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah-masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana pembagian gender dalam keluarga? 2. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga?
5
3. Bagaimana tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi
perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara
objektif dan subjektif?
Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura (studi kasus di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur).
Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga. 2. Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga. 3. Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh. 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara objektif dan subjektif.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk : 1. Sarana untuk mengembangkan diri dan memperluas pengetahuan serta wawasan peneliti mengenai pentingnya peran gender dan kontribusi ekonomi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga. 2. Sumbangan informasi bagi pengembangan IPTEK di Indonesia terutama yang berkaitan dengan keluarga. 3. Bahan
masukan bagi pemerintah dan pihak terkait yang peduli dengan
keluarga, sehingga akan bermanfaat bagi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia.
6
4. Bagi masyarakat, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai peran dan kedudukan istri yang membantu
perekonomian
keluarganya dan mengetahui kontribusinya terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga. 5. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca khususnya mengenai peran gender dan kontribusi ekonomi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga serta dapat berguna sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga
Pengertian Keluarga Keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (BKKBN 1992). Menurut Saxton (1990) keluarga merupakan suatu hubungan antar dua orang atau lebih yang dipersatukan melalui kelahiran, adopsi, atau perkawinan, dan hidup bersama-sama dalam suatu rumah tangga. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gunarsa&Gunarsa (2004) bahwa keluarga yaitu sekelompok orang yang diikiat oleh perkawinan atau pertalian darah, biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak. Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin 1995) keluarga merupakan suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas keluarga). Keluarga merupakan suatu manajerial unit yang mampu mengelola sumberdaya keluarga yang dimiliki untuk mencapai tujuan keluarga (Gross, Crandal, dan Knoll 1973). Menurut Duvall dan Miller (1985) keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, ikatan darah, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya. Tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi anggota keluarganya, serta untuk melestarikan keturunan dan budaya suatu bangsa (Landis 1989). Fungsi keluarga utama yang telah diuraikan didalam resolusi majelis Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) adalah keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera (Megawangi 2009). Definisi-definisi tersebut menunjukkan
8
bahwa selain adanya ikatan yang terjalin antara anggota keluarga, keluarga juga mempunyai tujuan dan fungsinya. Berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 dalam BKKBN (1996) terdapat delapan fungsi utama keluarga dalam proses untuk mengembangkan potensinya agar dapat terwujud keluarga sejahtera yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan.
Pendekatan Teori Struktural- Fungsional Pendekatan struktural-fungsional adalah pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam
suatu institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah institusi
dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat, dan akhirnya keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem (Megawangi 1999). Penganut pandangan teori struktural fungsional melihat sistem sosial sebagai suatu sistem yang seimbang, harmonis, dan berkelanjutan. Konsep struktur sosial meliputi bagianbagian dari sistem dengan cara kerja pada setiap bagian yang terorganisir (Puspitawati 2012) Pendekatan
teori
struktural
fungsional
dapat
digunakan
untuk
menganalisis peran anggota keluarga agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat (Newman dan Grauerholz 2002). Salah satu aspek penting dari perspektif struktural fungsional adalah bahwa pada setiap keluarga yang sehat terdapat pembagian peran atau fungsi keluarga yang jelas, fungsi tersebut terpolakan dalam struktur hirarkis yang harmonis, dan adanya komitmen terhadap pelaksanaan peran atau fungsi tersebut. Peran adalah sejumlah kegiatan yang diharapkan bisa dilakukan oleh setiap anggota keluarga sebagai subsistem keluarga dengan baik, untuk mencapai tujuan sistem. Menurut Levy dalam Megawangi (1999) harmoni dalam pembagian dan penyelenggaraan fungsi dan peran, alokasi solidaritas, komitmen terhadap hak, kewajiban dan nilainilai bersama ini merupakan kondisi utama bagi berfungsinya suatu keluarga.
9
Menurut Puspitawati (2012) aspek struktural menciptakan keseimbangan sebuah sistem yang tertib (social order), ketertiban keluarga akan tercipta jika ada struktur atau strata dalam keluarga, yaitu masing-masing mengetahui peran dan posisinya dan patuh pada nilai yang melandasi struktur tersebut. Levy dalam Megawangi (1999) mengatakan bahwa tanpa adanya pebagian peran dan tugas yang jelas pada masing-masing anggota dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu yang nantinya akan berpengaruh terhadap sistem yang lebih besar lagi. Jika hal ini terjadi, maka akan ada satu posisi yang tidak dapat dipenuhi, sehingga akan dapat menimbulkan konflik bagi keluarga,
dan
akhirnya
keberadaan
institusi
keluarga
tidak
akan
berkesinambungan. Persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga sebagai suatu sistem dapat berfungsi antara lain: 1. Adanya diferensiasi peran, dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap anggota dalam keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur, gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing- masing aktor. 2. Alokasi solidaritas, distribusi relasi antar anggota keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta dan kepuasan menggambarkan hubungan antaranggota. Misalnya keterikatan emosional antara seorang ibu dan anaknya. Kekuatan mengacu pada keutamaan sebuah relasi relatif terhadap relasi lainnya. Hubungan antara bapak dan anak laki-laki mungkin lebih utama daripada hubungan suami dan istri pada suatu budaya
tertentu.
Sedangkan
intensitas
adalah
kedalaman
relasi
antaranggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan. 3. Alokasi ekonomi, yaitu distribusi barang-barang dan jasa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Diferensiasi tugas ini juga ada terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga. 4. Alokasi politik, distribusi kekuasaan dalam keluarga dan siapa yang bertanggung jawab atas tindakan anggota keluarga. Agar keluarga dapat berfungsi maka diperlukan distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu.
10
5. Alokasi integrasi dan ekspresi, distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku yang memenuhi tuntutan norma yang berlaku untuk setiap anggota.
Pendekatan Konsep Gender dalam Kehidupan Keluarga Konsep Gender Kata “gender” dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status, dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, gender adalah hasil kesepakatan antarmanusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karena itu, gender bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya (Puspitawati 2012). Hubungan antara laki-laki dan perempuan seringkali sangat penting untuk menentukan hubungan keduanya. Demikian pula, jenis-jenis hubungan yang bisa berlangsung antara perempuan dan laki-laki akan menjadi pendefinisian perilaku gender yang semestinya oleh masyarakat. Pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki dalam masyarakat tertentu ditetapkan oleh kelas, gender, dan suku (Mosse 2002). Puspitawati (2012) menyatakan bahwa gender menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis dalam hal alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan memang membawa konsekuensi fungsi reproduksi yang berbeda (perempuan mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui; sedangkan laki-laki membuahi dengan spermatozoa). Jenis kelamin biologis inilah merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan dan berlaku sepanjang zaman. Konsep gender yang digunakan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Perempuan (1996) adalah perbedaan-perbedaan sifat perempuan dan pria yang tidak mengacu pada perbedaan biologis, tetapi pada nilai-nilai sosial budaya yang menentukan peranan perempuan dan pria dalam kehidupan pribadi dan dalam setiap bidang masyarakat. Kebudayaan yang dimotori oleh budaya patriarkhi menafsirkan perbedaan biologis menjadi indikator kepantasan dalam berperilaku yang akhirnya berujung
11
pada pembatasan hak, akses, partisipasi, kontrol, dan menikmati manfaat dari sumberdaya dan informasi. Akhirnya, tuntutan peran, tugas, kedudukan dan kewajiban yang pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dan yang tidak pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan sangat bervariasi dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya (Puspitawati 2012). Menurut Puspitawati (2012) Pembagian peran gender bertujuan untuk mendistribusikan tugas dalam rangka menjaga efisiensi dan keseimbangan sistem keluarga dan masyarakat. Umumnya masyarakat membagi peran berdasarkan tradisi para leluhur yang sudah dibakukan dalam internalisasi dan sosialisasi norma masyarakat. Kesetaraan gender yaitu kondisi perempuan dan laki-laki menikmati status yang setara dan memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak asasi dan potensinya bagi pembangunan di segala bidang kehidupan. Sedangkan keadilan gender yaitu suatu kondisi adil untuk perempuan dan laki-laki melalui proses budaya dan kebijakan yang menghilangkan hambatan-hambatan berperan bagi perempuan dan laki-laki (Puspitawati 2012), Menurut Puspitawati (2009) wujud kesetaraan dan keadilan gender antara lain : 1. Akses, yaitu kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya pembangunan, contoh: memberikan kesempatan yang sama baik kepada laki-laki ataupun perempuan dalam memperoleh informasi pendidikan dan kesempatan untuk meningkatkan karir. 2. Partisipasi, yaitu perempuan dan laki-laki memiliki partisipasi yang sama dalam proses pengambilan keputusan, contoh: memberikan peluang yang sama baik kepada laki-laki ataupun perempuan untuk ikutn serta dalam menentukan pilihan pendidikan di dalam rumahtangga. 3. Kontrol, yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai kekuasaan yang sama pada sumberdaya pembangunan, contoh: memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan dalam penguasaan terhadap sumberdaya baik materi maupun non materi dan mempunyai kontrol yang mandiri dalam menentukan apakah laki-laki dan perempuan mau meningkatkan jabatan struktural menuju jenjang yang lebih tinggi.
12
4. Manfaat, yaitu pembangunan harus mempunyai manfaat yang sama bagi perempuan dan laki-laki, contoh: Program Pendidikan dan Latihan (Diklat) harus memberikan manfaat yang sama bagi laki-laki dan perempuan.
Persepsi Peran Gender Pandangan laki-laki lebih cocok untuk melakukan peran produktif dan perempuan lebih cocok untuk mengerjakan peran reproduktif secara tradisional ditanamkan dalam benak individu tentang kekhasan perilaku seorang perempuan (feminin) dan kekhasan perilaku laki-laki (maskulin) yang oleh Hurlock (1980) disebut sebagai peran gender, dan akhirnya akan membentuk suatu pendapat yang dapat menjadi suatu norma di dalam masyarakat. Pada dasarnya pembagian peran gender dalam keluarga petani antara aktivitas domestik rumah tangga dan aktivitas pertanian, istri petani paling dominan dalam melakukan aktivitas domestik dan suami dalam aktivitas pertanian (Whatmore 1991). Pada budaya patriarkhi, terdapat pembagian peran gender yang bervariasi antara laki-laki dan perempuan. Umumnya masyarakat membagi peran berdasarkan sosialiasi norma masyarakat, dengan kata lain, norma membatasi apa yang pantas dilakukan oleh laki-laki dan yang tidak pantas dilakukan oleh lakilaki, sebaliknya juga dengan perempuan. Ada sebagian masyarakat yang sangat kaku membatasi peran yang pantas dilakukan baik oleh laki-laki dan perempuan, misalnya tabu bagi seorang laki-laki masuk ke dapur atau menggendong anaknya di depan umum dan tabu bagi seorang perempuan untuk sering keluar rumah untuk bekerja. Namun demikian, ada juga masyarakat yang fleksibel dalam memperbolehkan laki-laki dan perempuan melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya perempuan diperbolehkan bekerja sebagai kuli bangunan sampai naik ke atap rumah atau memanjat pohon kelapa, sedangkan laki-laki sebagian besar menyabung ayam untuk berjudi (Puspitawati 2012). Scanzoni dan Supriyantini (2002) dalam Rachmawati (2010) membedakan pandangan peran gender melalui dua bagian yaitu peran gender tradisional dan peran gender modern.
13
1.
Peran gender tradisional
Pandangan ini membagi tugas secara tegas berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki yang mempunyai pandangan peran gender yang tradisional, tidak ingin perempuan menyamakan kepentingan dan minat diri sendiri dengan kepentingan keluarga secara keseluruhan. 2.
Peran gender modern
Tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan jenis kelamin secara kaku, kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar atau setingkat. Laki-laki mengakui minat dan kepentingan perempuan sama pentingnya dengan minat laki-laki, menghargai kepentingan pasangannya dalam setiap masalah rumahtannga dan memutuskan masalah yang dihadapi secara bersama-sama. Perempuan yang berpandangan modern, berusaha memusatkan perhatiannya untuk mencapai minatnya sendiri yang tidak lebih rendah dari minat suami.
Peran Perempuan (Istri) dalam Keluarga Gender dalam rumahtangga adalah perbedaan status dan peran antara laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam menjalankan fungsi-fungsi rumahtangga. Gender dalam rumahtangga dapat mencakup pembagian kerja bagi anggota keluarga, adanya pembagian kerja tersebut akan menentukan peran dan tanggungjawab masing-masing anggota keluarga. Adanya peran anggota keluarga pun dapat menentukan seberapa besar partisipasi anggota keluarga dapat berkontribusi tehadap ekonomi keluarga. Telah diakui adanya peran ganda (multy roles) dari perempuan, baik sebagai istri, ibu dan sebagai pekerja, serta anggota masyarakat. Jadi perempuan dapat
memainkan
peranannya
baik
di
sektor
publik,
domestik
dan
kemasyarakatan. Perempuan dikenal sebagai individu yang dapat mengerjakan berbagai kegiatan pada waktu yang sama (overlapping activities) sehari-hari. Halhal yang biasa dilakukan peempuan di desa adalah aktivitas-aktivitas seperti menggendong anak sambil menyapu halaman rumah di pagi hari atau sambil menunggu menjemur padi dan menjemur pakaian, atau aktivitas-aktivitas seperti mengasuh anak sambil menunggu di rumah, sambil memasak air dan menunggu menjemur pakaian. Peran perempuan di sektor publik dalam menambah
14
pendapatan keluarga tidak dapat dipandang sebelah mata. Telah dibuktikan oleh realita bahwa ternyata perempuan dapat menjadi penyelamat keluarga dan juga penyelamat bangsa di masa krisis ekonomi dengan keuletannya dalam beraktifitas mencari tambahan uang bagi keluarganya (family generating income) (Puspitawati 2009). Hubeis (2000) menyebutkan bahwa pembagian kerja dalam perspektif gender mengacu pada cara-cara dimana semua jenis-jenis pekerjaan (reproduktif, produktif dan sosial) dibagi antara pria dan wanita serta bagaimana pekerjaan tersebut dinilai dan dihargai secara kultural dalam masyarakat tertentu. Pekerjaan reproduktif atau domestik adalah kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan tugas-tugas kerumah tanggaan seperti menyiapkan makanan, berbelanja, mengasuh dan mendidik anak. Pekerjaan produktif menyangkut segala pekerjaan yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi sendiri atau diperdagangkan. Sedangkan pekerjaan sosial adalah pekerjaan atau aktifitas yang terkait dengan aspek status kekuasaan atau kewajiban kewajiban bagi seseorang yang terbentuk secara kultural pada struktur masyarakat dimana ia tinggal.
Kontribusi Ekonomi Perempuan Keluarga yang hidup dalam kondisi miskin melakukan suatu strategi untuk dapat bertahan di tengah keterbatasan. Rumahtangga petani-petani di perdesaan contohnya menerapkan pola nafkah ganda sebagai bagian dari strategi ekonomi. Dalam pola itu sejumlah anggota keluarga usia kerja terlibat mencari nafkah di berbagai sumber, baik on farm maupun off farm. Dalam strategi nafkah tersebut, wanita seperti juga pria memiliki peran yang sangat penting sebagai pencari nafkah. Wanita tidak hanya terlibat dalam kegiatan reproduksi yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, tetapi juga dalam kegiatan produksi yang langsung menghasilkan pendapatan (White, Hart, Pudjiwati Sajogyo dalam Sitorus 1991). Masalah rendahnya produktivitas perempuan dalam pengembangan ekonomi
keluarga sama sekali
belum
disentuh
secara mendetail
dan
berkesinambungan. Produktivitas perempuan dalam hal ini diukur berdasarkan
15
kontribusi pekerjaan publik yang dibayar, sedangkan pekerjaan perempuan di aspek domestik tidak diperhitungkan (Puspitawati 2012). Di daerah perdesaan, wanita memiliki peranan besar dalam kegiatan mencari nafkah, di samping mengatur rumahtangga. Berbagai kegiatan usahatani spesifik gender dilakukan wanita, seperti: menanam, menyiang, panen dan pasca panen, bahkan menentukan tenaga kerja, pemasaran, dan perputaran kredit. Peran wanita tersebut sangat dipengaruhi oleh: 1) tingkat pendapatan (makin miskin suatu rumahtangga, maka makin besar kontribusi tenaga atau waktu wanita yang tercurah); 2) kondisi sosial budaya (tingkat pendidikan, kesehatan, posisi dalam proses pengambilan keputusan, mobilitas yang sangat dipengaruhi nilai atau norma sosial dan keseimbangan; 3) umur dan status perkawinan (Roosganda 2007). Pada umumnya peran perempuan secara ekonomi adalah menambah penghasilan keluarga. Karena itu penghasilan tambahan dari aktifitas ekonomi perempuan dapat mengentaskan keluarga dari kemiskinan (Rahardjo 1995). Berdasarkan penelitian sebelumnya, ditunjukkan bahwa perempuan merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata berpartisipasi, khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumahtangga bersama dengan laki-laki. Perempuan di Perdesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumahtangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usaha tani dan non usaha tani, baik yang sifatnya komersial maupun sosial (Sajogyo 1981). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kaum wanita memberikan kontribusi setengah atau lebih dari total tenaga kerja usahatani (Roosganda 2007). Kontribusi perempuan terhadap pendapatan pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen (Ukoha 2003).
Kesejahteraan Keluarga Kesejahteraan merupakan harapan dan tujuan hidup setiap orang. Tingkat kesejahteraan setiap orang dapat berbeda-beda dalam arti keadaan kesejahteraan yang dialami seseorang belum tentu sama bagi orang lain. Kesejahteraan menurut Sawidak (1985) merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun demikian tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat
16
relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Kesejahteraan ekonomi dari suatu keluarga biasanya didefinisikan sebagai tingkat kepuasan atau tingkat pemenuhan kebutuhan yang telah diperoleh oleh keluarga (Park & Kim 2002). Secara umum, pengukuran tingkat kesejahteraan dapat dibedakan melalui dua pendekatan yaitu kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif. Pengukuran menggunakan pendekatan objektif didasarkan pada standar yang telah disepakati negara atau provinsi, namun pada pengukuran kesejahteraan subjektif didasarkan pada pertimbangan individual (Raharto dan Romdiati 2000). Puspitawati (2012) menjelaskan bahwa kesejahteraan keluarga objektif dapat diukur salah satunya berdasarkan pendapatan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan. Garis kemiskinan diartikan sebagai tingkat pendapatan yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum. Suatu keluarga yang berpendapatan di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan secara materia, sehingga digolongkan pada keluarga miskin. Diener (2009) mendefinisikan kesejahteraan subjektif sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan seseorang atau keluarga sesuai dengan evaluasi subjektif terhadap kehidupan mereka. Kesejahteraan subjektif adalah kepuasan hidup berdasarkan atas standar personal (Chen 2010). Pengukuran kesejahteraan bersifat subjektif manakala berkaitan dengan aspek psikologis yaitu diukur dari kebahagiaan dan kepuasan (Sunarti 2008). Terdapat perbedaan pandangan kesejahteraan secara subjektif berdasarkan wilayah regional maupun geografi serta nilai sosial-budaya yang ada di masyarakat (Raharto & Romdiati 2000). Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan dan minum dan sebagainya. Adapun tujuan membentuk keluarga yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
17
seimbang antar anggota keluarga dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989; BKKBN 1992). Pembangunan keluarga sejahtera pada hakekatnya adalah meningkatkan keberdayaan dan kemampuan serta peran seluruh anggota keluarga dalam membangun keluarga yang berkualitas sesuai dengan tahapan-tahapannya. Sasaran dari pembangunan keluarga sejahtera adalah keluarga secara utuh dengan sasaran difokuskan kepada ibu atau perempuan. Hal ini dipertimbangkan karena ibu atau perempuan merupakan anggota keluarga yang paling rentan dan memiliki pengaruh yang besar serta resiko yang tidak dimiliki oleh anggota keluarga lain. Ibu juga merupakan anggota keluarga yang memiliki peranan yang besar dalam mengembangkan dan melaksanakan fungsi keluarga yang selama ini belum banyak diberikan dukungan. Dengan demikian seluruh dukungan yang diberikan kepada ibu akan memberikan nilai lebih pada keluarga dibandingkan dengan bila diberikan kepada anggota keluarga yang lain (BKKBN 1998). Kualitas hidup manusia meliputi domain kehidupan manusia antara lain 1) Domain Being (domain yang berkaitan dengan keadaan badan atau makhluk) yang terdiri dari kesejahteraan fisik, kesejahteraan psikologi, sosial dan keadaan spiritual; 2) Domain belonging (domain berkaitan dengan harta milik dan barangbarang) yang meliputi harta fisik, harta sosial, dan harta masyarakat (Universitas Toronto 2003 dalam Puspitawati 2012). Kesejahteraan keluarga pada hakikatnya mempunyai dua dimensi yaitu dimensi material dan spiritual (Sunarti 2008). Untuk menciptakan kesejahteraan suatu keluarga, maka diperlukan suatu keluarga
kecil yang bahagia, namun
dengan ekonomi yang kuat. Keluarga dengan ekonomi yang kuat dapat terwujud apabila fungsi ekonomi dalam keluarga tersebut dapat dipersiapkan dan dibangun dengan baik (BKKBN 1998). Berdasarkan penelitian Khairunnisa (2010) kesejahteraan subjektif itu dipengaruhi oleh jumlah anak. Sedangkan berdasarkan penelitian Irzalinda (2010) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga adalah permasalahan
keluarga
itu
sendiri,
dan
dinyatakan
faktor
determinan
kesejahteraan subjektif adalah pendidikan kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga, persepsi kerja, dan pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian
18
Puspitawati (2009) ditemukan adanya pengaruh positif dari besar keluarga. lama pendidikan suami, umur istri, umur balita, pengeluaranlkapitalbulan dan nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga untuk kegiatan domestik pekerjaan pemeliharaan rumah terhadap kesejahteraan keluarga subjektif. Sementara itu, faktor yang berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah umursuami.
Sedangkan
Chen
(2010)
menjelaskan
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Frekuensi peran yang tinggi akan meningkatkan rata-rata kesejahteraan perempuan.
Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terkait peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga telah banyak dilakukan. Penelitian Puspitawati dan Fahmi (2008) menyatakan bahwa kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan domestik khususnya dalam mengurus anak dan memelihara rumahtangga lebih banyak dilakukan oleh istri, dan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan publik/ekonomi (mencari nafkah) lebih banyak dilakukan oleh suami, tetapi pada kegiatan mencari nafkah terlihat pula keterlibatan istri, sedangkan kegiatankegiatan yang berhubungan dengan usaha tani dilakukan secara bersama-sama antara suami istri. Penelitian Puspitawati dan Fahmi (2008) menunjukkan juga bahwa keluarga petani mempunyai pola pengeluaran yang lebih besar dari pendapatan yang diperoleh, permasalahan dalam usaha tani yang paling banyak dialami adalah rendahnya produksi pertanian. Berdasarkan penelitian terdahulu ini faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembagian peran gender dalam keluarga adalah pendapatan/kapita/bulan, frekuensi perencanaan, dan permasalahan umum keluarga, adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembagian peran gender dalam usaha tani adalah jumlah anggota keluarga, frekuensi perencanaan dan permasalahan umum keluarga. Fausia dan Prasetyaningsih (2005) menyatakan bahwa mayoritas perempuan di pedesaan kurang memiliki akses terhadap sumberdaya pertanian seperti terbatasnya akses dan hak atas lahan dan sumberdaya lainnya. Penelitian
19
Simanjuntak (2010) menjelaskan bahwa relasi gender yang semakin responsif dan tingkat stres ibu yang semakin rendah memberikan pengaruh langsung terhadap kesejahteraan keluarga subjektif, sedangkan ekonomi keluarga yang semakin baik dan strategi koping yang semakin sedikit akan memberikan pengaruh tidak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga subjektif. Hasil penelitian terdahulu tersebut dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun hasil penelitian terdahulu terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1 Penelitian pendahulu terkait topik penelitian No.
Tahun
1.
2003
Ukoha
2.
2010
Khaerunisa Nurul Firdausi
3.
2010
Vivi Irzalinda
4.
2010
Penulis
Sinta Rahmi Putri
Judul Contribution of Women to Farm Family income in Ikuwano Local Government Area of Abia State, Nigeria Analisis Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Manajemen Keuangan Keluarga terhadap Kesejahteraan Keluarga TKW Kontribusi Ekonomi, Peran Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga di Kota dan Kabupaten Bogor
Relasi Gender pada Rumahtangga Petani Sayuran Dataran Rendah
Hasil Kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen Kontribusi ekonomi TKW tidak berpengaruh pada kesejahteraan keluarga Kesejahteraan subjektif dipengaruhi nyata positif oleh jumlah anak Rata-rata kontribusi nilai ekonomi pekerjaan istri terhadap pendapatan total keluarga adalah 16,4 dan 46,2 persen pada masingmasing dua daerah lokasi penelitian Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah permasalahan keluarga. Pada masyarakat petani sayuran pola pengambilan keputusan masih di dominasi oleh laki-laki sebagai kepala keluarga. Perempuan hanya memiliki dominasi kekuasaan dalam mengambil keputusan pada kegiatan domestik. Keterlibatan perempuan di kegiatan produktif sebagian besar terbatas pada mencabut dan mengikat sayuran pada akhir periode tanam. Mayoritas kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki
20
No.
5.
Tahun
2011
Penulis
Wiwik Gustina
Judul
Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Peran Gender terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Hasil adalah di sektor produktif yaitu mengelola lahan pertanian sayuran dengan memegang kontrol terhadap reproduksi hingga pemasaran Rata-rata kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan total keluarga perbulan adalah 43,3 persen. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap kontribusi ekonomi perempuan adalah umur istri dan kepemilikan aset. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap peran gender dalam pengambilan keputusan adalah kepemilikan aset dan kontribusi ekonomi perempuan. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah kepemilikan aset dan pendapatan total keluarga.
21
KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural fungsional yang memiliki asumsi dasar bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar maka fungsifungsi harus dijalankan dan harus ada struktur tertentu demi berlangsungnya suatu keseimbangan atau homoeostatik (Klein dan White 1996; Megawangi 1999). Aplikasi teori yang digunakan adalah pembagian peran gender dalam menjalankan fungsi ekonomi keluarga untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga baik secara objektif maupun subjektif. Keluarga merupakan subsistem dalam sistem masyarakat yang luas dan saling berinteraksi (Deacon dan Firebaugh 1988). Keluarga sebagai sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi supaya sistem tersebut dapat berjalan. Berdasarkan pendekatan teori struktural fungsional, sebuah struktur keluarga membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif, bahwa sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan sebagai ibu rumahtangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga (Parson dan Bales 1995 dalam Hill 2006). Levi dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa tanpa adanya pembagian tugas yang jelas pada masingmasing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu. Hal ini bisa terjadi jika ada satu posisi yang perannya tidak dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena tidak adanya kesepakatan dalam pembagian tugas. Dengan demikian penting adanya pembagian peran dalam keluarga antara suami dan istri dalam segala apapun yang menyangkut urusan keluarga. Berdasarkan aspek ekonomi, suatu keluarga dapat mengelola kegiatan ekonomi keluarga, pembagian kerja dan fungsi, yang menghasilkan pendapatan, jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Raharjo 1989). Tujuan terbentuknya keluarga adalah untuk mewujudkan keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial, ekonomi, psikologis atau mental dan spiritual. Kesejahteraan keluarga akan tercapai dengan maksimal apabila kerjasama kemitraan antara suami dan istri dalam keluarga tercipta dengan optimal. Secara tradisional peran gender seorang istri adalah di sektor domestik yaitu sebagai ibu rumahtangga dengan tugas mengurus rumah dan mengasuh anak, sedangkan suami berperan sebagai kepala rumahtangga dengan tugas mencari nafkah. Namun pada kenyataannya saat ini
22
sudah banyak istri yang bekerja di sektor publik yang menghasilkan uang untuk menambah penghasilan keluarga, namun, hal tersebut juga tidak lepas dari karakteristik istri. Menurut Zhang (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga adalah usia dan pendidikan. Menurut Lasswell dan Lasswell (1987) kontribusi ekonomi perempuan dalam keluarga akan menghasilkan peningkatan dalam keuangan keluarga, kepemilikan barang mewah, standar hidup yang lebih tinggi dengan pencapaian rasa aman yang lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan status sosial keluarga. Wiryono (1994) menjelaskan bahwa keikutsertaan perempuan dalam mencari nafkah akan membawa dampak positif yaitu adanya peningkatan terhadap struktur sosial dalam keluarga. Pembagian kerja antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti (Megawangi 1999). Semakin baiknya kerjasama antara suami dan istri akan semakin meningkatkan kesejahteraan keluarga yang diharapkan. Penelitian ini difokuskan pada peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif. Pada penelitian ini diduga terdapat hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga contoh, peran gender, kontribusi ekonomi contoh, dan kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif. Bagan kerangka pemikiran secara menyeluruh dapat dilihat pada Gambar 1.
23
Karakteristik Ibu - Umur ‐ Pendidikan ‐ Pendapatan
Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Pendapatan Total Keluarga
Kesejahteraan Keluarga Objektif dan Subyektif Karakteristik Keluarga: - Umur suami - Pendidikan suami - Besar keluarga - Pendapatan keluarga ‐ Pemilikan asset
Pembagian Peran Gender dalam Keluarga
Gambar. 1 Kerangka Pemikiran
24
METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria suami bekerja sebagai petani sayuran dan istri bekerja di sektor informal yaitu petani tanaman bunga potong. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni sampai Juli 2011.
Teknik Pengambilan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang suami dan istrinya bekerja sebagai petani sayuran dan tanaman bunga potong. Responden penelitian merupakan istri yang memiliki pekerjaan sebagai petani tanaman bunga potong. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria suami bekerja sebagai petani sayuran dan istri sebagai petani tanaman bunga potong, berasal dari keluarga lengkap (mempunyai suami) dan bersedia untuk dijadikan responden. Jumlah contoh adalah 30 orang yang tinggal dan menetap di wilayah yang sama. Teknik pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya
RW 4 = 7 orang
RT 1 = 1 orang
RT 3 = 2 orang
RT 4 = 4 orang
RW 5 = 23 orang
RT 1 = 13 orang
RT 2 = 7 orang
Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh
RT 3 = 2 orang
RT 4 = 1 orang
25
Jenis dan Pengambilan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan alat bantu kuesioner yang relevan dengan variabel yang diteliti. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi : 1. Karakteristik contoh (umur contoh, pendidikan contoh, pendapatan contoh). 2. Karakteristik keluarga contoh (umur suami, pendidikan suami, besar keluarga, pendapatan keluarga dan kepemilikan aset). 3.
Pembagian peran gender contoh.
4.
Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan total keluarga.
5.
Kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh.
Data sekunder diperoleh dari buku-buku, artikel, internet, dan literaturliteratur yang dikeluarkan lembaga-lembaga terkait serta bahan pustaka yang diambil dari hasil penelitian sebelumnya. Tabel 2 Jenis data, peubah, contoh, alat dan cara pengukuran, skala data Jenis Data
Peubah
Contoh Istri
Alat & Cara Pengukuran Kuesioner dan wawancara
Skala Data
Primer
Karakteristik contoh
Primer
Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Karakteristik keluarga contoh
Primer
Umur suami Pendidikan suami Pekerjaan suami Jumlah anak Besar keluarga Pendapatan suami Pendapatan total (kesejahteraan objektif) Peran gender contoh
Istri
Kuesioner dan wawancara
Ordinal
Primer
Kesejahteraan subjektif contoh
Istri
Kuesioner dan wawancara
Ordinal
Sekunder
Potensi dan profil daerah yang diteliti serta hasil-hasil penelitian sebelumnya
Rasio Rasio Nominal Rasio Istri
Kuesioner dan wawancara Rasio Rasio Nominal Rasio Rasio Rasio Rasio
26
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara sesuai dengan kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum lokasi penelitian. Secara rinci peubah, skala, contoh, alat dan cara pengukuran penelitian disajikan pada Tabel 2 dan skala pengkategorian serta pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. Data merupakan bagian dari penelitian Gender in Integrated Pest Management Collaborative Research Support Program (IPM-CRSP): Comparative Studies 2010-2012, kerjasama konsorsium universitas antara IPB, Virginia Tech USA, Clemson University USA, UPLB dan Combodia (dengan koordinator pihak IPB adalah Dr.Ir.Herien Puspitawati M.Sc., M.Sc.).
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data mencakup tahapan editing, entry, transfer, coding, cleaning, dan analyzing. Analisis data dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 17.0 for Window. Analisis statistik yang digunakan untuk mengolah data adalah : 1. Analisis deskriptif untuk menyajikan berbagai gambaran variabel yang diteliti 2. Uji korelasi Pearson untuk menguji hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, peran gender, kontribusi ekonomi, dan kesejahteraan keluarga contoh Data primer yang dianalisis secara deskriptif terdiri dari karakteristik contoh, karakteristik
keluarga, peran
gender, kontribusi
ekonomi, dan
kesejahteraan keluarga. Data sekunder yaitu data mengenai keadaan umum dan potensi wilayah penelitian disajikan pula dalam bentuk deskriptif. Peran gender dalam keluarga, terdiri atas 3 bagian antara lain peran gender dalam aktivitas domestik, publik dan dalam manajemen usaha tani. Setiap butir pertanyaan dalam peran gender aktivitas domestik dan publik disediakan 6 jawaban, yaitu suami saja diberi skor 1, suami dominan diberi skor 2, suami dan istri diberi skor 3, istri dominan diberi skor 4, istri saja diberi skor 5, dan lainnya diberi skor 6. Selanjutnya untuk melihat kerjasama gender, dilakukan recode skor menjadi: suami saja diberi skor 1, suami dominan diberi skor 2, suami dan istri diberi skor 3, istri dominan diberi skor 2, istri saja diberi skor 1 dan lainnya diberi skor 0. Skor tersebut dijumlahkan dan diperoleh skor total. Dalam manajemen
27
kegiatan usaha tani, setiap butir pertanyaan disediakan hanya 5 butir jawaban, tanpa ada lainnya. Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga contoh diolah dengan menggunakan rumus :
Kontribusi ekonomi (%) = Pendapatan contoh (Rp/bulan) x100% Pendapatan keluarga (Rp/bulan) Kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan tingkat kepuasan subjektif keluarga (Subjective Quality of Life). Semakin puas ibu terhadap kehidupan dan sumber daya keluarga maka keluarga tersebut semakin sejahtera. Pada saat melakukan pengolahan, data variabel peran gender dan kesejahteraan subjektif diubah ke dalam bentuk rasio dengan cara indeks, dengan rumus sebagai berikut : Indeks = skor yang dicapai – skor terendah x100 skor tertinggi-skor terendah Setelah mendapatkan skor setiap variabel, selanjutnya skor dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menentukan cut off peran gender dan kesejahteraan subjektif, maka perlu dicari interval kelasnya (Slamet 1993 ; Babbie 1989) dengan menggunakan rumus : Interval Kelas = (Skor Maksimum – Skor minimum) Jumlah Kategori Dengan menggunakan rumus di atas, maka interval kelas untuk variabelvariabel tersebut yaitu :
Interval Kelas (IK) = (100%-0%) = 33,3% 3 Dengan demikian cut off bagi peran gender dan kesejahteraan subjektif, yaitu: a. Rendah : 0% - 33,3% b. Sedang : 33,4% - 66,6% c. Tinggi : 66,7% - 100%
28
Analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson karena data memiliki skala rasio. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis karakteristik contoh dan keluarga contoh, peran gender, kontribusi ekonomi contoh dan kesejahteraan subjektif keluarga contoh. Definisi Operasional Keluarga petani hortikultura adalah keluarga yang suaminya bekerja sebagai petani sayuran dan istrinya bekerja sebagai petani tanaman bunga potong. Contoh adalah istri petani yang bekerja sebagai petani tanaman bunga potong. Perempuan adalah perempuan usia produktif (15-55 tahun) yang telah menikah dan tinggal bersama suami dalam satu rumah. Keluarga adalah unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terkait oleh adanya hubungan perkawinan (suami dan istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak angkat). Pendapatan perempuan adalah hasil yang diperoleh responden dari kerja produktif yang dilakukan oleh perempuan. Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang didapatkan oleh seluruh anggota keluarga, baik dari hasil usaha tani, maupun dari pendapatan lainnya. Pengeluaran rumahtangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumahtangga dalam kurun waktu selama enam bulan terakhir untuk pengeluaran pangan maupun nonpangan. Gender adalah perbedaan peranan sosial antara laki-laki dan perempuan, pembagian kegiatan domestik, publik yang didalamnya termasuk manajemen keuangan usaha tani. Pembagian peran gender dalam keluarga adalah kebijakan didalam masingmasing keluarga contoh terhadap tindakan pembagian tugas dalam rumahtangga. Peran gender adalah pembagian kerja antara suami dan istri di dalam rumah maupun dalam komunitas yang dinyatakan dalam kategori suami saja, suami dominan, suami dan istri, istri dominan dan istri saja.
29
Kontribusi ekonomi perempuan adalah
proporsi pendapatan perempuan
terhadap pendapatan total keluarga. Kontribusi suami adalah proporsi pendapatan suami terhadap pendapatan total keluarga. Kesejahteraan keluarga objektif berdasarkan BPS adalah keluarga dikatakan sejahtera apabila pendapatan atau pengeluaran per kapita per bulan di atas garis kemiskinan Kabupaten Cianjur Rp 202 438,00 per kapita per bulan (BPS 2010). Kesejahteraan keluarga subjektif adalah tingkat kepuasan contoh terhadap keadaan keluarga baik secara fisik, ekonomi, sosial, dan psikologi berdasarkan persepsinya (subjektif).
30
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sindangjaya yang merupakan salah satu desa inti Agropolitan yang terletak di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah sentra sayuran yang cukup potensial dan cukup pesat perkembangannya. Desa Sindangjaya secara geografis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara
: Desa Cimacan
b. Sebelah selatan
: Desa Sukatani
c. Sebelah timur
: Kabupaten Sukabumi
d. Sebelah barat
: Desa Sindanglaya
Desa Sindangjaya memiliki luas wilayah sebesar 512 ha, dengan wilayah terbesar digunakan untuk pertanian sayur-sayuran yaitu 321 ha yang dapat menghasilkan 4.815.000 ton per tahun. Kondisi topografi daerah ini berupa dataran tinggi yang memiliki ketinggian ± 1.100 m dari permukaan laut. Banyaknya curah hujan sebesar 3.000 mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 25º - 30º C. Desa Sindangjaya terdiri dari lima dusun. Total Rukun Warga berjumlah sembilan RW dan total Rukun Tetangga berjumlah 45 RT. Lokasi penelitian yaitu di RW 4 yang terdiri dari RT 1, 3, dan 4, sedangkan di RW 5 terdiri dari RT 1,2,3 dan 4. Desa Sindangjaya dihuni oleh 3.022 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk keseluruhan adalah 11.448 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 5.975 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 5.509 jiwa, dan hanya 30 Kepala Keluarga yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu anggota kelompok tani Padajaya. Pada usia produktif penduduk Desa Sindangjaya memiliki mata pencaharian atau pekerjaan yang beragam, namun pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh penduduk berada pada sektor pertanian. Sebagian besar penduduk Sindangjaya (1.943 orang) bekerja pada sektor pertanian atau petani. Jenis pekerjaan penduduk lainnya di seluruh sektor yaitu bekerja sebagai karyawan (149 orang), wiraswasta ( 1.297 orang), pertukangan (48 orang), buruh tani (598 orang) dan pensiunan (52 orang). Jumlah penduduk menurut kelompok tenaga
31
kerja yaitu usia 20-26 tahun sebanyak 1.655 orang dan usia 27-40 tahun sebanyak 2.727 orang. Desa Sindangjaya merupakan daerah sentra sayuran yang cukup potensial dan cukup pesat perkembangannya, disamping sebagai daerah tujuan wisata, Desa ini juga cukup strategis dalam pemasaran produk sayuran ke daerah Ibu Kota dan sekitarnya. Adanya potensi yang besar dari daerah ini dalam bidang pertanian khususnya produk sayuran dan hortikultura, maka terbentuklah kelompok tani Padajaya, kelompok tani ini bermula dari kerjasama antara pemerintah desa, petani, dan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Kelompok tani Padajaya berdiri pada tanggal 15 Juli 2002, didirikan oleh sembilan orang perwakilan para petani di daerah Padajaya. Karakteristik Contoh dan Keluarga Usia Contoh dan Suami Usia contoh dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok usia dewasa awal (18-40 tahun), dewasa menengah (41-60 tahun) dan dewasa lanjut (>60 tahun) (Hurlock 1980). Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari separuh (63,3 %) usia contoh berada pada rentang usia 18-40 dengan ratarata usia contoh yaitu 37,7 tahun dan lebih dari separuh usia suami (53,3 %) berada pada rentang 41-60 dengan rata-rata usia suami yaitu 43,3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia contoh didominasi pada tahap dewasa awal, sedangkan usia suami didominasi tahap dewasa menengah menurut kategori Hurlock (1980). Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan usia contoh dan suami Contoh No. Kategori Usia* n % 1. Dewasa awal (18-40 Tahun) 19 63,3 2. Dewasa menengah (41-60 11 36,7 Tahun) 3. Dewasa lanjut (>60 Tahun) 0 0,0 Total 30 100,0 Rata-rata 37,7 23,0 Minimum 60,0 Maksimum 9,0 Standar deviasi *Kategori usia berdasarkan Hurlock 1980
Suami n 13 16
% 43,4 53,3
1 30
3,3 100,0 43,3 29,0 70,0 9,2
32
Tingkat Pendidikan Contoh dan Suami Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (90,0%) mengenyam pendidikan tamat SD dan hanya sebagian kecil contoh (10,0%) yang tidak tamat SD. Persentase terbesar (83,3%) tingkat pendidikan suami adalah tamat SD, sedangkan suami yang tingkat pendidikan SMP dan SMA masing-masing yaitu 3,3 persen. Sesuai dengan pernyataan Guhardja et al. (1992) bahwa situasi keluarga di pedesaan dicirikan oleh sumber daya manusia yang tingkat pendidikannya rendah. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan contoh dan suami Contoh Suami No. Kategori Pendidikan n % n % 1. Tidak Tamat SD 3 10,0 3 10,0 2. Tamat SD 27 90,0 25 83,3 3. Tamat SMP 0 0,0 1 3,3 3. Tamat SMA 0 0,0 1 3,3 Total 30 100,0 30 100,0 Besar Keluarga Contoh Besar keluarga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu 1) Keluarga kecil yang jumlah anggotanya kurang dari atau sama dengan empat orang; 2) Keluarga sedang yang jumlah anggotanya antara lima sampai dengan tujuh orang; 3) Keluarga besar apabila jumlah anggota keluarganya lebih dari atau sama dengan delapan orang (BKKBN 2005). Berdasarkan Tabel 5 lebih dari separuh keluarga contoh (60,0%) merupakan tipe keluarga kecil yaitu ≤ 4 orang. Rata-rata besar keluarga contoh adalah empat orang. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga No. Besar Keluarga* Jumlah (n=30) 1. Keluarga Kecil (≤ 4 Orang) 18 2. Keluarga Sedang (5-7 Orang) 12 3. Keluarga Besar (> 7 Tahun) 0 Total 30 Rata-rata Minimum Maksimum Standar deviasi
Persentase(%) 60,0 40,0 0,0 100,0 4,0 2,0 7,0 1,4
* Klasifikasi berdasarkan BKKBN (2005)
Ukuran
keluarga
berhubungan
erat
dengan
pengeluaran
dalam
rumahtangga. Apabila terjadi penambahan anggota keluarga dalam rumahtangga
33
maka akan merangsang keluarga tersebut untuk lebih giat lagi dalam bekerja agar kebutuhan ekonomi dapat terpenuhi dengan cara lebih banyak menggali pendapatan lainnya. Hasil penelitian Prabawa (1998) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pendapatan per kapita yang diperoleh akan lebih sedikit dan konsumsi keluarga akan semakin tinggi sehingga beban untuk kepala keluarga akan semakin berat. Kondisi Tempat Tinggal Kualitas tempat tinggal mempunyai arti penting dalam tolak ukur tingkat kesejahteraan suatu keluarga. Derajat kelayakan rumah diukur dari dua aspek yaitu kualitas fisik dan kualitas fasilitas. Kualitas fisik rumah diukur melalui jenis jenis atap terluas, jenis dinding terluas, jenis lantai terluas, dan luas lantai perkapita, sedangkan kualitas fasilitas rumah diukur melalui sumber air minum, sumber penerangan, dan ketersediaan fasilitas tempat BAB (BPS 2010). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (90,0%) memiliki dinding rumah tembok, dan seluruh contoh (100,0%) memiliki atap rumah genteng (Tabel 6). Persentase terbesar (90,0%) contoh memiliki lantai rumah plester semen atau keramik, dan hanya sebagian kecil contoh (10,0%) memiliki lantai rumah kayu. Tabel 6 menunjukkan lebih dari separuh contoh (60,0%) memiliki jumlah ruangan di rumah sebanyak 7-9 ruangan, dan kurang dari separuh contoh (46,7 %) memiliki jumlah ruangan yang berjendela 7-9 ruangan. Berdasarkan hasil penelitian lebih dari tiga perempat contoh (76,7%) menggunakan sumber air minum dan sumber air untuk mandi atau mencuci berasal dari PAM, sedangkan seluruh contoh (100,0%)
melakukan aktivitas
mandi, mencuci, dan buang air besar di WC sendiri. Dilihat dari kondisi tempat tinggal, sebagian besar contoh sudah memiliki tempat tinggal yang layak untuk ditempati.
34
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kondisi tempat tinggal Keadaan Tempat Tinggal Jumlah (n) Jenis dinding Bilik/kayu 3 Setengah tembok 0 Tembok 27 Atap Rumah Rumbia/daun kelapa kering 0 Seng 0 Genteng 30 Lantai Rumah Tanah 0 Kayu 3 Plester semen/keramik 27 Jumlah ruangan di rumah 1-3 0 4-6 7 7-9 18 10-12 4 13-15 1 Jumlah ruangan yang berjendela 1-3 1 4-6 11 7-9 14 10-12 3 13-15 1 Sumber Air Minum Sungai 0 Sumur/mata air 7 PAM 23 Sumber air untuk mandi/cuci Sungai 0 Sumur/mata air 7 PAM 23 Tempat mandi atau mencuci Sungai/pancuran 0 WC umum 0 WC sendiri 30 Tempat BAB Kebun/sungai/empang 0 WC umum 0 WC sendiri 30
Persentase (%) 10,0 0,0 90,0 0,0 0,0 100,0 0,0 10,0 90,0 0,0 23,4 60,0 13,3 3,3 3,3 36,7 46,7 10,0 3,3 0,0 23,3 76,7 0,0 23,3 76,7 0,0 0,0 100,0 0,0 0,0 100,0
35
Kepemilikan Aset Material aset merupakan sumber aset keluarga yang memiliki nilai ekonomi dan dapat digunakan untuk melindungi, merubah, mengkonsumsi, atau memproduksi/investasi (Deacon dan Firebaugh 1988). Aset ini terdiri dari lahan pertanian berupa kebun dan pekarangan, rumah, sawah, kolam, kendaraan, televise, kulkas, handphone, emas, dan hewan ternak seperti kambing, ayam, bebek/itik, kerbau/sapi dan ikan. Pada penelitian ini kepemilikan aset dalam keluarga dibagi atas: (1) Tidak punya, (2) Bawaan istri, (3) Bawaan Suami, (4) Dibeli bersama. Berdasarkan kepemilikan aset pada Tabel 7, lebih dari separuh contoh (60,0%)
memiliki kebun dengan status bawaan istri dan kurang dari separuh
contoh (33,3%) merupakan bawaan suami, kebun yang merupakan bawaan istri biasanya merupakan warisan yang diberikan orangtua. Aset lain seperti pekarangan (33,3%), rumah (50,0%), televisi (56,7%) dan handphone (50,0%) merupakan barang yang dibeli bersama. Sebagian besar contoh tidak memiliki sawah (90,0%), kolam (90,0%), kulkas (90,0%), ayam (86,7%) dan ikan (83,3%). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset Status Kepemilikan (%) Jenis Aset Tidak Punya Bawaan Istri Bawaan Suami Kebun 0,0 60,0 33,3 Pekarangan 0,0 33,3 33,3 Rumah 6,7 23,3 20,0 Sawah 90,0 3,3 6,7 Kolam 90,0 6,7 0,0 Kendaraan 50,0 0,0 10,0 Televisi 43,3 0,0 0,0 Kulkas 90,0 0,0 0,0 Handphone 40,0 6,7 3,3 Emas 70,0 10,0 3,3 Kambing 66,7 0,0 6,7 Ayam 86,7 3,3 0,0 Ikan 83,3 3,3 0,0 Hasil penelitian
Dibeli bersama 6,7 33,3 50,0 0,0 3,3 40,0 56,7 10,0 50,0 16,7 26,7 10,0 3,3
menunjukkan bahwa sebagian besar contoh tidak
memiliki aset berharga. Menurut Bryant (1990), keluarga yang memiliki aset banyak cenderung lebih sejahtera dibandingkan dengan keluarga yang memiliki aset terbatas. Rothwel (2011) juga menyatakan bahwa aset merupakan hal yang
36
penting karena aset akan dapat membantu seseorang untuk lebih maju dan sebaliknya keterbatasan aset yang dimiliki akan berdampak pada kesulitan ekonomi dan stress pada keluarga. Pendapatan Keluarga per Bulan Deacon dan Firebaugh (1988), sumberdaya keuangan keluarga yang utama didapatkan dari pendapatan keluarga. Menurut Sumarwan (2002) pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya dalam mencari nafkah. Pendapatan keluarga merupakan jumlah dari seluruh pendapatan yang diperoleh keluarga. Pendapatan ini dapat berasal dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lain baik dari pekerjaan utama maupun sampingan. Besarnya pendapatan akan mempengaruhi daya beli keluarga tersebut. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%) 1. ≤ 810 371,00 12 40,0 2. 810 372,00-1 620 742,00 7 23,3 3. 1 620 743,00-2 431 113,00 5 16,7 4. ≥ 2 431 114,00 6 20,0 Rata-rata (Rupiah) 1 485 933,33 Minimum 340 000,00 Maksimum 4 500 000,00 Standar deviasi 1 175 855,05 Kategori pendapatan keluarga perbulan berdasarkan UMR Kabupaten Cianjur 2011 (Rp 810 371,00)
Garis Upah Minimum Rata-rata (UMR Kabupaten Cianjur) tahun 2011 adalah Rp810.371. Nilai ini selanjutnya digunakan sebagai batasan apakah contoh memiliki pendapatan dibawah atau diatas garis UMR. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan contoh adalah Rp1.485.933,33 dengan kisaran Rp340.000,00 sampai
Rp4.500.000,00. Keluarga yang memiliki pendapatan
terbesar adalah keluarga yang memiliki kontribusi istri paling besar yaitu Rp1.500.000 perbulan dan memiliki pendapatan lain dari ternak domba sebesar Rp120.000 perbulan. Tabel 9 menunjukkan bahwa hampir
separuh contoh
(40,0%) memiliki pendapatan keluarga sebesar ≤ Rp810.371,00. Berdasarkan UMR Kabupaten Cianjur, hampir separuh contoh ini termasuk dalam kategori dibawah UMR.
37
Pendapatan per kapita merupakan gambaran kemampuan konsumsi untuk setiap anggota keluarga. Pendapatan per kapita merupakan indikator penting dalam pembangunan suatu negara karena pendapatan per kapita ini dapat menentukan pendapatan yang layak untuk mencukupi kebutuhan minimal. Pendapatan per kapita per bulan diperoleh melalui hasil pembagian antara pendapatan keluarga per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh contoh (40,0%) memiliki pendapatan per kapita per bulan sebesar
≤
Rp202.438,00 dengan
rata-rata pendapatan
sebesar
Rp381.111,90. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%) 1. ≤ 202 438,00 12 40,0 2. 202 439,00-404 876,00 9 30,0 3. 404 877,00-607 314,00 4 13,3 4. > 607 315,00 5 16,7 Rata-rata (Rupiah) 381 111,90 Minimum 68 000,00 Maksimum 1 700 000,00 Standar deviasi 378 056,46 Kategori pendapatan per kapita berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun 2010 (Rp 202 438)
Berdasarkan pendapatan per kapita keluarga contoh, maka hampir separuh contoh memiliki pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan, hal ini berarti, keluarga tersebut kurang sejahtera. Sebaran
contoh berdasarkan rata-rata
pendapatan per kapita yang berada dibawah garis kemiskinan dapat dilihat di Tabel 10.
38
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan dan besar keluarga Rata-rata pendapatan/kapita/bulan No. Besar Keluarga (Orang) (Rp) 1 68 000,00 5 2 75 714,29 7 3 91 666,67 6 4 104 000,00 5 5 120 000,00 3 6 121 666,67 3 7 137 500,00 4 8 140 000,00 3 9 145 000,00 5 10 180 000,00 3 11 182 666,67 3 12 200 000,00 4 Pengeluaran Keluarga per Bulan Pengeluaran dapat digunakan sebagai indikator pendapatan keluarga yang dapat menggambarkan kondisi keuangan keluarga (Sumarwan 2002). Kondisi pengeluaran lebih besar daripada pendapatan adalah hal yang wajar karena pendapatan bukan bukan satu-satumya sumberdaya keluarga yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya dengan cara meminjam atau berhutang. Lebih dari separuh contoh (63,3%) memiliki pengeluaran dengan selang Rp810.372,00 - Rp1.620.742,00 dan rata-rata pengeluaran keluarga per bulan sebesar Rp1.513.366,67. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan No. Pengeluaran (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%) 1. ≤ 810 371,00 3 10,0 2. 810 372,00-1 620 742,00 19 63,3 3. 1 620 743,00-2 431 113,00 5 16,7 4. ≥ 2 431 114,00 3 10,0 Rata-rata (Rupiah) 1 513 366,67 Minimum 758 000,00 Maksimum 4 358 000,00 Standar deviasi 845 911,07 Kategori pengeluaran keluarga perbulan berdasarkan UMR Kabupaten Cianjur 2011 (Rp
810 371,00) Pengeluaran per kapita keluarga dapat dibandingkan dengan garis kemiskinan. Semakin pengeluaran keluarga berada di atas garis kemiskinan maka
39
keluarga tersebut dapat dikatakan sejahtera. Garis kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun
2010
yaitu
sebesar
Rp202.438,00.
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (60%) memiliki pengeluaran per kapita sebesar Rp202.439,00 hingga Rp404.876,00 dan rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp364.807,38. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh memiliki pengeluaran per kapita diatas garis kemiskinan. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%) 1. ≤ 202 438,00 4 13,3 2. 202 439,00-404 876,00 18 60,0 3. 408 877,00-607 314,00 6 20,0 4. > 607 315,00 2 6,7 Rata-rata (Rupiah) 364 807,38 Minimum 184 456,12 Maksimum 1 089 500,00 Standar deviasi 113 142,86 Kategori pengeluaran per kapita berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun 2010 (Rp 202 438)
Perbandingan Pendapatan dan Pengeluaran Per kapita Berdasarkan hasil penelitian, hampir tiga perempat contoh (70,0%) memiliki pendapatan per kapita yang lebih kecil daripada pengeluaran per kapita (Tabel 13), dan kondisi ini menyebabkan mereka berusaha memenuhi kebutuhan dengan cara berhutang. Sepertiga contoh (30,0%) memiliki pendapatan per kapita yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran per kapita. Pendapatan dan pengeluaran per kapita ini cenderung dipengaruhi juga oleh banyaknya anggota keluarga, anggota keluarga yang semakin banyak, maka akan memiliki pendapatan dan pengeluaran per kapita yang lebih sedikit. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan perbandingan pendapatan dan pengeluaran per kapita Per kapita per bulan Jumlah (n=30) Persentase (%) Pendapatan > Pengeluaran 9 30,0 Pendapatan = Pengeluaran 0 0,0 Pendapatan < Pengeluaran 21 70,0
40
Pengeluaran Pangan dan Nonpangan Pengeluaran keluarga terdiri dari dua kelompok, yaitu pengeluaran pangan dan nonpangan. Pengeluaran pangan yaitu pengeluaran yang dialokasikan untuk kebutuhan makanan sehari-hari seperti makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, minuman, dan jajanan lainnya, sedangkan pengeluaran nonpangan dialokasikan untuk kebutuhan di luar kebutuhan pangan seperti pendidikan, bahan bakar, pakaian, kesehatan, dan keperluan pertanian. Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran untuk pangan contoh sebesar Rp1.129.650,00 sedangkan untuk nonpangan sebesar Rp383.716,67. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan pangan jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan untuk non pangan. Rahardjo (2000) menyatakan bahwa keluarga yang berpendapatan rendah akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk pangan dan membeli pangan dengan harga yang lebih murah. Pada keluarga dengan pendapatan yang tinggi akan membeli pangan dengan harga yang lebih mahal dan mengalokasikan pengeluaran non pangan lebih besar. Oleh karena itu besarnya proporsi pengeluaran untuk pangan dapat dijadikan sebagai indikator kesejahteraan keluarga. Tingkat kesejahteraan contoh yang rendah dalam penelitian ini
dapat
dilihat dari pengeluaran pangan yang lebih besar daripada non pangan. Menurut BPS (1994), terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendapatan, maka semakin berkurang presentase pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan semakin tinggi tingkat kesejahteraan, begitu juga sebaliknya bahwa semakin rendah pendapatan, maka alokasi untuk konsumsi makanan semakin besar dan semakin rendah tingkat kesejahteraan. Hal ini sesuai dengan teori Maslow bahwa pemenuhan kebutuhan hidup dimulai dari kebutuhan primer (basic need), yaitu tingkatan paling rendah (kebutuhan makanan, minuman, dan sex) kemudian berpindah pada tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan nonpangan dapat dilihat di Tabel 14.
41
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan nonpangan Pengeluaran Keluarga Pangan (Makanan pokok,lauk pauk,sayuran, buahbuahan,minyak goreng, minuman, dan jajanan) Nonpangan (Pendidikan, bahan bakar, pakaian, kesehatan, kebutuhan bahan dan alat pertanian)
Rata-rata ± std (Rp)
Min-Maks (Rp)
Persentase (%)
1 129 650,00± 577 616,06
575 000,002 960 000,00
74,6
383 716,67± 324 745,84
93 000,001 738 000,00
25,4
Pembagian Peran Gender dalam Keluarga Peran Gender dalam Aktivitas Domestik Pembagian kerja
antara
sesama anggota keluarga (laki-laki dan
perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi gender yang merupakan prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti (Megawangi 1999). Pada penelitian ini, pembagian peran gender yang diteliti adalah pembagian peran gender dalam aktivitas domestik dan publik yang termasuk didalamnya manajemen keuangan usaha tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan domestik seperti memasak atau menyiapkan makanan (66,7%), mengasuh anak (43,3%), membersihkan rumah (50,0%), mencuci pakaian (80,0%), menyetrika pakaian (76,7%), belanja kebutuhan sehari-hari (56,7%), menyapu halaman (63,3%), mengambil air untuk mandi/masak (50,0%), menata meja makan (56,7%), mengatur menu makanan (50,0%), membersihkan rak piring (60,0%), mencuci piring (66,7%), mengambil sayuran di pekarangan untuk dimasak (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh istri (Tabel 15). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleha (2003) dan Puspitawati (2008) yang menunjukkan bahwa pada masyarakat berlaku pola pembagian kerja di sektor domestik yang merupakan tanggungjawab istri, meskipun dalam beberapa kasus dimana suami bersedia untuk berbagi pekerjaan dengan istri. Ihromi (1990) juga mengatakan bahwa pekerjaan domestik utamanya berada dalam tanggung jawab istri. Berdasarkan Tabel 15 belanja peralatan rumahtangga (43,3%) dilakukan oleh suami dan istri, sedangkan membeli gas untuk kompor (26,7%) dilakukan oleh suami saja.
42
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas domestik No 1.
Pernyataan
1 0,0
2 0,0
Persentase (%) 3 4 0,0 33,3
5 66,7
6 0,0
Modus 5
Memasak atau menyiapkan makanan 2. Mengasuh anak 0,0 0,0 20,0 43,3 36,7 0,0 4 3. Membersihkan rumah 0,0 0,0 6,7 43,3 50,0 0,0 5 4. Mencuci pakaian 0,0 0,0 0,0 16,7 80,0 3,3 5 5. Menyetrika pakaian 0,0 0,0 0,0 13,3 76,7 10,0 5 6. Belanja kebutuhan 0,0 3,3 3,3 36,7 56,7 0,0 5 sehari- hari 7. Menyapu halaman 0,0 0,0 0,0 33,3 63,3 3,3 5 8. Belanja peralatan rumah 0,0 3,3 43,3 6,7 46,7 0,0 5 tangga 9. Mengambil air untuk 3,3 0,0 0,0 46,7 50,0 0,0 5 mandi/masak 10. Menata meja makan 0,0 0,0 0,0 43,3 56,7 0,0 5 11. Mengatur menu 0,0 0,0 6,7 40,0 50,0 3,3 5 makanan 12. Membersihkan rak 0,0 0,0 0,0 40,0 60,0 0,0 5 piring 13. Mencuci piring 0,0 0,0 3,3 26,7 66,7 3,3 5 14. Membeli gas untuk 26,7 20,0 16,7 13,3 16,7 6,7 1 kompor 15. Mengambil sayuran di 0,0 6,7 3,3 33,3 40,0 16,7 5 pekarangan untuk dimasak Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri saja 6. Lainnya
Pembagian peran gender dalam aktivitas domestik, publik dan manajemen usaha tani yang dikategorikan rendah, sedang, dan tinggi menjelaskan bahwa : 1) Kerjasama rendah artinya baik suami atau istri kurang melakukan kerjasama dalam aktivitas domestik, publik maupun manajemen, contoh: pada pekerjaan domestik memasak dilakukan oleh istri saja dan pada pekerjaan publik menanam tanaman di kebun dilakukan oleh suami saja; 2) Kerjasama sedang artinya suami dan istri mulai melakukan kerjasama
namun masih didominasi oleh salah
satunya, misalnya suami dan istri sama-sama ikut mengontrol keuangan usaha tani, namun suami lebih dominan; 3) Kerjasama tinggi artinya suami dan istri melakukan kerjasama secara bersama atau melakukan secara bersama-sama, contohnya suami dan istri bersama-sama memutuskan membelanjakan uang usaha tani. Tabel 16 menunjukkan bahwa kerjasama antar suami-istri pada kegiatan domestik (66,6%) termasuk kategori sedang dengan rata-rata sebesar 48,1 persen.
43
Artinya, masih terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri dalam semua kegiatan tugas dalam rumahtangga atau kegiatan domestik, meskipun masih ada salah satu yang dominan. Pembagian peran keluarga contoh cukup seimbang meskipun cenderung dilakukan oleh istri. Keterlibatan suami dalam urusan rumahtangga sangat diharapkan untuk meringankan tugas istri. Salah satu faktor yang mempengaruhi seorang suami ikut berpartisipasi dalam pekerjaan rumahtangga adalah pandangan gender yang dianut oleh suami. Menurut William dan Best (1990) pandangan peran gender merupakan kepercayaan normatif tentang bagaimana seharusnya penampilan seorang laki-laki atau perempuan, apa yang seharusnya dikerjakan oleh laki-laki atau perempuan, dan bagaimana keduanya berinteraksi. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas domestik* Peran gender Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 8 26,7 Sedang ( 33,4-66,7) 20 66,6 Tinggi (>66,7) 2 6,7 Rata-rata (skor) 48,1 Minimum 28,9 Maksimum 71,1 Standar deviasi 12,9 *Skala di tabel 15 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1; 6=0
Peran Gender dalam Aktivitas Publik Megawangi (1999) menyatakan bahwa dalam keluarga perlu adanya alokasi kewajiban tugas yang harus dilakukan agar keluarga sebagai sistem tetap ada. Moser (1993) mengemukakan adanya tiga kategori peranan gender yaitu peranan produktif (publik), peranan reproduktif dan peran pengelolaan masyarakat. Peran gender aktivitas publik dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu wilayah pekarangan dan kebun, hal ini berdasarkan adanya pembagian gender yang lebih dominan di masyarakat, yaitu
wilayah pekarangan yang
dominan di kerjakan oleh istri dan kegiatan di kebun yang lebih banyak dilakukan oleh suami.
44
Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas publik Persentase (%) Pernyataan 1 2 3 4 5 6 Modus Pekarangan Mempersiapkan lahan 20,0 33,3 20,0 16,7 10,0 0,0 2 Membeli bibit 23,3 20,0 23,3 10,0 16,7 6.7 1,3 Menanam tanaman 0,0 3,3 23,3 43,3 30,0 0,0 4 Memberi pupuk 16,7 10,0 13,3 36,7 23,3 0,0 4 Menyiangi tanaman 0,0 3,3 10,0 36,7 50,0 0,0 5 Pemanenan 3,3 10,0 10,0 36,7 33,3 6,7 4 Membersihkan bunga 3,3 6,7 6,7 6,7 33,3 43,3 6 Mengikat atau 0,0 6,7 13,3 6,7 33,3 40,0 6 mengemas bunga Memasarkan hasil 3,3 16,7 10,0 13,3 36,7 20,0 5 tanaman pekarangan Kebun Mempersiapkan lahan 50,0 46,7 0,0 0,0 0,0 3,3 1 Membuat saluran air 56,7 20,0 0,0 0,0 0,0 23,3 1 Membeli bibit 53,3 20,0 10,0 6,7 6,7 3,3 1 Menanam tanaman 26,7 30,0 36,7 3,3 0,0 3,3 3 Memberi pupuk 53,3 30,0 13,4 0,0 0,0 3,3 1 Penggunaan peralatan 73,4 23,3 0,0 0,0 0,0 3,3 1 pertanian (bajak, arit, cangkul) Menyiangi tanaman 36,7 46,7 6,7 3,3 3,3 3,3 2 Pemanenan 30,0 26,7 6,7 0,0 0,0 36,7 6 Membersihkan sayuran 20,0 33,3 3,3 0,0 0,0 43,3 6 Mengikat atau 23,3 33,3 3,3 0,0 0,0 40,0 6 mengemas sayuran Memasarkan hasil 36,7 26,7 0,0 0,0 0,0 36,7 1,6 kebun Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri saja 6. Lainnya
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan-kegiatan di pekarangan seperti menanam tanaman (43,3%), memberi pupuk (36,7%), dan pemanenan (36,7%) lebih dominan dikerjakan oleh istri, sedangkan menyiangi tanaman (50,0) dan memasarkan hasil (36,7%) lebih banyak dilakukan oleh istri saja (Tabel 17). Kegiatan yang lebih banyak dilakukan oleh suami yaitu mempersiapkan lahan, sedangkan membeli bibit dilakukan oleh suami dan istri (23,3%) dan suami saja (23,3%). Kegiatan membersihkan bunga (43,3%) dan mengikat atau mengemas bunga (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh lainnya yaitu seperti tengkulak. Berdasarkan Tabel 17, kegiatan aktivitas publik di kebun seperti mempersiapkan lahan (50,0%), membuat saluran air (56,7%), membeli bibit
45
(53,3%), memberi pupuk (53,3%), penggunaan alat pertanian di kebun (73,4%) lebih banyak dilakukan oleh suami saja. Kegiatan lain seperti menanam tanaman (36,7%) dilakukan oleh suami dan istri secara bersama-sama, menyiangi tanaman (46,7%) dilakukan oleh suami secara dominan, sedangkan pemanenan (36,7), membersihkan sayuran (43,3%), mengikat atau mengemas sayuran (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh lainnya seperti tengkulak. Kegiatan memasarkan hasil kebun masing-masing 36,7 persen banyak dilakukan oleh suami saja dan oleh tengkulak. Hal ini senada dengan hasil penelitian Gustina (2011) yang menyatakan bahwa peran publik lebih dominan dilakukan oleh suami. Berdasarkan Levy dalam Megawangi (1999) salah satu syarat strukutural agar keluarga sebagai sebuah sistem dapat berfungsi maka harus ada diferensiasi peran dari serangkaian tugas dan aktivitas yang dilakukan dalam keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, sudah terdapat alokasi diferensiasi peran antara suami dan istri dalam melakukan aktivitas publik dan domestik, sehingga kerjasama dalam struktur keluarga sudah dapat dikatakan setara dan seimbang. Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh istri di pekarangan biasanya adalah aktivitas yang tidak terlalu sulit, sedangkan aktivitas yang dilakukan oleh suami di kebun, biasanya merupakan aktivitas yang memerlukan tenaga yang lebih besar. Aktivitas yang biasa dilakukan di pekarangan dan kebun dapat dilihat pada Lampiran 4. Selain itu alat yang biasa digunakan di pekarangan adalah perkakas ringan untuk merawat bunga, sedangkan di kebun biasanya perkakas yang lebih berat yang biasa digunakan untuk mengolah tanah dalam luas lahan yang lebih besar (Lampiran 5). Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas publik* Peran gender Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 3 10,0 Sedang ( 33,4-66,7) 27 90,0 Tinggi (>66,7) 0 0,0 Rata-rata (skor) 46,2 Minimum 28,3 Maksimum 73,0 Standar deviasi 8,4 *Skala di tabel 17 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1; 6=0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama antar suami-istri pada kegiatan publik (90,0%) dengan rata-rata skor sebesar 46,2 persen termasuk
46
kategori sedang (Tabel 18). Artinya, pembagian peran gender dalam aktivitas publik sudah terdapat kerjasama antara suami dan istri meskipun masih ada salah satu yang dominan. Dalam aktivitas publik di pekarangan lebih banyak dilakukan oleh istri, sedangkan kegiatan tani di kebun, lebih banyak dilakukan oleh suami. Menurut Megawangi (1999) pembagian kerja antara anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya “diferensiasi peran gender” yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti. Becker (1965) diacu dalam Rohaeni dan Lokollo (2005) menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggota rumahtangga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Perempuan akan mengalokasikan waktu untuk pekerjaan rumahtangga, sedangkan laki-laki banyak mengalokasikan waktu untuk pekerjaan mencari nafkah. Pembagian peran sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Berkaitan dengan gender dan pemenuhan hidup, diketahui adanya kerjasama antara perempuan dan laki-laki di tingkat keluarga dan masyarakat (Bappenas 2008). Dalam aktivitas publik terdapat
juga pembagian tugas dalam manajemen
keuangan usaha tani. Hasil penelitian pada Tabel 19
menunjukkan bahwa
kegiatan mengelola uang usaha tani (33,3%) lebih banyak dilakukan oleh suami saja. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani No. 1. 2. 3. 4.
Pernyataan
1 16,7 26,7 33,3
2 16,7 23,3 23,3
Persentase (%) 3 4 5 56,7 6,7 3,3 40,0 3,3 6,7 30,0 3,3 10,0
Modus 3 3 1
Merencanakan keuangan usaha tani Mengontrol keuangan usaha tani Mengelola uang usaha tani Memutuskan membelanjakan uang usaha tani 20,0 30,0 50,0 0,0 0,0 3 Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri saja
Kegiatan manajemen keuangan lainnya seperti merencanakan keuangan usaha tani (56,7%), mengontrol keuangan usaha tani (40,0%), dan memutuskan membelanjakan uang usaha tani (50,0%) dilakukan bersama antara suami dan istri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Klein dan White (1996) bahwa pembagian peran gender dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan keluarga dalam
47
menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Suami dan istri bersepakat dalam membagi peran dan tugas sehari-hari, bertanggung jawab terhadap peran dan tugasnya masing-masing, dan saling menjaga komitmen bersama. Hampir separuh contoh (43,4%) memiliki kerjasama suami dan istri dalam manajemen keuangan usaha tani dalam kategori tinggi (Tabel 20). Artinya bahwa dalam melakukan manajemen keuangan usaha tani dilakukan secara bersamasama oleh suami dan istri atau sudah terdapat kerjasama dan kompromi secara seimbang antara suami dan istri. Hal ini sesuai dengan pendekatan teori strukturalfungsional yang menekankan keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial dalam masyarakat. Levi dalam Megawangi (1999) juga menguatkan bahwa harmoni dalam pembagian peran dan penyelenggaran fungsi-peran, alokasi solidaritas, komitmen terhadap hak, kewajiban, dan nilainilai bersama adalah kondisi utama berfungsinya keluarga. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani* Peran gender Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 8 26,7 Sedang ( 33,4-66,7) 9 30,0 Tinggi (>66,7) 13 43,3 Rata-rata (skor) 57,5 Minimum 0,0 Maksimum 100,0 Standar deviasi 34,1 *Skala di tabel 15 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1
Kontribusi Ekonomi perempuan terhadap Pendapatan Total Keluarga Kontribusi
ekonomi
perempuan
yaitu
peran
perempuan
dalam
menjalankan fungsi ekonomi keluarga yang merupakan proporsi antara pendapatan istri dengan pendapatan total
keluarga, sebagai usaha dalam
mewujudkan kesejahteraan keluarga. Perempuan di Kampung Padajaya ini sudah mulai terlihat memiliki kontribusi terhadap pendapatan total keluarga, meskipun kontribusi yang dihasilkan belum terlalu maksimal, namun sudah ada kemauan dan kemampuan dari perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam aktivitas publik. Kontribusi yang diberikan oleh perempuan, mereka dapatkan dari hasil pengolahan pekarangan, yaitu dengan menanam tanaman bunga potong yang
48
memiliki nilai jual di pasaran. Terdapat berbagai macam bunga potong yang biasa ditanam di pekarangan untuk dijual diantaranya bunga ruskus, anggrek, pandan, aepi, grasena, rosmeri, kuping gajah, pakis bintang, lidah buaya, ciklok kodok, ekor bajing, lilih, sansifera, amarilis, bunga terompet, bunga melati, mawar, pakis doren, agrisera, astalias, roskol dan terdapat juga berbagai macam tanaman buah seperti jambu air, jambu batu, jambu brazil, terong belanda, dan lain-lain. Jenis tanaman yang ada di pekarangan dapat dilihat pada Lampiran 3. Berbagai macam tanaman tersebut memiliki waktu panen yang berbeda, dan biasanya bunga potong dapat dipanen dalam waktu tiga bulan sekali. Tanaman bunga potong ini dijual kepada tengkulak dengan harga yang bervariasi, ada yang Rp3.000,00 per pot, bahkan ada yang Rp200.000,00 per pohon. Pendapatan yang diperoleh oleh perempuan ini tergantung pada luas lahan pekarangan yang dimiliki, variasi bunga potong yang ditanam serta proses pemeliharaan yang dilakukan. Gambaran kondisi pekarangan rumah dapat dilihat di Lampiran 3. Kegiatan yang biasa perempuan lakukan di pekarangan sama halnya seperti yang biasa dikerjakan oleh laki-laki di kebun seperti menanam tanaman, mengoyos, menyiram, memupuk, memotong bunga yang layu, mencabut rumput, membersihkan bunga dan bahkan ada yang mencangkul dan menyiapkan lahan. Proses pemanenan seperti mengikat dan memotong bunga biasanya dilakukan langsung oleh tengkulak. Hasil keuangan dari penjualan tanaman bunga potong ini sebagian besar dipegang oleh istri sebagai tambahan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, seperti tambahan uang jajan untuk anak, membeli bumbu dapur, dan biaya membeli buku untuk anak sekolah. Hampir seluruh responden menjual dan memegang hasil pekarangannya sendiri. Keterangan lebih lanjut mengenai pembagian hasil pekarangan dan kebun dapat dilihat di Lampiran 6.
49
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga Kontribusi Rupiah No. Jumlah (n=30) Persentase(%) Ekonomi(%) (Rp) 1. 0,0 – 0,9 50 000 1 3,3 2. 1-10 125 000 15 50,0 3. 11-20 177 000 9 30,0 4. 21-30 200 000 4 13.3 5. 31-40 1 500 000 1 3,3 Rata-rata (skor) 11,3 Minimum 0,6 Maksimum 33,3 Standar deviasi 8,6 Tabel 21 menunjukkan bahwa sebesar 50,0 persen contoh memiliki persentase kontribusi pendapatan terhadap keluarga sebesar 1-10 persen, dengan rata-rata kontribusi sebesar 11,3 persen, dan terdapat empat orang contoh yang memiliki kontribusi ekonomi sebesar 21-30 persen, keempat responden ini memiliki lahan pekarangan yang luas dan memiliki variasi bunga yang beragam. Satu orang contoh yang memiliki kontribusi terbesar diantara contoh lain, responden tersebut memiliki kontribusi sebesar 33,3 persen terhadap pendapat total keluarga dengan penghasilan sebulan dapat mencapai Rp1.500.000,00. Responden tersebut memiliki lahan pekarangan yang paling luas, serta memiliki berbagai variasi tanaman bunga potong yang paling lengkap. Tanaman bunga potong yang dimilikinya diperhatikan dan dirawat dengan baik, sehingga memiliki kualitas dan kuantitas yang tinggi. Kesejahteraan Keluarga Subjektif Kesejahteraan
subjektif
yaitu
kepuasan
pribadi
seseorang
atas
terpenuhinya semua kebutuhan hidup baik itu dalam hal fisik, sosial, ekonomi maupun psikologis. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kepauasan contoh maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan subjektif tersebut. Menurut Santamarina dalam Sunarti (2008) terdapat enam kategori kesejahteraan (quality of life atau individual well-being) yaitu: 1) Fisik, 2) Psikologis, 3) Tingkat kemandirian, 4) Sosial, 5) Lingkungan dan 6) Spiritual.
50
Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan fisik menunjukkan bahwa kurang dari separuh contoh merasa tidak puas dan merasa puas dengan keadaan kesehatan keluarga, masing-masing memiliki presentase sebesar 36,7 persen. Hampir separuh contoh (46,7%) merasa sudah puas dengan kesehatannya, hal ini karena kondisi lingkungan di sekitar rumah masih alami dan tidak ada polusi udara yang mengganggu kesehatan. Kurang dari separuh contoh (43,3% dan 40,0%) merasa cukup puas dengan keadaan makanan di keluarga dan kebersihan di dalam rumah. Kurang dari separuh contoh merasa tidak puas dan cukup puas dengan kebersihan di pekarangan dengan presentase masing-masing sebesar 40,0 persen, dan lebih dari separuh contoh (63,3%) merasa puas dengan keadaan air di sekitar (Tabel 22). Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan yang relatif cukup baik terdapat pada keadaan kesehatan contoh dan keadaan air di sekitar. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan fisik Persentase (%) No. Pernyataan 1 2 3 Modus 1. Keadaan kesehatan keluarga 36,7 26,7 36,7 1,3 2. Keadaan kesehatan Anda 26,7 26,7 46,7 3 3. Keadaan makanan keluarga anda 36,7 43,3 20,0 2 4. Kebersihan di dalam rumah 36,7 40,0 23,3 2 5. Kebersihan pekarangan 40,0 40,0 20,0 1,2 6. Keadaan air di sekitar 3,3 33,3 63,3 3 Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas
Penggolongan kategori kesejahteraan fisik dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari separuh contoh (56,7%) memiliki kesejahteraan fisik yang termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata sebesar 52,5 persen (Tabel 23). Hal ini menunjukkan bahwa contoh sudah merasa cukup puas dengan kesejahteraan fisik yang dimilikinya, terutama keadaan kesehatan dan keadaan air sekitar yang masih bersih dan alami. Kesehatan yang baik ditunjang oleh udara yang masih bersih tanpa polusi, banyaknya tanaman sehingga kaya akan oksigen, dan asupan gizi makanan yang baik yang berasal dari sayuran dan buah-buahan.
51
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan fisik Kesejahteraan Fisik Jumlah (n=30) Rendah (< 33,3) 7 Sedang ( 33,4-66,7) 17 Tinggi (>66,7) 6 Rata-rata (skor) 52,5 Minimum 16,7 Maksimum 91,7 Standar deviasi 20,0
Skor 23,3 56,7 20,0
Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan ekonomi pada Tabel 24 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh merasa tidak puas dengan keadaan keuangan keluarga (56,7%) dan keadaan pendapatan (56,7%). Kurang dari separuh contoh (43,3%) merasa sudah puas dengan keadaan tempat tinggal keluarga, lebih dari tiga perempat contoh (76,7%) tidak puas dengan keadaan materi/aset keluarga, kurang dari seperempat contoh masing-masing 40,0 persen merasa belum puas dengan keadaan pakaiannya dan keadaan pakaian keluarga.
Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan ekonomi Persentase (%) No. Pernyataan 1 2 3 Modus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Keadaan keuangan keluarga Keadaan pendapatan anda Keadaan tempat tinggal keluarga anda Keadaan materi/aset keluarga anda Keadaan pakaian keluarga Keadaan pakaian Anda Fasilitas dan alat-alat pertanian Kepemilikan lahan pertanian Hasil panen sayuran
56,7 56,7 33,3 76,7 40,0 40,0 33,3 63,3 43,3
23,3 23,3 23,3 16,7 33,3 33,3 13,3 16,7 30,0
20,0 20,0 43,3 6,7 26,7 26,7 53,3 20,0 26,7
1 1 3 1 1 1 3 1 1
Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas
Lebih dari separuh contoh (53,3%) merasa puas dengan fasilitas dan alatalat pertanian yang dimilikinya (Tabel 24), sedangkan lebih dari separuh contoh (63,3%) merasa tidak puas dengan kepemilikan lahan pertanian karena mereka merasa bahwa lahan pertanian yang dimilikinya masih kurang, dan kurang dari separuh contoh (43,3%) merasa tidak puas terhadap hasil panen sayuran yang biasa mereka dapatkan, karena mereka merasa hasil panennya kurang banyak dan biasanya kualitas hasil panen pun kadang tidak sesuai dengan harapan mereka. Hal ini dikarenakan hasil panen sayuran ditentukan oleh kondisi alam seperti
52
curah hujan dan cuaca. Jika musim hujan, biasanya hasil panen sayuran kurang bagus, karena sayuran banyak yang busuk dan pestisida yang digunakan akan boros, namun petani dapat menanggulanginya dengan membuat atap dan perubahan pola tanam. Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan yang masih kurang terdapat pada keadaan keuangan keluarga, keadaan pendapatan contoh, keadaan aset yang dimiliki oleh keluarga, keadaan pakaian, kepemilikan lahan pertanian yang masih kurang dan hasil panen sayuran, sedangkan tingkat kepuasan yang relatif sudah baik yaitu keadaan tempat tinggal dan fasilitas alat-alat pertanian yang dimiliki. Tabel 25 menunjukkan bahwa kesejahteraan ekonomi contoh termasuk dalam kategori rendah (50,0%). Hal ini berarti keadaan ekonomi yang dimiliki oleh contoh masih kurang baik, sehingga contoh masih merasa tidak puas terutama dalam hal keadaan keuangan, kurangnya pendapatan, kepemilikan aset yang masih terbatas, dan kepemilikan lahan pertanian yang sempit. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan ekonomi Kesejahteraan Ekonomi Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 15 50,0 Sedang ( 33,4-66,7) 9 30,0 Tinggi (>66,7) 6 20,0 Rata-rata (skor) 38,9 Minimum 0,0 Maksimum 100,0 Standar deviasi 32,0 Hasil penelitian berdasarkan indikator kesejahteraan sosial menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (63,3%) merasa tidak puas dengan keadaan pendidikan anak mereka (Tabel 26). Hal ini karena sebagian besar penduduk di daerah tersebut kurang memprioritaskan pendidikan, sehingga anak-anaknya pun cenderung mengikuti pemikiran orangtuanya, hal ini mengakibatkan anak kurang memiliki kemauan untuk melanjutkan sekolah. Orangtua memiliki pemikiran bahwa setinggi apapun anaknya sekolah maka pada akhirnya akan menjadi petani pula seperti mereka. Lebih dari separuh contoh (66,7%) merasa puas dengan gaya manajemen waktunya. Mereka merasa sudah dapat membagi waktu antara pekerjaan domestik dan publik yang mereka lakukan. Kurang dari separuh contoh (masing-masing
53
36,7%) merasa tidak puas dan cukup puas dalam manajemen keuangan. Kurang dari separuh contoh (43,3%) merasa sudah puas dengan keadaan pekerjaannya, mereka merasa bersyukur dan menikmati pekerjaan yang saat ini ditekuninya yaitu sebagai petani. Sebagian besar contoh puas dengan hubungan antara suami dan istri (93,3%), hubungan dengan saudara atau kerabat (96,7%), hubungan antara orangtua dan anak (80,0%), dan seluruh contoh (100,0%) merasa puas melakukan komunikasi dengan tetangga. Hal ini terbukti dengan kehidupan yang begitu dekat dan rukun antara tetangga dalam kehidupan bermasyarakat. Kurang dari separuh contoh (46,7%) tidak puas dengan akses informasi penyuluhan. Hal ini dikarenakan mereka kurang mendapat pemberitahuan atau informasi jika ada kegiatan penyuluhan, serta masih kurang adanya kegiatan penyuluhan pertanian yang ada di desa tersebut. Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan terhadap kesejahteraan sosial yang sudah baik diantaranya keadaan pekerjaan, hubungan antara suami dan istri, hubungan dengan saudara atau kerabat, hubungan antara orangtua dan anak, serta hubungan atau komunikasi dengan tetangga, sedangkan tingkat kesejahteraan yang relatif belum puas yaitu keadaan pendidikan anak dan akses informasi penyuluhan. Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan sosial Persentase (%) No. Pernyataan 1 2 3 Modus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Keadaan pendidikan anak Gaya manajemen waktu anda Gaya manajemen keuangan anda Keadaan pekerjaan anda Hubungan antara suami dan istri Hubungan dengan saudara/ kerabat Hubungan antara orangtua dan anak Hubungan/komunikasi dengan tetangga Akses informasi penyuluhan
63,3 20,0 36,7 30,0 0,0 0,0 3,3 0,0 46,7
20,0 13,3 36,7 26,7 6,7 3,3 16,7 0,0 16,7
16,7 66,7 26,7 43,3 93,3 96,7 80,0 100,0 36,7
1 3 1,2 3 3 3 3 3 1
Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas
Tabel 27 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (53,3%) memiliki tingkat kesejahteraan sosial dalam kategori sedang, dan tidak terdapat contoh yang memiliki tingkat kesejahteraan sosial rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan sosial contoh sudah cukup baik, terutama dalam hal berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain, seperti antara suami dan istri, hubungan
54
dengan saudara atau kerabat, hubungan orangtua dan anak, serta hubungan atau komunikasi dengan tetangga. Adat masyarakat di Dusun Padajaya ini masih kental dengan sifat gotong royong dan kekeluargaan, mereka memiliki hubungan yang rukun dengan tetangga dan tidak terlihat individualis. Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan sosial Kesejahteraan Sosial Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 0 0,0 Sedang ( 33,4-66,7) 16 53,3 Tinggi (>66,7) 14 46,7 Rata-rata (skor) 70,0 Minimum 44,4 Maksimum 100,0 Standar deviasi 13,9 Hasil
penelitian
berdasarkan
indikator
kesejahteraan
psikologi
menunjukkan bahwa kurang dari separuh contoh (40,0%) merasa puas dengan kelakuan atau kepribadian anaknya. Mereka beranggapan bahwa anaknya sudah memiliki kepribadian yang baik karena mereka selalu membantu orangtuanya, tidak terlalu banyak menuntut, dan masih selalu menjalankan perintah agama seperti mengaji dan sholat. Lebih dari separuh contoh (53,3%) puas dengan keadaan spiritual atau keagamaan keluarga, dan separuh contoh (50,0%) puas dengan keadaan spiritual atau keagamaannya. Kegiatan keagaaman masih selalu rutin dilakukan di Dusun Padajaya, seperti pengajian majlis ta’lim ibu-ibu, pengajian bapak-bapak dan pengajian muda-mudi serta sekolah agama yang biasa dilakukan sore hari. Lebih dari separuh contoh cukup puas dengan keadaan mental keluarga (63,3%) dan keadaan mentalnya (53,3%). Kurang dari separuh contoh (40,0%) puas dengan pengetahuan dan keterampilan istri yang dimiliki tentang pertanian, dan separuh contoh (50,0%) merasa cukup puas dengan keoptimisan keluarga dalam menatap masa depan. Keoptimisan ini dimiliki karena contoh beranggapan bahwa selama ada kemauan dan terus bekerja keras, maka mereka akan mendapatkan hasil yang baik teruitama dari hasil pertanian sayuran dan pekarangan. Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan psikologi dapat dilihat di Tabel 28. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan yang relatif cukup baik terdapat pada kepribadian anak, keadaan
55
spiritual atau keagamaan keluarga, keadaan spriritual contoh, dan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh istri dalam bidang pertanian.
Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan psikologi Persentase (%) No. Pernyataan 1 2 3 Modus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 8.
Kelakuan/ kepribadian anak anda Keadaan spiritual/ keagamaan keluarga Keadaan spiritual/ keagamaan Anda Keadaan mental keluarga Keadaan mental anda Pengetahuan dan keterampilan istri yang dimiliki tentang pertanian Keoptimisan keluarga
23,3 10,0 10,0 20,0 20,0
36,7 36,7 40,0 63,3 53,3
40,0 53,3 50,0 16,7 26,7
3 3 3 2 2
30,0 16,7
30,0 50,0
40,0 33,3
3 2
Keterangan : 1.Tidak Puas 2.Cukup Puas 3.Puas
Tabel 29 berdasarkan kategori kesejahteraan psikologi menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologi contoh termasuk dalam kategori sedang (60,0%). Hal ini menunjukkan bahwa keadaan kesejahteraan psikologi contoh sudah cukup baik terutama dalam hal spiritual atau keagamaan. Kondisi tersebut dibuktikan dengan masih aktifnya kegiatan keagamaan di masyarakat dan kuatnya norma-norma agama yang diberlakukan di lingkungan masyarakat, seperti cara berpakaian, cara bergaul, bahkan cara hidup sehari-hari dalam bermasyarakat. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan psikologi Kesejahteraan Psikologi Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 5 16,7 Sedang ( 33,4-66,7) 18 60,0 Tinggi (>66,7) 7 23,3 Rata-rata (skor) 57,5 Minimum 0,0 Maksimum 100,0 Standar deviasi 26,3 Berdasarkan indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan subjektif maka di kategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi, yaitu rendah (< 33,3), sedang (33,4-66,7), tinggi (>66,7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (60,0%) memiliki tingkat kesejahteraan subjektif total yang termasuk dalam kategori sedang dengan rata-
56
rata 54,8 persen (Tabel 30). Hal ini berarti lebih dari separuh contoh cukup puas dalam kesejahteraan psikologi. Menurut Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu dan bersifat subjektif. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan tujuan yang diinginkan. Konsep kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif total Kesejahteraan Keluarga Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 5 16,7 Sedang ( 33,4-66,7) 18 60,0 Tinggi (>66,7) 7 23,3 Rata-rata (skor) 54,8 Minimum 23,4 Maksimum 90,6 Standar deviasi 20,0 Frankl (1963) yang dikutip Puspitawati et al. (2010) menyatakan bahwa kepuasan seseorang terhadap kualitas kehidupan dapat dipengaruhi oleh sosial ekonomi seperti keadaan keluarga, pekerjaan, tetangga, kelompok masyarakat, kesehatan fisik, tingkat pendidikan dan spiritual (agama).
Sebaran contoh
berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga subjektif (Subjektif Quality of Life) total dapat dilihat pada Tabel 30. Hubungan Antar Variabel Hubungan Karakteristik Contoh, Keluarga Contoh, Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Contoh, dan Kesejahteraan Keluarga Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson diketahui terdapat hubungan positif dan signifikan antara usia contoh dan usia suami terhadap kesejahteraan objektif. Artinya, semakin tinggi usia contoh dan usia suami contoh, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan objektif keluarga contoh. Berdasarkan pengamatan di lapang semakin tua usia seorang petani, maka cenderung memiliki lahan kebun dan pekarangan yang lebih luas, sehingga pendapatan keluarga yang dimiliki pun
57
semakin besar, selain itu, semakin tinggi usia petani maka anggota keluarga yang menjadi tanggungan pun akan semakin berkurang, dan kesejahteraan objektif pun akan semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan dengan Zhang (2007) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga adalah usia, peran gender dan pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara pengeluaran total dan kesejahteraan objektif (pendapatan total keluarga). Artinya, semakin tinggi pengeluaran total keluarga petani, semakin tinggi pula kesejahteraan objektif keluarga petani. Penelitian Rambe (2004) menyatakan bahwa pendapatan total berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran total keluarga. Hal ini berarti, keluarga yang memiliki pendapatan total tinggi maka memiliki pengeluaran total yang tinggi pula. Terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara kontribusi ekonomi contoh (Tabel 31).
dan kontribusi suami contoh dengan kesejahteraan objektif
Artinya, semakin tinggi kontibusi ekonomi yang diberikan oleh
contoh dan suami, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan objektif keluarga contoh. Hal ini didukung oleh Puspitawati (2008) yang menyatakan bahwa kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan keluarga berkorelasi positif signifikan dengan kesejahteraan keluarga. Besar keluarga memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan kesejahteraan
subjektif,
artinya
semakin
sedikit
besar
keluarga,
maka
kesejahteraan subjektif semakin tinggi. Hasil ini didukung oleh Hatmadji dan Anwar (1993) yang menyatakan bahwa semakin sedikit jumlah anggota keluarga, maka beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga akan semakin berkurang sehingga tingkat kesejahteraan akan semakin meningkat. Menurut Alabi et al. (2006) semakin besarnya anggota keluarga, maka kebutuhan uang akan semakin besar, sehingga semakin banyak anggota keluarga, kesejahteraan keluarga akan semakin menurun. Lewin dan Maurin (2005) menjelaskan bahwa besar keluarga merupakan faktor penting yang menentukan kesejahteraan keluarga dan menjadi alat ukur untuk memprediksi tingkat kemiskinan keluarga. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit alokasi pengeluaran keluarga sehingga semakin besar peluang keluarga untuk sejahtera.
58
Pendapatan total keluarga memiliki hubungan yang positif dan sangat signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan total keluarga maka kesejahteraan subjektif semakin tinggi. Hal ini Sejalan dengan Alabi et al. (2006) yang menjelaskan bahwa pendapatan merupakan sumberdaya utama keluarga yang akan digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan keluarga. Semakin pendapatan keluarga meningkat maka keluarga akan semakin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga kesejahteraan keluargapun dapat terwujud. Pendapatan yang rendah merupakan hambatan yang menyebabkan rumahtangga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang mencukupi (Sajogyo et al. 1994) Tabel 31 Sebaran koefisien korelasi Pearson karakteristik contoh, keluarga contoh, kontribusi ekonomi contoh, peran gender,dan kesejahteraan keluarga Variabel Kesejahteraan Kesejahteraan objektif (pendapatan subjektif total) Usia contoh .361* .247 Usia suami .407* .258 Pendidikan contoh .128 .064 Pendidikan suami -.035 -.046 Besar keluarga .163 -.375* Pendapatan total 1 .526** Pengeluaran total .713** .308 Kontribusi ekonomi contoh .629** .373* Kontribusi suami contoh .975** .500** Peran gender domestik -.249 .109 Peran gender publik + -.054 -.091 manajemen keuangan Keterangan : ** berkorelasi signifikan pada 0,01 level (2-tailed) * berkorelasi signifikan pada 0,05 level (2-tailed)
Kontribusi ekonomi contoh dan kontribusi ekonomi suami berhubungan positif signifikan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini menunjukkan semakin tinggi kontribusi ekonomi yang diberikan oleh contoh dan suami, maka akan meningkatkan kesejahteraan subjektif keluarga contoh. Menurut Adriyani (2000), tinggi rendahnya kontribusi ekonomi wanita ditentukan oleh jumlah anggota rumah tangga yang bekerja mencari nafkah dan memperoleh pendapatan berupa uang. Apabila kontribusi ekonomi yang diberikan istri tinggi terhadap pendapatan keluarga, maka kebutuhan keluarga dapat terpenuhi dan kesejahteraan subjektif keluarga akan meningkat.
59
Tabel 31 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran gender baik itu dalam aktivitas domestik maupun publik dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif karena berkaitan dengan kepuasan akan aspek input, proses (manajemen sumberdaya keluarga) dan output yang diperolehnya. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan ekspektasi dari tujuan yang diinginkan.
60
Pembahasan Umum Penelitian ini menggunakan pendekatan teori struktural fungsional melalui pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga, terutama difokuskan pada peran gender, kontribusi ekonomi perempuan, dan kesejahteraan keluarga. Menurut Megawangi (1999) pendekatan struktural fungsional menganggap bahwa setiap keluarga merupakan sistem yang terdiri dari subsistem-subsistem yang saling berhubungan dan menjadi satu kesatuan. Pendekatan teori struktural fungsional dapat digunakan untuk menganalisis peran anggota keluarga agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat (Newman dan Grauerholz 2002). Salah satu aspek penting dari perspektif struktural fungsional adalah bahwa pada setiap keluarga yang sehat terdapat pembagian peran atau fungsi keluarga yang jelas, fungsi tersebut terpolakan dalam struktur hirarkis yang harmonis, dan adanya komitmen terhadap pelaksanaan peran atau fungsi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan pekerjaan domestik dan publik, sebagian besar contoh termasuk ke dalam keluarga yang mempunyai kerjasama antara suami istri dengan kategori sedang. Artinya, sudah mulai ada kerjasama yang baik antara suami dan istri walaupun sedikit. Hal ini membuktikan bahwa sudah ada tanggung jawab bersama antara suami dan istri meskipun dalam hal mencari nafkah masih dominan dilakukan oleh suami dan pekerjaan rumahtangga masih dominan dilakukan oleh istri. Backer (1965) menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggota keluarga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Perempuan akan mengalokasikan waktu untuk pekerjaan rumahtangga sedangkan laki-laki untuk mencari nafkah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam aktivitas publik manajemen keuangan usaha tani, keluarga mempunyai kerjasama antara suami dan istri dengan kategori tinggi. Hal ini berarti sudah terjalin kerjasama dan tanggungjawab bersama dalam mengelola keuangan hasil dari usaha tani. Menurut Megawangi (1999) pembagian antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya “diferensiasi peran gender” yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti. Hasil penelitian dalam bidang pertanian di Nigeria menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peran berdasarkan jenis kelamin pada para petani terutama petani tanaman. Pria lebih terlibat dalam
61
semua kegiatan produksi pangan kecuali pengolahan makanan. Tingkat partisipasi perempuan yang rendah adalah akibat dari perubahan sikap, dataran tanah pertanian yang sulit, kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan dan pendekatan pelayanan penyuluhan pertanian yang berfokus hanya pada petani pria saja, bukan dari keluarga secara keseluruhan (Uzokwe 2009). Audu (2009) menjelaskan bahwa kegiatan pertanian lebih dikenal dilakukan oleh laki-laki, sedangkan peran perempuan lebih dikenal dalam kegiatan rumahtangga dan mengurus anak, pria lebih mendominasi kegiatan produksi dan pertumbuhan tanaman pangan serta pengaturan uang tunai dibandingkan perempuan. Dalam penelitian di Ethiopia diketahui bahwa peran perempuan dalam kegiatan pertanian lebih besar dibandingkan laki-laki, namun peran penting perempuan tersebut tidak diakui dan tidak dihargai (Ogato et al. 2009) Perempuan seringkali dianggap sebagai orang kedua yang hanya membantu
pasangan
(subordinat),
berpendidikan
rendah,
dan
memiliki
keterbatasan keterampilan untuk menghasilkan kontribusi ekonomi bagi keluarga (Zehra 2008). Seiring dengan perkembangan zaman, peran perempuan sebagai pengurus rumahtangga yang bekerja di sektor domestik telah mengalami pergeseran. Saat ini perempuan tidak hanya bekerja di sektor domestik saja tetapi juga sebagai pencari nafkah utama maupun tambahan (Sayogyo 1981).
Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perempuan sudah memiliki kontribusi ekonomi terhadap pendapatan total dengan rata-rata sebesar 11,3 persen yang diperoleh dari hasil pendapatan bunga potong. Elfina (2011) menyatakan bahwa pendapatan istri seimbang dengan suami dalam ekonomi keluarga, walaupun tingkat upah pada pekerjaan yang sama lebih murah dibandingkan yang diterima oleh laki-laki. Gulcubuk (2010) menjelaskan bahwa rasio perempuan di bidang pertanian yang mengubah tenaga kerja mereka menjadi uang tunai sangat rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa perempuan juga memiliki kontribusi dalam menunjang perekonomian keluarga disamping pendapatan suami. Pembagian peran dan kontribusi anggota keluarga sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga yaitu kesejahteraan, baik secara objektif maupun subjektif. Kesejahteraan objektif dapat dilihat berdasarkan pendapatan total
62
keluarga. Kesejahteraan subjektif adalah kesejahteraan yang menunjukkan perasaan kepuasan pribadi akan kehidupan keluarganya. Menurut Chen (2010) kesejahteraan subjektif merupakan kepuasan hidup yang diukur berdasarkan standar personal. Schmidth dan Welsh (2010) menjelaskan bahwa kesejahteraan subjektif terdiri dari tiga bagian yaitu perasaan positif, perasaan negatif, dan kepuasan yang dirasakan dalam hidup yang akan stabil dan tidak berubah dalam jangka waktu yang lama. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif, karena berkaitan dengan kepuasan akan aspek input, proses (manajemen sumberdaya keluarga) dan output yang diperolehnya. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan ekspektasi dari tujuan yang diinginkan.
Keterbatasan Penelitian Salah satu keterbatasan atau konsekuensi dari penelitian non probability sampling adalah tidak dapat menggambarkan kasus yang sama di tempat yang berbeda atau tidak dapat digeneralisasikan. Keterbatasan tersebut juga berlaku untuk penelitian ini yang hanya menggunakan 30 contoh dengan karakteristik sosial ekonomi yang cenderung homogen. Penelitian ini hanya dilakukan di satu desa sehingga dari lokasi kurang representatif. Penelitian juga hanya menggunakan istri sebagai responden.
63
64
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kerjasama gender dalam aktivitas domestik dan publik termasuk dalam kategori sedang, artinya sudah terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri meskipun masih terdapat salah satu yang dominan. Dalam aktivitas publik manajemen keuangan usaha tani, kerjasama gender termasuk kategori tinggi, artinya sudah terdapat kerjasama yang baik antara suami istri dalam hal manajemen keuangan hasil usaha tani. Rata-rata kontribusi istri terhadap pendapatan total keluarga adalah sebesar 11,3 persen. Kontribusi ini diperoleh dari hasil penjualan tanaman bunga potong yang ditanam di pekarangan rumah. Berdasarkan pengamatan di lapang, besarnya pendapatan tergantung dari luas lahan pekarangan yang dimiliki dan variasi bunga yang ditanam. Tingkat kesejahteraan subjektif contoh secara fisik, sosial dan psikologi termasuk dalam kategori sedang, sedangkan tingkat kesejahteraan subjektif ekonomi termasuk dalam kategori rendah. Kesejahteraan subjektif secara total termasuk dalam kategori sedang (cukup puas) dengan rata-rata sebesar 54,8 persen. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi contoh dan kontribusi suami dengan kesejahteraan objektif (pendapatan total). Hal ini berarti semakin tinggi usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi contoh dan kontribusi ekonomi suami, maka kesejahteraan keluarga objektif akan semakin meningkat. Hasil korelasi Pearson juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif signifikan antara pendapatan total, kontribusi ekonomi contoh, dan kontribusi ekonomi suami contoh dengan kesejahteraan subjektif keluarga contoh, artinya semakin tinggi pendapatan total, kontribusi ekonomi contoh dan kontribusi ekonomi suami contoh maka kesejahteraan subjektif akan semakin meningkat. Besar keluarga berhubungan negatif dan signifikan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini berarti semakin sedikit jumlah anggota keluarga, maka kesejahteraan subjektif keluarga semakin tinggi.
65
Saran 1.
Melihat kenyataan bahwa tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas di sektor domestik lebih banyak dibebankan pada pihak istri, maka dirasakan perlu dilakukan sosialisasi nilai yang menganjurkan adanya pembagian kerja domestik antara suami dan istri dengan tujuan untuk meringankan beban kerja istri dalam keluarga tanpa mengganggu tujuan keluarga tersebut.
2.
Berdasarkan hasil penelitian maka direkomendasikan perlunya strategi penyuluhan
atau
pemberdayaan
keluarga
yang
dapat
memberikan
pembekalan tentang pentingnya pembagian peran gender dengan kerjasama yang baik antara suami dan istri untuk menjaga keseimbangan dalam menjalankan fungsi keluarga. 3.
Berdasarkan hasil korelasi terdapat hubungan yang positif signifikan antara kontribusi ekonomi perempuan dengan kesejahteraan keluarga baik secara objektif atau subjektif. Beranjak dari hasil penelitian tersebut, maka diperlukan peningkatkan pengetahuan dan wawasan serta keterampilan contoh dalam mengelola pekarangan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman bunga potong yang dihasilkan, sehingga pendapatan yang diperoleh pun akan semakin tinggi dan kesejahteraan keluarga akan semakin meningkat.
66
DAFTAR PUSTAKA
_________. 2009. http://cianjurkab.go.id. [ 15 Mei 2011] [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2008. Kajian Keluarga Sejahtera dan Peran Gender di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan. The Pro Door Planning and Budgeting Project. Working Papaer No.7. www.Bappenas.go.id [15 Januari 2012]. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1992. Undangundang Republik Indonesia No.10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1996. Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN. [BPS] Badan Pusat Statistika. 1994. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 1993: Expenditure for Consumption of Indonesia 1993. Jakarta: CV Arief Brothers. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia 2004. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Indonesia 2006. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Data Kemiskinan Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Adriyani Y. 2000. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja terhadap Pola Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kesejahteraan dalam Rumahtangga Nelayan (Kasus Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon). [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Alabi D.L, Ogbimi, G.E, dan Soyebo K.O. (2006). Factor Enhancing Effective Financial Management of Rural Women in Osun State. Research Journal of Social Sciences. Obafemy Awolowo University, Ile-Ife, Nigeria. Audu SI. 2009. Gender Roles in Agricultural Production in The Middle Belt Region of Nigeria. American-Eurasian Journal of Sustainable Agriculture, 3(4): 626-629. Babbie E. 1989. The Practice of Social Research. Fifth edition. Belmont, California. Wadsworth Publishing Company.
67
Becker GS. 1965. The Economic Approach to Human Behaviour. The University of Chicago Press. Chicago USA. Bryant, W.K. (1990). The Economic Organization of The Household. United States of America: Cambridge University Press. Chen. 2010. Factor Related to Well-Being Among The Elderly In Urban China Focusing on Multiple Roles: BioScienceTrends. 4(2): 61-71. Deacon RE. Firebaugh FM.1998. Family Resource Management Principles and Application. Ed ke -2. Massachusetts: Allyn and Bacon Inc. Diener Ed. 2009. Subjektive Well Being: a General Overview, South African Journal of Psychology, 39(4) : 391-406. Duvall, E., Miller, C. M. (1985). Marriage and Family Development 6th ed. New York: Harper & Row Publisher. Elfina, M. 2001. Wanita Minangkabau dan Otonomi dalam Rumah Tangga, Universitas Andalas Padang. Fahmi, SH. 2008. Analisis Nilai Ekonomi Pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan Peran Gender serta Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Fakih, Mansour. 2003. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Fausia, L, dan Prasetyaningsih, N. 2005. Gender dan Kawasan DAS Citanduy: Kajian aktivitas reproduktif dan produktif perempuan dalam sumberdaya alam [Laporan Penelitian]. Bogor: Kerjasama dengan Partnership For Governance Reform In Indonesia- UNDP. Guhardja et al. 1992. Diktat Manajemen Sumber Daya Keluarga. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Gulcubuk Bulent. 2010. The Dimensions Of Women’s Contribution To The Workfoce In Agriculture: The Turkey Case. International Business & Economic Research Journal. Ankara University. 9(5). 143. Gunarsa S & Gunarsa YSD. 2004. Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta: Gunung Mulia. Gustina Wiwik. 2011. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Peran Gender terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
68
Hatmadji S, Anwar E.N. 1993. Transisi Keluarga di Indonesia: Perspektif Global. Makalah Seminar Mengisi Hari Keluarga Nasional 1993. Jurusan Gizi Masyarakat Sumberdaya Keluarga bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan BKKBN. Hubeis Aida. 2000. Gender Analysis Pathway (GAP) in Policy Outlook and ActionPlanning in Co-operatives and Small – Medium Enterprises. Bappenas: Jakarta. Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga. Ihromi TO.1990. Laporan Penelitian: Para Ibu yang Berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda. Kelompok Studi Wanita FISIP UI. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Irzalinda V. 2010. Kontribusi Ekonomi, Peran Istri, dan Kesejahteraan Keluarga di Kota dan Kabupaten Bogor [skripsi]. Program studi Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Klein, D.M & White, J.M. 1996. Family Theories. An Introduction. Sage Publication. Landis. 1986. Sociology: Concept and Characteristics (6th Ed). California: Wadsworth Inc. Lasswell, M & Lasswell, T.1997. Mariage & The Family. California: Wadsworth Pub. Lewin A.C., Maurin, E. (2005) The Effect of Family Size on Incentive Effect of Welfare Transfers in Two Parent Families. Sage Publication. 6(29). 507529. Megawangi R. 1999. Membiarkan berbeda : Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan. Meylasari I. 2010. Pengaruh Kontribusi Ekonomi dan Sumberdaya Pribadi Perempuan Terhadap Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga [skripsi]. Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Moser, Caroline. 1993. Gender Planning and Development: Theory, Practice, and Training. London : Routledge. Mosse, J. C. 2002. Gender dan Pembangunan. Diterjemahkan oleh Hartian Silawati. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Newman, D. M. & Grauerholz, L. 2002. Sociology of families. Thousand Oaks, CA: Pine Forge Press.
69
Nurulfirdausi K. 2010. Analisis Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Manajemen Keuangan Keluarga terhadap Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita [skripsi]. Program studi Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Ogato GS et al. 2009. Gender Roles in Crop Production and Management Practices: A Case Study of Three Rural Communities in Ambo District, Ethiopia. Journal of Human Ecology. 27(1) : 1-20. Park M, Kim K. 2002. The Level Of Subjective Well-Being and Household Consumption Expenditures. Journal Consumers and Families As Market Actors. Helsinki. Prabawa, S. 1998. Sumberdaya Keluarga dan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani, Studi Desa Water Jaya, Kecamatan Cijeruk. Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Puspitawati H, Fahmi SH. 2008. Analisis Pembagian Gender pada Keluarga Petani. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2(1): 24-33. Puspitawati H . 2009. Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya dalam kehidupan keluarga [diktat]. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,. Puspitawati H. 2009. Konsep dan Teori Gender [diktat]. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Puspitawati H.2009. Modul Peningkatan Fungsi Keluarga Menuju Ketahanan Pangan Keluarga Petani. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Puspitawati H. 2009. Pengaruh Nilai Ekonomi Pekerjaan Ibu Rumah Tangga terhadap Kesejahteraan Keluarga Subjektif. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2(1): 11-20. Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: IPB Press. Rachmawati, Ary. 2010. Strategi koping dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif pada keluarga penerima program keluarga sejahtera (PKH). [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Rahardjo, Diah. 1995. Wanita, Lingkungan dan Pembangunan. Jakarta: Pusat Penelitian dan pembangunan Ketenagakerjaan.
70
Raharjo. 1989. Metode Pelibatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pedesaan. Makalah Diskusi Periodik di PSPP Lemlit UNS, Surakarta 21 Oktober 1989. Raharto A., Romdiati H. (2000). Identifikasi Rumah Tangga Miskin. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VII. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bappenas, UNICEF, Deptan, Depkes dan BPS. Rambe A. 2004. Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga dan Tingkat Kesejahteraan (Kasus di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara) [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rohaeni S & Lokolfo E. 2005. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani Di Kelurahan Setugede Kota Bogor. Jurnal Agroekonomi, 23(2): 133-158. Roosganda. 2007. Peran Ganda Wanita Tani sebagai Motivator Mencapai Strategi Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani di Perdesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan. Departemen Pertanian. Rothwel D.2011. Exploring Asset and Family Stress. Centre for Research Children and Family. McGill School of Social Work. Sajogyo P. 1981. Peranan Wanita dalam Pembangunan di Berbagai Lingkungan, Desa dan Kota; Suatu Tinjauan Sosiologi. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sajogyo et al. 1994. Menuju gizi baik yang merata di Pedesaan dan di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sakernas. 2009. Jumlah penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas berdasarkan pekerjaan utama. http://www.demografi.go.id [diakses tanggal 10 Mei 2011] Saleha Qoriah. 2003. Manajemen Sumberdaya Keluarga: Suatu Analisis Gender dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala, Kalimantan Timur [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Saxton. 1990. The individual, Marriage, and Family (7th ed). California : A Division of Wadsworth. Inc. Schmidt C.K, dan Welsh A.C. 2010. College Adjusment and Subjektive Well Being When Coping With a Family Members Illness. Journal of Counseling and Development.
71
Simanjuntak M. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga dan Prestasi Belajar Anak pada Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH). [tesis]. Institut Pertanian Bogor.
Sinta Rahmi Putri. 2010. Relasi Gender Pada Rumah Tangga Petani Sayuran Dataran Rendah [Skripsi]. Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data Sosial. Solo : Dabara Publisher. Sumarwan U.2002. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Sunarti, Euis. 2008. Naskah Akademik Indikator Keluarga Sejahtera. Bogor. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Ukoha O.O. (2003). Contributions of Women to Farm Family Income in Ikwuano Local Government Area of Abia State, Nigeria. Journal of Agr Food Sci. 1(2), 125-130. Uzokwe U.N. 2009. Gender roles in agricultural production in the Seychelles. Nigerian Agricultural Journal. 40 (1-2). Whatmore, Sarah. 1991. Farming Women (Gender, Work, and Family Enterprise). British : University of Bristal. Williams, J.E, & Best, D.L. (Eds.). 1990. Sex and psyche: Gender and self viewed cross cuturally. Newbury Park. CA: Sage Publications. Wiryono, B. 1994. Diferensiasi Peran Wanita dalam Mencari Nafkah dan Pola Pengasuhan Anak di Pedesaan (Studi Kasus di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul, Yogyakarta. [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Zehra. 2008. The Economic Contribution of Pakistan Women Through Unpaid Labour. Pakistan: Society for Alternative Media and Research. Zeitlin MF. 1995. Strenghening The Family Implication for International Development. Tokyo, Japan. The United Nation University Press. Zhang W, Liu G. (2007). Childlessness, psychological wellbeing and life satisfaction among the elderly in China. Journal of Cross Cult Gerontol. 22, 185-203.
72
LAMPIRAN
73
75
Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
X1 1 .948** -.174 .126 -.112 .361* .003 .305 .390* -.175 .222 .247
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
1 -.250 .059 -.070 .407* .056 .372* .341 -.116 .121 .258
1 .215 -.272 -.035 .045 -.032 -.028 .000 .028 -.046
1 -.148 .128 .079 .125 .078 -.002 .028 .064
1 .163 .333 .097 .318 -.135 -.113 -.375*
1 .713** .975** .629** -.249 -.071 .526**
1 .696** .446* -.317 .042 .308
1 .439* -.207 -.120 .500**
1 -.282 .131 .373*
1 -.307 .109
1 -.144
Umur istri Umur suami Pendidikan suami Pendidikan istri Besar keluarga Pendapatan total (kesejahteraan objektif) Pengeluaran total Kontribusi suami Kontribusi ekonomi perempuan
X10 X11 X12
Peran gender dalam aktivitas domestik Peran gender dalam aktivitas publik+manajemen keuangan Kesejahteraan keluarga subjektif
X12
1
76
Lampiran 2 Skala pengkategorian dan pengukuran variabel penelitian No Variabel penelitian Pengkategorian/pengukuran 1 Usia contoh Umur digolongkan menjadi tiga berdasarkan kategori menurut Hurlock (1980), yaitu: 1. Dewasa awal (18-40 tahun) 2. Dewasa menengah (41-60 tahun) 3. Dewasa lanjut (>60 tahun) 2 Tingkat pendidikan contoh Berdasarkan jenjangnya, lama pendidikan dibedakan menjadi empat kategori, yaitu: 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 3 Umur suami contoh Umur digolongkan menjadi tiga berdasarkan kategori menurut Hurlock (1980), yaitu: 1. Dewasa awal (18-40 tahun) 2. Dewasa menengah (41-60 tahun) 3. Dewasa lanjut (>60 tahun) 4 Tingkat pendidikan suami Berdasarkan jenjangnya, lama pendidikan contoh dibedakan menjadi empat kategori, yaitu: 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5 Besar keluarga contoh Besar keluarga digolongkan menjadi tiga berdasarkan kategori menurut BKKBN (1998), yaitu: 1. Kecil (≤ 4 orang) 2. Sedang (5-7 orang) 3. Besar (> 7 orang) 6 Kepemilikkan aset Kepemilkan aset dibedakan menjadi dua yaitu memiliki aset dan tidak memiliki aset. Keluarga yang memiliki aset dibedakan menjadi: 1= Tidak punya 2= Bawaan istri 3= Bawaan suami 4= Dibeli bersama 7 Pendapatan keluarga per Pendapatan keluarga per bulan berdasarkan bulan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Cianjur tahun 2011 1. < Rp 810 371,00 2. Rp 8 10 371,00 – Rp 1 620 742,00 3. Rp 1 620 743,00 – Rp 2 431 113,00 4. > Rp 2 431 114,00 8 Pendapatan perkapita Pendapatan per kapita per bulan berdasarkan keluarga per bulan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur BPS 2011 sebesar Rp 202 438,00:
77
No
Variabel penelitian
9
Pengeluaran keluarga per bulan
10
Pengeluaran perkapita per bulan
11
Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga
12
Peran gender dalam aktivitas domestik
13
Peran gender dalam aktivitas publik
14
Peran gender dalam aktivitas manajemen keuangan usaha tani Kesejahteraan keluarga subjektif
15
Pengkategorian/pengukuran 1. ≤ Rp 202 438,00 2. Rp 202 438,00-Rp 404 876,00 3. Rp 404 877,00-Rp 607 314,00 4. > Rp 607 315,00 Pendapatan keluarga per bulan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Cianjur tahun 2011 1. < Rp 810 371,00 2. Rp 8 10 371,00 – Rp 1 620 742,00 3. Rp 1 620 743,00 – Rp 2 431 113,00 4. > Rp 2 431 114,00 Pendapatan per kapita per bulan berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur BPS 2010 sebesar Rp 202 438,00 : 1. ≤ Rp 202 438,00 2. Rp 202 438,00-Rp 404 876,00 3. Rp 404 877,00-Rp 607 314,00 4. > Rp 607 315,00 Dihitung berdasarkan persentase pendapatan contoh terhadap pendapatan keluarga: 1. 0-5 % 2. 6-10 % 3. 11-15% 4. 16-20% 5. 21-30% 6. >31 1. Rendah (< 33,3) 2. Sedang (33,4-66,7) 3. Tinggi (>66,7) 1. Rendah (< 33,3) 2. Sedang (33,4-66,7) 3. Tinggi (>66,7) 1. Rendah (< 33,3) 2. Sedang (33,4-66,7) 3. Tinggi (>66,7) 1. Rendah (< 33,3%) 2. Sedang (33,4-66,7%) 3. Tinggi (>66,7%)
78
Lampiran 3 Jenis tanaman yang ada di pekarangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Jenis Tanaman yang ada di halaman rumah Bunga ruskus, ekor bajing, pakis doren, pohon jambu Bunga Laderlip, grasena, ekor bajing, ruskus, aepi, melati, pakis bintang, lidah buaya,anggrek Bunga ruskus, anggrek, Pandan, Aepi, Grasena, Rosmeri, Kuping gajah Ekor bajing, pohon jambu, bunga ruskus Pakcoy, ekor bajing, ruskus, roskol, daun bawang, jambu batu, melati, lili, ciklok. Bunga ruskus, ekor bajing, elpi, roskol, pohon jeruk, binbin, jambu, ecorbia, pohon kurma. Bunga ruskus, singklok, palem, agrasena, jeruk, jambu batu, lilih tarompet, lilih amarilis Pohon jeruk, pohon jambu, binbin, ruskus, ekor bajing, siklok kodok, lilih Bunga buntut bajing, malika, aepi, melati, anggrek, arbei, waluh, jambu, kol, kacang, daun sirih, pakis doren, ros kol, kolam ikan Bunga ruskus, pakis doren, Ekor bajing, Jambu brazil, Ecorbia, Kencring manis, Pohon jambu batu Bunga ruskus, ekor bajing, grasena, jambu brazil Jambu bool, bunga ruskus, jambu batu, palem, sansivera, bunga terompet, ayam 1 ekor, burung 1 ekor Bunga ruskus Bunga ruskus, ekor bajing. Bunga ruskus, seledri, Jambu air, daun bawang Bunga ruskus, jambu air, siklok kodok, ekor bajing, jambu batu, terong belanda, ikan, rumput packing, jambu brazil Kolam ikan, ruskus, anggrek, ciklok, terompet Daun bawang, ekor bajing, pakcoy. Bunga siklok kodok Bunga ruskus Jambu, ruskus, kupa ladah, ekor bajing, yuka, anggrek pandan, seku putih, sisipera tulang, lidah buaya, lilih, feruk, pakis, pinus Pohon pakis duren Bunga siklok kodok, lilih, ruskus, ekor bajing, pakis doren Daun bawang, jambu, ruskus, sensifera, jeruk, semai pokcoy, jambu siam, jambu air, jambu bool, amarilis, sirih
79
No 25 26 27 28 29 30
Jenis Tanaman yang ada di halaman rumah Bunga amarilis, pakcoy, pot Bunga ruskus, ciklok kodok Bunga grasena, ruskus, ekor bajing, esparagus bitang, parigata, pakis doren, roskol, son of india, kedondong, jambu brazil, jeruk, daun bawang Buntut Bajing, astalias, roskol,Agrisera Ekor bajing, pakcoy, roskol, belimbing, jeruk, grasena, daun bawang, kartes danes, ciklok kodok Ciklok kodok, ruskus, strawberri
80
Lampiran 4 Aktivitas pertanian di pekarangan dan kebun No
Aktivitas pertanian di pekarangan
Aktivitas pertanian di kebun
1
Menyapu, membersihkan halaman, menyiram, menggunting
Menanam, mencangkul, menyemprot, memupuk,menyiangi,menyiram
2
Menanam, menyiram, memupuk, memotong, membersihkan, menyapu
Mencangkul, menyemprot, menanam, memupuk
3
Menyapu, merawat bunga, Menanam, menyiram, memotong
Menyemprot, mencangkul, memupuk, menanam
4
Ngoyos,Memupuk, menanam, menyiram, menyapu, memotong
Mencangkul, menyemprot, menanam, memupuk
5
Menanam, menyapu, memupuk, memotong
Menanam, mencangkul, menyemprot, memupuk,menyiangi,menyiram
6
Membersihkan halaman, menyapu, menanam, menyiram, Memupuk
Mencangkul, menyemprot, menanam, memupuk, menyiram, panen
7
Mengoyos, menanam, menyiram, memupuk, menyapu
Menyemprot, menanam, mencangkul, menyiangi, memupuk, menyiram
8
Membersihkan rumput, menanam, memupuk, menyiram, menyapu, memotong
Mencangkul, memupuk, menyemprot, menanam, menyiram
9
Menyiram, menanam, menyapu, memupuk
Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot
10
Menanam, menyiram, Menyapu, memtong, memupuk
Menyiram, menyemprot, mencangkul, menanam, memupuk
11
Menanam, memupuk, memotong, menyiram, Membersihkan
Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot, menyiram
12
Membersihkan, merawat, menyapu, menyiram, memotong
Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot, menyiram
13
Membersihkan, merawat, menyapu, menyiram, memotong
Mencangkul, menanam, memupuk, menyiangi, menyemprot, menyiram
14
Menyapu, menyiram
Mencangkul, memupuk, menyemprot, menanam, menyiram
15
Menyapu, ngoyos, memupuk, menyiram, menanam, Memotong
Mencangkul, menanam, menyemprot, menyiram, memupuk
16
Menyiangi, mencabut rumput
Menyemprot, memupuk
17
Menanam, menyiram, memupuk,Mencangkul
Mencangkul, memupuk, menyiram, memanen
18
Menanam, menyiram, menyemai
Mencangkul, menyemprot, menanam
19
Menanam, menyiram, mencabut rumput
Menyemprot, menanam
20
Menanam, menyiram, memupuk
Menyemprot ketika ada hama, menanam
21
Membersihkan rumput, menyiram
Mencangkul, menyemprot
22
Menanam, Menyiram, mencabut rumput, memupuk,menjual
Mencangkul, menyemprot, menanam, panen
23
Menanam, mencangkul
Menyemprot, memupuk
81
No
Aktivitas pertanian di pekarangan
Aktivitas pertanian di kebun
24
Menyiangi, menanam pakcoy
Menyemprot, memupuk
25
Menanam, menyiangi
Menanam, mencangkul, menyemprot, memupuk
26
Menanam, pisah bunga, memupuk, memanen, menyiram
Menanam, mencangkul, memanen, menyemprot
27
Menyiram, menyapu, menyiangi, mencangkul
Mencangkul,menyemprot, menanam, memupuk
82
Lampiran 5 Alat pertanian yang digunakan di pekarangan dan kebun No Alat yang digunakan di pekarangan Alat yang digunakan di kebun 1 gunting, cangkul kecil, sapu, emrat Parang, alat semprot,cangkul, emrat 2 gunting, cangkul kecil, emrat, sapu Cangkul, parang, alat semprot, emrat 3 Emrat, sapu, gunting, cangkul kecil Cangkul, parang, alat semprot, emrat 4 gunting, sapu, emrat, cangkul kecil, garpu kecil Parang, alat semprot,cangkul, emrat 5 gunting, cangkul kecil, sapu, emrat Cangkul, kampak, garpu kecil, emrat 6 Emrat, sapu, cangkul kecil, pupuk Cangkul, alat semprot, parang, emrat 7 Cogek, gunting, sapu, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat 8 Sapu, cangkul kecil, gunting, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat 9 Gunting potong, cangkul kecil, sapu, emrat Cangkul,alat semprot, emrat, parang 10 gunting, cangkul kecil, sapu, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat 11 gunting,sapu,cangkul kecil,emrat Cangkul, parang, alat semprot, emrat 12 Cangkul kecil, sapu lidi, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat, pestisida 13 Cangkul kecil, sapu lidi, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat, pestisida 14 Sapu, emrat Cangkul, alat semprot, parang, emrat 15 Sapu, gunting, cangkul kecil Cangkul, alat semprot, parang, emrat 16 Sapu, emrat, gunting kecil Kampak 17 selang, garpu kecil, gayung cangkul, selang, piring 18 Cangkul, teko, arit Cangkul, kampak 19 Cangkul kecil Alat semprot pestisida, cangkul 20 Cangkul kecil, pompa teko, pupuk Cangkul, suplier, parang 21 Parang, cangkul kecil, emrat Cangkul, kampak 22 Garpu kecil, cangkul kecil Cangkul, kampak, parang 23 Cangkul, garpu kecil, teko plastik Cangkul, kampak 24 Gunting, sapu, garpu kecil Pompa, pacul, parang
83
No 25 26
Alat yang digunakan di pekarangan Cangkul, parang, tali Cangkul, ember
27 28 29 30
Selang, sapu, garpu kecil, sarung tangan Selang,garpu,polibag Garpu kecil, cangkul kecil Garpu kecil
Alat yang digunakan di kebun Cangkul, parang, kampak Cangkul, kampak Sepatu boat, topi, sarung tangan, cangkul, linggis, parang Cangkul, Parang Kampak, cangkul, parang, garpu Kampak,Cangkul,parang
84
Lampiran 6 Pembagian hasil kebun dan pekarangan Yang menjual Yang memegang No hasil kebun hasil kebun 1 Bapak Bapak 2 Bapak Bapak 3 Bapak Bapak 4 Bapak Ibu 5 Bapak Ibu 6 Bapak Ibu 7 Bapak Bapak 8 bapak Ibu 9 Bapak Bapak 10 Bapak Ibu 11 Bapak Ibu 12 Bapak Bapak 13 Bapak Bapak 14 Bapak Bapak 15 Bapak Ibu 16 Bapak Bapak 17 Bapak Ibu 18 Bapak Bapak 19 Bapak Ibu 20 Bapak Ibu 21 Bapak Ibu 22 Bapak Ibu 23 Bapak Ibu
Istri diberi berapa persen? 45% 40% 30% 20% untuk dapur 100% 60% 30% untuk dapur 30% untuk dapur 25% untuk dapur 35% untuk dapur 20% untuk dapur 25% untuk dapur 25% untuk dapur 20% untuk dapur 40% untuk dapur 100 ribu per hari 70% ibu 30% 100% 100% 70% 90% 100%
Yang menjual hasil pekarangan Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Bapak Ibu Ibu Bapak+Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu ibu ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
Yang memegang hasil pekarangan Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Bapak Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
Istri diberi berapa persen? 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 25% untuk jajan anak 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 70% 100% 100% 100% 100% 100%
85
No 24 25 26 27 28 29 30
Yang menjual hasil kebun Bapak Bapak Bapak Bapak Bapak Bapak Bapak
Yang memegang hasil kebun Ibu Ibu Bapak Ibu Ibu Bapak Bapak
Istri diberi berapa persen? 100% 80% 50% 100% 25% 10% 100 rb/mggu
Yang menjual hasil pekarangan Bapak Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
Yang memegang hasil pekarangan Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
Istri diberi berapa persen? 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
86
Lampiran 3 Foto Kegiatan
Gambar 1 dan 2 Beberapa contoh suami dan istri bekerja sama dalam aktivitas publik
Gambar 3 Suami sedang melakukan pekerjaan domestik
Gambar 5 Sayuran hasil kebun
Gambar 4 Istri sedang melakukan aktivitas domestik
Gambar 6 Tanaman bunga potong di wilayah pekarangan rumah
87
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Novi Puspitasari dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 13 Maret 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Agus Suhaya dan Ibu Acih Rukaesih S.Pd. Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Margaluyu, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1 Salawu. Sejak di SMP penulis aktif sebagai ketua OSIS. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Singaparna pada tahun 2007. Selama di SMA, penulis aktif sebagai ketua umum Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan aktivis DKM (Dewan Keluarga Masjid) SMA Negeri 1 Singaparna. Tahun 2007 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada Program Studi Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kelembagaan baik intern maupun ekstern, diantaranya anggota Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA) periode 2007-2009, Ketua Family Club HIMAIKO IPB periode 2009-2010. Selain itu penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitian seperti Conference of Human Ecology in Indonesia, Family and Consumer Day, Masa Perkenalan Departemen serta berbagai kegiatan HIMAIKO. Penulis memperoleh beasiswa BBM selama empat semester periode tahun 2010-2011 dan 2011-2012.