Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016
ISSN 0854-2172
PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI Eri Sutatik SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan metode presentasi diskusi dapat meningkatkan pemahaman unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik sastra. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 2 tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 37 siswa. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, setiap siklusnya meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Metode pengumpulan data berupa teknik tes, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Hasil dari penelitian yaitu metode presentasi diskusi dapat meningkatkan pemahaman unsur instrinsik dan ekstrinsik sastra. © 2016 Dinamika Kata Kunci: Hasil Belajar; Instrinsik dan Ekstrinsik; Presentasi Diskusi; Sastra
PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia telah dimulai dari pendidikan prasekolah sampai perguruan tinggi. Hakikat pembelajaran bahasa Indonesia adalah menggali potensi diri anak didik sehingga mereka terampil berbahasa Indonesia dan terampil mengapresiasi sastra. Keterampilan mengapreasi sastra menggunakan pendekatan apresiatif. Pendekatan ini dimaksudkan agar peserta didik mampu mengapresiasi sastra sebagai hasil seni yang dapat dinikmati, dihayati, dimanfaatkan dan dikembangkan dalam wawasan kehidupan. Pencapaian ketrampilan apresiasi sastra tidak dapat dilepaskan dari wacana atau teks sastra. Oleh karena itu pemahaman terhadap unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik sastra mutlak diperlukan agar pemahaman sastra dapat dicapai. Pembelajaran Bahasa Indonesia hanya menempatkan pembelajaran sastra 1 : 6 dengan tata bahasa (paragraf, kalimat, resensi, kritik, esai, dll). Kenyataan itu terkadang hanya dipandang sebelah mata sehingga muncul problematika pelajaran sastra seperti pengajaran sastra hanya diselipkan dengan tata bahasa, yang mengajar sastra bukan guru sastra tetapi guru bahasa, buku sastra hanya anemik di perpustakaan, pengajaran sastra nol buku (tidak ada buku sastra diwajibkan di baca sampai tamat dan di baca tuntas). Unsur Intrinsik adalah semua unsur yang membangun sastra dari dalam sastra itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik sastra terdiri atas tema, setting, penokohan, alur, pesan, sudut pandang dan konflik. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah semua unsur pembangun sastra dari luar sastra yang mencakup nilai-nilai kehidupan manusia. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain nilai sosial, nilai 74
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6. No. 2, April. (2016)
moral, nilai pendidikan, nilai agama, nilai budaya, nilai politik dll. Nilai-nilai ekstrinsik banyak dipengaruhi oleh zamannya (E. Kosasih, 2004). Berdasarkan hasil pengamatan para peserta didik belum mengerti dan kurang memahami unsur-unsur sastra sehingga hasil belajar pada bidang tersebut rendah. Rendahnya hasil belajar dibuktikan dengan perolehan ketuntasan belajar 60.52% secara klasikal dan di bawah 52.63% berdasarkan nilai perolehan maksimal. Hal ini disebabkan keunikan bahasa sastra, kurangnya kemampuaan pemahaman teks, rendahnya minat baca, pemilihan metode yang kurang tepat serta keterbatasan media pembelajaran. Apalagi pendidik hanya menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Metode ini kurang menumbuhkan kreativitas, kemandirian dan kemampuan afektif lainnya. Faktor-faktor tersebut telah memicu permasalahan yang cukup serius terhadap hasil belajar yang berkaitan dengan unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik sastra. Hasil analisis jawaban siswa kurang tepat yang akan mengakibatkan kesalahan fatal jika tes evaluasi berbentuk multiple choice (pilihan ganda). Jauh ke depan rendahnya pemahaman terhadap unsur instinsik dan ekstrinsik sastra mengakibatkan rendahnya kepekaan terhadap nilai-nilai kehidupan seperti nilai moral, sosial, nilai budaya, nilai politik, nilai agama, nilai pendidikan dan lain-lain. Oleh karena itu pemahaman terhadap unsur-unsur sastra harus dapat ditanamkan secara optimal agar siswa memiliki kemampuan dan kepekaan terhadap hasil karya sastra yang merupakan implementasi dari miniatur kehidupan dunia yang sesungguhnya. Salah satu alternatif solusi atas permasalahan tersebut adalah penggunaan metode presentasi diskusi. Presentasi diskusi merupakan penyajian langsung dengan cara bertukar pikiran, pendapat tentang suatu masalah (Santoso, 1995). Metode presentasi diskusi digunakan untuk mentransfer ilmu secara efektif dan efisien, memotivasi, menumbuhkan kerja sama, belajar bertanggung jawab dalam penemuaan data serta dapat menciptakan proses belajar yang lebih menyenangkan (Joyfull learning). Selain itu pembelajaran dengan presentasi diskusi dapat menumbuhkan rasa percaya diri karena di dalam proses pembelajaran tersebut memungkinkan kemunculan berbagai kemampuan seperti kemampuan menganalisis masalah, kemampuan berpendapat serta kemampuan untuk mempertahankan pendapatnya/pendapat kelompok. Kemampuan berpendapat itu juga memerlukan kemampuan dasar yang lain seperti penguasaan kemampuan menggunakan kata, menyusun kata menjadi kalimat serta menyusun kalimat sesuai dengan logika/konteks yang melingkupinya. Seseorang dikatakan terampil berbahasa atau terampil berpendapat apabila seseorang tersebut mampu menggeneralisasikan konsep berpikirnya dalam wacana yang jelas sehingga berguna bagi orang lain. Penggunaan metode presentasi diskusi sangat menunjang strategi pembelajaran berbasis kompetensi, karena pemakaian metode ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotoriknya. Jean Piaget dalam Yamin (2007) menyatakan bahwa kemampuan kognitif meliputi empat ketrampilan, yaitu ketrampilan pemecahan masalah (problem solving), ketrampilan pengambilan keputusan (decision making), ketrampilan berpikir kritis (critical thinking) dan ketrampilan berpikir kreatif (creative thinking). Rumusan masalah yang akan dikaji yaitu: Apakah metode presentasi diskusi dapat meningkatkan pemahaman unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik wacana sastra? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan metode presentasi diskusi dapat meningkatkan pemahaman unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik wacana sastra.
PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI Eri Sutatik
75
METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (Arikunto, 2010). Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPS 2 tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 37 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi metode tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif dan teknik pengumpulan data kuantitatif. Teknik kualitatif berguna untuk mendiskripsikan peningkatan aktifitas belajar siswa. Sedangkan teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis penilaian hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, sistem penilaian, dan membuat lembar observasi. 2. Pelaksanaan Tindakan Langkah-langkah pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut: a) Pembukaan Guru bersama observer masuk ke dalam ruangan, anak-anak mempersiapkan diri untuk berdo’a karena kebetulan jam I, guru memberi salam, guru membuka pertama dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan penggunaan metode prestasi diskusi. b) Kegiatan Siswa membagi diri sesuai dengan kelompoknya, perwakilan kelompok mengambil kartu secara acak dengan perbandingan 1 (kartu soal) : 3 (kartu jawaban), kelompok yang mengambil jawaban tidak tepat untuk mengirimkan perwakilan/duta untuk bertukar kartu dengan kelompok. Kebetulan dari kelompok A,B,C,D,E,F,G tidak langsung mempunyai jawaban sehingga mereka harus moving mencari kartu jawaban dengan kelompok lain (pada tahap ini muncul motivasi siswa untuk mencari kebenaran antara kartu soal dan jawaban); setiap kelompok berusaha mencari kebenaran jawaban; diskusi kelompok sangat berjalan lancar terbukti sebagian besar anak-anak serius berdiskusi; kelompok menyimak presentasi dari kelompok lain; siswa menulis resume dan siswa mengerjakan tugas secara kelompok. c) Penutup Guru menutup kegiatan dan mengucapkan salam. 3. Observasi Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode presentasi diskusi. Adapun hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa yaitu prosentase ketuntasan klasikal untuk diskusi presentasi adalah 86,84%. 4. Refleksi Setelah melakukan pengamatan dan penilaian pada siklus I, akhirnya peneliti mengambil suatu kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus I masih belum berhasil, ditandai masih
76
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6. No. 2, April. (2016)
terdapat siswa kurang aktif berdiskusi dalam kegiatan kelompok. Oleh karena itu, maka siklus II harus dilaksanakan. Siklus II 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah menyusun Rencana Pelaksnaaan Pembelajaran perbaikan, sistem penilaian, dan membuat lembar observasi. 2. Pelaksanaan Tindakan Langkah-langkah pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut: a. Pembukaan Guru bersama observer masuk ke kelas; guru membuka pelajaran dengan salam; guru menjelaskan tujuan pembelajaran cara penilai dan motivasi siswa. b. Kegiatan Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing yaitu A, B, C, D, E, F, G; perwakilan kelompok mengambil kartu secara acak; siswa menganalisis penggalan cerpen tersebut berdasarkan perintah yaitu analisis unsur instrinsik dan ekstrinsik sastra; pada kelompok tersebut juga terjadi perdebatan untuk saling mempertahankan pendapatnya, tetapi kemudian terjadi kesepakatan antar anggota kelompok setelah punya asumsi-asumsi mendasar dan benar secara teoritik sebelum kelompok presentasi di depan kelompok lainnya setelah kelompok siap maka secara berurutan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya; sebelum presentasi semua siswa diberi teks cerpen utuh bukan penggalan lagi. c. Penutup Guru menutup kegiatan dan mengucap salam. 3. Observasi Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode presentasi diskusi. Adapun hasil observasi siklus II yang dilakukan terhadap siswa yaitu prosentase ketuntasan klasikal untuk diskusi presentasi adalah 97,36%. 4. Refleksi Pada siklus II ini karena nilai klasikal sudah mencapai ketuntasan dan semua siswa sudah aktif berdiskusi dalam kegiatan kelompok, maka penelitian ini sudah bisa diambil kesimpulan bahwa setelah pelaksanaan penelitian tindakan hanya sampai pada siklus II. Hasil pemahaman unsur instrinsik dan ekstrinsik sastra siswa dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 1. berikut : Tabel 1. Hasil Pemahaman Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Sastra Keterangan Ketuntasan Hasil Belajar
Pra siklus 60,52%
Siklus I 86,84%
Siklus II 97,36%
PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI Eri Sutatik
77
Gambar 1. Grafik Peningkatan Hasil Pemahaman Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik .
SIMPULAN Penerapan metode presentasi diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pemahaman unsur instrinsik dan ekstrinsik sastra, dapat dilihat dari hasil tes belajar pemahaman unsur instrinsik dan ekstrinsik sastra sebelum pelaksanaan tindakan memperoleh rata-rata 60,52%, pada siklus I memperoleh rata-rata 86,84%, sedangkan hasil tes belajar pemahaman unsur instrinsik dan ekstrinsik sastra pada siklus II memperoleh rata-rata 97,36%.
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih, peneliti tujukan kepada Kepala Sekolah, Rekan Guru, Observer dan Siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 2 Tanggul atas kerjasamanya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusasteraan. Bandung : Yrama Widya. Santoso, Ananda dan S. Priyanto. 1995. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Kartika Yamin, Martinis. 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Gaung Persada Press
78
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6. No. 2, April. (2016)