LAPORAN P2M FBS UNDIKSHA
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa di SMP dan SMA Melalui Pelatihan Lesson Study
Oleh Prof. Dr. I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A. Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. Drs. I Nyoman Adil, M.A. Drs. Gede Gunatama, M.Hum.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SEPTEMBER 2014
1
HALAMAN PENGESAHAN Judul Program
: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa di SMP dan SMA Melalui Pelatihan Lesson Study
Jenis Program : Workshop a. Bidang Kegiatan : Peningkatan Kualitas Pembelajaran b. Identitas Pelaksana : 1. Ketua a. Nama (lengkap dengan gelar) : Prof. Dr. I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A. b. NIP : 19620319 198703 1 001 c. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda/ IVc d. Fakultas/ Jurusan : FBS/ Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris e. Telepon/ Faximile : (0362) 21541/27561 f. Alamat Rumah : Jalan Sri Rama 21 Baktiseraga, Singaraja (81541) g. E-mail :
[email protected]
2. a. b. c. d. e. f.
Anggota 1 Nama (lengkap dengan gelar) NIP Pangkat/Golongan Fakultas/ Jurusan Telepon/ Faximile Alamat Rumah
: Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. : 19620626 198603 2 002 : Pembina Utama Madya/ IVd : FBS/ Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris : (0362) 21541/27561 : Jalan Jalak 4 Singaraja (81116)
3. a. b. c. d. e. f.
Anggota 2 Nama (lengkap dengan gelar) NIP Pangkat/Golongan Fakultas/ Jurusan Telepon/ Faximile Alamat Rumah
: Drs. I Nyoman Adil, M.A. : 19540529197903 100 : Pembina/ IVa : FBS/ Jurusan Bahasa Inggris D3 : (0362) 21541/27561 : Gang Bumi Indah III/2 Pemaron, Singaraja.
4. a. b. c. d.
Anggota 3 Nama (lengkap dengan gelar) NIP Pangkat/Golongan Fakultas/ Jurusan
e. Telepon/ Faximile f. Alamat Rumah
: Drs. Gede Gunatama, M.Hum. : 19570122 198601 1 002 : Pembina Tk 1/ IVb : FBS/ Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia : (0362) 21541/27561 : Jalan Pulau Lombok Gang II/8 Singaraja.
2
Singaraja, 12 September 2014 Mengetahui, Dekan FBS Universitas Pendidikan Ganesha,
Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. NIP 196206261986032002
Prof. Dr. I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A. NIP 196203191987031001
3
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN
Halaman ……………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….
iv
1. Pendahuluan
1
…………………………………………………………………………….
2. Analisis Situasi
…………………………………………………………………………
3. Identifikasi dan Perumusan Masalah
2
……………………………………………………
2
4. Tinjauan Pustaka ……….………………………………………………………………..
3
5. Tujuan Kegiatan
…………………………….…………………………………………..
10
6. Manfaat Kegiatan
……………………………………………………………………….
10
7. Khalayak Sasaran Strategis
……………………………………………………………
8. Metode Pelaksanaan Pemecahan Masalah
……………………………………………
10 11
9. Jadwal Kerja …………………………………………………………………………….
11
10. Organisasi Pelaksana
11
………………………………………………………………….
11. Biaya ………………………………………………………………………....................
12
12. Hasil Kegiatan
…………………………………………………………………………
12
………………………………………………………………………………
14
13. Daftar Pustaka ………………………………………………………………………...
14
13. Simpulan
Lampiran-Lampiran
4
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa di SMP dan SMA Melalui Pelatihan Lesson Study 1.
Pendahuluan Peningkatan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi merupakan titik sentral di dalam
peningkatan mutu perguruan tinggi. Guru merupakan faktor utama di dalam peningkatan kualitas pembelajaran, di samping faktor lain di antaranya; siswa, kurikulum, sarana-prasarana pembelajaran, dan juga manajemen perguruan tinggi secara menyeluruh. Peningkatan kualitas pembelajaran hakekatnya adalah suatu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru. Guru profesional hendaknya memiliki kompetensi yang unggul pada semua ranah kompetensi. Kompetensi akademik merupakan ranah kompetensi yang secara terus menerus mesti ditingkatkan lewat berbagai kegiatan inservice training seperti seminar dan workshop. Di samping kompetensi akademik, kompetensi pedagogik yang sebagian juga telah didapatkan pada saat kuliah perlu juga terus dimantapkan dan dikembangkan dengan mengikuti berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan seminar yang terkait dengan perkembangan terbaru di bidang pedagogik. Perkembangan ranah kompetensi ini begitu dinamis sesuai dengan kecenderungan kurikulum dan silabi yang ditetapkan oleh pemerintah. Ranah kompetensi tersebut terus berkembang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kemajuan jaman, di antaranya adalah perkembangan metode pembelajaran berbasis konstruktivisme. Metode pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan konstruktivisme mempunyai ciri-ciri, yang salah satu di antaranya, guru memfasilitasi siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri dengan berbagai metode pembelajaran baik secara individu dan atau kelompok. Untuk melaksanakan pendekatan tersebut maka disusunlah berbagai metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa seperti: hand’s-on activity, daily-life, kontekstual, dan kolaboratif. Lesson Study (yang disingkat LS), atau „Kaji Pembelajaran‟ adalah suatu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran yang kini diupayakan untuk disebarluaskan ke sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan LS diyakini dapat meningkatkan kemampuan dan keprofesionalan pendidik sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dibinanya. Sekelompok guru merancang tujuan pendidikan jangka panjang siswanya, 5
menerjemahkannya ke dalam Research Lesson atau „pembelajaran yang dikaji‟ secara nyata dalam kelas; dan secara kolaboratif mengamati, mendiskusikan dan memperbaiki pembelajaran tersebut. Pelaksanaan LS akan lebih mudah bila kurikulum sederhana dan luwes dan didukung sikap pendidik yang mau mengkritik diri sendiri; terbuka terhadap orang luar; mau mengakui kesalahan; mau memakai ide orang lain; dan mau memberi masukan yang jujur dan sportif. Hambatan terhadap pelaksanaan LS adalah kurangnya pemahaman dan komitmen pendidik mengenai apa, mengapa, dan bagaimana melaksanakannya, di samping adanya miskonsepsi mengenainya. Pelaksanaan LS dapat diringkas menjadi tiga yaitu plan, do, dan see. Agar dapat melaksanakannya sebagai sarana peningkatan kualitas pembelajaran, diperlukan komitmen sekelompok pendidik yang berniat melaksanakannya, selain penjadwalan pembelajaran yang cerdas agar guru dapat saling asih, asah, dan asuh.
2.
Analisis Situasi Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) adalah salah satu fakultas dari tujuh fakultas yang dinaungi
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. FBS merupakan salah satu pusat unggulan dan rujukan dalam rangka menyiapkan calon guru masa depan yang mampu menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai visi dan misi FBS di samping juga mampu menguasai teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pembelajaran dan memecahkan masalah-masalah pembelajaran/pendidikan secara cerdas dan kompetitif. Sebagai pusat unggulan, FBS senantiasa mengejar keunggulan-keunggulan atau capaian yang telah diraih fakultas-fakultas lainnya. Di samping itu, sebagai salah satu misi yang merupakan kegiatan dari tri dharma perguruan tinggi FBS juga berkewajiban untuk memberikan pencerahan bagi guru-guru bahasa, terutama yang mengajar di SMP dan SMA, terkait implementasi inovasi pembelajaran, yang salah satu di antaranya adalah berupa kegiatan Lesson Study. Melalui komitmen para pimpinan di FBS, untuk kegiatan P2M fakultas, FBS bermaksud untuk memberikan pelatihan tentang pelaksanaan Lesson Study kepada guru-guru bahasa yang mengajar di SMP dan SMA di Kecamatan Buleleng.
3.
Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi di atas, dan kesepakatan hasil diskusi antara pimpinan fakultas
maka diprioritaskan untuk dilakukan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (P2M) dengan 6
mengundang pakar untuk memberikan wawasan dan bimbingan yang benar terkait pelaksanaan LS kepada guru-guru bahasa SMP dan SMA se-Kecamatan Buleleng. Permasalahan yang diangkat melalui kegiatan pelatihan ini adalah, Bagaimana kualitas pembelajaran di SMP dan SMA dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan Lesson Study (LS)?
4.
Tinjauan Pustaka a. Peranan Lesson Study dalam Peningkatan Sistem Pendidikan. Lewis (2002) dan Wang-Iverson (2002) menyatakan bahwa Lesson Study memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan secara sistemik. Menurut Lewis (2002) di Jepang Lesson Study atau yang dikenal dengan Jugyokenkyu tidak hanya memberikan sumbangan terhadap pengetahuan keprofesionalan guru/pendidik, tetapi juga terhadap peningkatan sistem pendidikan yang lebih luas. Lewis menguraikan bagaimana hal tersebut dapat terjadi dengan membahas lima jalur yang dapat ditempuh Lesson Study, yaitu: (1) membawa tujuan standar pendidikan ke realita dalam kelas, (2) menggalakkan upaya perbaikan dengan dasar data, (3) menargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar, (4) menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan kualitas pembelajaran, dan (5) menjunjung tinggi nilai guru. Melalui Lesson Study guru (dan atau pendidik) secara kolaboratif berupaya menerjemahkan tujuan dan standar pendidikan ke realita dalam kelas. Mereka berupaya merancang pembelajaran sedemikian sehingga siswa dapat dibantu menemukan tujuan pembelajaran yang dituliskan untuk suatu materi pokok (yang di dalam kurikulum kita sekarang berarti siswa dibantu untuk menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan). Selain itu guru di Jepang juga memperhatikan aspek lain standar pendidikan nasional mereka yaitu agar siswanya belajar memiliki kebiasaan berpikir ilmiah, saya menyebutnya di sini sebagai belajar memiliki kecakapan hidup. Mereka berupaya merancang suatu skenario pembelajaran yang memperhatikan kompetensi dasar dan pengembangan kebiasaan berpikir ilmiah itu (lebih luas lagi: kecakapan hidup) dengan membantu siswa agar sedapat mungkin mengalaminya sendiri (dalam istilah bahasa Inggrisnya „hands on’ dan „mind on’, artinya siswa terlibat secara aktif secara fisik dan mental dalam mengamati objek yang dipelajarinya). Setelah itu rancangan pembelajaran itu dilaksanakan, diamati, didiskusikan, dan direvisi, dan kalau perlu dilaksanakan lagi di kelas 7
lain. Hasilnya kemudian disebarluaskan dalam bentuk rancangan pembelajaran yang sudah direvisi. Lesson Study menggalakkan upaya perbaikan dengan dasar data, dan data ini tidak seperti yang selama ini terbatas pada hasil tes tulis (UTS dan UAS) yang hanya mengukur performansi akademik yang sangat sempit. Sebaliknya, di dalam mengkaji pembelajaran dalam Lesson Study, guru-guru secara cermat mengamati siswa dan mengumpulkan data untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti berikut. 1) Bagaimana pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai topik tertentu dapat berubah sepanjang proses pembelajaran? 2) Apakah siswa benar-benar tertarik pada topik tersebut, atau apakah mereka belajar dengan terpaksa? 3) Apakah siswa memiliki kualitas individu mendasar yang diperlukan untuk belajar? Misalnya, apakah mereka tertib, bertanggung jawab dan mampu mendengarkan dan memberi jawaban atau komentar terhadap ide teman mereka satu sama lain? Guru di Jepang mengumpulkan dan menganalisis data-data ini dan menggunakannya sebagai dasar untuk merancang perubahan dalam pembelajaran, merancang prosedur dalam kelas, dan merancang iklim kelas. Jadi di dalam Lesson Study tidak hanya diurus kegiatan belajar akademis siswa saja, tetapi juga diperhatikan motivasi siswa dan iklim sosial, yaitu faktor-faktor yang mungkin turut berkontribusi terhadap kesuksesan akademis siswa dalam jangka panjang. Jadi tidak seperti tes dan hasil karya siswa yang hanya memberikan informasi mengenai apa yang perlu ditingkatkan, Lesson Study juga menyarankan bagaimana meningkatkannya. Sebagai contohnya pengamat mungkin mencatat bahwa suatu cara mengajarkan konsep tertentu itu menyebabkan kesalahpahaman siswa karena itu ia menyarankan cara lain yang lebih baik. Kebalikan dari hasil tes terstandar, masukan yang diperoleh melalui Lesson Study itu langsung dapat diterima, sesuai dengan kondisi siswa saat itu, dan berdasarkan observasi terhadap realita pembelajaran. Masukan berasal dari mitra guru yang umumnya memiliki pengetahuan yang cukup mengenai siswa dan konteks pembelajaran mereka, yaitu orangorang yang punya posisi terbaik untuk memahami permasalahan yang dihadapi siswa dan menyarankan pemecahan yang mungkin ditempuh.
8
Lesson Study menargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar yang disebut kecerdasan berpikir dan bersikap (the habits of mind and heart that are fundamental to success in school). Kecerdasan berpikir dan bersikap (dalam istilah kekinian disebut soft skills) yang dikembangkan selama bertahun-tahun di Jepang itu berupa ketekunan (persistence), kerjasama (cooperation), tanggungjawab (responsibility), dan kemauan untuk bekerja keras (willingness to work hard). Agar dapat mengembangkan hal tersebut, guru perlu bekerjasama sebagai suatu tim untuk memberikan lingkungan belajar untuk menumbuhkan budaya sekolah yang koheren dan konsisten. Tidak mungkin siswa belajar “berpikir seperti ilmuwan” hanya di salah satu kelas, lalu pada tahun berikutnya hal ini tidak dikembangkan lagi oleh gurunya. Lewis (2002) mencontohkan kecerdasan berpikir dan bersikap yang dapat diamati pada siswa Jepang antara lain mendengarkan dan merespons ide teman selama diskusi, dengan penuh tanggungjawab, dan berhati-hati menangani bahan berbahaya dan mudah pecah, mencatat dengan tertib, bekerja sama dengan lancar dalam kerja kelompok, dan membersihkan bahan dan air yang tumpah setelah praktikum. Lesson Study juga menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan kualitas pembelajaran. Seorang guru yang mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dikaji (research lesson) akan mengadopsi pembelajaran sejenis setelah mengamati respons siswa yang tertarik dan termotivasi untuk belajar dengan cara seperti yang dilaksanakan. Melalui pengamatan langsung terhadap pembelajaran yang dikaji (research lesson) maupun laporan tertulis, video, ataupun berbagi pengalaman dengan kolega, telah tersebar luas di Jepang berbagai rancangan pembelajaran yang telah dikembangkan melalui Lesson Study yang meliputi berbagai topik. Semuanya itu dimulai di tingkat lokal, dikelola secara lokal, dan menyebar menjadi reformasi tingkat sistem pendidikan ke seluruh negeri. Misalnya dalam bidang Matematika, berkat inspirasi dari sekelompok guru Matematika yang aktif menyelenggarakan Lesson Study pada tahun 1970-an, seluruh guru di Jepang dalam 30 tahun terakhir ini mulai menekankan pemecahan masalah dalam Matematika, dan perlahan-lahan beralih ke mengajar untuk memahamkan (teaching
for understanding) untuk tingkat
Matematika SD. Selanjutnya, Lesson Study juga menjunjung tinggi nilai guru karena Lesson Study mengenali pentingnya dan sulitnya membelajarkan siswa, yaitu secara nyata menerjemahkan 9
standar pendidikan, kerangka dasar pendidikan dan “praktik pembelajaran” terbaik ke kelas. Lesson Study menggunakan waktu dan sumber daya guru untuk merancang, mengkaji dan memperbaiki apa yang secara nyata terjadi di kelas. Lesson Study merupakan suatu sistem penelitian dan pengembangan di mana guru-guru mengembangkan teori dan praktik melalui kajian cermat terhadap praktik terbaik ”best practices” dalam kelas yang terus diuji dan dikembangkan.
b. Peranan Lesson Study dalam Pengembangan Keprofesionalan Guru Menurut
Lynn
Liptak
(Lewis,
2002)
perbandingan
antara
pengembangan
keprofesionalan guru secara tradisional dengan yang melalui Lesson Study dapat diamati dalam Tabel berikut. Aspek Awal mula Tenaga Pendorong Aliran Komunikasi Hubungan hirarki
Tradisional Dimulai dengan jawaban Seorang “pakar dari luar”
Sebutan
Penelitian memberi informasi untuk praktik (Research informs practice)
Pelatih atau penatar ke guru Ada hirarki antar pelatih dengan yang dilatih (pebelajar)
Lesson Study Dimulai dengan pertanyaan Guru peserta atau pelaksana sendiri Dari guru ke guru Hubungan setara (timbal balik) antar guru atau guru sebagai pebelajar Praktik itu sendiri adalah penelitian (Practice is research)
Lebih lanjut lagi Lewis (2002) menguraikan bagaimana Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study kepada guru sebagai berikut. Lesson Study memungkinkan guru untuk: (1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan pembelajaran bidang studi, (2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, (3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, (4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, (5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, (6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta perilaku siswa, (7)
10
mengembangkan pengetahuan pedagogik yang sesuai untuk membelajarkan siswa, dan (8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega. Lesson Study itu tidak hanya memperhatikan pembelajaran untuk satu pertemuan atau satu pokok bahasan saja, tetapi bagaimana membelajarkan satu unit materi pokok dan bahkan membelajarkan bidang studi, dan juga memperhatikan perkembangan siswa secara jangka panjang. Karena itu ketika memilih bidang kajian akademis dan topik Lesson Study, guru sering: (a) menargetkan untuk juga mengatasi kelemahan siswa dalam belajar, (b) memilih topik yang bagi guru sulit mengajarkannya, (c) memilih subjek terkini misalnya baru isinya, teknologinya, pendekatan pembelajarannya, dan (d) memusatkan perhatian pada hal terpenting yang mendasar yang berpengaruh terhadap pembelajaran lainnya (misalnya pentingnya pelajaran Bahasa dan Matematika untuk mempelajari IPA). Melalui Lesson Study, guru dapat mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan. Hasil Lesson Study disebarkan melalui buku-buku yang ditulis guru yang di dalamnya juga dijelaskan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai, filosofi pembelajaran yang dianut, diberikan rancangan pembelajaran dan rancangan seluruh unit, contoh hasil kerja siswa, hasil refleksi mengenai kekuatan dan kesulitan dalam pembelajaran, serta petunjuk praktis bagi guru yang ingin mencoba pembelajaran tersebut. Kalau guru lain mencoba membelajarkan ajaran ini, menambah, menguji, dan melaporkan perbaikan yang mereka lakukan, maka kualitas pembelajaran itu akan makin meningkat. Lesson Study juga memperdalam pengetahuan guru mengenai materi pokok yang diajarkan. Dengan melaksanakan Lesson Study, guru dapat mengidentifikasi dan mengorganisasi informasi apa yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang menjadi fokus kajian dalam Lesson Study. Melalui Lesson Study guru secara bersama-sama berkesempatan untuk memikirkan pengetahuan yang mana yang penting, apa saja yang belum mereka ketahui mengenai hal itu, dan berusaha mencari informasi yang mereka perlukan untuk membelajarkan siswa. Lesson Study juga memberi kesempatan kepada guru untuk mempertimbangkan kualitas ideal yang mereka harapkan dimiliki siswa pada saat mereka lulus, kualitas apa yang dimiliki siswa saat sekarang, dan bagaimana mengatasi kesenjangan yang ada di antaranya. Kita sekarang menerjemahkan kualitas ideal yang kita harapkan dimiliki oleh siswa-siswa kita itu dalam bentuk kecakapan hidup. Orang Jepang ada yang menyebutkan sebagai 11
menghargai persahabatan, mengembangkan perspektif dan cara berpikir dan menikmati sains. Lesson Study memberi kesempatan guru secara kolaboratif merancang pembelajaran. Menurut Lewis (2002) rata-rata guru di Jepang mengamati sekitar sepuluh pembelajaran yang dikaji (research lesson) setiap tahun. Guru-guru di Jepang merasa kolaborasi itu menguntungkan karena memberikan kesempatan kepada mereka untuk memikirkan pembelajarannya sendiri dengan cara mengaitkannya dengan apa yang dilakukan guru lain. Melalui Lesson Study guru dapat saling membelajarkan. Lesson Study memberi kesempatan kepada guru untuk mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa. Fokus Lesson Study hendaknya pada peningkatan pembelajaran, melalui pengamatan terhadap siswa, agar dapat dipikirkan cara-cara untuk meningkatkan kegiatan belajar dan kegiatan berpikir siswa bukan pada kegiatan guru (http://www.learningpt.org/nsc/products/tol.htm) sehingga tidak malah menyalahkan guru atau mengkritik kesalahan guru. Di dalam Lesson Study guru perlu mencari bukti bahwa siswa memang belajar, termotivasi, dan berkembang. Jadi melalui data yang dikumpulkan, guru dapat melihat pembelajarannya melalui mata siswa. Pertanyaan yang pantas diajukan adalah: Bagaimana pemahaman siswa mengenai materi pembelajarannya? Apakah siswa tertarik untuk belajar? Apakah mereka memperhatikan ide siswa lainnya? Secara singkat data yang perlu dikumpulkan mengenai siswa meliputi lima hal, yaitu: (1) hasil belajar akademis, (2) motivasi dan persepsi, (3) tingkah laku sosial, (4) sikap terhadap belajar, dan (5) interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran. Lesson
Study
mengembangkan
pengetahuan
pedagogis
yang
sesuai
untuk
membelajarkan siswa karena melalui Lesson Study guru terus menerus berupaya untuk mengembangkan dan meningkatkan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menerjemahkan kurikulum. Guru misalnya terus memikirkan bagaimana memberikan pertanyaan untuk dipecahkah siswa dalam pembelajaran yang dapat mempertahankan minat siswa untuk terus belajar, bagaimana menggunakan debat untuk memaksimalkan partisipasi siswa dalam diskusi, dan bagaimana mendorong siswa untuk dapat membuat catatan yang baik dan melakukan refleksi diri. Lesson Study memberi kesempatan guru melihat hasil pembelajarannya sendiri melalui mata siswa dan kolega. Data yang diberikan kolega menjadi “cermin” bagi guru pelaksana 12
Lesson Study. Kolega dapat membantu guru mencatat kegiatan diskusi dalam kelompok kecil, menghitung jumlah siswa yang angkat tangan atau mencatat pertanyaan dan jawaban guru; atau dapat juga guru memilih 3 siswa dengan prestasi berbeda dan meminta kolega mencatat interaksi yang melibatkan ketiga siswa tadi, karya mereka dan seterusnya. Dengan cara
ini
guru
dapat
melihat
bagaimana
siswa
mengalami
pembelajaran
yang
dilaksanakannya. Lebih lanjut Lewis (2002) mengadaptasi tulisan Darling-Hammond (1999) seperti dikutip Suarni (2011) mengenai bagaimana Pengembangan Keprofesionalan Guru yang efektif dapat dilaksanakan melalui Lesson Study yaitu sebagaimana dicantumkan dalam Tabel berikut.
No. Ciri 1. Melalui pengalaman (Eksperiensial)
2.
Fokus pengembangan berasal dari guru
3.
Orang yang terlibat
4.
Kolaboratif
5.
Berpusat pada realitas
6.
Berkelanjutan
7.
Berdasarkan bukti
8.
Tidak berdiri sendiri
Keterangan Melibatkan guru dalam tugas konkrit mengajar, melakukan asesmen, dan melakukan pengamatan terhadap siswa. Pertanyaan dan keingintahuan guru menjadi dasar pengembangan profesi. Melibatkan pakar dari dalam dan luar sekolah. Memungkinkan guru berbagi pengetahuan dan pengalaman Mengembangkan apa yang nyata dibelajarkan, bagaimana membelajarkannya Pelaksanaannya berkesinambungan, tidak hanya satu kali (one shot) Merespons terhadap bukti mengenai proses dan hasil belajar siswa serta perkembangan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dikaitkan dengan aspek-aspek lain atau perubahan yang terjadi di sekolah.
Di Australia, menurut White dan Lim (2007) seperti yang dikutip Suarni (2011), Lesson Study merupakan suatu proses yang kuat untuk mengarahkan guru-guru menuju praktikpraktik dan kecenderungan berperilaku yang baru, selain itu juga menyatukan hasil pengamatan praktik dengan ciri-ciri kegiatan belajar mengajar yang berkualitas untuk 13
menciptakan suatu proses pembelajaran yang rapi dan terstruktur dengan baik. Sementara itu di Malaysia, setelah mencobakannya kepada sekelompok guru, mereka menyimpulkan bahwa sebagian besar guru berpendapat bahwa proses dalam Lesson Study dapat menggalakkan kolaborasi antar mereka, memberikan ide-ide mengajar baru, dan meningkatkan keterampilan mengajar mereka.
5.
Tujuan Kegiatan Kegiatan P2M ini bertujuan: 1) Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada guru-guru bahasa SMP dan SMA se-Kecamatan Buleleng tentang pelaksanaan Lesson Study di sekolah. 2) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pelatihan kegiatan Lesson Study ini.
6.
Manfaat kegiatan Manfaat yang diperoleh dari kegiatan pelatihan kaji tindak pembelajaran (Lesson Study)
bagi para guru peserta pelatihan dan bagi sekolah adalah sebagai berikut. 1) Dipahaminya metode pelaksanaan pengkajian pembelajaran (lesson study) di SMP dan SMA. 2) Dihasilkannya perangkat pelaksanaan pengkajian pembelajaran (lesson study) di sekolah yang dapat dijadikan acuan untuk melaksanakan kegiatan ini secara lebih lanjut.
7.
Khalayak sasaran Strategis Kegiatan pelatihan menyasar guru-guru bahasa SMP dan SMA dari 19 sekolah se-
Kecamatan Buleleng (lihat Lampiran 2). Guru-guru yang dijadikan peserta pelatihan antara lain adalah guru-guru: SMAN 1 Singaraja, SMAN 2 Singaraja, SMAN 3 Singaraja, SMAN 4 Singaraja, SMA Lab UNDIKSHA, SMPN 1 Singaraja, SMPN 2 Singaraja, SMPN 3 Singaraja, SMPN 4 Singaraja, SMPN 5 Singaraja, SMPN 6 Singaraja, dan SMP Lab UNDIKSHA Singaraja dan yang lainnya. Jumlah guru bahasa yang menghadiri kegiatan adalah sebanyak 25 orang.
14
8.
Metode Pelaksanaan Pemecahan Masalah Permasalahan yang menjadi prioritas dalam usulan pengabdian pada masyarakat (P2M) ini adalah belum pernah dilaksanakannya kegiatan Lesson Study bagi guru-guru bahasa SMP dan SMA se-Kecamatan Buleleng. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang LS, kegiatan P2M FBS tahun 2014 ini didedikasikan untuk memberikan pelatihan kepada khalayak sasaran strategis seperti yang telah dikemukakan pada poin 7. Kegiatan P2M ini dirancang berupa kegiatan pelatihan dengan mengundang nara sumber yang telah melaksanakan kegiatan LS sebelumnya. Nara sumber yang dimaksud adalah Prof. Dr. Putu Budi Adnyana, M.Si, seorang dosen Jurusan Pendidikan Biologi UNDIKSHA yang telah memulai kegiatan Lesson Study di UNDIKSHA.
9.
Jadwal Kerja Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat tanggal
11 dan 12 September 2014 bertempat di Ruang Seminar FBS.
10. Organisasi Pelaksana Tim inti pelaksana kegiatan ini berjumlah 4 orang yang terdiri dari seorang ketua dan 3 orang anggota. Nama-nama tim inti pelakasanaan P2M beserta uraian tugasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Instansi Bidang Ilmu Asal UNDIKSHA Pendidikan Bahasa Inggris
No.
Nama/NIDN
Uraian Tugas
1.
Prof. Dr. I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A./0019036201
2.
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A/0026066203
UNDIKSHA Pendidikan Bahasa Inggris
Menyusun rencana kegiatan, mengkoordinasikan persiapan dan pelaksanaan.
3.
Drs. I Nyoman Adil, M.A./0029055402
UNDIKSHA Bahasa Inggris D3
Membantu ketua menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan.
4.
Drs. Gede Gunatama,
UNDIKSHA Bahasa dan Sastra Indonesia
Membantu ketua menyusun rencana dan melaksanakan
Membuat proposal kegiatan dan menyusun laporan
15
M.Pd./0022015702
kegiatan.
Dalam melaksanakan kegiatan, tim inti pelaksana kegiatan dibantu oleh sejumlah tenaga kependidikan (Pegawai FBS) yang ditugaskan dengan SK Dekan (lihat Lampiran 4).
11. Hasil Kegiatan Kegiatan berlangsung dengan baik sesuai rencana. Kegiatan berlangsung selama 2 hari. Pada hari pertama dilakukan pembukaan dan penyajian materi, beserta tanya jawab. Pada hari kedua dilanjutkan kegiatan pelatihan. Guru-guru peserta bekerja pada kelompokkelompok kecil sesuai mata pelajaran yang diasuh. Ada 3 kelompok guru, yang terdiri dari guru-guru pengajar Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Bali. Hasil kerja kelompok mereka dapat dilihat pada Lampiran 5.
Presensi Peserta
Menyanyikan Lagu Kebangsaan
Kegiatan Pembukaan oleh Sekretaris LPM
Peserta
16
12. Simpulan Kegiatan P2M yang bertajuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa di SMP dan SMA Melalui Pelatihan Lesson Study ini dapat disimpulkan sebagai kegiatan pengabdian yang berhasil yang ditujukan bagi guru-guru sasaran strategis. Kegiatan strategis semacam ini hendaknya ditingkatkan volumenya sehingga terbina jalinan silaturahmi akademik terutama bagi UNDIKSHA sebagai almamater dengan stakeholder-nya, para guru.
13. Daftar Pustaka Herawati. 2009. Lesson Study Sebagai Alternatif Sarana Peningkatan Kualitas Perkuliahan Dan Pengembangan Keprofesionalan Dosen. Makalah disajikan dalam Workshop Lesson Study yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan ganesha (Undiksha) Singaraja, tanggal 7 November 2009 Suarni, dkk. 2011. Laporan Pelaksanaan Lesson Study di Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Singaraja: FIP UNDIKSHA. Team. 2012. Pedoman Studi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha tahun 2012. Singaraja: UNDIKSHA
17