PENINGKATAN KEMAMPUAN MENERAPKAN COMMUNICATIVE APPROACH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMA NEGERI I GORONTALO MELALUI LESSON STUDY Elvie Mokoginta Pengawas SM Diknas Kota Gorontalo ABSTRAK Kenyataan ditemui dalam pembelajaran bahasa Inggris, masih ditemukan guru yang masih kurang tepat dalam menerapkan Communicative Approach sehingga pelajaran bahasa Inggris kurang mencapai sasaran yang diharapkan. Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salahsatu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran kearah yang jauh lebih efektif. Penelitian ini merupakan Communicative Approach akan diberi tindakan melalui pembimbingan Lesson Study. Dalam mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dilakukan observasi dan analisis data secara objektif. Dalam pelaksanaan pengamatan proses pembelajaran instrumen yang digunakan memuat 6 (enam) aspek/indikator yang terdapat pada tabel I penilaiannya menggunakan rating skala yaitu skor 5 sangat baik, skor 4 baik, skor 3 kurang baik, skor 2 tidak baik, dan skor 1 sangat tidak baik. Dari data yang diperoleh Communicative Approach oleh guru belum maksimal. Rata-rata nilai yang diperoleh adalah 74 atau berada pada kategori C (cukup) dari skor 120 atau kalau diprosentasikan keberhasilan guru dalam mengajar adalah 61.7%. Hal ini jelas terlihat adanya kekurangmampuan guru dalam menerapkan Communicative Approach dalam proses pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus II ini lebih mengedepankan pada hal-hal yang bersifat pemecahan masalah dan pembinaan serta bimbingan. Hasil yang diperoleh pada siklus II ini memperlihatkan grafik yang meningkat yaitu memuaskan dengan nilai skor adalah 104 dari skor maksimum 120 atau 86.7% dengan kategori B (baik). Kata kunci : Kemampuan Guru Communicative Approach, Lesson Study.
PENDAHUUAN Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial emosional siswa dan merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Didalam bahasa Inggris terdapat berbagai macam aspek yang harus diperhatikan dalam upaya penguasaan kompetensi berbahasa Inggris. Berbagai macam aspek tersebut saling berkaitan satu sama lainnya, seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Untuk mencapai kompetensi berbahasa tersebut kurikulum sekarang ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), seperangkat rasional teoritis dan praktis yang mendasari semua keputusan perumusan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dalam kurikulum. Dalam konteks berbahasa, diharapkan siswa mampu memahami makna gagasan (ideational function), yakni fungsi bahasa untuk mengemukakan atau mengkonstruksi gagasan atau informasi yang didengarnya. Kemudian fungsi interpersonal (interpersonal function), yakni fungsi bahasa untuk berinteraksi dengan sesama manusia yang mengungkapkan tindak tutur yang dilakukan, sikap, perasaan dan sebagainya. Terakhir ialah fungsi tekstual (textual function), yakni fungsi yang mengatur bagaimana teks atau bahasa yang diciptakan ditata sehingga tercapai kohesi dan koherensinya, sehingga mudah dipahami orang yang mendengarkan atau membacanya. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan metode atau cara dan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan kebutuhan pembelajaran disamping materi itu sendiri. Jika metode dan pendekatan yang digunakan oleh guru menarik bagi pembelajar maka secara pasti peserta didik berminat pada pelajaran yang disajikan oleh guru. Dalam konteks lain guru dituntut untuk mengembangkan pengetahuannya sebagai konsekuensi untuk menyajikan pengajaran yang bermutu sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru harus mengetahui dan memahami perkembangan metode pengajaran baik yang bersifat tradisional maupun yang bersifat modern. Dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan tanpa merasa dibebani oleh situasi pembelajaran, maka harus ada teknik pengajaran bahasa Inggris yang diterapkan di dalam kelas sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif. Communicative Approach adalah salah satu teknik pendekatan dalam pembelajaran bahasa Inggris yaitu dengan menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi sehingga siswa dapat berkomunikasi baik lisan maupun tulisan.
Kenyataan ditemui dalam pembelajaran bahasa Inggris, masih ditemukan guru yang masih kurang tepat dalam menerapkan Communicative Approach sehingga pembelajaran bahasa Inggris kurang mencapai sasaran yang diharapkan. Oleh karena itu, penyusun sebagai pengawas mata pelajaran bahasa Inggris membimbing guru dalam menerapkan Communicative Approach tersebut melalui pembimbingan Lesson Study. Salah satu masalah pendidikan yang belakangan ini gencar didiskusikan yaitu tentang Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvensional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guur mengajar (teacher-contered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-contered) dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran ke arah yang jauh lebih efektif. Dalam penelitian ini, penulis mengangkat tentang Peningkatan Kemampuan Guru Menerapkan Communicative Approach dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Gorontalo melalui Lesson Study. 2.1 Kajian Teoretis a.Communicative Approach Keluhan yang dilontarkan masyarakat terhadap penguasaan bahasa peserta didik adalah bahwa ketidakmampuan peserta didik menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Penggunaan bahasa secara lisan nampak pada waktu seseorang berpidato, mengemukakan gagasan pada waktu rapat, atau berdiskusi. Sedangkan penggunaan bahasa secara tertulis nampak pada waktu seseorang diminta untuk menuyusn suatu konsep surat, pidato atau pengerahan atau jika diminta mengetik suatu konsep. Keluhan tersebut harus ditanggapi dengan mencari strategi. Strategi itu berupa pendekatan dalam pengajaran yang disebut pendekatan komunikatif. Meskipun pendekatan komunikatif bukan satu-satunya pendekatan yang handal, namun pendekatan komunikatif merupakan salah satu pilihan yang dapat kita terapkan dalam usaha membelajarkan peserta didik. Dua faktor utama yang mempengaruhi lahirnya pendekatan komunikatif adalah surutnya popularitas metode lisan dan situasional di Inggris, dan makineratnya kerja sama antara negaranegara di Eropa dalam bidang kebudayaan dan pendidikan. Pendekatan komunikatif lahir dari situasi pengajaran bahasa di Inggris yang tidak puas dengan metode pengajaran bahasa, mislanya metode audiolingual. Pendekatan komunikatif berakar dari prinsip-prisnip linguistik yang landasan teoritisnya didukung oleh teori belajar dari AS. Prinsip ini kemudian diperkuat oleh prinsip non-linguistik berupa kerja sama dalam bidang kebudayaan dan pendidikan antara negara-negara di Eropa Barat. Pendekatan komunikatif sangat menekankan kebutuhan siswa belajar bahasa. Oleh sebab itu, pengajaran bahasa Inggris secara komunikatif perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi pengajaran bahasa Inggris, yaitu: (1) lingkungan bahasa yang ada di masyarakat, (2) karakteristik siswa; dan (3) kualitas guru pengajarnya. Ketiga aspek tersebut sangat berpengaruh pada pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris secara komunikatif. Guru perlu memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat melakukan analisis terhadap performansi siswa. Guru harus dapat meneliti pengaruh dari bahasa di masyarakat terhadap pengajaran bahasa Inggris. Guru harus dapat melakukan studi terhadap kompetensi siswa di dalam belajar bahasa Inggris berdasarkan perfomransi linguistik dana karaktersitik siswa secara keseluruhan dan bukan hanya berdasarkan kesalahan-kesalahan siswa di dalam performansi komunikasinya. Menurut Littlewood (1984) Pendekatan komunikatif memungkinkan siswa termotivasi untuk menyatakan perasaan, gagasan, atau emosinya. Suasana belajar seperti itu bisa muncul bila siswa merasa aman dan sebagai individu memiliki nilai. Suasana belajar seperti itu mengandalkan prinsip-prinsip ilmu psikologis. Davis dan B Rumfit (1984) mengemukakan beberapa prinsip psikologis dalam penerapan pengajaran bahasa secara komunikatif. 1. Pengajaran akan memberikan hasil apabila isi suatu unit aktivitas dikaitkan dengan kebutuhan dan pengalaman siswa 2. Pengajaran bisa terjadi jika para siswa termotivasi penuh
3. Pengajaran akan lancar apabila pelajaran dan latihan tentang unsur-unsur bahasa dibuat bermakna karena dapat bermanfaat di dalam kehidupan sehar-hari 4. Siswa harus diberi kesempatan untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar 5. Siswa harus dibantu untuk dapat mengamati dan memahami hubungan antara unsur-unsur bahasa, situasi komunikasi, dan budaya lewat diagram, grafik dan visualisasi yang beragam dan sederhana sehingga mudah dipahami 6. Aktivitas di kelas harus mempertimbangkan kenyataan bahwa setiap individu memiliki gaya belajar dan laju kecepatan belajar yang berbeda-beda, dan 7. Transfer belajar tidak selalu otomatif. Hasil pengajaran bahasa Inggris secara komunikatif juga sangat tergantung pada kualitias guru pengajar. Sejauhmana guru dapat menanamkan kemahiran fungsional berbahasa di dalam diri siswa? Tinukoff (dalam Tarigan, 1989) mengemukakan kemahiran fuingsional dari tiga kompetensi pokok yang diuperhatikan siswa di dalam komunikasi, yaitu : 1. Kompetensi partispatif, yaitu kemmapuan untuk memberikan respon yang memadai terhadap tugas-tugas di kelas 2. Kompetensi interaksional, yaitu kemampuan untuk berinteraksi secara memadai dengan temanteman sebaya maupun dengan orang lain dan mampu memberikan respon secara memadai terhadap kaidah-kaidah wacana sosial 3. Kompetensi akademik, yaitu kemampuan untuk memperoleh informasi baru, memahami informasi baru. Guru perlu menyeleksi manakah dari ketiga jenis kompetensi itu yang ingin dicapainya secara baik. Ia harus jeli, teliti dan seksama di dalam analisisnya, sehingga di dalam pengajarannya tidak terbentur kesulitan. Littlewood (1984) menawarkan kerangka pengajaran sebagai berikut : 1. Aktivitas prekomunikatif: aktivitas struktural dan aktivitas kuasai komunikatif 2. Aktivitas komunikatif: aktivitas komunikatif fungsional dan aktivitas interaksi sosial Secara garis besar pengajaran dilaksanakan lewat dua tahap, yaitu tahap aktivitas prakomunikatif dan komunikatif. Pada tahap pra komunikatif, guru membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan seperti struktur, kaidah bahasa, kosakata, dan dasar-dasar keterampilan sehingga siswa mampu menyusunnya menjadi keterampilan komunikatif. Kemudian siswa diberi kesempatan mempraktikannya, mula-mula secara terpisah sesudah itu seluruh keterampilan yang telah dimilikinya dipraktikkan. Di dalam aktivitas kelas komunikatif, siswa lebih lanjut berlatih menguasai pengetahuan dan keterampilan komunikatif sebelum ia melakukan interaksi komunikasi dengan orang lain. Pada tahap aktivitas komunikatif, mula-mula siswa berlatih berkomunikasi sendiri dengan menggunakan bahasa Inggris, misalnya ia menyampaikan informasi tentang dirinya sendiri (nama, alamat, suasana lingkungan, besar kecilnya keluarga, dan sebagainya), serta menggunakan bahasa Inggris untuk mengolah informasi, misalnya untuk memahami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, membaca petunjuk. Pada tahap selanjutnya, siswa mampu melakukan bermacam aktivitas sosial yang mencakup bermacam kondisi dan situasi percakapan dan diskusi, dialog, bermaian peran, dan sebagainya. Di dalam mengmebangkan komunikasi lisan siswa dan guru perlu mengmebangkan dua aspek penting, yaitu (1) isi pengajarannya, dan (2) jenis latihan serta aktivitas yang akan diberikan kepada siswa (Yalden 1981). Isi pengajaran perlu memenuhi kebutuhan siswa yang perlu berperan di dalam berbagai situasi dan kondisi komunikasi. Guru wajib kreatif agar beragam latihan dan aktivitas yang dialami siswa tidak membosankan. Pendekatan secara komunikatif merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa karena menyajikan hasil yang lebih nyata menyangkut kemampuan siswa menerapkan penguasaan bahasa Inggrisnya di dalam bermacam situasi nyata. b.Lesson Study Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun
manajerial. Ahmad Sudrajat (2008) dalam Slamet mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sementara itu Ahmad Sudrajat (2008) dalam Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa : ”Lesson Study is a simple idea. If you want to improve instructions, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, oberve, and reflect on lesson? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”. Bill Cerbin dan Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif; (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka Lesson Study dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan profesional guru yaitu : 1. Guru dapat memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan mata pelajaran serta dapat mengkaji dan mengmebangkan pembelajaran terbaik. 2. Guru dapat memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan dan dapat memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai. 3. Guru dapat merancang pembelajaran secara kolaboratif dan dapat mengkaji secara cermat cara dan proses pembelajaran sehingga guru dapat mengembangkan pengetahun paedagogis yang kuat dan dapat melihat pembelajaran melalui orang lain. 2.3 METODE PENELITIAN TINDAKAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS) yang bertujuan untuk memberi gambaran tentang penerapan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Inggris. Ketidakmampuan guru dalam menerapkan Communicative Approach akan diberi tindakan melalui pembimbingan Lesson Study. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merancang penelitian ini dengan bertitik tolak pada permasalahan. Ketidakmampuan guru dalam menerapkan Communicative Approach dalam pembelajaran bahasa Inggris merupakan penyebab dan Lesson Study merupakan salah satu jalan keluar pemecahan masalah. Dalam Lesson Study guru diberi bimbingan dalam usaha memperbaiki dan mengubah prilaku pengajaran dan dari tidak mampu menjadi mampu menerapkan Communicative Approach secara tepat. Dalam mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dilakukan observasi dan analisis data secara objektif. Tabel 1. Kemampuan menerapkan Communicative Approach dalam pengajaran bahasa Inggris dan Lesson Study No. 1.
Jenis Data Kemampuan guru menerapkan Communicative Approach
Aspek-Aspek/Indikator 1. Langkah-langkah dilakukan untuk menunjukkan kinerja suatu indikator penca paian proses belajar 2. Ketepatan aspek yang akan dinilai 3. Aspek yang dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati 4. Hal yang dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan
Sumber Guru
Teknik Observasi Pengamatan penilaian
2
Pelaksanaan Lesson Study
1. bersifat bantuan dan bukan intruksi/perintah 2. Menciptakan hubungan manusiawi 3. Diberikan dalam suasana kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan 4. Menggunakan instrumen yang disepakati bersama 5. Hal yang diamati bukan saja keterampilan mengajar tetapi juga aspek siswa, misalnya motivasi dan minat belajar 6. Balikan diberi secepat mungkin dan objektif
Pengawas
Observasi Pengamatan penilaian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan Communicative Approach dalam pembelajaran melalui Lesson Study. Dengan demikian guru mampu menanamkan konsep pada siswa apa yang menjadi tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar apa yang akan dicapai atau guru mampu melaksanakan aktivitas belajar yang bermakna dan komunikatif. Dalam pelaksanaan pengamatan proses pebelajaran instrumen yang gunakan memuat 6 (enam) aspek/indikator yang tertera dalam tabel 1. Penilaiannya menggunakan rating skala yaitu: skor 5 = sangat baik; skor 4 = baik; skor 3 = kurang baik; skor 2 = tidak baik; dan skor 1 = sangat tidak baik. b.Prosedur Lesson Study Berkenaan dengan tahapan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) dalam atikel Akhmad Sudrajat, M.Pd (2008) membagi 4 (empat) tahapan yang disebut konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), yaitu: 1. Tahapan Perencanaan (Plan) Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan pemasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya. Sehingga dapat diketahui berbagai kondisi nyata yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersamasama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran. 2. Tahapan Pelaksanaan (Do) Pada tahap yang kedua terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegitan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksnaan, diantaranya: 1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study. 3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa. 4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswabahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama. 5. pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi. 6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanju dan kegiatan perekman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. 7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas bejar siswa yang tercantum dalam RPP. 3. Tahapan Refleksi (Check) Tahap ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para peserta berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktkkan pembelajaran, dengan penyampaian komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yan telah dilakukan, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapannya atau saran secara bijaksana terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-sarannya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat djadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. 4. Tahapan Tindak Lanjut (Act) Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran individu, maupun manajerial.
TAHAP PERENCANAAN (PLAN) - Membentuk kelompok 3-6 orang. - Menyusun RPP
TAHAP PELAKSANAAN (DO) - Pembelajaran di kelas sesuai RPP. - Pengamatan oleh anggota Tim
Communicative Approach
TAHAP REFLEKSI (Check) - Diskusi hasil pembelajaran di kelas. - Penyampaian kesan guru pengajar
Hasil Diskusi
TAHAP TINDAK LANJUT (Act) - Berguna bagi guru (individu). - Manajerial sekolah - Umpan balik perbaikan
Gambar: Siklus Pelaksanaan Lesson Study
2.4. PEMBAHASAN a.
Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dideskripsikan sebagai tindak lanjut dari langkah-langkah yang telah direncanakan dan dilaksanakan. Adapun hasil observasi dan pengamatan pelaksanaan Lesson Study sebagai tindak untuk memecahkan kesulitan guru dalam menerapkan Communicative Approach akan terlihat sebagai berikut: Pelaksanaan Siklus I 1. Data Kemampuan guru menerapakan Communicative Approach dalam Pembelajaran Tabel 2 Instrumen Pengamatan Proses Pembelajaran Pada Siklus I NO. Indikator/Aspek yang diamati Skor K e Ideal 1 t. PRA - PEMBELAJARAN 1. Memeriksa kesiapan siswa 5 5 2. Melakukan kegiatan apersepsi/motivasi dan penyampaian tujuan 5 3
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Menunjukkan penguasaan materi Pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan meteri dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar Mengaitkan meteri dengan reaitas kehidupan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan communicative Approach Menguasai kelas Melaksanankan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran dengan alokasi waktu yang direncanakan Menggunakan media secara efektif dan efisien
5 5 5 5 5
3 3 3 2 3
5 5 5 5
3 4 2 3
5 5
3 3
14 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22
23 24
Mengahsilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Menumbuhkan partisifatif aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai kompetensi Mengunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik dan benar Menyampaikan pesan dengan gaya sesuai PENUTUP Melaksanakan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan TOTAL SKOR PROSENTASE (%)
5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 3 3 3 3 3 2 4 3
5 5
3 4
120 100 %
74 61,7 %
Pada instrumen ini lebih memfokuskan pada kemampuan guru dalam menerapkan Communicative Approach dalam pembelajaran. Dari data yang diperoleh menunjukkan menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengajaran yang menggunakan Communicative Approach oleh guru belum maksimal. Rata-rata nilai yang diperoleh adalah 74 atau berada pada kategori C (cukup) dari skor 120 atau kalau di prosentasekan keberhasilan guru dalam mengajar adalah 61,7%. Hal ini jelas terlihat adanya kekurangmampuan guru dalam menerapkan Communicative Approach dalam proses pembelajaran. 2.
Data Keberhasilan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan penelitian supervisor dibantu oleh guru mitra sebagai kolaboran. Guru mitra bersama-sama melakukan pengamatan dan berpedoman pada instrument pelaksanaan Lesson Study sebagai tindak dalam mengatasi masalah guru dalam pembelajaran. Adapun hasilnya seperti berikut ini: Tabel 3 Hasil Pelaksanaan Tindak Pada Siklus I NO. 1
2 3 4 5 6
Indikator/Aspek yang diamati Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran Mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar Memperoleh data informasi yang dapat digunakan dalam penyusunan program pembinaan profesional secara rinci Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung kelancaran proses belajar mengajar TOTAL SKOR PROSENTASE (%)
Skor Ideal I 5 3
5
4
5
5
5
5
5
2
5
3
30 100 %
21 70%
KET
Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I, terlihat bahwa komponem atau yang dinilai dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut, dengan nilai 3= kurang baik atau 60%. 2. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran, dengan nilai 4 = baik atau 80%.
3. Mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing guru dalam melaksanakan proses belajar, dengan nilai 5 = sangat baik atau 100% 3.Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan dalam menyusunan program pembinaan profesional secara terinci, dengan nilai 5 = sangat baik atau 100%. 4.Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik, dengan nilai 2 = tidak baik atau 40%. 5.Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung kelancaran proses belajar mengajar, dengan nilai 3 = kurang baik atau 60%. Berdasarkan 6 aspek tersebut dapat di rata-ratakan perolehan nilai adalah 21 atau 70%. Hal ini memberikan gambaran pada peneliti bahwa tindakan yang menjadi solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh guru yaitu ketidakmampuan menerapkan Communicative Approach dalam pembelajaran hasilnya belum maksimal. Dengan demikian langkah selanjutnya adalah melanjutkan pada pengamatan atau observasi pada siklus kedua. Pada siklus kedua, guru bersama timnya tetap berpijak pada permasalahan pada siklus pertama, sehingga kendala yang dihadapi oleh guru dapat teratasi. Pelaksanaan Siklus II a. Data kemampuan guru mengajar Aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran kembali diamati oleh tim Lesson Study dengan berpedoman pada instrumen penilaian yang telah disepakati bersama, yaitu menitikberatkan pada kekurangan-kekurangan pada siklus pertama.
NO.
1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22
23 24
Tabel 4 Instrumen Pengamatan Proses Pembelajaran Pada Siklus II Indikator/Aspek yang diamati
PRA - PEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi/motivasi dan penyampaian tujuan KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Menunjukkan penguasaan materi Pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan meteri dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar Mengaitkan meteri dengan reaitas kehidupan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan communicative Approach Menguasai kelas Melaksanankan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran dengan alokasi waktu yang direncanakan Menggunakan media secara efektif dan efisien Mengahsilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Menumbuhkan partisifatif aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai kompetensi Mengunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik dan benar Menyampaikan pesan dengan gaya sesuai PENUTUP Melaksanakan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
Skor Ideal II
5 5
5 5
5 5 5 5 5
5 4 4 4 4
5 5 5 5
4 5 5 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
5 5
4 5
K e t.
TOTAL SKOR PROSENTASE (%)
120 100 %
104 86,7%
Pada pelaksanaan siklus II, supervisor atau peneliti tetap menitik beratkan pada komponen pendekatan komunikasi (Communicative Approach) yang sama perlakuannya pada siklus I namun pada siklus II ini lebih mengedepankan pada hal-hal yang bersifat pemecahan masalah dan pembinaan serta bimbingan. Hasil yang diperoleh pada siklus II ini memperlihatkan grafik yang meningkat yaitu memuaskan dengan nilai skor adalah 104 dari skor maksimum 120 atau 86,7% dengan kategori B (baik). b.
Data Keberhasilan Tindakan Hasil pelaksanaan tindakan seperti terlihat pada gambaran dalam tabel dibawah ini adalah: Tabel 5 Hasil Pelaksanaan Tindakan pada siklus II Skor NO. Indikator/Aspek yang diamati KET Ideal I 1 Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam 5 5 melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut 2 Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam 5 5 melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran 3 Mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing 5 5 guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar 4 Memperoleh data informasi yang dapat digunakan dalam 5 5 penyusunan program pembinaan profesional secara rinci 5 Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat 5 4 lebih baik 6 Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang 5 4 hal-hal pendukung kelancaran proses belajar mengajar TOTAL SKOR 30 28 PROSENTASE (%) 100 % 93,3
Intrumen pelaksanaan tindakan ini berhubungan dengan 6 aspek keberhasilan guru pada siklus II memberikan hasil peningkatan yang siknifikan. Dari data hasil pelaksanaan siklus II tersebut, terlihat bahwa komponen atau aspek yang dinilai dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut, dengan nilai 5= sangat baik atau 100%. 2. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran, dengan nilai 5= sangat baik atau 100%. 3. Mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing guru dalam melaksanakan proses belajar, dengan nilai 5 = sangat baik atau 100% 4. Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan dalam menyusunan program pembinaan profesional secara terinci, dengan nilai 5 = sangat baik atau 100%. 5. Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik, dengan nilai 4 = baik atau 80%. 6. Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung kelancaran proses belajar mengajar, dengan nilai 4 = baik atau 80%. Berdasarkan 6 aspek tersebut dapat di rata-ratakan perolehan nilai adalah 28 atau 93,3%. Hal ini memberikan gambaran pada peneliti bahwa tindakan yang menjadi solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh guru yaitu ketidakmampuan menerapkan Communicative Approach dalam pembelajaran sudah maksimal. Permasalahan pada siklus pertama dapat teratasi dengan dengan menggunakan Lesson study sebagai salah satu cara dan pembelajaran.
NO.
Tabel 6 Perbandingan data Nilai pengamatan PBM pada Siklus I dan Siklus II Indikator/Aspek yang diamati Skor Siklus I II
Kena ikan
PRA - PEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi/motivasi dan penyampaian tujuan
1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22
23 24
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Menunjukkan penguasaan materi Pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan meteri dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar Mengaitkan meteri dengan reaitas kehidupan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan communicative Approach Menguasai kelas Melaksanankan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran dengan alokasi waktu yang direncanakan Menggunakan media secara efektif dan efisien Mengahsilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Menumbuhkan partisifatif aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai kompetensi Mengunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik dan benar Menyampaikan pesan dengan gaya sesuai PENUTUP Melaksanakan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan TOTAL SKOR PROSENTASE (%)
5 3
5 5
0 2
3 3 3
5 4 4
2 1 1
2 3
4 4
2 1
3
4
1
4 2 3
5 5 4
1 3 1
3
5
2
3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4
1 1 1 1 1 1
3 2 4
4 4 4
1 2 0
3
5
2
3
4
1
4
5
1
74 61,7 %
104 86,7%
30 25%
Melihat hasil pada tabel di atas, terlihat kenaikan nilai data pada dari siklus I ke siklus II. Hal ini didukung kerjasama guru dan tim Lesson Study dalam menyapakati tindakan yang menjadi acuan dalam penanganan permasalahan ketidak mampuan guru dalam menerapkan Communicative Approach dalam proses pembelajaran. Kenaikan nilai rata-rata dari 74 dengan kategori cukup menjadi rata-rata 104 dengan kategori baik atau prosentase peningkatan sebanyak 30%.
NO. 1
2 3
Tabel 7 Perbandingan data nilai pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II Skor Siklus Indikator/Aspek yang diamati Kenaikan I II Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam 3 5 2 melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam 4 5 1 melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran Mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing 5 5 0 guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
4 5 6
Memperoleh data informasi yang dapat digunakan dalam penyusunan program pembinaan profesional secara rinci Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung kelancaran proses belajar mengajar TOTAL SKOR PROSENTASE (%)
5
5
0
2
4
2
3
4
1
21 70%
28 93,3
7 23,3%
Berdasarkan data tersebut, terlihat peningkatan yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa Lesson Study sebagai salah satu cara dalam mengatasi permasalah dan kendala dalam pembelajaran cukup efektif untuk digunakan. Seperti yang tercantum dalam table uraian aspek nilai yaitu: (1) Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran meningkat sebanyak 33%. (2) Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran, meningkat sebanyak 16%. (3) Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik, Meningkat sebanyak 33,3%. (4) Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung kelancaran proses belajar mengajar, meningkat sebesar 16%. Peneliti bekerjasama dengan guru mitra sebagai kolaborator pada penelitian ini, sehingga memperoleh informasi yang dapat menjadi solusi sehingga kekurangan dalam melaksanakan pembelajaran dapat teratasi dan meningkat. Aspek yang lain adalah meningkatnya kepercayaan diri guru untuk berbuat lebih baik. Ini dapat disimpulkan bahwa Lesson Study merupakan salah salah satu cara untuk meningkatkan proses pembelajaran dan meminimalkan kendala dan permasalahan dalam proses pembelajarn dikelas. SIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dan dijelaskan pada bab terdahulu maka peneliti menarik kesimpulan berdasarkan data dan fakta bahwa kemampuan guru menerapkan Communicative Approach dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Gorontalo, meningkat setelah melakukan Lesson Study maka hasil pembelajaran terhadap guru yang bermasalah teratasi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN AR, Syamsudin, M.S Dr. Prof, S. Damayanti Vimaia, M.Pd. Dr, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung, PT Rosdakarya. Arikunto S. Prof. Dr. dkk, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Bumi Aksara Depdiknas, 2007. Instrumen Supervisi Akademik Sekolah Menengah Atas. Depdiknas Glover Derek-Law S, 2005. Improving Leraning, Prpofessional Practioce in Secondary Schools. Jakarta, Gramedia. http://www.englishforums.com/English/communicativeMetod/vwzk/post.htm. Communicative Aprroach. Bill Cerbin & Bryan Kopp. http://www.uwlax.edu/sotl/Isp/index2.htm. A Brief Introduction to College Lesson Study Project Online. Catherine Lewis, 2004. http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson lewisa.htm. Does Lesson Study Have a Future in the United State ? http://www..tc.edu./edu/lessonstudy/whatislesson study.htm. Lesson study research Group online. Maleong L.J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT Rosdakarya. Sukardi, 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara Uno B. Hamzah, 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta, Bumi Aksara. Uno B. Hamzah, 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta, Bumi Aksara. Uno B. Hamzah, dkk, 2008. Pengantar teori Belajar dan Pembelajaran. Gorontalo, Nurul Jannah.