PENGKLONAAN GEN Cd40 ligand (Cd40l) Mus musculus KE DALAM Escherichia coli TOP10 Puji Rahayu1 1
Departemen Biologi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424
[email protected];
[email protected]
Abstrak
Telah dilakukan pengklonaan gen Cd40 ligand (Cd40l) dari Mus musculus ke dalam sel inang Escherichia coli TOP10. Gen Cd40l adalah gen pengkode protein CD40L, anggota dari tumor necrosis factor (TNF) superfamily (TNFSF). CD40L merupakan salah satu kandidat adjuvan karena diketahui sebagai salah satu immunoagent paling efektif dari keluarga TNFSF. CD40L berikatan dengan reseptornya pada sel makrofag, sel T dan sel B yang teraktivasi berfungsi menginduksi aktivasi sel APC dan sel B. Penelitian bertujuan mengklona gen Cd40l ke dalam sel inang Escherichia coli TOP10 dengan perantara vektor pcDNA 3.1(+). Fragmen gen Cd40l tanpa mengandung start codon (ATG) dengan panjang 644 pasang basa, diamplifikasi melalui transkripsi balik dengan RNA sel PMBC mencit sebagai pola cetaknya. Gen Cd40l telah berhasil diklona ke dalam E.coli TOP10. Hasil analisis menunjukkan sekuen hasil klona memiliki similaritas 100% terhadap sekuen acuan pada database GeneBank yaitu Mus musculus CD40 ligand (Cd40lg), mRNA, coding sequence dengan accession number NM_011616.2 Kata kunci: adjuvan, Escherichia coli TOP10, gen Cd40l, pcDNA 3.1(+), pengklonaan
Abstract Cloning of Cd40 ligand (Cd40l) gene from Mus musculus into Escherichia coli TOP10 had been conducted. Cd40l gene encodes CD40L protein which is a member of the tumor necrosis factor super family (TNFSF). CD40L is one of candidate adjuvant as known as one of most effective immunoagent. Binding of CD40L to its receptor on the surface of macrophage, activated T cell, and activated B cell induces activation of APC and B cell. The aim of research is to clone Cd40l gene into E.coli TOP10 using pcDNA 3.1(+) vector. 644 base pairs of Cd40l fragment without start codon (ATG) was amplified from RNA PMBC cell with RT-PCR. Cd40l gene was successfully cloned to E.coli TOP10. The analysis showed 100% similarity between Cd40l clone and GeneBank database, Mus musculus CD40 ligand (Cd40lg), mRNA, coding sequence with accession number NM_011616.2 Keywords : adjuvant, Cd40l gene, cloning, Escherichia coli TOP10, pcDNA 3.1(+)
1. PENDAHULUAN Vaksinasi
adalah
pemberian
substansi
imunogenik untuk menstimulasi respon imun adaptif terhadap suatu penyakit.
conjugate vaccine, live attenuated viruses, synthetic vaccine, viral vector, dan DNA vaccine [1].
Vaksinasi dilakukan
Pengembangan vaksin dewasa ini lebih
sebagai upaya untuk mengurangi kejadian penyakit
banyak mengarah pada vaksin generasi ketiga yaitu
infeksi. Edward Jenner pada tahun 1796 mengawali
vaksin DNA. Vaksin DNA menggunakan plasmid
keberhasilan vaksinasi dengan membuktikan bahwa
yang mengkode antigen terbukti meningkatkan baik
vaksin dapat menginduksi kekebalan tubuh manusia
respon imun selular maupun respon imun humoral
terhadap smallpox.
dalam jangka waktu yang lama [1]. Keberhasilan
Berbagai tipe vaksin telah
banyak dikembangkan oleh para peneliti diantaranya
vaksinasi tidak hanya ditentukan oleh teknologi
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
rekayasa vaksin semata, tetapi juga faktor lain seperti
diharapkan meningkatkan respon imun selular oleh
metode, rute, dosis vaksinasi, serta adjuvan yang
sel T CD8+, meningkatkan aktivitas sel T CD4+ ,
meningkatkan imunogenitas vaksin. Sebagai contoh,
dan meningkatkan respon imun humoral melalui
vaksin HIV-1 telah banyak dikembangkan dan diuji
aktivasi sel B [1][2]. Formasi > 2-trimer CD40L
pada hewan coba. Hasilnya, pengembangan vaksin
merupakan adjuvan yang efektif bagi sel T CD8+.
DNA HIV-1 mutlak memerlukan adjuvan molekular
Penelitian tersebut mencoba 3 jenis formasi CD40L
untuk meningkatkan efikasi vaksin [1].
yaitu 1-trimer (bentuk asli CD40L), 2-trimer, dan 4-
Pengembangan vaksin DNA kini mengarah
trimer. Hasilnya, efektivitas bentuk soluble CD40L
pada penggunaan adjuvan molekular atau adjuvan
meningkat sesuai dengan valensinya (1< 2< 4).
gen. Adjuvan gen memiliki aktivitas biologik yang
Ketersediaan bentuk 4-trimer CD40L akan sangat
mampu menginduksi sistem imun sehingga berfungsi
bermanfaat dalam upaya pengembangan vaksin DNA
dalam membantu meningkatkan efikasi vaksin.
baik vaksin antivirus maupun vaksin antitumor [4].
Inisiasi T cell-dependent immune response dalam melawan
antigen
membutuhkan
antigen
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah
yang
dilakukan, Laboratorium Institue Human Virology
diadministrasikan bersama dengan adjuvan. Adjuvan
and cancer Biology Universitas Indonesia (IHVCB-
yang sudah banyak dikenal contohnya Freud’s
UI),
adjuvan baik complete maupun incomplete (CFA
pengembangan prototipe vaksin H5N1 dengan
atau IFA), akan tetapi penggunaanya dilarang untuk
CD40L sebagai adjuvannya.
manusia karena bersifat toksik. Adjuvan tersebut
pengklonaan atau perbanyakan gen pengkode protein
juga memperlihatkan kerusakan pada hewan coba
CD40L perlu dilakukan sebagai tahap awal untuk
seperti pemberian CFA secara intradermal yang
aplikasi selanjutnya. Gen Cd40l yang akan diklona
menyebabkan ulserasi dan nekrosis kulit.
Para
tidak akan mengandung sekuen start codon (ATG),
peneliti mencoba mengatasi permasalahan tersebut
karena akan difusikan dengan gen HA sebagai
yaitu dengan mengembangkan berbagai adjuvan
kandidat vaksin H5N1 pada penelitian selanjutnya.
alternatif untuk meningkatkan efikasi vaksin, salah
Gen Cd40l tanpa start codon (ATG) didapat dari
satunya adjuvan yang berbasis gen (adjuvan gen) [1].
hasil transkripsi balik (RT-PCR) mRNA yang
Adjuvan dapat berupa molekul sitokin, kemokin, dan
diekstraksi dari sel PMBC mencit (Mus musculus).
kostimulator [2]. CD40 ligand (Cd40l) merupakan
Pengklonaan memerlukan sel inang yang mampu
salah satu kandidat adjuvan kostimulator dengan
menerima vektor dan melakukan sekresi protein dari
target besarnya yaitu aktivasi sel antigen presenting
hasil ekspresi protein pada gen asing, yaitu sel inang
cell (APC) sebagai barrier pertama pengenalan
Escherichia coli TOP10 yang dapat memberikan
antigen secara spesifik dan aktivasi sel B dalam
efisiensi transformasi hingga mencapai 107 CFU/ml.
membentuk antibodi.
CD40L atau dikenal juga
Pengklonaan gen juga memerlukan suatu vektor
sebagai CD154 adalah anggota dari tumor necrosis
untuk melakukan transformasi dan perbanyakan gen
factor super family (TNFSF) yang terekspresi
di dalam sel inang. Vektor yang akan digunakan
terutama pada sel T CD4+ aktif. Pemberian adjuvan
yaitu pcDNA 3.1 (+) karena merupakan vektor yang
CD40L dalam bentuk soluble bersama dengan vaksin
memiliki sifat high copy number.
berfungsi mengaktifkan sel APC dan sel B karena
bertujuan untuk mengklona gen Cd40 ligand (Cd40l)
interaksinya dengan CD40 yang terdapat pada
yang tidak mengandung sekuen start codon (ATG)
permukaan sel APC dan sel B [3]. Adjuvan CD40L
dari Mus musculus ke dalam E.coli TOP10
saat
ini
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
sedang
berusaha
melakukan
Oleh karena itu,
Penelitian
menggunakan vektor pcDNA 3.1 (+).
Hipotesis
penelitian adalah gen CD40 Ligand (Cd40l) yang tidak mengandung sekuen start codon (ATG) dari Mus musculus dapat diklona ke dalam E.coli TOP10 menggunakan vektor pcDNA 3.1 (+).
Tabel 1. Pasangan primer dalam amplifikasi
2. METODOLOGI PENELITIAN
Primer MSCD40L_F1
Amplifikasi dan Purifikasi Fragmen Gen Cd40l dengan Teknik RT-PCR Sintesis
DNA
sisipan
Cd40l
yang
CD40L_R2
menyandi protein CD40L dilakukan melalui proses
Sekuen 5’-AATT AAGCTT-GGA GGA AGTCATAGAAGATTGGATAAGGTC G-3’ 5’-CCCC GAATTC ACTAGTTCAGAGTTTGAGTAAGCCAAA AG-3’
amplifikasi polymerase chain reactor reverse transcriptase (RT-PCR) menggunakan RNA yang
Purifikasi
amplikon
dilakukan
diekstraksi dari sel PMBC mencit sebagai materi
menggunakan Qiagen PCR Purification Kit [5].
genetik pola cetaknya. Amplifikasi DNA penyandi
Amplikon gen Cd40l hasil purifikasi kemudian
protein CD40L menggunakan reagen One Step RT-
divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarosa
PCR Superscript III/Taq Platinum dan pasangan
0,8 % pada tegangan 100 V selama 30 menit.
primer MSCD40L_F1 dan CD40L_F2 (Tabel 1). Campuran reaksi RT-PCR terdiri atas 25 μl 2x
Isolasi Vektor pcDNA 3.1 (+)
reaction mix, 1 μl primer MSCD40L_F1 10 mM, 1
Isolasi pcDNA 3.1(+) dilakukan dengan
μl primer MSCD40L_F1 10 mM, 1 μl enzim
metode dari QIAGEN [6]. pcDNA 3.1(+) diambil
Superscript III RT/Taq mix, 5 μl RNA , 17 μl
dari replica plate yang ada di IHVCB-UI,
ddH2O. Campuran reaksi dibuat untuk 1 kali reaksi
diinokulasikan ke dalam 50 ml medium LB cair
dengan total volume reaksi yaitu 50 μl. Campuran
yang telah ditambahkan dengan ampisilin sebanyak
reaksi ditempatkan pada tabung microtube 0,2 ml
50 μl. Kultur tersebut kemudian diinkubasi pada
Tabung microtube 0,2 ml yang berisi
suhu 37° C selama 16 jam. Kultur dipindahkan ke
campuran reaksi dimasukkan ke dalam thermal
dalam tabung Falcon 50 ml dan disentrifugasi pada
cycler engine, kemudian dilakukan pengaturan suhu
kecepatan 3.500 rpm selama 10 menit. Supernatan
optimum berdasarkan protokol superscript III/Taq
yang terbentuk kemudian dibuang secara perlahan-
mix RT-PCR.
lahan. Pelet kemudian dilarutkan dengan larutan P1
Reaksi dilakukan sebanyak 35
siklus. Tahapan sintesis cDNA dilakukan pada suhu o
55 C selama 30 menit, denaturasi awal dilakukan o
(+RNAse)
sebanyak
2,5
ml
dan
campuran
dihomogenkan dengan vorteks. Campuran tersebut
pada suhu 94 C selama 2 menit. Tahap denaturasi
kemudian ditambahkan dengan larutan P2 sebanyak
dilakukan pada suhu 94oC selama 15 detik, tahap
2,5 ml dan dihomogenkan dengan cara tabung
o
annealing pada suhu 55 C selama 30 detik, dan o
dibolak-balik sebanyak 6 kali. Sebanyak 3,5 ml
tahap polimerisasi pada suhu 68 C selama 1 menit.
larutan N3 ditambahkan ke dalam campuran, dan
Polimerisasi akhir pada suhu 68 oC selama 5 menit
dihomogenkan dengan cara dibolak-balik lagi sebanyak 6 kali, kemudian diinkubasi dalam lemari pendingin selama 10 menit 4°C. Campuran
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
kemudian disentrifugasi pada kecepatan 12.000
campuran reaksi digesti dilakukan dalam pada suhu
rpm selama 10 menit dengan suhu 4°C. Supernatan
4oC. Campuran dibuat untuk 2x reaksi. Reaksi
pada falcon yang dihasilkan dipindahkan ke dalam
digesti pertama menggunakan enzim HindIII.
QIAprep Spin Column (QSC) yang pada bagian
Campuran reaksi digesti yang digunakan untuk
bawahnya telah diletakkan sebanyak 850 μl ke
digunakan setiap 1x reaksi adalah sebanyak 10 μl
tabung koleksi, kemudian disentrifugasi selama 1
10X BSA, 10 μl NEB buffer 2, dan 55 μl ddH2O
menit dengan kecepatan 12.000 rpm. Filtrat yang
dimasukkan ke dalam tabung microtube 1,5 ml.
ada pada tabung koleksi dibuang dan sebanyak 500
Campuran dihomogenasikan dan dispin selama 30
μl buffer PB ditambahkan ke dalam QSC, kemudian
detik. Campuran di aliquot ke dalam dua tabung
disentrifugasi kembali pada kecepatan 12.000 rpm
microtube 1,5 ml. Sebanyak 20 μl pcDNA 3.1(+)
selama 1 menit. Filtrat yang tertampung di dalam
hasil isolasi dimasukkan ke dalam satu tabung
tabung koleksi dibuang dan sebanyak 750 μl buffer
microtube 1,5 ml pertama dan 20 μl gen Cd40l
PE (+ etanol) ditambahkan ke dalam QSC, lalu
dimasukkan ke tabung microtube 1,5 ml kedua.
tabung disentrifugasi kembali pada kecepatan
Enzim HindIII sebanyak 5 μl dimasukkan ke dalam
12.000 rpm selama 1 menit. Filtrat yang ada pada
setiap
tabung koleksi dibuang dan tabung disentrifugasi
kemudian dihomogenisasi dan dispin. Reaksi
kembali pada kecepatan 12.000 rpm selama 1
digesti dilakukan selama 16 jam pada suhu 37°C
menit. QIAprep Spin Column (QSC) kemudian
untuk vektor dan 1 jam pada suhu 37°C untuk DNA
diletakkan di atas tabung microtube 1,5 ml yang
Cd40l. Hasil restriksi sebanyak 3 μl kemudian
steril dan ditambahkan sebanyak 20 μl buffer EB,
divisualisasikan pada elektroforesis gel agarosa
kemudian didiamkan pada suhu 25oC 1 menit.
0,8% pada tegangan 100 V selama 30 menit. Hasil
Campuran kemudian disentrifugasi pada kecepatan
digesti pertama dengan enzim HindIII, dipurifikasi
12.000 rpm selama 1 menit.
dengan QIAquick Spin Column.
Supernatan pada
campuran
reaksi
digesti.
Campuran
Digesti kedua
falcon dipindahkan kembali sebanyak 850 μl dan
menggunakan enzim EcoRI, dengan cara yang sama
dilakukan langkah yang sama hingga elusi dengan
seperti pada enzim HindIII. Namun, buffer yang
buffer EB sampai supernatant habis. Filtrat yang
dibutuhkan
tertampung
ml
pcDNA 3.1 dan gen Cd40l yang didigesti dengan
merupakan hasil dari proses isolasi vektor pcDNA
EcoRI merupakan DNA yang telah didigesti dengan
3.1(+). Hasil isolasi sebanyak 3 μl tersebut
HindIII sebelumnya.
pada
tabung
microtube
1,5
merupakan
buffer
khusus
EcoRI.
kemudian divisualisasikan pada elektroforesis gel agarosa 0,8% pada tegangan 100 V selama 30 Purifikasi Hasil Digesti pcDNA 3.1(+) dan Gen
menit.
Cd40l dengan QIAquick Spin Column
Digesti gen Cd40l dan DNA Vektor pcDNA
Purifikasi
hasil
digesti
dilakukan
berdasarkan QIAGEN [7]. Sebanyak 95 μl vektor
3.1(+) dengan Enzim HindIII dan EcoRI
pcDNA 3.1(+) dan gen Cd40l hasil digesti diVektor pcDNA 3.1(+) dan gen Cd40l yang
running pada low melting agar (LMA) 1%.
dengan
Sebelumnya agar LMA 1% disiapkan yaitu 1 gr
menggunakan enzim restriksi endonuklease HindIII
LMA powder dilarutkan dalam 100 buffer TAE 1x
dan EcoRI secara sekuensial. Proses pembuatan
sampai volume 100 ml, kemudian dihomogenkan.
telah
dipurifikasi
kemudian
didigesti
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
Sebanyak 80 μl crystal violet ditambahkan ke
yang terdapat pada microtube 1,5 ml ditutup
dalam larutan LMA.
dengan alumunium foil dengan posisi agak terbuka
Larutan dituang ke dalam setelah
dan diinkubasi pada heatblock pada suhu 50oC
mengeras
selama 30 menit. Hasil purifikasi divisualisasi pada
tangki
gel agarosa 0,8% pada tegangan 100 V selama 30
elekroforesis yang telah diisi buffer TAE 1x.
menit. Konsentrasi DNA diukur menggunakan alat
Kertas parafilm disiapkan sebagai tempat untuk
spektrofotometer ThermoScientific Nanodrop 2000
mencampur DNA dengan loading buffer crystal
Spectrophotometer.
cetakan
gel
yang telah diberi sisir
mendingin.
Gel
LMA
yang telah
kemudian
dimasukkan
ke
dalam
violet 6x. Sebanyak 6 μl loading buffer 6x ditambahkan dengan 100 μl DNA. Campuran kemudian dimasukkan ke dalam sumur pada gel.
Ligasi Gen Cd40l ke dalam Vektor pcDNA 3.1(+)
Gel LMA yang mengandung DNA dipotong Reaksi ligasi gen Cd40l ke dalam vektor
kemudian dimasukkan dalam eppendorf 1,5 ml dan
pcDNA 3.1(+) dilakukan berdasarkan Sambrook &
ditimbang. Potongan gel ditambahkan QXI dengan
Russel [8].
Perbandingan molar antara pcDNA
volume sebanyak 3x berat gel, 10 μl natrium asetat,
3.1(+) dan gen Cd40l adalah 1:3.
dan 10 μl QIAEXII.
pembuatan campuran reaksi ligasi dilakukan di es,
Campuran dihomogenkan
dengan cara divorteks, kemudian diinkubasi pada suhu 50oC selama 30 menit.
Selama proses
inkubasi campuran dibolak balik 6--7 kali setiap 2 menit. Campuran kemudian disentrifugasi 12.000 rpm selama 1 menit, supernatan yang terbentuk dibuang. Pelet selanjtnya dicuci menggunakan PE (+Etanol)
sebanyak
500
μl.
Campuran
disentrifugasi kembali dengan kecepatan 12.000 rpm selama 1 menit, supernatan dibuang.
Pelet
dilarutkan kembali dengan 500 μl PE (+Etanol),
Proses
pada suhu 4oC. Campuran reaksi terdiri atas 15,1 μl ddH2O, 1 μl DNA vektor, 0,9 μl DNA target, 2 μl 10x buffer ligasi, dan 1 μl enzim T4 ligase. Kontrol ligasi dibuat dengan campuran yang sama, akan tetapi tidak ditambahkan DNA sisipan. Campuran
reaksi
ligasi
tersebut
kemudian
diinkubasi selama 16 jam pada suhu 16°C. Hasil reaksi ligasi kemudian ditransformasikan ke dalam E. coli TOP10 yang telah dijadikan kompeten terlebih dahulu.
sentrifugasi 12.000 rpm, 1 menit, supernatan dibuang. Elusi dilakukan dengan menambah buffer
Pembuatan Sel Kompeten dan Transformasi ke
EB sebanyak 20 μl ke dalam microtube yang berisi
dalam E. coli TOP10
pelet, homogenisasi dengan vorteks, kemudian diinkubasi selama 1 menit pada suhu 25 oC.
Sel kompeten dibuat berdasarkan metode
Campuran disentrifugasi pada kecepatan 12.000
Ausubel dkk. [9]. Sebanyak 100 μl kultur E. coli
rpm selama 1 menit, supernatan dipindahkan ke
TOP10 yang telah diinkubasi selama 16 jam
dalam microtube 1,5 ml steril. Pelet ditambahkan
diinokulasikan ke dalam 20 ml medium LB cair
kembali dengan buffer EB 20 μl, homogenisasi
steril. Kultur diinkubasi dalam shaker incubator
dengan vorteks, kemudian inkubasi pada suhu 25 oC
pada suhu 37°C selama 2,5 jam. Kultur kemudian
selama 5 menit.
diinkubasi di dalam es selama 15 menit. Hasil
Campuran disentrifugasi pada
kecepatan 12.000 rpm selama 1 menit. Supernatan
inkubasi
selanjutnya
disentrifugasi
dengan
dipindahkan lagi ke microtube 1,5 ml. Supernatan
kecepatan 3.500 rpm selama 10 menit pada suhu 4°C. Supernatan dibuang dan pelet diresuspensi
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
dengan 4 ml 0,1 M MgCl2 dingin. Hasil resuspensi
Isolasi DNA Rekombinan pcDNA 3.1(+) - Cd40l
kembali diinkubasi di dalam es selama 15 menit, Isolasi
kemudian disentrifugasi pada suhu 4°C dengan kecepatan 3.500 rpm selama 10 menit. Supernatan hasil sentrifugasi kembali dibuang dan pelet diresuspensi dengan 400 μl 0,1 M CaCl2 dingin.
DNA
rekombinan
dilakukan
dengan menggunakan QIAprep spin Miniprep kit berdasarkan
QIAGEN
[6].
Hasil
isolasi
divisualisasi menggunakan gel agarosa 0,8%.
Hasil resuspensi diinkubasi di dalam es selama 1 jam, kemudian disentrifugasi pada suhu 4°C dengan
Verifikasi DNA rekombinan dengan teknik PCR
kecepatan 3.500 rpm selama 10 menit. Supernatan Koloni rekombinan yang menunjukkan
kembali dibuang dan pelet diresuspensi dengan 200 μl CaCl2 dingin.
hasil positif pada PCR koloni kemudian yang
Proses transformasi dilakukan berdasarkan
tumbuh dari hasil transformasi diverifikasi dengan
sebanyak 4 tabung
teknik PCR. Verifikasi PCR menggunakan primer
microtube 1,5 ml steril disiapkan terlebih dahulu,
dari pcDNA 3.1(+) yaitu CMV_F dan BHG_R.
kemudian tiap microtube ditambahkan 50 μl sel
Campuran reaksi untuk satu koloni yaitu 1 μl buffer
kompeten
DNA
dream taq 10x, 0,4 μl MgCl 50mM, 0,05 μl primer
tabung
CMV_F 20 μM, 0,05 μl primer BHG_R 20 μM, 0,2
microtube (tabung 1). Sebanyak 5 μl kontrol ligasi
μl dNTPs 10 mM, 1 μl enzim dream taq, 7,3 μl
dimasukkan ke dalam tabung 2 dan sebanyak 1 μl
ddH2O, dan DNA template yang diambil dari plate
vektor pcDNA 3.1(+) wild type dimasukkan ke
hasil
dalam tabung 3. Kontrol negatif terhadap proses
sebanyak 30 siklus dengan kondisi sebagai berikut:
transformasi menggunakan sel kompeten TOP10
tahap denaturasi awal dilakukan pada suhu 95oC
saja tanpa dicampur dengan pcDNA 3.1(+) (tabung
selama 5 menit kemudian dilanjutkan dengan tahap
4). Keempat tabung microtube tersebut diinkubasi
denaturasi pada suhu 95oC selama 15 detik. Tahap
di es selama 1 jam lalu dikejutpanaskan dalam air
annealing dilakukan pada suhu 55oC selama 30
hangat
detik, kemudian tahap polimerisasi awal pada suhu
Sambrook & Russel [8].
TOP10.
rekombinan
38°
Sebanyak
dimasukkan
C
selama
ke
90
5
μl
dalam
detik,
kemudian
dimasukkan kembali ke dalam es selama 60 detik,
72oC
transformasi.
selama
1
Reaksi
menit,
PCR
dilakukan
ditambahkan
tahap
o
dan diletakkan pada suhu ruang 25oC. Medium
polimerisasi akhir pada suhu 72 C selama 5 menit.
SOC yang sudah dicairkan pada suhu 37°C
Hasil PCR divisualisasi dengan gel agarosa 0,8%
ditambahkan ke dalam keempat tabung tersebut
100 V selama 30 menit.
sebanyak 200 μl. Kultur kemudian diinkubasi dalam shaker incubator dengan kecepatan 120 rpm pada suhu 37°C selama 1 jam. Masing-masing kultur kemudian diinokulasikan ke dalam medium
Verifikasi DNA Rekombinan Dengan Teknik Digesti Menggunakan Enzim HindIII
LB padat yang mengandung ampisilin. Kultur
DNA rekombinan yang menunjukkan hasil
kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 16
positif pada PCR koloni selanjutnya diisolasi
jam.
dengan QIAminiprep kit dari QIAGEN.
Hasil
isolasi selanjutnya diverifikasi dengan teknik digesti (linearisasi) menggunakan enzim HindIII. Alat-alat yang akan digunakan disiapkan dalam
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
keadaan
steril
dan
penyiapan
bahan-bahan
Produk
amplifikasi
dipurifikasi
atau
dilakukan dalam keadaan dingin. Kemudian bahan-
dimurnikan dari kontaminan dan dianalisis pada
bahan tersebut dimasukkan ke tabung microtube 1,5
elektroforesis gel agarosa 0,8% menggunakan
ml, masing-masing berurutan NEB2 1 μl, 10X BSA
marka DNA mix ladder memperlihatkan adanya
1 μl, dan ddH2O 4,7 μl, lalu ditambahkan juga
pita DNA yang cukup tebal yang bermigrasi antara
enzim HindIII sebanyak 0,3 μl. Campuran reaksi
600-700 pb, sesuai dengan panjang pita DNA
digesti ditambahkan 3 μl DNA rekombinan ke
Cd40l dari Mus musculus yang diharapkan, yaitu
dalam masing campuran, kemudian dilakukan spin.
sebesar 644 pb. Ukuran tersebut berdasarkan pada
o
Selanjutnya, campuran diinkubasi pada suhu 37 C
data
selama 1 jam. Visualisasi dilakukan menggunakan
NM_011616.2
elektroforesis gel agarosa 0,8% pada tegangan 100
(Cd40lg), mRNA), coding sequence dan tempat
V selama 30 menit. pcDNA 3.1(+) wildtype juga
pelekatan primer yaitu terletak pada basa ke 151--
didigesti sebagai kontrol.
795 bp (644 bp). Hasil analisis produk Purifikasi
GeneBank
dengan
(Mus
accession
musculus
number
CD40
ligand
amplifikasi gen Cd40l dapat dilihat pada Gambar1. Sekuensing DNA Rekombinan dan Analisis Hasil Sekuen Sekuensing dilakukan menggunakan alat dari
Applied
Biosystem
Hitachi.
Pengerjaan
sekuensing tersebut dilakukan oleh staff peneliti di IHVCB-UI, Salemba. Hasil sekuensing berupa elektroferogram selanjutnya diubah dalam format fasta untuk kemudian dilakukan nucleotide BLAST (BLASTN)
dan
BLASTX
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/blast
pada dan
situs mengacu
pada petunjuk manual dalam situs tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Hasil purifikasi PCR DNA Cd40l Sintesis DNA sisipan penyandi protein CD40L atau gen Cd40l dilakukan melalui proses
DNA sisipan Cd40l yang telah dipurifikasi
amplifikasi polymerase chain reactor reverse
kemudian didigesti dengan enzim restriksi HindIII
transcriptase (RT-PCR) menggunakan RNA yang
dan EcoRI secara sekuensial.
diekstraksi dari sel PBMC mencit sebagai materi
ditambahkan pada ujung 5’ primer pada tahap awal
genetik pola cetaknya. Amplifikasi DNA penyandi
desain primer karena tidak akan memotong
protein CD40L menggunakan reagen One Step RT-
fragmen gen yang akan diklona ke dalam vektor
PCR Superscript III/Taq Platinum dan pasangan
dan fragmen yang telah diamplifikasi dapat
primer
disisipkan ke dalam Multiple Cloning Site (MCS)
MSCD40L_F1
dan
CD40L_F2,
dilakukan pada suhu annealing 55°C.
serta
pada
vektor
pengklonaan.
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
pcDNA Enzim
3.1
(+)
HindIII
Enzim restriksi
untuk dengan
proses situs
pemotongan A|AGCTT dan Enzim EcoRI dengan situs
pemotongan
G|AATTC
sama-sama
menghasilkan ujung tidak rata (Gambar 2).
Vektor plasmid pcDNA 3.1(+) digunakan dalam penelitian karena bersifat high copy number [8]. Visualisasi hasil isolasi vektor pcDNA 3.1(+)
Hasil digesti kemudian dipurifikasi dari
pada gel agarosa 0,8% memperlihatkan tiga
gel dengan menggunakan QIAEX purification kit
topologi yang berbeda berdasarkan kecepatan
dari QIAGEN.
migrasinya (Gambar 4) [11].
Purifikasi gel LMA dengan
Berdasarkan
penggunaan crystal violet memberikan keuntungan
topologinya, bentuk supercoiled paling cepat
antara lain mencegah kerusakan DNA (DNA
sehingga berada pada bagian paling bawah pada gel
damage) yang disebabkan paparan UV apabila
(huruf C), diikuti bentuk linear (huruf B) dan
tidak menggunakan crystal violet.
nicked circle (huruf A). Pengukuran konsentrasi
Penggunaan
crystal violet memungkinkan visualisasi migrasi
hasil isolasi vektor pcDNA 3.1(+)
dilakukan
DNA tanpa menggunakan UV. Purifikasi gel LMA
menggunakan nanodrop. Konsentrasi vektor yang
bertujuan untuk memastikan pengotor berupa enzim
dihasilkan yaitu 1032,8 ng/μl dengan kemurnian
dan garam yang akan mengganggu dalam proses
A260/A280 sebesar 1,88.
kloning dapat dihilangkan [7][10]. Visualisasi pada gel agarose 0,8% menunjukkan terbentuknya pita tunggal bermigrasi pada ukuran yang diinginkan (644 bp) (Gambar 3). Konsentrasi DNA hasil purifikasi gel DNA Cd40l - HindIII- EcoRI yaitu sebesar 40,3 ng/μl dengan kemurnian pada panjang gelombang A260/A280 yaitu 1,9.
Gambar 2. Skema pemotongan fragmen gen Cd40l Gambar 4. Isolasi vektor pcDNA 3.1 (+)
Vektor hasil isolasi didigesti menggunakan HindIII dan EcoRI. Analisis pada gel agarosa 0,8% dengan marka DNA mix ladder dan pcDNA 3.1(+) wild
type
sebagai
kontrolnya
menunjukkan
terbentuknya pita tunggal DNA yang bermigrasi lebih lambat dibandingkan wild type berukuran 5.428 pb (gambar 5; lajur 3) menunjukkan plasmid yang terlinearisasi. Konsentrasi hasil purifikasi gel Gambar 3. Hasil LMA Digesti gen Cd40l dengan HindIII dan EcoRI
LMA digesti plasmid pcDNA 3.1(+) dengan enzim HindIII dan EcoRI yaitu sebsar 100,4 ng/μl dengan kemurnian
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
yaitu
1,89.
Gambar 5. Digesti dan hasil purifikasi digesti vektor pcDNA 3.1(+)
DNA Cd40l dan vektor pcDNA 3.1(+)
wild type dengan konsentrasi 10 ng/μl, dan kontrol
yang telah didigesti dan dipurifikasi selanjutnya
negatif
diligasi dengan menggunakan enzim T4 DNA
kompeten. Metode heat shock dapat menghasilkan
ligase. Nilai rasio molar antara DNA vektor dengan
nilai efisiensi sebesar 105--106 cfu/μg DNA
DNA sisipan yang digunakan dalam penelitian
(Sambrook & Russel 2001: 1.24).
yaitu 1:3. Jumlah molekul DNA sisipan yang lebih
transformasi dapat dihitung dari jumlah colony
banyak dibandingkan dengan DNA vektor akan
forming unit per μg DNA yang ditambahkan [13].
meningkatkan frekuensi atau peluang ligasi DNA
Hasil
sisipan ke dalam vektor [12].
menunjukkan efisiensi yang tinggi yaitu sebesar
Kontrol ligasi
digunakan dalam penelitian untuk mengetahui
transformasi
perhitungan
yaitu
hanya
efisiensi
berisi
sel
Efisiensi
transformasi
8,25 x 105 cfu/μg.
adanya DNA vektor yang mengalami resirkulasi.
Pertumbuhan bakteri terlihat berupa koloni
Kontrol negatif ligasi merupakan vektor pcDNA
putih pada plate sebaran hasil ligasi pcDNA 3.1(+)-
3.1 (+) linear yang direaksikan dengan enzim T4
Cd40l, menunjukkan keberhasilan ligasi. Namun
DNA ligase tanpa penambahan DNA sisipan. Hasil
demikian, perlu verikasi lebih lanjut apakah koloni
ligasi DNA Cd40l ke dalam pcDNA 3.1 (+) akan
yang tumbuh membawa DNA sisipan Cd40l.
menghasilkan DNA rekombinan sebesar 6072 pb,
Koloni putih juga tumbuh pada kontrol positif
gabungan antara DNA vektor sebesar 5428 pb dan
transformasi, yaitu pcDNA 3.1(+) wildtype (10
DNA sisipan 644 pb.
ng/μl).
Hasil ligasi dan kontrol
Kontrol negatif transformasi yang hanya
negatif ligasi kemudian sama-sama ditransformasi
berisi
ke dalam sel inang.
menunjukkan pertumbuhan sama sekali.
sel
kompeten
E.
coli
TOP10
tidak Hasil
Transformasi yang dilakukan meliputi
tersebut menandakan tidak terjadi kontaminasi
hasil ligasi pcDNA3.1(+)- Cd40l, kontrol negatif
selama proses transformasi [8]. Hasil transformasi
ligasi, kontrol positif yaitu vektor pcDNA 3.1 (+)
dapat
dilihat
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
pada
gambar
6,
sedangkan
perhitungan koloni yang tumbuh dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perhitungan hasil transformasi
Gambar 6. Hasil transformasi pcDNA 3.1(+)-Cd40l ke dalam E.coli TOP10
Verifikasi dilakukan
koloni
dengan
hasil
sebesar 644 pb. Hasil analisis pada gel agarosa
menggunakan enzim Dream Taq polymerase untuk
0,8% menggunakan marka DNA mix ladder
membuktikan
3.1(+)
menunjukkan adanya pita DNA pada lajur 1--3, 6,
membawa DNA sisipan merupakan Cd40l atau
dan 12 yang bermigrasi pada ukuran sekitar 900 pb.
lainnya.
Hasil
vektor
PCR
terletak antara situs restriksi HindIII dan EcoRI
dengan
apakah
teknik
transformasi
pcDNA
Amplifikasi menggunakan pasangan
tersebut
sesuai
dengan
ukuran
yang
primer vektor yaitu CMV_F dan BHG_R, sehingga
diharapkan yaitu sebesar 915 pb.
akan mengapit daerah vektor yang membawa DNA
agarosa 0,8% hasil amplifikasi PCR koloni
sisipan. Skema amplifikasi verifikasi rekombinan
rekombinan dapat dilihat pada gambar 8. Hasil
dapat dilihat pada gambar 7.
positif
Berdasarkan skema letak DNA sisipan Cd40l, koloni yang membawa sisipan akan
verifikasi
PCR,
Visualisasi
menunjukkan
adanya
kandidat plasmid yang membawa DNA sisipan Cd40l pada koloni 1--3, 6, dan 12.
berukuran 915 pb, hasil dari amplifikasi daerah vektor sebesar 271 pb dan DNA sisipan Cd40l yang
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
hasil digesti yaitu sebesar 6072 pb, hasil jumlah dari ukuran plasmid pcDNA 3.1(+) sebesar 5428 pb dan DNA sisipan Cd40l sebesar 644 pb.
Hasil
digesti rekombinan bermigrasi diantara marka DNA berukuran sekitar 6000 pb, sesuai dengan ukuran plasmid rekombinan yang diharapkan yaitu 6072 pb. Hasil tersebut menunjukkan ukuran plasmid rekombinan yang lebih besar dan membawa DNA sisipan yaitu Cd40l.
Gambar 7. Skema amplifikasi koloni rekombinan pcDNA 3.1 (+)-Cd40l
Gambar 8. PCR koloni pcDNA 3.1(+)-Cd40l
Gambar 9. Isolasi dan verifikasi digesti plasmid rekombinan pcDNA 3.1(+)-Cd40l
Koloni rekombinan no. 1 dan 2 yang menunjukkan hasil positif pada PCR koloni selanjutnya diisolasi menggunakan QIAminiprep kit dari QIAGEN.
Hasil isolasi diverifikasi dengan
cara dilinearisasi menggunakan enzim HindIII untuk mengetahui ukuran plasmid rekombinan. Visualisasi gel agarosa 0,8% hasil isolasi dan digesti plasmid rekombinan dapat dilihat pada gambar 9. Analisis pada gel agarosa 0,8% dengan marka DNA mix ladder menunjukkan adanya migrasi yang lebih lambat pada hasil isolasi plasmid
rekombinan
koloni
no.
1
dan
2
dibandingkan plasmid pcDNA 3.1(+) wildtype. Hal tersebut menunjukkan ukuran plasmid rekombinan koloni no.1 dan 2 lebih besar dibandingkan wildtype dan membawa DNA sisipan (gambar 4.11;
Plasmid rekombinan pcDNA 3.1(+) koloni 2 yang memberikan hasil positif pada verifikasi PCR dan digesti, selanjutnya diverifikasi dengan metode sekuensing.
Sekuensing bertujuan untuk
mengetahui urutan nukleotida rekombinan. Selama proses amplifikasi ataupun pengklonaan fragmen DNA Cd40l memungkinkan terjadinya perubahan basa atau mutasi, sehingga diperlukan analisis lebih lanjut melalui sekuensing. Primer yang digunakan adalah pasangan primer dari vektor pcDNA 3.1(+), yaitu CMV_F dan BHG_R. Hasil sekuensing berupa elektroferogram, yaitu hasil analisis yang menampilkan grafik peak yang mewakili basa nukleotida hasil pembacaan mesin sequencer. Peak tersebut diterjemahkan menjadi
lajur 1 dan 2). Panjang basa yang diharapkan dari
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
basa-basa nitrogen untuk memudahkan analisis sekuen dengan program BLASTN. Hasil
elektroferogram
Hasil sekuensing juga dianalisis melalui program
memperlihatkan
BLASTN
pada
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/blast.
situs program
916 basa yang terbaca. Sekuen Cd40l terbaca pada
BLASTN membandingkan sekuen nukleotida yang
elektroferogram, yaitu pada basa ke 200 sampai
di-upload ke situs GeneBank (query) dengan
basa ke 844. Hasil tersebut kemudian digunakan
sekuen pada database [14]. Hasil alignment sekuen
dalam analisis alignment menggunakan software
klona dengan data pada gene bank ditunjukkan
bioedit. Aligment dilakukan untuk membandingkan
pada gambar 11. Analisis BLASTN menunjukkan
dan mengetahui similaritas sekuen hasil kloning
bahwa sekuen Cd40l yang diklona ke dalam
dengan sekuen acuan yang telah diunduh dari
pcDNA 3.1(+) memiliki persentase kemiripan
GeneBank
(maximum identity) sebesar 100% dengan sekuen
dengan
NM_011616.2
(Mus
nomor
akses
musculus
GeneBank
CD40
ligand
acuan Mus musculus CD40 ligand (Cd40lg) mRNA,
(Cd40lg), mRNA) . Hasil alignment menunjukkan
complete cds. (Tabel 2). Menurut Hall [15],
hasil kloning homolog dengan sekuen acuan.
semakin besar persentase identity suatu sekuen
Primer Cd40l yang mengandung enzim restriksi
dengan sekuen lain menunjukkan bahwa sekuen
HindIII dan EcoRI terlihat pada hasil sekuensing,
tersebut
menunjukkan DNA sisipan yang berhasil diklona
Presentasi identity sebesar 100% menunjukkan
ke dalam pcDNA 3.1(+) (Gambar 10).
semua basa hasil klona identik dengan sekuen
memiliki
kemiripan
yang
acuan.
Gambar 8. Analisis sekuensing pcDNA 3.1(+)-Cd40l menggunakan software bioedit
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
tinggi.
Tabel 2. Hasil analisis BLAST-N
Gambar 11. Hasil alignment sekuen klona Cd40l Mus musculus dengan sekuen pada GeneBank
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
is needed to stimulate maximal T cell
4. KESIMPULAN Gen Cd40l dari sel PMBC mencit telah berhasil diklona ke dalam sel inang Escherichia coli TOP10 menggunakan vektor ekspresi pcDNA 3.1 (+). Gen hasil klona Cd40l tidak mengandung sekuen start codon (ATG), memiliki similaritas sebesar 100% dengan sekuen acuan pada GeneBank yaitu Mus musculus CD40 ligand (Cd40lg), mRNA, coding sequence dengan accession number NM_011616.2
responses in the absence of CD4+ T cell help. The Journal of Immunology 178: 2844-52. [4] Stone, G.W., S. Barzee, V. Snarsky, K. Kee, C.A. Spina, X.F. Yu, & R.S. Kornbluth. 2006. Multimeric soluble CD40 ligand and GITR ligand as adjuvants for human immunodeficiency virus DNA vaccines. Journal of Virology 80(4): 1762-72. [5] QIAGEN. 2002. QIAquick® Spin Handbook. QIAGEN Distributor, Singapura: 36 hlm.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih diberikan kepada Dr. dr.
[6] QIAGEN. 2006. QIAprep® Miniprep Handbook: For purification of molecular
Budiman Bela, Sp.MK dan DR. Abinawanto atas
biology grade DNA. QIAGEN Distributor,
bimbingannya. Terlebih kepada Institute Human
Indonesia: 54 hlm.
Virology and Cancer Biology University of
[7] QIAGEN. 2008b. QIAEX® Handbook: For
Indonesia (IHVCB-UI) selaku lembaga pemegang
DNA extraction from agarose and
proyek, penyediaan tempat, alat, dan bahan bagi
polyacrilamide gels and for desalting and
berlagsungnya penelitian ini. Kepada dr. Fera
concentrating DNA from solution.
Ibrahim, M.Sc, Ph.D. selaku kepala laboratorium
QIAGEN Distributor, Australia: 24 hlm.
IHVCB-UI, serta seluruh jajaran dosen Biologi
[8] Sambrook, J. & D.W. Russell. 2001. Molecular
FMIPA UI atas masukan dan pembelajaran
cloning: A laboratory manual, vol 1. 3rd
sehingga penelitian ini menjadi lebih baik lagi.
ed. Cold Spring Harbor Laboratory Press, New York: xxvii + 1.1--7.94 hlm.
DAFTAR ACUAN
[9] Ausubel, M., R. Brent, R.E. Kingston, D.D. Moore, J.G. seidman, J.A. Smith &
[1] Murphy, K., P. Travers, & M. Walport. 2008.
K. Struhl. 2003. Current protocols in
Immunobiology. 7th ed. Garland
molecular biology. John Wiley &
Science, New York: 494 hlm.
Sons, Inc., New York: xii + xiii +
[2] Pietravalle, F., S.L. Henchoz, H. Blasey, J.P. Aubry, G. Elson, M.D. Edgerton,
29B.1.17 + A.1K.26 hlm. [10] Invitrogen. 2012. S.N.A.P UV gel purification
J.Y. Bonnefoy, & J.F. Gauchat. 1996.
kit. www.invitrogen.com/1/1/10556-s-n-a-
Human native soluble CD40L is a
p--uv-gel-purification-kit.html. 18
biologically active trimer, processed inside
November 2012. pk. 14.15.
microsomes. The Journal of Biological Chemistry 271(11): 5965-5967. [3] Maria, G.H., L. Shen, & K.L. Rock. 2007. CD40-CD40L ligand interaction between dendritic cells and CD8+ T cells
[11] Dellis, S. 2004. Understanding plasmid DNA. 5 hlm. http://www.cofc.edu/~delliss/ virtuallabbook/ PreLabReadings/Ex6.html. 20 . September 2010, pk.19.30. [12] Knoche, K. & D. Kephart. 1999. Cloning
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013
blunt-end pfu DNA polymerase generated PCR fragment into pGEM-T vector system. Promega Notes 71: 10--14. [13] Dower, W.J.F., F. Miller & C.W. Ragsdale. 1988. High efficiency transformation of E.coli by high voltage electroporation. Nucleic Acids Research 16(13): 6127-6145. [14] Hughes, A.E. 1993. Sequence database and the internet. Method in Molecular Biology 167: 215--223. [15] Hall, B.E. 2001. Phylogenetic trees made easy: A how to manual for molecular biologists. Sinauer Associates, Inc., Massachusetts : 179 hlm.
Pengklonaan gen …, Puji Rahayu, FMIPA UI, 2013