Ke DAFTAR ISI Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007
Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri dalam Pengembangan dan Pengelolaan Potensi Nasional
BIODISTRIBUSI DAN UJI CLEARANCE 99mTc-SIPROFLOKSASIN PADA MENCIT (Mus musculus) YANG TERINFEKSI BAKTERI Escherichia coli Yana Sumpena, Rizky Juwita Sugiharti, Nurlaila Zainudin Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri, BATAN, Jl. Tamansari 71, Bandung 40132
ABSTRAK BIODISTRIBUSI DAN UJI CLEARANCE 99mTc-SIPROFLOKSASIN PADA MENCIT (Mus musculus) YANG TERINFEKSI BAKTERI Escherichia coli. Telah dilakukan uji biodistribusi dan clearance radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin pada mencit putih yang terinfeksi bakteri Escherichia coli. Kepada setiap mencit yang terinfeksi diinjeksikan larutan radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin dengan aktivitas antara 100-125 uCi, volume 0,1 mL secara intra vena dibagian ekor. Selang waktu 2 jam, 4 jam dan 24 jam pasca injeksi mencit dibunuh secara dislokasi pada bagian leher setelah itu jaringan dan organ seperti darah, hati, ginjal, limpa, lambung,otot paha kanan dan otot paha kiri diambil sebagian sebagai cuplikan. Selanjutnya cuplikan ditimbang dengan timbangan analitik dan dicacah dengan pencacah sintilasi gamma (single channel analyzer). Hasil uji biodistribusi 99mTc-siprofloksasin pada 2 jam pasca injeksi memperlihatkan akumulasi pada jaringan dan organ dengan urutan paling tinggi adalah ginjal, darah, hati, paru-paru, lambung, jantung, limpa, otot paha kiri, dan otot paha kanan. Pada 4 jam pasca injeksi urutannya menjadi ginjal, hati, paru-paru, darah, lambung, limpa,jantung, otot paha kiri dan otot paha kanan. Sedang 24 jam pasca injeksi urutan persentase akumulasi adalah ginjal, hati, limpa, lambung, paru-paru, darah, jantung, otot paha kiri dan otot paha kanan. Perbandingan antara otot paha yang terinfeksi (target ) dengan otot paha yang tidak terinfeksi (non target) pada 2 jam pasca injeksi adalah (2,00 ± 0,97)% ; 4 jam pasca injeksi (2,20 ± 1,56)% dan 24 jam pasca injeksi (2,75 ± 2,86)%. Hasil uji clearance darah (blood clearance) radiofarmaka 99mTcsiprofloksasin menunjukkan konsentrasi tertinggi dicapai 5 menit setelah penyuntikan (94,15 %) dan menurun hampir setengahnya pada menit ke 30 (49,98%) dan pada 4 jam pasca injeksi aktivitas yang tersisa hanya sebesar 4,99 %. Kata kunci : biodistribusi, siprofloksasin, infeksi, 99mTc.
ABSTRACT BIODISTRIBUTION AND CLEARANCE TEST OF 99mTc-CIPROFLOXACIN IN MICE (Mus musculus) INFECTED BY Escherichia coli. Biodistribution and clearance test of radiopharmaceutical 99mTc-ciprofloxacin has been conducted on mice infected by Escherichia coli. Biodistribution of radiopharmaceutical in various organs was studied in mice, after intravenous (i.v) injection of 100-125 uCi of the tracer through the tail. The mice were sacrificed at 2, 4, and 24 hours post injection by cervical dislocation. Various tissues and organs i.e : blood, liver, kidneys, spleen, stomach, infected and non-infected thigh muscle were removed quickly, dried on filter paper, weighed and counted for radioactivity using Single Channel Analyzer. The biodistribution at 2 hours post injection showed that the uptake was found in kidneys, blood, liver, lung, stomach, heart, spleen, infected thigh and non-infected thigh muscle respectively. At 4 hours showed that the uptake was found in kidneys, liver, lung, blood, stomach, spleen, heart, infected thigh muscle and non-infected muscle respectively and at 24 hours showed that uptake was found in kidneys, liver, spleen, stomach, lung, blood, heart, infected thigh muscle and non-infected muscle respectively. Target and non-target ratio were 2.00 ± 0,97 ; 2.20 ± 1.56 and 2.75 ± 2.86 at 2, 4 and 24 hrs post injection respectively. Ninety four percents of 99mTc-ciprofloxacin remain in blood after 5 minutes of injection, cleared from blood within 5 minutes post injection and only 49.98% of injected dose remained in the blood after 30 minutes.
393
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007
Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri dalam Pengembangan dan Pengelolaan Potensi Nasional
Four hours after injection only 4.99 % of99mTc-ciprofloxacin remained in blood. Key words : biodistribution, ciprofloxacin, infected, 99mTc.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akumulasi radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin pada berbagai jaringan dan organ mencit putih terinfeksi bakteri Escherichia coli khususnya jaringan otot paha yang terinfeksi sebagai target pada penelitian ini. Sebagai hasil akhir diharapkan radiofarmaka ini dapat digunakan dalam bidang kedokteran nuklir khususnya untuk mendeteksi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, seperti Escherichia coli.
1. PENDAHULUAN Penyakit infeksi merupakan penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat dan menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Salah satu metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi adanya penyakit ini adalah teknik nuklir menggunakan radio-farmaka sebagai perunut. Infeksi merupakan reaksi mikrosirkulasi yang ditandai dengan perpindahan cairan dan sel darah putih dari darah kedalam jaringan ektraseluler. Infeksi timbul akibat dari berbagai rangsangan yang disebabkan mikroorganisme seperti bakteri. 99m Radiofarmaka Tc-siprofloksasin merupakan sediaan radiofarmasi antibiotik dengan nama kimia 1-siklopropil-6-fluor-1,4 dihidro-4-okso-7 (piperazine)-3-kuinolin asam karboksilat. Radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin di bidang kedokteran nuklir digunakan sebagai perunut (tracer) untuk diagnosis infeksi atau inflamasi. Siprofloksasin merupakan senyawa antibiotik yang termasuk golongan kuinolin yang biasanya digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran kencing, penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri (N.gonorrhoeae), infeksi pada gastrointestinal dan abdominal, infeksi pada saluran pernafasan dan infeksi lain yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik kuinolin membunuh mikroba dengan menyerang DNA gyrase atau topoisomerase IV pada bakteri [1.3]. Siprofloksasin kebanyakan digunakan untuk membunuh bakteri gram negatip seperti bakteri Escherichia coli, N.gonorrhoeae, Salmonella sp dan Shigella sp. Antibiotik bersifat bakterisida (membunuh bakteri) dan berdasarkan sifat ini maka antibiotik bertanda radioaktif dapat terakumulasi pada daerah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Escherichia coli merupakan mikroorganisme fekal, dapat berupa patogen penyebab infeksi usus seperti penyakit disentri basiler, demam tifoid, demam paratifoid dan kolera. Karakteristik bakteri ini antara lain bersifat gram negatif, berbentuk batang (basil), tidak berspora, memfermentasi laktosa, menghasilkan asam dan gas yang dapat diketahui setelah masa inkubasi 24 jam pada temperatur 37 0 Celcius [ 2 ].
2. TATA KERJA 2.1. Bahan dan peralatan Sediaan radiofarmasi 99mTc-siprofloksasin untuk penelitian diproduksi oleh kelompok Sintetis Senyawa Bertanda PTNBR – BATAN. Bahan yang digunakan adalah bakteri Escherichia coli hasil biakan Biofarma, media kultur, nutrien agar, Mac Conkey dan hewan percobaan mencit putih jantan galur Swiss dengan berat rata-rata 37 gram. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pencacah sintilasi gamma (Single Channel Analyzer) dengan detector NaI-TI, Dose calibrator, laminar air flow, Kamera Gamma (Infinia SPECT-CT) di Kedokteran Nuklir RSHS. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan analitik, timbangan teknis, beaker glass, tabung reaksi, syringe dan peralatan bedah. 2.2. Pembuatan medium Medium kultur, nutrient agar dan Mac Conkey ditimbang dalam berat tertentu dan masing-masing dilarutkan kedalam akuades kemudian dipanaskan untuk meningkatkan kelarutan, setelah cukup larut, medium disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Medium yang telah disterilisasi dimasukkan dalam cawan petri secara aseptis dan didinginkan. 2.3. Inokulasi bakteri Kawat ose dicelupkan ke dalam alkohol dan
394
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007
dipanaskan dalam lampu spirtus sampai membara. Setelah dingin kawat ose digunakan untuk mengambil bakteri Escherichia coli di dalam kultur. Bakteri yang berada pada kawat ose selanjutnya dipindahkan ke dalam medium Nutrient Agar dan Mac Conkey selanjutnya diinkubasi dalam inkubator pada temperatur 370 C selama 3 x 24 jam.
2.7. Uji Biodistribusi radiofarmaka siprofloksasin
Bakteri hasil kultur diambil dan dilarutkan untuk memperoleh suspensi dengan turbiditas yang mengandung 1,2x108 mikroorganisme/mL. Untuk menentukan jumlah bakteri dihitung berdasarkan kekeruhan suspensi bakteri dengan metoda Mc Farland. Sekelompok mencit jantan dengan berat rata-rata 37 gram, diinjeksi dengan 0,10 mL suspensi bakteri pada otot paha kiri secara intramuscular. Terjadinya dan perkembangan infeksi /inflamasi pada hewan percobaan yang telah diinjeksi dapat dilihat dengan adanya tandatanda infeksi/inflamasi berupa pembengkakan (benjolan) pada area bekas injeksi setelah waktu 24 jam.
dari
darah
Tc-
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan
Radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin yang digunakan pada penelitian semuanya memenuhi persyaratan kemurnian radiokimia yang telah ditentukan, tidak toksik dan mempunyai daya bakterisida terhadap bakteri cukup baik. Hasil uji biodistribusi dan uji blood clearance radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin pada berbagai interval waktu dapat dilihat Tabel 1 dan Grafik 1, Tabel 2 dan Gambar 2. Perlu dijelaskan bahwa persentase radioaktivitas yang ditimbun pada setiap jaringan atau organ pada penelitian ini ditentukan dengan menghitung radioaktivitas penimbunan per gram jaringan atau organ terhadap radioaktivitas yang disuntikkan. Hal ini dilakukan dengan maksud agar diperoleh gambaran akumulasi di dalam setiap jaringan/organ, tanpa dipengaruhi oleh ukuran besar/kecil suatu jaringan/organ. Hasil uji biodistribusi akumulasi tertinggi terdapat pada organ ginjal berturut-turut (1,29±0,014) %; (0,94±0,007) % dan (0,54±0,04) % pada 2 jam, 4 jam dan 24 jam pasca injeksi yang menunjukkan bahwa rute eksresi radiofarmaka99mTc-siprofloksasin paling besar melalui organ ginjal.Akumulasi tinggi terlihat pula pada organ hati sebesar
99m Sebanyak 0,5mL sediaan Tcsiprofloksasin dengan aktivitas 2 mCi disuntikkan melalui vena pada bagian ekor mencit putih. Selang waktu tertentu dilakukan pencitraan pada tikus dengan kamera gamma setelah mencit tersebut dibius menggunakan ketamine HCl (dosis 0,16 mL/200 g berat badan) dan xylazyne 2% (dosis 0,06 mL/200g berat badan).
2.6. Uji pencucian clearance)
99m
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih (Mus musculus) jantan yang diinfeksi terlebih dahulu oleh bakteri Escherichia coli dengan jumLah bakteri 1,2 x 108 per mencit pada bagian paha kiri. Sebanyak 18 ekor mencit dengan tiap interval waktu pengamatan terdiri dari 6 ekor mencit. Kepada setiap mencit terifeksi diinjeksikan larutan sediaan 99mTc-siprofloksasin dengan aktivitas 100-125 μCi, volume 0,1 mL secara intra vena bagian ekor. Selang waktu 2 jam, 4 jam dan 24 jam pasca injeksi mencit dibunuh secara dislokasi pada bagian leher setelah itu organ/jaringan darah, hati, ginjal, limpa, lambung, paru-paru, jantung, otot paha kanan dan otot paha kiri (terinfeksi) diambil sebagian sebagai cuplikan. Selanjutnya organ atau jaringan tersebut ditimbang dengan timbangan analitik dan dicacah dengan pencacah sintilasi gamma (single channel analyzer).Tingkat radioaktivitas organ atau jaringan dihitung berdasarkan % radioaktivitas per gram jaringan atau organ.
2.4. Infeksi bakteri
2.5. Pencitraan dengan kamera gamma
Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri dalam Pengembangan dan Pengelolaan Potensi Nasional
(blood
99m Penentuan uji pencucian Tcsiprofloksasin dari darah dilakukan dengan menyuntikan 0,1 mL sediaan dengan aktivitas 400 μCi ke tubuh tikus, kemudian darahnya diambil setelah 5, 25, 30, 45, 60, 90, 120, 180 dan 240 menit setelah penyuntikan. Jaringan darah tersebut masing-masing ditimbang dan dicacah selanjutnya diplotkan dalam bentuk grafik antara waktu terhadap persentase radioaktivitas di dalam darah.
395
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007
(0,39±0,003) % pada 2 jam kemudian turun (0,31±0,002) % pada 4 jam dan (0,23±0,001) %
Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri dalam Pengembangan dan Pengelolaan Potensi Nasional
untuk 24 jam pasca injeksi.
Tabel 1. Persentase radioaktivitas per gram jaringan atau organ mencit yang diinfeksi E coli No
Organ
1 2 3
Otot kanan Otot kiri Darah Lambung Hati Limpa Ginjal Jantung Paru-paru
4 5 6 7 8 9
2 Jam % 0,08± 0,001 0,16± 0,001 0,62± 0,008
4 Jam % 0,007±0,000 0,13± 0,000 0,26± 0,002
24 Jam % 0,04± 0,000 0,08± 0,001 0,08± 0,000
0,23± 0,0002
0,18± 0,001
0,14± 0,001
0,39± 0,003 0,20± 0,001 1,29± 0,014 0,21± 0,001 0,33± 0,002
0,31± 0,002 0,17± 0,001 0,94± 0,007 0,13± 0,001 0,30± 0,002
0,23± 0,001 0,15± 0,001 0,54± 0,004 0,05± 0,000 0,11± 0,000
Grafik Biodistribusi Tc-CIP pada Mencit yang diinfeksi dengan E. coli
100.00
1.40%
80.00
1.20%
% A ktivitas
% ID/ g
1.00% 0.80% 0.60% 0.40% 0.20%
60.00
40.00
20.00
0.00% Otot Paha Otot Paha kanan kiri
Darah
Lambung
Hati
Lympa
Ginjal
Jantung Paru-paru
0.00 0
Organ 2 jam
4 jam
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
waktu (jam)
24 jam
99m Gambar 1. Persentase radioaktivitsas Tcsiprofloksasin pada jaringan dan organ mencit yang diinfeksi dengan Escherichia coli.
Gambar 2. Pencucian darah (blood clearance) radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin pada mencit putih selang waktu tertentu.
Jaringan otot paha kiri (terinfeksi) merupakan fokus penelitian ini dengan ratio target 2 jam pasca injeksi (2,00 ± 0,97), 4 jam pasca injeksi ( 2,2 ±1,56 ) dan 24 jam pasca injeksi (2,75±2,86) dan waktu pengamatan 4 jam setelah penyuntikan akumulasi radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin paling baik. Hasil ini hampir sama dengan yang dilaporkan oleh para peneliti sebelumnya [1]. Target adalah bagian dari otot paha yang terinfeksi (otot paha kiri) dan non target bagian dari otot paha yang tidak dinfeksi (otot paha kanan). Perhitungan rasio target/non target adalah perbandingan persentase radioaktivitas per gram otot paha yang terinfeksi (otot paha kiri) dengan persentase radioaktivitas per gram otot paha yang tidak terinfeksi (otot paha kanan). Untuk organ dan jaringan yang lain seperti lambung, limpa, jantung dan paru-paru setiap interval waktu terjadi penurunan persentase
radioaktivitas sesuai dengan sifat peluruhan dari suatu radionuklida. Tabel 2. Hasil perhitungan rasio target/non target pada beberapa interval waktu pengamatan. Rasio Target (paha kiri)/Non Target (paha kanan waktu rasio T/NT 2 jam 2 + 0,97 4 jam 2,2 + 1,56 24 jam 2,75 + 2,86 Tabel 2 dan Gambar 2 menunjukkan persentase radioaktivitas dari jaringan darah pada hewan uji dengan mengambil 7 % dari berat badan mencit sebagai berat darah diseluruh tubuh mencit.
396
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007
Tabel 3. Hasil persentase keradioaktifan dalam darah terhadap waktu setelah penyuntikan. Waktu (menit) 5 25 30 45 60 90 120 180 240
Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri dalam Pengembangan dan Pengelolaan Potensi Nasional
Hasil uji clearance (blood clearance) 99m Tc-siprofloksasin, radiofarmaka menunjukkan konsentrasi tertinggi dicapai 5 menit setelah penyuntikan (94,15 %) dan persen aktivitas menurun setengahnya mulai pada menit ke 30 (49,98%), pada 1 jam setelah penyuntikan hanya 37,39% aktivitas yang tersisa dalam darah, kemudian menurun pada 3 jam berikutnya sebanyak 20,76%, dan pada 4 jam pasca injeksi aktivitas yang tersisa hanya sebesar 4,99 % (Tabel 2). Penurunan persentase dalam darah ini disebabkan karena sebagian kompleks sudah terekskresikan dan sebagian lainnya terdistribusi ke organ seperti hati, paru, ginjal, lambung dan jaringan lain termasuk juga ke organ target (otot yang terinfeksi). Pada gambar scanning dengan gamma camera (Infinia SPECT-CT) yang dilakukan di bagian kedokteran nuklir RSHS Bandung pada 1 dan 2 jam setelah penyuntikan, terlihat adanya akumulasi radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin pada jaringan yang terinfeksi yaitu pada otot paha kiri hewan uji.
% penimbunan dalam darah 94,15 53,47 49,98 43,76 37,39 22,41 20,46 20,76 4,99
4. KESIMPULAN Hasil penelitian uji biodistribusi radiofarmaka Tc-siprofloksasin pada mencit yang terinfeksi bakteri Escherichia coli menunjukkan bahwa terjadi akumulasi pada 2 jam pasca injeksi dari urutan akumulasi paling tinggi pada organ/jaringan ginjal, darah, hati, paru-paru, lambung, jantung, limpa, otot paha kiri, dan otot paha kanan. Pada 4 jam pasca injeksi urutan akumulasinya adalah organ/jaringan ginjal, hati, paru-paru, darah, lambung, limpa,jantung, otot paha kiri dan otot paha kanan dan 24 jam pasca injeksi adalah organ/jaringan ginjal, hati, limpa, lambung, paru-paru, darah, jantung, otot paha kiri dan otot paha kanan. Ratiotarget antara otot paha terinfeksi (paha kiri) dengan otot paha yang tidak terinfeksi (paha kanan) 2 jam pasca injeksi adalah (2,00 ± 0,97) %; 4 jam pasca injeksi (2,2 ± 1,56) % dan 24 jam pasca injeksi (2,75 ± 2,86) %. Hasil uji clearance darah menunjukkan radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin waktu paruh dalam darah dicapai pada menit ke 30 setelah penyuntikan dengan persentase radioaktivitas sebesar 49,98%. 99m
Gambar 3. Hasil pencitraan radiofarmaka 99mTcsiprofloksasin pada mencit terinfeksi E.coli menggunakan kamera gamma.
5. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada : Iswahyudi, Yetti Suryati, Rukmini Iljas dan Achmad Sidik yang telah banyak membantu
397
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007
dalam pelaksanaan makalah ini dibuat.
penelitian
ini
Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri dalam Pengembangan dan Pengelolaan Potensi Nasional
sampai
2. 6. DAFTAR PUSTAKA 1.
GANO, L. , PATRICIO, L., . CANTINHO, G., PENA, H., MARTINS, T., MARQUES,E., Ciprofloxacin In Imaging Of Infective Versus Sterile Inflammation. IAEA – TECDC – 1029 August 1998 : Modern Trends in Radiopharmaceuticals for Diagnosis and
3.
Therapy. Proceeding of a Symposium held in Lisbon, Portugal 30 March – 3 April 1998. DAS S.S., BRITTON K.E., Bacterial Infection Imaging, World Journal of Nuclear Medicine, Volume 2, Number 3, July 2003. GNANASEGARAN G., CROASDALE J., BUSCOMBE JR., Nuclear Medicine in Imaging Infection and Inflamation : Part-I. Radiopharmaceutical, World Journal of Nuclear Medicine, Volume 3, Number 2, April 2004.
7. DISKUSI Poppy I T – PTNBR BATAN : Nilai rasio target / nontarget digunakan untuk menjelaskan apa ? Berapa batas nilai rasio target / nontarget yang dianggap baik untuk suatu radiofarmaka ? Yana Sumpena : Nilai rasio target lebih besar berarti radiofarmaka tersebut mempunyai daya akumulasi tinggi terhadap infeksi oleh bakteri. Jadi nilai rasio target / nontarget tidak ada batas, tergantung dari ligan radiofarmakanya. Maria Lina- PATIR BATAN : 1. Alasan digunakan E. Coli? apakah hanya digunakan sebagai model ? strain E. Coli apa yang digunakan ? 2. Siprofloksasin adalah antibiotik untuk salmonela thypi. Mengapa tidak digunakn bakteri tersebut ? Yana Sumpena : 1. Penelitian ini diarahkan ke infeksi bakteri gram (-) seperti E. Coli. Tahap selanjutnya kepada bakteri gram (+). Strain E. Coli perlu dikonfirmasi dulu ke perum Biofarma, Bandung. 2. Siprofloksasin adalah antibiotik untuk membunuh bakteri gram (+) maupun gram (-). Jadi tidak spesifik untuk salmonela thypi (gram (-)).
Ke DAFTAR ISI
398