PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR DI SMA Febrini, Rustiyarso, Supriadi Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Email :
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran jigsaw dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mengajar pada mata pelajaran Sosiologi kelas X di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Berdasarkan analisis dari hasil observasi, wawancara dan didukung oleh dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini bahwa penggunaan model pembelajaran jigsaw pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit telah terlaksana dengan baik. Terbukti bahwa guru bidang studi sosiologi telah menggunakan model pembelajaran jigsaw sesuai dengan sintak jigsaw dalam proses belajar mengajar. Siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dengan model jigsaw terlihat siswa sangat antusias dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa terlihat 71,8% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kata Kunci: Model pembelajaran jigsaw, Kualitas proses belajar mengajar, Pembelajaran sosiologi Abstract: This reaserch aims to determine the jigsaw learning model in improving the quality of teaching and learning processes and outcomes in subjects Sociology class X government Senior high school 01 Sui Kunyit has been carried outwell. The method used is descriptive. Based on the analysis of the results of observations, interviews and supported by documents pertaining to this study that the use of “jigsaw” learning model in sociology subjects in class X government Senior high school 01 Sui Kunyit has been performing well. Proved that the teachers of sociology have used learning model in accordance with the syntax jigsaw in teaching and learning. Students are directly involved in the process of learning jigsaw model looks very enthusiastic students in the learning process. The use of the model can improve the quality of learning processes and learning outcomes of students were 71.8% of students achieving mastery criteria Minimal (KKM). Keywords: Model jigsaw learning, quality teaching and learning, learning sociology
P
elaksanaan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran sosiologi masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa kurang aktif. Siswa dianggap hanya sebagai pendengar apa yang dijelaskan oleh guru, daripada menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan atau sikap yang dibutuhkan. Hal ini berdampak pada kualitas proses dan hasil belajar mengajar kurang memuaskan. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan ibu Oktaviani selaku guru mata pelajaran Sosiologi kelas X SMA Negeri 01 Sungai Kunyit pada tanggal 21 Januari 2013 menyatakan bahwa masih banyak siswa kelas X yang mengalami ketidaktuntasan dalam ulangan harian yaitu memperoleh nilai kurang dari 65 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Ibu Oktaviani juga menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit kelas X memiliki beberapa permasalahan yang sering muncul dalam proses belajar mengajar di kelas, pertama: siswa kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, kedua: siswa melamun dan tertidur di kelas, ketiga: perhatian siswa terhadap proses pembelajaran masih rendah dan kurang memusatkan perhatian terhadap proses belajar mengajar, keempat: siswa tidak berani bertanya, dan tidak mau menjawab ketika ditanya tentang materi pelajaran, kelima: siswa sering keluar masuk kelas. Hasil wawancara dengan lima siswa pada tanggal 21 Januari 2013, mereka mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran sosiologi, guru sering menggunakan metode ceramah dan berlanjut pemberian tugas-tugas kepada siswa yang menyebabkan siswa merasa bosan untuk mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas sehingga ada siswa tidur di dalam kelas, berbicara dengan teman sebangku dan ada pula yang keluar masuk kelas tanpa izin padahal jam mata pelajaran sosiologi dilaksanakan pada pagi hari. Hasil prariset peneliti di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit menunjukan bahwa 65% siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran sosiologi. Selama ini proses pembelajaran sosiologi yang dilaksanakan oleh guru sosiologi cenderung menggunakan model ceramah dan penugasan sehingga terjadi komunikasi satu arah yaitu guru kepada siswa sehingga siswa menjadi pasif karena guru lebih mendominasi kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya berperan sebagai pendengar informasi dari guru saja, inilah yang menyebabkan aktivitas siswa kurang berkembang sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk membantu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa peneliti dan guru bidang studi sosiologi mendiskusikan untuk menggunakan model pembelajaran jigsaw dalam proses pembelajaran sosiologi. Usman (2009: 4) mengatakan, “proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Jadi, kualitas proses belajar mengajar adalah suatu proses dimana adanya perbuatan yang berjalin antara guru dan siswa untuk menghasilkan ssesuatu yang diinginkan yaitu peningkatakn sikap, keaktifan, wawasan,
kemampuan mengemukana pendapat dan kerja sama siswa serta hasil belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan. Penggunaan model pembelajaran jigsaw dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mengajar pada mata pelajaran sosiologi. Model pembelajaran jigsaw dikembangkan dan diuji coba oleh Eliot, kemudian diadaptasi oleh Slavin (2005: 236), dalam aplikasinya Slavin mendesign tipe pembelajaran dengan model pengajaran sebaya, bagaiman seorang siswa yang mampu dan menguasai suatu materi pelajaran dapat mengajari siswa lainnya, demikiain seterusnya. Dengan kata lain esensi penerapannya model jigsaw merupakan cara pengajaran yang berpusat pada murid. Uno (2012: 110) mengatakan “Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif dimana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri atas tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang disiapkan guru maksimal lima pertanyaan sesuai dengan jumlah tim ahli”. Penggunaan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat melatih dirinya memahami isi bahan yang akan diajarkan kepada kawan-kawan satu kelompok, siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif, siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama. Di samping itu dengan penggunaan model pembelajaran jigsaw ini siswa akan lebih aktif berinteraksi dengan guru maupun sesama siswa lainnya. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan menganalisis lebih lanjut dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dalam Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Mengajar Pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X Di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit”. Dengan harapan kedepannya guru bidang studi sosiologi dapat menggunakan kembali model pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mengajar pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan informan. Menurut Moleong (2010: 132), “Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah guru mata pelajaran sosiologi, dan lima siswa kelas X SMA Negeri 01 Sungai Kunyit yang dipilih oleh guru mata pelajaran sosiologi yang diyakini bisa menjawab pertanyaan peneliti. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui dokumen-dokumen yaitu arsip-arsip yang dimiliki guru seperti perangkat pembelajaran (rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus dan dokumen-dokumen siswa). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Pada teknik observasi peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap penggunaan model pembelajaran jigsaw dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA negeri 01
Sungai Kunyit. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran Sosiologi, dan siswa kelas X SMA Negeri 01 Sungai Kunyit. Satori (2011:149) menyatakan, ”Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian”. Dokumen-dokumen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah daftar penilaian siswa yang mencakup sikap, keaktifan, wawasan, kemampuan mengemukakank pendapat dan kerja sama siswa, daftar nilai ulangan harian siswa, daftar penilaian setiap kelompok dan perorangan dalam model jigsaw. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan dan wawancara, memeriksa data yang sudah terkumpul, menganalisis data yang sudah diperoleh, menyimpulkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X SMA Negeri 01 Sungai Kunyit. Data dari hasil penelitian yaitu pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara berupa 6 soal untuk siswa, dan 10 soal untuk guru mata pelajaran sosiologi. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran jigsaw sudah dilaksanakan sesuai dengan sintak jigsaw diadakan observasi dengan menggunakan lembar observasi penggunaan model pembelajaran jigsaw. Penggunaan model pembelajaran jigsaw diakatakan sudah terlaksana dengan baik apabila guru bidang studi sosiologi sudah melaksananakan pembelajaran model jigsaw sesuai dengan sintak jigsaw,. Adapun sintak jigsaw antara lain ; 1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok terdiri dari 5 orang anggota yang heterogen. Kelompok ini disebut kelompok asal. 2. Guru memberikan sub materi yang berbeda-beda kepada setiap anggota kelompok yang menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual. 3. Siswa anggota kelompok asal yang mendapat submateri yang sama berkumpul dan berdiskusi, kelompok ini disebut kelompok ahli. 4. Setelah berdiskusi dan menjawab soal yang diberikan dalam submateri kemudian kelompok ahli kembali ke kelompok asal. 5. Setiap ahli mengajarkan keahliannya kepada teman kelompoknya sendiri. 6. Setelah berdiskusi di kelompok asal, guru memberikan latihan soal yang dikerjakan secara berkelompok. 7. Guru membimbing siswa saat bekerja dalam kelompok. 8. Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberi bonus nilai. Untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw dilakukan observasi dengan lembar observasi keterlibatan siswa, siswa dikatakan terlibat secara lagsung dalam proses beajar mengajar dengan menggunakan model jigsaw, apabila siswa terlibat aktif dan antusias dalam proses belajar mengajar.
Penggunaan model pembelajaran jigsaw dikatakan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar pada mata pelajaran sosiologi, apabila hasil belajar siswa sebesar 70% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan. Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 29 April 2013 sampai tanggal 23 Mei 2013. Dari hasil penelitian, data yang diolah adalah semua siswa yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 64 (enam puluh empat) siswa. Dalam hasil penelitian ini yang akan dibahas adalah bagaimana penggunaan model pembelajaran jigsaw dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit, bagaimana keterlibatan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran model jigsaw, dan bagaimana keberhasilan penggunaan model pembelajaran jigsaw dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar pada mata pelajaran sosiologi kels X di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit. Penggunaan model pembelajaran jigsaw terbukti dari hasil observasi penggunaan model pembelajaran jigsaw. Dalam penggunaan model pembelajaran jigsaw guru melaksanakan sesuai dengan sintak jigsaw. Adapun sintak jigsaw antara lain sebagai berikut : 1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok secara heterogen, kelompok ini disebut kelompok asal. 2. Guru memberikan submateri yang berbeda-beda kepada setiap anggota kelompok yang menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual. 3. Siswa anggota kelompok asal yang mendapat submateri yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang materi tesebut, kelompook ini disebut kelompok ahli. 4. Setelah berdiskusi dan menjawab soal yang diberikan dalam submateri tersebut kemudian kelompok ahli kembali ke kelompok asal. 5. Setiap ahli mengajarkan keahliannya kepada teman kelompoknya sendiri. 6. Setelah berdiskusi di kelompok asal, guru memberikan latihan soal yang dikerjakan secara berkelompok. 7. Guru membimbing siswa saat bekerja dalam kelompoknya. 8. Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertingi diberi bonus nilai. Guru harus memiliki kompetensi guru sehingga benar-benar mampu membimbing dan mempengaruhi karakteristik siswa. Kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Kompetensi pedagogis meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Konsekuensinya guru mampu melaksanakan model, menggunakan sarana, mewujudkan iklim pembelajaran yang kondusif atau menyenangkan bagi siswa. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw terlebih dahulu guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan membuat lembar evaluasi untuk siswa, dapat dilihat pada hasil wawancara dengan guru sosiologi pada butir pertanyaan 1 bahwa sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas terlebih dahulu
guru mempersiapakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar observasi siswa sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menangungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodelogi keilmuan. Konsekuensinya guru mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan kepada siswa. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Model pembelajaran jigsaw dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. 1. Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Mei 2013. a. Kegiatan awal Dalam kegiatan awal pembelajaran guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam kepada semua siswa dan dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah selesai berdoa guru mengabsen siswa yang tidak hadir dan menanyakan alasan ketidakhadiran siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tetarik dan bersemangat untuk mengikuti pelajaran dan tidak lupa guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran model jigsaw yang dilaksanakan. b. Kegiatan inti Dalam kegiatan inti terdapat tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, dalam kegiatan inti sintak model jigsaw dilaksanakan. Pada tahap eksplorasi guru menjelaskan tentang materi pengendalian sosial yang ingin dipelajari. Setelah menjelaskan materi pengendalian sosial kepada siswa, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa dan dilanjutkan dengan tahap elaborasi. Pada tahap elaborasi sintak model pembelajaran jigsaw dilaksanakan, guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan rincian 4 kelompok berjumlah 5 orang dan 2 kelompok berjumlah 6 orang secara heterogen kelompok inilah yang disebut kelompok asal, siswa masih terlihat bingung dengan pembagian kelompok asal dan kelompok ahli. Guru memberikan submateri yang berbeda-beda yaitu sifat pengendalian sosial, proses pengendalian sosial, fungsi pengendalian sosial, jenis lembaga pengendalian sosial dan cara-cara pengendalian sosial kepada setiap anggota kelompok asal. anggota kelompok asal yang mendapatkan sub materi yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang submateri yang telah didapat, kelompok ini disebut kelompok ahli. Setelah berdiskusi tentang submateri yang didapat masing-masing kelompok ahli kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan submateri keahliannya kepada anggota kelompok asal, siswa terbukti kreatif dalam mengajarkan anggota kelompok asalnya sehingga anggota kelompok asal dapat mengerti dengan materi yang disampaikan. Setelah masing-masing kelompok ahli mengajarkan submateri yang menjadi keahliannya, guru memberikan soal latihan dan dikerjakan dalam bentuk kelompok. Guru selalu membimbing
setiap kelompok dalam mengerjakan soal latihan. Bagi setiap kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi, guru memberikan bonus nilai kepada kelompok tersebut. Pada pertemun ke-1 siswa masih belum terlihat antusiasnya dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran jigsaw dikarenakan guru bidang studi sosiologi belum pernah menggunakannya pada kelas X. Tahap yang ketiga dalam kegiatan inti yaitu konfirmasi guru menjelaskan kembali tentang materi yang belum dipahami oleh siswa. c. Kegiatan akhir Kegiatan akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang materi pelajaran yang telah dibahas, setelah bersamasama menyimpulkan materi pengendalian sosial guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Mei 2013. a. Kegiatan awal Dalam kegiatan awal pembelajaran guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam kepada semua siswa dan dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah selesai berdoa guru mengabsen siswa yang tidak hadir dan menanyakan alasan ketidakhadiran siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tetarik dan bersemangat untuk mengikuti pelajaran dan tidak lupa guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran model jigsaw yang dilaksanakan. b. Kegiatan inti Dalam kegiatan inti terdapat tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, dalam kegiatan inti sintak model jigsaw dilaksanakan. Pada tahap eksplorasi guru menjelaskan tentang materi pengendalian sosial yang ingin dipelajari. Setelah menjelaskan materi pengendalian sosial kepada siswa, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa dan dilanjutkan dengan tahap elaborasi. Pada tahap elaborasi sintak model pembelajaran jigsaw dilaksanakan, guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan rincian 4 kelompok berjumlah 5 orang dan 2 kelompok berjumlah 6 orang secara heterogen kelompok inilah yang disebut kelompok asal, siswa sudah mulai antusias dalam pembagian kelompok asal dan kelompok ahli. Guru memberikan submateri yang berbeda-beda yaitu sifat pengendalian sosial, proses pengendalian sosial, fungsi pengendalian sosial, jenis lembaga pengendalian sosial dan cara-cara pengendalian sosial kepada setiap anggota kelompok asal. anggota kelompok asal yang mendapatkan sub materi yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang submateri yang telah didapat, kelompok ini disebut kelompok ahli. Setelah berdiskusi tentang submateri yang didapat masing-masing kelompok ahli kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan submateri keahliannya kepada anggota kelompok asal, siswa terbukti kreatif dalam mengajarkan anggota kelompok asalnya sehingga anggota kelompok asal dapat mengerti dengan materi yang disampaikan. Setelah masing-masing kelompok ahli mengajarkan submateri yang menjadi keahliannya, guru memberikan soal
latihan dan dikerjakan dalam bentuk kelompok. Guru selalu membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan soal latihan. Bagi setiap kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi, guru memberikan bonus nilai kepada kelompok tersebut. Pada pertemun ke-2 siswa sudah mulai terlihat antusias dalam proses pemblajaran dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw, siswa merespon periintah dari guru bidang studi sosiologi mulai dari pembagian kelompok asala samapi dengan pembegaian kelompok ahli, dan siswa tidak lagi bingung dengan pembagian materi yang berbeda-beda untuk setiap siswa. Proses diskusi mulai dilakukan siswa dengan baik karena sebagain dari mereka sudah mengerti dengan proses pembelajaran dengan model pembelajaran jigsaw. Tahap yang ketiga dalam kegiatan inti yaitu konfirmasi guru menjelaskan kembali tentang materi yang belum dipahami oleh siswa. c. Kegiatan akhir Kegiatan akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang materi pelajaran yang telah dibahas, setelah bersamasama menyimpulkan materi pengendalian sosial guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. 3. Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga dilaksnakan pada hari Kamis, 16 Mei 2013 a. Kegiatan awal Dalam kegiatan awal pembelajaran guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam kepada semua siswa dan dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah selesai berdoa guru mengabsen siswa yang tidak hadir dan menanyakan alasan ketidakhadiran siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tetarik dan bersemangat untuk mengikuti pelajaran dan tidak lupa guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan. b. Kegiatan inti Dalam kegiatan inti terdapat tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, dalam kegiatan inti sintak model jigsaw dilaksanakan. Pada tahap eksplorasi guru menjelaskan tentang materi yang ingin dipelajari. Setelah menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa dan dilanjutkan dengan tahap elaborasi. Pada tahap elaborasi sintak model pembelajaran jigsaw dilaksanakan, guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan rincian 4 kelompok berjumlah 5 orang dan 2 kelompok berjumlah 6 orang secara heterogen kelompok inilah yang disebut kelompok asal. Guru memberikan submateri yang berbeda-beda kepada setiap anggota kelompok asal. Setiap anggota kelompok asal yang mendapatkan sub materi yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang submateri yang telah didapat, kelompok ini disebut kelompok ahli. Setelah berdiskusi tentang submateri yang didapat masing-masing kelompok ahli kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan submateri keahliannya kepada anggota kelompok asal, siswa terbukti kreatif dalam mengajarkan anggota kelompok asalnya sehingga anggota kelompok asal dapat mengerti dengan materi yang disampaikan. Setelah masing-masing kelompok ahli mengajarkan submateri yang menjadi keahliannya, guru memberikan soal
latihan dan dikerjakan dalam bentuk kelompok. Guru selalu membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan soal latihan. Bagi setiap kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi, guru memberikan bonus nilai kepada kelompok tersebut. Pada saat pertemuan ketiga ini siswa sangat antusias sekali dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan mengunakan model pembelajaran jigsaw karena mereka merasa model pembelajaran jigsaw ini menarik dalam bealajr sehingga mereka dengan mudah dapt mengerti setiap materi-materi yang diajarkan oleh guru. Tahap yang ketiga dalam kegiatan inti yaitu konfirmasi guru menjelaskan kembali tentang materi yang belum dipahami oleh siswa. c. Kegiatan akhir Kegiatan akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang materi pelajaran yang telah dibahas, setelah bersamasama menyimpulkan materi pengendalian sosial guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Penggunaan model pembelajaran jigsaw ini membuat siswa lebih menarik untuk mengikuti proses pembelajaran terbukti dari jawaban informan pada soal butir 2, bahwa 5 informan mengatakan penggunaan model pembelajaran jigsaw sangat menarik dalam proses pembelajaran sosiologi, dan penggunaan model pembelajaran jigsaw juga membuat siswa mudah untuk memahami materi pelajarana yang diberikan oleh guru dapat dilihat dari jawaban informan pada soal butir 3, bahwa 5 informan menyatakan pendapatnya mereka mudah untuk memahami materi pelajaran pada saat guru menggunakan model pembelajaran jigsaw dalam proses belajar mengajar pelajaran sosiologi. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru bukan hanya pusat dari kegiatan belajar mengajar, namun keterlibatan siswa secara aktif menjadi hal yang tidak kalah penting. Sebagai subjek belajar, siswa dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dengan baik. Keterlibatan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran model jigsaw pada mata pelajaran sosiologi. Terlihat keterlibatan siswa pada pertemuan kesatu pada hari Kamis, 2 mei 2013. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw Siswa masih belum antusias, siswa masih banyak yang terlihat bingung dengan model pembelajaran jigsaw yang digunakan oleh guru bidang studi sosiologi, dimulai dari pembagian kelompok asal dan kelompok ahli, siswa masih sulit untuk membedakan antara kelompok ahli dan kelompok asal serta siswa juga masih kurang mengerti dengan pembagian materi yang berbeda untuk setiap siswa, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok ahli, masing-masing siswa masih belum merespon perintah yang diberikan oleh guru bidang studi sosiologi untuk mempelajari materi yang mereka dapat untuk diajarkan kembali pada anggota klompok asal, kebanykan siswa hanya duduk, diam dan mendengarkan salah satu siswa yang aktif, setelah itu anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untk mengajarkakn kembali materi yang telah menjadi keahliannya, sehingga diskusi tidak berjalan dengan baik.
Terlihat keterlibatan siswa pada pertemuan kedua dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw siswa sudah terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan modelk pembelajaran jigsaw. Siswa sudah mengerti mana kelompok asal dan mana kelompok ahli, serta siswa juga sudah memahami mana materi yang menjadi keahliannya, sehingga dalam proses diskusi berjalan dengan lancar, dalam diskusi masing-masing siswa saling mengeluarkn pendapatnya masingmasing, dan sudah bisa mengajarkan kembali materi yang telah didapatnya kepada anggota kelompok asal mereka. Keterlibatan siswa dalam penggunaan model pembelajaran jigsaw pada pertemuan ketiga dapat kita lihat pada saat guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen, siswa sangat antusias untuk segera berkumpul dengan teman-teman kelompok asal mereka, setelah berkumpul dengan kelompok asal guru memberikan submateri yang berbeda-beda kepada setiap anggota kelompok asal yang menjadi keahliannya. Anggota kelompok asal yang mendapatkan submateri yang sama berkumpul untuk mendiskusikan submateri yang diberikan oleh guru kelompok ini disebut kelompok ahli. Pada saat berdiskusi dengan kelompok ahli, masing-masing siswa terlihat sangat aktif untuk saling bertukar pikiran antara siswa yang satu dan yang lain, mereka berusaha menggali wawasan mereka tentang submateri yang mereka dapat dan siswa terlihat aktif dan kritis untuk bertanya baik dengan sesama teman maupun dengan guru. Selesai berdiskusi dengan kelompok ahli setiap anggota kelompok asal berkumpul kembali untuk mengajarkan kepada anggota-anggota kelompok asalnya tentang submateri yang menjadi keahliannya, dalam proses ini keaktifan dan kekritisan setiap siswa terlihat kembali, di mana siswa dari kelompok ahli mengajarkan submateri keahliannya dengan sangat baik kepada anggota kelompok asal walaupun terkadang ada siswa yang sulit untuk menyerap penjelasan dari anggota kelompok ahli tetapi anggota kelompok ahli terus berusaha mengajarkan submateri keahliannya kepada anggota kelompok asal karena ia merasa memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan submateri keahliannya kepada anggota kelompok asal. Kemudian guru memberikan latihan soal yang dikerjakan secara berkelompok. Setiap kelompok berusaha semaksimal mungkin mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru karena mereka merasa termotivasi dengan pemberian bonus nilai bagi kelompok yang memiliki nilai tinggi, disini terlihat sekali keaktifan siswa pada saat ikut berpartisipasi dalam pembagian kelompok asal, kelompok ahli dan pada saat presentasi kelompok, kekritisan siswa terlihat pada saat siswa mengemukakna pendapat dan menyangga pendapat siswa yang lain dan kekreatifan siswa terlihat masing-masing siswa memiliki keahlian masing-masing dalam menyelesaikan latihan soal yang diberikan oleh guru. Kualitas proses belajar mengajar pada mata pelajaran sosiologi dalam menggunakan model pembelajaran jigsaw terbukti dari hasil penilaian sikap, keaktifan, wawasan, kemampuan mengemukakan pendapat dan kerja sama siswa mengalami peningkatan persentase sebesar 75%. Di katakan berhasil karena dalam proses belajar mengajar siswa bersikap baik dan merespon apa yang
diperintahkan guru, siswa begitu aktif pada saat pembagian kelompok asal dan kelompok ahli, masing-masing siswa mengeluarkan ide-ide yang ada dalam pikiran dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mengajarkan materi yang telah didapat kepada anggota kelompok asalnya. Masing-masing mengeluarkan kemampuan berpendapat pada saat presentasi berlangsung. Serta hasil ulangan harian siswa (Lihat tabel 4.10, siswa mengalami peningkatan, sebelum digunakan model pembelajaran jigsaw hasil ulangan siswa hanya 50% dari Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Setelah digunakan model pembelajaran jigsaw hasil ulangan siswa mengalami peningkatan sebesar 71.8% dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 65. Kualitas dalam proses belajar mengajar merupakan tingkat baik buruknya proses pembelajaran yang diukur dengan kadar maupun derajat hasil belajar siswa. Secara harfiah kualitas atau mutu diartikan dengan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Hasil penilaian untuk setiap siswa yang mencakup aspek sikap, keaktifan, wawasan, kemampuan mengemukakan pendapat dan kerja sama siswa, dapat kita lihat bahwa 75 % dari 32 siswa mencapai presentasi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti dalam penggunaan model pembelajaran jigsaw. Setiap siswa dinilai mulai dari sikap dalam proses belajar, keaktifan dan wawasan siswa juga menjadi aspek penilaian model pembelajaran jigsaw serta kemampuan setiap siswa mengemukakan pendapat pada saat di kelompok ahli dan pada saat presentasi setip kelompok serta aspek yang terakhir adalah kerja sama siswa di dalam setiap kelompok. Hasil penilaian model jigsaw untuk setiap kelompok, dapat kita lihat bahwa dari 6 kelompok semuanya mendapatkan skor yang baik. Aspek penilaian model jigsaw untuk setiap kelompok yaitu, poin 1 kemampuan menyampaikan pendapat, dimana setiap kelompok mampu bisa menyampaikan pendapatnya untuk kelompok yang lain, poin 2 kemampuan memberikan argumentasi, setiap kelompok dituntut untuk bisa berargumen dengan kelompok yang lain, poin 3 kemampuan memberikan kritik, dalam poin ini setiap kelompok tidak hanya menerima penjelasan dari kelompok lain tetapi setiap kelompok dapat memberikan kritik dari penjelasan kelompok yang lain, poin ke 4 kemampuan mengajukan pertanyaan, di dalam model pembelajaran jigsaw setiap kelompok memang diharapkan untuk bisa mengajukan pertanyaan demi pertanyaan terhadap kelompok lain, poin ke 5 dan ke 6 adalah kemampuan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan kelancaran berbicara, penggunaan bahasa yang baik dapat membuat setiap kelompok mengerti dengan apa yang dikemukakan dan ditambah lagi kelancaran dalam berbicara sehingga mengurangi kesalahan penafsiran dalam berkata. Terbukti perbedaan hasil nilai ulangan harian siswa kelas XC menggunakan model konvensioanal dan jigsaw, pada pembelajaran konvensional terdapat 50% dari 32 siswa atau sebanyak 16 siswa yang memperoleh nilai ketuntasan dan sebanyak 16 siswa yang tidak mengalami ketuntasan sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Setelah menggunakan model pembelajaran jigsaw terdapat 71,8% dari 32 siswa atau sebanyak 23 siswa
yang memperoleh nilai tuntas dan sebanyak 9 siswa yang tidak memperoleh nilai ketuntasan sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Terbukti hasil ulangan harian siswa kelas XB tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Pada penggunaan pembelajaran pertama terdapat 40,62% dari 32 siswa atau sebanyak 13 siswa yang memperoleh nilai ketuntasan dan sebanyak 18 siswa yang tidak memperoleh nilai ketuntasan sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65 dan pembelajaran konvensional yang kedua terdapat 53,12% dari 32 siswa atau sebanyak 17 siswa yang memperoleh nilai ketuntasan dan sebanyak 15 siswa yang tidak memperoleh nilai ketuntasan sesaui dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 65. Dari penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar pelajaran sosiologi di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab IV dan didukung data-data hasil penelitian terbukti bahwa penggunaan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas XC di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit. Selanjutnya berdasarkan simpulan masalah umum tersebut dapat ditarik simpulan dari submasalah yaitu: (1) Penggunaan model pembelajaran jigsaw dalam proses belajar mengajar pelajaran sosiologi kelas XC di SMA Negeri 01 Sungai Kunyit sudah terlaksana sesuai dengan sintak jigsaw, dalam proses belajar mengajar pelajaran sosiologi dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw terbukti dapat meningkatkan sikap, keaktifan, wawasan, kemampuan mengemukakan pendapat dan kerja sama siswa. (2) Siswa ikut terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar pada pelajaran sosiologi dengan menggunakan model jigsaw. Siswa terbukti aktif, kritis dan kreatif dalam proses belajar mengajar. (3) Penggunaan model pembelajaran jigsaw pada pelajaran sosiologi mengalami keberhasilan terbukti bahwa siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu sikap, keaktifan, wawasan, kemampuan mengemukakan pendapat dan kerja sama siswa memiliki persentase sebesar 75% dan telah melewati indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 70% serta hasil belajar siswa berupa hasil tes ulangan harian siswa mengalami peningkatan sebesar 71,8% siswa mencapai Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh guru yaitu 65. Saran Berdasarkan hasil temuan penelitian yang diperoleh serta pembahasan tentang hasil tersebut, peneliti menyampaikan saran-saran untuk guru bidang studi sosiologi yaitu bagi guru bidang studi sosiologi diharapkan untuk memilih dan menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan kemampuan dan karakter siswa agar dalam pelaksanaan peoses belajar mengajar
siswa bisa menjadi lebih aktif, kritis dan kreatif serta tercipta hubungan yang kondusif. Guru harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (1) Kesiapan. (2) Proses dalam pembelajaran. (3) Evaluasi. DAFTAR RUJUKAN Uzer Usman. (2009). Upaya Optimalisasi kegiatan belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Djam’an Satori dan Aan Komariah. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung. Lexy J. Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.