PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE LISTENING TEAM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 3 METRO BARAT TP 2015/ 2016
(Skripsi)
Oleh MARTAULI ARITONANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE LISTENING TEAM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 3 METRO BARAT TP 2015/ 2016
Oleh
MARTAULI ARITONANG
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat yang diketahui dari hasil observasi, dari jumlah 34 orang siswa masih terdapat 24 orang siswa (70,59%) belum mencapai KKM yaitu 66. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat dengan menggunakan model cooperative learning tipe listening team. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan teknik non tes dan tes. Teknik non tes dengan cara observasi menggunakan lembar observasi untuk mengobservasi kinerja guru dan aktivitas siswa. Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan soal-soal tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe listening team dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I memperoleh kategori “Cukup Aktif” dan siklus II memperoleh kategori “Aktif”. Persentase klasikal aktivitas belajar siswa siklus I memperoleh kategori “Cukup Aktif” dan siklus II memperoleh kategori “Sangat Aktif”. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I memperoleh kategori “Tuntas” dan siklus II memperoleh kategori “Tuntas”. Persentase ketuntasan hasil belajar klasikal siswa siklus I memperoleh kategori “Sedang” dan siklus II memperoleh kategori “Tinggi”. Kata kunci: Cooperative learning tipe listening team, aktivitas siswa, hasil belajar dan IPS
PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE LISTENING TEAM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 3 METRO BARAT TP 2015/ 2016
Oleh MARTAULI ARITONANG
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Peneliti
dilahirkan
di
Bandarjaya,
Kecamatan
Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 14 Oktober 1994, sebagai anak keempat dari lima bersaudara pasangan Bapak Mangoluhon Aritonang, BA dan Ibu Rosida Situmorang. Pendidikan peneliti dimulai dari Jenjang pendidikan dasar diselesaikan peneliti di SD Negeri 2 Yukum Jaya pada tahun 2006. Kemudian peneliti melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar dan selesai pada tahun 2009. Jenjang sekolah lanjutan
tingkat atas
diselesaikan peneliti di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 2012 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
MOTO
Filipi 4: 13
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada ku.
Matius 7 : 7
Mintalah, maka akan di berikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan di bukakan bagimu.
Yeremia 17 : 7
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan.
Martauli Aritonang
Laut yang tenang tidak akan menghasilkan pelaut yang tangguh, hidup yang tanpa masalah tidak akan membuat orang menjadi kuat. Namun, dengan kita terus berusaha dan berdoa kepada Tuhan maka kita dapat melewati apapun dengan penyertaanNya
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Tuhan YME dan terima kasih serta bangga kepada:
Ayahanda M.angoluhon Aritonang, BA. Dan Ibunda Tercinta Rosida Situmorang Yang telah membesarkan, mendidik, mencurahkan cinta kasih, memotivasi, menasihati serta mendoakan kebaikanku.
Kakakku Melda Evalina Aritonang, S.S., Bang Vanro Halomoan Aritonang, S.Kom., Bang Benni Asianto Aritonang, S.Kom., dan Adikku Andy Prima Aritonang. Yang telah memberikan nasihat, dukungan, bimbingan, motivasi dan doa untuk keberhasilanku.
Keponakanku Marchel Christian Simorangkir dan Bill Clhiford Paulsen Simorangkir Yang telah memberikan semangat, dukungan doa dan selalu menghadirkan keceriaan. “Almamaterku tercinta Universitas Lampung”
SANWACANA
Puji syukur ku-panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan berkatnya-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Listening Team untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD N 3 Metro Barat TP 2015/ 2016”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P, Rektor Universitas Lampung yang memberi semangat demi kemajuan Universitas Lampung. 2. Bapak. Dr. H. Muh. Fuad, M.Hum, Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memfasilitasi dan memberi kemudahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang memberikan kinerja yang baik untuk kemajuan program studi PGSD.
4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan motivasi. 5. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Unila yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti dan kontribusi dalam membangun kemajuan kampus PGSD. 6. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Dosen penguji atas kesediaannya telah membahas, memberikan kritik dan saran kepada peneliti dalam proses penyempurnaan skripsi ini. 7. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., Dosen pembimbing I dan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga kepada peneliti. 8. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., Dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan serta waktunya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD kampus B yang telah banyak memberikan masukan dan membantu kelancaran penulisan skripsi ini. 10. Bapak Drs. Sunarto, Kepala SD Negeri 3 Metro Barat, serta dewan guru dan staf yang telah memberikan izin dan membantu peneliti selama penyusunan skripsi ini. 11. Ibu Mulyati S.Pd.SD., wali kelas V dan teman sejawat yang telah banyak memberikan bantuan dan saran kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 12. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Metro Barat, yang telah membantu dengan berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
13. Sahabat berbagi suka dan duka peneliti yang selama beberapa tahun ini selalu bersama, meski tidak selalu manis yang dilalui, tetapi terimakasih untuk Ria, Intan L, Ratih, Lisa, Widya, Risti, Rosdiana, Zelina, Yeni, Renaldy, Prasetyo, dan Tria. 14. Teman-teman KKN-KT, Ali, Ditak, Maya, Nissa, Mawar, Prima, Nurul dan Rika yang selalu memberikan doa, dukungan, dan memberi kecerian bagi peneliti. 15. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa S-1 PGSD angkatan 2012 terutama keluarga besar kelas B, Nurhayat, Oka, Tiara, Hermin, Mentari, Novika, Yogi, Suci, Uli Ambar, Maya, Viktor, Sriwahyuni, Wiwin, Rike, Rizki, Yusina, Vira, Ulyuni, Mala, Novan, Komala, Vina, Ni Komang,Anggun, Intan K, khusnul dan Uchti yang kini sibuk dengan skripsinya masing-masing, terimakasih untuk empat tahun yang luar biasa, bersama kalian mengajariku banyak hal. 16. Tomi Karlianto, pasangan yang selalu memberikan dukungan, doa dan memotivasi peneliti menjadi seseorang yang lebih baik lagi.
Peneliti menyadari bahwa tulisan ini tidaklah sempurna, namun semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan mutu dunia pendidikan terutama ke SD-an.
Metro, Peneliti,
Mei 2016
Martauli Aritonang
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. B. Identifikasi Masalah ........................................................................ C. Rumusan Masalah............................................................................ D. Tujuan Penelitian............................................................................. E. Manfaat Penelitian ...........................................................................
1 6 6 7 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ........................................................ 1. Pengertian IPS............................................................................. 2. Ruang Lingkup IPS..................................................................... 3. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ................................................ B. Belajar dan Pembelajaran ................................................................ 1. Belajar........................................................................................ a. Pengertian belajar ................................................................ b. Teori-teori belajar ................................................................ c. Aktivitas belajar................................................................... d. Hasil belajar ......................................................................... e. Kinerja guru ......................................................................... 2. Pembelajaran ............................................................................ a. Pengertian pembelajaran........................................................ b. Pembelajaran IPS di SD ........................................................ c. Model pembelajaran di SD .................................................... C. Model Cooperative Learning ......................................................... 1. Pengertian Cooperative Learning................................................ 2. Tipe-tipe Model Pembelajaran Cooperative Learning................ D. Model Cooperative Learning Tipe Listening Team ....................... 1) Pengertian model cooperative learning tipe listening team ..... 2) Kelebihan dan Kelemahan......................................................... 3) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Listening Team .......
8 9 9 10 12 12 12 13 15 17 18 20 21 22 23 23 23 24 24 24 25 26
xii
Halaman E. Penelitian yang relevan.................................................................... F. Kerangka Pikir................................................................................. G. Hipotesis Tindakan ..........................................................................
29 30 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................ B. Prosedur Penelitian .......................................................................... C. Setting Penelitian ............................................................................. 1. Tempat Penelitian ....................................................................... 2. Waktu Penelitian......................................................................... D. Subjek Penelitian ............................................................................. E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 1. Teknik non tes ........................................................................... 2. Teknik tes .................................................................................. F. Alat Pengumpulan data.................................................................... 1. Lembar Observasi ....................................................................... 2. Soal-soal tes ................................................................................ G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 1. Analisis Data Kualitatif .............................................................. 2. Analisis Data Kuantitatif ............................................................ H. Prosedur Penelitian .......................................................................... 1. Siklus I ........................................................................................ a. Perencanaan (Planning) ......................................................... b. Pelaksanaan (Acting).............................................................. c. Observasi (Observing) ........................................................... d. Refleksi (Reflecting)............................................................... 2. Siklus II ...................................................................................... a. Perencanaan (Planning) ......................................................... b. Pelaksanaan (Acting).............................................................. c. Observasi (Observing) ........................................................... d. Refleksi (reflecting) ............................................................... I. Indikator Keberhasilan ....................................................................
34 34 35 35 36 36 36 36 36 37 37 38 39 39 41 42 43 43 43 49 49 49 49 50 54 54 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri 3 Metro Barat .......................................................... B. Deskripsi Awal .................................................................................... C. Hasil Penelitian .................................................................................... Siklus I ................................................................................................. a. Tahap Perencanaan......................................................................... b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I....................................................... c. Hasil Observasi .............................................................................. d. Refleksi .......................................................................................... e. Saran Perbaikan/ Tindakan Siklus II..............................................
56 57 58 59 59 60 68 86 87
xiii
Halaman Siklus II ................................................................................................ 89 a. Perencanaan .................................................................................. 89 b. Pelaksanaan ................................................................................... 90 c. Hasil Observasi ............................................................................ 99 d. Refleksi ......................................................................................... 114 D. Pembahasan ......................................................................................... 115 1. Kinerja guru ................................................................................... 115 2. Aktivitas Belajar siswa................................................................... 117 3. Hasil Belajar................................................................................... 119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 121 A. Kesimpulan .......................................................................................... 121 B. Saran..................................................................................................... 122 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 124 LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1 Hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat TP 2015/2016...........................................................................................
4
2.1 Peran tim dalam listening team menurut Suprijono ................................ 27 2.2 Peran tim dalam listening team menurut Silberman ............................... 27 2.3 Peran tim dalam listening team menurut Hamruni .................................. 29 3.1 Indikator dari aspek aktivitas siswa ....................................................... 38 3.2 Kategori skor dan nilai kinerja guru......................................................... 40 3.3 Kategori skor dan nilai aktivitas belajar siswa......................................... 40 3.4 Kategori pesentase klasikal aktivitas belajar siswa.................................. 41 3.5 Ketuntasan secara individu ...................................................................... 42 3.6 Kategori persentase hasil belajar klaskal ................................................. 42 4.01 Standar kualifikasi pendidikan tenaga pendidik dan kependidikan SD Negeri 3 Metro Barat ............................................................................... 57 4.02 Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ......................................... 59 4.03 Lembar observasi kinerja guru siklus I pertemuan I................................ 69 4.04 Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan II................................... 71 4.05 Rekapitulasi kinerja guru siklus I............................................................. 73 4.06 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I peretemuan I .............................. 75
xv
4.07 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan II .............................. 78 4.08 Rekapitulasi observasi aktivitas siklus I .................................................. 82 4.09 Distribusi frekuensi hasil belajar siklus I ................................................. 84 4. 10 Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan I ................................. 99 4.11 Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan II ................................. 101 4.12 Rekapitulasi hasil kinerja guru siklus II................................................... 103 4.13 Hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan I............................... 104 4.14 Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan II ................. 107 4.15 Rekapitulasi observasi aktivitas siklus II ................................................. 110 4.16 Distribusi frekuensi hasil belajar siklus II................................................ 113 4.17 Peningkatan kinerja guru setiap siklus .................................................... 115 4.18 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus II ........................ 118 4.19 Peningkatan hasil dan ketuntasan belajar siswa....................................... 119
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka pikir penggunaan model cooperative learning tipe listening team .....................................................................................
32
3.2 Alur siklus penelitian tindakan kelas .........................................................
35
4.1 Peningkatan kinerja guru............................................................................ 116 4.2 Peningkatan aktivitas belajar siswa ........................................................... 118 4.3 Peningkatan hasil belajar siswa.................................................................. 120
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Surat-surat ............................................................................................ 127 2. Perangkat Pembelajaran ....................................................................... 134 3. IPKG .................................................................................................... 163 4. Aktivitas Belajar................................................................................... 180 5. Hasil Belajar......................................................................................... 197 6. Dokumentasi Kegiatan ......................................................................... 218
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju mengharuskan manusia untuk senantiasa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya agar dapat mengikuti persaingan hidup yang semakin sulit. Salah satu upaya yang dapat dilakukan manusia untuk mengembangkan potensinya adalah melalui pendidikan. Melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta membentuk sikap yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam UU Sisdiknas sebagai berikut: Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Ihsan (2008: 20) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Mulyasa (2013: 17) mengemukakan pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan sumber daya manusia generasi masa kini dan sekaligus masa depan. Dapat dipahami pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada
2
pada diri individu maupun masyarakat sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara yang sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, menjelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk mengembangkan siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Hamalik (2013: 3) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh siswa setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan yang dimaksud adalah pembelajaran melalui pendidikan di sekolah yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang harus di tempuh oleh siswa, salah satunya yaitu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Selanjutnya, Djahiri dalam Sapriya, dkk. (2006: 7) menyatakan bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Wahab dalam Trianto (2010: 21) menyatakan bahwa tujuan pengajaran IPS di sekolah tidak lagi semata mata untuk memberi pengetahuan dan menghafal sejumlah fakta dan informasi, akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain diharapkan memiliki pengetahuan, mereka juga dapat mengembangkan ketrampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya. Pendidikan IPS merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari pada sekolah dasar. Menurut Susanto (2014: 36) pembelajaran IPS idealnya, lebih menekankan pada unsur pembekalan pemahaman, nilai, dan keterampilan agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai
3
bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sesuai dengan pendapat di atas menurut Susanto (2013: 148) pembelajaran IPS di sekolah dasar hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. 1) Tingkat perkembangan usia dan belajar siswa. 2) Pengalaman belajar dan lingkungan budaya siswa. 3) Kondisi kehidupan masyarakat sekitar masa kini dan kelak yang diharapkan. 4) Proyeksi harapan pembangunan nasional atau daerah yang tentunya mampu dijangkau dan diperankan siswa kini dan kelak dikemudian hari. 5) Isi dan pesan nilai moral budaya bangsa, Pancasila dan agama yang dianut yang diakui bangsa dan negara Indonesia.
Berdasarkan hasil observasi pengamatan dan dokumentasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada hari Jumat-Sabtu tanggal 4-5 Desember 2015, terhadap wali kelas dan siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat ditemukan beberapa masalah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas antara lain, kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran khususnya IPS, hal ini ditunjukkan saat pembelajaran berlangsung ketika guru menyampaikan materi ajar sebagian besar siswa lebih asik mengobrol dengan temannya, siswa kurang percaya diri baik bertanya maupun mengemukakan pendapat dalam diskusi kelas, Guru belum maksimal menggunakan model cooperative learning tipe listening team sehingga siswa menjadi cepat bosan, guru lebih sering membiasakan siswa untuk mencatat dan menghafal materi sedangkan idealnya pembelajaran IPS lebih menekankan pada pemahaman. Masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas berdampak pada hasil belajar siswa yang belum maksimal yang di buktikan dari data hasil ujian mid semester kelas V SD Negeri 3 Metro Barat. Berikut hasil belajar IPS siswa
4
kelas V SD Negeri 3 Metro Barat TP 2015/ 2016 yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat TP 2015/2016 KKM Jumlah Rata-rata Jumlah siswa siswa kelas Tuntas Belum tuntas 66 34 58,73 10 24 (Sumber : Dokumentasi nilai mid semester)
Persentase ketuntasan Tuntas Belum tuntas 29,41% 70,59%
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, terlihat bahwa masih terdapat 70,59% atau 24 orang siswa yang belum tuntas dari KKM yang telah ditentukan yaitu 66. Sedangkan yang tuntas hanya 29,41% atau 10 orang siswa. Merujuk data tersebut, maka hasil belajar IPS kelas V SD Negeri 3 Metro Barat belum dikatakan berhasil karena 70,59% orang siswa masih berada di bawah KKM. Sesuai dengan pedoman penyusunan KTSP dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) bahwa kriteria ideal kelulusan untuk masing-masing indikator pencapaian kompetensi yaitu 75% (Depdiknas, 2006: 27). Berdasarkan berbagai masalah di atas maka diperlukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe listening team. Pemilihan model pembelajaran tersebut diyakini mampu membantu guru dalam memperbaiki kegiatan pembelajaran. Langkah yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada dengan membuat pembelajaran yang menarik dan bervariasi. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa untuk memahami materi dengan melakukan diskusi dalam pembelajaran. Sesuai hal tersebut, alternatif yang dapat digunakan guru yaitu dengan menggunakan model cooperative learning tipe listening team.
5
Menurut Suprijono (2009: 102-103) model ini dapat menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya, selain itu dapat melatih siswa agar mampu berpikir kritis, dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan, dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta menerima umpan balik. Selanjutnya Hamruni (2011: 166) mengemukakan listening team merupakan sebuah cara membantu siswa agar tetap terfokus dan siap selama mengikuti pembelajaran berlangsung. Model cooperative learning tipe listening team digunakan agar mengajak siswa untuk fokus, mandiri dan terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Listening Team untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 3 Metro Barat”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran IPS. 2. Sebagian besar siswa lebih asik mengobrol dengan temannya. 3. Siswa kurang percaya diri baik bertanya maupun mengemukakakan pendapat dalam diskusi kelas.
6
4. Guru belum maksimal menggunakan model cooperative learning tipe listening team. 5. Guru lebih sering membiasakan siswa untuk mencatat dan menghafal materi. 6. Hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat tergolong rendah, rata-rata kelas hanya 58,73 (masih jauh dibawah KKM).
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahan yang diteliti serta pemecahan masalahnya, sebagai berikut. 1. Bagaimanakah penggunaan model cooperative learning tipe listening team dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat TP 2015/ 2016? 2. Apakah penggunaan model cooperative learning tipe listening team dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat TP 2015/ 2016?
D. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. a. Meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat TP 2015/2016 melalui penggunaan model cooperative learning tipe listening team.
7
b. Meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat TP 2015/2016 melalui penggunaan model cooperative learning tipe listening team.
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri 3 Metro Barat ialah: 1. Bagi Siswa Melatih siswa agar
mampu berpikir kritis, mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan serta mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri sehingga dapat meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswa. 2. Bagi Guru Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan profesionalisme guru, dan menambah wawasan dan pengetahuan mengenai model cooperative learning tipe listening team. 3. Bagi Sekolah Salah satu kontribusi bagi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, melalui penggunaan model cooperative learning tipe listening team dalam pembelajaran IPS. 4. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam penggunaan model cooperative learning tipe listening team dalam pembelajaran IPS.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang diberikan pada semua jenjang sekolah. Aqib (2010: 133) mengemukakan IPS adalah salah satu mata pelajaran SD yang terdiri atas dua bahan kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup antropologi, sejarah, sosiologi, geografi, ekonomi dan tata negara. Selanjutnya, Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Kurikulum (2006) menyatakan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Mata pelajaran IPS pada jenjang SD/MI memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk menjadi Warga Negara Indonesia yang demokratif dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
9 Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memuat berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Melalui pendidikan IPS siswa juga diajarkan cara menjadi Warga Negara Indonesia yang baik, bertanggung jawab serta menjadi pribadi yang cinta damai.
2. Ruang Lingkup IPS Selain memiliki tujuan, IPS untuk jenjang SD juga memiliki ruang lingkup. BSNP (2006: 176) menyebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS untuk jenjang SD meliputi: (1) manusia, tempat dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Selanjutnya, menurut Sapriya dkk. (2007: 19) ruang lingkup pelajaran IPS dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Ruang lingkup pelajaran IPS. Aspek 1. Sistem sosial dan budaya
2. Manusia, tempat, dan lingkungan
3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Sub Aspek a. Individu, keluarga, dan masyarakat. b. Sosiologi sebagai ilmu dan metode. c. Interaksi sosial. d. Sosialisasi. e. Pranata sosial. f. Struktur sosial. g. Kebudayaan. h. Perubahan sosial budaya. a. Sistem informasi geografi. b. Interaksi gejala fisik dan sosial. c. Struktur internal suatu tempat/ wilayah. d. Interaksi keruangan. e. Persepsi lingkungan dan kewajiban. a. Berekonomi. b. Kebergantungan. c. Spesialisasi dan pembagian kerja.
10 Aspek
4. Waktu, keberlanjutan dan perubahan
d. e. a. b.
Sub Aspek Perkoperasian. Kewirausahaan. Dasar-dasar ilmu sejarah. Fakta, peristiwa, dan proses.
Berdasarkan uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa ruang lingkup IPS meliputi manusia, lingkungan, waktu, perubahan, isu sosial, sistem sosial, lokal regional dan global. Ruang lingkup IPS juga mencakup tentang perilaku manusia sesuai dengan kehidupan sehari-harinya. Seperti, hubungan manusia dengan manusia lainnya ataupun manusia dengan lingkungannya.
3. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan IPS di SD merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan pengetahuan luas. Menurut Aqib (2010: 133) IPS di SD bertujuan
agar
siswa
mampu
mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilan dasar bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Susanto (2014: 31), IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kristis, rasa ingin tahu, inquiry, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial serta kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
11 Sedangkan menurut Mutakin dalam Trianto (2010: 176) menyatakan beberapa tujuan IPS, yaitu: 1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. 3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. 6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. 7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi. 8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare student to be well-functioning citizens in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya. 9. Menekan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS memiliki tujuan untuk mempersiapkan siswa memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya agar menjadi warga yang baik dalam kehidupannya dan mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
12 B. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar a) Pengertian belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang penting dalam kehidupan. Menurut Hamdani (2010: 21-22) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan
membaca,
mengamati,
mendengarkan,
meniru,
dan
sebagainya. Sedangkan menurut Reber dalam Suprijono (2009: 3) belajar adalah the process of acquiring knowledge yang berarti belajar merupakan proses mendapatkan pengetahuan. Suyono & Hariyanto (2012: 9) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
perilaku,
sikap,
dan
mengokohkan
kepribadian.
Sementara itu, Sutikno (2014: 180) menjelaskan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati,
mendengarkan
dan
meniru
untuk
mendapatkan
pengetahuan yang memberikan perubahan pada keterampilan, perilaku, dan sikap dengan lingkungannya.
13 b) Teori-teori Belajar Teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku siswa. Menurut Cahyo (2013: 20) teori belajar dapat diartikan sebagai konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori belajar yang sering digunakan yaitu teori behavioristik, kognitif, dan kontruktivistik. a. Teori Belajar Behavioristik Behavioristik merupakan suatu studi yang mengkaji tentang tingkah laku manusia. Suprijono (2014: 17) menyatakan bahwa teori behavioristik adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara langsung. Menurut Torndike dalam Cahyo (2013: 27) belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwaperistiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (r) yang diberikan atas stimulus tersebut. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori behavioristik memandang belajar sebagai suatu perubahan perilaku manusia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya serta dapat dilakukan dan dilihat secara langsung.
b. Teori Belajar Kognitif Teori kognitif memandang tingkah laku dan kegiatan setiap orang di pengaruhi oleh tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut Suprijono (2014: 24) teori kognitif di tandai dengan kecakapan mengemukakan beberapa
14 alternatif secara stimulan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi. Susanto (2014: 2) menyatakan bahwa teori kognitif ini lebih ditunjukkan ke dunia luar untuk belajar mengingat, berpikir dan tidak latihan terusmenerus yang serius. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori kognitif lebih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, untuk dapat mengingat, berpikir serta harus memilih tindakan yang tepat dalam berbagai situasi.
c. Teori Belajar Konstruktivistik Teori belajar kontruktivistik memandang belajar sebagai proses membangun dan mengembangkan pengetahuan melalui kegiatan pengaitan pengetahuan yang dimiliki dengan pengalaman yang didapat saat belajar. Trianto (2012: 29) menyatakan bahwa teori kontrutivistik merupakan teori belajar yang menekankan pada proses
aktif
siswa
dalam
menemukan
sendiri
dan
mentransformasikan informasi baru dalam aturan-aturan lama dan merevisi apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Menurut Pieget dalam Ngalimun (2012: 89) teori konstrutivistik didasarkan pada proses perkembangan anak dalam membangun struktur kognitif atau peta mentalnya untuk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan di sekelilingnya. Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas, teori yang sesuai dengan pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe listening team adalah teori belajar konstruktivistik teori ini menuntut
15 siswa untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Guru bertugas memberikan pengetahuan
yang
dibutuhkan
siswa
sekaligus
membangun
pengetahuan dan mentalnya dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. c) Aktivitas belajar Proses pembelajaran tidak akan terlepas dari aktivitas belajar, baik aktivitas yang bersifat positif maupun aktivitas yang bersifat negatif. Aktivitas merupakan salah satu indikator adanya proses berpikir dan berbuat atau melakukan tindakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Kasmadi & Sunariah (2014: 42) aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara individu maupun rombongan, memiliki perencanaan
belajar,
strategi
media,
tahapan
tujuan
tertentu,
berhubungan dengan waktu dan tempat, serta aturan-aturan yang disepakati. Selanjutnya Hamalik (2013: 171) seluruh peranan dan kemauan dikerahkan supaya daya ingat tetap aktif untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Beberapa contoh aktivitas belajar dalam pembelajaran menurut Dierich dalam Sadirman (2014: 101), yaitu: 1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
16 4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak. 6. Mental activities, sebagai contoh: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 7. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Berdasarkan beberapa teori di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang siswa dalam proses pembelajaran guna mendapatkan hasil belajar yang optimal. Beberapa kelompok aktivitas yang telah dikemukakan oleh Dierich di atas menjadi acuan dalam penelitian aktivitas yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Tidak semua jenis aktivitas belajar diamati dalam pembelajaran, peneliti hanya mengobservasi beberapa dari jenis tersebut, yaitu: (1) oral activities, (2) mental activities, dan (3) emotional activities. Oral activities atau kegiatan lisan yang dapat diamati selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun penanda munculnya kegiatan lisan ditandai oleh siswa (1) mengajukan pertanyaan, (2) memberikan saran, (3) mendiskusikan masalah dalam kelompok, (4) bekerja sama dalam kelompok, (5) menjawab pertanyaan. Selanjutnya Mental activities (1) memberikan tanggapan mengenai hasil kerja teman, (2) mengerjakan soal yang telah diberikan, (3) mengemukakan hasil kerja di depan kelas, (4) mempertanggungjawabkan jawaban sendiri di depan kelas, (5) membuat keputusan, dan emotional
17 activities (1) melihatkan kegembiraan dalam pembelajaran, (2) berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, (3) Mendukung teman dalam satu kelompok, (4) memberikan pujian atas hasil kerja teman, dan (5) menghargai pendapat teman.
d) Hasil belajar Setiap pembelajaran akan berujung pada hasil belajar. Menurut Nana Sudjana dalam Kunandar (2008: 276) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan Suprijono (2009: 7) berpendapat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Selanjutnya Rahman dan Amri (2014: 44) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Terjadinya perubahan perilaku tersebut dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan siswa sebagai hasil belajar dan proses interaksi dengan lingkungannya yang diwujudkan melalui pencapaian hasil belajar. Thobroni (2015: 22) bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya kemampuan yang dimiliki harus dipandang secara komprehensif bukan secara terpisah. Menurut Poerwanti, dkk. (2008: 22) ranah kognitif adalah ranah yang berkaitan dengan tingkatan penguasaan materi yang diajarkan. Ranah
kognitif
merupakan
ranah
yang
menekankan
pada
18 pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Menurut Bloom dalam Uno & Nurdin (2011: 55-56) hasil belajar tersebut mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. a) Domain kognitif mencakup: 1. Knowledge (pengetahuan, ingatan); 2. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); 3. Application (menerapkan); 4. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan); 5. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru); 6. Evaluation (menilai). b) Domain afektif mencakup: 1. Receiving (sikap menerima); 2. Responding (memberikan respon); 3. Valuing (menilai); 4. Organization (organisasi); 5. Characterization (karakterisasi). c) Domain psikomotor mencakup: 1. Initiatory; 2. Pre-rautine; 3. Rountinized; 4. Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, majerial, dan intelektual.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh siswa secara keseluruhan setelah mengikuti proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini, peneliti hanya menekankan pada aspek kognitif siswa yang mencakup pengetahuan, pemahaman dan penerapan.
e) Kinerja guru Guru hendaknya memiliki kinerja yang baik, karena kinerja guru akan memengaruhi hasil belajar. Menurut Departemen Pendidikan
19 Nasional dalam Susanto (2013: 29), kinerja guru memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Menurut Samara dalam Rusman (2012: 95) kecakapan
profesional
guru
menunjuk
pada
suatu
tindakan
kependidikan yang berdampak positif bagi siswa dan perkembangan pribadi siswa. Guru merupakan figur yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran, karena proses belajar mengajar yang berkualitas pada akhirnya akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hradesky dalam Susanto (2013: 31) mengemukakan bahwa kinerja guru dapat dikategorikan untuk kerja yang dicapai, berupa prestasi (kualitas individu) yang diperlihatkan (tampilan atau unjuk kerja) dibidang yang menjadi tanggung jawabnya (tugas fungsional) dalam bentuk kemampuan kerja berupa hal-hal berikut. 1. Pengetahuan dan penugasan materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. 2. Keterampilan perilaku yang berkaitan dengan penugasan didaktis metadologis yang bersikap pedagogis maupun andragogis. 3. Keterampilan untuk melakukan hubungan baik unsur manusia yang terlihat dalam proses pendidikan guna melaksanakan kewajiban atau tugas pekerjaan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya pada waktu tertentu berdasarkan prosedur dan aturan yang berlaku untuk kepentingan pencapaian tujuan yang ditetapkan (pemakai hasil kerja atau prestasi kerja).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dalam Rusman (2012: 54-58),
20 standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah wujud unjuk kerja atau perilaku guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar sehingga guru dapat meningkatkan kualitas kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
2. Pembelajaran a.
Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar. Istilah pembelajaran menurut Jamal dkk. (2010: 30) merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa, atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif, untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Rahman (2014: 41) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Selanjutnya, Hausstatter & Nordkvelle dalam Huda (2013: 5) mengatakan
bahwa
pembelajaran
merefleksikan
pengetahuan
konseptual yang digunakan secara luas dan memiliki banyak makna yang berbeda-beda. Pembelajaran merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Pembelajaran merupakan rekonstruksi dari
21 pengalaman masa lalu yang berpengaruh terhadap perilaku dan kapasitas seseorang atau suatu kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan guru dan siswa untuk membelajarkan siswa yang belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan memberikan perubahan pada perilaku individu maupun kelompok dari tidak tahu menjadi tahu. Perilaku individu tersebut meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
b. Pembelajaran IPS di SD Pembelajaran IPS di SD merupakan salah satu pembelajaran yang mengajarkan anak tentang berbagai macam hal yang berguna nanti dalam kehidupannya. Menurut Sapriya (2007: 20) IPS di SD merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Pendidikan IPS merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari pada sekolah dasar. Menurut Susanto (2014: 31) pembelajaran IPS, lebih menekankan pada unsur keterampilan dan pembekalan pemahaman, nilai, dan keterampilan agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPS berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan
22 masalah sosial, pembelajaran IPS lebih menekankan pada unsur keterampilan dan pembekalan pemahaman, nilai, dan keterampilan agar siswa mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai bekal untuk berperan dalam kehidupan masyarakat di lingkungannya. c.
Model Pembelajaran di SD Pelaksanaan pembelajaran di SD dapat menggunakan berbagai model pembelajaran agar aktivitas pembelajaran lebih relevan dan bermakna.
Menurut
Sanjaya
(2011:
239)
jenis-jenis
model
pembelajaran yang relevan dengan KTSP 2006 sebagai berikut. 1.
2.
3.
4.
Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Model pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menentukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Model Pembelajaran Cooperative Learning Suatu model dimana siswa belajar dibagi dalam kelompokkelompok yang menekankan kerja sama antar siswa dan kelompok. Model Problem Solving Model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar secara mandiri. Model Inquiry Model ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Berdasarkan model pembelajaran di atas maka peneliti memilih
menggunakan pembelajaran cooperative learning. Pada pembelajaran ini siswa dituntun untuk bisa bekerja sama dengan kelompok dan memiliki sikap sosial yang tinggi.
23 C. Model Cooperative Learning 1. Pengertian cooperative learning Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang menarik siswa belajar secara berkelompok. Menurut Isjoni (2010: 15) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajarnya bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Selanjutnya Karli & Yuliariatiningsih dalam Hamdani (2010: 165) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Karakteristik cooperative learning menurut Hamdani (2010: 31) adalah: 1. Setiap anggota memiliki peran. 2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa. 3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya. 4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. 5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Berdasarkan uraian di atas cooperative learning merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar secara bersama-sama di dalam suatu kelompok yang memiliki tujuan untuk mendapatkan wawasan maupun keterampilan yang lebih luas.
24 2. Tipe-tipe model pembelajaran cooperative learning Model pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Menurut Suprijono (2010: 89-133) model pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini terdiri dari (1) number head together, (2) snowball throwing, (3) team games tournament, (4) make a match, (5) picture and picture, (6) listening team, (7) cooperative integrated reading and composition, (8) student team achievement divisions, (9) think pair share, (10) example non example, (11) group investigastion dll. Berdasarkan jenis-jenis model pembelajaran di
atas model
cooperative learning tipe listening team merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk mengajak siswa untuk fokus, mandiri dan terlibat dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa.
D. Model Cooperative Learning Tipe Listening Team 1) Pengertian model cooperative learning tipe listening team Model cooperative learning tipe listening team merupakan model yang dapat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa. Menurut Silberman (2014: 121) aktivitas ini merupakan cara yang membantu siswa agar tetap fokus dan jeli selama berlangsungnya pengajaran berbasis ceramah. Selanjutnya menurut Hamruni (2011: 166) listening team merupakan sebuah cara membantu siswa agar tetap terfokus dan siap selama pembelajaran berlangsung. Hisyam dkk. (2008: 30-31) listening team merupakan kelompok-kelompok kecil bertanggung jawab
25 untuk mengklarifikasi materi pelajaran. Model ini bertujuan untuk membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran.
2) Kelebihan dan Kekurangan Setiap pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan model cooperative learning tipe listening team memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Suprijono (2009: 102-103) sebagai berikut. a. Kelebihan 1. Tidak memerlukan skill komunikatif yang rumit, dalam banyak hal siswa dapat berbuat dengan pengarahan yang simple. 2. Model ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya. 3. Listening team melatih siswa agar mampu berfikir kritis. 4. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan. 5. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta menerima umpan balik. b. Kekurangan 1. Dalam pelaksanaannya sering tidak terlibatkan elemen-elemen penting. 2. Waktu yang dihabiskan cukup panjang. 3. Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila pendidik tidak jeli dalam pelaksanaannya. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Silberman (2014: 122-123) sebagai berikut. a. Kelebihan 1. Tidak memerlukan skill komunikatif yang rumit, dalam banyak hal siswa dapat berbuat dengan pengarahan yang simple. 2. Interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban. 3. Listening team melatih siswa agar mampu berpikir kritis. b. Kekurangan 1. Efektifitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum terbukti oleh riset.
26 2. Dalam pelaksanaannya sering tidak dilibatkan elemen-elemen penting. 3. Waktu yang dihabiskan cukup panjang. 4. Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila pendidik tidak jeli dalam pelaksanaannya. Selanjutnya dengan pendapat tersebut Hamruni (2011: 167-168) mengemukakan sebagai berikut. a. Kelebihan 1. Tidak memerlukan skill komunikatif yang rumit. 2. Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat. 3. Listening team melatih siswa berpikir kritis. b. Kekurangan 1. Dalam pelaksanaannya kurang melibatkan elemen-elemen penting. 2. Memakan banyak waktu dalam pelaksanaannya. 3. Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila pendidik tidak jeli dalam pelaksanaannya. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kelemahan model cooperative learning tipe listening team yaitu (1) melatih siswa agar mampu berpikir kritis, (2) dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan, (3) dapat mengembangkan
kemampuan
siswa
untuk
menguji
ide
dan
pemahamannya sendiri serta menerima umpan balik. Kekurangannya (1) elemen-elemen penting sering tidak terlibat, (2) menghabiskan waktu yang sangat panjang, (3) kesukaran dalam memberikan nilai secara individu apabila pendidik tidak jeli.
3) Langkah-langkah listening team Setiap kegiatan pembelajaran tentunya memiliki langkah-langkah untuk menjadi acuan. Suprijono (2009: 101-102) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
27 1. Bagilah siswa menjadi empat tim dan berilah tim-tim ini dengan tugastugas sebagai berikut. Tabel 2.1 Peran tim dalam listening team menurut Suprijono. Tim A B
Peran Penanya Pendukung
C
Penentang
D
Penarik kesimpulan
Tugas Merumuskan pertanyaan Menjawab pertanyaan yang didasarkan pada poin-poin yang disepakati (membantu dan menjelaskannya, mengapa demikian) Mengutarakan poin-poin yang tidak disetujui atau tidak bermanfaat dan menjelaskan mengapa demikian Menyimpulkan hasil
2. Guru menyajikan materi menggunakan metode ceramah, setelah selesai beri waktu kepada tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing. Sedangkan menurut Silberman (2014: 121-122) langkah-langkah listening team. 1. Bagilah siswa menjadi empat tim, dan berikan tim-tim tersebut tugas berikut.
Tabel 2.2 Peran tim dalam listening team menurut Silberman Tim 1
Peran Penanya
2
Penyetuju
3
Pembantah
4
Pemberi contoh
Tugas Setelah pengajaran berbasis ceramah ajukan setidaknya dua pertanyaan tentang materi yang di bahas. Setelah pengajaran berbasis-ceramah, siswa menyatakan hal-hal mana yang mereka setujui (atau di rasa membantu) dan jelaskan alasannya. Setelah pengajaran berbasis-ceramah, beri komentar tentang hal mana yang tidak mereka setujui (atau tidak banyak membantu ) dan jelaskan alasanya. Setelah pengajaran berbasis-ceramah, berilah contoh atau penerapan khusus dari materi.
28 2. Sajikan pengajaran berbasis ceramah anda. Setelah selesai berikan waktu bagi tim untuk menyelesaikan tugasnya. 3. Perintahkan tiap tim untuk menanyakan, menyetujui dan sebagainya. Anda mesti mendapatkan lebih banyak partisipasi siswa ketimbang yang anda bayangkan. Selanjutnya Hamruni (2011: 166-167) menyatakan prosedur listening team sebagai berikut. 1. Bagilah siswa menjadi empat tim, dan berilah tim-tim ini tugas-tugas sebagai berikut.
Tabel 2.3 Peran tim listening team menurut Hamruni Tim A
Peran Penanya
B
Setuju
C
Tidak setuju
D
Pemberi contoh
Tugas Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, paling tidak menanyakan dua pertanyaan mengenai materi yang disampaikan. Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, menyatakan poin-poin yang mereka sepakati dan menjelaskan alasannya. Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, mengomentari poin yang tidak mereka setujui (atau tidak membantu) dan menjelaskan alasannya. Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, memberi contoh-contoh kasus atau aplikasi materi.
2. Sampaikan materi pembelajaran berbasis ceramah. setelah selesai, berilah tim waktu beberapa saat untuk mendiskusikan tugas-tugas mereka 3. Persilahkan tiap-tiap tim untuk bertanya, menyepakati, menyanggah, memberi contoh, dan sebagainya. Model ini akan memperoleh partisipasi siswa yang mencengangkan lebih dari pada yang pernah dibayangkan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti memilih pendapat Suprijono dengan langkah-langkah model cooperative learning tipe listening team tersebut lebih jelas dan terperinci dan langkah-langkah tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa karena siswa
29 di bimbing untuk fokus dan mandiri dalam pembelajaran yang dikemas dalam kegiatan diskusi.
E. Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian yang dilakukan: 1. Elsina (2014) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Model Listening Team di Kelas V SDN Turi 02 Kota Blitar” memberikan hasil penelitian yang menunjukkan aktivitas siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Dari 38 orang siswa dengan nilai rata-rata 60, sebanyak 10 orang siswa yang tuntas dengan persentase (26%). Siklus I pertemuan 1 mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata sebesar 73 sebanyak 17 orang siswa yang tuntas dengan persentase (45%) dan aktivitas siswa mencapai 60%. Siklus I pertemuan 2 mengalami peningkatan lagi dengan nilai ratarata sebesar 79 sebanyak 28 orang siswa yang tuntas dengan persentase (74%) dan aktivitas siswa mencapai 77%. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 38 orang siswa dengan persentase 100%, dan aktivitas siswa meningkat menjadi 92%. 2. Rumata Dwinata Manurung (2012) yang berjudul “Meningkatkan Minat Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Listening Team pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 1 Dolok Merawan Tahun Ajaran 2011/2012”. Pada pembelajaran awal minat belajar IPS materi Pentingnya Koperasi Bagi Kesejahteraan Masyarakat siswa kelas IV SD Negeri 1 Dolok Merawan TP 2011/2012 adalah kurang dengan nilai rata-rata 59,91 (kurang berminat belajar) dan hanya 6 orang siswa (18,75%) yang berminat belajar.
30 Selanjutnya setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model listening team, minat belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata 64,47 atau meningkat 7,61% dan sebanyak 13 orang siswa (40,63%) memiliki minat belajar yang tinggi. Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan minat belajar dengan nilai rata-rata 80,44 peningkatan minat siswa 24,76% dan sebanyak 31 siswa (96,88%) memiliki minat belajar yang tinggi. Mencermati dari kedua penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Elsina dan Rumata Dwinata Manurung memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya yaitu, menggunakan model listening team pada mata pelajaran IPS,
adanya
peningkatan
baik
aktivitas
maupun
minat.
Sedangkan
perbedaannya ialah kelas V dan kelas IV, SDN Turi 02 Kota Blitar dengan SD Negeri 1 Dolok Merawan, aspek yang di teliti yaitu aktivitas dengan minat. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik dan ingin melakukan penelitian dengan penggunaan model cooperative learning tipe listening team yang diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran IPS di SD Negeri 3 Metro Barat.
F. Kerangka Pikir Kerangka pikir merupakan kesimpulan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2015: 91), kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti ditemukan beberapa masalah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas antara
31 lain: kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran khususnya IPS, hal ini ditunjukkan ketika guru menyampaikan materi ajar sebagian besar siswa asik mengobrol dengan temannya, siswa kurang percaya diri baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya dalam diskusi kelas. Guru belum maksimal menggunakan model cooperative learning tipe listening team sehingga siswa menjadi cepat bosan, serta persentase ketuntasan belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat tergolong rendah. Selain itu, terdapat bukti penelitian yang menunjukkan bahwa model cooperative learning tipe listening team dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, seperti penelitian yang dilakukan oleh Elsiana yang menggunakan model listening team menunjukkan bahwa adanya peningkatan pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 38 orang siswa dengan persentase 100%, dan aktivitas siswa meningkat menjadi 92%. Serta penelitian yang dilakukan oleh Rumata menunjukan pada siklus II terjadi peningkatan minat belajar sebanyak 31 orang siswa 96,88% memiliki minat belajar yang tinggi. Adapun pengimplementasian model cooperative learning tipe listening team dalam pembelajaran yaitu: (1) siswa dibagi menjadi 4 tim yang terdiri dari tim A sebagai tim penanya, tim B sebagai tim pendukung, tim C sebagai tim penentang, dan tim D sebagai tim penarik kesimpulan, (2) Siswa mendengarkan materi yang akan disampaikan guru kemudian siswa diberikan waktu untuk berdiskusi mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru. Berdasarkan permasalahan dan bukti-bukti di atas yang menunjukkan bahwa listening team dapat meningkatkan minat, aktivitas, dan hasil belajar siswa maka peneliti tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran
32 khususnya pada mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 3 Metro Barat dengan menerapkan model cooperative learning tipe listening team. Secara sederhana kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Kondisi Awal
1. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran IPS. 2. Sebagian besar siswa lebih asik mengobrol dengan temannya. 3. Guru kurang percaya diri baik bertanya maupun mengemukakan pendapat dalam diskusi kelas. 4. Guru belum maksimal menggunakan model cooperative learning tipe listening team. 5. Guru lebih sering membiasakan siswa untuk mencatat dan menghafal materi. 6. Hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat tergolong rendah, rata-rata kelas hanya 58,73 ( masih jauh di bawah KKM). Penggunaan model cooperative learning tipe listening team
Tindakan
1. Bagilah siswa menjadi empat tim dan berilah tim-tim ini dengan tugas-tugas sebagai berikut: Tim A sebagai tim penanya, tim B sebagai tim pendukung, tim C sebagai tim penentang, dan tim D sebagai tim penarik kesimpulan. 2. Guru menyajikan materi menggunakan metode ceramah, setelah selesai beri waktu kepada tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing. a. Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa.
Kondisi Akhir
b. ≥75% dari 34 jumlah siswa yang telah mencapai KKM 66.
Gambar 2.1 Kerangka pikir penggunaan model cooperative tipe listening team
33 G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran
IPS
dilaksanakan dengan memperhatikan langkah-langkah penggunaan model cooperative learning tipe listening team secara tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat”.
34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action research. Arikunto (2013: 130) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu pengamatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran. Pendapat serupa dikemukakan Aqib, dkk. (2010: 3) bahwa tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Prosedur Penelitian Terdapat beberapa siklus dalam PTK, Kurt Lewin dalam Arikunto (2013: 131) mengemukakan bahwa setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning),
tindakan
(acting),
pengamatan
(observing),
dan
refleksi
35
(reflecting). Pada tahap awal, peneliti bekerja sama dengan guru kelas V menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS. Setelah penyusunan tersebut selesai, kegiatan selanjutnya yaitu penggunaan model cooperative learning tipe listening team dalam pembelajaran IPS tahap selanjutnya ialah pengamatan menggunakan lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi. Adapun gambaran siklus tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Perencanaan I Refleksi I
SIKLUS I
Pelaksanaan I
Pengamatan I Perencanaan II Refleksi II
SIKLUS II
Pelaksanaan II
Pengamatan II Gambar 3.1 Alur siklus penelitian tindakan kelas. (Sumber: Modifikasi Arikunto, 2013: 137)
C. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Metro Barat yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta Kelurahan Mulyojati Kecamatan Metro Barat Kota Metro.
36
2. Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015/ 2016 selama kurang lebih 5 bulan, terhitung dari bulan Desember 2015 sampai dengan bulan April 2016.
D. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru wali kelas dan siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat. Jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah 34 orang siswa yang terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.
E. Teknik Pengumpulan Data Data yang berkaitan dengan penelitian ini dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu non-tes dan tes. 1. Teknik non-tes Teknik non-tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif. Teknik non-tes digunakan untuk mengumpulkan data berupa aktivitas siswa dan kinerja guru, melalui observasi. 2. Teknik tes Teknik tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menjaring data kuantitatif. Teknik tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa melalui soal tes. Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data siswa berupa nilai hasil belajar siswa. Gunanya untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa
37
dalam pembelajaran IPS menggunakan model cooperative learning tipe listening team. Tes dilakukan disetiap akhir siklus.
F. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Menurut Arikunto (2013: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Instrumen penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap, valid, serta reliabel yang dapat mendukung keberhasilan dalam melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes. 1.
Lembar observasi Lembar observasi digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun instrumen yang digunakan berupa IPKG dan lembar observasi aktivitas siswa sebagai berikut. a) Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) Instrumen ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Instrumen ini berisi indikator-indikator yang digunakan untuk menilai kemampuan guru dalam mengimplementasikan langkahlangkah penggunaan model cooperative learning tipe listening team dengan cara melingkari pada indikator yang di amati. IPKG yang digunakan yaitu modifikasi Andayani, (2009: 73)
38
b) Lembar observasi aktivitas siswa Pengamatan aktivitas siswa dilakukan saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Nilai aktivitas yang dicari yaitu nilai aktivitas per individu dan ketuntasan secara klasikal. Aspek yang di amati yaitu kegiatan lisan, kegiatan mental, dan kegiatan emosional. Indikator-indikator dari aspek yang diamati dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Indikator dari aspek aktivitas siswa. No Aspek 1. Kegiatan lisan (A)
2.
4.
Kegiatan mental (B)
Kegiatan emosional (C)
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5.
Indikator Mengajukan pertanyaan. Memberikan saran atas hasil kerja teman. Mendiskusikan masalah dalam kelompok. Bekerja sama dalam kelompok. Menjawab pertanyaan. Memberikan tanggapan mengenai hasil kerja teman. Mengerjakan soal yang telah diberikan. Mengemukakan hasil kerja di depan kelas. Mempertanggungjawabkan jawaban sendiri di depan kelas. Membuat keputusan Melihatkan kegembiraan dalam pembelajaran. Berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Mendukung teman dalam satu kelompok. Memberikan pujian atas hasil kerja teman. Menghargai pendapat teman
2. Soal-soal Tes Peneliti menggunakan instrumen penilaian berupa soal-soal tes untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar berupa pengetahuan dan pemahaman siswa selama penelitian tindakan kelas untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat pada pembelajaran
39
IPS dengan menggunakan model cooperative learning tipe listening team. Kegiatan tes yang digunakan adalah jenis tes essay, terdiri dari 5 butir soal yang dilakukan pada akhir pembelajaran setiap siklusnya.
G. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Analisis Data Kualitatif Data kualitatif diperoleh melalui kegiatan pengamatan (observasi). Pada penelitian ini, yang termasuk dalam data kualitatif adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis data kualitatif berikut. a. Nilai kinerja guru Data kinerja guru diperoleh dari hasil pengamatan ketika pembelajaran berlangsung. Nilai kinerja guru diperoleh menggunakan rumus: Nk =
x 100
Keterangan: Nk = nilai kinerja guru yang dicari R = skor yang diperoleh guru SM = skor maksimal 100 = bilangan tetap (Adaptasi dari Aqib, dkk., 2010: 141) Nilai yang diperoleh selanjutnya dikategorikan dalam kategori kinerja guru sebagai berikut.
40
Tabel 3.2 Kategori skor dan nilai kinerja guru No. Skor Nilai 1 5 ≥80 2 4 60-79 3 3 40-59 4 2 20-39 5 1 <20 (Sumber: Adaptasi dari Arikunto, 2013: 281)
Kategori Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Sangat kurang
b. Nilai aktivitas belajar siswa 1.
Nilai aktivitas siswa secara individu Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari hasil pengamatan ketika pembelajaran berlangsung. Nilai aktivitas belajar siswa yang dicari yaitu nilai aktivitas per individu dan ketuntasan secara klasikal. Aspek yang dinilai yaitu kegiatan lisan, kegiatan mental, dan kegiatan emosional. Nilai aktivitas belajar siswa diperoleh dengan rumus:
Nv =
∑
x 100
Keterangan: Nv = nilai aktivitas yang dicari R = skor yang diperoleh siswa ∑SM = jumlah skor maksimum 100 = bilangan tetap (Sumber: Poerwanto, 2013: 102)
Tabel 3.3 Kategori skor dan nilai aktivitas belajar siswa No. Skor Nilai 1 5 ≥80 2 4 60-79 3 3 40-59 4 2 20-39 5 1 <20 (Sumber: modifikasi dari Arikunto,2013:18)
Kategori Sangat aktif Baik Cukup baik Kurang baik Sangat kurang
41
2.
Nilai aktivitas secara klasikal P=
∑
x 100%
∑
Keterangan: P = nilai yang dicari atau diharapkan ∑siswa yang tuntas = jumlah siswa yang tuntas ∑siswa = jumlah seluruh siswa di kelas 100 = bilangan tetap (Adopsi dari Purwanto, 2008: 102)
Tabel 3.4 Kategori persentase klasikal aktivitas belajar siswa No
Persentase (siswa aktif)
Kategori
1. ≥80% Sangat aktif 2. 60%-79% Aktif 3. 40%-59% Cukup aktif 20%-39% Kurang aktif 4. 5 <20% Pasif (Sumber: modifikasi dari Poerwanti dkk 2008: 7.8)
2. Analisis Data Kuantitatif Analisis kuantitatif merupakan data yang berupa angka. Dalam penelitian ini yang termasuk analisis data kuantitatif adalah hasil belajar kognitif siswa. a.
Menghitung nilai rata-rata kelas diperoleh dengan rumus: ∑
X= Keterangan: X = nilai rata-rata yang dicari ∑x = jumlah nilai siswa n = banyaknya siswa (Sumber: Adaptasi dari Aqib, dkk., 2010: 40) b.
Nilai ketuntasan siswa secara individu diperoleh dengan rumus: Np =
x 100
42
Keterangan: Np = nilai pengetahuan R = skor yang diperoleh SM = skor maksimun 100 = bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2008: 112)
Tabel 3.5 Ketuntasan secara individu No 1. 2.
c.
Nilai ≥66 <66
Kategori Tuntas Belum tuntas
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus: P=
∑
∑
x 100%
Tabel 3.6 Kategori persentase hasil belajar klasikal No. Persentase Katergori 1 ≥81% Sangat tinggi 2 66%-80% Tinggi 3 51%-65% Sedang 4 36%-50% Rendah 5 ≤35% Sangat rendah (Sumber: adopsi dari Aqib, dkk., 2010: 41)
Hasil analisis ini dilakukan untuk melakukan perencanaan pada siklus selanjutnya sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran listening team.
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini adalah pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
43
empat
tahapan,
yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
1. Siklus I a. Perencanaan (planning) Pada tahap ini peneliti membuat perencanaan penelitian yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan, yaitu pembelajaran IPS menggunakan model listening team. Langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut. a. Menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada mata pelajaran IPS kelas V yang akan disampaikan melalui model cooperative learning tipe listening team. b. Menentukan indikator pembelajaran berdasarkan Kompetensi Dasar (KD). c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran (Silabus, RPP, alat bantu, dll). d. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa. e. Menyusun alat evaluasi hasil belajar dan pedoman penyekoran.
b. Pelaksanaan (acting) 1) Pertemuan pertama Tahap ini merupakan implementasi atau penggunaan dari perencanaan yang telah disusun, yaitu sebagai berikut.
44
a) Kegiatan Awal Mengondisikan kelas (berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan menata tempat duduk untuk menertibkan siswa). 1. Guru memberikan salam pembuka dan mengajak siswa untuk berdoa. 2. Guru memeriksa kehadiran siswa. 3. Guru mengondisikan siswa untuk siap belajar (merapikan tempat duduk dan menyiapkan alat tulis). 4. Guru menyampaikan apersepsi: 1. Guru menanyakan “Siapa yang mendapat uang saku dari orang tuanya ? 2. Coba lihat gambar apa yang terdapat di uang saku kalian? 5. Memberikan siswa motivasi agar semangat dalam mengikuti pembelajaran. 6. Guru menyampaikan tujuan yang ingin di capai. b) Kegiatan Inti Eksplorasi 1. Guru membangun pengetahuan siswa dengan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai tokoh perjuangan mengusir penjajah Belanda sebelum kebangkitan nasional. 2. Guru menampilkan beberapa foto pahlawan pergerakan nasional Kapitan Pattimura, Pangeran Diponogoro, Pangeran Antasari dll.
45
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru berkenaan dengan materi yaitu tokoh perjuangan mengusir penjajah Belanda sebelum kebangkitan nasional. Elaborasi 1. Siswa dibagi menjadi 4 tim dengan beranggotakan 8-9 orang siswa pertim. Tim A sebagai tim penanya, tim B sebagai tim pendukung, tim C sebagai tim penentang, dan tim D sebagai tim penarik kesimpulan. 2. Siswa mendengarkan penjelasan mengenai peraturan listening team. 3. Tim A diberikan waktu untuk membuat pertanyaan. 4. Tim B menyatakan poin-poin yang mereka sepakati dan menjelaskan alasannya. 5. Tim C mengomentari poin yang tidak mereka setujui (atau tidak membantu) dan menjelaskan alasannya. 6. Tim D menarik kesimpulan. 7. Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang diberikan oleh tim D Konfirmasi 1. Guru
memberi
apresiasi
atas
partisipasi
siswa
dalam
pembelajaran. 2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum di mengerti.
46
c) Penutup 1. Melakukan tindak lanjut dengan memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan sedikit gambaran kegiatan pembelajaran berikutnya. 2. Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa untuk tetap menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang. 3. Guru memberi tugas PR. 4. Guru menutup pembelajaran dan mengucapkan salam.
2) Pertemuan Kedua Tahap ini merupakan implementasi atau penggunaan dari perencanaan yang telah disusun, yaitu sebagai berikut. a. Kegiatan Awal Mengondisikan kelas (berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan menata tempat duduk untuk menertibkan siswa). 1. Guru memberikan salam pembuka dan mengajak siswa untuk berdoa. 2. Guru memeriksa kehadiran siswa. 3. Guru mengondisikan siswa untuk siap belajar (merapikan tempat duduk dan menyiapkan alat tulis). 4. Guru menyampaikan apersepsi: 1. Siapa yang masih ingat materi kemarin? 2. Siapa saja tokoh-tokoh perjuangan mengusir penjajah Belanda sebelum kebangkitan nasional?
47
5. Memberikan siswa motivasi agar semangat dalam mengikuti pembelajaran. 6. Guru menyampaikan tujuan yang ingin di capai.
b. Kegiatan Inti Eksplorasi 1. Guru membangun pengetahuan siswa dengan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai tokoh perjuangan mengusir penjajah Belanda sebelum kebangkitan nasional. 2. Guru menampilkan beberapa foto pahlawan pergerakan nasional antara lain, Sisingamangaraja, Ketut Gusti Jelantik, Teuku Umar, dll. 3. Siswa mendiskusikan tentang terjadinya perlawanan rakyat Buleleng. 4. Siswa
mengamati
dan
mendiskusikan
dengan
kelompok
penyebab terjadinya perang Diponogoro. Elaborasi 1. Siswa dibagi menjadi 4 tim dengan beranggotakan 8-9 siswa perkelompok. Tim A sebagai tim penanya, tim B sebagai tim pendukung, tim C sebagai tim penentang, dan tim D sebagai tim penarik kesimpulan. 2. Siswa mendengarkan penjelasan mengenai peraturan listening team.
48
3. Tim A diberikan waktu untuk membuat pertanyaan tentang nilainilai yang dapat diteladani dari
pahlawan
pada perlawanan
Buleleng. 4. Tim B menyatakan poin-poin yang mereka sepakati dan menjelaskan alasannya. 5. Tim C mengomentari poin yang tidak mereka setujui dan menjelaskan alasannya. 6. Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang diberikan oleh tim D Konfirmasi 1. Guru
memberi
apresiasi
atas
partisipasi
siswa
dalam
pembelajaran. 2. Siswa diberi keempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum di mengerti. 3. Guru membagikan soal essay kepada siswa dan memberikan waktu 10-15 menit untuk mengerjakan. c. Penutup 1. Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa, kita sebagai warga Indonesia harus barsatu dan harus mencintai bangsa kita. 2. Melakukan tindak lanjut dengan memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan sedikit gambaran kegiatan pembelajaran berikutnya.
49
d. Observasi (observing) Tahap observasi ini dilakukan oleh observer pada saat penelitian berlangsung
dengan
cara
melingkari
sub
indikator
pada
alat
pengumpulan data yang berupa IPKG, lembar observasi aktivitas belajar siswa yang telah di sediakan oleh peneliti.
e. Refleksi (reflecting) Pada kegiatan refleksi peneliti menganalisis seluruh data yang telah dikumpulkan melalui kegiatan observasi. Peneliti juga menganalisis keberhasilan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang didapat dengan indikator keberhasilan. Hasil analisis digunakan sebagai bahan kajian untuk tindakan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II Pertemuan Pertama a. Perencanaan (acting) Peneliti membuat perencanaan penelitian yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPS melalui penggunaan model cooperative learning tipe listening team. Langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada mata pelajaran IPS kelas V yang akan disampaikan melalui model listening team.
50
2. Menentukan indikator pembelajaran berdasarkan Kompetensi Dasar (KD). 3. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran (Silabus, RPP, alat bantu, dll). 4. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk mengamati kinerja guru, penggunaan model listening team. 5. Menyusun alat evaluasi hasil belajar dan pedoman penyekoran. b. Pelaksanaan (acting) Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan dari perencanaan yang telah disusun, yaitu sebagai berikut. 1) Pertemuan pertama a. Kegiatan Awal Mengondisikan kelas (berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan menata tempat duduk untuk menertibkan siswa). 1. Guru memberikan salam pembuka dan mengajak siswa untuk berdoa 2. Guru memeriksa kehadiran siswa. 3. Guru mengondisikan siswa untuk siap belajar (merapikan tempat duduk dan menyiapkan alat tulis) 4. Guru menyampaikan apersepsi: 1. Siapa yang tahu lagu Ibu kita Kartini? coba nyayikan! 2. Siapa yang tahu berjuang untuk apa Ibu Kartini? 5. Memberikan siswa motivasi agar semangat dalam mengikuti pembelajaran. 6. Guru menjelaskan tujuan yang ingin di capai.
51
3. Kegiatan Inti Eksplorasi 1. Siswa di bagikan nametag oleh guru. 2. Siswa dibagi menjadi 4 tim yang terdiri dari tim A, tim B, tim C, dan tim D yang beranggotakan 8-9 orang siswa pertim. Tim A sebagai tim penanya, tim B sebagai tim pendukung, tim C sebagai tim penentang, dan tim D sebagai tim penarik kesimpulan. 3. Guru membangun pengetahuan siswa dengan menanyakan: 1. Pada tanggal berapa ditetapkan hari kartini? 2. Mengapa tanggal 21? 4. Guru menampilkan beberapa gambar tokoh-tokoh perjuangan mengusir penjajah Belanda pada era kebangkitan nasional. 5. Siswa memperhatikan penjelasan guru berkenaan dengan materi tokoh perjuangan mengusir penjajah Belanda pada era kebangkitan nasional. Elaborasi 1. Siswa dibagi menjadi 4 tim dengan beranggotakan 8-9 orang siswa perkelompok. Tim A sebagai tim penanya, tim B sebagai tim setuju, tim C sebagai tim tidak setuju, dan tim D sebagai tim pemberi contoh. 2. Siswa mendengarkan penjelasan mengenai peraturan listening team. 3. Tim A diberikan waktu untuk membuat pertanyaan. 4. Tim B menyatakan poin-poin yang mereka sepakati dan menjelaskan alasannya. 5. Tim C mengomentari poin yang tidak mereka setujui dan menjelaskan alasannya.
52
6. Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang diberikan oleh semua tim. Konfirmasi 1. Guru memberi apresiasi atas partisipasi siswa dalam pembelajaran. 2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum di mengerti.
c. Penutup 1. Melakukan tindak lanjut dengan memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan sedikit gambaran kegiatan pembelajaran berikutnya. 2. Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa untuk tetap menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang dan dapat meneladani dari para pahlawan. 3. Salam dan penutup. Pertemuan kedua a. Kegiatan Awal Mengondisikan kelas (berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan menata tempat duduk untuk menertibkan siswa). 1.
Guru memberikan salam dan mengajak siswa berdoa.
2.
Guru mengecek kehadiran siswa dengan absensi.
3.
Guru mengadakan apersepsi: 1. Siapa yang masih ingat materi kemarin? 2. Dengan cara apa mempersiapkan kemerdekaan bangsa Indonesia ?
53
4.
Memberikan siswa motivasi agar semangat dalam mengikuti pembelajaran.
5.
Guru menjelaskan tujuan yang ingin di capai.
b. Kegiatan Inti Eksplorasi 1. Guru membangun pengetahuan siswa dengan menanyakan tentang tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru berkenaan dengan materi Elaborasi 1. Siswa dibagi menjadi 4 tim dengan beranggotakan 8-9 orang siswa perkelompok. Tim A sebagai tim penanya, tim B sebagai tim setuju, tim C sebagai tim tidak setuju, dan tim D sebagai tim pemberi contoh. 2. Tim A diberikan waktu untuk membuat pertanyaan 3. Tim B menyatakan poin-poin yang mereka sepakati dan menjelaskan alasannya. 4. Tim C mengomentari poin yang tidak mereka setujui dan menjelaskan alasannya. 5. Tim D menyimpulkan hasil dari diskusi. 6. Guru memberi penguatan atas jawaban yang diberikan semua kelompok Konfirmasi 1. Guru memberi apresiasi atas partisipasi siswa dalam pembelajaran. 2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum di mengerti.
54
4. Penutup 1. Guru menyampaikan pesan moral agar tetap menghargai jasa para pahlawan dengan cara belajar dengan rajin. 2. Melakukan tindak lanjut dengan memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan sedikit gambaran kegiatan pembelajaran berikutnya. 3. Siswa dengan arahan guru menyimpulkan materi yang telah disampaikan. 4. Guru meluruskan pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. 5. Guru bersama dengan siswa berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. 6. Guru menutup pembelajaran dan mengucapkan salam.
c. Observasi (Observing) Tahap observasi ini dilakukan oleh observer pada saat penelitian berlangsung dengan cara memberikan tanda ceklis pada alat pengumpulan data yang berupa IPKG, lembar observasi aktivitas belajar siswa yang telah disediakan oleh peneliti.
d. Refleksi (reflecting) Pada kegiatan refleksi peneliti menganalisis seluruh data yang telah dikumpulkan melalui kegiatan observasi. Peneliti juga menganalisis keberhasilan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang didapat dengan
55
indikator keberhasilan. Hasil analisis digunakan sebagai bahan kajian untuk tindakan pada siklus berikutnya.
I. Indikator Keberhasilan Penggunaan model cooperative learning tipe listening team dalam pembelajaran IPS pada penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila: 1. Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada setiap siklusnya. 2. Pada akhir pembelajaran siswa tuntas belajar meningkat hingga ≥75% dari jumlah siswa 34 orang yang ada di kelas tersebut.
121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui penggunaan model cooperative learning tipe listening team untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro Barat dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal mencapai 55,75 dengan kategori “Cukup Aktif”, kemudian nilai aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus II meningkat 11,00 sehingga pada siklus II nilai aktivitas belajar siswa menjadi 66,75 dengan kategori “Aktif”. Selain itu,dari tiga aspek yang diamati keseluruhan aspek mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. 2. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 68,38 dengan kategori “Baik” meningkat sebesar 7,20 pada siklus II menjadi 75,58 dengan kategori “Baik”. Persentase ketuntasan belajar siswa siklus I adalah 50,00% dengan kategori “ Belum tuntas” meningkat pada siklus II menjadi 79,41% dengan kategori “Tuntas”.
122
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti memberikan saran dalam menggunakan model cooperative learning tipe listening team untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Metro antara lain: 1. Siswa Membiasakan diri dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dalam berdiskusi kelompok, aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti bertanya dan mengemukakan pendapat sehingga akan menambah informasi dan ilmu pengetahuan. 2. Guru Pembagian waktu pada setiap tahapan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe listening team sebaiknya diperhatikan dan diimplementasikan dengan baik agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 3. Sekolah Menambah
sarana
dan
prasarana
yang
menunjang
kegiatan
pembelajaran di kelas untuk mengembangkan cooperative learning tipe listening team. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi guru yaitu meningkatkan kreativitas dan wawasan. Selain itu penambahan sarana dan prasarana juga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga hasil belajar pun akan menjadi lebih baik.
123
4. Peneliti Menggunakan model cooperative learning tipe listening team pada mata pelajaran dan tingkatan kelas tinggi lainnya. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi terlaksana dan tercapainya tujuan pendidikan.
124
DAFTAR PUSTAKA
Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta. Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk SD, SLB, TK. Yrama Widya. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. BNSP Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. BNSP Depdiknas. Jakarta. Cahyo, Agus N. 2013. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika.Jakarta. Elsina. 2014. Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Listening Team di Kelas V SDN Turi 02 Kota Blitar. UM. Blitar. http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/35463. Diakses tanggal 27 Desember 2015. Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-dasar pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hamdani, M.A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. PUSTAKA SETIA. Bandung. Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Insan Madani. Yogyakarta. Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung. Hisyam, Zaini, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif; Insan Madani. Yogyakarta. Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Ihsan, Fuad 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
125
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. ALFABETA. Bandung. Jamal dkk. 2010. 7 Tips Aplikasi Pakem Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. DIVA PRESS. Yogyakarta. Kasmadi dan Nia Sunariah. 2014. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Alfabeta. Bandung. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Manurung. 2012. Meningkatkan Minat Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Listening Team pada Mata Pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri No.102125 Dolok Merawan TP2011/2012. UNIMED. Medan. http://digilib. Unimed.ac.id/UNIMED-Undergraduate-0123629/25331/listening-team. Diakses tanggal 27 Desember 2015. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum. 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo. Yogyakarta. Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asessmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta. Purwanto, Andi. 2013. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung Rahman, Muhammat dan Sofan Amri. 2014. Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif. Prestasi Pustakarya. Jakarta. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta. . 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sanjaya, Wina H. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Sapriya, dkk. 2007. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung. Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta.
126
Silberman L. Melvin. 2014. Aktif Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nuasa Cendekia. Bandung. Sudjiono, Anas. 2015. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. PUSTAKA PELAJAR. Yogyakarta , Agus. 2010. Cooperative learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka Belajar. Jakarta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di SD. Kencana Predana Media Group. Jakarta. Sutikno, Sobry. 2014. Metode & Model-model Pembelajaran (Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif). Holistica. Lombok. Suyono & Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktik. Ar-Ruzz Media. Jakarta. Trianto. 2010. Mengembangkan Model pembelajaran tematik. PT Prestasi Pustaka. Jakarta. Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Bumi Aksara. Jakarta.