1 Antologi Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
PENGGUNAAN MODEL BENGKEL MENULIS (WRITING WORKSHOP) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI Dina Karmelia Tanujaya1, Etty Rohayati2, Moch. Helmi Ismail3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected] Abstrak: Penggunaan Model Bengkel Menulis (Writing Workshop) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di Sekolah Dasar adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menulis. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis antara lain siswa kesulitan dalam menentukan topik, kesulitan dalam mengembangkan karangan narasi, dan kesulitan dalam menggunakan bahasa yang sesuai dengan EYD. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, kemampuan menulis siswa tersebut terletak pada karangan narasi. Sejalan dengan permasalahan yang telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan model bengkel menulis (writing workshop). Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Warung Lega 2, dengan subyek berjumlah 27 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Elliot. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan tiga tindakan setiap siklusnya. Pada setiap tindakan, peneliti menggunakan instrumen, antara lain pedoman penilaian, lembar observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, analisis data kuantitatif dan triangulasi. Analisis data kualitatif diolah secara naratif, analisis data kuantitatif diolah dengan mencari rata-rata, dan triangulasi dengan menggabungkan data kualitatif dan data kuantitatif. Aktivitas belajar siswa dan meningkat pada setiap siklusnya. Hal ini terbukti pada nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siklus 1 : 60,41, siklus 2 : 77,97, dan siklus 3 : 88,65. Kemampuan siswa menulis karangan narasi meningkat setiap siklusnya, siklus 1 : 68,98, siklus 2 : 78,1, dan siklus 3 : 89,42. Sejalan dengan hasil yang telah dicapai, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan model bengkel menulis (writing workshop) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Kata Kunci : Karangan narasi, Menulis, Model bengkel menulis.
2 Antologi Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
THE USED OF WRITING WORKSHOP MODEL (WRITING WORKSHOP) TO IMPROVE WRITING NARRATIVE ESSAY SKILLS Dina Karmelia Tanujaya1, Etty Rohayati2, Moch. Helmi Ismail3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected] Abstract: The Used of Writing Workshop Model (Writing Workshop) to Improve Writing Narrative Essay Skills. One of the problems encountered in learning, in primary school is the lack of students skills in writing. The lack of students skills in writing are difficulties in determining the topic, difficulty in developing a narrative essay, and difficulty for using language that is appropriate to the EYD. Based from the observations, the lack of students skills in the narrative essay. On the strength of problem, the purpose of this research to solve the encountered problems by using a writing workshop model (writing workshop). This research was conducted at SD Negeri Warung Lega 2, with totaling subjects are 27 students. The method of research is classroom action research method with Elliot models. This research was consisting in three cycles, each cycle there are three actions. Every action used the instrument, there are guidelines assessment, observation sheet, interview, sheet field notes, and documentation . The analysis data used in this research are analysis of qualitative data, analysis of quantitative data and triangulation. Analysis of qualitative data processed in the narrative, the analysis of quantitative data is processed by finding the average, and triangulation by combining quantitative and qualitative data. Student learning activities increased in each cycle. This was evident in the average value of activity writing narrative essay cycle 1: 60.41, cycle 2: 77.97, and the cycle of 3: 88.65. The students skills to write a narrative essay increases each cycle, the cycle of 1: 68.98, cycle 2: 78.1, and the cycle of 3: 89.42. In line with the results of the research, the invertigators concluded that the use of the writing workshop model (writing workshop) can improve the students skills in writing narrative essay.
Keywords: Model writing workshop, Narrative essay, Writing.
Pada era globalisasi, manusia dituntut untuk memliki keterampilan agar mampu bersaing dengan manusia lainnya. Keterampilan dapat diperoleh dari pendidikan. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki adalah keterampilan berbahasa, karena bahasa adalah alat komunikasi dalam kehidupan. Aspek-aspek keterampilan berbahasa tersebut diantaranya menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut akan sangat berguna bagi anak dalam mempelajari ilmu lain selain bahasa, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun berguna bagi kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan kurikulum 2006 mata pelajaran
bahasa Indonesia menekankan pada aspek keterampilan, kemampuan berkomunikasi dan pengetahuan berbahasa. Hal tersebut tercantum dalam KTSP (Depdiknas, 2006, hlm. 22) yang memiliki beberapa tujuan, yaitu agar peserta didik dapat berkomunukasi secara efektif dan efesien, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memeperhalus budi pekerti, serta
4 Antologi Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
meningkatkan pengetahuan dan mengembangkannya ke dalam berbagai kemampuan berbahasa, serta genre tulisan. Selanjutnya, model ini juga membanggakan sastra Indonesia sebagai menghendaki siswa untuk dapat khasanah budaya dan intelektual manusia memahami prosedur dalam menulis. Indonesia. Berdasarkan rincian tersebut, penulis Salah satu aspek keterampilan megidentifikasi permasalahan sebagai berbahasa yaitu menulis, merupakan hal berikut: yang penting untuk menunjang 1. Bagaimana penerapan model bengkel keterampilan berbahasa lainnya. Menulis menulis (writing workshop) dalam seringkali dianggap hal yang mudah dan meningkatkan kemampuan menulis sepele. Dalam kenyataannya di Sekolah karangan narasi pada siswa kelas IV Dasar, menulis merupakan suatu hal yang Sekolah Dasar? sulit bagi siswa karena pendidik memaksa 2. Bagaimana aktivitas siswa selama siswa untuk menulis secara instan dan menulis karangan narasi dengan tanpa adanya prosedur yang jelas dalam menggunakan model bengkel menulis menulis, dalam hal ini menulis karangan (writing workshop)? Dina Karmelia Tanujaya, Penggunaan Model Bengkel Menulis narasi. Dalam penulisan karangan narasi, 3. Bagaimana kemampuan menulis siswa masih kesulitan dalam menentukan karangan narasi pada siswa kelas IV topik yang akan mereka buat, siswa masih Sekolah Dasar setelah menerapkan belum dapat berurutan dalam menulis model bengkel menulis (writing karangan narasi, tulisan yang siswa buat workshop)? tidak runtut dari awal hingga akhir, serta Berdasarkan permasalahan yang tidak memuat dengan lengkap unsur-unsur ditemukan, tujuan penelitian ini adalah : karangan narasi. Dalam penggunaan 1. Untuk mengetahui pendeskripsian bahasanya pun masih belum sesuai penerapan model bengkel menulis dengan ejaan. Seperti pada penggunaan (writing workshop) dalam huruf kapital, siswa seringkali tidak tepat meningkatkan kemampuan menulis dalam menuliskan huruf kapital. karangan narasi pada siswa kelas IV Berdasarkan permasalahan tersebut, Sekolah Dasar. diperlukan model pembelajaran yang tepat 2. Untuk mengetahui peningkatan untuk dapat mengembangkan kemampuan aktivitas siswa menulis karangan narasi siswa dalam menulis dengan dengan menggunakan model bengkel menggunakan prosedur enulis yang tepat. menulis (writing workshop). Salah satu model pembelajaran yang 3. Untuk mengetahui peningkatan terdapat prosedur dan proses dalam kemampuan menulis karangan narasi menulis cerita, serta dapat digunakan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar untuk membantu siswa menulis dengan setelah menerapkan model bengkel efektif adalah model bengkel menulis menulis (writing workshop). (writing workshop). Terdapat 8 tahapan Menulis dapat diartikan sebagai dalam bengkel menulis (writing penuangan gagasan kedalam sebuah workshop) menurut Dorn & Soffos (dalam tulisan. Menulis juga dapat dikatakan Abidin, 2012 hlm. 199-201), yaitu : sebagai proses berkomunikasi secara tidak Berbagi tulisan, menulis mandiri 1, langsung antara penulis dengan konferensi terbatas 1, berbagi, pembacanya. Menulis merupakan kegiatan pembelajaran mini (pemodelan), menulis yang membutuhkan prosedur didalamnya mandiri 2, konferensi terbatas 2, dan dan membutuhkan proses berpikir untuk publikasi hasil. Model bengkel menulis ini menuangkan gagasan kedalam sebuah menghendaki siswa untuk dapat tulisan. menentukan topik dan
5 Antologi Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
Dengan menulis, selain dapat menyampaikan pesan melalui tulisan, menulis juga dapat menjadi ajang berkreativitas dengan menuangkan serangkaian ide serta gagasan melalui tulisan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Dalman (2012) bahwa menulis merupakan sebuah proses berkreativitas untuk menuangkan ide ke dalam sebuah tulisan. Tulisan tersebut haruslah memiliki tujuan yang berbeda beda sesuai dengan jenis tulisan yang dibuatnya. Terdapat beberapa jenis tulisan berdasarkan tujuannya, yaitu eksposisi, persuasi, deskripsi, dan narasi. Narasi merupakan sebuah jenis karangan yang memiliki urutan waktu atau kronologis peristiwa didalamnya. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kenyataan maupun hanya rekaan atau khayalan penulisnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Abidin (2011) yang mengemukakan bahwa karangan narasi merupakan suatu karangan yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa, dapat dikatakan cerita yang memiliki kronologis atau urutan waktu tertentu. Karangan narasi terbagi ke dalam beberapa jenis karangan narasi menurut Mahsun (2014) antara lain penceritaan ulang, anekdot, eksemplum, dan pengisahan yang memiliki tujuan menyelesaikan masalah dalam sebuah cerita. Adapun jenis dari pengisahan diantaranya adalah cerpen, novel, dongeng, mite/legenda, cerita pantasi, fabel, sejarah, biografi/otobiografi dan cerita petualang. Karangan narasi memiliki beberapa unsur di dalamnya, antara lain penokohan, alur, latar, tema, moral/amanat, dan sudut pandang. Untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menulis, terutama manulis karangan narasi, diperlukan model pembelajaran yang tepat dan memiliki prosedur yang tepat. Sejalan dengan hal tersebut, model bengkel menulis adalah salah satu model
pembelajaran menulis, yang di dalamnya terdapat serangkaian proses menulis dan dapat mengatasi permasalahan pada pembelajaran menulis. Dorn&Soffos (2001) mengemukakan bahwa model bengkel menulis menghendaki siswa untuk mempelajari proses menulis dengan penyediaan waktu oleh guru sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk merencanakan, mengorganisasi hingga siswa dapat menyajikan hasil tulisannya. Dengan bengkel menulis siswa dapat mempelajari cara memilih topik, dan menyajikannya kedalam sebuah draf tulisan. Sehingga siswa dapat memahami setiap langkah dalam proses menulis. Adapun langkah-langkah dalam model bengkel menulis ini menurut Dorn&Soffos (2001) adalah Shared Writing Event (Berbagi Tulisan), Independent Writing (Menulis Mandiri 1), Conferences (Konferensi Terbatas 1), Sharing (Berbagi), Mini-Lesson (Pembelajaran Mini/Pemodelan), Independent Writing (Menulis Mandiri 2), Conferences (Konferensi Terbatas 2), Sharing of Published Work (Publikasi Hasil). METODE Penelitian di laksanakan di SD Negeri Warunglega 2, yang terletak di Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV, dengan siswa yang berjumlah 27 orang, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Masalah yang terjadi di kelas IV ini adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menulis, terutama dalam menulis karangan narasi. Hampir semua siswa tidak dapat tuntas dalam menulis karangan narasi dan tidak berurutan. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode Penelitian Tindakan kelas (PTK). Peneliti memilih metode ini karena PTK adalah suatu penelitian yang dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas baik proses
6 Antologi Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
maupun hasil belajar. Elliot (dalam Sumadayo, 2013) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah kajian tentang situasi sosial yang bermaksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada didalamnya. Prosesnya meliputi penelaahan, pendiagnosaan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan dampak yang diperlukan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran beserta kinerja pengajar di dalam kelas. Peneliti memilih desain penelitian model Elliot, dikarenakan model ini sesuai dengan metode penelitian dan tujuan penelitian yang dilakukan. PTK model Elliot ini terdiri dari tiga siklus, dan setiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan. Adapun kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan adalah karena peneliti akan meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia terutama kemampuan menulis. Terdapat beberapa langkah yang peneliti tempuh, berdasarkan PTK model Elliot, daintaranya adalah ide awal, perencanaan umum, implementasi tindakan, evaluasi dan refleksi. Pada tahap ide awal, peneliti melaksanakan observasi di SD Negeri Warunglega 2. Setelah melakukan observasi dan menemukan masalah yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi, peneliti melaksanakan tahap perencanaan umum dengan membuat RPP yang terdiri dari 1 siklus. Tahap berikutnya, peneliti mengimplementasikan RPP tersebut di dalam pembelajaran. Pada silkus 1 tindakan 1, siswa diberikan model tulisan yang akan diamati dan ditugaskan untuk menemukan kesalahan huruf kapital yang ada di dalam teks. Siswa membuat kerangka karangan dengan mengisi beberapa pertanyaan pemandu. Siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi draf tulisan. Pada tindakan 2, siswa ditugaskan untuk membacakan tuisan dengan cara pengundian nomor
pada masing-masing siswa. Siswa mengomentari tulisan dan merevisi tulisan berdasarkan masukan dari guru maupun teman. Pada tindakan 3, siswa mempublikasikan tulisannya dan menghias karangannya dengan cara menggambar dan mewarnai. Dan seterusnya. Namun terdapat modifikasi yang peneliti lakukan pada siklus 3, yaitu dengan mengadakan games dalam pembacaan tulisan. Games tersebut berupa tongkat yang digulirkan kemudian siswa bernyanyi, setelah nyanyian berhenti, siswa yang mendapatkan tongkat, ditugaskan membacakan tulisannya. Tahap selanjutnya yaitu evaluasi dan refleksi, pada tahap ini, penneliti menjelaskan kekurangan dan kegagalan pada siklus 1, lalu peneliti merefleksi kekurangan kekurangan tersebut dan menyusun kembali perencanaan pada siklus 2 untuk memperbaiki kekurangankekurangan pada siklus 1. Kemudian penlit menjelaskan kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus 2, lalu peneliti merefleksi kekurangankekurangan tersebut dan menyusun perencanaan pada siklus 3 untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada sikus 2. Di dalam penelitian tindakan kelas yang peneliti laukan, peneliti menggunakan beberapa instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen terebut antara lain pedoman penilaian, pedoman observasi, catatan lapangan, wawncara dan dokumentasi. Tekni analisis data dalam penelitian ini yaitu secara kuantitatif, kualitatif, dan triangulasi. TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN Berdasarkan perencanaan siklus yang telah dibuat, penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus yaitu siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 dengan setiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan. Penelitian menggunakan media teks karangan narasi, gambar wayang, tongkat, dan kartu
7 Antologi Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
bernomor untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan narasi. Pada setiap siklus terdiri dari tiga topik yang berbeda-beda. Pada setiap hasil tindakan yang telah dilaksanakan semuanya dinarasikan, dianalisis kemudian direfleksi sesuai dengan data yang diperoleh. Hal tersebut dilakukan agar peneliti mengetahui keberhasilan model bengkel menulis dalam pembelajaran menulis karangan narasi yang dilaksanakan. Terdapat hasil pencapaian bagi peneliti untuk menjadi acuan keberjasilan. Adapun rincian dari setiap siklus tersebut adalah sebagai berikut. 1. Siklus 1 Pada siklus pertama, terdiri dari tiga tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tindakan 1 adalah mengamati model tulisan untuk menemukan kesalahan huruf kapital dan menentukan topik, membuat kerangka karangan dan draf tulisan. Pada tidakan 2 adalah siswa membacakan hasil tulisan secara bergiliran, peneliti melakukan pemodelan, siswa merevisi tulisan berdasarkan komentar dari guru dan teman. Tindakan 3, siswa menyalin kembali tulisan pada LKP publikasi tulisan dan menghiasnya dengan cara menggambar dan mewarnai. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan, terdapat beberapa temuan yang peneliti temukan. Temuan tersebut dipaparkan pada tabel 1 di bawah ini. Temuan Siklus 1 No Siswa belum mampu menemukan 1 2 3 4 5 6
kesalahan huruf kapital dan menentukan topik Siswa terlihat tegang Siswa belum mampu menulis karangan narasi dengan utuh dan runtut Siswa belum mampu membacakan tulisan dengan lafal dan intonasi yang tepat Siswa belum mampu merevisi tulisan Siswa terlihat antusias pada saat menghias karangan
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, peneliti memperbaiki pembelajaran siklus 1 ini, hal tersebut untuk menghindari kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus 2. Peneliti harus memperhatikan dan membimbing siswa dalam pembelajaran menulis, harus dapat mencairkan suasana, sehingga pembelajaran berjalan efektif dan siswa mampu menulis dengan baik. 2. Siklus 2 Perencanaan kegiatan pada siklus 2 tidak jauh berbeda dengan siklus 1. Adapun hal-hal yang berbeda dengan siklus 1, yaitu peneliti membawa gambar wayang dan mempersiapkan reward berupa gambar jempol untuk siswa yang dapat membacakan tulisan dengan baik, menulis dengan baik dan berperilaku baik. Selain itu, peneliti menugaskan siswa untuk menggambar bebas sesuai dengan keinginan siswa pada saat publikasi tuisan. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan perencanaan, temuan pada siklus 2 dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 2, temuan siklus 2 No Temuan Siklus 1 1 Siswa sudah mulai bisa menemukan kesalahan huruf kapital dan menentuksn topik 2 Siswa sulit dikondsikan 3 Siswa sudah dapat membuat kerangka karangan dan mengembangkannya ke dalam draf karangan 4 Siswa mampu berkomentar 5 Siswa antusias saat diberikan gambar jempol sebagai penguatan 6 Siswa terlihat bosan pada saat pembacaan tulisan Berdasarkan temuan dalam siklus 2, menunjukan adanya peningkatan, baik pada kemampuan siswa maupun pada perilaku siswa pada saat pembelajaran. Walaupun demikian, kekurangan selalu terjadi, seperti peneliti kurang dapat
8 Antologi Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
mengondisikan siswa sehingga kelas menjadi gaduh. Maka dari itu, perbaikan dan persiapan yang matang harus dilakukan oleh peneliti agar pembelajaran pada silus 3 dapat lebih baik. 3. Siklus 3 Perencanaan siklus 3 tidak jauh berbeda dengan siklus 1 dan 2, namun, peneliti menambahkan kegiatan games pada saat pembacaan tulisan dan yel-yel agar siswa senang dalam pembelajaran. Dengan hak tersebut, diharapkan siswa tidak bosan. Adapun temuan-temuan yang ditemukan dipaparkan pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Temuan siklus 3 No Temuan Siklus 1 1
Hampir semua siswa sudah dapat mengembangkan kerangka karangan menjadi draf karangan
2
Hampir semua siswa dapat merevisi tulisan
3
Siswa antusias saat bermain games pada saat pembacaan tulisan
sudah
Berdasarkan hasil temuan yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa telah mampu mengikuti tahap-tahap pembelajaran menulis dengan baik. Siswa telah mampu meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai aktivitas dan hasil belajar yang siswa peroleh. B. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian serta refleksi dari setiap siklus pada penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa temuan dalam pelaksanaan penelitian ini. Temuan yang berupa kekurangan diperbaiki, perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan pada setiap siklus. Jika pada siklus 1 siswa belum bisa mengembangkan kerangka karangan
menjadi draf tulisan, merevisi tulisan dan membacakan tulisan dengan intonasi yang tepat, pada siklus 2 dan 3, peneliti melakukan perbaikan-perbaikan dalam teknik pembelajaran yang bertujuan untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih baik. Selain perbaikan pada teknik pembelajaran, peneliti juga melakukan perbaikan pada pengondisian kelas dengan memberikan yel-yel untuk membangkitkan konsentrasi siswa. Model pembelajaran menulis yang terdapat serangkaian proses menulis, merupakan salah satu faktor bagi keberhasilan siswa dalam menulis. Keberhasilan tersebut baik dari segi aktivitas maupun hasil belajar siswa. penggunaan model bengkel menulis dapat membuat siswa memahami serangkaian proses menulis dan dapat memperbaiki siswa dalam menulis. Selain itu, model bengkel menulis dan modifikasi yang dilakukan peneliti, dapat membuat siswa antusias dalam menulis dan pembelajaran menulis menjadi menyenangkan. Keberhasilan model bengkel menulis dalam pembelajaran menulis karangan narasi dapat dibuktikan dengan peningkatan nilai aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun peningkatan nilai aktivitas siswa dapat dipaparkan di bawah ini. Gambar 1. Rata-rata nilai aktivitas siswa
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai aktivitas siswa yang diperoleh setiap
9 Antologi Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
siklusnya. Pada siklus 1 rata-rata nilai aktivitas siswa adalah 60,41, pada siklus kedua rata-ratanya adalah 77,97, dan pada siklus ketiga rata-ratanya adalah 88,65. Rentang peningkatan nilai aktivitas yang diperoleh antara siklus 1 dan siklus 2 adalah 17,56. Sedangkan rentang peningkatan nilai aktivitas antara siklus 2 dan siklus 3 adalah 10,68. Telah terjadi peningkatan yang cukup besar pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Berdasarkan peningkatan rata-rata nilai aktivitas yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa siswa telah mampu mencapai indikator yang telah ditetapkan dalam penilaian aktivitas ini, yaitu menentukan topik, membuat kerangka dan draf karangan, membacakan tulisan, merevisi tulisan, dan publikasi hasil tulisan. Selain nilai aktivitas, perolehan hasil belajar siswa pun meningkat. Hal tersebut dapat dipaparkan pada gambar di bawah ini. Gambar 2. Nilai kemampuan siswa karangan narasi
rata-rata menulis
Berdasarkan gambar di atas, terlihat peningkatan nilai yang cukup besar dari siklus 1 ke siklus 2, dan dari siklus 2 ke siklus 3. Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi pada siklus 1 adalah 68,98, pada siklus kedua rata-ratanya adalah 78,01, dan pada siklus ketiga rata-ratanya adalah 89,42. Peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 adalah 9,03. Sedangkan kenaikan rata-rata nilai hasil
belajar siswa dari siklus 2 ke siklus 3 adalah 11,41. Peningkatan tertinggi terjadi pada siklus 2 ke siklus 3. Berdasarkan dari hasil peningkatan aktivitas maupun hasil belajar siswa, dapat disimpulkan bahwa model bengkel menulis dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi di kelas IV SD.
KESIMPULAN Secara umum penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri Warunglega 2 dengan menggunakan model bengkel menulis (writing workshop) dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi di sekolah dasar. Secara lebih jelasnya, peneliti menuliskan simpulan sebagai berikut. 1. Penerapan model bengkel menulis (writing workshop) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pembelajaran dengan menggunakan model bengkel menulis ini, dapat melibatkan serangkaian aktivitas siswa dalam proses pembelajarannya guna menghasilkan karangan narasi secara utuh. Penerapan model bengkel menulis ini juga menggunakan beberapa modifikasi antara lain menggunakan kegiatan menghias karangan pada tahap publikasi dan memberikan games pada saat pembacaan tulisan. 2. Penggunaan model bengkel menulis (writing workshop) pada pembelajaran menulis karangan narasi di kelas IV SD Negeri Warung Lega 2 terbukti dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Keberhasilan dalam aktivitas terbukti dari hasil rata-rata nilai aktivitas siswa dalam menulis karangan narasi dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus pertama nilai rata-rata aktivitas siswa dalam menulis karangan narasi adalah 60,41, pada silkus kedua meningkat
10 Antologi Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
menjadi 77,97, dan pada siklus ketiga meningkat menjadi 88,65. 3. Penggunaan model bengkel menulis (writing workshop) pada pembelajaran menulis karangan narasi di kelas IV SD Negeri Warunglega 2. Hal ini dibuktikan dengan perolehan rata-rata nilai produk/hasil siswa dalam setiap siklusnya yang mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi pada siklus pertama adalah 68,98, pada silkus kedua meningkat menjadi 78,01 dan pada siklus ketiga meningkat menjadi 89,42. Berdasarkan pemaparan tersebut, sudah jelas bahwa model bengkel menulis (writing workshop) terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan narasi.
Sumadayo, S. (2013). PTK. Yogyakarta: Graha Ilmu.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2011). Dasar-dasar ilmu kebahasaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Abidin, Y. (2012). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: Refika Aditama. Dalman. (2012). Keterampilan menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2006). Panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: Depdikbud. Dorn, L.J & Soffos, C. (2001). Scafolding young writers. Portland : Stenhouse Publishers Mahsun. (2014). Teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dina Karmelia Tanujaya, Penggunaan Model Bengkel Menulis