PERANAN MENULIS JURNAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI (ROLE OF JOURNAL WRITING TO ENHANCE NARRATIVE WRITING ABILITY) Hatmiati SMP Negeri 7 Amuntai, Jl. Titian Noor Pinang Sari Kec. Amuntai Tengah, Kalimantan Selatan, e-mail
[email protected] Abstract Role of Journal Writing to Enhance Narrative Writing Ability. Narrative writing is part of the destination language skills that must be learned by junior high school students in accordance Education Unit Level Curriculum (SBC). Reality encountered in the classroom, students have not been able to pour it turns out thoughts, ideas , and ideas in writing a good narrative. Conditions such as that experienced by the students of SMP Negeri 7 Amuntai class I. Therefore, action research designed using the application of journal writing to improve students' ability in writing narrative. Journals in this study focused on the process of writing that includes (1) the action stage 1 modeling and explanation of the journals, (2) the action stage 2 writing journals, (3) phase 3 actions, carried out an assessment of the student produced journal. Based on the research that has been conducted for 3 cycles, obtained by the finding that learning to write narrative with journal writing application successfully executed properly and in accordance with the intended learning objectives . Keywords: improved writing skills, journal writing, narrative writing Abstrak Peranan Menulis Jurnal untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi.Menulis narasi merupakan bagian dari tujuan keterampilan berbahasa yang harus dipelajari oleh siswa SMP sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kenyataan yang ditemui di kelas, ternyata siswa belum mampu menuangkan pikiran, ide, dan gagasannya dalam bentuk tulisan narasi yang baik. Kondisi seperti itulah yang dialami oleh siswa SMP Negeri 7 Amuntai kelas I. Oleh karena itu, dirancang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan penerapan penulisan jurnal untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi. Jurnal dalam penelitian ini diarahkan pada proses menulis yang meliputi (1) tahap tindakan 1 pemodelan dan penjelasan tentang jurnal, (2) tahap tindakan 2 menulis jurnal, (3) tahap tindakan 3, dilakukan penilaian terhadap jurnal yang dihasilkan siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 3 siklus, diperoleh temuan bahwa pembelajaran menulis narasi dengan penerapan penulisan jurnal berhasil dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kata-kata kunci: narasi
PENDAHULUAN
peningkatan kemampuan menulis, menulis jurnal, menulis
Menulis merupakan satu di antara empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Menulis sebagai bagian dari keterampilan berbahasa merupakan bentuk komunikasi yang dapat dilakukan siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan, pikiran, dan perasaannya dengan bahasa tulis sebagai medianya. Hal ini sejalan dengan tujuan yang dikehendaki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk pembelajaran menulis di Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu agar siswa memiliki kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, dan pesan secara tepat. Dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dinyatakan bahwa salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa SMP/MTs adalah menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang ekspresif. Menulis merupakan proses mengungkapkan ide atau gagasan, pikiran, pengalaman, dan perasaan dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Hal-hal yang dikemukakan dalam tulisan dapat bersumber dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, atau dari membaca buku. Menulis sebagaimana berbicara, merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Mulyati (2002:2.44) menyatakan bahwa menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan) kepada orang lain. Hatmiati (2004:16) menyatakan bahwa narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam berbagai peristiwa atau kejadian. Oleh karena itu, agar siswa dapat menulis narasi dengan baik, dipilihlah satu strategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengatasi kendala menulis narasi. Strategi tersebut adalah dengan membiasakan menulis buku harian atau jurnal. Jurnal dapat menjadi sarana yang membantu siswa untuk belajar menulis dengan lebih menyenangkan dan berhasil (Eanes, 1997:457). Kegiatan menulis jurnal tidak hanya dilakukan pada saat pembelajaran menulis berlangsung, tetapi dapat disisipkan pada saat pembelajaran dengan fokus keterampilan yang berbeda. Guru juga dapat menyediakan waktu setiap hari atau beberapa hari dalam seminggu, sekitar 10 sampai dengan 15 menit bagi siswa untuk menulis jurnal (Tompkins, 1994:189). Rutinitas menulis jurnal yang dilakukan siswa memberikan manfaat yang sangat besar terhadap kemampuan mereka dalam menulis sebuah narasi. Selain itu, menulis jurnal ini juga mampu memberikan kesempatan kepada siswa menguasai aspek kebahasaan lainnya sehingga secara berkesinambungan akan membuat siswa terlatih mengemukakan gagasan dan pikirannya dalam bentuk tulisan yang baik. Ketika siswa menulis jurnal, dia dibiarkan berkreativitas menulis sesuai dengan keinginannya. Siswa boleh memilih topik apa saja, misalnya tentang dirinya, keluarganya, temannya, pengalamannya, keadaan desa atau tempat tinggalnya, dan hal-hal lainnya yang dianggapnya menarik untuk ditulis.Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan penulisan jurnal sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis narasi?” Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan penulisan jurnal sebagai upaya peningkatan
kemampuan menulis narasi.Berdasarkan uraian permasalahan dan tujuan dari penelitian yang dilakukan, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. 1). Manfaat teoretis penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan untuk pengembangan teori pembelajaran menulis narasi di SMP dengan penerapan penulisan jurnal. 2). Manfaat praktis dari penelitian ini berguna bagi guru, siswa, dan peneliti. Manfaat praktis ini disajikan sebagai berikut. (1) Bagi guru, hasil penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman bagaimana meningkatkan kemampuan siswa menulis narasi dengan penerapan penulisan jurnal. (2) Bagi siswa yang diteliti, hasil penelitian ini akan membantu dan meng-arahkan siswa yang mengalami kesulitan menulis narasi. (3) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan, peng-alaman, wawasan, dan kemampuan yang ada dalam diri peneliti. METODE Penyusunan program pembelajaran dilakukan sebelum penelitian ini dilaksanakan. Setelah permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran menulis narasi dikumpulkan, dibuatlah sebuah rancangan program pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas 1 SMP Negeri 7 Amuntai. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang bersumber dari proses pembelajaran menulis cerpen yang dilaksanakan di kelas. Suyanto (2002:2) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Selanjutnya, Oja dan Smuljan (dalam Rofi‟uddin, 2002:15) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki ciri (1) bersifat kolaboratif, (2) berfokus pada problem praktis, (3) penekanan pada pengembangan profesional, dan (4) memerlukan adanya struktur proyek yang memungkinkan partisipan untuk berkomunikasi. Kolaborasi merupakan bentuk kerja sama yang memungkinkan lahirnya kesamaan pemahaman. Pada waktu berkolaborasi juga terjadi serangkaian kerja sama dan komunikasi yang dilakukan bersama praktisi untuk menghindari kesalahan pemahaman atau perbedaan pandangan yang bersumber dari perbedaan posisi di lapangan. Kerjasama dan komunikasi tersebut juga diperlukan untuk mendiskusikan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin terjadi pada waktu pelaksanaan penelitian pembelajaran menulis cerpen dengan SMT. Hasil diskusi yang dilakukan dengan guru bidang studi akan dijadikan bahan acuan untuk perbaikan siklus selanjutnya. Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas dimulai dengan mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran menulis narasi yang ditemui di kelas I SMP Negeri 7 Amuntai. Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dilakukan penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan, dan refleksi dengan menggunakan siklus yang bersifat spiral sehingga memungkinkan untuk dimodifikasi apabila diperlukan.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan sebanyak 3 tahap tindakan. Pertama, pada tindakan 1, disampaikan sebuah model/contoh jurnal kemudian diiringi dengan penjelasan tentang jurnal oleh guru. Penyampaian model/contoh jurnal ini, bukan berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk meniru/mencontek secara langsung model/contoh jurnal tersebut, tetapi justru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat bagaimana bentuk sebuah jurnal. Setelah itu, diiringi dengan penjelasan dari guru, siswa akan dapat memahami bagaimana caranya membuat sebuah jurnal. Hal ini sejalan dengan penjelasan Sukristanto (dalam Sujarwanto dan Jabrohim, 2002:553) yang menyatakan bahwa latihan menulis dengan mencontoh tulisan atau karangan orang lain tidak berarti penulis menyalin apa adanya tulisan itu untuk diakui sebagai tulisannya sendiri. Kedua, pada tindakan 2, dilaksanakan penulisan jurnal dan pembiasaan menulis jurnal. Hal ini, dilakukan supaya siswa terbiasa mengemukakan gagasan, pikiran, dan idenya ke dalam bentuk tulisan. Tetapi pada penulisan jurnal ini, tidak ditekankan pada aspek mekanik sebuah tulisan agar siswa dapat menulis tanpa „takut‟ melakukan kesalahan. Ketiga, pada tindakan 3, penilaian terhadap jurnal yang dihasilkan siswa. Penilaian ini dapat dilakukan oleh siswa dengan panduan dari guru, sedangkan, penilaian dari guru meliputi aspek mekanik dan keruntutan isi dari jurnal yang dihasilkan siswa. Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan penerapan penulisan jurnal sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi. Selama ini, pembelajaran menulis hanya terpaku pada bentuk-bentuk tulisan yang kaku. Siswa tidak dibiarkan menulis sesuai dengan keinginannya dan dibatasi oleh jenis-jenis tulisan yang kurang dipahami siswa. Padahal, dalam menulis, yang dipentingkan adalah mengemukakan apa yang ingin ditulisnya sehingga menghasilkan sebuah tulisan yang benar-benar „enak‟ dibaca. Sebagai bentuk tulisan informal, maka hasil tulisan siswa lebih ditekankan pada kelancaran menulis. Selain itu, isi tulisan lebih dipentingkan daripada aspek mekanik, seperti ketepatan ejaan dan tanda baca. Meskipun demikian, bukan berarti hal ini „luput‟ dari perhatian guru. Tetapi, justru menjadi sebuah bahan untuk mengetahui sudah sampai di mana pemahaman siswa terhadap aspek-aspek mekanik dalam sebuah tulisan. Penerapan penulisan jurnal di kelas 1 SMP Negeri 7 Amuntai disambut siswa dengan antuasias. Mereka mampu menulis dengan santai tanpa harus memikirkan jenis tulisan apa yang akan ditulisnya. Begitu selesai menulis, mereka dengan bangga membacakan tulisan yang telah dihasilkan. Ketika kegiatan penelitian selesai dilaksanakan, diperoleh data bahwa penerapan penulisan jurnal untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi yang dialami siswa memberikan hasil yang menggembirakan. Siswa berhasil menulis dengan baik ketika mereka tidak mendapatkan tekanan-tekanan „benar/salah‟ dalam menulis. Mereka mampu menuangkan gagasan dan pikirannya dengan lancar. Hal ini dapat terjadi karena topik yang ditulis siswa berhubungan langsung dengan apa yang diamati, dialami, dan dikenalnya. Selain itu, siswa juga tidak dituntut dengan jenis-jenis tulisan yang kadang-kadang justru membingungkan siswa. Penilaian proses pembelajaran dilakukan dengan cara mengamati, memantau, dan mencatat kegiatan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Pengamatan kepada siswa
difokuskan pada kegiatan menulis jurnal dan keterlibatnya dalam pembelajaran. Selain itu, juga dilakukan penilaian hasil terhadap tulisan yang telah dihasilkan siswa. Berdasarkan kegiatan penulisan jurnal yang telah dilakukan, siswa terlihat tekun, antusias, dan mampu berkreativitas ketika menulis jurnal. Data empiris ini memberikan bukti bahwa penerapan penulisan jurnal mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi. Hal ini, dapat dilihat dari jurnal yang telah dihasilkan siswa. Selain itu, penilaian juga dilakukan dengan cara mengoreksi hasil tulisan siswa. Penilaian ini dapat dilakukan oleh siswa atau guru. Penilaian yang dilakukan siswa dengan cara menilai hasil tulisannya siswa lainnya dengan panduan indikator yang telah diberikan gurunya. Sedangkan penilaian guru dilakukan dengan cara mengoreksi keseluruhan isi dan aspek mekanik tulisan siswa. Penilaian lainnya adalah dengan memanfaatkan penilaian portofolio. Penilaian ini dilakukan dengan cara memanfaatkan kumpulan hasil kerja siswa yang dapat menggambarkan kemajuan belajarnya setiap waktu. HASIL Pembelajaran menulis narasi dengan penerapan penulisan jurnal ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dalam tiga tahap kegiatan yang meliputi (1) tahap 1 penjelasan dan pemodelan jurnal, (2) tahap 2 penulisan dan pembiasan menulis jurnal, dan (3) tahap 3 penilaian terhadap hasil tulisan. Siklus I Pada siklus pertama, siswa masih terlihat kesulitan dalam menulis. Hal ini terjadi karena mereka belum terbiasa menulis tanpa diberikan panduan apa-apa. Oleh karena itu, dilakukan pemodelan/contoh jurnal oleh guru. Kemudian, model jurnal tersebut diiringi dengan penjelasan tentang jurnal. Berikut ini akan disajikan sebuah model/contoh buku harian Zlata Filipovic, seorang anak dari Bosnia yang berusia menjelang sebelas tahun. Model Jurnal Senin, 29 Juni 1992 Mimmy Sayang, Aku muak mendengar letusan mortir! Dan bom yang berjatuhan! Dan kematian! Keputusasaan! Kelaparan! Kesengsaraan! Ketakutan! Tetapi itulah kehidupanku saat ini! Salahkah bila seorang murid sekolah berusia sebelas tahun menyesali kehidupannya? Tetapi aku tidak bisa sekolah lagi. Tidak ada kegembiraan hidup. Tak ada kegairahan seperti yang dirasakan semua anak sekolah lain. Aku tidak Kutipan harian Zlata (dalam Sugihastuti, 2002:20) bisa lagi buku bermain dan tinggal di rumah tanpa teman. Tak ada matahari. Tak ada burung-burung…
Setelah kegiatan pemodelan tersebut selesai, siswa diberikan kesempatan untuk …. melakukan tanya jawab dan curah tentang penulisan jurnal. Siswa mengemukakan pikiran,
gagasan, dan idenya tentang kejadian, peristiwa, atau hal-hal yang dialaminya dalam bentuk tulisan. Data empiris ini menghasilkan refleksi bahwa siswa harus diberikan contoh/model jurnal sebelum mereka mulai menulis. Selain itu, siswa juga dapat dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengarahkan, tetapi tidak menghilangkan kreativitasnya dalam mengemukakan ide dan gagasannya. Pada penilaian hasil tulisan, kegiatan siswa difokuskan pada kegiatan memperbaiki bahasa yang meliputi pilihan kata atau diksi, pemakaian kata depan dan keruntutan peristiwa yang ada dalam jurnal yang dihasilkan siswa. Pada awal penilaian, guru sudah menjelaskan komponen-komponen yang harus diperbaiki dan pada waktu kegiatan penilaian berlangsung, guru memantau kegiatan siswa, namun ternyata hasil penilaian siswa masih belum memadai. Data ini menghasilkan refleksi bahwa siswa masih harus dibimbing lagi dalam melakukan penilaian terhadap tulisan yang dihasilkannya. Berikut ini akan disajikan sebuah jurnal yang dihasilkan oleh salah satu siswa pada siklus 1. Pada hari senin yang lalu, ketika aku ingin pergi ke sekolah, aku terpeleset di jalan kebetulan pada hari itu hujan dan jalanan sangat licin. Akibat terpeleset baju ku kotor dan aku bingung harus berbuat apa karena pada hari itu di sekolahku melaksanakan upacara bendera, sebenarnya pada hari itu aku ingin tidak jadi ke sekolah karena bajuku sangat kotor. Tapi, setelah kupikir-pikir pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu lebih penting walaupun bajuku kotor. Akhirnya, aku tetap pergi kesekolah karena aku ingin mengikuti pelaksanaan upacara bendera dan mengikuti pelajaran di sekolah walaupun banyak teman-teman yang mentertawakan aku, mungkin mereka tertawa karena bajuku yang sangat kotor. (jurnal pertama, karya Munawarah). Dari jurnal yang dihasilkan siswa, terlihat bahwa mereka juga mampu mengemukakan apa yang telah mereka alami dan mereka rasakan dalam sebuah tulisan yang baik, seperti model jurnal yang telah disampaikan pada awal pembelajaran. Meskipun demikian, jurnal yang dihasilkan siswa terdapat beberapa kesalahan secara mekanik, tetapi hal itu tidak mengurangi makna yang terkandung dalam jurnal tersebut. Siklus II Pelaksanaan siklus II didasarkan pada refleksi tindakan pada siklus I. Proses pelaksanaan pembelajaran menulis narasi dengan penerapan penulisan jurnal pada siklus II lebih baik dibandingkan kegiatan siklus I. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan penulisan jurnal yang dilakukan siswa. Pada kegiatan awal, meskipun guru tetap menjelaskan tentang penulisan jurnal dan memperlihatkan model jurnal, tetapi kegiatan itu lebih banyak diisi dengan curah pendapat dengan siswa. Siswa melakukan tanya jawab tentang topik-topik yang akan mereka tulis dalam jurnal. Selain itu, siswa juga mampu memanfaatkan waktu lebih baik dalam membuat jurnal. Data ini menghasilkan refleksi bahwa siswa sudah mampu memahami tentang penulisan jurnal.
Pelaksanaan penilaian dilakukan setelah jurnal selesai dikerjakan siswa. Pada awal kegiatan pembelajaran guru menjelaskan kembali tentang cara menilai jurnal siswa. Setelah siswa melakukan kegiatan menilai jurnal yang dihasilkannya, hasil jurnal tersebut dikumpulkan kepada guru. Dari hasil penilaian siswa, sudah dapat dilihat bahwa mereka mulai mampu menilai jurnalnya dengan baik. Berikut ini disajikan salah satu jurnal yang dihasilkan siswa pada siklus II. Dengan tergesa-gesa aku pergi sekolah. Aku berpamitan dengan kedua orang tuaku dan setelah itu kuambil sepeda. Jarak antara rumah dengan sekolahku tidak terlalu jauh. Sampai di perjalanan, aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Perasaanku tidak enak, tapi aku tidak menghiraukannya karena aku takut terlambat. Sampai kesekolah, sebagian temanku ada yang mentertawakanku. Aku heran ada apa ya dengan diriku? …. (jurnal kedua, karya Zahratun Nisa). Dari jurnal yang dihasilkan siswa pada siklus II, terlihat bahwa mereka sudah semakin bagus dalam menulis. Walaupun masih terdapat kesalahan mekanik, tetapi tidak sebanyak pada siklus 1. Hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan siklus II lebih baik daripada siklus 1.
Siklus III Pada awal kegiatan pembelajaran, guru menjelaskan tugas yang harus dilakukan siswa pada siklus III, yaitu siswa harus mampu menulis jurnal tanpa melalui pemodelan dan penjelasan tentang jurnal. Selanjutnya, secara klasikal guru menyampaikan kekurangan dan kelemahan siswa pada waktu siklus I dan II. Melalui kegiatan curah pendapat, siswa saling mengemukakan kendala-kendala yang ditemui pada waktu kegiatan siklus I dan II. Berdasarkan pengamatan, siswa langsung membuat jurnal dengan topik yang telah mereka tentukan sendiri. Pada saat kegiatan ini berlangsung, guru berkeliling melihat pekerjaan siswa dan tetap memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menulis jurnal. Berikut disajikan contoh jurnal yang dibuat siswa pada siklus III. … setiba di sekolah, teman-teman membicarakan tentang pelajaran matematika. Aku mendengar pembicaraan mereka, ya ampun! Aku lupa membawa buku matematika. Aku berpikir sejenak…. Lonceng istirahat pertama berbunyi, aku berniat untuk meminjam sepeda kepada salah seorang temanku. Temanku itu bernama Zahratun Nisa. Dia mengijikan aku pulang ke rumah. Aku tergesa-gesa menaiki sepedanya. ….
Sesampai di titian (jembatan) sekolah lonceng berbunyi. Aku terkejut. Aku menyangka lonceng tanda masuk yang berbunyi, ternyata bukan. Salah seorang murid membunyikannya. Aku pun masuk ke kelas. Kubuka tas dan kusimpan buku matematika tadi di dalam tas. (jurnal ketiga, karya Ida Agustina). Pada kutipan jurnal di atas, siswa telah berhasil membuat jurnal dengan baik. Dengan demikian, kemampuannya dalam menulis narasi juga menjadi lebih baik. Dia berhasil mengemukakan gagasan dalam bentuk narasi yang baik. Narasi yang dihasilkannya juga berhasil ditulis secara runtut sehingga pembaca mampu memahami apa yang diceritakannya. Selain itu, kesalahan-kesalahan mekanik dalam sebuah tulisan sudah dapat diminimalkan. Kegiatan penilaian yang dilakukan siswa pada siklus III tidak terlalu berpengaruh pada jurnal yang dihasilkan siswa. Hal ini terjadi karena siswa sudah mampu menghasilkan jurnal dengan baik sesuai dengan sistematika penulisan yang ditentukan.
PEMBAHASAN Berdasarkan paparan data pada hasil penelitian yang dilakukan sebanyak 3 siklus menunjukkan bahwa pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan penulisan jurnal, memudahkan siswa dalam mengemukakan gagasan, pikiran, dan idenya ke dalam bentuk tulisan. Siswa tidak merasa dibatasi dengan bentuk-bentuk tulisan yang kaku. Siswa juga tidak diharusnya membuat tulisan dengan tema-tema yang sudah ditentukan. Siswa diberikan kebebasan menulis sesuai dengan keinginannya. Hal ini sejalan pendapat Tompkins (1994:105) yang menyatakan bahwa terlalu menuntut kesempurnaan hasil tulisan dari siswa justru dapat menghentikan kemauan siswa untuk menulis. Dengan demikian, peran guru yang selama ini hanya sebagai pemberi tugas, akan beralih dalam bentuk kerjasama dengan siswa melalui proses menulis. Pembiasaan menulis jurnal dapat memberikan manfaat yang sangat besar ketika siswa menulis bentuk tulisan lainnya. Siswa akan terbiasa mengemukakan pikiran dan perasaannya dalam bentuk narasi-narasi yang baik. Eanes (1997:457)mengemukakan bahwa jurnal dapat menjadi sarana yang membantu siswa untuk belajar menulis dengan lebih menyenangkan dan berhasil. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa ketika pembiasaan menulis jurnal dilakukan, ternyata hasil tulisan siswa menjadi lebih baik. Guru juga dapat melakukan arahan dan penjelasan serta bimbingan pada siswa yang mengalami masalah ketika menulis. Blake dan Spenato‟s (dalam Eanes, 1997:479) yang menyatakan bahwa bimbingan dapat diberikan kepada siswa baik secara individu maupun kelompok. Penulisan jurnal ini tidak ditekankan pada benar tidaknya aspek mekanik yang digunakan siswa. Hal yang paling mendasar adalah siswa mampu mengemukakan gagasan, pikiran, dan idenya tanpa dibebani dengan benar atau salah. Hal ini dilakukan karena jurnal yang dihasilkan siswa masih akan mengalami proses penilaian pada tahap selanjutnya. Penjelasan ini sesuai dengan pendapat Sommer (dalam Tompkins, 1994:16) yang menyatakan bahwa yang paling penting diingatkan pada tahap pengedrafan tidak
ditekankan pada kehalusan/kerapian dan kebenaran ejaan. Meskipun, masih ditemui kendala-kendala dalam penulisan jurnal tetapi hal ini tidak mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam menulis. Melalui kegiatan menulis jurnal, siswa memperoleh pengalaman menulis yang baik. Siswa menjadi tahu bahwa menulis tidak hanya kegiatan sekali jadi. Menulis merupakan suatu proses menuangkan gagasan secara tertulis ke dalam buram/draf sementara, setelah itu melalui kegiatan penilaian buram/draf diperbaiki dengan cara diubah, diganti, ditambah, dan menyusun ulang kalimat-kalimat agar menjadi naskah jadi. Melalui kegiatan penulisan yang „tidak sekali jadi‟ siswa menjadi lebih mudah dalam menulis karena mereka masih mempunyai kesempatan memperbaiki tulisan yang dihasilkan. Hasil tulisan jurnal siswa selama 3 siklus menunjukkan bahwa mereka mampu membuat sebuah tulisan narasi dengan baik. Siswa berhasil mengemukakan apa yang mereka lihat, alami, dan rasakan ke dalam bentuk tulisan yang runtut dan dapat dipahami oleh pembacanya. Dengan demikian, penerapan penulisan jurnal telah mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Keberhasilan pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan penulisan jurnal dapat diperoleh apabila (1) guru mampu menjelaskan tentang penulisan jurnal dengan baik, (2) guru dapat menyajikan model jurnal yang dapat dilihat dan dibaca siswa, (3) guru mampu memotivasi dan memancing siswa dalam proses pembelajaran, (4) siswa bersedia belajar menulis jurnal, (4) penulisan jurnal dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan tanya jawab dan curah pendapat, (5) siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya, (6) siswa mau dan terbuka dalam menerima kritik atau saran, baik dari guru maupun temannya, dan (7) siswa diberikan kesempatan mengemukakan gagasan, pikiran, dan idenya dengan bebas, tanpa dibatasi oleh bentuk-bentuk tulisan yang mengekang kreativitasnya. Saran Keberhasilan pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan penulisan jurnal berhasil dengan baik karena siswa mendapat penjelasan dan pemodelan jurnal yang baik. Namun, penjelasan, arahan, dan pemodelan yang diberikan guru hanya sebagai pembuka jalan bagi siswa agar dapat mengemukakan dan mengembangkan ide, pikiran, dan gagasannya. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran seorang guru sebaiknya melakukan evaluasi hasil tulisan/pekerjaan siswa dan evaluasi proses yang dilakukan melalui kegiatan memantau, mengamati, dan mencatat kegiatan siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung.
DAFTAR RUJUKAN Depdikbud. 1993. Kurikulum 1994 untuk SLTP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan dasar dan Menengah Depdikbud. Eanes, R. 1997. Content Area Literacy Teaching for Today and Tomorrow. Boston: Delman Publishers. Hatmiati. 2004. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Strategi Menulis Terbimbing Siswa Kelas II SMP Negeri 1 Paringin Kabupaten Balangan. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Mulyati, Y. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka. Rofi‟uddin, A. 2002. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Sujarwanto & Jabrohim (Eds). 2002. Bahasa dan Sastra Indonesia: Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI. Yogyakarta:Gema Media. Sugihastuti. 2002. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyanto, K.K.E. 2002. Penelitian Tindakan Kelas dan Refleksi Pembelajaran Guru SMP. Makalah disajikan dalam Training of Trainer Mata Pelajaran Bahasa Inggris, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta, 27 September-6 Oktober 2002. Tompkins, G.E. 1994. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New York: Macmillan College Publishing Company, Inc.