PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Agung Jiwantoro NIM: 121124067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku (Petrus Sujono dan Maria Magdalena Marjiwatun Tri Nugroho), kakak saya (Fransiska Tutut Paulina), teman-teman PAK Angkatan 2012, seluruh warga SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, serta semua orang yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Tuhan memanggil melalui suara hati, suara Tuhan yang membuat jiwa menjadi penuh iman, kasih, dan harapan.
“Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; Janji Tuhan adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya” (Mazmur 18:31)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis atas realitas yang terjadi terhadap perkembangan religiositas remaja yang semakin memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan bahwa remaja mudah terjerumus dalam tindakan yang dapat merugikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dipanggil untuk membantu dalam pengembangan religiositas siswa. Berdasar pada pernyataan tersebut bahwa remaja mudah terjerumus dalam budaya baru yang belum tentu baik dan SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dipanggil untuk membantu dalam pengembangan religiositas siswa, maka skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana upaya SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dalam mengembangkan religiousitas siswa. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik telah mendukung sikap religiousitas siswa. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penyebaran angket kepada siswa dan wawancara terhadap guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta telah dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga dimanfaatkan untuk memperoleh pemikiranpemikiran agar dapat menjadi bahan yang mendukung serta mampu direfleksikan, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan dalam upaya pengembangan religiousitas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Hasil akhir menunjukkan bahwa SMP Kanisius Kalasan sudah mengupayakan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di sekolah. Dalam rangka membantu pengembangan religiositas siswa yang meliputi, aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect, sekolah mengadakan berbagai kegiatan, seperti pendidikan religiositas, Misa pelajar, rekoleksi, refleksi, doa sebelum dan sesudah pelajaran. Tetapi pengembangan religiousitas dirasa masih perlu ditingkatkan, karena siswa dirasa masih kurang mendalam dalam melakukan refleksi. Maka, untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, penulis mengusulkan panduan refleksi siswa. Panduan refleksi sebagai latihan-latihan atau sarana bagi siswa agar mampu berefleksi untuk meningkatkan pengembangan religiositas secara utuh. Refleksi merupakan tindakan yang menentukan untuk bergerak dari pengalaman ke perubahan, panduan refleksi yang sama juga dapat membantu guru dalam pendampingan pengembangan religiositas siswa.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The title of this thesis is DEVELOPING RELIGIOSITY IN JUNIOR HIGH SCHOOL KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA. The title is chosen from concerns of the author’s of on reality that happens to the developing of adolescent religiosity is increasingly alarming. Reality shows that adolescents are vulnerable to actions that can be harmful to themselves or others. Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta as a Catholic schools called in to assist in the developing of students' religiosity. Based on the statement that adolescents are vulnerable to a new culture that is not necessarily good and Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta as a Catholic school called in to assist in the developing of religiosity students, the thesis is purports to determine the extent of the effort Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta as a Catholic school in developing students religiosity. The main issue in this thesis is religiosity how the implementation of the religiosity developing program in Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta as a Catholic school has supported the attitude religiousitas students. To investigate this issue is accurate data. Therefore, distributing questionnaires to students and interviews with teachers at Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta are employee in this research. In addition, the literature study is also used to obtain ideas that may be material to support and be able to be reflection, in order to obtain ideas that can be used as a contribution in the developing of students in Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta. The results showed that the Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta has already working the implemented of the religiosity developing program in the school. In order to facilitaty the developing of religiosity students covering aspects of religiosity belief, aspects of religiosity practice, aspects of religiosity feeling, aspects of religiosity knowledge, and aspects of religiosity effect, the school held a variety of activities, such as religiosity class, Euchairst students, recollections, reflections, prayers before and after lesson. But the religiosity developing felt still needs to be improved, because the student is still not deep in reflection. So, to improve the implementation of the developing of students in Junior High School Kanisius Kalasan Yogyakarta, the authors propose a reflection guide students. Free reflection as exercises or a means for students to be able to reflection to enhance the developing of religiosity in their entirety. Reflection is a determine action to move from experience to change, reflection the same guide can also help teachers in assisting the developing of students religiosity.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat limpahan
kasih
sayang-Nya,
skripsi
dengan
judul
PENGEMBANGAN
RELIGIOSITAS SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA ini terselesaikan dengan baik. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan untuk Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi yang telah bersedia memberi dukungan, perhatian, motivasi kepada penulis selama berproses di Prodi PAK. 2. Y.H Bintang Nusantara, SFK, M.Hum, selaku dosen utama dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dalam mendampingi, menuntun, memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam mengembangkan ide sehingga penulis semakin bersemangat untuk menyelesaikan skripsi. 3. Y. Kristianto, SFK, M.Pd, selaku dosen penguji kedua, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis demi penyelesaian skripsi ini. 4. P. Banyu Dewa Hs, S.Ag, M.Si, selaku dosen penguji ketiga, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis demi penyelesaian skripsi ini.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Semua Staf Dosen Prodi PAK, yang sudah membantu penulis dalam menuntut ilmu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 6. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakaan Prodi PAK maupun USD Pusat dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 7. Yusup Indrianto P., S.Pd selaku Kepala SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang memberikan ijin kepada penulis untuk menjalankan penelitian di sekolah. 8. Darmini, S.Pd, Y. Endang Setya H., S.Pd, Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd dan B. Sri Sumekar Harjanti selaku guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah meluangkan waktu untuk dapat diwawancara. 9. Siswa-siswi kelas IX SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah meluangkan waktu memberikan jawaban dalam penelitian melalui angket. 10. Bapak Petrus Sujono dan Ibu Maria Magdalena Marjiwatun Tri Nugraha, selaku orangtua penulis yang selalu mendampingi, memberi kasih sayang dan membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. 11. Kakak saya Fransiska Tutut Paulina yang selalu mendukung dan menyemangati penulis menyelesaikan skripsi. 12. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, dukungan, doa, perhatian dan kerjasama sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua yang membacanya.
Penulis.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................
vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................
vii
ABSTRAK ....................................................................................................
viii
ABSTRACT ....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................
x
DAFTAR ISI .................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ..............................................................................
xviii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xx
BAB I.
PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Permasalah.................................................................
5
C. Tujuan Penulisan .......................................................................
5
D. Manfaat Penulisan .....................................................................
5
E. Metode Penulisan ......................................................................
6
F. Sistematika Penulisan ................................................................
6
BAB II. PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS DI SEKOLAH KATOLIK ................................................................................. A. Pengertian Religiositas ..............................................................
9 10
1. Religiositas: Bagian Terdalam dari Pribadi Manusia ..........
10
2. Religiositas: Melintasi Agama-agama .................................
11
3. Religiositas: Melintasi Rasionalisasi ...................................
12
B. Aspek Religiositas .....................................................................
13
1. Aspek Religiositas Belief .....................................................
13
2. Aspek Religiositas Practice ................................................
14
3. Aspek Religiositas Feeling ..................................................
14
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Aspek Religiositas Knowledge ............................................
15
5. Aspek Religiositas Effect .....................................................
15
C. Perkembangan Religiositas Remaja ..........................................
15
1. Perkembangan Remaja ........................................................
16
a. Pertumbuhan Pikiran dan Mental ..................................
16
b. Perkembangan Perasaan ................................................
16
c. Sikap dan Minat .............................................................
17
2. 5 Aspek dalam Perkembangan Religiositas Remaja ...........
17
a. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Belief................................................................... b. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Practice .............................................................. c. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Feeling ................................................................ d. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Knowledge .......................................................... e. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Effect................................................................... 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
17 18 19 19 20
Religiositas Remaja .............................................................
21
a. Faktor Keluarga .............................................................
21
b. Faktor Sekolah ...............................................................
23
c. Faktor Masyarakat .........................................................
24
d. Faktor Gereja .................................................................
24
D. Dimensi Religiositas di Sekolah Katolik ...................................
25
1. Sekolah Pada Umumnya......................................................
26
2. Makna Sekolah Katolik .......................................................
26
3. Alasan Keberadaan Sekolah Katolik ...................................
27
4. Tujuan Sekolah Katolik .......................................................
27
5. Dimensi Religiositas Pendidikan di Sekolah Katolik ..........
28
a. Dimensi Religiositas Iklim Sekolah ..............................
28
b. Dimensi Religiositas Kehidupan dan Karya Sekolah ....
29
c. Pengajaran Agama di Kelas dan Dimensi Religiositas Pendidikan ..................................................................... E. Usaha Pengembangan Religiositas siswa
30
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di Sekolah Katolik .................................................................... 1. Usaha Pengembangan dalam Aspek Belief .........................
30 31
2. Usaha Pengembangan dalam Aspek Practice .....................
32
3. Usaha Pengembangan dalam Aspek Feeling ......................
32
4. Usaha Pengembangan dalam Aspek Knowledge .................
32
5. Usaha Pengembangan dalam Aspek Effect .........................
33
BAB III. PENELITIAN TENTANG PELAKSANAAN PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA ................. A. Gambaran Umum SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta .............
35 35
1. Sejarah Singkat SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ..........
36
2. Visi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta .............................
36
3. Misi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ............................
37
4. Tujuan SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ........................
38
5. Lingkungan Fisik SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta .......
40
6. Gambaran Guru SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ..........
40
7. Gambaran Siswa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ........
41
B. Metodologi Penelitian ...............................................................
42
1. Permasalahan .......................................................................
43
2. Tujuan Penelitian .................................................................
43
3. Jenis Penelitian ....................................................................
44
4. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ............................
45
5. Sampel Penelitian ................................................................
45
6. Variabel Penelitian ..............................................................
46
7. Teknik Pengumpulan Data ..................................................
48
8. Analisis Data .......................................................................
53
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ..............................................
54
1. Laporan Pelaksanaan Penelitian ..........................................
54
2. Laporan Penelitian Melalui Penyebaran Angket .................
55
a. Identitas Responden.......................................................
56
b. Pemahaman Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta............................... c. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di
57
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta............................... d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ....................................... e. Upaya untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta .................................................................... 3. Laporan Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru Di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta................................ 4. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... a. Pemahaman Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta .......................... b. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas Di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.......................... c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta .................................................................... d. Upaya untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas Siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta .................................................................... D. Kesimpulan Penelitian ...............................................................
59
66
68 72 83 84 85
91
94 98
BAB IV. PANDUAN REFLEKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA ....................................................................... A. Latar Belakang Penyusunan Panduan Refleksi .........................
101 101
B. Tujuan Penyusunan Panduan Refleksi ......................................
102
C. Materi Pokok Panduan Refleksi ................................................
103
D. Petunjuk Penggunaa Panduan Refleksi .....................................
106
E. Contoh Panduan Refleksi ..........................................................
109
1. Materi (Belief): Percaya Keberadaan Allah .........................
109
2. Materi (Practice): Mengikuti Ibadah...................................
110
3. Materi (Feeling): Merasakan Kehadiran Allah ...................
112
4. Materi (Knowledge): Pendidikan Religiositas .....................
113
5. Materi (Effect): Perilaku Sehari-hari ...................................
114
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
115
A. Kesimpulan ................................................................................
115
B. Saran ..........................................................................................
116
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
118
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN .............................................................................................
120
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ....................
(1)
Lampiran 2: Transkip Hasil Wawancara Guru .....................
(2)
Lampiran 3: Kisi-kisi dan Angket .........................................
(6)
Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden .............................
(14)
Lampiran 5: Rekap Hasil Kuesioner .....................................
(34)
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Ef
: Efesus
Mzm
: Mazmur
B. Singkatan Dokumen Gereja GE
: Gravissimum Educationis Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen tanggal 28 Oktober 1965.
LG
: Lumen Gentium Dekrit Konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21 November 1964.
GS
: Gaudium Et Spes Dekrit Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini tanggal 7 Desember 1965.
SC
: Sacrosanctum Concilium Dekrit Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci tanggal 4 Desember 1963.
KGK
: Katekismus Gereja Katolik Terjemahan Indonesia dikerjakan berdasarkan edisi Jerman oleh P. Herman Embuiri, SVD. Tahun 2014.
C. Singkatan Lain IKAPI
: Ikatan Penerbit Indonesia
BKSN
: Bulan Kitab Suci Nasional
PA
: Putra Altar
IQ
: Intelligence Quotient
PAK
: Pendidikan Agama Katolik
R
: Responden
N
: Jumlah Keseluruhan Responden Penelitian
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P
: Persentase
J
: Jumlah siswa yang memilih alternatif jawaban tertentu
T
: Jumlah total seluruh responden
dll
: dan lain-lain
No
: Nomor
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
Mapel
: Mata Pelajaran
BNN
: Badan Narkotika Nasional
MS
: Microsoft Word
SJ
: Serikat Jesus
IPA
: Ilmu Pengetahuan Alam
SK
: Surat Keputusan
KD
: Kompetensi Dasar
KKM
: Kriteria Kelulusan Minimal
KTSP
: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
RPP
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
CTL
: Contextual Teaching and Learning
PAIKEM
:Pembelajaran
Aktif,
Menyenangkan SDM
: Sumber Daya Manusia
UKS
: Unit Kesehatan Sekolah
HP
: Handphone
SD
: Sekolah Dasar
xviii
Inovatif,
Kreatif,
Efektif
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Kisi-kisi Kuesioner 2. Tabel 2.Kisi-kisi Wawancara 3. Tabel 3. Identitas Responden (N=60) 4. Tabel 4. Pemahaman Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60) 5. Tabel 5. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60) 6. Tabel 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60) 7. Tabel 7. Upaya untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas Siswa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60) 8. Tabel 8. Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta 9. Tabel 9. Contoh Struktur Materi Panduan Refleksi 10. Tabel 10. Lampiran 3: Kisi-kisi dan Angket Penelitian 11. Tabel 11. Lampiran 5: Rekap Hasil Angket
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Religiositas mempunyai peran yang penting dalam menentukan arah kehidupan dan perilaku seseorang. Religiositas adalah relasi antara pribadi dengan Allah yang diwujudnyatakan dalam hidup di tengah masyarakat. Dengan memiliki religiositas, seseorang bisa mengendalikan tingkah laku mereka dalam menghadapi setiap persoalan hidup serta mampu mengambil keputusan yang tidak merugikan pihak manapun, dan yang terpenting tidak bertentangan dengan ajaran Injil. Seorang religiositas akan mampu secara kritis menilai perbuatan apa yang baik dan perlu dilakukan, serta mengetahui perbuatan yang dinilai buruk dan tidak perlu dilakukan (Sarwono, 1989: 91). Bagi remaja, religiositas juga sangat penting dalam membantu pembentukan konsep diri. Remaja yang memiliki religiositas akan secara kritis mengambil sikap dan keputusan yang tidak bertentangan dengan pandangan masyarakat, sehingga remaja yang religiositas, tidak akan mudah untuk terjerumus dalam tindakan yang dapat merugikan pribadinya atau orang lain. Dengan religiositas remaja akan berkembang menjadi pribadi yang utuh, karena remaja akan menyadari apa tanggung jawab dan tugas-tugas mereka sebagai remaja. Remaja akan melakukan tindakan yang mengembangkan pribadi dan mengembangkan masyarakat luas. Mereka melakukan semua itu tanpa ada paksaan dari manapun, karena religiositas menggerakkan hati yang terdalam remaja, sehingga remaja terdorong untuk melakukan tindakan –tindakan baik yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
mereka sebagai remaja, baik itu saat ketika berada di sekolah atau ketika berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat (Sarwono, 1989: 71-91). Religiositas remaja perlu dikembangkan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis antara pribadi dengan Allah dan sesama. Pada masa remaja, mereka mengalami perubahan dalam minat religiositas. Masa remaja mengalami masa keraguan religiositas, remaja banyak yang bersikap skeptis dalam menjalankan ajaran atau perintah agamanya, bila ajarannya tidak sesuai dengan keinginannya, remaja akan mencari kepercayaan baru dari orang terdekat mereka, baik itu teman, tetangga dll. Di berbagai negara peristiwa seperti ini sering terjadi kepada remaja yang kurang memiliki ikatan religiositas. Oleh sebab itu, sering remaja menjadi mangsa baru bagi mereka kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk mempengaruhi remaja mengikuti kultur baru yang belum tentu baik. Maka perlu bagi remaja untuk memiliki religiositas yang kuat agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh budaya baru yang dapat merugikan pribadi remaja dan orang di sekitar remaja yaitu masyarakat (Hurlock, 1980: 222) Realitas yang terjadi bila religiositas tidak dikembangkan adalah semakin bertambah banyak remaja dengan begitu mudah mengambil tindakan atau tingkah laku nekat, yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain. Seperti berita akhirakhir ini, banyak kasus kenakalan usia remaja yang sudah sangat memprihatinkan, terlihat semakin bertambah setiap tahunnya remaja SMP yang kecanduan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Data yang dikeluarkan oleh BNN (Badan Narkotika Nasional) tercatat pada tahun 2014 pelajar tingkat SD dan SMP yang kecanduan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya berjumlah lebih dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
44.768 jiwa dan mengalami peningkatan pecandu dari tahun ke tahun (Sumber: bnn.go.id). Kenakalan remaja lainnya adalah begitu mudahnya remaja sekarang untuk terpancing emosi dengan hal-hal kecil dan nekat menghabisi lawannya melalui berbagai cara, salah satunya menggunakan zat kimia untuk melumpuhkan musuh mereka yang sebenarnya masih berusia remaja (Sumber: kompas.com). Kasus remaja lainnya adalah remaja sekarang semakin nekat untuk memperoleh apa yang mereka inginkan, di Jakarta 4 remaja merampok sepeda motor teman sendiri (sumber: merdeka.com). Di dunia dewasa ini remaja mempunyai intelektual yang baik, tetapi kebanyakan dari mereka tidak diimbangi oleh moral yang baik pula, maka begitu banyak remaja putri yang hamil di luar nikah dan jumlah kasus kelahiran remaja di luar nikah setiap tahunnya semakin bertambah (sumber: liputan6.com) Sekolah Katolik sebagai wujud kehadiran Gereja di dunia persekolahan mempunyai
peran
penting
untuk
memberikan
pertolongan
dalam
upaya
pengembangan religiositas, supaya para remaja mempunyai prinsip-prinsip moral religiositas. Maka sekolah Katolik sungguh dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Selain itu, sekolah Katolik juga perlu menciptakan suasana lingkungan hidup bersama di sekolah untuk mendorong siswa agar memiliki religiositas, serta sesuai dengan semangat Injil. Sehingga sebagai sekolah Katolik mampu mengembangkan kepribadian siswa sebagai ciptaan baru yang cerdas dalam IQ dan sekaligus memiliki religiositas sebagai pegangan dan pedoman siswa, supaya siswa ketika mengambil keputusan dan tindakan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, serta yang terpenting tidak bertentangan dengan semangat Injil dan pandangan masyarakat (GE, art. 7-8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
SMP Kanisius Kalasan sebagai sekolah Katolik sudah berupaya memberikan sarana bagi siswa untuk mengembangkan religiositas mereka, yaitu dengan adanya pendidikan religiositas, misa pelajar yang diikuti oleh seluruh siswa se-kecamatan Kalasan dan rekoleksi siswa SMP Kanisius Kalasan yang diadakan sebulan sekali. Selain itu juga setiap sebelum dan sesudah pelajaran diawali dengan doa. Di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta juga selalu mendoakan doa Malaikat Tuhan (Angelus) dengan speaker yang dipimpin oleh salah satu siswa yang bertugas, serta setiap ada lomba SMP Kanisius Kalasan selalu mengadakan lomba yang menumbuhkan religiositas, misal seperti lomba CCA (Cerdas Cermat Alkitab), lector, dan Mazmur. SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta memiliki letak geografis yang strategis dalam pengembangan religiositas siswa, karena letaknya yang bersebelahan dengan Gereja Paroki Kalasan, setiap sebulan sekali di awal bulan selalu diadakan refleksi bersama, yang dituliskan pada buku khusus, untuk mengetahui pergulatan siswa, dari refleksi tersebut tentu sangat beragam ada siswa yang kuat religiositasnya, tapi ada juga siswa yang kurang religiositasnya. Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui sejauh mana upaya SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dalam mengembangkan religiositas siswa. Dalam rangka ini penulis memberi judul skripsi yakni “PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA.” Melalui penulisan skripsi ini, penulis ingin mengajak para pendidik khususnya para pendidik yang berada di sekolah Katolik untuk semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
mengembangkan iklim religiositas di sekolah melalui berbagai macam metode yang membantu siswa untuk mengembangkan religiositas agar menjadi pribadi yang utuh.
B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah pokok dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik? 2. Bagaimana pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta? 3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta?
C. Tujuan Penulisan Penulisan skripsi ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui bagaimana pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik. 2. Mengetahui bagaimana pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. 3. Mengembangkan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pendidik: Memberikan sumbangan gagasan dan hasil penulisan demi tercapainya tujuan dan maksud sekolah Katolik dalam mengembangkan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
2. Bagi Penulis: Menambah pemahaman, pengalaman, pengetahuan serta wawasan akan pentingnya peranan sekolah Katolik dalam mengembangkan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. 3. Bagi Sekolah SMP Kanisius Kalasan: Supaya SMP Kanisius Kalasan selaku sekolah Katolik dapat lebih memperhatikan perkembangan religiositas siswa. 4. Bagi Kampus PAK Membantu Program Studi PAK untuk menyediakan data ilmiah mengenai pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik.
E. Metode Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis, dengan memanfaatkan data dari studi pustaka yang relevan dan mendukung, serta penelitian untuk memperoleh gambaran tentang upaya “Pengembangan Religiositas Siswa Di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.”
F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi menyeluruh skripsi ini, penulis akan menggambarkan sistematika sebagai berikut: Bab pertama merupakan bagian pendahuluan dengan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
Bab kedua menguraikan tentang pengembangan religiositas di sekolah Katolik, yang terdiri dari lima bagian. Bagian pertama mengenai pengertian religiositas. Bagian kedua mengenai aspek religiositas yang terdiri dari aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect. Bagian ketiga mengenai perkembangan religiositas remaja terdiri atas perkembangan remaja, 5 aspek dalam perkembangan
religiositas
remaja,
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan religiositas remaja. Bagian keempat mengenai dimensi religiositas di sekolah Katolik yang meliputi sekolah pada umumnya, makna sekolah Katolik, alasan keberadaan sekolah Katolik, tujuan sekolah Katolik, dan dimensi religiositas pendidikan di sekolah Katolik. Bagian kelima mengenai usaha pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik. Bab ketiga menguraikan metodologi penelitian dan pembahasan hasil penelitian terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari permasalahan, tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bagian kedua mengenai hasil penelitian dan pembahasan, meliputi laporan pelaksanaan penelitian, laporan penelitian melalui penyebaran angket, laporan hasil penelitian wawancara dengan para guru, dan pembahasan hasil penelitian. Bagian ketiga mengenai kesimpulan penelitian Bab keempat berisi uraian mengenai panduan refleksi sebagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, terdiri dari lima bagian, meliputi latar belakang penyusunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
panduan refleksi, tujuan penyusunan panduan refleksi, materi pokok panduan refleksi, petunjuk penggunaan panduan refleksi, dan contoh-contoh panduan refleksi. Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang sebaiknya dilakukan untuk semakin membantu dalam pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
BAB II PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS DI SEKOLAH KATOLIK
Kondisi dunia dewasa seperti sekarang ini, memang menuntut setiap orang untuk memiliki kemampuan intelektual yang sangat baik demi bisa bersaing dalam dunia kerja, akan tetapi seharusnya juga dituntut untuk memperkembangkan religiositas. Religiositas tidak dengan sendirinya berkembang, religiositas dalam lingkungan sekolah memang memiliki peran penting dalam mengembangkan dunia seperti sekarang ini yang memiliki kecenderungan untuk mementingkan kemampuan intelektual, oleh karenanya religiositas dapat mengembangkan bagian pribadi siswa secara utuh. Religiositas dapat berarti memeriksa lagi, menimbang-nimbang, merenungkan, hati nurani yang terdalam. Bagaimanapun manusia religiositas dapat diartikan, sebagai manusia yang berhati nurani serius, saleh, teliti dalam pertimbangan batin dan sebagainya. Maka religiositas berbeda dengan agama. Agama lebih menunjukkan kelembagaan, kebaktian kepada Tuhan atau kepada dunia atas dalam aspek yang resmi, sedangkan religiositas lebih menunjuk ke bagian terdalam dari pribadi manusia, yaitu hati nurani. Orang beragama belum tentu dia itu memiliki religiositas, maka dapat dikatan juga religiositas itu melintasi agama-agama. Pemahaman lebih lanjut tentang pengembangan religiositas di sekolah Katolik akan dibahas dalam lima bagian. Bagian pertama mengenai religiositas, bagian kedua mengenai aspek religiositas, bagian ketiga mengenai perkembangan religiositas remaja, bagian keempat membahas mengenai dimensi religiositas di sekolah, bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
kelima membahas mengenai usaha pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik.
A. Pengertian Religiositas Pemahaman yang lebih luas mengenai pengertian religiositas akan lebih jelas dan lebih lanjut dibahas dalam tiga bagian berikut. Bagian pertama mengenai religiositas: bagian terdalam dari pribadi manusia. Bagian kedua tentang religiositas: melintasi Agama-agama. Sedangkan bagian ketiga mengenai religiositas: melintasi rasionalisasi.
1. Religiositas: Bagian Terdalam dari Pribadi Manusia Religiositas menunjuk pada kedalaman pribadi manusia dalam berhubungan dengan yang Ilahi, dan memuat kepercayaan, keterkaguman, hormat, penyerahan diri, kasih sayang, dan lain-lain. Religiositas semata-mata bukan hanya tingkah laku dalam keagamaan, misal pergei ke Gereja atau berziarah, tetapi lebih merupakan segi kedalaman, segi batin manusia, walaupun segi seperti ini dapat diungkapkan dengan berbagai cara misal pergi ke tempat Ibadah (Gereja atau Masjid dll). Religiositas lebih melihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’ riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas, ‘de coeur’ dalam Pascal, yaitu cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawi) ke dalam si pribadi manusia (Y.B.Mangunwijaya, 1982: 11). Religiositas dapat diungkapkan melalui ritus agama maupun tidak, maksudnya religiositas itu dapat diungkapkan melalui kegiatan yang berciri agama maupun bukan. Kegiatan yang berciri agama itu misalnya seperti membaca Kitab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Suci, ibadat dan lain sebagainya. Religiositas yang diungkapkan dalam bahasa non agama misalnya kegiatan kemanusiaan, menolong orang yang sedang membutuhkan pertolongan, berbagi berkat yang sudah diterima dari Allah untuk dibagikan kepada sesama (waktu, tenaga, ekonomi dll). Sejarah religiositas merupakan drama hilangnya dan ditemukannya kembali nilai-nilai keagamaan yang berlangsung terus-menerus. Sejarah religiositas menyoroti tentang kerinduan manusia akan kebutuhan-kebutuhan paling dalam dan paling eksistensial yang tidak bisa dituntaskan dengan rumusan-rumusan doktrinal. Dengan kata lain, setiap jaman mempunyai tantangannya yang unik dalam menemukan serta mengungkapkan pengalaman-pengalaman keberagamaan (Moedjanto, 1995: 209).
2. Religiositas: Melintasi Agama-agama Religiositas Juga dapat dikatakan sebagai suatu karya nyata yang tidak terbatas pada agama-agama tertentu, tetapi religousitas justru menjadi pendorong seseorang untuk meningkatkan kualitas diri dalam hubungannya dengan yang Ilahi yang berdampak pada kemakmuran atau kesejahteraan umat manusia. Y.B Mangunwijaya menulis tentang religiositas itu sebagai berikut: “Pada tingkat religiositas, bukan peraturan atau hukum yang berbicara, akan tetapi keiklasan, kesukarelaan, kepasrahan diri kepada Tuhan. Dalam rasa hormat takjub, namun pula dalam rasa cinta. Dalam suasana pujian yang tidak lagi mencari menang. Karena tergenang oleh rasa syukur penuh rendah diri, sebab kita sadar bahwa yang menang bukan agama ini atau agama itu melainkan Tuhan Allah sendiri, yang Maha Agung, namun juga Maha pemurah dan Maha kasih (Mangunwijaya, 1991: 6)”. Tumbuhnya sikap religiositas pada diri seseorang akan menumbuhkan sikap cinta kasih kepada sesama, baik itu manusia atau alam ciptaan Tuhan, sehingga dalam hidup sehari-hari akan membuahkan sikap saling percaya, mencintai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
menghargai dan muncul rasa peduli terhadap sesama dan alam. Berbicara mengenai religiositas biasanya tidak terlepas dari kemrosotan kualitas penghayatan orang dalam beragama. Religiositas, dengan demikian merupakan salah satu bentuk kritik terhadap kualitas keberagamaan seseorang terhadap agama sebagai lembaga dan ajaran. Kritik dimaksudkan untuk membuka jalan supaya kehidupan orang beragama menjadi semakin intens. Moedjanto (1995: 208) mengatakan bahwa semakin orang religiositas, semakin hidupnya menjadi nyata. Religiositas pertama-tama tidak dipertentangkan dengan ketidak beragaman
seseorang dengan
ireligiositas.
Religiositas lebih berkaitan dengan sikap orang untuk menjaga kualitas keberagamaannya dilihat dari dimensinya yang paling mendalam dan personal yang sering kali berada di luar kategori-kategori ajaran agama yang resmi. Religiositas sangat sulit untuk diukur atau dinilai dari gejala-gejala lahiriah semata. Religiositas merupakan isi, dasar dari agama atau hidup keagamaan manusia. Maka jika tanpa religiositas hidup keagamaan jadi tanpa arti dalam menjalaninya atau dapat dikatakan dalam hidup beragama akan menjadi sesuatu yang hampa, karena religiositas yang menentukan kualitas hidup beragama. Orang yang rajin mengikuti peraturan keagamaan, belum tentu manusia itu religiositas. Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut dapat disimpukan bahwa religiositas dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku, bersikap, dan bertidak sesuai dengan ajarannya. 3. Religiositas: Melintasi Rasionalisasi Dalam sejarah Eropa, salah satu tantangan terbesar terhadap penghayatan hidup beragama adalah pola pemikiran yang semakin rasionalisme. Tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
dipungkiri dan tidak dapat diabaikan, bahwa perkembangan zaman dapat mempengaruhi pandangan seseorang salah satunya yaitu, munculnya rasionalisme, semenjak saat itu orang-orang beragama tidak hanya dibantu untuk bersifat kritis, namun sikap kritis ini mendorong orang untuk mengaitkan agama dengan irasionalitas. Di Prancis, Pascal membela agama dan religiositas dengan meluncurkan sebuah ungkapan yang masih termahsyur sampai sekarang: Hati mempunyai rasionya sendiri (Moedjanto, 1995: 210). Maka religiositas mengembangkan segi terdalam dari diri manusia, meskipun religiositas itu melintasi rasionalisasi, namun tidak ada satu pertentangan sesungguhnya antara religiositas dan rasionalisasi, tetapi justru yang utama rasionalisasi orang merupakan akal budi menghadapi setiap persoalan, karena Allah yang mewahyukan rahasia-rahasia dan mencurahkan iman telah menempatkan di dalam roh manusia cahaya akal budi.
B. Aspek Religiositas Religiositas memiliki berbagai aspek, dalam Paloutzian ada 5 aspek religiositas akan lebih jelas dibahas dalam lima bagian berikut. Bagian pertama mengenai aspek religiositas belief. Bagian Kedua membahas tentang aspek religiositas practice. Bagian ketiga membahas aspek religiositas feeling. Bagian keempat mengenai aspek religiositas knowledge. Bagian kelima mengenai aspek religiositas effect.
1. Aspek Religiositas Belief Aspek religiositas belief, mengacu pada apa yang diyakini sebagai bagian dari agama, seberapa kuat keyakinan diadakan, dasar untuk persetujuan intelektual, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
bagaimana menonjol bahwa kepercayaan dalam kehidupan seseorang. Misalnya, keyakinan akan keberadaan Tuhan adalah ideologi agama, dengan kata lain aspek belief merupakan dimensi ideology, memberikan gambaran sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam ajaran agamanya. Misalnya: percaya adanya surga, Neraka, malaikat, kiamat, dan lain-lain (Paloutzian, 1996: 15).
2. Aspek Religiositas Practice Aspek religiositas practice, mengacu pada serangkaian perilaku yang diharapkan
dari
seseorang
yang
menyatakan
keyakinan
agama
tertentu.
Penekanannya bukan pada efek agama mungkin memiliki pada "non religiositas" aspek kehidupan sehari-hari seseorang, tapi pada tindakan spesifik yang merupakan bagian dari dirinya religiositas. Maka aspek practice dapat disebut sebagai dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual agamanya. Misalnya: mengikuti Misa kudus pada hari minggu (Paloutzian, 1996: 16).
3. Aspek Religiositas Feeling Aspek religiositas feeling, berkaitan dengan dalam jiwa dan dunia emosional individu. Selain pengalaman peristiwa yang orang mungkin memberi label "pengalaman religiositas", dimensi perasaan meliputi hal seperti keinginan untuk percaya pada suatu agama, rasa takut tentang tidak religiositas, rasa kesejahteraan yang berasal dari keyakinan, dan sejenisnya merupakan dimensi perasaan, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami individu. Misalnya: merasa dicintai Tuhan, merasa dosanya diampuni, merasa doanya dikabulkan Tuhan (Paloutzian, 1996: 17-18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
4. Aspek Religiositas Knowledge Aspek religiositas knowledge, merupakan dimensi intelektual, yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. Misalnya: orang mengetahui maksud dari hari raya agamanya, hukum atau dogma ajarannya, memahami isi Kitab Suci dan lain sebagainya (Paloutzian, 1996: 19).
5. Aspek Religiositas Effect Aspek religiositas effect, mengacu pada perilaku, tetapi tidak perilaku yang merupakan bagian resmi dari praktik keagamaan itu sendiri. Sebaliknya, referensi di sini adalah untuk efek agama seseorang memiliki di sisi lain "non religiositas" segi kehidupan seseorang. Yakni mengungkapkan sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: Mau mengampuni kesalahan sesama yang telah menyakitinya dengan sengaja atau tidak sengaja, mendoakan dan mencintai musuhnya, dan lain-lain (Paloutzian, 1996: 19).
C. Perkembangan Religiositas Remaja Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Masa remaja dipandang sebagai periode yang sangat penting, di mana pada masa remaja mulai ditandai dengan pemekaran yang tidak hanya terlihat dari fisik, tetap juga pola perubahan minat religiositas, yaitu semakin menyadari akan pentingnya religiositas bagi dirinya atau keraguan akan religiositas. Masa remaja juga mampu untuk melihat diri sendiri secara objectif yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan menangkap humor. Memiliki falsafah hidup tertentu, remaja mulai mengetahui kedudukannya di masyarakat dan mengetahui bagaimana harus bersikap di dalam masyarakat. Beberapa kelompok keagamaan menganggap masa remaja sebagai saat yang tepat untuk mengembangkan religiositas baik itu di sekolah maupun ketika berada di tengah masyarakat.
1. Perkembangan Remaja Menurut Hurlock (1980: 222) perkembangan remaja ditandai oleh beberapa sikap. Perkembangan itu adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan Pikiran dan Mental Periode remaja memang disebut sebagai periode keraguan religiositas. Wagner menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan keraguan religiositas tersebut adalah tanya-jawab religiositas. Menurut Wagner para remaja ingin mempelajari agama berdasar pengertian intelektual dan tidak ingin menerima begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin “agnostic” atau “ateis”, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna. Mereka ingin mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri ( Hurlock, 1980: 222). b. Perkembangan Perasaan Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja untuk menghayati peri kehidupan dalam lingkungannya. Kehidupan religiositas akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religiositas pula. Perubahan minat religiositas selama masa remaja lebih radikal dari pada perubahan dalam minat akan pekerjaan. Adanya perubahan minat akan agama pada remaja tidak mencerminkan kurangnya keyakinan, melainkan suatu kekecewaan terhadap organisasi keagamaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
penggunaan keyakinan serta kotbah dalam penyelesaian masalah sosial, politik dan ekonomi (Hurlock, 1980: 222). c. Sikap dan Minat Sikap dan minat remaja terhadap perkembangan religiositas dapat dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.
2. 5 Aspek dalam Perkembangan Religiositas Remaja Remaja
dilihat
sebagai
periode
yang
sangat
penting
dalam
memperkembangkan sikap religiositasnya, di mana ditandai dengan pemekaran diri yang tidak hanya bersifat secara fisik tetapi juga dalam religiositasnya. Beberapa kelompok keagamaan memandang masa remaja sebagai saat “penyadaran”, maksudnya bahwa masa remaja adalah saat di mana keimanan yang tadinya bersifat pinjaman, kini menjadi miliknya sendiri (Hamalik, 1995: 108). Dalam pernyataan tersebut terdapat anggapan bahwa masa remaja merupakan suatu masa dimana remaja telah siap untuk melakukan pertobatan atau siap untuk menceburkan dirinya serta terlibat langsung dalam memperkembangkan sikap religiositasnya mereka dalam kehidupan. Dalam membahas perkembangan religiositas remaja, kiranya perlu mengetahui aspek akan sikap religiositas remaja. a. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Belief. Sebagian besar para remaja menganut keyakinan agama dan kepercayaan akan keperluan beragama dalam situasi kehidupan sehari-hari remaja. Dalam perkembangan religiositas, remaja memerlukan yang sesuai dengan kehidupan sehari-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
hari dan dapat menolongnya untuk dapat mengatasi konflik atau permasalahan yang sedang mereka hadapi, serta dapat mengatasi keragu-raguan yang dialami oleh remaja. Dalam kesadaran mengenai masalah yang dialami oleh remaja, ada yang masih kurang bersikap toleran terhadap dogma-dogma yang mereka anggap kuno. Dalam hal seperti ini remaja memerlukan agama yang dapat menolongnya untuk mengolah masa transisi yang dialami oleh para remaja (Supriyati, 1988:359). b. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Practice. Kesadaran remaja akan mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual agamanya ini erat kaitannya dengan situasi kehidupan remaja yang penuh tekanan, rasa kurang aman dan rasa ingin tahu serta rasa ketidak pastian. Remaja membutuhkan agama yang lebih spesifik yang dapat membimbing sikap serta tingkah laku mereka, karena kesadaran beragama bagi remaja berarti penambahan minat dalam hal hidup beragama yang mengarah pada suatu rekonstruksi sikap-sikap dan keyakinan beragama. Sering orang menganggap remaja beragama dari hal practice saja, tetapi bukan dari keyakinan yang timbul dari dalam diri remaja. Minat beragama di kalangan remaja timbul karena remaja merasakan bahwa nilai-nilai keagamaan yang dibawanya sejak kecil sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan-kebutuhannya pada masa remaja; tidak sesuai lagi dengan perkembangan aspirasi dan gagasangagasannya (Supriyati, 1988: 360). Pada masa-masa seperti inilah kadang-kadang remaja malas berdoa ke Gereja atau malas berdoa secara teratur. Keadaan ini bukan karena remaja tidak percaya atau tidak taat lagi terhadap agamanya, tetapi remaja sering merasa bosan dengan perayaan-perayaan rutin dalam upacara-upacara Gerejani. Remaja akan senang apabila dapat melibatkan diri dalam gerakan Gerejani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
bersama-sama remaja yang lain, tentu gerakan ini harus timbul melalui bagian terdalam dari diri setiap remaja yang disebut sebagai religiositas remaja. c. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Feeling. Dalam perkembangan remaja terdapat kecenderungan mengalami perubahan di dalam cara berpikir dan cara mereka merasakan kehadiran Allah “religiositas feeling”. Perkembangan itu dipengaruhi oleh pengalamaan keagamaan yang menunjuk pada pengalaman subjektif individu dalam berhubungan dengan yang Ilahi. Meskipun bersifat pribadi, tetapi tetap mempunyai elemen sosial, karena mempengaruhi pribadi dalam menginterpretasikan pengalaman personal tersebut. Pengalaman keagamaan yang personal itu berbeda-beda intensitasnya. Pengalamanpengalaman religiositas bisa berbentuk rasa damai, atau kagum yang bersifat sesaat saja atau juga pengalaman mistik yang luar biasa. Isi dari pengalaman religiositas itu berbeda-beda. Di dalamnya bisa terdapat pengalaman yang menggembirakan seperti damai, harmonis, sukacita, merasa dicintai oleh Allah dan rasa aman. Namun dipihak lain ada juga pengalaman yang tidak menggembirakan yang mengasilkan teror, ketakutan, dan kecemasan. Sementara itu, isi dari pengalaman-pengalaman itu bergantung pada religiositas tentang apa yang dihadapi, sehingga remaja dapat memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan yang dialami individu, bahwa remaja mempunyai perasaan dicintai oleh Allah tergantung dari pengalaman religiositas yang dialami oleh remaja sebagai individu (Raho, 2013: 16). d. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Knowledge Besarnya minat remaja terhadap ilmu pengetahuan sangat dipengaruhi oleh apa yang kedepannya dapat berguna bagi mereka. Kalau remaja menginginkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap seperti batu loncatan saja, contoh konkritnya beberapa tahun terakhir kriteria kelulusan siswa menitik beratkan pada ujian nasional, mereka cenderung untuk lebih serius mendalami materi pelajaran yang diajukan di ujian nasional saja dan kurang memperhatikan materi pelajaran yang lain (Hurlock, 1980: 220). Kurang minatnya remaja terhadap ilmu pengetahuan tertentu biasanya menunjukkan cara-cara berikut, remaja bekerja di bawah kemampuannya atau dalam mengerjakan tidak pernah serius, peristiwa ini sering terjadi pada usaha dan upaya untuk mengembangkan religiositas remaja dalam aspek knowledge, sehingga ketika ditanya siapa itu Kristus?, Apa maksud kedatangan Yesus Kristus di dunia?, mereka akan menjawab dasarnya saja atau kulitnya dan tidak terpikirkan untuk mendefinisikan jawaban dari pertanyaan tersebut, sebab mereka bekerja (berfikir) di bawah kemampuannya, padahal sebenarnya para siswa memiliki potensi yang sangat besar untuk mampu menjawab dengan lebih baik, dan bahkan mampu mengambil makna dari apa yang mereka pelajari serta mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari mereka. e. Perkembangan Religiositas Remaja dalam Aspek Effect Orang tua atau guru tidak dapat lagi mengawasi remaja dari dekat seperti yang dilakukan pada sat mereka masih anak-anak. Oleh karena itu remaja harus mempunyai rasa tanggung jawab dalam pengendalian perilakunya sendiri. Bila dulu pada saat masih anak-anak rasa takut yang ditimbulkan dari hukuman merupakan pencegahan yang terbaik untuk anak supaya tidak melakukan kesalahan atau dapat menekan perbuatan salah yang dilakukan, ketika mereka sekarang mencapai usia remaja itu dimengerti sebagai sumber motivasi berdasarkan pengendalian dari luar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
yang hanya efektif bila ada perilaku yang nyata-nyata salah dan hukuman bagi pelakunya. Bahkan sejumlah telaah mengenai kenakalan remaja menunjukkan bahwa hukuman tidak hanya mencegah perbuatan yang salah tetapi malah menjadi pendorong untuk berperilaku salah, maka ada istilah bagi para remaja, bahwa “peraturan dibuat untuk dilanggar”, dan ketika remaja berbuat salah, mereka akan mencari berbagai alasan untuk dapat menghindari kesalahan agar terbebas dari berbagai bentuk hukuman dengan melakukan berbagai cara, yaitu dengan berbohong, menyalahkan orang lain dll. Peran suara hati dalam pengendalian perilaku remaja sangatlah penting untuk menimbulkan sikap perilaku yang baik ketika berada di tengah-tengah masyarakat, remaja yang memiliki suara hati yang matang tentu selalu merasa bersalah dan malu ketika berperilaku yang tidak baik, rasa bersalah ini penting timbul dari dalam diri setiap remaja, sehingga remaja selalu berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan atau berbuat salah lagi, karena motivasi ini timbul dari dalam diri remaja itu sendiri. Telaah-telaah mengenai perkembangan moral telah menekankan bahwa cara yang efektif bagi semua orang untuk mengawasi perilakunya sendiri adalah melalui pengembangan suara hati, yaitu kekuatan ke-dalam (batiniah) yang tidak memerlukan pengendalian lahiriah (Hulrock, 1980: 226).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Religiositas Remaja a. Faktor Keluarga Faktor keluarga dalam perkembangan religiositas remaja mempunyai tempat yang khas, sebagai pendidik pertama dan utama keluarga mempunyai peran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
penting bagi perkembangan religiositas remaja khususnya menyangkut aspek belief dan aspek feeling. Aspek belief mengacu pada apa yang diyakini dari suatu agama, seberapa kuat keyakinan diadakan dalam keluarga, dan bagaimana menonjol bahwa kepercayaan kepada Tuhan yang tumbuh dalam keluarga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan remaja. Aspek feeling berkaitan dalam jiwa dan dunia emosional individu. Pengalaman religiositas mempunyai tempat tersendiri dalam aspek feeling, karena menyangkut dimensi perasa yang meliputi hal seperti untuk percaya pada suatu agama, rasa takut tidak religiositas, rasa kesejahteraan yang berasal dari Allah, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami remaja, maka keluarga sebagai pendidik pertama dan utama mempunyai tempat yang khas untuk ikut ambil bagian dalam mendampingi pengembangan religiositas remaja, agar supaya mereka semakin dapat merasakan cinta kasih Allah. Karena orang tua juga mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dan berkewajiban untuk memberikan pengalaman religiositas kepada anaknya, supaya dapat selalu melatih suara hati remaja, sehingga nantinya anak mereka mampu memiliki tingkat perkembangan religiositas dalam bertingkah laku di tengah masyarakat. Berkat Sakramen Baptis, suami-istri dan anak menerima dan memiliki tiga martabat Kristus, yaitu martabat kenabian, imamat, dan rajawi. Dengan martabat kenabian orangtua mempunyai tugas memperkenalkan Injil kepada anak mereka; dengan martabat imamat, orang tua mempunyai tugas untuk mengajarkan kepada anaknya cara menguduskan hidup, terutama dalam menghayati Sakramen-Sakramen dan hidup doa; dan dengan martabat rajawi, mereka mempunyai tugas untuk mengenalkan kepada anaknya tugas untuk melayani sesama (KWI, 2011: 15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
b. Faktor Sekolah Sekolah mempunyai peran yang sangat kuat dalam perkembangan religiositas remaja secara khas menyangkut aspek religiositas knowledge dan religiositas feeling. Aspek religiositas knowledge merupakan dimensi intelektual yang menyangkut seberapa jauh pengetahuan remaja terhadap ajaran agama yang dianutnya. Remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah, selama remaja berada di sekolah banyak sekali pengalaman-pengalaman remaja yang didapatkan ketika berdinamika bersama teman, guru dan seluruh warga sekolah, oleh karena itu dengan banyaknya interaksi yang terjadi, perlu menciptakan adanya perasaan yang baik. Sebagai sekolah Katolik aspek religiositas feeling perlu dikembangkan agar remaja juga berkembang tidak hanya dalam hal intelektual, tetapi juga aspek religiositas feeling, sehingga remaja terbiasa untuk melatih perasaan yang dapat menggerakkan suara hati mereka melakukan hal-hal yang baik. Oleh karena itu sekolah juga mempunyai makna yang istimewa untuk terus-menerus mengembangkan daya kemampuan akal budi, memperkenalkan harta warisan Gereja seperti dogma-dogma dan praktek-praktek agamanya, meningkatkan kesadaran siswa akan tata-nilai yang baik, membantu untuk mengelola religiositas siswa, sehingga siswa mampu bersikap jujur, rukun dan terbuka terhadap sesama yang beraneka watak dan latar belakang yang berbeda-beda, sikap saling peduli terhadap keadaan sekitar dan penderitaan orang lain. Semua motivasi untuk melakukan perbuatan itu akan lebih baik jika muncul dari dalam diri siswa itu sendiri. Maka sungguh sekolah mempunyai peran yang strategis untuk perkembangan remaja, sehingga pekerjaan sebagai pendidik juga dapat disebut sebagai sebuah panggilan, panggilan itu memerlukan bakat-bakat khas budi maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
hati, persiapan yang amat seksama, kesediaan tiada hentinya untuk membaharui dan menyesuakan diri dengan kondisi dan keadaan siswa yang nantinya akan berdampak pada perkembangan siswa secara utuh (GE, art. 5). c. Faktor Masyarakat Remaja juga merupakan manusia yang mempunyai tempat dan peran yang khas dalam kehidupan di tengah masyarakat, sehingga sebagai keseluruhan masyarakat dituntut untuk memperlihatkan sekaligus memberikan contoh-contoh sikap religiositas yang baik bagi para remaja, secara khas dalam aspek religiositas effect yang mengacu pada perilaku. Masyarakat majemuk yang tidak mengikatkan diri pada sikap religiositas dalam hidup sehari-hari akan kehilangan arah hidup dalam kesejahteraan bersama, menjadikan nilai-nilai sosial yang dihayati sering tidak jelas (KWI, 1996: 452). Masyarakat harus memberikan contoh atau pengalaman yang baik kepada remaja, bahwa masyarakat mempunyai prinsip-prinsip mau menolong orang dalam mengatasi masalah sosial, bersikap terbuka dan peduli terhadap sesama. Prinsip saling berbagi, tolong-menolong seperti ini perlu diwujudkan secara nyata di tengah masyarakat untuk memberikan teladan bagi para remaja, sehingga masayarakat dalam hal ini sesuai dengan pengembangan aspek religiositas effect yang mengacu pada perilaku yang tidak terbatas pada praktik keagamaan, tetapi lebih terhadap segi perilaku kehidupan dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat. d. Faktor Gereja Gereja mempunyai peran dalam perkembangan religiositas remaja, terutama dalam aspek religiositas practice, yang mengacu pada serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menyatakan keyakinan agama tertentu, atau juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
dapat dikatakan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual keagamaannya. Karena Konsili Vatikan II menyebut Gereja “Persekutuan iman, harapan dan cinta” (LG, art. 8), persekutuan persaudaraan yang menerima Yesus dengan iman dan cinta kasih (GS, art. 32). Tetapi Konsili juga mengajarkan bahwa Gereja dibentuk kerena perpaduan unsur manusia dan Ilahi (LG, art. 8). Kesatuan Gereja terjadi tidak hanya karena karya Roh Kudus, tetapi juga hasil komunikasi antar manusia, khususnya perwujudan komunikasi iman di antara anggota Gereja. Komunikasi iman terjadi terutama dalam perayaan iman (KWI, 1996: 392). Remaja sebagai anggota Gereja juga mempunyai tempat dan peran tersendiri di dalam komunikasi iman yang terjadi dalam perayaan iman, tentu remaja dalam keikutsertaan penuh dan aktif dalam perayaan Liturgi (SC, art. 41), Gereja mempunyai peran untuk mewujudkan keterlibatan remaja tersebut.
D. Dimensi Religiositas di Sekolah Katolik Berkat kasih yang begitu besar dari Tuhan Yesus kepada umat-Nya, melalui Konsili Vatikan II mengumumkan tentang pendidikan Kristen Gravissimum Educationis yang menguraikan secara khusus dalam hal pendidikan Kristen. Sekolah Katolik mengusahakan cita-cita budaya dan perkembangan remaja secara alamiah sama seperti di sekolah pada umumnya. Yang membedakan sekolah Katolik dengan sekolah lainnya adalah usaha untuk selalu menciptakan suasana kekeluargaan di sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil. Sekolah Katolik berusaha membimbing siswa agar dapat berkembang secara utuh, baik dalam hal mengembangkan intelektual tetapi juga sekaligus mengembangkan religiousitas siswa dari keseluruhan aspek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
1. Sekolah Pada Umumnya Sekolah mempunyai makna yang istimewa. Sekolah secara terus-menerus mengembangkan daya kemampuan akal budi siswa melalui pendidikan yang terstruktur dan sistematis. Tujuan dari sekolah adalah untuk menumbuhkan kemampuan memberi penilaian yang cermat, memperkenalkan harta warisa budaya yang telah dihimpun oleh generasi-generasi masa silam, meningkatkan kesadaran akan tata-nilai, menyiapkan siswa untuk mampu mengelola kejujuran, menciptakan suasana kerukunan antar siswa yang mempunyai latar belakang budaya, watak, agama, suku yang berbeda, serta mengembangkan sikap saling memahami (GE, art. 5). Maka sekolah dapat juga disebut sebagai satuan pendidikan atau lembaga pendidikan untuk proses belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan memberi materi pelajaran, supaya peserta didik dapat berkembang baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Makna Sekolah Katolik Sekolah Katolik mendapat perhatian lebih dari Gereja setelah Konsili Vatikan II, secara khusus ditekankan dalam deklarasi Konsili tentang pendidikan Kristen (Gravvisimum
educationis).
Melalui
gagasan
deklarasi
itu
dokumen
GE
dikembangkan sedemikian rupa, dengan membatasi diri pada refleksi yang lebih dalam pada sektor sekolah Katolik (Sewaka, 1991: 14). Dalam dokumen Konsili Vatikan II, Gravvisimum Educationis, tentang pendidikan Kristen, menyatakan sekolah Katolik sebagai tempat dan medan yang khas kehadiran Gereja di sekolah. Sekolah Katolik mengejar tujuan-tujuan budaya dan menyelenggarakan pendidikan kaum muda. Ciri khas sekolah Katolik, pertama: menciptakan lingkungan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
bersama di sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil kebebasan dan cinta kasih, dan membantu kaum muda, supaya dalam mengembangkan kepribadian mereka sekaligus berkembang sebagai ciptaan yang baru. Kedua: sekolah Katolik mengarahkan seluruh kebudayaan manusia kepada pewartaan keselamatan, sehingga pengetahuan yang secara berangsur-angsur diperoleh siswa tentang dunia, kehidupan dan manusia disinari oleh terang iman (GE, art. 8).
3. Alasan Keberadaan Sekolah Katolik Konggregasi suci menyatakan, saat sekarang ini merupakan waktu yang tepat berupa penegasan kembali nilai pendidikan sekolah Katolik bagi perkembangan para remaja. Konggregasi suci menyadari ada masalah-masalah serius mengenai pendidikan Kristen di dalam masyarakat yang majemuk. Karena itu perlulah memusatkan segala perhatian kepada sifat dan ciri sekolah Katolik, yaitu memiliki mutu keKatolikannya, artinya Kristus adalah dasar dari sekolah Katolik, terciptanya lingkungan yang dijiwai oleh semangat cinta kasih, kepedulian, toleransi dan berbagi. Konggregasi suci mempercayakan untuk menggembalakan kaum muda Katolik di sekolah, dengan berdasar pada dokumen Gravvisimum Educationis, diharapkan kaum muda mendapatkan sistem pendidikan yang efektif, sesuai dengan kebutuhan kaum muda masa kini akan pendidikan yang utuh, baik dari segi intelektual dan juga segi religiositas di sekolah-sekolah Katolik (Sewaka, 1991: 15).
4. Tujuan Sekolah Katolik Dalam dokumen Konsili Vatikan II, tentang Gravvisimum Educationis, mengembangkan daya kemampuan siswa yang tidak hanya berpusat pada IQ, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
juga siswa harus memiliki religiositas dalam diri mereka, dengan cara memperkenalkan warisan budaya kristiani, meningkatkan kesadaran akan tata-nilai, memupuk sikap saling toleransi terhadap sesama tanpa pilih-pilih, dan saling memahami satu sama-lain. Maka dengan itu semua, dapat menciptakan hidup berbudaya, kemasyarakatan dan keagamaan. Sehingga dengan sendirinya siswa akan menjadi rasul awam yang mewartakan Kabar Gembira Yesus Kristus kepada sesama di tengah hidup masyarakat luas (GE, art. 5).
5. Dimensi Religiositas Pendidikan di Sekolah Katolik Konsili Vatikan II melalui dokumen Gravissimum Educationis mengupayakan pendidikan Kristen bagi siswa yang berada di sekolah Katolik. Sebagai sekolah Katolik, perlu menciptakan suasana lingkungan sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil Yesus Kristus, sekolah mengupayakan untuk membimbing remaja agar berkembang menjadi pribadi yang utuh dan sekaligus sebagai ciptaan baru berkat Sakramen Baptis terlaksana bersama-sama, agar cahaya iman dapat menerangi segala sesuatu di dunia, tentang kehidupan dan pribadi manusia yang dipelajari secara bertahap oleh siswa. a. Dimensi Religiositas Iklim Sekolah Kalangan ahli pendagogi sekarang maupun masa lalu, memberikan tekanan yang begitu kuat pada iklim sekolah, sehingga menciptakan kondisi yang cocok untuk proses pendidikan yang sedang berlangsung. Siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diatur secara logis, sistematis dan diterima dengan bebas. Oleh karena itu, unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan visi iklim sekolah untuk dilaksanakan adalah orang, ruang, waktu, hubungan, pengajaran, studi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
dan macam-macam kegiatan lainnya. Tentu semua itu harus dijiwai oleh semangat cinta kasih kepada sesama, maka saat ada siswa yang masuk ke lingkungan sekolah, mereka patut mendapat kesan bahwa ia memasuki suatu lingkungan baru yang diterangi oleh cahaya iman kasih yang diwujudkan dalam hidup bersama sesama di tengah masyarakat (Sewaka, 1991: 91). Maka hendaknya semangat Injil nampak jelas dalam cara berpikir dan ketika mengambil keputusan atau tindakan, sehingga memberikan dorongan kepada semua warga sekolah untuk memiliki religiositas yang nampak dalam hidup sehari-hari mereka, dengan begitu mereka dapat mengetahui hal baik atau buruk, agar apa yang dilakukan tidak bertentangan dengan budaya yang sudah ada atau dengan Injil. b. Dimensi Religiositas Kehidupan dan Karya Sekolah Sekolah kerap kali disamakan dengan pengajaran, tapi sebenarnya kelas dan pelajaran hanya merupakan bagian kecil dari kehidupan sekolah. Bersama dengan pelajaran yang disampaikan oleh guru, ada partisipasi aktif para siswa secara perorangan atau sebagai kelompok: studi riset, latihan, kegiatan prakurikuler, ujian, hubungan dengan guru dan hubungan dengan satu sama lain, kegiatan kelompok, pertemuan kelas, pertemuan sekolah. Sebagai sekolah Katolik, tentu semua kegiatan itu menimba inspirasi dan kekuatannya dari Injil tempatnya berakar (Sewaka, 1991: 100). Prinsipnya bahwa manusia peduli terhadap suara hati yang berdampak pada perkembangan religiositas mereka, yang diterapkan dengan jelas dalam kehidupan di sekolah atau pun di dalam hidup sehari-hari. Misalnya: pekerjaan sekolah yang diterima sebagai kewajiban dan dilakukan dengan kemauan baik; berani dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
tanggung jawab bila kesulitan muncul; menghargai sesama; loyal dan cinta kepada sesama; jujur; toleran dan baik dalam segala hubungan. c. Pengajaran Agama di Kelas dan Dimensi Religiositas Pendidikan Magisterium menyatakan bahwa bersama dan bekerja sama dengan keluarga, sekolah menyediakan kemungkinan-kemungkinan untuk berkatekese yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Tentu ini khusus menunjuk kepada sekolah Katolik, karena ciri khas sekolah Katolik dan alasan yang mendasari keberadaannya, alasan mengapa orang tua Katolik lebih suka menyekolahkan anaknya ke sekolah Katolik, justru adalah mutu pengajaran agama yang dipadukan ke dalam keseluruhan pendidikan para siswa (Sewaka, 1991: 108-109). Tentu tidaklah mudah menyelaraskan kedua aspek tersebut, karena di satu sisi sekolah Katolik merupakan lembaga pendidikan dengan cara dan metode serta tujuan pendidikan yang sama dengan sekolah pada umumnya, tetapi di sisi lain sekolah Katolik sebagai komunitas Kristen yang tujuan pendidikannya berakar dalam Kristus dan Injil-Nya. Maka perlu juga diperhatikan secara khusus, sehingga antara usaha untuk meneruskan kebudayaan secara serius dan kesaksian Injil yang kokoh tidak saling berbenturan, tetapi malah saling melengkapi dan mendukung.
E. Usaha Pengembangan Religiositas Siswa di Sekolah Katolik Sekolah Katolik mengusahakan perkembangan siswa pengetahuan IQ sama seperti sekolah pada umumnya. Tapi yang membedakan sekolah Katolik dengan sekolah pada umumnya adalah kebersamaan pada semangat Injil. Selain itu, Konsili menyatakan bahwa yang membedakan sekolah Katolik dari sekolah lainnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
ada pengembangan religiositasnya yang diberikan kepada siswa (Sewaka, 1991: 83), melalui;
1. Usaha Pengembangan dalam Aspek Belief Malino
memperkenalkan
dan
mengembangkan
pola-pola
pendekatan
pendidikan agama Katolik yang sering dikenal sebagai model “Pelajaran Pergumulan”, di sekolah dalam upaya untuk meningkatkan aspek religiositas belief peserta didik. Pendekatan ini berorientasi pada pengetahuan yang tidak lepas dari pengalaman yang dialami oleh masing-masing peserta didik, oleh sebab itu dalam pendidikan agama Katolik dituntut untuk selalu dapat mendampingi peserta didik “menggumuli hidupnya” dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat. Maka hidup sebagai materi PAK atau dapat juga diartikan hidup sebagai medan perjumpaan antara Allah dan manusia. Visi Kristiani ditawarkan untuk menginterpretasikan hidup, dengan tujuannya adalah bahwa agar peserta didik mampu percaya akan Kristus dan menghayati hidup sehari-hari dengan nilai Kristiani, yaitu dengan membawa pokok-pokok pengalaman hidup ke dalam tahap pengelolaan yang didalami dengan diskusi dan pencarian makna bersama. Harapannya dengan cara tersebut peserta didik dapat berproses dari mengetahui dan memahami secara mendalam dan luas. Selanjutnya peserta didik diajak untuk mencari makna dengan membandingkan berbagai pendapat, pandangan dari visi lain dan akhirnya mengkonfrontirnya dengan visi Kristiani. Pola pendekatan PAK menurut Malino tersebut tampak jelas menampung berbagai metode yang sesuai agar pengembangan pelajaran dapat terus berlanjut mendampingi peserta didik mencapai pemahaman yang memadai akan imannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
2. Usaha Pengembangan dalam Aspek Practice Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah juga ada yang mengandung unsur untuk menunjang program pengajaran pendidikan agama Katolik misalnya, ziarah rohani, koor lagu-lagu Gereja, putra altar, musik, Ibadat Sabda, Misa pelajar, dll. Perilaku siswa yang menyatakan keyakinan agama pada dimensi ritual dapat tumbuh dan menjadi semangat bagi siswa untuk terlibat di dalamnya. Supaya dengan demikian para siswa mencapai kedewasaan penuh dan ikut serta mengusahakan pertumbuhan Tubuh Mistik (GE, art. 2).
3. Usaha Pengembangan dalam Aspek Feeling Suasana sekolah dijiwai oleh semangat cinta kasih kepada sesama warga sekolah, sehingga saat siswa berada di sekolah Katolik, ia patut mendapatkan kesan, bahwa ia memasuki suatu lingkungan yang sungguh diterangi oleh cahaya iman dan mempunyai ciri khusus yang dijiwai oleh cinta kasih dan kebebasan Injil. Semangat Injil, hendaknya selalu nampak jelas dalam cara berpikir dan hidup secara Kristen yang menjiwai semua segi iklim pendidikan di sekolah. Sehingga tercipta dimensi religiositas bahwa para siswa semakin merasa mencintai dan dicintai Tuhan, maka berdampak pada perilaku siswa, dalam hubungan antarpribadi yang akrab dan serasi dan dalam kesediaan untuk melayani (Sewaka, 1991: 91-92).
4. Usaha Pengembangan dalam Aspek knowledge Misi Gereja adalah mewartakan kabar gembira demi perubahan batin dan pembaharuan manusia. Bagi remaja, sekolah merupakan salah satu cara terlaksananya pewartaan kabar gembira, sebab sekolah sebagai tempat bagi mereka untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
mengembagkan pengetahuan. Seperti apa yang telah dikatakan oleh Magisterium: “Bersama dan bekerjasama dengan keluarga, sekolah menyediakan kemungkinankemungkinan untuk berkatekese yang tidak boleh dilalaikan.” Ini menjadi ciri khas sekolah Katolik dan alasan mendasari keberadaannya, serta alasan mengapa orang tua Katolik lebih suka anaknya menempuh pendidikan di sekolah Katolik karena perkembangan siswa yang utuh. Sebagai sekolah Katolik perlu menentukan prinsipprinsip dasar yang mengatur pendidikan agama di sekolah Katolik, dan karena itu mengenai pendekatan secara konkret yang harus dilakukan dalam pengajaran agama. Sebab di satu pihak sekolah Katolik adalah lembaga masyarakat, tapi di sisi lain sekolah Katolik adalah “Komunitas Kristen” yang tujuan pendidikannya berakar dalam Kristus dan Injil-Nya, sehingga diperlukan sinkronisasi antara keduanya yang akan berdampak pada perkembangan siswa secara utuh (Sewaka, 1991: 108-109).
5. Usaha Pengembangan dalam Aspek effect Dalam situasi dunia dewasa seperti sekarang ini, di mana sering terjadi peperangan antara budaya yang baik dengan budaya yang tidak baik, sebagai sekolah Katolik yang bergerak di dalam dunia pendidikan ilmu pengetahuan, dunia pendidikan Iman dan dunia pendidikan karakter, tentu tidak bisa diam saja mengikuti arus yang ada, maka nantinya tidak akan ada dampak apapun demi perkembangan manusia zaman ini (Suparno, 2014: 8). Di saat seperti sekarang ini sangat jelas pendidikan karakter dan pendidikan mental yang baik masih sangat diperlukan, sehingga setiap pribadi dapat berpikir secara kritis analistis untuk dapat melakukan discernment dan pengkajian yang objektif suatu gagasan, pengaruh, dan ide. Pendidikan karakter di sekolah sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
ternyata membantu menciptakan kultur sekolah menjadi lebih baik, siswa menjadi lebih merasa aman, prestasi belajar meningkat dan dengan begitu dapat meningkatkan religiositas siswa di lingkungan sekolah. Nilai-nilai dasar pendidikan karakter menyerambah pola perilaku yang baik ke seluruh dimensi sekolah. Pendidikan karakter memusatkan diri pada pola perilaku, seperti rasa hormat, cinta kasih, pemeliharaan, tanggung jawab dll. Pendidikan karakter mampu menciptakan situasi sekolah yang sungguh mempunyai semangat religiositas. Dalam konteks ini pendidikan karakter lebih dipahami sebagai usaha sadar dan terencana untuk membantu siswa memahami, menumbuhkan, melaksanakan inti nilai-nilai moral religiositas dalam hidup sehari-hari. Dengan idealisme ini, sekolah Katolik harus memiliki komitmen utama mengajarkan nilai-nilai dasar pendidikan karakter dalam diri para siswa yang tidak hanya terbatas pada pendidikan religiositas, tetapi juga melalui kebiasaan doa sebelum dan sesudah belajar, mengikuti Ekaristi, dll (Koesoema, 2007: 132-133).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
BAB III PENELITIAN TENTANG PELAKSANAAN PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA
Bab ini untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan sebagai sekolah Katolik. Pada bagian pertama penulis akan menguraikan terlebih dahulu gambaran umum SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang meliputi sejarah, visi, misi, tujuan, lingkungan fisik, keadaan guru dan siswa. Bagian kedua membahas mengenai metodologi penelitian, dan pada bagian ketiga menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan berdasar penelitian yang diadakan di sekolah. Pembahasan penelitian ini berguna untuk memperoleh gambaran mengenai sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Pada bagian akhir bab ini berupa kesimpulan dari hasil penelitian yang berguna untuk penyusunan upaya pada bab berikutnya.
A. Gambaran Umum SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta merupakan salah satu sekolah Katolik di bawah naungan Yayasan Kanisius. Para guru dan karyawan SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta mengambdi dengan semangat pelayanan yang dijiwai oleh semangat Injil. Karya pendidikan yang dijiwai oleh semangat Injil ialah karya yang menekankan cinta kasih dalam mengajar, menuntun dan menanggapi kebutuhan siswa agar menjadi pribadi yang memiliki perkembangan akan religiositas yang utuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Sekolah sangat menekankan pendidikan pada umumnya, tetapi juga sekaligus menjunjung tinggi nilai-nilai dasar Kristiani seperti cinta kasih, peduli, bela rasa dan persaudaraan. Melalui praobservasi mengungkapkan bahwa, sekolah berusaha menyelenggarakan pendidikan yang dapat mengembangkan siswa menjadi pibadi yang utuh.
1. Sejarah Singkat SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Kehadiran Gereja di dunia persekolahan secara khas nampak melalui sekolah Katolik (GE, art. 8). Selaras dengan itu, mulai tahun 1946 Gereja Paroki Kalasan membangun Sekolah Menengah Pertama untuk melengkapi kegiatan kerasulan paroki dalam dunia pendidikan. Melalui rintisan umat dan didukung oleh romo paroki pada waktu itu yang bernama Rm. Prof. Dr. P. Zoetmoelder, SJ. Dalam perkembangannya romo paroki dan umat di Gereja Kalasan mulai menyadari akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat maka, bangunan sekolah mulai dibagun di dekat Gereja Paroki Kalasan untuk melengkapi karya kerasulan paroki Kalasan dalam dunia pendidikan pada tahun 1963 yang diprakarsai oleh Romo Y. Holven SJ, yang pada waktu itu akan berubah nama menjadi SMP Pancapana. Tetapi karena situasi sekolah, maka SMP Pancapana diserahkan pengelolaannya kepada Yayasan Kanisius cabang Yogyakarta dan berubah nama menjadi SMP Kanisius Kalasan sampai sekarang.
2. Visi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Visi sekolah “Ikut mencerdaskan bangsa lewat pendidikan berdasarkan nilainilai Kristiani”. Dari Visi tersebut warga SMP Kanisius Kalasan memberi indikator sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
a. Unggul dalam bersikap berdasarkan nilai-nilai Kristiani. b. Unggul dalam disiplin, kepatuhan, tata tertib, bekerja, dan belajar. c. Unggul dalam lomba kesenian. d. Unggul dalam lomba olah raga. e. Unggul dalam prestasi Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA. f. Unggul dalam berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. g. Unggul dalam pemandu acara, pidato, debat, dan cerdas cermat dalam (Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris). h. Unggul dalam karya ilmiah remaja. i. Unggul dalam kepedulian sosial. j. Unggul dalam nilai ujian siswa dan daya saing masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. k. Unggul dalam pengoperasian komputer program MS Word, Excel, dan Corel Draw. l. Unggul dalam jiwa wira swasta.
3. Misi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Dari visi yang sudah dirumuskan, sekolah merumuskan misi yang merupakan penjabaran visi dan digunakan sebagai rancangan tindakan untuk mewujudkan Visi tersebut. Misi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai berikut: a. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak. b. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
c. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif sepadan seluruh warga sekolah. d. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. e. Menerapkan menejemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah, Yayasan, dan Komite Sekolah.
4. Tujuan SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Pelaksanaan misi tersebut bukanlah perkara yang mudah, maka diperlukan tuntutan yang terumuskan dalam tujuan. Dalam rangka mengupayakan misi tersebut, sekolah mengembangkan tujuan-tujuan lembaga yang lebih konkrit. Tujuan SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dirumuskan sebagai berikut: a. Menjadikan sekolah berstandar Nasional. Dicapai dengan misi tentang pengembangan kurikulum. b. Sekolah mengembangkan pemetaan SK, KD, Indikator dan penilaian semua mata plajaran kelas VII sampai dengan kelas IX dan dievaluasi serta direvisi setiap awal tahun ajaran berikutnya. c. Sekolah menganalisa Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) semua mata pelajaran setiap awal tahun ajaran. d. Sekolah mengembangkan RPP untuk semua mata pelajaran kelas VII sampai dengan kelas IX dan dievaluasi serta direvisi setiap awal tahun ajaran berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
e. Sekolah mengembangkan panduan guru untuk semua mata pelajaran kelas VII sampai dengan kelas IX dan dievaluasi serta direvisi setiap awal tahun ajaran. f. Sekolah mengembangkan penilaian yang meliputi Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, dan Ulangan Kenaikan Kelas, kelas VII sampai dengan kelas IX semua mata pelajaran setiap tahun ajaran. g. Sekolah mencapai Standar Isi, telah dibuat KTSP, silabus lengkap, sistem penilaian lengkap, KKM lengkap, RPP lengkap, panduan guru lengkap, dan penilaian lengkap. h. Sekolah mencapai standar proses pembelajaran meliputi: ditetapkan KKM, sekolah melaksanakan pendekatan belajar tuntas, dengan metode CTL, pendekatan pembelajaran individual, PAIKEM, dll. i. Sekolah mencapai standar sarana dan prasarana sekolah meliputi: semua sarpras, fasilitas, peralatan, dan perawatan memenuhi standar perawatan minimal. j. Sekolah mencapai standar kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan meliputi : Kepala Sekolah memiliki sertifikat pendidik dan sertifikat kepala yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah, semua guru berkualifikasi S1, semua mengajar sesuai bidangnya dll. k. Sekolah memiliki/mencapai standar pengelolaan sekolah meliputi: pencapaian standar pengelolaan, pembelajaran, kurikulum, sarpras, SDM, kesiswaan, administrasi, dll. l. Sekolah
memiliki/mencapai
kompetansi/prestasi/ kelulusan.
standar
pencapaian
ketuntasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
5. Lingkungan Fisik SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta SMP Kanisius Kalasan terletak di Jl. Jogja – Solo Km. 13, Telpon 0274 – 496 427, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Lokasi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tepat berada di samping Gereja Marganingsih Kalasan. Lingkungan SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta cukup memadai untuk proses belajar mengajar dengan bangunan yang permanen dan bersampingan dengan Gereja. Hal ini menciptakan iklim sekolah yang mendukung kegiatan proses belajar mengajar dalam memperkembangkan IQ dan sekaligus pengembangan religiositas. SMP Kanisius Kalasan mempunyai 9 ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah dan ruang tata usaha dengan bangunan gedung yang permanen. SMP Kanisius Kalasan juga memiliki perpustakaan yang menyediakan buku-buku penunjang proses belajar mengajar agar memudahkan para siswa mencari buku-buku yang dapat menunjang pengetahuan siswa selama menempuh pendidikan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Sarana prasarana pendukung lain ialah kelengkapan ruang laboratorium, ruang UKS, kantin. Kelengkapan lain yang tak kalah pentingnya adalah papan presensi, majalah dinding, alat peraga, kalender pendidikan, silabus, agenda kegiatan, jadwal pelajaran, papan pengumuman utama dan 8 kamar mandi dengan kondisi permanen dan layak untuk dipakai. Semua fasilitas yang telah disebutkan di atas sangat mendukung kelangsungan proses pengembangan siswa secara utuh.
6. Gambaran Guru SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Berdasar praobservasi pada tanggal 25 Juni 2015 sampai 23 September 2015, penulis mendapatkan informasi mengenai keadaan para Guru SMP Kanisius Kalasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Yogyakarta. Sekolah mempunyai 12 guru dengan status 8 guru tetap Yayasan Kanisius dan 4 guru tidak tetap. Seluruh guru memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dan memperoleh alokasi waktu pengajaran berdasarkan mata pelajaran yang diampu, dari semua guru yang ada di SMP Kanisius Kalasan tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan Kataketik. Meski begitu para guru di sekolah ini menjunjung tinggi pengabdian dan pelayanan kepada siswa dengan penuh cinta kasih terlihat adanya upaya dari setiap guru untuk terlibat dalam pendampingan pengembangan religiositas siswa yang dilakukan dengan koordinasi dengan guruguru lain, agar pendampingan pengembangan religiositas dapat terlaksana tanpa mengurangi jam mata pelajaran yang lain, dan mendampingi siswa untuk mengikuti berbagai lomba atau kegiatan di luar jam sekolah hingga menyediakan waktu di luar jam pembelajaran untuk pengayaan atau remidial. Sekolah juga seringkali meminta para guru untuk mengikuti retret/rekoleksi, seminar, lokakarya maupun pelatihan baik di tingkat pemerintah kota maupun yayasan pusat. Para guru diminta untuk memenuhi kewajiban hadir paling lambat 15 menit sebelum proses belajar mengajar dimulai. Guru juga wajib memberi senyum sapa salam kepada seluruh warga sekolah. Semua kewajiban guru tersebut diupayakan untuk keberhasilan proses pendidikan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta agar dapat mendukung dalam menciptakan iklim lingkungan sekolah yang penuh cinta kasih dan mengembangkan religiositas warga SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
7. Gambaran Siswa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Siswa dan siswi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta terdiri dari laki-laki dan perempuan yang memiliki berbagai macam latar belakang, agama, budaya, suku dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
ekonomi yang berbeda-beda. Berdasarkan praobservasi yang telah dilakukan keadaan siswa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta cukup rapi, cukup sopan, cukup rajin, cukup disiplin, meski begitu tetap saja ada siswa kurang memiliki religiositas, misal membawa rokok, HP, sepeda motor, suka mengejek teman, berantem, mencontek, membolos sekolah dan tidak mengerjakan tugas atau kurangnya minat dalam belajar khususnya pendidikan religiositas. Siswa mempunyai anggapan bahwa hanya mata pelajaran yang diajukan di ujian nasional saja yang menjadi perhatian mereka dalam belajar. Padahal siswa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta mempunyai potensi dalam mengembangkan religiositas di sekolah, karena sekolah menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai macam aspek religiositas misal, pendidikan
religiositas,
doa
sebelum
dan
sesudah
pelajaran,
rekoleksi,
ekstrakurikuler. Siswa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta juga diminta untuk menciptakan budaya senyum, sapa dan salam kepada seluruh warga sekolah, sehingga dapat menciptakan situasi sekolah yang sungguh nyaman, aman dan tentram bagi semuanya, maka dengan begitu siswa dapat mengembangkan pendidikan IQ dan sekaligus pengembangan religiositas yang baik. Harapan dari sekolah, siswa lulusan SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta adalah pibadi yang beriman tangguh, jujur, peduli sesama, tanggung jawab dan bermoral.
B. Metodologi Penelitian Pada bagian ini penulis akan mengangkat berbagai hal yang berkenaan dengan penelitian tentang pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik. Sebelum masuk dalam penguraian tentang penelitian, penulis akan menguraikan terlebih dahulu tentang permasalahan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas siswa, faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan religiositas siswa, dan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di sekolah, oleh sebab itu ada tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, pembahasan dan hasil penelitian.
1. Permasalahan a. Sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik telah mendukung sikap religiositas siswa? b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta? c. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta? 2. Tujuan Penelitian a. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik telah mendukung sikap religiositas siswa. b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
c. Mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
3. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan motode deskriptif dan analisis data. Metode penelitian kualitatif sebagai mana yang diungkapkan Bogan dan Taylor (dalam Moleong, 2012: 4) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jenis penelitian kualitatif juga sering disebut sebagai metode etnografi karena pada awalnya metode penelitian ini lebih banyak digunakan untuk penelitian di bidang antropologi budaya. Penelitian kualitatif di lakukan pada objek yang alamiah, yaitu objek yang berkembang apa adanya tidak di manipulasi oleh peneliti (Sugiyono, 2010: 14-15). Penelitian menggunakan pendekatan metodologi kualitatif dan kuantitatif, namun pendekatan kualitatif dipilih sebagai pendekatan utama. Penggunaan dua pendekatan ini tidak saling bertentangan. Menurut Moleong (2012: 38), “kedua pendekatan tersebut dapat digunakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigma lainnya hanya sebagai pelengkap saja”. Kedua pendekatan tersebut digunakan sebagaimana mestinya untuk keperluan menyusun skripsi. Penelitian ini, diajukan untuk menganalisis dan mengungkapkan fenomena nilai-nilai religiositas di tengah masyarakat yang mulai luntur akhir-akhir ini, terutama yang menyangkut aktivitas remaja. Maka penelitian kualitatif yang peneliti gunakan lebih menekankan analisis data pada proses peyimpulan data deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap yang tertuju pada suatu keadaan objektif atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan berdasarkan faktafakta historis tersebut. Penulis juga mendukung data tersebut dengan metode penelitian kuantitatif
melalui analisis tabel berisi hasil penelitian beserta
persentasenya berupa angka. Penulis memilih jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan angket karena peneliti ingin menekankan pada kualitas dari hasil yang diperoleh dari responden. Melalui penelitian kualitatif ini penulis dapat terlibat secara langsung dalam proses penelitian. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi penulis untuk terjun langsung, serta terlibat secara langsung dalam berproses bersama responden di mana penelitian diadakan, dengan menyesuaikan diri pada kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.
4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d. 27 Agustus 2016 di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
5. Sampel Penelitian Siswa kelas VIII dan kelas IX SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta periode tahun ajaran 2015/2016 seluruhnya berjumlah 170 siswa, yang terbagi menjadi 6 kelas yakni mulai dari kelas VIII-A, VIII-B, VIII-C dan IX-A, IX-B, IX-C. Jumlah siswa masing-masing kelas VIII-A ada 27 siswa, VIII-B ada 26 siswa, VIII-C ada 26 siswa dan IX-A ada 31 siswa, IX-B ada 30 siswa, IX-C ada 30 siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Dalam hal ini penulis mengambil tiga kelas sebagai responden penelitian, yaitu kelas VIII-A, VIII-C, IX-B, yang keseluruhannya berjumlah 83 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sample. Teknik purposive sample, yaitu menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul, teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Moleong, 2012: 224-225). 6. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang hendak diteliti yakni pengembangan religiositas di sekolah Katolik.
Tabel 1. Kisi-Kisi Kuesioner Variabel
Aspek yang diungkap
No item
Jumlah
Pemahaman
a. Tujuan keberadaan sekolah Katolik
1
1
pengembangan
b. Ciri-ciri sekolah Katolik
2
1
religiositas
c. Pengertian religiositas
3
1
4
1
5
1
dalam
religiositas 6,7,8
3
dalam
religiositas 9,10,11
3
dalam
religiositas 12,13
2
dalam
religiositas 14,15
2
di
sekolah Katolik
d. Alasan pengembangan religiositas di sekolah Katolik e. Tujuan pengembangan religiositas di sekolah Katolik
Pelaksanaan
a. Pengembangan
pengembangan religiositas
di
sekolah Katolik
belief. b. Pengembangan practice. c. Pengembangan feeling. d. Pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
knowledge. e. Pengembangan
dalam
religiositas 16,17,18
3
effect. Faktor-faktor
a. Keluarga
19
1
yang
b. Masyarakat
20
1
mempengaruhi
c. Gereja
21
1
pelaksanaan
d. Siswa
22
1
pengembangan religiositas
di
sekolah Katolik Upaya
untuk
meningkatkan
a. Usaha
pengembangan
religiositas 23
1
religiositas 24
1
siswa dalam aspek belief.
pengembangan
b. Usaha
religiositas
pengembangan
siswa dalam aspek practice.
siswa di SMP Kanisius
c. Usaha
pengembangan
religiositas 25
1
religiositas 26,27
2
siswa dalam aspek feeling.
Kalasan
d. Usaha
Yogyakarta
pengembangan
siswa dalam aspek knowledge. e. Usaha
pengembangan
religiositas 28
1
siswa dalam aspek effect.
Tabel 2. Kisi-Kisi Wawancara Variabel
Aspek yang diungkap
Pemahaman
2
1
Kanisius Kalasan dengan sekolah di
pada umumnya?
sekolah Katolik Pelaksanaan
Jumlah
a. Apa yang menjadi kekhasan SMP
pengembangan religiositas
No item
b. Sejauh
mana
pelaksanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
pengembangan religiositas
pengembangan religiositas siswa di
sekolah Katolik
di
SMP
Kanisius
Kalasan
Yogyakarta? c. Mengapa
religiositas
3
1
4
1
5
1
6
1
perlu
dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta? Faktor-faktor
d. Faktor-faktor
apa
yang
mendukung
mempengaruhi
pelaksanaan
pelaksanaan
religiositas
pengembangan
Kalasan Yogyakarta?
religiositas
dan
saja
yang
menghambat pengembangan
di
SMP
Kanisius
di
sekolah Katolik Upaya
untuk e. Menurut bapak/ibu hal-hal apa
meningkatkan
yang
dapat
dilakukan
pengembangan
pelaksanaan
religiositas siswa
religiositas siswa ?
untuk
pengembangan
di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta
7. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang relevan, berkaitan dan mengena. Data penelitian dikumpulkan baik lewat instrumen pengumpulan data dengan angket, wawancara, maupun lewat data dokumentasi (Marzuki, 1982: 55). Dalam pengumpulan data penulis melakukan reduksi, dengan menganalisis data secara keseluruhan, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
bagian terkecil dalam data yang memiliki makna dikaitkan dengan masalah penelitian. Dalam pengumpulan data yang utama penulis menggunakan metode angket sedangkan untuk metode wawancara hanya untuk melengkapi data-data yang hendak dikumpulkan. (Moleong, 2012: 288) mengatakan bahwa “data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan pertannyaan yang telah disiapkan. Pengelompokkan ini bertujuan untuk menemukan arti data dengan cara menarik hubungan-hubungan sesuai dengan permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian”. Teknik angket dapat disebut mail survey, karena hubungan dengan responden dilakukan melalui daftar pertanyaan yang dikirim kepadanya. Dibedakan dua jenis angket, ada angket langsung, yaitu daftar pertanyaan yang dikirim kepada orang yang diminta keterangan tentang dirinya, sedangkan angket tidak langsung, yaitu daftar pertanyaan dikirim untuk menceritakan tentang keadaan diri orang lain (Marzuki, 1982: 65). Instrument atau alat pengumpulan data yang berisi sejumlah pertannyaanpertannyaan harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya. Dalam penelitian ini penulis mengambil data dengan cara membagikan angket kepada para siswa. Dalam pengisian angket penulis juga mendampingi secara intensif jika ada siswa yang kurang jelas dalam pengisian angket, penulis dapat membantu siswa dengan menerangkan cara-cara yang baik dan benar kepada siswa. Penelitian yang penulis lakukan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar upaya pengembangan religiositas yang dilakukan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Teknik observasi dalam istilah sederhana adalah proses penelitian dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa dugunakan adalah lembar pengamatan dan catatan kejadian (Moleong, 2012: 176). Teknik wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (Marzuki, 1982: 62-64). Wawancara dalam penelitian ini hanya dilakukan untuk melengkapi data, dan wawancara dilakukan kepada responden yang mempunyai peran dalam upaya pengembangan religiositas siswa, seperti guru di sekolah. Yang dilakukan dengan cara wawancara bebas atau tidak terstruktur, yaitu penulis menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang akan digali dari responden. Beberapa buku dapat membantu penulis dalam membangun teori. Pertama, karya dari Paloutzian, Invitation to the Psychology Of Religion, yang menyatakan bahwa religiositas itu mempunyai 5 (lima) aspek, yang terdiri dari aspek religiositas belief, mengacu pada apa yang diyakini sebagai bagian dari agama, seberapa kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
keyakinan diadakan, dasar untuk persetujuan intelektual, dan bagaimana menonjol bahwa kepercayaan dalam kehidupan seseorang. Misalnya, keyakinan akan keberadaan Tuhan adalah ideologi agama, dengan kata lain aspek religiositas belief merupakan dimensi ideology, memberikan gambaran sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam ajaran agamanya. Aspek religiositas practice dapat disebut sebagai dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual agamanya. Misalnya: mengikuti Misa Kudus pada hari minggu. Aspek religiositas feeling, berkaitan dengan jiwa dan dunia emosional individu. Selain pengalaman peristiwa yang orang mungkin memberi label "pengalaman religiositas", dimensi perasaan meliputi hal seperti keinginan untuk percaya pada suatu agama, rasa takut tentang tidak religiositas, rasa kesejahteraan yang berasal dari keyakinan, dan sejenisnya merupakan dimensi perasaan, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami individu. Aspek religiositas knowledge, merupakan dimensi intelektual, yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. Aspek religiositas effect, mengacu pada perilaku, tetapi tidak perilaku yang merupakan bagian resmi dari praktik keagamaan itu sendiri. Sebaliknya, referensi di sini adalah untuk efek agama seseorang memiliki di sisi lain "non religiositas" segi kehidupan seseorang. Yakni mengungkapkan sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Karya berikutnya adalah karya Y.B. Mangunwijaya, Sastra dan Religiositas, Religiositas: Bagian Terdalam dari Pribadi Manusia. Menurutnya, religiositas dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
diungkapkan melalui ritus agama maupun tidak, maksudnya religiositas itu dapat diungkapkan melalui kegiatan yang berciri agama maupun bukan. Kegiatan yang berciri agama itu misalnya seperti membaca Kitab Suci, ibadat dan lain sebagainya. Religiositas yang diungkapkan dalam bahasa non agama misalnya kegiatan kemanusiaan, menolong orang yang sedang membutuhkan pertolongan, berbagi berkat dari Allah yang sudah diterima untuk dibagikan kepada sesama (waktu, tenaga, ekonomi dll). Pandangan Moedjanto ini sungguh mencerminkan makna religiositas yang sesungguhnya, bahwa religiositas itu melintasi agama-agama dan sekaligus melintasi rasionalisasi. Menurutnya, religiositas: melintasi agama-agama, karena religiositas sangat sulit untuk diukur atau dinilai dari gejala-gejala lahir. Religiositas merupakan isi, dasar dari agama atau hidup keagamaan manusia. Maka jika tanpa religiositas hidup keagamaan jadi tanpa arti, sebab religiositas yang menentukan kualitas hidup beragama. Orang yang rajin mengikuti peraturan keagamaan, belum tentu manusia itu religiositas. Maka dapat disimpukan bahwa religiositas dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku, bersikap, dan bertidak sesuai dengan ajarannya. Selain itu juga, menurut Moedjanto religiositas itu melintasi rasionalisasi, sebab hati mempunyai rasionya sendiri. Maka religiositas mengembangkan segi terdalam dari diri manusia, meskipun religiositas itu melintasi rasionalisasi, namun tidak pernah bisa ada satu pertentangan sesungguhnya antara religiositas dan rasionalisasi, tetapi justru yang utama rasionalisasi orang merupakan akal budi menghadapi setiap persoalan, karena Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
yang mewahyukan rahasia-rahasia dan mencurahkan iman telah menempatkan di dalam roh manusia cahaya akal budi. Romo Sewaka di dalam bukunya, Ajaran dan Pedoman Gereja Tentang Pendidikan Katolik, mengatakan bahwa, apa yang dapat disumbangkan sekolah Katolik untuk masyarakat? Seperti dikemukakan dalam deklarasi tentang pendidikan Kisten, Konsili Vatikan II (Gravissimum Educationis), sekolah Katolik ikut mengusahakan terwujudnya cita-cita budaya dan perkembangan remaja. Dalam mengejar tujuan itu, sekolah Katolik menekankan empat bidang yang merupakan dimensi pendidikannya: (a) suasana pendidikan; (b) perkembangan pribadi masingmasing siswa; (c) hubungan yang terjalin antara kebudayaan dan Injil, sumber inspirasi pendidikan; dan (d) penerangan segala pengetahuan yang dipelajari oleh cahaya iman. Keempat dimensi itulah yang menjadi pokok permenungan sekolah Katolik. Maksud dari penerbitan keempat dokumen Gereja tentang pendidikan dan sekolah Katolik secara serentak dalam satu buku ialah untuk mempermudah siapapun yang berminat atau berkepentingan untuk mencari dan mempelajari ajaran dan pedoman Gereja tentang pendidikan pada umumnya serta pendidikan Katolik pada khususnya, dan lebih istimewa lagi tentang sekolah Katolik.
8. Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan penelitian setelah peneliti mengumpulkan data. Dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber atau data yang masih mentah perlu diolah sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian (Moleong, 2012: 176).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Setelah data selesai diolah maka langkah selanjutnya ialah data dianalistis. Data mentah yang sudah dikumpulkan dari responden dianalisis untuk mengetahui jawaban dari penelitian tersebut. Analisis data merupakan kegiatan yang penting dalam suatu penelitian, karena dengan manganalisis data, peneliti dapat mengetahui jawaban yang benar dari masalah yang telah diteliti. Analisis data bertujuan untuk memperoleh gambaran dari variabel, menguji teori atau konsep dengan informasi yang ditentukan, menemukan adanya konsep baru dari data yang dikumpulkan dan mencari penjelasan apakah konsep baru yang diuji berlaku umum atau hanya pada kondisi tertentu.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penulis akan memaparkan fokus dari penelitian ini yaitu mengenai pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Dengan melakukan penelitian melalui pendekatan deskriptif, maka penulis memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data yang telah diperoleh penulis melalui penyebaran angket dan wawancara yang dilakukan dengan para responden. Bagian ini membahas tentang laporan pelaksanaan penelitian yang meliputi laporan penelitian melalui penyebaran angket, laporan hasil penelitian wawancara dengan para guru, pembahasan hasil penelitian.
1. Laporan Pelaksanaan Penelitian Pada bagian ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian mengenai pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada Hari Senin, 15 Agustus 2016 sampai Hari Jumat, 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Agustus 2016 menggunakan angket dan wawancara. Angket ditujukan kepada siswasiswi kelas IX-B dan kelas IX-C. Wawancara dilaksanakan dengan responden 1 (selaku wali kelas IX-A dan guru IPS di SMP Kanisius Kalasan), dengan responden 2 (selaku wali kelas IX-C dan guru pendidikan bahasa Indonesia di SMP Kanisius Kalasan), dengan responden 3 (selaku wali kelas IX-B dan guru bahasa Jawa di SMP Kanisius Kalasan) dan dengan responden 4 (selaku guru matematika yang diberi tanggung jawab untuk mengajar pendidikan religiositas (agama Katolik). Penulis membahas hasil wawancara dengan metode deskripsi. Kemudian penulis menghitung persentase angket dengan cara membagi jumlah siswa yang memilih alternative jawaban tertentu dengan jumlah total responden, lalu dikali 100%. Keterangan :
P = J/T x 100%
P = Persentase J = Jumlah siswa yang memilih alternatif jawaban tertentu T = Jumlah total seluruh responden
2. Laporan Penelitian Melalui Penyebaran Angket Penulis menyebarkan angket dengan pokok pembahasan yang dilaporkan dalam bentuk tabel (lih Tabel 1), yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan. Angket terdiri dari 28 item pernyataan yang harus dijawab oleh siswa sebagai responden penelitian dengan mengkategorikan pernyataan seperti sangat setuju, setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju. Contoh soal no 1: sekolah Katolik merupkan tanda dan sarana kehadiran Gereja dalam dunia pendidikan. Siswa memberikan pernyataan apakah sangat setuju/setuju/raguragu/tidak setuju. Terlihat 18 siswa mengatakan sangat setuju dengan pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
tersebut dan 42 siswa mengatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Setelah itu penulis mendapatkan persentase pada masing-masing item dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya.
a. Identitas Responden Tabel 3 memuat jawaban mengenai identitas reponden di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang meliputi kelas, agama dan jenis kelamin. Tabel 3. Identitas Responden (N=60) No
Jawaban Responden
1.
Kelas
2
3.
Jumlah
%
Kelas IX B
30
50%
Kelas IX C
30
50%
Katolik
37
61%
Kristen
19
32%
Islam
3
5%
Budha
1
2%
Laki-laki
35
58%
Perempuan
25
42%
Agama
Jenis Kelamin
Jumlah keseluruhan dalam penelitian ada 60 siswa yang terdiri dari kelas IXB berjumlah 30 siswa (50%) dan kelas IX-C berjumlah 30 siswa(50%). Sedangkan menurut agama yang dianutnya ada 37 siswa (61%) beragama Katolik, 19 siswa (32%) beragama Kristen, 3 siswa (5%) beragama Islam dan 1 siswa (2%) beragama Budha. Menurut jenis kelamin ada 35 siswa (58%) laki-laki, dan 25 siswa (42%) perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
b. Pemahaman
Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta Tabel 4 telah memuat jawaban responden tentang pemahaman pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, yang terdiri dari lima aspek yang diungkap, yang meliputi aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, aspek religiositas effect. Pemahaman pengembangan religiositas yang diungkap oleh responden dibagi dalam lima item meliputi tujuan keberadaan sekolah Katolik, ciri-ciri sekolah Katolik, pengertian religiositas, alasan pengembangan religiositas di sekolah Katolik, dan tujuan pengembangan religiositas di sekolah Katolik. Tabel 4. Pemahaman Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60) No Jawaban Responden 1.
Jumlah
%
a. Sangat setuju
18
30%
b. Setuju
42
70%
c. Ragu-ragu
0
0
d. Tidak setuju
0
0
a. Sangat setuju
30
50%
b. Setuju
28
47%
c. Ragu-ragu
2
3%
d. Tidak setuju
0
0%
Sekolah Katolik merupakan tanda dan sarana kehadiran Gereja dalam dunia Pendidikan.
2.
Semangat saling mengasihi dan peduli sesama manusia, merupakan ciri khas sekolah Katolik.
3.
Religiositas meningkatkan kualitas diri dalam hubungan dengan Allah dan sesama demi kesejahteraan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
4.
a. Sangat setuju
38
64%
b. Setuju
20
33%
c. Ragu-ragu
2
3%
d. Tidak setuju
0
0%
a. Sangat setuju
19
32%
b. Setuju
35
58%
c. Ragu-ragu
5
8%
d. Tidak setuju
1
2%
a. Sangat setuju
33
55%
b. Setuju
23
38%
c. Ragu-ragu
4
7%
d. Tidak setuju
0
0%
Sekolah Katolik meningkatkan kesadaran siswa akan tatanan nilai kehidupan, saling toleransi terhadap sesama, bermoral dan religiositas.
5.
Religiositas
menumbuhkan
sikap
saling
menolong,
berbagi, jujur, terbuka dan bermoral.
Responden paham dengan baik bahwa sekolah Katolik merupakan tanda dan sarana kehadiran Gereja dalam dunia pendidikan, terlihat 42 responden (70%) mengatakan sangat sangat setuju dan 18 responden (30%) mengatakan setuju, dan tidak ada responden yang mengatakan ragu-ragu atau tidak setuju. Responden juga paham dengan cukup baik mengenai pemahaman tentang semangat saling mengasihi dan peduli sesama manusia, merupakan ciri khas sekolah Katolik ada 30 responden (50%) sangat setuju, 28 responden (47%) setuju, 2 responden (3%) ragu-ragu, dan tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Tapi yang perlu mendapat perhatian ada (3%) responden yang mengatakan ragu-ragu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Responden juga paham dengan baik tentang religiositas dapat meningkatkan kualitas diri dalam hubungan dengan Allah dan sesama demi kesejahteraan manusia. Pada pertanyaan ini, responden paham dengan baik terlihat ada 38 responden (64%) mengatakan sangat setuju, 20 responden (33%) mengatakan setuju. Namun juga yang perlu mendapat perhatian ternyata ada 2 responden (3%) yang mengatakan raguragu, meski begitu tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Responden juga paham dengan cukup baik bahwa sekolah Katolik meningkatkan kesadaran siswa akan tatanan nilai kehidupan, saling toleransi terhadap sesama, bermoral dan religiositas ada 35 responden (58%) mengatakan setuju, 19 responden (32%) mengatakan sangat setuju. Namun juga yang perlu diperhatikan ada 5 responden (8%) mengatakan ragu-ragu, dan 1 responden (2%) yang mengatakan tidak setuju. Responden juga paham dengan cukup baik tentang religiositas menumbuhkan sikap saling menolong, berbagi, jujur, terbuka dan bermoral. Terlihat dengan adanya 33 responden (55%) mengatakan sangat setuju, 23 responden (38%) mengatakan setuju, tapi yang masih perlu diperhatikan bahwa ada 4 responden (7%) mengatakan ragu-ragu, namun meski begitu tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju religiositas menumbuhkan sikap saling menolong, berbagi, jujur, terbuka dan bermoral.
c. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tabel
5
memuat
hasil
jawaban
responden
mengenai
pelaksanaan
pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
meliputi 5 aspek pengembangan religiositas, yang meliputi aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect. Tabel 5. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60) No
Jawaban Responden
6.
SMP Kanisius Kalasan rutin mengadakan Misa pelajar.
7.
Jumlah %
a. Sangat setuju
23
38%
b. Setuju
30
50%
c. Ragu-ragu
7
12%
d. Tidak setuju
0
0%
a. Sangat setuju
16
27%
b. Setuju
37
62%
c. Ragu-ragu
5
8%
d. Tidak setuju
2
3%
a. Sangat setuju
11
18%
b. Setuju
27
45%
c. Ragu-ragu
19
32%
d. Tidak setuju
3
5%
a. Sangat setuju
10
17%
b. Setuju
38
63%
Sejauh yang saya alami, mengikuti Misa pelajar di sekolah menumbuhkan keinginan untuk semakin percaya kepada Tuhan.
8.
Saya melibatkan diri untuk aktif dalam pelaksanakan Misa pelajar di sekolah.
9.
Ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar rutin dilakukan di SMP Kanisius Kalasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
10.
c. Ragu-ragu
9
15%
d. Tidak setuju
3
5%
a. Sangat setuju
14
23%
b. Setuju
29
48%
c. Ragu-ragu
13
22%
d. Tidak setuju
4
7%
a. Sangat setuju
5
8%
b. Setuju
25
42%
c. Ragu-ragu
20
33%
d. Tidak setuju
10
17%
a. Sangat setuju
42
70%
b. Setuju
17
28%
c. Ragu-ragu
1
2%
d. Tidak setuju
0
0%
a. Sangat setuju
26
43%
b. Setuju
30
50%
c. Ragu-ragu
4
7%
d. Tidak setuju
0
0%
Sejauh yang saya alami, beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah memotivasi
saya
untuk
aktif
beribadah,
mengikuti
perayaan Ekaristi dan Ibadat.
11.
Saya berperan untuk melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah.
12.
Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran telah dilaksanakan secara rutin di SMP Kanisius Kalasan.
13.
Sejauh yang saya alami, kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran membuat saya semakin merasakan keberadaan Tuhan.
14.
Sejauh yang saya alami, melalui pendidikan religiositas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
secara terjadwal telah mendorong saya memahami cinta kasih Allah pada manusia.
15.
a. Sangat setuju
28
47%
b. Setuju
29
48%
c. Ragu-ragu
2
3%
d. Tidak setuju
1
2%
a. Sangat setuju
13
22%
b. Setuju
35
58%
c. Ragu-ragu
12
20%
d. Tidak setuju
0
0%
a. Sangat setuju
13
22%
b. Setuju
36
60%
c. Ragu-ragu
11
18%
d. Tidak setuju
0
0%
a. Sangat setuju
13
22%
b. Setuju
39
65%
c. Ragu-ragu
8
13%
d. Tidak setuju
0
0%
a. Sangat setuju
7
12%
b. Setuju
33
55%
c. Ragu-ragu
19
31%
d. Tidak setuju
1
2%
Sejauh yang anda alami, apakah selama pelaksanaan pendidikan religiositas anda aktif mengikuti pembelajaran.
16.
Rekoleksi telah dilaksanakan secara rutin oleh SMP Kanisius Kalasan.
17.
Sejauh yang saya alami, rekoleksi yang diadakan oleh sekolah mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi saya untuk mengasihi sesama.
18.
Saya selalu melibatkan diri secara aktif dalam rekoleksi yang diadakan oleh sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Dari tabel 5 terungkap pelaksanaan pengembangan religiositas dalam lima aspek, yang meliputi pelaksanaan pengembangan religiositas belief, bahwa menurut responden setuju SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta rutin mengadakan Misa pelajar terlihat ada 30 responden (50%) mengatakan setuju, 23 responden (38%) mengatakan sangat setuju, namun yang juga menjadi perhatian ada 7 responden (12%) mengatakan ragu-ragu, tapi tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Responden juga menyatakan sangat setuju Misa pelajar di sekolah menumbuhkan keinginan untuk semakin percaya kepada Tuhan, ada 37 responden (62%) mengatakan setuju, 16 responden (27%) mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan ada 5 responden (8%) mengatakan ragu-ragu, dan ada 2 responden (3%) yang mengatakan tidak setuju mengikuti Misa pelajar di sekolah menumbuhkan keinginan untuk semakin percaya kepada Tuhan. Responden juga menyatakan setuju melibatkan diri untuk aktif dalam pelaksanakan Misa pelajar di sekolah, ada 27 responden (45%) mengatakan setuju, 11 responden (18%) mengatakan sangat setuju, tapi yang juga menjadi perhatian bahwa ada 19 responden (32%) mengatakan raguragu, dan 3 responden (5%) mengatakan tidak setuju melibatkan diri untuk aktif dalam pelaksanaan Misa pelajar di sekolah. Pelaksanaan pengembangan religiositas practice, bahwa menurut responden menyatakan setuju beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar rutin dilakukan di SMP Kanisius Kalasan. Terlihat ada 38 responden (63%) mengatakan setuju, 10 responden (17%) mengatakan sangat setuju, namun yang juga perlu diperhatikan ada 9 responden (15%) mengatakan ragu-ragu, dan 3 responden (5%) mengatakan tidak setuju. Responden juga menyatakan setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah memotivasi saya untuk aktif beribadah, mengikuti perayaan Ekaristi dan Ibadat, terlihat ada 29 responden (48%) mengatakan setuju, 14 responden (23%) mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan juga ada 13 responden (22%) mengatakan ragu-ragu, dan 4 responden (7%) mengatakan tidak setuju kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah memotivasi saya untuk aktif beribadah, mengikuti perayaan Ekaristi dan Ibadat. Responden menyatakan ragu melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah terlihat ada 25 responden (42%) mengatakan setuju, 20 responden (33%) mengatakan ragu-ragu, 10 responden (17%) mengatakan tidak setuju untuk melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah, dan hanya
5 responden (8%)
mengatakan sangat setuju untuk melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah. Pelaksanaan pengembangan religiositas feeling, bahwa menurut responden menyatakan sangat setuju berdoa sebelum dan sesudah pelajaran telah dilaksanakan secara rutin di SMP Kanisius Kalasan, terlihat ada 42 responden (70%) mengatakan sangat setuju, 17 responden (28%) mengatakan setuju, namun yang juga perlu diperhatikan ada 1 responden (2%) mengatakan ragu-ragu, tapi meski begitu tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Responden juga menyatakan setuju kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran membuat responden semakin merasakan keberadaan Tuhan, terlihat ada 30 responden (50%) mengatakan setuju, 26 responden (43%) mengatakan sangat setuju, namun yang juga menjadi perhatian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
ada 4 responden (7%) mengatakan ragu-ragu, tapi tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Pelaksanaan
pengembangan
religiositas
knowledge,
bahwa
menurut
responden menyatakan setuju pendidikan religiositas secara terjadwal telah mendorong memahami cinta kasih Allah pada manusia, terlihat ada 29 responden (48%) mengatakan setuju, 28 responden (47%) mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan masih ada 2 responden (3%) mengatakan ragu-ragu, dan 1 responden (2%) tidak setuju pendidikan religiositas secara terjadwal mendorong memahami cinta kasih Allah pada manusia. Responden juga menyatakan selama pelaksanaan pendidikan religiositas responden cukup aktif mengikuti pembelajaran, terlihat ada 35 responden (58%) mengatakan setuju, 13 responden (22%) mengatakan sangat setuju, namun yang juga perlu diperhatikan ada 12 responden (20%) mengatakan ragu-ragu, tapi tidak ada responden yang menjawab tidak setuju. Pelaksanaan pengembangan religiositas effect, bahwa menurut responden menyatakan setuju rekoleksi telah dilaksanakan secara rutin oleh SMP Kanisius Kalasan, terlihat ada 36 responden (60%) mengatakan setuju, 13 responden (22%) mengatakan sangat setuju, namun pelu diperhatikan ada 11 responden (18%) mengatakan ragu-ragu dan tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju bila rekoleksi tidak pernah dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden juga menyatakan setuju rekoleksi yang diadakan oleh sekolah mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi untuk mengasihi sesama, terlihat ada 39 responden (65%) mengatakan setuju, 13 responden (22%) mengatakan sangat setuju, namun perlu diperhatikan ada 8 responden (13 %) mengatakan ragu-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
ragu dan tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju bila rekoleksi tidak sama sekali mengembangka relasi dengan Tuhan. Responden juga menyatakan setuju selalu melibatkan diri secara aktif dalam rekoleksi yang diadakan oleh sekolah, terlihat ada 33 responden (55%) mengatakan setuju, namun perlu juga diperhatikan ada 19 responden (31%) mengatakan ragu-ragu, 7 responden (12%) mengatakan sangat setuju, dan 1 responden (2%) tidak setuju selalu melibatkan diri secara aktif dalam rekoleksi yang diadakan oleh sekolah.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tabel 6 memuat hasil jawaban responden mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, yang meliputi keluarga, masyarakat, Gereja, dan siswa.
Tabel 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60) No
Jawaban Responden
19.
Keluarga sebagai pendidik pertama dan utama
Jumlah %
memotivasi saya untuk mengenal dan mengalami cinta kasih Allah kepada sesama.
20.
a. Sangat setuju
29
48%
b. Setuju
30
50%
c. Ragu-ragu
0
0%
d. Tidak setuju
1
2%
Masyarakat mendukung saya berperilaku baik, seperti mengasihi sesama, toleransi dan peduli terhadap sesama manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
21.
a. Sangat setuju
24
40%
b. Setuju
28
47%
c. Ragu-ragu
8
13%
d. Tidak setuju
0
0%
a. Sangat setuju
28
47%
b. Setuju
29
48%
c. Ragu-ragu
3
5%
d. Tidak setuju
0
0%
a. Sangat setuju
13
22%
b. Setuju
32
53%
c. Ragu-ragu
13
22%
d. Tidak setuju
2
3%
Gereja memotivasi saya untuk memiliki semangat hidup doa.
22.
Para siswa di SMP Kanisius Kalasan saling membantu mengembangkan hidup rohani.
Dari tabel 6 terungkap faktor-faktor yang mempegaruhi pelaksanaan pengembangan religiositas di sekolah, bahwa menurut responden setuju keluarga sebagai pendidik pertama dan utama memotivasi untuk mengenal dan mengalami cinta kasih Allah kepada sesama, terlihat ada 30 responden (50%) mengatakan setuju, 29 responden (48%) mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan dan menjadi masukan bagi sekolah ada 1 responden (2%) mengatakan tidak setuju keluarga sebagai pendidik pertama dan utama memotivasi untuk mengenal dan mengalami cinta kasih Allah kepada sesama. Responden juga menyatakan setuju masyarakat mendukung berperilaku baik, seperti mengasihi sesama, toleransi dan peduli terhadap sesama manusia, terlihat ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
28 responden (47%) mengatakan setuju, 24 responden (40%) mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan ada 8 responden (13%) mengatakan ragu-ragu. Akan tetapi tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Responden juga menyatakan setuju Gereja memotivasi untuk memiliki semangat hidup doa, terlihat ada 29 responden (48%) mengatakan setuju, 28 responden (47%) mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan ada 3 responden (5%) mengatakan ragu-ragu. Akan tetapi tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Responden juga setuju siswa di SMP Kanisius Kalasan saling membantu mengembangkan hidup rohani, terlihat ada 32 responden (53%) mengatakan setuju, 13 responden (22%) mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan dan menjadi masukan bagi sekolah ada 13 responden (22%) mengatakan ragu-ragu, dan 2 responden (3%) mengatakan tidak setuju siswa di SMP Kanisius Kalasan saling membantu mengembangkan hidup rohani.
e. Upaya untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas Siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tabel 7 memuat hasil jawaban responden mengenai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, yang meliputi usaha pelaksanaan pengembangan religiositas siswa dalam aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, aspek religiositas effect. Dalam tabel 7 responden diberi kesempatan untuk memilih upaya apa yang mungkin dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
digunakan untuk meningkatkan pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik Khususnya di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Tabel 7. Upaya untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas Siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta (N=60) No
Jawaban Responden
23.
Menulis refleksi di buku khusus perlu dilaksanakan di sekolah
untuk
meningkatkan
Jumlah %
kepercayaan
akan
keberadaan Tuhan.
24.
a. Sangat setuju
16
27%
b. Setuju
34
57%
c. Ragu-ragu
9
15%
d. Tidak setuju
1
2%
a. Sangat setuju
30
50%
b. Setuju
25
42%
c. Ragu-ragu
5
8%
d. Tidak setuju
0
0%
a. Sangat setuju
23
38%
b. Setuju
34
57%
c. Ragu-ragu
2
3%
d. Tidak setuju
1
2%
Ziarah rohani perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan semangat keterlibatan dalam perayaan keagamaan.
25.
Lingkungan sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil perlu dikembangkan untuk menumbuhkan sikap saling mengasihi dan mencintai sesama manusia.
26.
Pendidikan agama Katolik perlu diupayakan secara khusus untuk semakin memahami hukum dan dogmadogma ajaran agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
27.
a. Sangat setuju
19
32%
b. Setuju
40
67%
c. Ragu-ragu
0
0%
d. Tidak setuju
1
2%
a. Sangat setuju
31
52%
b. Setuju
29
48%
c. Ragu-ragu
0
0%
d. Tidak setuju
0
0%
a. Sangat setuju
35
58%
b. Setuju
24
40%
c. Ragu-ragu
1
2%
d. Tidak setuju
0
0%
Pendidikan religiositas perlu dipertahankan supaya saya dapat berkembang sebagai pibadi yang utuh (cerdas, religiositas, bermoral dan terbuka).
28.
Pendidikan karakter di sekolah perlu dilaksanakan secara khusus untuk menciptakan budaya saling mengasihi, menghormati, cinta kasih dan tanggung jawab.
Dari tabel 7 terungkap usaha untuk meningkatkan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan sebagai sekolah Katolik, yang meliputi usaha pengembangan religiositas siswa dalam aspek belief, menurut responden setuju menulis refleksi di buku khusus perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan kepercayaan akan keberadaan Tuhan, terlihat ada 34 responden (57%) mengatakan setuju, 16 responden (27%) mengatakan sangat setuju, namun yang juga perlu diperhatikan ada 9 responden (15%) mengatakan ragu-ragu, dan 1 responden (2%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
mengatakan tidak setuju menulis refleksi di buku khusus perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan kepercayaan akan keberadaan Tuhan. Usaha pengembangan religiositas siswa dalam aspek practice, bahwa menurut responden menyatakan sangat setuju ziarah rohani perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan semangat keterlibatan dalam perayaan keagamaan, terlihat ada 30 responden (50%) mengatakan sangat setuju, 25 responden (42%) mengatakan setuju, namun yang juga perlu diperhatikan ada 5 responden (8%) mengatakan raguragu ziarah rohani perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan semangat keterlibatan dalam perayaan keagamaan. Usaha pengembangan religiositas siswa dalam aspek feeling, bahwa menurut responden menyatakan setuju lingkungan sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil perlu dikembangkan untuk menumbuhkan sikap saling mengasihi dan mencintai sesama manusia, terlihat ada 34 responden (57%) mengatakan setuju, 23 responden (38%) mengatakan sangat setuju, tapi yang perlu diperhatikan ada 2 responden (3%) mengatakan ragu-ragu, dan 1 responden (2%) mengatakan tidak setuju lingkungan sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil perlu dikembangkan untuk menumbuhkan sikap saling mengasihi dan mencintai sesama manusia. Usaha pengembangan religiositas siswa dalam aspek knowledge, bahwa menurut responden menyatakan setuju pendidikan agama Katolik perlu diupayakan secara khusus untuk semakin memahami hukum dan dogma-dogma ajaran agama Katolik, terlihat ada 40 responden (67%) mengatakan setuju, 19 responden (32%) mengatakan sangat setuju, tapi yang perlu diperhatikan ada 1 responden (2%) mengatakan tidak setuju. Responden juga menyatakan sangat setuju bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
pendidikan religiositas perlu dipertahankan supaya dapat berkembang sebagai pribadi yang utuh (cerdas, religiositas, bermoral dan terbuka), terlihat ada 31 responden (52%) mengatakan sangat setuju, 29 responden (48%) mengatakan setuju pendidikan religiositas perlu dipertahankan supaya dapat berkembang sebagai pribadi yang utuh (cerdas, religiositas, bermoral dan terbuka), dan tidak ada responden yang menjawab ragu-ragu atau tidak setuju . Usaha pengembangan religiositas siswa dalam aspek effect, bahwa menurut responden menyatakan setuju pendidikan karakter di sekolah perlu dilaksanakan secara khusus untuk menciptakan budaya saling mengasihi, menghormati, cinta kasih dan tanggung jawab, terlihat ada 35 responden (58%) mengatakan sangat setuju, 24 responden (40%) mengatakan setuju, namun perlu juga diperhatikan ada 1 responden (2%) mengatakan ragu-ragu pendidikan karakter di sekolah perlu dilaksanakan secara khusus untuk menciptakan budaya saling mengasihi, menghormati, cinta kasih dan tanggung jawab, akan tetapi tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju.
3. Laporan Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian wawancara dengan para guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden dalam penelitian wawancara ini adalah, R1 guru dan sekaligus wali kelas IX-A, R2 guru dan sekaligus wali kelas IX-C, R3 guru dan sekaligus wali kelas IX-B, R4 guru yang bertanggung jawab mengajar mata pelajaran pendidikan agama (pendidikan religiositas). Hasil wawancara dilaporkan untuk melengkapi data tentang sejauh mana SMP Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dalam mengupayakan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di sekolah. Tabel 8. Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta No
Pertanyaan
Jawaban
Responden
1.
Sudah berapa lama
11 tahun 6 bulan
R1
bekerja
7 tahun
R2
di SMP Kanisius
10 tahun
R3
Kalasan
6 tahun
R4
bapak/ibu
Yogyakarta? 2.
Apa yang menjadi
Aspek Religiositas Belief
kekhasan di SMP Pada asa remaja, sebagian besar dari Kanisius
Kalasan mereka
dengan
sekolah dalam kepercayaan kepada Tuhan,
pada umumnya?
mengalami
R4
keragu-raguan
remaja merasa bosan dengan ajaran agama yang mereka anggap kuno. Dalam
hal
seperti
ini
remaja
memerlukan pertolongan untuk mampu mengolah masa transisi yang dialami oleh para remaja salah satunya adalah dengan
adanya
PPR
(paradigma
pendagogik reflektif) dengan harapan siswa dapat menjadi pribadi yang unggul
dalam
iman
sekaligus
berkarakter. Aspek Religiositas Knowledge Untuk menggali kemampuan siswa dalam hal dogma dan ajaran agama supaya siswa mengetahui maksud dari
R2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
hari raya keagamaan, hukum dan dogma-dogma agama salah satunya adalah
dengan
adanya
pendidikan
religiositas yang belum tentu ada di sekolah pada umumnya. Aspek Religiositas Effect Semangat religiositas effect guru di
R1, R3
SMP Kanisius Kalasan dikembangkan dengan baik, mengacu pada tindakan konkret yang dilakukan meningkatkan pelayanan terhadap para siswa, seperti mengadakan
pendampingan
pada
masalah yang sedang dihadapi siswa baik dalam keluarga atau di sekolah, salah
satunya
yaitu
mengadakan
kunjungan ke rumah siswa untuk mengetahui
latar
belakang
situasi
keluarga siswa. 3.
Sejauh
mana
Aspek Religiositas Belief
pelaksanaan
Aspek religiositas belief, mengacu pada
pengembangan
keyakinan akan keberadaan Tuhan, di
religiositas siswa di sekolah SMP
sudah
Kanisius dengan
diupayakan,
mengadakan
Misa
yaitu pelajar,
Kalasan
memberikan kesempatan siswa untuk
Yogyakarta?
menjalankan ibadah Sholat bagi yang beragama
Muslim,
agar
R2, R4
semakin
menumbuhkan keyakinan yang kuat akan keberadaan Tuhan. Aspek Religiositas practice Aspek religiositas practice, mengacu
R1, R2,
pada
R3, R4
serangkaian
perilaku
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
diharapkan
dari
menyatakan
seseorang
yang
keyakinan
agama.
Penekanannya pada tindakan spesifik mengerjakan
kewajiban
ritual
keagamaannya, misal mengikuti Misa kudus
pada
hari
minggu,
untuk
mengembangkan religiositas practice siswa,
SMP
mengadakan
Kanisius koor
Kalasan
Gereja,
lomba
BKSN, paduan suara, ikut serta dalam tugas Gereja seperti PA, dan supaya dapat menciptakan hidup doa maka adanya
doa malaikat Tuhan dengan
melibatkan
siswa,
novena,
ziarah
rohani. Aspek Religiositas Feeling Aspek religiositas feeling juga sudah dilaksanakan menyangkut
di
sekolah,
aspek
karena
perasaan
R1, R2, R4
atau
religiositas feeling. religiositas feeling tentu tidak datang secara tiba-tiba perlu ada faktor yang mendukung untuk mengembangkan
religiositas
feeling
agar siswa semakin dapat merasakan kehadiran Tuhan, salah satunya yaitu dengan menumbuhkan semangat hidup doa, maka adanya doa malaikat Tuhan dengan melibatkan siswa dan novena. Aspek Religiositas Knowledge Aspek
religiositas
knowledge
juga
sudah dilaksanakan di SMP Kanisius
R1, R3, R4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Kalasan salah satunya dengan adanya pendidikan
religiositas
untuk
memperkenalkan siswa pada maksud dari hari raya agamanya, hukum atau dogma ajaran agama. Aspek Religiositas effect Aspek religiositas effect juga sudah
R1, R2,
dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan,
R4
salah satunya yaitu melalui pelajaran bahasa jawa, siswa diajarkan tentang menghargai sesama. Misal seperti tata krama,
unggah-unggoh.
religiositas
effect
Aspek
mengacu
pada
peilaku yang sifatnya memiliki peilaku baik juga diupayakan melalui retret supaya dapat membantu siswa untuk mengembangkan relasi dengan Tuhan serta
memotivasi
untuk
mengasihi
sesama dalam hidup sehari-hari. 4.
Mengapa religiositas
perlu Religiositas
dilaksanakan SMP
R1
Aspek Religiositas Feeling perlu
dilaksanakan
di
di sekolah untuk mengembangkan aspek
Kanisius religiositas feeling yang berkaitan suara
Kalasan
hati, karena yang menjadi salah satu
Yogyakarta?
kekhasan
sekolah
Katolik
adalah
religiositas feeling, sehingga dapat meningkatkan kepribadian yang baik dalam diri anak. Aspek Religiositas Knowladge Tentu religiositas perlu dilaksanakan, salah
satunya
adalah
religiositas
R2, R3, R4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
knowledge, karena perlu mengantur prinsip-prinsip dasar pendidikan iman, sebab sekolah Katolik di satu pihak sebagai
lembaga
masyarakat
dan
sekaligus adalah “komunitas Kristen” yang tujuan pendidikannya berakar dalam Kristus dan Injil-Nya, sehingga diperlukan sinkronasi antara keduanya yang
akan
berdampak
pada
perkembangan siswa secara utuh. Maka sampai sekarang pendidikan religiositas tetap ada sebagai mapel dan religiositas juga menjadi identitas sekolah 5.
Faktor-faktor saja
apa Menghambat: yang
mendukung
dan
Petugas
R1 atau
pelatih
sulit
disinkronasikan dan mengganggu
menghambat
jam pelajaran, karena guru juga
pelaksanaan
mengajar mapel yang lain.
pengembangan
Banyak program tapi sulit terlaksana
religiositas di SMP
karena berbenturan jam.
Kanisius
Kalasan Mendukung:
Yogyakarta?
Relasi dan kerjasama yang baik dengan siswa dan guru. Siswa antusias setiap ada kegiatan peduli lingkungan.
Menghambat: Untuk mengembangkan religiositas tidak ada guru pendidikan agama Mendukung: Kerjasama sekolah, guru dan siswa
R2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
yang baik, sehingga misal guru A gak bisa ya diganti dengan guru B.
Menghambat: Siswa yang sulit dibenahi atau latar
R3
belakang siswa yang sulit untuk memiliki kesadaran, misal dalam pembelajaran
religiositas
diberi
tugas, tapi ada saja yang tidak mengerjakan. Mendukung: Keterlibatan semua pihak baik itu orang tua siswa, guru dan sekolah.
Menghambat: Kekurangan guru pendidik dan tidak
R4
adanya guru agama. Mendukung: Saling
peduli
dan
bahu-membahu
antara para guru.
6.
Menurut Bapak/ibu
Usaha Pengembangan dalam Aspek
hal-hal
Feeling
dapat
apa
yang
R3
dilakukan Usaha perlu dalam pengembangan
untuk pelaksanaan religiositas feeling, sehingga tercipta pengembangan
dimensi religiositas dalam kesediaan
religiositas siswa?
untuk melayani, maka Perlu adanya kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk meningkatkan religiositas siswa. Usaha Pengembangan dalam Aspek
R1, R2,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Knowledge Upaya
R4
pengembangan
religiositas
knowledge perlu diupayakan, agar guru sebagai pendidik dapat mensinkronasi antara
sekolah
pendidikan
dan
sebagai
lembaga
sekaligus
mampu
menjadi komunitas Kristen, maka nilainilai Kristiani dapat tumbuh dengan baik dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu guru perlu mengetahu apa saja pengembangan religiositas secara professional, dengan begitu guru tidak kehilangan arah dalam mencerdaskan siswa sekaligus mengembangkan
religiositas
siswa,
agar siswa dapat berkembang secara utuh. Usaha Pengembangan dalam Aspek
R1
Effect Usaha pengembangan religiositas effect juga perlu, salah satunya adalah dengan mengadakan kegiatan berfariasi, bisa melalui kegiatan yang dilaksanakan diluar sekolah, misal kunjungan panti jompo, bakti sosial dll sehingga siswa memiliki kepribadian yang baik kepada sesama.
Dari hasil wawancara dengan responden sudah berapa lama Bapak/ibu bekerja di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1, bekerja menjadi guru di SMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Kanisius Kalasan Yogyakarta selama 11 tahun 6 bulan. Responden 2 menjadi guru selama 11 tahun (4 tahun menjadi guru di Kanisius Gayam dan 7 tahun di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta). Responden 3 menjadi guru di SMP Kanisius Kalasan selama 10 tahun. Responden 4 bekerja menjadi guru selama 8 tahun (2 tahun di Kanisius Gayam, 6 tahun di SMP Kanisius Kalasan). Menurut responden apa yang menjadi kekhasan SMP Kanisius Kalasan dengan sekolah pada umumnya. Responden 1 mengatakan bahwa yang menjadi kekhasan di SMP Kanisius Kalasan adalah pelayanan terhadap anak dan mengadakan pendampingan yang lebih mendalam terhadap masalah yang dihadapi anak baik dalam keluarga dan di sekolah. Dari sisi lain responden 2 mengatakan ada pendidikan religiositas di SMP Kanisius Kalasan yang belum tentu ada di sekolah pada umumnya, memperhatikan keberagaman agama siswa. Responden 3 mengatakan bahwa kekhasan di SMP Kanisius Kalasan yaitu memiliki kepedulian kepada siswa, adanya solidaritas dalam pelayanan kepada anak atau memperhatikan siswa dan peduli kepada siswa dengan melakukan kunjungan ke rumah siswa. Responden 4 mengatakan bahwa di SMP Kanisius Kalasan ada PPR (Paradigma Pendagogik Reflektif) dan guru merupakan pendidik sekaligus orang tua dan sahabat bagi siswa. Dari hasil wawancara dengan responden sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan. Responden 1 mengatakan pelaksanaan yang sudah dilakukan di SMP Kanisius Kalasan untuk mengembangkan religiositas siswa adalah dengan mengadakan koor Gereja, lomba BKSN, paduan suara, ikut serta dalam tugas Gereja seperti PA dll, rutin mengadakan doa malaikat Tuhan dengan melibatkan siswa, pendidikan religiositas dan rekoleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Responden 2 mengatakan bahwa pelaksannaan pengembangan religiositas siswa sudah baik menciptakan nilai-nilai Katolik di sekolah, seperti misa, rekoleksi, ziarah, novena, dan mengembangkan hidup doa siswa. Responden 3 juga mengungkapkan adanya pendidikan religiositas, melibatkan siswa dalam tugas Gereja seperti koor atau putra altar, dan melalui pelajaran bahasa jawa, siswa diajarkan tentang menghargai sesama misal seperti tata krama, unggah-unggoh. Responden 4 juga menambahkan bahwa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjalankan ibadah Sholat bagi yang beragama Muslim, ada pendidikan religiositas, ada pentas seni seperti teater, Misa pelajar dan paduan suara. Pernyataan
tersebut
dipertegas
dengan
mengapa
religiositas
perlu
dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1 mengatakan religiositas perlu dilaksanakan di sekolah ini, karena ini menjadi salah satu kekhasan dan sekaligus dapat meningkatkan kepribadian yang baik dalam diri anak. Responden 2 mengatakan tentu religiositas perlu dilaksanakan, terlihat sampai sekarang pendidikan religiositas tetap ada sebagai mapel dan pendidikan religiositas juga menjadi identitas sekolah. Responden 3 mengatakan religiositas menjadi identitas khas sekolah, maka menjadi sangat penting untuk tetap dilaksanakan. Responden 4 mempertegas kembali dengan mengatakan bahwa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta mempunyai ciri khas yang salah satunya itu, ada pengembangan religiositas seperti pendidikan
religiositas,
maka
pendidikan
religiositas
masih
sangat
perlu
dilaksanakan, kalau tidak ada pendidikan religiositas identitas sekolah bisa hilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Menurut responden faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Faktor yang mendukung pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1 mengatakan relasi dan kerjasama yang baik dengan siswa dan guru, serta siswa pun antusias setiap ada kegiatan peduli lingkungan. Responden 2 menambahkan bahwa kerjasama sekolah, guru dan siswa yang baik, sehingga misal guru A gak bisa ya diganti dengan guru B. Responden 3 kembali mempertegas kedua responden 1 dan responden 2, bahwa keterlibatan semua pihak baik itu orang tua siswa, guru dan sekolah menjadi faktor yang mendukung. Responden 4 kembali mempertegas yaitu faktor yang mendukung pelaksanaan pengembangan religiositas adalah saling peduli dan bahu-membahu antara para guru. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1 mengatakan faktor yang dapat menghambat adalah petugas atau pelatih sulit disinkronasikan dan mengganggu jam pelajaran, karena guru juga mengajar mapel yang lain dan banyak program tapi sulit terlaksana karena berbenturan jam. Responden 2 mengatakan untuk mengembangkan religiositas tidak ada guru pendidikan agama. Responden 3 mengatakan siswa yang sulit dibenahi atau latar belakang siswa yang sulit untuk memiliki kesadaran, misal dalam pelajaran religiositas diberi tugas, tapi ada saja yang tidak mengerjakan. Responden 4 menegaskan kembali apa yang sudah dikatan oleh responden 2, yaitu kekurangan guru pendidik dan tidak adanya guru agama. Dari hasil wawancara dengan responden, menurut bapak/ibu hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Responden 1 mengatakan guru yang menguasai bidang pengembangan religiositas secara professional, karena selama ini hanya sampiran, dan kegiatan dilaksanakan dengan lebih berfariasi. Responden 2 mengatakan bagaimanapun guru di sini tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan agama (Kateketik), maka perlu mendatangkan guru agama supaya guru-guru yang lain juga mengetahui usaha yang harus dilakukan. Responden 3 mengatakan perlu adanya kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk meningkatkan religiositas siswa. Responden 4 mengatakan pendidikan religiositas dan pengembangannya perlu dilakukan oleh guru yang mengetahui religiositas. Dari jawaban melalui wawancara yang dilakukan oleh para guru terlihat bahwa sebagian besar guru belum menyadari akan peran mereka untuk ikut mengembangkan religiositas siswa, meski responden sebenarnya sudah melakukan untuk ikut melaksanakan perkembangan religiositas siswa tetapi ternyata mereka belum menyadari peran tersebut, tapi responden 2 mengatakan dengan jujur memang benar perlu adanya kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk meningkatkan religiositas siswa
4. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasar hasil jawaban responden melalui angket yang telah di bagikan, telah diperoleh 60 responden yakni siswa kelas IX-B yang berjumlah 30 siswa dan kelas IX-C yang berjumlah 30 siswa. Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan data dari laporan hasil penelitian melalui angket yang diisi oleh para siswa, yang kemudian dilengkapi dengan wawancara bersama guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Pada bagian ini penulis akan menuliskan atau menguraikan hasil penelitian yang telah di laksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Tujuan penelitian dalam skripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
ini adalah memperoleh sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik telah mendukung sikap religiositas siswa, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perkembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan untuk pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
a. Pemahaman
Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta Sekolah Katolik memiliki kekhasan yang berbeda dengan sekolah pada umumnya, yaitu pengembangan religiositas, sekolah Katolik berusaha membimbing siswa menjadi pribadi religiositas atau yang utuh. Sekolah Katolik dipahami oleh murid dan guru yang sudah sejalan dengan Gravvisimum Educationis. Dari 42 (70%) siswa menyatakan bahwa kehadiran Gereja dalam dunia pendidikan itu melalui sekolah Katolik, seperti yang telah diungkapkan oleh guru melalui wawancara pelayanan juga menjadi ciri khas sekolah Katolik, 30 (50%) siswa juga menyatakan pelayanan dengan penuh kasih dan peduli sesama sebagai kekhasan sekolah Katolik, tapi perlu diperhatikan pula ada 2 (3%) siswa ragu-ragu untuk mengatakan semangat saling mengasihi dan peduli sesama manusia, merupakan ciri khas sekolah Katolik. Religiositas juga dipahami suatu karya nyata yang tidak tebatas pada agama, suku dan budaya tertentu, 38 (63%) menyatakan sangat setuju bahwa religiositas dapat meningkatkan kualitas diri dalam hubungan dengan Allah dan sesama demi kesejahteraan manusia dan juga menjadi pendorong untuk meningkatkan kualitas diri dalam hubungan dengan Allah dan sesama demi kesejahteraan manusia, tapi perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
juga diperhatikan dan bisa menjadi masukan bahwa ternyata ada 2 (3%) siswa yang mengatakan ragu-ragu. Dengan pengembangan religiositas 35 (58%) menyatakan dapat meningkatkan tatanan nilai kehidupan, sehingga tercipta sikap saling toleransi kepada sesama, bermoral dan terbuka, namun perlu diperhatikan juga ada 1 (2%) siswa mengatakan tidak setuju. Tapi dengan pengembangan religiositas siswa setuju mampu memotivasi untuk semakin mempunyai sikap yang baik seperti, sikap saling menolong, berbagi, jujur, terbuka dan bermoral.
b. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Poluotzian mengatakan bahwa ada 5 aspek religiositas yang sudah di paparkan di BAB II, 5 aspek relgiousitas itu sebagai berikut, aspek religiositas belief mengacu pada keyakinan akan keberadaan Tuhan adalah ideologi agama, dengan kata lain aspek belief merupakan dimensi ideology, memberikan gambaran sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam ajaran agamanya. Misalnya: percaya adanya surga, Neraka, malaikat, kiamat, dan lain-lain. Aspek religiositas practice dapat disebut sebagai dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual agamanya. Misalnya: mengikuti Misa Kudus pada hari minggu. Aspek religiositas feeling meliputi hal seperti keinginan untuk percaya pada suatu agama, rasa takut tentang tidak religiositas, rasa kesejahteraan yang berasal dari keyakinan, dan sejenisnya merupakan dimensi perasaan, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami individu. Aspek religiositas knowledge merupakan dimensi intelektual, yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. Aspek religiositas effect, mengacu pada perilaku, tetapi tidak perilaku yang merupakan bagian resmi dari praktik keagamaan itu sendiri. Sebaliknya, referensi di sini adalah untuk efek agama seseorang memiliki di sisi lain "non religiositas" segi kehidupan seseorang. Yakni mengungkapkan sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui hasil wawancara dengan para guru pelaksanaan pengambangan religiositas siswa yang diupayakan oleh sekolah, yaitu aspek religiositas belief dengan Misa pelajar, memberi kesempatan untuk ibadah Sholat bagi yang Muslim. Aspek religiositas practice dengan mengadakan koor Gereja, paduan suara, ikut serta dalam tugas Gereja seperti PA, ziarah rohani, aspek religiositas feeling dengan mengadakan semangat hidup doa yang diwujudkan melalui doa malaikat Tuhan dengan melibatkan siswa dan novena, aspek religiositas knowledge dengan mengadakan pendidikan religiositas, dan aspek religiositas effect dengan mengadakan tatakrama dan retret untuk membantu siswa untuk mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi untuk mengasihi sesama dalam hidup sehari-hari. Sejalan dengan penyataan tersebut Misa pelajar selain telah rutin dilaksanakan di sekolah, tapi dengan mengikuti Misa pelajar 37 (62%) siswa juga menyatakan dapat meningkatkan aspek religiositas belief, bahwa ternyata dengan mengikuti Misa pelajar dengan aktif dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk semakin percaya kepada Tuhan, namun perlu diperhatiakn dan bisa menjadi masukan, bahwa ada 5 siswa (8%) menyatakan ragu-ragu, dan ada 2 siswa yang menyatakan tidak setuju mengikuti Misa pelajar di sekolah menumbuhkan keinginan untuk semakin percaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
kepada Tuhan. Sesuai dengan tujuan keberadaan sekolah Katolik, maka SMP Kanisius Kalasan sudah mengupayakan unuk mengembangkan kepercayaan siswa, agar siswa mampu berkembang tidak hanya pada kemampuan intelektual tapi juga kepercayaan pada Tuhan. Sekolah juga mengupayakan dalam pengembangan religiositas practice, seperti yang telah dinyatakan oleh para guru melalui wawancara, 38 (63%) siswa juga mengatakan setuju bahwa religiositas yang diungkap melalui kegiatan keagamaan atau
religousitas
practice
dapat
ditingkatkan
melalui
beberapa
kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah seperti koor, musik dan pelatihan misdinar dengan kegiatan seperti itu membuat siswa tidak lagi merasa asing ketika berada di tempat ibadah, misal bagi siswa yang beragama Katolik tidak lagi merasa asing ketika berada di dalam Gereja dan siswapun semakin mengenal praktek keagamaan. Dengan begitu maka siswa semakin termotivasi untuk terlibat aktif dalam praktek keagamaan, seperti perayaan Ekaristi dan ibadat. Mengacu pada 5 aspek religiositas yang perlu dikembangkan di sekolah Katolik, maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, sebagai sekolah Katolik telah mendukung sikap religiositas siswa. Berdasarkan penyebaran angket kepada siswa untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Dalam aspek religiositas belief SMP Kanisius Kalasan secara rutin mengadakan Misa pelajar dari hasil penelitian menunjukkan 30 siswa (50%) mengatakan setuju, 23 siswa (38%). Religiositas belief merujuk pada sikap percaya kepada Allah yang dapat diungkapkan melalui Misa pelajar. Melalui Misa pelajar 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
siswa (62%) mengatakan setuju, 16 siswa (27%) bahwa dengan mengikuti Misa pelajar dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk semakin percaya kepada Tuhan, namun perlu diperhatikan ada 5 siswa (8%) mengatakan ragu-ragu, dan ada 2 siswa (3%) yang mengatakan tidak setuju mengikuti Misa pelajar di sekolah menumbuhkan keinginan untuk semakin percaya kepada Tuhan. Hal yang perlu diperhatikan ada 19 siswa (32%) yang mengatakan ragu-ragu dalam melibatkan diri untuk aktif dalam pelaksanaan Misa pelajar. Hal ini bisa menjadi perhatian dan masukan bagi sekolah, dikarenakan tidak semua siswa beragama Katolik dan selama Misa mereka yang non Katolik tidak mempunyai koordinasi yang jelas selama Misa, sehingga mereka cenderung berkeliaran di sekitar sekolah dan Gereja selama Misa pelajar. Terlepas dari itu, pada masa remaja memerlukan yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan dapat menolongnya dalam mengatasi konflik dan keragu-raguan yang dialami oleh remaja. Dalam kesadaran mengenai masalah yang dialami oleh remaja, ada yang masih kurang bersikap toleran terhadap dogma-dogma yang mereka anggap kuno. Dalam hal seperti ini remaja memerlukan agama yang dapat menolongnya untuk mengolah masa transisi yang dialami oleh para remaja Religiositas dapat juga diungkapkan melalu ritus agama atau juga disebut sebagai kegiatan yang berciri agama, ini juga dapat disebut sebagai religiositas dalam aspek practice. SMP Kanisius Kalasan juga sudah mengupayakan beberapa kegiatan pelaksanaan pengambangan religiositas dalam aspek practice, melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar yang dilaksanakan secara rutin di SMP Kanisius Kalasan, terlihat pada pertanyaan 9 ada 38 siswa (63%) mengatakan setuju, 10 siswa (17%) mengatakan sangat setuju bahwa religiositas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
diungkap melalui kegiatan keagamaan atau religiositas practice dapat ditingkatkan melalui beberapa kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti koor, musik dan pelatihan misdinar dengan kegiatan seperti itu membuat siswa tidak lagi merasa asing ketika berada di tempat ibadah, misal bagi siswa yang beragama Katolik tidak lagi merasa asing ketika berada di dalam Gereja dan siswapun semakin mengenal praktek keagamaan, namun yang perlu diperhatikan ada 9 siswa (15%) mengatakan raguragu, dan 3 siswa (5%) mengatakan tidak setuju. Dengan adanya beberapa kegiatan ekstrakurikuler tersebut dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk terlibat aktif beribadah, mengikuti perayaan Ekaristi dan ibadat, ada 29 siswa (48%) mengatakan setuju, 14 siswa (23%) mengatakan sangat setuju dengan mengenal dan akrab dengan situasi praktek keagamaan melalui beberapa kegiatan ekstrakurikuler tersebut siswa menjadi memiliki keinginan untuk aktif dalam praktek keagamaan, namun 13 siswa (22%) mengatakan ragu-ragu, dan 4 siswa (7%) mengatakan tidak setuju. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar secara rutin dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, tapi memang kegiatan esktrakurikuler tidak hanya koor, musik dan pelatihan misdinar, tapi yang perlu diperhatikan juga bahwa masih ada banyak kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Maka secara otomatis siswa yang terlibat secara aktif dalam beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar tidak begitu banyak, ada 25 siswa (42%) yang setuju terlibat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar. Selaras dengan itu pada masa-masa remaja kadangkadang malas berdoa, misal siswa yang beragama Katolik malas ke Gereja atau malas berdoa secara teratur. Siswa sering merasa bosan dengan perayaan-perayaan rutin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
dalam upacara-upacara Gerejani. Remaja akan senang apabila dapat melibatkan diri dalam gerekan Gerejani bersama-sama remaja yang lain. Aspek religiositas Knowledge, merupakan dimensi intelektual, misalnya siswa mengetahui maksud dari hari raya keagamaan, hukum dan dogma keagamaan, SMP Kanisius Kalasan sudah mengupayakan adanya pengembangan religiositas knowledge bagi siswa, sejalan dengan pernyataan para guru melalui hasil wawancara, yaitu melalui pendidikan religiositas yang dilaksanakan secara terjadwal dapat mendorong siswa memahami cinta kasih Allah pada manusia, 29 (48%) siswa memahami berkat kasih yang sudah diterima dari Allah bukan menjadi miliknya sendiri melainkan perlu dibagikan kepada orang lain tanpa harus menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain. Aspek religiositas effect juga dapat dikatakan sebagai aspek religiositas yang mengacu pada perilaku, tapi perilaku yang dimaksud bukan merupakan bagian resmi dari praktek keagamaan, melainkan dari segi non-religiositas, misal mau mengampuni kesalahan sesama yang telah menyakitinya dengan sengaja atau tidak sengaja, mendoakan dan mencintai musuhnya. Dalam hasil wawancara dan penyebaran angket pengembangan religiositas effect sudah dilaksanakan, salah satunya dengan rekoleksi yang telah dilakukan secara rutin di sekolah. Dengan mengadakan rekoleksi di SMP Kanisius Kalasan terdapat 39 siswa (65%) menyatakan dengan adanaya rekoleksi dapat mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi untuk mengasihi sesama dalam hidup sehari-hari. Tapi ada yang perlu diparhatikan dan mungkin menjadi masukan bagi sekolah bahwa ada 8 siswa (13%) mengatakan ragu-ragu, dan tidak ada responden yang menjawab tidak setuju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Maka rekoleksi dapat membantu siswa untuk mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi untuk mengasihi sesama dalam hidup sehari-hari.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Faktor yang mendukung dalam perkembangan religiositas siswa melalui hasil wawancara adalah adanya kerjasama yang baik antara semua pihak. Responden 3 mengatakan keterlibatan orang tua siswa, guru dan sekolah menjadi faktor yang mendukung perkembangan religiositas siswa. Sejalan dengan hal itu keluarga mempunyai tempat yang khas, sebagai pendidik pertama dan utama. Keluarga mempunyai peran yang penting bagi perkembangan religiositas remaja khususnya menyangkut aspek religiositas belief dan aspek religiositas feeling. Keluarga sebagai pendidik pertama dan utama dapat memotivasi siswa untuk mengenal dan mengalami cinta kasih Allah kepada sesama, yang ditunjukkan dengan 30 siswa (50%) mengaatakan setuju, 29 siswa (48%) sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan akan Tuhan yang tumbuh pada siswa, keluarga juga mempunyai peran yang sangat strategis. Dalam aspek feeling keluarga sebagai pendidik pertama dan utama mempunyai tempat yang khas dalam pengembangan religiositas siswa. Karena orang tua juga mempunai tanggung jawab yang sangat besar dan berkewajiban untuk memberikan pengalaman religiositas kepada anaknya agar dapat selalu melatih suara hati mereka, sehingga nantinya anak dapat memiliki religiositas dalam bertingkah laku di tengah masyarakat. Tapi yang menjadi perhatian ada 1 siswa (2%) mengatakan tidak setuju bahwa keluarga sebagai pendidik pertama dan utama memotivasi saya untuk mengenal dan mengalami cinta kasih Allah kepada sesama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
ini dapat menjadi masukan bagi sekolah, masih ada siswa yang menganggap keluarga tidak memiliki kontribusi terhadap perkembangannya, khususnya dalam religiositas belief dan religiositas feeling. Siswa juga merupakan manusia yang mempunyai tempat dan peran dalam kehidupan masyarakat, sehingga sebagai keseluruhan masyarakat dituntut untuk memperlihatkan contoh-contoh sikap religiositas yang baik bagi siswa, secara khas dalam aspek religiositas effect yang mengacu pada perilaku. Masyarakat dengan baik mendukung siswa berperilaku baik, seperti mengasihi sesama, toleransi dan peduli terhadap sesama manusia yang ditunjukan dengan persentase 28 siswa (46%) mengatakan setuju, dan 24 siswa (40%) mengatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mendukung siswa berkembang menjadi pribadi yang toleransi dan peduli terhadap sesama manusia. Namun ada juga yang perlu mendapat perhatian bahwa ada 8 siswa (13%) yang mengatakan ragu-ragu masyarakat mendukung siswa dalam berperilaku baik kepada sesama, seperti mengasihi sesama, toleransi dan peduli terhadap sesama manusia. Gereja juga ikut terlibat dalam pengembangan religiositas siswa melalui kehadiranya dalam dunia pendidikan dengan munculnya sekolah Katolik, hal senada juga disebutkan dalam wawancara dengan para guru bahwa dukungannya salah satunya berbentuk sarana dan prasarana yang disediakan. Sejalan dengan itu Gereja mempengaruhi pelaksanaan pengembangan religiositas khususnya dalam aspek religiositas practice. Seperti yang bisa dilihat dalam hasil penelitian, siswa mengatakan Gereja mempunyai peran dalam memotivasi untuk memiliki semangat hidup doa dengan baik, ditunjukan dengan 29 siswa (48%) mengatakan setuju dan 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
siswa (47%) mengatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa Gereja mempunyai peran dalam perkembangan religiositas siswa, terutama dalam aspek religiositas practice. Tapi yang perlu diperhatikan bahwa ada 3 siswa (5%) mengatakan ragu-ragu Gereja dapat memotivasi untuk memiliki semangat hidup doa, tentu ini menjadi salah satu keberagaman, karena tidak semua siswa beragama Katolik. Dalam wawancara menunjukkan adanya peran siswa dalam pengembangan religiositas, yaitu dalam bentuk kerjasama yang baik. Sejalan dengan hal itu siswa di SMP Kanisius Kalasan saling membantu mengembangkan hidup rohani. Seperti yang dilihat dalam hasil penelitian, 32 (53%) siswa menyatakan bahwa, siswa mempunyai peran yang khas dalam memperkembangkan hidup rohani. Tapi perlu diperhatikan dan dapat menjadi masukan bagi sekolah, bahwasanya ada 13 siswa (21%) siswa mengatakan ragu-ragu dan 2 siswa(3%) mengatakan tidak setuju bahwa siswa di SMP Kanisius Kalasan dapat membantu mengembangkan hidup rohani. Dalam wawancara yang dilakukan juga mengamati tentang faktor yang menghambat pengembangan religiositas di sekolah, dari hasil wawancara yang dilakukan, penulis melihat bahwa guru masih terbatas tentang perlunya guru agama untuk mengembangkan religiositas di sekolah. Padahal semua guru ikut terlibat dalam pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di sekolah. Dari hasil pengamatan penulis, guru sudah ikut dalam pelaksanaan pengembangan religiositas, tapi belum menyadari peran tersebut, karena para guru menganggap diri mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan Kateketik, sehingga para guru berpendapat perlu adanya guru yang memiliki latar belakang pendidikan Kateketik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
d. Upaya Untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas Siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Kegiatan dalam pelaksanaan pengembangan religiositas mempunyai peran yang penting. Bila kegiatan menggunakan metode dengan sangat baik dan tepat, maka perkembangan religiositas siswa akan maksimal. Dari hasil penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta menyatakan kegiatan-kegiatan apa yang dapat dilakukan supaya mampu memperkembangkan 5 aspek religiositas siswa, yaitu aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect. Guru dan siswa diberi kesempatan untuk menilai upaya apa yang dapat meningkatkan pelaksanaan pengambangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan. Bila upaya yang dapat dilakukan, mendapat respon yang baik maka, upaya tersebut dapat meningkatkan pelaksanaan pengembangan religousitas siswa secara utuh. Selaras dengan pendapat tersebut, para guru dalam wawancara menyatakan bahwa upaya dapat dilakukan dalam berbagai cara, yaitu usaha pengembangan dalam religiositas feeling, sehingga tercipta dimensi religiositas dalam kesediaan untuk melayani, maka Perlu adanya kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk meningkatkan religiositas siswa. Usaha pengembangan dalam religiositas knowledge perlu diupayakan, agar guru sebagai pendidik dapat mensinkronasi antara sekolah sebagai lembaga pendidikan dan sekaligus mampu menjadi komunitas Kristen, maka nilai-nilai Kristiani dapat tumbuh dengan baik dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu guru perlu semacam panduan religiositas siswa, dengan begitu guru tidak kehilangan arah dalam mencerdaskan siswa sekaligus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
mengembangkan religiositas siswa, agar siswa dapat berkembang secara utuh. Usaha pengembangan dalam religiositas effect perlu, salah satunya adalah dengan mengadakan kegiatan bervariasi, bisa melalui kegiatan yang dilaksanakan di luar sekolah, misal kunjungan panti jompo, bakti sosial dll, sehingga siswa memiliki kepribadian yang baik kepada sesama. Upaya pengembangan aspek religiositas belief salah satunya adalah dengan menulis refleksi di buku khusus. Seperti yang dilihat dari hasil penelitian, 16 (27%) siswa mengatakan sangat setuju dan 34 (57%) siswa menyatakan setuju menulis refleksi di buku khusus perlu dilaksanakan di sekolah. Pokok-pokok pengalaman hidup yang dialami siswa perlu diarahkan atau pokok-pokok pengalaman hidup siswa ke dalam tahap pengelolaan, salah satunya yaitu dengan menulis releksi di buku khusus dengan harapan bahwa melalui refleksi yang ditulis di buku khusus pengalaman dapat meneguhkan kepercayaan siswa akan keberadaan Tuhan. Selanjutnya, pokok-pokok pengalaman hidup yang dialami siswa diarahkan ke dalam tahap pengelolaan, salah satunya yaitu dengan menulis releksi di buku khusus dengan harapan bahwa melalui refleksi yang ditulis di buku khusus pengalaman dapat dikelola dengan baik dan meneguhkan kepercayaan siswa akan keberadaan Tuhan. Namun ada yang perlu menjadi perhatian, bahwa ada 9 siswa (15%) yang mengatakan ragu-ragu dan ada 1 siswa (2%) mengatakan tidak setuju adanya kegiatan menulis refleksi di buku khusus. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengembangan dalam aspek religiositas practice salah satunya adalah dengan ziarah rohani. 30 (50%) siswa menyatakan ziarah rohani perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
semangat keterlibatan dalam perayaan keagamaan agar mampu meningkatkan pengembangan religiositas practice. Selanjutnya dengan ziarah rohani dapat membawa pada perilaku siswa untuk menyatakan keyakinan agama dengan lebih bervariasi, dengan suasana baru dapat menumbuhkan kembali dimensi ritual yang ada dan menjadi semangat untuk terlibat di dalam ritual keagamaan. Namun yang perlu diperhatikan ada 5 siswa (8%) menyatakan ragu-ragu apakah ziarah rohani perlu dilakukan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Dari hasil penelitian, 34 (57%) menyatakan lingkungan sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil perlu dikembangkan untuk menumbuhkan sikap saling mengasihi dan mencintai sesama manusia. Dengan suasana sekolah yang dijiwai oleh semangat cinta kasih kepada sesama warga sekolah, ketika siswa berada di lingkungan sekolah mendapatkan kesan memasuki suatu lingkungan yang sungguh diterangi oleh cahaya iman dan mempunyai ciri khusus yang dijiwai oleh cinta kasih dan kebebasan Injil. Dengan begitu maka tercipta dimensi religiositas bahwa para siswa semakin merasa mencintai dan dicintai Tuhan, maka berdampak pada perilaku siswa, dalam hubungan antar pribadi yang akrab dan serasi dan dalam kesediaan untuk melayani. Namun perlu diperhatikan pula bahwa ada 2 (3%) siswa yang mengatakan ragu-ragu dan 1 (2%) siswa mengatakan tidak setuju. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan dalam aspek religiositas knowledge, ada 2 upaya yang dapat dilakukan yang pertama apakah pendidikan agama Katolik perlu diupayakan secara khusus di SMP Kanisius Kalasan, siswa yang diberi kesempatan untuk menilai. Hasil dari penelitian menunjukkan 40 siswa (67%) mengatakan setuju dan 19 siswa (32%) mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
sangat setuju bahwa pendidikan agama Katolik perlu diupayakan secara khusus di SMP Kanisius Kalasan Yogakarta. Siswa menilai bahwa untuk memahami hukum dan dogma-dogma ajaran agama Katolik, maka perlu diupayakan adanya pendidikan agama Katolik, namun ada 1 siswa (2%) mengatakan tidak setuju ini juga dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah. Upaya kedua yaitu pendidikan religiositas perlu dipertahankan ada 31 siswa (52%)
mengatakan sangat setuju, 29 siswa (48%)
mengatakan setuju bahwa pendidikan religiositas perlu dipertahankan supaya dapat berkembang sebagai pibadi yang utuh. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan dalam aspek religiositas effect, salah satunya adalah dengan adanya pendidikan karakter. 35 (58%) siswa menyatakan pendidikan karakter di sekolah perlu dilaksanakan secara khusus di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta untuk menciptakan budaya saling mengasihi, menghormati, cinta kasih dan tanggung jawab. Selanjutnya pendidikan karakter di sekolah sendiri ternyata membantu menciptakan kultur sekolah menjadi lebih baik, pendidikan karakter sendiri memusatkan pada pola perilaku, seperti rasa hormat, cinta kasih, pemeliharaan, tanggung jawab dll. Pendidikan karakter membantu siswa memahami, menumbuhkan, melaksanakan inti nilai-nilai moral. Dengan idealisme ini, sekolah Katolik harus memiliki komitmen utama mengajarkan nilai-nilai dasar pendidikan karakter dalam diri para siswa yang tidak hanya terbatas pada pendidikan religiositas, tetapi juga melalui kebiasaan doa sebelum dan sesudah belajar, mengikuti Ekaristi, dll. Dengan demikian diharapkan para siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tidak hanya berkembang dalam hal akademik saja, melainkan juga berkembang dalam hal karakter yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
D. Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa SMP Kanisius Kalasan sebagai sekolah Katolik telah melaksanakan pengembangan religiositas dalam rangka mendukung religiositas siswa agar dapat berkembang secara utuh. Sekolah mengupayakan aspek belief melalui Misa pelajar untuk meningkatkan keyakinan akan keberadaan Tuhan, dengan kata lain siswa menjadi semakin percaya adanya Surga, Neraka, malaikat, kiamat, dan lain-lain. Akan tetapi masalahnya Misa pelajar tidak diikuti oleh semua siswa. Dalam pengembangan aspek practice, sekolah mengupayakan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, music dan pelatihan misdinar untuk mengembangkan dimensi ritual dalam keagamaan, dengan begitu siswa ikut ambil bagian secara aktif dalam mengerjakan kewajibankewajiban keagamaannya. Namun tidak semua siswa yang menyatakan demikian, karena kegiatan ekstrakurikuler tidak diiktuti oleh semua siswa. Sekolah juga sudah mengupayakan aspek feeling, sekolah secara rutin mengembangkan melalui doa sebelum dan sesudah pelajaran untuk menyentuh dimensi perasaan keagamaan yang dialami individu, begitu siswa mengikuti doa sebelum dan sesudah pelajaran muncul rasa percaya pada suatu agama, rasa takut tidak religiositas, rasa kesejahteraan yang berasal
dari
keyakinan.
Dalam
pengembangan
aspek
knowledge,
sekolah
mengupayakan melalui pendidikan religiositas untuk mengembangkan dimensi intelektual terhadap ajaran-ajaran agama, terutama yang terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. Dengan pendidikan religiositas siswa menyatakan mengetahui maksud dari hari raya agama, hukum atau dogma ajaran agama, memahami isi Kitab Suci dan menumbuhkan toleransi antar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
agama. Sekolah juga sudah mengupayakan aspek effect, pengembangan ini melalui rekoleksi untuk mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi mengasihi sesama, tetapi tidak semua siswa mengungkapkan hal yang sama, bahwa rekoleksi tidak memberi pengaruh bagi siswa untuk berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ada faktor-faktor yang mendukung dan faktor-faktor yang menghambat. Faktor yang mendukung pelaksanaan pengembangan religiositas di sekolah adalah keterlibatan orang tua siswa sebagai pendidik yang pertama dan utama ikut berperan dan mendukung perkembangan religiositas siswa untuk semakin mengenal dan mengalami cinta kasih Allah kepada sesama, guru sebagai pendidik juga berperan penting untuk menjadi pemandu arah perkembangan religiositas siswa, sehingga siswa tidak mudah kehilangan arah. Masyarakat juga mendukung siswa untuk berperilaku baik, seperti mengasihi sesama, toleransi dan peduli terhadap sesama manusia. Gereja juga mendukung religiositas siswa untuk memiliki semangat hidup doa. Dari segi guru sendiri mendukung pengembangan religiositas siswa dengan melihat latar belakang keadaan siswa dan kesediaannya dalam melayani demi perkembangan religiositas siswa. Faktor yang menghambat dalam pelaksanaan pengembangan religiositas di sekolah yang perlu mendapat perhatian adalah siswa kurang disiplin dan kurang memiliki kesadaran dalam mengikuti pelaksanaan pengembangan religiositas di sekolah, misal salah satu contoh adalah dalam pelajaran pendidikan religiositas siswa diberi tugas, tapi ada saja yang tidak mengerjakan atau dengan kata lain siswa kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
memiliki kesadaran akan pentingnya perkembangan religiositas bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Kendala atau hambatan tersebut sungguh merupakan suatu tantangan untuk mengupayakan agar semakin menyadarkan peran masing-masing dalam pelaksanaan pengembangan religiositas di sekolah, sehingga melalui pelaksanaan pengembangan religiositas membantu siswa untuk berkembang secara baik dari aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect. Dengan demikian perlu adanya alat bantu yang dapat mendorong munculnya kesediaan dari dalam diri siswa supaya dapat mendukung pelaksanaan perkembangan religiositas di sekolah. Berbagai macam hambatan terpendam yang ditemukan melalui wawancara dengan para guru, bahwa kegiatan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa belum berjalan dengan baik, salah satunya yaitu kurangnya kesadaran siswa akan pengembangan religiositas. Hal ini perlu mendapat perhatian secara khusus bahwa ada kemungkinan siswa belum mengetahui perannya dalam pelaksanaan pengembangan religiositas di sekolah, sehubungan dengan itu siswa dalam berefleksi belum secara mendalam, maka perlu adanya monitoring atau feedback dari siswa dalam upaya untuk dapat mendorong mengembangkan lima aspek religiositas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
BAB IV PANDUAN REFLEKSI SEBAGI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS SISWA DI SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA
Pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sudah dilaksanakan, yaitu meliputi aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect, tetapi ternyata dirasa masih perlu ditingkatkan. Maka pada bab IV ini memberikan usulan untuk meningkatkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa, sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian pada bab III, usulan itu membuat tentang panduan refleksi siswa. Usulan menyusun panduan refleksi tersebut akan dijabarkan dengan rincian meliputi latar belakang penyusunan panduan refleksi, tujuan penyusunan panduan refleksi, materi pokok panduan refleksi, petunjuk penggunaan panduan refleksi, dan contoh-contoh panduan refleksi.
A. Latar Belakang Penyusunan Panduan Refleksi SMP Kanisius Kalasan sebagai sekolah Katolik sudah melaksanakan pengembangan religiositas siswa dari berbagai aspek, meliputi, aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect. Tetapi tidak semua siswa dapat mengembangkan secara penuh dalam 5 (lima) aspek tersebut, sehingga pelaksanaan untuk meningkatkan religiositas siswa di sekolah agar dapat berkembang secara utuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
masih belum terjadi secara penuh, salah satu faktor adalah kurangnya kesadaran siswa dalam mengikuti pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Sejalan dengan itu semua, siswa juga dirasa masih kurang mendalam dalam melakukan refleksi, maka diperlukan alat bantu yang dapat memicu munculnya keinginan siswa yang sunguh datang dari dalam diri, supaya mendukung pengembangan religiositas secara utuh. Panduan refleksi juga dapat dikatakan sebagai latihan-latihan atau sarana bagi siswa agar mampu berefleksi untuk meningkatkan pengembangan religiositas secara utuh. Refleksi merupakan tindakan yang menentukan untuk bergerak dari pengalaman ke perubahan (IKAPI, 2012: 36). Maka dapat dikatakan refleksi adalah salah satu cara yang dapat membantu proses pengembangan religiositas siswa, dan sekaligus mendorong untuk bergerak dalam pengalaman sampai menuju pada aksi dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas, maka diusulkan membuat panduan refleksi, dengan adanya panduan refleksi, siswa dapat memperoleh pemahaman diri dan sekaligus bisa melakukan intropeksi diri serta mampu belajar untuk meningkatkan keterlibatan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa secara utuh. Disamping itu meski guru tidak memiliki latar belakang pendidikan Kateketik, guru tersebut tetap dapat melaksanakan atau ikut ambil bagian dalam membimbing pengembangan religiositas siswa. B. Tujuan Penyusunan Panduan Refleksi Tujuan penyusunan panduan refleksi adalah sebagai upaya pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
Untuk siswa: 1. Panduan refleksi untuk memfasilitasi siswa supaya mengetahui perannya dalam mendukung pelaksanaan pengembangan religiositas di sekolah. 2. Supaya siswa memperoleh pemahaman diri dan melakukan instrospeksi diri serta mampu belajar untuk kembali meningkatkan keterlibatan pelaksanaan pengembangan religiositas secara utuh. Untuk guru: 1. Melalui panduan refleksi guru mempunyai pemikiran yang sama, sehingga ada kesamaan untuk guru dalam pengembangan religiositas siswa. 2. Melalui panduan refleksi guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Kateketik tetap bisa mendampingi pengembangan religiositas siswa.
C. Materi Pokok Panduan Refleksi Panduan refleksi siswa disusun untuk memfasilitasi kegiatan refleksi sekaligus memperoleh feedback pengalaman religiositas siswa dan sekaligus membangun kesadaran akan keterlibatan secara aktif pengembangan religiositas secara utuh. Maka panduan refleksi siswa di dalamnya terdiri dari 5 materi pokok, yang meliputi; aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect. Materi pertama adalah tentang religiositas belief, mengacu pada apa yang diyakini sebagai bagian dari agama, seberapa kuat keyakinan diadakan, dasar untuk persetujuan intelektual, dan bagaimana menonjol bahwa kepercayaan dalam kehidupan seseorang (Paloutzian, 1996: 15). Misalnya: percaya bahwa Allah itu esa, Ia agung melibihi dunia dan sejarah (KGK, 2014: 61). Salah satu contoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
pengembangan religiositas belief, yaitu dengan model bagan yang menunjukkan sebuah jurang pemisah antara Allah dengan manusia. Siswa diminta untuk dapat menyebutkan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk melewati jurang pemisah tersebut sehingga antara manusia dan Allah tidak ada lagi penghalang, dengan harapan membantu siswa untuk menumbuhkan kepercayaan kepada Tuhan Allah sesuai dengan agamanya. Materi kedua adalah tentang religiositas practice, mengacu pada serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menyatakan keyakinan agama tertentu. Penekanannya bukan pada efek agama mungkin memiliki pada "nonreligiositas "aspek kehidupan sehari-hari seseorang, tapi pada tindakan spesifik yang merupakan bagian dari dirinya religiositas. Maka aspek practice dapat disebut sebagai dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang mengerjakan kewajibankewajiban ritual agamanya (Paloutzian, 1996: 16). Salah satu contoh pengembangan religiositas practice adalah dengan menampilkan tempat ibadah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu, berkeinginan untuk mengetahui sejauh mana siswa mengerjakan kewajiban-kewajibannya dalam mengikuti ibadah. Melalui dua pernyataan, yaitu tentang apa yang membuat siswa tidak rajin beribadah dan apa yang membuat siswa rajin beribadah, siswa diminta untuk menuliskan apa adanya sesuai dengan yang dialami oleh siswa, dengan harapan dapat membantu siswa untuk mengenali diri agar terlibat aktif dalam ritual keagamaannya. Materi ketiga adalah tentang religiositas feeling, berkaitan dengan jiwa dan dunia emosional individu. Selain pengalaman peristiwa yang orang mungkin memberi label "pengalaman religiositas", dimensi perasaan meliputi hal seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
keinginan untuk percaya pada suatu agama, rasa takut tentang tidak religiositas, rasa kesejahteraan yang berasal dari keyakinan dan sejenisnya, merupakan dimensi perasaan, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami individu (Paloutzian, 1996: 17-18). Misalnya: merasa dicintai Allah, merasa bahwa Allah mewahyukan bahwa Ia “murah hati” (Ef 2:4), merasa dosanya diampuni, merasa doanya dikabulkan Tuhan. Salah satu contoh pengembangan religiositas feeling adalah dengan meggunakan ilustrasi pohon, siswa menuliskan perasaan dalam buah-buah yang diperoleh ketika menyadari Tuhan Allah selalu ada. Melalui ilustrasi pohon dan buah-buah diharapkan dapat membantu siswa untuk mengenali kehadiran Tuhan Allah dalam hidup sehari-hari dan mensyukuri karunia Allah. Materi keempat adalah tentang rligiousitas knowledge, berkaitan erat dengan dimensi intelektual, yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. Misalnya: orang mengetahui maksud dari hari raya agamanya, hukum atau dogma ajarannya, memahami isi Kitab Suci dan lain sebagainya (Paloutzian, 1996: 19). Salah satu contoh pengembangan adalah dengan panduan pertannyaan, untuk mengungkap pengetahuan yang diperoleh siswa tentang religiositas. Meliputi pernyataan menolong sesama, terbuka, dan bermoral. Dengan harapan dapat membantu siswa dalam mengembangkan religiositas knowledge salah satunya, yaitu mengenali agama-agama di Indonesia dan munculnya sikap toleransi antar umat beragama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
Materi kelima adalah tentang religiositas effect mengacu pada perilaku, tetapi tidak perilaku yang merupakan bagian resmi dari praktik keagamaan itu sendiri. Sebaliknya, referensi di sini adalah untuk efek agama seseorang memiliki aktivitas atau tindakan di sisi lain "nonreligiositas" dari segi kehidupan seseorang. Yakni untuk mengungkapkan sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam berperilaku baik di tengah-tengah masyarakat Misalnya: Mau mengampuni kesalahan sesama manusia yang telah menyakitinya dengan sengaja atau tidak sengaja, mendoakan dan mencintai musuhnya, menolong sesama yang sedang mengalami kesulitan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan lain-lain (Paloutzian, 1996: 19). Salah satu contoh pengembangan religiositas effect, melalui pernyataan yang digali melalui dua pertanyaan. Diawali untuk menuliskan karunia apa saja yang sudah diterima dari Allah selama ini, dengan karunia dari Allah yang sudah diterima, ternyata karunia yang diterima dapat juga dirasakan oleh orang lain, maka menerima karunia dari Allah dapat dibagikan kepada sesama. Dengan begitu dapat membantu siswa menggali kemurahan hati yang mendasari sikap keterbukaan dan kepedulian.
D. Petunjuk Penggunaan Panduan Refleksi Panduan refleksi siswa dapat digunakan dalam berbagai kesempatan dan kepentingan di mana kegiatan refleksi siswa dapat dilakukan. Berbagai kesempatan antara lain seperti pada saat ada kegiataan sharing di sekolah, pada penutupan semester, atau bahkan dalam suatu pelajaran tertentu. Yang dimaksud berbagai kepentingan, karena panduan refleksi ini bersifat contoh, maka dimungkinkan setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
guru untuk memberikan tambahan panduan refleksi untuk melengkapi ataupun ingin mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh guru. Refleksi tidak bisa dilepaskan dari pengalaman masing-masing individu, pengalaman yang dimaksud bisa berupa ingatan, pemahaman, imajinasi dan perasaan (IKAPI, 2012: 35). Sebagian dari pengalaman itu ada yang diingat, ada yang sudah terlupakan, ada pula yang tidak disadari. Maka sebelum melaksanaan refleksi, alangkah baiknya kalau pengguna panduan refleksi ini hening beberapa saat, sebelum melakukan atau mengerjakan panduan refleksi (Suharjanto dan Tim FKIP, 2015: 7). Hening beberapa saat dilakukan sebelum refleksi dengan maksud agar siswa lebih fokus dan tenang sehingga siswa dapat berkomunikasi dengan pengalamannya sendiri. Dalam setiap refleksi, siswa diminta untuk mengisi bagian-bagian yang disediakan selengkap mungkin. Sangat dianjurkan juga bahwa siswa juga mencatat hal-hal lain yang muncul selama mengerjakan latihan, meskipun ha-hal tersebut tidak ditanyakan (Suharjanto dan Tim FKIP, 2015: 7). Pendamping mempunyai peran yang penting dalam pelaksanaan panduan refleksi, karena dalam refleksi diperlukan ingatan, pemahaman, imajinasi, dan perasaan, selaras dengan itu juga membuat siswa mampu untuk menangkap suatu peristiwa pengalaman hidup masing-masing (IKAPI, 2012: 35), sehingga pendamping dapat membantu siswa untuk mampu menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga para siswa dapat mengumpulkan dan mengingat kembali pengalaman siswa. Dengan demikian siswa dapat melakukan refleksi secara mendalam, yang sampai pada membentuk hati nurani para siswa, antara lain sikap hidup sehari-hari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
dengan begitu siswa mempunyai dorongan bergerak untuk mengembangkan 5 aspek religiositas, antara lain aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect.
Tabel 9. Contoh Struktur Materi Panduan Refleksi No
Aspek
Materi
Arah
Religiositas 1.
2.
3.
Belief
Practice
Feeling
Percaya
Membantu siswa untuk menumbuhkan
Keberadaan
kepercayaan kepada Tuhan Allah sesuai
Allah
dengan agamanya.
Mengikuti
Membantu siswa untuk mengenali diri agar
Ibadah
terlibat dalam ritual keagamaannya.
Merasakan
Membantu
kehadiran Allah
kehadiran Tuhan Allah dalam hidup sehari-
siswa
untuk
mengenali
hari, mensyukuri karunia Allah Tuhan. 4.
Knowledge
Pengetahuan
Membantu siswa untuk mengenali agama-
religiositas
agama di Indonesia, toleransi antar umat beragama.
5.
Effect
Perilaku sehari- Membantu siswa mengenali kemurahan hari
hati yang mendasari sikap keterbukaan dan kepedulian
Materi panaduan refleksi ini bersifat contoh, maka dimungkinkan untuk setiap guru atau pembimbing untuk menambah maupun melengkapi tema sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh masing-masing pendamping. Oleh karena itu, panduan refleksi ini meliputi, aspek belief (percaya keberadaan Tuhan), practice (mengikuti ibadah), feeling (merasakan kehadiran Allah), knowledge (pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
religiositas), effect (perilaku sehari-hari), semua itu dapat dikembangkan oleh guru yang bersangkutan.
E. Contoh Panduan Refleksi
1. Materi (Belief): Percaya Keberadaan Allah. Bagan di bawah ini menunjukkan sebuah jurang pemisah antara aku dengan Allah Yang Maha Esa. Berbagai macam tantangan di dunia senantiasa membawa aku merasa begitu jauh dengan Allah. Karena disebabkan sikap melawan maupun sikap masa bodoh aku terhadap kehadiran Allah, padahal Allah selalu mewahyukan diriNya kepadaku, tetapi aku selalu menolak dan mengabaikan. Aku perlu senantiasa menembus jurang pemisah antara relasi diriku dengan Tuhan, supaya aku dapat terus menanggapi wahyu Tuhan.
Tuhan Allah
Apa yang dapat aku lakukan untuk melewati jurang pemisah ini?
Manusia Wahyu
Tuhan
yang
selalu
hadir
menunjukkan
bahwa
ternyata
aku…………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
2. Materi (Practice): Mengikuti Ibadah Pada saat tertentu aku memiliki motivasi yang begitu kuat dalam melaksanakan Ibadah keagama, tetapi sebaliknya aku juga mempunyai saat-saat yang dapat menghambat dalam melakukan Ibadah. Oleh karena itu aku hendak melihat kembali hal-hal apa saja yang telah menghambatku dalam melakukan Ibadah, serta hal-hal telah memotivasi diriku dalam mengikuti Ibadah? Apa yang membuatku
Tempat Beribadah
tidak rajin beribadah
Apa yang membuatku rajin beribadah
Masjid
Vihara
Klenteng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Gereja Kristen
Gereja Katolik
Pura
Siswa-siswi diajak untuk semakin menyadari panggilan dalam mengikuti ibadah keagamaan
sesuai
dengan
kepercayaan,
sekaligus
mengetahui
apa
yang
menghalanginya dalam beribadah, sehingga mereka sadar dan mengerjakan kewajiban ritual keagamaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
3. Materi (Feeling): Merasakan Kehadiran Allah Dari berbagai pengalaman akan kasih Allah yang begitu melimpah, aku tuliskan perasaanku sebagai buah-buah yang aku peroleh ketika menyadari Tuhan Allah selalu ada untukku selama ini.
…… …… ……. ......... ..... ………... …...
........
………………… …......
……………… ……….. Penuh Kasih
Ketenangan Damai
….
Merasakan Cinta Tuhan Allah
………… …………
Dengan melihat begitu banyak kasih Allah, aku memahami secara lebih jelas bahwa Allah hadir dalam diriku melalui ................................................................... ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
4. Materi (Knowledge) Pendidikan Religiositas Aku manuliskan beberapa pengetahuan yang aku peroleh selama ini melalui pendidikan religiositas. ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… …..
……………… ……………… ……………… ……………… ……………… ………………..
……………………………… ……………………………… ……………………………… ……………………………… ……………………………… ……………………………… ………………………………
Pengetahuan yang aku peroleh melalui pendidikan religiositas yang paling menumbuhkembangkanku adalah……………………………………………………... ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
5. Materi (Effect): Perilaku Sehari-hari Akan aku tuliskan buah-buah kasih seperti saling mengasihi, menghormati, berbagi kepada sesama, cinta kasih, toleransi, dan tanggung jawab yang sudah aku rasakan selama ini.
Dengan begitu banyak perilaku seperti saling mengasihi, menghormati, berbagi kepada sesama, cinta kasih, toleransi, dan tanggung jawab yang sudah aku rasakan selama ini, akan aku tuliskan apa yang harus kubagikan kepada sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan menyajikan kesimpulan berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian, dengan didukung dari hasil penelitian. Kemudian berikutnya berisi saran untuk beberapa pihak yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. A. Kesimpulan Religiositas mempunyai peran yang penting dalam kehidupan dan perilaku manusia tidak terkecuali bagi remaja. Pada masa remaja, mereka mengalami perubahan dalam minat akan religiositas. Perlu adanya suatu dorongan agar religiositas dapat tumbuh dan berkembang dalam diri remaja. Oleh sebab itu, sekolah Katolik yang merupakan tanda kehadiran Gereja di dunia persekolahan mempunyai peran yang penting untuk memberikan pertolongan dalam upaya pengembangan religiositas siswa. SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik sudah mengupayakan kegiatan dalam rangka mengembangkan 5 (lima) aspek religiositas siswa yaitu, meliputi aspek religiositas belief melalui Misa pelajar, aspek religiositas practice melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar, aspek religiositas feeling melalui kegiatan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, aspek religiositas knowledge melalui pendidikan religiositas, dan aspek religiositas effect melalui kegiatan rekoleksi, akan tetapi masih dirasa perlu untuk ditingkatkan. Berdasarkan pada penelitian, untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta bahwa, siswa dalam melakukan refleksi dirasa masih kurang mendalam, sehingga kesadaran siswa untuk terlibat dalam pelaksanaan pengembangan religiositas belum secara utuh menyentuh 5 aspek religiositas. SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dapat mengembangkan panduan refleksi untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa, sehingga mereka mampu berefleksi secara lebih mendalam. Panduan refleksi dirasa penting, karena membantu melakukan instrospeksi diri untuk proses pengembangan religiositas siswa, sekaligus mendorong munculnya keinginan dari dalam diri supaya sampai pada aksi dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat. Selain itu dengan panduan refleksi yang sama, meski guru memiliki latar belakang pendidikan yang berbedabeda, guru tersebut tetap dapat ikut ambil bagian dalam membimbing pelaksanaan pengembangan 5 (lima) aspek religiositas siswa.
B. Saran Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan saran sehubungan dengan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. 1. SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta diharapkan tetap melaksanakan berbagai kegiatan untuk memperkembangkan pelaksanaan pengembangan religiositas, sehingga siswa semakin termotivasi untuk memiliki kepribadian baik, beriman mendalam, jujur, bertanggung jawab, berintegritas dan berkualitas. 2. Guru diharapkan memberikan tambahan saat menggunakan panduan refleksi misalnya pada pertanyaan ataupun pada ilustrasi untuk melengkapi atau mencapai tujuan pelaksanaan pengembangan religiositas yang hendak dicapai oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
3. Secara khusus bagi guru pendidikan agama sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi sehingga siswa semakin termotivasi untuk lebih bersemangat dalam mengikuti proses pelaksanaan pengembangan religiositas, misalnya metode refleksi, diskusi, dan dialog. 4. Siswa-siswi mampu memanfaatkan buku panduan refleksi, supaya siswa dapat menemukan nilai-nilai positif saat melakukan refleksi yang nantinya mempunyai konsep untuk semakin mampu mengembangkan religiositas yang sungguh muncul dari dalam diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
DAFTAR PUSTAKA
BNN.http://www.bnn.go.id/portal/_upload/post/2015/03/11/laporan_BNN_2014_ upload_Humas_Fix.pdf. accessed on January 26, 2017. Hamalik, O. (1995). Psikologi Remaja: Dimensi-dimensi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: erlangga. IKAPI. (2012). Paradigma Pendagogi Reflektif. Yogyakarta: Kanisius. _____. (2005). Silabus Pendidikan Religiositas (SMP). Yogyakarta: Kanisius. Koesoema, A. D.(2007). Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Grasindo. Kompas.http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/08/0920254/Kenakalan Remaja.Makin.Mencemaskan. accessed on March 27, 2016. Katekismus Gereja Katolik. (1995). (P. Herman Embuiru SVD, Penerjemah). Ende: Arnoldus. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: OBOR. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Konferensi Waligereja Indonesia. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: OBOR. Lembaga Alkitab Indonesia. (2012). Alkitab. Jakarta: LAI Mangunwijaya,Y. B. (1991). Menumbuhkan Sikap Religiositas Anak-anak. Jakarta: Gramedia. ____________. Y. B. (1982). Sastra dan Religiositas. Jakarta: Sinar Harapan. Marzuki. (1982). Metodologi riset. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII. Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moedjanto, G. Religiositas Kaum Beriman di Indonesia. Dalam Basis. Edisi Januari, 1995. XLIV. NO.1 : hal 208-221. Paloutzian, R. (1996). Invitation to the Psychology Of Religion. Masachusets: A Simon and Schuster Campany. http://m.liputan6.com/health/read/756809/4-perilaku-nekat-saat-remajahamil-di-luar-nikah. accessed on March 27, 2016. Raho, B. (2013). Agama Dalam Prespektif Sosiologi. Jakarta: OBOR.
putri-
Sarwono, D. S. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. Sewaka, A. (1991). Ajaran Dan Pedoman Gereja Tentang Pendidikan Katolik. Jakarta: PT Grasindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Suharjanto dan Tim FKIP. (2015). Karunia. Buku Refleksi Mahasiswa Semester 7 (Tidak diterbitkan) Yogyakarta: FKIP USD. _____________________. (2016). Kalpataru. Buku Refleksi Mahasiswa Semester 8 (Tidak diterbitkan) Yogyakarta: FKIP USD. Suparno, P. (2014). Revolusi Mental dan Pendidikan Karakter dalam Prespektif Budaya. Seminar Nasional Prodi IPPAK (tidak diterbitkan). Supriyati, Y. Kesadaran Beragama di antara Remaja dalam Kaitannya dengan Tugas Seorang Katekis. Dalam Majalah Rohani. Edisi September 1988: hal 359-361.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian
[1]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2: Transkip Hasil Wawancara Guru 1. Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta? a. Darmini, S.Pd (wali kelas IX A) 11 tahun 6 bulan. b. Y. Endang Setya H., S.Pd (wali kelas IX C) 7 tahun c. B. Sri Sumekar Harjanti (wali kelas IX B 10 tahun d. Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd (Guru Agama) 6 tahun
2. Apa yang menjadi kekhasan di SMP Kanisius Kalasan denga Sekolah pada umumnya? a. Darmini, S.Pd (wali kelas IX A) Pelayanan terhadap anak dan mengadakan pendampingan yang lebih mendalam terhadap masalah yang dihadapi anak baik dalam keluarga dan di sekolah. b. Y. Endang Setya H., S.Pd (wali kelas IX C) Ada pendidikan religiousitas yang belum tentu ada di sekolah pada umumnya. Memperhatikan keberagaman agama siswa c. B. Sri Sumekar Harjanti (wali kelas IX B Memiliki kepedulian kepada siswa, adanya solidaritas dalam pelayanan kepada anak atau memperhatikan siswa dan peduli kepada siswa dengan melakukan kunjungan ke rumah siswa. d. Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd (guru agama) Adanya PPR (Paradigma Pendagogik Reflektif) dan guru merupakan pendidik sekaligus orangtua dan sahabat bagi siswa.
[2]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Sejauhmana pelaksanaan pengembangan religiousitas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta? a. Darmini, S.Pd (wali kelas IX A) Mengadakan koor Gereja, lomba BKSN, paduan suara, ikut serta dalam tugas Gereja seperti PA dll, rutin mengadakan doa malaikat Tuhan dengan melibatkan siswa, Pendidikan Religiousitas dan retret. b. Y. Endang Setya H., S.Pd (wali kelas IX C) Pelaksannaan pengembangan religiousitas siswa sudah baik menciptakan nilai-nilai katolik di sekolah, seperti misa, retret, ziarah, novena, dan mengembangkan hidup doa siswa. c. B. Sri Sumekar Harjanti (wali kelas IX B) Adanya pendidikan religiousitas, melibatkan siswa dalam tugas gereja seperti koor atau Putra Altar, dan melalui pelajaran bahasa jawa siswa diajarkan tentang menghargai sesama misal seperti tata krama, unggah-unggoh. d. Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd (guru agama) Memberikan kesempatan siswa untuk menjalankan ibadah sholat bagi yang beragama muslim, ada pendidikan religiousitas, ada pentas seni seperti teater, misa pelajar dan paduansuara.
4. Mengapa religiousitas perlu dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta? a. Darmini, S.Pd (wali kelas IX A) Religiousitas perlu dilaksanakan di sekolah ini, karena ini menjadi salah satu kekhasan dan sekaligus dapat meningkatkan kepribadian yang baik dalam diri anak. b. Y. Endang Setya H., S.Pd (wali kelas IX C) Tentu religiousitas perlu dilaksanakan, terlihat sampai sekarang pendidikan religiousitas tetap ada sebagai mapel dan religiousitas juga menjadi identitas sekolah. c. B. Sri Sumekar Harjanti (wali kelas IX B)
[3]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Religiousitas menjadi identitas khas sekolah, maka menjadi sangat penting untuk tetap dilaksanakan. d. Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd (guru agama) SMP Kanisius Kalasan mempunyai cirikhas yang salah satunya itu ada pengembangan religiousitas seperti pendidikan religiousitas, maka masih sangat perlu dilaksanakan religiousitas di sekolah kalau tidak identitas sekolah bisa hilang.
5. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pengembangan religiousitas di SMP kanisius Kalasan Yogyakarta? a. Darmini, S.Pd (wali kelas IX A) Menghambat: Petugas atau pelatih sulit disinkronasikan dan mengganggu jam pelajaran, karena guru juga mengajar mapel yang lain. Banyak program tapi sulit terlaksana karena berbenturan jam. Mendukung: Relasi dan kerjasama yang baik dengan siswa dan guru. Siswa antusias setiap ada kegiatan peduli lingkungan. b. Y. Endang Setya H., S.Pd (wali kelas IX C) Menghambat: Untuk mengembangkan religiousitas tidak ada guru pendidikan agama Mendukung: Kerjasama sekolah, guru dan siswa yang baik, sehingga misal guru A gak bisa ya diganti dengan guru B. c. B. Sri Sumekar Harjanti (wali kelas IX B) Menghambat: Siswa yang sulit dibenahi atau latar belakang siswa yang sulit untuk memiliki kesadaran, misal dalam pembelajaran religiousitas diberi tugas, tapi ada saja yang tidak mengerjakan. Mendukung: Keterlibatan semua pihak baik itu orang tua siswa, guru dan sekolah. d. Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd (guru agama) Menghambat: Kekurangan guru pendidik dan tidak adanya guru agama. Mendukung: Saling peduli dan bahu-membahu antara para guru.
[4]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Menurut Bapak/ibu hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk pelaksanaan pengembangan religiousitas siswa? a. Darmini, S.Pd (wali kelas IX A) Guru yang menguasai bidang pengembangan religiousitas secara professional, karena selama ini hanya sampiran. Kegiatan dilaksanakan dengan lebih berfariasi. b. Y. Endang Setya H., S.Pd (wali kelas IX C) Bagaimanapun guru di sini tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan Agama (Kateketik), maka perlu mendatangkan guru agama supaya guru-guru yang lain juga mengetahui usaha yang harus dilakukan. c. B. Sri Sumekar Harjanti (wali kelas IX B) Perlu adanya kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk meningkatkan religiousitas siswa. d. Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd (guru agama) Pendidikan religiousitas dan pengembangannya perlu dilakukan oleh guru yang mengetahui religiousitas.
[5]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Kisi-kisi dan Angket Kisi-kisi dan Angket Penelitian
Variabel
Aspek yang diungkap
No item
Jumlah
Pemahaman
a. Tujuan keberadaan Sekolah Katolik
1
1
pengembangan
b. Ciri-ciri Sekolah Katolik
2
1
c. Pengertian religiousitas
3
1
d. Alasan pengembangan religiousitas
4
1
5
1
Religiousitas
di
Sekolah Katolik
di Sekolah Katolik e. Tujuan pengembangan religiousitas di Seolah Katolik Pelaksanaan
a. Pengembangan dalam reigiousitas 6,7,8
pengembangan religiousitas Sekolah Katolik
3
belief. di
b. Pengembangan dalam reigiousitas 9,10,11
3
practice. c. Pengembangan dalam reigiousitas 12,13
2
feeling. d. Pengembangan dalam reigiousitas 14,15
2
knowledge. e. Pengembangan dalam reigiousitas 16,17,18 effect.
[6]
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Faktor-faktor
a. Keluarga
19
1
yang
b. Masyarakat
20
1
mempengaruhi
c. Gereja
21
1
pelaksanaan
d. siswa
22
1
a. Usaha pengembangan religiousitas 23
1
pengembangan religiousitas
di
sekolah Katolik Upaya
untuk
meningkatkan
siswa dalam aspek belief.
pengembangan religiousitas siswa
b. Usaha pengembangan religiousitas 24 di
SMP
Kanisius Kalasan Yogyakarta
1
siswa dalam aspek Practice c. Usaha pengembangan religiousitas 25
1
siswa dalam aspek Feeling. d. Usaha pengembangan religiousitas 26,27
2
siswa dalam aspek knowledge. e. Usaha pengembangan religiousitas 28 siswa dalam aspek effect.
[7]
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANGKET PENELITIAN PENGEMBANGAN RELIGIOUSITAS SISWA DI SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA
I. Kata Pengantar Dalam rangka penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang sedang saya lakukan di Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma (FKIP-IPPAK-USD), maka saya melakukan penelitian dengan judul: “PENGEMBANGAN RELIGIOUSITAS SISWA DI SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA.” Sehubungan dengan itu dimohon siswa/siswi di SMP Kanisius Kalasan untuk mengisi penelitian ini sesuai pendapat dan pengalaman yang dimiliki. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih. II. Data Responden 1. Nama 2. Kelas 3. Jenis Kelamin 4. Agama
: : / : a. laki-laki :
b. perempuan
III. Petunjuk Pengisian: A. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan siswa/siswi untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada. B. Berilah tanda (X) pada jawaban yang sesuai menurut anda. ============================================================= ======== 1. Sekolah Katolik merupakan tanda dan sarana kehadiran Gereja dalam dunia Pendidikan. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 2. Semangat saling mengasihi dan peduli sesama manusia, merupakan ciri khas Sekolah Katolik. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju [8]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Religiousitas meningkatkan kualitas diri dalam hubungan dengan Allah dan sesama demi kesejahteraan manusia. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 4. Sekolah Katolik meningkatkan kesadaran siswa akan tatanan nilai kehidupan, saling toleransi terhadap sesama, bermoral dan religious. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 5. Religiousitas menumbuhkan sikap saling menolong, berbagi, jujur, terbuka dan bermoral. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 6. SMP Kanisius Kalasan rutin mengadakan Misa Pelajar. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 7. Sejauh yang saya alami, mengikuti misa pelajar di Sekolah menumbuhkan keinginan untuk semakin percaya kepada Tuhan. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 8. Saya melibatkan diri untuk aktif dalam pelaksanakan Misa Pelajar di Sekolah. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 9. Ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar rutin dilakukan di SMP Kanisius Kalasan. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju
[9]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Sejauh yang saya alami, beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah memotivasi saya untuk aktif beribadah, mengikuti perayaan Ekaristi dan Ibadat. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 11. Saya berperan untuk melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 12. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran telah dilaksanakan secara rutin di SMP Kanisius Kalasan. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 13. Sejauh yang saya alami, kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran membuat saya semakin merasakan keberadaan Tuhan. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 14. Sejauh yang saya alami, melalui Pendidikan Religiousitas secara terjadwal telah mendorong saya memahami cinta kasih Allah pada manusia. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 15. Sejauh yang anda alami, apakah selama pelaksanaan pendidikan religiousitas anda aktif mengikuti pembelajaran. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 16. Rekoleksi telah dilaksanakan secara rutin oleh SMP Kanisius Kalasan. a. Sangat Setuju b. Setuju
[10]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 17. Sejauh yang saya alami, rekoleksi yang diadakan oleh sekolah mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi saya untuk mengasihi sesama. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 18. Saya selalu melibatkan diri secara aktif dalam rekoleksi yang diadakan oleh sekolah. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 19. Keluarga sebagai pendidik pertama dan utama memotivasi saya untuk mengenal dan mengalami cinta kasih Allah kepada sesama. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 20. Masyarakat mendukung saya berperilaku baik, seperti mengasihi sesama, toleransi dan peduli terhadap sesama manusia. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 21. Gereja memotivasi saya untuk memiliki semangat hidup doa. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 22. Para siswa di SMP Kanisius Kalasan saling membantu mengembangkan hidup rohani. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 23. Menulis refleksi di buku khusus perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan kepercayaan akan keberadaan Tuhan.
[11]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 24. Ziarah Rohani perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan semangat keterlibatan dalam perayaan keagamaan. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 25. Lingkungan sekolah yang dijiwai oleh semangat injil perlu dikembangkan untuk menumbuhkan sikap saling mengasihi dan mencintai sesama manusia. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 26. Pendidikan Agama Katolik perlu diupayakan secara khusus untuk semakin memahami hukum dan dogma-dogma ajaran agama Katolik. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 27. Pendidikan Religiousitas perlu dipertahankan supaya saya dapat berkembang sebagai pibadi yang utuh (cerdas, religious, bermoral dan terbuka). a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju 28. Pendidikan karakter di Sekolah perlu dilaksanakan secara khusus untuk menciptakan budaya saling mengasihi, menghormati, cinta kasih dan tanggung jawab. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju
[12]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden
[13]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[14]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[15]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[16]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[17]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[18]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[19]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[20]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[21]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[22]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[23]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[24]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[25]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[26]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[27]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[28]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[29]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[30]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[31]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[32]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5: Rekap Hasil Angket Kelas IX B No
Nama
L/P Agama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
Agustinus Dias Setiawa Akhillah Zatadine Aloisius Bagas Dwi Saputra Alvonsos Tito Bima Aditya Anastasia Imelda Putri Andreas Kelvin Pranata Angel Charisthia Puling Ayub Ferdianto
L
Katolik
s
ss
ss
ss
ss
ss
s
r
s
r
r
s
s
s
P
Katolik
s
s
ss
s
s
ss
ss
ss
ss
ss
ss
ss
ss
ss
L
Katolik
s
ss
ss
ss
ss
ss
s
s
s
s
ss
s
s
s
L
Katolik
ss
ss
ss
s
ss
s
ss
s
s
ss
s
ss
ss
ss
P
Katolik
s
s
ss
s
s
s
s
ss
ss
ss
s
ss
ss
s
L
Kristen
s
s
s
s
ss
s
ss
r
s
s
r
ss
r
r
P
Kristen
s
s
ss
ss
ss
ss
s
r
s
ss
ss
ss
s
s
L
Kristen
s
ss
ss
s
s
ss
s
s
r
ss
r
Bingkas Punagi Brigitta Kartika Kusuma Claudya Dwi Yanti Lory Corinna Ivana Jessica Rianti Hansen
L
Katolik
s
s
ss
s
ss
s
s
s
s
s
s
P
Katolik
s
s
s
s
s
ss
s
s
s
s
s
ss s ss
s s ss
ss s s
P
Katolik
ss
ss
ss
ss
ss
ss
ss
ss
r
r
ss
s
s
s
P
Kristen
s
ss
ss
s
s
s
s
ts
ts
ts
ts
ss
ss
ss
L
Budha
s
s
r
r
ss
ss
ts
ts
ss
ts
ts
L
Kristen
ss
s
ss
r
ss
s
s
s
ss
ss
ts
P
Katolik
s
s
r
s
s
ss
ss
r
s
ss
s
s ss ss
r s s
ts ss s
L
Katolik
s
s
s
s
ss
s
ss
r
ts
s
ts
ss
ss
s
L
Katolik
s
s
ss
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
ss
P
Islam
s
ss
ss
s
ss
r
ts
ts
ts
ts
ts
ss
ss
ss
P
s
s
s
ss
ss
ss
s
s
s
s
s
Kristen
ss
ss
ss
L
Kristen
s
ss
s
ss
ss
s
ss
s
s
s
s
ss
ss
ss
L
Katolik
ss
ss
ss
ss
ss
s
ss
ss
r
s
ss
ss
ss
s
L
Katolik
s
ss
ss
ss
s
s
s
r
r
r
ts
ss
s
r
L
Katolik
s
ss
ss
s
s
ss
s
s
s
s
s
ss
s
s
L
Katolik
s
ss
ss
ss
ss
r
s
r
s
r
r
s
s
s
L
Katolik
ss
ss
ss
ss
ss
ss
s
ss
s
ss
s
ss
ss
ss
L
Katolik
s
ss
s
s
s
s
s
s
r
ts
ts
ss
s
s
P
Islam
s
ss
ss
s
s
s
s
s
s
s
ts
ss
ss
ss
L
Kristen
ss
ss
ss
ss
ss
ss
s
s
ss
ss
s
L
Katolik
s
s
s
s
ss
ss
ss
s
s
s
r
ss ss
ss s
ss s
P
Katolik
s
s
ss
s
s
ss
ss
s
s
s
s
ss
ss
ss
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Hengki Natanae Isabela Mutiara Pratiwi Isidorus Andrew Windy A J Don Bos Ko Sambara S Nafiana Putrima Dwi Nathalia Chrisyana Marcelina N Octa Christanda Wijay Oktavianus De Brita Pangayom Patric Devafali Yunadi Rafael Igo Aldian Sixtus Sabdo Langit Raharjo Vincentius Moreno Vincentius Yuda Wahyu Kusuma Vira Asri Maylani Wahyu Prasetiyo Yobo Aji Hantara Yovin Purnamasari
[33]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Nama
L/P Agama
1
Agustinus Dias Setiawa Akhillah Zatadine Aloisius Bagas Dwi Saputra Alvonsos Tito Bima Aditya Anastasia Imelda Putri Andreas Kelvin Pranata Angel Charisthia Puling Ayub Ferdianto
L
Bingkas Punagi Brigitta Kartika Kusuma Claudya Dwi Yanti Lory Corinna Ivana Jessica Rianti Hansen Hengki Natanae Isabela Mutiara Pratiwi Isidorus Andrew Windy A J Don Bos Ko Sambara S Nafiana Putrima Dwi Nathalia Chrisyana Marcelina N Octa Christanda Wijay Oktavianus De Brita Pangayom Patric Devafali Yunadi Rafael Igo Aldian Sixtus Sabdo Langit Raharjo Vincentius Moreno Vincentius Yuda Wahyu Kusuma Vira Asri Maylani Wahyu Prasetiyo Yobo Aji Hantara Yovin Purnamasari
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Katolik
s
s
s
s
s
s
ss
s
s
s
s
s
s
s
P
Katolik
r
s
s
s
s
r
s
r
r
ss
ss
ss
ss
ss
L
Katolik
s
ss
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
L
Katolik
s
s
s
s
ss
s
ss
s
ss
ss
ss
ss
ss
ss
P
Katolik
s
ss
s
s
ss
s
s
s
s
ss
s
s
s
s
L
Kristen
s
s
ss
r
s
s
ss
s
s
s
s
s
s
s
P
Kristen
ss
ss
s
r
ss
ss
ss
r
r
ss
ss
ss
ss
ss
L
Kristen
L
Katolik
P
Katolik
s s ss
s s ss
s s s
r s s
s s ss
ss s ss
ss s ss
ss s s
ss s s
ss s ss
ss s ss
ss s s
ss s ss
ss s s
P
Katolik
s
ss
s
ss
ss
ss
ss
r
s
ss
ss
ss
ss
ss
P
Kristen
ss
r
r
r
ss
s
ss
r
ss
ss
ss
s
ss
ss
L
Budha
L
Kristen
P
Katolik
s r s
s s s
r s s
r r r
ts ss ss
ss ss s
s ss s
r s r
ss ss s
r s ss
ss s r
ss s s
ss ss s
ss ss ss
L
Katolik
s
r
s
s
s
s
s
s
r
s
s
s
s
s
L
Katolik
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
P
Islam
s
r
r
r
ss
ss
r
r
s
r
ts
ts
ss
ss
P
Kristen
s
s
s
s
s
s
s
s
ss
s
s
ss
ss
ss
L
Kristen
ss
s
ss
ss
ss
ss
ss
ss
s
ss
s
s
ss
ss
L
Katolik
ss
r
s
s
ss
s
ss
r
s
ss
ss
ss
ss
s
L
Katolik
s
r
s
s
s
ss
s
s
s
ss
s
s
s
ss
L
Katolik
s
ss
s
s
s
s
s
s
s
ss
s
s
s
s
L
Katolik
s
r
r
r
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
L
Katolik
ss
s
s
s
ss
ss
ss
ss
s
ss
ss
ss
ss
s
L
Katolik
s
s
s
s
ss
s
ss
s
s
s
s
s
s
s
P
Islam
ss
r
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
s
L
Kristen
L
Katolik
ss s
ss s
ss s
s r
ss s
ss r
ss s
ss s
ss r
ss ss
ss s
ss ss
ss ss
ss ss
P
Katolik
ss
s
s
r
s
s
ss
s
s
ss
r
s
s
s
[34]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelas IX C No 1
2
3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18
19
20
21
22 23 24 25
Nama Anastasia Bela Madu Andreas Devara Angga N Benedictus Haryo Wisnugroho Carolina Novi Pertama Putri Cicilia Sehvi Cahyaningsih Cicilia Vita Natalia Cindy Marcella Rumere Deni Kristian Advento Felix Yosa Ardiawan Fransisco Gilberth N Glorious Aldo Putra Jatmiko Johanes Bergas Gius Putranto Kristina Ari Susanti Maria Cesia A M Petrus Cahyo Yudi Nugroho Restu Puji Lestari Skolastika Tiara Puspitawati Taufan Rahmadani Theodorus Mika Nova Riyanta Theresia Defa Tesya Kumalasari Theresia Eklesia Saumanuk Thomas Wildan Andreansyah Tifani Pudyasti Veronica Liana Sari Vincentius Arya Wijaya
L/P Agama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
P
Katolik
SS
S
SS
S
S
SS
SS
SS
S
S
R
SS
S
S
L
Katolik
S
S
S
S
S
S
S
R
S
R
R
S
S
S
L
Katolik
S
SS
SS
S
S
SS
S
SS
SS
S
R
S
SS
SS
P
Katolik
SS
SS
SS
SS
SS
S
SS
SS
S
SS
S
SS
SS
SS
P
Katolik
SS
SS
S
S
SS
S
S
S
SS
R
R
SS
S
S
P
Katolik
S
SS
S
S
R
S
R
SS
S
R
S
SS
S
S
P
Kristen
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
R
S
S
S
L
Katolik
S
S
SS
S
S
R
S
S
S
S
S
S
S
S
L
Kristen
SS
R
S
TS
R
S
SS
SS
S
S
R
SS
SS
SS
L
Katolik
S
SS
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
L
Kristen
S
S
SS
R
SS
R
R
R
S
S
S
S
SS
S
L
Katolik
SS
S
S
S
SS
R
S
R
S
R
R
R
S
SS
P
Kristen
S
S
S
S
SS
R
S
R
S
S
S
SS
S
S
P
Katolik
SS
SS
SS
SS
SS
S
SS
R
S
SS
R
SS
SS
SS
L
Kristen
S
SS
SS
R
SS
SS
R
R
SS
SS
R
SS
SS
SS
P
Kristen
S
S
SS
S
S
S
S
S
S
R
R
SS
SS
SS
P
Katolik
S
S
S
S
SS
S
S
S
SS
SS
S
SS
SS
SS
L
Katolik
SS
R
SS
S
R
S
SS
R
R
R
S
S
S
S
L
Katolik
SS
SS
SS
SS
S
S
S
S
R
S
S
SS
SS
SS
P
Katolik
S
S
S
S
SS
SS
S
S
S
S
S
SS
S
S
P
Kristen
S
SS
SS
SS
SS
SS
R
R
S
S
R
SS
SS
SS
L
Katolik
P
Islam
S S
S SS
S SS
SS SS
R SS
S S
S S
SS S
S S
R S
TS S
SS SS
S R
S SS
P
Katolik
S
SS
SS
S
S
S
S
S
R
S
R
SS
S
S
L
Kristen
SS
S
SS
SS
SS
SS
S
R
R
S
R
SS
S
SS
[35]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
27 28 29 30
No 1
2
3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18
19
William Suryjaya Sudarta Yohanes Prasetio Widodo Yohanes Regi Surya Putra Yose Ziganda Wibowo Rebecca Sihombing
Nama Anastasia Bela Madu Andreas Devara Angga N Benedictus Haryo Wisnugroho Carolina Novi Pertama Putri Cicilia Sehvi Cahyaningsih Cicilia Vita Natalia Cindy Marcella Rumere Deni Kristian Advento Felix Yosa Ardiawan Fransisco Gilberth N Glorious Aldo Putra Jatmiko Johanes Bergas Gius Putranto Kristina Ari Susanti Maria Cesia A M Petrus Cahyo Yudi Nugroho Restu Puji Lestari Skolastika Tiara Puspitawati Taufan Rahmadani Theodorus Mika Nova Riyanta
L
Kristen
S
S
SS
R
SS
R
R
R
S
R
R
S
R
S
L
Kristen
SS
SS
S
S
SS
SS
S
R
S
R
TS
SS
S
SS
L
Katolik
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
L
Katolik
SS
SS
SS
S
S
SS
SS
S
S
SS
R
S
SS
SS
P
Kristen
SS
SS
SS
SS
SS
S
S
R
SS
S
S
SS
SS
SS
L/P Agama
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
P
Katolik
R
S
S
R
SS
SS
SS
R
SS
S
S
S
S
R
L
Katolik
S
S
S
S
S
R
S
S
R
S
SS
S
S
S
L
Katolik
R
S
R
S
SS
R
SS
TS
R
S
S
S
S
SS
P
Katolik
S
S
SS
S
SS
SS
SS
SS
S
SS
SS
SS
SS
SS
P
Katolik
R
S
S
R
SS
S
S
SS
S
SS
S
S
SS
SS
P
Katolik
R
SS
R
TS
S
R
R
S
SS
SS
SS
S
S
SS
P
Kristen
R
S
S
R
S
S
S
S
S
S
S
S
S
SS
L
Katolik
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
L
Kristen
S
SS
SS
R
S
R
SS
R
S
SS
SS
SS
SS
SS
L
Katolik
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
L
Kristen
S
S
S
S
SS
SS
SS
R
R
S
S
S
S
S
L
Katolik
R
S
SS
SS
S
SS
S
R
SS
S
S
S
SS
SS
P
Kristen
S
SS
SS
S
SS
S
SS
S
S
S
S
S
SS
S
P
Katolik
SS
R
S
S
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
L
Kristen
SS
S
SS
S
SS
R
S
S
SS
SS
SS
S
SS
SS
P
Kristen
S
S
S
R
S
R
SS
R
S
S
S
S
SS
SS
P
Katolik
S
S
S
SS
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
L
Katolik
S
S
R
S
S
S
R
S
TS
R
S
S
S
S
L
Katolik
S
S
SS
S
S
SS
S
SS
R
R
S
SS
SS
SS
[36]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
21
22 23 24 25
26
27 28 29 30
Theresia Defa Tesya Kumalasari Theresia Eklesia Saumanuk Thomas Wildan Andreansyah Tifani Pudyasti Veronica Liana Sari Vincentius Arya Wijaya William Suryjaya Sudarta Yohanes Prasetio Widodo Yohanes Regi Surya Putra Yose Ziganda Wibowo Rebecca Sihombing
P
Katolik
R
R
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
SS
P
Kristen
S
SS
SS
SS
SS
SS
S
SS
S
SS
SS
S
SS
SS
L
Katolik
P
Islam
R S
S S
SS R
S R
SS SS
SS SS
S S
SS S
S S
SS R
S S
SS S
SS S
SS SS
P
Katolik
S
S
S
S
S
S
SS
S
S
S
S
S
SS
SS
L
Kristen
R
SS
SS
SS
S
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
L
Kristen
S
R
S
R
SS
SS
SS
TS
R
SS
SS
SS
SS
SS
L
Kristen
R
S
S
R
SS
S
SS
S
SS
SS
SS
S
S
S
L
Katolik
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
L
Katolik
SS
SS
SS
SS
SS
SS
S
SS
SS
SS
SS
SS
S
SS
P
Kristen
SS
R
S
S
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
S
SS
SS
[37]