PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA
D A U D
TESIS
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
2
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis Komoditas Unggulan di Kabupaten Halmahera Utara adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Nopember 2010
Daud C 452070264
3
ABSTRACT DAUD. Excellent Commodity-Based Development of Capture Fishery in North Halmahera. Supervised by BUDHI H. ISKANDAR and MULYONO S BASKORO. North Halmahera Regency with its sea area of 19536.02 km2 (78%) has the potential of fish resources (standing stock) accounting for 664,382.48 tons with sustainable potential fish production (the Maximum Sustainable Yield / MSY) of 347,191 tons per year, i.e., 211,590 tons of pelagic fish and 135,005 tons of demersal per year. The problem in the development of capture fish in North Halmahera is that its excellent commodities are as yet unknown and the policies in the fishery production are not based on excellent commodities. This research is to examine the superior commodities of fishery production, and the policies in capture fishing production in order to increase the income of fishermen. To determine the excellent commodities, the following analyses were made: (1) production continuity, average production, prices, processing and marketing, (2) Method of Location Quotient (LQ) and (3) SWOT Analysis. The results showed that of 38 species of fish that were analyzed, 31 species were of a continuous type and 7 species of non-continuous type. The average fish production is below the average production of all types of fish except for cakalang fish of 11,131.472 tons and flying fish of 4405.296 tons per year. The fish price is generally below average price of all types, except for the following types of fish: beronang, kerapu, lencam, kakap, and kurisi, the prices of which are higher than the average price. The fish products marketed in the local market / overseas are for example kerapu, cakalang and tuna. Fish products are always marketed in fresh form. Only julung-julung fish is marketed after it is processed by fumigation. Three kinds of fish are also exported they are kerapu, cakalang and tuna. The results of LQ calculation show that there are 12 species of fish with a value of LQ>1, namely: kuweh fish, kerapu, kerong-kerong, teri, tembang, julungjulung, tongkol, lemadang, cakalang, mackerel tuna and cucut. Based on the scoring analysis of commodities in terms of production continuity, production, pricing, processing, and marketing associated with the value of LQ, six kinds of fish as excellent commodities in North Halmahera Regency are cakalang, kerapu, anchovies, julung-julung, tuna, and tongkol. Flying fish, although its production is quite high and can be improved, has the value of LQ <1, so it can not be recommended as a superior fish species. Based on the results of the SWOT analysis, there are six government policies of North Halmahera regency related to the development of capture fisheries, increasing fishing fleet is a top priority followed by the development in the processing of captured fish. Both policies are closely related to labor absorption and economic improvement. Keywords: fish species, superior/excellence, development.
4
RINGKASAN DAUD. Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis Komoditas Unggulan di Kabupaten Halmahera Utara. Dibimbing oleh BUDHI H. ISKANDAR dan MULYONO S BASKORO. Kabupaten Hamahera Utara dengan luas wilayah laut 19.536,02 km2 (78%) mempunyai potensi sumberdaya ikan (standing stock) yang mencapai 664.382,48 ton dengan jumlah potensi lestari yang dapat dimanfaatkan (Maximum Sustainable Yield/ MSY) sebesar 347.191 ton per tahun yaitu ikan pelagis 211.590 ton dan demersal 135.005 ton per tahun. Permasalahan pengembangan perikanan tangkap di kabupaten Halmahera Utara belum diketahui komoditas unggulannya, kebijakan produksi perikanan belum berbasis komoditas unggulan. Penelitian ini untuk mengkaji komoditas unggulan produksi perikanan, dan kebijakan produksi perikanan tangkap guna investasi dan peningkatan pendapatan nelayan. Untuk menetapkan komoditas unggulan tersebut menggunakan analisis (1). kontinyutas produksi, produksi rata-rata, harga, pengolahan dan pemasaran, (2). Metode Location Quotient (LQ) dan (3). Analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan 38 jenis ikan yang dianalisa 31 jenis kontinyu dan 7 jenis tidak kontinyu. Produksi ikan rata-rata di bawah produksi rata-rata semua jenis ikan kecuali ikan cakalang 11.131,472 ton dan ikan layang 4.405,296 ton per tahun. Harga ikan umumnya di bawah harga rata-rata semua jenis, kecuali untuk jenisjenis ikan beronang, kerapu, lencam, kakap, dan kurisi, yang harganya lebih tinggi dibanding dengan harga rata-rata. Ikan yang dihasilkan dipasarkan dalam pasar lokal/luar negeri seprti kerapu, cakalang dan tuna. Produksi ikan yang dihasilkan selalu
dipasarkan dalam bentuk segar. Hanya ikan julung-julung yang dipasarkan setelah diolah dengan cara pengasapan. Terdapat 3 jenis ikan yang juga diekspor yaitu kerapu, cakalang dan tuna. Hasil perhitungan LQ ternyata bahwa terdapat 12 jenis ikan yang memiliki nilai LQ > 1, yaitu ikan kuweh, kerapu, kerong-kerong, teri, tembang, julungjulung, tongkol, lemadang, cakalang, tenggiri tuna dan cucut. Berdasarkan analisa scoring penetapan komoditas unggulan ditinjau dari segi kontinuitas produksi, produksi, harga, pengolahan, dan pemasaran yang dikaitkan dengan nilai LQ maka ditetapkan 6 jenis ikan unggulan Kabupaten Halmahera Utara yaitu cakalang, kerapu, teri, julungjulung, tuna, dan tongkol.
Ikan layang, sekalipun produksinya cukup tinggi namun nilai LQ < 1, sehingga tidak dapat direkomendasikan sebagai jenis ikan unggulan sekalipun upaya pemanfaatannya dapat terus ditingkatkan. Kebijakan pemerintah Kabupaten Halmahera Utara yang berkaitan dengan pengembangan perikanan tangkap, berdasarkan hasil analisis SWOT, penambahan armada tangkap menjadi prioritas utama yang diikuti pengembangan pengolahan hasil tangkapan. Kedua kebijakan ini akan sangat berhubungan erat dengan penyerapan tenaga kerja dan peningkatan ekonomi. Kata Kunci : jenis ikan, unggulan, pengembangan.
5
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
6
PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA
DAUD C 452070264
Tesis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Sistem dan Permodelan Perikanan Tangkap
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
7
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
8
Judul Tesis
: Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis Komoditas Unggulan di Kabupaten Halmahera Utara
Nama
: D a u d
NRP
: C 452070264
Program Studi
: Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr.Ir.Budhi H. Iskandar, M.Si Ketua
Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro M.Sc Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Sistem dan Permodelan Perikanan Tangkap
Prof. Dr. Ir. John Haluan M.Sc
Tanggal ujian : 5 November 2010
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.Sc
Tanggal lulus :
9
PRAKATA
Puji dan Syukur dipanjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Baik atas perlidungan dan kasih sayang-Nya, sehingga penyusunan Tesis dengan judul “Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis Komoditas Unggulan Di Kabupaten Halmahera Utara” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Dr. Ir. Budhi H. Iskandar, MSi dan Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc atas kesediaannya untuk membimbing dan mengarahkan selama proses penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian hingga penulisan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, diharapkan dari setiap pembaca kiranya dapat memberikan kritik dan masukkan yang bersifat konstruktif guna perbaikan penulisan tesis ini. Demikian tesis ini dibuat dan atas saran dan masukkannya, diucapkan terima kasih.
Bogor, November 2010
Daud
10
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Tana Toraja pada tanggal 09 Pebruari 1964 anak dari Yohanis Kalude dan Damaris Tallo (almarhumah). Penulis merupakan anak pertama dari 7 bersaudara dan 5 orang telah meninggal dunia. Pendidikan formal penulis adalah Program D-III Jurusan Penyuluhan Pertanian, selesai tahun 1994, kemudian melanjutkan pendidikan strata satu Jurusan Agronomi Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Khairun (UNKHAIR) Ternate, selesai tahun 2001. Pada tahun 2008 penulis diberikan kesempatan oleh pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Utara untuk melanjutkan pendidikan program magister di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Mayor Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap. Pengalaman bekerja yaitu : 1. Penyuluh Pertanian Lapangan ( PPL) tahun 1984 s/d 1994 di Kecamatan Jailolo. 2. Koordinator PPL tahun 1995 s/d 1999 di BPP Kecamayan Jailolo. 3. Kelompok Penyuluh pada BIPP Kabupaten Maluku Utara tahun 1999 s/d 2003. 4. Kelompok Penyuluh pada Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Utara tahun 2003. s/d 2006. 5. Kepala Bidang Pertanian pada Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Utara tahun 2006 s/d Januari 2009. 6. Sekretaris pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Ha;mahera Utara Januari 2009 sampai sekarang. Penulis menikah pada tahun 1988 dengan Yohana Pengo dan dikaruniai seorang putri dan dua putra. Anak pertama Desty Rara Retna Kalude (21 tahun mahasiswa Unsrat-Manado) dan dua orang Putra yaitu Arjad Wiratno Kalude (20 tahun mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta) dan Uzal Fernando Kalude ( 9 tahun SD).
11
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................
i
DAFTAR ISI................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
iv
DAFTAR TABEL........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………....
xii
1
PENDAHULUAN …….....……………………………………. 1.1 Latar belakang ………………………………………......... 1.2 Perumusan masalah …………………………………........ 1.3 Tujuan penelitian ……………………………………........ 1.4 Manfaat penelitian ……………………………………........ 1.5 Kerangka pemikiran …………………………………......... 1.6 Hipotesis ……………………………………………….....
1 1 3 4 4 5 6
2
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………..... 2.1 Komoditas unggulan perikanan ………………………..... 2.2 Komoditas unggulan lokal …………………………....... 2.3 Komoditas Unggulan Ekspor ..………………………....... 2.4 Sumberdaya ikan pelagis ……………………………….... 2.4.1 Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) ...…………..... 2.4.2 Ikan tuna (Thunnus sp) ………………………....... 2.4.3 Ikan tongkol (Euthynnus sp) ………….................... 2.4.4 Ikan layang (Decapterus sp) ………..…………...... 2.4.5 Ikan kembung (Rastrelliger sp) ………………........ 2.4.6 Ikan julung-julung (Hemirhamphus sp) ………. ..... 2.4.7 Ikan teri (Stolephorus sp)....................................... 2.5 Sumberdaya ikan demersal....................................................... 2.5.1 Ikan kerapu................................................................ 2.5.2 Ikan kakap merah (Lutjamus spp).................................
7 7 8 8 9 9 11 12 13 14 15 15 16 16 17
3
METODE PENELITIAN................................................................. 3.1 Waktu dan tempat penelitian …………………………...... 3.2 Metode pengumpulan data …………………………….... 3.3 Jenis dan sumber data ………………………………….... 3.4 Metode analisa data …………………………………....... 3.4.1 Analisis penetapan komoditas unggulan ... ………..... 3.4.2Analisis location quotient (LQ) ..……………........... 3.4.3. Analisis strategi pengembangan perikanan angkap (Analisis SWOT) ………………….............
18 18 18 18 18 18 21
KEADAAN UMUM....................................................................... 4.1 Luas dan Letak Geografis …………………………….... 4.2 Iklim …………………………………………………..... 4.3 Penduduk .................................................................................. 4.4 Perkembangan Perikanan …………………………….
26 26 28 29 32
4
23
12
4.4.1 Perkembangan alat tangkap ...........…………………. 4.4.2 Perkembangan armada perikanan ............……………. 4.4.3 Perkembangan nelayan ..........………………………. ... 4.4.4 Perkembangan produksi ..................…………………… 4.4.5 Perkembangan pemasaran .............……………………
33 35 36 38 39
5
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………........... 5.1 Hasil ..........................……………………………………… 5.1.1 Penetapan komoditas unggulan ........ ……………….. 5.1.2. Analisis Location Quotient ……………………...... 5.1.3 Analisis strtegi pengembangan perikanan tangkap....... 5.2 Pembahasan ........…………………………………………. 5.2.1 Penetapan komoditas unggulan ………......………..... 5.2.2 Analisis Location Quotient ……………….....……...... 5.2.3 Penentuan komoditas unggulan ................................... 5.2.4 Analisis strtegi pengembangan perikanan tangkap........... 5.2.5 Pengembangan alat tangkap ikan unggulan...................
41 41 41 52 54 60 60 67 67 69 72
6
SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan.............................................................................. 6.2 Saran.......................................................................................
73 73 73
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………
74
LAMPIRAN...................…………………………………………
77
13
DAFTAR TABEL
No
Judul Tabel
1.
Kriteria penilaian kontinuitas produksi ………………..................
.19
2.
Nilai yang diberikan terhadap rata-rata produksi ………................
20
3.
Nilai yang diberikan terhadap harga komoditas …………..............
20
4.
Kriteria dan nilai terhadap perlakuan produksi …………...............
21
5.
Kriteria dan nilai terhadap perlakuan pemasaran ………….............
21
6.
Matriks SWOT untuk analisa ……………………………..............
24
7.
Jumlah dan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Halmahera Utara menurut kecamatan tahun 2008 ……….................................
30
Jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Utara dan sex ratio menurut kecamatan tahun 2008 …………………...........................
31
Jumlah unit penangkapan menurut jenis alat.................................
33
8.
9.
Halaman
10. Jumlah trip penangkapan menurut jenis alat...................................
34
11. Jumlah nelayan menurut jenis dan ukuran kapal...........................
36
12. Jumlah nelayan menurut jenis alat.................................................
37
13. Produksi ikan total menurut jenis alat...........................................
39
14. Kriteria penilaian kontinuitas produksi ………..............................
41
15. Nilai terhadap rata-rata produksi.....................................................
42
16. Nilai skoring rata-rata produksi perikanan ....................................
43
17. Nilai terhadap harga komoditas.........................................................
44
18. Nilai skoring terhadap harga ikan.....................................................
45
19. Kriteria dan nilai terhadap perlakuan produksi................................
46
14
20. Nilai skoring terhadap pengolahan ikan............................................
47
21
Kriteria dan nilai terhadap pemasaran............................................
48
22
Nilai skoring terhadap pemasaran jenis ikan...............................
49
23
Hasil skoring penentuan komoditas unggulaan..........................
51
24. Matriks faktor internal strategi pengembangan perikanan tangkap..
58
25. Matriks faktor eksternal strategi pengembangan perikanan tangkap
58
26. Model Matriks Analisis SWOT........................................................
59
27. Penentuan prioritas kebijakan pengembangan perikanan tangkap yang bertanggung jawab....................................................................
60
28. Penentuan komoditas unggulan dengan menggabungkan penilaian skoring LQ dan penentuan komoditas unggulan...........................
68
29
72
Pengembangan alat tangkap ikan unggulan....................................
15
DAFTAR GAMBAR
No
Judul Gambar
Halaman
1
Kerangka Pemikiran .............. ………………..…………….......
6
2
Analisa SWOT.........................................................................
24
3
Peta lokasi penelitian.........................................…………….....
27
4
Gambar nilai LQ per jenis ikan ..................................................
53
5
Gambar nilai LQ ˃1 per jenis ikan ..........................................
53
6
Gambar nilai LQ˂1 per jenis ikan .........................................
54
7
Gambar nilai skoring kontinuitas produksi ikan.......................
61
8
Gambar jumlah produksi rata-rata per jenis ikan........................
62
9
Gambar harga rata-rata tiap jenis ikan........................…….......
63
10
Gambar pengolahan dan pemasaran tiap jenis ikan …................
64
11
Gambar nilai total skoring penilaian komoditas unggulan...........
65
12
Gambar jenis ikan unggulan berdasarkan skoring penetaapaan komoditas unggulaan......………………………………....
66
16
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Lampiran 1.
2.
3.
Halaman
Data volume produksi per jenis ikan di Kabupaten Halmahera Utara ……………………………………………
77
Harga ikan per kilogram menurut jenis di Kabupaten Halmahera Utara ……………………………………………
78
Pengolahan ikan menurut jenis di Kabupaten Halmahera Utara.........................................................................................
79
4.
Pemasaran ikan menurut jenis di Kabupaten Halmahera Utara........................................................................................
5.
Data volume produksi Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara dan Hasil analisa LQ...………………………...
81
Dokumentasi foto ikan yang ditangkap.....................................
82
6.
80
17
1
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas wilayahnya mencapai 7,7
juta km2 (UU Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia). Di dalamnya terdapat lebih dari 13.000 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km. Sekitar 70% wilayah Indonesia adalah laut memiliki potensi sumberdaya hayati yang cukup besar baik jumlah maupun keragamannya. Murdyanto (2003), menyatakan bahwa dalam upaya pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan ini pemerintah Indonesia melalui Departemen Kelautan dan Perikanan memprioritaskan 4 (empat) program kerja yaitu (1) peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan sesuai dengan kemampuan dan potensi lestari sumberdaya ikan dan daya dukung lingkungan; (2) peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, kelautan dan perikanan, khususnya nelayan dan pembudidaya ikan kecil; (3) pengelolaan lingkungan ikan air tawar, pesisir, pulau-pulau kecil dan lautan; (4) peningkatan peran sebagai pemersatu bangsa (perekat antar nusa) dan budaya bahari. Salah satu upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan adalah meningkatkan kegiatan pemanfaatan sumberdaya dengan memproduksi komoditas ikan laut melalui kegiatan penangkapan ikan. Peningkatan kesejahteraan nelayan skala kecil dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kebijakan
khusus
pemerintah
dalam
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat guna menanggulangi kemiskinan merupakan bagian integral pembangunan nasional yang harus mempunyai arah pembangunan yang jelas Gunawan (2007) dalam R.Luki Karunia et all, 2008. Kabupaten Hamahera Utara dengan luas wilayah 24.983,32 km2 yang terdiri dari 19.536,02 km2 wilayah laut (78%) dan 5.447,30 km2 wilayah daratan (22%) dan terdiri dari 115 pulau kecil dan besar baik yang berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Kabupaten Halmahera Utara mempunyai potensi sumberdaya ikan (standing stock) yang mencapai 664.382,48 ton dengan jumlah potensi lestari yang dapat dimanfaatkan (Maximum Sustainable Yield/ MSY) sebesar 347.191 ton
18
per tahun. Ikan pelagis sebesar 211.590 ton per tahun dan ikan demersal sebesar 135.005 ton per tahun. Data total produksi Kabupaten Halmahera Utara tahun 2004 (18.119,540 ton), tahun 2005 (44.857,458 ton), tahun 2006 (23.582,725 ton), tahun 2007 (25.124,770 ton), dan tahun 2008 (28.632,371 ton). Berdasarkan
data produksi
tersebut
diatas
misalnya tahun
2008
(28.632.371 ton) hanya 7,92% dari potensi lestari. Hal ini tentu saja menjadi petunjuk bahwa sektor perikanan dan kelautan masih merupakan sektor yang memiliki keunggulan ke depan bila dapat dikelola secara optimal. Pengelolaan dan pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan terutama ditujukan untuk kesejahteraan rakyat.
Untuk itu pengembangan agribisnis
perikanan merupakan salah satu alternatif yang perlu diperhatikan.
Dalam
pengembangan agribisnis perikanan perlu adanya pemilihan produk perikanan yang menjadi komoditas unggulan atau komoditas strategis dari sekian banyak jenis ikan nilai ekonomis penting. Komoditas perikanan yang tergolong unggul adalah jika produk yang dihasilkan tersebut memenuhi beberapa kriteria penting yaitu: banyak diminati konsumen, rata-rata harga, rata-rata produksi tiap tahunnya, kekontinyuan produksinya dan nilai produksi dari komoditas tersebut lebih tinggi dari keseluruhan komoditas perikanan ikan ekonomis penting yang didaratkan di suatu wilayah pelabuhan perikanan. Komoditas unggulan adalah produk perikanan baik dalam keadaan segar maupun hasil olahan yang paling diminati dan memiliki nilai jual yang tinggi. Dari produk unggulan diharapkan dapat memberikan penghasilan atau pemasukan yang besar bagi kesejahteraan nelayan serta peningkatan pendapatan negara. Dilihat dari segi pemasarannya, komoditas unggulan dapat dibagi menjadi komoditas unggulan lokal dan ekspor. tergantung
dari
unit
Adanya komoditas unggulan sangat
penangkapan
ikan
yang
digunakan
(Raharjo et al, diacu dalam Roslianti, 2003). Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1979), ikan ekonomis penting adalah jenis-jenis ikan yang digolongkan antara lain mempunyai nilai ekonomis tinggi, volume produksi makro tinggi dan mempunyai daya produksi tinggi. Ikanikan tersebut tidak hanya dimaksudkan untuk ikan-ikan yang mempunyai kualitas
19
baik dengan nilai harga yang baik pula, namun juga jenis-jenis ikan kualitas rendah dengan harga yang murah namun secara makro daya produksinya tinggi. Penentuan komoditas unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaaan. Dari sisi penawaran komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan dan kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan, dan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan pasar, baik pasar domestik maupun pasar internasional. Perikanan tangkap Kabupaten Halmahera Utara belum menetapkan komoditas unggulan dan kebijakan pembangunan perikanan tangkap berdasarkan pengkajian secara komprehensip dalam rangka investasi perikanan tangkap, pengolahan ikan, dan kebijakan pengembangannya. Pengembangan perikanan tangkap Kabupaten Halmahera Utara diperhadapkan dengan belum diketahuinya komoditas unggulan, kurangnya kebijakan pemerintah (daerah dan pusat) dalam pengembangan perikanan tangkap yang berbasis komoditas unggulan. Untuk menjawab permasalahan perikanan yang dihadapi di Kabupaten Halmahera Utara, terutama untuk mengetahui jenis ikan unggulan, maka diperlukan penelitian. 1.2
Perumusan Masalah Pengembangan
perikanan
tangkap
berbasis
dihadapkan dengan beberapa permasalahan
komoditas
unggulan
terkait dengan pemanfaatan
sumberdaya perikanan secara lestari, antara lain: 1) Belum diketahuinya komoditas unggulan perikanan Kabupaten Halmahera Utara melalui suatu
pengkajian ilmiah sebagai data otentik
pengembangan investasi bidang perikanan.
untuk
20
2) Kebijakan Pengembangan produksi perikanan tangkap belum berbasis komoditas unggulan untuk pembukaan lapangan kerja, sumber PAD dan peningkatan pendapatan nelayan. 1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian pengembangan perikanan tangkap berbasis
komoditas unggulan ini adalah : 1.
Mengkaji komoditas unggulan perikanan tangkap untuk pengembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara.
2. Mengkaji strategi kebijakan produksi perikanan berbasis komoditas unggulan perikanan tangkap. 1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Diketahuinya
komoditas
unggulan
perikanan
tangkap
di
Kabupaten
Halmahera Utara. 2. Adanya kebijakan pemerintah daerah dan pusat untuk pengembangan perikanan tangkap berbasis komoditas unggulan. 1.5
Kerangka Pemikiran Pengembangan merupakan suatu perubahan dari suatu kondisi yang kurang
kepada suatu yang dinilai lebih baik.
Manurung et al. (1998) memberikan
pengertian tentang pengembangan sebagai suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk dalam mengelola lingkungan sosial yang disertai dengan meningkatkan taraf hidup mereka. Usaha perikanan tangkap merupakan bentuk kegiatan ekonomi, yang berorientasi pada profit yang sebesar-besarnya, dan cost produksi yang sekecilkecilnya.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan
nelayan atau perusahaan adalah melalui peningkatan produksi dan produktivitas serta melaksanakan efisiensi. Pengembangan
perikanan
tangkap
Kabupaten
Halmahera
Utara
diperhadapkan dengan belum diketahuinya komoditas unggulan, kurangnya
21
kebijakan pemerintah daerah dan pusat dalam pengembangan perikanan tangkap yang berbasis komoditas unggulan. Untuk menjawab permasalahan perikanan yang dihadapi di Kabupaten Halmahera Utara, terutama untuk mengetahui jenis ikan unggulan, maka diperlukan data yang valid. Data yang diperlukan adalah data statistik perikanan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Halmahera Utara dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, serta data lapangan. Data yang diperoleh selanjutnya diolah untuk dapat menentukan komoditas unggulan dengan tiga jenis analisa dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang ada yaitu analisa scoring penentuan komoditas unggulan, analisis location quotient (LQ) dan analisis SWOT. Ketiga analisa ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan pengembangan perikanan tangkap dengan menentukan komoditas unggulan atau komoditas primadona
Kabupaten
Halmahera
Utara,
menentukan
arah
kebijakan
pembangunan perikanan tangkap guna peningkatan kesejahteraan nelayan dan peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah).
22
Permasalahan: Komoditas unggulan perikanan tangkap belum diketahui Kebijakan Pengembangan produksi perikanan tangkap belum berbasis komoditas unggulan.
Data Statistik Perikanan
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2004 – 2008
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Tahun 2004 – 2008
Data Produksi Perikanan (tahunan)
Standarisasi (Skoring)
Analisis SWOT
Analsis Location Quotient (LQ)
Strategi pengembangan perikanan tangkap berbasis komoditas unggulan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran 1.6
Hipotesis Perairan Kabupaten Halmahera Utara memiliki beberapa jenis ikan yang
merupakan komoditas unggulan perikanan tangkap untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
2
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas Unggulan Perikanan Komoditas dapat diartikan sebagai benda ekonomi yang telah siap untuk
diperdagangkan atau dapat ditukarkan, yang dengan kata lain diartikan sebagai peningkatan status dari sekedar benda menjadi benda ekonomi dan kemudian menjadi komoditas.
Komoditas itu pula dapat diartikan berupa produk yang
dipasarkan langsung ke konsumen, pedagang/pengolah dalam keadaan mentah atau bentuk produk olahan (processed product) untuk dapat dimanfaatkan. Sehingga dengan demikian komoditas perikanan dapat diartikan sebagai produk hasil perikanan yang dijual dalam bentuk segar atau olahan (Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1999). Komoditas perikanan yang tergolong unggul adalah jika produk yang dihasilkan tersebut memenuhi beberapa kriteria penting yaitu banyak diminati konsumen, mempunyai nilai jual yang tinggi, rata-rata produksi tiap tahunnya tinggi dan dapat memberikan keuntungan yang tinggi, dari segi nilai produksi yang dihasilkan. Komoditas unggulan dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu unggulan lokal dan unggulan ekspor. Menurut Day dan Wensley (1988) dalam Elitan dan Anatan (2008), istilah keunggulan kompetitif (competitive advantage) paling tidak memiliki dua arti yang saling beruhubungan. Arti yang pertama memfokuskan pada superioritas keterampilan (superior skills) dan atau superioritas sumber daya (superior resources) dan arti yang kedua berkenaan keunggulan posisional perusahaan yang dinyatakan dengan superioritas hasil-hasil kinerja (superior performance outcomes). Arti competitive advantage yang kedua adalah keunggulan atau superioritas posisional. Keunggulan posisional bisnis yang dicapai oleh suatu perusahaan secara langsung merupakan barriers (hambatan) mobilitas kompetitif dalam persaingan karena dapat menjadi penghalang masuknya pesaing baru (Porter, 1985 dalam Elitan dan Anatan, 2008). Indikator keunggulan kompetitif yang paling popular adalah market share dan profitabilitas (Elitan dan Anatan, 2008).
Market share di sini adalah pangsa pasar keseluruhan, yaitu total
8
penjualan perusahaan yang dinyatakan sebagai persentase penjualan terhadap major competitors (Kotler, 1997) 2.2
Komoditas Unggulan Lokal Komoditas unggulan lokal dapat diartikan sebagai komoditas yang
memenuhi kriteria yaitu memiliki harga yang bersaing, banyak diminati konsumen, keberadaan ikan yang selalu terpenuhi setiap tahunnya dan rata-rata produksi serta nilai produksi yang dihasilkan lebih unggul dari keseluruhan komoditas ikan yang ada. Dikategorikan sebagai unggulan lokal adalah jika komoditas tersebut lebih unggul dengan memenuhi kriteria yang ada namun masih dipasarkan secara lokal (dalam negeri) baik dalam bentuk segar ataupun dalam bentuk olahan artinya komoditas unggulan tersebut tidak dapat memberikan tambahan devisa bagi negara dari segi non migas.
Kondisi ini dapat disebabkan jika komoditas
unggulan yang ada belum memenuhi standar mutu internasional untuk dapat dipasarkan secara ekspor. Komoditas unggulan lokal terdiri dari unggulan utama lokal dan unggulan utama sekunder. Dari perspektif geoekonomi, pembangunan ekonomi kelautan di sektor perikanan, perhubungan laut, pariwisata bahari, pertambangan, dan industri maritim pun terus mengalami perbaikan.
Namun, perbaikan pembangunan
ekonomi di berbagai sektor kelautan tersebut masih jauh lebih kecil daripada potensinya.
Oleh
sebab
itu,
perlu
dicari
berbagai
terobosan
untuk
mendayagunakan sumber daya kelautan secara optimal dan lestari sebagai keunggulan kompetitif bangsa. Keunggulan kompetitif suatu bangsa yang sejati adalah keunggulan kompetitif yang dibangun atas dasar keunggulan komparatif yang dimiliki bangsa tersebut melalui penerapan iptek dan manajemen profesional (Porter, 1998 dalam Mulyadi, 2007). 2.3
Komoditas Unggulan Ekspor Mengingat potensi pengadaan Indonesia dalam hal sumber daya dan jasa-
jasa kelautan sangat besar serta permintaan terhadap sumber daya dan jasa kelautan tersebut terus meningkat, maka kekayaan laut seharusnya dapat menjadi
9
keunggulan kompetitif Indonesia, yang dapat mengantar menjadi bangsa yang maju, makmur, dan mandiri (Mulyadi, 2007). Kategori komoditas unggulan ekspor diberikan terhadap komoditas unggulan perikanan yang dapat dipasarkan ke luar negeri (ekspor) sehingga dapat memberikan perolehan devisa bagi negara dalam bentuk segar atau produk olahan. Produk perikanan pada saat ini semakin banyak diminati, sehingga usaha perikanan berjuang untuk melakukan berbagai usaha untuk menentukan kualitas yang baik dari produk yang dihasilkan sehingga dapat dipasarkan secara ekspor. Mutu merupakan masalah yang sangat penting pada komoditas ekspor. Kita memproduksi jenis barang yang diperlukan oleh negara-negara lain yang kurang atu tidak memproduksinya. Pada umumnya negara pengimpor hanya menerima produk bermutu tinggi.
Ini berarti negara pengekspor dituntut menghasilkan
produk dengan mutu tinggi dalam jumlah yang cukup. Dalam hubungan ini dikenal sistem Quota yaitu jumlah komoditas yang disepakati untuk dapat ditransaksikan dalam jangka waktu tertentu. Dalam masalah perdagangan luar negeri kadang-kadang terjadi barang bermutu tinggi tidak dapat diekspor karena berbagai masalah, di antaranya yang berkaitan dengan volume produksi atau kesinambungan penyediaan. Jika tidak bisa mendapatkan kepercayaan mutu dan jumlah yag diinginkan negara pengimpor maka perolehan devisa tidak dapat dilakukan (Departemen Pertanian, 1999). 2.4 Sumberdaya Ikan Pelagis Sumberdaya ikan pelagis merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang potensial karena jumlahnya yang cukup berlimpah dan mempunyai nilai ekonomis penting, oleh karena paling banyak ditangkap baik untuk konsumsi masyarakat, kebutuhan pasar regional bahkan ekspor. 2.4.1
Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Deskripsi morfologi dan meristik cakalang dari berbagai samudera
menunjukkan bahwa hanya ada satu spesies cakalang yang tersebar di seluruh dunia, yaitu Katsuwonus pelamis (Waldron & King, 1963) diacu dalam (Simbolon, 2003).
10
Klasifikasi cakalang menurut FAO (1991) adalah sebagai berikut : Filum : Cordata Kelas : Pisces Ordo : Perciformes Subordo : Scombroidei Famili : Scombridae Genus : Katsuwonus Spesies : Katsuwonus pelamis Badan memanjang, gelendong dengan penampang melintang bundar. Kepala bagian atas sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Sirip dada pendek, badan kurang bersisik. Pangkal ekor ramping dengan pelat tulang yang kuat.
Kepala dan badan bagian atas biru kehitaman, bagian bawah abu-abu
keperakan dan siri-sirip kehitaman.
Hidup di perairan pantai dan oseanis,
ukurannya dapat mencapai 100 cm, tersebar luas di perairan tropis dan subtropis (Peristiwady, 2006). Khusunya di Kawasan Timur Indonesia ikan cakalang tersebar di wilayah perairan terutama Laut Maluku, Laut Banda, Laut Seram dan Laut Sulawesi. Perairan tersebut termasuk daerah migrasi kelompok ikan di Samudera Pasifik bagian Selatan, khususnya jenis ikan cakalang. Populasi cakalang yang dijumpai memasuki perairan timur Indonesia terutama mengikuti arus. Fluktuasi keadaan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap periode migrasi musiman serta terdapatnya ikan di suatu perairan (Uktolseija et al, 1991). Selanjutnya Nontji (2002), menyatakan bahwa faktor pembatas yang penting bagi keberadaan ikan cakalang di suatu perairan adalah suhu dan salinitas. Telah diketahui bahwa cakalang hidup di perairan lapisan permukaan dengan suhu 16-320 C dan salinitas 32-36 ‰. Penentuan lokasi penangkapan ikan cakalang ditentukan oleh musim yang berbeda untuk setiap perairan. Penangkapan ikan cakalang secara umum dapat dilakukan sepanjang tahun. Hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim bervariasi pula menurut lokasi penangkapan. Saat dengan hasil lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak dan bila hasil penangkapan lebih sedikit dari biasanya disebut musim paceklik (Nikijuluw, 1986). Menurut Rahmat Enjah
11
dalam Gafa, B & W.Subani,1993 daerah penangkapan untuk usaha penangkapan huhate lebih efektif dilakukan disekitar rumpon, yang berfungsi sebagai penghambat mikrasi ikan-ikan tuna dan cakalang sehingga dapat menaikkan jumlah hasil tangkapan, jumlah operasi dan biaya operasi menjadi berimbang. Usaha penangkapan tuna dan cakalang dilakukan dengan alat tangkap huhate (pole and line) dan pukat cincin (purse seine) yang dikelola oleh perusahaan swasta, sedangkan perikanan rakyat menggunakan alat tangkap funae, tonda, pajeko, dan pancing lainnya (Enjah Rahmat, 2006). Menangkap ikan cakalang dan tuna dengan huhate sangat tergantung pada suplay ikan umpan ikan hidup. Umpan harus tetap hidup dan tahan sampai diperlukan pada waktu operasi penangkapan. Pengoperasian huhate pada prinsipnya adalah mengumpulkan ikan, yang kemudian dirangsang dengan lemparan umpan dan disemprotkan air hingga akhirnya menangkap ikan-ikan dengan menggunakan joran, tali pancing, dan mata pancing. Dalam rangka meningkatkan produksi cakalang dan tun, para nelayan menggunaakan rumpon laut dalam sebagai alat bantu penangkapan (Diniah et all, 2006). 2.4.2
Ikan Tuna (Thunnus sp) Uktolseija et al (1997) menyatakan bahwa tuna besar terdiri atas 7 spesies,
sedangkan yang tertangkap di perairan Indonesia ada 5 jenis yaitu: madidihang (Thunnus albacares), mata besar (Thunnus obesus), albakora (Thunnus alalunga), tuna abu-abu (Thunnus tongkol), dan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii). Penyebaran tuna terbanyak di Samudera Pasifik, dan terutama tertangkap di perairan dalam. Daerah penangkapan yang baik sering ditemukan di wilayah batas alih dua perairan yang berbeda, daerah pertemuan arus, daerah upwelling dan daerah penyebaran arus.
Beberapa petunjuk untuk menentukan daerah
penyebaran jenis tuna menurut Sumadhiharga (1971) antara lain: 1) Tempat-tempat pertemuan arus dari daerah perairan sempit (dangkal) dengan laut dalam atau daerah karang dan tebing yang merupakan fishing ground pada laut dalam. Berdasarkan keadaan hidrografi dapat diketahui, bahwa putaran arus pada dasar laut merupakan barier pada fishing ground laut dalam.
12
2) Tempat-tempat yang terdapat arus yang mengalir dengan cepat atau di tempat yang terdapat rintangan (karang, tebing, dan pulau). 3) Tempat terjadinya konvergensi dan divergensi antara arus yang ber-dekatan. 4) Daerah arus eddy dari arus balik equator (equatorial counter current). Menurut Gunarso (1988) beberapa daerah penangkapan ikan tuna di Kawasan Timur Indonesia antara lain adalah: Laut Banda dan Laut Maluku. Daerah ini juga relatif subur seperti dilaporkan oleh Arifin (2006) bahwa upwelling front dan sebaran klorofil-a terjadi di perairan Maluku pada bulan Juli dan Agustus. Tuna merupakan jenis ikan yang dalam kelompok ruaya akan muncul sedikit di atas lapisan termoklin pada siang hari dan akan beruaya ke lapisan permukaan pada sore hari. Sedangkan pada malam hari akan menyebar di antara lapisan permukaan dan termoklin. 2.4.3
Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Secara umum tongkol terdiri dari 2 genus dan 5 spesies dan diklasifikasikan
sebagai berikut (Collete dan Nauen, 1983): Filum : Cordata Kelas : Pisces Ordo : Percomorphy Subordo : Scombroidea Famili : Scombridae Genus : Euthynnus dan Auxis Spesies : Euthynnus affinis, E. alletteratus, E. lineatus; Auxis thazard dan A. rochei. Ciri morfologi tongkol (Euthynnus affinis) adalah badan memanjang dan penampang melintang agak bundar. Bentuk kepala bagian atas sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Sirip dada pendek, ujung sirip tidak melewati bagian depan area yang kurang bersisik. Kepala dan badan atas biru tua kehitaman, bagian bawah abu-abu keperakan. Daerah yang kurang bersisik di atas garis rusuk dengan garis-garis bergelombang menyilang kehitaman. Sirip perut dan dubur keputihan. Sirip ekor, sirip dada dan sirip punggung kehitaman. Hidup di perairan pantai dan oseanis, dapat mencapai 100 cm, tersebar luas di bagian tengah Indopasifik (Peristiwady,
13
2006). Sedangkan ciri morfologi tongkol (Auxis thazard) adalah badan memanjang dengan penampang melintang bundar. Bentuk kepala bagian atas sampai setelah mata hampir lurus, sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Sirip dada pendek, ujung sirip melewati bagian depan area yang kurang bersisik. Kepala dan badan bagian atas biru tua kehitaman, bagian bawah abu-abu keperakan. Daerah yang kurang bersisik di atas garis rusuk dengan garis-garis menyilang kehitaman. Sirip punggung, dada, perut dan dubur keputihan. Sirip ekor kehitaman. Hidup di perairan pantai dan oseanis, dapat mencapai 58 cm, tersebar luas di perairan tropis dan subtropis (Peristiwady, 2006).
Daerah
penyebaran tongkol terutama di perairan Indonesia Timur dan perairan yang berhadapan dengan Samudera Indonesia. 2.4.4
Ikan Layang (Decapterus sp) Lima jenis layang yang umum ditemukan di perairan Indonesia yakni
Decapterus russelii, Decapterus kuroides, Decapterus lajang, Decapterus macrosoma dan Decapterus maruadsi. Namun dari kelima spesies ikan layang hanya Decapterus russelii yang mempunyai daerah penyebaran yang luas di Indonesia mulai dari Kepulauan Seribu hingga Pulau Bawean dan Pulau Masalembo. Decapterus lajang hidup di perairan yang dangkal seperti di Laut Jawa (termasuk Selat Sunda, Selat Madura dan Selat Bali) Selat Makassar, Ambon dan Ternate. Decapterus macrosoma banyak dijumpai di Selat Bali dan Pelabuhan ratu. Decapterus maruadsi termasuk ikan yang berukuran besar, hidup di laut dalam dan tertangkap pada kedalaman 1000 m atau lebih (Nontji, 2002). Ikan layang tergolong ikan stenohaline (di atas 30‰) yang suka pada perairan dengan salinitas 32‰ - 34‰. Sebagai ikan pelagis yang suka berkumpul dan bergerombol, pemakan zooplankton serta senang pada perairan yang jernih, yak tertangkap pada perairan sejauh 20-30 mil dari pantai (Hardenberg, 1937 diacu dalam Gunarso dan Wiyono, 1994). Ciri morfologi layang (Decapterus russelii) adalah badan memanjang, panjang kepala lebih besar dari pada tinggi badan, panjang moncong lebih besar
14
dari pada garis tanda mata, maxilla bagian belakang tidak mencapai bagian depan mata, garis rusuk yang lurus dengan 30-31 sisik tebal. Kepala dan badan bagian atas biru tua, bagian bawah putih keperakan, sirip punggung dan sirip dubur sedikit kekuningan, sirip perut keputihan. Hidup di perairan pantai dengan ukuran dapat mencapai 27 cm (Peristiwady, 2006). Ciri morfologi layang (Decapterus macrosoma) adalah badan memanjang seperti cerutu. Bagian atas berwarna biru kehijauan, bagian bawah berwarna putih perak, sirip-siripnya kuning pucat, satu totol hitam pada bagian atas penutup insang dan pangkal sirip dada.
Ukuran panjangnya dapat mencapai 40 cm
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1979). 2.4.5
Ikan Kembung (Rastrelliger sp) Ikan kembung dibagi atas dua jenis yakni kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma). Kembung lelaki mempunyai tubuh yang lebih langsing, dan biasanya terdapat di perairan yang agak jauh dari pantai. Kembung perempuan sebaliknya mempunyai tubuh yang lebih lebar dan lebih pendek, dijumpai di perairan dekat pantai. Secara umum ikan kembung (Rastrelliger spp) berbentuk cerutu, badan tinggi dan agak pipih, kepala bagian atas hingga mata hampir lurus sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Panjang kepala sama atau lebih kecil dari pada tinggi badan. Sirip dada pendek, kepala dan badan bagian atas kehijauan, bagian bawah putih keperakan. Pada kembung perempuan terdapat bercak-bercak di badan yang membentuk garis kehitaman memanjang. Sedangkan kembung lelaki di bagian atas terdapat strip kehitaman memanjang (Peristiwady, 2006). Klasifikasi ikan kembung menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1979) adalah sebagai berikut: Filum : Cordata Kelas : Pisces Ordo : Percomorphy Subordo : Scombroidea Famili : Scombridae Genus : Rastrelliger Spesies : Rastrelliger kanagurta, R. brachysoma.
15
Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) biasanya ditemukan di perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai dengan kadar garam lebih dari 32‰, sedangkan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) dijumpai di perairan dekat pantai dengan kadar garam lebih rendah (Nontji, 2002). Penyebaran utama ikan kembung (Rastrelliger spp) adalah Kalimantan di perairan
Barat,
Timur
dan
Selatan
serta
Malaka,
sedangkan
daerah
penyebarannnya mulai dari Pulau Sumatera bagian barat dan timur, Pulau Jawa bagian utara dan selatan, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian utara dan selatan, Maluku dan Irian Jaya (Direktorat Jenderal Perikanan, 1979). 2.4.6
Ikan Julung-julung (Hemirhamphus sp) Bentuk badan memanjang dengan rahang atas pendek membentuk paruh
sedangkan rahang bawah panjang dan membentuk segitiga. mempunyai jari-jari keras.
Sirip-sirip tidak
Sirip punggung dan sirip dubur terletak jauh di
belakang, sirip dada pendek.
Garis rusuk terletak di badan bagian bawah
(Peristiwady, 2006). Daerah penyebaran terdapat di perairan pantai, lepas pantai, terutama Indonesia Timur (Laut Flores, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda) dan perairan yang berbatasan dengan Samudera Indonesia. Tergolong ikan pelagis lapisan atas. Penangkapan dengan soma antoni, jala oras, jala buang, soma giob (Direktorat Jenderal Perikanan, 1979). 2.4.7 Ikan teri (Stolephorus sp) Ikan teri (Stolephorus sp) merupakan jenis ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis penting. Pada umumnya teri berukuran antara 6 – 9 cm, tetapi ada pula yang berukuran relatif besar sekitar 17,5 cm, misalnya stolephorus commersonii dan s.indicus (Balitkanlut,1986 diacu Diniah at al, 1997). Penyebarannya mencakup seluruh perairan pantai Indonesia ( Ayodhyoa dan Diniah, 1989). Ikan teri (Stolephorus sp) merupakan ikan ekonomis penting jenis pelagis kecil yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Sedikitnya terdapat sembilan jenis ikan teri yang tersebar diperairan Indonesia (Nontji, 1987 di acu dalam Moch.Prihatna Sobari et al, 2006). Ikan teri merupakan jenis ikan pelagis serta menghuni perairan pesisir dan estuaria dan beberapa jenis dapat
16
hidup diperairan dengan tingkat salinitas 10-15 ppt. Umumnya teri hidup bergerombol, terutama jenis-jenis yang berukuran kecil. Ikan teri umumnya berkelompok (schooling) memiliki respon yang positif terhadap cahaya, namun ikan teri juga memiliki kepekaan yang tinggi terhadap reaksi berupa gerakan dari luar (Hutomo et al, 1987. diacu dalam Moch.Prihatna Sobari at al, 2006). Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap teri bermacam-macam, yaitu bagan, payang teri, pukat tepi dan lain-lain (Diniah et al, 1997). Walaupun bagan dan payang mempunyai target spesies tertentu, tidak tertutup kemungkinan tertangkap jenis lainnya, karena kedua alat tersebut menggunakan cahaya sebagai alat bantu pemgumpul ikan. Hal ini dijelaskan oleh Ayodhyoa (1981) bahwa peristiwa berkumpulnya ikan dibawah cahaya disebabkan oleh sifat fototaksis ikan itu sendiri dan adanya rantai makanan dicatchable area tersebut. 2.5 Sumberdaya ikan demersal Jenis-jenis demersal diartikan sebagai jenis-jenis ikan dimana habitat utamanya berada di lapisan dekat dasar laut (Aoyama, 1973). Mereka mempunyai sifat-sifat ekologi sebagai berikut : 1) Kemampuan beradaptasi terhadap faktor-faktor kedalaman perairan pada umumnya tinggi. Hal ini terlihat dari penyebaran berbagai jenis ikan demersal tertentu mulai dari kedalaman beberapa meter sampai perairan yang dalam. 2) Aktivitas rendah dan daerah ruayanya sempit. 3) Kawanan relatif kecil dibandingkan dengan jenis-jenis ikan pelagis. 4) Habitat utamanya dilapisan dasar laut, meskipun beberapa jenis diantaranya berada dilapisan yang lebih atas. 5) Kecepatan pertumbuhan rendah, dan umur sampai mencapai tingkat dewasa lambat. 6) Komunitas sangat baanyak seluk beluknya (complex). 2.5.1 Ikan kerapu Ikan kerapu tergolong suku serranidae. Tubuhnya tertutup oleh sisik-sisik kecil. Kebanyakan tinggal diterumbu karang dan sekitarnya meskipun ada pula yang hidup dipantai sekitar muara sungai. Umumnya kerapu tidak senang pada air dengan salinitas yang rendah.
17
Nama kerapu biasanya digunakan untuk empat marga ikan yakni Epinephelus, veriola, Plectropoma dan Cromileptes ( Fis Purwangka, 2002). Ikan kerapu didunia internasional dikenal sebagai groupers, rockcod, hinds dan sea basses yang dimasukkan ke dalam famili serranedae, sub famili Epinephelinae yang terdiri atas 15 genus dan mencakup 159 spesies (Heemstra dan Randall, 1993 diacu Fis Purwangka, 2002). 2.5.2 Ikan kakap merah (Lutjamus spp) Ikan kakap merah termasuk famili Lutjanidae, Ordo Perciformes, Kelas Actinopterygii. Panjang maksimum yang pernah tercatat adalah sekitar 30 cm (panjang total). Kakap meraah hidup dilaut dan lingkungan yang berasosiasi dengan terumbu karang, dengan panjang kisaran kedalaman 40-80 meter. Ciri-ciri fisik kakap merah antara lain duri sirip punggung berjumlah 10 buah, duri lunak sirip punggung berjumlah 13-14 buah, duri sirip dubur berjumlah 3 buah, duri lunak sirip dubur berjumlah 8-9 buah, hidung agak meruncing, profil bagian punggung dari kepala menurun tajam. Tulang preorbitalnya cenderung sempit, lebarnya biasanya kurang dari diameter mata. Garis preopercular dan pegangannya kurang berkembang. Barisan sisik dipunggung semakin bertambah diatas gurat sisi. Pada umumnya kakap merah berwarna merah atau merah muda pada waktu segar, sirip merah atau orange. Juvenil dibawah 10 cm memiliki ujung sirip caudal yang kehitaman, seringkali juga sebuah tanda kehitaman agak melengkung ditengah sirip caudal, kadangkala juga dengan garis lateral ditengah yang berwarna kekuningan mulai dari sisi operculum hingga bagian tengah sirip caudal. Kakap merah tinggal didaerah karang yang lebih dalam, biasanya hidup soliter atau dalam kelompok kecil. Kakap merah merupakan ikan dengan harga tinggi ( www.fishbas.org).
3
3.1
METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dibagi dalam dua tahap yaitu tahap penyusunan proposal dan
tahap penelitian di lapangan. Penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan April 2009 dan penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Mei
sampai dengan
Nopember 2009 di Kabupaten Halmahera Utara. 3.2
Metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui diskusi dan wawancara dengan menggunakan lembar data. Data sekunder melalui penulusuran berbagai pustaka. Sumber data pokok (primer dan sekunder) dihimpun melalui teknik survey dan pengamatan (observasi). 3.3
Jenis dan sumber data Jenis data dan sumber data yang digunakan adalah data primer yang
dikumpulkan melalui diskusi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner dan lembar data, sedangkan data sekunder digunakan data pustaka dan data time series produksi ikan hasil tangkapan di Kabupaten Halmahera Utara dan Provinsi Maluku Utara tahun 2004-2008. 3.4
Metode analisis data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Analisis
penetapan komoditas unggulan; (2) Analisis location quotient (LQ) dan (3) Analisis SWOT. 3.4.1
Analisis penetapan komoditas unggulan Untuk menetapkan komoditas unggulan terhadap keseluruhan jenis hasil
tangkapan yang didaratkan di suatu wilayah dapat dilakukan dengan metode scoring. Beberapa kriteria penting yang akan menjadi parameter utama dalam menghitung skor adalah kontinutas produksi, produksi rata-rata, harga komoditas, dan nilai produksi yang lebih ungul dari keseluruhan komoditas yang ada.
20
Penetapan komoditas unggulan juga akan melihat perlakuan produksi dan perolehan devisa dari komoditas tersebut (Raharjo et al, 1999). 1) Kontinuitas produksi Kontinuitas produksi didasarkan pada keberadaan produksi ikan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat memenuhi permintaan pasar. Kontinutas produksi merupakan kriteria penting dalam pengembangan usaha perikanan tangkap, sehingga dalam penetapan komoditas unggulan di Kabupaten Halmahera Utara digunakan sebagai parameter utama. Kontinuitas produksi didasarkan pada keberadaan produksi ikan setiap tahun dari data 5 tahun terakhir (2004-2008). Nilai skor yang diberikan terhadap kekontinuitas produksi lihat Tabel 1. Tabel 1. Kriteria penilaian kontinuitas produksi No 1.
Selang waktu 1 – 2 tahun
Kategori Tidak kontinyu
Nilai skor 1
2.
3 – 4 tahun
Cukup kontinyu
2
3.
5 tahun
Kontinyu
3
2) Produksi rata-rata Produksi rata-rata yaitu total produksi ikan dibagi jumlah tahun produksi (5 tahun) tahun 2004-2008. Nilai rata-rata yang diberikan lihat Tabel 2. Banyaknya data (N) = x
Jumlah kelas = 1+3,32 log N = 1+3,32 log N Lebar kelas =
21
Tabel 2 Nilai yang diberikan terhadap rata-rata produksi
1.
Selang produksi rata-rata (ton/tahun) ≤ nilai rata-rata
2.
> 1 x nilai rata-rata
2
3.
> 2 x nilai rata-rata
3
4.
> 3 x nilai rata-rata
4
5.
> 4 x nilai rata-rata
5
6.
> 5 x nilai rata-rata
6
No
Nilai skoring 1
3) Harga komoditas Harga komoditas adalah harga jual per jenis ikan. Harga rata-rata yaitu harga produksi per jenis ikan dibagi jumlah tahun produksi (5 tahun) tahun 20042008. Banyaknya data (N) = x
Jumlah kelas = 1+3,32 log N = 1+3,32 log N Lebar kelas =
Tabel 3. Nilai yang diberikan terhadap harga komoditas No
Selang harga ikan (Rp/kg)
Nilai
1.
≤ nilai rata-rata
1
2.
> 1 x nilai rata-rata
2
3.
> 2 x nilai rata-rata
3
4.
> 3 x nilai rata-rata
4
5.
> 4 x nilai rata-rata
5
6.
> 5 x nilai rata-rata
6
22
4) Nilai produksi Nilai produksi diamati terhadap produk dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan, demikian pula pemasarannya secara lokal ataupun ekspor. (1) Perlakuan hasil produksi Perlakuan hasil produksi dianalisis berdasarkan besarnya jumlah produksi yang dimanfaatkan dalam bentuk olahan atau non olahan. Bentuk perlakuan yang diberikan dalam bentuk olah berupa pengasinan, pengasapan, pindang, pengalengan dan non olahan adalah pemasaran secara segar atau beku. Nilai yang diberikan terhadap kriteria tersebut lihat Tabel 4. Tabel 4. Kriteria dan nilai terhadap perlakuan produksi No Kriteria Nilai skoring 1.
Bentuk olahan ≥ 50%
1
2.
Bentuk non olahan < 50%
0
(2) Pemasaran Pemasaran dinilai untuk pemasaran lokal maupun ekspor. ekspor dinilai dari besarnya devisa yang dihasilkan bagi Negara.
Pemasaran Analisis
perolehan devisa merupakan tambahan untuk menentukan komoditas unggulan ekpor. Nilai skoring yang diberikan pada produksi ekspor dan non ekspor di Kabupaten Halmahera Utara lihat Tabel 5. Tabel 5. Kriteria dan nilai terhadap perlakuan pemasaran No Kriteria Nilai skoring
3.4.2
1.
Diekspor
1
2.
Tidak diekspor
0
Analisis location quotient (LQ)
1. Nilai LQ. Untuk mengimplementasikan metode analisis location quotient (LQ) dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut: 1) Insert data. Insert data series menurut jenis ikan selama lima tahun terakhir, ke dalam spreadsheet dengan format kolom dan baris diisi nama wilayah
23
(Kabupaten Halmahera Utara dan Provinsi Maluku Utara) dan tahun sedangkan baris diisi nama jenis ikan. 2) Menghitung jumlah produksi ikan jenis ke-j dan total produksi ikan hasil tangkapan di Kabupaten Halmahera Utara. Setelah data dimasukkan dalam spreadsheet kemudian data dihitung jumlah produksi ikan jenis ke-j dan total produksi ikan hasil tangkapan di Kabupaten Halmahera Utara yang masingmasing diberi notasi Xy dan Xx. 3) Menghitung jumlah produksi ikan jenis ke-j dan total produksi ikan hasil tangkapan di Provinsi Maluku Utara. Data yang digunakan untuk menghitung jumlah produksi ikan jenis ke-j dan total produksi ikan hasil tangkapan di Provinsi Maluku Utara yang masing-masing diberi notasi Xy dan Xx. 4) Menghitung nilai LQ. location quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa ikan di Kabupaten Halmahera Utara dalam aktivitas perikanan tangkap dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas Maluku Utara.
Secara lebih operasional, LQ didefenisikan sebagai rasio
persentase dari total aktivitas perikanan tangkap pada subwilayah ke-j terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Adapun formula dari LQ menurut Budiharsono (2000); Hendayana, (2003), adalah:
Keterangan: xij = produksi ikan jenis ke-j di Kabupaten Halmahera Utara xi = produksi total perikanan tangkap Kabupaten Halmahera Utara Xij = produksi total jenis ikan ke-j di Maluku Utara Xi = produksi total perikanan tangkap Maluku Utara. 5) Interpretasi nilai LQ.
Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ
maka: Jika nilai LQ > 1 menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi perikanan di Kabupaten Halmahera Utara secara relatif dibandingkan dengan total Maluku Utara atau terjadi pemusatan aktivitas di Halmahera Utara.Jika nilai LQ = 1 maka pada Kabupaten Halmahera utara, mempunyai pangsa aktivitas perikanan tangkap setara dengan pangsa total Maluku Utara
24
Jika nilai LQ < 1 maka Kabupaten Halmahera Utara mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas perikanan tangkap di Maluku Utara atau telah terjadi defisit produksi di Kabupaten Halmahera Utara. 1
Penentuan sektor unggulan dan prioritas. Untuk dapat menentukan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas
pengembangan perikanan tangkap Kabupaten Halmahera Utara dibuat matriks dengan pendekatan location quotient (LQ). Menurut M.Fedi A.Sondita et al pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan tangkap dengan LQ dibedakan dalam 2 kelompok, masing-masing terdiri dari 3 kriteria dan 2 kriteria. 1. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu sendiri yaitu terpusat (LQ > 1), mendekati terpusat (LQ = 0,80 sampai 0,99) dan tidak terpusat (LQ < 1). Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan nilai 2, 1 dan 0. 2. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan diberi bobot 2, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 1, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 0. Dari kedua hasil pembobotan LQ tersebut, nilai penjumlahan tertinggi merupakan komoditas ikan unggulan dan dijadikan prioritas untuk pengembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara. 3.4.3 Analisis strategi pengembangan perikanan tangkap (Analisis SWOT). Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui atau mempelajari kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness) dan peluang (Opportunity) serta ancaman (Threat) bagi pengembangan perikanan di Kabupaten Halmahera Utara. Analisis SWOT juga digunakan untuk merumuskan atau mengambil alternatif strategi bagi pengembangan perikanan di Kabupaten Halmahera Utara. Menurut Rangkuti (2002), kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness) dan peluang (Opportunity) serta ancaman (Threat) adalah faktor eksternal. Berdasarkan pengaruhnya terhadap pencapaian suatu tujuan (Strength) dan (Opportunity) merupakan faktor pendorong (positif) sedangkan (Weakness) dan (Threat) adalah faktor penghambat (negatif) lihat Tabel 6.
25
Tabel 6. Matriks SWOT Faktor Internal
Faktor Eksternal Opportunity (O) Tentukan peluang eksternal
Threat (T) Tentukan ancaman eksternal
Strength (S) Tentukan faktor-faktor kekuatan internal
Weakness (W) Tentukan faktor-faktor kelemahan internal
Strategi (SO) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi (WO) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Strategi (ST) Strategi (WT) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan meminimalkan untuk mengatasi ancaman kelemahan dan menghindari ancaman
Menurut Rangkuti (2002), matriks ini dapat menjelaskan bagaimana peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan (Strength) dan (Weakness) yang dimiliki lihat Gambar 2.
Peluang Kuadran 3
Kuadran 1
Kekuatan
Kelemahan Kuadran 4
Kuadran 2
Ancaman
Gambar 2 Analisa SWOT
26
Perumusan strategi yang tepat dalam berbagai kondisi adalah sebagai berikut: 1) Kuadran 1, merupakan kondisi yang sangat menguntungkan, yaitu sistem memiliki kekuatan dan peluang yanga baik. 2)
Kuadran 2, sistem memiliki kekuatan namun menghadapi berbagai ancaman. Startegi yang tepat adalah strategi diversifikasi, yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
3)
Kuadran 3, sistem memiliki peluang yang baik, namun terkendala kelemahan internal. Strategi yang tepat adalah meminimalkan masalah-masalah internal, sehingga dapat merebut peluang eksternal dengan lebih baik.
4) Kuadran 4, kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Strategi yang tepat adalah strategi defensif, yaitu dengan meminimalkan kerugian-kerugian yang akan timbul. Pemberian bobot matriks faktor eksternal dan internal adalah sebagi berikut : 1) Beri bobot, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). 2) Rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang besar diberi rating 4 tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating 1). 3) Faktor skor pembobotan diperoleh dengan mengalikan bobot dengan rating. Nilai skor pembobotan ini digunakan untuk penilaian penyusunan strategi kebijakan.
4 KEADAAN UMUM
4.1 Luas dan Letak Geografis Wilayah Halmahera Utara dibentuk berdasarkan Undang-Undang Tahun 2003
No. 1
dan secara administratif kenegaraan resmi menjadi wilayah
kabupaten baru pada tanggal 31 Mei 2003. Kabupaten Halmahera Utara memiliki luas wilayah sebesar 24.983,32 km2, dan luas daratan sebesar 5.447,3 km2 atau sebesar 22% dari luas wilayah kabupaten. Luas perairannya sebesar 19.536,02 km2 atau sebesar 78% dari luas wilayah kabupaten. Kabupaten Halmahera Utara secara administratif terdiri dari 22 kecamatan yang terdiri dari 260 desa.
Sebagian besar wilayah kecamatannya yakni 18
kecamatan merupakan kecamatan pesisir dan 4 kecamatan lainnya merupakan kecamatan pedalaman.
Kabupaten Halmahera Utara memiliki 94 buah pulau
sedang maupun kecil, berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Kabupaten Halmahera Utara secara geografis terletak di bagian Utara dari Pulau Halmahera, tepatnya berada pada koordinat 1o57’ – 3o00’ LU dan 127o17’ – 128o08’ BT, serta memiliki wilayah yang terbentang dari utara ke selatan sepanjang 333 km dan dari barat ke timur sepanjang 148 km. penelitian, lihat Gambar 3.
Peta lokasi
28
U
Penangkapan ikan unggulan menyebar padasemua wilayah Halut
Lokasi Penelitian (Kab.Halut)
Lokasi Penelitian (Prov.Malut)
Sumber : Bappeda Kabupaten Haalmahera Utara, 2009. Gambar 3. Peta lokasi penelitian
29
Secara geografis dan administratif, Kabupaten Halmahera Utara memiliki batas-batas wilayah yang berbatasan dengan wilayah daerah lain, sebagai berikut : 1) Sebelah utara berbatasan dengan samudera pasifik. 2) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wasilei, Kabupaten Halmahera Timur. 3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat. 4) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Loloda Selatan, Kabupaten Halmahera Barat dan laut Sulawesi. Sumber daya alam pantai yang banyak terdapat di Kabupaten Halmahera Utara yaitu : ketam kenari (Birgus latro), penyu, burung laut, dan hutan mangrove. Di samping itu, juga terdapat jenis udang (Penaied sp), kepiting (Brachyura sp), cumi-cumi (Chaphalopoda sp), kerang mutiara (Pinctada maxima), tapis-tapis (Pinctada margarititera), lola (Thodws nilotice), teripang (Holothuridae sp), dan rumput Laut (sea weeds). Perairan laut Kabupaten Halmahera Utara diperkirakan memiliki potensi sumber daya perikanan tangkap (standing stock) sebesar 89.865,69 ton/tahun, dengan potensi lestari (MSY) atau potensi ikan yang boleh dimanfaatkan sebesar 44.932,85 ton/tahun, yang terdiri dari perikanan pelagis sebesar 26.946,41 ton/tahun dan perikanan demersal sebesar 17.986,44 ton/tahun. Potensi hutan mangrove terdiri dari mangrove primer 3.720,612 Ha dan mangrove sekunder 1.456,880 Ha (Data Tata Ruang 2007), serta Potensi terumbu karang seluas 539,6 Ha dan padang lamun seluas 6.126,14 Ha. 4.2 Iklim Wilayah Kabupaten Hamahera Utara dipengaruhi oleh iklim laut tropis yang terdiri atas dua musim yaitu (a) musim hujan pada bulan November sampai Februari, dan (b) musim kemarau pada bulan April sampai dengan Oktober, yang diselingi musim pancaroba pada bulan Maret dan Oktober. Curah hujan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara berkisar antara 1.500 – 4.500 mm per tahun. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson
30
(1951), daerah Halmahera Utara umumnya bertipe iklim B, dengan rata-rata curah hujan per tahun 1.869 mm. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih tinggi atau sama dengan 60 mm. Bulan November dan bulan Agustus adalah bulan dengan curah hujan yang tinggi, selain itu bulan April juga dengan curah hujan yang tertinggi yaitu 293 mm. Periode curah hujan rendah berlangsung pada bulan September dan Oktober dengan curah hujan terendah 50,8 mm pada bulan September. 4.3 Penduduk Penduduk Kabupaten Halmahera Utara pada tahun 2008 tercatat sebanyak 218.972 jiwa. Bila dibandingkan dengan luas wilayah daratannya, maka tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Halmahera Utara pada setiap kecamatan adalah seperti pada Tabel 7.
31
Tabel 7. Jumlah dan tingkat kepadatan penduduk menurut kecamatan tahun 2008
No
Kecamatan
Jumlah penduduk (jiwa) 6.911
Luas daerah (km2) 135,4
Kepadatan penduduk (jiwa/km2) 51
10.349
374,1
28
1.
Kao Teluk
2.
Malifut
3.
Kao
7.212
111,2
65
4.
Kao Barat
8.632
596,7
14
5.
Kao Utara
7.112
128,8
55
6.
Tobelo Barat
4.497
294,7
15
7.
Tobelo Timur
6.828
120,0
57
8.
Tobelo Selatan
13.411
204,3
66
9.
Tobelo Tengah
10.713
56,0
191
10.
Tobelo
24.604
33,0
746
11.
Tobelo Utara
10.427
100,4
104
12.
Galela
7.910
138,7
57
13.
Galela Selatan
8.948
84,5
106
14.
Galela Barat
9.636
45,5
212
15.
Galela Utara
8.951
255,3
35
16.
Morotai Selatan
16.112
363,1
44
17.
Morotai Utara
10.610
448,7
24
18.
Morotai Selatan Barat
12.572
362,8
35
19.
Morotai Timur
8.154
731,8
11
20.
Morotai Jaya
7.688
408,5
19
21.
Loloda Utara
10.231
390,4
26
22.
Loloda Kepulauan
7.464
63,3
118
218.972
5.447
Jumlah
Sumber : Dinas Catatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara, 2009. .
Tabel 7 tersebut mnenunjukkan bahwa penyebaran penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tobelo 746 jiwa/km2, sedangkan konsentrasi yang relatif rendah terdapat di Kecamatan Morotai Timur, Kao Barat dan Tobelo Barat. Adapun faktor yang mempengaruhi tidak meratanya persebaran penduduk adalah
32
faktor topografi wilayah dan kurangnya aksebilitas jalan yang berakibat rendahnya kegiatan perekonomian di daerah-daerah tersebut. Keseluruhan wilayah Kabupaten Halmahera Utara didominasi oleh penduduk laki-laki. Sex ratio total jumlah penduduk antara laki-laki terhadap perempuan di kabupaten ini adalah 102,2 yang berarti bahwa pada setiap 100 orang penduduk perempuan terapat 102 penduduk laki-laki lihat Tabel 8. Tabel 8. Jumlah penduduk dan sex ratio menurut kecamatan tahun 2008 No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kao Teluk Malifut Kao Kao Barat Kao Utara Tobelo Barat Tobelo Timur Tobelo Selatan Tobelo Tengah Tobelo Tobelo Utara Galela Galela Selatan Galela Barat Galela Utara Morotai Selatan Morotai Utara Morotai Selatan Barat Morotai Timur Morotai Jaya Loloda Utara Loloda Kepulauan
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 3.505 5.245 3.600 4.286 3.810 2.266 3.669 6.667 5.333 12.376 5.187 3.974 4.520 4.994 4.529 8.206 5.315 6.273 4.198 3.942 5.016 3.762
3.406 5.104 3.612 4.346 3.302 2.231 3.159 6.744 5.380 12.228 5.240 3.936 4.428 4.642 4.422 7.906 5.295 6.299 3.956 3.746 5.215 3.702
Total jiwa 6.911 10.349 7.212 8.632 7.112 4.497 6.828 13.411 10.713 26.604 10.472 7.910 8.948 9.636 8.951 16.112 10.610 12.572 8.154 7.688 10.231 7.464
110.673 108.299 218.972 Sumber : Dinas Catatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara, 2009.
Sex ratio 102,9 102,8 99,7 98,6 115,4 101,6 116,1 98,9 99,1 101,2 99 101 102,1 107,6 102,4 103,8 100,4 99,6 106,1 105,2 96,2 101,6 102,2
Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat 15 kecamatan memiliki sex ratio lebih dari 100% dan hanya 7 kecamatan yang memiliki sex ratio penduduk kurang
33
dari 100%, dengan demikian secara umum Kabupaten Halmahera Utara didominasi oleh penduduk laki-laki. Sebaran utama penduduk terdapat di Kecamatan Tobelo yaitu 24.604 jiwa (11,2%), Kecamatan Morotai Selatan dengan 16.112 jiwa (7,4%) dan Kecamatan Tobelo Selatan dengan 13.411 jiwa (6,1%) sementara, Kecamatan Tobelo Barat dengan pusat pertumbuhan di Kusuri memiliki sebaran penduduk yang rendah yaitu hanya 2,1% dari total jumlah penduduk di Kabupaten Halmahera Utara. Secara umum, sebaran penduduk di Kabupaten Halmahera Utara masih belum merata antar kecamatan.
Kondisi ini menjadi indikasi pentingnya
pemerataan distribusi kependudukan untuk kemudian diselaraskan dengan potensi pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Pemerataan distribusi kependudukan ini dapat dilakukan dengan mekanisme migrasi lokal maupun eksternal atau dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah yang kurang penduduk. 4.4 Perkembangan Perikanan Dalam rangka mendayagunakan potensi perikanan secara optimal sebagai ujung tombak perekonomian daerah, maka kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Halmahera Utara diarahkan untuk : 1)
Memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan.
2)
Meningkatkan penerimaan devisa negara dari ekspor hasil perikanan.
3)
Meningkatkan kesejahteraan nelayan.
4)
Meningkatkan kecukupan gizi dari hasil perikanan.
5)
Meningkatkan penyerapan tenaga kerja di bidang kelautan dan perikanan. Untuk pencapaian tujuan yang telah digariskan, maka perlu adanya
dukungan kebijakan pemerintah terhadap beberapa komponen yang mencakup kebijakan tentang infrastruktur, kebijakan sumberdaya nelayan, kebijakan perikanan tangkap, kebijakan perikanan budidaya, kebijakan pemasaran hasil perikanan, serta pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan.
34
4.4.1 Perkembangan Alat Tangkap Perkembangan alat penangkap ikan di Kabupaten Halmahera Utara sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 menurut jenis alat tangkap, disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah unit penangkapan menurut jenis alat. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Alat tangkap menurut jenisnya Pukat pantai Pukat cincin Jaring lingkar Jaring insang hanyut Jaring insang tetap Jaring klitik Trammel net Bagan perahu Bagan tancap Rawai tetap Rawai tuna Rawai hanyut Huhate Pancing tonda Pancing ulur Sero Bubu
Jumlah alat menurut tahun 2004 23 32 26 43 35 4 16 59 7 21 32 8 50 122 859 2 27
2005 23 33 28 43 35 4 17 60 8 21 33 7 52 124 939 4 27
2006 23 37 28 43 35 4 17 60 8 22 33 8 53 124 1.029 4 30
2007 23 37 28 41 33 3 18 60 8 22 34 10 55 124 1.155 4 27
2008 23 40 30 41 33 3 18 40 8 22 34 10 40 140 1.250 4 26
Sumber : DKP Kabupaten Halmahera Utara, 2009 Data Tabel 9 tersebut menunjukkan bahwa alat tangkap pukat pantai mempunyai jumlah yang tetap selama selang waktu 2004-2008. Beberapa jenis alat tangkap yang mengalami kenaikkan jumlah yang relatif kecil adalah: alat tangkap pukat cincin, jaring lingkar, trammel net, bagan tancap, rawai tetap, rawai tuna, pancing tonda dan sero. Alat tangkap yang mengalami kenaikkan jumlah yang cukup signifikan pada setiap tahun yaitu: pancing ulur. Alat tangkap yang mengalami penuruan jumlah sampai pada tahun terakhir 2008 yaitu: jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring klitik, bagan perahu, huhate dan bubu. Jumlah unit penangkapan
35
tersebut
melaksanakan
operasi
penangkapan
sebanyak
jumlah
tripnya
sebagaimana disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah trip penangkapan menurut jenis alat. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Alat tangkap menurut jenisnya Pukat pantai Pukat cincin Jaring lingkar Jaring insang hanyut Jaring insang tetap Jaring klitik Trammel net Bagan perahu Bagan tancap Rawai tetap Rawai tuna Rawai hanyut Huhate Pancing tonda Pancing ulur Sero Bubu
Jumlah trip menurut tahun 2004
2005
2006
2007
2008
5.796 5.646 5.106 5.244 5.380 6.680 7.600 8.140 7.548 8.200 6.240 6.320 5.712 5.600 6.240 4.320 4.343 4.301 4.018 4.961 7.400 7.140 7.022 7.194 7.260 402 432 435 324 331 3.005 3.060 3.043 3.564 3.672 1.872 9.840 9.509 9.840 6.720 588 640 672 669 656 2.764 3.549 3.696 3.586 3.960 5.376 5.544 5.537 6.120 6.188 1.524 1.428 1.632 1.800 1.790 9.088 10.608 10.812 11.220 7.860 21.600 24.396 25.296 29.140 28.021 254.880 262.639 276.221 296.835 317.500 168 176 180 200 232 2.268 2.510 2.670 2.144 2.755
Sumber : DKP Kabupaten Halmahera Utara, 2009 Tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa fluktuasi jumlah trip setiap tahun selang periode 2004-2008 tidak sama dengan fluktuasi jumlah alat tangkap, kecuali pada alat tangkap pancing ulur, terlihat jelas terjadi kenaikkan jumlah trip setiap tahun secara signifikan. Jumlah trip penangkapan menunjukkan besarnya aktivitas penangkapan dari setiap alat penangkapan dalam beroperasi. Fluktuasi jumlah trip disesuaikan dengan keadaaan iklim dan cuaca pada setiap tahunnya. Perubahan-perubahan cuaca dan iklim yang tidak seragam setiap tahun membuat kesempatan melaut juga berbeda setiap tahun.
Sekalipun
demikian diharapkan dunia perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara dapat menjawab tantangan peningkatan taraf hidup masyarakat di waktu yang akan datang.
36
4.4.2 Perkembangan armada perikanan Armada perikanan terdiri dari beberapa unit penangkapan ikan yang mencakup kapal, alat tangkap dan nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di suatu daerah penangkapan. Dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, kapal perikanan didefinisikan sebagai perahu, kapal, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, mendukung operasi pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Nomura dan Yamazaki (1977) mengelompokkan jenis kapal ikan ke dalam empat kelompok yakni: (1) Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan, termasuk kelompok kapal yang khusus digunakan untuk mengumpul sumber daya hayati perairan, seperti kapal pukat udang, perahu pukat cincin, perahu jaring insang, kapal rawai, kapal pole and line, sampan yang digunakan untuk memancing ikan, dan lain sebagainya. (2) Kapal yang digunakan sebagai tempat mengumpulkan hasil tangkapan dan mengolahnya. (3) Kapal pengangkut ikan yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dari kapal pengumpul ataupun kapal penangkap dari daerah penangkapan ke pelabuhan. (4) Kapal penelitian, pendidikan dan latihan merupakan kapal ikan yang dipakai dalam penelitian, pendidikan dan latihan. Kategori berdasarkan ukuran kapal atau perahu di Indonesia menurut Statistik Kelautan dan Perikanan terdiri atas tiga kategori yaitu: (1) Perahu Tanpa Motor (2) Motor Tempel, dan (3) Kapal Motor, yang selanjutnya terbagi menurut ukuran Gross Tonagenya yaitu: < 5 GT; 5-10 GT; 10-20 GT; 20-30 GT; 30-50 GT; 50-100 GT; 100200 GT dan > 200 GT.
37
Perkembangan jumlah kapal perikanan di Kabupaten Halmahera Utara disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah nelayan menurut jenis ukuran kapal. No 1 2 3
Tahun
2004
PTM Motor Tempel Kapal Motor : 0 - 5 GT 5 - 10 GT 10 - 20 GT 20 - 30 GT 30 - 50 GT 50 - 100 GT 100 - 200 GT > 200 GT
2005
2006
2007
2008
318 183
346 205
415 263
451 290
455 348
762 50 17 -
865 58 21 -
1.021 60 25 -
1.117 62 27 -
1.176 64 31 -
Sumber : DKP Kabupaten Halmahera Utara, 2009 Dari tabel di atas terlihat dengan jelas bahwa kapal penangkap didominasi oleh Kapal motor berukuran 0 – 5 GT. Kapal motor jenis ini di Kabupaten Halmahera Utara didominasi oleh perahu jenis pamboat dengan mesin jenis katinting. Perahu jenis ini banyak digunakan karena memiliki daya jelajah yang cukup jauh, serta mampu bergerak dalam keadaan laut yang bergelombang karena bahan perahunya yang ringan. 4.4.3 Perkembangan nelayan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 mendefenisikan nelayan sebagai orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkapan dikategorikan sebagai nelayan meskipun mereka tidak melakukan kegiatan menangkap (Dirjen Perikanan Tangkap, 2004). Dengan demikian maka yang dimaksud dengan nelayan adalah semua orang yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya berdasarkan waktu yang dialokasikan untuk melakukan penangkapan ikan, nelayan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu :
38
(1) Nelayan yang seluruh waktunya dialokasikan untuk melakukan penangkapan ikan, disebutkan sebagai nelayan penuh. (2) Nelayan yang sebagian besar waktunya dialokasikan untuk melakukan penangkapan ikan, disebutkan sebagai nelayan sambilan utama.
Dalam
kategori ini, nelayan dapat pula mempunyai pekerjaan lain. (3) Nelayan yang sebagian kecil waktunya dialokasikan untuk melakukan penangkapan ikan, disebutkan sebagai nelayan sambilan tambahan. Dalam kategori ini, nelayan mempunyai pekerjaan pokok yang lain. Sebagian besar nelayan di Kabupaten Halmahera Utara merupakan nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan, karena mereka mempunyai kebun, sehingga pada saat panen tanaman pertanian, mereka istirahat melaut. Jumlah nelayan menurut jenis alat periode tahun 2004–2008 lihat Tabel 12. Tabel 12. Jumlah nelayan menurut jenis alat. No
Jumlah nelayan menurut jenisnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pukat pantai Pukat cincin Jaring lingkar Jaring insang hanyut Jaring insang tetap Jaring klitik Trammel net Bagan perahu Bagan tancap Rawai tetap Rawai tuna Rawai hanyut Huhate Pancing tonda Pancing ulur Sero Bubu
2004 276 628 364 130 98 6 18 59 7 28 35 8 900 124 859 2 10
Jumlah trip menurut tahun 2005 2006 2007 276 646 358 130 98 6 20 60 8 28 38 7 930 126 939 4 10
274 722 360 130 98 6 20 61 8 30 38 9 954 126 1.029 4 10
276 722 360 120 86 5 22 61 8 30 40 11 990 126 1.155 4 10
2008 276 780 386 120 86 5 22 40 8 30 40 11 720 142 1.250 4 8
Sumber Data : Primer
Data tersebut menunjukkan bahwa nelayan sebagian besar menggunakan alat tangkap pancing, berikut jaring insang tetap, pukat cincin, jaring lingkar dan
39
huhate. Alat tangkap pancing dan jaring insang merupakan alat tangkap yang sederhana dengan mayoritas kepemilikan tunggal dengan tingkat penyerapan tenaga kerja per unit penangkapan sangat rendah. Pada kelompok alat ini, setiap unit penangkapan ikan menyerap 1 – 3 tenaga kerja saja. Alat tangkap pukat cincin, jaring lingkar dan huhate merupakan alat tangkap dengan daya penyerapan tenaga kerja yang tinggi per unit penangkapan. Setiap unit penangkapan dari ketiga jenis alat ini mampu menyerap tenaga kerja antara 12 – 20 orang bahkan terkadang ada yang lebih dari 20 orang. 4.4.4 Perkembangan Produksi Produksi hasil perikanan merupakan output dari proses penangkapan ikan. Produksi tersebut sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti sarana penangkapan ikan, kemampuan atau keterampilan nelayan, manajemen, dan beberapa faktor lainnya termasuk infrastruktur pendukung seperti pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan. Data yang diperoleh dari hasil survei lapangan di seluruh Kabupaten Halmahera Utara, diperoleh data produksi dari setiap jenis alat tangkap untuk periode tahun 2004–2008, lihat Tabel 13.
40
Tabel 13 Produksi ikan total menurut jenis alat. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jumlah produksi (ton) Pukat pantai Pukat cincin Jaring lingkar Jaring insang hanyut Jaring insang tetap Jaring klitik Trammel net Bagan perahu Bagan tancap Rawai tetap Rawai tuna Rawai hanyut Huhate Pancing tonda Pancing ulur Sero Bubu
Jumlah produksi (ton) menurut tahun 2004 417,688 4.858,05 354,883 224,924 231,884 4,257 96,61 2.962,76 257,643 287,416 877,615 117,922 4.683,22 742,804 620,401 9,758 52,006
2005
2006
2007
2008
634,82 5.690,42 371,496 226,026 264,67 2,998 45,938 6.283,03 359,292 207,588 2.700,13 99,063 8.272,82 1.904,72 579,4 21,627 54,373
501,407 5.847,04 376,284 272,039 285,237 4,066 89,968 2.853,66 231,719 477,624 1.232,78 142,215 7.860,60 1.337,26 569,838 8,264 55,34
444,297 6.319,49 386,195 226,147 267,427 4,032 91,753 2.705,99 205,375 484,474 1.522,95 160,423 8.471,56 1.240,11 895,291 4,892 49,702
615,194 8.625,46 439,9 181,431 245,757 3,188 166,886 3.146,17 122,681 535,3 2.148,58 235,03 7.773,09 1.506,32 1.213,72 3294 50,648
Sumber : DKP Kabupaten Halmahera Utara, 2009 Tabel 13 tersebut menunjukkan bahwa sumbangan hasil tangkapan terbesar diperoleh dari perikanan pukat cincin dan huhate, dilihat dari rata-rata hasil tangkapan per tahun, maka alat tangkap huhate memberikan sumbangan terbesar, berikut alat tangkap pukat cincin.
Pada tahun 2008, pukat cincin
merupakan penyumbang produksi terbesar berikutnya huhate. Alat tangkap yang memberikan sumbangan hasil tangkapan paling rendah yaitu jaring klitik. Jenis ikan yang disajikan adalah jenis ikan yang secara relatif tertangkap dalam jumlah yang cukup banyak dengan frekuensi tertangkap juga cukup tinggi, sedangkan jenis ikan yang tertangkap dalam jumlah yang sangat kecil atau sangat jarang ditemukan diabaikan dalam penelitian ini. 4.4.5 Perkembangan Pemasaran Komoditas perikanan yang dijual di pasar lokal di Kabupaten Halmahera Utara hampir seluruhnya berasal dari produksi perikanan tangkap dan dalam
41
keadaan segar. Untuk ikan segar yang berukuran besar, biasanya sebelum dijual dipotong-potong terlebih dahulu menjadi beberapa potong. Ikan hasil tangkapan sebagian besar tanpa pengawet es. Ikan didaratkan dan diletakkan begitu saja di dalam keranjang plastik tanpa adanya upaya penanganan,lalu ikan diangkut atau menunggu untuk diangkut ke pasar tanpa adanya pemberian es untuk mencegah proses kemunduran mutu. Pemberian es baru dilakukan setelah ikan tiba di pasar dan akan disimpan dalam kotak pendingin untuk dijual pada hari berikutnya.
Salah satu kendala tidak
diterapkannya rantai dingin tersebut adalah karena harga es balok untuk penanganan ikan masih cukup mahal dan terbatas jumlahnya, sementara permintaan untuk kepentingan lain juga cukup besar. Akibat penanganan yang kurang baik ini, maka mutu ikan segar cepat menurun, sehingga nelayan dan pedagang menerima harga yang rerlatif rendah, sementara konsumen juga memakan ikan yang rendah kualitasnya. Sekalipun demikian, mutu ikan yang rendah ini hanya diperoleh pada daerah-daerah yang jauh dari lokasi pasar. Secara umum daerah penangkapan terletak tidak terlalu jauh dari lokasi pasar sehingga dugaan turunnya mutu ikan tangkapan masih terlalu jauh. Sebagian besar ikan dikonsumsi dalam keadaan segar, bahkan ikan yang belum kena bahan pengawet es. Kegiatan pemasaran terutama diperankan oleh pedagang borongan (penyalur) yang kemudian disalurkan ke pedagang eceran. Rata-rata setiap unit penangkapan telah memiliki pedagang penyalur yang disebutkan sebagai pengurus (istilah daerah setempat). Pengurus memegang peranan penting dalam menyalurkan hasil tangkapan untuk sampai di tangan konsumen.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Penetapan komoditas unggulan 1) Kontinuitas Produksi Kontinuitas produksi didasarkan pada keberadaan produksi ikan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat memenuhi permintaan pasar. Kontinuitas produksi perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara berdasarkan data 5 tahun terakhir (2004-2008) lihat Tabel 14. Data produksi yang digunakan untuk kriteria penilaian ini dikemukakan pada Lampiran 1. Tabel 14. Kriteria penilaian kontinuitas produksi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Jenis ikan Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bawal putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung-julung Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari
Kontinuitas produksi
Keterangan
3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3
Kontinyu Cukup kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Cukup kontinyu Cukup kontinyu Cukup kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Cukup kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Cukup kontinyu Cukup kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu Kontinyu
44
2) Produksi Rata-Rata Produksi rata-rata yaitu total produksi dibagi jumlah tahun produksi. Nilai rata-rata produksi lihat Tabel 15 dan 16. Data produksi dan rata-rata produksi untuk kriteria penilaian ini dikemukakan pada Lampiran 1. Banyaknya data (N) =38
Jumlah kelas = 1+3,32 log N = 1+3,32 log 38 =6 Lebar kelas = = = 1.855
Tabel 15. Nilai terhadap rata-rata produksi No
Selang produksi rata-rata (ton/tahun)
1.
≤ 1.855 ton/tahun
1
2.
1.856 – 3.711 ton/tahun
2
3.
3.712 – 5.567 ton/tahun
3
4.
5.568 – 7.423 ton/tahun
4
5.
7.424 – 9.279 ton/tahun
5
˃ 9.280 ton/tahun
6
6.
Nilai skoring
45
Tabel 16. Nilai Skoring rata-rata produksi perikanan No
Jenis ikan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bawal putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung-julung Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari
Nilai skoring 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 6 1 2 1 1
46
3) Harga Komoditas Harga komoditas adalah harga jual per jenis ikan. Harga rata-rata yaitu harga produksi per jenis ikan dibagi jumlah tahun produksi. Nilai rata-rata yang diberikan lihat Tabel 17 dan 18. Data harga dan rata-rata harga per jenis ikan untuk kriteria penilaian ini dikemukakan pada Lampiran 2.
Banyaknya data (N) =38
Jumlah kelas = 1+3,32 log N = 1+3,32 log 38 =6 Lebar kelas =
= = 6.145
Tabel 17. Nilai terhadap harga komoditas No
Selang harga ikan (Rp/kg)
Nilai skoring
1.
≤ 6.145
1
2.
6.146 – 12.291
2
3.
12.292 – 18.437
3
4.
18.438 – 24,583
4
5.
24.584 – 30.729
5
6.
˃ 30.730
6
47
Tabel 18. Nilai skoring terhadap harga ikan No Jenis ikan Nilai skoring 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bawal putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung-julung Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari
1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 2 1 3 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48
4) Nilai produksi
Nilai produksi diamati terhadap produk dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan, demikian pula pemasarannya secara lokal ataupun ekspor. (1) Perlakuan hasil produksi Perlakuan hasil produksi dianalisis berdasarkan besarnya jumlah produksi yang dimanfaatkan dalam bentuk olahan atau non olahan. Nilai yang diberikan terhadap kriteria tersebut lihat Tabel 19 dan 20. Data Perlakuan produksi yang untuk kriteria penilaian ini dikemukakan pada Lampiran 3. Tabel 19. Kriteria dan nilai terhadap perlakuan produksi No
Kriteria
Nilai skoring
1.
Bentuk olahan ≥ 50%
1
2.
Bentuk non olahan < 50%
0
49
Tabel 20. Nilai skoring terhadap pengolahan ikan. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Jenis ikan Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bawal putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung-julung Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari
Nilai Skoring 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
50
(2) Pemasaran
Pemasaran dinilai untuk pemasaran lokal maupun ekspor.
Analisis
perolehan devisa merupakan tambahan untuk menentukan komoditas unggulan ekpor. Nilai skoring yang diberikan lihat Tabel 21 dan 22. Data Pemasaran produksi untuk kriteria penilaian ini dikemukakan pada Lampiran 4. Tabel 21. Kriteria dan nilai terhadap pemasaran No
Kriteria
Nilai skoring
1.
Di ekspor
1
2.
Tidak di eksport
0
51
Tabel 22. Nilai skoring terhadap pemasaran jenis ikan. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Jenis ikan Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bawal putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung-julung Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari
Nilai Skoring 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
52
Penetapan komoditas unggulan dilakukan dengan metode skoring yang merupakan nilai kumulatif dari kontinuitas produksi, produksi rata-rata, harga, pengolahan dan pemasaran produksi perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara. Pemberian skoring komoditas unggulan adalah dengan nilai di atas nilai tengah atau mendekati nilai tengah. Jika total skoring paling rendah adalah 3 dan paling tinggi adalah 17, maka nilai skoring tengah adalah 10. Jadi jenis ikan yang memiliki keunggulan tinggi/sangat unggul adalah dengan total nilai skoring 9-11, ikan yang mempunyai nilai unggulan sedang adalah ikan dengan total nilai skoring 6-8, sedangkan ikan yang memiliki tingkat unggulan rendah atau bukan jenis yang diunggulkan adalah ikan dengan total nilai skor 3-5. Hasil skoring berdasarkan analisa tersebut lihat pada Tabel 21.
53
Tabel 23. Hasil skoring penentuan komoditas unggulan. No
Jenis ikan
Kontinuitas produksi
Produksi rata-rata
Harga
Olahan
Pemasar an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bawal putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung-julung Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari
3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 6 1 2 1 1
1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 2 1 3 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
Jumlah skoring
5 4 5 5 5 7 5 5 7 5 5 6 5 8 9 4 4 7 5 5 4 5 5 5 6 5 6 5 6 5 5 4 4 11 5 7 5 5
54
Hasil skoring penentuan komoditas unggulan tersebut menunjukkan bahwa dari 38 jenis ikan, 31 jenis ikan tertangkap kontinyu dengan skoring nilai 3 dan 7 jenis ikan tidak kontinyu dengan nilai skoring 2. Produksi rata-rata setiap jenis ikan 3.691 ton/tahun, sehingga 37 jenis ikan produksi rata-ratanya dibawah nilai rata-rata kecuali ikan cakalang (11.131,472 ton) dan ikan layang (4.405,296 ton) per tahun. Data produksi kriteria penilaian lihat Lampiran 1. Harga tiap jenis ikan di Kabupaten Halmahera Utara berada di bawah harga rata-rata semua jenis sebesar Rp 5.551 per kg, kecuali jenis ikan kakap, lencam, kurisi, kerapu dan beronang, yang harganya lebih tinggi dibanding dengan harga rata-rata semua jenis ikan lihat Lampiran 2. Produksi ikan yang dihasilkan selalu dipasarkan dalam bentuk segar kecuali ikan julung-julung yang dipasarkan setelah diolah dengan cara pengasapan. Jenis ikan yang diekspor yaitu kerapu, cakalang dan tuna. Data harga, pengolahan produksi dan pemasaran yang digunakan untuk kriteria penilaian ini dikemukakan pada Lampiran 3 dan 4. Total nilai skoring menunjukkan bahwa jenis ikan cakalang, memiliki scoring paling tinggi yaitu 11, ikan beronang (9), ikan kerapu (8) ikan kakap, lencam, layang, dan tuna memiliki (7) ikan kurisi, teri, julung-julung dan tongkol (6), ikan manyung, ekor kuning, gerot-gerot, kuwe, beloso, peperek, bambangan, biji nangka,swanggi, sunglir, bawal putih, japuh, tembang, terubuk, terbang, selar, kembung, tigawaja, tenggiri, cucut dan pari (5) ikan sebelah, kerong-kerong, tetengkek, bentong, lemadang, dan layaran (4). 5.1.2. Analisis Location Quotient Menghitung nilai location quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa ikan di Kabupaten Halmahera Utara dalam aktivitas perikanan tangkap dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas Maluku Utara. Untuk mengetahui nilai LQ dari setiap jenis ikan lihat gambar 4.
55
Gambar 4. Nilai LQ per jenis ikan. Hasil perhitungan LQ pada gambar 4 dan Lampiran 5, di mana jenis-jenis ikan dengan nilai LQ > 1 sebanyak 12 jenis ikan, dan LQ < 1 sebanyak 26 jenis ikan dan tidak ada jenis ikan LQ = 1. Berdasarkan perhitungan LQ jenis ikan yang LQ˃1 mempunyai potensi untuk ditingkatkan produksi dan pengembangannya, lihat Gambar 5.
Gambar 5. Jenis ikan Nilai LQ >1 Pada gambar 5 tersebut, 12 jenis ikan yang memiliki nilai LQ>1, yaitu kuweh LQ=1,62 kerapu LQ=1,01 kerong-kerong LQ=1,07 teri LQ=1.03, terbang
56
LQ=1,98 julung-julung LQ= 1,25 tongkol LQ=1.22 lemadang LQ = 1,12 cakalang =1,10 tenggiri LQ = 1,07 tuna LQ = 1.41 dan cucut LQ = 1,11. Berdasarkan analisa LQ maka ke 12 jenis ikan tersebut merupakan jenis yang surplus produksi atau menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi perikanan di Kabupaten Halmahera Utara secara relatif dibandingkan dengan dengan total produksi Provinsi Maluku Utara. Jenis ikan yang nilai LQ <1 adalah sebanyak 26 jenis ikan lihat Gambar 7.
Gambar 7. Jenis Ikan Nilai LQ <1 Dari Tabel 7 tersebut terlihat jelas jenis ikan yang memiliki nilai LQ < 1 sebanyak 26 jenis ikan, yang berarti
mempunyai pangsa relatif lebih kecil
dibandingkan dengan aktivitas perikanan tangkap di Maluku Utara atau telah terjadi defisit produksi di Kabupaten Halmahera Utara. 5.1.3. Analisis Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap Dalam menganalisis strategi pengembangan perikanan tangkap, dilakukan analisis SWOT, yaitu menyangkut analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (strength, weakness, opportunities and threats/SWOT) adalah perangkat analisis yang paling populer, terutama untuk kepentingan perumusan strategi. Asumsi dasar yang melandasi adalah organisasi harus menyelaraskan aktivitas internalnya dengan realitas eksternal agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
57
Peluang tidak akan berarti manakala organisasi tidak mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk memanfaatkan peluang tersebut. Analisis SWOT adalah sebuah pendekatan konseptual yang luas, yang menjadikannya rentan terhadap beberapa keterbatasan. Pearce dan Robinson seperti diacu oleh Hiariey (2009) mengungkapkan beberapa keterbatasan analisis SWOT ini. Pertama, analisis SWOT berpotensi untuk terlalu banyak memberikan penekanan pada kekuatan internal dan kurang memberikan perhatian pada ancaman eksternal. alam hal ini, perencana strategi di perusahaan di samping harus menyadari kekuatan yang dimiliki pada saat ini, juga harus menyadari pengaruh lingkungan eksternal terhadap kekuatan yang sekarang dimiliki tersebut. Perubahan lingkungan yang sangat cepat dapat menjadikan kekuatan yang sekarang dimiliki menjadi tidak bermakna, bahkan bisa berubah menjadi kelemahan yang menghambat kemajuan perusahaan. Kedua, analisis SWOT dapat menjadi sesuatu yang bersifat statis dan berisiko mengabaikan perubahan situasi dan lingkungan yang dinamis. Hal ini sama dengan apa yang terjadi pada proses perencanaan. Kritik yang sering muncul terhadap suatu perencanaan adalah bahwa perencanaan ini hanya berhenti di atas kertas, namun miskin implementasi. Salah satu penyebabnya adalah lingkungan yang berubah sangat cepat, sehingga asumsi yang digunakan sebagai dasar dalam proses perencanaan menjadi tidak valid. Analisis SWOT sering digunakan dalam proses perencanaan, tidaklah mengherankan bila analisis ini mendapat kritik dalam hal ketidak mampuannya memberikan respons yang cepat terhadap perubahan yang terjadi, oleh karena itu, analisis SWOT tidak boleh bersifat statis dan mengabaikan kemungkinan terjadinya perubahan, yang pasti terjadi. Perlu diingat bahwa analisis SWOT merepresentasikan sebuah pandangan yang khusus hanya pada satu titik waktu tertentu. Oleh karenanya elemen yang ada dalam analisis SWOT harus dikaji dan dievaluasi secara berkala. Ketiga, analisis SWOT berpotensi terlalu memberikan penekanan hanya pada satu kekuatan atau elemen dari strategi, padahal, kekuatan yang ditekankan tersebut belum tentu mampu menutupi kelemahan yang dimiliki, serta belum tentu mampu
58
menghadapi berbagai ancaman yang muncul. Sebuah organisasi harus senantiasa menggali berbagai macam sumber daya yang mungkin memiliki potensi menjadi sumber kekuatan organisasi. Keterbatasan lain dari analisis SWOT ini adalah kecenderungannya untuk terlalu menyederhanakan situasi dengan mengklasifikasikan faktor lingkungan perusahaan ke dalam kategori yang tidak selalu tepat. Klasifikasi sebuah faktor sebagai kekuatan atau kelemahan, atau sebagai kekuatan atau ancaman, sering ditentukan berdasarkan penilaian yang kurang tepat. Sebagai contoh, budaya tertentu dari sebuah perusahaan dapat merupakan kekuatan atau kelemahan, demikian pula perubahan teknologi, dapat merupakan ancaman, namun dapat pula dianggap sebagai peluang. Mungkin yang lebih penting adalah munculnya kesadaran perusahaan terhadap faktor lingkungan ini serta memanfaatkannya sehingga perusahaan dapat mengambil keuntungan semaksimal mungkin. Keterbatasan lainnya berkaitan dengan subjektivitas. Mintzbergth mengatakan bahwa boleh jadi penilaian mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi tidak dapat diandalkan (unreliable) dan bias. Dalam beberapa kasus, faktor yang menentukan kekuatan dan kelemahan, peluang maupun ancaman yang dimiliki sebuah organisasi ditentukan oleh orang-orang yang terlalu dekat atau terlalu jauh dengan aktivitas aktual perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan strategi yang merugikan perusahaan. Berbagai keterbatasan analisis SWOT seperti yang telah diuraikan di atas bukan berarti SWOT tidak bisa lagi digunakan. Justru keterbatasan ini dapat menjadi panduan dan pelajaran bagi perusahaan agar dapat memanfaatkan analisis SWOT dengan tepat, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan. Seperti halnya alat analisis yang lain, kegunaan analisis SWOT ini secara langsung berhubungan dengan kesesuaian (appropriateness) aplikasi, serta keterampilan mereka yang menggunakannya. Analisis SWOT untuk penetapan strategi pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara dapat dikemukakan sebagai berikut:
59
1) Faktor Internal (1) Kekuatan : - Potensi sumberdaya ikan sangat tinggi. - Tersedianya bahan baku kayu untuk pembuatan kapal ikan. - Sumberdaya manusia sebagai nelayan banyak tersedia. - Tersedianya pasar lokal yakni perusahaan-perusahaan yang bergerak bukan pada sektor perikanan dengan tenaga kerja yang cukup banyak. (2) Kelemahan : - Minimnya permodalan dalam penyediaan kapal dan alat tangkap - Rendahnya pendapatan nelayan, karena kurangnya pengetahuan dan Keterampilan. - Bentuk pengelolaan usaha masih tradisional - Kurangnya penggunaan teknologi dalam penangkapan ikan. 2) Faktor Eksternal (1) Peluang : - Meningkatnya permintaan ikan. - Peningkatan dan penambahan armada tangkap. - Terbukanya kesempatan untuk pengolahan hasil tangkapan ikan. - Adanya investasi di sektor perikanan. (2) Ancaman : - Illegal fishing oleh armada kapal asing. - Adanya kegiatan destruktif fishing.
60
Tabel 24. Matriks faktor internal strategi pengembangan perikanan tangkap. Kode
Unsur SWOT
Bobot
Rating
Skor
0,20
4
0,80
0,15
4
0,60
0,15
3
0,45
0,10
3
0,30
0,15
2
0,30
0,10
1
0,10
0,05
2
0,10
0,10
2
0.20
Internal K1 K2 K3 K4
L1 L2 L3 L4
Kekuatan Potensi sumberdaya ikan Kabupaten Halmahera Utara sangat tinggi Tersedianya bahan baku kayu untuk pembuatan kapal ikan Sumberdaya manusia sebagai nelayan banyak tersedia Tersedianya pasar lokal yakni perusahaanperusahaan yang bergerak bukan pada sektor perikanan dengan tenaga kerja yang cukup banyak; Kelemahan Minimnya permodalan dalam penyediaan kapal dan alat tangkap Rendahnya pendapatan nelayan, karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan Bentuk pengelolaan usaha masih tradisional Kurangnya penggunaan teknologi dalam penangkapan ikan Total
1,00
2,85
Tabel 25. Matriks faktor eksternal strategi pengembangan perikanan tangkap. Kode
P1 P2 P3 P4
A1 A2
Unsur SWOT Eksternal Peluang Meningkatnya permintaan ikan Peningkatan dan penambahan armada tangkap Terbukanya kesempatan untuk pengolahan hasil tangkapan ikan Adanya dukungan Pemda untuk pengembangan usaha perikanan Ancaman Illegal fishing oleh armada kapal asing Adanya kegiatan destruktif fishing Total
Untuk menentukan strategi pemgembangan
Bobot
Rating
Skor
0,20 0,10
4 3
0,80 0,30
0,15
3
0,45
0,15
4
0,60
0,20 0,20 1,00
2 1
0,40 0,20 2,75
perikanan tangkap
di
Kabupaten Halmahera Utara, maka teknik yang digunakan adalah mencari strategi silang dari ke empat faktor tersebut, yaitu : 1. Strategi KP, Strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
61
2. Strategi KA, strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi LP, strategi yang dibuat berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi LA, strategi yang dibuat didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dengan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tabel 26. Model Matriks Analisis SWOT Kekuatan Potensi sumberdaya ikan sangat tinggi; Tersedianya bahan baku kayu untuk pembuatan kapal ikan; Sumberdaya manusia sebagai nelayan banyak tersedia; Tersedianya pasar lokal yakni perusahaanperusahaan yang bergerak bukan pada sektor perikanan dengan tenaga kerja yang cukup banyak;
Kelemahan Minimnya permodalan dalam penyediaan kapal dan alat tangkap; Rendahnya pendapatan nelayan, karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan; Bentuk pengelolaan usaha masih tradisional; Kurangnya penggunaan teknologi dalam penangkapan ikan
Peluang Meningkatnya permintaan ikan. Peningkatan dan penambahan armada tangkap. Terbukanya kesempatan untuk pengolahan hasil tangkapan ikan. Adanya investasi disektor perikanan tangkap.
Strategi KP Pengembangan usaha perikanan tangkap dengan penambahan armada Pengembangan pengolahan hasil tangkapan.
Ancaman Illegal fishing oleh armada kapal asing. Adanya kegiatan destruktif fishing.
Strategi KA Memaksimalkan pemanfaatan potensi perikanan yang ada. Memperkuat armada lokal Sosialisasi perikanan ramah lingkungan.
Strategi LP Peningkatan investasi dari luar untuk peningkatan usaha perikanan skala kecil Menyediakan cold storage, pabrik es dan penggandaan teknologi tepat guna untuk menjaga mutu ikan Strategi LA P engembangan teknologi penangkapan ikan. D iklat pengelolaan usaha perikanan berkelanjutan
Faktor Internal
Faktor Eksternal
62
Tabel 27. Penentuan prioritas strategi pengembangan perikanan tangkap yang bertanggung jawab Unsur SWOT Pengembangan usaha perikanan tangkap dengan penambahan armada tangkap
Keterkaitan
Skor
Rangking
K1,K2,K3,P1,P2
2,95
1
K3,K4,P2,P3
1,50
5
L1,L3, L4,P1,P2
1,70
2
L3,L4,P3,P4
1,35
7
K2,K3,A1,A2
1,65
3
Sosialisasi perikanan ramah lingkungan.
K1,K3,A2
1,45
6
Memaksimalkan pemanfaatan potensi perikanan yang ada
K1,K3,A1
1,65
4
Pengembangan teknologi penangkapan ikan
L1,L4,A2
0,70
8
L2,L3.A2
0,40
9
Pengembangan pengolahan hasil tangkapan Peningkatan investasi dari luar untuk peningkatan usaha perikanan skala kecil Menyediakan cold storage, pabrik es dan penggandaan teknologi tepat guna untuk menjaga mutu ikan Memperkuat armada lokal
Diklat pengelolaan usaha perikanan berkelanjutan
Dengan demikian maka sembilan arah strategi pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara telah dapat dilaksanakan berdasarkan skala prioritas yang telah dijabarkan sesuai analisis. 5.2. Pembahasan 5.2.1. Penetapan komoditas unggulan Berdasarkan analisa kontinuitas produksi, menunjukkan bahwa terdapat 38 jenis ikan yang penting tertangkap di perairan Kabupaten Halmahera Utara lihat Tabel 14. Dilihat dari kontinuitas produksi sebagai salah satu kriteria analisis, terdapat 7 jenis di antaranya tertangkap dalam kategori cukup kontinyu dan 31
63
jenis ikan tertangkap secara kontinyu, jadi hampir semua jenis ikan tertangkap secara kontunyu setiap tahun. Jenis ikan menurut tingkat kontinuitas produksi dapat dilihat Gambar 7.
Gambar 7. Nilai skoring kontinuitas produksi ikan.
Nilai skoring 1 adalah jenis ikan yang tertangkap dengan frekuensi 1-2 tahun (tidak kontinyu), nilai skoring 2 adalah jenis ikan yang tertangkap 3-4 tahun (cukup kontinyu) dan nilai skoring 3 adalah jenis ikan yang tertangkap selama 5 tahun (kontinyu). Melihat gambar tersebut jelas bahwa jenis-jenis ikan ekonomis secara kontinyu tertangkap di perairan Halmahera Utara, dengan keragaman jenis ikan yang cukup tinggi. Tingkat keragaman yang tinggi ini membutuhkan cara pengelolaan yang lebih serius jika tidak, mudah sekali terjadi kepunahan salah satu jenis ikan sebagai akibat tingkat eksploitasi ataupun terjadinya gangguan pada keseimbangan lingkungan, membuat ada jenis ikan yang tidak dapat beradaptasi dan selanjutnya berpindah ke tempat lain atau menjadi punah. Bisa saja terjadi kepunahan dari beberapa jenis sekaligus, terutama bagi jenis-jenis yang hidupnya saling bergantung, atau selalu berada dalam satu gerombolan. Penilaian terhadap kriteria produksi, di mana produksi rata-rata tiap jenis ikan dibandingkan dengan produksi rata-rata seluruh jenis ikan, disajikan dalam bentuk gambar 8 sebagai berikut:
64
Gambar 8. Jumlah produksi rata-rata per jenis ikan Gambar 8
tersebut menunjukkan bahwa produksi rata-rata jenis ikan
cakalang sangat tinggi dibanding dengan jenis ikan lainnya. Produksi rata-rata jenis ikan yaitu 3.691 ton per tahun, sehingga jelas bahwa ikan cakalang (11.131,47 ton) dan ikan layang(4.405,30 ton) yang mempunyai produksi diatas produksi rata-rata, dan jenis ikan lainnya di bawah rata-rata. Berdasarkan ratarata produksi tersebut maka jenis ikan cakalang dan layang menjadi komoditas unggulan. Penilaian terhadap harga ikan rata-rata setiap tahun untuk setiap jenis dibanding dengan rata-rata semua jenis ikan dapat dilihat Gambar 9.
65
Gambar 9. Harga rata-rata per jenis ikan Dilihat dari harga rata-rata ikan pada Gambar 9 terlihat jelas ada 4 jenis ikan yang mempunyai harga cukup tinggi yaitu ikan beronang (Rp 38.150), kerapu ( Rp 13.700), kakap (Rp 12.400) dan lencam (Rp 12.640) per kilogram dimana harga ikan rata-rata adalah Rp 5.551 per kilogram, sehingga dari segi harga ke empat jenis ikan tersebut menjadi komoditas unggulan. Penilaian terhadap kriteria pengolahan jenis ikan ternyata bahwa hanya 1 jenis ikan yang diolah menjadi ikan asap kering yaitu ikan julung-julung dan 37 jenis dijual tanpa pengolahan terlebih dahulu. Akibat dari tidak diolahnya ikanikan tersebut maka pada waktu musim tertentu, harga ikan sangat murah sehingga nelayan tidak mendapatkan nilai tambah dari prosesing hasil, dan tidak terserapnya tenaga kerja, lihat Gambar 10. Penilain terhadap kriteria pemasaran yaitu ikan yang di eksport nilai skoringnya 1 dan tidak di eksport nilainya 0, dimana ikan yang di ekspor adalah ikan kerapu, cakalang dan tuna dan 35 jenis ikan lainnya di pasarkan secara lokal lihat Gambar 10.
66
Gambar 10. Pengolahan dan pemasaran ikan. Dilihat dari pengolahan produksi dan pemasaran ikan pada Gambar 10 terlihat jelas bahwa komoditas unggulan dari segi pengolahan adalah ikan julungjulung dengan nilai skor 1, dan unggulan dari segi pemasaran adalah ikan kerapu, cakalang dan tuna dengan nilai skor masing-masing 1. Berdasarkan analisis tersebut diatas, untuk menentukan komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara, maka ditetapkan nilai skoring yang merupakan penjumlahan dari kontinuitas produksi, produksi rata-rata, harga rata-rata, pengolahan dan pemasaran ikan sebagaimana Gambar 11.
67
Gambar 11. Nilai total skoring penentuan komoditas unggulan. Nilai skoring pada Gambar 11 menunjukkan bahwa terdapat dua jenis ikan unggulan tinggi yaitu ikan cakalang dan beronang (skor 11 dan 9), jenis ikan unggulan sedang yaitu ikan kerapu, (skor 8), ikan kakap, lencam,layang, dan tuna (skor 7),
ikan kurisi, teri, julung-julung dan tongkol (skor 6), dan ikan yang
tidak diunggulkan yaitu manyung, ekor kuning, gerot-gerot, kuwe, beloso, peperek, bambangan, biji nangka, swanggi, sunglir, bawal putih, japuh, tembang, terubuk, terbang, selar, kembung, tiga waja, lemadang, tenggiri, cucut, dan pari (skor 5) dan jenis ikan sebelah, kerong-kerong, tetengkek, bentong dan layaran (skor 4). Berdasarkan
nilai skoring tersebut dimana jenis ikan yang menjadi
unggulan adalah jenis ikan unggulan sedang dan dan tinggi atau nilai skornya 6 – 11 sebagaimana Gambar 12.
68
Gambar 12. Jenis ikan unggulan berdasarkan skoring penetapan komoditas unggulan. Nilai skoring pada Gambar 12 menunjukkan bahwa terdapat 11 yang dikategorikan unggulan Kabupaten Halmahera Utara dari segi analisa penentuan komoditas unggulan yaitu ikan cakalang dan beronang (unggulan tinggi), jenis ikan unggulan sedang yaitu ikan kerapu, kakap, lencam, layang, dan tuna, kurisi, teri, julung-julung dan tongkol. Untuk
meningkatkan
produksi
jenis
ikan
unggulan
diperlukan
pengembangan alat tangkap. Terhadap satu jenis ikan demersal (kerapu) yang unggul, tidak direkomendasikan untuk pengembangan penangkapan tetapi pengembangan
budidaya
dengan
karamba
jaring
apung
(KJA)
untuk
dikembangkan. Ikan teri merupakan jenis ikan yang tertangkap dekat dengan pantai sehingga dalam pengembangannya diperlukan kajian yang lebih matang lagi sehingga pemanfaatannya dapat dioptimalkan.
Bagi jenis ikan cakalang dan
layang, perlu menjadi prioritas dalam pengembangan penangkapannya, dengan demikian pengembangan alat tangkap pukat cincin dan huhate menjadi alternatif pengembangannya.
69
5.2.2 Analisis Location Quotient Analisis pemusatan ini dilakukan dengan metode LQ dimana hasil analisis LQ berdasarkan data pada Lampiran 5, jika digambarkan sebagaimana pada gambar 4 jelas terlihat bahwa, terdapat 12 jenis ikan
LQ nya > 1, hal ini
menunjukkan bahwa terjadi konsentrasi produksi perikanan di Kabupaten Halmahera Utara secara relatif dibandingkan dengan total Maluku Utara atau terjadi pemusatan aktivitas di Halmahera Utara. Jenis ikan yang memiliki nilai LQ>1, yaitu kuwe, kerapu, kerong-kerong, teri, terbang, julung-julung, tongkol, lemadang, cakalang, tenggiri, tuna dan ikan cucut. Nilai LQ sangat tinggi yaitu ikan terbang = 1,97. Jenis ikan ini memang cukup banyak dan mudah ditemukan di perairan Halmahera Utara, dikarenakan perairan
ini
berhadapan
langsung
dengan
samudera
pasifik,
sehingga
memudahkan ikan-ikan oseanis masuk ke perairan Halmahera Utara dan dapat dengan mudah tertangkap. Jenis ikan yang nilai LQ < 1 sebanyak 26, menunjukkan bahwa Kabupaten Halmahera Utara mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas perikanan tangkap di Maluku Utara atau telah terjadi defisit produksi di Kabupaten Halmahera Utara. Jenis ikan tersebut tidak diunggulkan untuk pengembangan perikanan tangkap. 5.2.3 Penentuan komoditas unggulan. Berdasarkan penetapan skoring penilaian LQ dan penentuan jenis ikan unggulan Kabupaten Halmahera Utara, maka terdapat 12 jenis ikan yang masuk ketegori unggul karena LQ nya ˃ 1, dan 11 jenis unggul karena nilai skoringnya 6 – 11, lihat Tabel 28.
70
Tabel 28
Penentuan komoditas unggulan dengan menggabungkan penilaian skoring LQ dan penentuan komoditas unggulan Nilai skoring penentuan komoditas unggulan
No
Nilai skoring LQ
1
1,62
Kuwe
Kakap
7
2
1,01
Kerapu
Kerapu
8
3
1,07
Kerong2
Beronang
9
4
1,03
Teri
Teri
6
5
1,98
Terbang
Lencam
7
6
1,25
Julung2
Julung2
6
7
1,21
Tongkol
Tongkol
6
8
1,12
Lemadang
Kurisi
6
9
1,10
Cakalang
Cakalang
11
10
1,07
Tenggiri
Layang
7
11
1,41
Tuna
Tuna
7
12
1,11
Cucut
Jenis ikan
jenis ikan
Keterangan
eksport
eksport
eksport
Penetapan komoditas unggulan berdasarkan nilai skoring ( kontinuitas, produksi, harga, pengolahan dan pemasaran) terdapat 11 jenis ikan unggulan, dan jenis ikan dengan LQ ˃1 terdapat 12 jenis ikan. Bilamana skoring penentuan komoditas unggulan dikaitkan dengan nilai LQ maka didapatkan 6 jenis ikan yang dianggap memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Halmahera Utara. Keenam jenis ikan tersebut yaitu cakalang, teri, tongkol, tuna, kerapu dan julung-julung, dan dari ke enam jenis ikan tersebut 3 jenis yang di eksport yaitu tuna, cakalang dan kerapu.
71
Untuk jenis ikan layang, sekalipun produksinya cukup tinggi namun nilai LQ<1, sehingga tidak dapat direkomendasikan sebagai jenis ikan unggulan sekalipun upaya pemanfaatannya dapat terus ditingkatkan. Berdasarkan penetapan komoditi unggulan yang dapat dijadikan sasaran dalam pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara adalah jenis-jenis ikan pelagis yang bersifat oseanis.
Jenis-jenis ikan oseanis ini
memiliki daerah ruaya yang luas sehingga teknologi dalam upaya penangkapan harus juga turut dikembangkan, di samping itu kualitas sumber daya manusia di subsektor perikanan tangkap juga harus selalu ditingkatkan, disesuaikan dengan alat tangkap dan teknologi yang akan dimanfaatkan.
5.2.4. Analisis Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap Analisis SWOT menghasilkan suatu rekomendasi tentang sembilan arah strategi perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara, bahwa usaha pengembangan perikanan tangkap dengan penambahan armada tangkap menjadi prioritas utama.
Pengembangan armada tangkap ini harus dilakukan secara
bertanggung jawab dengan memperhatikan kapasitas daya dukung lingkungan. Penambahan armada tangkap harus diperhitungkan pula dengan perluasan daerah penangkapan ke arah yang lebih jauh dari pantai untuk mencegah terjadinya over exploited di daerah dekat pantai yang selama ini sudah cukup mendapat tekanan oleh upaya penangkapan ikan, karena itu pengembangan alat tangkap pukat cincin dan huhate yang berukuran besar dengan daya jelajah yang luas serta stabilitas kapal yang tinggi haruslah dijadikan bahan pertimbangan pemerintah untuk pengembangan subsektor perikan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara. Prioritas kedua adalah peningkatan investasi dari luar untuk peningkatan usaha perikanan skala kecil. Peningkatan usaha perikanan skala kecil yang dapat direkomendasikan adalah pancing ulur, pancing tonda dan jaring lingkar. Pancing ulur dan pancing tonda dimaksudkan untuk penguatan pengembangan penangkapan tuna dan cakalang sedangkan jaring lingkar direkomendasikan untuk pengembangan penangkapan julung-julung.
72
Prioritas ketiga adalah memperkuat armada lokal. Strategi penguatan armada lokal adalah untuk memaksimalkan pengawasan nelayan secara swadaya dari kegiatan illegal fishing oleh kapal asing dan destruktif fishing sekaligus untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Pengembangan perikanan ke depan menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap pemerintah kabupaten/kota cenderung menentukan besar potensi suberdaya ikan sesuai luas wilayah administrasinya. Jumlah potensi kemudian digunakan sebagai dasar alokasi unit penangkapan, tanpa memperhatikan sifat sumber daya ikan, yang beruaya dari suatu perairan ke perairan lain sehingga sulit untuk menentukan hak kepemilikannya. Selain itu sumberdaya bersifat common property resources dan pengelolaannya bersifat open access. Nikijuluw (2002) mengemukakan bahwa sifat eskludabilitas sumberdaya ikan yang berkaitan dengan upaya pengendalian dan pengawasan terhadap akses ke sumberdaya bagi stakeholder tertentu menjadi semakin sulit karena sifat sumberdaya ikan yang bergerak luas di laut.
Kesulitan pengendalian dan
pengawasan tersebut menimbulkan kebebasan pemanfaatan oleh siapa saja yang ingin masuk ke dalam industri perikanan tangkap. Sehingga pengawasan oleh pemegang
otoritas
manajemen
sumberdaya
menjadi
semakin
sulit
diimplementasikan. Begitupun sifat indivisibilitas mengakibatkan sumberdaya ikan sebagai milik bersama agak sulit dipisahkan, walaupun pemisahan secara administratif dapat dilakukan. Kebebasan pemanfaatan dan kesulitan pengawasan sumberdaya ikan menghendaki suatu Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) secara terpadu oleh kabupaten/kota yang menafaatkan sumberdaya secara langsung di suatu wilayah. RPP tersebut pada hakekatnya dapat memberikan arah pengelolaan yang lebih jelas, terorganisir dan transparan bagi keberlanjutan pengelolaan sumberdaya ikan. Penyusunan RPP sebaiknya melibatkan para stakeholders perikanan seperti nelayan, pengolah ikan, pedagang ikan, pemasok alat tangkap, pemerintah dan sebagainya. Keterlibatan seluruh stakeholders dalam proses penyusunan dengan sendirinya mendorong peningkatan ”rasa memiliki” sekaligus ”rasa tanggung
73
jawab” untuk mengelola sumberdaya ikan dalam rangka pencapaian tujuan pengelolaan (Martosubroto, 2007). Prioritas ke empat adalah memaksimalkan pemanfaatan potensi perikanan yang ada. Strategi ini tentu saja seiring sejalan dengan strategi yang menjadi prioritas pertama, dalam hal ini optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan terutama yang ditangkap di daerah dekat pantai perlu mendapat perhatian. Untuk kawasan dekat pantai perlu dikembangkan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Prioritas ke lima adalah pengembangan pengolahan hasil tangkapan. Pengembangan pengolahan hasil tangkapan oleh pemerintah Kabupaten Halmahera Utara sebaiknya diarahkan untuk memasukkan investasi industri perikanan seperti tuna kaleng, ikan kayu atau tepung ikan. Untuk pengembangan pengolahan hasil tangkapan perlu juga dipikirkan kawasan pengembangan yang sesuai dengan Tata Ruang dan RENSTRA Kabupaten Halmahera Utara. Prioritas keenam adalah sosialisasi perikanan ramah lingkungan.Sosialisasi tersebut diarahkan melestarikan sumberdaya ikan Kabupaten Halmahera Utara yang sangat tinggi, dan menghindari adanya destruktif fishing dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Prioritas ketujuh adalah menyediakan cold storage, pabrik es dan pengadaan teknologi tepat guna untuk menjaga mutu ikan. Hal ini telah dirintis oleh pemerintah Provinsi Maluku Utara dengan dibangunnya Tempat Pendaratan dan Pelelangan Ikan (TPI) Wosia, namun sampai sekarang tidak jelas alasannya mengapa fasilitas ini tidak bisa dimanfaatkan. Prioritas kedelapan adalah pengembangan teknologi penangkapan ikan. Pengembangan dan penambahan alat penangkapan apakah pemngembangan prioritas utama yakni penambahan alat penangkapan merupakan padat karya atau padat modal dengan teknologi. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan terutama yang ditangkap di daerah dekat pantai perlu mendapat perhatian, untuk itu kawasan dekat pantai perlu dikembangkan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Prioritas
kesembilan
adalah
diklat
pengelolaan
usaha
perikanan
berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan bila dibandingkan dengan
74
tingkat MSY yang diijinkan masih sangat kurang (7,92% data 2008) sehingga nelayan perlu diklat pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal dengan menjaga keberlanjutan sumberdaya tersebut. 5.2.5 Pengembangan alat tangkap ikan unggulan. Pengembangan alat tangkap untuk mengoptimalkan produksi komoditas unggulan yaitu ikan cakalang, teri, julung-julung, tuna, kerapu, dan tongkol maka peralatan penangkapan juga harus sesuai. Berdasarkan analisa SWOT telah ditetapkan skala strategi prioritas, untuk itu keenam jenis ikan tersebut perlu penambahan alat-alat penangkapan sebagaimana Tabel 29.
Tabel 29. Alat penangkapan ikan unggulan Kabupaten Halmahera Utara. No.
Jenis ikan
Ikan pelagis 1 Cakalang
Alat Tangkap
-Huhate (Pole and line) -Pancing tonda
2
Tuna
-Huhate (Pole and line) -Pancing tonda
3
Tongkol
- Jaring lingkar -Pancing ulur - pukat cincin (purse seine)
4
Julung-julung
-Jaring hanyut (Gill net) - Jaring lingkar
5
Teri
- Bagan Perahu -Bagan tancap
Ikan demersal 1 Kerapu
-Bubu - Pancing - Jaring insang dasa
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan (1) Berdasarkan analisa penentuan komoditas unggulan dan location quotient (LQ) maka Kabupaten Halmahera Utara memiliki 6 jenis ikan sebagai jenis komoditas unggulan kabupaten yaitu cakalang, kerapu, teri, julung-julung, tuna, dan tongkol. (2) Strategi Kabupaten Halmahera Utara, dalam usaha pengembangan perikanan tangkap, yang menjadi prioritas utama adalah penambahan armada dan penambahan alat tangkap, dan yang direkomendasikan yaitu alat tangkap pukat cincin dan huhate yang berukuran besar dengan daya jelajah yang luas serta stabilitas kapal yang tinggi. (3) Pengembangan alat tangkap untuk ikan teri adalah bagan perahu dan tancap, untuk ikan julung-julung gill net dan jaring lingkar, sedangkan untuk ikan kerapu penangkapnnya dengan bubu, pancing dan jaring insang.
6.2. Saran Strategi pemda dalam pengembangan perikanan tangkap berbasis komoditas unggulan hendaknya memberikan stimulus dalam pengadaan armada dan peralatan tangkap untuk memanfaat potensi sumberdaya perikanan yang ada serta memfasilitasi investasi di sektor perikanan.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, I. 2006. Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang dengan Data Satelit Multi Sensor di Perairan Maluku. Tesis, Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor Ayodhyoa dan Diniah, 1989. Handbook Perikanan Indonesia.Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor (tidak dipublikasikan). Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Perikanan. Penerbit Kanisius, Yokyakarta Balitkalut ( Balai Penelitian Perikanan Laut ) 1986. Ikan-ikan laut Ekonomis Penting di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departeemen Pertanian, Jakarta. Collete, B. dan C.E. Nauen, 1983. Scombrids of the World: An Annotated and Illustrated Catalogue of Tuna, Mackerels, Bonitos and Related Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis, vol.2, no.125, Rome Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara, 2009. Kebijakan, Revitalisasi Potensi dan Program Pembangunan Perikanan Tangkap. DKP Provinsi Maluku Utara, Ternate Diniah, Ronny I, Wahyu, Zulkarnaen, Sulaeman Martasuganda, 1997. Optimasi Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Teri (Stolephorus sp) di Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat.ISSN 251-268X Volume VI, No 1, Januari 1997. Diniah, Daniel R.Monintja, Agung Ardianto, 2006. Teknologi Rumpon Laut Sebagai Alat Bantu Pemanfaatan Sumberdaya Cakalang, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB.Bogor. Direktorat Jenderal Perikanan, 1999. Program Peningkatan Ekspor Hasil Perikanan (Protekan 2003). Departemen Pertanian, Jakarta Elitan, L dan L. Anatan, 2008. Manajemen Strategi Operasi. Teori dan Riset di Indonesia, Penerbit Alfabeta, Bandung Enjah Rahmat, 2006. Penangkapan ikan tuna dan cakalang dengan alat tangkap huhate (pole and line) di laut Sulawesi.ISSN 1693-7961.vol 4. Juni tahun 2006, 31-35 hlm.
FAO, 1991. Interaction of Pasific Tuna Fisheries, vol.2, Paper on Biology and Fisheries, FAO, Rome Gunarso, W. 1988. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metoda dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, IPB, Bogor Gunarso, W. Dan E.S. Wiyono, 1994. Studi Tentang Pengaruh Pola Musim dan Teknologi. Prosiding Seminar Nasional Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor Hiariey, J. 2009. Status Eksploitasi Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Perairan Maluku dan Kapasitas Penangkapannya. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor Kotler, P. 1997. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control. Prentice Hall International Inc M.Fedi A.Sondita.,Moch.Prihatna Sobari.,Domu Simbolon.,Gondo Puspito., Anwar Bey Pane. 2006. Analisis Location Quotient (LQ) dalam penentuan komoditas ikan unggulan perikanan tanngkap di Kabupaten Ciclacap ISBN 979-1225-00-1 Departemen Sumberdaya Perikanan FPIK Bogor Manurung, V.T, T. Pranaji, A. Mintoro, M.N. Kirom, dan I.M. Sugiarto, 1998. Laporan Hasil Penelitian Pengembangan Ekonomi Desa Pantai, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta Martosubroto, P. 2007. Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di ZEE. Materi Kuliah. Program Studi TKL, IPB, Bogor Mulyadi, S. 2007. Ekonomi Kelautan. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Murdyanto, B. 2003. Pelabuhan Perikanan. Fungsi, Panduan Operasional, Antrian Kapal. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Moch.Prohatna, Karyadi, Diniah,2006 Buletin Ekonomi Perikanan Volume VI. No 3 tahun 2006. ISSN 0854-5804, hal 16-24. Bogor Nikijuluw, P.H.V. 1986. Status dan Potensi Perikanan Tuna dan Cakalang di Indonesia. BPPL, Jakarta ______________, 2002. Rezim Pengelolaan Sumber Daya Perikanan. P3R, Pustaka Cidesindo, Jakarta
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta Peristiwady, T. 2006. Ikan-ikan Ekonomis Penting di Indonesia. Petunjuk Identifikasi. BPPL, Jakarta Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Rahmat Enjah, 2006, Penangkapan ikan tuna dan cakalang dengan alat tangkap huhate (Pole and line dilaut sulawesi, ISSN 1693-7961, hal 31 -35 Roslianti, 2003. Analisis Unit Penangkapan Ikan dan Komoditas Unggulan Perikanan Laut di Indramayu, Jawa Barat. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor R.Luki Karunia., John Haluan.,Daniel R Monintja dan Anny Ratnawati, 2008. Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. ISSN 0251-286X Vol XVIINo 1 (2008). Simbolon, D. 2003. Pengembangan Perikanan Pole and Line yang Berkelanjutan di Perairan Sorong: Suatu Pendekatan Sistem. Disertasi. Program Pascasarjana, IPB, Bogor Sumadhiharga, O.K. 1971. Studi Analisis tentang Kondisi Perairan Bagian Timur Indonesia Sebagai Fishing Ground bagi Jenis-Jenis Ikan Tuna. Fakultas Perikanan, IPB,. Bogor Uktolseija, J.C.B, B. Gafa, S. Bahar dan E. Mulyadi, 1991. Potensi Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta Uktolseija, J.C.B, B. Gafa, S. Bahar dan E. Mulyadi, 1997. Potensi Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta
Lampiran 1. Data volume produksi per jenis ikan di Kabupaten Halmahera Utara JENIS IKAN Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bwl putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung2 Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari JUMLAH
Volume produksi Kab.Halmahera Utara (ton) 2004 2005 2006 2007 2008 14.076 22.503 10.940 11.490 1.300 1.882 1.762 1.010 1.510 121.306 150.670 180.460 216.390 427.330 76.851 127.181 76.210 76.160 42.050 175.362 664.464 70.350 56.510 26.500 71.780 113.026 88.460 126.240 151.300 19.336 38.737 61.590 56.760 45.850 81.374 52.297 64.010 58.210 58.550 37.383 64.232 23.440 31.740 37.850 201.768 239.561 272.160 292.870 328.450 108.498 211.110 139.630 202.840 220.090 25.333 23.978 34.090 30.970 19.260 20.480 13.945 30.340 31.490 10.790 63.817 145.034 265.800 303.520 390.550 13.992 15.590 13.640 29.000 6.766 7.940 5.380 12.800 1.704 2.784 0.240 1.380 3,454.710 3,985.730 3,903.500 4,426.910 6,255.630 22.374 29.349 48.096 35.258 6.101 33.216 88.248 28.975 33.910 19.440 25.164 20.536 3.519 15.986 11.337 7.703 5.036 6.878 21.574 18.262 23.557 17.759 29.104 62.549 80.421 76.728 82.279 99.440 3,039.650 3,229.910 2,866.020 2,676.180 3,236.470 477.064 324.947 340.724 387.456 429.350 1,630.594 1,626.125 1,643.432 1,520.271 1,699.960 525.317 678.811 536.754 598.046 34.200 1,616.080 2,584.090 2,423.230 2,467.730 2,626.910 154.387 393.617 352.628 409.225 585.039 12.400 3.879 15.115 3.514 10.150 7.210 1.560 0.770 13.000 4.040 1.210 13.340 9.500 4,809.150 25,463.170 8,076.430 8,682.660 8,625.950 210.700 641.660 90.090 144.950 208.460 771.420 3,400.850 1,421.330 1,843.700 2,670.280 228.980 331.120 277.130 220.540 254.750 12.440 62.640 28.100 18.100 5.060 18,119.540 44,857.458 23,528.725 25,124.770 28,632.371
JUMLAH 60.309 6.165 1,096.156 398.452 993.187 550.806 222.273 314.442 194.645 1,334.809 882.168 133.630 107.045 1,168.721 72.222 32.886 6.107 22,026.480 141.178 203.789 49.219 46.939 110.257 401.417 15,048.230 1,959.541 8,120.381 2,373.127 11,718.040 1,894.896 45.058 22.540 28.090 55,657.360 1,295.860 10,107.580 1,312.520 126.340 140,262.863
RATARATA 12.062 1.541 219.231 79.690 198.637 110.161 44.455 62.888 38.929 266.962 176.434 26.726 21.409 233.744 18.055 8.221 1.527 4,405.296 28.236 40.758 16.406 9.388 22.051 80.283 3,009.646 391.908 1,624.076 474.625 2.343.608 378.979 9.012 5.635 7.023 11,131.472 259.172 2,021.516 262.504 25.268
Lampiran 2. Harga ikan per kilogram menurut jenis ikan di Kab.Halmahera Utara JENIS IKAN Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bwl putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung2 Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari
2004 3,000 1,200 2,500 3,500 2,500 6,000 2,250 3,000 12,000 3,000 3,500 4,000 4,000 12,500
3,000 3,000 4,000 5,000 3,000 3,000 3,000 3,500 4,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,500
4,000 3,250 3,000 4,500 4,500
Harga ikan per kilogram 2005 2006 2007 3,000 3,000 3,000 1,300 1,300 1,300 3,500 3,500 5,200 3,000 3,000 4,000 2,800 3,500 3,500 12,500 12,500 15,500 2,500 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 12,500 13,700 12,500 3,500 3,500 3,500 3,000 3,000 3,000 7,000 7,000 7,000 4,300 4,500 4,500 12,500 12,500 15,500 37,500 37,600 37,500 3,500 3,500 3,500 3,200 3,200 3,200 4,000 4,000 4,000 5,000 5,000 5,000 5,500 5,500 5,500 4,000 4,000 3,500 3,800 3,500 3,500 3,500 3,500 3,000 3,000 3,000 3,500 3,500 3,500 4,500 4,500 4,500 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 4,500 4,500 4,500 3,200 3,200 3,200 4,000 4,500 4,000 6,000 6,000 6,000 5,000 5,000 5,000 4,500 4,500 4,500 4,200 4,200 4,200 4,500 4,500 4,700 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500
2008 3,000 1,300 5,250 4,000 6,000 15,500 3,000 3,800 12,500 3,500 3,000 7,500 4,500 15,500 40,000 3,500 4,500 5,000 5,500 4,000 3,500 3,500 3,000 3,500 4,500 3,000 4,000 6,500 5,000 4,500 6,000 4,500 10,000 4,200 8,500 4,500 4,500
Lampiran 3. Pengolahan ikan menurut jenis di Kabupaten Halmahera Utara JENIS IKAN Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bawal putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung-julung Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari
2004 Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah
Pengolahan Hasil 2005 2006 2007 Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah diolah diolah diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah
2008 Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah Tdk diolah
Lampiran 4. Pemasaran ikan menurut jenisnya. JENIS IKAN Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bwl putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung2 Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari
2004 Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Tdk eksport
2005 Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Tdk eksport
Pemasaran 2006 Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Tdk eksport
2007 Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Tdk eksport
2008 Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Di eksport Tdk eksport Tdk eksport
Lampiran 5. Data volume produksi Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara dan hasil analisa LQ menurut jenis ikan. JENIS IKAN Manyung Sebelah Ekor kuning Gerot-gerot Kuwe Kakap Beloso Peperek Lencam Bambangan Biji nangka Kurisi Swanggi Kerapu Beronang Kerong-kerong Tetengkek Layang Sunglir Bwl putih Bentong Japuh Tembang Terubuk Teri Terbang Julung2 Selar Tongkol Kembung Tigawaja Lemadang Layaran Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari JUMLAH
Volume produksi Kabupaten Halmahera Utara (ton) 2004 2005 2006 2007 2008 14.076 22.503 10.940 11.490 1.300 1.882 1.762 1.010 1.510 121.306 150.670 180.460 216.390 427.330 76.851 127.181 76.210 76.160 42.050 175.362 664.464 70.350 56.510 26.500 71.780 113.026 88.460 126.240 151.300 19.336 38.737 61.590 56.760 45.850 81.374 52.297 64.010 58.210 58.550 37.383 64.232 23.440 31.740 37.850 201.768 239.561 272.160 292.870 328.450 108.498 211.110 139.630 202.840 220.090 25.333 23.978 34.090 30.970 19.260 20.480 13.945 30.340 31.490 10.790 63.817 145.034 265.800 303.520 390.550 13.992 15.590 13.640 29.000 6.766 7.940 5.380 12.800 1.704 2.784 0.240 1.380 3,454.710 3,985.730 3,903.500 4,426.910 6,255.630 22.374 29.349 48.096 35.258 6.101 33.216 88.248 28.975 33.910 19.440 25.164 20.536 3.519 15.986 11.337 7.703 5.036 6.878 21.574 18.262 23.557 17.759 29.104 62.549 80.421 76.728 82.279 99.440 3,039.650 3,229.910 2,866.020 2,676.180 3,236.470 477.064 324.947 340.724 387.456 429.350 1,630.594 1,626.125 1,643.432 1,520.271 1,699.960 525.317 678.811 536.754 598.046 34.200 1,616.080 2,584.090 2,423.230 2,467.730 2,626.910 154.387 393.617 352.628 409.225 585.039 12.400 3.879 15.115 3.514 10.150 7.210 1.560 0.770 13.000 4.040 1.210 13.340 9.500 4,809.150 25,463.170 8,076.430 8,682.660 8,625.950 210.700 641.660 90.090 144.950 208.460 771.420 3,400.850 1,421.330 1,843.700 2,670.280 228.980 331.120 277.130 220.540 254.750 12.440 62.640 28.100 18.100 5.060 18,119.540 44,857.458 23,528.725 25,124.770 28,632.371
JUMLAH
RATARATA
60.309 6.165 1,096.156 398.452 993.187 550.806 222.273 314.442 194.645 1,334.809 882.168 133.630 107.045 1,168.721 72.222 32.886 6.107 22,026.480 141.178 203.789 49.219 46.939 110.257 401.417 15,048.230 1,959.541 8,120.381 2,373.127 11,718.040 1,894.896 45.058 22.540 28.090 55,657.360 1,295.860 10,107.580 1,312.520 126.340
12.062 1.541 219.231 79.690 198.637 110.161 44.455 62.888 38.929 266.962 176.434 26.726 21.409 233.744 18.055 8.221 1.527 4,405.296 28.236 40.758 16.406 9.388 22.051 80.283 3,009.646 391.908 1,624.076 474.625 2.343.608 378.979 9.012 5.635 7.023 11,131.472 259.172 2,021.516 262.504 25.268
140,262.863
Lampiran 5. (lanjutan). Data volume produksi Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara dan hasil analisa LQ menurut jenis ikan. JENIS IKAN
Volume produksi provinsi Maluku Utara (ton)
JUMLAH
RATARATA
2004
2005
2006
2007
2008
71.200
113.220
74.100
58.500
5.000
322.020
64.404
7.120
8.010
2.600
5.600
5,60
23.330
4.666
Ekor kuning
552.040
784.050
1,166.920
1,307.020
1,535.030
5,345.060
1,069.012
Gerot-gerot
400.580
818.210
464.800
442.780
154,14
2,126.370
425.274
Kuwe
561.220
780.710
225.500
165.380
50,00
1,732.810
346.562
Kakap
365.750
550.580
541.400
694.600
690,00
2,152.330
430.466
Beloso
109.130
202.300
305.820
257.120
99,31
874.370
174.874
Peperek
280.460
280.560
371.000
329.400
104,76
1,261.420
252.284
Lencam
249.770
324.640
191.380
225.800
155,00
991.590
198.318
Bambangan
843.170
1,174.100
1,375.090
1,449.290
1.218,36
4,841.650
968.330
Biji nangka
463.900
1,089.090
941.040
1,235.560
951,00
3,729.590
745.918
Kurisi
97.380
110.420
166.550
155.100
91,17
529.450
105.890
Swanggi
75.500
69.560
149.130
159.110
45,42
453.300
90.660
Kerapu
352.920
695.930
1,043.190
1,173.700
1.213,00
3,265.740
653.148
Beronang
73.640
103.900
90.900
100,00
268.440
67.110
Kerong-kerong
35.610
25.600
25.600
20,00
86.810
21.703
12.170
14.650
14.700
9.200
---
50.720
12.680
Layang
14,926.980
20,052.000
21,557.500
25,774.060
27.675,00
82,310.540
16.462.108
Sunglir
112.240
371.520
414.300
233.500
45,22
1,131.560
226.312
Bwl putih
143.940
Manyung Sebelah
Tetengkek
446.470
171.700
185.800
96,26
947.910
189.582
203.800
139.800
120.800
15,30
464.400
116.100
72.760
53.680
36.700
26.390
36,20
189.530
37.906
Tembang
170.960
58.700
110.600
92.800
151,60
433.060
86.612
Terubuk
594.530
359,73
415.500
437.300
486,00
1,447.330
289.466
12,458.290
13,833.010
1,052.530
14,113.280
16,910,10
41,457.110
8,291.422
Terbang
332.240
650.000
757.000
1,064.050
1.185,00
2,803.290
560.658
Julung2
4,088.440
4,874.340
5,176.700
4,197.500
4.292,00
18,336.980
3,667.396
Selar
2,756.250
3,337.350
3,714.410
4,165.240
4.487,65
13,973.250
2,794.650
Tongkol
4,671.120
5,815.140
7,795.100
9,029.300
11.010,60
27,310.660
5,462.132
Kembung
594.540
1,526.250
2,129.580
2,338.670
2.626,34
6,589.040
1,317.808
Tigawaja
20.769
50.775
9.720
48.720
88.456
218.440
109.220
Lemadang
37.940
12.000
7.000
100,00
56.940
14.235
Layaran
21.280
9,30
121.300
50,00
142.580
35.645
23,079.920
34,336.620
40,591.600
45,769.600
48.805,00
143,777.740
28,755.548
672.110
1,124.850
687.800
946.160
1.253,10
3,430.920
686.184
2,624.920
3,856.230
5,816.980
7,979.990
9.742,20
20,278.120
4,055.624
Bentong Japuh
Teri
Cakalang Tenggiri Tuna Cucut Pari JUMLAH
829.580
839.580
961.700
708.480
650,00
3,339.340
667.868
73.220
138.160
135.800
83.610
16,32
430.790
86.158
74,669.119
100,757.975
100,855.740
127,235.210
3,636.486
397,124.530
Lampiran 5. (lanjutan). Data volume produksi Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara dan hasil analisa LQ menurut jenis ikan. JENIS IKAN
JLH HALUT
Manyung
JLH MALUT
xij/xi
Xij/Xi
LQ
60.309
322.020
0.000429971
0.000810879
0.530253196
6.165
23.330
4.395E-05
5.87473E-05
0.748118947
1,096.156
5,345.060
0.007815013
0.013459405
0.580635833
Gerot-gerot
398.452
2,126.370
0.002840753
0.005354416
0.530543998
Kuwe
993.187
1,732.810
0.007080895
0.004363392
1.622795965
Kakap
550.806
2,152.330
0.003926955
0.005419786
0.724558971
Beloso
222.273
874.370
0.001584687
0.002201753
0.719739082
Peperek
314.442
1,261.420
0.002241803
0.003176384
0.705772019
Lencam
194.645
991.590
0.001387714
0.002496925
0.555769178
Bambangan
1,334.809
4,841.650
0.009516482
0.012191768
0.780566212
Biji nangka
882.168
3,729.590
0.00628939
0.009391487
0.669690477
Kurisi
133.630
529.450
0.000952714
0.001333209
0.714602168
Sebelah Ekor kuning
Swanggi
107.045
453.300
0.000763176
0.001141456
0.66859927
1,168.721
3,265.740
0.008332359
0.008223466
1.013241734
Beronang
72.222
268.440
0.000514902
0.000675959
0.761734961
Kerong-kerong
32.886
86.810
0.000234459
0.000218596
1.072565909
6.107
50.720
4.35418E-05
0.000127718
0.340921211
Layang
22,026.480
82,310.540
0.157037148
0.20726632
0.757658782
Sunglir
141.178
1,131.560
0.001006527
0.002849383
0.353243659
Bawal putih
203.789
947.910
0.001452906
0.002386934
0.608691477
Bentong
49.219
464.400
0.000350905
0.001169406
0.300071389
Japuh
46.939
189.530
0.000334652
0.000477256
0.701201214
Tembang
110.257
433.060
0.000786073
0.001090489
0.720844063
Terubuk
401.417
1,447.330
0.002861888
0.003644524
0.785256929
15,048.230
41,457.110
0.107285918
0.104393224
1.027709592
Terbang
1,959.541
2,153.290
0.013970491
0.00705897
1.979111856
Julung-julung
8,120.381
18,336.980
0.057894021
0.046174383
1.253812569
Selar
2,373.127
13,973.250
0.016919141
0.035186066
0.480847764
Tongkol
11,718.040
27,310.660
0.083543425
0.068771023
1.214805624
Kembung
1,894.896
6,589.040
0.013509604
0.016591874
0.814230193
Tigawaja
45.058
218.44
0.00032124
0.000550054
0.58401467
Lemadang
22.540
56.940
0.000160698
0.000143381
1.120780232
Layaran
28.090
142.580
0.000200267
0.000359031
0.557798243
Cakalang
55,657.360
143,777.740
0.396807527
0.362046988
1.096011127
Tenggiri
1,295.860
3,430.920
0.009238796
0.008639406
1.069378643
Tuna
10,107.580
20,278.120
0.072061697
0.051062371
1.411248561
Cucut
1,312.520
3,339.340
0.009357573
0.008408798
1.112831226
430.790
0.000900737
0.001084773
0.830346334
Kerapu
Tetengkek
Teri
Pari
126.340 xi
JUMLAH
140,262.863
Xi 397,124.530
Lampiran 6. Foto Jenis Ikan Hasil Tangkapan