MODEL PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KAWASAN AGROPOLITAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN KELAPA YANG BERKELANJUTAN DI SULAWESI UTARA
LINY A.M. TAMBAJONG
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Model pengembangan infrastruktur kawasan agropolitan berbasis komoditas unggulan kelapa yang berkelanjutan di Sulawesi Utara” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Oktober 2009
Liny A. M. Tambajong P062050554
LINY TAMBAJONG (2009), Infrastructure Development Model of Agropolitan Region on Sustainability of Coconut Based Commodity Prime in North Sulawesi. Under the supervision of RIZAL SJARIF, TIENEKE MANDANG, SETIA HADI and YANUAR PURWANTO
ABSTRACT Indonesia is an archipelago country which has the biggest coconut (Cocos nucifera) farmland in the world, yet has a limited amount and type of refined product. In North Sulawesi Province, 70 percent of population are depent their life on this plant, although the condition of system and farmer agribusiness in processing agro industries is not optimal yet. This research located in agropolitan Ngaasan area, South Minahasa Regency. The purposes of this research are: (1) to construct the infrastructure development model of coconut based commodity prime agropolitan region. (2) to analyze the prime mover factors and actors of the commodity prime development in order to formulate the policy and the development strategy, (3) to analyze the development potential of coconut refining, zero waste, society based, and private investment agribusiness. This research applied conditional analysis, institutional analysis, SWOT analysis, economical analysis, and spatial analysis which results the needs of agropolitan infrastructures in five subsystems of agribusiness. The next step is to examine this five sub agribusiness into model of institutional development, model of infrastructures development and model of ICA (integrated coconut agribusiness) and the last step is to test for model’s validity to the validation of structure and operational model and also apply the Before-after comparison method to compare the operational of the area before and after this model being developed. Based on the position of agribusiness area, now in third quadrant, then it needs to use the WO strategy which is to take the benefit of the opportunity in the area by minimize the weaknesses. The strategy plan that has to do is improve the agribusiness supporting infrastructures based on the prime coconut commodity to take the benefit on exporting opportunities, improve the motivation of developing the refined coconut product and group and group scale organizing to improve the income and working opportunities, revitalize the institution and agribusiness organizing management to support the development of environmental friendly, zero waste agro-industry. The research shows the comprehensive impact of the development of agropolitan infrastructures model in five subsystems of agribusiness implicate three aspects of continuous development systems. There are social aspect, economic aspect, and environmental aspect. The key of successful is to provide agribusiness area infrastructures to support the upper course agribusiness subsystem, farmer’s enterprise subsystem, crops processing subsystem, crops marketing subsystem, and supporting service subsystem. The movement actors are the government as the leader, society organization as the government’s partner, academician as the co-work, bank as the farmer’s capital supporting, and the private as the farmer’s partner. Simulation of the systems results shows three scenario there are optimist, moderate and pessimist. The optimist-moderate scenarios are the best scenario to be applied as the basic of policy implementation. Keyword: Infrastructures, agropolitan, coconut, model, sustainable.
RINGKASAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas areal perkebunan kelapa (Cocos nucifera) terbesar di dunia, namun produk olahan masih terbatas baik jumlah maupun jenisnya. Di Sulawesi Utara, 70 persen penduduk bergantung dari tanaman kehidupan ini, namun kondisi saat ini sistem dan usaha agribisnis petani dalam hal pengolahan agroindustri belum optimal, produk turunan kelapa belum terolah maksimal, keterbatasan infrastruktur mengakibatkan struktur industri masih bersifat parsial dan individual sehingga optimalisasi dan efisiensi pemanfaatan seluruh potensi kelapa masih rendah. Penelitian ini berlokasi pada kawasan agropolitan Ngaasan, kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) membangun model pengembangan infrastruktur
kawasan
agropolitan
berbasis
komoditas
unggulan
kelapa,
(2) mengkaji faktor dan aktor penggerak pengembangan komoditas unggulan untuk merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan, dan (3) menganalisis potensi pengembangan agribisnis pengolahan kelapa terpadu, tanpa limbah, berbasis masyarakat dan investasi swasta. Penelitian
ini
menggunakan
metode
analisis
situasional,
analisis
kelembagaan, analisis SWOT, analisis ekonomi dan analisis spasial yang hasil analisisnya menghasilkan kebutuhan infrastruktur di kawasan agropolitan pada lima
subsistem
agribisnis.
Langkah selanjutnya yaitu mengkaji kelima
subsistem agribisnis ini dalam model pengembangan kelembagaan, model pengembangan infrastruktur dan model pengembangan AKT (Agribisnis Kelapa Terpadu) dalam bentuk model investasi kawasan yang kemudian akan menjadi dasar untuk kompilasi model dinamik. struktur dan validasi kinerja mode. kawasan
menggunakan
Validitas model diuji dengan validasi
Langkah terakhir adalah menilai kinerja
metode
perbandingan
Before-after
untuk
membandingkan kinerja kawasan sebelum dan sesudah model dikembangkan serta menilai keberlanjutan model mengunakan nilai indeks keberlanjutan. Hasil
penelitian
memperlihatkan
secara
keseluruhan
dampak
pengembangan model infrastruktur agropolitan pada lima subsistem agribisnis berimplikasi kepada tiga aspek sistem pembangunan berkelanjutan yaitu aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan. keberhasilan
adalah
penyediaan
infrastruktur
Faktor penggerak kunci agribisnis
kawasan
untuk
menunjang subsistem agribisnis hulu, subsistem usaha tani, subsistem
pengolahan hasil, subsistem pemasaran hasil serta subsistem jasa penunjang. Aktor penggerak adalah pemerintah sebagai leader, organisasi masyarakat sebagai partner pemerintah, akademisi sebagai pendamping, perbankan sebagai penopang permodalan petani, swasta sebagai partner petani. Posisi agribisnis kawasan saat ini pada kuadran III, maka perlu dijalankan strategi WO yaitu memanfaatkan peluang yang ada pada kawasan dengan cara meminimalkan kelemahan.
Rencana strategi yang perlu dilakukan adalah
meningkatkan infrastruktur penunjang agribisnis berbasis komoditas unggulan kelapa
untuk
memanfaatkan
peluang
eksport,
meningkatkan
motivasi
pengembangan produk turunan kelapa dan pengelolaan skala kelompok untuk peningkatan kelembagaan
pendapatan dan
dan
manajemen
penyerapan
tenaga
kerja,
pengelolaan
agribisnis
merevitalisasi
untuk
menunjang
pengembangan agroindustri tanpa limbah dan ramah lingkungan Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa model pengembangan infrastruktur berbasis komoditas unggulan kelapa ini merupakan model pengembangan wilayah dari dan untuk masyarakat. Karena perkebunan kelapa merupakan investasi terbesar milik masyarakat (98 %) serta menghidupkan 20 juta keluarga petani sehingga model ini bila diimplementasikan akan langsung terasakan manfaatnya oleh masyarakat tani dan dapat dijadikan acuan pengembangan wilayah yang memiliki komoditas unggulan berbasis masyarakat dan terbarui sehingga investasi lebih efektif dan efisien.
Model ini
menggambarkan bahwa betapa pentingnya peranan wilayah perdesaan akan berdampak pada wilayah perkotaan secara positif. Dengan terciptanya lapangan pekerjaan di perdesaan, peningkatan pendapatan petani, infrastruktur desa berkembang setara kota, dapat mengurangi migrasi masyarakat desa ke kota sehingga hubungan desa-kota saling bersinergi. Potensi pengembangan agribisnis kelapa terpadu (AKT) berdampak pada tingkat kesejahteraan petani dan tenaga kerja off-farm di sekitar unit usaha kawasan. Analisis Cash flow model pembiayaan AKT ini secara finansial layak dilaksanakan serta mampu menghasilkan nilai tambah yang nyata dan distribusi pendapatan antar pemilik input dan pekerja cukup baik dan bersifat sosial serta padat karya.
Seluruh bagian buah kelapa yaitu, daging, air, sabut, dan
tempurung diolah menjadi 8 produk turunan (VCO, kopra, pakan ternak, nata de coco, arang tempurung, liquid smoke, serat sabut dan debu sabut).
Skala
usaha kelompok tani dengan suplai bahan baku kurang dari 4000 butir/hari dan
tingkat pengelolaan yang terjangkau. Produk turunan yang dihasilkan pada skala ini mampu diserap oleh pasar. Nilai
transformasi
dari
pemanfaatan
tradisional
(kopra
asap)
ke
pemanfaatan komersial (kopra putih) dan VCO dengan memanfaatkan teknologi sederhana dapat menciptakan lapangan kerja yang dikuasai oleh masyarakat pada kawasan (tepat guna & padat karya), skala ekonomi dan standarisasi produk.
Limbah kelapa diolah menjadi produk turunan untuk meningkatkan
pendapatan petani, menjadi input lingkungan yang baik sebagai media tanamam, pakan ternak, kompos dan mengubah perilaku budidaya petani serta konsumsi masyarakat. Keunggulan kompetitif kawasan tercipta melalui model AKT, produk turunan memenuhi skala ekonomi, standarisai dan siap bersaing di pasar global. Transportasi pangan (food miles) menjadi pendek dengan adanya industri pengolahan pada kawasan (industri skala kelompok tani, menengah dan besar) menjawab tantangan eco-eficiency dalam pengolahan produk kelapa. Model ini mendukung
tercipta
keberlanjutan
ekosistem,
karena
kelapa
Indonesia
merupakan salah satu kekayaan keanekaragaman hayati terbesar didunia, milik masyarakat dan pada kawasan penelitian merupakan plasma nuftah. Disamping itu pemanfaatan limbah sabut kelapa dapat menghasilkan beberapa produk yang ramah lingkungan seperti: serbuk sabut sebagai media tanam dan campuran kompos, serta serat sabut sebagai geotextile net untuk reklamasi tambang dan penahan longsor ramah lingkungan. Kompilasi model (model kelembagaan, model AKT dan model Infrastruktur) tergambarkan dalam rencana investasi kawasan dan cash flow pengembangan infrastruktur
kawasan ini secara finansial layak dikembangkan serta dapat
dijadikan sebagai pedoman pengembangan infrastruktur kawasan agropolitan berbasis komoditas unggulan kelapa pada daerah pengembangan lain berpedoman pada NSPM (Norma Standar Pedoman dan Manual). Hasil simulasi sistem menampilkan tiga skenario yaitu optimis, moderat dan pesimis. Skenario optimis-moderat merupakan skenario terbaik untuk diterapkan sebagai dasar implementasi kebijakan.
@ Hak Cipta milik Institut pertanian Bogor, Tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa ijin IPB
MODEL PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KAWASAN AGROPOLITAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN KELAPA YANG BERKELANJUTAN DI SULAWESI UTARA.
LINY A.M. TAMBAJONG
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Disertasi
: Model Pengembangan Infrastruktur Kawasan Agropolitan Berbasis Komoditas Unggulan Kelapa yang Berkelanjutan di Sulawesi Utara.
Nama
: Liny A. M. Tambajong
NRP
: P. 062050554
Program Studi
: Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Rizal Sjarief, DESS Ketua
Prof. Dr. Ir. Tieneke Mandang, MS Anggota
Dr. Ir. Setia Hadi, M,Si Anggota
Dr. Ir. M. Yanuar Jarwadi Purwanto, MS Anggota Diketahui,
Ketua Program Studi, Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 27 Oktober 2009
Tanggal Lulus :
i
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, karena begitu besar kasih karunia serta berkat dan penyertaanNya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Model Pengembangan Infrastruktur Agropolitan Berbasis Komoditas Unggulan Kelapa di Sulawesi Utara, penulis persembahkan kepada petani “Nyiur Melambai” sebagai bentuk perhatian dan kepedulian yang pro rural. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Prof. Dr. Ir. Rizal Sjarief, DESS, selaku ketua komisi pembimbing, serta Prof. Dr. Ir. Tieneke Mandang, MS., Dr. Ir. Setia Hadi, MSi., Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS., masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang begitu baik dan luar biasa memberi bimbingan, arahan dan dukungan semangat. Terima kasih untuk Dr. Ir. Lucky A. Longdong, M.Ed dan Dr. Ir. Bobby Polii, Msi sebagai dosen penguji pada ujian terbuka Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Khairil A. Notodiputro, MS., sebagai Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB dan Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS., sebagai Ketua Program Studi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan serta para dosen, staf administrasi fakultas dan teman teman mahasiswa pasca sarjana atas segala ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang telah di bagi selama penulis mengikuti program doktor di IPB. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Ir. Alex Wowor, M.Si., sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara dan Ir. Hengky Manumpil, MSi., sebagai Kepala Bidang Cipta Karya serta rekan-rekan kerja Marina dan Novie, yang telah begitu pengertian dan toleran memberi ijin waktu dan dukungan serta bantuan selama penulis melaksanakan studi dan menyusun disertasi. Terima kasih juga kepada para dosen Universitas Sam Ratulangi, Prof. Dr. Jen Tatuh, MS., dan Dr. Ir. Johan Rombang, MS., atas konsultasi dan sumbangan pemikiran serta kepala Balitka Sulawesi Utara Dr. Ir. Hengky Novarianto, MS., yang telah berbagi pengalaman melalui FGD dengan pakarpakar Balitka Sulawesi utara. Bapak Umpel sebagai ketua Apeksu Sulawesi Utara dan Bapak Robby Mintje sebagai ketua KTNA Minahasa Selatan serta kelompok tani kawasan agropolitan Ngaasan yang telah berbagi pengalaman dan mengisi questioner penelitian. Terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga, suami dan anak-anak atas doa, dukungan dan pengertian selama penulis menjalankan studi. Kepada kakak Jacinta yang begitu baik telah memberikan bantuan dan tumpangan selama penulis menjalankan proses studi di IPB. Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap bahwa hasil penelitian ini akan memberi manfaat nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat diaplikasikan serta dirasakan manfaatnya secara langsung oleh para petani.
Bogor,
Penulis
Oktober 2009