Pengembangan Multi Media Pembelajaran Menulis dan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar Mujiburrahman1) dan Yayan Heryana 2) 1) Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram. 2) Program Studi Teknologi Pendidikan FIP IKIPMataram E-mail:
[email protected] Abstract: This research aims to make the design of multi-media learning to write and read the beginning of class 1 Primary School, with a specific purpose, namely: (1) Develop a prototype model of learning to write and read the beginning of the use of multi-media, (2) Creating a multi media design models in learning reading and writing skills beginning, and (3) Developing product design model of learning to write and read beginning with multi-media. Development of multi-media learning to write and read beginning with taking steps Research and Development (R & D). The subjects were students of class 1 State Elementary School 18 Mataram. The result of this study is a multi media learning to write and read the beginning of elementary school students in grade 1. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain multi media pembelajaran menulis dan membaca permulaan untuk kelas 1 Sekolah Dasar, dengan tujuan khusus yaitu: (1) Menyusun prototipe model pembelajaran menulis dan membaca permulaan menggunakan multi media, (2) Membuat model desain multi media dalam pembelajaran keterampilan menulis dan membaca permulaan, dan (3) Mengembangkan produk model desain pembelajaran menulis dan membaca permulaan dengan multi media. Pengembangan multi media pembelajaran menulis dan membaca permualaan dengan mengambil langkah-langkah Research dan Development (R&D). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri 18 Mataram. Hasil penelitian ini adalah produk multi media pembelajaran menulis dan membaca permulaan untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar. KataKunci : Multi media, Pembelajaran Menulis dan Membaca Permulaan, Sekolah Dasar
Pendahuluan Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa Sekolah Dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. menurut Wright dkk (1993), mengajar anak untuk dapat membaca dan © 2014 LPPM IKIP Mataram
menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan. Apalagi untuk mengajar membaca dan menulis permulaan pada anak-anak usia kelas awal yang masih berada dalam usia bermain dan belum memungkinkan untuk menghadapkan mereka pada situasi pembelajaran yang serius. Fenstermacher dalam Arend memberikan contoh argumen praktis seorang guru yang digunakannya untuk mendukung metode-metode yang dipakainya untuk mengajari membaca, salah satunya bahwa sangat penting bagi anak untuk tahu cara membaca (http/www.cara.membaca). Tujuan membaca permulaan di kelas 1 adalah agar siswa dapat membaca katakata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994). Kelancaran
Jurnal Kependidikan 13 (4): 383-391
dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas 1. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. Guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa, mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli. Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan (mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambanglambang itu menjadi bermakna. Selanjutnya dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis yang sudah dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya. Menulis merupakan aktivitas multisensori yang mana gabungan dari aktivitas melihat, mendengar, meraba, dan merasakan (http://duniabaca.com). Sehingga kesiapan menulis perlu ditanamkan sejak dini, agar nantinya apabila terjadi keterlambatan atau kekurangan dalam salah satu aspek keteram-
384
pilan menulis akan diketahui lebih awal penanganannya. Kemampuan menulis dan membaca permulaan adalah hal yang sangat penting bagi siswa kelas rendah untuk dikuasai dan akan mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran selanjutnya apabila belum dikuasai, hal ini menjadi penentu bagi seorang siswa untuk mengikuti pembelajaran yang lebih tinggi. Salah satu penyebab dari terbatasnya siswa dalam kemampuan menulis adalah guru kurang kreatif dalam memilih bahan ajar, metode, dan media pembelajaran. Di sini kreativitas guru sangat dibutuhkan dalam memilih media dengan metode yang tepat untuk siswa. Guru dapat melakukan pembelajaran menulis dan membaca permulaan dengan media pembelajaran. Bahan ajar, metode, dan media pembelajaran yang dipilih sebaiknya mempertimbangkan masalah kebutuhan, minat, dan perhatian siswa serta lingkungan kehidupan mereka. Permasalahan yang ada dari segi guru tidak terbatas dari hal itu saja. Pendekatan tradisional masih digunakan guru dalam pembelajaran menulis dan membaca permulaan. Kondisi di lapangan dari survey yang dilakukan bahwa terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis, hal ini dikarenakan banyak faktor antara lain misalkan guru memakai metode dan media pembelajaran masih menggunakan pembelajaran secara konvensional padahal guru menjadi penting dalam merekayasa proses pembelajaran supaya pesan-pesan yang disampaikan oleh guru sampai kepada siswa, dalam UU/Permen yang berlaku bahwa siswa tidak boleh tinggal di kelas yang sama sampai dua
Mujiburrahman & Yayan Heryana, Pengembangan Multi Media Pembelajaran
kali sehingga dia harus naik kelas walaupun siswa tersebut masih belum bisa baca tulis, hal ini harus mendapatkan perhatian yang serius dari semua kalangan. Kreativitas guru dalam memilih media dan metode dalam pembelajaran menulis dan membaca permulaan sangat diperlukan supaya siswa lebih termotivasi dalam belajar menulis. Dalam pembelajaran menulis dan membaca permulaan, peneliti menggunakan multi media. Penggunaan multi media diharapkan membuat siswa bisa terfokus untuk memperhatikan apa yang ditayangkan di depan kelas, siswa lebih cepat mengerti, dan lebih cepat mengenali alfabet. Menurut Degeng (1997) perancangan pembelajaran dapat dijadikan titik awal perbaikan kualitas desain pembelajaran. Program pembelajaran yang menggunakan seperangkat media merupakan upaya efektif untuk meningkatkan daya tarik pembelajaran (Sahalessy, 1998). Untuk itu, pengembangan media yang tepat merupakan suatu usaha untuk menyiapkan kondisi belajar yang lebih baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran membaca permulaan di SD. Menurut Latham dalam Arend (2008) bahwa teknologi dapat dan memang memiliki arti penting dan bahwa bukti mulai menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan teknologi dan prestasi siswa. Dengan demikian penggunaan multi media dalam proses pembelajaran menulis dan membaca permulaan sangat penting supaya siswa lebih termotivasi dalam belajar, tidak cepat jenuh, terfokus untuk memperhatikan apa yang ditayangkan di
depan kelas, siswa lebih cepat mengerti, dan lebih cepat mengenali alfabet. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, tahap persiapan (pencarian informasi). Kedua, analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus menulis dan membaca permulaan kelas 1 Sekolah Dasar. Pada tahapan ini, penelitian difokuskan pada kajian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai bahan penyusunan desain media pembelajaran menulis dan membaca permulaan untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Ketiga, membuat media pembelajaran menulis dan membaca permulaan multi media, pada tahapan ini penelitian difokuskan pada pembuatan desain media pembelajaran menulis dan membaca permulaan dengan multi media. Desain pembelajaran multi media disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus yang digunakan dalam pembelajaran menulis dan membaca permulaan siswa kelas 1 Sekolah Dasar.Keempat, uji coba, setelah desain pembelajaran multi media selesai maka pada tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran seperti biasa akan tetapi menggunakan multi media, kehadiran peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung untuk mencatat secara langsung kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh media tersebut dengan memperhatikan respon dari siswa maupun guru.Kelima, perbaikan. Keenam, finalisasi. Ketujuh, analisis hasil. Kedelapan, membuat laporan
385
Jurnal Kependidikan 13 (4): 383-391
Hasil dan Pembahasan Hasil uji coba tahap I (pertama) menggambarkan perbandingan efektivitas penggunaan multi media pembelajaran yang
dilakukan setelah tim peneliti mengobservasi. Hasil data tersebut dapat ditunjukan dari hasil observasi yang dipaparkan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Pembelajaran Tanpa Menggunakan Multi Media Jumlah Skor Jumlah Skor semua siswa Skor semua Skor semua Total skor responden pada Pemahaman siswa pada siswa pada terhadap pelajaran Kreativitas Hasil belajar 47 70 72 68 210 Rata-rata 58,5 59,5 57,5 128,5
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 1 dapat digambarkan bahwa penggunakan multi media pembelajaran secara keseluruhan sebesar 0,372 atau 37,2% dari kriteria harapan. Apabila dilihat efektivitas penggunaan multi media pembelajaran berdasarkan kecepatan pemahaman terhadap pelajaran sebesar 0,372 atau 37,2% dari kriteria yang diharapkan. Kemudian apabila dilihat dari kreativitas sebesar 0,382 atau 38,2% dari kriteria yang diharapkan. Bila dilihat dari segi hasil belajar sebesar 0,361 atau 36,1% dari kriteria yang diharapkan. Jadi efektivitas pembelajaran tanpa menggunakan multi media pembelajaran terendah pada aspek
Jumlah responden 47 Rata-rata
Tabel 2 Pembelajaran Menggunakan Multi Media Jumlah Skor Skor semua siswa Skor semua Skor semua pada Pemahaman siswa pada siswa pada terhadap pelajaran Kreativitas Hasil belajar 131 124 161 89,0 85,5 104
Pada Tabel 3 disajikan perbandingan antara pembelajaran yang menggunakan multi
386
hasil belajar siswa yakni 36,1% dari harapan. Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan multi media maka dari hasil perhitungan sudah jelas perbedaan efektivitas antara yang menggunakan multi media dengan pembelajaran yang tidak menggunakan multi media, di mana efektivitas penggunaan multi media sebesar 0,737 atau 73,7%. Selanjutnya bila dilihat dari kecepatan pemahaman siswa terhadap pelajaran sebesar 0,696 atau 69,6% yang diharapkan. Kreativitas siswa sebesar 0,659 atau 65,9% dari harapan. Hasil belajar siswa sebesar 0,856 atau 85,6% dari yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 2.
Total skor 416 231,5
media dengan pembelajaran dengan tidak menggunakan multi media.
Mujiburrahman & Yayan Heryana, Pengembangan Multi Media Pembelajaran
Tabel 3 Perbandingan Efektifitas PengajaranTanpa Multi Media dan Menggunakan Multi Media Metode Metode Aspek Mengajar Mengajar Kinerja Tanpa Multi Menggunakan Sistem Media Multi Media Kecepatan pemahaman 37,2% 69,6% terhadap pelajaran 38,2%
Kreativitas
65,9%
36,1%
Hasil belajar
85,6 %
37,2%
Rata-rata
73,7%
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara umum ada perbedaan pembelajaran menggunakan multi media dengan tanpa multi media. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan multi medialebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan tanpa menggunakan multi media.Kecepatan pemahaman terhadap
pelajaran dalam proses pembelajaran menggunakan multi media lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan pemahaman terhadap pelajaran tanpa menggunakan multi media (69,6% > 37,2%). Hasil kreativitas siswa lebih tinggi menggunakan multi media pembelajaran dengan tanpa menggunakan multi media pembelajaran (65,9% > 37,2%). Hasil belajar siswa menggunakan multi media pembelajaran lebih tinggi menggunakan multi media pembelajaran dengan tanpa menggunakan multi media pembelajaran (85,6% > 36,1%). Secara umum pembelajaran menggunakan multi media lebih tinggi nilai rata-ratanya dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan multi media (73,7% > 37,2%). Diagram yang menerangkan sebaran skor perbedaan pembelajaran menggunakan multi media pembelajaran dengan pembelajaran yang dilakukan dengan tanpa menggunakan multi media pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Perbedaan Pembelajaran Menggunakan Multi Media dengan Tanpa Multi Media
387
Jurnal Kependidikan 13 (4): 383-391
Untuk membedakan signifikansi perbedaan antara pembelajaran yang menggunakan multi media pembelajaran dengan pembelajaran yang tidak menggunakan multi media perlu diuji statistik menggunakan rumus t-tes berkorelasi. Nilai t hitung yang diperoleh sebesar 750,318 sedangkan harga t tabel sebesar 1,68 pada taraf kesalahan 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan multi media pembelajaran dengan multi media dan tanpa menggunakan multi media pembelajaran. Hasil ini sangat memuaskan akan tetapi ada beberapa kelemahan yang harus diperbaiki dalam desain multi media pembelajaran dengan memperhatikan masukan dari guru/fasilitator SDN 18 Mataram diantaranya: tampilan antara huruf yang muncul diikuti dengan suku kata dalam menulis huruf tegak bersambung, tampilan video jangan terlalu cepat supaya anak dapat meniru tulisan yang sedang berjalan. Adapun hasil uji coba tahap kedua ini menunjukkan peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya. Perbandingan pengajaran menggunakan multi media pada uji coba tahap I (pertama) dengan uji coba tahap II (kedua) dapat dilihat pada Tabel 5.
388
Tabel 5 Perbandingan Uji Coba Tahap I dengan Uji Coba Tahap II Tahap I
Aspek Kinerja Sistem
Tahap II
69,6%
Kecepatan pemahaman terhadap pelajaran
86,70%
65,9%
Kreativitas
84,50%
85,6 %
Hasil belajar
90,40%
73,7%
Rata-rata
87,20%
Kecepatan pemahaman terhadap pelajaran dalam proses pembelajaran menggunakan multi media pada uji coba tahap II lebih tinggi dari uji coba tahap I (86,7%>69,6%). Hasil kreativitas siswa lebih tinggi menggunakan multi media pembelajaran pada uji coba tahap II lebih tinggi dari uji coba tahap I (84,5%>65,9%). Hasil belajar siswa menggunakan multi media pembelajaran lebih tinggi menggunakan multi media pembelajaran pada uji coba tahap II lebih tinggi dari uji coba tahap I (90,4%>85,6%). Secara umum pembelajaran menggunakan multi media pada uji coba tahap II lebih tinggi dari uji coba tahap I dengan dengan nilai rata-rata masing-masing 87,2% dan 73,7%. Diagram yang menerangkan sebaran skor pembelajaran menggunakan multi media pembelajaran pada uji coba tahap II dan uji coba tahap I dapat dilihat pada Gambar 2.
Mujiburrahman & Yayan Heryana, Pengembangan Multi Media Pembelajaran
Gambar 2 Perbedaan Pembelajaran Menggunakan Multi Media pada Uji Coba Tahap I dengan Uji Coba Tahap II
Hasil ini menunjukkan secara persentase bahwa ada peningkatan yang spesifik dari uji coba tahap pertama ke uji coba tahap kedua, dimana masing-masing aspek jika dilihat dari kecepatan pemahaman terhadap pelajaran dari skor 69,6% meningkat menjadi 86,7% yang berarti terjadi peningkatan 17,10%. Pada tahap kedua, kreativitas dari skor 65,9% meningkat menjadi 84.,%, terjadi peningkatan sebesar 18,60%. Hasil belajar dari skor 85,6% meningkat menjadi 90,4%, terjadi peningkatan sebesar 4,80%. Secara keseluruhan nilai rata-rata peningkatan dari tahap pertama ke tahap kedua skornya adalah 13,50%. Peningkatan persentase penggunaan multi media dalam pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Persentase Peningkatan Penggunaan Multi Media Setelah menyelesaikan tahapantahapan dalam penelitian ini diperlukan adanya perbaikan atau revisi pada desain multi media pembelajaran menulis dan membaca permulaan siswa kelas 1 Sekolah Dasar berdasarkan masukan dari guru/ fasilitator, diantaranya: (1) Menghilangkan kembali balon-balon yang tampak pada tampilan awal setelah uji coba tahap pertama (Gambar 4A), (2) Kata apel pada tampilan Gambar 4B disarankan langsung menjadi contoh untuk menulis huruf tegak bersambung, supaya siswa bisa langsung 389
Jurnal Kependidikan 13 (4): 383-391
melihat perubahan atau cara menulis susunan kata-kata apel tersebut sehingga tidak hanya menulis huruf per huruf saja. Perbaikan ini tidak hanya sampai disini akan tetapi terus diperbaiki sampai media ini benar-benar memiliki legitimasi baik dari pengguna.
coba tahap kedua bila dibandingkan dengan uji coba tahap pertama. Secara keseluruhan nilai rata-rata dari uji coba tahap pertama mencapai 73,7% dari yang diharapkan sedangkan rata-rata dari uji coba tahap kedua mencapai 87,2%. Penggunaan multi media pembelajaran menulis dan membaca permulaan membuat siswa lebih paham dan cepat mengerti. Daftar Pustaka
A B Gambar 4 Tampilan Multi Media Setelah Revisi Di Sekolah Dasar Negeri 18 Mataram, dari segi fasilitas termasuk cukup untuk kebutuhan proses pembelajaran, terlebih pada proses pembelajaran menulis dan membaca permulaan yang membutuhkan Laptop, LCD Proyektor, DVD atau PCD Player semuanya tersedia dan dalam kondisi baik dan berfungsi normal. Pengembangan multi media pembelajaran menulis dan membaca permulaan untuk kelas 1Sekolah Dasar tidak akan berfungsi efektif jika tidak dimanfaatkan oleh guru kelas 1 dan didukung oleh prasarana dan sumberdaya yang cukup, sehingga guru harus paham bagaimana mengoperasikan prasarana (Laptop, LCD Proyektor, DVD/PCD Player dan sarana lainnya) dalam rangka mendukung pembelajaran kearah yang lebih baik. Simpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan yang lebih baik pada uji
390
Andi, 2008, Panduan Praktis : Video Editing Dengan Pinnacle Studio Version 11, Jakarta, Penerbit Wahana Komputer Aminah, Siti, 2011, Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Latihan Motorik Halus Dengan Menggunakan Keterampilan Mosaics Pada Siswa Autis Kelas I Semester I Di Slb Autis Alamanda Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Digilib.Uns.ac.id Arends, Richard. (2008). Learning To Teach. Penerjemah: Helly Prajitno & Sri Mulyani. New York: McGraw Hill Company Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar : GBPP SD Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Dick, W. and L. Carey. 1990. The Systematic Design of Instruction. Glenview: Scott, Foresman, and Company. Degeng, I.N.S. 1997. Penulisan Bahan Ajar: Modul Pembelajaran dalam Pelatihan Staf, Guru, dan Karyawan Sekolah Ciputra Surabaya. Surabaya
Mujiburrahman & Yayan Heryana, Pengembangan Multi Media Pembelajaran
Errante, A. 1997. Close to Home: Comparative Prespective of Childhood and Community Violence. American Journal of Education, 102 (1):2-3. Hujair Sanaky. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press. http://www.pengertianahli.com/2013/10/pen gertian-multimedia-menurut-paraahli.html diakses, 13-12-13) http://www.duniabaca.com/pengertianmenulis-menurut-para -ahli.html Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan Inklusi . Surakarta : Depdikbud. Ritawati Wahyudin, (1996). Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas-kelas Rendah SD. Padang. IKIP Sekolah Teknologi Menengah. Jurnal Teknologi Pembelajaran: Teori dan Penelitian, 4 (2):173.
Sahalessy, A. 1998. Masalah-masalah Belajar Abad 21: Tinjauan Pendayagunaan Teknologi Informasi. Jurnal Teknologi Pembelajaran: teori dan Penelitian, 6 (1):11-12. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sukartiningsih Wahyu, 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan Dikelas 1 Sekolah Dasar Melalui Media Kata Bergambar. Publikasi Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.5, No.1, 2004. Wright, Andrew, David Betteridge, and Michael Buckby. 1993. Games for Language Learning. Great Britain: Cambridge University Press.
391